Anda di halaman 1dari 19

KONFLIK SARA YANG

ADA DI INDONESIA
Oleh Kelompok 1 / 9C

ADE – ANGEL – NOVI – AZZAHRA – RONALD – DERI - FARDAN – MEYDA - TRIA


APASIH SARA ITU?
Sara adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen
identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan
golongan. Sara adalah singkatan dari kata suku, agama, ras, dan antargolongan.
Disamping itu sara juga dapat di katakan dengan pelayanan yang tak adil kepada
seseorang di karenakan orang tersebut lebih mementingkan suku, agama, ras
maupun golongannya. Jadi intinya sara itu merupakan hal yang tidak baik karena
lebih mementingkan kepentingan golongannya dari pada kepentingan umum.
BAGAIMANA DENGAN KEBERAGAMAN
SARA DI INDONESIA?
Keragaman merupakan suatu kondisi pada kehidupan masyarakat yang
menunjukkan adanya perbedaan. Perbedaan seperti pada suku bangsa, agama, ras,
serta budaya. Keragaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan
bangsa indonesia. Keragaman yang terjadi di Indonesia juga merupakan sebuah
potensi sekaligus tantangan.
Sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa bangsa Indonesia berdiri tegak di
antara keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras dan golongan yang ada. Salah
satu contoh nyata yaitu dengan dipilihnya bahasa Melayu sebagai akar bahasa
persatuan yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia. Mengapa? Karena
di Indonesia terdapat berbagai macam bahasa daerah. Dengan kesadaran yang tinggi
semua komponen bangsa menyepakati sebuah konsensus bersama untuk
menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan yang dapat mengatasi
sekaligus menjembatani jalinan antar komponen bangsa.
DAMPAK KEBERAGAMAN MASYARAKAT

• Dampak Positif • Dampak Negatif


 Tercapainya integrasi nasional Munculnya primordialisme
 Memperkaya khazanah budaya Terjadinya konflik dalam
bangsa masyarakat
 Sarana memajukan pergaulan Munculnya sikap etnosentrisme
antarsuku, agama, ras, dan Fanatisme yang berlebihan
antargolongan
PERMASALAHAN DALAM KEBERAGAMAN
SARA

• Berdasarkan Tingkatnya • Berdasarkan Jenisnya


Konflik Ideologi Konflik Antarsuku
Konflik Politik Konflik Antaragama
Konflik Antarras
Konflik Antargolongan
PENYEBAB KONFLIK

• Tidak ada persamaan pandangan.


• Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik.
• Pertentangan norma dalam masyarakat.
• Sanksi terhadap pelanggaran norma lemah.
• Tindakan masyarakat tidak sesuai norma.
• Terjadi proses disosiatif.
AKIBAT KONFLIK
• Perpecahan dalam masyarakat.
• Kerugian harta benda dan korban manusia.
• Kehancuran nilai-nilai dan norma sosial yang ada.
• Perubahan kepribadian
KONFLIK SUKU YANG ADA DI INDONESIA
TRAGEDI SAMPIT

Tragedi Sampit adalah konflik berdarah antar suku yang paling membekas dan
bikin geger bangsa Indonesia pada tahun 2001 silam. Konflik yang melibatkan suku
Dayak dengan suku Madura ini dipicu banyak faktor, di antaranya kasus orang
Dayak yang didiuga tewas dibunuh warga Madura hingga kasus pemerkosaan gadis
Dayak.
Warga Madura sebagai pendatang di sana dianggap gagal beradaptasi dengan
orang Dayak selaku tuan rumah. Akibat bentrok dua suku ini ratusan orang
dikabarkan meninggal dunia. Bahkan banyak di antaranya mengalami pemenggalan
kepala oleh suku Dayak yang kalap dengan ulah warga Madura saat itu.
Pemenggalan kepala itu terpaksa dilakukan oleh suku Dayak demi memertahankan
wilayah mereka yang waktu itu mulai dikuasai warga Madura.
Penduduk asli Kalimantan Barat adalah Suku Dayak. Dalam berkomunikasi penduduk yang heterogen ini
menggunakan bahasa Indonesia atau Melayu sebagai bahasa sehari-hari. Tetapi karena tingkat pendidikan mereka
rendah, kebanyakan mereka memakai bahasa daerahnya masing-masing. Dengan demikian seringkali terjadi
kesalahpahaman. Terlebih jika orang Madura berbicara dengan orang Dayak, gaya komunikasi orang Madura yang
keras ditangkap oleh orang Dayak sebagai kesombongan dan kekasaran. Orang Dayak yang ramah dan lembut
merasa tidak nyaman dengan karakter orang Madura yang tidak menghormati atau menghargai orang Dayak sebagai
penduduk lokal yang menghargai hukum adatnya. Hukum adat memegang peranan penting bagi orang Dayak. Tanah
yang merekamiliki adalah warisan leluhur yang harus mereka pertahankan. Seringkali mereka terkena tipu daya
masyarakat pendatang yang akhirnya berhasil menguasai atau bahkan menyerobot tanah mereka. Perilaku
orang Madura tersebut, yang menimbulkan sentimen sendiri bagi orang Dayak yang dianggap sebagai penjarah
tanah mereka. Masyarakat Dayak juga mempunyai suatu ciri yang dominan dalam mata pencarian yaitu kebanyakan
bergantung pada kehidupan bertani atau berladang.

Perkebunan kelapa sawit yang menggantikannya lebih memilih orang pendatang sebagai pekerja daripada orang 
Dayak. Hal yang demikian menyebabkan masyarakat adat merasa terpinggirkan atau tertinggalkan dalam kegiatan
perekonomian penting di daerahnya sendiri. Perilaku orang Madura terhadap orang Dayak dan keserakahan mereka
yang telah menguras dan merusak alamnya menjadi salah satu dasar pemicu timbulnya konflik di antara mereka.
Ketidakcocokan di antara karakter mereka menjadikan hubungan kedua etnis ini mudah memancing suatu bentrok. 
Kecurigaan dan kebencian membuat hubungan keduanya menjadi tegang dan tidak harmonis. 
Ketidakadilan juga dirasakan oleh masyarakat Dayak terhadap aparat keamanan yang tidak berlaku adil terhadap
orang Madura yang melanggar hukum. Permintaan mereka untuk menghukum orang Madura yang melanggar
hukumtidak diperhatikan oleh aparat penegak hukum. Hal ini yang membuat orang Dayak melakukan
kekerasan langsung terhadap orang Madura, yaitu dengan pembantaian dan pembakaran pemukiman orang
Madura. Identitas yang terancam sebagai suatu suku asli Kalimantan yang terusik oleh kedatangan pendatang
membuat suku Dayak mengambil sikap keras. Ditambah lagi dengantidak adanya perubahan sikap dari masyarakat
pendatang. Hal ini jelas terlihat pada dampak yangterjadi pasca konflik suku Dayak dan Madura. Mereka tidak
melihat dampak dari kekerasan bagi
masyarakat mereka sendiri yaitu korban jiwa dan harta benda, tetapi yang terpenting adalah keluarnya orang
Madura dari wilayah mereka.

Ketidakharmonisan dalam interaksi sosial antara kedua etnis ini tidak cepat mendapat penanganan dari tokoh
masyarakat setempat maupun oleh aparatur pemerintah. Pada pertikaian yang terjadi, terlihat adanya keberpihakan
dari aparat kepada salah satu etnis. Kondisi ini
terus berlanjut, yang pada akhirnya menjadi konflik terbuka berakar dan diiringi dengan kekerasan. Konflik yang
dipicu oleh adanya benturan budaya etnis lokal dengan etnis pendatang, lemahnya supremasi hukum, dan
adanya tindak kekerasan. Benturan budaya ini sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh kesombongan dan
ketidakpedulian etnis Madura terhadap hukum adat dan budayalokal yang sangat dihormati masyarakat setempat
seperti hak atas kepemilikan tanah. Kerusuhan sampit yang menjalar hingga kesegala penjuru kalimantan tengah
akhirnya berakhir sekitar bulan Maret pertengahan. Untuk memperingati akhir konflik ini dibuatlah perjanjian damai
  antar suku dayak dan madura. Perjanjian itu tertulis dalam sebuah buku yang berisi beberapa persyaratan dan hal-
hal lainnya. Selain itu untuk memperingati perjanjian damai itu,dibangun sebuah tugu perdamaian di Sampit.
TUGU PERDAMAIAN SAMPIT
UPAYA MENYELESAIKAN KONFLIK

Upaya Preventif Upaya Represif


(Pencegahan) (Penindakan)
Seminar Penangkapan dan penahanan
Mengembangkan sikap toleransi Pembubaran
Penjatuhan sanksi
Kerja sama dan latihan bersama
TERIMA KASIH
JAWABAN DARI PERTANYAAN
KELOMPOK 4
1. Jelaskan dasar hukum pelaksanaan toleransi hidup antara umat beragama di Indonesia!
Jawab:
• UUD 1945 pasal 28E Ayat 1
“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara
dan meninggalkannya, serta berhak kembali”
• UUD 1945 pasal 28E Ayat 2
“Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.”
• UUD 1945 pasal 28I ayat 1
“ Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun ”
2. Sebutkan konflik – konflik antar umat beragama yang pernah ada di Indonesia sesuai
dengan yang disampaikan kelompok 4!
Jawab :
1. Konflik Poso (Islam VS Nasrasi)
2. Konflik Ambon (Islam VS Nasrani)
3. Konflik Tolikara (Islam VS Nasrani)
4. Konflik Aceh (Islam VS Kristen)
5. Konflik di Lampung Selatan (Budha VS Islam)
6. Konflik Situbondo (Islam VS Kristen)
7. Konflik Sampang (Pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah   VS Penganut Islam Syiah)
3. Ceritakan secara singkat konflik antara umat beragama di Poso!
Jawab :
Kerusuhan Poso (bahasa Inggris: Poso riots) atau konflik komunal Poso (bahasa Inggris: Poso
communal conflict), adalah sebutan bagi serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso, Sulawesi
Tengah, Indonesia. Peristiwa ini melibatkan kelompok Muslim dan Kristen. Kerusuhan ini umumnya
terbagi menjadi beberapa fase. Fase pertama berlangsung pada bulan Desember 1998, kemudian
berlanjut pada bulan April 2000, dan yang terbesar terjadi pada bulan Mei hingga Juni 2000.
Fase pertama dan kedua berawal dari serangkaian bentrokan antara kelompok pemuda Islam
dan Kristen. Bulan Mei menandai dimulainya fase ketiga, yang secara luas dipandang sebagai
periode kekerasan terburuk dalam hal kerusakan dan jumlah korban. Fase ini merupakan ajang
balas dendam oleh kelompok Kristen setelah dua fase sebelumnya yang sebagian besar didominasi
oleh serangan dari pihak Muslim, dan berlangsung sampai bulan Juli 2000. Fase ketiga ini
memuncak dalam sebuah peristiwa pembantaian di sebuah pesantren yang terjadi di Desa Sintuwu
Lemba yang mayoritas penduduknya Islam. Dalam fase ketiga ini, ratusan orang jatuh menjadi
korban, umumnya dari pihak Muslim.
Pada tanggal 20 Desember 2001, Deklarasi Malino ditandatangani antara kedua belah pihak
yang bertikai di Malino, Sulawesi Selatan, dan diinisiasi oleh Jusuf Kalla. Kesepakatan ini sekaligus
mengurangi kekerasan frontal secara bertahap, dan angka kriminal mulai menurun dalam
beberapa tahun sesudahnya.
4. Jelaskan akibat konflik antar agama!
Jawab :
1. Perpecahan di dalam masyarakat.
2. Kerugian hara benda dan korban manusia.
3. Kehancuran nilai-nilai dan norma sosial yang ada.
4. Perubahan kepribadian.

5. Sesuai presentasi kelompok 4, bagaimana cara / upaya pemecahan konflik yang


terjadi di Poso?
Jawab :
Pada tanggal 20 Desember 2001, Deklarasi Malino ditandatangani antara kedua belah pihak yang
bertikai di Malino, Sulawesi Selatan, dan diinisiasi oleh Jusuf Kalla. Kesepakatan ini sekaligus
mengurangi kekerasan frontal secara bertahap, dan angka kriminal mulai menurun dalam
beberapa tahun sesudahnya.

Anda mungkin juga menyukai