Anda di halaman 1dari 27

BIOKONTROL

 Biokontrol adalah penghambatan pertumbuhan, infeksi atau


reproduksi satu organisme menggunakan organisme lain
(Baker & Cook 1996).

 Biokontrol merupakan salah satu alternatif metode


pengendalian penyakit tanaman yang ramah lingkungan

 Organisme yang digunakan dalam biocontrol disebut


agen hayati
Ciri-ciri Mikroba Yang Dijadikan Sebagai Agen
Biokontrol
 Mikroba tersebut mampu dengan cepat membentuk koloni di daerah
akar tanaman
 Mampu memproduksi antibiotik sebagai zat antagonis untuk melawan
mikroorganisme patogen pada tanaman
 Mampu memproduksi komponen pengikat besi yang disebut siderofor
yang membuat ion tersebut tidak tersedia bagi mikroorganisme
patogen
 Mampu bersaing terhadap subtrat yang penting bagi pertumbuhan
mikroorganisme patogen
 Mampu memproduksi komponen yang merangsang pertumbuhan
tanaman seperti giberelin
Organisme yang Digunakan Sebagai Agen Biokontrol

 Mikroorganisme yang banyak digunakan sebagai agen biokontrol


adalah bakteri karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain mudah
beradaptasi pada lingkungan dimana mereka diaplikasikan dan tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan (Rodas & Junco et al. 2009)
 Contoh :
Karakterisasi dan Aplikasi Bakteri Agen Biokontrol : Bacillus sp. 140-B dan
Sterptomyces sp. L.3.1-DW terhadap Kapang Patogen Fusarium oxysporum
Schlech f.sp cubense pada Tanaman Pisang (Musa acuminata) var.
Cavendish, 2012)

 Bakteri sebagai agen biokontrol yang pernah dilaporkan adalah


Agrobacterium, Pseudomonas, Bacillus, Alcaligenes, Streptomyces
Bakteri sebagai agen penghasil antibiotik
 Antibiotik umumnya adalah senyawa organik dengan berat molekul
rendah yang dikeluarkan oleh mikroorganisme.
 Pada kadar rendah, antibiotik dapat merusak pertumbuhan atau
aktivitas metabolit mikroorganisme lain (Fravel 1988).
 Pengeluaran antibiotik sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dan nutrisi mikroorganisme.
 Contohnya adalah Bacillus spp. dapat menghasilkan zat antibiotik
berupa basitrasin, subtilin, polimixin, tritosin, bulbivormin dan dapat
juga menghasilkan senyawa volatil.
Rhizoctonia solani adalah salah satu jamur patogen soilborne (tular
tanah) terpenting yang dapat berkembang pada kedua kultivasi (di
tanah maupun tanpa tanah), penyebab penyakit pada padi,
kacang, tomat, dan tanaman lainnya (Sneh et al.,1991)

Diantara golongan jamur, genus Trichoderma adalah agen


biokontrol untuk Rhizoctonia solani (Lin et al.,1994) dan dari
golongan bakteri biasanya digunakan Pseudomonas dan Bacillus
(Gasoni et al., 1998)
 Organisme yang digunakan dalam biokontrol adalah antagonis
dari patogen tanaman yang merupakan musuh alami dari
patogen yang telah ada di lingkungan.
 Masing-masing agen biokontrol memiliki mekanisme tertentu
dalam mengendalikan patogen tanaman. Mekanisme yang terjadi
antara lain:
1. Hiperparasitisme atau predasi,
2. Antibiosis,
3. Kompetisi,
4. Produksi enzim litik dan senyawa-senyawa lain
.
Mekanisme Agen Biokontrol dalam
Mengendalikan Patogen Tanaman

1. Predasi/hiperparasit
Pada mekanisme ini, patogen diserang secara langsung. Agen biokontrol akan
membunuh propagul atau patogen itu secara langsung.

Secara umum hiperparasit terbagi menjadiempat kelompok besar yaitu bakteri


patogen obligat, hipovirus, parasit fakultatif, dan predator.
2. ANTIBIOSIS

Mekanisme yang disebabkan oleh aktivitas antibiotic.


Antibiotik yang diproduksi oleh mikroorganisme khususnya
agen antagonis sangat efektif untuk menekan
perkembangan patogen tanaman

Beberapa strain agen antagonis dapat menghasilkan


beberapa antibiotic yang data menekan satu atau banyak
patogen, contohnya adalah kelompok Bacillus
memproduksi zwittermisin dan kanosamin
3. Kompetisi

Jika kompetisi ini melibatkan agen biokontrol dan patogen


maka dapat berperan dalam menekan penyakit tanaman. Hal ini
terjadi jika agen biokontrol dapat menguasai nutrisi yang
tersedia dengan jumlah populasi yang melebihi populasi
patogen.

Kompetisi terjadi karena terbatasnya nutrisi yang tersedia di


habitatnya seperti besi (Fe) yang konsentrasinya sangat rendah.
MekanismeAntagonisme
Antibiosis, hiperparasit, dan kompetisi merupakan
mekanisme pengendalian dengan antagonis.
4. Produks enzim litik & senyawa-senyawa lainnya
Enzim litik ini memiliki kemampuan untuk menghidrolisis berbagai
senyawa polimer seperti kitin, selulosa, hemiselulosa, protein,
dan DNA

Senyawa-senyawa polimer tersebut merupakan bagian dari


penyusun struktur-struktur sel patogen. Aktivitas dari enzim-enzim
litik tersebut secara tidak langsung dapat menghambat
patogen tanaman

Contoh : Lysobacter yang menghasilkan berbagai enzim litik


dalam jumlah banyak yang efektif dalam menekan cendawan
patogen tanaman
Contoh:

Lysobacter dan Myxobacteria yang menghasilkan


Berbagai enzim litik dalam jumlah banyak yang efektif
dalam menekan cendawan patogen tanaman .

Asam sianida dan senyawa volatile seperti amonia adalah


senyawa lain yang dapat menghambat patogen
tanamanselain enzim-enzim litik.
Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan Mikroba Pengendali
Hayati

a) Kelebihan agen Hayati, antara lain :


 Tidak berdampak negatif terhadap lingkungan,
 Aman bagi musuh alami OPT (organisme pengganggu tumbuhan) tertentu,
 Mencegah timbulnya ledakan OPT sekunder,
 Menghasilkan produk yang bebas residu senyawa kimiawi sintetis,
 Aman bagi kesehatan manusia,
 Terdapat di sekitar pertanaman sehingga mencegah
ketergantungan petani pada pestisida kimiawi sintetis,
 Dapat menurunkan biaya produksi karena aplikasi APH (agen pengendali
hayati) dilakukan satu atau dua kali dalam satu musim panen.
b) Kelemahan Agen Hayati, antara lain :

 Reaksi efikasi mikroba antagonis terhadap jasad


sasaran lebih lambat
 Daya simpan produk lebih singkat dibandingkan
dengan pestisida kimiawi sintetis.
Beberapa Contoh Bakteri yang Dapat Dimanfaatkan untuk Mengendalikan Penyakit
Tanaman
Agen Hayati Patogen Sasaran Penyakit Inang
Agrobacterium Radiobacter Agrobacterium tumefaciens Kanker
Bacillus subtilis Rizoctonia solani, Phytium .sp, Crown gall/Rose, Apel dan Pear
Fusarium spp
Pseudomonas cepacia Fusarium spp, R.. solani Rebah semai/Padi, Kapas dan
Legum
P. fluorescens F. oxysporum Rebah semai/Kapas Jagung dan
sayuran
Ralstonia solanacearum Ralstonia solanacearum strain virulen Layu dan rebah semai/sayuran
(strain avirulen)
Phytium oligandrum Fusarium, spp; Phytium spp, R. solani Layu/ Tomat, kentang
Trichoderma viridae Heterobasidon annosum Busuk akar/ layu/sayuran
Trichoderma harzianum F. oxysporum f.sp. batatas Busuk batang dan akar cemara/
pisang
Peniophora gigentea P. ultimum, R. solani Layu fusarium/ubi jalar
F. oxysporum (non patogen) P. ultimum Rebah semai/sayuran
Agen Biokontrol yang Tersedia di Pasaran

 Greemi-G
 Bio-Meteor
 NirAma
 Marfu-P
 Hamago.
Endophytic Trichoderma gamsii YIM PH30019: A promising biocontrol agent with hyperosmolar, mycoparasitism, and
antagonistic activities of induced volatile organic compounds on root-rot pathogenic fungi of Panax notoginseng
Jin-Lian Chen, Shizhong Sun, Shizhong Sun, Cui-Ping Miao, Li-Xing Zhao (2015)
Mechanisms of biological control

Kamal Krishna Pal and Brian McSpadden Gardener (2006)


Antibiotic-mediated suppression
Lytic enzymes and other byproducts of microbial life
 Diverse microorganisms secrete and excrete other metabolites that can interfere with
pathogen growth and/or activities.

 Many microorganisms produce and release lytic enzymes that can hydrolyze a wide
variety of polymeric compounds, including chitin, proteins, cellulose, hemicellulose,
and DNA.

 Expression and secretion of these enzymes by different microbes can sometimes result
in the suppression of plant pathogen activities directly.

 For example, control of Sclerotium rolfsii by Serratia marcescens appeared to be


mediated by chitinase expression (Ordentlich et al. 1988). And, a b-1,3-glucanase
contributes significantly to biocontrol activities of Lysobacter enzymogenes strain C3
(Palumbo et al. 2005)

 Lysobacter and Myxobacteria are known to produce copious amounts of lytic


enzymes, and some isolates have been shown to be effective at suppressing fungal
plant pathogens (Kobayashi and El-Barrad 1996, Bull et al. 2002).
COMPETITION
 Biocontrol based on competition for rare but essential micronutrients, such as iron, has
also been examined.

 Iron is extremely limited in the rhizosphere, depending on soil pH. In highly oxidized and
aerated soil, iron is present in ferric form (Lindsay 1979), which is insoluble in water (pH
7.4) and the concentration may be as low as 10-18 M.

 This concentration is too low to support the growth of microorganisms, which generally
need concentrations approaching 10-6 M.

 To survive in such an environment, organisms were found to secrete iron-binding ligands


called siderophores having high affinity to sequester iron from the micro-environment.
Almost all microorganisms produce siderophores, of either the catechol type or
hydroxamate type (Neilands 1981).

 Kloepper et al. (1980) were the first to demonstrate the importance of siderophore
production as a mechanism of biological control of Erwinia carotovora by several plant-
growth- promoting Pseudomonas fluorescens strains A1, BK1, TL3B1 and B10.
Induction of host resistance
Biological Control Mechanisms
 Competition – the BC agent more efficiently utilizes space and
nutrients.
 Antibiosis – the BC agent produces one or more deleterious
compounds.
 Parasitism – the BC agent utilizes the target for food or for
reproduction.
 Induced resistance – the BC agent indirectly stimulates the plant
to be resistant.
Mekanisme kerja Bacillus thuringiensis

Anda mungkin juga menyukai