Anda di halaman 1dari 3

1.

Studi Kasus Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa”


Tragedi Poso

Sebelum meletus konflik desember 1998 dan di ikuti oleh beberapa peristiwa konflik lanjutan
, sebenarnya poso pernah mengalami ketegangan hubungan antar komunitas keagamaan
( muslim dan kristen ) yakni tahun 1992 dan 1995Memang setelah peristiwa 1992 dan 1995
masyarakat kembali hidup secara wajar, namun  pola konflik poso terlalu kompleks untuk di
analisis hanya berdasarkan urutan itu.

Pola Pertama : Kerusuhan diposo biasanya bermula terjadi diposo kota dan selanjurnya
merembet ke daerah-daerah sekitar poso. Pola Kedua : Kerusuhan yang terjadi dipusat kota
diikuti dengan mobilitas masa yang cukup besar yang berasal dari luar poso bahkan berasal
dari kabupaten poso. Pola Ke tiga : kerusuhan selalu di tandai dengan pemakaian senjata
tajam. Pola ke empat kesalah paham informasi.

Akar penyebab konflik psoso sangat komplek , ada persoalan yang bersifiat keyakinan namun
akarnya menyambung ke problema yang bersifat historis. Proses pembalikan ini bukan akibat
permurtadan, melainkan akibat migrasi kewilayahan sehingga komposisi penduduk
mengalami komposisi penduduk mengalami pergeseran, pendatang bugis yang memiliki
kultur dagang kuat menguasai jaringan perdagangan.

Fakta pergeseran komunitas keagamaan ini pada akhirnya berpengaruh pula pada konstelasi
politik poso . Dari situ tampak sekali bahwa aktor – aktor terlibat dalam konflik sebenarnya
sangat kompleks melibatkan elemen-elemen birokrat para pelaku ekonomidisamping
kelompok kultur keagamaan yang pada gilirannya melibatkan pula kekuatan dari luar poso
dengan kepentingannya, mulai dari para laskar, aparat keamanan, birokrat level provinsi
ataupun pusat yang memanfaat kan persoalan poso untuk kepentingan.

Sumber: http://sejarah-kelam-indonesia.blogspot.co.id/2015/01/kerusuhan-ambon-dan-poso-
1999.html

2. Studi Kasus Pancasila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”

Kasus Munir

  Munir Said Thalib (lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965 -- meninggal di Jakarta
jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur 38 tahun) adalah pria keturunan Arab
yang juga seorang aktivis HAM Indonesia. Munir Said Thalib, kelahiran Desember 1965,
meninggal dunia karena racun arsenik di tubuhnya.Peristiwa tahun 2004 lalu itu mengagetkan
banyak pihak. Munir dihabisi nyawanya ketika hendak melanjutkan studi ke Belanda. Saat itu
ia tengah aktif memimpin Lembaga Pemantau HAM di Indonesia (Imparsial).Tentara dituduh
menjadi dalang pembunuhan itu meski hingga kini belum ada persidangan yang menyeret
tentara ke meja hijau.

Sumber: http://www.kompasiana.com/hilmynaufal20/kasus-pelanggaran-ham-di-
indonesia_5978a51cf133440e0c29baf2
3. Studi Kasus Pancasila “Persatuan Indonesia”

Kasus Republik Maluku Selatan


Republik Maluku Selatan atau RMS adalah sebuah republik di kepulauan Maluku yang
dideklarasikan pada 25 April 1950. Saat itu pihak kontra-revolusioner bergantung pada
perjanjian pasca penjajahan Belanda yang menjanjikan bentuk negara federal. Perjanjian
tersebut menjamin otonomi untuk setiap negara dalam federasi.

Namun setelah perjanjian pada Desember 1949 tersebut dianulir, mereka langsung
memproklamasikan kemerdekaan Republik Maluku Selatan dengan harapan mendirikan
negara sendiri. Meskipun berhasil dikalahkan pada tahun 1950, namun konflik tersebut masih
berlanjut hingga 1963. Bahkan RMS kemudian mendirikan pemerintahan dalam pengasingan
di Belanda pada tahun 1966. John Wattilete menjadi Presiden RMS pada April 2010.

Sumber: http://www.boombastis.com/gerakan-memisahkan-diri/53809

4. Studi Kasus Pancasila “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan


permusyawaratan perwakilan”

KPK Tahan Bupati dan Kajari Pamekasan Terkait Suap Penanganan Korupsi Dana Desa

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan Bupati Pamekasan Achmad Syafii dan


Kepala Kejaksaan Negeri Pamekasan Rudi Indra Prasetya, Kamis (3/8/2017), terkait dugaan
suap untuk menghentikan penanganan kasus korupsi penyelewengan dana desa. KPK
melakukan operasi tangkap tangan di Pamekasan, Jawa Timur, pada Rabu (2/8/2017). Kepala
Kejaksaan Negeri Pamekasan Rudi Indra Prasetya diduga menerima suap untuk
menghentikan penanganan kasus korupsi penyelewengan dana desa. Awalnya, sejumlah
lembaga swadaya masyarakat melaporkan dugaan penyimpangan anggaran dalam proyek
infrastruktur senilai Rp 100 juta yang menggunakan dana desa.

Anggota LSM melaporkan Kepala Desa Dassok Agus Mulyadi ke Kejaksaan Negeri
Pamekasan. Laporan itu sempat ditindaklanjuti Kejari Pamekasan dengan melakukan
pengumpulan bahan dan keterangan. Tetapi, diduga ada komunikasi beberapa pihak di Kejari
dan Pemkab Pamekasan. Dalam pembicaraan antara jaksa dan pejabat di Pemkab Pamekasan,
disepakati bahwa penanganan kasus akan dihentikan apabila pihak Pemkab menyerahkan Rp
250 juta kepada Kajari Pamekasan. Setelah penyelewengan dana desa dilaporkan, Kepala
Desa merasa ketakutan dan berupaya menghentikan proses hukum. Agus selaku Kepala Desa
kemudian berkoordinasi dengan Kepala Inspektorat Kabupaten Pamekasan, Sucipto Utomo.  

Upaya menghentikan perkara tersebut juga dibicarakan dengan Bupati Achmad Syafii.
Achmad ingin agar kasus itu diamankan.Ia tidak hanya menganjurkan upaya penyuapan
jaksa. Ia juga ikut berkoordinasi untuk menurunkan angka yang disepakati sebesar Rp 250
juta.Akan tetapi, Kepala Kejari menolak menurunkan angka pemberian yang telah disepakati.

Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2017/08/03/19524461/kpk-tahan-bupati-dan-
kajari-pamekasan-terkait-suap-penanganan-korupsi-dana

5. Studi Kasus Pancasila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”


Kasus Prita Mulyasari

MA mengabulkan kasasi jaksa dan menyatakan Prita Mulyasari bersalah dalam kasus
pencemaran nama baik RS Omni Alam Sutera, Tangerang. Prita divonis 6 bulan, tapi dengan
masa percobaan selama 1 tahun.

Seperti diketahui, drama hukum Prita menjadi magnet semua pihak. Bahkan, seluruh calon
presiden 2009 harus menyambangi Prita guna pencitraan kampanye. Pada 29 Desember 2009,
majelis hakim PN Tangerang memutus bebas Prita Mulyasari dari tuntutan jaksa 6 bulan
penjara. Alasan utama membebaskan Prita karena unsur dakwaan pencemaran nama baik
tidak terbukti.

Namun, MA membalikkan semuanya hingga Prita harus menempuh upaya hukum luar biasa
Peninjauan Kembali (PK).

Sumber:
http://megapolitan.kompas.com/read/2009/09/16/11483347/belajar.dari.kasus.prita.pencemar
an.nama.baik.tidak.masuk.pidana

Anda mungkin juga menyukai