Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

RENCANA PENANGGULANGAN KONFLIK ETNIS

DISUSUN OLEH:

Biondy Bayu Marhayudi


NIM: 030 10 058

PEMBIMBING:
dr Gita Tarigan, MPS
K E PAN I T E R A A N K L I N I K I L M U K E S E H ATAN M A S YAR A K AT
PERIODE
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI

RENCANA PENANGGULANGAN KONFLIK ANTAR ETNIS


SAMBAS
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Rekayasa kasus
Pada tanggal 17 Januari 2016 pukul 01.30 WIB telah ditangkap dan dianiaya pelaku
pencurian ayam warga suku Madura oleh warga suku Melayu. Kejadian ini menyulut amarah
suku Madura yang kemudian membuat rencana penyerangan kepada suku Melayu. Dua hari
kemudian, pada tanggal 19 Januari 2016 sekitar 200 orang suku madura dari suatu desa
menyerang warga suku Melayu desa lainnya. Hari berikutnya terjadi perkelahian antara warga
suku Madura dan warga suku Melayu karena tidak membayar ongkos angkot. Kejadian ini
berkembang menjadi perkelahian antara kelompok dan antara desa yang disertai pembakaran,
pengrusakan dan tindak kekerasan lainnya. Warga suku Melayu dibantu suku Dayak melakukan
penyerangan, pembakaran, pengrusakan, penganiayaan dan pembunuhan terhadap warga suku
Madura dan selanjutnya saling membalas.
Kerusuhan ini berkembang semakin besar, sebagai akibatnya terjadilah pengungsian
warga Madura dalam jumlah cukup besar menuju Singkawang dan Pontianak bahkan hingga ke
Malaysia.

Gambar 1: Kerusuhan di Sambas, Kalimantan Barat

Gambar 2 : kerusuhan di sambas, Kalimantan barat

Korban akibat kerusuhan Sambas terdiri dari ; 489 orang tewas, 168 orang luka berat, 34 orang
luka ringan, 3.833 rumah dibakar dan dirusak, 12 mobil dan 9 motor dibakar atau dirusak, 8
masjid atau madrasah dirusak serta dibakar, 2 sekolah dirusak, 1 gudang dirusak, dan 29.823
warga Madura mengungsi

Penduduk
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sambas Jumlah
penduduk Kabupaten Sambas sebanyak 667.921 jiwa. Total penduduk laki-laki sebanyak
341.982 jiwa (51%), sedangkan penduduk perempuan sebanyak 325.939 jiwa (49%)
Kesehatan
Bidang Kesehatan terdapat Prasarana kesehatan 2 unit Puskesmas. Pada Puskesmas
tersebut terdapat :

Tenaga
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
Farmasi
Tenaga Gizi
Tenaga Kesehatan Masyarakat
Teknisi Medis
Tenaga Analis Kesehatan

Jumlah Tenaga
6
2
6
3
1
1
3
1
1

Di Wilayah tersebut juga terdapat beberapa rumah sakit terdekat diantaranya adalah
RSUD Sambas

ANALISIS KOMPONEN BENCANA BANJIR CILEDUG INDAH


Hazard Mapping
konflik Sambas ini berakar antara lain pada masalah kesenjangan pendidikan,
marginalisasi suku tertentu dalam menduduki posisi di pemerintahan, kesenjangan ekonomi
antara suku pendatang dan suku asli serta adanya benturan budaya atau perilaku sosial.
Kerusuhan massal dipicu oleh adanya perkelahian individu antara suku yang berbeda dan
selanjutnya meluas keseluruh kabupaten Sambas. Kehadiran Pasukan Penindak Kerusuhan
Massal (PPRM), telah banyak membantu penyelesaian peristiwa ini. Konflik ini juga menjadi
suatu bukti belum terciptanya masyarakat sipil yang kuat. Masyarakat yang lemah,apalagi
dihajar krisis dari segala penjuru, sehingga kapan saja mudah meledak. Selain itu perbedaan
budaya antara masyarakat pendatang dan warga setempat pun menjadi penyebab ketegangan
antar etnis tersebut. Dikatakan bahwa sikap menghormati posisi masing-masing merupakan
faktor penting dalam peristiwa ini

ERABILITY
Kerentanan adalah keadaan atau suatu sifat atau perilaku manusia yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman. Kerentanan di daerah sekitar Sambas,
diantaranya adalah :
Kerentanan Fisik : ditinjau dari keadaan fisik daerah Sambas yang cenderung panas dan tandus
membuat tingkat stress dan emosian antar individu yang cukup tinggi, di tambah lagi dengan
beragamnya suku yang ada di Sambas membuat gesekan antar suku seringkali terjadi
Kerentanan Ekonomi

:.Secara ekonomi, masyarakat di daerah kabupaten sambas bekerja

sebagai pedagang untuk suku melayu dan suku Madura yang bekerjasebagai peternak.
Kesenjangan ekonomi antara suku melayu dan suku Madura di sambas juga sering menimbulkan
perselisihan antar dua suku tersebut
Kerentanan Sosial : Kentalnya mempertahankan kultural antar dua suku sering membuat
perbedaan. Suku melayu yang merupakan penduduk asli dari sambas menganggap suku madura
serupakan masyarakat yang emosional dan terkenal dengan budaya carok yaitu

menggambarkan budaya kekerasan orang madura. Sedangkan suku madura menganggap bahwa
suku melayu merupakan suku yang semena-mena dan tidak taat terhadap aturan.
Kerentanan lingkunganngan : Daerah Sambas yang merupakan daerah yang beriklim tropis
dan cenderung tandus dapat meningkatkan stressor untuk erjadinya konflik. Suku madura yang
terkenal juga tidak menjaga kebersihan dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitar sehingga
dapat mengotori pemukiman orang-orang melayu di sambas kerap menimbulkan perselisihan

CAPACITY
Konflik berkepanjangan antara suku Melayu dibantu suku Dayak melawan suku Madura ternyata
bukannya menemui jalan penyelesaian namun sebaliknya semakin memanas. Perselisihan di
antara dua kubu seperti tidak berkesudahan, dendam yang melekat pada suku-suku tersebut
semakin lama semakin besar. Pemerintah pun belum menemukan jalan yang tepat untuk
mendamaikan suku yang bertikai. Sebagai akumulasi pertikaian tersebut, pecahlah kerusuhan
besar-besaran di Kabupaten Sambas pada tahun 1999. Konflik besar yang memberikan dampak
luar biasa bagi kehidupan masyarakat Sambas bahakan masyarakat Kalimantan Barat.
ANALISIS RESIKO
Dari ketiga hal tersebut diatas, konflik antara suku melayu dan Madura relative sering terjadi.
Dampak yang terjadi pada konflik etnis di Sambas diantaranya :
1. Dammpak Lingkungan : dampak yang terjadi diantaranya adalah rusaknya rumah
warga, fasilitas umum, akses jalan terganggu dan menimbulkan kerugiaan materil yang
cukup besar..
2. Dampak Ekonomi : karena akses jalan yang tertutup akibat konflik, kegiatan
perekonomian di kabupaten sambas menjadi terganggu. Tidak ada masyrakat yang berani
bekerja dan berjualan sehingga menimbulkan kerugian materi yang cukup besar
3. Dampak Kesehatan : dampak akibat konflik etnis tersebut menimbulkan banyaknya
masalah kesehatan. Ditempat pengungsian banyak warga yang mengalami sakit seperti
diare, ispa,penyakit kulit karena kurang mendapat air bersih, dehidrasi, dan banyak yang
terpisah dengan keluarganya akibat konflik antar etnis tersebut.

PROGRAM PERSIAPAN PRA-BENCANA


Persiapan sebelum terjadinya bencana merupakan sebuah tahapan yang sangat penting
karena disinilah program program edukasi dapat dijalankan agar kapasitas masyarakat di daerah
tersebut meningkat. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk persiapan menghadapi
bencana konflik etnis di kabupaten Sambas
1. Pengumpulan data, pembuatan peta, penyusunan rencana teknis pengendalian konflik
2. Penyusunan prioritas penanganan daerah rawan konflik
3. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-informasi, baik dari
Pemerintah maupun Pemerintah Daerah, berkaitan dengan masalah konflik antar etnis
4. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus;
5. Penyebarluasan informasi daerah rawan konflik, ancaman/bahaya, dan tindakan yang
harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana;
6. community Based Disaster Management, siklus penanganan konflik berada di Tahap
Pasca-Darurat dengan tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi.
7. Mempersiapkan tempat pengungsian, dapur umum yang aman,bersih,dengan fasilitas
yang memadai
8. Penyediaan bahan-bahan untuk keadaan darurat, seperti: bahan-bahan sembako,obatobatan,air bersih, kamar mandi darurat. Balai kesehatan darurat, dan hal-hal lain yang
diperlukan
9. Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: truk pengangkut pengungsi,
ambulance dan lain-lain.
10. Strategi pengendalian konflik etnis
a) Dengan Community Based Disaster Management, siklus penanganan konflik berada di
Tahap Pasca-Darurat dengan tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi.
b) Pekerja sosial memiliki keterampilan Establishing partnership, kemampuan ini
menunjukan kemampuan pekerja sosial dalam mengajak klien maupun orang-orang atau
sistem sosial yang terkait dalam usaha pemecahan masalah.
c) Pekerja sosial memiliki fungsi sebagai mediator, dimana berfungsi memberikan layanan
mediasi jika klien mengalami konflik dengan pihak lain atau orang lain agar dicapai
kesesuaian antara tujuan dan kesejahteraan diantara kedua belah pihak.
d) Disiapkannya tenaga kesehatan untuk korban/pengungsi
e) Dalam tahap Pasca Darurat (rehabilitasi dan rekonstruksi), pekerja sosial dapat berperan
sebagai Pembimbing Sosial Kelompok, yang berfungsi memberikan intervensi pada
sejumlah klien yang berkumpul dan berbagi berbagai isu (topik yang mereka minati)
melalui pertemuan yang teratur dan kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan yang

telah disusun bersama. Didalam perkumpulan ini pekerja sosial mempertemukan antar
etnis madura dan melayu untuk saling memahami latar belakang etnis masing-masing dan
saling berbagi nilai, agar mereka lebih menghargai satu sama lain.
f) Masyarakat Indonesia diharapkan dapat membangun jati dirinya sebagai
masyarakat yang dapat saling menghargai dan menerima perbedaan, baik
perbedaan suku, ras, agama, wilayah maupun ekonomi.
g) Diharapkan ketegasan dari aparat agar selalu memprioritaskan untuk menjaga
harmoni kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk. Menyikapi peristiwa
Sambas, TNI dan Polri telah menjalankan perannya sebagai penyelaras demi
tercapainya titik temu antara kelompok masyarakat yang bertikai.
h) Warga setiap suku bangsa hendaknya menanamkan rasa saling menghargai satu
sama lain.
i) Seluruh masyarakat Indonesia diharapkan dapat mengaplikasikan semboyan
Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan bernegara.
j) Peningkatan peran masyarakat Peningkatan peran serta masyarakat diwujudkan dalam:
Menjaga keharmonisan antar dua suku
Saling menghargai antar dua suku
Menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku
Tidak menyelesaikan masalah dengan emosi. Apabila ada masyalah
diselesaikan dahulu secara musywarah dan secara kekeluargaan

k) Pengaturan untuk mengurangi dampak konflikterhadap masyarakat


penyediaan informasi dan pendidikan;
rehabilitasi, rekonstruksi, dan/atau pembangunan fasilitas umum;
melakukan penyelamatan, pengungsian, dan tindakan darurat lainnya;

PROGRAM SAAT TERJADI BENCANA


Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk persiapan yang dilakukan saat bencana
terjadi konflik etnis di Sambas
1. Penyelenggaraan piket di setiap pengungsian
2. Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood warning system)
a) Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik pantau.

b) Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat siaga kepada


dinas/instasi terkait, untuk kemudian diinformasikan kepada masyarakat sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional Banjir.
3. Peramalan banjir
Banjir dapat dilakukan dengan cara: analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall
runoff relationship), metode perambatan banjir (flood routing), dan metode lainnya.
4. Komunikasi
Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian informasi dan pelaporan,
dapat menggunakan radio komunikasi, telepon, faximili, dan sarana lainnya.

5. Gawar/Pemberitaan
Pemberitaan Banjir (Pemberitaan) Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine,
kentongan, dan/atau sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos pengamatan
berdasarkan informasi dari posko banjir.
6. Penanggulangan Bencana Banjir
Mitigasi ancaman bahaya banjir dilakukan agar keadaan darurat yang ditimbulkan oleh
bahaya banjir dapat diringankan atau dijinakan efeknya melalui:
a) Pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengendalian banjir.
b) Perlindungan sumberdaya air dan lingkungan.
c) Tanggap Darurat Tanggap darurat ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
mengatasi keadaan darurat akibat banjir, dilakukan dengan cara:
1) mengerahkan sumber daya, seperti: personil, bahan banjiran, peralatan, dana
dan bantuan darurat;
2) menggerakkan masyarakat dan petugas satuan tugas penanggulangan bencana
banjir;
3) mengamankan secara darurat sarana dan prasarana pengendali banjir yang
berada dalam kondisi kritis; dan
4) mengevakuasi penduduk dan harta benda.

PROGRAM REHABILITIASI PASCA-BENCANA

Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana sumber daya air serta lingkungan
akibat bencana banjir kepada fungsi semula, melalui:
a. Pemulihan kembali pemukiman penduduk, prasarana umum, bangunan pengendal
banjir, dan lain-lain.
b. Pengembalian penduduk ke tempat semula.
c. Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan banjir.
d. inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumber daya air,
kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan;
e. merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa: rehabilitasi,
rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya air; dan
f. penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana banjir.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana Peralatan dan bahan dalam rangka pengendalian banjir terdiri dari:
a. peralatan komunikasi (antara lain: radio komunikasi, telepon, faksimili);
b. perlengkapan kerja penunjang (antara lain: sekop, gergaji, cangkul, pompa air);
c. perlengkapan untuk evakuasi (antara lain: tenda darurat, perahu karet, dapur umum,
obat obatan);
Pembiayaan
Dalam pengendalian banjir, diperlukan alokasi dana yang diupayakan selalu tersedia.
Dana yang diperlukan tersebut harus dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber dari
APBN, APBD, atau sumber dana lainnya.

Anda mungkin juga menyukai