Anda di halaman 1dari 110

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI ISCHEMIC HEART DISEASE DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT

PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2008-MEI 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi

Oleh : Maria Laksmi Parahita NIM : 068114027

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI ISCHEMIC HEART DISEASE DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2008-MEI 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi

Oleh : Maria Laksmi Parahita NIM : 068114027

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

ii

iii

HALAM MAN PERSEMBAHA AN

Semua p indah tepat pa waktu pasti ada unya, kare Tuhan selalu pu ena n unya rencana y dasya untuk masing-ma uma r yang at m asing atnya.

Kuper K rsemba ahkan karya ini un : k ntuk


ya te ang ercinta Bap dan Ibuta pak n -ku
adik kku Al lmamate erku

iv

PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan bimbinganNya yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi yang berjudul : Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam penyelesaian jenjang studi untuk meraih gelar Sarjana Farmasi di Universitas sanata Dharma Yogyakarta. Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan perhatian orangorang di sekitar penulis. Untuk itu tidak lupa penullis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada : 1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji yang telah banyak membantu dan memberi dukungan yang sangat berarti dalam proses penyusunan skripsi ini. 2. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing, memberi dukungan, semangat, gagasan dan kritik yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku penguji yang telah banyak membantu dan memberi dukungan yang sangat berarti bagi penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

vi

4. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih penulis untuk melakukan penelitian 5. Kepala beserta Staf

atas ijin yang diberikan kepada

bagian personalia Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta atas segala bantuan dan dukungannya. 6. Kepala dan Staf Bagian Pelayanan Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini. 7. Bapak Ignasius Suwarto dan Ibu Fransiska A Sudjarwati atas cinta dan kasih sayangnya serta perjuangannya yang sepenuh hati. 8. Saudara laki-lakiku Dominiko Laksma Paramestha yang selalu mau membantu penulis dalam segala hal. 9. Seluruh keluarga besarku atas doanya. 10. Saudara yang sekaligus partnerku dalam pembuatan skripsi, Anastasia Aprilistyawati atas segala bantuannya mendengarkan keluh kesah, dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Gayatri Kusuma Wardani, Dewi Prasetyaningrum, Maria Evangeli dan Swastika Maharani yang selalu memberi semangat dan menemani dalam proses penting ini. 12. Sahabat-sahabatku Lulu, Dotie, Vica, Nimoo, Nee, Dissa, Shinta Sita, Adit, Reno, Robi kebersamaan, semangat dan dukungannya yang hebat. 13. Seluruh teman-teman Farmasi khususnya angkatan 2006 kelas A, atas lingkungan yang nyaman dalam proses belajar yang mengesankan.

vii

14. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala ketidaksempurnaan tersebut, dan dengan lapang dada penulis akan menerima kritik, koreksi, dan saran dalam berbagai bentuk dari pihak lain guna menjadikan skripsi ini lebih baik. Pada akhirnya, penulis berharap semoga keseluruhan isi skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 16 Januari 2010 Penulis

viii

INTISARI Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme kronis ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Ischemic Heart Disease (IHD) adalah salah satu komplikasi makrovaskular yang biasa terjadi pada pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penatalaksanaan terapi pada pasien DM komplikasi IHD. Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang menggunakan data retrospektif di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan jumlah pasien dengan umur 6069 tahun sebanyak 33,3%. Komplikasi penyerta terbanyak adalah dislipidemia (33,3%). Penyakit penyerta yang banyak dialami pasien adalah radices dentist (27,7%). Kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah obat hormonal (100%), obat kardiovaskuler (94,4%). Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah golongan nitrat (77,7%) dan biguanida (66,6%). Dari hasil evaluasi Drug Related Problems (DRPs), terdapat 13 kasus dengan DRPs, yaitu sebanyak 11 kasus butuh tambahan obat, Adverse drug reaction sebanyak 2 kasus, obat tidak tepat sebanyak 2 kasus dan tidak perlu obat terapi sebanyak 2 kasus. Keadaan pasien pulang adalah membaik sebanyak 88,8%, dan lama inap pasien diabetes melitus komplikasi IHD yang paling banyak adalah 8-14 hari (66,6%). Kata kunci : diabetes melitus, ischemic heart disease, drug related problems

ix

ABSTRACT Diabetes mellitus is one of the endocrine disease. Ischemic heart disease is common complication in diabetes mellitus that causes cardiovascular disase and complication which can increase risk of death on patient diabetes mellitus. The research was non experimental method with description and evaluation research program and collected the data from medical record sheet retrospectively. The research was done to evaluate the therapy management and its drug related problems (DRPs) in 18 diabetes mellitus with ischemic heart disease complication patient. The result showed that patien distribution was 33,3% of 6069 years, complication other than ischemic heart disease was dislipidemia (33,3%), and another disease is radices dentist (27,7%). The drug therapy classes of the diabetes mellitus with ischemic heart disease patient were cardiovascular system 94,4%; nitrat 77,7%; and hormonal therapy 100%; biguanida 66,6%. The DRPs evaluation in this research showed that 11 patients need for additional drug therapy, 2 patients adverse drug reaction 2 patients unneccesary therapy, and 2 patients wrong drug. Key words : diabetes mellitus, ischemic heart disease, drug related problems

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... i ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v PRAKATA ........................................................................................................ vi INTISARI .......................................................................................................... ix ABSTRACT ........................................................................................................ x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix BAB. I PENGANTAR ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1. Permasalahan ................................................................................... 3 2. Keaslian Penelitian .......................................................................... 4

3. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5 B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5 1. Tujuan Umum .................................................................................. 5 2. Tujuan Khusus ................................................................................. 5 BAB. II PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................. 7

xi

A. Diabetes Melitus ...................................................................................

1. Definisi, Tanda dan Gejala .............................................................. 7 2. Etiologi ............................................................................................ 3. Faktor Resiko .................................................................................. 8 9

4. Patofisiologi ..................................................................................... 10 5. Diagnosis ......................................................................................... 12 6. Komplikasi Diabetes Melitus ......................................................... 14

B. Ischemic Heart Disease ......................................................................... 15 1. Definisi, Tanda, dan Gejala ............................................................. 15 2. Etiologi ............................................................................................ 16 3. Faktor Resiko .................................................................................. 16 4. Patofisiologi ..................................................................................... 18 5. Diagnosis ......................................................................................... 20 C. Penatalaksanaan ..................................................................................... 21 1. Tujuan .............................................................................................. 21 2. Sasaran Terapi ................................................................................. 21 3. Strategi Terapi ................................................................................. 21 D. Drug Related Problem (DRPs) .............................................................. 26 E. Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan (SOAP) .......... 28 F. Keterangan Empiris ............................................................................... 29 BAB. III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 30 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 30 B. Definisi Operasional .............................................................................. 30

xii

C. Subyek Penelitian .................................................................................. 32 D. Bahan Penelitian .................................................................................... 33 E. Lokasi Penelitian ................................................................................... 33 F. Jalannya Penelitian ................................................................................ 33 G. Analisis Hasil ........................................................................................ 35 H. Kesulitan Penelitian ............................................................................... 36 BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 38 A. Profil Pasien .......................................................................................... 38 1. Persentase Umur .............................................................................. 38 2. Persentase Komplikasi Penyerta ..................................................... 39 3. Persentase Penyakit Penyerta .......................................................... 41 B. Profil Penggunaan Obat ......................................................................... 43 1. Kelas Terapi .................................................................................... 43 2. Golongan Obat ................................................................................ 44 C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) ............................................. 55 D. Outcome Terapi ..................................................................................... 62 E. Rangkuman Pembahasan ....................................................................... 64 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 67 A. Kesimpulan ............................................................................................ 67 B. Saran ...................................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69 LAMPIRAN ...................................................................................................... 73 BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 91

xiii

DAFTAR TABEL Tabel I Tabel II Tabel III Tabel IV Faktor Risiko Untuk Diabetes Tipe 2 .................................... Kriteria Diagnosis Diabetes ................................................... Faktor Resiko Mayor pada Ischemic Heart Disease ............. Derajat Angina Menurut Canadian Cardiovascular Society .................................................................................... Tabel V Tabel VI Tabel VII Target Penatalaksanaan Diabetes Melitus ............................. Kategori DRP dan Kemungkinan Penyebabnya .................... Persentase Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease dengan Penyakit Penyerta di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 .......................................... Tabel VIII Persentase Penggunaan Obat Kardiovaskular pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 ....................... Tabel IX Persentase Penggunaan Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 ....................................................................................... Tabel X Persentase Penggunaan Obat Infeksi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di 47 45 41 20 26 27 10 13 18

xiv

Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 .......................................... Tabel XI Persentase Penggunaan Obat Saluran Nafas pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 ....................... Tabel XII Persentase Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 ....................... Tabel XIII Persentase Penggunaan Obat Nutrisi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 .......................................... Tabel XIV Persentase Penggunaan Obat Susunan Saraf Pusat pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 ....................... Tabel XV Persentase Penggunaan Obat Saluran Cerna pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 ....................... Tabel XVI Persentase Penggunaan Obat Skelet dan Sendi pada Pasien 53 53 52 51 50 49

xv

Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 ....................... Tabel XVII Persentase DRP yang teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 .......................................... Tabel XVIII Kasus Butuh Tambahan Obat yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 ....................... Tabel XIX Kasus Adverse drug reaction yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 ....................... Tabel XX Kasus Tidak Perlu Obat Terapi yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 ....................... Tabel XXI Kasus Obat Tidak Tepat yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 .......................................... 61 60 59 57 56 54

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

(A). Gambaran normal EKG; (B). Potongan gelombang PR, QRS, dan QT ................................................................. 20

Gambar 2

Distribusi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Berdasarkan Kelompok Umur di Instalasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009................................................................... 39

Gambar 3

Distribusi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Berdasarkan Komplikasi Penyerta di Instalasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009...................................................... 40

Gambar 4

Diagram Kelas Terapi Obat yang Digunakan pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart di Instalasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009................................................................... 43

Gambar 5

Persentase Outcome Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 .......... 63

Gambar 6

Persentase Lama Inap Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 .......... 64

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Analisis SOAP pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 .................................73

xviii

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik, yang membuat penderita DM tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi kelebihan gula dalam darah. Apabila kadar glukosa darah tidak bisa dikendalikan, penyakit ini menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal, baik komplikasi akut maupun kronis. Di negara berkembang seperti di Indonesia, diabetes melitus sampai saat ini masih merupakan faktor yang terkait sebagai penyebab kematian sebanyak 4 - 5 kali lebih besar dibandingkan dengan penyakit lainnya. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia (Soegondo, 2006). WHO juga mengestimasi bahwa pada tahun 2000 terdapat 5,6 juta masyarakat Indonesia yang menderita diabetes, tetapi pada kenyataannya terdapat 8,2 juta penduduk Indonesia yang menderita diabetes. Diabetes melitus adalah penyakit yang diderita seumur hidup yang berjalan lambat, dan menyebabkan progresivitas penyakit semakin meningkat, yang pada akhirnya dapat menimbulkan komplikasi, baik komplikasi

makovaskular maupun komplikasi mikrovaskular, bahkan saat ini diabetes melitus dianggap setara dengan penyakit jantung, yang menyebabkan kematian terbanyak di banyak negara.

Ischemic

Heart

Disease

(IHD)

adalah

salah

satu

komplikasi

makrovaskular yang sering terjadi pada pasien DM, yang terjadi karena penyempitan pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yang menyebabkan suplai darah menuju jantung menjadi terhambat. Menurut National Institute of Health, IHD merupakan salah satu penyebab kematian pada pasien diabetes yaitu sebesar 65%. Pasien diabetes memiliki risiko kematian 2 sampai 4 kali lipat lebih besar karena kelainan jantung dibandingkan pasien tanpa diabetes. (Ronald, 2008). Diabetes komplikasi IHD yang terlambat dalam penanganannya dapat menyebabkan kematian yang mendadak pada pasien, sehingga IHD sering disebut dengan silent killer. Penatalaksanaan pasien diabetes dengan komplikasi IHD bertujuan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah, seperti infark miokard, penyakit jantung koroner dan gagal jantung, serta mencegah timbulnya serangan kembali yang menyebabkan kondisi pasien lebih buruk. Oleh karenanya penggunaan obat pada pasien DM dengan komplikasi IHD harus sangat diperhatikan. Pemilihan obat harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes, serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit lain dan komplikasi yang terjadi (Muchid, 2005). Penatalaksanaan diabetes dengan terapi obat dapat menimbulkan masalah-masalah terkait obat yang dialami pasien. Aktivitas untuk meminimalkannya merupakan bagian dari proses pelayanan kefarmasian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang

penatalaksanaan terapi meliputi profil pasien, profil peresepan yang digunakan

pasien, dan melihat ada tidaknya drug related problems (DRPs) pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih periode Januari 2008 sampai dengan Mei 2009, dan mengevaluasi terapi serta melihat hasil terapinya pada pasien. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) karena terdapat banyak pasien diabetes komplikasi IHD. Selain itu, RSPR adalah salah satu rumah sakit besar yang memiliki pelayanan rawat inap yang dapat memberikan terapi kepada pasien diabetes melitus komplikasi IHD. Pemilihan pasien rawat inap karena terapi pada pasien rawat inap lebih terkontrol dan relatif lebih mudah dalam pengamatan yang menggambarkan kemajuan terapi. 1. Permasalahan a. Bagaimana profil pasien meliputi umur, komplikasi, dan penyakit penyerta pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009? b. Bagaimana profil pengobatan meliputi kelas terapi, golongan obat, dan jenis obat yang diberikan pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009? c. Apa sajakah jenis kasus drug related problems yang teridentifikasi pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009?

d. Bagaimana outcome terapi pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009? 2. Keaslian Penelitian Berdasarkan informasi dan data yang ditelusuri di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, penelitian berjudul Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2008 Mei 2009 belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang serupa sudah banyak diteliti oleh peneliti lain, namun penelitian ini berbeda dalam hal, subyek dan waktu penelitian. Penelitian yang telah dilakukan antara lain a. Nadeak (2000) tentang pola penggunaan antidiabetika oral bagi pasien diabetes melitus rawat jalan di RS Betesdha Yogyakarta periode 1998 b. Triastuti (2004) tentang gambaran peresepan obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 di instalasi rawat inap RS dr. Sardjito Yogyakarta periode 2001-2002 c. Utomo (2005) tentang gambaran penatalaksanaan diabetes melitus pada pasien rawat inap rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta periode bulan Juli-Desember 2003 d. Fransisca (2007) tentang evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus dengan komplikasi stroke di instalasi rawat inap RS Panti Rapih Yogyakarta periode tahun 2005

e. Larasati (2008) tentang evaluasi drug related problems pada peresepan pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi Ischemic Heart Disease di instalasi rawat inap RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2005-Desember 2007. 3. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada RS Panti Rapih Yogyakarta dalam penerapan pelayanan kefarmasian khususnya pada upaya peningkatan kualitas peresepan pada terapi pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD). B. Tujuan 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi drug related problems (DRPs) pada peresepan pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui profil pasien meliputi umur, komplikasi, dan penyakit penyerta pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009. b. Mengetahui profil pengobatan meliputi kelas terapi, golongan obat, dan jenis obat yang diberikan pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009. c. Mengetahui apa saja jenis kasus drug related problems yang teridentifikasi pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009. d. Mengetahui outcome terapi pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi, Tanda dan Gejala Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO,1999). Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin dibutuhkan untuk memproses karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Soegondo, 2006). Insufisiensi fungsi insulin ini dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO,1999). Secara normal kadar gula darah sepanjang hari bervariasi. Gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Diabetes melitus ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemik kronik karena ganggguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein serta meningkatnya risiko terkena penyakit vaskular. Gejala-gejala dari diabetes melitus adalah banyak makan atau polipagi, namun tidak menunjukkan tanda-tanda penambahan berat badan, banyak dan

sering minum atau polidipsi, namun badan tetap terasa lemas, banyak kencing atau poliuria, kadar gula darah diatas normal, yaitu lebih dari 140 mg/dl untuk gula darah 2 jam post prandial dan 100 mg/dl untuk gula darah puasa, pada dua kali pemeriksaan terpisah pada kadar glukosa darah puasa (Corwin, 2001). Penderita diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi (Soegondo, 2006). 2. Etiologi Klasifikasi DM dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, dan diabetes gestasional. a. Diabetes Melitus tipe 1 Diabetes melitus tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin, pada awalnya diagnosa biasa dilakukan pada anak-anak, remaja atau dewasa muda. Pada diabetes ini, sel beta pankreas tidak dapat membuat insulin. Diabetes tipe 1 biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk, berusia kurang dari 30 tahun (Anonim, 2009). b. Diabetes Melitus tipe 2 Diabetes melitus ini tipe yang tidak tergantung pada insulin. Diabetes melitus ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada atau kurang (Anonim, 2003). c. Diabetes Gestasional Diabetes ini terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke status

nondiabetes setelah kehamilan berakhir. Namun, risiko mengalami diabetes tipe 2 pada waktu mendatang lebih besar daripada normal. Wanita yang mengidap diabetes gestasional mungkin sudah memiliki gangguan subklinis pengontrolan glukosa bahkan sebelum diabetesnya muncul (Corwin, 2001). Diabetes gestasional dapat menimbulkan efek negatif pada kehamilan dengan meningkatkan risiko malformasi congenital, lahir mati dan bayi bertubuh besar, yang dapat menimbulkan masalah pada persalinan (Corwin, 2001). 3. Faktor Risiko Faktor risiko diabetes melitus adalah : a. faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah ras, etnik, riwayat keluarga dengan diabetes,usia >45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional, riwayat berat badan lahir rendah <2,5 kg b. faktor risiko yang dapat diperbaiki adalah berat badan lebih dapat dilihat dari indeks massa tubuh > 23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi dengan tekanan darah >140/90 mmHg, dislipidemia dengan kadar HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl, diet tinggi gula rendah serat c. faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita sindrom ovarium polikistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu atau glukosa darah puasa terganggu, riwayat penyakit kardiovaskular seperti stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung, pembuluh darah arteri kaki (Triplitt, 2005).

10

Tabel I Faktor Risiko Untuk Diabetes Tipe 2 (Muchid, 2005)


Riwayat Diabetes dalam keluarga Diabetes Gestasional Melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg Kista ovarium (Polycystic ovary syndrome) IFG (Impaired fasting Glucose) atau (Impaired glucose tolerance) 20-59 tahun : 8,7% > 65 tahun : 18% >140/90mmHg Kadar HDL rendah <35mg/dl Kadar lipid darah tinggi >250mg/dl Kurang olah raga Pola makan rendah serat

IGT

Umur Hipertensi Hiperlipidemia Faktor-faktor Lain

4. Patofisiologi Diabetes melitus adalah penyakit dimana tubuh tidak dapat memproduksi atau tidak dapat menggunakan dengan baik insulin. Insulin adalah hormon yang diproduksi di pankreas, organ yang letaknya dekat dengan perut. Insulin ini dibutuhkan untuk mengubah gula dan makanan yang lain menjadi energi. Insulin juga menyimpan asupan glukosa atau produksi glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glukoneogenesis ini mencegah hiperglikemia. Ketika seseorang memiliki diabetes, tubuhnya tidak dapat membuat cukup insulin atau tidak menggunakan insulin seperti yang seharusnya atau keduanya. Hal ini dikarenakan banyaknya gula yang ada di dalam darah. Dalam keadaan normal, setelah makan kadar gula darah akan meningkat, hal ini akan merangsang pengeluaran hormon insulin. Insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di

11

dalam sel. Insulin ini bertugas menurunkan kadar gula darah yang sempat naik karena makan. Diabetes tipe 2 terjadi karena resistensi insulin, yaitu kondisi di mana sensitivitas insulin menurun. Sensitivitas insulin adalah kemampuan dari hormon insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan menekan produksi glukosa hepatik dan menstimulasi pemanfaatan glukosa di dalam otot skelet dan jaringan (Adnyana, 2001). Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Gejala khas pasien DM tipe 2 adalah polidipsi, poliphagi dan poliuria. Pada pasien DM, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, yang membuat kadarnya dalam darah meningkat. Glukosa yang bersifat osmotik, menyebabkan osmolaritas dalam darah meningkat sehingga akan menarik air dalam sel dan menyebabkan filtrasi ke ginjal meningkat, hal tersebut menyebabkan poliuria, sehingga sebagai kompensasinya pasien merasa selalu haus (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan meningkat (poliphagi), selain itu, tidak adanya pemasukan glukosa pada sel membuat penderita DM selalu merasa lapar (Kustiyanto, 2009). DM tipe 2 terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes, dan biasanya ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak bebas, peningkatan produksi glukosa hepatik, dan penurunan pengambilan glukosa pada otot skelet. Disfungsi sel mengakibatkan gangguan pada pengontrolan glukosa

12

darah. DM tipe 2 lebih disebabkan karena gaya hidup penderita diabetes (kelebihan kalori, kurangnya olah raga, dan obesitas) dibandingkan pengaruh genetik (Sukandar, 2008). Pada diabetes tipe 1 penanganan glukosa yang normal terjadi sebelum penyakit muncul. Dengan munculnya diabetes tipe 1, yang tidak atau sedikit mengeluarkan insulin, kadar glukosa meningkat, karena tanpa insulin glukosa tidak dapat masuk kedalam sel. Pada saat yang sama hati melakukan glukoneogenesis (sintesis glukosa baru) menggunakan substrat yang yang tersedia berupa asam amino, asam lemak dan glikogen. Substrat-substrat ini mempunyai konsentrasi yang tinggi dalam sirkulasi karena efek katabolik glukagon tidak dilawan oleh insulin. Hal ini menyebabkan sel-sel mengalami kelaparan walaupun kadar glukosa sangat tinggi. Pembentukan energi yang hanya mengandalkan asam-asam lemak menyebabkan produksi berbagai keton oleh hati meningkat. Keton bersifat asam sehingga pH plasma turun (Triplitt, 2005). 5. Diagnosis Kriteria diagnosis DM menurut ADA 1998 (Triplitt, 2005) adalah sebagai berikut, a. kadar glukosa sewaktu yang lebih dari 200 mg/dl adalah pemeriksaan kadar glukosa darah setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makan terakhir b. kadar glukosa puasa yang lebih dari 126 mg/dl adalah pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan setelah sebelumnya tidak terdapat masukan kalori selama minimal 8 jam

13

c. tes toleransi glukosa oral (Oral Glucose Toleransi Test atau OGTT) dilakukan dengan menggunakan beban glukosa 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam air sebelum melakukan tes ini. Seseorang dapat didiagnosa DM jika kadar glukosa darah 2 jam post prandial 200 mg/dl. Peningkatan hemoglobin terglikosilasi digunakan untuk memberi indikasi keefektifan pengontrolan glukosa darah dalam 2-4 bulan terakhir . Apabila terdapat hiperglikemia kronik, maka kadar hemoglobin terglikosilasi meningkat. Diabetes yang tidak terkontrol memperlihatkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang tertinggi, yang mungkin lebih besar daripada 10% (Corwin, 2001). Jika kadar glukosa darah tidak normal tapi belum termasuk kriteria diagnosis untuk diabetes, maka keadaan ini disebut sebagai toleransi glukosa terganggu atau Impaired Glucose Tolerance (IGT). Seseorang dengan IGT mempunyai risiko terkena diabetes tipe 2 jauh lebih besar dari pada orang biasa. Apabila kadar glukosa darah puasa antara 111 sampai 125 mg/dl, disebut keadaan glukosa puasa yang terganggu atau Impaired Fasting Glucose (IFG). Tabel II Kriteria Diagnosis Diabetes (Triplitt, 2005)
Kategori Normal Pre-diabetes (IFG atau IGT) Diabetes Melitus Puasa <100 mg/dl 100-125 mg/dl 126 mg/dl 2 jam sesudah makan <140 mg/dl 140 - 199 mg/dl 200 mg/dl

Perlu perhatian khusus bagi penderita yang berusia di atas 65 tahun, sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa dan jangan setelah makan karena usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.

14

6. Komplikasi Diabetes Melitus a. Komplikasi Mikrovaskuler Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi diabetes melitus yang meliputi pembuluh darah kecil, dan banyak terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil (Muchid, 2005). 1) Retinopati Ancaman paling serius terhadap penglihatan adalah retinopati, atau kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen (Corwin, 2001). Makin lama DM diderita makin tinggi kemungkinan terjadinya retinopati. Risiko menderita Retinopati DM tinggi yaitu 60% pada penderita yang menderita DM > 15 tahun (Permana, 2009). 2) Nefropati Bagian ginjal yang paling parah mengalami kerusakan adalah glomerolus. Akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang, glomerulus yang juga seperti sebagian besar kapiler lainnya, akan menebal dan menghambat aliran darah. Terjadi hipertrofi ginjal akibat peningkatan kerja ginjal pada penderita diabetes kronik untuk menyerap ulang glukosa (Corwin, 2001). 3) Neuropati Neuropati terjadi akibat adanya kerusakan pada pembuluh darah kecil yang memberi nutrisi pada perifer dan metabolisme gula yang abnormal (Triplitt, 2005).

15

b. Komplikasi Makrovaskuler Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi diabetes melitus yang meliputi pembuluh darah besar. Komplikasi ini lebih sering dirasakan oleh penderita DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Komplikasi makrovaskuler timbul terutama akibat aterosklerosis dan ikut berperan dalam menyebabkan gangguan aliran darah, timbulnya penyakit jangka panjang, dan peningkatan mortalitas (Corwin, 2001). Komplikasi makrovaskuler ini meliputi penyakit pembuluh darah, gagal jantung, jantung koroner, infark miokard, dan kematian mendadak (Triplitt, 2005). B. Ischemic Heart Disease (IHD) 1. Definisi, Tanda dan Gejala Ischemic heart disease (IHD) atau yang sering juga disebut coronary artery disease (CAD) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung (Cavallari, 2008). Sumbatan tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan oksigen otot jantung yang dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah yang terkena sehingga fungsinya terganggu (Kustiyanto, 2009). Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Jika kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, maka arteri-arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau

16

menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon kebutuhan oksigen, maka akan terjadi iskemia (Corwin, 2001). Kedua tipe diabetes, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2 memiliki resiko yang sama dalam terjadinya komplikasi Ischemic Heart Disease (Grundy, 1999). Iskemia ini terjadi karena aterosklerosis pada arteri koroner yang umum terjadi pada pasien diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2 diabetes, namun iskemia yang terjadi pada pasien diabetes sering tidak dirasakan oleh pasien, karena pasien diabetes memiliki saraf yang kurang peka terhadap rasa nyeri yang timbul karena iskemia (Grundy, 1999). Angina pektoris merupakan manifestasi klinik yang sering dijumpai pada IHD ini, biasanya dirasakan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa mengencang, atau rasa nyeri di seluruh dada, terutama di belakang tulang dada. Rasa nyeri ini sering menjalar ke bagian leher, rahang, lengan, bahu, atau bahkan gigi (Anonim, 2009a). 2. Etiologi Angina pektoris yang merupakan manifestasi klinik yang sering terjadi pada IHD dibagi menjadi angina stabil, angina prinzmetal dan angina tidak stabil. Pada angina stabil, gejala hanya dirasakan saat aktivitas dan segera berkurang dengan istirahat, sedangkan pada angina tidak stabil, gejala muncul secara tibatiba baik saat aktivitas ringan maupun saat istirahat (Davey, 2006). 3. Faktor Risiko Faktor risiko dari ischemic heart disease adalah a. diabetes melitus

17

Diabetes melitus sudah sejak lama dikenal sebagai faktor risiko independen yang dapat menyebabkan berbagai macam kelainan kardiovaskular. Diabetes dapat mempengaruhi otot jantung secara independen melalui keterlibatan aterosklerosis dini arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung iskemik (Grundy, 1999) b. hiperlipoproteinemia Semakin banyak lipoprotein yang beredar dalam darah, akan semakin besar kemungkinan bagi mereka untuk memasuki dinding arteri. Bila dalam jumlah besar maka akan melampaui kemampuan sel otot polos untuk memetabolismenya sehingga lemak akan terakumulasi pada dinding arteri (Kustiyanto, 2009) c. hipertensi Hipertensi merupakan faktor risiko yang paling penting dalam penyakit kardiovaskular. Hipertensi memperparah terjadinya aterosklerosis. Tekanan darah yang tidak terkontrol, akan memperparah kondisi aterosklerosis pasien yaitu dengan cara menyebabkan perlukaan secara mekanis pada sel endotel di tempat yang mengalami tekanan tinggi (Braverman, 2009) d. obesitas Obesitas dapat menyebabkan aterosklerosis, hipertensi, hiperlipidemia dan diabetes tipe 2, dan berbagai kondisi lainnya e. merokok Nikotin mempunyai efek langsung terhadap arteri koronaria dan platelet darah. Inhalasi karbon monoksida mengurangi kapasitas eritrosit membawa

18

oksigen, dan juga meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium (Kustiyanto, 2009). Tabel III Faktor Risiko Mayor pada Ischemic Heart Disease (Cavallari, 2008)
Modifiable (dapat diubah) Non-modifiable (tidak dapat diubah) Umur 45 tahun atau lebih untuk lakilaki, dan umur 55 tahun atau lebih untuk wanita

Kebiasaan merokok Dislipidemia a. LDL dan kolesterol total yang tinggi b. HDL yang rendah Diabetes Melitus Sejarah keluarga yang mengalami penyakit jantung Hipertensi Tidak pernah berolah raga/tidak pernah melakukan kegiatan fisik Obesitas (body mass index yang lebih besar atau sama dengan 30 kg/m2)

4.

Patofisiologi Aterosklerosis dimulai dengan adanya kerusakan pada sel endotel

pembuluh darah. Kerusakan pada endotelium tersebut membuat lemak, kolesterol, platelet, sampah produk selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya terdeposit pada dinding pembuluh darah. Penumpukan tersebut menyebabkan luka pada pembuluh darah atau terjadi peradangan pada pembuluh darah. Kemudian tubuh akan mengeluarkan peptida-peptida vasoaktif, makrofag dan trombosit yang digunakan untuk pembekuan darah, dan menyebabkan perubahan bentuk permukaan pembuluh darah menjadi menonjol dan permukaannya menjadi kasar (lapisan parut), yang mempersempit rongga pembuluh darah. Pada pasien diabetes melitus terjadi peningkatan aktivitas enzim aldosa reduktase yang diperlukan untuk mengubah glukosa yang tinggi menjadi sorbitol. Peningkatan aktivitas aldosa reduktase menyebabkan peningkatan konversi

19

NADPH yang tereduksi menjadi bentuk teroksidasi yaitu NADP. Pemakaian NADPH akan berakibat menurunnya produksi nitrat oksida (NO) dan antioksidan. Nitrat oksida berfungsi untuk relaksasi otot polos pembuluh darah dan penghambat aktivitas platelet, sehingga jika produksi NO menurun maka dapat menyebabkan terjadinya kekakuan pada otot polos pembuluh darah, dan dapat menyebabkan terjadinya agregasi platelet. Menurunnya produksi antioksidan menyebabkan radikal bebas yang seharusnya didetoksifikasi oleh antioksidan berinteraksi dengan NO menjadi peroksinitrit yang dapat merusak sel endotel pembuluh darah sehingga membuat LDL yang teroksidasi dapat dengan mudah menempel pada pembuluh darah, yang menyebabkan aterosklerosis (Necel, 2009). Penimbunan plak-plak aterosklerosis yang dikarenakan kadar gula darah yang tidak terkontrol semakin lama akan semakin besar, sehingga terjadi penyempitan pada arteri koroner yang merupakan pembuluh nadi yang mengandung oksigen dalam kadar tinggi. Hal ini menyebabkan peningkatan sirkulasi darah sebanyak 2-3 kali lipat akibat olahraga tidak dapat dipenuhi. Keadaan ini disebut iskemia dan manifestasinya dapat berupa angina atau nyeri pada dada akibat kerja jantung yang meningkat (Kustiyanto, 2009). Pada pasien IHD peningkatan tekanan darah sering terjadi, hal ini karena penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan darah yang seharusnya bisa mengalir terhambat oleh adanya aterosklerosis, oleh karenanya jantung akan memompa darah lebih keras, dan hal tersebut menyebabkan kenaikan tekanan darah. Berdasarkan penelitian, semakin tinggi usia pasien maka semakin besar kemungkinan untuk mengalami angina.

20

Tabel IV Derajat Angina Menurut Canadian Cardiovascular Society (Kasper, dkk., 2005)
Derajat Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4 Definisi Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan angina, seperti berjalan. Angina terjadi bila mempercepat atau memperpanjang aktivitas. Angina terjadi saat berjalan atau naik tangga deengan cepat, berjalan menanjak, berjalan atau naik tangga setelah makn, saat dingin, angin, atau dibawah tekanan emosional, atau beberapa jam setelah bangun. Ditandai dengan adanya pembatasan aktivitas fisik. Angina terjadi bila berjalan atau naik satu anak tangga pada langkah normal. Ketidakmampuan untuk melanjutkan aktivitas fisik. Gejala angina dapat pula muncul pada saat istirahat

5.

Diagnosis Elektrokardiogram (EKG) adalah pencatatan aktivitas elektrik otot

jantung, dan dapat mendeteksi otot jantung yang memerlukan oksigen. Elektrokardiogram (EKG) istirahat berguna untuk menunjukkan perubahanperubahan yang ditimbulkan oleh serangan jantung (Anonim, 2009a). Elektrokardiogram EKG ini menunjukkan terjadinya elevasi atau depresi segmen ST pada pasien IHD (Triplitt, 2005). Selain itu, pada pasien IHD biasanya memperlihatkan peningkatan total kolesterol LDL dan penurunan kolesterol HDL, tekanan darah yang tinggi serta kadar glukosa yang meningkat (Cavallari, 2008).

Gambar 1. (A).Gambaran normal EKG; (B).Potongan gelombang PR, QRS, dan QT

21

C. Penatalaksanaan 1. Tujuan Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat dari ischemic heart disease sangat penting untuk mencegah komplikasi serius yaitu mencegah terajadinya penyakit cardiovascular disease atau penyakit jantung koroner seperti infark miokard, aritmia, dan kerusakan jantung, mencegah gejala penyakit, memperbaiki kualitas hidup pasien dan mengurangi risiko kematian (Triplitt, 2005). 2. Sasaran Terapi 1) keseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen 2) kadar glukosa darah 3) komplikasi 4) pola hidup (Triplitt, 2005). 3. Strategi Terapi Strategi terapi pada diabetes melitus dengan komplikasi ischemic heart disease meliputi terapi non farmakologis dan farmakologis. a) Non Farmakologis 1) Pengaturan Diet Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu a. karbohidrat sebesar 60-70%, b. lemak sebesar 20-25%, c. protein sebesar 10-15%.

22

Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup. Sumber lemak yang dikonsumsi diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh (Muchid, 2005). 2) Olah Raga Olah raga yang harus dilakukan bukan olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan, berenang, dan lain sebagainya. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa (Muchid, 2005). b) Farmakologis 1) Terapi Serangan Akut Terapi ini digunakan saat terjadi serangan akut yang terjadi karena kurangnya suplai oksigen untuk jantung. Terapi ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian mendadak pada pasien. a. Nitrat Nitrat menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah, terdapat dalam bentuk short-acting dan long-acting. Sebuah tablet nitrogliserin yang

23

diletakkan di bawah lidah (sublingual) biasanya akan menghilangkan gejala angina dalam waktu 1-3 menit, dan efeknya berlangsung selama 30 menit. Nitrat long-acting yang dikonsumsi secara rutin bisa segera kehilangan kemampuannya untuk mengurangi gejala. Oleh karena itu sebagian besar ahli menganjurkan selang waktu selama 8-12 jam bebas obat untuk mempertahankan efektivitas jangka panjangnya (Anonim, 2008a). b. -blocker Obat beta bloker mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard. Selama melakukan aktivitas, beta bloker membatasi peningkatan denyut jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen. Obat ini tidak boleh diberikan kepada penderita bronkhitis atau asma karena nafas mereka bisa menjadi lebih sesak (Triplitt, 2005). c. Calcium Channel Blocker Obat golongan ini bekerja dengan mengurangi masuknya ion kalsium melalui kanal kalsium ke dalam otot polos, otot jantung, dan saraf. Berkurangnya kadar kalsium bebas menyebabkan berkurangnya kontraksi otot polos pembuluh darah (vasodilatasi), konstraksi otot jantung, serta pembentukan dan konduksi impuls dalam jantung (Triplitt, 2005). 2) Terapi Jangka Panjang Terapi jangka panjang digunakan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah dan mencegah timbulnya serangan angina kembali. Terapi jangka panjang ini meliputi pencegahan terjadinya trombus dan pengontrolan tekanan darah dan kolesterol, karena hal tersebut merupakan faktor yang memicu

24

terjadinya serangan IHD, yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan komplikasi yang lebih parah (Yacob, 2009). a. Aspirin Merupakan obat anti-agregasi platelet yang bekerja dengan menghambat agregasi platelet. Antiplatelet digunakan untuk mengurangi agregasi platelet pada aterosklerosis sehingga mengurangi pembentukan trombus pada sirkulasi arteri yang membuat pembuluh darah semakin sempit (Triplitt, 2005). Penambahan antiplatelet dapat memperlihatkan penurunan risiko terjadinya penyakit jantung koroner maupun kematian pada pasien dengan ischemic heart disease (Cavallari, 2008). b. ACE Inhibitors dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) Jika tidak terdapat kontraindikasi ACE inhibitors dapat dipertimbangkan pada pasien ischemic heart disease yang juga mempunyai penyakit diabetes melitus, riwayat infark miokard atau disfungsi ventrikuler. Angiotensin receptor blocker bisa digunakan jika pasien tidak tahan dengan efek samping dari ACE inhibitors, yaitu batuk kronik (Cavallari, 2008). c. Obat Hipolipidemia Kontrol lipid terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskular sangat penting, karena kadar kolesterol mempengaruhi terjadinya aterosklerosis. Golongan statin dan asam fibrat dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol. Statin digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol total dan kadar LDL, sedangkan asam fibrat digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida dan menaikkan kadar HDL (Sukandar, 2008).

25

3) Terapi untuk menjaga kadar glukosa darah a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Obat Hipoglikemik Oral (OHO) digunakan jika perubahan lifestyle tidak dapat mengendalikan kadar gula darah pada pasien. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) bekerja melalui beberapa cara untuk menurunkan kadar glukosa darah. Obat-obatan ini dapat membantu penyandang diabetes melitus untuk

menggunakan insulinnya sendiri dengan lebih baik dan menurunkan pelepasan glukosa oleh hati. Terdapat beberapa macam OHO untuk mengendalikan glukosa darah penyandang diabetes. Golongan sulfonilurea dan golongan glinid bekerja dengan cara memicu produksi insulin, golongan biguanid (metformin) dan tiazolidindon bekerja dengan meningkatkan kerja insulin, dan golongan penghambat enzim alfa glukosidase (akarbose) bekerja dengan menghambat penyerepan karbohidrat dengan menghambat enzim disakarida di usus. b. Insulin

Terapi insulin digunakan pada pasien diabetes tipe 1 karena sel beta pankreas tidak dapat memproduksi insulin, dan pada diabetes tipe 2 digunakan pada pasien yang sudah mengalami defisiensi insulin. Insulin bekerja dengan membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel.Jenis insulin yang biasa digunakan untuk terapi yakni insulin kerja cepat, insulin kerja pendek, insulin kerja menengah, insulin kerja panjang dan insulin campuran (Soegondo, 2006). c. Terapi Kombinasi

Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak digunakan adalah kombinasi OHO dengan insulin basal (insulin kerja sedang/panjang) yang

26

diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik (Soegondo, dkk., 2006). Tabel V Target Penatalaksanaan Diabetes Melitus (Massing, 2005)
Parameter Kadar Glukosa Darah Puasa Kadar Glukosa Plasma Puasa Bedtime blood glucose Bedtime plasma glucose Kadar Insulin Kadar HbA1c Kadar Kolesterol HDL Kadar Trigliserida Tekanan Darah Kadar Ideal Yang Diharapkan 80120 mg/dl 90130 mg/dl 100140 mg/dl 110150 mg/dl <7 % <7 mg/dl >45 mg/dl (pria), >55 mg/dl (wanita) <200 mg/dl <130/80 mmHg

D.

Drug Related Problems (DRPs)

Farmasi klinik didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh seorang farmasis dalam usahanya untuk mencapai terapi obat rasional yang aman, tepat, dan cost effective. Pharmaceutical care (asuhan kefarmasian) bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien memperoleh terapi obat rasional dan untuk memastikan bahwa terapi yang diberikan adalah yang diinginkan oleh pasien (Muchid, 2005). Drug Related Problems (DRPs) atau Drug Therapy Problems (DTPs) didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diharapkan dialami pasien selama proses terapi dengan obat dan secara aktual maupun potensial bersamaan dengan outcome yang diharapkan (Cipolle, 1998).

27

Dalam pharmaceutical care practice oleh Cipolle (1998) masalah-masalah dalam kajian DRPs ditunjukkan oleh kemungkinan penyebab DRPs yang disajikan dalam tabel VI berikut. Tabel VI Kategori DRPs dan Kemungkinan Penyebabnya
Meliputi 1. Kondisi baru membutuhkan obat. 2. Kondisi kronis (butuh terapi lebih lanjut). 3. Kondisi membutuhkan kombinasi obat. 4. Kondisi dengan risiko dan butuh terapi untuk mencegahnya. Tidak Perlu 1. Tidak ada indikasi untuk keadaan saat itu. Obat Terapi 2. Menelan obat dengan jumlah toksik. 3. Kondisi akibat drug abuse. 4. Lebih baik dengan kondisi non drug. 5. Pemakaian multiple drug padahal cukup dengan single drug terapi. 6. Minum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat dihindarkan. Obat Tidak 1. Kondisi yang menyebabkan obat menjadi tidak efektif. Tepat 2. Alergi obat tertentu. 3. Obat yang diberi bukan yang paling efektif untuk indikasi. 4. Faktor risiko yang kontraindikasi dengan obat. 5. Efektif tetapi bukan yang paling murah. 6. Efektif tetapi bukan yang paling aman. 7. Antibiotika yang diberi resisten terhadap infeksi pasien. 8. Refractory. 9. Kombinasi yang tidak perlu. Dosis Kurang 1. Dosis yang terlalu rendah untuk memberikan respon. 2. Konsentrasi obat yang diberi di bawah therapeutic range. 3. Obat, dosis, rute atau konversi formulasinya tidak cukup. 4. Pemberian terlalu awal. 5. Dosis dan interval tidak cukup. Adverse Drug 1. Diberikan terlalu tinggi kecepatannya. 2. Alergi. Reaction (ADRs) 3. Faktor risiko. 4. Interaksi obat-obat/obat-makanan. 5. Hasil laboratorium berubah akibat obat. Dosis 1. Diberikan terlalu tinggi. Berlebih 2. Kadar serum terlalu tinggi. 3. Dosis terlalu cepat dinaikkan. 4. Akumulasi obat karena penyakit kronis. 5. Obat, dosis, dan rute konversi formula tidak sesuai. 6. Dosis dan interval tidak cukup. Kepatuhan 1. Tidak menerima obat yang sesuai dengan regimen karena medication error. 2. Tidak taat instruksi. 3. Tidak menerima obat karena mahal. 4. Tidak memahami. Kajian Butuh Tambahan Terapi Obat

28

E. Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan ( SOAP) Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan (SOAP) merupakan sarana yang telah lama digunakan untuk mengumpulkan informasi dari medical record. Dengan informasi yang telah terkumpul tersebut dapat membantu untuk menyelesaikan masalah maupun situasi yang kompleks (Kimble, 2005). Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan (SOAP) terdiri dari 1. data subyektif Data subyektif merupakan informasi yang dapat diketahui dari informasi yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga pasien, atau tenaga medis yang merawat pasien. Informasi yang dapat dimasukkan dalam data subyektif ini adalah a) riwayat terkait gejala yang dirasakan, b) keluhan atau gejala yang dirasakan pasien, c) riwayat penyakit, d) alergi, e) riwayat pengobatan (Jones, 2003). 2. data obyektif Data obyektif merupakan informasi yang diketahui berdasarkan hasil observasi. Informasi yang dapat dimasukkan dalam data obyekif adalah a) data vital, b) pemeriksaan fisik, c) konsentrasi obat dalam serum, d) hasil tes diagnosa,

29

e) hasil tes laboratorium (Jones, 2003). 3. penilaian Setelah data subyektif dan obyektif terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menegakkan diagnosa pasien, dan juga dilakukan identifikasi terhadap drug related problems yang mungkin terjadi pada pengobatan sebelumnya (Kimble, 2005). 4. rekomendasi Tahap ini dilakukan dengan memberikan rekomendasi terapi pada pasien yang mengalami kasus yang teridentifikasi DRPs. Selain itu pembelajaran kepada pasien mengenai masalah kesehatan dan pengobatan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan tujuan terapi yang maksimal harus diberikan pada pasien (Kimble, 2005). F. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi drug related problems pada penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus dengan komplikasi ischemic heart disease (IHD) di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2008 Mei 2009.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang menggunakan data retrospektif di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu pada catatan rekam medik pada pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD). Penelitian ini berupa penelitian non-eksperimental karena subyek uji tidak diberi perlakuan. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan pengobatan pada pasien diabetes komplikasi ischemic heart disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih dengan standar medik yang ada. B. Definisi Operasional 1. Pasien rawat inap merupakan pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009. 2. Kategori pasien diabetes melitus adalah pasien yang memiliki kadar gula darah puasa 126mg/dl atau kadar gula darah post prandial (PP) 200mg/dl dan memiliki diabetes melitus pada diagnosa masuk dan diagnosa keluar. 3. Ischemic Heart Disease (IHD) adalah jika hasil EKG pasien menunjukkan perubahan gelombang ST dan gelombang T, dan terdapat kenaikan pada

30

31

faktor-faktor resiko IHD seperti kolesterol total, low density lipoprotein (LDL), kadar glukosa darah, dan penurunan high density lipoprotein (HDL). 4. Komplikasi penyerta adalah penyakit yang menyertai DM komplikasi IHD terkait dengan komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler. 5. Penyakit penyerta adalah penyakit yang menyertai perjalanan penyakit DM komplikasi IHD tetapi bukan termasuk dalam komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler. 6. Lembar medical record merupakan lembar catatan dokter dan perawat yang berisi tentang data klinik pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009. 7. Profil pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) meliputi umur, diagnosis masuk, diagnosis keluar, diagnosis lain, lama perawatan dan jenis obat yang digunakan. 8. Profil obat meliputi kelas terapi, golongan obat dan jenis obat untuk pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD). 9. Kelas terapi adalah kelompok besar obat yang terdiri dari beberapa golongan obat yang memiliki sasaran pengobatan sama, contohnya adalah obat-obat antiangina dan obat-obat hipertensi masuk ke dalam kelas terapi obat kardiovaskuler. 10. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan efek terapi dari setiap kelas terapi yang diberikan untuk pasien, contohnya golongan obat antipiretik, golongan obat antiangina.

32

11. Jenis obat merupakan nama generik obat pada peresepan pasien rawat inap dalam satu kali periode pengobatan. 12. Drug related problems adalah kejadian yang tidak diinginkan terjadi pada pasien pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD). 13. Outcome terapi adalah keadaan pasien dimana pasien setelah menjalani terapi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih, dan memiliki hasil EKG normal. 14. Fokus penentuan drug related problems meliputi membutuhkan obat tambahan, mendapat obat tanpa indikasi, pemilihan obat kurang tepat, dosis terlalu rendah, efek samping obat, interaksi obat dan dosis terlalu tinggi. 15. Data yang diperoleh dihitung dengan cara jumlah kasus yang ada dibagi jumlah pasien (n=18) dikalikan seratus persen. Perhitungan ini digunakan dalam menghitung persentase umur pasien, komplikasi penyerta, penyakit penyerta, kelas terapi obat, golongan obat, jenis obat dan outcome terapi. 16. Terapi yang dibahas pada penelitian ini adalah terapi farmakologis. C. Subyek Penelitian Subyek penelitian yang masuk kriteria inklusi adalah pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah gula darah puasa 126 mg/dl atau gula darah 2 jam post prandial 200 mg/dl, memiliki diabetes melitus pada diagnosa masuk dan diagnosa keluar, serta mengalami iskemia pada hasil EKG pasien.

33

D. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan medical record pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009. E. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang terletak di Jalan Cik Dik Tiro No. 39 Yogyakarta. F. Jalannya Penelitian 1. Tahap Perencanaan Pada tahap ini dilakukan pembuatan proposal penelitian untuk mendapatkan ijin penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih. 2. Tahap Analisis Situasi Pada tahap ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang medical record dari bagian rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih, berupa informasi jumlah pasien, nomor rekam medik dan nama subyek penelitian dalam periode penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh pada periode penelitian yaitu Januari 2008 Mei 2009 didapatkan 25 pasien diabetes melitus dengan komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Rumah Sakit Panti Rapih. 3. Tahap Pengambilan Data Tahap ini dilakukan pengambilan data dari bagian rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih. Sebanyak 18 kasus DM komplikasi IHD yang masuk dalam

34

kriteria inklusi digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data ini meliputi nomor rekam medik nomor registrasi, jenis kelamin, tanggal pasien masuk dan keluar, lama pasien menderita DM, diagnosis, lama perawatan, data vital, data laboratorium, komplikasi yang dialami, serta pengembangan keadaan pasien selama perawatan. 4. Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini data yang sudah diperoleh pada tahap sebelumnya dicatat dalam tabel yang berisi mengenai profil pasien yaitu jenis kelamin, umur, komplikasi penyerta dan penyakit penyerta, profil pengobatan meliputi kelas terapi, golongan obat, jenis obat, dan dosis obat serta outcome terapi pada pasien, meliputi lama tinggal pasien dan keadaan pasien saat pasien meninggalkan rumah sakit. 5. Tahap Penyelesaian Data Data yang telah diperoleh tersebut kemudian dievaluasi berdasarkan drug related problems dengan metode SOAP pada masing-masing kasus, dengan melihat diagnosa, pemeriksaan laboratorium, dan obat yang digunakan pasien. Berdasarkan data yang sudah diperoleh dilakukan evaluasi mengikuti rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang menggunakan data retrospektif di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tentang apa saja DRP yang terjadi selama terapi. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar referensi. Literatur yang digunakan untuk menganalisis DRP adalah American Diabetes Association (ADA) guideline, American Heart Association (AHA) Scientific Statement Diabetes and Cardiovascular Disease (Grundy, 1999),

35

Pharmacoteraphy; A Pathophysiologic approach; Diabetes Melitus (Triplitt, 2005), Pharmacotherapy Principles and Practice : Ischemic Heart Disease (Cavallari, 2008), Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) (Anonim, 2000) dan MIMS Indonesia 2008/2009 (Anonim, 2009). G. Analisis Hasil Data dianalisis untuk memberi dengan gambaran mengenai kondisi pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) yang meliputi 1. data untuk umur pasien dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu kelompok umur <40 tahun 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79 tahun, 80-89 tahun, kemudian dihitung dengan cara menghitung jumlah pasien yang terdapat dalam range umur tertentu dibagi dengan jumlah keseluruhan sampel dikalikan 100%. 2. komplikasi lain yang menyertai pasien, dengan cara menghitung jumlah komplikasi penyerta pada masing-masing pasien dibagi dengan jumlah keseluruhan sampel dikalikan 100%. 3. penyakit penyerta lain yang menyertai pasien, dengan cara menghitung jenis penyakit penyerta pada masing-masing pasien dibagi dengan jumlah keseluruhan sampel dikalikan 100%. 4. persentase kelas terapi pasien DM komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) dihitung dengan cara menghitung jenis terapi pada masing-masing pasien dibagi dengan jumlah keseluruhan sampel pasien dikalikan 100%. 5. obat-obat yang digunakan untuk pasien diabetes melitus komplikasi IHD dikelompokkan berdasarkan kelas terapi obat, golongan obat, dan jenis

36

obat. Pengelompokan ini didasarkan pada Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) 2000. Setelah dikelompokkan dihitung berdasarkan jumlah kasus yang menggunakan obat tersebut dan dihitung persentasenya. 6. persentase jumlah DRP pasien diabetes melitus komplikasi IHD dihitung dengan cara menghitung jumlah masing-masing kasus DRP dibagi dengan jumlah keseluruhan sampel pasien kemudian dikalikan 100%. 7. evaluasi kerasionalan terapi berdasarkan DRP dengan metode SOAP secara per kasus a) menentukan subyek, b) menentukan obyek, c) menentukan assessment d) menentukan rekomendasi. H. Kesulitan Penelitian Kesulitan yang dialami selama pengambilan data di unit rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta adalah waktu pengambilan data yang relatif sedikit, yaitu sekitar 3 jam/ hari, dan pengambilan data tidak dilakukan setiap hari karena pengambilan data dilakukan pada saat kegiatan perkuliahan masih aktif. Masalah tersebut dapat sedikit diatasi dengan menyiapkan lembar khusus yang berisi tabel yang sudah berisi tentang data apa saja yang akan diambil, sehingga mempercepat proses penyalinan data. Kesulitan kedua adalah kesulitan mendapatkan dokumen rekam medik, kerena seringkali sedang digunakan untuk pelayanan rumah sakit. Penyelesaian masalah ini adalah dengan mendaftarkan kembali nomor rekam medik beberapa hari kemudian. Kesulitan yang lain adalah

37

sulitnya membaca beberapa tulisan yang ada dalam rekam medik. Usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan menanyakan kepada perawat.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai Evaluasi Penatalaksanaan Terapi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 dilakukan dengan menelusuri data pasien yang terdiagnosa DM komplikasi IHD pada diagnosa masuk dan atau diagnosa keluar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medik, diperoleh 25 kasus pasien DM komplikasi IHD, dan 18 kasus yang masuk kriteria inklusi. Langkah selanjutnya adalah mencatat semua data pasien yang dibutuhkan yang tercantum dalam lembar rekam medis. A. Profil Pasien pada Kasus Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih 1. Persentase pasien berdasarkan umur Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DM komplikasi IHD. Pada umumnya semakin bertambahnya umur makin besar risiko seseorang untuk mengalami kondisi tidak sehat. Menurut Cavallari (2008), faktor risiko terjadinya diabetes melitus komplikasi IHD adalah umur diatas 55 tahun, hal ini karena semakin bertambahnya umur, maka dalam tubuh terjadi penimbunan atau akumulasi lemak, sehingga menimbulkan penumpukan lemak dan kolesterol di dalam pembuluh darah. Terjadinya penimbunan lemak tersebut menyebabkan aterosklerosis dan membuat arteri koronaria menjadi lebih sempit, sehingga suplai oksigen yang menuju ke jantung akan menjadi berkurang.

38

39

Dari data yang didapatkan, diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease paling banyak ditemukan pada pasien dengan umur 60 sampai 69 tahun, yaitu sebanyak 33%. Hasil ini sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa risiko terbanyak terjadi pada pasien dengan umur lebih dari 55 tahun. Namun terdapat pula pasien dengan DM komplikasi IHD yang berumur kurang dari 55 tahun, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perubahan gaya hidup yang tidak sehat yang dilakukan pasien dari waktu ke waktu, sehingga menyebabkan diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease banyak terjadi pada pasien dengan umur dibawah 55 tahun.

11% 16%

5% 5.%

<40 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89

27% 33%

Gambar 2. Distribusi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease Berdasarkan Kelompok Umur di Instalasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009 2. Persentase pasien berdasarkan komplikasi penyerta Dalam penelitian ini, dislipidemia dan hipertensi adalah komplikasi penyerta yang paling banyak dijumpai pada pasien dengan diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease. Dislipidemia pada kasus DM komplikasi IHD sebesar 33%, dan hipertensi sebesar 28%. Diabetes melitus komplikasi IHD sangat erat hubungannya dengan terjadinya dislipidemia, karena dislipidemia dapat memperparah kondisi pasien.

40

Dislipidem terjadi k mia karena adan kenaika kadar kol nya an lesterol, ter rutama LDL dan L, biasanya d disertai den ngan penuru unan HDL. LDL dalam tubuh berf L m fungsi mem mbawa lemak dar hati ke se jika kad LDL tin ri el, dar nggi, maka terjadi pen numpukan lemak l dalam sel, dan hal te ersebut sang mempen gat ngaruhi tim mbulnya ate erosklerosis yang memperbe esar terjadin ischemi heart dis nya ic sease. Penim mbunan lem (LDL) yang mak banyak da alam sel, jug mempeng ga garuhi kond diabetes karena ak berpeng disi s, kan garuh terhadap s sensitivitas j jaringan ter rhadap insu yang da ulin apat menyeb babkan resis stensi insulin.
hipertensi stroke nefropati dislipidem mia ulkus polineuro opati hipoglik kemia hipergli ikemia CHF

33% 28% %

11% 5% 5%

11% 5%

11%

11%

Gambar 3. Distrib Pasien Diabetes Melitus Kom busi M mplikasi Isch hemic Hear rt se rkan Kompl likasi Penye di Insta erta alasi Rumah Sakit Panti h i Diseas Berdasar Rapih Yogyakarta Periode Ja a anuari 2008 Mei 2009 9 Hipertensi dalam kasu ini terja us adi karena terjadinya ateroskle a erosis sehingga pembuluh darah me engalami penyempitan Pembul p n. luh darah yang mengalam penyempitan tersebu mengakib mi ut batkan dara yang me ah engandung kadar gula yang tinggi, lebi sulit mele ih ewati pemb buluh darah, sehingga m , membuat jan ntung mempomp lebih ker untuk d pa ras dapat meme enuhi supla darah, da pada akh ai an hirnya menyebab bkan kenaik tekanan darah pada pasien. kan

41

3.

Persentase pasien berdasarkan penyakit penyerta Pasien diabetes melitus komplikasi IHD dirawat di rumah sakit tidak

hanya karena keluhan penyakit diabetes dan nyeri dada saja, melainkan juga memiliki penyakit penyerta lain yang juga mengganggu pasien. Penyakit penyerta yang paling banyak terjadi pada kasus diabetes melitus komplikasi IHD adalah radices dentist dan infeksi saluran kemih (ISK). Tabel VII. Persentase Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease dengan Penyakit Penyerta di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 16. 16. 17. 18. Penyakit Penyerta Radices dentist ISK (Infeksi saluran Kemih) Hipertiroid HHD (Hipersensitif heart disease) Diare akut Dehidrasi Anoreksia Dyspepsia Infeksi Sekunder Hepatitis Trombositopenia Hiponatremia Chronic appendicitis Hiperkalemia HAPV cervical Fraktur femur smistro Gastro endemitis Pneumonia Jumlah 5 4 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Persentase (%) 27 22 22 16 11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat kardiovaskuler. Radices dentist banyak terjadi pada pasien diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease, yaitu sebesar 27%. Menurut referensi pasien diabetes melitus memiliki penyakit mulut 3-4 kali lebih sering dibandingkan dengan pasien normal tanpa diabetes. Hal ini karena kadar gula yang sering tidak terkontrol pada pasien diabetes. Diabetes yang tidak terkontrol tersebut mengganggu sel darah

42

putih dan sel-sel imun, sehingga sel darah putih tidak dapat melawan bakteri yang ada pada mulut dan gigi, dan mengakibatkan pasien diabetes rentan terhadap infeksi. Infeksi tidak hanya terjadi di mulut, namun juga di daerah lain dari tubuh yang memungkinkan terjadinya infeksi saluran kencing (ISK) dan diare akut yang disebabkan oleh bakteri. Penyebaran bakteri tersebut harus ditangani dengan baik, karena bakteri pada gigi dapat memperparah keadaan jantung pasien yang mengalami diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease, karena bakteri dapat langsung masuk ke dalam tubuh melalui pembuluh darah, yang dapat memperburuk kondisi pembuluh darah dan kondisi tubuh pasien. Infeksi saluran kemih atau biasa disebut ISK dalam penelitian ini merupakan penyakit penyerta terbanyak kedua setelah radices dentist pada pasien diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease yaitu sebesar 22%. Infeksi saluran kemih pada pasien biasanya dikarenakan diabetes melitus memiliki beberapa kelainan dalam sistem pertahanan tubuh, sehingga sering timbul infeksi. Frekuensi berkemih pasien yang sering dan penggunaan kateter saat dirawat juga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ISK. Kadar gula yang meningkat pada pasien diabetes melitus yang menyebabkan meningkatnya pula konsentrasi gula pada urin menyebabkannya menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen. Menejemen diabetes melitus yang ditangani secara benar, seperti menurunkan kadar gula darah, membuat keadaan pasien dengan radices dentist maupun ISK menjadi lebih baik.

43

B. Pr rofil Pengg gunaan Oba pada Ka at asus Diabetes Melitus Komplikas si Ischem Heart D mic Disease di I Instalasi Ra awat Inap Rumah Sakit Panti Rapih R 1. Ke Terapi elas i Ke terapi m elas merupakan banyaknya jenis obat y yang diterim pasien dalam ma d pengobata annya. Dari hasil pene i elitian, dike etahui bahw terdapat sembilan kelas wa t terapi oba yang dig at gunakan dal lam menan ngani kasus diabetes k komplikasi IHD. Dilihat da persentas pengguna obat, da ari se aan apat dilihat bahwa oba kardiovas at skuler digunakan hampir d setiap k n di kasus diabetes kompli ikasi IHD, yaitu seba anyak 94,4%. Hal tersebut menunjukk bahwa tidak setiap kasus me kan p enggunakan obat n kardiovask kuler.
Obat Ka ardiovaskular Obat In nfeksi Obat An nalgesik Obat SS SP Obat Sk kelet dan Sendi sistem eempengaruhime ndokrin dan Si etabolik Obat yang Me istem Hormon Obat Saluran Nafas Obat Nutrisi d Darah dan Obat Saluran Cerna

94% 100% 89% 44% % 16%

88% 61% % 27% 0% 50

Gambar 4. Diagram Kelas Tera Obat yan Digunak Pada Pasien di Insta m api ng kan alasi mah anti Yogyakarta Periode Jan nuari 2008 Mei 2009 Rum Sakit Pa Rapih Y Ob yang m bat mempengaru sistem hormon yan digunak dalam setiap uhi h ng kan s kasus diab betes komp plikasi IHD sebesar 10 00%, yang menunjukk bahwa setiap kan s kasus men nerima obat antidiabe yang be t etik ertujuan unt menuru tuk unkan kadar gula r darah yang mengalam peningka g mi atan.

44

Penggunaan obat lain dalam terapi diabetes komplikasi IHD digunakan untuk menangani komplikasi dan penyakit penyerta, yang bertujuan untuk membantu pemulihan kondisi pasien. 2. a) Golongan Obat Obat Kardiovaskuler Obat kardiovaskuler diperlukan dalam pengobatan DM komplikasi IHD. Pasien dengan DM komplikasi IHD mengalami aterosklerosis yang cukup parah sehingga darah tidak dapat mensuplai oksigen ke dalam jantung, oleh karenanya dibutuhkan obat-obat antiangina yang bekerja sebagai vasodilator, sehingga kebutuhan oksigen pada jantung dapat tercukupi. Obat kardiovaskuler yang paling banyak digunakan adalah isosorbid dinitrat dengan persentase 77,7%. Isosorbid dinitrat (ISDN) bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah koroner sehingga memperbaiki aliran darah ke otot jantung, terutama di bagian penyempitan arteri koroner. Nitrat juga memiliki efek venodilatasi yang menyebabkan penurunan aliran darah balik ke jantung, sehingga tekanan akhir diastolik ventrikel dan volume ventrikel menurun, akibatnya kerja jantung dan konsumsi oksigen menjadi berkurang. Selain nitrat, antiangina yang digunakan adalah golongan beta bloker yaitu sebesar 16,6% dan calcium channel blocker (CCB) sebesar 49,8%. Mekanisme beta bloker adalah memperlambat denyut jantung sehingga menyebabkan penurunan konsumsi oksigen, namun beta bloker tidak dapat digunakan pada pasien dengan riwayat asma bronkial dan bronchitis karena nafas pasien dapat menjadi lebih sesak. Calcium channel blocker (CCB) memiliki efek vasodilatasi, dengan cara menghambat penyerapan kalsium ke sel-

45

sel tubuh khususnya ke otot jantung dan pembuluh darah. Berkurangnya kadar kalsium bebas tersebut menyebabkan berkurangnya kontraksi otot polos pada pembuluh darah (vasokostriksi). Tabel VIII. Persentase Penggunaan Obat Kardiovaskular pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
No Golongan Nama dagang 1 Antiangina Beta bloker Bisoprolol Fumarat Concor Carvedilol Dilbloc Nitrat Isosorbid dinitrat Cedocard Antagonis Norvask Kanal Kalsium Amilodipin besilat Tensivask Diltiazem Diltiazem HCl Herbesser Nifedipin Adalat 2 AntiGenerik ACE Inhibitor Kaptopril hipertensi Ramipril Hyperil Imidrapil HCl Tanapress Antagonis Aprovel Angiotensin II Valsartan Sub Golongan Jenis 3 Diuretik Kuat Antagonis Reseptor Aldosteron II 4 Antiplatelet 5 Antiaritmia 6 Kardiotonika 7 Hipolipidemik Furosemid Spironolakton Asam asetil salisilat Amiodarone Propafenone HCl Glikosida jantung Fibrat Statin Digoxin Gemfibrozil Simvastatin Lasix Silax Aldactone Aspilet Cardioaspirin Cordarone Rytmonorm Digoxin Hypofil Lipira Simvastatin Jumlah Persentase Kasus (%) 2 11,1 1 5,5 14 77,7 2 11,1 3 16,6 2 11,1 1 5,5 1 5,5 1 5,5 2 11,1 1 5,5 3 5 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 16,6 27,7 5,5 11,1 11,1 5,5 11,1 5,5 5,5 11,1 5,5 11,1

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat kardiovaskuler. Tekanan darah berkaitan erat dengan terjadinya angina pada pasien diabetes komplikasi IHD, karena adanya penyempitan pembuluh darah menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan terjadi kenaikan tekanan darah.

46

Terapi untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan menggunakan antihipertensi (83%), meliputi penggunaan golongan ACE inhibitor (22,2%),

antagonis angiotensin II (16,6%), dan diuretik (44,3%). Antiplatelet juga penting digunakan dalam penatalaksanaan diabetes melitus komplikasi IHD. Pada penelitian ini antiplatelet yang digunakan sebanyak 16,6%. Antiplatelet digunakan untuk mengurangi agregasi platelet pada aterosklerosis sehingga mengurangi pembentukan trombus pada sirkulasi arteri yang membuat pembuluh darah semakin sempit. Luka di pembuluh darah pada aterosklerosis menyebabkan terjadi penumpukan platelet yang menempel pada pembuluh darah, penumpukan platelet ini dapat mempersempit pembuluh darah. Dengan penggunaan antiplatelet diharapkan tidak terjadi penumpukan platelet yang akan memperparah keadaan iskemik pada pembuluh arteri koroner, dan dapat memperbaiki kondisi pasien. Kadar kolesterol pada pasien diabetes melitus komplikasi IHD perlu diperhatikan karena kadar kolesterol mempengaruhi terjadinya aterosklerosis,

yang merupakan faktor penting terjadinya IHD. Kadar kolesterol total, low density lipoprotein (LDL), dan trigliserida yang melebihi nilai normal memerlukan penggunaan obat-obat hipolipidemik, supaya terjadi penurunan kadar kolesterol yang mengurangi atau meringankan aterosklerosis pada pembuluh darah sehingga dapat mencegah terjadinya kembali IHD. Obat-obat hipolipidemia yang digunakan meliputi golongan statin (11,1%) yang berfungsi untuk menurunkan kadar olesterol total dan LDL yang mengalami kenaikan, dan golongan fibrat (16,6%) yang berguna untuk menurunkan kadar trigliserida yang mengalami peningkatan, dan menaikkan kadar HDL pada pasien.

47

b)

Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon Obat yang mempengaruhi sistem hormon yang terdapat dalam penelitian

ini adalah obat antidiabetes, insulin, hormon tiroid dan obat hipotiroid. Antidiabetik digunakan sebagai terapi menurunkan kadar gula darah. Menurut Internasional Diabetes Federation (2005), metformin digunakan sebagai lini pertama pengobatan untuk menurunkan kadar gula darah. Tabel IX. Persentase Penggunaan Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
No 1 Golongan Antidiabetik oral Sub Golongan Sulfonilurea Jenis Glimepirid Gliquidone Biguanida Metformin Nama dagang Jumlah Persentase Kasus (%) 5 27,7 Gluvas 2 11,1 1 5,5 Glurenorm 1 5,5 4 22,2 Metformin Glumin XR 8 44,4 Glucobay Glucovance Insulin RI Insultard Lantus Euthyrox NeoMercazole 1 1 3 1 1 1 2 5,5 5,5 16,6 5,5 5,5 5,5 11,1

Insulin

3 4

Hormon tiroid Hipotiroid

Penghambat Akarbose glukosidase Kombinasi Metformin dengan Glibemklamid Kerja Reguler singkat insulin Kerja Insultard Sedang Kerja Insulin Panjang Glargine Levothyroxine Karbimazol

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat yang mempengaruhi sistem hormon. Metformin sebagai kelompok obat biguanida paling banyak digunakan pada pasien diabetes melitus komplikasi IHD yaitu sebesar 66,6%. Metformin bekerja dengan cara mengurangi produksi glukosa di hati dan meningkatkan

48

penggunaan glukosa dalam jaringan. Metformin tidak dapat digunakan pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal dan hati karena dapat menyebabkan peningkatan asidosis laktat. Efek samping dari metformin adalah mual muntah, sehingga untuk mengurangi efek samping tersebut metformin dikonsumsi setelah makan. Penggunaan sulfonilurea jenis glimepirid juga cukup banyak digunakan pada pasien diabetes komplikasi IHD yaitu sebanyak 30,3%. Glimepirid bekerja langsung terhadap organ sasaran yaitu dengan cara meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan dan menghambat glukoneogenesis. Glimepirid tidak dapat digunakan pada pasien yang mengalami gangguan ginjal, sedangkan pasien yang mengalami gangguan ginjal dapat diberikan glikuidon (1%) merupakan golongan sulfonilurea yang dapat digunakan untuk pasien dengan gangguan ginjal, karena masa kerjanya yang singkat. Penggunaan insulin digunakan jika pasien mengalami gangguan dalam sekresi insulin. Insulin yang banyak digunakan adalah insulin kerja singkat sebanyak 8,6%, karena isulin ini bekerja dengan onset yang cepat yaitu sekitar 0,5 jam dengan durasi 6-8 jam. c) Obat Infeksi Golongan antibiotik adalah obat infeksi yang banyak digunakan dalam kasus diabetes komplikasi IHD. Hal ini karena pasien diabetes rentan terjadinya infeksi seperti infeksi saluran kemih dan saluran nafas, seperti bronkitis dan pneumonia. Infeksi yang terjadi pada pasien diabetes sulit sembuh karena kadar gula darah yang tinggi, yang menyebabkan bakteri menjadi mudah hidup pada tubuh pasien diabetes.

49

Tabel X. Persentase Penggunaan Obat Infeksi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
No Golongan 1 Antibiotik Amoxicilin Co-Amoxiclav Sefalosporin Cefuroxime axetil Sefotiam Ceftriaxone Kuinolon Pefloxacin Levofloxacin Betalaktam Imepenem dan golongan Cilastin lain 2 Antiamuba Metronidazole 3 Antijamur Griseofulfin Sub Golongan Penisilin Jenis Nama dagang Claneksi Zinnat Ceradolan Dexaflox Cravit Pelastin Flagyl Grivin Forte Jumlah Kasus 1 2 1 8 9 6 1 1 2 1 Persentase (%) 5,5 11,1 5,5 44,4 50 33,3 5,5 5,5 11,1 5,5

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat infeksi. Antibiotik yang banyak digunakan dalam kasus diabetes komplikasi IHD adalah obat golongan sefalosporin yang memiliki indikasi untuk bakteri gram negatif dan gram positif. Ceftriaxone yang merupakan kelompok sefalosporin generasi ketiga, dengan persentase penggunaan ceftriaxone sebesar 50%. Ceftriaxone merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat diindikasikan untuk pengobatan infeksi akibat bakteri gram negatif dan gram positif dan dapat digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih yang banyak dialami oleh pasien diabetes komplikasi IHD. Ceftriaxone banyak digunakan sebagai antibiotik dikarenakan dapat digunakan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal tanpa dilakukan penyesuaian dosis. d) Obat Saluran Nafas Obat saluran nafas digolongkan menjadi dua yaitu obat antiasma dan bronkodilator serta ekspektoran. Obat saluran nafas digunakan untuk mengobati penyakit penyerta pada pasien diabetes komplikasi IHD. Bronkodilator adalah

50

obat saluran nafas yang paling banyak digunakan dalam kasus diabetes komplikasi IHD sebanyak 22,1%. Penggunaan bronkodilator digunakan untuk melegakan jalan nafas sehingga dapat mengurangi gejala sesak nafas. Sedangkan penggunaan ekspektoran digunakan sebanyak 11%, untuk meredakan batuk berdahak yang dialami pasien. Tabel XI. Persentase Penggunaan Obat Saluran Nafas pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
No Golongan Sub Golongan Jenis Terbutalin Sulfat Bronkodilator Fluticasone Propionate Nama dagang Bricasma Flixotide Jumlah Persentase Kasus (%) 2 1 1 1 1 11,1 5,5 5,5 5,5 5,5 1 Antiasma dan bronkodilator

Salbutamol Sulfat Ventolin 2 Ekspektoran Bromhexine HCl Silex Bisolvon

e)

Obat Analgesik Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri yang dirasakan oleh

penderita diabetes komplikasi IHD. Nyeri dapat disebabkan karena adanya infeksi pada pasien, dan karena adanya penyakit penyerta lainnya yang membuat obat analgesik digunakan dalam kasus. Golongan non opioid digunakan dalam penanganan nyeri ringan hingga sedang seperti sakit kepala dengan mekanisme kerja menghalangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri di saraf perifer. Parasetamol digunakan sebesar 22,1% pada kasus diabetes komplikasi IHD. Parasetamol merupakan analgesik golongan non opioid yang dapat juga digunakan sebagai antipiretik.

51

Analgesik opioid digunakan pada nyeri hebat, karena analgesik bekerja dengan cara memblokade pusat nyeri di sistem saraf pusat, dan digunakan sebesar 5,5% dalam kasus. Tabel XII. Persentase Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
No Golongan Jenis Kombinasi Tramadol dan acetaminofen Parasetamol Kombinasi metampiron dan diazepam 3 Obat untuk nyeri neuropatik Pregabalin Nama dagang Ultracet Sanmol Primadol Cetalgin Lyrica Jumlah Persentase Kasus (%) 1 3 1 2 3 5,5 16,6 5,5 11,1 16,6 1 Opioid 2 Non Opioid

f)

Obat Nutrisi dan Darah Obat nutrisi dan darah digunakan dalam kasus karena pasien banyak

mengalami mual dan muntah yang mengakibatkan penurunan nafsu makan, sehingga kebutuhan nutrisi tubuh tidak tercukupi. Keluhan lemas, dan pusing cukup sering dijumpai dalam kasus, kondisi tersebut juga dimungkinkan kerena kekurangan nutrisi pada pasien diabetes komplikasi IHD. Obat nutrisi digunakan untuk menambah nutrisi pada pasien yang tidak tercukupi nutrisinya hanya dari makanan yang dikonsumsinya. Penggunaan obat golongan cairan dan elektrolit, khususnya elektrolit intravena banyak digunakan dalam kasus yaitu sebesar 133,1%.

52

Tabel XIII. Persentase Penggunaan Obat Nutrisi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
No Golongan 1 Cairan dan Elektrolit Sub Golongan Elektrolit oral Jenis K-I aspartate Nama dagang Aspar-K NaCl 0,9% NaCl 3% Asering NaCl Dekstrosa 5% Dekstrosa 10% Aminofluid Lysmin Lesipar Nephrisol Nikolin Jumlah Kasus 4 4 2 13 3 1 1 1 2 1 1 Persentase (%) 22,2 22,2 11,1 72,2 16,6 5,5 5,5 5,5 11,1 5,5 5,5

NaCl Elektrolit intravena Glukosa Elektrolit Vitamin B komplek dengan vitamin C Asam Amino Sitikolina

2 Vitamin

Vitamin B

3 Nutrisi 4 Tonikum

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat nutrisi dan darah. g) Obat Susunan Saraf Pusat Obat susunan saraf pusat terdiri dari antiemetik dan vertigo dan ansiolitik. Obat yang banyak digunakan dalam kasus adalah domperidone sebanyak 33,3%. Domperidone digunakan sebagai antiemetik yaitu untuk menangani mual dan muntah yang banyak dikeluhkan pasien. Mual dan muntah dapat disebabkan oleh efek samping obat, seperti metformin. Obat ansiolitik diberikan pada pasien yang mengalami gangguan kecemasan pasien, sehingga pasien menjadi tenang. Cemas pada pasien dapat dikarenakan banyak hal seperti menahan rasa nyeri, sehingga perlu diberikan obat jenis untuk ini agar pasien dapat beristirahat dan dapat memperbaiki kondisi pasien. Obat ansiolitik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 16,6%.

53

Tabel XIV. Persentase Penggunaan Obat Susunan Saraf Pusat pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
No Golongan 1 Antiemetik dan vertigo Sub Golongan Antiemetik Nama dagang Ondansetron Narfoz Domperidone Vometa FT Metoclopramide Primperan Betahistine Mertigo mesylate Clobazam Clobazam Lorazepam Ativan Jenis Jumlah Kasus 2 6 1 2 2 1 Persentase (%) 11,1 33,3 5,5 11,1 11,1 5,5

Vertigo 3 Ansiolitik

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat susunan saraf pusat. h) Obat Saluran Cerna Obat saluran cerna banyak digunakan untuk mengatasi tukak lambung pada pasien diabetes komplikasi IHD. Tabel XV. Persentase Penggunaan Obat Saluran Cerna pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
No 1 2 3 Golongan Antitukak Sub Golongan Penghambat Pompa Proton Jenis Omeprazole Pantoprazole Bisakodil Norit Timepidium Nama Jumlah Persentase dagang Kasus (%) Omeprazole 1 5,5 OMZ 1 5,5 Pantozole 1 5,5 Dulcolax 1 5,5 Norit 1 5,5 Sesden 1 5,5

Pencahar Stimulan Adsorben Antimotilitas dan Pembentuk Antispasmodik massa

Tukak lambung pada pasien dapat terjadi karena efek samping dari obatobat diabetes yang dikonsumsi pasien, seperti penggunaan metformin dan glimepirid dengan efek samping gangguan gastrointestinal, atau pasien memang memiliki riwayat tukak lambung. Antitukak yang digunakan dalam kasus sebesar 16,5%.

54

i)

Obat Skelet dan Sendi Obat yang digunakan pada penyakit skelet dan sendi adalah kelompok anti

gout dan anti inflamasi non steroid. Sebagian besar pasien berumur lanjut mengalami peningkatan kadar asam urat, yang menyebabkan rasa nyeri pada persendian. Penggunaan obat antigout sebesar 22,1%, digunakan untuk menurunkan kadar asam urat, sehingga rasa nyeri pada persendian berkurang. Tabel XVI. Persentase Penggunaan Obat Skelet dan Sendi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
No 1 Golongan Penyakit Gout dan Rematik Sub Golongan Antigout Anti Inflamasi Non steroid 2 Gangguan neuromuskular Jenis Allupurinol Ketorolak trometamine Celecoxib Meloxicam Diclofenac diethylammon Piracetam Nama dagang Allupurinol Zyloric Remopain Celebrex Mobiflex Voltaren Gel Neurotam Jumlah Kasus 1 3 1 2 2 1 1 Persentase (%) 5,5 16,6 5,5 11,1 11,1 5,5 5,5

menjadi

Penggunaan anti inflamasi non steroid pada kasus ditujukan pada gangguan otot skelet. Pasien yang berumur lanjut, otot tubuhnya sudah mulai melemah, keadaan pasien yang dianjurkan bed rest, membuat otot tidak banyak bergerak, sehingga dapat menyebabkan encok, dan nyeri. Penggunaan antiinflamasi non steroid sebesar 33,2%.

55

C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Kasus Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Penggunaan antidiabetik bertujuan untuk menurukan kadar gula darah hingga batas normal, dan penggunaan obat antiangina ditujukan pada arteri koroner yang mengalami penyempitan, sehingga suplai oksigen dalam darah dapat tersedia dengan baik. Penatalaksanaan kasus diabetes komplikasi IHD dapat menimbulkan masalah-masalah yang mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. Masalah-masalah tersebut tidak hanya dijumpai pada penggunaan obat antidiabetik dan antiangina tetapi juga sering dijumpai pada penggunaan obat lainnya yang dapat memperburuk kondisi pasien. Pemeriksaan laboratorium dapat memperjelas tentang kondisi pasien, sehingga dapat memperjelas pula obat-obat yang harus diberikan pada pasien. Kadar gula darah, kadar kolesterol, tekanan darah dan kadar kreatinin pasien adalah hasil tes laboratorium pasien yang perlu untuk diperhatikan. Evaluasi DRP dalam kasus diabetes komplikasi IHD dilakukan dengan cara melihat kondisi pasien, meliputi keluhan yang dialami pasien, obat-obat yang sedang dikonsumsi pasien dan hasil uji laboratorium yang menggambarkan keadaan tubuh pasien yang sebenarnya. Dari hasil penelitian ditemukan 13 kasus dengan DRP. Kasus-kasus DRP yang teridentifikasi meliputi butuh obat tambahan, adverse drug reaction, obat tidak tepat, dan tidak perlu obat terapi. Kemudian kasus tersebut dibandingkan dengan literatur yang digunakan sebagai acuan, yaitu Global Guideline Indonesia (2005), American Diabetes Association (ADA) guideline, American Heart Association (AHA) Scientific Statement,

56

MIMS Indonesia (periode 2008/2009), dan Informatorium Obat Nasional Indonesia (2000). Tabel XVII. Persentase DRP yang teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
No 1 2 3 4 Jenis DRP Butuh obat tambahan Adverse Drug Reaction Tidak Perlu Obat Terapi Obat tidak tepat Jumlah Kasus 11 2 2 2 Persentase (%) 61,1 11,1 11,1 11,1

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis DRP. Dari tabel dapat terlihat DRP yang paling banyak terjadi adalah butuh tambahan obat, yaitu sebanyak 61,1%. Pada kasus yang mengalami butuh tambahan obat, obat yang paling dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pasien adalah obat antiplatelet. 1. Butuh tambahan obat Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 11 kasus yang membutuhkan obat terapi tambahan. Butuh tambahan obat yang banyak dibutuhkan pasien diabetes komplikasi IHD adalah antiplatelet sebanyak 11 kasus. Standar American Diabetes Association (ADA), merekomendasikan pasien diabetes dengan komplikasi IHD perlu pemberian aspirin (antiplatelet) dengan dosis 75-325 mg/hari, hal ini sangat penting karena antiplatelet digunakan agar aliran darah tetap lancar, yaitu dengan cara mengurangi agregasi platelet pada aterosklerosis sehingga mengurangi pembentukan trombus pada sirkulasi arteri yang membuat pembuluh darah semakin sempit. Antiplatelet yang digunakan untuk rekomendasi pada penelitian ini adalah aspirin. Aspirin lebih banyak digunakan karena efek sampingnya yang lebih sedikit dibandingkan dengan antiplatelet yang lain

57

(misalnya clopidogrel), jika pasien alergi dengan aspirin dapat diberikan clopidogrel, sebagai penggantinya. Tabel XVIII. Kasus Butuh Tambahan Obat yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
Penyebab DRP Adanya kondisi pasien yang memerlukan terapi secara lengkap untuk mencegah timbulnya kondisi medis baru 1. Pasien yang membutuhkan golongan antiplatelet 2 Pasien membutuhkan kaptopril sebagai antihipertensi 3. Pasien yang membutuhkan golongan gemfibrozil 4. Pasien yang membutuhkan golongan calcium cannel blocker 5. Pasien yang membutuhkan allupurinol sebagai antigout No Kasus Jumlah Kasus

1, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 5, 11, 18 12, 13 5 9

11 3 2 1 1

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu DRP butuh tambahan obat Sebanyak 1 kasus dalam penelitian tidak mendapatkan terapi untuk mengelola kurangnya suplai oksigen ke jantung yang dialami oleh pasien. Obat golongan calcium cannel blocker (CCB) dengan dosis 1x2,5 mg/dl untuk pasien lanjut umur pada kasus nomor 5 (80 Tahun). Ion kalsium yang masuk ke dalam otot polos menyebabkan terjadinya vasokonstriksi, oleh karenanya pemberian CCB diperlukan untuk menghambat masuknya kalsium ke dalam otot polos, sehingga menyebabkan vasodilatasi. Keunggulan dari penggunaan CCB adalah dapat diberikan pada pasien dengan gangguan ginjal, sehingga direkomendasikan pada kasus nomor 5 yang mengalami kenaikan kreatinin (1,65 mg/dl). Antihipertensi dibutuhkan karena adanya kenaikan tekanan darah yang terjadi karena adanya aterosklerosis, yang memicu terjadinya IHD. Sebanyak 3

58

kasus memerlukan tambahan obat antihipertensi. Pada kasus 5,11, dan 18 pasien tidak mendapatkan obat antihipertensi, padahal pada kasus tersebut tekanan darah pasien diatas normal. Kasus nomor 5, pasien masuk dengan tekanan darah 140/90 mmHg dan pulang dengan tekanan darah 160/90 mmHg. Kasus 14 juga membutuhkan antihipertensi karena tekanan darah masuk pasien 133/80 mmHg dan mengalami kenaikan hingga tekanan darah keluar 140/90 mmHg. Selama menjalani terapi di rumah sakit pasien tidak mendapat antihipertensi sehingga pasien pulang dalam keadaan tekanan darah yang diatas normal. Kaptopril digunakan pada dosis 2x12,5 mg karena pada kasus 5 pasien tergolong lansia, berumur 80 tahun. Kasus 11, 14, dan kasus 18, antihipertensi yang direkomendasikan adalah kaptopril, yang digunakan sebagai lini pertama pada pasien diabetes yang mengalami hipertensi, dengan dosis 3x12,5 mg/hari. Antihipertensi diberikan karena tekanan darah pasien tidak mencapai tekanan darah normal yang diharapkan pada pasien dengan diabetes komplikasi IHD. Butuh tambahan obat hipolipidemia sebanyak 2 kasus. Obat hipolipidemia dapat diberikan pada pasien dengan kenaikan kadar kolesterol. Kadar kolesterol ini meliputi kenaikan kolesterol total, LDL, trigliserida, dan penurunan kadar HDL. Obat hipolipidemia ini penting dalam mendukung perbaikan kondisi pasien, karena kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mengakibatkan aterosklerosis, sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang memperburuk kondisi pasien. Pada kasus 12 dan 13, pasien direkomendasikan menggunakan gemfibrozil sebagai obat hipolipidemia, karena pasien mengalami kenaikan trigliserida. Gemfibrozil ini digunakan dengan dosis 2x600mg/hari.

59

Kasus 9 pasien membutuhkan allupurinol untuk menurunkan kadar asam urat pasien. Terapi penggunaan obat antigout ini dibutuhkan jika kadar asam urat lebih dari 10 mg/dl. Kadar asam urat pada kasus 9 adalah 10,6 mg/dl, sehingga dibutuhkan allupurinol dengan dosis 1x300 mg/hari. 2. Adverse Drug Reaction Adverse drug reaction terjadi pada dua kasus, meliputi penggunaan obat yang menimbulkan efek samping dan interaksi antar obat yang diberikan. Tabel XIX. Kasus Adverse drug reaction yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
Penyebab DRP Terjadi reaksi yang tidak menguntungkan antar obat 1. Reaksi penggunaan bisoprolol fumarat dan glikuidon Terjadi efek samping dari penggunaan obat 2. Timbul efek samping dari penggunaan glimiperid No Kasus 18 12 Jumlah 1 1

Penggunaan obat-obat yang lebih dari satu memungkinkan terjadinya reaksi interaksi antara masing-masing obat tersebut. Kasus 18, pasien diberi bisoprolol fumarat sebagai antiangina dan glikuidon sebagai antidiabetes, penggunaan keduanya memang diperlukan dalam menangani kasus diabetes komplikasi IHD, namun kedua obat tersebut menyebabkan efek yang tidak menguntungkan jika digunakan secara bersama. Interaksi antara bisoprolol dan glikuidon dapat menyebabkan penurunan efek hipoglikemik dari glikuidon. Bisoprolol fumarat (golongan beta bloker) dapat meningkatkan metabolisme hepatik dan penurunan sekresi insulin yang pada akhirnya dapat menyebabkan kadar glukosa tinggi (Sukandar, 2008). Rekomendasi yang dapat dilakukan adalah menghentikan penggunaan bisoprolol fumarat sebagai antiangina, hal ini dapat

60

dilakukan karena pada kasus, pasien sudah menerima ISDN yang juga diindikasikan untuk terapi IHD. Pemberian glimepirid pada kasus 12 menyebabkan munculnya hiponatremia dan trombositopenia yang dapat timbul karena efek samping dari penggunaan glimepirid (golongan sulfonilurea). Pasien masuk dengan diagnosa diabetes, setelah pemberian glimepirid selama terapi, pasien mengalami hiponatremia dan trombositopenia, sehingga kondisi pasien tidak semakin baik. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah penghentian penggunaan glimepirid sebagai antidiabetik dan menggantinya dengan metformin dengan dosis 3x500mg. 3. Tidak Perlu Obat Terapi Tidak perlu obat terapi terjadi pada 2 kasus yaitu penggunaan obat hiperurisemia. Menurut Pharmacoteraphy A Pathophysiologic approach (2005) penggunaan terapi pada hiperurisemia diperlukan jika kadar asam urat 10 mg/dl. Pada kasus 3 kadar asam urat pasien 7,2 mg/dl, dan kasus 17 kadar asam urat 7,6 mg/dl sehingga pasien tidak memerlukan terapi menggunakan allupurinol. Terapi untuk menurunkan kadar asam urat tersebut dapat dilakukan dengan pengaturan pola dan menu makan pada pasien. Penggunaan obat yang tidak perlu dapat mengakibatkan kondisi pasien menjadi tidak lebih baik, sehingga tujuan pengobatan menjadi tidak tercapai. Tabel XX. Kasus Tidak Perlu Obat Terapi yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
Penyebab DRP Kondisi lebih baik dengan kondisi non drug 1 Allupurinol tidak perlu digunakan untuk kadar asam urat <10 mg/dl No Kasus 3, 17 Jumlah 2

61

4.

Obat tidak tepat Dalam kasus ini, sebanyak 3 kasus mendapatkan obat yang tidak tepat atau

tidak sesuai dengan kondisi pasien. Tabel XXI. Kasus Obat Tidak Tepat yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 Mei 2009
Penyebab DRP Obat yang digunakan tidak tepat sesuai dengan keadaan pasien 1. Metformin tidak boleh digunakan untuk pasien dengan gangguan ginjal 2. Glibenklamid tidak boleh digunakan untuk pasien dengan gangguan ginjal 3. Glimepirid tidak boleh digunakan untuk pasien dengan gangguan ginjal No Kasus 5, 9 5 5 Jumlah 2 1 1

Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu DRP obat tidak tepat Pada kasus data laboratorium pasien menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan ginjal, dengan melihat adanya kenaikan kadar kreatinin pada pasien, namun digunakan obat-obat yang kontraindikasi dengan pasien dengan gangguan ginjal. Menurut Pharmacoteraphy A Pathophysiologic approach (2005) batasan penghentian metformin dan glimepirid pada pasien adalah jika kadar kreatinin lebih dari sama dengan 1,4 mg/dl pada wanita dan lebih dari sama dengan 1,5 mg/dl pada pria. Pada kasus 5 (kreatinin pasien 1,65 mg/dl), dan kasus 9 (kreatinin pasien 2,36 mg/dl), pasien mendapat metformin dan glimepirid yang memiliki kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal, sehingga obat-obat tersebut tidak tepat digunakan pada pasien. Rekomendasi untuk kasus nomor 5 adalah pemberian insulin kerja sedang dengan dosis 3-5 unit per hari yang diberikan setelah sarapan. Insulin pada pasien diabetes dapat digunakan jika terjadi resistensi insulin, dalam kasus nomor 5 pasien mengalami

62

infeksi sekunder dan infeksi saluran kemih, menurut IONI, insulin diperlukan bila timbul keadaan patologis tertentu seperti infark miokard, infeksi, koma, dan trauma. Rekomendasi untuk kasus nomor 9 adalah glikuidon dengan dosis 15 mg/hari. Selain glikuidon obat antidiabetik yang digunakan untuk pasien dengan gangguan ginjal adalah tolbutamid, dan glikazid yang memiliki masa kerja yang singkat. Pemakaian obat yang tidak tepat ini dapat memperburuk kondisi pasien. Kerusakan ginjal pasien akan semakin parah jika penggunaan obat-obat yang dikontraindikasikan pada gangguan ginjal tetap diberikan. D. Outcome Terapi pada Kasus Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih 1. Dampak Terapi Pasien diabetes komplikasi IHD menjalani perawatan di Rumah Sakit Panti Rapih dengan keluhan-keluhan yang biasanya memperburuk kondisi pasien diabetes komplikasi IHD. Selama dirawat pasien menerima terapi yang dirasakan dapat mengurangi gejala dan keluhan-keluhan pada pasien, namun terapi yang diberikan tidak semuanya membut pasien keluar dari rumah sakit dengan keadaan membaik. Dari data yang ada, sebanyak 16 kasus (88,8%) pasien yang keluar dari rumah sakit dengan kadaan membaik dan melakukan rawat jalan sebagai upaya dalam proses penyembuhan pasien. Selain pasien yang keluar dalam keadaan membaik, sebanyak 2 kasus (11,1%), yaitu pada kasus 4 dan 5 pasien keluar dari rumah rumah sakit dalam keadaan belum sembuh, hal ini kemungkinan dikarenakan pasien sendiri yang tidak betah untuk dirawat di rumah sakit sehingga meminta

63

pulang, pasien meng ginginkan m melanjutkan pengobata n annya di ru umah sakit lain, biaya yang terlalu bes yang tid dapat di g sar dak itanggung o pasien a dikaren oleh atau nakan karena p penyakit p pasien sud dah terlalu parah s u sehingga k keluarga pasien p mengingin nkan pasien dirawat sa dirumah namun ha tersebut tentu saja sudah n aja h, al s seijin dok yang m kter merawat pasi ien. Pasien membaik d diijinka pulang adalah dan an a jika kondi pasien m isi membaik, me eliputi hasil gambar EK yang no l KG ormal dan ad danya hasil norm pada f mal faktor-fakto yang mempengaruh terjadiny IHD, se or hi ya eperti tekanan da arah, kadar glukosa dar dan kad kolestero rah dar ol.
Be elum Sembuh Membaik k 11%

89%

Gambar 5. Persenta Outcom Pasien Di r ase me iabetes Mel litus Kompl likasi Ischem mic Heart Di isease di Ins stalasi Rum Sakit Pa Rapih Y mah anti Yogyakarta Periode Jan nuari 2008 Mei 2009 Ha outcome terapi ini dapat meny asil e yimpulkan b bahwa pelay yanan dan terapi t di Rumah Sakit Pan Rapih su h nti udah baik, karena seb banyak 89% pasien pu % ulang dalam kea adaan memb baik. 2. Lama Inap Lama inap pasien dirumah sakit dipen n ngaruhi oleh beberapa hal, antara lain h a adalah ter rapi yang d diberikan k kepada pasien dan seb berapa bera penyakit yang at diderita ol pasien, seperti kom leh mplikasi lain yang men nyertai pasi dan pen ien nyakit penyerta y yang dimilik pasien. ki

64

1-7 hari

8-14 hari 11% 22%

15-21 hari 1

67%

Gambar 6. Pe ersentase La Inap Pa ama asien Diabe Melitus Komplikas etes si Ischemic H Heart Disea di Instalasi Rumah Sakit Panti Rapih Yog ase h i gyakarta Periode Janu 2008 Mei 2009 uari Dari d yang ad pasien p data da, paling banya dirawat d Rumah S ak di Sakit Panti Rapih R adalah sel lama rentan waktu 8-14 hari, yai sebanyak 12 kasus (66,6%). Hal ini ng itu k H karena kel luhan pasie yang dira cukup ri en asa ingan, sepe mual, m erti muntah, dan nyeri dada ringa yang dira an asakan pasien, pengoba yang d atan diberikan Ru umah Sakit Panti Rapih pun sudah cu n ukup baik y yang memb buat pasien semakin cepat pulih dari n h keadaanny yang seb ya belumnya. S Selain itu, faktor pribad juga mem fa di mpengaruhi lama tinggal pa asien di rum sakit. P mah Pasien yang merasa tidak betah t g tinggal, dir rumah sakit biasa anya memin ijin dari dokter unt pulang d nta i tuk dalam kead daan belum pulih benar. Sed dangkan pa asien yang tinggal lam di ruma sakit dis ma ah sebabkan karena k peyakitnya yang dira berat, c a asa contohnya pasien deng patah tu p gan ulang (kasu 16) us yang diraw selama 21 hari. wat E. Ra angkuman Pembahasa P an Penelitian ini bertujuan untuk me i n engevaluasi pengobat i tan DM de engan komplikas IHD di In si nstalasi Raw Inap Ru wat umah Sakit Panti rapih periode Ja h anuari 2008 sam mpai Mei 2 2009. Diket tahui pasien pada kel n lompok um 60-69 tahun mur t sebesar 33,3%, untu umur 70 uk 0-79 tahun sebanyak 16,6%, um 50-59 tahun mur

65

27,7%, umur 80-89 tahun sebanyak 8,6%, pada umur kurang dari 40 tahun dan 40-49 sebanyak 5,5%. Komplikasi penyerta pada pasien DM komplikasi IHD adalah dislipidemia sebanyak 33,3%, hipertensi sebanyak 27,7%, hiperglikemia, hipoglikemia, polineuropati, dan CHF sebesar 11,1%, stroke dan ulkus sebesar 5,5%. Selain komplikasi penyerta, penyakit lain yang menyertai pasien juga mempengaruhi keadaan serta terapi yang diberikan kepada pasien. Pada pasien DM komplikasi IHD penyakit penyerta yang paling sering dijumpai adalah radices dentist sebanyak 27,7%, infeksi saluran kemih (ISK) dan hipertiroid sebesar 22,2%, HHD sebesar 16,6%, dan diare akut sebanyak 11,1%. Hasil dari profil penggunaan obat dapat diketahui bahwa dalam pengobatan DM komplikasi IHD terdiri dari 9 kelas terapi, yaitu : golongan obat kardiovaskuler sebanyak 94,4%, obat yang bekerja pada sistem hormonal sebanyak 100%, obat infeksi dan obat nutrisi dan darah sebanyak 88,8%, obat saluran nafas sebanyak 16,6%, obat analgesik sebanyak 44,4%, obat susunan saraf pusat sebanyak 61,1%, obat saluran cerna sebanyak 27,7%, obat skelet dan sendi sebanyak 50%. Kasus yang berhasil diteliti sebanyak 18. Dari 18 kasus tersebut terdapat 13 kasus yang teridentifikasi terjadi DRP. Aktual DRP yang terjadi adalah DRP nomor 1 yaitu butuh terapi obat tambahan sebanyak 11 kasus, DRP nomor 2 yaitu tidak perlu obat terapi sebanyak 2 kasus, DRP nomor 3 yaitu obat tidak tepat sejumlah 2 kasus, dan DRP nomor 5 yaitu adverse drug reaction sebanyak 2 kasus. Hasil terapi pasien atau outcome pasien, sebanyak 88,8% pasien pulang dalam keadaan membaik, sedangkan sebanyak 11,1% pasien pulang dalam

66

keadaan belum sehat, dan diijinkan oleh dokter yang bersangkutan. Lama inap pasien DM komplikasi IHD di Rumah Sakit Panti Rapih selama 1-7 hari sebanyak 22,2%, 8-14 hari sejumlah 66,6%, dan yang lamanya 15-21 hari sebanyak 11,1%.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pasien dengan usia antara 60-69 tahun sebesar 33,3%. Komplikasi penyerta terbanyak pasien diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease adalah dislipidemia dengan persentase sebesar 33,3%, sedangkan penyakit penyerta terbanyak yang dialami pasien adalah radices dentist yaitu sebesar 27,7%. 2. Kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah obat yang

mempengaruhi sistem hormon sebanyak 100% dan obat kardiovaskuler sebanyak 94,4%. Metformin digunakan sebagai obat antidiabetik terbanyak sebanyak 66,6% dengan dosis 3x500 mg per hari, dan isosorbid dinitrat (ISDN) sebagai antiangina golongan nitrat dengan persentase pemakaian sebanyak 77,7% dengan dosis 3x5mg per hari. 3. Drug related problems (DRPs) teridentifikasi pada 13 kasus diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease, meliputi butuh terapi obat tambahan sebanyak 11 kasus, tidak perlu terapi obat sebanyak 2 kasus, obat tidak tepat sebanyak 2 kasus, dan adverse drug reaction sebanyak 2 kasus. 4. Hasil terapi atau keadaan pasien pulang adalah membaik sebanyak 88,8%, dan pasien yang pulang dalam keadaan belum sembuh, dan pulang atas ijin dokter adalah sebanyak 11,1%. Lama inap pasien diabetes melitus

67

68

komplikasi ischemic heart disease yang paling banyak adalah 8-14 hari sebanyak 66,6%. B. Saran 1. Diperlukan standar pengobatan diabetes melitus dengan komplikasi ischemic heart disease di Rumah Sakit Panti Rapih, agar penanganan pasien lebih dimudahkan dan kesembuhan yang dicapai serta pencegahan komplikasi lain menjadi lebih optimal. 2. Diperlukan penelitian serupa dengan rumah sakit yang berbeda sebagai bahan perbandingan terhadap hasil yang telah didapatkan.

69

DAFTAR PUSTAKA

Adyana,

I K., 2002, Sindrom Resistensi Insulin, http://www.gizi.net/eng/index.shtml, diakses tanggal 6 Januari 2010

Anonim, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, CV. Agung Seto, Jakarta Anonim, 2008a, Angina, http://www.medicastore.com , diakses tanggal 14 September 2009 Anonim, 2008b, Angina (Angina Pectoris), http://id.inaheart.or.id/?p=30, diakses tanggal 20 Agustus 2009 Anonim, 2008c, Diabetes Mellitus (DM), http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-diabetes-mellitusdm.html, diakses tanggal 15 Desember 2009

Anonim, 2009a, Angina, http:// www.cardiaccentre.com.sg/useful_angina.htm, diakses tanggal 15 Mei 2009 Anonim, 2009, What Diabetes is, http:/diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/type1and2/daily,diakses tanggal 14 September 2009

Braverman, E., 2009, Dua Penyebab Penyakit Jantung: Tekanan Darah dan Kenaikan Kadar Kolesterol, http://www.jantunghipertensi.comjantunghipertensi, diakses tanggal 2 Januari 2010 Bulton, A., Cockram, C., Franz, M., Arouj, M., Aschner, P., 2005, Global Guideline for Type 2 Diabetes Mellitus, International Diabetes Federation, Belgium Cavallari, H., Robert J., 2008, Pharmacotherapy Principles and Practice : Ischemic Heart Disease, 63-81, The McGraw-Hill Companies, Inc., New York Cipolle, R. J., Strand, L. M., and Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practise, 178-179, 2nd edition, Mc Graw-Hill Company, New York

70

Corwin, J., 2001, Buku Saku Patofisiologi, 540-555, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta Davey, P., 2006, At a Galance Medicine, 266-267, Penerbit Erlangga, Jakarta Goldschmid, M.G., 1994, Dyslipidemia and Ischemic Heart Disease Mortality Among Men and Women with Diabetes, http://cic.ahajournal.org/cgi/reprint/89/3/991?maxtoshow=&HITS=108 &hits=108RESULTFORMAT=&fulltext=dyslipidemia+ischemic+hea rt+disease+mortality+among+men+and+women+with+deabe&seachid =18FIRSTINNEX=0&RESOURCETYPE=HWCIT. Diakses tanggal 22 Desember 2009 Grundy, S.M., Benjamin, I., Burke, G.L., Chait, A., Eckel R.H., 1999, Diabetes and Cardiovascular Disease; A Statement for Healthcare Professionals from the American Heart Association, http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/100/10/1134. diakses tanggal 22 Desember 2009 Heryawan, A., 2009, Penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi dapat Meningkatkan Angka Kematian, http://www.ahmadheryawan.com/lintas-jabar/kesehatan/8032penyakit-diabetes-melitus-dan-hipertensi-dapat-meningkatkan-angkakematian.html, diakses tanggal 2 Januari 2010 Jones, R.M. and Rospond R.M., 2003, Patient Assessment in Pharmacy Practise, 1-6, lippincott Williams and Wilkins Company, USA Kasper, D.L., Fauci, A., Martin, B., Wilson, J., Braunwald, E., 2005, PrinsipPrinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Volume 3, terjemahan Asdie, A., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Kimble, M.A.K. and Young L.Y., 2005, Applied Therapeutics, 1-1 s/d 1-11, 8th edition, A Wolter Kluwer Company, USA Kustiyanto, 2009, Diabetes Mellitus, http:// http://febrikustiyanto.blogspot.com/2009/04/dm.html, diakses tanggal 20 Desember 2009 Kustiyanto, 2009, Ischaemic heart disease (IHD), http:// http://febrikustiyanto.blogspot.com/2009/04/ischemic-heart-diseaseihd-jantung.html , diakses tanggal 24 September 2009

71

Majid, A., 2009, Preventation and Management of Coronary Artery Disease in Patients with Diabetes Mellitus, Departemen Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara-Rumah Sakit Adam Malik, Medan Massing, M., W., Kathleen, A., Carla, A., Mridul, C., David, B., 2005, Trends in Lipid Management Among Patients With Coronary Artery Disease, http://care.diabetesjournals.org/content/26/4/991.full.pdf, diakses tanggal 2 Januari 2010 Muchid, A., Umar, F., Ginting, M., Basri, C., Wahyuni, R., Helmi, R., dkk., 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta Muchid, A., Umar, F., Chusun, Purnama, Nur Ratih., Masrul, Ratih N., dkk., 2006, Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta Necel, 2009, All About Atherosclerosis, http://www.necel.wordpress.com, diakses tanggal 19 Januari 2010 Permana, H., 2009, Komplikasi Kornik dan Penyakit Penyerta pada Diabetesi, http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/komplikasi_kronik_dan_ penyakit_penyerta_pada_diabetesi.pdf., diakses tanggal 29 Desember 2009 Ronald, K., 2008, The epidemiology of diabetic complications, http://www.diabetes.org/news-research/research/research-database/theepidemiology-of-diabetic-complications.html, diakses tanggal 20 Januari 2010 Soegondo, S., 2006, Diabetes The Sillence Killer, http://www.medicastore.com , diakses tanggal 4 April 2009 Soegondo S., dkk., 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Penerbit Pengurus Besar Perkumpulan Endokrin Indonesia, Jakarta

72

Soenarta,

A., 2008, Ancaman Global Penyakit Kardiovaskuler, http://therapystroke.com/index.php?view=article&catid=1%3Alatestnews&id=7%3Astick-to-the-code&format=pdf&option=com_conten t&Itemid=50&lang=en, diakses tanggal 2 Januari 2010

Sukandar, E., 2008, ISO Farmakoterapi, 26-27, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta Suryawan, S., 2008, Obat Kardiovaskuler, Bagian Farmakologi Fakulas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya Susanti, A., 2007, Evaluasi Pengobatan pasien Diabetes Mellitus dengan Komplikasi Ulkus/Gangren di Instaasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Desember 2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Sutedjo, A.Y., 2007, Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium, 67, 83, 113, Penerbit Amara Books, Yogyakarta Triplitt, L., Charles A.R., William L.I., 2005, Pharmacoteraphy; A Pathophysiologic approach; Diabetes Mellitus, 1333-1363, 6th edition, The McGraw-Hill Companies, Inc., New York

Tjay, T., dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, 600, 738, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta Utomo, H., 2005, Gambaran Penetalaksanaan Diabetes Mellitus pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Bulan JuliDesember Tahun 2003, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Yacob, I., 2009, Penyakit Arteri Perifer pada Diabetes, http://kliniksempurna.blogspot.com/2009/06/penyakit-arteri-periferpada-diabetes.html, diakses tanggal 20 Januari 2010

73

LAMPIRAN
KASUS 1 Data pasien No. Rekam medik : 603534 Umur/ Jenis Kelamin : 41 tahun/ P Lama Tinggal : 27/1/08 - 4/2/ 08 (8 hari) Subyektif : Sakit perut, BAB cair 20 kali Pemeriksaan Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Nadi Glukosa Darah Puasa Post Prandial Hati SGOT SGPT Ginjal Ureum Kreatinin Asam Urat Kolesterol Kolesterol Total LDL HDL Trigliserida EKG : Iskemia (27/1/08) Obyektif Hasil 27/1/08 160/100 mmHg 370C 100 x/ menit 27/1/08 219 mg/dl 314 mg/dl 27/1/08 13,0 U/L 11,8 U/L 27/1/08 41 mg/dl 0,70 mg/dl 3,7 mg/dl 27/1/08 151 mg/dl 89 mg/dl 43 mg/dl 99 mg/dl 4/2/08 130/90 mmHg 29/1/08 323 mg/dl 316mg/dl Rujukan 130/80 mmHg 370C 80x/menit 70-110 mg/dl 100-140 mg/dl 0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L 10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl < 200 mg/dl < 150 mg/dl >40 mg/dl <150 mg/dl Diagnosa masuk : Gastro endemitis dengan dehidrasi Diagnosa keluar : DM, IHD, diare akut, multiple radicalits

Penatalaksanaan Pasien mendapatkan ISDN 5mg 3x/hari, Metformin 3x500mg, Glimepirid 2x1tab, Omeprazole 1x20mg Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah dan glukosa darah, 1. ISDN digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3x5mg/hari 2. Glumin XR (metformin) dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pasien DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien membutuhkan antiplatelet Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. 3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

74

KASUS 2 Data pasien Diagnosa masuk : No. Rekam medik : 604430 Anoreksia, dyspepsia, DM Umur/ Jenis Kelamin : 38 tahun/ L Lama Tinggal : Diagnosa keluar : 3/2/08 15/2/08 (12 hari) DM, Hipertensi, IHD, Stroke Subyektif : Mual, muntah, sakit perut Sebelumnya sudah minum obat Rantin, Curcuma, dan Cetalgin Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan 3/2/08 15/2/08 Tanda Vital Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 mmHg 130/80 mmHg Suhu 370C 370C Nadi 100 x/ menit 80x/menit 3/2/08 Glukosa Darah Puasa 308 mg/dl 70-110 mg/dl Post Prandial 461 mg/dl 100-140 mg/dl 3/2/08 Ginjal Ureum 35 mg/dl 10,00-50,00 mg/dl Kreatinin 1,16 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl Asam Urat 17,1 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl EKG : IHD (12/2/08) Penatalaksanaan Pasien mendapatkan ISDN 2x5mg, Aspilet 1x2 tablet, Glucobay 3x100mg, Omeprazole 1x40mg, Allupurinol 1x300mg Penilaian Pasien mengalami kenaikan kadar glukosa darah, dan asam urat. 1. Menurut Pharmacotherapy Principles and Practice, isosorbid dinitrat (ISDN) dapat digunakan dengan dosis 5-20 mg 2-3 kali sehari 2. Glucobay (acarbose) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien 3. Allupurinol digunakan untuk terjadinya kenaikan kadar asam urat pasien DRP : Tidak teridentifikasi adanya DRP Rekomendasi : 1. Melakukan monitoring glukosa darah dan pemeriksaan kolesterol secara teratur untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. 2. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

75

KASUS 3 Data pasien No. Rekam medik : 604281 Umur/ Jenis Kelamin : 71 tahun/ P Lama Tinggal : 3/2/08 -14/2/08 (11 hari)

Diagnosa masuk : Hipoglikemia, hipertensi Diagnosa keluar : DM, hipoglikemia, IHD, radices dentist, dislipidemia

Subyektif : Komuniksi tidak nyambung, kepala pusing, riwayat stroke 1 tahun yang lalu, obat yang digunakan glibenkamid, captopril, nadifan Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan 3/2/08 14/2/08 Tanda Vital Tekanan Darah 206/100 mmHg 120/80 mmHg 130/80 mmHg Suhu 370C 370C Nadi 85 x/ menit 80x/menit 6/2/08 Glukosa Darah Puasa 108 mg/dl 70-110 mg/dl Post Prandial 144mg/dl 100-140 mg/dl 3/2/08 Hati SGOT 28,6 U/L 0,00-38,00 U/L SGPT 9,8 U/L 0,00-41,00 U/L 3/2/08 Ginjal Ureum 31 mg/dl 10,00-50,00 mg/dl Kreatinin 1,26 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl Asam Urat 7,2 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl 3/2/08 Kolesterol Kolesterol Total 286 mg/dl < 200 mg/dl LDL 195 mg/dl < 150 mg/dl HDL 65 mg/dl >40 mg/dl Trigliserida 144 mg/dl <150 mg/dl EKG : Iskemia (4/2/08) Penatalaksanaan Metformin 3x500mg, Amlodipin Besilat 1x10mg, ISDN 3x5mg, Furosemid 1x2 amp, Simvastatin 1x10mg, Allupurinol 1x100mg Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin, asam urat, kolesterol total dan LDL 1. Metformin digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah 2. ISDN digunakan sebagai antiangina 3. Menurut guideline kadar asam urat yang kurang dari 10 mg/dl tidak membuuhkan terapi obat 4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien Rekomendasi : DRP : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur 1. Butuh obat tambahan; pasien sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien membutuhkan antiplatelet 2. Dilakukan monitoring pada penggunaan metformin 2. Tidak Perlu Obat Terapi; karena terjadi kenaikan kreatinin pada pasien Allupurinol tidak diperlukan untuk 3. Penggunaan Allupurinol dihentikan menurunkan asam urat pasien 4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar kolesterol total, LDL Outcome : Membaik dan rawat jalan

76

KASUS 4 Data pasien No. Rekam medik : 106303 Umur/ Jenis Kelamin : 68 tahun/ L Lama Tinggal : 3/5/08 - 10/5/08 (7 hari) Subyektif : Lemas, buyer Pemeriksaan Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Glukosa Darah Puasa Post Prandial Hati SGOT SGPT Ginjal Ureum Kreatinin Asam Urat Kolesterol LDL HDL EKG : Iskemia (5/5/08)

Diagnosa masuk : DM, ulkus jari kaki Diagnosa keluar : DM, ulkus jari kaki, ISK, IHD, radices dentist

Obyektif Hasil 3/5/08 10/5/08 130/80 mmHg 150/90 mmHg 38,70C 3/5/08 111 mg/dl 187mg/dl 4/5/08 19,6 U/L 16,0 U/L 3/5/08 44 mg/dl 1,33 mg/dl 4,9 mg/dl 3/5/08 112 mg/dl 141 mg/dl -

Rujukan 130/80 mmHg 370C 70-110 mg/dl 100-140 mg/dl 0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L 10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl < 150 mg/dl >40 mg/dl

Penatalaksanaan Diltiazem 3x30mg, ISDN 3x5mg, Glumin XR 1x2 tablet, Lantus 1x8u, Dexaflox 2x400mg, Mertigo 3x1tablet Penilaian Pasien mengalami kenaikan gula darah, kreatinin 1. Glumin XR (metformin) digunakan sebagai antidiabetes untuk menurunkan kenaikan kadar gula darah pasien 2. ISDN digunakan sebagai terapi antiangina DRP : Tidak teridentifikasi adanya DRP Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Pemberian Glumin XR pada pasien harus selalu dikontrol karena terdapat peningkatan kreatinin pada pasien 3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah dan kolesterol total karena pasien keluar dari rumah sakit masih dalam keadaan belum sembuh. Outcome : Belum sembuh,pulang atas permintaan dan rawat jalan

77

KASUS 5 Data pasien No. Rekam medik : 396640 Umur/ Jenis Kelamin : 80 tahun/ P Lama Tinggal : 7/5/08 - 19/5/08 (12 hari) Subyektif : Pusing, mual, tidak nafsu makan Pemeriksaan Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Nadi Glukosa Darah Puasa Post Prandial Hati SGOT SGPT Ginjal Ureum Kreatinin EKG : Iskemia (7/5/08)

Diagnosa masuk : DM, hipertensi, infeksi sekunder Diagnosa keluar : DM, hipoglikemia, IHD, ISK

Obyektif Hasil 7/5/08 19/5/08 140/90 mmHg 160/90 mmHg 38,70C 80 x/menit 7/5/08 354 mg/dl 432mg/dl 7/5/08 17,7 U/L 9,3 U/L 7/5/08 61 mg/dl 1,65 mg/dl -

Rujukan 130/80 mmHg 370C 80x/menit 70-110 mg/dl 100-140 mg/dl 0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L 10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl

Penatalaksanaan Glimepirid 1x3mg, Glucovance 1,25/250 2x1tablet, Vometa FT 3x1 tablet, Dexaflox 2x400mg Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, ureum dan kreatinin. 1. Glimepirid dan Glucovance (kombinasi glibenklamid 1,25mg dan metformin HCl 250mg) digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati 2. Pasien tidak mendapat terapi untuk menurunkan tekanan darahnya, dan tidak mendapatkan obat antiangina untuk menangani IHD pasien 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. Rekomendasi : DRP : 1. Pasien perlu aspirin 80 mg/hari 1. Butuh tambahan terapi obat; 2. Amlodipin Besilat dengan dosis awal 1x2,5mg/hari untuk pasien membutuhkan pasien lanjut usia, secara teratur sebagai terapi untuk IHD antiplatelet, antiangina dan 3. Kaptopril 2x12,5mg sebagai terapi penurunan tekanan antihipertensi darah 2. Obat tidak tepat; Glimepirid 4. Penggunaan Glimepirid dan Glucovance diganti dengan dan Glucovance tidak boleh insulin kerja sedang dengan dosis 4-5 unit per hari. digunakan pada pasien dengan dengan nilai kreatinin 5. Melakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida. lebih dari 1,40 mg/dl. 6. Melakukan diet untuk membantu menurunkan kadar gula darah, dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Outcome : Belum sembuh, pulang atas permintaan

78

KASUS 6 Data pasien No. Rekam medik : 349505 Umur/ Jenis Kelamin : 77 tahun/ P Lama Tinggal : 11/6/08 - 15/6/ 08 (4 hari) Subyektif : Perut sakit, muntah-berak, lemas Riwayat penyakit DM dan jantung Pemeriksaan Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Glukosa Darah Puasa Post Prandial Hati SGOT SGPT Ginjal Ureum Kreatinin Kolesterol Kolesterol Total Trigliserida EKG : Iskemia (11/6/08)

Diagnosa masuk : Vomitus Diagnosa keluar : DM, hipertiroid subklinis, IHD, dislipidemia

Obyektif Hasil 11/6/08 15/6/08 140/100 mmHg 130/80 mmHg 38,50C 13/6/08 103 mg/dl 161 mg/dl 11/6/08 14,1 U/L 12,1 U/L 11/6/08 36 mg/dl 1,40 mg/dl 12/6/08 207 mg/dl 130 mg/dl Penatalaksanaan

Rujukan 130/80 mmHg 370C 70-110 mg/dl 100-140 mg/dl 0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L 10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl < 200 mg/dl <150 mg/dl

Glumin XR 1x2tablet, ISDN 3x5mg Penilaian Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin dan kolesterol total 1. Glumin XR (metformin) diunakan untuk menurunkan kadar gula darah 2. ISDN digunakan untuk terapi IHD DRP : Tidak teridentifikasi adanya DRP Rekomendasi : 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari untuk terapi IHD. 2. Glumin XR digunakan secara hati-hati dan perlu monitoring, karena terjadi peningkatan kreatinin pada pasien. 3. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah. 4. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah dan kolesterol total.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

79

KASUS 7 Data pasien No. Rekam medik : 620465 Umur/ Jenis Kelamin : 67 tahun/ P Lama Tinggal : 15/6/08 - 18/6/ 08 (3 hari) Subyektif : Mual, muntah, BAB 3x cair Pemeriksaan Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Glukosa Darah Puasa Post Prandial Ginjal Ureum Kreatinin Asam Urat Kolesterol Kolesterol Total Trigliserida EKG : Iskemia (15/6/08)

Diagnosa masuk : GEA Diagnosa keluar : DM, ISK, IHD, diare akut

Obyektif Hasil 15/6/08 18/6/ 08 130/90 mmHg 110/70 mmHg 360C 16/6/08 150 mg/dl 172 mg/dl 15/6/08 17/6/08 24 mg/dl 0,75 mg/dl 4,9 mg/dl 12/6/08 112 mg/dl 107 mg/dl

Rujukan 130/80 mmHg 370C 70-110 mg/dl 100-140 mg/dl 10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl < 200 mg/dl <150 mg/dl

Penatalaksanaan Glimepirid 1x2mg, ISDN 3x5mg, Dexaflox 2x400mg, Vometa FT 3x1 tablet Penilaian Pasien mengalami peningkatan kadar glukosa darah 1. Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien 2. ISDN digunakan sebagai terapi IHD 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : Rekomendasi : 1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara membutuhkan antiplatelet teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah. 3. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

80

KASUS 8 Data pasien No. Rekam medik : 100356 Umur/ Jenis Kelamin : 63 tahun/ P Lama Tinggal : 9/12/08 - 22/12/ 08 (13 hari) Subyektif : BAB berdarah, boyok nyeri sekali Pemeriksaan Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Nadi Glukosa Darah Puasa Post Prandial Hati SGOT SGPT Ginjal Ureum Kreatinin Kolesterol LDL Trigliserida EKG : Iskemia (15/12/08)

Diagnosa masuk: DM, hipertensi Diagnosa keluar : DM, IHD, dislipidemia, lumbal discopathy

Obyektif Hasil 9/12/08 22/12/ 08 160/100 mmHg 130/90 mmHg 360C 88 x/menit 9/12/08 16/12/08 61 mg/dl 111 mg/dl 125 mg/dl 134 mg/dl 9/12/08 21,3 U/L 10,8 U/L 9/12/08 17/6/08 51 mg/dl 1,14 mg/dl 9/12/08 139 mg/dl 102 mg/dl -

Rujukan 130/80 mmHg 370C 80 x/menit 70-110 mg/dl 100-140 mg/dl 0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L 10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl < 150 mg/dl <150 mg/dl

Penatalaksanaan Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, Diltiazem 3x30mg Penilaian Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, ureum. 1. Diltiazem digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3-4x30mg/hari 2. Gumin XR (metformin) digunakan untuk terapi penurunan kadar glukosa darah

DRP : Tidak teridentifikasi adanya DRP

Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien 2. Menganjurkan pasien untuk menjalankan pola hidup sehat 4. Monitoring gula darah dan kolesterol secara teratur.

Outcome : Membaik dan rawat jalan

81

KASUS 9 Data pasien No. Rekam medik : 070476 Umur/ Jenis Kelamin : 82 tahun/ L Lama Tinggal : 10/10/08 - 21/10/ 08 (11 hari)

Diagnosa masuk : Pneumonia, hiperglikemi Diagnosa keluar : DM, IHD, hipertiroid, kontraksi tungkai bawah, nefropati

Subyektif : Tidak mau makan, batuk, riwayat hipertensi, pernah operasi prostat, alergi obat sulfa. Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan 10/10/08 21/10/ 08 Tanda Vital Tekanan Darah 130/80 mmHg 110/70 mmHg 130/80 mmHg Suhu 380C 370C Nadi 96 x/ menit 80x/menit 12/10/08 Glukosa Darah Puasa 176 mg/dl 70-110 mg/dl Post Prandial 153 mg/dl 100-140 mg/dl 10/10/08 Hati SGOT 22,5 U/L 0,00-38,00 U/L SGPT 12,4 U/L 0,00-41,00 U/L 10/10/08 Ginjal Ureum 97 mg/dl 10,00-50,00 mg/dl Kreatinin 2,36 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl Asam Urat 10,6 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl 10/10/08 Kolesterol Kolesterol Total 165 mg/dl < 200 mg/dl LDL 102 mg/dl < 150 mg/dl HDL 35 mg/dl >40 mg/dl Trigliserida 130 mg/dl <150 mg/dl EKG : Iskemia (27/1/08) Penatalaksanaan Pasien mendapatkan Metformin 3x500mg, ISDN 3x5mg, Bricasma 3x1 tablet, Neo-Mercazole 1x5mg Penilaian Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, ureum, kreatinin. 1. Metformin digunakan untuk menurunkan glukosa darah pasien yang mengalami kenaikan 2. ISDN digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3x5mg/hari 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. Rekomendasi : DRP : 1. Butuh obat tambahan; 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. pasien membutuhkan antiplatelet dan obat untuk 2. Perlu tambahan Allupurinol dengan dosis 1x300 mg/hari 3. Perlu dilakukan kontrol secara teratur dan monitoring kadar hiperurisemia glukosa darah, untuk menghindari hiperglikemia dan 2. Obat tidak tepat; metformin komplikasi lain yang lebih parah. tidak boleh digunakan pada 4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula pasien nefropati, dengan darah. nilai kreatinin lebih dari 5. Metformin diganti dengan Glikuidon 15mg/hari yang tidak 1,50 mg/dl. kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati. Outcome : Membaik dan rawat jalan

82

KASUS 10 Data pasien Diagnosa masuk : No. Rekam medik : 640842 Vomitus, DM, hepatitis Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ L Lama Tinggal : Diagnosa keluar : 30/11/08 - 10/12/08 (10 hari) DM, radices dentist, IHD Subyektif : Mual, perut sakit seperti ditusuk-tusuk, riwayat penyakit hepatitis, DM sejak 2003 Menggunakan Glibenklamid sehari 1 tablet tetapi tidak teratur. Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan 30/11/08 10/12/08 Tanda Vital Tekanan Darah 130/80 mmHg 110/80 mmHg 130/80 mmHg Suhu 360C 370C Nadi 80 x/ menit 80x/menit 30/11/08 Glukosa Darah Puasa 164 mg/dl 70-110 mg/dl Post Prandial 241 mg/dl 100-140 mg/dl 30/11/08 5/12/08 Hati SGOT 122,4 U/L 52,6 U/L 0,00-38,00 U/L SGPT 344,5 U/L 246,5 U/L 0,00-41,00 U/L 30/11/08 Ginjal Ureum 29 mg/dl 10,00-50,00 mg/dl Kreatinin 0,61 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 30/11/08 Kolesterol Kolesterol Total 177 mg/dl < 200 mg/dl Trigliserida 203 mg/dl <150 mg/dl EKG : Iskemia (1/12/08) Penatalaksanaan Pasien mendapatkan Vometa FT 3x1 tablet, Glumin XR 1x2 tablet, ISDN 3x5mg, Gluvas 1x1mg, Hypofil 1x300mg Penilaian Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, SGOT, SGPT, trigliserida. 1. Glumin XR (metformin) dan gluvas (Glimepirid) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati 2. Hypofil (gemfibrozil),digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida pasien. 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : Rekomendasi : 1. Butuh obat tambahan; 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai pasien membutuhkan terapi untuk IHD yang dialami pasien. antiplatelet 2. Penggunan Glumin XR, Gluvas perlu pemantauan, karena terjadi kenaikan SGOT dan SGPT. 3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah. 4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

83

KASUS 11 Data pasien No. Rekam medik : 444370 Umur/ Jenis Kelamin : 60 tahun/ P Lama Tinggal : 2/12/08 - 7/12/08 (5 hari)

Diagnosa masuk : DM, HHD-IHD, radices dentist Diagnosa keluar : DM, HHD-IHD, radices dentist

Subyektif : Berencana cabut gigi, namun gula darah tinggi Pemeriksaan Tanda Vital Tekanan Darah Glukosa Darah Puasa Post Prandial Ginjal Ureum Kreatinin EKG : Iskemia Obyektif Hasil 2/12/08 7/12/08 160/90 mmHg 150/100 mmHg 2/12/08 12/10/08 226 mg/dl 270 mg/dl 2/12/08 24 mg/dl 0,81 mg/dl Rujukan 130/80 mmHg 70-110 mg/dl 100-140 mg/dl 10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl

Penatalaksanaan Pasien mendapatkan Herbesser 90 SR (diltiazem) 1x1 tablet, Amlodipin Besilat 1x10mg, Adalat 3x10mg, Insulin RI 50u Penilaian Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar glukosa darah, ureum, kreatinin. 1. Insulin digunakan sebagai terapi penurunan kadar gula darah 2. Amlodipin besilat dan diltiazem digunakan sebagai antiangina 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : Rekomendasi : 1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara membutuhkan antiplatelet dan teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami antihipertensi pasien. 2. Diberikan Kaptopril dengan dosis 3x12,5mg sebagai terapi penurunan tekanan darah 3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah. 4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

84

KASUS 12 Data pasien Diagnosa masuk : No. Rekam medik : 015905 OBS dyspneu, vomitus, DM Umur/ Jenis Kelamin : 64 tahun/ L Lama Tinggal : Diagnosa keluar : 12/2/09 - 24/2/09 (12 hari) DM, IHD, trombositopenia, hiponatremia Subyektif : Sesak nafas, dada terasa tidak enak, mual, muntah Pemeriksaan Tanda Vital Tekanan Darah Obyektif Hasil 12/2/09 24/2/09 142/90 mmHg 110/70 mmHg 390C 124 x/ menit 13/2/09 267 mg/dl 297 mg/dl 13/2/09 31,4 U/L 33,6 U/L 13/2/09 20 mg/dl 0,75 mg/dl 13/2/09 98 mg/dl 311 mg/dl Rujukan 130/80 mmHg 370C 80x/menit 70-110 mg/dl 100-140 mg/dl 0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L 10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl < 150 mg/dl <150 mg/dl

Glukosa Darah Puasa Post Prandial Hati SGOT SGPT Ginjal Ureum Kreatinin Kolesterol LDL Trigliserida EKG : Iskemia (12/2/08)

Penatalaksanaan Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, ISDN 3x5mg, Vometa FT 3x1 tablet, Glimepirid 1x1mg, Bricasma 3x1 tablet Penilaian Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar gula darah, trigliserida 1. Glumin XR (metformin) dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati 2. Trigliserida pasien mengalami kenaikan dan membutuhkan obat hipolipidemia untuk menurunkan kadar trigliserida pasien 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. Rekomendasi : DRP : 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai 1. Butuh obat tambahan; pasien terapi untuk IHD yang dialami pasien membutuhkan antiplatelet, 2. Glimepirid seharusnya tidak digunakan dan obat hipolipidemia seharusnya menggunakan metformin dengan dosis 2. Adverse Drug Reaction; pasien 3x500mg/hari mengalami trombositopenia 3. Perlu pemberian gemfibrozil dengan dosis 600mg 2x/ dan hiponatremia yang dapat hari untuk menurunkan kadar trigliserida yang disebabkan karena penggunaan meningkat glimepirid 4. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah. 5. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah, tekanan darah, dan trigliserida agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

85

KASUS 13 Data pasien No. Rekam medik : 109090 Umur/ Jenis Kelamin : 55 tahun/ P Lama Tinggal : 14/2/09 - 26/2/09 (12 hari)

Diagnosa masuk : DM, hipertensi Diagnosa keluar : DM, HHD-IHD, chronic appendicitis, polineuropati, radices dentist, dislipidemia

Subyektif : Lemas, kencing banyak busa, panas, warna merah, pekat selama satu minggu Pemeriksaan Tanda Vital Tekanan Darah Glukosa Darah Puasa Post Prandial Hati SGPT Ginjal Ureum Asam Urat Kolesterol LDL HDL Trigliserida EKG : Iskemia (10/10/08) Obyektif Hasil 14/2/09 26/2/09 140/90 mmHg 130/80 mmHg 14/2/09 225 mg/dl 327 mg/dl 14/2/09 22,1 U/L 14/2/09 20 mg/dl 4,1 mg/dl 14/2/09 159 mg/dl 71 mg/dl 281 mg/dl Rujukan 130/80 mmHg 70-110 mg/dl 100-140 mg/dl 0,00-41,00 U/L 10,00-50,00 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl < 150 mg/dl > 40 mg/dl <150 mg/dl

Penatalaksanaan Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Amlodipin besilat 1x10mg, Gluvas 1x2 tablet, Insultard 16u sore dan 20u pagi Penilaian Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, LDL dan trigliserida. 1. Pasien tidak mendapat terapi untuk kenaikan trigliseridanya 2. Gluvas (Glimepirid) dan Insultard digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien 3. ISDN dan amlodipin besilat digunakan sebagai terapi IHD 4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : Rekomendasi : 1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur membutuhkan antiplatelet, sebagai terapi pemeliharaan pada pasien IHD. obat hipolipidemia 2. Perlu pemberian gemfibrozil dengan dosis 600mg 2x/ hari untuk menurunkan kadar trigliserida yang meningkat 3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah. 4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula darah, LDL dan trigliserida, agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

86

KASUS 14 Data pasien No. Rekam medik : 540784 Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ L Lama Tinggal : 17/2/09 - 26/2/09 (9 hari)

Diagnosa masuk : DM, HHD, arytmia cordis Diagnosa keluar : DM, hipertiroid, HHD-IHD, ISK, hiperkalemia

Subyektif : 1 minggu sesak nafas, kaki bengkak. Riwayat sakit jantung Pemeriksaan Tanda Vital Tekanan Darah Nadi Glukosa Darah Puasa Post Prandial Hati SGOT SGPT Ginjal Ureum Kreatinin Asam Urat HbA1c EKG : Iskemia (17/2/09) Obyektif Hasil 17/2/09 26/2/09 133/80 mmHg 140/90 mmHg 67 x/menit 17/2/09 141 mg/dl 213 mg/dl 17/2/09 38,0 U/L 26,3 U/L 17/2/09 42 mg/dl 1,40 mg/dl 4,1 mg/dl 7,9% Rujukan 130/80 mmHg 80 x/menit 70-110 mg/dl 100-140 mg/dl 0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L 10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg.dl 3,40-7,00 mg/dl 4,5-6,5%

Penatalaksanaan Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, Bisoprolol 1x5mg, ISDN 3x5mg, Cardioaspirin 1x1 tablet, Neo-Mercazole 3x5mg Penilaian Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar gula darah. 1. ISDN dan bisoprolol digunakan untuk terapi IHD 2. Glumin XR (metformin) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah 3. Cardioaspirin merupakan antikoagulen mengandung asam asetilsalisilat yang digunakan untuk pengobatan dan pencegahan angina pectoris dan MI dengan dosis 1x1tablet.

DRP : 1. Butuh obat tambahan; pasien membutuhkan antiplatelet dan antihipertensi

Rekomendasi : 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. 3. Pasien diberi kaptopril dengan dosis 3x12,5 mg/hari untuk menurunkan tekanan darah pasien 4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah. 5. Pengunaan Glumin XR perlu pengawasan khusus karena pasien mengalami kenaikan kadar kreatinin. 6. Melakukan pemeriksaan kolesterol, meliputi kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida. Outcome : Membaik dan rawat jalan

87

KASUS 15 Data pasien Diagnosa masuk : No. Rekam medik : 456320 IHD, susp cholecytis, dislipidemia Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ P Lama Tinggal : Diagnosa keluar : 24/2/09 - 11/3/09 (15 hari) DM, IHD, dislipidemia,HAPV cervical Subyektif : Sakit di ulu hati kurang lebih satu bulan, leher bagian belakang terasa kencang, perut terasa penuh Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan 24/2/09 11/3/09 Tanda Vital Tekanan Darah 110/80 mmHg 110/80 mmHg 130/80 mmHg Suhu 360C 370C Nadi 80 x/ menit 80x/menit 25/2/09 Glukosa Darah Puasa 216 mg/dl 70-110 mg/dl Post Prandial 223mg/dl 100-140 mg/dl 8/3/09 Hati SGOT 22,1 U/L 0,00-38,00 U/L SGPT 91,1 U/L 0,00-41,00 U/L 8/3/09 Ginjal Ureum 18 mg/dl 10,00-50,00 mg/dl Kreatinin 0,46 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 8/3/09 Kolesterol Kolesterol Total 203 mg/dl < 200 mg/dl LDL 128 mg/dl < 150 mg/dl HDL 52 mg/dl >40 mg/dl Trigliserida 91 mg/dl <150 mg/dl EKG : Iskemia Penatalaksanaan Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Glumin XR 1x2 tablet, Simvastatin 1x10mg Penilaian Pasien mengalami peningkatan kadar gula darah, SGPT dan kolesterol total. 1. ISDN digunakan sebagai antiangina dengan dosis 1tablet 5mg 3-4x sehari 2. Glumin XR (metformin) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati 3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien. DRP : Rekomendasi : 1. Butuh obat tambahan; 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur pasien membutuhkan sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien. antiplatelet 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. 3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

88

KASUS 16 Data pasien No. Rekam medik : 283531 Umur/ Jenis Kelamin : 76 tahun/ P Lama Tinggal : 27/2/09 - 20/3/09 (21 hari) Subyektif : Nyeri kaki kiri Pemeriksaan Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Nadi Glukosa Darah Puasa Post Prandial Hati SGOT SGPT Ginjal Ureum Kreatinin Asam Urat Kolesterol LDL Trigliserida EKG : Iskemia (28/2/09)

Diagnosa masuk : FP co lium femur, DM, hiperglikemia Diagnosa keluar : DM, IHD, renal ficiency, fraktur intetrochanterica Femur smistro

Obyektif Hasil 27/2/09 20/3/09 160/80 mmHg 120/80 mmHg 37,20C 93 x/ menit 27/2/09 84 mg/dl 147mg/dl 27/2/09 16,6 U/L 16,4 U/L 27/2/09 131 mg/dl 3,26 mg/dl 4,7 mg/dl 27/2/09 102 mg/dl 176 mg/dl -

Rujukan 130/80 mmHg 370C 80x/menit 70-110 mg/dl 100-140 mg/dl 0,00-38,00 U/L 0,00-41,00 U/L 10,00-50,00 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl < 150 mg/dl <150 mg/dl

Penatalaksanaan Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Glurenorm 1x1 tablet, Aprovel 1x300mg Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar gula darah, ureum, kretinin dan trigliserida. 1. Glurenorm (Glikuidon) digunakan sebagai obat antidiabetik 2. ISDN digunakan sebagai antiangina DRP : Rekomendasi : Tidak teridentifikasi adanya 1. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur DRP untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk 2. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

89

KASUS 17 Data pasien Diagnosa masuk : No. Rekam medik : 655736 DM, IHD Umur/ Jenis Kelamin : 64 tahun/ L Lama Tinggal : Diagnosa keluar : 2/4/09 - 15/4/09 (13 hari) DM, IHD, CHF Subyektif : Pusing, mual, tidak nafsu makan, perut membesar (acites) Riwayat DM Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan 2/4/09 15/4/09 Tanda Vital Tekanan Darah 160/100 mmHg 120/80 mmHg 130/80 mmHg 2/4/09 Glukosa Darah Puasa 176 mg/dl 70-110 mg/dl Post Prandial 153 mg/dl 100-140 mg/dl 2/4/09 Hati SGOT 16,4 U/L 0,00-38,00 U/L SGPT 6,6 U/L 0,00-41,00 U/L 2/4/09 Ginjal Ureum 45 mg/dl 10,00-50,00 mg/dl Kreatinin 1,29 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl Asam Urat 7,6 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl 2/4/09 Kolesterol Kolesterol total 150 mg/dl <200 mg.dl LDL 102 mg/dl < 150 mg/dl HDL 30 mg/dl >40 mg/dl Trigliserida 83 mg/dl <150 mg/dl EKG : Iskemia (2/4/09) Penatalaksanaan Pasien mendapatkan Aspilet 1x1 tablet, Glimepirid 1x3mg, ISDN 3x5mg, Metformin 2x500mg, Zyloric (Allupurinol) 2x1 gelas Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin, asam urat dan penurunan HDL 1. ISDN digunakan sebagai antiangina dengan dosis 3x5mg/hari 2. Metformin dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien 3. Menurut guideline kadar asam urat yang kurang dari 10 mg/dl tidak membuuhkan terapi obat 4. Aspilet mengandung asam asetilsalisilat yang digunakan untuk pengobatan dan pencegahan angina pektoris dan MI Rekomendasi : DRP : 1. Penggunaan Allupurinol dihentikan 1. Tidak Perlu Obat Terapi; 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur Allupurinol tidak diperlukan untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. untuk menurunkan asam urat 3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu pasien menurunkan kadar glukosa darah. 4. Penggunaan Metformin dan Glimepirid harus dipantau dan dimoitoring, karena pasien mangalami kenaikan kreatinin. 5. Mengkonsumsi sayuran dan olah raga, untuk meningkatkan kadar HDL pasien. Outcome : Membaik dan rawat jalan

90

KASUS 18 Data pasien No. Rekam medik : 658498 Umur/ Jenis Kelamin : 55 tahun/ P Lama Tinggal : 27/4/09 - 9/5/09 (12 hari)

Diagnosa masuk : DM, IHD, polineuropati Diagnosa keluar : DM, neuropati, IHD, diastolic disfunction, CHF, ISK, dislipidemia, hipotiroid

Subyektif : Perut terasa membesar, tidak nafsu makan, nyeri di perut kanan atas, mual Obyektif Pemeriksaan Hasil Rujukan 27/4/09 9/5/09 Tanda Vital Tekanan Darah 140/80 mmHg 140/80 mmHg 130/80 mmHg Suhu 360C 370C Nadi 80 x/ menit 80x/menit 27/4/09 Glukosa Darah Puasa 102 mg/dl 70-110 mg/dl Post Prandial 182 mg/dl 100-140 mg/dl 27/4/09 Hati SGOT 19,7 U/L 0,00-38,00 U/L SGPT 11,3 U/L 0,00-41,00 U/L 27/4/09 Ginjal Ureum 29 mg/dl 10,00-50,00 mg/dl Kreatinin 0,95 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl 27/4/09 Kolesterol LDL 155 mg/dl < 150 mg/dl HDL 41 mg/dl >40 mg/dl Trigliserida 180 mg/dl <150 mg/dl EKG : Iskemia Penatalaksanaan Pasien mendapatkan Glikuidon 30mg 1x2 tablet, ISDN 3x5mg, Bisoprolol fumarat 5mg 1x tablet, Euthyrax 1x0,10 mg, Furosemid 2x1 tablet Penilaian Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, dan LDL. 1. Bisoprolol fumarat golongan beta bloker dengan dosis 5-10 mg/hari. Jika digunakan dengan sulfonilurea kan menurunkan efek sulfonilurea 2. Glikuidon golongan sulfonilurea, dosis awal tablet (15 mg) 1x sehari, dosis maksimal 180 mg/hari 3. Tekanan darah pasien mengalami kenaikan, namun belum diberi terapi untuk menurunkan tekananan darah 4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien Rekomendasi : DRP : 1. Pasien diberi kaptopril dengan dosis 3x12,5 mg/hari 1. Butuh obat tambahan; pasien untuk menurunkan tekanan darah pasien membutuhkan antihipertensi 2. Melakukan penghentian penggunaan bisoprolol 2. Adverse Drug Reaction; 3. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur penggunaan bisoprolol fumarat untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk dan glikuidon dapat menurunkan 4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu efek dari glikuidon. menurunkan kadar glukosa darah. Outcome : Membaik dan rawat jalan

91

Penulis skripsi Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Mellitus Komplikasi Ischemic Hart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008-Mei 2009 memiliki nama lengkap Maria Laksmi Parahita. Penulis lahir sebagai anak pertama dari pasangan Ignatius Suwarto dan Fransiska Aufrida Sudjarwati di Pemalang pada tanggal 19 Februari 1988. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Pius Pemalang pada tahun 1994, kemudian menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Pius (1994 2000) dilanjutkan SMP Pius Pemalang (2000-2003), dan tahun 2006 Penulis

menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Pemalang. Pada tahun 2006 Penulis memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah Penulis mengikuti berbagai kegiatan, seperti ; anggota Paduan Suara Fakultas Farmasi (2006-2008), Panitia Titrasi (2007), dan Panitia Insadha (2008).

Anda mungkin juga menyukai