Anda di halaman 1dari 72

PENUNTUN PRAKTIKUM

BLOK 7

STEM ENDOKRIN, METABOLIK DAN NUTR

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO.
2021
BLOK 7

SISTEM ENDOKRIN, METABOLIK DAN


NUTRISI

BUKU TUTOR

Modul ini digunakan hanya untuk proses pendidikan

Di Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021

BLOK 7 | SISTEM ENDOKRIN, METABOLIK, DAN NUTRISI


SISTEM ENDOKRIN, METABOLIK DAN
NUTRISI

TIM PENYUSUN KURIKULUM


dr. Sumarni, Sp.GK, M.Kes
dr. Fenny Nur Afny
dr. Indah P. Kiay Demak, M.MedEd

KOORDINATOR BLOK
dr. Moh Zainul Ramadhan

EDITOR
dr. Christin Rony Nayoan, Sp.T.H.T.K.L, MM
dr. Moh Zainul Ramadhan
dr. I Kadek Rupawan, M.Biomed
DAFTAR ISI

Daftar Isi
Gambaran Umum Blok
Topic Tree
Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Yang Harus Dikuasai
Aktivitas Pembelajaran
Penilaian Blok
Penuntun praktikum Farmakologi………………
Penuntun praktikum Patologi Klinik…………..
Penuntun praktikum Mikrobiologi …………….
Penuntun praktikum Patologi Anatomi………
Penuntun praktikum Gizi…………………………...
GAMBARAN UMUM BLOK

Blok VII menyajikan topik tentang endokrinologi, penyakit


metabolik dan nutrisi. Beberapa topik yang akan disajikan ke dalam
bentuk skenario untuk mengembangkan pengetahuan dalam
menyelesaikan satu kasus. Dengan memahami blok ini mahasiswa
diharapkan memiliki pengetahuan tentang endokrinologi, penyakit
metabolik dan nutrisi.
Blok ini terdiri dari enam modul. Modul pertama membahas
tentang penyakit akibat gangguan pada kelenjar thyroid, parathyroid,
fungsi hipotalamus dan hipoisis. Mulai dari patofisiologi hingga
manajemen termasuk peran hormon tiroid pada proses pertumbuhan,
pubertas, serta keganasan pada kelenjar tersebut.
Pada modul kedua akan membahas tentang hormon adrenal dan
endokrinologi reproduksi, peran hormon proses fertilisasi, kehamilan
dan monopouse. Selain itu, juga membahas penggunaan obat-obat
adrenokortikosteroid. Modul ketiga membahas tentang malnutrisi. Pada
modul ini mahasiswa akan memahami patofisiologi serta manajemen
penyakit akibat kekurangan gizi seperti gizi buruk, defisiensi vitamin
dan mineral. Pada modul keempat tentang gangguan pada kelenjar
pankreas, mahasiswa diharapkan mampu memahami patofisiologi serta
manajemen diabetes melitus, mulai skring hingga komplikasi yang
ditimbulkan. Modul kelima tentang dislipidemia. Pada modul ini
mahasiswa diharapkan mampu memahami penyakit akibat gangguan
metabolisme lipid, patofisiologi hingga manajemen, penanganan serta
pencegahan komplikasi. Modul kortikosteroid akan membahas kelebihan
hormone steroid dan peran kortikosteroid pada beberapa penyakit
seperti gangguan imunologi, infeksi, dan kanker.
Proses pembelajaran meliputi kuliah, diskusi kelompok (tutorial),
dan praktikum laboratorium. Kuliah akan diberikan oleh pakar untuk
menambah pengetahuan mahasiswa. Dalam diskusi kelompok,
mahasiswa akan membahas skenario yang berisi masalah klinis.
Mahasiswa dapat membahas kelainan lain yang berhubungan dengan
skenario yang didiskusikan. Mahasiswa diharapkan untuk dapat
menguraikan tujuan pembelajaran mereka dan menghasilkan tujuan
belajar tambahan. Mahasiswa dituntut pula untuk belajar mandiri
menggunakan sumber belajar dari buku teks, artikel dna jurnal ilmiah
maupun sumber lainnya yang relevan. Praktikum dan latihan
keterampilan dilaksanakan agar mahasiswa semakin terlatih dalam
manajemen pasien.

Bagian yang terkait :


Adapun bagian yang terkait dalam mempelajari sistem
gastrointestinal, hepatobilier dan pankreas adalah: Interna , Pediatrik ,
Ilmu Kesehatan Masyarakat-Gizi, Patologi Anatomi, Patologi Klinik,
IK.THT-KL, Dermatologi, Obstetri dan Gynekology, Radiologi, Biokimia,
Mikrobiologi dan Farmakologi.
TOPIC TREE
TUJUAN PEMBELAJARAN

A. TUJUAN UMUM

Tujuan dari blok ini agar mahasiswa dapat memiliki


pengetahuan dan kemampuan dalam memahami endokrinologi,
metabolik dan nutrisi. Dengan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki, mahasiswa diharapkan mampu mengelola masalah terkait
endokrin, metabolism dan gangguan nutrisi.

B. TUJUAN KHUSUS
Diakhir blok ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengaplikasikan pengetahuan ilmu biomedis agar dapat
menjelaskan patobiologi endokrin, metabolik, dan gangguan nutrisi
a. Memahami pathogenesis endokrin, metabolik, dan gangguan
nutrisi
b. Memahami patofisiologi endokrin, metabolik, dan
gangguan nutrisi
2. Memahami pengaturan endokrin, metabolik, dan gangguan nutrisi :
a. Memahami cara anamnesis pada gangguan endokrin,
metabolik, dan gangguan nutrisi
b. Memahami pemeriksaan fisik pada gangguan endokrin,
metabolik, dan gangguan nutrisi
c. Memahami pemeriksaan laboratorium pada gangguan
endokrin, metabolik, dan gangguan nutrisi
d. Memahami bagaimana pemeriksaan yang sesuai pada
gangguan endokrin, metabolik, dan gangguan nutrisi
e. Memahami bagaimana cara mencegah gangguan endokrin,
metabolik, dan gangguan nutrisi

BLOK 7 | SISTEM ENDOKRIN, METABOLIK, DAN NUTRISI


f. Memahami komplikasi yang diakibatkan gangguan endokrin,
metabolik, dan gangguan nutrisi
3. Memahami epidemiologi endokrin, metabolik, dan gangguan nutrisi
a. Mengetahui gejala yang sering muncul pada gangguan
endokrin, metabolik, dan gangguan nutrisi
b. Mengetahui distribusi gangguan endokrin, metabolik, dan
gangguan nutrisi
c. Memahami masalah utama gangguan endokrin, metabolik,
dan gangguan nutrisi
KOMPETENSI YANG HARUS DIKUASAI

Adapun daftar penyakit minimal yang harus dikuasai, sesuai


dengan standar kompetensi dokter Indonesia tahun 2012:

NO PENYAKIT SKDI
1 Diabetes melitus tipe 1 4A
2 Diabetes melitus tipe 2 4A
3 Malnutrisi energi-protein 4A
4 Defisiensi vitamin 4A
5 Defisiensi mineral 4A
6 Dislipidemia 4A
7 Hiperurisemia 4A
8 Obesitas 4A
9 Tirotoksikosis 3B
10 Cushing's disease 3B
11 Krisis adrenal 3B
12 Sindrom metabolik 3B
13 Ketoasidosis diabetikum
3B
nonketotik
14 Hiperglikemi hiperosmolar 3B
15 Hipoglikemia berat 3B
16 Hipoparatiroid 3A
17 Hipertiroid 3A
18 Goiter 3A
19 Diabetes melitus tipe lain
(intoleransi glukosa akibat 3A
penyakit lain atau obat-
obatan)
20 Hipotiroid 2
21 Tiroiditis 2
22 Pubertas prekoks 2
23 Hipogonadisme 2
24 Adenoma tiroid 2
25 Karsinoma tiroid 2
26 Hipotiroid 2
27 Defisiensi hormon
1
pertumbuhan
28 Hiperparatiroid 1
29 Addison's disease 1

BLOK 7 | SISTEM ENDOKRIN, METABOLIK, DAN NUTRISI


30 Prolaktinemia 1
31 Porfiria 1
32 Diabetes insipidus 1
33 Akromegali, gigantisme 1
Sumber : Konsil Kedokteran Indonesia, 2012

Tingkat kemampuan yang harus dicapai:


Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan
Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran
klinik penyakit, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk
mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut,
selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap
penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan


awal, dan merujuk
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari
rujukan.
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan
nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien.
Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan


secara mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip
dan/atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
AKTIFITAS PEMBELAJARAN

Kegiatan pembelajaran berikut ini disiapkan untuk membimbing


mahasiswa untuk mengetahui tujuan pembelajaran pada blok ini.
1. Diskusi Kelompok dengan Tutor
Diskusi tutorial dalam kelompok beranggotakan 12-14
mahasiswa dan dipandu oleh tutor yang bertugas sebagai
fasilitator. Dalam berdiskusi mahasiswa akan dihadapkan pada
masalah dalam bentuk skenario untuk diskusi.
Satu skenario dijadwalkan untuk 2 kali pertemuan dalam 1
minggu yang sama. Selama diskusi, setiap kelompok perlu untuk
membawa sumber belajar yang relevan, yang dapat disebutkan
dalam tutorial. Diskusi dilakukan dengan metode seven jumps yang
terdiri dari:
a.Mengklarifikasi istilah/konsep
b.Menetapkan permasalahan
c. Menganalisis masalah
d.Menarik kesimpulan
e. Menentukan tujuan belajar
f. Belajar mandiri
g.Menarik kesimpulan
Pada pertemuan pertama akan dilaksanakan langkah (1) sampai
(5), dan langkah selanjutnya akan dilakukan pada pertemuan
berikutnya dengan skenario yang sama.
2. Pembelajaran Mandiri
Mahasiswa belajar mandiri berdasarkan tujuan blok dan
tujuan skenario dapat dikembangkan sesuai referensi yang sudah
dianjurkan atau perbandingan literature yang diperoleh dari
internet.

BLOK 7 | SISTEM ENDOKRIN, METABOLIK, DAN NUTRISI


3. Kuliah
Kuliah dilaksanakan untuk memperjelas konsep atau teori yang
sulit atau khusus sehingga membutuhkan pakar untuk
meningkatkan pemahaman, Kuliah dilaksanakan dalam bentuk
konsultasi interaktif berdasarkan masalah. Selama blok 7 akan ada
beberapa kuliah yang berhubungan dengan modul topik di minggu
berikutnya. Mahasiswa diminta untuk mengajukan pertanyaan
dan meminta penjelasan tentang masalah yang tidak terpecahkan
selama tutorial. Kuliah akan diselenggarakan di blok ini tercantum
dibawah ini :
Modul 1 Disfungsi pada Kelenjar
a. Patologi Hipotalamus, Paratiroid, Hipofisis
b. Patologi Tiroid
c. Patologi Endokrin Pankreas
d. Patologi dan Manajemen Hipotiroid
e. Patologi dan Manajemen Hipertiroid
f. Patologi dan Manajemen Paratiroid
g. Hipotiroid pada Anak
h. Penyakit Endokrin pada Anak
i. Nodul Tiroid
j. Adenoma Tiroid
k. Karsinoma Tiroid
l. Endokrinologi Pubertas
m. Endokrinologi Pertumbuhan
n. Penyakit akibat gangguan hormon korteks dan medulla
Adrenal
o. Peran endokrin pada Penyakit Sistem Reproduksi
p. Endokrinologi Kehamilan
q. Endokrinologi Penyakit Perdarahan Uterus
r. Endokrinologi Infertilitas
s. Endokrinologi Osteoporosis dan Menopause
t. Estrogen-progestin dan agonis/antagonis
u. Androgen, antiandrogen dan anabolik steroid
Modul 2 Gizi dan Metabolisme
a. Masalah terbaru di bidang nutrisi
b. Nutrisi dan pangan
c. Defisiensi vitamin, mineral dan toksisitas mikronutrient
d. Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Metabolik
e. Hormon Assay
f. Gizi Buruk
g. Refeeding Syndrome
h. Food Borne disease & Water Borne diseases
i. Farmakoterapi for infant, neonatus & Children
j. Farmakoterapi for Elderly
k. Diabetes Melitus Tipe 1
l. Diabetes Melitus Tipe 2
m. Manajemen Komplikasi Diabetes
n. Nefropati Diabetik
o. Gestational DM
p. Manajemen Kegawatdaruratan pada DM
q. Obat Anti Diabetik
r. Manajemen Nutrisi DM
s. Patologi dan Manajemen Dislipidemia
t. Sindrom Metabolik
u. Obesitas Anak
v. Obesitas Dewasa
w. Obesitas pada Kehamilan
4. Praktik Laboratorium
Kegiatan laboratorium dilakukan oleh bagian Patologi Klinik,
Patologi Anatomi, Mikrobiologi, IKM-Gizi. Kegiatan laboratorium
yang akan dilakukan antara lain :
- Patologi Anatomi : Patologi pada hipotalamus,paratiroid, dan
hipofisis
- Patologi klinik : Blood-Glucose Urine-Ketone Bodies
Demo, HbA1C, Uric Acid, Urine-Ca; Endocrinology Capyta
Selecta.

5. Skills Lab
Kegiatan skills lab di blok ini meliputi materi antropometri,
Denver, dan pemasangan NGT
PENILAIAN BLOK

Komponen penilaian mahasiswa


 Tutorial 25%
 Praktikum 15%
 Ujian Akhir Blok 60%

Tutorial
Penilaian tutorial didasarkan pada disiplin, interaksi verbal dan
motorik, serta tugas individual tutorial dan Pleno (jika dibutuhkan).

Praktikum
Evaluasi praktikum akan menilai kemampuan afektif, kognitif, dan
psikomotor di laboratorium. Instruktur mungkin akan memberikan pretest,
posttest, minitest, masalah untuk didiskusikan, tugas, atau laporan
individual berisi kegiatan praktikum, dan hasilnya tergantung dari tiap
bagian.

Ujian akhir
Untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran, mahasiswa akan
diuji di akhir blok. Mahasiswa dengan absensi > 80 % untuk kuliah dan
tutorial, 100% kehadiran untuk praktikum, dan skills lab dapat mengikuti
ujian akhir blok.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 7 ENDOKRIN


PENUNTUN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI

Tim Penyusun

dr. Nursyamsi, M.Sc.

dr. Christin Rony Nayoan, Sp.T.H.T.K.L,

M.M dr. Asrawati Sofyan, M.Kes, Sp.KK

dr. Andi Alfia Muthmainnah T, M.Biomed

dr. Junjun Fitriani, M.Biomed

Materi Praktikum

Antidiabetes

BAGIAN FARMAKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS

TADULAKO
TATA TERTIB LABORATORIUM

1. Mahasiswa harus hadir sepuluh menit sebelum praktikum


2. Mahasiswa yang terlambat hingga 15 menit tidak diizinkan
mengikuti pretes tetapi diperkenankan mengikuti praktikum
3. Mahasiswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak
diperkenanakan mengikuti kegiatan praktikum
4. Selama mengikuti kegiatan praktikum, mahasiswa/i wajib
berpakaian sopan :
a. Memakai kemeja berkerah dan sepatu tertutup
b. Laki-laki dilarang menggunakan celana jeans
c. Perempuan memakai rok, paling pendek ± 5 cm di bawah lutut,
tidak ketat.
5. Menyiapkan workplan yang dibutuhkan dalam praktikum yang diikuti
6. Bersedia jika ditunjuk menjadi probandus untuk contoh sampel
yang akan digunakan saat praktikum dengan menandatangani
informed consent yang disediakan
7. Memakai jas praktikum dan name tag saat memasuki ruang praktikum
8. Menanda tangani daftar hadir praktikum
9. Wajib menyerahkan kartu control praktikum dan workplan
10. Mengikuti pre test yang akan dilaksanakan pada 5 menit pertama
kegiatan praktikum.
11. Mengikuti praktikum dengan tertib dan tidak membuat gaduh
12. Menjaga dan menggunakan peralatan praktikum dengan sebaik-
baiknya, sesuai dengan aturan penggunaannya. Bagi yang merusak
peralatan praktikum, harus menggantinya paling lambat 1 minggu
setelah praktikum
13. Mohon ijin pada dosen pembimbing praktikum, bila akan
meninggalkan praktikum karena keperluan penting
14. Menjaga kebersihan ruang praktikum
15. Tidak merokok, makan, minum dan mencoret-coret didalam ruang
praktikum
16. Mengikuti post test dan membuat laporan tertulis mengenai
kegiatan praktikum
17. Mereka yang tidak menjalankan praktikum pada harinya karena
alasan yang diperbolehkan berdasarkan panduan akademik harus
melapor dan mengikuti praktikum kelompok berikutnya.
18. Sebelum meninggalkan ruang praktikum, mahasiswa harus
merapikan, membersihkan, mengecek, dan mengembalikan alat-
alat dan bahan praktikum di ruang praktikum.

Kepala Bagian Farmakologi

dr. Nursyamsi, M. Sc
NIP. 198408192010122004
SISTEM PENILAIAN

1. Komponen penilaian untuk mahasiswa:


Pretes 30 %
Posttes 40 %
Laporan praktikum 30 %
2. Bagi yang memiliki nilai hasil akumulasi pretes, posttes, ujian
praktikum dan laporan praktikum < 60 (standar) dianggap INHAL.
3. Mahasiswa yang berhak mengikuti inhal adalah :
a. Mahasiswa yang telah menempuh ujian praktikum tetapi nilai
akumulasi akhir tidak mencapai 75.
b. Mahasiswa yang belum mengikuti keseluruhan praktikum
karena alasan berikut :
1) menderita sakit yang dibuktikan dengan surat sakit dari
dokter dan diserahkan paling lambat 1 x 24 jam setelah hari
ujian.
2) mendapat kemalangan (orang tua/saudara kandung
meninggal dunia)
3) mendapat tugas dari fakultas atau universitas yang
dibuktikan dengan surat tugas.
4. Bagi mahasiswa yang mengikuti ujian perbaikan karena alasan yang
tertera dalam poin 3.a, nilai maksimal adalah 74,99.
5. Bagi mahasiswa yang mengikuti ujian perbaikan karena alsaan yang
tertera dalam poin 3.b. 1,2,3, bisa memperoleh nilai maksimal.
Kepala Bagian Farmakologi

dr. Nursyamsi, M. Sc
NIP. 198408192010122004
ANTIDIABETES

TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami mekanisme kerja obat antidiabetes.

LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus (DM) merupakan satu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik peningkatan glukosa darah
(hiperglikemia) yang terjadi karena tidak adanya atau berkurangnya
sekresi insulin pankreas dengan atau tanpa gangguan efek insulin.
Kondisi ini secara umum dapat digolongkan menjadi diabetes mellitus
tipe 1 dan tipe 2, di luar diabetes tipe lain dan gestasional. Diabetes
mellitus tipe 1 timbul akibat kerusakan selektif sel beta dan
defisiensi insulin parah yang disebabkan oleh gangguan imun
atau idiopatik. Diabetes mellitus tipe 2 timbul akibat resistensi
jaringan terhadap efek insulin bersama dengan defisiensi
relatif sekresi insulin.
Kekurangan atau ketiadaan insulin dapat menyebabkan penyakit
diabetes melitus yang ditandai dengan hiperglikemia berat yang dapat
menyebabkan retinopati, nefropati, neuropati dan komplikasi
kardiovaskular jika tidak ditangangi. Oleh karena itu, dibutuhkan
tatalaksana DM yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien salah satunya dengan mengendalikan glukosa darah.
Pengendalian glukosa darah dapat dilakukan dengan memberikan
terapi farmakologis, baik insulin eksogen maupun obat antidiabetes oral.
Pemilihan kedua agen farmakoterapi tersebut umumnya berdasarkan
tipe diabetes. Pasien dengan DM tipe 1 membutuhkan terapi sulih
insulin untuk mempertahankan kehidupannya, sedangkan DM tipe 2
hanya sekitar 30% pasien yang membutuhkan insulin untuk
mengontrol glukosa darahnya. Mayoritas pasien DM tipe 2
mendapatkan terapi obat antidiabetes oral.
Saat ini di Indonesia ada 5 golongan antidiabetes oral:
sulfonilurea, glinid, metformin, tiazolidindion, inhibitor alfa
glukosidase, inhibitor dipeptil peptidase-IV (DPP-IV), dan
inhibitor sodium glucose cotransporter
2 (SGLT-2). Metformin dan tiazolidindion bekerja dengan
meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, inhibitor alfa
glukosidase dengan menghambat absorbs glukosa di saluran
pencernaan, inhibitor DPP-IV dengan meningkatkan sekresi
insulin serta menekan sekresi glucagon, inhibitor SGLT-2 dengan
menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuli distal
ginjal, sedangkan glinid dan sulfonilurea seperti glibenklamid bekerja
dengan memacu sekresi insulin.
Pada praktikum ini anda akan belajar menganalisa efek obat
hipoglikemik oral yang diberikan kepada hewan coba (mencit) dengan
mengamati penurunan kadar glukosa darahnya. Hewan coba dapat
dibuat mengidap penyakit diabetes tipe 1 dengan mengubah susunan
genetik atau dengan induksi kimia (aloxan, streptozozin) atau
diabetes tipe 2 dengan pembebanan glukosa seperti pada praktikum ini.
Pada cara ini mencit yang digunakan adalah mencit normal yang
dibebani sukrosa tanpa merusak pankreasnya, karena berdasarkan teori
bahwa dengan pembebanan sukrosa akan menyebabkan peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemik) secara cepat. Sukrosa di dalam
tubuh dapat terurai menjadi glukosa dan fruktosa. Kadar glukosa yang
tinggi dalam darah dapat diturunkan oleh zat-zat berefek
antihiperglikemik/antidiabetik.

ALAT DAN BAHAN


Alat
 Beaker glass
 Sonde oral
 Stopwatch
 Glucometer dan strip glukosa
 Scalpel
Bahan
 Suspensi glibenklamid 5 mg/5 ml
 Larutan D10%
 Larutan Na-CMC 0,5%
 Alkohol 70%
 Aquadest
Hewan Percobaan
Mencit (Mus musculus)

PROSEDUR
1. Setiap kelompok mendapatkan 2 ekor mencit yang dipuasakan selama
±8 jam. Satu ekor mencit sebagai kontrol dan 1 lagi sebagai perlakuan.
2. Hitung dosis obat/larutan yang dibutuhkan mencit berdasarkan
berat badan tiap mencit yang sudah diukur sebelumnya (faktor
konversi 0,0026).
3. Periksa kadar gula darah mencit menggunakan glucometer
sebelum diberikan larutan gula. Darah mencit diambil
dengan cara memotong ekor mencit 1 cm ke ujung lalu pijat
samai darah keluar kemudian teteskan ke strip glucotest.
4. Beri larutan gula 2 mg/kgBB pada setiap mencit yang telah
diperiksa kadar gula darahnya/sebelum diberi perlakuan apapun.
5. Periksa ulang kadar gula darah mencit setelah 30 menit
pemberian larutan glukosa D5%.
6. Setelah itu, mencit pertama diberi larutan Na-CMC 0,5% dan
mencit kedua diberi larutan glibenklamid.
7. Setelah 30 menit, lakukan pemeriksaan kadar gula darah
pada masing- masing mencit dan catat hasilnya dalam table
pengamatan.
8. Ulangi langkah ke-7, pada menit ke-60, 90, dst.
Kadar Gula Darah (mg/dL)

Kelompok Sebelum Setelah Setelah Pemberian Obat

D5% D5%
30’ 60’ dst.

Kontrol

Perlakuan

DAFTAR PUSTAKA
Stevani, H. 2016. Praktikum Farmakologi. BPPSDM Kementrian Kesehatan
RI
FKUI. 2017. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J. 2013. Basic and Clinical
Pharmacology. 12th ed. The McGraw−Hill Companies.
Soelistijo, S.A., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., et al. 2015.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. PB Perkeni
Pretes Praktikum Farmakologi
“Antidiabetes”

Nama :
NIM :
Tanggal :
Robek di sini

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 7 ENDOKRIN


Posttes Praktikum Farmakologi
“Antidiabetes”

Nama :
NIM :
Tanggal :
Robek di sini
PENUNTUN PRAKTIKUM
PATOLOGI KLINIK

Tim Penyusun

dr. Haerani Harun, M.Kes,

Sp.PK dr. Rosa Dwi Wahyuni,

M.Kes, Sp.PK

dr. Budi Dharmono Tulaka

DEPARTEMEN PATOLOGI
KLINIK FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TADULAKO
2021

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 7 ENDOKRIN


MATERI PRAKTIKUM

A. GLUKOSA (METODE GOD-PAP)


B. KETON (METODE ROTHERA)
C. KALSIUM
D. HbA1C
PEMERIKSAAN GLUKOSA (METODE GOD-PAP)

A. Tujuan : Untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah


B. Metode : GOD-PAP
C. Prinsip : Glukosa diukur setelah oksidase enzimatik, adanya
glukosidase hidrogen peroksidase di bawah katalisa
peroksidase bereaksi dengan phenol dan 4-amino
phenazone membentuk zat warna merah violet,
quinoneimine sebagai indikator.
D. Bahan : Serum
E. Alat : 1. Micropipet 10µl & 1000µl 4. Tabung reaksi
2. Blue tipe & yelow tip 5. Centrifuge
3. Beackerglass 6. Fotometer
F. Reagensia :1. Reagen enzim (buffer pH 7,5)
2. Reagen standard
G. Cara Kerja :
1. Siapkan 3 tabung reaksi yaitu tabung 1 untuk sampel,
tabung 2 untuk standard, dan tabung 3 untuk blanko.
2. Masukkan serum 10µl hanya pada tabung 1(sampel).
3. Masukkan standar 10µl hanya pada tabung 2 (standar)
4. Masukkan reagent enzim pada 3 tabung, yaitu tabung 1 (
sampel ), tabung 2 (standart), dan tabung 3 (blanko).
5. Homogenkan masing masing tabung dihomogenkan dan
inkubasikan selama 10 menit pada suhu kamar (15-25oC) atau
5 menit pada waterbath (37°C )
6. Ukurlah absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm.
Sampel Standard Blanko
Sampel 10µl - -
Standard - 10µl -
Reagen 1000µl 1000µl 1000µl
Homogenkan masing-masing tabung,inkubasikan 10 menit pada
suhu 20-25 °C atau 5 menit pada suhu 37°C
US kulah absorbansi standard dan sampel terhadap blanko
reagen (λ = 546nm)

Nilai Rujukan: a. Darah segar (puasa) 70-110 mg/dl


b. Serum & plasma (puasa) 75-115 mg/dl
Daftar Pustaka
1. Barham, D., Trinder, P., Analyst 97 (1972)
2. Teuscher, A., Richterich P., Schweiz. Med. Wschr. 101, 345 and
390 (1971)
3. ISO 15223 Medical devices – Symbols to be used with
medical device labels, labelling and information to be
supplied.
4. Human Procedur Practise

LATIHAN SOAL
1. Sebutkan sumber kesalahan pada percobaan glukose GOD PAP !

2. Terangkan metabolisme glukose !


3. Sebutkan keadaan fisiologis atau patologis yang menyebabkan
peningkatan kadar glukose !

LAPORAN PRAKTIKUM (PEMERIKSAAN GLUKOSE)

tar Dosen Pembimbing dan Nama/Paraf Dosen Pembimbing


PEMERIKSAAN KETON (METODE ROTHERA)

 Tujuan Pemeriksaan Keton


Sodium Nitroprussida yang ditambahkan ke dalam urine akan
bereaksi dengan benda keton/aseton dalamurin padakondisi
alkalis dan akan menghasilkan cincin ungu.

 Metode Pemeriksaan Keton


Test Rothera

 Prinsip Pemeriksaan Keton


Untuk mengetahui adanya keton dalam urine

 Bahan Pemeriksaan
Urine segar

 Prosedur Pemeriksaan
1.Masukkan urin sebanyak 5 ml ke dalam tabung
reaksi. 2.Tambahkan 2 ml ammonium sulfat,
homogenkan 3.Tambahan 2 tetes Natrium
nitroprusid, homogenkan
4.Melalui dinding tabung reaksi, alirkan amoniak 28% sebanyak 2
ml 5.Amati hasil tabung reaksi.

 Interpretasi hasil
(-) tidak terbentuk cincin warna ungu
(+) bila terbentuk cincin warna ungu antara kedua lapisan

Catatan :
 Normal keton dalam darah = 1mg/100 ml darah
 Normal keton dalam urine = 1mg/24 jam
 Syarat utama pemeriksaan keton adalah pemeriksaan harus
cepat dan menggunakan urine segar
 Metode pemeriksaan keton = Rothera dan Gerharl

Daftar Pustaka
Gandasubrata, 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat.

LATIHAN SOAL
1. Sebutkan metode pemeriksaan lain untuk pemeriksaan benda
keton selain rothera !

2.Apa saja yang termasuk benda keton ?


3.Sebutkan sumber kesalahan pada pemeriksaan benda keton
metode rothera !

LAPORAN PRAKTIKUM

tar Dosen Pembimbing dan Nama/Paraf Dosen Pembimbing


TES KALSIUM

Tujuan:
Untuk menentukan kadar calcium dalam darah dan urine

Prinsip:
Kalsium dengan arsenazo III pada keadaan netral yang menunjukan
sebuah warna biru yang komplek, dan menunjukan konsentrasi kalsium
dalam kondisi proporsional. Interfensi reaksi dari magnesium di kurangi
reaksinya melalui penambahan asam 8-hydroxyquinoline-5-sulfonic
acid.

Sample:
Serum, heparin plasma atau urin. Jangan menggunakan EDTA, Oksalat atau
plasma sitrat.

Stabilitas dalam serum/plasma


7 hari dalam 20 – 35oC
3 minggu dalam 4 – 8 oC
8 bulan dalam - 20 oC

Stabilitas dalam urin


2 hari dalam 20 – 35oC
4 hari dalam 4 – 8 oC
3 minggu dalam - 20 oC

Reagent:
Phosphate buffer pH 7,5 50mmol/L
8-Hydroxyquinoline-5-sulfonic acid 5 mmol/L
Arsenazo III 120
mmol/L

Detergents
Standard 10 mg/dL (2,5 mmol/L)

Intruksi Penyimpanan dan stabilitas reagen:


Reagen akan slalu stabul sampai dengan batas waktu kadar luarsa, jika
dismpan pada suhu 2-8 C, dilindungi dari cahaya matahari langsung dan
hindari dari kontaminasi. Jangan bekukan reagen!
Peringatan dan dampak-dampak yang akan muncul:
1.Kalsium merupakan unsure yang berbahaya yang mudah terurai,
jangn sampai terjadi kontaminasi ke lainnya. Material yang sekali
pakai.
2. Sisa penggunaan reagen tertentu, sperti edta dapat mencegah
bentuk warna yang kompleks.
3. Reagen yang mengandung sodium azide (0,95 g/l) sebagai pengawet.
Jangan telan. Hindari kontak langsung kulit dan membran mukosa.

Prosedur Assay
Panjang Gelombang 500 nm, hg 546
nm Temperatur 20 – 250C/370C

Perhitungan
Kalsium (mg/dL) = DA Sample x Concentration Standart/Cal (mg/dL)
DA Std/Cal

Faktor Konversi
Kalsium (mg/dL) x 0,2495 = Calcium (mmol/L)

Nilai Normal
Serum Kalsium = 8,5 – 10,4 mg/dL

Daftar Pustaka
DiaSys Diagnositic System GmbH & Co, 2000, Calcium AS FS, Holzheim,
Germany.
PK FK UGM, 2002, Tuntunan Praktikum Patologi Klinik, Laboratorium
Patologi Klinik Fk UGM, Yogyakarta.
WHO, 2000, Guidelines on standar operating procedur for clinical
chemistry, Regional Offoce for south east Asia, New Delhi.
LATIHAN SOAL
1. Sebutkan keadaan (fisiologis atau patologis) pada peningkatan
dan penurunan kadar kalsium !

2. Jelaskan mekanisme kalsium dalam darah !

LAPORAN PRAKTIKUM

tar Dosen Pembimbing dan Nama/Paraf Dosen Pembimbing


HbA1C TEST

Tujuan
Untuk membedakan presentase kadar HbA1C test dalam darah.

Prinsip
gycation hemoglobin terjadi selama paparan eritrosit menjadi glukosa,
dari bentuk yang labil kemudian menjadi stabil. Pada Hb A, ikatan fraksi
normal yang labil terdiri dari 10% dari total ikatan glukosa. Jumlah
HbA1 dipengaruhi oleh glikosilasi tergantung pada derajat dan durasi
paparan glukosa. HbA1 terdiri dari 3 Hb : A1a, A1b, dan A1c. HbA1c
tediri dari 70% Hb yang terglikasi dan sisanya lebih dari 20% dari glikasi
Hb. HbA1c terdiri dari 60% - 70% dari total HbA1.

Tes HbA1c adalah tes bornate afinitas. pengukuran total glycoHb dengan
kromatografi asam boronat juga mengukur terglikasi Hb abnormal
seperti HbA terglikasi dan hasilnya tidak dipengaruhi oleh gagal ginjal,
aspirin, atau fluktuasi suhu.

Sampel
Darah kapiler dan darah vena dengan atau tanpa antikoagulan (EDTA,
heparin dan NaF) dapat digunakan.

Reagents
Test Device 1 x 24 unit
Alat yang terdapat membran
filternya. R1/ Reagen
Glikisinamid buffer yang terdiri dari ion Zn, pewarna asam boronat
terikat dan deterjen.
R2/ Washing Solution
Morfolin buffer NaCl solution dan detergen.

Prosedur Assay
1. Presipitasi hemoglobin
Masukkan 5 mL seluruh darah (whole blood) ke test tube dengan
R1/reagen, homogenkan. Diamkan minimal 2 menit, maksimal 3
menit. Catatan : pastikan tabung kapiler kosong setelah dicampurkan.
2. Aplikasi pada sampel.
Lakukan pencampuran kembali, homogenkan. Masukan 25 mL reaksi
yang telah tercampur pada alat test device dengan menggunakan pipet
sampai 0,5 cm pada sumuran. Kosongkan pipet secara cepat pada
bagian tengah sumuran. Tunggu sampai semua tercampur sampai ke
membran. Tunggu sampai 15 – 20 detik. Catatan : jauhkan timbulnya
gelembung.
3. Aplikasi R2/larutan pencuci
Masukkan 25 mL R2 pada alat test device. Tunggu sampai semua
tercampur sampai ke membran. Tunggu sampai 10 detik. Catatan :
jauhkan timbulnya gelembung.
4. Hasil pembacaan
Baca hasil sampai 5 m:
Menit menggunakan mesin pembaca.

Interpretasi
Rentang normal 4,5 – 6,2% HbA1c

Referensi
Nycocard HbA1c Prosedur Manual
Ravel, R, 1995. Clinical Laboratory Medicine, Chicago Book Medicine
Publisher.

LATIHAN SOAL
1. Sebutkan kegunaan pemeriksaan HbA1c !
2. Sebutkan perbedaan pemeriksaan HbA1c dengan pemeriksaan
glukosa lainnya !

LAPORAN PRAKTIKUM

Komentar Dosen Pembimbing dan Nama/Paraf Dosen


Pembimbing
PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI

Tim Penyusun

DR. dr. M Sabir, MSc

Andi Nur Asrinawaty, S.Si. M.Kes

DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
ANALISIS BAKTERI CLORIFORM PADA AIR

TUJUAN:
Mengetahui kualitas air berdasarkan METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN)

LATAR BELAKANG
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Air yang baik digunakan
adalah air yang terbebas dari bahan pencemar baik kimia maupun
biologi. Keamanan mikrobiologi air minum sangat penting, sebagai
jumlah yang penting bakteri (misalnya tipus, kolera, disentri dll) dan
virus (misalnya polio dan hepatitis) penyakit yang terbawa air.
Pemeriksaan pencemaran air secara mikrobiologi umumnya
ditunjukkan dengan keberadaan BAKTERI INDIKATOR SEPERTI
COLIFORM DAN E.COLI. Keberadaan bakteri ini menunjukkan air
telah tercemar dan berpotensi membahayakan kesehatan,
sehingga tes ini sangat penting dan rutin dilakukan.
Bakteri coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri
berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora,
aerobik, dan anaerobik fakultatif yang menghasilkan asam dan gas
dalam waktu 48 jam pada suhu 35° C. Istilah coliform fecal
digunakan untuk menggambarkan coliform mampu
memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas dalam waktu 24
jam pada 44 oC. Kehadiran coliform dalam air, memungkinkan
keberadaan pathogen lainnya, meskipun tidak ada korelasi antara
jumlah coliform dan patogen. Semakin sedikit kandungan
coliform, maka kualitas air semakin baik
Kelompok bakteri coliform antara lain Eschericia coli, Enterrobacter
aerogenes, dan Citrobacter fruendii. Kehadiran bakteri ini dalam air
minum juga menunjukkan adanya bakteri patogen lain, misalnya
Shigella, yang bisa menyebabkan diare hingga muntaber.
Uji kualitas air terdiri dari 3 langkah utama, yaitu: Uji
pendugaan , Uji penguat (confirmed test) dan Uji pelengkap
(completed test). Uji penduga merupakan uji pendahuluan
mengenai ada tidaknya bakteri koliform
berdasarkan terbentuknya asam dan gas karena fermentasi laktosa
yang dilihat dari kekeruhan dan gelembung udara pada tabung
durham. Metode pengujian pendugaan yang digunakan adalah
metode Most Probable Number (MPN). Jumlah tabung yang
positif di hitung pada masing-masing seri dan dibandingkan dengan
table MPN tabung (tabel 1)
Uji penguat dilakukan terhadap tabung dari uji penduga yang
positif. Suspense ditanam kan pada medium Eosin Methylen
Blue Agar (EMBA). Koloni E. coli yang terbentuk akan berwarna
merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni merah muda
dengan lender untuk kelompok koliform lainnya.
Uji Pelengkap dilakukan untuk menetukan bakteri E. coli. Dari
koloni yang berwarna diinokulasikan pada medium Lactose
Broth dan NA miring. Hasil positif ditandai dengan adanya asam
dan gas pada medium Lactose Broth. Pada medium NA
dilakukan pewarnaan gram untuk mengidentifikasi bakteri.
Untuk membedakan bakteri golongan coli dari bakteri
golongan coli fecal (berasal dari tinja hewan), maka dilakukan
pengujian pertumbuhan pada suhu 37OC (golongan koli) dan
42OC(golongan coliform fekal).

ALAT DAN BAHAN


Alat:
1. Tabung reaksi
2. Tabung durham
3. Pipet ukur 10 ml
4. Botol steril
5. Ose
Bahan:
1. Air
2. Medium Laktosa broth
3. Medium EMBA
4. Medium NA
5. Larutan pewarnaan gram
PROSEDUR
1. Uji penduga
a. Sampel air diambil secara steril kemudian dihomogenkan
dengan mengocoknya sebanyak 25 kali.
b. Masukkan masing – masing 1 ml air ke dalam 3 tabung
reaksi yang masing – masing berisi 10 ml Laktosa Broth.
c. Masukkan masing – masing 1 ml air ke dalam 3 tabung
reaksi yang masing – masing berisi 9 ml Laktosa Broth.
d. Masukkan masing – masing 0,1 ml air isi ulang ke dalam 3
tabung reaksi yang masing – masing berisi 9 ml Laktosa
Broth.
e. Inkubasi semua tabung pada suhu 37 0C225 selama 24 jam.
f. Amati perubahan warna dan terbentuknya gas.
Hasil positif: warna merah berubah menjadi kuning dan
gas muncul pada tabung durham
g. Catat jumlah tabung reaksi yang terbentuk gas (positif
terbentuk gas) pada tiap seri tabung (10 ml, 1 ml, 0,1 ml)
h. Menentukan nilai MPN berdasarkan tabel MPN.

2. Uji penguat
a. Untuk menetapkan adanya coliform, Semua tabung reaksi yang
positif terdapat gas diambil sebanyak 1 ose kemudian ditanam di
media Briliant Green Lactosa Broth dan diinkubasi 2X24 jam pada
suhu 37 0C.
b. Untuk menentukan adanya fecal coliform, BGLB diinkubasi pada
suhu 44,5oC
c. Untuk menetapkan E. coli, maka diinokulasikan pada medium
spesifik Endo Agar dengan teknik streak plate, diinkubasi pada
suhu 37 0C selama 2X24 jam.
d. Hasil positif pada BGLB jika medium keruh dan pada endo agar
koloni berwarna hijau metalik.
3. Uji pelengkap
a. Inokulsikan koloni bakteri ke medium Laktosa Broth dan medium
NA miring
b. Semua diinkubasi selama 2X24 jam pada suhu 37 0C.
c. Mengamati terbentuknya gas pada media Laktosa Broth, jika positif
lakukan identifikasi pada kultur medium NA.
d. Melakukan pewarnaan gram dari koloni NA.

Tabel 1. Tabel MPN seri 3


Jumlah tabung positif MPN
1 :10 1 : 100 1 : 1000 per g/ml
0 0 0 <3
0 0 1 3
0 1 0 3
1 0 0 4
1 0 1 7
1 1 0 7
1 1 1 11
1 2 0 11
2 0 0 9
2 0 1 14
2 1 0 15
2 1 1 20
2 2 0 21
2 2 1 28
3 0 0 23
3 0 1 39
3 0 2 64
3 1 0 43
3 1 1 75
3 1 2 120
3 2 0 93
3 2 1 150
3 2 2 210
3 3 0 240
3 3 1 460
3 3 2 1100
3 3 3 > 2400
Daftar Pustaka
Benson, 2001, Microbiological Applications Lab Manual 8th ed,
The McGraw−Hill Companies
Dart, 1996, Microbiology for the Analytical Chemist, The Royal
Society Of Chemistry
Eighth EditionHarley−Prescott, 2002, Laboratory Exercises in
Microbiology 5th ed, The McGraw−Hill Companies,
Pelczar dan Chan., 2006, Dasar – Dasar Mikrobiologi, Jakarta. : UI Press
UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA
LEMPENG TOTAL BAKTERI

TUJUAN
1. Untuk mengetahui Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri yang
terdapat dalam sampel bahan makanan
2. Untuk menentukan kualitas mikrobiologi sampel makanan yang
diperiksa berdasarkan ALT koloni bakteri.

LATAR BELAKANG
Makanan merupakan media tumbuh yang sangat baik untuk
mikroorganisme. Beberapa pathogen dalam makanan menjadi masalah
yang serius. Banyak penyakit yang dapat disebarkan melalui
kontaminasi pada makanan, mulai proses pengolahan hingga penyajiannya.
Kontaminan dapat berasal dari tangan pekerja, alat yang digunakan,
vector ataupun yang digunakan.
METODE KUANTITATIF DIGUNAKAN UNTUK MENGETAHUI
JUMLAH MIKROBA YANG ADA PADA SUATU SAMPEL, UMUMNYA
DIKENAL DENGAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT). Uji Angka
Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau
anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir
berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka
dalam koloni (cfu) per ml/gram atau koloni/100ml. Cara yang
digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes, dan cara
sebar
Metode hitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap
sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi
jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi
jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel.
Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk
penghitungan koloni ialah yang mengandung antara 25
sampai 250 koloni. Karena jumlah mikroorganimse dalam sampel
tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-
kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang
memenuhi syarat tersebut maka harus dilakukan sederatan pengenceran
dan pencawanan.
ALAT DAN BAHAN
1. Lampu spiritus
2. Inkubator
3. Pipet ukuran steril
4. Tabung Erlenmeyer
5. Cawan petri
6. Blender
7. Vortex
8. Koloni counter
9. Water bath
10. Timbangan
11. Sampel bahan makanan padat
12.Medium PCA
13.Pepton water atau larutan saline
14.Alkohol 70%
15.Akuades

PROSEDUR
1. Timbang 25 gr sampel makanan.
2. Masukkan sampel ke dalam 225 ml pepton water atau akuades
steril, kemudian hancurkan dengan blender selama 5 menit
(pengenceran 1/10)
3. Siapkan 3 tabung yang berisi 9 ml larutan pepton water atau saline steril
4. Ambil 1 ml hasil pengenceran dan masukkan ke dalam larutan
saline steril (pengenceran 1/100). Lakukan hingga tabung ke
tiga
5. Beri label pada permukaan cawan peteri steril (nama, tanggal dan
seri pengenceran)
6. Pindahkan 1 ml larutan sampel ke cawan petri
7. Tuang MEDIUM PCA dan biarkan memadat.
8. Inkubasi selama 24 jam
9. Susun petri berdasarkan seri pengenceran
10. Hitung jumlah koloni yang tumbuh pada cawan petri yang berada
antara 25-250 koloni. Petri yang <25 koloni ditulis terlalu
sedikit untuk dihitung, sedangkan >250 koloni dituliskan
terlalu banyak untuk dihitung (TBUD)
11. Hitung jumlah bakteri dengan rumus
Jumlah bakteri =

DAFTAR PUSTAKA
Benson, 2001, Microbiological Applications Lab Manual 8th ed,
The McGraw−Hill Companies
Eighth EditionHarley−Prescott, 2002, Laboratory Exercises in
Microbiology 5th ed, The McGraw−Hill Companies
PENUNTUN PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI

Tim Penyusun

dr. Nirwansyah Parampasi, Sp.PA

dr. Arlin Tutu, Sp.PA

dr. Gina Andyka Hutasoit,

M.Biomed. dr. I Kadek Rupawan,

M.Biomed.

dr. Puspita Sari, M.Biomed.

Materi Praktikum

Kelenjar Tiroid

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO
TATA TERTIB LABORATORIUM

1. Datang 10 menit sebelum kuliah, praktikum dan semua kegiatan


laboratorium
2. Selama mengikuti kegiatan praktikum, mahasiswa wajib berpakaian
rapi dan sopan
3. Selama mengikuti praktikum dan kegiatan lainnya di laboratorium
mahasiswa wajib mengenakan jas praktikum, nama tag, membawa
pensil warna, penuntun praktikum, kartu kontrol, workplan dan
peralatan yang digunakan dalam kegiatan praktikum tersebut. Bagi
yang tidak melengkapi persyaratan dianggap tidak diperkenankan
mengikuti kegiatan praktikum.
4. Pretest akan dilaksanakan pada sepuluh (10 menit) pertama
kegiatan pratikum atau terjadwalkan sesuai aturan dari setiap
bagian.
5. Tidak meninggalkan ruanggan tanpa izin dosen ataupun asisten
dosen yang bersangkutan.
6. Tidak minum atau makan dalam ruangan.
7. Tidak membuat kegaduhan di dalam laboratorium.
8. Merapikan, membersihkan, mengecek dan mengembalikan alat-alat
preparat atau pun bahan yang digunakan pada ruang perkuliahan
dan laboratorium.
9. Mengumpul laporan praktikum tepat waktu.
10. Mengikuti asistensi dan responsi pratikum sesuai jadwal.
11. Bersedia bertanggung jawab dan mengganti alat, bahan ataupun
preparat yang dipergunakan dalam kegiatan laboratorium jika
merusak. Aturan penggantian akan ditetapkan sesuai kebijakan
masing –masing bagian laboratorium.
12. Hal-hal yang tidak tertuang dalam aturan ini akan diambil
kebijaksanaan kemudian.
SISTEM PENILAIAN

Pre-test Praktikum : 10%


Post-test Praktikum : 15%
Laporan Praktikum : 15%
Ujian Tentamen : 60%

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 7 ENDOKRIN


KELENJAR TIROID

1. Koloid Gondok (Colloid Goiter)


Gambaran Klinis :
Seorang wanita berusia 25 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan pembesaran massa di leher tanpa disertai rasa nyeri. Keluhan
tersebut sudah dialami 10 tahun lalu. Sejak beberapa minggu lalu, ia
kadang merasa nyeri menelan. Dia tinggal di desa Dieng, salah satu
daerah pegunungan di Jawa Tengah.Pemeriksaan klinis menunjukkan
pembesaran tiroid besar yang asimetris, multi-lobulated dan terbatas,
dengan batas tegas dan konsistensi kistik. Hasil pemeriksaan
Laboratorium didapatkan sedikit peningkatan TSH serum.
Thyroidectomi dilakukan oleh dokter bedah, dan spesimen dikirim ke
Departemen Patologi.
Gambaran Makroskopik :
Sebuah jaringan tiroid 15x20x10 cm, dienkapsulasi. Tampak
terlihat beberapa nodul dengan bagian otot berwarna agak bening,
serta tampak daerah spongious dan fibrosis. Bagian-bagian kistik
penuh dengan cairang serosa berwarna hitam.
Gambaran Mikroskopis :
Spesimen menunjukkan jaringan tiroid dengan ukuran folikel
yang bervariasi. Folikel besar dilapisi oleh epitel pipih dengan lumen
yang besar terisi oleh bahan koloid. Daerah folikel mikro dilapisi oleh
sel-sel kolumnar, dan mengandung koloid kecil. Tampak sel-sel epitel
yang monoton, tanpa mitosis sel abnormal. Tidak ada invasi kapsul
atau vaskuler sel epitel.
Low Magnification High Magnification
2. Thyroiditis
Hashimoto Gambaran
Klinis :
Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan pembesaran di bagian leher tanpa rasa sakit yang telah
dialami sejak 1 tahun yang lalu. Pemeriksaan klinis menunjukkan
pembesaran tiroid simetris dan difus, dengan konsistensi tegas.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar T3 dan
T4 bebas, penurunan TSH, dan radioaktif iodin berkurang.
Gambaran Makroskopik :
Sebuah jaringan tiroid dengan ukuran 10 cm, encapsulated.
Permukaan yang dipotong berwarna pucat, abu-abu, tegas dan agak
rapuh.
Gambaran Mikroskopis :
Spesimen menunjukkan jaringan tiroid dengan folikel kecil dan
atrofik, dengan atau tanpa berisi koloid. Folikel ini dilapisi oleh sel-sel
kolumnar epitel. Beberapa perubahan sel epitel dimana mereka
memperbesar dan mengembangkan sitoplasma eosinofilik granular
karena proliferasi mitokondria, yang kemudian disebut oncocytes, sel
Hurtle, atau sel Askanazy. Karakteristik yang paling menonjol adalah
infiltrasi oleh limfosit dan sel plasma, dengan pembentukan pusat
germinal. Tampak fibrosis yang lebih bervariasi.
Low Magnification High Magnification
3. Penyakit Graves
Gambaran Klinis
:
Seorang wanita berusia 20 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan sering berdebar, berkeringat, gugup, tremor, mata terbelalak
(exopthalmus) dan penurunan berat badan. Pemeriksaan klinis
menunjukkan pembesaran moderat simetris dari kelenjar tiroid. Tes
laboratorium menunjukkan peningkatan kadar T4 bebas serta tingkat
TSH yang rendah atau normal.
Gambaran Makroskopik :
Sebuah jaringan tiroid 8 cm, encapsulated. Permukaan yang
dipotong adalah difus otot dan berwarna merah (karena vaskularisasi
meningkat).
Gambaran Mikroskopis :
Spesimen menunjukkan sel difus, hiperplasia dari epitel
folikular. Folikel kecil yang mengandung koloid kecil. Tampak sel-sel
folikel yang tinggi dan kolumnar, dengan inti yang membesar. Papiler
infolding mungkin terjadi, karena sel meningkat dalam folikel tidak
sesuai dengan cara yang biasa. Stroma menunjukkan vaskularisasi,
dan tampak infiltrat dari limfositik.

Low Magnification High Magnification


4. Folikular Adenoma
Tiroid Gambaran Klinis :
Seorang wanita berusia 38 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan massa di leher yang tidak nyeri sejak 1 tahun yang lalu.
Kadang- kadang merasa sulit menelan. Pemeriksaan klinis
menunjukkan massa padat, soliter dan dibatasi tiroid. Pemeriksaan
Laboratorium menunjukkan peningkatan tiroglobulin.
Gambaran Makroskopik :
Sebuah jaringan tiroid, 8 cm, dengan konsistensi padat. Pada
potongan, ada massa yang solid, berwarna abu-abu-putih, berbatasan
dengan tiroid.
Gambaran Mikroskopis :
Spesimen menunjukkan jaringan tiroid dengan tumor epitel yang
solid dan folikel yang terkandung colloid. Parenkim yang berdekatan
pada tumor ini dibatasi oleh sebuah kapsul yang jelas dan utuh. Sel-sel
tumor monoton, dengan hyperchromatism nuklir. Tidak ada invasi
kapsul atau pembuluh darah oleh sel tumor. Evaluasi yang teliti
terhadap integritas kapsul penting dalam membedakan folikular
adenoma dan folikular karsinoma.

Low Magnification High Magnification


5. Papilar Karsinoma Tiroid
Gambaran Klinis :
Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan massa di bagian leher tanpa rasa sakit. Pemeriksaan klinis
menunjukkan massa padat, imobile, dan nodular tiroid, dengan
beberapa lymphadenopathies. Radionuklida scanning muncul daerah
nodul.

Gambaran Makroskopik :
Sebuah jaringan tiroid 10 cm, padat dan dienkapsulasi. Pada
potongan menunjukkan massa padat, massa menyebar dengan
hemoragik, fibrosis nekrotik, dan area kalsifikasi.

Gambaran Mikroskopis :
Spesimen menunjukkan jaringan tiroid dengan sel tumor
epitelium yang tersusun membentuk pola papilar. Sel-sel sebagian
besar adalah atipy dengan polimorf moderat dan inti khas “GROUND
GLASS OR ORPHAN ANNIE’S EYE”. Sejumlah mitosis dapat ditemukan
di tumor ini. Diagnosis karsinoma papiler tiroid didasarkan pada fitur
nuklir bukan arsitektur papiler. Inti sel karsinoma papiler
mengandung kromatin yang sangat halus dan tersebar, yang
menanamkan pada penampilan optic yang jelas. Selain itu, invaginasi
dari sitoplasma mungkin memberikan tampilan inklusi intranuklear.
Low Magnification High Magnification

REFERENSI
 Kumar, V., Cotran, R.S., and Robin, S.L., 1997, Basic
Pathology, 6th. Ed., W.B. Saunders, Philadelphia
 C. Stevens, A., Lowe, J., 1995, Pathology, 2nd. Ed., Mosby,
London
 Price,S., Wilson, L., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, 2006, Edisi 6, EGC, Penerbit Buku
Kedokteran.
 Greene, R.J., Harris, N.D., and Goodyer, L.I., 2000, Pathology
and Therapeutics for Pharmacists : A Basic for Clinical
PENUNTUN PRAKTIKUM
GIZI

Tim Penyusun

dr. Sumarni, M.Kes, Sp.GK

dr. Zainul Ramadhan

DEPARTEMEN GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO
TATA TERTIB PRAKTIKUM GIZI

1. Mahasiswa sudah berada dalam ruangan 10 menit sebelum


kegiatan dilaksanakan.
2. Memakai pakaian yang sopan, rapi sesuai panduan, memakai jas
laboratorium, membawa buku penuntun praktikum, kartu kontrol
praktikum dan kalkulator.
3. Pretest dilaksanakan sebelum kegiatan praktikum dilaksanakan.
4. Mahasiswa wajib mengikuti asistensi atau kuliah pendahuluan
praktikum
5. Tidak meninggalkan ruangan tanpa izin dosen maupun instruktur
lainnya
6. Tidak membuat kegaduhan dalam ruangan, mengerjakan tugas
dengan tertib
7. Tidak makan dan minum dalam ruangan.
8. Mengumpulkan laporan praktikum tepat waktu
9. Hal-hal yang belum tertuang dalam aturan ini akan diambil
kebijaksanaan kemudian.

Mengetahui,

Kepala Bagian Ilmu Gizi FK Untad

dr. Sumarni, M.Kes, Sp.GK


SISTEM PENILAIAN

Pretest + Posttest = 15 %

Laporan Praktikum = 30 %
Tentamen/ujian Praktikum = 55 %
DIET DIABETES MELITUS

Tujuan :

1. Mahasiswa mampu membuat preskripsi diet pasien diabetes melitus


2. Mahasiswa mampu menyusun jadwal, jumlah dan jenis makanan
pasien DM dengan atau tanpa terapi insulin

Praktikum 1. Membuat preskripsi diet DM

1 : Membuat Preskripsi Diet Pasien Diabetes mellitus

A. Alat dan bahan


a. Skenario pasien Diabetes
b. Kalkulator
c. Daftar satuan bahan penukar makanan
d. Contoh bahan makanan dan atau food model
B. Langkah yang dilakukan :

1. Menentukan Kebutuhan Energi Pasien Diabetes Melitus (DM)

a. Tentukan berat badan, Tinggi Badan dan umur pasien. Bila


pasien overweight/obesitas, gunakan Berat Badan Ideal. Bila
pasien tidak dapat ditimbang, gunakan perkiraan Berat badan
berdasarkan Lingkar Lengan Atas.
b. Tentukan faktor aktifitas dan faktor stress (hanya untuk pasien
rawat inap) pasien
c. Gunakan rumus Harris Benedict untuk menghitung kebutuhan
basal pasien lalu kali dengan faktor aktifitas dan faktor stress
(hanya untuk pasien rawat inap) untuk mendapatkan
kebutuhan energi pasien dalam 24 jam.
Rumus Harris Benedict :
-perempuan : 655 + 9,6(BB) +1,9 (TB) – 4,7(U)
-laki-laki : 66,5 + 13,8 (BB) + 5,0(TB) – 6,8 (U)
Keterangan : BB : berat badan
(kg) TB : tinggi badan (cm)
U : umur (thn)
Faktor aktifitas ( untuk pasien rawat jalan):

No Aktifitas Laki-laki Perempuan

1 Sangat 1,3 1,3


ringan

2 Ringan 1,65 1,55

3 Sedang 1,76 1,7

4 Berat 2,1 2,0

Faktor aktifitas dan faktor stress untuk pasien rawat inap :

No Aktifitas Faktor No Jenis trauma/stress faktor

1. Istirahat di 1,2 1. Tidak ada stress, pasen 1,3


tempat gizi baik
tidur
2. Tidak 1,3 2. Stress ringan : radang 1,4
terikat di saluran cerna, kanker,
tempat bedah elektif, trauma
tidur rangka moderat

3. Stress sedang : sepsis. 1,5


Bedah tulang rangka
mayor

4. Stress berat : trauma 1,6


multiple, sepsis, bedah
multisistem

5. Stress sangat berat : luka 1,7


kepala berat, sindroma
akut, luka bakar, sepsis

6. Luka bakar sangat berat 2,1


2. Menentukan komposisi zat gizi makro untuk pasien DM

Kebutuhan zat gizi makro pasien DM ditetapkan berdasarkan kondisi


yang menyertai pasien, seperti ada atau tidaknya gangguan fungsi ginjal
yang biasanya sering menyertai pasien DM yang lama. Hal yang
diperhatikan pada pasien DM adalah :

1. Fungsi ginjal
2. Fungsi hati
3. Profil lipid
4. Asam urat

Langkah-langkah dalam menentukan komposisi zat gizi makro pasien DM :

1. Tentukan kebutuhan energi pasien dalam sehari


2. Perhatikan gambaran laboratorium pasien, utamanya pada
keempat hal di atas.
3. Pada pasien DM yag disertai dengan gangguan fungsi ginjal
(ditandai penurunan laju filtrasi glomerulus) maka jumlah protein
yang diberikan dibatasi. Bila tidak, maka jumlah protein dapat
diberikan minimal 0,8 gr/kgBBI hingga 1 gr/kgBBI. Pada pasien
geriatri cukup 0,8 g kecuali terdapat masalah lain yang
membutuhkan asupan protein tinggi.
4. Protein yang diberikan 15-10 % kalori total. Setelah mendapatkan
jumlah gram protein yang dapat diberikan kalikan dengan 4 untuk
mendapatkan besaran energi yang dihasilkan oleh protein, lalu
dibagi dengan energi total dikalikan dengan 100 % untuk
mendapatkan presentase jumlah protein harian.
5. Karbohidrat diberikan 45-65% kalori total. Tidak boleh karbohidrat
<130 gram/hari.
6. Lemak 20-25% kalori total.
7. Buatlah jadwal makan pasien untuk 3 kali makan utama disertai
selingan 2 sampai 3 kali.
Praktikum 2 : Carbohydrate Counting

Tujuan carbohydrate counting adalah untuk pengaturan glukosa


darah dengan menyeimbangkan asupan karbohidrat dengan
pengobatan dan aktifitas fisik, mencapai dan mempertahankan
konsistensi konsumsi karbohidrat saat makan dan snack dalam
jumlah yang sama setiap waktu.

Tahapan :
1. Tentukan jumlah karbohidrat sehari.
2. Jumlah KH/unit Insulin = 15 gram Karbohidrat/1 unit insulin
3. Tentukan kandungan karbohidrat pada setiap kali makan, lalu
tentukan unit insulin yang dibutuhkan.

Referensi :

1. Bolderman, K.M, 2007. Educational Information From BD


Medical Diabetes Care
2. Warshaw HS, Bolderman KM. Practical Carbohydrate Counting
2nd. ADA, 2008
3. Ireton-Jones, C., ed. Intake : Energy. 13rd ed. Krause's Food and
The Nutrition Care Process., ed. L.Mahan, S. Escot-Stump, and J.
Raymond. 2012, St. Louis, Missouri, Elsevier Saunders.
4. Daly A, Power MA. Medical Nutrition Therapy. Diabetes Mellitus
and Related Disorders; Medical Management of Type 2 Diabetes,
7th Edition. American Diabetes Association, 2012.
CATATAN

Anda mungkin juga menyukai