Anda di halaman 1dari 51

UNTAD

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN FEAR


OF MISSING OUT (FOMO) SYNDROME PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO ANGKATAN 2022

PROPOSAL PENELITIAN

ANAZTASYA TARIS PUTRI NADA


N 101 20 104

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

MEI 2023

1
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN FEAR OF


MISSING OUT (FOMO) SYNDROME PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
ANGKATAN 2022

Yang Diajukan Oleh:

ANAZTASYA TARIS PUTRI NADA


N 101 20 104

Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing

Tanggal : Juli 2023

Nur Indang, S.Si., M.Sc


NIP.199111252019032020

i
DAFTAR ISI

DAFTAR BAGAN......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL........................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................4
E. Keaslian Penelitian..............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................8
A. Telaah Pustaka.....................................................................................................8
1. Kontrol Diri.....................................................................................................8
2. Fear of Missing Out.......................................................................................10
3. Gangguan Kecemasan...................................................................................12
4. Hubungan Kontrol Diri dengan Fear of Missing Out...................................14
B. Kerangka Teori..................................................................................................16
C. Kerangka Kosep................................................................................................17
D. Landasan Teori..................................................................................................17
E. Hipotesis............................................................................................................18
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................19
A. Jenis Penelitian..................................................................................................19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................19
C. Populasi dan Sampel Penelitian.........................................................................19
D. Ukuran Sampel..................................................................................................20
E. Variabel dan Definisi Operasional....................................................................21
F. Instrumen Penelitian..........................................................................................22
G. Alur Penelitian...................................................................................................24

ii
H. Pengolahan Data................................................................................................24
I. Analisis Data.....................................................................................................25
J. Etika Penelitian..................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................vi

iii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Teori........................................................................................16


Bagan 2. Kerangka Tonsep.....................................................................................17
Bagan 3. Alur Penelitian.........................................................................................24

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian......................................................................................5


Tabel 2. Definisi Operasional.................................................................................21

v
DAFTAR SINGKATAN

DSM V : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,5th ed


FK : Fakultas Kedokteran
FoMO : Fear of Missing Out
FoMOs : Fear of Missing Out Scale
JWT : J. Walter Thompson
SCS : Self Control Scale
SDT : Self Determination Theory
SNS : Social Networking Site
SPSS : Statistical Program for Social Science

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi mulai diterapkan pada kehidupan sehari-hari yang


dimulai dari proses yang paling sederhana hingga dapat memenuhi kepuasan
sebagai individu dan makluk sosial. Kemajuan teknologi dari masa ke masa terus
berkembang, dimulai dari teknologi bidang pertanian, teknologi bidang industri,
teknologi bidang informasi dan teknologi bidang komunikasi dan informasi.
Dampak yang ditimbulkan dari perkembangan ini membawa ketertarikan umat
manusia untuk menggunakan dan memanfaatkan teknologi (Danuri, 2019).
Munculnya teknologi informasi dan teknologi dapat mengembangkan proses dari
globalisasi. Globalisasi memunculkan berbagai tantangan dan masalah yang baru
untuk segera diselesaikan dan dipecahkan dalam upaya memanfaatkan
globalisasi untuk kepentingan hajat hidup orang banyak. Perkembangan
teknologi dan globalisasi adalah sebuah fenomena yang terjadi pada peradaban
manusia yang terus menurus berkembang dan merupakan proses dari manusia
global itu sendiri. Banyak dari negara maju untuk memenuhi perkembangan dan
kemajuan pada negaranya salah satunya menggunakan teknologi informasi.
Tidak dipungkiri pemanfaatan dari teknologi dapat dijalankan dan diupayakan
dengan bijak dari suatu negara (Mastra, 2021).

Pada era tahun 2000 sebagai puncak dalam kemajuan bidang teknologi yang
perkembangannya sangat pesat, teknologi bidang komunikasi dan informasi
menjadi trend dalam bersosial. Kemajuan teknologi ini memberikan dan
menawarkan kemudahan dari komunikasi, mendapatkan informasi, edukasi,
hiburan sampai pada kebutuhan yang pribadi dapat dilayani dengan adanya
teknologi ini. Pemanfaatan teknologi bidang infomasi dan telekomunikasi
menjadi tujuan utama mendapatkan pengetahuan baru dan menciptakan

1
hubungan baru antara manusia dengan mesin dan antara dunia nyata dengan
maya. Manfaat perkembangan teknologi ini menciptakan kehidupan yang lebih
baik dalam komunikasi antar individu hingga bermasyarakat (Danuri, 2019).
Salah satu kemajuan teknologi bidang komunikasi adalah dengan adanya
internet. Internet merupakan bentuk komunikasi modern masyarakat yang daya
tariknya luar biasa. Internet tidak hanya memberikan hiburan dan pengetahuan
saja, tetapi internet memberikan fasilitas dalam rangka penyampaian informasi
kepada individu atau sekolompok orang tertentu (Yuliana, 2022). Sebagian besar
masyarakat Indonesia berbagai usia memiliki dan menggunakan media sosial
untuk berkomunikasi kepada publik atau hanya sekedar menyampaikan informasi
semata. Akibat munculnya media sosial adalah perubahan perilaku masyarakat
dri budaya, etika hingga norma yang berlaku (Kustiawan, 2022).

Media sosial merupakan media yang paling banyak diminati, survey yang
telah dilakukan oleh APJII pada 2500 responden pengguna internet ditemukan
bahwa sekitar 87,13% masyarakat Indonesia memiliki media sosial. Banyak
individu menggunakan media sosial untuk berinteraksi dan berkomunikasi,
khususnya pada individu berusia 19—34 tahun. Usia 19—34 tahun merupakan
masa transisi dari remaja menuju dewasa biasa disebut dengan emerging
adulthood yang mencakup usia 18—25 tahun. Masa transisi adalah masa dimana
individu mulai mengeksplor jati diri tetapi belum mencapai taraf stabil. Pada
umumnya masa ini merupakan usia mahasiswa yang menempuh S1 (Shodiq,
2020). Dengan seiring berkembangnya teknologi sehingga sebagian individu
pada masa transisi bertumpu pada media sosial. Pengguna media soosial
memiliki efek yang dapat berisiko mengalami gangguan mental seperti halnya
kecemasan apabila ketinggalan informasi (Trikandini, 2021).

Kecemasan dan ketakutan ini biasa disebut dengan fear of missing out atau
disingkat dengan FoMO. Fear of missing out merupakan rasa takut yang muncul

2
akibat tertinggalnya informasi, gossip atau tren yang beredar pada lingkungan
sosial. Individu yang mengalami FoMO memiliki keinginan untuk terus
mengikuti apa yang dilakukan oleh individu lain di media sosial (Shodiq, 2020).
Departement of physicology, school of social science, Nottingham Tren
University, di inggris, menyatakan bahwa Fear of Missing Out merupakan suatu
kondisi yang menyebabkan seseorang berperilaku di luar batas kewajaran di
media sosial mereka. Bukan hanya merasa cemas karena ketinggalan suatu
informasi, terkadang mereka akan melakukan sesuatu seperti mempromosikan
diri atau memajang foto maupun tulisan agar mereka terlihat sangat update yang
jatuhnya seperti sedang mencari sensasi (Aisafitri, 2020). Seperti yang dikatakan
(McGinnis; xii). Fear of missing out bukan merupakan fenomena untuk lucu-
lucuan. Fenomena ini dapat menyebabkan rasa tertekan, minder, iri, bahkan
sampai membuat seseorang itu depresi (McGinnis, 2020).

Prevalensi yang terkait mengenai gangguan kecemasan dari hasil Riset


Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2018 di Indonesia menunjukkan
bahwa, ada sekita 6% dengan usia 15 tahun keatas atau sekitar 14 juta penduduk
di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental emosional (kecemasan dan
depresi) (Riskesdas, 2018). Menurut Przyblyski, et. al. kekuatan pendorong di
balik penggunaan internet atau media sosial adalah fenomena FoMO dengan
tingkat tertinggi dialami oleh remaja dan dewasa muda, seperti mahasiswa
(Setiadi, 2020). Berdasarkan survey yang dilakukan Australian Physicological
Society mengenai fenomena Fear of Missing Out, prevalensi FoMO pada remaja
mencapai 50%, sedangkan pada kelompok dewasa ialah 25%. Survey ini juga
menunjukkan bahwa, remaja secara signifikan memiliki risiko lebih besar
kemungkinan mengalami fenomena ini dibanding kelompok dewasa (Akbar,
2018).

Mengontrol diri untuk bijak bermain media sosial mencegah kecanduan dari
media sosial. Hal ini diperkuat hasil penelitian Karnadi (2019) bahwa kontrol diri
dapat mempengaruhi kecanduaan dalam bermain media sosial, jika semakin
3
rendah rendah indeks kontrol diri akan meningkatkan indeks dari kecanduan
media sosial begitu juga sebaliknya, semakin tinggi indeks kontrol diri maka
indeks kecanduan media sosial rendah.

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian lebih lanjut tentang kontrol diri dan fear of missing out (FoMO). Oleh
karena itu peneliti mengajukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara
Kontrol Diri dengan Fear of Missing Out Syndrome pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Tadulako Angkatan 2022”

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah di dalam penelitian
ini adalah Hubungan antara Kontrol Diri dengan Fear of Missing Out
Syndrome Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
Angkatan 2022

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan fear of missing
out syndrome pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
angkatan 2022.
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi kontrol diri pada mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Tadulako angkatan 2022.
b. Untuk mengidentifikasi kejadian FoMO pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Tadulako angkatan 2022.
c. Untuk menganalisis adanya hubungan antara kontrol diri dengan fear of
missing out syndrome pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako angkatan 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

4
Diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan referensi untuk
penelitian berikutnya yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu: korelasi
antara kontrol diri dengan fear of missing out syndrome pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako angkatan 2022.
2. Bagi Peneliti
a. Diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan, dan pengetahuan
peneliti mengenai hubungan antara kontrol diri dengan fear of missing out
syndrome.
b. Menjadi suatu proses pembelajaran bagi peneliti dalam menerapkan
disiplin ilmu kedokteran yang telah dipelajari di Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako.
3. Bagi Masyarakat
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat mengenai
fear of missing out syndrome dan cara mengontrol diri.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam hal kontrol diri yang baik
mengenai kecenderungan fear of missing out syndrome.

5
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Nama, tahun Judul Metode, Teknik sampling Hasil Perbedaan


Maza (2022) Hubungan Kontrol Metode: Penelitian Hasil penelitian yang Subjek penelitian,
Diri dengan Fear Of kuantitatif dengan desain dilakukan terhadap 347 waktu penelitian dan
Missing Out korelasional responden dipilih dengan lokasi penelitian.
(FoMO) pada teknik purposive sampling
Remaja Pengguna Teknik sampling: teknik didapatkan 62.54% bahwa
Media Sosial pengambilan sampel non kontrol diri memiliki
probability sampling sumbangan efektif
berupa purposive terhadap fear of missing
sampling out. Sedangkan,
responden yang memiliki
fear of missing out
(FoMO) dalam kategori
sedang sebesar 63,98 %
atau sebayak 222 orang
Rasyida (2020) Hubungan Tingkat Metode: Penelitian Hasil penelitian yang Variabel bebas,
Neurotisme dengan kuantitatif dengan desain dilakukan terhadap 56

6
Fear of Missing Out korelasional responden yang menjadi waktu penelitian
(FoMO) pada sampel penelian ternyata subjek penelitian dan
Remaja Pengguna Teknik sampling: teknik terdapat kontribusi lokasi penelitian
Aktif Media Sosial pengambilan sampel non variabel neurotisme
probability sampling terhadap FoMO sebesar
berupa purposive 21,5%. Semakin tinggi
sampling kecenderungan remaja
untuk mengalami dan
berperilaku berdasarkan
emosi-emosi negatif maka
semakin tinggi pula
kekhawatiran bahwa
orang lain sedang
mengalami peristiwa yang
lebih berharga atau
menyenangkan dan ia
merasa kehilangan
kesempatan untuk dapat
terlibat dalam peristiwa

7
tersebut.
Siddik (2020) Peran Harga Diri Metode: Penelitian Hasil penelitian yang Variabel bebas,
terhadap Fear of kuantitatif dilakukan terhadap 349 Teknik sampling,
Missing Out pada responden didapatkan waktu penelitian
remaja Pengguna Teknik sampling: teknik 11,3% harga diri memiliki subjek penelitian dan
Situs Jejaring Sosial pengambilan sampel non peran signifikan terhadap lokasi penelitian
probability sampling FoMO pada remaja yang
berupa accidental menggunakan SNS.
sampling FoMO pada remaja
dimana semakin tinggi
apabila harga diri yang
dimiliki juga tinggi

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Kontrol Diri

a. Definisi

Kontrol diri ialah bentuk berbagai proses yang menyangkut


fisik, psikologis dan perilaku individu, dengan kata lain
serangkaian proses pembentukan jati diri. Pengertian yang diambil
ditekankan pada kemampuan dalam mengelolah pola perilaku
individu yang berhubungan dengan keseluruhan proses
pembentukan jati diri berupa pengaturan fisik, psikologis dan
perilaku (Marsela, 2019). Permasalahan yang sering ditemukan
dalam hidup ini banyak, hal ini disebabkan oleh rendahnya
kemampuan individu dalam menahan diri. Seperti pembunuhan,
pencurian, serta eksistensi yang berlebihan dalam memposting
berbagai macam tentang diri di media sosial. Padahal tidak sesuai
realita diri dengan postingan. Seharusnya perkembangan kontrol
diri sejalan dengan bertambahnya usia individu. Semakin dewasa
semakin mempunyai kontrol diri yang tinggi. Namun tidak
demikian dalam beberapa kasus menunjukkan sebaliknya, orang
dewasa lebih terlibat dalam permasalahan (Harahap, 2021).

Kemampuan kontrol diri setiap individu memerlukan


peranan penting dalam berinteraksi dengan individu lain dan
lingkungan sekitar untuk membentuk kontrol diri yang maksimal,
hal tersebut sangat dibutuhkan karena ketika seseorang
beradaptasi memicu timbulnya perilaku baru dan mempelajari
perilaku tersebut dengan baik (Marsela, 2019). Kontrol diri
merupakan hal yang dapat digunakan individu selama proses
dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang

9
terdapat di lingkungan sekitarnya. Para ahli berpendapat bahwa
kontrol diri dapat digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat
preventif dan dapat mereduksi efek – efek negatif dari lingkungan
sekitar (Tripambudi, 2020).

b. Aspek-aspek kontrol diri

Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Asriandi, 2022) Secara


umum kontrol diri dibedakan menjadi tiga kategori utama, yaitu:

1. Kontrol Perilaku (behavioral control)


Kontrol perilaku adalah kemampuan individu dalam
memodifikasi kejadian yang buruk, kemungkinan tindakan ini
dapat meminimalisir tingkat ketegangan dan memangkas
durasi dalam memecahkan suatu masalah

2. Kontrol kognitif (cognitive control)


Kontrol kognitif adalah cara individu dapat menilai, menafsir
atau menganalisa suatu kejadian dalam kerangka kognitif.
Mengontrol kognisi merupakan kemampuan mengolah
informasi yang tidak diinginkan untuk mengurangi tekanan
3. Kontrol keputusan (decision control)
Kontrol keputusan adalah kemampuan atau kesempatan untuk
mempetimbangkan pilihan dan mampu memutuskan suatu
pilihan yang sesuai dengan tujuan.
c. Faktor yang mempengaruhi kontrol diri
Kontrol diri merupakan kemampuan secara sadar untuk
mengendalikan diri atas keinginan yang adaptif. Individu yang
memiliki kontrol diri yang baik maka individu tersebut dapat
menguasai perilakunya, sebaliknya jika individu memiliki kontrol
diri yang buruk akan tidak dapat menguasai perilaku maupun
tindakan, sehingga individu tidak lagi menolak akan godaan dan
implus. Kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
internal dan faktor ekternal. Faktor internal meliputi usia dan
10
kematangan individu. Seiring bertambahnya usia akan semakin
baik pula kontrol atas dirinya individu yang matang secara
psikologis dapat mengontrol perilaku dan mampu
mempertimbangkan hal yang baik maupun yang tidak baik. Faktor
eksternal meliputi lingkungan keluarga dan budaya. Keluarga
berperan penting dalam pola asuh dan membangun karakter dari
individu salah satunya yaitu kontrol diri. Jika individu dibangun
dengan lingkungan keluarga yang baik maupun budaya yang baik
dapat menghasilkan individu yang memiliki kontrol diri yang baik
pula (Zulfah, 2021).

2. Fear of Missing Out

a. Pengertian Fear of Missing Out


Fenomena sindrom FoMO merupakan salah satu fenomena
komunikasi intrapersonal dimana seseorang merasakan
kekhawatiran, kecemasan, hingga ketakutan jika ketertinggalan
informasi yang beredar di media sosial (Aisafitri, 2020). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh JWTIntelligence pada 2012 (dalam
Putri, 2019) Fear of missing out (FoMO) pada dasarnya
merupakan kecemasan sosial tetapi dengan perkembangan
teknologi dan internet saat ini menyebabkan kondisi ini semakin
meningkat. FoMO merupakan salah satu bentuk dari kecemasan
yang ditandai dengan adanya keinginan untuk selalu mengetahui
apa yang individu lain lakukan terutama bermain media sosial
dengan tiga aspek indikator FoMO yaitu ketakutan, kekhawatiran,
dan kecemasan. Selain itu, FoMO dapat diartikan sebagai
rendahnya kebutuhan psikologi dasar. Di saat individu mengalami
FoMO mungkin tidak tahu tentang spesifik apa yang dilewatkan
namun tetap memiliki ketakutan bahwa individu lain memiliki
waktu sekaligus pengalaman yang lebih baik dibandingkan
dirinya. Umumnya FoMO bercirikan karena adanya ketertarikan

11
atau keinginan yang tidak dapat dikontrol untuk terhubung
aktivitas yang dilakukan individu lain (Siddik, 2020). Penelitian
Przybylski (dalam Christina, 2019) menyebutkan bahwa Self
Determination Theory (SDT) adalah pendekatan yang
mengemukakan jika tercapainya kontrol diri atau regulasi diri
yang efektif itu bergantung pada kepuasan dalam pemenuhan tiga
kebutuhan psikologis, yaitu kebutuhan kompetensi, otonomi dan
keterhubungan. Serta FoMO dapat dipahami sebagai akibat
kurangnya pemuasan ketiga kebutuhan.
b. Aspek-aspek Fear of Missing Out
Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan maka aspek-
aspek dari Fear of Missing Out (FoMO) adalah sebagai berikut,
Ketakutan akan kehilangan momen yang berharga dari individu,
Ketakutan akan kehilangan momen yang berharga dari kelompok
lain. Keinginan agar tetap terhubung dengan yang orang lain
lakukan. Aspek lainnya seperti ketakutan, kekhawatiran, dan
kecemasan yang berhubungan dengan indikator FoMO (Azizah,
2021). Menurut Przybylski (dalam Salinding, 2022) FoMO
memiliki aspek-aspek, yaitu aspek self yang merupakan hubungan
antara kompetisi dengan autonomi. Ketika aspek self tidak dapat
terpenuhi maka individu akan mengupayakan untuk mendapatkan
berbagai macam informasi sekaligus berinteraksi pada individu
lain di dunia maya dengan mengekspresikannya melalui perantara
media sosial. Selanjutnya, aspek relatedness yang merupakan
kebutuhan individu akan terhubungnya dengan individu yang lain.
Ketika aspek relatedness tidak dapat terpenuhi, individu
cenderung akan merasa khawatir serta mencari tahu dan mencoba
aktivitas yang dilakukan individu lain dengan bantuan media
sosial.
c. Faktor-faktor yang memengaruhi Fear of Missing Out

Menurut Przybylski (dalam Christina, 2019) FoMO dapat

12
diartikan dalam bentuk krisis kontrol diri sebagai akibat dari tidak
terpenuhinya ketiga kebutuhan dasar tersebut. Dapat disimpulkan
bahwa ada tiga faktor yang dapat menyebabkan individu
mengalami FoMO, yaitu:

1) Tidak terpenuhi kebutuhan kompentasinya


2) Tidak terpenuhi kebutuhan otonominya
3) Tidak terpenuhi kebutuhan keterhubungan

Pendapat lain dikemukakan oleh JWT Intelligence (dalam


Sianipar, 2019) FoMO dapat dipengaruhi oleh enam faktor
pendorong yaitu tersedianya informasi di media sosial secara
luas, didukung topik atau pembahasan yang disebar melalui
hastag, usia individu, social one-upmanship, kondisi deprivasi
relative dan banyaknya stimulus untuk mengetahui segala
informasi.

d. Dampak Fear of Missing Out

Fear of Missing Out dapat berpengaruh negatif tidak hanya


pada kehidupan bersosial namun juga finansial. Berikut akibat
buruk dari FoMO, yaitu :

1) Terlalu banyak mengetahui informasi, akibatnya tidak dapat


membedakan mana informasi yang valid dan yang hoax

2) Membuat otak merasa letih dan overload.


3) Kesehatan mental terganggu semacam mengalami kecemasan,
tekanan metal dan merasa kesepian.
4) Menghabiskan uang untuk hal yang tidak perlu atau memiliki
sifat yang konsumtif.
5) Sulit menabung, hal ini karena dengan membeli barang atau
meniru orang untuk mendapatkan pengakuan atau validasi
dari individu lain di media sosial (Taswiyah, 2022).

3. Gangguan Kecemasan
13
Kecemasan adalah sebutan untuk sejumlah sensasi fisik
bervariasi dan dialami oleh individu ketika merasa dalam bahaya atau
terancam. Bila individu mengalami kecemasan gejala yang timbul
seperti jantung yang berdebar kencang, pernapasan yang cepat,
berkeringat, muka memerah dan yang paling umum individu akan
merasa gelisah. Semua itu merupakan cara tubuh untuk
mempersiapkan diri untuk bertindak jika dalam keadaan bahaya
(Robichaud, 2015). Individu sering mengalami gangguan cemas yang
merupakan akibat dari faktor psikososial. Individu merespons secara
tidak tepat terhadap stressor misalnya terhadap situasi lingkungan
yang baru. Selain itu, dapat disebabkan oleh perhatian yang selektif
terhadap perincian negatif di lingkungan, distorsi mengelolah
informasi dan pandangan negatif terhadap mengatasi stressor tersebut
(Oktamarina, 2022). Kecemasan patologis dipicu saat ada perkiraan
ancaman yang dirasakan secara berlebihan atau terdapat bahaya dari
suatu situasi yang mengarah pada respons yang berlebihan dan tidak
pantas (Chand, 2021). Gangguan kecemasan dapat mengganggu
proses belajar mengajar pada remaja karena pada gangguan ini
individu akan mengalami distorsi mengelolah informasi yang dapat
mengganggu individu dalam pemusatan perhatian, menurunkan daya
ingat dan lain-lain. Sehingga individu lebih sering mencari
pengobatan untuk mengatasi rasa cemasnya tersebut (Oktamarina,
2022).
Gangguan Kecemasan dapat didefinisikan dalam Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th ed (DSM V), yaitu :
1) Selektif mutisme merupakan kegagalan konsisten berbicara
pada situasi sosial. Ada harapan untuk berbicara meskipun
individu berbicara dalam keadaan lain, dapat berbicara dan
memahami bahasa lisan. Gangguan banyak terlihat pada anak-
anak daripada pada remaja dan orang dewasa.
2) Fobia spesifik ditandai dengan individu memiliki perasaan
14
takut atau cemas tentang objek atau situasi tertentu yang
mereka hindari atau tahan dengan ketakutan atau kecemasan
yang intens.
3) Gangguan kecemasan sosial merupakan gangguan yang
ditandai dengan ketakutan atau kecemasan secara nyata atau
intens terhadap situasi sosial. Peran individu sebagai subjek
pengawasan. Individu akan merasa dievaluasi secara negatif
dalam situasi sosial. Induvidu juga akan takut merasa malu,
ditolak, dipermalukan atau menyinggung individu lain.
Biasanya dapat disebut dengan fobia sosial.
4) Gangguan panik ditandai dengan individu yang mengalami
serangan panik berulang, tidak terduga dan mengalami
kekhawatiran yang terus menerus tentang serangan panik
lainnya. Individu juga mengalami perubahan perilaku terkait
serangan panik yang bersifat maladaptif, seperti menghindari
aktivitas dan situasi untuk mencegah terjadinya serangan panik.

5) Agoraphobia ditandai dengan individu yang memiliki


gangguan takut dan cemas dalam dua atau lebih keadaan seperti
menggunakan transportasi umum, berada di ruang terbuka-
tertutup, berada dalam keramaian, atau berada di luar rumah
sendirian. Individu takut dan menghindari situasi ini karena dia
khawatir bahwa pelarian mungkin sulit atau bantuan mungkin
tidak tersedia jika terjadi gejala seperti panik, atau gejala yang
melumpuhkan atau memalukan lainnya (misalnya, jatuh atau
inkontinensia).
6) Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan
kekhawatiran yang terus-menerus dan berlebihan tentang
berbagai domain, seperti kinerja pekerjaan dan sekolah yang
sulit dikontrol oleh individu. Individu tersebut juga mungkin
mengalami perasaan gelisah, tegang, atau cemas, kesulitan
berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong dan gangguan

15
tidur.
7) Gangguan Kecemasan yang diinduksi zat atau Obat merupakan
gangguan yang melibatkan gejala kecemasan karena keracunan
zat atau penarikan atau perawatan medis.
8) Gangguan kecemasan karena kondisi medis lainnya merupakan
gejala kecemasan adalah hasil fisiologis dari kondisi medis
lain. Contohnya termasuk penyakit endokrin, gangguan
kardiovaskular dan lain-lain (Chand, 2021).

4. Hubungan Kontrol Diri dengan Fear of Missing Out

Fear of Missing Out muncul karena tidak terpenuhinya


kepuasan kebutuhan dasar psikologis, yaitu competence, autonomy
dan relatedness. Selain itu FoMO merupakan ketakutan akan
ketertinggalan berita akibat dari menggunkan internet secara
berlebihan. Kecemasan yang dialami individu tersebut termasuk dalam
gangguan cemasan sosial, dimana individu takut dipermalukan,
ditolak, dihina atau menyinggung individu lain (Maza, 2022).

Tingginya pemakaian terhadap media sosial dapat merubah


fungsi dari media sosial itu sendiri menjadi tempat untuk
menghabiskan banyak waktu dalam waktu seharian bahkan mengikuti
kehidupan dan aktivitas individu lain. Mengabaikan aktivitas diri
sendiri demi sekedar mengikuti kegiatan individu lain lakukan. Fear
of Missing Out dapat berdampak buruk bagi individu jika tidak diikuti
kontrol terhadap diri sendiri. Kontrol diri yang buruk menyebabkan
individu mengalami gangguan cemasan sosial yang berdampak
menjadi fear of missing out. Oleh karena itu perlu adanya kemampuan
dalam mengatur perilaku norma dalam bermasyarakat dan aktivitas
tersebut adalah kontrol diri. Individu yang terindikasi mengalami fear
of missing out cenderung sulit dalam mengontrol emosi dan
perilakunya untuk tetap fokus pada kegiatan yang sedang dilakukan di
kehidupan nyata demi bisa terhubung dengan individu lain (Putri,

16
2019).

Sianipar (2019) melalui hasil penelitiannya yang kemudian


didukung berdasarkan penelitian oleh Surya (2020), mengemukakan
bahwa fear of missing out dapat memberikan dampak negatif terhadap
control diri. Semakin tinggi tingkat fear of missing out, maka semakin
rendah tingkat kontrol diri pada individu. Hal ini pun menyebabkan
semakin tinggi kecenderungan perilaku maladaptif pada individu.

17
B. Kerangka Teori

Mahasiswa Kedokteran
angkatan 2022

Aktif dalam bermedia


sosial

Instagram Tiktok Twitter Facebook Youtube

Baik

Kontrol diri
Buruk
Gangguan cemas
menyeluruh
Gangguan
cemas
Gangguan cemas
sosial

Fear of
Missing Out

Bagan 1. Kerangka Teori

Keterangan:
: variable yang diteliti
: variable yang tidak diteliti

18
C. Kerangka Kosep

Variabel Bebas Variabel Kontrol


Kontrol diri Fear of Missing Out

Bagan 2. Kerangka Konsep

D. Landasan Teori

Fear of Missing Out adalah fenomena gangguan mental, dimana


individu akan merasakan kekhawatiran, kecemasan hingga ketakutan secara
berlebihan disaat dirinya ketinggalan suatu informasi dibanding individu lain
yang beredar di media sosial (Aisafitri, 2020). Fear of Missing Out mengarah
pada rasa cemas yang timbul dari kesadaran bahwa individu mungkin akan
terlewatkan atau ketinggalan pengalaman berharga yang terjadi pada individu
lain. FoMO juga dihubungkan dengan penggunaan Social Networking Site
yang banyak menimbulkan dampak negatif karena aksesnya mudah bagi
remaja untuk berinteraksi sesuka hati dan kebutuhan yang konstan untuk
validasi pribadi serta penilaian harga dari dari perasaan diri yang terdistorsi
(Gupta, 2021).

Fear of missing out dimasukkan sebagai gangguan kecemasan sosial


akibat kontrol diri yang tidak baik berdasarkan definisi gangguan kecemasan
pada DSM V. Biasa ditandai dengan adanya hasrat individu yang selalu
terkoneksi atau terhubungan pada jejaring sosial dengan apa yang dilakukan
individu lain tanpa dirinya (Mulyono, 2021). Jika individu memiliki kontrol
diri yang baik dapat mengendalikan diri dari perilaku yang melanggar aturan
atau norma yang berlaku di masyarakat seperti dapat bersosialisasi dengan
baik dan dapat mengantisipasi stimulus eksternal. Kehidupan remaja biasa
memiliki keinginan basar untuk melakukan banyak interasi sosial dengan
maupun tidak dengan media sosial.

Salah satu faktor Fear of Missing Out, yaitu banyak stimulus atau
19
dorongan untuk mendapatkan banyak informasi dari media sosial, hal ini
dapat menyebabkan individu selalu ingin mengetahui perkembangan
informasi terkini pada setiap saat, stimulus dalam mendapatkan informasi
yaitu salah satunya bermain media sosial. Pemakaian tidak bijak dalam
bermain media sosial akan berdampak negatif apabila individu tidak memiliki
kontrol diri untuk dapat mengatur waktu serta membatasi informasi melalui
media sosial (Maza, 2022).

E. Hipotesis

𝐻0:Tidak ada hubungan antara kontrol diri dengan sindrom FoMO pada
mahasiswa FK Universitas Tadulako angkatan 2022
𝐻1: Ada hubungan antara kontrol diri dengan sindrom FoMO pada mahasiswa
FK Universitas Tadulako angkatan 2022

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional kuantitatif analitik


dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan responden dari
Mahasiswa FK Untad angkatan 2022 pengambilan data kuantitatif
menggunakan skala terstruktur, dimana data variabel dependen dan
independen diambil secara bersamaan.

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2022 di


ruang lingkup Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
Angkatan 2022 yang berjumlah 159 orang dengan rincian 115 orang
merupakan perempuan dan 44 orang merupakan laki-laki. Diperoleh
jumlah keseluruhan Mahasiswa FK Untad angkatan 2022, yaitu 159
orang.
2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan salah satu jenis
teknik non probability sampling, yaitu purposive sampling. Dimana
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Alasan
menggunakan purposive sampling ini karena sesuai untuk digunakan
untuk penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2022 Universitas Tadulako
dengan melakukan pengisian skala terstruktur.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang dapat dijangkau dan yang akan di teliti.

21
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

 Mahasiswa terdaftar angkatan 2022 Fakultas Kedokteran


Universitas Tadulako yang menggunakan media sosial.
 Bersedia menjadi sampel.
Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai
sebab. Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah :
 Mahasiswa dengan gangguan kecemasan lain
 Mahasiswa yang mengkonsumsi obat-obatan anticemas selama
3 bulan terakhir

 Mahasiswa yang tidak hadir saat penelitian berlangsung

C. Ukuran Sampel

Pada penelitian ini, peneliti mengambil populasi dari total keseluruhan


jumlah mahasiswa Angkatan 2022 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
yang berjumlah 159 mahasiswa. Untuk ukuran sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus slovin:

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = tingkat kesalahan dalam penelitian (10%)

Berdasarkan dari rumus di atas maka jumlah sampel sebagai berikut:

159
𝑛 = 1+159 (0,1)2

159
𝑛 = 1+159(0,01)
159
𝑛 = 2,59 = 61,389 = 61
22
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus slovin didapatkan
sampel minimal yaitu 61 mahasiswa. Data mahasiswa yang diambil pada
penelitian ini adalah Mahasiswa FK Untad angkatan 2022, dengan rincian 115
orang merupakan perempuan dan 44 orang merupakan laki-laki. Diperoleh
jumlah keseluruhan Mahasiswa FK Untad angkatan 2022, yaitu 159 orang.

D. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 2. Variabel dan Definisi operasional


Variabel Definisi Alat dan Hasil Ukur Skala
Operasional Cara Ukur Ukur
Kontrol diri kemampuan SCS (Self Skor < 54 : Ordinal
(Variabel individu dalam Control rendah
Independen) mengelola Scale)
informasi yang Skor 54—
diinginkan dan 81 : sedang
kemapuan individu
untuk memilih salah Skor ≥ 81 :
satu tindakan tinggi
diyakini
Fear of Salah satu FoMOs (Fear Skor < 34 : Ordinal
Missing Out gangguan of Missing rendah
(Variabel kecemasan, dimana Out Scale)
Dependen) seseorang tidak Skor 34—
ingin merasa 51 : sedang
ketinggalan dengan
orang di
sekelilingnya pada Skor ≥ 51 :
media sosial tinggi

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang


berisi pernyataan mengenai kontrol diri dengan FoMO yang diadopsi Humaira
23
(2022) dengan judul Hubungan Kontrol Diri dengan Kecenderungan Fear of
Missing Out (FoMO) Pada Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Skala
yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert adalah
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi individu
atau berkelompok dengan fenomena sosial yang kemudian dijabarkan menjadi
indikator variabel. Indikator variabel ini dijadikan titik tolak untuk menyusun
aitem-aitem instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Pernyataan yang ada dalam kedua skala terdiri dari aitem favourable dan
aitem unfavorable. Pernyataan favourable adalah pernyataan yang
mendukung variabel yang diteliti. Sedangkan pernyataan unfavourable adalah
pernyataan yang tidak mendukung atau memihak pada variabel yang diteliti.
Jawaban dalam skala ini mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat
negatif dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak
Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Adapun nilai aitem favourable dan aitem
unfavorable dapat dilihat di tabel 3.
Tabel 3. Skor item favourable dan item unfavorable
Jawaban Item
Favourable Unfavourable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak 1 4
Setuju (STS)

1. Skala kontrol diri


Skala kontrol diri disusun oleh peneliti berdasarkan aspek yang
dikemukakan oleh Averill (1973), yaitu kontrol perilaku, kontrol kognitif
dan kontrol keputusan.

Tabel 4. Blue Print Skala Kontrol Diri


Aspek Indikator Item Jumlah
Favorable Unfavorable Item
Kontrol a.Kemampuan 1, 17 16, 27 8
Perilaku individu untuk
memodifikasi
24
keadaan yang
tidak
menyenangkan
berkaitan dengan
kemampuan
dalam mengatur
pelaksanaan
b. Kemampuan 2, 18 15, 26
individu untuk
memodifikasi
keadaan yang
tidak
menyenangkan
berkaitan dengan
kemampuan
dalam mengatur
stimulus
Kontrol c. Kemampuan 3, 19 14 8
Kognitif individu dalam
menafsirkan,
menilai, atau
menggabungkan
suatu kejadian
dalam suatu
kerangka kognitif
d. Kemampuan 4, 20 13, 25
individu dalam
mengolah
informasi yang
tidak diinginkan
untuk menurangi
tekanan
Kontrol e. Kemampuan 5 12, 24 12
Keputusa individu untuk
n memilih dan
menentukan
tujuan yang
diinginkan
f. Kemampuan 6, 21 11
individu untuk
mengontrol
keputusan karena
memiliki
kesempatan
g. Kemampuan 7 10, 23
individu untuk
mengontrol
25
keputusan karena
memiliki
kebebasan
h. Kemampuan 8, 22 9
individu untuk
mengontrol
keputusan karena
memiliki berbagai
alternatif dalam
melakukan suatu
tindakan
TOTAL 14 13 27

2. Skala Fear of Missing Out (FoMO)

Fear of missing out (FoMO) dalam penelitian ini disusun oleh peneliti
berdasarkan aspek dikemukakan oleh Przybylski, Murayama, DeHaan dan
Gladwell (2013) yaitu ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan.

Tabel 5. Blue Print Skala FoMO


Aspek Indikator Item Jumlah
Favorable Unfavorable aitem
Ketakutan a. Takut saat 1, 13 12 6
orang lain
memiliki
pengalaman
yang lebih
berharga dari
dirinya
b. Takut jika 2 11, 14
tidak tahu
kegiatan dan
kejadian yang
dilakukan orang
lain
Kekhawatiran c. Khawatir saat 3, 15 10 6
tidak bisa
menunjukkan
citra dirinya ke
orang lain
d. Khawatir jika 4 9, 16
dirinya tidak
diterima oleh
lingkungan
sosialnya
Kecemasan e. Cemas saat 5 8 5
26
tidak bisa
terhubung
dengan orang
lain
f. Cemas saat 6 7, 17
ketinggalan
informasi di
media sosial
TOTAL 8 9 17

F. Alur Penelitian

Bagan 3. Alur Penelitian

G. Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian dilakukan dengan tahap tahap sebagai berikut:


1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan data sehingga apabila ada
kekurangan dapat segera dilengkapi

2. Coding, yaitu memberikan kode kode untuk memudahkan proses


27
pengolahan data
3. Entry, yaitu memasukan data untuk diolah menggunakan komputer
4. Tabulating, yaitu mengelompokan data sesuai variable yang akan diteliti
guna memudahkan analisis data

H. Analisis Data

Teknik analisis data merupakan langkah selanjutnya dari data mentah


untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kedua variable yang
diteliti. Dalam tahap ini data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik
tertentu. Analisis data penelitian ini menggunakan program SPSS forwindows.
Untuk melihat adanya hubungan pada kedua variabel akan digunakan uji
Spearman’s rho.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan rekomendasi izin


penelitian dari Institusi Pendidikan Dokter Untad. Setelah mendapatkan
persetujuan/rekomendasi kemudian melakukan penelitian dengan menekankan
masalah etika yang meliputi:
1. Lembar persetujuan (Informed concent)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti dan
disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subyek menolak maka
peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak
subyek
2. Tanpa Nama (Anomity)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden pada sampel darah, tetapi pada sampel darah tersebut diberikan
kode responden
3. Kerahasiaan (Confidentialy)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya


kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

28
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profil Sampel Penelitian

Penelitian dengan judul Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Fear of


Missing Out (FoMO) Syndrome pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako angkatan 2022 ini dilaksanakan di ruang lingkup Fakultas kedokteran
Universitas Tadulako dengan menggunakan google form. Responden yang
digunakan merupakan mahasiswa preklinik angkatan 2022 Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako dengan jumlah sampel yang diambil ialah 93 dari total 159
mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan
pengambilan data satu kali terhadap responden menggunakan dua skala.

2. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Penelitian ini memiliki karakteristik responden yang akan dianalisa, antara


lain :

a) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Analisis data mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis


kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)


Laki-laki 22 23,7
Perempuan 71 76,3
Total 93 100,0

xxi
x
(Sumber: Data Primer, 2023)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden dengan jenis
kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan responden dengan jenis
kelamin laki-laki. Dimana responden perempuan berjumlah 71 orang (76,3%)
sedangkan laki-laki berjumlah 22 orang (23,7%).
b) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Analisis data yang menjelaskan mengenai karakteristik responden
berdasarkan usia, dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase (%)


18 tahun 10 10,8
19 tahun 60 64,5
20 tahun 21 22,6
21 tahun 1 1,1
22 tahun 1 1,1
Total 93 100,0

(Sumber: Data Primer, 2023)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden pada penelitian


ini didominasi oleh mahasiswa yang berusia 19 tahun dengan jumlah 60
orang (64,5%). Usia terbanyak kedua ialah 20 tahun dengan jumlah 21 orang
(22,6%). Usia terbanyak ketiga merupakan mahasiswa berusia 18 tahun
sebanyak 10 orang (10,8%), sedangkan sisanya mahasiswa dengan usia 21
tahun dengan jumlah 1 orang (1,1%) dan mahasiswa dengan usia 22 tahun
sebanyak 1 orang (1,1%).

c) Tingkat Kontrol Diri

xx
x
Tingkat Kontrol Diri di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako angkatan 2022 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 8. Tingkat Kontrol Diri

Kontrol diri Jumlah Persentase (%)


rendah 0 0
sedang 28 30,1
tinggi 65 69,9
Total 93 100,0
(Sumber: Data Primer, 2023)

Pada tabel di atas, diketahui bahwa tingkat kontrol diri pada mahasiswa
FK Untad angkatan 2022 terbanyak pada tingkat tinggi sebanyak 65 dari 93
orang (69,9%), selanjutnya pada tingkat sedang sebanyak 28 orang (30,1%).
Sedangkan pada tingkat kontrol diri rendah adalah 0 orang atau tidak ada
sama sekali orang yang memiliki kontrol diri yang rendah.

d) Tingkat Fear of Missing Out

Tingkat Fear of Missing Out di kalangan mahasiswa Fakultas


Kedokteran Universitas Tadulako angkatan 2022 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

Tabel 9. Tingkat Fear of Missing Out

Fear of Missing Out Jumlah Persentase (%)


rendah 75 80,6
sedang 18 19,4
tinggi 0 0
Total 93 100,0

(Sumber: Data Primer, 2023)

Bisa disimpulkan dari tabel di atas bahwa tingkat Fear of Missing Out
pada mahasiswa kedokteran angkatan 2022 didominasi oleh mahasiswa
dengan tingkat FoMO yang rendah sebanyak 75 orang dengan persentase
80,6% dari jumlah sampel. Sedangkan pada kategori tinggi hanya terdapat 18
orang (19,4%). Kemudian kategori tinggi memiliki persentase 0% atau bisa
xx
xi
disimpulkan tidak terdapat mahasiswa dengan kategori FoMO tersebut.

3. Analisis Bivariat

a. Uji Korelasi Hubungan Kontrol Diri dengan Tingkat Fear of Missing Out

Tabel 10. Tingkat Kontrol Diri dengan Tingkat Fear of Missing Out crosstab
FoMO Total
rendah sedang
Tingkat sedang Count 10 18 28
Kontrol % of 10,8% 19,4% 30,1%
diri Total
tinggi Count 65 0 65
% of 69,9% 0,0% 69,9%
Total
Total Count 75 18 93
% of 80,6% 19,4% 100,0
Total %
(Sumber: Data Primer, 2023)

Tabel di atas merupakan tabel tabulasi silang mengenai hubungan antara


variabel kontrol diri dengan variabel tingkat fear of missing out. Dimana, dapat
dilihat pada tabel di atas terdapat 65 responden yang memiliki tingkat kontrol
diri kategori tinggi, dengan kategori fear of missing out rendah dan sedang
berturut-turut sebanyak 65 (69,9%) orang dan 0 (0,0%) orang. Sedangkan
responden pada tingkat kontrol diri kategori tinggi sebanyak 28 responden,
dengan kategori fear of missing out rendah dan sedang berturut-turut sebanyak
10 (10,8%) orang dan 18 (19,4%) orang.

b. Uji Korelasi Spearman

Tabel 11.
Spearman’s Kontrol diri Sig. 2-tailed α C
rho
0,000 0,05 -0,746

Tingkat Sig. 2-tailed α C


Fear of
0,000 0,05 -0,746
xx
xii
Missing Out

Uji Korelasi Spearman’s rho: sig. 2-tailed = signifikan; α = value; C = korelasi

(Sumber: Data Primer, 2023)

Uji korelasi spearman’s rho untuk kedua variabel dapat dikatakan


berhubungan apabila Sig. 2-tailed < 0,05. Berdasarkan output di atas nilai
signifikansi (Sig. 2-tailed) 0,000 yaitu < 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa,
tingkat kontrol diri dengan kejadian fear of missing out memiliki korelasi. Dari
hasil analisa spearman rank juga ditemukan tingkat kekuatan korelasi dari kedua
variabel yang dilihat dari nilai koefisien korelasi (C) sebesar -,746 hal tersebut
menandakan bahwa terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dengan tingkat
fear of missing out dan memiliki kolerasi kuat antara kontrol diri dengan tingkat
fear of missing out.

B. Pembahasan
Dalam buku yang ditulis oleh Patrick J. McGinnis dengan judul “Fear of
Missing Out: tepat mengambil keputusan di dunia yang menyajikan terlalu banyak
pilihan”, fear of missing out (FoMO) ialah kata benda yang memiliki dua makna. Makna
yang pertama ialah, FoMO merupakan rasa cemas yang tidak diinginkan dan timbul
sebab adanya persepsi terhadap pengalaman orang lain yang lebih memuaskan daripada
milik sendiri, biasanya melalui terpaan media sosial. Kemudian yang kedua, FoMO ialah
tekanan sosial yang timbul karena adanya perasaan akan tertinggal suatu kejadian
maupun suatu peristiwa, atau tersisih dari pengalaman kolektif yang positif maupun
berkesan.
Sesuai dengan penelitian yang saya telah dilakukan pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Tadulako angakatan 2022 dengan jumlah responden sebanyak
93 orang yang masuk dalam kriteria inklusi, hasil didominasi oleh mahasiswa dengan
tingkat kontrol diri kategori tinggi. Terdapat 65 responden dengan persentase 69,9%
dengan kategori fear of missing out rendah 65 (69,9%) orang dan kategori fear of
missing out sedang terdapat 0 (0,0%) orang. Dapat dilihat jawaban dari responden pada
Self Control Scale (SCS) dimana mayoritas dari responden mengetahui dan sadar akan

xx
xiii
kontrol dirinya agar tidak bermain media sosial saat berlangsungnya proses pembelajaran
ataupun perkuliahan. Kemudian, jawaban pada Fear of Missing Out Scale (FoMOS),
mayoritas mahasiswa tidak begitu peduli terhadap apa yang sedang dilakukan teman-
teman mereka di luar sana dan mayoritas dari mereka juga tidak begitu peduli pada
trending topik di media sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan
fear of missing out pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
Angkatan 2022. Setelah dilakukan uji korelasi dari Spearman’s rho, maka diperoleh
koefesien korelasi sebesar -0,746 dengan didapatkan Sig. 2-tailed sebesar 0,000 lebih
kecil dari nilai signifikan (α) atau Sig. 2-tailed < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara kontrol diri dengan fear of missing out pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Tadulako Angkatan 2022. Hal ini menunjukkan semakin tinggi
kontrol diri pada mahasiswa maka semakin rendah fear of missing out yang
dimunculkan, sebaliknya semakin rendah kontrol diri pada mahasiswa maka semakin
tinggi fear of missing out yang dimunculkan. Didukung penelitian yang dilakukan oleh
Sujarwo (2023) kontrol diri dapat mempengaruhi kejadian fear of missing out pada
pengguna media sosial yang mana ada hubungan negatif signifikan pada 195 responden,
sekitar 87 responden (54,8%) mengalami fear of missing out kategori sedang dan 108
responden (68,1%) mengalami fear of missing out kategori rendah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maza (2022) dan Wulandari (2020)
yang menyatakan bahwa adanya hubungan negatif secara signifikan dan kuat antara
variabel kontrol diri dengan variabel fear of missing out (FoMO) pada remaja pengguna
media sosial. Artinya semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah fear of missing
out (FoMO) yang dimiliki remaja pengguna media sosial tersebut dan apabila semakin
rendah kontrol diri remaja maka semakin tinggi tingkat fear of missing out (FoMO) yang
dimiliki. Penelitian Marina & Richard (2018) menemukan bahwa internet menjadi faktor
penting yang menyebabkan fear of missing out (FoMO). Hal ini menunjukkan bahwa
seseorang yang mempunyai kontrol diri tinggi akan mempunyai fear of missing out
(FoMO) yang rendah karena ia mampu mengontrol emosi, pikiran dan perasaannya saat
terkoneksi dengan orang lain di media sosial sehingga tidak menimbulkan perasaan
cemas, takut dan khawatir akan tertinggal dengan peristiwa atau pengalaman orang lain

xx
xiv
di media sosial atau yang disebut dengan fear of missing out (FoMO). Obsert (2017) juga
menyatakan bahwa fear of missing out yang menyebabkan adanya keinginan untuk terus
menerus terhubung dengan seseorang secara langsung yang kemudian menyebabkan
penggunaan media sosial meningkat.
Pada hasil penelitian ini responden terbanyak menduduki usia 19 tahun. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kadri (2022) pada mahasiswa Universitas
Islam Riau, bahwa usia 18-25 mendominasi dalam perilaku fear of missing out hal ini
disebabkan usia tersebut memasuki usia belajar yaitu sebagai mahasiswa yang mana
banyak beban tugas kuliah maupun skripsi. Oleh karena itu untuk mencegah fear of
missing out diperlukan kontrol diri yang baik dalam diri individu.

xx
xv
DAFTAR PUSTAKA

Aisafitri, L., & Yusrifah, K. 2020. Sindrom Fear Of Missing Out Sebagai Gaya
Hidup Milenial Di Kota Depok. Jurnal Riset Mahasiswa Dakwah dan
Komunikasi. Vol 2(4). Viewed on 23 Maret 2023. From : http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/jrmdk/article/view/11177

Akbar, R. S., Aulya, A., Apsari, A., Sofia, L. 2018. Ketakutan Akan Kehilangan
Momen (FOMO) Pada Remaja Kota Samarinda. Psikostudia: Jurnal
Psikologi. Vol 7 (2). Viewed on 9 Juli 2023. From:
http://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/jrmdk/article/view/11177

Asriandi., Irwanto., Wardhna, A., et al. 2022. Psikologi Sosial Suatu Pengantar.

Jakarta: Media Sains Indonesia dan Penulis

Azizah, E. 2021. Hubungan Antara Fear of Missing Out (Fomo) Dengan Kecanduan
Media Sosial Instagram Pada Remaja. Humanistik'45. Vol 9(1). Viewed on 9
Juli 2023. From:
https://univ45sby.ac.id/ejournal/index.php/humanistik/article/view/197

Chand, S.P., Marwaha, R. Anxiety. 2021. Anxiety. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing.

Christina, R., Yuniardi, M. S., & Prabowo, A. 2019. Hubungan Tingkat Neurotisme
Dengan Fear of Missing Out (FoMO) Pada Remaja Pengguna Aktif Media
Sosial. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol 4(2). Viewed on 14 Maret
2023. From:
https://journals.ums.ac.id/index.php/indigenous/article/view/8024

Danuri, M. 2019. Perkembangan dan Transformasi Teknologi Digital. Jurnal Ilmiah


Infokam. Vol 15(2). Viewed on 11 Maret 2022. From :
http://amikjtc.com/jurnal/index.php/jurnal/article/view/178

Gupta, M., & Sharma, A. 2021). Fear of missing out: A brief overview of origin,
theoretical underpinnings and relationship with mental health. World journal
xx
xvi
of clinical cases. Vol 9(19). Viewed on 26 Maret 2023. From
https://doi.org/10.12998/wjcc.v9.i19.4881

Harahap, N. M. 2021. Pencegahan Kecenderungan Narsistik Melalui Kontrol


Diri. Jurnal Al-Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Vol 3(2). Viewed
on 9 Juli 2023. From:
http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/Irsyad/article/view/4668

Karnadi, H., Zuhdiyah, Z., & Yudiani, E. 2019. Hubungan Antara Kontrol Diri
dengan Kecanduan Internet pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 16
Palembang. JIKSS. Vol 8(2). Viewed on 12 Maret 2023. From:
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita/article/view/65

Kustiawan, W., Nurlita, A., Siregar, A., Siregar, S. A., Ardianti, I., Hasibuan, M. R.,
& Agustina, S. 2022. Media Sosial dan Jejaring Sosial. Maktabatun: Jurnal
Perpustakaan dan Informasi. Vol 2(1). Viewed on 15 Maret 2023. From:
https://ummaspul.e-journal.id/RMH/article/view/4989

Marsela, R. D., & Supriatna, M. 2019. Konsep diri: Definisi dan Faktor. Journal of
Innovative Counseling: Theory, Practice, and Research. Vol 3(2). Viewed on
12 Maret 2023. From:
http://www.journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling/article/view/
567

Mastra, I. W., Adnyana, I. B. G. B., & Pancawati, L. P. 2021. Determinisme


Teknologi Komunikasi dan Globalisasi Media Terhadap Seni Budaya
Indonesia. Widyadari: Jurnal Pendidikan. Vol 22(1). Viewed on 2 April 2023.
From: https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/widyadari/article/view/1117

Maza, S., & Aprianty, R. A. 2022. Hubungan Kontrol Diri Dengan Fear Of Missing
Out (Fomo) pada Remaja Pengguna Media Sosial. Jurnal Mahasiswa BK An-
Nur: Berbeda, Bermakna, Mulia. Vol 8(3) Viewed on 26 Maret 2023. From:
https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/AN-NUR/article/view/9139

McGinnis, P. J. 2020. Fear Of Missing Out: Tepat Mengambil Keputusan Di Dunia


Yang Menyajikan Terlalu Banyak Pilihan. Jakarta: Gramedia.
xx
xvi
Mulyono, B.H. 2021. Pengaruh FoMO Terhadap social connectedness Yang
Dimediasi Oleh Penggunaan Media sosial. Buletin Riset Psikologi dan
Kesehatan Mental (BRPKM). Vol 3(2). Viewed on 26 Maret 2023. From:
http://e-journal.unair.ac.id/index.php/BRPKM

Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia. Viewed on 9 Juli 2023. From
https://doi.org/1desember2013

Putri, L. S., Purnama, D. H., & Idi, A. 2019. Gaya Hidup Mahasiswa Pengidap Fear
Of Missing Out Di Kota Palembang. Jurnal Masyarakat & Budaya. Vol 21(2).
Viewed on 2 April 2023. From: https://Jmb.Lipi.Go.Id/Jmb/Article/View/8 67

Robichaud, M., Dugas, M. J. 2015. The generalized anxiety disorder. Canada: New
Harbinger Publication.

Salinding, J. M., & Soetjiningsih, C. H. 2022. Fear Of Missing Out pada Pengguna
Media Sosial dan Kaitannya dengan Loneliness Di Masa Pandemi Covid-
19. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol 10(4). Viewed on 21 Maret
2023. From: https://ocs.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/article/view/9227
Setiadi, F., & Agus, D. 2020. Hubungan antara durasi penggunaan jejaring sosial
dan tingkat fear of missing out di kalangan mahasiswa kedokteran di Jakarta.
Damianus Journal of Medicine. Vol 19(1). Viewed on 9 Juli 2023. From
http://mx2.atmajaya.ac.id/index.php/damianus/article/view/1199

Shodiq, F., Kosasih, E., & Maslihah, S. 2020. Need To Belong Dan Of Missing Out
Mahasiswa Pengguna Media Sosial Instagram. Jurnal Psikologi Insight. Vol
4. Viewed on 12 Maret 2023. From:
https://pdfs.semanticscholar.org/1e80/1ba4483a9725db6f8afc87e5920624fcc
ce3.pdf

Sianipar, N. A., & Kaloeti, D. V. S. 2019. Hubungan antara regulasi diri dengan
fear of missing out (FoMO) pada mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal Empati. Vol 8(1). ). Viewed on 18
Maret 2023. From:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/23587
xx
xvi
Siddik, S., Mafaza. 2020. Peran Harga Diri Terhadap Fear of Missing Out Pada
Remaja Pengguna Situs Jejaring Sosial. Jurnal psikologi teori dan terapan.
Vol 10(2). Viewed on 12 Maret 2023. From:
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2402881&val=1
0798&title=Peran%20Harga%20Diri%20terhadap%20Fear%20of%20Missin
g%20Out%20pada%20Remaja%20Pengguna%20Situs%20Jejaring%20Sosia
l

Taswiyah, T. 2022. Mengantisipasi Gejala Fear of Missing Out (fomo) Terhadap


Dampak Sosial Global 4.0 dan 5.0 Melalui Subjective Weel-Being dan Joy of
Missing Out (JoMO). Jurnal Pendidikan Karakter JAWARA. Vol 8(1).
Viewed on 12 Maret 2023. From:
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JAWARA/article/view/15434
Tripambudi, B., & Indrawati, E. S. 2020. Hubungan antara kontrol diri dengan perilaku
konsumtif pembelian gadget pada mahasiswa teknik industri Universitas
Diponegoro. Jurnal Empati. Vol 7(2). Viewed on 9 Juli 2023. From:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/21683

Trikandini, A., & Kurniasari, L. 2021. Hubungan Intensitas Penggunaan Media


Sosial Dengan Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa UMKT. Borneo Student
Research (BSR). Vol 3(1). Viewed on 17 Maret 2023. From:
https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/view/2492

Yuliana, N., & Sos, Y. S. S. 2022. Pemanfaatan Media Internet Dalam


Meningkatkan Peran Komunikasi Generasi Milenial Di Masa Pandemi
Covid-19 Di Desa Waetele, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru. Jurnal
Ilmu Komunikasi Pattimura. JUM. Vol 1(2). Viewed on 11 Maret 2023.
From: https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/transceiver/article/view/7874

Zulfah, Z. 2021. Karakter: Pengendalian Diri. Iqra: Jurnal Magister Pendidikan


Islam. Vol 1(1). Viewed on 16 Maret 2023. From:
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/iqra/article/view/5803

xx
xix
LAMPIRAN

xl
Lampiran 1 Skala Penelitian

Skala Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Fear of Missing Out pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako Angkatan 2022.

A. Identitas
Nama/inisial :
Akhiran Stambuk (ex: 010) :
Umur :
Jenis Kelamin :
B. Keternagan Tambahan
I. Mengidap gangguan kecemasan: Ya/Tidak
II. Jika “Ya” , gangguan kecemasan seperti apa (jelaskan seperti apa
yang anda rasakan, ex: takut akan keramaian. Takut tertinggal
sesuatu yang baru, dll)
III. Sedang mengkonsumsi obat anticemas 3 bulan terakhir: Ya/Tidak
C. Inform Consent
1. Saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan akan
mengisi dengan jujur dan apa adanya: Setuju/Tidak Setuju

Skala Self Control Scale (SCS)

Petunjuk:

Dibawah ini terdapat 27 pertanyaan dengan skala yang sudah disediakan,


harap tunjukkan seberapa setuju anda pada setiap pernyataan berdasarkan
pengalamann anda. Tolong jawab sejujur-jujurnya, sesuai dengan apa yang benar-
benar mencerminkan anda.

Poin tanggapan:
SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS


1. Saya bisa membagi waktu saya antara belajar dan membuka
media sosial
2. Saya duduk dekat dengan teman yang fokus dalam belajar
daripada teman yang asyik main hp
3. Saya tahu jika sering membuka media sosial membuat saya
malas belajar
4. Jika saya main hp dikelas saya bisa membuat teman yang
lain terganggu
5. Saya lebih memilih membaca buku daripada bermain media
sosial demi masa depan saya
6. Saya memilih menyimpan hp di tas agar saya tidak
mengecek hp saat jam perkuliahan dimulai
7. Walaupun dosen tidak melarang mahasiswa main hp di kelas
saya tetap tidak pegang hp dikelas
8. Daripada membuka media sosial dikelas saya lebih memilih
mencatat materi
9. Saya lebih memilih membuka media sosial daripada
mencatat materi
10. Saya tetap akan bermain hp dikelas karena dosen tidak
melarangnya
11. Saya tidak tahan lama lama jika tidak membuka media sosial
12. Saya masih berat untuk berhenti main hp saat jam
perkuliahan berlangsung
13. Saya tidak peduli jika teman saya terganggu karena saya
main hp
14. Saya tetap membuka media sosial walaupun sedang belajar
15. Saya duduk dengan teman yang suka membuka media sosial
dikelas agar tidak bosan
16. Saya tidak bisa mengatur waktu saya untuk belajar dan buka
media sosial
17. Saya menonaktifkan hp saya saat jam perkuliahan dimulai
18. Saya belajar ketika ada kawan yang asyik ngobrol dikelas
19. Saya tahu jika main hp dikelas membuat saya tidak fokus
belajar
20. Saya ketinggalan materi jika lebih fokus buka media sosial
daripada belajar
21. Saya tidak akan mengecek hp untuk membuka media sosial
jika sedang membuat tugas
22. Saya tidak bisa menghilangkan kejenuhan saya dengan hal
lain tanpa bermain hp dan mengakses media sosial
23. Saya tidak bermain media sosial terlalu sering dirumah
walalupun orangtua membebaskan
24. Saya tidak bisa meninggalkan hp dirumah itu membuat saya
terganggu
25. . Saya tetap membuka media sosial saat dikelas karena jenuh
jika selalu belajar
26. Saya ikut gabung ketika ada kawan yang lagi ngobrol dikelas
27. Saya aktif bermain hp walaupun sedang berlangsungnya
perkuliahan

Skala Fear of Missing Out (FoMO)

Dibawah ini terdapat 17 pertanyaan dengan skala yang sudah disediakan,


harap tunjukkan seberapa setuju anda pada setiap pernyataan berdasarkan
pengalamann anda. Tolong jawab sejujur-jujurnya, sesuai dengan apa yang benar-
benar mencerminkan anda.

Poin tanggapan:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS


1. Saya takut jika teman saya mempunyai pengikut lebih
banyak di media sosial daripada saya
2. Saya takut saat melewatkan story terbaru teman saya di
media sosial
3. Saya khawatir saat tidak bisa update status di media
sosial saya
4. Saya khawatir ketika mengetahui teman-teman saya
liburan tanpa saya dan membagikannya di media sosial
5. Saya merasa cemas ketika tidak tahu apa yang
dilakukan teman saya di media sosial
6. Saya cemas jika tidak mengetahui trending topik hari
ini di media sosial
7. Saya tidak peduli dengan trending topik terbaru di
media sosial
8. Saya santai saja jika melewatkan apa yang dilakukan
teman saya di media sosial
9. Tidak masalah bagi saya saat mengetahui di media
sosial teman saya liburan tanpa saya
10. Saya santai saja jika tidak update status di media sosial
saya
11. Tidak masalah bagi saya jika melewatkan story teman
saya di media sosial
12. Saya tetap tenang jika teman saya mempunyai pengikut
lebih banyak di media sosial dibandingkan saya
13. Saya takut jika teman saya lebih sering membagikan
aktifitasnya di media sosial daripada saya
14. Saya merasa tenang saat tidak memantau aktifitas orang
lain di media sosial
15. Saya khawatir saat memposting foto di media sosial
jika tidak banyak yang sukai
16. Saya santai saja jika teman saya tidak mengajak saya
foto di tempat yang lagi hits di media sosial
17. Tidak masalah bagi saya jika tidak buka akun gosip di
media sosial

Anda mungkin juga menyukai