Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH PENGGUNAAN APLIKASI TIKTOK TERHADAP

TINGKAT INSECURITY: STUDI KASUS PADA PENGGUNA MUDA

OLEH :

WENING MARTA LIUNOKAS


(2308010063)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2023
DAFTAR ISI

KOVER............................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1. Latar Belakang........................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3. Tujuan ......................................................................................................3
1.4. Manfaat.....................................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................5

2.1 Aplikasi Tik Tok......................................................................................5


2.2 Insecurity...................................................................................................6
BAB III METODE PENELITIAN................................................................15

3.1 Jenis Penelitian........................................................................................15


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................15
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..............................................................15
3.4 Metode Pengumpulas Data......................................................................16
3.5 Teknik Analisis Data................................................................................16
3.6 Hasil Penelitian.........................................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................20

4.1 Pengaruh Aplikasi Tik Tok terhadap Insecurity..................................20


4.2 Penyebab Rasa Insecurity........................................................................23
4.3 Solusi dalam Mengatasi Rasa Insecurity................................................23
4.4 Pengaruh Buruk Rasa Insecurity............................................................23
BAB V PENUTUP...........................................................................................26
5.1 Simpulan..................................................................................................26
5.2 Saran..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................27

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, bimbingan, dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Judul makalah ini ialah “Pengaruh Penggunaan Aplikasi Tik Tok terhadap
Insecurity: studi kasus pada pengguna muda”. Makalah ini berisi tentang penelitian terhadap
tingkat insecurity dari penggunaan aplikasi tik tok. Makalah ini disusun untuk memenuhi
syarat mengikuti UAS mata kuliah umum Bahasa Indonesia.
Penulis menyadari bahwa pembahasan hanya pada batasan permasalahan pada
makalah ini, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk melengkapi makalah
ini baik secara teori, metode, dan analisis sehingga dapat menjadi acuan referensi bagi
peneliti selanjutnya.

Kupang, 10 Desember 2023

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi artinya era dimana teknologi mengalami perkembangan yang begitu
pesat. Perkembangan yang dapat dirasakan oleh masyarakat diberbagai belahan dunia
yaitu teknologi informasi dan komunikasi. Pesatnya perkembangan era globalisasi ini
juga berdampak pada pesatnya perkembangan media sosial yang memberikan kemudahan
dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan pendidikan, kegiatan bisnis, kegiatan sosialisasi
dan sebagainya. Dengan berbagai kemudahan yang ada banyak sekali individu mulai dari
anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa pun mulai mencari hiburan dengan
menghabiskan waktu mereka di sosial media seperti TikTok, Instagram, Youtube, dan
sosial media lainnya.
Salah satu media sosial yang kekinian dan banyak diminati kaula muda adalah
aplikasi TikTok. TikTok adalah jejaring sosial berbagi video pendek yang memungkinkan
para pengguna dapat membuat video, menyanyi, dan juga menari. TikTok banyak
digunakan anak muda untuk mengungkapkan berbagai pencapaian diri yang berhasil
didapatkan di bidang penampilan fisik dan prestasi akademik maupun non akademik. Hal
tersebut dikemas dalam sebuah video berdurasi singkat yang dapat siapa saja lihat di For
Your Page (FYP) TikTok. Aplikasi ini diluncurkan oleh perusahaan asal Tiongkok,
China, ByteDance pertama kali meluncurkan aplikasi yang memiliki durasi pendek yang
bernama Douyin. Hanya dalam waktu 1 tahun, Douyin memiliki 100 juta pengguna dan 1
miliar tayangan video setiap hari. Popularitas Douyin yang tinggi membuatnya
melakukan perluasan ke luar China dengan nama Tiktok.
Di Indonesia pada tahun 2018 aplikasi ini dinobatkan sebagai aplikasi terbaik play
store yang dimiliki oleh Google. Tidak hanya itu TikTok juga dikategorikan sebagai
aplikasi paling menghibur (Imron, 2018). Pada Juli lalu aplikasi buatan China ini sempat
diblokir oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di pertengah 2018,
alasannya karena ada konten-konten yang negatif terutama bagi anak-anak. Pemblokiran
pada aplikasi ini hanya berlangsung seminggu, mulai 3-10 Juli 2018. (Kusuma, 2020). Aji
dan Setiyadi (2019, dalam Bulele dan Wibowo, 2020) menyatakan pengguna aplikasi
TikTok sebanyak 10 juta pengguna di Indonesia.

iv
Aplikasi ini banyak digemari oleh banyak anak kecil, remaja, bahkan sampai pada
orang dewasa yang merasa membutuhkan hiburan. Pengguna aplikasi ini dari segala umur
tidak menutup kemungkinan terdapat konten-konten yang mengandung unsur negatif
didalamnya. Adanya konten-konten negatif tersebut tentunya dapat membahayakan untuk
perkembangan mental penggunanya yang rata-rata remaja yang berusia di bawah 18
tahun karena belum stabilnya dari segi pendirian maupun pemikiran. Masa remaja
merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, pada masa ini adanya
perkembangan secara fisik maupun mental. Batasan usia remaja antara 12-21 tahun, dapat
dikategorikan antara lain, remaja awal memiliki rentang usia 12-15 tahun, remaja
pertengahan 15-18 tahun, dan remaja akhir yang memiliki rentang usia 18-21 tahun
(Desmita, 2010). Menurut (Hariansyah, 2018) banyak anak muda maupun dewasa yang
membuat dan memposting video di berbagai platform media sosialnya membuat tidak
hanya aplikasi ini semakin populer namun orang yang menggunakan aplikasi “goblok” ini
ikut populer.
TikTok memiliki dampak signifikan terhadap penggunanya, terutama dalam hal
perilaku dan pola pikir. Penggunaan TikTok dapat mengubah kehidupan sehari-hari,
mempengaruhi cara mereka berbicara dan berekspresi tanpa batasan, serta menghilangkan
nilai-nilai kesopanan dan rasa malu yang sebelumnya ada dalam budaya mereka. Selain
menghilangkan nilai-nilai sopan santun dan rasa malu, TikTok juga mendorong pengguna
untuk aktif membagikan kehidupan sehari-hari mereka melalui video di platform tersebut.
Namun, hal ini mencerminkan kurangnya kejujuran karakter pengguna, karena apa yang
mereka tampilkan di media sosial sering kali berbeda dengan kehidupan sebenarnya.
Adapun komunikasi antar pribadi sekarang berbondong-bondong berubah menjadi
interaksi antara orang dan handphone, karena saat ini komunikasi sangatlah mudah
dilakukan melalui handphone dibandingkan mereka harus berinteraksi dengan lingkungan
sosial disekitar. Hal ini dapat menimbulkan berbagai gangguan kepribadian pengguna,
seperti tidak peduli sosial di sekitar dan sering kali tidak peka terhadap kebutuhan orang
lain (Redi Panuju, 2015).
Dengan berbagai dampak negatif, TikTok juga memiliki sisi positif, di mana banyak
pengguna yang menggunakan aplikasi ini untuk belajar. Konten di TikTok mencakup
berbagai materi pendidikan yang dibagikan oleh para pembuat konten yang ahli di
bidangnya. Oleh karena itu, pengaruh TikTok terhadap karakter pengguna tidak dapat
diabaikan, karena platform ini berperan dalam membentuk kepribadian mereka. Dalam
pembentukan karakter lewat media sosial TikTok menghasilkan karakter yang positif dan
v
negatif. Hal ini diakibatkan pengguna yang tidak mampu memilah sebuah konten untuk
dijadikan sebuah tontonan dan bahkan tidak sedikit dari banyak pengguna mengikuti
konten tersebut bahkan mempraktikannya dengan mengekspresikan dirinya. Dari
peristiwa TikTok yang mampu mempengaruhi pengguna dan pembentukan karakter lewat
sosial media TikTok ini bukanlah hal sepele bisa dianggap dampak yang dihasilkan
sangatlah buruk ketika pembentukan karakter melalui sosial media TikTok ini mengarah
pada hal yang negatif.
Dengan adanya penggunaan aplikasi TikTok yang berdampak positif dan negatif
membuat para penggunanya memiliki rasa individual yang tinggi, membuat terbatasnya
ruang bagi pemuda untuk meningkatkan pencapaian diri sehingga melihat pencapaian
orang lain secara berulang di sosial media khususnya TikTok dapat menimbulkan rasa
minder atau insecurity pada individu itu sendiri. Adanya insecure membuat pemuda tidak
mampu menilai dirinya sendiri dan tidak efektif dalam melakukan suatu aktivitas dalam
kehidupannya. Menurut (Mu’awwanah,2017) insecure merupakan perasaan tidak aman
yang dimana seorang individu merasa tidak percaya diri (inferiority), takut, cemas
(anxiety), dan lainnya akan suatu hal yang dipicu oleh rasa tidak puas dan tidak yakin
akan kapasitas diri sendiri. Perasaan insecure pada umumnya terjadi berhubungan dengan
diri sendiri (inner circle), sosial (sosial circle), dan realita kehidupan (outer circle)
(Oktiyanti, 2017). Dengan demikian adanya pengaruh ataupun dampak dari aplikasi
TikTok mengakibatkan insecurity pada pengguna aplikasi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1) Apakah ada pengaruh aplikasi tiktok terhadap rasa insecurity?
2) Apa saja penyebab terbesar rasa insecurity ini?
3) Apa solusi yang dapat diterapkan remaja saat ini untuk mengatasi rasa insecurity?
4) Apakah ada pengaruh buruk dari insecurity ini?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan makalah adalah sebagai
berikut.
1) Menjelaskan pengaruh aplikasi tiktok terhadap rasa insecurity.
2) Menjelaskan penyebab rasa insecurity ini muncul.
vi
3) Mendeskripsikan solusi yang dapat diterapkan remaja untuk mengatasi rasa
insecurity.
4) Menjelaskan pengaruh buruk dari insecurity.

1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, adapun yang diharapkan
dari penulisan makalah ini adalah:
a. Memberikan pengetahuan kepada pembaca agar semakin meningkatkan
kewaspadaan dalam penggunaan aplikasi tiktok terhadap tingkat insecurity.
b. Memberikan manfaat yang sangat berharga bagi penulis berupa pengalaman
praktis dalam penulisan makalah ini sekaligus dapat dijadikan referensi ketika
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

vii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

b.1 Aplikasi Tiktok


Tiktok merupakan aplikasi yang memberikan efek spesial, unik dan menarik
yang bisa digunakan oleh para pengguna aplikasi ini dengan mudah untuk
membuat vidio pendek yang keren dan bisa menarik perhatian banyak orang
yang menontonnya. Aplikasi Tiktok adalah sebuah jejaring sosial dan platform
video musik tiongkok yang diluncurkan pada september 2016. Aplikasi ini
adalah aplikasi pembuatan video pendek dengan didukung musik, yang sangat
digemari oleh orang banyak termasuk orang dewasa dan anak-anak dibawah
umur. Aplikasi tiktok ini merupakan aplikasi yang juga bisa melihat video-
video pendek dengan berbagai ekspresi masing-masing pembuatnya. Dan
pengguna aplikasi ini bisa juga meniru dari video pengguna lainnya, seperti
pembuatan video dengan musik goyang dua jari yang banyak juga dibuat oleh
setiap orang.
Berdasarkan data penelitian Fatimah Kartini Bohang (2018), Tik Tok
menjadi aplikasi paling banyak diunduh yakni 45,8 juta kali. Dilihat dari
pengguna aktif Tik Tok sebesr 625 juta menjadikan Tik Tok sebagai sarana
pemberian informasi yang cepat dan menarik saat ini (Suswinda,2019).
Aplikasi tersebut memberikan akses penggunaanya untuk berpartisipasi,
berbagi dan membuat konten menarik mereka sendiri. Dilansir dari
Beautynesia terdapat 5 jenis konten Tik Tok yaitu (1) Konten hiburan, (2)
Konten Edukasi, (3) Konten memasak, (4) Konten Haul, (5) Konten tutorial.
Indikator media sosial Tik Tok dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Adanya dampak positif dan dampak negatif dalam menggunakan
aplikasi Tik Tok.
b) Adanya kreatifitas mereka dalam penggunaan aplikasi Tik Tok.
Dalam aplikasi media sosial tik tok banyak berbagai konten video yang
ingin mereka buat dengan mudah. Tidak hanya melihat dan menirukan,
mereka juga dapat membuat video dengan cara mereka sendiri. Mereka dapat
menuangkan berbagai video-video yang kreatif sesuai dengan ide-ide mereka.
Tidak hanya mengenai video-video menarik, joget, lipsync dll, mereka juga
bisa ikut tantangan-tantangan yang dibuat pengguna lain. Media Sosial tik tok
viii
adalah salah satu aplikasi yang membuat penggunanya terhibur. Aplikasi ini
bisa dikatakan adalah aplikasi penghibur. Beberapa orang pengguna banyak
sekali yang mengatakan bahwa aplikasi ini adalah aplikasi yang dapat
membuat si pengguna terhibur. Dalam aplikasi ini pengguna dapat melihat-
lihat berbagai kreatifitas setiap pengguna lain di beranda. Aplikasi tik tok ini
pun dapat membuat si pengguna dikenal atau terkenal. Dikenal atau terkenal
karena video-video yang mereka buat, ada video yang terkenal karena
kreatifitasnya, ada juga yang terkenal karena keunikan videnya yang
dibuat.semua sesuai pandangan dari setiap penonton atau si pengguna lain.

2.2 Insecurity
2.2.1 Definisi Insecure
Insecure adalah perasaan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh individu
ketika merasa khawatir dan kurang percaya diri. Sehingga seseorang yang
mengalaminya merasa tidak aman, dan dia akan merasa takut dalam kondisi
apapun dan kapanpun. Perasaan tersebut dapar terjadi ketika seseorang merasa
bersalah, malu, merasa kekurangan, atau tidak mampu mengendalikan sesuatu.
Akibatnya ialah seseorang bisa menjadi takut berinteraksi dengan orang lain.
Kata insecure dalam kamus bahasa Inggris bermakna gelisah, tidak kokoh,
tidak aman. Dalam psikologi insecure dimaknai sebagai suatu emosi yang
muncul karena seseorang mendapat pengalaman di masa lampau yang kurang
menyenangkan. Pengalaman tersebut dapat berupa komentar negatif dari orang
lain ataupun melihat pengalaman kurang menyenangkan dari orang lain. Pada
zaman sekarang ini kebanyakan orang memiliki anggapan bahwa suatu
kejelekan atau keburukan merupakan suatu kondisi yang menjadikan individu
tidak bisa melawan akan bantahan. Menurut Abraham Maslow insecure ialah
suatu kondisi perasaan tidak aman yang dialami seseorang dan menganggap
dunia laksana hutan yang mengancam dan kebanyakan manusia berbahaya serta
egois. Seseorang yang memiliki perasaan insecure biasanya merasa ditolak dan
dikucilkan, pesimis, cemas, merasa bersalah, tidak atau kurang bahagia, egois,
tidak percaya diri, dan condong neurotik. Dan mereka mencoba berbagai cara
supaya mendapatkan rasa aman (secure).
Menurut Greenberg, setiap orang pasti akan merasakan perasaan Insecure.
Perasaan insecure yang tidak berlebih termasuk baik untuk individu seperti
ix
membantu perkembangan diri seseorang, bahwa kita mampu mencapai sesuatu
yang lebih tinggi dari apa yang kita bayangkan. Namun, yang menjadi
permasalahan apabila perasaan justru mengganggu kesehariannya dalam jangka
panjang. Hal tersebut akan berdampak buruk bagi kesehatan mulai dari fisik
bahkan mental (depresi).
Mengenai perasaan insecure, menurut KBBI, insecure mempunyai makna
perasaan tidak aman, dan gelisah. Artinya, perasaan tidak percaya diri
(inferiority) dengan diri sendiri dan cenderung minder, bisa juga diartikan
sebagai rasa takut dan cemas (anxiety) tentang sesuatu yang dipicu oleh rasa
tidak puas dengan realitas keadaan diri dan tidak yakin akan kapasitas diri
sendiri.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa insecure adalah suatu
perasaan tidak aman yang membuat seseorang merasa cemas, takut, dan tidak
percaya diri. Orang yang insecure biasanya sering merasa cemburu, selalu
meminta pendapat orang lain mengenai dirinya, dan bahkan membandingkan
dirinya dengan orang lain. Perasaan insecure bisa berasal dari penampilan,
pekerjaan, maupun kondisi sosial.
Menurut Greenberg dalam Psychology Today ada 3 bentuk, yaitu:
1) Insecurity based on recent failure or rejection (insecure karena kegagalan
yang baru saja terjadi atau sebab penolakan) disebabkan suatu peristiwa yang
barusan terjadi memiliki pengaruh besar terhadap suasana hati serta cara
pandang terhadap diri sendiri. 2) Lack of confidence because of social anxiety
(insecure karena kecemasan sosial) artinya banyak orang merasakan kurangnya
percaya diri dalam situasi sosial atau situasi dalam media sosial mereka sendiri.
Memiliki rasa takut dievaluasi orang lain serta dianggap kurang bisa membuat
mereka merasa cemas (anxiety). Sebab itu, banyak orang menarik diri serta
mengisolasi diri sendiri supaya mencegah rasa tidak nyaman dan cemas.
3) Insecurity driven by perfectionism (insecure yang didorong oleh rasa
perfeksionis) disebabkan mempunyai standar yang tinggi bahkan sangat tinggi
dalam melakukan sesuatu. Namun, hidup tidak akan selalu berjalan sesuai
dengan yang diharapkan, terdapat beberapa bagian yang diluar kendali diri
manusia.
Maka dari itu, ketidaksempurnaan yang mereka dapatkan jika tidak sesuai
dengan keinginan dapat menyebabkan timbulnya rasa kecewa dan menyalahkan
x
diri sendiri hingga menyebabkan timbulnya rasa insecure dan tak berharga
(Harnata & Prasetya, 2023, pp. 824–825).

2.2.2 Siapa Saja yang Mengalami Insecure


Fenomena insecure kerap dialami oleh semua orang, akan tetapi terdapat usia
tertentu yang menyebabkan seseorang mudah mengalami perasaan insecure.
Menurut seorang psikolog anak Anastasia Satrio yang dikutip dari tribunnews,
perasaan insecure biasanya di alami oleh seseorang yang berusia remaja hingga
usia 20 tahun.
Remaja merupakan suatu masa dari umur manusia yang paling dominan
mengalami perubahan sehingga membawa mereka berpindah dari masaanak-
anak menuju masa dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut
mengenai segala hal dalam kehidupan manusia yaitu, jasmani, rohani, pikiran,
perasaan, dan sosial. Perasaan yang terjadi di setiap proses pertumbuhan remaja
bisa memicu serta meningkatkan perasaan insecure yang berdampak negative
dalam hidup mereka. Pada kebanyakan remaja, rasa insecure ini sering terjadi
apabila mereka menemui individu lain yang memiliki fisik yang lebih sempurna
dari diri mereka dan setelahnya mereka akan mulai menilai diri mereka sendiri,
yang mendorong terjadinya gangguan kesehatan mental pada diri mereka
sendiri.
Para remaja terutama remaja perempuan yang sudah mengenal pentingnya
penampilan, menganggap penampilan sebagai bagian dari harga dirinya, karena
banyak sekali orang yang memberikan penilaian terhadap penampilan seseorang
(Meliana et al., 2020, pp. 1–3).

2.2.3 Macam-Macam Insecure


Perasaan insecure nyaris tidak bisa dibatasi dan dapat timbul di berbagai aspek
kehidupan. Setiap orang mempunyai jenis insecure yang berbeda-beda seperti:
1) Insecure dengan diri sendiri
Adapun perasaan insecure yang berkaitan dengan diri sendiri seperti:
a) Merasa rendah diri dengan orang lain
Inferiority feeling atau perasaan rendah merupakan suatu perbuatan
(dalam bentuk apapun) yang dilakukan ke diri sendiri dengan kritis dan
cenderung bersifat negatif.
xi
b) Takut mencoba dan memulai
Rasa takut biasanya muncul karena munculnya peluang negatif yang
dimulculkan dari dalam diri seseorang, bisa juga disebakan karena
adanya suatu ancaman yang dirasakan seseorang.
c) Anxiety (perasaan cemas)
Perasaan cemas merupakan perasaan takut yang global dan bersifat
normal di berbagai kondisi, akan tetapi bisa menjadi abnormal apabila
tidak sesuai dengan proporsi ancamannya.
2) Insecure dalam hubungan (relationship insecurity)
Merasa insecure ketika menjalin suatu hubungan dengan orang lain
biasanya disebabkan mulai masa anak-anak. Seorang anak biasanya kurang
atau tidak merasakan kedekatan dengan kedua orang tuanya sehingga
timbul perasaan tidak aman dalam diri anak serta akan membentuk suatu
citra dalam diri yang buruk dan meniru model hubungan yang negatif. Hal
tersebut berakibat pada tekanan emosionalnya lebih besar dan penyesuaian
yang tidak tepat di lain hari.
3) Insecure dalam penampilan (body image insecurity)
Dalam hal penampilan insecure dapat dimaknai sebagai rasa kurang percaya
diri serta rendah diri dikarenakan merasa dirinya tidak cantik dibanding
orang lain. Perasaan itu berhubungan dengan keinginan manusia untuk
memperoleh pengakuan sehingga menjadi terlalu mendengarkan dan
memikirkan penilaian dari orang lain. Biasanya orang-orang sekitarlah yang
membuat pernyataan kurang tepat akan standar kecantikan seseorang,
namun untuk saat ini media juga berpengaruh besar dalam persepsi tersebut.
4) Insecure dalam pekerjaan (job insecurity)
Perasaan insecure juga bisa dialami seseorang dalam dunia kerja atau lebih
dikenal dengan istilah job insecurity. Saat mengalami job insecurity
seseorang akan mengalami cemas berlebih, merasa terancam, dan takut
kehilangan ketika menghadapi suatu pekerjaan ditempat kerja. Seseorang
yang mengalami job insecurity akan mudah merasa tidak yakin atau ragu-
ragu dalam mempertahankan pekerjaannya. Hal tersebut disebabkan karena
ragu akan kemampuan serta mendapat penilaian diri dalam menghadapi
suatu pekerjaan.
5) Insecure dalam kondisi sosial (social insecurity)
xii
Insecure dalam kondisi sosial muncul ketika seseorang sering
menghawatirkan, memikirkan pendapat orang lain tentang dirinya dan
kemampuan berinteraksinya dengan orang lain. Perasaan tersebut memang
masalah kecil yang terjadi berulang, akan tetapi bisa berkembang hingga
menjadi kecemasan sosial.

2.2.4 Ciri-ciri Insecure


Mengingat insecure adalah permasalahan psikis atau kejiwaan, maka akan
secara otomatis menyinggung dunia psikologi. Di mana, psikologi sendiri
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengalaman hidup dan segenap
problematikanya yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan, panca
indera, pikiran, dan sebagainya. Sehingga, jika disinggungkan dengan perasaan
insecure, maka akan ada tatanan yang menjelaskan berbagai hal tentangnya.
Mulai dari pengamatan secara fisik, tingkah laku sehari-hari, maupun cara
pandang, pemikiran, dan perasaan. Sementara itu, berikut ini ciri-ciri seseorang
yang merasa insecure dari berbagai aspeknya.
1. Aspek Fisik Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, ranah
psikologi juga termasuk kondisi fisik manusia. Maksudnya, dari sebuah
perasaan yang ada, kadangkala keadaan fisik secara otomatis akan merespon
adanya perasaan tersebut. Ciri-ciri yang nampak dari aspek fisik atau tubuh
seseorang yang insecure di antaranya:
a. Nampak mengalami kegelisahan, sehingga menjadi gugup dan nampak
takut atau bingung.
b. Jantung berdetak kencang, di mana menjadi salah satu efek dari perasaan
tidak aman yang di alaminya.
c. Mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, bisa jadi terbata-bata, tidak
yakin dengan yang dibicarakannya, membahas hal-hal itu saja, atau
bahkan berhenti seketika. Dalam hal ini, suara yang dihasilkan pun
seakan tidak leluasa atau sepenuhnya keluar. Bibir gemetar dengan suara
tertahan.
d. Sensitif atau mudah tersinggung dan marah.
2. Aspek Tingkah laku (behavior) Sebuah perasaan juga berpengaruh terhadap
tingkah laku atau kebiasaan seseorang secara nyata. Berikut ciri-ciri
seseorang yang insecure dari aspek tingkah laku:
xiii
a. Berupaya menghindar terhadap suatu hal maupun interaksi sosial dengan
ketidaknyamanan dan ketidakpercayaannya untuk menghadapi.
b. Bergantung terhadap orang lain atau sering mengandalkan orang lain.
Tentunya, berawal pada rasa pesimis yang mendahuluinya dan perasaan
takut untuk mencoba.
c. Mudah panik atau terguncang.
3. Aspek Kognitif Reaksi manusia terhadap rangsangan tidak selalu keluar atau
nampak dalam tingkah laku yang nyata (behavior), namun juga bisa tetap
mengendap berbentuk gejolak perasaan seperti kekecewaan, kegelisahan,
suka atau tidak suka, dan sebagainya. Perasaan, sikap, harapan, ide,
pemikiran, cara pandang inilah yang menjadi ranah kognitif. Berikut ciri-ciri
orang insecure dari aspek kognitif:
a. Merasa khawatir atau cemas terhadap sesuatu.
b. Merasa terganggu, takut, dan cemas pada hal-hal yang terlalu
dipikirkannya terjadi di masa depan.
c. Merasa bahwa akan segera terjadi hal-hal yang buruk atau sesuatu yang
tidak menyenangkan tanpa kejelasan yang berarti.
d. Merasa dirinya tidak aman dan terancam oleh orang lain atau suatu hal,
yang mana secara umum merupakan hal biasa dan tidak terlalu
dipikirkan.
e. Merasa terganggu oleh hal yang berulang-ulang dipikiran oleh dirinya
sendiri (overthingking).
f. Merasa takut tidak bisa menyelesaikan problematika yang ada juga sulit
berkonsentrasi.

2.2.5 Faktor Penyebab Insecure


Menurut Melanie Greenberg, Ph.D., seorang psikolog psikis asal California
yang ahli mengelola rasa stres, kesehatan, dan hubungan atau relationships
menyatakan terdapat 3 penyebab yang secara umum menumbuhkan insecure
dalam diri seseorang. Yakni:
1. Insecure berdasarkan kegagalan atau penolakan akhir-akhir ini.
Peristiwa akhir-akhir atau yang terbaru dalam hidup dapat
memengaruhi suasana hati atau perasaan tentang diri sendiri. Riset tentang
kebahagiaan menyatakan bahwa hingga 40% dari happiness quotient atau
xiv
hasil bagi kebahagiaan didasarkan pada peristiwa kehidupan yang baru-baru
ini terjadi. Dengannya, adanya suatu kegagalan dan penolakan tersebut
secara tidak langsung memberikan pukulan ganda pada kepercayaan diri
seseorang.
2. Insecure akibat adanya kecemasan sosial (social anxiety).
Tidak sedikit orang yang kadangkala merasa cemas, kurang percaya
diri terhadap keadaan sosial seperti menghadiri acara kemasyarakatan,
pertemuan keluarga, wawancara tertentu, sebuah pertunjukan, dan
sebagainya. Rasa takut akan penilaian dari orang lain terhadap apa yang
ditunjukkan atau bagaimana tingkah laku seseorang jika berada dalam
sebuah acara sosial tersebut menjadikan seseorang khawatir akan cela
sehingga menurunkan rasa percaya diri. Akibatnya, seseorang akan merasa
tidak memiliki kemampuan, tidak merasa dipentingkan, tidak menarik, jelek,
atau tidak cukup baik. Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seseorang
yang agak berbeda dengan orang lain cenderung merasa terdiskriminasi atau
terintimidasi di tengah kalangan sosial tertentu.
3. Insecure akibat adanya standar tinggi yang ditetapkan atau perfeksionisme.
Sebagian orang mempunyai standar yang tinggi untuk semua hal yang
dilakukannya. Ada yang menetapkan keinginan yang sesempurna mungkin
menjadi suatu keharusan. Menginginkan nilai tertinggi, pekerjaan terbaik,
sosok dengan ketampanan atau kecantikan sempurna, rumah yang dengan
dekorasi paling indah, anak-anak yang rapi dan sopan, atau pasangan yang
ideal. Namun sayangnya, hidup tidak selalu berjalan seperti yang diinginkan.
Adakalanya seseorang belum juga berhasil secara sempurna dalam
pekerjaannya, terlahir dalam keadaan cacat fisik atau kekurangan tertentu
yang melekat pada dirinya, dan sebagainya. Namun, akibat standar
sempurna itu tadi disandingkan dengan hal yang bertolak belakang,
seseorang akan terus-menerus kecewa dan menyalahkan diri sendiri karena
kurang sempurna, merasa tidak nyaman, dan tidak berharga. Meskipun
menuntut diri menjadi se-perfect mungkin itu merupakan sesuatu yang baik,
namun tidaklah bagus jika terus memukuli diri sendiri dengan rasa khawatir
sehingga membebankan sesuatu yang berat secara terus menerus dalam hati
dan pikiran seseorang. Sehingga, depresi atau gangguan kronis bisa saja
menghampiri.
xv
Selain itu, menurut Eric Patterson, seorang konselor profesional di
Pennsylvania Barat, Amerika Serikat menyebutkan beberapa hal yang
menyebabkan seorang akhirnya menjadi insecure. Di antaranya:
1) Kurangnya dukungan emosional dari keluarga.
2) Kurangnya pemenuhan kebutuhan fisiologis.
3) Kurangnya kecerdasan emosional.
4) Kurangnya keterbukaan.
5) Kurangnya afirmasi.
6) Ketergantungan yang berlebihan pada orang lain.

2.2.7 Solusi Insecure


Atika (dosen Psikologi Universitas Airlangga) sebagaimana yang dikutip Tata
Ferliana telah menerangkan dalam blognya terkait solusi mengatasi perasaan
insecure yaitu dengan cara komitmen, yang mana komitmennya terhadap
menerapkan self love (mencintai diri sendiri). Dalam menerapkan self love
terdapat empat cara yakni:
1) Menanamkan pola hidup sehat Sehat
Ialah suatu kondisi yang mana seseorang terhindar dari bermacam-
macam penyakit baik fisik ataupun psikis. Dengan menanamkan pola hidup
sehat secara tidak langsung akan mengurangi perasaan insecure dikarenakan
telah tertanam pemikiran positif dan tenang dalam diri seseorang akibat
menanamkan pola hidup sehat.
2) Menyadari dan mengenali diri sendiri
Mengenali diri sendiri dapat menjadi awal dalam mencapai kebahagian
dalam hidup. Ketika tidak memahami dan menyadari diri sendiri seseorang
tidak tahu tujuan hidupnya sehingga akan timbul perasaan gelisah, cemas,
dan kehilangan arah.
3) Menerima serta berdamai dengan pengalaman
Terkadang sebuah pengalaman meninggalkan bekas yang sulit
dilupakan. Cara yang tepat untuk mengatasi bekas dari sebuah pengalaman
yaitu dengan menerima serta berdamai dengan pengalaman. Untuk
menerima dan berdamai dengan pengalaman biasanya membutuhkan
seseorang yang bisa dipercaya dalam masalah kesehatan mental.
xvi
4) Memilih lingkungan sosial
Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, jika
lingkungan seseorang baik maka baik juga perilakunya, sebaliknya jika
lingkungan seseorang buruk maka buruk juga perilakunya. Oleh karena itu
seseorang harus memilih lingkungan sosial yang baik karena akan
memberikan hal-hal positif serta bisa berpengaruh pada perilaku seseorang.
Menurut buku berjudul Insecurity is my middle name karya Alvi Syahrin
mengatakan bahwa dengan bersyukur, menerima apa adanya, dan
membangkitkan potensi kecantikan lainnya. Berdamai dengan 'insecurity',
dengan cara memanfaatkan perasaan tersebut melalui cara yang positif, untuk
terus bertumbuh dan berkembang menjadi diri sendiri, dengan versi yang lebih
baik daripada sebelumnya. Untuk itu berdamai dengan rasa insecure adalah
sesuatu yang sangat penting agar kita bisa menjalani kehidupan sebaik-
baiknya.

xvii
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Di penulisan karya ilmiah terdapat dua metode penelitian, yaitu metode
analisis deskriptif dan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan proses
penelitian kuantitatif yang dimulai dari teori, hipotesis, desain penelitian, memilih
subjek, mengumpulkan data, dan menuliskan kesimpulan. Pendekatan yang dipakai
dalam penelitian ini adalah metode survei atau penelitian yang dialkukan untuk
memperoleh fakta-fakta mengenai fenomena-fenomena yang ada didalam objek
penelitian dan mencari keterangan secara aktual dan sistematis.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kupang. Penelitian menggunakan waktu
kurang lebih 2 hari.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas kumpulan
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada
objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakterisik/sifat
yang dimiliki oelh subjek/objek tersebut. Adapun populasi yang
dimaksud adalah remaja di Kota Kupang dan menggunakan aplikasi Tik
Tok.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
akan diberlakukan untuk populasi. Adapun teknik pengambilan sampel
yang digunakan oleh penulis dalam penilitian ini adalah Convenience
Sampling. Convenience Sampling adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu

xviii
dengan peneliti dapa digunakan sebagai sampel. Pertimbangan yang
dilakukan dalam memilih responden adalah :
a. Responden dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia
14-20 tahun.
b. Responden aktif menggunakan sosial media terkhususnya aplikasi tik
tok.
Dalam penelitian ini akan menggunakan 20 responden untuk dijadikan
sampel penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Sehubungan dengan masalah ini penelitian ini, untuk mendapatkan data
peneliti menggunakan teknik kuesioner. Menurut Sugiyono (2017) kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
perangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Dalam
pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dilakukan dengan cara
memberikan beberapa pertanyaan/pernyataan secara tertulis mengenai hal-hal apa saja
yang akan diteliti kepada respinden, yang nantinya akan dijawab, sesuai dengan
keadaan/menurut responden dengan menggunakan skala penelitian yang digunakan
unruk mengukur sikap dan pendapat.

3.5 Teknik Analisis Data


Jenis analisis yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini
menggunakan analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik penyajian data dalam bentuk visual yaitu
diagram batang dan diagram lingkaran.

xix
3.6 Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang meliputi tingkat insecurity
pada remaja, dan mengetahui pengaruhnya dengan aplikasi tik tok.
Data demografi sampel yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1.
Data Demografi Sampel Penelitian
Rentang Usia Persentase
17 tahun 5% (1 orang)
18 tahun 65% (13 orang)
19 tahun 15% (3 orang)
20 tahun 10% (2 orang)

Berdasarkan tabel tersebut, ditemukan remaja rentang usia 17-20 tahun cenderung
memiliki rasa insecurity.

Data kisaran waktu menggunakan aplikasi tiktok dapat dilihat pada diagram berikut :
Diagram 1.
Data Penggunaan Aplikasi Tik Tok

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa penggunaan waktu dalam menggunakan
aplikasi tik tok tertinggi lebih dar 4 jam sehari sebesar 40 %, lalu lebih dari 1 jam sehari
sebesar 35% dan kurang dari 30 menit sebesar 25 %. Jika lihat pada data maka penggunaan

xx
aplikasi tik tok pada remaja zaman sekarang sangat berlebihan sehingga dapat kita curigai
datangnya tingkat insecurity dari aplikasi tik tok.

Data rasa Insecurity pada remaja, dapat dilihat diagram berikut :


Diagram 2.
Data Rasa Insecurity

Berdasarkan diagram tersebut ditemukan bahwa, hampir seluruh remaja pernah


mengalami rasa insecure yaitu 95% sedangkan yang tidak pernah alami yaitu 5 %.

Data penyebab insecurity dapat ditemukan pada diagram berikut ini :


Diagram 3.
Data Penyebab Insecurity

Berdasarkan diagram tersebut ditemukan bahwa penyebab insecurity ini terbesar yaitu
pada penampilan fisik (cantik/ganteng), akademik, dan prestasi.

xxi
Data dampak insecurity yang dialami dapat ditemukan pada diagram berikut :
Diagram 4.
Data Dampak Insecurity

Berdasarkan diagram tersebut ditemukan bahwa ternyata insecurity ini memberikan


dampak positif dimana dengan adanya rasa insecure ini, responden merasa bahwa ia
dapat berubah menjadi versi terbaik dirinya.

xxii
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Aplikasi Tik Tok Terhadap Rasa Insecurity


Di indonesia hadirnya TikTok dimulai september 2017, kehadiran TikTok di
Indonesia diterima sangat baik terutama kalangan para remaja. Dari beberapa media
sosial yang kita gunakan, penggunaan aplikasi TikTok yang paling banyak
digandrungi oleh masyarakat karena praktis dan mudah dalam penggunaannya. Dari
data dibawah pada Januari 2023, Indonesia menempati peringkat kedua mencapai
angka 109,9 juta setelah Amerika Serikat dari jumlah pengguna TikTok dari berbagai
dunia.
Tabel 2. Demografi usia dunia TikTok 2022 (%)
Kelompok Usia Persentase Pengguna
13-17 14.4
18-24 34.9
25-34 28.2
35-44 12.8
45-54 6.3
55+ 3.4
Keterangan: Demografi masing-masing negara
tersedia di Laporan TikTok. Sumber: AppApe

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kelompok usia yang banyak


menggunakan TikTok adalah usia 18-24 tahun dengan presentase 34.9%. Usia ini
merupakan usia remaja akhir yang sedang dalam fase perkembangan menuju dewasa.
Sesuai data penelitian pada Tabel 2, pengguna TikTok mayoritas adalah perempuan.
Hal ini menunjukkan perempuan lebih aktif dalam penggunaan aplikasi TikTok
dikarenakan banyaknya trend yang lebih condong mengarah ke gaya hidup
perempuan.
Tabel 3. Demografi Gender Dunia Tiktok 2022 (%)
Jenis Kelamin Persentase Pengguna
Pria 43 %
Perempuan 55 %
Lainnya 2%
Sumber: AppApe , Bloomberg

xxiii
Dalam penggunaanya TikTok memberikan pengaruh besar di mana pengguna
dapat mengekspresikan kreativitas mereka melalui video pendek. Mereka dapat
membuat konten yang unik, menari, menyanyi, berakting, atau menunjukkan bakat
lainnya. Ini dapat memberikan kesempatan bagi pengguna untuk mengasah
keterampilan mereka, menemukan minat baru, dan merasa dihargai untuk ekspresi
kreatif mereka. Tiktok juga dapat membangun komunitas tempat di mana pengguna
dapat terhubung dengan orang lain yang memiliki minat yang sama. Mereka dapat
bergabung dalam kelompok atau komunitas dengan hobi atau minat yang serupa, dan
berinteraksi dengan pengguna lain melalui kolaborasi atau komentar. Ini dapat
membantu pengguna merasa diterima, mendapatkan dukungan, dan mengembangkan
hubungan sosial positif. Tiktok juga sebagai sumber inspirasi yang melimpah bagi
penggunanya. Mereka dapat menemukan tren terbaru dalam mode, kecantikan, seni,
atau gaya hidup yang dapat menginspirasi mereka untuk mencoba hal-hal baru.
Konten TikTok juga dapat memberikan inspirasi dalam hal keberagaman, inklusi,
kemandirian, dan pemecahan masalah. TikTok juga dapat berperan sebagai platform
pembelajaran. Banyak konten TikTok berfokus pada topik-topik pendidikan,
kesehatan mental, keuangan, sains, dan banyak lagi. pengguna dapat memanfaatkan
konten ini untuk memperluas pengetahuan mereka, mendapatkan wawasan baru, atau
bahkan mempelajari keterampilan baru.
Studi menunjukkan bahwa TikTok juga dapat berdampak baik terhadap
kesehatan mental karena membuat dan mempublikasikan konten berdampak baik bagi
kesejahteraan psikologis, khususnya apabila konten tersebut menyenangkan
(Situmorang, 2021). (Pernandes, Daniel, dkk. 2021) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa adanya salah satu konten Love imperfections pada TikTok yang dibuat sangat
bermanfaat, membawa dampak yang baik dan sangat memotivasi pengguna untuk
lebih mencintai apa yang dimiliki, menerima segala kekurangan yang ada didalam
dirinya, dan menerima segala ketidaksempurnaan diri. Ternyata penggunaan tiktok
sebagai wadah mempublikasikan karya mencintai ketidaksempurnaan diri sangat
efektif dan dapat dikatakan berhasil menarik perhatian para pengguna TikTok.
Banyaknya pengguna sosial media dan kebebasan yang ada menjadikan setiap
orang untuk membuat konten terkait prestasi, pencapaian diri, cerita harian (a day in
my life), aksi tarian, gerakan lucu, termasuk konten lainnya lalu wujud dari ekspresi
tersebut dapat tampak dalam sebuah tayangan video singkat yang diunggah ke dalam
aplikasi TikTok. Siapa saja bahkan user yang belum terdaftar bisa melihat video
xxiv
TikTok secara leluasa. Tidak ada batasan bagi pengguna (user) TikTok untuk melihat
pencapaian orang lain dalam sebuah video berdurasi singkat di halaman For Your
Page (FYP). Informasi mengenai pencapaian orang lain mengenai hal apapun yang
tampak “indah” menjadikan pengguna lain secara tidak langsung menanamkan hal
tersebut ke dalam alam bawah sadarnya. Kondisi tersebut mendukung individu untuk
terus membandingkan diri mereka dengan orang yang dilihatnya di sosial media. Hal
ini sejalan dengan pernyataan dari American Psychology Association (APA) yang
mendefinisikan insecure sebagai perasaan yang tidak baik, seperti kurangnya rasa
percaya diri dan ketidakmampuan untuk menghadapi suatu masalah. Kurangnya
percaya diri dapat berdampak pada produktivitas perkembangan tidak baik.
Penggunaan aplikasi TikTok yang berlebihan atau paparan terhadap tren yang
tidak realistis juga dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental pengguna.
Mereka mungkin merasa tertekan untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak
realistis, merasa kurang dihargai jika video mereka tidak mendapatkan pengakuan
yang cukup, atau mengalami perundungan online. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Abraham Maslow bahwa insecure adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
merasa tidak aman, menganggap dunia sebagai sebuah hutan yang mengancam dan
kebanyakan manusia berbahaya dan egois. Oleh karena itu setiap orang pastilah
memiliki rasa insecure nya sendiri-sendiri dan juga hal yang menjadi permasalah
seperti masalah kecil hati akan membuat kita menjadi sulit melangkah
Pengguna TikTok dapat melihat pencapaian orang lain dan membandingkan
diri mereka. Adanya perbandingan diri sendiri dengan orang lain di sosial media
memicu terjadinya masalah baru. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain di
sosial media menjadikan individu memiliki harapan dan diri ideal sebagaimana yang
tampak dalam sosial media. Adanya ketidaksesuaian antara realita dan diri ideal
menjadikan individu merasa minder (insecure) karena tidak sesuai dengan
harapannya. Hal ini didukung oleh penelitian dari (Pernandes, Daniel, dkk. 2021)
terkait penggunaan aplikasi TikTok melalui wawancara terhadap 5 responden dalam
scope kecil yang kelimanya menyatakan bahwa dirinya merasa tidak percaya diri
(insecure). Sementara itu, pada scope besar terdapat 88% (22 responden) dari 25
responden menyatakan bahwa dirinya juga merasa tidak percaya diri (insecure).
Melihat fakta di atas, terbukti bahwa sosial media TikTok memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap tingkat insecurity.

xxv
4.2 Penyebab Rasa Insecurity
Penyebab adanya rasa insecurity jika dilihat pada diagram 3 maka dapat
dilihat bahwa rasa insecurity terbesar muncul karena adanya tindakan membanding-
bandingkan diri dengan orang di sosial media terkhusunya aplikasi tik tok. Penyebab
terbesar yaitu dengan melihat penampilan fisik seseorang, akademik, dan prestasi
yang diraih. Di aplikasi tik tok banyak memperlihatkan video-video menarik dimana
content creator akan menunjukkan sisi terbaik mereka jika berkaitan dengan
penampilan fisik. Adapun video-video tentang akademik dan prestasi juga membawa
dampak positif dimana orang yang menonton akan merasa terpacu untuk berkembang.
Memang mereka mengalami rasa insecurity namun mereka menggunakan rasa itu
sebagai pendorong menjadi lebih baik.

4.3 Solusi dalam Mengatasi Rasa Insecure


Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan dan di isi oleh para responden
maka dapat diberikan solusi terkait dengan insecurity ini yaitu bersyukur. Para
responden memiliki saran solusi yaitu dengan menerima diri dan berdamai dengan
rasa insecurity. Tidak memaksakan keadaan yang akan membuat kita semakin
terpuruk dan tenggelam dalam kesesakan rasa tidak percaya diri. Percaya bahwa
semua manusia memiliki kelebihannya masing-masing karena semua manusia tercipta
tidak ada yang tidak berharga.
Jika masih mengalami rasa insecure, remaja sekarang bisa membatasi
penggunaan sosial media dan mulai untuk mengembangkan diri menjadi versi yang
terbaik. Pengembangan diri bisa dimulai dari hal-hal kecil. Perubahan ini bukan
bertujuan untuk membuat orang lain merasa insecure tetapi tindakan self-love.

4.4 Pengaruh Buruk Rasa Insecurity


Berikut ini beberapa dampak negatif atau pengaruh buruk dari adanya rasa
insecure.
1. Pesimisme yang tinggi
Sebagaimana makna masyhurnya, insecure ialah tidak percaya diri
atau pesimis. Seorang yang pesimis percaya bahwa segala kesulitan yang
terjadi dalam hidupnya akan memengaruhi hal-hal lainnya, dan jika dirinya
menemui kegagalan, maka kegagalan itu terletak pada dirinya sendiri. Selain

xxvi
itu, mereka juga akan mudah menyerah dan tidak pasif dalam mencari
alternatif-alternatif lain yang bisa menyelesaikan permasalahan hidupnya.
2. Rendah diri
Manusia memang dilahirkan tidak sempurna dengan beragam bentuk.
Meskipun demikian, memang ada standar kesempurnaan yang tertancap dalam
pikiran manusia itu sendiri. Jika terdapat ketidaksempurnaan atau kekurangan
dalam psikologis, sosial, atau hal fisik tubuh tertentu, maka di sinilah letak
organ penyebab potensial perasaan rendah diri. Dengannya, seorang insecure
akan menilai dirinya tidak berharga dan lebih rendah dari orang lain. Pikiran
dan psikisnya akan fokus pada apa yang menjadi kelemahan dalam dirinya.
Selalu membandingkan dirinya dengan orang lain dengan standar tinggi yang
menempel padanya sehingga menjadikannya semakin terpuruk dalam
ketidakbahagiaan. Dari sini, sikap statis dan ketidakberanian mencoba hal-hal
baru juga turut membersamainya. Sebab, sebelum memulainya, dirinya
bahkan sudah menganalisis kekurangan, kelemahan, dan ketidakmampuan
dirinya dan membandingkannya dengan orang lain yang dianggapnya
sempurna.
3. Kecemasan berlebih
Rasa insecure yang terus dipupuk juga dapat menyebabkan perasaan
cemas berlebih, bahkan bisa terus-menerus terhadap berbagai hal. Seseorang
akan cenderung mencemaskan sesuatu seperti tentang kesehatan, pekerjaan,
hingga hal-hal yang sederhana dan wajar terjadi sehari-hari meskipun hanya
berinteraksi dengan sesama. Hal ini tentu bisa saja terjadi dengan rasa rendah
diri yang menjadikan seseorang selalu merasa kurang atau lebih rendah dari
orang lain. Sehingga, sekedar berbincang atau bertemu orang lain saja sudah
memicu kegelisahan, kecemasan, atau istilah lainnya ialah social anxiety.
Lantas, bisa dibayangkan bagaimana cemas dan khawatirnya seorang yang
insecure jika dihadapkan pada sebuah forum atau acara-acara sosial yang
besar. Kaum insecure yang berlebih tentu cenderung diam dan merasa tidak
nyaman terhadap suasana sekitar.
4. Sulit bersosialisasi
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, orang insecure
bahkan bisa merasa tidak nyaman meskipun sekedar berbincang dengan orang
lain. Hal ini selaras dengan definisinya, bahwa orang insecure menganggap
xxvii
dunia ni seperti hutan yang mengancam, yang bisa menyerang dan
membahayakan dirinya kapan saja. Jadi pikirannya berada pada titik khawatir
jika orang keluar untuk menyerang atau melukai dirinya. Perasaan ekstrim
inilah yang menjadikan orang yang memiliki rasa insecure yang tinggi
menutup dirinya dari orang lain.
5. Depresi
Puncak dari rasa pesimisme yang tinggi, rendah diri, cemas, takut,
khawatir yang berlebih dan sikap penyendiri yang ekstrim dapat menyebabkan
gangguan jiwa atau depresi. Hal ini dipicu akibat perasaanperasaan megatif
yang menganggu aktivitas seperti overthinking, tidak dapat mengontrol emosi
sehingga berpotensi menimbulkan tindakan yang membahayakan diri sendiri
atau orang lain, bahkan muncul keluhan fisik tertentu yang sukar dijelaskan
secara medis. Dalam keterkaitan antara faktor psikologis stres ini berubah
menjadi keluahn fisik, para ilmuwan menjelaskan bahwa sistem imun atau
kekebalan tubuh menegerahkan respon inflamasi tubuh terhadap luka atau
infeksi. Saat seseorang stres, sistem imun tersebut tidak terlalu bisa merespon
adanya inflamasi tersebut. Faktor inilah yang kemudian memberikan
kontribusi pada perkembangan penyakit fisik tertentu, termasuk asma,
kardiovaskular, dan sebagainya. Selain itu, dampak yang lebih ekstrim lagi
ialah memilih kematian dari pada hidup dalam kesengsaraan atau bunuh diri.
Mengingat, faktor terbanyak yang melatarbelakangi perilaku bunuh diri ialah
adanya gangguan suasana hati atas rasa putus asa dan lemah tidak berdaya
yang mendalam. Dengannya, insecure sebenarnya dapat dikatakan sebagai
masalah psikis yang urgent diatasi agar menjadi tindakan preventif dari
dampak-dampak negatif ini.

xxviii
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Dari berbagai media sosial, aplikasi TikTok yang paling banyak digandrungi oleh
masyarakat karena praktis dan mudah dalam penggunaannya. Penggunaanya memberikan
pengaruh yang sangat signifikan baik itu pengaruh positif mauun negatif. Penggunaan
aplikasi ini secara berlebihan dapat menyebabkan insecurity pada penggunanya.

5.2 Saran
Untuk itu saran yang dapat dilakukan atau mungkin bisa diterapkan pada masyarakat
luas pada masa ini adalah lebih bijak lagi dalam menggunakan media sosial, menyaring
informasi yang didapat dari media sosial, kemudian juga menggap bahwa konten yang
ditonton sebagai informasi yang harus di filter baik dan buruknya.
Kemudian juga saran yang terbaik adalah mengurangi membuka media sosial yang
ada, banyakan aktifitas dengan hal positif lainnya, seperti membaca, menulis, memasak, atau
hal lainnya, sehingga ini bisa membantu dalam mengurangi penggunaan media sosial yang
berlebihan dan menjadi diri sendiri tidak ketergantungan pada media sosial yang ada.
Kemudian juga bisa membuat diri kita bisa lebih mencintai diri dan selalu bersyukur dengan
apa yang dimiliki.

xxix
DAFTAR PUSTAKA

Bulele, Y. N. & Wibowo, T. (2020). “Analisis Fenomena Sosial Media dan Kaum Milenial:
Studi Kasus Tiktok”. Conference on Business, Social Sciences and Innovation
Technology, 1 (1), 565-572.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya.

Hariansyah. (2018). Millenials “Bukan Generasi Micin”. Jakarta: Guepedia.

Imron, R. M. (2018). TikTok jadi aplikasi Terbaik di Play Store.


Https://inet.detik.com/mobile-apps/d4329137/tiktok-jadi-aplikasi-terbaik-di-play-
store.

Kusuma, P. W. (2020). Di Balik Fenomena Ramainya TikTok di Indonesia,


https://tekno.kompas.com/read/2020.

Maslow, A H. (1942). "The dynamics of psychological security-insecurity." Character &


Personality; A Quarterly for Psychodiagnostic & Allied Studies.

Mu'awwanah, U. (2017). Perilaku Insecure Pada Anak Usia Dini. As-Sibyan: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 2(01), 47-58.

Oktiyanti, S. P. (2017). Pengungkapan Hasil Layanan Konseling Individual (Study Kasus


terhadap Siswa Inferioritas di Sekolah Menengah Pertama Islam AS-Shofa Pekanbaru)
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

Panuju, R. (2015). Sistem Penyiaran Indonesia.

Pernandes, D., Pangestu, Y. P. D. A., Prihatin, M.L., & Indrawati, M. Y. (2021). Penggunaan
Aplikasi Tiktok untuk Mempublikasikan Karya Mencintai Ketidaksempurnaan Diri
melalui Kampanye Love Imperfections. https://doi.org/10.31234/osf.io/h8rax.

Situmorang, D. D. B. (2021). “Using TikTok App for Therapy and Sharing Happiness in
COVID-19 Outbreak”. Addictive Disorders & Their Treatment, 0 (0), 1.
Using TikTok App for Therapy and Sharing Happiness in COVID-... : Addictive
Disorders & Their Treatment (lww.com).

xxx

Anda mungkin juga menyukai