DI KOTA BANDUNG
METODOLOGI RISET II
Oleh :
200207149
2023
KATA PENGANTAR
rahmat, hidayah beserta karunia-Nya dan salam selalu tercurah pada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW tanpa terputus khususnya kepada penulis dapat
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
kontrol diri dengan perilaku cyberbullying pada remaja di Kota Bandung. Dalam
dan masih jauh dari sempurna, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini. proposal ini diajukan
dan disusun dalam rangka memenuhi tugas Ujian Tengah Semester pada mata
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Cyberbullying ....................................................................................................... 10
C. Remaja .................................................................................................................... 18
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
bisa dihindari lagi, banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari perkembangan
diperoleh dari hal tersebut antara lain: penghematan dan ketepatan waktu,
Namun, disisi lain ternyata ada dampak negatif dari adanya perkembangan
Kita mengenal istilah media sosial saat ini yang dimana banyak berbagai
jenis atau platform yang bisa di sebut sebagai media sosial yang menyajikan
berbagai informasi menarik yang bisa memberitahu kita hal apa yang sedang
terjadi di belahan dunia lainnya, ditambah lagi akses internet yang semakin
terhadap sesuatu dan sedikit demi sedikit akan mempengaruhi pola pikir dan
budaya pada masyarakat. Hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar dalam
setiap lini kehidupan manusia, baik itu pengaruh positif maupun negatif (Subarjo
beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu media sosial dapat dilihat sebagai
yang dilansir We are Social and Hootsuite oleh Kemp (2020), sekitar 175,4 juta jiwa
penduduk Indonesia telah menggunakan internet, dan 160 juta jiwa sebagai
pengguna media sosial aktif. Sebanyak 210,3 juta jiwa di antaranya berusia 13-17
1
tahun menduduki peringkat pertama sebagai pengguna internet, dan menduduki
peringkat ketiga dalam menggunakan media sosial (Kemp, 2020). Hal ini tentunya
pengawasan supaya dampak negatif dari penggunaan media sosial ini bisa
mobile yang terhubung 353,8 juta jiwa (128 % dari total populasi, kemudian
pengguna internet sebesar 212,9 juta (77% dari total populasi) dan pengguna
media sosial aktif 167 juta (60,4 & dari total populasi dan naik beberapa persen
Salah satu yang menjadi masalah di dunia media sosial yang sangat sering
oleh orang lain baik itu secara sengaja ataupun tidak sengaja atau yang kita kenal
dengan istilah cyberbullying. Cyberbullying berasal dari cyber (Internet) dan bullying
atau media sosial. Pelecehan ini dapat dilakukan melalui pesan teks, email, pesan
instan, game online, situs web , ruang chat, atau melalui jaringan sosial (Kowalski
Digital Society (CfDS) per Agustus 2021 bertajuk Teenager-Related Cyberbullying Case
in Indonesia yang dilakukan pada 3.077 siswa SMP dan SMA usia 13-18 di 34
pernah menjadi korban, sementara 1.182 siswa (38,41%) lainnya menjadi pelaku.
Pada data tersebut bisa kita amati bahwasannya masih banyak remaja yang
menuju masa dewasa. Di masa ini juga setiap individu akan mengalami
2
perkembangan di berbagai aspek, seperti kognitif (pengetahuan), sosial,
cyberbullying ini karena mereka belum memiliki kontrol diri yang baik, sebab
sebagai pendewasaan diri. Individu dengan kematangan dalam hal emosi dapat
terlebih dahulu sebelum bertindak, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya
seperti anak-anak atau orang yang tidak matang (Hurlock, 1994: 213). Individu
emosinya, dapat berpikir secara baik dengan melihat persoalan secara obyektif
dan mampu mengambil sikap dan keputusan akan suatu hal yang tepat (Walgito,
1984: 42).
agresif yang sengaja dilakukan oleh seseorang ataupun oleh sekelompok orang
korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya. (Kathryn Gerald, 2013). Hal
kecil dari perilaku ini yaitu penghinaan seperti menghina bentuk badan, warna
kulit ataupun hal-hal yang berkaitan dengan fisik. Dengan kata lain adanya
Selain itu kasus cyberbullying yang saat ini marak terjadi adalah
penyebaran foto maupun video seseorang yang dirasa tidak senonoh atau
kontroversial, yang dimana mengarah kepada satu orang. Namun, keaslian dari
berita ini juga belum dapat di pastikan kebenarannya dan mengakibatkan adanya
korban perundungan di media sosial. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Terry
3
melecehkan korbannya melalui perangkat teknologi. Pelaku ingin melihat
seseorang terluka, ada banyak cara yang mereka lakukan untuk menyerang
korban dengan pesan kejam dan gambar yang mengganggu dan disebarkan untuk
kasusnya Amanda Todd, seorang gadis berusia 15 tahun yang pernah viral di
platform youtube pada tahun 2012. Amanda tidak menyangka jika foto-foto fulgar
dia tersebar di internet dan hal yang mengejutkan adalah pelaku penyebar foto-
fotonya itu adalah temannya sendiri yang bernama Aydin Coban. Selain
bahan olok-olok atau menerima perilaku bullying di dunia nyata dan dunia maya.
Amanda yang tidak tahan dengan semua itu memilih untuk mengakhiri
hidupnya.
Dalam kasusnya Amanda kita bisa melihat jika orang-orang yang tidak
mengenal amanda saja bisa ikut serta melakukan perilaku bullying, hal ini bisa
terjadi karena kontrol diri mereka yang rendah. Di Indonesia sendiri banyak kasus
cyberbullying, salah satunya yang sempat viral dan berujung laporan ke pihak
kepolisian adalah bullying yang dilakukan warganet kepada Bilqis putri dari
pedangdut Ayu Ting-Ting (Ernes, Yogi, 2021). Kasus cyberbullying yang kita
ketahui muncul di publik mungkin hanya sebagian kecil saja, bisa jadi banyak
diluar sana yang menjadi korban cyberbullying namun mereka tidak berani untuk
merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu
4
yang terdapat di lingkungan sekitarnya. (Ramadona & Supriatna, 2019). Papalia,
Olds, dan Feldman (Setianingrum, Amalia, 2015) mengatakan jika masa remaja
ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, emosi, dan sosial. Sedangkan menurut
kekacauan emosi. Keadaan yang ekstrim, pandangan tentang masa “storm and
stress” atau juga disebut masa badai dan tekanan karena di masa remaja ini adalah
saat dimana meningkatnya fluktuasi emosi yang kurang stabil pada remaja
disebabkan oleh perubahan hormon yang dialami remaja tersebut. Demi mencapai
serta dorongan dari dalam dirinya sehingga mampu membuat keputusan dan
mengambil tindakan yang efektif sesuai dengan standar ideal, nilai-nilai moral
dan harapan sosial (deRidder, dkk, dalam Malihah & Alfiasari, 2018). Berdasarkan
konsep Averill (Setianingrum, Amalia, 2015), terdapat tiga aspek pada kontrol diri
(self control), yaitu: Kontrol perilaku, kontrol kognitif dan kontrol keputusan.
memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau
disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan
adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk
mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.
5
mengendalikan diri dari perilaku-perilaku yang melanggar aturan dan norma-
subjek, dilihat bahwa hasil uji korelasi product moment pada satu variabel terikat
yaitu kontrol diri dan satu variabel bebas yaitu perilaku cyberbullying, diperoleh
koefisien korelasi rxy = 0.360 dengan (p= > 0,05) yang menunjukkan adanya
pada remaja maka semakin tinggi perilaku cyberbullying muncul pada remaja, dan
berlaku juga sebaliknya semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah juga
lain: fisik (seperti sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, kelelahan, dll),
kesedihan, stres dan gejala depresi), aktivitas sekolah (kurangnya motivasi dan
(Navarro, Yubero & Larranaga (2016)). Selain itu dampak yang paling mengerikan
di media sosial memiliki dampak yang begitu besar yang mempengaruhi segala
aspek kehidupan mulai dari aspek psikologis, fisik, dan juga sosial. Dampak
cyberbullying yang dirasakan bukan hanya pada korban saja, melainkan pelaku,
pelaku dan korban juga akan berdampak. Pelaku pun bisa terjerat kasus hukum
bilamana pihak korban melaporkan pelaku ke pihak berwajib, selain itu pelaku
juga bisa mendapatkan kecaman dari masyarakat karena aksinya yang terlebih
lagi jika hal ini sudah masuk ke dunia maya, pelaku bisa menjadi bulan-bulanan
6
warganet. Pada bulan juli lalu Polrestabes Bandung menerima laporan dengan
mereka di rekam dan tersebar di media sosial (Alhamidi, R. 2023, Juni 9).
Dari hasil data awal yang peneliti lakukan secara random kepada 22 subjek
di Kota Bandung pada bulan oktober 2023 mendapati bahwa mereka mengetahui
atau menjadi korban dari perilaku cyberbullying, 86% dari mereka mengakui
akun. Salah satu dari subjek pernah bercerita jika dia menyaksikan sendiri
temannya menjadi korban cyberbullying oleh mantan pacar temannya sendiri yakni
berupa penghinaan, pencemaran nama baik sampai fitnah yang membuat korban
merasa takut dan trauma untuk bermain media sosial lagi, salah satunya pada
kasusnya public figur Fujianti Utami Putri (Fuji) dia mendapat cibiran dari netizen
karena mengupload foto menggunakan filter dari aplikasi. Selain itu ada salah
satu subjek yang mengakui jika dirinya pernah menjadi korban cyberbullying,
yakni berupa pemerasan. Jadi awalnya ada akun tidak dikenal dan di privasi
mengirim subjek pesan, salah satunya berupa foto yang di edit menggunakan
wajah subjek dengan penampilan yang tidak senonoh, kemudian akun tidak di
kenal ini mengancam akan menyebarkan foto ini jika subjek tidak mengirimkan
uang. Namun subjek tidak ambil pusing dan dia langsung memblokir akun tidak
dikenal tersebut.
remaja di Kota Bandung. Akhir-akhir ini banyak sekali berita tentang pembulian
atau perundungan remaja, khususnya pada media sosial. Hal ini harus jadi
7
perhatian penting dari semua pihak demi kesejahteraan remaja, terlebih lagi
kontrol diri pada usia remaja ini masih sangat labil. Maka dari itu pentingnya
memiliki kontrol diri yang baik supaya bisa menghindari perilaku cyberbullying.
Maka dari itu peneliti akan mengangkat penelitian yang berjudul “Hubungan
Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Cyberbullying Pada Remaja di Kota Bandung”
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri
kontrol diri (Self Control) dan Cyberbullying serta penelitian ini bisa di
gunakan sebagai referensi untuk peneliti lainnya dengan tema yang sama
cyberbullying.
8
b. Manfaat Secara Praktis
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cyberbullying
1. Definisi
perundungan ini dilakukan dalam dunia maya atau dunia digital atau juga dalam
media sosial. Perundungan ini dapat dilakukan melalui pesan teks, e-mail, pesan
instan, permainan online, situs web, chat rooms, atau melalui jejaring sosial
kelompok dengan sengaja melukai orang lain baik dalam bentuk tulisan, visual
komunikasi (Nartgün & Cicioğlu, 2015; Nixon, 2014; Nordahl, Beran, & Dittrick,
secara tulisan, visual atau gambar, video dan/ komunikasi oral dengan niat yang
jangka waktu yang lama. Penindasan siber mirip dengan penindasan biasa, hanya
media sosial dengan tujuan untuk melecehkan, mengancam, menindas orang lain
10
dengan cara pesan teks, gambar, video yang bisa menyakiti korbannya dan
pelakunya anonim.
2. Aspek-aspek Cyberbullying
tipe berikut :
siang dan malam. Ada yang bahkan menempelkan pesan mereka ke forum
publik, chat room atau papan pengumuman yang bisa dilihat orang lain.
mengirimkannya kepada orang lain melalui surel atau pesan instan, atau
pesan elektronik di dalam chat, pesan instan atau via email dengan bahasa
sosial dan menggunakan identitas daring orang itu untuk mengirim atau
orang lain.
membuat fake acccount nama pengirim pesan instan. Mereka juga mungkin
11
lain secara online hanya mengenal mereka dengan nama samaran ini yang
pribadi seperti pesan teks, email atau pesan instan. Berbagi rahasia atau
h. Cyber Stalking, ini adalah bentuk pelecehan. Pelaku akan berulang kali
3. Dampak Cyberbullying
diri dari masyarakat, kehilangan kepercayaan diri, stres dan bahkan ketika
(Azizah, 2016).
pencernaan.
12
b. Psikologis dan Emosional: remaja merasakan takut, perasaan teror,
perkembangan selanjutnya.
keluarga meliputi pola asuh, dukungan keluarga, dan stress orang tua.
Faktor teman berupa dukungan. Faktor sekolah yaitu jenis sekolah. Faktor
media etis.
13
B. Kontrol Diri
Menurut Hortet (Juliyanti, 2017), self control atau kontrol diri adalah suatu
sistem diri dalam proses saling berhubungan, sistem ini meliputi berbagai
komponen, salah satu diantaranya adalah pengaturan diri (self regulation) yang
serta tujuan tertentu. Kemampuan mengontrol diri dirasa perlu untuk dilakukan
individu yang dapat mengarahkan suatu perilaku sesuai dengan aturan atau
dkk, 2018) merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh individu untuk
Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kontrol diri
(self control) adalah kemampuan individu dalam membaca keadaan untuk bisa
merugikan orang lain ataupun diri sendiri guna dapat menyesuaikan diri
dengan norma yang berlaku. Selain itu, kontrol diri juga berhubungan dengan
14
cara individu mengendalikan emosi serta dorongan dalam dirinya untuk
15
menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam
Menurut Block dan Block ada tiga jenis kualitas kontrol diri
yaitu, Over Control, Under Control dan Appropriate Control. Over Control
secara tepat.
16
3. Faktor Faktor yang memperngaruhi Kontrol Diri
dari:
merusak.
17
sikap kekonsistensian ini akan di internalisasi anak. Di kemudian akan
C. Remaja
1. Definisi Remaja
peralihan ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami
2018).
sampai 12 dan berakhir pada usia tahun 18 sampai 22 tahun. Masa remaja
akan mulai untuk melakukan segala sesuatu secara mandiri dan mulai
seseorang menjadi lebih abstrak dan idealis. Selain itu, perubahan masa
18
emosional yang mencakup perkembangan fungsi seksual dan kemandirian
remaja dimulai pada usia 10 dan berakhir pada usia 22 tahun. Pada masa
2. Ciri-ciri Remaja
sesudahnya. Seperti :
a. Periode Peralihan
berasal dari kanak-kanak, dan banyak ciri umum anak remaja sudah
b. Periode Perubahan
19
Fase saat remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa
orang dewasa. Salah satu cara yang dilakukan oleh remaja dapat
mental yang cepat, terutama masa awal remaja. Hal tersebut menjadi
hal yang penting karena akibat baik jangka pendek ataupun jangka
sosial;
20
c. Mampu menerima keadaan fisiknya;
karena pasalnya dengan internet yang kaitannya media sosial semua informasi
dan komunikasi bisa dengan sangat cepat merebak luas. Dalam sebuah perubahan
yang dilakukan tentu menginginkan dampak positif yang signifikan, namun tak
dapat disangkal ia akan diiringi oleh dampak negatif dan salah satunya adalah
positif dan negatif terhadap penggunanya. Kasus tentang bullying sudah sering
terjadi di dalam kehidupan sehari-hari dan sudah berlangsung kurang lebih dari
tiga puluh tahun lalu (Fadli, 2017). Bullying merupakan perilaku agresif yang di
21
melecehkan dan mengancam seseorang secara verbal, mengejek, menyebarkan
secara fisik (mendorong, menampar, atau memukul). Metode lain yang umum
seseorang dalam forum publik online. Oleh karena itu, Cyberbullying melibatkan
pelecehan atau penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban yang
jauh secara fisik. Dampak dari cyberbullying untuk para korban tidak berhenti
sampai pada tahap depresi saja, melainkan sudah sampai pada tindakan yang
dewasa. Masa remaja sering diidentikkan sebagai masa individu mulai berusaha
mengenal diri melalui eksplorasi dan penilaian karakteristik psikologis diri sendiri
sebagai upaya untuk dapat diterima sebagai bagian dari lingkungan (Sukmawati
& Kumala, 2020) . Sebagian remaja mampu melewati masa peralihan ini dengan
baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami kenakalan remaja mulai dari
tidak muncul begitu saja. Namun, cyberbullying juga memiliki faktor yang
kegagalan dalam mengontrol diri, dan faktor lingkungan (Pandie & Weismann,
2016).
mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.
22
Stephen dan Wilcox (Prawira, 2013) mengemukakan bahwa individu yang
(2021) pada karyawan di United States. Hasil penelitiannya yaitu kontrol diri yang
rendah pada karyawan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menjadi
pelaku cyberbullying. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Peker (2017) pada
semakin tinggi kontrol diri yang dilakukan oleh individu tertentu, akan
hubungan antara kontrol diri dan cyberbullying bersifat negatif, dimana apabila
kontrol diri rendah, maka perilaku cyberbullying akan meningkat. Kontrol diri
perilakunya. Hal ini tidak dialami oleh remaja dengan kontrol diri (self-control)
yang tinggi akan berkorelasi dengan kualitas hubungan yang lebih baik,
kontribusi yang tinggi dalam tindakan agresif yang dapat pula menyertakan
dan akan membantu seseorang merespon sesuai standar sosial yang dapat
Amalia, 2015).
23
Penelitian yang dilakukan Muhammad Azief Fatwa (2021) terhadap 204
subjek, dilihat bahwa hasil uji korelasi product moment pada satu variabel terikat
yaitu kontrol diri dan satu variabel bebas yaitu perilaku cyberbullying, diperoleh
koefisien korelasi rxy = 0.360 dengan (p= > 0,05) yang menunjukkan adanya
pada remaja maka semakin tinggi perilaku cyberbullying muncul pada remaja, dan
berlaku juga sebaliknya semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah juga
Pada penelitian yang telah di lakukan oleh Valen dan Mario (2021)
< 0,005 ) dan hasil koefisien korelasi yaitu r sebesar -0,496 yang menunjukkan
antara self control dan cyberbullying memiliki hubungan yang negatif dengan
taraf kategori sedang. Artinya, bahwa semakin positif self control maka remakin
24
E. Kerangka Pemikiran
Perilaku Cyberbullying
pada remaja
Remaja
25
F. Hipotesis Penelitian
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
pembuktian.
1. Identifikasi Variabel
variabel sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda
dependen (terikat)
2. Devinisi Konseptual
27
a. Cyberbullying
3. Definisi Operasional
a. Cyberbullying
terlibat dalam bentuk lain dari agresi sosial melalui internet atau
dunia maya atau dunia digital atau juga dalam media sosial.
instan, permainan online, situs web, chat rooms, atau melalui jejaring
28
memposting rumor untuk merusak reputasi (denigration), berpura-
kemampuan dirinya.
29
mengurangi tekanan. aspek ini terdiri dari dua komponen,
yaitu :
dampakdampak positif.
C. Subjek Penelitian
1) Populasi
2) Sampel
30
Sugiyono (2019) menjelaskan bahwa sampel merupakan bagian
D. Desain Penelitian
31
mengatur pendanaan serta menjawab permasalahan yang ada dalam
penelitian."
E. Instrumen Pengukuran
aspek dari variabel bebas dan variabel terikat yang akan diteliti. Berikut
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
32
Sangat Tidak Setuju 1 4
33
2. Menggunakan
bahasa yang vulgar,
penggunaan huruf
kapital
2. Membajak akun
korban
Kontrol perilaku
1. 1. Kemampuan untuk 1, 2 6, 7 4 40%
(Behavioral
mengatur
Control)
pelaksanaan
(regulated
administration)
2. Kemampuan
mengontrol stimulus
34
2. Kontrol kognitif 1. Kemampuan 3, 4 8, 9 4 40%
mengantisipasi suatu
(Cognitif Control)
kejadian.
2. Kemampuan
menafsirkan suatu
kejadian
3. Kontrol 1. Kemampuan 5 10 2 20%
keputusan mengambil
(Decisional keputusan
Control).
kuantitatif. Ketika hasil pengukuran tidak konsisten, maka data yang valid
memiliki atribut yang diukur dari yang tidak memiliki. Proses pengujian
ini melibatkan perhitungan korelasi antara skor yang diperoleh dari item
koefisien korelasi total dari item tersebut. Semakin tinggi nilai korelasi
positif antara skor item dan skor keseluruhan skala, semakin kuat
35
hubungan antara item dan keseluruhan skala, yang menunjukkan tingkat
digunakan batasan bahwa rᵢx ≥ 0,30. Semua item yang memiliki koefisien
moment.
𝑁𝛴𝑥𝑦−(∑𝑥) (∑𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑁𝛴𝑥 2 − (∑𝑥 )2 (𝑁𝛴𝑦 2 − (𝛴𝑦)2)
36
reliabilitas dilakukan untuk mengukur kestabilan dan konsistensi
hasilnya akan tetap sama apabila diukur pada waktu yang berbeda.
𝑘 Σ𝜎𝑖 2
𝑟=( (1 − )
𝑘−1 𝜎2
Keterangan:
r = Koefisien rebilitas
Alpha Cronbach k =
37
Jumlah aitem pertanyaan
Varian aitem
𝜎² = Varians total
berikut :
∑y
𝑦=
√(∑2 )(∑y 2 )
Keterangan :
2
= Kuadrat dari x (deviasi x)
38
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat dilihat, apabila hasil
G. Garis Waktu
Bulan
September
November
Desember
Februari
Januari
Maret
No Kegiatan Penelitian
Juni
Mei
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Penyebaran Kuesioner
Analisis dan Pengolahan
5
Data
6 Penyusunan Laporan
7 Sidang Skripsi
39
40
DAFTAR PUSTAKA
Alhamidi, R. (2023, Juni 9). Ortu Korban Perundungan Bocah di Bandung Lapor Polisi.
kriminal/d-6764120/ortu-korban-perundungan-bocah-di-bandung-lapor-
polisi
Ali, M. dan Asrori, M. (2016) Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Dewi, H. A., Suryani, & Sriati, A. (2020, Juni 2). Faktor faktor yang memengaruhi
Ernes, Yogi. Ayu Ting Ting Ungkap Alasan Lapor Kasus Bullying ke Polisi: Bela Anak.
41
5703562/ayu-ting-ting-ungkap-alasan-lapor-kasus-bullying-ke-polisi-bela-
Fahlevi, Fadhi. 1.895 Remaja Alami Perundungan Secara Siber, Pelakunya 1.182 Siswa.
https://www.tribunnews.com/nasional/2023/02/01/1895-remaja-alami-
2023).
36.
https://doi.org/10.22373/je.v3i2.3091
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2012. 09.018
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni, 2.1 (2018), 135.
https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v2i1.1751
42
M. Nur Gufron dan Rini Risnawita S. Teori-teori Psikologi (Jogjakarta: Ar-
Marsela, R. D., & Supriatna, M. (2019). Kontrol Diri : Definisi dan Faktor. Journal of
Mayasari, A. T., Febriyanti, H., & Orimadevi, I. (2021). Kesehatan Reproduksi Wanita
Nartgün, Ş. S., & Cicioğlu, M. (2015). Problematic Internet Use and Cyber Bullying
Navarro, Raul., Yubero, Santiago., & Larranaga, Elisa (eds). 2016. Bandung:
NINGRUM, F. S., & AMNA, Z. (2020, Juni 26). Cyberbullying Victimization dan
158.
Nordahl, J., Beran, T., & Dittrick, C. J. (2013). Psychological Impact of Cyber-
43
Pandie, M. M., & Weismann, I. T. (2016, April). PENGARUH CYBERBULLYING DI
1, 44 - 62.
Prawira, A. E. (2013). Jejaring sosial bikin orang kehilangan kontrol diri. Diunduh
Projo, K. D., Nuqul, F. L., & Widodo, R. W. (2022, Oktober). Pengaruh kontrol diri
https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpt/index
Putri, M. A., Supriatna, M., & Nadhirah, N. A. (2022, Desember 2). Upaya Guru
https://doi.org/10.24176/jkg.v8i2.7700
Ramadhan, Fauzi. Kisah Tragis Amanda Todd, Gadis Belia Korban Perundungan Dunia
44
https://www.sonora.id/read/423188015/kisah-tragis-amanda-todd-gadis-
Riyanto, Andi Dwi . Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2023. April
Setianingrum, Amalia. 2015. Perngaruh Empati, Self Control, dan Self Esteem
alauddin.ac.id/index.php/asjn/issue/view/1328
Alfabeta.
Technology. https://doi.org/10.1177/02683962211027888
45