Anda di halaman 1dari 10

xMAKALAH

MARAKNYA PERILAKU CATFISHING PADA SOSIAL MEDIA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Heru Siswanto

Disusun Oleh:
Amalia Nova Rahmadina
21051334020
Gizi A

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga makalah “Maraknya Perilaku Catfishing Pada Sosial Media” dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah “Maraknya Perilaku Catfishing Pada Sosial
Media” dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
agar makalah ini bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami selaku penyusun merasa bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang kami punya. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 08 Maret 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ 2


DAFTAR ISI .......................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 6
BAB III PENUTUP ................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 9
3.2 Saran .......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi membawa sebuah perubahan dalam masyarakat.
Teknologi informasi memiliki andil dalam setiap perubahan sosial, mulai dari lahirnya
mesin cetak, radio, televisi, sampai internet yang di dalamnya terd apat aplikasi media
sosial. Teknologi komunikasi adalah bagian dari komunikasi karena teknologi informasi
berfokus pada salah satu unsur komunikasi, yaitu saluran (channel). Sedangkan teknologi
informasi berfokus pada pesan (massage).
Perkembangan teknologi internet telah melahirkan sebuah masyarakat baru yang
disbeut sebagai masyarakat berjejaring yang melakukan interaksi seosial secara maya.
Lahirnya media sosial dengan fasilitas teknologi yang lengkap membuat penggunanya
dapat berkomunikasi dengan pengguna lain yang secara geografis berjauhan, namun
seolah-olah mereka berada pada jarak yang dekat. Kelahiran media sosial juga
memberikan begitu banyak kemudahan, mulai dari mudahnya bertukar pesan dan
informasi, sampai pada kemudahan seorang pengguna yang ingin mempublikasikan
karyanya agar dapat diketahui orang lain, menghilangkan Batasan generasi dan
memperluas wacana yang dapat dipertukarkan. Media sosial juga sudah berperan dalam
bidang ekonomi dan perdagangan dengan kemampuannya mendukung kegiatan
pemasaran produk smapai pada kegiatan jual beli.
Lahirnya media sosial menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran
baik budaya, etika, dan norma yang ada. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar
dengan berbagai ras, suku, dan agama yang beraneka ragam memiliki banyak sekali
potensi perubahan sosial. Hampir semua masyarakat di Indonesia, di berbagai kalangan
dan usia hampir mempunyai media sosial sebagai salah satu sarana untuk memperoleh dan
menyampaikan informasi ke public. Pengguna media sosial sendiri sangat unik, dimana
penggunanya tidak mungkin bertemu dengan pengguna yang lain apabila tidak terhubung
dalam bentuk koneksi (Boyd &Ellison, 2007). Media sosial menghadirkan sbeuah
hubungan ke dalam kehidupan pribadi dan profesional saat ini, dimana hal ini memiliki
konsekuensi langsung terhadap aktivitas di dunia nyata (Kayes & Iamnitchi, 2017).
Salah satu bentuk hubungan yang berkembang dengan adanya media sosial adalah
online dating atau kencan daring, dimana masyarakat sendiri menyadari bahwa hal ini
berkembang karena kebutuhan benruk hubungan romantic dan keinginan untuk
mendapatkan pasangan yang terbaik. Online dating merupakan jalinan hubungan yang
dimulai di media sosial yang dapat berwujud dengan adanya proliferasi teknologi
komunikasi baru yang diiringi dengan peningkatan perubahan individu dalam berinteraksi
yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Sehingga memungkinkan terjadinya
komunikasi jarak jauh (Putra, 2020). Pasangan tersbeut nantinya bertemu dan menjalin
hubungan berbasis daring. Selain itu, online dating disebut sebagai internet dating atau
kencan internet merujuk pada aktivitas di situs dating maupun media sosial dengan tujuan
untuk mendapatkan romantic partner atau pacar. (Finkel, 2012).

4
Namun penelitian menemukan bahwa yang dilakukan masyarakat berjejaring dengan
menggunakan teknologi interner berdampak pada munculnya anggota masyarakat (Levine,
2001). Orang-orang ini kemudian melakukan perilaku menyimpang dari norma interaksi
sosial maya dengan melakukan tindakan yang mengganggu interaksi sosial yang terjadi.
Beberepa tindakan menyimpang tersebut adalah melakukan perusakan pada lajur media
(hacking), pencurian data anggota jaringan sosial, dan penipuan (deception). Dengan
maraknya online dating dapat mebuat orang dengan bebas menampilkan dirinya sesuai
dengan karakter yang dia inginkan, meskipun tidak sesuai dengan realitas yang ada. Hal
ini sama dengan fenomena yang terjadi yaitu ‘catfish’(Hildebrandt,2015). Hal inilah yang
memberikan celah bagi para pihak yang ingin melakukan tindakan kejahatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian media sosial?
2. Apakah pengertian catfishing?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya catfishing?
4. Bagaimana dampak yang disebabkan oleh catfishing?
5. Bagaimana pemerintah menanggulangi terjadinya catfishing?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian media sosial
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian catfishing
3. Mengidentifikasi dan memahami penyebab terjadinya catfishing
4. Menganalisis dampak dari catfishing
5. Menganalisis upaya pemerintah dalam menanggulangi terjadinya catfishing
1.4 Manfaat Penelitian
A. Teoritis
Dapat memberian manfaat untuk memperkaya kajian bidang teknologi
mengenai catfishing yang terjadi di sosial media.
B. Praktis
1. Bagi Mahasiswa
Dapat dipakai sebagai acuan untuk penelitian yang serupa.
2. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan referensi kepada masyarakat terkait catfishing yang marak
terjadi di sosial media sehingga masyarakat lebih berhati-hati dalam menggunakan
sosial media.
3. Bagi Pemerintah
Dapat dijadikan bahan masukan dalam membuat teknologi baru untuk mewaspadai
terjadinya catfishing.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan
mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan sebuah karya, seperti blog, jejaring sosial,
wiki, forum, dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial, dan wiki merupakan bentuk media
sosial yang paling umum digunakan oleh seluruh masyarakat di seluruh dunia.
Media sosial adalah sekumpulan aplikasi berbasis internet, beralaskan pada ideologi
dan teknologi Web 2.0 sehingga memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten oleh
penggunanya (Kaplan dan Haenlin, 2010). Menurut Nasrullah (2015) media sosial adalah
medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun
berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain membentuk
ikatan sosial secara virtual. Di dalam media sosial, tiga bentuk yang merujuk pada makna
bersosial adalah pengenalan (cognition), komunikasi (communicate), kerjasama
(cooperation). Mike dan Young (2015) mengartikan kata media sosial sebagai konvergensi
antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi diantara individu (to be share one-
to-one) dan media public untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.
Pada intinya, dengan media sosial dapat dilakukan berbagai aktivitas dua arah dalam
berbagai bentuk pertukaran, kolaborasi, dan saling berkenalan dalam bentuk tulisan,
visual, maupun audiovisual. Media sosial diawali dari dari tiga hal, yaitu sharing,
sollaborating, dan connecting (Puntoadi, 2011).
2.2 Catfishing
Catfishing merupakan sebuah bentuk plagiarisme identitas, di mana seseorang mencuri
identitas orang lain secara online dan menggunakannya sebagai identotas pribadi di media
sosial miliknya. Alih-alih menggunakan identitas pribadi dalam membangun hubungan
percintaan, pelaku catfishing mengarang identitas, menggunakan foto orang lain, atau
bahkan menciptakan berbagai identitas untuk menjerat orang asing ke dalam hubungan
tersebut. Catfishing adalah salah satu contoh pemalsuan identitas berkedok online dating.
Kata catfishing sendiri diambil dari nama salah satu program di kanal televisi Amerika
Serikat, Music Television (MTV), yaitu “Catfish”. Uniknya, program tersebut terinspirasi
dari pengalaman pribadi produsernya, Nev Schulman, yang pernah terjebal dalam kasus
catfishing Ketika ia menjalani hubungan romantic bersama Wanita yang ditemuinya
secara online melalui platform Facebook. Pada awalnya, catfishing apabila diartikan ke
dalam Bahasa Indonesia secara langsung berarti ‘ikan lele’. Namun, istilah ini kemudian
bergeser di masyarakat modern menjadi seseorang yang berpura-pura menjadi orang lain
dnegan menciptakan identitas baru di internet, terutama media sosial.
Perilaku catfishing memiliki rentang usia yang beragam. Hal ini cukup berbanding
lurus dengan keberagaman usia korban dari tindakan terebut. Akan tetapi,disebutkan
bahwa golongan usia remaja memiliki kemungkinan risiko yang lebih besar untuk
terperangkap dalam jerat catfishing karena kurangnya pengalaman hidup serta pemahaman
kognitif.

6
2.3 Penyebab Terjadinya Catfishing
Kemunculan catfishing sendiri biasanya disebabkan oleh kebebasan individu untuk
membuat akun pribadi sebagai cerminan identitas yang mereka ingin tampilkan. Biasanya
pemalsuan identitas tersebut berupa penggunaan foto yang diambil atau diedit dan
informasi orang lain tanpa sepengetahuan pemilik asli dari data-data hasil curian tersebut.
Aksi penipuan memiliki motif tersendiri, misalnya pada media sosial yang paling umum
adalah disebabkan oleh kurangnya tingkat percaya diri seseorang akan identitas asli yang
mereka miliki. Akan tetapi, tak sedikit pula yang melakukan aksi penipuan untuk
merampas uang korban atau bahkan menculik orang lain.
Di dalam artikel The Cybersmile Foundation diungkap ada beberapa alasan lain
mengapa seseorang dapat menjadi catfish (julukan pelaku catfishing). Artikel tersebut
mengatakan bahwa aksi ini dilakukan dengan sengaja untuk ditujukan pada satu individu
ataupun sejumlah orang, misalnya balas dendam karena sakit hati. Para catfish yang
membalaskan dendam seringkali membuat akun media sosial dengan menggunakan
gambar dan informasi korban untuk mempermalukan atau merusak reputasinya dengan
menyebarkan rahasia atau melakukan hal-hal yang buruk.
Catfishing juga dilakukan untuk menjebak orang lain yang bertujuan untuk merampas
harta korban atau meminta hal-hal yang mereka inginkan. Selain itu, catfishing biasanya
dikaitkan dengan kesehatan mental seseorang. Seseorang yang menderita sejumlah bentuk
penyakit mental mungkin merasa cemas untuk mengungkapkan diri mereka yang asli.
Begitu pula dengan orang yang mudah sekali depresi, semisal takut akan mendapatkan
perundungan jika mereka memakai identitas aslinya. Mereka yang mengalami gangguan
mental tersebut terkadang melakukan catfishing agar dapat berkomunikasi dengan orang
secara efektif tanpa melihat latar belakang mereka yang mengidap gangguan mental
tersebut.
2.4 Dampak Catfishing
Dampak dari adanya catfishing sendiri adalah penipuan. Penipuan yang dilakukan
lewat dunia digital yang didalamnya terdapat kebebasan dalam memilih identitas avatar
apapun. Penggunaan media sosial yang dimanfaatkan sebagai media unruk menipu orang
lain dengan tujuan yang menguntungkan diri sendiri dan tentunya akan berisiko serta
merugikan orang yang menjadi korban para catfishing. Hal tersebut dipicu oleh
kemudahan serta adanya Hasrat dari individu untuk menciptakan identitas sesuai dengan
kemampuannya. Selanjutnya terdapat pula tujuan ingin mengambil mendapatkan
keuntungan ekonomi yang membuat media sosial ini banyak digunakan oleh catfishing.
Para korban pada awlanya tidak menyadari bahwa mereka saat itu sedang ditipu oleh
catfish. Mereka terlalu terjerat dengan pesona dari identitas yang diciptakan oleh para
catfish. Sampai pada suatu saat korban tersebut menyadari bahwa hartanya sudah diambil
oleh catfish. Bisa saja korban tidak mengalami pencurian dari segi ekonomi, namun bisa
saja para korban dapat terganggu mental dan fisiknya.
2.5 Upaya Pemerintah dalam Menanggulangi Terjadinya Catfishing
Salah satu bentuk perhatian dari pemerintah yang dapat diterapkan ada lah regulasi.
Regulasi sendiri memiliki arti yaitu system aturan mengikat yang memberi tahu kepada

7
warga apa yang bisa dilakukan dan tidak bisa dilakukan. Regulasi akan ditegakkan oleh
seperangkat institusi seperti poliis, pengadilan, dan badan pembuat hukum. Keberadaan
media sosial tentunya menimbulkan perdebatan mengenai potensi sebagai pemicu
permasalahan dan juga pelanggaran yang dapat mengancam penggunanya. Maka dari itu
diperlukan regulasi penggunaan media sosial untuk tujuan yang baik dan tidak merugikan
orang lain.
Pemerintah Indonesia telah membuat regulasi yang dituangkan dalam Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Isinya lebih
terfokus pada penyebaran kebencian, berita bohong, dan penyebaran informasi maupun
dokumen yang melanggar kesusilaan (Informasi dan Transaksi Elektronik, 2016).
Regulasi ini ternyata belum cukup untuk mengikat para pelaku kejahatan berkedok
penipuan identitas.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menekankan bahwa pengguna
media sosial untuk menggunakannya ke dalam hal-hal yang positif dan produktif. Kominfo
juga meminta masyarakat agar dengan bijak menggunakan media sosial sebagai alat
berkomunikasi yang positif sesuai dengan kaidahnya. Pemerintah juga sebaiknya
melakukam sosialisasi dengan materi bahaya dan dampak media sosial. Hal tersebut bisa
diperkuat dengan penerapan regulasi berupa undang-undang terkait Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE).
“Penanganan yang dapat pemerintah lakukan adalah pemblokiran media sosial yang
didasarkan pada laporan dari pelapor dan saat ini Kominfo belum bisa memberikan tanda
bahwa akun tersebut adalah akun palsu” tanggapan Dyah Erawaty, Staf Kemeterian
Komunikasi dan Informatika. Tanggapan tersebut ternayat masih menjadi sebuah wacana
bagi Kominfo karena dari pihak pemerintah sendiri masih memiliki hambatan untuk
merealisasikan kebijakan tersebut. Saat ini yang menjadi hal yang terpenting adalah
melindungi pengguna media sosial supaya terhindari dari penipuan, terutama penipuan
berkedok online dating.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Catfish merupakan salah satu bentuk pelanggaran media sosial saat ini. Pelanggaran
tersebut dilakukan dengan mengambil identitas atau menciptakan identitas baru dalam
menggunakan media sosial. Catfish menjadi ancaman baru dikarenakan identitas yang
digunakan merupakan identitas palsu yang sulit dilacak kebenarannya. Hal ini terjadi
dikarenakan teknologi sekarang yang sudah maju serta mudahnya dalam mengakses
internet. Catfishing membawa dampak bagi korban, seperti penipuan, mereka juga
mengambil keuntungan ekonomi. Walaupun mereka tidak mengambil keuntungan
ekonomi para korban juga tetap dirugikan, yaitu dari segi mental. Dengan adanya
catfishing pemerintah di Indonesia belum memiliki kebjakan khusus dan cara untuk
menghadapi penipuan identitas. Bahkan pemerintah belum memiliki Langkah -langkah
pencegahan yang sebaiknya diterapkan.
3.2 Saran
Dengan adanya catfishing yang marak terjadi di media sosial membuat pemerintah di
Indonesia, khususnya pada bidang Komunikasi dan Informasi untuk mengambil kebijakan
untuk menanggulangi adanya catfishing ini. Kebijakan tersebut nantinya akan sangat
membantu untuk menjerat pelaku catfishing, melindungi korban dari pelaku catfish, dan
memberantas masyarakat yang menggunakan identitas palsu dan menyalahgunakannya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Sartika, Novy. 2021. Regulasi Terhadap Penipuan Identitas : Studi Fenomena Catfish pada
SNS. Jakarta : Universitas Indonesia. Volume 5.
Sugeng, Anang. Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosia Mayarakat di Indonesia.
Anwar, Fahmi. Perubahan dan Permaslaahan Media Sosial. Jakarta.
Karman. 2014. Media Sosial : Antara Kebebasan dan Eksploitasi. Jakarta : Mitra Bestari.
Setiadi, Ahmad. Pemanfaatan Media Sosial untuk Efektifitas Komunikasi. Karawang : AMIK
BSI.
Maharani, Safira. Analisis Faktor Pendorong dalam Melakukan Online Dating. Semarang :
Universitas Diponegoro
Rusmana, Agus. 2015 Penipuan dalam Interaksi Melalui Sosial Media. Bogor : Jurnal Kajian
Informasi dan Perpustakaan. Vol. 3, No 2.
Scuhlman, A. 2010. Catfish. Universal Pictures.
Kottemann, Kathrin L. 2015. The Rhetoric of Deliberate Deception : What Catfishing can
Teach Us. Lafayette : University of Louisiana.

10

Anda mungkin juga menyukai