Anda di halaman 1dari 13

REKAYASA IDE

“Kecanduan Media Sosial”

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Nama Mahasiswa : M. Rafli (1203151030)


Nisrina Athirah Lubis (1203151025)
Nanda Andyta Pattiwael (1203151072)
Monalisa Oktaviona E (1203151068)
Santa Monica Sitepu (1203151036)
Nabilah Shakila Zahra (1203151043)
Kelas : BK Reguler E 2020
Mata Kuliah : Teknologi Informasi dan Media BK
Dosen Pengampu : Ishaq Matondang, S.Psi, M.M

PROGRAM STUDI S1 BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun sampaikan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat,
berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah Rekayasa Ide ini. Rekayasa
ide ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah mini riset ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan Rekayasa Ide ini, masih terdapat banyak
kekurangan sehingga hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih
semoga tugas Rekayasa Ide ini dapat memberikan manfaat dan bisa menambah pengetahuan
kepada penulis dan pembaca.

Medan, Juni 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................4
B. TUJUAN...................................................................................................................................4
C. MANFAAT...............................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
IDENTIFIKASI MASALAH..............................................................................................................5
A. PERMASALAHAN UMUM...................................................................................................5
B. IDENTFIKASI PERMASALAHAN......................................................................................7
1. Cyber Bullying.....................................................................................................................7
2. Membuat Kecanduan..........................................................................................................8
3. Meningkatnya Tingkat Kejahatan.....................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................11
SOLUSI DAN PEMBAHASAN........................................................................................................11
BAB IV...............................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................13
A. SIMPULAN............................................................................................................................13
B. SARAN...................................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di era globalisasi ini, teknologi semakin maju. Tidak dapat dipungkiri
hadirnya internet semakin dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
kegiatan sosialisasi, pendidikan, bisnis, dan sebagainya. Dengan semakin majunya
internet maka media sosial pun ikut berkembang pesat.
Pesatnya perkembangan media sosial juga dikarenakan semua orang seperti
bisa memiliki media sendiri. Jika untuk media tradisional seperti televisi, radio, atau
koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya
dengan media sosial. Para pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan
jaringan internet tanpa biaya yang besar dan dapat dilakukan sendiri dengan mudah.
Di kalangan remaja, penggunaan media sosial/media sosial dapat
mempengaruhi pola kehidupannya. Banyaknya fitur-fitur menarik dalam media
sosial/media sosial membuat mereka cenderung malas dan kecanduan Keadaan
tersebut membuat waktu mereka banyak yang terbuang dan aktivitas yang terganggu,
seperti sekolah, belajar, makan, tidur, bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan
membantu orangtua. Karena anak tersebut terlalu lelah dengan kesenangan dalam
media/media sosial tersebut.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas
rekayasa ide mata kuliah Teknik Informasi dan Media BK dan juga untuk mengetahui
bagaimana cara mengatasi dampak buruk media sosial bagi remaja.

C. MANFAAT
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai sumber literasi bagi para pembaca,
dan sebagai solusi terbaik untuk mengatasi dampak buruk media sosial.

4
BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

A. PERMASALAHAN UMUM

Di era globalisasi sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


semakin canggih, penyebaran informasi yang begitu cepat dan akses telekomunikasi
yang semakin mudah dapat dijumpai di beberapa media social seperti youtube,
instagram, facebook, whats app, google, wikipedia. Teknologi komunikasi mutakhir
telah menciptakan apa yang disebut “publik dunia” atau “weltonffentlichkeit”.
Dengan begitu perkembangan teknologi komunikasi ini menjadi meningkat dan
menimbulkan kecemasan mengenai efek media sosial yang ditimbulkan terhadap
khalayak umum (Najamudin, 2019).
Di dalam perkembangan media sosial, pendidikan di Indonesia pun juga ikut
berkembang dan dampaknya sekarang banyak kegiatan aktivitas pendidikan
melibatkan media sosial. Dari pusat menuju ke setiap sekolah-sekolah banyak yang
menggunakan sistem informasi online yang dapat diakses setiap penangung jawab
yang menangani informasi lalu di sebarluaskan. Untuk media sosial saat ini sangatlah
mudah dan dapat dijangkau siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Contohnya sekarang
ini hampir semua alat komunikasi seperti handphone pun sudah memiliki aplikasi
yang tentunya terdapat media sosial didalamnya yang memudahkan penggunanya
untuk menjelajah internet (Permata, 2019).
Media sosial boleh diperkenankan untuk siswa apabila dapat digunakan untuk
mencari informasi yang positif dan dapat bermanfaat dalam belajar, sekarang ini pun
hampir seluruh siswa cendrerung menggunakan akses media sosial namun juga ada
beberapa siswa yang menggunakan media sosial bukan untuk kebutuhan belajarnya
tetapi malah mencari informasi yang lain. Dampak terburuk dalam dunia pendidikan
yang mungkin dihasilkan dari media sosial adalah mulai menurunnya tingkat
kesadaran siswa mengenai belajar dan mempengaruhi prestasi belajarnya. Prestasi
belajar adalah sebuah hasil belajar dari yang tercapai setelah mengikuti proses
kegiatan pembelajaran (Rahman, 2017). Prestasi belajar pun dapat ditunjukan dalam
bentuk angka atau nilai, untuk memperoleh tercapainya prestasi belajar diperlukannya
sebuah usaha yang maksimal. Apalagi didalam kegiatan belajar mengajar diperlukan
suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik

5
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses
belajar. Jika didalam pembelajaran siswa tidak dapat mengikutinya dengan baik dan
tidak fokus, bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dan terealisasikan dengan
baik.

Banyak masalah yang ditimbulkan apabila peserta didik menggunakannya baik


dari media sosial dengan tidak baik dalam kehidupan nyata, apalagi dampaknya
terhadap bidang pendidikan yakni siswa menjadi malas-malasan belajar, sering
mengakses yang bukan untuk materi pembelajaran, apa yang dilihat di media sosial
ditirukan dalam kehidupan sosialnya seperti sinetron, drama korea dan lain
sebagainya, minat siswa untuk mengikuti pelajaran juga mengalami penurunan dari
semua itu membuat prestasi belajar siswa menurun.

Berkurangnya waktu belajar yang dialami siswa itu sendiri karena terlalu sering
menggunakan media sosial sehingga muncul rasa ingin tahu dan tidak pernah
ketinggal menyelidiki dunia maya. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung
terdapat siswa cenderung berfikiran mengenai respon pengguna lainnya dalam sebuah
status yang dituliskan di salah satu media sosial instagram ataupun facebook sehingga
mengalami lambat belajar atau proses pembelajarannya dapat terhambat. Yang terjadi
biasanya siswa sudah tidak lagi menyukai salah satu mata pelajaran sehingga
membuat siswa tidak mau belajar dan cenderung memainkan media sosial untuk
menghibur diri saat mengalami kegelisahan.
Apabila semua itu sudah terjadi dan siswa mengalami penurunan prestasi belajar
dan membuatnya tidak menyesal kehidupannya pun tidak bisa jauh dari media sosial.
Selain itu media sosial membuat siswa menjadi terpengaruh chattingan terus menerus,
belum lagi kebiasaan menulis dibuku yang sangat malas dan tergantung pada gadget.
Kebiasaan mengeluh yang selalu dituangkan dalam media sosial ingin selalu direspon
dan diperhatikan entah itu kicauan tentang kehidupan sekolah, keluarga atau
masyarakat. Kebiasaan siswa ini berbeda dengan siswa jaman dulu yang memiliki
akses sosial yang masih minim.
Berdasarkan uraian diatas, maka pengaruh media sosial bagi kalangan pelajar ada
konsekuensinya. Salah satunya yaitu terhadap pembelajaran dan prestasi belajar
siswa. Baik dan buruknya akan diperoleh dari apa yang dilakukan siswa tersebut.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini rumusan masalah yang diangkat adalah
bagaimana dampak media sosial terhadap prestasi belajar peserta didik.

6
B. IDENTFIKASI PERMASALAHAN
1. Cyber Bullying
Cyberbullying adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan
dilakukan teman seusia mereka melalui dunia maya atau internet. Intimidasi dunia maya
juga dapat dikatakan sebagai kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina,
diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet,
teknologi digital atau telepon seluler. Tindakan ini biasanya dilakukan atas dasar
kesengajaan menggunakan bentuk kontak elektronik secara berulang-ulang, dan terjadi
karena kurangnya pengawasan ke akses perangkat elektronik dan internet.

Intimidasi dunia maya dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18
tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak yang terlibat (atau
keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi akan dikategorikan
sebagai kejahatan dunia maya atau pembuntutan dunia maya (atau sering disebut cyber
harassment).

Bentuk dan metode tindakan intimidasi dunia maya beragam. Hal ini dapat berupa
pesan ancaman melalui surel, mengunggah foto yang mempermalukan korban, membuat
situs web untuk menyebar fitnah dan mengolok-olok korban hingga mengakses akun
jejaring sosial orang lain untuk mengancam korban dan membuat masalah. Motivasi
pelakunya juga beragam.Ada yang melakukannya karena marah dan ingin balas dendam,
frustrasi, ingin mencari perhatian bahkan ada pula yang menjadikannya sekadar hiburan
pengisi waktu luang. Sebagian perundungan dilakukan oleh buzzer atau pasukan
siber sebagai bagian dari kampanye politik dan disinformasi yang terorganisasi.

Cyberbullying atau kekerasan dunia maya ternyata lebih menyakitkan jika


dibandingkan dengan kekerasan secara fisik. "Korban cyberbullying sering kali
depresi, merasa terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika
diserang," ujar para peneliti. Intimidasi secara fisik atau verbal pun
menimbulkan depresi. Namun, ternyata para peneliti menemukan korban cyberbullying
mengalami tingkat depresi lebih tinggi. Dampak dari cyberbullying untuk para korban
tidak berhenti sampai pada tahap depresi saja, melainkan sudah sampai pada tindakan
yang lebih ekstrim yaitu bunuh diri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hinduja
dan Patchin mengungkapkan fakta bahwa meskipun tingkat bunuh diri di AS
menurun 28,5% pada tahun-tahun terakhir namun ada tren pertumbuhan tingkat

7
bunuh diri pada anak dan remaja usia 10 sampai 19 tahun. Hal ini juga sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang melakukan penelitian di 7
sekolah di kota yogyakarta dengan mengambil populasi siswa usia 12-19 tahun. Dari
penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa 28% siswa pernah mengalami
cyberbullying dan 1% siswa mengatakan sering mengalaminya. Angka 28% ini
bisa dikatakan cukup besar mengingat dampak yang bisa ditimbulkannya cukup
berbahaya. Jika tidak diberikan informasi dan sosialisasi tentang dampak negatif
cyberbullying kepada para siswa bisa jadi angka ini akan semakin
meningkat.Selanjutnya berusaha didapatkan data dimana cyberbullying ini kerap terjadi.
55% siswa mengatakan cyberbullying terjadi pada saat mereka berada di lingkungan
sekolah dan 45% mengatakan cyberbullying terjadi pada saat mereka berada di
luar lingkungan sekolah. Dari 29% siswa yang pernah dan sering mengalami
cyberbullying didapatkan fakta 70% siswa mengatakan bahwa serangan hanya
terjadi satu atau dua kali saja lalu berhenti, 17% mengatakan mendapatkan
perlakuan tersebut beberapa kali dalam satu minggu, 6% mendapatkan perlakuan
tersebut satu minggu sekali, dan 6% siswa mendapatkan perlakuan tersebut 2
atau 3 kali setiap bulannya. Salah satu karakterisik dari cyberbullying adalah
terjadi secara berulang kali. Pada data di atas, angka 70% yang mengatakan bahwa
serangan hanya terjadi satu atau dua kali saja lalu berhenti, meskipun itu
membawa dampak yang menyakitkan juga untuk korban tetapi belum bisa
dimasukkan dalam kategori cyberbullying.

2. Membuat Kecanduan

Kecanduan media sosial merupakan gangguan psikologis di mana penggunanya


menghabiskan banyak waktu untuk mengakses media sosail yang disebabkan oleh rasa
ingin tahu yang tinggi, kurangnya kontrol diri, serta kurangnya kegiatan produktif di
kehidupannya (Lestari & Winingsih, 2020). Hasil survei yang dilakukan Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2017) menyatakan bahwa pengguna tertinggi
media sosial yaitu dengan persentase 75,50% adalah remaja/anak-anak. Pada penggunaan
media sosial, remaja usia tengah cenderung menggunakannya untuk memenuhi
keingintahuan terhadap berbagai hal yang terdapat di media sosial dan juga remaja
menggunakan media sosial karena media sosial sedang menjadi trend di kalangan teman
sebayanya. Hal tersebut didukung oleh penelitian Andarwati (2016) terkait penggunaan
media sosial pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta tergolong tinggi, yaitu

8
sebanyak 76% siswa berada pada kategori tinggi pemakaian media sosial. Hasil penelitian
lainnya juga menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden pada remaja tengah
(siswa SMA) yaitu sebanyak 43 orang (50,6%) berada pada kategori tinggi dalam
pemakaian media sosial (Ariani, Elita & Zulfitri, 2009). Kebanyakan dari remaja
beranggapan bahwa semakin aktif dirinya di media sosial, maka mereka akan semakin
dianggap keren dan gaul. Sedangkan, remaja yang tidak memiliki media sosial biasanya
dianggap kurang gaul atau ketinggalan jaman (Suryani & Suwarti, 2014). Padahal remaja
sebagai salah satu pengguna media sosial masih belum mampu memilah aktivitas yang
bermanfaat. Salah satu hasil penelitian di salah satu sma swasta di jatinangor
menunjukkan delapan siswa merasa kesepian dan kebingungan ketika tidak online media
sosial, karena mereka tidak dapat berkomunikasi dengan teman yang ada di media sosial.
Hal ini menunjukkan kriteria gejala withdrawal symptom (Griffiths, 2000). Keluhan lain
yang dirasakan menunjukan kriteria gejala kecanduan media sosial conflict diantaranya
sebanyak empat siswa takut tertinggal informasi jika tidak online, sehingga menyebabkan
mereka merasa gelisah dan cemas. Terdapat empat siswa tidak fokus jika diajak bicara
oleh temannya ketika sedang online media sosial serta terganggunya pola makan dan juga
pola tidur siswa.

3. Meningkatnya Tingkat Kejahatan

Kejahatan siber atau kejahatan dunia maya adalah kejahatan yang


melibatkan komputer dan jaringan. Komputer mungkin digunakan untuk melakukan
kejahatan, atau menjadi target kejahatan. Kejahatan dunia maya dapat membahayakan
keamanan dan keuangan seseorang. Ada banyak masalah privasi seputar kejahatan siber
ketika informasi rahasia dicuri atau diungkapkan, secara sah atau sebaliknya. Secara
internasional, baik aktor pemerintah maupun non-pemerintah terlibat dalam kejahatan
dunia maya, termasuk spionase, pencurian keuangan, dan kejahatan lintas batas lainnya.
Kejahatan dunia maya yang melintasi perbatasan internasional dan melibatkan tindakan
setidaknya satu negara bangsa kadang-kadang disebut sebagai perang siber. Warren
Buffett menggambarkan kejahatan siber sebagai "masalah nomor satu umat manusia" dan
"menimbulkan risiko nyata bagi kemanusiaan." demikian halnya di dunia remaja, seperti
yang kita ketahui dunia remaja merupakan dunia dimana masa perkembangan dan masa
rasa ingin tahu manusia itu mencapai tingkat puncaknya, maka tidak heran jika di masa
remaja manusia akan sangat tergantung dengan yang namanya media sosial baik
melakukan hal positif maupun hal negatif. Contohnya seperti yang menebar pesona di

9
media sosial untuk memikat lawan jenis maupun hanya sekedar untuk menghibur diri dan
mendapatkan informasi yang ia butuhkan. tetapi dengan banyaknya pengguna media
sosial menyebabkan semakin meningkatnya para oknum tidak bertanggung jawab yang
memanfaatkan peluang tersebut untuk melakukan berbagai jenis kejahatan, maka dari itu
salah satu target terbesar dari yang namanya kejahatan dunia maya adalah usia remaja
atau usia dewasa awal Yang dimana pada tingkatan ini manusia itu sangat mudah untuk
dibujuk rayu dan juga ditipu atau dibohongi dengan perkataan yang manis. maka dari itu
bahaya ini merupakan salah satu bahaya atau dampak dari penggunaan media sosial yang
tidak sesuai aturan atau tidak terkontrol, maka dari itu kita harus bisa memanfaatkan
media sosial dengan bijak dan sebaik mungkin.

10
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN


Solusi yang dapat kami berikan di dalam mengatasi kecanduan bermain sosial
media ini selain menggunakan poster kami juga melakukannya dengan melakukan
call conference semacam webinar melalui aplikasi telegram. Webinar yang di lakukan
dari kegiatan ini berjenis Webinar Multi-Modul atau Seri Webinar yang dimana Jenis
webinar yang satu ini bisa diklaim menjadi jenis webinar menggunakan topik paling
mendalam. webinar ini menjadi lebih dari satu episode, topik yang dipilih tentunya
bisa dijelaskan secara komprehensif. Selain itu, para peserta juga menerima
kesempatan lebih banyak Jika ingin mengajukan pertanyaan dan pertanyaan yang
mungkin mampu menjadi topik pada seri webinar selanjutnya. Jadi, webinar ini dapat
di lakukan berkali2 dengan membahas topik yang sedang hangat2nya. Webinar
artinya ajang yang sangat menguntungkan bagi siapa pun yang mengikutinya.

Pembelajaran simpel serta nyaman

Webinar bisa diikuti oleh mana saja, bahkan kita bisa mendengarkan webinar
sambil bersantai di rumah atau melakukan aktivitas lain.

Pilihan topik yg luas

Webinar kelas-kelas yang diadakan secara gratis atau berbayar umumnya


memiliki jangkauan topik yang sangat luas. Mulai asal topik yang populer hingga
topik yang sangat menarik, semuanya dapat ditemukan dari berbagai penyedia kelas
webinar.

Info prodeo asal pakarnya

Penyelenggara webinar sering mengundang para profesional serta ahli di


bidangnya masing-masing sebagai pembicara. tidak mirip pendidikan di sekolah atau
kampus, pembicara webinar pada umumnya memiliki pengalaman lapangan pada
topik tersebut, sehingga info yang diberikan sangat relevan serta akurat.

11
Sertifikat perdeo

Terdapat aneka macam webinar kelas yang juga menyediakan sertifikat perdeo
kepada pesertanya. Sertifikat kepesertaan asal webinar tentunya bisa sebagai bahan
untuk memperkuat resume, terutama bagi para fresh gradugrade.

Nah pada Webinar Multi-Modul atau Seri Webinar yang akan kami lakukan topik
yang akan kami bahas sesuai masalah yang kami temukan yaitu kecanduan media sosial.
Mengapa topik ini kami angkat dalam webinar kami karna menurut kami dimasa sekarang
masyarakat sudah ketergantungan menggunakan media sosial yang tentunya ada dampak
positif dan negatif nya namun kami melihat lebih ke dampak negatif seperti kecanduan media
sosial apalagi saat ini sedang trend nya tiktok dan reels instagram. Harapannya dengan
webinar yang kami lakukan dapat diikuti peserta didik dan mereka yang ikut bisa disadarkan
agar membatasi penggunaan media sosial.

12
BAB IV

PENUTUP
A. SIMPULAN
Media sosial dapat menimbulkan dampak negatif bagi remaja salah satunya
dengan munculnya fenomena Cyberbullying di kalangan anak-anak maupun remaja
yang bisa mengakibatkan korban cyberbullying mengalami depresi atau sampai bisa
melakukan percobaan bunuh diri. Selain dari muncunya fenomena cyberbullying
dampak negatif lainnya bagi para remaja adalah terjadinya tingkat kecanduan atau
keterikatan yang tinggi pada anak dan remaja, yang dimana media sosial membuat
remaja menjadi acuh dengan tanggung jawabnya sebagai pelajar yang berdampak
pada keterlambatan dalam pengumpulan tugas-tugas sekolah, waktu belajar berkurang
dan prestasi di sekolah mengalami penurunan yang drastis dikarenakan remaja sibuk
menghabiskan waktunya untuk mengakses media sosial.Solusi yang dapat kami
berikan untuk mengatasi kecanduan bermain sosial media dengan melakukan call
conference semacam webinar melalui aplikasi telegram yang menggunakan topik
paling mendalam.

B. SARAN
Sebaiknya para pengguna media sosial mesti bijak dalam menggunakan,
menyebarkan, atau mengunggah sesuatu jangan sampai media sosial menjadi tempat
untuk berbohong,memaki atau mempermalukan orang lain.

13

Anda mungkin juga menyukai