Anda di halaman 1dari 14

GANGGUAN KECANDUAN MEDIA SOSIAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kesehatan Mental

Dosen Pengampu : Dr. Tita Rosita, S.Psi., M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 8 :

Annur Khoirun Nisa 22010040


Ayu Asih Widyaningsih 22010003
Neng Norma Ayu Nalurita 22010012
Putri Dilan Afifah 22010020
Yusuf Amri 22010016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan begitu banyak terimakasih atas uluran tangan dan bantuan berasal
dari pihak yang telah bersedia berkontribusi bersama dengan mengimbuhkan
sumbangan baik anggapan maupun materi yang telah mereka kontribusikan.

Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman


serta ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki
bentuk maupun tingkatkan isikan makalah sehingga menjadi makalah yang miliki
wawasan yang luas dan lebih baik lagi.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, kami percaya tetap banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik
yang membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cimahi, 7 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 Definisi....................................................................................................................2
2.2 Pengaruh Media Sosial...........................................................................................2
2.3 Populasi Pengguna Media Sosial Media di Indonesia.............................................5
2.4 Peran Pemerintah dalam Kasus Kecanduan Media Sosial......................................6
2.5 Peran BK dalam Kasus Kecanduan Media Sosial...................................................7
BAB III............................................................................................................................10
KESIMPULAN...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cooper (2000), menjelaskan bahwa kecanduan merupakan perilaku
ketergantungan pada suatu hal yang di senangi. Orang yang mengalami kecanduan tidak
mampu terlepas dari keadaan tertentu, orang itu kurang mampu mengontrol dirinya
sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu yang disukai. Menurut Hovart (1989),
kecanduan tidak hanya terhadap zat saja, tapi juga aktivitas tertentu yang dilakukan
berulang-ulang dan menimbulkan dampak negatif. (UIN suska, 2018)

Van Djik dalam Nasrullah (2015) menyatakan bahwa media sosial adalah
platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi
mereka dalam beraktifitas maupun berkolaborasi. Kerna itu media sosial dapat dilihat
sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antar pengguna
sekailgus sebuah ikatan sosial. (Sari, 2018).

Kecanduan media sosial merupakan perilaku ketergantungan pada platform


media online. Hal ini perlu diadakannya pencegahan ketergantungan media sosial agar
tidak berkelanjutan. Maka dari itu, dibuatlah makalah ini untuk mencari tahu bagaimana
cara pencegahan kecanduan, dan penanganan serta peran pemerintah didalamnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran seseorang yang kecanduan media sosial?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam kecanduan media sosial?
3. Bagaimana peran BK dalam menangani kasus kecanduan media sosial?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran seseorang yang kecanduan media sosial
2. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam kecanduan media sosial
3. Untuk mengetahui bagaimana peran BK dalam menangani kasus kecanduan
media sosial

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
A. Kecanduan media sosial

Menurut Smfart (dalam Santoso, 2013) Kecanduan berasal dari kata candu yang
artinya sesuatu yang membuat seseorang ingin melakukannya secara terus menerus.
Istilah lain, kecanduan datang untuk menggantikan istilah seperti tidak dapat menguasai
diri atau seperti dalam keadaan mabuk dengan kadar alkohol yang berlebihan dan
penggunaan opium (Alexander & Schweighofer, 1998).

Menurut Hovart (dalam Tumangkeng, 2016), kecanduan tidak hanya terhadap


zat saja tapi juga aktivitas tertentu yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan
dampak negatif. Sedangkan menurut Cooper (2000) berpendapat bahwa kecanduan
merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi (uin-suska , 2018).

Media sosial adalah platform bagi publik di seluruh dunia untuk mendiskusikan
masalah dan opini mereka, istilah yang digunakan menggambarkan interaksi antara
kelompok atau individu dimana mereka menghasilkan, berbagi, dan terkadang bertukar
ide, gambar, video, dan banyak lagi melalui internet dan komunitas virtual (Waseem
Akram, 2017).

2.2 Pengaruh Media Sosial


Media sosial adalah sebuah media online dengan para penggunanya bisa dengan
mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, social network, atau
jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual (Putri, 2016). Jejaring media sosial
mengubah perilaku dimana kaum muda berhubungan dengan orang tua, teman sebaya,
serta cara mereka memanfaatkan teknologi. Efek jejaring sosial ada dua, yaitu :
(Waseem Akram, 2017)

A. Sisi Negatif
Internet menjadi salah satu platform dengan sejumlah resiko yang terkait
dengan komunitas online. Adapun salah satu kasus dalam sisi negatif ini yaitu
cyber bullying yang berati suatu jenis pelecehan yang dilakukan dengan
menggunakan teknologi elektronik, pun diantaranya ada beberapa sisi negatif
media sosial:

2
1. Mengganggu kegiatan belajar
2. Bahaya kejahatan
3. Bahaya penipuan
4. Tidak semua pengguna media sosial bersifat sopan
5. Mengganggu kehidupan dan komunikasi keluarga
B. Dampak Media Sosial Bagi Pendidikan
Seseorang dapat mengadopsi manfaatnya untuk mendapatkan hasil
positif dan negatif dari penggunaan media sosial ini untuk pendidikan, adapun
sisi positifnya yaitu:
1. Sosialisasi
Dalam hal ini memungkinkan anak – anak untuk bertukar pikiran dan
belajar hal – hal baru. Ini akan selalu menghasilkan mereka menjadi lebih
percaya diri dalam hidup.
2. Berbagi Ilmu
Media sosial menyediakan cara yang mudah dan efektif dimana siswa
dapat berbagi pengetahuan. Siswa dapat dengan mudah akses informasi.
3. Memperbaharui Diri Sendiri
Memiliki kapasitas untuk mengetahui hal – hal baru kapan saja itu
terjadi, dan ini menyebabkan peserta didik menyegarkan diri sendiri dengan
basis informasi.
4. Belajar Dari Berbagai Sumber
Di dalam media sosial sumber ilmu nya sangat berlimpah dan siswa pun
bisa menyerap semua ilmu positif yang mereka cari tahu.

Adapun sisi negatif media sosial bagi pendidikan, ialah :

1. Mengurangi Kemampuan Belajar dan Penelitian


Siswa lebih bergantung pada informasi yang dapat dijangkau dengan
mudah di situs jejaring sosial.
2. Pengurangan Kontak Manusia Nyata
Semakin banyak waktu yang dihabiskan siswa di jejaring sosial, semakin
sedikit waktu yang mereka habiskan untuk bergaul secara langsung dengan
orang lain. Hal ini menurunkan kemampuan relasional mereka. Mereka tidak
akan memiliki kemampuan untuk menyampaikan dan berbaur secara
langsung dengan orang lain.

3
3. Pemborosan Waktu
Pelajar saat ini menacari segala sesuatu dan berkonsentrasi di web hingga
mereka lupa waktu dan terkadang mereka lupa mengapa mereka
menggunakan internet.
4. Menurunnya Nilai
5. Hilangnya Motivasi Belajar Pada Siswa
(Waseem Akram, A study on positive and negative effects of social media,
2017, pp. 350-351)
C. Pengaruh Media Sosial Terhadap Interpersonal
Sebuah studi oleh sponsil menyelidiki konsekuensi dari media sosial
pada komunikasi dan konsep diri mahasiswa. Dalam studi mereka, menemukan
50% siswa percaya bahwa situs web media sosial mempengaruhi harga diri
mereka secara positif dan 50% tidak percaya secara positif maupun negatif.
Mereka juga menemukan bahwa media sosial telah mempengaruhi perilaku
siswa. Para siswa lebih suka melihat gaya hidup individu lain meskipun mereka
mungkin tidak mengenal dan berbicara dengan orang tersebut sebelumnya,
daripada pergi keluar dan bertemu teman baru. Selain itu, penelitian ini juga
menemukan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki sekitar 300 hingga 600
teman di akun mereka tetapi jumlah teman mereka meningkat dari hari kehari.
Situs media sosial telah menciptakan cara berkomunikasi baru tetapi juga
mempengaruhi konsep diri dari individu.
Sebuah penelitian oleh Gilani pun menemukan pengaruh situs media
sosial dalam mengubah pola pkir anak muda. Peneliti menemukan bahwa
penggunaan media sosial secara positif oleh kaum muda dapat mempengaruhi
pola pikir kesadaran sosial politik mereka dan meningkatkan keterampilan yang
berbeda seperti mengembangkan keterampilan komunikasi online atau
meningkatkan kemahiran bahasa. Ketika media sosial semakin banyak
digunakan oleh orang – orang beberapa masalah perlahan muncul. Orang
menghabiskan banyak waktu dan perhatian di situs jejaring sosial setiap hari,
interaksi secara langsung antar manusia semakin berkurang. (Doris Hooi Ten
Wong, 2016 , p. 2 dan 4)

4
2.3 Populasi Pengguna Media Sosial Media di Indonesia
Pengguna media sosial di Indonesia capai 191 juta pada 2022 jumlah pengguna
aktif media sosial di Indonesia mencapai 191 juta orang pada Januari 2022. Jumlah itu
naik 12‚35% dibandingkan pada tahun sebelumnya. Berdasarkan laporan We Are
Social‚ jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 191 juta orang pada
Januari 2022. Jumlah itu meningkat 12,35% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang
sebanyak 170 juta orang. Melihat trendnya, jumlah pengguna media sosial di Indonesia
terus meningkat setiap tahunnya. Walau demikian‚ pertumbuhannya mengalami
fluktuasi sejak 2014 - 2022. Kenaikan jumlah pengguna media sosial tertinggi mencapai
34‚2% pada 2017. Hanya saja‚ kenaikan tersebut melambat hingga sebesar 6‚3% pada
tahun lalu. Angkany baru meningkat lagi pada tahun ini. adapun‚ Whatsapp menjadi
media sosial yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia. Persentasenya
tercatat mencapai 88‚7%. Setelahnya ada Instagram dan Facebook dengan presentase
masinng – masing sebesar 84‚8% dan 81‚3%. Sementara‚ proposi pengguna TikTok dan
Telegram berturut – turut 63‚1% dan 62‚8%. (Mahdi, 2022)

Gambar 1.1 Grafik pengguna media sosial pertahun

5
2.4 Peran Pemerintah dalam Kasus Kecanduan Media Sosial
Pemeritah sudah memiliki kebijakan tentang penggunaan internet yang disusun
dalam Pasaal 45 ayat 1: Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau membuat daoat diaksesnya
informasi Elektronik dan atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dipidana penjara
paling lama 6 tahun dan atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000 (Satu Miliar
Rupiah).

Peraturan tersebut mengawasi tentang konten – konten dalam platfrom social


media. Disini sudah terlihat peran pemerintah sudah terlihat dalam pengawasan dalam
penggunaan social media, karena saat ini social media bukan hanya orang dewasa saja
yang menggunakan tetapi anak – anak pun sudah bisa meng-akses dengan gadget yang
diberikan oleh orang tua mereka.

Perundang – undangan tentang penggunaan internet ini sangat di butuhkan


karena untuk menjaga konten – konten dewasa yang dapat dengan mudah diakses oleh
anak dibawah umur. Selain itu efek negative dari kecenderungan anak terhadap konten
– konten negative tersebut juga banyak, salah satu contoh dampak dari ketergantungan
anak terhadap konten negative yaitu anak bisa merubah pola piker dan psikis anak.

Sebenarnya pemerintah bisa menanggulanginya dengan keyword yang paling


sering di search oleh akun yang terindikasi akun tersebut milik anak dibawah umur atau
dengan mencari judul konten yang biasanya berbentuk hashtag dengan nama – nama
yang berbau negatif.

Maka dari itu pemerintah harus gencar – gencar memantau kegiatan didalam
social media agar tidak tersebar konten – konten negative dan dapat dilihat oleh anak
dibawah umur. Pemerintah pun jangan langsung memblokir aplikasi yang terindikasi
banyak menyimpan konten negative, tetapi yang harus pemerintah lakukan adalah
memblokir konten atau pemilik akun tersebut. Karena jika pemerintah langsung
memblokir aplikasinya akan membuat kecewa pengguna social media yang sebenarnya
menggunakan internet dengan benar mencari nafkah di dunia maya. (Ichsan, 2018)

6
2.5 Peran BK dalam Kasus Kecanduan Media Sosial
Guru bimbingan dan konseling dalam hal ini memahami dan mengklasifikasikan
kondisi kasus apakah dalam kondisi berat ringan, sehat sakit, normal tidak normal
terhadap suatu kasus yang mucul dipermukaan, gejala yang tampak.

Guru BK setidaknya dalam melaksanakan kasus mendasari dengan pandangan:

a. Orang yang bermasalah itu mempunyai kemampuan intelektual yang normal,


tetapi ia mengalami masalah / gangguan pada emosional psikologis
b. Siswa yang bermasalah itu bukan seseorang yang melakukan suatu perbuatan
yang berkaitan dengan kejahtan/criminal yang perlu mendapatkan sanksi hukum.

Upaya memahami kasus dimulai dari beberapa alas an yang digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk mengadakan studi kasus diantarannya:

a. Ada permasalahan khusu/istimewa yang dialami oleh klien yang ditemukan


konselor.
b. Keinginan tahuan guru BK secara menyeluruh tentang kasus.
c. Kasus yang ada membutuhkan segera dibantu/diatasi.
d. Menggunakan temuan yang diperoleh melaluii pengalaman diri digunakan
sebagai dasar teori untuk mengatasi permasalahan.

Dalam makalah ini yang menjadi kasus ini adalah bagaimana guru BK dalma
mereduksi dampak negative media sosial di kalangan remaja sangat di perlukan,
guna mencegah pergaulan bebas antar lawan jenis yang banyak digandrungi kaum
muda – mmudi, jaman sekarang. Setiap remaja harus punya pacar, pemicunya
adalah nonton VCD porno yang di jual bebas.

Upaya guru BK untuk menanggulangi pengaruh negatif media sosial juga


melakukan pemeriksaan HP siswa yang dinilai sedikit “nakal” tapi dilakukan
pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh untuk menghindari kecurigaan. Dengan
demikian siswa akan takut menyimpan data tentang film seks di handphone nya.

Untuk menyikapi kasus terhadap siswa nakal tersebut di atas guru BK


menggunakan pendekatan – pendekatan sebagaimna oleh para ahli ditetapkan, juga
melalui penanaman akhlakul karimah, itu sudah terjaga. Siswa akan sadar dengan
sendirinya akan larangan terhadap sifat – sifat yang negative. Dengan demikian hal

7
utama yang ditanam adalah benteng – benteng keimanan kepada siswa dan itu sudah
ditetapkan dalam Pendidikan mereka.

Sebagaimana firman Allah yang dapat diambil pelajaran agar anak muda mudi
kita senantiasa menahan hawa nafsu untuk berbuat sesuatu yang dibenarkan oleh
norma dan Susila, tertian dalam surat yusuf ayat 53 adalah sebagai berikut:

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya


nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (Q.S
Yusuf:53).

Tugas seorang guru BK atau konselor diantaranya adalah membantu perubahan


tingkah laku konseli atau siswa dalam mereduksi dampak negatif media sosial
menuju kondisi yang adequate sedangkan orang tua sebagai pendidik dirumah juga
harus menanamkan aqidah islamiyah yang kuat, untuk membentengi perubahan
tingkah laku anak terutama di zaman yang serba teknologi dan maraknya video
porno. Untuk itu diperlukan kerja sama antara guru BK dengan orang tua untuk
mereduksi dampak negatif media sosial di kalangan remaja.
Kunjungan rutin guru BK ke rumah siswa merupakan hal penting untuk menjalin
kekeluargaan antara pihak sekolah dengan wali murid. Sekaligus untuk mengetahui
lebih mendalam kehidupan psikologis siswa. Sehingga konsep sekolah yang sejati
benar-benar tercapai. Dalam sebuah sekolah, guru dan murid adalah satu kesatuan
yang tak terpisahkan dalam proses belajar mengajar.

Keduanya adalah sumber ilmu untuk bersama menggali pengalaman hidup.


Setiap individu memiliki pengalaman hidup sendiri, yang otomatis memiliki ilmu
yang setara dengan yang lain. Oleh karenanya hubungan yang dialogis antara guru
dan murid merupakan masalah awal untuk membuka lebar-lebar pintu transformasi
pendidikan yang sudah sejak lama tertutup oleh berbagai macam kepentingan.
Proses pendampingan yang terus menerus terhadap siswa memerlukan biaya yang
tidak sedikit. Karena itu diperlukan sikap kedermawanan dan rela berkorban dari
pihak guru, utamanya guru BK, bukan untuk siapa-siapa tetapi, untuk masa depan
generasi bangsa.

8
Islami, sehingga kerjasama antara guru BK dan orang tua akan menghasilkan
anak-anak bangsa yang berakhlakul karimah dan terbebas dari belenggu kebebasan
seksual yang melanda bangsa Indonesia.

Dengan demikian harus ada kerjasama antara pihak sekolah yaitu kepala sekolah
dan orang tua untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut di atas dengan
memberikan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran. Dan hal ini
disesuaikan dengan tingkat kelakukan yang dilakukan siswa. Punishment
diberlakukan oleh pihak keluarga, sekolah dan masyarakat, agar siswa tidak
mengulangi lagi perbuatan nakalnya.

Hal-hal yang berkaitan dengan tindakan punishment Dijatuhi punishment seperti


biasa, hanya dikurangi dengan dengan sepertiga punishment. Dengan adanya
hukuman atas pelanggaran-pelanggaran norma sosial dan moral diharapkan siswa
menaati peraturan dan tata cara yang berlaku di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat, sehingga dijadikan peringatan bagi dirinya atas hukuman yang
diterimanya. Di samping itu petugas bimbingan dapat menerapkan pendekatan,
metode, teknik untuk memberikan bantuan agar terjadi perubahan tingkah laku dari
nakal menjadi tidak nakal selalu dilakukan follow up dan tindak lanjut sesuai
kewenangan sebagai petugas di sekolah. Kerjasama guru BK dan orang tua dalam
menanggulangi pengaruh negatif facebook adalah Mengadakan pertemuan
penyuluhan dengan guru BK dan orang tua dalam membahas penanggulangan
pengaruh negatif facebook siswa agar tercapai tujuan yang diinginkan bersama,
yaitu siswa yang berakhlakul karimah. (Mardiana, 2019, pp. 31-35).

9
BAB III

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Gangguan kecanduan media sosial yang bersifat terus menerus sehingga


membuat seorang pengguna media sosial berulang-ulang melakukan hal tersebut.dan
juga banyak dampak negatif yang ada pada media sosial tersebut.pada sisi negatif pada
media sosial itu, terutama bagi para pelajar dan juga berdampak buruk pada pendidikan
anak tersebut.untuk interpersonalnya pun akan sangat berpengaruh pada pola pikir anak
tersebut.
Berdasarkan laporan diatas jumlah penngunaan media sosial aktif di indonesia
mencapai 191 juta pada januari 2022, yang jumlah mengalami kenaikan 12,35% di
bandingkan tahun sebelumnya.dan upaya pemerintah yang telah membuat peraturan
perundang-undang tentang penggunaan internet.peran guru BK dalam menangani kasus
media sosial berupaya membantu konseli atau siswa dalam mereduksi dampak negatif
media sosial menuju kondisi yang adequate dan juga di perlukannya kerja sama antara
guru BK dengan orang tua murid untuk mereduksi dampak negatif media sosial di
kalangan remaja.

DAFTAR PUSTAKA

10
Doris Hooi Ten Wong, C. s. (2016 ). Pengaruh Media Sosial Terhadap Interpersonal
Manusia. International Journal Of Informatics, 1-7.

Ichsan, A. N. (2018, Juli 19). Retrieved from Kompasiana:


https://www.kompasiana.com/alfiannurichsan3547

Mahdi, M. I. (2022, Februari 25). Dataindonesia.id . Retrieved from


https://dataindonesia.id/digital/detail/pengguna-media-sosial-di-indonesia-capai-
191-juta-pada-2022: https://dataindonesia.id/digital/detail/pengguna-media-
sosial-di-indonesia-capai-191-juta-pada-2022

Mardiana. (2019). Upaya Guru BK Untuk Mereduksi Dampak Negatif Media Sosial
Pada Remaja di SMP PAB 8 Sampali. repository.uinsu, 31-35.

Putri, W. N. (2016). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Remaja . prosidik


penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, 250-251.

Sari, A. C. (2018). Komunikasi dan Media Sosial. Sari,A. C., Hartin, R., Irianti, H., &
Ainun, N. (2018). Komunikasi dan Media Sosial. Jurnal The Massenger, 3 (2),
69., 5.

UIN suska. (2018). Kecanduan Media sosial. Retrieved from Repostory.uin-suska.ac.id:


http://repostory.uin-suska.ac.id

Waseem Akram, R. K. (2017). A study on positive and negative effects of social media.
International Jurnal of Computer Sciences and Engineering, 348-349.

11

Anda mungkin juga menyukai