Anda di halaman 1dari 20

`

MAKALAH

HUBUNGAN HUKUM

KELOMPOK 5 :

MUHAMMAD RIFAY (33.0029)

M. ZAKI AL-THORIQ (33.0143)

M. AZA ALVIN ADINATA (33.0457)

AGUNG MIRAH PRAYOGA (33.0514)

HAWA AULIA AFIEF (33.0547)

MUH. WAHYU AMANDA (33.0929)

KELAS H4

PROGRAM STUDI PRAKTIK PERPOLISIAN TATA PAMONG

FAKULTAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2023
2
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas hubungan hukum HTN dan HTP, hubungan hukum antara
pemerintah dengan yang di perintah dan hubungan hukum antara pemerintah dengan
masyarakat.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Praya, 11 Januari 2024

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3

1.3 Tujuan .............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4

2.1 Jejaring Sosial Sebagai Cara Utama Komunikasi Di Dunia Modern 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan........................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jejaring sosial telah menjadi salah satu fenomena paling menonjol dalam dunia modern.
Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah
mengubah secara mendasar cara manusia berinteraksi dan berkomunikasi. Jejaring sosial,
sebagai sarana utama komunikasi di era ini, telah memengaruhi kehidupan sosial, budaya,
bisnis, dan politik. Makalah ini akan membahas latar belakang dan peran jejaring sosial
dalam membentuk dinamika komunikasi di dunia modern. Perkembangan teknologi,
terutama internet, telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita berinteraksi dan
berkomunikasi. Jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan LinkedIn telah
menjadi wadah bagi jutaan orang di seluruh dunia untuk berbagi informasi, pendapat, foto,
video, dan berinteraksi satu sama lain secara virtual. Seiring dengan popularitasnya, jejaring
sosial telah membentuk cara kita memahami dan mengalami dunia. Jejaring sosial bukan
hanya sekadar platform untuk berbagi momen pribadi, tetapi juga alat komunikasi yang kuat.
Mereka telah memberikan peluang bagi individu, kelompok, dan organisasi untuk
berkomunikasi dengan cepat, efisien, dan dalam skala yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Hal ini telah memengaruhi sejumlah aspek kehidupan kita, termasuk cara kita
berkomunikasi dalam konteks keluarga, pertemanan, bisnis, aktivisme sosial, dan politik.
Selain itu, jejaring sosial juga memiliki dampak besar pada pembentukan opini publik,
penyebaran berita, dan pengaruh politik. Informasi yang dapat menyebar dengan cepat dan
luas melalui jejaring sosial memiliki potensi untuk membentuk narasi, memicu perubahan
sosial, dan mempengaruhi kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memahami latar belakang perkembangan jejaring sosial dan perannya dalam komunikasi di
dunia modern. Makalah ini akan menggali lebih dalam tentang berbagai aspek jejaring sosial,
mulai dari sejarah perkembangannya, pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari, hingga
dampaknya pada dinamika sosial, politik, dan ekonomi. Selain itu, kita juga akan
mengeksplorasi isu-isu penting terkait privasi, keamanan, dan etika yang muncul seiring
dengan penyebaran jejaring sosial ini. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang
jejaring sosial, kita akan dapat menghargai peran utamanya dalam komunikasi di era digital

1
ini.Jejaring sosial telah menjadi salah satu fenomena paling menonjol dalam dunia modern.
Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah
mengubah secara mendasar cara manusia berinteraksi dan berkomunikasi. Jejaring sosial,
sebagai sarana utama komunikasi di era ini, telah memengaruhi kehidupan sosial, budaya,
bisnis, dan politik. Makalah ini akan membahas latar belakang dan peran jejaring sosial
dalam membentuk dinamika komunikasi di dunia modern. Perkembangan teknologi,
terutama internet, telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita berinteraksi dan
berkomunikasi. Jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan LinkedIn telah
menjadi wadah bagi jutaan orang di seluruh dunia untuk berbagi informasi, pendapat, foto,
video, dan berinteraksi satu sama lain secara virtual. Seiring dengan popularitasnya, jejaring
sosial telah membentuk cara kita memahami dan mengalami dunia. Jejaring sosial bukan
hanya sekadar platform untuk berbagi momen pribadi, tetapi juga alat komunikasi yang kuat.
Mereka telah memberikan peluang bagi individu, kelompok, dan organisasi untuk
berkomunikasi dengan cepat, efisien, dan dalam skala yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Hal ini telah memengaruhi sejumlah aspek kehidupan kita, termasuk cara kita
berkomunikasi dalam konteks keluarga, pertemanan, bisnis, aktivisme sosial, dan politik.
Selain itu, jejaring sosial juga memiliki dampak besar pada pembentukan opini publik,
penyebaran berita, dan pengaruh politik. Informasi yang dapat menyebar dengan cepat dan
luas melalui jejaring sosial memiliki potensi untuk membentuk narasi, memicu perubahan
sosial, dan mempengaruhi kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memahami latar belakang perkembangan jejaring sosial dan perannya dalam komunikasi di
dunia modern. Makalah ini akan menggali lebih dalam tentang berbagai aspek jejaring sosial,
mulai dari sejarah perkembangannya, pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari, hingga
dampaknya pada dinamika sosial, politik, dan ekonomi. Selain itu, kita juga akan
mengeksplorasi isu-isu penting terkait privasi, keamanan, dan etika yang muncul seiring
dengan penyebaran jejaring sosial ini. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang
jejaring sosial, kita akan dapat menghargai peran utamanya dalam komunikasi di era digital
ini.
Dalam era digital yang semakin canggih, komunikasi telah berubah secara drastis.
Jejaring sosial telah tumbuh menjadi sarana utama komunikasi di dunia modern, mengubah
cara kita berinteraksi, berbagi informasi, dan menjalin hubungan. Fenomena ini tidak hanya

2
memengaruhi individu, tetapi juga memengaruhi cara perusahaan, pemerintah, dan
masyarakat secara keseluruhan berkomunikasi. Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi
latar belakang serta peran penting jejaring sosial dalam mengubah lanskap komunikasi di
dunia kontemporer. Revulusi digital yang dimulai pada akhir abad ke-20 telah memberikan
akses ke dunia maya kepada miliaran orang di seluruh planet. Dengan begitu banyak orang
yang terhubung, jejaring sosial telah menjadi jembatan virtual untuk memungkinkan
komunikasi yang lebih mudah dan cepat. Sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram,
dan WhatsApp, di antara banyak lainnya, telah menciptakan platform yang memungkinkan
pengguna untuk berbagi pemikiran, ide, gambar, dan berita dengan hanya beberapa ketukan
jari. Dalam beberapa dekade terakhir, jejaring sosial telah menciptakan perubahan signifikan
dalam cara manusia berinteraksi dan berkomunikasi. Ini bukan hanya media untuk menjaga
koneksi dengan teman dan keluarga, tetapi juga alat yang memengaruhi cara kita berpikir,
berbelanja, mencari pekerjaan, dan terlibat dalam perubahan sosial dan politik. Jejaring sosial
telah menciptakan komunitas global yang bersifat inklusif dan mendukung berbagai
kelompok suku, agama, dan budaya. Mereka juga telah memberikan platform bagi pengguna
untuk menyuarakan pendapat mereka tentang berbagai isu, dari hak asasi manusia hingga
lingkungan. Dalam konteks komunikasi, jejaring sosial telah mengubah lanskap secara
dramatis. Ini telah memungkinkan individu untuk mengomunikasikan ide dan pemikiran
mereka dengan cepat dan efisien kepada audiens yang lebih luas daripada yang pernah
mungkin terjadi di masa lalu. Namun, perubahan ini juga menghadirkan tantangan baru,
termasuk isu privasi, penyebaran informasi palsu, dan pengawasan yang kompleks oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang latar
belakang dan peran jejaring sosial dalam komunikasi di dunia modern sangat penting.
Makalah ini akan menjelajahi berbagai aspek dari fenomena jejaring sosial, termasuk sejarah
perkembangannya, pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari, serta dampaknya pada
budaya, ekonomi, dan politik. Kami juga akan mempertimbangkan beberapa isu etika dan
tantangan yang harus diatasi dalam era jejaring sosial. Melalui analisis yang cermat, kita
dapat mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana jejaring sosial telah
menjadi cara utama komunikasi di dunia modern dan bagaimana kita dapat mengelola
pengaruhnya secara efektif.
1.2 Rumusan Masalah

3
 Bagaiamana jejaring sosial sebagai cara utama komunikasi di dunia modern?
1.3 Tujuan
 Untuk Mengetahui jejaring sosial sebagai cara utama komunikasi di dunia modern.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Hukum Tata Negara & Hukum Tata Pemerintahan

Keberadaan Hukum Tata Pemerintahan dalam kerangka hukum negara secara keseluruhan
dijelaskan oleh Van Vollenhoven melalui perhitungan pengurangan terhadap semua norma
hukum (Hukum Nasional) dengan Hukum Tata Negara (HTN) materiil, Hukum Perdata Materiil
dan Hukum Pidana Materiil, yang mana hasil dari pengurangan tersebut adalah merupakan
kewenangan atau lingkungan HTP.

Teknik atau cara yang dilakukan oleh Van Vollenhoven ini disebut Teori Sisa atau Teori Residu.
Berdasarkan teorinya ini selanjutnya Van Vollenhoven membuat skema pembidangan seluruh
materi hukum nasional tersebut sebagai berikut:

(Teori Residu Van Vollenhoven)

5
Tidak saja letaknya dalam lapangan hukum yang sama, yaitu berinduk pada hukum publik, objek
antara HTN dengan HTP adalah sama pula karena keduanya merupakan hukum yang mengatur
hubungan antara penguasa dengan warga negaranya. Selain persamaan terdapat pula perbedaan
di antara keduanya, yang mana terhadap perbedaan ini diterima dengan bermacam-macam
pendapat.

 Pertama, kelompok yang berpendapat bahwa di antara keduanya mempunyai


perbedaan yang bersifat prinsipal, yaitu terletak pada materi keduanya yang berbeda.
Para ahli yang berpendapat seperti ini misalnya adalah Van Vollenhoven dan
Logemann. Hukum tata negara berada dalam keadaan diam (statis, de staat in rust).
Sebagai hukum mengenai kompetensi kewenangan, HTN mencakup 7 (tujuh) hal
mengenai jabatan-jabatan yaitu:
1. Jabatan-jabatan yang ada dalam susunan suatu negara.
2. Siapa yang mengadakan jabatan-jabatan itu.
3. Bagaimana cara mengisi orang untuk jabatan-jabatan itu.
4. Apa fungsi jabatan-jabatan itu.
5. Apa kekuasaan hukum jabatan-jabatan itu.
6. Bagaimana hubungan masing-masing jabatan itu.
7. Sampai batas-batas mana kekuasaan jabatan-jabatan itu.

Sebaliknya HTP oleh kelompok ini dikatakan sebagai hukum tentang negara dalam
keadaan bergerak (bekerja/dinamis), karena hukum ini berisi aturan-aturan hukum
yang mengikat alat-alat perlengkapan negara saat alat-alat perlengkapan itu
menjalankan kekuasaannya (bergerak). Hukum yang berisi peraturan perundangan
tentang bagaimana cara-cara pemerintah itu melaksanakan
kewenangan/kekuasaannya.

 Kedua, adalah kelompok (Kranenburg dan Van der Pat) yang berpendapat bahwa di
antara HTP dan HTN tidak terdapat perbedaan yang prinsipal. Mereka menyatakan
apa yang terjadi adalah sama dengan yang terjadi pada Hukum Perdata dan Hukum

6
Dagang, di mana yang pertama bersifat umum dan yang kedua bersifat khusus.
Dengan dasar pemikiran ini maka mereka mengatakan bahwa HTN adalah bersifat
umum sedangkan HTP bersifat khusus.

Donner menengahi kedua perbedaan tersebut dengan mengatakan bahwa kedua aliran tersebut
sebetulnya menganut atau berpijak pada konsep yang sama, yaitu:

 HTN merupakan hukum yang mengatur masalah-masalah negara yang sifatnya


fundamental.
 HTP merupakan hukum yang mengatur masalah-masalah negara yang sifatnya teknis
operasional.

Hubungan HTP dengan Hukum Pidana adalah saling membantu karena letaknya sama-sama
dalam lapangan hukum publik, sehingga sangat membantu bagi penegakan HTP, yaitu dengan
menggunakan sanksi-sanksi pidana (sebagaimana yang terdapat dalam Hukum Pidana) pada
kasus- kasus yang terjadi dalam rangka para pejabat negara menjalankan tugasnya yang khusus.
Dengan kata lain, Hukum Pidana adalah merupakan sarana dalam penegakan HTP. Oleh sebab
itu Dr. H.J. Romeyn memandang Hukum Pidana ini sebagai hulprecht (hukum pembantu) bagi
HTP.

Sedangkan Batas dan hubungan HTP terhadap Hukum Perdata/Privat dengan melihat pada
Skema Letak HTP dalam kerangka Ilmu Pengetahuan Hukum, keduanya berada pada 2 (dua)
lapangan hukum yang berbeda, yaitu HTP berada di lapangan Hukum Publik sedangkan Hukum
Perdata pada skop lapangan Hukum Privat.

Hukum Publik mendasari hubungan antara orang dengan negara (yang dalam hal ini
kepentingannya diwakili pemerintah) sedangkan Hukum Privat mengatur hubungan antara
masing-masing individu. Dengan demikian secara teoritis atau dalam konsep, jelas digambarkan
bahwa keduanya tidak ada hubungan, tidak saling sentuh satu sama lainnya. Namun dalam
praktek peradilan dalam kasus-kasus yang terkait dengan HTP, di mana aturan-aturan hukum
dalam HTP untuk menyelesaikan permasalahan tersebut belum ada, sehingga dalam peradilan
tersebut sering kali meminjam dan menggunakan aturan-aturan pokok Hukum Perdata dalam
menetapkan keputusannya. Artinya sama dengan Hukum Pidana, Hukum

7
Perdata/Privat membantu HTP dalam menyelesaikan persoalan-persoalan HTP yang belum
lengkap sarana pelaksanaan peradilannya.

Misalnya dalam hal perjanjian sewa-menyewa atau jual beli (gedung)


antara Pemerintah dengan Warga Negaranya, aturan hukum yang digunakan adalah aturan
hukum yang ada dalam Hukum Privat. Faktor-faktor inilah yang kemudian melatarbelakangi
timbulnya perbedaan pendapat terhadap ada dan atau tidak adanya hubungan antara HTP dengan
Hukum Privat, atau relevan tidaknya bidang Hukum Privat ini masuk dalam lapangan HTP.
Jawaban atas permasalahan ini sangat tergantung pada sudut pandang yang dipilih dan digunakan
dalam mengupas permasalahan hubungan antara HTP dengan Hukum Privat ini.

Berdasarkan pada siapa pihak yang berkuasa terhadap penegakan hukum, maka HTP dapat
dikatakan sebagai Hukum Antara , karena kedudukannya berada di antara Hukum Pidana dan
Hukum Perdata. Pembentukan dan penegakan aturan-aturan dalam Hukum Pidana tidak dapat
diserahkan ke swasta melainkan harus dilakukan oleh penguasa (negara) karena hukum tersebut
berisi norma-norma yang sangat penting (esensial) bagi kehidupan masyarakat. Sebaliknya pada
Hukum Perdata, pembentukan dan penegakan norma-norma hukumnya dapat diserahkan kepada
pihak swasta.

2.2 Hubungan hukum antara pemerintah dan yang di perintah

Hukum dan perlindungan dari pemerintah kepada yang diperintah Hukum dalam bentuk apapun
baik itu hukum tertulis maupun tidak tertulis, baik itu yang bersifat hukum privat (sipil)
maupun hukum publik (negara) pada intinya berisi aturan untuk menjamin terciptanya
kebaikan bersama. Hukum tersebut memberikan kepastian bahwa hak-hak dasar tiap-tiap
orang dihormati dan dilindungi serta berlaku secara sama tanpa memandang kedudukan
dan identitas seseorang. Disisi lain hukum juga memberikan petunjuk dan arahan dalam bentuk
batasan yang tidak boleh dilanggar agar tidak terjadi gesekan antara hak seseorang dengan hak
orang lain. Sejarah telah mencatat banyak sekali bentuk-bentuk perjanjian dan kesepakatan
sebagai upaya untuk menghormati dan melindungi hak-hak manusia. Piagam madinah pada
tahunn 622 Masehi dianggap sebagai perjanjian tertulis pertama di dunia yang memuat
tentang penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia (Ahmad, 2014). Magna Charta yang

8
terjadi di Inggris pada tahun 1215 memberikan tonggak penting pembatasan kekuasaan
negara serta menekankan hak atas kepemilikan. Glorious Revolution yang terjadi di Inggris
pada tahun 1668 memunculkan Bill of Rights. Revolusi ini menandai berakhirnya kekuasaan
mutlak raja-raja yang terkadang bersikap otoriter dan semena-mena kepada rakyatnya.
(Cmiel, 2004) Pedoman paling berpengaruh terkait penghormatan atas hak asasi manusia yang
banyak dijadian rujukan pembentukan peraturan perundang-undangan di seluruh dunia saat
ini adalah Deklarasi Universal HAM atau Universal Declaration of Human Rights yang
merupakan sebuah pernyataan bersifat anjuran, yang diadopsi serta disahkan oleh Majelis
Umum PBB pada 10 Desember 1948. Tujuan PBB mengeluarkan pernyataan terkait HAM
dan telah menyusun serangkaian aturan adalah untuk melindungi setiap individu di seluruh
negara atas hak asasi manusianya. Pernyataan yang terkandung dalam Deklarasi Universal
HAM berisi 30 pasal sebagai berikut (Assembly, 1949):

1. Kebebasan dan kesetaraan


2. HAM untuk semua
3. Hak atas hidup, keamanan dan kebebasan
4. Hak untuk bebas dari perbudakan
5. Hak untuk bebas dari tindak penyiksaan
6. Hak atas kesetaraan di mata hukum
7. Hak akses terhadap hukum
8. Hak mendapat pendampingan hukum
9. Hak dari penahanan yang tidak sesuai dengan hukum
10. Hak diadili secara adil dan terbuka
11. Tidak bersalah hingga terbukti bersalah
12. Hak atas privasi
13. Bebas berpindah tempat
14. Berhak mendapatkan perlindungan
15. Hak atas kewarganegaraan
16. HAM tidak bisa dihilangkan dan diganggu-gugat
17. Tanggung jawab terhadap masyarakat tempatnya berada
18. Tatanan sosial dan internasional

9
19. Hak menikmati kebudayaan dan menciptakan karya
20. Hak mendapatkan Pendidikan
21. Hak jaminan kesehatan
22. Hak istirahat
23. Berhak atas pekerjaan dan mendirikan serikat pekerja
24. Hak mendapat jaminan sosial
25. Berpartisipasi dalam demokrasi
26. Kebebasan berkumpul secara damai
27. Kebebasan berekspresi
28. Hak memeluk agama
29. Hak atas properti pribadi
30. Hak menikah dan membangun keluarga

Dasar-dasar tentang pengakuan hak asasi manusia tersebut dalam perturan perundang-undangan
di Indonesia di kodifikasi secara sistematis mulai dari UUD 1945 dalam pasal diatur dalam
Pasal 28A-J. Selain itu, HAM turut diatur dalam

pasal 27 hingga pasal 34 (total ada 10 pasal). Selanjutnya di turunkan dalam Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang diundangkan pada
tanggal 23 September 1999 dipandang sebagai salah satu peraturan pelaksana dari
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia. Disisi lain masih
banyak peraturan perundang-undangan yang dibuat sebagai aturan yang menjelaskan lebih
detail tentang kewajiban negara dalam melindungi dan mengatur. Dari uraian ini dapat kita
ketahui bahwa kedudukan pemerintah dalam hal ini negara dalam membuat hukum (hukum
tertulis) didasari oleh kesadaran pemerintah untuk memberikan perlindungan terhadap
masyarakatnya (yang diperintah). Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan
bentuk monopoli negara yang absolut, tunggal, dan tidak dapat dialihkan pada badan yang
bukan badan negara atau bukan badan pemerintah. Namun demikian dalam proses
pembentukannya sangat mungkin mengikutsertakan pihak bukan negara atau pemerintah. Hal
tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa peraturan perundang-undangan, baik langsung
maupun tidak langsung akan selalu berkenaan dengan kepentingan umum, oleh karena itu sangat
wajar apabila masyarakat diikutsertakan dalam penyusunannya. Hal ini juga berlaku

10
apabila ada peraturan perundang-undangan yang dianggap bermasalah dan merugikan,
masyarakat memiliki hak ingkar terhadap peraturan perundang-undangan dan melakukan
penolakan melalui mekanisme Judicial Review melalui Mahkamah Konstitusi untuk peraturan
setingkat undang-undang atau melalui Mahkamah Agung untuk peraturan dibawah Undang-
Undang. (Prio, 2022)

2.3 Hubungan hukum antara pemerintah dengan Masyarakat

Hukum dan masyarakat memiliki hubungan yang erat dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Hukum adalah sistem aturan dan peraturan yang diterapkan oleh pemerintah dan digunakan
untuk mengatur tingkah laku masyarakat dan menjaga ketertiban sosial.

Masyarakat, di sisi lain, merupakan kumpulan individu yang tinggal dan bekerja sama dalam
sebuah wilayah tertentu dan memiliki budaya, nilai, dan norma yang berbeda-beda.

Hukum menjadi sebuah peraturan tertulis yang sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Hukum telah mengikuti akar sejarah di mana akar tersebut dihidupkan oleh kebiasaan
masyarakat sehingga tercipta keamanan dan ketertiban yang dapat dirasakan semua orang.

Eksistensi peranan hukum merupakan perwujudan dari tujuan setiap negara yang menginginkan
terciptanya kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan konsep negara kesejahteraan menyatakan bahwa negara harus ikut campur tangan
dalam penyelenggaraan seperti upaya kesejahteraan di bidang pendidikan, budaya, kesehatan,
dan kebutuhan publik lainnya.

Menurut aliran utilitis yang dipelopori Jeremy Bentham menyatakan bahwa hukum yang baik
adalah hukum yang dapat memenuhi prinsip memaksimalkan kebahagiaan dan meminimalkan
rasa sakit dalam masyarakat.

11
Dalam hukum terdapat asas yang menyatakan semua orang berkedudukan sama di hadapan
hukum (everyone equal before the law). Hal ini berarti semua warga negara berhak mendapatkan
keadilan yang dijamin oleh peraturan hukum itu sendiri.

Asas tersebut juga dianut oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dalam Pasal 27 ayat (1) yang
menegaskan bahwa seluruh warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum maupun
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu tanpa adanya pengecualian.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini memperjelas jika hukum tidak membeda-bedakan


warga negara di wilayah Republik Indonesia, meskipun fakatanya ada lapisan sosial di
lingkungan masyarakat.

Sifat Hukum di Masyarakat

Hukum dalam masyarakat memiliki dua sifat yaitu aktif dan pasif. Sifat aktif bermakna sejauh
mana hukum itu dapat berperan aktif dalam menggerakan dinamika kehidupan masyarakat
menuju suatu perubahan yang sudah direncanakan.

Sedangkan sifat pasif artinya sejauh mana hukum itu menyesuaikan diri dengan lingkungan
masyarakat. Demikian dua sifat tersebut mengacu bahwa hukum sebagai alat untuk merubah
masyarakat (a tool of social engineering).

Hukum Tertulis dan Tidak Tertulis

Hukum sebagai acuan perubahan masyarakat dibedakan menjadi dua macam yaitu hukum
tertulis dan hukum tidak tertulis. Hukum tertulis dapat berupa undang-undang atau
yurisprudensi, sedangkan hukum tidak tertulis merupakan kebiasaan masyarakat baik yang
belum dikodifikasi maupun sudah dikodifikasi.

3 Faktor Hukum dalam Masyarakat

Terlaksananya keamanan dan ketertiban masyarakat dalam aturan hukum juga ditentukan
beberapa faktor yaitu struktur, substansi, dan budaya hukum. Ketiga faktor tersebut berorientasi

12
bagaimana hukum dapat diterapkan dalam masyarakat serta kesadaran akan suatu aturan perlu
ditingkatkan.

Selain itu, hukum sebagai aturan yang mengatur kehidupan masyarakat apabila melanggar akan
dikenakan sanksi. Sanksi ini menjadi salah satu faktor untuk mendorong masyarakat menaati
aturan sehingga fungsi hukum dapat diimplementasikan secara maksimal.

Keberadaan hukum di lingkungan masyarakat menjadi fenomena yang harus dioperasikan secara
nyata mengingat dalam kehidupan masyarakat sering terjadi perbedaan kepentingan antar setiap
individu. Perbedaan yang menimbulkan konflik ini harus diselaraskan dan diselesaikan melalui
aturan atau hukum yang berlaku.

Hukum sendiri merupakan pantulan dari masyarakatnya, maka dari itu tidak mudah memaksa
warga untuk melaksanakan setiap aturan yang tidak berakar pada nilai-nilai dan kebiasaan
masyarakat. Keseluruhan aturan hukum itu membantu menggerakkan dinamika masyarakat ke
arah yang lebih baik jika diaplikasikan secara menyeluruh di setiap lapisan masyarakatnya. Ubi
Societes Ibi Ius yang artinya di mana ada hukum di situ ada masyarakat.

Hukum dan masyarakat memiliki hubungan erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Setiap masyarakat yang hidup secara berkelompok tetap membutuhkan sebuah aturan hukum.

Begitu juga dengan aturan atau hukum yang diterapkan membutuhkan subjek agar hukum itu
sendiri dapat berfungsi dengan baik dalam masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman
konsep fungsi hukum sebagai wujud keamanan dan ketertiban masyarakat dalam pergaulan
sehari-hari.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam kesimpulan, jejaring sosial merupakan fenomena penting di era digital modern. Ini
adalah platform online yang memungkinkan individu dan kelompok untuk berkomunikasi,
berbagi informasi, dan terhubung dengan orang lain di seluruh dunia. Dengan akses yang
tersedia 24/7 dan kemampuan untuk diakses dari berbagai perangkat, jejaring sosial telah
menjadi cara utama komunikasi dalam budaya online saat ini. Jejaring sosial memainkan
peran sentral dalam kehidupan kita dengan memungkinkan komunikasi yang cepat dan
mudah, berbagi berita dan informasi terbaru, menjaga dan memperluas jaringan sosial, serta
digunakan oleh perusahaan dan organisasi untuk pemasaran dan kampanye. Acara,
kampanye, dan tren sering kali dipromosikan melalui jejaring sosial, memungkinkan
partisipasi aktif dari pengguna.

Dengan fleksibilitas dan keterbukaannya, jejaring sosial memiliki dampak besar dalam
menghubungkan dunia dan memfasilitasi pertukaran ide serta budaya. Meskipun memiliki
manfaat yang signifikan, juga perlu diperhatikan bahwa penggunaan jejaring sosial juga
dapat menghadirkan tantangan, seperti masalah privasi dan penyebaran informasi palsu.
Secara keseluruhan, jejaring sosial adalah bagian integral dari kehidupan modern yang terus
berkembang dengan inovasi teknologi, memengaruhi cara kita berkomunikasi, berinteraksi,
dan terhubung dengan dunia di sekitar kita.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H. Z. A. (2014). Piagam Madinah: Konstitusi Tertulis Pertama di Dunia.


books.google.com. https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=PGtgEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA11&dq=%22zainal+abidin+ahmad
%22+declaration+of+human+rights&ots=Sc11FIz8Jr&sig=_7aBSMQzM-
_2WLFvWH2TCFCaPYQ
Ali, A. (2009). Menguak teori hukum (legal theory) dan teori peradilan (judicialprudence)
termasuk interpretasi undang-undang (legisprudence). In Jakarta: kencana.
Assembly, U. N. G. (1949). Universal declaration of human rights.
books.google.com. https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=qZNKAQAAMAAJ&oi=fnd&pg=PA6&dq=declaration+of+human+rights
&ots=Hew3VvTvPH&sig=pjFnSpfJPUa3SF1MtAA7AU-V3J8
Cmiel, K. (2004). The recent history of human rights. The American Historical Review.
https://academic.oup.com/ahr/article-abstract/109/1/117/108044
Curzon, L. B. (1975). Learning the law. Education+ Training.
https://doi.org/10.1108/eb016402
Mahfud, M. D. (2010). Membangun Politik Hukum. In Menegakkan Konstitusi, Rajawali Pers,
Jakarta.
Parsons, T., & Shils, E. A. (2017). The social system. Toward a General Theory of Action.
https://doi.org/10.4324/9781351301527-9
Pound, R. (1982). Pengantar Filsafat Hukum (terjemahan Mohammad Radjab). In Cetakan
Ketiga, Jakarta: Bharatara Karya Aksara.
Prio, T. (2022). Hukum Tata Pemerintahan - Disampaikan pada perkuliahan kelas doktoral Ilmu
Pemerintahan IPDN. IPDN.
Rousseau, J. J. (1920). The social contract: &discourses. JM Dent &Sons, Limited.
http://www.measboralaws.com/images/pdf/books-magazines/c123eaac0ff3bee99d843dec2
38b4239.pdf
Stone, J. (1946). The Province and Function of Law: Law as Logic, Justice, and Social
Control, a Study in Jurisprudence. philpapers.org.
https://philpapers.org/rec/STOTPA-4

15
Sulaiman, E. (2013). HUKUM DAN KEPENTINGAN MASYARAKAT (Memosisikan Hukum
sebagai Penyeimbang Kepentingan Masyarakat). DIKTUM: Jurnal Syariah Dan
Hukum. https://almaiyyah.iainpare.ac.id/index.php/diktum/article/view/98
Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 1
Achmad Ali. 2002. Menguak Takbir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis. Cet. II;
Jakarta: PT Toko Gunung Agung).
Lawrence Friedman. 1977. The Legal System; A Social Science Perspective. New York. Russell:
Sage Foundation.
Eman Sulaiman. Hukum dan Kepentingan Masyarakat. Jurnal Hukum Diktum, 11 (1), Januari
2013.
Tuti Haryanti. Hukum dan Masyarakat. Jurnal Tahkim, 10 (2), Desember 2014.

16

Anda mungkin juga menyukai