Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

HUBUNGAN PERILAKU PHUBBING DENGAN PROSES INTERAKSI


SOSIAL PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS ANDALAS

Penelitian Keperawatan Jiwa

DINDA ANATIA KHARISA

NIM. 1811311033

Dosen Pembimbing:

Dr. Atih Rahayuningsih, M.Kep.Sp.Kep.J

Ns. Devia Lenggogeni, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................2


BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................3
A. Latar Belakang ....................................................................................................3
B. Penetapan Masalah ..............................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................................9
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................11
A. Konsep Interaksi ................................................................................................ 11
1. Defenisi Interaksi ........................................................................................... 11
2. Ciri-Ciri Interaksi Sosial ................................................................................ 12
3. Syarat Interaksi Sosial .................................................................................... 13
4. Faktor Interaksi Sosial ................................................................................... 14
5. Aspek Interaksi Sosial .................................................................................... 17
B. Perilaku Phubbing ............................................................................................. 18
1. Defenisi Perilaku Phubbing............................................................................ 18
2. Faktor yang Mempengaruhi Phubbing............................................................ 19
3. Aspek Phubbing ............................................................................................ 20
4. Dampak Phubbing ......................................................................................... 22
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan didasari atas adanya interaksi antara dosen dengan

mahasiswa dan antar sesama mahasiswa dalam mencapai tujuan pendidikan

yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur dan

diawasi agar kegiatan pembelajaran dapat terarah sesuai dengan tujuan

pendidikan. Pendidikan berfungsi membantu mahasiswa dalam

pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta

karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun

lingkungannya (Qusyairi, 2019), dengan adanya interaksi sosial proses

pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis

yang menyangkut hubungan antar orang-orang, perorangan, antara kelompok-

kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok

manusia (Harahap, 2020). Interaksi sosial adalah bentuk dari adanya suatu

komunikasi antar dua orang atau lebih yang memberikan timbal balik yang

dapat memberikan suatu perubahan (Gaho, Telaumbanua, 2021). Interaksi

sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu 1) adanya

kontak sosial dengan lawan bicara, 2) adanya komunikasi yang terjalin di

antara keduanya. Bila proses komunikasi ada kesalahan maka interaksi

menjadi gagal. Kegagalan dalam membangun suatu interaksi disebabkan oleh


berbagai faktor, salah satunya adalah tidak fokusnya seseorang dalam

menerima pesan atau informasi sehingga menyebabkan pengulangan pesan,

serta sering kali mereka menganggap topik yang dibahas kurang menarik atau

bisa saja mereka sedang malas berkomunikasi. Dampak yang ditimbulkan

dari kurangnya interaksi adalah perilaku individualis dan dapat menurunkan

kepedulian terhadap lingkungan terutama terhadap orang-orang sekitar.

Pada zaman sekarang banyak sekali hambatan yang dapat menggangu

proses interkasi sosial, salah satunya adalah kehadiran telepon genggam.

Memiliki telepon genggam ataupun smartphone yang canggih merupakan

gaya hidup masyarakat luas di zaman sekarang. Mulai dari anak-anak, remaja,

dewasa pun terlihat lazim memiliki dan menggunakan smartphone.

Smartphone adalah perangkat yang mampu mengantarkan pesan secara cepat

dengan difasilitasi beragam jenis aplikasi, mulai dari game, media sosial,

kamera, dan masih banyak lagi (Kurnia & Sitasari, 2020). Smartphone adalah

telepon gengam yang mempunyai kemampuan dengan pengunaan dan fungsi

yang menyerupai komputer dan contoh manfaat smartphone dari sisi software

adalah tersedianya layanan akses data. Layanan ini dapat dimanfaatkan oleh

setiap smartphone untuk memungkinkan penggunanya terhubung dengan

konektivitas internet setiap saat dimanapun mereka berada (Paridawati et al.,

2021). Dengan keunggulan yang dimiliki oleh smartphone membuatnya

sangat diminati, sehingga kita acuh dengan kondisi sekitar karna terlalu fokus

ke smartphone.
Jumlah pengguna smartphone secara global makin meningkat dari

tahun ke tahun. Pada tahun 2019, setidaknya terdapat 3,2 miliar pengguna

gadget, naik hingga 5,6% dari tahun sebelumnya. Sementara jumlah

perangkat aktif yang digunakan mencapai 3,8 miliar unit. Pada Tahun 2022,

jumlah pengguna smartphone diprediksi mencapai 3,9 miliar pengguna.

Pertumbuhan ini akan digerakkan oleh region-region yang sedang

berkembang, termasuk Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin, dan Asia

Tenggara (Irfan et al., 2020).

Indonesia merupakan negara keempat terpadat di dunia yang mencapai

260 jiwa, tentunya menjadi pasar teknologi digital yang besar. Emarketer

mempublikasikan jumlah pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia

mengalami peningkatan mencapai 37,1% dari tahun 2016-2019. Setelah

dilakukan survei ulang, Marketer mempublikasikan kembali jumlah pengguna

smartphone dari tahun 2015 terdapat 65,2 juta pengguna smartphone, tahun

2016 terdapat 65,2 juta pengguna, tahun 2017 terdapat 74,9 juta pengguna

smartphone, dan tahun 2018 terdapat 83,5 juta pengguna smartphone di

Indonesia hingga diperkirakan tahun 2019 terdapat 92 juta pengguna

smartphone (Irfan et al., 2020). Dari tahun ke tahun pengguna smartphone di

Indonesia terus meningkat.

Layaknya dua sisi mata pisau, smartphone tidak hanya berperan positif

dalam komunikasi jarak jauh, tetapi juga memiliki efek yang merugikan bila

digunakan dalam situasi dan kondisi yang salah. Seperti dilansir pada

halaman IDN Times JATIM yang dimuat pada 10 November 2020 dengan
tajuk Medsos Jadi Penyebab Perceraian Tertinggi Kedua di Lamongan.

Dalam lamannya memberitakan bahwa beberapa kasus perceraian terjadi

karena salah satu pasangan suami istri tidak menyambut pasangannya saat

pulang kerja, akan tetapi memilih sibuk bermain ponsel (Hafizah et al., 2021).

Salah satu efek negatif dari kecanduan bermain smartphone adalah phubbing.

Phubbing yaitu sikap menolak, mengabaikan, atau mengucilkan

kehidupan sosialisasi dengan memakai smartphone yang berlebihan (Kurnia

& Sitasari, 2020) Tindakan phubbing cenderung negatif karena dapat

menyakiti lawan bicara dengan bersikap tak acuh. Sementara disisi lain

pelaku phubbing pun tidak telepas dari pandangan negatif karna tidak sopan

dan rusaknya reputasi orang tersebut (Raharjo, 2021). Orang berperilaku

phubbing identik dengan selalu memegang dan membawa smartphonenya

dimanapun dan kapanpun dalam situasi apapun. Diiringi dengan perasaan

khawatir jika melewatkan sesuatu, biasanya ia akan selalu mengecek

notifikasi yang muncul sehingga tidak terciptanya interaksi sosial dengan

orang lain, sebab fokus perhatian hanya pada smartphone (Amelia, 2019).

Phubbing dapat merusak interaksi sosial.

Di Universitas Andalas yang terletak dikota Padang, dimana mayoritas

mahasiswa menggunakan smartphone. Berdasarkan studi pendahuluan yang

peneliti lakukan pada tanggal 07-10 Maret 2022 dengan melakukan

wawancara terhadap 20 mahasiswa dari berbagai fakultas yaitu Fakultas

kedokteran, Fakultas Keperawatan, Fakultas Teknik, Fakultas FMIPA,

Fakultas Ilmu dan Bahasa dan Fakultas Peternakan. Kesimpulan dari jawaban
yang mereka berikan menunjukan bahwa mereka memiliki masalah dalam

interaksi sosial, hal ini diperkuat dengan adanya pernyataan dari mahasiswa

bahwa mereka jarang memiliki waktu berkumpul dengan keluarga karena

mereka memilih sibuk dengan smartphone mereka seperti bermain game,

mendengarkan musik atau hanya sekadar untuk scrolling media sosial.

Mereka juga mengakui pada saat berkumpul dengan teman secara sadar

maupun tidak mereka memilih untuk fokus pada smartphone masing-masing

seperti membalas chat, membuka apikasi media sosial, bermain game, bosan

karena tidak ada bahan pembicaraan serta tidak menariknya topik

pembicaraan yang dilakukan lawan bicara. Secara tidak lansung sudah

banyak mahasiswa Universitas Andalas yang terkena efek phubbing.

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa perilaku phubbing dilakukan

tanpa memikirkan dan menimbang hati orang lain. Hal ini sejatinya dapat

menyinggung perasaan orang lain. Perilaku phubbing sendiri adalah

ketergantungan manusia terhadap smartphone sehingga orang lebih bersikap

acuh karena lebih fokus pada gadget atau smartphone dari pada membangun

interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Phubbing yang sekarang terjadi

ternyata cukup memprihatikan karena dilakukan saat momen kebersamaan

terjadi. Phubbing jika dilakukan sekali atau dua kali masih bisa di maklumi

bagi teman atau orang yang lebih tua dari pada kita, tapi jika dilakukan secara

terus-menerus berdampak merusak kualitas hubungan antara individu

maupun kelompok. Dalam penelitian ini saya menelaah perilaku phubbing


sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses interaksi sosial

seseorang.

Berdasarkan fenomena mengenai perilaku phubbing yang ditemukan

pada mahasiswa Universitas Andalas yang telah diuraikan sebelumnya dan

beberapa penelitian yang menunjukan adanya kaitan antara perilaku phubbing

dengan proses interkasi sosial, maka dengan ini peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang hubungan perilaku phubbing dengan proses

interkasi sosial pada mahasiswa di Universitas Andalas.

B. Penetapan Masalah

Phubbing adalah kata yang menggambarkan perilaku seseorang yang

terlalu asyik dengan smartphone sehingga bersikap acuh atau abai terhadap

lawan bicara atau lingkungan sekitar. Indonesia menjadi urutan ke empat

pengguna smartphone terbanyak di dunia. Di sumatera dengan tingkat

pengguna internet sebesar 76,62%.

Dikota Padang tepatnya di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

data kejadian Phubbing belum diketahui, sehingga penulis ingin melakukan

penelitian yang berfokus pada Phubbing. Apakah terdapat hubungan

kecerdasan emosional dengan perilaku phubbing pada Mahasiswa Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku

phubbing dengan proses interaksi sosial pada Mahasiswa Universitas

Andalas.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi perilaku phhubing pada Mahasiswa di

Universitas Andalas.

b. Diketahui distribusi interkasi sosial pada Mahasiswa di Universitas

Andalas.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmu

pengetahuan para pembaca atau sebagai evaluasi mengenai mengetahui

hubungan perilaku phubbing dengan proses interkasi sosial pada

Mahasiswa di Universitas Andalas.

2. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan, sumber

informasi dan masukan bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran selama

di Perguruan Tinggi khususnya mahasiswa di Universitas Andalas agar

mahasiswa dapat mengerti dan memahami dampak perilaku phubbing

terhadap proses interkasi sosial.


3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat

mengenai perilaku phubbing dan dapat digunakan untuk mengantisipasi

terjadinya perilaku phubbing.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terkait

phubbing dengan proses interkasi sosial dan diharapkan peneliti mampu

untuk mengembangkan penelitian.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Interaksi

1. Defenisi Interaksi

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu,

yang dapat berupa jabat tangan, saling caci maki, berbicara, atau bahkan

berkelahi, antara individu dan kelompok, seperti guru mengajar siswa,

pemimpin yang memimpin atasannya, karyawan, dan kelompok (Gaho,

Telaumbanua, 2021). Sedangkan menurut (Harahap, 2020) interaksi sosial

adalah hubungan antara satu orang dengan orang lain, satu orang dapat

mempengaruhi orang lain dan sebaliknya, sehingga terjadi hubungan timbal

balik. Hubungan ini bisa antara individu dengan individu, individu dengan

kelompok, kelompok dengan kelompok. Interaksi adalah hubungan sosial

antar individu sedemikian rupa sehingga individu-individu yang berkerabat

saling mempengaruhi.

Interaksi merupakan aktivitasaktivitas dalam suatu pergaulan,

berisikan harapan-harapan individu tentang apa yang sepantasnya dilakukan

dalam hubungan sosial (Pratiwi & Syarifin, 2020). Di dalam interaksi sosial

ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau

sebaliknya. Pengertian penyesuaian di sini dalam arti yang luas, yaitu bahwa

individu dapat meleburkan diri dengan keadaan di sekitarnya, atau

sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan


dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang

bersangkutan (Harahap, 2020).

2. Ciri-Ciri Interaksi Sosial

Sebuah hubungan dapat disebut interaksi sosial apabila memiliki ciri-

ciri menurut (Pratiwi & Syarifin, 2020) sebagai berikut:

a. Dilakukan minimal oleh dua orang atau lebih.

b. Adanya kontak sosial sebagai tahap pertama terjadinya interaksi.

c. Adanya komunikasi sebagai pengantar interaksi.

d. Adanya reaksi dari pihak lain atas komunikasi tersebut.

e. Mempunyai maksud dan tujuan.

f. Berpedoman pada norma atau kaidah sebagai acuan dalam


berinteraksi.

g. Menghasilkan bentuk interaksi tertentu.

Menurut (Qusyairi, 2019) ciri ciri sebuah interaksi sosial dalam

konteks pembelajaran antara guru dan murid sebagai berikut :

a. Interaksi pembelajaran memiliki tujuan untuk membantu anak


mencapai perkembangan tertentu. Interaksi pembelajaran disadari

untuk mencapai tujuan, dengan menempatkan peserta didik sebagai

pusat perhatian peserta.

b. Ada suatu prosedur atau langkah-langkah yang telah direncanakan dan


didesain untuk bisa mencapai tujuan yang telah dilaksanakan. Dalam

melakukan interaksi perlu adanya prosedur sistematik yang relevan.


c. Interaksi pembelajaran ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus. Materi didesain sehingga dapat mencapai tujuan dan

dipersiapkan sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar.

d. Ditandai dengan adanya aktivitas peserta didik. Peserta didik sebagai


pusat pembelajaran, maka aktivitas peserta didik merupakan syarat

mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar.

e. Dalam interaksi belajar mengajar guru berperan sebagai

pembimbingan motivator. Guru memberikan motivasi agar terjadi

proses interaksi dan sebagai mediator dan proses belajar mengajar.

f. Dalam interaksi pembelajaran membutuhkan disiplin. Langkah-


langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah

ditentukan.

g. Ada batasan waktu. Setiap tujuan diberikan waktu tertentu, kapan


tercapainya tujuan yang harus dicapai.

h. Unsur penilaian. Untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai


ataukah tidak dapat dilihat melalui proses interaksi belajar mengajar.

3. Syarat Interaksi Sosial

Menurut (Harahap, 2020) syarat terjadi sebuah interaksi sosial sebagai

berikut :

a. Adanya kontak sosial baik berupa berjabat tangan maupun

berpelukan, dll.

b. Adanya komunikasi antara kedua belah pihak seperti berbicara dan

pihak sebelah memberikan respon jawaban ataupun sekedar isyarat.


Sedangkan dalam penelitian yang berjudul interaksi teman sebaya

terhadap perilaku sosial oleh (Pratiwi & Syarifin, 2020) memaparkan syarat

interaksi sosial yang lebih kompleks sebagai berikut :

a. Kontak Sosial, berasal dari bahasa Latin, con atau cum yang artinya

bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh. Jadi secara harfiah

kontak artinya ‘bersama-sama menyentuh’. Secara fisik, kontak baru

terjadi apabila terjadi hubungan fisik. Namun dalam gejala sosial,

kontak tidak identik dengan suatu hubungan fisik karena orang dapat

mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya.

b. Komunikasi, adalah proses penyampaian pesan dari pembicara kepada

seseorang yang diajak bicara dengan tujuan tertentu. Arti penting dari

komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku

orang lain atau memberi reaksi terhadap perasaan yang disampaikan

oleh orang lain tersebut.

4. Faktor Interaksi Sosial

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Pratiwi & Syarifin, 2020) dan

penelitian (Harahap, 2020) disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya interaksi sosial sebagai berikut :

a. Imitasi, merupakan proses meniru orang lain baik dalam sikap

maupun tingkah laku. Tindakan meniru ini mereka peroleh dengan

jalan belajar dan mengikuti perbuatan orang lain yang menarik

perhatiannya seperti, cara berpakaian, model rambut, gaya bicara dan

cara bertingkah laku.


b. Sugesti, adalah pengaruh yang diberikan oleh pihak lain, baik berupa

pandangan, sikap, maupun perilaku sehingga orang yang mendapatkan

pengaruh tersebut mengikutinya tanpa berpikir panjang. Sugesti

melahirkan reaksi langsung dan tanpa berpikir rasional karena

individu yang menerima sugesti sedang dilanda emosi.

c. Identifikasi, adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri

seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses identifikasi

dapat berlangsung tanpa sengaja atau dengan sengaja. Pengaruh yang

terjadi pada identifikasi umumnya lebih kuat dan dalam dibandingkan

dengan imitasi dan sugesti.

d. Simpati, adalah suatu proses yang ditandai dengan seseorang merasa

tertarik kepada orang lain serta menimbulkan dorongan untuk

memahami dan ikut merasakan yang dialami, dilakukan, atau diderita

oleh orang lain.

Sedangkan menurut (Batinah, Arum, 2022) dalam penelitian interaksi

sosial pada anak usia dini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya interaksi sosial yaitu:

a. Pola asuh orang tua

b. Lingkungan sosial

c. Hubungan antar teman sebaya

d. Pengunaan gadjet
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Sciences, 2020) tetang tinjauan

tentang lanjut usia juga mengemukakan beberapa faktor interaksi sosial

sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin
Kecenderungan laki-laki untuk berinteraksi dengan teman sebaya atau

sejawat lebih besar dari pada perempuan.

b. Kepribadian Ekstrovert
Orang-orang ekstrovert lebih komformitas dari pada introvert.

c. Besar Kelompok
Pengaruh kelompok menjadi makin besar bila besarnya kelompok

semakin bertambah.

d. Keinginan Untuk Mempunyai


Status adanya dorongan untuk memiliki status inilah yang

menyebabkan seseorang berinteraksi dengan sejawatnya, individu

akan menemukan kekuatan dalam mempertahankan dirinya didalam

perebutan tempat atau status terlebih didalam suatu pekerjaan.

e. Interaksi Orang Tua


Suasana rumah yang tidak menyenangkan dan tekanan dari orang tua

menjadi dorongan individu dalam berinteraksi dengan teman

sejawatnya.

f. Pendidikan
Pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor dalam mendorong

individu untuk interaksi, karena orang yang berpendidikan tinggi


mempunyai wawasan pengetahuan yang luas, yang mendukung dalam

pergaulannya.

5. Aspek Interaksi Sosial

Menurut (Pratiwi & Syarifin, 2020) terdapat beberapa aspek dalam

interaksi sosial sebagai berikut:

a. Ada Hubungan, setiap interaksi terjadi karena adanya hubungan


antarindividu dengan individu, individu dengan kelompok, atau

kelompok dengan kelompok, seperti tegur sapa, berjabat tangan, atau

bahkan bertengkar.

b. Ada Individu, setiap interaksi sosial menuntut adanya individu-


individu yang saling berhubungan. Yang mana seorang individu

membutuhkan individu lain untuk saling berinteraksi, seperti anak

dengan teman sebayanya.

c. Ada Tujuan, setiap individu dalam berinteraksi memiliki tujuan,


seperti mempengaruhi individu lain. mempengaruhi dalam arti baik

atau buruk dan itu sesuai dengan norma atau nilai sosial yang berlaku

di lingkungannya.

d. Ada Hubungan dengan Struktur dan Fungsi Kelompok, dalam


interaksi sosial terdapat hubungan struktur dan fungsi kelompok,

individu sebagai makhluk sosial di dalam kehidupannya tidak lepas

dari individu lain. Dari sebuah hubungan ada sesuatu yang dapat

dihasilkan, misalnya anak adanya pemimpin dalam hubungan

perteman, saling membentuk kelompok bermain dll.


B. Perilaku Phubbing

1. Defenisi Perilaku Phubbing

Phubbing adalah sebuah konsep tentang dinamika adiksi seseorang

yang tidak lagi memiliki keseponan dan menghargai orang lain, dengan

lebih menyukai lingkungan virtual yang terdapat pada smartphone daripada

kehidupan nyata (Syifa, 2020). Memiliki telepon genggam ataupun

smartphone yang canggih sudah merupakan gaya hidup masyarakat luas di

era ini. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa pun terlihat lazim memiliki

dan menggunakan smartphone. Tindakan acuh tak acuh seseorang di dalam

sebuah lingkungan karena lebih fokus terhadap penggunaan smartphone

daripada membangun percakapan yang dikenal dengan istilah phubbing.

Phubbing berasal dari kata "phone" dan "snubbing", yang mengacuhkan

seseorang dalam lingkungan sosial dengan memperhatikan smartphone,

bukan berbicara dengan orang tersebut secara langsung (Kurnia & Sitasari,

2020).

Menurut (Rosdiana & Hastutiningtyas, 2020) Penggunaan gadget atau

smartphone pada waktu yang lama membuat seseorang melakukan tindakan

phubbing yang merupakan tindakan benar menurut mahasiswa dan sesuatu

yang wajar dilakukan. Hasil informasi yang didapat melalui smartphone

harus didahulukan karena tugas dan aktivitas yang penting tidak dilakukan

serta selalu mengabaikan orang lain yang ada disekitarnya. Interaksi sosial

orang yang melakukan phubbing memunculkan perasaan tidak dihargai,

gangguan dalam berkomunikasi serta sering memunculkan perasaan negatif.


2. Faktor yang Mempengaruhi Phubbing

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku phubbing dalam penelitian

yang dilakukan oleh (Raharjo, 2021) diantaranya sebagai berikut:

a. adiksi terhadap smartphone

b. adiksi terhadap internet

c. adiksi terhadap sosial media

d. adiksi terhadap game

Selain faktor diatas, faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk

melakukan phubbing diantaranya adalah adanya keberagaman fitur aplikasi

pada smartphone, terlalu asik chatingan serta terlalu asik dengan game di

smartphone. Perkembangan media baru membawa sejumlah efek baik

positif maupun negatif terhadap mahasiswa keperawatan, namun jika dilihat

berdasarkan jam penggunaan smartphone mahasiswa menggunakan antara 1

sampai 12 jam perharinya. Hal inilah yang mengakibatkan adanya

ketergantungan mahasisw terhadap penggunaan gadget (Rosdiana &

Hastutiningtyas, 2020).

Menurut (Vetsera & Sekarasih, 2019), alasan melakukan phubbing

sebagai berikut:

a. Obsesi terhadap ponsel


Obsesi terhadap ponsel yang ditemui pada partisipan dalam bentuk

merasa kehilangan sesuatu bila tanpa kehadiran ponsel. Kehadiran


ponsel saat makan bersama memungkinkan partisipan untuk

memegang dan memeriksa ponsel secara berkala.

b. FoMo
FoMo yang dijumpai pada partisipan yaitu aktivitas mencari sesuatu

yang baru di internet untuk mencari informasi dan membuka media

sosial. Membuka media sosial dilakukan untuk memperbarui

pemberitaan yang dibagikan teman di media sosial.

c. Kecanduan game
Kecanduan game ditemui juga menjadi penyebab phubbing pada

pelanggan restoran. Saat makan bersama, mereka tidak mengobrol dan

lebih berkonsentrasi memainkan game.

Faktor yang mempengaruhi situasi phubbing pada subjek penelitian

ini dikarenakan telepon genggam sudah menjadi sebuah kebutuhan, dimana

seseorang tidak lagi dapat dipisahkan dengan telepon genggam. Perilaku

phubbing kerap dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan sosial. Fear

of missing out atau perasaan takut ketinggalan jika tidak update dengan

berita sehingga keberadaannya kurang diakui melatarbelakangi seseorang

dalam berperilaku phubbing (Irawati & Nurmina, 2020).

3. Aspek Phubbing

Dalam jurnal (Raharjo, 2021) ada 2 aspek dari perilaku phubbing

yaitu gangguan komunikasi dan obsesi terhadap penggunaan smartphone.

Degradasi relasi sosial berupa phubbing sebagai dampak media sosial


menurut (Aditia, 2021) dapat menurunkan lima aspek kualias komunikasi,

yaitu:

a. Keterbukaan, adalah untuk menyampaikan dan mengungkapkan


segala sesuatu yang ada pada diri individu.

b. Empati, adalah dapat merasakan seperti yang dirasakan oleh orang


lain secara intelektual maupun emosional.

c. Kesetaraan, adalah untuk menyeimbangkan kedudukan dan tanggung


jawab antar individu.

d. Kepercayaan, adalah untuk menghilangkan prasangka dan kecurigaan


antara individu.

e. Sikap mendukung, adalah untuk memberikan dukungan secara terucap


maupun tidak terucap

Ketika lima aspek ini menurun, maka relasi sosial individu tersebut

dapat dipastikan menurun pula. Ketika hal ini terjadi, maka individu bisa

saja memperolah pengucilan sosial atas tindakan yang ia lakukan.

Tumbuhnya relasi sosial dapat diawali dengan interaksi antar individu yang

saling menegur, bejabat tangan, dan saling berkomunikasi. Dapat dipahami

bahwa relasi sosial terjadi karena adanya individu yang saling

membutuhkan antar individu dengan individu lainnya, relasi sosial ini

dimulai dari tingkat yang sederhana dan tidak terbatas sampai tingkat yang

lebih luas dan kompleks. Idealnya semakin dewasa dan bertambah umur

tingkat relasi sosial makin berkembang dan menjadi amat luas dan

kompleks. Namun apabila seorang individu tidak mampu mengendalikan


dirinya dalam penggunaan media sosial dan smartphone tentu saja akan

berdampak pada terdegrasasinya relasi sosial yang dimiliki (Aditia, 2021).

Selain aspek diatas kontrol diri merupakan faktor utama terjadinya

perilaku phubbing. Perilaku phubbing yang dilakukan dapat diduga karena

lemahnya kontrol diri. Kontrol diri merupakan aspek penting yang perlu

diperhatikan (Kurnia & Sitasari, 2020).

4. Dampak Phubbing

Fenomena phubbing lebih umum terjadi dari pada yang diperkirakan,

dan kemungkinan dampaknya akan lebih besar dan dapat menghancurkan

proses interaksi sosial (Mariati & Sema, 2020).

Phubbing jika dilakukan sekali dua kali masih bisa dimaklumi bagi

teman atau orang yang lebih tua dari kita, tapi jika dilakukan secara terus

menerus berdampak merusak kualitas hubungan antar individu maupun

kelompok. Ketika seorang individu merasa banyak orang yang melakukan

phubbing, maka ia akan berpikir bahwa itu adalah hal wajar yang dapat

diterima. Phubbing menunjukkan betapa setiap individu saat ini telah

menjadi manusia yang asyik sendiri dengan smartphone yang dimiliki,

terutama dalam hal menggunakan sosial media, sampai akhirnya tidak

terlalu memperdulikan orang di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadi

degradasi relasi sosial yang semakin hari menjadi semakin parah (Aditia,

2021).
Berikut beberapa dampak dari perilaku phubbing adalah sebagai

berikut:

1. Menimbulkan perasaan negatif dan perasaan tidak dihargai

Dampak perilaku phubbing yang dialami oleh partisipan termasuk

munculnya perasaan negatif. Perasaan negatif yang timbul akibat

kehadiran ponsel terlihat pada rasa kecewa, kesal dan dongkol

(Vetsera & Sekarasih, 2019).

2. Merusak kualitas hubungan antar individu maupun kelompok

Perilaku phubbing dapat merusak hubungan yang dimiliki oleh

pengguna telepon genggam dengan seseorang yang hadir

dihadapannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partner phubbing

dapat menciptakan konflik yang akan berpengaruh pada kepuasan

hubungan, dan kepuasan hubungan memiliki dampak negatif pada

kepuasan hidup yang mengakibatkan seseorang mengalami depresi.

Phubbing dilakukan dalam aktivitas keseharian di rumah seperti di

dapur, ruang makan ketika makan bersama, di kamar, ruang tamu

disaat berkumpul dengan anggota keluarga, dan bahkan di kamar

mandi. Sehingga dari penggunaan telepon genggam yang intens dalam

aktivitas keseharian dapat berdampak kepada renggangnya hubungan

keluarga yang mana seharusnya dapat meningkatkan kedekatan dan

keharmonisan dalam keluarga (Irawati & Nurmina, 2020).


3. Kecanduan

Perilaku phubbing yang digunakan untuk menunjukkan sikap

menyakiti lawan bicara dengan menggunakan smartphone yang

berlebihan. (Rosdiana & Hastutiningtyas, 2020).

4. Berkurangnya kualitas interaksi dengan sekitar

Seluruh partisipan mengaku pernah menghadapi pengalaman

phubbing ketika makan di restoran. Jika dihadapkan pada situasi

seperti itu, partisipan merasa diabaikan, tidak dihargai, komunikasi

tatap muka menjadi terganggu, dan menimbulkan perasaan negatif.

Partisipan menganggap kehadirannya diabaikan saat rekan makan

lebih mementingkan ponsel (Vetsera & Sekarasih, 2019).

5. Cendrung tidak memiliki kesopanan dan menimbulkan konflik.

Dampak utama dari phubbing pasangan adalah kehilangan perhatian,

yang mana dalam hal ini terbukti bahwa penggunaan telepon genggam

dihadapan pasangan tidak hanya menimbulkan perasaan kehilangan

akan prioritas tetapi juga kecemburuan dan ketidakpuasan hubungan

yang pada akhirnya menimbulkan konflik antar pasangan (Irawati &

Nurmina, 2020).

6. Mempengaruhi aspek akedemik personal mahasiswa

Segala kecanggihan yang ditawarkan pada smartphone dapat

mempengaruhi perilaku sosial individual. Intensitas penggunaan

smartphone memberikan pengaruh terhadap prokrastinasi akademik

mahasiswa dan perilaku phubbing mahasiswa. Hasil tersebut


mengkonfirmasi atas hasil penelitian menunjukkan bahwa adiksi

penggunaan smartphone dapat mempengaruhi aspek-aspek akademik

personal remaja (Syifa, 2020).

7. Menjadi individualistik

Dengan adanya ketergantungan dengan smartphone, mahasiswa akan

menjadikan individualistik, dengan hanya mengandalkan kecanggihan

smartphone, sehingga yang seharusnya dilakukan bersama-sama

dengan yang lain alhasil harus dilakukan sendiri dengan

mengandalkan smartphone atau gadget (Rosdiana & Hastutiningtyas,

2020).

8. Degradasi sosial

Degradasi sosial yang terjadi disebabkan oleh dampak dari keacuhan

pelaku phubbing terhadap lingkungannya karena terlalu sibuk

menggunakan smartphone, terlebih dalam penggunaan media sosial.

Karenanya diperlukan pembatasan dan pengendalian penggunaan

media sosial yang baik agar fenomena phubbing dapat segera teratasi

dan degradasi relasi sosial tidak terjadi (Aditia, 2021).

9. Anti sosial

Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa cenderung menggunakan

smartphone dan jarang untuk mau meminta bantuan kepada orang lain

atau teman dekat serta lebih mementingkan kepentingan pribadinya

masing-masing. Seseorang tersebut menjadi anti sosial karena

kecanduan smartphone atau gadget pada sekarang ini sehingga


berdampak pada lingkungan sosial seseorang, karena seseorang hanya

fokus pada satu titik yaitu smartphone dan tidak berinteraksi dengan

orang lain (Rosdiana & Hastutiningtyas, 2020).

10. Menimbulkan keretakan dalam keluarga

Phubbing juga terjadi saat makan bersama, saat meeting, dan saat

seseorang sedang bersama teman atau keluarganya. Phubbing

dilakukan dalam aktivitas keseharian di rumah seperti di dapur, ruang

makan ketika makan bersama, di kamar, ruang tamu disaat berkumpul

dengan anggota keluarga, dan bahkan di kamar mandi. Sehingga dari

penggunaan telepon genggam yang intens dalam aktivitas keseharian

dapat berdampak kepada renggangnya hubungan keluarga yang mana

seharusnya dapat meningkatkan kedekatan dan keharmonisan dalam

keluarga (Irawati & Nurmina, 2020).

11. Gangguan dalam berkomunikasi

ketika berada di sebuah restoran terlihat pasangan atau sekumpulan

teman yang seharusnya saling berkomunikasi atau berbincang akrab,

akan tetapi masih ada diantara mereka yang sibuk dengan telepon

genggam meskipun tidak mendesak (Irawati & Nurmina, 2020).

Selaras dengan hasil penelitian (Vetsera & Sekarasih, 2019) juga

memaparkan bahwa adanya ponsel saat bersama orang lain dapat

menghambat komunikasi juga dialami oleh partisipan. Bentuk

gangguan dalam berkomunikasi adalah kurangnya obrolan yang


terjadi karena rekan makan mengutamakan ponsel daripada

melanjutkan pembicaraan.

Anda mungkin juga menyukai