Anda di halaman 1dari 28

HUBUNGAN SELF CONTROL DALAM MENGATASI PERILAKU PHUBBING

Oleh:

Muhammad Abdul Qohhar (Nim: 04040321127)

Dosen Pengampuh:

Dita Kurnia Sari,M.p.d. (Nip:B15049)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadiran Allah SWT atas segala Rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat mengerjakan tugas dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepda
jujungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Terucap terima kasih dan
rasa syukur penulis dapat menyelesaikan Tugas Uas dengan judul “ Hubungan Self Control
dalam mengatasi Perilaku Phubbing “. Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah sebagai
syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penelitian Kuantitatif.

Selama Penulisan Tugas UAS ini banyak sekali hambatan yang penulis alami, namun
berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan dari temna” dan dosen pengampuh , akhirnya
tugas uas ini dapat terselsaikan dengan baik. Penulis sangat menyadari kemungkinan-
kemungkinan kesalahan dan kekurangan selama penulisan proposal skripsi ini. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga Tugas ini bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca .

Surabaya ,16 September 2023

( M. Abdul Qohhar )
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
BAB 1..................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................................4
B.Rumusan Masalah......................................................................................................8
C. TUJUAN PENELITIAN..........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian....................................................................................................8
E. Definisi Operasional..................................................................................................9
F. Sistematika Pembahasan.........................................................................................11
BAB II...............................................................................................................................12
Kajian Teoritik...................................................................................................................12
A. Penelitian Terdahulu yang relavan........................................................................12
B. Kerangka Teori........................................................................................................13
C. Paradigma Penelitian.............................................................................................19
BAB III..............................................................................................................................23
METODE PENELITIAN..................................................................................................23
A. Pendekatan Dan Jenis penelitian...........................................................................23
B.Objek dan Lokasi Penelitian...................................................................................23
C. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING.........................................24
D. VARIABLE DAN INDIKATOR PENELITIAN..................................................25
E. Tahap-Tahap Penelitian..........................................................................................26
F. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................28
G. Teknik Validitas Instrument..................................................................................28
H. Teknik Analisis Data...............................................................................................28
PENDAHULUAN

BAB 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada era saat ini, interaksi yang dilakukan tidak lagi hanya bertatap wajah secara
langsung melainkan dengan media. Seperti yang kita ketahui, semakin berkembangnya zaman ,
semakin bertambahnya pula kecanggihan teknologi maupun informasi, pertumbuhan zaman
membuat kita semakin mudah memperoleh sesuatu. Namun, karena fasilitasnya individu dengan
teknologi yang berkembang membuat individu tersebut menyalahgunakan kecanggihan teknologi
tersebut dengan mengurangi interaksi secara langsung.

Memiliki telepon genggam ataupun gawai yang canggih sudah merupakan gaya hidup
Masyarakat luas di era ini. Mulai dari anak” remaja, dewasa pun terlihat lazim memiliki dan
menggunakan gawai. Harga gawai yang di jual di pasaran pun beragam. Mulai dari harga yang
bisa dikatakan murah sampai harga yang mahal. Gawai memiliki fitur penunjang yang membuat
masayarakat dapat dengan mudah mendapatkan dan mengetahui informasi yang dicari dengan
fitur browser yang tersedia. Selain itu, gawai juga dapat mengakses email, men-download ,
ataupun menyimpan data yang diperlukan. Gawai juga dapat digunakan sebagai sarana untuk
bersantai dengan fitur gaming. Indonesia menjadi salah satu Negara deengan pengguna aktif
gawai di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Pengguna aktif gawai di Indonesia
tumbuh dari 65,2 juta orang pada tahun 2016 menjadi 92 juta orang pada tahun 2019
(Damashinta,20191). Pada tahun 2019 pengguna gawai di Jakarta dari usia 15-23 tahun mencapai
52.000.000 (Damashinta,2019).

1
Damashinta. (2019, 23 Maret). Phubbing menjauhkan yang dekat. Diambil dari
https://news.soloos.com/read/20190327/525/ 980931/phubbingmenjauhkan-yang-dekat.
Kemudahan – kemudahan yang diberikan gawai seringkali membuat penggunaan
melebihi waktu yang wjar , karena hal tersebut dapat menimbulkan dapat menimbulkan perilaku
menjadi “ acuh tak acuh “ atau tidak peduli terhadap lingkungan sekitar (Alamsyah,2018 2).
Menurut Anggraeni (2016) 3mengemukakan bahwa efek negatif pada anak dalam penggunaan
gawai terjadi ketika anak sibuk dengan gawainya dan melupakan tanggung jawabnya seperti
mengerjakan pr / tugas sekolah dan belajar pada saat ujia, namun hal ini tidak hanya dilihat pada
anak-anak tetapi juga pada remaja. Idealnya tugas dan tanggung jawab remaja yaitu fokus pada
upaya pengembangan tanggung jawab sosial/ berinteraksi dengan lingkungan sekitar, mencapai
pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya berbeda jenis kelamin dan etika
moral yang berlaku di masyarakat, menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang
bertanggung jawab di tengah – Tengah masyarakat (Hurlock,1990). 4Namun hal ini berbeda pada
generasi millennial, dimana dalam era ini kecenderungan dalam penggunaan gawai secara
berlebihan seperti fokus dengan gawainya tidak peduli dengan lingkungan sekitar.

Berdasarkan Yuswohady (20165) generasi millennial (Millennial Generation) adalah


generasi yang lahir dalam rentang waktu awal tahun 1980 hingga tahun 2000. Secara bersamaan
di era milenial ini teknologi digital pun mulai meningkat salah satunya adalah kecenderungan
penggunaan gawai. Realitanya pada saat ini kehidupan remaja tampak kurang seimbang, karena
remaja lebih menyukai kesendirian dengan gawainya, ketika bersosialisasi , acuh terhadap
lingkungan sekitar (Damashinta,20196). Berebda pada zaman dimana kaum remaja belum
mengenal gawai , remaja lebih sering melakukan komunikasi dua arah baik dengan orang baru
maupun orang lama , saling meminta pendapat satu sama lain, dan juga salig berdiskusi secara
langsung.

2
Alamsyah. (2018, 18 Februari). Pelajaran berharga yang bisa kamu petik. Diambil dari:
https://www.lyceum.id/5-pelajaranberharga-yang- bisa-kamu-petik-darikebiasaan-orang-nyinyir./
3
Angraeni. (2016). Hubungan antara perkembangan teknologi komunikasi, kecanduannya dan dampak
yang ditimbulkan (Skripsi tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
4
Hurlock, E. B. (1990). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. (Edisi
Kelima). Jakarta: Erlangga.
5
Yuswohady. (2016, 17 Januari). Millennial trends 2016. Yuswohady.com. Diambil
dari:https://www.yuswohady.com/2016/01/1 7/millennial-trends-2016/
6
Damashinta. (2019, 23 Maret). Phubbing menjauhkan yang dekat. Diambil dari
https://news.soloos.com/read/20190327/525/ 980931/phubbingmenjauhkan-yang-dekat.
Tindakan acuh tak acuh seseorang di dalam sebuah lingkugan karena lebih fokus
terhadap penggunaan gawai daripada membangun percakapan yang dikenal dengan istilah
Phubbing. Phubbing berasal dari kata “phone” dan “snubbing”, yang mengacuhkan seseorang
dalam lingkungan sosial dengan memperhatikan gawai, bukan berbicara dengan orang tersebut
secara langsung (Harty,20187). Karadag et al. (2015) 8menyebutkan bahwa , phubbing dapat
digambarkan sebagai individu yang melihat gawainya saat berbicara dengan orang lain, sibuk
dengan gawainya dan mengabaikan komunikasi interpersonalnya. Karadag et al. (2015)
menjelaskan bahwa fenomena phubbing ini semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya
penggunaan gawai.

Dari penelitian yang dikutip Thaeras (20179) terdapat 143 responden yang diujicobakan,
diperoleh hasil 70% dari responden tidak dapat terlepas dari gawainya dan melakukan phubbing.
Pelaku phubbing disebut dengan phubber dengan pelaku yang menerima atau pelaku yang
diabaikan oleh phubbing disebut phubbe, dimana karakteristik tersebut dibagi menjadi dua yaitu
tinggi dan rendah. Dikatakan perilaku phubbing yang rendah ketika seseorang masih mau
mendengarkan pembicaraan yang disampaikan oleh lawan bicarnya, memberikan umpan secara
timbal balik ketika lawan bicara membutuhkan saran, meletakkan gawai dan melakukan kontak
mata pada lawan bicara. Sedangkan perilaku phubbing yang tinggi adalah suatu perilaku ketika
seseorang tidak dapat lepas dari gawainya dan adanya komunikasi dua arah yang terbatas secara
langsung (Karadag et al, 2015).

Semakin berkembangnya phubbing patut disayangkan karena berbagai dampak negatif


yang dpat dimunculkan. Misalnya, seorang phubber sibuk dengan telepon genggamnya,

7
Harty, I. (2018, 29 Mei). Phubbing istilah untuk orang yang lebih fokuskan gawai daripada sekitar.
Mediaindonesia.com. Diambil dari: https://www.google.co.id /amp/sm.mediaindonesia.com/amp/amp_det
ail/.63474phubbing-istilah--untuk-orangyang-lebih-fokuskan-gawai-daripada-sekitar
8
Karadag, E., Tosuntas, S., Erzem, E., Duru, P., Bostan, N., Sahih, B., & Babadag, B. (2015). Determinants
of phubbing, which is the sum of many virtual addictions: A structural eqution model. Jurnal of Behavioral
Addictions, 4(2), 60-74. doi: 10.1556/2006.4.2015.005
9
Thaeras, F. (2017, 14 Juli). Fenomena sosial yang merusak hubungan. CNNIndonesia.com. Diambil dari:
https://www.cnnindonesia.com/gayahidup/p hubbing-fenomena-sosial-yang merusak - hubungan
perilakunya tersebut dapat menimbulkan berbagai rekasi negatif pada phubbe , seperti
menimbulkan suasana hati yang buruk , ketidakpuasan beriteraksi dengan sang phubber, (Abeele,
Antheynis, & Schouten , 2016). Dengan kata lain , phubbing dapat mengancam hubungan
interpersonal sang phubber dengan orang sekitarnya

Perilaku phubbing ini bisa dusahakan dalam tindakan berupa pengubahan perilaku atau
penyembuhan dengan adanya layanan konseling. Ada bayak Teknik konseling yang dapat
digunakan para konselor dalam membantu para konseli untuk mencari solusi dari masalah
tersebut. Sama halnya dengan perilaku phubbing ini, di mana ada sebuah penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Fernita Nurningtyas , Yulia Ayriza 10tentang pengaruh control diri terhadap
intensitas penggunaan smartphone mengatakan bahwa Self Control dapat digunakan sebagai
kekuatan untuk beralih dan pembiasaa agar memperoleh keseimbangan diri dan lingkungan
hidupnya. Self control merupakan kemampuan individu dalam mengendalikan perilaku

Bersumber pada penelitian terdahulu tersebut dengan masalah yang sama pula , maka di
sini penelitian ingin mengembangkan penelitian sebelumnya dengan teori Self Control
merupakan kemampuan individu dalam mengendalikan perilaku 11. Self Control sebagai kekuatan
individu dalam memegang keyakinan yang menjadikan pusat tindakan dalam mengatasi
keputusan Dalam penerapan teori Self Control tanggung jawab keberhasilan konseling berada di
tangan klien, hal tersebut menunjukkan bahwa layanan konseling kelompok dengan teori Self
Control efektif untuk mengetahui hubungan self control mengatasi perilaku phubbing.

12
Papalia , Olds , dan Feldman (2004) menyebutkan bahwa control diri adalah
kemampuan individu untuk menyesuaikan tingkah laku yang dianggap mampu diterima secara
sosial oleh masyarakat . Borba (2008) mengatakan control diri adalah kemampuan
mengendalikan perasaan , pikiran , dan tindakan agar dapat menahan dorongan dari dalam
maupun luar sehingga seseorang mampu bertindak dengan benar.

Maka dapat disimpulkan bahwa control diri merupakan kemampuan untuk membimbing
tingkah laku diri sendiri yang artinya kemampuan individu dalam menekan tingkah laku. Control

10
Fernita Nurningtyas et.al “Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Intensitas Penggunaan Smartphone pada
Remaja”, Acta Psychologia, Vol. 3 No. 1 (2021).
11
Borba M, Membangun Kesadaran Moral (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 67
12
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2004). Human development (9th ed). New York: McGraw
Hill.
diri ini menyangkut seberapa kuat individu dalam memegang nilai dan kepercayaan yang
menjadikan acuan ketika bertindak dalam mengambil keputusan

Self control adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu dalam mengendalikan
perilaku, pemikiran, emosi, dorongan-dorongan baik dari dalam diri atau dari luar diri individu,
maupun dalam pengambilan keputusan sehingga sebelum bertindak atau memutuskan sesuatu
dapat mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi . Dengan menggunakan satu strategi /
kombinasi strategi dan berdasarkan kamus yang disusun self- control adalah menunjukkan pada
suatu teknik dalam terapi Kognitif Behavioral berlandaskan pada teori belajar yang dirancang
untuk membantu seseorang merespon sesuai dengan standar pribadi yang dapat menekan dan
mengendalikan control diri yang rendah menjadi tinggi.

Messina (dalam SinggihbD. Gunarsa , 2009) , menyatakan bahwa pengendalian diri atau
self control , adalah seperangkat tingkah laku yang berfokus pada keberhasilan mengubah diri
pribadi, keberhasilan menangkal peng-rusakan diri (self destructive), perasaan mampu pada diri
sendiri, perasaan mandiri (autonomy) , atau bebas dari pengaruh orang lai, kebebasan
menentukan tujuan , kemampuan untuk memisahkan perasaan dan pikiran rasional , serta
seperangkat tingkah laku yang berfokus pada tanggung jawab atas diri pribadi

B.Rumusan Masalah
1. Apakah Teori Self- Control mengatasi perilaku Phubbing

C. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui Hubungan Self Control dalam mengatasi perilaku Phubbing ?

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik

A. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan
pengetahuan yang berhubungan dengan topik “ Hubungan self Control dalam mengatasi
Perilaku Phubbing dan seterusnya
B. Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak” tertentu guna
menjadikan makalah ini menjadi acuan penelitian lanjuan terhadap objek sejenis / aspek lainnya
yang belum tercakup dalam penelitian ini

2. Manfaat Praktis
A. Penelitian ini dapat dikembangkan baik di sekolah maupun perkuliahan untuk mengantisipasi
perilaku phubbing

B. dapat diterapkan di lingkungan sekitar untuk mengantisipasi mungkin terjadinya perilaku


phubbing

E. Definisi Operasional

1). Self – Control

Self-Control adalah kapasitas manusia dalam mengendalikan perasaan, pikiran, tindakan


uuntuk menahan dorongan internal dan eksternal sehingga seseorang dapat bertindak dengan
benar. Terdapat 3 aspek yaitu control perilaku (behavior control), , control kognitif (cognitive
control) dan mengontrol keputusan (decisional control) atau kapasitas manusia dalam
mengendalikan perasaan pikiran , tindakan untuk menahan dorongan internal dan eksternal
sehingga seseorang dapat bertindak dengan benar

2.) Perilaku Phubbing

Perilaku Phubbing menurut Karadag adalah perilaku individu yang melihat telepon
genggam ketika kita bicara dengan orang lain dan berurusan dengan telepon genggam sehingga
mengabaikan komunikasi inter personal. Phubbing merupakan suatu konsep yang membuat
seseorang tidak menghormati orang lain, tidak membina maupun mengembangkan suatu
hubungan, tidak berkomunikasi dengan orang lain karena lebih mementingkan telepon genggam
dan lingkungan virtualnya dari pada orang” di kehidupan nyata.
Pendekatan Behavior dengan pendekatan self control dalam menangani perilaku
phubbing. perilaku phubbing adalah kemampuan untuk mengendalikan diri akan suatu tindakan
yangsedang dilakukan atau hendak dilakukan, baik dari aspek pikiran maupun ucapan , agar
dirinya terodorong untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,self control merupakan
suatu kemampuan dan upaya untuk mengatur , membimbing serta mengarahkan segala bentuk
tindakan dalam diri untuk menuju ke tindakan yang positif

Terdapat tiga aspek control diri menurut Averil ( Dalam Ghufron & Suminta ,2012 13)
yaitu control perilaku (behavioral,control), control kognitif (cognitive control), dan mengontrol
keputusan (decisional control). Ketika remaja dalam kondisi bersama orang lain , bagi remaja
yang memiliki control diri tinggi makai a akan berfikir bahwa ketika ia berkumpul dengan
dengan temannya ia akan memanfaatkan waktu bersama dengan temannya seperti berdiskusi dan
mealkukan percakapan secara langsung dengan temannya. Remaja mampu mengontrol dirinya
saat berkomunikasi , untuk tidak sibuk dengan gawainya pada saat komunikasi berlangsung.
Begitu juga ketika remaja memilih untuk melakukan kontak mata ketika berdiskusi berlangsung.

Berbeda dengan remaja yang memiliki control diri yang rendah, maka remaja cenderung
tidak meikirkan kebersamaan bersama teman -temannya, dalam artian remaja tidak peduli ketika
temannya melakukan percakapan yang sedang berlangsung, tidak memanfaatkan waktu ketika
dengan temannya. Remaja kurang dapat menahan dirinya terhadap penggunaan gawai pada saat
diskusi berlangsung. Remaja memilih untuk sibuk dengan kegiatan lain yang dilakukan dan
mengabaikan kontak mata ketika berlangsungnya diskusi maka remaja diduga memiliki perilaku
phubbing yang tinggi dikarenakan remaja tidak mampu melakukan komunikasi secara face to
face . Sedangkan ketika remaja memiliki control diri yang tinggi , remaja dapat mengontrol
dirinya saat berbicara dengan temannya, ia mampu menahan dirinya untuk tidak bermain gawai
ketika bersama temannya , remaja melakukan kontak mata dengan temannya, maka remaja
diduga memilki perilaku phubbing yang rendah , remaja melakukan komunikasi secara face to
face dengan lawan bicaranya, men-silent gawai ketika pembicaraan face to face berlangsung,
tidak terpengaruh oleh notifikasi layer gawai yang menyala saat percakapan berlangsung. Dari
permsalahan yang diuraikan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam
apakah terdapat hubungan antara control diri dengan perilaku phubbing. Selain itu hipotesa yang
diajukan adanya hubungan antara control diri dengan perilaku phubbing pada remaja
13
Ghufron, M. N., & Suminta, R. R. (2012). Teoriteori psikologi. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Kemampuan mengontrol diri akan mendukung disiplin diri, halini berarti bahwa
kemampuan menagtur perilaku sendiri sekaligus mampu mengarahkannya, serta memiliki
standar nilai dan aturan-aturan sebagai dasar. Menurut Klann (2007) pengendalian diri berarti “
control atas emosi, tindakan , keinginan, dan nafsu , yakni kendali diri atas tindakan, kebiasaan ,
dan keinginan di bawah kendali kehendak sendiri, termasuk gaya hidup “, . menurut Kapeleris
(2010) control diri adalah “kemauan yang mendominasi atas diri sendiri”.

F. Sistematika Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian , definisi operasional, dan sistematika pembahasan

BAB II KAJIAN TEORITIK

Memuat uraian tentang penelitian terdahulu yang relavan , kerangka teori, paradigma
penelitian, serta hipotesis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti dan jenis penelitian ,
populasi, dan teknik sampling, variable dan indikator penelitian, tahap-tahap penelitian, Teknik
pengumpulan data, Teknik validitas instrument penelitian, serta analisis data .

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN

Berisi gambaran umum objek penelitian, penyajian data, pengujian hipotesis,pembahasan


hasil penelitian , sub pembahasan

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan,saran,dan rekomendasi serta keterbatasan penelitian


BAB II

Kajian Teoritik
A. Penelitian Terdahulu yang relavan
1. Jurnal Shirley Kurnia dtt,( Kontrol Diri Dan Perilaku Phubbing pada Remaja Di Jakarta
antara control diri dan perilaku phubbing pada remaja di Jakarta. Saat remaja memiliki
control diri yang tinggi , maka remaja memiliki perilaku phubbing yang rendah.
Begitupun sebaliknya, saat remaja memiliki control diri yang rendah, maka remaja
memilki control diri yang rendah , maka remaja memiliki perilaku phubbing yang tinggi.
Control diri memberikan kontribusi terhadap perilaku phubbing sebesar 26,1% dan
sisanya 74,9% adalah kontribusi dari faktor” lain.
2. Jurnal Binti Isrofin dtt, (The Effect Of SmartPhone Addiction and Self Control on
phubbing behavior ,2021) bahwa upaya untuk mengurangi perilaku phubbing dapat
dilakukan dengan mengoptimlkan layanan bimbingan dan konseling perguruan tinggi,
salah satunya dengan memberikan layanan konseling dan webinar yang dapat
meningkatkan soft skill siswa
3. sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Azzati Nur Irawati dan Nurmina, bahwa
Phubbing banyak memberi dampak pada diri seseorang. Dampak yang terjadi adalah
mata Lelah dan kepala pusing akibat terlalu banyak melihat layer telepon sehingga tidak
fokus dalam interaksi ,(Amelia ,2019)

Dari ketiga Jurnal tersebut sama “ membahas tentang phubbing yang dimana penelitian
saya berbeda dari ketiga penelitian tersebut dengan teknik Self – Control untuk menangani
perilaku Phubbing
B. Kerangka Teori
1. Cognitive Behaviour Therapy (CBT)
14
Cognitive Behaviour Therapy atau perilaku kognitif merupakan sebuah paradigma
terapeutik penting, seperti yang sudah berulang kali dibuktikan sebagai intervensi yang efikatif
dan afektif untuk berbagai masalah psikologis manusia. Cognitive Behaviour Therapy meupakan
sebuah pendekatan terapi yang berpengaruh pada kognisi, Matson mengungkapkan bahwa CBT
merupakan perpaduan pendekatan psikoterapi yaitu Cognitive therapy dan behavior therapy
sehingga Langkah “ yang dilakukan oleh cognitive therapy yaitu pendekata sejumlah prosedur
yang secara spesifik menggunakan kognisi sebagai utama therapy , yaitu berfokus kepada
persepsi percaya diri dan fikiran. 15

Konseling CBT merupakan pendekatan konseling yang didasarkan atas konseptualisasi


atau pemahaman pada setiap konseli, yaitu pada keyakinan khusus konseli dan pola perilaku
16
konseli. Konseling CBT memfasilitasi individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan.
Konseling CBT tidak hanya berkaitan dengan positive thingking , tetapi berkaitan pula dengan
happy thinking. Sedangkan Terapi tingkah laku membantu membangun hubungan antara situasi
permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan. Individu belajar mengubah perilaku ,
menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik , berpikir lebih jelas dan membantu
membuat keputusan yang tepat17. Tujuan dari CBT yaitu mengajak individu untuk belajar
mengubah perilaku , menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berfikir lebih
jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat. Hingga pada akhirnya dengan Cognitif
Behavior Therapy (CBT) diharapkan dapat membantu konseli dalam menyelaraskan berpikir ,
merasa dan bertindak.Konselor diharapkan mampu menolong konseli untuk mencari keyakinan
yang sifatnya dogmatis dalam diri konseli dan secara kuat mencoba menguranginya18

2.. Self Control

14
William T. O`donohue, Jane E. Fisher, Cognitive Behavior Therapy, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017),
h.1-12
15
John R. Crawford &Junie DHenryi, Positife and Negatif Afec Schedule Contruct Validty measurement
propertise and normatif data in a large non clinical sampel,(British Journal of clinical psicology society the king
collegge Universty Of Berden UK, Vol. 4, No.3, 20014), P. 245
16
Yahya AD dan Megalia, Pengaruh Konseling Cognitif Behavior Therapy Dengan Teknik Self Control
Untuk Mengurangi Perilaku Agresif peserta Didik Kelas VIII Di SMPN 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2016/2017, Ejournal Bimbingan Konseling Raden Intan 03 (2) (2016), h.188.
17
2 Ibid. Yahya AD dan Megalia h.189
18
Ibid. Oemarjoedi dalam Yahya AD dan Megalia h.189-190
Pengendalian diri adalah kekuasaan kehendak atas diri sendiri dalam berperilaku yang
berpedoman pada standar nilai” / aturan agama, nilai-nilai / aturan diri – sendiri “ , nilai” /
aturan di sekolah , serta nilai” / aturan social dalam kehidupan siswa sehari-hari (Nurhayati,
2014). Kemampuan mengontrol diri akan mendukung disiplin diri, hal ini berarti bahwa
kemampuan mengatur perilaku sendiri sekaligus mampu mengarahkannya, serta memiliki
standar nilai dan aturan” dasar.
19
Averill (Ghufron dan risnawati , 2010) berpendapat bahwa control diri merupakan
variable psikologis yang mengandung seperangkat kemampuan mengatur tindakan yakni
kemampuan individu dalam memodifikasi perilaku, kemampuan individu untuk
menginterpretasikan dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan serta kemampuan
individu untuk memilih suatu tindkan berdasarkan apa yang diyakininya. Control diri menurut
Chaplin (2008) adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan tingkah laku dan kemampuan
untuk mengatasi perilaku impulsive pada diri sendiri. Sedangkan menurut Kail (2010) control
diri merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan perilakunya serta tahan akan godaan .

Hurlock (2004) menyebutkan bahwa control diri merupakan cara individu untuk
mengendalikan emosi dan dorongan dari dalam dirinya. Synder dan Gangestad (2010)
Menyatakan bahwa control diri secara langsung sangat relavan dan efektif dalam melihat
hubungan antar pribadi dengan lingkungan social masyarakat dalam mengatur kesan dalam
mengatur kesan dalam bersikap yang sesuai dengan situasi dan berpendirian yang efektif.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa control diri merupakan kemampuan individu
untuk mengatur atau menyesuaikan tingkah laku serta mengendalikan emosi dan perasaan agar
dapat menahan dorongan dari dalam maupun luar sehingga seseorang mampu bertindak dengan
benar sesuai dengan yang diterima secara social oleh masyarakat.

A.Aspek -aspek Kontrol diri

a.Kontrol Perilaku (Behavioral control )

control perilaku yaitu merupakan kesiapan terhadap respon yang secara langsung dapat
mempengaruhi / mengubah situasi yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku
ini dibagi menjai dua komponen , yaitu pelaksanaan ( Regulated administration) dan
kemampuan memodifikasi stimulus ( stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksanaan
adalah kemampuan individu untuk mengendalikan keadaan, apakah dikelola oleh dirinya sendiri

19
Gufron, M.N., & Risnawati, Rini.(2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta:ArRuzz Media.
atau sesuatu selain dirinya sendiri. Kemampuan memodifikasi stimulus merupakan kemapuan
untuk menghadapi ketika suatu stimulus yang tidak diharapkan terjadi. Beberapa metode yang
dapat digunakan antara lain menghindari ataupun mencegah stimulus, mengatur tenggang waktu
diantara stimulus yang sedang dihadapi secara langsung, menghentikan stimulus sebelemum
berakhir daan mengatur intensitasnya.

b. Kontrol Kognitif (Cognitive 20Control)


kemampuan inndividu untuk menginterpretasikan , menilai, atau menggabungkan suatu
kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai metode dalam mengolah informasi yang tidak
diinginkan dalam hal penyesuaian psikologis atau pengurangan tekanan. Aspek ini terdiri atas
dua komponen diantaranya yang pertama, memperoleh informasi yaitu mengenai suatu keadaan
yang tidak menyenangkan , individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai
pertimbangan. Yang kedua yaitu melakukan penilaian yang berarti individu berusaha meniali
serta menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi positif secara
subjektif.

c. Mengontrol keputusan 21(Decisional Control)

setiap individu harus mampu mengambil suatu keputusan yang bijaksana di setiap
peristiwa, baik keputusan untuk diri sendiri mapun untuk orang lain yang ada di sekiatrnya, tanpa
menyakiti diri sendiri maupun orang lain

B. Faktor- faktor Kontrol diri


Ghufron dan Risnawati (2012) mengemukakan dua faktor yang mempengaruhi control
dirinya yaitu:

a. Faktor Internal

22
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri ,
seperti kepribadian , kecerdasan emosi, minat , motif , pengetahuan dan usia. Salah satu faktor

20
Messina (dalam SinggihbD. Gunarsa , 2009)
21

22
N. R. Carlson Phsycology of Behavior. (USA: Alyn and Bacon, 1994). hlm. 96
internal yang berpengaruh dalam control diri yaitu usia. Dimana semakin bertambah usia
seseorang maka semakin baik pula kemampuan mengontrol dirinya.

Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dimaksud adalah lingkungan. Lingkungan bersama orang tua
menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Apabila orangtua menerapkan
disiplin secara intens kepada anaknya sejak dini dan tetap konsisten terhadap sanksi yang akan
dapatkan anak pabila telah menyimpang dari yang sudah di tetapkan , maka sikap konsisten ini
akan tertanam oleh anak dan kemudian akan menjadi control diri baginya.

Baumaster dan Boden (2010) juga mengemukakan faktor” yang mempengaruhi control diri ,
yaitu:

Orangtua

Hubungan dengan orang tua membuktikan bahwa pola asuh orang tua dapat
mempengaruhi control diri pada anak”-nya. Orang tua yang mendidik anak”-nya secara otoriter
akan menyebabkan anak kurang dapat mengendalikan diri serta kurang peka dalam menghadapi
suatu peristiwa. Sebalinya , orang tua yang sejak dini sudah mengajari anaknya untuk mandiri,
membiarkan naka untuk menentukan keputusannya sendiri maka anak akan memiliki control diri
yang lebih kuat

Faktor budaya

Setiap individu yang hidup dalam lingkungan tertentu akan terkait pada budaya
lingkungan tersebut. Setiap lingkungan memiliki budaya yang berbeda. Perbedaan tersebut
mempengaruhi control dalam diri individu sebagai anggota lingkungan tersebut.

Faktor Kognitif

Faktor kognitif melibatkan kesadaran aktivitas di mana seseorang menggunkan pikiran


dalam pemahamannya untuk mencapai suatu proses dan cara / strategi yang tepat untuk
mengubah stressor. Individu yang menggunakan kemapuan intelektualnya dalam mengatur
tingkah laku mempengaruhi seberapa besar tingkat control diri pada

3. Perilaku Phubbing

23
Perilaku Phubbing menurut Karadag adalah perilaku individu yang melihat telepon
genggam ketika berbicara dengan orang lain dan berurusan dengan telepon genggam sehingga
mengabaikan komunikasi interpersonal. Phubbing merupakan suatu konsep yang membuat
seseorang tidak menghormati orang lain , tidak membina maupun mengembangkan suatu
hubungan , tidak berkomunikasi dengan orang lain karena lebih mementingkan telepon genggam
dan lingkungan virtualnya dari pada orang” dikehidupan nyata.24

Alex Haigh mengatakan bahwa phubbing merupakan tindakan yang mengabaikan orang
lain dalam lingkungan dalam lingkungan sosial dengan memperhatikan smartphone serta tidak
25
berbicara dengan orang lain secara langsung. Normawati et al. berpendapat bahwa perilaku
phubbing merupakan sikap acuh terhadap orang lain yang sedang bersosialisasi atau berinteraksi
secara langsung dengan cara membagi fokus ,mendengarkan lawan bicara sambal fokus dengan
smartphone. Hal tersebut dapat menyakiti lawan bicara dan memperburuk suatu hubungan.

26
David E dan Robert A, mengatakan bahwa perilaku phubbing dapat memberikan
dampak negatif terhadap kesejahteraan individu yang terkena dampak dari perilaku phubbing .
sehingga perilaku phubbing secara langsung dapat menghambat interaksi antarpribadi yang
terjalin menjadi kurang baik.

Dari fakta-fakta di ataas terlihat bahwa perilaku phubbing diduga memiliki kaitan dengan
control diri. Demikian juga dari hasil penelitian Muna dan Astuti (2014 27) mengenai hubungan

23
Engine Karadag, et. al.,“Determinantas Of Phubbing, Which Is The Sum Of Many Virtual Addictions: A
Structural Equatin Model”, Journal Of Behavioral Addictions, 8 (Februari 2015), 1.
24
Ibid., 1-2.
25
4Normawati et. al., “Pengaruh Kampanye Lets Talk Disconnect To Connect” Terhadap Sikap Anti
Phubbing (Survey Pada Followers Official Account Line Starbucks Indonesia)”, Jurnal Komunikasi, 3 (November
2018), 160.
26
7Meredith E. David dan James A. Roberts, “Phubbed And Alone: Phone Snubbing, Social Exclusion And
Attachment To Social Media”, Journal Of Association For Consumer Research, 2 (Maret 2017), 156
27
Muna, F. R., & Astuti, P. T. (2014). Hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan kecaduan media
sosial pada remaja akhir. Jurnal Psikologi. Diambil dari: https://www.neliti.com /id/publications/64372/hubungan-
antarakontrol-diri-dengan-kecenderungankecanduan-media-sosial-pada-re.
antara control diri dengan kecenderungan kecanduan media sosial pada remaja akhir
menunjukkan adanya sumbangan efektif sebesar 15,1% yang diberikan control diri terhadap
kecenderungan canduan, sedangkan sisanya 84,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Terdapat juga
penelitian Anisa dengan Munatirah (2018) 28membuktikan bahwa intensitas penggunaan gawai
terhadap perilaku phubbing memiliki pengaruh dan signifikan dimana ferkuensi penggunaan
gawai terdapat hubungan yang positif terhadap perilaku phubbing

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku phubbing


merupakan perilaku memperhatikan smartphone pada saat melakukan komunikasi maupun
percakapan secara langsung dan memilih memusatkan perhatian terhadap smartphone serta
menghindari komunikasi antar pribadi sehingga dapat memperburuk hubungan dengan lawan
bicara.

C. Paradigma Penelitian
Gambar 2.3

Kontrol Diri,
Averill (Ghuffron dan
risnawati,2010 Perilaku Phubbing
Karadag (2015)
a. Kontrol Perilaku
a. Gangguan Komunikasi
b. Kontrol Kognitif
b. Obsesi terhadap Ponsel
c. Mengontrol
Keputusan

Hipotesisnya: adanya hubungan antara control diri yang rendah dengan perilaku phubbing pada
mahasiswa
28
Anisa, N., & Munatirah, H. (2018). Intensitas penggunaan smartphone terhadap perilaku phubbing (studi
penelitian pada masyarakat kota Banda Aceh yang mengunjungi warung kupi di kecamatan Lueng Bata). Jurnal
Komunikasi, 3(1), 1- 14. Diambil dari: http://www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
A. Dimensi-dimensi perilaku Phubbing
Adapun dimensi-dimensi phubbing menurut Karadag sebagai berikut :

A. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunkasi disebabkan akibat adanya smartphone sebagai faktor yang


menggangu dalam komunikasi tatap muka secara langsung maupun pada saat berinteraksi.

Adapun gangguan konukasi memiliki tiga komponen sebagai berikut: menerima maupun
melakukan panggilan ketika sedang berkomunikasi, membalas pesan singkat yang baik SMS
maupun chat ketika sedang berkomunikasi dan mengecek notifikasi social media ketika sedang
berkomunikasi.

B. Obsesi terhadap ponsel


Obsesi terhadap ponsel disebaban karena adanya suatu dorongan terhadap kebutuhan
untuk menggunakan ponsel yang tinggi dan terus menerus meskipun sedang melakukan
komunikasi tatap muka secara langsung.29

29
Engine Karadag, et. al.,“Determinantas Of Phubbing, Which Is The Sum Of Many Virtual Addictions: A
Structural Equatin Model”, 7.
Adapun obseesi terhadap ponsel memiliki tiga komponen sebagai berikut: kelekatan
terhadap ponsel, merasa cemas ketika jauh dari ponsel dn kesulitan dalam mengatur penggunaan
ponsel.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi perilaku Phubbing

Menurut Nazir dan Bulut Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku phubbing antara
lain:

A. Kecanduan Smartphone / Kecanduan Internet

Kecanduan smartphone erring dipicu akibat penggunaan internet yang berlebihan.


Penggunaan internet yang berlebihan dapat menghabiskan waktu yang banyak hanya untuk
mengetahui dan menghilangkan rasa penasaran seseorang dalam menjelajahi fitur maupun situs
yang dapat diakses dengan internet. Hal tersebut menyebabkan seseorang selalu mengakses
internet dalam jangka waktu yang lama , sehingga menyebabkan seseorang melupakan
kehidupan nyata dan orang-orang yang ada disekelilingnya.

B. Kecanduan Media Sosial


Media sosial awalnya dikembangkan sebagai sarana komunikasi, namun realitanya media
sosial dapat embuat seseorang kecanduan untuk terus-menerus menggunakannya. Adapun media
sosial yang dapat digunakan seperti facebook, twitter, whatsapp,Instagram. Semua aplikasi
tersebut dapat diakses melalui smartphone dengan mudah sewaktu”. Sehingga dari aplikasi
tersebut memungkinkan semua orang untuk lebih aktif di media sosial dan mengabaikan
kehidupannya di dunia nyata.

C. Kecanduan Game
Banyak orang menggunakan game untuk merelaksasi pikiran dari masalah-masalah yang
dialami. Tak jarang game online membuat para penggunanya sibuk memainkan game dalam
jangka waktu yang lama dan membuat pengguna game tidak dapat mengatur waktu yang
dimilikinya dengan baik.secara tidak sadar hal tersebut menyebabkan seseorang melakukan
tindakan phubbing. Ketika seseorang sudah merasa senang bermain game maka mereka akan
lupa dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karen itu kecanduan game dapat menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan perilaku phubbing.

D. Faktor Pribadi dan Situasional

Adapun faktor pribadi yang mempengaruhi terjadinya perilaku phubbing dapat mencakup
seseorang yang memiliki kepribadian introvert. Mengabaikan orang lain dengan sengaja serta
tidak memiliki rasa ketertarikan untuk berbicara dengan orang lain. Sedangkan faktor situasional
yang mempengaruhi terjadinya perilaku phubbing sangat beragam seperti ketika seseorang
sedang menunggu suatu kabar maupun berita penting dari orang lain tentu akan memicu
seseorang untuk membuka/ memeriksa smartphone lebih intens.30

Efektivitas Self
Management untuk
meningkatkan Kontrol
diri rendah pada
perilaku Phubbing a.mengamati
perilakunya sendiri,
b.mengurangi dan
Self Management : meniadakan
(a).Observasi diri, (b) perilaku yang
Mengatur Lingkungan, (c). memungkinkan,
Tahap Evaluasi Diri, (d). c. membandingkan
30 Tahap Peningkatan
Tehseen Nazir dan Sefa Bulut, “Phubbing And What Could Be Its apa yang teractat
Determinants: A Dugout Of
Literature”, Journal Psychology, 10 (Januari 2019), 821- 824. dan kenyataan ,
d. kemauan untuk
memilih mana yang
perlu ada dan
dihapus
Kontrol diri
Perilaku Phubbing
1. Kontrol diri rendah
mampu terkena 1. Gangguan Komunikasi
phubbing 2. obsesi terhadap Ponsel
2. Kontrol diri tinggi
tidak mudah terkena
phubbing

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis penelitian


Jenis penelitian digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian purpose sampling , tujuannya untuk memilah” / menentukan sampel dalam penelitian
berdasarkan kriterian yang ditentukan khusus oleh peneliti. Pemilihan sekelompok subjek dalam
purpose sampling. Didasararkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
yang erat dengan ciri” populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Menurut Sugiono (2013)
metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi / sampel tertentu ,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian , analisis bersifat kautitatif/ statistic ,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
B.Objek dan Lokasi Penelitian
Menurut Nasution (2003:43) mengatakan bahwa lokasi penelitian menunjuk pada
pengertian lokasi sosial yang dapat diobservasi. Lokasi penelitian adalah tempat dimana pneliti
memperoleh informasi mengenai data yang diperlukan. Lokasi penelitian adalah merupakan
tempat dimana penelitian dilakukan. Pemilihan lokasi harus didasarkan pada pertimbangan”
kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini,
penelitian ini dapat menemukan hal” yang bermakna dan baru Sumarwan Al-muchtar ,(2015:43).
Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Mahasiswa Semester 5 Program Studi Bimbingan
Dan Konseling Islam Di Uin Sunan Ampel Surabaya yang memiliki Phubbing yang tinggi ,
dengan Alamat JL. Ahmad Yani No. 117, Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo, Surabaya, Jawa
Timur 60237

C. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mmpunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan menurut
Ridwan dalam Buchari Alma (2015:10). Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa semester
5 Program Studi Bimbingan Dan Konseling islam ,B5

2. Sample Penelitian

Sample penelitian adalah Sebagian / wakil dari populasi yang akan diteliti. Menurut
Sujarweni (2015) sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang digunakan untuk penelitian. Menurut pendapat Sugiyono (2012) apabila seseorang
menggenaralisasikan hasil penelitian sampel untuk menentukan jumlah sampel , maka disebut
penelitian sampel. Sample dari penelitian ini merupakan mahasiswa program studi Bimbingan
Konseling Islam yang memiliki Perilaku Phubbing baik sedang maupun tinggi , teknik
pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive sampling , yaitu
pengambilan sampel terhadap sumber data dengan pertimbangan tertentu Sugiono, (2016)

Alasan menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel
memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu , penulis memiliki
teknik Purposive Sampling dengan pertimbangan – pertimbangan yang harus terpenuhi oleh
sampel yang digunakan di dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini menjadi sampel yaitu mahasiswa yang memenuhi kriteria tertentu.
Adapun kriteria yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu:

a. Mahasiswa yang memiliki smartphone


Peneliti memilih sampel mahasiswa yang memiliki smartphone karena sesuai
dengan topik yang akan diteliti dimana seorang phubber melalui tindakannya
menggunakan smartphone.

b. Aktif menggunakan Smartphone lebih dari 6 jam


Menurut penelitian Sulaeman Aridarmaputri, (2015) bahwa intensitas berkomunikasi
yang tinggi melalui media sosial akan memberikan efek kecanduan yang diakibatkan
karena kesenangan dan kemudahan fasislitas media social yang tersedia , sehingga
mengurangi kualitas komunikasi tatap muka.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan
sifat” dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representative. Teknik pengambilan
sampel dibagi menjadi dua yaitu probality sampling dan nonprobality sampling. Teknik
pengambilan sampel dalam artian penelitian ini adalah purposive sampling yang termasuk dalam
nonprobality sampling. Alasan peneliti mengambil purposive sampling ialah sampel
penelitiannya merupakan anggota yang karakteristiknya yang sudah ditentukan oleh peneliti
dalam penelitiannya.
D. VARIABLE DAN INDIKATOR PENELITIAN

A. Variable Bebas

Variable bebas merupakan variable yang memberikan pengaruh pada variable lainya.
Variable bebas yang digunakn pada penelitian ini adalah self – control menurut Colhoun dan
Acocella Tangney, Averill (2011). Calhoun dan Acocella (1990) mengungkapkan pengendalian
diri pengaturan proses-proses fisik , psikologis dan perilaku seseorang, dengan kata lain
serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.

B. Variable Terikat

Variable Terikat adalah variable yang berperan sebagai faktor yang dipengaruhi oleh
variable lainnya. Variable Terikat yang digunakan dalam penelitian ini yakni Kontrol diri rendah
perilaku phubbing

2. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data /
mengukur objek dari suatu variable penelitian. Instrument juga digunakan untuk menilai variable
yang diteliti. Bentuk instrument dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Kisi-kisi perilaku / aspek” perilaku phubbing pada mahasiswa BKI

Perilaku Phubbing Aspek -Aspek Deskriptor


Nomophobia Perasaan takut terpisahkan
dari handphone sendiri
Technologi addiction Kecanduan teknologi dapat
berupa kecanduan internet,
smartphone, social media,
dan game
Lack of self-control Rendahnya control diri dapat
menimbulkan beragam
perilaku maladaptives pada
individu, termasuk perilaku
phubbing. Individu dengan
control diri yang rendah lebih
mudah melakukan phubbing
daripada control dirinya yang
tinggi.

E. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian kuantitatif yang dilakukan oleh peneliti ini memiliki beberapa tahap penelitian
yang sesuai dengan jenis penelitian one group pretest post test design yang dijalankan secara
berurutan dan sistematis. Adapun tahap-tahap penelitian ini sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Kegiatan yang diakukan pada tahap persiapan penelitian antara lain:

a. Melakukan studi pendahuluan ke UIN Sunan Ampel Surabaya Program Studi Bimbingan
Konseling islam

b. Merumuskan masalah penelitian

c. Melakukan studi litelatur

d. Menyusun proposal penelitian

e. Membuat instrument penelitian

f. Memperbaiki Hasil instrument yang telah diperiksa

2. Tahap Pelaksaan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian antara lain:

a. Memberikan pretest berupa soal” pada mahasiswa BKI untuk mengukur kondidi mahasiswa
sebelum dilakukan treatmen.

b. Menganalisis dan mengolah hasil dari pretest

c. Melakukan treatment berupa konseling dengan menggunakan teknik Self Management


d. Treatment dilakukan sebanyak 3 kali dalam 1 minggu sekali. Treatment dilakukan dihari senin
dan rabu dengan durasi 30 menit / treatment dengan total durasi 90 menit untuk 3 kali treatment.
Treatment dilakukan di laboratorium BKI UIN Sunan Ampel Surabaya

e. Setelah dilakukan treatment . mahasiswa BKI tersebut diberikan posttest berupa soal-soal
untuk mengukur kembali kondisi mahasiswa setelah diberikan treatment

f. Menganalisis dan mengolah hasil posttest

g. Menganalisis hasil pretest dan posttest dalam bentuk grafik

3. Tahap Akhir Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir penelitian meliputi:

a. Mengolah dan menganalisis data penelitian

b. Mengidentifikasi hubungan control diri degan perilaku phubbing pada mahasiswa BKI

c. Memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil pengolahan data.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sangat berkaitan dalam penelitian.
Karena tujuan utama dari dari penelitian ialah mendapatkan data secara akurat. Selain itu,
pengumpulan data juga sebagai prosedur yang sistematis dalam penelitian. Oleh karena itu ,
dalam penelitian ini penelitian menggunakan teknik pengumpulan data

Jawaban Item Positif Item


Negatif
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STSS 1 4
G. Teknik Validitas Instrument
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keadilan / keahlihan suatu
instrument. Analisis butir menggunakan bantuan spss 22 for windows. Suatu instrument valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan peneliti

H. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah kegiatan dari seluruh data dari responden yang terkumpul dalam
kegiatan ini merupakan pengelompokan data berdasarkan variable dari responden , menyajikan
data tiap variable, melakukan perhitungan dan menjawab rumusan masalah. Analisis data
dilakukan dengan bantuan spss versi 22 for windows, pengambilan keputusan dengan
perbandingan nilai dengan tingkat 5% artinya dapat diteima.

Anda mungkin juga menyukai