Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PROJECT

PERAN GURU BK DALAM MENGATASI CYBER BULLYING DENGAN CYBER


COUNSELING

Mata Kuliah : Psikologi Sosial dan Bk Pribadi Sosial


Dosen Pengampu : Utami Nurhafsari Putri, S.Psi., M.Psi., psikolog

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1) Nurul Lisya ( 1191151011 )


2) Sekar Sari ( 1191151013 )
3) Lidya Munawarah Siregar ( 1193151026 )
4) Latifah Janna Arasy ( 1193351028 )
5) Muhammad Luvvi Rangkuti ( 1193351032 )
6) Dinul Akbar Pinem (1193351035)

BK REGULER C 2019

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh.


Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
laporan projek ini tepat pada waktunya. Projek ini kami buat guna memenuhi
penyelesaian tugas pada mata kuliah psikologi sosial dan bk pribadi sosial, semoga
laporan projek ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan bagi para pembaca.
Dalam penulisan laporan projek ini, kami tentu saja tidak dapat menyelesaikannya
sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak–pihak yang telah membantu kami.
1. Orang tua kami, berkatdorongandansemangat yang telahdiberikansehingga kami
dapatmenyelesaikanmakalahinidenganbaik.
2. Ibu Utami Nurhafsari Putri, S.Psi., M.Psi., psikolog yang telah memberikan ilmu
kepada kami.
3. Teman-teman yang telah membantu kami langsung ataupun tidak langsung
dalam pembuatan laporan projek ini.
Kami menyadari bahwa projek ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati meminta
maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan kedepannya. Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan
semoga dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, 14 Januari 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................2
1.3 Alat dan Bahan yang Digunakan................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.2 Kajian Pustaka.............................................................................................3
2.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan ( Langkah Kegiatan )..................................8
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................9
3.2 Rekomendasi..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
LAMPIRAN..........................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada jaman yang serba modren dan canggih ini, kurikulum menuntut para
remaja yang masih duduk dibangku sekolah untuk lebih aktif dalam pelajaran, sehingga
mereka dapat mengetahui hal-hal lebih luas sebelum atau sesudah guru terangkan di
dalam kelas. Kurikulum yang ada tersebut membutuhkan refrensi-refrensi buku, artikel
atau jurnal-jurnal yang dapat mendukung kegiatan belajar para siswa. Oleh karena itu
untuk mempersingkat waktu, siswa menggunakan internet untuk mendapatkan materi-
materi pelajaran yang dikuti dengan mudah. Internet adalah singkatan dari
Interconnected Network. Pada tahun 1972, kemudian e-mail diperkenalkan. Penggunaan
e-mail ini dapat mempermudah para peneliti untuk mengirim data dan informasi (Darma
Dkk, 2009:2)
Berbagai tingkat pendidikan saat ini dituntut aktif dalam segi pembelajaran,
siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan active leaner. Keterlibatan
siswa sebagai pembelajar aktif menuntut siswa untuk mencari sumber- sumber
pembelajaran melalui internet. Selain penggunaan internet untuk pembelajaran, siswa
juga menggunakan media Internet sebagai alat hiburan dan sosialisasi dengan teman
sebaya. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
penggunaan Internet di Indonesia setiap tahunnya terdapat peningkatan, dari 262 juta
penduduk Indonesia 143,26 juta jiwa aktif sebagai pengguna Internet. Mayoritas
pengguna juga merupakan mereka yang berusia antara 13 -18 tahun sebesar 75. 5%
(APJII, 2017).
Penggunaan Internet yang meningkat dikalangan remaja, tentunya membawa
resiko terhadap remaja, salah satunya adalah cyberbullying. Cyberbullying adalah
perilaku intimidasi yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok untuk menghujat
dan mencemooh seseorang melalui media telekomunikasi. Pesan yang disampaikan
dapat menggunakan telepon, tablet, dan komputer. Pesan dapat berupa pesan singkat,
pesan melalui email, blog dan ruang percakapan pribadi maupun online (chatting)
(Kowalski, Limber, & Agatston, 2008). Berdasarkan data Ipsos dari berbagai negara,

1
sejak 2011 terdapat peningkatan laporan dari orang tua yang melaporkan anaknya
menjadi korban dalam cyberbullying (www.Ipsos.com). Di Indonesia kasus
cyberbullying tidak banyak terungkap, dikarenakan tidak semua korban mau berbicara
kepada teman, orang tua ataupun guru. Penelitian yang dilakukan oleh Nursanti (2015)
menyatakan bahwa terdapat beragam peran remaja dalam cyberbullying (n=159),
diantaranya 32% remaja pernah berperan sebagai pelaku, 47% sebagai korban dan 34%
pernah menyaksikan cyberbullying. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa remaja yang aktif dalam penggunaan internet memiliki resiko terlibat dalam
cyberbullying baik sebagai pelaku, korban, maupun saksi.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam melakukan project ini adalah untuk menambah referensi dalam
ilmu tentang bagaimana peran guru BK dalam mengatasi Cyber Bullying Dengan Cyber
Counseling.

1.3 Alat dan Bahan Yang Digunakan


Alat dan bahan yang digunakan dalam project ini berupa video pembelajaran yang
berjudul “ Layanan Informasi Melalui Media Terhadap Cyber-Bullying pada Kesehatan
Mental Remaja ”. Pada saat melakukan projek ini, peneliti menggunakan beberapa
bahan sebagai alat bantu untuk peneliti dalam menyelesaikan projek ini, bahan-
bahannya sebagai berikut :
 Laptop
 Hp
 Aplikasi Zoom
 Video Pembelajaran
 Google Form
 WhatsApp Grup ( WAG )
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka

a. Cyber Bullying
Cyberbullying merupakan istilah yang ditambahkan ke dalam kamus OED pada
tahun 2010. Istilah ini merujuk kepada penggunaan teknologi informasi untuk
menggertak orang dengan mengirim atau posting teks yang bersifat mengintimidasi atau
mengancam. OED menunjukkan penggunaan pertama dari istilah ini pertama kali di
Canberra pada tahun 1998, tetapi istilah ini sudah ada sebelumnya di Artikel New
Yorks Time 1995 di mana banyak sarjana dan penulis Besley seorang Kanada yang
meluncurkan website cyberbullying tahun 2013 dengan istilah coining
Cyberbullying adalah perilaku intimidasi yang dilakukan oleh seseorang
maupun kelompok untuk menghujat dan mencemooh seseorang melalui media
telekomunikasi. Pesan yang disampaikan dapat menggunakan telepon, tablet, dan
komputer. Pesan dapat berupa pesan singkat, pesan melalui email, blog dan ruang
percakapan pribadi maupun online (chatting) (Kowalski, Limber, & Agatston, 2008).
Berdasarkan data Ipsos dari berbagai negara, sejak 2011 terdapat peningkatan laporan
dari orang tua yang melaporkan anaknya menjadi korban dalam cyberbullying
(www.Ipsos.com). Di Indonesia kasus cyberbullying tidak banyak terungkap,
dikarenakan tidak semua korban mau berbicara kepada teman, orang tua ataupun guru.
Penelitian yang dilakukan oleh Nursanti (2015) menyatakan bahwa terdapat beragam
peran remaja dalam cyberbullying (n=159), diantaranya 32% remaja pernah berperan
sebagai pelaku, 47% sebagai korban dan 34% pernah menyaksikan cyberbullying.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja yang aktif dalam
penggunaan internet memiliki resiko terlibat dalam cyberbullying baik sebagai pelaku,
korban, maupun saksi.
Cyberbullying sama dengan bullying yang terjadi pada umumnya, yaitu sama-
sama mengintimidasi ataupun mengganggu orang yang lemah, cyberbullying ini pada
umumnya banyak terjadi dimedia sosial. Perbedaan antara Cyberbullying dengan
bullying adalah tempat di mana seorang pembully atau mobbing (julukan untuk satu
kelompok pem-bully) melakukan intimidasi, ancaman, pelecehan, dll terhadap target.
Cyberbullying adalah kejadian ketika seorang anak atau remaja diejek, dihina,
diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet,
teknologi digital atau telepon seluler. Cyberbullying dianggap valid bila pelaku dan
korban berusia di bawah 18 tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Apabila
salah satu pihak yang terlibat (atau keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka
kasus yang terjadi akan dikategorikan sebagai cybercrime atau cyberstalking (sering
juga disebut cyber harassment).

b. Dampak Dari Cyber Bullying


Cyberbullying memiliki dampak yang buruk bukan hanya kepada korban tapi
juga kepada pelaku. Efek yang dapat dihasilkan dari peristiwa cyberbullying adalah
korban mengaku merasa sedih, cemas, takut dan tidak dapat berkonsentrasi di
sekolahnya (Juvonen & Gross, 2008), cyberbullying menyakiti perasaan secara psikis
dibanding fisik (Huang & Chou, 2010), korban mengalami permasalahan dalam psiko
sosial dan problema kehidupan (Tokunaga, 2010). Menurut Gimenez, Hunter, Durkin,
Arnaiz, dan Maquilon, (2015) menyatakan bahwa, terdapat perbedaan dampak emosi
antara korban, pelaku, pelaku dan korban.
Dampak emosi sedih (sad) dan menarik diri (rejected) banyak dialami oleh
korban cyberbullying, sementara partisipan yang pernah mengalami sebagai korban-
pelaku merasakan sakit hati (offended) dan takut (scared). Korban cyberbullying juga
merasakan kesepian (Sahin, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Gradinger,
Strohmeier, dan Spiel (2010) menghasilkan bahwa korban yang mengalami kedua-
duanya (traditional bullying dan cyberbullying) lebih mengalami depresi dan simtom
somatic dibandingkan dengan partisipan yang tidak menjadi korban sama sekali.
Kowalski, Giumetti, Schroeder, dan Lattanner (2014) korban cyberbullying secara
psikologis keadaannya erat dengan stress dan ide untuk bunuh diri. Cyberbullying dapat
terjadi dimana saja dan tidak terbatas hanya disekolah atau dirumah. Namun dampak
cyberbullying dapat mempengaruhi performa, perilaku dan pencapaian siswa disekolah.
(Bamford, 2005; Wolak, Mitchell & Finkelhor, 2007) menemukan bahwa siswa yang
keluar dari sekolah kebanyakan mereka terlibat dalam cyberbullying. Menurut Li (2006)
cyberbullying merupakan permasalahan yang serius dikalangan remaja. (Li, 2006).
Menurut salah satu penelitian yang dipresentasikan pada rapat tahunan
American Psychiatric Association, remaja yang mengalami cyberbullying memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk mengalami beberapa gangguan kesehatan mental,
terutama bila sebelumnya pernah menjadi korban kekerasan emosional. Menurut
Samantha B. Saltz, dokter residen di bagian psikiatri anak dan remaja dari University of
Miami Miller School of Medicine dan Jackson Memorial Hospital di Florida, para
remaja yang merupakan korban dari cyberbullying umumnya lebih cenderung
mengalami depresi sedang hingga berat, emosional, dan merasa tidak percaya diri.
Riwayat mengalami kekerasan emosional sebelumnya juga dikaitkan secara signifikan
dengan perundungan siber ini.
Bahayanya, cyberbullying juga dikaitkan dengan penggunaan zat terlarang serta
percobaan bunuh diri. Oleh sebab itu, tenaga profesional kesehatan perlu memahami
dampak yang disebabkan oleh interaksi tidak sehat yang terjadi di lingkungan virtual
terhadap kesehatan mental dari para remaja.

c. Cyber Counseling
Dalam konsep yang sederhana konseling dapat dimaknai sebagai proses bantuan
yang diberikan konselor kepada konseli untuk menyelesaikan masalah . Prayitno
mengatakan bahwa proses konseling bertujuan membantu konseli untuk dapat
memahami diri dan lingkungannya, sehingga dapat membawa seseorang menuju
kondisi yang membahagiakan, sejahtera, nyaman, dan berada pada kondisi kehidupan
yang lebih efektif. Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi konseli.
Cybercounseling secara umum dapat didefinisikan sebagai praktek konseling
profesional yang terjadi ketika konseli dan konselor berada secara terpisah dan
memanfaatkan media elektronik untuk berkomunikasi melalui internet. Lebih lanjut
dalam Wikipedia, cyber counseling dimaknai dalam jaringan atau keadaan saat sesuatu
terhubung ke dalam suatu jaringan atau system (umumya internet atau ethernet). Jadi
istilah konseling cyber counseling atau counseling online dapat dimaknai secara
sederhana yaitu proses konseling yang dilakukan dengan alat bantu jaringan sebagai
penghubung Konselor dengan konselinya. Lebih lanjut cyber counseling adalah layanan
terapi yang relatif baru. Konseling dikembangkan dengan menggunakan teknologi
komunikasi dari yang paling sederhana menggunakan email, sesi dengan chat, sesi
dengan telp pcto-pc sampai penggunaan dengan penggunaan webcam (video live
sessions), yang secara jelas menggunakan computer dan internet. Cyber Counseling
adalah salah satu model konseling yang bersifat virtual atau konseling yang berlangsung
melalui bantuan koneksi internet dimana konselor dan konseli tidak hadir secara fisik
pada ruang dan waktu yang sama, dalam hal ini proses konseling berlangsung melalui
internet dalam bentuk web-site,e-mail, facebook, video conference (yahoo massangger)
dan ide inovatif lainnya. Berikut beberapa model cyber counseling yang telah di
kembangkan dan disesuaikan dengan konseli yang merupakan generasi milenial, antara
lain:
1. Cyber Counseling berbasis E-mail
Salah satu media yang digunakan adalah e-mail. Konseling melaluie-mail
merupakan salah satu inovasi yang dikembangkan dari layanan konseling tatap muka,
yang didalamnya konselor dan konseli dapat membahas mengenai masalah-masalah
yang dihadapi konseli. Konseling e-mail tidak dikembangkan untuk menggantikan
konseling tatap muka (face to face), tetapi menjadi salah satu cara inovatif dalam
membantu konseli untuk memecahkan masalahnya E-mail dipandang sebagai pilihan
umum dan efektif untuk konseling online. Sussman menjelaskan e-mail sebagai cara
paling mudah bagi konselor untuk membangun komunikasi online dengan konseli. E-
mail digunakan untuk konseling individual maupun kelompok dan memberikan manfaat
besar dalam konseling karena keunggulannya dibandingkan dengan konseling
tatapmuka.
2. Cyber Counseling berbasis chat Asynchronous
Cybercounseling Chat-Asynchonous seperti email dan text chat, orang tidak
harus duduk didepan komputer yang tersambung ke dalam jaringan (online). Biasanya
ini berarti ada peregangan kerangka waktu di mana interaksi terjadi, anda memiliki jam,
hari, atau bahkan minggu untuk menanggapi pesan tersebut. Cyberspace menciptakan
ruang sementara yang fleksibel, waktu interaktif bersama konseli dapat dilakukan
dengan singkat, sesuai kebutuhan. Kesempatan untuk mengirim pesan ke konselor dapat
dilakukan setiap saat dan menciptakan perasaan nyaman bahwa konselor selalu ada,
selalu hadir, yang memudahkan jarak pemisahan dan memungkinkan konseli untuk
mengartikulasikan pikiran dan perasaan mereka dengan segera kepada konselor,
daripada harus menunggu pada pertemuan konseling berikutnya. Cyber counseling
Chat-Asynchonous berbasis android dalam hal ini, menekankan pada asas kerahasiaan
dari konselinya dan memiliki penyimpanan data yang dapat di print-out sebagai laporan
kegiatan pertanggungjawaban kinerja terhadap atasan. Kerahasiaan ini dimaksudkan
agar permasalah konseli tidak boleh sampai diketahui oleh orang lain dan benar-benar
terjaga kerahasiannya.
3. Cyber Counseling Berbasis Teks Menggunakan Riliv Aplikasi Android
Telah dibuat aplikasi Appstore dimana proses konseling dilaksanakan online
melalui aplikasi Riliv. Riliv merupakan social network yang menghubungkan klien
dengan konselor secara online. Riliv merupakan sebuah social network yang
menghubungkan setiap orang yang memiliki permasalahan pribadi untuk
menyelesaikannya melalui konseling online berbasis teks. Aplikasi ini menghubungkan
seorang psikolog atau ilmuwan psikologi dengan user sebagai klien untuk proses
konseling berbasis teks. Riliv dirancang dengan konsep konsultasi one on one oleh
psikolog profesional secara anonim. Segala bantuan psikologi melalui konseling dapat
tetap dilaksanakan secara profesional dan memenuhi kaidah proses konseling pada
dasarnya dapat diterapkan melalui aplikasi android di Riliv.
4. Cyber Counseling Berbasis Facebook
Tujuan pengembangan model cyber counseling berbantuan facebook ini sebagai
wadah individu yang cenderung memililiki keterbatasan jarak, waktu, dan seringkali
merasa tidak nyaman untuk melakukan pertemuan secara langsung bertatap muka
dengan seseorang ahli44. Shaw&Shaw (2006). mengatakan bahwa cyber counseling
sangat cocok bila diberikan pada klien yang “....(c) yang tidak ingin melakukan
konseling face to face (d) lebih suka menulis dari pada berbicara” Karena itulah
kelompok pada penelitian ini merupakan sub populasi yang bisa menerima dan
memiliki ketertarikan untuk menggunakan bentuk layanan ecounseling. Landasan cyber
counseling berbantuan facebook ini digunakan sebagai bentuk pengembangan untuk
memperkuat pencapaian manfaat layanan bimbingan dan konseling.

2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan ( langkah-langkah kegiatan )

Pada project ini kami melakukan mini riset terlebih dahulu pada siswa SMA
SWASTA AS-SYAFI’YAH MEDAN dengan mengumpulkan data melalui delapan
jurnal atau penelitian terkait mengenai hubungan konformitas teman sebaya dengan
perilaku cyber-bullying terhadap kesehatan mental siswa. Kajian Pustaka yang kami
gunakan dalam mengembangkan ide yang telah kami terapkan ialah berdasarkan
referensi jurnal, web, dan buku-buku. Dalam laporan pelaksanaan rekayasa ide :
1. Layanan yang digunakan : Layanan Informasi
2. Pendekatan yang digunakan : Pendekatan Krisis
3. Metode yang digunakan : Metode Tidak Langsung ( Format Kelompok ) melalui
aplikasi zoom.
4. Teknik yang digunakan : Teknik Sosiodrama ( Format Kelompok )
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari gagasan ini dapat disimpulkan bahwa peran guru BK dalam mengatasi
Cyber Bullying dengan Cyber Counseling di SMA SWASTA AS-SYAFI’YAH
MEDAN sangat baik. Pada kondisi saat ini peserta didik melakukan pembelajaran
daring yang menuntut mereka untuk memanfaat teknologi. Tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa remaja akan sangat erat kaitannya dengan penggunaan media sosial sehingga
dapat memicu suatu kelompok teman sebaya atau secara personal melakukan cyber-
bullying terhadap teman lainnya. Dan demi mengatasi masalah cyber-bullying tersebut
maka peran guru bk sangat penting untuk melakukan pelayanan BK di situasi pandemi
saat ini.

Adapun layanan yang bisa di berikan selama Pembelajaran Daring saat ini salah
satunya Layanan Informasi. Menurut Prayitno ( 2014: Pembelajaran melalui pelayanan
BK di satuan pendidikan, 149 ) layanan informasi adalah layanan BK yang membantu
peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar,
karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif, dan bijak. Layanan
informasi biasanya di lakukan secara klasikal. Namun, melihat keadaan saat ini sangat
tidak memungkinkan untuk memberikan layanan informasi secara klasikal. Akan
tetapi seorang guru BK dapat memanfaatkan teknologi dengan melaksanakan
Cybercounseling yang secara umum dapat didefinisikan sebagai praktek konseling
profesional yang terjadi ketika konseli dan konselor berada secara terpisah dan
memanfaatkan media elektronik untuk berkomunikasi melalui internet.
3.2 Rekomendasi
Berdasarkan simpulan hasil penelitian di SMA SWASTA AS-SYAFI’YAH
MEDAN di atas, maka dapat direkomendasikan beberapa saran:
1. Bagi siswa-siswi SMA SWASTA AS-SYAFI’YAH MEDAN agar dapat memahami
dengan baik dampak dari Cyber Bullying terhadap kesehatan mental remaja pada
masa sekarang ini yang semua kegiatan pembelajaran dilakukan secara online.
2. Bagi Guru BK SMA SWASTA AS-SYAFI’YAH MEDAN hendaklah melakukan
dan melaksanakan segala bentuk model Cybey Counseling yang dapat diterapkan
dalam menangani dan mengatasi permasalahan terhadap peserta didik yang terkena
Cyber Bullying tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Utami, Yana, Choria. 2014. Cyberbullying di Kalangan Remaja. Surabaya


Nursanti, Ade. Sadida, Nuri dan caninsti, Reselligia.2019. Cyberbullying Pencegahan
dan Penanganan Pada Guru bimbingan Kounseling Di Jakarta Pusat. Jurnal
Pengabdian Masyarakat, Vol.3
Pandie, Mira, Marleni dan Weismann. 2016. Pengaruh Cyberbullying Di Media Sosial
Terhadap Perilaku Reaktif Sebagai Pelaku Maupun Sebagai Korban Cyberbullying
Pada Siswa Kristen Smp Nasional Makassar. Jurnal Jaffray, Vol. 14, No. 1
Rahayu, Flourensia, Sapty.2012. Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif Penggunaan
Teknologi Informasi. Journal of Information Systems, Vol. 8
Kirana, Dyah, Luthfia. 2019. Cyber Counseling Sebagai Salah Satu Model
Perkembangan Konseling Bagi Generasi Milenial. Vol. 8 No. 1.
LAMPIRAN

 RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BKP TEKNIK SOSIODRAMA


( RPL BKP TEKNIK SOSIODRAMA )
DENGAN TEMAN SEBAYA

Satuan : Universitas Negeri Medan


Kelas/ Semester : BK Reguler C/ Semester III
Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit
Tugas perkembangan :
1. Meningkatkan kesadaran kepada peserta didik untuk mempunyai rasa empati
terhadap teman-temannya yang lain.
2. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif.
3. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri.

A Komponen Layanan Layanan Dasar


B Bidang Layanan Pribadi dan Sosial
C Topik/Tema Layanan Kiat Menghadapi Perilaku Cyber-Bullying
D Fungsi Layanan Pemahaman, Pencegahan dan Pengentasan
E Format Layanan Kelompok
F Tujuan Umum Anggota kelompok dapat mencegah dan
menghindari perilaku cyber-bullying serta
mengatasi masalah cyber-bullying di lingkungan
sekitarnya.
G Sasaran Layanan Siswa/Siswi SMA SWASTA AS-SYAFI’YAH
MEDAN.
H Metode dan Teknik Metode Tidak Langsung melalui Aplikasi Zoom
dengan Teknik Sosiodrama.
I Pelaksanaan
1. Tahap Awal/Pembentukan
a. Pernyataan Tujuan 1. PK membuka dengan salam dan berdo’a
2. PK membina hubungan baik dengan AK
(menanyakan kabar, pelajaran
sebelumnya, dan ice breaking).
3. PK menyampaikan tujuan-tujuan khusus
yang akan dicapai. ( Menjelaskan teknik
sosiodrama )
b. Penjelasan tentang Langkah- 1. PK memberikan langkah-langkah
Langkah Kegiatan kegiatan, tugas dan tanggung jawab AK.
2. PK menyampaikan kontrak layanan hari
ini akan melakukan kegiatan selama 1
jam.
c. Mengarahkan Kegiatan PK memberikan penjelasan tentang topik yang
(Konsolidasi) akan dibahas yaitu “Kiat Menghadapi Perilaku
Cyber-Bullying”.
2. Tahap Peralihan (Transisi) 1. PK menjelaskan kembali secara ringkas
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
BKP.
2. Tanya jawab tentang kesiapan peserta
didik untuk memasuki tahap inti/kerja.
3. Mengenali suasana kesiapan kelompok
dan mengatasinya bila diperlukan.
4. Mendorong peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan BKP
3. Tahap Pembahasan/Inti
1. PK mempertegas topic BKp dan
pentingnya topic tersebut dibahas.
2. PK mengajak AK melakukan
Brainstorming/curah pendapat.
3. PK menyampaikan garis besar cerita
sosiodrama
4. PK menawarkan atau menunjuk individu
yang akan memainkan peran sesuai
skenario.
5. PK Menjelaskan peran setiap pemain
sosiodrama
6. PK menjelaskan peran penonton/
observer
7. Memainkan sosiodrama.
8. PK memberikan kesempatan kepada
seluruh peserta didik untuk
mendiskusikan sosiodrama yang telah
ditampilkan.
9. Diskusi diarahkan pada pencapaian
tujuan, yaitu memahami, menghindari,
dan menghadapi perilaku bullying.
10. PK memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menyimpulkan.
11. Selingan diisi dengan menyanyi
bersama.
12. Guru BK memberikan penguatan
13. Permaianan sosiodrama dapat diulang
dengan pemain yang berbeda.
4. Tahap Pengakhiran ( 1. PK mengingatkan peserta didik bahwa
Terminasi ) kegiatan akan segera berakhir.
2. PK meminta peserta didik untuk
menyampaikan kesan-kesan, harapan,
dan rencana kedepan setelah mengikuti
BKP
3. PK memberi motivasi agar peserta didik
tidak melakukan praktek-praktek
bulliying ataupun cyber-bullying , tetapi
membangun persahabatan dan
persaudaraan dengan adik kelas serta
mampu menjadi kakak kelas yang
mengayomi dan patut menjadi teladan
kebaikan.
4. Menyepakati kegiatan lanjutan
5. Menyampaikan terimakasih kepada
anggota kelompok atas partisipasi
aktifnya dan kekompakkannya selama
mengikuti kegiatan BKP.
6. PK memimpin doa penutup (religius)
7. Menyampaikan salam perpisahan dan
dilanjutkan dengan menyanyi bersama.

J Evaluasi
1. Evaluasi Proses PK melakukan evaluasi dengan memperhatikan
proses yang terjadi:
Evaluasi ini dilakukan oleh PK dengan melihat
proses yang terjadi dalam kegiatan BKP yang
meliputi:
1. Dinamika kelompok
2. Partisipasi aktif peserta didik selama
mengikuti BKP
3. Antusiasisme peserta didik selama
mengikuti BKP.
2. Evaluasi Hasil Evaluasi dengan instrument yang sudah
disiapkan PK, antara lain:
1. Evaluasi tentang suasana pertemuan
dengan instrument: menyenangkan/
kurang menyenangkan/ tidak
menyenangkan.
2. Evaluasi tentang topik yang dibahas:
sangat penting/ kurang penting/ tidak
penting.
3. Evaluasi terhadap cara PK dalam
menyampaikan materi: mudah dipahami/
tidak mudah dipahami/ sulit dipahami.
4. Evaluasi terhadap kegiatan yang diikuti:
menarik/ kurang menarik/ tidak menarik
uantuk diikuti.
J Tempat Pelaksanaan Zoom Cloud Meetings
K Waktu 10.00 WIB - 11.00 WIB
L Pelaksana Layanan Kelompok 2

Diketahui,
Dosen pengampuh mata kuliah Pelaksana Layanan

( Utami Nurhafsari Putri, S.Psi., M.Psi., psikolog ) ( Kelompok 2 )

 RPL BKP TOPIK TUGAS SATU LEMBAR ( Yang Dianjurkan oleh


Mentri Pendidikan di Masa Pandemi )
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) BIMBINGAN KELOMPOK
TOPIK TUGAS PELAYANAN JARAK JAUH (DARING)
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Komponen : Layanan Dasar


Bidang Layanan : Pribadi dan Sosial
Topik Bimbingan : Kiat Menghadapi Perilaku Cyber-Bullying
Kelas : BK Reguler C 2019
Alokasi Waktu : 1 X 40 Menit
1. Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik pada Perguruan Tinggi (SKKPDPT)
1. Aspek Perkembangan :
Kematangan Intelektual, Kematangan Emosional dan Landasan Hidup Religius.
2. Tataran Internalisasi Tujuan
Mempelajari cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah secara objektif.

2 Tujuan Layanan Tahap Pengenalan Tahap Akomodasi Tahap Tindakan


Peserta didik/AK dapat Peserta didik/AK dapat Peserta didik/AK dapat
mengetahui bagaimana mencegah dirinya untuk mengatasi masalah perilaku
perilaku cyber-bullying tidak melakukan perilaku cyber-bullying jika terjadi di
(C4). cyber-bullying (A4). lingkungan sekitarnya (P4).

3. Metode, Alat dan Media


1. Metode, Jumlah AK : Daring, 7 orang Anggota Kelompok.
2. Media dan Alat : Media sosial WhatsApp, Zoom Meeting dan video tentang
berita kasus siswa bunuh diri saat pembelajaran jarak jauh , Google Form.
4. Langkah-langkah Kegiatan
1. Tahap Awal/Pembentukan
a. PK mengumumkan melalui whatssapp group ke AK bahwa akan diadakan bimbingan kelompok. AK diberi
link ke google form, untuk mengisi daftar hadir.
b. PK membagikan link zoom meeting pada anggota kelompok yang telah dijadwalkan untuk melakukan
bimbingan kelompok melalui WAG.
c. PK membuka dengan mengucapkan salam serta menyapa setiap AK yang telah terhubung.
d. PK membina hubungan baik dengan konseli melalui bertanya kabar dan kegiatan selama pandemic
2. Tahap Peralihan
a. Setelah suasana akrab terbangun, PK menyampaikan tujuan layanan bimbingan kelompok dan tahapan
kegiatan bimbingan kelompok melalui daring.
b. PK menanyakan kesiapan konseli/AK dalam menjalani sesi bimbingan kelompok . Jika konseli telah
siap maka tahap kegiatan/inti dapat dilakukan.
3. Tahap Inti / Kerja
a. PK menampilkan video di link https://youtu.be/3FuGAXv0Mu0 sesuai topik yang akan dibahas melalui
share screen.
b. AK menanggapi isi video yang sudah ditampilkan terkait pentingnya membahas topik tersebut.
c. AK saling memberikan pendapat tentang faktor penyebab seseorang melakukan cyber-bullying dan
dampak yang dapat ditimbulkan.
d. PK menanyakan rencana tindakan/solusi yang akan dilakukan AK untuk mengatasi masalah yang terjadi
terkait dengan cyber-bullying di masa pandemi saat ini.
4. Tahap Pengakhiran / Terminasi
a. Memberi penguatan tentang kegiatan dan merencakanan kegiatan lanjutan
b. Berdoa dan Menyampaikan salam perpisahan dan dilanjutkan dengan menyanyi bersama.

5. Evaluasi
1. Evaluasi Proses : Menyimak proses jalannya layanan via zoom meeting tentang sikap dan keaktifan
para peserta dalam mengikuti bimbingan kelompok
2. Evaluasi Hasil : Evaluasi dari bimbingan kelompok ini akan dilakukan secara daring melalui google
form yang akan diisi anggota kelompok terkait BMB3.

Mengetahui Medan , 14 Januari 2020

Dosen Pengampuh Pelaksana Layanan


Utami Nurhafsari Putri, S.Psi., M.Psi., psikolog Kelompok 2

Anda mungkin juga menyukai