DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
BK REGULER C 2019
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................2
1.3 Alat dan Bahan yang Digunakan................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.2 Kajian Pustaka.............................................................................................3
2.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan ( Langkah Kegiatan )..................................8
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................9
3.2 Rekomendasi..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
LAMPIRAN..........................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1
sejak 2011 terdapat peningkatan laporan dari orang tua yang melaporkan anaknya
menjadi korban dalam cyberbullying (www.Ipsos.com). Di Indonesia kasus
cyberbullying tidak banyak terungkap, dikarenakan tidak semua korban mau berbicara
kepada teman, orang tua ataupun guru. Penelitian yang dilakukan oleh Nursanti (2015)
menyatakan bahwa terdapat beragam peran remaja dalam cyberbullying (n=159),
diantaranya 32% remaja pernah berperan sebagai pelaku, 47% sebagai korban dan 34%
pernah menyaksikan cyberbullying. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa remaja yang aktif dalam penggunaan internet memiliki resiko terlibat dalam
cyberbullying baik sebagai pelaku, korban, maupun saksi.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam melakukan project ini adalah untuk menambah referensi dalam
ilmu tentang bagaimana peran guru BK dalam mengatasi Cyber Bullying Dengan Cyber
Counseling.
a. Cyber Bullying
Cyberbullying merupakan istilah yang ditambahkan ke dalam kamus OED pada
tahun 2010. Istilah ini merujuk kepada penggunaan teknologi informasi untuk
menggertak orang dengan mengirim atau posting teks yang bersifat mengintimidasi atau
mengancam. OED menunjukkan penggunaan pertama dari istilah ini pertama kali di
Canberra pada tahun 1998, tetapi istilah ini sudah ada sebelumnya di Artikel New
Yorks Time 1995 di mana banyak sarjana dan penulis Besley seorang Kanada yang
meluncurkan website cyberbullying tahun 2013 dengan istilah coining
Cyberbullying adalah perilaku intimidasi yang dilakukan oleh seseorang
maupun kelompok untuk menghujat dan mencemooh seseorang melalui media
telekomunikasi. Pesan yang disampaikan dapat menggunakan telepon, tablet, dan
komputer. Pesan dapat berupa pesan singkat, pesan melalui email, blog dan ruang
percakapan pribadi maupun online (chatting) (Kowalski, Limber, & Agatston, 2008).
Berdasarkan data Ipsos dari berbagai negara, sejak 2011 terdapat peningkatan laporan
dari orang tua yang melaporkan anaknya menjadi korban dalam cyberbullying
(www.Ipsos.com). Di Indonesia kasus cyberbullying tidak banyak terungkap,
dikarenakan tidak semua korban mau berbicara kepada teman, orang tua ataupun guru.
Penelitian yang dilakukan oleh Nursanti (2015) menyatakan bahwa terdapat beragam
peran remaja dalam cyberbullying (n=159), diantaranya 32% remaja pernah berperan
sebagai pelaku, 47% sebagai korban dan 34% pernah menyaksikan cyberbullying.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja yang aktif dalam
penggunaan internet memiliki resiko terlibat dalam cyberbullying baik sebagai pelaku,
korban, maupun saksi.
Cyberbullying sama dengan bullying yang terjadi pada umumnya, yaitu sama-
sama mengintimidasi ataupun mengganggu orang yang lemah, cyberbullying ini pada
umumnya banyak terjadi dimedia sosial. Perbedaan antara Cyberbullying dengan
bullying adalah tempat di mana seorang pembully atau mobbing (julukan untuk satu
kelompok pem-bully) melakukan intimidasi, ancaman, pelecehan, dll terhadap target.
Cyberbullying adalah kejadian ketika seorang anak atau remaja diejek, dihina,
diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet,
teknologi digital atau telepon seluler. Cyberbullying dianggap valid bila pelaku dan
korban berusia di bawah 18 tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Apabila
salah satu pihak yang terlibat (atau keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka
kasus yang terjadi akan dikategorikan sebagai cybercrime atau cyberstalking (sering
juga disebut cyber harassment).
c. Cyber Counseling
Dalam konsep yang sederhana konseling dapat dimaknai sebagai proses bantuan
yang diberikan konselor kepada konseli untuk menyelesaikan masalah . Prayitno
mengatakan bahwa proses konseling bertujuan membantu konseli untuk dapat
memahami diri dan lingkungannya, sehingga dapat membawa seseorang menuju
kondisi yang membahagiakan, sejahtera, nyaman, dan berada pada kondisi kehidupan
yang lebih efektif. Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi konseli.
Cybercounseling secara umum dapat didefinisikan sebagai praktek konseling
profesional yang terjadi ketika konseli dan konselor berada secara terpisah dan
memanfaatkan media elektronik untuk berkomunikasi melalui internet. Lebih lanjut
dalam Wikipedia, cyber counseling dimaknai dalam jaringan atau keadaan saat sesuatu
terhubung ke dalam suatu jaringan atau system (umumya internet atau ethernet). Jadi
istilah konseling cyber counseling atau counseling online dapat dimaknai secara
sederhana yaitu proses konseling yang dilakukan dengan alat bantu jaringan sebagai
penghubung Konselor dengan konselinya. Lebih lanjut cyber counseling adalah layanan
terapi yang relatif baru. Konseling dikembangkan dengan menggunakan teknologi
komunikasi dari yang paling sederhana menggunakan email, sesi dengan chat, sesi
dengan telp pcto-pc sampai penggunaan dengan penggunaan webcam (video live
sessions), yang secara jelas menggunakan computer dan internet. Cyber Counseling
adalah salah satu model konseling yang bersifat virtual atau konseling yang berlangsung
melalui bantuan koneksi internet dimana konselor dan konseli tidak hadir secara fisik
pada ruang dan waktu yang sama, dalam hal ini proses konseling berlangsung melalui
internet dalam bentuk web-site,e-mail, facebook, video conference (yahoo massangger)
dan ide inovatif lainnya. Berikut beberapa model cyber counseling yang telah di
kembangkan dan disesuaikan dengan konseli yang merupakan generasi milenial, antara
lain:
1. Cyber Counseling berbasis E-mail
Salah satu media yang digunakan adalah e-mail. Konseling melaluie-mail
merupakan salah satu inovasi yang dikembangkan dari layanan konseling tatap muka,
yang didalamnya konselor dan konseli dapat membahas mengenai masalah-masalah
yang dihadapi konseli. Konseling e-mail tidak dikembangkan untuk menggantikan
konseling tatap muka (face to face), tetapi menjadi salah satu cara inovatif dalam
membantu konseli untuk memecahkan masalahnya E-mail dipandang sebagai pilihan
umum dan efektif untuk konseling online. Sussman menjelaskan e-mail sebagai cara
paling mudah bagi konselor untuk membangun komunikasi online dengan konseli. E-
mail digunakan untuk konseling individual maupun kelompok dan memberikan manfaat
besar dalam konseling karena keunggulannya dibandingkan dengan konseling
tatapmuka.
2. Cyber Counseling berbasis chat Asynchronous
Cybercounseling Chat-Asynchonous seperti email dan text chat, orang tidak
harus duduk didepan komputer yang tersambung ke dalam jaringan (online). Biasanya
ini berarti ada peregangan kerangka waktu di mana interaksi terjadi, anda memiliki jam,
hari, atau bahkan minggu untuk menanggapi pesan tersebut. Cyberspace menciptakan
ruang sementara yang fleksibel, waktu interaktif bersama konseli dapat dilakukan
dengan singkat, sesuai kebutuhan. Kesempatan untuk mengirim pesan ke konselor dapat
dilakukan setiap saat dan menciptakan perasaan nyaman bahwa konselor selalu ada,
selalu hadir, yang memudahkan jarak pemisahan dan memungkinkan konseli untuk
mengartikulasikan pikiran dan perasaan mereka dengan segera kepada konselor,
daripada harus menunggu pada pertemuan konseling berikutnya. Cyber counseling
Chat-Asynchonous berbasis android dalam hal ini, menekankan pada asas kerahasiaan
dari konselinya dan memiliki penyimpanan data yang dapat di print-out sebagai laporan
kegiatan pertanggungjawaban kinerja terhadap atasan. Kerahasiaan ini dimaksudkan
agar permasalah konseli tidak boleh sampai diketahui oleh orang lain dan benar-benar
terjaga kerahasiannya.
3. Cyber Counseling Berbasis Teks Menggunakan Riliv Aplikasi Android
Telah dibuat aplikasi Appstore dimana proses konseling dilaksanakan online
melalui aplikasi Riliv. Riliv merupakan social network yang menghubungkan klien
dengan konselor secara online. Riliv merupakan sebuah social network yang
menghubungkan setiap orang yang memiliki permasalahan pribadi untuk
menyelesaikannya melalui konseling online berbasis teks. Aplikasi ini menghubungkan
seorang psikolog atau ilmuwan psikologi dengan user sebagai klien untuk proses
konseling berbasis teks. Riliv dirancang dengan konsep konsultasi one on one oleh
psikolog profesional secara anonim. Segala bantuan psikologi melalui konseling dapat
tetap dilaksanakan secara profesional dan memenuhi kaidah proses konseling pada
dasarnya dapat diterapkan melalui aplikasi android di Riliv.
4. Cyber Counseling Berbasis Facebook
Tujuan pengembangan model cyber counseling berbantuan facebook ini sebagai
wadah individu yang cenderung memililiki keterbatasan jarak, waktu, dan seringkali
merasa tidak nyaman untuk melakukan pertemuan secara langsung bertatap muka
dengan seseorang ahli44. Shaw&Shaw (2006). mengatakan bahwa cyber counseling
sangat cocok bila diberikan pada klien yang “....(c) yang tidak ingin melakukan
konseling face to face (d) lebih suka menulis dari pada berbicara” Karena itulah
kelompok pada penelitian ini merupakan sub populasi yang bisa menerima dan
memiliki ketertarikan untuk menggunakan bentuk layanan ecounseling. Landasan cyber
counseling berbantuan facebook ini digunakan sebagai bentuk pengembangan untuk
memperkuat pencapaian manfaat layanan bimbingan dan konseling.
Pada project ini kami melakukan mini riset terlebih dahulu pada siswa SMA
SWASTA AS-SYAFI’YAH MEDAN dengan mengumpulkan data melalui delapan
jurnal atau penelitian terkait mengenai hubungan konformitas teman sebaya dengan
perilaku cyber-bullying terhadap kesehatan mental siswa. Kajian Pustaka yang kami
gunakan dalam mengembangkan ide yang telah kami terapkan ialah berdasarkan
referensi jurnal, web, dan buku-buku. Dalam laporan pelaksanaan rekayasa ide :
1. Layanan yang digunakan : Layanan Informasi
2. Pendekatan yang digunakan : Pendekatan Krisis
3. Metode yang digunakan : Metode Tidak Langsung ( Format Kelompok ) melalui
aplikasi zoom.
4. Teknik yang digunakan : Teknik Sosiodrama ( Format Kelompok )
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari gagasan ini dapat disimpulkan bahwa peran guru BK dalam mengatasi
Cyber Bullying dengan Cyber Counseling di SMA SWASTA AS-SYAFI’YAH
MEDAN sangat baik. Pada kondisi saat ini peserta didik melakukan pembelajaran
daring yang menuntut mereka untuk memanfaat teknologi. Tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa remaja akan sangat erat kaitannya dengan penggunaan media sosial sehingga
dapat memicu suatu kelompok teman sebaya atau secara personal melakukan cyber-
bullying terhadap teman lainnya. Dan demi mengatasi masalah cyber-bullying tersebut
maka peran guru bk sangat penting untuk melakukan pelayanan BK di situasi pandemi
saat ini.
Adapun layanan yang bisa di berikan selama Pembelajaran Daring saat ini salah
satunya Layanan Informasi. Menurut Prayitno ( 2014: Pembelajaran melalui pelayanan
BK di satuan pendidikan, 149 ) layanan informasi adalah layanan BK yang membantu
peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar,
karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif, dan bijak. Layanan
informasi biasanya di lakukan secara klasikal. Namun, melihat keadaan saat ini sangat
tidak memungkinkan untuk memberikan layanan informasi secara klasikal. Akan
tetapi seorang guru BK dapat memanfaatkan teknologi dengan melaksanakan
Cybercounseling yang secara umum dapat didefinisikan sebagai praktek konseling
profesional yang terjadi ketika konseli dan konselor berada secara terpisah dan
memanfaatkan media elektronik untuk berkomunikasi melalui internet.
3.2 Rekomendasi
Berdasarkan simpulan hasil penelitian di SMA SWASTA AS-SYAFI’YAH
MEDAN di atas, maka dapat direkomendasikan beberapa saran:
1. Bagi siswa-siswi SMA SWASTA AS-SYAFI’YAH MEDAN agar dapat memahami
dengan baik dampak dari Cyber Bullying terhadap kesehatan mental remaja pada
masa sekarang ini yang semua kegiatan pembelajaran dilakukan secara online.
2. Bagi Guru BK SMA SWASTA AS-SYAFI’YAH MEDAN hendaklah melakukan
dan melaksanakan segala bentuk model Cybey Counseling yang dapat diterapkan
dalam menangani dan mengatasi permasalahan terhadap peserta didik yang terkena
Cyber Bullying tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
J Evaluasi
1. Evaluasi Proses PK melakukan evaluasi dengan memperhatikan
proses yang terjadi:
Evaluasi ini dilakukan oleh PK dengan melihat
proses yang terjadi dalam kegiatan BKP yang
meliputi:
1. Dinamika kelompok
2. Partisipasi aktif peserta didik selama
mengikuti BKP
3. Antusiasisme peserta didik selama
mengikuti BKP.
2. Evaluasi Hasil Evaluasi dengan instrument yang sudah
disiapkan PK, antara lain:
1. Evaluasi tentang suasana pertemuan
dengan instrument: menyenangkan/
kurang menyenangkan/ tidak
menyenangkan.
2. Evaluasi tentang topik yang dibahas:
sangat penting/ kurang penting/ tidak
penting.
3. Evaluasi terhadap cara PK dalam
menyampaikan materi: mudah dipahami/
tidak mudah dipahami/ sulit dipahami.
4. Evaluasi terhadap kegiatan yang diikuti:
menarik/ kurang menarik/ tidak menarik
uantuk diikuti.
J Tempat Pelaksanaan Zoom Cloud Meetings
K Waktu 10.00 WIB - 11.00 WIB
L Pelaksana Layanan Kelompok 2
Diketahui,
Dosen pengampuh mata kuliah Pelaksana Layanan
5. Evaluasi
1. Evaluasi Proses : Menyimak proses jalannya layanan via zoom meeting tentang sikap dan keaktifan
para peserta dalam mengikuti bimbingan kelompok
2. Evaluasi Hasil : Evaluasi dari bimbingan kelompok ini akan dilakukan secara daring melalui google
form yang akan diisi anggota kelompok terkait BMB3.