Konselor Yayasan Arwaniyyah Pati, 12 Oktober 2021 Pengertian Konseling Pancawaskita • Konseling pancawaskita adalah kewaskitaan yang didalamnya terkandung lima faktor yang akan menjadi andalan bagi keberhasilan konseling • Wawasan pancawaskita ini menjadi motor penggerak dan sekaligus pemandu bagi pendekatan eklektik/ memilih yang terbaik yang digunakan konselor/ guru BK / Keamanan
Prof. Dr. Prayitno, M. Sc. Ed.
Lima Faktor Waskita yang Harus Dimiliki Konselor/Guru BK/Keamanan • Kecerdasan. Dalam melaksanakan konseling harus ada 1 dasarnya, pengalaman dan pertimbangan akal jernih dan kreatif • Kekuatan. Konselor/ guru BK/ Keamanan harus mampunyai 2 kepribadian yang tangguh, tenang, baik, tekun, dan telaten membantu santri. Selain itu juga harus mempunyai wawasan dan pengetahuan yang cukup/ luas.
• Keterarahan. Kegiatan konseling berorientasi pada keberhasilan
3 santri dengan mengoptimalkan perkembangan dirinya dalam mengatasi permasalahannya
• Ketelitian. Konselor/ guru BK/ Keamanan bekerja dengan cermat
4 dan hati-hati serta berdasarkan data dalam memilih dan menerapkan teori dalam tegnologi konseling • Kearif Bijaksanaan. Bahwa Konselor/ guru BK/ Keamanan dalam menyikapi dan bertindak di dasarkan pada peninjauan dan pertimbangan 5 yang matang. Kelembutn dan kesantunan terhadap santri dan orang lain pada umumnya. Sesuai dengan nilai moral dan norma-norma yang Kewaskitaan konselor/ guru BK/ Keamanan selain mengacu pada lima factor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu juga melalui pendekatan, teori, dan teknik yang tepat. Kewaskitaan dalam konseling seperti itu hanya dapat diperoleh melalui proses belajar secara terus menerus dan praktik di lapangan dalam menangani beberapa santri/ klien dengan berbagai masalah yang bervariasi Hal yang Harus Selalu diketahui seorang Konselor/ Guru BK/ Keamanan 1. KPA (Kejadian Pernah Ada) 2. KSA (Kejadian Sedang Ada) 3. KMA (Kejadian Mungkin Ada) Macam-macam Teknik Konseling Menurut Carkhuff 1983 1. Melayani (Attending) : melayani klien/ santri secara pribadi/ kelompok melalui sikap tubuh & ekspresi wajah 2. Empati : empati erat kaitannya dengan attending. Empati/ peduli kepada klien/ santri dengan mendengarkan curharan/ cerita yang disampaikan juga memperhatikan postur/ gesture/ bentuk tubuh dan ekspresi wajahnya 3. Refleksi: upaya untuk memperoleh informasi lebih mendalam, menggugah perasaan agar lebih terbuka tentang keadaan klien/santri 4. eksplorasi : menggali perasaan pengalaman pikiran agar klien/santri bebeas berbicara tanpa rasa takut, tertekan,terancam. - perasaan yang tersimpan/ dirahasiakan/disembunyikan - Pengalaman, contoh : saya terkesan dengan pengalaman anda, dst 5. Menangkap pesan utama : konselor/guru BK/keamanan dapat memaparkan inti pertanyaan/ permasalahan dan tidak berbelit-belit / berputar-putar 6. Pertanyaan terbuka (open question): bertanya untuk membuka percakapan 7. Pertanyaan tertutup (close question):pertanyaan yang mengandung unsur jawaban “iya/tidak” 8. Dorongan minimal : memberi dorongan supaya klien/santri semangat menanggapi/ menceritakan masalahnya 9. Interprestasi :memberi pemahaman, pengertian agar klien/santri berubah menjadi percaya diri pada klien/santri yang putus asa 10. Mengarahkan (directing) :mengarahkan klien/santri untuk memperagakan kejadian/masalah yang dialami. Contoh: santri terkena sangsi/dihukum secara verbal/ non verbal 11. Menyimpulkan sementara :percakapan konselor/guru BK/ Keamanan harus disiapkan atau memberikan gambaran kilas balik (feed back) 12. Memimpin (leading) : konselor/guru BK/ Keamanan harus terampil dalam memimpin percakapan agar tidak menyimpang dari permasalahan dan tepat sasaran 13. Konfrontasi : menantang klien/ santri untuk berani mengatakan yang sebenarnya 14. Menjernihkan : menjernihkan permasalahan jika kurang jelas/ melakukan klarifikasi 15. Memudahkan : membuka komunikasi agar klien/santri mudah berbicara pada konselor/guru BK/ Keamanan 16. Diam : diam bukan berarti tidak ada komunikasi, tapi konselor menunggu klien/santri berfikir 5 s/d 10 detik 17. Mengambil inisiatif : konselor harus mengambil inisiatif apabila klien/santri kurang semangat 18. Memberi nasihat 19. Memberikan informasi 20. Merencanakan 21. Menyimpulkan Permainan Rantai Nama dan Praktik Kursi Kosong (Konselor dan Klien/ santri) tentang “Pembullyan” Tujuan: RANTAI NAMA 1. Memperkuat ingatan 2. Fokus 3. Mengenal nama setiap anggota kelompok Langkah-langkah : 1. Membentuk lingkaran 2. Bisa dimulai dari mana saja, bisa dari ketua dan seterusnya 3. Orang pertama mengenalkan diri (nama, asal unit, dan alamat rumah) 4. Orang kedua disebelah kanan mengulangi yang disampaikan orang pertama, contoh: nama ahmad, asal unit PTYQR Bejen, alamat Jakarta. Selanjutnya menyebutkan namanya sendiri, contoh : saya Muhammad asal unit PTYQM alamat Bekasi, dan seterusnya sampai selesai 5. Bagi peserta yang salah sebut rantai nama, bisa diberi sangsi sesuai kesepakatan bersama PRAKTIK