Dosen Pengampu:
Nini Sri Wahyuni, S.Psi, M.Pd, M.Psi
Disusun Oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
ini yang diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Metode Riset Psikologi
Kualitatif.
Tidak lupa juga saya hanturkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak
terkait sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik .
Selain itu, kepada dosen Assesmen Metode Riset Psikologi Kualitatif. Saya juga
mengucapkan banyak rasa terima kasih karena telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah ini.
Harapan saya dalam pembuatan tugas ini agar dapat menjadi satu acuan
yang dapat memberikan wawasan baru kepada pembaca. Mohon maaf bila
terdapat penulisan ataupun kata kata yang kurang berkenan.
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………....
PENDAHULUAN
Generasi remaja saat ini, yang biasa juga disebut dengan generasi Z atau
Net generasi atau generasi millennial adalah generasi yang paling berpotensi
melakukan phubbing. Karena generasi ini termasuk generasi yang sangat akrab
dengan gadget. Menurut Absher dan Amidjaya (dalam Fatmati, 2010) bahwa
generasi millennial itu merupakan generasi yang lahirnya berkisar antara 1982
sampai dengan 2002. Tapscott (2008) menyatakan bahwa sebutan istilah untuk
generasi baru millennial ini ada yang disebut sebagai generasi Z. Para ahli
menilai, bahwa generasi Z merupakan generasi digital, dimana generasi ini lebih
mengandalkan teknologi untuk berkomunikasi, bermain, dan bersosialisasi.
Bahkan, buku teks bisa dibilang tidak berarti untuk Gen Z. Kebiasaan ini timbul
dari pesatnya teknologi yang bisa diakses dalam satu perangkat elektronik atau
dalam satu gadget saja. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian
kualitatif pendekatan fenomenologi guna memperdalam tentang bagaimana
pengalaman-pengalaman pelaku phubbing didalam berinteraksi dan menerima
feedback dari agen-agen sosialnya serta mencari tau interaksi seperti apa yang
membuatnya berperilaku phubbing.
Penelitian yang berjudul “Beberapa Studi Kasus Apakah Adiksi Internet &
Komputer itu Ada” yang diteliti oleh Mark Grhiffiths menunjukkan hasil bahwa dari
studi dari lima kasus saudara, hanya dua anak yang kecanduan komputer dan
internet,kecanduan yang diteliti disesuaikan dengan komponen
kecanduankriteria nents yaitu Penggunaan yang berlebihan di mayoritas kasus
murni gejala dan dimana Internet / komputer sudah terbiasameniadakan
defisiensi lainnya misalnya, kurangnya teman, penampilan fisik, gangguan
kemampuan dalam mengatasi, dll(Griffith, 2000). Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian penulis adalah pendekatannya karena penulis menggunakan
pendekatan fenomenologi, selain itu adapula perbedaan tempat,Informan,
variabel dan fenomena yang diteliti. Penelitian yang berjudul “Tidak Terhubung,
Meskipun Puas: Perilaku Dan Kepuasan Hubungan” yang diteliti oleh Esra
Cizmeci dari Universitas Yalova, Turki. Yang diteliti dengan menggunakan
metode kuantitatif yang mensurvei 500 pasangan yang ada di Turki menunjukkan
hasil bahwa perilaku Phubbing tidak memiliki dampak negatif pada pasangan
romantis di Turki. teknik survei ini anonim, peserta mungkin memiliki keraguan
tentang memberikan jawaban yang benar dan tidak(Cizmeci, 2017).
1.5 TUJUAN
1.6 MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah referensi penelitian
b. Dapat menjadi acuan penelitian Phubbing dari sudut pandang
kualitatif
2. Manfaat Praktis
a. Pembaca dapat mengetahui dampak perilaku Phubbing
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Interaksi Sosial adalah suatu hubungan yang saling timbal balik antar
individu satu dengan yang lainnya (Walgito, 1980). Sementara menurut
(Soekanto S. , 1997) interaksi sosial adalah hubungan antar individu atau
interaksi dengan sesama kelompok manusia. Interaksi sosial dapat diartikan
sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang
dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu
lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara
kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol
diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh
mereka yang menggunakannya Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer
adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang
dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu
berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah
Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna
dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai
sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process Interaksi
sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial
dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya
hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan
pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Karp dan
Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi
dimulainya komunikasi atau interaksi sosial.
Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan
Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu
sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat
meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.
Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang
dan dimensi waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall
membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak
intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturanmengenai ruang
Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat
adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi.
Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I.
Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan
reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.(Sitorus, 2001).
Interaksi sosial tak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat,
yaitu (1) adanya kontak sosial, dan (2) adanya komunikasi. (Tri Dayakisni,
Hudaniyah, 2009) Interaksi sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang
berarti bersama-sama dan tangoyang artinya menyentuh.Jadi secara Harfiah
kontak adalah bersama-sama menyentuh. Secara Fisik terjadi apabila terjadi
hubungan badaniah Menurut (Soekanto S.,2005) kontak sosial dapat
berlangsung dalam tiga bentuk yaitu sebagai berikut:
1. Antara orang perorangan, kontak sosial ini adalah apabila anak kecil
mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses itu terjadi
melalui komunikasi yaitu suatu proses dimana individu yang baru
mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi
anggota.
2. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau
sebaliknya, kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang
merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-
norma masyarakat.
3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Umpamanya mengalahkan partai politik lainnya.
Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu kontak sosial postif dan kontak
sosial negatif. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang mengarah pada
suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah kepada sesuatu
pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial. Selain
itu kontak sosial juga memiliki sifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi
apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka,
sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara. (Sitorus, 2001)
2.3 FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI SOSIAL
1. Imitasi
Gabriel Tarde Menyatakan bahwa seluruh kehidupan sosial manusia
didasari oleh faktor-faktor imitasi.Imitasi dapat mendorong individu atau
kelompok untuk melaksanakan perbuatan-perbatan yang baik.Dalam
lapangan pendidikan dan perkembangan, imitasi mempunyai peranan
yang sangat penting karena dengan mengikuti suatu contoh yang baik.
Apabila seseorang telah dididik untuk mengikuti suatu tradisi tertentu
yang melingkupi segala situasi sosial maka orang tersebut akan memiltiki
suatu kerangka tingkah laku dan sikap moral yang dapat menjadi pokok
pangkal guna memperluas perkembangan perilaku yang positif
(Gerungan, 1996) Sedangkan dampak negatif dari pola imitasi dalam
interaksi sosial adalah apabila perilaku yang diimitasi adalah perilaku
yang salah, baik secara moral dan maupun hukum, sehingga diperlukan
upaya yang kuat untuk menolaknya.
2. Sugesti
Sugesti merupakan suatu proses pemberian pandangan atau sikap dari
diri seseorang kepada orang lain diluar dirinya(Gerungan, 1996). Artinya,
sugesti dapat dilakukandan diterima oleh individu lain tanpa adanya kritik
terlebih dahulu. Hal ini didukung oleh (Soekanto S. , 1997) yang
menyatakan bahwa proses sugesti dapat terjadi apabila individu yang
memberikan pandangan tersebut adalah orang yang berwibawa atau
karena sifatnya yang otoriter.
3. Identifikasi
Identifikasi dalam Psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama)
dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Ahmadi, dalam
(Tri Dayakisni, Hudaniyah, 2009). Proses Identifikasi pertama-tama
berlangsung secara tidak sadar , dan selanjutnya irrasional. Artinya
Identfikasi dilakukan berdasarkan perasaan-perasaan atau
kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional dimana
identifikasi akan berguna untuk melengkapi sistem norma, cita-cita dan
pedoman bagi yang bersangkutan.
4. Simpati
Simpati merupakan suatu bentuk interaksi yang melibatkan adanya
ketertarikan individu terhadap individu lainnya. Simpati timbul tidak
berdasarkan penilaian perasaan. (Soekanto S.,1997) menyampaikan
bahwa dorongan utama pada simpati adalah adanya keinginan untuk
memahami pihak lain dan bekerja sama
2. Akomodasi (Accomodation)
Pengertian istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk
menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses.
Akomodasi yang merujuk pada suatu keadaan. Berarti adanya suatu
keseimbangan (equilibrum) dalam interaksi antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan normanorma
sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai
suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha untuk mencapai
kestabilan
3. Asimilasi
Merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara
orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan proses-proses
mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-
tujuan bersama. Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan
pengembangan sikapsikap yang sama, walau kadangkala bersifat
emosional, dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit
mencapai integrasi dalam organisasi,pikiran, dan tindakan. Proses
asimilasi timbul bila ada kelompok-kelompok manusia yang berbeda
kebudayaannya. (Sitorus, 2001)
1. Proses Asosiatif
Adalah sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan kerjasama
timbale balik antara orang per orang atau kelompok satu dengan lainnya,
dimana proses ini menghasilkan pencapaian tujan bersama.macam
proses asosiatif yaitu:Kerjasama adalah usaha bersama individu atau
kelompok untuk mencapai satu atau eberapa tujuan bersama. Bentuk
kerjasama seperti: gotong royong (Kerjasama di masyarakat perdesaan),
Bargaining (perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa), Coalition
(dua organisasi yang mempunyai tujuan yangsama dan bekerja sama
mewujudkan tujuan tersebut), Co-optation (kerjasama individu dan
kelompok dalam sebuah organisasi atau negara untuk menciptakan suatu
stabilitas), joint-venture (kerjasama dua perusahaan atau lebih dalam
suatu proyek tertentu); b) Akomodasi banyak digunakan dalam dua
makna, pertama adalah proses yang menunjukan pada keadaan
seimbang dalam interaksi sosial antara individu dan antar kelompok
dalam masyarakat terutama yang ada hubungannya dengan norma dan
nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Kedua, adalah
menuju pada proses untuk meredakan suatu pertentangan yang terjadi di
masyarakat. Proses akomodasi ini menuju pada tujuan dengan mencapai
suatu kestabilan. Bentuk-bentuk akomodasi adalah sebagai berikut: (1)
Coersion, akomodasi dengan paksaan maupun kekerasan secara fisik
atau psikologis; (2) Comprommise, bentuk akomodasi dimana masing-
masing pihak berkonflik saling mengurangi tuntutan agar dapat tercapai
penyelesasian oleh pihak ketiga; (3) Mediation, akomodasi dengan
menggunakan pihak ketiga yang netral; (4) Conciliation, akomodasi
melalui usaha mempertemukan keinginan dari pihak yang terlibat konflik;
(5) Toleration, akomodasi yang tidak formal, dikarenakan ada pihak yang
mencoba menghindari diri dari pertikaian; (6) Stalemate, bentuk
akomodasi dimana pihak yang berkonflik mempunyai kekuatan sama dan
berhenti pada satu titik tertentu serta masing-masing pihak menahan diri;
(7) Ajudication, usaha akomodasi dengan jalan pengadilan. c) Asimilasi,
yaitu suatu proses pencampuran dua atau lebih budaya yang berbeda
akibat dari proses sosial, kemudian menghasilkan budaya sendiri yang
berbeda dengan budaya asalnya.
2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif merupakan proses perlawanan yang dilakukan individu-
individu dan kelompok dalam proses sosial di antara mereka pada suatu
masyarakat. Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah sebagai berikut: a)
Persaingan merupakan proses sosial, dimana individu atau kelompok
berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan pada bidang-bidang
kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik
perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada, namun
tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan; b) Kontravensi adalah
proses sosial yang berada antara persaingan dan pertikaian atau konflik.
Kontravensi terjadi dimana ada pertentangan pada tataran konsep dan
wacana, serta berusaha mengagalkan tercapainya tujuan dari pihak lain;
c) Konflik atau pertikaian adalah proses sosial dimana individu atau
kelompok memiliki perbedaan- perbedaan dalam hal emosi, unsur
kebudayaan, perilaku, prinsip, ideologi, maupun kepentingan dengan
pihak lain. Perbedaan tersebut menjadi suatu pertikaian dimana
pertikaian dapat menghasilkan ancaman atau kekerasan fisik
Di dalam interaksi sosial terdapat bentuk bentuk interaksi sosial Menurut
(Gerungan, 2010:194) bahwa sesuai dengan bentuk pelaksanaannya terdapat
jenis interaksi sosial yaitu. Guna dalam menjelaskan bentuk interaksi sosial
tersebut akan diuraikan oleh penulis / Gerungan sebagai berikut:
“interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat
yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi”. Menurut Santosa (2004 :
11): Ciri – ciri interaksi sosial adalah adanya hubungan, adanya individu, adanya
tujuan dan adanya hubungan dengan struktur dan fungsi sosial. Dalam
lingkungan sekolah, ciri – ciri interaksi sosial dapat dicontohkan misalnya
hubungan antara kepala sekolah dengan guru, antara siswa dengan siswa,
antara guru dengan siswa, antara siswa dengan karyawan lain yang ada di
sekolah, dan sebagainya. Ciri-ciri yang baik antara siswa dengan siswa misalnya
adanya kebersamaan, rasa saling membutuhkan, saling menghargai, dan
menghormati, saling membantu satu sama lain, tidak membedakan status sosial.
Terkait dengan syarat terjadinya interaksi sosial, dapat disimpulkan bahwa
kriteria interaksi sosial yang baik adalah individu dapat melakukan kontak sosial
dengan baik, baik kontak primer maupun sekunder, dan hal ini ditandai dengan
kemampuan individu dalam melakukan percakapan dengan orang lain, saling
mengerti, dan mampu bekerjasama dengan orang lain. Selain itu, individu juga
perlu memiliki kemampuan melakukan komunikasi dengan orang lain, yang
ditandai dengan adanya rasa keterbukaan, empati, memberikan dukungan, rasa
positif pada orang lain, dan adanya kesamaan atau disebut kesetaraan dengan
orang lain. Kemampuan-kemampuan tersebut menunjukkan kriteria interaksi
sosial yang baik.
2.6 Generasi Z
Sebut saja Generasi Z atau yang biasa dingkat Gen Z. Sejak munculnya
Teori Generasi (Generation Theory), kita diperkenalkan dengan istilah-istilah
generasi, Generasi Baby Boomer, Generasi X, Y, Z, dan generasi terbaru yaitu,
Generasi Alpha. Generasi pertama, generasi Baby Boomer. Generasi ini
dikategorikan lahir pada tahun 1946-1964.
Generasi ini lahir setelah Perang Dunia II, banyaknya pasangan yang
berani umtuk mempunyai banyak keturunan merupakan ciri khas dari generasi
Baby Boomer. Kedua, generasi X, lahir antara tahun 1965-1980. Generasi X
yang memperkenalkan penggunaan komputer, video games, tv, dan juga
internet. Generasi Y, lahir di antara tahun 1981-1994, sedangkan Generasi Z,
1995-2010, dan generasi terbaru, Generasi Alpa, lahir antara tahun 2011-2025.
2.5 PHUBBING
Indikator Phubbing yang dapat dirumuskan peneliti dari semua teori yang
berkaitan adalah sebagai berikut:
2. Gejala menarik diri. Seperti merasa marah, tegang, atau depresi ketika
internet tidak bisa diakses. Mereka akan kesal jika tidak ada signal, ata
hpnya tertinggal secara tidak sengaja.
METODOLOGI
PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti terjun langsung dalam penggalian data dari
ketiga informan yang sudah ditentukan kriterianya. Peneliti bertindak sebagai
pengamat dan partisipan untuk mengetahui munculnya perilaku yang akan diteliti
di lapangan. Kehadiran peneliti tidak begitu penuh karena ditakutkan akan
mempengaruhi ke naturalan perilaku (faking) dari masingmasing informan.
Peneliti menggunakan metodologi kualitatif jenis pendekatan fenomenologi
karena pendekatan ini berfokus pada makna. Dengan menggunakannya peneliti
dapat mengetahui bagaimana interaksi sosial pelaku phubbing.
1. Laptop. Berisi file interview guide dan guide observasi, digunakan untuk
mencatat kejadian dilapangan, perilaku yang muncul, dan menanyai
informan .
2. Smartphone. Digunakan untuk merekam video untuk mengamati perilaku
informan, merekam suara saat wawancara berlangsung.
a. Data Primer, adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan
oleh subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau
informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data
yang diperoleh dari responden secara langsung. Arikunto dalam
(Creswell, 1998)
b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari teknik
pengumpulan data yang menunjang data primer. Dalam penelitian
ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis serta
dari studi pustaka. Dapat dikatakan data sekunder ini bisa berasal
dari dokumen-dokumen grafis seperti tabel, catatan, SMS, foto
dan lain-lain. Arikunto dalam (Creswell, 1998)
b. Jumlah Informan sebanyak tiga Mahasiswa dan minimal satu orang yakni
orang-orang yang dekat dengan informan.
2. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan agar
informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan
laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau
informan (Sugiyono, 2013). Dengan melakukan member check,
peneliti dapat mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh
sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jika dari
data yang ditemukan kemudian disepakati oleh para pemberi data,
maka data tersebut dinyatakan valid sehingga semakin kredibel
atau dipercaya. Sebaliknya, apabila data yang ditemukan peneliti
dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi
data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data.
Apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah
temuannya dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan
oleh pemberi data.