Oleh:
Hamsah
20200011118
Islam Nusantara
A. Pendahuluan
Agama sebagai bagian dari rumpun ilmu sosiologi selalu menjadi pokok
bahasan yang menarik dari masa kemasa, meski sejarah agama berumur setua
sejarah manusia. Sebab tidak ada satu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu
bentuk agama.1 Karenanya ketika agama dihubungkan dengan sosiologi maka
lahirlah berbagai disiplin keilmuan, seperti Sosiologi Agama, Psikologi Agama,
Filsafat Agama, dan lain sebagainya.
Agama ada pada dasarnya merupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang
adanya kekuatan gaib dan supranatural yang biasanya disebut sebagai Tuhan
dengan segala konsekuensinya.2 Karena inti pokok dari semua agama adalah
kepercayaan tentang adanya Tuhan, sedangkan persepsi manusia tentang Tuhan
dengan segala konsekuensinya beranekaragam, maka agama-agama yang dianut
manusia di dunia ini pun bermacam-macam pula. Sehingga tidak heran pengertian
dan definisi tentang agamapun beragam, yang selalu dipengaruhi oleh pengalaman
batin, subyektif dan emosional, serta tujuan dari si pemberi pengertian dan definisi.3
Mengenai arti agama secara etimologi terdapat perbedaan pendapat, di
antaranya ada yang mengatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa sansekerta
yang terdiri dari dua suku kata yaitu: “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau,4
maka agama berarti tidak kacau (teratur). Dengan demikian agama itu adalah
peraturan, yaitu peraturan yang mengatur keadaan manusia, maupun mengenai
sesuatu yang gaib, mengenai budi pekerti dan pergaulan hidup bersama.5 Selain itu,
1 Abdullah Ali, Agama dalam Ilmu Perbandingan, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), h. 18.
2 Abdul Madjid, et.al, al-Islam, Jilid I, (Pusat Dokumentasi dan Publikasi Universistas
Muhammadiyah, Malang), 1989, h. 26.
3 Mukti Ali, Agama, Universitas dan Pembangunan, (Badan Penerbit IKIP, Bandung), 1971, h. 4.
lihat juga Endang Syaefudin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2002), h.
117-118.
4 Taib Thahir Abdul Mu’in, Ilmu Kalam, (Jakarta: Wijaya, 1992), h. 112.
5 Faisal Ismail. Paradigma Kebudayaan Islam : Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Jogyakarta:
ada beberapa istilah lain dari agama, seperti “diin” (dari bahasa Arab) yang bearti
menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan,6 “diin” dalam bahasa
Semit berarti undang-undang (hukum), dalam bahasa Eropa disebut “religi”,
religion (bahasa Inggris), la religion (bahasa Perancis), the religie (bahasa
Belanda), die religion, (bahasa Jerman).
Adapun menurut Zakiyah Daradjat, agama adalah proses hubungan manusia
yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi dari
pada manusia.7 Sedangkan Glock dan Stark mendefinisikan agama sebagai sistem
simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan system perilaku yang terlembaga, yang
kesemuanya terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling
maknawi (ultimate Mean Hipotetiking).
Cliffort Geertz mengistilahkan agama sebagai sebuah system simbol-simbol
yang berlaku untuk menetapkan suasana hati dan motivasi-motivasi yang kuat,
yang meresapi dan yang tahan lama dalam diri manusia dengan merumuskan
konsep-konsep mengenai suatu tatanan umum eksistensi dan membungkus konsep-
konsep ini dengan semacam pancaran faktualitas, sehingga suasana hati dan
motivasi-motivasi itu tampak realistis.8
Dari istilah agama inilah kemudian muncul apa yang dinamakan
religiusitas. C.Y. Glock dan R. Stark merumuskan religiusitas sebagai komitmen
religius (yang berhubungan dengan agama atau keyakinan iman), yang dapat dilihat
melalui aktivitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan agama atau
keyakinan iman yang dianut. Religiusitas seringkali diidentikkan dengan
keberagamaan. Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa
kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam
penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang Muslim, religiusitas dapat
diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan
atas agama Islam.9
Religiusitas dalam Bahasa Latinya religio, akar katanya religure yang
berarti mengikat.10 Ini mengandung makna bahwa dalam religi atau agama pada
6
Abdul Aziz Dahlan, et.al, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru,1997), h. 63
7
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: Bulan Bintang. 2005), h. 10
8
Cliffort Geertz. Kebudayaan dan Agama. (Jogyakarta: Kanisius:1992). h. 5
9 Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam.Mengembagkan Kreativitas dalam Perspektif
14 Neil C. Warren, Empirical Studies in the Psychology of Religion "An Assesment of Period 1960-
1970", dalam H. Newton Malony (ed), Cureent Perspektives in the Psychology of Religion, (Eerns,
Grand Rapid,)
15 Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori, Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), h.
80
Agama dan Teori-Teori Sosial
Dosen Pengampu: Dr. Moch. Nur Ichwan, S.Ag., MA|7
dalam perspektif Islam keberagamaan merupakan sifat yang menyeluruh dan utuh.
Oleh karena itu Islam menyeru orang-orang beriman agar melakukan ketaat dalam
Islam secara “kaffah”.16
Dari kelima aspek religiusitas di atas, semakin tinggi penghayatan dan
pelaksanaan seseorang terhadap kelima dimensi tersebut, maka semakin tinggi
tingkat religiusitasnya. Tingkat religiusitas seseorang akan tercermin dari sikap dan
perilakunya sehari-hari yang mengarah kepada perilaku yang sesuai dengan
tuntutan agama.
C. Penutup
Agama merupakan suatu kekuatan yang paling dirasakan berpengaruhnya
di dalam kehidupan manusia. Agama mempengaruhi manusia dalam segala segi
aspek kehiduipan. Kepecayaan-kepercayaan dan nilai-nilai agama memberikan
motivasi kepada manusia dalam bertingkah laku dan mempengaruhi kelompok di
dalam menata kehidupan bersama yang dikenal dengan istilah religiusitas.
Agama menawarkan hubungan melalui pemujaan dan berbagai bentuk
upacara ibadah, karena itu memberikan rasa emosional bagi rasa aman baru dan
identitas yang lebih kuat ditengah-tengah ketidakpastian dan ketidakmungkinan
bagi kehidupan manusia. Walaupun nilai dan kadar kepecayaannya itu berbeda-
beda dalam berbagai tipe individu dan nilai-nilai sakral.
Agama termasuk suatu struktur institusional sosial yang penting bagi
masyarakat yang turut mewarnai sistem sosial lainnya. Keberagamaan memiliki
pengaruh yang kuat terhadap perilaku masyarakat yang bersumber pada emosi
keagamaan. Maka timbullah berbagai bentuk persepsi masyarakat terhadap pola
dan tingkah laku keagamaan yang berbeda Agama sebagai struktur sosial memiliki
beberapa aspek penting dalam pembinaan dan pengembangan penganutnya,
diantaranya adalah: Aspek kepercayaan keagamaan, ritus-ritus keagamaan, simbol-
simbol keagamaan, pengalaman keagamaan, dan pengalaman agama.
D. Daftar pustaka
Ali, Abdullah, Agama dalam Ilmu Perbandingan, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007).
Ali, Mukti, Agama, Universitas dan Pembangunan, Badan Penerbit IKIP, Bandung,
1971).
Dahlan, Abdul Aziz, et.al, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru,
1997).
Ismail, Faisal. Paradigma Kebudayaan Islam : Studi Kritis dan Refleksi Historis,
(Jogyakarta: Titian Ilahi Press: 1997).
Majid, Abdul, et.al, al-Islam, Jilid I, Pusat Dokumentasi dan Publikasi Universistas
Muhammadiyah, Malang, 1989).