Anda di halaman 1dari 20

GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI (GBHO)

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

Bagian I
RENCANA STRATEGI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

A. Pengertian

Rencana strategi (Renstra) pembinaan dan pengembangan Pergerakan Mahasiswa Islam


Indonesia (PMII) merupakan garis-garis besar pembinaan dan pengembangan dan
perjuangan sebagai pernyataan kehendak warga PMII yang pada hakekatnya adalah pola
dasar dan umum program jagka panjang dalam mewujudkan tujuan organisasi. Renstra ini
menjadi penting supaya langkah PMII menjadi terarah, terpadu dan sustaninabel
(berkelanjutan) setiap kebijakan program dan garis perjuangannya.

Renstra pembinanan dan pengembangan PMII merupakan implementasi dari berbagai idea
dalam ketentuan ideal konstitusional dan produk-produk historis, analisis, antisipatisi dan
prediksi PMII ke depan, sebagai arah dalam rangkaian program-program yang menyeluruh,
terarah dan terpadu yang berlangsung secara terus-menerus.

Rancangan strategis dan program yang terus-menerus tersebut dimaksud untuk


mewujudkan tujuan PMII seperti termaktub dalam Anggasaran Dasar Bab IV Pasal 4 yaitu:
“Terbentuknya pribadi muslim Indonesia berilmu yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi
luhur, cakap dan bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmunya komitmen dalam
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.”

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan renstra pembinaan dan pengembangan organisasi PMII adalah untuk
memberikan pedoman yang terarah dan pasti bagi pelaksananan program PMII dalam
rangka mencapai pencapaian tujuan PMII tersebut merupakan tanggung jawab bersama
seluruh warga pergerakan dan benar-benar dapat terprogramkan secara menyeluruh dan
terpadu serta berdaya guna dan berhasil guna yang dilaksanakan secara menyeluruh.

Tahapan-tahapan pencapaian tujuan dimaksudkan untuk mewujudkan suatu keadaan yang


diingini atau ditargetkan serta merupakan landasan bagi tahap selanjutnya, sehingga
perspektif pencapaian tujuan selalu berada dalam kesinambungan program tujuan selalu
berbeda dalam kesinambungan program yang membawa pada tercapainya tujuan dan cita-
cita PMII sebagaimana terdapat dalam Anggaran Dasar PMII.

C. Landasan
Renstra pembinaan dan pengembangan PMII disusun berlandaskan:
1. Landasan Ideal:
a. Islam Ahlussunah Wal Jamaah
b. Pancasila dan UUD 1945
c. Nilai-Nilai Dasar Pergerakan (NDP)
2. Struktural:
Anggaran dasar pasal 5 tentang Usaha PMII : (1) Menghimpun dan membina mahasiswa
Islam sesuai dengan asas dan tujuan PMII serta peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku; (2) Melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang sesuai dengan
asas dan tujuan PMII serta mewujudkan pribadi insan ulul albab.
3. Landasan Historis:
Produk dan dokumen history organisasi

D. Pokok-Pokok Penyusunan Renstra Pembinaan dan Pengembangan PMII

Untuk memberikan mengenai wujud masa depan yang diinginkan, baik dalam setiap tahap
maupun dalam jangka panjang, maka renstra PMII disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
 Renstra umum pembinaan dan pengmbangan perjuangan PMII
 Renstra umum program PMII Jangka Panjang 2002-2020

E. Pelaksanaan

Renstra pembinaan dan pengembangan serta perjuangan PMII dan renstra umum program
PMII jangka panjang 2002-2020 ditetapkan dan dikukuhkan oleh Kongres yang berlaku
sampai dengan tahun 2020. Renstra umum program PMII 2002-2020 yang merupakan
bagian dari Renstra pembinaan dan pengembangan PMII dilaksanakan oleh PB PMII terpilih
yang oprasionalnya dituangkan dalam kebijaksanaan dan peraturan yang dibuat oleh PB
PMII yang terpilih.

Bagian II
RENCANA STRATEGI UMUM
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PMII

A. Pengertian

Pengertian yang digunakan di sini disusun atas dasar saran, kondisi subjek dan objek yang
hendak dicapai:

Pembinaan dan pengembangan

Pembinaan dan pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal, informal maupun
nonformal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah, terpadu, teratur dan
bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan membimbing dan
mengembangkan suatu kepribadian yang seimbang dan utuh, baik jasmaniah maupun
rohaniah.

Pembinaan dan pengembangan diarahkan untuk memberikan pengetahuan, keterampialan


dan keahlian serta membentuk sikap mental spiritual dan berakhlakul karimah sesuai
dengan bakat dan minat serta kemauan sebagai bekal untuk selanjutnya, atas prakarsa
sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya dan maupun
lingkungan ke arah tercapainya tingkat ketaqwaan yang tinggi serta harkat, martabat dan
kualitas pribadi yang optimal.

Dari bekal yang dicapai melalui pembinaaan dan pengembangan tersebut merupakan
jaminan gerak system perjuangan PMII dalam mencapai cita-citanya.

Kondisi dan suasana lingkungan yang sehat

Renstra pengembangan dan perjuangan PMII, baik secara individu maupun secara
organisatoris memerlukan kondisi dan suasana lingkungan yang sehat. Kondisi dan suasana
lingkungan yang sehat tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan kretifitas mahasiswa
dalam kemajuan dan kemodernan bangsa sekaligus mata rantai persambungan mata rantai
kepemimpinan bangsa.

Kondisi dan suasana yang sehat dalam mencapai sasaran tersebut, mutlak bermuatan
kesetaraan atau egaliter, saling percaya, menghargai, jujur dan adil, terbuka, bebas dan
bertanggungjawab, menjamin keberlanjutan ekologis serta terbangunya hubungan
pergaulan budaya yang dewasa dalam konteks bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Makna filosofis PMII

Makna ”Pergerakan” yang terkandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk)
yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya berkontribusi bagi alam sekitarnya.

Dalam konteks individual/komunitas maupun organisatoris, kiprah PMII haruslah senantiasa


mencerminkan pergerakannya menuju kondisi yang lebih baik sebgai perwujudan tanggung
jawabnya memberi rahmat pada lingkungannya.

“Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar


untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan potensi kemanusiaan agar
gerak dinamika menuju tujuannya selalu ada dalam kualitas kekhalifahannya.

Pengertian “Mahasiswa” yang terkandung dalam PMII adalah golongan generasi muda yang
menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri.

Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan
sosial dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut, terpantul tanggung jawab
keagamaan, tanggungjawab intelektual, tangung jawab sosial kemasyarakatan, dan
tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagi warga bangsa dan
negara.

Pengertian “Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami
dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap
ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, Islam dan ihsan yang di dalam pola
pikir, pola sikap dan pola prilakunya tercermin sifat-sifat selektif, akomodatif, dan integratif.

Pengertrian ”Indonesia” yang terkadung di PMII adalah masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang memiliki palsafah dan ideologi bangsa yaitu pancasila dan UUD ‘45 dengan
kesadaran kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke yang diikat denga kesadaran wawasan nusantara.

Secara totalitas PMII sebagai organisasi merupakan suatu gerakan yang bertujuan
melahirkan kader-kader bangsa yang mempunyai integritas diri sebagai hamba yang
bertaqwa kepada Allah SWT, dan atas dasar kesadaran berkiprah mewujudkan peran
ketuhanannya membangun masyarakat bangsa dan negara Indonesia menuju satu tatanan
masyarakat yang adil dan makmur dalam ampunan dan ridlo Allah SWT.

B. Tujuan

Pola pembinaan pengembangan dan perjuangan PMII ditetapkan dengan tujuan:


- Sebagai panduan organisasi untuk mencapai tujuan dan cita-cita PMII
- Sebagai sarana organisasi untuk mengoprasionalisasikan nilai-nilai dasar pergerakan
(NDP) yang diimplementasikan dalam bentuk pola umum program jangka panjang PMII
2002-2020 dan pola umum program PMII jangka pendek (program dua tahunan).

C. Landasan

Landasan bagi pembinaan pengembangan dan perjuangan PMII adalah:

1. Ideal
a. Islam Ahlussunah Wal Jma’ah
b. Pancasila dan UUD 1945
c. Nilai Dasar Pergerakan (NDP)
2. Struktural:
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tnagga PMII

3. Historis:
Produk dan dokumen Historis Organisasi
D. Azas

Ketaqwaan

Setiap gerak dan usaha yang dilakukan untuk mencapai cita-cita, dan tujuan organisasi
dilandasi oleh kesadaran ketaqwaan dan sekaligus meningkatkan kualitas ketaqwaan.

Keseluruhan

Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai cita-cita organisasi pada dasarnya adalah
usaha bersama seluruh warga PMII, yang dijiwai dengan semangat kekeluargaan dan
kebersamaan.

Manfaat

Bahwa setiap usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh pribadi maupun organisasi dalam
lingkungan PMII haruslah bermanfaat bagi alam sekitarnya yang berarti meningkatkan
kualitas peran organisasi dan peran diri (kualitas diri) sebagai hamba Allah SWT.

Kemasyarakatan

Bahwa PMII merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat, setiap gerak dan usaha
PMII haruslah berorientasi untuk kemaslahatan masyarakat sebagai manifestasi
tanggungjawab sebagai eleman civil society.

Kemahasiswaan

Bahwa PMII sebagai organisasi kemahasiswaan haruslah berorientasi pada nilai-nilai


obyektif, kritis, analitis dan bertanggung jawab serta antisifatif terhadap masa depan
masyarakat bangsa dan negara perwujudan mahasiswa sebagai calon intelektual dan
pemimpin masa depan bangsa.

Independen

Bahwa setiap gerak dan langkah PMII berdasarkan pada kemandirian (independen) sebagai
implementasi kesadaran beragama yang secara individual harus mempertangungjawabkan
segala gerak langkahnya di hadapan Allah SWT. Atas dasar kemandirian itu, sebagai
individu/berperan dalam konteks kemasyarakatan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang
berlaku.

Profesional
Demi membuminya kader PMII dalam segala kegiatan kehidupan dan menghadapi
tangtangan era globalisasi dan modernisasi, maka setiap usaha dan kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai cita-cita organisasi yang dilakukan dengan kemampuan profesional kader.

Dengan demikian proses organisasi maupun kaderisasi di PMII diarahkan untuk mencetak
kader profesional. Setiap usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh PMII secara organisatoris
untuk tercapainya tujuan dan cita-cita maka harus dilakukan dengan proses profesionalisme
kader serta ditujukan untuk peningkatan mutu dar kualitas kader.

E. Modal Dasar dan Faktor Dominan

Modal Dasar

Modal Dasar PMII adalah:


1. PMII merupakan organisasi kemasyarakatan pemuda yang eksistensinya dijamin oleh
UUD 1945 dan karena itu menjadi aset bangsa dalam melakukan proses pembinaan, dan
pengembangan generasi muda khususnya mahasiswa.
2. NDP sebagi prinsip ajaran Islam Ahlussunah wal Jama’ah merupakan sumber motivasi
dan inspirasi pergerakan, sekaligus sebagai pendorong, penggerak dan landasan berpijak
dalam kehidupan pribadi insan PMII.
3. Mempunyai keterikatan dan tangung jawab dengan seluruh masyarakat bangsa
Indonesia yang menganut system berfikir keagamaan, dan kemasyarakatan yang sama
yaitu ASWAJA dan system kebangsaan.
4. Kepeloporan dan kepatriotismenya dalam menegakkan dan membela agama, pancasila
dan UUD 1945 dalam negara kesatuan republik Indonesia. Selain itu, PMII sebagai
elemen civil society telah terbukti peranannya dalam melakukan pendampingan
masyarakat, dalam usaha melakukan proses demokratisasi di kalangan masyarakat dan
sebaginya. Peran PMII dalam setiap perubahan, terutama dalam menegakan reformasi
secara total, dala segala lapisan kehidupan kemasyarakatan.
5. Jumlah dan persebaran anggota PMII yang berada di seluruh wilayah Indonesia sebagai
sumber daya insani yang potensial. Dengan kemapanan struktur organisasi dari tingkat
pusat sampai daerah, maka sosialisasi nilai dan gagasan serta kewajiban dapat berjalan
secara efektif dan efesien.
6. Ketaqwaan kepada Allah SWT merupkan acuan dasar dan sekaligus menjadi inspirasi
bagi penigkatan kualitas diri menuju kesempurnaan hidup manusia sebgai hamba Alah
SWT.
7. Jumlah dan mulai tersebarnya profesi alumni PMII merupakan bagian potensi bagi
pengembangan organisasi dan masyakarakat.
8. Tipologi kader yang beragam pada warga PMII merupakan modal utama dalam
menyusun renstra gerakan PMII. Setidaknya, ada lima tipologi dan kecendrungan warga
PMII. Pertama, intelektual baik akademik (scholar) maupun organic (analis/praktis).
Kedua, gerakan masa (student movement), baik yang menggunakan baju organisasi
maupun organ gerakan lainnya. Ketiga, advokasi social baik yang intens dengan
pendampingan social, maupun advokasi wacana. Keempat, politisasi baik keterlibatan
dalam panggung konstalasi politik, maupun persinggungan dengan dunia politisi. Kelima,
kecendrungan professional dan enterprenur. Hanya saja persebaran tipologi kader ini
tidak merata, sehibngga cenderung ada disparitas antara satu cabang dengan yang
lainnya.

Faktor Dominan

Dalam menggerakan dan memanfaatkan modal dasar untuk mencapai tujuan PMII dengan
landasan serta untuk mencapai tujuan PMII dengan landasan serta azas-azas di atas, perlu
diperhatikan faktor-faktor dominan berikut:
1. Ideologi yang dianut PMII merupakan aspek dominan dari organisasi PMII yang berisi
pandangan hidup, cita-cita serta system nilai yang memberikan arah terhadap tingkah
laku dari setiap anggota PMII. PMII beraqidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah dan atas
dasar kaidah itulah PMII dengan penuh kesadaran berideologi Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Akidah dan ideologi tersebut
merupakan faktor pendorong dan penggerak dalam proses pembinaan pengembangan
dan perjuanagan organisasi sekaligus sebagai dasar berpijak dalam menghadapi proses
perubahan dan goncangan-goncangan di tengah masyarakat. Pandangan terhadap Islam
inklusif dan paradigma kritis transformatif dalam membangun masyarakat, merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam diri PMII. Pola pandangan keagamaan ini,
merupakan faktor dominan yang dimiliki PMII dalam rangka pengembangan mendatang.
2. Komunitas Islam Ahlussunah wal Jama’ah sebagai kelompok masyarakat terbesar
Indonesia merupakan wahana dan tempat pengabdian yang jelas bagi PMII;
3. Jumlah anggota PMII yang setiap tahunnya bertambah dengan kuantitas yang cukup
besar merupakan faktor strategis yang menentukan usaha pembinaan generasi muda
dalam proses pelahiran kepemimpinan organisasi.
4. Jumlah alumni yang setiap tahunnya bertambah, sejak berdiriya PMII tahun 1960
tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan bergerak di berbagai profesi dan
disisplin ilmu yang mengabdi pada agama, masyarakat dan negara.
5. Sumber dana dan fasilitas yang tersebar di berbagai komunitas dan kelompok terutama
umat Islam merupakan aset yang perlu dikoordinir. Oleh karena itu PMII harus mampu
menjalin hubungan organisasi yang saling bermanfaat dan memberikan nilai lebih
antara keduanya yang pada akhirnya PMII mempunyai sumber dana secara mandiri.

F. Arah dan Tujuan Pembinaan

1. Pengembangan dan perjuangan PMII


a. Arah pembinaan pengembangan dan perjuangan PMII difokuskan pada
pengembangan diri dan organisasi yang memiliki keselarasan dan keutuhan orientasi
hidup.
b. Taqwa kepada Alllah SWT adalah pengembangan sebagi insan yang berketuhanan,
yang yakin akan mempertanggungjawabkan totalitas kiprah dirinya kepada Allah
SWT. Implementasi ketaqwaan tersebut harus tercermin sebagai insan yang berbudi
luhur, berilmu, cakap serta bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmu
pengetahuannya.
c. Terhadap diri sendiri, pembinaan dan pengembangan sebagai manusia relegius,
intelektualis dan profesionalis yang mampu mengembangkan potensi ketuhanan
(ilahiyah) bakat dan minatnya agar dapat berperan dan berprestasi seoptimal
mungkin, dalam kehidupan sehari-hari.
d. Terhadap lingkungan, dalam arti harus mampu memanifestasikan kekahalifahannnya
untuk memberikan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin) sehingga
kehadirannya dirasakan) produktif bagi alam sekitarnya.
e. Terhadap masa depan, tumbuhnya kesadaran kesejarahan dengan memahamai
masa lalu, peka dan kritis terhadap masa kini dan ampu membuat rencana dan
proyeksi masa depan yang gemilang baik dalam presfektif ukhrowi maupun duniawi.
f. Kemampuan membuat rencana dan proyeksi masa depan tersebut akan
menumbuhkan kesadaran bagi kesinambungan nilai-nilai Islam Ahlussunah wal
Jama’ah dan nilai-nilai dasar pergerakan serta nilai-nilai luhur bangsa.

2. Tujuan

Tujuan pembinaan pengembangan dan perjuangan PMII diarahkan pada terbentuknya


pribadi dan kondisi organisasi yang dapat mencapai tujuan dan cita-cita PMII. Pribadi
dan kondisi organisasi yang dimaksud adalah tercapainya suatu sikap dan prilaku:
a. Terwujudnya kader-kader penerus perjuangan PMII tyang bertaqwa kepada Allah
SWT, berpegang teguh pada jaran Islam Ahlussunah wal Jama’ah serta pancasila
dan UUD 1945 sebagai satu-satunya ideologi dan pandangan hidup bangsa dan
negara.
b. Terwujudnya penghayatan dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam Aswaja dan
moral bangsa untuk memperkokoh alas pijak dalam rangka menempuh kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berkembang cepat sebagai akibat
lajunya perkembangan IPTEK serta arus globalisasi dan informasi.
c. Tumbuh dan berkembangnya kreatifitas, dinamika dan pola fikir yang
mencerminkan budaya pergerakan, selektif, akomodatif, integratif dan konstruktif
dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan baik secara individu,
organisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
d. Tumbuh dan berkembangnya sikap dan orientasi ke masa depan, orientasi fungsi
dan produktifitas ke masa depan, orientasi fungsi dan produktifitas serta
mengutamakan prestasi.
e. Terciptanya suatu organisasi sebagai suatu sistem yang sehat dan dinamis karena
didukung oleh nilai, yang sehat dan dinamis karena didukung oleh nilai, aparat,
sarana dan fasilitas serta tekhnik pengolahan yang memadai sesuai dengan
tuntutan PMII maupun tuntutan lingkungan yang senantiasa berkembang.
f. Terciptanya suatu kehidupan organisasi yang dinamis, kritis dan cerdas dalam
merebut tangung jawab dan peran sosial sebagai bentuk partisipasi dan
pengamalan nyata pergerakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sehingga PMII dapat benar-benar menjadi lembaga alternatif baik dalam
dimensi pemikiran maupu kualitas kepemimpinan dan sumber daya manusia.
g. Tumbuhnya suatu situasi dan kondisi yang mencerminkan kekokohan PMII yang
berpijak pada nilai-nilai dan tradisi yang dimilikinya serta mampu mencari alternatif
yang paling mungkin dalam usaha untuk tidak terseret pada polarisasi dan opini
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang dapat merugikan
perjuangan mewujudkan cita-cita PMII.
h. Tersedianya kader-kader yang memadai baik secara kualitatif maupun kuantitatif
sebgai konsekwensi logis dari arah PMII sebagai organisasi pembinaan,
pengembangan dan perjuangan yang dikhidmadkan kepada agama, masyarakat,
bangsa dan negara.

G. Strategi

Strategi yang dimaksud di sini adalah adanya suatu kondisi serta langkah-langkah yang
mendasar, konsisten dan aflikatif yang harus dilakukan dalam rangka mewujudkan tujuan
dan cita-cita PMII.

Dari pemahaman strategi itulah maka untuk mencapai tujuan pembinaan pengembangan
dan perjuangan yang telah ditetapkan diperlukan strategi sebagai berikut:
1. Iklim yang mampu menciptakan suasana yang sehat, dinamis dan kompetitif yang selalu
dibimbing dengan bingkai taqwa, intelektualitasn dan profesionalitas sehngga mampu
meningkatkan kualitas pemikira dan pertasi, terbangunnya suasana kekeluargaan dalam
menjalankan tugas suci keorganisasian kemasyarakatan dan kebangsaan.
2. Kepemimpinan harus difahami sebagai amanat Allah yang menempatkan setiap insan
PMII sebagai da’i untuk melaksanakan amr ma’ruf-nahi munkar sehingga
kepemimpinannya selalu tercermin sikap bertanggungjawab melayani, berani, jujur, adil
dan ikhlas; serta di dalam menjalankan kepemimpinannya selalu penuh dengan
kedalaman rasa cinta, arif bijaksana, terbuka dan demokratis.
3. Untuk mewujudkan suasana taqwa, intelektualitas dan profesionalitas serta
kepemimpinan sebagai amant Allah SWT, diperlukan suatu gerakan dan mekanisme
organisasi yang bertumpu pada kekuatan dzikir dan fakir dalam setiap tata fakir, tata
sikap dan tata prilaku baik secara individu maupun organisatoris.
4. Struktur dan aparat organisasi yang tertata dengan baik sehingga dapat mewujudkan
system dan mekanisme organisasi yang efektif dan efesien mampu mewadahi dinamika
intern organisasi serta mampu merespon dinamika dan perubahan eksternal.
5. Produk dan peraturan-peraturan organisasi yang konsisten dan tegas menjadi panduan
yang konstitutif sehingga tercipta mekanisme organisasi yang teratur dan mempunyai
kepastian hukum dari tingkat pengurus besar sampai tingkat rayon.
6. Pola komunikasi yang dikembangkan adalah komunikasi individual dan kelembagaan,
yaitu terciptanya komunikasi timbal balik dan berdaulat serta mampu membedakan
antara hubungan individual dan hubungan kelembagaan; baik ke dalam maupun keluar.
7. Pola kaderisasi yang dikembangkan selaras dengan tuntutan perkembangan zaman kini
dan mendatang, sehingga terwujud pola perkembangan zaman kini dan mendatang,
sehingga terwujud pola pengembangan kader yang berkualitas, mampu menjalankan
fungsi kekhalifahan yang terjawantahkan dalam prilaku keseharian, baik selaku kader
bangsa maupun kader agama.

Bagian III
RENCANA DAN STRATEGI JANGKA PANJANG
2002-2020

Berdasarkan pola dasar pembinaan, pengembangan dan perjuangan disusunlah pola umum
program jangka panjang yang meliputi jangka waktu 15 tahun sebagai upaya pengarahan dalam
melaksanakan program-program riel menuju kualitas kader yang diinginkan PMII.

A. Pendahuluan

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia merupakan salah satu eksponen pembaharu


bangsa, hal tersebut telah terbukti dalam peran kesejarahan bangsa masa lalu. Turut
sertanya PMII secara aktif dalam menggagalkan gerakan 30/S PKI dan menegakan Orde
Baru bersama-sama dengan kekuatan politik lain dan peran serta PMII dalam mengisi
kemerdekaan sejak dimulainya Orde Baru menujukkan betapa intennya keterlibatan PMII
dalam proses pembangunan bangsa.
Proses kesejarahan PMII seperti itu sejak berdirinya hingga saat ini telah turut membentuk
kader-kader PMII yang memiliki wawasan politik dan kebangsaan yang cukup luas dan
mendalam yang dibarengi dengan semangat keagamaan yang cukup inten. Format kader
PMII seperti itu cukup tepat dan telah berperan di berbagai lapisan kehidupan masyarakat
sesuai dengan tuntutan zaman.

Hadirnya kebijakan pemerintah paska reformasi yang mulai banyak mencederai demokrasi
menuntut sumber daya manusia yang di pelopori oleh mahasiswa untuk memaksimalkan
fungsi sosialnya dengan segera bersikap. Sikap yang diambil harus lebih revoluioner dengan
target percepatan tertentu, karena jangan sampai itikad baik reformasi dijadikan kebijakan
pemerintah hari ini adalah bahasa halus dari kebijakan otoritarian masa lampau. Demokrasi
yang dijunjung tinggi pada masa ini cenderung liberal x harus di kembalikan pada demokrasi
pancasila yang luhur dan sesuai dengan nilai-nilai yang di bawa oleh para founding father
nusantara.

Namun demikian peran kesejarahan seperti itu tidak membuat PMII melupakan tuntutan
kualitas masa depan, dengan niat yang jujur dan i’tikad yang sungguh-sungguh PMII terus
melakukan kajian reflektif dalam membuat pola pembinaan, pengembangan dan
perjuangan yang tepat sehingga peran ke masa depan PMII menjadi potensi yang strategis
bagi kemajuan dan kekuatan bangsa dan masyarakat.
Perjalanan dunia mahasiswa Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat mendasar
perubahan tersebut menuntut modifikasi format dan peran organisasi kemahasiswaan,
termasuk PMII dalam melaksanakan program-programnya.

Memasuki abad 21 ini, PMII dihadapkan pada dua fenomena. Pertama adalah menguatnya
tuntutan otonomisasi di setiap wilayah. Tuntutan ini merupakan anti klimaks dari
menguatnya budaya sentarlistis yang dipraktekkan pemerintah Orde Baru selama 32 tahun.
Implikasinya, muncul disparitas pola pikir, pendapatan dan kehidupan sosial lainnya. Dalam
konteks ini, muncul tuntutan otonomi di setiap daerah. Fenomena ini tentunya juga akan
mempengaruhi proses rekruitmen, metode pembinaan, dan pemberdayaan warga, dan
pengembangan institusi PMII pada masa yang akan datang.

Tuntutan kedua adalah menguatnya tatanan global atau lazim disebut globalisasi. Antara
otonomi dan globalisasi ini pada satu sisi memang kelihatan antagonistic. Otonomi
menekan pada hak lokal sementara globalisasi lebih menekan pada asfek global
kepentingan lokal dan global. Ini memang sering bertabrakan. Gejala global di Indonesia
makin menguat setelah ditandai dengan berbagai regulasi negara, antara lain; AFTA (2002),
NAFTA (2010) dan diterimanya perdamaian dunia (2020). Fenomena ini tentunya akan
mengubah pola kehidupan dan konstruk sosial masyarakat. Dalam konteks ini, PMII
membutuhkan reorientasi pergerakan, supaya mendapatkan respon dari masyarakat, dan
warganya maupun untuk adapted dan mempunyai daya kompetitif.
Di satu sisi Indonesia sedang dihimpit minimal oleh arus besar. Pertama arus liberalisasi
yang cukup deras menggempur seluruh tatanan yang ada, baik aspek politik, social dan
budaya. Kedua Indonesia sedang dihimpit pula oleh arus fundamentalisme, baik itu
fundamentalisme yang moderat maupun fundamentalisme yang cukup berat. Dua hal
menjadi ruang bagi PMII, untuk segera merancang strategi, baik kaderisasi maupun
gerakannya untuk bias adapted menghadapi dua arus tersebut.

Bersama dengan perubahan itu, fase ini juga ditandai dengan fase berlangsungnya transisi
demokrasi di Indonesia. Transisi dari rezim otoriter, menuju fase demokratis. Masa transisi
ini ditandai beberapa hal, antara lain, rekonstruksi puing-puing ekonomi, social, politik, dan
segala bentuk masalah turunannya. Masa terjal yang amat curam, pada fase transisi ini
adalah proses yang niscaya harus dilalui oleh warga pergerakan. Oleh karena itu setiap
program yang dilakukan juga dalam konteks untuk mensukseskan dan mengamankan
proses transisi demokrasi ini.

Kecenderungan posisi itu tampaknya akan terus menguat pada masa-masa yang akan
datang. Atas kesadaran dan antisipasi seperti itu, maka PMII pada era 90-an ke depan
bertekad untuk memformulasikan dan mengaktualisasikan gerakan ekonomi dengan
tahapan-tahapan yang akan diuraikan kemudian.

Bersamaan dengan perubahan-perubahan tersebut telah terjadi kesadaran bahwa proses


pembangunan tidak dapat bergantung, semata-mata pada kekayaan sumberdaya alam yang
dimilikinya. Tetapi justru bergantung pada kualitas sumber daya manusia yang
melaksanakannnya. Berdasarkan hal ini, PMII mencoba untuk melakukan proses rekayasa
sumber daya manusia secara lebih intens, sisematis dan idealis pragmatis sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional.

Proses aktifitas dan gerakan seperti itu tentu saja tetap dilandasi, disemangati dan
dimuarakan pada nilai-nilai Islam. Karena bagimana pun nilai-nilai Islam merupkan landasan
sekaligus sumber inspirasi bagi PMII dalam mengaplikasikan program-programnya.
Bersamaan dengan itu, PMII juga menyadari bahwa pemahaman dan ke-Islaman yang
berlangsung di negara kita telah mengalami perubahan mendasar dari pemahaman yang
bersifat formal menuju pemahaman dan gerakan yang lebih subtansial. Oleh karena itu PMII
bertekad untuk terus melaksanakan pemahaman dan gerakan, maupun pengalaman nilai-
nilai Islam secara lebih substansial dalam rangka menuju masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur dalam lindungan dan keberkahan Allah SWT.

B. Masalah Pokok Yang Dihadapi

Yang dimaksud dengan masalah pokok di sini adalah segala suatu yang dianggap, diduga
atau dirasa menjadi hambatan dalam mekanisme organisasi. Dengan mengetahui masalah-
masalah pokok PMII diharapkan terdapat gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah
yang harus diambil di masa yang akan datang.

1. Nilai-nilai kepribadian kader

NKK adalah niali-nilai fundamental dari PMII yang merupakan pendorong dan penggerak
serta sekaligus sebagai alas pijak dalam kehidupan sehari-hari. Ketidakmampuan
merumuskan secara jelas aspek-aspek fundamental ini, organisasi dapat kehilangan
dasar pijakan dan sumber motivasi serta arah dan tujuan selanjutnya akan kehilangan
kekuatan dalam menghadapi tantangan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. NKK ini pada dasarnya adalah nilai-nilai dan prinsip Aswaja itu sendiri,
tetapi dalam bentuk sederhana perwujudannya yang aktual dan tidak lepas dari sifat,
azas adan tujuan PMII. Perlunya NKK ini setidaknya didasarkan pada tiga asumsi:
a. Bahwa ajaran-ajaran Islam belum sepenuhnya membudaya dalam kehidupan sehari-
hari, belum menjadi dasar berpijak, motivasi, arah perjuangan dan pola tingkah laku
sehari-hari dalam kehidupan organisasi.
b. Bahwa PMII sesuai dengan dinamika yang dimilikinya akan terus berkembang dan
perkembangan ini akan membawa perubahan dalam tata nilai.
c. dalam kehidupan dan pandangan umum keagamaan, niali-nilai aswaja kontekstual
dengan tatanan nilai hidup sosiologis masyarakat Indonesia. Paling tidak, niali-nilai
Aswaja memiliki spirit untuk memanfaberdasarkan pengalaatkan dan
mendayagunakan kondisi keberagaman dan kemasyarakatan Indonesia.

2. Kepemimpinan dan kaderisasi


Sangat dirasakan kekurangan kepemimpinan dalam PMII, baik secara kualitatif pada
berbagai eselon organisasi maupun kuantitatif yang tercermin pada ketidakseimbangan
antara mekanisme rutin organisasi (konferensi) guna terjadinya regenerasi denagn
tersedianya calon-calon pemimpin atau penerus organisasi. Kekurangan ini telah
menimbulkan hambatan organisasi dalam siklus kepemimpinan yang sehat dan
berkualitas. Sedangkan kebutuhan kualitatif, seperti pemimpin yang memiliki sifat
terbuka, demokratis, memiliki sikap ketauladanan dan berorientasi pada
kemahasiswaan, kemasyarakatan, kekeluargaan dan kemandirian masih harus terus
dikembangkan.

3. Aparat Dan Struktur Organisasi

Aparat organisasi terutama struktur organisasi yang berupa majelis pembina sampai
komisariat/rayon dan lembaga-lembaga komisariat/rayon yang belum berfungsi
sebagaimana mestinya, karena belum bisa menyesuaikan kondisi lokal.

4. Sumber-Sumber

Yang dimaksud di sini adalah sumber daya manusia ( kader PMII ). Di lhat dari pMII,
persoalannya terletak pada bagaimana menimengenotengkan kualitas dan potensial
pmii itu sehingga potensi yang ada berdaya guna bagi PMII.
Mengenai aspek sumber daya manusia dewasa ini sangat di rasakan lebih di masa
mendatang, bahwa PMII sebagai organisasi ternyata tidak cukup hanya mengandalkan
pada semangat idealisme dan nasionalisme serta patriottisme yang di sebut ke ikhlasan,
maka harus betul2 di tunjang oleh fasilitas- fasilitas yang memadari ketidakan
fahamarnambatan-hamba menggali sumber daya manusia dan sumber daya mausiaka
adan sumkber daya alam maka akan mengakibatkan hambatan-hambatan yang serius
terhadap pelaksanaan program yang telah di tetapkan dan di sepakati

5. Program

Secara operasional, selama ini program yang ditetapkan PMII pada berbagai level dan
jenjang organisasi kurang berkesinambungan antara periode yang satu dengan yang
berikutnya. Program umum keputusan kongres yang dijabarkan oleh pengurus besar
secara operasional harus tercermin dalam program-program pengurus koordinator
cabang, pengurus dan seterusnya ke bawah belum mencerminkan satu kesatuan dan
keseragaman program yang terpadu dan menyeluruh. Sedangkan secara matrial,
dirasaklan bahwa program-program yang ditetapkan belum mampu secara nasional
menjawab permasalahan yang ada sehingga kegairahan anggota untuk berpartisipasi
dalam setiap pelaksanaan program berkurang, karena program itu dirasakan tidak
menjawab kebutuhandan minat anggota.

C. Arah Kebijakan Sasaran Program Jangka Panjang


Progam jangka panjang diarahkan dalam rangka membentuk kader PMII yang berkualitas,
baik kualitas batiniah melalui pengalaman sikap, perilaku dan cara berfikir, ketaqwaan
maupun kualitas lahiriah yang ditandai dengan ketahanan fisik di berbagi aspek kehidupan,
yang bersamaan dengan itu kegiatan PMII diarahkan pada pencapaian tingkat
intelektualitas, profesionalitas dan kemandirian kader.

Dengan demikian kegiatan-kegiatan PMII dalam jangka panjang harus tetap dimuarakan
pada upaya pembentukan kader yang memiliki sikap dan perilaku ketaqwaan yang
dibarengi pula dengan intelektualitas dan kemandirian usaha yang profesional. Nilai-nilai
ketaqwaan, keobyektifan intelektual serta etos dan semangat kemandirian professional
hendaknya menjadi inspirasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di PMII.

Sasaran utama melaksanakan program kegiatan jangka panjang adalah terciptnya


kemandirian partisipatoris, memiliki jaringan dan sistim administrasi yang solid dan
didukung oleh kualitas kader yang sesuai dengan kebutuhan jaman dalam suasana
kehidupan yang maju, adil dan makmur serta diridhoi Allah SWT. Adapun titik berat
kegiatan ditekankan pada bidang keilmuan dan profesional melalui gerakan pemikiran,
penelitian serta ketrampilan bidang ekonomi melalui gerakan eknomi, bidang keagamaan
melalui gerakan ketaqwaan, bidang hukum melalui gerakan hukum. Titik berat kegiatan
pada bidang-bidang tersebut diharapkan mampu menumbuhkan suasana yang kondusif
dalam mewujudkan kader-kader yang berkualitas di seluruh wilayah nusantara.

Pelaksanaan program kegiatan tersebut hendakya selalu didasarkan pada prinip “maju
bersama dan bersama-sama dalam kemajuan” dengan dilandasi semangat mengutamakan
kualitas dan prestasi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan hendakya mampu mendorong kader
bersama-sama dan saling menunjang secara profesional. Kesadaran seperti ini harus tetap
ditekankan, ditanamkan dan dilaksanakan sehingga tidak ada kader yang merasa tidak
diuntungkan untuk kegiatan tersebut sementara kader yang lain menikmati keberhasilan
kegiatan-kegiatan tersebut. Pelaksanaan kegiatan tersebut hendakya diupayakan pula untuk
terus memantapkan dan mengembangkan jaringan organisasi yang semakin tangguh
menghadapi perkembangan dan tuntutan zaman yang senantiasa berubah.

Pelaksanaan program jangka panjang harus pula mampu membawa perubahan-prubahan


yang yang mendasar dalam sikap, perilaku dan budaya organisasi kader serta dalam
menciptakan kualitas organisasi yang mandiri, kreatif inofatif, dan antisipatif serta mampu
memperjuangkan kepentingan masyarakat yang dibarengi dengan sistim administrasi dan
jaringan organisasi yang tangguh.

Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus mengimbas secara positif bagi
kemajuan anggota dan masyarakat secara luas. Perlu diupayakan suatu cara yang lebih
tepat untuk menarik calon-calon anggota PMII yang berkualitas sebanyak-banyaknya di
perguruan tinggi, terutama dilakukan diperguruan tinggi umum, hal ini harus dilakukan
karena anggota PMII selama ini lebih banyak dari perguruan tinggi agama.
D. Titik Berat Kegiatan Setiap Tahap

Program kegiatan PMII jangka panjang dilaksanakan secara bertahap, melalui pentahapan
sebagai berikut:

1. Tahap 1 (2000-2002)

Titik berat pada tahap ini adalah pada konsolidasi organiasi melalui pengkondisian
dalam rangka mereformulasikan kegiatan PMII pada masa transisi demokrasi. Pada
masa ini juga masih harus ditandai dengan proses sosialisasi otonomi warga sejalan
dengan otonomi regulasi negara, dan perubahan formulasi gerakan sejalan dengan
perubahan titik kecenderungan ini. Tahap ini juga titik awal soialisasi pengembangan
human resources warga pergerakan yang seimbang antara wacana dengan aplikasi,
sesuai dengan kebutuhan yang ada.

2. Tahap II (2002-2004)

Titik berat pada tahap ini adalah koordinasi organisasi dengan pola otonomi, namun
dengan konsep dan wawasan global. Formulasi gagasan dalam membentuk PMII sebagai
oganisasi yang sarat ragam karakteristik warga sudah mulai terbentuk implikasinya,
pada fase ini sudah mulai kelihatan diverivikasi peran antar cabang dengan titik sentral
garapan sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan Dan minat bakat warga itu
sendiri. Konsilidasi ini ditandai dengan menguatnya bangunan institusi dengan pola
komunikasi berbasis virtual, sehingga memudahkan sarana konsulidasi.

3. Tahap III (2004-2006)

Titik berat pada tahap ini adalah memantapkan proses diverivikasi peran kader sesuai
dengan latar belakang ilmu pengetahuan dan minat bakatnya. Pada fase ini diharapkan
sudah terjadi keseimbangan jumlah warga antara yang berbasis agama dengan umum.
Antara kelompok wacana dengan aplikasi. Tahap ini juga sudah harus ditandai dengan
makin terbukanya wawasan kader PMII terhadap berbagai kebutuhan masyarakat
global. Sehingga piranti (softwere) sudah siap menghadapi berbagai perubahan.

4. Tahap IV (2006-2008)

Titik berat pada tahap ini adalah makin kuatnya kelompok partisipsi dan profesi warga
PMII, namun mempunyai kesadaran politik dan basis ideologi yang berpihak pada
masyakat. Meningkatnya kelompok ini, nanti akan dibarengi dengan makin kuatnya
institusi PMII di semua level berkat konsolidasi periode sebelumya. Pada fase ini,
jaringan PMII sudah dapat dihidupkan menjadi multi-fungsi, jaringan organisasi sebagai
alat control, pemberdaya, penyemaian informasi dan transaksi sosial-ekonomi dan
buaya.
5. Tahap V (2008-2010)

Titik berat Pada tahap ini adalah pada bidang munculnya kesadaran massif tentang
budaya kompetitif di kalangan warga. Pada fase ini, pendekatan prestasi sebagai faktor
determinan dalam setiap penilaian kader, bukan lagi faktor politik. Tahap ini diharapkan
sudah sampai pada tingkat keseimbangan antara karakter politik, profeional dengan
pendekatan fungsi sosial. Penguasaan pengetahuan mikro di kalangan warga sudah
mulai merata dan seimbang, sehinga fase ini adalah titik awal profesionalisasi kader
PMII di semua sektor dan lini masyarakat.

6. Tahap VIII (2014n -2014 )

Titik berat pada tahap ini di tandai dengan terjadinya DEJAVU atas kondisi masa lampau.
Euporia reformasi tegah membuat lengah kader pada fase ini kader mulai menyadari
bahwa fungsi sossial harus di lakukan secara frontal. Penguasaan-penguasan yang sudah
dilakukan harus lebih di seimbangkan serta jaringan-jaringan di berbagai lini harus
segera di organisir untuk kembali pada nilai-nilai dan norma-norma murni PMIImenuju
gerakan kolektif sebagai titik awal perubahan selanjutnya.

7. Tahap IX ( 2016 – 2018 )

Titik berat pada tahap ini adalah semakin terlibatnya kader paada pusaran globalisai dan
neo liberalisme yang telah di buka seluas luasnya pada fase ini kelompok capital yang
sudah masuk ke berbagai aspek dan mempengaruhi aspek dan mempengaruhi konsep
prodek dan distribusi kader akan berbajaya jika cenderung berpihak pada kaum
pemodal penekana pada aksi yang kongkrot dan rill sebagai bentuk pengabdian
sekaligus perjuangan pergerakan yang berdasar pada kandasan agama ilmu
pengetahuan dan kebudayaan menjadi prioritas program

8. Tahap X ( 2018 – 2020 )


9.

BAGIAN IV
PROGRAM RENCANA STRATEGIS DUA TAHUNAN
(2008-2010)

A. Pendahuluan

Program pelaksanaan kegiatan yang selama periode terakhir 2005-2007, telah berlangung
turut menorong lahirnya gagasan-gagsn baru yang lebih konseptual dan terarah. Kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan pada tahap-tahap mendatang diharapkan terus mengacu pada
formulasi PMII dalam empat mata gerakan, yaitu gerakan pemikiran, gerakan sosial,
gerakan budaya, gerakan ekonomi dan gerakan keagamaan-ketaqwaan.

Dalam program dua tahunan (prodata) tahap kedua ini akan terus digalakkan dan
diformulasikan secara tegas sosok, format dan keberadaan PMII dalam:
1. Penuangan dan sosialisasi gagasan dan konsep-konsep baru melalui gerakan pemikiran,
small group dan lingkaran diskusi barbasis pendampingan dalam setiap mahasiwa.
2. Antisipasi perkembangan ekonomi, sosial, budaya, hukum, sains teknologi dan
industrialisasi melalui pembentukan jaringan-jaringan terkait.
3. Peningkatan kualitas pemahaman sikap dan perilaku ketaqwaan melalui gerakan
keagamaan baik di masyarakat maupu di kampus.

Prodata tahap kedua ini berlangsung dalam kurun waktu 2005-2007. Sejalan dengan
formulasi orientasi program seperti tersebut di atas, tetapi dilakukan pula proses
konsolidasi organisasi dan progam baik secara vertikal maupun secara horizontal baik dalam
lingkungan internal PMII maupun eksternal.

B. Tujuan

Dengan tetap mengacu pada tujuan dasar PMII sebagaimana tertera dalam AD/ART, maka
tujuan prodata tahap kedua ini dirumuskan sebagai berikut: Pertama, terwujudya kader
yang berkualitas baik kualitas lahiriah maupun kualitas batiniah, mandiri serta tetap
konsisten pada nilai-nilai ke-Islam-an. Kedua, terwujudnya suasana, sikap dan budaya
keorganisasian yang sehat dengan didukung oleh perangkat dan jaringan organisasi yang
kuat. Ketiga, terwujudnya suasana, sikap dan budaya kader dari berbagai disiplin keilmuan
yang mampu menginternalisasikan nilai-nilai ideal, struktural PMII dan historis dan mulai
mengartikulasikannya di basis massa.

C. Prioritas

Prioritas program pada prodata tahap ketiga ini diletakkan pada bidang keilmuan yang
diwujudkan dalam bentuk gerakan pemikiran yang bersamaan dengan itu ditekankan pula
bidang ekonomi, hukum, sains, tekhnologi, melalui penciptaan kondisi dan profesional
kader yang mengacu pada gerakan dengan nilai-nilai keislaman Ahlussunnah wal Jama’ah.

Sejalan dengan prioritas-prioritas pada bidang-bidang tersebut tetap dilakukan pula


kegiatan-kegiatan yang mengacu pada nilai-nilai kepemimpinan dan keprofesionalan serta
selaras, serasi dan seimbang.

D. Arah Kegiatan Setiap Bidang


Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada setiap prodata tahap ketiga ini meliputi empat
ranah dan sistim control. Ketiga ranah kegiatan tersebut akan dicoba pada setiap bidang
dan aspek.
Berkaitan dengan upaya tersebut maka upaya pembentukan dan pemantapan lembaga-
lembaga strategis perlu terus dilanjutkan, sehingga proses sosialisasi dan konsolidasi dapat
berlangsung secara lebih baik.

Untuk memudahkan proses pencapaian tujuan melalui format PMII seperti terurai di atas,
maka dirumuskan arah kegiatan pada setiap bidang dan aspek berikut:

1. Bidang ke-Islam-an
a. Aspek aqidah
Masalah:
1) Masih terbatasnya pemahaman anggota PMII dan masyarakat secara
keseluruhan terhadap konsep-konsep keimanan.
2) Tejadinya proses dan gerakan pindah agama di dalam masyarakat muslim
Implementsi program:
1) Pemantapan aqidah Islamiyah di kalangaan anggota
2) Dilaksanakan dialog keagamaan di kalangan mahasiswa
b. Aspek syariah
Masalah:
Masih terbatasnya pemahaman anggota PMII terhadap penerapan hukum-hukun
Islam dan ketidakmampuan kader dalam menyesuaikan sosio religius di masyarakat
setempat.
Implementasi program:
Perlu lebih ditingkatkan kontekstulisasi pemahaman terhadap hukum-hukum Islam.
c. Aspek akhlak
Masalah:
1) Terjadinya “krisis moral” di kalangan generasi mudah khususnya dan masyarakat
umumnya.
2) Lemahnya kemampuan kader untuk menyesuaikan diri dengan standar etik
masyarakat setempat
d. Aspek dakwah
Masalah :
Gencarnya pengusaan keagamaan oleh Islam fundamentalisme di masyarakat
maupun di kampus.
Implementasi program:
1) Perlu digalakkannya gerakan masuk masjid, majelis ta’lim, lembga dakwah
kampus dan lembaga dakwah sekolah.
2) Harus mulai dirintis media dakwah di kalangan masyarkat muslim perkotaan.
3) Perlu dirintis pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah secara professional.
2. Bidang keilmuan
Masalah:
a. Kurang intensnya gerakan/gesekan pemikiran diantara warga PMII
b. Terjadinya budaya pendangkalan berfikir di kalangan anggota PMII
c. Rendahnya produktifitas berfikiran.
Imlementasi program:
Ditingkatkannya kegiatan-kegiatan pengajian, penelitian dan pengembangan di berbagai
disiplin ilmu sesuai dengan bidang-nya masing-masing.
Pembagian aspek:
a. Aspek pemikiran dan ke-Islam-an
b. Aspek pmikiran ekonomi
c. Aspek pemikiran politik
d. Aspek pemikiran sosial budaya
e. Aspek pemikiran pengembangan sumber daya manusia/pengembangan masyarakat
f. Aspek hukum
g. Aspek iptek

3. Bidang ekonomi
Masalah:
Masih rendahnya tingkat “melek ekonomi” warga PMII dan masyarakat terhadap
informasi ekonomi, peluang usaha, pengelolaan usaha, budaya dan jarinagan usaha.
Implementasi program:
Perlu dibudayakan proses pertukaran informasi-informasi ekonomi dan pengkaderan-
pengkadran yang mengacu pada kemandirian ekonomi warga dan organisasi.
Pembagian aspek:
a. Aspek : koperasi
b. Aspek : perdagangan
c. Aspek : produksi/barang dan jasa
d. Aspek : ketenaga kerjaan

4. Bidang keprofesian
Masalah:
a. Belum lancarnya jaringan informasi antar warga baik dalam garis vertikal maupun
horizontal
b. Belum meratanya konsolidasi organisasi
c. Terbatasnya kader-kader yang berpotensi.
Implementasi program:
Perlu lebih ditingkatkan proses sosialisasi, konsolidasi dan pengkaderan organisasi,
melalui penciptaan system jaringan organisasi yang kuat.
Pembagian aspek:
a. Aspek kelembagaan
b. Aspek pengkaderan
c. Aspek pengembangan progam
5. Bidang keorganisasian
Masalah :
1. Belum lancarnya jaringan informasi antar warga dalam vertikal maupun horizontal
2. Belum meratanya konsolidasi oganisasi
3. Terbatasnya kader-kader yang bepotensi
Implementasi program:
Perlu lebih ditingkatkan proses sosialisasi, konsolidasi dan pengkaderan organisasi,
melalui penciptaan system jaringan organisasi yang kuat.
Pembagian aspek:
a. Aspek kelembagaan
b. Aspek pengkaderan
c. Aspek pengembangan program
d. Aspek pemberdayaan

E. Penutup

Keberhasilan melaksanakan program kegiatan membutuhkan partisipasi seluruh warga


dengan dilandasi sikap, mental dan tekad yang sungguh-sungguh serta diawali dengan niat
yang jujur dan ikhlas disamping itu keberhasilan melaksanakan progam juga sangat
dipengaruhi suasana, iklim dan budaya organisasi yang sehat, yang lebih menekankan faktor
prestasi dan kualitas ketimbang faktor-faktor lain yang bertentangan dengan hal itu.

Dengan demikian prinsip maju berama-sama dalam kemajuan hendaknya senantiasa


mewarnai interaksi warga dalam melaksanakan programnya menuju tujuan yang dicita-
citakan. Semoga Allah SWT berkenan membimbing dan memberkahi setiap kegiatan yang
kita lakukan, amin.

Ditetapkan
Di : Jambi
Tanggl :…,…,2014
Pukul :……..WIB

PIMPINAN SIDANG KONGRES XVIII


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDOENSIA

(……………………..) (………………………..) (…………………………)


Ketua Wakil Ketua Sekretaris

Anda mungkin juga menyukai