Bagian I
RENCANA STRATEGI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
A. Pengertian
Renstra pembinanan dan pengembangan PMII merupakan implementasi dari berbagai idea
dalam ketentuan ideal konstitusional dan produk-produk historis, analisis, antisipatisi dan
prediksi PMII ke depan, sebagai arah dalam rangkaian program-program yang menyeluruh,
terarah dan terpadu yang berlangsung secara terus-menerus.
Maksud dan tujuan renstra pembinaan dan pengembangan organisasi PMII adalah untuk
memberikan pedoman yang terarah dan pasti bagi pelaksananan program PMII dalam
rangka mencapai pencapaian tujuan PMII tersebut merupakan tanggung jawab bersama
seluruh warga pergerakan dan benar-benar dapat terprogramkan secara menyeluruh dan
terpadu serta berdaya guna dan berhasil guna yang dilaksanakan secara menyeluruh.
C. Landasan
Renstra pembinaan dan pengembangan PMII disusun berlandaskan:
1. Landasan Ideal:
a. Islam Ahlussunah Wal Jamaah
b. Pancasila dan UUD 1945
c. Nilai-Nilai Dasar Pergerakan (NDP)
2. Struktural:
Anggaran dasar pasal 5 tentang Usaha PMII : (1) Menghimpun dan membina mahasiswa
Islam sesuai dengan asas dan tujuan PMII serta peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku; (2) Melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang sesuai dengan
asas dan tujuan PMII serta mewujudkan pribadi insan ulul albab.
3. Landasan Historis:
Produk dan dokumen history organisasi
Untuk memberikan mengenai wujud masa depan yang diinginkan, baik dalam setiap tahap
maupun dalam jangka panjang, maka renstra PMII disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
Renstra umum pembinaan dan pengmbangan perjuangan PMII
Renstra umum program PMII Jangka Panjang 2002-2020
E. Pelaksanaan
Renstra pembinaan dan pengembangan serta perjuangan PMII dan renstra umum program
PMII jangka panjang 2002-2020 ditetapkan dan dikukuhkan oleh Kongres yang berlaku
sampai dengan tahun 2020. Renstra umum program PMII 2002-2020 yang merupakan
bagian dari Renstra pembinaan dan pengembangan PMII dilaksanakan oleh PB PMII terpilih
yang oprasionalnya dituangkan dalam kebijaksanaan dan peraturan yang dibuat oleh PB
PMII yang terpilih.
Bagian II
RENCANA STRATEGI UMUM
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PMII
A. Pengertian
Pengertian yang digunakan di sini disusun atas dasar saran, kondisi subjek dan objek yang
hendak dicapai:
Pembinaan dan pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal, informal maupun
nonformal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah, terpadu, teratur dan
bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan membimbing dan
mengembangkan suatu kepribadian yang seimbang dan utuh, baik jasmaniah maupun
rohaniah.
Dari bekal yang dicapai melalui pembinaaan dan pengembangan tersebut merupakan
jaminan gerak system perjuangan PMII dalam mencapai cita-citanya.
Renstra pengembangan dan perjuangan PMII, baik secara individu maupun secara
organisatoris memerlukan kondisi dan suasana lingkungan yang sehat. Kondisi dan suasana
lingkungan yang sehat tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan kretifitas mahasiswa
dalam kemajuan dan kemodernan bangsa sekaligus mata rantai persambungan mata rantai
kepemimpinan bangsa.
Kondisi dan suasana yang sehat dalam mencapai sasaran tersebut, mutlak bermuatan
kesetaraan atau egaliter, saling percaya, menghargai, jujur dan adil, terbuka, bebas dan
bertanggungjawab, menjamin keberlanjutan ekologis serta terbangunya hubungan
pergaulan budaya yang dewasa dalam konteks bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Makna ”Pergerakan” yang terkandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk)
yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya berkontribusi bagi alam sekitarnya.
Pengertian “Mahasiswa” yang terkandung dalam PMII adalah golongan generasi muda yang
menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri.
Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan
sosial dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut, terpantul tanggung jawab
keagamaan, tanggungjawab intelektual, tangung jawab sosial kemasyarakatan, dan
tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagi warga bangsa dan
negara.
Pengertian “Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami
dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap
ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, Islam dan ihsan yang di dalam pola
pikir, pola sikap dan pola prilakunya tercermin sifat-sifat selektif, akomodatif, dan integratif.
Pengertrian ”Indonesia” yang terkadung di PMII adalah masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang memiliki palsafah dan ideologi bangsa yaitu pancasila dan UUD ‘45 dengan
kesadaran kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke yang diikat denga kesadaran wawasan nusantara.
Secara totalitas PMII sebagai organisasi merupakan suatu gerakan yang bertujuan
melahirkan kader-kader bangsa yang mempunyai integritas diri sebagai hamba yang
bertaqwa kepada Allah SWT, dan atas dasar kesadaran berkiprah mewujudkan peran
ketuhanannya membangun masyarakat bangsa dan negara Indonesia menuju satu tatanan
masyarakat yang adil dan makmur dalam ampunan dan ridlo Allah SWT.
B. Tujuan
C. Landasan
1. Ideal
a. Islam Ahlussunah Wal Jma’ah
b. Pancasila dan UUD 1945
c. Nilai Dasar Pergerakan (NDP)
2. Struktural:
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tnagga PMII
3. Historis:
Produk dan dokumen Historis Organisasi
D. Azas
Ketaqwaan
Setiap gerak dan usaha yang dilakukan untuk mencapai cita-cita, dan tujuan organisasi
dilandasi oleh kesadaran ketaqwaan dan sekaligus meningkatkan kualitas ketaqwaan.
Keseluruhan
Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai cita-cita organisasi pada dasarnya adalah
usaha bersama seluruh warga PMII, yang dijiwai dengan semangat kekeluargaan dan
kebersamaan.
Manfaat
Bahwa setiap usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh pribadi maupun organisasi dalam
lingkungan PMII haruslah bermanfaat bagi alam sekitarnya yang berarti meningkatkan
kualitas peran organisasi dan peran diri (kualitas diri) sebagai hamba Allah SWT.
Kemasyarakatan
Bahwa PMII merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat, setiap gerak dan usaha
PMII haruslah berorientasi untuk kemaslahatan masyarakat sebagai manifestasi
tanggungjawab sebagai eleman civil society.
Kemahasiswaan
Independen
Bahwa setiap gerak dan langkah PMII berdasarkan pada kemandirian (independen) sebagai
implementasi kesadaran beragama yang secara individual harus mempertangungjawabkan
segala gerak langkahnya di hadapan Allah SWT. Atas dasar kemandirian itu, sebagai
individu/berperan dalam konteks kemasyarakatan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang
berlaku.
Profesional
Demi membuminya kader PMII dalam segala kegiatan kehidupan dan menghadapi
tangtangan era globalisasi dan modernisasi, maka setiap usaha dan kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai cita-cita organisasi yang dilakukan dengan kemampuan profesional kader.
Dengan demikian proses organisasi maupun kaderisasi di PMII diarahkan untuk mencetak
kader profesional. Setiap usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh PMII secara organisatoris
untuk tercapainya tujuan dan cita-cita maka harus dilakukan dengan proses profesionalisme
kader serta ditujukan untuk peningkatan mutu dar kualitas kader.
Modal Dasar
Faktor Dominan
Dalam menggerakan dan memanfaatkan modal dasar untuk mencapai tujuan PMII dengan
landasan serta untuk mencapai tujuan PMII dengan landasan serta azas-azas di atas, perlu
diperhatikan faktor-faktor dominan berikut:
1. Ideologi yang dianut PMII merupakan aspek dominan dari organisasi PMII yang berisi
pandangan hidup, cita-cita serta system nilai yang memberikan arah terhadap tingkah
laku dari setiap anggota PMII. PMII beraqidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah dan atas
dasar kaidah itulah PMII dengan penuh kesadaran berideologi Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Akidah dan ideologi tersebut
merupakan faktor pendorong dan penggerak dalam proses pembinaan pengembangan
dan perjuanagan organisasi sekaligus sebagai dasar berpijak dalam menghadapi proses
perubahan dan goncangan-goncangan di tengah masyarakat. Pandangan terhadap Islam
inklusif dan paradigma kritis transformatif dalam membangun masyarakat, merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam diri PMII. Pola pandangan keagamaan ini,
merupakan faktor dominan yang dimiliki PMII dalam rangka pengembangan mendatang.
2. Komunitas Islam Ahlussunah wal Jama’ah sebagai kelompok masyarakat terbesar
Indonesia merupakan wahana dan tempat pengabdian yang jelas bagi PMII;
3. Jumlah anggota PMII yang setiap tahunnya bertambah dengan kuantitas yang cukup
besar merupakan faktor strategis yang menentukan usaha pembinaan generasi muda
dalam proses pelahiran kepemimpinan organisasi.
4. Jumlah alumni yang setiap tahunnya bertambah, sejak berdiriya PMII tahun 1960
tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan bergerak di berbagai profesi dan
disisplin ilmu yang mengabdi pada agama, masyarakat dan negara.
5. Sumber dana dan fasilitas yang tersebar di berbagai komunitas dan kelompok terutama
umat Islam merupakan aset yang perlu dikoordinir. Oleh karena itu PMII harus mampu
menjalin hubungan organisasi yang saling bermanfaat dan memberikan nilai lebih
antara keduanya yang pada akhirnya PMII mempunyai sumber dana secara mandiri.
2. Tujuan
G. Strategi
Strategi yang dimaksud di sini adalah adanya suatu kondisi serta langkah-langkah yang
mendasar, konsisten dan aflikatif yang harus dilakukan dalam rangka mewujudkan tujuan
dan cita-cita PMII.
Dari pemahaman strategi itulah maka untuk mencapai tujuan pembinaan pengembangan
dan perjuangan yang telah ditetapkan diperlukan strategi sebagai berikut:
1. Iklim yang mampu menciptakan suasana yang sehat, dinamis dan kompetitif yang selalu
dibimbing dengan bingkai taqwa, intelektualitasn dan profesionalitas sehngga mampu
meningkatkan kualitas pemikira dan pertasi, terbangunnya suasana kekeluargaan dalam
menjalankan tugas suci keorganisasian kemasyarakatan dan kebangsaan.
2. Kepemimpinan harus difahami sebagai amanat Allah yang menempatkan setiap insan
PMII sebagai da’i untuk melaksanakan amr ma’ruf-nahi munkar sehingga
kepemimpinannya selalu tercermin sikap bertanggungjawab melayani, berani, jujur, adil
dan ikhlas; serta di dalam menjalankan kepemimpinannya selalu penuh dengan
kedalaman rasa cinta, arif bijaksana, terbuka dan demokratis.
3. Untuk mewujudkan suasana taqwa, intelektualitas dan profesionalitas serta
kepemimpinan sebagai amant Allah SWT, diperlukan suatu gerakan dan mekanisme
organisasi yang bertumpu pada kekuatan dzikir dan fakir dalam setiap tata fakir, tata
sikap dan tata prilaku baik secara individu maupun organisatoris.
4. Struktur dan aparat organisasi yang tertata dengan baik sehingga dapat mewujudkan
system dan mekanisme organisasi yang efektif dan efesien mampu mewadahi dinamika
intern organisasi serta mampu merespon dinamika dan perubahan eksternal.
5. Produk dan peraturan-peraturan organisasi yang konsisten dan tegas menjadi panduan
yang konstitutif sehingga tercipta mekanisme organisasi yang teratur dan mempunyai
kepastian hukum dari tingkat pengurus besar sampai tingkat rayon.
6. Pola komunikasi yang dikembangkan adalah komunikasi individual dan kelembagaan,
yaitu terciptanya komunikasi timbal balik dan berdaulat serta mampu membedakan
antara hubungan individual dan hubungan kelembagaan; baik ke dalam maupun keluar.
7. Pola kaderisasi yang dikembangkan selaras dengan tuntutan perkembangan zaman kini
dan mendatang, sehingga terwujud pola perkembangan zaman kini dan mendatang,
sehingga terwujud pola pengembangan kader yang berkualitas, mampu menjalankan
fungsi kekhalifahan yang terjawantahkan dalam prilaku keseharian, baik selaku kader
bangsa maupun kader agama.
Bagian III
RENCANA DAN STRATEGI JANGKA PANJANG
2002-2020
Berdasarkan pola dasar pembinaan, pengembangan dan perjuangan disusunlah pola umum
program jangka panjang yang meliputi jangka waktu 15 tahun sebagai upaya pengarahan dalam
melaksanakan program-program riel menuju kualitas kader yang diinginkan PMII.
A. Pendahuluan
Hadirnya kebijakan pemerintah paska reformasi yang mulai banyak mencederai demokrasi
menuntut sumber daya manusia yang di pelopori oleh mahasiswa untuk memaksimalkan
fungsi sosialnya dengan segera bersikap. Sikap yang diambil harus lebih revoluioner dengan
target percepatan tertentu, karena jangan sampai itikad baik reformasi dijadikan kebijakan
pemerintah hari ini adalah bahasa halus dari kebijakan otoritarian masa lampau. Demokrasi
yang dijunjung tinggi pada masa ini cenderung liberal x harus di kembalikan pada demokrasi
pancasila yang luhur dan sesuai dengan nilai-nilai yang di bawa oleh para founding father
nusantara.
Namun demikian peran kesejarahan seperti itu tidak membuat PMII melupakan tuntutan
kualitas masa depan, dengan niat yang jujur dan i’tikad yang sungguh-sungguh PMII terus
melakukan kajian reflektif dalam membuat pola pembinaan, pengembangan dan
perjuangan yang tepat sehingga peran ke masa depan PMII menjadi potensi yang strategis
bagi kemajuan dan kekuatan bangsa dan masyarakat.
Perjalanan dunia mahasiswa Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat mendasar
perubahan tersebut menuntut modifikasi format dan peran organisasi kemahasiswaan,
termasuk PMII dalam melaksanakan program-programnya.
Memasuki abad 21 ini, PMII dihadapkan pada dua fenomena. Pertama adalah menguatnya
tuntutan otonomisasi di setiap wilayah. Tuntutan ini merupakan anti klimaks dari
menguatnya budaya sentarlistis yang dipraktekkan pemerintah Orde Baru selama 32 tahun.
Implikasinya, muncul disparitas pola pikir, pendapatan dan kehidupan sosial lainnya. Dalam
konteks ini, muncul tuntutan otonomi di setiap daerah. Fenomena ini tentunya juga akan
mempengaruhi proses rekruitmen, metode pembinaan, dan pemberdayaan warga, dan
pengembangan institusi PMII pada masa yang akan datang.
Tuntutan kedua adalah menguatnya tatanan global atau lazim disebut globalisasi. Antara
otonomi dan globalisasi ini pada satu sisi memang kelihatan antagonistic. Otonomi
menekan pada hak lokal sementara globalisasi lebih menekan pada asfek global
kepentingan lokal dan global. Ini memang sering bertabrakan. Gejala global di Indonesia
makin menguat setelah ditandai dengan berbagai regulasi negara, antara lain; AFTA (2002),
NAFTA (2010) dan diterimanya perdamaian dunia (2020). Fenomena ini tentunya akan
mengubah pola kehidupan dan konstruk sosial masyarakat. Dalam konteks ini, PMII
membutuhkan reorientasi pergerakan, supaya mendapatkan respon dari masyarakat, dan
warganya maupun untuk adapted dan mempunyai daya kompetitif.
Di satu sisi Indonesia sedang dihimpit minimal oleh arus besar. Pertama arus liberalisasi
yang cukup deras menggempur seluruh tatanan yang ada, baik aspek politik, social dan
budaya. Kedua Indonesia sedang dihimpit pula oleh arus fundamentalisme, baik itu
fundamentalisme yang moderat maupun fundamentalisme yang cukup berat. Dua hal
menjadi ruang bagi PMII, untuk segera merancang strategi, baik kaderisasi maupun
gerakannya untuk bias adapted menghadapi dua arus tersebut.
Bersama dengan perubahan itu, fase ini juga ditandai dengan fase berlangsungnya transisi
demokrasi di Indonesia. Transisi dari rezim otoriter, menuju fase demokratis. Masa transisi
ini ditandai beberapa hal, antara lain, rekonstruksi puing-puing ekonomi, social, politik, dan
segala bentuk masalah turunannya. Masa terjal yang amat curam, pada fase transisi ini
adalah proses yang niscaya harus dilalui oleh warga pergerakan. Oleh karena itu setiap
program yang dilakukan juga dalam konteks untuk mensukseskan dan mengamankan
proses transisi demokrasi ini.
Kecenderungan posisi itu tampaknya akan terus menguat pada masa-masa yang akan
datang. Atas kesadaran dan antisipasi seperti itu, maka PMII pada era 90-an ke depan
bertekad untuk memformulasikan dan mengaktualisasikan gerakan ekonomi dengan
tahapan-tahapan yang akan diuraikan kemudian.
Proses aktifitas dan gerakan seperti itu tentu saja tetap dilandasi, disemangati dan
dimuarakan pada nilai-nilai Islam. Karena bagimana pun nilai-nilai Islam merupkan landasan
sekaligus sumber inspirasi bagi PMII dalam mengaplikasikan program-programnya.
Bersamaan dengan itu, PMII juga menyadari bahwa pemahaman dan ke-Islaman yang
berlangsung di negara kita telah mengalami perubahan mendasar dari pemahaman yang
bersifat formal menuju pemahaman dan gerakan yang lebih subtansial. Oleh karena itu PMII
bertekad untuk terus melaksanakan pemahaman dan gerakan, maupun pengalaman nilai-
nilai Islam secara lebih substansial dalam rangka menuju masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur dalam lindungan dan keberkahan Allah SWT.
Yang dimaksud dengan masalah pokok di sini adalah segala suatu yang dianggap, diduga
atau dirasa menjadi hambatan dalam mekanisme organisasi. Dengan mengetahui masalah-
masalah pokok PMII diharapkan terdapat gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah
yang harus diambil di masa yang akan datang.
NKK adalah niali-nilai fundamental dari PMII yang merupakan pendorong dan penggerak
serta sekaligus sebagai alas pijak dalam kehidupan sehari-hari. Ketidakmampuan
merumuskan secara jelas aspek-aspek fundamental ini, organisasi dapat kehilangan
dasar pijakan dan sumber motivasi serta arah dan tujuan selanjutnya akan kehilangan
kekuatan dalam menghadapi tantangan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. NKK ini pada dasarnya adalah nilai-nilai dan prinsip Aswaja itu sendiri,
tetapi dalam bentuk sederhana perwujudannya yang aktual dan tidak lepas dari sifat,
azas adan tujuan PMII. Perlunya NKK ini setidaknya didasarkan pada tiga asumsi:
a. Bahwa ajaran-ajaran Islam belum sepenuhnya membudaya dalam kehidupan sehari-
hari, belum menjadi dasar berpijak, motivasi, arah perjuangan dan pola tingkah laku
sehari-hari dalam kehidupan organisasi.
b. Bahwa PMII sesuai dengan dinamika yang dimilikinya akan terus berkembang dan
perkembangan ini akan membawa perubahan dalam tata nilai.
c. dalam kehidupan dan pandangan umum keagamaan, niali-nilai aswaja kontekstual
dengan tatanan nilai hidup sosiologis masyarakat Indonesia. Paling tidak, niali-nilai
Aswaja memiliki spirit untuk memanfaberdasarkan pengalaatkan dan
mendayagunakan kondisi keberagaman dan kemasyarakatan Indonesia.
Aparat organisasi terutama struktur organisasi yang berupa majelis pembina sampai
komisariat/rayon dan lembaga-lembaga komisariat/rayon yang belum berfungsi
sebagaimana mestinya, karena belum bisa menyesuaikan kondisi lokal.
4. Sumber-Sumber
Yang dimaksud di sini adalah sumber daya manusia ( kader PMII ). Di lhat dari pMII,
persoalannya terletak pada bagaimana menimengenotengkan kualitas dan potensial
pmii itu sehingga potensi yang ada berdaya guna bagi PMII.
Mengenai aspek sumber daya manusia dewasa ini sangat di rasakan lebih di masa
mendatang, bahwa PMII sebagai organisasi ternyata tidak cukup hanya mengandalkan
pada semangat idealisme dan nasionalisme serta patriottisme yang di sebut ke ikhlasan,
maka harus betul2 di tunjang oleh fasilitas- fasilitas yang memadari ketidakan
fahamarnambatan-hamba menggali sumber daya manusia dan sumber daya mausiaka
adan sumkber daya alam maka akan mengakibatkan hambatan-hambatan yang serius
terhadap pelaksanaan program yang telah di tetapkan dan di sepakati
5. Program
Secara operasional, selama ini program yang ditetapkan PMII pada berbagai level dan
jenjang organisasi kurang berkesinambungan antara periode yang satu dengan yang
berikutnya. Program umum keputusan kongres yang dijabarkan oleh pengurus besar
secara operasional harus tercermin dalam program-program pengurus koordinator
cabang, pengurus dan seterusnya ke bawah belum mencerminkan satu kesatuan dan
keseragaman program yang terpadu dan menyeluruh. Sedangkan secara matrial,
dirasaklan bahwa program-program yang ditetapkan belum mampu secara nasional
menjawab permasalahan yang ada sehingga kegairahan anggota untuk berpartisipasi
dalam setiap pelaksanaan program berkurang, karena program itu dirasakan tidak
menjawab kebutuhandan minat anggota.
Dengan demikian kegiatan-kegiatan PMII dalam jangka panjang harus tetap dimuarakan
pada upaya pembentukan kader yang memiliki sikap dan perilaku ketaqwaan yang
dibarengi pula dengan intelektualitas dan kemandirian usaha yang profesional. Nilai-nilai
ketaqwaan, keobyektifan intelektual serta etos dan semangat kemandirian professional
hendaknya menjadi inspirasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di PMII.
Pelaksanaan program kegiatan tersebut hendakya selalu didasarkan pada prinip “maju
bersama dan bersama-sama dalam kemajuan” dengan dilandasi semangat mengutamakan
kualitas dan prestasi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan hendakya mampu mendorong kader
bersama-sama dan saling menunjang secara profesional. Kesadaran seperti ini harus tetap
ditekankan, ditanamkan dan dilaksanakan sehingga tidak ada kader yang merasa tidak
diuntungkan untuk kegiatan tersebut sementara kader yang lain menikmati keberhasilan
kegiatan-kegiatan tersebut. Pelaksanaan kegiatan tersebut hendakya diupayakan pula untuk
terus memantapkan dan mengembangkan jaringan organisasi yang semakin tangguh
menghadapi perkembangan dan tuntutan zaman yang senantiasa berubah.
Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus mengimbas secara positif bagi
kemajuan anggota dan masyarakat secara luas. Perlu diupayakan suatu cara yang lebih
tepat untuk menarik calon-calon anggota PMII yang berkualitas sebanyak-banyaknya di
perguruan tinggi, terutama dilakukan diperguruan tinggi umum, hal ini harus dilakukan
karena anggota PMII selama ini lebih banyak dari perguruan tinggi agama.
D. Titik Berat Kegiatan Setiap Tahap
Program kegiatan PMII jangka panjang dilaksanakan secara bertahap, melalui pentahapan
sebagai berikut:
1. Tahap 1 (2000-2002)
Titik berat pada tahap ini adalah pada konsolidasi organiasi melalui pengkondisian
dalam rangka mereformulasikan kegiatan PMII pada masa transisi demokrasi. Pada
masa ini juga masih harus ditandai dengan proses sosialisasi otonomi warga sejalan
dengan otonomi regulasi negara, dan perubahan formulasi gerakan sejalan dengan
perubahan titik kecenderungan ini. Tahap ini juga titik awal soialisasi pengembangan
human resources warga pergerakan yang seimbang antara wacana dengan aplikasi,
sesuai dengan kebutuhan yang ada.
2. Tahap II (2002-2004)
Titik berat pada tahap ini adalah koordinasi organisasi dengan pola otonomi, namun
dengan konsep dan wawasan global. Formulasi gagasan dalam membentuk PMII sebagai
oganisasi yang sarat ragam karakteristik warga sudah mulai terbentuk implikasinya,
pada fase ini sudah mulai kelihatan diverivikasi peran antar cabang dengan titik sentral
garapan sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan Dan minat bakat warga itu
sendiri. Konsilidasi ini ditandai dengan menguatnya bangunan institusi dengan pola
komunikasi berbasis virtual, sehingga memudahkan sarana konsulidasi.
Titik berat pada tahap ini adalah memantapkan proses diverivikasi peran kader sesuai
dengan latar belakang ilmu pengetahuan dan minat bakatnya. Pada fase ini diharapkan
sudah terjadi keseimbangan jumlah warga antara yang berbasis agama dengan umum.
Antara kelompok wacana dengan aplikasi. Tahap ini juga sudah harus ditandai dengan
makin terbukanya wawasan kader PMII terhadap berbagai kebutuhan masyarakat
global. Sehingga piranti (softwere) sudah siap menghadapi berbagai perubahan.
4. Tahap IV (2006-2008)
Titik berat pada tahap ini adalah makin kuatnya kelompok partisipsi dan profesi warga
PMII, namun mempunyai kesadaran politik dan basis ideologi yang berpihak pada
masyakat. Meningkatnya kelompok ini, nanti akan dibarengi dengan makin kuatnya
institusi PMII di semua level berkat konsolidasi periode sebelumya. Pada fase ini,
jaringan PMII sudah dapat dihidupkan menjadi multi-fungsi, jaringan organisasi sebagai
alat control, pemberdaya, penyemaian informasi dan transaksi sosial-ekonomi dan
buaya.
5. Tahap V (2008-2010)
Titik berat Pada tahap ini adalah pada bidang munculnya kesadaran massif tentang
budaya kompetitif di kalangan warga. Pada fase ini, pendekatan prestasi sebagai faktor
determinan dalam setiap penilaian kader, bukan lagi faktor politik. Tahap ini diharapkan
sudah sampai pada tingkat keseimbangan antara karakter politik, profeional dengan
pendekatan fungsi sosial. Penguasaan pengetahuan mikro di kalangan warga sudah
mulai merata dan seimbang, sehinga fase ini adalah titik awal profesionalisasi kader
PMII di semua sektor dan lini masyarakat.
Titik berat pada tahap ini di tandai dengan terjadinya DEJAVU atas kondisi masa lampau.
Euporia reformasi tegah membuat lengah kader pada fase ini kader mulai menyadari
bahwa fungsi sossial harus di lakukan secara frontal. Penguasaan-penguasan yang sudah
dilakukan harus lebih di seimbangkan serta jaringan-jaringan di berbagai lini harus
segera di organisir untuk kembali pada nilai-nilai dan norma-norma murni PMIImenuju
gerakan kolektif sebagai titik awal perubahan selanjutnya.
Titik berat pada tahap ini adalah semakin terlibatnya kader paada pusaran globalisai dan
neo liberalisme yang telah di buka seluas luasnya pada fase ini kelompok capital yang
sudah masuk ke berbagai aspek dan mempengaruhi aspek dan mempengaruhi konsep
prodek dan distribusi kader akan berbajaya jika cenderung berpihak pada kaum
pemodal penekana pada aksi yang kongkrot dan rill sebagai bentuk pengabdian
sekaligus perjuangan pergerakan yang berdasar pada kandasan agama ilmu
pengetahuan dan kebudayaan menjadi prioritas program
BAGIAN IV
PROGRAM RENCANA STRATEGIS DUA TAHUNAN
(2008-2010)
A. Pendahuluan
Program pelaksanaan kegiatan yang selama periode terakhir 2005-2007, telah berlangung
turut menorong lahirnya gagasan-gagsn baru yang lebih konseptual dan terarah. Kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan pada tahap-tahap mendatang diharapkan terus mengacu pada
formulasi PMII dalam empat mata gerakan, yaitu gerakan pemikiran, gerakan sosial,
gerakan budaya, gerakan ekonomi dan gerakan keagamaan-ketaqwaan.
Dalam program dua tahunan (prodata) tahap kedua ini akan terus digalakkan dan
diformulasikan secara tegas sosok, format dan keberadaan PMII dalam:
1. Penuangan dan sosialisasi gagasan dan konsep-konsep baru melalui gerakan pemikiran,
small group dan lingkaran diskusi barbasis pendampingan dalam setiap mahasiwa.
2. Antisipasi perkembangan ekonomi, sosial, budaya, hukum, sains teknologi dan
industrialisasi melalui pembentukan jaringan-jaringan terkait.
3. Peningkatan kualitas pemahaman sikap dan perilaku ketaqwaan melalui gerakan
keagamaan baik di masyarakat maupu di kampus.
Prodata tahap kedua ini berlangsung dalam kurun waktu 2005-2007. Sejalan dengan
formulasi orientasi program seperti tersebut di atas, tetapi dilakukan pula proses
konsolidasi organisasi dan progam baik secara vertikal maupun secara horizontal baik dalam
lingkungan internal PMII maupun eksternal.
B. Tujuan
Dengan tetap mengacu pada tujuan dasar PMII sebagaimana tertera dalam AD/ART, maka
tujuan prodata tahap kedua ini dirumuskan sebagai berikut: Pertama, terwujudya kader
yang berkualitas baik kualitas lahiriah maupun kualitas batiniah, mandiri serta tetap
konsisten pada nilai-nilai ke-Islam-an. Kedua, terwujudnya suasana, sikap dan budaya
keorganisasian yang sehat dengan didukung oleh perangkat dan jaringan organisasi yang
kuat. Ketiga, terwujudnya suasana, sikap dan budaya kader dari berbagai disiplin keilmuan
yang mampu menginternalisasikan nilai-nilai ideal, struktural PMII dan historis dan mulai
mengartikulasikannya di basis massa.
C. Prioritas
Prioritas program pada prodata tahap ketiga ini diletakkan pada bidang keilmuan yang
diwujudkan dalam bentuk gerakan pemikiran yang bersamaan dengan itu ditekankan pula
bidang ekonomi, hukum, sains, tekhnologi, melalui penciptaan kondisi dan profesional
kader yang mengacu pada gerakan dengan nilai-nilai keislaman Ahlussunnah wal Jama’ah.
Untuk memudahkan proses pencapaian tujuan melalui format PMII seperti terurai di atas,
maka dirumuskan arah kegiatan pada setiap bidang dan aspek berikut:
1. Bidang ke-Islam-an
a. Aspek aqidah
Masalah:
1) Masih terbatasnya pemahaman anggota PMII dan masyarakat secara
keseluruhan terhadap konsep-konsep keimanan.
2) Tejadinya proses dan gerakan pindah agama di dalam masyarakat muslim
Implementsi program:
1) Pemantapan aqidah Islamiyah di kalangaan anggota
2) Dilaksanakan dialog keagamaan di kalangan mahasiswa
b. Aspek syariah
Masalah:
Masih terbatasnya pemahaman anggota PMII terhadap penerapan hukum-hukun
Islam dan ketidakmampuan kader dalam menyesuaikan sosio religius di masyarakat
setempat.
Implementasi program:
Perlu lebih ditingkatkan kontekstulisasi pemahaman terhadap hukum-hukum Islam.
c. Aspek akhlak
Masalah:
1) Terjadinya “krisis moral” di kalangan generasi mudah khususnya dan masyarakat
umumnya.
2) Lemahnya kemampuan kader untuk menyesuaikan diri dengan standar etik
masyarakat setempat
d. Aspek dakwah
Masalah :
Gencarnya pengusaan keagamaan oleh Islam fundamentalisme di masyarakat
maupun di kampus.
Implementasi program:
1) Perlu digalakkannya gerakan masuk masjid, majelis ta’lim, lembga dakwah
kampus dan lembaga dakwah sekolah.
2) Harus mulai dirintis media dakwah di kalangan masyarkat muslim perkotaan.
3) Perlu dirintis pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah secara professional.
2. Bidang keilmuan
Masalah:
a. Kurang intensnya gerakan/gesekan pemikiran diantara warga PMII
b. Terjadinya budaya pendangkalan berfikir di kalangan anggota PMII
c. Rendahnya produktifitas berfikiran.
Imlementasi program:
Ditingkatkannya kegiatan-kegiatan pengajian, penelitian dan pengembangan di berbagai
disiplin ilmu sesuai dengan bidang-nya masing-masing.
Pembagian aspek:
a. Aspek pemikiran dan ke-Islam-an
b. Aspek pmikiran ekonomi
c. Aspek pemikiran politik
d. Aspek pemikiran sosial budaya
e. Aspek pemikiran pengembangan sumber daya manusia/pengembangan masyarakat
f. Aspek hukum
g. Aspek iptek
3. Bidang ekonomi
Masalah:
Masih rendahnya tingkat “melek ekonomi” warga PMII dan masyarakat terhadap
informasi ekonomi, peluang usaha, pengelolaan usaha, budaya dan jarinagan usaha.
Implementasi program:
Perlu dibudayakan proses pertukaran informasi-informasi ekonomi dan pengkaderan-
pengkadran yang mengacu pada kemandirian ekonomi warga dan organisasi.
Pembagian aspek:
a. Aspek : koperasi
b. Aspek : perdagangan
c. Aspek : produksi/barang dan jasa
d. Aspek : ketenaga kerjaan
4. Bidang keprofesian
Masalah:
a. Belum lancarnya jaringan informasi antar warga baik dalam garis vertikal maupun
horizontal
b. Belum meratanya konsolidasi organisasi
c. Terbatasnya kader-kader yang berpotensi.
Implementasi program:
Perlu lebih ditingkatkan proses sosialisasi, konsolidasi dan pengkaderan organisasi,
melalui penciptaan system jaringan organisasi yang kuat.
Pembagian aspek:
a. Aspek kelembagaan
b. Aspek pengkaderan
c. Aspek pengembangan progam
5. Bidang keorganisasian
Masalah :
1. Belum lancarnya jaringan informasi antar warga dalam vertikal maupun horizontal
2. Belum meratanya konsolidasi oganisasi
3. Terbatasnya kader-kader yang bepotensi
Implementasi program:
Perlu lebih ditingkatkan proses sosialisasi, konsolidasi dan pengkaderan organisasi,
melalui penciptaan system jaringan organisasi yang kuat.
Pembagian aspek:
a. Aspek kelembagaan
b. Aspek pengkaderan
c. Aspek pengembangan program
d. Aspek pemberdayaan
E. Penutup
Ditetapkan
Di : Jambi
Tanggl :…,…,2014
Pukul :……..WIB