Anda di halaman 1dari 9

Rangkuman Peradaban sarung

A. Sejauh mana?
1. Imam Ghozali terinspirasi dari diktum Imam Alfarahidi dalam konsepnya
mengenai tipologi kebodohan manusia, menyatakan ada 4 macam (type)
manusia dalam berpengetahuan dan menyikapi pengetahuan, yakni:
a. Yadri wa yadri annahu yadri, orang yang tau bahwa dirinya tau.
Artinya orang yang mempunyai ilmu pengetahuan lalu ia
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Golongan orang yang
seperti ini termasuk orang yang bijak dan patut diteladani.
b. Yadri wa la yadri annahu yadri, orang yang tidak tau, bahwa dirinya
tau. Artinya orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan tidak
mengamalkannya, entah dia belum berani ataupun enggan
mengamalkannya. Orang seperti ini biasanya tidak peduli dengan
realitas dan bersifat tertutup dengan orang lain.
c. La yadri wa yadri annahu la yadri, orang yang tau bahwa dirinya tidak
tau. Artinya orang yang menyadari bahwa dirinya tidak berilmu dan
berjuang menuntut ilmu agar dirinya berilmu. Orang ini biasanya terus
giat sepanjang hayatnya mencari ilmu (long live education).
d. La yadri wa la yadri annahu la yadri, orang yang tidak tau bahwa
dirinya tidak tau. Artinya orang yang tidak mempunyai ilmu
pengetahuan tetapi dirinya merasa mempunyai ilmu atau secara
gampangnya orang yang gak pinter tapi bersikap sok pinter. Dalam
istilah jawa dinamakan kemeruh. Orang ini biasanya lupa diri bahkan
tidak tau diri bahwa dirinya tidak tau apa-apa tetapi sering
menyebarkan berita atau kabar.
Jalan Tengah
a. Dalam tradisi Ahlus-sunnah wal jama’ah, rukun agama ada 3, yakni:
Islam, Iman, dan Ihsan. Islam bisa dipahami sebagai syariat, iman
adalah ranah akidah, dan ihsan adalah aspek moral, keshalehan sosial,
dan aspek kepantasan.
Panggung Politik dan Pergeseran Peran Kiai
a. Ada 2 faktor pendukung posisi kuat Kiai di Desa:
1.) Kiai adalah orang yang berpengetahuan luas, dan tempatnya para
penduduk dan umat bercermin.
2.) Kiai adalah orang yang hidup sederhana tapi aslinya kaya.
Kekayaan tsb. Biasanya digunakan untuk membeli sawah atau
tanah dan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk dan
santrinya.

Ilmu Rela Warisan Pesantren


a. Alam tidak mengerti keputusasaan, ia hanya menghasrati
keseimbangan dengan menghargai suatu proses. Kalau tidak mau
tergusur oleh kerasnya hidup, ya berusahalah!
b. Ustaz Martin Heidegger berkata “Orang yang memiliki rencana mati,
hidupnya berkualitas”. Seperti yang dikatakan ustaz tadi,
bahwasannya hidupnya akan penuh perjuangan untuk mati, sebab
kematian manusia berbeda dengan kematian televisi atau ponsel.
Kematian manusia adalah estafet bagi kehidupan selanjutnya. Jika
mati adalah bertemu dengan sang kekasih, mengapa harus disesali.
Seperti kata sayyidina Husein ra.“Sungguh aku tak melihat kematian,
kecuali sebagai kebahagiaan”.

Sapu Dari Pesantren


a. Sapu adalah alat pembersih kuno yang bertahan hingga saat ini.
Seharusnya disetiap generasi milenial, sebelum dan sesudah
berselancar di dunia maya, mereka harus membawa “sapu-sapu
metafisik” di dada dan kepalanya. Agar mereka mampu menyapu dan
mendaur ulang sampah-sampah yang telah membanjiri dunia maya.
Terlebih harus pada individu.

Kilas Balik
a. Sejarah Pondok Pesantren
Istilah Pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata santri
berarti murid dalam bahasa jawa. Istilah santri juga ada dalam bahasa
Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang Cornelis C. Berg (1934-
2012), seorang pakar dalam perkembangan kebudayaan hindu-buddha
di Indonesia, berpendapat bahwa istilah santri berasal dari istilah
shastri, yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu atau
mempelajari buku-buku suci agama hindu atau seorang sarjana ahli
kitab suci agama hindu.
b. Pada episentrum ini ini jelas bahwa pesantren adalah lembaga
pendidikan yang berkembang dari lembaga pendidikan hindu-buddha
yang dulunya disebut Dukuh, tempat para wiku (calon pendeta)
belajar. Salah satu kegiatan para wiku sebagai siswa dukuh adalah
mempelajari sashtra (kitab suci). Orang-orang yang menekuni sashtra
(kitab suci) disebut sashtri. Saat ajaran islam butuh dikembangkan
lewat pendidikan, para penyebar islam berinisiatif mengadopsi model
dukuh Hindu-Buddha. Tetapi karna siswa muslim bukan pendeta,
maka mereka tidak disebut wiku, melainkan sashtri. Demikianlah, kata
sanskerta sashtri dilafalkan dalam lidah muslim jawa menjadi santri.
Penyangga
Berikut elemen-elemen yang tak terpisahkan dari pesantren:
a. Masjid
Masjid merupakan tempat yang tepat untuk mendidik para santri,
terutama dalam praktik ibadah 5 waktu, khotbah, sholat jum’at, dan
pengajaran kitab-kitab klasik
b. Pengajaran Kitab-Kitab Klasik
Pengajaran kitab-kitab kuning diberikan sebagai upaya untuk
merealisasikan tujuan utama pesantren yakni mendidik calon-calon
ulama yang setia terhadap paham islam tradisional, menjaga
autentisitas (ashalah) dari ajaran islam dan memperjuangkan serta
melestarikan kedaulatan negara. Kitab kuning sebagai kurikulum
berbasis barokah ala pesantren ini ditempatkan pada posisi istimewa.
Adapun klasifikasi kitab kuning yang diajarkan oleh pesantren sebagai
berikut: ilmu alat / metode memahami bahasa arab, seperti nahwu
(sintaksis-semantik dan gramatika) dan sharaf (morfologi), fiqih
(hukum), ushul fiqih (yurispundensi), hadits, tafsir dan hermeneutika,
tauhid dan teologi, tasawuf dan etika, tarikh (sejarah), balaghah
(kesusastraan) dan manthiq (logika).
c. Santri
Santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar mendalami
agama di pesantren.
d. Kyai
Kyai bukan berasal dari bahasa arab melainkan bahasa jawa. Kata
“Kyai” ini mempunyai makna yang agung, keramat, dan dituakan. Di
daerah lain, misalnya di tatar pasundan (jawa barat dan banten) kyai
diistilahkan dengan ajengan, di NTB kyai dpanggil dengan tuan guru,
di sumatra dan kalimantan kyai dipanggil abuya.
Belajar Diam
a. Berbicara sejatinya adalah mengulang yang kita tahu, memutar
rekaman data dan rekaman drive yang ada dalam diri kita. Praktis kita
tidak akan mendapatkan apa-apa, kecuali harapan kosong akan sebuah
apresiasi dan penghargaan palsu.
b. Saat diam dan menyimak, kita sedang mentransmisikan dan
mendialogkan hal-hal terdalam di lubuk diri serta hal-hal terjauh di
luar diri. Dengan cara mendengar pula, kita sedang mendamaikan
seluruh gejolak dan gelegak.
Peran
a. Pesantren adalah pendidikan tradisional dimana majelis ilmu dan
majelis zikir menjadi satu dan mendapati ruangnya.
b. Kebanyakan pesantren di indonesia sangat independen dan mandiri,
sebagian tidak mau disubsidi oleh para pejabat, bahkan hingga kini
pemerintah belum mengakui ijazah pesantren sebagai ijazah formal
tetapi non formal.

Agama Permen Karet


a. Dalam islam, para penyebar agama dinamakan Da’i atau Mubaligh,
dalam katholik disebut misionaris, dan dalam protestan dikenal
dengan zending. Pedoman mereka adalah ayat bibel: “karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-ku dan baptislah mereka
dalam nama bapa, anak, dan roh kudus” (matius 28:19) dan untuk
umat islam terdapat dalam QS. An-Nahl:125
b. Zionisme adalah gerakan bangsa yahudi sejak abad ke 19 yang
tersebar diseluruh dunia (diaspora) untuk kembali lagi ke Zion, bukit
dimana kota Yerussalem berdiri dengan tujuan mendirikan sebuah
negara yahudi definitif di tanah palestina yang kala itu merupakan
wilayah imperium turki ustmani (dinasti ottonom). Zionisme ini
digagas oleh seorang ideolog yahudi bernama Theodore Herzl, tahun
1896 dia mengeluarkan sebuah buku Der Judeenstaat/The Jewish State
(negara yahudi) yang kelak dijadikan pedoman bagi pendirian negara
yahudi

Serban, Sarung, bakiak, dan Kopyah


a. Filosofi sarung: sarung adalah kata lain dari syar’un (syari’at, aturan
agama). Itu artinya pesantren teguh memegang syariat tanpa berteriak
demo2 dipinggir jalan.
b. Bakiak: kyai mencontohkan kepada santrinya agar terbiasa
menggunakan bakiak (alas kaki dari kayu). Bakiak berasal dari kata
baqyaq yakni baqo’ (tetap) dan yaqin (mantap). Artinya selalu
konsisten dengan ajaran ahlu sunnah wal jama’ah.
c. Kopiah: santri biasanya memakai kopyah, kopyah berasal dari kata
arab khufyah (samar,sembunyi). Ini menandakan bahwa santri
senantiasa menyamarkan kecerdasan dan kepandaiannya, tidak sok
ugal-ugalan, dan selalu menyembunyikan keshalehannya.
d. Jika ingin mengubah hidup, maka kita harus mengubah cara pandang
hidup, sehingga aspek-aspek berikut juga berubah:
A.) Spiritualitas dan Religiusitas
Spiritualitas adalah ibarat dari bagian sebuah bangunan yang
bernama fondasi. Bangunan tersebut bias dikatakan kuat apabila
fondasinya juga kuat. Maka dari itu spiritualitas dalam arti
memuliakan allah atau dalam bentuk memanusiakan manusia
bukanlah perkara gampang, kecuali kita mengubah cara pandang
terhadap teologi. Pesantren telah memperkenalkan teologi tidak
sebagai sesuatu yang “hitam-putih”, tetapi penuh warna dan
pergolakan, penuh perselingkuhan dan main mata. Pendek kata,
tuhan yang saya kenal di pesantren adalah tuhan yang manusiawi,
sangat memuliakan manusia (Gus Dhofir Zuhry).
B.)Moralitas Generasi Muda
Kepada pemudalah Indonesia dan kemanusiaan sangat berharap.
Pesantren adalah kawah candradimuka bagi generasi muda untuk
manusia mulai belajar menghaluskan perasaan, menetralkan
idealism dan keinginan-keinginan yang tidak proporsional serta
membangun keikhlasan yang disertai dengan perbuatan.
C.)Intelektualitas
Cerdas dan ngerti berbeda, kalau cerdas atau pintar dia hanya tahu
tentang suatu ilmu tapi tidak melaksanakannya ataupun malah
melanggarnya. Sedangkan ngerti ia tahu ilmu tersebut dan
melaksanakannya ataupun tidak melanggarnya. Contoh: ada adi
dan edi sedang menonton tv, tiba-tiba terdengar suara azan
maghrib terdengar. Mereka berdua tahu bahwasannya azan
maghrib adalah panggilan untuk sholat berjama’ah di masjid, tetapi
yang berangkat ke masjid hanyalah si adi. Maka adi dikatakan
ngerti, karna dia tau azan dan berangkat menuju sumber suara
azan. Sedangkan edi dia hanya pintar, tetapi tidak mau berangkat
ke masjid. Orang ngerti sudah pasti pintas tetapi orang pintar
belum tentu ngerti.

Gerak
a. Ada 2 perumpamaan bibit tanaman di sebuah ladang yang subur, yang
salah satunya mencirikan seperti diri kalian.
1.) bibit pertama memiliki keinginan untuk tumbuh besar, akar-akar
yang dapat dalam-dalam masuk ke dalam tanah, tunas yang
menjulang ke atas dan ingin menghasilkan kembang yang dindah
serta buah yang besar. Dan akhirnya bibit tersebut tumbuh menjadi
tanaman yang besar kuat bunganya indah dan buahnya banyak.
2.) Bibit yang ke dua memiliki pemikiran bahwasannya ia khawatir
nanti akar-akarnya tidak kuat untuk menembus tanah dan patah,
tunas-tunasnya dipatuk ayam, batangnya akan dicabut oleh anak
kecil, bunganya hanya menjadi santapan semut. Akhirnya bibit
tanaman tersebut tidak tumbuh2. Ia hanya menunggu semuanya
terasa aman.
b. Bisa kita simpulkan bahwa tidak ada suatu kesuksesan yang
menghampiri kita dengan singkat bahkan tidak ada kendala sama
sekali.
Kesuksesan itu harus kita jemput, dan tentunya untuk menjemput sang
kesuksesan itu harus menghadapi dengan gejolak dan kendala yang
sangat banyak. Manakala kita takut untuk menghadapi gejolak-gejolak
tersebut maka akan timbul suatu pertanyaan yang akan menghampiri
kita, “Kapan kamu suksesnya?”

Keseimbangan
a. Hidup ini penuh dengan cabang-cabang permasalahan dan urusan.
Mulai dari keluarga, pekerjaan, ibadah, dll. Semua urusan tersebut
harus kita jaga keseimbangannya agar tidak ada yang iri atau lemah
salah satu. Ibarat kita membawa segelas susu sambil mengelilingi
dan melihat taman yang indah di istana kerajaan. Bagaimana
caranya agar susu itu tidak tumpah mespikun kita bawa sambil
takjub akan keindahan taman istana.
Bi(a)sa
a. “Tidak ada prajurit hebat, yang ada prajurit terlatih. Latihlah yang
akan anda kerjakan, kerjakan yang telah anda latihkan!”
b. Dulu ada seorang kakek tua penjual minyak wangi yang menuang
minyak wangi ke dalam botol yang ditutupi oleh koin yang
tengahnya bolong. Kenapa bisa? Jawabannya adalah karna kakek
itu terbiasa melakukan hal itu. Berjualan dan menuangkan minyak
wangi adalah makanannya sehari2. So, betapa luar biasanya
kekuatan dari kebiasaan. Hasil dari kebiasaan yang terlatih dapat
membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah dan apa yang tidak
mungkin menjadi mungkin. Maka dari itu, jika ingin sukses maka
harus terbiasa berfikir positif, percaya diri, optimis, dan yakin
kalau nanti bakalan sukses dan diiringi dengan usaha yang terlatih.

Percaya Diri
a. Seringkali kita mengalami yang Namanya cacian, hinaan,
direndahkan, dan bahkan dipatahkan semangat kita untuk bisa
sukses. Dan yang lebih parahnya, kita mempercayai mereka
yang telah berbuat seperti itu. Kalau kita terus-terusan
mempercayai sifat dan omongan mereka, sampai semuanya
reda, kapan kita mau sukses?

Keseharian Santri, Indonesia kini dan Nanti


a. Islam itu satu, mazhabnya banyak. Indonesia itu satu, perbedaan
pendapat dan benturan kepentingan penduduknya teramat
banyak dan kompleks.
b. Kita harus mencintai pekerjaan kita masing-masing. Karna itu
merupakan salah satu cara kita untuk membahagiakan diri kita
dan orang lain. Tetapi ketika bekerja jangan menganggap
bahwasannya kita adalah budak dari para bos yang memiliki
banyak uang dan kekayaan lainnya. Sungguh jika kita masih
berfikiran seperti itu maka ego kita masih tinggi. Skuyylah
berfikir positif, kita menganggap bahwa bahwa kita budak
dalam pekerjaan, tapi mau gimana lagi, ya karna kita “butuh
uang” dan nyarinya tidak gampang.
c. Untuk itu kyai selalu berkata “Dia yang melayani orang lain
dengan kebaikan, telah melayani dirinya sendiri”. Dawuh kyai
tersebut harus kita pegang kuat2. Jangan pernah ada lagi
pemikiran atau anggapan budak dalam suatu pekerjaan. Anggap
saja bos kita itu seperti diri kita sendiri yang harus dilayani
secara mulia. Ingat! Kita bekerja untuk diri sendiri dan kekasih
kita.
d. Ketika kita ditinggal oleh kekasih kita, janganlah kita menangisi
orang yang tidak pantas kita tangisi. Karna hidup di dunia ini
tidak ada yang abadi, bukankah untuk setiap “Selamat Datang”
akan segera disusul oleh “Selamat Tinggal”
e. Intinya, jika saat ini anda bahagia dengan memiliki sesuatu,
seharusnya anda merasa jauh lebih bahagia ketika nanti anda
tidak memilikinya sama sekali. Pertanyaan lugunya, apakah
yang anda miliki sungguh2 milik anda? Bukankah manusia ini
hanya juru parkir dari dia yang menitipkan segala hal di dalam
dan diluar diri? Mengapa pula harus merasa kehilangan
terhadap apa yang tidak pernah anda miliki? Ini pelajaran
Tasawuf dalam kitab Al-Hikam karya Ibnu Athi”illah As-
sakandari (w.1309M) salah satu kitab wajib pesantren.

Dalam suatu kegiatan belajar mengajar ataupun pengajian, yang


namanya murid harus melepas embel2 mereka apapun itu, jadi mereka
hanya harus patuh terhadap satu orang, yakni gurunya. Contoh: ada
suatu pengajian di RT 06, yang mengaji adalah bapak-bapak dengan
pangkat-pangkat yang tinggi di tempat ia bekerja, entah itu manager,
juragan, kapten, mayor, dll. Tetapi ketika mereka berada dalam suatu
pengajian, mereka harus menghilangkan semua jabatan yang mereka
miliki dan hanya menjadi murid semata. Yang paling tinggi
jabatannya dalam pengajian tersebut adalah ustadz, karna sang ustadz
yang mengajar mereka, memberikan ilmu, karna ustadz adalah sang
pemilik ilmu. Sementara sang murid hanyalah penerima ilmu yang
tidak akan bisa apa2 tanpa seorang guru/ustadz.
Jangan melulu banyak berbicara, ada kalanya kita berbicara dan
adakalanya kita mendengar. Sebab berbicara adalah mengulang
sesuatu yang kita ketahui, sedangkan mendengar adalah menerima
pengetahuan baru, kearifan dan kebijaksanaan baru. (Achmad Dhofir
Zuhry) Seni Ilmu Mendengar.

Anda mungkin juga menyukai