PEMBIMBING
KEMASYARAKATAN
TAHUN 2012
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
MASYARAKATAN
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MODUL BAGI PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul
Penulis
Tim Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak
Editor
Tim PAU Universitas Terbuka
Siti Zahra Yundiafi
M E M U T U S K A N
Pasal 1
(1) Menerbitkan Modul bagi Pembimbing Kemasyarakatan di lingkungan Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan sebagaimana disebut dalam lampiran merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.
(2) Modul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dijadikan bahan ajar dalam
pendidikan bagi Pembimbing Kemasyarakatan.
Pasal 2
Peraturan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 16 OKTOBER 2012
SAMBUTAN
Assalamu’alaikum wr.wb.
Sistem Pemasyarakatan adalah sistem koreksi yang bertujuan untuk
mengintegrasikan kembali pelaku tindak pidana kedalam masyarakat dengan
berupaya melakukan perubahan perilaku kearah yang lebih positif terhadap warga
binaan pemasyarakatan melalui proses pelaksanaan pembinaan dan pembimbingan
serta perlindungan hak-hak warga binaan pemasyarakatan. Proses pembinaan
didasarkan atas asas pengayoman, persamaan perlakuan dan pelayanan, pendidikan,
pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia, kehilangan
kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan, dan terjaminnya hak untuk
tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu. Hal ini tentu sejalan
dengan cita-cita pemasyarakatan yang diusung oleh “Founding Father
Pemasyarakatan”, Dr. Sahardjo 49 tahun silam.
Dalam proses peradilan pidana dan dalam pelaksanaan pemidanaan hakekatnya
dalam pelayanan tahanan, pembinaan narapidana dan pembimbingan klien
pemasyarakatan, dengan demikian pemasyarakatan berperan pada seluruh tahapan
proses hukum, mulai dari tahap pra-adjudikasi, adjudikasi dan post adjudikasi. Balai
Pemasyarakatan mulai berperan dalam melakukan pendampingan terhadap pelaku
tindak pidana juga melakukan penelitian kemasyarakatan sebagai analisa terhadap
latar belakang tindak pidana, potensi pelaku, kondisi keluarga, kondisi lingkungan
masyarakat dan lain sebagainya yang menjadi bahan pertimbangan bagi hakim
dalam memberikan putusan hukum yang mengikat.
Sebagai bagian dari Sistem Pemasyarakatan, Balai Pemasyarakatan juga berperan
dalam tahap adjudikasi, yaitu melalui laporan hasil penelitian kemasyarakatan.
Laporan Penelitian Kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan bagi
aparat penegak hukum lainnya dalam memberikan keputusan hukum yang tepat dan
adil. Pada tahap post-adjudikasi, Balai Pemasyarakatan ikut didalam melakukan
proses pembinaan dalam rangka admisi orientasi, asimilasi dan reintegrasi serta
perlindungan anak.
Seiring dengan disahkannya Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, pada tanggal 30 Juli 2012, peranan Balai Pemasyarakatan
khususnya Pembimbing Kemasyarakatan dalam Sistem Peradilan Pidana Anak
i
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
menjadi sangat penting dan strategis didalam setiap tahapan proses hukum bagi
anak.
Dalam tahap pra-adjudikasi Pembimbing Kemasyarakatan memiliki peran penting
dalam penanganan Anak yang berkonflik dengan hukum dengan mengedepankan
prinsip untuk hak kepentingan terbaik bagi anak. Dalam proses ini seorang
Pembimbing Kemasyarakatan wajib mengupayakan diversi bagi anak pelaku tindak
pidana dengan pendekatan keadilan restroratif pada setiap tingkat pemeriksaan;
tingkat penyidikan, penuntutan dan pengadilan, selain itu juga pengawasan
pelaksanan diversi yang telah mempunyai penetapan hakim. Perampasan
kemerdekaan adalah salah satu upaya terakhir bagi Anak, ini menjadi filosofi Sistem
Peradilan Pidana Anak dan juga filosogi bagi Pembimbing Pemasyarakatan dalam
penanganan anak yang berkonflik dengan hukum.
Saya sangat mengapresiasi respon yang sangat cepat dan positif yang dilakukan
oleh Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak yang telah
menyusun Modul bagi Pembimbing Kemasyarakatan. Melalui modul ini tentu
diharapkan akan dapat memudahkan rekan-rekan Pembimbing Kemasyarakatan
dalam menjalankan tugas dan fungsinya sehari-hari dilapangan. Saya juga sangat
bangga karena modul ini disusun dengan sangat baik karena telah melewati
beberapa proses akademik sehingga modul ini lebih berbobot karena telah dilakukan
uji coba kepada petugas pemasyarakatan.
Saya berharap melalui modul-modul ini kinerja Balai Pemasyarakatan, khususnya
Pembimbing Kemasyarakatan, akan semakin baik dengan dilandasi sikap
profesionalisme serta sumber daya manusia yang kompeten sehingga mampu
meningkatkan kualitas pelayanan pembimbingan, pendampingan serta pengawasan
sesuai dengan amanat perundang-undangan. Akhirnya terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan secara aktif dalam penyusunan modul ini. Semoga dapat
bermanfaat bagi Pembimbing Kemasyarakatan di lapangan.
Wasssalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, 16 September 2012
Direktur Jenderal Pemasyarakatan
ii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
DIREKTUR BIMBINGAN KEMASYARAKATAN
DAN PENGENTASAN ANAK
SAMBUTAN
Assalamu’alaikum wr.wb.
iii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
agar Bapas, melalui Pembimbing Kemasyarakatan, hadir dalam setiap tahapan
proses hukum yang melibatkan anak. Agar petugas Pembimbing Kemasyarakatan
dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara lebih efektif dan efisien maka
Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak menyusun Modul bagi
Pembimbing Kemasyarakatan. Modul ini disusun dengan memenuhi kaidah-kaidah
penulisan ilmiah serta referensi yang lengkap yang dipandu oleh para ahli dari
Universitas Terbuka. Modul ini juga telah melalui pemeriksaan oleh para ahli materi
dan telah diujicobakan kepada petugas pemasyarakatan. Saya sangat
mengapresiasikan kinerja yang luar biasa dari rekan-rekan di Direktorat Bimbingan
Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak yang telah bekerja keras menyusun modul
ini, khususnya pada Sub Direktorat Penelitian Kemasyarakatan.
Saya berharap melalui modul ini dapat membantu kinerja Balai Pemasyarakatan,
khususnya Pembimbing Kemasyarakatan dilapangan agar memiliki pengetahuan
serta pemahaman yang lengkap yang dapat memudahkan Pembimbing
Kemasyarakatan menjalankan tugas dan fungsinya sebagaimana yang telah
diamanatkan peraturan perundang-undangan.
Wasssalamu’alaikum wr.wb.
iv
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
TA N
RAKA
Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan i
Sambutan Direktur Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak iii
Daftar Isi v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 2
B. Deskripsi Singkat 2
C. Kompetensi Umum 2
D. Kompetensi Khusus 2
E. Peta Kompetensi 3
F. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 3
G. Manfaat Mempelajari Modul 4
H. Petunjuk Mempelajari Modul 4
v
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB V PENUTUP
A. Rangkuman 44
B. Evaluasi 44
C. Umpan Balik 46
Kunci Jawaban 47
D. Daftar Pustaka 48
E. Glosarium 49
vi
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MODUL II – DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
BAB I PENDAHULUAN 51
A. Latar Belakang 51
B. Deskripsi Singkat 52
C. Kompetensi Umum 52
D. Kompetensi Khusus 52
E. Peta Kompetensi 52
F. Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan 52
G. Manfaat Mempelajari Modul 53
H. Petunjuk Mempelajari Modul 53
ii
iii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MODUL III – PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS
PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 110
B. Deskripsi Singkat 110
C. Kompetensi Umum 110
D. Kompetensi Khusus 110
E. Peta Kompetensi 111
F. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 111
G. Manfaat Mempelajari Modul 112
H. Petunjuk Penggunaan Modul 112
iv
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB IV PENCATATAN, PELAPORAN DAN PENGARSIPAN
A. Kompetensi Khusus 140
B. Sub Pokok Bahasan
1. Definisi Pencatatan, Pelaporan, dan Pengarsipan 140
2. Mekanisme Pencatatan, Pelaporan dan Pengaripan 142
3. Formulir Pencatatan dan Pelaporan 143
C. Rangkuman 146
D. Latihan 146
BAB V PENUTUP
A. Rangkuman 148
B. Latihan 148
C. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 152
KUNCI JAWABAN 153
GLOSARIUM 154
DAFTAR PUSTAKA 155
v
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MODUL IV – MANAJEMEN KASUS
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 158
B. Deskripsi Singkat 158
C. Kompetensi Umum 158
D. Kompetensi Khusus 158
E. Peta Kompetensi 159
F. Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan 159
G. Manfaat Mempelajari Modul 161
H. Petunjuk Penggunaan Modul 161
vi
vii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MODUL V - DIVERSI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 223
B. Deskripsi Singkat 224
C. Kompetensi Umum 224
D. Kompetensi Khusus 224
E. Peta Kompetensi 224
F. Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan 225
G. Manfaat Mempelajari Modul 226
H. Petunjuk Penggunaan Modul 226
TAHUN 2012
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
TUGAS DAN PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul
Penulis
Tejo Harwanto | Taufiq Effendy W | Veriyadi
Editor
Tim PAU Universitas Terbuka
Siti Zahra Yundiafi
KATA PENGANTAR
Pembimbing Kemasyarakatan adalah pegawai/petugas Pemasyarakatan pada Balai
Pemasyarakatan yang mempunyai tugas melakukan penelitian kemasyarakatan,
melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak. Seiring
dengan diberlakukannya Undang Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, peran seorang Pembimbing Kemasyarakatan menjadi sangat
penting dalam proses penegakan hukum di Indonesia. Oleh karena itu seorang
Pembimbing Kemasyarakatan dituntut untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan teknisnya agar dapat menjalankan tugas yang semakin menantang.
Modul tentang Tugas dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan ini disusun untuk
membekali Pembimbing Kemasyarakatan dalam pelaksanaan tugas di lapangan.
Modul ini membahas tentang Profil, Tugas, dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan.
Diharapkan modul ini dapat dijadikan sebagai salah satu wahana pembelajaran bagi
Pembimbing Kemasyarakatan untuk menambah pengetahuan tentang Tugas, Fungsi,
dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan. Modul ini di maksudkan untuk
menyamakan pola pikir, pola sikap, dan gerak langkah pembimbing kemasyarakatan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu melakukan penelitian
kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan dan pendampingan.
Tim Penyusun
1
TUGAS DAN PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan sistem pemasyarakatan adalah menyiapkan warga binaan
pemasyarakatan, selanjutnya disebut klien pemasyarakatan, agar dapat berintegrasi dan
berperan kembali dalam keluarga dan lingkungan masyarakat luas secara sehat dan
bertanggung jawab. Peran balai pemasyarakatan secara umum dan pembimbing
kemasyarakatan secara khusus dirasa belum maksimal dalam mewujudkan fungsi sistem
pemasyarakatan.
Seiring dengan akan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, pembimbing kemasyarakatan memegang peranan sangat
penting dalam proses penegakan hukum, terutama dalam penelitian kemasyarakatan
dan bimbingan bagi klien pemasyarakatan.
Penulisan modul ini dimaksudkan untuk menyediakan bahan ajar yang berkaitan
dengan tugas, fungsi, dan peran pembimbing kemasyarakatan. Modul ini diharapkan
dapat membantu meringankan tugas pembimbing kemasyarakatan dalam melaksanakan
amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Tugas dan Peran Pembimbingan Kemasyarakatan merupakan dasar untuk
mempelajari modul-modul selanjutnya. Modul ini dibagi menjadi 5 (lima) bab yang
mencakup pendahuluan, profil pembimbing kemasyarakatan, tugas pembimbing
kemasyarakatan, peran pembimbing kemasyarakatan, dan penutup.
C. KOMPETENSI UMUM
Setelah mempelajari modul Tugas dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan, Saudara
akan memiliki kemampuan dalam menjelaskan tugas dan peran pembimbing
kemasyarakatan.
D. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari modul Tugas dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan, secara
khusus Saudara akan memiliki kemampuan dalam:
1. mengidentifikasi profil pembimbing kemasyarakatan,
2. menjelaskan tugas pembimbing kemasyarakatan, dan
3. menjelaskan peran pembimbing kemasyarakatan
E. PETA KOMPETENSI
Berikut adalah tahapan kompetensi yang harus Saudara capai untuk memiliki
kemampuan dalam menjelaskan tugas dan peran pembimbing kemasyarakatan.
1. mengidentifikasi profil
pembimbing
kemasyarakatan
Bagan 1
Peta Kompetensi
5
TUGAS DAN PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, pembimbing kemasyarakatan diharapkan
memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi profil pembimbing kemasyarakatan.
B. SUBPOKOK BAHASAN
1. Profil Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Peraturan Perundang-undangan
Sejak berdirinya lembaga reklasering di Indonesia pada zaman Pemerintahan
Belanda, petugas yang menjadi garda terdepan dalam pelayanan hukum kepada
masyarakat saat itu dikenal dengan sebutan Ambtenaar der Reclassering atau
Bijzondere Ambtenaar ‘pegawai negeri istimewa’ yang dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah Probation Officer, yang berarti ‘pekerja sosial kehakiman’. Sejak 1968
kedua sebutan tersebut berganti menjadi “pembimbing kemasyarakatan”. Tugas dan
tanggung jawabnya telah diatur dalam Wetboek van Strafrecht yang pada 1917
dilakukan penerjemahan dan perubahan dengan judul Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, selanjutnya disingkat KUHP, yang diberlakukan mulai 1 Januari 1918. Dalam
Pasal 14 huruf d ayat (2) KUHP disebutkan bahwa hakim boleh mewajibkan kepada
seorang Ambtenaar istimewa supaya memberi pertolongan dan bantuan kepada sistem
hukum tentang perjanjian istimewa itu. Selain dalam KUHP, terdapat juga dalam Ordonansi
Pidana Bersyarat dan Bebas Bersyarat, Stbl. Nomor 251 Tanggal 4 Mei 1926 dan G. General
Nomor 18 yang diberlakukan 9 Juli 1926, terutama pada Title 1 tentang Pegawai Istimewa.
Pasal 11
(1) Untuk tiap-tiap daerah yang mempunyai pengadilan negeri mendapat seorang
petugas atau Pegawai Istimewa. Istilah yang dimaksud adalah pembimbing
kemasyarakatan.
(2) Mereka mendapat bantuan “pegawai reklasering” atau “wakil pegawai
reklasering”. Dalam Ordonansi berbahasa Belanda “Ambtenaar der
Reclasering” yang dimaksud adalah pegawai istimewa atau pembimbing
kemasyarakatan.
(3) Tempat dan kedudukannya ditetapkan oleh Menteri Kehakiman.
Pasal 12
(1) “Pegawai Reklasering diwajibkan jaksa oleh Menteri Kehakiman untuk
kepentingan pengawasannya.”
Pasal 14
(1) “Menteri Kehakiman dapat mencukupi dan menunjuk pegawai istimewa yang
sanggup menjalankan pekerjaan itu.”
Pasal 5
(1) Pembimbing kemasyarakatan diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian pembimbing kemasyarakatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
atas nama Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
Pasal 6
Pengangkatan dan pemberhentian pembimbing kemasyarakatan dilakukan atas usul
kepala bapas melalui kepala kantor wilayah Departemen Kehakiman setempat.
Pasal 7
(1) Pembimbing kemasyarakatan diberhentikan dengan hormat karena:
a. mencapai usia pensiun;
b. permintaan sendiri;
c. keadaan badan atau kesehatan jiwanya tidak lagi mampu menjalankan
tugasnya setelah dinyatakan oleh tim pemeriksa kesehatan yang berwenang;
d. tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik; dan
e. meninggal dunia.
(2) Pembimbing kemasyarakatan diberhentikan dengan tidak hormat karena:
a. melakukan perbuatan tercela;
b. melakukan pelanggaran terhadap tugas dan kewajiban.
10
Pasal 64
(1) Penelitian kemasyarakatan, pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan
terhadap anak dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan.
(2) Syarat-syarat untuk dapat diangkat menjadi pembimbing kemasyarakatan ialah
sebagai berikut :
a. berijazah paling rendah diploma tiga (D-3) bidang ilmu sosial atau yang setara
atau telah berpengalaman bekerja sebagai pembantu pembimbing
kemasyarakatan bagi lulusan:
1) sekolah menengah kejuruan bidang pekerjaan sosial berpengalaman paling
singkat 1 (satu) tahun; atau
2) sekolah menengah umum dan berpengalaman di bidang pekerjaan sosial
paling singkat 3 (tiga) tahun;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. pangkat/golongan ruang paling rendah Pengatur Muda Tingkat I/ II/b;
d. mempunyai minat, perhatian, dan dedikasi di bidang pelayanan dan
pembimbingan pemasyarakatan serta pelindungan anak; dan
e. telah mengikuti pelatihan teknis pembimbing kemasyarakatan dan memiliki
sertifikat.
(3) Dalam hal belum terdapat pembimbing kemasyarakatan yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tugas dan fungsi pembimbing
kemasyarakatan dilaksanakan oleh petugas lembaga penempatan anak sementara
(LPAS) dan/atau lembaga pembinaan khusus anak (LPKA), atau jika belum
terbentuknya LPKA atau LPAS dilaksanakan oleh petugas rumah tahanan dan/atau
lembaga pemasyarakatan.
12
jaksa, hakim, panitera, pengacara, atau pembela hukum sebagai petugas penegak
hukum.
Dalam sidang anak, pembimbing kemasyarakatan mempunyai tugas penting,
yaitu tidak hanya membuat litmas, tetapi juga wajib hadir dalam sidang anak sebagai
anggota sidang untuk mempertanggungjawabkan tugasnya, bahkan berfungsi
sebagai pendamping klien apabila orangtua/wali klien anak tidak hadir.
Pembimbing kemasyarakatan harus mempunyai pengetahuan dan
keahlian/kemampuan sesuai dengan tugas dan kewajibannya atau mempunyai
keterampilan teknis dan jiwa pengabdian di bidang pekerjaan sosial. Pembimbing
kemasyaratan dalam melakukan bimbingan terhadap klien pemasyarakatan harus
berpedoman dan sesuai dengan petunjuk atau aturan yang sudah ditetapkan.
Oktoriny dalam tesisnya yang berjudul “Peranan Pembimbing Kemasyarakatan
terhadap Klien Pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan Klas I Padang”
menyebutkan beberapa tujuan yang hendak dicapai pembimbing kemasyarakatan
dalam proses pembimbingan kemasyarakatan, yaitu agar kliennya:
1. menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya;
2. tidak melakukan kembali perbuatan yang melanggar hukum tindak pidana;
3. dapat memperbaiki dirinya;
4. dapat diterima kembali oleh masyarakat di tempat tinggalnya;
5. dapat berperan aktif dalam pembangunan Indonesia;
6. dapat hidup secara wajar sebagai warga masyarakat yang baik dan bertanggung
jawab.
13
C. RANGKUMAN
1. Pembimbing kemasyarakatan atau yang dulu disebut pekerja sosial kehakiman
(Social Worker in Correctional Field) adalah pejabat fungsional penegak hukum pada
Balai Pemasyarakatan yang ditunjuk dan/atau diangkat menjadi pembimbing
kemasyarakatan dan bertugas melaksanakan penelitian kemasyarakatan,
pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap anak, baik di dalam
maupun di luar proses peradilan pidana.
2. Pembimbing kemasyarakatan menyusun laporan hasil penelitian kemasyarakatan
(litmas) yang nantinya digunakan untuk proses pembinaan warga binaan
pemasyarakatan di lapas ataupun di rutan. Litmas juga digunakan hakim untuk
kepentingan persidangan dalam perkara anak agar putusan yang diambilnya tepat
dan adil. Proses persidangan anak, baik di dalam maupun di luar sidang, termasuk di
dalam LPAS dan LPKA. Polisi dalam melakukan penyidikan ataupun diversi juga
meminta pendapat/saran dari pembimbing kemasyarakatan.
D. LATIHAN
Untuk meningkatkan pemahaman Saudara tentang profil pembimbing kemasyarakatan,
kerjakanlah latihan berikut.
1. Jelaskan profil pembimbing kemasyarakatan menurut Drs. Sumarsono A. Karim dan
C.M. Marianti Soewandi!
2. Jelaskan dua kewajiban petugas pembimbing kemasyarakatan berdasarkan
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1998!
3. Jelaskan tiga ayat dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak Pasal 64 yang mengatur tentang pembimbing
kemasyarakatan!
14
15
TUGAS DAN PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. KOMPETENSI KHUSUS
B. SUBPOKOK BAHASAN
1. Tugas Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Peraturan Perundang-undangan
Dalam Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1998
tentang Tugas, Kewajiban, dan Syarat-Syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan
dijelaskan bahwa tugas pembimbing kemasyarakatan adalah sebagai berikut:
a. melakukan penelitian kemasyarakatan untuk:
1) membantu tugas penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam perkara anak
nakal; (Pasal ini sudah diamandemen menjadi, “Pembimbing kemasyarakatan
bukan lagi hanya sebagai “pembantu”, tetapi statusnya sama-sama sebagai
penegak hukum yang masing-masing mempunyai tugas khusus);
2) menentukan program pembinaan narapidana di lapas dan anak didik
pemasyarakatan di lapas anak;
3) menentukan program perawatan tahanan di rutan;
4) menentukan program bimbingan dan/atau bimbingan tambahan bagi klien
pemasyarakatan.
Fungsi penelitian kemasyarakatan yang sebenarnya ialah untuk kepentingan
hakim sebagai bahan pertimbangan memutus perkara anak agar tepat dan adil.
Litmas bersifat rahasia karena berisi masalah yang sangat pribadi.
b. melaksanakan bimbingan kemasyarakatan dan bimbingan kerja bagi klien
pemasyarakatan;
c. memberikan pelayanan terhadap instansi lain dan masyarakat yang meminta
data atau hasil penelitian kemasyarakatan klien tertentu;
d. mengoordinasikan pembimbing kemasyarakatan dan pekerja sukarela yang
melaksanakan tugas pembimbingan; dan
e. melaksanakan pengawasan terhadap terpidana anak yang dijatuhi pidana
pengawasan, anak didik pemasyarakatan yang diserahkan kepada orang tua,
wali atau orang tua asuh dan orang tua, wali, dan orang tua asuh yang diberi
tugas pembimbingan.
Tugas pembimbing kemasyarakatan juga dituangkan dalam Pasal 34 ayat (1)
Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Undang-undang
tersebut menyatakan bahwa tugas pembimbing kemasyarakatan adalah:
a. membantu memperlancar tugas penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam
perkara anak nakal, baik di dalam maupun di luar sidang anak dengan membuat
16
17
18
j. memberi bimbingan lanjutan, kepada klien yang memerlukan, baik klien anak
maupun klien dewasa;
k. melakukan penyuluhan kepada masyarakat, baik langsung maupun tidak
langsung, baik dengan ceramah, dengan siaran radio, maupun dengan media
lain.
19
20
C. RANGKUMAN
Tugas pembimbing kemasyarakatan adalah sebagai berikut:
a. melakukan penelitian kemasyarakatan;
b. melaksanakan bimbingan kemasyarakatan dan bimbingan kerja bagi klien
pemasyarakatan;
c. memberikan pelayanan terhadap instansi lain dan masyarakat yang meminta data
atau hasil penelitian kemasyarakatan klien tertentu;
d. mengoordinasikan pembimbing kemasyarakatan dan pekerja suka rela yang
melaksanakan tugas pembimbingan; dan
e. melaksanakan pengawasan terhadap terpidana anak yang dijatuhi pidana
pengawasan, anak didik pemasyarakatan yang diserahkan kepada orang tua, wali,
atau orang tua asuh dan orang tua, wali, dan orang tua asuh yang diberi tugas
pembimbingan.
Fungsi pembimbing kemasyarakatan dalam melaksanakan program bimbingan
terhadap klien adalah untuk:
a. menyadarkan klien untuk tidak melakukan kembali pelanggaran hukum/tindak
pidana;
b. menasihati klien untuk selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
positif/baik;
c. menghubungi dan melakukan kerja sama dengan pihak ketiga/pihak tertentu dalam
menyalurkan bakat dan minat klien sebagai tenaga kerja untuk kesejahteraan masa
depan dari klien tersebut.
D. LATIHAN
Untuk meningkatkan pemahaman Saudara tentang tugas seorang pembimbing
kemasyarakatan, kerjakanlah latihan berikut!
1. Jelaskan lima tugas dari pembimbing kemasyarakatan menurut Keputusan Menteri
Kehakiman RI Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1998 tentang Tugas, Kewajiban dan
Syarat-Syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan!
2. Jelaskan lima tugas pembimbing kemasyarakatan menurut Undang-Undang RI
Nomor 11 Tahun 2012, tentang Sistem Peradilan Pidana Anak!
3. Jelaskan tiga fungsi pembimbing kemasyarakatan dalam melaksanakan program
bimbingan terhadap klien!
21
22
TUGAS DAN PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, Saudara memiliki kemampuan dalam
menjelaskan peran pembimbing kemasyarakatan.
B. SUBPOKOK BAHASAN
Saudara telah mempelajari bab sebelumnya yang membahas tentang profil, tugas,
dan fungsi pembimbing kemasyarakatan. Pada bab ini Saudara akan mempelajari peran
pembimbing kemasyarakatan.
1. Peran Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Ahli
Dalam proses pemasyarakatan, pembimbing kemasyarakatan sangat berperan
pada tahap reintegrasi, maksudnya mengembalikan klien pada keadaan semula.
Dalam tahap itu narapidana diintegrasikan ke dalam masyarakat untuk
mengembalikan hubungannya dengan masyarakat, termasuk korban kejahatannya.
Saudara, ada beberapa ahli berpendapat berkaitan dengan peran pembimbing
kemasyarakatan. Beberapa di antaranya akan dipaparkan berikut ini.
a. Drs. Sumarsono A. Karim
Secara umum, beliau mengungkapkan bahwa peran pembimbing
kemasyarakatan adalah sebagai berikut:
1) membantu memperkuat motivasi;
Proses penciptaan relasi tatap muka yang dilakukan dengan sikap simpatik dan
empati yang penuh pamahaman serta penerimaan dapat menjadi motivasi
yang sangat berarti bagi terpidana dalam menelaah kembali berbagai sikap dan
tingkah laku selama ini. Contoh ilustrasi proses memperkuat motivasi dapat
kita lihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2
Membantu memperkuat motivasi
23
24
25
Gambar 3
27
28
29
30
b. perubahan perilaku;
Pembimbing kemasyarakatan bisa menggunakan pendekatan intervensi,
seperti peran memperagakan, menilai klarifikasi, dan modifikasi perilaku.
Sebagai contoh, pembimbing kemasyarakatan mengajarkan cara mendesain
kembali suatu perubahan perencanaan yang baik dan berhasil kepada
seorang wiraswasta tentang.
c. pencegahan utama perhatian;
Pembimbing kemasyarakatan telah memberi andil yang besar dalam
melakukan proses pencegahan utama, yaitu dengan menempatkan
pembimbing kemasyarakatan berperan sebagai pendidik atau guru. Contoh
aktivitasnya adalah memberikan nasihat bagi pasangan yang belum
menikah, mengajarkan keterampilan kepada orang tua, memberikan
informasi tentang keluarga berencana/KB, dan memberikan solusi bagi
orang-orang yang mengalami masalah.
5) Pekerja Sosial Sebagai Konselor atau Klinikal
Tujuan: membantu klien meningkatkan keberfungsian sosial mereka dengan
pemahaman yang lebih baik terhadap perasaan mereka, memodifikasi
perilaku, dan belajar mengatasi situasi kebimbangan.
Dalam melaksanakan peran ini, pembimbing kemasyarakatan memerlukan
pengetahuan tentang perilaku manusia dan pemahaman tentang bagaimana
lingkungan sosial berpengaruh pada klien.
Fungsi pembimbing kemasyarakatan sebagai konselor atau klinikal
a. Penilaian Psikososial dan Hasil Diagnosis
Situasi klien harus secara menyeluruh dipahami dan termasuk
kapasitas motivasi mereka untuk menilai suatu perubahan. Hal itu
memerlukan kerangka konseptual untuk mengorganisasi informasi dan cara
meningkatkan pemahaman tentang klien dan lingkungannya.
Hasil diagnosis diperlukan dalam beberapa interkomunikasi
profesional, riset, perencanaan program, dan pembiayaan dalam perolehan
pelayanan yang diberikan.
b. Keberlangsungan Kepedulian
Advokat atau klinikal tidak selalu melibatkan pekerjaannya untuk
melakukan perubahan pada klien atau kondisi sosialnya, kadang-kadang
juga dengan menyediakan faktor pendukung atau kepedulian yang
diperluas.
31
c. Perawatan Sosial
Fungsi melibatkan aktivitas pembimbing kemasyarakatan dalam
membantu klien memahami hubungan antara orang-orang dengan
kelompok sosialnya, mendukung klien untuk memodifikasi hubungan sosial,
melibatkan klien dalam pemecahan masalah, atau berusaha melakukan
perubahan antarpribadi dan konflik. Whittaker dan Tracy menggambarkan
perawatan sosial sebagai usaha membantu hubungan antarpribadi secara
langsung ataupun tidak langsung untuk menopang individu, keluarga, dan
kelompok kecil dalam meningkatkan keberfungsian sosial dan mengatasi
permasalahan sosial.
d. Evaluasi
Ada dua praktik pelayanan evaluasi, yaitu:
pembimbing kemasyarakatan menguji capaiannya untuk menilai
efektivitas dari intervensi yang dilakukan;
pembimbing kemasyarakatan mengumpulkan data klien untuk
mengetahui tingkat kedaruratan permasalahan sosial atau meninjau
kembali pelayanan dan kebijakan publik yang disediakan.
32
a. Perencanaan kerja
Pembimbing kemasyarakatan harus mampu menilai beban kerja
mereka dan menetapkan prioritas kepentingan dan membuat perencanaan
pekerjaan yang efektif dan efesien.
b. Manejemen waktu
Pembimbing kemasyarakatan harus mampu membagi waktu dan
perhatian kepada setiap klien sesuai dengan prioritas dan waktu kerja.
Manajemen waktu bisa menggunakan sistem komputerisasi dan sistem
teknologi lain.
c. Jaminan adanya pengawasan
Pembimbing kemasyarakatan perlu secara teratur melakukan evaluasi
secara efektif terhadap pelayanan yang diberikan dengan melibatkan rekan
kerja untuk melakukan penilaian tentang pelayanan yang tersedia. Aktivitas
ini bisa meliputi meninjau ulang arsip-arsip agen pelayanan serta evaluasi
capaian kerja dan capaian prestasi dalam memperoleh tenaga suka rela.
d. Pengolahan informasi
Pembimbing kemasyarakatan harus mengumpulkan data yang
diperlukan sebagai dokumen dan ketetapan pelayanan serta melengkapi
dan membuat laporan. Informasi tentang prosedur dan peraturan agen
harus dipahami secara keseluruhan. Pembimbing kemasyarakatan harus
terampil dalam menyiapkan dan menginterprestasikan surat, aktif dalam
pertemuan staf, dan memahami aktivitas lain yang memudahkan untuk
berkomunikasi.
7) Peran Pembimbing Kemasyarakatan Sebagai Pengembang Staf
Tujuan: memudahkan pengembangan profesional agen dalam
mengorganisasi personalianya dan melakukan pelatihan pengawasan
konsultasi.
Dalam posisi ini, pembimbing kemasyarakatan mengerahkan segenap
potensi mereka untuk pemeliharaan dan peningkatan pencapaian kerja.
Fungsi Sebagai Pengembang Staf
a. Pelatihan dan Orientasi Karyawan
Orientasi dan pelatihan terhadap agen dan karyawannya merupakan hal
yang penting bagi para tenaga sukarela dan karyawan baru untuk melalukan
penetapan kerja serta pemberian keahlian dan keterampilan.
34
b. Manajemen Personalia
Aktivitas ini meliputi pemilihan karyawan hingga pemberhentiannya.
Banyak yang mengatakan bahwa manajemen ini memengaruhi
pengembangan profesional pekerja.
c. Pengawasan
Fungsi ini melibatkan pengaturan dan pengarahan aktivitas dari anggota
staf lain dalam peningkatan mutu pelayanan dan menegakkan peraturan
agen pelayanan.
d. Konsultasi
Konsultasi empat mata bisa menjadi pengamatan tentang tingkat
keprofesionalan profesi. Klien bebas menerima atau tidak menerima nasihat
yang diberikan konselor, konsultasi hanya terfokus pada cara terbaik untuk
menangani permasalahan tersebut. Bentuk konsultasi empat mata dapat
diilustrasikan dengan gambar berikut.
Gambar 4
Konsultasi empat mata
Sumber: http://smyleservice.blogspot.com/2012_09_01_archive.html
35
d. Evaluasi Program
Pembimbing kemasyarakatan bertanggung jawab atas mutu
pelayanan dan melakukan evaluasi program serta mengumpukan data yang
akan membantu peningkatan pelayanan melalui pembuatan kebijakan.
9) Peran Pembimbing Kemasyarakatan Sebagai Agen Perubahan
Tujuan: Pembimbing kemasyarakatan turut ambil bagian dalam identifikasi
masalah dan peningkatan mutu pelayanan serta mendukung perubahan atau
sumber daya yang baru.
Tugas pembimbing kemasyarakatan terfokus pada lingkungan sosial dan
orang yang mengalami masalah dan memerlukannya agar mudah melakukan
perubahan yang diperlukan dalam lingkungan masyarakat atau sistem
sosialnya. Peran agen perubahan menjadi bagian dari pembimbing
kemasyarakatan.
Fungsi Sebagai Agen Perubahan
a. Analisis Kebijakan dan Masalah Sosial
36
b. Pengembangan Profesional/Pribadi
37
Gambar 5
Pengembangan Profesional/Pribadi
Sumber : http://lfp-blog.com/the-power-of-less/the-power-of-less-part-5-of-5-staying-motivated/
38
39
41
C. RANGKUMAN
1. Peran Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Ahli
Menurut Drs. Sumarsono A. Karim, pembimbing kemasyarakatan berperan
memberikan bantuan untuk memperkuat motivasi, menyalurkan perasaan,
menyampaikan informasi, mengambil keputusan, memahami situasi, menciptakan
perubahan lingkungan sosial dan reorganisasi pola tingkah laku, dan untuk
mengalihkan wewenang (refferal).
Sementara menurut pakar ilmu pekerja sosial, peran pembimbing kemasyarakatan
terbagi dalam tiga area, yakni area mikro, mezzo, dan makro. Setiap area
membutuhkan peran yang sesuai dan khusus.
2. Peran Pembimbing Kemasyarakatan dalam Institusi Penegakan Hukum
Peran pembimbing kemasyarakatan dilakukan dalam beberapa bagian, yakni di
rumah tahanan negara dan di pengadilan. Peran konkret dalam dua instisusi tersebut
pun membutuhkan penyesuaian yang tepat pula.
D. LATIHAN
1. Jelaskan pandangan Sumarsono A. Karim tentang peran pembimbing
kemasyarakatan!
2. Jelaskan perbedaan pokok peran pembimbing kemasyarakatan dalam area mikro,
mezzo, dan makro!
42
43
TUGAS DAN PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. RANGKUMAN
B. EVALUASI
1. Pengertian pembimbing kemasyarakatan sebagai petugas pemasyarakatan pada
balai pemasyarakatan didasarkan pada sudut pandang ….
a. profil b. tugas c. fungsi d. peran
2. Tugas utama yang harus dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan ialah
menyusun …
a. studi sosial c. studi kasus (case study)
b. laporan studi kasus d. laporan hasil penelitian kemasyarakatan
3. Seorang pembimbing kemasyarakatan dapat diberhentikan oleh Menteri. Meskipun
demikian, dalam pelaksanaan tugasnya pembimbing kemasyarakatan bertanggung
jawab kepada …
a. Presiden c. Direktur Jenderal Pemasyarakatan
b. Menteri d. kepala balai pemasyarakatan
4. Jika dalam pelaksanaan tugas seorang pembimbing kemasyarakatan memerlukan
bantuan, maka balai pemasyarakatan dapat mengangkat atau menunjuk …
a. pembimbing kemasyarakatan kontrak c. pembimbing kemasyarakatan pinjam
b. pembimbing kemasyarakatan sukarela d. pembimbing kemasyarakatan inisiatif
5. Pembimbing kemasyarakatan dalam bahasa asing disebut sebagai …
a. lawyer c. prison officer
b. probation officer d. advokat
44
45
15. Selalu memberikan dorongan bagi kemajuan dan perubahan dalam diri klien adalah
bentuk peran pembimbing kemasyarakatan sebagai ...
a. pendorong c. penghubung
b. pembela d. perantara
C. UMPAN BALIK
Apabila dalam menjawab evaluasi soal tersebut, Saudara mencapai 80% benar,
dengan demikian Saudara telah mencapai kompetensi modul diversi dengan baik,
dan sebaliknya, apabila ketercapaiannya tidak sampai 80 %, Saudara diharapkan
mengulang kembali membaca dan memahami modul ini.
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban Evaluasi yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi modul ini.
Apabila tingkat penguasaan Saudara mencapai 80% atau lebih, Saudara dapat
meneruskan mempelajari modul berikutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Saudara harus mengulangi materi modul ini, terutama bagian yang belum dikuasai.
46
Kunci Jawaban
Periksalah hasil evaluasi belajar Saudara dengan cara mencocokkan jawaban
Saudara dengan kunci jawaban di bawah ini!
1. a
2. d
3. d
4. b
5. b
6. b
7. d
8. b
9. c
10. b
11. b
12. c
13. c
14. b
15. a
47
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Sumarsono A. 2011, Metode dan Teknik Pembuatan Litmas untuk Persidangan
Perkara Anak di Pengadilan Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan, Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta.
Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.01-PK.04.10 Tahun 1998 tentang Tugas, Kewajiban
dan Syarat-Syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan.
Ichwan, Muis. Website 2012, “Peran dan Fungsi Pekerja Sosial”, Social Worker Article.
Netting, F. Ellen 1993, Social Work Macro Practic.
Oktoriny, Fitria. “Peranan Pembimbing Kemasyarakatan terhadap Klien Pemasyarakatan di
Balai Pemasyarakatan Klas I Padang”.
Sheafor, Bradford W., Techniquea and Guidelines for Social Work Practice -6th ed.
Soewandi, Marianti. 2003. Bimbingan dan Penyuluhan Klien. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pegawai, Jakarta.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak.
48
GLOSARIUM
49
TAHUN 2012
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
i
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul
Tim Penulis
Vivi Sylviani Biafri | Rion Gustaf | Ade Agustina
Editor
Tim PAU Universitas Terbuka
Editor Bahasa
Siti Zahra
ii
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
PENGANTAR
Pembimbing kemasyarakatan (PK) sebagai garda terdepan dalam proses
pembimbingan bagi tahanan/narapidana ataupun anak yang berkonflik dengan hukum
menjadi makin strategis posisinya seiring dengan hadirnya Undang-Undang No. 11 Tahun
2011 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA). Modul ini hadir untuk mendukung
penguatan peran PK, terutama dalam SPPA. Modul ini juga merupakan salah satu bagian
dari rangkaian proses panjang dalam rangka peningkatan kualitas PK secara utuh.
Modul ini berisi beragam informasi dasar mengenai sejarah perkembangan balai
pemasyarakatan, prinsip pembimbingan, metode pembimbingan, teknik pembimbingan,
serta keterampilan dalam Pembimbingan yang kesemuanya itu sangat dibutuhkan oleh
calon PK atau Pembantu PK yang ingin menjadi PK.
Setelah mempelajari modul Dasar-Dasar Pembimbingan, diharapkan Saudara akan
memiliki kemampuan dalam menerapkan dasar-dasar pembimbingan dalam menjalankan
tugas sehari-hari sebagai pembimbing kemasyarakatan. Melalui modul ini Saudara
diharapkan memiliki pedoman yang utuh mengenai dasar-dasar pembimbingan yang baik
sehingga dapat membantu dalam memenuhi tuntutan tugas, fungsi, dan peran sebagai
seorang pembimbing kemasyarakatan sesuai dengan amanat perundang-undangan dan
dapat menjadi semacam tangga untuk masuk ke dalam bangunan pembimbingan secara
utuh.
Kami sadar bahwa modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
konstruktif sangat kami butuhkan dari semua pihak. Kami berharap modul ini dapat menjadi
salah satu sarana untuk mewujudkan cita-cita luhur pemasyarakatan, sebagaimana yang
diinginkan oleh founding father pemasyarakatan, Dr. Sahardjo. . Tidak lupa kami juga
berterima kasih atas dukungan semua pihak dalam penyusunan modul ini, khususnya
kepada HCPI (HIV Cooperation Program for Indonesia).
Tim Penulis
ii
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
A. Latar Belakang
Saudara, mengingat pentingnya peran pembimbing kemasyarakatan (PK)
dalam sistem peradilan pidana Indonesia, maka untuk memperkuatnya perlu dilandasi
oleh pengetahuan dasar mengenai tugas, fungsi, dan peran PK yang meliputi sejarah
perkembangan pembimbingan, prinsip-prinsip dasar pembimbingan, metode dalam
pembimbingan, serta teknik pembimbingan dan keterampilan dalam pembimbingan
yang harus dimiliki oleh PK sehingga diharapkan akan memudahkan Saudara dalam
penerapan di lapangan.
Modul ini berkonsentrasi pada proses
pembimbingan sebagai salah satu bentuk aktivitas PK
yang diatur dalam aturan perundang-undangan. Dalam
PP Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Gambar 1
disebutkan bahwa pembimbingan adalah pemberian Keunikan tiang-tiang lamin untuk rumah
adat Dayak yang diolah dalam bentuk
tuntutan untuk meningkatkan kualitas, ketakwaan patung bukan saja menjadi fondasi yang
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan kuat bagi bangunan di atasnya, tetapi juga
memenuhi unsur estetika bagi bangunan
perilaku, profesional, serta kesehatan jasmani dan itu sendiri.
rohani klien pemasyarakatan. Sumber: http://lensakukar.com
B. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas tentang sejarah perkembangan pembimbingan, prinsip-prinsip
dasar pembimbingan, metode dalam pembimbingan, teknik pembimbingan, dan
keterampilan dalam pembimbingan.
51
C. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul Dasar-Dasar Pembimbingan, diharapkan Saudara akan
memiliki kemampuan dalam menerapkan dasar-dasar pembimbingan dalam
menjalankan tugas sehari-hari sebagai pembimbing kemasyarakatan.
D. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari modul ini, Saudara dapat menjelaskan:
1. sejarah perkembangan pembimbingan,
2. prinsip pembimbingan,
3. metode dalam pembimbingan,
4. teknik pembimbingan, dan
5. keterampilan dalam pembimbingan.
E. Peta Kompetensi
Berikut adalah tahapan kompetensi yang harus dicapai oleh pembimbing
kemasyarakatan agar memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan penerapan
dasar-dasar pembimbingan kemasyarakatan dalam kemudahan melaksanakan tugas,
fungsi, dan perannya di masyarakat sehari-hari.
F. Pokok Bahasan
1. Sejarah Perkembangan Pembimbingan
Dalam bab ini dibahas tentang Sejarah Perkembangan Balai Pemasyarakatan
serta Sejarah Perkembangan Ilmu Pekerjaan Sosial dan Laporan Penelitian
Kemasyarakatan di Indonesia.
2. Prinsip Dasar Pembimbingan
52
Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang Prinsip Dasar Pembimbingan,
antara lain menurut Henry S. Mass, Naomi I. Brill, dan Felix Biestek.
3. Metode Pembimbingan
Metode Pembimbingan yang akan dibahas dalam bab ini adalah Metode dalam
Praktik Pekerjaan Sosial dan Penerapan Metode tersebut dalam Praktik
Pembimbingan.
4. Teknik Pembimbingan
Ada beberapa teknik pembimbingan yang dapat digunakan oleh PK, antara lain
menurut Naomi I. Brill dan Teknik Bimbingan Kelompok.
G. Manfaat
Dengan mempelajari modul ini, Saudara diharapkan memiliki pedoman mengenai
dasar-dasar pembimbingan sehingga dapat membantu Saudara dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi sebagai seorang PK sesuai dengan amanat perundang-undangan.
H. Petunjuk Penggunaan
Agar Saudara berhasil dalam mempelajari materi yang tersaji dalam modul ini,
perhatikan dan ikuti beberapa petunjuk berikut:
Saudara sebaiknya membaca Modul I lebih dahulu, sebelum mempelajari modul ini.
Baca dan pahamilah setiap bab secara bertahap. Berilah tanda pada konsep yang
dianggap penting. Buatlah catatan kecil sebagai respons dari materi modul ini
sebagai penguat pemahaman Saudara terhadap modul ini.
Dianjurkan untuk membaca dan mempelajari peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar eksistensi pembimbing kemasyarakatan.
Kerjakan setiap soal dalam latihan dan evaluasi dengan teliti dan sungguh-sungguh
tanpa melihat lebih dahulu kunci jawaban agar kemampuan Saudara dapat terukur
secara objektif.
Upayakan semua latihan dan evaluasi yang disajikan dalam modul ini dapat
dikerjakan agar tingkat penguasaan Saudara yang diperoleh mencapai minimal 80%.
53
54
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab II ini, Saudara mampu menjelaskan tentang Sejarah
Perkembangan Pembimbingan.
B. Subpokok Bahasan
1. Sejarah Perkembangan Balai Pemasyarakatan
Sebelum munculnya balai pemasyarakatan (bapas) di Indonesia, dikenal lebih dahulu
Jawatan Reklasering dan Pendidikan Paksa yang didirikan oleh Pemerintah Belanda
dengan dikeluarkannya Gouverment Besluit tanggal 15 Agustus 1927, yang berpusat
pada Departemen van Justitie di Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan orang Belanda dan pribumi yang harus dibimbing secara
khusus. Pada saat itu Kantor Besar Jawatan Kepenjaraan/Jawatan Reklasering memberi
subsidi kepada badan reklasering swasta dan pra-yuwana, dan tenaga sukarelawan
perseorangan (volunteer probation officer). Selanjutnya, badan tersebut menjadi
petugas teknis pembinaan klien luar lembaga (Aziz, 1998:97). Petugas yang
menjalankan tugas dan fungsi di Badan Reklasering yang dikelola oleh Negara disebut
Ambtenaar der Reclassering (Pegawai Negeri Istimewa pada Badan Reklasering) yang
diatur dalam KUHP (Pasal 14 d ayat (2) disebut pegawai istimewa (bijzondere
ambtenaar).
Pada tahun 1930--1935 yang dikenal masa Malaise, Pemerintah Belanda mengalami
kesulitan biaya akibat kondisi Perang Dunia I serta tingginya tingkat korupsi di tubuh
VOC. Akibatnya sangat memengaruhi eksistensi pemerintahan Belanda di Indonesia,
termasuk jawatan baru tersebut. Berdasarkan hal tersebut, dikeluarkan Surat
Keputusan Jenderal G.E. Herbrink Nomor 11 Stbld. pada tanggal 6 September 1932
yang menyatakan bahwa Jawatan Reklasering dan Pendidikan Paksa disatukan.
Sehubungan dengan itu, tugas reklasering dan pendidikan paksa dimasukkan dalam
tugas, fungsi, dan peran jawatan kepenjaraan, yang selanjutnya disebut Inspektorat
Reklasering dan Pendidikan Paksa. Tugas Inspektorat Reklasering dan Pendidikan Paksa
adalah (a) menangani lembaga-lembaga anak yang disebut Rumah Pendidikan Negara
(RPN) dan (b) menangani Klien Lapas Bersyarat, Pidana Bersyarat, dan Pembinaan
lanjutan (After Care), serta Anak yang diputus hakim kembali kepada orang tua atau
walinya (Aminah, hal 97). Selain menggabungkan Jawatan Reklasering dan Pendidikan
Paksa, jawatan ini juga dimasukkan dalam struktur setiap penjara yang ada di Indonesia
yang dinamakan Bagian Reklasering. Tujuan Reklasering ini antara lain (a) menjauhkan
yang bersalah dari rumah penjara, (b) mempercepat yang bersalah dari penjara, dan (c)
mengembalikan bekas terhukum dan anak pada kehidupan sedia kala/after care (R.
Tondokusumo, 1950:6).
55
Pada tahun 1939 Pemerintah Belanda berniat untuk menghidupkan kembali dan
memperbaharui Badan Reklasering, tetapi terhambat dengan pecahnya Perang Dunia II. Untuk
mengatasinya pada setiap penjara masih ada bagian reklasering yang sifatnya pasif sampai
tahun 1943. Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia tidak ada perubahan mengenai
perkembangan reklasering, hanya pelaksanaan lepas bersyarat yang tidak lagi dijalankan.
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 27 April 1964 terjadi perubahan sistem kepenjaraan
menjadi sistem pemasyarakatan.
56
57
58
59
60
61
D. Latihan
Setelah Saudara membaca materi di atas, agar Saudara memahami isi materi secara utuh,
jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas, ringkas, dan teliti!
1. Jelaskan siapakah yang pertama kali menggunakan istilah PK!
2. Jelaskan lembaga yang melaksanakan tugas kebapasan dari masa pemerintahan
Belanda sampai sekarang!
3. Jelaskan apakah kegunaan laporan litmas?
4. Jelaskan ada berapakah tahapan perkembangan litmas?
62
63
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab III Pokok Bahasan II ini Saudara mampu
menjelaskan prinsip-prinsip dasar pembimbingan.
B. Subpokok Bahasan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, kata prinsip bermakna
‘asas/kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir/bertindak’ (Tim Penyusun KBBI,
2008:788). Dalam kaitannya dengan proses pembimbingan, prinsip merupakan
pedoman dalam melakukan aktivitas pembimbingan, pendampingan, serta
pengawasan sebagaimana amanat peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu,
prinsip-prinsip dasar ini perlu Saudara pahami agar dapat membantu aktivitas
pembimbingan, pendampingan, dan pengawasan yang Saudara lakukan sehari-hari.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, secara keilmuan pekerjaan
yang dilakukan PK hampir sama dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja
sosial. Keduanya melakukan fungsi yang sama, tetapi dalam ruang yang berbeda.
Pekerja sosial menangani masalah-masalah sosial secara umum, sementara PK
menangani masalah yang sama dalam ruang lingkup hukum. Oleh karena itu, secara
teoretis prinsip-prinsip yang digunakan oleh pekerja sosial sama dengan yang
digunakan oleh PK. Berikut ini beberapa prinsip dasar dari para ahli pekerja sosial
yang harus Saudara miliki, sebagai PK.
1. Prinsip-Prinsip Dasar Menurut Henry S. Mass
Salah satu tokoh yang berpengaruh pada kajian kesejahteraan sosial adalah
Henry S. Maas yang berasal dari University of British Columbia. Dalam
makalahnya yang berjudul Social Work with Individuals and Families, Maas
(1977:63) menjelaskan enam prinsip yang harus dimiliki oleh para pekerja sosial
(termasuk PK). Keenam prinsip dasar itu adalah sebagai berikut.
a. Prinsip Penerimaan (The Principle of Acceptance)
Prinsip ini mengemukakan bahwa seorang PK dalam menerima klien harus
bebas nilai. PK tidak boleh “menghakimi” klien seakan-akan PK yakin dan
percaya bahwa klien adalah satu-satunya pihak yang patut dipersalahkan atas
perbuatannya. PK harus mampu membangun suasana yang akrab agar klien
merasa nyaman dan dapat memberikan keterangan yang objektif, detil, dan
jujur sehingga PK juga akan mendapatkan data yang valid dan akurat
berdasarkan jawaban klien tersebut.
Sikap menerima sangat berlawanan dengan sikap menghakimi; oleh karena
itu, PK perlu mempersiapkan diri untuk tidak memberikan penilaian awal
yang buruk, ataupun bersikap netral. PK harus mampu memahami klien apa
adanya dengan membangun suasana yang akrab dengan klien sehingga
64
65
5. Emphaty (empati)
PK harus mempunyai kemampuan memahami perasaan klien. Ketika klien tidak
berkenan untuk memberikan informasi secara terbuka, PK justru harus mampu
menjaga perasaan klien dan secara cerdas menggali informasi dari sisi yang tidak
mengganggu perasaan klien.
6. Genuiness (ketulusan)
Ketulusan yang dimiliki oleh PK dalam membantu klien dapat terpancar dalam
komunikasi verbal.
7. Impartiality (kejujuran)
Dalam melakukan pertolongan, PK tidak boleh merendahkan seseorang dan
kelompok tertentu.
8. Confidentiality (kerahasian)
PK harus mampu menjaga kerahasiaan klien kepada orang lain. Hal itu sangat
penting untuk menjaga integritas PK sebagai aparat penegak hukum.
9. Self Awareness (mawas diri)
PK harus sadar akan potensinya dan keterbatasan kemampuannya. Untuk itu,
perlu adanya peningkatan wawasan PK secara berkesinambungan, baik dalam
hal pengetahuan (dengan membaca buku ataupun media massa cetak lainnya)
maupun dalam hal keterampilan (komputer, wawancara, atau tulisan).
67
C. Rangkuman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:778), kata prinsip berarti
‘asas/kebenaran yg menjadi pokok dasar berpikir/bertindak.’ Dalam kaitannya
dengan pekerjaan pembimbing kemasyarakatan, prinsip merupakan pedoman
dalam melakukan aktivitas pembimbingan, pendampingan serta pengawasan
sebagaimana amanat peraturan perundang-undangan. Ada beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli antara lain :
1. Menurut Henry S. Maas, ada enam prinsip dasar pembimbingan, yaitu
individualisasi, penerimaan, kerahasiaan, komunikasi, partisipasi, dan kesadaran
diri dari pekerja sosial.
68
D. Latihan
Setelah Saudara membaca materi di Bab III, agar Saudara memahami isi materi
secara utuh, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas, ringkas, dan
teliti!
1. Jelaskan prinsip dasar pembimbingan menurut Henry B. Maas!
2. Jelaskan prinsip dasar pembimbingan menurut Naomi!
3. Jelaskan prinsip dasar pembimbingan menurut Biestek!
4. Dari ketiga pendapat para ahli tersebut ada yang mempunyai kesamaan. Tolong
Saudara kelompokkan prinsip-prinsip dasar yang sama tersebut dan jelaskan!
69
70
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
B. Subpokok Bahasan
1. Metode Pembimbingan
Metode adalah suatu prosedur kerja yang teratur dan sistematis yang
digunakan oleh PK dalam proses pembimbingan terhadap klien pemasyarakatan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata metode berarti ‘cara teratur
yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki’ (bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php). Sementara
itu, menurut Haryanto (2010:132) dalam praktik pekerjaan sosial terdapat dua
jenis metode, yakni metode pokok dan metode bantu. Metode pokok berkenaan
dengan pengetahuan dan pelayanan langsung kepada klien, sedangkan metode
bantu berkenaan dengan pengaturan dan pelayanan tidak langsung kepada klien.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Bagan 1
Skema Metode Pekerjaan Sosial
a. Metode Pokok
Menurut Sukoco (1989:147), metode pokok pekerjaan sosial adalah sebagai
berikut:
71
b. Metode Bantu
Menurut Kuntari (2003:12), metode bantu dalam pekerjaan sosial adalah
sebagai berikut:
a. aksi sosial;
Metode ini merupakan gerakan sosial untuk mencapai kesejahteraan
sosial melalui perundang-undangan. Aksi sosial tersebut terwujud dalam
proses pembimbingan, pendampingan, dan pengawasan terhadap klien.
b.penelitian kesejahteraan sosial;
Penelitian ini merupakan penelitian yang sistematis dan kritis untuk
mendapatkan jawaban tentang berbagai problem dalam kesejahteraan
sosial. Dalam keseharian Saudara, sebagai seorang PK, Saudara melakukan
penulisan penelitian kemasyarakatan (litmas) sebagai keluaran (output)
Saudara atas amanat perundang-undangan.
c. Tata Laksana Kesejahteraan Sosial
Metode ini merupakan proses pengaturan atau pengorganisasian dan
kepemimpinan suatu badan atau kantor sosial pemerintah ataupun swasta.
Dalam keseharian Saudara sebagai seorang PK, perlu diinventarisasi
berbagai peraturan perundang-undangan sebagai kekuatan argumen
Saudara dalam membuat litmas ataupun dalam proses pendampingan klien
di persidangan.
2. Penerapan Metode dalam Praktik Pembimbingan Kemasyarakatan
Dalam menerapkan metode di atas, Saudara
diharapkan dapat menyesuaikannya dengan
jenis, jumlah klien, serta permasalahan yang
ditangani. Ketepatan Saudara menentukan
metode yang dipakai akan membuat proses
pembimbingan menjadi lebih efektif dan efisien.
Gambar 3
Bimbingan perorangan memberikan
72 kesempatan untuk mengeksplorasi klien
dengan cara-cara yang lebih personal
Sumber:
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN http://www.collegesurfing.com
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
73
Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini memandang dengan lebih optimis terhadap manusia
untuk melakukan perubahan dan mengutamakan pertumbuhan pribadi
dalam kaitan dengan organisasi-organisasi sosial, pengembangan
kontrol diri, hubungan dengan lingkungan sosial lainnya dalam
masyarakat.
Dalam menjalankan bimbingan perseorangan ini diperlukan beberapa
prinsip dasar yang telah dibahas pada bab sebelumnya sebagai pedoman
Saudara, agar tujuan pembimbingan perseorangan ini dapat tercapai dengan
efektif. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Penerimaan
Saudara harus dapat menerima klien apa adanya dengan tidak
merendahkan atau membeda-bedakan serta menghormati klien dalam
setiap kondisi/keadaan yang dialaminya. Ketulusan penerimaan Saudara
dapat dirasakan oleh klien. Jika klien mendapat perlakuan dan
penghormatan yang baik dari Saudara, maka klien tentu akan membuka
diri karena yakin Saudara dapat membantu menyelesaikan permasalahan
hidupnya.
2. Komunikasi
Setelah klien merasa nyaman, PK dapat membangun komunikasi yang
hangat. PK sebaiknya memulai pembicaraan dengan hal-hal yang ringan,
misalnya menanyakan kabar klien atau keluarganya.
Dalam proses komunikasi ini, PK harus dapat menjadi pendengar yang
baik. Dengan demikian, akan memudahkan PK
mengetahui informasi yang disampaikan klien.
3. Kerahasiaan
PK harus dapat meyakinkan klien bahwa
informasi yang diberikan akan terjaga
kerahasiaannya. Dengan demikian, klien
akan lebih terbuka dalam menjelaskan
permasalahan yang dihadapi. PK hanya
Gambar 4
dapat menyampaikan informasi tersebut Apabila klien merasa informasi
kepada pihak-pihak terkait. yang diberikannya akan terjaga
kerahasiaannya, tentu klien akan
4. Kesadaran diri lebih terbuka dalam menjelaskan
permasalahan
Dalam mengantisipasi hal-hal subjektif Sumber:
http://www.blogcdn.com
yang terjadi pada proses pembimbingan yang
dapat merugikan kedua belah pihak (PK atau klien), PK harus sadar akan
posisi dan perannya. Jangan terlalu menanggapi masalah yang dihadapi
74
76
b. Metode Bantu
i. Aksi Sosial
Proses pembimbingan yang dilakukan PK merupakan bentuk aksi sosial
yang diamanatkan oleh aturan perundang-undangan. Pembimbingan yang
dilakukan terhadap klien merupakan bagian dari upaya untuk
mengembalikan pelanggar hukum ke dalam masyarakat sebagaimana
yang dicita-citakan Dr. Sahardjo melalui konsep pemasyarakatan.
77
iii. Administrasi PK
Administrasi pekerjaan sosial adalah suatu metode pertolongan
pekerjaan sosial yang difokuskan untuk menggerakkan seluruh komponen
organisasi, melakukan proses sosial untuk mentransformasikan kebijakan
lembaga kepada implementasi pemberian pelayanan secara efektif dan
efisien (Skidmore, Thackeray, Milton 1994).
Administrasi PK mempunyai fungsi yang diterjemahkan dalam bentuk
serangkaian kegiatan yang terdiri atas:
pelaporan,
pendokumentasian,
pengarsipan, dan
recording.
C. Rangkuman
Metode adalah suatu prosedur kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan
oleh PK dalam proses pembimbingan terhadap klien pemasyarakatan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata metode berarti ‘cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki’. Menurut Haryanto, dalam praktik pekerjaan sosial terdapat dua jenis
metode, yakni metode pokok dan metode bantu. Metode pokok berkenaan dengan
pengetahuan dan pelayanan langsung kepada klien, sedangkan metode bantu
berkenaan dengan pengaturan dan pelayanan tidak langsung kepada klien. Metode
pokok dalam pekerjaan sosial, menurut Dwi Heru Sukoco, adalah bimbingan
perseorangan (case work), bimbingan kelompok (group work), dan
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat (community organization).
Metode bantu dalam pekerjaan social, menurut Sri Kuntari, adalah aksi sosial,
penelitian kesejahteraan social, dan tata laksana kesejahteraan sosial. Menurut
Skidmore, Thackeray, dan Milton, administrasi pekerjaan sosial adalah suatu
metode pertolongan pekerjaan sosial yang difokuskan untuk menggerakkan seluruh
komponen organisasi melakukan proses sosial guna mentransformasikan kebijakan
lembaga kepada implementasi pemberian pelayanan secara efektif dan efisien.
Administrasi PK mempunyai fungsi yang diterjemahkan dalam bentuk serangkaian
kegiatan yang terdiri atas pelaporan, pendokumentasian, pengarsipan, dan
recording.
78
D. Latihan
Untuk mengukur kemampuan Saudara dalam memahami metode pekerjaan
sosial yang membantu proses pembimbingan yang dilakukan sehari-hari, jawablah
soal di bawah ini dengan baik tanpa melihat kunci jawaban!
1. Jelaskan metode yang digunakan PK dalam melaksanakan pembimbingan!
2. Jelaskan pendekatan yang digunakan PK dalam melaksanakan bimbingan
perseorangan!
79
80
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab V ini, Saudara mampu menjelaskan teknik pekerjaan sosial
yang digunakan PK dalam melaksanakan pembimbingan.
B. Subpokok Bahasan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian teknik adalah 1)
‘pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yg berkenaan dengan hasil industri’
(bangunan, mesin): sekolah --; ahli --; 2) ‘cara (kepandaian dsb) membuat atau
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni’; 3) ‘metode atau sistem
mengerjakan sesuatu’. Berkaitan dengan pekerjaan sosial, teknik pekerjaan sosial dapat
diartikan ‘cara pekerja sosial dan PK melakukan hubungan dengan klien.’
1. Teknik Pekerjaan Sosial Menurut Naomi I. Brill
Naomi I. Brill (dalam Iskandar, 1991:29--41) mengemukakan bahwa ada empat
belas teknik keterampilan yang harus dimiliki oleh pekerja sosial, yaitu:
a. percakapan awal (small talk)
Yang dimaksud dengan small talk adalah percakapan pembuka atau percakapan
awal. Small talk dilakukan dalam percakapan face to face. Tujuan utama small talk
adalah untuk memecahkan kebekuan/kekakuan dalam komunikasi sehingga
kemudian terjadi suatu pembicaraan. Small talk sebaiknya diprakarsai oleh PK.
Contoh :
PK : Apa kabar X?
Kelihatannya kamu kurusan badannya, habis sakit ya!
Klien : Saya tidak sakit, Pak. Saya sekarang sudah kerja, hanya saja
pekerjaannya berat sehingga kurang istirahat.
b. ventilasi (ventilation)
Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan sikap klien,
mengingat perasaan dan sikap klien tersebut dapat mengurangi/mengganggu
keberfungsiannya. Tujuan ventilasi adalah untuk menjernihkan emosi yang
tertekan karena dapat menjadi penghalang bagi suatu gerakan yang positif.
Dengan membantu klien menyatakan perasaannya maka pembimbing
kemasyarakatan dapat lebih siap melaksanakan tindakan pemecahan.
Contoh :
81
Selama interviu dengan PK seorang klien (istri) mengeluh karena suaminya lebih
sering berdiam diri di rumah pada akhir minggu. Mereka masih tinggal satu rumah
dengan mertua. Akan tetapi, sang suami lebih suka tinggal di rumah ibu
kandungnya dan sering kali mengunjungi sanak keluarganya sendiri saja. Sang
suami mengatakan bahwa ia lebih senang di rumah ibu kandungnya sendiri
daripada tinggal di rumah mertua.
Jika di rumah ibu kandungnya ia seperti raja, sebaliknya istrinya dengan
tidak mengenal lelah harus mengurus rumah. Istrinya berharap suaminya dapat
membantu membersihkan rumah pada hari Sabtu dan Minggu atau pada hari libur.
Jika hal itu ditanyakan kepada suaminya, maka suaminya menjawab bahwa ia
merasa tidak senang tinggal dalam rumah mertuanya dan memandang rendah
tinggal di rumah tersebut. Katanya, “Apa mereka kira saya tidak cukup baik untuk
memelihara istri saya.” Ventilasi sang suami telah memungkinkan istri memahami
beberapa tingkah laku suaminya.
c. dorongan (support);
Support artinya ‘memberikan semangat, menyokong dan mendorong beberapa
aspek fungsi klien, seperti kekuatan internal, cara bertingkah laku, dan
hubungannya dengan orang lain. Support harus berdasar pada kenyataan.
Sebaiknya, PK memberikan dukungan terhadap tingkah laku atau kegiatan positif
klien. PK harus membantu klien apabila klien mengalami kegagalan atau sebaliknya
lebih mendorong klien apabila klien berhasil. PK sebaiknya selalu mengatakan
aspek positif suatu situasi sebelum menyatakan aspek negatifnya.
Contoh :
PK dapat menumbuhkan perhatian yang lebih besar pada seorang anak agar ia
lebih giat bersekolah dengan mengutarakan aspek positifnya dan menyampaikan
aspek negatifnya yang berupa berbagai kesulitan yang akan ia alami jika tidak
sekolah.
d. reasuransi (reassurance)
Teknik ini digunakan untuk memberikan jaminan kepada klien bahwa situasi
yang diperjuangkannya dapat dicapai pemecahannya dan ia mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Reassurance merupakan teknik yang tepat karena hampir semua situasi
kehidupan manusia dapat diubah melalui beberapa penyesuaian, meskipun fakta
atau masalah itu sendiri tidak dapat diubah. Reassurance harus dibuat dengan
realistik dan tidak dapat dilakukan terhadap kenyataan yang tidak benar.
82
Contoh :
Seorang klien bapas yang baru memperoleh pembebasan bersyarat merasa
ragu-ragu apakah keluarga dan masyarakat sekitar bersedia menerima
kehadirannya karena selama ini klien dianggap sebagai trobell maker dalam
keluarga dan lingkungan. Dalam hal ini, PK harus mampu meyakinkan klien bahwa
ia sudah berubah dan lebih baik daripada sebelum masuk ke dalam lapas.
e. konfrontrasi (confrontation);
Seorang PK dapat mengkonfrontrasi kliennya dan boleh diawali dengan sikap
berlawanan atau sebaliknya. Teknik confrontation ini memberikan klien
kesempatan untuk mengungkapkan kemarahannya dan kekecewaannya pada
waktu itu. Controntation hanya digunakan jika sedikit kemajuan yang diperoleh
klien.
f. konflik (conflict);
Konflik merupakan peristiwa yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu, klien membutuhkan pengetahuan bagaimana
mengatasi konflik apabila terjadi perbedaan. Resolusi konflik bergantung pada
pertimbangan rasional.
PK harus menyadari faktor emosi klien dan memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan emosi tersebut serta harus dapat menggunakan
kekuatan untuk kompromi. Dengan cara begitu, klien dapat menerima pemecahan
masalah untuk mencapai perubahan yang lebih baik.
g. manipulasi (manipulation);
Manipulasi merupakan suatu keterampilan untuk mengelola suatu kegiatan.
Manipulasi merupakan teknik yang digunakan untuk meningkatkan suatu
pengalaman konstruktif atau untuk mencapai tujuan yang layak. Manipulasi juga
berarti keterampilan mengelola sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Sebagai manipulator, Saudara harus memperhatikan dan mempertimbangkan
tiga hal, yaitu:
kebutuhan dan hak-hak klien untuk terikat dalam tindakan dan pengambilan
keputusan;
kemampuan klien untuk berpartisipasi; dan
membedakan kegiatan untuk kepentingan pekerja sosial dan PK dengan
kegiatan untuk kepentingan klien.
h. universalisasi (universalization);
83
84
85
86
Teknik ini merupakan cara untuk menumbuhkan kesadaran yang dimiliki oleh
anggota kelompok yang berasal dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya,
mengenai hakikat dan penyebab munculnya suatu peristiwa atau kejadian.
d. memberikan penguatan (reinforcement);
PK membantu anggota kelompok untuk bertingkah laku tertentu sesuai dengan
yang diharapkan, dengan cara memberi hadiah jika dia mampu melakukannya.
Hadiah dapat berbentuk verbal (pujian), fisik (sentuhan hangat), dan material.
e. pemberian model;
Melalui model atau contoh, PK membantu anggota kelompok untuk
mempelajari tingkah laku, baik secara implisit (berbicara pelan), maupun eksplisit
(observasi terhadap tingkah laku PK atau anggota kelompok lain pada saat bermain
peran).
C. Rangkuman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknik berarti 1) pengetahuan dan
kepandaian membuat sesuatu yg berkenaan dengan hasil industri (bangunan, mesin):
sekolah --; ahli --; 2) cara (kepandaian dsb.) membuat atau melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan seni; 3) metode atau sistem mengerjakan sesuatu. Berkaitan
dengan pekerjaan social, dapat didefinisikan bahwa teknik pekerjaan sosial adalah cara
pekerja sosial dan PK melakukan hubungan dengan klien. Menurut Naomi I. Brill teknik
dalam pekerjaan sosial ada 14 (empat belas) jenis, yaitu small talk, ventilation, support,
reassurance, confrontation, conflict, manipulation, universalization, advice giving and
counseling, activities and programme, logical discussion, reward and punishment, role
rehearsal and demonstration, and group dynamics exercise, group games, dan literary
and audiovisual materials. Teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok
antara lain konfrontasi, intepretasi, atribusi, penguatan, dan pemberian model.
D. Latihan
Untuk mengukur kemampuan Saudara dalam memahami teknik pekerjaan
sosial yang akan mempermudah proses pembimbingan yang dilakukan sehari-hari,
jawablah soal di bawah ini dengan cermat tanpa melihat kunci jawaban:
1. Jelaskan teknik-teknik pembimbingan yang sangat relevan dengan pekerjaan
Pembimbing Kemasyarakatan.
2. Jelaskan teknik pembimbingan yang sangat relevan digunakan dalam pembimbingan
kelompok.
87
88
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab VI, Saudara diharapkan dapat menjelaskan keterampilan
dalam pembimbingan yang dapat digunakan PK bagi klien pemasyarakatan.
B. Subpokok Bahasan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan berarti ‘kecakapan untuk
menyelesaikan tugas’. Sementara itu, Ivancevich (dalam Fuad dan Gofur Rahman,
2009:22--23) mengartikan keterampilan sebagai kecakapan yang berhubungan dengan
tugas yang dimiliki dan digunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat. Pembimbing
kemasyarakatan sebagai bagian dari organisasi balai pemasyarakatan harus memiliki
keterampilan yang sesuai dengan tugasnya yang telah diamanatkan oleh aturan
perundang-undangan.
89
90
b. timing;
Keterampilan ini dapat dilihat dalam dua cara yang berbeda, pertama bahwa
timing berhubungan dengan ketepatan waktu yang digunakan oleh PK. Jika PK terlalu
cepat menangani klien, tentu klien akan mengalami kebingungan dan pada akhirnya
klien akan kecewa atau bahkan sakit hati karena merasa mendapatkan penanganan
yang asal-asalan. Sebaliknya, apabila penanganan klien dilakukan terlalu lambat,
maka kasus yang ditangani akan makin sulit diselesaikan sehingga pencapaian tujuan
akan terhambat.
PK harus memberikan waktu untuk menyelesaikan proses pembimbingan yang
sesuai dengan karakteristik klien yang dihadapinya. Apabila proses pembimbingan
klien diberikan waktu yang sama rata, dapat dipastikan bahwa beberapa
pembimbingan klien tidak dapat tercapai dengan efektif karena perbedaan
karakteristik kasus yang dihadapi klien.
Sebagai ilustrasi, dalam mendampingi klien anak yang menghadapi kasus
perkosaan hanya dilakukan dalam satu hari. Waktu satu hari tentu merupakan waktu
yang sempit untuk mengetahui latar belakang anak tersebut. Apabila pendampingan
yang hanya dilakukan satu hari dijadikan dasar untuk memberikan saran bagi hakim
dalam proses hukum anak, potensi penghilangan masa depan anak sangat besar
karena bisa jadi anak tersebut bukan pelaku sesungguhnya atas kasus yang
menimpanya. Kedua, timing berhubungan dengan kemampuan PK untuk melakukan
tindakan pada saat yang tepat. Tidak melakukan tindakan pada saat yang tepat bisa
menghilangkan momentum (kesempatan) anak. Apabila suatu jenis penanganan
dilakukan pada saat yang tidak tepat, maka tujuan penanganan tersebut tidak akan
tercapai.
PK harus memiliki kemampuan untuk memberikan saran yang tepat pada waktu
yang tepat pula. Hal itu berkaitan dengan kondisi emosional klien yang berubah-
ubah. Pemberian bimbingan yang tepat pada kondisi emosional tertentu akan lebih
efektif.
c. Partialization;
Keterampilan ini berhubungan dengan kemampuan PK untuk menilai
keseluruhan masalah, memisahkan bagian-bagian masalah, membantu klien
memecahkan masalah, dan memutuskan dimulainya penanganan masalah.
Misalnya, kondisi suatu keluarga miskin adalah sebagai berikut: Ayah tidak
memiliki keterampilan kerja, saat ini sedang sakit dan menganggur. Kondisi
tersebut memaksa Ibu menjadi tulang punggung keluarga yang masih harus
menghidupi putranya yang berusia 9 tahun. Putranya juga sudah putus sekolah
dan mengalami gizi buruk. Sementara itu, putrinya yang berusia 11 tahun sibuk
membantu ekonomi keluarga dengan berjualan koran di lampu merah.
Berdasarkan kondisi di atas, PK harus dapat menentukan prioritas
penanganan kondisi keluarga tersebut. Sehubungan dengan kasus tersebut,
91
Gambar 7
Seperti permainan dart, menjaga fokus Keterampilan ini khususnya
sangat penting dalam proses
pembimbingan karena akan membantu ditujukan bagi klien yang kurang rasional atau
untuk mencapai tujuan dengan efektif dan
tidak mampu berpikir logis tentang hal-hal
efisien.
Sumber: http://satunegeri.com yang perlu mereka perhatikan. Ketika bekerja
dalam suatu kelompok, keluarga, atau
masyarakat yang menaruh perhatian lebih, PK harus melakukan
(memelihara) diskusi yang di fokuskan pada masalah tersebut agar tercipta
komunikasi yang efektif dan mampu mencapai tujuan dari diskusi tersebut.
92
b. Keterampilan Kenyamanan
Keterampilan untuk membuat situasi dan kondisi yang nyaman sangat
diperlukan untuk menghasilkan komunikasi yang efektif. Sebagai PK, Saudara
harus mampu menciptakan suasana yang nyaman saat berdiskusi dengan
klien. Suasana yang nyaman tentu akan membantu klien untuk memberikan
keterangan yang lengkap dan jujur tanpa ada rasa tertekan atau terancam.
Pada saat melakukan pembimbingan terhadap klien anak, PK sebaiknya
menggunakan pakaian sipil karena secara psikologis anak akan merasa
tertekan apabila menghadapi petugas berseragam. Efek psikologis dari
penggunaan seragam oleh PK dalam melakukan pembimbingan terhadap klien
anak akan menciptakan suasana pembimbingan yang tidak nyaman bagi klien
anak. Situasi yang tidak nyaman tersebut tentu akan menghambat proses
komunikasi dalam pembimbingan sehingga upaya pencapaian tujuan
pembimbingan juga akan terhambat.
d. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang paling mendasar
yang harus dimiliki PK karena dengan komunikasi yang baik PK akan mampu
94
menjalin hubungan yang baik dengan klien ataupun pihak yang ada di dalam
sistem peradilan pidana lainnya. Banyak hal baik, tetapi berakhir tidak baik
karena komunikasi yang tidak efektif. Untuk membangun komunikasi yang
efektif, PK sebagai komunikator harus memiliki hal sebagai berikut:
Kesiapan, artinya dalam menyampaikan informasi harus disiapkan secara
sistematis lebih dahulu agar alur komunikasi berjalan secara sistematis
dan tidak melompat-lompat.
Kesungguhan, artinya dalam menyampaikan informasi harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh, baik secara verbal maupun nonverbal, agar
informasi tersebut dapat diterima secara lengkap dan jelas oleh
komunikan (klien).
Ketulusan, artinya komunikator (PK) harus yakin bahwa pesan yang akan
disampaikan bermanfaat dan disampaikan dengan cara yang tulus
kepada komunikan (klien).
Kepercayaan diri, artinya komunikator harus menyampaikan informasi
dengan percaya diri sehingga klien sebagai komunikan akan merasa
yakin atas informasi yang disampaikan kepadanya.
Ketenangan, artinya sebaik atau seburuk apa pun informasi yang akan
disampaikan harus dengan cara-cara yang tenang dan tidak emosional
atau yang memancing emosi sehingga informasi yang disampaikan bisa
diterima dengan baik.
Keramahan, artinya komunikator harus menyampaikan informasi dengan
santun dan ramah sehingga klien akan merasa nyaman dalam
berkomunikasi dengan PK.
Kesederhanaan, artinya pesan/informasi yang disampaikan harus dengan
bahasa yang sederhana sehingga mudah dicerna klien dan tujuan
komunikasi akan tercapai dengan baik.
96
C. Rangkuman
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan artinya ‘kecakapan
untuk menyelesaikan tugas’. Sebagai PK, Saudara dituntut untuk menyelesaikan tugas
dengan baik (cakap). Oleh karena itu, diperlukan kerangka konseptual mengenai
keterampilan yang harus dimiliki agar dapat memudahkan pelaksanaan tugas di
lapangan. Keterampilan yang telah dipaparkan di muka tidak harus Saudara
implementasikan seluruhnya secara detil dalam pelaksanaan pembimbingan di
lapangan. Saudara dapat memilih keterampilan yang akan digunakan dalam melakukan
pembimbingan sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik klien dan kasus.
Keterampilan yang dikemukakan para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Stephen P. Robbins
Basic Literacy Skill
Technical Skill
Interpersonal Skill
Problem Solving Skill
97
D. Latihan
Untuk mengukur kemampuan Saudara dalam memahami keterampilan
dalam pekerjaan sosial yang akan membantu proses pembimbingan di lapangan,
jawablah soal di bawah ini tanpa melihat kunci jawaban!
1. Jelaskan menurut Saudara, apakah dalam menjalankan proses pembimbingan bagi
klien dewasa dan klien anak terdapat perbedaan keterampilan yang digunakan?
98
99
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
A. Rangkuman
Modul Dasar Pembimbingan ini merupakan landasan awal bagi calon PK, pembantu
PK, ataupun PK yang sudah menjabat yang memuat beragam informasi dasar yang harus
dimiliki PK. Ibarat sebuah bangunan, modul ini merupakan tangga yang mengantarkan
Saudara menuju bangunan pembimbingan dalam proses pemasyarakatan.
Sebagai seorang PK, Saudara harus mampu menjelaskan prinsip-prinsip
pembimbingan, metode dalam pembimbingan, teknik pembimbingan, dan keterampilan
dalam pembimbingan sehingga memudahkan Saudara dalam penerapan di lapangan.
Dengan demikian, pekerjaan yang dihasilkan lebih berkualitas. Dampaknya akan
menyejajarkan posisi Saudara dengan para penegak hukum lainnya.
B. Evaluasi
Pilihlah jawaban yang tepat !
1. Pencetus pertama kali istilah pembimbing kemasyarakatan adalah:
a. Soemarsono A. Karim
b. Dr. Saharjo
c. R. Waliman Hendrosusilo
d. Marianti Seowandi
2. Disiplin ilmu yang paling banyak berperan dalam bimbingan klien adalah:
a. multidisipliner
b. Ilmu Hukum
c. Ilmu Psikologi
d. Ilmu Pekerjaan Sosial
100
8. Sebelum menggunakan nama litmas, istilah yang pertama kali digunakan adalah….
a. case study
b. social case study
c. laporan social case study
d. litmas
101
11. PK dalam memberikan bimbingan tidak dapat memberikan perlakuan yang sama rata
pada setiap kliennya karena setiap klien itu unik; dengan begitu, PK telah melaksanakan
prinsip dasar …….
a. kerahasiaan
b. individualisasi
c. partisipasi
d. komunikasi
12. Setiap informasi yang diperoleh PK dari hasil wawancara dengan klien, tidak boleh
disebarluaskan begitu saja. Hal itu berarti bahwa PK telah melaksanakan prinsip ....
a. individualisasi
b. empati
c. kerahasiaan
d. partisipasi
13. Dalam melaksanakan bimbingan terhadap klien, sangatlah mungkin PK terlibat secara
emosional, tetapi tidak boleh secara berlebihan. Dengan turutnya merasakan kesulitan
klien, PK dapat membantu solusi pemecahan masalah secara lebih optimal. Hal itu
berarti bahwa PK telah melaksanakan prinsip….
a. partisipasi
b. rasionalitas
c. individualisasi
d. empati
102
14. Ketika PK melaksanakan wawancara dalam rangka penggalian data, PK tidak boleh
memberikan penilaian terhadap klien apakah dia bersalah atau tidak. Dengan begitu,
PK telah melaksanakan prinsip dasar ....
a. kesadaran diri dari PK
b. partisipasi
c. sikap tidak menghakimi
d. penentuan diri klien
15. Dalam menjalin komunikasi dengan klien, PK harus mampu melaksanakan prinsip ....
a. partisipasi
b. individualisasi
c. empati
d. komunikasi
C. Umpan Balik
Apabila dalam menjawab evaluasi soal tersebut, Saudara mencapai 80% benar,
dengan demikian Saudara telah mencapai kompetensi modul diversi dengan baik,
dan sebaliknya, apabila ketercapaiannya tidak sampai 80 %, Saudara diharapkan
mengulang kembali membaca dan memahami modul ini.
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban Evaluasi yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi modul ini.
Apabila tingkat penguasaan Saudara mencapai 80% atau lebih, Saudara dapat
meneruskan mempelajari modul berikutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Saudara harus mengulangi materi modul ini, terutama bagian yang belum dikuasai.
103
Kunci Jawaban
1. C 6. A 11. B
2. D 7. B 12. C
3. B 8. A 13. B
4. A 9. C 14. C
5. A 10. C 15. D
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Aziz, Aminah, Aspek Hukum Perlindungan Anak, USU Press, 1998.
Prinst, Darwan, Hukum Anak Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.
Ditjen Pemasyarakatan, Empat Puluh Tahun Pemasyarakatan Mengukir Citra
Profesionalisme, Departemen Hukum dan Ham RI, Jakarta. 2004.
Purnianti, Mamik Sri Supatmi, dan Ni Made Martini Tinduk, Analisa Situasi Sistem
Peradilan Pidana Anak di Indonesia,Unicef.
Karim, Soemarsono A. 2011. Metode dan Tehnik Pembuatan Litmas untuk Persidangan
Perkara Anak di Pengadilan Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan. Departemen
Hukum dan Ham RI,BPSDM. Jakarta.
Soewandi, Marianti. 2003. “Diktat Kuliah AKIP”. Departemen Hukum dan Ham RI.
Sukoco, Dwi Heru, 1989, Pekerjaan Sosial sebagai Profesi, Metoda dan Proses
Pertolongan, STKS, Bandung.
Friedlander, Walter A. (Ed.) 1977. Concepts and Methods of Social Work. Prentice-Hall
of India. New Delhi.
Social Work Practice A Generalist Approach oleh Louise C. Johnson, 1995 yang
diterjemahkan oleh Abas Basuni, Andang S, Rokna M, Uke HR dalam bahasa Indonesia
Louise C. Johnson. Praktek Pekerjaan Sosial: Suatu Pendekatan Generalis.
Haryanto, 2010, “Rehabilitasi dan Pekerjaan Sosial”. Diktat Bahan Kuliah FIP UNY,
Yogyakarta.
Sukoco, Heru Dwi, 1989, Pekerjaan Sosial Sebagai Profesi, Metoda dan Proses
Pertolongan, Bandung.
Kuntari, Sri, 2003, Metode Pekerjaan Sosial dan Perkembangannya. Departemen Sosial
RI, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial,
Yogyakarta.
104
105
TAHUN 2012
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul
Tim Penulis
Sri Zumaeriyah | Nasirudin | Hastria Dwi Restusari
Editor
Tim PAU Universitas Terbuka
Siti Zahra Yundiafi
i
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
Modul Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan ini dapat
disusun sehingga nantinya dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran jarak jauh bagi
pembimbing kemasyarakatan di unit pelaksana teknis (UPT) seluruh Indonesia. Modul ini
merupakan pengembangan dari modul Pembimbing Kemasyarakatan yang diterbitkan
tahun 2010. Penyusunan modul ini merupakan respons Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
atas disahkannya Undang-Undang Nomor 12 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pada
tanggal 30 Juli 2012.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan modul ini. Sumbang saran dan masukan sangat kami
harapkan dari pembaca demi kesempurnaan modul ini. Tidak lupa kami juga berterima kasih
atas dukungan semua pihak dalam penyusunan modul ini, khususnya kepada HCPI (HIV
Cooperation Program for Indonesia).
i
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PENDAHULUAN
BAB SATU
109
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. Latar Belakang
Reformasi birokrasi yang bergulir tahun 2010 telah menjadi titik awal bagi sejumlah
instansi pemerintah di tanah air untuk melaksanakan tata pemerintahan yang baik (Good
Governance), tidak terkecuali juga di jajaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
khususnya pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Seiring dengan itu, Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan melalui unit pelaksana teknis (UPT) pemasyarakatan,
khususnya lembaga pemasyarakatan (lapas), rumah tahanan negara(rutan), balai
pemasyarakatan (bapas) dituntut untuk melakukan perubahan dan terobosan baru dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya.
B. Deskripsi Singkat
Modul ini menguraikan dan memberikan penjelasan kepada Saudara mengenai prosedur
dan mekanisme pelaksanaan tugas PK yang tercantum dalam peraturan perundang-
undangan, antara lain Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
dan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
ataupun dalam buku yang memuat pendapat para ahli, serta sumber lain yang relevan.
Dalam modul ini cakupan tugas PK yang diuraikan meliputi penelitian kemasyarakatan
(litmas), pembimbingan, pendampingan, pengawasan, dan pelaksanaan sidang tim
pengamat pemasyarakatan (TPP).
C. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul ini, Saudara akan dapat menjelaskan prosedur dan
mekanisme pelaksanaan tugas pembimbing kemasyarakatan.
D. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari modul ini, Saudara dapat menjelaskan:
110
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
E. PetaKompetensi
Menjelaskan Pencatatan,
Pelaporan, dan Pengarsipan
…………………………………………………………………………………………………………
Modul 2 Dasar-Dasar Pembimbingan
Modul 1 Tugas Pokok, Fungsi, dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan
Pertama, gambaran umum prosedur dan mekanisme pelaksanaan tugas PK, dalam
subpokok bahasan ini akan dijelaskan mengenai pengertian tentang prosedur dan
mekanisme, pengertian pembimbingan, tujuan pembimbingan, serta unsur-unsur
pembimbingan.
Kedua, prosedur dan mekanisme pelaksanaan tugas PK, dalam subpokok bahasan ini
akan dijelaskan mengenai prosedur dan mekanisme penelitian kemasyarakatan (litmas),
prosedur dan mekanisme pendampingan, prosedur dan mekanisme sidang TPP, prosedur
dan mekanisme pembimbingan, serta prosedur dan mekanisme pengawasan.
H. PetunjukPenggunaan Modul
Agar Saudara dapat mencapai hasil kompetensi sesuai dengan yang diharapkan,
lakukanlah kegiatan belajar sebagai berikut:
Sebelum mempelajari modul ini, Saudara perlu mempelajari dan memahami Modul I
tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan, serta Modul II
tentang Dasar-Dasar Pembimbingan.
Baca dan pelajarilah setiap bab secara bertahap dan berulang-ulang sehingga pada
saat saudara mengerjakan evaluasi yang disajiakan di akhir modul ini mencapai
tingkat penguasaan yang maksimal.
Dianjurkan untuk membaca dan mempelajari referensi lain dari berbagai sumber
yang relevan, antara lain Standard Operating Procedure (SOP) yang berkaitan dengan
tugas-tugas pembimbing kemasyarakatan diantaranya SOP Penelitian
Kemasyarakatan, SOP Sidang TPP, SOP Pendampingan, SOP Pembimbingan, dan SOP
Pengawasan.
112
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Kerjakan setiap soal dengan cermat dan tidak melihat kunci jawaban lebih dahulu
sehingga hasil evaluasi yang Saudara capai benar-benar menunjukkan tingkat
pemahaman Saudara terhadap isi modul.
113
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
GAMBARAN UMUM
PROSEDUR DAN MEKANISME
PELAKSANAAN TUGAS
PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB DUA
114
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan Saudara dapat menjelaskan
pengertian prosedur dan mekanisme, pengertian pembimbingan, tujuan pembimbingan,
serta unsur-unsur yang terlibat dalam pembimbingan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prosedur berarti ‘tahap kegiatan
untuk menyelesaikan suatu aktivitas atau metode langkah demi langkah secara pasti
dalam memecahkan suatu masalah’. Definisi tentang prodesur dan mekanisme juga di
kemukakan oleh beberapa ahli, antara lain Ali (2000:325) yang menyatakan
bahwaprosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan.
Menurut Widjaja (1995:83), prosedur adalah sekumpulan bagian yang saling
berkaitan, misalnya orang, jaringan gudang yang harus dilayani dengan cara yang
tertentu oleh sejumlah pabrik dan pada gilirannya akan mengirimkan pelanggan
menurut proses tertentu. Menurut Kamaruddin (1992:836–837), prosedur pada
dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu
sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan melaksanakan dan memudahkan
kegiatan utama dari suatu organisasi. Selain itu, Masya (1994:74) menyatakan bahwa
prosedur adalah suatu rangkaian tugas yang saling berhubungan yang merupakan
urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu
pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang.
115
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
b.
Pembimbingan adalah pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas
c.
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap, dan perilaku,
d.
profesional, kesehatan jasmani dan rohani klien pemasyarakatan. (Peraturan
e.
Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan WBP)
f.
b. Unsur-Unsur Pembimbingan
1) Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Bapas
Istilah pembimbing kemasyarakatan dapat Saudara temukan dalam beberapa
peraturan perundang-undangan. Salah satu pengertian pembimbing
kemasyarakatan disebutkan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak, bahwa pembimbing kemasyarakatan adalah
petugas pemasyarakatan pada balai pemasyarakatan yang melaksanakan
bimbingan kepada warga binaan pemasyarakatan (WBP). Namun, perlu pula
Saudara ketahui bahwa dengan disahkannya Undang-Undang No. 11 Tahun
2012 tetang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) pada tanggal 30 Juli 2012
yang akan mulai diberlakukan pada tanggal 30 Juli 2014, Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1997 akan digantikan dan dinyatakan tidak berlaku. Oleh
karena itu, Saudara juga perlu mengetahui pengertian PK berdasarkan
Undang-Undang SPPA sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 13, yakni
Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum
yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan,
dan pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar proses peradilan
pidana.
2) Klien Pemasyarakatan
Pengertian klien pemasyarakatan disebutkan dalam Undang-Undang No. 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Pasal 1 angka 9 bahwa klien
pemasyarakatan yang selanjutnya disebut klien adalah seseorang yang
berada dalam bimbingan bapas.
116
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Selanjutnya, perlu juga Saudara ketahui tentang hak dan kewajiban klien. Hak
dan kewajiban klien pemasyarakatan mengacu pada hak dan kewajiban
warga binaan pemasyarakatan.
117
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
3) Keluarga Klien
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keluarga didefinisikan sebagai satuan
kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Definisi yang lebih detail
tentang keluarga tertuang dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang
menyatakan bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya.
Keluarga, dalam hal ini keluarga klien, merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari proses pembimbingan. Dalam konteks pembimbingan,
setidak-tidaknya terdapat dua fungsi keluarga. Pertama, keluarga dapat
berperan sebagai penjamin, seperti yang diatur dalam Pasal 36 KUHAP.
Kedua, keluarga dapat berperan dalam keberhasilan proses pembimbingan.
Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa
pembimbingan merupakan suatu kegiatan pemberian tuntunan untuk
meningkatkan kualitas ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
intelektual, sikap, perilaku, profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani
klien pemasyarakatan. Dalam hal ini, peran keluarga sangat diperlukan guna
menunjang proses pembimbingan tersebut. Keluarga dapat menjadi agen
pengawasan atau agen kontrol terhadap perilaku anggota keluarganya yang
menjadi klien pemasyarakatan agar tidak melakukan pengulangan atas
perbuatan melanggar hukum yang pernah dilakukannya.
4) Penjamin
Jaminan dapat berupa orang. Jaminan orang inilah yang disebut penjamin
Berdasarkan Pasal 36 KUHAP, penjamin adalah pihak yang akan sanggup
bertanggung jawab untuk menjamin WBP yang akan diajukan pembebasan
bersyarat, cuti bersyarat, assimiliasi, dan cuti menjelang bebas, penjamin
dapat berasal dari perseorangan ataupun dari lembaga/ organisasi.
a) Penjamin perseorangan
Penjamin perseorangan berasal dari keluarga atau kerabat WBP, tetapi
apabila WBP tidak memiliki kerabat dan keluarga, penjamin dapat berasal
dari pihak lain yang ditunjuk oleh WBP, seperti pengacara klien,
pemerintah setempat (kepala desa, RT, RW, camat), ataupun pihak
lainnya. Penjamin dari pihak keluarga contohnya adalah orang tua (ayah
atau ibu kandung), istri/suami, kakak atau adik, dan seterusnya sesuai
dengan hubungan kekerabatan, baik secara vertikal maupun horizontal,
118
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
c)Kewajiban penjamin
Penjamin berkewajiban membuat pernyataan dan mematuhi seluruh
pernyataan jaminan yang dibuat pada saat pengusulan pembinaan luar
lembaga bagi WBP, antara lain bertanggung jawab mengenai pengawasan
klien, membantu klien untuk melapor, dan yang lainnya sesaui dengan
surat pernyataan dan surat jaminan yang dibuat.
5) Masyarakat
Masyarakat merupakan unsur penting dalam pembimbingan. Masyarakat
disini khususnya adalah masyarakat yang berada di lingkungan sekitar tempat
klien menjalani pembimbingan. Salah satu indikator keberhasilan program
pembimbingan klien adalah bahwa masyarakat telah dapat menerima klien
dan ikut berperan serta dalam mengawasi serta membimbing klien agar tidak
melakukan perbuatan yang melanggar hukum lagi.
6) Pemerintah Setempat
Pembimbingan klien tidak akan luput dari peran serta pemerintah setempat,
khususnya tingkatan terdekat dengan tempat tinggal klien, seperti RT, RW,
dan lurah/kepala desa. Pemerintah setempat memiliki peran penting,
terutama dalam mengawasi klien, mengingat klien telah diintegraskan ke
masyarakat berbeda dengan WBP yang berada di lapas/rutan yang dapat
diawasi oleh petugas setiap saat. Pemerintah setempat juga merupakan
sumber informasi bagi pembimbing kemasyarakatan untuk mengetahui
sejauh mana perkembangan perilaku klien di masyarakat. Pemerintah
setempat pada tingkatan yang lebih tinggi antara lain instansi atau dinas yang
memiliki bidang tugas yang dapat membantu klien, misalnya Dinas Tenaga
Kerja dapat membantu untuk penyaluran kerja dan latihan kerja serta
penyediaan dukungan sarana dan prasarana dalam bentuk modal dan
fasilitas lainnya. Peran BBLKI, Dinas Sosial, Kementerian Agama, dan
sebagainya dapat dipelajari dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1999 tentang Pelaksanaan Kerja Sama Pembimbingan dan Pembinaan WBP.
119
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Gambar 1
Pemerintah setempat dapat membantu PK
untuk mengetahui perkembangan klien di
masyarakat.
Sumber: www.jogjakota.go.id
7) Pihak lainnya
Pihak lain yang juga ikut memiliki peran dalam pembimbingan adalah pihak
ketiga yang berasal dari swasta dan/atau tenaga profesional, seperti tenaga
pendidik, psikolog, pemuka agama, dan pihak lainnya yang masing-masing
memiliki peran sesuai dengan bidang yang relevan dengan kebutuhan klien,
yakni:
a. pihak swasta dapat berupaperusahaan swasta, seperti CV dan/atau PT,
serta LSM yang berperan dalam menyediakan pelatihan atau penyaluran
kerja;
b. tenaga profesional, seperti tenaga pendidik, psikolog, dan pemuka agama
yang dapat memberikan pelayanan pembimbingan yang dibutuhkan.
Gambar 2
Pihak swasta dapat berperan dalam
penyaluran kerja
Sumber: www.iteramedia.com
c. Tujuan Pembimbingan
Menurut Karim dalam bukunya Pembimbingan dan Penyuluhan (2007:11), tujuan
pembimbingan yang dilaksanakan oleh balai pemasyarakaatan antara lain sebagai
berikut.
1) WBP/klien pemasyarakatan dapat mengenal/memahami kepribadian dan
lingkungannya di tempat ia berada (di dalam LP/di luar LP/keluarga, dan
lingkungan masyarakat), dalam arti memahami kelebihan-kelebihan dan
kekurangan/kelemahan diri dan pemahaman terhadap kondisi lingkungan
mana yang mampu ia lakukan dan mana yang tidak mungkin ia capai.
120
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Gambar 3
Karikatur Anton Medan (mantan WBP yang kini
aktif sebagai penceramah, pengusaha, dll.)
Sumber: www.inilah.com
121
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
2) Masyarakat Produktif
Narapidana, sebagai orang yang dinyatakan bersalah, adalah orang yang
mengalami kegagalan dalam menjalani hidup bermasyarakat. Mereka gagal
memenuhi norma-norma yang ada dalam masyarakatnya sehingga pada
akhirnya gagal menaati aturan dan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Narapidana, sebagai makhluk sosial, adalah bagian dari masyarakat juga,
bedanya dengan anggota masyarakat lainnya adalah untuk sementara waktu
kebebasan bergerak mereka dicabut. Walaupun demikian, sebagai makhluk
sosial yang berinteraksi, narapidana menghendaki dapat bergaul dengan
masyarakat sekitarnya serta kehadirannya diterima dan diperhatikan orang
lain (http://repository.usu.ac.id). Dengan melakukan tindak pidana,
seseorang dianggap tidak produktif; untuk itu, diberikanlah pembimbingan
agar mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berguna bagi
masyarakat. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan masyarakat produktif
adalah masyarakat yang:
122
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
C. Rangkuman
1) Unsur pembimbingan terdiri atas PK bapas, klien, keluarga klien, penjamin,
masyarakat, pemerintah setempat, dan pihak lainnya.
2) Klien yang berada dalam bimbingan bapas terdiri atas terpidana bersyarat, PB
narapidana, PB anak negara, anak negara yang diserahkan kepada orang tua asuh
dan badan sosial, anak yang berdasarkan penetapan pengadilan, bimbingannya
dikembalikan kepada orang tua atau walinya, dan anak yang dijatuhi pidana
pengawasan.
3) Penjamin dapat berasal dari perseorangan atau lembaga/organisasi yang
berperan sebagai penanggung jawab bagi WBP selama menjalani masa
bimbingan.
4) Masyarakat dan pemerintah setempat juga berperan ikut mengawasi dan
membina klien di lingkungan tempat menjalani pembimbingan.
5) Pihak lain yang juga ikut berperan adalah pihak swasta dari perusahaan, LSM,
dan/ataupemangku kepentingan (stake holder) lainnya, khususnya untuk
memberikan dukungan sarana dan prasaran pelatihan serta penyaluran kerja bagi
klien.
D. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur kegiatan pembimbingan sesuai dengan
pemahaman Saudara!
2. Jelaskan pengertian klien berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan!
3. Sebutkan hak-hak dan kewajiban klien bapas!
4. Jelaskan peran pihak swasta (stakeholder) dalam pembimbingan!
123
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME
PELAKSANAAN TUGAS
PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB TIGA
124
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah membaca pokok bahasan ini, Saudara diharapkan dapat mengetahui prosedur
dan mekanisme penelitian kemasyarakatan, pendampingan, sidang TPP, pembimbingan,
dan pengawasan.
B.Subpokok Bahasan
1. Prosedur dan Mekanisme Penelitian Kemasyarakata (Litmas)
Sebelum Saudara mempelajari prosedur dan mekanisme penelitian kemasyarakatan
(litmas), Saudara harus mengetahui tentang penelitian kemasyarakatan.
Karim (2011: 13,16) membahas litmas dalam dua bagian utama, yakni litmas peradilan
(Pre-Sentences Investigation Report) dan litmas pembinaan (Post Sentences
Investigation Report). Berdasarkan tujuan dibuatnya penelitian kemasyarakatan, jenis-
jenis litmas dapat kita temukan dalam Petunjuk Pelaksanaan Menteri Kehakiman RI
Nomor E-39.PR.05.03 Tahun 1987, yakni sebagai berikut:
a. Model L.1, laporan penelitian kemasyarakatan untuk sidang pengadilan negeri;
b. Model L.2, laporan penelitian kemasyarakatan untuk bimbingan bapas lain;
c. Model L.3, laporan penelitian kemasyarakatan untuk bimbingan dalam lembaga
pemasyarakatan;
d. Model L.4, laporan penelitian kemasyarakatan untuk calon anak asuh;
e. Model L.5, laporan penelitian kemasyarakatan untuk orang tua atau wali dari calon
anak asuh;
f. Model L.6, laporan penelitian kemasyarakatan untuk calon keluarga asuh;
g. Model L.7, laporan penelitian kemasyarakatan untuk calon pengasuh oleh bapas;
h. Model L.8, laporan penelitian kemasyarakatan untuk instansi lain.
Secara umum, isi laporan penelitian kemasyarakatan terdiri atas data individu dan
data keluarga klien yang bersangkutan serta simpulan atau pendapat dari pembimbing
kemasyarakatan (Supramono, 2005:68). Namun, untuk mengetahui lebih mendalam,
format dan isi penelitian kemasyarakatan selengkapnya dapat Saudara pelajari dalam
Buku VII, Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Bidang Pembimbingan yang
dapat Saudara baca dengan mengakses http://www.bimkemas.kemenkumham.go.id.
125
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Agar Saudara dapat memahami dengan lebih mudah mengenai prosedur dan
mekanisme penelitian kemasyarakatan, perhatikanlah Gambar 4 berikut:
Uraian yang lebih lengkap dan terperinci mengenai prosedur dan mekanisme
penelitian kemasayarakatan, dapat Saudara lihat dan pelajari dalam file “Kumpulan
SOP Balai Pemasyarakatan” yang dapat Saudara akses di website
bimkemas.kemenkumham.go.id.
Agar Saudara mendapat gambaran yang lebih jelas tentang prosedur dan mekanisme
penelitian kemasyarakatan, berikut ini beberapa bentuk dari penelitian
kemasyarakatan yang saat ini dipraktikkan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
pembimbing kemasyarakatan.
126
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Litmas ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dan faktor penyebab hingga
anak melakukan tindak pidana, baik yang berasal dari dirinya (internal), seperti tingkah
laku anak di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, maupun faktor lingkungan
(eksternal), yakni keadaan keluarga dan masyarakat, seperti kebiasaan orang tua
dalam mendidik anak dan sikap atau perlakuan orang tua sehari-hari terhadap anak.
Litmas juga bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam memutus perkara anak tersebut, seperti status anak, masih
bersekolahkah atau tidak, kondisi sosial ekonomi keluarganya, kesanggupan orangtua
untuk mendidik anak, tanggapan berbagai pihak terhadap anak, termasuk masyarakat
dan pemerintah setempat.
Dalam bagian akhir litmas, dikemukakan simpulan dan saran berdasarkan penelitian
kemasyarakatan yang telah dilakukan. Simpulan penelitian kemasyarakatan tersebut
berisi:
1) nama dan catatan kelahiran (umur) anak serta ringkasan dari susunan keluarga
anak yang bermasalah dengan hukum;
Contoh:
“Klien bernama Agus Wijanarko bin Sudi Dadi, adalah anak keempat dari
sembilan bersaudara, anak dari pasangan Bapak Sudi dan Ibu Usnayati. Klien
masih berusiamuda, lahir pada tanggal 06 Desember 1993 dan saat melakukan
tindak pidana klien masih berusia 17 tahun.”
2) status sekolah anak dan kegiatan lain diluar sekolah;
Contoh:
“Klien hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 1 SMK, yakni di SMK Yabinka
Cilegon (putus sekolah), kegiatan sehari-harinya adalah bekerja sebagai tukang
parkir.”
127
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
128
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
dalamnya pembinaan yang telah diterima oleh WBP, sikap dan kepatuhan WBP
terhadap peraturan di dalam lapas/rutan, keterampilan/pelatihan apa yang telah
didapatkan oleh WBP, relasi sosial WBP dengan sesama WBP lainnya, serta relasi WBP
dengan keluarganya.
Dalam bagian akhir litmas dikemukakan simpulan dan saran dari penelitian
kemasyarakatan yang telah dilakukan. Simpulan penelitian kemasyarakatan tersebut
berisi:
1) ringkasan perkembangan pembinaan WBP selama berada di dalam lapas/rutan;
2) masa pidana yang telah dijalani;
3) pengusulan PB dan CMB disertakan pula tanggapan keluarga, masyarakat, dan
pemerintah setempat serta kesanggupan mereka untuk menerima kembali WBP di
masyarakat untuk litmas pembinaan luar lembaga.
Saran yang disampaikan dalam penelitian kemasyarakatan ini antara lain berupa:
1) rekomendasi mengenai jenis program pembinaan untuk masa pembinaan
selanjutnya; dan
2) disetujui atau tidak disetujuinya usulan PB/CMB WBP serta pertimbangannya untuk
litmas pembinaan luar lembaga.
129
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
130
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Dalam persidangan, PK bapas juga memberikan arahan kepada anak dalam hal anak
merasa bingung saat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh hakim atau jaksa.
Selain kepada anak, PK bapas juga memberikan arahan kepada orang tua anak tentang
proses sidang yang dijalani oleh anaknya.
Prosedur dan mekanisme pendampingan anak dalam sidang anak dilakukan melalui
langkah berikut:
1) permintaan pendampingan anak dari Kejaksaan atau Pengadilan;
2) pencatatan permintaan sidang;
3) PK mempelajari kembali Litmas anak yang bersangkutan;
4) PK menghadiri persidangan dan menjalankan perannya di persidangan;
5) PK membuat laporan hasil sidang.
Secara sederhana, proses pendampingan ABH dalam sidang pengadilan anak dapat
dilihat dalam bagan di bawah ini:
131
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Selain itu, bapas juga mengikuti sidang TPP yang diadakan di Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM (TPP Kanwil) dan di lapas/rutan (TPP lapas/rutan) yang
dilaksanakan untuk menentukan program pembinaan WBP, baik untuk pembinaan
dalam lembaga maupun untuk pembinaan luar lembaga, seperti untuk persetujuan
usulan PB, CB, CMB, dan asimilasi.
132
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Prosedur dan mekanisme pembimbingan terdiri atas tiga tahap, yakni tahap awal,
tahap lanjutan, dan tahap akhir. Lamanya waktu setiap tahapan pembimbingan yang
dilaksanakan menggunakan pembagian masa bimbingan sebagai berikut ini:
a. Tahap awal
Pembimbingan tahap awal dimulai sejak yang bersangkutan berstatus sebagai klien
sampai dengan ¼ (satu perempat), prosedur dan mekanisme pembimingan tahap
awal adalah sebagai berikut:
133
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
1) penelitian kemasyarakatan;
2) penyusunan rencana program bimbingan;
3) pelaksanaan program bimbingan guna mempersiapkan klien untuk mengikuti
program pembimbingan di luar lapas;
4) penilaian pelaksanaan program tahap awal dan penyusunan rencana bimbingan
tahap lanjutan.
b. Tahap lanjutan
Pembimbingan tahap lanjutan dilaksanakan sejak berakhirnya bimbingan tahap
awal sampai dengan ¾ (tiga perempat) masa pembimbingan. Prosedur dan
mekanisme pembimbingan tahap lanjutan adalah sebagai berikut
1) pelaksanaan program bimbingan; dan
2) penilaian pelaksanaan program tahap lanjutan dan penyusunan rencana
bimbingan tahap akhir.
c. Tahap akhir
Pembimbingan tahap akhir dilaksanakan sejak berakhir bimbingan tahap lanjutan
sampai dengan berakhirnya masa pembimbingan. Prosedur dan mekanisme
pembimbingan tahap akhir adalah sebagai berikut:
1) pelaksanaan program bimbingan;
2) penelitian dan penilaian keseluruhan hasil pelaksanaan program bimbingan;
3) persiapan klien mengakhiri masa bimbingan tambahan (after care).
Pada setiap masa peralihan tahapan, dari tahapan yang satu ke tahapan yang
selanjutnya, pembimbing kemasyarakatan menentukan program pembimbingan
melalui mekanisme sidang TPP, sebagaimana telah Saudara pelajari dalam prosedur
dan mekanisme sidang TPP.
Jenis bimbingan yang diberikan kepada klien meliputi pendidikan agama, pendidikan
budi pekerti, bimbingan dan penyuluhan, perseorangan ataupun kelompok,
pendidikan formal, kepramukaan, pendidikan keterampilan kerja, pendidikan
kesejahteraan keluarga, psikoterapi, kepustakaan, psikiatri, terapi, dan berbagai usaha
penyembuhan klien.
Metode dan teknik pembimbingan terhadap klien dapat Saudara pelajari lebih
mendalam pada Modul Dasar-Dasar Pembimbingan (Modul II).
Prinsip Bimbingan:
a. Bimbingan itu selalu berhubungan dengan sikap dan perilaku WBP.
b. Dalam proses bimbingan, pembimbing perlu mengenal dan memahami perbedaan
individu WBP agar dalam pemberian bimbingan mengenai sasaran dan kebutuhan
tiap-tiap WBP.
134
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
c. Bimbingan diberikan dengan maksud agar WBP yang dibimbing mampu membantu
dan menuntun dirinya dalam menghadapi permasalahan hidup dan kehidupannya
seoptimal mungkin (self directing & to help people to help them selfes).
d. Bimbingan yang diberikan harus terpusat pada individu yang dibimbing bukan
terpusat pada permasalahan individu yang membimbing.
e. Jika permasalahan individu tidak dapat diselesaikan oleh pembimbing, perlu adanya
kerja sama dengan ahli lain atau lembaga lain yang lebih mampu (kompeten)
menangani permasalahan tersebut.
f. Dalam pembimbingan perlu adanya upaya pendahuluan dalam mengidentifikasi
masalah dan kebutuhan individu WBP, untuk mempermudah pemahaman dan
penerimaan diri WBP sehingga dalam pengarahan dan perwujudan sesuai dan
tepat sasaran.
g. Bimbingan itu harus bersifat fleksibel, sesuai dengan kebutuhan individu yang
dibimbing dan kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam.
h. Pembimbing harus memiliki kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman,
kematangan, dan kemampuan yang diharapkan oleh WBP dan masyarakat.
i. Pembimbing harus patuh pada kode etik pembimbingan.
j. Individu yang dibimbing harus diberikan kebebasan dan penghormatan dalam
mengungkapkan dirinya. Di sini pembimbing hanya bersikap sebagai fasilitator
dalam proses pembimbingan.
k. Proses pembimbingan adalah proses belajar atau berorientasi belajar (learning
oriented) yang dilaksanakan dalam lingkungan sosial.
l. Keputusan terakhir dalam proses pembimbingan ditentukan oleh individu yang
dibimbing. Pembimbing tidak memaksakan suatu keputusan terakhir kepada
individu yang dibimbing.
135
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
h. asas kedinamikan,
Bimbingan bertujuan agar adanya perubahan pada diri si terbimbing, yaitu
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih positif dan bermanfaat bagi
kehdupannya.
i. asas keahlian,
Keberhasilan layanan bimbingan sangat ditentukan oleh keahlian pembimbing
sehingga pembimbing sangat dituntut untuk mau berlatih dan memperluas
pengalaman dan wawasannya.
Secara singkat, proses pendaftaran klien pemasyarakatan dapat dilihat pada diagram
di bawah ini:
136
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Pengawasan sebagai mana dimaksud di atas dilaksanakan dengan dua cara yakni
dengan mekanisme wajib lapor, dan dan kunjungan ke rumah klien / penjamin klien
(home visit).
Prosedur dan mekanisme pengawasan klien melalui wajib lapor adalah sebagai
berikut.
Prosedur dan mekanisme pengawasan klien melalui kunjungan rumah (home visit)
adalah sebagai berikut:
1) Petugas PK memeriksa dan menyiapkan berkas klien.
2) Petugas PK dengan surat tugas dari kepala bapas melakukan kunjungan ke rumah
klien/penjamin/pemerintah setempat.
3) PK memberikan bimbingan konseling kepada klien di rumahnya.
4) PK menemui pemerintah setempat untuk mengetahui perkembangan perilaku
klien di masyarakat.
5) PK menemui perwakilan warga setempat untuk mengetahui perilaku dan
perkembangan klien sehari-hari.
Prosedur dan mekanisme selengkapnya dapat Saudara pelajari pada buku SOP Balai
Pemasyarakatan.
Sebagai tindak lanjut dari hasil pegawasan, PK membuat laporan yang tercakup dalam
laporan perkembangan bimbingan setiap bulan. Dalam hal hasil pengawasan
menunjukan bahwa klien telah melanggar ketentuan atau peraturan yang berlaku, PK
dapat mengajukan pencabutan asimilasi, PB, CMB, atau CB.
137
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, atau cuti bersyarat dapat
dicabut apabila narapidana atau anak didik pemayarakatan melakukan pelanggaran,
antara lain:
1) mengulangi tindak pidana;
2) menimbulkan keresahan dalam masyarakat; dan/atau
3) melanggar ketentuan mengenai pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti
menjelang bebas, atau cuti bersyarat.
Prosedur dan mekanisme pencabutan asimilasi, PB, CB, dan CMB dapat Saudara
pelajari selengkapnya dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.2.PK.04-10
Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, PB, CMB, dan CB.
C. RANGKUMAN
1. Pembimbingan terdiri atas tiga tahap, yakni tahap awal, tahap lanjutan, dan tahap
akhir.
2. Prosedur pembimbingan sangat erat kaitannya dengan prosedur tugas PK lainnya,
yakni penelitian kemasyarakatan, sidang TPP, pendampingan, dan pengawasan.
3. Prosedur dan mekanisme pelaksanaan litmas secara umum terdiri atas tiga tahap
utama, yakni pengumpulan data, pengolahan data, serta analisis data dan
penyimpulan serta penentuan saran.
D. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan prosedur dan mekanisme penelitian kemasyarakatan!
2. Sebutkan dan jelaskan prosedur dan mekanisme pelaksanaan sidang TPP!
3. Sebutkan tahapan pembimbingan klien pemasyarakatan!
4. Sebutkan prosedur dan mekanisme pendampingan!
138
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PENCATATAN,
PENGARSIPAN DAN
PELAPORAN
BAB EMPAT
139
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah membaca pokok bahasan ini, Saudara diharapkan dapat menjelaskan tentang
pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan dalam kegiatan pembimbingan.
B. Subpokok Bahasan
Karim, dalam tulisannya tentang pencatatan, pelaporan, dan pemberkasan/pengarsipan
dalam pelayanan pembinan klien pemasyarakatan, menjelaskan bahwa dalam rangka
pelaksanaan program kegiatan pembinaan pemasyarakatan, kegiatan pencatatan,
pelaporan, dan pengarsipan (penyusunan dan penyimpanan berkas) merupakan sesuatu
yang penting dan harus dilaksanakan oleh pembimbing kemasyarakatan. Pencatatan,
pelaporan, serta pengarsipan perlu dilaksanakan secara periodik dan sistematis sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan melaksanakan kegiatan tersebut,
pembimbing kemasyarakatan dapat mengetahui seberapa jauh perkembangan
pelaksanaan program pembinaan yang diberikan dalam waktu tertentu dan dapat pula
diketahui hambatan yang dijumpai dan cara pemecahannya.
1. Definisi Pencatatan, Pelaporan, dan Pengarsipan
a. Definisi Pencatatan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pencatatan adalah proses, cara,
perbuatan mencatat. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas Pembimbing
Kemasyarakatan, Pencatatan merupakan proses pembuatan dokumentasi atas
segala kegiatan yang telah dilaksanakan dalam kaitannya dengan usaha
pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan.
Dalam pelaksanaan pencatatan, terdapat hal-hal yang perlu dicatat oleh PK.
Pencatatan tersebut harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. langkah awal dalam persiapan pelaksanaan pembimbingan;
b. pelaksanaan Pembimbingan;
c. perkembangan pelaksanaan bimbingan yang dilengkapi dengan hambatan-
hambatan yang dihadapi, baik yang bersifat administratif maupun teknis
serta langkah yang telah, sedang dan akan di tempuh untuk mengatasinya;
dan
d. partisipasi sosial masyarakat dalam rangka usaha rehabilitasi sosial terhadap
ex klien pemasyarakatan/ex napi/ex terhukum dan klien Pemasyarakatan.
b. Definisi Pelaporan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelaporan adalah proses, cara,
perbuatan melaporkan. Pelaporan ini dimaksudkan sebagai salah satu bentuk
sarana/wadah yang mencakup hasil evaluasi/supervisi yang telah dan sedang
dilaksanakan oleh Pembimbing Kemasyarakatan terhadap klien, dan sekaligus
sebagai pertanggungan jawab Pembimbing Kemasyarakatan terhadap
pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya. Pelaporan tersebut dapat pula
140
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
c. Definisi Pengarsipan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengarsipan adalah proses, cara,
perbuatan mengarsipkan. Dalam hal pelaksanaan tugas PK,
Pengarsipan/pemberkasan adalah suatu sistem penyimpanan catatan dan
laporan serta surat-surat lain yang berhubungan dengan kepentingan klien.
Penyimpanan surat ini harus sesuai dengan tahap pemberian pelaksanakan
bantuan terhadap klien.
Guna mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan, maka catatan dan
laporan serta surat-surat yang diperlukan sehubungan bantuan tersebut sangat
baik sekali disimpan dalam satu bendel khusus (satu map). Jadi dengan demikian
setiap klien mempunyai bendel arsip tersendiri, antara lain:
1) Untuk memudahkan pengambilan;
2) Untuk memudahkan pengontrolan; dan
3) Untuk mempercepat pelayanan terhadap klien.
2) Kelangsungan pelayanan
Pencatatan dan Pelaporan dapat menjadi referensi dalam menangani klien.
Dengan adanya pencatatan, maka jika seorang Pekerja Sosial tidak dapat lagi
141
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
4) Kepentingan Supervisi
Berdasarkan laporan pekerja sosial supervisor/koordinator dapat menganalisa
berbagai permasalahan, baik yang timbul maupun yang akan mungkin timbul
sebagai akibat pelaksanan pelayanan terhadap klien, tingkat kemampuan
serta pola pemecahan permasalahan yang dapat dijadikan materi pelaksanaan
supervisi terhadap Pekerja Sosial.
5) Komunikasi Interdisipliner
Dalam melaksanakan tugas pembimbingan, PK tidaklah dapat bekerja sendiri,
karena PK sendiri merupakan salah satu bagian dari Sistem Peradilan Pidana.
PK dapat mengkombinasikan informasi dari bidang-bidang lain dalam
hubungannya dengan kepentingan pembimbingan, demikian pula sebaliknya.
Dengan demikian catatan dan pelaporan yang dibuat oleh PK dapat
diandalkan menjadi intrumen dalam komunikasi Interdisipliner.
6) Laporan Statistik
Sistem pencatatan dan pelaporan, dapat dijadikan sumber utama untuk
mengetahui jenis dan populasi permasalahan untuk menyususn program kerja
serta kepentingan pemeriksaan oleh lembaga yang berwenang.
142
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
a) menerima atau mengurus surat penugasan dari pejabat yang berwenang memberi
tugas;
b) menyiapkan formulir pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan jenis tugas
yang dilaksanakannya;
c) mengisi formulir sesuai dengan peruntukannya setelah melaksanakan suatu
kegiatan;
d) melaporkan pelaksanaan kegiatan tersebut serta meminta pengesahan bukti fisik
kepada pimpinan/pejabat yang berwenang;
e) mendokumentasikan setiap kegiatan tersebut sebagai bahan evaluasi dan sebagai
bentuk pertanggungjawaban tertulis.
Formulir kegiatan tersebut bersifat fleksibel, dalam arti kegiatan tersebut dapat
dikembangkan baik oleh lembaga maupun para pejabat PK sesuai dengan kebutuhan
kegiatan yang dilakukan dan laporan ataupun untuk kepentingan pengembangan
program pada masa yang akan datang.
Dalam Buku VII tentang bimbingan, model formulir laporan dan kartu adalah sebagai
berikut:
a. Model Buku Daftar Klien Pemasyarakatan
1) Buku Daftar I = Anak Kembali kepada Orang Tua/Wali,
2) Buku Daftar II a = Pidana Bersyarat Anak,
3) Buku Daftar II b = Pidana Bersyarat Dewasa,
4) Buku Daftar III = Bebas Bersyarat (BB) Anak Negara,
5) Buku Daftar lV a = Bebas Bersyarat (BB) Napi Anak,
6) Buku Daftar lV b = Bebas Bersyarat (BB) Napi Dewasa,
7) Buku Daftar V = Cuti Bersyarat Anak Negara,
8) Buku Daftar VI a = Cuti Bersyarat Napi Anak,
9) Buku Daftar VI b = Cuti Bersyarat Napi Dewasa,
10) Buku Daftar VII = Anak Asuh,
11) Buku Daftar VIII = Bimbingan Tambahan Bekas Anak Negara dan Bekas
Anak Sipil,
143
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
144
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
145
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
C. Rangkuman
1) Pencatatan dan pelaporan merupakan keseluruhan dari kegiatan penulisan data dan
penyusunan laporan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.
2) Manfaat pencatatan dan pelaporan adalah sebagai 1)dokumentasi pelaksanaan
kegiatan pembimbing kemasyarakatan, 2) kelangsungan pelayanan, 3) monitoring
dan evaluasi, 4) kepentingan supervisi, 5) komunikasi interdisipliner, 6) laporan
statistik, dan 7) bukti pertanggungjawaban pembimbingan kepada pimpinan.
3) Mekanisme pencatatan dan pelaporan adalah tata cara mencatat dan melaporkan
kegiatan yang dilaksanakan oleh pembimbing kemasyarakatan dengan menggunakan
formulir pencatatan dan pelaporan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan.
4) Formulir laporan kegiatan pembimbingan terhadap klien pemasyarakatan digunakan
setiap kali melaksanakan kegiatan pelayanan pembimbingan.
5) Formulir surat pernyataan melakukan kegiatan digunakan untuk kepentingan
pencatatan, monitoring, dan evaluasi.
6) Formulir kegiatan bersifat fleksibel dalam arti dapat dikembangkan oleh lembaga
ataupun oleh pejabat pembimbing kemasyarakatan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan dan laporan ataupun untuk kepentingan pengembangan program pada
masa mendatang.
D. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan tujuan pencatatan dan pelaporan! (Sebutkan minimal 5)
2. Sebutkan dan jelaskan langkah dalam pencatatan dan pelaporan!
3. Sebutkan dan jelaskan jenis formulir pencatatan dan pelaporan!
146
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PENUTUP
BAB LIMA
147
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. Rangkuman
Pembimbing kemasyarakatan (PK) merupakan ujung tombak balai pemasyarakatan
(bapas). Pelaksanaan tugas PK pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang saling
terkait satu sama lain yang terdiri atas penelitian kemasarkatan, pendampingan,
pembimbingan, pengawasan, dan pelaksanaan sidang TPP. Kegiatan pembimbing
kemasyarakatan tersebut juga harus melibatkan pihak lain yang menjadi unsur
pembimbingan, antara lain PK bapas, klien, keluarga klien, penjamin, masyarakat,
pemerintah setempat, dan pihak lain yang dibutuhkan, seperti perusahaan swasta dan
stakeholder. Unsur-unsur tersebut memiliki hubungan yang saling berkaitan, masing-
masing memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pembimbingan, yaitu untuk
menciptakan perubahan perilaku klien dan mewujudkan masyarakat produktif.
Untuk mencapai tujuan tersebut, ada tahapan yang harus dilakukan seorang PK bapas.
Tahapan-tahapan tersebut tertulis dalam prosedur dan mekanisme pelaksanaan tugas
PK, yang terdiri atas prosedur dan mekanisme penelitian kemasyarakatan (litmas),
prosedur dan mekanisme sidang TPP, prosedur dan mekanisme pendampingan, prosedur
dan mekanisme pembimbingan, serta prosedur dan mekanisme pengawasan.
B. Latihan
Pilihlah di antara jawaban a, b, c, atau d yang merupakan pilihan jawaban yang tepat!
1. Suatu rangkaian tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan menurut
waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang
dilaksanakan berulang, merupakan pengertian dari .…
a. Mekanisme
b. Prosedur
c. SOP
d. prosedur dan mekanisme
3. Pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, intelektual, sikap, dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Klien
Pemasyarakatan, merupakan pengertian dari ….
148
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
a. penelitian kemasyarakatan
b. Pembimbingan
c. Pendampingan
d. Pengawasan
149
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
9. Berikut ini merupakan tahapan dari prosedur dan mekanisme Litmas, Kecuali ……
a. pencatatan (registrasi) permintaan litmas;
b. pengumpulan data dengan cara mengunjungi rumah dan tempat-tempat lain yang
berhubungan dengan permasalahan klien;
c. pengolahan data;
d. pendampingan di persidangan.
10. Litmas sidang pengadilan anak sangat besar peranannya dalam proses pendampingan
terhadap anak, tanpa keberadaan Litmas, putusan yang dijatuhkan oleh hakim kepada
anak “batal demi hukum”, Hal tersebut tercantum dalam …..
a. Pasal 60 ayat 4 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak
b. Pasal 52 ayat 4 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak
c. Pasal 60 ayat 1 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak
d. Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak
11. Berikut ini adalah hal-hal yang harus tertera dalam sebuah laporan litmas untuk
bahan sidang pengadilan anak, kecuali ……
a. Simpulan Pembimbing Kemasyarakatan;
b. Data Individu Anak;
c. Data Keluarga Korban;
d. Data Keluarga Anak.
13. Urutan yang benar dari suatu proses pendampingan anak di persidangan adalah ……
a. pencatatan permintaan, PK mempelajari kembali litmas, PK menghadiri
persidangan, PK membuat laporan persidangan.
b. pencatatan permintaan, PK menghadiri persidangan, PK mempelajari kembali
litmas, PK membuat laporan persidangan.
c. PK mempelajari kembali litmas, pencatatan permintaan, PK menghadiri
persidangan, PK membuat laporan persidangan.
150
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
15. Urutan yang benar dari prosedur dan mekanisme sidang TPP adalah ……
a. membuat undangan sidang TPP, membuat daftar nama klien yang akan disidangkan,
melaksanakan sidang TPP, membuat berita acara hasil sidang TPP
b. membuat daftar nama klien yang akan disidangkan, membuat undangan
sidang TPP, melaksanakan sidang TPP, membuatberita acara hasil sidang TPP
c. melaksanakan sidang TPP, membuat undangan sidang TPP, membuat daftar
nama klien yang akan disidangkan, membuatberita acara hasil sidang TPP
d. membuat undangan sidang TPP, membuat daftar nama klien yang akan
disidangkan, membuat berita acara hasil sidang TPP, melaksanakan sidang
TPP.
17. Pengertian pengawasan menurut Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.
M.2.PK.04-10 TAHUN 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, PB, CMB
dan CBadalah ……
a. kegiatan pembimbing kemasyarakatan dalam mengawasi klien pemasyarakatan
termasuk di dalamnya kegiatan evaluasi dan pelaporan
b. langkah atau kegiatan yang berfungsi untuk melakukan kegiatan evaluasi dan
pelaporan terhadap klien asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang
bebas, dan cuti bersyarat.
c. Kegiatan yang pencegahan penyimpangan pelaksanaan pembebasan
bersyarat, dan cuti menjelang bebas, termasuk di dalamnya kegiatan evaluasi
dan pelaporan.
d. langkah atau kegiatan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
penyimpangan pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang
bebas, dan cuti bersyarat, termasuk di dalamnya kegiatan evaluasi dan
151
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
pelaporan.
18. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat dijadikan dasar dalam melakukan pencabutan
asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas atau cuti bersyarat,
kecuali….
a. klien mengulangi tindak pidana
b. menimbulkan keresahan dalam masyarakat
c. klien memiliki masalah dan tidak bisa berintegrasi dengan keluarganya
d. melanggar ketentuan mengenai pelaksanaan asimilasi, pembebasan
bersyarat, cuti menjelang bebas, atau cuti bersyarat
19. Berikut ini merupakan tujuan dilakukannya kegiatan pencatatan dan pelaporan dalam
konteks pelaksanaan tugas pembimbing kemasyarakatan, kecuali……
a. dokumentasi pelaksanaan kegiatan
b. monitoring dan evaluasi
c. sebagai dasar penyusunan laporan perkembangan pembinaan narapidana
d. sebagai bukti pertanggungjawaban
20. Berikut ini yang termasuk jenis buku register yang digunakan dalam pencatatan,
pelaporan, dan pengarsipan klien pemasyarakatan, kecuali……
a. Buku Daftar A.2, Litmas Sidang Pengadilan Negeri Klien Anak
b. Buku Daftar B.2, Litmas Pembinaan Napi Anak dan Anak Negara Pemintaan Lembaga
Pemasyarakatan
c. Buku Daftar C.2, Litmas Bimbingan Klien Anak Permintaan Balai Bapas lain
d. Buku Register F, Pelanggaran Klien Pemasyarakatan
152
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
1. b
2. a
3. b
4. b
5. c
6. a
7. d
8. c
9. d
10. a
11. c
12. a
13. a
14. d
15. b
16. b
17. c
18. c
19. c
20. d
153
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
GLOSARIUM/SINGKATAN/AKRONIM
154
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Hamzah, Andi. Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2005.
Herlina, Apong dkk, Perlindungan terhadap Anak berhadapan dengan Hukum, Jakarta :
Unicef, 2004.
Prinst, Darwan. Hukum Anak Indonesia, Jakarta : Citra Aditya Bakti, 1997.
155
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Susilowati, Ima, dkk, Pengertian Konvensi Hak Anak, Jakarta: Unicef, 2003.
B. Peraturan-Peraturan
Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga
Binaan Pemasyarakatan.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.2.PK.04-
10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi,
Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.
156
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Kesepakatan Bersama antara Departemen Sosial, Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Departeman Kesehatan, Departemen Agama, dan Kepolisian Nomor
M.HH.04.HM.03.02 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial
Anak yang Berhadapan Dengan Hukum.
157
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MODUL IV
MANAJEMEN KASUS
TAHUN 2012
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
1
MANAJEMEN KASUS
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul
Penulis
Bagus Endro|Dyah Ayu N.A.H. Cindy|Ali Muhammad
Editor
Tim PAU Universitas Terbuka
Siti Zahra Yundiafi
2
MANAJEMEN KASUS
PENGANTAR
Penyediaan modul Manajemen Kasus bagi pembimbing kemasyarakatan (PK) pada
balai pemasyarakatan di seluruh wilayah Republik Indonesia merupakan kebutuhan
yang sangat mendesak. Sesuai dengan tujuan reformasi birokrasi di segala bidang
pelayanan masyarakat dan sebagai salah satu sarana penunjang tugas dan fungsi PK
di setiap wilayah tempat kerja, diharapkan dengan dikenalkannya modul ini, PK dapat
bekerja dan melakukan pembimbingan bagi klien bapas lebih efektif dan tujuan
pembimbingan itusendiri dapattercapai dengan mudah.
Modul Manajemen Kasus ini adalah modul keempat dari beberapa modul yang telah
disusun oleh suatu tim yang diharapkan dapat dijadikan pegangan bagi PK dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari. Tujuan diterbitkannya modul ini adalah untuk
menambah pengetahuan, wawasan, dan keterampilan teknis PK dalam melakukan
tugas pembimbingan di bapas. Hal ini sejalan dengan tugas PK pada masa mendatang
yang makin berat seirama dengan dinamika dan tuntutan pelayanan yang lebih
terukur, efisien, dan efektif serta tepat sasaran.
Mengingat tantangan yang lebih berat bagi PK bapas dalam melaksanakan tugas
kedepan, sangat dibutuhkan kompetensi khusus dalam pelayanan kepada klien sesuai
dengan meningkatnya kebutuhan dan penyelesaian permasalahan klien. PK dapat
belajar secara mandiri melalui modul yang tersedia sebagai pegangan dan pedoman
dalam pelaksanaan tugas. Tim penyusun berharap modul ini dapat bermanfaat bagi
PK selaku pengguna. Tidak lupa kami juga berterima kasih atas dukungan semua pihak
dalam penyusunan modul ini, khususnya kepada HCPI (HIV Cooperation Program for
Indonesia).
Tim Penyusun
2
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PENDAHULUAN
BAB SATU
157
MANAJEMEN KASUS
A. Latar Belakang
Modul “Manajemen Kasus” ini merupakan salah satu model pembelajaran bagi petugas
pembimbing kemasyarakatan sebagai pelaksana tugas pembimbingan,pengawasan, dan
pendampingan di balai pemasyarakatan (bapas). Adanya kesulitan memperoleh bahan ajar
untuk meningkatkan wawasan, kemampuan, dan keterampilan bagi PKmerupakan salah
satu alasan disusunnya modul pembelajaran jarak jauh ini. Upaya untuk meningkatkan
kualitas dan efektivitas pelayanan merupakan salah satu tuntutan perwujudan reformasi
birokrasi bagi petugas di jajaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Paradigma perubahan dalam pelayanan kepada klien dan masyarakat secara dinamis
menuntut petugas untuk selalu mengembangkan diri serta memiliki keterampilan dan
pengetahuan. Pelayanan kepada masyarakat sangat penting untuk mengembangkan
kemampuan teknis serta kemampuan administratif petugas dalam proses akhir
darisistempemasyarakatan. Tercapainya tujuan akhir proses pemasyarakatan adalah
tercapainya kemandirian klien baik secara sosial, psikologis, ekonomis, maupun politis.
Manajemen kasus merupakan pendekatan pembinaan yang diadopsi secara luas diberbagai
bidang pelayanan sosial, termasuk kesehatan, perumahan, dan pemasyarakatan. Proses
pembinaan yang diberlakukan kepada seluruh warga binaan pemasyarakatan diawali
dengan asesmen yang melibatkan warga binaan dan keluarganya serta sistem sumber
lainnya agar mendapatkan pelayanan pembinaan yang lebih efektif, efisien, dan tepat
sasaran.
B. Deskripsi Singkat
Modul ini merupakan modul ke-4,bagian dari Modul Pembimbing Kemasyarakatan, yang
dapat membekali PKmemperluas wawasandan keterampilan dengan pendekatan
manajemen kasus. Modulini diharapkan dapat menambah pengetahuan PKtentang
pengertian, fungsi, prinsip, dan tahapan strategi manajemen kasus, serta menambah
keterampilan komunikasi dan kemampuan menjalin hubungan bantuan dan kemitraan.
C. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul manajemen kasus,PK dapat menerapkan tahapan manajemen
kasus dalam memecahkan kasus yang dihadapi klien bapas.
D. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari modul ini,PK dapat menjelaskan:
1. defenisimanajemen kasus;
2. fungsi manajemen kasus,
3. tahapan manajemen kasus,
4. hubungan bantuan dan strategi kemitraan, serta
5. komunikasi dengan klien bapas dan keluarganya.
158
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
E. Peta kompetensi
Berikut adalah tahapan kompetensi yang harus dicapai PK agar memiliki pengetahuan,
pemahaman,dan penerapan terhadap materi manajemen kasus yang akan memudahkan
PK melaksanakanpemecahan kasus dilapangan.
160
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
161
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PENGERTIAN
MANAJEMEN
KASUS
BAB DUA
162
MANAJEMEN KASUS
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan PK mampu memahami pengertian
manajemen kasus.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen kasus adalah kegiatan
pelayanan bagi klien yang dilaksanakan secara terorganisasidengan perencanaan
serta didukung oleh sumber formal dan informal dan jaringan kemitraan untuk
memenuhi kebutuhan klien secara efektif dan efisien. Dalam manajemen kasus harus
terdapat unsur-unsur berikut:
pelayanan terorganisasi,
adanya sumber formal dan informal,
aktivitas yang direncanakan,
fungsi sosial yang optimal,
163
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
Gambar 1
Kegiatan Admisi Orientasi Angkatan XXXII di Lapas Klas I Sukamiskin Bandung, Mei 2012
2. Manajemen kasus berarti pengorganisasian layanan bagi klien yang ditujukan untuk
menjamin agar klien dapat memperolehlayanan yang dibutuhkan secara tepat.
Dalam prosesnya, terdapat kegiatan yang memiliki prosedur untuk
mengoordinasikan seluruh aktivitas pelayanan yang diberikan kepada klien, baik
secara perseorangan maupun secara kelompok.
C. Rangkuman
1) Manajemen kasus berkembang dari suatu pelayanan bagi klien sampai dengan
pengembangan berbagai model praktik yang menggunakan ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai tertentu.
2) Manajemen kasus membantu mengidentifikasi dukungan sosial yang diinginkan
dan dibutuhkan klien.
3) Untuk menentukan tempat pelayanan tersebut,diperlukan koordinasi antar-
lembaga dan instansi terkait serta badan sosial.
164
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
D. Latihan
Apakah Saudara sudah memahami materi yang disampaikan pada pokok bahasan ini?
Untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman Saudara sehubungan dengan materi
ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut!
165
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
FUNGSI
MANAJEMEN
KASUS
BAB TIGA
166
MANAJEMEN KASUS
A. Kompetensi Khusus
Setelah membaca pokok bahasan ini, Saudara diharapkan mampu menjelaskan fungsi
dan prinsip serta tujuan manajemen kasus.
2. Asesmen klien,
Fungsi ini mengacu pada kegiatan pengumpulan data dan menggali informasi serta
mendalami permasalahan klien dari berbagai sumber data dan perumusan suatu
tujuan pelayanan. Kemudian, PK harus mengidentifikasi kebutuhan klien secara
menyeluruh , situasi kehidupannya, dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan.
Contoh:
Kegiatan wawancara awal yang PK lakukan pada saat menerima klien pembebasan
bersyarat dari lapas adalah bagian dari kegiatan asesmen karena pada saat itu
dilakukan tanya jawab tentang pribadi klien, rencana kehidupan klien setelah bebas
nanti, dan lain-lain yang menyangkut keinginan ataupun kebutuhan klien. Kegiatan
wawancara, mengisi blanko identitas, mempelajari data, serta serah terima klien
adalah bagian dari kegiatan asesmen.
167
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
memahami kekuatan dan kelemahan klien, serta sumber daya yang dapat
dimanfaatkan.
Contoh:
Klien melapor kepada PK pada saat pembimbingan pertama bahwa klien tidak
mempunyai pekerjaan, belum membayar kontrak rumah, anaknya belum bayar SPP,
orang tuanya sakit,dan semua itu butuh biaya. Semua itu merupakan persoalan
yang sedang dihadapi klien. Oleh karena itu,PK harus mengetahui modal apa yang
masih dimiliki klien. Dari pengamatan PK terhadap data yang ada, ternyata klien
memiliki badan yang sehat, tamat SLTA, pernah bekerja di bengkel, dan waktu di
lapas pernah mengikuti kursus otomotif.Semua itu merupakan modal yang dimiliki
klien yang dapat digunakan untuk memecahkan masalahnya.
4. Rencana intervensi,
PK, sebagai manajer kasus, harus dapat mengidentifikasi layanan yang dapat
dijangkau dari berbagai sumberuntuk membantu menangani masalah klien dengan
memberikan informasi yang diperoleh dari berbagai sistem pelayanan, termasuk
sistem kebijakan dan prosedurnya.Setelah itu, PK harus dapat menginterpretasikan
tujuan dan fungsi rencana kasus kepada pemberi layanan.
Contoh:
Setelah ada kesepakatan antara PK dan klien untuk merencanakan program
pelatihan mengemudi, PK mengadakan kerjasama dengan pihak penyelenggara
kursus mengemudi, antara lain mengenai waktu pelaksanaan, jumlah peserta,
pendaftaran, dan kriteria peserta. Semua itu merupakan kegiatan penyusunan
rencana intervensi dan sasaran program intervensinya adalah klien.
Contoh:
Setelah mengikuti pelatihan mengemudi dan berhasil memperoleh surat izin
mengemudi (SIM),klien mendapat pekerjaan sebagai pengemudi di sebuah
perusahaan. Sehubungan dengan itu, PK perlu melakukan pengawasan dan
pemantauan sekaligus pembimbingan agar klien dapat bekerja dengan baik dan
bertanggung jawab terhadap keluarga dan perusahaan tempat ia bekerja.
7. mendukung klien,
Selama masa pelayanan yang diberikan dari berbagai jenis penyedia layanan,
manajer kasus harus membantu klien dan keluarganya untuk memperoleh
pelayanan pada saat mereka menghadapi masalah yang tidak diharapkan;misalnya,
membantu mengatasi konflik pribadi, memberikan konseling, menyediakan
informasi, memberikan dukungan emosional, melakukan pembelaan atas nama
klien untuk menjamin bahwa klien menerima pelayanan sesuai dengan haknya.
Contoh:
Setelah klien memperoleh pekerjaan sebagai pengemudi dengan penghasilan yang
rendah,PK harus dapat memberikan penjelasan kepada klien bahwa orang yang
baru kerja pasti gajinya kecil. Sesuatu selalu dimulai dari yang kecil, tidak serta
merta menjadi besar. Kalau mau maju, kita harus bersabar dan terus berusaha.
Seperti itulah kira-kira PK dalam memberikan dukungan moral kepada kliennya.
Gambar 2
Koordinasi antarprofesi dan antarlembaga sangat penting dalam manajemen kasus.
169
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
1. individualisasi pelayanan,
Bahwa pelayanan yang diberikan PKkepada seorang klien akan berbeda dengan
pelayanan terhadap klien lainnya. Prinsip individualisasi dalam pelayanan pada
hakikatnya adalah menjunjung tinggi hak asasi manusia, dalam arti bahwa manusia
memiliki keunikan tersendiri dan inginmendapatkan perlakuan yang berbeda dari
orang lain. Kebutuhan klien yang satu dengan yang lain tidak akan pernah sama.
Oleh karena itu, asesmen dilakukan kepada klien pada setiap saat sesuai dengan
tujuan pelayanan.
Contoh :
Untuk klien bapas, cara pelayanan perkara tindak pidana berdasarkan Undang-
UndangNomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tentu berbeda dengan
perkara tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Walaupun waktu
pembimbingannya sama, materi dalam setiap pertemuan pasti berbeda sesuai
dengan hasil asesmen.
170
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
4. kemandirian,
Tujuan semua pelayanan pembimbingan yang dilakukan PKadalah menciptakan
kemandirian,baik secara pribadi maupun secara ekonomis, dan tidak ada rasa
ketergantungan klien dengan siapapun atau pihak manapun. Kemandirian adalah
tujuan pembimbingan yang dilakukanPK terhadap klien.Oleh karena itu, masa
pembimbingan dan pendampingan kepada setiap klien mempunyai batas waktu
yang ditentukan dan disepakati kedua belah pihak melalui kontrak. Karena program
pembimbinganklien mempunyai batas waktu, targetnya ialah bahwa klien mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri dan bertanggungjawab kepada keluarga dan
masyarakat.
5. keberlanjutan pelayanan,
Apabila program pelayanan atau program pembimbingan belum memungkinkan
untuk diakhiri,PK akan melanjutkan pembimbingan sampai klien telah dianggap
mampu hidup mandiri. Hal tersebut tentu harus memperoleh persetujuan kedua
belah pihak, antara klien dan PK, selaku pembimbing. Boleh jadi pembimbingan
dilanjutkan sebagai upaya penyembuhan atau pengubahan perilaku,tetapi klien
menolak karena merasa telah mampu dan sanggup untuk belajar hidup(mandiri).
Gambar 3
Anak dengan keterbatasannya dipaksa bekerja
kejalan yang akan menimbulkan banyak masalah.
171
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
F. Rangkuman
1. Prinsip manajemen kasus antara lain berupaidentifikasi klien dan kebutuhan,
asesmen klien, penggalian potensi dan sumber daya yang tersedia, rencana
intervensi, koordinasi hubungan pelayanan, tindak lanjut dan monitoring
pelayanan, serta memberikan dukungan kepada klien.
2. Fungsi dalam manajemen kasus adalah indivualisasi pelayanan, pelayanan yang
teratur, pelayanan komprehensif, kemandirian, dan keberlanjutan.
3. Tujuan manajemen kasus adalah memberikan peluang kepada klien untuk
mendapat fasilitas pelayanan, membangun jejaring yang dapat meningkatkan
keberfungsian sosial klien, serta memberikan pelayanan yang efektif dan
efisien.
4. Tugas manajer kasus yang paling utama untuk kepentingan klien ialah
mengumpulkan informasi, menyusun rencana, menyediakan pelayanan,
memonitor, melakukan pembelaan,dan bekerja di masyarakat pada badan dan
lembaga sosial.
5. Manajer kasus berperan sebagai advokat, pialang(broker), perencana
(planner),pengorganisasi masyarakat (community organizer), penilai
(evaluator), konsultan (consultant), dan terapis (therapist).
G. Latihan
Apakah PKtelah memahami materi yang tersaji diatas?Apabila telah paham,
kerjakan latihan di bawah ini:
1. Bagaimanakah penerapanmanajemen kasus menurut PK?
2. Jelaskan salah satu fungsi manajemen kasus?
3. Bagaimana cara PKmengetahui kebutuhan-kebutuhan klien?
4. Apa yang PK pahami dengan prinsip pelayanan yang menyeluruh?
5. Jelaskan salah satu tujuan manajemen kasus?
173
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
TAHAPAN DAN
STRATEGI
MANAJEMEN
KASUS
BAB EMPAT
174
MANAJEMEN KASUS
A. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan PK mampu menjelaskan tahapan
dan strategi manajemen kasus.
1. asesmen,
Pengertian asesmen
Asesmen adalah upaya untuk memahami masalah, mengenai sebab-sebab dan
akibatnya untuk menentukan tindakan pemecahan terhadap masalah tersebut, baik
individu, kelompok, maupun masyarakat (Max Siporin, 1975). Sementara itu, Meity
Subardhini (2008) mengatakan bahwa asesmen merupakan proses berpikir yang
menjadi alasan bagi seorang pekerja sosial dalam melaksanakan pengumpulan data
sampai dengan kesimpulan sementara.
Asesmen merupakan langkah yang penting dan menentukan di dalam proses
pelayanan kepada klien karena melalui asesmen, PK dapat menentukan fokus
permasalahan yang dialami klien serta potensi, sumber daya, dan kemauan/harapan
klien. Informasi mengenai masalah dan situasi klien dikumpulkan dengan
menggunakan beberapa teknik, dianalisis, lalu diimplementasikan agar dapat dibuat
suatu putusan pelayanan/pertolongan yang tepat.
Proses asesmen digunakan untuk menggali dan memahami masalah klien,
kebutuhan, potensi yang dimiliki klien atau pun keluarga dan lingkungannya. Melalui
wawancara awal dilakukan penerimaan/pelaporan. Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan data. Berbagai informasi yang diperoleh dari klien dan orang lain yang
berhubungan dengannya, baik dengan keluarga maupun dengan masyarakat,
dihimpun sebagai data. Dengan demikian, kegiatan penting dalam asesmen adalah
sebagai berikut:
175
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
b. perumusan masalah,
Berdasarkan data yang terkumpul, semua permasalahan dirumuskan, ada
masalah yang perlu segera ditangani dan ada masalah yang tidak perlu segera
ditangani, baik oleh PK maupun oleh klien. PK memotivasi dan meningkatkan
kemampuan klien untuk berhubungan dan terlibat langsung dalam penanganan
masalah.
Misalnya:
Kasus klien sebagai penyandang HIV/AIDS yang menjalani pembebasan
bersyarat (PB) memerlukan penanganan yang cepat, tepat, dan akurat.
Ketepatan dalam menangani kasus tersebut dengan cara memberikan
bantuan dan pertolongan akan menguntungkan klien, masyarakat, juga
lembaga pemasyarakatan.
Asesmen adalah suatu produk atau hasil pemahaman seseorang terhadap situasi
dimana tindakan pertolongan diberikan kepada orang yang membutuhkan, (Meity
Subardhini, 2008). Untuk klien bapas hampir semua klien yang datang kepada PK
adalah orang-orang yang memerlukan pertolongan, bukan orang yang tanpa
masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan kecermatan PK untuk dapat mengungkapkan
atau mendalami masalah yang dihadapi oleh klien. Adapun tujuan kegiatan asesmen
ialah untuk:
a. mengidentifikasi kebutuhan setiap klien,
b. menjamin bahwa aktivitas pertolongan dilakukan secara selektif,
c. menciptakan sesuatu secara rasional sebagai dasar untuk menyusun
rencana intervensi,
d. menciptakan kesepahaman tentang kenyataan, kesulitan, dan/atau
kebutuhan klien serta tindakan yang harus dilakukan,
e. memberikan pengertian/pemahaman dan penjelasan tentang kesulitan
klien,
f. memberikan penilaian/evaluasi terhadap tujuan dan perilaku yang ingin
dicapai,
g. menjelaskan kemungkinan tertentu yang terjadi atas putusan klien,
h. menentukan atau menciptakan program tindakan setelah mengetahui
kasus atau kebutuhan klien.
176
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
177
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
kesulitan yang dihadapi klien saat ini dan bantuan yang dicari;
usaha yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah dan rencana
pelayanan yang akan diberikan.
c. Prinsip dasar asesmen
PK harus mampu membedakan, mengidentifikasi secara akurat, serta
mengevaluasi masalah yang dihadapi klien dan situasinya dalam
intervensi pertolongan.
Dalam mengembangkan studi sosial terhadap klien, pemahaman masa
lalu selalu berkaitan dengan pemahaman masalah yang dihadapi klien
saat ini.
Asesmen dan rekomendasi dilakukan secara sistematis dan secara
langsung pada intervensi yang telah direncanakan.
Asesmen harus memberikan penilaian dan rekomendasi untuk tindakan
pertolongan.
2. perencanaan,
Tahap pengembangan rencana pelayanan sangat penting dalam upaya manajemen
kasus dan rencana ini disusun berdasarkan informasi yang dihimpun dalam tahap
penilaian. PK dan klien bekerja sama untuk menyusun daftar masalah dan isu serta
merumuskan sasaran jangka panjang dan jangka pendek yang mendukung tujuan
menyeluruh sesuai dengan prioritas kebutuhan klien.
Diperlukan perencanaan spesifik dengan sasaran realistik untuk memprioritaskan
kegiatan dan mengidentifikasi cara memperoleh bantuan, pemantauan, dan
pengoordinasian pelayanan di kalangan lembaga penyedia pelayanan. Perlu
diidentifikasi dengan jelas tanggung jawab semua pihak dan batas waktu realistik
untuk mencapai sasaran kegiatan yang relevan. Jika pilihan pelayanan tidak tersedia
untuk memenuhi kebutuhan, PK mungkin perlu mempertimbangkan pilihan antara
upaya membantu menentukan pilihan dan/atau mendesain pemecahan masalah. Hal
ini akan terjadi jika nilai-nilai budaya atau perilaku klien tidak sejalan dengan
program yang ada.
Perencanaan dapat mengidentifikasi berbagai pelayanan yang dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan klien dan keluarganya serta orang lain yang berpengaruh.
Secara bersama-sama dapat dirumuskan tujuan dan rancangan rencana intervensi
yang terintegrasi. Pada tahap ini menyusun dan mengembangkan layanan yang
menyeluruh dilakukan sesuai dengan hasil asesmen.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan PK dalam menyusun perencanaan dan
program pembimbingan dengan klien:
Perencanaan hanya dibuat oleh PK yang melakukan asesmen bersama
dengan klien.
PK harus dapat melibatkan partisipasi klien dalam rencana
pengembangan pelayanan.
178
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
Rencana pelayanan perlu didokumentasi dengan jelas dalam dokumen klien berikut
salinan korespondensi tertulis dan formulir aplikasi program. Ringkasan rencana,
berikut informasi orang-orang atau lembaga yang dapat dihubungi mungkin akan
berguna bagi klien.
PK harus mengetahui dengan pasti ketersediaan layanan yang memungkinkan klien
dapat mengaksesnya. Jadwal harian dan jumlah kasus yang ditangani PK serta lokasi
tempat tinggal klien merupakan elemen penting yang harus diperhatikan karena
perencanaan yang tidak memperhatikan beberapa hal tersebut dapat juga berakibat
negatif terhadap pencapaian tujuan kemajuan klien yang telah terencana.
3.intervensi/implementasi,
Intervensi adalah program perubahan perilaku yang terencana ditujukan bagi klien
agar memperoleh kehidupan yang lebih baik. Dalam tahap implementasi, PK dan klien
membuat rencana pelayanan yang telah disusun dengan target perubahan yang
disepakati. Pada tahap ini klien dan PK bersama-sama melaksanakan kesepahaman
untuk suatu perubahan yang ingin dicapai dan tujuan yang telah direncanakan
179
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
4. pengawasan,
Pengawasan merupakan usaha observasi/pengamatan dan pencatatan reguler atas
semua kegiatan atau pelayanan yang diberikan kepada klien. Hasil dari pengawasan
ini akan menjadi penilaian tentang kemajuan pelayanan kepada lembaga pemberi
pelayanan. Oleh karena itu, pengawasan menjadi aspek yang penting dalam
perencanaan dan pelaksanaan pelayanan.
Pada tahap ini PK bertanggungjawab memonitor apakah klien memperoleh
pelayanan yang diharapkannya dan sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu, PK dan
klien harus terlibat terus-menerus dalam mengevaluasi pelaksanaan pelayanan
sampai terlihat adanya perubahan. Evaluasi memberikan umpan balik yang
180
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
Perlu dipahami bahwa prinsip pelayanan adalah individualisasi. Oleh sebab itu, setiap
klien, sebagai penerima pelayanan, perlu mendapatkan perhatian dan perlakuan
yang berbeda antara satu dan lainnya, begitu juga dalam pemberian pelayanan. Hal-
hal yang harus diperhatikan PK pada tahap pengawasan ialah:
181
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
5.pendampingan,
Jika diperhatikan, karakteristik diatas berbicara tentang sifat dan keterampilan yang
harus dimiliki dan dilatihkan bagi seorang pendamping. Sifat mana yang cenderung
lebih dominan harus dimiliki PK. Seseorang yang memiliki sifat sabar akan cenderung
mampu mendengarkan keterangan dari sudut pandang yang berbeda-beda, mampu
182
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
Gambar 4
6. terminasi/pengakhiran.
Dalam praktik pekerjaan sosial, terdapat tiga tindakan terakhir yang berkaitan
dengan kontrak kerja antara pekerja sosial dan klien, yaitu perujukan (referral),
penyaluran(transfer), dan pengakhiran(terminasi).Bantuan atau intervensi PK selalu
dilakukan dalam waktu yang terbatas. Secara ideal, intervensi tersebut ditujukan
pada tujuan spesifik sehingga kemajuan tujuan tersebut dapat diukur.
Adapun tujuan terminasi kontrak kerja pekerja sosial dengan klien ialah:
menutup file/kasus klien yang sudah tidak lagi menginginkan atau
membutuhkanpelayanan PK atau juga karena klien sudah mampu
melaksanakan tugaskehidupannya dan mengatasi masalahnya secara
mandiri;
meyakinkan terjadinya perpindahan klien kepada bapas atau lembaga
pelayanan yang lain;
183
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
184
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
185
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
Gambar 5
186
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
Skema diatas dapat dijelaskan bahwa kegiatan managemen kasus dimulai dari
koordinasi antarinstansi/antarlembaga untuk membagi tugas sesuai dengan peran
lembaga setelah memperoleh informasi, rujukan, pelimpahan, dan serah terima klien
dari bapas atau permintaan litmas dari kepolisian atau instansi/lembaga lain dan
keluarga.
Setelah data dan informasi dari berbagai instansi, lembaga, dan keluarga terkumpul,
dilakukan asesmen untuk menentukan kebutuhan yang dianggap prioritas dan
spesifik dari klien itu sendiri. Langkah selanjutnya ialah pembuatan rencana
penanganan kasus (case plane) sekaligus pada tahap ini pengidentifikasian sumber-
sumber layanan yang tersedia dan potensi yang dimiliki klien, keluarga, dan
masyarakat. Tujuannya adalah untuk menyiapkan rencana intervensi.
Sebelum pelaksanaan intervensi, dilakukan sidang TPP(case conference) untuk
memastikan bahwa intervensi telah sesuai dengan tingkat kebutuhan klien. Intervensi
adalah perubahan yang terencana dan terprogram yang dilaksanakan oleh klien
bersama PK dan lembaga terkait yang mendukung perubahan. Tindak lanjutnya harus
berkaitan dengan sumber layanan lain yang relevan dan menjadi kebutuhan klien,
misalnya konseling bagi klien/keluarga, terapi bagi pecandu narkoba dan depresi,
atau pembelaan bagi kepentingan klien.
Pelaksanaan pendampingan biasanya dilakukan bagi klien yang membutuhkan
layanan khusus atau layanan berisiko untuk klien HIV/Aids, napza, dan tuberculosis
sertaanak berhadapan dengan hukum (ABH). Pendampingan dilakukan sebagai upaya
untuk mendorong perubahan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sementara itu,
pengawasan merupakan kegiatan untuk memantau kesesuaian pelaksanaan program
pelayanan dengan rencana, sekaligus untuk mengawasi kesesuaian pelaksanaan
program dengan sasaran dan hambatan yang dialami.
Pengakhiran/terminasi merupakan tahap paling akhir proses pelayanan dalam model
manajemen kasus ini. Pengakhiran harus dilakukan untuk menghindari
ketergantungan, memastikan bahwa pelayanan telah dituntaskan sesuai dengan
target capaian secara efektif dan tepat sasaran.
D. Rangkuman
1. PK harus memiliki kemampuan merumuskan tujuan pelayanan dengan
berpedoman pada tahapan manajemen kasus. Tahapan tersebut meliputi
asesmen, perencanaan, intervensi, pengawasan, pendampingan, dan terminasi.
Dalam menerapkan keenam tahapan tersebut, PK harus memiliki keterampilan
dan memahami budaya setempat yang harus dipertimbangkan dalam
merumuskan tujuan pelayanan.
2. Hal penting yang harus dipahami PK dalam proses manajemen kasus adalah
pengembangan perencanaan kegiatan dilakukan dengan orientasi untuk
pemenuhan kebutuhan klien. PK membantu klien dalam menentukan pilihan
layanan, bukan pilihan sendiri tanpa adanya persetujuan klien. Selain itu,
187
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
E. Latihan
Apakah Saudara sudah memahami materi yang disampaikan pada Pokok Bahasan IV
ini? Untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman Saudara berkaitan dengan
materi ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut.
188
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
KETERAMPILAN
KOMUNIKASI
BAB LIMA
189
MANAJEMEN KASUS
A. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan PK memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi dengan klien bapas dan keluarga.
190
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
2)merefleksikan perasaan,
Hal ini sama dengan mengulangi frasa, kecuali fokusnya pada perasaan.Refleksi
emosi dapat membantu klien untuk menyadari perasaan mereka dan untuk
menggali reaksi mereka terhadap berbagai peristiwa yang diceritakannya.
Contoh :
Klien : Saya benar-benar putus asa. Saya merasa seorang diri dan tidak tahu harus
melakukan apa. Saya kecewa dengan keluarga yang tidak mendukung saya.
Mengapa semua tidak bisa mengerti keadaan saya, justru pada saat saya
membutuhkan mereka?
PK: Anda kelihatannya putus asa saat ini, juga marah dan kecewa terhadap
perlakuan keluarga Anda. Bersabarlah nanti juga mereka menyadarinya!
192
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
Jenis pertanyaan yang digunakan dalam proses konseling dan penyusunan penelitian
kemasyarakatan ialah:
a. pertanyaan terbuka (open ended question), adalah pertanyaan dengan
jawaban lebih dari satu kata. Pertanyaan terbuka akan memberikan
kesempatan kepada klien untuk menceritakan situasi batin mereka secara
panjang lebar.
Contoh :
Apa yang mungkin akan terjadi kalau Anda menceritakan keadaan Anda
kepada keluarga?
Bagaimana cara Anda mengasuh anak Anda?
Pertanyaan mengapa, seringkali pertanyaan ini tidak ada gunanya dan klien
sering merasa diinterogasi dan ada perasaan takut dan merasa dihakimi.
193
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
Contoh :
Mengapa Anda tidak datang pada pertemuan kita kemarin?
Mengapa Anda masih saja merokok meskipun sudah sakit dan diperingatkan
dokter?
5)perilaku nonverbal
Perilaku nonverbal terbagi dua jenis, yaitu bahasa tubuh dan paralinguistik.
Perbedaan keduanya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
194
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
suatu peristiwa. PK akan bekerja dengan klien dari berbagai latar belakang yang
berbeda, yang mengharuskannya untuk mengetahui dan menerima perbedaan sikap,
tata nilai, dan keyakinan. Dalam situasi tersebut PK dituntut untuk tidak melakukan
penekanan pada klien untuk menerima standar yang dianutnya atau yang berlaku
dalam masyarakat tertentu.
Sebagai manajer kasus, PK harus dapat mengenali konflik pribadi antara PK dan
kliennya yang berhubungan dengan sikap, tata nilai, dan keyakinan untuk dapat
melakukan pelayanan yang efektif. Perbedaan sikap, tata nilai, dan keyakinan dapat
memengaruhi kehidupan dan pekerjaan. PK harus mewaspadai diri jika hal tersebut
terjadi. PK harus peka terhadap lingkungan, budaya, dan cara klien mempersepsikan
dirinya dalam lingkungan dan budayanya, serta harus mampu menggali nilai keyakinan
klien tentang keluarga, keinginan memperbaiki diri, dan statusnya sebagai mantan
narapidana.
a. tulus, penuh dengan keseriusan yang ditunjukkan dengan perilaku hangat dan
bersahabat;
b. mendengar aktif, dalam mendengarkan aktif didalamnya terdapat unsur pesan
verbal dan nonverbal. Respons PK sangat bergantung pada cara mendengarkan
Yang mempunyai peran besar bagi klien untuk dapat meneruskan atau
menghentikan pembicaraannya. Hanya orang yang mendengar dengan aktif
yang dapat melahirkan empati.
c. memberi respons positif, berupa kepekaan, sikap menghargai, bersahabat, dan
penuh pertimbangan merupakan komponen efektif sebuah pelayanan.
d. menghargai, yakni menjunjung nilai-nilai hak asasi manusia dan memberikan
penghormatan tanpa membeda-bedakan.
e. memercayai klien, komunikasikan pada klien bahwa Anda memercayai mereka;
ketika PK memahami klien, klien akan merasa nyaman.
f. peka terhadap budaya, dengan cara menghargai sistem budaya dan
kepercayaan yang dianut klien. PK dapat memberikan penghargaan dan
kepekaan akan cara klien beribadah sesuai dengan keyakinannya, misalnya. PK
dapat mengajukan pertanyaan kepada klien sehubungan dengan kebiasaan
ritual agamanya guna memperoleh peningkatan pemahaman dan optimalisasi
bantuan.
g. membantu klien berpikir berbagai alternatif. PK harus menyediakan waktu
untuk bekerja bersama mereka untuk mempertimbangkan keuntungan dan
kerugian dalam menerapkan berbagai alternatif. Hendaknya PK tidak mengambil
195
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
alih tanggung jawab dan permasalahan klien sebab hal itu akan menimbulkan
ketergantungan dan perasaan tidak berdaya bagi klien.
h. mengenali keterbatasan diri dan mampu merujuk. PK harus merujuk klien ke
sumber yang lebih ahli jika memungkinkan. Secara jujur, PK harus mengatakan
sesuatu yang tidak Anda ketahui. PK perlu sadar akan kekurangan dalam dirinya
dan mampu membatasi dirinya agar tidak memengaruhi proses pelayanan
pembimbingan kemasyarakatan.
i. sabar, PKharus dapat menyesuaikan irama dengan klien, bukan sebaliknya,
yakni mendorong klien untuk mengikuti irama PK. Pastikan ada waktu yang
cukup untuk proses pelayanan. Ada beberapa hal yang mungkin sangat sensitif
dan membutuhkan waktu untuk dilakukan atau dibicarakan. Hal itu bisa terjadi
terutama jika klien belum memercayai PK dengan penuh.
j. tidak menghambat ekspresi perasaan klien,
Ketika mempunyai waktu terbataskarena muatan kerja yang besar, PK
mengalami kemungkinan untuk berbeda pandangan atau cemas terhadap isu
yang dilontarkan klien. Hal tersebut akan menghambat, bahkan menghentikan
klien dalam mengekspresikan perasaannya, seperti menangis dan marah. Ketika
menghadapi situasi demikian, sebaiknya PK dapat mendahulukan tujuan
pertemuan dengan klien dan mengesampingkan masalahnya sendiri.
k. tidak bersifat menghakimi,
Perkataan dan pemikiran salah atau benar sebaiknya dihindari. Seorang PK
harus senantiasa berada dalam proses dan bersikap netral, tidak terjebak pada
situasi klien, baik memihak maupun berlawanan.
l. mampu mengendalikan diri,
Seorang PK harus tetap fokus pada tujuan pertemuan dan pelayanan, tidak
melenceng, serta larut pada topik pembicaraan yang lain.
m. empati,
Sikap ini merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan klien dan
dapat tetap objektif mengamati apa yang terjadi pada diri klien guna
memaksimalkan pelayanan yang diberikan.
n. mempunyai pengetahuan,
Seorang PK harus memiliki pengetahuan yang selalu berkembang dan sesuai
dengan dinamika zaman dan permasalahan klien. PK menguasai fungsi-
fungsinya dalam pelayanan dan sebagai sumber rujukan.
o. menjaga rahasia,
Apapun yang dibicarakan klien kepada manajer kasus harus dirahasiakan dan
tidak terperangkap gosip. PK harus dapat menjaga kerahasiaan informasi yang
dikemukakan klien guna menjaga relasi yang efektif dengan klien. Bergosip akan
menurunkan kredibilitas PK.
Untuk menjaga keluarnya informasi pribadi klien, sebaiknya PK menghindari
pembicaraan atau gosip tentang klien dengan orang yang tidak berkepentingan.
Meskipun demikian, kerahasiaan tidak bersifat mutlak. Artinya, dalam keadaan
196
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
C. Rangkuman
1. Keterampilan komunikasi yang efektif merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki PKagar hubungan saling mempercayai antara PK dan klien dapat tercipta.
PK dapat mengetahui masalah sebenarnya dari klien dan perencanaan yang
dikembangkan bersama antara klien dan PK tepat sasaran dan memberikan
dampak positif terhadap pencapaian tujuan pembimbingan. Untuk itu, PK harus
menguasai keterampilan mikrokonseling.
D. Latihan
Apakah Anda sudah memahami materi yang disampaikan pada Pokok Bahasan IV ini?
Untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman PK berkaitan dengan materi ini,
jawablah beberapa pertanyaan berikut!
1.Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara bahasa tubuh dan paralinguistik!
2.Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan PK dalam melakukan mikrokonseling!
3.Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis pertanyaan dan berikan satu contoh!
4.Bagaimana ciri seorang PK yang berkualitas ?
5.Mengapa sikap dan nilai PK memengaruhi proses pembimbingan klien?
197
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MENJALIN
HUBUNGAN BANTUAN
DAN STRATEGI
KEMITRAAN
BAB ENAM
198
MANAJEMEN KASUS
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari modul ini, PK diharapkan memiliki keterampilan dalam menjalin
hubungan dengan klien bapas dan keluarga serta dalam menjalin kemitraan koordinasi
antarinstansi atau antar lembaga.
1. individualisasi,
Individualisasi adalah pengenalan dan pemahaman tentang sifat-sifat yang unik
setiap individu (klien) yang pemanfaatannya berbeda-beda. Hal tersebut
merupakan prinsip dan metode pelayanan untuk membantu klien mencapai
penyesuaian yang lebih baik. Individualisasi didasarkan pada hak-hak manusia
untuk diperlakukan sebagai ”individu”, bukan sebagai “kasus”.
Individualisasi merupakan hak dan kebutuhan klien. Setiap orang
diindividualisasikan oleh keturunannya, lingkungannya, kemampuan intelektual-
nya, kegiatannya, dan sebagainya. Setiap orang mempunyai pengalaman hidup dan
rangsangan dari luar ataupun dari dalam yang berbeda. Emosi dan ingatannya
memengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkahlakunya secara individual.
Pada hakikatnya setiap orang mampu mengintegrasikan dan mengarahkan
kekuatannya sendiri dengan cara yang berbeda dari orang lain”. Karena kebutuhan
setiap klien itu berbeda, bantuan yang dibutuhkan setiap klien juga berbeda-beda.
Setiap orang menyadari bahwa dia adalah unik. Ketika seseorang datang meminta
bantuan ke lembaga pelayanan sosial atau bapas, pada saat itu ia mempunyai
kebutuhan agar ia diperlakukan sebagai individu dan bukan sebagai suatu kasus,
suatu tipe, atau suatu kategori. Manajer kasus mungkin tidak dapat
mengindividualisasikan persyaratan untuk memperoleh bantuan, tetapi ia dapat
menggunakan cara untuk membantu klien mengemukakan pokok–pokok untuk
memenuhi persyaratan itu.
Klien akan merasa dimengerti oleh manajer kasus jika manajer kasus
menghormatinya sebagai individu dengan hak dan kebutuhannyasecara khusus.
Seorang manajer kasus harus dapat memahami perasaan serta menerima
kedatangan klien untuk meminta bantuan dan menerima situasi klien yang apa
adanya saat ini.
Kesadaran klien tentang individualisasi oleh manajer kasus akan menghasilkan
nilai yang positif. Apabila klien merasa kurang mendapat perhatian dari manajer
kasus, klien akan bereaksi dengan membatasi pemberian fakta yang objektif saja
tentang kasusnya, tidak termasuk perasaan subjektifnya yang seringkali justru
199
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
merupakan hal yang paling penting. Klien baru mau memasuki suatu relasi
bantuan jika merasa diakui sebagai individu dan merasa bahwa ia dan masalahnya
telah dimengerti. Oleh sebab itu, berhasil tidaknya suatu relasi bantuan terhadap
seorang klien bergantung pada cara PK memperlakukannya secara individual
sebelum melangkah pada kelompok.
Mengindividualisasikan seseorang berarti ‘kemampuan untuk mengerti orang per
orang sebagai seorang manusia yang unik, pemikiran, dan pengalaman yang khas
pula. Individu itu hendaknya dibedakan dengan orang lain, termasuk manajer
kasus. Kita tidak boleh membuat dugaan tentang orang lain berdasarkan
pandangan yang umum berlaku tentang suatu kelompok, golongan, atau suku,
tetapi kita perlu memahami cara suatu suku, golongan, dan jenis kelamin
memengaruhi interaksi antara klien dan PK.
Gambar 7
Kebutuhan psikologis yang pokok dari manusia, antara lain berupa respons,
pengakuan, penghargaan, cinta, kasih sayang, keamanan, status, ekspresi,
pencapaian, dan kebebasan. Kebutuhan psikososial dapat berupa partisipasi dalam
pengalaman, pemahaman dengan pola kelompok, serta penghargaan dan
pengakuan sosial. Apabila kebutuhan tersebut tidak diberi kesempatan untuk
diekspresikan, akibatnya adalah frustasi. Kebutuhan mengekspresikan perasan
pada seseorang merupakan dinamika yang paling penting dalam relasi bantuan.
Dengan demikian, ekspresi perasaan yang bertujuan adalah pengakuan bahwa
klien mempunyai kebutuhan untuk menyatakan perasaannya secara bebas,
khususnya perasaan negatif. PK mendengarkan curahan isi hatinya dengan penuh
perhatian tanpa mengecilkan hatinya atau tanpa menyalahkan ekspresi perasaan
itu. Apabila PKmelihat bahwa pengekspresian perasaan dapat membantu
meringankan beban klien, PK justru harus mendorong klien untuk lebih berani
mengekspresikan perasaan tersebut dalam bentuk kegiatan yang konkret.
200
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
perasaan klien supaya dapat membantu penyelesaian masalah klien. Hal tersebut
merupakan salah satu hambatan yang dialami PK dalam pembimbingan dan
pendampingan klien.
Pelibatan emosional secara terkendali merupakan kepekaan PK terhadap perasaan
klien dan pemahaman PK terhadap pemberian respons yang tepat dan bertujuan
tentang perasaan klien.Ada tiga komponen dalam pelibatan emosional yang
terkendali dan dalam praktiknya ketiga komponen ini berhubungan erat satu
dengan lainnya, yaitu kepekaaan, pengertian, dan respons.
a. kepekaan, kadang-kadang klien tidak dapat mengungkapkan perasaannya
dalam bentuk kata-kata. Hal ini sering terjadi pada permulaan konseling,
terutama apabila klien merasa segan, tidak enak, atau tidak nyaman
dengan PK. Hal itu mungkin terjadi karena pola kebudayaan atau
kepribadiannya tidak terbiasa mengungkapkan perasaannya secara verbal.
Walaupun klien tidak dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal,
secara visual hal itu akan terlihat dan terdengar, misalnya dalam caranya
berbicara: kecepatannya, keragu-raguannya, atau nada yang berlebihan.
Hal itu juga akan terlihat dari sikapnya secara keseluruhan: mimik wajah,
roman muka, kedipan mata, gaya, penampilan, gerakan tangan, bibir, dan
alis, dsb. Semua itu merupakan ekspresi perasaan klien yang dapat
diobservasi PK. Kepekaan terhadap perasaan klien bisa timbul karena
adanya keyakinan PK akan pentingnya perasaan itu dalam kehidupan klien.
Kepekaan itu dikembangkan melalui pengujian yang kritis dalam praktik,
pengalaman, supervisi, dan disiplin diri. Keterampilan ini berkembang
secara berangsur, dihasilkan perlahan-lahan, mulai dari yang sederhana
sampai yang kompleks.
b. pengertian,
Sebagai seorang profesional, PK perlu memahami perasaan klien dengan
masalahnya. PK harus mengetahui apa yang sedang dilakukan klien, apa
yang sedang terjadi ketika ia memaksa klien mengekspresikan perasaan,
dan bagaimana ekspresi itu sampai pada pencapaian tujuan.Dengan
demikian, pengertian adalah suatu proses yang berlanjut dalam setiap
konseling. Pengertian harus berkembang dan meningkat, tetapi dalam
banyak kasus PK harus merasa puas sementara dengan pengertian yang
belum sepenuhnya ia kuasai, dan terus berusaha ke arah pengertian yang
total.
Pengetahuan tentang tingkah laku manusia diperlukan untuk mengerti perasaan
seseorang. Pengetahuan itu masuk melalui ilmu psikologi, psikiatri, dan ilmu sosial
lainnya. Pengetahuan juga masuk melalui penilaian terhadap pengalaman hidup
sendiri, seseorang, dan melalui praktik profesional. Pengetahuan disini termasuk
pengetahuan tentang kebutuhan manusia secara umum serta pola reaksi dan
pertahanan diri manusia dalam keadaan tegang (stress). Pengetahuan yang umum
ini kemudian digunakan sebagai kerangka kerja untuk dapat lebih mengerti dan
201
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
membantu klien dengan kualitas individual dan keunikannya. Setiap manajer kasus
harus dapat mencari sendiri cara untuk mengembangkan keterampilan mengerti
perasaan klien.
Kepekaan dan pengertian belumlah cukup; kepekaan dan pengertian barulah
berarti apabila ada respons. Respons PK terhadap klien pada tingkat perasaan
merupakan unsur psikologis yang paling penting dalam relasi bantuan. Hal itu
mungkin merupakan keterampilan yang paling sulit. Respons kadang-kadang
merupakan hal yang menakutkan bagi PK pemula karena respons harus bersifat
individual bagi setiap klien, bahkan bagi setiap perubahan suasana hati klien dalam
suatu konseling. Respons tidak selalu dalam bentuk verbal, bisa juga dalam bentuk
sikap dan perasaan. Respons dapat dibimbing oleh pengetahuan dan tujuan. Hal
itu merupakan suatu respons internal dari diri PK secara sadar dan bertujuan
mengidentifikasi perasaan klien. Meskipun respons itu sebenarnya internal, hal itu
dikomunikasikan kepada klien melalui berbagai bentuk manifestasi eksternal (dari
luar), baik melalui perkataan, ekspresi muka, nada berbicara, maupun melalui
tindakan.
4. penerimaan,
Objek penerimaan adalah klien individual (sebagaimana adanya dia/sebenarnya)
dengan kekuatan dan kelemahannya; potensi dan keterbatasannya, sikapnya yang
simpatik atau tidak simpatik, perasaannya yang positif dan negatif, serta
tingkahlakunya yang baik dan yang tidak baik.
Meskipun secara realistis PK melihat segala sesuatu yang negatif pada klien, ia
tetap dapat mempertahankan kehormatan klien secara realistis juga. Sifat-sifat
penerimaan mencakupi kehangatan, kesopanan, mendengarkan, menghormati,
perhatian, minat, kedewasaan, kepastian yang konsisten, dan kesediaan untuk
dengan sadar memasuki dan membagi pengalaman hidup dengan orang lain.
Penerimaan adalah suatu prinsip tindakan penerimaan dan perlakuan PK terhadap
klien sebagaimana adanya, termasuk kekuatan dan kelemahannya, sifatnya yang
menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, perasaan positif dan perasaan
negatifnya, sikap dan tingkahlakunya yang konstruktif dan dekstruktif, serta selalu
mempertahankan perasaan tentang martabat dan nilai kepribadiannya.
Tujuan penerimaan adalah menghormati integritas klien sebagai sesama manusia,
membantu orang yang sedang dalam kesulitan, menyumbang sesuatu kesenangan
dan kebahagiaan terhadap orang lain, membantu orang untuk menjadi lebih baik,
serta mendapatkan penguasaan atas kehidupannya dan kelakuannya sendiri.
Menerima klien sebagaimana adanya dengan sikap, prinsip, atau tingkah laku yang
menyimpang, jelas bukan berarti mengakui atau menyetujui atau membenarkan
penyimpangan itu.
Penerimaan berarti menerima dan mengerti untuk membantu dan mengakui
bahwa hal itu sebagai bagian dari kenyataan, tetapi bukan sebagai yang benar dan
baik. Jadi, ada perbedaan antara menerima dan membenarkan. Penerimaan
202
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
terhadap orang lain bukan berarti menerima perbuatan yang tidak bermoral
sebagai perbuatan yang benar, juga tidak berarti membenarkan sikap atau
tingkahlaku yang menyimpang. Objek penerimaan bukanlah ”yang baik”, tetapi
”yang nyata”.
Pemahaman PK terhadap konsep penerimaan akan membantu PK mengerti klien
sebagaimana adanya. Dengan demikian, PK membantu klien membebaskan diri
dari pertahanan diri yang tidak dikehendaki sehingga klien merasa aman untuk
membuka diri dan memandang diri sebagaimana adanya serta menyelesaikan
masalahnya sendiri dengan cara yang realistik.
akan merasa yakin bahwa pertanyaan yang diajukan adalah untuk kepentingan
membantu klien, bukan untuk menjatuhkannya. Klien akan menjadi lebih mampu
menerima dirinya sebagai orang yang berguna dan lebih mampu mendiskusikan
kebutuhannya dan masalahnya yang sebenarnya.
7. kerahasiaan,
Kerahasiaan merupakan hak asasi individu dan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu
sebagai kode etik profesional dan sebagai unsur relasi bantuan. Kerahasiaan
adalah penjagaan informasi yang bersifat rahasia tentang klien yang disampaikan
dalam relasi profesional. Kerahasiaan merupakan suatu kewajiban etis dari
manajer kasus dan sangat diperlukan bagi pembimbingan kemasyarakatan yang
efektif. Namun, hak klien tersebut tidak mutlak karena rahasia klien kadang-
kadang perlu dibahas bersama antara orang profesional dalam satu tim kerja
suatu lembaga sosial dan lembaga sosial lainnya. Kewajiban itulah yang mengikat
semua orang yang terlibat di dalamnya. Rahasia hanya dapat didiskusikan dalam
relasi profesional. Oleh sebab itu, PK sebaiknya menjelaskan informasi atau
catatan apa saja yang disimpan, serta laporan dan catatan yang akan diberikan
kepada pihak lain yang juga mempunyai hak dan tanggungjawab dalam
penyediaan layanan berkesinambungan bagi klien.
Jika klien meminta bantuan dari suatu lembaga pelayanan sosial, ia menyadari
bahwa ia harus mengutarakan berbagai fakta tentang dirinya dan tentang
situasinya kepada PK. Misalnya, perasaannya yang tidak ingin diketahui orang lain,
tingkahlakunya yang dapat merusak reputasi pribadinya apabila diketahui oleh
kawan atau tetangganya atau tentang kejadian-kejadian dalam keluarganya yang
dapat memalukannya.
Sebelum menghimpun informasi dari klien, penting bagi PK untuk menjelaskan
204
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
kepada klien apa tujuan mengumpulkan informasi yang lengkap dan benar, baik
dari klien maupun dari keluarga dan siapa saja yang dapat mengakses informasi
tersebut. Hal tersebut akan dapat mengurangi kekhawatiran/kecurigaan klien
untuk dapat berterus terang dalam mengungkapkan perasaan dan masalahnya
kepada PK. Klien memasuki relasi bantuan dengan pengertian tersebut. Oleh
sebab itu, memegang rahasia klien adalah kualitas yang penting dari relasi
bantuan.
D. Menjalin kemitraan,
Menjalin hubungan kerjasama terhadap penyedia layanan dilingkungan masyarakat
merupakan hal penting untuk dilakukan oleh PK agar terjadi pelayanan yang
berkesinambungan yang dapat memenuhi kebutuhan klien. Meskipun demikian, upaya
ini merupakan hal yang rumit dan tidak mudah dilakukan. Hal terpenting adalah
memusatkan upaya pada kerjasama yang saling mendukung antara satu instansi dan
instansi lainnya. Dengan demikian, terdapat berbagai pemangku kepentingan
(stakeholder) yang memilki kemampuan layanan yang berbeda dan spesifik yang dapat
menyediakan variasi layanan untuk pemenuhan kebutuhan klien.
Diharapkan setelah mempelajari bab ini, PK dapat memiliki kemampuan menjalin
hubungan bantuan dengan klien.Dengan pelayanan yang berkesinambungan
diasumsikan bahwa sistem pendukung seperti dibawah ini tersedia secara terpadu dan
dapat berjalan secara efektif dan efisien di masyarakat (Yayasan LAYAK, 2007), yaitu:
a) pengembangan jaringan kerja,
205
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
Jaringan pengembangan perlu disusun melalui langkah jaringan antar lembaga (Meity
S., 2008) berikut:
identifikasi dan inventarisasi,
penyusunan gagasan dan program yang dianggap layak sesuai dengan
kebutuhan,
identifikasi, inventarisasi, dan pemetaan pihak yang secara potensial
dianggap sebagai pemilik sumber dan diperhitungkan dapat memberikan
dukungan terhadap program,
pelaksanaan kontak pendahuluan dan lanjutan kepada pihak-pihak yang
telah dipetakan,
penyusunan kontrak kerja/komitmen bersama, dan
pelaksanaan kerjasama.
Beberapa komponen layanan yang harus tersedia dalam menyusun jaringan dan
menjalin kemitraan sebagai kekuatan untuk melengkapi program pelayanan bagi klien
seperti berikut:
206
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
1. Sumber-Sumber Pelayanan
Setiap orang selalu dihadapkan pada usaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang digunakan oleh individu
ataupun kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka (Siporin, 1972).
Untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan manusia, sebenarnya ada beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan.
a. Kebutuhan manusia pada prinsipnya lebih dari satu;kebutuhan manusia
tersebut merupakan sekumpulan dari kebutuhan dasarnya.
207
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
208
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
209
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
Pusat
Napi/Ta CST,
hanan adikasi
Bebas
Dengan WBP Bebas Rumah Layanan
resiko HIV murni singgah CST
Pengobat Puskesma
dan atau an TB s
dalam PB, CB, Pelayana
Bapas &
program CMB n IMS
BLK
(TB, IMS, Bagi Klien
LSM
Adiksi, ARV) Bapas
Tanpa
faktor Gambar 10 Bebas
resiko HIV Layanan kesehatan bagi klien bapas, PB, CBM, dan CB
& tidak
dalam
PK, sebagai manajer kasus, dapat memberikan informasi dan/atau membantu klien
program
yang sedang menjalani PB, CMB, dan CB untuk akses ketempat penyedia layanan
terapi
kesehatan yang dibutuhkan. Bapas merupakan satu-satunya instansi pemerintah yang
dapat menghubungkan warga binaan dari lapas dan rutan dengan dunia luar,
terutama yang menjalani PB, CBM, dan CB.
Warga binaan yang mengikuti program PB, CMB, dan PB merupakan klien
pemasyarakatan dalam pengawasan balai pemasyarakatan. Sebelum narapidana
menjalani pembebasan, dilakukan pemantapan sesuai dengan kebutuhan individu
narapidanayang bersangkutan. Pemantapan dapat berupa konseling individu ataupun
pemantapan secara kelompok. Kegiatan pemantapan dapat dilakukan melalui
ceramah, penyuluhan, ataupun pelatihan yang dikemas dalam program prerelease.
Dari program ini diharapkan warga binaan yang mempunyai perilaku berisiko di lapas
dapat diketahui status HIV-nya sebelum bebas agar setelah bebas dapat dibuat
perencanaan penanganan kesehatannya. Hal ini juga dapat mencegah terjadinya
penularan kepada pasangannya dan/atau keluarga.
Klien dalam risiko HIV atau dalam program TB, IMS, adiksi, ARV bagi klien bebas
murni dilakukan rujukan ke rumah singgah atau pusat CST dan Adiksi. Bagi klien PB,
CMB, dan CB rujukan dapat dilakukan ke bapas dan BLK. Selanjutnya, baik klien bebas
murni maupun klien PB, CMB, dan CB memperoleh layanan lanjutan ke puskesmas
ataupun LSM untuk dilakukan pengobatan dan terapi secara berkala dan
berkelanjutan yang prosesnya tampak seperti pada bagan di atas.
Warga binaan pemasyarakatan kerap menemui masalah dalam kehidupannya setelah
mereka keluar dari lapas sehingga pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan
sangat mereka butuhkan. Masalah yang sering ditemui berkaitan dengan kesehatan.
Studi kasus di luar negeri tentang klien HIV yang bebas dari lapas dan rutan didapat
permasalahan sebagai berikut:
210
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
1) perilaku seks yang berisiko, tidak aman, transaksi seks, dan penggunaan
narkoba;
2) bertemu dengan perilaku berisiko HIV dan HCV dalam beberapa hari pertama
setelah bebas sehingga merupakan faktor penyebab kambuhnya perilaku
berisiko dalam beberapa hari setelah bebas;
3) mantan WBP memerlukan penyegaran kembali tentang pengetahuan HIV dan
hepatitis C, upaya pencegahan terfokus pada pendidikan, promosi kesehatan
mengenai seks dan jarum steril, rehabilitasi atau terapi kepada penyalahguna
obat, perlunya rumah singgah untuk bebas dari narkoba pada hari-hari
pertama bebas;
4) mantan WBP menghadapi tantangan besar dalam mengakses sarana
kesehatan dan pengobatan sehingga diperlukan koordinasi antara petugas
bapas dan petugas kesehatan di komunitas umum agar dapat melanjutkan
perawatan setelah bebas;
5) kepatuhan mantan WBP terhadap terapi seringkali menurun drastis,tingkat
overdosis sangat tinggi bagi mantan WBP juga mantan pengguna narkoba,
mungkin dapat dirujuk pada puskesmas atau rumah singgah di luar (Draf
“Pedoman Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan Komprehensip di Lapas,
Rutan, dan Bapas”, 2011).
E. Rangkuman
1. Penguatan dan pemetaan jejaring layanan yang tersedia diwilayah kerja PK
merupakan upaya terpenting yang harus dilakukan oleh PK. Tanpa adanya kerja
sama yang baik antara PK atau bapas dan petugas instansi pemberi layanan akan
sulit bagi klien untuk dapat mendapatkan layanan.
211
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
AIDS, harm reduction, dan rehabilitasi pecandu narkoba, selain sumber layanan
formal yang disediakan oleh pemerintah.
3. Salah satu peran utama PK adalah menjalin hubungan bantuan dengan klien dan
klien harus menyadari kebutuhannya akan dukungan dan bantuan PK untuk kembali
memulai melaksanakan perannya di masyarakat setelah ia memperoleh
pembebasan bersyarat. Dalam menjalin hubungan bantuan, seorang PK harus
memahami tujuh prinsip relasi bantuan yang dapat membantu terbangunnya relasi
yang baik antara PK dan klien.
5. Setiap layanan bantuan atau layanan sosial senantiasa diarahkan sebagai upaya
pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan dari gangguan dan guncangan selama
klien berstatus sebagai narapidana.
g. Latihan
Apakah Saudara sudah memahami materi yang disampaikan pada pokok bahasan VI
ini? Untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman Saudara berkaitan dengan materi
ini, jawablah pertanyaan berikut ini.
1. Sebutkan salah satu sistem sumber layanan menurut Pincus dan Mihanan!
2. Sebutkan salah satu prinsip untuk mengidentifikasi kebutuhan manusia!
3. Sistem layanan seperti apa yang dapat memberikan layanan berkesinambungan?
4. Sebutkan lima kebutuhan manusia menurut Neil GilbertdanHarry Specht!
5. Mengapa PK harus melakukan pemetaan sumber layanan ?
6. Sebutkan dan jelaskan salah satu dari tujuh prinsip relasi bantuan!
7. Sebutkan salah satu fungsi dari jaringan kerja?
8. Apakahyang dimaksud dengan konsep kerahasiaan relatif?
212
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PENUTUP
AB TUJUH
213
MANAJEMEN KASUS
A. Rangkuman
Salah satu model untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan tepat sasaran
sesuai dengan kebutuhan klien bapas adalah dengan menggunakan manajemen
kasus. Untuk dapat menjadi manajer kasus yang baik diperlukan pengetahuan dan
keterampilan. Salah satu keterampilan atau kemampuan dasar yang harus dimiliki
PK ialah keterampilan komunikasi yang efektif agar hubungan saling
mempercayai dapat tercipta antara PK dengan klien. Dengan berlandaskan
kepercayaan ini diharapkan informasi yang diperoleh PK dalam pembimbingan
dan penelitian kemasyarakatan adalah informasi yang benar dan valid. Dengan
demikian, PK dapat mengetahui masalah yang dihadapi klien dan menyusun
perencanaan yang akan dikembangkan bersama dengan klien.
Makin meningkatnya jumlah angka kriminal dan pelanggar hukum diperlukan
model penanganan yang komprehensif dan efektif agar tidak terjadi pengulangan
tindak pidana. Pelayanan yang tepat dan efisien serta adil bagi pelaku maupun
korban merupakan salah satu tujuan dalam model menajemen kasus, sebagai
upaya pemberdayaan klien secara optimal. Terbatasnya jumlah PK dan
beragamnya tingkat pendidikan bagi PK merupakan tantangan keberhasilan
penanganan dengan model manajemen kasus ini.
PK harus mampu memetakan sumber bantuan internal dari pihak terdekat klien
dan juga sumber layanan yang disediakan oleh lembaga swadaya masyarakat
setempat,selain sumber layanan formal yang disediakan oleh pemerintah. Dalam
hal ini,PK sebagai manajer kasus harus memiliki kemampuan berkoordinasi,
menjalin kemitraan dengan jejaring sosial dan lembaga/badan sosial dan tim ahli
yang dibutuhkan dalam penanganan kasus. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan
tugas dan fungsi, PK harus memiliki buku saku jejaring dengan informasi yang
lengkap bagi penyedia layanan diwilayah kerjanya.
B. Umpan Balik
Baca dan pelajarilah setiap bab secara bertahap dan berulang-ulang sehingga
pada saat PK selesai mengerjakan tes formatif yang disajikan dalam modul ini
tingkat penguasaan yang Anda peroleh mencapai paling sedikit 80%.Dengan
pengalaman praktik dimungkinkan PKakan lebih baik dapat menerapkan model
manajemen kasus ini dengan sempurna. Apabila Anda memperoleh jawaban 80 %
atau lebin benar, berarti Anda akan lulus dalam mengikuti seleksi
ujian.Namun,sebaliknya, apabila dalam evaluasi penguasaan diperoleh nilai
kurang dari 80%, PK harap belajar lebih giat lagi. Selamat belajar !
214
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
KUMPULAN SOAL
216
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
Kunci Jawaban
1. a
2. c
3. b
4. c
5. a
6. d
7. c
8. d
9. d
10. c
11. b
12. c
13. d
14. d
15. b
217
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
DAFTAR PUSTAKA
Achlis, 1992, Komunikasi Pekerjaan Sosial, An Naba Perpustakaan DKM Al Ihsan STKS, Bandung.
Brenda, du Bois dan Karla Krogsrud Miley, 1992, Social Work and Empowering Proffession,
Boston Allyn and Bacon.
Corey, Gerald, 2005. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Refika Aditama, Bandung
Sheafor, Bradford W, Charles R. Horesjsi, 2003. Techniques and Guidelines for Sosial Work
Practice, United States of America.
Frankel, A.J., 2004. Case Management: An Introduction to Concepts and Skills.Second Edition.
University of North California, Wilmington School of Social Work Yeshire University, Lyceum
Books, Inc.
Rothman, 1991. Case Management Helping Proffesion, National Association of Sosial Workers,
California.
J.Kahn, Alfred, 1973. Social Policy and Social Services, Random Hause, New York.
Saleebey, D, 1997. The Strengths Perspective in Social Work Practice, New York : Longman.
Surya, Mohamad, 2003.Teori-Teori Konseling, Bandung, Pustaka Bani Quraisy.
Siporin, Max, 1975. Introduction to Social Work Practice,Macmillan, Canada.
Heru Sukoco Dwi, 1992.Profesi Pekerjaan Sosial, Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi
KesejahteraanSosial, Bandung.
Subardhini, Meity, 2008, Manajemen Kasus, Pateri perkuliahan program Pascasarjana
Pekerjaan Sosial, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung
Yayasan LAYAK, 2007. Buku Pedoman Pelatihan bagi Pelatih Manajemen Kasus HIV-AIDS.
Depok.
DirektoratJenderal Pelayanan Medik, Ditjen PPM & PL, Depkes RI, 2004. Modul Pelatihan dan
Konseling Tes Sukarela untuk Konselor Profesional.
Family Health International, 2001.HIV Counselling Training Manual. Zimbabwe.
Ministry of Health and Family Welfare, National AIDS Control Organisation, Government of
India. HIV-AIDS Counselling Training Manual for Trainers.
Kemenkes RI dan Kemenkumham RI, “Draft Pedoman Perawatan, Dukungan dan Pengobatan
Komprehensif di Lapas, Rutan, dan Bapas”, 2011.
218
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
GLOSARIUM
1. Asesmen, adalah proses pengumpulan, analisis dan sintesa data penting kedalam suatu
formulasi pernyataan yang mencakup dimensi penting, yaitu:
karakteristik masalah klien yang meliputi perhatian khusus terhadap kebutuhan
perkembangan dan stressor bersamaan dengan transisi kehidupan yang
memerlukan adaptasi;
kapasitas mengatasi masalah klien yang mencakup kekuatan, keterampilan,
kepribadian, keterbatasan dan kekurangan;
sistem yang relevan meliputi masalah klien dan karakteristik resiprokal antara klien
dan sistem tersebut;
sumber yang tersedia atau yang dibutuhkan dalam mengatasi masalah; serta
memotivasi klien untuk melakukan sesuatu terhadap masalahnya.
Indikator
proses identifikasi, analisis, dan sintesis data pada dimensi;
kondisi klien, keluarga, dan lingkungan;
kapasitas mengatasi masalah;
sumber daya yang relevan dengan masalah.
1. Komunikasi
Berasal dari bahasa latin communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran
pikiran. Definisi lain dari komunikasi adalah proses pertukaran informasi antara dua
orang atau lebih dalam proses ini terjadi kegiatan mengirim pesan, menerima, dan
menanggapi pesan diantara orang yang saling berinteraksi (Max Siporin, 1975).
219
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MANAJEMEN KASUS
2. Keberfungsian sosial
Mengacu pada cara individu atau kelompok (keluarga, asosiasi, komunitas)
berperilaku dalam upaya menjalankan kehidupan mereka dalam memenuhi
kebutuhannya.
3. Rehabilitasi
Dewan nasional untuk rehabilitasi mengatakan suatu definisi rehabilitasi sebagai
usaha memperbaiki kecacatan secara fisik, mental, sosial, vokasional, dan
ketidakmampuan ekonomi, tetapi mereka masih memiliki kemampuan/kesanggupan.
4. Sumber daya
Merupakan aset yang ada atau yang dimiliki yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah, memenuhi kebutuhan, dan mendukung keberfungsian sosial.
5. Stigma
Mengacu pada pemberian tanda untuk mengekspos sesuatu yang tidak pada
tempatnya dan memberikan tanda yang jelek mengenai status sosial atau moral
seseorang.
6. Terminasi
Dalam konteks manajemen kasus, merupakantitik akhir/pengakhiran layanan dalam
proses manajemen kasus. Pekerja sosial bersama tim akan memutuskan layanan
karena tujuan telah tercapai atau tidak tercapai dan tidak ada keinginan untuk
melanjutkan atau dirujuk ke lembaga lain.
220
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
MODUL V
DIVERSI
TAHUN 2012
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
DIVERSI
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul
Penulis
Sri Susilarti | Tatan Rahmawan | G.A.P. Suwardhani
Editor
Tim PAU Universitas Terbuka
Siti Zahra Yundiafi
PENGANTAR
Modul Diversi bagi pembimbing kemasyarakatan (PK) pada balai pemasyarakatan di
seluruh wilayah Indonesia merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Hal ini
mengingat telah disahkannya Undang-Undang No.11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak dan akan diberlakukan pada tahun 2014 yang akan datang.
Melalui Modul Diversi ini, diharapkan para PK akan memiliki pemahaman mendasar
tentang pelaksanaan Diversi untuk kepentingan terbaik anak.
Modul Diversi ini adalah modul kelima dari beberapa modul yang telah disusun oleh
tim yang diharapkan dapat dijadikan pegangan bagi PK dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan upaya Diversi dilapangan maka
sangat dibutuhkan pemahaman mengenai sistem peradilan pidana anak, konsep
keadilan restoratif, konsep diversi, instrumen nasional yang menjadi dasar hukum
dalam penanganan anak yang berkonflik dengan hukum, instrumen internasional
yang menjadi dasar hukum dalam penanganan anak yang berkonflik dengan hukum
dan tahapan pelaksanaan diversi.
Kami sadar bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik yang konstruktif kami terima dengan tangan terbuka. Tim penyusun berharap
modul ini dapat bermanfaat bagi PK selaku pengguna. Tidak lupa kami juga berterima
kasih atas dukungan semua pihak dalam penyusunan modul ini, khususnya kepada
HCPI (HIV Cooperation Program for Indonesia).
Tim Penyusun
ii
DIVERSI
A. Latar Belakang
Anak merupakan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang
patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang lahir harus mendapatkan haknya tanpa anak
tersebut meminta. Pernyataan ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention
on the Rights of the Child) yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan
Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Hak anak ini kemudian juga dituangkan dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan Undang–Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Kedua ketentuan tersebut membahas tentang
prinsip-prinsip umum pelindungan anak, yang mencakup nondiskriminasi, kepentingan
terbaik bagi anak, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang, serta penghargaan partisipasi
anak.
Filosofi sistem peradilan pidana anak
adalah mengutamakan pelindungan dan
rehabilitasi terhadap pelaku anak
(Emphasized the rehabilitation of youthful
offender). Secara filosofis, anak dianggap
sebagai orang yang masih mempunyai
sejumlah keterbatasan dibandingkan
dengan orang dewasa. Anak memerlukan
pelindungan dari negara dan masyarakat
Gambar 1 dalam jangka waktu ke depan yang masih
Situasi persidangan yang tidak bersahabat dengan anak
panjang. Terhadap anak yang terlanjur
Sumber: pusakaindonesia.or.id
menjadi pelaku tindak pidana diperlukan
strategi sistem peradilan pidana, yaitu mengupayakan seminimal mungkin intervensi sistem
peradilan pidana. Gambar 1 memperlihatkan situasi persidangan yang harus dihadapi oleh
anak, tetapi tidak menunjukkan bahwa anak bersahabat dengan situasi yang harus
dihadapinya tersebut.
Sampai saat ini, kenyataan jumlah anak yang melakukan pelanggaran hukum masih
tergolong tinggi. Sebagian besar dari kasus yang mereka hadapi diselesaikan melalui proses
hukum formal. Proses hukum formal bagi anak saat ini relatif sama dengan proses hukum
formal bagi orang dewasa. Gambar 1 memperlihatkan, baik secara proses maupun putusan
yang dijatuhkan hakim, anak harus mengalami proses hukum sama seperti yang dialami oleh
manusia dewasa. Khususnya dalam hal putusan, sebagian besar putusan bagi anak yang
sudah diberikan adalah pidana penjara. Putusan pidana tersebut tidak sejalan dengan
filosofi sistem peradilan pidana anak yang dilandasi oleh berbagai peraturan perundang-
undangan yang mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak. Oleh karena itu, perlu ada
upaya penyelesaian dengan pendekatan restorative justice.
Anak yang melakukan pelanggaran hukum atau melakukan tindakan kriminal sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain faktor diri anak sendiri, faktor lain di luar diri anak,
223
seperti pergaulan, pendidikan, dan teman bermain, juga turut berpengaruh. Untuk
melakukan pelindungan terhadap anak dari pengaruh proses formal sistem peradilan
pidana, timbul pemikiran manusia atau para ahli hukum dan kemanusiaan untuk membuat
aturan formal tindakan mengeluarkan (remove) seorang anak yang melakukan pelanggaran
hukum atau melakukan tindak pidana dari proses peradilan pidana dengan memberikan
alternatif lain yang dianggap lebih baik untuk anak. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka
lahirlah konsep diversion yang dalam istilah bahasa Indonesia disebut diversi atau
pengalihan. Modul ini akan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan konsep diversi
tersebut.
B. Deskripsi Singkat
Modul Diversi ini akan membahas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan diversi,
yang meliputi sistem peradilan pidana anak, konsep keadilan restoratif, konsep diversi,
serta instrumen nasional dan instrumen internasional yang menjadi dasar hukum dalam
penanganan anak yang berkonflik dengan hukum, tahapan pelaksanaan diversi, serta
laporan pelaksanaan diversi.
C. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul “Diversi”, seorang PK mampu melakukan upaya diversi
untuk menyelesaikan tindak pidana yang dilakukan oleh anak sejalan dengan peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
D. Kompetensi Khusus
Secara khusus, sebagai seorang PK, Saudara diharapkan mampu untuk:
1. Menjelaskan sistem peradilan pidana anak;
2. Menjelaskan konsep keadilan restoratif;
3. Menjelaskan konsep diversi;
4. Menjelaskan instrumen nasional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan
anak yang berkonflik dengan hukum;
5. Menjelaskan instrumen internasional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan
anak yang berkonflik dengan hukum;
6. Menjelaskan tahapan pelaksanaan diversi; serta
7. Membuat laporan pelaksanaan diversi.
E. Peta Kompetensi
Untuk memudahkan Saudara mempelajari materi Modul Diversi, berikut adalah susunan
kompetensi yang harus Saudara kuasai. Kompetensi ini harus Saudara miliki dalam
melakukan upaya diversi menyelesaikan tindak pidana yang dilakukan oleh anak sejalan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
224
225
226
227
DIVERSI
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Pokok Bahasan 1, Sistem Peradilan Anak, PK diharapkan mampu
menjelaskan sistem peradilan pidana anak.
B. Subpokok Bahasan
Pokok Bahasan 1, Sistem Peradilan Pidana Anak, dijabarkan menjadi tiga subpokok
bahasan, yaitu:
1. Sistem Peradilan Pidana Anak,
2. Keadilan Restoratif,
3. Diversi.
Berikut adalah paparan dari ketiga subpokok bahasan tersebut.
228
hak pendidikan, hak kesehatan dasar, hak untuk beribadah menurut agamanya, hak
berekspresi, berpikir, bermain, berkreasi, beristirahat, bergaul, dan hak jaminan sosial.
Gambar 3 berikut memberikan gambaran tentang hak anak tersebut.
KESEHATANS
GGG/S
Gambar 3
Hak-Hak Anak
Sumber: Harkristuti Harkrisnowo (2010)
Pembahasan tentang konsep diversi dan keadilan restoratif (restorative justice) akan diawali
dengan pembahasan mengenai sistem peradilan pidana anak dalam perspektif HAM
internasional sebagai komparasi. Sistem Peradilan Pidana Anak (Juvenile Justice Sistem)
adalah segala unsur sistem peradilan pidana yang terkait dalam penanganan kasus
kenakalan anak. Unsur pertama adalah polisi. Polisi berperan sebagai institusi formal ketika
anak nakal pertama kali bersentuhan dengan sistem peradilan. Polisi juga yang akan
menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diproses lebih lanjut. Unsur kedua adalah
jaksa dan lembaga pembebasan bersyarat. Jaksa dan lembaga pembebasan bersyarat akan
menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diproses ke pengadilan anak. Unsur ketiga
adalah pengadilan anak. Pengadilan anak berperan pada tahapan ketika anak akan
ditempatkan dalam pilihan-pilihan, mulai dari dibebaskan sampai dimasukkan dalam
institusi penghukuman (Trajanowicz and Morash, 1992). Unsur terakhir atau unsur keempat
adalah institusi penghukuman. Intitusi penghukuman merupakan tempat bagi anak yang
melanggar hukum menjalani masa hukumannya sekaligus sebagai tempat pembinaan bagi
mereka.
229
Ada dua kategori perilaku anak yang membuat mereka berhadapan dengan hukum:
a. Status offender adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa
tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos sekolah, atau kabur
dari rumah ( Allen and Simmonsen, 1989);
b. Juvenile delinquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang
dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum (Allen and Simmonsen, 1989);
Sehubungan dengan perilaku anak yang membuat mereka berhadapan dengan hukum
ini, Muladi menyatakan bahwa criminal justice sistem memiliki tujuan untuk: (i)
resosialisasi dan rehabilitasi pelaku tindak pidana; (ii) pemberantasan kejahatan; (iii) dan
untuk mencapai kesejahteraan sosial. Lebih lanjut berkaitan dengan perilaku anak yang
membuat mereka berhadapan dengan hukum ini, kondisi anak dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak secara nyata berada pada situasi berikut, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Harkristuti Harkrisnowo (2010) berikut.
Dari paparan yang disampaikan oleh Muladi di atas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan sistem peradilan pidana anak terpadu lebih ditekankan pada upaya pertama
(resosialiasi dan rehabilitasi) dan upaya ketiga (kesejahteraan sosial). Berdasarkan
230
tujuan sistem peradilan pidana ketika harus menjalani proses peradilan, anak perlu
pelindungan khusus karena belum dewasa secara jasmani dan rohani. Pelindungan
khusus tersebut dapat diwujudkan dengan memenuhi hak-hak anak selama dalam
proses hukum yang meliputi hak-hak sebagai berikut:
tidak dianiaya, disiksa, atau dihukum secara tidak manusiawi;
tidak dijatuhi pidana mati, atau seumur hidup;
tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum;
tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara secara melawan hukum;
diperlakukan secara manusiawi dalam proses peradilan pidana; serta
hak atas bantuan hukum dan memperoleh keadilan dalam pengadilan anak.
Dengan mempelajari Pokok Bahasan I, Sistem Peradilan Pidana, diharapkan Saudara dapat
menjelaskan pengertian sistem peradilan pidana, kondisi objektif anak berhadapan dengan
hukum, dan hak-hak anak dalam proses peradilan pidana. Apabila telah memahami materi
pada Pokok Bahasan I, Saudara dapat melanjutkan pada materi berikutnya.
2. Keadilan Restoratif
Saudara pembaca modul Diversi, dalam subpokok bahasan sebelumnya telah
dibahas tentang sistem peradilan anak. Subpokok bahasan berikut akan menjelaskan
keadilan restoratif. Kejahatan merupakan bagian dari fenomena sosial kehidupan
masyarakat di mana pun. Pernahkah Saudara mendengar, melihat, atau bahkan menjadi
korban suatu peristiwa kejahatan? Dapat diyakini bahwa paling tidak, Saudara pernah
mendengar informasi tentang peristiwa kejahatan atau mungkin juga menyaksikannya.
Dalam kenyataannya, kejahatan yang timbul dalam kehidupan masyarakat tidaklah
dibiarkan begitu saja. Muncul berbagai reaksi dari masyarakat ataupun negara sebagai
respons atas kejahatan tersebut. Respons negara terhadap kejahatan adalah melalui
sistem peradilan pidana sebagai bagian dari kebijakan negara dalam menanggulangi
kejahatan. Melalui sistem peradilan pidana, para pelaku kejahatan akan berakhir pada
penjatuhan hukuman yang salah satunya adalah pemenjaraan. Penjatuhan hukuman
penjara terhadap pelaku kejahatan sebenarnya memiliki tujuan yang baik, yakni sebagai
proses pemulihan pelaku agar menjadi lebih baik. Dalam kenyataannya, putusan pidana
penjara kadang-kadang berakibat lebih buruk, baik bagi pelaku, korban, maupun
masyarakat, khususnya bagi anak yang berhadapan dengan hukum. Oleh karena itu,
perlu adanya pendekatan lain dalam upaya menyelesaikan masalah kejahatan yang
dilakukan oleh anak, yaitu melalui pendekatan keadilan restoratif.
232
proses pemulihan yang melibatkan semua pihak adalah dasar untuk mencapai hasil yang
memulihkan pelaku kejahatan. Keadilan restoratif, sebagai terjemahan dari Restorative
Justice, menurut Daly dan Immarigeon yang dikutip oleh Budiana (2009) menyatakan
bahwa Restorative Justice telah mulai bermunculan di beberapa negara dengan nama
yang berbeda. Konsep dasarnya adalah adanya proses alternatif untuk memecahkan
permasalahan dan menghindari penghukuman lewat peradilan pidana dengan
menerapkan bentuk diversi (pengalihan), bentuk hukuman, dan menghindari proses
peradilan formal. Mengapa pendekatan keadilan restoratif perlu dikedepankan?
Saudara dapat memahaminya dengan melihat tabel berikut. Dalam tabel berikut akan
dibandingkan keadilan restoratif dan keadilan retributif. Perlu Saudara ketahui bahwa
keadilan retributif pada dasarnya adalah keadilan yang menekankan pada pembalasan
dan berorientasi pada individu anak pelaku delikuen.
234
3. Diversi
Pernahkah Saudara melihat, mendengar, dan menonton televisi ataupun membaca
surat kabar tentang kenakalan yang dilakukan oleh anak. Dapat diyakini bahwa Saudara
telah banyak mengetahui informasi tentang hal tersebut. Dari yang Saudara ketahui
tersebut, tentu terdapat kenakalan sebagai bentuk pelanggaran hukum. Setelah
mempelajari subpokok bahasan 1, tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, subpokok
bahasan 2 tentang Keadilan Restoratif, dalam subpokok bahasan 3 ini secara mendalam
akan dibahas mengenai Diversi.
Apa yang terjadi ketika anak melakukan pelanggaran hukum? Perhatikan ilustrasi
kasus berikut ini:
Agus berusia 15 tahun. Ketika sedang berjalan ia melihat rumah tetangganya dengan
sebagian jendela yang terbuka. Ia mendatangi rumah tersebut dan mengetuk pintu, tetapi
ternyata tidak ada orang di dalamnya. Agus kemudian memanjat pohon dan masuk ke
dalam rumah melalui jendela yang terbuka. Ia mengambil uang sebesar Rp500.000,00 dan
lima buah kaset. Agus menghabiskan uang tersebut bersama temannya yang tidak
mengetahui bahwa uang tersebut adalah hasil curian. Tidak lama kemudian, Agus
ditangkap polisi.
Agus tetap tinggal bersama ibu dan kedua saudara laki-lakinya. Agus tetap masuk sekolah
dan mendapat pekerjaan dengan penghasilan Rp25.000 per minggu sehingga ia bisa
mengganti uang yang dicurinya.
Dengan memperhatikan contoh kasus di atas, apa yang terlintas dalam pikiran
Saudara? Apa yang terjadi ketika anak harus melalui serangkaian proses hukum akibat
tindak pidana yang dilakukannya? Kemungkinannya ialah anak akan berakibat negatif, di
antaranya terganggunya hubungan sosial anak dengan lingkungannya, terjadinya
235
kekerasan fisik ataupun nonfisik selama dalam proses hukum, terjadinya transfer
informasi dari pelaku kriminal lainnya dalam melakukan tindak pidana, terganggunya
kondisi psikis, dan lain-lainnya. Berbagai akibat negatif tersebut tentulah sangat tidak
menguntungkan pihak anak. Pada akhirnya, harapan agar proses hukum dapat
menjadikan anak menjadi lebih baik ternyata tidak tercapai.
Dalam subpokok bahasan Diversi ini akan dijelaskan secara mendalam mengenai
pengertian diversi, dasar hukum diversi, tujuan diversi, syarat-syarat diberlakukannya
diversi, serta bentuk kegiatan diversi sebagai berikut:
a. Pengertian diversi
Bentuk formal dari penyelesaian suatu masalah tindak pidana adalah melalui sistem
peradilan pidana yang dimulai dari tahap penyidikan, penuntutan, pengadilan, dan
proses menjalani hukuman (pemasyarakatan). Namun, sebagaimana telah dijelaskan
dalam modul sebelumnya, bahwa tidak selalu masalah tindak pidana, khususnya yang
dilakukan oleh anak-anak, diselesaikan dalam bentuk formal. Ada upaya lain untuk
menyelesaikan masalah tindak pidana yang dilakukan anak, yaitu melalui upaya diversi.
Pengertian Diversi
(Bab I, Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak)
Pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar
peradilan pidana.
Pengertian diversi juga dimuat dalam United Nation Standart Minimum Rules for the
Administration of Juvenile Justice (The Beijing Rules) butir 6 dan butir 11 yang
menyatakan bahwa diversi merupakan proses pelimpahan anak yang berkonflik dengan
hukum dari sistem peradilan pidana ke proses informal seperti mengembalikan kepada
lembaga sosial masyarakat, baik pemerintah maupun nonpemerintah. Diversi berupaya
memberikan keadilan pada kasus-kasus anak yang terlanjur melakukan tindak pidana
sampai kepada aparat penegak hukum, sebagai pihak penegak hukum.
Menurut pendapat Peter C. Kratcoski , ada tiga jenis pelaksanan program diversi
yang dapat dilaksanakan sebagai berikut.
1) Pelaksanaan kontrol sosial (social control orientation), yaitu aparat penegak
hukum menyerahkan pelaku dalam tanggung jawab pengawasan atau
pengamatan masyarakat, dengan ketaatan pada persetujuan atau peringatan
yang diberikan. Pelaku menerima tanggung jawab atas perbuatannya dan tidak
diharapkan adanya kesempatan kedua kali bagi pelaku oleh masyarakat.
2) Pelayanan sosial oleh masyarakat terhadap pelaku (social service orientation),
yaitu melaksanakan fungsi untuk mengawasi, mencampuri, memperbaiki, dan
236
237
c. Tujuan diversi
Berdasarkan definisinya, diversi merupakan suatu kegiatan/aktivitas. Sebagai suatu
kegiatan, diversi tidak dapat dilepaskan dari tujuannya. Dengan merujuk pada buku
Manual Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum untuk Aparat Penegak
Hukum yang dikeluarkan atas kerja sama Unicef dengan LAPA, beberapa tujuan diversi
adalah sebagai berikut:
238
239
d. Prinsip-Prinsip Diversi
Perlu Saudara pahami bahwa diversi bukanlah upaya yang dapat dilakukan
begitu saja terhadap setiap perkara anak. Terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan diversi. Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Anak tidak boleh dipaksa untuk mengakui bahwa ia telah melakukan tindak
pidana.
2) Program diversi hanya digunakan terhadap anak yang mengakui bahwa ia telah
melakukan suatu kesalahan, tetapi tidak boleh ada pemaksaan.
3) Pemenjaraan tidak dapat dijadikan sebagai bagian dari diversi. Mekanisme dan
struktur diversi tidak mengizinkan pencabutan kebebasan dalam segala bentuk.
4) Adanya kemungkinan penyerahan kembali ke pengadilan (perkara harus dapat
dilimpahkan kembali ke peradilan formal apabila tidak ada solusi yang dapat
diambil).
5) Adanya hak untuk memperoleh persidangan atau peninjauan kembali. Anak harus
tetap dapat mempertahankan haknya untuk memperoleh persidangan atau
peninjauan kembali.
6) Tidak ada diskriminasi.
240
1) Usia pelaku harus benar-benar berkategori sebagai anak yang dapat dibuktikan
melalui bukti otentik tertentu, seperti akta kelahiran, ijazah, surat kenal lahir,
atau bukti lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan.
Keabsahan pelaku berkategori sebagai anak menjadi hal penting yang harus
dipenuhi. Hal tersebut mengingat bahwa berbagai peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan terkait dengan penanganan terhadap anak yang
berkonflik dengan hukum telah memberikan batasan tertentu tentang orang
yang tergolong sebagai anak.
241
242
Kesepakatan diversi tanpa persetujuan dapat dilakukan oleh penyidik bersama pelaku
dan/atau keluarganya, Pembimbing Kemasyarakatan, dan dapat melibatkan tokoh
masyarakat.
243
244
245
246
C. Rangkuman
1. Kejahatan merupakan fenomena sosial yang sering kali hadir dalam kehidupan
masyarakat. Berbicara masalah kejahatan tidak akan terlepas dari pelaku kejahatan
itu sendiri. Pada saat ini, pelaku kejahatan bisa datang dari kalangan mana pun,
termasuk anak-anak. Harus dipahami bahwa terhadap kejahatan dan pelakunya
tersebut akan muncul reaksi, baik dari masyarakat maupun dari negara. Reaksi
tersebut akan muncul terhadap anak sekalipun anak tersebut memang sebagai
pelaku kejahatan.
2. Reaksi negara terhadap kejahatan adalah adanya sistem peradilan pidana. Melalui
sistem peradilan pidana, suatu kejahatan akan diproses hingga munculnya
pelaksanaan putusan pengadilan yang salah satunya adalah pidana penjara.
Sekalipun pemenjaraan berdasarkan putusan pengadilan tersebut memiliki tujuan
yang baik, dalam kenyataannya sering kali berakibat lebih buruk dan tidak
memulihkan para pelaku kejahatan. Tentu saja kenyataan tersebut sangatlah tidak
diharapkan, terutama bagi anak-anak. Untuk menghindarkan diri dari adanya
dampak buruk akibat dari penerapan sistem peradilan pidana, penyelesaian masalah
pidana bagi anak, sebagai pelaku kejahatan, haruslah dicarikan alternatif lain di luar
sistem peradilan pidana. Diversi bisa menjadi alternatif yang dapat dilakukan dalam
penyelesaian kejahatan yang dilakukan anak. Diversi akan menghasilkan sesuatu
yang lebih baik bagi anak apabila dalam proses diversi tersebut berpegang pada
kaidah-kaidah keadilan restoratif.
3. Melakukan upaya diversi terhadap tindak pidana yang dilakukan anak merupakan
langkah penting yang memiliki nilai strategis bagi masa depan bangsa. Upaya diversi
ini dilakukan dengan mengedepankan pemikiran demi kepentingan yang terbaik bagi
anak. Penyelesaian masalah tindak pidana yang dilakukan anak dilakukan dalam
bentuk kegiatan musyawarah dengan melibatkan berbagai pihak terkait, seperti
pelaku, korban, pembimbing kemasyarakatan, tokoh masyarakat, dan aparat
pemerintahan setempat.
247
D. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai materi Sistem Peradilan Pidana
Anak, kerjakanlah latihan berikut!
248
249
DIVERSI
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Pokok Bahasan 2, Instrumen Nasional dan International yang
Menjadi Dasar Hukum dalam Penanganan Anak Berkonflik dengan Hukum, PK diharapkan
mampu untuk menjelaskan:
1. instrumen nasional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan anak yang berkonflik
dengan hukum;
2. instrumen internasional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan anak yang
berkonflik dengan hukum.
B. Subpokok Bahasan
Pada Pokok Bahasan 1, Sistem Peradilan Pidana Anak, telah dipelajari sub-subpokok
bahasan mengenai sistem peradilan pidana anak, keadilan restoratif, dan diversi.
Selanjutnya, Pokok Bahasan 2, Instrumen Nasional dan Internasional yang Menjadi Dasar
Hukum dalam Penanganan Anak Berkonflik dengan Hukum, dalam Bab III ini dijabarkan
menjadi 2 (dua) subpokok bahasan, yaitu:
1. instrumen nasional yang menjadi dasar hukum penanganan anak berkonflik dengan
hukum, dan
2. instrumen internasional yang menjadi dasar hukum penanganan anak berkonflik
dengan hukum.
Berikut adalah penjelasan dari kedua subpokok bahasan tersebut.
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 B ayat (2)
dan Pasal 28 H ayat (2)
b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, khususnya:
Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan
kasih sayang, pemeliharaan, dan perlindungan, termasuk dari lingkungan hidup
yang dapat membahayakan. Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi
pelayanan dan asuhan yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan
250
251
Selain menggunakan kedua belas instrumen ini, upaya Pemerintah Indonesia untuk
menerapkan keadilan restoratif (restorative justice) terhadap anak berkonflik dengan
hukum juga terlihat pada beberapa kebijakan penegak hukum berikut.
a. Agreement Lisan 1957
Agreement Lisan 1957 merupakan kesepakatan antara kepolisian, kejaksaan,
Departemen Kehakiman, dan Departemen Sosial. Agreement ini dimaksudkan
untuk memberikan perlakuan “khusus bagi anak“ sebelum dan selama
pemeriksaan pengadilan ataupun sesudah putusan pengadilan. Pemeriksaan
kasus anak dilakukan secara kekeluargaan dan dalam penahanan, anak harus
dipisahkan dari orang dewasa.
b. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 Tahun 1959.
Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 Tahun 1959 menyebutkan bahwa
persidangan anak harus dilakukan secara tertutup.
c. Peraturan Menteri Kehakiman No. M 06-UM.01.06 Tahun 1983 Bab II, Pasal 9--
12, tentang Tata Tertib Sidang Anak.
Peraturan Menteri Kehakiman No. M 06-UM.01.06 Tahun 1983 Bab II, Pasal 9--
12, tentang Tata Tertib Sidang Anak, antara lain menyebutkan bahwa sidang
anak bersifat khusus bagi anak untuk mewujudkan kesejahteraan anak. Oleh
karena itu, sidang anak perlu dilakukan dalam suasana kekeluargaan dengan
mengutamakan kesejahteraan masyarakat.
d. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 Tahun 1987 Tanggal 16 November
1987 tentang Tata Tertib Sidang Anak.
e. Tata Tertib Sidang Anak
252
253
254
255
Untuk lebih ringkas dalam membaca instrumen yang telah disiapkan atau digunakan
oleh Pemerintah Indonesia untuk memberikan pelindungan terhadap anak yang
berhadapan dengan hukum, Saudara dapat membaca dalam kotak berikut yang dapat
digunakan sebagai landasan hukum dalam penanganan anak yang berhadapan dengan
hukum.
Landasan Hukum (Nasional) dalam Penanganan Anak
yang Berhadapan dengan Hukum
Perdagangan Orang;
17. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat;
18. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI;
19. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Hukum internasional memiliki dua sifat, yakni sebagai instrumen yang mengikat secara
hukum (legally binding instrument) dan sebagai instrumen yang tidak mengikat secara
hukum (instruments not legally binding). Walaupun demikian, hukum internasional
memiliki kekuatan secara moral (have morraly persuasive force). Sifat mengikat hukum
internasional ini bergantung pada jenis instrumen hukum internasional tersebut.
Instrumen hukum international yang berbentuk perjanjian international (treaty) seperti
kovenan, konvensi, dan protokol memiliki sifat mengikat secara hukum. Negara yang
telah meratifikasi instrumen perjanjian internasional harus melaksanakan kewajiban
hukum berdasarkan prinsip iktikad baik (pacta sunt servanda principles). Apabila
instrumen tersebut diformulasikan dalam bentuk deklarasi, guidelines, prinsip-prinsip
biasanya memiliki karateristik tidak mengikat secara hukum. Negara tidak memiliki
kewajiban hukum untuk melaksanakannya, tetapi instrumen tersebut dapat dijadikan
sebagai rujukan (sumber hukum).
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah instrumen internasional yang menjadi
landasan dalam penanganan anak yang berhadapan dengan hukum.
257
258
259
260
261
262
263
C. Rangkuman
Secara harfiah, instrumen dapat diartikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk
membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan/pekerjaan. Khusus berkaitan dengan hal
penanganan masalah anak yang berkonflik dengan hukum, yang dimaksud dengan
instrumen adalah suatu alat berupa landasan/dasar hukum dalam menangani masalah anak
yang berkonflik dengan hukum. Instrumen yang dapat digunakan sebagai dasar hukum bagi
penanganan masalah anak yang berkonflik dengan hukum dapat bersumber dari produk
hukum nasional ataupun internasional. Dua sumber instrumen tersebut akan memberi
arah, petunjuk, dan kekuatan kepada semua pihak terkait dalam menangani masalah anak
yang berkonflik dengan hukum dengan memperhatikan kepentingan yang terbaik bagi anak.
264
D. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai materi Instrumen Nasional dan
Internasional yang Menjadi Dasar Hukum dalam Penanganan Anak Berkonflik dengan
Hukum, kerjakanlah latihan berikut!
2. Dalam upaya membangun rezim hukum anak yang berhadapan dengan hukum,
terdapat empat fondasi konvensi hak anak yang relevan untuk mengimplementasi-
kan praktik peradilan pidana anak, coba Saudara sebutkan empat fondasi konvensi
hak anak tersebut!
265
266
DIVERSI
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Pokok Bahasan 3, Tahapan Pelaksanaan Diversi, PK diharapkan
mampu menjelaskan tahapan pelaksanaan diversi.
B. Subpokok Bahasan
Pada Pokok Bahasan 1, Sistem Peradilan Anak, telah dipelajari sub-subpokok
bahasan mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak, Keadilan Restoratif, dan Diversi.
Selanjutnya pada Pokok Bahasan 2, Instrumen Nasional dan International yang Menjadi
Dasar Hukum dalam Penanganan Anak Berkonflik dengan Hukum dibahas mengenai
subpokok bahasan Instrumen Nasional yang Menjadi Dasar Hukum Penanganan Anak
Berkonflik dengan Hukum dan Instrumen Internasional yang Menjadi Dasar Hukum
Penanganan Anak Berkonflik dengan Hukum. Berikutnya, Pokok Bahasan 3, Tahapan
Pelaksanaan Diversi, dibagi menjadi tiga subpokok bahasan, yaitu 1) tahapan
pelaksanaan diversi sebelum berlakunya Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dan 2) tahapan pelaksanaan diversi mengacu
kepada Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, dan 3) ilustrasi upaya diversi sebelum diberlakukan Undang-Undang RI Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Berikut adalah penjelasan dari
kedua subpokok bahasan tersebut.
267
beberapa perkara anak ternyata upaya diversi tersebut dapat dilaksanakan. Tahapan
upaya diversi yang telah dilaksanakan tersebut, Saudara perhatikan gambar berikut
ini.
Gambar 4
Skema tahapan pelaksanaan diversi sebelum berlakunya Undang-
Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
268
haruslah dilakukan pada setiap tahapan proses hukum, baik pada tahap penyidikan
(kepolisian), penuntutan (kejaksaan), maupun persidangan (pengadilan). Peran,
fungsi, dan tanggung jawab PK dalam upaya diversi berada pada setiap tahapan
proses hukum tersebut. Agar lebih jelas dalam memahami tahapan upaya diversi
tersebut, Saudara dapat memperhatikan gambar berikut ini:
Gambar 5
Tahapan upaya diversi
Sumber: Mengacu pada Undang-Undang RI No. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
269
270
a. Y dinilai sebagai anak yang pandai bergaul dan cukup aktif dalam kegiatan
remaja di lingkungannya.
b. Tidak pernah ada informasi perihal perilaku negatif Y, kecuali perkara yang
sedang dihadapinya.
c. Mereka mendukung harapan Y dan orang tuanya tentang penyelesaian perkara
Y melalui musyawarah.
d. Mereka bersedia membantu membina dan mengawasi Y.
4. PK mengunjungi ketua RT dan ketua RW setempat.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan mereka, diperoleh keterangan
sebagai berikut.
a. Tidak pernah ada informasi tentang perilaku negatif Y, kecuali perkara yang
sedang dihadapinya.
b. Mereka mendukung harapan Y dan orang tuanya tentang penyelesaian perkara
Y melalui musyawarah.
c. Mereka bersedia membantu membina dan mengawasi Y.
4. PK mengunjungi pihak sekolah Y.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pihak sekolah, diperoleh
keterangan mengenai perilaku Y sebagai berikut :
a. Perilaku Y dikenal relatif baik karena tidak pernah tercatat dalam buku catatan
pelanggaran siswa.
b. Prestasi akademik Y relatif baik.
c. Secara moral, pihak sekolah turut bertanggung jawab atas perbuatan Y.
d. Pihak sekolah mendukung harapan Y dan orang tuanya mengenai penyelesaian
masalah Y melalui musyawarah.
e. Pihak sekolah akan meningkatkan pembinaan terhadap Y.
6. PK mengunjungi pihak korban.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pihak korban, diperoleh
keterangan mengenai peristiwa tersebut sebagai berikut.
a. Korban merasa telah dirugikan baik secara material maupun nonmaterial.
b. Pada dasarnya korban dapat memaafkan perbuatan Y.
c. Korban bersedia melakukan musyawarah untuk menyelesaikan perkara Y.
7. PK membaca, mempelajari, dan menganalisis hasil pengumpulan informasi yang
diperoleh melalui wawancara mendalam dengan berbagai pihak.
8. Berdasarkan analisis terhadap hasil pengumpulan informasi melalui wawancara
tersebut, PK memutuskan bahwa perkara Y dapat diselesaikan secara diversi
melalui musyawarah dengan melibatkan pihak-pihak berikut: pelaku dan orang
tuanya, korban, tokoh pemuda setempat, tokoh agama setempat, pihak sekolah,
dan PK.
9. PK segera merencanakan pelaksanaan musyawarah yang meliputi tempat dan
waktu musyawarah.
271
C. Rangkuman
1. Diversi merupakan langkah pertama dan utama dalam menyelesaikan masalah anak
yang berkonflik dengan hukum. Sekalipun pada saat ini belum ada undang-undang
yang secara jelas dan tegas mengatur tentang keharusan upaya diversi, hal tersebut
tidaklah diartikan bahwa diversi tidak dapat dilakukan.
2. Pada kenyataannya berdasarkan pengalaman, sebelum diberlakukannya Undang-
Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, upaya
diversi hanya terjadi pada tingkat penyidikan (kepolisian). Pada tahapan proses
hukum inilah PK harus menjadi inisiator dan motivator dalam melakukan upaya
diversi. PK harus melaksanakan tahapan pelaksanaan diversi dengan baik dan benar.
3. Dengan mengacu kepada Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, PK harus berperan, berfungsi, dan bertanggung jawab dalam
pelaksanaan diversi pada setiap tahapan proses hukum terhadap anak yang
berkonflik dengan hukum.
272
C. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai materi tahapan pelaksanaan
diversi, kerjakanlah soal latihan berikut!
1. Pada saat ini belum ada undang-undang yang secara jelas dan tegas mengatur
tentang upaya diversi. Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa pada saat ini
upaya diversi tidak dapat dilakukan. Jelaskan pendapat Saudara tentang hal
tersebut! Selanjutnya, silakan Sudara tuliskan tahapan upaya diversi yang dapat
dilakukan PK, sebelum berlakunya Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
2. Dengan mengacu pada Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, pada tahapan proses hukum manakah PK berperan,
berfungsi, dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan diversi?
273
274
DIVERSI
A. Rangkuman
Filosofi sistem peradilan pidana anak adalah mengutamakan pelindungan dan
rehabilitasi terhadap pelaku anak (emphasized the rehabilitation of youthful offender)
sebagai orang yang masih mempunyai sejumlah keterbatasan dibandingkan dengan orang
dewasa. Anak memerlukan pelindungan dari negara dan masyarakat dalam jangka waktu ke
depan yang masih panjang. Terhadap anak yang terlanjur menjadi pelaku tindak pidana
diperlukan strategi sistem peradilan pidana, yaitu dengan mengupayakan seminimal
mungkin intervensi sistem peradilan pidana.
Demi kepentingan terbaik anak, pendekatan keadilan restoratif dan upaya diversi
merupakan upaya terbaik dalam menangani masalah anak yang berkonflik dengan hukum.
Keadilan restoratif dan diversi tersebut merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Diversi sebagai upaya pengalihan penyelesaian perkara anak, dari proses peradilan pidana
ke proses di luar peradilan pidana, harus mampu menciptakan rasa keadilan dan
memulihkan konflik ke hal-hal yang baik bagi semua pihak, yaitu korban, pelaku, dan
masyarakat. Dalam pelaksanaannya, sampai saat ini belum ada undang-undang yang
mengatur tentang diversi secara jelas dan tegas. Adapun keberadaan Undang-Undang RI
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang disahkan tanggal 30 Juli
2012, yang di dalamnya memuat ketentuan tentang diversi , baru akan diberlakukan dua
tahun ke depan sejak disahkannya Undang-Undang tersebut. Namun, hal tersebut tidaklah
berarti upaya diversi harus ditunda-tunda. Dengan mengacu pada berbagai peraturan
perundang-undangan dan kebijakan lainnya sebagaimana telah dijelaskan di muka,
melakukan upaya diversi pada saat ini bukanlah sesuatu yang salah.
PK memiliki peran, tugas, dan fungsi yang sangat penting dan strategis dalam melakukan
upaya diversi. Sebelum diberlakukannya Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, peranan PK yang paling menonjol adalah sebagai inisiator.
Pada masa yang akan datang setelah diberlakukannya undang-undang tersebut, diversi
merupakan langkah pertama dan utama yang harus dilakukan oleh para penegak hukum
dalam penyelesaian masalah anak yang berkonflik dengan hukum. Dalam kaitan itu, PK
harus menjalankan peran dan fungsinya dengan baik sesuai dengan yang diamanatkan oleh
undang-undang tersebut.
275
B. Evaluasi
Pililah jawaban soal dibawah ini dengan jawaban yang benar.
4. Dalam proses diversi, biasanya dilakukan musyawarah. Unsur yang terlibat dalam
musyawarah tersebut adalah ....
A. anak dan orang tua/walinya, korban dan atau orangtua/walinya, pembimbing
kemasyarakatan dan pekerja sosial profesional
B. pelaku, lurah, camat
C. korban, saksi, pelaku
D. pembimbing kemasyarakatan, anak sekolah
276
C. 13 tahun
D. 14 tahun
8. Yang tidak dikategorikan sebagai syarat diversi berikut ini adalah ....
A. tindak pidana (sanksi pidana 7 tahun penjara atau kurang)
B. usia Anak (makin rendah makin diupayakan adanya diversi)
C. kategori laporan mediasi
D. jawaban a dan b benar
9. Dalam upaya diversi, persetujuan dari korban, keluarga korban, dan atau masyarakat
sangat diperlukan. Persetujuan ini menjadi tidak diperlukan lagi dalam hal ....
A. tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan
B. tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, nilai kerugian korban tidak
lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat
C. tindak pidana tanpa korban
D. nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat.
10. Coba sebutkan syarat-syarat Diversi mengacu kepada Undang-Undang Nomor No. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, seperti jawaban di bawah ini
kecuali :
A. kategori tindak pidana/sanksi pidana 7 tahun penjara atau kurang)
B. usia anak (makin rendah makin diupayakan adanya diversi)
C. kerugian yang ditimbulkan
D. hasil penelelitian sosial dari pekeja sosial
277
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Saudara dapat mempelajari
modul berikutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Saudara harus mengulangi materi
modul ini, terutama bagian yang belum dikuasai.
1. d
2. d
3. c
4. a
5. a
6. b
7. a
8. d
9. b
10. d
278
DAFTAR PUSTAKA
Ali. Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Jakarta: Prenada Media Group. 2009.
Bagir Manan. “Retorative Justice (Suatu Perkenalan)”,dalam Refleksi Dinamika Hukum
Rangkaian Pemikiran dalam Dekade Terakhir, Perum Percetakan Negara RI: Jakarta.
2008.
Bazemore, G., & Schiff, M. Juvenile Justice Reform and Restorative Justice: BuildingTheory
and Policy from Practice. Oregon: Willan Publishing, 2005.
Benton, S. & B. Setiadi, Mediation and Conflict Management in Indonesia. In L.
Kwok & D. Tjosvold (Eds.), Conflict Management in the Asia Pacific: Assumptions and
Approaches in Diverse Cultures. Singapore: John Wiley &Sons, 1998.
Consedine, J, Restorative justice: Healing the effects of crime. Lyttelton: Ploughshares
Publications,1995.
Davis, G., Making Amends: Mediation and Reparation in Criminal Justice. London:
Routledge, 1992.
Kusumaatmadja, M. Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan. Bandung: Alumni, 2002.
Marlina, Penerapan Konsep Diversi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana dalamSistem
Peradilan Pidana Anak, Jurnal Equality, 2008.
Pavlich, G, “Towards An Ethics of Restorative Justice”. In L. Walgrave (Ed.),Restorative Justice
and The Law. Oregon: Willan Publishing, 2002.
Purnianti, Supatmi M. S. & Tinduk, N. M. M., Analisa Situasi Sistem Peradilan Pidana Anak
(Juvenile Justice Sistem) di Indonesia. Jakarta: UNICEF, 2003.
Schwartz, I. M. & Preiser, L. “Diversion and Juvenile Justice: Can We Ever Get It Right?” In H.
Messmer & H.-U. Otto (Eds.), Restorative Justice on Trial: Pitfallsand Potentials of Victim
Offender Mediation-International ResearchPerspectives. Dordrecht: Kluwer Academic
Publishers, 1992.
Supeno, H. Kriminalisasi Anak: Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak
TanpaPemidanaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2010.
Wright, M., “Victim-Offender Mediation as A Step Towards A Restorative Sistem of Justice”.
In H. Messmer & H.-U. Otto (Eds.), Restorative Justice on Trial:Pitfalls and Potentials of
Victim Offender Mediation-International Research Perspectives. Dordrecht: Kluwer
Academic Publishers.
Dewi dkk., (2011). Mediasi Penal?: Penerapan Restorative Justice di Pengadilan Anak di
Indonesia. Depok: Indie Publishing.
279
GLOSARIUM
1. Juvenile Justice Sistem adalah segala unsur sistem peradilan pidana yang terkait di
dalam penanganan kasus-kasus kenakalan anak. Unsur pertama adalah polisi, polisi
berperan sebagai institusi formal ketika anak nakal pertama kali bersentuhan dengan
sistem peradilan. Polisi juga yang akan menentukan apakah anak akan dibebaskan
atau diproses lebih lanjut. Unsur kedua adalah jaksa dan lembaga pembebasan
bersyarat. Jaksa dan lembaga pembebasan bersyarat akan menentukan apakah anak
akan dibebaskan atau diproses ke pengadilan anak. Unsur ketiga adalah pengadilan
anak. Pengadilan Anak berperan pada tahapan ketika anak akan ditempatkan dalam
pilihan, mulai dari dibebaskan sampai dimasukkan dalam institusi penghukuman.
Unsur terakhir atau unsur keempat adalah institusi penghukuman. Ada dua kategori
perilaku anak yang membuat mereka berhadapan dengan hukum, yakni:
a. status offender adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang
dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos
sekolah, atau kabur dari rumah;
b. juvenile delinquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh
orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum.
2. Pengadilan Anak adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada di lingkungan
peradilan umum. Sidang pengadilan anak, yang selanjutnya disebut sidang anak,
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara anak
sebagaimana ditentukan dalam undang-undang ini (Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1997 tentang Pengadilan Anak).
3. Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan pada umumnya. Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan
umum dilaksanakan oleh pengadilan negeri dan pengadilan tinggi, dan berpuncak
pada Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi (Undang-Undang Nomor 2
tahun 1986 tentang Peradilan Umum).
4. Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum,
anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana
(Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
5. Anak yang Berkonflik dengan Hukum, yang selanjutnya disebut Anak, adalah anak
yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas)
tahun yang diduga melakukan tindak pidana (Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
6. Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana, yang selanjutnya disebut Anak Korban,
adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami
penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak
280
281
282
28. Laporan hasil penelitian kemasyarakatan (litmas) untuk perkara anak menurut
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
memuat:
a. data pribadi anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial;
b. latar belakang dilakukannya tindak pidana;
c. keadaan korban dalam hal ada korban dalam tindak pidana terhadap tubuh
atau nyawa;
d. hal lain yang dianggap perlu;
e. berita acara diversi; dan
f. kesimpulan dan rekomendasi dari pembimbing kemasyarakatan.
29. Instrumen nasional adalah alat/aturan perundangan-undangan yang bersifat
nasional yang dijadikan dasar landasan hukum dalam pelaksanaan tugas.
30. Instrumen internasional adalah alat/aturan yang bersifat internasional dan dapat
dijadikan bahan rujukan dalam setiap permaslahan.
283