Anda di halaman 1dari 282

MODUL

PEMBIMBING
KEMASYARAKATAN

DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN


KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

SAMBUTAN
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sistem Pemasyarakatan adalah sistem koreksi yang bertujuan untuk mengintegrasikan
kembali pelaku tindak pidana kedalam masyarakat dengan berupaya melakukan perubahan
perilaku kearah yang lebih positif terhadap warga binaan pemasyarakatan. Proses pembinaan
dan pembimbingan dimaksud didasarkan atas asas pengayoman, persamaan perlakuan dan
pelayanan, pendidikan, pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia,
kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan, dan terjaminnya hak untuk
tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu lainnya.
Dalam proses peradilan pidana dan dalam pelaksanaan pemidanaan hakekatnya dalam
pelayanan tahanan, pembinaan narapidana dan pembimbingan klien pemasyarakatan,
dengan demikian pemasyarakatan berperan pada seluruh tahapan proses hukum, mulai dari
tahap pra-adjudikasi, adjudikasi dan post adjudikasi. Balai Pemasyarakatan mulai berperan
dalam melakukan pendampingan terhadap pelaku tindak pidana juga melakukan penelitian
kemasyarakatan sebagai analisa terhadap latar belakang tindak pidana, potensi pelaku,
kondisi keluarga, kondisi lingkungan masyarakat dan lain sebagainya yang menjadi bahan
pertimbangan bagi hakim dalam memberikan putusan hukum yang mengikat.
Sebagai bagian dari Sistem Pemasyarakatan, Balai Pemasyarakatan juga berperan dalam
tahap adjudikasi, yaitu melalui laporan hasil penelitian kemasyarakatan. Laporan Penelitian
Kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan bagi aparat penegak hukum lainnya dalam
memberikan keputusan hukum yang tepat dan adil. Pada tahap post-adjudikasi, Balai
Pemasyarakatan ikut didalam melakukan proses pembinaan dalam rangka admisi orientasi,
asimilasi dan reintegrasi serta perlindungan anak.
Seiring dengan disahkannya Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak, pada tanggal 30 Juli 2012, peranan Balai Pemasyarakatan khususnya
Pembimbing Kemasyarakatan dalam Sistem Peradilan Pidana Anak menjadi sangat penting
dan strategis didalam setiap tahapan proses hukum bagi anak.
Dalam tahap pra-adjudikasi Pembimbing Kemasyarakatan memiliki peran penting dalam
penanganan Anak yang berkonflik dengan hukum dengan mengedepankan prinsip untuk hak
kepentingan terbaik bagi anak. Dalam proses ini seorang Pembimbing Kemasyarakatan wajib
mengupayakan diversi bagi anak pelaku tindak pidana dengan pendekatan keadilan restroratif
pada setiap tingkat pemeriksaan; tingkat penyidikan, penuntutan dan pengadilan, selain itu
juga pengawasan pelaksanan diversi yang telah mempunyai penetapan hakim. Perampasan
kemerdekaan adalah salah satu upaya terakhir bagi Anak, ini menjadi filosofi Sistem Peradilan
Pidana Anak dan juga filosogi bagi Pembimbing Pemasyarakatan dalam penanganan anak yang
berkonflik dengan hukum.

I
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Saya sangat mengapresiasi respon yang sangat cepat dan positif yang dilakukan oleh
Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak yang telah menyusun Modul
bagi Pembimbing Kemasyarakatan. Melalui modul ini tentu diharap akan dapat memudahkan
Pembimbing Kemasyarakatan dalam menjalankan tugas dan fungsinya sehari-hari dilapangan.
Saya juga sangat bangga karena modul ini disusun dengan sangat baik karena telah melewati
beberapa proses akademik sehingga modul ini lebih berbobot karena telah dilakukan uji coba
kepada petugas pemasyarakatan.

Saya berharap melalui modul-modul ini kinerja Balai Pemasyarakatan, khususnya


Pembimbing Kemasyarakatan, akan semakin baik dengan dilandasi sikap profesionalisme
serta sumber daya manusia yang kompeten sehingga mampu meningkatkan kualitas
pelayanan pembimbingan, pendampingan serta pengawasan sesuai dengan amanat
perundang-undangan. Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan secara
aktif dalam penyusunan modul ini. Semoga dapat bermanfaat bagi Pembimbing
Kemasyarakatan di lapangan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, September 2012

Direktur Jenderal Pemasyarakatan

SIHABUDIN, Bc.IP, SH, MH


NIP. 19531111 197602 1 001

ii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

DIREKTUR BIMBINGAN KEMASYARAKATAN


DAN PENGENTASAN ANAK
SAMBUTAN
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah, akhirnya penyusunan modul bagi Pembimbing Kemasyarakatan yang
terdiri dari lima modul (Tugas dan Fungsi Pembimbing Kemasyarakatan, Dasar-Dasar
Pembimbingan, Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan,
Manajemen Kasus dan Diversi) telah dapat diselesaikan sesuai waktu yang direncanakan.
Modul ini disusun untuk memenuhi tuntutan peningkatan kualitas Pembimbing
Kemasyarakatan agar dapat menjalankan tugas dan pungsinya secara lebih berdaya guna dan
berhasil guna.
Kita menyadari bahwa posisi Pembimbing Kemasyarakatan pada Bapas dalam proses
hukum ketika diduga telah terjadi tindak pidana memiliki peran yang strategis mulai dari tahap
pra adjudikasi, adjudikasi dan tahap post adjudikasi peran Pembimbing Kemasyarakatan
menjadi sangat nyata dalam bentuk membuat laporan litmas, pendampingan, pembimbingan
dan pengawasan klien pemasyarakatan sesuai dengan karakteristik dan klasifikasi klien. Oleh
karena itu, saya kira modul ini akan sangat membantu bagi Pembimbing Kemasyarakatan
khususnya dan petugas pemasyarakatan pada umumnya untuk memperoleh pemahaman
yang lebih baik terhadap tugas dan fungsi Pembimbing Kemasyarakatan.
Modul ini juga sangat membantu pemahaman kita terhadap pendekatan baru dalam
penganganan anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana UU No. 11 tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Undang-undang tersebut mengenalkan pendekatan
keadilan restoratif (restorative justice) serta upaya diversi wajib dilakukan dalam penanganan
anak yang berhadapan dengan hukum. Melalui transformasi dalam proses pidana anak
menjadikan peran Pembimbing Kemasyarakatan menjadi sangat strategis dalam peradilan
pidana (anak). Hal ini tentu saja memerlukan kesiapan petugas Pembimbing Kemasyarakatan
yang paripurna.
Dengan demikian, kehadiran modul ini sangat tepat mengingat salah satu pokok
bahasannya adalah tentang keadilan restoratif (restorative justice) dan diversi yang sangat
relevan dengan amanat undang-undang tersebut diatas. Akhirnya saya mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan modul ini baik
narasumber maupun pihak-pihak lain yang secara aktif telah memberikan dukungan, arahan
baik langsung maupun tidak langsung.
Mudah-mudahan segala daya upaya yang telah menghasilkan modul Pembimbing
Kemasyarakatan ini senantiasa memberikan motivasi dan inspirasi dalam melaksanakan
tugas-tugas pemasyarakatan. Terima ksih dan mudah-mudahan besar manfaat.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, September 2012


Direktur Bimbingan Kemasyarakatan
dan Pengentasan Anak

Dr. MARDJOEKI, Bc.IP., M.Si.


NIP. 19560424 198101 1 001

iii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

DIREKTUR BIMBINGAN KEMASYARAKATAN


DAN PENGENTASAN ANAK
SAMBUTAN
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah, akhirnya penyusunan modul bagi Pembimbing Kemasyarakatan yang
terdiri dari lima modul (Tugas dan Fungsi Pembimbing Kemasyarakatan, Dasar-Dasar
Pembimbingan, Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan,
Manajemen Kasus dan Diversi) telah dapat diselesaikan sesuai waktu yang direncanakan.
Modul ini disusun untuk memenuhi tuntutan peningkatan kualitas Pembimbing
Kemasyarakatan agar dapat menjalankan tugas dan pungsinya secara lebih berdaya guna dan
berhasil guna.
Kita menyadari bahwa posisi Pembimbing Kemasyarakatan pada Bapas dalam proses
hukum ketika diduga telah terjadi tindak pidana memiliki peran yang strategis mulai dari tahap
pra adjudikasi, adjudikasi dan tahap post adjudikasi peran Pembimbing Kemasyarakatan
menjadi sangat nyata dalam bentuk membuat laporan litmas, pendampingan, pembimbingan
dan pengawasan klien pemasyarakatan sesuai dengan karakteristik dan klasifikasi klien. Oleh
karena itu, saya kira modul ini akan sangat membantu bagi Pembimbing Kemasyarakatan
khususnya dan petugas pemasyarakatan pada umumnya untuk memperoleh pemahaman
yang lebih baik terhadap tugas dan fungsi Pembimbing Kemasyarakatan.
Modul ini juga sangat membantu pemahaman kita terhadap pendekatan baru dalam
penganganan anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana UU No. 11 tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Undang-undang tersebut mengenalkan pendekatan
keadilan restoratif (restorative justice) serta upaya diversi wajib dilakukan dalam penanganan
anak yang berhadapan dengan hukum. Melalui transformasi dalam proses pidana anak
menjadikan peran Pembimbing Kemasyarakatan menjadi sangat strategis dalam peradilan
pidana (anak). Hal ini tentu saja memerlukan kesiapan petugas Pembimbing Kemasyarakatan
yang paripurna.
Dengan demikian, kehadiran modul ini sangat tepat mengingat salah satu pokok
bahasannya adalah tentang keadilan restoratif (restorative justice) dan diversi yang sangat
relevan dengan amanat undang-undang tersebut diatas. Akhirnya saya mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan modul ini baik
narasumber maupun pihak-pihak lain yang secara aktif telah memberikan dukungan, arahan
baik langsung maupun tidak langsung.
Mudah-mudahan segala daya upaya yang telah menghasilkan modul Pembimbing
Kemasyarakatan ini senantiasa memberikan motivasi dan inspirasi dalam melaksanakan
tugas-tugas pemasyarakatan. Terima ksih dan mudah-mudahan besar manfaat.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, September 2012


Direktur Bimbingan Kemasyarakatan
dan Pengentasan Anak

Dr. MARDJOEKI, Bc.IP., M.Si.


NIP. 19560424 198101 1 001

i
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

DAFTAR ISI
Sambutan Direktur Bimkemas & Pengentasan Anak
MODULI : TUGAS DAN FUNGSI PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB I PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat 1
Kompetensi Umum 1
Kompetensi Khusus 2
Peta Kompetensi 2
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 2
Manfaat Mempelajari Modul 3
Petunjuk Penggunaan Modul 3

BAB II PROFIL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN


Kompetensi Khusus 4
Profil Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Peraturan Perundang-Undangan 4
Profil Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Ahli 10
Rangkuman 11
Latihan 12

BAB III TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN


Kompetensi Khusus 13
Tugas Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Peraturan Perundang-Undangan 13
Tugas Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Ahli 14
Fungsi Pembimbing Kemasyarakatan 16
Rangkuman 18
Latihan 18

BAB IV PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN


Kompetensi Khusus 19
Peran Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Ahli 19
Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Institusi Penegak Hukum 33
Rangkuman 35
Latihan 35

BAB V PENUTUP
Rangkuman 36
Evaluasi 36
Umpan Balik 38
Kunci Jawaban 39
Daftar Pustaka 40
Glosarium 41

ii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

MODULII : DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN


BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 42
Deskripsi Singkat 43
Kompetensi Umum 43
Kompetensi Khusus 43
Peta Kompetensi 43
Pokok Bahasan 44
Manfaat 44
Petunjuk Penggunaan Modul 44

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN PEMBIMBINGAN


Kompetensi Khusus 46
Sejarah Perkembangan Balai Pemasyarakatan 46
Sejarah Perkembangan IImu Pekerjaan Sosial Dan Laporan Penelitian
Kemasyarakatan Di Indonesia 49
Rangkuman 51
Latihan 53

BAB III PRINSIP-PRINSIP DASAR PEMBIMBINGAN


Kompetensi Khusus 54
Prinsip-Prinsip Dasar Menurut Henry S. Maas 54
Prinsip-Prinsip Dasar Menurut Naomi 1. Brill 56
Prinsip-Prinsip Dasar Menurut Felix Biestek 57
Rangkuman 59
Latihan 59

BAB IV METODE-METODE PEMBIMBINGAN


Kompetensi Khusus 60
Metode Pembimbingan 60
Penerapan Metode Dalam Praktek Pembimbingan 62
Rangkuman 67
Latihan 68

BAB V TEKNIK-TEKNIK PEMBIMBINGAN


Kompetensi Khusus 69
Teknik Pekerjaan Sosial Menurut Naomi 1. Brill 69
Teknik Bimbingan Kelompok 74
Rangkuman 75
Latihan 76

iii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB VI KETERAMPILAN-KETERAMPILAN DALAM PEMBIMBINGAN


Kompetensi Khusus 77
Keterampilan Menurut Stephen P. Robbins 77
Keterampilan Menurut Naomi 1. Brill 78
Keterampilan Menurut Louise C. Johnson 81
Keterampilan Menurut Armando Morales Dan Bradford W. Sheafor 84
Rangkuman 85
Latihan 86

BAB VII PENUTUP

Rangkuman 87
Evaluasi 87
Umpan Balik 90
Kunci Jawaban 91
Daftar Pustaka 91

MODUL III PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING


KEMASYARAKATAN
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 93
Deskripsi Singkat 93
Kompetensi Umum 93
Kompetensi Khusus 94
Peta Kompetensi 94
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 95
Manfaat Mempelajari Modul 95
Petunjuk Penggunaan Modul 95

BAB II GAMBARAN UMUM PROSEDUR DAN MEKANISME


PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN (PK)
Kompetensi Khusus 97
Pengertian Prosedur dan Mekanisme 97
Pengertian Pembimbingan, Tujuan Pembimbingan
dan Unsur-unsur Pembimbingan 98
Rangkuman 105
Latihan 105

iv
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB III PROSEDUR DAN MEKANISME


PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN (PK)
Kompetensi Khusus 107
Prosedur dan Mekanisme Litmas 107
Prosedur dan Mekanisme Pendampingan 112
Prosedur dan Mekanisme Sidang TPP 116
Prosedur dan Mekanisme Pembimbingan 117
Prosedur dan Mekanisme Pengawasan 121
Rangkuman 122
Latihan 122

BAB IV PENCATATAN, PELAPORAN DAN PENGARSIPAN


Kompetensi Khusus 123
Definisi Pencatatan 123
Definisi Pelaporan 123
Definisi Pengarsipan 124
Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan 125
Rangkuman 126
Latihan 127

BAB V PENUTUP
Rangkuman 128
Evaluasi 128
Umpan Balik 131
Kunci Jawaban 131
Daftar Pustaka 132

v
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

MODUL IV MANAJEMEN KASUS


BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang 133


Diskripsi Singkat 133
Kompetensi Umum 133
Kompetensi Khusus 134
Peta kompetensi 134
Pokok bahasan dan sub pokok bahasan 134
Manfaat mempelajari modul 136
Petunjuk penggunaan modul 136

BAB II. PENGERTIAN MANAJEMEN KASUS

Kompetensi Khusus 137


Pengertian Manajemen Kasus 137
Rangkuman 139
Latihan 139

BAB III. FUNGSI MENAJEMEN KASUS

Kompetensi khusus 140


Fungsi Manajemen Kasus 140
Prinsip Manajemen Kasus 142
Tujuan Manajemen Kasus 144
Tugas Manajer Kasus 145
Peran Manajer Kasus 145
Rangkuman 146
Latihan 146

BAB IV. TAHAPAN DAN STRATEGI MANAJEMEN KASUS

Kompetensi Khusus 147


Tahapan dalam manajemen Kasus 147
Pihak yang terlibat dalam manajemen kasus 158
Rangkuman 159
Latihan 160

vi
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB V. KETERAMPILAN KOMUNIKASI

Kompetensi Khusus 161


Keterampilan menjalin komunikasi 161
Rangkuman 168
Latihan 169

BAB VI. MENJALIN HUBUNGAN BANTUAN DAN STRATEGI KEMITRAAN

Kompetensi Khusus 170


Keterampilan menjalin hubungan dan strategi kemitraan 170
Sifat layanan bantuan 176
Menjalin kemitraan 176
Rangkuman 182
Latihan 182

BAB VII. PENUTUP.

Rangkuman 183
Evaluasi 184
Umpan Balik 186
Kunci Jawaban 186
Daftar Pustaka 187
Glosarium 187

MODUL V DIVERSI

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang 190


Diskripsi Singkat 191
Kompetensi Umum 191
Kompetensi Khusus 191
Peta kompetensi 192
Pokok bahasan dan sub pokok bahasan 192
Manfaat mempelajari modul 193
Petunjuk penggunaan modul 193

vii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB II. SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

Kompetensi Khusus 194


Sistem Peradilan Pidana Anak 194
Keadilan Restorative 198
Diversi 201
Rangkuman 213
Latihan 214

BAB III. INSTRUMEN NASIONAL DAN INTERNASIONAL YANG MENJADI


DASAR HUKUM DALAM PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM

Kompetensi khusus 215


Instrumen Nasional Yang Menjadi Dasar Hukum Penanganan Anak
Berkonflik Dengan Hukum 215
Instrumen Internasional Yang Menjadi Dasar Hukum Penanganan
Anak Berkonflik Dengan Hukum 222
Rangkuman 230
Latihan 230

BAB IV. TAHAPAN PELAKSANAAN DIVERSI

Kompetensi Khusus 231


Tahapan pelaksanaan diversi sebelum berlakunya
UU RI No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 233
Tahapan pelaksanaan diversi mengacu kepada
UU RI No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 233

Ilustrasi upaya diversi sebelum diberlakukan


UU RI No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 234
Rangkuman 237
Latihan 237

viii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB V. KOMPONEN LAPORAN PELAKSANAAN DIVERSI

Kompetensi Khusus 238


Format Laporan 239
Lampiran Pendukung Laporan Rangkaian Kegiatan Diversi 241
Rangkuman 243
Latihan 243

BAB VII. PENUTUP.

Rangkuman 244
Evaluasi 245
Umpan Balik 247
Kunci Jawaban 247
Daftar Pustaka 248
Glosarium 249

ix
COVER MODUL

MODUL I
TUGAS DAN PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
COPYRIGHT
TUGAS DAN PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul

Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia


oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Penulis
Tejo Harwanto | Taufiq Effendy W | Veriyadi

Editor
Tim PAU Universitas Terbuka

Desain dan Tata Letak


Rion Gustaf

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku tanpa ijin tertulis dari Tim Penyusun Modul

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
DIREKTORAT BIMBINGAN KEMASYARAKATAN
DAN PENGENTASAN ANAK
2012
1ii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

PENGANTAR
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan sistem Pemasyarakatan adalah menyiapkan Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) atau selanjutnya disebut klien pemasyarakatan agar dapat
berintegrasi secara sehat dan berperan kembali dalam keluarga dan lingkungan
masyarakat luas secara bertanggung jawab.
Peran Balai Pemasyarakatan secara umum dan Pembimbing Kemasyarakatan
secara khusus dirasa belum maksimal dalam mewujudkan fungsi sistem
pemasyarakatan.
Seiring dengan akan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Pembimbing Kemasyarakatan memegang
peranan sangat penting dalam proses penegakan hukum, terutama dalam Penelitian
Kemasyarakatan dan bimbingan bagi klien pemasyarakatan.
Penulisan modul ini dimaksudkan untuk menyediakan bahan ajar terkait dengan
Tugas, Fungsi, dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan. Modul ini diharapkan agar
dapat menjembatani kesenjangan antara Pembimbing Kemasyarakatan yang ada
sekarang dengan Pembimbing Kemasyarakatan yang ideal yang mampu melaksanakan
amanat Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Tugas dan Peran Pembimbingan Kemasyarakatan merupakan dasar
untuk mempelajari modul-modul selanjutnya. Modul ini dibagi menjadi 5 (lima) Bab
yang mencakup tentang pendahuluan, profil pembimbing kemasyarakatan, tugas
pembimbing kemasyarakatan, peran pembimbing kemasyarakatan dan penutup.

C. KOMPETENSI UMUM
Setelah mempelajari modul Tugas dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan,
Saudara akan memiliki kemampuan dalam menjelaskan tugas dan peran Pembimbing
Kemasyarakatan.

1
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

D. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari modul Tugas dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan,
secara khusus Saudara akan memiliki kemampuan dalam :
1. Mengidentifikasikan profil Pembimbing Kemasyarakatan
2. Menjelaskan tugas Pembimbing Kemasyarakatan
3. Menjelaskan peran Pembimbing Kemasyarakatan

E. PETA KOMPETENSI
Berikut adalah tahapan Kompetensi yang harus Saudara capai untuk memiliki
kemampuan dalam menjelaskan tugas dan peran Pembimbing Kemasyarakatan.

TUGAS DAN PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Setelah mempelajari modul ini Pembimbing Kemasyarakatan memiliki


kemampuan dalam menjelaskan tugas dan peran pembimbing
kemasyarakatan

2. Menjelaskan Tugas 3. Menjelaskan Peran


Pembimbing Pembimbing
Kemasyarakatan Kemasyarakatan

1. Mengidentifikasi Profil
Pembimbing
Kemasyarakatan

Gambar 1. Peta Kompetensi

F. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


Untuk mempermudah Saudara dalam mencerna materi dalam modul ini, maka
materi dalam modul dikemas sebagai berikut :
BAB I. Pendahuluan
BAB II. Profil Pembimbing Kemasyarakatan
Bab ini mengupas Sub Bab Profil Pembimbing Kemasyarakatan menurut peraturan
perundang-undangan dan Sub Bab Profil Pembimbing Kemasyarakatan menurut
pandangan para ahli.

2
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB III. Tugas Pembimbing Kemasyarakatan


Bab ini mengupas Sub Bab Tugas Pembimbing Kemasyarakatan menurut peraturan
perundang-undangan, Sub Bab Tugas Pembimbing Kemasyarakatan menurut ahli, Sub
Bab Fungsi Pembimbing Kemasyarakatan
BAB IV. Peran Pembimbing Kemasyarakatan
Bab ini mengupas Sub Bab Peran Pembimbing Kemasyarakatan menurut ahli dan Sub
Bab Peran Pembimbing Kemasyarakatan dalam institusi penegakan hukum
BAB V. Penutup

G. MANFAAT MEMPELAJARI MODUL


Modul ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman terhadap tugas,
fungsi, dan peran Pembimbing Kemasyarakatan. Modul ini digunakan sebagai pedoman
Pembimbing Kemasyarakatan dalam melaksanakan tugas pembimbingan,
pendampingan, dan pengawasan klien pemasyarakatan di lapangan.

H. PETUNJUK MEMPELAJARI MODUL


Perhatikan dan ikuti beberapa petunjuk berikut.
1. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang tugas pembimbing kemasyarakatan
dianjurkan Saudara membaca referensi terkait, yaitu PP No. 31 Tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan dan Keputusan
Menteri Kehakiman RI No. M.01-PK.04.10 Tahun 1998 tentang Tugas, Kewajiban dan
Syarat -Syarat Bagi Pembimbing Kemasyarakatan sebagai dasar pemahaman, Undang
Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.
2. Baca dan pahamilah setiap bab secara bertahap dan berulang-ulang sehingga pada
saat Saudara selesai mengerjakan evaluasi di akhir modul yang disajikan dalam
Modul ini tingkat penguasaan yang Saudara peroleh mencapai minimal 80%,
3. Kerjakan setiap soal-soal dalam latihan dan evaluasi dengan tertib dan sungguh-
sungguh tanpa melihat terlebih dahulu kunci jawabannya,
4. Setelah mempelajari modul ini dan telah mencapai minimal 80% penguasaan materi,
Saudara diharuskan melanjutkan materi ke modul selanjutnya.

3
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB II
PROFIL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, Pembimbing Kemasyarakatan diharapkan
memiliki kemampuan dalam mengidentifikasikan profil pembimbing kemasyarakatan.

B. SUB POKOK BAHASAN


1. Profil Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Peraturan Perundang-undangan.
Sejak berdirinya Lembaga Reklasering di Indonesia pada zaman Pemerintahan
Belanda, petugas yang menjadi garda terdepan dalam pelayanan hukum kepada
masyarakat saat itu dikenal dengan sebutan Ambtenaar der Reclassering disebut
juga Bijzondere Ambtenaar (Pegawai Negeri Istimewa) atau dalam bahasa Inggris
disebut Probation Officer, Pekerja Sosial Kehakiman dan mulai 1968 petugas
tersebut dikenal dengan sebutan Pembimbing Kemasyarakatan. Tugas dan tanggung
jawabnya telah diatur dalam Wetboek van strafrecht yang kemudian dilakukan
perubahan dalam KUHP pada 1917 yang diberlakukan mulai 1 Januari 1918. Dalam
pasal 14. d. (2). KUHP disebutkan bahwa
“Hakim boleh mewajibkan kepada seseorang Ambtenaar istimewa, supaya
memberi pertolongan dan bantuan kepada system hukum tentang perjanjian
istimewa itu”
Disamping itu dalam ordonansi pidana bersyarat dan bebas bersyarat Stbl.
Nomor 251. tanggal 4 mei 1926 dan Nomor 18 diberlakukan G.General 9 Juli 1926
pada title 1 tentang pegawai istimewa dalam
Pasal 11
(1) Untuk tiap-tiap daerah yang mempunyai pengadilan negeri dapat seorang
atau “Pegawai Istimewa”. Istilah ini yang dimaksud adalah pembimbing
kemasyarakatan.
(2) Mereka mendapat bantuan “Pegawai Reklasering” atau wakil pegawai
Reklasering. Dalam Ordonansi bahasa belanda “Ambtenaar der Reclasering”
yang dimaksud adalah pegawai istimewa atau Pembimbing Kemasyarakatan.
(4) Tempat dan kedudukannya ditetapkan oleh mentri kehakiman.

4
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Pasal 12
(1) : “Pegawai Reklasering diwajibkan jaksa oleh Mentri Kehakiman untuk
kepentingan pengawasannya”
Pasal 14
(1) : “Menteri Kehakiman dapat mencukupi, menunjuk Pegawai Istimewa yang
sanggup menjalankan pekerjaan itu”
Keberadaan Pembimbing Kemasyarakatan kemudian diperkuat juga oleh
Hakim Agung wanita pertama di Indonesia, Sri Widoyati, W.S., SH. dalam Surat
Edaran Hakim Agung tanggal 4 juli 1971 nomor M.A./PEM/040/1971. tentang
“sidang perkara anak” yang menyebutkan bahwa dalam sidang anak : a) Harus hadir
pekerja sosial dan b) Harus ada laporan data sosial. Melalui surat edaran inilah maka
hingga kini keberadaan PK dalam persidangan menjadi penting, baik secara legal
formal maupun secara aktual. Hal ini ditujukan agar petugas penegak hukum lainnya
mendapat second opinion (pendapat pihak lain) mengenai latar belakang anak yang
dalam proses hukum agar keputusan hukum yang diambil tepat sasaran karena
berkaitan dengan masa depan anak. Kebijakan hakim agung diatas juga diperkuat
dengan beberapa peraturan sebagai berikut:
a. Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor 06 – UM – 01 – 06 tahun 1983. tentang :
“Tata tertib Persidangan dan tata ruang sidang “, tanggal 16 Desember 1983;
b. Surat Edaran Jaksa Agung RI tanggal 17 Februari 1982, Nomor : B/22/0/E/2/1982.
tentang : “Pengiriman Putusan Pidana Bersyarat Pada balai Bispa (BAPAS).”;
c. Surat Edaran Jaksa Agung RI tanggal 9 Januari 1986 Nomor : R-001/A-6/1/86.
SIFAT “ RAHASIA” Hak Litmas untuk penuntutan, Tindak Pidana Narkotika, denga
Pelaku Usia Muda;
d. Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung RI tanggal 17 November 1987 Nomor 6
tahun 1987. Perihal : Tata Tertib Sidang Anak, Menunjuk Peraturan Menteri
Kehakiman RI tahun 1983 nomor 06 – UM.01.06. Perihal Tata Tertib Sidang Anak;
e. DOR. Stbl nomor 741. Tahun 1917 tanggal 17 juli 1926. disyahkan oleh
SECRETARIAT GENERAL EROBRETE. Banyak memuat pasal tentang pegawai
reklasering dan litmas;
f. Juga banyak terdapat penyebutan : Probation officer dan social inquiry Report.
yang di bahas pada : a) SMR. For Juvannile justice dan b) SMR For Non Constodial
measure;

5
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

g. Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Pembimbing


Kemasyarakatan dimuat dalam pasal 1 (2), pasal 29 (8), pasal 34 (1),(3), pasal 36,
pasal 38, pasal 59 (2); dan
h. Keputusan Menteri Kehakiman & HAM RI No. M.01-PK.04.10 Tahun 1998 tentang
Tugas, Kewajiban dan syarat-syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan.
i. Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
pasal 64 ayat (1), (2), (3).
Dari dasar-dasar hukum diatas dapat disimpulkan bahwa peran PK dalam
system peradilan pidana sangat penting dan strategis. Oleh karena itu untuk
menjalankan amanah peraturan perundang-undangan tersebut diatas, maka PK
perlu meningkatkan kompetensinya sebagaimana peran dan tanggung jawab yang
diembannya.
Setiap kegiatan tentu ada pelaku atau personil yang melaksanakan aktivitas di
dalam organisasi atau kelembagaan seperti halnya pada Balai Pemasyarakatan
(Bapas). Bapas memiliki Pembimbing Kemasyarakatan (PK) yang sering disebut
Probation Officer, Parole Officer, dan After Care Officer (pada jaman Belanda disebut
Reclassering Ambtenaar).
Pembimbing Kemasyarakatan mempunyai tugas khusus dalam proses
penegakan hukum. Pembimbing Kemasyarakatan merupakan salah satu bagian dari
sistem tata peradilan pidana, seperti halnya Polisi, Jaksa, Hakim, dan Pengacara.
Dalam Keputusan Menteri Kehakiman RI No : M.01-PK.04.10 Tahun 1998
tentang Tugas, Kewajiban, dan Syarat-syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan
disebutkan bahwa Pembimbing Kemasyarakatan adalah pegawai/petugas
Pemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan yang ditunjuk dan atau diangkat
menjadi Pembimbing Kemasyarakatan serta dapat diberhentikan oleh Menteri sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Pembimbing
Kemasyarakatan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajiban kepada
Kepala Balai Pemasyarakatan.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
menyebutkan bahwa Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional
penegak hukum yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan,
pengawasan, dan pendampingan terhadap Anak di dalam dan di luar proses
peradilan pidana.
Pembimbing Kemasyarakatan diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

6
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Pidana Anak, dan Keputusan Menteri Kehakiman RI No : M.01-PK.04.10 Tahun 1998


tentang Tugas, Kewajiban, dan Syarat-syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan.
Pelayanan pembimbingan yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan
tidak didasarkan kepada upaya balas dendam atau hukuman. Pembimbingan
terhadap klien ini lebih dititikberatkan kepada upaya profesional untuk memperbaiki
dan meningkatkan kemampuan klien dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya seorang Pembimbing Kemasyarakatan
mempunyai kewajiban sesuai yang diatur dalam Keputusan Menteri Kehakiman RI
No : M.01-PK.04.10 Tahun 1998 tentang Tugas, Kewajiban, dan Syarat-syarat bagi
Pembimbing Kemasyarakatan, antara lain adalah sebagai berikut.
a. menyusun laporan atas hasil penelitian kemasyarakatan yang telah dilakukannya
atau dikenal dengan nama Laporan Penelitian Kemasyarakatan (litmas);
b. mengikuti sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan guna memberikan data, saran,
dan pertimbangan atas hasil penelitian dan pengamatan yang telah
dilakukannya;
c. mengikuti sidang pengadilan yang memeriksa perkara Anak Nakal guna
memberikan penjelasan, saran dan pertimbangan kepada hakim mengenai
segala sesuatu yang berkaitan dengan Anak Nakal yang sedang diperiksa di
Pengadilan berdasarkan hasil penelitian kemasyarakatan yang telah
dilakukannya;
d. melakukan Pendampingan, Pembimbingan,dan pengawasan terhadap Anak
dalam proses Sistem Peradilan Anak;
e. melaporkan setiap pelaksanaan tugas kepada Kepala Balai Pemasyarakatan.
Seseorang yang bekerja sepatutnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
agar dapat menjalankan pekerjaannya secara profesional. Seorang Pembimbing
Kemasyarakatan dituntut memiliki pengetahuan tentang ilmu Pekerjaan Sosial dan
ilmu pengetahuan lainnya seperti psikologi, psikiatri, agama, sosiologi, kriminologi,
ilmu pemasyarakatan, dan ilmu hukum khususnya hukum pidana.
Untuk menjadi seorang Pembimbing Kemasyarakatan ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi. Adapun syarat-syarat dan hal-hal terkait agar seorang petugas
dapat diangkat menjadi Pembimbing Kemasyarakatan sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Kehakiman RI No : M.01-PK.04.10 Tahun 1998 tentang Tugas,
Kewajiban, dan Syarat-syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan Pasal 4, 5, 6, dan 7
adalah sebagai berikut.

7
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Pasal 4
Syarat-syarat untuk petugas agar dapat diangkat menjadi Pembimbing
Kemasyarakatan :
a. Pegawai Negeri Sipil yang berpendidikan serendah-rendahnya lulusan :
1.) Sekolah Menengah Kejuruan bidang Pekerjaan Sosial;
Pendidikan yang ditempuh selama 4 (empat) tahun, diajarkan tentang
membuat sistem pelaporan, salah satunya “riwayat sosial” yang
dikembangkan menjadi Laporan Penelitian Kemasyarakatan.
2.) Sekolah Menengah Umum atau Kejuruan lainnya.
b. Telah berpengalaman kerja sebagai pembantu Pembimbing Kemasyarakatan
bagi lulusan :
1.) Sekolah Menengah Kejuruan bidang Pekerjaan Sosial berpengalaman
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun;
2.) Sekolah Menengah Umum atau Kejuruan lainnya berpengalaman sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun.
c. Sehat jasmani dan rohani.
d. Pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda (Golongan/Ruang II/a).
e. Telah mengikuti Pelatihan Teknis Pembimbing Kemasyarakatan (Tahun 1968
kursus Bispa diadakan selama 6 bulan).
f. Mempunyai minat, perhatian dan dedikasi di bidang kesejahteraan sosial; dan
g. Semua unsur penilaian dalam DP3 bernilai baik dan tidak sedang menjalani
hukuman disiplin.

Pasal 5
(1) Pembimbing Kemasyarakatan diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian Pembimbing Kemasyarakatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
atas nama Menteri Kehakiman Republik Indonesia.

Pasal 6
Pengangkatan dan pemberhentian Pembimbing Kemasyarakatan dilakukan atas usul
Kepala Bapas melalui Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman setempat.

Pasal 7
(1) Pembimbing Kemasyarakatan diberhentikan dengan hormat karena :
a. Mencapai usia pensiun;
b. Permintaan sendiri;
c. Keadaan badan atau kesehatan jiwanya tidak lagi mampu menjalankan
tugasnya setelah dinyatakan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan yang berwenang;
d. Tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik;

8
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

e. Meninggal dunia.
(2) Pembimbing Kemasyarakatan diberhentikan dengan tidak hormat karena :
a. Melakukan perbuatan tercela;
b. Melakukan pelanggaran terhadap tugas dan kewajiban.

Demikian telah dipaparkan syarat-syarat Pembimbing Kemasyarakatan yang


telah diatur dalam Keputusan Menteri, alangkah baiknya jika kita tampilkan juga
referensi dari peraturan yang lain. Seorang Pembimbing Kemasyarakatan diatur juga
dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut.

Pasal 64
(1) Penelitian kemasyarakatan, pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan
terhadap anak dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan.
(2) Syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Pembimbing Kemasyarakatan sebagai
berikut :
a. berijazah paling rendah diploma tiga(D-3) bidang ilmu sosial atau yang setara
atau telah berpengalaman bekerja sebagai pembantu Pembimbing
Kemasyarakatan bagi lulusan:
1) sekolah menengah kejuruan bidang pekerjaan sosial
berpengalaman paling singkat 1 (satu) tahun; atau
2) sekolah menengah umum dan berpengalaman di bidang
pekerjaan sosial paling singkat 3 (tiga) tahun.
b. sehat jasmani dan rohani;
c. pangkat/golongan ruang paling rendah Pengatur Muda Tingkat I/ II/b;
d. mempunyai minat, perhatian, dan dedikasi di bidang pelayanan dan
pembimbingan pemasyarakatan serta pelindungan anak; dan
e. telah mengikuti pelatihan teknis Pembimbing Kemasyarakatan dan memiliki
sertifikat.
(3) Dalam hal belum terdapat Pembimbing Kemasyarakatan yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tugas dan fungsi Pembimbing
Kemasyarakatan dilaksanakan oleh petugas yaitu Lembaga Penempatan Anak
Sementara (LPAS) dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak(LPKA) atau belum
terbentuknya LPKA atau LPAS dilaksanakan oleh petugas rumah tahanan dan
lembaga pemasyarakatan.

Dari peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pembimbing


Kemasyarakatan, dapat diambil sebuah simpulan terkait profil Pembimbing
Kemasyarakatan. Pembimbing Kemasyarakatan merupakan pejabat fungsional
penegak hukum pada Balai Pemasyarakatan yang ditunjuk dan atau diangkat menjadi

9
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Pembimbing Kemasyarakatan. Pembimbing Kemasyarakatan bertugas melaksanakan


penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan
terhadap Anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana.
Seorang Pembimbing Kemasyarakatan dapat diberhentikan oleh Menteri sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
Tugas utama seorang Pembimbing Kemasyarakatan adalah melakukan penelitian
kemasyarakatan, melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan
terhadap Anak dalam proses Sistem Peradilan Anak.

2. Profil Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Ahli.


Menurut Karim (2011), Pembimbing Kemasyarakatan atau yang dulu sering
disebut sebagai Pekerja Sosial Kehakiman (Social Worker in Correctional Field)
merupakan pegawai yang salah satu tugasnya adalah menyajikan data tentang diri
klien, keluarga dan masyarakat, latar belakang dan sebab-sebab mengapa seorang
anak sampai melakukan pelanggaran hukum, antara lain melakukan pendekatan
melalui salah satu metode ilmu pekerja sosial.
Data yang diungkap tersebut dituangkan dalam bentuk suatu laporan yang
sekarang dikenal dengan nama Laporan Penelitian Kemasyarakatan (litmas). Laporan
tersebut harus dipertanggungjawabkan di depan sidang peradilan baik secara tertulis
maupun lisan. Dalam perkembangan selanjutnya Laporan Penelitian Kemasyarakatan
(litmas) digunakan juga untuk proses pembinaan warga binaan pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan maupun di Rumah Tahanan Negara yaitu untuk litmas
tahap awal, litmas CMK, litmas asimilasi, litmas untuk CMB, CB, dan PB.
Soewandi (2003) juga menyebutkan bahwa Pembimbing Kemasyarakatan
dapat dikatakan juga sebagai Pekerja Sosial dalam bidang Kehakiman. Pembimbing
Kemasyarakatan yang disebut Probation Officer, Parole Officer, dan After Care
Officer memiliki disiplin ilmu tentang Pekerjaan Sosial disamping disiplin ilmu lainnya
dalam usaha pelaksanaan bimbingan klien secara terpadu.
Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Pembimbing
Kemasyarakatan adalah Seseorang yang memiliki keahlian dan keterampilan teknis
dalam bidang ilmu pekerjaan sosial (Social Works)disamping disiplin ilmu lain
khususnya ilmu hukum yang berkaitan dengan tugasnya.
Metode Pekerjaan Sosial dengan latar belakang ilmu pekerjaan sosial
sangatlah erat kaitannya dengan permasalahan dalam penanganaan pembinaan di
Lembaga Pemasyarakatan sehingga ilmu kesejahteraan sosial dapat digunakan untuk
pembimbingan narapidana di luar lembaga pemasyarakatan (Non Institutional).
Istilah Pembimbing Kemasyarakatan ini diciptakan oleh almarhum Bapak R.
Waliman Hendrosusilo sebagai pengganti istilah asing Ambtenaar der Reclassering

10
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

yang dipakai di negara Belanda atau Probation Officer, Parole Officer, dan After Care
Officer yang digunakan negara-negara Barat maupun Asia. Penyebutan istilah
Pembimbing Kemasyarakatan memiliki tujuan, yaitu adanya kesetaraan antara Polisi,
Jaksa, Hakim, Panitera, Pengacara, atau Pembela Hukum sebagai petugas penegak
hukum.
Dalam sidang anak Pembimbing Kemasyarakatan mempunyai tugas penting,
tidak hanya membuat litmas tetapi wajib hadir dalam sidang anak sebagai anggota
sidang untuk mempertanggungjawabkan tugasnya, bahkan berfungsi sebagai
pendamping klien apabila orangtua/wali klien anak tidak hadir.
Pembimbing Kemasyarakatan harus mempunyai pengetahuan dan
keahlian/kemampuan sesuai dengan tugas dan kewajibannya atau mempunyai
keterampilan teknis dan jiwa pengabdian di bidang pekerjaan sosial. Pembimbing
Kemasyaratan dalam melakukan bimbingan terhadap klien pemasyarakatan harus
berpedoman dan sesuai dengan petunjuk atau aturan yang sudah ditetapkan.
Oktoriny dalam tesisnya yang berjudul “Peranan Pembimbing
Kemasyarakatan Terhadap Klien Pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan Klas I
Padang” menyebutkan beberapa tujuan yang hendak dicapai Pembimbing
Kemasyarakatan dalam proses pembimbingan kemasyarakatan, yaitu :
1. Supaya klien-klien menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya;
2. Supaya klien tidak melakukan kembali perbuatan yang melanggar hukum tindak
pidana;
3. Supaya klien dapat memperbaiki dirinya;
4. Supaya klien dapat diterima kembali oleh masyarakat di tempat tinggalnya;
5. Dapat berperan aktif dalam pembangunan Indonesia;
6. Dapat hidup secara wajar sebagai warga masyarakat yang baik dan bertanggung
jawab.

C. RANGKUMAN
1. Pembimbing Kemasyarakatan atau yang dulu disebut Pekerja Sosial Kehakiman
(Social Worker in Correctional Field) adalah pejabat fungsional penegak hukum pada
Balai Pemasyarakatan yang ditunjuk dan atau diangkat menjadi Pembimbing
Kemasyarakatan, bertugas melaksanakan penelitian kemasyarakatan,
pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap Anak di dalam dan di luar
proses peradilan pidana.
2. Pembimbing Kemasyarakatan menyajikan Laporan Penelitian Kemasyarakatan
(litmas) yang nantinya digunakan untuk proses pembinaan warga binaan
pemasyarakatan di Lapas maupun Rutan. Litmas juga digunakan untuk kepentingan

11
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

penyidikan, penuntutan, dan persidangan dalam perkara anak, baik di dalam


maupun di luar sidang, termasuk di dalam LPAS dan LPKA.
D. LATIHAN
Untuk meningkatkan pemahaman Saudara tentang profil pembimbing kemasyarakatan,
kerjakanlah latihan berikut.
1. Jelaskan profil Pembimbing Kemasyarakatan menurut Drs. Sumarsono A Karim dan
CM. Marianti Soewandi!
2. Jelaskan 2 (dua) kewajiban petugas Pembimbing Kemasyarakatan berdasarkan
Keputusan Menteri Kehakiman RI No : M.01-PK.04.10 Tahun 1998!
3. Jelaskan 3 (tiga) ayat dalam Undang Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak Pasal 64 yang mengatur tentang Pembimbing
Kemasyarakatan!

12
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB III
TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, Pembimbing Kemasyarakatan memiliki
kemampuan dalam menjelaskan tugas pembimbing kemasyarakatan.

B. SUB POKOK BAHASAN


1. Tugas Pembimbing Kemasyarakatan menurut peraturan perundang-undangan.
Dalam Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.01-PK.04.10 Tahun 1998
tentang Tugas, Kewajiban dan Syarat - Syarat Bagi Pembimbing Kemasyarakatan
dijelaskan bahwa tugas Pembimbing Kemasyarakatan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan penelitian kemasyarakatan untuk :
1.) Membantu tugas Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim dalam perkara Anak
Nakal; (Pasal ini sudah diamandemen, Pembimbing Kemasyarakatan bukan
lagi hanya sebagai “pembantu” tetapi statusnya sama-sama sebagai
Penegak Hukum yang masing-masing mempunyai tugas khusus).
2.) Menentukan program pembinaan Narapidana di Lapas dan Anak Didik
Pemasyarakatan di Lapas Anak;
3.) Menentukan program perawatan Tahanan di Rutan;
4.) Menentukan program bimbingan dan atau bimbingan tambahan bagi Klien
Pemasyarakatan
Fungsi Penelitian Kemasyarakatan yang sebenarnya adalah hanya untuk
Hakim sebagai bahan pertimbangan memutus perkara anak agar tepat dan adil.
Litmas bersifat rahasia karena berisi masalah yang sangat pribadi.
b. Melaksanakan bimbingan kemasyarakatan dan bimbingan kerja bagi klien
pemasyarakatan;
c. Memberikan pelayanan terhadap instansi lain dan masyarakat yang meminta
data atau hasil penelitian kemasyarakatan klien tertentu;
d. Mengkoordinasikan pekerja sosial dan pekerja sukarela yang melaksanakan
tugas pembimbingan; dan
e. Melaksanakan pengawasan terhadap terpidana anak yang dijatuhi pidana
pengawasan, Anak Didik Pemasyarakatan yang diserahkan kepada orangtua,
wali atau orangtua asuh dan orangtua, wali dan orangtua asuh yang diberi tugas
pembimbingan.

13
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Tugas Pembimbing Kemasyarakatan juga dituangkan dalam pasal 34 ayat (1)


Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. Undang-undang
tersebut menyatakan tugas Pembimbing Kemasyarakatan adalah :
a. Membantu memperlancar tugas penyidik, penuntut umum dan hakim dalam
perkara anak nakal baik dalam maupun diluar sidang anak dengan membuat
laporan hasil penelitian kemasyarakatan;
b. Membimbing, membantu dan mengawasi anak nakal yang berdasarkan putusan
pengadilan dijatuhi pidana bersyarat, pidana pengawasan, pidana denda,
diserahkan kepada negara dan harus mengikuti latihan kerja atau anak yang
memperoleh pidana bersyarat dari Lembaga Pemasyarakatan.

Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan


Pidana Anak yang baru saja disahkan juga disebutkan dalam pasal 65, Pembimbing
Kemasyarakatan bertugas :
a. Membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan Diversi,
melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak
selama proses Diversi dan pelaksanaan kesepakatan, termasuk melaporkannya
kepada pengadilan apabila Diversi tidak dilaksanakan;
b. Membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan persidangan dalam perkara anak, baik di dalam maupun di luar
sidang, termasuk di dalam LPAS dan LPKA;
c. Menentukan program perawatan Anak di LPAS dan pembinaan Anak di LPKA
bersama dengan petugas pemasyarakatan lainnya;
d. Melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak
yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau dikenai tindakan; dan
e. Melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak
yang memperoleh asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan
cuti bersyarat.
Menurut peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
Pembimbing Kemasyarakatan tersebut diatas dapat ditarik sebuah simpulan. Secara
garis besar tugas utama Pembimbing Kemasyarakatan adalah membuat laporan
penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan
persidangan dalam perkara anak, melakukan pendampingan, melakukan
pembimbingan, dan melakukan pengawasan terhadap Anak selama proses Diversi
dan pelaksanaan kesepakatan.

2. Tugas Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Ahli


Soewandi (2003) dalam bukunya Bimbingan dan Penyuluhan Klien, disamping
melakukan pembimbingan terhadap klien masih banyak tugas yang harus dilakukan
sehubungan dengan tugasnya dalam proses peradilan anak dan pelayanan untuk

14
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

tugas dengan instansi terkait dan masyarakat. Adapun tugas-tugas Pembimbingan


Kemasyarakatan adalah sebagai berikut :
a. Menyajikan Penelitian Kemasyarakatan atau Litmas untuk :
1) Sidang Pengadilan Anak; sebagai bahan pertimbangan Hakim dalam
memutus perkara anak agar tepat dan adil.
2) Penentuan terapi; dengan litmas ini memudahkan untuk menentukan
pembinaan, terutama dalam rangka Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan.
3) Instansi lain dalam rangka kerja sama seperti untuk Departemen Sosial dan
Departemen Tenaga Kerja maupun Kepolisian.
b. Sebagai anggota sidang pada :
1) Pengadilan Negeri dalam sidang perkara anak.
2) Sidang TPP pada Lapas dan untuk Bapas sendiri.
c. Melakukan kunjungan rumah atau home visit dalam rangkaian :
1) Melakukan pengumpulan data untuk membuat litmas.
2) Melakukan pendekatan terhadap klien dalam rangka bimbingan.
3) Pendekatan pada masyarakat lingkungannya termasuk pekerjaannya, RT,
RW, Lurah, kawan dekat klien dan lain lain.
4) Family therapy bagi keluarga yang memerlukan.
d. Membimbing Klien Pemasyarakatan,
e. Melakukan latihan kerja, sesuai dalam struktur organisasi. Untuk tugas ini
terdapat hambatan masalah biaya, maka diperlukan adanya program yang
mantap.
f. Membina, mengawasi, dan mengembangkan Pembimbing Kemasyarakatan
Sukarela yang disebut volunteer probation officer.
g. Mencarikan keluarga asuh (foster parent), bagi Anak Negara dalam Lapas yang
sangat memerlukan pengasuhan dari keluarga karena :
1) Orangtuanya sudah meninggal (yatim piatu).
2) Orangtua dan walinya tidak dapat ditemukan.
3) Orangtua dan walinya tidak dapat meneruskan pendidikannya atau
ekonominya lemah.
h. Bekerjasama dengan instansi yang terkait dan masyarakat,
i. Pelayanan langsung atas permintaan masyarakat banyak keluarga yang merasa
mengalami kesulitan terkait permasalahan anaknya, datang dan meminta
bantuan pada Bapas. Bapas akan segera memberikan bantuan dengan Guidance
Councelling. Jika permasalahan anak dianggap serius, maka akan diproses untuk
diajukan ke Pengadilan Negeri yang selanjutnya menjadi anak sipil. Apabila
permasalahan sekiranya dapat diatasi, cukup dibantu dengan bimbingan oleh
Pembimbing Kemasyarakatan di Bapas saja dengan mengadakan Family Therapy.
Jadi tidak perlu diajukan ke Pengadilan Negeri. Inilah yang dimaksudkan dengan
upaya diversi.

15
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

j. Memberi bimbingan lanjutan, kepada klien yang dianggap memerlukan baik


anak maupun dewasa.
k. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat langsung maupun tidak langsung,
baik dengan ceramah, siaran radio atau dengan media lain.

3. Fungsi Pembimbing Kemasyarakatan.


Fungsi Pembimbing Kemasyarakatan dalam melaksanakan program
bimbingan terhadap klien adalah untuk :
a. Berusaha menyadarkan klien untuk tidak melakukan kembali pelanggaran
hukum/tindak pidana;
b. Menasehati klien untuk sesalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
positif/baik;
c. Menghubungi dan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga/pihak tertentu
dalam rangka menyalurkan bakat dan minat klien sebagai tenaga kerja, untuk
kesejahteraan masa depan dari klien tersebut.

Secara rinci fungsi Pembimbing Kemasyarakatan dapat disebutkan sebagai


berikut :

a. Melaksanakan pelayanan Penelitian Kemasyarakatan tahanan (untuk


menentukan pelayanan dan perawatan) dan narapidana (menentukan program
pembinaan) yang menghasilkan laporan hasil penelitian kemasyarakatan yang
digunakan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan persidangan dalam
perkara anak. Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 disebutkan bahwa
laporan hasil penelitian kemasyarakatan dapat digunakan untuk kepentingan
diversi.

b. Melakukan registrasi klien pemasyarakatan.

c. Melakukan pengawasan, bimbingan, dan pendampingan bagi klien


pemasyarakatan/anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana
atau dikenai tindakan.

d. Mengikuti sidang anak di Pengadilan Negeri dan Sidang Tim Pengamat


Pemasyarakatan (TPP).

e. Melaksanakan pencegahan terhadap timbul dan berkembangnya masalah-


masalah yang mungkin akan terjadi kembali.

16
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

f. Melaksanakan pengembangan kemampuan individu, kelompok dan masyarakat


dalam meningkatkan taraf klien dan mendayagunakan potensi dan sumber-
sumber.

g. Memberikan dukungan terhadap profesi dan sektor-sektor lain guna


peningkatan kualitas pelayanan terhadap klien pemasyarakatan.

h. Membantu klien memperkuat motivasi; posisi klien sebagai narapidana


memerlukan seseorang yang dapat membangkitkan semangat klien agar tetap
memiliki motivasi kuat dalam menjalani kehidupan.

i. Memberikan kesempatan pada klien menyalurkan perasaannya; klien


membutuhkan seorang teman sebagai tempat menyalurkan perasaan, hal
tersebut akan meringankan beban yang dirasakan klien.

j. Memberikan informasi kepada klien; dalam menjalani masa pidananya klien


sangat membutuhkan informasi-informasi dari luar yang mungkin sangat jarang
dia dapatkan, peran Pembimbing Kemasyarakatan diharapkan dapat menjadi
sumber media bagi klien.

k. Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan; posisi klien


membutuhkan seorang yang dapat membantu ketika klien akan mengambil
keputusan.

l. Membantu klien merumuskan situasinya; Seorang narapidana membutuhkan


seseoarang yang mampu menjelaskan situasi dirinya secara utuh. Seorang
narapidana.

m. Membantu klien untuk memodifikasi/merubah lingkungan keluarga dan


lingkungan terdekat.

n. Membantu klien mengorganisasikan pola perilaku.

o. Memfasilitasi upaya rujukan.

17
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

C. RANGKUMAN
Tugas Pembimbing Kemasyarakatan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan penelitian kemasyarakatan
b. Melaksanakan bimbingan kemasyarakatan dan bimbingan kerja bagi klien
pemasyarakatan;
c. Memberikan pelayanan terhadap instansi lain dan masyarakat yang meminta data
atau hasil penelitian kemasyarakatan klien tertentu;
d. Mengkoordinasikan pekerja sosial dan pekerja sukarela yang melaksanakan tugas
pembimbingan; dan
e. Melaksanakan pengawasan terhadap terpidana anak yang dijatuhi pidana
pengawasan, Anak Didik Pemasyarakatan yang diserahkan kepada orangtua, wali
atau orangtua asuh dan orangtua, wali dan orangtua asuh yang diberi tugas
pembimbingan.

Fungsi Pembimbing Kemasyarakatan dalam melaksanakan program bimbingan terhadap


klien adalah untuk :
a. Berusaha menyadarkan klien untuk tidak melakukan kembali pelanggaran
hukum/tindak pidana;
b. Menasehati klien untuk sesalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
positif/baik;
c. Menghubungi dan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga/pihak tertentu dalam
rangka menyalurkan bakat dan minat klien sebagai tenaga kerja, untuk
kesejahteraan masa depan dari klien tersebut.

D. LATIHAN
Untuk meningkatkan pemahaman Saudara tentang tugas seorang pem
1. Jelaskan 5 (lima) tugas dari Pembimbing Kemasyarakatan menurut Keputusan
Menteri Kehakiman RI Nomor : M.01-PK.04.10 Tahun 1998 tentang Tugas, Kewajiban
dan Syarat - Syarat Bagi Pembimbing Kemasyarakatan!
2. Jelaskan 5 (lima) tugas Pembimbing Kemasyarakatan menurut Undang-undang
Sistem Peradilan Pidana Anak!
3. Jelaskan 3 (tiga) fungsi Pembimbing Kemasyarakatan dalam melaksanakan program
bimbingan terhadap klien!

18
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB IV
PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, Saudara memiliki kemampuan dalam
menjelaskan peran pembimbing kemasyarakatan.
B. SUB POKOK BAHASAN
Saudara telah menyelesaikan pembahasan pada bab sebelumnya yang membahas
mengenai profile, tugas, dan fungsi dari pembimbing kemasyarakatan. Pada bab ini
saudara akan mempelajari mengenai peran dari pembimbing kemasyarakatan.
1. Peran Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Ahli
Peran Pembimbing Kemasyarakatan dalam proses pemasyarakatan ialah
pada tahap re-integrasi, maksudnya mengembalikan klien kepada keadaan semula.
Dimana narapidana diintegrasikan ke dalam masyarakat untuk mengembalikan
hubungannya dengan masyarakat termasuk korban kejahatan.
Saudara, ada beberapa ahli berpendapat terkait dengan peran yang dapat
dilakukan oleh seorang Pembimbing Kemasyarakatan. Beberapa diantaranya seperti
yang diungkap dalam modul ini.
a. Drs. Sumarsono A Karim
Secara umum beliau mengungkapkan bahwa peran Pembimbing Kemasyarakatan
dijabarkan sebagai berikut.
1) Membantu memperkuat motivasi
Proses penciptaan relasi tatap muka yang dilakukan dengan sikap simpatik dan
empati yang penuh pamahaman serta penerimaan dapat menjadi suatu faktor
motivasi yang sangat berarti bagi terpidana dalam menelaah kembali berbagai
sikap dan tingkah laku selama ini. Contoh ilustrasi proses memperkuat motivasi
dapat kita lihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.
Membantu memperkuat motivasi

19
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

2) Memberikan kesempatan guna penyaluran perasaan


Situasi emosional yang aman untuk mengungkapkan dan mengutarakan
perasaaan, ketakutan, frustrasi, maupun harapan dan aspirasinya sungguh
sangat dibutuhkan bagi tertuduh atau terpidana. Pembimbing Kemasyarakatan
menjadi seorang yang dapat memberikan kesempatan pengungkapan dan
verbalisasi sitauasi tersebut.
3) Memberikan informasi
Tertuduh/Terpidana membutuhkan bantuan untuk dapat memahami situasi
yang dihadapi dan kondisi yang terjadi pada dirinya terkait dengan kehidupan
dan peran sosial mereka. Selain mereka juga kurang memahami masyarakat
mereka sendiri. Pembimbing kemasyarakatan dapat memberikan bantuan
untuk tujuan pengmbangan pemahaman terhadap peran sosial mereka.
4) Memberikan bantuan guna pengambilan keputusan
Pembimbing kemasyarakatan memandu tertuduh/terpidana untuk
mempertimbangkan secara rasional masalah mereka serta berbagai alternatif
yang masih terbuka sebagai solisi dari situasi yang terjadi.
5) Memberikan bantuan guna pemahaman situasi
Pembimbing Kemasyarakatan tidak hanya membantu tertuduh/terpidana agar
memikirkan masalah atau situasinya saja tetapi juga agar memiliki kemampuan
untuk ber empati. Lalu klien dapat dibimbing untuk memperbaiki diri sendiri
maupun tingkah lakuknya dangan fakta-fakta yang ada, yang bertujuan agar
klien dapat merubah pola kehidupannya.
6) Memberikan bantuan guna terciptanya perubahan lingkungan sosial
Melalui pemahaman akan sistem dan sumber di masyarakat pembimbing
kemasyarakatan membantu keluarga yang merupakan likungan sosial klien
untuk melakukan suatu usaha untuk mengadakan perubahan tertentu dalam
proses adaptasi klien baik pada saat menjalankan masa hukumannya maupun
pada saat bebas.
7) Memberikan bantuan guna reorganisasi pola-pola tingkah laku
Bantuan ini terutama diberikan pada klien yang mangalami masalah
kepribadian yang cukup berat, yang membutuhkan waktu yang cukup lama,
untuk mengatasi masalah yang dihadapi seperti masalah narkotika.
8) Memberikan bantuan dalam rangka pengalihan wewenang (refferal)
Pemahaman yang menyeluruh mengenai sistem dan sumber di masyarakat,
memungkinkan pembimbing kemasyarakatan melakukan pengalihan
wewenang bantuan (refferal) sesuai dengan kebutuhan aspek tertentu pada

20
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

masalah klien.

b. Menurut Pakar Ilmu Pekerja Sosial


Saudara, setelah kita mengetahui peran dari Pembimbing Kemasyarakatan
menurut Bapak Drs. Sumarsono A Karim sebagai bentuk lain dari pekerja sosial
yang bertugas pada system pemasyarakatan, mari kita lihat juga pendapat ahli
lain terkait dengan Pembimbing Kemasyarakatan dalam gambaran sebagai
pekerja sosial.
Pembimbing Kemasyarakatan dalam gambaran berikut setidaknya meliputi
tiga area praktek yakni, Mikro, Mezzo dan Makro dengan penjelasan sebagai
berikut:

1) Dalam praktek Mikro (Individu, keluarga)


Pada praktek mikro ini Pekerja sosial Pemasyarakatan melaksanakan peran-
perannya dalam memberikan bantuan pada klientnya dengan melakukan hal
berikut:
a) Penghubung
Menghubungkan klien dengan sistem peradilan pidana
(kepolisian,kejaksaan, pengadilan dan pemasyarakatan)
b) Pemungkin
Menyediakan dukungan dan dorongan kepada sistem klien agarmampu
menghadapi masalahnya
c) Perantara
Menemukan jalan keluar bila terjadikonflik
d) Penyalur informasi
Menyiapkan dan menyalurkan informasi yang dibutuhkan
e) Evaluator
Memberikan penilaian terhadap interaksi dan hasil yang dicapai
f) Manajer kasus/koordinator
Merencanakan danmengkoordinasikan pelayanan,menemukan sumber
dan monitoring terhadap kemajuan
g) Pendampingan
Membela kepentingan dan memberdayakan klien

2) Dalam praktek Mezzo (organisasi, komunitas lokal)


Pada praktek Mezzo ini Pekerja sosial Pemasyarakatan melaksanakan peran-
perannya dalam memberikan bantuan pada kliennya dengan melakukan hal
berikut:
a) Instruktur

21
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Mengarahkan, menjelaskan dan mengingatkan anggota kelompok tentang


apa yang harus dikerjakan
b) Pencari Informasi
Selalu memberikan informasi tentang berbagai tofik terhadap kelompok
c) Pembentuk opini
Selalu ingin mengetahui pendapat klien dan orang lain sebelum
memberikan pendapat sendiri
d) Evaluator
Mampu memberikan ide-ide baru terhadap klien, kelompok dan
memutuskan mana yang paling tepat
e) Elaborator
Mampu mengembangkan lebih lanjut terhadap semua ide yang muncul
dalam kelompok.
f) Pemberi semangat
Selalu mendorong semangat dan percaya diri klien
g) Pencatat
Selalu memelihara catatan terhadap semua keputusan yang telah
ditetapkan
h) Teknisi prosedural
Membantu klien bertindak sesuai dengan prosedur dan aturan yang
berlaku
i) Pendorong
Selalu memberikan dorongan bagi kemajuan dan perubahan dalam diri
klien
j) Pendengar
Selalu menjadi pendengar yang baik pada saat diperlukan
k) Pengikut
Menjadi pengikut yang baik dan mendorong anggota kelompok untuk
menjadi pengikut yang baik
l) Pengatur kompromi
Mengatur kesepakatan dan kompromi dalam kelompok
m) Pereda ketegangan
Mampu meredakan berbagai ketegangan dalam kelompok

3) Dalam Praktek Makro (masyarakat luas)


Pada praktek Makro ini Pekerja sosial Pemasyarakatan melaksanakan peran-
perannya dalam memberikan bantuan pada kliennya dengan melakukan hal
berikut:
a) Pengambil inisiatif
Selalu mengambil inisiatif terhadap berbagai isu

22
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

b) Perunding (Negosiator)
Mampu mewakili klien untuk berunding dan menemukan jalan keluar
dengan lembaga/klien
c) Pembela
Mampu membela kepentingan klien yang diwakili (ketika ada permintaan
dari pihak klien)
d) Juru bicara
Menjadi juru bicara klien/masyarakat yang diwakili
e) Penggerak
Penggerak klien/masyarakat dengan mengorganisasikan dan
menggerakkan serta mendorong orang berpartisipasi dalam organisasi
masyarakat
f) Penengah (Mediator)
Menjadi penengah antara dua atau lebih klien yang berkepentingan
sehingga tercapai kesepakatan
g) Konsultan
Memberikan konsultasi kepada kepala maupun Pembimbing
Kemasyarakatan dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi.

Pembimbing Kemasyarakatan memiliki sejarah dan latar belakang ilmu


pekerja sosial, sehingga teori-teori pekerja sosial banyak memberikan andil dalam
pengembangan konsep pelaksanaan tugas Pembimbing Kemasyarakatan.
Ichwan Muis dalam social worker article yang menulis tentang peran dan fungsi
Pekerja Sosial menjelaskan bahwa seorang pekerja sosial memiliki peran dan
beberapa fungsi yang melekat dalam peran tersebut. Artikel yang dapat menjadi
acuan dan pembanding oleh Pembimbing Kemasyarakatan adalah :
1. Pembimbing Kemasyarakatan sebagai Perantara
Tujuan : mengkaitkan klien dengan pelayanan-pelayanan manusia dan
sumber-sumber daya yang lain.
Penentuan Pembimbing Kemasyarakatan di antara profesi pertolongan
yang lain adalah untuk menolong orang lain berkenaan dengan lingkungan
sosialnya. Tempat di mana ia bisa memposisikan diri akan semakin
mempermudah hubungan antara masyarakat dengan klien. untuk itu perlu
adanya peran perantara sehingga Pembimbing Kemasyarakatan bisa
mengidentifikasikan klien, menilai kapasitas dan motivasi mereka untuk
menggunakan sumber daya dan membantu klien mengakses keuntungan dari
sumber daya yang tersedia. Sebagai perantara dalam pelayanan manusia,
Pembimbing Kemasyarakatan harus banyak mengetahui tentang berbagai

23
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

program dan pelayanan yang tersedia, melakukan penilaian terbaru pada tiap
pembatasan dan kekuatan seseorang serta mampu memahami prosedur untuk
mengakses sumber daya itu. Sumber daya tersebut bisa meliputi perbekalan
sosial (uang , makanan) dan pelayanan sosial (konseling, terapi)

Fungsi sebagai perantara adalah :


a. Menilai Situasi Klien
Merupakan langkah pertama yang dilakukan Pembimbing
Kemasyarakatan untuk secara menyeluruh memahami dan menilai dengan
teliti kemampuan dan kebutuhan klien. seorang perantara yang efektif
harus trampil dalam menilai faktor-faktor tersebut yaitu kultur, sumber
daya, kemampuan lisan, kestabilan emosional, kecerdasan/intelegensi,
pengaruh klien dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
b. Sumber Bantuan
Pembimbing Kemasyarakatan harus menilai berbagai sumber daya
yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan klien, sebagai pelayanan
masyarakat, Pembimbing Kemasyarakatan harus terbiasa dengan pelayanan
yang ditawarkan, mutu staf, hal yang memenuhi syarat kebutuhan umum
dan biaya-biaya kebutuhan umum. Pembimbing Kemasyarakatanjuga harus
tahu cara yang terbaik untuk membantu klien dalam memperoleh sumber
daya yang ada.
c. Penyerahan
Proses untuk mengkaitkan klien dengan suatu sumber daya
memerlukan Pembimbing Kemasyarakatan untuk membuat suatu bahan
pertimbangan mengenai kemampuan dan motivasi klien memperoleh
pelayanan dan sumber daya yang akan minta klien dilayani. Ketergantungan
pada pertimbangan tersebut, Pembimbing Kemasyarakatan menjadi kurang
aktif dalam proses penyerahan. Suatu penyerahan juga memerlukan suatu
kelanjutan aktivitas dalam pekerjaan memeriksa dan menyakinkan klien
untuk memenuhi kebutuhannya.
d. Sistem Hubungan Pelayanan
Seorang perantara memerlukan pekerja sosial untuk memudahkan
proses interaksi antara berbagai segmen menyangkut sistem
pelayanan.Untuk memperkuat keterkaitan antara para agen pelayanan,
program dan para profesional, pekerja sosial bekerja dengan cara
menghubungkan hal tersebut untuk menetapkan suatu komunikasi,

24
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

negosiasi tentang pembagian sumber daya dan turut ambil bagian dalam
perencanaan, koordinasi dan pertukaran informasi.
e. Pemberian Informasi
Perantara sering memerlukan pemberian informasi kepada klien,
kelompok masyarakat dan pembuat UU atau pembuat keputusan masyarak
lain. Sebagai agen sistem pelayanan dan pengetahuan, pekerja sosial
menolong orang lain dengan menggunakan berbagai pengetahuan yang
dimiliki sehingga masyarakat akan sadar terhadap kesenjangan antara
pelayanan yang tersedia dan kebutuhan.
2). Pembimbing Kemasyarakatan sebagai advokat
Tujuan : membantu klien menegakkan hak-hak mereka dalam menerima
pelayanan dan aktif mendukung adanya perubahan kebijakan dan program
yang bersifat negatif bagi kelompok klien maupun kelompok individu.
Tugas pokok Pembimbing Kemasyarakatan adalah pembelaan,
memberikan masukan kepada aparat penegak hukum lainnya mengenai
keadaan dan kondisi social klien. Peran ini menjadi misi pokok seorang
Pembimbing Kemasyarakatan dan dijelaskan dalam Undang-undang No. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Fungsi sebagai advokad
a. Pembelaan kasus/klien
Secara umum, pembelaan/advokasi merupakan hak klien dalam
memperoleh pelayanan. Pembelaan itu sendiri diarahkan pada agen
pelayanan itu sendiri atau ke orang lain yang terlibat dalam jaringan
pelayanan manusia. Langkah-langkah penting dalam advokasi adalah
dengan mengumpulkan informasi dan menentukan bahwa klien berhak atas
pelayanan tersebut. Jika demikian maka negosiasi merupakan jalan tengah
dalam menyelesaikan suatu konflik dan taktik konfrontasi digunakan untuk
menjamin/mengamankan pelayanan tersebut.
b. Kelompok Advokasi
Pembimbing Kemasyarakatan harus bertindak sebagai advokat dalam
kelompok klien atau pada suatu populasi masyarakat yang mempunyai
suatu masalah. Kelompok advokasi memerlukan tindakan yang bertujuan
mengatasi hambatan/rintangan pada orang-orang yang ingin mewujudkan
haknya. Kelompok advokasi memerlukan aktivitas untuk melakukan
perubahan peraturan agen pelayanan, kebijakan sosial atau hukum dalam

25
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

lingkungan legislatif dan secara politis melakukan penyatuan persepsi


dengan organisasi lain yang memperhatikan isu yang sama.
3). Pembimbing Kemasyarakatan sebagai Pengajar
Tujuan : untuk menyiapkan klien dengan berbagai ketrampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi.
Banyak praktek Pembimbing Kemasyarakatan yang melakukan proses
pengajaran pada klien dalam mengantisipasi dan mencegah masalah dengan
memberikan pengetahuan dan pengalaman terhadap kliennya. Peran
Pembimbing Kemasyarakatan sebagai pengajar mempunyai suatu aplikasi
tingkat makro. Pembimbing Kemasyarakatan harus siap mengajarkan
masyarakat tentang ketersediaan dan mutu pelayanan manusia yang
diperlukan serta kecukupan program pelayanan dan kebijakan sosial untuk
memenuhi kebutuhan klien.
Fungsi Pembimbing Kemasyarakatan sebagai pengajar
a. Mengajarkan tentang kehidupan sosial dan keterampilan sehari -Hari
Pemberian ketrampilan dalam menyelesaikan konflik, managemen
uang, penggunaan fasilitas umum, penyesuian diri dengan lingkungan baru,
kesehatan dan kepedulian pada diri sendiri dan komunikasi yang efektif.
b. Perubahan Perilaku
Pembimbing Kemasyarakatanbisa menggunakan pendekatan
intervensi seperti peran memperagakan, menilai klarifikasi dan modifikasi
perilaku. Sebagai contoh mengajarkan kepada seorang wiraswswasta
tentang bagaimana cara untuk mendesain kembali suatu perubahan
perencanaan yang baik dan berhasil.
c. Pencegahan Utama perhatian
Pekerja sosial telah memberi andil yang besar dalam melakukan
proses pencegahan utama yaitu dengan menempatkan pekerja sosial
berperan sebagai pendidik atau guru. Contoh aktivitasnya adalah
memberikan nasehat bagi pasangan yang belum menikah, mengajarkan
ketrampilan pada orang tua, memberkan informasi tentang keluarga
berencana/KB dan memberikan solusi bagi orang-orang yang mengalami
masalah.
4). Peran Pekerja Sosial Sebagai Konselor atau Klinikal

26
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Tujuan : membantu klien meningkatkan keberfungsian sosial mereka


dengan pemahaman yang lebih baik terhadap perasaan mereka, memodifikasi
perilaku dan belajar mengatasi situasi kebimbangan.
Dalam melaksanakan peran ini, pekerja sosial memerlukan pengetahuan
tentang perilaku manusia dan pemahaman tentang bagaimana lingkungan
sosial berpengaruh pada klien.
Fungsi pekerja sosial sebagai konselor atau klinikal
a. Penilaian Psikososial dan hasil diagnosa
situasi klien harus secara menyeluruh dipahami dan termasuk
kapasitas motivasi mereka untuk menilai suatu perubahan. Dan ini
memerlukan kerangka konseptual untuk mengorganisir informasi dan cara-
cara untuk meningkatkan pemahaman tentang klien dan lingkungannya.
Hasil diagnosa diperlukan dalam beberapa inter komunikasi
profesional, riset, perencanaan program dan pembiayaan dalam perolehan
pelayanan yang diberikan.

b. Keberlangsungan Kepedulian
Advokat atau klinikal tidak selalu melibatkan pekerjaannya untuk
melakukan perubahan pada klien atau kondisi sosialnya. Kadang-kadang
juga dengan menyediakan faktor pendukung atau kepedulian yang
diperluas.
c. Perawatan Sosial
Fungsi melibatkan aktivitas Pembimbing Kemasyarakatandalam
membantu klien memahami hubungan antara orang-orang dengan
kelompok sosialnya, mendukung klien untuk memodifikasi hubungan sosial,
melibatkan klien dalam pemecahan masalah atau berusaha melakukan
perubahan antar pribadi dan konflik. Whittaker dan Tracy menggambarkan
perawatan sosial sebagai usaha membantu hubungan antar pribadi secara
langsung ataupun tidak langsung untuk menopang individu, keluarga dan
kelompok kecil dalam meningkatkan keberfungsian sosial dan mengatasi
permasalahan sosial.
d. Evaluasi
Ada dua praktek pelayanan evaluasi yaitu :
Pembimbing Kemasyarakatan menguji capaiannya untuk menilai
efektifitas dari intervensi yang dilakukan.

27
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Pembimbing Kemasyarakatan mengumpulkan data klien untuk


mengetahui tingkat kedaruratan permasalahan sosial atau meninjau
kembali pelayanan dan kebijakan publik yang disediakan.

5). Pembimbing Kemasyarakatansebagai manager kasus


Tujuan : untuk mencapai kesinambungan pemberian pelayanan keluarga
dan invidu melalui proses penghubungan antara klien dan pelayanan yang
diinginkan dan pengkoordinaran pemanfaatan pelayanan tersebut.
Peran Pembimbing Kemasyarakatan sebagai manager kasus mempunyai
arti penting bagi klien yang menggunakan pelayanan yang disajikan oleh agen-
agen pelayanan. Sebagai manager kasus, Pembimbing
Kemasyarakatan mempunyai cakupan yang luas dalam aktvitasnya.
Pekerjaannya dimulai dengan mengidentifikasikan jenis bantuan yang
diperlukan, melakukan penyelidikan terhadap faktor yang menjadi penghalang
dalam mengatasi masalah, mendukung klien untuk mencoba
mengeksplorasikan semua potensinya, memberikan kesempatan kepada klien
untuk memperoleh pelayanan langsung. Rumusan suatu kasus mungkin
merupakan perencanaan pelayanan yang menunjukkan kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan klien.
Fungsi sebagai manager kasus
a. Orientasi dan Identifikasi Klien
Mengidentifikasi dan memilih individu yang akan menerima pelayanan,
mutu hidup atau pembiayaan pelayanan dan kepedulian yang berpengaruh
pada managemen kasus.
b. Penilaian Klien
Fungsi ini mengacu pada pengumpulan rumusan dan informasi sebagai
suatu penilain yang menyangkut kebutuhan klien, kondisi hidup dan sumber
daya dan mungkin juga pencapaian potensi klien .
c. Perencanaan Pelayanan / Perawatan
Pembimbing Kemasyarakatanmengidentifikasi berbagai pelayanan yang
dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan klien.
d. Hubungan dan Koordinasi Pelayanan
Pembimbing Kemasyarakatanharus mampu menghubungkan klien
dengan sumber daya yang sesuai. Dalam peran sebagai manager kasus,
pekerja sosial harus aktif dalam pemberian pelayanan keluarga dan individu.

28
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

e. Pengawasan Pemberian Pelayanan


Peran sebagai manager kasus merupakan kelanjutan dalam
menghubungkan antara klien dengan pelayanan yang diberikan. Kemudian
dilakukan koreksi atas tindakan/pelayanan yang diberikan dan memodifikasi
perencanaan pelayanan.
f. Dukungan Klien
Pelayanan yang diberikan klien dengan berbagai sumber daya yang
tersedia, akan membantu klien dan keluargnya dalam menghadapi
permasalahan. Aktifitas ini meliputi pemecahan konflik pribadi, menasehati,
penyediaan informasi, pemberian dukungan emosi dan menyakinkan klien
bahwa mereka berhak atas pelayanan yang diberikan.
6). Pembimbing Kemasyarakatan sebagai beban kerja klien
Tujuan : untuk mengatur beban kerja seseorang secara efesien dalam
penyediaan pelayanan dan bertanggung jawab atas pemanfaatan organisasi.
Pembimbing Kemasyarakatanharus secara serempak menyediakan
pelayanan yang diperlukan klien dan mencoba untuk tetap mengatur beban
kerja dari anggota dan organisasi masyarakat. Dengan kata lain, Pembimbing
Kemasyarakatan harus bisa menyeimbangkan kewajiban antara kepentingan
pribadi dengan klien.
Fungsi sebagai beban kerja Klien
a. Perencanaan Kerja
Pembimbing Kemasyarakatan harus mampu menilai beban kerja
mereka dan menetapkan prioritas kepentingan dan membuat perencanaan
pekerjaan yang efektif dan efesien.
b. Manejemen Waktu
Pembimbing Kemasyarakatan harus mampu membagi waktu dan
perhatian kepada masing-masing klien sesuai dengan prioritas seseorang
dan waktu kerja harus dialokasikan dengan cermat. Manajemen waktu bisa
menggunakansistem komputerisasi dan sistem teknologi lain.
c. Jaminan Adanya Pengawasan
Pembimbing Kemasyarakatanperlu secara teratur melakukan evaluasi
secara efektif terhadap pelayanan yang diberikan dengan melibatkan rekan
kerja untuk melakukan penilaian tentang pelayanan yang tersedia. Aktifitas
ini bisa meliputi meninjau ulang arsip-arsip agen pelayanan, evaluasi

29
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

capaian kerja dan capain prestasi dalam memperoleh tenaga-tenaga


sukarela.
d. Pengolahan Informasi
Pembimbing Kemasyarakatanharus mengumpulkan data sebagai
dokumen yang diperlukan dan ketetapan pelayanan, melengkapi dan
membuat laporan. Informasi tentang prosedur dan peraturan agen harus
dipahami secara keseluruhan dan pekerja sosial harus trampil dalam
menyiapkan dan menginterprestasikan surat-surat, aktif dalam pertemuan
staff dan memahami aktifitas lain yang memudahakan untuk berkomunikasi.
7). Pembimbing Kemasyarakatan Sebagai Pengembang Staf
Tujuan : memudahkan pengembangan profesional agen dalam
mengorganisir personalianya dan melakukan pelatihan pengawasan konsultasi.
Dalam posisi ini, pekerja sosial mengerahkan segenap potensi mereka
untuk memelihara dan peningkatan pencapaian kerja.
Fungsi sebagai pengembang staf
a. Pelatihan Dan Orientasi Karyawan
Orientasi dan pelatihan terhadap agen dan karyawannya merupakan hal
yang penting bagi para tenaga sukarela dan karyawan baru untuk melalukan
penetapan kerja dan pemberian keahlian serta ketrampilan.
b. Manajemen Personalia
Aktivitas ini meliputi pemilihan karyawan hingga pemberhentiannya.
banyak yang mengatakan bahwa manajemen ini mempengaruhi
pengembangan profesional pekerja.
c. Pengawasan
Fungsi ini melibatkan pengaturan dan pengarahan aktifitas dari anggota
staf lain dalam peningkatan mutu pelayanan dan menegakkan peraturan
agen pelayanan.
d. Konsultasi
Konsultasi empat mata bisa menjadi pengamatan tentang tingkat
keprofesionalan profesi. Klien bebas untuk menggunakan atau tidak nasehat
yang diberikan konselor, konsultasi hanya memfokuskan tentang cara
terbaik untuk menangani permasalahan tersebut.

30
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Gambar 2.
Konsultasi empat mata.
Sumber: www.google.com/pengembangan+diri+melaluli+konseling+pelayanan+&og=i-mg

8). Pembimbing Kemasyarakatan sebagai Administrator


Tujuan : untuk merencanakan dan mengembangkan penerapan program
dan kebijakan pelayanan dalam suatu organisasi pelayanan.
Berperan sebagai administrator, Pembimbing Kemasyarakatanharus bisa
memperkirakan tanggung jawab dalam penerapan kebijakan dan mengatur
programnya.
Fungsi sebagai Administrator
a. Manajemen
Fungsi ini meminta pengurus administrasi untuk memelihara
operasional suatu program pelayanan, unit pelayanan, dan keseluruhan
organisasi yang menyangkut tanggung jawab dalam penetapan pekerjaan,
merekrut dan memilih karyawan, pengkordinasian aktifitas dan lain –lain.
b. Koordinasi Internal Dan Eksternal
Tugas utama dari
Pembimbing Kemasyarakatan
adalah melakukan pengkordinasian
operasional pekerjaan pelayanan.
Secara internal dengan
mengembangkan perencanaan
dalam penerapan program secara
efektif dan efesien. Secara eksternal
Gambar 3. meliputi perlindungan klien dari
Bimbingan kelompok
Sumber: tekanan pihak dengan melakukan
www.google.com/pengembangan+diri+melaluli+konseling negosiasi dan penginterpretasian
+pelayanan+&og=i-mg
program.

31
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

c. Pengembangan Program Dan Kebijakan


Pembimbing Kemasyarakatan harus melakukan penetapan program
pelayanan dan menilai kebutuhan akan pelayanan yang diberikan secara
berbeda.
d. Evaluasi Program
Pembimbing Kemasyarakatan bertanggung jawab atas mutu pelayanan
dan melakukan evaluasi program serta mengumpukan data yang akan
membantu peningkatan pelayanan melalui pembuatan kebijakan.
9). Pembimbing Kemasyarakatan Sebagai Agen Perubahan
Tujuan : Pembimbing Kemasyarakatan turut ambil bagian dalam identifikasi
masalah dan peningkatan mutu pelayanan dan mendukung perubahan atau
sumber daya yang baru.
Fokus tugas Pembimbing Kemasyarakatanadalah pada lingkungan sosial
dan orang yang mengalami masalah dan memerlukannya untuk memudahkan
melakukan perubahan yang diperlukan dalam lingkungan masyarakat atau
sistem sosialnya. Peran agen perubahan menjadi bagian dariPembimbing
Kemasyarakatan.
Fungsi sebagai Agen Perubahan
a. Analisa Kebijakan Dan Masalah Sosial
Untuk melakukan perubahan sosial, terlebih dahulu dilakukan analisa
kebijakan dan masalah dengan mengumpulkan data dan penemuan-
penemuan yang dilaporkan secara komprehensif kepada pembuat
kebijakan.
b. Pengerahan Hubungan Masyarakat
Pemahaman terhadap suatu masalah dalam usaha perubahan sosial
memerlukan pengerahan dan pengorganisasian kelompok individu terkait.
Mungkin dengan melibatkan harapan kelompok klien, organisasi
kemasyarakatan dan warga negara lain untuk mengeluarkan ide
pemikirannya.
c. Pengembangan Sumber Daya
Agen perubahan mungkin bisa bekerja pada pengembangan
pelayanan dan program yang diperlukan dalam pengembangan sumber
daya dengan melibatkan sumber daya yang baru melalui peningkatan
perencanaan program.

32
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

10). Pembimbing Kemasyarakatan sebagai seorang profesional


Tujuan : untuk mulai bekerja sesuai dengan kode etik Petugas
Pemasyarakatan dalam melaksanakan tugasdan memiliki kompetensi, sangat
berperan dalam pengembangan profesiPembimbing Kemasyarakatan.
Pada dasarnya tindakan seorang profesional adalah penuh etika dan
bertanggung jawab serta bijaksana. Pembimbing Kemasyarakatan harus
secara konsisten mengembangkan ketrampilan aktif dalam hubungan
interaksi dengan instansi penegak hukum dan masyarakat lainnya.
Fungsi sebagai seorang profesional
a. Penilaian Diri
Pengambilan keputusan secara profesional harus bertanggung jawab
sebagai penilaian diri yang berkelanjutan. Bahwa Pembimbing
Kemasyarakatan melayani hampir berbagai jenis klien, aktif hampir di
setiap kegiatan organisasi sosial dan kemasyarakatan dan berperan serta
dalam setiap pendidikan dan pengembangan pekerjaan.

Gambar 4.
Membangun kapasitas diri dan
organisasi, Wawan trustco, google.
www.google.com/pengembangan+diri+
melaluli+konseling+pelayanan+&og=i-mg

b. Pengembangan Profesional/Pribadi
Kesimpulan dari penilaian diri lebih lanjut adalah pengembangan
kemampuan dan capaian kerja yang di peroleh. Peningkatan Profesi
Pembimbing Kemasyarakatan
Pembimbing Kemasyarakatan perlu berperan dalam pengembangan
profesi dan pengetahuannya.

2. Peran Pembimbing Kemasyarakatan dalam Institusi Penegakan Hukum


Pada sub pokok bahasan berikut ini, bersama kita akan mengetahui peran
pembimbing kemasyarakatan menurut Drs. Sumarsono A Karim dalam institusi
penegakan hukum yang akan dijalani oleh tertuduh atau terdakwa.
a. Peran Pembimbing Kemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara

33
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Salah satu tahap yang dijalani oleh seorang tertuduh adalah menjalani masa
tahanan di Rumah Tahanan Negara selama menjalani proses persidangan. Peran
pembimbing kemasyarakatan yang dapat dilakukan pada tahap ini sebagai
berikut.
a) Membantu petugas untuk lebih memahami orang-orang yang ditahan serta
sistem sosial dimana orang ini yang menjadi salah satu unsurnya.
b) Membantu petugas agar mengembangkan sikap rehabilitatif bukan hanya
dalam rangka memberikan hukuman saja.
c) Mencegah terjadinya penyebaran tingkah laku anti sosial di antara tahanan
baru pertama kali melakukan tindak pelanggaran hukum (first Offender).
d) Membantu petugas untuk memanfaatkan system-sistem sumber yang di
dalam masyarakat guna keperluan perubahan sikap dan tingkah laku
tahanan.
b. Peran Pembimbing Kemasyarakatan di Pengadilan
Selanjutnya, peran yang juga dilakukan adalah pada saat di pengadilan.
a) Hal yang dilakukan adalah, mengungkap latar belakang dari pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh tertuduh dengan menyampaikan baik lisan
maupun tulisan.
b) Litmas-litmas yang disampaikan oleh pembimbing kemasyarakatan ini
dijadikan bahan pertimbangan pula bagi pengadilan dalam rangka pemutusan
perkara.
c) Mewakili pengadilan dalam rangka proses rehabilitasi/pemasyarakatan bila
tertuduh diputus menjadi warga binaan pemasyarakatan atau jenis ketetapan
lain yang mengharuskan pembimbing kemasyarakatan untuk berperan dalam
pembinaan dengan memanfaatkan litmas sebagai sarana pembinaan di Lapas
dan Bapas.
c. Hubungan antara peran pada butir A dan B, maka pembimbing kemasyarakatan
secara khusus berperan sebagai
a) Memberikan penyuluhan dan bimbingan sosial kepada terpidana/anak didik
dan masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok dalam rangka
persiapan terpidana tersebut untuk kembali ke kehidupan normal dalam
masyarakat.
b) Menyempurnakan administrasi sistem pemasyarakatan melalui terciptanya
jalur komunikasi diantara berbagai bidang dalam struktur lembaga. Melalui
keterampilan dan kemampuan yang dimiliki dalam memberikan informasi
atau gagasan positif dalam hubungan pelaksanaan sistem pemasyarakatan.

34
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

c) Melalui pendekatan pendidikan dan pendekatan perantara dan pendekatan


yang sifatnya mewakili berusaha mengembangkan iklim pengurangan masa
hukuman melaui pembeasan bersyarat berseta tindak lanjut dalam pelepasan
ini, terutama dengan penempatan kerja.
d) Mengadakan penelitian terhadap berbagai macam unsur dalam sistem
pemasyarakatan dengan tujuan perubahan dalam rangka penyempurnaan
sistem tersebut.
e) Meneliti, menganalisa, merencanakan penyembuhan terhadap terpidana dan
anak didik di dalam dan di luar lembaga serta mengevaluasi seberapa jauh
pembinaan tersebut berhasil guna serta merencanakan pelayanan
selanjutnya bila mana diperlukan oleh klien dan keluarga.

C. RANGKUMAN
1. Peran Pembimbing Kemasyarakatan menurut ahli
Menurut Drs. Sumarsono A Karim, seorang pembimbing kemasyarakatan berperan
membantu memperkuat motivasi, memberikan kesempatan guna penyaluran
perasaan, memberikan informasi, memberikan bantuan guna pengambilan
keputusan, memberikan bantuan guna pemahaman situasi, memberikan bantuan
guna terciptanya perubahan lingkungan sosial, memberikan bantuan guna
reorganisasi pola-pola tingkah laku dan memberikan bantuan dalam rangka
pengalihan wewenang (refferal).
Sementara menurut Pakar Ilmu Pekerja Sosial, peran terbagi dalam tiga area yakni
Mikro, Mezzo dan Makro dimana pada setiap area membutuhkan peran yang sesuai
dan khusus.
2. Peran Pembimbing Kemasyarakatan dalam institusi penegakan hukum
Peran Pembimbing Kemasyarakatan dilakukan dalam beberapa bagian yakni di
Rumah Tahanan Negara dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan di Pengadilan.
Peran yang kongkret dalam dua instisusi tersebut pun membutuhkan penyesuaian
yang tepat pula.

D. LATIHAN
1. Jelaskankan pandangan Sumarsono A Karim tentang peran Pembimbing
Kemasyarakatan !
2. Jelaskan apa perbedaan pokok peran Pembimbing Kemasyarakatan dalam area
mikro, mezzo, dan makro !

35
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB V
PENUTUP
A. RANGKUMAN

Tugas Pembimbing Kemasyarakatan adalah melakukan penelitian


kemasyarakatan dan melaksanakan bimbingan kemasyarakatan. Peran utama
Pembimbing Kemasyarakatan adalah memberikan informasi terhadap klien, membantu
klien memperkuat motivasi, membantu klien dalam pengambilan keputusan, dan
memberikan dukungan terhadap profesi dan sektor-sektor lain guna peningkatan
kualitas pelayanan terhadap klien pemasyarakatan. Hal tersebut di atas sesuai dengan
peran utama Pembimbing Kemasyrakatan yaitu sebagai penyalur informasi,
penghubung, dan pendamping.

Seorang Pembimbing Kemasyarakatan harus mampu menjelaskan tugas, fungsi,


dan peran Pembimbing Kemaysrakatan secara tepat untuk menunjang pelaksanaan
tugas di lapangan. Apabila tugas, fungsi dan peran Pembimbing Kemasyarakatan dapat
diterapkan secara menyeluruh, selaras, dan bersinergi antara satu dengan lainnya maka
akan muncul kualitas seorang Pembimbing Kemasyarakatan yang ideal.

B. EVALUASI
1. Pengertian Pembimbing Kemasyarakatan sebagai petugas Pemasyarakatan pada
Balai Pemasyarakatan didasarkan pada sudut pandang …
a. Profil b. Tugas c. Fungsi d. Peran
2. Tugas utama yang harus dilakukan oleh setiap Pembimbing Kemasyarakatan yaitu
menyusun …
a. Sosial Study c. Case Study
b. laporan case study d. laporan penelitian kemasyarakatan
3. Seorang Pembimbing Kemasyarakatan dapat diberhentikan oleh Menteri. Namun
demikian dalam pelaksanaan tugasnya Pembimbing Kemasyarakatan bertanggung
jawab kepada …
a. Presiden c. Direktur Jenderal Pemasyarakatan
b. Menteri d. Kepala Balai Pemasyarakatan

36
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

4. Jika dalam pelaksanaan tugas seorang Pembimbing Kemasyarakatan memerlukan


bantuan, maka Balai Pemasyarakatan dapat mengangkat atau menunjuk …
a. Pembimbing Kemasyarakatan Kontrak c. Pembimbing Kemasyarakatan Pinjam
b. Pembimbing Kemasyarakatan Sukarela d. Pembimbing Kemasyarakatan Inisiatif
5. Pembimbing Kemasyarakatan dalam bahasa asing sering disebut sebagai …
a. Lawyer c. Prison Officer
b. Probation Officer d. Advokat
6. Melaksanakan bimbingan kemasyarakatan dan bimbingan kerja bagi klien
pemasyarakatan disebut sebagai …
a. Profil PK b. Tugas PK c. Fungsi PK d. Peran PK
7. Tugas Pembimbing Kemasyarakatan tertuang di dalam Undang Nomor 3 Tahun 1997
Tentang Pengadilan Anak, khususnya pada ...
a. Pasal 31 c. Pasal 33
b. Pasal 32 d. Pasal 34
8. Personel yang bertugas melaksanakan bimbingan kemasyarakatan dan bimbingan
kerja bagi klien pemasyarakatan adalah …
a. Petugas Pemasyarakatan c. Sipir
b. Pembimbing Kemasyarakatan d. Kepala Lembaga Pemasyarakatan
9. Hasil Penelitian Kemasyarakatan akan memperlancar tugas pihak-pihak tertentu,
kecuali…
a. Penuntut Umum c. Notaris
b. Hakim d. Penyidik
10. Tugas seorang Pembimbing Kemasyarakatan secara umum lebih mengarah pada …
a. Pelatihan c. Pengamanan
b. Pembimbingan d. Pembinaan
11. Salah satu instansi Pemasyarakatan yang bertugas melakukan bimbingan terhadap
klien pemasyarakatan adalah …
a. Lembaga Pemasyarakatan c. Rutan
b. Balai Pemasyarakatan d. Rupbasan
12. Pegawai pemasyarakatan yang wajib hadir dalam persidangan anak dan sidang Tim
Pengamat Pemasyarakatan adalah ...
a. Direktur Jenderal c. Pembimbing Kemasyarakatan
b. Regu Pengamanan d. Sipir

37
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

13. Pegawai yang berhak menghubungi dan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga/
pihak tertentu dalam rangka menyalurkan bakat dan minat klien sebagai tenaga
kerja, untuk kesejahteraan masa depan dari klien tersebut adalah ...
a. Regu Pengamanan c. Pembimbing Kemasyarakatan
a. Kepala Lapas d. Sipir
14. Mampu membela kepentingan klien yang diwakili (ketika ada permintaan dari
pihak klien) adalah salah satu peran Pembimbing Kemasyarakatan sebagai ...
a. Pemungkin c. Penghubung
b. Pembela d. Perantara
15. Selalu memberikan dorongan bagi kemajuan dan perubahan dalam diri klien adalah
bentuk peran Pembimbing Kemasyarakatan sebagai ...
a. Pendorong c. Penghubung
b. Pembela d. Perantara

C. UMPAN BALIK
Apabila saudara mampu menjawab minimal 80% dari seluruh butir-butir
pertanyaan dalam evaluasi hasil belajar dengan benar, Bagus. Saudara dianggap
telah menguasai modul ini. Selanjutnya saudara dapat mempelajari modul II
tentang Dasar – Dasar Pembimbingan Kemasyarakatan. Sebaliknya jika hasil
evaluasi saudara belum mencapai angka minimal 80%, saudara perlu mendalami
modul ini kembali. Selamat Belajar !

38
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

KUNCI JAWABAN
Periksalah hasil evaluasi hasil belajar Saudara dengan cara mencocokan jawaban
Saudara dengan kunci jawaban dibawah ini !
1. A
2. D
3. D
4. B
5. B
6. B
7. D
8. B
9. C
10. B
11. B
12. C
13. C
14. B
15. A

39
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

DAFTAR PUSTAKA
Karim, Sumarsono A 2011, Metode dan Teknik Pembuatan Litmas untuk Persidangan
Perkara Anak di Pengadilan Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan , BPSDM
Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta.

Keputusan Menteri Kehakiman RI No : M.01-PK.04.10 Tahun 1998 Tentang Tugas,


Kewajiban, dan Syarat-syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan.
Ichwan Muis, Website 2012, Peran dan Fungsi Pekerja Sosial, social worker article.
Netting, F. Ellen 1993, Soansial Work Macro Practic.

Oktoriny, Fitria. Peranan Pembimbing Kemasyarakatan Terhadap Klien Pemasyarakatan di


Balai Pemasyarakatan Klas I Padang.

Sheafor, Bradford W, Techniquea and guidelines for Social Work Practice -6th ed.

Soewandi, Marianti 2003, Bimbingan dan Penyuluhan Klien, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pegawai, Jakarta.

Tim Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, 2010, Modul pembinaan Pembimbing


Kemasyarakatan, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Jakarta.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak.

40
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

GLOSARIUM
Makro : berkaitan dengan jumlah yang banyak atau ukuran yang besar
Mikro : berkaitan dengan jumlah yang sedikit atau ukuran yang kecil
Profil : analisis yang mewakili sejauh mana sesuatu yang menunjukkan
berbagai karakteristik
Family Therapy : salah satu dari beberapa pendekatan terapi di mana sebuah
keluarga adalah diperlakukan secara keseluruhan

41
MODUL II
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul

Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia


oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Penulis
Vivi Sylviani Biafri | Rion Gustaf | Ade Agustina

Editor
Tim PAU Universitas Terbuka

Desain dan Tata Letak


Rion Gustaf

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku tanpa ijin tertulis dari Tim Penyusun Modul

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
DIREKTORAT BIMBINGAN KEMASYARAKATAN
DAN PENGENTASAN ANAK
2012
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

PENGANTAR
Pembimbing Kemasyarakatan (PK) sebagai garda terdepan dalam p roses
pembimbingan bagi tahanan/ narapidana maupun anak yang berkonflik dengan hukum
menjadi semakin strategis posisinya seiring dengan hadirnya UU Sistem Peradilan Pidana
Anak (SPPA). Modul ini hadir untuk mendukung penguatan peran PK, terutama dalam SPPA .
Modul ini juga merupakan salah satu bagian dari rangkaian proses panjang dalam rangka
peningkatan kualitas PK secara utuh.

Modul ini berisi beragam informasi dasar mengenai sejarah perkembangan Balai
Pemasyarakatan, Prinsip-prinsip Pembimbingan, Metode-metode dalam Pembimbingan,
Teknik-teknik Pembimbingan, Keterampilan-keterampilan dalam Pembimbingan yang
kesemuanya itu sangat dibutuhkan oleh calon PK/ Pembantu PK yang ingin menjadi PK.

Setelah mempelajari modul Dasar-Dasar Pembimbingan, diharapkan Saudara akan


memiliki kemampuan dalam menerapkan dasar-dasar pembimbingan dalam menjalankan
tugas sehari-hari sebagai pembimbing kemasyarakatan. Melalui modul ini Saudara
diharapkan memiliki pedoman yang utuh mengenai dasar-dasar pembimbingan yang baik
sehingga dapat membantu dalam memenuhi tuntutan tugas, fungsi dan peran sebagai
seorang Pembimbing Kemasyarakatan sesuai dengan amanat perundang -undangan dan
dapat menjadi semacam tangga untuk masuk kedalam bangunan pembimbingan secara
utuh.

Kami sadar bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran
konstruktif sangat kami butuhkan dari semua pihak. Kami berharap modul ini dapat menjadi
salah satu sarana untuk mewujudkan cita-cita luhur Pemasyarakatan, sebagaimana yang
diinginkan oleh founding father pemasyarakatan Dr. Sahardjo.

Jakarta, September 2012

Tim Penulis
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saudara, mengingat pentingnya peran Pembimbing Kemasyarakatan (PK)
dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia maka untuk memperkuat peran strategis
tersebut perlu dilandasi oleh pengetahuan dasar mengenai tugas, fungsi dan peran PK
yang meliputi; Sejarah Perkembangan Pembimbingan, Prinsip-Prinsip Dasar
Pembimbingan, Metode-Metode dalam Pembimbingan, Teknik-Teknik Pembimbingan
dan Keterampilan-Keterampilan dalam Pembimbingan yang harus dimiliki oleh PK
sehingga diharapkan akan memudahkan Saudara dalam
penerapan dilapangan.
Modul ini berkonsentrasi pada proses
pembimbingan sebagai salah satu bentuk aktivitas PK
yang diatur dalam aturan perundang-undangan. Dalam
PP 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Gambar 1
Keunikan tiang-tiang Lamin untuk rumah
disebutkan bahwa Pembimbingan adalah pemberian adat Dayak yang diolah dalam bentuk
tuntutan untuk meningkatkan kualitas, ketaqwaan patung bukan saja menjadi pondasi yang
kuat bagi bangunan diatasnya namun juga
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan memenuhi unsur estetika bagi bangunan
perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani itu sendiri.
Klien Pemasyarakatan. Sumber: http://lensakukar.com

Modul ini disajikan untuk menerjemahkan pemahaman diatas mengenai


pembimbingan. Modul ini tidak hanya menekankan aspek kognitif, namun juga aspek
afektif. Setelah mempelajari modul Dasar-Dasar Pembimbingan, Saudara dapat
memberikan pembimbingan yang efektif. Dengan demikian proses pemasyarakatan
dapat berjalan secara optimal.
Pengetahuan dasar-dasar pembimbingan ini ibarat tiang-tiang Lamin yang menjadi
pondasi bagi bangunan rumah adat Dayak. Tiang lamin bukan hanya berfungsi sebagai
pondasi untuk menjaga bangunan diatasnya tapi juga menambah nilai estetika
(keindahan) bagi bangunan tersebut. Pengetahuan dasar-dasar pembimbingan ini tidak
hanya sekedar menjadi pengetahuan bagi PK, tetapi diharapkan juga mampu diterapkan
dalam menjalankan tusi sehingga cita-cita pemasyarakatan dapat tercapai.

42
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

B. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas tentang sejarah perkembangan pembimbingan, prinsip -
prinsip dasar pembimbinganan, metode-metode dalam pembimbingan, teknik-teknik
pembimbingan, dan keterampilan-keterampilan dalam pembimbingan.

C. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul Dasar-Dasar Pembimbingan, diharapkan Saudara
akan memiliki kemampuan dalam menerapkan dasar-dasar pembimbingan dalam
menjalankan tugas sehari-hari sebagai pembimbing kemasyarakatan.

D. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari modul ini Saudara dapat menjelaskan :
1. Sejarah Perkembangan Pembimbingan
2. Prinsip-Prinsip Pembimbingan
3. Metode-metode dalam Pembimbingan
4. Teknik-teknik Pembimbingan
5. Keterampilan-keterampilan dalam Pembimbingan

E. Peta Kompetensi
Berikut adalah tahapan kompetensi yang harus dicapai oleh Pembimbing
Kemasyarakatan agar memiliki pengetahuan, pemahaman serta penerapan terhadap
dasar-dasar pembimbingan kemasyarakatan agar memudahkan Pembimbing
Kemasyarakatan dalam melaksanakan tugas, fungsi dan perannya di masyarakat sehari -
hari.

43
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

F. Pokok Bahasan
1. Sejarah Perkembangan Pembimbingan
Dalam bab ini membahas tentang Sejarah Perkembangan Balai
Pemasyarakatan, Sejarah Perkembangan Ilmu Pekerjaan Sosial dan Laporan
Penelitian Kemasyarakatan di Indonesia
2. Prinsip Dasar Pembimbingan
Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang Prinsip Dasar Pembimbingan
antara lain menurut Henry S. Mass, Naomi I Brill dan Felix Biestek.
3. Metode-Metode Pembimbingan
Metode-metode Pembimbingan yang akan dibahas dalam bab ini adalah
Metode-Metode Dalam Praktek Pekerjaan Sosial dan Penerapan Metode-
Metode tersebut dalam Praktek Pembimbingan.
4. Teknik-Teknik Pembimbingan
Ada beberapa teknik pembimbingan yang dapat digunakan oleh PK antara
lain menurut Naomi I. Brill dan Teknik Bimbingan Kelompok.
5. Keterampilan Dalam Pembimbingan
Beberapa keterampilan dalam pembimbingan dibahas juga dalam pokok
bahasan ini antara lain menurut Naomi I. Brill, Louise C. Johnson dan Armando
Morales dan Bradford W. Sheafor.

G. Manfaat
Dengan mempelajari modul ini, Saudara diharapkan memiliki pedoman mengenai
dasar-dasar pembimbingan, sehingga dapat membantu dalam pelaksanaan tugas fungsi
sebagai seorang Pembimbing Kemasyarakatan sesuai dengan amanat perundang -
undangan.

H. Petunjuk Penggunaan
Selanjutnya, agar Saudara berhasil dalam mempelajari materi yang tersaji dalam
modul ini, perhatikan dan ikuti beberapa petunjuk berikut:
Saudara sebaiknya membaca modul I terlebih dahulu, sebelum mempelajari modul
ini.
Baca dan pahamilah setiap bab secara bertahap. Berilah tanda pada konsep yang
dianggap penting. Buatlah catatan kecil sebagai respon dari materi modul ini sebagai
penguat pemahaman Saudara terhadap modul ini.
Dianjurkan untuk membaca dan mempelajari peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar eksistensi Pembimbing Kemasyarakatan.

44
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Kerjakan setiap soal-soal dalam latihan dan evaluasi dengan teliti dan sungguh-
sungguh tanpa melihat terlebih dahulu kunci jawaban agar kemampuan Saudara
dapat terukur secara objektif.
Upayakan semua latihan dan evaluasi yang disajikan dalam Modul ini dapat
dikerjakan agar tingkat penguasaan Saudara yang diperoleh mencapai minimal 80%.

45
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab II Pokok Bahasan I ini Saudara mampu menjelaskan tentang
Sejarah Perkembangan Pembimbingan.

B. Sub Pokok Bahasan


1. Sejarah Perkembangan Balai Pemasyarakatan
Sebelum munculnya Balai Pemasyarakatan (Bapas) di Indonesia , dikenal terlebih
dahulu Jawatan Reklasering dan Pendidikan Paksa yang didirikan oleh pemerintahan
Belanda dengan dikeluarkannya Gouverment Besluit tanggal 15 Agustus 1927, yang
berpusat pada Departemen Van Justitie di Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan orang Belanda dan pribumi yang harus
dibimbing secara khusus. Pada saat itu Kantor Besar Jawatan Kepenjaraan/ Jawatan
Reklasering memberi subsidi kepada badan Reklasering Swasta dan pra-yuwana, dan
tenaga sukarelawan perorangan (Volunteer Probation Officer). Selanjutnya badan
tersebut menjadi petugas teknis pembinaan klien luar lembaga (Aminah Aziz 1998, hal
97). Petugas yang menjalankan tugas dan fungsi di Badan Reklasering yang dikelola
oleh Negara disebut Ambtenaar der Reclassering (Pegawai Negeri Istimewa pada Badan
Reklasering) yang diatur dalam KUHP (pasal 14 d ayat (2) disebut pegawai istimewa/
bijzondere ambtenaar).
Pada tahun 1930-1935 yang dikenal masa Malaise, pemerintah Belanda mengalami
kesulitan biaya akibat kondisi Perang Dunia I serta tingginya tingkat korupsi di tubuh
VOC. Akibatnya sangat mempengaruhi eksistensi pemerintahan Belanda di Indonesia
termasuk jawatan baru tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka dikeluarkan Surat
Keputusan Jenderal G.E. Herbrink Nomor 11 Stbld pada tanggal 6 September 1932
jawatan Reklasering dan Pendidikan Paksa dihapuskan. Maka tugas-tugas Reklasering
dan pendidikan paksa dimasukan dalam tugas, fungsi dan peran jawatan kepenjaraan,
yang selanjutnya disebut Inspektorat Reklasering dan Pendidikan Paksa. Tugas
Inspektorat Reklasering dan Pendidikan Paksa adalah (a) Menangani lembaga-lembaga
Anak yang disebut Rumah Pendidikan Negara (R.P.N) dan (b) Mengenai Klien Lapas
Bersyarat, Pidana Bersyarat dan Pembinaan lanjutan (After Care) serta Anak yang
diputus hakim kembali kepada orang tua atau walinya (Aminah, hal 97). Selain
menggabungkan Jawatan Reklasering dan Pendidikan Paksa, jawatan ini juga

46
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

dimasukkan dalam struktur setiap penjara yang ada di Indonesia yang dinamakan
Bagian Reklasering. Tujuan Reklasering ini antara lain (a) menjauhkan yang bersalah
dari rumah penjara, (b) mempercepat yang bersalah dari penjara, dan (c)
mengembalikan bekas terhukum dan anak pada kehidupan sedia kala/after care (R.
Tondokusumo 1950, hal 6).
Pada tahun 1939 Pemerintah Belanda berniat untuk menghidupkan kembali dan
memperbaharui Badan Reklasering, tetapi terhambat dengan pecahnya perang dunia
II. Untuk mengatasinya pada setiap penjara masih ada bagian Reklasering yang sifatnya
pasif sampai tahun 1943. Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia tidak ada
perubahan lagi mengenai perkembangan Reklasering, hanya pelaksanaan Lepas
Bersyarat yang tidak lagi dijalankan. Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 27 April
1964 terjadi perubahan Sistem Kepenjaraan menjadi Sistem Pemasyarakatan.
Sistem Pemasyarakatan yang digunakan oleh bangsa Indonesia, memiliki tujuan
reintegrasi bagi pelanggar hukum (Narapidana dan Anak Didik) dengan masyarakat
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Agar terciptanya pembinaan klien
pelanggar hukum maka dikeluarkan Surat Keputusan Presidium Kabinet Ampera
No.75/U/Kep/II/66. Dengan Surat Keputusan tersebut struktur organisasi berubah
menjadi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang memiliki dua Direktorat yang
menangani (1) Pembinaan narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan (2)
Pembinaan narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan yang mencakup pula
pembinaan Anak di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Direktorat yang menangani
Pembinaan narapidana di luar lapas dan Pembinaan Anak di dalam lapas kemudian
disebut Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA).
Istilah Bispa pertama kali dicetuskan oleh R. Waliman Hendrosusilo yang terdiri dari
2 (dua) istilah, yakni BIS dan PA. BIS singkatan dari bimbingan kemasyarakatan dan PA
singkatan dari Pengentasan Anak. Tujuan pendirian badan ini adalah untuk pembinaan
di luar penjara. Metode yang digunakan dalam bimbingan di luar penjara juga berbeda
dengan metode pembinaan yang dilakukan di dalam penjara (Marianti Soewandi,
wawancara 27 Juli 2012).
Persiapan perubahan dari lembaga Reklasering ke Bispa dilakukan oleh R. Waliman
Hendrosusilo, Bc.SW, SH. Dra. CM . Marianti Soewandi, Bc.IP, serta Panitia Khusus
Bispa yang dibentuk pada tahun 1968. Istilah PK pertama kali dikemukakan oleh Bapak
R. Waliman Hendrosusilo, Bc.SW, SH. Beliau adalah Sarjana Muda pekerja sosial dari
Australia dan memperoleh gelar Sarjana Hukum di Jakarta. Istilah PK merupakan
pengganti dari Ambtenaar der Reclassering yang digunakan di negeri Belanda atau
Probation Officer yang digunakan oleh negara-negara di dunia barat maupun asia
(Marianti Soewandi, 2003). Pemakaian istilah PK digunakan juga oleh Bapak Drs.
Soemarsono A. Karim dalam kertas kerja beliau yang dibuat atas permintaan Lembaga
Pembinaan Hukum Nasional (sekarang namanya Badan Pembinaan Hukum Nasional)

47
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

pada tahun 1976 dalam acara Loka Karya Evalua si Bimbingan Kemasyarakatan dan
Pengentasan Anak (Soemarsono A. Karim, 2011). Sejak saat itu pekerja sosial
kehakiman yang bergerak di bidang koreksional dikenal dengan sebutan Pembimbing
Kemasyarakatan dan laporan penelitian sosial disebut Litmas sampai s aat ini.
Tahun 1968 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan mendidik 100 (seratus) orang
lulusan Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial untuk menjadi Pembimbing
Kemasyarakatan. Pendidikan tersebut dilakukan selama 6 bulan . Pendidikan terhadap
calon Pembimbing Kemasyarakatan dilaksanakan sampai dengan tahun 1981. Hal ini
dilakukan karena amanat perundang-undangan yang mengharuskan didirikannya Balai
Pemasyarakatan di Ibukota provinsi serta kabupaten/ kota di seluruh Indonesia secara
bertahap (Marianti Soewandi, wawancara 27 Juli 2012). Pada tahun 1970 Kantor Bispa
pertama berdiri di Jakarta yang letaknya menjadi satu dengan gedung kantor
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Pada tahun 1995 Setelah disahkannya UU No. 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan istilah Bispa berubah menjadi Bapas. Hal tersebut dikuatkan juga
dalam Keputusan Menteri No. M.01.PR.07.03 Tahun 1997 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Pemasyarakatan. Dalam UU Pemasyarakatan No. 12 Tahun 1995 pasal 2
dijelaskan bahwa bapas mempunyai tugas memberikan bimbingan kemasyarakatan
dan pengentasan anak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perundang-undangan yang dimaksud adalah Undang-undang No. 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak yang menyebutkan tentang tugas bapas. Tugas Bapas adalah
memperlancar tugas penyidik, penuntut umum dan hakim dalam perkara Anak Nakal
baik di dalam maupun di luar sidang Anak, dengan membuat Laporan Hasil Penelitian
Kemasyarakatan (Purnianti, Mamik Sri Supatmi dan Ni Made Martini Tinduk , 2003).
Dalam pasal 56 disebutkan bahwa Laporan hasil penelitian kemasyarakatan diajukan
oleh pembimbing kemasyarakatan kepada Hakim pada saat sebelum sidang dibuka.
Sedangkan tugas bapas menurut Darwan Prinst (1997, hal.30) antara lain
membimbing, membantu dan mengawasi anak nakal berdasarkan putusan pengadilan
yang dijatuhi hukuman :
a. Pidana bersyarat;
b. Pidana pengawasan;
c. Pidana denda;
d. Diserahkan kepada Negara (Anak Negara);
e. Harus mengikuti latihan kerja;
f. Anak yang memperoleh pembebasan bersyarat dari Lembaga Pemasyarakatan.
Dalam rangka mengoptimalkan proses pemasyarakatan maka Marianti Soewandi
sebagai pelopor BISPA di Indonesia mengusulkan agar materi mengenai pekerjaan
Pembimbing Kemasyarakatan sebagai garda terdepan Bapas , perlu diintegrasikan ke
dalam kurikulum pendidikan pada Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP). AKIP

48
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

merupakan lembaga pendidikan kedinasan yang menjadi salah satu lembaga penghasil
sumber daya manusia pemasyarakatan yang terpadu. Materi yang diusulkan antara
lain (Marianti Soewandi, wawancara 27 Juli 2012):
a. Pengetahuan pekerjaan sosial bagi mahasiswa AKIP.
b. Pengetahuan mengenai teori dan teknik pembuatan penelitian kemasyarakatan
(langsung disetujui oleh Direktur AKIP pada waktu itu yakni Drs. Hasannudin, Bc.IP.).
c. Adanya petugas teknis khusus untuk pembinaan pelanggar hukum.

2. Sejarah Perkembangan Ilmu Pekerjaan Sosial dan Laporan Penelitian Kemasyarakatan


di Indonesia
Dalam buku Empat Puluh Tahun Pemasyarakatan Mengukir Prestasi (Ditjen
Pemasyarakatan, 2004) dijelaskan bahwa Dr. Sahardjo mengenalkan gagasannya
tentang konsep pemasyarakatan melalui pidatonya yang berjudul “Pohon Beringin
Pengayoman” saat menerima penghargaan Doktor Honoris Causa dalam bidang
Hukum pada bulan Juli 1963 di Istana Negara RI. Pendapat Dr. Sahardjo mengenai
konsep pemasyarakatan adalah bahwa setiap orang yang pernah dipenjara adalah
manusia yang harus diperlakukan sebagai manusia. “Setiap orang adalah manusia dan
harus diperlakukan sebagai manusia, meskipun ia telah tersesat, tidak boleh
ditunjukkan pada narapidana bahwa ia itu penjahat. Sebaliknya ia harus merasa bahwa
ia dipandang dan diperlakukan sebagai manusia.”
Gagasan tentang pemasyarakatan tersebut terealisasi dalam Kon ferensi Nasional
Kepenjaraan di Grand Hotel Lembang Bandung pada tanggal 27 April 1964, yang diikuti
oleh seluruh Direktur Penjara di Indonesia. Dalam konferensi tersebut istilah
kepenjaraan diganti menjadi pemasyarakatan. Untuk memperingati peristiwa
bersejarah itu maka tanggal 27 April ditetapkan sebagai Hari Pemasyarakatan.
Dalam rangka mewujudkan terlaksananya sistem pemasyarakatan tersebut maka
dibutuhkan berbagai disiplin ilmu, salah satu yang mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan pembinaan adalah disiplin ilmu pekerjaan sosial. Ilmu pekerjaan sosial
yang khusus bergerak di bidang koreksional dikenal dengan sebutan Pekerjaan Sosial
Koreksional.
Perkembangan Ilmu pekerjaan sosial di bidang koreksional terjadi sangat pesat di
negara-negara penganut mazhab Anglo Saxon misalnya Amerika Serikat dan Inggris.
Ilmu pekerjaan sosial koreksional ini mulai dirasakan manfaatnya pada pertengahan
abad XIX hingga sekarang. Ilmu pekerjaan sosial koreksional mulai berkembang di
Indonesia diperkirakan mulai tahun 1957. Hal ini seiring dengan jumlah angka
kenakalan remaja di Indonesia yang semakin memuncak, khususnya pendampingan
bagi anak dalam rangka proses persidangan perkara anak di pengadilan negeri Jakarta
(Soemarsono A. Karim, 2011).

49
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Pada saat itu istilah yang digunakan bagi pekerja sosial di bidang koreksional adalah
Pekerja Sosial Kehakiman yang sekarang disebut Pembimbing Kemasyarakatan. Dan
istilah litmas yang sekarang kita gunakan disebut case study. Untuk lebih jelasnya
dapat dibaca pada modul I.
Tahap perkembangan laporan penelitian kemasyarakatan di Indonesia di bagi dalam
4 (empat) periode (Soemarsono A. Karim, 2011), yaitu :
a. Periode 1958 – 1964
Pada periode ini dikenal dengan nama “case study” . Istilah case study
diperkenalkan oleh Sekolah Pendidikan Kemasyarakatan yang sekarang bernama
Sekolah Menengah Pekerja Sosial (SMPS). Dalam rangka praktek lapangan siswa
SMPS memberikan bantuan kepada keluarga anak yang mengalami masalah
kenakalan anak (juvenille deliquency) yang dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan hakim pada sidang perkara anak di pengadilan.
b. Periode 1964 - 1974
Pada masa ini istilah Case study berubah menjadi laporan social study atau
laporan social case study. Istilah ini digunakan di dalam lingkungan Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan (Direktorat BISPA yang kemudian berubah nama
menjadi Direktorat BINLULAPAS) dan kepolisian. Laporan tersebut dibuat guna
memenuhi permintaan hakim.
c. Periode 1974 – 1976
Pada periode ini Istilah Laporan Social Case Study berubah menjadi Laporan
Penelitian Sosial. Sedangkan di Kepolisian (khususnya di Biro Anak/BINAPIA)
dipergunakan istilah social case study.
d. Periode 1976 – sampai dengan sekarang
Pada periode ini istilah yang digunakan adalah Laporan Penelitian
Kemasyarakatan yang disingkat Litmas. Istilah ini diperkenalkan oleh R. Waliman
Hendrosusilo, Bc.SW, SH. pada tahun 1968. Dan istilah ini juga digunakan oleh
Drs. Soemarsono A.Karim. Petugas yang menyusunnya disebut Pembimbing
Kemasyarakatan. Saat ini Litmas dipergunakan untuk bahan persidangan perkara
anak di PN dan bahan untuk pembinaan. Contoh : Untuk asimilasi, cuti menjelang
bebas, cuti mengunjungi keluarga dan pembebasan bersyarat.
Dari perjalanan sejarah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada benang merah
antara pekerja sosial dengan pembimbing kemasyarakatan. Oleh sebab itu wajib bagi PK
untuk mempelajari ilmu pekerjaan sosial sebagai dasar dalam melaksanakan tugas di
lapangan.

50
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Tugas dan peran PK ke depannya akan semakin berat dan luas. Hal ini dapat dilihat
pada UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang merupakan
perubahan dari UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. Oleh sebab itu PK
dituntut untuk semakin profesional dalam pekerjaannya dan tidak berhenti belajar
untuk menambah wawasan dan kemampuannya.

C. Rangkuman
Pada mulanya jawatan Reklasering dan Pendidikan Paksa yang didirikan oleh
pemerintahan Belanda dengan dikeluarkannya Gouverment Besluit tanggal 15 Agustus
1927, yang berpusat pada Departemen Van Justitie di Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan orang Belanda dan pribumi yang harus
dibimbing secara khusus. Jawatan Reklasering memberi subsidi kepada badan
Reklasering Swasta dan pra-yuwana, dan tenaga sukarelawan perorangan (Volunteer
Probation Officer). Karena kesulitan biaya maka pemerintah Belanda menghapus jawatan
baru tersebut dengan dikeluarkan Surat Keputusan Jenderal G.E. Herbrink Nomor 11
Stbld pada tanggal 6 September 1932 jawatan Reklasering dan Pendidikan Paksa
dihapuskan. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Ampera No.75/U/Kep/II/66,
struktur organisasi berubah menjadi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Dengan Surat
Keputusan tersebut Direktorat Jenderal Pemasyarakatan memiliki dua Direktorat yang
menangani (1) Pembinaan narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan (2)
Pembinaan narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan yang mencakup pula pembinaan
Anak di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Direktorat yang menangani Pembinaan
narapidana di luar lapas dan Pembinaan Anak di dalam lapas kemudian disebut Direktorat
Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA). Persiapan perubahan dari
lembaga Reklasering ke Bispa dilakukan oleh R. Waliman Hendrosusilo, Bc.SW, SH. dan
Dra. CM. Marianti Soewandi, Bc.IP, serta Panitia Khusus Bispa yang dibentuk pada tahun
1968. Pada tahun 1970 Kantor Bispa pertama berdiri di Jakarta. Tahun 1995 Setelah
disahkannya UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan istilah Bispa berubah
menjadi Bapas. Hal tersebut dikuatkan juga dalam Keputusan Menteri No. M.01.PR.07.03
Tahun 1997 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pemasyarakatan. Dalam UU
Pemasyarakatan No. 12 Tahun 1995 pasal 2 dijelaskan bahwa bapas mempunyai tugas
memberikan bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Dr. Sahardjo mengenalkan gagasannya tentang konsep pemasyarakatan melalui


pidatonya yang berjudul “Pohon Beringin Pengayoman” saat menerima penghargaan
Doktor Honoris Causa dalam bidang Hukum pada bulan Juli 1963 di Istana Negara RI.
Pendapat Dr. Sahardjo mengenai konsep pemasyarakatan adalah bahwa setiap orang
yang pernah dipenjara adalah manusia yang harus diperlakukan sebagai manusia. “Setiap

51
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia, meskipun ia telah
tersesat, tidak boleh ditunjukkan pada narapidana bahwa ia itu penjahat. Sebaliknya ia
harus merasa bahwa ia dipandang dan diperlakukan sebagai manusia.” Pada tanggal 27
April 1964 istilah kepenjaraan diganti menjadi pemasyarakatan , untuk memperingati
peristiwa bersejarah itu maka tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Pemasyarakatan.
Dalam rangka mewujudkan terlaksananya sistem pemasyarakatan tersebut maka
dibutuhkan berbagai disiplin ilmu, salah satu yang mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan pembinaan adalah disiplin ilmu pekerjaan sosial. Ilmu pekerjaan sosial yang
khusus bergerak di bidang koreksional dikenal dengan sebutan Pekerjaan Sosial
Koreksional. Ilmu pekerjaan sosial koreksional mulai berkembang di Indonesia
diperkirakan mulai tahun 1957. Hal ini seiring dengan jumlah angka kenakalan remaja di
Indonesia yang semakin memuncak, khususnya pendampingan bagi anak dalam rangka
proses persidangan perkara anak di pengadilan negeri Jakarta. Pada saat itu istilah yang
digunakan bagi pekerja sosial di bidang koreksional adalah Pekerja Sosial Kehakiman yang
sekarang disebut Pembimbing Kemasyarakatan. Dan istilah litmas yang sekarang kita
gunakan disebut case study.
Tahapan periode perkembangan laporan penelitian kemasyarak atan ada 4 (empat)
yaitu :

Periode Tahun Periode Tahun Periode Tahun Periode Tahun


1958 – 1964 1964 – 1974 1974 – 1976 1976 – sekarang
Digunakan istilah Berubah menjadi Berubah menjadi Digunakan istilah
Case study laporan social study Laporan Penelitian Laporan Penelitian
(diperkenalkan oleh atau laporan social Sosial. Kemasyarakatan
Sekolah Pendidikan case study. Di Kepolisian
( LITMAS).
Kemasyarakatan, Digunakan di (khususnya di Biro
sekarang SMPS). Direktorat Jenderal Anak/BINAPIA) Istilah ini dicetuskan
Digunakan untuk Pemasyarakatan menggunakan oleh R. Waliman
bahan pertimbangan (khususnya istilah social case Hendrosusilo,
hakim pada sidang Direktorat BISPA study. Bc.SW, SH. pada
perkara anak di yang kemudian tahun 1968. Istilah
pengadilan. berubah nama ini juga digunakan
menjadi Direktorat oleh Drs.
BINLULAPAS) dan Soemarsono A.
Kepolisian. Karim yang dimuat
Laporan ini pada paper untuk
digunakan untuk Lembaga Pembinaan
memenuhi Hukum Nasional
permintaan hakim. (sekarang Badan

52
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Pembinaan Hukum
Nasional) tahun
1976.
Litmas dipergunakan
untuk bahan
persidangan perkara
anak di PN dan
bahan untuk
pembinaan.
Contoh :
Untuk asimilasi,
cuti menjelang
bebas,
cuti mengunjungi
keluarga dan PB.

D. Latihan
Setelah Saudara membaca materi diatas agar Saudara memahami isi materi secara utuh
maka jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas, ringkas dan teliti !
1. Jelaskan siapakah yang memberikan tentang istilah PK ?
2. Jelaskan lembaga yang melaksanakan tugas kebapasan sebelum Bapas berdiri
dari masa pemerintahan Belanda sampai sekarang ?
3. Jelaskan apakah kegunaan laporan litmas ?
4. Jelaskan ada berapakah tahapan perkembangan litmas ?

53
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB III
PRINSIP-PRINSIP DASAR PEMBIMBINGAN
a. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab III Pokok Bahasan II ini Saudara mampu
menjelaskan tentang prinsip-prinsip dasar pembimbingan.

b. Sub Pokok Bahasan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prinsip adalah asas/kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir/bertindak. Dalam kaitannya dengan proses
pembimbingan, prinsip merupakan pedoman dalam melakukan aktivitas
pembimbingan, pendampingan serta pengawasan sebagaimana amanat peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu prinsip-prinsip dasar ini perlu Saudara pahami
agar dapat membantu aktivitas pembimbingan, pendampingan dan pengawasan
yang Saudara lakukan sehari-hari.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, secara keilmuan pekerjaan


yang dilakukan PK hampir sama dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja
sosial. Keduanya melakukan fungsi yang sama namun dalam ruang yang berbeda.
Pekerja sosial menangani masalah-masalah sosial secara umum, sementara PK
menangani masalah yang sama dalam ruang lingkup hukum. Oleh karena itu secara
teoritis, prinsip-prinsip yang digunakan oleh pekerja sosial sama dengan yang
digunakan oleh PK. Berikut ini adalah beberapa prinsip dasar dari para ahli pekerjaan
sosial yang dapat membantu dalam mempelajari prinsip-prinsip dasar yang harus
Saudara miliki sebagai PK.

1. Prinsip-Prinsip Dasar Menurut Henry S. Mass.


Salah satu tokoh yang berpengaruh pada kajian kesejahteraan sosial adalah
Henry S. Maas (1977) yang berasal dari Univerity of British Columbia. Dalam
makalahnya yang berjudul Social Work with Individuals and Families (hal 63)
Maas menjelaskan beberapa prinsip yang harus dimiliki oleh para pekerja sosial
(termasuk PK), yakni;

a. Prinsip Penerimaan (The Principle of Acceptance)


Prinsip ini mengemukakan bahwa seorang PK dalam menerima klien harus
bebas nilai. PK tidak boleh “menghakimi” klien seakan-akan PK yakin dan

54
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

percaya bahwa klien adalah satu-satunya pihak yang patut dipersalahkan atas
apa yang telah diperbuatnya. PK harus mampu membangun suasana yang
akrab agar klien merasa nyaman dan dapat memberikan keterangan yang
objektif, detil dan jujur sehingga PK juga akan mendapatkan data yang valid
dan akurat berdasarkan jawaban klien tersebut.

Sikap menerima sangat berlawanan dengan sikap menghakimi, oleh karena


itu PK perlu mempersiapkan diri untuk tidak memberikan penilaian awal yang
buruk, maupun bersikap netral. PK harus mampu memahami klien apa
adanya dengan membangun suasana yang akrab dengan klien sehingga
terbangun kepercayaan dirinya terhadap PK, seakan yakin bahwa PK dapat
membantu dirinya untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

b. Prinsip Komunikasi (The Principle of Communication)


Prinsip komunikasi ini erat kaitannya dengan
kemampuan pembimbing kemasyarakatan
untuk menangkap informasi ataupun pesan
yang dikemukakan oleh klien. Bentuk
komunikasi yang diungkapkan dapat berupa
verbal maupun nonverbal, seperti cara duduk

Gambar 2 klien, posisi ataupun letak duduk dalam suatu


Melalui komunikasi yang hangat, klien
pertemuan dengan anggota keluarga yang lain,
akan lebih terbuka terhadap PK.
cara bicara, cara berpakaian, dan lain
( http;//www.conversationart.com)
sebagainya.
Bila klien tidak dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya, seorang
pembimbing kemasyarakatan diharapkan dapat membantu untuk
mengungkapkan apa yang ia rasakan.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pembimbing kemasyarakatan adalah
menyadari ekspektasi (harapan) dari klien. Memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan perasaannya saat itu misalnya perasaan takut,
marah, benci, sedih, gembira, dan lain sebagainya, sehingga komunikasi
antara klien dan sistem klien dengan pembimbing kemasyarakatan dapat
terjaga dan semakin berkembang.
c. Prinsip Individualisasi (The Principle of Individualization)
Prinsip individualisasi, pada intinya menganggap setiap individu berbeda
satu dengan yang lainnya. Setiap individu adalah unik, sehingga pendekatan
yang diutamakan adalah kasus per kasus dan bukan penggeneralisasian. PK
harus dapat menyesuaikan cara berkomunikasi dan memberikan bantuan
dengan setiap kliennya, guna mendapatkan hasil yang optimal.

55
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

PK tidak boleh memasukkan kliennya ke dalam stereotype tertentu tanpa


melakukan observasi yang mendalam karena dapat mengakibatkan
hambatan dalam hubungan antara PK dengan klien.
d. Prinsip Partisipasi (The Principle of Participation)
Berdasarkan prinsip ini, seorang PK harus dapat mengajak kliennya untuk
berperan aktif dalam upaya mengatasi permasalahan yang dihadapinya .
Dengan demikian klien memiliki tanggungjawab terhadap keberhasilan
proses pemberian bantuan tersebut. Tanpa adanya kerja sama dan peran
serta dari klien maka upaya pemberian bantuan sulit untuk mendapatkan
hasil yang optimal. Apabila klien kurang kooperatif, maka PK perlu
membangun sudut pandang yang tepat bagi klien, sehingga klien mengetahui
manfaat dari proses penyelesaian masalah yang dihadapi.
e. Prinsip Kerahasiaan (The Principle of Confidentiality)
Dalam menjalankan proses pembimbingan serta pendampingan,
pembimbing kemasyarakatan harus senantiasa menjaga kerahasiaan klien.
Rahasia klien harus dilindungi dan dihormati, kecuali atas persetujuan klien.
Hal ini sangat dibutuhkan agar memudahkan PK dalam memperoleh
informasi yang utuh, untuk itu PK harus mampu membangun kepercayaan
klien terhadap dirinya.
f. Prinsip Kesadaran diri dari PK (The Principle of Caseworker self-Awarness)
PK merupakan manusia biasa yang memiliki motivasi pribadi yang
kompleks, oleh karena itu harus mampu memisahkan urusan pribadi dengan
pekerjaan secara professional. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam membuat penelitian kemasyarakatan dan tidak terhanyut
dalam perasaan ataupun permasalahan yang dihadapi oleh kliennya.

2. Prinsip Dasar Menurut Naomi I Brill


Naomi Isgrig Brill (Working With People: The Helping Process , 1978;43)
mengemukakan tentang 9 (sembilan) Prinsip-Prinsip Praktik Teknik Social Worker
yaitu :
Acceptance (penerimaan)
PK harus dapat menerima klien apa adanya.
Individualization (individualisasi)
PK harus menyadari bahwa klien merupakan pribadi yang unik yang harus
dibedakan dengan yang lainnya.
Non-ludemental (sikap tidak menghakimi)
PK harus mempertahankan sikap tidak menghakimi terhadap kedudukan apapun
dari klien dan tingkah laku klien. PK harus mampu bebas persepsi dalam

56
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

melakukan pembimbingan sehingga PK dapat menggali informasi dari klien


secara mendalam.
Rationaly (rasionalitas)
PK harus mampu memberikan pandangan yang obyektif dan faktual terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, serta mampu mengambil keputusan.
Emphaty (empati)
PK harus mempunyai kemampuan memahami apa yang dirasakan oleh klien.
Ketika klien tidak berkenan untuk memberikan informasi secara terbuka, PK
justru harus mampu menjaga perasaan klien dan secara cerdas menggali
informasi dari sisi yang tidak mengganggu perasaan klien.
Genuiness (ketulusan)
Ketulusan yang dimiliki oleh PK dalam membantu klien dapat terpancar dalam
komunikasi verbal.
Impartiality (kejujuran)
PK dalam melakukan pertolongan tidak boleh merendahkan seseorang dan
kelompok tertentu.
Confidentiality (kerahasian)
PK harus mampu menjaga kerahasiaan klien kepada orang lain. Hal ini sangat
penting untuk menjaga integritas PK sebagai aparat penegak hukum.
Self Awareness (mawas diri)
PK harus sadar akan potensinya dan keterbatasan kemampuannya. Untuk itu
perlu adanya peningkatan wawasan PK secara berkesinambungan, baik dalam
hal pengetahuan (membaca buku maupun media massa) maupun keterampilan
(computer, wawancara maupun penulisan).

3. Prinsip Dasar Menurut Felix Biestek


Biestek (Abas Basuni,1995), mengemukakan tentang 7 (tujuh) prinsip klasik
tentang relasi casework dan peranan pekerja sosial dalam menggunakan masing-
masing prinsip merupakan satu cara untuk mendefinisikan tanggung jawab dari
pekerja sosial dalam interaksi antara pekerja sosial dengan klien atau sistem
tindakan adalah :

a. Individualisasi
Prinsip ini merupakan “pengakuan dan pemahaman tentang kualitas keunikan
masing-masing Klien”. Oleh karena klien itu unik maka dalam proses
pertolongannya antara klien yang satu dengan yang lain berbeda.
b. Pengungkapan Perasaan Secara Bertujuan
Prinsip ini berkaitan dengan “Kebutuhan Klien untuk mengungkapkan perasaan-
perasaannya secara bebas, khususnya perasaan negatif”. PK menggunakan

57
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

prinsip ini untuk menciptakan suatu lingkungan atau suasana dimana Klien
merasa nyaman untuk mengungkapkan perasaannya.
c. Respon Emosional Yang Terkendali
Prinsip ini memerlukan “kepekaan terhadap perasaan Klien, pemahaman akan
maknanya dan respon yang tepat.”PK menggunakan prinsip ini ketika merespon
Klien untuk mengetahui perasaan klien dan kebutuhan klien.
d. Penerimaan
Prinsip ini menuntut untuk menerima dan menghadapi Klien sebagaimana ia
adanya. PK harus dapat mengetahui kelebihan, kekurangan, hal-hal yang positif
dan negatif dari klien.
e. Sikap Tidak Menghakimi/Menilai
Prinsip ini didasarkan pada suatu keyakinan bahwa fungsi (pekerjaan sosial)
melarang PK untuk memberikan penilaian terhadap klien terhadap suatu
masalah.
f. Penentuan diri Klien
Prinsip ini mengakui “hak dan kebutuhan Klien untuk bebas dalam membuat
pilihan dan keputusan mereka sendiri dalam proses (pekerjaan sosial)”. PK
membantu Klien melihat masalah dan kebutuhan secara jelas dan perspektif,
mengenalkan Klien dengan sistem sumber yang tepat sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi klien, dan menciptakan lingkungan atau suasana
dimana PK dan Klien dapat bekerjasama.
g. Kerahasiaan
Prinsip ini menegaskan hak Klien untuk pemeliharaan informasi rahasia tentang
diri yang diungkapkan dalam relasi profesional. Ini adalah peran PK untuk
menjelaskan batas-batas kerahasiaan dan hak-hak dari PK dan Klien di dalam
rangka kewajiban profesional dan legal. Prinsip-prinsip ini digunakan untuk
mengarahkan relasi pertolongan profesional.

58
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

c. Rangkuman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prinsip adalah asas/kebenaran yg
menjadi pokok dasar berpikir/bertindak. Dalam kaitannya dengan pekerjaan
pembimbing kemasyarakatan, prinsip merupakan pedoman dalam melakukan
aktivitas pembimbingan, pendampingan serta pengawasan sebagaimana amanat
peraturan perundang-undangan. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh
para ahli antara lain :

1. Menurut Henry S. Maas ada 6 (enam) prinsip dasar yaitu Individualisasi,


penerimaan, kerahasiaan, komunikasi, partisipasi dan kesadaran diri dari pekerja
sosial.
2. Menurut Naomi I. Brill ada 9 prinsip dasar yaitu Individualisasi, penerimaan,
kerahasiaan, sikap tidak menghakimi, rasionalitas, empati, ketulusan, kejujuran
dan mawas diri.
3. Menurut Bistek ada 7 prinsip dasar yaitu Individualisasi, penerimaan,
kerahasiaan, sikap tidak menghakimi, pengungkapan perasaan secara bertujuan,
respon emosional yang terkendali dan penentuan diri klien.

d. Latihan
Setelah Saudara membaca materi di Bab III agar Saudara memahami isi materi
secara utuh maka jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas, ringkas
dan teliti !

1. Jelaskan prinsip dasar menurut Henry B. Maas !

2. Jelaskan prinsip dasar menurut Naomi !

3. Jelaskan prinsip dasar menurut Biestek !

4. Dari ketiga pendapat para ahli tersebut ada yang mempunyai kesamaan. Tolong
Saudara kelompokan prinsip-prinsip dasar yang sama tersebut dan jelaskan !

59
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB IV
METODE-METODE PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab IV pokok bahasan III ini Saudara mampu menjelaskan
metode-metode pekerjaan sosial yang dapat digunakan Pembimbing
Kemasyarakatan dalam melakukan pembimbingan di lapangan.

B. Sub Pokok Bahasan


1. Metode Pembimbingan
Metode adalah suatu prosedur kerja yang teratur dan sistematis yang
digunakan oleh Pembimbing Kemasyarakatan dalam proses p embimbingan
terhadap klien pemasyarakatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki
(bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php). Sementara itu, menurut Haryanto
(2010, hal 132) dalam praktik pekerjaan sosial terdapat dua jenis metode, yakni
metode pokok dan metode bantu. Metode Pokok berkenaan dengan
pengetahuan dan pelayanan langsung kepada klien, sedangkan metode bantu
berkenaan dengan pengaturan dan pelayanan tidak langsung kepada klien. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Bagan 1
Skema Metode Pekerjaan Sosial

60
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

a. Metode Pokok
Menurut Dwi Heru Sukoco (1989, hal 147) metode pokok pekerjaan sosial
adalah sebagai berikut:
Bimbingan Perorangan ( case work), dilakukan secara perorangan/
individual melalui tatap muka, dan terapi tertentu, ditujukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien atau keluarganya.
Bimbingan Kelompok (group work), dilakukan secara
berkelompok/keluarga sebagai upaya untuk melakukan perubahan
perilaku klien dengan menggunakan kekuatan kelompok.
Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat ( community
organization), bimbingan yang dilakukan dengan menggunakan
kekuatan/partisipasi sosial masyarakat yang diorganisir untuk kepentingan
klien.
b. Metode Bantu
Menurut Sri Kuntari (2003, hal 12) yang dinamakan metode bantu dalam
pekerjaan sosial adalah sebagai berikut:
Aksi sosial
Merupakan gerakan sosial untuk mencapai kesejahteraan sosial
melalui perundang-undangan. Dalam keseharian Saudara sebagai seorang
PK, aksi sosial terwujud dalam proses pembimbingan, pendampingan dan
pengawasan terhadap klien.
Penelitian Kesejahteraan Sosial
Merupakan penelitian yang sistematis dan kritis guna mendapatkan
jawaban terhadap problem-problem dalam kesejahteraan sosial. Dalam
keseharian Saudara sebagai seorang PK, Saudara melakukan penulisan
penelitian kemasyarakatan (litmas) sebagai keluaran (output) Saudara atas
amanat perundang-undangan.

Tata Laksana Kesejahteraan Sosial


Merupakan proses pengaturan atau pengorganisasian dan
kepemimpinan suatu badan atau kantor sosial pemerintah maupun swasta.
Dalam keseharian Saudara sebagai seorang PK, perlu diinventarisir berbagai
peraturan perundang-undangan sebagai kekuatan argumen Saudara dalam
membuat litmas maupun dalam proses pendampingan klien di persidangan.

61
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

2. Penerapan Metode dalam Praktek Pembimbingan Kemasyarakatan


Dalam menerapkan metode-metode diatas,
Saudara diharapkan dapat menyesuaikan
dengan jenis, jumlah klien serta permasalahan
yang ditangani. Ketepatan Saudara
menentukan metode yang dipakai akan
membuat proses pembimbingan menjadi lebih
efektif dan efisien. Berikut ini penjelasan

mengenai penggunaan metode-metode Gambar 3


Bimbingan perorangan memberikan
sebagaimana telah dijelaskan diatas: kesempatan untuk mengeksplorasi klien
dengan cara-cara yang lebih personal
Metode Pokok Sumber:
a. Bimbingan Perorangan (Case Work) http://www.collegesurfing.com

Metode bimbingan perorangan dilakukan untuk pembimbingan terhadap


1 (satu) orang klien pemasyarakatan. Metode ini dilaksanakan dalam bentuk
tatap muka langsung (face to face). Pada bimbingan perorangan ini Saudara
memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi klien dengan cara-cara yang
lebih personal sehingga dapat menyentuh hati klien. Hal ini perlu dilakukan
agar informasi yang didapat oleh PK lebih valid, namun jika hubungan
personal dengan klien tidak terbangun dengan baik maka Saudara akan sulit
mendapatkan informasi yang jujur dan terbuka dari klien.
Pendekatan yang dapat dilakukan dalam penerapan bimbingan
perorangan terhadap klien (Soetarso 1981, dalam Hasugian 2008), yakni:
Pendekatan Pemecahan Masalah
Dalam pendekatan ini klien diberikan motivasi untuk dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya. Seringkali klien menjadi kurang
atau bahkan tidak termotivasi untuk berusaha memperbaiki masa
lalunya yang kelam karena takut untuk tidak diterima kembali oleh
lingkungannya. Pendekatan ini bertujuan untuk membangkitkan gairah
klien dalam memecahkan masalah yang dihadapinya secara lebih bijak
dan cerdas. Pendekatan ini disebut juga pendekatan edukatif.

Pendekatan Psikososial
Pendekatan ini terdiri dari usaha-usaha untuk membantu klien agar
mampu dan mau mengembangkan daya pikirnya mengenai sebab-
sebab tingkah lakunya dan pengaruh tingkah lakunya terhadap orang
lain. Dalam pendekatan ini klien dimotivasi untuk bisa keluar dari rasa

62
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

frustasi dan ketakutan yang berkepanjangan sehingga klien mampu


bangkit kembali menjadi manusia yang taat hukum dan dapat diterima
oleh lingkungannya.
Pendekatan Tingkah Laku
Pendekatan ini didasari oleh perubahan tingkah laku dengan prinsip-
prinsip teori belajar sosial dan penerapan prinsip-prinsip perubahan
tingkah laku terhadap klien. Dalam pendekatan ini klien diberi
bimbingan mengenai tingkah laku yang sesuai dengan nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat, sehingga klien dapat diterima oleh
lingkungannya.
Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini memandang dengan lebih optimis terhadap manusia
untuk melakukan perubahan dan mengutamakan pertumbuhan pribadi
dalam kaitan dengan organisasi-organisasi sosial, pengembangan
kontrol diri, hubungan dengan lingkungan sosial lainnya dalam
masyarakat.
Dalam menjalankan bimbingan perorangan ini diperlukan beberapa prinsip
dasar yang telah dibahas pada bab sebelumnya sebagai pedoman Saudara,
agar tujuan pembimbingan perorangan ini dapat tercapai dengan efe ktif.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
Penerimaan
Saudara harus dapat menerima klien apa adanya dengan tidak
merendahkan atau membeda-bedakan serta menghormati klien dalam
setiap kondisi/keadaan yang dialaminya. Ketulusan penerimaan Saudara
dapat dirasakan oleh klien. Jika klien mendapat perlakuan dan
penghormatan yang baik dari PK maka klien tentu akan membuka diri
karena yakin PK dapat membantu menyelesaikan permasalahan hidupnya.
Komunikasi
Setelah klien merasa nyaman, PK dapat membangun komunikasi yang
hangat. PK sebaiknya memulai pembicaraan dengan hal-hal yang ringan,
misalnya menanyakan kabar klien maupun keluarganya.
Dalam proses komunikasi ini, PK harus dapat menjadi pendengar yang
baik. Dengan demikian akan memudahkan PK mengetahui informasi yang
disampaikan klien.

63
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Kerahasiaan
PK harus dapat meyakinkan klien bahwa
informasi yang diberikan akan terjaga
kerahasiaannya. Dengan demikian klien akan
lebih terbuka dalam menjelaskan
permasalahan yang dihadapi. PK hanya
Gambar 4
dapat menyampaikan informasi tersebut Apabila klien merasa informasi
kepada pihak-pihak terkait. yang diberikannya akan terjaga
kerahasiaannya, tentu klien akan
Kesadaran diri lebih terbuka dalam menjelaskan
permasalahan
Dalam mengantisipasi hal-hal subyektif Sumber:
http://www.blogcdn.com
yang terjadi pada proses pembimbingan yang
dapat merugikan kedua belah pihak (PK maupun klien), maka PK harus
sadar akan posisi dan perannya. Jangan terlalu menanggapi masalah yang
dihadapi klien secara pribadi. Profesionalitas sebagai petugas harus
ditunjukkan dengan sangat jelas sehingga tujuan pembimbingan dapat
tercapai.
Salah satu bentuk konflik kepentingan yang cenderung terjadi adalah
ketika PK memiliki ketertarikan secara seksual terhadap klien. Hal ini akan
menjadi hambatan dalam proses pembimbingan karena hasil yang
dicapai tidak objektif.
Individualisasi
PK harus menyadari bahwa setiap individu itu adalah unik, memiliki
harga diri, martabat, pengalaman dan lingkungan hidup yang berbeda -
beda. Oleh sebab itu PK tidak dapat memberikan perlakuan yang sama
kepada setiap klien.
Ekspresi Emosional
Setiap individu memiliki kebutuhan untuk mengekspresikan dan
menampilkan perasaannya. Oleh sebab itu PK harus dapat membaca
setiap ekspresi yang ada pada klien.
Keterlibatan Emosi Secara terkendali
Setiap individu menginginkan bahwa seseorang akan dapat
berhubungan dengan perasaannya. PK harus mampu untuk ikut
merasakan kondisi klien.
Sikap Tidak Menilai
Setiap individu memiliki hak untuk mengemukakan situasi yang
dihadapinya tanpa memperoleh tanggapan negatif dari PK. Sebagai
implikasinya PK tidak boleh memberikan penilaian pribadi terhadap
perilaku klien.

64
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Menentukan Diri Sendiri


Setiap individu memiliki hak untuk menerima atau menolak saran
yang diberikan. PK tidak dapat memaksakan kehendak untuk
menyelesaikan masalah klien tetapi klien yang harus memutuskan
sendiri. PK hanya bersifat membantu.

b. Bimbingan Kelompok (Group Work)


Metode bimbingan kelompok pada dasarnya adalah untuk membantu
klien kembali masuk kedalam
masyarakat/komunitasnya. Kelompok
merupakan alat untuk melakukan
perubahan. Perubahan tersebut akan
terjadi dalam proses interaksi antar
anggota kelompok. Kelompok akan
membantu anggotanya untuk Gambar 5
Metode bimbingan kelompok pada
memecahkan masalah bersama. Tujuan dasarnya adalah untuk membantu
yang akan dibentuk dari bimbingan klien untuk kembali masuk kedalam
masyarakat/ komunitasnya.
kelompok ini adalah (Hasugian 2008); Sumber: http://www.portage.ca
1. Perubahan secara perorangan; perbaikan individu melalui
peningkatan kesadaran, perbaikan pelaksanaan peran-peran sosial
untuk penyesuaian yang lebih baik terhadap norma-norma
2. Perubahan kemasyarakatan; usaha untuk merubah norma-norma
kemasyarakatan melalui pendidikan, ceramah-ceramah umum
maupun ceramah-ceramah agama di lembaga sosial yang ada.
Pada pelaksanaan metode bimbingan kelompok, ada beberapa teknik
yang dapat digunakan (PSBR Rumbai 2009), yaitu:
Konfrontasi
Teknik ini membantu anggota kelompok untuk mengungkapkan
kecemasan-kecemasan dan kemarahan-kemarahan yang dirasakan
anggota, untuk disampaikan kepada PK. PK harus mempersiapkan diri
dengan sungguh-sungguh untuk memberikan respon (tanggapan)
terhadap perasaan-perasaan tersebut.
Interpretasi
Dengan teknik ini, diberikan kesadaran pada anggota kelompok akan
adanya hubungan antara dua rangkaian peristiwa yang saling
berkaitan. Perilaku salah seorang anggota kelompok merupakan reaksi
dari perilaku anggota kelompok yang lain (satu rangkaian peristiwa).

65
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Atribusi
Merupakan suatu teknik untuk menumbuhkan kesadaran yang dimiliki
oleh anggota kelompok yang berasal dari dalam dirinya maupun dari
lingkungannya, mengenai hakikat dan penyebab munculnya suatu
peristiwa atau kejadian.
Reinforcement (Memberikan Penguatan)
PK membantu anggota kelompok untuk bertingkah laku tertentu yang
diharapkan, dengan cara memberi reward (hadiah) jika dia mampu
melakukannya. Reward dapat berbentuk verbal (pujian), fisik
(sentuhan hangat), dan material.
Pemberian Model
Melalui model atau contoh, PK membantu anggota kelompok untuk
mempelajari tingkah laku, baik secara implisit (berbicara pelan)
maupun sangat eksplisit (observasi terhadap tingkah laku PK atau
anggota kelompok lain pada saat bermain peran).
Dalam menjalankan bimbingan kelompok, diperlukan beberapa prinsip
sebagai pedoman Saudara agar tujuan pembimbingan kelompok ini dapat
tercapai dengan efektif. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan adalah
(Modul Pembinaan Pembimbing Kemasyarakatan 2010) :
Pembentukan kelompok dibentuk secara terencana, dan disepakati
anggota.
Setiap anggota kelompok memiliki tujuan yang akan dicapai bersama.
Pengamatan PK terhadap anggota kelompok dilakukan secara
sistematis.
Keputusan diambil oleh anggota kelompok.
Kelompok bersifat fleksibel dalam arti dapat disesuaikan dengan
situasi dan kondisi tertentu, jumlah anggota tidak mengikat.
Penggalian sumber-sumber dan penyusunan program dimulai oleh
kelompok.
Penilaian kegiatan secara terus menerus dilakukan oleh PK sebagai
pendamping kelompok.

Metode Bantu
a. Aksi Sosial
Proses pembimbingan yang dilakukan PK merupakan bentuk aksi sosial
yang diamanatkan oleh aturan perundang-undangan. Pembimbingan yang
dilakukan terhadap klien merupakan bagian dari upaya untuk

66
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

mengembalikan pelanggar hukum ke dalam masyarakat sebagaimana


yang dicita-citakan Dr. Sahardjo melalui konsep Pemasyarakatan.

b. Penelitian Kemasyarakatan
Penelitian Kemasyarakatan adalah kegiatan penelitian yang
dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang berbagai
permasalahan baik aktual maupun potensial mengenai diri klien. Litmas
merupakan catatan atau laporan sebagai reproduksi dari apa yang terjadi
dalam situasi sosial klien yang mengalami masalah dalam hidup dan
kehidupannya.
c. Administrasi PK
Administrasi pekerjaan sosial adalah suatu metode pertolongan
pekerjaan sosial yang difokuskan untuk menggerakkan seluruh komponen
organisasi, melakukan proses sosial guna mentrandformasikan kebijakan
lembaga kepada implementasi pemberian pelayanan secara efektif dan
efisien (Skidmore, Thackeray, Milton 1994) .
Administrasi PK mempunyai fungsi yang diterjemahkan dalam bentuk
serangkaian kegiatan yang terdiri dari :
Pelaporan
Pendokumentasian
Pengarsipan
Recording

C. Rangkuman
Metode adalah suatu prosedur kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan
oleh PK dalam proses pembimbingan terhadap klien pemasyarakatan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metode adalah cara teratur yang digunakan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki. Menurut Haryanto dalam praktik pekerjaan sosial terdapat dua jenis
metode, yakni metode pokok dan metode bantu. Metode Pokok berkenaan dengan
pengetahuan dan pelayanan langsung kepada klien, sedangkan metode bantu
berkenaan dengan pengaturan dan pelayanan tidak langsung kepada kl ien. Metode
Pokok menurut Dwi Heru Sukoco dalam pekerjaan sosial adalah Bimbingan
Perorangan (case work), Bimbingan Kelompok (group work) dan Pengorganisasian
dan pengembangan masyarakat (community organization). Metode Bantu menurut
Sri Kuntari dalam pekerjaan sosial adalah Aksi sosial, Penelitian Kesejahteraan
Sosial dan Tata Laksana Kesejahteraan Sosial. Menurut Skidmore, Thackeray dan

67
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Milton bahwa administrasi pekerjaan sosial adalah suatu metode pertolongan


pekerjaan sosial yang difokuskan untuk menggerakkan seluruh komponen
organisasi melakukan proses sosial guna mentrandformasikan kebijakan lembaga
kepada implementasi pemberian pelayanan secara efektif dan efisien. Administrasi
PK mempunyai fungsi yang diterjemahkan dalam bentuk serangkaian kegiatan yang
terdiri dari pelaporan, pendokumentasian, pengarsipan dan recording.
Menurut Soetarso pendekatan yang dapat dilakukan dalam penerapan
bimbingan perorangan terhadap klien meliputi pendekatan pemecahan masalah,
pendekatan psikososial, pendekatan tingkah laku dan pendekatan fungsional.
Dalam menjalankan bimbingan perorangan ini diperlukan beberapa prinsip dasar.
Prinsip-prinsip dasar tersebut antara lain penerimaan, komunikasi, kerahasiaan,
kesadaran diri, individualisasi, ekspresi emosional, keterlibatan emosional secara
terkendali, sikap tidak menilai dan menentukan diri sendiri.
Dalam pelaksanaan metode bimbingan kelompok, ada beberapa teknik yang
dapat digunakan yaitu konfrontasi, interpretasi, atribusi, reinforcement
(memberikan penguatan) dan pemberian Model. Dalam menjalankan bimbingan
kelompok ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan antara lain :
Pembentukan kelompok dibentuk secara terencana, dan disepakati anggota.
Setiap anggota kelompok memiliki tujuan yang akan dicapai bersama.
Pengamatan PK terhadap anggota kelompok dilakukan secara sistematis.
Keputusan diambil oleh anggota kelompok.
Kelompok bersifat fleksibel dalam arti dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi tertentu, jumlah anggota tidak mengikat.
Penggalian sumber-sumber dan penyusunan program dimulai oleh kelompok.
Penilaian kegiatan secara terus menerus dilakukan oleh PK sebagai pendamping
kelompok.

D. Latihan
Untuk mengukur kemampuan Saudara dalam menjelaskan metode-metode
pekerjaan sosial yang akan membantu dalam proses pembimbingan yang dilakukan
sehari-hari, maka jawablah soal-soal dibawah ini dengan baik tanpa melihat kunci
jawaban:
1. Jelaskan metode yang digunakan oleh PK dalam melaksanakan pembimbingan !
2. Jelaskan pendekatan yang digunakan PK dalam melaksanakan bimbingan
perorangan!

68
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB V
TEKNIK-TEKNIK PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab V pokok bahasan IV ini Saudara mampu menjelaskan
tentang teknik-teknik pekerjaan sosial yang digunakan PK dalam melaksanakan
pembimbingan.

B. Sub Pokok Bahasan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian teknik adalah pertama
pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yg berkenaan dengan hasil industri
(bangunan, mesin): sekolah --; ahli --; kedua cara (kepandaian dsb) membuat atau
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni; ketiga metode atau sistem
mengerjakan sesuatu. Terkait dengan pekerjaan sosial maka dapat didefinisikan bahwa
teknik pekerjaan sosial adalah cara pekerja sosial dan PK melakukan hubungan dengan
klien.
1. Teknik Pekerjaan Sosial menurut Naomi I. Brill.
Naomi I. Brill (Jusman Iskandar,1991.hal 29 -41) mengemukakan bahwa ada 14
(empat belas) teknik keterampilan yang harus dimiliki oleh pekerja sosial yaitu :
a. Small Talk
Yang dimaksud dengan Small talk adalah percakapan pembuka atau awal. Small
talk dilakukan dalam percakapan face to face. Tujuan utama small talk adalah untuk
memecahkan kebekuan/ kekakuan dalam komunikasi sehingga kemudian terjadi
suatu pembicaraan. Small talk sebaiknya diprakarsai oleh pembimbing
kemasyarakatan.
Contoh :
PK : Apa kabar ?
Kelihatannya kamu kurusan badannya, abis sakit ya.
Klien : Saya tidak sakit, Pak. Saya sekarang sudah kerja, hanya saja
pekerjaannya berat sehingga kurang istirahat.

69
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

b. Ventilation
Teknik yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan sikap-
sikap klien, mengingat perasaan dan sikap klien tersebut dapat
mengurangi/mengganggu keberfungsiannya. Tujuan ventilasi adalah untuk
menjernihkan emosi yang tertekan karena dapat menjadi penghalang bagi suatu
gerakan yang positif. Dengan membantu klien menyatakan perasaannya maka
pembimbing kemasyarakatan dapat lebih siap melaksanakan tindakan pemecahan.
Contoh :
Selama interview dengan PK seorang klien (istri) mengeluh karena suaminya
lebih sering berdiam diri di rumah pada akhir minggu. Mereka masih tinggal satu
rumah dengan mertua. Tetapi sang suami lebih suka tinggal di rumah ibu
kandungnya dan seringkali mengunjungi sanak keluarganya sendiri saja. Sang
suami mengatakan ia lebih senang di rumah ibu kandungnya sendiri daripada
tinggal di rumah mertua.
Jika di rumah ibu kandungnya ia seperti raja, sebaliknya istrinya dengan
tidak mengenal lelah harus mengurus rumah. Istrinya berharap suaminya dapat
membantu membersihkan rumah pada hari sabtu atau pada hari libur. Jika hal itu
ditanyakan ke suaminya maka suaminya menjawab bahwa ia merasa tidak senang
tinggal dalam rumah mertuanya dan memandang rendah tinggal di rumah
tersebut. Katanya : “Apa mereka kira saya tidak cukup baik untuk memelihara istri
saya”. Ventil ation sang suami telah memungkinkan istri memahami beberapa
tingkah laku suaminya.
c. Support
Support artinya memberikan semangat, menyokong dan mendorong beberapa
aspek dari fungsi klien, seperti kekuatan-kekuatan internal, cara dia bertingkah laku
dan dalam hal hubungan-hubungan dengan orang lain. Support harus didasarkan
pada kenyataan. Sebaiknya PK memberikan dukungan terhadap tingkah laku atau
kegiatan-kegiatan positif dari klien. PK harus membantu klien bila klien mengalami
kegagalan atau sebaliknya lebih mendorong klien bila klien berhasil. PK sebaiknya
selalu mengatakan aspek-aspek positif sebelum menyatakan aspek-aspek negatif
dari suatu situasi.
Contoh :
PK dapat menumbuhkan perhatian yang lebih besar pada seorang anak agar ia
lebih teratur bersekolah dengan mengutarakan aspek -aspek positif bila ia teratur
sekolah dan kesulitan-kesulitan yang akan ia alami bila tidak sekolah.

70
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

d. Reassurance
Teknik ini digunakan untuk memberikan jaminan kepada klien bahwa situasi
yang ia perjuangkan dapat dicapai pemecahannya dan ia mempunyai kemampuan
untuk menyelesaikan masalah-masalahnya.
Reassurance merupakan teknik yang tepat karena hampir semua situasi
kehidupan manusia dapat diubah melalui beberapa penyesuaian, meskipun fakta
atau masalah itu sendiri tidak dapat diubah. Reassurance harus dibuat dengan
realistik dan tidak dapat dilakukan terhadap kenyataan yang tidak benar.
Contoh :
Seorang klien Bapas yang baru memperoleh pembebasan bersyarat merasa
ragu-ragu apakah keluarga dan masyarakat sekitar bersedia menerima
kehadirannya. Karena klien selama ini dianggap sebagai trobell maker di kel uarga
dan lingkungan. Dalam hal ini PK harus mampu meyakinkan klien bahwa ia sudah
berubah lebih baik daripada sebelum masuk ke dalam lapas.
e. Confrontation
Seorang PK dapat mengkonfrontrasi kliennya dan boleh diawali dengan sikap
berlawanan atau sebaliknya. Teknik confrontation ini memberikan klien
kesempatan untuk mengungkapkan kemarahannya dan kekecewaannya pada
waktu itu. Controntation hanya digunakan jika sedikit kemajuan yang diperoleh
klien.
f. Conflict
Konflik merupakan peristiwa yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu klien membutuhkan pengetahuan bagaimana
mengatasi konflik bila terjadi perbedaan. Resolusi konflik tergantung pada
pertimbangan rasional.
PK harus menyadari faktor emosi dan memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan emosi tersebut serta mempergunakan kekuatan untuk kompromi.
Dengan begitu klien dapat menerima pemecahan masalah untuk mencapai
perubahan yang lebih baik.
g. Manipulation
Manipulasi merupakan suatu keterampilan untuk mengelola suatu kegiatan.
Manipulasi merupakan teknik yang digunakan untuk meningkatkan suatu
pengalaman konstruktif atau untuk mencapai tujuan yang layak. Manipulasi juga
berarti keterampilan mengelola orang-orang dan sumber-sumber.
Sebagai manipulator, Saudara harus memperhatikan dan mempertimbangkan
tiga hal, yaitu:

71
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Kebutuhan dan hak-hak klien untuk terikat dalam tindakan dan pengambilan
keputusan.
Kemampuan klien untuk berpartisipasi.
Membedakan antara kegiatan-kegiatan untuk kepentingan pekerja sosial dan
PK dengan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan klien.

h. Universalization
Universalisasi adalah penggunaan pengalaman-pengalaman manusia dan
kekuatan-kekuatan lainnya untuk digunakan situasi yang sama pada kesulitan yang
dihadapi klien saat ini. Universalisasi digunakan untuk:
Memberikan pengaruh kepada orang yang mengalami situasi emosional yang
berlebihan agar mereka menyadari bahwa situasi yang sama juga dihadapi
orang lain. Karena itu diharapkan klien tidak mengalami situasi emosional yang
berlebihan.
Menyumbang dan membandingkan pengetahuan tentang cara-cara
pemecahan masalah kepada klien.
Memperkuat hal-hal lainnya kepada klien yang berkaitan dengan masalahnya.

Contoh:
Dalam melakukan pembimbingan terhadap klien pengguna narkotika, PK
dapat memberikan contoh pengguna narkotika lainnya yang berhasil bebas dari
ketergantungan dan kemudian bisa hidup produktif. Sebagai ilustrasi, artis
maupun musisi yang pernah mengalami ketergantungan narkotika dan terbebas
dari ketergantungannya, mampu meningkatkan karirnya di industri hiburan.
i. Advice Giving and Counseling
Pemberian nasihat yang berhubungan dengan upaya memberikan pendapat,
didasarkan pada pengalaman pribadi penasehat atau hasil dari pengamatan.
Sementara itu, pemberian bimbingan yang berhubungan dengan upaya
meningkatkan suatu gagasan, didasarkan pada pendapat-pendapat atau
gambaran dari pengetahuan professional. Oleh karena itu, bimbingan merupakan
pertimbangan tentang resolusi atau rencana. Nasehat akan sangat membantu bila
digunakan untuk mencapai tujuan klien yang lebih baik.
Contoh:
Seorang ibu dapat menceritakan kepada tetangganya tentang bagaimana
mendidik anaknya.

72
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

j. Activities and Programme


Program dan kegiatan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dan mengatasi kesulitan, melalui suatu sarana tertentu. Klien dapat
mengungkapkan perasaan-perasaannya tentang kesulitan yang dihadapi secara
non-verbal atau dalam suatu situasi permainan, misalnya permainan musik,
tarian, teater dan lain-lain. Pekerja sosial dan PK yang akan menggunakan teknik
ini harus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat
membantunya memilih media terbaik untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan
dan situasi-situasi klien.
Contoh:
PK Bekerja sama dengan suatu kelompok yang dibentuk dengan alasan
therapeutic. Musik, tarian dan permainan dapat digunakan dalam kelompok ini.
k. Logical Discussion
Logical discussion merupakan teknik yang mampu digunakan untuk berpikir,
berlogika, memahami dan menilai fakta-fakta dari suatu masalah. Hal ini
dilakukan untuk melihat kemungkinan alternative pemecahan dan mengantisipasi
serta konsekuensi-konsekuensi dalam mengevaluasi hasil. Teknik ini sangat efektif
bila dalam penggunaannya unsur perasaan berada dibawah kendali, dimana
peserta diskusi mempunyai status yang sama dan mengetahui satu dengan yang
lain secara cukup. Diskusi rasional sulit dicapai bila anggota diskusi terdiri dari
kelompok campuran.
Contoh:
Dalam diskusi kelompok ada keikutsertaan pejabat yang berkuasa
Diskusi dalam keluarga dimana dalam diskusi tersebut terlibat 3 generasi yaitu
kakek, orang tua dan anak.
Dari contoh diatas keberhasilan diskusi sulit dicapai maka untuk mengatasi hal
tersebut dilakukan beberapa pertemuan pendahuluan sebelum persetujuan atau
konsensus dihasilkan.
l. Reward and Punishment
Penghargaan diberikan untuk tingkah laku yang baik dan hukuman diberikan
untuk tingkah laku yang buruk. Pemberian penghargaan dan hukuman
merupakan teknik yang dapat digunakan untuk mengubah perilaku.
Contoh:
Seorang anak dalam suatu lapas anak telah dihukum atas tingkah laku
buruknya beberapa waktu lalu. Anak itu mengatakan bahwa dia tidak diijinkan
keluar sel (kamar) sebelum dia berhenti mengganggu orang lain. Antisipasi yang

73
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

dikeluarkan oleh PK atau lembaga pada waktu yang baik akan menjadi motif bagi
tingkah laku yang baik.
m. Role rehearsal and demonstration
Berlatih peran dapat digunakan secara luas bila cara-cara belajar tingkah laku
baru diperlukan. Teknik ini dilaksanakan melalui diskusi atau setting sebenarnya
dari situasi bermain peran atau melalui suatu simulasi. Dalam simulasi, klien
berpartisipasi secara aktif sehingga memudahkan dalam proses belajar klien.
n. Group Dynamics Exercise, Group Games, Liteary and Audiovisual Materials
Teknik-teknik ini merupakan latihan dinamika kelompok, permainan kelompok,
kepustakaan sederhana dan alat-alat audio visual yang digunakan untuk kegiatan
kelompok dalam pencapaian tujuan program bagi kepentingan klien.
Keempat belas teknik ini dapat diaplikasikan oleh PK dalam melaksanakan
tugas di lapangan. Dari teknik-teknik diatas, yang paling banyak digunakan oleh
PK antara lain:
Small talk
Ventilation
Support
Universalization
Advice and giving counseling
Activities and programme
Logical discusion
Reassurance

2. Teknik Bimbingan Kelompok


Teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok (PSBR Rumbai 2009),
yaitu:
a. Konfrontasi
Teknik ini dapat membantu anggota kelompok untuk mengungkapkan
kecemasan-kecemasan dan kemarahan-kemarahan yang dirasakan anggota, untuk
disampaikan kepada PK. Saudara harus mempersiapkan diri dengan sungguh-
sungguh untuk memberikan respon (tanggapan) terhadap perasaan-perasaan
tersebut.

b. Interpretasi
Dengan teknik ini, diberikan kesadaran pada anggota kelompok akan adanya
hubungan antara dua rangkaian peristiwa yang saling berkaitan. Perilaku salah

74
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

seorang anggota kelompok merupakan reaksi dari perilaku anggota kelompok yang
lain (satu rangkaian peristiwa).

c. Atribusi
Merupakan suatu teknik untuk menumbuhkan kesadaran yang dimiliki oleh
anggota kelompok yang berasal dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya,
mengenai hakikat dan penyebab munculnya suatu peristiwa atau kejadian.

d. Reinforcement (Memberikan Penguatan)


PK membantu anggota kelompok untuk bertingkah laku tertentu yang
diharapkan, dengan cara memberi reward (hadiah) jika dia mampu melakukannya.
Reward dapat berbentuk verbal (pujian), fisik (sentuhan hangat), dan material.

e. Pemberian Model
Melalui model atau contoh, PK membantu anggota kelompok untuk
mempelajari tingkah laku, baik secara implisit (berbicara pelan), maupun eksplisit
(observasi terhadap tingkah laku PK atau anggota kelompok lain pada saat bermain
peran).

C. Rangkuman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian teknik adalah pertama
pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yg berkenaan dengan hasil industri
(bangunan, mesin): sekolah --; ahli --; kedua cara (kepandaian dsb) membuat atau
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni; ketiga metode atau sistem
mengerjakan sesuatu. Terkait dengan pekerjaan sosial maka dapat didefinisikan bahwa
teknik pekerjaan sosial adalah cara pekerja sosial dan PK melakukan hubungan dengan
klien. Menurut Naomi I. Brill teknik dalam pekerjaan sosial ada 14 (empat belas) jenis
yaitu small talk, ventilation, support, reassurance, confrontation, conflict, manipulation,
universalization, advice giving and counseling, activities and programme, logical
discussion, reward and punishment, role rehearsal and demonstration and group
dynamics exercise, group games dan literary and audiovisual materials. Sedangkan teknik
yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok antara lain konfrontasi, intepretasi,
atribusi, penguatan dan pemberian model.

75
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

D. . Latihan
Untuk mengukur kemampuan Saudara dalam menjelaskan teknik-teknik
dalam pekerjaan sosial yang akan membantu dalam proses pembimbingan yang
dilakukan sehari-hari, maka jawablah soal-soal dibawah ini dengan baik tanpa melihat
kunci jawaban:
1. Jelaskan teknik-teknik pembimbingan yang sangat relevan dengan pekerjaan
Pembimbing Kemasyarakatan.
2. Jelaskan teknik-teknik pembimbingan yang sangat relevan untuk digunakan dalam
pembimbingan kelompok.

76
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB VI
KETERAMPILAN-KETERAMPILAN DALAM PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab VI pokok bahasan V ini Saudara diharapkan dapat
menjelaskan keterampilan-keterampilan dalam pembimbingan yang dapat digunakan
PK bagi klien pemasyarakatan.

B. Sub Pokok Bahasan


Dalam kamus bahasa Indonesia, keterampilan artinya kecakapan untuk
menyelesaikan tugas. Sementara itu, Ivancevich (dalam Fuad & Gofur Rahman 2009,
hal 22-23) mengartikan keterampilan sebagai kecakapan yang berhubungan dengan
tugas yang dimiliki dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat.
Pembimbing Kemasyarakatan sebagai bagian dari organisasi Balai Pemasyarakatan
harus memiliki keterampilan yang sesuai dengan tugasnya yang telah diamanatkan oleh
aturan perundang-undangan.

1. Menurut Stephen P. Robbins


Stephen P. Robbins (2006, hal 676 -679) membuat 4 (empat) kategori keterampilan
umum yang dibutuhkan seorang anggota organisasi, yaitu :
Basic Literacy Skill
Keterampilan ini merupakan keterampilan yang wajib dan paling mendasar
yang harus dimiliki anggota organisasi, seperti membaca, menulis dan
mendengarkan sehingga dapat membantu dalam pelaksanaan tugasnya sehari-
hari.
Technical Skill
Keterampilan ini terkait dengan teknik yang berhubungan dengan bidang
pekerjaannya, misalnya seorang montir motor harus memiliki kemampuan
mengganti suku cadang mesin.
Interpersonal Skill
Keterampilan ini terkait dengan bagaimana anggota organisasi mampu
berinteraksi dengan pihak lain, terutama yang berkaitan dengan pekerjaannya
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara lebih efektif dan efisien.
Keterampilan ini meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan menjalin
hubungan serta kemampuan berempati dengan pihak lain.

77
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Problem Solving Skill


Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas menajamkan logika,
meningkatkan kemampuan argumentasi, menganalisis sebuah kejadian serta
menemukan jawaban. Keterampilan ini sangat dibutuhkan agar tujuan organisasi
dapat tercapai.
Sebagai seorang Pembimbing Kemasyarakatan, Saudara dituntut tidak hanya
memiliki keempat kategori keterampilan diatas dalam melaksanakan tugas
pembimbingan, pendampingan dan pengawasan bagi klien pemasyarakatan tetapi
ada beberapa keterampilan lain yang juga harus dimiliki oleh PK.

2. Keterampilan Menurut Naomi I. Brill


Naomi Brill, dalam Jusman Iskandar (1991, hal 23), menyatakan bahwa dalam
pekerjaan sosial, pekerja sosial dan PK harus memiliki keterampilan-keterampilan
berikut ini :
a. Differential diagnosis;
Keterampilan ini berhubungan dengan kemampuan
PK untuk memahami keunikan klien dan situasinya
serta menyesuaikan teknik yang digunakan terhadap
klien. Tidak ada dua orang yang memiliki kesamaan
identik, baik dalam fisiologis maupun karakter,
meskipun keduanya kembar. PK harus menyadari Gambar 6
Setiap orang memiliki keunikan
keunikan kepribadian klien dan situasi yang berkaitan karakter masing-masing, oleh
dengan hal tersebut. Diagnosa PK haruslah objektif, karena itu perlu perlakuan yang
berbeda untuk setiap orang.
bebas dari bias, prasangka, perasaan serta emosi. Sumber:
http://aljabri4.files.wordpress.com
Manusia pada dasarnya unik, artinya manusia satu
berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu permasalahan manusia yang satu
berbeda dengan yang lain. PK diharapkan mampu mendiagnosa perbedaan yang
melekat pada diri masing-masing klien. Klien berusia dewasa tentu memiliki
karakteristik yang berbeda dengan klien anak. Pe rbedaan kasus yang menimpa
klien juga berdampak pada perbedaan latar belakang klien tersebut sehingga PK
harus memiliki kepekaan dalam mendiagnosis klien dengan beragam karakter dan
latar belakang, dengan begitu tujuan dari proses pembimbingan yang dilakukan PK
dapat tercapai dengan efektif.
Sebagai ilustrasi, klien pemasyarakatan dengan kasus penipuan yang ingin
mendapatkan Pembebasan Bersyarat (PB) tentu harus ditangani dengan cara yang
berbeda dengan klien pemasyarakatan dengan kasus penganiayaan y ang ingin
mendapatkan PB.

78
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

b. Timing;
Keterampilan ini dapat dilihat dalam dua cara yang berbeda, pertama bahwa
timing berhubungan dengan ketepatan waktu yang digunakan oleh PK. Jika PK terlalu
cepat menangani klien, maka tentu klien akan mengalami kebingungan dan pada
akhirnya klien akan kecewa atau bahkan sakit hati karena merasa mendapatkan
penanganan yang asal-asalan. Namun apabila penanganan dilakukan terlalu lambat
maka kasus yang ditangani akan semakin sulit diselesaikan sehingga pencapaian
tujuan akan terhambat.
PK harus memberikan waktu untuk menyelesaikan proses pembimbingan yang
sesuai dengan karakteristik klien yang dihadapinya. Apabila proses pembimbingan
klien diberikan waktu yang sama rata maka bisa dipastikan beberapa pembimbingan
klien tidak dapat tercapai dengan efektif karena perbedaan karakteristik kasus yang
dihadapi klien.
Sebagai Ilustrasi, dalam mendampingi klien anak yang menghadapi kasus
perkosaan hanya dilakukan dalam 1(satu) hari. Waktu 1 (satu) hari tentu waktu yang
sangat sempit untuk mengetahui latar belakang anak tersebut. Apabila
pendampingan yang hanya dilakukan 1 (satu) hari dijadikan dasar untuk memberikan
saran bagi Hakim dalam proses hukum anak maka potensi penghilangan masa depan
anak sangat besar karena bisa jadi anak tersebut bukan pelaku sesungguhnya atas
kasus yang menimpanya. Kedua, timing berhubungan dengan kemampuan PK untuk
melakukan tindakan pada saat yang tepat. Tidak melakukan tindakan pada saat yang
tepat bisa menghilangkan momentum (kesempatan). Apabila suatu jenis
penanganan dilakukan pada saat yang tidak tepat maka tujuan penanganan tersebut
tidak akan tercapai.
PK harus memiliki kemampuan untuk memberikan saran yang tepat pada waktu
yang tepat pula. Hal ini terkait dengan kondisi emosional dari klien yang berubah-
ubah. Pemberian bimbingan yang tepat pada kondisi emosional tertentu, akan lebih
efektif.
a. Partialization;
Keterampilan ini berhubungan dengan kemampuan PK untuk menilai
keseluruhan masalah, memisahkan bagian-bagian masalah, membantu klien
memecahkan masalah dan memutuskan awal mulai penanganan masalah.
Misalnya, suatu keluarga miskin memiliki kondisi sebagai berikut; Ayah tidak
memiliki keterampilan kerja saat ini sedang sakit dan menganggur. Kondisi
tersebut memaksa Ibu menjadi tulang punggung keluarga yang masih harus
menghidupi putranya yang berusia 9 tahun. Kondisi putranya putus sekolah
dan mengalami gizi buruk, sementara itu putrinya berusia 11 tahun saat ini
sibuk membantu ekonomi keluarga dengan berjualan koran di lampu merah.
Dari kondisi diatas, PK harus dapat menentukan prioritas penanganan
terhadap kondisi keluarga diatas. Pada kasus diatas bantuan material harus

79
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

menjadi prioritas utama karena klien membutuhkan kesehatan yang baik


sebelum mengikuti keterampilan kerja. Rencana ini perlu didiskusikan agar
dimengerti oleh klien, mengapa suatu masalah didahulukan pemecahannya
dari yang lain serta bagaimana tanggung jawab klien serta tugas-tugasnya.
PK harus mempunyai keterampilan untuk memisah-misahkan, yaitu
mengelompokkan, mengklasifikasikan, merealisasikan, menganalisis dan
menginteprestasikan masalah termasuk didalamnya kemampuan menentukan
prioritas utama tentang kebutuhan klien sehingga tujuan akhir dari
pembimbingan yang dilakukan terhadap klien dapat tercapai.

b. Focus; keterampilan ini berhubungan dengan kemampuan PK untuk


memusatkan perhatiannya, tentang aspek penting dari situasi tersebut,
memegang teguh beberapa kesimpulan dari
kemajuan yang telah dicapai. Hal ini berarti
bahwa PK harus dapat memahami satu aspek
masalah yang diteliti atau satu alternative
pemecahan.

Gambar 7
Keterampilan ini khususnya ditujukan bagi klien
Seperti permainan dart, menjaga
fokus sangat penting dalam proses
yang kurang rasional atau tidak mampu berpikir
pembimbingan karena akan
logis tentang hal-hal yang perlu mereka
membantu untuk mencapai tujuan
dengan efektif dan efisien.
perhatikan. Bekerja dalam suatu kelompok,
Sumber: http://satunegeri.com
keluarga atau masyarakat yang menaruh
perhatian lebih, PK harus melakukan (memelihara) diskusi yang di fokuskan
pada masalah tersebut. Agar tercipta komunikasi yang efektif dan mampu
mencapai tujuan dari diskusi tersebut.

Dalam proses pembimbingan, PK harus mampu menjaga fokus diskusi baik


dengan klien maupun keluarga/ lingkungan dalam usaha membantu klien
untuk menyelesaikan masalahnya. Sebagaimana disebutkan diatas,
menjaga fokus ini sangat penting dalam pembimbingan agar tujuannya
dapat tercapai dengan efektif dan dalam waktu yang relative singkat.

c. Estabilishing partnership; keterampilan ini berhubungan dengan kerjasama


antara PK dengan klien dalam memahami tugas dan perananya satu sama
lain. Sinergitas perlu dibangun oleh PK dengan klien, sehingga tujuan dari
proses pembimbingan dapat terjadi. Apabila hubungan keduanya tidak
sejalan, maka upaya pencapaian tujuan pembimbingan akan terhambat.
Sebagai ilustrasi, dalam proses pembimbingan klien yang akan
mendapatkan CMK, klien harus memberikan keterangan yang jelas, jujur

80
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

dan lengkap sehingga PK akan lebih mudah memprosesnya lebih lanjut.


Selain itu PK juga harus proaktif dalam melakukan pembimbingan. Jika klien
tidak mau memberikan informasi yang jelas maka tugas PK untuk
menjelaskan pentingnya keterbukaan informasi diri klien. Apabila klien
tidak jujur atau PK tidak proaktif maka proses pembimbingan akan
terhambat.

d. Structure; keterampilan penstrukturan berhubungan dengan kemampuan


PK untuk menentukan setting dan batas-batas terhadap pekerjaan yang
dilakukan. Dalam hal ini berkaitan dengan setting dan batas-batas
pelayanan, disini ditentukan dapat tidaknya suatu kegiatan dilakukan,
kapan dan dimana dilakukan. Keterampilan structure juga menyangkut
kemampuan PK dalam mengkaitkan peranan berbagai pihak yang terlibat
dalam kegiatan pertolongan. Secara sederhana, keterampilan ini
merupakan keterampilan manajerial yang harus dimiliki oleh PK terkait
dengan penggunaan metode, teknik serta implementasi prinsip.

Penstrukturan akan lebih mudah dicapai bila hal itu merupakan suatu
keinginan dan merupakan bagian dari pertolongan kepada klien. PK
menentukan sumber-sumber yang diperlukan, yang dapat digunakan serta
alasan mengunjungi setiap klien atau referral.

Sebagai ilustrasi, pada kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak


penanganan yang harus diberikan tentu harus dianalisis dengan cermat.
Metode, teknik serta prinsip apa yang akan digunakan dan diterapkan agar
tujuan dari pembimbingan bisa tercapai yaitu menyelamatkan masa depan
anak tersebut.

3. Keterampilan menurut Louise C. Johnson


Louise C. Johnson (1995) menyebutkan bahwa seorang PK harus memiliki
keterampilan-keterampilan pertolongan (helping skills). Keterampilan-
keterampilan pertolongan yang dimaksud adalah berbagai keterampilan yang
harus dimiliki oleh PK dalam membantu dirinya untuk melakukan tugas
pembimbingan serta membantu klien dalam proses bimbingan. Keterampilan-
keterampilan pertolongan yang dimaksud adalah:

81
a. Keterampilan Berempati
Seorang PK harus memiliki keterampilan untuk
berempati pada kliennya. Sikap empati menurut Baron
& Byrne (2004) merupakan kemampuan untuk
merasakan keadaan emosional orang lain, merasa
simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan
mengambil perspektif orang lain. Kata empati dalam
Gambar 8
bahasa inggris (Empathy) ditemukan pada tahun 1909
Mendengarkan masalah klien oleh E.B. Titchener sebagai usaha dari menerjemahkan
dengan tulus akan memudahkan
PK untuk mengetahui kata bahasa Jerman "Einfühlungsvermögen",
permasalahan klien dengan jelas. fenomena baru yang dieksplorasi oleh Theodor Lipps
Sumber:
http://www.deliverfreedom.com pada akhir abad 19. Setelah itu, diterjemahkan kembali
/ ke dalam Bahasa Jerman sebagai "empathie" dan
digunakan di sana. Sikap empati yang dimiliki oleh PK ditunjukkan dengan
mendengarkan masalah yang dialami oleh klien dengan penuh perhatian dan
rasa ikhlas. Mendengarkan kondisi klien dengan seksama dapat membantu PK
untuk memahami masalah yang dihadapi klien dan juga membantu klien dalam
memberikan keterangan yang jelas kepada PK.

b. Keterampilan Kenyamanan
Keterampilan untuk membuat situasi dan kondisi yang nyaman sangat
diperlukan untuk menghasilkan komunikasi yang efektif. Sebagai PK, Saudara
harus mampu menciptakan suasana yang nyaman saat berdiskusi dengan
klien. Suasana yang nyaman tentu akan membantu klien untuk memberikan
keterangan yang lengkap dan jujur tanpa ada rasa tertekan atau terancam.
Apabila saat melakukan pembimbingan terhadap klien anak, PK sebaiknya
menggunakan pakaian sipil karena secara psikologis anak akan merasa
tertekan apabila menghadapi petugas berseragam. Efek psikologis dari
penggunaan seragam oleh PK dalam melakukan pembimbingan terhadap klien
anak akan menciptakan suasana pembimbingan yang tidak nyaman bagi klien
anak. Situasi yang tidak nyaman tersebut tentu akan menghambat proses
komunikasi dalam pembimbingan sehingga upaya pencapaian tujuan dari
pembimbingan juga akan terhambat.

c. Keterampilan Pemecahan Masalah


Seorang PK juga harus memiliki keterampilan problem solving (memecahkan
masalah) karena hal ini sesuai dengan tugas PK untuk membantu klien dalam
menyelesaikan masalahnya. Untuk memiliki keterampilan memecahkan
masalah, PK harus memiliki pengetahuan yang luas karena dalam proses
pemecahan masalah terdapat proses analisis masalah yang kompleks. Dengan
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

dilandasi pengetahuan yang luas maka PK akan dapat berpikir lebih sistematis
dalam menemukan jawaban-jawaban atas sebuah permasalahan.
Keterampilan ini disebut juga keterampilan edukatif karena keterampilan ini
membutuhkan pemikiran yang kompleks dan multi disiplin ilmu.

d. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang paling mendasar
yang harus dimiliki oleh PK, karena dengan keterampilan komunikasi yang
baik PK akan mampu menjalin hubungan yang baik dengan klien maupun
pihak-pihak yang ada di dalam sistem peradilan pidana lainnya. Banyak hal
baik namun berakhir tidak baik dikarenakan komunikasi yang tidak efektif.
Untuk membangun komunikasi yang efektif, PK sebagai komunikator harus
memiliki hal-hal sebagai berikut:
Kesiapan, artinya dalam menyampaikan informasi harus disiapkan secara
sistematis terlebih dahulu agar alur komunikasi berjalan secara
sistematis dan tidak melompat-lompat.
Kesungguhan, artinya dalam menyampaikan informasi harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh, baik secara verbal maupun non-verbal, agar
informasi tersebut dapat diterima secara lengkap dan jelas oleh
komunikan (klien).
Ketulusan, artinya komunikator (PK) harus yakin bahwa pesan yang akan
disampaikan akan bermanfaat dan disampaikan dengan cara yang tulus
kepada komunikan (klien).
Kepercayaan diri, artinya komunikator harus menyampaikan informasi
dengan percaya diri sehingga klien sebagai komunikan akan merasa
yakin atas informasi yang di sampaikan kepadanya.
Ketenangan, artinya sebaik atau seburuk apapun informasi yang akan
disampaikan harus dengan cara-cara yang tenang dan tidak emosional
ataupun yang memancing emosi, sehingga informasi yang disampaikan
bisa diterima dengan baik.
Keramahan, artinya komunikator harus menyampaikan informasi dengan
cara-cara yang santun dan ramah sehingga klien akan merasa nyaman
dalam berkomunikasi dengan PK.
Kesederhanaan, artinya pesan/ informasi yang disampaikan harus dengan
bahasa yang sederhana sehingga mudah dicerna oleh klien dan tujuan
komunikasi akan tercapai dengan baik.

83
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

4. Keterampilan menurut Armando Morales dan


Bradford W. Sheafor

Sementara itu menurut Armando Morales dan


Bradford W. Sheafor (1983, hal 224 -237, dalam
Sukoco, hal 108) keterampilan-keterampilan yang
harus dimiliki oleh pekerja sosial dalam melakukan
pekerjaan sosial dilapangan adalah sebagai berikut:
Gambar 9
Seperti menyusun potongan
puzzle, keterampilan pertolongan
a. Basic helping skills dasar membutuhkan beberapa
Keterampilan pertolongan dasar bisa dipahami keahlian.
Sumber:http://swrightboucher.fil
sebagai sebuah upaya pekerja sosial dalam es.wordpress.com
membantu memecahkan masalah (problem
solving) yang dihadapi klien. Sebagaimana dengan keterampilan
memecahkan masalah yang telah dibahas oleh Johnson, keterampilan
pertolongan dasar ini membutuhkan beberapa keahlian (multi disiplin)
sebagai berikut;
keahlian berkomunikasi dengan baik,
keahlian memotivasi klien untuk dapat memperbaiki hidup dan
kehidupannya,
keahlian memecahkan masalah, dan
keahlian menengahi konflik.

b. Engagement skills
PK harus mampu terlibat secara intim dengan klien agar dapat mengetahui
karakter klien dengan detil. Pengetahuan karakter klien secara detil tentu
akan membantu dalam proses penanganan/pembimbingan. Dengan
mengetahui karakter klien secara detil maka PK akan dengan mudah
menentukan prinsip, metode serta teknik apa yang tepat untuk diberikan
kepada klien. Hal ini juga akan memudahkan dalam pembuatan laporan
penelitian kemasyarakatan.

c. Observation skills
keterampilan dalam mengamati kondisi individu klien maupun kondisi
lingkungan sekitar klien akan sangat membantu PK dalam melakukan
penanganan/ pembimbingan kemasyarakatan yang efektif, khususnya
dalam membuat penelitian kemasyarakatan. Penguasaan keterampilan
pengamatan yang baik akan menghasilkan penelitian kemasyarakatan yang
memiliki tingkat validitas serta realibilitas yang tinggi.

84
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

c. Communication skills
Keterampilan komunikasi menjadi keterampilan yang amat mendasar dan
penting bagi PK dalam proses penanganan atau pembimbingan
kemasyarakatan yang efektif.

d. Emphaty skills
Sebagaimana telah disebutkan juga oleh Johnson diatas, keterampilan
berempati akan memudahkan PK dalam melakukan pembimbingan
kemasyarakatan terhadap kliennya.

C. Rangkuman
Dalam kamus bahasa Indonesia, keterampilan artinya kecakapan untuk
menyelesaikan tugas. Sebagai PK, Saudara dituntut untuk menyelesaikan tugas secara
baik (cakap), oleh karena itu diperlukan kerangka konseptual mengenai keterampilan
apa saja yang harus dimiliki agar dapat memudahkan pelaksanaan tugas di lapangan.
Keterampilan-ketarampilan yang telah dipaparkan diatas tidak harus Saudara
implementasikan seluruhnya secara detil dalam pelaksanaan pembimbingan di
lapangan. Saudara dapat memilih keterampilan yang akan digunakan dalam melakukan
pembimbingan sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik klien dan kasus.
Keterampilan-keterampilan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :
1. Menurut Stephen P. Robbins
Basic Literacy Skill
Technical Skill
Interpersonal Skill
Problem Solving Skill

2. Keterampilan Menurut Naomi I. Brill


Differential diagnosis
Timing
Partialization
Focus
Estabilishing partnership
Structure

3. Keterampilan menurut Louise C. Johnson


Keterampilan berempati
Keterampilan kenyamanan
Keterampilan pemecahan masalah

85
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Keterampilan komunikasi

4. Keterampilan menurut Armando Morales dan Bradford W.Sheafor


Basic helping skills
Engagement skills
Observation skills
Communication skills
Emphaty skills.

D. Latihan
Untuk mengukur kemampuan Saudara dalam menjelaskan keterampilan-
keterampilan dalam pekerjaan sosial yang akan membantu dalam proses pembimbingan
yang dilakukan sehari-hari, maka jawablah soal-soal dibawah ini dengan baik tanpa
melihat kunci jawaban:
1. Jelaskan menurut Saudara, apakah dalam menjalankan proses pembimbingan bagi
klien dewasa dan klien anak terdapat perbedaan keterampilan yang digunakan?

86
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB VII
PENUTUP
A. Rangkuman
Modul Dasar-Dasar Pembimbingan ini merupakan landasan awal bagi calon PK,
Pembantu PK maupun PK yang sudah menjabat yang memuat beragam informasi dasar
yang harus dimiliki oleh PK. Ibarat sebuah bangunan, modul ini merupakan tangga yang
akan mengantarkan Saudara menuju bangunan Pembimbingan dalam proses
Pemasyarakatan.

Sebagai seorang PK, Saudara harus mampu menjelaskan Prinsip-prinsip


Pembimbingan, Metode-metode dalam Pembimbingan, Teknik-teknik Pembimbingan,
Keterampilan-keterampilan dalam Pembimbingan sehingga akan memudahkan Saudara
dalam penerapan di lapangan. Dengan demikian, pekerjaan yang dihasilkan lebih
berkualitas. Dampaknya akan mensejajarkan posisi Saudara dengan para penegak
hukum lainnya.

B. Evaluasi

Pilihlah jawaban yang tepat !


1. Pencetus pertama kali istilah Pembimbing Kemasyarakatan adalah:
a. Soemarsono A. Karim
b. Dr. Saharjo
c. R. Waliman Hendrosusilo
d. Marianti Seowandi

2. Disiplin ilmu yang paling banyak berperan dalam bimbingan klien adalah:
a. Multidisipliner
b. Ilmu Hukum
c. Ilmu Psikologi
d. Ilmu Pekerjaan Sosial

3. Sebelum nama Pembimbing Kemasyarakatan digunakan maka istilah yang dipakai adalah:
a. Pekerja sosial
b. Pekerja sosial kehakiman
c. Pekerja sosial sukarela
d. Pekerja sosial klinis

87
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

4. Istilah PK diciptakan untuk mengganti istilah asing berbahasa Belanda, yaitu;


a. Ambtenaar der Reclassering
b. Probation Officer
c. Parole Officer
d. Van Der Strafth

5. Struktur organisasi berubah menjadi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan dua


direktoratnya bertugas membina klien di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan membina
klien di luar Lembaga Pemasyarakatan yang mencakup pola pembinaan Anak di dalam
pemasyarakatan yang disebut Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan
Anak (BISPA), berdasarkan Surat Keputusan …….
a. Keputusan Presidium Kabinet Ampera No.75/U/Kep/II/66
b. Keputusan Presiden RI No. 65/U/Kep/II/66
c. Keputusan Menteri Kehakiman RI No. 75/U/Kep/II/65
d. Keputusan Menteri Kehakiman RI No. 65/U/Kep/II/66

6. Hari Bakti Pemasyarakatan diperingati setiap tanggal……………


a. 27 April b. 27 Mei c. 27 Juni d. 27 Juli

7. Pohon Beringin Pengayoman merupakan ide dari ……………………..


a. Soemarsono A. Karim
b. Dr. Saharjo
c. R. Waliman Hendrosusilo
d. Marianti Soewandi

8. Sebelum menggunakan nama litmas, istilah yang pertama kali digunakan adalah….
a. Case Study
b. Social case study
c. Laporan Social Case Study
d. Litmas

9. Pertama kali istilah case study diperkenalkan oleh;


a. STKS b. SMPS c. SPSA d. STM

10. Tahap perkembangan litmas ada;


a. 5b. 6 c. 4 d. 3

88
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

11. PK dalam memberikan bimbingan tidak dapat memberikan perlakuan yang sama rata
pada setiap kliennya karena setiap klien itu unik, dengan begitu PK telah melaksanakan
prinsip dasar …….
a. Kerahasiaan
b. Individualisasi
c. Partisipasi
d. Komunikasi

12. Setiap informasi yang PK peroleh dari hasil wawancara dengan klien, tidak boleh
disebarluaskan begitu saja. PK telah melaksanakan prinsip……..
a. Individualisasi
b. Empati
c. Kerahasiaan
d. Partisipasi

13. Dalam melaksanakan bimbingan terhadap klien sangatlah mungkin PK terlibat secara
emosional tetapi tidak boleh secara berlebih-lebihan. Dengan PK dapat merasakan
kesulitan klien maka PK dapat membantu solusi pemecahan masalah secara lebih
optimal. Dalam hal ini PK telah melaksanakan prinsip….
a. Partisipasi
b. Rasionalitas
c. Individualisasi
d. Empati

14. Ketika PK melaksanakan wawancara dalam rangka penggalian data maka PK tidak boleh
memberikan penilaian kepada klien apakah dia bersalah atau tidak. Dengan begitu PK
telah melaksanakan prinsip dasar;
a. Kesadaran diri dari PK
b. Partisipasi
c. Sikap tidak menghakimi
d. Penentuan diri klien

15. Dalam menjalin komunikasi dengan klien maka PK harus mampu melaksanakan prinsip;
a. Partisipasi
b. Individualisasi
c. Empati
d. Komunikasi

89
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

C. Umpan Balik

Apabila saudara telah menyelesaikan minimal 80% dengan benar evaluasi yang
diberikan, maka saudara dianggap telah menguasai modul ini, dan saudara dapat
melanjutkan mempelajari modul III tentang Standar Operasional Prosedur
Pembimbingan. Jika hasil evaluasi saudara belum mencapai angka minimal 80%, silahkan
saudara mempelajari modul ini kembali.

90
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Aminah Aziz, Aspek Hukum Perlindungan Anak, USU Press, 1998,
Darwan Prinst, Hukum Anak Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997
Ditjen Pemasyarakatan, Empat Puluh Tahun Pemasyarakatan Mengukir Citra
Profesionalisme, Departemen Hukum dan Ham RI. Jakarta.2004
Purnianti, Mamik Sri Supatmi, Ni Made Martini Tinduk, Analisa Situas Sistem Peradilan
Pidana Anak Di Indonesia,Unicef.
Soemarsono A. Karim. Metode dan Tehnik Pembuatan Litmas Untuk Persidangan
Perkara Anak Di Pengadilan Pembinaan Wargabinaan Pemasyarakatan. Departemen
Hukum Dan Ham RI,BPSDM. Jakarta. 2011.
Marianti Soewandi. Diktat Kuliah AKIP. Departemen Hukum dan Ham RI.2003.
Sukoco, Dwi Heru, 1989, Pekerjaan Sosial Sebagai Profesi, Metoda dan Proses
Pertolongan, STKS, Bandung.
Walter A Friedlander, ed. Concepts and Methods of Social Work. 1977. Prentice -Hall of
India. New Delhi.
Social Work Practice A Generalist Approach oleh Louise C. Johnson, 1995 yang
diterjemahkan oleh Abas Basuni, Andang S, Rokna M, Uke HR dalam bahasa Indonesia
Praktek Pekerjaan Sosial Suatu Pendekatan Generalis. Louise C. Johnson.hal 120
Haryanto, 2010, Rehabilitasi dan Pekerjaan Sosial : Diktat Bahan Kuliah FIP UNY,
Yogyakarta.
Dwi Sukoco, Heru, 1989, Pekerjaan Sosial Sebagai Profesi, Metoda dan Proses
Pertolongan, Bandung.
Kuntari, Sri, 2003, Metode Pekerjaan Sosial dan Perkembangannya.Departe men Sosial
RI, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial,
Yogyakarta.
Modul Pembinaan Pembimbing Kemasyarakatan 2010, Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
Soewandi, Marianti, 2003, Buku Materi Kuliah Akademi Ilmu Pemasyarakatan
Bimbingan Dan Penyululuhan Klien, Jakarta
Skidmore, Rex A., Thaceray, Milton G., dan Farley, O. Willian., (1994). Introduction to
social Work. New Jersey: Englewood Cliffs. Prentice-Hall, Inc.
Iskandar, MS, Drs. Jusman, 1991, Beberapa Keahlian Penting d alam Pekerjaan Sosial,
Socialia, Jakarta.
Gibson, Ivanevich dan Donnely, Jr, 1995, Organisasi, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga,
Surabaya.

91
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Iskandar, MS, Drs. Jusman, 1991, Beberapa Keahlian Penting dalam Pekerjaan Sosial,
Socialia, Jakarta.
Lousie C. Johnson. Praktek Pekerjaan Sosial (Suatu Pendekatan Generalist).
Terjemahan. April 2001.
Baron & Byrne, Psikologi Sosial Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2004,

Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor 06 – UM – 01 – 06 tahun 1983
Surat Edaran Jaksa Agung RI tanggal 17 Februari 1982, Nomor : B/22/0/E/2/1982.
Surat Edaran Jaksa Agung RI tanggal 9 Januari 1986 Nomor : R-001/A-6/1/86.
DOR. Stbl nomor 741. Tahun 1917 tanggal 17 juli 1926.
Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

Website
Fordolin Hasugian, 2008, Penerapan Case Work dan Group Work Terhadap Eks
Narapidana, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Indonesia Scientific Journal
Database, dilihat 31 Juli 2012 (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/13108713_2086-
3004.pdf)
Panti Sosial Bina Remaja, 2009, Mengenal Metode Social Group Work dalam Praktek
Pekerjaan Sosial, dilihat 31 Juli 2012
(http://rumbai.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=9)
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
http://plato.stanford.edu/entries/empathy/
MODUL III
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN
TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME
PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul

Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia


oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Penulis
Sri Zumaeriyah | Hastria Dwi Restusari | Nasirudin

Editor
Tim PAU Universitas Terbuka

Desain dan Tata Letak


Rion Gustaf

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku tanpa ijin tertulis dari Tim Penyusun Modul

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
DIREKTORAT BIMBINGAN KEMASYARAKATAN
DAN PENGENTASAN ANAK
2012
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
Modul Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan ini dapat
tersusun sehingga nantinya dapat digunakan sebagai modul pembelajaran jarak jauh bagi
Pembimbing Masyarakat di Unit Pelaksana Teknis (UPT) seluruh Indonesia. Modul ini
merupakan pengembangan dari modul Pembimbing Kemasyarakatan yang sebelumnya
telah dikeluarkan pada tahun 2010. Modul ini juga merupakan respon Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan atas Undang-Undang (UU) Sistem Peradilan Pidana Anak yang telah
disahkan pada tanggal 30 Juli 2012.

Modul ini berisi materi mengenai Unsur-Unsur Pembimbingan, Tujuan Pembimbingan,


Prosedur dan Mekanisme Pembimbingan, serta Sistem Pencatatan, Pelaporan dan
pengarsipan. Besar harapan kami modul ini dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan tugas
Pembimbingan oleh Pembimbing Kemasyarakatan sehingga UU Sistem Pera dilan Pidana
Anak yang baru saja disahkan dapat menjadi landasan bagi Pembimbing Kemasyarakatan
dalam melaksanakan tugas Pembimbingan.

Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan modul ini. Sumbang saran dan masukan sangat kami harapkan dari
Pembaca demi kesempurnaan modul ini.

Jakarta, 10 September 2012


Tim Penulis
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reformasi Birokrasi yang telah bergulir sejak tahun 2010 telah menjadi titik awal bagi
sejumlah instansi pemerintah di tanah air untuk melaksanakan tata pemerintahan yang
baik (Good Governance), tidak terkecuali juga di jajaran Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia khususnya pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Seiring dengan itu,
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pemasyarakatan khususnya Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Rumah Tahanan
Negara(Rutan), Balai Pemasyarakatan (Bapas) dituntut untuk melakukan perubahan dan
terobosan-terobosan baru dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak sebagai Direktorat yang


membawahi Bapas, tak kalah gigih untuk mewujudkan Bapas yang baik dan Sumber Daya
Manusia (SDM) Bapas yang memiliki kompetensi dan profesionalitas yang tinggi.
Pembimbing Kemasyarakatan (PK) yang merupakan salah satu unsur SDM Bapas
merupakan ujung tombak program pembimbingan, sehingga dituntut untuk memiliki
kemampuan lebih dalam melaksanakan tugas pembimbingan. Salah satu upaya yang
dilakukan oleh Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak untuk
mencapai tujuan tersebut adalah dengan menyusun Modul bagi PK. Modul ini nantinya
akan menjadi bahan ajar bimbingan teknis bagi calon PK yang akan menjadi Pembimbing
Kemasyarakatan (PK), modul ini juga sekaligus menjadi panduan praktis bagi PK dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan Prosedur dan Mekanisme yang telah ditetapkan.

B. Deskripsi Singkat
Modul ini menguraikan dan memberikan penjelasan kepada Saudara mengenai prosedur
dan mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan (PK) yang dijelaskan
dalam peraturan perundang-undangan antara lain Undang-undang No. 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, dan Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak maupun dari buku-buku dan para ahli serta sumber lainnya yang
relevan. Dalam modul ini cakupan tugas PK yang diuraikan meliputi Penelitian,
kemasyarakatan, Pembimbingan, Pendampingan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Sidang
Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP).

C. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul ini, Saudara akan dapat menjelaskan tentang Prosedur dan
Mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan.

93
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

D. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari modul ini Saudara dapat menjelaskan :
1. Menjelaskan gambaran umum Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Tugas
Pembimbing Kemasyarakatan;
2. Menjelaskan Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing
Kemasyarakatan; dan
3. Menjelaskan kegiatan Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan.

E. Peta Kompetensi

Setelah mempelajari modul ini, Saudara akan dapat menjelaskan tentang


Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan

Proses Pencatatan, Pelaporan,


dan Pengarsipan

3. Menjelaskan 4. Menjelaskan 5. Menjelaskan


prosedur dan prosedur dan prosedur dan
mekanisme Sidang mekanisme mekanisme
TPP Pendampingan pengawasan

2. Menjelaskan Prosedur 3. Menjelaskan Prosedur


dan Mekanisme Penelitian dan Mekanisme Sidang
Kemasyarakatan TPP

1. Gambaran Umum Prosedur dan


Mekanisme Pelaksanaan Tugas
Pembimbing Kemasyarakatan

……………………………………………………………………………………………………………………
Modul 1: Tugas Pokok, Fungsi, dan peran Pembimbing Kemasyarakatan serta modul II
tentang Dasar- Dasar Pembimbingan
Modul 2: Dasar-Dasar Pembimbingan

94
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

F. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Pokok bahasan Modul ini adalah tentang prosedur dan mekanisme pelaksanaan tugas PK,
cakupan tugas PK yang dibahas merujuk kepada Undang-undang Nomor 12 tahun 1995
tentang sistem Pemasyarakatan, PP 31 tahun 1999 sampai pada Keputusan Menteri,
diantaranya tugas PK untuk Melaksanakan Penelitian Kemasyarakatan, Pembimbingan,
dan Sidang TPP, seta sebgai mana di atur dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak meliputi Peneltian Kemasyarakatan,
Pendampingan, Pembimbingan, dan Pengawasan.

Secara spesifik pembahasan modul ini mencakup sub-subpokok bahasan antaran lain :

Pertama, Gambaran umum prosedur dan mekanisme pelaksanaan tugas PK, pada sub
pokok bahasan ini akan dijelaskan mengenai Pengertian tentang prosedur dan
mekanisme, Pegertian Pembimbingan, Tujuan Pembimbingan, serta Unsur-unsur
Pembimbingan.

Kedua, Prosedur dan Mekanisme pelaksanaan tugas PK, pada sub pokok bahasan ini akan
dijelaskan mengenai Prosedur dan Mekanisme Penelitian Kemasyarakatan (Limas),
Prosedur dan Mekanisme Pendampingan, Prosedur dan Mekanisme Sidang TPP, Prosedur
dan Mekanisme Pembimbingan dan Prosedur dan Mekanisme Pengawasan.

Ketiga, Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan yang meliputi pembahasan tentang


definisi pencatatan, definisi pelaporan, definisi pengarsipan, mekanisme pencatatan dan
pelaporan serta formulir pencatatan dan pelaporan.

G. Manfaat Mempelajari Modul


Dengan mempelajari modul ini, Saudara akan dapat meningkatkan wawasan Saudara
tentang Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan
sehingga dapat meningkatkan kompetensi Saudara dalam melaksanakan tugas-tugas
sebagai seorang Pembimbingan Kemasyarakatan.

H. PetunjukPenggunaan Modul
Agar Saudara dapat menacapai kompetensi yang diharapkan, lakukanlah kegiatan belajar
sebagai berikut:
Sebelum mempelajari modul ini, Saudara perlu mempelajari dan memahami modul I
tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan peran Pembimbing Kemasyarakatan, serta modul II
tentang Dasar-Dasar Pembimbingan.

95
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Baca dan pelajarilah setiap bab secara bertahap dan berulang-ulang sehingga pada
saat saudara mengerjakan evaluasi yang disajiakan di akhir modul ini mencapai
tingkat penguasaan yang maksimal.

Dianjurkan untuk membaca dan mempelajari referensi lain dari berbagai sumber
yang relevan, antara lain Standard Operating Procedure (SOP) yang berkaitan dengan
tugas-tugas pembimbing kemasyarakatan diantarnyta SOP Peneltian
Kemasyarakatan, SOP Sidang TPP, SOP Pendampingan, SOP Pembimbingan, dan SOP
Pengawasan.

Kerjakan setiap soal dengan teliti dengan tidak terlebih dahulu melihat kunci
jawaban soal, sehingga evaluasi yang diberikan dapat benar-benar mengukur tingkat
pemahaman saudara terhadap isi modul.

Untuk menyempurnakan kompetensi PK, diharuskan untuk mempelajari modul IV


tentang Manajemen Kasus, modul V tentang Diversi, dan modul tentang Penanganan
ABH.

--- Selamat Belajar ---

96
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB II
GAMBARAN UMUM PROSEDUR DAN MEKANISME
PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan Saudara dapat menjelaskan
pengertian Prosedur dan Mekanisme, Pengertian Pembimbingan, Tujuan Pembimbingan
serta Unsur-unsur yang terlibat dalam Pembimbingan.

B. Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian Prosedur dan Mekanisme
Sebelum membahas lebih jauh tentang Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Tugas
Pembimbing Kemasyarakatan (PK) yang akan dituangkan dalam modul ini, Sudara
harus terlebih dahulu mengetahui definisi atau pengertian dari Prosedur dan
Mekanisme itu sendiri.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Prosedur adalah tahap kegiatan
untuk menyelesaikan suatu aktifitas atau metode langkah demi langkah secara pasti
dalam memecahkan suatu masalah. Beberapa definisi tentang Prodesur dan
Mekanisme juga di kemukakan oleh beberapa ahli, antara lain menurut Muhammad
Ali (2000 : 325) “Prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu
pekerjaan”. Menurut Amin Widjaja (1995 : 83) “Prosedur adalah sekumpulan bagian
yang saling berkaitan misalnya : orang, jaringan gudang yang harus dilayani dengan
cara yang tertentu oleh sejumlah pabrik dan pada gilirannya akan mengirimkan
pelanggan menurut proses tertentu ”Sedangkan menurut Kamaruddin (1992 : 836 –
837) “Prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang
berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan melaksanakan
dan memudahkan kegiatan utama dari suatu organisasi”. Sedangkan pengertian
prosedur menurut Ismail masya (1994 : 74) mengatakan bahwa “Prosedur adalah
suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan
menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang
dilaksanakan berulang-ulang”.

Sementara itu, berdasarkan KBBI, Mekanisme didefinisikan sebagai cara kerja suatu
organisasi, perkumpulan dan sebagainya. Beberapa ahli juga mengemukakan definisi
tentang Mekanisme, antara lain Menurut Poerwadarmita (2003:757) mendefinisikan
“Mekanisme adalah seluk beluk atau cara kerja suatu alat (perkakas) dan sebagainya.
Secara umum mekanisme adalah mengetahui bagimana cara menggunakan suatu alat

97
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

sehingga kita tahu sampai dimana kemampuan suatu alat tersebut bekerja.”
Selanjutnya menurut Yani (2000:275) “mekanisme adalah cara kerja suatu badan atau
organisasi atau perkumpulan hal saling bekerja”. Moenir (2001:53) menjelaskan
bahwa ”Mekanisme merupakan suatu rangkaian kerja subuah alat untuk
menyelesaikan sebuah masalah yang berhubungan dengan proses kerja untuk
mengurangi kegagalan sehingga menghasilkan hasil yang maksimal”.
Berdasarkan definisi-definisi tentang Prosedur dan Mekanisme yang dikemukakan
oleh KBBI dan beberapa ahli, Penulis menyimpulkan bahwa Prosedur dan Mekanisme
merupakan tahapan dan cara kerja yang sistematis dari suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi itu sendiri secara maksimal.

2. Pengertian Pembimbingan, Tujuan Pembimbingan, dan Unsur-unsur Pembimbingan


a. Pengertian Pembimbingan
Secara harfiah pengertian bimbingan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu; tuntunan; pimpinan.
Dalam konteks pelaksanaan tugas Pembimbing kemasyarakatan, pengertian
Pembimbingan adalah sebagai berikut:

b.
Pembimbingan adalah pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas
c.ketaqwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap, dan perilaku, d.p
rofesional, kesehatan jasmani dan rohani Klien Pemasyarakatan. (PP 31 Tahun
e.1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan WBP)

Lebih lanjut mengenai istilah Pembimbing beserta perkembangannya telah


saudara pelajari sebelumnya dalam Modul II Dasar-dasar Pembimbingan.

b. Unsur-unsur Pembimbingan
1) Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Bapas
Istilah Pembimbing Kemasyarakatan dapat Saudara temukan dalam beberapa
peraturan perundang-undangan, salah satu pengertian Pembimbing
Kemasyarakatan disebutkan dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak, bahwa Pembimbing Kemasyarakatan adalah
petugas Pemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan yang melaksanakan
bimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Namun demikian perlu
pula saudara ketahui bahwa dengan disahkannya Undang-undang No. 11
Tahun 2012 tetang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) pada tanggal 30 Juli
2012 yang akan mulai diberlakukan pada tanggal 30 Juli 2014 maka Undang-
undang No. 3 Tahun 1997 akan digantikan dan dinyatakan tidak berlaku.
Dengan demikian saudara juga perlu mengetahui pengertian PK berdasarkan
Undang-undang SPPA yakni sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 angka 13

98
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

yakni Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak


hukum yang melaksanakan Penelitian Kemasyarakatan, Pembimbingan,
Pengawasan, dan Pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar proses
peradilan pidana.

Pembahasan lebih lanjut mengenai Pembimbing Kemasyarakatan dapat


saudara pelajari pada modul I tentang Tugas Pokok dan Fungsi Pembimbing
Kemasyarakatan.

2) Klien Pemasyarakatan
Pengertian Klien Pemasyarakatan disebutkan dalam Undang-undang No. 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dalam Pasal 1 angka 9 disebutkan
bahwa Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Klien adalah
seseorang yang berada dalam bimbingan Bapas.

Klien Pemasyarakatan terdiri dari :


a) Terpidana bersyarat.
b) Narapidana, anak Pidana dan anak negara yang mendapatkan
pembebasan bersarat atau cuti menjelang bebas;
c) Anak negara yang berdasarkan putusan pengadilan, pembinaannya
diserahkan kepada orang tua asuh atau badan sosial;
d) Anak negara yang berdasarkan Keputusan Menteri atau pejabat di
lingkungan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang ditunjuk,
bimbingannya diserahkan kepada orang tua asuh dan badan sosial;
e) Anak yang berdasarkan penetapan pengadilan, bimbingannya
dikembalikan kepada orang tua atau walinya;
f) Anak yang diputus menjalani pidana pengawasan.

Seiring dengan akan berlakunya Undang-undang SPPA, maka kedepan untuk


Anak Negara dan Anak Sipil akan dihapuskan dengan ketentuan bahwa Anak
Negara dan Anak sipil yang masih ada di Lapas/Rutan harus dibebaskan apda
saat Undang-undang SPPA sudah diberlakukan.

Dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana


Anak, Klien juga didefinisikan sebagai anak yang berada di dalam pelayanan,
pembimbingan, pengawasan, dan pemdampingan Pembimbing
Kemasyarakatan.

99
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Selajutnya, perlu juga Saudara ketahui tentang Hak dan Kewajiban klien. Hak
dan Kewajiban Klien pemasyarakatan mengacu kepada Hak dan Kewajiban
Warga Binaan Pemasyarakatan :

Kewajiban-kewajiban klien adalah sebagai berikut :


a) Mematuhi semua peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam proses
pembimbingan
b) Wajib mengikuti semua program pembimbingan, pengawasan, dan
pendampingan

Sedangkan yang menjadi Hak-hak Klien adalah sebagai berikut:


a) Perlakuan non-diskriminasi
b) Perlindungan HAM
c) Tidak dianiaya, disiksa, atau dihukum secara tidak manusiawi
d) Tidak dirampas kebebasannya secara melawan hokum
e) Diperlukan secara manusiawi dalam proses peradilan pidana
f) Hak atas bantuan hukum, untuk membela diri dan memperoleh keadilan
yang bebas dan tak memihak
g) Proposionalitas perlakuan terhadap klien dengan perbuatannya
h) Mendapatkan pembinaan diluar lembaga (non-institutional treatment)

3). Keluarga Klien


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Keluarga didefinisikan sebagai satuan
kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Definisi yang lebih detail
tentang keluarga tertuang dalam UU No. 10 tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang
mendefiniskan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau
ibu dan anaknya.

Keluarga, dalam hal ini keluarga klien merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari proses pembimbingan. Dalam konteks pembimbingan,
setidaknya terdapat 2 (dua) fungsi dari keluarga. Pertama, Keluarga dapat
berperan sebagai penjamin, seperti yang diatur dalam pasal 36 KUHAP.
Kedua, keluarga dapat berperan dalam keberhasilan proses pembimbingan.
Seperti yang telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa
pembimbingan merupakan suatu kegiatan pemberian tuntunan untuk
meningkatkan kualitas ketaqwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa,
intelektual, sikap, dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani
Klien Pemasyarakatan. Dalam hal ini, peran keluarga sangat diperlukan guna

100
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

menunjang proses pembimbingan tersebut. Keluarga dapat menjadi agen


pengawasan atau agen kontrol terhadap perilaku anggota keluarganya yang
menjadi klien Pemasyarakatan agar tidak melakukan pengulangan atas
perbuatan melanggar hukum yang pernah dilakukannya.

4). Penjamin
Jaminan dapat berupa orang, Jaminan Orang inilah yang disebut Penjamin
(Pasal 36 KUHAP) Penjamin adalah pihak yang akan sanggup bertanggung
jawab untuk menjamin WBP yang akan diajukan Pembebasan Bersyarat,
penjamin dapat berasal dari perorangan maupun dari lembaga / organisasi.

a). Penjamin perorangan


Penjamin perorangan berasal dari keluarga atau kerabat WBP namun
apabila WBP tidak memiliki kerabat dan keluarga penjamin dapat berasal
dari pihak lain yang ditunjuk oleh WBP seperti pengacara klien,
pemerintah setempat (kepala desa, RT, RW, Camat), maupun pihak
lainnya. Penjamin dari pihak keluarga contohnya adalah orang tua (ayah
atau ibu kandung), Istri / Suami, Kakak atau adik, dan seterusnya sesuai
hubungan kekerabatan baik secara vertical maupun horizontal, juga
hubungan kekeluargaan yang terjadi akibat pernikahan contohnya adik
ipar.

b). Penjamin dari organisasi / lembaga


Penjamin dari organisasi / lembaga diperbolehkan sama seperihalnya
penjamin dari pihak selain keluarga, yakni hanya apabila WBP tidak
memiliki keluarga atau kerabat, namun khusus untuk penjamin bagi WBP
yang diusulkan untuk program Asimilasi luar lembaga penjamin harus
berasal dari dua pihak yakni penjamin dari keluarga klien serta penjamin
dari pihak ke tiga tempat WBP akan melaksanakan Program Assimilasi.

c). Kewajiban penjamin


penjamin berkewajiban membuat pernyataan dan mematuhi seluruh
pernyataa jaminan yang dibuat pada saat pengusulan Pembinaan Luar
Lembaga bagi WBP, diantaranya : bertanggung jawab mengenai
pengawasan klien, membantu klien untuk melapor, dan lainnya
selengkapnya dapat dipelajari pada contoh format surat jaminan yang
kami lampirkan.

101
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

5). Masyarakat
Masyarakat menjadi unsur penting dalam Pembimbingan, masyarakat disini
khususnya adalah masyarakat yang berada dilingkungan sekitar tempat klien
menjalani pembinaan luar lembaga. Salah satu indikator keberhasilan
program pembimbingan klien adalah bahwa masyarakat telah dapat
menerima klien, dan ikut berperan serta dalam mengawasi serta
membimbing klien agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum
lagi.

6). Pemerintah Setempat


Pembimbingan klien tidak akan luput dari peran serta pemerintah setempat
dalam hal ini khususnya tingkatan terdekat dengan tempat tinggal klien
seperti RT, RW, dan Kepala Desa, peran pemerintah setempat khususnya
dalam mengawasi klien mengingat
klien telah diintegraskan ke
masyarakat berbeda dengan WBP
yang berada di Lapas/Rutan yang
bisa diawasi oleh petugas setiap saat,
pemerintah setempat juga
merupakan sumber informasi bagi

Gambar 1
Pembimbing kemasyarakatan untuk Pemerintah setempat dapat membantu PK untuk
mengetahui sejauh mana mengetahui perkembangan klien di masyarakat
Sumber: www.jogjakota.go.id
perkembangan perilaku klien di
masyarakat. Pemerintah setempat pada tingkatan yang lebih tinggi
diantaranya adalah dinas-dinas yang memiliki bidang tugas yang dapat
membantu klien diantaranya untuk penyaluran kerja dan latihan kerja serta
penyediaan dukungan sarana dan prasarana dalam bentuk modal dan
fasilitas lainnya seperti Dinas Tenaga Kerja, BBLKI, Dinas Sosial, Kementerian
Agama dan lain sebagainya, selebihnya dapat dipelajari dalam PP 32 tahun
1999 tentang pelaksanaan kerjasama
pembimbingan dan pembinaan WBP.

7). Pihak lainnya


Pihak lain yang juga ikut memiliki peran dalam Pembimbingan adalah pihak
ketiga yang berasal dari Swasta, tenaga professional seperti tenaga pendidik,
psikolog, pemuka agama, dan pihak lainnya yang masing-masing memiliki
peran sesuai dengan bidang-bidang

102
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

a. Swasta : Perusahaan, LSM berperan dalam menyediakan pelatihan atau


penyaluran kerja
b. Tenaga Profesional : Tenaga
Pendidik, Psikolog, Pemuka Agama,
memberikan pelayanan
pembimbingan yang dibutuhkan.

c. Tujuan Pembimbingan Gambar 2


Menurut Sumarsono A. Karim dalam Pihak swasta dapat berperan dalam
bukunya pembimbingan dan penyuluhan Sum penyaluran kerja ia.com
ber: www.iteramed
(2007:11), Tujuan pembimbingan yang
dilaksanakan oleh Balai Pemasyarakaatan antara lain :
1) WBP / klien pemasyarakatan dapat mengenal / memahami kepribadiannya
dan lingkungan di mana ia berada (di dalam LP / Luar LP / keluarga dan
lingkungan masyarakat). Dalam arti memahami kelebihan-kelebihan dan
kekurangan / kelemahan diri dan pemahaman terhadap kondisi lingkungan
mana yang mampu ia lakukan dan mana yang tidak mungkin ia capai.
2) WBP / klien pemasyarakatan dapat menerima keadaan dirinya dan
lingkungan secara positif dan dinamis.
3) Klien mampu mandiri dalam mengambil keputusan
4) Pengarahan diri WBP / klien pemasyarakatan
5) Perwujudan diri WBP / klien pemasyarakatan

Dalam arti luas tujuan pembimbingan adalah sebagai berikut :


1) Perubahan Tingkah Laku
Dalam pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan oleh Balai
Pemasyarakatan, Balai Pemasyarakatan dapat menjadi agen perubahan bagi
Klien Bapas. Pembimbingan yang dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan
merupakan sebuah stimulus yang mendorong perubahan perilaku bagi klien
Bapas. Pembimbingan yang dilakukan secara terus menerus terhadap klien
Bapas secara tidak langsung akan mempengaruhi perubahan perilaku pada
diri klien. Perubahan tingkah laku tersebut terwujud dari perbaikan
kepribadian klien dan perbaikan hubungan sosial klien baik di dalam keluarga
maupun di masyarakat.

103
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

a). Perbaikan kepribadi klien meliputi :


Ketaatan klien dalam menjalankan perintah agama
Dengan memperoleh bimbingan kemasyarakatan klien diharapkan
mampu meningkatkan ketaatan dalam menjalankan perintah agama
sebagai makhluk tuhan.
Ketaatan klien terhadap ketentuan dan aturan yang berlaku
Dengan memperoleh bimbingan kemasyarakatan klien diharapkan dapat
mentaati ketentuan dan aturan yang berlaku di masyarakat sehingga
tidak mengulangi tindak pidana lagi.

b). Perbaikan Hubungan Sosial Klien


Hubungan klien di dalam keluarga
Setelah menjalani program
Pembimbingan klien diharapkan
mampu membangun hubungan
harmonis di dalam keluarganya Gambar 3
diantaranya dengan menjadi anak Karikatur Anton Medan (mantan WBP
yang kini aktif sebagai penceramah,
yang berbakti kepada orang tuanya, pengusaha, dll.)
suami / istri yang mampu memenuhi Sumber: www.inilah.com

kewajibannya, orang tua yang menjadi tauladan untuk anak-anaknya.

Hubungan klien di masyarakat


Setelah menjalani program Pembimbingan klien diharapkan mampu
membangun hubungan baik dengan masyarakat, termasuk dengan pihak
korban (bila ada). Berperan aktif dalam kegiatan di lingkungan tempat
tinggalnya seperti gotong royong, kerja bakti seperti warga lain pada
umumnya.

2). Masyarakat Produktif


Narapidana sebagai orang-orang yang dinyatakan bersalah merupakan orang-
orang yang mengalami kegagalan dalam menjalani hidup bermasyarakat.
Mereka gagal memenuhi norma-norma yang ada dalam masyarakatnya,
sehingga pada akhirnya gagal menaati aturan-aturan dan hukum yang
berlaku dalam masyarakat. Narapidana sebagai mahluk sosial adalah bagian
dari masyarakat juga, bedanya dengan anggota masyarakat lainnya adalah
untuk sementara waktu kebebasan bergerak mereka dicabut. Walaupun
demikian sebagai mahluk sosial yang berinteraksi narapidana menghendaki
dapat bergaul dengan masyarakat sekitarnya, ingin kehadirannya diterima
dan diperhatikan orang lain (http://repository.usu.ac.id). Dengan melakukan
tindak pidana seseorang dianggap tidak produktif, untuk itu diberikanlah

104
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

pembimbingan agar mereka menjadi masyarakat yang produktif dan berguna


bagi masyarakat. Masyarakat produktif dalam hal ini adalah:

a). Memiliki motivasi untuk meraih harapan dan cita-cita


Dengan menjalani program Pembimbingan, klien memiliki semangat dan
niat yang kuat untuk melanjutkan hidupnya meraih harapan dan cita-cita
sama seperti orang lain pada umumnya yang tidak pernah menjalani
hukuman di lapas/rutan :
- Klien dapat meneruskan sekolahnya kembali
- Klien dapat kembali bekerja
- Klien dapat meningkatkan keterampilannya

b). Ikut berperan aktif dalam kegiatan di masyarakat


Klien dapat menjalankan perannya kembali sebagai warga masyarakat
dan warga Negara Indonesia, ikut serta dalam pembangungan diataranya
kien taat hokum klien taat dalam membayar pajak

C. Rangkuman
1) Unsur-unsur Pembimbingan terdiri dari PK Bapas, Klien, Keluarga Klien, Penjamin,
Masyarakat, Pemerintah Setempat, dan pihak lainnya
2) Kategori-kategori klien yang berada dalam bimbingan Bapas, antara lain
Terpidana bersyarat, PB Narapidana, PB Anak negaraAnak negara yang yang
diserahkan kepada orang tua asuh dan badan sosial Anak yang berdasarkan
penetapan pengadilan, bimbingannya dikembalikan kepada orang tua atau
walinya, anak yang dijatuhi pidana pengawasan
3) Penjamin berperan sebagai penanggung jawab bagi WBP selama menjalani masa
bimbingan, penjamin dapat berasal dari perorangan maupun dari lembaga /
organisasi.
4) Masyarakat dan pemerintah setempat memiliki peran khususnya untuk ikut
mengawasi dan membina klien di lingkungan tempat menjalani pembimbingan.
5) Pihak lain yang juga ikut memiliki peran penting adalah pihak swasta dari
perusahaan, LSM dan stake holder lainnya khususnya untuk memberikan
dukungan sarana dan prasaran pelatihan dan penyaluran kerja bagi klien.

105
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

D. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur kegiatan Pembimbingan sesuai dengan
pemahaman saudara!
2. Jelaskan pengertian klien Bapas sesuai berdasarkan UU No.12 Tahun 1995 tentang
pemasyarakatan!
3. Sebutkan hal-hal penting yang terdapat dalam UU Sistem Peradilan Pidana Anak!
4. Sebutkan hak-hak dan kewajiban Klien Bapas!
5. Jelaskan peran pihak swasta (stakeholder) dalam Pembimbingan!

106
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB III
PROSEDUR DAN MEKANISME
PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah membaca pokok bahasan ini, Saudara diharapkan dapat mengetahui bagaimana
Prosedur dan Mekanisme Penelitian Kemasyarakatan, Pendampingan, Sidang TPP,
Pembimbingan dan Pengawasan.

B. Sub Pokok Bahasan


1. Prosedur dan Mekanisme Litmas
Sebelum saudara mempelajari tentang prosedur dan mekanisme Penelitian
kemasyarakatan (Litmas), tentunya terlebih dahulu saudara harus mengetahui tentang
apa yang dimaksud dengan penelitian kemasyarakatan.

Penelitian Kemasyarakatan adalah kegiatan penelitian untuk mengetahui latar


belakang kehidupan warga binaan pemasyarakatan yang dilaksanakan oleh Balai
Pemasyarakatan (PP 31 Tahun 1999: Pasal 1 angka 3).

Warga binaan pemasyarakatan di sini termasuk di dalamnya adalah Narapidana, Anak


Didik Pemasyarakatan dan Klien Pemasyarakatan, ada beberapa pengertian lainnya
tentang penelitian kemasyarakatan juga dalam kaitannya dengan perkembangan
laporan penelitian kemasyarakatan yang hendaknya Saudara ketahui, hal tersebut
dapat saudara pelajari dalam Modul Dasar-Dasar Pembimbingan (Modul II).

Setelah mengetahui pengertian penelitian kemasyarakatan, saudara juga harus


mengetahui jenis-jenis penelitian kemasyarakatan.

Sumarsono A. Karim (2011: 13,16) membahas litmas dalam dua bagian utama yakni
Litmas Peradilan (Pre Sentences Investigation Report) dan Litmas Pembinaan (Post
Sentences Investigation Report). Sedangkan Berdasarkan tujuan dibuatnya penelitian
kemasyarakatan, jenis-jenis Litmas dapat kita temukan dalam Petunjuk Pelaksanaan
Menteri Kehakiman RI Nomor: E-39.PR.05.03 Tahun 1987, yakni sebagai berikut:
a. Model L.1, laporan penelitian kemasyarakatan untuk sidang pengadilan negeri;
b. Model L.2, laporan penelitian kemasyarakatan untuk bimbingan Bapas lain;
c. Model L.3, laporan penelitian kemasyarakatan untuk bimbingan dalam Lembaga
Pemasyarakatan;
d. Model L.4, laporan penelitian kemasyarakatan untuk calon anak asuh;

107
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

e. Model L.5, laporan penelitian kemasyarakatan untuk orang tua atau wali dari calon
anak asuh;
f. Model L.6, laporan penelitian kemasyarakatan untuk calon keluarga asuh;
g. Model L.7, laporan penelitian kemasyarakatan untuk calon pengasuh oleh Bapas;
h. Model L.8, laporan penelitian kemasyarakatan untuk instansi lain.

Secara umum isi dari laporan penelitian kemasyarakatan terdiri dari data individu dan
data keluarga klien yang bersangkutan serta kesimpulan atau pendapat dari
pembimbing kemasyarakatan (Gatot Supramono, 2005:68), namun untuk mengetahui
lebih mendalam, format dan isi dari penelitian kemasyarakatan selengkapnya dapat
saudara pelajari dalam Buku VII Bidang Pembimbingan.

Prosedur dan mekanisme Penelitian Kemasyarakatan yang ditempuh oleh Pembimbing


kemasyarakatan sebagai berikut:
a. Pencatatan (registrasi) permintaan Litmas
b. Pengumpulan data dengan cara memanggil, dan atau mengunjungi rumah dan
tempat-tempat lain yang berhubungan dengan permasalahan klien. Untuk
memperoleh data tersebut, pembimbing kemasyarakatan mempergunakan tehnik-
tehnik sebagai berikut: pengamatan, wawancara, psikotes, mempelajari dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan permasalahan dan tehnik-tehnik lainnya.
c. Pengolahan Data, setelah memperoleh data-data yang lengkap, pembimbing
kemasyarakatan menganalisa dan menyimpulkan serta memberikan pertimbangan
atau saran sehubungan dengan permasalahannya yang selanjutnya dituangkan
dalam Konsep laporan peneltian kemasyarakatan.
d. Sidang TPP, konsep litmas yang telah dibuat kemudian dibahas dalam forum sidang
Tim Pengamat Pemasyarakatan untuk mendapatkan tanggapan dari peserta sidang
serta menentukan saran dan pertimbangan dari Litmas
e. Perbaikan dan Penggandaan Litmas, Penandatanganan serta pengiriman Litmas

Agar saudara dapat memahami dengan lebih mudah mengenai prosedur dan
mekanisme penelitian kemasyarakatan, perhatikanlah Gambar 4 berikut ini:

108
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Gambar 4
Prosedur pelayanan penelitian kemasyarakatan (Litmas)
Sumber: Buku Pedoman Pelayanan Penelitian Kemasyarakatan, Pembimbingan, Pengawasan dan Pendampingan,
Bapas Jakarta Pusat Tahun 2009

Untuk uraian yang lebih lengkap dan terperinci mengenai prosedur dan mekanisme
penelitian kemasayarakatan, saudara dapat melihat dan mempelajarinya dalam File
Kumpulan SOP Balai Pemasyarakatan.

Agar saudara mendapat gambaran yang lebih mendalam tentang prosedur dan
mekanisme Penelitian Kemasyarakatan, berikut ini beberapa bentuk dari penelitian
kemasyarakatan yang saat ini dipraktekkan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
Pembimbing Kemasyarakatan

Litmas untuk Sidang Pengadilan (Pre Sentences Investigation Report)


Penelitian kemasyarakatan (Litmas) untuk sidang pengadilan anak adalah Litmas yang
dimintakan oleh aparat penegak hukum lainnya (Polisi, Jaksa, Hakim), dalam Undang-
undang Sistem Peradilan Pidana Anak, Litmas menjadi bagian dalam setiap tahapan
proses baik Diversi maupun pidana formal, untuk lebih mudah mempelajari kegunaan
Litmas pada setiap tahapan perkara anak, perhatikanlah Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1 Kegunaan Litmas di tiap tahapan

Penegak Kegunaan Litmas Pasal yang mengatur dalam UU


Hukum SPPA
Polisi -Pertimbangan Diversi -Pasal 9 ayat (1) huruf c
-Penyidikan -Pasal 27 ayat (1)
-Pelimpahan Berkas ke Jaksa -Pasal 28 ayat (4)
Jaksa -Pertimbangan Diversi -Pasal 9 ayat (1) huruf c

109
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

-Pelimpahan Berkas ke -Pasal 42 ayat (4)


Pengadilan
Hakim -Pertimbangan Diversi -Pasal 9 ayat (1) huruf c
-Pertimbangan Putusan -Pasal 60 ayat (3)

Litmas ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dan faktor anak hingga
melakukan tindak pidana baik yang berasal dari diri anak (Internal) seperti tingkah laku
anak di keluarga, sekolah dan masyarakat, maupun faktor lingkungan (eksternal) yakni
keluarga dan masyarakat, seperti kebiasaan orang tua dalam mendidik anak dan sikap
orang tua kepada anak.

Litmas juga bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam memutus perkara anak tersebut seperti status apakah anak
masih sekolah atau tidak, kondisi sosial ekonomi keluarganya, kesanggupan orangtua
untuk mendidik anak, tanggapan berbagai pihak terhadap anak termasuk masyarakat
dan pemerintah setempat.

Dalam bagian akhir dari Litmas, dikemukakan kesimpulan dan saran dari penelitian
kemasyarakatan yang telah dilakukan. Kesimpulan dari penelitian kemasyarakatan
tersebut berisi:
1). Nama dan catatan kelahiran (umur) anak serta ringkasan dari susunan keluarga
anak yang bermasalah dengan hukum, contoh: “Klien bernama Agus Wijanarko bin
Sudi Dadi, adalah anak ke empat dari sembilan bersaudara pasangan Bapak Sudi
dan Ibu Usnayati. Klien masih muda usia, lahir pada tanggal 06 Desember 1993 dan
saat melakukan tindak pidana klien masih berusia 17 tahun”.
2). Status sekolah anak dan kegiatan lain diluar sekolah, contoh: “Klien hanya
mengenyam pendidikan sampai kelas 1 SMK yakni di SMK Yabinka Cilegon (putus
sekolah), kegiatan sehari-harinya adalah bekerja sebagai tukang parkir”.
3). Masa penahanan anak dan tindak pidana yang disangkakan kepadanya.
4). Faktor penyebab anak melakukan tindak pidana.
5). Tanggapan orang tua, masyarakat, pemerintah setempat serta korban (bila ada)
termasuk proses dan hasil mediasi atau musyawarah antara pihak anak dengan
pihak korban (bila ada).

Saran yang disampaikan dalam Penelitian Kemasyarakatan untuk sidang pengadilan


anak dapat berupa:
1). Rekomendasi mengenai sanksi yang dijatuhkan kepada anak, baik berupa hukuman
misalnya pidana penjara, atau pidana bersyarat, ataupun berupa tindakan misalnya
dikembalikan kepada orang tuanya, atau diserahkan kepada Kementerian Sosial
ataupun lembaga sosial masyarakat seperti pesantren dan rumah rehabilitasi, hal

110
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

lebih lanjut mengenai jensi sanksi yang dijatuhkan pada anak, dapat anda baca
khususnya pada pasal-pasal pada Bab V UU SPPA.
2). Rekomendasi agar anak tidak menjalani penahanan selama proses hukum
berlangsung.
3). Pertimbangan-pertimbangan dan tingkat risiko terhadap setiap sanksi yang
dijatuhkan kepada anak, misalnya: “Apabila klien menjalani pemidanaan yang
terlalu lama akan berdampak buruk terhadap perkembangan psikologis dan
sosiologis klien, serta klien terancam berhenti sekolah.”

Litmas sidang pengadilan anak ini sangat besar peranannya dalam proses
pendampingan terhadap anak, tanpa keberadaan Litmas ini putusan yang dijatuhkan
oleh hakim kepada anak “batal demi hukum” (Pasal 60 ayat (3) UU SPPA).

Secara lebih sederhana, proses pembuatan laporan peneliltian kemasyarakatan untuk


sidang pengadilan anak dapat saudara lihat pada Gambar 4 di bawah ini:

Gambar 5
Prosedur Litmas pengadilan anak
Sumber: Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan, Ditjenpas 2003
Laporan penelitian kemasyarakatan untuk bimbingan dalam dan luar Lembaga
Pemasyarakatan (Post Sentences Investigation Report)
Litmas untuk bahan pembinaan berupa penelitian tentang perkembangan warga
binaan pemasyarakatan (WBP) selama berada di dalam Lapas / Rutan, termasuk di
dalamnya pembinaan apa saja yang telah diterima oleh WBP, sikap dan kepatuhan
WBP terhadap peraturan di dalam Lapas / Rutan, keterampilan / pelatihan apa yang
telah didapatkan oleh WBP, relasi sosial WBP dengan sesama W BP lainnya, serta relasi
WBP dengan keluarganya.

111
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Kegunaan litmas untuk bimbibingan dalam lembaga adalah untuk menentukan


program pembinaan di dalam lembaga, sementara kegunaan litmas untuk bimbingan
luar lembaga adalah untuk pertimbangan persetujuan program pembinaan di luar
lembaga misalnya dalam bentuk Asimilasi, PB, dan CMB.

Dalam bagian akhir dari Litmas dikemukakan kesimpulan dan saran dari penelitian
kemasyarakatan yang telah dilakukan. Kesimpulan dari penelitian kemasyarakatan
tersebut berisi:
1) Ringkasan perkembangan pembinaan WBP selama berada di dalam Lapas / Rutan.
2) Masa pidana yang telah dijalani.
3) Untuk Litmas pembinaan luar lembaga yakni pengusulan PB dan CMB disertakan
pula tanggapan keluarga, masyarakat, pemerintah setempat serta kesanggupan
mereka untuk menerima kembali WBP di masyarakat.

Saran yang disampaikan dalam Penelitian Kemasyarakatan ini antara lain berupa:
1) Rekomendasi mengenai jenis program pembinaan untuk masa pembinaan
selanjutnya.
2) Untuk Litmas pembinaan luar lembaga rekomendasi yang disampaikan berupa
disetujui atau tidaknya usulan PB / CMB WBP beserta pertimbangannya.

2. Prosedur dan Mekanisme Pendampingan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendampingan adalah perbuatan
mendampingi atau mendampingkan. Dalam konteks pelaksanaan tugas pembimbing
kemasyarakatan. Dalam konteks pelaksanaan tugas PK, pendampingan dapat diartikan
sebagai peran pembimbing kemasyarakatan untuk mendampingi klien dalam
mengahadapi permasalahan yang klien hadapi, klien yang dimaksud disini termasuk di
dalamnya adalah klien pemasyaraktan serta anak berkonflik dengan hukum.

Wajib saudara ketahui sebagai seorang pembimbing kemasyarakatan (PK) bahwa


kehadiaran PK dalam sidang anak bersifat wajib, artinya tanpa kehadiran PK putusan
sidang anak batal demi hukum tentang hal ini dapat saudara pelajari dalam UU SPPA
Khususnya pada pasal 55 dan pasal 60. Di samping itu, Jauh sebelum proses
persidangan, PK juga wajib mendampingi anak sejak anak diadukan / dilaporkan
melakukan tindak pidana, khususnya untuk tujuan Diversi. Untuk lebih memudahkan
saudara, pelajarilah Tabel 2 berikut ini:

112
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Tabel 2
Peran PK dalam Pendampingan

Tahapan Peran PK dalam pendampingan Keterangan


Peyidikan Inisiator, koordinator, fasilitator dan mediator Pasal 14 ayat (2)
untuk Diversi
Pelimpahan Memberikan bimbingan kepada anak dan -Permeneg PPA
perkara ke JPU orang tua dalam menghadapai proses hukum No. 15 tahun
2010
Persidangan -Membacakan Litmas, menyampaikan hal-hal -Pasal 60
yang dianggap perlu untuk anak
-Memberikan bimbingan kepada anak dan -Pasal 55
orang tua dalam menghadapai proses hukum

Lebih lanjut mengenai peran PK dalam pendampingan, khususnya dalam penerapan


keadilan restoratif selain disebutkan dalam UU SPPA yang pemberlakuannya masih
dua tahun dari tanggal diundangkan, juga dapat Saudara pelajari dalam Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 15 tahun
2010.

Disamping peraturan perundangan nasional, pendampingan terhdap anak juga diakui


oleh dunia internasional, sebagaimana disebutkan dalam United Nation Standard
Minimum Rules for The Administration of Juvenile Justice (Peraturan-Peraturan
Minimum Standar Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Administrasi Peradilan bagi
Remaja) / Resolusi PBB Nomor 40/33 tanggal 29 November 1985 (“TheBeijing Rules”):
a. Angka 16: “Dalam semua kasus terkecuali kasus yang melibatkan pelanggaran
hukum ringan, sebelum pihak berwenang secara hukum menjatuhkan putusan,
latar belakang, dan keadaan dimana remaja itu hidup (Litmas) akan diselidiki
secara benar sehingga mempermudah pengambilan keputusan hukum dari perkara
itu oleh pihak berwenang secara hukum”
b. Angka 13.1: “Penahanan sebelum pengadilan hanya akan digunakan sebagai pilihan
langkah terakhir dan untuk jangka waktu sesingkat mungkin”.
c. Angka 13.2: ”Di mana mungkin, penahanan sebelum pengadilan akan diganti
dengan langkah-langkah alternatif, seperti pengawasan secara dekat, perawatan
intensif atau penempatan pada sebuah keluarga atau pada suatu tempat atau
rumah pendidikan”.

Dalam melakukan pendampingan terhadap anak, Saudara sebagai PK juga harus


mengetahui lamanya masa penahanan anak, sebagaimana diketahui bahwa UU SPPA
baru akan diberlakukan setelah dua tahun sejak tanggal diundangkan tepatnya pada
tanggal 30 Juli 2014 maka penting bagi saudara untuk mengetahui juga penahanan

113
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

anak menurut UU Pengadilan Anak No. 3 Tahun 1997. Pelajarilah secara seksama tabel
masa penahanan berikut ini:

Tabel 3
Masa Penahanan Anak

Tahapan UU No. 3 Th 1997 UU No.11 Tahun 2012


Penyidikan Pasal 44 ayat (2)-> 20 hari Pasal 33 ayat (1)-> 7 hari
(Polisi) Pasal 44 ayat (3)-> 10 hari* Pasal 33 ayat (2)-> 8 hari*
Jumlah = 30 Hari Jumlah = 15 Hari
Penuntutan Pasal 46 ayat (2)-> 10 hari Pasal 34 ayat (1)-> 5 hari
(JPU) Pasal 46 ayat (3)-> 15 hari** Pasal 34 ayat (2)-> 5 hari**
Jumlah = 25 Hari Jumlah = 10 Hari
Persidangan Pasal 47 ayat (2)-> 15 hari Pasal 35 ayat (1)-> 10 hari
(Hakim) Pasal 47 ayat (3)-> 30 hari** Pasal 35 ayat (2)-> 15 hari**
Jumlah = 45 Hari Jumlah = 25 Hari
Banding Pasal 48 ayat (2)-> 15 hari Pasal 37 ayat (1)-> 10 hari
(Hakim Banding) Pasal 48 ayat (3)-> 30 hari*** Pasal 37 ayat (2)-> 15 hari***
Jumlah = 45 Hari Jumlah = 25 Hari
Kasasi Pasal 49 ayat (2)-> 25 hari Pasal 38 ayat (1)-> 15 hari
(Hakim Kasasi) Pasal 49 ayat (3)-> 30 hari**** Pasal 38 ayat (2)-> 20 hari****
Jumlah = 55 Hari Jumlah = 35 Hari
Total Total = 200 Hari Total = 110 Hari
*) Perpanjangan Penahanan oleh JPU
**) Perpanjangan Penahanan oleh Ketua Pengadilan Negeri
***) Perpanjangan Penahanan oleh Ketua Pengadilan Tinggi
****) Perpanjangan Penahanan oleh Ketua Mahkamah Agung

Dalam persidangan, PK Bapas juga memberikan arahan-arahan kepada anak dalam hal
anak merasa bingung saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
hakim atau jaksa. Selain kepada anak, PK Bapas juga memberikan arahan kepada
orang tua anak tentang proses sidang yang dijalani oleh anaknya.

Berikut ini prosedur dan mekanisme pendampingan anak dalam sidang anak:
1) Permintaan pendampingan anak dari Kejaksaan atau Pengadilan
2) Pencatatan permintaan sidang
3) PK mempelajari kembali Litmas anak yang bersangkutan
4) PK menghadiri persidangan dan menjalankan perannya di persidangan
5) PK membuat laporan hasil sidang
Secara sederhana, proses pendampingan ABH dalam sidang pengadilan anak dapat
dilihat dalam bagan di bawah ini:

114
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Gambar 5
Proses pendampingan ABH dalam sidang pengadilan anak
Sumber: Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan, Ditjenpas 2003

Untuk pembahasan mengenai peran pendampingan PK dalam melaksanakan Diversi


akan dibahas lebih mendalam dalam Modul Diversi (Modul V).

Selain melakukan pendampingan terhadap anak berkonflik dengan hukum, PK juga


melakukan pendampingan terhadap klien pemasyarakatan, pendampingan tersebut
terintegrasi bersama dalam bentuk pembimbingan. PK juga melakukan pendampingan
khusus bagi klien pemasyarakatan dalam kategori risiko tinggi HIV-AIDS khususnya
bagi klien pemasyarakatan dengan latarbelakang tindak pidana narkotika atau klien
pemasyarakatan yang memiliki gejala penyakit khusus yang dapat merujuk bahwa
klien mengidap HIV-AIDS.

Dalam hal penanggulangan dampak buruk narkotika dan penanggulangan HIV-AIDS PK


melakukan pendampingan dengan mekanisme sebagia berikut:
1) melakukan pencatatan klien pemasyarakatan yang akan mendapatkan program
pendampingan HIV AIDS
2) melakukan konseling
3) memberikan penyuluhan
4) memberikan tindakan VCT atau pengobatan untuk klien pemasyarakatan yang
telah menjalani VCT dengan hasil VCT positif HIV AIDS
5) mengadakan penjangkauan dalam bentuk kunjungan rumah
6) membuat laporan

Untuk pembahasan mengenai peran pendampingan PK dalam pembimbingan dan


penanggulangan khusus HIV-AIDS akan dibahas lebih mendalam dalam Modul
Manajemen Kasus (Modul IV).

115
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

3. Prosedur dan Mekanisme Sidang TPP


Seperti telah Saudara ketahui pada uraian-uraian sebelumnya, bahwa dalam
menjalankan tugasnya PK tidak bekerja sendiri, misalnya dalam menentukan saran
Litmas PK terlebih dahulu mendiskusikan konsep litmas dalam forum sidang TPP,
anggota tim pengamat pemasyarakatan adalah para PK Bapas dan Kasubsi Bimbingan
Klien Dewasa (BKD) serta Kasubsi Bimbingan Klien Anak (BKA).
Sidang TPP Bapas adalah sidang yang dilaksanakan oleh tim pengamat
pemasyarakatann untuk membahas hasil penelitian kemasyarakatan (Litmas), serta
untuk menentukan program pembimbingan klien pemasyarakatan di setiap tahapan
pembimbingan.

Selain itu, Bapas juga mengikuti sidang TPP yang diadakan di Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM (TPP Kanwil) dan di Lapas / Rutan (TPP Lapas / Rutan)
yang dilaksanakan untuk menentukan program pembinaan WBP baik untuk
pembinaan dalam lembaga maupun pembinaan luar lembaga seperti untuk
persetujuan usulan PB, CB, CMB dan asimilasi.

Prosedur dan mekanisme sidang TPP adalah sebagai berikut:


1) membuat daftar nama-nama klien yang akan disidangkan;
2) membuat undangan sidang TPP;
3) Pekasanaan sidang TPP:
a. Pembukaan oleh ketua sidang TPP;
b. Pembnacaan pembahasan sidang oleh sekretaris TPP;
c. Presentasi hasil penelitian Kemasyarakatan oleh masing-masing PK;
d. Pendapat dari peserta sidang;
e. Putusan sidang dan rekomendasi hasil sidang.
4) Pembuatan berita acara hasil sidang TPP.

Untuk memudahkan saudara, pelajarilah bagan proses sidang TPP sebagaimana


terdapat pada gambar di bawah ini:

116
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Gambar 6
Proses sidang TPP bapas
Sumber: Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan, Ditjenpas 2003

4. Prosedur dan Mekanisme Pembimbingan


Setelah saudara mempelajari uraian diatas berikutnya saudara harus dapat memahami
bahwa sesungguhnya keseluruhan tugas pembimbing kemasyarakatan adalah bentuk
terpadu dari suatu kegiatan pembimbingan. Pengertian pembimbingan dalam konteks
pelaksanaan tugas Pembimbing kemasyarakatan adalah sebagai berikut:

Pembimbingan adalah pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas


ketaqwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap, dan perilaku,
profesional, kesehatan jasmani dan rohani Klien Pemasyarakatan. (PP 31 Tahun
1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan WBP)

Prosedur dan mekanisme pembimbingan terdiri atas tiga tahap yakni tahap awal,
tahap lanjutan dan tahap akhir. Berbeda dengan pembagian jangka waktu untuk setiap
tahapan pembinaan yang dilaksanakan di Lapas yang menggunakan pembagian 1/3, ½,
dan 2/3 masa pidana, lamanya waktu untuk setiap tahapan pemb imbingan yang
dilaksanakan menggunakan pembagian masa bimbingan sebagai berikut ini:
a. Tahap awal
Pembimbingan tahap awal dimulai sejak yang bersangkutan berstatus sebagai
Klien sampai dengan ¼ (satu perempat), prosedur dan mekanisme pembimingan
tahap awal adalah sebagai berikut:
1). Penelitian kemasyarakatan.
2). Menyusun rencana program bimbingan.
3). Pelaksanaan program bimbingan guna mempersiapkan anak untuk mengikuti
program diversi di luar Lapas.

117
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

4). Penilaian pelaksanaan program tahap awal dan penyusunan rencana bimbingan
tahap lanjutan.

b. Tahap lanjutan
Pembimbingan tahap lanjutan dilaksanakan sejak berakhirnya bimbingan tahap
awal sampai dengan ¾ (tiga perempat) masa pembimbingan, prosedur dan
mekanisme pembimingan tahap lanjutan adalah sebagai berikut
1). Pelaksanaan program bimbingan.
2). Penilaian pelaksanaan program tahap lanjutan dan penyusunan rencana
bimbingan tahap akhir.

c. Tahap akhir
Pembimbingan tahap lanjutan dilaksanakan sejak berakhir bimbingan tahap
lanjutan sampai dengan berakhirnya masa pembimbingan, prosedur dan
mekanisme pembimingan tahap akhir adalah sebagai berikut
1). Pelaksanaan program bimbingan.
2). Meneliti dan menilai keseluruhan hasil pelaksanaan program bimbingan.
3). Mempersiapkan klien mengakhiri masa bimbingan tambahan (after care).

Pada setiap masa peralihan tahapan dari tahapan yang satu ke tahapan yang
selanjutnya, pembimbing kemasyarakatan menentukan program pembimbingan
melalui mekanisme sidang TPP, sebagai mana telah saudara pelajari dalam prosedur
dan mekanisme Sidang TPP.

Adapun Jenis bimbingan yang diberikan kepada klien meliputi: Pendidikan agama,
pendidikan budi pekerti, bimbingan dan penyuluhan perorangan maupun kelompok,
pendidikan formal, kepramukaan, pendidikan ketrampilan kerja, pendidikan
kesejahteraan keluarga, psikoterapi, kepustakaan, psikiatri, terapi, dan berbagai usaha
penyembuhan klien.

Metode dan teknik pembimbingan terhadap klien dapat saudara pelajari lebih
mendalam pada Modul Dasar-Dasar Pembimbingan (Modul II).

Sebagai tambahan pengetahuan bagi Saudara dalam melaksanakan prosedur dan


mekanisme pembimbingan, berikut ulasan singkat mengenai Prinsip-prinsip dan azas
dalam melaksanakan bimbingan antara lain:

118
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Prinsip-prinsip Bimbingan:
a. Bimbingan itu selalu berhubungan dengan sikap dan perilaku WBP.
b. Dalam proses bimbingan perlu dikenal dan dipahami oleh pembimbing tetang
perbedaan individu WBP, agar dalam memberi bimbingan dapat mengenai sasaran
dan kebutuhan individu yang dibimbing.
c. Bimbingan diberikan dengan maksud agar WBP yang dibimbing mampu membantu
dan menuntun dirinya sendiri dalam menghadapi permasalahan hidup dan
kehidupannya septimal mungkin (self directing &to help people to help them selfes).
d. Bimbingan yang diberikan harus terpusat pada individu yang dibimbing bukan
terpusat pada permasalahan individu yang membimbing.
e. Jika permasalahan individu tidak dapat diselesaikan oleh pembimbing, maka perlu
adanya kerja sama dengan ahli lain atau lembaga lain yang lebih mampu
(kompeten) menangani permasalahan tersebut.
f. Dalam pembimbingan perlu adanya upaya pendahuluan dalam mengidentifikasi
masalah dan kebutuhan individu yang dibimbing, untuk mempermudah
pemahaman dan penerimaan diri individu yang dibimbing. Sehingga dalam
pengarahan dan perwujudan sesuai dan tepat pada sasaran.
g. Bimbingan itu harus bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu yang
dibimbing dan kebutuhan masyarakat a\yang serba ragam.
h. Pembimbing harus memiliki kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman,
kematangan dan kemampuan yang diharapkan oleh individu yang dibimbing dan
masyarakat.
i. Pembimbing harus patuh pada kode etik Pembimbingan.
j. Individu yang dibimbing harus diberikan kebebasan dan penghormatan dalam
mengungkapkan dirinya. Di sini pembimbing hanya bersikap sebagai fasilitator
dalam proses pembimbingan.
k. Proses pembimbingan adalah proses belajar atau berorientasi belajar (learning
oriented) yang dilaksanakan dalam lingkungan sosial.
l. Keputusan terakhir dalam proses pembimbingan ditentukan oleh individu yang
dibimbing. Pembimbing tidak memaksakan sesuatu keputusan terakhir kepada
individu yang dibimbing.
Azas-azas bimbingan dan penyuluhan antara lain:
a. Azas kerahasiaan (the principle of confidenciality), pembimbing kemasyarakatan
hendaknya patuh menjaga informasi-informasi yang sifatnya rahasia tentang
individu yang dibimbing.
b. Azas sukarela, baik pembimbing maupun yang dibimbing harus memiliki modal
sukarela.
c. Azas keterbukaan, pembimbing maupun yang dibimbing sebaiknya saling terbuka.
d. Azas kekinian, layanan bimbingan sebaiknya menangani permasalahan yang
dihadapi si terbimbing pada saat ini / sekarang.

119
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

e. Azas kegiatan, bimbingan dan penyuluhan bukan hanya bertatap muka dan
berwawancara saat itu.
f. Azas kenormatifan, usaha bimbingan harus sesuai dengan norma yang dianut oleh
yang dibimbing dan sesuai dengan norma masyarakat.
g. Azas keterpaduan, baik aspek-aspek individu yang dibimbing maupun isi dan proses
layanan bimbingan sebaiknya terpadu, jangan ada aspek yang bertentangan dan
jangan pula isi dan layanan bertolak belakang dengan lainnya.
h. Azas kedinamikan, bimbingan bertujuan supaya adanya perubahan yang terjadi
pada diri si terbimbing, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih bermakna.
i. Azas keahlian, keberhasilan layanan bimbingan banyak ditentukan oleh bagaimana
keahlian pembimbing, sehingga sangat dituntut kepada pembimbing agar mau
berlatih dan memperluas pengalamannya.

Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam dari segi penerapan atau
praktek pelaksanaan prosedur dan mekanisme pembimbingan, berikut ini diulas
mengenai prosedur pendaftaran / registrasi klien pemasyarakatan.

Pembimbing Kemasyarakatan (PK) melakukan pencatatan atau registrasi klien


pemasyarakatan dalam setiap proses pembimbingannya, pencatatan / registrasi
tersebut meliputi kegiatan-kegiatan penerimaan dan pendaftaran klien
pemasyarakatan yang dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis Menteri Kehakiman
Nomor E.40-PR.05.03 Tahun 1987 tanggal 8 September 1987. Pendaftaran yang
dilakukan meliputi:
a. Penerimaan dan penelitian surat-surat berkas klien pemasyarakatan;
b. Penerimaan klien dari jaksa atau petugas Lapas / Rutan / Bapas lain dan dibuat
berita acara serah terima;
c. Pencatatan identitas dan surat-surat dalam buku daftar sesuai dengan status klien
d. Pencatatan kartu bimbingan, pengambilan foto klien dan sidik jari;
e. Menghadapkan klien kepada pembimbing kemasyarakatan.

Secara singkat, proses pendaftaran klien pemasyarakatan dapat dilihat pada diagram
yang terdapat pada gambar di bawah ini:

Gambar 8
Bagan pendaftaran klien
pemasyarakatan
Sumber: Prosedur Tetap
Pelaksanaan Tugas
Pemasyarakatan,
Ditjenpas 2003

120
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

5. Prosedur dan Mekanisme Pengawasan


Merujuk pada Kamus Besar bahasa Indonesia, Pengawasan memiliki arti penilikan dan
penjagaan, pengertian pengawasan dalam konteks pelaksanaan tugas adalah sebagai
berikut:

Pengawasan adalah langkah atau kegiatan yang berfungsi untuk mencegah


terjadinya penyimpangan pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti
Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat termasuk di dalamnya kegiatan evaluasi dan
pelaporan. (Pasal 1 angka 5 Permen Hukum dan HAM No. M.2.PK.04-10 TAHUN
2007 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan asimilasi, PB, CMB dan CB)

Pengawasan sebagai mana dimaksud di atas dilaksanakan dengan dua cara yakni
dengan mekanisme wajib lapor, dan dan kunjungan ke rumah klien / penjamin klien
(home visit).

Hasil dari pengawasan digunakan untuk mengevaluasi program pembimbingan, hasil


pengawasan dapat juga berupa pemberian teguran baik lisan maupun tulisan kepada
klien dalam bentuk surat peringatan pengcabutan PB / CB / CMB, surat panggilan wajib
lapor, dan surat panggilan penjamin klien.

Prosedur dan mekanisme pengawasan klien melalui wajib lapor adalah sebagai
berikut:
1). Klien datang dan mengisi buku piket di petugas piket
2). Klien menemui Petugas PK
3). Klien melaksanakan kegiatan bimbingan konseling dengan PK
4). PK membuat laporan

Prosedur dan mekanisme pengawasan klien melalui kunjungan rumah (home Visit)
adalah sebagai berikut:
1) Petugas PK memeriksa dan menyiapkan berkas klien
2) Petugas PK dengan surat tugas dari Kabapas melakukan kunjungan ke rumah klien
/ penjamin / pemerintah setempat
3) PK memberikan bimbingan konseling kepada klien dirumahnya
4) PK menemui pemerintah setempat untuk mengetahui perkembangan perilaku
klien di masyarakat
5) PK menemui perwakilan warga setempat unutk mengetahui perilaku dan
perkembangan klien sehari-hari

Prosedur dan mekanisme selengkapnya dapat saudara pelajari pada buku SOP Balai
Pemasyarakatan

121
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Sebagai tindak lanjut dari hasil pegawasan PK membuat laporan yang tercakup dalam
laporan perkembangan bimbingan setiap bulan. Dalam hal hasil pengawasan
menunjukan bahwa klien telah melanggar ketentuan atau peraturan yang berlaku, PK
dapat mengajukan pencabutan Asimilasi, PB, CMB atau CB.

Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat dapat
dicabut apabila Narapidana atau Anak Didik Pemayarakatan melakukan pelanggaran-
pelanggaran diantaranya:
1) mengulangi tindak pidana;
2) menimbulkan keresahan dalam masyarakat; dan/atau
3) melanggar ketentuan mengenai pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat,
Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat.

Sebagai tambahan pengetahauan, patut Saudara ketahui bahwa Pencabutan


Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat tidak dapat
dilakukan atas permintaan Klien Pemasyarakatan yang bersangkutan atau kuasa
hukumnya. Pencabutan Asimilasi dilakukan oleh Kepala LAPAS atau Kepala RUTAN,
Pencabutan Pembebasan Bersyarat dilakukan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
atas usul Kepala BAPAS melalui Kepala Kantor Wilayah, Pencabutan Cuti Menjelang
Bebas atau Cuti Bersyarat dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah setempat
berdasarkan usul Kepala BAPAS.

Prosedur dan mekanisme pencabutan Asimilasi, PB, CB dan CMB dapat saudara
pelajari selengkapnya dalam Permen Hukum dan HAM No. M.2.PK.04-10 TAHUN 2007
tentang syarat dan tata cara pelaksanaan asimilasi, PB, CMB dan CB.

C. RANGKUMAN
1. Pembimbingan dibagi kedalam tiga tahap yakni tahap awal, lanjutan, dan tahap
2. akhir.
3. Prosedur pembimbingan sangat erat kaitannya dengan prosedur-prosedur tugas PK
lainnya yakni Penelitian Kemasyarakatan, Sidang TPP, Pendampingan, dan
Pengawasan.
4. Prosedur dan mekanisme melaksanakan litmas secara umum terdiri atas tiga tahap
utama yakni melakukan pengumpulan data, melakukan pengolahan data, melakukan
analisa dan menari kesimpulan serta menentukan saran

D. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan prosedur dan mekanisme pelaksanaan tugas Pembimbing
Kemasyarakatan.

122
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB IV
PENCATATAN, PELAPORAN DAN PENGARSIPAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah membaca pokok bahasan ini, Saudara diharapkan dapat menjelaskan tentang
Pencatatan, Pelaporan dan pengarsipan dalam kegiatan Pembimbingan.

B. Sub Pokok Bahasan


Menurut Sumarsono A. Karim dalam tulisannya tentang Pencatatan, Pelaporan dan
Pemberkasan/Pengarsipan dalam Pelayanan Pembinan Klien Pemasyarakatan dijelaskan
bahwa dalam rangka pelaksanaan program kegiatan pembinaan Pemasyarakatan,
kegiatan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan (penyusunan dan penyimpanan berkas)
merupakan sesuatu yang penting dan harus dilaksanakan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan. Pencatatan, pelaporan serta pengarsipan perlu dilaksanakan secara
periodik dan sistematis sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, Pembimbing Kemasyarakatan dapat
mengetahui sejauh mana perkembangan pelaksanaan program pembinaan yang
diberikan dalam waktu kurun waktu tertentu dan dapat pula diketahui hambatan-
hambatan yang dijumpai dan bagaimana pemecahan-pemecahannya.
1. Definisi Pencatatan
Setiap Pembimbing Kemasyarakatan berkewajiban untuk melakukan pencatatan atas
segala kegiatan yang telah dilaksanakan dalam kaitannya dengan usaha pembinaan
terhadap klien binaan Pemasyarakatan (Pidana Bersyarat, bebas bersyarat, cuti anak
asuh dan lain-lain).

Hal-Hal yang perlu dicatat adalah mencakup sebagai berikut :


a. Langkah awal dalam persiapan pelaksanaan pembinaan
b. Pelaksanaan Pembinaan
c. Perkembangan pelaksanaan bimbingan yang dilengkapi dengan hambatan-
hambatan yang dihadapi, baik yang bersifat administratif maupun teknis serta
langkah yang telah, sedang dan akan di tempuh untuk mengatasinya
d. Partisipasi sosial masyarakat dalam rangka usaha rehabilitasi sosial terhadap ex
klien pemasyarakatan/ex napi/ex terhukum dan klien Pemasyarakatan

2. Definisi Pelaporan
Pelaporan ini dimaksudkan sebagai salah satu bentuk sarana/wadah yang mencakup
hal-hal seperti terurai dalam No. II tersebut di atas, serta hasil evaluasi/supervisi yang
telah dan sedang dilaksanakan oleh Pembimbing Kemasyarakatan terhadap para klien

123
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

dan sekaligus sebagai pertanggungan jawab Pembimbing Kemasyarakatan terhadap


pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya.

Pelayanan tersebut dapat pula dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk


penyempurnaan perencanaan program atau proyek-proyek yang sama dimasa
mendatang.

Laporan-laporan yang perlu dibuat adalah laporan penerimaan laporan bulanan dan
laporan terakhir yang merupakan ringkasan hasil kegiatan pembinaan oleh
Pembimbing Kemasyarakatan.

3. Definisi Pengarsipan
Pengarsipan/pemberkasan adalah suatu sistem penyimpanan catatan dan laporan
serta surat-surat lain yang berhubungan dengan kepentingan klien.penyimpanan
surat ini harus sesuai dengan tahap pemberian pelaksanakan bantuan terhadap klien.

Guna mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan, maka catatan dan laporan
serta surat-surat yang diperlukan sehubungan bantuan tersebut sangat baik sekali
disimpan dalam satu bendel khusus (satu map). Jadi dengan demikian setiap klien
mempunyai bendel arsip tersendiri, antara lain:
a. Untuk memudahkan pengambilan
b. Untuk memudahkan pengontrolan
c. Untuk mempercepat pelayanan terhadap klien

Proses pencatatan, pelaporan dan pengarsipan tidak hanya diterapkan pada kegiatan
Pembimbingan yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan. Beberapa disiplin ilmu
lain juga menerapkan proses ini, seperti disiplin Ilmu Ekonomi Akuntansi dan
Kesejahteraan sosial. Ilmu kesejahteraan sosial dengan perangkat yang mereka miliki
(Pekerja Sosial) juga menerapkan proses pencatatan dan pelaporan sebagai bukti fisik
pelaksanaan kegiatannya. Kegiatan pencatatan dan pelaporan tersebut dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut:
a. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan
Dengan adanya dokumentasi dalam pelaksanaan kegiatan, dapat diketahui jenis
kegiatan yang dilakukan, kelayakan, keluarga maupun masyarakat yang dilayani,
pelayanan yang diberikan, waktu, tempat, serta hasil pelaksanaan pelayanan
tersebut

b. Kelangsungan pelayanan
Pencatatan dan Pelaporan dapat menjadi referensi dalam menangani klien. Dengan
adanya pencatatan, maka jika seorang Pekerja Sosial tidak dapat lagi melaksanakan

124
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

tugasnya tersebut, mereka dapat mengandalkan catatan untuk melangsungkan


pelayanannya.

c. Monitoring dan Evaluasi


Berdasarkan laporan kegiatan yang dibuat oleh Pekerja Sosial, semua
kegiatan dapat dimonitor dan dievaluasi oleh supervisor/koordinator untuk
kepentinagn pengembangan program pelayanan di lembaga

d. Kepentingan Supervisi
Berdasarkan laporan pekerja sosial supervisor/koordinator dapat
menganalisa berbagai permasalahan, baik yang timbul maupun yang akan
mungkin timbul sebagai akibat pelaksanan pelayanan terhadap klien, tingkat
kemampuan serta pola pemecahan permasalahan yang dapat dijadikan
materi pelaksanaan supervisi terhadap Pekerja Sosial

e. Komunikasi Interdisipliner
Dalam melaksanakan tugas pembimbingan, PK tidaklah dapat bekerja sendiri,
karena PK sendiri merupakan salah satu bagian dari Sistem Peradilan Pidana.
PK dapat mengkombinasikan informasi dari bidang-bidang lain dalam
hubungannya dengan kepentingan pembimbingan, demikian pula sebaliknya.
Dengan demikian catatan dan pelaporan yang dibuat oleh PK dapat
diandalkan menjadi intrumen dalam komunikasi Interdisipliner

f. Laporan Statistik
Sistem pencatatan dan pelaporan, dapat dijadikan sumber utama untuk
mengetahui jenis dan populasi permasalahan untuk menyususn program
kerja serta kepentingan pemeriksaan oleh lembaga yang berwenang

g. Sebagai Bukti Pertanggungjawaban


Pencatatan dan Pelaporan merupakan bagian dari tahap akhir suatu
pembimbingan. Pencatatan dan pelaporan ini juga dapat menjadi bukti telah
melaksanakan tugas pembimbingannya, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kepada pimpinan

2. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan


Mekanisme disini adalah tata cara mencatat dan melaporkan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Pembimbing Kemasyarakatan dengan menggunakan formulir
pencatatan dan pelaporan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan.

125
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Dalam melaksanakan pelayanannya, pejabat Pembimbing Kemasyarakatan dituntut


memiliki bukti fisik yang akan dijadikan dasar untuk menghitung dan penempatan
angka kredit untuk pekerja sosial maksud tersebut maka Pembimbing Kemasyarakatan
perlu memperhatikan serta melakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Menerima atau mengurus surat penugasan dari pejabat yang berwenang memberi
tugas.

b) Menyiapkan formulir pencatatan dengan pelaporan yang sesuai dengan jenis


penugasan/pelayanan yang dilaksanakannya, baik untuk lembaga maupun untuk
dijadikan bahan pengusulan angka kreditnya.

c) Setelah melaksanakan kegiatan, segera mengisi formulir tersebut sesuai dengan


peruntukannya.

d) Melaporkan pelaksanaan kegiatan tersebut serta meminta pengesahan bukti fisik


kepada pimpinan/pejabat yang berwenang.

e) Mendokumentasikan setiap kegiatan tersebut untuk dijadikan bahan pengajuan


untuk menggunakan perhitungan dan penempatan angka kredit maupun untuk
kepentingan lembaga lainnya dan bekerja sama dengan unit kerja terkait di
lembaga tersebut.

3. Formulir Pencatatan dan Pelaporan


Formulir pencatatan dan pelaporan bagi Pembimbing Kemasyarakatan terdiri dari dua
kelompok, yakni :
a) Formulir laporan kegiatan pelayanan terhadap klien pemasyarakatan. Formulir ini
dgunakan setiap kali melaksanakan kegiatan pelayanan pembimbingan.

b) Formulir surat pernyataan melakukan kegiatan untuk kepentingan pencatatan,


monitoring dan evaluasi.

Formulir kegiatan tersebut bersifat fleksibel dalam arti dapat dikembangkan oleh
lembaga maupun para pejabat Pembimbing Kemasyarakatan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan dan laporan maupuan untuk kepentingan pengembangan
program di masa datang.

C. Rangkuman
1) Sistem pencatatan dan pelaporan merupakan keseluruhan dari kegiatan penulisan
data dan penyusunan laporan yang disusun secara teratur untuk mencapai tujuan
bersama.

2) Tujuan dari pencatatan dan pelaporan adalah 1) Dokumentasi pelaksanaan kegiatan


Pembimbing Kemasyarakatan, 2) Kelangsungan Pelayanan, 3) Monitoring dan

126
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Evaluasi, 4) Kepentingan Supervisi, 5) Komunikasi Interdisipliner, 6) Laporan Statistik


dan 7) Bukti pertanggungjawaban pembimbingan kepada pimpinan

3) Mekanisme pencatatan dan pelaporan adalah tata cara mencatat dan melaporkan
kegiatan yang dilaksanakan oleh Pembimbing Kemasyarakatan dengan menggunakan
formulir pencatatan dan pelaporan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan

4) Formulir pencatatan dan evaluasi Pembimbingan terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu
Formulir laporan kegiatan pelayanan terhadap klien pemasyarakatan dan Formulir
surat pernyataan melakukan kegiatan untuk kepentingan pencatatan, monitoring
dan evaluasi.

5) Formulir laporan kegiatan pelayanan terhadap klien pemasyarakatan. Formulir ini


dgunakan setiap kali melaksanakan kegiatan pelayanan pembimbingan.

6) Formulir surat pernyataan melakukan kegiatan untuk kepentingan pencatatan,


monitoring dan evaluasi.

7) Formulir kegiatan bersifat fleksibel dalam arti dapat dikembangkan oleh lembaga
maupun para pejabat Pembimbing Kemasyarakatan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan dan laporan maupuan untuk kepentingan pengembangan program di
masa datang.

D. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan tujuan-tujuan pencatatan dan pelaporan! (Sebutkan minimal 5)
2. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkan dalam pencatatan dan pelaporan!
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis formulir pencatatan dan pelaporan!

127
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB V
PENUTUP
A. Rangkuman
Pembimbing Kemasyarakatan (PK) merupakan ujung tombak Balai Pemasyarakatan
(Bapas).pelaksanaan kegiatan Pembimbingan pada dasarnya merupakan sebuah system
yang saling terkait, satu sama lain dalam menunjang keterlaksanaan kegiatan
pembimbingn kemasyarakatan, antara lain PK Bapas, Klien, Keluarga Klien, Penjamin,
Masyarakat, pemerintah setempat, dan pihak lain yang dibutuhkan seperti perusahaan
swasta dan stakeholder. bahan Unsur-unsur tersebut memiliki hubungan yang saling
berhubungan yang keterkaitannya memiliki peran penting dalam mencapai tujuan
Pembimbingan, yaitu untuk menciptakan perubahan perilaku dan mewujudkan
masyarakat produktif.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan


seorang PK Bapas. Tahapan-tahapan tersebut tertulis dalam prosedur dan mekanisme
Pembimbingan, yang terdiri dari prosedur dan mekanisme Penelitian Kemasyarakatan
(Litmas), prosedur dan mekanisme Sidang TPP, prosedur dan mekanisme pembimbingan,
prosedur dan mekanisme pengawasan.

Untuk mengetahui perkembangan kegiatan Pembimbingan, maka setiap PK harus


menyusun sistem pencatatan dan pelaporan yang merupakan bukti fisik pelaksanaan
kegiatan bagi para PK dan sebagai bahan laporan kegiatan kepada pimpinan untuk
evaluasi terhadap klien.

B. Evaluasi

1.Berikut ini merupakan tugas-tugas Pembimbing Kemasyarakatan, kecuali……………….


a. Pembuatan Litmas
b. Persidangan perkara anak-anak di Pengadilan Negeri
c. Persidangan perkara dewasa di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
d. Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan

2.Ketentuan mengenai pendaftaran klien yang dibimbing oleh Bapas tercantum


dalam pasal…………
a. Pasal 39 ayat (1) UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
b. Pasal 39 ayat (2) UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
c. Pasal 40 ayat (1) UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

128
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

d. Pasal 40 ayat (2) UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

3. Berdasarkan UU SPPA, batasan usia pertanggungjawaban anak adalah……..


a. 15 - 18 tahun
b. 14 - 18 tahun
c. 13 - 18 tahun
d. 12 - 18 tahun

4. Berdasarkan UU SPPA, batasan usia anak yang bisa dikenakan penahanan


adalah……..
a. 15 - 18 tahun
b. 14 - 18 tahun
c. 13 - 18 tahun
d. 12 - 18 tahun

5. Berdasarkan UU SPPA, tindak pidana yang bisa didiversi atau diselesaikan di luar
proses hukum adalah tindak pidana yan ancaman pidananya……..
a. Dibawah 5 (lima) tahun
b. Dibawah 6 (enam) tahun
c. Dibawah 7 (tujuh) tahun
d. Dibawah 8 (delapan) tahun

6. Seorang Pembimbing Kemasyarakatan yang baik harus menghormati hak-hak klien.


Berikut merupakan salah satu hak-hak klien, kecuali…………
a. Perlakuan Non-diskriminasi
b. Perlindungan HAM
c. Proporsionalitas perlakuan terhadap klien dengan perbuatannya
d. Pembalasan perbuatan klien

7. Berikut ini merupakan Tujuan Pembimbingan, kecuali……..


a. Perubahan karakter
b. Perubahan tingkah laku
c. Perbaikan hubungan sosial klien
d. Masyarakat produktif

8. Dalam Buku Hukum Acara Pengadilan Anak, Gatot Supramono menyatakan hal-hal
yang harus tertera dalam sebuah Litmas untuk bahan pengadilan anak,
kecuali…………..
a. Kesimpulan dari Pembimbing Kemasyarakatan

129
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

b. Data keluarga korban


c. Data keluarga anak
d. Data individu anak

9. Berikut ini merupakan tugas-tugas Pembimbing Kemasyarakatan yang tercantun


dalam pasal 56 UU SPPA, kecuali....................
a. Membuat Laporan Penelitian Kemasyarakatan untuk keperluan Diversi,
melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap anak
selama proses Diversi dan pelaksanaan kesepakatan, termasuk melaporkannya
kepada pengadilan apabila Diversi tidak dilaksanakan
b. Melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak yang
berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau dikenai tindakan
c. Membuat Laporan Penelitian Kemasyarakatan untuk kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan persidangan dalam perkara Anak di dalam sidang
d. Melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap Anak yang
memperoleh asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti
bersyarat

10. Berikut ini merupakan hak-hak klien yang memiliki kekuatan hukum yang kuat,
kecuali.........
a. Deterensi perlakuan terhadap klien dengan perbuatannya
b. Perlakuan non-diskriminasi
c. Proposionalitas perlakuan terhadap klien dengan perbuatannya
d. Tidak dirampas kebebasannya secara melawan hokum

11. Yang tidak termasuk ke dalam fungsi keluarga............


a. Afeksi
b. Security
c. Sosialisasi
d. Judikasi

12. Beberapa komponen dalam masyarakat dapat menjadi penjamin, kecuali.............


a. Pengacara
b. Pemerintah Setempat
c. Rumah Tangga
d. Swasta

130
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

13. Berikut ini merupakan salah satu fungsi dari sebuah Penelitian Kemasyarakatan,
kecuali...........
a. Menentukan Penyelenggaraan program pendidikan
b. Menentukan fungsi program pembinaan
c. Menentukan program pembinaan, baik rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, dan
reintegrasi sosial dari lemaga atau instansi yang menangani perlindungan anak
d. Menentukan program bimbingan dan atau bimbingan tambahan bagi klien
pemasyarakatan

14. Hal-hal yang harus tertera dalam suati Penelitian Kemasyarakatan yang baik
tercantum dalam ..............
a. Pasal 56 UU SPPA
b. Pasal 39 ayat 1 dan 2 UU SPPA
c. Pasal 28 UU SPPA
d. Pasal 57 Nomor 2 UU SPPA

15. Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
Pasal tersebut terdapar dalam..........
A Pasal 16 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
b. Pasal 66 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
c. Pasal 64 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
d. Pasal 59 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

C. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban Saudara dengan kunci jawaban yang ada di bagian akhir modul
ini.Hitunglah jawaban yang benar, untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara. Jika
tingkat kategori penguasaan Saudara sudah mencapai angka minimal 80%, maka
lanjutkanlah mempelajari modul IV tentang Manajemen Kasus, Modul V tentang diversi,
dan modul tentang penanganan Anak Berhadapan Dengan Hukum (ABH). Tetapi jika hasil
evaluasi saudara belum mencapai angka minimal 80%, maka cobalah mempelajari ulang
seluruh materi modul ini sehingga penguasaan Anda pada tes formatif berikutnya berada
pada tingkat kategori baik.

Kunci Jawaban

1. C 6. D 11. D
2. B 7. A 12. C
3. D 8. B 13. B
4. B 9. C 14. D
5. C 10. A 15. B

131
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Suparmono, Gatot. Hukum Acara Pengadilan Anak. 1998. Jakarta: Djambatan
Balai Pemasyarakatan Klas I Jakarta Pusat, Buku Pedoman Pelayanan Penelitian
Kemasyarakatan, Pembimbingan, Pengawasan, dan Pendampingan . 2009. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas
Pemasyarakatan, Departemen Kehakiman dan HAM. 2003. Jakarta
Sudirman, dindin. Reposisi dan Revitalisasi Pemasyarakatan dalam Sistem Peradilan
Pidana di Indonesia. 2007. Jakarta:Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Departemen Hukum dan HAM RI
Andreas Ljungholm, Indah P. Atmaritasari, Compilation of International Human Right
Instrument and Documents Related to Correctional Service Practise.2006. Swedia:
Raoul Wallenberg Institute

132
MODUL IV
MANAJEMEN KASUS
MANAJEMEN KASUS
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

PENGANTAR
Penyediaan modul manajemen kasus bagi Pembimbing Kamasyarakatan (PK) pada Balai
Pemasyarakatan di seluruh wilayah Republik Indonesia, merupakan kebutuhan yang
sangat mendesak. Sebagai salah satu sarana penunjang tugas dan fungsi PK di setiap
wilayah tempat kerja, sesuai dengan tujuan dari reformasi birokrasi di segala bidang
pelayanan masyarakat. Diharapkan dengan di kenalkannya modul ini PK dapat bekerja
dan melakukan pembimbingan bagi klien Bapas lebih efektif dan tercapai dengan mudah
tujuan dari pembimbingan itu sendiri.

Modul manajemen kasus ini adalah modul ke empat dari beberapa modul yang telah
disusun oleh tim sebagai pengangan dalam pelaksanaan tugas pembimbingan PK di
Bapas tempat bekerja. Tujuan dari diterbitkannya modul ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan teknis bagi PK dalam melaksanakan tugas
pembimbingan. Mengingat tugas PK dimasa mendatang semakin berat seirama dengan
dinamika dan tuntutan pelayanan lebih terukur, efektif dan efisien serta tepat sasaran
semoga modul ini dapat menjadikan jawabannya.

Mengingat tantangan lebih berat dalam pelaksanaan tugas kedepan bagi petugas yang
bekerja di Bapas, sangat membutuhkan kompetensi kompetensi yang sangat di perlukan
dalam pelayanan kepada klien sesuai meningkatnya kebutuhan dan penyelesaian
permasalahan klien itu sendiri. PK dapat belajar secara mandiri melalui modul modul
pembelajaran yang tersedia sebagai pegangan dan pedoman dalam pelaksanaan tugas.
Tim penyusun berharap modul ini dapat bermanfaat bagi PK selaku pengguna.

Tim Penyusun.
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Modul pembelajaran manajemen kasus ini sebagai salah satu model pembelajaran bagi
para petugas pembimbing kemasyarakatan sebagai pelaksana tugas
pembimbingan,pengawasan dan pendampingan di Balai Pemasyarakatan (Bapas).
Kesulitan memperoleh bahan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan bagi petugas PK sebagai salah satu alasan mengapa modul pembelajaran
jarak jauh ini dibuat. Upaya untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas pelayanan salah
satu tuntutan bagi petugas di jajaran kementerian hukum dan hak asasi manusia sebagai
perwujudan dari reformasi birokrasi.
Paradigma perubahan dalam pelayanan kepada klien dan masyarakat yang secara dinamis
menuntut petugas untuk selalu mengembangkan diri, keterampilan, pengetahuan dan
pelayanan menjadi sangat penting untuk mengembangkan kemampuan teknis serta
kemampuan administrasi petugas dalam proses akhir dari rangkaian tahapan dalam proses
system pemasyarakatan. Tercapainya tujuan akhir proses pemasyarakatan yaitu
tercapainya kemandirian klien baik secara sosial, psikologis, ekonomis serta politis.
Manajemen kasus merupakan pendekatan pembinaan yang diadopsi secara luas diberbagai
bidang pelayanan sosial, termasuk kesehatan, perumahan dan pemasyarakatan. Proses
pembinaan yang diberlakukan kepada seluruh warga binaan pemasyarakatan yang diawali
dengan asesmen yang melibatkan warga binaan dan keluarganya serta system sumber
lainnya agar warga binaan mendapatkan pelayanan pembinaan yang lebih efektif, efisien
dan tepat sasaran.

B. Diskripsi Singkat
Modul ini merupakan modul ke-4, menjadi bagian dari Modul Pembibing Kemasyarakatan
yang dapat membekali saudarauntuk memperluas wawasan dan meningkatkan
keterampilan bagi Saudara dengan pendekatan manajemen kasus. Modul pembelajaran ini
memberikan saudara pengetahuan tentang pengertian, fungsi dan prinsip-prinsip, tahapan
serta strategi manajemen kasus, ketrampilan komunikasi, menjalin hubungan bantuan dan
kemitraan.

C. Kompetensi Umum.
Setelah mempelajari modul manajemen kasus,Pembimbing Kemasyarakatan dapat
menerapkan tahapan manajemen kasus dalam memecahkan kasus-kasus yang di hadapi
oleh klien Bapas.

133
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

D. Kompetensi Khusus.
Peserta memiliki kemampuan dalam:
1. Mendefenisikan manajemen kasus
2. Menjelaskan fungsi manajemen kasus
3. Menjelaskan tahapan manajemen kasus
4. Menjalin hubungan bantuan dan strategi kemitraan.
5. Melakukan komunikasi dengan klien bapas dan keluarganya

E. Peta kompetensi.
Menggambarkan secara heirarkis kompetensi PK yang hendak dicapai.

Setelah mempelajari modul ini PK


dapat menerapkan tahapan
manajemen kasus dalam pemecahan

7. PK memiliki keterampilan
menerapkan layanan

4. PK memiliki keterampilan 5. PK memiliki keterampilan 6. PK memiliki keterampilan


membangun relasi dengan dalam berkomunikasi dengan mengidentifikasikan jejaring
klien dan keluarganya layanan untuk kebutuhan klien

2. PK mampu menjelaskan 3. PK mampu menjelaskan


tahapan dan strategi

1. PK mampu
mendefinisikan manajemen

F. Pokok Bahasan dan Sub pokok Bahasan


BAB II. Pengertian Manajemen Kasus.
A. Kompetensi khusus.
B. Medefinisikan Pengertian menejemen Kasus

BAB III. Prinsip danFungsi manajemen kasus


A. Kompetensi khusus.
B. Prinsip Manajemen Kasus
1. Individualisasi Pelayanan.

134
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

2. Pelayanan Teratur.
3. Pelayanan Konprehensif
4. Kemandirian.
5. Keberlanjutan.
C. Fungsi Manajemen Kasus
D. Tujuan Manajemen Kasus
E. Peran Manajer kasus.

BAB. IV. Tahapan dan Strategi manajemen Kasus


A. Kompetensi khusus.
B. Tahapan Manajemen Kasus
1. Asessmen.
2. Perencanaan.
3. Intervensi.
4. Pengawasan.
5. Pendampingan.
6. Terminasi.
C. Model Skematik Manajemen Kasus.

BAB. V. Keterampilan Komunikasi


A. Kompetensi khusus.
B. Melakukan komunikasi dengan klien Bapas dan Keluarganya.
1. Mikro konseling.
2. Sikap dan nilai yang mendukung komunikasi yang efektif.
3. Pedoman menjalin komunikasi.

BAB. VI. Menjalin hubungan bantuan dan strategi kemitraan


A. Kompetensi khusus
B. Keterampilan menjalin hubungan dan menyusun strategi kemitraan.
1. Individualisasi.
2. Komunikasi interpersonal
3. Ekspresi perasaan yang bertujuan
4. Pelibatan emosional yang terkendali
5. Penerimaan
6. Sikap yang tidak menghakimi
7. Memutuskan pilihan bagi diri sendiri
8. Kerahasiaan.
C. Sifat layanan bantuan.
D. Menjalin kemitraan
1) Sumber-sumber pelayanan.
2) Pemetaan sumber-sumber pelayanan

135
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB. VII. Penutup


A. Rangkuman
B. Umpan Balik
C. Referensi
D. Kunci Jawaban
E. Glosarium
F. Kumpulan soal dan kunci jawaban.

G. Manfaat Mempelajari Modul.


Melalui tahapan assessment, perencanaan, intervensi, pengawasan, pendampingan, dan
terminasi terhadap klien pemasyarakatan modul manajemen kasus ini merupakan
pedoman PK dalam melaksanakan proses pembimbingan, pendampingan, dan
pengawasan bagi klien bapas.
H. Petunjuk Penggunaan Modul.
Dalam mempelajari materi modul ini, perhatikan dan turuti beberapa saran saran berikut:
Baca dan pelajarilah setiap bab secara bertahap (apabila perlu, dibaca berulang-ulang)
sehingga pada saat saudara selesai mengerjakan tes formatif yang disajikan dalam Modul
ini tingkat penguasaan yang anda peroleh mencapai paling sedikit 80%.
Melalui pengalaman praktik Saudara dapat memahami dan menerapkan lebih cepat,
perhatikan dan turutilah beberapaperintah dibawah ini yang memandu cara belajar.
Kerjakan setiap soal-soal dalam latihan dan dalam tes formatif dengan tertib dan sungguh-
sungguh tanpa melihat terlebih dahulu jawaban penyelesaiannya.

136
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB II
PENGERTIAN MANAJEMEN KASUS
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan saudara mampu mendefinisikan
pengertian manajemen kasus.

B. Pengertian Manajemen Kasus


Setiapsaat kita menghadapi Klien yang datang melapor dan selalu dengan membawa
kasus baru, sebagai pembimbing kemasyarakatan kasus-kasus tersebut memerlukan
penanganan yang spesifik, dan berbeda-beda. Untuk menangani kasus kasus tersebut
diperlukan keahlian dan keterampilan sesuai dengan persoalan yang dihadapi oleh klien
dengan kata lain Saudara diharapkan dapat membantu meneyelesaikan kasus tersebut.
Sebagai modal untuk memahami persoalan klien, kita lihat beberapa pengertian yang
disampaikan para ahli berikut ini.

1. Pengertian manajemen kasus.

Manajemen kasus adalah suatu pelayanan bagi klien yang dalam kondisi sangat
lain dalam system penyelenggaraan pelayanan. (Rothman, 1991).
Manajemen kasus berarti membantu klien untuk mengakses sumber sumber
dengan mengatur sumber-sumber dari masyarakat. (Rose, 1992 dalam
Compton, 1999).
Manajemen kasus sebagai suatu system pelayanan yang; mengorganisasi,
mengkoordinasi, dan melanjutkan suatu jaringan dukungan-dukungan formal
dan informal dan aktifitas-aktifitas yang direncanakan untuk mengoptimalkan
fungsi dan kesejahteraan orang dengan kebutuhan-kebutuhan yang beraneka
ragam. (Moxley, 1989).
Manajemen kasus adalah Pendekatan dalam pelayanan social yang berfokus
pada pengembangan dukungan lingkungan untuk meningkatkan pertumbuhan
dan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam system lembaga pelayanan.
(NASW, 1989)
Manajemen Kasus adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
mengkoorganisasikan, dan memonitor pelayanan-pelayanan dan sumber-
sumber yang dibutuhkan untuk merespon kebutuhan-kebutuhan individu
terhadap kesehatan dan pelayanan sosial. (American Hospital Association,
1987).

137
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen kasus adalah kegiatan
pelayanan yang diperuntukkan bagi klien yang dilaksanakan secara terorganisir,
dengan perencanaan, didukung oleh sumber formal dan informal, dan jaringan
kemitraan untuk memenuhi kebutuhan klien secara efektif dan efisien. Dalam
manajemen kasus harus terdapat unsur-unsur berikut:
Pelayanan terorganisir
Adanya sumber formal dan informal
Aktifitas yang direncanakan
Mengoptimalkan fungsi sosial
Menjawab kebutuhan klien dan keluarga
Dilaksanakan dengan efektif dan efisien

Gambar. 1
Kegiatan Admisi Orientasi Angkatan XXXII di Lapas Klas I Sukamiskin Bandung, Mei 2012

Pada gambar 1 menunjukkan bahwa kegiatan Admisi Orientasi (AO) di Lembaga


Pemasyarakatan adalah kegiatan awal dilaku kan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan
tingkat resiko (tinggi, sedang, rendah) warga binaan pemasyarakatan (WBP) dalam
menjalani pidana di dalam Lapas. Masing-masing WBP sebaiknya memperoleh seorang
manajer kasus yang menyusun program dalam pelaksanaan pembinaan baik kepribadian
maupun kemandirian.

2. Manajemen Kasus diartikan sebagai pengorganisian layanan bagi klien yang


ditujukan untuk menjamin agar klien dapat memperoleh yang dibutuhkan secara
tepat. Dalam prosesnya terdapat kegiatan yang memiliki prosedur untuk
mengkoordinasi seluruh aktivitas pelayanan yang diberikan kepada klien secara
perorangan maupun kelompok.

138
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

C. Rangkuman.
1) Manajemen kasus berkembang dari suatu definisi pelayanan bagi klien sampai
pada pengembangan berbagai model praktik yang menggunakan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai tertentu.
3) Manajemen kasus membantu klien untuk mengidentifikasi dukungan social yang
diinginkan dan dibutuhkan.
4) Untuk menentukan dimana pelayan-pelayan tersebut diperlukan koordinasi antar
lembaga dan instansi terkait serta badan social.

D.L atihan
Apakah Saudara sudah memahami materi yang disampaikan pada pokok bahasan ini?
Untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman Saudara terkait materi ini, maka
jawablah beberapa pertanyaan berikut ini.

1. Jelaskan pengertian manajemen kasus menurut NASW, 1989 ?


2. Sebutkan bidang pelayanan sosial apa saja yang sering menggunakan manajemen
kasus sebagai pendekatan dalam pemberian pelayanan ?
3. Buatlah definisi operasional manajemen Kasus yang saudara pahami !

139
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB III
FUNGSI MANAJEMEN KASUS
A. Kompetensi Khusus
Setelah membaca pokok bahasan ini , Saudara diharapkan mampu menjelaskan fungsi
dan prinsip prinsip serta tujuan dalam manajeman kasus.

B. Fungsi Manajemen Kasus menurut Rothman, 1991


Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari tidak lepas dari permasalahan yang dihadapi klien,
sering disebut pemecahan kasus, Saudara sebagai manajer kasus tentu berharap dapat
menyelesaikan dan memecahkan masalah yang dihadapi klien Saudara dengan tepat.
Untuk jelasnya Saudara perhatikan hal-hal berikut :

1. Identifikasi kebutuhan klien, dalam hal ini Saudara sebagai manajer kasus terlibat
identifikasi secara langsung dan menyeleksi semua kebutuhan klien yang menjadi
tujuan pelayanan dan yang ingin dicapai, seperti: kualitas hidup, atau berapa biaya
untuk suatu perawatan dan pelayanan yang dapat dipahami dan
direncanakandengan baik oleh manajemen kasus
Contoh :
Pada saat Klien melapor akan menjalankan Pembebasan bersyarat terlebih dahulu
Saudara melakukan identifikasi melalui pemeriksaan data (Surat Keputusan
Pembebasan Bersyarat) dan berkas lainnya. Identifikasi dengan melakukan
wawancara untuk memperoleh data sebagai bahan menyusun program
pembimbingan. Secara tidak langsung Saudara telah melakukan
identifikasi.Identifikasi dilakukan dengan memilah-milah/menyeleksi data yang
diperlukan untuk pembimbingan dan mana yang tidak diperlukan.

2. Asesmen klien,
Fungsi ini mengacu pada kegiatan pengumpulan data dan menggali informasi serta
mendalami permasalahan klien dari berbagai sumber, data dan perumusan suatu
tujuan dari pelayanan serta mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan menyeluruh
klien, situasi kehidupannya, dan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan.
Contoh:
Kegiatan wawancara awal yang Saudara lakukan pada saat serah terima klien dari
lapas pada saat proses Pembebasan Bersyarat adalah bagian dari kegiatan asesmen
karena pada saat itu dilakukan tanya jawab tentang pribadi klien, rencana
kehidupan setelah bebas nanti dan lain-lain yang menyangkut keinginan maupun
kebutuhan klien. Kegiatan wawancara, mengisi blanko identitas, mempelajari data,
peserta serah terima klien adalah bagian dari kegiatan asesmen.

140
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

3. Menggali potensi klien,


Dalam hal ini Saudara sebagai seorang manajer kasus juga melakukan penggalian
atas potensi yang dimiliki oleh klien, baik kekuatan dan kelemahannya melakukan
inventarisasi dukungan. Menjelaskan kebutuhan klien yang banyak, Saudara
menyusun prioritas yang mana harus didahulukan, menyusun kekuatan dan
kelemahan serta sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan.
Contoh:
Klien melapor kepada Saudara pada saat pembimbingan pertama bahwa klien
menyatakan tidak punya pekerjaan, belum membayar kontrakan , anaknya belum
bayar SPP, orang tuanya sakit butuh biaya. Semua itu adalah persoalan yang sedang
adialami oleh klien, Saudara harus mengetahui modal apa yang masih dimiliki oleh
klien. Klien memiliki badan sehat, tamat SLTA, pernah kerja di bengkel, waktu di
lapas pernah mengikuti kursus otomotif, itu semua adalah modal yang dimiliki oleh
klien yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalahnya.

4. Rencana Intervensi,
Saudara sebagai manajer kasus mengidentifikasi pelayanan dari berbagai sumber
yang bervariasi dapat dijangkau untuk membantu penanganan masalah klien.
Memberikan informasi yang diperoleh dari berbagai system pelayanan termasuk
system kebijakan dan prosedurnya.Menginterprestasikan tujuan dan fungsi rencana
kasus kepada pemberi pelayanan.
Contoh:
Setelah sepakat Saudara dengan klien untuk merencanakan program pelatihan
mengemudi, lalu membuat kerjasama dengan pihak penyelenggara, waktu
pelaksanaan, jumlah peserta, daftar dan kriteria peserta, dll. Semua ini adalah
menyusun rencana intervesi, sasaran program intervensi adalah klien.

5. Koordinasi hubungan dan pelayanan,


Seorang manajer kasus harus dapat menghubungkan klien dengan sumber-sumber
yang sesuai, selain itu juga harus berkoordinasi diantara sumber-sumber yang
digunakan oleh kliensehingga menjadi sebuah jawaban dari kebutuhan klien
melalui jejaring sosial dan membangun kemitraan.
Contoh:
Untuk melaksanakan kegiatan pelatihan mengemudi yang diselenggarakan oleh
pihak lembaga pelatihan adalah merupakan program kerjasama dengan pemberi
pelayanan keterampilan. Kenapa koordinasi dengan pihak lain dilakukan? karena
bapas tidak memiliki fasilitas/ sarana dan tenaga penyelenggara kegiatan tersebut.

6. Tindak lanjut dan monitoring pelaksanaan pelayanan,


Saudara sebagai sorang manajer kasus membuat kesepakatan dan kontak tindak
lanjut yang terus menerus dengan klien dan penyedia pelayananuntuk meyakinkan

141
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

bahwa pelayanan yang diperlukan memang benar-benar diterima dengan baik,


serta digunakan oleh klien secara tepat dan bermanfaat.
Contoh:
setelah memperoleh pelatihan dan bantuan berupa Surat Ijin Mengemudi (SIM)
bagi peserta program pelatihan mengemudi dan klien mendapat pekerjaan sebagai
pengemudi di sebuah perusahaan. Maka Saudara perlu melakukan pengawasan dan
pemantauan sekaligus pembimbingan agar Klien dapat bekerja secara baik dan
bertanggung jawab terhadap keluarganya.

7. Mendukung klien,
Selama masa pelayanan yang diberikan dari berbagai jenis penyedia pelayanan
atau sumber, manajer kasus membantu klien dan keluarganya pada saat mereka
menghadapi masalah yang tidak diharapkan dalam memperoleh pelayanan.
Kegiatan ini termasuk mengatasi konflik pribadi, konseling, penyediaan informasi,
memberikan dukungan emosional, dan apabila sesuai, melakukan pembelaan atas
nama klien untuk menjamin bahwa klien menerima pelayanan sesuai dengan
haknya.
Contoh:
Apabila dalam pekerjaan sebagai pengemudi klien bermasalah dengan minimnya
penghasilan Saudara harus dapat memberikan penjelasan bahwa orang baru kerja
pasti gajinya kecil. Sesuatu selalu dimulai dari yang kecil, tidak serta merta menjadi
besar kalau mau maju harus bersabar dan terus berusaha. Seperti itu kira-kira
Saudara dalam memberikan dungunan moril kepada klien Saudara.

Gambar 2

C. Prinsip Manajemen Kasus. (Gerhart, 1990).


Manajemen kasus ini banyak diterapkan dilembaga pelayanan sosial begitu juga di
Bapas. Agar Saudara dapat mempelajari manajemen kasus ini dengan mudah
disarankan Saudara juga memiliki kemampuan untuk memahami klien dan
menerjemahkan ke dalam 5 prinsip manajemen kasus seperti yang tertera dibawah ini :

142
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

1. Individualisasi pelayanan, bahwa setiap pelayanan yang Saudara berikan kepada


klien akan selalu berbeda dengan klien yang lainnya. Prinsip individualisasi dalam
pelayanan hakekatnya adalah menjunjung tinggi hak asasi manusia, dalam artian
setiap manusia memiliki keunikan tersendiri dan menginginkan diberlakukan
berbeda dengan orang lainnya. Kebutuhan klien yang satu dengan yang lain tidak
akan pernah sama, maka asesmen dilakukan kepada klien pada setiap saat sesuai
dengan tujuan pelayanan.
Contoh :
Untuk Klien Bapas perkara tindak pidana UU no.23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dengan perkara tindak pidana pencurian dengan kekerasan
barang tentu berbeda cara penanganannya. Walaupun waktu pembimbingannya
sama tetapi materi dalam setiap pertemuan pasti berbeda disesuaikan dengan hasil
asesmen.

2. Pelayanan yang menyeluruh, setiap klien menghendaki mempereloh pelayanan


seperti yang orang lain terima, walaupun sebenarnya jenis pelayanan tersebut
belum tentu sesuai dengan pribadi dan kebutuhan klien tersebut. Pelayanan yang
diterima dari mulai awal sampai akhir memperoleh persetujuan kedua belah pihak,
Saudara harus dapat memahami dan memberikan penjelasan bahwa tidak semua
pelayanan sesuai dengan kebutuhan klien. Namun semua klien mempunyai hak
untuk memperoleh pelayanan tapi sifat pelayanan dan tujuan pembibingan pada
setiap individu yang membedakan.

3. Pelayanan yang teratur, untuk keberhasilan program pembimbingan diperlukan


kerjasama dan partisipasi klien secara maksimal. Sebagai penerima pelayanan klien
diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas yang diberikan secara baik dan benar
sesuai dengan petunjuk yang disarankan oleh ahli, barapa kali pertemuan (sesi)
dalam terapi pada setiap minggu dan berapa kali dalam sebulan sampai akhir masa
pembimbingan. Pelayanan yang teratur sangat dibutuhkan dalam program
perubahan perilaku atau penyembuhan, supaya tidak terjadi pengulangan tindak
pidana.
Contoh: Pada klien perkara tindak pidana Narkoba, memerlukan pelayanan yang
teratur dan berkesinambungan untuk menghindari kekambuhan. Apalagi yang
masih terdeteksi kecanduan, memerlukan penanganan dan pelayanan khusus.
Saudara sebagai pembimbing harus membuat jadual pembimbingan yang tepat
untuk menghindari resiko yang lebih berat setelah menjalani Pembebasan
bersyarat.

4. Kemandirian, tujuan semua pelayanan pembimbingan yang Saudara lakukan


adalah menciptakan kemandirian. Baik secara pribadi maupun secara ekonomi dan
tidak ada rasa ketergantungan dengan siapapun atau pihak manapun. Keman dirian
adalan tujuan dari pembimbingan yang Saudara lakukan terhadap klien, makanya

143
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

masa pembimbingan dan pendampingan kepada setiap klien ada batas waktu yang
ditentukan dan disepakati bersama kedua belah pihak melalui kontrak. Karena
program pembimbingan itu ada batas waktunya dan targetnya adalah mampu
menyeleseikan masalahnya sendiri dan bertanggungjawab dengan keluarga dan
masyarakat.

5. Keberlanjutan pelayanan, apabila memang belum memungkinkan pelayanan atau


program pembimbingan diakhiri, maka Saudara akan melanjutkan pembimbingan
sampai klien telah dianggap mampu untuk mandiri. Tentunya harus memperoleh
persetujuan kedua belah pihak antara klien dengan Saudara selaku pembimbing.
Boleh jadi pembimbingan dilanjutkan sebagai upaya penyembuhan atau perbahan
perilaku namun klien menolak karena merasa telah mampu dan sanggup untuk
belajar hidup.

D. Tujuan manajemen kasus menurut (Brenda,


du Bois &Karla Krogsrud Mely, 2005)sebagai
berikut:

1. Memenuhi kebutuhan individu atau klien


dengan menggunakan sumber-sumber secara
efektif.
2. Melakukan pemulihan dan menciptakan
kemandirian individu atau klien dalam
keluarga serta hidup bermasyarakat.
3. Mencegah dan mengurangi dampak negative
akibat kecacatan, penderitaan mental klien
disegala usia.
4. Memperoleh kesempatan yang sama dalam
pelayanan atau bantuan social yang
disediakan oleh pemerintah dan lembaga
masyarakat.
Gambar 3 5. Memberikan alternatif pilihan bagi klien untuk
mengambil keputusan sendiri berdasarkan
kekuatan klien dan sumber-sumber yang
tersedia.
6. Menjalin kemitraan antara klien dan penyedia
pelayanan baik pemerintah maupun badan
sosial dimasyarakat.

144
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

E. Tugas Manajer Kasus


a. Mengumpulkan informasi dan menilai situasi klien agar dapat mengidentifikasi
kebutuhan dan masalah serta apa yang dapat dilakukan terhadap klien.
b. Memformulasikan suatu rencana pelayanan yang memungkinkan untuk
pemenuhan kebutuhan klien.
c. Menempatkan dan menyediakan pelayanan, menyusun dan menyampaikan
pelayanan yang dibutuhkan bagi klien serta mengkoordinasikan bantuan
pelayanan tersebut.
d. Memantau keefektifan dari rencana pelayanan dalam memenuhi kebutuhan
klien, menyesuaikan rencana untuk memberikan pelayanan yang lebih baik.
e. Pelayanan kepada klien adalah fokus kegiatan manajemen kasus, komunikasi
sebagai alat penting untuk menjangkau akses pelayanan yang cepat Saudara
dapat menjelaskan ketika muncul pertanyaan dan masalah selama pemberian
pelayanan.
f. Melakukan pembelaan kepada klien apabila pelayanan yang direncanakan sulit
diperoleh karena minim akses.
g. Melakukan koordinasi dengan badan social dan lembaga serta masyarakat untuk
mengembangkan program pelayanan yang dibutuhkan oleh klien.

F. Peran Manajer Kasus yaitu sebagai :


1. Advocad, melakukan pembelaan terhadap kepentingan klien sebagai upaya
dalam memecahkan masalah yang menjadi tujuan pelayanan.
2. Broker, menghubungkan klien dengan sistem sumber yang tersedia di
masyarakat maupun yang berada di lembaga dan badan social.
3. Perencana, merencanakan kegiatan pelayanan dengan melakukan pengumpulan
data, inventarisasi sumber yang tersedia bersama-sama dengan klien.
4. Mengorganisir Masyarakat, melakukan penggalangan untuk mengumpulkan
potensi social di masyarakat agar dapat dipergunakan untuk memberikan
pelayanan bagi kepentingan klien.
5. Konsultan, melakukan strategi pendampingan dalam pelaksanaan implementasi
kegiatan bersama klien dan badan atau lembaga social dan masyarakat secara
terorganisir berdasarkan tujuan yang telah disepakati.
6. Evaluator, memiliki kemampuan untuk melakukan evaluasi dengan penilaian
yang objektif dalam membuat laporan sebagai bahan perbaikan dan kemajuan
pada system pelayanan.
7. Therapist, memiliki kemampuan untuk melakukan penyembuhan melalui
konseling dan tehnik tertentu untuk perubahan perilaku maupun sikap yang
positif bagi kemandirian klien.

145
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

G. Rangkuman.
1. Prinsip manajemen kasus antara lain, Identifikasi klien dan kebutuhan, asesmen
klien, penggalian potensi dan sumber yang tersedia, rencana intervensi,
koordinasi hubungan pelayanan, tindak lanjut dan monitoring pelayanan,
memberikan dukungan kepada klien.
2. Fungsi dalam manajemen kasus adalah indivualisasi pelayanan, pelayanan yang
teratur, pelayanan komprehensip, kemandirian, dan keberlanjutan.
3. Tujuan manajemen kasus adalah membeikan peluang kepada klien untuk
mendapat fasilitas pelayanan, membangun jejaring yang dapat membangun
keberfungsian social klien, memberikan pelayanan yang efektif dan efisien.
4. Tugas manajer kasus paling utama untuk kepentingan klien dengan
mengumpulkan informasi, menyusun rencana, menyediakan pelayanan,
memonitor, melakukan pembelaan dan bekerja di masyarakat, badan dan
lembaga social.
5. Peran manajer kasus sebagai: Advocad, Broker, planner, community organizer,
evaluator, consultan dan therapist.

H. Latihan.
Apakah saudara memahami materi yang telah tersaji diatas, apabila telah paham
kerjakan latihan di bawah ini:
1. Bagaimanakah penerapanmanajemen kasus menurut Saudara ?
2. Jelaskan salah satu fungsi manajemen kasus ?
3. Bagaimana Saudaradapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan klien ?
4. Apa yang saudara pahami dengan prinsip pelayanan yang menyeluruh ?
5. Jelaskan salah satu tujuan manajemen Kasus ?.

146
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB IV
TAHAPAN DAN STRATEGI MANAJEMEN KASUS
A. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan saudara mampu menjelaskan
tahapan dan strategi manajemen kasus.

B. Tahapan dalam manajemen kasus(Frankel, A.J, 2004)


Dalam melakukan pembimbingan yang efektif dengan model manajemen kasus
perhatikan tahapan-tahapan yang harus diikuti secara berurutan dan tidak saling
tumpang tindih agar Saudara dapat menerapkan dengan mudah dan mencapai
keberhasilan. Tahapannya sebagai berikut:

1. Asesmen
Pengertian Asesmen, asesmen adalah upaya untuk memahami masalah, mengenai
sebab-sebab dan akibatnya untuk menentukan tindakan pemecahan terhadap
masalah tersebut, baik individu, kelompok, maupun masyarakat. (Max Siporin, 1975).
Sedangkan (Meity Subardhini, 2008) mengatakan bahwa, Asesmen merupakan
proses berfikir yang menjadi alasan bagi seorang Pekerja Sosial dalam melaksanakan
pengumpulan data sampai dengan kesimpulan sementara.
Asesmen merupakan langkah yang penting dan menentukan di dalam proses
pelayanan kepada klien, karena melalui asesmen Saudara dapat menentukan focus
dari permasalahan yang dialami oleh klien, potensi dan sumber serta kemauan/
harapan. Informasi-informasi mengenai masalah dan situasi klien dikumpulkan
dengan menggunakan beberapa tehnik, dianalisa, diimplementasikan agar dapat
dibuat suatu keputusan pelayanan/ pertolongan yang tepat.
Proses asesmen untuk menggali dan memahami masalah klien, kebutuhan, potensi
yang dimiliki dari klien maupun keluarga dan lingkungannya. Melalui wawancara
awal dan dalam banyak situasi dikombinasikan dengan penerimaan/ melapor,
wawancara dilakukan untuk tujuan mendapatkan data.Berbagai informasi yang
dikumpukan dari klien dan orang- orang yang berhubungan, keluarga dan
masyarakat dihimpun sebagai data. Kegiatan penting dalam asesmen adalah :

a. Identifikasi masalah, merupakan wawancara awal yang Saudara lakukan antara


PK dengan klien untuk menentukan kebutuhan, masalah yang dihadapi saat
melakukan PB, CB dan CMB dan sekiranya pertolongan apa yang dibutuhkan.
Pertanyaan yang diajukan mengarah kepada: latar belakang terjadinya masalah,
Substansi masalah.

147
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Sedangkan data yang dikumpulkan: Jenis pertolongan yang diperlukan pada saat
ini dan pelayanan yang tersedia, kebutuhan, kesulitan yang dihadapi oleh klien,
penyebab masalah, usaha klien untuk mengatasi masalah, persepsi klien
terhadap masalahnya, persepsi Saudara terhadap masalah yang dihadapi klien.

b. Perumusan masalah, menyatakan permasalahan berdasarkan data yang


terkumpul, dan sifatnya segera ditangani, memotivasi dan meningkatkan
kemampuan klien untuk berhubungan dan terlibat langsung dalam usaha
penanganan.
Misal: Pada kasus klien penyandang HIV/AIDS yang menjalani PB,
memerlukan penanganan yang cepat, tepat dan akurat. Dengan ketepatan
dalam memberikan bantuan dan pertolongan akan menguntungkan bagi
klien juga bagi Lembaga Pemasyarakatan juga masyarakat.

Asesmen adalah suatu produk atau hasil dari pemahaman seseorang terhadap situasi
dimana tindakan pertolongan diberikan kepada orang yang membutuhkan, (Meity
Subardhini, 2008).Untuk klien Bapas hampir semua klien yang datang kepada
Saudara adalah orang orang yang memerlukan pertolongan, bukan orang yang tanpa
masalah. Dibutuhkan kecermatan Suadara untuk dapat mengungkapkan, mendalami
masalah yang dihadapi oleh klien. Adapun tujuan kegiatan asesmen seperti dibawah
ini:
a. Mengidentifikasi dan mengindividualisasi kebutuhan – kebutuhan klien.
b. Cara untuk menjamin bahwa aktifitas pertolongan dilakukan secara
selektif
c. Menciptakan sesuatu yang rasional, dasar keyakinan untuk menyusun
rencana intervensi
d. Menciptakan kesepahaman tentang kenyataan, kesulitan atau
kebutuhan klien, serta situasi tindakan yang dilakukan.
e. Memberikan pengertian/ pemahaman dan penjelasan kesulitan klien
f. Memberikan penilaian dan evaluasi tujuan yang ingin dicapai dan
perilaku yang diinginkan.
g. Menjelaskan kemungkinan tertentu yang terjadi atas keputusan klien.
h. Menentukan atau menciptakan programtindakan dengan menemukan
kasus atau kebutuhan klien.

Untuk memudahkan Saudara dalam membuat pertanyaan yang berkaitan


kegiatan asesmen, perlu barangkali Saudara ketahui bahwa ada 4 pertanyaan kunci
dalam melakukan asesmen:
Data apa yang diperlukan dalam asesmen ?
Siapa yang memiliki data ?
Bagaimana data akan dikumpulkan/diperoleh ?

148
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Siapa yang mamroses data dan mengembangkan rencana pelayanan ?

Asesmen klien, mengacu pada pengumpulan informasi dan perumusan tujuan


pelayanan dari kebutuhan-kebutuhan komprehensif klien, situasi kehidupan, dan
sumber-sumber yang tersedia. Dalam hal ini termasuk juga melakukan penggalian
atas potensi klien, baik kekuatan dan kelemahannya, mana yang memerlukan
pelayanan dan mana yang tidak.Tugas Saudara dalam kegiatan asesmen ini adalah :
a. Menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan karena informasi
yang dikumpulkan tergantung pada kepercayaan klien kepada Saudara.
b. Jadilah pendengar dan pengamat yang baik terhadap perkataan dan sikap
klien derta orang-orang yang berpengaruh lainnya.
c. Lakukan pencatatan terhadap respon klien baik yang verbal maupun non
verbal.
d. Lakukan pengumpulan data secara bertahap
e. Carilah data dari sumber lain yang berhubungan yang berhubungan dengan
klien.
f. Jika terdapat informasi yang berlawanan lakukan konfirmasi pada pihak lain,
jangan membuat kesimpulan sendiri.
g. Jika dirujuk kepada ahli atau profesi lainnya, berikan informasi secara
lengkap dan jelas tentang permasalahan klien.

Asessmen, merupakan proses berfikir yang menjadi alasan bagi Saudara dalam
melaksanakan kegiatan pengumpulan data sampai dengan membuat kesimpulan
sementara. Fungsi ini merujuk pada pengumpulan informasi dan
memformulasikan berbagai kebutuhan, situasi kehidupan dan sumber-sumber
yang ada serta penggalian potensi yang dimiliki oleh klien.Beberapa hal praktis
yang perlu Saudara diperhatikan dalam pelaksanaan asesmen (Bradford W.
Sheafor, Charles R. Horesjsi, 2002) berikut ini:
a. Pada saat pengumpulan data
Lakukan wawancara dan observasi melalui interaksi tatap muka di tempat
yang disepakati klien dan Manajer Kasus /PK
Adakan kontak dengan berbagai setting misalnya : melalui telepon,
pertemuan di Bapas, atau Kunjungan Rumah (bila memungkinkan atau
disetujui klien)
Memperoleh informasi lainnya yang relevan dari kelompok primer :
Keluarga, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, badan pelayanan sosial.
MenggaliInformasi lain yang berkaitan dengan klien dari berbagai sumber.

b. Pada pelaksanaan asesmen, PK sudah memahami :


Kebutuhan bantuan yang diperlukan kliensaat ini dengan pelayanan yang
tersedia yang dapat diakses klien (persepsi klien dengan Saudara tentang
kebutuhan harus sama).

149
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Kesulitan yang dihadapi klien saat ini dan bantuan yang dicari.
Usaha yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah dan rencana
pelayanan yang akan diberikan.
c. Prinsip dasar asesmen.
PK harus mampu membedakan,mengidentifikasi secara akurat, dan
mengevaluasi masalah yang dihadapi klien dan situasinya dalam
intervensi pertolongan.
Dalam mengembangkan studi sosial terhadap klien, pemahaman masa
lalu selalu berkaitan dengan pemahaman masalah yang dihadapi klien
saat ini.
Asesmen dan rokemendasidilakukan secara sistematis dan secara
langsung pada intervensi yang telah direncanakan.
Asesmen harus memberikan penilaian dan rekomendasi untuk tindakan
pertolongan.

2. Perencanaan

Tahap pengembangan rencana pelayanan sangat penting dalam upaya manajemen


kasusdan rencana ini disusun berdasarkan informasi yang dihimpun dalam tahap
penilaian. PKdan klien bekerja sama untuk menyusun daftar masalah dan isu serta
untuk merumuskan sasaran jangka panjang dan jangka pendek yang mendukung
tujuan menyeluruh sesuaidengan kebutuhan prioritas klien.

Diperlukan perencanaan spesifik dengan sasaran realistik untuk memprioritaskan


kegiatan dan mengidentifikasi cara perolehan, pemantauan, dan pengkoordinasian
pelayanan di kalangan lembaga penyedia pelayanan. Perlu diidentifikasi dengan
jelastanggung jawab semua pihak dan batas waktu realistik untuk mencapai sasaran
melaluikegiatan yang relevan. Jika pilihan pelayanan tidak tersedia untuk memenuhi
kebutuhan,Saudara mungkin perlu mempertimbangkan pilihan antara upaya
membantu pencarian pilihandan/atau mendesain solusi antara. Hal ini lebih mungkin
terjadi jika nilai-nilai budaya ataupraktik klien tidak sejalan dengan program yang
ada.

Perencanaan, Saudara dapat mengidentifikasi berbagai pelayanan yang dapat


diakses untuk memenuhi kebutuhan klien. Klien dan keluarganya serta orang lain
yang berpengaruh dapat secara bersama-sama merumuskan tujuan dan merancang
suatu rencana intervensi yang terintegrasi. Pada tahap ini menyusun dan
mengembangkan layanan yang menyeluruh untuk klien sesuai dengan hasil asesmen.

150
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Beberapa hal yang perlu Saudara perhatikan dalam melakukan perencanaan, untuk
menyusun program pembimbingan dengan klien yaitu:
Perencanaan hanya dibuat oleh Saudara yang melakukan asesmen
bersama dengan klien
Saudara harus dapat melibatkan partisipasi klien dalam mengembangkan
rencana pengembangan pelayanan
Menyediakan beberapa pilihan dalam penentuan pelayanan jika
dibutuhkanrencana pelayanan diperbaiki sesering mungkin tetapi
minimal sekali dalam masa pembimbingan. Bagi klien yang hanya
memerlukan informasi saja, perbaikan bisa dilakukan melalui “telepon”
saja atau alat komunikasi lainnya.
Mengutamakan prioritas pelayanan yang dibutuhkan klien.
Saudara bersama klien menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka
panjang yang dapat diukur agar dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemajuan klien.
Saudara menyediakan pilihan pelayanan bagi klien dan klien menentukan
pilihan serta membuat keputusan bagi dirinya.
Menjadwalkan waktu yang paling realistis atau waktu yang mungkin
dicapai untuk melakukan seluruh kegiatan.
Mengidentifikasi berbagai potensi hambatan dalam memanfaatkan dan
menerima pelayanan seperti : kriteria yang tidak bisa dipenuhi, sikap dan
pertahanan diri yang dimiliki klien atau kemungkinan tidak diperolehnya
pelayanan yang dibutuhkan dan mengusulkan jalan keluarnya.
Menentukan hasil yang akan dicapai dan metode yang digunakan.
Tentukan siapa mengerjakan apa dan kapan dilakukan.
Tentukan titik permulaan kegiatan.
Tentukan sumber-sumber lain yang akan dilibatkan.
Antisipasi masalah baru yang mungkin akan terjadi.

Rencana pelayanan perlu didokumentasi dengan jelas dalam dokumen klien berikut
salinan korespondensi tertulis dan formulir aplikasi program.Ringkasan rencana itu
berikut informasi orang-orang atau lembaga yang dapat dihubungi mungkin akan
berguna bagi klien. Meskipun demikian, penting bagi Saudara untuk berhati-hati dan
mempertimbangkannya sebelum melakukan rujukan.
Saudara harus mengetahui dengan pasti ketersediaan layanan sehingga
memungkinkan klien mengaksesnya. Jadwal harian dan jumlah kasus yang Saudara
tangani, serta lokasi tempat tinggal klien merupakan elemen penting yang harus
diperhatikan. Karena perencanaan yang tidak memperhatikan beberapa hal tersebut
dapat juga berakibat secara negatif terhadap pencapaian tujuan kemajuan klien yang
telah direncanakan.

151
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

3.Intervensi/ implementasi
Intervensi adalah program perubahan perilaku yang terencana ditujukan bagi klien
agar memperoleh kehidupan lebih baik.Dalam tahap implementasi, Saudara dan
klien membuat rencana pelayanan yang telah disusun dengan terget perubahan yang
disepakati.Pada tahap ini klien dan Saudara bersama sama melaksanakan kesepakan
untuk suatu perubahan yang ingin dicapai dan tujuan yang telah direncanakan
bersama. Sebelum melaksanakan intervensi terlebih dahulu mengidentifikasi
sumber-sumber.
Contoh: Sebelum melayani konseling terlebih dahulu dilakukan kerjasama
dengan lembaga yang melaksanakan kegiatan konsultasi, yaitu psikolog. Apabila
di Bapas tidak tersedia tenaga yang berkompeten melakukan konseling,
dilakukan kerjasama dengan lembaga lain yang menyediakan petugas konselor.
Pendokumentasian dalam formulir pembimbingan mengenai kemajuan dan
hambatan yang dihadapi oleh klien dalam menjangkau layanan yang telah
direncanakan bersama merupakan hal yang harus dilakukan. Sehingga dapat
diketahui antara implementasi dengan tujuan dan sasaran yang direncanakan.

Tujuan intervensi adalah untuk memenuhi kebutuhan klien dengan berbagai strategi
yang telah disepakati, klien dapat memperoleh dari layanan-layanan yang tersedia di
lingkungan sekitarnya (Saleebey, D, 1997).Intervensi atau juga implementasi adalah
upaya menjamin terpenuhinyakebutuhan klien sesuai dengan perencanaan dan
potensi sumber yang tersedia, dilihat sejauh mana manajemen kasus dapat
memberikan pelayanan kepada klien untuk memenuhi kebutuhannya.

Contoh: Bimbingan mental atau keterampilan, apakah kegiatan ini dapat


dilaksanakan sendiri oleh Bapas atau harus bekerjasama dengan lembaga atau
instansi lain ? Apabila tidak tersedia pada Bapas kerjasama dapat dilakukan untuk
menjangkau pelayanan dengan instansi pemerintah dan lembaga masyarakat lain.

Seperti peranannya sebagai penghubung, manajer kasus harus menghubungkan klien


dengan sumber-sumber yang tepat, peran manajer kasus dapat berbeda-beda
walaupun pembimbing kemasyarakatan utamanya sebagai partisipasi aktif dalam
melaksanakan pembimbingan dan melayani klien, keluarga dan masyarakat. Saudara
dapat menekankan pada koordinasi dengan sumber-sumber yang digunakan klien
dengan menjadi saluran dan berkomunikasi secara aktif.

4.Pengawasan

Pengawasan merupakan usaha observasi dan pencatatan reguler atas semua


kegiatan atau pelayanan yang diberikan kepada klien. Hasil dari pengawasan ini akan
menjadi balikan tentang kemajuan pelayanan kepada lembaga pemberi pelayanan.

152
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Karenanya pengawasan menjadi aspek yang penting dalam perencanaan dan


pelaksanaan pelayanan.

Pada tahap ini Saudara bertanggung-jawab memonitor apakah klien memperoleh


pelayanan yang diharapkannya dan sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu
Saudara dan klien harus terlibat terus menerus dalam mengevaluasi pelaksanaan
pelayanan dalam mengadakan perubahan. Evaluasi memberikan umpan balik yang
memungkinkan manajer kasus dan klien secara kontinu meninjau kembali ketepatan
data dan/atau merundingkan kembali mengenai perubahan perumusan masalah,
tujuan-tujuan dan rencana pelayanan. Hasil evaluasi tersebut dapat menunjukkan
bahwa masalah perlu dirumuskan kembali (atau perlu dirumuskan suatu masalah
yang sama sekali baru), perlu menilai kembali tujuan-tujuan (dan mungkin
mengembangkan tujuan-tujuan baru) atau merubah rencana pelayanan.
saudarabertanggungjawab atas hasil evaluasi, dan selalu dirundingkan dengan klien.
Setiap perubahan yang akan dilakukan harus jelas dan terperinci, tidak boleh
Saudara menetapkan secara sepihak.

Dengan demikian tujuan pengawasan adalah :


Memastikan bahwa semua kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana
Memastikan bahwa pelayanan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
ditentukan
Meyakinkan bahwa klien diakses kepada lembaga yang dibutuhkan melalui
hubungan yang tepat
Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan yang mungkin diperoleh klien
selama menerima pelayanan
Menentukan apakah klien masih membutuhkan pelayanan manajemen
kasus
Mengases kembali dan memperbaiki rencana supaya selalu tepat
Menyediakan dokumentasi yang tepat

Perlu Sudara pahami bahwa prinsip pelayanan adalah individualisasi maka setiap
klien sebagai penerima pelayanan perlu mendapatkan perhatian dan perlakuan yang
berbeda antara satu dengan lainnya begitu juga dalam pemberian pelayanan.Hal-hal
yang harus Saudara diperhatikan pada saat tahap pengawasan, yaitu :

Tentukan jumlah pertemuan dengan klien dalam rangkamenindaklanjuti


kebutuhan-kebutuhannya.
Revisi dan evaluasi rencana pelayanan untuk meyakinkan bahwa jenis
pelayanan yang diberikan sudah tepat sesuai kebutuhan klien
Mungkin beberapa klien hanya membutuhkan pelayanan minimal seperti
informasi dan rujukan. Dalam hal ini mereka hanya mendapatkan kontak
secara periodik dari Saudara.

153
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Cek semua file klien setiap 6 bulan


Rencana pelayanan direvisi/diperbaiki minimal setiap 6 bulan :
kemungkinan ada hal-hal di luar kontrol Saudara yang mungkin
mempengaruhi rencana waktu untuk revisi rencana pelayanan dan
kontak pemberi pelayanan, misalnya bila Saudara sakit
Dokumentasikan tentang kemajuan klien secara seksama termasuk
tanggal lapor, siapa yang pertama kali menghubungi dan tindakan apa
yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari laporan bimbingan itu.
Hambatan pelaksanaan, rencana juga harus dicatat, kepuasan klien
dalam pelaksanaan pembimbingan, perubahan yang terjadi dalam
pelaksanaannya, kemajuan yang diraih dalam upaya mencapai tujuan
dan sasaran.

5.Pendampingan

Sudara dapat memainkan beberapa peran untuk memfasilitasi klien menerima


pelayanan, termasuk sebagai perantara, pemantau, pendukung, dan pembimbing.
Sebagai perantara, saudara menghubungi penyedia pelayanan lainnya untuk
memudahkan perujukan klien dan mungkin juga mengatur pelayanan tambahan
seperti pengantaran klien ke tempat rujukan pada waktu yang ditentukan.
Selanjutnya dapat Saudara perhatikan untuk menjadi Pendamping yang baik dengan
Karakteristik seperti berikut :
Memiliki kepribadian hangat.
Sabar dan toleran, mampu menerima dan menghormati perbedaan-
perbedaan.
Tidak cepat melakukan penilaian dan marah
Memperlihatkan perhatian tulus.
Kehadiran dan sikapnya mengispirasikan harapan dan kepercayaan pada
semua orang.
Berminat untuk memberi, memfasilitasi pertumbuhan orang lain tanpa
mendominasi.
Dapat mendengar aktif dan merefleksikan apa yang disampaikan orang yang
didampingi.
Mampu menerima dan menghormati perbedaan-perbedaan, termasuk bila
pendamping tidak setuju dengan apa yang diyakini oleh orang atau
masyarakat yang didampingi.
Memiliki minat maupun pengetahuan untuk sungguh-sungguh mempelajari
permasalahan yang ada.
Dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan dapat memisahkan
dengan masalah pribadinya dengan pertimbangan matang dan professional.

154
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Kreatif dan memiliki pengendalian diri yang baik, tidak cepat tersinggung
dan panik dalam menghadapi situasi di lapangan yang tidak dapat
diantisipasi sebelumnya.

Bila diperhatikan, daftar diatas berbicara tentang sifat-sifat dan keterampilan


yang harus dimiliki dan dilatihkan bagi seorang pendamping. Sifat mana yang
menunjukkan karakteristik yang cenderung lebih dominan. Seseorang yang memiliki
sifat sabar akan cenderung mampu mendengarkan keterangan dari sudut pandang
yang berbeda-beda, mampu mengendalikan ekspresi dan emosi saat menghadapi
hal-hal yang tidak menyenangkan. Seorang yang memiliki sifat-sifat positif sebagai
pendamping, akan mudah menerapkan keterampilan yang diisyaratkan. Sementara
itu keterampilan adalah sesuatu yang dapat dipelajari, sesuatu yang dapat dilatih
dan dibiasakan. Seseorang bisa saja memiliki sifat pendiam dan kaku, tetapi ia sadar
sebagai pendamping harus menampilkan sifat yang luwes dan ramah, sedikit demi
sedikit akan berusaha mengembangkan keterampilan berkomunikasi. Pada
akhirnya, selain memiliki keterampilan cukup baik dan dapat memodifikasi
perilakunya yang kaku menjadi ramah dan luwes.

Dalam melakukan pendampingan, mendampingi


berarti memberikan bimbingan lanjutan kepada klien.
Tahap pendampingan ini dilakukan apabila memang
dibutuhkan sebagai upaya menjamin pelayanan yang
diberikan telah sesuai dengan tujuan. Apabila
pelayanan yang diberikan oleh Bapas tidak sesui
dengan tujuan Saudara dapat melakukan pengkaitan
dan rujukan

Gambar 4

6. Terminasi/ Pengakhiran

Dalam praktik Pekerjaan Sosial, terdapat tiga tindakan terakhir yang berkaitan
dengan kontrak kerja antara Pekerja Sosial dengan Klien, yaitu perujukan (referral),
Penyaluran(transfer) dan terminasi (pengakhiran).Bantuan atau intervensi yang
dilakukan oleh Saudara selalu dilakukan dalam waktu yang terbatas. Secara ideal
intervensi tersebut ditujukan pada tujuan-tujuan spesifik sehingga kemajuan
terhadap tujuan tersebut dapat diukur.

Adapun tujuan terminasi adalah:


Menutup file/kasus klien yang sudah tidak lagi menginginkan atau
membutuhkanpelayanan Saudara. Bisa juga karena klien sudah mampu
melaksanakan tugas-tugaskehidupannya dan mengatasi masalahnya
secara mandiri

155
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Meyakinkan terjadi perpindahan klien kepada Bapas atau lembaga


pelayanan yang lain
Menyusuri secara tepat agar pelayanan hanya diberikan kepada klien
yang mengikuti pelayanan secara aktif.

Terminasi atau pengakiran pemberian pelayanan mesti harus dilakukan. Ketika


melakukan terminasi Saudara harus dilandaskan pada alasan sebagai berikut:
Klien meninggal dunia
Permintaan klien sendiri; kebutuhannya berubah dan lebih baik dilayani
melalui penyedia layanan lain.
Klien pindah tempat tinggal (catatan : dalam hal ini Saudara
bertanggungjawab dan berusaha mengkaitkan atau merujuk klien
kepada tempat pelayanan yang baru).
Masa pembimbingannya telah berakhir sesuai surat keputusan yang
diterima,
Klien melakukan pengulangan tindak pidana, sehingga dilakukan
pencabutan/pembatalan pelaksanaan pembebasan bersyarat.

Pada kasus Klien meninggal


Rujukan yang sesuai diberikan pada keluarga dan orang yang dianggap
penting termasuk lembaga dan badan sosial bila diperlukan.
PK menyelesaikan laporan terminasi

Pada kasus Klien dirujuk kepada Bapas lain

Rujukan adalah proses pengalihan dimana klien yang membutuhkan


pelayanan kepada pihak lain yang terlibat dalam situasi diluar dari pelayanan
yang diberikan oleh lembaga tersebut, dimana bapas atau lembaga belum
mampu/ tidak mempunyai keahlian dalam memberikan pelayanan yang
diinginkan oleh klien. Saudara melakukan rujukan dengan pertimbangan
sebagai berikut:
Saudara harus mengetahui alasan klien untuk pindah ke Bapas lain
karena pindah tempat tinggal, kesulitan transportasi atau konflik dengan
pihak lain.

Saudara harus sama-sama menyepakati prosedur perpindahan dari


pelayanan yang satu kepada yang lain, mencakup: permohonan
terminasi, memberitahukan ke bapas/lembaga tujuan, menyertakan
dokumen.

Semua dokumen Klien harus dikirim ke Bapas yang baru dalam waktu 10
hari kerja, dimulai sejak dia memutuskan untuk pindah (sesuaikan
dengan SOP). Perpindahan dokumen ke Bapas lain sangat penting untuk

156
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

kelanjutan pelayanan bagi klien. Ketidaklengkapan dokumen akan


menghambat Bapas penerima melanjutkan atau memberikan pelayanan
yang baik pada klien
Dokumen lengkap mencakup bagian berikut; riwayat kasus, catatan
kemajuan, formulir-formulir, semua dokumen sehubungan dengan
pelayanan yang telah diakses klien. Dokumen dari lembaga lain yang
penting bagi rencana intervensi dan pendampingan harus juga
diperoleh, disalin dan dikirim kepada Bapas baru dimana klien akan
menerima pelayanan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Saudara dalam memberikan


pendampingan klien, khususnya dalam melakukan rujukan adalah sebagai berikut:
a. Rujukan dilakukan bila kebutuhan klien di luar lingkup/ kesanggupan
lembaga atau di luar keahlian Saudara.
b. Mengetahui dan memilih lembaga lain yang tepat yang menyediakan
pelayanan sesuai kebutuhan klien.
c. Membicarakan kemungkinan rujukan dengan lembaga yang dimaksud
dan bila rujukan memungkinkan, bicarakan dengan klien. Apabila
klien setuju, siapkan klien untuk proses yang akan dihadapinya,
meliputi :
Bantuan yang akan diberikan, persyaratan dan kebijakan
lembaga rujukan?
Mampukah klien memenuhi persyaratan yang diminta?
Bagaimana perasaan klien tentang rujukan ke lembaga lain ?
Bagaimana cara klien menghubungi lembaga rujukan
b. Apa yang diharapkan dari klien untuk diceritakan pada petugas di
lembaga rujukan.
c. Lain-lain seperti jam kerja, alamat, petugas yang akan ditemui, dll.
d. Sediakan informasi tentang klien pada badan/lembaga rujukan yang
meliputi:
Masalah dan kebutuhan klien secara jelas
Ringkasan bantuan yang telah diberikan
Perasaan klien tentang rujukan yang dilakukan
Kesediaan bekerjasama bila diperlukan oleh lembaga rujukan
e. Menyusun suatu panduan rujukan :
Panduan rujukan merupakan dokumen yang “hidup”.
Panduan ini harus diperbaharui secara terus menerus.
Panduan harus diorganisir untuk penggunaan yang efektif.
Panduan tersebut harus dibagi sesuai dengan jenis pelayanan.
Contoh: lembaga penyedia layanan medis, kesehatan jiwa,
pendampingan dan rehabilitasi para pengguna narkoba,

157
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

pendampingan masalah perkawinan dan keluarga,


pendampinngan individual, pelayanan untuk pemuda, pelayanan
anak (kesulitan belajar), pelayanan lansia, kekerasan terhadap
keluarga, pelayanan untuk orang cacat, pendidikan, dsb.

C. Pihak Pihak Yang terlibat dalam manajemen kasus.

Dari skema dibawah ini dapat dijelaskanbahwa Saudara sebagai manajer kasus yang
memimpin penanganan kasus. Dimana manajer harus mengetahui dan memahami
permasalahan yang dihadapi oleh klien kemudian mencarikan sumber-sumber yang
berkaitan dengan pertolongan yang di butuhkan. Dalam hal ini Saudara dapat
berkoordinasi dengan tim ahli atau lembaga pelayananan yang dapat memberikan
pelayanan kepada klien.
Berdasarkan hasil asesmen dari tim manajemen kasus melakukan case conference
(sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan) yang dipimpin oleh manajer kasus. Saudara
dapat melakukan asesmen pendahuluan dan membuat rencana penanganan kasus
kemudian mengundang tim ahli untuk melakukan sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan guna membahas kasus tersebut bersama-sama kemudian saling
membagi peran/pekerjaan. Seperti pada skema dibawah ini.

MODEL SKEMATIK MANAJEMEN KASUS.

Gambar. 5

158
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Gambar skema diatas dapat dijelaskan bahwa kegiatan diawali mulai dari koordinasi
antar instansi/lembaga untuk membagi tugas sesuai dengan peran lembaga, setelah
memperoleh informasi, rujukan, pelimpahan dan serah terima klien dari Bapas atau
permintaan penelitian kemasyarakatan dari kepolisian atau instansi/lembaga lain
serta keluarga.

Data dan informasi yang terkumpul dari berbagai instansi, lembaga dan keluarga
dilakukanasesmen untuk menentukan kebutuhan yang dianggap prioritas dan spesifik
dari klien itu sendiri. Langkah selanjutnya dibuat rencana penanganan kasus (case
plane), sekaligus pada tahap ini dilakukan identifikasi sumber-sumber yang tersedia
dan potensi yang dimiliki oleh klien, keluarga dan masyarakat. Tujuannya adalah
untuk menyiapkan rencana intervensi.

Sebelum pelaksanaan intervensi terlebih dahulu dilakukan sidang tim pengamat


pemasyarakatan (case conference) untuk memastikan bahwa intervensi telah sesuai
dengan tingkat kebutuhan klien. Intervensi adalah perubahan yang terencana dan
terprogram, dilaksanakan oleh klien bersama Saudara dan lembaga terkait yang
mendukung perubahan. Sebagai tindak lanjut tentu dikaitkandengan sumber-sumber
pelayanan lain yang relevan dan menjadi kebutuhan klien, misalnya: dilakukan
konseling bagi klien/keluarga, diperlukan terapi bagi pecandu narkoba, depresi, atau
dilakukan pembelaan bagi kepentingan klien.

Pelaksanaan pendampingan biasa dilakukan bagi klien yang memang membutuhkan


pelayanan khusus/beresiko untuk klien HIV/Aids, napza dan Tuberculosis sertaAnak
berhadapan dengan Hukum (ABH). Pendampingan sebagai upaya untuk mendorong
perubahan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sedangkan pengawasan sebagai
kegiatan untuk memantau apakah program pelayanan dilaksanakan telah sesuai
dengan rencana, sekaligus melihat pelaksaan apakah sesuai dengan sasaran dan apa
saja yang menjadi hambatan.

Terakhir terminasi/pengakhiran sebagai tahap penutup dari proses pelayanan dalam


model manajemen kasus ini. Pengakhiran harus dilakukan untuk menghindari
ketergantungan, memastikan bahwa pelayanan telah dituntaskan sesuai target
capaian, dengan efektif dan tepat sasaran.

D. Rangkuman

1. Saudara sebagai PK harus memiliki kemampuan merumuskan tujuan pelayanan


dengan berpedoman pada tahapan-tahapan manajemen kasus. Tahapan tersebut
adalah assessment, perencanaan, intervensi, pengawasan, pendampingan dan
terminasi. Dalam menerapkan keenam tahapan tersebut Saudara harus memiliki
keterampilan dan memahami budaya setempat yang harus dipedomani.

159
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

2. Hal penting yang harus Saudara dipahami dalam proses manajemen kasus adalah
pengembangan perencanaan kegiatan dilakukan dengan orientasi untuk
pemenuhan kebutuhan klien.Saudara membantu klien dalam menentukan pilihan
layanan, bukan menentukan sendiri tanpa adanya klien. Selain itu
pendokumentasian dan pencatatan yang rinci terkait dengan perkembangan klien
merupakan hal yang sangat penting untuk Saudara lakukan.

E. Latihan

Apakah Saudara sudah memahami materi yang disampaikan pada pokok bahasan IV
ini? Untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman Saudara terkait materi ini,
maka jawablah beberapa pertanyaan berikut ini.

1. Sebutkan dan jelaskan salah satu tahapan dalam tahapan manajemen kasus !
2. Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan oleh PK dalam melakukan assessment !
3. Bagaimana strategi yang harus dilaksanakan oleh PK dalam mengembangkan
rencana layanan ?
4. Mengapa dibutuhkan pengawasan pada proses manajemen kasus ? Hal-hal apa
sajakah yang perlu diperhatikan dalam pengawasan ?
5. Mengapa layanan pembimbingan perlu diterminasi ? Jelaskan apa yang har us
dilakukan pada salah satu kasus !

160
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB V

161
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Pada pelaksanaan konseling posisi duduk harus memperoleh perhatian, berhadapan


dan menyerong perlu mendapat kesepakatan kedua belah pihak. Konseling adalah
kegitan professional, yang dilakukan oleh petugas yang memang memperoleh
pengetahuan, keterampilan teknis yang dilakukan secara terprogram, menurut
Pepinsky & Pepinsky (1994) konseling adalah interaksi yang :

Terjadi antara dua orang, yang satu disebut sebagai konselor dan yang Iain
sebagai klien;
Berlangsung dalam kerangka profesional;
Diarahkan agar memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada klien.

Konseling adalah hubungan pada mana seseorang berusaha membantu orang Iain
untuk memahami dan memecahkan masalah penyesuaian. (Dalam bidang
pendidikan, jabatan dan sosial). Tujuan konseling yang dikemukakan oleh (George &
Cristiani 1981)

a. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku.


b. Meningkatkan ketrampilan untuk menghadapi sesuatu.
c. Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan.
d. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan.
e. Menyediakan fasilitas untuk mengembangkan kemampuan klien.

Penguasaan ketrampilan mikro konseling oleh PK diperlukan agar proses konseling dapat
berjalan dengan efektif. Ketrampilan mikro konseling merupakan komponen komunikasi
efektif yang penting dalam rangka mengembangkan relasi suportif klien PK. Untuk itu
ketrampilan mikro konseling antara Iain meliputi :

1). Mendengar dengan perhatian


Semua orang mampu mendengar, tetapi untuk menjadi pendengar baik yang sanggup
mengambil inti dari pembicaraan dan mengetahui apa yang ingin diinginkan oleh
klien. Saudara sebagai pendengar yang baik bagi klien, perlu memperhatikan hal-hal
berikut:
• Tidak menginterupsi (memotong penbicaraan).
• Memberikan suasana hening.
•Tidak berbicara sebelum mendengar
• Memberikan perhatian, misal, dengan anggukan kepala
• Memelihara kontak mata
• Membantu klien meneruskan ceritanya

162
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Kenali perasaan klien, “Nampaknya Anda sedih”

163
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

3). Mengajukan pertanyaan yang tepat

Mengajukan pertanyaan adalah bagian penting dalam wawancara dan konseling.


Pertanyaan digunakan supaya situasi klien dapat diketahui lebih lanjut. Tips ketika
bertanya :
Tanyakan hanya satu pertanyaan pada satu saat
Pandanglah wajah klien
Pertanyaan yang Singkat dan jelas
Gunakan pertanyaan yang bertujuan
Gunakan pertanyaan untuk membantu klien berbicara tentang perasaan dan
perilakunya
Gunakan pertanyaan untuk menggali dan memahami isu dan meningkatkan
kesadaran
Jangan mengajukan pertanyaan hanya untuk memenuhi keingintahuan
(pertanyaan yang tidak relevan)
Pertanyaan yang terlalu banyak akan membuat orang merasa diinterogasi.

Banyak jenis pertanyaan yang sering dipergunakan sehari-hari dalam kehisupan ini,
jenis pertanyaan yang dapat dipergunakan dalam proses konseling dan penyusunan
penelitian kemasyarakatan, yaitu :

Pertanyaan Terbuka (open ended question), adalah pertanyaan dengan jawaban


lebih dari satu kata. Pertanyaan terbuka akan membuka kesempatan pada klien
untuk menceritakan lebih lanjut tentang situasi mereka.

Contoh :
Apa yang mungkin akan terjadi kalau Anda menceritakan keadaan Anda pada
keluarga?
Bagaimana cara Anda mengasuh anak Anda?

Pertanyaan Tertutup (close ended question), adalah kecenderungan jawaban dari


pertanyaan tertutup adalah 'yes' dan 'no'. Pertanyaan tertutup dipergunakan saat
konselor membutuhkan jawaban yang tegas atau spesifik. Dengan pertanyaan
tertutup, klien tidak mendapatkan kesempatan untuk berpikir tentang apa yang
mereka katakana. Jawaban singkat dan sering berakibat makin banyak mengajukan
pertanyaan selanjutnya.

Contoh :

Apakah anda mempunyai anak?

164
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Melakukan pengecekan pertanyaan, merupakanpertanyaan jenis yang


membantu PK untuk mencari tahu seberapa besar klien memahami atau
membutuhkan informasi lebih lanjut. Selain itu dengan pertanyaan ini PK dapat
mengecek kembali kebenaran cerita klien, sehingga PK dapat mengetahui
masalah sebenarnya.

Contoh:

Ceritakan kepada saya, langkah-langkah apa yang telah kita setujui dalam
pertemuan minggu IaIu ?
Kamu mengatakan kalau kamu akan berhenti merokok bila anakmu perempuan.
Apakah yang saya dengar ini benar ?

Pertanyaan Mengapa, seringkali pertanyaan ini tidak ada gunanya dan klien
sering merasa diinterogasi, ada perasaan takut dan dihakimi.

Contoh :

Mengapa Andatidak datang pada pertemuan kita kemarin?


MenqopoAnda masih saja merokok meskipun sudah mendapatkan anak
perempuan?

4). Menciptakan suasana hening


Suasana yang hening sangat dibutuhkan agar klien dapat sepenuhnya
berkonsentrasi dan suasana hening adalah keadaan yang Saudara ciptakan untuk

Memberi waktu pada klien untuk berpikir tentang apa yang dikatanya
Memberi ruang pada klien untuk merasakan apa yang dialaminya
Memberi kesempatan pada klien untuk berbicara sesuai dengan iramanya.
Memberikan waktu bagi klien untuk mengatakan ambivalensi antara
mengatakan atau tidak pada Saudara.
Memberi kebebasan pada klien untuk lanjut bercerita atau berhenti

5). Perilaku non verbal

Perilaku non verbal terbagi 2 (dua) jenis, yaitu bahasa tubuh dan paralinguistik.
Perbedaan keduanya dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

165
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Bahasa Tubuh Paralinguistik


Gerak tangan Hembusan nafas
Expresi wajah Bersungut-sungut
Postur Berkeluh kesah
Orientasi tubuh Perubahan tinggi nada
Kedekatan tubuh/jarak Perubahan keras nada
Kontak mata Kelancaran suara
Menghilangkan pembatas Senyum gugup

2. Sikap dan Nilai yang Mendukung Komunikasi yang Efektif

Selain penguasaan ketrampilan mikro konseling, komunikasi efektif juga harus


didukung dari tata nilai dan sikap yang Saudara miliki yaitu antara Iain : sikap tidak
menghakimi, ramah, empati, dan lainnya. Karena pada dasarnya setiap manusia
dipengaruhi oleh kondisi social-budaya dalam perkembangan dan kematangan hidup.
Sosial budaya memberi kontribusi pada perkembangan sikap, tatanilai dan keyakinan
pribadi. Meskipun demikian penting untuk diingat oleh Saudara bahwa konseling
bukan memaksa orang untuk menyetujui atau mengikuti standar kehidupan tertentu.
Konseling yang efektif harus memperhitungkan dampak tata nilai, sikap dan budaya
yang mempengaruhi persepsi klien dalam memandang kehidupan.

Sikap, tata nilai dan keyakinan Saudara akan mempengaruhi pedoman hidup dan
perilakunya sehari-hari, serta interpretasi dalam pengungkapan dan respon terhadap
suatu peristiwa. Saudara akan bekerja dengan klien dari berbagai latar belakang yang
berbeda, yang mengharuskannya untuk mengetahui dan menerima perbedaan dari
sikap, tata nilai dan keyakinan. Dalam situasi tersebut Saudara dituntut untuk tidak
melakukan penekanan pada klien untuk menerima standar yang dianutnya atau yang
berlaku dimasyarakat tertentu.
Sebagai manajer kasus harus dapat mengenali konflik pribadi antara saudara dengan
kliennya yang berhubungan dengan sikap, tata nilai dan keyakinan untuk dapat
melakukan pelayanan yang efektif.Perbedaan sikap, tata nilai dan keyakinan dapat
mempengaruhi kehidupan dan pekerjaan, Saudara harus dapat mewaspadai diri jika hal
tersebut terjadi. Pembimbing Kemasyarakatan harus peka terhadap lingkungan,
budaya dan bagaimana klien mempersepsikan dirinya dalam lingkungan dan

166
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

budayanya, serta harus mampu menggali nilai keyakinan klien tentang keluarga,
keinginan memperbaiki diri, dan statusnya sebagai mantan narapidana. .( Family Health
International, 2001).

3. Pedoman menjalin komunikasi


Sikap yang harus menjadi pedoman yang dimiliki sebagai seorang pembimbing
kemasyarakatan, Saudara senantiasa akan menghargai klien dan memiliki kualitas
sebagai pribadi yang baikmenurut (LAYAK, 2007 ) sebagai berikut :

re/os,penuh dengan keseriusan yang ditunjukan dengan perilaku hangat dan


bersahabat.
b. Mendengar aktif, dalam mendengarkan aktif didalamnya terdapat unsure pesan
verbal dan non verbal. Sebagai PK, respon Saudara sangat bergantung pada cara
mendengarkan. Cara mendengarkan mempunyai peran besar untuk klien dapat
meneruskan atau menghentikan pembicaraannya. Hanya orang yang mendengar
dengan aktif yang dapat melahirkan empati.
Memberi respon positif, adalah keepekaan, sikap menghargai, berkawan, dan
mempertimbangkan merupakan komponen efektif sebuah pelayanan.
d. Menghargai, menjunjung nilai nilai hak asasi manusiamemberikan
penghormatan tanpa meningmembeda-bedakan.
e. Mempercayai klien, komunikasikan pada klien bahwa anda mampu
mempercayai mereka.Ketika PK memahami klien, maka klien akan merasa
nyaman.
Peka terhadap budaya, caranya adalah dengan menghargai system budaya dan
kepercayaan klien. Lahirkan penghargaan dan kepekaan akan budaya dan tradisi.
Budaya menyatakan apa yang mereka harus dan cara apa yang akan mereka
kerjakan. Hargai perbedaan, galilah keyakinannya, ajukan pertanyaan guna
memperoleh peningkatan pemahaman dan optimisme bantuan.
Membantu klien berfikir berbagai alternative. Sediakan waktu dan bekerjalah
bersama mereka untuk mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dalam
menerapkan berbagai alternatif. Jangan ambit alihtanggung jawab permasalahan
klien sebab ini akan menimbulkan ketergantungan dan perasaan tidak berdaya.
h. Mengenali keterbatasan diri dan mampu merojzfk.Rujuk klien ke sumber yang
lebih ahli jika memungkinkan. Secara jujur katakana apa yang anda tidak ketahui.
PK perlu sadar akan kekurangan dalam dirinya dan mampu membatasi dirinya
agar tidak mempengaruhi proses pelayanan pembimbingan kemasyarakatan.
Sabar.Sesuaikan irama Saudara dengan klien, jangan mendorong klien untuk
mengikuti irama Saudara. Pastikan ada waktu yang cukup untuk proses

167
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

pelayanan. Ada beberapa hal yang mungkin sangat sensitif dan membutuhkan
waktu untuk dilakukan atau dibicarakan. Hal ini bisa terjadi terutama jika klien
belum mempercayai PK dengan penuh.
ridak menghambat ekspresi perasaan klien, seperti menangis, marah, dll.
Ketika PK terjebak keterbatasan waktu dan muatan kerja yang besar, ada
perbedaan nilai atau PK cemas terhadap isu yang dilontarkan klien. Hal tersebut
akan menghambat klien dalam mengekspresikan perasaannyaatau terhenti.
Ketika PK menghadapi situasi seperti diatas sebaiknya PK dapat mendahulukan
tujuan pertemuan dengan klien, dan mengsampingkan masalah anda sendiri.
ridak bersifat menghakimi.Perkataan dan pemikiran salah atau benar sebaiknya
dihindari. Seorang PK harus senantiasa berada dalam proses, tidak terjebak pada
situasi klien baik memihak ataupun berlawanan.
Mampu mengendalikan diri. Seorang PK harus tetap fokus pada tujuan
pertemuan dan pelayanan tidak melenceng serta larut pada topik pembicaraan
yang Iain.
Empati, merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan klien dan
dapat tetap obyektif mengamati apa yang terjadi pada diri klien guna
memaksimalkan pelayanan yang diberikan.
Mempunyai pengetahuan. Seorang PK harus memiliki pengetahuan yang selalu
berkembang dan sesuai dinamika permasalahan klien. PK menguasai fungsi-
fungsinya dalam pelayanan dan sebagai sumber rujukan.
O. Menjaga rahasia. Apapun yang dibicarakan klien pada manajer kasus harus
dirahasiakan dan jangan terperangkap oleh gossip.Saudara harus dapat menjaga
semua informasi yang diberikan oleh klien guna menjaga relasi yang efektif
dengan klien. Bergosip akan menurunkan kredibilitas Saudara.
Untuk menjaga keluarnya informasi pribadi klien sebaiknya hindari bergosip atau
pembicaraan tentang klien dengan orang yang tidak berkepentingan. Meskipun
demikian, kerahasiaan tidak bersifat mutlak. Artinya dalam keadaan tertentu
informasi yang dirahasiakan dapat diungkapkan dengan tujuan kepentingan
klien dengan orang yang berkepentingan, misalnya dengan dokter yang
merawat, perawat.

C. Rangkuman
1. Keterampilan komunikasi yang efektif merupakan kemampuan dasar yang harus
Saudara miliki agar hubungan saling mempercayai dapat tercipta antara saudara
dengan klien. Saudara dapat mengetahui masalah sebenarnya dari klien dan
perencanaan yang dikembangkan bersama antara klien dengan Saudara tepat
sasaran dan memberikan dampak positif terhadap pencapaian tujuan

168
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

pembimbingan. Untuk itu Saudara harus menguasai keterampilan micro


counselling.

2. Dalam melakukan konseling dengan klien, Saudara akan seringkali menemukan diri
klien memiliki perbedaan sikap dan tata nilai yang beda dengan Saudara. Hal ini
disebabkan Saudara memiliki perbedaan latar belakang, nilai dan budaya, serta
lingkungan tumbuh-kembang yang berbeda dengan klien. Meskipun demikian
Saudara harus mampu bersikap netral dan tidak memaksakan nilai yang
dipercayainya kepada klien dalam proses konseling. Pemaksaan dan keberpihakan
kepada nilai yang Saudara anut akan menghambat proses pembimbingan dan
pembangunan kepercayaan klien kepada Saudara.

D. Latihan
Apakah Saudara sudah memahami materi yang disampaikan pada pokok bahasan IV
ini? Untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman Saudara terkait materi ini, maka
jawablah beberapa pertanyaan berikut ini.
1.Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara Bahasa Tubuh dan Paraliguistik !
2.Jelaskan hal-hal yang harus Saudara perhatikan dalam melakukan konseling mikro?
3.Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis pertanyaan dan berikan satu contoh !
4.Bagaimana seorang PK yang berkualitas ?
5.Mengapa sikap dan nilai PK mempengaruhi proses pembimbingan klien.

169
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB VI
MENJALIN HUBUNGAN BANTUAN
DAN STRATEGI KEMITRAAN
A. Kompetensi Khusus.

Setelah mempelajari modul ini peserta memiliki keterampilan dalam manjalin hubungan
dengan klien bapas dan keluargaserta menjalin kemitraan koordinasi antar instansi/
lembaga.

B. Keterampilan menjalin hubungan dan menyusun strategi kemitraan

Sebagai seorang manajer kasus Saudara diharapkan memiliki kemampuan menjalin


komunikasi dan membangun relasi dengan klien maupun tim ahli lainnya sebagai upaya
untuk memperoleh bantuan pelayanan yang dibutuhkan oleh klien, seperti menurut (
Achlis, 1992) sebagai berikut:

1. Individualisasi

Individualisasi adalah pengenalan dan pengertian tentang sifat-sifat yang unik dari
setiap individu dan penggunaan secara berbeda-beda prinsip dan metode-metode
pelayanan untuk membantu setiap individu mencapai penyesuaian yang lebih baik.
Individualisasi didasarkan pada hak-hak manusia untuk diperlakukan sebagai
”individu” bukan “kasus”.

Individualisasi merupakan hak dan kebutuhan klien. Setiap orang


diindividualisasikan oleh : keturunannya, lingkungannya, kemampuan
intelektualnya, kegiatan-kegiatannya, dsb. Setiap orang mempunyai pengalaman
hidup yang berbeda dan rangsangan dari luar maupun dari dalam juga berbeda.
Emosi dan ingatannya mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkahlakunya dengan
suatu cara yang individual.

Sifat hekekat setiap orang ”mampu mengintegrasikan dan mengarahkan kekuatan-


kekuatannya sendiri dengan cara yang berbeda dari sifat hakekat orang lain”. Oleh
karena kebutuhan klien itu berbeda dari orang lain, maka bantuan yang dibutuhkan
klien juga berbeda-beda. Setiap orang menyadari bahwa dia adalah unik. Ketika
seseorang datang meminta bantuan ke lembaga pelayanan sosial, maka pada saat
itu ia mempunyai kebutuhan agar ia diperlakukan sebagai individu dan bukan
sebagai suatu kasus, suatu tipe atau suatu kategori. Manajer kasus mungkin tidak
dapat mengindividualisasikan persyaratan-persyaratan untuk memperoleh
bantuan, tetapi ia dapat membeda-bedakan cara untuk membantu klien
mengemukakan pokok –pokok untuk dapat memenuhi persyaratan itu.

Klien akan merasa dimengerti oleh manajer kasus jika manajer kasus
menghormatinya sebagai individu dengan hak-hak dan kebutuhan-kebutuhannya
dan khususnya jika manajer kasus dapat menerima perasaan-perasaan serta
menerima kedatangan klien untuk meminta bantuan dan menerima situasi klien
saat ini.

170
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Kesadaran klien tentang individualisasi oleh manajer kasus akan memberi hasil
yang positif. Apabila klien merasa kurang mendapat perhatian dari manajer kasus
maka klien akan memberi reaksi dengan membatasi pemberian fakta yang objectif
saja tentang kasusnya, bukan perasaan-perasaan subyektifnya yang seringkali justru
merupakan hal yang paling penting. Klien baru mau memasuki suatu relasi bantuan
jika klien merasa diakui sebagai individu tertentu dan merasa bahwa ia dan masalah-
masalahnya dimengerti. Oleh sebab itu, berhasil tidaknya suatu relasi bantuan
terhadap seorang klien bertumpu pada individualisasi.

Meng-individualisasi-kan berarti kemampuan untuk mengerti orang tertentu


sebagai seorang manusia yang khas dengan perasaan, pemikiran dan pengalaman
yang khas. Individu ini hendaknya dibedakan dengan semua orang lain termasuk
manajer kasus sendiri. Kita tidak boleh membuat dugaan tentang orang lain
berdasarkan pandangan-pandangan yang umum berlaku tentang suatu kelompok,
golongan atau suku, namun kita perlu mengerti bagaimana suku, golongan dan jenis
kelamin mempengaruhi interaksi antara klien dengan Saudara.

2. Ekspresi Perasaan yang Bertujuan

Salah satu tantangan besar dalam kehidupan manusia adalah dapat menguasai
dan mengendalikan emosinya. Pada saat-saat yang tertekan, emosi itu cenderung
menguasai pribadi dan kegiatan-kegiatan seseorang melawan segala sesuatu yang
rasional dan mendorong orang itu untuk hidup di bawah kuasa tuntutan-tuntutan
atau rangsangan-rangsangan yang negatif.

Kebutuhan-kebutuhan psikologis yang pokok dari manusia antara lain respon,


pengakuan, penghargaan, cinta , kasih sayang, keamanan, status, ekspresi,
pencapaian dan kebebasan. Kebutuhan-kebutuhan psikososial ialah partisipasi
dalam pengalaman-pengalaman, pemahaman dengan pola-pola kelompok,
penghargaan dan pengakuan sosial. Apabila kebutuhan-kebutuhan ini tidak diberi
kesempatan untuk diekspresikan, maka akibatnya adalah frustasi.Kebutuhan
mengekspresikan perasaan-perasan pada seseorang merupakan dinamika yang
paling penting dalam relasi bantuan.

Dengan demikian, ekspresi perasaan yang bertujuan adalah pengakuan bahwa


klien mempunyai kebutuhan untuk menyatakan perasaan-perasaannya secara
bebas, khususnya perasaan-perasaan negatif. saudara mendengarkan dengan
penuh perhatian tanpa mengecilkan hatinya atau tanpa menyalahkan ekspresi
perasaan-perasaan itu. Apabila saudara melihat bahwa mengekspresikan perasaan-
perasaan dapat membantu klien, maka saudara justru mendorong dan
memberanikan klien agar mau mengekspresikan perasaan-perasaan dalam bentuk
kegiatan yang kongkrit.

171
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

3. Pelibatan Emosional yang Terkendali

Pembimbing Kemasyarakatan memerlukan ketrampilan untuk berkomunikasi,


baik dalam tingkat pikiran maupun perasaan, dan perlu memberikan respons yang
tepat terhadap perasaan-perasaan klien supaya ia dapat membantu secara efektif
apabila isi komunikasi mengandung sebagian atau banyak perasaan-perasaan. Ini
merupakan salah satu ketrampilan yang sulit dalam pembimbingan dan
pendampingan.
Penglibatan emosional secara terkendali adalah kepekaan dari Saudara terhadap
perasaan-perasaan klien, pengertian terhadap arti dari memberi respon yang
tepat dan bertujuan terhadap perasaan-perasaan klien.Ada 3 komponen dalam
pelibatan emosional yang terkendali dan dalam prakteknya ketiga komponen, ini
berhubungan erat satu dengan lainnya yaitu:Kepekaaan, Pengertiandan Respon..
a. Kepekaan, kadang-kadang klien tidak dapat mengungkapkan dalam
bentuk kata-kata perasaan perasaan mereka. Hal ini sering terjadi pada
permulaan konseling terutama bila klien merasa tidak enak, tidak nyaman
dengan Saudara. Hal ini mungkin terjadi karena pola-pola kebudayaan atau
kepribadian yang tidak menyukai pengungkapan perasaan diekspresikan
secara verbal. Walaupun klien tidak dapat memverbalisasikan perasaan
mereka, hal itu akan timbul dalam cara yang bisa kelihatan dan kedengaran,
misalnya caranya berbicara : kecepatannya, keragu-raguannya, nada yang
berlebihan. Hal itu juga bisa timbul dari sikap keseluruhan : air muka, gaya,
penampilan, gerakan-gerakan tangan, dsb. Ini adalah petunjuk dari
perasaan-perasaan klien yang dapat Saudara observasi .

Kepekaan terhadap perasaan-perasaan klien bisa terlaksana karena banyak


hal yaitu mulai dari keyakinan Saudara akan kepentingan dari perasaan-
perasaan dalam kehidupan klien. Hal itu dikembangklan melalui pengujian
yang kritis dalam praktik, pengalaman, supervisi dan disiplin diri.
Keterampilan ini berkembang secara berangsur, dihasilkan perlahan-lahan
mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.

b. Pengertian. Sebagai seorang Profesional, Saudara perlu mengerti arti dari


perasaan-perasaan klien dengan masalah-masalahnya. Klien harus
mengetahui apa yang sedang dilakukannya, apa yang sedang terjadi ketika ia
memaksa klien mengekspresikan perasaan-perasaannya, dan bagaimana
ekspresi ini sampai pada pencapaian tujuan.Dengan demikian pengertian
adalah suatu proses yang berlanjut dalam setiap konseling. Pengertian
harus berkembang dan meningkat, tetapi dalam banyak kasus Saudara harus
merasa puas sementara dengan pengertian yang sebagian dan terus
berusaha ke arah pengertian yang penuh.

Pengetahuan tentang tingkahlaku manuasia diperlukan untuk mengerti arti


dari perasaan-perasaan. Pengetahuan ini datang dari Psikologi, psikiatri dan
ilmu-ilmu sosial lainnya. Pengetahuan ini juga datang dari penilaian terhadap
pengalaman hidup sendiri, dari seseorang, dan dari praktek profesional.
Pengetahuan disini termasuk pengetahuan tentang kebutuhan-kebutuhan
manusia secara umum, pola-pola reaksi dan pertahanan diri manusia dalam
keadaan tegang (stress).

172
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Pengetahuan yang umum ini kemudian digunakan sebagai kerangka kerja


untuk dapat lebih mengerti untuk dapat lebih mengerti dan membantu klien
dengan kualitas individual dan keunikannnya. Setiap manajer kasus harus
dapat mencari sendiri cara-cara untuk mengembangkan ketrampilan dalam
pengertian akan arti dari perasaan-perasaan klien.

a. Respon. Kepekaan dan Pengertian belumlah cukup; kepekaan dan


pengertian barulah berarti apabila ada respon. Respon Saudara terhadap
klien pada tingkat perasaan adalah unsur psikologis yang paling penting
dalam relasi bantuan. Hal ini mungkin merupakan ketrampilan yang paling
sulit. Respon kadang merupakan hal yang menakutkan bagi Saudara yang
pemula, karena respon harus bersifat individual bagi setiap klien bahkan bagi
setiap perubahan suasana hati dari klien dalam suatu konseling.

Respon tidak selalu dalam bentuk verbal, bisa juga dalam bentuk respon
sikap dan perasaan, dibimbing oleh pengetahuan dan tujuan. Hal itu
merupakan suatu respon internal (dari dalam) dari dalam diri Saudara secara
sadar dan bertujuan mengidentifikasi perasaan-perasaan klien. Meskipun
respon itu sebenarnya internal, namun hal itu dikomunikasikan kepada klien
melalui berbagai bentuk dari manifestasi eksternal (dari luar), baik melalui
kata-kata, ekspresi muka, nada berbicara maupun melalui tindakan.
4. Penerimaan

Obyek penerimaan adalah klien individual (sebagaimana adanya dia/sebenarnya)


dengan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya; potensi dan
keterbatasannya, sikap-sikapnya yang simpatik dan tidak simpatik, perasaan-
perasaannya yang positif dan negatif; tingkahlakunya yang dapat diterima dan
yang tidak dapat diterima.

Hal pokok yang paling penting disini adalah, meskipun PK melihat secara realistis
segala sesuatu yang negatif pada klien, ia tetap dapat mempertahankan
penghormatan terhadap klien secara realistis juga. Sifat-sifat penerimaan adalah
”kehangatan”, ”kesopanan”, ”mendengarkan”, ”menghormati” , ”perhatian”,
”minat”, ”kedewasaan”, kepastian yang konsisten dan kesediaan untuk dengan
sadar memasuki dan membagi pengalaman hidup dengan orang lain.

Penerimaan adalah suatu prinsip tindakan dimana saudara menerima dan


memperlakukan klien sebagaimana adanya termasuk kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahannya, sifat-sifat yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan, perasaan-perasaan yang positif dan negatif, sikap-sikapnya dan
tingkahlakunya yang konstruktif dan dekstruktif, sementara itu selalu
mempertahankan perasaan tentang martabatnya dan nilai kepribadiannya.

Tujuan penerimaan adalah menghormati integritas klien sebagai sesama


manusia, membantu orang dalam kesulitan yang ada dalam kesulitan,
menyumbang sesuatu kesenangan dan kebahagiaan orang lain dan membantu
orang untuk menjadi lebih baik, mendapatkan penguasaan atas kehidupannya
dan kelakuannya sendiri.Menerima klien sebagaimana adanya dengan sikap-
sikap, prinsip-prinsip atau tingkahlaku yang menyimpang, jelas bukan berarti
pengakuan atau persetujuan atau membenarkan penyimpangan itu.

173
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Penerimaan berarti menerima dan mengerti yang bersifat membantu dan


mengakui bahwa hal itu sebagai bagian dari kenyataan tetapi bukan sebagai yang
benar dan baik. Jadi ada perbedaan antara menerima dan membenarkan.
Penerimaan terhadap orang lain bukan berarti menerima perbuatan yang tidak
bermoral sebagai perbuatan yang benar, juga tidak berarti membenarkan sikap-
sikap atau tingkahlaku yang menyimpang. Objek penerimaan bukanlah ”yang
baik” tetapi ”yang nyata”.

Pemahaman Saudara terhadap konsep penerimaan akan membantu Saudara


mengerti klien sebagaimana adanya. Dengan demikian Saudara membantu klien
membebaskan diri dari pertahanan diri yang tidak dikehendaki sehingga klien
merasa aman untuk membuka diri dan memandang diri sebagaimana adanya
serta menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cara yang realistik.

5. Sikap Tidak Menghakimi

Pengertian dasar dari “menghakimi” adalah menentukan apakah seseorang itu


bersalah atau tidak bersalah dalam melakukan suatu hal. Hal itu adalah suatu
proses memutuskan apakah seseorang terlibat dengan tindakan kejahatan atau
tidak, dengan pengetahuan dan sengaja dan oleh karena itu ia dipersalahkan.

Sikap tidak menghakimi didasarkan pada suatu keyakinan bahwa PK tidak


membenarkan penentuan bersalah atau tidak bersalah, atau sampai seberapa
jauh tanggungjawab klien sebagai penyebab dari masalah-masalah atau
kebutuhan-kebutuhan.Meskipun demikian PK harus mampu membuat evaluasi
mengenai sikap-sikap, standard atau tindakan-tindakan klien tanpa melibatkan
unsur-unsur pikiran dan perasaannya.

Dalam PK menghakimi berarti suatu usaha menempatkan kesalahan pada klien,


menyatakan bahwa ia baik secara verbal maupun non verbal bertanggungjawab
karenamenyebabkan masalahnya atau ketergantungannya baik yang
berhubungan dengan lingkungannya atau kepribadiannya.Kebutuhan
klienmencari bantuan dari lembaga sosial dapat mengakibatkan timbulnya
perasaan ynag tidak enak, salah satunya adalah ketakutan “dihakimi”.

Dasar dari ketakutan klien timbul dari pengalaman-pengalaman hidupnya, ia telah


dihakimi dan dikutuk untuk kesalahan-kesalahan dan kegagalan-kegagalan yang
telah diperbuatnya baik oleh orang-orang yang tidka mengerti diri klien maupun
orang-orang yang tidak mempunyai hak untuk berbicara kepadanya. Apabila klien
melihat PK sebagai suatu simbol dari suatu masyarakat yang akan menghakiminya
yang ia takuti maka klien cenderung mencari keamanan diri dalam suatu sikap yang
melindungi diri sendiri. Hal ini membuat rintangan-rintangan untuk dapat
melighat secara objektif pada dirinya sendiri dan pada sebab-sebab dari
ketidakmampuannya untuk menyesuaikan diri.

174
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Selama klien takut dihakimi, maka ia tidak akan merasa bebas untuk
membicarakan tentang dirinya dengan tenang dan terbuka. Dia tidak akan mampu
mengeluarkan hal-hal yang negatif dalam situasinya dan dalam kepribadiannya
karena ia takut informasi yang diberikannya akan digunakan untuk menyerang
dirinya dalam berbagai cara.Kebutuhan untuk melindungi diri sendiri akan
berkurang apabila klien menyadari bahwa PK adalah orang yang secara total tidak
mempunyai keinginan untuk menghakimi atau mengadili klien.
Kecurigaan terhadap PK yang menunjukkan sikap bersahabat akan hilang dan ia
akan merasa pasti bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah untuk
kepentingan membantu klien bukan untuk menjatuhkan. Klien akan menjadi lebih
mampu untuk menerima dirinya sendiri sebagai orang yang berguna dan lebih
mampu untuk mendiskusikan kebutuhannya dan masalahnya yang sebenarnya.

6. Memutuskan Bagi Diri Sendiri

Salah satu keyakinan yang kuat dari PK adalah bahwa setiap orang mempunyai
kemampuan untuk memutuskan bagi diri sendiri dan bahwa suatu pelanggaran
oleh PK yang disadari dan disengaja terhadap kebebasan klien untuk
memutuskan sendiri adalah suatu tindakan yang tidak profesional yang
melanggar hak-hak klien dan mengganggu atau tidak memungkinkan
penyelesaian masalah.
Prinsip klien memutuskan bagi diri sendiri adalah pengenalan praktis terhadap
hak dan kebutuhan klien untuk bebas membuat pilihan-pilihan dan keputusan-
keputusan sendiri dalam proses bantuan. PK mempunyai kewajiban untuk
menghormati hak itu, mengenal kebutuhan itu, menstimulasi dan membantu
klien mengaktifkan potensi itu untuk mengarahkan diri sendiri dengan jalan
membantu klien melihat dan menggunakan sumber daya yang ada di kominitas
dan diri klien sendiri.
Hak klien untuk memutuskan sendiri, bagaimanapun juga terbatas oleh
kemampuan klien untuk membuat keputusan yang konstruktif dan positif yang
dipengaruhi oleh kerangka hukum sipil dan hukum moral,serta oleh fungsi dari
lembaga sosial.

7. Kerahasiaan

Kerahasiaan merupakan hak azasi individu dandapat ditinjau dari 2 (dua) segi
yaitu sebagai kode etik profesional dan sebagai unsur relasi bantuan.Kerahasiaan
adalah penjagaan dari informasi-informasiyang bersifat rahasia tentang klien
yang disampaikan dalam relasi profesional. Kerahasiaan merupakan suatu
kewajiban etis dari manajer kasus dan sangat diperlukan bagi pembimbingan
kemasyarakatan yang efektif.

Namun hak klien tersebut tidak mutlak karena rahasia klien kadang-kadang perlu
dibahas bersama antara orang-orang profesional dalam satu tim kerja dari suatu
lembaga sosial dan lembaga sosial lainnya. Kewajiban itulah yang mengikat
semua orang yang tersangkut di dalamnya. Rahasia hanya dapat didiskusikan
dalam relasi profesional. Oleh sebab itu, PK sebaiknya menjelaskan informasi atau
catatan apa saja yang disimpan, serta laporan-laporan dan catatan-catatan yang
akan diberikan kepada pihak lainyang juga mempunyai hak dan tanggungjawab
dalam penyediaan layanan berkesinambungan bagi klien.

175
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Jika klien meminta bantuan dari suatu lembaga pelayanan sosial, ia menyadari
bahwa ia harus mengutarakan berbagai fakta tentang dirinya sendiri dan tentang
situasinya kepada PK. Misalnya, perasaannya yang ia tidak ingin diketahui orang
lain, tingkahlakunya yang dapat merusak reputasi pribadinya apabila diketahui
oleh kawan atau tetangganya atau tentang kejadian-kejadian dalam keluarganya
yang dapat memalukannya.

Sebelum menghimpun informasi dari klien, penting bagi PK untuk menjelaskan


kepada klien apa tujuan menghimpun informasi yang lengkap dan benar baik dari
klien maupun dari keluarga dan siapa saja yang dapat mengakses informasi
tersebut. Hal tersebut akan dapat mengurangi kekhawatiran klien untuk dapat
berterus terang dan mengungkapkan perasaan dan masalahnya kepada PK. Klien
memasuki relasi bantuan dengan pengertian tersebut. Oleh sebab itu memegang
rahasia adalah kualitas yang penting dari relasi bantuan.

C. Sifat layanan bantuan.

Setiap jenis pelayanan kesejahteraan sosial baik yang dilaksanakan oleh pemerintah
maupun masyarakat mengandung sifat prefentif, kuratif dan rehabilitatif(Alfred J.Khan,
1973). Seperti penjelasan berikut:

a. Prefentif atau pencegahan, pelayanan bantuan yang diarahkan untuk


pencegahan timbulnya masalah baru dan meluasnya permasalahan dengan
melibatkan keluarga, masyarakat, lembaga atau organisasi social yang peduli
dengan pembinaan narapidana.

b. Kuratif atau penyembuhan, pelayanan bantuan yang diarahkan untuk


penyembuhan atas gangguan-gangguan yang dialami oleh klien bapas baik
secara fisik, psikis maupun social.

c. Rehabilitatif atau pemulihan kembali, proses pemulihan kembali fungsi-


fungsi social setelah individu atau klien mengalami berbagai guncangan
sebagai narapidana dalam melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya.

Pada negara berkembang seperti Indonesia pelayanan sosial dimaksudkan sebagai


pelayanan yang difokuskan pada bantuan bagi individu bersifat perorangan dan keluarga
yang mengalami masalah dalam penyesuaian diri dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial di
masyarakat.

D. Menjalin Kemitraan
Menjalin hubungan kerjasama terhadap penyedia layanan dilingkungan masyarakat
merupakan hal penting untuk dilakukan oleh PK agar terjadi pelayanan yang
berkesinambungan yang dapat memenuhi kebutuhan klien. Meskipun demikian upaya
ini merupakan hal yang rumit dan tidak mudah untuk dilakukan. Hal terpenting adalah
memusatkan upaya pada kerjasama yang saling mendukung antar satu instansi dengan
instansi lainnya.
Dengan demikian terdapat berbagai stakeholder yang memilki kemampuan layanan
yang berbeda dan spesifik yang dapat menyediakan variasi layanan untuk pemenuhan
kebutuhan klien. Diharapkan setelah mempelajari bab ini, PK dapat memiliki
kemampuan menjalin hubungan bantuan dengan klien.

176
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Dimana dengan pelayanan yang berkesinambungan diasumsikan bahwa sistem


pendukung seperti dibawah ini tersedia secara terpadu dan dapat berjalan secara efektif
dan efisien di masyarakat (Yayasan LAYAK, 2007) yaitu :

a). Pengembangan jaringan kerja


 Jaringan kerja sering diidentikkan dengan kemitraan, kolaborasi dan
koordinasi.
 Jaringan kerja adalah tata hubungan kerjasama yang berciri kemitraan dari
berbagai unsur yang berdasarkan kriteria tertentu memiliki tanggung jawab
sosial untuk terlibat menangani masalah
 Adanya sistem kerjasama dan koordinasi yang direncanakan secara terarah
dan sistematis.
 Jaringan kerja adalah proses perluasan kontak formal dan informal dimana
organisasi dan para anggota melakukannya dengan individu dan organisasi
lainnya.
b). Fungsi jaringan kerja antar lembaga/ badan social adalah sebagai:
 Media Kerjasama
 Sumber informasi
 Pengembangan program
 Pengendalian sumber
 Konsultasi dan koordinasi

Jaringan pengembangan perlu disusun dengan langkah – langkah jaringan antar lembaga
(Meity. S, 2008) sebagai berikut:

 Identifikasi dan Inventarisasi


 Menyusun gagasan dan program yang dianggap layak sesuai kebutuhan
 Identifikasi, Inventarisasi dan petakan pihak-pihak mana saja yang secara
potensial dianggap sebagai pemilik sumber dan diperhitungkan dapat
memberikan dukungan terhadap program.
 Lakukan kontak-kontak pendahuluan dan lanjutan kepada pihak-pihak yang
telah dipetakan.
 Membangun kontrak kerja/komitmen bersama
 Melaksanakan kerjasama

Beberapa komponen layanan yang harus tersedia dalam menyusun jaringan dan
menjalin kemitraan sebagai kekuatan untuk melengkapi program pelayanan bagi klien,
seperti berikut:

a. Tersedianya bahan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)


b. Mobilisasi masyarakat untuk membangun program layanan masyarakat
c. Terjalinnya kemitraan antara pemerintah dan LSM
d. Tersedianya prosedur rujukan antar instansi penyedia layanan di
masyarakat bagi klien dan/atau keluarganya
e. Tersedianya prosedur supervisi dari sarana layanan di tingkat pusat
sampai ke daerah termasuk para relawan.
f. Pelatihan dan bimbingan teknis bagi Pembimbing Kemasyarakatan

177
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Pelayanan lanjutan baik Rujukan (referral), penyaluran (transfer) maupun pengakhiran


(terminasi) bagi kasus Anak Berhadapan Hukum (ABH). Tujuannya adalah terlaksananya
pengalihan pelayanan lanjutan bagi klien kepada pihak lain sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan dan masalahnya.

Contoh: Individu dan lembaga yang dapat menjadi rujukan:


a. Keluarga : Orang tua, kakak/adik, kakek/nenek, paman/bibi, sepupu, dll.

b. Profesi lain: psikolog,penasehat hukum, pekerja social, dokter guru,polisi, dll.

c. Orang lain yang dekat dengan korban, seperti keluarga (orangtua), teman sebaya,
tokoh masyarakat (RT/RW), dll.
d. Lembaga Pemerintah (formal), seperti Dinas Sosial, Komisi Nasional
Perlindungan Anak, Pusat-Pusat Rehabilitasi, Rumah Sakit, Bapas, dll.
e. Lembaga Sosial Skala Internasional, UNICEF, Save Children, ILO, dll

f. Lembaga Sosial Non pemerintah (LSM), seperti Rumah Aman Anak/ Rumah
Singgah, dll.
g. Lembaga Sosial Berbasis keagamaan (ormas), seperti Muhamadiyah, NU yang
telah banyak memiliki Panti Asuhan dan Rumah Singgah, dll.

1. Sumber-Sumber Pelayanan

Setiap orang selalu dihadapkan pada usaha untuk memenuhi kebutuhannya.


Keberfungsian sosial mengacu kepada cara-cara yang digunakan oleh individu
maupun kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka (Max Siporin,
1972). Untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan manusia, sebenarnya ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Kebutuhan manusia pada prinsipnya lebih dari satu. Kebutuhan manusia
tersebut merupakan sekumpulan dari kebutuhan dasarnya.
b. Ada beberapa kebutuhan manusia yang sebenarnya merupakan karakteristik
dari konteks kebudayaan yang dimilikinya. Manusia yang berada di dalam
masyarakat tertentu akan dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat tersebut.
Oleh sebab itu Kebutuhan manusia juga dipengaruhi oleh kebudayaannya.
c. Sistem kebutuhan setiap individu sangat tergantung dari perkembangannya.
Kebutuhan seorang bayi, anak, remaja dan dewasa akan berbeda. Selain
perkembangan fisik, perkembangan psikis juga mempengaruhi jenis
kebutuhan yang diperlukan setiap individu. Kebutuhan klien ini sangat banyak
dan bervariasi, masing-masing klien memiliki kebutuhan yang spesifik.
Penentuan kebutuhan manusia dikelompokkan dalam 2 golongan besar, yaitu
:
a. Penentuan kebutuhan berdasarkan karakteristik umum (general)
b. Penentuan kebutuhan berdasarkan perkembangan manusia (spesifik).

178
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Banyak ahli yang memberikan pendapat mereka mengenai jenis kebutuhan


manusia secara umum. Neil Gilbert dan Harry Specht, 1989 di dalam bukunya
berjudul The Emergence of Social Welfare and Social Work menyatakan bahwa
kebutuhan manusia dapat dikelompokkan dalam 5 bagian yaitu : Physical Needs,
Emotional Needs, Intelectual Needs, Spiritual Needs, Social Needs.

Sistem sumber bantuan secara potensial dapat digali dan dimanfaatkan klien
untuk memenuhi kebutuhannya, namun kadang ada situasiyang menyebabkan
klien tidak dapat menggali dan memanfaatkan sistem-sistem tersebut. Karenanya
ia membutuhkan dukungan dan dampingan Saudara dapat mengakses berbagai
sistem sumber pelayanan/bantuan tersebut. (Allen Pincus dan Anne Minahan
dalam Dwi Heru Sukoco, 1992)mengklasifikasikan sumber pelayanan ke dalam 3
golongan yaitu :

a.Sistemsumberalamiahatau Informal

Sistem sumber alamiah atau informal adalah keluarga, teman, tetangga maupun
orang-orang lain yang bersedia membantu. Bantuan yang dapat digali dan
dimanfaatkan dari sumber-sumber alamiah adalah dukungan emosional, kasih
sayang, nasehat, informasi dan pelayanan-pelayanan konkrit lainnya seperti
peminjaman uang.
b. Sistemsumber Formal

Sistem sumber formal adalah keanggotaan klien dalam suatu organisasi atau
asosiasi formal yang bertujuan untuk meningkatkan minatnya sebagai anggota.
Sistem sumber tersebut juga dapat membantu anggotanya untuk bernegosiasi dan
memanfaatkan sistem sumber kemasyarakatan
c. Sistemsumber Kemasyarakatan
Sistem-sistem sumber kemasyarakatan dapat berupa Rumah sakit, badan-badan
adopsi, program-program latihan kerja, pelayanan-pelayanan sosial resmi, dan
lainnya. Setiap orang dalam kehidupannya terkait dengan sistem sumber
kemasyarakatan seperti sekolah, pusat perawatan anak, penempatan-penempatan
tenaga kerja, program-program tenaga kerja. Orang juga terkait dengan badan-
badan pemerintah dan pelayanan-pelayanan umum lainnya seperti RS,
Perpustakaan umum, kepolisian, pelayanan sosial, dan sebagainya.

2. Pemetaan Sumber-Sumber Pelayanan

Untuk dapat menggali dan memanfaatkan sumber-sumber palayanan di atas


diperlukan power and authority (kekuatan dan kekuasaan). Kekuatan dan kekuasaan
manusia pada dasarnya merupakan kemampuan orang tersebut untuk bertindak
secara efektif. Kekuasaan biasanya berkaitan dengan hak seseorang untuk dapat
memanfaatkan sumber-sumber pelayanan yang tersedia. Pembimbing
Kemasyarakatan sebagai pihak yang mengkaitkan sistem sumber pelayanan bagi
kliennnya terlibat dalam usaha mempengaruhi kebijakan serta program yang
menjamin adanya pemerataan bagi setiap orang.

179
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Dalam upaya mempengaruhi kebijakan tersebut, Saudara harus mampu berperan


sebagai perantara, pelaku advokasi (advocate) dan memetakan stakeholder yang
memiliki kewenangan memberikan layanan yang dibutuhkan klien. Dalam proses
pembimbingan,Saudara sebaiknya memiliki buku saku yang memuat instansi
pemberi layanan, alamat, jam layanan, dan kontak person dengan nomor telepon
yang bisa dihubungi diwilayah kerjanya. Diharapkan Saudara juga dapat
memberikan buku saku layanan tersebut kepada kliennya. Sehingga klien dapat
mengakses layanan yang dibutuhkan dengan lebih mudah.

Untuk lebih jelas Saudara dapat melihat contoh bagaimana melakukan


koordinasi, menjalin kemitraan dan melakukan pemantauan terhadap klien Bapas
yang terdeteksi HIV setelah mendapatkan program Pembebasan bersyarat (PB)
seperti bagan berikut:
Pusat
Napi/Tah anan
Bebas CST,
adikasi

Dengan
Dengan resiko WBP Bebas Rumah Layanan
HIV dan atau CST
resiko HIV
dalam program murni singgah Puskesma
Pengoba
dan
(TB, atau
IMS,
tan TB s
Adiksi,
dalam ARV) PB, CB,
Bapas & Pelayana
program CMB n IMS
BLK
(TB, IMS, Bagi Klien LSM
Adiksi, Bapas
ARV)
Tanpa
faktor Bebas
resiko HIV
& tidak

Gambar 10.
Layanan kesehatan bagi klien bapas. PB, CBM, CB

Saudara sebagai manajer kasus dapat memberikan informasi dan/membantu klien


yang sedang menjalani PB, CMB dan CB untuk akses ketempat penyedia layanan
kesehatan yang dibutuhkan. Bapas merupakan satu-satunya instansi pemerintah yang
dapat menghubungkan warga binaan dari lapas dan rutan dengan dunia luar, terutama
yang menjalani PB, CBM dan CB.
Warga binaan yang mengikuti program PB, CMB dan PB merupakan klien
pemasyarakatan dalam pengawasan Balai Pemasyarakatan. Sebelum narapidana
menjalani pembebasan terlebih dahulu dilakukan pemantapan tergantung dengan
kebutuhan individu narapidana yang bersangkutan. Pemantapan dapat
berupakonseling individu maupun pemantapan secara kelompok. Kegiatan
pemantapan dapat dilakukan melalui ceramah,penyuluhan, maupun pelatihan yang
dikemas dalam program prerelease.Dari program ini diharapkan warga binaan yang
mempunyai perilaku beresiko di lapas dapat diketahui status HIV-nya sebelum bebas,
agar setelah bebas dapat membuat perencanaan penanganan kesehatannya. Hal ini
juga dapat mencegah terjadinya penularan kepada pasangannya dan keluarga.
Klien dalam resiko HIV atau dalam program TB,IMS,adiksi, ARV bagi klien bebas murni
dilakukan rujukan kerumah singgah atau pusat CST, Adiksi. Bagi klien PB, CMB dan CB
rujukan dapat dilakukan ke Bapas dan BLK.

180
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Selanjutnya baik klien bebas murni maupun klien PB, CMB dan CB memperoleh
pelayanan lanjutan ke Puskesmas maupun LSM untuk dilakukan pengobatan dan terapi
secara berkala dan berkelanjutan. (seperti pada gambar diatas)
Warga binaan pemasyarakatan kerap menemui masalah-masalah di kehidupannya
setelah mereka keluar dari lapas, sehingga pendampingan, pembimbingan, dan
pengawasan sangat mereka butuhkan. Diantara masalah-masalah yang sering ditemui
adalah berkaitan dengan kesehatan. Studi kasus diluar negeri tentang Kien HIV yang
bebas dari lapas dan rutan didapat permasalahan sebagai berikut:
1) Perilaku sex yang beresiko, tidak aman, transaksi sex, dan penggunaan narkoba.
2) Bertemu dengan perilaku beresiko dalam beberapa hari pertama setelah
bebas, sehingga merupakan factor resiko untuk HIV han HCV beberapa hari
setelah bebas.
3) Mantan WBP memerlukan penyegaran kembalipengetahuan HIV dan hepatitis
C, upaya pencegahanberfokus pada pendidikan, promosi kesehatan mengenai
sex dan jarum steril, rehabilitasi atau terapi kepada penyalahgunaan obat,
diperlukan rumah singgahuntuk bebas dari narkoba dihari-hari pertama bebas.
4) Mantan WBP menghapadi tantangan besar dalam mengakses sarana kesehatan
dan pengobatan, sehingga diperlukan koordinasi antara petugas bapas dengan
petugas kesehatan di komunitas umum agar dapat melanjutkan perawatan
setelah bebas.
5) Kepatuhan mantan WBP terhadap terapi seringkali menurun drastis,tingkat
overdosis sangat tinggi bagi mantan WBP juga mantan pengguna narkoba.
Mungkin dapat dirujuk pada puskesmas atau rumah singgah di luar. (Draft
pedoman perawatan, dukungan dan pengobatan komprehensip di lapas, rutan
dan Bapas , 2011).

3. Jejaring instansi pemerintah maupun non pemerintah.


Melihat betapa rentannya klien bapas setelah bebas tanpa pengawasan
dan pendampingan, mata perlu Saudara mengetahui jejaraing instansi
pemerintah maupun non pemerintah yang dapat dibutuhkan untuk menolong
klien Bapas:
a. Rumah sakit daerah yang menyediakan sarana CST dan layanan HIV
b. Rumah sakit penyedia layanan penanggulangan ketergantungan obat.
c. Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
d. Puskesmas yang terdekat dengan bapas
e. Lembaga Swadaya masyarakat melayani HIV/AIDS, Harm Reduction dan
rehabilitasi pecandu.
f. Komisi penaggulangan AIDS kota dan propinsi.

181
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

A. Rangkuman
i. Penguatan dan pemetaan jejaring layanan yang tersedia diwilayah kerja Saudara
merupakan upaya terpenting yang harus dilakukan oleh PK. Tanpa adanya kerjasama
yang baik antara PK atau Bapas dengan petugas instansi pemberi layanan akan sulit
bagi klien untuk dapat mendapatkan pelayanan.

ii. Pembimbing kemasyarakatan harus mampu tidak hanya memetakan sumber layanan
formal yang disediakan oleh pemerintah, tetapi juga sumber non pemerintah seperti:
Lembaga swadaya masyarakat bergerak dibidang HIV AIDS, Harm Reduction dan
rehabilitasi pecandu narkoba.

iii. Salah satu peran utama PK adalah menjalin hubungan bantuan dengan klien. Dimana
klien harus menyadari kebutuhannya akan dukungan dan bantuan PK untuk kembali
memulai melaksanakan perannya di masyarakat setelah ia memperoleh pembebasan
bersyarat. Dalam menjalin hubungan bantuan, seorang PK harus memahami 7 prinsip
relasi bantuan yang dapat membantu terbangunnya relasi yang baik antara PK dengan
klien.

iv. Ketujuh prinsip relasi bantuan tersebut adalah individualisasi, ekspresi perasaan yang
bertujuan, pelibatan emosional yang terkendali, penerimaan, sikap tidak
menghakimi, memutuskan bagi diri sendiri, dan kerahasiaan.

v. Setiap layanan bantuan atau pelayanan sosial senantiasa diarahkan sebagai upaya
melakukan pencegahan, penyembuhan dan pemulihan dari gangguan dan guncangan
selama klien sebagai narapidana.

B. Latihan

Apakah Saudara sudah memahami materi yang disampaikan pada pokok bahasan VI ini?
Untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman Saudara terkait materi ini, maka
jawablah beberapa pertanyaan berikut ini.

1. Sebutkan salah satu sistem sumber-sumber pelayanan menurut Pincus dan Mihanan !

2. Sebutkan salah satu prinsip untuk mengidentifikasi kebutuhan manusia !

3. Sistem layanan seperti apa yang dapat memberikan layanan berkesinambungan ?

4. Sebutkan 5 kebutuhan manusia menurut Neil GilbertdanHarry Specht!

5. Mengapa PK harus melakukan pemetaan sumber-sumber layanan ?

6. Sebutkan dan jelaskan salah satu dari 7 prinsip relasi bantuan !

7. Sebutkan salah satu fungsi dari jaringan kerja ?

8. Apakah maksud konsep kerahasiaan relatif ?

182
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB VII

183
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

B. Evaluasi

1. Manajemen kasus sering dipergunakan untuk merespon kebutuhan?


a. Kebutuhan ekonomi keluarga
b. Kebutuhan perorangan
c. Kebutuhan kesehatan dan pelayanan social
d. Kebutuhan pertahanan dan keamanan
2. Manajemen kasus sebagai pengorganisasian pelayanan yang ditujukan untuk?
a. Klien mendapatkan perhatian
b. Klien mendapat pembimbingan yang lebih lama
c. Klien memperoleh pelayanan secara tepat
d. Klien dapat mengikuti kegiatan yang di masyarakat.
3. Menurut NASW, 1989 menejemen kasus adalah proses ?
a. Membantu melakukan pendampingan
b. Mengajak untuk mandiri
c. Merencanakan kegiatan
d. Memberikan kesadaran
4. Dari definisi beberapa menajemen kasus yang telah dibaca dapat disimpulkan
bahwa:
a. Manajemen kasus merupakan model praktik yang menggunakan pengetahuan
dan keterampilan dan nilai-nilai tertentu..
b. Manajemen kasus merupakan keahlian bagi petugas lapas
c. Manjemen Kasus wajib bagi pendamping petugas menangani klien HIV/AIDS.
d. Manajemen Kasus dapat dipergunakan bagi klien anak.
Salah satu prinsip dari Manajemen Kasus adalah?
a. Kerahasian
b. Menegakkan nilai-nilai HAM
c. Menjaga nilai-nilai masyarakat.
d. Identifikasi klien dan kebutuhan.

6. Salah satu fungsi manajemen kasus adalah ?


a. Meringankan hukuman
b. Tidak membeda-bedakan pelayanan pembimbingan.
c. Pelayanan yang teratur
d. Memudahkan pembimbingan bagi PK Bapas.
7. Tujuan manajemen kasus adalah ?
a. Menjaga klien agar lapor tepat waktu.
b. Mengajarkan klien agar bertanggung jawab kepada keluarga dan masyarakat.
c. Mudah memantau perkembangan Klien.
d. Bagi klien agar mendapat pelayanan yang efekti dan efisien.

184
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

8. Untuk mengetahui kebutuhan klien Bapas perlu dilakukan ?


a. Pembuatan Litmas
b. Melihat pentahapan pembinaan
c. Mempelajari Vonis pengadilan.
d. Asesmen
9. Kegiatan asesmen meliputi:
a. Kunjungan rumah klien, bertemu tokoh masyarakat/kepala desa
b. Mempelajari vonis pengadilan dan pentahapan pembinaan
c. Identifikasi masalah, Perumusan masalah
d. Menyusun rencana pembimbingan.
10. Urutan tahapan dalam Manajemen kasus adalah berikut?
a. Asesmen, intervensi, pengawasan, perencanaan, pendampingan, terminasi.
b. Asesmen, perencanaan, intervensi, pengawasan, pendampingan, terminasi
c. Asesmen, Pengawasan, perencanaan, pendampingan, intervensi,terminasi.
d. Asesmen, terminasi, pendampingan, perencanaan, pengawasan, intervensi.
11. Terminasi/ pemutusan pembimbingan dilakukan karena:
a. Klien Sudah tidak bekerja
b. Klien meninggalkan keluarganya.
c. Klien pindah tempat tinggal
d. Klien tidak mengikuti nasehat PK
12. Hal apa saja yang diperhatikan pada saat pengawasan terhadap klien?
a. Tempat tinggal klien
b. Teman sepermainan dengan klien
c. Jumlah pertemuan untuk konseling
d. Pengulangan tindak pidana.
13. Bebarapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan konseling.
a. Penampilan fisik klien
b. Tingginya hukuman dan lamanya bimbingan
c. Kasus pidana yang dilakukan
d. Proses kerjasama timbal balik dan saling menghargai.
14. Kegiatan konseling adalah interaksi yang:
a. Saling ketergantungan
b. Berlangsung dalam kerangka professional
c. Tidak dapat direncanakan sebelumnya
d. Memerlukan biaya dan pengorbanan.
15. Salah satu Syarat menjadi PK yang berkualitas menurut LAYAK, 2007 :
a. Tidak mudah percaya pengakuan klien
b. Tidak menghambat ekspresi perasaan klien
c. Tidak mampu mengendalikan diri
d. Tidak peka terhadap budaya.

185
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

C. Umpan Balik

Baca dan pelajarilah setiap bab secara bertahap dan berulang-ulang sehingga
pada saat saudara selesai mengerjakan tes formatif yang disajikan dalam Modul
ini tingkat penguasaan yang anda peroleh mencapai paling sedikit 80%.Dengan
pengalaman praktik akan lebih baik Saudara dapat menerapkan model
manajemen kasus ini dengan sempurna. Apabila anda memperoleh jawaban 80 %
benar berarti akan lulus dalam mengikuti seleksi ujian , namun sebaliknya apabila
dalam evaluasi penguasaan diperoleh kurang dari 80% Saudara harap belajar
lebih giat lagi. Selamat belajar !

Kunci Jawaban.
1. A.
2. C
3. B
4. C
5. A
6. D
7. C
8. D
9. D
10. C
11. 8
12. C
13. D
14. D
15. B

186
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

DAFTAR PUSTAKA
Achlis, 1992, Komunikasi pekerjaan social, An Naba perpustakaan DKM AI Ihsan STKS, Bandung.
Brenda, du Bois dan Karla krogsrud Miley, 1992, Social Work An Empowering Profession,
Boston Allyn and Bacon.
Corey, Gerald, 2005. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Refika Aditama, Bandung
Sheafor, Bradford W, Charles R. Horesjsi, 2003. Techniques and Guidelines for Social Work
Practice, Unaited States of America.
Frankel, A.J, 2004. Case Management, An Introduction to Concepts and skills second edition.
University of North California, Wilmington School of Social Work Yeshire University, Lyceum
Books, Inc.
Rothman, 1991. Case management Helping profesion, National Association of Social workers,
California.
J.Kahn, Alfred, 1973. Social Policy and Social Services, Random Hause, New York.
Saleebey, D, 1997. The strengths Perspective in Social Work Practice, New York : Longman.
Surya, Mohamad, 2003.Teori-Teori Konseling, Bandung, Pustaka Bani Quraisy.
Siporin, Max, 1975. Introduction to Social Work practice, Macmillan. canada
Heru Sukoco Dwi, 1992.Pro/es/ Pekerjaan Sosial, Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi
KesejahteraanSosial Bandung.
Subardhini, Meity, 2008, Manajemen kasus, materi perkuliahan program Pasca Sarjana
Pekerjaan Sosial Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung
Yayasan LAYAK, 2007. Buku Pedoman Pelatihan bagi Pelatih Manajemen Kasus HIV-AIDS.
Depok.
DirektoratJenderal Pelayanan Medik, Ditjen PPM & PL, Depkes RI, 2004. Modul Pelatihan dan
Konseling Tes Sukarela untuk Konselor Profesional.
Family Health International, 2001.HIV Counselling Training Manual. Zimbabwe.
Ministry of Health and Family Welfare, National AIDS Control Organisation, Government of
India. HIV-AIDS Counselling Training Manual for Trainers.
Kemenkes RI dan Kemenkumham RI, Draft Pedoman Perawatan, Dukungan dan Pengobatan
Komprehensif di Lapas, Rutan dan Bapas, 2011

187
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

GLOSARIUM
1, Asesmen, adalah proses pengumpulan, analisis dan sintesa data penting kedalam suatu
formulasi pernyataan yang mencakup dimensi penting yaitu:
Karakteristik masalah klien meliputi perhatian khusus terhadap kebutuhan
perkembangan dan stressor bersamaan dengan transisi kehidupan yang
memerlukan adaptasi.
Kapasitas mengatasi masalah klien yang mencakup kekuatan, keterampilan,
kepribadian, keterbatasan dan kekurangan.
System yang relevan meliputi masalah klien dan karakteristik resiprokal antara klien
dengan system tersebut.
Sumber yang tersedia atau yang dibutuhkan dalam mengatasi masalah
Memotivasi klien untuk melakukan sesuatu terhadap masalahnya.

Indikator
Proses identifikasi, analisis dan sintesa data pada dimensi
Kondisi klien, keluarga dan linkungan.
Kapasitas mengatasi masalah
Sumber daya yang relevan dengan masalah.

2 Manajemen Kasus, adalah suatu pendekatan dalam pemberian pelayanan yang


ditujukan untuk menjamin agar klien yang mempunyai masalah yang komplek dapat
memperoleh semua pelayanan yang dibutuhkan secara cepat.
Manajer kasus melaksanakan peranan penting sebagai pialang social, menguasai
sumber dan kebutuhan pelayanan advokasi social, mewakili kepentingan klien dalam
menghadapi berbagai penyedia pelayanan, penyediaan sumber yang dibutuhkan oleh
klien.
Indikator
Fungsi dasar manajemen kasus; asesmen, perencanaan,daftar lembaga
pelayanan, informasi dalam perencanaan kasus,interprestasi tujuan, monitoring
evaluasi.
Penyaluran.
Memantau/monitor setiap pelayanan yang diberikan untuk memastikan tujuan
tercapai secara tepat dan efektif.

A. Komunikasi
Berasal dari bahasa latin Communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran
pikiran. Definisi Iain dari komunikasi adalah proses pertukaran informasi antara 2
orang atau lebih dalam proses ini terjadi kegiatan kegiatan mengirim pesan,
menerima dan menaggapi pesan diantara orang orang yang saling berinteraksi. (Max
Siporin, 1975).

188
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

B. Keberfungsian Sosial
Mengacu kepada cara individu atau kelompok (keluarga, asosiasi, komunitas)
berperilaku dalam rangka melaksanakan tugas-tugas kehidupan mereka dalam
memenuhi kebutuhannya.

C. Rehabilitasi
Dewan nasional untuk rehabilitasi mengatakan suatu definisi rehabilitasi sebagai
usaha memperbaiki kecacatan secara fisik, mental, social, vokasional dan
ketidakmampuan ekonomi dimana mereka masih memiliki kemampuan /
kesanggupan.

D. Sumber-sumber
Merupakan asset asset yang ada atau dimiliki yang dapat dipergunakan untuk
memecahkan masalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mendukung
keberfungsian social

E. Stigma
Mengacu kepada pemberian tanda untuk mengekpos sesuatu yang tidak pada
tempatnya dan memberikan tanda yang jelek mengenai status social atau moral
sesorang.

F. Terminasi
Dalam kontek manajemen kasus, merupakantitik akhir/ pengakhiran pelayanan dalam
proses manajemen kasus Pekerja sosial bersama tim akan memutuskan pelayanan
karena tujuan telah tercapai atau tidak tercapai dan tidak ada keinginan untuk
melanjutkan atau dirujuk ke lembaga Iain.

189
MODUL V
DIVERSI
DIVERSI
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul

Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia


oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Penulis
SRI SUSILARTI | TATAN RAHMAWAN | G.A.P. SUWARDHANI

Editor
Tim PAU Universitas Terbuka

Desain dan Tata Letak


Rion Gustaf

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku tanpa ijin tertulis dari Tim Penyusun Modul

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
DIREKTORAT BIMBINGAN KEMASYARAKATAN
DAN PENGENTASAN ANAK
2012
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya Modul
Diversi ini dapat tersusun sehingga nantinya dapat digunakan sebagai modul pembelajaran
jarak jauh bagi Pembimbing Masyarakat di Unit Pelaksana Teknis (UPT) seluruh Indonesia.
Modul ini merupakan pengembangan dari modul Pembimbing Kemasyarakatan yang
sebelumnya telah dikeluarkan pada tahun 2010. Modul ini juga sangat penting untuk
mendukung pelaksanaan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak.

Modul ini berisi materi mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak, Instrumen Nasional dan
Internaional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan anak yang berkonflik dengan
hukum, Tahapan Pelaksanaan Diversi dan Format Pelaksanaan Diversi. Kami berharap modul
ini dapat membantu pelaksanaan tugas bagi Pembimbing Kemasyarakatan sehingga cita-cita
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak untuk
menyelamatkan masa depan Anak Indonesia dapat terwujud.

Jakarta, September 2012


Tim Penulis
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak, merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat
dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat
yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak haknya
tanpa anak tersebut meminta. Pernyataan ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak
(Convention on the Rights of the Child) yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Hak Anak ini kemudian juga dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan Undang–undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Kedua ketentuan ini membahas tentang
prinsip-prinsip umum perlindungan anak, mencakup non diskriminasi, kepentingan terbaik
bagi anak, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang, serta menghargai partisipasi anak.
Filosofi sistem peradilan pidana anak
adalah mengutamakan pelindungan dan
rehabilitasi terhadap pelaku anak
(emphasized the rehabilitation of youthful
offender). Dalam filosofi anak dianggap
sebagai orang yang masih mempunyai
sejumlah keterbatasan dibandingkan
dengan orang dewasa. Anak memerlukan
perlindungan dari negara dan masyarakat
Gambar 1. dalam jangka waktu ke depan yang masih
Situasi persidangan yang tidak bersahabat dengan anak
Sumber: pusakaindonesia.or.id
panjang. Terhadap anak yang terlanjur
menjadi pelaku tindak pidana diperlukan
strategi sistem peradilan pidana yaitu mengupayakan seminimal mungkin intervensi sistem
peradilan pidana. Gambar 1. memperlihatkan situasi persidangan yang harus dihadapi oleh
seorang anak, tetapi tidak menunjukkan anak bersahabat dengan situasi yang harus
dihadapinya tersebut.
Sampai saat ini, kenyataan jumlah anak yang melakukan pelanggaran hukum masih
tergolong tinggi. Sebagian besar dari kasus yang mereka hadapi diselesaikan melalui proses
hukum formal. Proses hukum formal bagi anak saat ini relatif sama dengan proses hukum
formal bagi orang dewasa. Gambar 1. memperlihatkan, baik secara proses maupun putusan
yang dijatuhkan oleh Hakim, anak harus mengalami proses hukum sama seperti yang
dialami oleh manusia dewasa. Khususnya dalam hal putusan, sebagian besar putusan bagi
anak yang sudah diberikan adalah pidana penjara. Putusan pidana tersebut tidak sejalan
dengan filosofi sistem peradilan pidana anak yang dilandasi oleh berbagai peraturan

190
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

perundang-undangan yang mengedepankan pada kepentingan terbaik bagi anak. Oleh


karena itu perlu ada upaya penyelesaian dengan pendekatan restorative justice.
Anak yang melakukan pelanggaran hukum atau melakukan tindakan kriminal sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain faktor diri anak sendiri, faktor lain di luar diri anak
seperti pergaulan, pendidikan, teman bermain dan sebagainya, juga turut mempengaruhi.
Untuk melakukan perlindungan terhadap anak dari pengaruh proses formal sistem peradilan
pidana, maka timbul pemikiran manusia atau para ahli hukum dan kemanusiaan untuk
membuat aturan formal tindakan mengeluarkan (remove) seorang anak yang melakukan
pelanggaran hukum atau melakukan tindak pidana dari proses peradilan pidana dengan
memberikan alternatif lain yang dianggap lebih baik untuk anak. Berdasarkan pikiran
tersebut, maka lahirlah konsep diversion yang dalam istilah Bahasa Indonesia disebut diversi
atau pengalihan. Modul ini akan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan konsep
diversi tersebut

B. Deskripsi Singkat
Modul Diversi ini akan membahas tentang berbagai hal yang terkait dengan diversi
meliputi sistem peradilan pidana anak, konsep keadilan restoratif, konsep diversi,
instrumen nasional dan instrumen internasional yang menjadi dasar hukum dalam
penanganan anak yang berkonflik dengan hukum, tahapan pelaksanaan diversi, serta
laporan pelaksanaan diversi.

C. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari Modul Diversi, seorang PK mampu melakukan upaya diversi untuk
menyelesaikan tindak pidana yang dilakukan oleh anak sejalan dengan peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.

D. Kompetensi Khusus
Secara khusus sebagai seorang Pembimbing Kemasyarakatan (PK), Saudara diharapkan
mampu untuk:
1. menjelaskan sistem peradilan pidana anak
2. menjelaskan konsep keadilan restoratif
3. menjelaskan konsep diversi
4. menjelaskan instrumen nasional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan
anak yang berkonflik dengan hukum
5. menjelaskan instrumen internasional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan
anak yang berkonflik dengan hukum
6. menjelaskan tahapan pelaksanaan diversi
7. membuat laporan pelaksanaan diversi.

191
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

E. Peta Kompetensi
Untuk memudahkan Saudara mempelajari materi modul Diversi, berikut adalah susunan
kompetensi yang harus Saudara kuasai. Kompetensi ini adalah kompetensi-kompetensi yang
harus Saudara miliki dalam melakukan upaya diversi menyelesaikan tindak pidana yang
dilakukan oleh anak sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

F. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Modul Diversi ini tersusun atas 4 (empat) pokok bahasan dengan masing-masing pokok
bahasan terdiri dari beberapa sub pokok bahasan. Untuk memudahkan Saudara
mempelajari modul ini, berikut adalah susunan dari Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
tersebut.
1. Sistem peradilan pidana anak
a. Pegertian, subsistem, dan karakteristik Sistem peradilan pidana anak
b. Keadilan Restoratif
c. Diversi

2. Instrumen nasional dan internasional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan
anak yang berkonflik dengan hukum
a. Instrumen nasional terkait dengan anak yang berkonflik dengan hukum
b. Instrumen internasional terkait dengan anak yang berkonflik dengan hukum

3. Tahapan pelaksanaan diversi


a. Tahapan pelaksanaan diversi sebelum berlakunya UU RI No.11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
b. Tahapan pelaksanaan diversi mengacu kepada UU RI No.11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak.
c . Ilustrasi penanganan perkara anak melalui upaya diversi

192
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

4. Laporan pelaksanaan diversi


a. Format laporan .
b. Lampiran pendukung laporan

G. Manfaat Mempelajari Modul


Dengan mempelajari modul ini, selaku Pembimbing Kemasyarakatan Saudara
diharapkan akan memiliki pedoman dan kemampuan dalam melakukan upaya diversi bagi
anak yang berkonflik dengan hukum, misalnya sebagai pendamping, mediator.

H. Petunjuk Penggunaan Modul


Dalam mempelajari modul ini, perhatikan dan ikuti petunjuk sebagai berikut.
1. Baca dan pelajari setiap bab pada modul ini secara bertahap dan berulang-ulang
sehingga saudara mampu mengerjakan soal-soal latihan yang disajikan pada modul
ini dengan tingkat keberhasilan minimal 80%.
2. Pelajari pula Modul Pembimbing Kemasyarakatan (PK) lainnya agar saudara mampu
mengaplikasikan modul ini
3. Baca, pelajari dan pahami pula berbagai peraturan perundang undangan yang terkait
dengan penanganan masalah anak yang berkonflik dengan hukum.

193
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB II
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Pokok Bahasan 1. Sistem Peradilan Anak ini, seorang Pembimbing
Kemasyarakatan (PK) diharapkan mampu menjelaskan sistem peradilan pidana anak.

B. Sub Pokok Bahasan


Pokok Bahasan 1. Sistem Peradilan Anak dijabarkan menjadi 3 (tiga) sub pokok bahasan
yaitu:
1. Sistem Peradilan Pidana Anak
2. Keadilan Restoratif
3. Diversi.
Berikut adalah paparan dari ketiga sub pokok bahasan tersebut.

1. Sistem Peradilan Pidana Anak


Dalam sub pokok bahasan 1. Ini akan dijabarkan mengenai sistem peradilan pidana
anak. Anak sebagai salah satu sumber daya manusia dan merupakan generasi penerus
bangsa, sudah selayaknya mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Upaya ini
harus dilakukan dalam rangka pembinaan anak untuk mewujudkan sumber daya
manusia yang tangguh serta berkualitas. Berkaitan dengan pembinaan anak diperlukan
sarana dan prasarana hukum yang diharapkan dapat mengantisipasi segala
permasalahan yang timbul. Sarana dan prasarana yang dimaksud akan menyangkut
kepentingan anak maupun penyimpangan sikap dan perilaku yang menjadikan anak
terpaksa dihadapkan ke muka pengadilan.
Anak merupakan bagian dari masyarakat, mereka mempunyai hak yang sama
dengan masyarakat lain yang harus dilindungi dan di hormati. Hak anak merupakan hak
konstitusi, yang dirumuskan dalam Konstitusi (khususnya amandemen II). Pasal 28 B
ayat 2 berbunyi “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Ketentuan
dalam UUD 1945 ini memang tidak secara langsung memerintah terkait dengan anak-
anak yang bermasalah dengan hukum, tetapi secara umum menegaskan perihal hak-hak
dan perlindungan anak-anak. Ketentuan dalam UUD 1945 ini kemudian dipertegas
dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM, Pasal 58 ayat 1 yang berbunyi “Setiap anak
berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau
mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam
pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab
atas pengasuhan anak tersebut”. Dipertegas pula dalam UU Nomor 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak, dan ditegaskan kembali dalam UU Nomor 23 Tahun 2002

194
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

tentang Perlindungan Anak. Selain itu, sebelumnya telah diratifikasi dalam Konfensi Hak
Anak (Convention on the Right of the Child) dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun
1990 Undang-undang tersebut secara substansi mengatur hak-hak anak berupa hak
hidup, hak atas nama, hak pendidikan, hak kesehatan dasar, hak untuk beribadah
menurut agamanya, hak berekspresi, berpikir, bermain, berkreasi, beristirahat, bergaul
dan hak jaminan sosial. Gambar 3. memberikan gambaran tentang hak anak tersebut.

Gambar 3.
Hak-hak anak
Sumber: Harkristuti harikrisnowo (2010)

Sebelum membahas lebih jauh tentang konsep diversi dan Restorative Justice, akan dibahas
terlebih dahulu mengenai sistem peradilan pidana anak dalam perspektif HAM
internasional sebagai komparasi. Sistem Peradilan Pidana Anak ( Juvenile Justice Sistem)
adalah segala unsur sistem peradilan pidana yang terkait di dalam penanganan kasus -kasus
kenakalan anak. Unsur pertama adalah polisi, polisi berperan sebagai institusi formal ketika
anak nakal pertama kali bersentuhan dengan sistem peradilan. Polisi juga yang akan
menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diproses lebih lanjut. Unsur kedua adalah
Jaksa dan Lembaga Pembebasan Bersyarat. Jaksa dan Lembaga Pembebasan B ersyarat akan
menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diproses ke pengadilan anak. Unsur ketiga
adalah Pengadilan Anak. Pengadilan Anak berperan pada tahapan ketika anak akan
ditempatkan dalam pilihan-pilihan, mulai dari dibebaskan sampai dimasukkan dalam
institusi penghukuman (Trajanowicz and Morash, 1992). Unsur terakhir atau unsur keempat
adalah institusi penghukuman. Intitusi penghukuman merupakan tempat bagi anak yang
melanggar hukum menjalani masa hukumannya sekaligus sebagai tempat pembinaan bagi
mereka.

195
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Ada 2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat mereka berhadapan dengan hukum sebagai
berikut:
a. Status Offender adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak
dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos sekolah atau kabur dari rumah (
Allen and Simmonsen, 1989);
b. Juvenile Delinquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa
dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum ( Allen and Simmonsen, 1989); Sehubungan dengan
perilaku anak yang membuat mereka berhadapan dengan hukum ini, Muladi (2008) menyatakan
bahwa criminal justice system (sistem peradilan pidana) memiliki tujuan untuk : (i) resosialisasi
dan rehabilitasi pelaku tindak pidana; (ii) pemberantasan kejahatan; (iii) dan untuk mencapai
kesejahteraan sosial. Lebih lanjut berkaitan dengan perilaku anak yang membuat mereka
berhadapan dengan hukum ini, kondisi anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak secara nyata
berada pada situasi berikut, sebagaimana yang dijelaskan oleh Harkristuti Harkrisnowo (2010)

Mayoritas anak yang berhadapan dengan hukum dalam sistem peradilan


pidana, dirampas kemerdekaannya
Anak yang dihadapkan ke pengadilan tidak didampingi advokat;
Anak jalanan yang menjadi ABH, sanksi pidana yang diancamkan < 5 tahun
seringkali ditahan karena tidak ada yang menjamin;
Anak yang dipenjara ditempatkan di bangunan bercampur dengan orang
dewasa
Keterbatasan jumlah SDM pada Bapas untuk menangani kasus anak
Banyak media massa lebih tertarik terhadap isu anak dalam konteks violet
crime saja;
Anak-anak yang masuk ke dalam RUTAN atau LAPAS belum terpenuhi hak-
haknya;
Hakim tidak melibatkan petugas Bapas selama proses peradilan anak.
Cakupan anak nakal (melakukan tindak pidana atau tundakan yang
melanggar living law).
Usia pertanggung jawaban pidana anak, berusia 8 tahun samapai dengan
usia sebelum 18 tahun dan belum menikah;
Belum memasukkan asas-asas dalam Beijing rules.
Tidak secara expressis verbis menyatakan bahwa perampasan kemerdekaan
adalah measure of the last resort
Tidak memberi ruang bagi diversi.

196
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Dari paparan alinea yang disampaikan oleh Muladi di atas, dapat dilihat bahwa
tujuan sistem peradilan pidana anak terpadu lebih ditekankan kepada upaya pertama
(resosialiasi dan rehabilitasi) dan ketiga (kesejahteraan sosial). Berdasarkan tujuan dari
sistem peradilan pidana,maka ketika anak harus menjalani proses peradilan, anak perlu
perlindungan khusus karena belum dewasa secara jasmani dan rohani. Perlindungan
khusus tersebut dapat diwujudkan dengan memenuhi hak-hak anak selama dalam
proses hukum yang meliputi hak-hak sebagai berikut:
tidak dianiaya, disiksa, atau dihukum secara tidak manusiawi;
tidak dijatuhi pidana mati, atau seumur hidup;
tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum;
tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara secara melawan hukum;
diperlakukan secara manusiawi dalam proses peradilan pidana
hak atas bantuan hukum dan memperoleh keadilan dalam pengadilan anak

Dalam BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 point 1 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2011
dikatakan bahwa “Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses
penyelesaian perkara Anak yanh berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan
sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana”. Dalam penanganan
anak yang berhadapan dengan hukum untuk proses pemeriksaan oleh Hakim
dilaksanakan oleh Pengadilan Anak yaitu pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada
di lingkungan peradilan umum. Anak disidangkan dalam ruang sidang khusus dan waktu
sidang Anak didahulukan dari sidang orang dewasa serta tertutup untuk umum kecuali
pembacaan putusan ( Pasal 5 ayat (2) huruf b, Pasal 53 dan 54 Undang-Undang RI No. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).

Kondisi Anak dalam Undang-Undang RI NO. 11 Tahun 2012 tengan Sistem Peradilan Pidana
Anak
Anak yang berhadapan dengan hukum adalah Anak yang berkonflik dengan hukum,
Anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi;
Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang
berumur 12 (dua belas ) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
diduga melakukan tindak pidana dan termasuk juga anak yang sudah menikah.
Asas Sistem Peradilan Anak dilaksanakan berdasarkan asas pelindungan, keadilan,
nondiskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, penghargaan terhadap pendapat anak,
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, pembinaan dam pembimbingan Anak,
propisional, perampasan kemerdrkaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir dan
penghindaran balasan (pasal 2)

197
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Hak Anak dalam proses pidana dijelaskan secara lengkap (pasal 3);
Sistem Peradilan pidana Anak wajib mengutamakan pendekatan keadilan restorative,
dan wajib diupayakan diversi (Pasal 5);
Diversi dilaksanakan dalam dalam hal tindak pidana yang dilakukan : diancam dengan
pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan bukan merupakan pengulangan tindak
pidana; serta anak yang belum berusia 14 Tahun hanya dikenakan tindakan.
Pembimbing Kemasyarakatan untuk Anak, PK mempunyai peranan yang sangat penting
dalam upaya Diversi pada tingkat Penyidikan, Penuntut dan Pengad ilan;
Penempatan Anak yang melakukan tindak Pidana ditempatkan di Lembaga
Penempatan Anak Sementara, dan Anak yang diputus oleh Hakim dalam menjalankan
masa pidananya ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak;
Mendorong permbentukan Bapas di kabupaten/kota dan penambahan Pembimbing
Kemasyarakatan untuk Anak;
Hakim wajib melibatkan petugas Bapas selama proses persidangan, litmas yang dibuat
PK wajib menjadi bahan pertimbangan Hakim dan batal demi hukum bila Litmas
diabaikan oleh Hakim;
Penelitian Kemasyarakatan, pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap
Anak dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan (pasal 64);
Tugas Pembimbing Kemasyarakatan tercantum pada pasal 65;
Pidana (pasal 71) terdiri dari : Pidana pokok dan pidana tambahan;
Tindakan yang dapat dikenakan Anak tercantum dalam pasal 82 ;
Peranan Bapas terhadap Anak yang ditempatkan di LPAS dan LPKA tercantum dalam
pasal 84, 85, 86, dan 87.

Dengan mempelajari Pokok Bahasan I Sistem Peradilan Pidana, diharapkan Saudara dapat
menjelaskan pengertian sistem peradilan pidana, kondisi objektif anak berhadapan dengan
hukum, dan hak-hak anak dalam proses peradilan pidana. Apabila Saudara telah mengerti
pada pokok bahasan I dapat melanjutkan pada materi selanjutnya.

2. Keadilan Restoratif
Saudara pembaca modul Diversi, dalam sub pokok bahasan sebelumnya telah
dibahas tentang sistem peradilan anak, sub pokok bahasan berikut akan menjelaskan
tentang keadilan restorative. Kejahatan merupakan bagian dari fenomena sosial
kehidupan masyarakat di manapun. Pernahkah Saudara mendengar, melihat , atau
bahkan menjadi korban suatu peristiwa kejahatan? Dapat diyakini bahwa paling tidak
Saudara pernah mendengar informasi tentang peristiwa kejahatan. Pada kenyataannya,
kejahatan yang timbul dalam kehidupan masyarakat tidaklah dibiarkan begitu saja
keberadaannya. Muncul berbagai reaksi dari masyarakat ataupun negara sebagai respon
atas kejahatan tersebut. Respon yang ditunjukan oleh negara terhadap kejahatan adalah

198
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

melalui sistem peradilan pidana sebagai bagian dari kebijakan negara dalam
menanggulasi kejahatan. Melalui sistem peradilan pidana para pelaku kejahatan akan
berakhir pada penjatuhan hukuman yang salah satunya adalah pemenjaraan.
Penjatuhan hukuman penjara terhadap pelaku kejahatan sebenarnya memiliki tujuan
yang baik sebagai proses pemulihan pelaku agar menjadi lebih baik. Pada kenyataannya,
putusan pidana penjara terkadang berakibat lebih buruk, baik bagi pelaku, korban dan
masyarakat, khususnya bagi Anak yang berhadapan dengan hukum. Oleh karena itu ,
perlu adanya pendekatan lain dalam upaya menyelesaikan masalah kejahatan yang
dilakukan oleh Anak yaitu dengan pendekatan keadilan restoratif.
Konsep keadilan restoratif ini mengakui bahwa kejahatan dapat menyebabkan
penderitaan bagi masyarakat dan komunitas, maka sangat diperlukan sekali untuk
melakukan perbaikan keadilan bagi yang menderita akibat kejahatan dan pada
prosesnya masyarakat pun dilibatkan. Program perbaikan keadilan ini memungkinkan
korban, pelaku dan komunitas dapat terlibat langsung dalam merespon kejahatan,

Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan


pelaku, korban, keluarga pelaku, dan pihak lain yang terkait untuk bersama -sama
mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada
keadaan semula, dan bukan pembalasan (Bab I pasal 1 point 6 UURI No. 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).

proses pemulihan yang melibatkan semua pihak adalah dasar untuk mencapai hasil yang
memulihkan bagi pelaku kejahatan. Keadilan restoratif sebagai terjemahan dari
Restorative Justice menurut Daly dan Immarigeon yang dikutip oleh Budiana (2009)
disebutkan bahwa Restorative Justice telah mulai bermunculan dibeberapa negara
dengan nama yang berbeda. Konsep dasarnya adalah adanya proses alternative untuk
memecahkan permasalahan dan menghindari penghukuman lewat peradilan pidana
dengan menerapkan bentuk diversi (pengalihan) bentuk hukuman dan menghindari
proses peradilan formal. Mengapa pendekatan keadilan restoratif perlu dikedepankan,
Saudara dapat memahaminya dengan melihat tabel berikut. Dalam tabel berikut akan
dibandingkan keadilan restoratif dan keadilan retributif. Perlusaudara ketahui bahwa
keadilan retributif pada dasarnya adalah keadilan yang menekankan pada pembalasan
dan berorientasi pada individu anak pelaku delikuen.

Perbedaan Keadilan Retributif dan Restoratif

KEADILAN RETRIBUTIF KEADILAN RESTORATIF

Kejahatan adalah perlukaan


Kejahatan adalah pelanggaran
terhadap individu atau
sistem
masyarakat.

199
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

KEADILAN RETRIBUTIF KEADILAN RESTORATIF

Fokus pada menjatuhkan


kesalahan, menimbulkan rasa Fokus pada pemecahan masalah
bersalah, dan pada perilaku dan memperbaiki kerugian.
masa lalu.
Hak dan kebutuhan korban
Korban diabaikan
diperhatikan
Pelaku didorong untuk
Pelaku pasif
bertanggung jawab
Pertanggungjawaban pelaku
Pertanggungjawaban pelaku
adalah menunjukan empati dan
adalah hukuman
memperbaiki kerugian
Respon terfokus pada perilaku Respon terfokus pada dampak
masa lalu pelaku dari tindakan pelaku
Stigma dapat hilang melalui
Stigma tidak terhapuskan
tindakan yang tepat
Pelaku tidak didukung untuk Pelaku didukung agar menyesal
menyesal dan dimaafkan dan ada pemaafan oleh korban
Bergantung pada keterlibatan
Bergantung pada aparat langsung orang-orang yang
terkait pada kejadian
Proses dimungkinkan untuk
Proses sangat rasional
emosional

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan mengenai perbedaan konsep keadilan


restoratif dan keadilan retributif di atas , maka dapat dijelaskan beberapa manfaat
penerapan konsep keadilan restoratif sebagai berikut:
a. Bagi pelaku diantaranya tidak dirampas kemerdekaannya, tidak dicap buruk oleh
lingkungan, pelaku bertanggung jawab untuk kerugian yang ditimbulkan, pelaku
memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan dapat selalu berhubungan dengan
orang tua/tidak terpisah dengan orang tua, pelaku dapat tetap sekolah dan terhindar
dari kemungkinan pengaruh yang lebih buruk apabila melalui sistem peradilan
pidana
b. Bagi pihak korban adalah dapat ikut serta dalam pengambilan keputusan, kerugian
dapat segera dipulihkan, terhindar dari pemberitaan.
c. Bagi masyarakat yaitu masyarakat dapat ikut serta dalam pengambilan keputusan,
dapat membina anak nakal didaerahnya sesuai dengan budaya dan kebiasaan

200
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

setempat, dapat menghindarkan konflik yang berkepanjangan antara warga, dapat


menyampaikan dan mewujudkan kepentingannya.
d. Bagi Penegak Hukum manfaat penerapan konsep Restorative Justice adalah dapat
mengurangi mengurangi beban kerja sehingga dapat lebih memfokuskan pada
perkara-perkara yang lebih berat dan menghemat dana operasional penanganan
perkara.
Selain mengetahui manfaat dari keadilan restoratif, sebagai seorang P embimbing
Kemasyarakatan, perlu mengetahui tentang prinsip-prinsip dari keadilan restoratif
sebagi berikut:

Prinsip – Prinsip dari Keadilan Restoratif

Membuat pelanggar bertanggung jawab untuk memperbaiki kerugian yang


ditimbulkan oleh kesalahannya
Memberikan kesempatan kepada pelanggar untuk membuktikan kapasitas
dan kualitasnya disamping mengatasi rasa bersalah secara konstruktif
Melibatkan para korban, orang tua, keluarga besar, sekolah teman sebaya
Menciptakan forum kerja sama dengan masyarakat sekitar (neighborhood)
untuk penanganan masalah tersebut
Menetapkan hubungan langsung antara kesalahan dengan reaksi masyarakat

Dengan mempelajari materi keadilan restoratif, Saudara sebagai PK diharapkan


dapat menjelaskan pengertian keadilan restoratif, perbedaan keadilan retributif dan
keadilan restoratif dan prinsip-prinsip keadilan restoratif. Apabila Saudara telah
mengerti pada pokok bahasan keadilan restoratif, dapatmelanjutkan pada materi
selanjutnya.

3. Diversi
Pernahkah saudara melihat, mendengar, menonton di televisi ataupun memba ca
surat kabar tentang kenakalan yang dilakukan oleh anak. Dapat diyakini bahwa bahwa
saudara telah banyak mengetahui informasi tentang hal tersebut. Dari apa yang saudara
ketahui tersebut, tentunya terdapat kenakalan sebagai bentuk pelanggaran hukum.
Setelah dalam sub pokok bahasan 1 Saudara telah mempelajari tentang sistem peradilan
pidana anak, sub pokok bahasan 2. Tentang keadilan restoratif, dalam sub pokok
bahasan 3. ini secara mendalam akan dibahas mengenai Diversi.
Apa yang terjadi ketika anak melakukan pelanggaran hukum? Perhatikanilustrasi
kasus berikut ini:

201
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Agus berusia 15 tahun, ketika sedang berjalan ia melihat rumah tetangganya dengan
sebagian jendela yang terbuka. Ia mendatangi rumah tersebut dan mengetuk pintu, namun
ternyata tidak ada seorangpun didalamnya. Agus kemudian memanjat pohon dan masuk ke
dalam rumah melalui jendela yang terbuka. Ia mengambil uang sebesar Rp. 500.000,- dan
lima (5) buah kaset. Agus menghabiskan uang tersebut bersama temannya yang tidak
mengetahui bahwa uang tersebut adalah hasil curian. Tidak lama kemudian, Agus
ditangkap oleh Polisi.

Agus tetap tinggal bersama ibu dan kedua saudara laki-lakinya. Agus tetap masuk sekolah
dan mendapat pekerjaan dengan penghasilan Rp 25.000 per minggu, sehingga ia bisa
mengganti uang yang dicurinya.

Dengan memperhatikan contoh kasus diatas, apa yang terlintas dalam pikiran
Saudara?. Apa yang terjadi ketika anak harus melalui serangkaian proses hukum akibat
tindak pidana yang dilakukannya?. Kemungkinan akan berakibat negatif, diantaranya:
terganggunya hubungan sosial anak dengan lingkungannya, terjadinya kekerasan fisik
maupun non fisik selama dalam proses hukum, terjadinya transfer informasi dari pelaku
kriminal lainnya dalam melakukan tindak pidana, terganggunya kondisi psikis, dan lain-
lainnya. Berbagai akibat negatif tersebut tentulah sangat tidak menguntungkan pihak
anak. Pada akhirnya, harapan agar proses hukum dapat menjadikan anak menjadi lebih
baik tidak tercapai.
Dalam sub pokok bahasan Diversi ini, akan dijelaskan secara mendalam mengenai
pengertian diversi, dasar hukum diversi, tujuan diversi, syarat -syarat diberlakukannya
diversi, serta bentuk-bentuk kegiatan diversi sebagai berikut:

a. Pengertian diversi
Bentuk formal dari penyelesaian suatu masalah tindak pidana adalah melalui sistem
peradilan pidana yang dimulai dari tahap penyidikan, penuntutan, pengadilan dan
proses menjalani hukuman (pemasyarakatan). Namun demikian, sebagaimana telah
dijelaskan pada bagian sebelum dalam modul ini bahwa tidak selalu masalah tindak
pidana khususnya yang dilakukan oleh anak-anak diselesaikan dalam bentuk formal.
Terdapat upaya lain untuk menyelesaikan masalah tindak pidana yang dilakukan anak-
anak yaitu melalui upaya diversi.

Pengertian Diversi
(Bab I pasal 1 (7) UU RI No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak)

Pengalihan pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke


proses diluar peradilan pidana.

Pengertian diversi juga dimuat dalam United Nation Standart Minimum Rules for the
Administration of Juvenile Justice (The Beijing Rules) butir 6 dan butir 11 terkadung
pernyataan mengenai diversi yakni sebagai proses pelimpahan anak yang berkonflik

202
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

dengan hukum dari sistem peradilan pidana ke proses informal seperti mengembalikan
kepada lembaga sosial masyarakat baik pemerintah atau non pemerintah. Diversi
berupaya memberikan keadilan kepada kasus-kasus anak yang terlanjur melakukan
tindak pidana sampi kepada aparat penegak hukum sebagai pihak penegak hukum.
Menurut pendapat Peter C. Kratcoski , ada tiga jenis pelaksanan program diversi
yang dapat dilaksanakan sebagai berikut.
1) Perlaksann kontrol sosial (social control orientation), yaitu aparat penegak
hukum menyerahkan pelaku dalam tanggung jawab pengawasan atau
pengamatan masyarakat, dengan ketaatan pada persetujuan atau peringatan
yang diberikan. Pelaku menerima tanggung jawab atas perbuatannya dan tidak
diharapkan adanya kesempatan kedua kali bagi pelaku oleh masyarakat.
2) Pelayanan sosial oleh masyarakat terhadap pelaku (social service orientation),
yaitu melaksanakan fungsi untuk mengawasi, mencampuri, memperbaiki dan
menyediakan pelayanan pada pelaku dan keluarganya. Masyarakat dapat
mencampuri keluarga pelaku untuk memberikan perbaikan atau pelayanan.
3) Menuju proses restorative justice atau perundingan (balanced or restorative
justice orientation), yaitu melindungi masyarakat, memberi kesempatan pelaku
bertanggung jawab langsung pada korban dan masyarakat dan membuat
kesepakatan bersama antara korban pelaku dan masyarkat. Pelaksanaannya
semua pihak yang terkait dipertemukan untuk bersama-sama mencapai
kesepakatan tindakan pelaku.

b. Dasar hukum Diversi sebelum berlakunya UU RI No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak
Pelaksanaan diversi untuk saat ini belum diatur secara jelas dan tegas didalam
peraturan perundang-undangan, namun demikian terdapat beberapa peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada saat ini dan dapat dijadikan dasar dalam
melaksanakan upaya diversi. Beberapa peraturan perundang-undangan tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, pada pasal 42
ayat (2) disebutkan bahwa dalam melakukan penyidikan perkara anak, penyidik
wajib meminta pertimbangan dari Pembimbing Kemasyarakatan.
2) Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada pasal
66 ayat (4) disebutkan penangkapan, penahanan atau pidana penjara bagi anak
hanya boleh dilakukan sesuai hukum yang berlaku dan hanya dapat dilaksanakan
sebagai upaya terakhir.
3) Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pada pasal
16 ayat (3) disebutkan bahwa penangkapan, penahanan atau hukuman pidana
penjara bagi anak yang dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan
hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.

203
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

4) Kesepakatan bersama antara Departemen Sosial RI, Departemen Hukum dan


HAM RI, Departemen Pendidikan Nasional RI, Departemen Kesehatan RI,
Departemen Agama RI dan Kepolisian Negara RI, masing-masing dengan nomor:
- Nomor: 12/PRS-2/KPTS/2009;
- Nomor: M.HH.04.HM.03.02 tahun 2009;
- Nomor: 11/XII/KB/2009;
- Nomor: 1220/Menkes/SKB/XII/2009;
- Nomor: 06/XII/2009 dan
- Nomor: B/43/XII/2009 tanggal 15 desember 2009 tentang Perlindungan dan
Rehabilitasi Sosial Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum.
5) Keputusan Bersama antara Ketua Mahkamah Agung RI, jaksa Agung RI, Kepala
Kepolisian Negara RI, Menteri Hukum dan HAM RI, Menteri Sosial RI dan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlin dungan Anak, masing-masing dengan
nomor:
- Nomor : 166A/KMA/SKB/XII/2009;
- Nomor : 146A/A/J/12/2009;
- Nomor : B/45/XII/2009;
- Nomor : M.HH-08.HM.03.02 Tahun 2009;
- Nomor : 10/PRS-2/KPTS/2009, dan
- Nomor : 02/Men.PP dan PA/XII/2009 tanggal 22 Desember 2009 tentang
penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum.
6) TR Kabareskrim Mabes Polri No. Pol : TR/395/DIT-I/VI/2008 tanggal 9 Juni 2008,
salah satu isi TR tersebut disebutkan bahwa tindak pidana yang dialihkan secara
diversi dengan diskusi konprehensif atau Restirative Justice, dilakukan
berdasarkan hasil Litmas dari bapas, merupakan tindak pidana biasa

Berbagai peraturan perundang-undangan tersebut diatas mengandung makna


bahwa didalam penyelesaian Anak yang berkonflik dengan hukum haruslah
mengedepankan diversi. Dimasa yang akan datang terhitung 2 tahun sejak disyahkannya
Undang-Undang RI No. 11 tahun 2012 tentang Sistem peradilan Pidana Anak maka
upaya Diversi memiliki dasar hukum yang lebih kuat seperti dijelaskan pada Pasal 5
Undang-undang tersebut.

c. Tujuan diversi
Berdasarkan definisinya, diversi merupakan suatu kegiatan /aktifitas. Sebagai suatu
kegiatan/aktifitas maka diversi tidak dapat dilepaskan dari tujuannya. Merujuk kepada
buku Manual Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Untuk Aparat Penegak
Hukum yang dikeluarkan atas Unicef atas kerjasama dengan LAPA, terdapat beberapa
tujuan diversi mencakup hal berikut:

204
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

1) Menghindarkan anak dari penahanan / pemenjaraan


Penahanan / pemenjaraan terhadap anak hanya berpeluang terjadi ketika tindak
pidana yang dilakukan oleh anak diselesaikan melalui proses formal. Sesuai
dengan definisinya, melalui upaya diversi dalam menyelesaikan tindak pidana
yang dilakukan oleh anak maka anak akan terhindar dari penahanan /
pemenjaraan
2) Menghindarkan anak dari cap / label penjahat
Sampai dengan saat ini, pada umumnya masyarakat memandang bahwa orang
yang diproses dalam sistem peradilan pidana adalah sebagai penjahat. Oleh
karena itu, ketika ada anak yang akibat perbuatannya diproses formal dalam
sistem peradilan pidana cenderung akan dicap / label sebagai penjahat.
Sementara itu, pemberian label sebagai penjahat terhadap anak sangatlah tidak
menguntungkan dan dapat berdampak buruk bagi anak tersebut. Sehubungan
dengan hal itu, diversi sebagai upaya penyelesaian masalah tindak pidana secara
non formal diharapkan dapat menghindarkan anak dari cap/label penjahat.
3) Meningkatkan keterampilan hidup bagi pelaku
Kurangnya keterampilan hidup merupakan salah satu faktor yang mendorong
terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh anak. Keterampilan hidup tersebut
meliputi beberapa hal seperti kemampuan mengadopsi nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat, menghargai orang lain, menjalin relasi dengan orang lain
dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan proses formal terhadap tindak pidana,
maka upaya diversi akan lebih banyak pihak yang berkompeten memiliki
kesempatan yang lebih luas untuk mengajarkan tentang keterampilan hiidup
tersebut kepada pelaku.
4) Pelaku bertanggung jawab atas perbuatannya
Upaya diversi tidaklah berarti anak dibebaskan dari tanggung jawab atas tindak
pidana yang dilakukannya. Oleh karena itu dengan adanya diversi ini, setiap
perkara anak tidak dihentikan begitu saja dari proses hukum. Melalui diversi ini,
di luar proses hukum bentuk pertanggungjawaban anak atas perbuatannya yaitu
anak mengakui segala perbuatannya dan bersedia mengganti kerugian yang
ditimbulkan akibat perbuatannya tersebut baik secara materi ataupun non
materi sesuai dengan batas kemampuannya.
5) Mencegah pengulangan tindak pidana
Diversi tidaklah menghilangkan hukuman terhadap anak atas perbuatannya,
sekalipun hukuman tersebut di luar sistem hukum formal. Hukuman yang
diberikan terhadap anak melalui diversi tersebut merupakan bagian dari proses
pembelajaran yang baik dan mendorong adanya efek jera.
6) Memajukan intervensi-intervensi yang diperlukan bagi korban dan pelaku tanpa
harus melalui proses formal

205
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Korban dan pelaku diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk menyampaikan


pendapat dan keinginan mereka sehubungan dengan tindak pidana yang terjadi.
Penyampaian pendapat dan keinginan dari pihak pelaku dan korban ini
merupakan bagian dari proses penyelesaian masalah yang mengedepankan rasa
keadilan korban, pelaku dan masyarakat.
7) Menghindarkan anak mengikuti proses peradilan
Sesuai dengan definisinya maka pelaksanaan diversi dalam menyelesaikan
perkara anak akan mengesampingkan proses peradilan.
8) Menjauhkan anak-anak dari pengaruh-pengaruh dan implikasi negatif dari proses
peradilan
Tidak dapat dipungkiri adanya fakta dan informasi tentang dampak buruk dari
proses peradilan yang dilalui oleh anak. Dampak buruk terhadap anak tersebut
antara lain terganggunya perkembangan mental, terganggunya hubungan sosial,
terhambatnya pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis dan kecenderungan adanya
transfer prilaku yang lebih buruk dari pelaku tindak pidana lainnya.
Sekedar memperkuat ingatan Saudara !
Tujuan Dari Diversi
1. Untuk menghindari penahanan.
2. Untuk menghindari cap/label sebagai penjahat.
3. Untuk meningkatkan keterampilan hidup bagi pelaku.
4. Agar pelaku bertanggung jawab atas perbuatannya.
5. Untuk mencegah pengulangan tindak pidana.
6. Untuk memajukan intervensi-intervensi yang diperlukan bagi korban dan
pelaku tanpa harus melalui proses formal.
7. Program Diversi akan menghindarkan anak mengikuti proses peradilan.
8. Menjauhkan anak-anak dari pengaruh-pengaruh dan implikasi negatif dari
d proses peradilan.
.
Prinsip-Prinsip Diversi
Perlu Saudara pahami bahwa diversi bukanlah upaya yang dapat dilakukan
begitu saja terhadap setiap perkara anak. Terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan diversi. Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Anak tidak boleh dipaksa untuk mengakui bahwa ia telah melakukan tindak
pidana
2) Program diversi hanya digunakan terhadap anak yang mengakui bahwa ia telah
melakukan suatu kesalahan. Tapi tidak boleh ada pemaksaan.
3) Pemenjaraan tidak dapat menjadi bagian dari diversi. Mekanisme dan struktur
diversi tidak mengijinkan pencabutan kebebasan dalam segala bentuk.

206
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

4) Adanya kemungkinan penyerahan kembali ke pengadilan (perkara harus dapat


dilimpahkan kembali ke peradilan formal apa bila tidak ada solusi yang dapat
diambil).
5) Adanya hak untuk memperoleh persidangan atau peninjauan kembali. Anak harus
tetap dapat mempertahankan haknya untuk memperoleh persidangan atau
peninjauan kembali.
6) Tidak ada diskriminasi

e. Syarat syarat dilaksanakannya diversi


Harus Saudara pahami bahwa tidak semua tindak pidana yang dilakukan anak dapat
diselesaikan melalui upaya diversi. Saudara dapat mengetahui dan memahaminya
melalui berbagai syarat yang harus dipenuhi dalam mengambil langkah diversi terhadap
tindak pidana yang dilakukan anak. Demi tercapainya tujuan diversi, maka pemenuhan
atas syarat-syarat tersebut merupakan hal penting yang tidak dapat diabaikan. Syarat-
syarat bagi terlaksananya diversi dalam menyelesaikan tindak pidana yang dilakukan
oleh anak mencakup hal berikut.
1) Usia pelaku harus benar-benar berkategori sebagai anak yang dapat dibuktikan
melalui bukti otentik tertentu seperti Akta Kelahiran, Ijazah, Surat Kenal Lahir,
atau bukti lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan.
Keabsahan pelaku berkategori sebagai anak menjadi sesuatu hal penting yang
harus dipenuhi. Hal tersebut mengingat bahwa berbagai peraturan perundang
undangan yang berlaku dan terkait dengan penanganan terhadap anak yang
berkonflik dengan hukum telah memberikan batasan tertentu tentang siapa
yang tergolong sebagai anak.

2) Adanya pengakuan atau pernyataan bersalah dari pelaku dan kesediaannya


untuk dilakukan upaya diversi
Adanya pengakuan / pernyataan bersalah dari anak sebagai pelaku tindak
pidana merupakan hal penting dalam upaya diversi. Harus saudara pahami
bahwa upaya diversi ini tidaklah hanya sekedar penyelesaian di luar proses
hukum formal atas tindak pidana yang dilakukan anak. Lebih dari pada itu, upaya
diversi tersebut merupakan upaya untuk pembelajaran dan pemulihan anak
sebagai pelaku tindak pidana. Kita hanya dapat membantu memperbaiki
manakala anak tersebut mengakui dan menyadari kesalahannya. Tidak adanya
pengakuan / pernyataan bersalah dari pelaku tindak pidana merupakan
dorongan untuk dilakukannya proses hukum secara formal atas suatu tindak
pidana. Pada sisi yang lain, kesediaan pelaku untuk menyelesaikan masalahnya
melalui upaya diversi memegang peranan penting. Upaya diversi tidak dapat
dilaksanakan tanpa kesediaan pihak pelaku, meskipun pelaku mengakui
perbuatannya.

207
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

3) Adanya persetujuan dari pihak korban untuk melaksanakan penyelesaian di luar


sistem peradilan pidana
Korban merupakan pihak yang dirugikan oleh perbuatan yang dilakukan oleh
pelaku. Sebagai pihak yang dirugikan, pada umumnya korban akan memiliki
keinginan agar perilaku merugikan yang diperbuat anak untuk
dipertanggungjawabkan melalui proses hukum secara formal. Keinginan pihak
korban tersebut merupakan sesuatu hal yang wajar adanya dan secara normatif
keinginan pihak korban tersebut telah diakomodir dalam peraturan perundang
undangan yang berlaku. Lebih dari pada itu, tidak menutup kemungkinan adanya
keinginan korban untuk melakukan pembalasan dengan cara main hakim sendiri.
Memperhatikan hal-hal tersebut maka adanya persetujuan dari pihak korban
dalam menyelesaikan tindak pidana yang dilakukan anak menjadi sesuatu yang
sangat penting. Dengan adanya persetujuan dari pihak korban maka diharapkan
dapat mengakomodir keinginan korban dalam bentuk lain dan menghindarkan
dari adanya upaya main hakim sendiri dari pihak korban.
4) Adanya dukungan masyarakat untuk melaksanakan penyelesaian di luar sistem
peradilan pidana anak.
Penyelesaian masalah tindak pidana yang dilakukan anak jangan hanya
menitikberatkan pada hubungan antara pelaku dan korban saja, melainkan harus
dilihat pula hubungannya dengan masyarakat. Masyarakat sebagai pihak yang
mungkin saja terkena dampak dari tindak pidana yang dilakukan oleh anak
maupun sebagai pihak yang dapat dilibatkan dalam upaya memperbaiki perilaku
anak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses diversi.
Memperhatikan hal tersebut maka keberhasilan pencapaian tujuan diversi
sangat dipengaruhi oleh adanya dukungan dari masyarakat.

Untuk menambahkan pengetahuan Saudara tentang Diversi, berikut adalah


syarat-syarat Diversi yang mengacu pada UU RI No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak

208
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Syarat -syarat Diversi yang mengacu kepada UU RI No. 11


Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak :

kategori t indak pidana ( sanksi pidana 7 t ahun penjara


atau kurang );
usia Anak (makin rendah makin di upayakan adanya
diversi)
hasil pene litian kemasyarakatan dari Bapas
kerugian yang ditimbulkan;
tingkat perhatian masyarakat;
dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat.
persetujuan korban (dalam hal ada korban dan kerugian
tidak lebih dari UMP setempat) ; dan
kesediaan pelaku (dan keluar ganya jika masih anak -anak).

e. Bentuk kegiatan diversi


Saudara telah mempelajari bahwa diversi adalah upaya penyelesaian di luar proses
peradilan pidana atas tindak pidana yang dilakukan anak. Sehubungan dengan hal itu,
perlu adanya suatu kegiatan nyata sehingga kegiatan tersebut jelas sebagai bentuk
kegiatan diversi. Merujuk kepada hasil asesmen terhadap anak yang berkonflik dengan
hukum di kota Bandung yang dilakukan oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa
Barat, maka bentuk kegiatan diversi yang diterapkan adalah musyawarah. Terkait
dengan musyawarah tersebut, berdasarkan hasil asesmen tersebut te rdapat beberapa
hal yang harus Saudara perhatikan yaitu pertimbangan terhadap musyawarah sebagai
bentuk kegiatan, pihak-pihak yang dilibatkan dalam musyawarah, dan syarat-syarat
keputusan hasil musyawarah. Berikut adalah penjelasannya.
1) Pertimbangan terhadap musyawarah sebagai bentuk kegiatan
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa musyawarah dijadikan
sebagai bentuk kegiatan diversi adalah sebagai berikut.
a) Sesuai dengan kebiasaan bermusyawarah yang telah melembaga dalam
masyarakat
b) Dapat mengakomodasi keterlibatan masyarakat atau pihak ketiga lainnya
dalam proses penyelesaian (bukan hanya korban dan pelaku)
c) Tujuan yang hendak dicapai melalui proses musyawarah adalah untuk
memulihkan segala kerugian dan “luka” yang telah diakibatkan oleh peristiwa
kenakalan anak tersebut
2) Pihak-pihak yang dilibatkan dalam musyawarah
a) Korban dan Keluarga Korban
- Penting karena dalam sistem peradilan pidana, korban kurang dilib atkan
padahal dia adalah bagian dari konflik.

209
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

- Suara atau kepentingan korban penting untuk didengar dan merupakan


bagian dari putusan yang akan diambil.
- Keluarga korban perlu dilibatkan sebab umumnya dalam masyarakat
Indonesia, konflik pidana sering menjadi persoalan keluarga, apalagi bila
korban masih dibawah umur.
b) Pelaku dan Keluarga.
- Pelaku merupakan pihak yang mutlak dilibatkan,
- Keluarga pelaku dipandang perlu untuk dilibatkan lebih disebabkan
karena usia pelaku yang belum dewasa (anak).
- Pelibatan keluarga pelaku juga dipandang sangat penting, karena
keluarga sangat mungkin menjadi bagian dari kesepakatan dalam
penyelesaian seperti halnya dalam hal pembayaran ganti rugi.
c) Pembimbing Kemasyarakatan (PK)
Pembimbing Kemasyarakatan dalam pelaksanaan diversi mempunyai posisi
yang sangat strategis. Sesuai dengan peraturan perundang undangan yang
berlaku, Pembimbing Kemasyarakatan merupakan salah satu pihak yang
memiliki peranan penting dalam pelaksanaan diversi. Peran penting
Pembimbing Kemasyarakatan dalam pelaksanaan diversi yaitu sebagai
inisiator, mediator dan fasilitator.
d) Wakil Masyarakat (tokoh masyarakat)
- mewakili kepentingan dari lingkungan dimana peristiwa pidana tersebut
terjadi.
- Agar kepentingan-kepentingan yang bersifat publik diharapkan tetap
dapat terwakili dalam pengambilan putusan.
- Membantu proses pemulihan anak

e) Aparat pemerintahan setempat


Aparat pemerintahan setempat, baik secara formal maupun moral memiliki
kewajiban untuk melakukan upaya pemulihan perilaku anak agar menjadi
lebih baik. Oleh karena itu, kehadiran aparat pemerintahan setempat di
dalam proses musyawarah untuk diversi menjadi sangat penting.
f) Pekerja Sosial
Keterlibatan Pekerja Sosial dalam pelaksanaan musyawarah, selain
dikarenakan sebagai pihak yang tercantum di dalam peraturan perundang
undangan, Pekerja Sosial pun merupakan pihak yang memiliki kemampuan
profesional dalam menangani permasalahan kesejahteraan sosial yang salah
satunya adalah Anak yang berkonflik dengan hukum yang identi k dengan
anak nakal. Melalui kemampuan profesionalnya, diharapkan bahwa Pekerja
Sosial tersebut dapat membantu dalam pembuatan program-program
pemulihan bagi pelaku yang akan tertuang dalam keputusan hasil diversi.

210
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

g) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


Keberadaan LSM khususnya yang bergerak dalam penanganan permasalahan
anak memiliki peran yang cukup penting dalam pelaksanaan diversi.
Keberadaan mereka dapat membantu meningkatkan kesadaran dan
memberikan pemahaman tentang arti penting diversi dalam menyelesaikan
perkara anak kepada para pihak yang terkait. Dalam pelaksanaan diversi, LSM
dapat memainkan peranannya sebagai mediator ataupun pendamping pelaku
atau korban.

3) Syarat-syarat Keputusan hasil musyawarah


a) Dapat dilaksanakan oleh para pihak
b) Putusan tidak bersifat balas dendam, tetapi lebih merupakan solusi dengan
memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak, korban, dan
masyarakat,sepeti misalnya berupa restitusi (ganti rugi) atau community
service order (kewajiban kerja sosial).
c) Putusan didasarkan pada adanya kesepakatan semua pihak yang terlibat dan
dapat dilaksanakan.
d) Masyarakat turut dilibatkan dalam pengawasan terhadap pelaksanaan
putusan musyawarah.

Selanjutnya, apabila mengacu kepada buku Manual Penanganan Anak Yang


Berhadapan Dengan Hukum Untuk Aparat Penegak Hukum yang dikeluarkan atas Unicef
atas kerjasama dengan LAPA, terdapat tujuh pilar yang memiliki peran dan fungsi
penting dalam diversi. Ketujuh pilar tersebut dapat Saudara perhatikan pada penjelasan
kotak berikut ini.

211
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

7 PILAR SISTEM PERADILAN ANAK DALAM DIVERSI

Peranan Petugas Bapas


Menyusun Penelitian Kemasyarakatan (litmas) atas permintaan pihak Kepolisian,
Kejaksaan dan Pengadilan. Penelitian Kemasyarakatan tentang kehidupan anak
tersebut baik dalam keluarga, lingkungan, lingkungan sekolah, teman bermain,
ketetanggaan harus benar tergambarkan. Hasil litmas Petugas Bapas tersebut
dijadikan bahan pertimbangan untuk pelaksanaan diversi.
Peranan Polisi
Pencatatan tentang anak sejak diputuskannya diversi perlu diinformasikan dan
diketahui Polisi. Maksudnya apabila dikemudian hari ada kegagalan diversi, pihak
Kepolisian dan Jaksa anak sudah mengetahui masalahnya. Dengan demikian proses
formal dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dimana, anak tidak perlu terlalu
lama menjalani proses Peradilan.
Peranan Advokat
Pada kasus anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) Advokat dapat berinisiatif
untuk mengusulkan diversi kepada pihak yang menangani saat itu (Polisi, Jaksa dan
Hakim).
Peranan Pekerja Sosial
Pekerja sosial diharapkan turut memantau dan mendampingi anak selama diversi
dijalankan. Hal ini perlu untuk membantu mencegah anak mengulangi perbuatan
melanggar hukum apabila anak tersebut kembali terpaksa berhadapan dengan hukum,
maka pekerja sosial tetap diharapkan mendampingi anak.
Peranan Jaksa
Jaksa melakukan pengawasan terhadap diversi yang dilakukan oleh Polisi.
Peranan Hakim
Hakim dengan kewenangannya yang independen menerima laporan hasil penelitian
kemasyarakatan yang lengkap dari P etugas Bapas. Laporan tersebut menjadi bahan
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya; khususnya bila diversi yang
telah dilaksanakan mengalami kegagalan.
Petugas Lembaga Pemasyarakatan
Hasil penelitian kemasyarakatan BAPAS yang lengkap perlu disam paikan ke Lembaga
Pemasyarakatan Anak. Agar petugas dapat membina anak sesuai dengan
kebutuhannya.

212
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

C. Rangkuman
1. Kejahatan merupakan fenomena sosial yang seringkali hadir dalam kehidupan
masyarakat. Berbicara masalah kejahatan tidak akan terlepas dari pelaku kejahatan
itu sendiri. Pada saat ini, pelaku kejahatan bisa datang dari kalangan manapun
termasuk anak-anak. Harus dipahami bahwa terhadap kejahatan dan pelakunya
tersebut akan muncul reaks, baik dari masyarakat maupun dari negara. Reaksi
tersebut akan muncul terhadap anak sekalipun bila mana anak tersebut memang
sebagai pelaku kejahatan.
2. Reaksi negara terhadap kejahatan adalah dengan adanya sistem peradilan pidana.
Melalui sistem peradilan pidana ini suatu kejahatan akan diproses hingga munculnya
pelaksanaan putusan pengadilan yang salah satunya adalah pidana penjara.
Sekalipun pemenjaraan berdasarkan putusan pengadilan tersebut memiliki tujuan
yang baik namun pada kenyataannya sering kali berakibat lebih buruk dan tidak
memulihkan para pelaku kejahatan. Tentu saja kenyataan tersebut sangatlah tidak
diharapkan, terutama bagi anak-anak. Untuk menghindarkan diri dari adanya
dampak buruk akibat dari penerapan sistem peradilan pidana maka bagi anak
sebagai pelaku kejahatan, dalam penyelesaiannya haruslah dicarikan alternatif lain di
luar sistem peradilan pidana. Diversi bisa menjadi alternatif yang dapat dilakukan
dalam penyelesaian kejahatan yang dilakukan anak. Diversi akan menghasilkan
sesuatu yang lebih baik bagi anak mana kala dalam proses diversi tersebut
berpegang kepada kaidah-kaidah restorative justice.
3. Melakukan upaya diversi terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh anak
merupakan langkah penting yang memiliki nilai strategis bagi masa depan bangsa.
Upaya diversi ini dilakukan dengan mengedepankan pemikiran demi kepentingan
yang terbaik bagi anak. Penyelesaian masalah tindak pidana yang dilakukan anak
dilakukan dalam bentuk kegiatan musyawarah dengan melibatkan berbagai pihak
terkait seperti pelaku, korban Pembimbing Kemasyarakatan, tokoh masyarakat, dan
aparat pemerintahan setempat.

213
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

D. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai materi Sistem Peradilan Pidana
Anak, kerjakanlah latihan berikut!

1. Diversi dilaksanakan dalam bentuk musyawarah untuk memutuskan penyelesaian


perkara anak. Sebutkan syarat-syarat yang harus diperhatikan untuk mengambil
keputusan dalam musyawarah tersebut !
2. Sebutkan salah satu definisi restorative justice sebagaimana yang telah Saudara
pelajari dalam modul ini !
3. Apa yang Saudara ketahui tentang pengertian diversi atau pengalihan?
4. Bagaimana cara melakukan diversi?

Petunjuk Jawaban Latihan


a. Pelajarilah lebih mendalam bagian-bagian yang berkaitan dengan pertanyaan.
b. Perhatikan tujuan pertanyaan dari setiap butir soal latihan.

214
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB III
INSTRUMEN NASIONAL DAN INTERNASIONAL YANG
MENJADI DASAR HUKUM DALAM PENANGANAN
ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Pokok Bahasan 2. Instrumen Nasional dan International yang
Menjadi Dasar Hukum dalam Penanganan Anak Berkonflik dengan Hukum, seorang
Pembimbing Kemasyarakatan (PK) diharapkan mampu untuk:
1. menjelaskan instrumen nacional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan anak
yang berkonflik dengan hukum
2. menjelaskan instrumen internacional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan
anak yang berkonflik dengan hukum.

B. Sub Pokok Bahasan


Pada Pokok Bahasan 1. Sistem Peradilan Anak telah dipelajari sub-sub pokok bahasan
mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak, Keadilan Restoratif, dan Diversi. Selanjutnya pada
Pokok Bahasan 2. Instrumen Nasional dan International yang Menjadi Dasar Hukum dalam
Penanganan Anak Berkonflik dengan Hukum dalam Bab III. ini dijabarkan men jadi 2 (dua)
sub pokok bahasan yaitu:
1. Instrumen Nasional Yang Menjadi Dasar Hukum Penaganan Anak Berkonflik Dengan
Hukum.
2. Instrumen Internasional Yang Menjadi Dasar Hukum Penanganan Anak Berkonflik
Dengan Hukum.
Berikut adalah penjelasan dari ke dua sub pokok bahasan tersebut.

1. Instrumen Nasional Yang Menjadi Dasar Hukum Penanganan Anak Berkonflik


Dengan Hukum.
Pada pokok bahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa masalah penanganan anak
berkonflik dengan hukum merupakan upaya penyelesaian di luar proses peradilan
pidana atas tindak pidana yang dilakukan anak. Pemerintah Indonesia sangat menaruh
perhatian terhadap masalah penanganan anak berkonflik dengan hukum. Sampai saat
ini, pemerintah Indonesia telah memiliki beberapa instrumen hukum yang mengatur
anak bermasalah dengan hukum. Berikut ini adalah instrumen-instrumen yang
dimaksud.

215
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

a. Undang-Undang Dasar 1945, Padal 28 B Ayat (2), 28 H ayat (2)


b. Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, khususnya: Anak
berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih
sayang, pemeliharaan dan perlindungan, termasuk dari lingkungan hidup yang
dapat membahayakan.Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan
dan asuhan yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang
terjadi, dengan tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama, pendirian politik
dan kedudukan sosial.
c. Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, terutama pada :
Fungsi sistem pemasyarakatan adalah menyiapkan orang-orang yang dibina agar
dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang baik dan bertanggung
jawab. Asas dalam sistem pembinaan pemasyarakatan adalah pengayoman,
persamaan perlakuan dan pelayanan, pendidikan pembimbingan, penghormatan
harkat dan martabat manusia, kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya
penderitaan, terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan
orang-orang tertentu. Pembinaan terhadap anak di Lembaga Pemasyarakatan
Anak dilakukan atas dasar penggolongan: umur, jenis kelamin, lama
pidana/pembinaan dijatuhkan, jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan
kebutuhan atau perkembangan pembinaan.
d. Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, belum mengatur
ketentuan tentang diskresi dan diversi yang berfungsi agar anak yang
berhadapan dengan hukum tidak terstigmatisasi akibat proses peradilan yang
harus dijalaninya.
e. Undang-Undang No. 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan/Hukuman Yang Kejam, Tidak Manusiawi dan
Merendahkan (Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or
Degrading Treatment or Punishment).
f. Selain itu, berkaitan dengan jaminan pemenuhan Hak Asasi Manusia termasuk di
dalamnya hak-hak anak, instrumen lokal telah ditetapkan, yaitu UU No. 39 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal-pasal khusus yang mengatur tentang hak-
hak anak adalah pasal 52 - 66 dan yang berkaitan dengan jaminan perlakuan
terhadap anak-anak yang berhadapan dengan hukum diatur secara khusus pada
butir-butir Pasal 66 yang dengan jelas menyebutkan sebagai berikut : Setiap anak
berhak tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan
hukuman yang tidak manusiawi, tidak dirampas kebebasannya secara melawan
hukum.Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan pada
mereka.Penangkapan, penahanan atau pidana penjara anak hanya dapat
dilaksanakan sebagai upaya terakhir.
g. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang disahkan
pada bulan Oktober 2002, yang dimaksudkan mampu memberi perlindungan

216
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

kepada anak-anak pada umumnya secara lebih memadai. Undang-undang ini


memberikan pemahaman pada “kewajiban negara” dalam memenuhi hak-hak
anak dan bukan sekadar anak berhak untuk …” Khususnya pada: Perlindungan
khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum dilaksanakan melalui:
perlakuan secara manusiawi sesuai hak-hak anak, penyediaan petugas
pendamping khusus sejak dini, penyediaan sarana dan prasarana khusus,
penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak,
pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang
berhadapan dengan hukum, jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan
orang tua atau keluarga dan perlindungan dari pemberitaan media/ labelisasi.
h. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
i. Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
j. Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.
k. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak.
l. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaa n Perempuan dan Perlindungan Anak
Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penanganan Anak yang Berhadapan
dengan Hukum.
m. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Selain menggunakan ke 12 (duabelas) instrumen ini, upaya pemerintah Indonesia


untuk menerapkan Retorative Justice (keadilan restoratif) terhadap anak berkonflik
dengan hukum juga terlihat pada beberapa kebijakan penegak hukum berikut.
a. Agreement Lisan 1957
Agreement Lisan 1957 merupakan kesepakatan antara Kepolisian, Kejaksaan,
Departemen Kehakiman, dan Departemen Sosial. Agreement ini dimaksudkan
untuk memberikan perlakukan “khusus bagi anak“ sebelum dan selama
pemeriksaan pengadilan maupun sesudah putusan pengadilan. Pemeriksaan
kasus anak dilakukan secara kekeluargaan dan dalam penahanan, anak harus
dipisahkan dari orang dewasa.
b. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 Tahun 1959.
Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 Tahun 1959 menyebutkan bahwa
persidangan anak harus dilakukan secara tertutup.
c. Peraturan Menteri Kehakiman No. M 06-UM.01.06 Tahun 1983 Bab II, Pasal 9-12,
tentang Tata Tertib Sidang Anak.
Peraturan Menteri Kehakiman No. M 06-UM.01.06 Tahun 1983 Bab II, Pasal 9-12,
tentang Tata Tertib Sidang Anak antara lain menyebutkan bahwa sidang anak
bersifat khusus bagi anak untuk mewujudkan kesejahteraan anak. Oleh karena

217
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

itu, sidang anak perlu dilakukan dalam suasana kekeluargaan dengan


mengutamakan kesejahteraan masyarakat.
d. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 Tahun 1987, tanggal 16 November
1987 tentang Tata Tertib Sidang Anak.
e. Tata Tertib Sidang Anak
Memperhatikan surat edaran dan peraturan-peraturan yang telah dijelaskan
pada paragraf sebelumnya, ternyata bahwa Tata Tertib Sidang Anak telah
melangkah lebih maju dari pada apa yang dicetuskan dalam Agreement Lisan dari
4 (empat) instansi sebelumnya. Sifat khusus sidang bagi anak adalah
mewujudkan kesejahteraan anak, oleh karena itu penyelenggaraan sidang perlu
dilakukan dalam suasana kekeluargaan dengan mengutamakan kesejahteraan
anak di samping kepentingan masyarakat.
Sehubungan dengan sifat kekhususan dari sidang anak tersebut, maka tata
tertibnya pun diatur secara berbeda dengan sidang pidana untuk orang dewasa.
Tata tertib sidang ini diatur sejak penyelidikan oleh pihak kepolisian hingga
pemeriksaan di persidangan, dan setelah putusan hakim. Adapun urutan tata
tertib sidang di pengadilan negeri adalah sebagai berikut.

1) Pengadilan mengadakan suatu registrasi tersendiri untuk perkara anak, serta


menetapkan hari-hari sidang tertentu dan ruangan tertentu untuk perkara
tersebut.
2) Ketua Pengadilan menunjuk hakim yang mempunyai perhatian terhadap
masalah anak, sehingga hakim tersebut, selain menyidangkan perkara biasa,
juga menyidangkan perkara anak-anak.
3) Sidang anak dilakukan dengan hakim tunggal, kecuali dalam hal tertentu oleh
ketua pengadilan dapat dilakukan pemeriksaan dengan majelis hakim.
4) Pemeriksaan dilakukan dengan sidang tertutup dan putusan diucapkan dalam
sidang terbuka. Kondisi ini dimaksudkan untuk menjaga agar anak-anak tidak
menjadi sasaran publikasi pers. Jika identitas anak dan perkaranya dimuat di
media, maka akan menyebabkan trauma bagi anak dan secara psikologis
akan mempengaruhi perkembangannya. Selain itu ia dapat dikucilkan oleh
teman-temannya apabila diketahui sedang disidangkan.
5) Hakim, jaksa, maupun penasehat hukum tidak memakai toga. Ini
mencerminkan adanya asas kekeluargaan. Pemeriksaan perkara oleh hakim
harus dilakukan dengan lemah-lembut sehingga anak mempunyai keberanian
untuk menceritakan sebab musabab tindakannya. Penyebab ini penting
untuk diketahui, agar hakim dapat memberikan hukuman yang tepat kepada
anak, sehingga dapat diharapkan anak kembali ke jalan yang benar.
6) Dalam pelaksanaan sidang anak, orang tua, wali, atau orang tua asuh harus
hadir. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar orang tua tidak melupakan

218
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

tanggung jawab terhadap anaknya dan mendengar apa yang sesungguhnya


terjadi. Dengan demikian, diharapkan hubungan antara orang tua dan anak
dapat diperbaiki.
7) Kehadiran Pembimbing Kemasyarakatan dari Balai Pemasyarakatan (bia sa
disebut dengan singkatan PK Bapas) untuk memberikan laporan sosialnya.

f. Surat Edaran Jaksa Agung RI SE-002/j.a/4/1989 tentang Penuntutan terhadap


Anak.
g. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum B-532/E/11/1995, 9 Nov 1995
tentang Petunjuk Teknis Penuntutan Terhadap Anak.
h. MOU 20/PRS-2/KEP/2005 DitBinRehSos Depsos RI dan DitPasDepKumHAM RI
tentang pembinaan luar lembaga bagi anak yang berhadapan dengan hukum.
i. Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung RI MA/Kumdil/31/I/K/2005 tentang
kewajiban setiap PN mengadakan ruang sidang khusus & dan ruang tunggu
khusus untuk anak yang akan disidangkan
j. Himbauan Ketua MARI untuk menghindari penahanan pada anak dan
mengutamakan putusan tindakan daripada penjara, 16 Juli 2007.
k. Peraturan KAPOLRI Nomor 10/2007, 6 Juli 2007 tentang Unit Pelayanan
Perempuan dan Anak (PPA) serta Peraturan KAPOLRI Nomor 3/2008 tentang
pembentukan RPK dan tatacara pemeriksaan saksi dan atau korban Tindak
Pidana.
l. Surat nomor TR/1124/XI/2006 dari Kabareskrim POLRI tanggal 16 Nov 2006 dan
surat nomor TR/395/VI/2008 9 Juni 2008, tentang pelaksaan diversi dan
restorative justice dalam penanganan kasus anak pelaku dan serta pemenuhan
kepentingan terbaik anak dalam kasus anak baik sebagai pelaku, korban atau
saksi, Pasal 18 ayat (1) huruf L Jo. Pasal 16 ayat (2 ) Undang-Undang No. 2 Tahun
2002 Jo. TR Kabareskrim Polri No. Pol :TR/1124/XI/2006 “Polisi dapat
mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab dengan
batasan bahwa tindakan tersebut tidak bertentangan dengan hukum yang
berlaku, selaras dengan kewajiban hukum/ profesi yang mengharuskan
dilakukannya tindakan jabatan tersebut, tindakan tersebut harus patut dan
masuk akal dan termasuk dalam lingkup jabatannya, didasarkan pada
pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa dan
menghormati Hak Asasi Manusia.” suatu pengalihan bentuk penyelesaian dari
penyelesaian yang bersifat proses pidana formal ke alternatif penyelesaian dalam
bentuk lain yang di nilai terbaik menurut kepentingan anak (TR Kabareskrim).
m. Selain kedua bentuk pengaturan dalam butir l., internal kepolisian menguatkan
lagi dengan beberapa peraturan internal kepolisian lainnya seperti :
1) Peraturan Kapolri NO.8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip Dan
Standar Ham Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.jo.,

219
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

2) Telegram Kapolri NO. POL. : TR/1124/XI/2006 Tanggal 16 Nopember 2006


tentang Pedoman Penanganan Dan Perlakuan Thd Anak Berhadapan
Hukum.Jo.
3) Telegram Kapolri NO. POL. : 395/DIT.I/VI/2008 Tanggal 9 Juni 2008 tentang
Penanganan Anak Berhadapan Hukum.Jo
4) Surat Edaran Kapolri Nomor : B/2160/IX/2009/BARESKRIM Tanggal 3
September 2009 tentang Pedoman Penanganan Anak Berhadapan Hukum Jo.
5) Surat Telegram Kapolri Nomor : STR/29/I/2011 Tanggal 11 Januari 2011
tentang Sosialisasi Surat Keputusan Bersama Tentang Perlindungan Anak dan
Rehabilitasi Anak Berhadapan Hukum.
n. Keseluruhan pengaturan sebagaimana yang dijelaskan dalam alinea sebelumnya
tersebut kemudian lebih dikuatkan lagi dengan adanya 2 (dua) Surat Keputusan
bersama dengan beberapa Kementerian terkait dengan penegakan hukum yaitu
lewat Keputusan Bersama (Ketua MA, Jaksa Agung, Kapolri, Menkum dan Ham
RI., Mensos RI, Men PP dan Perlindungan Anak Ri, berikut.
1) NO. : 166/A/KMA/SKB/XII/2009 Tentang Penanganan Anak yang Berhadapan
dengan Hukum Jo. Kesepakatan Bersama (Mensos, Menhukham, Mendiknas,
Menkes, Menag, dan Kapolri),
2) Nomor B/43/XII/2009 tentang Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Anak Yang
Berhadapan Dengan Hukum.
o. Surat Kesepakatan Bersama antara Departemen Sosial RI Nomor : 12/PRS-
2/KPTS/2009,Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI Nomor :
M.HH.04.HM.03.02 Th 2009, Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor
11/XII/KB/2009, Departemen Agama RI Nomor : 06/XII/2009, Dan Kepolisian
Negara RI Nomor : B/43/ XII/2009 tentang Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial
Anak Yang Berhadapan dengan Hukum , tanggal 15 Desember 2009
p. Surat Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI, Jaksaagung RI, Kepala
Kepolisian Negara RI, Menteri Hukum Dan Ham RI, Menteri Sosial RI, Menteri
Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak RI ,
NO.166/KMA/SKB/XII/2009, NO.148 A/A/JA/12/2009, NO. B/45/XII/2009,
NO.M.HH-08 HM.03.02 TAHUN 2009, NO. 10/PRS-2/KPTS/2009, NO. 02/Men.PP
dan PA/XII/2009 tanggal 22 Desember 2009 tentang Penanganan Anak Yang
Berhadapan Dengan Hukum.

Diharapkan dengan adanya berbagai peraturan te rsebut Pelaksananan diversi dan


restorative justice bisa memberikan dukungan terhadap proses perlindungan terhadap
anak yang berhadapan dengan hukum. Prinsip utama dari diversi dan restorative justice
adalah menghindarkan pelaku tindak pidana dari sistem peradilan pidana formal dan
memberikan kesempatan pelaku menjalankan sanksi alternatif tanpa pidana penjara.
Diversi, sangat berhubungan dengan konsep restorative justice, dapat diterapkan apabila

220
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

anak nakal mau mengakui kesalahannya, sekaligus memberi peluang anak memperbaiki
kesalahannya. Diversi adalah bentuk intervensi yang baik dalam mengubah perilaku anak
nakal. Dengan adanya keterlibatan keluarga, komunitas, dan polisi, maka anak dapat
memahami dampak atas tindakannya yang telah dilakukan.

Untuk lebih ringkas dalam membaca instrument yang telah yang telah disiapkan
atau digunakan oleh Pemerintah Indonesia untuk memberikan perlindungan terhadap
anak yang berhadapan dengan hukum, Saudara dapat membaca dalam kotak berikut
yang dapat digunakan sebagai landasan hukum dalam penanganan anak yang
berhadapan dengan hukum.
Landasan Hukum (Nasional) dalam penanganan anak yang
berhadapan dengan hukum

1. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia yang disahkan pada 10 Desember


1948, merupakan deklarasi yang diakui dunia tentang hak-hak yang paling
mendasar yang dimiliki manusia.
2. Konvensi Hak Anak (CRC) yang diratifikasi Indonesia melalui Keputusan
Presiden No. 36 Tahun 1990¸ yang secara spesifik mengatur hak-hak asasi anak
sebagai bagian dari masyarakat manusia, termasuk perlindungan terhadap anak
dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.
3. Undang-Undang Dasar 1945. Pasal. 28
4. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
5. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman jo UU No. 4 Tahun 2004.
7. UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, yang secara spesifik
mengatur tentang kebutuhan-kebutuhan dasar anak demi kesejahteraannya
8. UU RI No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW), yang secara spesifik mengatur segala
aspek kehidupan perempuan, termasuk anak, yang bebas diskriminasi dalam
bidang pendidikan, kesehatan, hukum, ekonomi, sosial, politik dan budaya, dan
perlindungan dari kekerasan.
9. UU RI No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
10. UU RI No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yang secara spesifik mengatur
mengenai penanganan anak yang disangka atau didakwa melakukan pelanggaran
hukum.
11. UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang secara spesifik
mengatur mengenai hak-hak asasi manusia dan perlindungan terhadapnya.
12. UU RI no. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang secara spesifik
mengatur mengenai hak-hak anak dan perlindungan terhadapnya, termasuk

221
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

upaya perlindungan anak dan ketentuan pidana bagi pelanggarannya.


13. UU RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang
secara spesifik mengatur mengenai institusi dan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
14. UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
15. UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
16. UU No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang.
17. UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
18. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI
19. UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

2. Instrumen Internasional yang Menjadi Dasar Hukum Penanganan Anak Berkonflik


dengan Hukum
Setelah mempelajari Sub Pokok Bahasan 1. tentang Instrumen Nasional yang
Menjadi Dasar Hukum Penanganan Anak Berkonflik dengan Hukum, selanjutnya dalam
subpokok bahasan 2. ini akan dibahas tentang Instrumen Internasional yang Menjadi
Dasar Hukum Penanganan Anak Berkonflik dengan Hukum. Hukum Internasional telah
menetapkan standar perlakuan yang harus dan/atau dapat dirujuk oleh setiap negara
dalam menangani anak yang berhadapan dengan hukum. Hukum internasional
mensyaratkan negara untuk memberikan perlindungan hukum dan penghormatan
terhadap anak yang berhadapan dengan hukum melalui pengembangan hukum,
prosedur, kewenangan, dan institusi (kelembagaan).

HUKUM INTERNASIONAL SEBAGAI INSTRUMEN

Hukum internasional memiliki 2 (dua) sifat, yakni sebagai instrumen yang mengikat
secara hukum (legally binding instrument) dan sebagai instrumen yang tidak mengikat
secara hukum (instruments not legally binding). Walaupun demikian, hukum
internasional, memiliki kekuatan secara moral ( have morraly persuasive force). Sifat
mengikat Hukum Internasional ini bergantung pada jenis instrumen hukum
internasional tersebut. Instrumen Hukum International yang berbentuk perjanjian
international (treaty) seperti kovenan, konvensi, dan protokol memiliki sifat mengikat
secara hukum. Negara yang telah meratifikasi instrument perjanjia n internasional harus
melaksanakan kewajiban hukum berdasarkan prinsip itikad baik ( pacta sunt servanda
principles). Apabila instrumen tersebut diformulasikan dalam bentuk deklarasi,
guidelines, prinsip-prinsip biasanya memiliki karateristik tidak mengikat secara hukum.
Negara tidak memiliki kewajiban hukum untuk melaksanakannya, namun instrumen
tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan (sumber hukum).

222
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah instrumen internasional yang menjadi
landasan dalam penanganan anak yang berhadapan dengan hukum.

a. Instrumen Dasar Perjanjian (Treaty Base Instruments)


Sejumlah konvensi internasional yang seharusnya menjadi dasar atau acuan
Pemerintah Indonesia dalam menyelenggarakan atau pelaksanaan peradilan anak
dan menjadi standar perlakuan terhadap anak-anak yang berada dalam sistem
pemasyarakatan adalah sebagai berikut :
1) Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of
Human Rights), Resolusi No. 217 A (III) tanggal 10 Desember 1948, khususnya
pada pernyataan: “Tak seorang pun boleh dianiaya/diperlakukan secara
kejam, ditangkap, ditahan atau dibuang secara sewenang-wenang.Setiap
orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu pelanggaran pidana
harus dianggap tidak bersalah”. Konvenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil
dan Politik (International Convenant on Civil and Political Rights),
2) Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tanggal 16 Desember 1966, terutama
pada pernyataan: “Setiap orang berhak atas kebebasan dan keamanan
pribadi. Tidak seorang pun boleh dikenakan penahanan dan penawanan
secara gegabah. Setiap orang yang dirampas kebebasannya dengan
penahanan atau penawanan berhak mengadakan tuntutan di hadapan
pengadilan, harus diperlakukan secara manusiawi dengan menghormati
harkat yang melekat pada insan manusia, diperiksa tanpa penundaan,
memperoleh bantuan hukum, menyuruh memeriksa saksi yang
memberatkannya dan menerima kehadiran dan pemeriksaan saksi yang
menguntungkan, tidak dipaksa memberikan kesaksian terhadap dirinya
sendiri atau mengaku bersalah. Orang-orang yang tertuduh harus dibedakan
dari orang-orang yang terhukum. Tertuduh yang belum dewasa harus
dipisahkan dari tertuduh yang dewasa dan secepatnya dihadirkan untuk
diadili. Pelanggar hukum yang belum dewasa harus dipisahkan dari yang
sudah dewasa dan diberikan perlakuan yang layak bagi usia dan status hukum
mereka, serta perlunya diutamakan rehabilitasi. Orang yang telah dihukum
berhak meninjau kembali keputusan atas dirinya dan hukumannya, dan jika
ada kesalahan, maka ia mempunyai hak atas ganti rugi yang dapat
dipaksakan.
3) Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang
Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia (Convention

223
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or


Punishment) Resolusi 39/46 tanggal 10 Desember 1984, yang telah diratifika si
oleh pemerintah Republik Indonesia dengan Undang-Undang No. 5 Tahun
1998, dalam konvensi ini, khususnya pada pasal-pasal berikut dinyatakan
bahwa:
“Setiap negara menjamin: semua perbuatan penganiayaan merupakan
pelanggaran hukum pidananya; menjamin pendidikan dan informasi
mengenai larangan penganiayaan sepenuhnya dimasukkan dalam pelatihan
personel penegakan hukum, sipil atau militer, personel kesehatan, pejabat -
pejabat pemerintah, atau orang-orang lain yang mungkin terlibat dalam
penahanan, interogasi, atau perlakuan terhadap individu mana pun yang
menjadi sasaran bentuk penangkapan apa pun, penahanan atau
pemenjaraan; setiap individu yang menyatakan dirinya telah menjadi korban
penganiayaan berhak mengadukan dan mempunyai hak kasusnya dengan
segera dan secara adil diperiksa oleh para penguasa yang berwenang,
pengadu dan para saksi dilindungi dari semua perlakuan buruk atau
intimidasi sebagai akibat pengaduannya atau bukti apa pun yang diberikan;
setiap korban penganiayaan memperoleh ganti rugi dan mempunyai hak
yang dapat dipaksakan untuk mendapatkan kompensasi yang adil dan
memadai, termasuk sarana-sarana untuk rehabilitasi sepenuh mungkin;
pernyataan apa pun yang disusun yang harus dibuat sebagai akibat
penganiayaan, tidak dijadikan sandaran sebagai bukti dalam pengadilan mana
pun.
4) Konvensi tentang Hak-Hak Anak (Convention on the Rights of the Child),
Resolusi No. 109 Tahun 1990, khususnya dinyatakan pada : Konvensi Hak-hak
Anak, menegaskan bahwa: negara-negara peserta harus berupaya
meningkatkan pembentukan hukum, prosedur, kewenangan , dan lembaga
yang secara khusus berlaku untuk anak-anak yang diduga, disangka, dituduh
atau dinyatakan melanggar hukum pidana dan khususnya:
a) Menetapkan usia minimum sehingga anak-anak yang berusia di
bawahnya dianggap tidak mempunyai kemampuan untuk melanggar
hukum pidana.
b) Bilamana layak dan diinginkan, melakukan langkah untuk menangani
anak-anak seperti itu tanpa harus menempuh jalur hukum, dengan
syarat bahwa hak asasi manusia dan perangkat pengamanan hukum
sepenuhnya di-hormati.
Dalam upaya membangun rezim hukum anak yang berhadapan
hukum, terdapat 4 (empat) fondasi KHA yang relevan untuk
mengimplementasikan praktik peradilan pidana anak, yakni:

224
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

a. Kepentingan terbaik bagi anak, sebagai pertimbangan utama


dalam setiap permasalahan yang berdampak pada anak (Pasal 3);
b. Prinsip non diskriminasi, terlepas dari ras, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lain,
kewarganegaraan, etnis, atau asal-usul sosial, harta kekayaan,
cacat, kelahiran atau status yang lain dari anak atau orang tua
anak (Pasal 2);
c. Hak anak atas kelangsungan hidup dan tumbuh kembang (Pasal 6);
d. Hak anak atas partisipasi dalam setiap keputusan yang berdampak
pada anak, khususnya kesempatan untuk didengar pendapatnya
dalam persidangan-persidangan pengadilan dan administratif yang
mempengaruhi anak (Pasal 12).

b. Petunjuk atau Peraturan Perserikatan Bangsa -Bangsa (United Nations Guidelines


or Rules).
1) Peraturan-Peraturan Standar Minimum bagi Perlakuan terhadap Narapidana
(Resolusi No. 663 C (XXIV) tanggal 31 Juli 1957, Resolusi 2076 (LXII) tanggal 13
Mei 1977), yang pada prinsipnya, semua anak yang ditahan atau dipenjara
berhak atas semua jaminan perlakuan yang ditetapkan dalam peraturan-
peraturan ini.
2) Aturan-Aturan Tingkah Laku bagi Petugas Penegak Hukum, Resolusi Majelis
Umum 34/169 tanggal 17 Desember 1979.
- Seorang Petugas penegak hukum harus melayani masyarakat dan dengan
melindungi semua orang, menghormati dan melindungi martabat
manusia dan menjaga dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia
semua orang dan menggunakan kekerasan hanya ketika benar-benar
diperlukan.
- Tidak seorang pun petugas penegak hukum dapat membebankan,
menghasut atau membiarkan perbuatan penganiayaan apa pun atau
perlakuan kejam yang lain, tidak manusiawi atau hukuman yang
menghinakan, juga tidak dapat menggunakan sebagai sandaran perintah-
perintah atasan atau keadaan-keadaan pengecualian apapun sebagai
pembenaran terhadap penganiayaan atau perlakuan kejam yang lain,
tidak manusiawi atau hukuman yang menghinakan. Mereka harus
menjamin perlindungan penuh untuk kesehatan orang-orang dalam
tahanan mereka.
3) Peraturan-Peraturan Minimum Standar Perserikatan Bangsa-Bangsa
Mengenai Administrasi Peradilan bagi Anak (The Beijing Rules), Resolusi No.
40/33, 1985.

225
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Pada prinsipnya setiap remaja atau anak yang sedang berhadapan dengan
peradilan anak berhak atas semua perlakuan yang ditetapkan dalam
peraturan ini. Namun demikian terdapat beberapa bagian yang perlu
diperhatikan, khususnya pada bagian berikut.
- Dalam peraturan ini dijelaskan tentang kebebasan dalam membuat
keputusan dalam hal diskresi pada semua tahap dan tingkat peradilan dan
pada tahap-tahap berbeda dari administrasi peradilan bagi anak/remaja,
termasuk pengusutan, penuntutan, pengambilan keputusan dan
peraturan-peraturan lanjutannya. Namun dalam pelaksanaannya dituntut
agar dilaksanakan dengan pertanggungjawaban, dalam membuat
keputusan tersebut juga harus benar-benar berkualifikasi dan terlatih
secara khusus untuk melaksanakannya dengan bijaksana dan sesuai
dengan fungsi-fungsi dan tugasnya masing-masing. Jadi dituntut agar
dapat mengambil tindakan-tindakan yang dipandang paling sesuai pada
setiap perkara individual dengan, serta kebutuhan untuk memberikan
saling periksa dan imbang dengan tujuan untuk mengekang
penyalahgunaan kekuasaan, kebebasan membuat keputusan dan untuk
melindungi hak-hak pelanggar hukum berusia muda,
pertanggungjawaban dan profesionalisme merupakan instrument-
instrumen yang paling tepat untuk mengekang kebebasan membuat
keputusan yang luas. Dengan demikian, kualifikasi professional dan
pelatihan yang berkeahlian di sini diutamakan sebagai sarana-sarana
berharga untuk memastikan pelaksanaan yang bikjaksana dari kebebasan
membuat keputusan dalam persoalan pelanggar-pelanggar hukum
berusia remaja.
- Dalam hal pengalihan, juga diatur bahwa:
a). Apabila perlu, pertimbangan harus diberikan kepada pejabat yang
berwenang dalam menangani anak pelaku tindak pidana tanpa
mengikuti proses peradilan.
b). Polisi, jaksa, atau Lembaga lain yang menangani kasus anak-anak
nakal harus diberi kewenangan untuk menangani kasus tersebut
dengan kebijakan mereka tanpa melalui peradilan formal, sesuai
dengan kriteria yang tercantum dalam tujuan sistem hukum yang
berlaku dan sesuai dengan asas-asas dalam ketentuan lain.
c). Setiap diversi yang melibatkan penyerahan kepada masyarakat atau
pelayanan lain yang dipandang perlu, membutuhkan persetujuan
anak, atau orang tua, atau walinya. Keputusan untuk mengalihkan
kasus harus tunduk pada peninjauan kembali pejabat yang berwenang
pada prakteknya.

226
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

d). Untuk mempermudah disposisi kebijakan kasus-kasus anak, upaya-


upaya harus dilakukan untuk mengadakan program masyarakat
seperti pengawasan dan panduan secara temporer, restitusi, dan
kompensasi kepada korban.
Dengan demikian, pertimbangan harus diberikan apabila perlu untuk
mengadili pelaku anak tanpa melalui peradilan formal dari pejabat yang
berwenang, untuk mengalihkan atau tidak mengalihkan kasus, selain itu
Diversi harus digunakan apabila dimungkinkan. Polisi, Jaksa, atau
Lembaga lain harus diberikan wewenang untuk menyelesaikan kasus-
kasus semacam itu dengan kebijakan mereka tanpa melalui persidangan
formal, sesuai dengan kriteria yang tercantum sebagai tujuan dari sistem
hukum dan sesuai dengan pinsip-prinsip dalam ketentuan-ketentuan
sebaiknya mempunyai wewenang untuk melakukan diversi. Sehingga
kriteria bagi diversi harus ditetapkan dan harus sesuai dengan asas-asas
dalam ketentuan Beijing. Setiap diversi berupa penyerahan kepada
masyarakat yang layak atau pelayanan lainnya membutuhkan persetujuan
anak, atau orang tua, atau wali mereka. Keputusan untuk mengalihkan
kasus harus tunduk pada peninjauan oleh pejabat yang berwenang pada
pelaksanaannya persetujuan anak atau orang tua atau walinya
merupakan persyaratan dalam diversi. Keputusan untuk mengalihkan
harus dapat ditinjau kembali oleh pejabat yang berwenang (Jaksa dan
Polisi). Untuk dapat memfasilitasi disposisi kebijakan kasus-kasus anak,
harus dilakukan upaya untuk mengadapan program-program dalam
masyarakat seperti : pengawasan dan panduan secara temporer, restitusi
dan konpensasi pada korban. Upaya harus dilakukan untuk membuat
program bagi anak yang dialihkan atau dilakukan diversi. Berikut ini
adalah terkait dengan prinsip-prinsip diversi dalam Beijing Rules.

a) Anak tidak boleh dipaksa untuk mengakui bahwa ia telah melakukan


tindakan tertentu Tentunya jika ada pemikiran akan lebih mudah
apabila tidak bertindak untuk kepentingan terbaik bagi anak dengan
memaksanya mengakui perbuatannya sehingga kasusnya dapat
ditangani secara formal. Hal ini tidak dapat dibenarkan. Untuk dapat
memfasilitasi disposisi kebijakan kasus-kasus anak, harus dilakukan
upaya untuk mengadapan program-program dalam masyarakat
seperti : pengawasan dan panduan secara temporer, restitusi dan
konpensasi pada korban. Upaya harus dilakukan untuk membuat
program bagi anak yang dialihkan atau dilakukan diversi.

227
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

b) Program diversi hanya digunakan terhadap anak yang mengakui


bahwa ia telah melakukan suatu kesalahan. Tapi tidak boleh ada
pemaksaan.
c) Pemenjaraan tidak dapat menjadi bagian dari Diversi. Mekanisme dan
struktur diversi tidak mengijinkan pencabutan kebebasan dalam
segala bentuk karena hal ini melanggar hak-hak dasar dalam proses
hukum.
d) Adanya kemungkinan penyerahan kembali ke pengadilan (perkara
harus dapat dilimpahkan kembali ke sistem peradilan formal apabila
tidak ada solusi yang dapat diambil).
e) Adanya hak untuk memproleh persidangan atau peninjauan kembali.
Anak harus tetap dapat mempertahankan haknya untuk memperoleh
persidangan atau peninjauan kembali.

4) Kumpulan Prinsip-Prinsip untuk Perlindungan Semua Orang yang Berada di


bawah Bentuk Penahanan Apa pun atau Pemenjaraan (Body of Principles for
the Protection of All Person under Any Form of Detention or Imprisonment)
GA Resolusi 43/173 tanggal 9 Desember 1988, dinyatakan sebagai berikut.
“Semua orang yang berada di bawah setiap bentuk penahanan atau
pemenjaraan harus diperlakukan dalam cara yang manusiawi dan dengan
menghormati martabat pribadi manusia yang melekat. Orang yang ditahan,
apabila mungkin, mereka harus tetap terpisah dari para narapidana”.
Siapa pun yang ditangkap harus diberitahu pada waktu penangkapannya
mengenai alasan penangkapannya dan harus segera diberi tahu mengenai
tuduhan-tuduhan terhadapnya.

5) Pedoman Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Rangka Pencegahan Tindak


Pidana Remaja Tahun 1990 (United Nations Guidelines for the Preventive of
Juvenile Delinquency, ”Riyadh Guidelines”), Resolution No. 45/112, 1990,
khususnya pada bagian: “Program dan pelayanan masyarakat untuk
pencegahan kenakalan anak agar dikembangkan dan badan-badan
pengawasan sosial yang resmi agar dipergunakan sebagai upaya akhir.
Penegak hukum dan petugas lain yang relevan dari ked ua jenis kelamin, harus
dilatih agar tanggap terhadap kebutuhan khusus anak dan agar terbiasa dan
menerapkan semaksimal mungkin program-program dan kemungkinan-
kemungkinan penunjukan pengalihan anak dari sistem peradilan”.

6) Peraturan-Peraturan PBB bagi Perlindungan Anak yang Kehilangan


Kebebasannya, Resolusi 45/113, 1990, khususnya pada bagian:

228
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

“Peraturan ini harus diterapkan secara tidak berat sebelah, tanpa


diskriminasi, dengan menghormati kepercayaan-kepercayaan, praktek agama
dan budaya, serta konsep moral anak yang bersangkutan”.
Sistem pengadilan bagi anak harus menjunjung tinggi hak-hak dan
keselamatan serta memajukan kesejahteraan fisik dan mental para
anak.Menghilangkan kebebasan anak haruslah merupakan pilihan terakhir
dan untuk masa yang minimum serta dibatasi pada kasus-kasus luar biasa,
tanpa mengesampingkan kemungkinan pembebasan lebih awal. Dikenakan
pada kondisi-kondisi yang menjamin penghormatan hak-hak asasi para anak
dan hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sepenuhnya menimbang
kebutuhan-kebutuhan khas, status, dan persyaratan-persyaratan khusus yang
sesuai dengan usia, kepribadian, jenis kelamin serta jenis pelanggaran, sesuai
dengan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dituangkan dalam
peraturan-peraturan ini dan Peraturan-Peraturan Minimum Standar
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Administrasi Peradilan bagi Anak.
Anak yang ditahan menunggu peradilan harus diperlakukan sebagai orang
yang tidak bersalah, harus dipisahkan dari para anak yang telah dijatuhi
hukuman, memiliki hak akan nasehat pengacara hukum dan diperbolehkan
meminta bantuan hukum tanpa biaya, disediakan kesempatan bekerja,
dengan upah dan melanjutkan pendidikan atau pelatihan, tetapi tidak boleh
diharuskan. Lembaga di mana anak ditahan harus terdapat catatan yang
lengkap dan rahasia tentang identitas diri dan keterangan setiap anak, yang
faktanya dapat digugat oleh anak ybs. Pada saat penerimaan, semua anak
harus diberikan sebuah salinan peraturan-peraturan yang mengatur fasilitas
pemasyarakatan itu dan sebuah uraian tertulis tentang hak-hak dan
kewajiban-kewajiban mereka dalam bahasa yang dapat mereka pahami,
berikut alamat otoritas-otoritas yang berwenang untuk menerima
pengaduan-pengaduan, juga alamat badan-badan dan organisasi-organisasi
pemerintah atau swasta yang menyediakan bantuan hukum. Mereka
mempunyai hak akan fasilitas-fasilitas dan pelayanan-pelayanan yang
memenuhi semua persyaratan kesehatan dan harga diri manusia, di
antaranya menerima makanan yang disiapkan secara pantas dan disajikan
pada waktu-waktu makan yang normal dan berjumlah serta bermutu cukup.
Air minum bersih harus tersedia setiap saat, alat trasportasi harus terdapat
ventilasi dan penerangan yang cukup dan dalam keadaan-keadaan yang tidak
boleh membuat mereka sengsara atau merendahkan harga diri.

229
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

C. Rangkuman
Secara harfiah, instrument dapat diartikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk
membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan / pekerjaan. Khusus terkait dengan hal
penanganan masalah anak yang berkonflik dengan hukum, maka yang dimaksud dengan
instrument tersebut adalah suatu alat berupa landasan / dasar hukum dalam menangani
masalah anak yang berkonflik dengan hukum. Instrumen yang dapat digunakan sebagai
dasar hukum bagi penanganan masalah anak yang berkonflik dengan hukum dapat
bersumber dari produk hukum nasional maupun internasional. Dua sumber instrument
tersebut akan memberi arah, petunjuk dan kekuatan kepada semua pihak terkait dalam
menangani masalah anak yang berkonflik dengan hukum dengan memperhatikan
kepentingan yang terbaik bagi anak.

D. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai materi Instrumen Nasional dan
Internasional yang Menjadi Dasar Hukum Dalam Penanganan Anak Berkonflik dengan
Hukum, kerjakanlah latihan berikut!

1. Dalam Peraturan-Peraturan Minimum Standar Perserikatan Bangsa-Bangsa


Mengenai Administrasi Peradilan bagi Anak (The Beijing Rules), Resolusi No. 40/33,
1985, terkait dengan diversi ada beberapa prinsip, coba Saudara sebutkan
beberapa prinsip tersebut ?

2. Dalam upaya membangun rezim hukum anak yang berhadapan hukum, terdapat 4
(empat) fondasi Konvensi Hak Anak yang relevan untuk mengimplementasikan
praktik peradilan pidana anak, coba Saudara sebutkan 4 Fondasi Konvensi Hak Anak
?

Petunjuk Jawaban Latihan


b. Pelajarilah lebih mendalam bagian-bagian yang berkaitan dengan pertanyaan.
c. Perhatikan tujuan pertanyaan dari setiap butir soal latihan.

230
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB IV
TAHAPAN PELAKSANAAN DIVERSI
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Pokok Bahasan 3. Tahapan Pelaksanaan Diversi ini Pembimbing
Kemasyarakatan diharapkan mampu untuk menjelaskan tahapan pelaksanaan diversi.

B. Sub Pokok Bahasan


Pada Pokok Bahasan 1. Sistem Peradilan Anak telah dipelajari sub -sub pokok
bahasan mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak, Keadilan Restoratif, dan Diversi.
Selanjutnya pada Pokok Bahasan 2. Instrumen Nasional dan International yang Menjadi
Dasar Hukum dalam Penanganan Anak Berkonflik dengan Hukum d iibahas mengenai
sub pokok bahasan Instrumen Nasional Yang Menjadi Dasar Hukum Penanganan Anak
Berkonflik Dengan Hukum dan Instrumen Internasional Yang Menjadi Dasar Hukum
Penanganan Anak Berkonflik Dengan Hukum. Berikutnya, pada Pokok Bahasan 3.
Tahapan Pelaksanaan Diversi terbagi menjadi 3 (tiga) sub pokok bahasan yaitu: 1.
Tahapan pelaksanaan diversi sebelum berlakunya UU RI No.11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, 2. Tahapan pelaksanaan diversi mengacu kepada UU RI
No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dan 3. Ilustrasi upaya diversi
sebelum diberlakukan UU RI No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Berikut adalah penjelasan dari ke dua sub pokok bahasan tersebut.

1. Tahapan pelaksanaan diversi sebelum berlakunya UU RI No.11 Tahun 2012


Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pada bab terdahulu dari modul ini, saudara telah mempelajari tentang berbagai
hal yang terkait dengan diversi yaitu Sistem Peradilan Anak serta Instrumen Nasional
dan International yang Menjadi Dasar Hukum dalam Penanganan Anak Berkonflik
dengan Hukum. Oleh karena itu, pada saat ini saudara harus mampu menguasai
materi tersebut sebelum melanjutkan kepada materi tentang pelaksanaan diversi.
Sudah menjadi suatu kenyataan bahwa sampai dengan saat ini kita belum memiliki
Undang Undang yang menyebutkan / mengatur secara jelas dan tegas tentang
upaya diversi dalam penyelesaian masalah anak yang berkonflik dengan hukum.

231
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Meskipun pada saat ini Undang Undang Sebelum berlakunya UU RI No. 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak telah disyahkan, namun keberadaan
undang undang tersebut belum dapat berlakukan. Namun demikian, kondisi tersebut
bukanlah berarti bahwa pada saat ini upaya diversi tidak dapat dilakukan /
dilaksanakan. Ketika pada saat ini Saudara akan melakukan upaya diversi, maka
untuk sementara Saudara dapat bersandar kepada beberapa peraturan perundang
undangan dan kebijakan pemerintah lainnya yang berlaku pada saat ini sebagaimana
telah dijelaskan pada bab sebelumnya yang pada dasarnya memiliki semangat
pelaksanaan diversi tersebut. Mengacu kepada pengalaman di beberapa Balai
Pemasyarakatan, untuk beberapa perkara anak ternyata upaya diversi tersebut
dapat dilaksanakan. Tahapan upaya diversi yang telah dilaksanakan tersebut,
silahkan saudara perhatikan gambar berikut ini.

Gambar 4
Skema tahapan pelaksanaan diversi sebelum berlakunya UU RI No. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

232
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

2. Tahapan pelaksanaan diversi mengacu kepada UU RI No.11 Tahun 2012 Tentang


Sistem Peradilan Pidana Anak.
Setelah mempelajari Sub pokok bahasan 1. Tahapan pelaksanaan diversi
sebelum berlakunya UU RI No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
pada bagian ini akan dibahas tentang Tahapan pelaksanaan diversi mengacu kepada
UU RI No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Pada masa yang akan datang setelah diberlakukannya UU RI No. 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, peran Pembimbing Kemasyarakatan (PK)
menjadi sangat penting dan strategis dalam upaya diversi. Pada beberapa bagian di
dalam undang undang tersebut, menyebutkan secara jelas dan tegas bahwa untuk
perkara-perkara tertentu, upaya diversi merupakan langkah pertama dan utama
yang harus dilakukan dalam menyelesaikan masalah anak yang berkonflik dengan
hukum. Upaya diversi haruslah dilakukan pada setiap tahapan proses hukum, baik
pada tahap penyidikan (Kepolisian), penuntutan (Kejaksaan) maupun persidangan
(Pengadilan). Peran, fungsi dan tanggung jawab Pembimbing Kemasyarakatan dalam
upaya diversi berada pada setiap tahapan proses hukum tersebut. Agar lebih jelas
dalam memahami tahapan upaya diversi tersebut, Saudara dapat me mperhatikan
gambar berikut ini:

Gambar 5
Tahapan upaya diversi
Sumber : Mengacu kepada UU RI No. 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

233
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

3. Ilustrasi upaya diversi sebelum diberlakukan UU RI No. 11 Tahun 2012 Tentang


Sistem Peradilan Pidana Anak
Pada sub pokok bahasan 3. Ini akan diberikan ilustrasi mengenai contoh
penyelesaian perkara anak melalui upaya diversi. Sehubungan dengan belum adanya
petunjuk teknis pelaksaaan diversi yang sesuai dengan Undang Undang Peradilan
Pidana Anak yang terbaru, maka contoh yang akan disampaikan ini berdasarkan
pengalaman yang pernah dilakukan oleh seorang Pembimbing Kemasyarakatan.
Namun demikian, melalui ilustrasi ini pada dasarnya saudara dapat mempelajari dan
memahami tentang tahapan / langkah–langkah yang harus dilakukan ketika akan
melakukan upaya diversi dalam menyelesaikan perkara anak. Selanjutnya silahkan
saudara baca dan simak dengan baik ilustrasi kasus berikut ini.
Pada suatu waktu telah terjadi pencurian satu unit sepeda motor di wilayah hukum
Polres X. Selanjutnya pihak Polres X melakukan penyelidikan terhadap perkara
pencurian tersebut. Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut maka pelaku pencurian
teridentifikasi yaitu Y. Berbekal identifikasi yang telah dimiliki, pihak Polres X
melakukan penangkapan terhadap Y. Selanjutnya pihak Polres X melakukan
penyidikan dan menetapkan Y sebagai tersangka. Setelah dilakukan penyidikan
ternyata Y masih tergolong anak-anak karena berusia 15 tahun. Terhadap Y sempat
dilakukan penahanan selama tujuh hari dan selanjutnya dilakukan penangguhan.
Setelah berada dilakukan penangguhan penahanan pihak Polres X menghubungi
pihak Balai Pemasyaraktan (Bapas) Z untuk meminta pembuatan Penelitian
Kemasyarakatan (Litmas).
Pihak Bapas Z segera menunjuk Pembimbing Kemasyarakatan (PK) setelah
diterimanya permintaan dari pihak Polres X. Tahapan tindakan yang dilakukan PK
selanjutnya adalah :
1. Segera mengunjungi Y di Polres X untuk melakukan Litmas terhadap Y.
Berdasarkan wawancara mendalam tersebut diperoleh gambaran hal -hal pokok
sebagai berikut :
a.Berstatus pelajar SMP kelas 3 yang tidak lama lagi mengikuti ujian akhir
b. Tinggal bersama Kedua orang tua kandungnya
c. Motivasi melakukan pencurian adalah untuk bergaya sesaat
d. Baru pertama kali melakukan pencurian
e. Pencurian dilakukan tanpa perencanaan (spontan)
f. Menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada korban
g. Berniat melanjutkan sekolahnya
h. Tidak berniat menjual hasil curiannya
i. Sempat berniat menyimpan kembali hasil curiannya di tempat semula, namun
tidak dilakukan karena takut ketahuan. Akhirnya sepeda motor tersebut
disimpan di sembarang tempat.
j. Berharap perkaranya dapat diselesaikan di luar proses hukum

234
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

2. Mengunjungi orang tua Y dan melakukan wawancara mendalam.


Berdasarkan wawancara mendalam tersebut diperoleh gambaran hal -hal pokok
sebagai berikut :
a. Kasih sayang dan perhatian kedua orang tua Y cukup baik
b. secara ekonomi relatif mampu menghidupi Y
c. Menilai Y sebagai seorang penurut dan rajin membantu orang tua
d. Sanggup meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap Y
e. Sanggup mengganti kerugian korban
f. Menyesalkan perbuatan Y dan sebagai orang tua akan meminta maaf kepada
korban
g. Berharap perkara Y dapat diselesaikan melalui musyawarah secara kekeluargaan
3. Mengunjungi beberapa teman Y, tetangga Y dan tokoh masyarakat setempat
Berdasarkan wawancara mendalam diperoleh gambaran hal-hal pokok sebagai
berikut :
a. Y dinilai sebagai anak yang pandai bergaul dan cukup aktif dalam kegiatan
remaja di lingkungannya.
b. Tidak pernah ada informasi perihal perilaku negatif Y kecuali perkara yang
sedang dihadapinya.
c. Mendukung harapan Y dan orang tuanya perihal penyelesaian perkara Y melalui
musyawarah
d. Bersedia membantu membina dan mengawasi Y.
4. Mengunjungi Ketua RT dan Ketua RW setempat
Berdasarkan hasil wawancara mendalam diperoleh gambaran hal -hal pokok
sebagai berikut :
a. Tidak pernah ada informasi perihal perilaku negatif Y kecuali perkara yang
sedang dihadapinya.
b. Mendukung harapan Y dan orang tuanya perihal penyelesaian perkara Y melalui
musyawarah
c. Bersedia membantu membina dan mengawasi Y.
5. Mengunjungi pihak sekolah Y
Berdasarkan hasil wawancara mendalam diperoleh gambaran hal -hal pokok
sebagai berikut :
a. Perilaku Y dikenal relatif baik karena tidak pernah tercatat dalam buku catatan
pelanggaran siswa
b. Prestasi akademik Y relatif baik
c. Secara moral pihak sekolah turut bertanggung jawab atas perbuatan Y.
d. Mendukung harapan Y dan orang tuanya perihal penyelesaian masalah Y melalui
musyawarah
e. Pihak sekolah akan meningkatkan pembinaan terhadap Y

235
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

6. Mengunjungi pihak korban


Berdasarkan hasil wawancara mendalam diperoleh gambaran hal -hal pokok
sebagai berikut :
a. Korban merasa telah dirugikan baik secara materi maupun nonmateri
b. Pada dasarnnya dapat memaafkan perbuatan Y
c. Bersedia melakukan musyawarah untuk menyelesaikan perkara Y.
7. Membaca, mempelajari dan menganalisa hasil pengumpulan informasi yang
diperoleh melalui wawancara mendalam dengan berbagai pihak.
8. Berdasarkan analisa terhadap hasil pengumpulan informasi melalui wawancara
mendalam, maka PK memutuskan bahwa perkara Y dapat diselesaikan secara
diversi melalui musyawarah dengan melibatkan pihak-pihak sebagai berikut :
pelaku dan orangtuanya, korban, tokoh pemuda setempat, tokoh agama
setempat, pihak sekolah dan PK.
9. Segera merencanakan pelaksanaan musyawarah meliputi tempat dan waktu
musyawarah
10. Segera melakukan konfirmasi terkait dengan rencana musyawarah dengan
semua pihak yang akan dilibatkan dalam musyawarah.
11. Melaksanakan musyawarah sesuai dengan waktu dan tempat yang telah
disepakati dengan melibatkan berbagai pihak hingga diperoleh kesepakatan
pokok sebagai berikut :
a.Korban telah memaafkan perbuatan pelaku
b. Orang tua pelaku bersedia mengganti kerugian materi yang diderita korban
c. Pelaku diharuskan membuat surat pernyataan penyesalan
d. Pelaku wajib melaksanakan korve membersihkan salah satu mesjid yang ada di
sekitar tempat tinggalnya setiap hari minggu selama tiga bulan di bawah
pengawasan pengurus DKM mesjid tersebut.
12. Membuat laporan secara tertulis tentang hasil pelaksannaan musyawarah
13. Membuat dan menyampaikan surat kepada pihak Polres X perihal penyelesaian
perkara Y secara diversi. Surat tersebut dilampiri dengan laporan hasil
pengumpulan dan pengolahan informasi dalam perkara klien dan laporan hasil
pelaksanaan musyawarah.
14. Menerima informasi dari pihak Polres X baik secara lisan dan tertulis perihal
dihentikannya proses hukum terhadap Y.
15. Pembimbing Kemasyarakatan mengarsipkan semua dokumen yang terkait
dengan penanganan masalah Y.

236
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

C. Rangkuman
1. Diversi merupakan langkah pertama dan utama dalam menyelesaikan masalah anak
yang berkonflik dengan hukum. Sekalipun pada saat ini belum ada undang undang
yang secara jelas dan tegas mengatur tentang keharusan upaya diversi, namun hal
tersebut tidaklah diartikan bahwa diversi tidak dapat dilakukan.
2. Pada kenyataannya berdasarkan pengalaman, bahwa sebelum diberlakukannya UU
RI No. 11 Tahun 2012, upaya diversi hanya terjadi pada tingkat penyidikan
(kepolisian). Pada tahapan proses hukum inilah Pembimbing Kemasyarakatan harus
menjadi inisiator dan motivator dalam melakukan upaya diversi. Pembimbing
Kemasyarakatan harus melaksanakan tahapan pelaksanaan diversi dengan baik dan
benar.
3. Mengacu kepada UU RI No. 11 Tahhun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
Pembimbing Kemasyarakatan harus berperan, berfungsi dan bertanggung jawab
dalam pelaksanaan diversi pada setiap tahapan proses hukum terhadap anak yang
berkonflik dengan hukum.

C. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai materi Tahapan Pelaksanaan
Diversi, kerjakanlah latihan berikut!

1. Pada saat ini belum ada undang undang yang secara jelas dan tegas mengatur
tentang upaya diversi, namun demikian tidaklah berarti bahwa pada saat ini
upaya diversi tidak dapat dilakukan. Jelaskan pendapat Saudara tentang hal
tersebut! Selanjutnya silahkan Sudara tuliskan tahapan upaya diversi yang dapat
dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan, sebelum berlakunya Undang -
Undang RI No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
2. Mengacu kepada UU RI No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, pada tahapan proses hukum manakah Pembimbing Kemasyarakatan
berperan, berfungsi dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan diversi?

Petunjuk Jawaban Latihan


a. Pelajarilah lebih mendalam bagian-bagian yang berkaitan dengan pertanyaan.
b. Perhatikan tujuan pertanyaan dari setiap butir soal latihan.

237
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB V
KOMPONEN LAPORAN PELAKSANAAN DIVERSI
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Pokok Bahasan 4. Komponen Laporan Pelaksanaan Diversi, seorang
Pembimbing Kemasyarakatan diharapkan mampu membuat laporan pelaksanaan diversi’

B. Sub Pokok Bahasan


Pada Pokok Bahasan 1. Sistem Peradilan Anak telah dipelajari sub-sub pokok bahasan
mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak, Keadilan Restoratif, dan Diversi. Selanjutnya pada
Pokok Bahasan 2. Instrumen Nasional dan International yang Menjadi Dasar Hukum dalam
Penanganan Anak Berkonflik dengan Hukum diibahas mengenai sub pokok bahasan
Instrumen Nasional Yang Menjadi Dasar Hukum Penaganan Anak Berkonflik Dengan Hukum
dan Instrumen Internasional Yang Menjadi Dasar Hukum Penanganan Anak Berkonflik
Dengan Hukum. Berikutnya, pada Pokok Bahasan 3. Tahapan Pelaksanaan Diversi dipelajari
3 (tiga) sub pokok bahasan yaitu: 1. Tahapan pelaksanaan diversi sebelum berlakunya UU RI
No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, 2. Tahapan pelaksanaan diversi
mengacu kepada UU RI No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dan 3.
Ilustrasi upaya diversi sebelum diberlakukan UU RI No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak. Pada pokok Bahasan 4. Komponen Laporan Pelaksanaan Diversi ini
akan dibahas tentang sub-sub pokok bahasan 1. Format laporan, 2. Lampiran pendukung
laporan rangkaian kegiatan diversi. Berikut adalah penjelasan dari ke dua sub pokok
bahasan tersebut.
Laporan merupakan komponen penting dari suatu rangkaian kegiatan. Keberadaan
laporan suatu kegiatan akan memiliki nilai positif bagi pelaksana kegiatan dan dapat
dimanfaatkan oleh pihak-pihak lainnya. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan diversi,
laporan menjadi bagian yang penting, baik sebagai alat ukur tingkat keberhasilan
pelaksanaan diversi maupun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kegiatan diversi yang
telah dilaksanakan. Melalui modul ini, saudara akan belajar tentang berbagai komponen dari
laporan hasil kegiatan diversi. Adapun bentuk laporan yang akan saudara pelajari melalui
modul ini adalah laporan secara tertulis tentang hasil kegiatan diversi yang didukung oleh
adanya berbagai lampiran yang diperlukan. Dengan mempelajari komponen laporan

238
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

pelaksanaan diversi ini diharapkan akan memudahkan saudara saat menyusun laporan
pelaksanaan diversi.
1. Format Laporan
Format laporan merupakan hal yang penting dalam penyusunan suatu laporan
pelaksanaan kegiatan. Format laporan ini harus diketahui dan perlu dikuasai oleh
saudara selaku Pembimbing Kemasyarakatan ketika akan melaporkan berbagai kegiatan
yang berhubungan dengan upaya diversi. Format laporan tersebut akan menuntun
saudara kepada tata urutan isi laporan maupun teknis pengisian format tersebut
sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan/penyusunan laporan. Saudara
diharuskan membuat laporan secara tertulis tentang rangkaian kegiatan diversi dengan
mengacu kepada format yang ada. Berikut adalah format laporan tentang rangkaian
kegiatan diversi .

KOP SURAT
BALAI PEMASYARAKATAN

LAPORAN RANGKAIAN KEGIATAN DIVERSI

KLIEN : ………
PERKARA : ………
NO. REGISTER : ………

I. ASAL PERMINTAAN :
(Diisi dengan menuliskan instansi/lembaga yang meminta pembuatan Litmas dilengkapi oleh nomor ,
tanggal dan perihal surat)

II. DASAR HUKUM


(Diisi dengan menuliskan berbagai peraturan perundang undangan yang berlak u dan terkait dengan
penanganan anak yang melakukan tindak pidana).

III. IDENTITAS
A. Identitas klien
(Diisi secara lengkap sesuai dengan kebutuhan)
B. Identitas Orang Tua Klien
1. Ayah
(Diisi secara lengkap sesuai dengan kebutuhan)
2. Ibu
(Diisi secara lengkap sesuai dengan kebutuhan)

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN


A. Waktu Pengumpulan dan Pengolahan Informasi

239
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

(Diisi dengan menuliskan hari dan tanggal pelaksanaan)


B. Tempat pengumpulan dan Pengolahan informasi
(Diisi dengan menuliskan tempat-tempat di mana saja informasi tersebut dikumpulkan dan diolah)
C. Sumber Informasi
(Diisi dengan menuliskan para pihak yang dijadikan sumber informasi)
D. Metode Pengumpulan Informasi
(Pengumpulan informasi dilakukan dengan cara wawancara mendalam)

V. HASIL ASESMEN
A. Terhadap Klien
1. Tindak pidana yang dilakukan
2. Kronologis tindak pidana
3. Modus
4. Motivasi dan tujuan klien atas tindak pidana yang dilakukan klien
5. Aktifitas klien sehari hari
6. Akibat yang dirasakan klien atas tindak pidana yang dilakukannya
7. Penahanan terhadap klien
B. Terhadap Orang Tua Klien
1. Terhadap ayah
2. Terhadap ibu
C. Terhadap Korban
1. Identitas korban
2. Akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan klien
3. Penilaian korban terhadap perbuatan klien
D. Terhadap Masyarakat di Sekitar Klien
Hasil asesmen dapat ditambah terhadap pihak-pihak lain sesuai dengan kebutuhan

VI. UPAYA MUSYAWARAH ANTARA PIHAK KLIEN DENGAN KORBAN


A. Waktu / Jadwal Musyawarah
B. Peserta Musyawarah
C. Putusan / Hasil Musyawarah
VII. LAMPIRAN PENDUKUNG LAPORAN KEGIATAN DIVERSI
VIII. SIDANG TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN (TPP)
A. Waktu / Jadwal Sidang TPP
B. Tanggapan Sidang TPP
IX. ANALISA TERHADAP HASIL PENGUMPULAN INFORMASI

X. REKOMENDASI

XI. PENUTUP
MENGETAHUI: PEMBIMBING KEMASYARAKATAN,
KEPALA,

---------------------------- ----------------------------------
NIP …………………….. NIP ……………………………

240
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

2. Lampiran Pendukung Laporan Rangkaian Kegiatan Diversi


Lampiran pendukung laporan merupakan bagian yang cukup penting dan tak
terpisahkan bagi kekuatan nilai suatu laporan, demikian pula halnya dengan lampiran
pendukung laporan rangkaian kegiatan diversi. Sebagai seorang pembimbing
kemasyarakatan, Saudara harus memahami bahwa keberadaan lampiran dalam suatu
laporan dapat memperkuat atau mengabsahkan isi dari bagian-bagian tertentu dalam
laporan tersebut. Berikut adalah beberapa jenis lampiran yang harus Saudara muat
dalam laporan rangkaian kegiatan diversi.
a. Foto copi bukti yang menunjukan tentang usia klien (Akta Kelahiran/Ijazah/Surat
Keterangan Kelahiran klien , dan sejenisnya).
Foto copi tentang bukti yang menunjukan usia klien sangatlah penting karena
melalui informasi yang tertuang di dalam bukti tersebut akan memberikan kepastian
dan keyakinan bahwa klien yang ditangani adalah seseorang yang masih berstatus
sebagai anak.

b. Surat Pernyataan Orang Tua/Wali klien


Orang tua klien merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab terhadap
proses pembimbingan dan pembinaan terhadap klien. Saudara haruslah menggali
dan mengetahui sikap/langkah yang akan diambil oleh orang tua klien setelah
terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh klien. Sebagai bentuk keseriusan
tentang langkah yang akan diambil oleh orang tua klien tersebut maka perlu
dituangkan di dalam bentuk surat pernyataan. Terdapat beberapa hal pokok yang
dimuat di dalam surat pernyataan orang tua klien antara lain: identitas orang tua,
identitas anak dan isi pernyataan sesuai dengan sikap tanggapan, serta sikap dan

241
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

langkah yang akan diambil oleh orang tua klien. Surat pernyataan tersebut harus
ditandatangani oleh orang tua klien.

c. Surat Pernyataan/Surat Keterangan aparat pemerintahan sekitar tempat tinggal


klien
Sesuai dengan tugas dan fungsinya, aparat pemerintahan sekitar tempat tinggal
klien memiliki peranan penting dalam memberikan penilaian terhadap klien maupun
dalam hal mendukung upaya pembinaan terhadap klien. Penilaian terhadap klien
maupun tingkat dukungan yang dilakukan oleh aparat pemerintahan sekitar tempat
tinggal klien, sebaiknya dapat dituangkan di dalam surat pernyataan/surat
keterangan. Beberapa hal pokok yang harus tertuang di dalam surat
pernyataan/surat keterangan tersebut antara lain : informasi tentang identitas
lingkungan tempat tinggal klien, identitas klien, dan isi pernyataan yang terkait
dengan penilaian dan sikap aparat pemerintahan sekitar tempat tinggal klien. Surat
pernyataan/surat keterangan tersebut harus ditandatangani oleh aparat
pemerintahan setempat.

d. Surat Pernyataan Korban


Korban memiliki posisi kunci dalam hal upaya pelaksanaan diversi. Oleh karena
itu, Saudara harus menggali dan mengetahui tentang penilaian korban terhadap
klien maupun langkah yang akan diambil oleh korban sehubungan dengan tindak
pidana yang dilakukan klien terhadap dirinya. Beberapa hal yang harus termuat di
dalam surat pernyataan korban yaitu adalah: identitas korban dan pernyataan yang
terkait dengan penilaian terhadap klien maupun sikap yang akan diambil korban atas
perbuatan klien. Surat pernyataan tersebut harus ditandatangani oleh pihak korban.

e. Laporan Tertulis Hasil Musyawarah


Saudara telah mengetahui bahwa diversi yang akan dilakukan adalah dalam
bentuk musyawarah yang melibatkan berbagai pihak yang memiliki kepentingan.
Pelaksanaan proses dan hasil musyawarah tersebut haruslah diketahui oleh pihak-
pihak lainnya yang tidak menghadiri musyawarah. Keputusan hasil musyawarahpun
harus dijalankan/ dilaksanakan oleh pihak-pihak yang diwajibkan berdasarkan hasil
musyawarah. Oleh karena itu, maka hasil musyawarah dalam rangka upaya diversi ini
haruslah dituangkan secara tertulis sebagai bentuk pengingat dan pengikat semua
pihak yang terkait. Beberapa hal yang tertuang di dalam laporan hasil musyawarah
antara lain adalah: jadwal, tempat musyawarah, peserta yang mengikuti
musyawarah, hal yang dimusyawarahkan , dan keputusan dalam musyawarah.
Laporan hasil musyawarah tersebut harus ditandatangani oleh semua unsur yang
hadir di dalam musyawarah.

242
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

Catatan: Untuk lampiran dapat ditambah dengan lampiran lainnya sesuai dengan
kebutuhan.

C. Rangkuman
Membuat laporan pelaksanaan diversi merupakan hal yang mutlak dilaksanakan. Melalui
pembuatan laporan tersebut, Saudara selaku Pembimbing Kemasyarakatan telah
menginformasikan dan mempertanggungjawabkan rangkaian kegiatan yang telah dilakukan.
Pembuatan laporan pelaksanaan kegiatan harus dibuat secara sistematis dan memuat
berbagai hal secara jelas. Untuk mendukung kekuatan nilai dari laporan pelaksanaan diversi,
maka diperlukan berbagai lampiran yang dibutuhkan seperti Surat Pernyataan Orang Tua
Klien, Surat Pernyataan Korban, Surat Surat Pernyataan/Surat Keterangan Aparat
Pemerintah sekitar tempat tinggal klien, Laporan hasil musyawarah, dan lampiran lainnya
sesuai dengan yang diperlukan.

D. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai materi Laporan Pelaksanaan
Diversi, kerjakanlah latihan berikut!.

1. Setelah melaksanakan upaya diversi, Saudara diharuskan membuat laporan


pelaksanaan diversi secara tertulis. Sebutkan komponen komponen laporan yang
harus termuat di dalam laporan tersebut sesuai dengan format yang telah Saudara
pelajari dari modul ini!.
2. Sebutkan dan jelaskan lampiran-lampiran apa saja yang harus sertakan didalam
Laporan Pelaksanaan Diversi sesuai dengan yang saudara pelajari dalam modu l ini?.

Petunjuk Jawaban Latihan


a. Pelajarilah lebih mendalam bagian-bagian yang berkaitan dengan pertanyaan.
b. Perhatikan tujuan pertanyaan dari setiap butir soal latihan

243
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

BAB VI
PENUTUP
A. Rangkuman
Filosofi dari sistem peradilan pidana anak adalah mengutamakan pelindungan dan
rehabilitasi terhadap pelaku anak (emphasized the rehabilitation of youthful offender)
sebagai orang yang masih mempunyai sejumlah keterbatasan dibandingkan dengan orang
dewasa. Anak memerlukan perlindungan dari negara dan masyarakat dalam jangka waktu
ke depan yang masih panjang. Terhadap anak yang terlanjur menjadi pelaku tindak pidana
diperlukan strategi sistem peradilan pidana yaitu dengan mengupayakan seminimal
mungkin intervensi sistem peradilan pidana.
Demi kepentingan terbaik anak, pendekatan keadilan restoratif dan upaya diversi
merupakan upaya terbaik dalam menangani masalah anak yang berkonflik dengan hukum.
Keadilan restoratif dan diversi tersebut merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Diversi sebagai upaya pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke
proses diluar peradilan pidana harus mampu menciptakan rasa keadilan dan memulihkan
kepada hal-hal yang baik bagi semua pihak, yaitu korban, pelaku dan masyarakat. Dalam
pelaksanaannya, sampai saat ini belum ada undang-undang yang mengatur tentang diversi
secara jelas dan tegas. Adapun keberadaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak yang disyahkan pada tanggal 30 Juli 2012, yang di dalamnya
memuat ketentuan tentang diversi , baru akan diberlakukan 2 (dua) tahun ke depan sejak
disahkannya Undang-Undang tersebut. Namun demikian, hal tersebut tidaklah berarti upaya
diversi harus ditunda-tunda. Mengacu kepada berbagai peraturan perundang undangan dan
kebijakan lainnya sebagaimana telah dijelaskan, melakukan upaya diversi pada saat ini
bukanlah sesuatu yang salah.
Pembimbing Kemasyarakatan (PK) memiliki peran, tugas, dan fungsi yang sangat penting
dan strategis dalam melakukan upaya diversi. Sebelum diberlakukannya UU RI no. 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, peranan PK yang paling menonjol adalah
sebagai inisiator. Pada masa yang akan datang setelah diberlakukannya undang-undang
tersebut, diversi merupakan langkah pertama dan utama yang harus dilakukan oleh para
penegak hukum dalam penyelesaian masalah anak yang berkonflik dengan hukum. Dalam
kaitan itu, PK harus menjalankan peran dan fungsi dengan baik sesuai yang diamanatkan
oleh undang-undang tersebut.

244
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

B. Evaluasi
Pililah jawaban soal dibawah ini dengan jawaban yang benar.

1. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi konvensi yang ditetapkan dalam KEPPRES


No. 36 Tahun 1990. Konvensi berikut yang tidak diratifikasi adalah:
A. Konvensi Hak Anak.
B. Convention on the Rights of the Child
C. CRC
D. CEDAW

2. Tujuan dari dilakukannya Diversi adalah:


A. membuat stigmatisasi/cap label kepada Anak
B. perampasan kemerdekaan
C. retributif
D. menghindarkan anak dalam proses formal
3. Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke
proses di luar peradilan pidana. Peranan PK dalam diversi ini adalah sebagai:
A. pendamping, pengawas konglomerat;
B. mediator, juri, penentram hati;
C. pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan
D. pengawas

4. Dalam proses diversi, biasanya dilakukan musyawarah. Unsur yang terlibat dalam
musyawarah tersebut adalah:
A. anak dan orang tua/walinya, korban dan atau orangtua/walinya, Pembimbing
Kemasyarakatan dan Pekerja Sosial Profesional.
B. pelaku, Lurah, Camat;
C. korban, saksi, pelaku;
D. Pembimbing Kemasyarakatan, anak sekolah.

5. Yang dapat melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan, pendampingan,


pembimbingan, dan pengawasan terhadap anak adalah:
A. Pembimbing Kemasyarakatan,
B. Pekerja Sosial Profesional,
C. Tenaga Kesejahteraan Sosial
D. Jawaban a, b, dan c semuanya benar

245
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

6. Umur berapakah anak dapat mempertanggung jawabkan perbutan melanggar


hukum:
A. 8 Tahun
B. 12 < 18 Tahun
C. 13 Tahun
D. 14 Tahun

7. Pidana Pokok bagi Anak terdiri atas:


A. Pidana peringatan, pidana dengan syarat, pelatihan pekerjaan, Pembinaan dalam
lembaga dan penjara
B. Pembinaan luar lembaga, pelayanan masyarakat
C. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana
D. Pidana peringatan

8. Yang tidak dikategorikan sebagai syarat-syarat Diversi berikut ini adalah:


A. tindak pidana (sanksi pidana 7 tahun penjara atau kurang);
B. usia Anak (makin rendah makin diupayakan adanya diversi)
C. kategori laporan mediasi
D. jawaban a dan b benar

9. Dalam upaya Diversi, persetujuan dari korban, keluarga korban, dan atau masyarakat
sangat diperlukan. Persetujuan ini menjadi tidak diperlukan lagi dalam hal:
A. tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan
B. tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, nilai kerugian korban tidak
lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat
C. tindak pidana tanpa korban; atau
D. nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat.

10. Coba sebutkan syarat-syarat Diversi mengacu kepada UU No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, seperti jawaban di bawah ini kecuali :
A. Kategori Tindak pidana Isanksi pidana 7 tahun penjara atau kurang)
B. Usia Anak (makin rendah makin diupayakan adanya diversi)
C. Kerugian yang ditimbulkan
D. Hasil penelelitian social dari pekeja sosial

246
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

C. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Bila Saudara dalam menjawab evaluasi soal tersebut mencapai 80 % benar, dengan
demikian Saudara telah mencapai kompetensi Modul diversi dengan baik, dan sebaliknya
bila ketercapaian matidak sampai 80 % Saudara diharapkan mengulang kembali membaca
dan memahami modul ini.
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban Evaluasi yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi modul ini.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Saudara dapat meneruskan
dengan Modul berikutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Saudara harus mengulangi
materi modul initerutama bagian yang belum dikuasai.

Kunci Jawaban Evaluasi


1. D
2. D
3. C
4. A
5. A
6. B
7. A
8. D
9. B
10. D

247
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

DAFTAR PUSTAKA
Ali ( 2009). Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Jakarta: Prenada Media Group.
Bagir Manan. (2008)Retorative Justice (Suatu Perkenalan),dalam Refleksi Dinamika Hukum
Rangkaian Pemikiran dalam dekade Terakhir, Perum Percetakan Negara RI:Jakarta,.
Bazemore, G., & Schiff, M. Juvenile Justice Reform and Restorative Justice: BuildingTheory
and Policy from Practice. Oregon: Willan Publishing, 2005.
Benton, S., & Setiadi, B, Mediation and Conflict Management in Indonesia. In L.
Kwok & D. Tjosvold (Eds.), Conflict Management in the Asia Pacific:Assumptions and
Approaches in Diverse Cultures. Singapore: John Wiley &Sons, 1998.
Consedine, J, Restorative justice: Healing the effects of crime. Lyttelton:Ploughshares
Publications,1995.
Davis, G, Making amends: Mediation and reparation in criminal justice. London:Routledge,
1992.
Kusumaatmadja, M., Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan. Bandung:Alumni, 2002.
Marlina , Penerapan Konsep Diversi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana dalamSistem
Peradilan Pidana Anak , Jurnal Equality, 2008.
Pavlich, G, Towards An Ethics of Restorative Justice. In L. Walgrave (Ed.), Restorative Justice
and The Law. Oregon: Willan Publishing,2002.
Purnianti, Supatmi, M. S., & Tinduk, N. M. M. ,Analisa Situasi Sistem PeradilanPidana Anak
(Juvenile Justice Sistem) di Indonesia. Jakarta: UNICEF.,2003.
Schwartz, I. M., & Preiser, L. Diversi on and Juvenile Justice: Can We Ever Get It Right? In H.
Messmer & H.-U. Otto (Eds.), Restorative Justice on Trial: Pitfallsand Potentials of Victim
Offender Mediation-International ResearchPerspectives. Dordrecht: Kluwer Academic
Publishers, 1992.
Supeno, H., Kriminalisasi Anak: Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak
TanpaPemidanaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2010.
Wright, M., Victim-Offender Mediation as A Step Towards A Restorative Sistem ofJustice. In
H. Messmer & H.-U. Otto (Eds.), Restorative Justice on Trial:Pitfalls and Potentials of
Victim Offender Mediation-International ResearchPerspectives. Dordrecht: Kluwer
Academic Publishers.
Dewi dkk., (2011). Mediasi Penal: Penerapan Restorative Justice di Pengadilan Anak di
Indonesia. Depok: Indie Publishing.

248
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

GLOSARIUM
1. Juvenile Justice Sistem) adalah segala unsur sistem peradilan pidana yang terkait di
dalam penanganan kasus-kasus kenakalan anak. Unsur pertama adalah polisi, polisi
berperan sebagai institusi formal ketika anak nakal pertama kali bersentuhan dengan
sistem peradilan. Polisi juga yang akan menentukan apakah anak akan dibebaskan atau
diproses lebih lanjut. Unsur kedua adalah Jaksa dan Lembaga Pembebasan Bersyarat.
Jaksa dan Lembaga Pembebasan Bersyarat akan menentukan apaka h anak akan
dibebaskan atau diproses ke pengadilan anak. Unsur ketiga adalah Pengadilan Anak.
Pengadilan Anak berperan pada tahapan ketika anak akan ditempatkan dalam pilihan-
pilihan, mulai dari dibebaskan sampai dimasukkan dalam institusi penghukuman. Unsur
terakhir atau unsur keempat adalah institusi penghukuman. Intitusi penghukuman. Ada
2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat mereka berhadapan dengan hukum
sebagai berikut.
a. Status Offender adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang
dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos sekolah
atau kabur dari rumah;
b. Juvenile Delinquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh
orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum
2. Pengadilan anak adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yangberada di lingkungan
peradilan umum. Sidang Pengadilan Anak yang selanjutnya disebut sidang anak,
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan mnyelesaikan perkara anak
sebagaimana ditentukan dalam UU ini (UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak)
3. Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan pada umumnya. Kekuasaan kehakiman dilingkungan peradilan umum
dilaksanakan oleh pengadilan negeri dan pengadilan tinggi, dan berpuncak pada
Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi (UU No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan
Umum).
4. Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum,
anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana
(UU NO. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak)
5. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang
telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun
yang diduga melakukan tindak pidana (UU NO. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak).

249
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

6. Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak Korban adalah
anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik,
mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana (UU NO. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
7. Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak Saksi adalah
anak yang
belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang
suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri (UU NO. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
8. Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan
pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-
sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada
keadaan semula, dan bukan pembalasan (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak)
9. Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke
proses di luar peradilan pidana (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak)
10. Penyidik adalah penyidik Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak).
11. Penuntut Umum adalah penuntut umum Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak).
12. Hakim adalah hakim Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak).
13. Hakim Banding adalah hakim banding Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak).
14. Hakim Kasasi adalah hakim kasasi Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak).
15. Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum yang
melaksanakan
penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap
Anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana (UU No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak).
16. Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah
maupun
swasta, yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial serta kepedulian dalam
pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman
praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah
sosial Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).

250
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

17. Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara
profesional untuk
melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang
yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta, yang ruang lingkup
kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak).
18. Keluarga adalah orang tua yang terdiri atas ayah, ibu, dan/atau anggota keluarga
lain yang dipercaya oleh Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan P idana
Anak).
19. Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh
sebagai
orang tua terhadap anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak).
20. Pendamping adalah orang yang dipercaya oleh Anak untuk mend ampinginya selama
proses peradilan pidana berlangsung (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak).
20. Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya adalah orang yang berprofesi memberi
jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan (UU No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak).
21. Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disingkat LPKA adalah lembaga atau
tempat Anak menjalani masa pidananya (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak).
22. Lembaga Penempatan Anak Sementara yang selanjutnya disingkat LPAS adalah tempat
sementara bagi Anak selama proses peradilan berlangsung (UU No. 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).

251
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

23. Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat LPKS adalah
lembaga atau tempat pelayanan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial bagi Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak).
24. Klien Anak adalah Anak yang berada di dalam pelayanan, pembimbingan, pengawasan,
danpendampingan Pembimbing Kemasyarakatan (UU No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak).
25. Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Bapas ad alah unit pelaksana teknis
pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi penelitian kemasyarakatan,
pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan (UU No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak).
26. Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan
dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan (UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia). Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipengaruhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan
Negara (UU No. 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak).
27. Laporan hasil penelitian kemasyarakatan (litmas) untuk perkara anak berisi (UU No. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak) :
a. data pribadi Anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial;
b. latar belakang dilakukannya tindak pidana;
c. keadaan korban dalam hal ada korban dalam tindak pidana terhadap tubuh atau
nyawa;
d. hal lain yang dianggap perlu;
e. berita acara Diversi; dan
f. kesimpulan dan rekomendasi dari Pembimbing Kemasyarakatan
28. Instrumen nasional adalah alat/aturan perundangan-undangan yang bersifat nasional
yang dijadikan dasar landasan hukum dalam pelaksanaan tugas.
29. Instrumen Internasional adalah alat/ aturan yang bersifat international dan dapat
dijadikan bahan rujukan dalam setiap permaslahan.

252

Anda mungkin juga menyukai