PEMBIMBING
KEMASYARAKATAN
SAMBUTAN
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sistem Pemasyarakatan adalah sistem koreksi yang bertujuan untuk mengintegrasikan
kembali pelaku tindak pidana kedalam masyarakat dengan berupaya melakukan perubahan
perilaku kearah yang lebih positif terhadap warga binaan pemasyarakatan. Proses pembinaan
dan pembimbingan dimaksud didasarkan atas asas pengayoman, persamaan perlakuan dan
pelayanan, pendidikan, pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia,
kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan, dan terjaminnya hak untuk
tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu lainnya.
Dalam proses peradilan pidana dan dalam pelaksanaan pemidanaan hakekatnya dalam
pelayanan tahanan, pembinaan narapidana dan pembimbingan klien pemasyarakatan,
dengan demikian pemasyarakatan berperan pada seluruh tahapan proses hukum, mulai dari
tahap pra-adjudikasi, adjudikasi dan post adjudikasi. Balai Pemasyarakatan mulai berperan
dalam melakukan pendampingan terhadap pelaku tindak pidana juga melakukan penelitian
kemasyarakatan sebagai analisa terhadap latar belakang tindak pidana, potensi pelaku,
kondisi keluarga, kondisi lingkungan masyarakat dan lain sebagainya yang menjadi bahan
pertimbangan bagi hakim dalam memberikan putusan hukum yang mengikat.
Sebagai bagian dari Sistem Pemasyarakatan, Balai Pemasyarakatan juga berperan dalam
tahap adjudikasi, yaitu melalui laporan hasil penelitian kemasyarakatan. Laporan Penelitian
Kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan bagi aparat penegak hukum lainnya dalam
memberikan keputusan hukum yang tepat dan adil. Pada tahap post-adjudikasi, Balai
Pemasyarakatan ikut didalam melakukan proses pembinaan dalam rangka admisi orientasi,
asimilasi dan reintegrasi serta perlindungan anak.
Seiring dengan disahkannya Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak, pada tanggal 30 Juli 2012, peranan Balai Pemasyarakatan khususnya
Pembimbing Kemasyarakatan dalam Sistem Peradilan Pidana Anak menjadi sangat penting
dan strategis didalam setiap tahapan proses hukum bagi anak.
Dalam tahap pra-adjudikasi Pembimbing Kemasyarakatan memiliki peran penting dalam
penanganan Anak yang berkonflik dengan hukum dengan mengedepankan prinsip untuk hak
kepentingan terbaik bagi anak. Dalam proses ini seorang Pembimbing Kemasyarakatan wajib
mengupayakan diversi bagi anak pelaku tindak pidana dengan pendekatan keadilan restroratif
pada setiap tingkat pemeriksaan; tingkat penyidikan, penuntutan dan pengadilan, selain itu
juga pengawasan pelaksanan diversi yang telah mempunyai penetapan hakim. Perampasan
kemerdekaan adalah salah satu upaya terakhir bagi Anak, ini menjadi filosofi Sistem Peradilan
Pidana Anak dan juga filosogi bagi Pembimbing Pemasyarakatan dalam penanganan anak yang
berkonflik dengan hukum.
I
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Saya sangat mengapresiasi respon yang sangat cepat dan positif yang dilakukan oleh
Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak yang telah menyusun Modul
bagi Pembimbing Kemasyarakatan. Melalui modul ini tentu diharap akan dapat memudahkan
Pembimbing Kemasyarakatan dalam menjalankan tugas dan fungsinya sehari-hari dilapangan.
Saya juga sangat bangga karena modul ini disusun dengan sangat baik karena telah melewati
beberapa proses akademik sehingga modul ini lebih berbobot karena telah dilakukan uji coba
kepada petugas pemasyarakatan.
ii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
iii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
i
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
DAFTAR ISI
Sambutan Direktur Bimkemas & Pengentasan Anak
MODULI : TUGAS DAN FUNGSI PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB I PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat 1
Kompetensi Umum 1
Kompetensi Khusus 2
Peta Kompetensi 2
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 2
Manfaat Mempelajari Modul 3
Petunjuk Penggunaan Modul 3
BAB V PENUTUP
Rangkuman 36
Evaluasi 36
Umpan Balik 38
Kunci Jawaban 39
Daftar Pustaka 40
Glosarium 41
ii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
iii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Rangkuman 87
Evaluasi 87
Umpan Balik 90
Kunci Jawaban 91
Daftar Pustaka 91
iv
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB V PENUTUP
Rangkuman 128
Evaluasi 128
Umpan Balik 131
Kunci Jawaban 131
Daftar Pustaka 132
v
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
vi
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Rangkuman 183
Evaluasi 184
Umpan Balik 186
Kunci Jawaban 186
Daftar Pustaka 187
Glosarium 187
MODUL V DIVERSI
BAB I PENDAHULUAN
vii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
viii
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Rangkuman 244
Evaluasi 245
Umpan Balik 247
Kunci Jawaban 247
Daftar Pustaka 248
Glosarium 249
ix
COVER MODUL
MODUL I
TUGAS DAN PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
COPYRIGHT
TUGAS DAN PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul
Penulis
Tejo Harwanto | Taufiq Effendy W | Veriyadi
Editor
Tim PAU Universitas Terbuka
PENGANTAR
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan sistem Pemasyarakatan adalah menyiapkan Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) atau selanjutnya disebut klien pemasyarakatan agar dapat
berintegrasi secara sehat dan berperan kembali dalam keluarga dan lingkungan
masyarakat luas secara bertanggung jawab.
Peran Balai Pemasyarakatan secara umum dan Pembimbing Kemasyarakatan
secara khusus dirasa belum maksimal dalam mewujudkan fungsi sistem
pemasyarakatan.
Seiring dengan akan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Pembimbing Kemasyarakatan memegang
peranan sangat penting dalam proses penegakan hukum, terutama dalam Penelitian
Kemasyarakatan dan bimbingan bagi klien pemasyarakatan.
Penulisan modul ini dimaksudkan untuk menyediakan bahan ajar terkait dengan
Tugas, Fungsi, dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan. Modul ini diharapkan agar
dapat menjembatani kesenjangan antara Pembimbing Kemasyarakatan yang ada
sekarang dengan Pembimbing Kemasyarakatan yang ideal yang mampu melaksanakan
amanat Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Tugas dan Peran Pembimbingan Kemasyarakatan merupakan dasar
untuk mempelajari modul-modul selanjutnya. Modul ini dibagi menjadi 5 (lima) Bab
yang mencakup tentang pendahuluan, profil pembimbing kemasyarakatan, tugas
pembimbing kemasyarakatan, peran pembimbing kemasyarakatan dan penutup.
C. KOMPETENSI UMUM
Setelah mempelajari modul Tugas dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan,
Saudara akan memiliki kemampuan dalam menjelaskan tugas dan peran Pembimbing
Kemasyarakatan.
1
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
D. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari modul Tugas dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan,
secara khusus Saudara akan memiliki kemampuan dalam :
1. Mengidentifikasikan profil Pembimbing Kemasyarakatan
2. Menjelaskan tugas Pembimbing Kemasyarakatan
3. Menjelaskan peran Pembimbing Kemasyarakatan
E. PETA KOMPETENSI
Berikut adalah tahapan Kompetensi yang harus Saudara capai untuk memiliki
kemampuan dalam menjelaskan tugas dan peran Pembimbing Kemasyarakatan.
1. Mengidentifikasi Profil
Pembimbing
Kemasyarakatan
2
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
3
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB II
PROFIL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, Pembimbing Kemasyarakatan diharapkan
memiliki kemampuan dalam mengidentifikasikan profil pembimbing kemasyarakatan.
4
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Pasal 12
(1) : “Pegawai Reklasering diwajibkan jaksa oleh Mentri Kehakiman untuk
kepentingan pengawasannya”
Pasal 14
(1) : “Menteri Kehakiman dapat mencukupi, menunjuk Pegawai Istimewa yang
sanggup menjalankan pekerjaan itu”
Keberadaan Pembimbing Kemasyarakatan kemudian diperkuat juga oleh
Hakim Agung wanita pertama di Indonesia, Sri Widoyati, W.S., SH. dalam Surat
Edaran Hakim Agung tanggal 4 juli 1971 nomor M.A./PEM/040/1971. tentang
“sidang perkara anak” yang menyebutkan bahwa dalam sidang anak : a) Harus hadir
pekerja sosial dan b) Harus ada laporan data sosial. Melalui surat edaran inilah maka
hingga kini keberadaan PK dalam persidangan menjadi penting, baik secara legal
formal maupun secara aktual. Hal ini ditujukan agar petugas penegak hukum lainnya
mendapat second opinion (pendapat pihak lain) mengenai latar belakang anak yang
dalam proses hukum agar keputusan hukum yang diambil tepat sasaran karena
berkaitan dengan masa depan anak. Kebijakan hakim agung diatas juga diperkuat
dengan beberapa peraturan sebagai berikut:
a. Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor 06 – UM – 01 – 06 tahun 1983. tentang :
“Tata tertib Persidangan dan tata ruang sidang “, tanggal 16 Desember 1983;
b. Surat Edaran Jaksa Agung RI tanggal 17 Februari 1982, Nomor : B/22/0/E/2/1982.
tentang : “Pengiriman Putusan Pidana Bersyarat Pada balai Bispa (BAPAS).”;
c. Surat Edaran Jaksa Agung RI tanggal 9 Januari 1986 Nomor : R-001/A-6/1/86.
SIFAT “ RAHASIA” Hak Litmas untuk penuntutan, Tindak Pidana Narkotika, denga
Pelaku Usia Muda;
d. Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung RI tanggal 17 November 1987 Nomor 6
tahun 1987. Perihal : Tata Tertib Sidang Anak, Menunjuk Peraturan Menteri
Kehakiman RI tahun 1983 nomor 06 – UM.01.06. Perihal Tata Tertib Sidang Anak;
e. DOR. Stbl nomor 741. Tahun 1917 tanggal 17 juli 1926. disyahkan oleh
SECRETARIAT GENERAL EROBRETE. Banyak memuat pasal tentang pegawai
reklasering dan litmas;
f. Juga banyak terdapat penyebutan : Probation officer dan social inquiry Report.
yang di bahas pada : a) SMR. For Juvannile justice dan b) SMR For Non Constodial
measure;
5
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
6
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
7
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Pasal 4
Syarat-syarat untuk petugas agar dapat diangkat menjadi Pembimbing
Kemasyarakatan :
a. Pegawai Negeri Sipil yang berpendidikan serendah-rendahnya lulusan :
1.) Sekolah Menengah Kejuruan bidang Pekerjaan Sosial;
Pendidikan yang ditempuh selama 4 (empat) tahun, diajarkan tentang
membuat sistem pelaporan, salah satunya “riwayat sosial” yang
dikembangkan menjadi Laporan Penelitian Kemasyarakatan.
2.) Sekolah Menengah Umum atau Kejuruan lainnya.
b. Telah berpengalaman kerja sebagai pembantu Pembimbing Kemasyarakatan
bagi lulusan :
1.) Sekolah Menengah Kejuruan bidang Pekerjaan Sosial berpengalaman
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun;
2.) Sekolah Menengah Umum atau Kejuruan lainnya berpengalaman sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun.
c. Sehat jasmani dan rohani.
d. Pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda (Golongan/Ruang II/a).
e. Telah mengikuti Pelatihan Teknis Pembimbing Kemasyarakatan (Tahun 1968
kursus Bispa diadakan selama 6 bulan).
f. Mempunyai minat, perhatian dan dedikasi di bidang kesejahteraan sosial; dan
g. Semua unsur penilaian dalam DP3 bernilai baik dan tidak sedang menjalani
hukuman disiplin.
Pasal 5
(1) Pembimbing Kemasyarakatan diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian Pembimbing Kemasyarakatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
atas nama Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
Pasal 6
Pengangkatan dan pemberhentian Pembimbing Kemasyarakatan dilakukan atas usul
Kepala Bapas melalui Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman setempat.
Pasal 7
(1) Pembimbing Kemasyarakatan diberhentikan dengan hormat karena :
a. Mencapai usia pensiun;
b. Permintaan sendiri;
c. Keadaan badan atau kesehatan jiwanya tidak lagi mampu menjalankan
tugasnya setelah dinyatakan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan yang berwenang;
d. Tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik;
8
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
e. Meninggal dunia.
(2) Pembimbing Kemasyarakatan diberhentikan dengan tidak hormat karena :
a. Melakukan perbuatan tercela;
b. Melakukan pelanggaran terhadap tugas dan kewajiban.
Pasal 64
(1) Penelitian kemasyarakatan, pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan
terhadap anak dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan.
(2) Syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Pembimbing Kemasyarakatan sebagai
berikut :
a. berijazah paling rendah diploma tiga(D-3) bidang ilmu sosial atau yang setara
atau telah berpengalaman bekerja sebagai pembantu Pembimbing
Kemasyarakatan bagi lulusan:
1) sekolah menengah kejuruan bidang pekerjaan sosial
berpengalaman paling singkat 1 (satu) tahun; atau
2) sekolah menengah umum dan berpengalaman di bidang
pekerjaan sosial paling singkat 3 (tiga) tahun.
b. sehat jasmani dan rohani;
c. pangkat/golongan ruang paling rendah Pengatur Muda Tingkat I/ II/b;
d. mempunyai minat, perhatian, dan dedikasi di bidang pelayanan dan
pembimbingan pemasyarakatan serta pelindungan anak; dan
e. telah mengikuti pelatihan teknis Pembimbing Kemasyarakatan dan memiliki
sertifikat.
(3) Dalam hal belum terdapat Pembimbing Kemasyarakatan yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tugas dan fungsi Pembimbing
Kemasyarakatan dilaksanakan oleh petugas yaitu Lembaga Penempatan Anak
Sementara (LPAS) dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak(LPKA) atau belum
terbentuknya LPKA atau LPAS dilaksanakan oleh petugas rumah tahanan dan
lembaga pemasyarakatan.
9
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
10
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
yang dipakai di negara Belanda atau Probation Officer, Parole Officer, dan After Care
Officer yang digunakan negara-negara Barat maupun Asia. Penyebutan istilah
Pembimbing Kemasyarakatan memiliki tujuan, yaitu adanya kesetaraan antara Polisi,
Jaksa, Hakim, Panitera, Pengacara, atau Pembela Hukum sebagai petugas penegak
hukum.
Dalam sidang anak Pembimbing Kemasyarakatan mempunyai tugas penting,
tidak hanya membuat litmas tetapi wajib hadir dalam sidang anak sebagai anggota
sidang untuk mempertanggungjawabkan tugasnya, bahkan berfungsi sebagai
pendamping klien apabila orangtua/wali klien anak tidak hadir.
Pembimbing Kemasyarakatan harus mempunyai pengetahuan dan
keahlian/kemampuan sesuai dengan tugas dan kewajibannya atau mempunyai
keterampilan teknis dan jiwa pengabdian di bidang pekerjaan sosial. Pembimbing
Kemasyaratan dalam melakukan bimbingan terhadap klien pemasyarakatan harus
berpedoman dan sesuai dengan petunjuk atau aturan yang sudah ditetapkan.
Oktoriny dalam tesisnya yang berjudul “Peranan Pembimbing
Kemasyarakatan Terhadap Klien Pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan Klas I
Padang” menyebutkan beberapa tujuan yang hendak dicapai Pembimbing
Kemasyarakatan dalam proses pembimbingan kemasyarakatan, yaitu :
1. Supaya klien-klien menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya;
2. Supaya klien tidak melakukan kembali perbuatan yang melanggar hukum tindak
pidana;
3. Supaya klien dapat memperbaiki dirinya;
4. Supaya klien dapat diterima kembali oleh masyarakat di tempat tinggalnya;
5. Dapat berperan aktif dalam pembangunan Indonesia;
6. Dapat hidup secara wajar sebagai warga masyarakat yang baik dan bertanggung
jawab.
C. RANGKUMAN
1. Pembimbing Kemasyarakatan atau yang dulu disebut Pekerja Sosial Kehakiman
(Social Worker in Correctional Field) adalah pejabat fungsional penegak hukum pada
Balai Pemasyarakatan yang ditunjuk dan atau diangkat menjadi Pembimbing
Kemasyarakatan, bertugas melaksanakan penelitian kemasyarakatan,
pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap Anak di dalam dan di luar
proses peradilan pidana.
2. Pembimbing Kemasyarakatan menyajikan Laporan Penelitian Kemasyarakatan
(litmas) yang nantinya digunakan untuk proses pembinaan warga binaan
pemasyarakatan di Lapas maupun Rutan. Litmas juga digunakan untuk kepentingan
11
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
12
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB III
TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, Pembimbing Kemasyarakatan memiliki
kemampuan dalam menjelaskan tugas pembimbing kemasyarakatan.
13
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
14
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
15
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
16
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
17
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
C. RANGKUMAN
Tugas Pembimbing Kemasyarakatan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan penelitian kemasyarakatan
b. Melaksanakan bimbingan kemasyarakatan dan bimbingan kerja bagi klien
pemasyarakatan;
c. Memberikan pelayanan terhadap instansi lain dan masyarakat yang meminta data
atau hasil penelitian kemasyarakatan klien tertentu;
d. Mengkoordinasikan pekerja sosial dan pekerja sukarela yang melaksanakan tugas
pembimbingan; dan
e. Melaksanakan pengawasan terhadap terpidana anak yang dijatuhi pidana
pengawasan, Anak Didik Pemasyarakatan yang diserahkan kepada orangtua, wali
atau orangtua asuh dan orangtua, wali dan orangtua asuh yang diberi tugas
pembimbingan.
D. LATIHAN
Untuk meningkatkan pemahaman Saudara tentang tugas seorang pem
1. Jelaskan 5 (lima) tugas dari Pembimbing Kemasyarakatan menurut Keputusan
Menteri Kehakiman RI Nomor : M.01-PK.04.10 Tahun 1998 tentang Tugas, Kewajiban
dan Syarat - Syarat Bagi Pembimbing Kemasyarakatan!
2. Jelaskan 5 (lima) tugas Pembimbing Kemasyarakatan menurut Undang-undang
Sistem Peradilan Pidana Anak!
3. Jelaskan 3 (tiga) fungsi Pembimbing Kemasyarakatan dalam melaksanakan program
bimbingan terhadap klien!
18
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB IV
PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, Saudara memiliki kemampuan dalam
menjelaskan peran pembimbing kemasyarakatan.
B. SUB POKOK BAHASAN
Saudara telah menyelesaikan pembahasan pada bab sebelumnya yang membahas
mengenai profile, tugas, dan fungsi dari pembimbing kemasyarakatan. Pada bab ini
saudara akan mempelajari mengenai peran dari pembimbing kemasyarakatan.
1. Peran Pembimbing Kemasyarakatan Menurut Ahli
Peran Pembimbing Kemasyarakatan dalam proses pemasyarakatan ialah
pada tahap re-integrasi, maksudnya mengembalikan klien kepada keadaan semula.
Dimana narapidana diintegrasikan ke dalam masyarakat untuk mengembalikan
hubungannya dengan masyarakat termasuk korban kejahatan.
Saudara, ada beberapa ahli berpendapat terkait dengan peran yang dapat
dilakukan oleh seorang Pembimbing Kemasyarakatan. Beberapa diantaranya seperti
yang diungkap dalam modul ini.
a. Drs. Sumarsono A Karim
Secara umum beliau mengungkapkan bahwa peran Pembimbing Kemasyarakatan
dijabarkan sebagai berikut.
1) Membantu memperkuat motivasi
Proses penciptaan relasi tatap muka yang dilakukan dengan sikap simpatik dan
empati yang penuh pamahaman serta penerimaan dapat menjadi suatu faktor
motivasi yang sangat berarti bagi terpidana dalam menelaah kembali berbagai
sikap dan tingkah laku selama ini. Contoh ilustrasi proses memperkuat motivasi
dapat kita lihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.
Membantu memperkuat motivasi
19
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
20
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
masalah klien.
21
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
22
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
b) Perunding (Negosiator)
Mampu mewakili klien untuk berunding dan menemukan jalan keluar
dengan lembaga/klien
c) Pembela
Mampu membela kepentingan klien yang diwakili (ketika ada permintaan
dari pihak klien)
d) Juru bicara
Menjadi juru bicara klien/masyarakat yang diwakili
e) Penggerak
Penggerak klien/masyarakat dengan mengorganisasikan dan
menggerakkan serta mendorong orang berpartisipasi dalam organisasi
masyarakat
f) Penengah (Mediator)
Menjadi penengah antara dua atau lebih klien yang berkepentingan
sehingga tercapai kesepakatan
g) Konsultan
Memberikan konsultasi kepada kepala maupun Pembimbing
Kemasyarakatan dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi.
23
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
program dan pelayanan yang tersedia, melakukan penilaian terbaru pada tiap
pembatasan dan kekuatan seseorang serta mampu memahami prosedur untuk
mengakses sumber daya itu. Sumber daya tersebut bisa meliputi perbekalan
sosial (uang , makanan) dan pelayanan sosial (konseling, terapi)
24
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
negosiasi tentang pembagian sumber daya dan turut ambil bagian dalam
perencanaan, koordinasi dan pertukaran informasi.
e. Pemberian Informasi
Perantara sering memerlukan pemberian informasi kepada klien,
kelompok masyarakat dan pembuat UU atau pembuat keputusan masyarak
lain. Sebagai agen sistem pelayanan dan pengetahuan, pekerja sosial
menolong orang lain dengan menggunakan berbagai pengetahuan yang
dimiliki sehingga masyarakat akan sadar terhadap kesenjangan antara
pelayanan yang tersedia dan kebutuhan.
2). Pembimbing Kemasyarakatan sebagai advokat
Tujuan : membantu klien menegakkan hak-hak mereka dalam menerima
pelayanan dan aktif mendukung adanya perubahan kebijakan dan program
yang bersifat negatif bagi kelompok klien maupun kelompok individu.
Tugas pokok Pembimbing Kemasyarakatan adalah pembelaan,
memberikan masukan kepada aparat penegak hukum lainnya mengenai
keadaan dan kondisi social klien. Peran ini menjadi misi pokok seorang
Pembimbing Kemasyarakatan dan dijelaskan dalam Undang-undang No. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Fungsi sebagai advokad
a. Pembelaan kasus/klien
Secara umum, pembelaan/advokasi merupakan hak klien dalam
memperoleh pelayanan. Pembelaan itu sendiri diarahkan pada agen
pelayanan itu sendiri atau ke orang lain yang terlibat dalam jaringan
pelayanan manusia. Langkah-langkah penting dalam advokasi adalah
dengan mengumpulkan informasi dan menentukan bahwa klien berhak atas
pelayanan tersebut. Jika demikian maka negosiasi merupakan jalan tengah
dalam menyelesaikan suatu konflik dan taktik konfrontasi digunakan untuk
menjamin/mengamankan pelayanan tersebut.
b. Kelompok Advokasi
Pembimbing Kemasyarakatan harus bertindak sebagai advokat dalam
kelompok klien atau pada suatu populasi masyarakat yang mempunyai
suatu masalah. Kelompok advokasi memerlukan tindakan yang bertujuan
mengatasi hambatan/rintangan pada orang-orang yang ingin mewujudkan
haknya. Kelompok advokasi memerlukan aktivitas untuk melakukan
perubahan peraturan agen pelayanan, kebijakan sosial atau hukum dalam
25
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
26
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
b. Keberlangsungan Kepedulian
Advokat atau klinikal tidak selalu melibatkan pekerjaannya untuk
melakukan perubahan pada klien atau kondisi sosialnya. Kadang-kadang
juga dengan menyediakan faktor pendukung atau kepedulian yang
diperluas.
c. Perawatan Sosial
Fungsi melibatkan aktivitas Pembimbing Kemasyarakatandalam
membantu klien memahami hubungan antara orang-orang dengan
kelompok sosialnya, mendukung klien untuk memodifikasi hubungan sosial,
melibatkan klien dalam pemecahan masalah atau berusaha melakukan
perubahan antar pribadi dan konflik. Whittaker dan Tracy menggambarkan
perawatan sosial sebagai usaha membantu hubungan antar pribadi secara
langsung ataupun tidak langsung untuk menopang individu, keluarga dan
kelompok kecil dalam meningkatkan keberfungsian sosial dan mengatasi
permasalahan sosial.
d. Evaluasi
Ada dua praktek pelayanan evaluasi yaitu :
Pembimbing Kemasyarakatan menguji capaiannya untuk menilai
efektifitas dari intervensi yang dilakukan.
27
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
28
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
29
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
30
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Gambar 2.
Konsultasi empat mata.
Sumber: www.google.com/pengembangan+diri+melaluli+konseling+pelayanan+&og=i-mg
31
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
32
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Gambar 4.
Membangun kapasitas diri dan
organisasi, Wawan trustco, google.
www.google.com/pengembangan+diri+
melaluli+konseling+pelayanan+&og=i-mg
b. Pengembangan Profesional/Pribadi
Kesimpulan dari penilaian diri lebih lanjut adalah pengembangan
kemampuan dan capaian kerja yang di peroleh. Peningkatan Profesi
Pembimbing Kemasyarakatan
Pembimbing Kemasyarakatan perlu berperan dalam pengembangan
profesi dan pengetahuannya.
33
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Salah satu tahap yang dijalani oleh seorang tertuduh adalah menjalani masa
tahanan di Rumah Tahanan Negara selama menjalani proses persidangan. Peran
pembimbing kemasyarakatan yang dapat dilakukan pada tahap ini sebagai
berikut.
a) Membantu petugas untuk lebih memahami orang-orang yang ditahan serta
sistem sosial dimana orang ini yang menjadi salah satu unsurnya.
b) Membantu petugas agar mengembangkan sikap rehabilitatif bukan hanya
dalam rangka memberikan hukuman saja.
c) Mencegah terjadinya penyebaran tingkah laku anti sosial di antara tahanan
baru pertama kali melakukan tindak pelanggaran hukum (first Offender).
d) Membantu petugas untuk memanfaatkan system-sistem sumber yang di
dalam masyarakat guna keperluan perubahan sikap dan tingkah laku
tahanan.
b. Peran Pembimbing Kemasyarakatan di Pengadilan
Selanjutnya, peran yang juga dilakukan adalah pada saat di pengadilan.
a) Hal yang dilakukan adalah, mengungkap latar belakang dari pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh tertuduh dengan menyampaikan baik lisan
maupun tulisan.
b) Litmas-litmas yang disampaikan oleh pembimbing kemasyarakatan ini
dijadikan bahan pertimbangan pula bagi pengadilan dalam rangka pemutusan
perkara.
c) Mewakili pengadilan dalam rangka proses rehabilitasi/pemasyarakatan bila
tertuduh diputus menjadi warga binaan pemasyarakatan atau jenis ketetapan
lain yang mengharuskan pembimbing kemasyarakatan untuk berperan dalam
pembinaan dengan memanfaatkan litmas sebagai sarana pembinaan di Lapas
dan Bapas.
c. Hubungan antara peran pada butir A dan B, maka pembimbing kemasyarakatan
secara khusus berperan sebagai
a) Memberikan penyuluhan dan bimbingan sosial kepada terpidana/anak didik
dan masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok dalam rangka
persiapan terpidana tersebut untuk kembali ke kehidupan normal dalam
masyarakat.
b) Menyempurnakan administrasi sistem pemasyarakatan melalui terciptanya
jalur komunikasi diantara berbagai bidang dalam struktur lembaga. Melalui
keterampilan dan kemampuan yang dimiliki dalam memberikan informasi
atau gagasan positif dalam hubungan pelaksanaan sistem pemasyarakatan.
34
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
C. RANGKUMAN
1. Peran Pembimbing Kemasyarakatan menurut ahli
Menurut Drs. Sumarsono A Karim, seorang pembimbing kemasyarakatan berperan
membantu memperkuat motivasi, memberikan kesempatan guna penyaluran
perasaan, memberikan informasi, memberikan bantuan guna pengambilan
keputusan, memberikan bantuan guna pemahaman situasi, memberikan bantuan
guna terciptanya perubahan lingkungan sosial, memberikan bantuan guna
reorganisasi pola-pola tingkah laku dan memberikan bantuan dalam rangka
pengalihan wewenang (refferal).
Sementara menurut Pakar Ilmu Pekerja Sosial, peran terbagi dalam tiga area yakni
Mikro, Mezzo dan Makro dimana pada setiap area membutuhkan peran yang sesuai
dan khusus.
2. Peran Pembimbing Kemasyarakatan dalam institusi penegakan hukum
Peran Pembimbing Kemasyarakatan dilakukan dalam beberapa bagian yakni di
Rumah Tahanan Negara dan Peran Pembimbing Kemasyarakatan di Pengadilan.
Peran yang kongkret dalam dua instisusi tersebut pun membutuhkan penyesuaian
yang tepat pula.
D. LATIHAN
1. Jelaskankan pandangan Sumarsono A Karim tentang peran Pembimbing
Kemasyarakatan !
2. Jelaskan apa perbedaan pokok peran Pembimbing Kemasyarakatan dalam area
mikro, mezzo, dan makro !
35
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB V
PENUTUP
A. RANGKUMAN
B. EVALUASI
1. Pengertian Pembimbing Kemasyarakatan sebagai petugas Pemasyarakatan pada
Balai Pemasyarakatan didasarkan pada sudut pandang …
a. Profil b. Tugas c. Fungsi d. Peran
2. Tugas utama yang harus dilakukan oleh setiap Pembimbing Kemasyarakatan yaitu
menyusun …
a. Sosial Study c. Case Study
b. laporan case study d. laporan penelitian kemasyarakatan
3. Seorang Pembimbing Kemasyarakatan dapat diberhentikan oleh Menteri. Namun
demikian dalam pelaksanaan tugasnya Pembimbing Kemasyarakatan bertanggung
jawab kepada …
a. Presiden c. Direktur Jenderal Pemasyarakatan
b. Menteri d. Kepala Balai Pemasyarakatan
36
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
37
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
13. Pegawai yang berhak menghubungi dan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga/
pihak tertentu dalam rangka menyalurkan bakat dan minat klien sebagai tenaga
kerja, untuk kesejahteraan masa depan dari klien tersebut adalah ...
a. Regu Pengamanan c. Pembimbing Kemasyarakatan
a. Kepala Lapas d. Sipir
14. Mampu membela kepentingan klien yang diwakili (ketika ada permintaan dari
pihak klien) adalah salah satu peran Pembimbing Kemasyarakatan sebagai ...
a. Pemungkin c. Penghubung
b. Pembela d. Perantara
15. Selalu memberikan dorongan bagi kemajuan dan perubahan dalam diri klien adalah
bentuk peran Pembimbing Kemasyarakatan sebagai ...
a. Pendorong c. Penghubung
b. Pembela d. Perantara
C. UMPAN BALIK
Apabila saudara mampu menjawab minimal 80% dari seluruh butir-butir
pertanyaan dalam evaluasi hasil belajar dengan benar, Bagus. Saudara dianggap
telah menguasai modul ini. Selanjutnya saudara dapat mempelajari modul II
tentang Dasar – Dasar Pembimbingan Kemasyarakatan. Sebaliknya jika hasil
evaluasi saudara belum mencapai angka minimal 80%, saudara perlu mendalami
modul ini kembali. Selamat Belajar !
38
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
KUNCI JAWABAN
Periksalah hasil evaluasi hasil belajar Saudara dengan cara mencocokan jawaban
Saudara dengan kunci jawaban dibawah ini !
1. A
2. D
3. D
4. B
5. B
6. B
7. D
8. B
9. C
10. B
11. B
12. C
13. C
14. B
15. A
39
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Sumarsono A 2011, Metode dan Teknik Pembuatan Litmas untuk Persidangan
Perkara Anak di Pengadilan Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan , BPSDM
Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta.
Sheafor, Bradford W, Techniquea and guidelines for Social Work Practice -6th ed.
Soewandi, Marianti 2003, Bimbingan dan Penyuluhan Klien, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pegawai, Jakarta.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak.
40
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
GLOSARIUM
Makro : berkaitan dengan jumlah yang banyak atau ukuran yang besar
Mikro : berkaitan dengan jumlah yang sedikit atau ukuran yang kecil
Profil : analisis yang mewakili sejauh mana sesuatu yang menunjukkan
berbagai karakteristik
Family Therapy : salah satu dari beberapa pendekatan terapi di mana sebuah
keluarga adalah diperlakukan secara keseluruhan
41
MODUL II
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
DASAR-DASAR PEMBIMBINGAN
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul
Penulis
Vivi Sylviani Biafri | Rion Gustaf | Ade Agustina
Editor
Tim PAU Universitas Terbuka
PENGANTAR
Pembimbing Kemasyarakatan (PK) sebagai garda terdepan dalam p roses
pembimbingan bagi tahanan/ narapidana maupun anak yang berkonflik dengan hukum
menjadi semakin strategis posisinya seiring dengan hadirnya UU Sistem Peradilan Pidana
Anak (SPPA). Modul ini hadir untuk mendukung penguatan peran PK, terutama dalam SPPA .
Modul ini juga merupakan salah satu bagian dari rangkaian proses panjang dalam rangka
peningkatan kualitas PK secara utuh.
Modul ini berisi beragam informasi dasar mengenai sejarah perkembangan Balai
Pemasyarakatan, Prinsip-prinsip Pembimbingan, Metode-metode dalam Pembimbingan,
Teknik-teknik Pembimbingan, Keterampilan-keterampilan dalam Pembimbingan yang
kesemuanya itu sangat dibutuhkan oleh calon PK/ Pembantu PK yang ingin menjadi PK.
Kami sadar bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran
konstruktif sangat kami butuhkan dari semua pihak. Kami berharap modul ini dapat menjadi
salah satu sarana untuk mewujudkan cita-cita luhur Pemasyarakatan, sebagaimana yang
diinginkan oleh founding father pemasyarakatan Dr. Sahardjo.
Tim Penulis
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saudara, mengingat pentingnya peran Pembimbing Kemasyarakatan (PK)
dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia maka untuk memperkuat peran strategis
tersebut perlu dilandasi oleh pengetahuan dasar mengenai tugas, fungsi dan peran PK
yang meliputi; Sejarah Perkembangan Pembimbingan, Prinsip-Prinsip Dasar
Pembimbingan, Metode-Metode dalam Pembimbingan, Teknik-Teknik Pembimbingan
dan Keterampilan-Keterampilan dalam Pembimbingan yang harus dimiliki oleh PK
sehingga diharapkan akan memudahkan Saudara dalam
penerapan dilapangan.
Modul ini berkonsentrasi pada proses
pembimbingan sebagai salah satu bentuk aktivitas PK
yang diatur dalam aturan perundang-undangan. Dalam
PP 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Gambar 1
Keunikan tiang-tiang Lamin untuk rumah
disebutkan bahwa Pembimbingan adalah pemberian adat Dayak yang diolah dalam bentuk
tuntutan untuk meningkatkan kualitas, ketaqwaan patung bukan saja menjadi pondasi yang
kuat bagi bangunan diatasnya namun juga
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan memenuhi unsur estetika bagi bangunan
perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani itu sendiri.
Klien Pemasyarakatan. Sumber: http://lensakukar.com
42
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
B. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas tentang sejarah perkembangan pembimbingan, prinsip -
prinsip dasar pembimbinganan, metode-metode dalam pembimbingan, teknik-teknik
pembimbingan, dan keterampilan-keterampilan dalam pembimbingan.
C. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul Dasar-Dasar Pembimbingan, diharapkan Saudara
akan memiliki kemampuan dalam menerapkan dasar-dasar pembimbingan dalam
menjalankan tugas sehari-hari sebagai pembimbing kemasyarakatan.
D. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari modul ini Saudara dapat menjelaskan :
1. Sejarah Perkembangan Pembimbingan
2. Prinsip-Prinsip Pembimbingan
3. Metode-metode dalam Pembimbingan
4. Teknik-teknik Pembimbingan
5. Keterampilan-keterampilan dalam Pembimbingan
E. Peta Kompetensi
Berikut adalah tahapan kompetensi yang harus dicapai oleh Pembimbing
Kemasyarakatan agar memiliki pengetahuan, pemahaman serta penerapan terhadap
dasar-dasar pembimbingan kemasyarakatan agar memudahkan Pembimbing
Kemasyarakatan dalam melaksanakan tugas, fungsi dan perannya di masyarakat sehari -
hari.
43
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
F. Pokok Bahasan
1. Sejarah Perkembangan Pembimbingan
Dalam bab ini membahas tentang Sejarah Perkembangan Balai
Pemasyarakatan, Sejarah Perkembangan Ilmu Pekerjaan Sosial dan Laporan
Penelitian Kemasyarakatan di Indonesia
2. Prinsip Dasar Pembimbingan
Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang Prinsip Dasar Pembimbingan
antara lain menurut Henry S. Mass, Naomi I Brill dan Felix Biestek.
3. Metode-Metode Pembimbingan
Metode-metode Pembimbingan yang akan dibahas dalam bab ini adalah
Metode-Metode Dalam Praktek Pekerjaan Sosial dan Penerapan Metode-
Metode tersebut dalam Praktek Pembimbingan.
4. Teknik-Teknik Pembimbingan
Ada beberapa teknik pembimbingan yang dapat digunakan oleh PK antara
lain menurut Naomi I. Brill dan Teknik Bimbingan Kelompok.
5. Keterampilan Dalam Pembimbingan
Beberapa keterampilan dalam pembimbingan dibahas juga dalam pokok
bahasan ini antara lain menurut Naomi I. Brill, Louise C. Johnson dan Armando
Morales dan Bradford W. Sheafor.
G. Manfaat
Dengan mempelajari modul ini, Saudara diharapkan memiliki pedoman mengenai
dasar-dasar pembimbingan, sehingga dapat membantu dalam pelaksanaan tugas fungsi
sebagai seorang Pembimbing Kemasyarakatan sesuai dengan amanat perundang -
undangan.
H. Petunjuk Penggunaan
Selanjutnya, agar Saudara berhasil dalam mempelajari materi yang tersaji dalam
modul ini, perhatikan dan ikuti beberapa petunjuk berikut:
Saudara sebaiknya membaca modul I terlebih dahulu, sebelum mempelajari modul
ini.
Baca dan pahamilah setiap bab secara bertahap. Berilah tanda pada konsep yang
dianggap penting. Buatlah catatan kecil sebagai respon dari materi modul ini sebagai
penguat pemahaman Saudara terhadap modul ini.
Dianjurkan untuk membaca dan mempelajari peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar eksistensi Pembimbing Kemasyarakatan.
44
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Kerjakan setiap soal-soal dalam latihan dan evaluasi dengan teliti dan sungguh-
sungguh tanpa melihat terlebih dahulu kunci jawaban agar kemampuan Saudara
dapat terukur secara objektif.
Upayakan semua latihan dan evaluasi yang disajikan dalam Modul ini dapat
dikerjakan agar tingkat penguasaan Saudara yang diperoleh mencapai minimal 80%.
45
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab II Pokok Bahasan I ini Saudara mampu menjelaskan tentang
Sejarah Perkembangan Pembimbingan.
46
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
dimasukkan dalam struktur setiap penjara yang ada di Indonesia yang dinamakan
Bagian Reklasering. Tujuan Reklasering ini antara lain (a) menjauhkan yang bersalah
dari rumah penjara, (b) mempercepat yang bersalah dari penjara, dan (c)
mengembalikan bekas terhukum dan anak pada kehidupan sedia kala/after care (R.
Tondokusumo 1950, hal 6).
Pada tahun 1939 Pemerintah Belanda berniat untuk menghidupkan kembali dan
memperbaharui Badan Reklasering, tetapi terhambat dengan pecahnya perang dunia
II. Untuk mengatasinya pada setiap penjara masih ada bagian Reklasering yang sifatnya
pasif sampai tahun 1943. Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia tidak ada
perubahan lagi mengenai perkembangan Reklasering, hanya pelaksanaan Lepas
Bersyarat yang tidak lagi dijalankan. Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 27 April
1964 terjadi perubahan Sistem Kepenjaraan menjadi Sistem Pemasyarakatan.
Sistem Pemasyarakatan yang digunakan oleh bangsa Indonesia, memiliki tujuan
reintegrasi bagi pelanggar hukum (Narapidana dan Anak Didik) dengan masyarakat
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Agar terciptanya pembinaan klien
pelanggar hukum maka dikeluarkan Surat Keputusan Presidium Kabinet Ampera
No.75/U/Kep/II/66. Dengan Surat Keputusan tersebut struktur organisasi berubah
menjadi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang memiliki dua Direktorat yang
menangani (1) Pembinaan narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan (2)
Pembinaan narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan yang mencakup pula
pembinaan Anak di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Direktorat yang menangani
Pembinaan narapidana di luar lapas dan Pembinaan Anak di dalam lapas kemudian
disebut Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA).
Istilah Bispa pertama kali dicetuskan oleh R. Waliman Hendrosusilo yang terdiri dari
2 (dua) istilah, yakni BIS dan PA. BIS singkatan dari bimbingan kemasyarakatan dan PA
singkatan dari Pengentasan Anak. Tujuan pendirian badan ini adalah untuk pembinaan
di luar penjara. Metode yang digunakan dalam bimbingan di luar penjara juga berbeda
dengan metode pembinaan yang dilakukan di dalam penjara (Marianti Soewandi,
wawancara 27 Juli 2012).
Persiapan perubahan dari lembaga Reklasering ke Bispa dilakukan oleh R. Waliman
Hendrosusilo, Bc.SW, SH. Dra. CM . Marianti Soewandi, Bc.IP, serta Panitia Khusus
Bispa yang dibentuk pada tahun 1968. Istilah PK pertama kali dikemukakan oleh Bapak
R. Waliman Hendrosusilo, Bc.SW, SH. Beliau adalah Sarjana Muda pekerja sosial dari
Australia dan memperoleh gelar Sarjana Hukum di Jakarta. Istilah PK merupakan
pengganti dari Ambtenaar der Reclassering yang digunakan di negeri Belanda atau
Probation Officer yang digunakan oleh negara-negara di dunia barat maupun asia
(Marianti Soewandi, 2003). Pemakaian istilah PK digunakan juga oleh Bapak Drs.
Soemarsono A. Karim dalam kertas kerja beliau yang dibuat atas permintaan Lembaga
Pembinaan Hukum Nasional (sekarang namanya Badan Pembinaan Hukum Nasional)
47
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
pada tahun 1976 dalam acara Loka Karya Evalua si Bimbingan Kemasyarakatan dan
Pengentasan Anak (Soemarsono A. Karim, 2011). Sejak saat itu pekerja sosial
kehakiman yang bergerak di bidang koreksional dikenal dengan sebutan Pembimbing
Kemasyarakatan dan laporan penelitian sosial disebut Litmas sampai s aat ini.
Tahun 1968 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan mendidik 100 (seratus) orang
lulusan Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial untuk menjadi Pembimbing
Kemasyarakatan. Pendidikan tersebut dilakukan selama 6 bulan . Pendidikan terhadap
calon Pembimbing Kemasyarakatan dilaksanakan sampai dengan tahun 1981. Hal ini
dilakukan karena amanat perundang-undangan yang mengharuskan didirikannya Balai
Pemasyarakatan di Ibukota provinsi serta kabupaten/ kota di seluruh Indonesia secara
bertahap (Marianti Soewandi, wawancara 27 Juli 2012). Pada tahun 1970 Kantor Bispa
pertama berdiri di Jakarta yang letaknya menjadi satu dengan gedung kantor
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Pada tahun 1995 Setelah disahkannya UU No. 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan istilah Bispa berubah menjadi Bapas. Hal tersebut dikuatkan juga
dalam Keputusan Menteri No. M.01.PR.07.03 Tahun 1997 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Pemasyarakatan. Dalam UU Pemasyarakatan No. 12 Tahun 1995 pasal 2
dijelaskan bahwa bapas mempunyai tugas memberikan bimbingan kemasyarakatan
dan pengentasan anak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perundang-undangan yang dimaksud adalah Undang-undang No. 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak yang menyebutkan tentang tugas bapas. Tugas Bapas adalah
memperlancar tugas penyidik, penuntut umum dan hakim dalam perkara Anak Nakal
baik di dalam maupun di luar sidang Anak, dengan membuat Laporan Hasil Penelitian
Kemasyarakatan (Purnianti, Mamik Sri Supatmi dan Ni Made Martini Tinduk , 2003).
Dalam pasal 56 disebutkan bahwa Laporan hasil penelitian kemasyarakatan diajukan
oleh pembimbing kemasyarakatan kepada Hakim pada saat sebelum sidang dibuka.
Sedangkan tugas bapas menurut Darwan Prinst (1997, hal.30) antara lain
membimbing, membantu dan mengawasi anak nakal berdasarkan putusan pengadilan
yang dijatuhi hukuman :
a. Pidana bersyarat;
b. Pidana pengawasan;
c. Pidana denda;
d. Diserahkan kepada Negara (Anak Negara);
e. Harus mengikuti latihan kerja;
f. Anak yang memperoleh pembebasan bersyarat dari Lembaga Pemasyarakatan.
Dalam rangka mengoptimalkan proses pemasyarakatan maka Marianti Soewandi
sebagai pelopor BISPA di Indonesia mengusulkan agar materi mengenai pekerjaan
Pembimbing Kemasyarakatan sebagai garda terdepan Bapas , perlu diintegrasikan ke
dalam kurikulum pendidikan pada Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP). AKIP
48
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
merupakan lembaga pendidikan kedinasan yang menjadi salah satu lembaga penghasil
sumber daya manusia pemasyarakatan yang terpadu. Materi yang diusulkan antara
lain (Marianti Soewandi, wawancara 27 Juli 2012):
a. Pengetahuan pekerjaan sosial bagi mahasiswa AKIP.
b. Pengetahuan mengenai teori dan teknik pembuatan penelitian kemasyarakatan
(langsung disetujui oleh Direktur AKIP pada waktu itu yakni Drs. Hasannudin, Bc.IP.).
c. Adanya petugas teknis khusus untuk pembinaan pelanggar hukum.
49
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Pada saat itu istilah yang digunakan bagi pekerja sosial di bidang koreksional adalah
Pekerja Sosial Kehakiman yang sekarang disebut Pembimbing Kemasyarakatan. Dan
istilah litmas yang sekarang kita gunakan disebut case study. Untuk lebih jelasnya
dapat dibaca pada modul I.
Tahap perkembangan laporan penelitian kemasyarakatan di Indonesia di bagi dalam
4 (empat) periode (Soemarsono A. Karim, 2011), yaitu :
a. Periode 1958 – 1964
Pada periode ini dikenal dengan nama “case study” . Istilah case study
diperkenalkan oleh Sekolah Pendidikan Kemasyarakatan yang sekarang bernama
Sekolah Menengah Pekerja Sosial (SMPS). Dalam rangka praktek lapangan siswa
SMPS memberikan bantuan kepada keluarga anak yang mengalami masalah
kenakalan anak (juvenille deliquency) yang dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan hakim pada sidang perkara anak di pengadilan.
b. Periode 1964 - 1974
Pada masa ini istilah Case study berubah menjadi laporan social study atau
laporan social case study. Istilah ini digunakan di dalam lingkungan Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan (Direktorat BISPA yang kemudian berubah nama
menjadi Direktorat BINLULAPAS) dan kepolisian. Laporan tersebut dibuat guna
memenuhi permintaan hakim.
c. Periode 1974 – 1976
Pada periode ini Istilah Laporan Social Case Study berubah menjadi Laporan
Penelitian Sosial. Sedangkan di Kepolisian (khususnya di Biro Anak/BINAPIA)
dipergunakan istilah social case study.
d. Periode 1976 – sampai dengan sekarang
Pada periode ini istilah yang digunakan adalah Laporan Penelitian
Kemasyarakatan yang disingkat Litmas. Istilah ini diperkenalkan oleh R. Waliman
Hendrosusilo, Bc.SW, SH. pada tahun 1968. Dan istilah ini juga digunakan oleh
Drs. Soemarsono A.Karim. Petugas yang menyusunnya disebut Pembimbing
Kemasyarakatan. Saat ini Litmas dipergunakan untuk bahan persidangan perkara
anak di PN dan bahan untuk pembinaan. Contoh : Untuk asimilasi, cuti menjelang
bebas, cuti mengunjungi keluarga dan pembebasan bersyarat.
Dari perjalanan sejarah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada benang merah
antara pekerja sosial dengan pembimbing kemasyarakatan. Oleh sebab itu wajib bagi PK
untuk mempelajari ilmu pekerjaan sosial sebagai dasar dalam melaksanakan tugas di
lapangan.
50
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Tugas dan peran PK ke depannya akan semakin berat dan luas. Hal ini dapat dilihat
pada UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang merupakan
perubahan dari UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. Oleh sebab itu PK
dituntut untuk semakin profesional dalam pekerjaannya dan tidak berhenti belajar
untuk menambah wawasan dan kemampuannya.
C. Rangkuman
Pada mulanya jawatan Reklasering dan Pendidikan Paksa yang didirikan oleh
pemerintahan Belanda dengan dikeluarkannya Gouverment Besluit tanggal 15 Agustus
1927, yang berpusat pada Departemen Van Justitie di Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan orang Belanda dan pribumi yang harus
dibimbing secara khusus. Jawatan Reklasering memberi subsidi kepada badan
Reklasering Swasta dan pra-yuwana, dan tenaga sukarelawan perorangan (Volunteer
Probation Officer). Karena kesulitan biaya maka pemerintah Belanda menghapus jawatan
baru tersebut dengan dikeluarkan Surat Keputusan Jenderal G.E. Herbrink Nomor 11
Stbld pada tanggal 6 September 1932 jawatan Reklasering dan Pendidikan Paksa
dihapuskan. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Ampera No.75/U/Kep/II/66,
struktur organisasi berubah menjadi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Dengan Surat
Keputusan tersebut Direktorat Jenderal Pemasyarakatan memiliki dua Direktorat yang
menangani (1) Pembinaan narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan (2)
Pembinaan narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan yang mencakup pula pembinaan
Anak di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Direktorat yang menangani Pembinaan
narapidana di luar lapas dan Pembinaan Anak di dalam lapas kemudian disebut Direktorat
Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA). Persiapan perubahan dari
lembaga Reklasering ke Bispa dilakukan oleh R. Waliman Hendrosusilo, Bc.SW, SH. dan
Dra. CM. Marianti Soewandi, Bc.IP, serta Panitia Khusus Bispa yang dibentuk pada tahun
1968. Pada tahun 1970 Kantor Bispa pertama berdiri di Jakarta. Tahun 1995 Setelah
disahkannya UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan istilah Bispa berubah
menjadi Bapas. Hal tersebut dikuatkan juga dalam Keputusan Menteri No. M.01.PR.07.03
Tahun 1997 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pemasyarakatan. Dalam UU
Pemasyarakatan No. 12 Tahun 1995 pasal 2 dijelaskan bahwa bapas mempunyai tugas
memberikan bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
51
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia, meskipun ia telah
tersesat, tidak boleh ditunjukkan pada narapidana bahwa ia itu penjahat. Sebaliknya ia
harus merasa bahwa ia dipandang dan diperlakukan sebagai manusia.” Pada tanggal 27
April 1964 istilah kepenjaraan diganti menjadi pemasyarakatan , untuk memperingati
peristiwa bersejarah itu maka tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Pemasyarakatan.
Dalam rangka mewujudkan terlaksananya sistem pemasyarakatan tersebut maka
dibutuhkan berbagai disiplin ilmu, salah satu yang mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan pembinaan adalah disiplin ilmu pekerjaan sosial. Ilmu pekerjaan sosial yang
khusus bergerak di bidang koreksional dikenal dengan sebutan Pekerjaan Sosial
Koreksional. Ilmu pekerjaan sosial koreksional mulai berkembang di Indonesia
diperkirakan mulai tahun 1957. Hal ini seiring dengan jumlah angka kenakalan remaja di
Indonesia yang semakin memuncak, khususnya pendampingan bagi anak dalam rangka
proses persidangan perkara anak di pengadilan negeri Jakarta. Pada saat itu istilah yang
digunakan bagi pekerja sosial di bidang koreksional adalah Pekerja Sosial Kehakiman yang
sekarang disebut Pembimbing Kemasyarakatan. Dan istilah litmas yang sekarang kita
gunakan disebut case study.
Tahapan periode perkembangan laporan penelitian kemasyarak atan ada 4 (empat)
yaitu :
52
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Pembinaan Hukum
Nasional) tahun
1976.
Litmas dipergunakan
untuk bahan
persidangan perkara
anak di PN dan
bahan untuk
pembinaan.
Contoh :
Untuk asimilasi,
cuti menjelang
bebas,
cuti mengunjungi
keluarga dan PB.
D. Latihan
Setelah Saudara membaca materi diatas agar Saudara memahami isi materi secara utuh
maka jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas, ringkas dan teliti !
1. Jelaskan siapakah yang memberikan tentang istilah PK ?
2. Jelaskan lembaga yang melaksanakan tugas kebapasan sebelum Bapas berdiri
dari masa pemerintahan Belanda sampai sekarang ?
3. Jelaskan apakah kegunaan laporan litmas ?
4. Jelaskan ada berapakah tahapan perkembangan litmas ?
53
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB III
PRINSIP-PRINSIP DASAR PEMBIMBINGAN
a. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab III Pokok Bahasan II ini Saudara mampu
menjelaskan tentang prinsip-prinsip dasar pembimbingan.
54
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
percaya bahwa klien adalah satu-satunya pihak yang patut dipersalahkan atas
apa yang telah diperbuatnya. PK harus mampu membangun suasana yang
akrab agar klien merasa nyaman dan dapat memberikan keterangan yang
objektif, detil dan jujur sehingga PK juga akan mendapatkan data yang valid
dan akurat berdasarkan jawaban klien tersebut.
55
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
56
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
a. Individualisasi
Prinsip ini merupakan “pengakuan dan pemahaman tentang kualitas keunikan
masing-masing Klien”. Oleh karena klien itu unik maka dalam proses
pertolongannya antara klien yang satu dengan yang lain berbeda.
b. Pengungkapan Perasaan Secara Bertujuan
Prinsip ini berkaitan dengan “Kebutuhan Klien untuk mengungkapkan perasaan-
perasaannya secara bebas, khususnya perasaan negatif”. PK menggunakan
57
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
prinsip ini untuk menciptakan suatu lingkungan atau suasana dimana Klien
merasa nyaman untuk mengungkapkan perasaannya.
c. Respon Emosional Yang Terkendali
Prinsip ini memerlukan “kepekaan terhadap perasaan Klien, pemahaman akan
maknanya dan respon yang tepat.”PK menggunakan prinsip ini ketika merespon
Klien untuk mengetahui perasaan klien dan kebutuhan klien.
d. Penerimaan
Prinsip ini menuntut untuk menerima dan menghadapi Klien sebagaimana ia
adanya. PK harus dapat mengetahui kelebihan, kekurangan, hal-hal yang positif
dan negatif dari klien.
e. Sikap Tidak Menghakimi/Menilai
Prinsip ini didasarkan pada suatu keyakinan bahwa fungsi (pekerjaan sosial)
melarang PK untuk memberikan penilaian terhadap klien terhadap suatu
masalah.
f. Penentuan diri Klien
Prinsip ini mengakui “hak dan kebutuhan Klien untuk bebas dalam membuat
pilihan dan keputusan mereka sendiri dalam proses (pekerjaan sosial)”. PK
membantu Klien melihat masalah dan kebutuhan secara jelas dan perspektif,
mengenalkan Klien dengan sistem sumber yang tepat sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi klien, dan menciptakan lingkungan atau suasana
dimana PK dan Klien dapat bekerjasama.
g. Kerahasiaan
Prinsip ini menegaskan hak Klien untuk pemeliharaan informasi rahasia tentang
diri yang diungkapkan dalam relasi profesional. Ini adalah peran PK untuk
menjelaskan batas-batas kerahasiaan dan hak-hak dari PK dan Klien di dalam
rangka kewajiban profesional dan legal. Prinsip-prinsip ini digunakan untuk
mengarahkan relasi pertolongan profesional.
58
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
c. Rangkuman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prinsip adalah asas/kebenaran yg
menjadi pokok dasar berpikir/bertindak. Dalam kaitannya dengan pekerjaan
pembimbing kemasyarakatan, prinsip merupakan pedoman dalam melakukan
aktivitas pembimbingan, pendampingan serta pengawasan sebagaimana amanat
peraturan perundang-undangan. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh
para ahli antara lain :
d. Latihan
Setelah Saudara membaca materi di Bab III agar Saudara memahami isi materi
secara utuh maka jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas, ringkas
dan teliti !
4. Dari ketiga pendapat para ahli tersebut ada yang mempunyai kesamaan. Tolong
Saudara kelompokan prinsip-prinsip dasar yang sama tersebut dan jelaskan !
59
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB IV
METODE-METODE PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab IV pokok bahasan III ini Saudara mampu menjelaskan
metode-metode pekerjaan sosial yang dapat digunakan Pembimbing
Kemasyarakatan dalam melakukan pembimbingan di lapangan.
Bagan 1
Skema Metode Pekerjaan Sosial
60
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
a. Metode Pokok
Menurut Dwi Heru Sukoco (1989, hal 147) metode pokok pekerjaan sosial
adalah sebagai berikut:
Bimbingan Perorangan ( case work), dilakukan secara perorangan/
individual melalui tatap muka, dan terapi tertentu, ditujukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien atau keluarganya.
Bimbingan Kelompok (group work), dilakukan secara
berkelompok/keluarga sebagai upaya untuk melakukan perubahan
perilaku klien dengan menggunakan kekuatan kelompok.
Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat ( community
organization), bimbingan yang dilakukan dengan menggunakan
kekuatan/partisipasi sosial masyarakat yang diorganisir untuk kepentingan
klien.
b. Metode Bantu
Menurut Sri Kuntari (2003, hal 12) yang dinamakan metode bantu dalam
pekerjaan sosial adalah sebagai berikut:
Aksi sosial
Merupakan gerakan sosial untuk mencapai kesejahteraan sosial
melalui perundang-undangan. Dalam keseharian Saudara sebagai seorang
PK, aksi sosial terwujud dalam proses pembimbingan, pendampingan dan
pengawasan terhadap klien.
Penelitian Kesejahteraan Sosial
Merupakan penelitian yang sistematis dan kritis guna mendapatkan
jawaban terhadap problem-problem dalam kesejahteraan sosial. Dalam
keseharian Saudara sebagai seorang PK, Saudara melakukan penulisan
penelitian kemasyarakatan (litmas) sebagai keluaran (output) Saudara atas
amanat perundang-undangan.
61
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Pendekatan Psikososial
Pendekatan ini terdiri dari usaha-usaha untuk membantu klien agar
mampu dan mau mengembangkan daya pikirnya mengenai sebab-
sebab tingkah lakunya dan pengaruh tingkah lakunya terhadap orang
lain. Dalam pendekatan ini klien dimotivasi untuk bisa keluar dari rasa
62
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
63
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Kerahasiaan
PK harus dapat meyakinkan klien bahwa
informasi yang diberikan akan terjaga
kerahasiaannya. Dengan demikian klien akan
lebih terbuka dalam menjelaskan
permasalahan yang dihadapi. PK hanya
Gambar 4
dapat menyampaikan informasi tersebut Apabila klien merasa informasi
kepada pihak-pihak terkait. yang diberikannya akan terjaga
kerahasiaannya, tentu klien akan
Kesadaran diri lebih terbuka dalam menjelaskan
permasalahan
Dalam mengantisipasi hal-hal subyektif Sumber:
http://www.blogcdn.com
yang terjadi pada proses pembimbingan yang
dapat merugikan kedua belah pihak (PK maupun klien), maka PK harus
sadar akan posisi dan perannya. Jangan terlalu menanggapi masalah yang
dihadapi klien secara pribadi. Profesionalitas sebagai petugas harus
ditunjukkan dengan sangat jelas sehingga tujuan pembimbingan dapat
tercapai.
Salah satu bentuk konflik kepentingan yang cenderung terjadi adalah
ketika PK memiliki ketertarikan secara seksual terhadap klien. Hal ini akan
menjadi hambatan dalam proses pembimbingan karena hasil yang
dicapai tidak objektif.
Individualisasi
PK harus menyadari bahwa setiap individu itu adalah unik, memiliki
harga diri, martabat, pengalaman dan lingkungan hidup yang berbeda -
beda. Oleh sebab itu PK tidak dapat memberikan perlakuan yang sama
kepada setiap klien.
Ekspresi Emosional
Setiap individu memiliki kebutuhan untuk mengekspresikan dan
menampilkan perasaannya. Oleh sebab itu PK harus dapat membaca
setiap ekspresi yang ada pada klien.
Keterlibatan Emosi Secara terkendali
Setiap individu menginginkan bahwa seseorang akan dapat
berhubungan dengan perasaannya. PK harus mampu untuk ikut
merasakan kondisi klien.
Sikap Tidak Menilai
Setiap individu memiliki hak untuk mengemukakan situasi yang
dihadapinya tanpa memperoleh tanggapan negatif dari PK. Sebagai
implikasinya PK tidak boleh memberikan penilaian pribadi terhadap
perilaku klien.
64
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
65
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Atribusi
Merupakan suatu teknik untuk menumbuhkan kesadaran yang dimiliki
oleh anggota kelompok yang berasal dari dalam dirinya maupun dari
lingkungannya, mengenai hakikat dan penyebab munculnya suatu
peristiwa atau kejadian.
Reinforcement (Memberikan Penguatan)
PK membantu anggota kelompok untuk bertingkah laku tertentu yang
diharapkan, dengan cara memberi reward (hadiah) jika dia mampu
melakukannya. Reward dapat berbentuk verbal (pujian), fisik
(sentuhan hangat), dan material.
Pemberian Model
Melalui model atau contoh, PK membantu anggota kelompok untuk
mempelajari tingkah laku, baik secara implisit (berbicara pelan)
maupun sangat eksplisit (observasi terhadap tingkah laku PK atau
anggota kelompok lain pada saat bermain peran).
Dalam menjalankan bimbingan kelompok, diperlukan beberapa prinsip
sebagai pedoman Saudara agar tujuan pembimbingan kelompok ini dapat
tercapai dengan efektif. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan adalah
(Modul Pembinaan Pembimbing Kemasyarakatan 2010) :
Pembentukan kelompok dibentuk secara terencana, dan disepakati
anggota.
Setiap anggota kelompok memiliki tujuan yang akan dicapai bersama.
Pengamatan PK terhadap anggota kelompok dilakukan secara
sistematis.
Keputusan diambil oleh anggota kelompok.
Kelompok bersifat fleksibel dalam arti dapat disesuaikan dengan
situasi dan kondisi tertentu, jumlah anggota tidak mengikat.
Penggalian sumber-sumber dan penyusunan program dimulai oleh
kelompok.
Penilaian kegiatan secara terus menerus dilakukan oleh PK sebagai
pendamping kelompok.
Metode Bantu
a. Aksi Sosial
Proses pembimbingan yang dilakukan PK merupakan bentuk aksi sosial
yang diamanatkan oleh aturan perundang-undangan. Pembimbingan yang
dilakukan terhadap klien merupakan bagian dari upaya untuk
66
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
b. Penelitian Kemasyarakatan
Penelitian Kemasyarakatan adalah kegiatan penelitian yang
dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang berbagai
permasalahan baik aktual maupun potensial mengenai diri klien. Litmas
merupakan catatan atau laporan sebagai reproduksi dari apa yang terjadi
dalam situasi sosial klien yang mengalami masalah dalam hidup dan
kehidupannya.
c. Administrasi PK
Administrasi pekerjaan sosial adalah suatu metode pertolongan
pekerjaan sosial yang difokuskan untuk menggerakkan seluruh komponen
organisasi, melakukan proses sosial guna mentrandformasikan kebijakan
lembaga kepada implementasi pemberian pelayanan secara efektif dan
efisien (Skidmore, Thackeray, Milton 1994) .
Administrasi PK mempunyai fungsi yang diterjemahkan dalam bentuk
serangkaian kegiatan yang terdiri dari :
Pelaporan
Pendokumentasian
Pengarsipan
Recording
C. Rangkuman
Metode adalah suatu prosedur kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan
oleh PK dalam proses pembimbingan terhadap klien pemasyarakatan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metode adalah cara teratur yang digunakan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki. Menurut Haryanto dalam praktik pekerjaan sosial terdapat dua jenis
metode, yakni metode pokok dan metode bantu. Metode Pokok berkenaan dengan
pengetahuan dan pelayanan langsung kepada klien, sedangkan metode bantu
berkenaan dengan pengaturan dan pelayanan tidak langsung kepada kl ien. Metode
Pokok menurut Dwi Heru Sukoco dalam pekerjaan sosial adalah Bimbingan
Perorangan (case work), Bimbingan Kelompok (group work) dan Pengorganisasian
dan pengembangan masyarakat (community organization). Metode Bantu menurut
Sri Kuntari dalam pekerjaan sosial adalah Aksi sosial, Penelitian Kesejahteraan
Sosial dan Tata Laksana Kesejahteraan Sosial. Menurut Skidmore, Thackeray dan
67
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
D. Latihan
Untuk mengukur kemampuan Saudara dalam menjelaskan metode-metode
pekerjaan sosial yang akan membantu dalam proses pembimbingan yang dilakukan
sehari-hari, maka jawablah soal-soal dibawah ini dengan baik tanpa melihat kunci
jawaban:
1. Jelaskan metode yang digunakan oleh PK dalam melaksanakan pembimbingan !
2. Jelaskan pendekatan yang digunakan PK dalam melaksanakan bimbingan
perorangan!
68
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB V
TEKNIK-TEKNIK PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab V pokok bahasan IV ini Saudara mampu menjelaskan
tentang teknik-teknik pekerjaan sosial yang digunakan PK dalam melaksanakan
pembimbingan.
69
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
b. Ventilation
Teknik yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan sikap-
sikap klien, mengingat perasaan dan sikap klien tersebut dapat
mengurangi/mengganggu keberfungsiannya. Tujuan ventilasi adalah untuk
menjernihkan emosi yang tertekan karena dapat menjadi penghalang bagi suatu
gerakan yang positif. Dengan membantu klien menyatakan perasaannya maka
pembimbing kemasyarakatan dapat lebih siap melaksanakan tindakan pemecahan.
Contoh :
Selama interview dengan PK seorang klien (istri) mengeluh karena suaminya
lebih sering berdiam diri di rumah pada akhir minggu. Mereka masih tinggal satu
rumah dengan mertua. Tetapi sang suami lebih suka tinggal di rumah ibu
kandungnya dan seringkali mengunjungi sanak keluarganya sendiri saja. Sang
suami mengatakan ia lebih senang di rumah ibu kandungnya sendiri daripada
tinggal di rumah mertua.
Jika di rumah ibu kandungnya ia seperti raja, sebaliknya istrinya dengan
tidak mengenal lelah harus mengurus rumah. Istrinya berharap suaminya dapat
membantu membersihkan rumah pada hari sabtu atau pada hari libur. Jika hal itu
ditanyakan ke suaminya maka suaminya menjawab bahwa ia merasa tidak senang
tinggal dalam rumah mertuanya dan memandang rendah tinggal di rumah
tersebut. Katanya : “Apa mereka kira saya tidak cukup baik untuk memelihara istri
saya”. Ventil ation sang suami telah memungkinkan istri memahami beberapa
tingkah laku suaminya.
c. Support
Support artinya memberikan semangat, menyokong dan mendorong beberapa
aspek dari fungsi klien, seperti kekuatan-kekuatan internal, cara dia bertingkah laku
dan dalam hal hubungan-hubungan dengan orang lain. Support harus didasarkan
pada kenyataan. Sebaiknya PK memberikan dukungan terhadap tingkah laku atau
kegiatan-kegiatan positif dari klien. PK harus membantu klien bila klien mengalami
kegagalan atau sebaliknya lebih mendorong klien bila klien berhasil. PK sebaiknya
selalu mengatakan aspek-aspek positif sebelum menyatakan aspek-aspek negatif
dari suatu situasi.
Contoh :
PK dapat menumbuhkan perhatian yang lebih besar pada seorang anak agar ia
lebih teratur bersekolah dengan mengutarakan aspek -aspek positif bila ia teratur
sekolah dan kesulitan-kesulitan yang akan ia alami bila tidak sekolah.
70
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
d. Reassurance
Teknik ini digunakan untuk memberikan jaminan kepada klien bahwa situasi
yang ia perjuangkan dapat dicapai pemecahannya dan ia mempunyai kemampuan
untuk menyelesaikan masalah-masalahnya.
Reassurance merupakan teknik yang tepat karena hampir semua situasi
kehidupan manusia dapat diubah melalui beberapa penyesuaian, meskipun fakta
atau masalah itu sendiri tidak dapat diubah. Reassurance harus dibuat dengan
realistik dan tidak dapat dilakukan terhadap kenyataan yang tidak benar.
Contoh :
Seorang klien Bapas yang baru memperoleh pembebasan bersyarat merasa
ragu-ragu apakah keluarga dan masyarakat sekitar bersedia menerima
kehadirannya. Karena klien selama ini dianggap sebagai trobell maker di kel uarga
dan lingkungan. Dalam hal ini PK harus mampu meyakinkan klien bahwa ia sudah
berubah lebih baik daripada sebelum masuk ke dalam lapas.
e. Confrontation
Seorang PK dapat mengkonfrontrasi kliennya dan boleh diawali dengan sikap
berlawanan atau sebaliknya. Teknik confrontation ini memberikan klien
kesempatan untuk mengungkapkan kemarahannya dan kekecewaannya pada
waktu itu. Controntation hanya digunakan jika sedikit kemajuan yang diperoleh
klien.
f. Conflict
Konflik merupakan peristiwa yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu klien membutuhkan pengetahuan bagaimana
mengatasi konflik bila terjadi perbedaan. Resolusi konflik tergantung pada
pertimbangan rasional.
PK harus menyadari faktor emosi dan memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan emosi tersebut serta mempergunakan kekuatan untuk kompromi.
Dengan begitu klien dapat menerima pemecahan masalah untuk mencapai
perubahan yang lebih baik.
g. Manipulation
Manipulasi merupakan suatu keterampilan untuk mengelola suatu kegiatan.
Manipulasi merupakan teknik yang digunakan untuk meningkatkan suatu
pengalaman konstruktif atau untuk mencapai tujuan yang layak. Manipulasi juga
berarti keterampilan mengelola orang-orang dan sumber-sumber.
Sebagai manipulator, Saudara harus memperhatikan dan mempertimbangkan
tiga hal, yaitu:
71
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Kebutuhan dan hak-hak klien untuk terikat dalam tindakan dan pengambilan
keputusan.
Kemampuan klien untuk berpartisipasi.
Membedakan antara kegiatan-kegiatan untuk kepentingan pekerja sosial dan
PK dengan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan klien.
h. Universalization
Universalisasi adalah penggunaan pengalaman-pengalaman manusia dan
kekuatan-kekuatan lainnya untuk digunakan situasi yang sama pada kesulitan yang
dihadapi klien saat ini. Universalisasi digunakan untuk:
Memberikan pengaruh kepada orang yang mengalami situasi emosional yang
berlebihan agar mereka menyadari bahwa situasi yang sama juga dihadapi
orang lain. Karena itu diharapkan klien tidak mengalami situasi emosional yang
berlebihan.
Menyumbang dan membandingkan pengetahuan tentang cara-cara
pemecahan masalah kepada klien.
Memperkuat hal-hal lainnya kepada klien yang berkaitan dengan masalahnya.
Contoh:
Dalam melakukan pembimbingan terhadap klien pengguna narkotika, PK
dapat memberikan contoh pengguna narkotika lainnya yang berhasil bebas dari
ketergantungan dan kemudian bisa hidup produktif. Sebagai ilustrasi, artis
maupun musisi yang pernah mengalami ketergantungan narkotika dan terbebas
dari ketergantungannya, mampu meningkatkan karirnya di industri hiburan.
i. Advice Giving and Counseling
Pemberian nasihat yang berhubungan dengan upaya memberikan pendapat,
didasarkan pada pengalaman pribadi penasehat atau hasil dari pengamatan.
Sementara itu, pemberian bimbingan yang berhubungan dengan upaya
meningkatkan suatu gagasan, didasarkan pada pendapat-pendapat atau
gambaran dari pengetahuan professional. Oleh karena itu, bimbingan merupakan
pertimbangan tentang resolusi atau rencana. Nasehat akan sangat membantu bila
digunakan untuk mencapai tujuan klien yang lebih baik.
Contoh:
Seorang ibu dapat menceritakan kepada tetangganya tentang bagaimana
mendidik anaknya.
72
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
73
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
dikeluarkan oleh PK atau lembaga pada waktu yang baik akan menjadi motif bagi
tingkah laku yang baik.
m. Role rehearsal and demonstration
Berlatih peran dapat digunakan secara luas bila cara-cara belajar tingkah laku
baru diperlukan. Teknik ini dilaksanakan melalui diskusi atau setting sebenarnya
dari situasi bermain peran atau melalui suatu simulasi. Dalam simulasi, klien
berpartisipasi secara aktif sehingga memudahkan dalam proses belajar klien.
n. Group Dynamics Exercise, Group Games, Liteary and Audiovisual Materials
Teknik-teknik ini merupakan latihan dinamika kelompok, permainan kelompok,
kepustakaan sederhana dan alat-alat audio visual yang digunakan untuk kegiatan
kelompok dalam pencapaian tujuan program bagi kepentingan klien.
Keempat belas teknik ini dapat diaplikasikan oleh PK dalam melaksanakan
tugas di lapangan. Dari teknik-teknik diatas, yang paling banyak digunakan oleh
PK antara lain:
Small talk
Ventilation
Support
Universalization
Advice and giving counseling
Activities and programme
Logical discusion
Reassurance
b. Interpretasi
Dengan teknik ini, diberikan kesadaran pada anggota kelompok akan adanya
hubungan antara dua rangkaian peristiwa yang saling berkaitan. Perilaku salah
74
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
seorang anggota kelompok merupakan reaksi dari perilaku anggota kelompok yang
lain (satu rangkaian peristiwa).
c. Atribusi
Merupakan suatu teknik untuk menumbuhkan kesadaran yang dimiliki oleh
anggota kelompok yang berasal dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya,
mengenai hakikat dan penyebab munculnya suatu peristiwa atau kejadian.
e. Pemberian Model
Melalui model atau contoh, PK membantu anggota kelompok untuk
mempelajari tingkah laku, baik secara implisit (berbicara pelan), maupun eksplisit
(observasi terhadap tingkah laku PK atau anggota kelompok lain pada saat bermain
peran).
C. Rangkuman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian teknik adalah pertama
pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yg berkenaan dengan hasil industri
(bangunan, mesin): sekolah --; ahli --; kedua cara (kepandaian dsb) membuat atau
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni; ketiga metode atau sistem
mengerjakan sesuatu. Terkait dengan pekerjaan sosial maka dapat didefinisikan bahwa
teknik pekerjaan sosial adalah cara pekerja sosial dan PK melakukan hubungan dengan
klien. Menurut Naomi I. Brill teknik dalam pekerjaan sosial ada 14 (empat belas) jenis
yaitu small talk, ventilation, support, reassurance, confrontation, conflict, manipulation,
universalization, advice giving and counseling, activities and programme, logical
discussion, reward and punishment, role rehearsal and demonstration and group
dynamics exercise, group games dan literary and audiovisual materials. Sedangkan teknik
yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok antara lain konfrontasi, intepretasi,
atribusi, penguatan dan pemberian model.
75
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
D. . Latihan
Untuk mengukur kemampuan Saudara dalam menjelaskan teknik-teknik
dalam pekerjaan sosial yang akan membantu dalam proses pembimbingan yang
dilakukan sehari-hari, maka jawablah soal-soal dibawah ini dengan baik tanpa melihat
kunci jawaban:
1. Jelaskan teknik-teknik pembimbingan yang sangat relevan dengan pekerjaan
Pembimbing Kemasyarakatan.
2. Jelaskan teknik-teknik pembimbingan yang sangat relevan untuk digunakan dalam
pembimbingan kelompok.
76
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB VI
KETERAMPILAN-KETERAMPILAN DALAM PEMBIMBINGAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Bab VI pokok bahasan V ini Saudara diharapkan dapat
menjelaskan keterampilan-keterampilan dalam pembimbingan yang dapat digunakan
PK bagi klien pemasyarakatan.
77
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
78
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
b. Timing;
Keterampilan ini dapat dilihat dalam dua cara yang berbeda, pertama bahwa
timing berhubungan dengan ketepatan waktu yang digunakan oleh PK. Jika PK terlalu
cepat menangani klien, maka tentu klien akan mengalami kebingungan dan pada
akhirnya klien akan kecewa atau bahkan sakit hati karena merasa mendapatkan
penanganan yang asal-asalan. Namun apabila penanganan dilakukan terlalu lambat
maka kasus yang ditangani akan semakin sulit diselesaikan sehingga pencapaian
tujuan akan terhambat.
PK harus memberikan waktu untuk menyelesaikan proses pembimbingan yang
sesuai dengan karakteristik klien yang dihadapinya. Apabila proses pembimbingan
klien diberikan waktu yang sama rata maka bisa dipastikan beberapa pembimbingan
klien tidak dapat tercapai dengan efektif karena perbedaan karakteristik kasus yang
dihadapi klien.
Sebagai Ilustrasi, dalam mendampingi klien anak yang menghadapi kasus
perkosaan hanya dilakukan dalam 1(satu) hari. Waktu 1 (satu) hari tentu waktu yang
sangat sempit untuk mengetahui latar belakang anak tersebut. Apabila
pendampingan yang hanya dilakukan 1 (satu) hari dijadikan dasar untuk memberikan
saran bagi Hakim dalam proses hukum anak maka potensi penghilangan masa depan
anak sangat besar karena bisa jadi anak tersebut bukan pelaku sesungguhnya atas
kasus yang menimpanya. Kedua, timing berhubungan dengan kemampuan PK untuk
melakukan tindakan pada saat yang tepat. Tidak melakukan tindakan pada saat yang
tepat bisa menghilangkan momentum (kesempatan). Apabila suatu jenis
penanganan dilakukan pada saat yang tidak tepat maka tujuan penanganan tersebut
tidak akan tercapai.
PK harus memiliki kemampuan untuk memberikan saran yang tepat pada waktu
yang tepat pula. Hal ini terkait dengan kondisi emosional dari klien yang berubah-
ubah. Pemberian bimbingan yang tepat pada kondisi emosional tertentu, akan lebih
efektif.
a. Partialization;
Keterampilan ini berhubungan dengan kemampuan PK untuk menilai
keseluruhan masalah, memisahkan bagian-bagian masalah, membantu klien
memecahkan masalah dan memutuskan awal mulai penanganan masalah.
Misalnya, suatu keluarga miskin memiliki kondisi sebagai berikut; Ayah tidak
memiliki keterampilan kerja saat ini sedang sakit dan menganggur. Kondisi
tersebut memaksa Ibu menjadi tulang punggung keluarga yang masih harus
menghidupi putranya yang berusia 9 tahun. Kondisi putranya putus sekolah
dan mengalami gizi buruk, sementara itu putrinya berusia 11 tahun saat ini
sibuk membantu ekonomi keluarga dengan berjualan koran di lampu merah.
Dari kondisi diatas, PK harus dapat menentukan prioritas penanganan
terhadap kondisi keluarga diatas. Pada kasus diatas bantuan material harus
79
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Gambar 7
Keterampilan ini khususnya ditujukan bagi klien
Seperti permainan dart, menjaga
fokus sangat penting dalam proses
yang kurang rasional atau tidak mampu berpikir
pembimbingan karena akan
logis tentang hal-hal yang perlu mereka
membantu untuk mencapai tujuan
dengan efektif dan efisien.
perhatikan. Bekerja dalam suatu kelompok,
Sumber: http://satunegeri.com
keluarga atau masyarakat yang menaruh
perhatian lebih, PK harus melakukan (memelihara) diskusi yang di fokuskan
pada masalah tersebut. Agar tercipta komunikasi yang efektif dan mampu
mencapai tujuan dari diskusi tersebut.
80
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Penstrukturan akan lebih mudah dicapai bila hal itu merupakan suatu
keinginan dan merupakan bagian dari pertolongan kepada klien. PK
menentukan sumber-sumber yang diperlukan, yang dapat digunakan serta
alasan mengunjungi setiap klien atau referral.
81
a. Keterampilan Berempati
Seorang PK harus memiliki keterampilan untuk
berempati pada kliennya. Sikap empati menurut Baron
& Byrne (2004) merupakan kemampuan untuk
merasakan keadaan emosional orang lain, merasa
simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan
mengambil perspektif orang lain. Kata empati dalam
Gambar 8
bahasa inggris (Empathy) ditemukan pada tahun 1909
Mendengarkan masalah klien oleh E.B. Titchener sebagai usaha dari menerjemahkan
dengan tulus akan memudahkan
PK untuk mengetahui kata bahasa Jerman "Einfühlungsvermögen",
permasalahan klien dengan jelas. fenomena baru yang dieksplorasi oleh Theodor Lipps
Sumber:
http://www.deliverfreedom.com pada akhir abad 19. Setelah itu, diterjemahkan kembali
/ ke dalam Bahasa Jerman sebagai "empathie" dan
digunakan di sana. Sikap empati yang dimiliki oleh PK ditunjukkan dengan
mendengarkan masalah yang dialami oleh klien dengan penuh perhatian dan
rasa ikhlas. Mendengarkan kondisi klien dengan seksama dapat membantu PK
untuk memahami masalah yang dihadapi klien dan juga membantu klien dalam
memberikan keterangan yang jelas kepada PK.
b. Keterampilan Kenyamanan
Keterampilan untuk membuat situasi dan kondisi yang nyaman sangat
diperlukan untuk menghasilkan komunikasi yang efektif. Sebagai PK, Saudara
harus mampu menciptakan suasana yang nyaman saat berdiskusi dengan
klien. Suasana yang nyaman tentu akan membantu klien untuk memberikan
keterangan yang lengkap dan jujur tanpa ada rasa tertekan atau terancam.
Apabila saat melakukan pembimbingan terhadap klien anak, PK sebaiknya
menggunakan pakaian sipil karena secara psikologis anak akan merasa
tertekan apabila menghadapi petugas berseragam. Efek psikologis dari
penggunaan seragam oleh PK dalam melakukan pembimbingan terhadap klien
anak akan menciptakan suasana pembimbingan yang tidak nyaman bagi klien
anak. Situasi yang tidak nyaman tersebut tentu akan menghambat proses
komunikasi dalam pembimbingan sehingga upaya pencapaian tujuan dari
pembimbingan juga akan terhambat.
dilandasi pengetahuan yang luas maka PK akan dapat berpikir lebih sistematis
dalam menemukan jawaban-jawaban atas sebuah permasalahan.
Keterampilan ini disebut juga keterampilan edukatif karena keterampilan ini
membutuhkan pemikiran yang kompleks dan multi disiplin ilmu.
d. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang paling mendasar
yang harus dimiliki oleh PK, karena dengan keterampilan komunikasi yang
baik PK akan mampu menjalin hubungan yang baik dengan klien maupun
pihak-pihak yang ada di dalam sistem peradilan pidana lainnya. Banyak hal
baik namun berakhir tidak baik dikarenakan komunikasi yang tidak efektif.
Untuk membangun komunikasi yang efektif, PK sebagai komunikator harus
memiliki hal-hal sebagai berikut:
Kesiapan, artinya dalam menyampaikan informasi harus disiapkan secara
sistematis terlebih dahulu agar alur komunikasi berjalan secara
sistematis dan tidak melompat-lompat.
Kesungguhan, artinya dalam menyampaikan informasi harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh, baik secara verbal maupun non-verbal, agar
informasi tersebut dapat diterima secara lengkap dan jelas oleh
komunikan (klien).
Ketulusan, artinya komunikator (PK) harus yakin bahwa pesan yang akan
disampaikan akan bermanfaat dan disampaikan dengan cara yang tulus
kepada komunikan (klien).
Kepercayaan diri, artinya komunikator harus menyampaikan informasi
dengan percaya diri sehingga klien sebagai komunikan akan merasa
yakin atas informasi yang di sampaikan kepadanya.
Ketenangan, artinya sebaik atau seburuk apapun informasi yang akan
disampaikan harus dengan cara-cara yang tenang dan tidak emosional
ataupun yang memancing emosi, sehingga informasi yang disampaikan
bisa diterima dengan baik.
Keramahan, artinya komunikator harus menyampaikan informasi dengan
cara-cara yang santun dan ramah sehingga klien akan merasa nyaman
dalam berkomunikasi dengan PK.
Kesederhanaan, artinya pesan/ informasi yang disampaikan harus dengan
bahasa yang sederhana sehingga mudah dicerna oleh klien dan tujuan
komunikasi akan tercapai dengan baik.
83
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
b. Engagement skills
PK harus mampu terlibat secara intim dengan klien agar dapat mengetahui
karakter klien dengan detil. Pengetahuan karakter klien secara detil tentu
akan membantu dalam proses penanganan/pembimbingan. Dengan
mengetahui karakter klien secara detil maka PK akan dengan mudah
menentukan prinsip, metode serta teknik apa yang tepat untuk diberikan
kepada klien. Hal ini juga akan memudahkan dalam pembuatan laporan
penelitian kemasyarakatan.
c. Observation skills
keterampilan dalam mengamati kondisi individu klien maupun kondisi
lingkungan sekitar klien akan sangat membantu PK dalam melakukan
penanganan/ pembimbingan kemasyarakatan yang efektif, khususnya
dalam membuat penelitian kemasyarakatan. Penguasaan keterampilan
pengamatan yang baik akan menghasilkan penelitian kemasyarakatan yang
memiliki tingkat validitas serta realibilitas yang tinggi.
84
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
c. Communication skills
Keterampilan komunikasi menjadi keterampilan yang amat mendasar dan
penting bagi PK dalam proses penanganan atau pembimbingan
kemasyarakatan yang efektif.
d. Emphaty skills
Sebagaimana telah disebutkan juga oleh Johnson diatas, keterampilan
berempati akan memudahkan PK dalam melakukan pembimbingan
kemasyarakatan terhadap kliennya.
C. Rangkuman
Dalam kamus bahasa Indonesia, keterampilan artinya kecakapan untuk
menyelesaikan tugas. Sebagai PK, Saudara dituntut untuk menyelesaikan tugas secara
baik (cakap), oleh karena itu diperlukan kerangka konseptual mengenai keterampilan
apa saja yang harus dimiliki agar dapat memudahkan pelaksanaan tugas di lapangan.
Keterampilan-ketarampilan yang telah dipaparkan diatas tidak harus Saudara
implementasikan seluruhnya secara detil dalam pelaksanaan pembimbingan di
lapangan. Saudara dapat memilih keterampilan yang akan digunakan dalam melakukan
pembimbingan sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik klien dan kasus.
Keterampilan-keterampilan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :
1. Menurut Stephen P. Robbins
Basic Literacy Skill
Technical Skill
Interpersonal Skill
Problem Solving Skill
85
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Keterampilan komunikasi
D. Latihan
Untuk mengukur kemampuan Saudara dalam menjelaskan keterampilan-
keterampilan dalam pekerjaan sosial yang akan membantu dalam proses pembimbingan
yang dilakukan sehari-hari, maka jawablah soal-soal dibawah ini dengan baik tanpa
melihat kunci jawaban:
1. Jelaskan menurut Saudara, apakah dalam menjalankan proses pembimbingan bagi
klien dewasa dan klien anak terdapat perbedaan keterampilan yang digunakan?
86
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB VII
PENUTUP
A. Rangkuman
Modul Dasar-Dasar Pembimbingan ini merupakan landasan awal bagi calon PK,
Pembantu PK maupun PK yang sudah menjabat yang memuat beragam informasi dasar
yang harus dimiliki oleh PK. Ibarat sebuah bangunan, modul ini merupakan tangga yang
akan mengantarkan Saudara menuju bangunan Pembimbingan dalam proses
Pemasyarakatan.
B. Evaluasi
2. Disiplin ilmu yang paling banyak berperan dalam bimbingan klien adalah:
a. Multidisipliner
b. Ilmu Hukum
c. Ilmu Psikologi
d. Ilmu Pekerjaan Sosial
3. Sebelum nama Pembimbing Kemasyarakatan digunakan maka istilah yang dipakai adalah:
a. Pekerja sosial
b. Pekerja sosial kehakiman
c. Pekerja sosial sukarela
d. Pekerja sosial klinis
87
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
8. Sebelum menggunakan nama litmas, istilah yang pertama kali digunakan adalah….
a. Case Study
b. Social case study
c. Laporan Social Case Study
d. Litmas
88
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
11. PK dalam memberikan bimbingan tidak dapat memberikan perlakuan yang sama rata
pada setiap kliennya karena setiap klien itu unik, dengan begitu PK telah melaksanakan
prinsip dasar …….
a. Kerahasiaan
b. Individualisasi
c. Partisipasi
d. Komunikasi
12. Setiap informasi yang PK peroleh dari hasil wawancara dengan klien, tidak boleh
disebarluaskan begitu saja. PK telah melaksanakan prinsip……..
a. Individualisasi
b. Empati
c. Kerahasiaan
d. Partisipasi
13. Dalam melaksanakan bimbingan terhadap klien sangatlah mungkin PK terlibat secara
emosional tetapi tidak boleh secara berlebih-lebihan. Dengan PK dapat merasakan
kesulitan klien maka PK dapat membantu solusi pemecahan masalah secara lebih
optimal. Dalam hal ini PK telah melaksanakan prinsip….
a. Partisipasi
b. Rasionalitas
c. Individualisasi
d. Empati
14. Ketika PK melaksanakan wawancara dalam rangka penggalian data maka PK tidak boleh
memberikan penilaian kepada klien apakah dia bersalah atau tidak. Dengan begitu PK
telah melaksanakan prinsip dasar;
a. Kesadaran diri dari PK
b. Partisipasi
c. Sikap tidak menghakimi
d. Penentuan diri klien
15. Dalam menjalin komunikasi dengan klien maka PK harus mampu melaksanakan prinsip;
a. Partisipasi
b. Individualisasi
c. Empati
d. Komunikasi
89
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
C. Umpan Balik
Apabila saudara telah menyelesaikan minimal 80% dengan benar evaluasi yang
diberikan, maka saudara dianggap telah menguasai modul ini, dan saudara dapat
melanjutkan mempelajari modul III tentang Standar Operasional Prosedur
Pembimbingan. Jika hasil evaluasi saudara belum mencapai angka minimal 80%, silahkan
saudara mempelajari modul ini kembali.
90
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Aminah Aziz, Aspek Hukum Perlindungan Anak, USU Press, 1998,
Darwan Prinst, Hukum Anak Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997
Ditjen Pemasyarakatan, Empat Puluh Tahun Pemasyarakatan Mengukir Citra
Profesionalisme, Departemen Hukum dan Ham RI. Jakarta.2004
Purnianti, Mamik Sri Supatmi, Ni Made Martini Tinduk, Analisa Situas Sistem Peradilan
Pidana Anak Di Indonesia,Unicef.
Soemarsono A. Karim. Metode dan Tehnik Pembuatan Litmas Untuk Persidangan
Perkara Anak Di Pengadilan Pembinaan Wargabinaan Pemasyarakatan. Departemen
Hukum Dan Ham RI,BPSDM. Jakarta. 2011.
Marianti Soewandi. Diktat Kuliah AKIP. Departemen Hukum dan Ham RI.2003.
Sukoco, Dwi Heru, 1989, Pekerjaan Sosial Sebagai Profesi, Metoda dan Proses
Pertolongan, STKS, Bandung.
Walter A Friedlander, ed. Concepts and Methods of Social Work. 1977. Prentice -Hall of
India. New Delhi.
Social Work Practice A Generalist Approach oleh Louise C. Johnson, 1995 yang
diterjemahkan oleh Abas Basuni, Andang S, Rokna M, Uke HR dalam bahasa Indonesia
Praktek Pekerjaan Sosial Suatu Pendekatan Generalis. Louise C. Johnson.hal 120
Haryanto, 2010, Rehabilitasi dan Pekerjaan Sosial : Diktat Bahan Kuliah FIP UNY,
Yogyakarta.
Dwi Sukoco, Heru, 1989, Pekerjaan Sosial Sebagai Profesi, Metoda dan Proses
Pertolongan, Bandung.
Kuntari, Sri, 2003, Metode Pekerjaan Sosial dan Perkembangannya.Departe men Sosial
RI, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial,
Yogyakarta.
Modul Pembinaan Pembimbing Kemasyarakatan 2010, Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
Soewandi, Marianti, 2003, Buku Materi Kuliah Akademi Ilmu Pemasyarakatan
Bimbingan Dan Penyululuhan Klien, Jakarta
Skidmore, Rex A., Thaceray, Milton G., dan Farley, O. Willian., (1994). Introduction to
social Work. New Jersey: Englewood Cliffs. Prentice-Hall, Inc.
Iskandar, MS, Drs. Jusman, 1991, Beberapa Keahlian Penting d alam Pekerjaan Sosial,
Socialia, Jakarta.
Gibson, Ivanevich dan Donnely, Jr, 1995, Organisasi, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga,
Surabaya.
91
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Iskandar, MS, Drs. Jusman, 1991, Beberapa Keahlian Penting dalam Pekerjaan Sosial,
Socialia, Jakarta.
Lousie C. Johnson. Praktek Pekerjaan Sosial (Suatu Pendekatan Generalist).
Terjemahan. April 2001.
Baron & Byrne, Psikologi Sosial Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2004,
Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor 06 – UM – 01 – 06 tahun 1983
Surat Edaran Jaksa Agung RI tanggal 17 Februari 1982, Nomor : B/22/0/E/2/1982.
Surat Edaran Jaksa Agung RI tanggal 9 Januari 1986 Nomor : R-001/A-6/1/86.
DOR. Stbl nomor 741. Tahun 1917 tanggal 17 juli 1926.
Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
Website
Fordolin Hasugian, 2008, Penerapan Case Work dan Group Work Terhadap Eks
Narapidana, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Indonesia Scientific Journal
Database, dilihat 31 Juli 2012 (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/13108713_2086-
3004.pdf)
Panti Sosial Bina Remaja, 2009, Mengenal Metode Social Group Work dalam Praktek
Pekerjaan Sosial, dilihat 31 Juli 2012
(http://rumbai.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=9)
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
http://plato.stanford.edu/entries/empathy/
MODUL III
PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN
TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PROSEDUR DAN MEKANISME
PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul
Penulis
Sri Zumaeriyah | Hastria Dwi Restusari | Nasirudin
Editor
Tim PAU Universitas Terbuka
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
Modul Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan ini dapat
tersusun sehingga nantinya dapat digunakan sebagai modul pembelajaran jarak jauh bagi
Pembimbing Masyarakat di Unit Pelaksana Teknis (UPT) seluruh Indonesia. Modul ini
merupakan pengembangan dari modul Pembimbing Kemasyarakatan yang sebelumnya
telah dikeluarkan pada tahun 2010. Modul ini juga merupakan respon Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan atas Undang-Undang (UU) Sistem Peradilan Pidana Anak yang telah
disahkan pada tanggal 30 Juli 2012.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan modul ini. Sumbang saran dan masukan sangat kami harapkan dari
Pembaca demi kesempurnaan modul ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reformasi Birokrasi yang telah bergulir sejak tahun 2010 telah menjadi titik awal bagi
sejumlah instansi pemerintah di tanah air untuk melaksanakan tata pemerintahan yang
baik (Good Governance), tidak terkecuali juga di jajaran Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia khususnya pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Seiring dengan itu,
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pemasyarakatan khususnya Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Rumah Tahanan
Negara(Rutan), Balai Pemasyarakatan (Bapas) dituntut untuk melakukan perubahan dan
terobosan-terobosan baru dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.
B. Deskripsi Singkat
Modul ini menguraikan dan memberikan penjelasan kepada Saudara mengenai prosedur
dan mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan (PK) yang dijelaskan
dalam peraturan perundang-undangan antara lain Undang-undang No. 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, dan Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak maupun dari buku-buku dan para ahli serta sumber lainnya yang
relevan. Dalam modul ini cakupan tugas PK yang diuraikan meliputi Penelitian,
kemasyarakatan, Pembimbingan, Pendampingan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Sidang
Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP).
C. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul ini, Saudara akan dapat menjelaskan tentang Prosedur dan
Mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing Kemasyarakatan.
93
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
D. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari modul ini Saudara dapat menjelaskan :
1. Menjelaskan gambaran umum Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Tugas
Pembimbing Kemasyarakatan;
2. Menjelaskan Prosedur dan Mekanisme Pelaksanaan Tugas Pembimbing
Kemasyarakatan; dan
3. Menjelaskan kegiatan Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan.
E. Peta Kompetensi
……………………………………………………………………………………………………………………
Modul 1: Tugas Pokok, Fungsi, dan peran Pembimbing Kemasyarakatan serta modul II
tentang Dasar- Dasar Pembimbingan
Modul 2: Dasar-Dasar Pembimbingan
94
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Secara spesifik pembahasan modul ini mencakup sub-subpokok bahasan antaran lain :
Pertama, Gambaran umum prosedur dan mekanisme pelaksanaan tugas PK, pada sub
pokok bahasan ini akan dijelaskan mengenai Pengertian tentang prosedur dan
mekanisme, Pegertian Pembimbingan, Tujuan Pembimbingan, serta Unsur-unsur
Pembimbingan.
Kedua, Prosedur dan Mekanisme pelaksanaan tugas PK, pada sub pokok bahasan ini akan
dijelaskan mengenai Prosedur dan Mekanisme Penelitian Kemasyarakatan (Limas),
Prosedur dan Mekanisme Pendampingan, Prosedur dan Mekanisme Sidang TPP, Prosedur
dan Mekanisme Pembimbingan dan Prosedur dan Mekanisme Pengawasan.
H. PetunjukPenggunaan Modul
Agar Saudara dapat menacapai kompetensi yang diharapkan, lakukanlah kegiatan belajar
sebagai berikut:
Sebelum mempelajari modul ini, Saudara perlu mempelajari dan memahami modul I
tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan peran Pembimbing Kemasyarakatan, serta modul II
tentang Dasar-Dasar Pembimbingan.
95
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Baca dan pelajarilah setiap bab secara bertahap dan berulang-ulang sehingga pada
saat saudara mengerjakan evaluasi yang disajiakan di akhir modul ini mencapai
tingkat penguasaan yang maksimal.
Dianjurkan untuk membaca dan mempelajari referensi lain dari berbagai sumber
yang relevan, antara lain Standard Operating Procedure (SOP) yang berkaitan dengan
tugas-tugas pembimbing kemasyarakatan diantarnyta SOP Peneltian
Kemasyarakatan, SOP Sidang TPP, SOP Pendampingan, SOP Pembimbingan, dan SOP
Pengawasan.
Kerjakan setiap soal dengan teliti dengan tidak terlebih dahulu melihat kunci
jawaban soal, sehingga evaluasi yang diberikan dapat benar-benar mengukur tingkat
pemahaman saudara terhadap isi modul.
96
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB II
GAMBARAN UMUM PROSEDUR DAN MEKANISME
PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan Saudara dapat menjelaskan
pengertian Prosedur dan Mekanisme, Pengertian Pembimbingan, Tujuan Pembimbingan
serta Unsur-unsur yang terlibat dalam Pembimbingan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Prosedur adalah tahap kegiatan
untuk menyelesaikan suatu aktifitas atau metode langkah demi langkah secara pasti
dalam memecahkan suatu masalah. Beberapa definisi tentang Prodesur dan
Mekanisme juga di kemukakan oleh beberapa ahli, antara lain menurut Muhammad
Ali (2000 : 325) “Prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu
pekerjaan”. Menurut Amin Widjaja (1995 : 83) “Prosedur adalah sekumpulan bagian
yang saling berkaitan misalnya : orang, jaringan gudang yang harus dilayani dengan
cara yang tertentu oleh sejumlah pabrik dan pada gilirannya akan mengirimkan
pelanggan menurut proses tertentu ”Sedangkan menurut Kamaruddin (1992 : 836 –
837) “Prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang
berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan melaksanakan
dan memudahkan kegiatan utama dari suatu organisasi”. Sedangkan pengertian
prosedur menurut Ismail masya (1994 : 74) mengatakan bahwa “Prosedur adalah
suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan
menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang
dilaksanakan berulang-ulang”.
Sementara itu, berdasarkan KBBI, Mekanisme didefinisikan sebagai cara kerja suatu
organisasi, perkumpulan dan sebagainya. Beberapa ahli juga mengemukakan definisi
tentang Mekanisme, antara lain Menurut Poerwadarmita (2003:757) mendefinisikan
“Mekanisme adalah seluk beluk atau cara kerja suatu alat (perkakas) dan sebagainya.
Secara umum mekanisme adalah mengetahui bagimana cara menggunakan suatu alat
97
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
sehingga kita tahu sampai dimana kemampuan suatu alat tersebut bekerja.”
Selanjutnya menurut Yani (2000:275) “mekanisme adalah cara kerja suatu badan atau
organisasi atau perkumpulan hal saling bekerja”. Moenir (2001:53) menjelaskan
bahwa ”Mekanisme merupakan suatu rangkaian kerja subuah alat untuk
menyelesaikan sebuah masalah yang berhubungan dengan proses kerja untuk
mengurangi kegagalan sehingga menghasilkan hasil yang maksimal”.
Berdasarkan definisi-definisi tentang Prosedur dan Mekanisme yang dikemukakan
oleh KBBI dan beberapa ahli, Penulis menyimpulkan bahwa Prosedur dan Mekanisme
merupakan tahapan dan cara kerja yang sistematis dari suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi itu sendiri secara maksimal.
b.
Pembimbingan adalah pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas
c.ketaqwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap, dan perilaku, d.p
rofesional, kesehatan jasmani dan rohani Klien Pemasyarakatan. (PP 31 Tahun
e.1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan WBP)
b. Unsur-unsur Pembimbingan
1) Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Bapas
Istilah Pembimbing Kemasyarakatan dapat Saudara temukan dalam beberapa
peraturan perundang-undangan, salah satu pengertian Pembimbing
Kemasyarakatan disebutkan dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak, bahwa Pembimbing Kemasyarakatan adalah
petugas Pemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan yang melaksanakan
bimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Namun demikian perlu
pula saudara ketahui bahwa dengan disahkannya Undang-undang No. 11
Tahun 2012 tetang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) pada tanggal 30 Juli
2012 yang akan mulai diberlakukan pada tanggal 30 Juli 2014 maka Undang-
undang No. 3 Tahun 1997 akan digantikan dan dinyatakan tidak berlaku.
Dengan demikian saudara juga perlu mengetahui pengertian PK berdasarkan
Undang-undang SPPA yakni sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 angka 13
98
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
2) Klien Pemasyarakatan
Pengertian Klien Pemasyarakatan disebutkan dalam Undang-undang No. 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dalam Pasal 1 angka 9 disebutkan
bahwa Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Klien adalah
seseorang yang berada dalam bimbingan Bapas.
99
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Selajutnya, perlu juga Saudara ketahui tentang Hak dan Kewajiban klien. Hak
dan Kewajiban Klien pemasyarakatan mengacu kepada Hak dan Kewajiban
Warga Binaan Pemasyarakatan :
Keluarga, dalam hal ini keluarga klien merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari proses pembimbingan. Dalam konteks pembimbingan,
setidaknya terdapat 2 (dua) fungsi dari keluarga. Pertama, Keluarga dapat
berperan sebagai penjamin, seperti yang diatur dalam pasal 36 KUHAP.
Kedua, keluarga dapat berperan dalam keberhasilan proses pembimbingan.
Seperti yang telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa
pembimbingan merupakan suatu kegiatan pemberian tuntunan untuk
meningkatkan kualitas ketaqwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa,
intelektual, sikap, dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani
Klien Pemasyarakatan. Dalam hal ini, peran keluarga sangat diperlukan guna
100
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
4). Penjamin
Jaminan dapat berupa orang, Jaminan Orang inilah yang disebut Penjamin
(Pasal 36 KUHAP) Penjamin adalah pihak yang akan sanggup bertanggung
jawab untuk menjamin WBP yang akan diajukan Pembebasan Bersyarat,
penjamin dapat berasal dari perorangan maupun dari lembaga / organisasi.
101
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
5). Masyarakat
Masyarakat menjadi unsur penting dalam Pembimbingan, masyarakat disini
khususnya adalah masyarakat yang berada dilingkungan sekitar tempat klien
menjalani pembinaan luar lembaga. Salah satu indikator keberhasilan
program pembimbingan klien adalah bahwa masyarakat telah dapat
menerima klien, dan ikut berperan serta dalam mengawasi serta
membimbing klien agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum
lagi.
Gambar 1
Pembimbing kemasyarakatan untuk Pemerintah setempat dapat membantu PK untuk
mengetahui sejauh mana mengetahui perkembangan klien di masyarakat
Sumber: www.jogjakota.go.id
perkembangan perilaku klien di
masyarakat. Pemerintah setempat pada tingkatan yang lebih tinggi
diantaranya adalah dinas-dinas yang memiliki bidang tugas yang dapat
membantu klien diantaranya untuk penyaluran kerja dan latihan kerja serta
penyediaan dukungan sarana dan prasarana dalam bentuk modal dan
fasilitas lainnya seperti Dinas Tenaga Kerja, BBLKI, Dinas Sosial, Kementerian
Agama dan lain sebagainya, selebihnya dapat dipelajari dalam PP 32 tahun
1999 tentang pelaksanaan kerjasama
pembimbingan dan pembinaan WBP.
102
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
103
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
104
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
C. Rangkuman
1) Unsur-unsur Pembimbingan terdiri dari PK Bapas, Klien, Keluarga Klien, Penjamin,
Masyarakat, Pemerintah Setempat, dan pihak lainnya
2) Kategori-kategori klien yang berada dalam bimbingan Bapas, antara lain
Terpidana bersyarat, PB Narapidana, PB Anak negaraAnak negara yang yang
diserahkan kepada orang tua asuh dan badan sosial Anak yang berdasarkan
penetapan pengadilan, bimbingannya dikembalikan kepada orang tua atau
walinya, anak yang dijatuhi pidana pengawasan
3) Penjamin berperan sebagai penanggung jawab bagi WBP selama menjalani masa
bimbingan, penjamin dapat berasal dari perorangan maupun dari lembaga /
organisasi.
4) Masyarakat dan pemerintah setempat memiliki peran khususnya untuk ikut
mengawasi dan membina klien di lingkungan tempat menjalani pembimbingan.
5) Pihak lain yang juga ikut memiliki peran penting adalah pihak swasta dari
perusahaan, LSM dan stake holder lainnya khususnya untuk memberikan
dukungan sarana dan prasaran pelatihan dan penyaluran kerja bagi klien.
105
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
D. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur kegiatan Pembimbingan sesuai dengan
pemahaman saudara!
2. Jelaskan pengertian klien Bapas sesuai berdasarkan UU No.12 Tahun 1995 tentang
pemasyarakatan!
3. Sebutkan hal-hal penting yang terdapat dalam UU Sistem Peradilan Pidana Anak!
4. Sebutkan hak-hak dan kewajiban Klien Bapas!
5. Jelaskan peran pihak swasta (stakeholder) dalam Pembimbingan!
106
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB III
PROSEDUR DAN MEKANISME
PELAKSANAAN TUGAS PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah membaca pokok bahasan ini, Saudara diharapkan dapat mengetahui bagaimana
Prosedur dan Mekanisme Penelitian Kemasyarakatan, Pendampingan, Sidang TPP,
Pembimbingan dan Pengawasan.
Sumarsono A. Karim (2011: 13,16) membahas litmas dalam dua bagian utama yakni
Litmas Peradilan (Pre Sentences Investigation Report) dan Litmas Pembinaan (Post
Sentences Investigation Report). Sedangkan Berdasarkan tujuan dibuatnya penelitian
kemasyarakatan, jenis-jenis Litmas dapat kita temukan dalam Petunjuk Pelaksanaan
Menteri Kehakiman RI Nomor: E-39.PR.05.03 Tahun 1987, yakni sebagai berikut:
a. Model L.1, laporan penelitian kemasyarakatan untuk sidang pengadilan negeri;
b. Model L.2, laporan penelitian kemasyarakatan untuk bimbingan Bapas lain;
c. Model L.3, laporan penelitian kemasyarakatan untuk bimbingan dalam Lembaga
Pemasyarakatan;
d. Model L.4, laporan penelitian kemasyarakatan untuk calon anak asuh;
107
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
e. Model L.5, laporan penelitian kemasyarakatan untuk orang tua atau wali dari calon
anak asuh;
f. Model L.6, laporan penelitian kemasyarakatan untuk calon keluarga asuh;
g. Model L.7, laporan penelitian kemasyarakatan untuk calon pengasuh oleh Bapas;
h. Model L.8, laporan penelitian kemasyarakatan untuk instansi lain.
Secara umum isi dari laporan penelitian kemasyarakatan terdiri dari data individu dan
data keluarga klien yang bersangkutan serta kesimpulan atau pendapat dari
pembimbing kemasyarakatan (Gatot Supramono, 2005:68), namun untuk mengetahui
lebih mendalam, format dan isi dari penelitian kemasyarakatan selengkapnya dapat
saudara pelajari dalam Buku VII Bidang Pembimbingan.
Agar saudara dapat memahami dengan lebih mudah mengenai prosedur dan
mekanisme penelitian kemasyarakatan, perhatikanlah Gambar 4 berikut ini:
108
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Gambar 4
Prosedur pelayanan penelitian kemasyarakatan (Litmas)
Sumber: Buku Pedoman Pelayanan Penelitian Kemasyarakatan, Pembimbingan, Pengawasan dan Pendampingan,
Bapas Jakarta Pusat Tahun 2009
Untuk uraian yang lebih lengkap dan terperinci mengenai prosedur dan mekanisme
penelitian kemasayarakatan, saudara dapat melihat dan mempelajarinya dalam File
Kumpulan SOP Balai Pemasyarakatan.
Agar saudara mendapat gambaran yang lebih mendalam tentang prosedur dan
mekanisme Penelitian Kemasyarakatan, berikut ini beberapa bentuk dari penelitian
kemasyarakatan yang saat ini dipraktekkan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
Pembimbing Kemasyarakatan
109
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Litmas ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dan faktor anak hingga
melakukan tindak pidana baik yang berasal dari diri anak (Internal) seperti tingkah laku
anak di keluarga, sekolah dan masyarakat, maupun faktor lingkungan (eksternal) yakni
keluarga dan masyarakat, seperti kebiasaan orang tua dalam mendidik anak dan sikap
orang tua kepada anak.
Litmas juga bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam memutus perkara anak tersebut seperti status apakah anak
masih sekolah atau tidak, kondisi sosial ekonomi keluarganya, kesanggupan orangtua
untuk mendidik anak, tanggapan berbagai pihak terhadap anak termasuk masyarakat
dan pemerintah setempat.
Dalam bagian akhir dari Litmas, dikemukakan kesimpulan dan saran dari penelitian
kemasyarakatan yang telah dilakukan. Kesimpulan dari penelitian kemasyarakatan
tersebut berisi:
1). Nama dan catatan kelahiran (umur) anak serta ringkasan dari susunan keluarga
anak yang bermasalah dengan hukum, contoh: “Klien bernama Agus Wijanarko bin
Sudi Dadi, adalah anak ke empat dari sembilan bersaudara pasangan Bapak Sudi
dan Ibu Usnayati. Klien masih muda usia, lahir pada tanggal 06 Desember 1993 dan
saat melakukan tindak pidana klien masih berusia 17 tahun”.
2). Status sekolah anak dan kegiatan lain diluar sekolah, contoh: “Klien hanya
mengenyam pendidikan sampai kelas 1 SMK yakni di SMK Yabinka Cilegon (putus
sekolah), kegiatan sehari-harinya adalah bekerja sebagai tukang parkir”.
3). Masa penahanan anak dan tindak pidana yang disangkakan kepadanya.
4). Faktor penyebab anak melakukan tindak pidana.
5). Tanggapan orang tua, masyarakat, pemerintah setempat serta korban (bila ada)
termasuk proses dan hasil mediasi atau musyawarah antara pihak anak dengan
pihak korban (bila ada).
110
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
lebih lanjut mengenai jensi sanksi yang dijatuhkan pada anak, dapat anda baca
khususnya pada pasal-pasal pada Bab V UU SPPA.
2). Rekomendasi agar anak tidak menjalani penahanan selama proses hukum
berlangsung.
3). Pertimbangan-pertimbangan dan tingkat risiko terhadap setiap sanksi yang
dijatuhkan kepada anak, misalnya: “Apabila klien menjalani pemidanaan yang
terlalu lama akan berdampak buruk terhadap perkembangan psikologis dan
sosiologis klien, serta klien terancam berhenti sekolah.”
Litmas sidang pengadilan anak ini sangat besar peranannya dalam proses
pendampingan terhadap anak, tanpa keberadaan Litmas ini putusan yang dijatuhkan
oleh hakim kepada anak “batal demi hukum” (Pasal 60 ayat (3) UU SPPA).
Gambar 5
Prosedur Litmas pengadilan anak
Sumber: Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan, Ditjenpas 2003
Laporan penelitian kemasyarakatan untuk bimbingan dalam dan luar Lembaga
Pemasyarakatan (Post Sentences Investigation Report)
Litmas untuk bahan pembinaan berupa penelitian tentang perkembangan warga
binaan pemasyarakatan (WBP) selama berada di dalam Lapas / Rutan, termasuk di
dalamnya pembinaan apa saja yang telah diterima oleh WBP, sikap dan kepatuhan
WBP terhadap peraturan di dalam Lapas / Rutan, keterampilan / pelatihan apa yang
telah didapatkan oleh WBP, relasi sosial WBP dengan sesama W BP lainnya, serta relasi
WBP dengan keluarganya.
111
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Dalam bagian akhir dari Litmas dikemukakan kesimpulan dan saran dari penelitian
kemasyarakatan yang telah dilakukan. Kesimpulan dari penelitian kemasyarakatan
tersebut berisi:
1) Ringkasan perkembangan pembinaan WBP selama berada di dalam Lapas / Rutan.
2) Masa pidana yang telah dijalani.
3) Untuk Litmas pembinaan luar lembaga yakni pengusulan PB dan CMB disertakan
pula tanggapan keluarga, masyarakat, pemerintah setempat serta kesanggupan
mereka untuk menerima kembali WBP di masyarakat.
Saran yang disampaikan dalam Penelitian Kemasyarakatan ini antara lain berupa:
1) Rekomendasi mengenai jenis program pembinaan untuk masa pembinaan
selanjutnya.
2) Untuk Litmas pembinaan luar lembaga rekomendasi yang disampaikan berupa
disetujui atau tidaknya usulan PB / CMB WBP beserta pertimbangannya.
112
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Tabel 2
Peran PK dalam Pendampingan
113
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
anak menurut UU Pengadilan Anak No. 3 Tahun 1997. Pelajarilah secara seksama tabel
masa penahanan berikut ini:
Tabel 3
Masa Penahanan Anak
Dalam persidangan, PK Bapas juga memberikan arahan-arahan kepada anak dalam hal
anak merasa bingung saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
hakim atau jaksa. Selain kepada anak, PK Bapas juga memberikan arahan kepada
orang tua anak tentang proses sidang yang dijalani oleh anaknya.
Berikut ini prosedur dan mekanisme pendampingan anak dalam sidang anak:
1) Permintaan pendampingan anak dari Kejaksaan atau Pengadilan
2) Pencatatan permintaan sidang
3) PK mempelajari kembali Litmas anak yang bersangkutan
4) PK menghadiri persidangan dan menjalankan perannya di persidangan
5) PK membuat laporan hasil sidang
Secara sederhana, proses pendampingan ABH dalam sidang pengadilan anak dapat
dilihat dalam bagan di bawah ini:
114
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Gambar 5
Proses pendampingan ABH dalam sidang pengadilan anak
Sumber: Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan, Ditjenpas 2003
115
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Selain itu, Bapas juga mengikuti sidang TPP yang diadakan di Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM (TPP Kanwil) dan di Lapas / Rutan (TPP Lapas / Rutan)
yang dilaksanakan untuk menentukan program pembinaan WBP baik untuk
pembinaan dalam lembaga maupun pembinaan luar lembaga seperti untuk
persetujuan usulan PB, CB, CMB dan asimilasi.
116
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Gambar 6
Proses sidang TPP bapas
Sumber: Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan, Ditjenpas 2003
Prosedur dan mekanisme pembimbingan terdiri atas tiga tahap yakni tahap awal,
tahap lanjutan dan tahap akhir. Berbeda dengan pembagian jangka waktu untuk setiap
tahapan pembinaan yang dilaksanakan di Lapas yang menggunakan pembagian 1/3, ½,
dan 2/3 masa pidana, lamanya waktu untuk setiap tahapan pemb imbingan yang
dilaksanakan menggunakan pembagian masa bimbingan sebagai berikut ini:
a. Tahap awal
Pembimbingan tahap awal dimulai sejak yang bersangkutan berstatus sebagai
Klien sampai dengan ¼ (satu perempat), prosedur dan mekanisme pembimingan
tahap awal adalah sebagai berikut:
1). Penelitian kemasyarakatan.
2). Menyusun rencana program bimbingan.
3). Pelaksanaan program bimbingan guna mempersiapkan anak untuk mengikuti
program diversi di luar Lapas.
117
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
4). Penilaian pelaksanaan program tahap awal dan penyusunan rencana bimbingan
tahap lanjutan.
b. Tahap lanjutan
Pembimbingan tahap lanjutan dilaksanakan sejak berakhirnya bimbingan tahap
awal sampai dengan ¾ (tiga perempat) masa pembimbingan, prosedur dan
mekanisme pembimingan tahap lanjutan adalah sebagai berikut
1). Pelaksanaan program bimbingan.
2). Penilaian pelaksanaan program tahap lanjutan dan penyusunan rencana
bimbingan tahap akhir.
c. Tahap akhir
Pembimbingan tahap lanjutan dilaksanakan sejak berakhir bimbingan tahap
lanjutan sampai dengan berakhirnya masa pembimbingan, prosedur dan
mekanisme pembimingan tahap akhir adalah sebagai berikut
1). Pelaksanaan program bimbingan.
2). Meneliti dan menilai keseluruhan hasil pelaksanaan program bimbingan.
3). Mempersiapkan klien mengakhiri masa bimbingan tambahan (after care).
Pada setiap masa peralihan tahapan dari tahapan yang satu ke tahapan yang
selanjutnya, pembimbing kemasyarakatan menentukan program pembimbingan
melalui mekanisme sidang TPP, sebagai mana telah saudara pelajari dalam prosedur
dan mekanisme Sidang TPP.
Adapun Jenis bimbingan yang diberikan kepada klien meliputi: Pendidikan agama,
pendidikan budi pekerti, bimbingan dan penyuluhan perorangan maupun kelompok,
pendidikan formal, kepramukaan, pendidikan ketrampilan kerja, pendidikan
kesejahteraan keluarga, psikoterapi, kepustakaan, psikiatri, terapi, dan berbagai usaha
penyembuhan klien.
Metode dan teknik pembimbingan terhadap klien dapat saudara pelajari lebih
mendalam pada Modul Dasar-Dasar Pembimbingan (Modul II).
118
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Prinsip-prinsip Bimbingan:
a. Bimbingan itu selalu berhubungan dengan sikap dan perilaku WBP.
b. Dalam proses bimbingan perlu dikenal dan dipahami oleh pembimbing tetang
perbedaan individu WBP, agar dalam memberi bimbingan dapat mengenai sasaran
dan kebutuhan individu yang dibimbing.
c. Bimbingan diberikan dengan maksud agar WBP yang dibimbing mampu membantu
dan menuntun dirinya sendiri dalam menghadapi permasalahan hidup dan
kehidupannya septimal mungkin (self directing &to help people to help them selfes).
d. Bimbingan yang diberikan harus terpusat pada individu yang dibimbing bukan
terpusat pada permasalahan individu yang membimbing.
e. Jika permasalahan individu tidak dapat diselesaikan oleh pembimbing, maka perlu
adanya kerja sama dengan ahli lain atau lembaga lain yang lebih mampu
(kompeten) menangani permasalahan tersebut.
f. Dalam pembimbingan perlu adanya upaya pendahuluan dalam mengidentifikasi
masalah dan kebutuhan individu yang dibimbing, untuk mempermudah
pemahaman dan penerimaan diri individu yang dibimbing. Sehingga dalam
pengarahan dan perwujudan sesuai dan tepat pada sasaran.
g. Bimbingan itu harus bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu yang
dibimbing dan kebutuhan masyarakat a\yang serba ragam.
h. Pembimbing harus memiliki kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman,
kematangan dan kemampuan yang diharapkan oleh individu yang dibimbing dan
masyarakat.
i. Pembimbing harus patuh pada kode etik Pembimbingan.
j. Individu yang dibimbing harus diberikan kebebasan dan penghormatan dalam
mengungkapkan dirinya. Di sini pembimbing hanya bersikap sebagai fasilitator
dalam proses pembimbingan.
k. Proses pembimbingan adalah proses belajar atau berorientasi belajar (learning
oriented) yang dilaksanakan dalam lingkungan sosial.
l. Keputusan terakhir dalam proses pembimbingan ditentukan oleh individu yang
dibimbing. Pembimbing tidak memaksakan sesuatu keputusan terakhir kepada
individu yang dibimbing.
Azas-azas bimbingan dan penyuluhan antara lain:
a. Azas kerahasiaan (the principle of confidenciality), pembimbing kemasyarakatan
hendaknya patuh menjaga informasi-informasi yang sifatnya rahasia tentang
individu yang dibimbing.
b. Azas sukarela, baik pembimbing maupun yang dibimbing harus memiliki modal
sukarela.
c. Azas keterbukaan, pembimbing maupun yang dibimbing sebaiknya saling terbuka.
d. Azas kekinian, layanan bimbingan sebaiknya menangani permasalahan yang
dihadapi si terbimbing pada saat ini / sekarang.
119
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
e. Azas kegiatan, bimbingan dan penyuluhan bukan hanya bertatap muka dan
berwawancara saat itu.
f. Azas kenormatifan, usaha bimbingan harus sesuai dengan norma yang dianut oleh
yang dibimbing dan sesuai dengan norma masyarakat.
g. Azas keterpaduan, baik aspek-aspek individu yang dibimbing maupun isi dan proses
layanan bimbingan sebaiknya terpadu, jangan ada aspek yang bertentangan dan
jangan pula isi dan layanan bertolak belakang dengan lainnya.
h. Azas kedinamikan, bimbingan bertujuan supaya adanya perubahan yang terjadi
pada diri si terbimbing, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih bermakna.
i. Azas keahlian, keberhasilan layanan bimbingan banyak ditentukan oleh bagaimana
keahlian pembimbing, sehingga sangat dituntut kepada pembimbing agar mau
berlatih dan memperluas pengalamannya.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam dari segi penerapan atau
praktek pelaksanaan prosedur dan mekanisme pembimbingan, berikut ini diulas
mengenai prosedur pendaftaran / registrasi klien pemasyarakatan.
Secara singkat, proses pendaftaran klien pemasyarakatan dapat dilihat pada diagram
yang terdapat pada gambar di bawah ini:
Gambar 8
Bagan pendaftaran klien
pemasyarakatan
Sumber: Prosedur Tetap
Pelaksanaan Tugas
Pemasyarakatan,
Ditjenpas 2003
120
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Pengawasan sebagai mana dimaksud di atas dilaksanakan dengan dua cara yakni
dengan mekanisme wajib lapor, dan dan kunjungan ke rumah klien / penjamin klien
(home visit).
Prosedur dan mekanisme pengawasan klien melalui wajib lapor adalah sebagai
berikut:
1). Klien datang dan mengisi buku piket di petugas piket
2). Klien menemui Petugas PK
3). Klien melaksanakan kegiatan bimbingan konseling dengan PK
4). PK membuat laporan
Prosedur dan mekanisme pengawasan klien melalui kunjungan rumah (home Visit)
adalah sebagai berikut:
1) Petugas PK memeriksa dan menyiapkan berkas klien
2) Petugas PK dengan surat tugas dari Kabapas melakukan kunjungan ke rumah klien
/ penjamin / pemerintah setempat
3) PK memberikan bimbingan konseling kepada klien dirumahnya
4) PK menemui pemerintah setempat untuk mengetahui perkembangan perilaku
klien di masyarakat
5) PK menemui perwakilan warga setempat unutk mengetahui perilaku dan
perkembangan klien sehari-hari
Prosedur dan mekanisme selengkapnya dapat saudara pelajari pada buku SOP Balai
Pemasyarakatan
121
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Sebagai tindak lanjut dari hasil pegawasan PK membuat laporan yang tercakup dalam
laporan perkembangan bimbingan setiap bulan. Dalam hal hasil pengawasan
menunjukan bahwa klien telah melanggar ketentuan atau peraturan yang berlaku, PK
dapat mengajukan pencabutan Asimilasi, PB, CMB atau CB.
Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat dapat
dicabut apabila Narapidana atau Anak Didik Pemayarakatan melakukan pelanggaran-
pelanggaran diantaranya:
1) mengulangi tindak pidana;
2) menimbulkan keresahan dalam masyarakat; dan/atau
3) melanggar ketentuan mengenai pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat,
Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat.
Prosedur dan mekanisme pencabutan Asimilasi, PB, CB dan CMB dapat saudara
pelajari selengkapnya dalam Permen Hukum dan HAM No. M.2.PK.04-10 TAHUN 2007
tentang syarat dan tata cara pelaksanaan asimilasi, PB, CMB dan CB.
C. RANGKUMAN
1. Pembimbingan dibagi kedalam tiga tahap yakni tahap awal, lanjutan, dan tahap
2. akhir.
3. Prosedur pembimbingan sangat erat kaitannya dengan prosedur-prosedur tugas PK
lainnya yakni Penelitian Kemasyarakatan, Sidang TPP, Pendampingan, dan
Pengawasan.
4. Prosedur dan mekanisme melaksanakan litmas secara umum terdiri atas tiga tahap
utama yakni melakukan pengumpulan data, melakukan pengolahan data, melakukan
analisa dan menari kesimpulan serta menentukan saran
D. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan prosedur dan mekanisme pelaksanaan tugas Pembimbing
Kemasyarakatan.
122
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB IV
PENCATATAN, PELAPORAN DAN PENGARSIPAN
A. Kompetensi Khusus
Setelah membaca pokok bahasan ini, Saudara diharapkan dapat menjelaskan tentang
Pencatatan, Pelaporan dan pengarsipan dalam kegiatan Pembimbingan.
2. Definisi Pelaporan
Pelaporan ini dimaksudkan sebagai salah satu bentuk sarana/wadah yang mencakup
hal-hal seperti terurai dalam No. II tersebut di atas, serta hasil evaluasi/supervisi yang
telah dan sedang dilaksanakan oleh Pembimbing Kemasyarakatan terhadap para klien
123
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Laporan-laporan yang perlu dibuat adalah laporan penerimaan laporan bulanan dan
laporan terakhir yang merupakan ringkasan hasil kegiatan pembinaan oleh
Pembimbing Kemasyarakatan.
3. Definisi Pengarsipan
Pengarsipan/pemberkasan adalah suatu sistem penyimpanan catatan dan laporan
serta surat-surat lain yang berhubungan dengan kepentingan klien.penyimpanan
surat ini harus sesuai dengan tahap pemberian pelaksanakan bantuan terhadap klien.
Guna mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan, maka catatan dan laporan
serta surat-surat yang diperlukan sehubungan bantuan tersebut sangat baik sekali
disimpan dalam satu bendel khusus (satu map). Jadi dengan demikian setiap klien
mempunyai bendel arsip tersendiri, antara lain:
a. Untuk memudahkan pengambilan
b. Untuk memudahkan pengontrolan
c. Untuk mempercepat pelayanan terhadap klien
Proses pencatatan, pelaporan dan pengarsipan tidak hanya diterapkan pada kegiatan
Pembimbingan yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan. Beberapa disiplin ilmu
lain juga menerapkan proses ini, seperti disiplin Ilmu Ekonomi Akuntansi dan
Kesejahteraan sosial. Ilmu kesejahteraan sosial dengan perangkat yang mereka miliki
(Pekerja Sosial) juga menerapkan proses pencatatan dan pelaporan sebagai bukti fisik
pelaksanaan kegiatannya. Kegiatan pencatatan dan pelaporan tersebut dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut:
a. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan
Dengan adanya dokumentasi dalam pelaksanaan kegiatan, dapat diketahui jenis
kegiatan yang dilakukan, kelayakan, keluarga maupun masyarakat yang dilayani,
pelayanan yang diberikan, waktu, tempat, serta hasil pelaksanaan pelayanan
tersebut
b. Kelangsungan pelayanan
Pencatatan dan Pelaporan dapat menjadi referensi dalam menangani klien. Dengan
adanya pencatatan, maka jika seorang Pekerja Sosial tidak dapat lagi melaksanakan
124
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
d. Kepentingan Supervisi
Berdasarkan laporan pekerja sosial supervisor/koordinator dapat
menganalisa berbagai permasalahan, baik yang timbul maupun yang akan
mungkin timbul sebagai akibat pelaksanan pelayanan terhadap klien, tingkat
kemampuan serta pola pemecahan permasalahan yang dapat dijadikan
materi pelaksanaan supervisi terhadap Pekerja Sosial
e. Komunikasi Interdisipliner
Dalam melaksanakan tugas pembimbingan, PK tidaklah dapat bekerja sendiri,
karena PK sendiri merupakan salah satu bagian dari Sistem Peradilan Pidana.
PK dapat mengkombinasikan informasi dari bidang-bidang lain dalam
hubungannya dengan kepentingan pembimbingan, demikian pula sebaliknya.
Dengan demikian catatan dan pelaporan yang dibuat oleh PK dapat
diandalkan menjadi intrumen dalam komunikasi Interdisipliner
f. Laporan Statistik
Sistem pencatatan dan pelaporan, dapat dijadikan sumber utama untuk
mengetahui jenis dan populasi permasalahan untuk menyususn program
kerja serta kepentingan pemeriksaan oleh lembaga yang berwenang
125
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Formulir kegiatan tersebut bersifat fleksibel dalam arti dapat dikembangkan oleh
lembaga maupun para pejabat Pembimbing Kemasyarakatan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan dan laporan maupuan untuk kepentingan pengembangan
program di masa datang.
C. Rangkuman
1) Sistem pencatatan dan pelaporan merupakan keseluruhan dari kegiatan penulisan
data dan penyusunan laporan yang disusun secara teratur untuk mencapai tujuan
bersama.
126
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
3) Mekanisme pencatatan dan pelaporan adalah tata cara mencatat dan melaporkan
kegiatan yang dilaksanakan oleh Pembimbing Kemasyarakatan dengan menggunakan
formulir pencatatan dan pelaporan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan
4) Formulir pencatatan dan evaluasi Pembimbingan terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu
Formulir laporan kegiatan pelayanan terhadap klien pemasyarakatan dan Formulir
surat pernyataan melakukan kegiatan untuk kepentingan pencatatan, monitoring
dan evaluasi.
7) Formulir kegiatan bersifat fleksibel dalam arti dapat dikembangkan oleh lembaga
maupun para pejabat Pembimbing Kemasyarakatan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan dan laporan maupuan untuk kepentingan pengembangan program di
masa datang.
D. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan tujuan-tujuan pencatatan dan pelaporan! (Sebutkan minimal 5)
2. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkan dalam pencatatan dan pelaporan!
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis formulir pencatatan dan pelaporan!
127
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB V
PENUTUP
A. Rangkuman
Pembimbing Kemasyarakatan (PK) merupakan ujung tombak Balai Pemasyarakatan
(Bapas).pelaksanaan kegiatan Pembimbingan pada dasarnya merupakan sebuah system
yang saling terkait, satu sama lain dalam menunjang keterlaksanaan kegiatan
pembimbingn kemasyarakatan, antara lain PK Bapas, Klien, Keluarga Klien, Penjamin,
Masyarakat, pemerintah setempat, dan pihak lain yang dibutuhkan seperti perusahaan
swasta dan stakeholder. bahan Unsur-unsur tersebut memiliki hubungan yang saling
berhubungan yang keterkaitannya memiliki peran penting dalam mencapai tujuan
Pembimbingan, yaitu untuk menciptakan perubahan perilaku dan mewujudkan
masyarakat produktif.
B. Evaluasi
128
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
5. Berdasarkan UU SPPA, tindak pidana yang bisa didiversi atau diselesaikan di luar
proses hukum adalah tindak pidana yan ancaman pidananya……..
a. Dibawah 5 (lima) tahun
b. Dibawah 6 (enam) tahun
c. Dibawah 7 (tujuh) tahun
d. Dibawah 8 (delapan) tahun
8. Dalam Buku Hukum Acara Pengadilan Anak, Gatot Supramono menyatakan hal-hal
yang harus tertera dalam sebuah Litmas untuk bahan pengadilan anak,
kecuali…………..
a. Kesimpulan dari Pembimbing Kemasyarakatan
129
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
10. Berikut ini merupakan hak-hak klien yang memiliki kekuatan hukum yang kuat,
kecuali.........
a. Deterensi perlakuan terhadap klien dengan perbuatannya
b. Perlakuan non-diskriminasi
c. Proposionalitas perlakuan terhadap klien dengan perbuatannya
d. Tidak dirampas kebebasannya secara melawan hokum
130
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
13. Berikut ini merupakan salah satu fungsi dari sebuah Penelitian Kemasyarakatan,
kecuali...........
a. Menentukan Penyelenggaraan program pendidikan
b. Menentukan fungsi program pembinaan
c. Menentukan program pembinaan, baik rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, dan
reintegrasi sosial dari lemaga atau instansi yang menangani perlindungan anak
d. Menentukan program bimbingan dan atau bimbingan tambahan bagi klien
pemasyarakatan
14. Hal-hal yang harus tertera dalam suati Penelitian Kemasyarakatan yang baik
tercantum dalam ..............
a. Pasal 56 UU SPPA
b. Pasal 39 ayat 1 dan 2 UU SPPA
c. Pasal 28 UU SPPA
d. Pasal 57 Nomor 2 UU SPPA
15. Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
Pasal tersebut terdapar dalam..........
A Pasal 16 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
b. Pasal 66 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
c. Pasal 64 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
d. Pasal 59 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
Cocokkan hasil jawaban Saudara dengan kunci jawaban yang ada di bagian akhir modul
ini.Hitunglah jawaban yang benar, untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara. Jika
tingkat kategori penguasaan Saudara sudah mencapai angka minimal 80%, maka
lanjutkanlah mempelajari modul IV tentang Manajemen Kasus, Modul V tentang diversi,
dan modul tentang penanganan Anak Berhadapan Dengan Hukum (ABH). Tetapi jika hasil
evaluasi saudara belum mencapai angka minimal 80%, maka cobalah mempelajari ulang
seluruh materi modul ini sehingga penguasaan Anda pada tes formatif berikutnya berada
pada tingkat kategori baik.
Kunci Jawaban
1. C 6. D 11. D
2. B 7. A 12. C
3. D 8. B 13. B
4. B 9. C 14. D
5. C 10. A 15. B
131
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Suparmono, Gatot. Hukum Acara Pengadilan Anak. 1998. Jakarta: Djambatan
Balai Pemasyarakatan Klas I Jakarta Pusat, Buku Pedoman Pelayanan Penelitian
Kemasyarakatan, Pembimbingan, Pengawasan, dan Pendampingan . 2009. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas
Pemasyarakatan, Departemen Kehakiman dan HAM. 2003. Jakarta
Sudirman, dindin. Reposisi dan Revitalisasi Pemasyarakatan dalam Sistem Peradilan
Pidana di Indonesia. 2007. Jakarta:Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Departemen Hukum dan HAM RI
Andreas Ljungholm, Indah P. Atmaritasari, Compilation of International Human Right
Instrument and Documents Related to Correctional Service Practise.2006. Swedia:
Raoul Wallenberg Institute
132
MODUL IV
MANAJEMEN KASUS
MANAJEMEN KASUS
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
PENGANTAR
Penyediaan modul manajemen kasus bagi Pembimbing Kamasyarakatan (PK) pada Balai
Pemasyarakatan di seluruh wilayah Republik Indonesia, merupakan kebutuhan yang
sangat mendesak. Sebagai salah satu sarana penunjang tugas dan fungsi PK di setiap
wilayah tempat kerja, sesuai dengan tujuan dari reformasi birokrasi di segala bidang
pelayanan masyarakat. Diharapkan dengan di kenalkannya modul ini PK dapat bekerja
dan melakukan pembimbingan bagi klien Bapas lebih efektif dan tercapai dengan mudah
tujuan dari pembimbingan itu sendiri.
Modul manajemen kasus ini adalah modul ke empat dari beberapa modul yang telah
disusun oleh tim sebagai pengangan dalam pelaksanaan tugas pembimbingan PK di
Bapas tempat bekerja. Tujuan dari diterbitkannya modul ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan teknis bagi PK dalam melaksanakan tugas
pembimbingan. Mengingat tugas PK dimasa mendatang semakin berat seirama dengan
dinamika dan tuntutan pelayanan lebih terukur, efektif dan efisien serta tepat sasaran
semoga modul ini dapat menjadikan jawabannya.
Mengingat tantangan lebih berat dalam pelaksanaan tugas kedepan bagi petugas yang
bekerja di Bapas, sangat membutuhkan kompetensi kompetensi yang sangat di perlukan
dalam pelayanan kepada klien sesuai meningkatnya kebutuhan dan penyelesaian
permasalahan klien itu sendiri. PK dapat belajar secara mandiri melalui modul modul
pembelajaran yang tersedia sebagai pegangan dan pedoman dalam pelaksanaan tugas.
Tim penyusun berharap modul ini dapat bermanfaat bagi PK selaku pengguna.
Tim Penyusun.
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modul pembelajaran manajemen kasus ini sebagai salah satu model pembelajaran bagi
para petugas pembimbing kemasyarakatan sebagai pelaksana tugas
pembimbingan,pengawasan dan pendampingan di Balai Pemasyarakatan (Bapas).
Kesulitan memperoleh bahan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan bagi petugas PK sebagai salah satu alasan mengapa modul pembelajaran
jarak jauh ini dibuat. Upaya untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas pelayanan salah
satu tuntutan bagi petugas di jajaran kementerian hukum dan hak asasi manusia sebagai
perwujudan dari reformasi birokrasi.
Paradigma perubahan dalam pelayanan kepada klien dan masyarakat yang secara dinamis
menuntut petugas untuk selalu mengembangkan diri, keterampilan, pengetahuan dan
pelayanan menjadi sangat penting untuk mengembangkan kemampuan teknis serta
kemampuan administrasi petugas dalam proses akhir dari rangkaian tahapan dalam proses
system pemasyarakatan. Tercapainya tujuan akhir proses pemasyarakatan yaitu
tercapainya kemandirian klien baik secara sosial, psikologis, ekonomis serta politis.
Manajemen kasus merupakan pendekatan pembinaan yang diadopsi secara luas diberbagai
bidang pelayanan sosial, termasuk kesehatan, perumahan dan pemasyarakatan. Proses
pembinaan yang diberlakukan kepada seluruh warga binaan pemasyarakatan yang diawali
dengan asesmen yang melibatkan warga binaan dan keluarganya serta system sumber
lainnya agar warga binaan mendapatkan pelayanan pembinaan yang lebih efektif, efisien
dan tepat sasaran.
B. Diskripsi Singkat
Modul ini merupakan modul ke-4, menjadi bagian dari Modul Pembibing Kemasyarakatan
yang dapat membekali saudarauntuk memperluas wawasan dan meningkatkan
keterampilan bagi Saudara dengan pendekatan manajemen kasus. Modul pembelajaran ini
memberikan saudara pengetahuan tentang pengertian, fungsi dan prinsip-prinsip, tahapan
serta strategi manajemen kasus, ketrampilan komunikasi, menjalin hubungan bantuan dan
kemitraan.
C. Kompetensi Umum.
Setelah mempelajari modul manajemen kasus,Pembimbing Kemasyarakatan dapat
menerapkan tahapan manajemen kasus dalam memecahkan kasus-kasus yang di hadapi
oleh klien Bapas.
133
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
D. Kompetensi Khusus.
Peserta memiliki kemampuan dalam:
1. Mendefenisikan manajemen kasus
2. Menjelaskan fungsi manajemen kasus
3. Menjelaskan tahapan manajemen kasus
4. Menjalin hubungan bantuan dan strategi kemitraan.
5. Melakukan komunikasi dengan klien bapas dan keluarganya
E. Peta kompetensi.
Menggambarkan secara heirarkis kompetensi PK yang hendak dicapai.
7. PK memiliki keterampilan
menerapkan layanan
1. PK mampu
mendefinisikan manajemen
134
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
2. Pelayanan Teratur.
3. Pelayanan Konprehensif
4. Kemandirian.
5. Keberlanjutan.
C. Fungsi Manajemen Kasus
D. Tujuan Manajemen Kasus
E. Peran Manajer kasus.
135
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
136
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB II
PENGERTIAN MANAJEMEN KASUS
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan saudara mampu mendefinisikan
pengertian manajemen kasus.
Manajemen kasus adalah suatu pelayanan bagi klien yang dalam kondisi sangat
lain dalam system penyelenggaraan pelayanan. (Rothman, 1991).
Manajemen kasus berarti membantu klien untuk mengakses sumber sumber
dengan mengatur sumber-sumber dari masyarakat. (Rose, 1992 dalam
Compton, 1999).
Manajemen kasus sebagai suatu system pelayanan yang; mengorganisasi,
mengkoordinasi, dan melanjutkan suatu jaringan dukungan-dukungan formal
dan informal dan aktifitas-aktifitas yang direncanakan untuk mengoptimalkan
fungsi dan kesejahteraan orang dengan kebutuhan-kebutuhan yang beraneka
ragam. (Moxley, 1989).
Manajemen kasus adalah Pendekatan dalam pelayanan social yang berfokus
pada pengembangan dukungan lingkungan untuk meningkatkan pertumbuhan
dan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam system lembaga pelayanan.
(NASW, 1989)
Manajemen Kasus adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
mengkoorganisasikan, dan memonitor pelayanan-pelayanan dan sumber-
sumber yang dibutuhkan untuk merespon kebutuhan-kebutuhan individu
terhadap kesehatan dan pelayanan sosial. (American Hospital Association,
1987).
137
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen kasus adalah kegiatan
pelayanan yang diperuntukkan bagi klien yang dilaksanakan secara terorganisir,
dengan perencanaan, didukung oleh sumber formal dan informal, dan jaringan
kemitraan untuk memenuhi kebutuhan klien secara efektif dan efisien. Dalam
manajemen kasus harus terdapat unsur-unsur berikut:
Pelayanan terorganisir
Adanya sumber formal dan informal
Aktifitas yang direncanakan
Mengoptimalkan fungsi sosial
Menjawab kebutuhan klien dan keluarga
Dilaksanakan dengan efektif dan efisien
Gambar. 1
Kegiatan Admisi Orientasi Angkatan XXXII di Lapas Klas I Sukamiskin Bandung, Mei 2012
138
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
C. Rangkuman.
1) Manajemen kasus berkembang dari suatu definisi pelayanan bagi klien sampai
pada pengembangan berbagai model praktik yang menggunakan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai tertentu.
3) Manajemen kasus membantu klien untuk mengidentifikasi dukungan social yang
diinginkan dan dibutuhkan.
4) Untuk menentukan dimana pelayan-pelayan tersebut diperlukan koordinasi antar
lembaga dan instansi terkait serta badan social.
D.L atihan
Apakah Saudara sudah memahami materi yang disampaikan pada pokok bahasan ini?
Untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman Saudara terkait materi ini, maka
jawablah beberapa pertanyaan berikut ini.
139
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB III
FUNGSI MANAJEMEN KASUS
A. Kompetensi Khusus
Setelah membaca pokok bahasan ini , Saudara diharapkan mampu menjelaskan fungsi
dan prinsip prinsip serta tujuan dalam manajeman kasus.
1. Identifikasi kebutuhan klien, dalam hal ini Saudara sebagai manajer kasus terlibat
identifikasi secara langsung dan menyeleksi semua kebutuhan klien yang menjadi
tujuan pelayanan dan yang ingin dicapai, seperti: kualitas hidup, atau berapa biaya
untuk suatu perawatan dan pelayanan yang dapat dipahami dan
direncanakandengan baik oleh manajemen kasus
Contoh :
Pada saat Klien melapor akan menjalankan Pembebasan bersyarat terlebih dahulu
Saudara melakukan identifikasi melalui pemeriksaan data (Surat Keputusan
Pembebasan Bersyarat) dan berkas lainnya. Identifikasi dengan melakukan
wawancara untuk memperoleh data sebagai bahan menyusun program
pembimbingan. Secara tidak langsung Saudara telah melakukan
identifikasi.Identifikasi dilakukan dengan memilah-milah/menyeleksi data yang
diperlukan untuk pembimbingan dan mana yang tidak diperlukan.
2. Asesmen klien,
Fungsi ini mengacu pada kegiatan pengumpulan data dan menggali informasi serta
mendalami permasalahan klien dari berbagai sumber, data dan perumusan suatu
tujuan dari pelayanan serta mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan menyeluruh
klien, situasi kehidupannya, dan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan.
Contoh:
Kegiatan wawancara awal yang Saudara lakukan pada saat serah terima klien dari
lapas pada saat proses Pembebasan Bersyarat adalah bagian dari kegiatan asesmen
karena pada saat itu dilakukan tanya jawab tentang pribadi klien, rencana
kehidupan setelah bebas nanti dan lain-lain yang menyangkut keinginan maupun
kebutuhan klien. Kegiatan wawancara, mengisi blanko identitas, mempelajari data,
peserta serah terima klien adalah bagian dari kegiatan asesmen.
140
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
4. Rencana Intervensi,
Saudara sebagai manajer kasus mengidentifikasi pelayanan dari berbagai sumber
yang bervariasi dapat dijangkau untuk membantu penanganan masalah klien.
Memberikan informasi yang diperoleh dari berbagai system pelayanan termasuk
system kebijakan dan prosedurnya.Menginterprestasikan tujuan dan fungsi rencana
kasus kepada pemberi pelayanan.
Contoh:
Setelah sepakat Saudara dengan klien untuk merencanakan program pelatihan
mengemudi, lalu membuat kerjasama dengan pihak penyelenggara, waktu
pelaksanaan, jumlah peserta, daftar dan kriteria peserta, dll. Semua ini adalah
menyusun rencana intervesi, sasaran program intervensi adalah klien.
141
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
7. Mendukung klien,
Selama masa pelayanan yang diberikan dari berbagai jenis penyedia pelayanan
atau sumber, manajer kasus membantu klien dan keluarganya pada saat mereka
menghadapi masalah yang tidak diharapkan dalam memperoleh pelayanan.
Kegiatan ini termasuk mengatasi konflik pribadi, konseling, penyediaan informasi,
memberikan dukungan emosional, dan apabila sesuai, melakukan pembelaan atas
nama klien untuk menjamin bahwa klien menerima pelayanan sesuai dengan
haknya.
Contoh:
Apabila dalam pekerjaan sebagai pengemudi klien bermasalah dengan minimnya
penghasilan Saudara harus dapat memberikan penjelasan bahwa orang baru kerja
pasti gajinya kecil. Sesuatu selalu dimulai dari yang kecil, tidak serta merta menjadi
besar kalau mau maju harus bersabar dan terus berusaha. Seperti itu kira-kira
Saudara dalam memberikan dungunan moril kepada klien Saudara.
Gambar 2
142
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
143
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
masa pembimbingan dan pendampingan kepada setiap klien ada batas waktu yang
ditentukan dan disepakati bersama kedua belah pihak melalui kontrak. Karena
program pembimbingan itu ada batas waktunya dan targetnya adalah mampu
menyeleseikan masalahnya sendiri dan bertanggungjawab dengan keluarga dan
masyarakat.
144
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
145
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
G. Rangkuman.
1. Prinsip manajemen kasus antara lain, Identifikasi klien dan kebutuhan, asesmen
klien, penggalian potensi dan sumber yang tersedia, rencana intervensi,
koordinasi hubungan pelayanan, tindak lanjut dan monitoring pelayanan,
memberikan dukungan kepada klien.
2. Fungsi dalam manajemen kasus adalah indivualisasi pelayanan, pelayanan yang
teratur, pelayanan komprehensip, kemandirian, dan keberlanjutan.
3. Tujuan manajemen kasus adalah membeikan peluang kepada klien untuk
mendapat fasilitas pelayanan, membangun jejaring yang dapat membangun
keberfungsian social klien, memberikan pelayanan yang efektif dan efisien.
4. Tugas manajer kasus paling utama untuk kepentingan klien dengan
mengumpulkan informasi, menyusun rencana, menyediakan pelayanan,
memonitor, melakukan pembelaan dan bekerja di masyarakat, badan dan
lembaga social.
5. Peran manajer kasus sebagai: Advocad, Broker, planner, community organizer,
evaluator, consultan dan therapist.
H. Latihan.
Apakah saudara memahami materi yang telah tersaji diatas, apabila telah paham
kerjakan latihan di bawah ini:
1. Bagaimanakah penerapanmanajemen kasus menurut Saudara ?
2. Jelaskan salah satu fungsi manajemen kasus ?
3. Bagaimana Saudaradapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan klien ?
4. Apa yang saudara pahami dengan prinsip pelayanan yang menyeluruh ?
5. Jelaskan salah satu tujuan manajemen Kasus ?.
146
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB IV
TAHAPAN DAN STRATEGI MANAJEMEN KASUS
A. KOMPETENSI KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan saudara mampu menjelaskan
tahapan dan strategi manajemen kasus.
1. Asesmen
Pengertian Asesmen, asesmen adalah upaya untuk memahami masalah, mengenai
sebab-sebab dan akibatnya untuk menentukan tindakan pemecahan terhadap
masalah tersebut, baik individu, kelompok, maupun masyarakat. (Max Siporin, 1975).
Sedangkan (Meity Subardhini, 2008) mengatakan bahwa, Asesmen merupakan
proses berfikir yang menjadi alasan bagi seorang Pekerja Sosial dalam melaksanakan
pengumpulan data sampai dengan kesimpulan sementara.
Asesmen merupakan langkah yang penting dan menentukan di dalam proses
pelayanan kepada klien, karena melalui asesmen Saudara dapat menentukan focus
dari permasalahan yang dialami oleh klien, potensi dan sumber serta kemauan/
harapan. Informasi-informasi mengenai masalah dan situasi klien dikumpulkan
dengan menggunakan beberapa tehnik, dianalisa, diimplementasikan agar dapat
dibuat suatu keputusan pelayanan/ pertolongan yang tepat.
Proses asesmen untuk menggali dan memahami masalah klien, kebutuhan, potensi
yang dimiliki dari klien maupun keluarga dan lingkungannya. Melalui wawancara
awal dan dalam banyak situasi dikombinasikan dengan penerimaan/ melapor,
wawancara dilakukan untuk tujuan mendapatkan data.Berbagai informasi yang
dikumpukan dari klien dan orang- orang yang berhubungan, keluarga dan
masyarakat dihimpun sebagai data. Kegiatan penting dalam asesmen adalah :
147
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Sedangkan data yang dikumpulkan: Jenis pertolongan yang diperlukan pada saat
ini dan pelayanan yang tersedia, kebutuhan, kesulitan yang dihadapi oleh klien,
penyebab masalah, usaha klien untuk mengatasi masalah, persepsi klien
terhadap masalahnya, persepsi Saudara terhadap masalah yang dihadapi klien.
Asesmen adalah suatu produk atau hasil dari pemahaman seseorang terhadap situasi
dimana tindakan pertolongan diberikan kepada orang yang membutuhkan, (Meity
Subardhini, 2008).Untuk klien Bapas hampir semua klien yang datang kepada
Saudara adalah orang orang yang memerlukan pertolongan, bukan orang yang tanpa
masalah. Dibutuhkan kecermatan Suadara untuk dapat mengungkapkan, mendalami
masalah yang dihadapi oleh klien. Adapun tujuan kegiatan asesmen seperti dibawah
ini:
a. Mengidentifikasi dan mengindividualisasi kebutuhan – kebutuhan klien.
b. Cara untuk menjamin bahwa aktifitas pertolongan dilakukan secara
selektif
c. Menciptakan sesuatu yang rasional, dasar keyakinan untuk menyusun
rencana intervensi
d. Menciptakan kesepahaman tentang kenyataan, kesulitan atau
kebutuhan klien, serta situasi tindakan yang dilakukan.
e. Memberikan pengertian/ pemahaman dan penjelasan kesulitan klien
f. Memberikan penilaian dan evaluasi tujuan yang ingin dicapai dan
perilaku yang diinginkan.
g. Menjelaskan kemungkinan tertentu yang terjadi atas keputusan klien.
h. Menentukan atau menciptakan programtindakan dengan menemukan
kasus atau kebutuhan klien.
148
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Asessmen, merupakan proses berfikir yang menjadi alasan bagi Saudara dalam
melaksanakan kegiatan pengumpulan data sampai dengan membuat kesimpulan
sementara. Fungsi ini merujuk pada pengumpulan informasi dan
memformulasikan berbagai kebutuhan, situasi kehidupan dan sumber-sumber
yang ada serta penggalian potensi yang dimiliki oleh klien.Beberapa hal praktis
yang perlu Saudara diperhatikan dalam pelaksanaan asesmen (Bradford W.
Sheafor, Charles R. Horesjsi, 2002) berikut ini:
a. Pada saat pengumpulan data
Lakukan wawancara dan observasi melalui interaksi tatap muka di tempat
yang disepakati klien dan Manajer Kasus /PK
Adakan kontak dengan berbagai setting misalnya : melalui telepon,
pertemuan di Bapas, atau Kunjungan Rumah (bila memungkinkan atau
disetujui klien)
Memperoleh informasi lainnya yang relevan dari kelompok primer :
Keluarga, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, badan pelayanan sosial.
MenggaliInformasi lain yang berkaitan dengan klien dari berbagai sumber.
149
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Kesulitan yang dihadapi klien saat ini dan bantuan yang dicari.
Usaha yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah dan rencana
pelayanan yang akan diberikan.
c. Prinsip dasar asesmen.
PK harus mampu membedakan,mengidentifikasi secara akurat, dan
mengevaluasi masalah yang dihadapi klien dan situasinya dalam
intervensi pertolongan.
Dalam mengembangkan studi sosial terhadap klien, pemahaman masa
lalu selalu berkaitan dengan pemahaman masalah yang dihadapi klien
saat ini.
Asesmen dan rokemendasidilakukan secara sistematis dan secara
langsung pada intervensi yang telah direncanakan.
Asesmen harus memberikan penilaian dan rekomendasi untuk tindakan
pertolongan.
2. Perencanaan
150
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Beberapa hal yang perlu Saudara perhatikan dalam melakukan perencanaan, untuk
menyusun program pembimbingan dengan klien yaitu:
Perencanaan hanya dibuat oleh Saudara yang melakukan asesmen
bersama dengan klien
Saudara harus dapat melibatkan partisipasi klien dalam mengembangkan
rencana pengembangan pelayanan
Menyediakan beberapa pilihan dalam penentuan pelayanan jika
dibutuhkanrencana pelayanan diperbaiki sesering mungkin tetapi
minimal sekali dalam masa pembimbingan. Bagi klien yang hanya
memerlukan informasi saja, perbaikan bisa dilakukan melalui “telepon”
saja atau alat komunikasi lainnya.
Mengutamakan prioritas pelayanan yang dibutuhkan klien.
Saudara bersama klien menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka
panjang yang dapat diukur agar dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemajuan klien.
Saudara menyediakan pilihan pelayanan bagi klien dan klien menentukan
pilihan serta membuat keputusan bagi dirinya.
Menjadwalkan waktu yang paling realistis atau waktu yang mungkin
dicapai untuk melakukan seluruh kegiatan.
Mengidentifikasi berbagai potensi hambatan dalam memanfaatkan dan
menerima pelayanan seperti : kriteria yang tidak bisa dipenuhi, sikap dan
pertahanan diri yang dimiliki klien atau kemungkinan tidak diperolehnya
pelayanan yang dibutuhkan dan mengusulkan jalan keluarnya.
Menentukan hasil yang akan dicapai dan metode yang digunakan.
Tentukan siapa mengerjakan apa dan kapan dilakukan.
Tentukan titik permulaan kegiatan.
Tentukan sumber-sumber lain yang akan dilibatkan.
Antisipasi masalah baru yang mungkin akan terjadi.
Rencana pelayanan perlu didokumentasi dengan jelas dalam dokumen klien berikut
salinan korespondensi tertulis dan formulir aplikasi program.Ringkasan rencana itu
berikut informasi orang-orang atau lembaga yang dapat dihubungi mungkin akan
berguna bagi klien. Meskipun demikian, penting bagi Saudara untuk berhati-hati dan
mempertimbangkannya sebelum melakukan rujukan.
Saudara harus mengetahui dengan pasti ketersediaan layanan sehingga
memungkinkan klien mengaksesnya. Jadwal harian dan jumlah kasus yang Saudara
tangani, serta lokasi tempat tinggal klien merupakan elemen penting yang harus
diperhatikan. Karena perencanaan yang tidak memperhatikan beberapa hal tersebut
dapat juga berakibat secara negatif terhadap pencapaian tujuan kemajuan klien yang
telah direncanakan.
151
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
3.Intervensi/ implementasi
Intervensi adalah program perubahan perilaku yang terencana ditujukan bagi klien
agar memperoleh kehidupan lebih baik.Dalam tahap implementasi, Saudara dan
klien membuat rencana pelayanan yang telah disusun dengan terget perubahan yang
disepakati.Pada tahap ini klien dan Saudara bersama sama melaksanakan kesepakan
untuk suatu perubahan yang ingin dicapai dan tujuan yang telah direncanakan
bersama. Sebelum melaksanakan intervensi terlebih dahulu mengidentifikasi
sumber-sumber.
Contoh: Sebelum melayani konseling terlebih dahulu dilakukan kerjasama
dengan lembaga yang melaksanakan kegiatan konsultasi, yaitu psikolog. Apabila
di Bapas tidak tersedia tenaga yang berkompeten melakukan konseling,
dilakukan kerjasama dengan lembaga lain yang menyediakan petugas konselor.
Pendokumentasian dalam formulir pembimbingan mengenai kemajuan dan
hambatan yang dihadapi oleh klien dalam menjangkau layanan yang telah
direncanakan bersama merupakan hal yang harus dilakukan. Sehingga dapat
diketahui antara implementasi dengan tujuan dan sasaran yang direncanakan.
Tujuan intervensi adalah untuk memenuhi kebutuhan klien dengan berbagai strategi
yang telah disepakati, klien dapat memperoleh dari layanan-layanan yang tersedia di
lingkungan sekitarnya (Saleebey, D, 1997).Intervensi atau juga implementasi adalah
upaya menjamin terpenuhinyakebutuhan klien sesuai dengan perencanaan dan
potensi sumber yang tersedia, dilihat sejauh mana manajemen kasus dapat
memberikan pelayanan kepada klien untuk memenuhi kebutuhannya.
4.Pengawasan
152
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Perlu Sudara pahami bahwa prinsip pelayanan adalah individualisasi maka setiap
klien sebagai penerima pelayanan perlu mendapatkan perhatian dan perlakuan yang
berbeda antara satu dengan lainnya begitu juga dalam pemberian pelayanan.Hal-hal
yang harus Saudara diperhatikan pada saat tahap pengawasan, yaitu :
153
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
5.Pendampingan
154
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Kreatif dan memiliki pengendalian diri yang baik, tidak cepat tersinggung
dan panik dalam menghadapi situasi di lapangan yang tidak dapat
diantisipasi sebelumnya.
Gambar 4
6. Terminasi/ Pengakhiran
Dalam praktik Pekerjaan Sosial, terdapat tiga tindakan terakhir yang berkaitan
dengan kontrak kerja antara Pekerja Sosial dengan Klien, yaitu perujukan (referral),
Penyaluran(transfer) dan terminasi (pengakhiran).Bantuan atau intervensi yang
dilakukan oleh Saudara selalu dilakukan dalam waktu yang terbatas. Secara ideal
intervensi tersebut ditujukan pada tujuan-tujuan spesifik sehingga kemajuan
terhadap tujuan tersebut dapat diukur.
155
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Semua dokumen Klien harus dikirim ke Bapas yang baru dalam waktu 10
hari kerja, dimulai sejak dia memutuskan untuk pindah (sesuaikan
dengan SOP). Perpindahan dokumen ke Bapas lain sangat penting untuk
156
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
157
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Dari skema dibawah ini dapat dijelaskanbahwa Saudara sebagai manajer kasus yang
memimpin penanganan kasus. Dimana manajer harus mengetahui dan memahami
permasalahan yang dihadapi oleh klien kemudian mencarikan sumber-sumber yang
berkaitan dengan pertolongan yang di butuhkan. Dalam hal ini Saudara dapat
berkoordinasi dengan tim ahli atau lembaga pelayananan yang dapat memberikan
pelayanan kepada klien.
Berdasarkan hasil asesmen dari tim manajemen kasus melakukan case conference
(sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan) yang dipimpin oleh manajer kasus. Saudara
dapat melakukan asesmen pendahuluan dan membuat rencana penanganan kasus
kemudian mengundang tim ahli untuk melakukan sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan guna membahas kasus tersebut bersama-sama kemudian saling
membagi peran/pekerjaan. Seperti pada skema dibawah ini.
Gambar. 5
158
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Gambar skema diatas dapat dijelaskan bahwa kegiatan diawali mulai dari koordinasi
antar instansi/lembaga untuk membagi tugas sesuai dengan peran lembaga, setelah
memperoleh informasi, rujukan, pelimpahan dan serah terima klien dari Bapas atau
permintaan penelitian kemasyarakatan dari kepolisian atau instansi/lembaga lain
serta keluarga.
Data dan informasi yang terkumpul dari berbagai instansi, lembaga dan keluarga
dilakukanasesmen untuk menentukan kebutuhan yang dianggap prioritas dan spesifik
dari klien itu sendiri. Langkah selanjutnya dibuat rencana penanganan kasus (case
plane), sekaligus pada tahap ini dilakukan identifikasi sumber-sumber yang tersedia
dan potensi yang dimiliki oleh klien, keluarga dan masyarakat. Tujuannya adalah
untuk menyiapkan rencana intervensi.
D. Rangkuman
159
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
2. Hal penting yang harus Saudara dipahami dalam proses manajemen kasus adalah
pengembangan perencanaan kegiatan dilakukan dengan orientasi untuk
pemenuhan kebutuhan klien.Saudara membantu klien dalam menentukan pilihan
layanan, bukan menentukan sendiri tanpa adanya klien. Selain itu
pendokumentasian dan pencatatan yang rinci terkait dengan perkembangan klien
merupakan hal yang sangat penting untuk Saudara lakukan.
E. Latihan
Apakah Saudara sudah memahami materi yang disampaikan pada pokok bahasan IV
ini? Untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman Saudara terkait materi ini,
maka jawablah beberapa pertanyaan berikut ini.
1. Sebutkan dan jelaskan salah satu tahapan dalam tahapan manajemen kasus !
2. Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan oleh PK dalam melakukan assessment !
3. Bagaimana strategi yang harus dilaksanakan oleh PK dalam mengembangkan
rencana layanan ?
4. Mengapa dibutuhkan pengawasan pada proses manajemen kasus ? Hal-hal apa
sajakah yang perlu diperhatikan dalam pengawasan ?
5. Mengapa layanan pembimbingan perlu diterminasi ? Jelaskan apa yang har us
dilakukan pada salah satu kasus !
160
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB V
161
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Terjadi antara dua orang, yang satu disebut sebagai konselor dan yang Iain
sebagai klien;
Berlangsung dalam kerangka profesional;
Diarahkan agar memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada klien.
Konseling adalah hubungan pada mana seseorang berusaha membantu orang Iain
untuk memahami dan memecahkan masalah penyesuaian. (Dalam bidang
pendidikan, jabatan dan sosial). Tujuan konseling yang dikemukakan oleh (George &
Cristiani 1981)
Penguasaan ketrampilan mikro konseling oleh PK diperlukan agar proses konseling dapat
berjalan dengan efektif. Ketrampilan mikro konseling merupakan komponen komunikasi
efektif yang penting dalam rangka mengembangkan relasi suportif klien PK. Untuk itu
ketrampilan mikro konseling antara Iain meliputi :
162
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
163
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Banyak jenis pertanyaan yang sering dipergunakan sehari-hari dalam kehisupan ini,
jenis pertanyaan yang dapat dipergunakan dalam proses konseling dan penyusunan
penelitian kemasyarakatan, yaitu :
Contoh :
Apa yang mungkin akan terjadi kalau Anda menceritakan keadaan Anda pada
keluarga?
Bagaimana cara Anda mengasuh anak Anda?
Contoh :
164
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Contoh:
Ceritakan kepada saya, langkah-langkah apa yang telah kita setujui dalam
pertemuan minggu IaIu ?
Kamu mengatakan kalau kamu akan berhenti merokok bila anakmu perempuan.
Apakah yang saya dengar ini benar ?
Pertanyaan Mengapa, seringkali pertanyaan ini tidak ada gunanya dan klien
sering merasa diinterogasi, ada perasaan takut dan dihakimi.
Contoh :
Memberi waktu pada klien untuk berpikir tentang apa yang dikatanya
Memberi ruang pada klien untuk merasakan apa yang dialaminya
Memberi kesempatan pada klien untuk berbicara sesuai dengan iramanya.
Memberikan waktu bagi klien untuk mengatakan ambivalensi antara
mengatakan atau tidak pada Saudara.
Memberi kebebasan pada klien untuk lanjut bercerita atau berhenti
Perilaku non verbal terbagi 2 (dua) jenis, yaitu bahasa tubuh dan paralinguistik.
Perbedaan keduanya dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
165
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Sikap, tata nilai dan keyakinan Saudara akan mempengaruhi pedoman hidup dan
perilakunya sehari-hari, serta interpretasi dalam pengungkapan dan respon terhadap
suatu peristiwa. Saudara akan bekerja dengan klien dari berbagai latar belakang yang
berbeda, yang mengharuskannya untuk mengetahui dan menerima perbedaan dari
sikap, tata nilai dan keyakinan. Dalam situasi tersebut Saudara dituntut untuk tidak
melakukan penekanan pada klien untuk menerima standar yang dianutnya atau yang
berlaku dimasyarakat tertentu.
Sebagai manajer kasus harus dapat mengenali konflik pribadi antara saudara dengan
kliennya yang berhubungan dengan sikap, tata nilai dan keyakinan untuk dapat
melakukan pelayanan yang efektif.Perbedaan sikap, tata nilai dan keyakinan dapat
mempengaruhi kehidupan dan pekerjaan, Saudara harus dapat mewaspadai diri jika hal
tersebut terjadi. Pembimbing Kemasyarakatan harus peka terhadap lingkungan,
budaya dan bagaimana klien mempersepsikan dirinya dalam lingkungan dan
166
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
budayanya, serta harus mampu menggali nilai keyakinan klien tentang keluarga,
keinginan memperbaiki diri, dan statusnya sebagai mantan narapidana. .( Family Health
International, 2001).
167
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
pelayanan. Ada beberapa hal yang mungkin sangat sensitif dan membutuhkan
waktu untuk dilakukan atau dibicarakan. Hal ini bisa terjadi terutama jika klien
belum mempercayai PK dengan penuh.
ridak menghambat ekspresi perasaan klien, seperti menangis, marah, dll.
Ketika PK terjebak keterbatasan waktu dan muatan kerja yang besar, ada
perbedaan nilai atau PK cemas terhadap isu yang dilontarkan klien. Hal tersebut
akan menghambat klien dalam mengekspresikan perasaannyaatau terhenti.
Ketika PK menghadapi situasi seperti diatas sebaiknya PK dapat mendahulukan
tujuan pertemuan dengan klien, dan mengsampingkan masalah anda sendiri.
ridak bersifat menghakimi.Perkataan dan pemikiran salah atau benar sebaiknya
dihindari. Seorang PK harus senantiasa berada dalam proses, tidak terjebak pada
situasi klien baik memihak ataupun berlawanan.
Mampu mengendalikan diri. Seorang PK harus tetap fokus pada tujuan
pertemuan dan pelayanan tidak melenceng serta larut pada topik pembicaraan
yang Iain.
Empati, merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan klien dan
dapat tetap obyektif mengamati apa yang terjadi pada diri klien guna
memaksimalkan pelayanan yang diberikan.
Mempunyai pengetahuan. Seorang PK harus memiliki pengetahuan yang selalu
berkembang dan sesuai dinamika permasalahan klien. PK menguasai fungsi-
fungsinya dalam pelayanan dan sebagai sumber rujukan.
O. Menjaga rahasia. Apapun yang dibicarakan klien pada manajer kasus harus
dirahasiakan dan jangan terperangkap oleh gossip.Saudara harus dapat menjaga
semua informasi yang diberikan oleh klien guna menjaga relasi yang efektif
dengan klien. Bergosip akan menurunkan kredibilitas Saudara.
Untuk menjaga keluarnya informasi pribadi klien sebaiknya hindari bergosip atau
pembicaraan tentang klien dengan orang yang tidak berkepentingan. Meskipun
demikian, kerahasiaan tidak bersifat mutlak. Artinya dalam keadaan tertentu
informasi yang dirahasiakan dapat diungkapkan dengan tujuan kepentingan
klien dengan orang yang berkepentingan, misalnya dengan dokter yang
merawat, perawat.
C. Rangkuman
1. Keterampilan komunikasi yang efektif merupakan kemampuan dasar yang harus
Saudara miliki agar hubungan saling mempercayai dapat tercipta antara saudara
dengan klien. Saudara dapat mengetahui masalah sebenarnya dari klien dan
perencanaan yang dikembangkan bersama antara klien dengan Saudara tepat
sasaran dan memberikan dampak positif terhadap pencapaian tujuan
168
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
2. Dalam melakukan konseling dengan klien, Saudara akan seringkali menemukan diri
klien memiliki perbedaan sikap dan tata nilai yang beda dengan Saudara. Hal ini
disebabkan Saudara memiliki perbedaan latar belakang, nilai dan budaya, serta
lingkungan tumbuh-kembang yang berbeda dengan klien. Meskipun demikian
Saudara harus mampu bersikap netral dan tidak memaksakan nilai yang
dipercayainya kepada klien dalam proses konseling. Pemaksaan dan keberpihakan
kepada nilai yang Saudara anut akan menghambat proses pembimbingan dan
pembangunan kepercayaan klien kepada Saudara.
D. Latihan
Apakah Saudara sudah memahami materi yang disampaikan pada pokok bahasan IV
ini? Untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman Saudara terkait materi ini, maka
jawablah beberapa pertanyaan berikut ini.
1.Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara Bahasa Tubuh dan Paraliguistik !
2.Jelaskan hal-hal yang harus Saudara perhatikan dalam melakukan konseling mikro?
3.Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis pertanyaan dan berikan satu contoh !
4.Bagaimana seorang PK yang berkualitas ?
5.Mengapa sikap dan nilai PK mempengaruhi proses pembimbingan klien.
169
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB VI
MENJALIN HUBUNGAN BANTUAN
DAN STRATEGI KEMITRAAN
A. Kompetensi Khusus.
Setelah mempelajari modul ini peserta memiliki keterampilan dalam manjalin hubungan
dengan klien bapas dan keluargaserta menjalin kemitraan koordinasi antar instansi/
lembaga.
1. Individualisasi
Individualisasi adalah pengenalan dan pengertian tentang sifat-sifat yang unik dari
setiap individu dan penggunaan secara berbeda-beda prinsip dan metode-metode
pelayanan untuk membantu setiap individu mencapai penyesuaian yang lebih baik.
Individualisasi didasarkan pada hak-hak manusia untuk diperlakukan sebagai
”individu” bukan “kasus”.
Klien akan merasa dimengerti oleh manajer kasus jika manajer kasus
menghormatinya sebagai individu dengan hak-hak dan kebutuhan-kebutuhannya
dan khususnya jika manajer kasus dapat menerima perasaan-perasaan serta
menerima kedatangan klien untuk meminta bantuan dan menerima situasi klien
saat ini.
170
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Kesadaran klien tentang individualisasi oleh manajer kasus akan memberi hasil
yang positif. Apabila klien merasa kurang mendapat perhatian dari manajer kasus
maka klien akan memberi reaksi dengan membatasi pemberian fakta yang objectif
saja tentang kasusnya, bukan perasaan-perasaan subyektifnya yang seringkali justru
merupakan hal yang paling penting. Klien baru mau memasuki suatu relasi bantuan
jika klien merasa diakui sebagai individu tertentu dan merasa bahwa ia dan masalah-
masalahnya dimengerti. Oleh sebab itu, berhasil tidaknya suatu relasi bantuan
terhadap seorang klien bertumpu pada individualisasi.
Salah satu tantangan besar dalam kehidupan manusia adalah dapat menguasai
dan mengendalikan emosinya. Pada saat-saat yang tertekan, emosi itu cenderung
menguasai pribadi dan kegiatan-kegiatan seseorang melawan segala sesuatu yang
rasional dan mendorong orang itu untuk hidup di bawah kuasa tuntutan-tuntutan
atau rangsangan-rangsangan yang negatif.
171
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
172
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Respon tidak selalu dalam bentuk verbal, bisa juga dalam bentuk respon
sikap dan perasaan, dibimbing oleh pengetahuan dan tujuan. Hal itu
merupakan suatu respon internal (dari dalam) dari dalam diri Saudara secara
sadar dan bertujuan mengidentifikasi perasaan-perasaan klien. Meskipun
respon itu sebenarnya internal, namun hal itu dikomunikasikan kepada klien
melalui berbagai bentuk dari manifestasi eksternal (dari luar), baik melalui
kata-kata, ekspresi muka, nada berbicara maupun melalui tindakan.
4. Penerimaan
Hal pokok yang paling penting disini adalah, meskipun PK melihat secara realistis
segala sesuatu yang negatif pada klien, ia tetap dapat mempertahankan
penghormatan terhadap klien secara realistis juga. Sifat-sifat penerimaan adalah
”kehangatan”, ”kesopanan”, ”mendengarkan”, ”menghormati” , ”perhatian”,
”minat”, ”kedewasaan”, kepastian yang konsisten dan kesediaan untuk dengan
sadar memasuki dan membagi pengalaman hidup dengan orang lain.
173
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
174
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Selama klien takut dihakimi, maka ia tidak akan merasa bebas untuk
membicarakan tentang dirinya dengan tenang dan terbuka. Dia tidak akan mampu
mengeluarkan hal-hal yang negatif dalam situasinya dan dalam kepribadiannya
karena ia takut informasi yang diberikannya akan digunakan untuk menyerang
dirinya dalam berbagai cara.Kebutuhan untuk melindungi diri sendiri akan
berkurang apabila klien menyadari bahwa PK adalah orang yang secara total tidak
mempunyai keinginan untuk menghakimi atau mengadili klien.
Kecurigaan terhadap PK yang menunjukkan sikap bersahabat akan hilang dan ia
akan merasa pasti bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah untuk
kepentingan membantu klien bukan untuk menjatuhkan. Klien akan menjadi lebih
mampu untuk menerima dirinya sendiri sebagai orang yang berguna dan lebih
mampu untuk mendiskusikan kebutuhannya dan masalahnya yang sebenarnya.
Salah satu keyakinan yang kuat dari PK adalah bahwa setiap orang mempunyai
kemampuan untuk memutuskan bagi diri sendiri dan bahwa suatu pelanggaran
oleh PK yang disadari dan disengaja terhadap kebebasan klien untuk
memutuskan sendiri adalah suatu tindakan yang tidak profesional yang
melanggar hak-hak klien dan mengganggu atau tidak memungkinkan
penyelesaian masalah.
Prinsip klien memutuskan bagi diri sendiri adalah pengenalan praktis terhadap
hak dan kebutuhan klien untuk bebas membuat pilihan-pilihan dan keputusan-
keputusan sendiri dalam proses bantuan. PK mempunyai kewajiban untuk
menghormati hak itu, mengenal kebutuhan itu, menstimulasi dan membantu
klien mengaktifkan potensi itu untuk mengarahkan diri sendiri dengan jalan
membantu klien melihat dan menggunakan sumber daya yang ada di kominitas
dan diri klien sendiri.
Hak klien untuk memutuskan sendiri, bagaimanapun juga terbatas oleh
kemampuan klien untuk membuat keputusan yang konstruktif dan positif yang
dipengaruhi oleh kerangka hukum sipil dan hukum moral,serta oleh fungsi dari
lembaga sosial.
7. Kerahasiaan
Kerahasiaan merupakan hak azasi individu dandapat ditinjau dari 2 (dua) segi
yaitu sebagai kode etik profesional dan sebagai unsur relasi bantuan.Kerahasiaan
adalah penjagaan dari informasi-informasiyang bersifat rahasia tentang klien
yang disampaikan dalam relasi profesional. Kerahasiaan merupakan suatu
kewajiban etis dari manajer kasus dan sangat diperlukan bagi pembimbingan
kemasyarakatan yang efektif.
Namun hak klien tersebut tidak mutlak karena rahasia klien kadang-kadang perlu
dibahas bersama antara orang-orang profesional dalam satu tim kerja dari suatu
lembaga sosial dan lembaga sosial lainnya. Kewajiban itulah yang mengikat
semua orang yang tersangkut di dalamnya. Rahasia hanya dapat didiskusikan
dalam relasi profesional. Oleh sebab itu, PK sebaiknya menjelaskan informasi atau
catatan apa saja yang disimpan, serta laporan-laporan dan catatan-catatan yang
akan diberikan kepada pihak lainyang juga mempunyai hak dan tanggungjawab
dalam penyediaan layanan berkesinambungan bagi klien.
175
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Jika klien meminta bantuan dari suatu lembaga pelayanan sosial, ia menyadari
bahwa ia harus mengutarakan berbagai fakta tentang dirinya sendiri dan tentang
situasinya kepada PK. Misalnya, perasaannya yang ia tidak ingin diketahui orang
lain, tingkahlakunya yang dapat merusak reputasi pribadinya apabila diketahui
oleh kawan atau tetangganya atau tentang kejadian-kejadian dalam keluarganya
yang dapat memalukannya.
Setiap jenis pelayanan kesejahteraan sosial baik yang dilaksanakan oleh pemerintah
maupun masyarakat mengandung sifat prefentif, kuratif dan rehabilitatif(Alfred J.Khan,
1973). Seperti penjelasan berikut:
D. Menjalin Kemitraan
Menjalin hubungan kerjasama terhadap penyedia layanan dilingkungan masyarakat
merupakan hal penting untuk dilakukan oleh PK agar terjadi pelayanan yang
berkesinambungan yang dapat memenuhi kebutuhan klien. Meskipun demikian upaya
ini merupakan hal yang rumit dan tidak mudah untuk dilakukan. Hal terpenting adalah
memusatkan upaya pada kerjasama yang saling mendukung antar satu instansi dengan
instansi lainnya.
Dengan demikian terdapat berbagai stakeholder yang memilki kemampuan layanan
yang berbeda dan spesifik yang dapat menyediakan variasi layanan untuk pemenuhan
kebutuhan klien. Diharapkan setelah mempelajari bab ini, PK dapat memiliki
kemampuan menjalin hubungan bantuan dengan klien.
176
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Jaringan pengembangan perlu disusun dengan langkah – langkah jaringan antar lembaga
(Meity. S, 2008) sebagai berikut:
Beberapa komponen layanan yang harus tersedia dalam menyusun jaringan dan
menjalin kemitraan sebagai kekuatan untuk melengkapi program pelayanan bagi klien,
seperti berikut:
177
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
c. Orang lain yang dekat dengan korban, seperti keluarga (orangtua), teman sebaya,
tokoh masyarakat (RT/RW), dll.
d. Lembaga Pemerintah (formal), seperti Dinas Sosial, Komisi Nasional
Perlindungan Anak, Pusat-Pusat Rehabilitasi, Rumah Sakit, Bapas, dll.
e. Lembaga Sosial Skala Internasional, UNICEF, Save Children, ILO, dll
f. Lembaga Sosial Non pemerintah (LSM), seperti Rumah Aman Anak/ Rumah
Singgah, dll.
g. Lembaga Sosial Berbasis keagamaan (ormas), seperti Muhamadiyah, NU yang
telah banyak memiliki Panti Asuhan dan Rumah Singgah, dll.
1. Sumber-Sumber Pelayanan
178
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Sistem sumber bantuan secara potensial dapat digali dan dimanfaatkan klien
untuk memenuhi kebutuhannya, namun kadang ada situasiyang menyebabkan
klien tidak dapat menggali dan memanfaatkan sistem-sistem tersebut. Karenanya
ia membutuhkan dukungan dan dampingan Saudara dapat mengakses berbagai
sistem sumber pelayanan/bantuan tersebut. (Allen Pincus dan Anne Minahan
dalam Dwi Heru Sukoco, 1992)mengklasifikasikan sumber pelayanan ke dalam 3
golongan yaitu :
a.Sistemsumberalamiahatau Informal
Sistem sumber alamiah atau informal adalah keluarga, teman, tetangga maupun
orang-orang lain yang bersedia membantu. Bantuan yang dapat digali dan
dimanfaatkan dari sumber-sumber alamiah adalah dukungan emosional, kasih
sayang, nasehat, informasi dan pelayanan-pelayanan konkrit lainnya seperti
peminjaman uang.
b. Sistemsumber Formal
Sistem sumber formal adalah keanggotaan klien dalam suatu organisasi atau
asosiasi formal yang bertujuan untuk meningkatkan minatnya sebagai anggota.
Sistem sumber tersebut juga dapat membantu anggotanya untuk bernegosiasi dan
memanfaatkan sistem sumber kemasyarakatan
c. Sistemsumber Kemasyarakatan
Sistem-sistem sumber kemasyarakatan dapat berupa Rumah sakit, badan-badan
adopsi, program-program latihan kerja, pelayanan-pelayanan sosial resmi, dan
lainnya. Setiap orang dalam kehidupannya terkait dengan sistem sumber
kemasyarakatan seperti sekolah, pusat perawatan anak, penempatan-penempatan
tenaga kerja, program-program tenaga kerja. Orang juga terkait dengan badan-
badan pemerintah dan pelayanan-pelayanan umum lainnya seperti RS,
Perpustakaan umum, kepolisian, pelayanan sosial, dan sebagainya.
179
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Dengan
Dengan resiko WBP Bebas Rumah Layanan
HIV dan atau CST
resiko HIV
dalam program murni singgah Puskesma
Pengoba
dan
(TB, atau
IMS,
tan TB s
Adiksi,
dalam ARV) PB, CB,
Bapas & Pelayana
program CMB n IMS
BLK
(TB, IMS, Bagi Klien LSM
Adiksi, Bapas
ARV)
Tanpa
faktor Bebas
resiko HIV
& tidak
Gambar 10.
Layanan kesehatan bagi klien bapas. PB, CBM, CB
180
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Selanjutnya baik klien bebas murni maupun klien PB, CMB dan CB memperoleh
pelayanan lanjutan ke Puskesmas maupun LSM untuk dilakukan pengobatan dan terapi
secara berkala dan berkelanjutan. (seperti pada gambar diatas)
Warga binaan pemasyarakatan kerap menemui masalah-masalah di kehidupannya
setelah mereka keluar dari lapas, sehingga pendampingan, pembimbingan, dan
pengawasan sangat mereka butuhkan. Diantara masalah-masalah yang sering ditemui
adalah berkaitan dengan kesehatan. Studi kasus diluar negeri tentang Kien HIV yang
bebas dari lapas dan rutan didapat permasalahan sebagai berikut:
1) Perilaku sex yang beresiko, tidak aman, transaksi sex, dan penggunaan narkoba.
2) Bertemu dengan perilaku beresiko dalam beberapa hari pertama setelah
bebas, sehingga merupakan factor resiko untuk HIV han HCV beberapa hari
setelah bebas.
3) Mantan WBP memerlukan penyegaran kembalipengetahuan HIV dan hepatitis
C, upaya pencegahanberfokus pada pendidikan, promosi kesehatan mengenai
sex dan jarum steril, rehabilitasi atau terapi kepada penyalahgunaan obat,
diperlukan rumah singgahuntuk bebas dari narkoba dihari-hari pertama bebas.
4) Mantan WBP menghapadi tantangan besar dalam mengakses sarana kesehatan
dan pengobatan, sehingga diperlukan koordinasi antara petugas bapas dengan
petugas kesehatan di komunitas umum agar dapat melanjutkan perawatan
setelah bebas.
5) Kepatuhan mantan WBP terhadap terapi seringkali menurun drastis,tingkat
overdosis sangat tinggi bagi mantan WBP juga mantan pengguna narkoba.
Mungkin dapat dirujuk pada puskesmas atau rumah singgah di luar. (Draft
pedoman perawatan, dukungan dan pengobatan komprehensip di lapas, rutan
dan Bapas , 2011).
181
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
A. Rangkuman
i. Penguatan dan pemetaan jejaring layanan yang tersedia diwilayah kerja Saudara
merupakan upaya terpenting yang harus dilakukan oleh PK. Tanpa adanya kerjasama
yang baik antara PK atau Bapas dengan petugas instansi pemberi layanan akan sulit
bagi klien untuk dapat mendapatkan pelayanan.
ii. Pembimbing kemasyarakatan harus mampu tidak hanya memetakan sumber layanan
formal yang disediakan oleh pemerintah, tetapi juga sumber non pemerintah seperti:
Lembaga swadaya masyarakat bergerak dibidang HIV AIDS, Harm Reduction dan
rehabilitasi pecandu narkoba.
iii. Salah satu peran utama PK adalah menjalin hubungan bantuan dengan klien. Dimana
klien harus menyadari kebutuhannya akan dukungan dan bantuan PK untuk kembali
memulai melaksanakan perannya di masyarakat setelah ia memperoleh pembebasan
bersyarat. Dalam menjalin hubungan bantuan, seorang PK harus memahami 7 prinsip
relasi bantuan yang dapat membantu terbangunnya relasi yang baik antara PK dengan
klien.
iv. Ketujuh prinsip relasi bantuan tersebut adalah individualisasi, ekspresi perasaan yang
bertujuan, pelibatan emosional yang terkendali, penerimaan, sikap tidak
menghakimi, memutuskan bagi diri sendiri, dan kerahasiaan.
v. Setiap layanan bantuan atau pelayanan sosial senantiasa diarahkan sebagai upaya
melakukan pencegahan, penyembuhan dan pemulihan dari gangguan dan guncangan
selama klien sebagai narapidana.
B. Latihan
Apakah Saudara sudah memahami materi yang disampaikan pada pokok bahasan VI ini?
Untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman Saudara terkait materi ini, maka
jawablah beberapa pertanyaan berikut ini.
1. Sebutkan salah satu sistem sumber-sumber pelayanan menurut Pincus dan Mihanan !
182
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB VII
183
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
B. Evaluasi
184
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
185
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
C. Umpan Balik
Baca dan pelajarilah setiap bab secara bertahap dan berulang-ulang sehingga
pada saat saudara selesai mengerjakan tes formatif yang disajikan dalam Modul
ini tingkat penguasaan yang anda peroleh mencapai paling sedikit 80%.Dengan
pengalaman praktik akan lebih baik Saudara dapat menerapkan model
manajemen kasus ini dengan sempurna. Apabila anda memperoleh jawaban 80 %
benar berarti akan lulus dalam mengikuti seleksi ujian , namun sebaliknya apabila
dalam evaluasi penguasaan diperoleh kurang dari 80% Saudara harap belajar
lebih giat lagi. Selamat belajar !
Kunci Jawaban.
1. A.
2. C
3. B
4. C
5. A
6. D
7. C
8. D
9. D
10. C
11. 8
12. C
13. D
14. D
15. B
186
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
DAFTAR PUSTAKA
Achlis, 1992, Komunikasi pekerjaan social, An Naba perpustakaan DKM AI Ihsan STKS, Bandung.
Brenda, du Bois dan Karla krogsrud Miley, 1992, Social Work An Empowering Profession,
Boston Allyn and Bacon.
Corey, Gerald, 2005. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Refika Aditama, Bandung
Sheafor, Bradford W, Charles R. Horesjsi, 2003. Techniques and Guidelines for Social Work
Practice, Unaited States of America.
Frankel, A.J, 2004. Case Management, An Introduction to Concepts and skills second edition.
University of North California, Wilmington School of Social Work Yeshire University, Lyceum
Books, Inc.
Rothman, 1991. Case management Helping profesion, National Association of Social workers,
California.
J.Kahn, Alfred, 1973. Social Policy and Social Services, Random Hause, New York.
Saleebey, D, 1997. The strengths Perspective in Social Work Practice, New York : Longman.
Surya, Mohamad, 2003.Teori-Teori Konseling, Bandung, Pustaka Bani Quraisy.
Siporin, Max, 1975. Introduction to Social Work practice, Macmillan. canada
Heru Sukoco Dwi, 1992.Pro/es/ Pekerjaan Sosial, Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi
KesejahteraanSosial Bandung.
Subardhini, Meity, 2008, Manajemen kasus, materi perkuliahan program Pasca Sarjana
Pekerjaan Sosial Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung
Yayasan LAYAK, 2007. Buku Pedoman Pelatihan bagi Pelatih Manajemen Kasus HIV-AIDS.
Depok.
DirektoratJenderal Pelayanan Medik, Ditjen PPM & PL, Depkes RI, 2004. Modul Pelatihan dan
Konseling Tes Sukarela untuk Konselor Profesional.
Family Health International, 2001.HIV Counselling Training Manual. Zimbabwe.
Ministry of Health and Family Welfare, National AIDS Control Organisation, Government of
India. HIV-AIDS Counselling Training Manual for Trainers.
Kemenkes RI dan Kemenkumham RI, Draft Pedoman Perawatan, Dukungan dan Pengobatan
Komprehensif di Lapas, Rutan dan Bapas, 2011
187
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
GLOSARIUM
1, Asesmen, adalah proses pengumpulan, analisis dan sintesa data penting kedalam suatu
formulasi pernyataan yang mencakup dimensi penting yaitu:
Karakteristik masalah klien meliputi perhatian khusus terhadap kebutuhan
perkembangan dan stressor bersamaan dengan transisi kehidupan yang
memerlukan adaptasi.
Kapasitas mengatasi masalah klien yang mencakup kekuatan, keterampilan,
kepribadian, keterbatasan dan kekurangan.
System yang relevan meliputi masalah klien dan karakteristik resiprokal antara klien
dengan system tersebut.
Sumber yang tersedia atau yang dibutuhkan dalam mengatasi masalah
Memotivasi klien untuk melakukan sesuatu terhadap masalahnya.
Indikator
Proses identifikasi, analisis dan sintesa data pada dimensi
Kondisi klien, keluarga dan linkungan.
Kapasitas mengatasi masalah
Sumber daya yang relevan dengan masalah.
A. Komunikasi
Berasal dari bahasa latin Communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran
pikiran. Definisi Iain dari komunikasi adalah proses pertukaran informasi antara 2
orang atau lebih dalam proses ini terjadi kegiatan kegiatan mengirim pesan,
menerima dan menaggapi pesan diantara orang orang yang saling berinteraksi. (Max
Siporin, 1975).
188
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
B. Keberfungsian Sosial
Mengacu kepada cara individu atau kelompok (keluarga, asosiasi, komunitas)
berperilaku dalam rangka melaksanakan tugas-tugas kehidupan mereka dalam
memenuhi kebutuhannya.
C. Rehabilitasi
Dewan nasional untuk rehabilitasi mengatakan suatu definisi rehabilitasi sebagai
usaha memperbaiki kecacatan secara fisik, mental, social, vokasional dan
ketidakmampuan ekonomi dimana mereka masih memiliki kemampuan /
kesanggupan.
D. Sumber-sumber
Merupakan asset asset yang ada atau dimiliki yang dapat dipergunakan untuk
memecahkan masalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mendukung
keberfungsian social
E. Stigma
Mengacu kepada pemberian tanda untuk mengekpos sesuatu yang tidak pada
tempatnya dan memberikan tanda yang jelek mengenai status social atau moral
sesorang.
F. Terminasi
Dalam kontek manajemen kasus, merupakantitik akhir/ pengakhiran pelayanan dalam
proses manajemen kasus Pekerja sosial bersama tim akan memutuskan pelayanan
karena tujuan telah tercapai atau tidak tercapai dan tidak ada keinginan untuk
melanjutkan atau dirujuk ke lembaga Iain.
189
MODUL V
DIVERSI
DIVERSI
Copyright © 2012, Tim Penulis Modul
Penulis
SRI SUSILARTI | TATAN RAHMAWAN | G.A.P. SUWARDHANI
Editor
Tim PAU Universitas Terbuka
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya Modul
Diversi ini dapat tersusun sehingga nantinya dapat digunakan sebagai modul pembelajaran
jarak jauh bagi Pembimbing Masyarakat di Unit Pelaksana Teknis (UPT) seluruh Indonesia.
Modul ini merupakan pengembangan dari modul Pembimbing Kemasyarakatan yang
sebelumnya telah dikeluarkan pada tahun 2010. Modul ini juga sangat penting untuk
mendukung pelaksanaan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak.
Modul ini berisi materi mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak, Instrumen Nasional dan
Internaional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan anak yang berkonflik dengan
hukum, Tahapan Pelaksanaan Diversi dan Format Pelaksanaan Diversi. Kami berharap modul
ini dapat membantu pelaksanaan tugas bagi Pembimbing Kemasyarakatan sehingga cita-cita
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak untuk
menyelamatkan masa depan Anak Indonesia dapat terwujud.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak, merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat
dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat
yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak haknya
tanpa anak tersebut meminta. Pernyataan ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak
(Convention on the Rights of the Child) yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Hak Anak ini kemudian juga dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan Undang–undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Kedua ketentuan ini membahas tentang
prinsip-prinsip umum perlindungan anak, mencakup non diskriminasi, kepentingan terbaik
bagi anak, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang, serta menghargai partisipasi anak.
Filosofi sistem peradilan pidana anak
adalah mengutamakan pelindungan dan
rehabilitasi terhadap pelaku anak
(emphasized the rehabilitation of youthful
offender). Dalam filosofi anak dianggap
sebagai orang yang masih mempunyai
sejumlah keterbatasan dibandingkan
dengan orang dewasa. Anak memerlukan
perlindungan dari negara dan masyarakat
Gambar 1. dalam jangka waktu ke depan yang masih
Situasi persidangan yang tidak bersahabat dengan anak
Sumber: pusakaindonesia.or.id
panjang. Terhadap anak yang terlanjur
menjadi pelaku tindak pidana diperlukan
strategi sistem peradilan pidana yaitu mengupayakan seminimal mungkin intervensi sistem
peradilan pidana. Gambar 1. memperlihatkan situasi persidangan yang harus dihadapi oleh
seorang anak, tetapi tidak menunjukkan anak bersahabat dengan situasi yang harus
dihadapinya tersebut.
Sampai saat ini, kenyataan jumlah anak yang melakukan pelanggaran hukum masih
tergolong tinggi. Sebagian besar dari kasus yang mereka hadapi diselesaikan melalui proses
hukum formal. Proses hukum formal bagi anak saat ini relatif sama dengan proses hukum
formal bagi orang dewasa. Gambar 1. memperlihatkan, baik secara proses maupun putusan
yang dijatuhkan oleh Hakim, anak harus mengalami proses hukum sama seperti yang
dialami oleh manusia dewasa. Khususnya dalam hal putusan, sebagian besar putusan bagi
anak yang sudah diberikan adalah pidana penjara. Putusan pidana tersebut tidak sejalan
dengan filosofi sistem peradilan pidana anak yang dilandasi oleh berbagai peraturan
190
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
B. Deskripsi Singkat
Modul Diversi ini akan membahas tentang berbagai hal yang terkait dengan diversi
meliputi sistem peradilan pidana anak, konsep keadilan restoratif, konsep diversi,
instrumen nasional dan instrumen internasional yang menjadi dasar hukum dalam
penanganan anak yang berkonflik dengan hukum, tahapan pelaksanaan diversi, serta
laporan pelaksanaan diversi.
C. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari Modul Diversi, seorang PK mampu melakukan upaya diversi untuk
menyelesaikan tindak pidana yang dilakukan oleh anak sejalan dengan peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
D. Kompetensi Khusus
Secara khusus sebagai seorang Pembimbing Kemasyarakatan (PK), Saudara diharapkan
mampu untuk:
1. menjelaskan sistem peradilan pidana anak
2. menjelaskan konsep keadilan restoratif
3. menjelaskan konsep diversi
4. menjelaskan instrumen nasional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan
anak yang berkonflik dengan hukum
5. menjelaskan instrumen internasional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan
anak yang berkonflik dengan hukum
6. menjelaskan tahapan pelaksanaan diversi
7. membuat laporan pelaksanaan diversi.
191
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
E. Peta Kompetensi
Untuk memudahkan Saudara mempelajari materi modul Diversi, berikut adalah susunan
kompetensi yang harus Saudara kuasai. Kompetensi ini adalah kompetensi-kompetensi yang
harus Saudara miliki dalam melakukan upaya diversi menyelesaikan tindak pidana yang
dilakukan oleh anak sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Instrumen nasional dan internasional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan
anak yang berkonflik dengan hukum
a. Instrumen nasional terkait dengan anak yang berkonflik dengan hukum
b. Instrumen internasional terkait dengan anak yang berkonflik dengan hukum
192
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
193
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB II
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Pokok Bahasan 1. Sistem Peradilan Anak ini, seorang Pembimbing
Kemasyarakatan (PK) diharapkan mampu menjelaskan sistem peradilan pidana anak.
194
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
tentang Perlindungan Anak. Selain itu, sebelumnya telah diratifikasi dalam Konfensi Hak
Anak (Convention on the Right of the Child) dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun
1990 Undang-undang tersebut secara substansi mengatur hak-hak anak berupa hak
hidup, hak atas nama, hak pendidikan, hak kesehatan dasar, hak untuk beribadah
menurut agamanya, hak berekspresi, berpikir, bermain, berkreasi, beristirahat, bergaul
dan hak jaminan sosial. Gambar 3. memberikan gambaran tentang hak anak tersebut.
Gambar 3.
Hak-hak anak
Sumber: Harkristuti harikrisnowo (2010)
Sebelum membahas lebih jauh tentang konsep diversi dan Restorative Justice, akan dibahas
terlebih dahulu mengenai sistem peradilan pidana anak dalam perspektif HAM
internasional sebagai komparasi. Sistem Peradilan Pidana Anak ( Juvenile Justice Sistem)
adalah segala unsur sistem peradilan pidana yang terkait di dalam penanganan kasus -kasus
kenakalan anak. Unsur pertama adalah polisi, polisi berperan sebagai institusi formal ketika
anak nakal pertama kali bersentuhan dengan sistem peradilan. Polisi juga yang akan
menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diproses lebih lanjut. Unsur kedua adalah
Jaksa dan Lembaga Pembebasan Bersyarat. Jaksa dan Lembaga Pembebasan B ersyarat akan
menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diproses ke pengadilan anak. Unsur ketiga
adalah Pengadilan Anak. Pengadilan Anak berperan pada tahapan ketika anak akan
ditempatkan dalam pilihan-pilihan, mulai dari dibebaskan sampai dimasukkan dalam
institusi penghukuman (Trajanowicz and Morash, 1992). Unsur terakhir atau unsur keempat
adalah institusi penghukuman. Intitusi penghukuman merupakan tempat bagi anak yang
melanggar hukum menjalani masa hukumannya sekaligus sebagai tempat pembinaan bagi
mereka.
195
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Ada 2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat mereka berhadapan dengan hukum sebagai
berikut:
a. Status Offender adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak
dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos sekolah atau kabur dari rumah (
Allen and Simmonsen, 1989);
b. Juvenile Delinquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa
dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum ( Allen and Simmonsen, 1989); Sehubungan dengan
perilaku anak yang membuat mereka berhadapan dengan hukum ini, Muladi (2008) menyatakan
bahwa criminal justice system (sistem peradilan pidana) memiliki tujuan untuk : (i) resosialisasi
dan rehabilitasi pelaku tindak pidana; (ii) pemberantasan kejahatan; (iii) dan untuk mencapai
kesejahteraan sosial. Lebih lanjut berkaitan dengan perilaku anak yang membuat mereka
berhadapan dengan hukum ini, kondisi anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak secara nyata
berada pada situasi berikut, sebagaimana yang dijelaskan oleh Harkristuti Harkrisnowo (2010)
196
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Dari paparan alinea yang disampaikan oleh Muladi di atas, dapat dilihat bahwa
tujuan sistem peradilan pidana anak terpadu lebih ditekankan kepada upaya pertama
(resosialiasi dan rehabilitasi) dan ketiga (kesejahteraan sosial). Berdasarkan tujuan dari
sistem peradilan pidana,maka ketika anak harus menjalani proses peradilan, anak perlu
perlindungan khusus karena belum dewasa secara jasmani dan rohani. Perlindungan
khusus tersebut dapat diwujudkan dengan memenuhi hak-hak anak selama dalam
proses hukum yang meliputi hak-hak sebagai berikut:
tidak dianiaya, disiksa, atau dihukum secara tidak manusiawi;
tidak dijatuhi pidana mati, atau seumur hidup;
tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum;
tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara secara melawan hukum;
diperlakukan secara manusiawi dalam proses peradilan pidana
hak atas bantuan hukum dan memperoleh keadilan dalam pengadilan anak
Dalam BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 point 1 Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2011
dikatakan bahwa “Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses
penyelesaian perkara Anak yanh berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan
sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana”. Dalam penanganan
anak yang berhadapan dengan hukum untuk proses pemeriksaan oleh Hakim
dilaksanakan oleh Pengadilan Anak yaitu pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada
di lingkungan peradilan umum. Anak disidangkan dalam ruang sidang khusus dan waktu
sidang Anak didahulukan dari sidang orang dewasa serta tertutup untuk umum kecuali
pembacaan putusan ( Pasal 5 ayat (2) huruf b, Pasal 53 dan 54 Undang-Undang RI No. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
Kondisi Anak dalam Undang-Undang RI NO. 11 Tahun 2012 tengan Sistem Peradilan Pidana
Anak
Anak yang berhadapan dengan hukum adalah Anak yang berkonflik dengan hukum,
Anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi;
Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang
berumur 12 (dua belas ) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
diduga melakukan tindak pidana dan termasuk juga anak yang sudah menikah.
Asas Sistem Peradilan Anak dilaksanakan berdasarkan asas pelindungan, keadilan,
nondiskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, penghargaan terhadap pendapat anak,
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, pembinaan dam pembimbingan Anak,
propisional, perampasan kemerdrkaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir dan
penghindaran balasan (pasal 2)
197
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Hak Anak dalam proses pidana dijelaskan secara lengkap (pasal 3);
Sistem Peradilan pidana Anak wajib mengutamakan pendekatan keadilan restorative,
dan wajib diupayakan diversi (Pasal 5);
Diversi dilaksanakan dalam dalam hal tindak pidana yang dilakukan : diancam dengan
pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan bukan merupakan pengulangan tindak
pidana; serta anak yang belum berusia 14 Tahun hanya dikenakan tindakan.
Pembimbing Kemasyarakatan untuk Anak, PK mempunyai peranan yang sangat penting
dalam upaya Diversi pada tingkat Penyidikan, Penuntut dan Pengad ilan;
Penempatan Anak yang melakukan tindak Pidana ditempatkan di Lembaga
Penempatan Anak Sementara, dan Anak yang diputus oleh Hakim dalam menjalankan
masa pidananya ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak;
Mendorong permbentukan Bapas di kabupaten/kota dan penambahan Pembimbing
Kemasyarakatan untuk Anak;
Hakim wajib melibatkan petugas Bapas selama proses persidangan, litmas yang dibuat
PK wajib menjadi bahan pertimbangan Hakim dan batal demi hukum bila Litmas
diabaikan oleh Hakim;
Penelitian Kemasyarakatan, pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap
Anak dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan (pasal 64);
Tugas Pembimbing Kemasyarakatan tercantum pada pasal 65;
Pidana (pasal 71) terdiri dari : Pidana pokok dan pidana tambahan;
Tindakan yang dapat dikenakan Anak tercantum dalam pasal 82 ;
Peranan Bapas terhadap Anak yang ditempatkan di LPAS dan LPKA tercantum dalam
pasal 84, 85, 86, dan 87.
Dengan mempelajari Pokok Bahasan I Sistem Peradilan Pidana, diharapkan Saudara dapat
menjelaskan pengertian sistem peradilan pidana, kondisi objektif anak berhadapan dengan
hukum, dan hak-hak anak dalam proses peradilan pidana. Apabila Saudara telah mengerti
pada pokok bahasan I dapat melanjutkan pada materi selanjutnya.
2. Keadilan Restoratif
Saudara pembaca modul Diversi, dalam sub pokok bahasan sebelumnya telah
dibahas tentang sistem peradilan anak, sub pokok bahasan berikut akan menjelaskan
tentang keadilan restorative. Kejahatan merupakan bagian dari fenomena sosial
kehidupan masyarakat di manapun. Pernahkah Saudara mendengar, melihat , atau
bahkan menjadi korban suatu peristiwa kejahatan? Dapat diyakini bahwa paling tidak
Saudara pernah mendengar informasi tentang peristiwa kejahatan. Pada kenyataannya,
kejahatan yang timbul dalam kehidupan masyarakat tidaklah dibiarkan begitu saja
keberadaannya. Muncul berbagai reaksi dari masyarakat ataupun negara sebagai respon
atas kejahatan tersebut. Respon yang ditunjukan oleh negara terhadap kejahatan adalah
198
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
melalui sistem peradilan pidana sebagai bagian dari kebijakan negara dalam
menanggulasi kejahatan. Melalui sistem peradilan pidana para pelaku kejahatan akan
berakhir pada penjatuhan hukuman yang salah satunya adalah pemenjaraan.
Penjatuhan hukuman penjara terhadap pelaku kejahatan sebenarnya memiliki tujuan
yang baik sebagai proses pemulihan pelaku agar menjadi lebih baik. Pada kenyataannya,
putusan pidana penjara terkadang berakibat lebih buruk, baik bagi pelaku, korban dan
masyarakat, khususnya bagi Anak yang berhadapan dengan hukum. Oleh karena itu ,
perlu adanya pendekatan lain dalam upaya menyelesaikan masalah kejahatan yang
dilakukan oleh Anak yaitu dengan pendekatan keadilan restoratif.
Konsep keadilan restoratif ini mengakui bahwa kejahatan dapat menyebabkan
penderitaan bagi masyarakat dan komunitas, maka sangat diperlukan sekali untuk
melakukan perbaikan keadilan bagi yang menderita akibat kejahatan dan pada
prosesnya masyarakat pun dilibatkan. Program perbaikan keadilan ini memungkinkan
korban, pelaku dan komunitas dapat terlibat langsung dalam merespon kejahatan,
proses pemulihan yang melibatkan semua pihak adalah dasar untuk mencapai hasil yang
memulihkan bagi pelaku kejahatan. Keadilan restoratif sebagai terjemahan dari
Restorative Justice menurut Daly dan Immarigeon yang dikutip oleh Budiana (2009)
disebutkan bahwa Restorative Justice telah mulai bermunculan dibeberapa negara
dengan nama yang berbeda. Konsep dasarnya adalah adanya proses alternative untuk
memecahkan permasalahan dan menghindari penghukuman lewat peradilan pidana
dengan menerapkan bentuk diversi (pengalihan) bentuk hukuman dan menghindari
proses peradilan formal. Mengapa pendekatan keadilan restoratif perlu dikedepankan,
Saudara dapat memahaminya dengan melihat tabel berikut. Dalam tabel berikut akan
dibandingkan keadilan restoratif dan keadilan retributif. Perlusaudara ketahui bahwa
keadilan retributif pada dasarnya adalah keadilan yang menekankan pada pembalasan
dan berorientasi pada individu anak pelaku delikuen.
199
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
200
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
3. Diversi
Pernahkah saudara melihat, mendengar, menonton di televisi ataupun memba ca
surat kabar tentang kenakalan yang dilakukan oleh anak. Dapat diyakini bahwa bahwa
saudara telah banyak mengetahui informasi tentang hal tersebut. Dari apa yang saudara
ketahui tersebut, tentunya terdapat kenakalan sebagai bentuk pelanggaran hukum.
Setelah dalam sub pokok bahasan 1 Saudara telah mempelajari tentang sistem peradilan
pidana anak, sub pokok bahasan 2. Tentang keadilan restoratif, dalam sub pokok
bahasan 3. ini secara mendalam akan dibahas mengenai Diversi.
Apa yang terjadi ketika anak melakukan pelanggaran hukum? Perhatikanilustrasi
kasus berikut ini:
201
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Agus berusia 15 tahun, ketika sedang berjalan ia melihat rumah tetangganya dengan
sebagian jendela yang terbuka. Ia mendatangi rumah tersebut dan mengetuk pintu, namun
ternyata tidak ada seorangpun didalamnya. Agus kemudian memanjat pohon dan masuk ke
dalam rumah melalui jendela yang terbuka. Ia mengambil uang sebesar Rp. 500.000,- dan
lima (5) buah kaset. Agus menghabiskan uang tersebut bersama temannya yang tidak
mengetahui bahwa uang tersebut adalah hasil curian. Tidak lama kemudian, Agus
ditangkap oleh Polisi.
Agus tetap tinggal bersama ibu dan kedua saudara laki-lakinya. Agus tetap masuk sekolah
dan mendapat pekerjaan dengan penghasilan Rp 25.000 per minggu, sehingga ia bisa
mengganti uang yang dicurinya.
Dengan memperhatikan contoh kasus diatas, apa yang terlintas dalam pikiran
Saudara?. Apa yang terjadi ketika anak harus melalui serangkaian proses hukum akibat
tindak pidana yang dilakukannya?. Kemungkinan akan berakibat negatif, diantaranya:
terganggunya hubungan sosial anak dengan lingkungannya, terjadinya kekerasan fisik
maupun non fisik selama dalam proses hukum, terjadinya transfer informasi dari pelaku
kriminal lainnya dalam melakukan tindak pidana, terganggunya kondisi psikis, dan lain-
lainnya. Berbagai akibat negatif tersebut tentulah sangat tidak menguntungkan pihak
anak. Pada akhirnya, harapan agar proses hukum dapat menjadikan anak menjadi lebih
baik tidak tercapai.
Dalam sub pokok bahasan Diversi ini, akan dijelaskan secara mendalam mengenai
pengertian diversi, dasar hukum diversi, tujuan diversi, syarat -syarat diberlakukannya
diversi, serta bentuk-bentuk kegiatan diversi sebagai berikut:
a. Pengertian diversi
Bentuk formal dari penyelesaian suatu masalah tindak pidana adalah melalui sistem
peradilan pidana yang dimulai dari tahap penyidikan, penuntutan, pengadilan dan
proses menjalani hukuman (pemasyarakatan). Namun demikian, sebagaimana telah
dijelaskan pada bagian sebelum dalam modul ini bahwa tidak selalu masalah tindak
pidana khususnya yang dilakukan oleh anak-anak diselesaikan dalam bentuk formal.
Terdapat upaya lain untuk menyelesaikan masalah tindak pidana yang dilakukan anak-
anak yaitu melalui upaya diversi.
Pengertian Diversi
(Bab I pasal 1 (7) UU RI No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak)
Pengertian diversi juga dimuat dalam United Nation Standart Minimum Rules for the
Administration of Juvenile Justice (The Beijing Rules) butir 6 dan butir 11 terkadung
pernyataan mengenai diversi yakni sebagai proses pelimpahan anak yang berkonflik
202
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
dengan hukum dari sistem peradilan pidana ke proses informal seperti mengembalikan
kepada lembaga sosial masyarakat baik pemerintah atau non pemerintah. Diversi
berupaya memberikan keadilan kepada kasus-kasus anak yang terlanjur melakukan
tindak pidana sampi kepada aparat penegak hukum sebagai pihak penegak hukum.
Menurut pendapat Peter C. Kratcoski , ada tiga jenis pelaksanan program diversi
yang dapat dilaksanakan sebagai berikut.
1) Perlaksann kontrol sosial (social control orientation), yaitu aparat penegak
hukum menyerahkan pelaku dalam tanggung jawab pengawasan atau
pengamatan masyarakat, dengan ketaatan pada persetujuan atau peringatan
yang diberikan. Pelaku menerima tanggung jawab atas perbuatannya dan tidak
diharapkan adanya kesempatan kedua kali bagi pelaku oleh masyarakat.
2) Pelayanan sosial oleh masyarakat terhadap pelaku (social service orientation),
yaitu melaksanakan fungsi untuk mengawasi, mencampuri, memperbaiki dan
menyediakan pelayanan pada pelaku dan keluarganya. Masyarakat dapat
mencampuri keluarga pelaku untuk memberikan perbaikan atau pelayanan.
3) Menuju proses restorative justice atau perundingan (balanced or restorative
justice orientation), yaitu melindungi masyarakat, memberi kesempatan pelaku
bertanggung jawab langsung pada korban dan masyarakat dan membuat
kesepakatan bersama antara korban pelaku dan masyarkat. Pelaksanaannya
semua pihak yang terkait dipertemukan untuk bersama-sama mencapai
kesepakatan tindakan pelaku.
b. Dasar hukum Diversi sebelum berlakunya UU RI No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak
Pelaksanaan diversi untuk saat ini belum diatur secara jelas dan tegas didalam
peraturan perundang-undangan, namun demikian terdapat beberapa peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada saat ini dan dapat dijadikan dasar dalam
melaksanakan upaya diversi. Beberapa peraturan perundang-undangan tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, pada pasal 42
ayat (2) disebutkan bahwa dalam melakukan penyidikan perkara anak, penyidik
wajib meminta pertimbangan dari Pembimbing Kemasyarakatan.
2) Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada pasal
66 ayat (4) disebutkan penangkapan, penahanan atau pidana penjara bagi anak
hanya boleh dilakukan sesuai hukum yang berlaku dan hanya dapat dilaksanakan
sebagai upaya terakhir.
3) Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pada pasal
16 ayat (3) disebutkan bahwa penangkapan, penahanan atau hukuman pidana
penjara bagi anak yang dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan
hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.
203
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
c. Tujuan diversi
Berdasarkan definisinya, diversi merupakan suatu kegiatan /aktifitas. Sebagai suatu
kegiatan/aktifitas maka diversi tidak dapat dilepaskan dari tujuannya. Merujuk kepada
buku Manual Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Untuk Aparat Penegak
Hukum yang dikeluarkan atas Unicef atas kerjasama dengan LAPA, terdapat beberapa
tujuan diversi mencakup hal berikut:
204
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
205
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
206
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
207
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
208
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
209
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
210
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
211
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
212
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
C. Rangkuman
1. Kejahatan merupakan fenomena sosial yang seringkali hadir dalam kehidupan
masyarakat. Berbicara masalah kejahatan tidak akan terlepas dari pelaku kejahatan
itu sendiri. Pada saat ini, pelaku kejahatan bisa datang dari kalangan manapun
termasuk anak-anak. Harus dipahami bahwa terhadap kejahatan dan pelakunya
tersebut akan muncul reaks, baik dari masyarakat maupun dari negara. Reaksi
tersebut akan muncul terhadap anak sekalipun bila mana anak tersebut memang
sebagai pelaku kejahatan.
2. Reaksi negara terhadap kejahatan adalah dengan adanya sistem peradilan pidana.
Melalui sistem peradilan pidana ini suatu kejahatan akan diproses hingga munculnya
pelaksanaan putusan pengadilan yang salah satunya adalah pidana penjara.
Sekalipun pemenjaraan berdasarkan putusan pengadilan tersebut memiliki tujuan
yang baik namun pada kenyataannya sering kali berakibat lebih buruk dan tidak
memulihkan para pelaku kejahatan. Tentu saja kenyataan tersebut sangatlah tidak
diharapkan, terutama bagi anak-anak. Untuk menghindarkan diri dari adanya
dampak buruk akibat dari penerapan sistem peradilan pidana maka bagi anak
sebagai pelaku kejahatan, dalam penyelesaiannya haruslah dicarikan alternatif lain di
luar sistem peradilan pidana. Diversi bisa menjadi alternatif yang dapat dilakukan
dalam penyelesaian kejahatan yang dilakukan anak. Diversi akan menghasilkan
sesuatu yang lebih baik bagi anak mana kala dalam proses diversi tersebut
berpegang kepada kaidah-kaidah restorative justice.
3. Melakukan upaya diversi terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh anak
merupakan langkah penting yang memiliki nilai strategis bagi masa depan bangsa.
Upaya diversi ini dilakukan dengan mengedepankan pemikiran demi kepentingan
yang terbaik bagi anak. Penyelesaian masalah tindak pidana yang dilakukan anak
dilakukan dalam bentuk kegiatan musyawarah dengan melibatkan berbagai pihak
terkait seperti pelaku, korban Pembimbing Kemasyarakatan, tokoh masyarakat, dan
aparat pemerintahan setempat.
213
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
D. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai materi Sistem Peradilan Pidana
Anak, kerjakanlah latihan berikut!
214
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB III
INSTRUMEN NASIONAL DAN INTERNASIONAL YANG
MENJADI DASAR HUKUM DALAM PENANGANAN
ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Pokok Bahasan 2. Instrumen Nasional dan International yang
Menjadi Dasar Hukum dalam Penanganan Anak Berkonflik dengan Hukum, seorang
Pembimbing Kemasyarakatan (PK) diharapkan mampu untuk:
1. menjelaskan instrumen nacional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan anak
yang berkonflik dengan hukum
2. menjelaskan instrumen internacional yang menjadi dasar hukum dalam penanganan
anak yang berkonflik dengan hukum.
215
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
216
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
217
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
218
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
219
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
220
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
anak nakal mau mengakui kesalahannya, sekaligus memberi peluang anak memperbaiki
kesalahannya. Diversi adalah bentuk intervensi yang baik dalam mengubah perilaku anak
nakal. Dengan adanya keterlibatan keluarga, komunitas, dan polisi, maka anak dapat
memahami dampak atas tindakannya yang telah dilakukan.
Untuk lebih ringkas dalam membaca instrument yang telah yang telah disiapkan
atau digunakan oleh Pemerintah Indonesia untuk memberikan perlindungan terhadap
anak yang berhadapan dengan hukum, Saudara dapat membaca dalam kotak berikut
yang dapat digunakan sebagai landasan hukum dalam penanganan anak yang
berhadapan dengan hukum.
Landasan Hukum (Nasional) dalam penanganan anak yang
berhadapan dengan hukum
221
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Hukum internasional memiliki 2 (dua) sifat, yakni sebagai instrumen yang mengikat
secara hukum (legally binding instrument) dan sebagai instrumen yang tidak mengikat
secara hukum (instruments not legally binding). Walaupun demikian, hukum
internasional, memiliki kekuatan secara moral ( have morraly persuasive force). Sifat
mengikat Hukum Internasional ini bergantung pada jenis instrumen hukum
internasional tersebut. Instrumen Hukum International yang berbentuk perjanjian
international (treaty) seperti kovenan, konvensi, dan protokol memiliki sifat mengikat
secara hukum. Negara yang telah meratifikasi instrument perjanjia n internasional harus
melaksanakan kewajiban hukum berdasarkan prinsip itikad baik ( pacta sunt servanda
principles). Apabila instrumen tersebut diformulasikan dalam bentuk deklarasi,
guidelines, prinsip-prinsip biasanya memiliki karateristik tidak mengikat secara hukum.
Negara tidak memiliki kewajiban hukum untuk melaksanakannya, namun instrumen
tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan (sumber hukum).
222
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah instrumen internasional yang menjadi
landasan dalam penanganan anak yang berhadapan dengan hukum.
223
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
224
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
225
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Pada prinsipnya setiap remaja atau anak yang sedang berhadapan dengan
peradilan anak berhak atas semua perlakuan yang ditetapkan dalam
peraturan ini. Namun demikian terdapat beberapa bagian yang perlu
diperhatikan, khususnya pada bagian berikut.
- Dalam peraturan ini dijelaskan tentang kebebasan dalam membuat
keputusan dalam hal diskresi pada semua tahap dan tingkat peradilan dan
pada tahap-tahap berbeda dari administrasi peradilan bagi anak/remaja,
termasuk pengusutan, penuntutan, pengambilan keputusan dan
peraturan-peraturan lanjutannya. Namun dalam pelaksanaannya dituntut
agar dilaksanakan dengan pertanggungjawaban, dalam membuat
keputusan tersebut juga harus benar-benar berkualifikasi dan terlatih
secara khusus untuk melaksanakannya dengan bijaksana dan sesuai
dengan fungsi-fungsi dan tugasnya masing-masing. Jadi dituntut agar
dapat mengambil tindakan-tindakan yang dipandang paling sesuai pada
setiap perkara individual dengan, serta kebutuhan untuk memberikan
saling periksa dan imbang dengan tujuan untuk mengekang
penyalahgunaan kekuasaan, kebebasan membuat keputusan dan untuk
melindungi hak-hak pelanggar hukum berusia muda,
pertanggungjawaban dan profesionalisme merupakan instrument-
instrumen yang paling tepat untuk mengekang kebebasan membuat
keputusan yang luas. Dengan demikian, kualifikasi professional dan
pelatihan yang berkeahlian di sini diutamakan sebagai sarana-sarana
berharga untuk memastikan pelaksanaan yang bikjaksana dari kebebasan
membuat keputusan dalam persoalan pelanggar-pelanggar hukum
berusia remaja.
- Dalam hal pengalihan, juga diatur bahwa:
a). Apabila perlu, pertimbangan harus diberikan kepada pejabat yang
berwenang dalam menangani anak pelaku tindak pidana tanpa
mengikuti proses peradilan.
b). Polisi, jaksa, atau Lembaga lain yang menangani kasus anak-anak
nakal harus diberi kewenangan untuk menangani kasus tersebut
dengan kebijakan mereka tanpa melalui peradilan formal, sesuai
dengan kriteria yang tercantum dalam tujuan sistem hukum yang
berlaku dan sesuai dengan asas-asas dalam ketentuan lain.
c). Setiap diversi yang melibatkan penyerahan kepada masyarakat atau
pelayanan lain yang dipandang perlu, membutuhkan persetujuan
anak, atau orang tua, atau walinya. Keputusan untuk mengalihkan
kasus harus tunduk pada peninjauan kembali pejabat yang berwenang
pada prakteknya.
226
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
227
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
228
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
229
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
C. Rangkuman
Secara harfiah, instrument dapat diartikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk
membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan / pekerjaan. Khusus terkait dengan hal
penanganan masalah anak yang berkonflik dengan hukum, maka yang dimaksud dengan
instrument tersebut adalah suatu alat berupa landasan / dasar hukum dalam menangani
masalah anak yang berkonflik dengan hukum. Instrumen yang dapat digunakan sebagai
dasar hukum bagi penanganan masalah anak yang berkonflik dengan hukum dapat
bersumber dari produk hukum nasional maupun internasional. Dua sumber instrument
tersebut akan memberi arah, petunjuk dan kekuatan kepada semua pihak terkait dalam
menangani masalah anak yang berkonflik dengan hukum dengan memperhatikan
kepentingan yang terbaik bagi anak.
D. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai materi Instrumen Nasional dan
Internasional yang Menjadi Dasar Hukum Dalam Penanganan Anak Berkonflik dengan
Hukum, kerjakanlah latihan berikut!
2. Dalam upaya membangun rezim hukum anak yang berhadapan hukum, terdapat 4
(empat) fondasi Konvensi Hak Anak yang relevan untuk mengimplementasikan
praktik peradilan pidana anak, coba Saudara sebutkan 4 Fondasi Konvensi Hak Anak
?
230
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB IV
TAHAPAN PELAKSANAAN DIVERSI
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Pokok Bahasan 3. Tahapan Pelaksanaan Diversi ini Pembimbing
Kemasyarakatan diharapkan mampu untuk menjelaskan tahapan pelaksanaan diversi.
231
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Meskipun pada saat ini Undang Undang Sebelum berlakunya UU RI No. 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak telah disyahkan, namun keberadaan
undang undang tersebut belum dapat berlakukan. Namun demikian, kondisi tersebut
bukanlah berarti bahwa pada saat ini upaya diversi tidak dapat dilakukan /
dilaksanakan. Ketika pada saat ini Saudara akan melakukan upaya diversi, maka
untuk sementara Saudara dapat bersandar kepada beberapa peraturan perundang
undangan dan kebijakan pemerintah lainnya yang berlaku pada saat ini sebagaimana
telah dijelaskan pada bab sebelumnya yang pada dasarnya memiliki semangat
pelaksanaan diversi tersebut. Mengacu kepada pengalaman di beberapa Balai
Pemasyarakatan, untuk beberapa perkara anak ternyata upaya diversi tersebut
dapat dilaksanakan. Tahapan upaya diversi yang telah dilaksanakan tersebut,
silahkan saudara perhatikan gambar berikut ini.
Gambar 4
Skema tahapan pelaksanaan diversi sebelum berlakunya UU RI No. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
232
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Gambar 5
Tahapan upaya diversi
Sumber : Mengacu kepada UU RI No. 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
233
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
234
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
235
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
236
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
C. Rangkuman
1. Diversi merupakan langkah pertama dan utama dalam menyelesaikan masalah anak
yang berkonflik dengan hukum. Sekalipun pada saat ini belum ada undang undang
yang secara jelas dan tegas mengatur tentang keharusan upaya diversi, namun hal
tersebut tidaklah diartikan bahwa diversi tidak dapat dilakukan.
2. Pada kenyataannya berdasarkan pengalaman, bahwa sebelum diberlakukannya UU
RI No. 11 Tahun 2012, upaya diversi hanya terjadi pada tingkat penyidikan
(kepolisian). Pada tahapan proses hukum inilah Pembimbing Kemasyarakatan harus
menjadi inisiator dan motivator dalam melakukan upaya diversi. Pembimbing
Kemasyarakatan harus melaksanakan tahapan pelaksanaan diversi dengan baik dan
benar.
3. Mengacu kepada UU RI No. 11 Tahhun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
Pembimbing Kemasyarakatan harus berperan, berfungsi dan bertanggung jawab
dalam pelaksanaan diversi pada setiap tahapan proses hukum terhadap anak yang
berkonflik dengan hukum.
C. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai materi Tahapan Pelaksanaan
Diversi, kerjakanlah latihan berikut!
1. Pada saat ini belum ada undang undang yang secara jelas dan tegas mengatur
tentang upaya diversi, namun demikian tidaklah berarti bahwa pada saat ini
upaya diversi tidak dapat dilakukan. Jelaskan pendapat Saudara tentang hal
tersebut! Selanjutnya silahkan Sudara tuliskan tahapan upaya diversi yang dapat
dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan, sebelum berlakunya Undang -
Undang RI No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
2. Mengacu kepada UU RI No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, pada tahapan proses hukum manakah Pembimbing Kemasyarakatan
berperan, berfungsi dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan diversi?
237
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB V
KOMPONEN LAPORAN PELAKSANAAN DIVERSI
A. Kompetensi Khusus
Setelah mempelajari Pokok Bahasan 4. Komponen Laporan Pelaksanaan Diversi, seorang
Pembimbing Kemasyarakatan diharapkan mampu membuat laporan pelaksanaan diversi’
238
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
pelaksanaan diversi ini diharapkan akan memudahkan saudara saat menyusun laporan
pelaksanaan diversi.
1. Format Laporan
Format laporan merupakan hal yang penting dalam penyusunan suatu laporan
pelaksanaan kegiatan. Format laporan ini harus diketahui dan perlu dikuasai oleh
saudara selaku Pembimbing Kemasyarakatan ketika akan melaporkan berbagai kegiatan
yang berhubungan dengan upaya diversi. Format laporan tersebut akan menuntun
saudara kepada tata urutan isi laporan maupun teknis pengisian format tersebut
sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan/penyusunan laporan. Saudara
diharuskan membuat laporan secara tertulis tentang rangkaian kegiatan diversi dengan
mengacu kepada format yang ada. Berikut adalah format laporan tentang rangkaian
kegiatan diversi .
KOP SURAT
BALAI PEMASYARAKATAN
KLIEN : ………
PERKARA : ………
NO. REGISTER : ………
I. ASAL PERMINTAAN :
(Diisi dengan menuliskan instansi/lembaga yang meminta pembuatan Litmas dilengkapi oleh nomor ,
tanggal dan perihal surat)
III. IDENTITAS
A. Identitas klien
(Diisi secara lengkap sesuai dengan kebutuhan)
B. Identitas Orang Tua Klien
1. Ayah
(Diisi secara lengkap sesuai dengan kebutuhan)
2. Ibu
(Diisi secara lengkap sesuai dengan kebutuhan)
239
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
V. HASIL ASESMEN
A. Terhadap Klien
1. Tindak pidana yang dilakukan
2. Kronologis tindak pidana
3. Modus
4. Motivasi dan tujuan klien atas tindak pidana yang dilakukan klien
5. Aktifitas klien sehari hari
6. Akibat yang dirasakan klien atas tindak pidana yang dilakukannya
7. Penahanan terhadap klien
B. Terhadap Orang Tua Klien
1. Terhadap ayah
2. Terhadap ibu
C. Terhadap Korban
1. Identitas korban
2. Akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan klien
3. Penilaian korban terhadap perbuatan klien
D. Terhadap Masyarakat di Sekitar Klien
Hasil asesmen dapat ditambah terhadap pihak-pihak lain sesuai dengan kebutuhan
X. REKOMENDASI
XI. PENUTUP
MENGETAHUI: PEMBIMBING KEMASYARAKATAN,
KEPALA,
---------------------------- ----------------------------------
NIP …………………….. NIP ……………………………
240
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
241
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
langkah yang akan diambil oleh orang tua klien. Surat pernyataan tersebut harus
ditandatangani oleh orang tua klien.
242
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Catatan: Untuk lampiran dapat ditambah dengan lampiran lainnya sesuai dengan
kebutuhan.
C. Rangkuman
Membuat laporan pelaksanaan diversi merupakan hal yang mutlak dilaksanakan. Melalui
pembuatan laporan tersebut, Saudara selaku Pembimbing Kemasyarakatan telah
menginformasikan dan mempertanggungjawabkan rangkaian kegiatan yang telah dilakukan.
Pembuatan laporan pelaksanaan kegiatan harus dibuat secara sistematis dan memuat
berbagai hal secara jelas. Untuk mendukung kekuatan nilai dari laporan pelaksanaan diversi,
maka diperlukan berbagai lampiran yang dibutuhkan seperti Surat Pernyataan Orang Tua
Klien, Surat Pernyataan Korban, Surat Surat Pernyataan/Surat Keterangan Aparat
Pemerintah sekitar tempat tinggal klien, Laporan hasil musyawarah, dan lampiran lainnya
sesuai dengan yang diperlukan.
D. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai materi Laporan Pelaksanaan
Diversi, kerjakanlah latihan berikut!.
243
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
BAB VI
PENUTUP
A. Rangkuman
Filosofi dari sistem peradilan pidana anak adalah mengutamakan pelindungan dan
rehabilitasi terhadap pelaku anak (emphasized the rehabilitation of youthful offender)
sebagai orang yang masih mempunyai sejumlah keterbatasan dibandingkan dengan orang
dewasa. Anak memerlukan perlindungan dari negara dan masyarakat dalam jangka waktu
ke depan yang masih panjang. Terhadap anak yang terlanjur menjadi pelaku tindak pidana
diperlukan strategi sistem peradilan pidana yaitu dengan mengupayakan seminimal
mungkin intervensi sistem peradilan pidana.
Demi kepentingan terbaik anak, pendekatan keadilan restoratif dan upaya diversi
merupakan upaya terbaik dalam menangani masalah anak yang berkonflik dengan hukum.
Keadilan restoratif dan diversi tersebut merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Diversi sebagai upaya pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke
proses diluar peradilan pidana harus mampu menciptakan rasa keadilan dan memulihkan
kepada hal-hal yang baik bagi semua pihak, yaitu korban, pelaku dan masyarakat. Dalam
pelaksanaannya, sampai saat ini belum ada undang-undang yang mengatur tentang diversi
secara jelas dan tegas. Adapun keberadaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak yang disyahkan pada tanggal 30 Juli 2012, yang di dalamnya
memuat ketentuan tentang diversi , baru akan diberlakukan 2 (dua) tahun ke depan sejak
disahkannya Undang-Undang tersebut. Namun demikian, hal tersebut tidaklah berarti upaya
diversi harus ditunda-tunda. Mengacu kepada berbagai peraturan perundang undangan dan
kebijakan lainnya sebagaimana telah dijelaskan, melakukan upaya diversi pada saat ini
bukanlah sesuatu yang salah.
Pembimbing Kemasyarakatan (PK) memiliki peran, tugas, dan fungsi yang sangat penting
dan strategis dalam melakukan upaya diversi. Sebelum diberlakukannya UU RI no. 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, peranan PK yang paling menonjol adalah
sebagai inisiator. Pada masa yang akan datang setelah diberlakukannya undang-undang
tersebut, diversi merupakan langkah pertama dan utama yang harus dilakukan oleh para
penegak hukum dalam penyelesaian masalah anak yang berkonflik dengan hukum. Dalam
kaitan itu, PK harus menjalankan peran dan fungsi dengan baik sesuai yang diamanatkan
oleh undang-undang tersebut.
244
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
B. Evaluasi
Pililah jawaban soal dibawah ini dengan jawaban yang benar.
4. Dalam proses diversi, biasanya dilakukan musyawarah. Unsur yang terlibat dalam
musyawarah tersebut adalah:
A. anak dan orang tua/walinya, korban dan atau orangtua/walinya, Pembimbing
Kemasyarakatan dan Pekerja Sosial Profesional.
B. pelaku, Lurah, Camat;
C. korban, saksi, pelaku;
D. Pembimbing Kemasyarakatan, anak sekolah.
245
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
9. Dalam upaya Diversi, persetujuan dari korban, keluarga korban, dan atau masyarakat
sangat diperlukan. Persetujuan ini menjadi tidak diperlukan lagi dalam hal:
A. tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan
B. tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, nilai kerugian korban tidak
lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat
C. tindak pidana tanpa korban; atau
D. nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat.
10. Coba sebutkan syarat-syarat Diversi mengacu kepada UU No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, seperti jawaban di bawah ini kecuali :
A. Kategori Tindak pidana Isanksi pidana 7 tahun penjara atau kurang)
B. Usia Anak (makin rendah makin diupayakan adanya diversi)
C. Kerugian yang ditimbulkan
D. Hasil penelelitian social dari pekeja sosial
246
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Saudara dapat meneruskan
dengan Modul berikutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Saudara harus mengulangi
materi modul initerutama bagian yang belum dikuasai.
247
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
DAFTAR PUSTAKA
Ali ( 2009). Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Jakarta: Prenada Media Group.
Bagir Manan. (2008)Retorative Justice (Suatu Perkenalan),dalam Refleksi Dinamika Hukum
Rangkaian Pemikiran dalam dekade Terakhir, Perum Percetakan Negara RI:Jakarta,.
Bazemore, G., & Schiff, M. Juvenile Justice Reform and Restorative Justice: BuildingTheory
and Policy from Practice. Oregon: Willan Publishing, 2005.
Benton, S., & Setiadi, B, Mediation and Conflict Management in Indonesia. In L.
Kwok & D. Tjosvold (Eds.), Conflict Management in the Asia Pacific:Assumptions and
Approaches in Diverse Cultures. Singapore: John Wiley &Sons, 1998.
Consedine, J, Restorative justice: Healing the effects of crime. Lyttelton:Ploughshares
Publications,1995.
Davis, G, Making amends: Mediation and reparation in criminal justice. London:Routledge,
1992.
Kusumaatmadja, M., Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan. Bandung:Alumni, 2002.
Marlina , Penerapan Konsep Diversi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana dalamSistem
Peradilan Pidana Anak , Jurnal Equality, 2008.
Pavlich, G, Towards An Ethics of Restorative Justice. In L. Walgrave (Ed.), Restorative Justice
and The Law. Oregon: Willan Publishing,2002.
Purnianti, Supatmi, M. S., & Tinduk, N. M. M. ,Analisa Situasi Sistem PeradilanPidana Anak
(Juvenile Justice Sistem) di Indonesia. Jakarta: UNICEF.,2003.
Schwartz, I. M., & Preiser, L. Diversi on and Juvenile Justice: Can We Ever Get It Right? In H.
Messmer & H.-U. Otto (Eds.), Restorative Justice on Trial: Pitfallsand Potentials of Victim
Offender Mediation-International ResearchPerspectives. Dordrecht: Kluwer Academic
Publishers, 1992.
Supeno, H., Kriminalisasi Anak: Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak
TanpaPemidanaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2010.
Wright, M., Victim-Offender Mediation as A Step Towards A Restorative Sistem ofJustice. In
H. Messmer & H.-U. Otto (Eds.), Restorative Justice on Trial:Pitfalls and Potentials of
Victim Offender Mediation-International ResearchPerspectives. Dordrecht: Kluwer
Academic Publishers.
Dewi dkk., (2011). Mediasi Penal: Penerapan Restorative Justice di Pengadilan Anak di
Indonesia. Depok: Indie Publishing.
248
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
GLOSARIUM
1. Juvenile Justice Sistem) adalah segala unsur sistem peradilan pidana yang terkait di
dalam penanganan kasus-kasus kenakalan anak. Unsur pertama adalah polisi, polisi
berperan sebagai institusi formal ketika anak nakal pertama kali bersentuhan dengan
sistem peradilan. Polisi juga yang akan menentukan apakah anak akan dibebaskan atau
diproses lebih lanjut. Unsur kedua adalah Jaksa dan Lembaga Pembebasan Bersyarat.
Jaksa dan Lembaga Pembebasan Bersyarat akan menentukan apaka h anak akan
dibebaskan atau diproses ke pengadilan anak. Unsur ketiga adalah Pengadilan Anak.
Pengadilan Anak berperan pada tahapan ketika anak akan ditempatkan dalam pilihan-
pilihan, mulai dari dibebaskan sampai dimasukkan dalam institusi penghukuman. Unsur
terakhir atau unsur keempat adalah institusi penghukuman. Intitusi penghukuman. Ada
2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat mereka berhadapan dengan hukum
sebagai berikut.
a. Status Offender adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang
dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos sekolah
atau kabur dari rumah;
b. Juvenile Delinquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh
orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum
2. Pengadilan anak adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yangberada di lingkungan
peradilan umum. Sidang Pengadilan Anak yang selanjutnya disebut sidang anak,
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan mnyelesaikan perkara anak
sebagaimana ditentukan dalam UU ini (UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak)
3. Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan pada umumnya. Kekuasaan kehakiman dilingkungan peradilan umum
dilaksanakan oleh pengadilan negeri dan pengadilan tinggi, dan berpuncak pada
Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi (UU No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan
Umum).
4. Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum,
anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana
(UU NO. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak)
5. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang
telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun
yang diduga melakukan tindak pidana (UU NO. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak).
249
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
6. Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak Korban adalah
anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik,
mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana (UU NO. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
7. Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak Saksi adalah
anak yang
belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang
suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri (UU NO. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
8. Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan
pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-
sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada
keadaan semula, dan bukan pembalasan (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak)
9. Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke
proses di luar peradilan pidana (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak)
10. Penyidik adalah penyidik Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak).
11. Penuntut Umum adalah penuntut umum Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak).
12. Hakim adalah hakim Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak).
13. Hakim Banding adalah hakim banding Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak).
14. Hakim Kasasi adalah hakim kasasi Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak).
15. Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum yang
melaksanakan
penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap
Anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana (UU No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak).
16. Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah
maupun
swasta, yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial serta kepedulian dalam
pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman
praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah
sosial Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
250
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
17. Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara
profesional untuk
melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang
yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta, yang ruang lingkup
kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak).
18. Keluarga adalah orang tua yang terdiri atas ayah, ibu, dan/atau anggota keluarga
lain yang dipercaya oleh Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan P idana
Anak).
19. Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh
sebagai
orang tua terhadap anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak).
20. Pendamping adalah orang yang dipercaya oleh Anak untuk mend ampinginya selama
proses peradilan pidana berlangsung (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak).
20. Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya adalah orang yang berprofesi memberi
jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan (UU No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak).
21. Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disingkat LPKA adalah lembaga atau
tempat Anak menjalani masa pidananya (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak).
22. Lembaga Penempatan Anak Sementara yang selanjutnya disingkat LPAS adalah tempat
sementara bagi Anak selama proses peradilan berlangsung (UU No. 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
251
MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN
23. Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat LPKS adalah
lembaga atau tempat pelayanan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial bagi Anak (UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak).
24. Klien Anak adalah Anak yang berada di dalam pelayanan, pembimbingan, pengawasan,
danpendampingan Pembimbing Kemasyarakatan (UU No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak).
25. Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Bapas ad alah unit pelaksana teknis
pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi penelitian kemasyarakatan,
pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan (UU No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak).
26. Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan
dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan (UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia). Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipengaruhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan
Negara (UU No. 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak).
27. Laporan hasil penelitian kemasyarakatan (litmas) untuk perkara anak berisi (UU No. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak) :
a. data pribadi Anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial;
b. latar belakang dilakukannya tindak pidana;
c. keadaan korban dalam hal ada korban dalam tindak pidana terhadap tubuh atau
nyawa;
d. hal lain yang dianggap perlu;
e. berita acara Diversi; dan
f. kesimpulan dan rekomendasi dari Pembimbing Kemasyarakatan
28. Instrumen nasional adalah alat/aturan perundangan-undangan yang bersifat nasional
yang dijadikan dasar landasan hukum dalam pelaksanaan tugas.
29. Instrumen Internasional adalah alat/ aturan yang bersifat international dan dapat
dijadikan bahan rujukan dalam setiap permaslahan.
252