Anda di halaman 1dari 11

KEPUTUSAN

PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR :KEP-06/P.KPK/02/2004
TENTANG
KODE ETIK PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
REPUBLIK INDONESIA

BAB I
PENGERTIAN

Pasal 1
Kewenangan luar biasa yang dimiliki oleh Pimpinan KPK mengalir dari kewenangan
Komisi Pemberantasan Korupsi dan kewenangan yang melekat dalam jabatannya
selaku Pimpinan KPK sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun
2002.
Pasal 2
Kode Etik Pimpinan KPK adalah norma yang harus dilaksanakan oleh Pimpinan
KPK dalam menjalani kehidupan pribadinya, dan dalam mengelola organisasi KPK.

BAB II
ASAS ORGANISASI

Pasal 3
Asas utama organisasi adalah bunyi sumpah/janji 29 Desember 2003 sesuai dengan
Undang- undang:
"Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya untuk melaksanakan
tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun
juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga".
"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak
langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian".
"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada dan akan mempertahankan
serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku
bagi Negara Republik Indonesia".

"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan tugas dan


wewenang saya ini dengan sungguh-sungguh, seksama, obyektif, jujur, berani, adil,
tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu dan
akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya, serta bertanggung jawab
sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa, dan negara".

"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menolak atau tidak menerima
atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya akan tetap
teguh melaksanakan tugas dan wewenang saya yang diamanatkan Undang-undang
kepada saya".

Asas lain yang dianut oleh KPK sesuai dengan undang-undang sebagai dasar dari
perumusan kode etik ini adalah sebagai berikut:
a. Kepastian hukum, yaitu mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
dalam menjalankan kebijakan, tugas dan wewenang KPK.
b. Keterbukaan, yaitu membuka diri dan memberi akses kepada masyarakat dalam
melaksankan hak-haknya untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan
tidak diskriminatif tentang manajemen, kinerja dan pelaksanaan tugas/fungsi
KPK
c. Akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan KPK harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
d. Kepentingan umum, yaitu mendahulukan kepentingan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif;
e. Proporsionalitas, yaitu mengutamakan kepentingan pelaksanaan tugas,
wewenang dan tanggung jawab serta kewajiban KPK, dengan tetap
memperhatikan adanya kepentingan yang sah lainnya secara seimbang.

BAB III
NILAI-NILAI DASAR PRIBADI
Pasal 4

Pimpinan KPK diharuskan menganut nilai-nilai dasar pribadi (basic individual


values) sebagai berikut:
a. Terbuka, transparan dalam pergaulan internal maupun eksternal.
b. Kebersamaan, melaksanakan tugas memimpin KPK secara kolektif.
c. Berani, mengambil sikap tegas dan rasional dalam membuat keputusan sulit dan
atau
d. tidak populis, demi kepentingan jangka panjang KPK dan negara;
e. Integritas, mewujudkan perilaku yang bermartabat,
f. Tangguh, tegar dalam menghadapi berbagai godaan, hambatan, tantangan,
ancaman,
g. dan intimidasi dalam bentuk apapun, dan dari pihak manapun
h. Unggul, selalu meningkatkan pengetahuan dan kapasitas pribadinya.
BAB IV
KODE ETIK
Pasal 5

1) Nilai-nilai dasar pribadi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilaksanakan


dalam bentuk sikap, tindakan, perilaku, dan ucapan Pimpinan KPK.
2) Pimpinan KPK wajib menjaga kewenangan luar biasa yang dimilikinya demi
martabat KPK dan martabat Pimpinan KPK dengan perilaku, tindakan, sikap, dan
ucapan sebagaimana dirumuskan dalam Kode Etik.
3) Kode Etik diterapkan tanpa toleransi sedikitpun atas penyimpangannya (zero
tolerance), dan mengandung sanksi tegas bagi mereka yang melanggarnya.
4) Perubahan atas Kode Etik pimpinan KPK menurut keputusan ini akan segera
dilakukan berdasarkan tanggapan dan masukan dari masyarakat dan ditetapkan
oleh Pimpinan KPK.

Pasal 6
1. Pemimpin KPK berkewajiban:
a. melaksanakan ibadah dan ajaran agama yang diyakininya;
b. taat terhadap aturan hukum dan etika,
c. menggunakan sumber daya publik secara efisien, efektif dan tepat
d. tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan yang telah disepakati.
e. menarik garis tegas tentang apa yang patut, layak, dan pantas dilakukan
dengan
b. apa yang tidak patut, tidak layak, dan tidak pantas dilakukan,
a. tampil ketika keputusan sulit harus diambil.
b. tidak berpihak dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya.
c. berani menghadapi dan menerima konsekuensi keputusan.
d. tidak berhenti belajar dan mendengar,
e. mampu bertindak tegas tanpa beban.
f. meningkatkan kinerja yang berkualitas
g. menanggalkan kebiasaan kelembagaan masa lalu yang negatif.
h. menghilangkan sifat arogansi individu dan sektoral.
i. mengidentifikasi setiap benturan kepentingan yang timbul atau kemungkinan
benturan kepentingan yang akan timbul dan memberitahukan kepada
Pimpinan lainnya sesegera mungkin.
j. memberikan komitmen dan loyalitas kepada KPK di atas komitmen dan
loyalitas kepada teman sejawat;
k. mengenyampingkan kepentingan pribadi atau golongan demi tercapainya
tujuan yang ditetapkan bersama;
l. menahan diri terhadap godaan yang berpotensi mempengaruhi substansi
keputusan;
m. memberitahukan kepada Pimpinan lainnya mengenai pertemuan dengan
pihak lain yang akan dan telah dilaksanakan, baik sendiri atau bersama, baik
dalam hubungan dengan tugas maupun tidak;
n. menolak dibayari makan, biaya akomodasi, dan bentuk kesenangan
(entertainment) lainnya oleh atau dari siapapun.
o. independensi dalam penampilan fisik antara lain diwujudkan dalam bentuk
tidak menunjukkan kedekatan dengan siapapun di depan publik;
p. membatasi pertemuan di ruang publik seperti di hotel, restoran atau lobi
kantor atau hotel, atau di ruang publik lainnya;
q. memberitahukan kepada Pimpinan yang lain mengenai keluarga, kawan, dan
pihak-pihak lain yang secara intensif masih berkomunikasi;
2. Pimpinan KPK dilarang:
a. menggunakan sumber daya publik untuk kepentingan pribadi atau golongan;
b. menerima imbalan yang bernilai uang untuk kegiatan yang berkaitan dengan
fungsi KPK;
c. meminta kepada atau menerima bantuan dari siapapun dalam bentuk apapun
yang memiliki potensi benturan kepentingan dengan KPK
d. bermain golf dengan pihak atau pihak-pihak yang secara langsung atau tidak
langsung berpotensi menimbulkan benturan kepentingan sekecil apapun;
3. Pimpinan yang berhenti atau diberhentikan berkewajiban:
a. Wajib mengembalikan setiap dokumen atau bahan-bahan yang berkaitan
dengan kerja KPK.
b. Tidak mengungkapkan kepada publik atau menggunakan informasi rahasia
yang didapatkan sebagai konsekuensi pelaksanaan tugas selama menjadi
pimpinan KPK, baik secara langsung maupun tidak langsung;

BAB V
SANKSI
Pasal 7

1) Pimpinan KPK yang melakukan pelanggaran atau penyimpangan terhadap kode


etik ini dikenakan sanksi sesuai tingkat kesalahannya.
2) Penjatuhan sanksi akan ditentukan oleh Komite Etik yang terdiri dari gabungan
Pimpinan dan Penasehat KPK, serta seorang atau lebih nara sumber yang berasal
dari luar KPK. Nara sumber tersebut ditentukan oleh gabungan Pimpinan dan
Penasehat

KPK.
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 8
Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini, diatur lebih lanjut oleh Keputusan
Komisi Pemberantasan Korupsi.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 10 Pebruari 2004
PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
------------------
PENJELASAN
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga negara yang pembentukan
dan pemilihan pimpinannya dilaksanakan melalui proses politik, di atas landasan
kesadaran bahwa korupsi sudah mencapai tingkatan yang 'luar biasa', oleh karenanya
perlu diatasi dengan cara-cara yang luar biasa, antara lain dengan Pembentukan
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi melalui Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002.

Sebagai lembaga negara dengan kewenangan yang luar biasa, dengan sendirinya
dapat menjadi peluang yang luar biasa untuk terjadinya penyalahgunaan wewenang
oleh pimpinan KPK. Dalil umum menyatakan bahwa korupsi yang dilakukan oleh
pimpinan dan lembaga pemberantas korupsi adalah kejahatan yang sangat sempurna,
dan serta-merta meruntuhkan tekad dan pilar nilai serta martabat kelembagaan dan
individu yang berada di dalamnya.

Oleh karena itu, untuk mencegah dan menghindari kemungkinan terjadinya


penyalahgunaan wewenang tersebut, disusunlah Kode Etik yang berlaku bagi
Pimpinan KPK.
Penjelasan Pasal per Pasal:
Pasal 1 s.d. Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6 ayat (1)
a. Cukup jelas.
b. Ketaatan terhadap hukum diwujudkan dalam sikap tertib sesuai dengan aturan
hukum, etika dan tata cara atau kebiasaan yang berlaku. Kemampuan menahan
diri terhadap godaan yang berpotensi mempengaruhi substansi keputusan, adalah
kemampuan untuk berperilaku wajar, obyektif, tidak emosional dan jernih.
Menjaga integritas pribadi diwujudkan dalam perilaku sehari-hari di dalam dan
di luar kedinasan
c. Pemisahan yang sangat tegas antara fasilitas pribadi dan fasilitas publik
(kedinasan) antara urusan (kepentingan) lembaga dan urusan (kepentingan)
pribadi, antara ruang publik dan ruang pribadi. Antara lain, tidak menerima tamu
urusan pribadi di kantor, atau menerima tamu urusan kantor di rumah.
d. Cukup jelas.
e. Cukup jelas.
f. Cukup jelas.
g. Merupakan turunan lain dari prinsip independensi KPK, dan sikap obyektif
profesional, serta wujud lain nilai dasar rasional.
h. Cukup jelas.
i. Cukup jelas.
j. Cukup jelas.
k. Cukup jelas.
l. Cukup jelas.
m. Cukup jelas.
n. Sedini mungkin memberitahukan kepada anggota pimpinan yang lain pada saat
seorang atau pihak yang dicurigasi atau bakal menjadi tersangka ternyata
dikenalnya sebagai rekan usaha, teman, sahabat, kerabat, bekas teman sejawat
profesi, atau sesama anggota perkumpulan, lembaga, komunitas, atau organisasi
lain. Segera setelah memberitahukan hal itu, angota pimpinan yang bersangkutan
serta merta lepas-libat dalam kasus tersebut.
o. Ketika kita harus memilih antara loyalitas kepada teman sejawat dan loyalitas
kepada KPK sebagai lembaga, maka pilihan harus dijatuhkan pada loyalitas
terhadap KPK sebagai lembaga.
p. Merupakan salah satu turunan prinsip independensi KPK. Memutuskan
hubungan emosional dengan lembaga tempat pimpinan bekerja sebelumnya
semata-mata demi tidak goyahnya sikap independen dan obyektif dalam
pengambilan keputusan.
q. Senantiasa mengutamakan kepentingan lembaga dalam jangka panjang.
Menghindari pembuatan keputusan yang tidak tegas dan tidak rasional semata-
mata demi kepentingan sesaat atau jangka pendek.
r. Kewajiban ini ditujukan agar di lingkungan pimpinan KPK tercipta keterbukaan
yang tulus, dan menghindari munculnya agenda tersembunyi yang akan
mengganggu kebersamaan.
s. Cukup jelas.
t. Cukup jelas.
u. Cukup jelas.
v. Dengan keterbukaan serupa ini pimpinan mengetahui dengan siapa masing-
masing pimpinan, di masa lalu dan mungkin masih sampai saat ini, bergaul dan
berinteraksi, untuk secara positif dimanfaatkan bagi kepentingan KPK, dan atau
menjadi sumber rujukan atau acuan (referensi).

Pasal 6 ayat (2)

a. Olahraga golf terlanjur dipersepsikan masyarakat umum sebagai olahraga yang


mahal dan eksklusif, menjadi ajang lobi dan perilaku lain yang bertentangan
dengan misi KPK. Atas dasar itulah, etika ini disepakati. Pengecualian berlaku
bila bermain golf dilakukan bersama istri dan atau sanak saudara, atau sejawat
pimpinan KPK.
b. Meminta fasilitas penjemputan dan pengantaran, ditraktir makan/minum,
menonton pertunjukan, dibelikan tiket angkutan, fasilitas akomodasi dalam
bentuk apapun, oleh orang atau/dengan pihak dari lembaga manapun.
Pengecualian berlaku bila bantuan itu dilakukan oleh pihak pengundang,
misalnya penyelenggara pertemuan, seminar, diskusi, loka karya atau kegiatan
serupa itu.
c. Termasuk antara lain menggunakan kendaraan operasional kedinasan, peralatan
kantor, peralatan komunikasi, dan fasilitas kantor lainnya, bagi kepentinagn
pribadi, atau menerima tamu urusan/kepentingan pribadi di kantor, dan menerima
tamu untuk urusan/kepentingan kantor di rumah.
d. Persepsi negatif masyarakat terhadap tindakan 'menerima amplop' baik secara
kedap apalagi di ruang publik, mengharuskan pimpinan KPK tidak menerima
imbalan uang bahkan untuk honorarium resmi sebagai pembicara sekalipun.
Alasan lain adalah bahwa setiap kegiatan berbicara di luar kegiatan rutin haruslah
kegiatan yang relevan dengann misi KPK, sehingga tidak memerlukan imbalan.
Satu-satunya imbalan uang pimpinan dan pegawai KPK adalah gaji resmi yang
diterimanya setiap bulan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pasal 7 s.d. Pasal 9


Cukup Jelas
KEKURANGAN KODE ETIK KPK
1. Kode etik KPK tidak mengatur secara detail sehingga menimbulkan
multipersepsi

KELEBIHAN KODE ETIK KPK


1. Dengan adanya kode etik KPK pegawai maupun pimpinan dapat menjalankan
tugasnya sesuai aturan yang tertera
2. Dijadikan arahan/acuan sebelum melakukan suatu perbuatan

KESIMPULAN KODE ETIK KPK


Kode Etik Pegawai KPK memuat penjabaran prinsip dan nilai-nilai dasar perilaku
pribadi yang wajib dilaksanakan oleh seluruh Pegawai Komis yaitu Integritas,
Profesionalisme, Inovasi, Transparansi, Produktivitas, Religiusitas, dan
Kepemimpnan. Kode Etik ini harus dipatuhi dalam rangka melaksanakan visi misi
KPK mewujudkan Indonesia bebas korupsi.

Anda mungkin juga menyukai