Dalam Pasal 24C ayat (1) kewenangan Mahkamah Konstitusi secara limitatif
dirumuskan yaitu: Menguji Undang - Undang terhadap Undang - Undang Dasar,
Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang - Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan penyelesaian
sengketa pemilihan umum. Perkembangan ketatanegaraan belakangan ini seakan
memaksa Mahkamah Konstitusi untuk memperluas kewenangannya dalam hal
Constitutional Complaint atau dapat juga disebut dengan Pengaduan
Konstitusional. Kebutuhan ini dapat dilihat pada banyaknya lembaga publik yang
melanggar hak konstitusional warga negara melalui perbuatan lembaga publik.
Namun wadah untuk pengaduan ini masih belum ada, hanya saja untuk saat ini
untuk kepentingan pewadahan Constitutional Complaint dibungkus melalui
pengujian Undang - undang terhadap undang - undang dasar.
Pendaftaran Permohonan
A. Pendaftaran Permohonan Langsung
1. Pemohon datang menghadap pranata peradilan registrasi perkara
2. Pranata peradilan registrasi perkara menerima dan mencatat pihak yang
mengajukan permohonan alam buku penerimaan permohonan, selanjutnya
pemohon menyerahkan berkas permohonannya sebanyak 12 rangkap
3. Pranata peradilan perkara memeriksa kelengkapan berkas permohonan sesuai
dengan ketenpasal 29 dan 31 UU Nomor 8 th 2011
4. Berkas diperiksa oleh internal Mahkamah Konstitusi
5. Pranata peradilan perkara menerima berkas permohonan yang telah lengkap dan
memenuhi syarat.
6. selesai.
Proses Beracara di Mahkamah Konstitusi
1. Pemohon atau kuasanya mengajukan permohonan online.
2. Pemohon atau kuasanya melakukan:
*registrasi secara online untuk endapatkan nama identifikasi (username) dan kode
akses (password) untuk mengakses sistem informasi manajemen penerimaan
permohonan perkara secara elektronik (SIMPEL)
3. mengupload softcopy permohonan ke SIMPEL
4. Mencetak atau memprint tanda terima pengajuan permohonan online yang telah
tersedia dalam SIMPEL
5. Permohonan online diterima dalam SIMPEL Mahkamah Konstitusi
6. Pranata Peradilan registrasi perkara menerima dan menyampaikan konfirmasi
kepada pemohon atau kuasanya dalam 1 hari setelah dokumen permohonan masuk
dalam SIMPEL Mahkamah Konstitusi
7. Pemohon atau kuasanya menjawab konfirmasi dengan menyampaikan secara
tertulis kepada paniteraan MAhkamah Konstitusi dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 3 hari sejak permohonan diterima Mahkamah Konstitusi dengan disertai
penyerahan 12 rangkap dokumen asli.
Pendaftaran Permohonan Online
Prosedur Beracara diMK
Pengajuan
Permohonan
Pendaftaran
Penjadwalan
Sidang
Pemeriksaan Persidangan
Pemeriksaan Pendahuluan
Putusan
1. Ketua MK menerima berkas yang telah diregistrasi dan menetapkan panel hakim.
2. Ketua panel hakim menentukan hari sidang pertama yang disampaikan kepada
pemohon dengan surat pemanggilan yang telah ditandatangani oleh Panitera dan
disampaikan secara langsung oleh juru Panggil melalui berita acara penyampaian.
3. Penetapan hari sidang juga diumumkan kepada masyarakat dengan
menempelkan pada papan pengumuman khusus dan dalam situs MK
(www.mahkamahkonstitusi.go.id) serta disampaikan melalui media massa.
Penjadwalan sidang
Pemeriksaan persidangan mencakup :
a. Pemeriksaan pokok permohonan
b. Pemeriksaan alat bukti tertulis
c. Mendengarkan keterangn DPR dan atau DPD
d. Mendengarkan keterangan saksi
e. Mendengarkan keterangan ahli
f. Mendengarkan keterangan pihak terkait
g. Pemeriksaan rangkaian data, keterangan,
perbuatan, keadaan dan atau peristiwa yang bersesuaian dengan alat-alat bukti
lain yang dapat dijadikan petunjuk
h. Pemeriksaan alat-alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim,
atau diterima secara elektronik dengan alat optic atau yang serupa dengan itu.
Pemeriksaan Persidangan
Tahapan pemeriksaan persidangan adalah sebagai berikut:
a. Penyampaian pokok-pokok permohonan secara lisan.
b. Penyampaian pokok-pokok jawaban termohon atau keterangan pihak-pihak
terkait secara lisan.
c. Pemeriksaan alat bukti dari pemohon maupun dari termohon dan pihak terkait.
d. Penyampaian dan pemeriksaan keterangan saksi dan/atau ahli yang diajukan
pemohon.
e. Penyampaian dan pemeriksaan keterangan saksi dan/atau ahli yang diajukan
oleh termohon atau pihak terkait.
f. Penyampaian kesimpulan oleh pemohon.
g. Penyampaian kesimpulan oleh termohon dan/atau pihak terkait.
TAHAPAN
Pemeriksaan Pendahuluan
Fungsi
dan
Tujuan
Kewajiban Majelis Hakim
Waktu
Hal yang harus dipersiapkan
PUTUSAN HAKIM MK
Mahkamah Konstitusi dalam memutus perkara harus didasarkan pada UUD 1945
dengan berpegang pada alat bukti dan keyakiinan masing-masing hakim konstitusi.
Alat bukti yang dimaksud sekurang2nya 2 seperti hakim dalam memutus perkara
tindak pidana
putusan MK langsung memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dan tidak
ada upaya hukum yang dapat ditempuh. Sifat final dalam putusan Mahkamah
Konstitusi dalam Undang-Undang ini mencakup pula
kekuatan hukum mengikat (final and binding)
(Penjelasan Pasal 10 ayat [1]UU MK).
-Permohonan ditolak
-Permohonan dikabulkan
TERIMAKASIH
Judicial activism sebagai sebuah konsep sering dipahami negatif sebagai praktik
penggunaan kekuasaan yudisial secara berlebihan oleh hakim. Namun demikian,
konsep judicial activism ini sangat penting jika dikaitkan dengan posisi MK sebagai
penyelenggara peradilan konstitusional di Indonesia. Pemahaman mengenai konsep
judicial activism ini perlu memperhatikan aspek kontekstualnya bahwa
sesungguhnya praktik pengujian yudisial konstitusionalitas undang-undang tidak
selalu mengundang badan yudisial untuk mempraktikkan pendekatan aktivisme
yudisial. Dengan pengertian tersebut, secara kontekstual, judicial activism hanya
sekadar pilihan mengenai strategi yang tersedia bagi hakim dalam
menyelenggarakan peradilan, khususnya peradilan konstitusional untuk menguji
konstitusionalitas undang-undang. Pilihan dalam penggunaan strategi tersebut
tidaklah netral. Di sinilah timbul sebuah kebutuhan dalam rangka
mengkonstruksikan konsep judicial activism sebagai sebuah konsep yang legitimate
secara yuridis, tidak hanya politis. Selanjutnya, atas dasar itu, dapat pula
dikonstruksikan pengertian mengenai kontribusinya yang positif, dan secara yuridis
legitimate, praktik putusan ultra petita yang dijustifikasi dengan konsep judicial
activism tersebut. Judicial activism sebagai alternatif kebijakan dalam
menjalankan ajudikasi akan dapat bermakna positif manakala diposisikan dalam
kerangka upaya mewujudkan keadilan konstitusional tersebut; atau dalam kalimat
yang digunakan Edlin: “judges must apply their reason and experience in the
attempt to achieve justice, at times by rectifying or eliminating injustice.”
pengertian ini sendiri merupakan batasan supaya praktik judicial activism mampu
legitimate di mata hukum. Sebagaimana dikemukakan di atas, secara formal
praktik judicial activism telah cukup legitimate secara yuridis karena ditunjang
oleh asas independensi yudisial.