Anda di halaman 1dari 54

PROSEDUR PELAKSANAAN PROSES PRODUKSI PASCA PANEN

TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN (TBN) DI PTPN X KEBUN


KERTOSARI JEMBER

LAPORAN MAGANG KERJA

Oleh :

Baruna Eka Putra S.


NIM 151710101095

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Februari, 2019
PROSEDUR PELAKSANAAN PROSES PRODUKSI PASCA PANEN
TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN (TBN) DI PTPN X KEBUN
KERTOSARI JEMBER

LAPORAN MAGANG KERJA

Disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Magang Kerja (MK)
Di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Oleh :

Baruna Eka Putra S.


NIM 151710101095

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Februari, 2019

i
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Baruna Eka Putra S.
NIM : 151710101095
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Magang Kerja yang berjudul
“Prosedur Pelaksanaan Proses Produksi Pasca Panen Tembakau Bawah
Naungan (TBN) di PTPN X Kebun Kertosari Jember” adalah benar hasil
karya sendiri kecuali jika dalam pengutipan disebutkan sumbernya dan belum
pernah diajukan institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung
jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya dengan sikap ilmiah yang harus
dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa
adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun.

Jember, 28 Februari 2019


Yang menyatakan

Baruna Eka Putra S.


NIM. 151710101095

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Magang Kerja yang berjudul “Prosedur Pelaksanaan Proses


Produksi Pasca Panen Tembakau Bawah Naungan (TBN) di PTPN X Kebun
Kertosari Jember” karya Baruna Eka Putra S. dengan NIM 151710101095, telah
diuji dan disahkan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 28 Februari 2019
Tempat : Fakultas Teknologi Pertanian

Mengetahui,

Ketua Dosen Pembimbing Magang Kerja


Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
Universitas Jember

Dr. Ir. Jayus Dr. Ir. Sony Suwasono, MApp.Sc.


NIP. 196805161992031004 NIP. 196411091989021002

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember

Dr. Siswoyo Soekarno, S.TP., M.Eng


NIP.196809231994031009

iii
iv
RINGKASAN

Tembakau Bawah Naungan (TBN) atau biasanya dikenal dengan nama


Shade Grown Tobacco merupakan bahan dasar pembuatan cerutu yang
dibudidayakan dengan menggunakan jaring plastik khusus (waring). Tembakau
ini memiliki pasar ekspor sangat baik dan merupakan jenis tembakau yang
dibudidayakan PTPN X dalam jumlah yang besar. PTPN X Kebun Kertosari
merupakan anak perusahaan dari PTPN X yang bergerak dalam industri
tembakau. Tembakau yang diolah pada PTPN X Kebun Kertosari yakni tembakau
jenis Tembakau Bawah Naungan (TBN). Proses kegiatan produksi pada PTPN X
Kebun Kertosari meliputi tiga tahapan yakni budidaya, pengeringan, dan
pengolahan. Hasil produksi pada PTPN X Kertosari terbagi menjadi beberapa
kelas mutu daun tembakau antara lain Natural Wrapper/NW, Light Painting
Wrapper/LPW, Painting Wrapper/PW dan Ready for Use/RFU. Hasil produksi
tersebut kemudian dilakukan pengebalan/pengemasan untuk menjamin produk
terjaga kualitasnya, namun terdapat kekurangan yang terdapat pada proses ini
yaitu kondisi mesin pengebalan yang telah usang, tidak ada proteksi stok barang
di gudang, metode pengemasan yang kurang benar dan tidak ada label pada
kemasan karton sehingga perlu dilakukan pembaharuan pada mesin produksi dan
mengkaji kembali prosedur proses produksi tembakau bawah naungan (TBN)
dengan baik.

v
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Magang
Kerja (MK) dengan judul “Prosedur Pelaksanaan Proses Produksi Pasca Panen
Tembakau Bawah Naungan (TBN) di PTPN X Kebun Kertosari Jember”. Data
yang didapatkan dalam penulisan laporan ini merupakan hasil observasi,
wawancara dan studi pustaka mengenai pengolahan Tembakau Bawah Naungan
(TBN) di PTPN X Kebun Kertosari.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyelesaian laporan Magang Kerja
tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta bimbingan dari berbagai pihak, baik
yang bersifat moril maupun material, oleh karena-Nya penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih antara lain kepada :
1. Bapak Dr. Siswoyo Soekarno, S.TP, M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jember;
2. Bapak Dr. Ir. Jayus selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jember;
3. Bapa Dr. Ir. Sony Suwasono, Mapp.Sc selaku Dosen Pembimbing Magang
Kerja sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang meluangkan waktu
untuk membimbing penulis menyelesaikan Magang Kerja;
4. Bapak L. St. Gomo Tumanggor, SP. selaku General Manager Kebun
Kertosari yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada
penulis untuk melaksanakan Magang Kerja;
5. Bapak Karmaji, ST. selaku Pembimbing Lapang Magang Kerja, yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis selama
pelaksanaan Magang Kerja;
6. Bapak Yusuf, Bapak Mulyono, Ibu Maimunah, Ibu Iis, Bapak Jinten, Bapak
Ghani dan seluruh karyawan PTPN X Kebun Kertosari yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, atas segala bantuan dan kebersamaan yang telah
diberikan kepada penulis sehingga membantu kelancaran pelaksanaan
Magang Kerja;

vi
7. Ayah, ibu dan adek tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa demi
kelancaran setiap usaha penulis;
8. Teman-teman seperjuangan magang di PTPN X Kebun Kertosari diantaranya
Rizky Febrian A., Haqqi Prapilliyangsora dan Feri Zainul A. yang selalu
memberikan saran dan kritik selama kegiatan Magang Kerja;
9. Keluarga besar THP B 2015 serta pihak lain yang telah banyak membantu
dan mendoakan agar laporan Magang Kerja ini terselesaikan dengan baik;
10. Dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang
telah banyak memberikan bantuan sejak awal Magang Kerja hingga
selesainya laporan ini disusun.
Penyusunan laporan Magang Kerja telah dilakukan dengan sebaik-baiknya,
namun masih terdapat kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena
itu, diperlukan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak. Harapannya, semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah pengetahuan dan memperluas wawasan, khususnya mengenai
teknologi pengolahan tembakau.

Jember, 28 Februari 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENYATAAN...........................................................................ii
HALAMAN PEMBIMBING ........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iv
RINGKASAN..................................................................................................v
PRAKATA.......................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xii
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................2
1.2.1 Tujuan umum .........................................................................2
1.2.2 Tujuan khusus ........................................................................3
1.3 Manfaat Magang Kerja....................................................................3
1.3.1 Manfaat bagi Mahasiswa........................................................3
1.3.2 Manfaat bagi Perguruan Tinggi..............................................3
1.3.3 Manfaat bagi Industri..............................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4
2.1 Tembakau.........................................................................................4
2.1.1 Sejarah Tembakau...................................................................4
2.1.2 Botani Tembakau....................................................................5
2.2 Jenis Tembakau................................................................................6
2.3 Mutu Tembakau ..............................................................................9
BAB 3. METODOLOGI MAGANG KERJA..............................................13
3.1 Tempat dan Waktu...........................................................................13
3.2 Metode Kegiatan..............................................................................13
3.3 Sasaran Kegiatan..............................................................................13

viii
3.4 Bentuk dan Sifat Kegiatan ..............................................................14
BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN..........................................15
4.1 Sejarah PT. Perkebunan Nusantara X...............................................15
4.2 Makna Arti Logo Perusahaan............................................................16
4.3 Visi dan Misi Perusahaan..................................................................17
4.4 Strategi Perusahaan...........................................................................17
4.5 Komoditi yang Dikelola....................................................................18
4.6 Struktur Organisasi............................................................................20
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................21
BAB 6. PENUTUP..........................................................................................34
6.1 Kesimpulan........................................................................................34
6.2 Saran..................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................35
LAMPIRAN....................................................................................................36

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang Kerja........................................................14


Tabel 4.1 Nama Industri Ekspor Tembakau TBN............................................19
Tabel 4.2 Nama Industri Ekspor Tembakau Na-Oogst....................................19

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tembakau Voor-Oogst.................................................................6


Gambar 2.2 Tembakau Na-Oogst.....................................................................7
Gambar 2.3 Tembakau Bawah Naungan..........................................................8
Gambar 4.1 Logo PTPN X...............................................................................16
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PTPN X Kebun Kertosari.............................20
Gambar 5.1 Bagan Tahap Pengolahan TBN PTPN X Kebun Kertosari..........21
Gambar 5.2 Tembakau Ostapel di Gudang Pengolahan...................................21
Gambar 5.3 Saring Rompos Tembakau Bawah Naungan................................22
Gambar 5.4 Fermentasi Tembakau Bawah Naungan.......................................23
Gambar 5.5 Bir-biran Tembakau Bawah Naungan..........................................25
Gambar 5.6 Sortasi Tembakau Bawah Naungan..............................................26
Gambar 5.7 Ukur Daun Tembakau pada Proses Nazien...................................29
Gambar 5.8 Menyeragamkan Warna pada Proses Nazien................................29
Gambar 5.9 Proses Nametten di PTPN X Kebun Kertosari.............................30
Gambar 5.10 Kondisi Mesin Pengebalan yang Usang.....................................31
Gambar 5.11 Mesin Pengebalan Modern.........................................................31
Gambar 5.12 LasioTrap....................................................................................32
Gambar 5.13 Kemasan Karton.........................................................................33

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Penerimaan Magang Kerja..............................36


Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Magang Kerja.....................................................37
Lampiran 3. Rekaman Kegiatan Magang Kerja...............................................39
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Magang Kerja......................................41

xii
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tembakau merupakan komoditas unggulan Kabupaten Jember yang bernilai
tinggi dibandingkan komoditi palawija lainnya. Wilayah sentra penanaman
tembakau di Kabupaten Jember, yaitu Jember utara-timur terutama di Kecamatan
Arjasa, Sumberjambe, Ledokombo, Kalisat, Pakusari dan Sukowono. Menurut
Kurniawan, dkk. (2012), tembakau (Nicotiana tabacum L.) memiliki pasar ekspor
yang sangat baik dan memiliki peran penting bagi perekonomian melalui cukai
dan pajak. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) secara historis sudah memperoleh
perhatian yang besar sebagai komoditi komersial (high value commodity) sejak
pemerintah Hindia-Belanda. Kebijakan penanaman tembakau tersebut terus
dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia melalui Perusahaan Negara Perkebunan
(PNP).
PT. Perkebunan Nusantara X merupakan salah satu perusahaan milik
negara yang memiliki empat unit usaha bergerak dibidang tembakau. PT.
Perkebunan Nusantara X Kebun Kertosari Jember merupakan salah satu SBU
PT. Perkebunan Nusantara X yang mengusahakan tembakau. Salah satu jenis
tembakau yang dibudidayakan oleh Kebun Kertosari adalah Tembakau Bawah
Naungan (TBN). BSN (2006) mengatakan bahwa Tembakau Bawah Naungan
merupakan daun dari tanaman tembakau yang ditanam pada akhir musim
penghujan. Tembakau ini dibudidayakan dengan menggunakan jaring plastik
khusus (waring). Proses pengeringan tembakau ini dilakukan dengan proses
pengeringan di los pengering dan difermentasi secara alami dalam bentuk
lembaran. Tembakau Bawah Naungan di pasarkan ke pasar internasional dan
dikenal biasanya dengan nama Shade Grown Tobacco. Tembakau Bawah
Naungan (TBN) merupakan bahan dasar pembuatan cerutu yang memiliki prospek
ekspor yang sangat baik dan merupakan jenis tembakau yang dibudidayakan
PTPN X Kebun Kertosari dalam jumlah yang besar.
Pengusahaan TBN di PTPN X Kebun Kertosari terdiri dari tiga tahapan
kegiatan, yaitu tahap budidaya, pengeringan di los pengering, dan pengolahan di
2

gudang pengolah. Ketiga tahapan tersebut akan menghasilkan tiga produk yang
berbeda. Proses budidaya akan menghasilkan produk berupa produksi daun hijau,
tahap pengeringan tembakau di los pengering akan menghasilkan produk opstapel,
dan pengolahan di gudang pengolah akan menghasilkan produk tembakau siap
ekspor.
Hasil produksi tembakau bawah naungan di PTPN X Kebun Kertosari 100%
diekspor. Harga tembakau ditentukan oleh kualitas tembakau. Kualitas tembakau
bawah naungan dibedakan menjadi tiga, yaitu Natural Wrapper (NW), Light
Painting Wrapper (LPW), Painting Wrapper (PW) dan Ready for Use (RFU).
Tembakau kualitas Natural Wrapper (NW) memiliki kualitas tembakau yang
tinggi, sehingga tembakau jenis ini memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dari
LPW, PW, RFU. Proses pengolahan tembakau tidak hanya memperhatikan
kuantitas, tetapi juga mempertimbangkan kualitas atau mutu tembakau. Tahap
pengolahan merupakan salah satu tahapan yang penting didalam pengolahan
tembakau sehingga apabila terjadi kesalahan akan menyebabkan mutu tidak
seragam dan mempengaruhi penjualan tembakau. Oleh karena itu, perlu
mempelajari dan mengimplementasikan proses pengolahan tembakau bawah
naungan dengan benar agar hasil produksi yang diperoleh memiliki mutu yang
seragam.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan Magang Kerja secara umum yaitu :
a. Terwujudnya hubungan sinergis, jelas, serta terarah antara Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Hasil Pertanian Universitas
Jember dengan PTPN X Kebun Kertosari.
b. Menambah pengalaman kerja mahasiswa mengenai manfaat ilmu
pengetahuan yang dipelajari.
c. Mengembangkan kreativitas dan inovasi mahasiswa berdasarkan ilmu
pengetahuan yang dipelajari.
3

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan Magang Kerja secara khusus yaitu mengetahui proses pengolahan
dan kekurangan dari proses pengebalan Tembakau Bawah Naungan (TBN) di
PTPN X Kebun Kertosari

1.3 Manfaat Magang Kerja


1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Manfaat Magang Kerja bagi mahasiswa adalah sebagai berikut:
a. Melatih mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh dalam
perkuliahan.
b. Memperdalam ilmu serta profesi secara nyata.
c. Menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman kerja mahasiswa di
lapangan.
1.3.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
Manfaat Magang Kerja bagi Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember sebagai berikut :
a. Mewujudkan hubungan yang sinergis dengan PTPN X Kebun Kertosari
b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu-ilmu
yang diperoleh dalam dunia industri.
c. Menambah eksistensi sebuah institusi dalam perindustrian.
1.3.3 Manfaat Bagi Industri
Manfaat Magang Kerja bagi Industri terkait adalah sebagai berikut:
a. Menjalin kerjasama antara industri dengan pihak Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Jember.
b. Menambah eksistensi industri di kalangan masyarakat.
c. Memiliki peran mempersiapkan tenaga kerja terdidik, terampil, serta kreatif
setelah lulus sehingga dapat bekerja dengan baik pada industri yang
bersangkutan.
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tembakau (Nicotiana Tabacum L.)


2.1.1 Sejarah Tembakau
Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis asli Amerika, di
mana bangsa pribumi menggunakannya dalam upacara adat dan untuk
pengobatan. Tembakau digunakan pertama kali di Amerika Utara, tembakau
masuk ke Eropa melalui Spanyol (Basyir, 2006). Pada awalnya hanya digunakan
untuk keperluan dekorasi dan kedokteraan serta medis saja. Setelah masuknya
tembakau ke Eropa, tembakau menjadi semakin populer sebagai barang dagangan,
sehingga tanaman tembakau menyebar dengan sangat cepat diseluruh Eropa,
Afrika, Asia, dan Australia (Matnawi, 1997).
Mulai abad ke-15, konsumsi tembakau terus tumbuh. Pada abad ke-18,
tembakau telah diperdagangkan secara internasional dan menjadi bagian dari
kebudayaan sebagian besar bangsa di dunia. Lalu pada abad ke-19 orang–orang
Spanyol memperkenalkan cerutu ke Asia lewat Philipina dan kemudian ke Rusia
dan Turki sehinga rokok mulai menggantikan penggunaan tembakau pada pipa,
tembakau kunyah dan hirup. Dengan cara itulah, tembakau menyebar ke negara–
negara lainnya (Basyir, 2006).
Pada tahun 2003, dalam menanggapi pertumbuhan penggunaan tembakau di
negara berkembang, World Health Organization (WHO) berhasil mengumpulkan
168 negara untuk menandatangani konvensi kerangka kerja pengendalian
tembakau. Konvensi ini dirancang untuk mendorong penegakan hukum yang
efektif di semua negara untuk mengurangi efek berbahaya dari tembakau. Hal ini
menyebabkan penghentian pengembangan produk tembakau.
Tanaman tembakau di Indonesia diperkirakan dibawa oleh bangsa Portugis
atau Spanyol pada abad ke-16. Tanaman tembakau pernah dijumpai di Indonesia
tumbuh dibeberapa daerah yang belum pernah di jelajahi oleh bangsa Portugis
atau spanyol (Matnawi, 1997).
5

2.1.2 Botani Tembakau


Tembakau merupakan tanaman perkebunan unggul yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi dan sudah lama diusahakan oleh petani tembakau di Jawa
Tengah. Tanaman tembakau berperan penting bagi perekonomian Indonesia,
terutama dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi petani
dan sumber devisa bagi negara disamping mendorong berkembangnya agribisnis
tembakau dan agroindustri (Cahyono, 2005). Taksonomi tanaman tembakau dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Thracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua)
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabacum L.

Tanaman tembakau memiliki akar tunggang dan akar tanaman tembakau


kurang tahan terhadap air yang berlebihan karena dapat mengganggu
pertumbuhan akar bahkan tanaman dapat mati (Matnawi, 1997). Batang tembakau
berbentuk agak bulat, agak lunak dan tidak bercabang. Diameter batang pada
tanaman tembakau sekitar 5 cm (Cahyono, 2005). Daun tembakau berbentuk
lonjong atau bulat tergantung pada varietas tanamannya. Jumlah daun dalam satu
tanaman tembakau berkisar antara 28 hingga 32 helai (Cahyono, 2005). Ketebalan
daun tembakau berbeda-beda tergantung varietas budidaya. Daun tembakau
tumbuh berselang-seling mengelilingi batang tanaman. Proses penuaan
(pematangan) daun biasanya dimulai dari bagian ujung, kemudian bagian
bawahnya (Budiman, 2011). Bunga tanaman tembakau merupakan bunga
majemuk yang berfungsi sebagai alat penyerbukan sehingga dapat dihasilkan biji
untuk perkembangbiakan (Cahyono, 2005). Tembakau yang banyak
6

dibudidayakan di Indonesia adalah tembakau virginia, tembakau asli/rakyat dan


tembakau burley. Tembakau asli dikenal sebagai jenis daerah dan umumnya jenis
ini dipakai sebagai tembakau rajangan baik itu rajangan kasar, rajangan tengahan
ataupun rajangan halus. Budidaya tembakau meliputi pembibitan, pengolahan
tanah, penanaman dan pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit serta panen
dan pasca panen (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

2.2 Jenis Tembakau


Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya diusahakan di
Indonesia, baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan. Matnawi (1997)
menyatakan, secara umum tembakau di Indonesia dapat dipisahkan menurut
musim tanamnya yaitu:
1. Tembakau Voor-Oogst
Tembakau ini biasanya dinamakan tembakau musim kemarau atau
onberegend. Artinya, jenis tembakau yang ditanam pada waktu musim penghujan
dan dipanen pada waktu musim kemarau. Gambar tembakau Voor-Oogst dapat
dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Tembakau Voor-Oogst (Sumber: Google)

2. Tembakau Na-Oogst
Tembakau Na-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim
kemarau, kemudian dipanen atau dipetik pada musim penghujan. Gambar
tembakau Na-Oogst dapat dilihat pada Gambar 2.2
7

Gambar 2.2 Tembakau Na-Oogst (Sumber: Google)

3. Tembakau Bawah Naungan


Tembakau Bawah Naungan atau biasa disebut Shade Grown Tobacco
merupakan jenis tembakau Besuki Na-Oogst yang dikembangkan dengan
teknologi bawah naungan. Hal ini ditujukan untuk mengontrol agronomis tanaman
termasuk cuaca, kelembaban, hama penyakit serta faktor alam lainnya. Jenis
tembakau yang ditanam dibawah naungan (berupa kelambu dari plastik) dapat
berupa jenis tembakau Besuki Na-Oogst atau tembakau Vorstanlanden (Klaten).
Perlakuan perubahan teknologi kultur tanaman ini antara lain agar mampu
mengubah kualitas daun yang sebelumnya menghasilkan kualitas omblad dan
filler dengan perlakuan bawah naungan sebagian besar menghasilkan dekblad
(wrapper) sebagai pembalut cerutu dan omblad sebagai pembungkus cerutu.
Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi perubahan taste yang terjadi di pasar
cerutu Eropa yang terjadi pada tahun 1990, dimana taste konsumen cerutu dunia
beralih dari cigar (cerutu besar) menjadi cigarrolos (cerutu kecil) dan peningkatan
kampanye anti rokok juga mengakibatkan perubahan terhadap permintaan kualitas
tembakau cerutu. Gambar Tembakau Bawah Naungan (TBN) dapat dilihat pada
Gambar 2.3
8

Gambar 2.3 Tembakau Bawah Naungan (TBN) (Sumber: Google)

Menurut BSN (2006), Tembakau Bawah Naungan merupakan daun tanaman


tembakau yang ditanam pada akhir musim penghujan. Tembakau ini
dibudidayakan dengan menggunakan jaring plastik khusus (waring). Proses
pengeringan tembakau dilakukan dengan proses pengeringan di los pengering dan
difermentasi secara alami dalam bentuk lembaran di pasaran internasional dan
dikenal dengan nama Shade Grown Tobacco. Djajadi (2008) mengatakan bahwa
Jember merupakan salah satu wilayah yang dapat ditanami tembakau cerutu jenis
TBN (Tembakau Bawah Naungan). Tembakau ini mampu menghasilkan mutu
pembalut cerutu dengan karakteristik rasa netral. Daerah Jember Selatan
merupakan wilayah bagian yang berpotensi menghasilkan tembakau dengan mutu
tinggi, yaitu mutu omblad (pembungkus cerutu) dan dekblad (pembalu cerutu).
Mutu tinggi tembakau cerutu dari Indonesia tersebut sangat disukai di pasar
internasional, sehingga pangsa ekspornya masih terbuka.
Sistem pemasaran tembakau bahan baku cerutu sebelum tahun 1990-an
memiliki sistem marketing system yang berpusat di Bremen dengan struktur pasar
monopoli, karena keberadaan pasar lelang (kerjasama antara Indonesia dengan
Jerman Barat). Pada tahun 2005 pemasaran jenis tembakau Besuki Na-Oogst baik
perusahaan negara PTPN X maupun swasta nasional lainnya melakukan sistem
pembelian langsung atau melakukan kemitraan dengan importir yang terdiri dari
pengusaha cerutu dan pedagang tembakau bahan baku cerutu. Pada pasar dengan
cara kemitraan hampir 70% produk tembakau PTPN X dibeli oleh Burger Sohne
Ag Burg (BSB) pengusaha cerutu Swiss-Jerman atas dasar kerjasama yang
9

menguntungkan dimana buyer maupun seller sama-sama mendapatkan barang


ataupun uang yang diterima atas dasar kemitraan yang saling menguntungkan
(Santoso, 2013).

2.3 Mutu Tembakau


Mutu tembakau adalah sejumlah kumpulan sifat fisik, kimia, dan
organoleptik dari tembakau yang menjadikan bahan tersebut dikehendaki ataupun
tidak dikehendaki sesuai dengan tujuan penggunaannya. Beberapa aspek utama
yang sering digunakan sebagai faktor penentu mutu tembakau adalah letak daun
dan daya pijar. Menurut Djumali (2008) Unsur-unsur penentu mutu daun
tembakau antara lain :
a) Ukuran, bentuk dan letak daun, merupakan unsur mutu yang penting karena
menentukan rendemen yaitu banyaknya daun yang akan dibuat dari tiap helai
daun. Selain itu juga merupakan pertimbangan untuk komponen rokok cerutu. Di
Indonesia daun berdasarkan letaknya mulai dari bawah ke atas terdiri dari, daun
koseran (1 – 5 helai), daun kaki (6 – 13 helai), daun tengah (14 – 22 helai), dan
daun pucuk. Bentuk daun koseran umumnya tipis dan bulat, daun kaki agak tebal
dan bulat, daun tengah tebal dan bulat panjang, sedangkan daun pucuk paling
tebal dan agak memanjang.
Berbagai jenis tembakau mempunyai ukuran dan bentuk daun sangat
beragam, dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti letak geografis, unsur hara,
iklim dan varietas tembakau. Panjang daun (diukur dari pangkal/tangkai sampai
ujung daun) ada yang berukuran nisbi kecil, yaitu sekitar 5 sampai 7,5 cm dan ada
pula yang mencapai lebih dari 90 cm. Beberapa jenis tembakau Turki (oriental)
mempunyai ukuran kecil, sedang beberapa jenis tembakau cerutu berukuran lebar,
pada daun bawah tembakau krosok Besuki kadang-kadang mencapai 50 cm atau
lebih. Lebar daun (diukur dari kedua tepian lamina) juga bervariasi, namun
umumnya mempunyai ukuran antara 0,4 -0,6 kali panjang daun.
Daun tembakau jenis Virginia umumnya berbentuk lonjong dengan ujung
runcing, sedang tembakau jenis cerutu relatif bulat (membulat). Tembakau cerutu
10

dengan bagian lamina lebar (paling sedikit 10 cm) akan menguntungkan sebagai
pembungkus atau pembalut.

b) Tulang dan lamina, tulang daun secara keseluruhan merupakan rangka daun


yang mengokohkan tegak daun dan berfungsi sebagai pembuluh angkut bahan
atau produk metabolisme. Rangka daun yang terletak tepat di bagian tengah daun
disebut ibu tulang daun atau midrib. Daun berlamina tipis dengan tulang daun
relatif kecil atau halus dikehendaki untuk pembalut atau pembungkus. Daun yang
tipis, percabangan tulang merata, halus, dengan bagian lamina lebar mempunyai
nilai tinggi di pabrik cerutu.

c) Tenunan daun, sifat tenunan daun pada beberapa jenis tembakau mempunyai


arti penting dalam penilaian mutu. Tenunan halus dikehendaki untuk tembakau
cerutu pembalut maupun pembungkus, karena diharapkan menghasilkan aroma
yang baik, dan rasa ringan. Pada tembakau pengisi, tenunan daun tidak banyak
berpengaruh.

d) Tebal daun,  tebal daun sangat bervariasi tergantung varietas tembakau, keadaan
sekeliling tempat tumbuh, teknik budidaya, dan letak daun pada batang. Untuk
bahan pembalut cerutu dikehendaki daun yang tipis.

e) Kepadatan jaringan, merupakan suatu keadaan struktur dan tekstur daun.


Keadaan kering menyebabkan terbentuknya sel-sel yang kecil dan tersusun secara 
mampat, dengan ruang sel yang kecil. Tekstur yang mampat kurang dikehendaki,
karena sifat bakarnya cenderung kurang baik.

f) Berat per satuan luas, berat per satuan luas dapat digunakan sebagai pengukur
hasil produksi. Berat per satuan luas ini berpengaruh pada hasil rendemen yaitu
perbandingan antara berat tembaku kering setelah mengalami pengeringan dengan
tembakau basahnya. Berkurangnya rendemen akan menyebabkan penurunan
mutu.

g) Keelastisan atau kelentingan, merupakan kemampuan tembakau yang dalam


keadaan cukup lembab dapat direntangkan sampai batas tertentu tanpa menjadi
robek. Keelastisan juga menunjukkan ketahanan terhadap pemampatan pada
11

waktu perajangan sehingga mampu mengembang kembali. Sifat ini penting untuk
tembakau sebagai pengisi cerutu atau sebagai tembakau rajangan. Faktor yang
berpengaruh terhadap keelastisan adalah varietas, keadaan lingkungan, teknik
budidaya,  letak daun pada batang, kemasakan, dan kadar air krosok.

h)      Bodi, merupakan kelunakan atau kelembutan daun tembakau yang


disebabkan oleh bagian semi cair, tanpa dipengaruhi ketebalan dan tekstur. Bila
daun dalam keadaan kering, bodi ringan, daun berbodi berat mempunyai sifat
tidak kering, akan berkembang sebagai bercak minyak bila mendapat tekanan.
Faktor yang berpengaruh terhadap bodi antara lain kondisi tanah, iklim, teknik
budidaya, serta letak daun pada batang.

i) Getah atau gum,  merupakan sekresi cairan kental yang dikeluarkan oleh
glandula pada bagian ujung rambut daun tembakau. Pada daun segar, rambut-
rambut daun tembakau akan terasa halus bila teraba dengan tangan dan melekat
bila tergosok kulit atau pakaian.

j) Mutu bakar (Burning Qualities), beberapa sifat yang tercakup dalam hal ini
adalah daya pijar atau daya membara, kerataan membara, kecepatan membara,
sempurnanya pembakaran, dan keteguhan abu.
a. Daya membara adalah sifat membara secara  terus menerus tanpa
menimbulkan nyala api.
b. Kecepatan membara dinyatakan dalam detik pada tembakau yang terbakar
per satuan jarak tertentu.
c. Sempurnanya pembakaran adalah habis atau berabunya bagian tembakau
yang terbakar sehingga tinggal sisa pembakaran berupa abu.
d. Keteguhan abu, ditunjukkan dengan panjang abu yang masih dapat
melekat pada rokok atau cerutu selama pembakaran.

k)      Kuat fisiologis,  merupakan kriteria penilaian tembakau sehubungan dengan


kandungan penyusun yang akan mempengaruhi fisiologis pemakai, yaitu
golongan alkaloida, yang bersifat sebagai stimulus pemakainya. Beberapa macam
alkaloida dalam daun tembakau antara lain nikotin, nikotirin, anabasin, dan
miosmin.
12

l) Warna, merupakan sifat dasar yang dimiliki setiap jenis tembakau. Warna


krosok tembakau virginia umumnya kuning limau sampai kuning emas. Jenis
cerutu umumnya berwarna lebih gelap, dari coklat muda sampai coklat tua.
Penilaian warna ditentukan dengan pengamatan visual.

m)    Aroma,  dengan fermentasi yang berhasil, krosok akan mempunyai aroma


yang baik. Aroma yang paling penting adalah yang timbul jika tembakau dibakar.
Aroma ini merupakan hasil destilasi kering dari bahan-bahan gum (gummy
material). Kandungan protein tinggi menimbulkan bau tidak enak, tetapi dalam
jumlah sedikit mempunyai pengaruh positif terhadap aroma tembakau.

n) Rasa, krosok yang belum mangalami fermentasi mempunyai rasa kasar, mentah


dan pahit. Fermentasi akan menghilangkan rasa tersebut. Sejumlah tertentu
alkaloid diperlukan untuk memperoleh kenikmatan dalam mengisap
rokok. Namun kadar alkaloid yang terlalu tinggi menyebabkan rasa mengganggu.

o) Sifat higroskopis, sifat higroskopis tergantung pada jenis dan tingkat mutu


tembakau. Tembakau yang terlalu higroskopis peka terhadap minyak. Sifat
higroskopis mempunyai hubungan dengan kadar nitrat di dalam tangkai daun.
13

BAB 3. METODOLOGI MAGANG KERJA

3.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan magang kerja dilaksanakan di PTPN X Kebun Kertosari Jalan
Ahmad Yani No. 688 Kertosari, Jember. Waktu pelaksanaan yaitu selama 30 hari
pada tanggal 17 Oktober – 15 November 2018.

3.2 Metode Kegiatan


Metode kegiatan magang kerja yaitu:
a. Metode observasi merupakan metode kegiatan dengan mengumpulkan data
secara langsung di lapangan mengenai proses pengolahan tembakau bawah
naungan (TBN) di PTPN X Kebun Kertosari. Data yang diperoleh dari
metode ini dapat berupa data primer dan data sekunder :
1. Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak perusahaan secara
langsung yang dapat berupa sebuah catatan hasil wawancara atau hasil
observasi lapang.
2. Data sekunder adalah data pendukung data primer yang dapat berupa
penelitian terdahulu, buku, ataupun dokumentasi seperti arsip, foto, dan
lain sebagainya.
b. Studi pustaka dari berbagai sumber/literatur.

3.3 Sasaran Kegiatan


Sasaran kegiatan magang kerja yang ingin dicapai adalah mahasiswa dapat
mengetahui pengolahan tembakau bawah naungan (TBN) menjadi bahan baku
pembuatan cerutu. Sehingga harapannya dapat mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh di perkuliahan dan mendapatkan ilmu baru di perusahaan.

3.4 Bentuk dan Sifat Kegiatan


Kegiatan magang kerja dilaksanakan selama 30 hari, tetapi hari kerja yang
dihitung yaitu senin hingga sabtu. Jadwal kegiatan magang kerja dapat dilihat
pada Tabel 3.1
14

Tabel 3.1 Jadwal kegiatan magang kerja

No Waktu Kegiatan
1. 17 Oktober 2018 - Orientasi lingkungan perusahaan
- Serah terima pada pembimbing lapang
- Pembuatan timeline kegiatan
2. 18 Oktober- 14 - Konsultasi topik pada dosen pembimbing
Nopember 2018 lapang dan dosen
- Mempelajari proses pengolahan
tembakau
3. 15 Nopember 2018 - Penyusunan laporan
15

BAB 4. GAMBARAN UMUM PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X

4.1 Sejarah PT. Perkebunan Nusantara X

Kebun Kertosari sebelumnya merupakan salah satu kebun Ex. PTP XXVII
yang merupakan salah satu perusahaan perkebunan di Jember dimana pada era pra
nasionalisasi merupakan Onderneming milik Belanda antara lain :
1. Landbouw Maatschappij Oud Djember (LMOD),
2. Landbouw Maatschappij Soekowono (LMS)
PT Perkebunan Nusantara X Kebun Kertosari Jember mengalami banyak
perubahan dari tahun ke-tahun sebelum menjadi PTPN X, dengan masa
perubahannya yaitu tahun 1957 setelah nasionalisasi ditetapkan menjadi
Perusahaan Perkebunan Negara (PPN), tahun 1959 berubah menjadi “PRAE
UNIT TEMBAKAU”, dan tahun 1961 berubah menjadi Perusahaan Perkebunan
(PPN) Kesatuan IX, tahun 1964 dipecah menjadi 2 :
1. Perusahaan Perkebunan Tembakau Negara (PPTN) Besuki V di Jember
2. Perusahaan Perkebunan Tembakau Negara (PPTN) Besuki VI di
Bondowoso, kemudian pada tahun 1968 disatukan menjadi Perusahaan Negara
Perkebunan (PNP) XXVII, dan pada tahun 1972 diubah kembali menjadi
Perusahaan Terbatas Perkebunan (Persero) XXVII. Setelah perubahan-perubahan
tersebut pada tanggal 14 Februari tahun 1996 didirikan berdasarkan peraturan
pemerintah RI No.15 tentang pengalihan bentuk badan usaha milik negara dari PT
Perkebunan (Eks.PTP 19, Eks.PTP 21-22 dan Eks.PTP 27) yang dilebur menjadi
PT Perkebunan Nusantara X (Persero) dan tertuang dalam akte notaris Harun
Kamil, SH No.43 tanggal 11 Maret 1996 yang mengalami perubahan kembali
sesuai akte notaris Sri Eliana Tjahjoharto, SH. No. 1 tanggal 2 Desember 2011.
Sehingga tahun 2004 kebun Kertosari menjadi salah satu unit usaha dari Strategi
Bisnis Unit (SBU) tembakau PTPN 10 (Persero).
16

4.2 Makna dan Arti Logo Perusahaan

Gambar 4.1 Logo PT. Perkebunan Nusantara X (Sumber: PTPN X)

Perubahan logo PT Perkebunan Nusantara X terjadi mulai tanggal 16


Januari 2012, sesuai dengan persetujuan dewan komisaris No. 26/DK/PTPN-
X/III/2011 tanggal 25 Maret 2011 yang telah disahkan dalam risalah RUPS No.
RIS-005/XXKBUMN/2011 tanggal 28 Januari 2011.
Logo tersebut merupakan visualisasi dari visi PT Perkebunan Nusantara X
yakni tumbuh berkembang bersama. Dalam logo tersebut, terdapat gabungan
image tangan yang saling meraih. Hal tersebut mencerminkan semangat
kerjasama, baik itu kerjasama tim maupun bersama mitra. Gambar tangan tersebut
dapat juga dilihat sebagai sekelompok daun berwarna hijau yang bergradasi dari
hijau tua menjadi hijau muda. Gradasi tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan
dan perkembangan, sekaligus membentuk pencitraan usaha agribisnis dari PT
Perkebunan Nusantara X. Warna hijau tua yang terletak pada logo mencerminkan
kepedulian dan pelayanan rumah sakit yang dikelola PT Perkebunan Nusantara X
bagi masyarakat luas dan perkebunan. Warna hijau juga melambangkan
kenyamanan dan kesegaran.
Pada logo juga terdapat logotype berupa teks PT Perkebunan Nusantara X
yang digunakan untuk memperkuat pencitraan, mempermudah pengidentifikasian
identitas PT Perkebunan Nusantara X kepada khalayak ramai. Warna biru pada
logotype mencerminkan kepemimpinan, kemandirian untuk memajukan PT
Perkebunan Nusantara X. Sedangkan penggunaan huruf tanpa kait dan layout logo
yang dinamis berfungsi untuk memperkuat citra modern serta inovasi PT
Perkebunan Nusantara X dalam bersaing dikancah usaha agribisnis internasional.
17

4.3 Visi dan Misi Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara X Kebun Kertosari Jember memiliki visi dan misi


yaitu:
Visi :
“Menjadi Perusahaan Agribisnis Penghasil Tembakau
yang Terkemuka di Dunia yang Tumbuh Berkembang
Bersama Mitra”

Misi :
1. Berkomitmen menghasilkan produk berbasis bahan baku tembakau yang
berdaya saing tinggi untuk pasar internasional.
2. Meningkatkan komitmen dan kompetensi sumber daya manusia secara
berkelanjutan.
3. Mendedikasikan diri untuk selalu meningkatkan nilai-nilai perusahaan bagi
kepuasan stakeholder melalui kepemimpinan, inovasi dan kerjasama tim
serta organisasi yang efektif. .

4.4 Strategi Perusahaan

PTPN X Kebun Kertosari Jember memiliki beberapa strategi untuk


menghasilkan nilai tambah dan menunjang keunggulan perusahaan dalam
persaingan di era globalisasi. Perusahaan ini memiliki strategi dibidang produksi,
pengelolaan dan pemasaran, yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas sesuai permintaan pembeli.
2. Menyajikan tembakau dan kakao tepat jumlah, tepat kualitas dan tepat waktu,
sehingga sasaran pendapatan dapat tercapai.
3. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan bidang pemasaran (SBU)
dalam rangka mempertahankan dan pengembangan pasar baru.
4. Meningkatkan peran DITH dan perantara GmbH dalam penjualan tembakau.
18

4.5 Komoditi yang Dikelola


Produk utama yang dihasilkan oleh PTPN X Kebun Kertosari Jember adalah
tembakau, sedangkan produk sampingannya adalah kakao dan tebu. Penjualan
produknya hingga mencapai ekspor secara lelang yang diselenggarakan langsung
oleh kantor direksi Surabaya. Komoditi produk yang dikelola saat ini untuk
Kebun Kertosari terdiri dari:
a. Pengusaha Tembakau Bawah Naungan (TBN) dan Na-Oogst
b. Pengusaha Cerutu

a. Tembakau Bawah Naungan (TBN) dan Na-Oogst (NO)


Untuk tembakau TBN dan Na-Oogst pemasarannya sampai pada ekspor
dengan sistem lelang melalui kantor direksi. Pengolahan untuk tembakau benar-
benar sangat diperhatikan ketelitiannya, guna untuk menghasilkan tembakau yang
berkualitas. Tembakau yang baik adalah yang memiliki 19 warna berbeda dan
memiliki aroma tajam ketika dibakar.
1. Perolehan lahan dengan sistem sewa dari petani yang tersebar di 8 wilayah
kecamatan dengan luas area TBN sekitar 435 Ha, sedangkan untuk tanaman
Na-Oogst dengan area sekitar 275 Ha.
2. Dari tembakau TBN dapat dihasilkan bahan pembungkus untuk cerutu
(Wrapper) dengan indikasi kualitas, sebagai berikut:
a. NW (Natural Wrapper)
b. LPW (Light Painting Wrapper)
c. PW (Painting Wrapper)
3. Dari tembakau Na-Oost dapat dihasilkan bahan untuk pembungkus, pembalut
dan isi cerutu dengan indikasi kualitas, sebagai berikut:
a. Dekblad (Pembalut)
b. Omblad (Pembungkus)
c. Filler (Isi)

b. Pengolahan Tembakau Cerutu


Untuk memproses komoditas produk menjadi barang siap jual atau ekspor
19

diolah pada gudang pengolah. Diantaranya untuk pemasaran produk tembakau


secara ekspor, yaitu sebagai berikut:
1) Tembakau TBN

Nama Industri Asal Negara


a) Burger Group Swiss
b) Henri Wintermans-Nobel Cigar (gab. Belanda-Denmark)
c) Swedish Match Swedia
d) Tabacoffina Belgia
e) Neos Cigar Belgia
f) Villiger Swiss
g) Altadist/Tabacalera Spanyol
h) Altadist/ Seita Perancis Spanyol
i) De Olifant Belanda
j) Galagher Inggris
k) Royal Aigo Belanda

Tabel 4.1 Nama Industri Ekspor Tembakau TBN

2) Tembakau Na-Oogst

Nama Industri Asal Negara


a) Hellmering Kohre Co Jerman
b) Anton Ankersmiit Jerman
c) Henri Wintermans-Nobel Cigar (gab. Belanda-Denmark)
d) Protabex Swiss
e) Star Tobacco Suplier GmbH Belanda
f) Gebruder Kulenkamff Jerman
g) Lancaster Leaf Amerika
h) Vetab Amerika
i) Intertrade Amerika

Tabel 4.2 Nama Industri ekspor tembakau Na-Oogst


20

4.6 Struktur Organisasi

Gambar 4.2 Struktur Organisasi PTPN X Kebun Kertosari (Sumber: PTPN X Kebun Kertosari)
21

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Daun tembakau yang diolah di PTPN X Kebun Kertosari yaitu daun


tembakau opstapel, hasil pengeringan di los pengeringan. Kegiatan pengolahan
merupakan penyempurnaan mutu tembakau. Produk yang dihasilkan dari kegiatan
ini adalah produk akhir tembakau siap ekspor. Tahapan ini terdiri dari beberapa
kegiatan, berikut merupakan bagan dan penjelasan tahapan pengolahan tembakau
bawah naungan PTPN X Kebun Kertosari:

Turun Truk Saring Rompos Fermentasi Bir-biran

f. Pengebalan e. Sortasi (sortasi, nametten, nazien)

Gambar 5.1 Bagan Tahap Pengolahan Tembakau Bawah Naungan PTPN X


Kebun Kertosari

1. Turun Truk

Gambar 5.2 Tembakau Opstapel di Gudang Pengolahan (Sumber: PTPN X


Kebun Kertosari)
Salah satu proses dalam pengolahan tembakau yaitu turun truk yang
bertujuan untuk menilai kebenaran jumlah dan berat keranjang tembakau
romposan yang masuk ke gudang pengolah. Pada Gambar 5.2 merupakan
tembakau opstapel yang baru diturunkan dari truk/mobil angkut. Turun truk
merupakan penurunan tembakau opstapel yang telah dikeringkan di gudang
curing. Prosedur tahapan ini adalah sebagai berikut:
22

a. Membuat perencanaan dan pelaksanaan turun truk menyesuaikan jadwal


rompos.
b. Tembakau romposan dari bagian tanaman yang diterima juru teknis turun truk
harus dilengkapi pipil kiriman dan dilampiri berita acara hasil romposan.
c. Sopir harus membawa logbook romposan sebagai bukti kiriman rompos sudah
diterima oleh gudang pengolah.
d. Melakukan inspeksi oleh juru teknis turun truk yang meliputi kebenaran
jumlah keranjang dan kebenaran berat kiriman (selisih minimal 1%).
e. Apabila terjadi ketidak sesuaian berat (selisih) melebihi batas toleransi, harus
diinformasikan kembali ke bidang tanaman untuk mendapatkan penanganan,
selanjutnya diidentifikasi dan tidak diproses lebih lanjut maksimal 2 hari.
f. Hasil inspeksi yang sesuai dikirim ke ruang saring rompos.

2. Saring Rompos

Gambar 5.3 Saring Rompos Tembakau Bawah Naungan (Sumber: PTPN X


Kebun Kertosari)
Pada Gambar 5.3 menunjukkan proses saring rompos. Proses ini bertujuan
untuk memisahkan kualitas produk dan non produk daun tembakau yang diterima.
Kegiatan ini dimulai dari kegiatan pembukaan daun dari tumpukan dalam
keranjang (gerbay) dengan cara memegang kepala untingan kemudian di kipaskan
sampai lembaran terurai. Memisahkan tembakau sesuai posisi daun
(KOS,TNG,KAK), memberikan identitas sesuai klasifikasi dengan tali,
melakukan penimbangan hasil romposan, kemudian ditempatkan dalam keranjang
untuk dikirim pada proses fermentasi. Pada proses ini dilakukan analisa rompos
23

dengan mengambil sampel 1-2 unting, kemudian dilakukan analisa kebenaran


petik, curing, mutu dan keutuhan tembakau.

3. Fermentasi

Gambar 5.4 Fermentasi Tembakau Bawah Naungan (Sumber: PTPN X Kebun


Kertosari)
Pada Gambar 5.4 merupakan proses fermentasi. Fermentasi adalah kegiatan
biokimia yang melibatkan beberapa enzim dalam tembakau. Pelaksanaan
fermentasi tembakau dilakukan untuk memperoleh aroma, kemasakan,
kemantapan warna dan daya bakar serta menurunkan kadar air tembakau.
Kesalahan fermentasi dapat menurunkan kualitas. Pada kegiatan fermentasi, suhu
yang meningkat terlalu cepat harus segera dibongkar karena akan menyebabkan
daun berminyak dan lebih gelap. Prosedur tahapan ini adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan dan membuat layout fermentasi.


b. Hasil saring rompos tembakau berupa bahan Dekblad dan Omblad (D/O) yang
telah ditimbang segera dikirim ke ruang fermentasi untuk proses aging dan
selanjutnya ke stapel A, sedangkan bahan filler langsung dikirim keruang
fermentasi filler.
Tahapan Stapel :
Stapel A
1. Menumpuk tembakau hasil saring rompos dengan berat 2500 kg.
2. Menata tembakau dengan panjang lebar penampang stapel 3,3 x 3 M
dengan jarak untingan 4 jari.
3. Memasang satu termometer setelah sap ke 13 (penampang setengah) setiap
stapel untuk memantau temperatur.
24

4. Mencapai temperatur 50 oC untuk D/O dan 52 oC untuk filler setelah 7 hari.

Stapel B
1. Membongkar stapel A dan memisahkan sap panas dengan sap dingin.
2. Menumpuk sap panas menjadi sap dingin sedangkan sap dingin menjadi
sap panas dengan panjang lebar penampang stapel 4,16 x 4 M dengan jarak
untingan 3 jari.
3. Memasang dua termometer setelah sap ke 12 dan sap 17 (penampang
tengah) setiap stapel untuk memantau temperatur.
4. Mencapai temperatur 50 oC untuk D/O dan 54 oC untuk filler setelah 12
hari.

Stapel C
1. Membongkar stapel B dan memisahkan sap panas dengan sap dingin.
2. Menumpuk sap panas menjadi sap dingin sedangkan sap dingin menjadi
sap panas dengan panjang lebar penampang stapel 6 x 4 M dengan jarak
untingan 12 jari.
3. Memasang tiga termometer setelah sap 12 dan sap 17 dan sap 21
(penampang tengah) setiap stapel untuk memantau temperatur.
4. Mencapai temperatur 50 oC untuk D/O dan 56 oC untuk filler setelah 21
hari.

Stapel D
1. Membongkar stapel C dan memisahkan sap panas dengan sap dingin.
2. Menumpuk sap panas menjadi sap dingin sedangkan sap dingin menjadi
sap panas dengan panjang lebar penampang stapel 6 x 4 M untuk D/O dan
5 x 4 M untuk filler dengan jarak untingan 1 jari.
3. Memasang tiga termometer setelah sap ke 12 dan sap ke 17 dan sap ke 21
(penampang tengah) setiap stapel untuk memantau temperatur.
4. Mencapai temperatur 50 oC untuk D/O dan 58 oC untuk filler setelah 28
hari.
5. Setiap bongkaran stapel D yang memenuhi umur dan suhu dari standar
25

baku, dilakukan voorstaple untuk memisahkan panjang pendek daun.

4. Buka Daun (Bir-Biran)

Gambar 5.5 Bir-biran Tembakau Bawah Naungan (Sumber: PTPN X Kebun


Kertosari)
Pada Gambar 5.5 merupakan gambar proses pembukaan daun. Bir-biran
adalah proses membuka daun tembakau, setelah melewat tahapan fermentasi,
stapelan fermentasi daun dibongkar dan daun tembakau dibuka satu per satu
dengan bantalan sebagai alasnya agar tembakau yang telah difermentasi dapat
langsung memasuki tahapan sortasi. Bir-biran bertujuan untuk mempermudah
pemilihan daun tembakau dalam proses sortasi. Prosedur yang dilaksanakan:
a. Diadakan permisahan berdasarkan panjang dan pendeknya daun sebelum
pakanan (tumpukan daun tembakau yang akan diproses) dikirim ke ruang bir.
b. Merencanakan proses dan pelaksanaan bir-biran.

5. Sortasi

Gambar 5.6 Sortasi Tembakau Bawah Naungan (Sumber: PTPN X Kebun


Kertosari)
Pada Gambar 5.6 merupakan tahapan sortasi tembakau. Sortasi adalah
proses pengelompokan daun berdasarkan kriteria dan urutan yaitu memisahkan
26

tembakau berdasarkan bahan dasar, ukuran dan tangga warna. Sortasi berdasarkan
bahan dasar pada praktiknya dibedakan berdasarkan warna daun (kehijauan adalah
untuk tembakau mentah, kemerahan untuk tembakau matang dan kekuningan
untuk tembakau masak). Sortasi berdasarkan keseragaman ukuran yaitu tipis,
sedang dan tebal. Prosedur yang dilaksanakan:

1. Sortasi Tahap I
Memilah dan mengelompokan tembakau berdasarkan kualitas warna dasar
yaitu: BP – KP – BV – K – M – B – KV – MV – MTL – N/KS – Filler.

Keterangan :
BP : Biru Pucat
KP : Kuning Pucat
BV : Biru Lenger
K : Kuning
M : Merah
B : Biru
KV : Kuning Lenger
MV : Merah Lenger
MTL : Tembakau Mutu Lain
N/KS : Kulit Katak

2. Sortasi Tahap II
Memilah dan mengelompokan hasil sortaasi tahap I berdasarkan kualitas
kegunaan (Dekblad, Omblad, atau Filler):
NW (Natural Wrapper)
LPW (Light Painting Wrapper)
PW (Painting Wrapper)

3 Sortasi Tahap III


Memilih dan mengelompokan hasil sortasi tahap II berdasarkan warna detail
daun tembakau yaitu: (KP – K – M – MM – BP – B – BB – KV – MV– MMV).
27

Keterangan :

KP : Kuning Pucat
K : Kuning
M : Merah Muda
MM : Merah Tua
BP : Biru Pucat
B : Biru
BB : Biru Tua
KV : Kuning Lenger
MV : Merah Lenger
MMV : Merah Tua Lenger

4. Sortasi Tahap IV (Gambang Unting)


a. Mengelompokan dan menyusun hasil sortasi tahap III sesuai kegunaan warna
dan ukur daun.
b. Mengikat daun tembakau sebanyak 35 sampai 40 lembar per unting.

5. Terimaan Unting Halus


a. Mengecek kebenaran untingan daun tembakau sesuai kualitas kegunaan, warna
dan ukur.
b. Mengelompokan hasil berdasarkan kualitas kegunaan dan warna.

6. Nazien dan Nametten


Setelah selesai difermentasi, daun tembakau masih berupa campuran daun
yang berbeda kualitasnya, sehingga perlu dilakukan sortasi untuk memisahkan
serta menyamakan mutu tembakau. PTPN X Kebun Kertosari melakukan sortasi
terhadap daun tembakau yang telah difermentasi dengan beberapa tahapan, salah
satunya adalah nazien. Nazien adalah proses mengecek kembali pekerjaan
penyortiran. Ini adalah jenis kontrol kualitas, memastikan bahwa tembakau yang
akan dikemas memiliki kualitas tertentu, warna dan ukuran keseragaman dalam
satu karton/bal. Prosedur untuk melakukan proses nazien di PTPN X Kebun
Kertosari adalah sebagai berikut:
28

1. Menyiapkan daun tembakau yang akan di nazien dari hasil terimaan unting
halus yang sudah dikelompokan dalam merk.
2. Mengelompokan hasil sortasi berdasarkan ukur daun. Ketentuan ukur daun
yang berlaku di PTPN X Kebun Kertosari yaitu:
Ukur 1+S : > 50 cm-58 cm
Ukur 1+ : > 47 cm-50 cm
Ukur 1 : > 40 cm-47 cm
Ukur 2 : > 36 cm-40 cm
Ukur 3+ : > 33 cm-36 cm
Ukur 3 : > 30 cm-33 cm
Ukur 4 : > 28 cm-30 cm

Gambar 5.7 Ukur Daun Tembakau pada Proses Nazien (Sumber: PTPN X Kebun
Kertosari)
3. Mengecek dan mengelompokkan hasil sortasi berdasarkan warna daun.
Pengelompokkan daun tembakau sesuai warna daun yaitu KP (Kuning Pucat),
K (Kuning), M (Merah Muda), MM (Merah Tua), BP (Biru Pucat), B (Biru),
BB (Biru Tua), KV (Kuning Lenger), MV (Merah Lenger), MMV (Merah Tua
Lenger).
29

Gambar 5.8 Menyeragamkan Warna pada Proses Nazien (Sumber: PTPN X


Kebun Kertosari)
Untingan tembakau yang telah melalui proses nazien, perlu dikemas dalam
bentuk bal dengan berat dan ukuran tertentu. Sebelum masuk ke tahap
pengebalan, tembakau dilakukan proses nametten terlebih dahulu. Nametten
merupakan kegiatan menyamakan untingan-untingan tembakau pada tumpukan
untingan tembakau yang siap dikemas. Di tahap nametten ini daun tembakau yang
sudah disaring atau nazien kemudian ditimbang menurut beratnya. Prosedur
melakukan proses nametten di PTPN X kebun Kertosari adalah sebagai berikut:
1. Menimbang untingan tembakau hasil proses nazien yang telah seragam kualitas
atau mutunya dengan berat 50 kg per karton
2. Mengambil dua unting tembakau dari setiap hasil timbangan nazien sebagai
sampel tembakau yang siap dikemas,
3. Menempatkan hasil timbangan nazien di ruang pengebalan atau pengepakan.

Gambar 5.9 Proses Nametten di PTPN X Kebun Kertosari (Sumber: PTPN X


Kebun Kertosari)
30

7. Pengebalan
Tembakau yang telah selesai dalam proses pengolahan, perlu dikemas dalam
bentuk bal dengan berat dan ukuran tertentu. Daun tembakau yang telah seragam
sekali lagi diperiksa sebelum pengepakan, untingan harus dalam keadaan kering
untuk menghindari kelanjutan dari proses fermentasi atau tumbuhnya jamur. Daun
daun yang telah disortasi lalu diikat. Setiap ikat untingan daun sebanyak 20-25
helai daun sesuai dengan kelasnya dimasukkan ke dalam kotak karton. Kepala
untingan harus erat menempel pada sisi karton. Setiap karton harus diisi dengan
kualitas yang sama tertimbang 50 kg. Hal ini terutama dilakukan untuk
memudahkan penyimpanan dan perhitungan netto total tembakau yang telah dibal.
Kemudian, untingan ditekan dengan mesin secara perlahan. Setiap kesalahan
dalam tahap kemasan bisa mengubah bentuk bal. Kesalahan yang terjadi karena
hasil fermentasi yang tidak baik menyebabkan rendahnya kualitas bahan kemasan.
Pengebalan dilakukan dengan alat pengepres agar karton menjadi mampat.
Tembakau yang dibungkus susunannya harus rapi, lurus dan tidak miring.
Pada proses pengebalan dan penggudangan TBN di PTPN X Kertosari
terdapat beberapa kekurangan yang akan mempengaruhi hasil dan penjualan
produk tembakau yang akan diekspor. Kekurangan pada saat tahap pengebalan
antara lain:
1. Kondisi Mesin Pengebalan
Penggunaan mesin selama proses pengebalan terbatas pada mesin pressing/
pengebalan yang masih belum modern. Mesin pressing yang digunakan yaitu
pressing tenaga listrik. Kondisi mesin yang digunakan pada proses
pressing/pengebalan di PTPN X Kebun Kertosari sudah usang yang akan
membahayakan keselamatan petugas. Adanya oli/ cairan pelumas mesin dan
benda tajam seperti jarum, paku pada mesin dapat merusak mutu tembakau saat
proses pengebalan, kerusakan tersebut berupa sobek dan cacat pada tembakau
yang tidak dapat dilihat oleh petugas sehingga perlu diganti dengan mesin yang
baru dan lebih modern.
31

Gambar 5.10 Kondisi Mesin Pengebalan yang Telah Usang (Sumber: PTPN X
Kebun Kertosari)

Gambar 5.11 Mesin Pengebalan yang Modern (Sumber: Google)

2. Proteksi Stok Barang di Gudang


Proteksi stok barang merupakan kegiatan yang penting untuk melindungi
tempat produksi, produk tembakau dan alat-alat produksi dari serangan hama
khususnya Lasioderma sp. Pada gudang stok barang di PTPN X Kertosari tidak
terdapat kegiatan proteksi terhadap hama sehingga akan berpengaruh terhadap
mutu produk yang akan dijual. Oleh karena itu, perusahaan ini perlu melakukan
proteksi terhadap hama agar tetap menjaga kualitas dari daun tembakau yang
diekspor ke luar negeri. Kegiatan proteksi dilakukan dengan 3 cara yaitu
spraying, fumigasi dan fogging. Spraying dilakukan 1 minggu 2 kali dengan
menggunakan bahan buldok. Fumigasi dilakukan 1 bulan 2 kali dengan
menggunakan bahan phostoxin. Fogging dilakukan 1 bulan 1 kali. Selain itu juga
menggunakan LasioTrap (alat perangkap hama gudang) yang diletakkan didalam
32

gudang.

Gambar 5.12 LasioTrap (alat perangkap hama gudang) (Sumber: Google)

3. Label Kemasan
Pelabelan merupakan suatu bagian dari sebuah produk yang membawa
informasi verbal tentang suatu produk. Label merupakan bagian dari suatu produk
yang menyampaikan informasi mengenai produk dari penjual. Sebuah label
merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal)
yang dicantumkan pada produk. Pada kemasan karton yang digunakan di PTPN X
Kebun Kertosari tidak terdapat label kemasan sehingga informasi mengenai
produk tidak tersampaikan kepada konsumen. Oleh karena itu, perusahaan perlu
mencatumkan label pada kemasan karton. Label yang digunakan akan
menggambarkan beberapa hal mengenai produk (berat produk, dimana dibuat,
kapan dibuat, apa isinya, dan bagaimana cara penyimpanannya).

4. Metode Pengemasan
Kemasan yang digunakan untuk mengemas tembakau yaitu tipe karton.
Daun tembakau yang telah dimasukkan kedalam karton kemudian dilapisi dengan
kertas untuk mencegah kerusakan tembakau. Akan tetapi penggunaan kertas
sebagai pelapis tembakau masih belum mengurangi kontak antara tembakau
dengan udara yang akan menyebabkan daun mengalami peningkatan kadar air
yang akan memicu pertumbuhan jamur pada daun tembakau. Oleh karena itu
untuk mencegah terjadinya kontak antara daun tembakau dengan udara diperlukan
33

bahan yang dapat menyerap udara atau mencegah terjadinya kelembaban didalam
kemasan. Bahan yang dapat digunakan adalah silica gel. Selain menggunakan
silica gel sebagai bahan penyerap udara untuk menjaga kondisi kering kemasan,
dapat juga membungkus daun tembakau dengan menggunakan plastik sehingga
peluang daun tembakau berkontak langsung dengan udara semakin kecil.

Gambar 5.13 Kemasan Karton (Sumber: PTPN X Kebun Kertosari)


34

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Proses pengolahan tembakau bawah naungan (TBN) di PTPN X Kebun
Kertosari meliputi turun truk, saring rompos, fermentasi, bir-biran, sortasi,
nazien-nametten dan pengebalan.
2. Pada proses pengebalan terdapat kekurangan yang dimiliki oleh PTPN X
Kebun Kertosari yaitu yaitu kondisi mesin pengebalan yang telah usang, tidak
ada proteksi stok barang di gudang, metode pengemasan yang kurang benar
dan tidak ada label pada kemasan karton.

6.2 Saran
Dari hasil yang telah dijabarkan, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kualitas daun tembakau yang
akan dijual ke luar negeri
2. PTPN X Kebun Kertosari perlu melakukan peremajaan mesin dan peralatan
yang digunakan serta melakukan pengembangan dan penelitian untuk
meningkatkan kualitas daun tembakau yang diekspor.
35

DAFTAR PUSTAKA

Basyir, U.A., 2006. Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok. Bandung: Pustaka at-
Tazkia.
BSN. 2006. Tembakau Bawah Naungan. Jakarta: Badan Standart Nasional
Indonesia.

Budiman, H. 2011. Budidaya Tanaman Tembakau. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press.
Cahyono, B. 2005. Tembakau: Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta:
Kasinius
Djajadi. 2008. Pengaruh Pupuk Majemuk Terhadap Hasil dan Mutu Tembakau
Virginia Di Bondowoso, Jawa Timur. Jurnal Littri 14(3) Hlm. 95-100 ISSN
0853-8212. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang.
Djumali. 2008. Produksi dan Mutu Tembakau (Nicotiana tabacum) Temanggung
di Daerah Tradisional Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Malang: Universitas Brawijaya
Matnawi, Hudi, 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Setiawan dan Trisnawati. 1993. Cara Pembudidayaan, Pengelolaan dan
Pemasaran Tembakau. Jakarta: Penebar Swadaya.
36

LAMPIRAN 1. Surat Keterangan Penerimaan Magang


37

LAMPIRAN 2. Jurnal Kegiatan Magang Kerja


38
39

LAMPIRAN 3. Rekaman Kegiatan Magang Kerja


40
41

LAMPIRAN 4. Surat Keterangan Selesai Magang

Anda mungkin juga menyukai