Anda di halaman 1dari 78

PANEN TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN (TBN)

DI KOPERASI AGROBISNIS TARUTAMA NUSANTARA

LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

oleh

Feby Indah Setyoningrum


NIM A32180938

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2020
PANEN DAUN TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN (TBN)
DI KOPERASI AGROBISNIS TARUTAMA NUSANTARA

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Pertanian (A.Md.P)
di program studi Produksi Tanaman Perkebunan
Jurusan Produksi Pertanian

oleh

Feby Indah Setyoningrum

NIM A32180938

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2020
ii
KEMETERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

LEMBAR PENGESAHAN

PANEN DAUN TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN (TBN)


DI KOPERASI AGROBISNIS TARUTAMA NUSANTARA

Feby Indah Setyoningrum

NIM A32180938
Telah melaksanakan Praktek Kerja Lapang dan dinyatakan Lulus

Tim penilaian

Pembimbing Lapang (Eksternal) Dosen pembimbing utama (Internal )

Ir. Supriyadi, MP

NIP. 195905201989031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Produksi Pertanian

Dwi Rahmawati, SP, MP

NIP. 197608312010122001

iii
SURAT PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Feby Indah Setyoningrum

NIM : A32180938

Program Studi : Produksi Tanaman Perkebunan

Jurusan : Produksi Pertanian

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui untuk memberikan


kepada UPT, Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non
Eklusif (Non-Exlusive Royalt Free Right) atas Karya Ilmiah berupa laporan
Praktek Kerja Lapang yang berjudul :

“PANEN DAUN TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN (TBN) DI


KOPERASI AGROBISNIS TARUTAMA NUSANTARA”

Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif UPT, Perpustakaan Politeknik


Negeri Jember berhak menyimpan, pengalihan media atau format, mengolah
dalam bentuk pangkalan data (Database), mendistribusikan karya dan
menampilkan atau mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis atau pencipta. Saya bersedia untuk menanggung secara
pribadi tanpa melibatkan pihak Politeknik Negeri Jember, segala bentuk tuntutan
hukum yang timbul atau pelanggaran hak cipta dalam Karya Ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jember, 14 Desember 2020

Yang Menyatakan

Feby Indah Setyoningrum

iv
NIM. A32180938

PRAKATA
Puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-nya sehingga Laporan Praktek Kerja Lapang yang berjudul “ Panen
Daun Tembakau Bawah Naungan (TBN) di KOPERASI AGROBISNIS
TARUTAMA NUSANTARA“ dapat terselesaikan. Laporan hasil Praktek Kerja
Lapang (PKL) yang dilaksanakan di KOPERASI AGROBISNIS TARUTAMA
NUSANTARA di mulai tanggal 25 Agustus 2020 – 14 November 2020, disusun
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Ahli Madya (A.Md.P)
pada Program Studi Produksi Tanaman Perkebunan Jurusan Produksi Pertanian
Politeknik Negeri Jember.

Penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, penulis ingin menyampaikan ucapkan terimakasih kepada :

1. Direktur Politeknik Negeri Jember.

2. Ketua Jurusan Produksi Pertanian Politeknik Negeri Jember.

3. Ir.Supryadi, MP selaku Dosen Pembimbing Internal Praktek Kerja Lapang.

4. Bapak Samikudin dan Bapak Kurniawan D.H selaku Pembimbing Lapang di


lokasi PKL.

5. Bapak Ir. Yoyok Prasetyo dan Bapak sukaryo selaku Direktur dan Manager
produksi serta seluruh karyawan KOPA TTN.

6. Kedua orang tua saya yang telah memberikan doa dan semangat serta
membatu dari segi materi.

7. Teman-teman dan sahabat yang telah banyak membantu memberikan


motivasi dan semangat.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan Praktek Kerja Lapang ini masih
kurang sempurna, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk perbaikan dimasa mendatang. Semoga tulisan ini bermanfaat
khususnya bagi pembaca.

Jember, 14 Desember 2020

Feby Indah Setyoningrum

v
RINGKASAN

Panen Tembakau Bawah Naungan di KOPERASI AGROBISNIS


TARUTAMA NUSANTARA, Feby Indah Setyoningrum, NIM A32180938,
Tahun 2020, hal, Produksi Tanaman Perkebunan, Produksi Pertanian, Politeknik
Negeri Jember, dibimbing oleh Ir. Supriyadi, MP

Tembakau (Nicotiana tabacum L) adalah tanaman perkebunan yang


memiliki nilai jual yang tinggi meskipun banyak pertentangan tentang tanaman
tembakau dan tanaman tembakau termasuk salah satu komoditas yang bersifat
fancy product dimana standart kualitasnya tergantung dari masing-masing selera
pembeli. Tembakau mempunyai fungsi yang sangat besar bagi jutaan rakyat
Indonesia mulai dari petani hingga pekerja buruh di pabrik rokok. Tembakau
diolah menjadi rokok serta menghasilkan devisa yang tinggi bagi negara karena
bea cukai. Koperasi Agrobisnis Tarutama Nusantara merupakan salah satu
perusaan swasta yang berbisnis dalam bidang tembakau dengan menerapkan
teknologi berupa tembakau bawah naungan (TBN). Tembakau Bawah Naungan
(TBN) merupakan salah satu bentuk dari rekayasa teknologi dimana tembakau
dapat menghasilkan produktivitas yang optimal dengan menghasilkan daun tipis,
elastis dan memiliki cita rasa daun yang khas. Proses kegiatan dalam budidaya
Tembakau Bawah Naungan (TBN) juga menciptakan peluang pekerjaan yang luas
dan dapat memberikan penghasilan lebih bagi masyarakat sekitar.

Pelaksanaan kegiatan PKL dilakukan dengan mengikuti serangkaian


kegiatan meliputi pembibitan, pengolahan lahan, pananaman, panen, sampai
pengolahan daun tembakau. Hasil kegiatan praktek kerja lapang di perkebunan
penulis memperoleh pengalaman sebagai tenaga kerja panen sampai proses
pengolahan daun tembakau selain itu dapat memahami permasalahan dan
pemecahan masalah dalam mengelola kegiatan proses budidaya tanaman
tembakau di KOPA TTN.

Panen adalah kegiatan mengambil hasil dari tanaman setelah mencapai


kemasakan optimal atau mempunyai potensi maksimal jika akan diolah menjadi
bahan baku untuk industri atau langsung konsumsi. Panen merupakan salah satu
dari beberapa urutan pekerjaan TBN yang memberikan kontribusi cukup penting
dalam pencapaian kualitas/mutu daun yang dikehendaki oleh pasar. dalam tahapan
proses panen menyakup beberapa kegiatan yaitu dari pemetikan, pengangkutan,
sujen, rakit dan menaikkan tembakau. Kegiatan pemanenan perlu diperhatikan

vi
dalam pelaksanaany jika tidak sesuai dengan SOP perusahaan akan menimbulkan
suatu masalah yang membuat kualitas daun akan menurun.

DAFTAR ISI

Halaman
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iv

PRAKATA..............................................................................................................v

RINGKASAN........................................................................................................vi

DAFTAR ISI........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL...............................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Tujuan dan Manfaat................................................................................3

1.2.1 Tujuan Umum PKL............................................................................3

1.2.2 Tujuan Khusus PKL...........................................................................3

1.2.3 Manfaat PKL......................................................................................3

1.3 Lokasi dan Jadwal Kerja........................................................................4


vii
1.4 Metode Pelaksanan..................................................................................4

1.4.1 Metode Observasi..............................................................................4

1.4.2 Metode Praktek Lapang.....................................................................4

1.4.3 Metode Demonstrasi..........................................................................4

1.4.4 Metode Wawancara............................................................................4

1.4.5 Metode Studi Pustaka.........................................................................4

1.4.6 Metode Dokumentasi.........................................................................4

BAB 2. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN.....................................................5

2.1 Sejarah Perusahaan.................................................................................5

2.1.1 Profil Perusahaan...............................................................................5

2.2 Visi dan Misi Perusahaan........................................................................6

2.2.1 Visi dan Misi Koperasi Agrobisnis TARUTAMA NUSANTARA...7

2.3 Struktur Organisasi Perusahaan............................................................7

2.4 Kondisi Lingkungan..............................................................................16

2.4.1 Lingkungan Fisik.............................................................................16

BAB 3. BUDIDAYA TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN..............................18

3.1 Perolehan Lahan....................................................................................18

viii
3.1.1 Orientasi Lahan................................................................................18

3.1.2 Pemeriksaan Lahan..........................................................................18

3.1.3 Pengukuran dan Gambar Lahan.......................................................19

3.1.4 Pembayaran dan Administrasi.........................................................19

3.1.5 Ploting Lahan...................................................................................19

3.2 Pembibitan dan Pemeliharaan.............................................................20

3.3 Pemeliharaan Pembibitan.....................................................................21

3.3.1 penyiraman.......................................................................................21

3.3.2 Pemupukan.......................................................................................21

3.3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit....................................................21

3.3.4 Kliping.............................................................................................22

3.3.5 Seleksi Bibit.....................................................................................22

3.4 Pengolahan Tanah.................................................................................22

3.4.1 Pembuatan Got dan Jalan.................................................................23

3.4.2 Pengolahan Tanah (bajak)................................................................23

3.5 Pembuatan Rumah Tembakau Bawah Naungan (TBN)....................24

3.5.1 Desain Blok Rumah TBN................................................................24

ix
3.5.2 Pemasangan Patok Kompas.............................................................24

3.5.3 Mendirikan Rumah TBN.................................................................25

3.6 Penanaman.............................................................................................25

3.6.1 Persiapan Penanaman.......................................................................25

3.6.2 Pemupukan Dasar dan Pengendalian Awal.....................................26

3.6.3 Tanam...............................................................................................27

3.7 Pemeliharaan Tanaman........................................................................27

3.7.1 Penyiraman.......................................................................................27

3.7.2 Penyulaman......................................................................................28

3.7.3 Pengguludan.....................................................................................28

3.7.4 Pemupukan.......................................................................................28

3.7.5 Proteksi Tanaman.............................................................................28

3.7.6 Melilit Batang..................................................................................29

3.7.7 Hygene Plug.....................................................................................29

3.8 Panen dan Pengangkutan......................................................................29

3.8.1 Pemetikan.........................................................................................29

3.8.2 Pengangkutan dan Penimbangan.....................................................30

x
3.9 Pembongkaran Lahan TBN..................................................................31

3.10 Penanganan Hasil Panen......................................................................32

3.10.1 Penataan daun tembakau hasil panen...............................................32

3.10.2 Sortasi dan Sujen..............................................................................32

3.10.3 Perakitan dan menaikkan.................................................................32

3.10.4 Pengeringan......................................................................................33

3.10.5 Romposan.........................................................................................34

3.11 Pengolahan hasi.....................................................................................35

3.11.1 Turun truk........................................................................................35

3.11.2 Saring Rompos.................................................................................35

3.11.3 Fermentasi........................................................................................36

3.11.4 Bir-Bir..............................................................................................37

3.11.5 Sortasi I (prasortasi).........................................................................38

3.11.6 Sortasi IA dan Sortasi IB.................................................................39

3.11.7 Sortasi II...........................................................................................39

3.11.8 Sortasi III.........................................................................................39

3.11.9 Sortasi IV.........................................................................................39

xi
3.11.10 Nazien..............................................................................................40

3.11.11 Nameeten.........................................................................................40

3.11.12 Pengepakan......................................................................................41

BAB 4. PANEN TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN (TBN) DI

AGROBISNIS TARUTAMA NUSANTARA .....................................42

4.1 Pengertian Panen...................................................................................42

4.2 Tahapan Panen......................................................................................42

4.2.1 Panen Non produksi.........................................................................42

4.2.2 Panen Normal...................................................................................43

4.3 Pembagian Petak Kutip.........................................................................44

4.4 Ketetapan panen saat hujan.................................................................44

4.5 Prosedur Kerja Panen...........................................................................45

4.5.1 Pemetikan.........................................................................................45

4.5.2 Pengangkutan...................................................................................48

4.5.3 Sujen.................................................................................................50

4.5.4 perakit dan menaikkan tembakau.....................................................53

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................57

xii
5.1 Kesimpulan.............................................................................................57

5.2 Saran.......................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................60

LAMPIRAN..........................................................................................................61

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Fermentasi ...................................................................................................... 36

4.1 Klasifikasi daun ...............................................................................................45

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Logo KOPA TTN ..............................................................................................5

2.2 Struktur Organisasi KOPA TTN.......................................................................8

4.1 Kegiatan penempatan hasil panen daun basah.................................................45

4.2 Kegiatan pemetikan..........................................................................................46

4.3 Pengisian keranjang panen..............................................................................47

4.4 Isian keranjang panen......................................................................................47

4.5 Pemberian tutup keranjang...............................................................................48

4.6 Pengangkutan hasil panen................................................................................49

4.7 Kegiatan pengangkutan menggunakan pick up...............................................50

4.8 Penurunan hasil panen di gudang pengering...................................................51

4.9 Kegiatan pengeluaran hasil panen dari keranjang...........................................51

4.10 Penataan daun tembakau di gudang pengering.............................................52

4.11 Kegiatan sujen................................................................................................53

4.12 Kegiatan pemasangan dolok..........................................................................54

4.13 Kegiatan merenggangkan antar lembar daun dalam STG..............................55

4.14 Kegiatan pengisian kamar gudang pengering...............................................56

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.Sertifikat PKL ......................................................................................................

2.Jadwal kegiatan PKL ...........................................................................................

3.Dokumentasi kegiatan PKL ................................................................................

xvi
xvii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tembakau (Nicotiana tabacum L) adalah tanaman perkebunan yang memiliki
nilai jual yang tinggi meskipun banyak pertentangan tentang tanaman tembakau
dan tembakau termasuk salah satu komoditas yang bersifat fancy product dimana
standart kualitasnya tergantung dari masing-masing selera pembeli. Tembakau
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi jutaan rakyat Indonesia mulai dari
petani hingga pekerja buruh di pabrik rokok. Tembakau diolah menjadi rokok
serta menghasilkan devisa yang tinggi bagi negara karena bea cukainya.
Tembakau merupakan komoditi unggul di Kabupaten Jember, melalui potensi
tanaman tembakau ini Kabupaten Jember telah lama terkenal dan melegenda
dengan sebutan “Kota Tembakau” sebagai salah satu daerah produsen dan
penghasil tembakau terbesar dengan produk yang berkualitas.

Koperasi Agrobisnis Tarutama Nusantara merupakan salah satu perusahaan


swasta dalam bidang tembakau yang berada di Kabupaten Jember, dengan
menerapkan teknologi berupa tembakau bawah naungan (TBN). Produksi yang
dilaksanakan oleh KOPA TTN didasarkan pada pola permintaan konsumen dalam
bentuk pesanan dari pihak-pihak importir luar negeri, hal ini memberikan
gambaran bahwa kegiatan produksi yang akan dilakukan sangat berhubungan
dengan peramalam penjualan (sales forecasting) dari hasil penjualan dan pesanan
yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya.

Tembakau Bawah Naungan (TBN) merupakan salah satu bentuk dari rekayasa
teknologi dimana tembakau dapat menghasilkan produktivitas yang optimal
dengan menghasilkan daun tipis, elastis dan memiliki cita rasa daun yang khas.
Dengan adanya pemberian naungan waring, dapat menciptakan iklim mikro
sehingga mengurangi intensitas sinar matahari sebanyak 20 – 30 %. Hal tersebut
juga dapat menekan tingkat serangan hama dan penyakit yang sering menyerang
pada tanaman tembakau. Proses kegiatan dalam budidaya Tembakau Bawah
Naungan (TBN) juga menciptakan peluang pekerjaan yang luas dan dapat
memberikan penghasilan lebih bagi masyarakat sekitar.

Faktor – faktor yang mempengaruhi mutu tembakau antara lain adalah


varietas, iklim, tanah serta dalam proses budidayanya sekaligus seperti
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan , pengolahan hasilmdigudang
seng ( gudang pengolah) yang meliputi kegiatan dari turun truk, saring rompos,
fermentasi, sortasi tahap I, sortasi tahap II, sortasi tahap III, sortasi tahap IV,

1
2

nazien, nameeten dam pengepakan. Setiap faktor diatas mempunyai hubungan


yang erat kaitannya dengan kualitas/mutu tembakau.

Panen merupakan salah satu dari beberapa urutan pekerjaan tembakau bawah
naungan (TBN) yang memberikan kontribusi cukup penting dalam pencapaian
kualitas/mutu daun yang dikehendaki oleh pasar, dalam tahapan proses panen
mencakup beberapa kegiatan yaitu dari pemetikan, pengangkutan, sujen, rakit dan
menaikkan tembakau. Kegiatan pemanenan perlu diperhatikan dalam
pelaksanaanya jika tidak sesuai dengan SOP perusahaan akan menimbulkan suatu
masalah yang membuat kualitas daun akan menurun, dapat dicontohkan dalam
teknik pemetikan yang tidak dilakukan dengan memegang daun bagian pangkal
tangkai dan pemetikan dilakukan dengan mematahkan ke bawah yang nantiya
akan mengakibatkan daun yang sobek dan akan membuat batang tembaku
mengelupas yang menjadikan kualitas daun menurun, terganggunya
pertumbuhan tanaman dan kesehatan tanaman. Karena fungsi pemetikan dengan
cara memegang daun bagian pangkal tangkai dan mematahkan dengan gerakan 2
kali ke kanan dan ke kiri bertujuan untuk tetap menjaga kualitas daun dan
kesehatan tanaman.

Sejalan dengan peningkatan sumber daya manusia, Politeknik Negeri Jember


merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi yaitu
suatu program pendidikan yang mengarahkan proses belajar mengajar pada
tingkat keahlian dan mampu melaksanakan serta mengembangkan peningkatan
kompetisi sumber daya manusia yang handal dan berkualitas tinggi. Salah satuya
kegiatan akademik yang dimaksud adalah Praktek Kerja Lapang (PKL). Praktek
Kerja Lapang(PKL) yaitu kegiatan mahasiswa untuk belajar praktis pada
perusahaan, industri, instansi, unit bisnis strategis lainnya yang diharapkn dapat
menjadi sarana penerapan ketrampilan dan keahlian mahasiswa.
3

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan Umum PKL


Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL) secara umum adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman kerja


mengenai kegiatan di perusahaan atau di tempat PKL.

2. Melatih berpikir lebih kritis antara teori yang di dapat di kampus dengan
pelaksanaan secara teknis dilapangan seperti ditempat PKL.

3. Menerapkan teori yang telah diperoleh selama dikampus pada kegiatan PKL.

4. Mengetahui berbagai permasalahan dalam dunia bisnis dari berbagai aspek.

1.2.2 Tujuan Khusus PKL


Tujuan Khusus kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) meliputi :

1. Memahami dan megentahui prosedur kerja pada tembakau bawah naungan


(TBN).

2. Mempelajari dan memahami proses penan tembakau bawah naungan (TBN)


dengan baik dan benar.

3. Mempelajari dan memahami cara petik sampai dengan menaikkan di setiap


kamar tembakau bawah naungan (TBN) dengan baik dan benar.

1.2.3 Manfaat PKL


Manfaat Praktek Kerja Lapang (PKL) sebagai berikut :

1. Menambah ilmu pengetahuan dan ketrampilan tentang proses budidaya


tanaman tembakau bawah naungan dengan baik dan benar.

2. Memperoleh kesempatan untuk memantapkan ketrampilan dan membangun


hubungan relasi yang baik.

3. Menumbuhkan sikap kerja yang berkarakter.

4. Memperoleh ilmu pengetahuan tentang budidaya tembakau bawah naungan


sampai dengan pengolahan tembakau di KOPA TTN.
4

1.3 Lokasi dan Jadwal Kerja


Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan pada tanggal 25
Agustus 2020 – 14 November 2020 dengan jadwal kerja hari Senin – Sabtu
dimulai pada pukul 07.00 – 15.30 WIB. Tempat pelaksanaan PKL di kebun dan di
gudang pengolah KOPA Tarutama Nusantara, Jember.

1.4 Metode Pelaksanan


Metode yang dipakai dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) meliputi :

1.4.1 Metode Observasi


Mahasiswa terjun langsung ke lapangan untuk mengamati serta melihat
keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Melihat dan pengenalan lokasi di
perkebunan TARUTAMA NUSANTARA.

1.4.2 Metode Praktek Lapang


Melaksanakan kegiatan secara langsung praktek budidaya Tembakau Bawah
Naungan mulai dari panen sampai dengan di gudang pengolahan dan langsung
mengetahui keadaan kondisi lapang.

1.4.3 Metode Demonstrasi


Melaksanakan kegiatan dilapang sesuai intruksi pembimbing mulai dari
persiapan sampai kegiatan pengolahan daun tembakau. Hal ini dilakukan apabila
kegiatan praktek kerja lapang tidak dapat dilaksanakan di kebun.

1.4.4 Metode Wawancara


Melaksanakan dialog dan bertanya langsung dengan pembimbing lapang
serta orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan di lapangan dan
bertangung jawab terhadap semua masalah teknis dilapang.

1.4.5 Metode Studi Pustaka


Melaksanakan kegiatan pengumpulan data yang digunakan dan berbagai
macam literatur budidaya tanaman tembakau sebagai proses penulisan laporan.

1.4.6 Metode Dokumentasi


Selama melaksanakan kegiatan di lapangan mahasiswa melakukan
pengambilan gambar dengan menggunakan kamera, foto hasil gambar
dilampirkan untuk memperkuat isi laporan yang akan disusun dibuku laporan.
BAB 2. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

2.1.1 Profil Perusahaan

Gambar 2. 1 Logo KOPA TTN

Koperasi Agrobisnis Tarutama Nusantara di kenal dan di singkat dengan


Kopa TTN, Kopa TTN awal dibentuk dengan kesepatan usaha kerja sama
koperatif di bidang tembakau bawah naungan oleh empat sekawan yakni H.A.
Ismail, H. Abdul Kahar Muzakir, Soejitno Chandra Hasan dan Heru Tisdamarna
pada tanggal 5 Maret 1990 – 13 April 1990, dengan menerapkan prinsip-prinsip
Koperasi dan pada tanggal 28 juli 1990 didirikannya Koperasi Agrobisnis
Tarutama Nusantara. Pada tanggal 24 Desember 1990 mendapatkan pengakuan
badan Hukum No.6913/ B.H / II / 90 dari pemerintah kemudian pada tahun 1994
mendapatkan sertifikat dengan predikat A. Lokasi kantor Manajer di Jl. Ambulu
no. 86 Pancakarya, desa Jenggawah Kabupaten Jember dan kantor pusat berlokasi
di jl. Brawijaya no.3 Jubung-Jember.

Kepengurusan Kopa TTN pasa saat pendirinya pertama terdiri dari 4 orang
yaitu H.A. Ismail sebagai Ketua 1, H. Abdul Kahar Muzakir sebagai Ketua II,
Heru Tisdamarna sebagai Seketaris dan Soejitno Chandra Hasan sebagai
Bendahara. Pada tanggal 11 januari 1994 H.A. Ismail wafat, maka H. Abdul
Kahar Muzakir di tunjuk sebagai Ketua 1 sedangkan pada tanggal 15 Februari
2000 Heru Tisdamarna wafat, jabatan Seketaris diidi oleh Ir. Febriana Ananta
5
6

kahar, MIAM. Mulai tahun 1993, koperasi mengembangkan usahannya ke


komoditi non tembakau (Hortikultura) antara lain pisang, wijen dan tanaman obat-
obatan ( kumis kucing, Valeriana, Digitalis ). Permodalan Kopa TTN diperoleh
dari simpanan para anggota koperasi, kredit dari Bank Export Import Indonesia
(BEII) dengan jaminan milik pribadi para pediri dan dari Red Clause Letter Of
Credit dari Bremer Landes Bank Bremen yang di jamin oleh mitra usaha
Hellmering Kὅhne & CO (HKC) Bremen.

Dalam usaha pengembangannya pernah merintis kerja sama dengan sistem


kemitraan antara lain dengan :

a. Dalam bidang TBN, TTN bermitra (Join Operation) dengan Hellmering


kὅhne dan CO, Bremen Jerman dan telah berjalan hingga sekarang (10
tahun).

b. PT. Aneka Food Tatarasa Industri Probolinggo untuk komoditas pisang dan
nangka.

c. PT. GMIT Jember untuk komoditi White Burley dan produksi tanaman obat
(kumis kucing dan Valerina).

d. PTP. XXIX Jember, komoditi pisang ambon, wijen dan jasa konsultan.

e. PT. Rex Canning Bangil, Komoditi Baby Corn.

f. Balittas Malang, Puslitbun Jember, Balitbang PTP XXVII Jember, Balihorti,


di bidang penelitian dan pengembangan.

g. Universitas Jember, Politeknik Jember, Sekolah Menengah Kejurusan (SMK)


Jember dan Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta dalam
bidang pengembangan sumber daya manusia.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan


Visi dan misi perusahaan merupakan salah satu aspek penting sebagai dasar
dalam pelaksanaan berbagai kegiatan perusahaan untuk membangun dan
mencapai tujuan perusahaan. Visi dan misi akan menjadi landasan dasar bagi
seluruh komponen yang ada dalam perusahaan.
7

2.2.1 Visi dan Misi Koperasi Agrobisnis TARUTAMA NUSANTARA

1. Visi

Lembaga yang selalu mudah beradaptasi dengan pasar dunia, kokoh secara
teknis, keuangan yang efisien, SDM yang berkualitas dan mempunyai bidang
usaha lain yang mendukung.

2. Misi

Bisnis utama (Core business) yang kokoh dan menguntungkan, keuangan


yang efesien dan efektif, alam SDM yang kondusif dan mantap serta diversifikasi
usaha yang terpogram baik

2.3 Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi adalah gambaran umum secara skematis tentang
hubungan kerja sama dari orang-orang yang terdapat pada organisasi dalam
rangka mencapai suatu tujuan. Fungsi organisasi dalam suatu perusahaan meliputi
penentuan kegiatan-kegiatan dan penentuan tanggung jawab serta pendelegasian
wewenang untuk melaksanakan dan mempertanggung jawabkan kegiatan tersebut.
Dalam sebuah perusahaan dibutuhkan pembagian kerja yang tepat dengan
pembagian divisi pada setiap bagian. Hal tersebut penting agar tugas dan fungsi
yang terdapat pada perusahaan dapat berjalan dengan baik. Berikut adalah struktur
organisasi yang terdapat di Koperasi Agrobisnis Tarutama Nusantara.
8

RAT
BADAN
PENGAWASA
PENGURUS N

DIREKTUR
UTAMA

DIREKTUR DEREKTUR DIRETUR UMUM &


KEUANGAN PRODUKSI SDM

Sekretaris Direksi Penasehat Direksi

General Manajer

Kepala Kantor Pusat

Manager Litbang Manager Produksi


Kasir Kepala Kepala Urusan
kantor Urusan Umum & SDM
Wakil manager Wakil manager
Keuangan &Diversifikasi Wakil Manager
pusat umum & produksi
Usaha Litbang
keuangan

Kepala seksi Kepala Kepala PJP SU Kepala


pengendalian seksi seksi B seksi
PLH -staf pemuliaan &
Staf -Staf & umum magazyn pengirim
pembenihan kositas
USPM an
Bayar/ Akuntasi
-staf budidaya
Kasir –Staf
&teknologi
Fiskal -staf -staf pengadaan Staf
pengendalian mtrl industri kositas Satman -staf
-staf proteksi administ
pemupukan & rasi
-staf bayar/kair -staf pengadaan
Staf Staf Staf tanah
Diversifikasi Umum & USPM mtrl non -staf
-staf administrasi -staf Adm
industri PPJP pengirim
Usaha sdm & pengendalian &umum
an
biaya -staf magazyn

-staf umum
-Juru Umum Pemb
Adm -juru data
-Kurir &kurir -juru mgzn -mandor
USPM
-Sopir Sopir -satpam -tehnisi listrik -juru teknik
-Satpam -sopir -tehnisi mesin -juru
administrasi

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi KOPA TTN

Sumber : Koperasi Agrobisnis TARUTAMA NUSANTARA (2020)


9

Berdasarkan gambar struktur di atas, dapat diketahui tugas dan tanggung


jawab tiap bagian organisasi KOPA TTN Jember, antara lain :

1. Rapat Anggota

Anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam koperasi, yang tercermin


dalam forum Rapat Anggota, secara teknis sering kali disebut dengan RAT (Rapat
Anggota Tahunan).

Menurut pasal 23 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, tugas dan


wewenang Rapat Anggota adalah :

1. Menetapkan Anggaran Dasar / ART.

2. Menetapkan kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan


usaha koperasi.

3. Menyelenggaran pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan


pengawasan.

4. Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja


koperasi serta pengesahan laporan keuangan.

5. Mengesahkan laporan pertanggung-jawaban pegurus dan pengawas dalam


melaksanakan tugasnya.

6. Menentukan pembagian Sisa Hasil Usaha.

7. Menetapkan keputusan penggabungan, peleburan, dan pembubaran


koperasi

Berdasarkan pasal yang tertulis diatas, maka rapat anggota merupakan


pelengkap berdirinya organisasi yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
menentukan kebijakan dan program kerja yang harus dilaksanakan pengurus /
badan pengawas KOPA TTN Jember.

2. Pengurus

Pengurus dipilih dari dan oleh Anggota Koperasi dan yang berperan dalam
mewakili anggota dalam menjalankan kegiatan kegiatan organisasi maupun usaha
koperasi. Pengurus mempunyai wewenang untuk memilih manajer dan karyawan
sebagai pengelola untuk dapat berjalannya fungsi usaha sesuai dengan ketentuan
yang ada, sebagaiman yang tercantum dalam pasal 32 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
10

Pengurus mempunyai wewenang dan kekuasaan dari hasil keputusan


RAT. Pengurus berkewajiban melaksanakan seluruh kebutusan RAT yang telah
disepakati guna memberikan manfaat kepada anggota koperasi. Pengurus
merumuskan berbagai kebijaksanaan yang harus dilakukan pengelola (Tim
Manajemen) dan menjalan tugas-tugasnya sebagai berikut :

1. Mengelola organisasi koperasi dan dalam usahanya.

2. Membuat dan mengajukan rancangan program kerja serta rancangan


RAPBK ( Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi).

3. Menyelenggarakan Rapat Anggota.

4. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban pelaksanaan


tugas.

5. Menyelenggaran pembukuan keuangan dan invetaris secara tertib.

6. Menyimpan daftar buku anggota, buku pengurus dan pengawas.

7. Memberikan pelayanan kepada anggota koperasi dan masyarakat.

8. Mendelegasikan tugas kepada manajer.

9. Meningkatkan pengetahuan perangkat pelaksanaan dan anggota.

10. Meningkatkan penyuluhan dan pendidikan kepada para anggota.

11. Mencatat mulai sampai dengan akhir masa kepengurusan pengurus.

12. Mencatat masuk dan keluarnya anggota.

Pengurus juga melaporkan kinerja pelaksanaan kebijakan, program kerja,


dan realisasi rencana Anggaran pendapatan dan Belanja koperasi (RAPBK) yang
sudah disepakati oleh Rapat Anggota untuk tahun buku berjalan ( 1 januari – 31
Desember ). Adapun kinerja kebijakan program dan RAPBK meliputi :

1. Organisasi dan kelembagaan (membandingkan rencana dengan realisasi).

2. Pelayanan dan usaha koperasi (membandingkan rencana dengan realisasi).

3. Neraca pelayanan koperasi kepada anggota dan non anggota


(membandingkan rencana dengan realisasi).

4. Kinerja keuangan (analisa perkembangan dan analisa laporan keuangan).

5. Pembagian SHU
11

6. Keajaiban – keajaiban lain yang muncul yang tidak ada dalam rencana
awal.

3. Badan Pengawas

Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi yang diangkat


dari dan oleh Anggota dalam Rapat Anggota Tahunan, sesuai pasal 38 Undang –
Undang No. 25 Tahun 1992. Sedangkan dalam pasal 39 Undang –Undang Nomor
25 Tahun 1992, berisi tentang fungsi tugas dan wewenang pengawas adalah :

1. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pengurus


dan pengelola koperasi.

2. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.

3. Meneliti catatan yang ada pada koperasi.

4. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

5. Merahasiakan hasil pengawasannya ke pada pihak ketiga.

6. Memeriksa sewaktu – waktu tentang keuangan dengan membuat berita


acara pemeriksaan.

7. Memberikan saran dan pendapat serta usulan kepada pengurus atau rapat
anggota mengenai hal yang menyangkut kehidupan koperasi.

8. Memperoleh biaya – biaya dalam rangka menjalankan tugas sesuai dengan


keputusan rapat anggota.

9. Mempertanggung jawabkan hasil pemeriksaannya pada RAT.

Keterkaitan antara peran pengawas dan pengurus adalah dalam hal


pelaporan dalam hal hasil audit. Pengawas melaporkan hasil audit dan
rekomendasi pelaksanaan kebijakan dan keputusan rapat anggota yang telah
dilaksanakan oleh pengurus koperasi baik audit berkala maupun audit buku akhir
tahun. Hasil audit yang dilaporkan dari epngawas adalah menganai kesesuaian dan
kebenaran data dan informasi yang dilaporkan dari pengawas adalah mengenai
kesesuaian dan kebenaran data dan informasi yang dilaporkan pengurus koperasi
dengan adanya bukti – bukti pendukungnya. Adapun beberapa hasil audit yang
dilaporkan ke pengawas antara lain :

1. Pelaksanaan Anggaran Dasar di Koperasi.

2. Pelaksanaan Keputusan RAT.


12

3. Audit manajemen (pelaksanaan standar operasiona prosedur, deskripsi


jabatan dan disiplin kerja).

4. Audit keuangan (ada tidaknya penyimpangan keuangan oleh pengurus)

5. Audit fisik (inventaris dan kas)

4. Direksi

Dewan direksi yang ada di KOPA TTN jember terdiri dari 4 jabatan
penting yaitu antara lain direktur utama, direktur keuangan, direktur produksi dan
direktur personalia. Dan setiap masing direksi mempunyai tugas dan tangung
jawab masing seperti, Direktur utama berhubungan langsung dengan pengurus
perusahaan yang bertanggung jawab langsung pada koordinasi dan pengendalian
terhadap segala kegiatan dibidang administrasi, kepegawaian dan sekretaris.
Direktur keuangan bertugas sebagai pengawasan dalam operasional keuangan
perusahaan. Direktur produksi bertugas sebagai mengatur produksi tembakau
mulai dari on-farm sampai off-farm sedangakn Direktur personalia bekerja
langsung terkait dalam ketenagakerjaan dan sumber daya perusahaan.

Semua direksi ini saling berkoordinasi satu sama lain dibawah garis
komando dari pengurus KOPA TTN Jember. Dibawah direksi terdapat sekretaris
direksi dan penasehat direksi. Sekretaris direksi sendiri pun bertugas mengecek
seluruh transaksi yang berhubungan dengan operasional perusahaan, pembukuuan
dan laporan penerimaan dan pengeluaran perusahaan. Sedangkan penasehat
direksi merupakan kelengkapan organisasi yang bertugas dalam memberikan
pertimbangan dan usulan-usulan serta nasehat kepada direksi dalam usahanya
melaksanakan kebijakan KOPA TTN Jember.

5. General Manager

General manager merupakan orang yang berperan dalam mengatur


masalah usaha tembakau dari mulai proses lapangan sampai dengan penyiapan
tembakau untuk penjualann. General manager dalam tugasnya dibantu oleh antara
lain :

• Manager produksi

• Manager litbang

• Kepala kantor

Masing-masing jabatan yang setingkat dengan manger dilengkapi dengan orang-


orang yang membantu sesuai dengan bidang yang dibutuhkan.
13

Bedasarkan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya, Indikator penilaian


good comporate governance sebagai berikut :

1. Komitmen terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang baik secara


berkelanjutan:

a. Perusahaan memiliki Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik


(Good Corporate Governance Code) dan pedoman perilaku (code of
conduct).

b. Perusahaan melaksanakan pedoman tata kelola perusahaan yang baik


dan pedoman perilaku secara konsisten.

c. Perusahaan melakukan pengukuran terhadap penerapan tata kelola


perusahaan yang baik.

d. Perusahaan melakukan koordinasi pengelolaan dan administrasi


Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).

e. Perusahaan melaksanakan program pengendalian gratifikasi sesuai


ketentuan yang berlaku.

f. Perusahaan melaksanakan kebijakan atas sistem pelaporan atau dugaan


penyimpangan pada perusahaan yang bersangkutan (whistle blowing
system).

2. Pemegang saham dan RUPS / pemilik modal :

a. RUPS/Pemilik modal melakukan pengangkatan dan pemberhentian


direksi.

b. RUPS/Pemilik modal melakukan pengangkatan dan pemberhentian


dewan komisaris/dewan pengawas.

c. RUPS/Pemilik modal memberikan keputusan yang diperlukan untuk


menjaga kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang dan
jangka pendek sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar.

d. RUPS/Pemilik modal memberikan persetujuan laporan tahunan


termasuk pengesahan laporan keuangan serta tugas pengawasan
Dewan Komisaris/Dewan pengawas sesuai peraturan perundang-
undangan atau anggaran dasar.
14

e. RUPS/Pemilik modal mengambil keputusan melalui proses yang


terbuka dan adil serta dapat dipertanggung jawabkan.

f. Pemegang saham/pemilik modal melaksanakan tata kelola perusahaan


yang baik sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

3. Dewan komisaris/Dewan pengawas

a. Dewan komisaris/dewan pengawas melaksanakan program


pelatihan/pembelajaran secara berkelanjutan.

b. Dewan komisaris/dewan pengawas melakukan pembagian tugas,


wewenang dan tanggung jawab secara jelas serta menetapkan faktor-
faktor yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan tugas dewan
komisaris/dewan pengawas.

c. Dewan komisaris/dewan pengawas memberikan persetujuan atas


rancangan RJPP dan RKAP yang disampaikan oleh direksi.

d. Dewan komisaris/dewan pengawas memberikan arahan terhadap


direksi atas pelaksanaan rencana dan kebijakan perusahaan.

e. Dewan komisaris/dewan pengawas melaksanakan pengawasan


terhadap direksi atas pelaksanaan rencana dan kebijakan perusahaan.

f. Dewan komisaris/dewan pengawas terhadap pelaksanaan kebijakan


pengelolaan anak perusahaan/perusahaan patungan.

g. Dewan komisaris/dewan pengawas berperan dalam pencalonan


anggota direksi, menilai kinerja direksi (individu/kolega) dan
mengusulkan tantiem/insentif kinerja sesuai ketentuan yang berlaku
dan mempertimbangkan kinerja direksi.

h. Dewan komisaris/dewan pengawas melakukan tindakan terhadap


potensi benturan kepentingan yang menyangkut dirinya.

i. Dewan komisaris/dewan pengawas memantau dan memastikan bahwa


praktik tata kelola perusahaan yang baik telah diterapkan secara efektif
dan berkelanjutan.

j. Dewan komisaris/dewan pengawas menyelenggarakan rapat dewan


komisaris/dewan pengawas yang efektif dan menghadiri rapat dewan
komisaris/dewan pengawas sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
15

k. Dewan komisaris/dewan pengawas memiliki sekretaris dewan


komisaris/dewan pengawas untuk mendukung tugas kesekretariatan.

l. Dewan komisaris/dewan pengawas memiliki komite yang efektif.

6. Direksi

a. Direksi memiliki pengenalan dan pelatihan serta melaksanakan


program tersebut secara berkelanjutan.

b. Direksi melakukan pembagian tugas/fungdi, wewenang dan tanggung


jawab secara jelas.

c. Direksi menyusun perencanaan perusahaan.

d. Direksi berperan dalam pemenuhan target kinerja perusahaan.

e. Direksi melaksanakan pengendalian operasional dan keuangan


terhadap pelaksanaan rencana dan kebijakan perusahaan.

f. Direksi melaksanakan pengurusan perusahaan sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku dan anggaran dasar.

g. Direksi melakukan hubungan yang bernilai tambah bagi perusahaan


dan stakeholders.

h. Direksi memonitor dan mengelola potensi benturan kepentigan


anggota direksi dan manajemen dibawah direksi.

i. Direksi memastikan perusahaan melaksanakan keterbukaan informasi


dan komunikasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan penyampaian informasi kepada dewan komisaris/dewan pengawas
dan pemegang saham tepat waktu.

j. Direksi menyelenggarakan rapat direksi dan menghadiri rapat dewan


komisaris sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

k. Direksi wajib menyelenggarakan pengawasan intenal yang berkualitas


dan efektif.

l. Direksi menyelenggarakan fungsi sekretaris perusahaan yang


berkualitas dan efektif.

m. Direksi menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS lainnya sesuai


peraturan perundang-undangan.
16

7. Subman (Sub mandor)

Merupakan staf yang membawahi para satman, dimana satu subman


membawai 6 satman. Tugas dari subman adalah mengawasi dan mengontrol para
satman selama kegiatan produksi TBN mulai dari persiapan tanam sampai dengan
panen.

8. Satman (satuan mandor)

satman merupakan staf yang mempunyai tugas antara lain sebagai berikut :

a. Mengawasi dan memberi perintah kepada para pekerja (buruh).

b. Memimpin dan mengawasi pekerja selama melakukan sortasi dan


fermentasi sampai dengan pengebalan.

c. Bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi TBN selama di lahan.

2.4 Kondisi Lingkungan

2.4.1 Lingkungan Fisik


a. Tempat Lokasi

Koperasi Agrobisnis TARUTAMA NUSANTARA terletak di pinggir


jalan raya Jl. Brawijaya No.5 Kecamatan Jubung Kabupaten Jember dan lokasi
kantor Manajer di Jl. Ambulu no. 86 Pancakarya, desa Jenggawah Kabupaten
Jember. Jarak KOPA TTN dari pusat kota kabupaten ± 20 Km. Batas-batas
wilayah kantor manajer KOPA TTN diantaranya adalah :

Utara : Kecamatan Kaliwates.

Timur : Kecamatan Mumbulsari

Selatan : Kecamatan Jenggawah

Barat : Kecamatan sukorambi


17

Kebun KOPA TTN Pancakarya dalam pengelolaannya dibagi menjadi


beberapa bagian yaitu :

1. Bagian TBN I

2. Bagian TBN II

3. Bagian TBN III

4. Bagian TBN IV

b. Keadaan umum lokasi

1. Lokasi TBN I

(a). Desa : Pancakarya

(b). Kecamatan : Ajung

(c). Kabupaten : Jember

(d).Provinsi : Jawa Timur

2. Luas Lahan TBN bagian I memiliki luas lahan total 20.785 dibagi menjadi
5 penataran yang dikelola oleh 1 SUB lapang :

a. Pancakarya A : 4.370

b. Pancakarya B : 3.899

c. Pancakarya C : 3.889

d. Pancakarya D : 4.345

e. Pancakarya E : 4.272
BAB 3. BUDIDAYA TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN

Tembakau merupakan tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman


perkebunanan dan termasuk tanaman berumur pendek. Tembakau adalah tanaman
yang sangat sensitif terhadap cuaca, cara budidaya, lokasi tanam dan cara
pengolahannya. Bagian tanaman tembakau yang dimanfaatkan untuk diolah
adalah bagian daun tembakau. yang digunakan untuk bahan baku pembuatan
rokok atau cerutu. Pada kebun KOPA TARUTAMA NUSANTARA tembakau
yang ditanam adalah tembakau bawah naungan (TBN), Berikut adalah urutan
kegiatan yang perlu disiapkan dan dilakukan dalam kegiatan budidaya tanaman
bawah naungan yaitu sebagai berikut :

3.1 Perolehan Lahan


Dalam melakukan budidaya hal pertama yang akan dilakukan adalah mencari
lahan yang berpotensial bagi pertumbuhan tanaman, penting dilakukan supaya
tanaman tembakau dapat tumbuh dengan baik dan nantinya mampu menghasilkan
produksi yang optimal sesuai keinginan. Faktor-faktor pendukung dari perolehan
lahan antara lain :

3.1.1 Orientasi Lahan


Orientasi pelaksanaan perolehan lahan dimulai dengan mencari dan memilih
lahan potensial untuk tanaman tembakau sesuai sasaran yang ditetapkan, Seperti
lahan yang memenuhi syarat kesesuaian lahan, kriteria pemilihan lahan, jenis dan
topografi lahan potensial serta syarat timbul tanaman tembakau selanjutnya
diploting dalam form gabar ploting dalam form gambar ploting area.

3.1.2 Pemeriksaan Lahan


Pemeriksaan lahan merupakan kegiatan survei lahan yang dilakukan untuk
melihat mengecek kesesuaian kondisi lahan secara fisik sehingga dapat
memenuhi kesesuaian persyaratan untuk dapat dijadikan sebagai tempat budidaya
tembakau. Adapun syarat-syarat dalam pemeriksaan lahan sebagai berikut :

a. Lahan subur

b. Tekstur tanah ringan s/d sedang

c. pH tanah 5,6 s/d 6,5 Ph

d. ketebalan lapian tanah olah minimal 30 cm

18
19

3.1.3 Pengukuran dan Gambar Lahan


Salah satu syarat dalam pengukuran lahan dan gambar lahan yaitu
kebenaran ukuran/luas per pemilik serta batasnya sesuai pengukuran
menggunakan GPSmap. Langkah langkah pengukuran lahan sebagai berikut:

1. Pengukuran di Lahan

a. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan.

b. Mencatat dalam buku ukur mengenai data-data tanah yang akan diukur
meliputi nama pemilik lahan, alamat dan letak lahan, batas-batas lahan.

c. Melakukan pengukuran dengan mengaktifkan alat GPS dititik awal.

d. Pastikan diperoleh angka devisiasi pengukuran terendah (± 3 m).

e. Melakukan pengukuran dengan mengelilingi lahan melalui batas-batas


areal yang akan diukur sampai kembali ketitik awal pengukuran.

2. Menampilkan Gambar

a. Melakukan pemindahan data pengukuran lahan dari alat GPS ke


komputer.

b. Melengkapi data pemilik dan identitas lahan.

c. Cetak gambar lahan

3.1.4 Pembayaran dan Administrasi


Negosiasi harga dilakukan oleh Asisten Manajer Tanaman, Asisten Muda dan
Mandor Tanaman dengan pemilik lahan untuk mendapatkan lahan yang telah
diukur dan sesuai dengan kesepakatan harga. Pelaksanaan pembayaran lahan
dilakukan dengan sistem MCM (Mandiri Cash Management) via transfer ke
rekening pemilik lahan. Pemilik lahan menandatangani surat perjanjian sewa
lahan.
20

3.1.5 Ploting Lahan


Suatu pemilihan lahan yang sesuai dengan persyaratan tenaman tembakau.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam ploting lahan untuk tanaman
tembakau antara lain :
a. Minimal lahan 5 ha dalam satu lokasi
b. Lahan terbuka
c. Lahan sawah
d. Irigasi dan draenase mudah
e. Bukan bekas tanaman inang ( Family Solanaceae)
f. Jarak lahan ke gudang pengering ± 5 km

3.2 Pembibitan dan Pemeliharaan


Pembibitan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan atau tidaknya usaha budidaya tembakau, keberhasilan
penanaman tembakau banyak dipengaruhi oleh kondisi bibit yang ditanam dan
didukung oleh faktor-faktor lainnya. Maka dari itu untuk memperoleh bibit yang
baik, sehat, kuat dan tepat waktu untuk penanaman, perlu adanya penanganan
pada pembibitan secara serius dan intensif. Lokasi yang dipilih pun juga harus
memenuhi kriteria lokasi pembibitan.
Pembibitan sistem potray adalah menumbuhkan bibit tembakau pada media
yang diletakkan pada potray yang terbuat dari plastic. Ukuran potray sendiri pun
tersedia dipasaran bervariasi antara 39 cm X 58 cm (berisi 80 lubang bibit),
40 cm X 60cm (berisi 240 lubang bibit). KOPA TTN menggunakan potray
dengan ukuran lebar ± 70 cm. Teknik penyebaran benih dalam sistem pembibitan
potray di koperasi agrobisnis tarutama nusantara (KOPA TTN) yaitu menyebar
benih pada potray dengan alat penyebar atau mengunakan mesin. Sistem
pengairannya sendiri menggunakan sistem semi flood system (SFB) yaitu
meletakkan potray pada genangan air yang dibuat sesuai ukuran potray, sehingga
tidak perlu melakukan penyiraman.
Konstruksi atap bedengan bervariasi mulai menyerupai bedengan
tradisional, atau dengan fondasi yang permanen, atau didalam green house
21

maupun atap plastik yang sangat luas. di Kopa TTN sendiri menggunakan
kontruksi green house. Bedengan dibuat dengan arah memanjang utara selatan,
dengan ukuran panjang bedengan 15m, tinggi cagak tengah 3,5m dan tinggi cagak
samping 2m, adapun prosedur kerja sebagai berikut :
1. Membuat bedengan sesuai dengan ketetapan SOP di usahakan permukaan
padat dan rata.
2. Memasang bambu cagak dengan tinggi 3,5 (cagak tengah) dan 2m (cagak
samping).
3. Kemudian dipasang plastik UV dan waring.

3.3 Pemeliharaan Pembibitan


Pemeliharaan pembibitan betujuan sebagai acuan pelaksanaan untuk
mendapatkan bibit yang layak tanam, tepat ukuran, jumlah dan waktu. Ruang
lingkup pemeliharaan pembibitan dimulai dari persiapan sebar sampai bibit siap
tanam adapun rangkaian kegiatan pemeliharaan pembibitan sebagai berikut :

3.3.1 penyiraman
Penyiraman pada pembibitan tembakau merupakan bagian dari pemeliharaan.
Hal ini terbukti bahwa pengaruh penyiraman sangat besar dalam perkecambahan
dan pertumbuhan bibit tanaman tembakau. adapun prosedur kerja penyiraman
sebagai berikut :

a. menyiapkan alat dan bahan yang digunakan yaitu selang air yang
digunakan untuk proses penyiraman.

b. Kemudian sebelum dilakukan penyiraman air yang ada di bedengan di


keluarkan terlebih dahulu dengan cara membuka sedikit bagian pada
bedengan.

c. Jika bedengan sudah bersih baru selanjutnya dilakukan penyiraman


dengan hanya meletakkan selang air pada bedengan dilakukan sampai air
pada bedengan menutipi potray.

3.3.2 Pemupukan
Pemukupakan setelah sebar dengan penyemprotan larutan NPK 1gram/liter
mulai umur 10 hari setiap 5 hari sekali. Setiap 10 liter larutan untuk 3-5 bedengan
pembibitan sesuai umur dan besarnya bibit.
22

3.3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit


Pengendalian hama dan penyakit dalam pembibitan perlu mendapatkan
perhatian karena bibit tembakau sangat rentan terhadap serangan salah satu cara
mengendalikan hal tersebut adalah dengan cara pengendalian secara kimia.
Prosedur kerja pengendalian sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Volume serta frekuensi penyiraman disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Kemudian Jenis pestisida dan dosis pengendalian sesuai dengan rekomendasi
Litbang.

3.3.4 Kliping
Kliping adalah memotong daun tembakau menggunakan mesin yang
berfungsi untuk menyeragamkan pertumbuhan bibit. Dengan begitu terdapatnya
bibit yang seragam saat proses penanaman. Setelah dilakukan kliping dilakukan
peracunan agar mencegah tanaman terkena infeksi.

3.3.5 Seleksi Bibit


Sistem polybag umumnya dilakukan untuk mendapatkan bibit yang
besarnya seragam untuk itu diperlukan penanganan khusus terhadap bibit.
Penanganan ini disebut dengan seleksi bibit seleksi bibit adalah suatu kegiatan
memilah atau mengklasifikasikan bibit sesuai dengan pertumbuhan bibit
tembakau secara bertahap. Seleksi bibit terdapat 3 tahapan yaitu seleksi 1 yang
dilakukan pada umur bibit 10-12 hss, seleksi ke 2 pada umur 20-22 hss sedangkan
seleksi ke 3 umur 28-30 hss, tahapan pada seleksi diklasifikasikan atas tiga kelas
yaitu :
a. Bibit besar (A) dengan tinggi 8-9 cm langsung diletakkan pada nampan atau
bak kemudian dikelompokkan pada satu bedeng
b. Bibit sedang (B) dengan tinggi 5-7 cm dikelompokkan dalam satu bedeng
yang berbeda dari bibit A
c. Bibit kecil (C) dengan tinggi kurang dari 5 cm dikelompokkan sendiri dalam
satu bedeng dan mendapat perlakuan khusus untuk menyeimbangkan atau
menyeragamkan dengan kelas bibit yang lain. Penanganan tersebut berlaku
23

dengan cara penambahanan pupuk baik dari segi dosis dan interval
pemupukan, penyiraman.

3.4 Pengolahan Tanah


Pengolahan tanah merupakan salah satu kegiatan yang berpengaruh dalam
keberhasilan dalam teknik budidaya tanaman tembakau bawah naungan. Tujuan
pengolahan tanah yaitu menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi
pertumbuhan akar tanaman sehingga sistem perakaran dapat berkembang baik
dan mampu menyerap air serta unsur hara dalam waktu relatif singkat dengan
jumlah yang cukup. Pengolahan tanah untuk tanaman Tembakau Bawah Naungan
disesuaikan dengan kondisi tanahnya. Kegiatan pengolahan tanah dilakukan
sebelum kegiatan penanaman dimulai. Pengolahan lahan terbagi atas beberapa
kegiatan seperti :
3.4.1 Pembuatan Got dan Jalan
Pembuatan got berfungsi sebagai jalan keluar dan masuknya air serta untuk
pengatusan media tanam. Fungsi got sebagai irigasi untuk memasukkan air yang
akan digunakan untuk keperluan siraman dan torapan. Fungsi drainase untuk
membuang air yang berlebihan, serta menurunkan permukaan air tanah, sehingga
lahan menjadi lebih sehat. Prosedur kerja pembuatan got dan jalan sebagai berikut
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Gunakan kenca (alat bantu pengukuran) untuk meluruskan bagian yang akan
dibuat got serta jalan
c. Membuat got sesuai dengan ukuran 50 cm x 50 cm.
d. Tanah hasil olah got diletakkan di samping untuk mempermudah pengolahan
lahan selanjutnya. Tanah di diratakan untuk membuat akses jalan dengan
ukuran 1 m.
3.4.2 Pengolahan Tanah (bajak)
Bajak bertujuan untuk menyediakan rumah akar bagi tanaman dengan syarat
remah dan dalam sehingga tanaman tembakau dapat tumbuh baik selain itu
pembalikan tanah dapat membuat proses aerasi didalam tanah menjadi maksimal
sehingga membuat tanah menjadi gembor. Faktor yang mempengaruhi
24

pengolahan tersebut antara lain keadaan cuaca sewaktu pengolahan dan


tersedianya waktu pengolahan. Prinsip dasar pengolahan tanah adalah halus,
dalam, sehat, masak, dan bersih (HDMSB). Sistem kegiatan pengolahan tanah
tanaman TBN sebagai berikut :
a. Brujul I sebelum tanam, pengerjaan menggunakan hand traktor dengan bajak
singkal, tujuannya adalah membalikkan tanah sedalam lapisan olah tanah atau
sekitar 20 cm.
b. Brujul II bertujuan memotong bongkahan yang masih besar-besar dan juga
mengolah proses pengapuran yang sebelumnya disebar pada permukaan tanah
untuk tersebar pada lapisan tanah olah.
c. Brujul III /Rotary dilakukan untuk memperoleh kehalusan lapis olah
pelaksanaannya mempertimbangkan kondisi tanah olah dan tingkat kehalusan
hasil olah tanah.
d. Gebrus Pinggir dilakukan menggunakan tenaga kerja, pelaksanaanya sesudah
brujul I sebagai upaya mengoptimalkan hasil olah tanah.
e. Kopas Tepar dilakukan untuk meratakan tanah bekas galian got.
f. Gam-gam yaitu megambil sampah pada lahan tanam, pengerjaanya dilakukan
dengan cara memunguti sampah-sampah dari kamar ke kamar yang
dikumpulkan pada sak yang nantinya sampah tersebut dimusnahkan diluar
lahan tanam. Umumnya sampah tersebut adalah sisa tanaman-tanaman hasil
olah tanah.

3.5 Pembuatan Rumah Tembakau Bawah Naungan (TBN)


Pembuatan rumah TBN ada beberapa tahap dalam pembuatanya yaitu sebagai
berikut :

3.5.1 Desain Blok Rumah TBN


Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan desain blok antara lain
topografi atau kemiringan lahan, sistem irigasi dan drainase, kemudahan angkutan
panen, kemudahan sistem kontrol, maksimalisasi pemanfaatan lahan untuk
tanaman. Penentuan desain blok penting dikarenakan desain blok rumah yang
tepat akan menentukan kebutuhan bibit yang akan digunakan dilahan.
25

3.5.2 Pemasangan Patok Kompas


Pemasangan patok kompas merupakan suatu kegiatan awal untuk memulai
pekerjaan dilahan pertanaman. Pekerjaan patok kompas dilakukan dengan cara
memberi tanda dari bambu yang digunakan untuk menentukan arah desain blok,
menentukan arah jalan keluar masuk tanaman, menentukan arah kemiringan lahan
yang bersamaan dengan penentuan irigasi dan draenase atau got.

3.5.3 Mendirikan Rumah TBN


Budidaya tanaman Tembakau Bawah Naungan (TBN) merupakan suatu
teknik rekayasa teknologi untuk menghasilkan tembakau cerutu yang mempunyai
kualitas baik dengan mencirikan daun yang elastis dan tipis serta dapat dipakai
sebagai bahan pembuat rokok cerutu (dekblad, omblad dan filler). Pembangunan
rumah TBN yang dilakukan dimulai dengan perencanaan desain blok rumah TBN,
kebutuhan material, pemasangan trocok, pembuatan lubang cagak, pemasangan
cagak V, pemasangan cagak perempatan, pemasangan cagak T, pemasangan
bambu galang, pemasangan kawat BWG 10, pemasangan pasak rumah TBN,
penaikkan waring atap, perentangan waring atap, penjahitan waring atap, dan
pemasangan waring pagar.

3.6 Penanaman

3.6.1 Persiapan Penanaman


Penanaman merupakan awal kegiatan dari bibit yang telah melalui masa
pembibitan di bedengan dan telah melalui masa pemeliharaan serta seleksi bibit
untuk memperoleh bibit yang berkualitas baik. Sebelum penanaman dimulai ada
beberpa kegiatan yang dilakukan diantaranya seperti :

1. Pematang dan talud petak sawah dibersihkan dari tumbuhan dan


rerumputan penggangu (gulma) dan tanaman inang hama dan penyakit,
untuk mengurangi sumber hama penyakit serta serangga vektor penyakit
virus tembakau.

2. Sesudah tanah dibrujul masak kemudian permukaannya diratakan dan


diusahakan tidak rendah ditengah agar air tidak tergenang di tengah.

3. Sisa tanaman yang masih ketinggalan maupun yang semula tertimbun


harus dibersihkan.
26

4. Pemasangan patok kepala dan tanaman.

Pelaksanaan persiapan tanam yaitu memasang tanda-tanda blok sesuai


rencana seri tanam, meratakan permukaan tanah olah, membersihkan got dan
rumput tabun, serta memasang patok tanam yang dimulai dari seri tanam pertama.
Menentukan titik awal untuk meluruskan larikan pada tiap kamar dengan
pemasangan patok dengan arah Utara – Selatan atau Timur – Barat, dari samping
kiri atau kanan patok tanam dan cangkul secara alus dan dalam pada larikan
tanman sehingga tanah masak dan bersih kegiatan ini sering disebut dengan
ADMSB (alus,dalam,masak,sehat dan bersih). Proses siap tanam dimulai dengan
pembuatan lubang tanam menggunakan alat gejik dengan cara :

a. memasang kenca (alat bantu) yang sudah diberi kleter atau tanda tepat
pada trocok tanam.

b. Lakukan gejikan tepat pada tanda usahakan hasil gejikkan dalam.

3.6.2 Pemupukan Dasar dan Pengendalian Awal


Pupuk dasar berfungsi sebagai penyedia unsur hara ketika tanaman baru di
tanam. Pupuk dasar dilakukan H-2 sebelum tanam. Pestisida awal dilakukan H-1
sebelum tanam, tujuannya adalah mencegah serangan penyakit yang penularannya
melalui tanah. Pestisida yang digunakan berupa fungisida dan bakterisida. Jenis
dan dosis pupuk maupun pestisida sesuai rekomendasi Litbang. Berikut ini proses
pemasangan pemupukan yang dilakukan antara lain :
a. Melakukan pencampuran pupuk yang terdiri dari ZA, KNO3, SP36 dengan
cara melarutkan pupuk dalam ± 100 liter air di dalam drum potong, dosis
pupuk sesuai rekomendasi Bidang Penelitian Tembakau Jember.
b. Aduk sampai larut selama ± 10 menit. Kemudian ambil larutan pupuk dengan
timba 5 liter, kemudian siram setiap lubang tanam 100 cc.
c. Letakkan cangkir pada lubang tanam terakhir setelah larutan pupuk dalam 1
timba habis terpasang, sebagai tanda supaya pemasangan selanjutnya tidak
terlewatkan.
Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan aplikasi
pestisida dasar sebagai berikut :
a. Melarutkan pestisida didalam air menggunakan timba, kemudian aduk sampai
rata.
27

b. Siram larutan pestisida pada lubang tanam 50 cc.


c. Kemudian letakkan cangkir pada lubang tanam terakhir setelah larutan
pestisida dalam 1 timba habis terpasang sebagai tanda supaya pemasangan
selanjutnya tidak terlewatkan.
d. Jenis dan dosis pestisida sesuai rekomendasi Bidang Penelitian Tembakau
Jember.

3.6.3 Tanam
Tujuan menanam yaitu satu lubang satu tanaman sehingga diharapkan
tanaman berdiri tegak, akar pada media dapat tertutup dengan sempurna. Pada
dasarnya bibit yang ditanam tidak boleh terluka di bagian manapun, karena luka
pada bagian tanaman akan menyebabkan tanaman dapat terinfeksi oleh penyaki.
Pelaksanaan kegiatan penanaman agar pelaksanaanya adalah sebagai berikut :

a. Tanah telah memenuhi persyaratan tanam (halus,dalam,bersih dan


masak).

b. Penanaman dilakukan mulai dari pagi pukul 06.30 -11.00 dan untuk
penanaman sore dimulai pukul 13.30 – 16.00.

c. Menanam harus memakai kenca tanaman dan tungal pelubang.

d. Dalam penanaman diupayakan akar tidak sampai rusak kemudian


ditanam sampai diatas leher akar.

3.7 Pemeliharaan Tanaman


Kelangsungan hidup dari bibit sampai panen perlu dikondisikan pemeliharaan
yang sesuai dengan tanaman itu sendiri dan lingkungan dilapangan serta sesuai
dengan SOP yang ada. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kualitas dan
kuantitas hasil budidaya yang optimal. Kegiatan pemeliharaan tembakau bawah
naungan diantaranya sebagai berikut :

3.7.1 Penyiraman
Penyiraman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air yang dibutuhkan
tanaman dan juga sebagai pelarut unsur hara yang berasal dari pupuk sehingga
dapat tersedia dan diserap oleh tanaman. Adapun prosedur penyiraman sebagai
berikut :
28

a. Penyiraman dilakukan pagi hdan sore hari sampai berumur 3 hari setelah
tanam.

b. Disiram dengan 1 gayung per tanaman.

c. Tanah PAT tinggi cukup 1 kali sehari.

d. Siraman berikutnya secara terpilih terhadap bibit kecil atau bibit sulaman
agar dapat mengejar sehingga mendapatkan tanaman yang seragam.

3.7.2 Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mempertahankan populasi tanaman persatuan
luas semaksimal mungkin. Penyulaman dilakukan yaitu dengan mengganti
tanaman yang mati baik oleh penyakit maupun karena luka mekanis. Penyulaman
dilakukan umur 1-10 hst, bibit sulaman menggunakan bibit dari bedengan atau
bibit yang sudah dipersiapkan dalam polybag sedang.

3.7.3 Pengguludan
Pengguludan bertujuan untuk menggemburkan tanah agar memudahkan
masuknya udara ke dalam tanah atau memperbaiki aerasi tanah, untuk
merangsang pertumbuhan akar, untuk mempermudahkan proses torapan dan
untuk mencegah terjadinya batang tanaman roboh. Pengguludan dilakukan
sebagai berikut :

a. Gulud I dilaksanakan pada umur 6 HST.

b. Gulud II dilaksanakan pada umur 14 HST.

c. Gulud III dilakukan pada umur 18 HST

3.7.4 Pemupukan
Tanaman tembakau harus mempunyai pertumbuhan yang tepat agar dapat
memberikan hasil yang memuaskan baik kuantitas maupun kualitas. Untuk itu
perlu pemupukan dalam jumlah yang tepat baik dosis maupun jenisnya.
Pemupukan dilakukan dua tahap yaitu :
a. Pemupukan Susulan I
Pupuk susulan I menggunakan KS dosisnya adalah 15 gram per tananaman
yang bertujuan mempercepat pertumbuhan. Dilakukan pada umur 12 HST.
b. Pemupukan Susulan II
29

Dilakukan pada tanaman umur 22 HST. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
KS 5 gram per tanaman diberikan sesuai kebutuhan lapang.

3.7.5 Proteksi Tanaman


Hama yang sering menyerang tanaman tembakau adalah ulat tanah, ulat
grayak, ulat pupus, belalang dan penyakit yang menyerang antara lain yang
disebabkan oleh cendawan seperti anas, hangus batang, dan patik sedangkan yang
disebabkan oleh bakteri yaitu layu bakteri dan cemara serta yang disebabkan oleh
virus seperti TMV, CMV dan TLCV). Pengendalian dilakukan dengan cara
penyemprotan secara teknis atau sanitasi. Sebelum kegiatan proteksi tanaman
dilaksanakan pembekalan Petugas Proteksi Tanaman dilakukan sebelum tanam.

3.7.6 Melilit Batang


Pekerjaan melilit batang tembakau dilakukan dengan 3 tahapan yaitu
sebagai berikut :
a. Tahap I : Pemasangan kawat sampiran dipasang pada ketinggian 160 cm
(setinggi galangan )dari permukaan jalan, dilaksanakan pada umur 16 HST.
b. Tahap II : Lilit tali plastik dipasang pada tanaman umur 22 HST sistem tai
biasa dan sisanya untuk mengikat tanaman sepanjang 30 cm.
c. Tahap III : Ikat batang, dengan cara ikat 10 cm kemudian lilit secara
melingkar dan tali rapia diikatkan pada kawat sampiran.

3.7.7 Hygene Plug


Pekerjaan ini dilakukan dengan tujuan agar penyakit yang disebabkan daun
pertama tidak menular ke daun yang lainnya. Pekerjaan ini dilakukan pada umur
38 HST dengan cara memetik daun yang paling bawah 1-2 helai daun.

3.8 Panen dan Pengangkutan


Kegiatan panen merupakan salah satu dari bebrapa urutan pekerja yang
memberikan kontribusi cukup penting dalam pencapaian kualitas daun yang
dikehendaki oleh pasar. Kegiatan pemanenan menurut SOP perusahaan meliputi
dilakukannya mulai dari pemetikan, angkut, timbang, sortasi dan sunduk, rakit
kemudian dinaikkan. Saat pemanenan yang perlu diperhatikan antara lain
perencanaan penetapan waktu dan kriteria pemetikan, proses pemetikan daun dan
30

pengisian dalam keranjang, proses pengangkutan ke gudang pengering. Adapun


beberapa prosedur kerja yang dapat menjelaskan uraian-uraian kegiatan diatas
sebagai berikut :

3.8.1 Pemetikan
Pemetikan mempunyai kontribusi yang cukup penting dalam terbentuknya
kualitas hasil produksi, maka pehaman tentang kriteria tanaman siap di petik
sangat diperlukan, karena pemetikan tepat masak akan menghasilkan daun yang
mempunyai daya bakar, aroma dan warna yang lebih baik dan jika dipetikan
masih muda akan menghasilkan daun yang pucat kehijauan, kurag supel dan
mudah berminyak begitu pun dengan pemetikan terlalu tua menghasilkan daun
yang kurang elastis.

Namun sebelum dilakukannya panen normal atau panen daun produksi


dilakukan panen non produksi yang meliputi panen cuci kaki dan panen daun
penyakit, pemanen dilakukan pada tanaman berumur ± 45 hari. Untuk pamenen
normal dilakukan sesudah panen non produksi dilakukan dengan kriteria umur
tanaman 50 – 52 hari, adanya kuncup bunga (mosel) ±50%, visual warna daun
menunjukkan lebih terang/warna daun semburat kuning dan ujung helai daun
merunduk. Berikut prosedur kerja pemetikan :

a. Pelaksanaan pemetikan dilakukan pada pagi hari mulai jam 07.00 – 09.30
WIB.

b. Pemetikan daun dilakukan dengan cara memegang daun pada pangkal


tangkainya dan mematahkan dengan 2 kali gerak ke kanan dan kek kiri.

c. Kemudian letakkan pada lengan dengan menata seperti menyusun buku


sampai satu larikan selesai.

d. Masukkan hasil petikan ke dalam keranjang dengan penuh hati-hati,


penataan untuk tembakau pendek arah melintang sedangkan tembakau
panjang membunjur, pengisian hanya sampai dibawah bibir keranjang.

e. Setelah isian keranjang cukup kemudian keranjang ditutup dengan sak


yang sudah menyatu pada keranjang.

Klasifikasi kelas daun tembakau terdiri dari daun KOS, KAK dan TNG,
jumlah daun tembakau pada tanaman yang pertumbuhannya baik biasanya
berjumlah 28 daun sampai lebih. Pemetikan dilakukan pada saat daun telah kesap
dari embun pagi dan pemetikan dimulai dari daun bawah (KOS) dan pemetikan
pun perlu adanya pengawasan yang ketat karena pemetikan yang salah dapat
31

menurunkan hasil produksi seperti terkelupasnya kulit batang tanaman dapat


berakibat menggangu pertumbuhan dan kesehatan tanaman.

3.8.2 Pengangkutan dan Penimbangan


Dengan tetap menjaga terjaminnya mutu daun yang dipanen, keamanan daun
dari kemungkinan sobek dan terjemur matahari, maka perlu organisasi panen yang
baik dan tepat. Hasil panen diangkut dengan menggunakan pick up atau truck bila
jarak lahan cukup jauh dari gudang namun jika dekat cukup dengan tenaga pikul.
Kendaraan angkutan harus dilengkapi dengan rak yang diberi tutup agar tembakau
terhindar dari sinar matahari. Sementara didalamnya disiapkan galur-galur sebagai
pembatas antar keranjang untuk menghindari tekanan antar keranjang yang
merusak daun. Berikut prosedur pengangkutan :

a. Mengangkut keranjang yang sudah penuh dengan alat bantu pikul bambu
panjang.

b. Kemudian menempatkan keranjang pada tempat yang teduh atau pada


lokasi transit.

c. Menaikkan keranjang keatas kendaraan dan penataan sesuai dengan galur-


galur yang sudah ditata.

d. Memastikan kendaraan terdapat tutup untuk menjaga daun tembakau


terhindar dari sinar matahari.

e. Setelah sampai digudang pengering keranjang diturunkan satu persatu


dengan berhati-hati.

f. Setelah berada digudang keranjang langsung dilakukan penimbangan.

g. kemudian ditempatkan pada tempat yang teduh.

3.9 Pembongkaran Lahan TBN


Pembongkaran lahan TBN dilakukan jika proses pemanenan sudah selesai
semuanya, pembongkaran pun perlu memperhatikan perjanjian-perjanjian yang
sudah disepakati oleh pemilik tanah saat akan pengembalian lahan. Kegiatan
pembongkaran lahan TBN dilakukan dengan cara :

a. Kawat sampiran dilepas pada waktu akan pemetikan terakhir langsung


digulung.

b. Kemudian membersihkan sisa tanaman tembakau dengan cara mencabut


dengan akarnya, dan jangan dipotong karena nantinya akan merusak
32

waring serta dapat mempermudah penggulungan dan jangan jangan


dibuang pada got.

c. Galang bambu dibuka selanjutnya langsung dikirim ke gudang


pengering.

d. Cagak dicabut namun jangan dipotong.

e. Jahitan penyambung antar waring dilepas dan dilakukan penggulungan


waring kemudia langsung dikirim di gudang penyimpanan.

3.10 Penanganan Hasil Panen


Setelah dilakukannya kegiatan pemetikan dan pengangkutan hasil panen ke
gudang pengering maka tahap selanjutkan yang dikerjakan dalam gudang
pengolah adalah sebagai berikut :

3.10.1 Penataan daun tembakau hasil panen


Daun hijau yang telah sampai digudang pengering harus segera
dikeluarkan dari keranjang alat pengangkutan agar tidak terjadi penurunan
kualitas, sebab daun hijau yang baru saja dipetik terjadi percepatan respirasi. Daun
tembakau yang basah yang jumlahnya cukup banyak harus diletakkan dengan cara
berdiri sedangkan daun hijau yang sudah kesap dapat diletakkan tidur.

Pentaan daun tembakau pada meja dengan standart maksimal tinggi


tumpukkan 30 cm dan pada tempat yang sejuk. Tujuan dari penataan daun
tembakau adalah untuk memudahkan mengatur kegiatan selanjutnya yaitu
penyundukan daun tembakau, mengurangi tingkat kerusakan daun.

3.10.2 Sortasi dan Sujen


Sortasi daun tembakau yaitu dengan memisahkan ukuran daun ( panjang &
pendek) dan mengeluarkan daun yang tidak sehat serta daun yang cacat lainnya,
namun kegiatan sortasi jangan terlalu mendetail karena dapat menyebabkan
kelambatan proses selanjutnya yaitu penyundukan dan perakitan. Daun tembakau
yang tidak memenuhi persyaratan kualitas atau karena cacat perlu dikeluarkannya
daun dan dibuang pada sampah yang telah disiapkan dibawah meja. Tujuan sortasi
pun agar dalam 1 STG (Satuan Tali Goni) terdapat mutu daun yang seragam
sehingga mempermudah penanganan selanjutnya.

Penyundukan/sujen dilakukan dengan teknis “gentang nengeb” yang


dimaksud adalah dengan cara adu punggung, teknik ini dilakukan agar nantinya
dalam proses pengeringan tidak terjadi daun tembakau yang lengket satu dengan
33

lainnya yang nantinya akan membuat membusuk. Dalam satu STG (Satuan Tali
Goni) diisi ±30 lebar tergantung dengan ukuran daun tembakau.

3.10.3 Perakitan dan menaikkan


Perakitan adalah kegiatan menata per STG pada dolok agar mempermudah
proses pengeringan nantinya, perakitan dilakukan oleh tenaga kerja dengan saling
berpasangan untuk mengikat pada dolok dan untuk proses menaikkan dilakukan
oleh tenaga kerja laki-laki berkelompok. Berikut prosedur kerja :

a. Menata tali kolong yang sudah terpasang di setiap galangan.

b. Kemudian atara 2 ujung STG diikatkan pada dolok.

c. Lalu daun di rentangkan dengan jarak antar lembar daun2-3cm(±2jari).

d. Isikan satu dolok sebanyak 4 STG dengan jarak setiap STG ± 15 cm.

e. Perakitan harus cukup tegang, dimana tali yute jangan sampai terlalu
kendor.

f. Kemudian hasil rakitan dibawa oleh 2 orang ke tempat menaikkan


tembakau dengan posisi rakitan tetap tegang / tanyeng.

g. Kemudian memasukan setiap ujung dolok pada kolong yang di pasang


di kerekan.

h. Kerekan di tarik keatas dengan 2 orang yang sudah siap diatas kamar.

i. Menempatkan dolok pada tali kosong yang sudah disiapkan disetiap


galangan.

j. Kemudian memberikan tanda (mutu daunnya) pada setiap kamar.

Pemberian jarak antar lembar daun bertujuan agar menghasilkan daun


yang lebih terang, sedikit menghasilkan daun busuk, serta menghasilkan
rendemen yang optimal. Daun yang penataannya terlalu rapat menyebabkan
warna daun kering lebih gelap, berpotensi busuk sampai busuk samar lebih
banyak serta rendemen lebih rendah. Pengisian perkamar dimulai dari tengah-
tengah menuju ke samping, dalam satu kamar diisi satu kelas daun atau satu
kualitas daun agar mempermudah dalam perlakuan pengapian

3.10.4 Pengeringan
Pengeringan (curing) adalah proses yang berlangsung sejak tembakau
dipetik dari tanaman sampai turun rompos dari gudang pengering. Tehnologi
34

pengeringan tembakau TBN dilakukan dengan pengeringan menggunakan udara


(system air cured), proses curing tembakau TBN diharapkan berjalan dengan
secara alamiah tidak ada pemaksaan (fixing). Tembakau TBN cukup tipis,
sehingga sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan. Kelembapan udara
yang dibutuhkan dalam proses curing berkisaran 65-90% tergantung pada tahapan
proses curing. Adapun perlakukan terhadap teknik curing sebagai berikut :

a. Membuka ventilasi gudang pengering dilakukan untuk memasukkan


udara segar dari luar gudang pengering dan mengeluarkan uap air dari
dalam gudang dimana pada tahapan menurunkan kadar air pada daun
tembakau. Umumnya dilakukan pada waktu pagi hari tergantung
kebutuhan proses.

b. Menutup ventilasi udara gudang pengering dilakukan juga untuk


menjaga temperatur dan kelembapan udara dalam gudang dari
pengaruh suhu dan kelembapan udara diluar gudang pengering. Untuk
daun tembakau yang telah kering betul dan kondisinya keras maka
ventilasi gudang pengering perlu ditutup sepanjang hari.

c. Perlakuan api kecil / api pelan dilakukan untuk meningkatkan suhu


dalam gudang yang dibutuhkan pada tahap awal proses curing.

d. Perlakuan api sedang / besar ditunjukan untuk mengeringkan lamina


tembakau yang sudah masak dan mengeringkan gagang tembakau
yang belum kering.

e. Membasahi lantai gudang pengering ditunjukan untuk menurunkan


temperatur udara dan menaikkan kelembapan udara dalam gudang
pengering. Kelembapan dalam gudang selalu dipertahankan untuk
proses pemasakan daun dan perataan warna daun.

3.10.5 Romposan
Merompos adalah menurunkan tembakau yang sudah cukup umur dan
kondisi layak rompos untuk dikirimkan ke gudang pengolahan. Umur turun
rompos untuk daun KOS minimal umur 18 hari, daun KAK I minimal umur 20
hari, daun KAK II dan TNG minimal umur 22 hari. Waktu peromposan dilakukan
pada saat daun dalam kondisi normal atau supel yaitu pada pagi hari, tempat
dilakukannya peromposan pun juga dalam keadaan ruangan cukup terang namun
tidak terpapar langsung oleh matahari. Berikut prosedur kegiatan peremposan dan
pengangkutan :
35

a. Menurunkan daun tembakau kering secara berhati-hati dengan


menggunakan tali tampar untuk menjaga daun tembakau tidak rusak
akibat perlakuan kasar.

b. Meletakkan atau menggantungkan tembakau kering pada rak-rak


romposan yang telah disiapkan kemudian ditutupi / diselimuti dengan
menggunakan plastik biru.

c. Melepaskan daun tembakau kering dari tali yute setiap 1 STG.

d. Mengikat setiap seluruh daun dalam satu STG dalam satu untingan
yang sudah di sortasi.

e. Kemudian meletakkan untingan daun tembakau romposan ke dalam


keranjang rompos dengan cara kepala untingan berada dipinggir
keranjang agar tidak merusak lamina daun.

f. Isikan keranjang rompos dengan sesuai kapasitas, dengan maksud


tidak diisi terlalu penuh dengan menekan terlalu keras agar berisi lebih
banyak.

g. Selesai pengisian kemudian keranjang rompos ditutup dengan cara


menjahit secara kasar untuk menjaga kondisi tembakau.

h. Kemudian dilakukan penimbangan dan pembuatan surat pengatar pipil.

i. Memasukkan keranjang ke kendaraan pengangkut yang telah di beri


andang atau pembatas keranjang dan adanya penutup atap perupa
terpal.

3.11 Pengolahan hasi

3.11.1 Turun truk


Turun truk merupakan kegiatan penurunan keranjang daun tembakau yang
sudah dirompos pada kendaraan pengangkutan di gudang pengolahan, kemudian
dilakukan pengecekkan sesuai dengan surat pengantar pengiriman. Berikut
prosedur kerja turun truk :

a. Keranjang diturunkan satu per satu dari truk dengan menggunakan


papan peluncur.

b. Tiap keranjang diangkut dengan menggunakan kreta dorong untuk


ditimbang dan dilakukan pencocokkan dengan pipil keranjang.
36

c. Kemudian keranjang yang sudah ditimbang penutup dibuka dan


mengeluarkan daun tembakau kering pada bedak yang sudah
disiapkan.

3.11.2 Saring Rompos


Saring rompos adalah kegiatan memisahkan daun tembakau hasil
romposan sesuai dengan grade saring rompos (BD dan Filler). Adapun grade yang
ditetapkan dalam kegiatan saring rompos yaitu :

1. Bahan dekblad II (BD II)

2. Y (Tembakau rambing / pecah )

3. Filler 1

4. Filler 2

Dan selain itu juga memisahkan daun tembakau yang terdapat masih basah
atau ngotok untuk dilakukannya pengeringan kembali.

3.11.3 Fermentasi
Fermentasi adalah tahap penting dalam proses pengolahan tembakau agar
tercapainya kemasakan daun yang sesuai dan ngeluarkan aroma yang khas pada
daun tembakau. Fermentasi terdiri dari 4 stapel yaitu meliputi stapel Aging (AG),
Stapel A, Stapel B, Stapel C dan Stapel D . setiap masing-masing stapel
mempunyai ketentuan yang berbeda, hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.

Tabel 3.1 Fermentasi

N Nama ISI TEKANAN LUAS Thermometer Jumlah Jumlah


O Stapel KG Hari bumbung
panasan

1 AG 1 1000 2 2x4 45 5 1

2 STAPEL 2000 3,3 3x4 46 8 1


A

3 STAPEL 4000 4 4x5 46 10 2


B

4 STAPEL 4000 5 4x4 46 14 3


37

5 STAPEL 4000 5 4x4 46 20 5


D

6 NAF 1 3000 5 3x4 46 20 1

7 NAF II 2000 5 2x4 50 20 1

Sumber : Koperasi Agrobisnis TARUTAMA NUSANTARA

a. Stapel A

Stapel A terbentuk dari gabungan stapel AG yang telah memenuhi ketentuan


suhu atau umur maksimum. Ketentuan stapel A adalah dengan isian ± 2000 kg,
luas dasar 3 x 4 m, tekanan 3,3 pound/dm³, suhu 46˚C dan dengan umur 8 hari.
Stapelan pemberian bumbung thermometer hanya 1 di tempatkan pada bagian
tengah stapel, pemeriksaan suhu pada stapel dilakukan setiap hari pada pagi hari

b. Stapel B

Stapel B terbentuk dari gabungan stapel A dengan cara membongkar stapel A


dan dilakukan pemisahan antara sap panas dan sap dingin agar mempermudah saat
penataan stapel B, sap panas nantinya akan dibalek ditempatkan di pinggir
menjadi sap dingin, sedangkan sap dinggin di pindahkan ke sap tengah untuk
dibalik menjadi sap panas. Isian stapel B adalah ± 4000 kg dengan luas dasar 4 x5,
suhu 46˚C, dan umur maksimal 10 hari. Pemasangan bumbung thermometer
sebanyak 3 dengan di letakkan pada lapisan 15 dan ke 21 di tempatkan di tengah-
tengah tumpukan.

c. Stapel C

Stapel C terbnetuk dar bongkaran stabel B dan sudah dilakukan bir-bir


(membuka daun) dan dengan di bedakan bagian panas dan dingin, dalam stapel C
isian sebanyak ±4000 kg, luas dasar 4 x 4 m² dengan suhu maksimal 46˚C, umur
maksimal 14 hari. Proses pembentukkan stapel C harus dilakukan dengan berhati-
hati dengan tidak merusak hasil bir-bir. Pemasangan thermometer pada stapel C
sebanyak 3 bumbung dengan di letakkan menyusun miring diagonal pada lapisan
13 dengan posisi agak ke kanan, lapisan 17 dengan posisi tengah-tengah
tumpukan dan lapisan 21 dengan posisi agak ke kiri.

d. Stapel D
38

Stapel C yang dibongkar dan dibalek kembali akan menjadi stapel D dengan
isian yang sama ± 4000 kg, luas 4 x 4 m², suhu maksimal 50˚C dan umur
maksimal 20 hari.

3.11.4 Bir-Bir
Kegiatan bir-bir merupakan kegiatan membuka krosok tembakau hasil
fermentasi stapel B dengan sempurna agar mempermudah untuk menilai kualitas
dan utuh atau pecahnya krosok tembakau pada proses sortasi. Kegiatann bir-bir
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Menyiapakan perlatan yang digunakan dalam kegiatan bir-bir yaitu berupa
bantal yang digunakan untuk alas membuka krosok. Kemudian membuka
untingan krosok tembakau hasil fermentasi.
2. Krosok tembakau dibuka satu-satu diatas bantal yang telah disiapkan,
Kegiatan ini dilakukan oleh 2 orang pekerja, dengan cara duduk saling
berhadapan.
3. Krosok tembakau yang untuh dengan yang pecah dipisahkan, sehingga daun
yang pecah di bir-bir dengan krosok yang pecah, maka sebaliknya juga untuk
krosok yang utuh.
4. Jika sudah memperoleh tumpukan krosok yang sudah dibuka maka, hasil
mebuka krosok diletakan dibawah bantal yang digunakan sebagi alas tadi.
Untuk krosok yang pecah, sebelum di letakan dibawah bantal, diunting
terlebih dahulu menggunakan tali rafia berwarna putih. Hasil bir-bir
diletakkan pada bandang atau papan untuk di proses ke tahap selajutnya

3.11.5 Sortasi I (prasortasi)


Pekerjaan tahap I dilakukan dengan jalan pengelompokan daun tembakau
sesuai dengan kecacatannya. Pilihan dalam tahap I adalah Spikel, NKK, Trip,
Normal, V, Belang, Glassy, O, R, RR/Rapuh. Kegiatan sortasi I dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Menyiapkan bahan untuk kegiatan sortasi tahap I.
2. Mengelompokkan krosok tembakau berdasarkan kecacatan
yang telah ditentukan.
39

3. Kegiatan ini dilakukan dengan cara duduk diatas meja sortasi


yang telah disediakan.
4. Pengelompokan kecacatan daun tembakau terdiri dari 10
kecacatan.
5. Setelah tertumpuk banyak krosok tembakau diangkat untuk
melakukan proses selanjutnya.

3.11.6 Sortasi IA dan Sortasi IB


Proses tahap IA yaitu pengelompokan daun tembakau sesuai dengan
tingkat kecacatan yang lebih detail dari setiap jenis cacat hasil tahap 1, dengan
setiap kecacatan prasortasi kebagi kembali dengan contoh : spikel 1, spikel 2,
spikel 3, spikel 4, trip 1, trip 2, trip 3, trip 4, V1, V2, V3, V4, glassy 1, glassy 2,
glassy 3, glassy 4, O1, O2, O3, O4. Kemudian hasil tahap IA dilanjutkan dengan
tahap IB yaitu pengelompokan warna dasar sesuai dengan tingkat kemaakan untuk
tembakau cacat (K, M, B, V).

3.11.7 Sortasi II
Proses sortasi tahap II yaitu pengelompokan tembakau sesuai dengan
tingkat kualitas (kebersihannya) yaitu seperti Baik 1, Baik 2, Baik 3, Baik 4.
Setelah selesai dilakukan sortasi tahap II kemudian daun tembakau diikat kembali
dan distapel kembali disimpan untuk sementara dalam bentuk NAF.

3.11.8 Sortasi III


Sortasi tahap III adalah melakukan pengelompokan tembakau berdasarkan
warna kembali yaitu KP ( kuning pucat), K (kuning), M (merah), MM (merah
tua), B (biru) , BB(biru tua). Sortasi III dilakukan guna untuk memperhalus
perbedaan warna sehingga dalam tahap IV akan lebih baik.

3.11.9 Sortasi IV
Proses sortasi tahap IV yaitu dilakukan pengelompokan tembakau dengan
cara tangga warna untuk mendapatkan keseragaman warna, proses ini dikenal
dengan proses detail warna. Pengelompokan detail warna berdasarkan tangga
warna yaitu : KP (kuning pucat), K (kuning), M (merah), MM( merah tua), MU
40

(merah keunguan), BP (biru pucat), B (biru), BB (biru tua), BBU (biru tua
keunguan).
Selanjutnya hasil detail warna tahap IV digambang, proses gambang
adalah pengelompokan tembakau yang sudah sama kualitas dan warnanya sesuai
dengan panjang pendek dan hasilnya kemudian diunting dan dilakukan
penimbangan. Hasil sortasi selanjutnya dikelompokkan menurut ukuran (1+, 1,
2+, 2, 3/3+), hasil pengukuran ditumpuk kembali pada bandang sesuai
kelompoknya masing-masing dan selanjutnya disigir diruang fermentasi sebagai
bahan nazien.

3.11.10 Nazien
Merupakan kegiatan menyeragamkan krosok tembakau berdasarkan warna,
ukuran dan mutu yang merupakan pakanan dari sortasi tahap IV. Kegiatan ini
dilakukan pada setiap untingan sebelum dimasukkan dalam box atau bal. Prosedur
kegiatan nazien adalah sebagai berikut :

1. Hasil sortasi tembakau dari tahap IV dipakanan ke tahap nazien, kemudian


melakukan ukur krosok tembakau di nazien ukur pada masing-masing
kualitas, dilakukan dengan cara disigir sesuai dengan ukurannya (ukur 1+,
2+, 3+) pada masing-masing tersebut yang jumlah kilogramnya terbanyak
dipakanan ke nazien warna.

2. Pakanan nazien ukur kemudian dipisah kembali menurut tangga warna


dasar (K, M, B). Hasil nazien ditangga warna sesuai dengan kualitas dan
warna.

3. Setiap kualitas krosok tembakau yang sudah dipiah kemudian ditimbang


sebanyak 50 kg untuk pakanan tahap selanjutnya yaitu nameeten.

3.11.11 Nameeten
Merupakan tahapan yang berfungsi untuk megecek hasil dari nazien.
Tujuan kegiataan nameeten adalah mensortasi krosok tembakau yang tidak
memiliki ukuran mutu, warna dan ketebalan yang sama sehingga dapat dihasilkan
krosok tembakau yang seragam dalam 1 karton atau bal. krosok tembakau yang
tidak sesaui dikeluarkan kemudian dikembalikan ke tahap nazien. Prosedur
melakukan nameeten adalah sebagai berikut :

1. Melakuan kegiatan pengecekan pada sebagian atau setiap untingan krosok


temabakau pakanan dari tahap nazien.
41

2. Mencabut krosok tembakau yang tidak memiliki warna , ukuran dan


ketebalan yang sama. Kemudian krosok tembakau yang tidak sesuai
dikembalikkan ke tahap nazien.

3. Hasil nameeten di letakkan dalam bandang atau papan, kemudian


ditimbang

4. Mengambil 2 unting krosok tembakau untuk diberi pipil sesuai dengan


identitas krosok tembakau.

5. Krosok tembakau yang sudah diberi identitas kemudian di proses ketahap


pengepakan.

3.11.12 Pengepakan
Merupakan tahap akhir dari kegiatan nameeten yang akan dijual dan
dipasarkan melalui pasar ekspor. Tujuan kegiatan pengepakan adalah
memasukkan untingan krosok tembakau yang seragam party merk, kemudian ukur
ke dalam karton atau bal dengan berat 50kg - 100kg dan di press pada tekanan
tertentu. Prosedur Dalam melakukan kegiatan pengepakan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan box karton, sebelum krosok tembakau dimasukkan ke dalam


kardus, karton box diberi kertas dan kolong berjumlah 4 buah yang
ditempatkan disetiap pojok karton.

2. Memeriksa kebenaran hasil nameeten sesuia dengan identitas dan kondisi


layak pengepakan (packaging).

3. Kemudian memasukkan krosok tembakau ke dalam box karton, penataan


krosok dilakukan dengan posisi miring dang lurus. Diberi kertas ketika
box atau karton sudah penuh.

4. Melakukan penimbangan, kemudian setelah ditimbang box karton yang


sudah penuh di kirim ke tahap selanjutnya yaitu pengepresan.

5. Memberikan pipil pada box karton sesuai dengan identitas krosok


tembakau
BAB 4. PANEN TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN (TBN)

DI AGROBISNIS TARUTAMA NUSANTARA

4.1 Pengertian Panen


Menurut Tirtosastro (2017) Panen adalah kegiatan mengambil hasil dari
tanaman setelah mencapai kemasakan optimal atau mempunyai potensi maksimal
jika akan diolah menjadi bahan baku untuk industri atau langsung konsumsi. Daun
dipetik saat masak optimal, artinya saat dikonsumsi menghasilkan rasa dan aroma
yang paling diterima konsumen. Daun tembakau (Nicotiana tabacum, L) masak
optimal artinya mempunyai potensi menghasilkan mutu paling tinggi. Panen dan
pengangkutan adalah salah satu dari beberapa urutan pekerjaan pengusahaan TBN
yang memberikan kontribusi cukup penting dalam pencapaian kualitas daun yang
dikehendaki oleh pasar

Menurut kahar (2000) Panen dan pengangkutan adalah salah satudari


beberapa urutan pekerjaan pengusahaan TBN yang memberikan kontibusi cukup
penting dalam pencapaian kualitas daun yang dikehendaki oleh pasar.

4.2 Tahapan Panen

4.2.1 Panen Non produksi


Panen Non produksi dilakukan sebelum panen normal, panen dilakukan
pada saat tanaman berumur ± 45 hari. Daun non produksi yang di maksud bukan
daun buangan sehingga daun tetap diperlakukan dengan baik sampai proses di
gudang pengolahan. Adapun kriteria daun yang masuk dalam panen Non
produksi antara lain :

a. Daun yang terserang penyakit.

b. Daun yang menempel tanah.

c. Daun yang terdapat bercak spikel.

d. Daun yang kurang ukur.

e. Daun pecah (rambing).

42
43

Dalam pelaksanaan panen Non produksi pada kriteria daun yang menempel
tanah dilakukan pemetikan minimal 1kali putara ( 1-2 lembar), sedangkan untuk
tanama yang daunnya terserang penyakit maka dilakukan pemetikan pada seluruh
daun. Adapun tujuan dari panen Non produksi dilakukan yaitu :

1. Untuk menyehatkan daun-daun terbawah dengan terbentuknya aerasi


udara yang sempurna.

2. Sebagai sarana latihan (training) sebelum melakukan panen normal.

3. Untuk mencegah atau mengurai penularan penyakit.

4.2.2 Panen Normal


Panen normal adalah panen daun yang masih produksi dilakukan setelah
panen Non produksi tuntas. Waktu pemanenan pada saat tanaman berumur ±50
hari. Pelaksaan panen pada pagi hari mulai jam 07.00- 09.00 wib dengan tujuan
agar daun sampai di gudang pengering sebelum pukul 10.00 ini dilakukan agar
hasil panen tiba di gudang pengering dengan keadaan yang masih segar. Adapun
kriteria panen normal dilakukan antara lain :

1. Terdapatnya kuncup bunga (masel).

2. Visual warna daun menunjukkan lebih terang/warna daun semburat


kuning.

3. Ujung helai daun sudah merunduk atau kedudukan daun sudah malang.

Panen tepat masak akan menghasilkan daun yang mempunyai daya bakar,
aroma dan warna yang lebih baik ari pada daun yang belum masak, sedangkan
panen terlalau muda akan menghasilkan daun pucat kehijauan, kurang supel dan
mudah berminya/glassy begitu juga dengan pemetikan terlalu tua akan
menghasilkan daun yang kurang elastis, warna kotor dan bobotnya kurang, maka
perlu adanya petak kutip untuk dapat menghasilkan panen terjadwal yang sesuai
kemasakannya.
44

4.3 Pembagian Petak Kutip


Sasaran daun yang kering yang ingin dicapai antara lain warna masak, cerah,
bersih, kuat, elastis, rasa dan aroma yang sesuai dengan pasar. Penentuan awal
kutip sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas daun kering yang ingin di capai
nantinya maka dalam proses pemanenan perlu dilakukannya pembagian petak
kutip dikarenakan agar terjadwalnya kegiatan pemetikan, adapun ketetapan yang
dilakukan untuk kegiatan pembagian petak panen yaitu :

1. Pembagian petak panen dilakukan berdasarkan pertimbangan utama


adalah berkaitan dengan tingkat ketuaan daun yang dapat menghasilkan
kualitas yang relatif seragam yang dapat diterima oleh konsumen.

2. Berdasarkan kesinambungan panen antara petak pertama, kedua dan


ketiga.

3. Berdasarkan seri tanaman yang berdekatan (selisih satu sampai 2 hari)


dapat dilakukan penggabungan.

4. Berdasarkan pertumbuhan tanaman, meskipun ada perbedaan jadwal


tanam, tetapi pertumbuhan yang seragam dapat dilakukan penggabungan
petak panen.

Pembagian petak kutip dilakukan dengan bertujuan agar jadwal panen dapat
berjalan dengan tertib yang berhubungan juga terhadap pemakaian tenaga kerja
serta pengisian gudang pengering, setiap lahan tanam dibagi dalam ± 3 petak kutip
dengan berdasarkan tingkat pertumbuhan tanaman.

4.4 Ketetapan panen saat hujan


Daun tembakau yang basah menyebabkan mudah terjadinya busuk dan
mudah teradinya kerusakan mekanis. Adapun ketetapan yang dilakukan jika
terjadi hujan saat hari panen sesuai dengan SOP yaitu :

1. Jika hujan diatas 5ml panen diliburkan 1 hari untuk hari pertama hujan,
namun hujan pada hari ke 2 panen tetap dilanjutkan namun menunggu
daun sudah dalam kondisi kesep dimana untuk menghindari terjadinya
tembakau mudah busuk dan glassy atau memar.

2. Jika hujan dibawah 5ml panen tetap dilakukan namun pemetikan dikurang
1 lembar

3. Penataan pada gudang pengering hasil panen saat hujan pun harus ditata
secara berdiri dengan pangkal daun berada di posisi bawah , dapat dilihat
seperti gambar 4.1 di bawah ini
45

Gambar 4. 1 kegiatan penempatan hasil panen daun basah

4.5 Prosedur Kerja Panen

4.5.1 Pemetikan
Daun tembakau terdapat klasifikasi daun yaitu daun KOS,KAK, dan TNG
jumlah daun tembakau pada tanaman yang baik biasanya berjumlah 28, klasifikasi
daun dapat dilihat seperti gambar tabel dibawah :

Tabel 4.1 Klasifikasi daun

Posisi daun Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman


kerdil sedang baik sangat baik

Cuci Kaki 2 2 2 2

KOS 4 4 6 6

KAK 6 6 6 8

TNG 6 8 8 8

PUT 4 4 4 4

Jumlah 22 24 26 28

Sumber : Panduan Budidaya dan Pengolahan HasilTtembakau BESUKI Na-ogst


46

Setiap pemetikan satu harinya hanya dilakukan pemetikan satu kelas daun
jika tidak memungkinkan maka dahulukan kedudukan daun yang paling bawah,
kegiatan ini bertujuan agar mendapatkan keseragaman saat proses di gudang
pengering. Ketertipan saat pemetikan sangat ditekankan di karena daun tembakau
mudah rusak atau pecah. Pemetikan dilakukan dengan berurutan dari petak I,
petak II, petak III sesuai dengan demikian petikan dapat menghasilkan seragam
kemasakannya. Adapun prosedur kerja pemetikan sebagai berikut :

1. Pemetikan dilakukan dengan memasuki satu persatu setiap larikan dengan


melakukan proses pemetikan , pemetikan dilakukan dengan teknik priming
yaitu cara panen tembakau dengan cara memetik lembar perlembar daun
tembakau. cara pemetikan dilakukan dengan cara memegang daun pada
pangkal tangkainya dan mematahkan dengan 2 kali gerakan ke kanan dan
ke kiri. Dengan tujuan agar tidak menyebabkan terkelupasnya kulit batang
yang dapat mengakibatkan mengganggu pertumbuhan dan kesehatan
tanaman. Kegiatan pemetikan dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini.

Gambar 4. 2 kegiatan pemetikan

2. Hasil petikan di tata di lengan tangan seperti menyusun buku namun


membawa daun di lengan tidak diperbolehkan membawa terlalu banyak
untuk menghindari kerusakan, kemudian setelah sampai pada ujung
larikan hasil petikan ditempatkan pada keranjang yang dilapisi dengan sak
bertujuan untuk menghindari daun tersangkut pada keranjang yang
mengakibatkan sobeknya daun, pengisian diletakkan seperti menyusun
buku dan diperlakukan dengan penuh hati-hati. Untuk bagian pangkal daun
ditempatkan di pinggir agar tidak merusak daun yang lain jika di
47

tempatkan di tengah. Gambar penempatan hasil panen dalam keranjang


dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini.

Gambar 4. 3 pengisian keranjang panen

3. Dalam pengisian keranjang hanya sampai dibawah bibir kranjang tidak


diperbolehkan keranjang sampai penuh, dengan tujuan menghindari
terjadinya kerusakan mekanis saya dilakukan pengangkutan. Gambar isian
keranjang dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini.

Gambar 4. 4 isian keranjang panen


48

4. Kemudian keranjang ditutup dengan sak yang sudah menempel pada


keranjang, tujuan dari pemberian tutup agar daun hasil petikan tidak
terkena sinar matahari secara langsung yang dapat menyebabkan daun
hijau mati atau belang. Gambar pemberian tutup pada keranjang dapat
dilihat pada gambar 4.5 dibawah ini.

Gambar 4. 5 pemberian tutup keranang hasil panen

4.5.2 Pengangkutan
Dengan tetap berpedoman dengan terjaminnya mutu daun tembakau yang
telah dipanen, maka keamanan saat pengangkutan perlu diperhatikan. Hasil panen
diangkut dengan menggunakan pick up atau truck tergantung dengan jarak lahan
ke gudang. Kendaraan yang dipergunakan untuk pengangkutan perlu dilengkapi
dengan adanya rak dan penutup agar nantinya saat perjalanan ke gudang daun
terhindar dari sinar matahari dan tidak tidak terjadi saling bersentuhan antar
keranjang maka di dalamnya disiapkan galur-galus (rak) sebagai pembatas antar
keranjang untuk menghindari tekanan yang berakibat lecet pada daun akibat
gesekan/ tekanan keranjang diatasnya.

Pengisisan keranjang ke dalam kendaraan dilkaukan dengan cukup


berhati-hati tidak diperbolehkan dengan kasar dan dilakukan dengan melempar
keranjang. Isian keranjang dalam kendaraan sebanyak 60 keranjang jika
menggunakan truck dan 30 keranjang jika menggunakan kendaraan pick up.
Penutup yang digunakan untuk menutupi keranjang di kendaraan menggunakan
terpal. Adapun prosedur kerja pengangkutan hasil panen :
49

1. Keranjang yang sudah penuh dengan hasil petikkan kemudian diangkut


dengan dipikul menggunakan bambu ditempatkan ke lokasi transit.
Pengangkutan dengan pikul harus dilakukan dengan hati-hati
memperhatikan jalan dengan memperhitungkan agar tidak terkena
tanaman yang akan mengakibatkan rusaknya daun produksi. kegiatan
pengangkutan keranjang ke lokasi transit dapat dilihat pada gambar 4.6
di bawah ini.

Gambar 4. 6 pengangkutan hasil panen

2. Kemudian keranjang dinaikkan ke dalam kendaraan yang mana


kendaraan sudah dilengkapi dengan galur (rak) secara perlahan dan
memperhatikan bahwa setiap keranjang tidak diperbolehkan salang
menumpang antar keranjang . setelah semua keranjang masuk
kemudian bagian belakang kendaraan ditutup dengan menggunakan
terpal yang sudah disiapkan dan tidak lupa terpal di ikat dengan kuat
agar saat perjalanan terpal tidak terlepas. Kemudian di bawa ke
gudang pengering. Kegiatan pengangkutan menggunakan kendaraan
dapat dilihat di gamabr 4.7 dibawah ini .
50

Gambar 4. 7 kegiatan pengangkutan menggunakan pick up

4.5.3 Sujen
Setelah dilakukan pemetikan dilahan dan proses pengangkutan menuju ke
gudang pengering dan telah dilakukan penimbangan segera dilakukan proses
pengeluaran daun hasil panen dari keranjang agar nantinya tidak terjadi
penurunan kualitas jika terlalu lama di dalam keranjang, sebab daun hijau yang
baru dipetik terjadi percepatan respirasi. Penempatan daun hasil panen di gudang
pengering ditempatkan pada bandang yang dibuat seperti meja yang sudah
disiapkan ditempat yang teduh. Kemudian dilakukan tahapan sortasi daun yang
tidak terlalu mendetail baru kemudian dapat dilakukan penyundukan atau sujen
dengan menggunakan tali yute (goni). Alat yang digunakan kegiatan sujen adalah
bandang, meja, jarum (taji) dan tali goni. Adapun prosedur kerja dalam tahapan
sujen (penyundukan) sebagai berikut :

1. Keranjang hasil panen yang sudah tiba di gudang pengering segera


dilakukan penurunan keranjang dan dilakukan penimbangan dengan
berat 1 keranjang ± 25 – 30 kg, kemudian keranjang segera dibuka
untuk mengeluarkan daun tembaku dilakukan dengan tetap dengan
berhati-hati menjaga kualaitas daun. Gambar kegiatan penurunan dan
pengeluaran daun pada keranjang dapat dilihat pada gambar 4.8 dan
4.9 dibawah ini .

Gambar 4. 8 penurunan hasil panen di gudang pengering


51

Gambar 4. 9 kegiatan pengeluaran hasil panen dari keranjang

2. Kemudian dilakukan penataan daun tembakau pada meja yang terbuat


dari bandang yang dilapisi oleh sak dan di tempatkan pada tempat
yang teduh. Penataan pada meja disusun dengan rapi dan tertib seperti
menyusun buku, ketinggian penataan daun pada meja dengan
maksimal 30cm. Gambar kegiatan penataan daun tembakau hasil
panen dapat dilihat pada gambar 4.10 dibawah ini.
52

Gambar 4. 10 penataan daun tembakau di gudang pengering

3. Selanjutnya melakukan sortasi daun tembakau dengan memisahkan


ukuran daun ( panjang & pendek), serta mengeluarkan daun yang tidak
sehat maupun cacat lainnya ( rambing, sembutan kuning), sortasi awal
daun tembakau hasil panen bertujuan untuk penyeragaman saat
dilakukan penyujenan agar mempermudah tahapan selanjutnya namun
sortasi tidak dilakukan dengan sangat detail dikarenakan nantinya akan
memperlambat proses sujen dan rakit jika terlalu detail saat dilakukan
sortasi.

4. Setelah dilakukan sortasi kemudian dilakukan tahapan sujen


(penyundukan) dengan menggunakan jarum yang sudah dipasang tali
goni dengan panjang 3m , penyundukan dilakukan dengan teknik
“gentang nengeb” atau dengan cara adu pungung dengan tujuan agar
dalam proses pengeringan nantinya tidak terjadi antar daun yang
lengket satu sama lain yang nantinya dapat berakibat terdapatnya
busuk. Isisan setiap penyundukan 1 STG (satuan tali goni) berisi ± 30-
40 lembar daun. Gambar kegiatan penyundukan dapat dilihat pada
gambar 4.11 dibawah ini.
53

Gambar 4. 11 kegiatan sujen (penyundukan)

5. Kemudian hasil sujen (penyundukan) yang sudah selesai ditempatkan


di bandang yang sudah disiapkan untuk tempat hasil sujen, penataan
dilakukan dengan menatanya secara rapi agar mempermudah proses
perakitan, dan jika satu bandang sudah penuh diangakat untuk
dipindahkan ke tempat perakitan.

4.5.4 perakit dan menaikkan tembakau


perakitan daun tembakau merupakan kegiatan terakhir dalam proses
pemanenan yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan berpasangan. Perakitan
dilakukan untuk memberi jarak setiap lembar daun agar tidak saling bersentuhan
dengan jarak antar lebar daun 2-3 cm (± 2 jari) bertujuan untuk menghindari daun
yang saling berdempetan atau bersentuhan dengan yang lain karena akan
mengakibatkan warna daun kering lebih gelap, berpotensi busuk sampai busuk
samar lebih banyak. Menaikkan tembakau dalam pengisian kamar dilakukan
dengan hati – hati dan sesuai kapasitas per kamar, kapasitas per kamar adalah
untuk bagian tengah Alat yang digunakan untuk perakitan dan menaikkan daun
tembakau adalah dolok, tali kolong, kerekan dan plastik hitam. Adapun prosedur
kerja perakitan sebagai berikut.
54

1. Menyiapkan tali kolong yang sudah tergantung pada setiap galangan.


Dengan sekaligus memasangkan dolok pada setia tali kolong dengan
rapi, dolok dipasang dengan berpasangan setiap doloknya. Kegiatan
pemasangan dolok dapat di lihat pada gambar 4.12 di bawah ini.

Gambar 4. 12 kegiatan pemasangan dolok

2. Selanjutnya mengikatkan ujung tali goni yang berisi hasil sujenan pada
setiap dolok, isian perdolok di isi sebanyak 4 STG (satuan tali goni)
dengan jarak antar STG 10cm. Kegiatan ini dilakukan dengan
berpasangan, pengikatan tali goni ini harus cukup tegang dimana tali
yute (goni) jangan sampai terlalu kendor.

3. Kemudian daun yang berada disetiap STG di renggangkan antar daun


agar tidak berdempetan yang bertujuan untuk menghindari daun yang
saling berdempetan atau bersentuhan dengan yang lain karena akan
mengakibatkan warna daun kering lebih gelap, berpotensi busuk
sampai busuk samar lebih banyak. Jarak antar daun setiap STG adalah
2-3 cm (± 2 jari). Kegiatan ini dapat di lihat pada gambar 4.13
55

Gambar 4. 13 kegiatan merenggangkan antar lembar daun dalam STG

4. Dolok yang sudah penuh dengan isian 4 STG kemudian diangkat oleh
2 orang dengan menjaga agar tidak terkena tanah, menempatkan dolok
pada tampar berkolong untuk diletakkan pada setiap galangan.
Kemudian tampar di tarik oleh 2 orang yang sudah berada di atas
untuk dilakukan pengisian kamar gudang pengering. Pengisian tiap
kamar dilakukan mulai dari bagian tengah menuju kesamping. Setiap
galangan per kamar berisi 4 dolok dengan kapaisat tiap kamar adalah
132 dolok 528 STG. Kegiatan ini dapat di lihat pada gambar 4.14 di
bawah ini
56

Gambar 4. 14 Kegiatan pengisian kamar gudang pengering


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) selama 3 bulan di
Koperasi Agrobisnis Tarutama Nusantara Jember Di dapatkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :

1. Mahasiwa dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama dalam bidang


budidaya tanaman tembakau bawah naungan (TBN) dan dalam bidang sosial
kemasyarakatan secara langsung.

2. Kegiatan praktek kerja lapang selama di KOPA TTN Jember dapat


disimpulkan secara alur darai lahan sampai pengolahan meliputi kegiatan
persiapan lahan, pembibitan, pemeliharaan, pemanenan, pengeringan daun,
pengolahan daun tembakau bawah naungan (TBN). Kegiatan praktek kerja
lapang dari gudang pengolah meliputi turun truck, saring rompos, fermentasi,
bir-bir, sortasi tahap 1. Sortasi tahap II, sortasi tahap III, sortasi tahap IV,
nazien, nameeten dan pengepakan.
3. Dapat mengetahui dan memahami tentang pelaksaan kegiatan pemanenan daun
tembakau bawah naungan (TBN) maulai dari pemitikkan , pengangkutan, sujen
dan sampai perakitan dan menaikkan daun tembakau di gudang pengering.

4. Panen adalah kegiatan mengambil hasil dari tanaman setelah mencapai


kemasakan optimal atau mempunyai potensi maksimal jika akan diolah
menjadi bahan baku untuk industri atau langsung konsumsi. Tahapan panen
tembakau bawah naungan (TBN) adalah pertama memanen tanaman Non
produksi terlebih dahulu pada umur ± 45 setelah itu baru dilakukan panen
produksi yang dilkaukan pada umur tanaman ± 50 hari. Proses pemanenan
tetap dengan berpedoman untuk menghasilkan mutu tembakau yang baik.

57
5.2 Saran
1. Mahasiswa sebaiknya dapat mengikuti semua kegiatan budidaya tanaman
tembakau yang terdapat di kebun KOPA TNN Jember sehingga
diharapkan dapat mengetahui cara budidaya tembakau yang baik
meskipun pelaksanaannya tidak sesuai dengan jadwal.

2. Sebaiknya mahasiwa benar-benar memahami secara teoritis kegiatan yang


dilaksanakan di tempat PKL sehingga nantinya dapat menyelaraskan
antara budidaya di lapangan dengan budidaya secara teori
59
DAFTAR PUSTAKA
Tirtosastro, S., & Musholaeni, W. (2017). Penanganan Panen Dan Pasca Panen
Tembakau Di Kabupaten Bojonegoro. Buana Sains, 15(2), 155-164.

60
LAMPIRAN

61

Anda mungkin juga menyukai