Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

INVENTARISASI SUMBERDAYA HUTAN

Disusun Oleh :

Nama : Gumarang Manurung


NIM : 21/22944/SHTI - A
Jurusan : Kehutanan
Acara V : Pengolahan Data Lapangan
Kelompok : I (Satu)
Co. Ass : Yudi

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2023
ACARA V
PENGOLAHAN DATA LAPANGAN
A. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui persiapan pelaksanaan inventarisasi hutan alam
2. Mahasiswa mengetahui cara pelaksanaan inventarisasi di lapangan pada
hutan alam
3. Mahasiswa mengetahui komposisi tegakan pada hutan alam
4. Mahasiswa mengetahui potensi produksi pada hutan alam
5. Mahasiswa mengetahui cara pengisian LHC (Laporan Hasil Cruising)

B. Tempat dan Tanggal


1. Tempat : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Stiper Yogyakarta
2. Tanggal : 20 Januari 2023

C. Alat dan Bahan


1. Alat :
a). Alat tulis
b). Laptop
c). Kalkulator
2. Bahan :
a). Peta Petak arboretum Fakultas Kehutanan INSTIPER
b). Kertas Kalkir
c). Kertas HVS
d). Tally Sheet Laporan Hasil Cruising (LHC)
D. Dasar Teori
Inventarisasi hutan adalah sebuah proses untuk mendapatkan
informasi mengenai kualitas dan kuantitas sumber daya hutan. Inventarisasi
Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta
mengenai sumberdaya hutan untuk rencana pengelolaannya. Tujuannya
adalah mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang
dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan
strategis jangka panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek
sesuai dengan tingkatan dan kedalam inventarisasi yang dilaksanakan
(Almarief, Andi Zafryuddin. 2018).
Pengolahan data lebih membantu sebagai sarana inventore hutan
daripada sebagai faktor penentu, namun pengaruhnya terhadap realisasi
inventore tidak dapat dianggap kecil. variable tinggi pohon yang diamati
adalah tinggi batang bebas cabang dan tinggi total pohon. Pencatatan dan
pengolahan data memperoleh perhatian yang cermat, khususnya selama
permulaan tahap perencanaan suatu invenntore hutan karena sarana
pengolahan data (misalnya tersedianya fasilitas dan personil untuk
perhitungan) atau biayanya akan mempunyai dampak yang berarti pada
rancangan, intensitas dan pembagian waktu seluruh inventore (Ayu, Fitri,
and Nia Permatasari.2018).
Pengelolaan dan pemanfaatan hutan harus dilakukan dengan bijak,
tidak hanya untuk kepentingan lingkungan, namun juga sebagai penghasil
produk dan bahan mentah industri. Perlu diketahui, laju pengurangan sumber
daya biologis seperti hutan lebih tinggi daripada laju regenerasinya.
inventarisasi hutan memiliki ruang lingkup meliputi survei mengenai status
dan keadaan fisik hutan, greenery dan fauna, sumber daya manusia, dan
kondisi masyarakat yang tinggal di dalam atau sekitar hutan. Hasil dari
inventarisasi hutan digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan dan
pengelolaan hutan, oleh karena itu kegiatan ini harus dilakukan agar hutan
tetap lestari. Tujuan dari inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan
information yang dijadikan acuan informasi sebagai bahan perencanaan dan
perumusan kebijakan strategis jangka panjang, menengah, dan jangka
pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman inventarisasi yang
dilakukan.Invebtarisasi hutan adalah sebuah proses untuk mendapatkan
informasi mengenai kualitas dan kuantitas sumber daya hutan (Eddy, Sigit
Wijayanto.2001).
Dalam melakukan penyusunan tabel volume diperlukan perhitungan
volume pohon yang masih berdiri untuk menentukan hubungan volume
dengan parameter pohon lainnya seperti keliling, diameter, dan tinggi pohon.
Secara alami volume kayu dapat dapat dibedakan menurut berbagai macam
klasifikasi sortimen. Pada dasarnya ada dua macam cara untuk menaksir
volume kayu yaitu penaksiran secara langsung dan tidak langsung.
Penaksiran secara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan tabel
volume sedangkan dengan cara langsung dilakukan dengan mengukur
parameter individu pohon di lapangan, kemudian dihitung volumenya
dengan menggunakan metode rumus analisis data kuantitatif
matematisstatistik (Mardiatmoko, G., Pietersz, J. H., & Boreel, A. 2014).
Volume merupakan salah parameter yang paling penting dalam
melakukan inventarisai hutan secara obyektif. Dalam menentukan volume
dari sebatang pohon yang ditaksir maka digunakan suatu tabel volume.
Tabel volume disususn berdasarkan suatu persamaan yang menggambarkan
hubungan antara beberapa parameter pohon yang mudah untuk diukur
dengan volume pohon tersebut. Tinggi batang bebas cabang yaitu tinggi
pohon dari pangkal batang di permukaan tanah sampai cabang pertama,
sedangkan tinggi total yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah
sampai puncak pohon. Pengukuran keliling, diameter dan tinggi pohon
merupakan data inventarisasi yang diperoleh langsung di lapangan. Setelah
data-data tersebut terkumpul selanjutnya akan dilakukan analisis data untuk
mendapatkan hasil perhitungan volume dari setiap pohon sampel pada
masing-masing petak ukur dan perhitungan volume rata-rata dari semua
pohon sampel pada keseluruhan petak ukur (Putranto, Mohammad Arief.
2012).
E. Cara Kerja
1. Menentukan jalur inventarisasi selebar 20 meter kearah utara dan selatan
dan membaginya kedalam 2 jalur dengan lebar 10 m.
2. Membuat jalur Cruising dengan lebar 20 m kearah utara dan selatan yang
mencakup seluruh kawasan hutan.
3. Membidik arah jalur dengan menggunakan kompas serta
menarik/menandai jalur dengan menggunakan tali tambang atau dengan
membuat patok untuk membuat garis proyeksi.
4. Memberi nomor pada pohon yang diinventarisasi dari kiri ke kanan, dan
menentukan letaknya dengan mengukur jarak pohon dari garis tengah.
5. Melakukan pendataan jenis pohon sesuai kelompok serta melakukan
pengukuran tinggi dan diameter pohon dan membuat rekapitulasi volume
berdasarkan jenis dan kelas diameternya (15 - 30 cm), (30 cm up).
Tandai pohon yang akan ditebang dengan menggunakan Tag Plate warna
merah atau tanda lainnya sesuai dengan kriteria pohon yang dikehendaki.
F. Hasil Pengamatan

LAPORAN HASIL CRUISING (LHC)


Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
Arboretum Fakultas Kehutanan INSTIPER Yogyakarta
Tanggal : 20 Januari 2023
Pelaksana : Gumarang Manurung
N Jenis D T V KI PO KA
O
1 Segawe(Adenanthera 19,7 21,4 0,65 1 2,4
pavonina) 4 5 1
2 Segawe(Adenanthera 16 18,2 0,36 1 4,5
pavonina) 4 7
3 Eboni(Diospyros 22,6 6 0,24 5,1 1,6
celebica) 1 1
4 Khaya(Khaya 19,4 19 0,56 6,3 6
senegalensis) 3 3
5 Kruing(Dipterocarpu 19,9 10,7 0,33 7,8 2,3
s retusus) 4 7 6 5
6 Khaya(Khaya 25,8 25 1,30 4,2 8,4
senegalensis) 6
7 Kruing(Dipterocarpu 16,5 11,4 0,24 12,2 10
s retusus) 6 3 6
8 Sengon(Albizia 21,7 8,37 0,31 13,5 3,4
chinensis) 5 1 3
9 Sengon(Albizia 43,5 22,2 3,31 14,5 6,3
chinensis) 7 3 3 5
10 Pulai(Alstonia 15,7 10,1 0,19 83 4,8
scholaris) 6 6 8 4
11 Pulai(Alstonia 27,6 17,4 1,04 1,5 5,5
scholaris) 8 7
12 Akasia(Acacia 34,6 16,3 1,53 1,5 7,9
mangium) 5 1 7 3
13 Kruing(Dipterocarpu 31,2 21 1,60 3,1 2,4
s retusus) 1 6
14 Segawe(Adenanthera 23,5 24 1,04 6,9 4,99
pavonina) 7 7
15 Akasia(Acacia 35,9 15 1,52 2,4 5,2
mangium) 9 5 1
16 Akasia(Acacia 22,9 25 1,03 5,2 5,83
mangium) 3 2
17 Khaya (Khaya 16,2 15 0,31 1,8 6,4
senegalensis) 4 1
18 Meranti (Shorea sp) 14,8 10,1 0,17 7,37 1,5
7 6 6
19 Akasia (Acacia 35,3 16 1,57 4,9 2,07
mangium) 5 0
20 Khaya (Khaya 17,8 21 0,52 1,5 2,11
senegalensis) 3 4
21 Khaya (Khaya 23,5 10,5 0,45 3 5,3
senegalensis) 4 3 8 3
22 Khaya (Khaya 25,4 10,4 0,53 4,5 7,8
senegalensis) 8 5 3 8
23 Khaya (Khaya 20,1 11,0 0,35 5,32 9,3
senegalensis) 9 5 4 8
24 Khaya (Khaya 36,9 13 1,39 26 6
senegalensis) 4 3
25 Cempaka (Magnolia 25,5 11,2 0,57 7,8 3,5
champaca) 4 9 8 4
26 Cempaka (Magnolia 25,3 12,4 0,62 7,8 6,1
champaca) 2 8 8
28 Cendana (Santalum 19,7 16 0,48 2,3 3,4
album) 1 8
29 Mahoni (Swietenia 17,7 11 0,27 1,6 7,2
mahagoni) 1 1
30 Mahoni (Swietenia 17,7 12,5 0,31 10,9 3
mahagoni) 7 0
31 Mahoni (Swietenia 25,5 9 0,46 8,1 2,4
mahagoni) 7 2
32 Mahoni (Swietenia 16,2 15,2 0,31 4,1 8,3
mahagoni) 4 5
33 Mahoni (Swietenia 20,0 16 0,50 14,9 2,2
mahagoni) 6 6
34 Mahoni (Swietenia 16,0 14 0,28 16,6 1,9
mahagoni) 8 4
35 Sawo kecik 21,0 16,6 0,57 6 16,8
(Manilkara kauki) 2 6
36 Mahoni(Swietenia 30,1 17,1 1,22 17,8 2,2
mahagoni) 6 1
37 Mahoni(Swietenia 22,9 11 0,45 0,4 1,1
mahagoni) 3 4 3
38 Mahoni(Swietenia 20,3 12 0,39 0,5 3,5
mahagoni) 8 1 3
39 Mahoni (Swietenia 29,3 10 0,67 1,8 3,5
mahagoni) 0 4
40 Mahoni (Swietenia 19,7 15 0,45 2,5 4,5
mahagoni) 5 9 4
41 Gmelina (Gmelina 19,1 15 0,43 5,1 7.65
arborea) 1 0
42 Mahoni (Swietenia 31,2 17,5 1,33 2 9.45
mahagoni) 1 8
43 Mahoni (Swietenia 33,7 20 1,78 0 1,88
mahagoni) 6 9
44 Glodokan (Polyathia 23 12 0,49 1,72 0,2
longifolia) 8 4
45 Glodokan (Polyathia 20 11,5 0,36 5,72 2,5
longifolia) 1
46 Tulipwood (Tulipa 17 7,9 0,17 5,96 5,6
praestans) 9 4
47 Mahoni (Swietenia 25 13,6 0,66 6 7,11
mahagoni) 7
48 Mahoni (Swietenia 47 17,1 2,96 7,81 3,7
mahagoni) 5
49 Glodokan (Polyathia 45 15,9 2,52 8,46 5,3
longifolia) 8 1
50 Mahoni(Swietenia 36 13 1,32 2,1 8,98
mahagoni) 3 8
51 Jati (Tectona 17 8 0,18 10,0 0,8
grandis) 1 2 6
52 Asam Pau 36 13,9 1,41 10,3 7,5
(Tamarindus indica) 4 9
53 Asam(Tamarindus 20 12 0,37 6,9 14,0
indica) 7 7 5
54 Asam(Tamarindus 17 8,5 0,19 16,4 7,2
indica) 3 3 5
55 Sengon(Albizia 33 12,3 1,05 4,6 17,1
chinensis) 1 2 3
56 Mahoni(Swietenia 17 7,8 0,17 3,3 19,4
mahagoni) 7 4 8
57 Mahoni(Swietenia 17 7,3 0,16 19,8 2,4
mahagoni) 6 8
58 Mahoni(Swietenia 22 9,8 0,37 4,28 2,5
mahagoni) 2 8
59 Timoho(Kleinhovia 36 13,1 1,33 2,2 5,01
hopita L) 3 4
60 Timoho(Kleinhovia 17 9 0,20 1,9 10,4
hopita L) 4 1 3
61 Eucalyptus 20 10 0,31 13,1 2,6
(Eucalyptus 4 7 7
macrophylla)
62 Timoho(Kleinhovia 45 14 2,22 6,3 2,5
hopita L) 5 4
63 Mahoni (Swietenia 28 11 0,67 0,2 3,89
mahagoni) 7 1
64 Timoho (Kleinhovia 36 12 1,22 8,22 0,0
hopita L) 1 6

1.Pengelompokon komersil 1
NO Jenis D T V
15-30 cm
1 Kruing (Dipterocarpus retusus) 19,94 10,77 0,336
2 Kruing (Dipterocarpus retusus) 16,56 11,43 0,246
3 Pulai (Alstonia scholaris) 15,76 10,16 0,198
4 Pulai (Alstonia scholaris) 27,68 17,4 1,047
6 Meranti (Shorea sp) 14,87 10,16 0,176
7 Jati (Tectona grandis) 17 8 0,181
30 up cm
5 Kruing (Dipterocarpus retusus) 31,21 21 1,606
Total Volume 3,790

2. Pengelompokon komersil 2
NO Jenis D T V
15-30 cm
1 Khaya (Khaya senegalensis) 19,43 19 0,563
2 Khaya (Khaya senegalensis) 25,8 25 1,306
3 Sengon (Albizia chinensis) 21,75 8,37 0,311
16 Glodokan(Polyathia longifolia) 23 12 0,498
15 Gmelina (Gmelina arborea) 19,11 15 0,430
Eucalyptus(Eucalyptus 20 10
20 macrophylla) 0,314
7 Akasia (Acacia mangium) 22,93 25 1,032
8 Khaya (Khaya senegalensis) 16,24 15 0,311
17 Glodokan(Polyathia longifolia) 20 11 0,361
,5
10 Khaya (Khaya senegalensis) 17,83 21 0,524
11 Khaya(Khaya senegalensis) 23,54 10,53 0,458
12 Khaya (Khaya senegalensis) 25,48 10,45 0,533
13 Khaya (Khaya senegalensis) 20,19 11,05 0,354
30 up cm
6 Akasia (Acacia mangium) 35,99 15 1,525
5 Akasia (Acacia mangium) 34,65 16,31 1,537

4 Sengon (Albizia chinensis) 43,57 22,23 3,313


14 Khaya (Khaya senegalensis) 36,94 13 1,393
18 Glodokan(Polyathia longifolia) 45 15,9 2,528
9 Akasia (Acacia mangium) 35,35 16 1,570

19 Sengon (Albizia chinensis) 33 12,3 1,051

Total Volume 20,368

3. Pengelempokan kayu indah


NO Jenis D T V
15-30 cm

1 Segawe (Adenanthera pavonina) 19,74 21,4 0,655


2 Segawe (Adenanthera 16 18,24 0,367
pavonina)
3 Eboni (Diospyros celebica) 22,61 6 0,241
4 Segawe (Adenanthera 23,57 24 1,047
pavonina)
Cempaka (Magnolia champaca)
5 25,54 11,29 0,578

6 Cempaka (Magnolia champaca) 25,32 12,48 0,628


7 Cempaka (Magnolia 29,68 12,21 0,844
champaca)
8 Cendana (Santalum album) 19,71 16 0,488
9 Mahoni (Swietenia mahagoni) 17,71 11 0,271
10 Mahoni (Swietenia mahagoni) 17,77 12,5 0,310
11 Mahoni (Swietenia mahagoni) 25,57 9 0,462
12 Mahoni (Swietenia mahagoni) 16,24 15,2 0,315
13 Mahoni (Swietenia mahagoni) 20,06 16 0,506
14 Mahoni (Swietenia mahagoni) 16,08 14 0,284
15 Sawo kecik (Manilkara kauki) 21,02 16,6 0,576
17 Mahoni (Swietenia mahagoni) 22,93 11 0,454
18 Mahoni (Swietenia mahagoni) 20,38 12 0,391
19 Mahoni (Swietenia mahagoni) 29,30 10 0,674
20 Mahoni (Swietenia mahagoni) 19,75 15 0,459
23 Tulipwood (Tulipa praestans) 17 7,9 0,179
24 Mahoni (Swietenia mahagoni) 25 13,6 0,667
30 up cm
16 Mahoni (Swietenia mahagoni) 30,16 17,1 1,221
21 Mahoni (Swietenia mahagoni) 31,21 17,5 1,338
22 Mahoni (Swietenia mahagoni) 33,76 20 1,789
25 Mahoni (Swietenia mahagoni) 47 17,1 2,965
26 Mahoni (Swietenia mahagoni) 36 13 1,323
Potensi Volume Kayu (IS=100%)
a. Komersial Satu
1. Diameter 15 -30 cm
Volume/Jalur = 2,185 m3/Jalur

Volume/Petak
= 5,681 m3/petak 2.
Diameter > 30 cm
Volume/Jalur = 1,606 m3/Jalur

Volume/Petak

= 4,176 m3/petak
3. Total
Volume/Jalur = 3,790 m3/Jalur

Volume/Petak

= 9,854 m3/petak

b. Komersial Dua
1. Diameter 15 -30 cm
Volume/Jalur = 7,452 m3/Jalur

Volume/Petak

= 19,375 m3/petak
2. Diameter 30 cm Up
Volume/Jalur = 12,916 m3/Jalur

Volume/Petak

= 33,582 m3/petak
3. Total
Volume/Jalur = 20,368 m3/Jalur

Volume/Petak

= 52,957 m3/petak
c. Kayu Indah Satu
1. Diameter 15 -30 cm
Volume/Jalur = 14,436 m3/Jalur

Volume/Petak

= 37,534 m3/petak
2. Diameter 30 cm Up
Volume/Jalur = 13,608 m3/Jalur

Volume/Petak

= 35,381 m3/petak
3. Total
Volume/Jalur = 28,045 m3/Jalur

Volume/Petak

= 72,917 m3/petak
G. Pembahasan
Berdasarkan praktikum pada kali ini yang berjudul “Pengolahan Data
Lapangan” yang dilaksanakan di Arboretum Fakultas Kehutanan. Metode
yang dikembangkan dalam kegiatan inventarisasi hutan baik teknik
pengambilan data, penggunaan bentuk unit contoh, maupun pengolahan
datanya adalah metode line plot sampling karena tatanan cara dalam
pengambilan contoh hanya dilakukan pada sebagian elemen dari
populasi. menggunakan metode line sampling. yang dilakukan saat
inventarisasi adalah mengukur diameter, tinggi, volume, dan letak pohon.
Inventarisasi dari arah selatan menuju ke utara dengan menggunakan
bantuan kompas agar jalur yang dijalani lurus ke utara.
Dalam mencari diameter, digunakan pita ukur untuk mencari
keliling, lalu di konversi menjadi diameter. Dalam mencari tinggi dapat
menggunakan christen meter. Setelah mendapatkan data-data tersebut, maka
akan dimasukkan ke dalam tabel LHC (Laporan Hasil Cruising), lalu di
urutkan berdasarkan letak pohon di bagian poros, dan menghitung
volumenya.
Dalam pelaksanaanya praktikan diminta untuk memindahkan data yang
didapat saat dilapangan namun sebelum dipindahkan data di perbaiki dulu
jika terdapat angka atau data yang keliru sehingga nantinya ketika
dipindahkan ke Microsoft excel tidak terdapat error. Setelah dipindahkan
data akan dikelompokkan sesuai dengan jenis pohon, diameter, tinggi,
volume, letak pohon, pengelompokan komersil hingga potensi volume kayu
dari komersi satu hingga kayu indah. Sebelum dikelompokkan data awal
praktikan akan mencarin terlebih dahulu volume setiap pohon sehingga akan
mempermudah dalam mencaripotensi volume kayu nantinya.
Selanjutnya pada bagian Penentuan metode jalur sistematik
berkaitan dengan penandaan petak ukur pengamatan. Petak ukur ini
berbasis pada plot persegi yang umumnya dibuat tegak lurus garis
kontur atau yang mengarah ke puncak gunung atau bukit agar
keragaman karakteristik tegakan yang diukur dapat terwakili. Adanya
penentuan petak ukur ini tidak lepas dari pengamatan, pengukuran ,
dan penandaan pohon inti yang meliputi jumlah, jenis, keliling,
diameter, tinggi bebas cabang, tinggi total, dan volume tegakan pohon.
Setelah mendapatkan data maka praktikan melakukan pengolahan data
tersebut dan mengkoversikannya menjadi perhitungan potensi struktur
jumlah pohon dimana praktikan mendapatkan semua pohon masuk dalam
kategori satu dengan volume petak. Lalu melakukan perhitungan annual
allowable cut untuk mengetahui kemampuan hutan dalam pertahun yang
bisa di mamfaatkan/dipotong. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam
pelaksanaan praktikum dari 64 struktur jumlah pohon yang ada di arboretum
dengan total volume pada kayu komersil 1 dengan total volume diameter
1530 cm sebesar 2,185 cm, total volume diameter >30 cm sebesar 1,606 cm
dan total seluruhnya 3,790 cm. Dan untuk total volume pada kayu komersil 2
yaitu total volume diameter 15-30 cm sebesar 7.452 cm dan total volume
diameter >30 cm sebesar 12,916 cmsehingga total volume sebesar 20,368
cm. Dan untuk kayu indah memiliki total volume diameter 15-30 cm sebesar
14,436 cm dan untuk total volume diameter >30 cm sebesar 13, 608 cm
sehingga total volume sebesar 28,045 cm.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pada acara V mengenai “Pengolahan Data
Lapangan” yang telah dilaksanakan. Maka praktikan dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Jarak antar PU di peta sebesar 3 cm dan ditarik garis putus-putus sebesar
1,5 cm.
2. Jalur yang digunakan pada pelaksanaan dilapanganadalah seluas 20 m,
namun saat data dikoversi akan menyesuaikan dengan luas di peta dengan
lebarnya 3 meter.
3. Setelah mendapatkan data selanjutnya melakukan pengolahan data
tersebut dan mengkoversikannya menjadi perhitungan potensi struktur
jumlah pohon dimana praktikan mendapatkan semua pohon masuk dalam
kategori satu dengan volume petak. Lalu melakukan perhitungan annual
allowable cut untuk mengetahui kemampuan hutan dalam pertahun yang
bisa di mamfaatkan/dipotong
4. Hal yang dilakukan saat inventarisasi di lapangan adalah mengukur
diameter, tinggi, volume, dan letak pohon.
5. Dalam mencari tinggi dapat menggunakan christen meter. Setelah
mendapatkan data-data tersebut, maka akan dimasukkan ke dalam tabel
LHC (Laporan Hasil Cruising), lalu di urutkan berdasarkan letak pohon
di bagian poros, dan menghitung volumenya.
DAFTAR PUSTAKA

Almarief, Andi Zafryuddin. "Analisis potensi tegakan hasil inventarisasi hutan


KPHP Nunukan Unit IV di Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan
Utara." Jurnal Agrifor 17.1 (2018): 19-28. Diakses pada tanggal 21
Januari 2023 pukul 14:00 WIB.
Ayu, Fitri, and Nia Permatasari. "Perancangan Sistem Informasi Pengolahan Data
PKL (Praktek Kerja Lapangan) Di Devisi Humas Pada PT
Pegadaian." Jurnal Intra Tech 2.2 (2018): 12-26. Diakses pada tanggal 21
Januari 2023 pukul 14:00 WIB.
Eddy, Sigit Wijayanto. "Perbandingan Efisiensi Metode Pohon Contoh (Tree
Sampling) dan Metode Konvensional dalam Pendugaan Potensi Tegakan
Jati (Tectona grandis LF) Di KPH Mantingan Perum Perhutani Unit I Jawa
Tengah." (2001). Diakses pada tanggal 21 Januari 2023 pukul 14:00 WIB.
Mardiatmoko, G., Pietersz, J. H., & Boreel, A. (2014). Ilmu Ukur Kayu dan
Inventarisasi Hutan. Ambon: Badan Penerbit Fakultas Pertanian
Universitas Patimura. Diakses pada tanggal 21 Januari 2023 pukul 14:00
WIB.
Putranto, Mohammad Arief. "Perancangan sistem inventarisasi hutan industri
berbasis sistem informasi geografis: stuidi kasus kawasan hutan akasia
Parung Panjang, KPH Bogor." (2012). Diakses pada tanggal 21 Januari
2023 pukul 14:00 WIB.

Yogyakarta, 21 Januari 2023


Mengetahui,
Co. Ass Praktikan
(Yudi) (Gumarang Manurung)

Anda mungkin juga menyukai