Angkatan : XXIV
A. PELAYANAN PUBLIK
1. KONSEP DAN PRINSIP PELANYANAN PUBLIK
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
b. Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu pertama,
organisasi penyelenggara pelayanan publik, kedua, penerima
layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi
yang berkepentingan, dan ketiga, kepuasan yang diberikan dan
atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
c. Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah.
Barang/jasa publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat
diproduksi oleh sektor swasta karena adanya free rider problem,
non-rivalry, dan non-excludable, serta cara mengkonsumsinya
dapat dilakukan secara kolektif.
d. Perkembangan paradigma pelayanan: Old Public Administration
(OPA), New Public Management (NPM) dan seterusnya menjadi
New Public Service (NPS).
e. Definisi pelayanan publik dalam UU No. 25 Tahun 2009 sangat
sempit, karena ruang lingkup pelayanan yang disebut sebagai
pelayanan publik sangat terbatas, dan bentuk kegiatan
pelayanan publik sebagaimana diatur dalam pasal 5 ayat 3 dan
4 juga sangat sempit karena pelayanan kebutuhan barang
publik bagi masyarakat hanya diartikan sebagai pengadaan
barang/jasa di instansi pemerintah.
f. Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah: Partisipatif, Transparan, Responsif,
Non Diskriminatif, Mudah dan Murah, Efektif dan Efisien,
Aksesibel, Akuntabel, dan Berkeadilan.
1) Partisipatif.
Pelaksanaan lokmin lintas sektoral merupakan bentuk
penyelenggaraan pelayanan publik yang melibatkan masyarakat
dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
Dalam pelaksanaan lokmin linsek dimana harapan dan keinginan
pihak terkait ataupun masyarakat dapat di sampaikan melalui cara
ini untuk mengevaluasi hasil kinerja Puskesmas.
2) Transparan.
Dalam hal ini Puskesmas Makunjung telah menyediakan brosur
tentang jenis layanan dan waktu operasional Puskesmas
Makunjung. Sehingga dapat memberikan akses bagi masyarakat
untuk mengetahui apa saja layanan yang di berikan di fasilitas
kesehatan. Serta di dalam brosur di sediakan wadah untuk
pengaduan apabila merasa tidak puas dengan pelayanan yang
disediakan.
3) Responsif.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang
mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan. Dalam hal ini Puskesmas Makunjung
terdapat spanduk atau poster terkait jenis layanan, jam buka
operasional, persyaratan pendaftaran dan terdapat kotak
kepuasaan pelanggan dan kotak kritik atau saran. Dan Puskesmas
Makunjung juga memiliki akun social media dimana terdapat
berbagai informasi terkait pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan untuk masyarakat. Sebagai klien masyarakat, birokrasi
wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat yang
menduduki posisi sebagai agen;
4) Tidak diskriminatif.
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas
Makunjung juga tidak boleh dibedakan antara satu warga negara
dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas
warga negara, seperti: status sosial, pandangan politik, enisitas,
agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan
sejenisnya; dalam hal ini semua di layani dengan baik di mulai dari
loket pendaftaran.
8) Akuntabel.
Bentuk dari prinsip Penyelenggaraan pelayanan publik ini yaitu
adanya layanan vaksinasi covid 19 yang di selenggarakan
Puskesmas tanpa memungut biaya dan juga di sebarluaskan
melalui akun media social Puskesmas Makunjung.
9) Berkeadilan.
Penyelenggaraan pelayanan puskesmas Makunjung dalam bentuk
pelayanan homecare bagi Lansia yang tidak dapat berobat ke
Puskesmas Makunjung sehingga menghadirkan rasa keadilan bagi
sesama yang membutuhkan.
c. E-government
1) Ketersediaan CIO di negara-negara Asia, Eropa dan
Amerika relatif berimbang, sedangkan negara-negara Afrika
dan Oceania tergolong tertinggal;
2) Interoperabilitas sektor publik merupakan indicator sejauh
mana terdapat kapasitas pertukaran informasi antar sektor,
termasuk penggunaan ID card yang dapat dikenali semua
sistem. Beberapa negara yang terdepan dalam indikator ini
adalah Jepang, Belgia, Austria, Denmark, Singapura,
termasuk beberapa negara berkembang seperti Kazakhstan,
Ukraina, Bangladesh dan India;
3) Integrasi pelayanan online. Survey ini menunjukkan bahwa
selama kurun waktu 8 tahun terdapat peningkatan signifikan
dalam integrasi pelayanan online dari 63 negara di 2004
menjadi 135 negara di 2012;
4) Prosentase portal nasional yang terhubung dengan website
kementerian dan lembaga. Dalam hal ini Amerika Serikat
memimpin sebagai negara dengan prosentasi tertinggi portal
terhubung dengan website instansi pemerintah.
1) Asas Legalitas
2) Asas Pelindungan terhadap Hak Asasi Manusia
3) Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB). AUPB terdiri
atas :
a) kepastian hukum;
b) kemanfaatan;
c) ketidakberpihakan;
d) kecermatan;
e) tidak menyalahgunakan kewenangan;
f) keterbukaan;
g) kepentingan umum; dan
h) pelayanan yang baik.
3) Kesatuan
Dalam konteks kesatuan pembangunan negara, artinya WoG
harus menjadi alat pemersatu seluruh lintas sektoral dalam
menyelenggarakan pemerintahan.
4) Tujuan Bersama
Dalam konteks Indonesia keberagaman latar belakang nilai,
budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya
mendorong adanya disintegrasi bangsa. Pmerintah sebagai
institusi formal berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilai-
nilai perekat kebangsaan yang akan menjamin bersatunya
elemen-elemen kebangsaan ini dalam satu frame NKRI, dalam
hal ini WoG menjadi penting karena diperlukan sebuhan upaya
untuk memahami pentingnya kebersamaan dari seluruh sektor
guna mencapai tujuan Bersama yang diidamkan.
5) Mencakup keseluruhan actor dari seluruh sektor dalam
pemerintahan
Dalam pengertian menurut United States Institute of Peace
(USIP), WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya
kementrian atau Lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan
Bersama.
C. MANAJEMEN ASN
1. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN
Kedudukan ASN:
Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi
Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik.
Peran ASN:
Perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional,
bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
Tugas ASN:
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.