Anda di halaman 1dari 7

CORE VALUES ASN

Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26
Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil
Negara, disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN
BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo meluncurkan Core Values dan Employer
Branding ASN tersebut, yang bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian PANRB ke-62. Core
Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core
Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta
dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari.

1. BERORIENTASI PELAYANAN (Komitmen memberikan pelaynan prima demi


kepuasaan masyarakat)
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan
publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu
ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan 3)
kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah
penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai berorientasi pelayanan dalam
pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Terdapat tiga konsep kode etik dari nilai
Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
yaitu: (1) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat, (2) Ramah, cekatan, solutif dan
dapat diandalkan, dan (3) Melakukan perbaikan tiada henti.
Kunci dari berorientasi pelayanan adalah responsivitas, kualitas dan kepuasan.
Sedangkan contoh perilaku kebidanan ASN dalam berorientasi pelayanan adalah memberikan
pelayanan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan serta berpedoman berdasarkan SOP asuhan
kebidanan.

2. AKUNTABEL (Bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan)


Kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab, kedua
konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala
tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih
luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas
vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
Tinggalkan semua mental dan pola pikir ASN yang tidak sesuai dengan konsep
Akuntabilitas, Integritas, dan Antikorupsi. Perilaku ASN akuntabilitas adalah (1)
Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;
(2) Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efesien. Sehingga dapat ditarik kata kunci dari akuntabilitas adalah Integritas dan Konsisten.
Contoh akuntabilitas dalam kebidanan adalah melakukan pendokumentasien dengan jujur dan
bertanggung jawab seusai dengan riwayat, kondisi, dan asuhan yang telah diberikan.

3. KOMPETEN (Terus belajar dan mengembangkan kapabilitas)


Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill),
dan sikap (attitude) yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai
tuntutan pekerjaan. Pengertian yang sama juga digunakan dalam konteks ASN, kompetensi
adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan
tugas jabatan (Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi faktor
penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai
profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk
mewujudkannya dalam kinerja.
Kode Etik dalam ASN berkompeten adalah
1) Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah
keniscayaan.
2. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga
sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
3. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.
4. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja
atau tempat lain.
5. Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri
sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
2) Membantu orang lain belajar;
1. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk morning
tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
2. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
3. Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja
seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam
repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge
Repositories).
4. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam
bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi
pengalaman (lessons learned).
3) Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
1. Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik
instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui
berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
2. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa
yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang
Contoh perilaku kompeten dalam kebidanan adalah melakukan pelayanan sesuai pedoman
terbaru dengan cara meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam keikutsertaan
pelatihanJ Midwifery Update yang diselanggarakan oleh Organisasi IBI.

4. Harmonis (Saling peduli dan mengharagai perbedaa)


Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak
diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap
profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan
pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan maksud
memperdayakan masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Dalam
menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat mengatasi permasalahan
keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Kode Etik hamonis dalam ASN adalah (1) Menghargai setiap orang apappun latar
belakangnya; (2) Suka mendorong orang lain; (3) Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
Sedangkan kata kuncinya adalah. Contoh harmonis dalam pelayanan kebidanan adalah tidak
membedakan pelayanan terhadap pasien BPJS dan UMUM. Selain itu, mampu menjaga sopan
santun dalam menghadapi pasien.

5. Loyal (Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara)


Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Loyal,
merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa setiap
ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku:
1) Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang
sah;
2) Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau
hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
2) Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu
usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk
melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh.
3) Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan dalam
berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme,
finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang lebih
baik dan efisien
4) Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan keyakinan
bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta tanah air atau
bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik,
ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan
prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5) Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun tenaga
sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu
dilakukan dengan ikhlas.
Contoh loyal dalam pelayanan kebidanan adalah berkontribusi dalam program pemerintah
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, yatu mendukung program vaksin covid-19.

6. Adaptif (Terus berinovasi dan antuasias dalam menggerakkan serta menghadapi


perubahan)
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu
di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus
dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun.
Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut
adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility
dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity,
dan hadapi ambiguity dengan agility.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN
memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang
berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
Kode Etik ASN dalam beradaptasi adalah (1) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
(2) Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas; (3). Bertindak proaktif.
Contoh adaptif dalam pelayanan kebidanan adalah mampu mengikuti perkembangan
zaman dengan melakukan pelayanan menggunakan alat yang canggih dan terbaru dalam
meningkatkan efisiensi kerja.

7. Kolaboratif (Membangun kerja sama yang sinergis)


Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat birokrasi
yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. ASN muda diharapkan
nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan harapan tersebut. WoG dipandang
menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau
lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap
isu-isu tertentu.
Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara lainnya diharapkan
dapat juga terwujud di Indonesia. Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah
kemudian akan bekerja dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Kode
Etik kolaborasi adalah:
1) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
2) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
3) Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama
Contoh kolaboratif dalam kebidanan adalah melakukan kolaborasi dengan dokter umum
dan dokter spesialis dalam menentukan diagnosa yang bersifat pathologis atau yang diluar
wewenang kebidanan. Selain itu berusaha untuk bekerjasama dengan pihak yang dapat
mengembangkan kesejahteraan Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai