B. Penerapan
ASN sebagai pelayan publik harus bertekad melakukan perbaikan atas kurang baiknya kualitas
pelayanan publik di Indonesia, berkontribusi memperbaiki birokrasi. Dan memiliki kesadaran
untuk memberikan kontribusi terhadap upaya perbaikan kualitas pelayanan Publik di
Indonesia. Sehingga terdapat implikasi strategis jangka Panjang sebagai upaya mengubah
kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan Publik. Dalam memberikan pelayanan Publik
ASN harus professional, bebas dari intervensi politik, dan bersih dari praktek Kolusi Korupsi
dan Nepotisme.
Sebagai Rumah Sakit Jejaring baru di Kabupaten Gunung Mas RS Pratama Tumbang
Talaken wajib melaksanakan Pelayanan Publik yang menjadi pilihan masyarakat wilayah
Rungan Manuhing sesuai dengan visi rumah sakit yaitu “ Menjadi Rumah Sakit pilihan
masyarakat dengan layanan terbaik dan berkualitas”.
Berdasarkan Peraturan Bupati Gunung Mas No 13 Tahun 2021, tentang peraturan
internal Rumah Sakit Kelas D Pratama Tumbang Talaken tentang tujuan dan sasaran rumah
sakit dapat menjadi penerapan dari Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik yaitu
1. Meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan secara berkesinambungan, dengan
sasaran:
a. Meningkatkan jumlah pasien yang dilayani
b. Meningkatkan ketersediaan saranan dan prasarana
c. Meingkatkan kepuasan pasien
d. Meningkatkan Kerjasama dengan Lembaga terkait
2. Mewujudkan sumber daya manusia Kesehatan dengan kompetensi standara, dengan
sasaran
a. Meningkatkan kompetensi keahlian dan keterampilan sumber daya manusia
b. Meningkatkan jumlah pegawai sesuai kebutuhan dan standar.
Prinsip-prinsip pelayanan publik lain yang dapat diterapkan pada RS Pratama Tumbang
Talaken adalah:
1. Memberi informasi secara jelas tentang kondisi sakitnya dan terapi yang akan kita berikan
kepada mereka, hal ini merupakan bentuk transparansi kita kepada pasien.
2. Perbaikan operan shift dengan optimalisasi buku dinas atau Operan dinas langsung ke
pasiennya agar tidak salah dalam penanganan pasien merupakan salah satu bentuk efektif
dan efesien dalam penanganan pasien.
3. Proses pelayanan yang diberikan tidak berbelit, melayani pasien tanpa melihat latar
belakang, melayani pasien dengan ramah dan sopan, memberikan informasi yang jelas
kepada pasien dan betanggung jawab atas pelayanan yang diberikan,.
4. Sebelum Tindakan semua Pegawai RS Pratama Tumbang Talaken terlebih dahulu mencuci
tangan 6 langkah dengan sabun agar pasien merasa aman. Menerima pasien dengan
dengan ramah dan sopan, supaya pasien merasa nyaman. Bertanya keluhan pasien dengan
penuh perhatian. Melakukan pemeriksaan dengan teliti dan menyeluruh. Memberikan
Inform Konsen dengan jelas dan mudah dimengerti oleh pasien sebelum melakukan
prosedur tindakan.
5. RS Pratama Tumbang Talaken Tidak boleh membeda-bedakan antar pasien berdasarkan
status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, atau
tidak boleh membeda-bedakan pasien berdasarkan penggunaan BPJS atau umum karena
dasar pelayanan nya itu sama yang membedakannya hanya bed rawat inap.
6. RS Pratama Tumbang Talaken terdapat pelayanan ambulan untuk pasien yang tidak
sadarkan diri, penyakit parah atapun kematian, sampai saat ini di RS Pratama Tumbang
Talaken masih menjalankan pelayanan jemput pasien ini.
7. Keprofesionalan Pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan
bidang tugas atau tupoksinya. Misalnya Jika ada pasien mengeluh saat rawat inap, seorang
Perawat tidak boleh meresep obat, harus lapor kepada dokter, diperiksa sesuai SOP lalu
dokter memberikan dan meresep obat tersebut.
8. Menyediakan Tempat atau ruang Informasi di RS Pratama Tumbang Talaken untuk pasien
(Informasi letak ruangan, pelayanan poli, harga pelayanan, ruangan rawat inap, dan lain-
lain)
9. Semua Petugas Medis di RS Pratama Tumbang Talaken wajib Menjaga kerahasiaan pasien.
Di RS Pratama Tumbang Talaken sudah menjalankan etika tersebut.
10. Menyediakan tempat cuci tangan dan handsanitizer di setiap ruangan dan poli klinik
untuk pasien
.
2. WOG ( WHOLE OF GOVERMENT )
1. KONSEP WOG
a. WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor
dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
b. Karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip
kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup
keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan.
c. WoG menjadi penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan
perhatian dari pemerintah.
1) Pertama, adalah adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik
dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.
Selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika
kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG dalam
menyatukan institusi pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan dan
layanan publik.
2) Kedua, terkait faktor-faktor internal dengan adanya fenomena
ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa
kompetisi antar sektor dalam pembangunan.
3) Ketiga, khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang
nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendrong
adanya potensi disintegrasi bangsa.
d. WoG dapat dipraktekkan dalam kontinum koordinasi-merger, di mana
pelaksanaan WoG dilakukan mulai dari sebatas koordinasi tanpa ada dampak
perubahan institusi atau kelembagaan sampai dengan proses merger atau
penyatuan beberapa lembaga menjadi satu unit organisasi baru. Perbedaan
masing-masing kategori terletak dari posisi masing-masing kelembagaan yang
terlibat atau dilibatkan dalam WoG. Untuk kategori koordinasi, maka
kelembagaan yang terlibat dalam pendekatan WoG tidak mengalami
perubahan struktur organisasi. Sedangkan dalam kategori integrasi,
kelembagaan yang terlibat mulai cair, dan terdapat penyamaan perencanaan
jangka panjang serta kerjasama. Adapun dalam kategori kedekatan dan
pelibatan, kelembagaan menyatukan diri dalam wadah yang relatif lebih
permanen.
2. PENERAPAN WOG DALAM PELAYANAN YANG TERINTEGRASI
a. Praktek WOG
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal.
1) Penguatan koordinasi antar Lembaga
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
3) Membentuk gugus tugas
4) Koalisi sosial
c. E-government
d. WoG dalam Lingkup Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta
antar Daerah
Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta antar Daerah sangat terkait
erat dengan prinsip-prinsip dan tujuan pemberian Otonomi Daerah, baik
kepada Daerah Provinsi maupun kepada Daerah Kabupaten dan Kota,
berdasarkan asas desentralisasi.
1) Asas Legalitas
2) Asas Pelindungan terhadap Hak Asasi Manusia
3) Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB). AUPB terdiri atas :
a) kepastian hukum;
b) kemanfaatan;
c) ketidakberpihakan;
d) kecermatan;
e) tidak menyalahgunakan kewenangan;
f) keterbukaan;
g) kepentingan umum; dan
h) pelayanan yang baik.
CONTOH KASUS
Profesi Dan Pengabdian Satu Paket yang Harus Dimiliki ASN
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai salah satu unsur aparatur dalam
birokrasi pemerintahan yang langsung berhubungan dengan masyarakat
memiliki dua dimensi pengertian. Sebagai pekerjaan atau profesi, dan sebagai
pengabdian. Keduanya, satu paket yang harus dimiliki setiap ASN.
Demikian disampaikan Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy saat menutup
Diklat Calon ASN di Lingkungan Provinsi Banten Angkatan tahun 2019 yang
diselenggarakan Badan Pengebangan Sumber Daya Manusia Daerah
(BPSDMD) Banten, Rabu (2/10). "Sebagai pekerjaan atau profesi, seorang
ASN dituntut memiliki profesionalitas. Sedangkan dalam pengertian sebagai
pengabdian, seorang ASN harus mempertajam sensitivitas sebagai pengayom
dan pelayanan masyarakat merespon berbagai permasalahan krusial yang
dihadapi masyarakat di wilayah Provinsi Banten," ujar Andika.
Menurutnya, rasa kesatuan seluruh aparatur dan rasa kesamaan tujuan di
antara ASN pada masing-masing OPD di Lingkungan Pemerintah Provinsi
Banten maupun di lingkungan pemerintah kabupaten/ kota se-Provinsi Banten
menjadi modal terbangunnya budaya kinerja. "Selain itu, aparatur mempunyai
tanggung jawab atas pencapaian kinerja dan merasa bertanggung jawab atas
hasil yang dicapai. Adanya target kinerja yang jelas dan berjenjang di setiap
unit kerja akan membuat setiap aparatur memiliki tanggung jawab dan
akuntabilitas sehingga pada akhirnya memicu terwujudnya budaya kinerja,’
paparnya.
Sementara, Kepala BPSDMD Banten Endrawati mengatakan,
penyelenggaraan Latihan Dasar CASN telah mengalami perubahan dengan
sistem pola baru. Hal itu, kata dia, mengacu pada peraturan Kepala LAN
Nomor 12 tahun 2018 tentang pelatihan dasar CASN. "Perubahan itu terutama
pada kurikulum atau materi pembelajarannya yang dirancang untuk dapat
meningkatkan kemampuan organisasi birokrasi di sektor pub lik,’ ujarnya.
Selain materi pembelajaran, lanjut Endrawati, perubahan lain yang
membedakan Latsar CASN pola baru ini membekali peserta dengan
pengetahuan tentang sistem pengelolaan pemerintah yang terintegrasi dalam
penyelenggaraan pemberian pelayanan me lalui konsep whole of government
(WOG) dan best practice. BPSDM Provinsi Banten mulai mengintegrasikan
peningkatan kompetensi aparatur melalui program pendidikan dan pelatihan
yang lebih mengutamakan sifat pendekatan tugas yang diarahkan pada hal
pengayo man dan pelayanan masyarakat dan menghindarkan kesan pendekatan
kekuasaan dan kewenangan," pungkasnya.
A. PENERAPAN
Beberapa Penerapan pendekatan praktek WoG yang ada di RS Pratama Tumbang
Talaken adalah sebagai berikut :
1. kerjasama antar BPJS dan rumah sakit sehingga memudahkan pengguna
pelayanan mendapatkan pelayanan dirumah sakit, tidak harus
mengeluarkan uang banyak secara bersamaan, cukup membayar setiap
bulan.
2. Rekam medis pasien rawat inap maupun rawat jalan, Penulisan Resep dan
Permintaan pemeriksaan penunjang masih menggunakan system manual jadi banyak
proses dan tahapan yang harus diisi dari mulai pasien mendaftar sampai dengan
pasien pulang. Seharusnya pelayanan dapat diterapkan salah satunya dengan sistem
eMedical record yang baik yang multiguna dalam tiap tahapan pelayanan kesehatan
(pendaftaran, verifikasi BPJS/asuransi/pembayaran, rekam medis, penunjang, order
tindakan) dan dipergunakan juga sebagai database informasi untuk penelitian dan
pengembangan pelayanan seperti penggunaan SIMRS (Sistem Informasi Mnajemen
Rumah Sakit). Saat ini di RS Pratama Tumbang Talaken belum menerapkan SIMRS.
3. Kerjasama antar Rumah Sakit dan Pemerintah Kabupaten Gunung Mas dan
Kecamatan Rungan Manuhing, melalui dinas sosial bagi masyarakat kurang
mampu yang tidak memiliki BPJS. Dengan kerjasama ini, efeknya tentu
meringankan beban masyarakat kurang mampu dalam berobat karena
mendapatkan layanan gratis setelah mengurus persyaratan sesuai dengan
peraturan pemerintah Pemerintah Kabupaten Gunung Mas
4. Dokter memiliki peran penting dan ikut menentukan kelancaran dan keberhasilan
suatu rumah sakit. Agar para dokter dan tenaga kesehatan lainnya dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik dan efektif, maka diperlukan kerjasama dari
berbagai elemen. Pada dasarnya, tujuan dari kerjasama itu adalah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dan agar terpenuhinya kebutuhan
yang diperlukan oleh pasien. Sebagai contoh adalah kasus yang sedang merebak
saat ini yaitu pandemi covid-19. Angka kejadian yang terus meningkat membuat
mustahil jika pasien-pasien covid-19 hanya ditangani oleh satu rumah sakit. Oleh
karena itu, diperlukan korrdinasi beberapa rumah sakit terkait perawatan pasien
covid-19. Agar koordinasi berjalan dengan lancar, maka dibentuklah satgas covid-19
wilayah Kabupaten Gunung Mas. Satgas covid ini sendiri dibawahi langsung oleh
dinas kesehatan Kabupaten Gunung Mas ataupun Satgas Kabupaten Gunung Mas.
Sehingga dinas kesehatan pun dapat mendata jumlah dan kondisi pasien covid-19 di
seluruh Kabupaten Gunung Mas. Satgas covid ini pun berhubungan dengan pasien
dan menjelaskan kepada pasien langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan saat
pasien mengalami keluhan. Kemudian tim satgas juga berkomunikasi kepada pihak
rumah sakit jika nantinya, pasien tersebut memerlukan perawatan yang lebih intensif
di rumah sakit. Seperti inilah bentuk penerapan WoG dalam bidang kesehatan.
5. Kerjasama antara Klinik Perusahaan dengan RS Pratama Tumbang Talaken
dalam Rujukan Penyakit yang membutuhkan Pemeriksaan atau penunjang
lebih lanjut.
6. Kerjasama antar Asuransi Kesehatan dan rumah sakit sehingga memudahkan
pengguna pelayanan mendapatkan pelayanan dirumah sakit ketika tidak
mempunyai BPJS, tidak harus mengeluarkan uang banyak secara
bersamaan, cukup membayar setiap bulan.
7. Kerjasama antar Perusahaan Farmasi dan Rumah Sakit sehingga
memudahkan pengguna pelayanan mendapatkan obat-obatan yang lengkap
di RS Pratama Tumbang Talaken. Merupakan wujud WOG Pelayanan
publik di bidang Barang atau obat-obatan.
8. Kerjasama antar Perusahaan Supplier alat kesehatan dan Rumah Sakit
sehingga memudahkan pengguna pelayanan mendapatkan alat-alat
kesehatan yang lengkap di RS Pratama Tumbang Talaken. Merupakan
wujud WOG Pelayanan publik di bidang Barang
9. Kerjasama Kepolisian dan Rumah Sakit dalam hal KLL, atau tindak pidana
lainnya untuk dilakukan Visum et repertum atau autopsi pada jenasah
sehingga membantu kepolisian dalam pemecahan kasus yang sedang di
tangani.
3.MANAJEMEN ASN (KEDISIPLINAN)
1. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN
Kedudukan ASN:
Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas
dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Peran ASN:
Perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan
dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
Tugas ASN:
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Sesuai dengan asas proposionalitas, ASN yang telah
memperoleh hak tentu harus menjalankan kewajibannya sesuai dengan tugas dan
tanggungjawab.
Sebagai profesi, ASN bekerja dengan berlandaskan pada kode etik dan
kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN yang diatur dalam UU ASN
menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah dan
bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.
Kode etik dan kode perilaku bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN. Antara lain:
a. Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam
menjalankan tugas dan kewenangan agar tindakannya dinilai baik;
b. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi
publik/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya;
dan
c. Etika birokrasi penting sebagai panduan norma bagi aparat birokrasi dalam
menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat dan menempatkan kepentingan
publik di atas kepentingan pribadi, kelompok dan organisasinya.
Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
Bagi Organisasi: Mendukung keberadaan prinsip akuntabilitas yang saat ini
menjadi tuntutan dalam sektor publik.
Bagi ASN: Menjamin keadilan dan juga menyediakan ruang keterbukaan dalam
perjalanan karir seorang pegawai.
c. Berbasis kinerja