Anda di halaman 1dari 6

LEARNING JOURNAL

Pelatihan : Latsar CPNS

Angkatan : XXIV

Nama Peserta : dr. Winda Anastesya

Nomor Daftar Hadir : 17

Materi : ANTI KORUPSI

A. POKOK PIKIRAN
a) Definisi Anti Korupsi
Corruptio berasal dari Bahasa latin yang berarti kerusakan,
kebobrokan, dan kebusukan. Korupsi adalah suatu tindakan
atau perbuatan yang dapat merugikan sehingga perlu
dilakukan pencegahan dan harus ditindak secara tegas.

Menurut UU 31 tahun 1999 yang diperbaharui menjadi UU


nomor 20 tahun 2001, korupsi adalah perbuatan untuk memperkaya
diri sendiri atau korporasi yang dapat merugikan keuangan atau
perekoonimian negara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korupsi
adalah kegiatan yang secara melawan hukum merugikan negara
untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi
sehingga dapat dikatakan perbuatan tindak pidana. Sedangkan
tindak pidana adalah suatu perbuatan yg diancam dengan pidana
oleh undang-undangan bertentangan dengan hukum, dilakukan
dengan kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggung-jawab.
Korupsi menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi,
keluarga, masyarakat, & kehidupan yg lebih luas, berlangsung dalam
kurun waktu yang panjang.
Tindak Pidana : Suatu perbuatan yg diancam dengan pidana oleh
undang-undangm bertentangan dengan hukum, dilakukan dengan
kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggung-jawab.
Tindak Pidana Korupsi menurut UU No. 31/1999 dan UU No. 20/2001
terdapat 7 Kelompok : (1) Kerugian keuangan Negara, (2) Suap-
Menyuap, (3) Pemerasan, (4) Perbuatan Curang, (5) Penggelapan
dalam Jabatan,
(6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan,(7) Grafitikasi.

Jenis Korupsi:
1. Korupsi Transaktif : adanya kesepakatan antara pemberi dan
penerima untuk kepentingan bersama.
2. Korupsi Ekstroaktif : adanya bentuk tekanan, pihak pemberi dipaksa
untuk menyuap.
3. Korupsi Investif : melibatkan suatu penawaran dan menerima
keuntungan di masa yg akan datang.
4. Korupsi Nepotistik : Perlakuan pengutamaan (khusus) dlm segala
bentuk yg bertentangan.
5. Korupsi Autogenik : mempunyai kesempatan mendapatkan
keuntungan dari pengetahuan & pemahamannya atas sesuatu yg
hanya diketahui sendiri.
6. Korupsi Suportif : penciptaan suasana kondusif untuk melindungi
tindak kejahatan korupsi.
7. Korupsi Defensif : Dilakukandalam rangka mempertahankan diri dari
pemerasan.
Dampak Perilaku Korupsi
Selaras dengan kata asalnya, dampak luar biasa dari korupsi
menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga,
masyarakat, dan kehidupan yang lebih luas, berlangsung dalam
kurun waktu yang panjang.

Niat, Semangat, & Komitmen Anti Korupsi


Kesadaran anti korupsi memuncak pada spiritual accountabillity
(sadar nilai-nilai keTuhanan dan memahami hakikat kehidupannya –
primordial covenant); Tuhan yg menciptakan kehidupan, memberikan
amanah pada manusia, dan akan meminta pertanggung-jawaban
kelak.

Spiritual Accountabillity => Niat => Visi & Misi => Usaha Terbaik =>
Hasil Terbaik

Spiritual Accountabillity akan mendorong public accountabillity; tidak


akan ada niat sedikitpun untuk membuatan kerusakan di muka bumi,
termasuk KORUPSI.

Tunas Integritas
Manusia sebagai faktor kunci perubahan (pemberantasan korupsi)
melalui pendekatan yang utuh jasmani dan rohani. Selanjutnya
manusia sebagai makhluk sosial yg harus berinteraksi dengan
lingkungannya, maka
pembangunan integritas dimilai dari integritas individu (pembenahan
akhlak/moral) yg selaras dengan integritas organisasi dan bangsa.
Konsep Tunas Integritas memastikan tersedianya manusia-manusia
yg melakukan upaya peningkatan integritas diri dan lingkungannya
dengan membangun sistem yang kondusif, mampu menyelaraskan
rohani dan jasmani, selaras dalam semua elemen (jiwa, pikiran,
perasaan, ucapan, dan tindakan), sesuai nurani (kebaikan universal),
terbentuk perilaku integritas yg selaras dengan berbagai situasi dan
lingkungan (sistem dan budaya).
Peran Tunas Integritas : 1) menjadi jembatan masa depan
kesuksesan organisasi, 2) berpartisipasi aktif membangun sistem
integritas, peluang korupsi ditutup, 3) mempengaruhi orang lain
untuk berintegritas tinggi

Nilai Dasar Anti Korupsi :(1) Jujur, (2) Peduli, (3) Mandiri, (4) Disiplin,
(5) Tanggung Jawab, (6) Kerja
Keras, (7) Sederhana, (8) Berani, (9) Adil,(10) Religius

Penanaman Nilai Integritas


Proses sosial yg berperan dalam proses perubahan sikap dan
perilaku adalah : 1) Kesediaan (compliance) , 2) identifikasi
(identification), 3) internalisasi (internalization) integritas sebagai
suatu proses sosial yg ditujuka untuk mengatasi korupsi.

Membangun Sistem Integritas


Reframing Culture : Merubah orientasi (niat) tanpa harus mengubah
kandungan budayanya. Upaya-upaya untuk mengembalikan kembali
nilai-nilai dan kebiasaan yg telah bergeser konteksnya untuk
dikembalikan lagi menjadi konteks yang positif .
7 semangat dasar yg diharapkan dapat ditumbukan kembali di bumi
Pertiwi adalah ketaqwaan pada Tuhan, keikhlasan dan ketulusan,
pengabdian dan tanggung jawab, menghasilkan yang terbaik,
kekeluargaan, keadilan dan kemanusiaan, perjuangan.
Seeding of Integrity : Merupakan upaya untuk menanamkan
pengaruh integritas pada bawah sadar hingga dapat membentuk
perilaku, kebiasaan dan budaya integritas.

B. IMPLEMENTASI DAN PENERAPAN ANTI KORUPSI PADA ASN

Perilaku Anti Korupsi yang bisa diterapkan dalam pekerjaan sebagai


Dokter Umum di Puskesmas antara lain ;
1. Tidak terlambat dan datang tepat waktu dalam bekerja
2. Tidak menerima hadiah dalam bentuk apapun yang bertentangan
dengan peraturan.
3. Tidak berpartispasi dalam kegaiatn politik
4. Tidak menerima hadiah dalam bentuk apapun yang bertentangan
dengan peraturan
5. Tidak menggunakan fasilitas kesehatan untuk kepentingan pribadi.
6. Tidak membebani biaya lain untuk permeriksaan pasien berdarakan
peraturan daerah setempat.
7. Mengutamakan kejujuran dan trasnparansi saat melakukan
pelayanan kesehatan.
8. Tidak membantu tim kerja lainnya apabila terdapat indikasi
kecurangan.
9. Bekerja sesuai prosedur yang telah di tetapkan.
10. Tidak diskrimintafi dan berbuat curang saat melakukan pelayanan
kesehatan.
11. Menjalankan secara sungguh sungguh ketika terdapat surat tugas
dari pimpinan terkait pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan.
12. Tidak menggelapkan dana fasilitas kesehatan untuk kepentingan
pribadi.

Anda mungkin juga menyukai