Kalingga Ramadhan-Fdk
Kalingga Ramadhan-Fdk
ONLINE
(analisis framing berita kekerasan pada anak di media online
tirto.id)
Skripsi
Oleh
Kalingga Ramadhan
NIM: 1113051000211
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 1113051000211
Kalingga Ramadhan
NIM. 1113051000211
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Skripsi
Oleh
Kalingga Ramadhan
NIM. 1113051000211
Pembimbing
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Anggota
Penguji I Penguji II
Pembimbing
iv
DAFTAR ISI
BAB II .................................................................................................................. 20
A. Pengertian Konstruksi Sosial ....................................................................... 20
H. Berita ........................................................................................................... 43
v
B. Profil Tirto.id ............................................................................................... 50
BAB IV ................................................................................................................. 54
A. Analisis Framing Robert N. Entman ............................................................ 54
B. Interpretasi .................................................................................................. 70
BAB V................................................................................................................... 81
A. Kesimpulan .................................................................................................. 81
B. Saran ........................................................................................................... 82
vi
DAFTAR TABEL
vii
ABSTRAK
viii
KATA PENGANTAR
kepada Allah SWT karena atas nikmat dan karuniaNya penelitian skripsi ini dapat
berjalan dengan baik tanpa halangan yang berarti. Shalawat dan serta salam juga
Begitu banyak kesan dan manfaat yang dirasakan oleh penulis saat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis tidak hanya mendapatkan ilmu tetapi juga
mendapatkan pelajaran bahwa tanpa adanya usaha dan kerja keras maka tidak
adanya dukungan dan semangat dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
ix
4. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat dan senantiasa sabar dalam memberikan membelajaran.
5. Orang tua tercinta, Bapak Santoso Harjono dan Ibu Ratna Maya Siti
Rahayu. Kakak saya Satria Dharma Setha, Istri kakak saya Nur
Hikmah dan keponakan kesayangan saya Makaila Kamila Salifah
yang telah berjuang dan mendukung sekuat tenaga agar saya meraih
pendidikan setinggi-tingginya, berkat usaha dan doa mereka saya bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Kawan-kawan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya
angkatan 2013 yang telah membantu dan tetap menyemangati saya
untuk menyelesaikan skripsi.
7. Keluarga besar Lembaga Pers Mahasiswa Journo Liberta. Terima
kasih sudah memberikan penulis kesempatan untuk belajar serta
menjadi bagian dari keluarga LPM Journo Liberta.
8. Teman-teman Yobok Supmak, Fakhri, Ejon, Dolah, Denny, Bisri,
Arief, Singgih, Boja, Rizal, Agung, Irhas, Fathra, Arfan, Irfan yang
telah berjuang bersama-sama sampai titik darah penghabisan.
9. Teman - teman Karang Taruna RW 08 Bukit Indah, Amal, Eky,
Gabriel, Aufa, Aal yang terus memberi saya semangat dan juga
bantuannya baik dikala senang maupun susah.
10. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
Kalingga Ramadhan
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
cukup tinggi di Indonesia, dan tak jarang yang menjadi korban dalam kasus
kriminalitas jenis ini adalah anak yang usianya masih dibawah umur. Menurut
Rakyat dari tahun 2010 hingga tahun 2014 tercatat sebanyak 21.869.797 kasus
kekerasan seksual anak, yang tersebar di 34 provinsi, dan 179 kabupaten dan
kota. Sebesar 42-58% dari pelanggaran hak anak itu, katanya, merupakan
3000 kasus kekerasan terhadap anak sejak 1 Januari hingga 19 Juni 2020 yang
didominasi oleh kasus kekerasan seksual dengan angka mencapai 1.848 kasus.
Artinya kasus-kasus ini banyak sekali dijumpai meskipun tidak secara langsung.2
dikenal oleh korban mereka; sekitar 30% adalah keluarga dari si anak, paling
sering adalah saudara laki-laki, ayah, paman, atau sepupu; sekitar 60% adalah
kenalan lainnya seperti ‘teman’ dari keluarga, pengasuh, atau tetangga, orang
asing adalah pelanggar sekitar 10% dalam kasus penyalahgunaan seksual anak.
1
www.kemkopmk.go.id
2
Alfian Putra Abdi, 2020. “Kemen PPA Catat 3000 Kasus Kekerasan Anak Selama Pandemi
COVID-19”,https://tirto.id/kemen-pppa-catat-3000-kasus-kekerasan-anak-selama-pandemi-covid-
19-fK3j
2
Kasus – kasus kekerasan yang menimpa anak – anak, tidak saja terjadi di
perkotaan tetapi juga di pedesaan. Namun sayangnya belum ada data yang
lengkap mengenai ini. Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa anak
seksual. Alasan pada umumnya pelaku adalah sangat beragam, selain tidak
rasional juga mengada-ada. Sementara itu usia korban rata-rata berkisar antara 2
kebohongan.3
Ada beberapa alasan mengapa anak sering kali menjadi target kekerasan
seksual yaitu: anak selalu berada pada posisi yang lebih lemah dan tidak berdaya,
dan kesadaran orang tua dalam mengantisipasi tindak kejahatan pada anak yang
rendah. Dari beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya dapat dilihat bahwa
jarang kekerasan seksual terhadap anak dilakukan oleh orang asing (tidak dikenal
oleh korban).4
tidaklah jauh dari sekitar kita. Realitas kekerasan seksual yang dialami anak–anak
sampai saat ini masih menjadi masalah yang cukup besar di Indonesia. Lihat saja
pemberitaan media cetak dan elektronik mengenai kekerasan seksual pada anak
3
Diesmy Humaira B, Nurur Rohmah, dkk, KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK: TELAAH
RELASI PELAKU KORBAN DAN KERENTANAN PADA ANAK. PSIKOISLAMIKA. Jurnal
Psikologi Islam (JPI) copyright © 2015 Pusat Penelitan dan Layanan Psikologi. Volume 12.
Nomor 2, Tahun 2015
4
Wisnu, Sri Hertinjung. The dynamic of causes of child sexul abuse based on availability of
personal space and privacy. (UMS; 2009)
3
dapat dijumpai setiap hari. Bentuk dan modus operandinya pun juga cukup
Kekerasan seksual terhadap atau dengan sebutan lain perlakuan salah secara
seksual bisa berupa hubungan seks, baik melalui vagina, penis, oral, dengan
seksual, sodomi, oral seks, onani, pelecehan seksual, bahkan perbuatan incest.5
dibagi atas tiga kategori yaitu perkosaan, incest, dan eksploitasi. Pada eksploitasi
termasuk prostitusi dan pornografi. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai
biasanya terjadi pada suatu saat dimana pelaku (biasanya) lebih dulu mengancam
segera setelah perkosaan, maka bukti fisik dapat ditemukan seperti air mata,
darah, dan luka memar yang merupakan penemuan yang mengejutkan dari
5
http://www.lbh-apik.or.od/
4
dengan kekerasan pada anak, akan merupakan suatu resiko terbesar karena
penganiayaan sering berdampak emosi tidak stabil. Khusus untuk anak ini
perkosaan, pemerkosa harus dijauhkan dari anak. (b) Incest, didefinisikan sebagai
hubungan seksual atau aktivitas seksual lainnya antara individu yang mempunyai
hubungan dekat, yang perkawinan di antara mereka dilarang oleh hukum maupun
kultur. Incest biasnya terjadi dalam waktu yang lama dan sering menyangkut
dan pornografi, dan hal ini cukup unik karena sering meliputi suatu kelompok
secara berpartisipasi. Hal ini dapat terjadi sebagai sebuah keluarga atau di luar
rumah bersama beberapa orang dewasa dan tidak berhubungan dengan anak-anak
dan merupakan suatu lingkungan seksual. Pada beberapa kasus ini meliputi
keluarga-keluarga, seluruh keluarga ibu, ayah, dan anak-anak dapat terlibat dan
anak-anak harus dilindungi dan dipindahkan dari situasi rumah. Hal ini
harus waspada karna kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk penyiksaan
6
Diesmy Humaira B, Nurur Rohmah, dkk, KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK: TELAAH
RELASI PELAKU KORBAN DAN KERENTANAN PADA ANAK. PSIKOISLAMIKA. Jurnal
Psikologi Islam (JPI) copyright © 2015 Pusat Penelitan dan Layanan Psikologi. Volume 12.
Nomor 2, Tahun 2015
5
terhadap anak, dimana orang dewasa atau remaja menggunakan anak sebagai
rangsangan seksual. Bentuk pelecehan seksual pada anak termasuk meminta atau
yang tidak selayaknya untuk ditampilkan pada anak. Berikut terdapat beberapa
perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik, emosional, seksual
Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan (UU no.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak).
Kekerasan seksual adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki muatan yang
dilakukan seseorang atau sejumlah orang, namun tidak disukai dan tidak di
harapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat negatif
seperti ras malu, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri, kehilangan
namun tidak banyak masyarakat yang memahami dan peka tentang pesoalan ini.
7
https://www.who.int/indonesia
8
Supardi dan Sadarjoen. 2006. “Dampak Psikologis Pelecehan Seksual pada Anak Perempuan”,
http//www.kompas.com/Kesehatan/news/0409/12/201621.htm
6
semata. Pandangan semacam ini bahkan didukung oleh negara melalui muatan
moralitas semata.9
Berita tentang kasus kekerasan seksual pada media, seperti yang dikutip
dari menjadi berita yang menarik karena mengandung salah satu unsur yang
dapat menaikkan oplah berita yaitu seks. Pada pemberitaannya, media mengambil
Kekerasan seksual tampil di media bagai dua mata pisau, pada satu sisi
pemberitaan terkait kekerasan seksual ini bermaksud untuk memberikan efek jera
bagi pelaku, namun di sisi lain gambaran berita kekerasan seksual pada media
menjadikan korban kekerasan seksual menjadi korban untuk kedua kalinya saat
Indonesia bertambah dengan muculnya media daring atau media online yang
9
www.komnasperempuan.or.id
10
Rossy, Analisis Isi Kekerasan Seksual Dalam Pemberitaan Media Online Detik.Com. Jurnal
UIN Alauddin Makassar tahun 2015
7
menjadi senjata dalam meningkatkan pengunjung situs dan pembaca berita pada
dinilai oleh media sebagai berita yang menarik. Karena berita ini mengandung
salah satu unsur yang dapat menaikkan tiras berita yaitu seks. Tidaklah heran jika
hadir pameo yang mengatakan bad news is a good news (berita buruk adalah
berita yang baik). Hal ini terjadi dikarenakan berita kekerasan adalah berita yang
dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaedah baku
sampai dengan disajikan kepada khalayak. Proses untuk sampai pada khalayak,
maka ada proses yang disebut “framing”. Framing adalah pendekatan untuk
Dari sekian banyak topik pemberitaan yang bisa diberitakan di media cetak
ada salah satu pemberitaan yang sedang hangat dibicarakan, yaitu tentang
11
Siregar. Media dan Kekerasan Terhadap Anak (Analisis Isi Berita Kekerasan Terhadap Anak
dalam Harian Media Pos). Jurnal Universitas Sumatera Utara tahun 2014
12
Eriyanto, Analisis Framing : Kontruksi,Idiologi,dan Politik Media (Yogyakarta:Lkis.2002),h.
102
13
Nugroho Bimo,Eriyanto dan Frans Surdiasis, Politik Media Mengemas berita. Yogyakarta;
Institut Study Arus Informasi. 1999. h. 20
8
pelecehan seksual pada anak di bawah umur. Saat ini tidak sedikit berita yang
anak di bawah umur, sehingga menjadi acuan bagi para pelaku kekerasan seksual
untuk meniru apa yang telah diberitakan di media. Secara tidak langsung media
di sini menjadi contoh untuk para pelaku kekerasan seksual dalam menjalankan
tersebut bisa sampai dengan tepat sasaran kepada khalayak umum dan tidak
seksual yang terjadi pada anak di bawah umur. Penulis tertarik untuk meneliti
tentang pemberitaan kasus tersebut. Pemberitaan tentang kasus seperti ini sangat
dari sisi moral, psikologis, edukasi, hukum dan lain-lain. Karena berita ini
Online Tirto.id.
9
Online Tirto.id. Peneliti memilih Media Online Tirto.id sebagai objek penelitian,
karena setelah penulis teliti Media Online Tirto.id lebih mengikuti perkembangan
kasus ini dibandingkan dengan media online lainnya. Hal tersebut dilihat dari
unggahan berita Media Online Tirto.id mengenai kasus kekerasan seksual pada
termasuk Media Online Tirto.id. Untuk itu penulis ingin mengetahui bagaimana
berita yang dimuat dalam masing – masing surat kabar relatif sama, namun tentu
Alasan lain peneliti memilih Media Online Tirto.id karena merupakan media
pertama di Indonesia yang berhasil lolos verifikasi oleh Jaringan Periksa Fakta
2018 silam. Peneliti juga melihat media Tirto sangat serius memberitakan
mengenai kasus kekerasan anak, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa berita
Tirto mengenai kasus kekerasan anak yang sangat yang dikemas secara
mendalam dan juga detil. Berdasarkan latar belakang tersebut, Peneliti tertarik
1. Batasan Masalah
2. Rumusan Masalah
14
Rachmat Kriyantono. Tekni Praktis Riset Komunikasi :Disertasi Contoh Praktis Riset Media,
Public Relatoins,Advertising,Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasyaran, (Jakarta:
Kencana
Prenada Media Group,3007), cet ke-2, h. 251
11
Tirto.id.
1. Manfaat Akademis
Selain itu peneliti berharap hasil penelitian ini dapat diguanakan sebagai
2. Manfaat Praktis
jurnalistik khususnya dan masyarakat umum serta insan pers, selain itu
terbentuk.
12
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Di mana paradigma ini melihat bahwa bahasa tak lagi hanya dilihat sebagai
alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari
hubungan sosialnya.15
realitas.
2. Metode Penelitian
ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang
a. Subjek Penelitian
15
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS, 2009), h. 5
16
Ellys Lestari Pambayun, One Stop: Qualitative Research Methodology In Communication,
(Jakarta: Penerbit Lentera Ilmu Cendekia, 2013), h.5.
13
b. Objek Penelitian
pada anak.
a. Dokumentasi
interpretasi data.17
penulis bahas yang berhubungan dengan objek yang akan dikaji yaitu
lembaga/institusi/buku/internet.
b. Wawancara
17
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h.120.
14
digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara
pandang atau perspektif itu yang pada akhirmya akan menentukan fakta apa yang
diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa
kemana berita tersebut.21 Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan
elemen yang berbeda dalam teks berita (kutipan, sumber, latar informasi,
pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame
18
Moh.Nazim, Metodologi Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999), h.234.
19
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 35
20
Eriyanto, Analisis Framing, (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2005), h. 10.
21
Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1,
h.92.
15
Robert N. Entman adalah seorang ahli yang meletakan dasar-dasar bagi analisis
framing untuk studi isi media. Dalam konsepsi Entman, framing sering
alokasi lebih besar daripada isu lain. Perbedaan analisis framing model Entman
dengan analisis framing model lain yakni model Entman bergerak pada level
pemilihan fakta yang ditampilkan oleh media massa. Berbeda dengan model
framing Pan dan Kosicki yang lebih menekankan mengenai penggunaan elemen
Treatment Identification.
22
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacan, Analisis Smiotika, dan
Analisis Framing. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 175.
16
Tabel 1.1
Perangkat Framing Robert N. Entmant
F. Tinjauan Pustaka
skripsi yang sangat berguna sebagai bahan referensi. Adapun beberapa kajian
dipergunakan.
dipergunakan.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk, yang
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, batasan dan
sistematika penulisan.
digunakan dalam penelitian, metode analisis isi, teori konstruksi sosial, media
massa dan konstruksi realitas, definisi dan karakteristik media massa, media dan
Bab ini membahas mengenai sejarah singkat, visi media, dan struktur
Robert N. Etman dalam pemberitaan kekerasan anak pada laman media online
Tirto.id.
BAB V PENUTUP
LANDASAN TEORI
tidaklah muncul begitu saja dalam bentuk mentah melainkan harus disaring sesuai
cara pandang seseorang mengenai setiap hal yang ada1. Para konstruktivis percaya
bahwa untuk mengetahui “dunia arti” atau “world of meaning”, mereka harus
pelaku sosial dalam setting sehari – harianya yang alamiah, agar mampu
1
Littlejohn, W. Stephen, Theories of Human Coomunication. Fifth Edition. (Belmont: Wadsworth,
1999). h. 112 - 113
2
Schwandt, T. A. Constructivist, Interpretivist Approaches to Human Inquiry. In Handbook of
Qualitative Research, Ed. Lincoln, (California: Sage Publication, 1994). h. 118
21
bahwa media bukanlah entitas yang mencerminkan realitas atau fenomena sosial
tapi media adalah agen yang melakukan konstruksi realitas. Peter L. Berger
dalam buku berjudul “Pembentukan Realitas Secara Sosial” atau “The Social
Contruction of Reality”.
sebagian besar pendekatan ini memiliki asumsi- asumsi yang sama. Robyn
tertentu.
3
Schwandt, T. A. Constructivist, Interpretivist Approaches to Human Inquiry. In Handbook of
Qualitative Research, Ed. Lincoln, (California: Sage Publication, 1994). h. 125-128
4
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideology dan Politik Media. (Yogyakarta: LKiS, 2002).
h. 13
5
Zen, Fathuruin. NU Politik Analisis Wacana Media. (Yogyakarta: LkiS, 2004). h. 50.
22
5. Pengetahuan bersifat sarat nilai. Apa yang kita amati dalam suatu
penelitian atau apa yang kita jelaskan dalam suatu teori senantiasa
yang dipakai.
komunikasi itu sendiri menciptakan dunia kita. Kedua, komunikasi itu bersifat
dan tempat tertentu. Ketiga, komunikasi itu bersifat “beragam”, artinya bahwa
23
itu bersifat “tidak lengkap”, maksudnya, komunikasi itu ada dalam proses, selalu
berjalan dan berubah6. Dalam industri media, proses dialektika tersebut juga
dalam satu organisasi media, setiap awak media harus mampu menghubungkan
realitasnya dengan realitas orang lain dalam organisasi itu. Dengan demikian
“realitas objektif” dari sebuah organisasi media adalah produk subjektif dari
pada proses ketika individu menanggapi peristiwa yang terjadi di sekitar mereka
6
Zen, Fathuruin. NU Politik Analisis Wacana Media. (Yogyakarta: LkiS, 2004). h. 50.
7
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h. 83.
24
melakukan strategi pengemasan pesan supaya pesan yang dikonsumsi oleh publik
sesuai dengan apa yang media harapkan. Ketiga, melakukan agenda media untuk
Sementara faktor eksternal seperti tekanan pasar khalayak, sistem hukum negara
sebagai hasil konstruksi dari realitas – realitas yang dikemas hingga sedemikian
rupa. Media massa menjadi media pembentuk citra oleh para penguasa dan
menjadi pintu gerbang bagi setiap kelompok sosial melakukan propaganda untuk
tiga tindakan yang berpengaruh terhadap pembentukan citra atas realitas tersebut,
yaitu:8
reaalitas.
8
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta: LkiS, 2001),h. 2-
4.
25
penting.
peristiwa. Bahasa merupakan alat konseptualiasi dan alat narasi.9 Konten media
massa adalah bahasa, baik itu bahasa verbal maupun non verbal. Bahasa verbal
dapat berupa lisan dan tulisan sementara bahasa non verbal dapat berupa gambar,
sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan sosial. Bahasa tidak hanya
dilihat sebagai alat untuk menggambarkan realitas objektif dan dipisahkan dari
9
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik di Media Massa: Sebuah Study Critical Discourse
Analysis, (Jakarta: Granit, 2004), h. 12.
26
dari sumber kepada khalayak. Media massa adalah sarana yang secara
terbuka dalam jangka waktu singkat.10 Ada tiga jenis media massa yang dikenal
masyarakat yaitu media cetak, media elektronik dan media online (new media).
hanya satu orang melainkan terdiri atas banyak orang yang terlembaga
informasi.
5. Bersifat terbuka; artinya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana
kekuatan untuk memaksa pihak lain tanpa persetujuan12. Kekerasan tidak hanya
dapat berbentuk fisik, namun bisa berupa tekanan yang bersifat psikologis yang
sikap dominasi terhadap seseorang dalam berbagai bentuk seperti fisik, verbal,
berdasar pada prinsip supplay dan demand (penawaran dan permintaan). Berita
yang dapat berupa tulisan atau visual (gambar) digolongkan sebagai komoditi
serta pihak yang tertarik yang ketiganya memiliki hubungan searah (linear) dan
bagian dari industri budaya yang tujuan utamanya mengejar rating program
tinggi dan sukses pasar. Tayangan dan pemberitaan tentang kekerasan sangat
yang hampir identik walaupun efek yang dihasilkan antara kedua media
12
Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi.(Yogyakarta: Kanisius, 2007)h. 14
13
Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi.(Yogyakarta: Kanisius, 2007)h. 16
28
jauh lebih tinggi kepada masyarakat 14. Kriminalitas dan kekerasan yang ter-
karena apa yang ditampilkan hampir mendekati kenyataan dan rawan untuk
konsumen yang berada pada rentang usia anak – anak hingga remaja.
14
Wirodono, Sunardian. Matikan TV-Mu!: Teror Media Televisi di Indonesia. (Yogyakarta: Resist
Book, 2005)h. 35
29
rumah tangga yang merupakan salah satu konsumen rutin media 16. Berita
ibu rumah tangga, yaitu semakin tinggi intensitas ibu rumah tangga
menyaksikan tayangan berita kriminal, maka semakin tinggi pula kecema san
ibu rumah tangga tersebut terhadap tindak kekerasan yang terjadi pada anak
tayangan berita kriminal, maka semakin rendah pula kecemasan ibu rumah
dialami oleh berbagai rentang usia, mulai dari anak – anak hingga dewasa.
Wanita merupakan salah satu objek kekerasan yang sering dimuat dalam
beritaan media 17. Kondisi ini menggambarkan bahwa telah terjadi pergeseran
lindungan kepada wanita dan anak – anak, di mana mereka sebagai makhluk
15
Wirodono, Sunardian. Matikan TV-Mu!: Teror Media Televisi di Indonesia. (Yogyakarta: Resist
Book, 2005)h. 38
16
Bernardus, Liat W. 2012. Pengaruh Tayangan Berita Kriminal Di Televisi Terhadap
Kecemasan Ibu Rumah Tangga Akan Tindak Kejahatan Pada Anak Di RW 06 Kelurahan Polehan
Kecamatan Blimbing Kota Malang. www.fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id. Diunduh pada 28 Mei
2013 pukul 15.05 WIB.
17
Aliansi Jurnalis Independen. 10 Desember 2012. “Masih ada Kekerasan pada Perempuan di
Media”. www.ajiindonesia.or.id.
30
kekerasan juga tidak hanya terbatas pada kekerasan fisik dan psikologis18,
yang berupa dokumen atau fakta kekerasan), kekerasan fiksi dan simulasi
(acara yang mirip dengan kondisi riil, seperti tayangan video permainan) dan
kekerasan simbolik (kekerasan berupa cara berpikir, bahasa, cara kerja dan
E. Pengertian Framing
metode dari beberapa metode yang digunakan para peneliti untuk membongkar
strategi konstruksi yang dilakukan oleh media massa. Metode framing pertama
kali digagaskan oleh Beterson pada tahun 1995, metode ini dikembangkan
lebih lanjut oleh Goffman pada tahun 1997. Goffman melihat framing sebagai
ganda dan setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda – beda atas
18
Haryatmoko. Etika Komunikasi.(Yogyakarta: Kanisius, 2007)h. 25
19
Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2011), h. 70
31
suatu realitas.20
akibat komunikasi dengan orang lain. Realitas sosial sesungguhnya tidak lebih
berita dilihat. Penilaian tersebut adalah fakta atau peristiwa merupakan hasil
subjektif, hal tersebut hadir karena konsep subyektif wartawan. Disini tidak ada
realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan
konstruksi.22
berkaitan juga dengan proses produksi berita seperti rutinitas organisasi media.
wartawan, tetapi juga dari sudut pandang media tempat dimana wartawan
bekerja. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan institusi mengontrol pola kerja
20
Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2011), h. 15
21
Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2011), h. 22
22
Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2011), h. 68
32
kemasan tertentu yang diinginkan, atau hal tersebut terjadi karena wartawan
merasa dirinya sebagai bagian dari anggota institusi sehingga menyerap nilai –
sebuah pemberitaan, aspek tersebut meliputi pemilihan bahasa atau kata yang
melihat bahwa sebuah peristiwa bukan sebagai sesuatu yang harus diterima dan
bahan konstruksi yang bisa diolah secara aktif oleh media berdasarkan ideologi
dan nilai – nilai yang dimilikinya. Realitas yang hadir dalam suatu peristiwa
yang menjadi titik perhatian dalam analisis framing bukanlah apakah media
bingkai yang dikembangkan oleh media untuk menyajikan realitas dari sebuah
peristiwa.25
23
Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2011), h. 115
24
Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikas (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), h. 92
25
Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2011), h. 7
33
satu – satunya yang memiliki peran dalam membingkai sebuah berita, terdapat
faktor – faktor lain yang ikut mempengaruhinya, salah satunya adalah struktur
Terdapat dua aspek dalam framing, pertama memilih fakta dan yang
kedua menuliskan fakta. Pertama proses pemilihan suatu fakta ini didasarkan
berbeda antara media satu dengan lainnya. Dalam memilih fakta ini selalu
terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih (include) dan apa yang dibuang
(exclude). Media melihat peristiwa hanya dari sisi tertentu yang sesuai dengan
redaktur dan desk sebuah media massa tak jarang dipengaruhi oleh kekuasaan
26
Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2011), h. 80
27
Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2011), h. 85
34
Dampak dan nilai – nilai yang ditampilkan oleh media massa inilah yang
memahami dan menafsirkan makna dari suatu teks dengan cara menguraikan
cara bercerita yang diperlihatkan media dalam produk media massa dapat
menjadi dua dimensi besar, yaitu Seleksi Isu dan Penekanan Aspek-aspek
Realitas.
Tabel 2.1
Dimensi Framing Robert N. Entman
28
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Pranada Media Group, 2006), h. 233
29
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Pranada Media Group, 2006), h. 10
35
kepada khalayak.30
Aspek penyeleksian isu terjadi oleh pihak redaksi dimana ada pemilihan
30
Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2011), h. 222
36
massanya. Tidak semua bisa ditampilkan oleh pihak media, oleh karenanya, isu
yang sudah diterima oleh khalayak adalah hasil penyeleksian dari wartawan
dan redaksi media tersebut. Entman mengatakan bahwa framing bahkan bisa
jurnalistik yang demikian. Ada pemilihan dan penonjolan isu sendiri yang akan
oleh media.
Tabel 2.2
Perangkat Framing Robert N. Entman
masalah?
mengatasi masalah?
dari konsep framing Entman. Elemen ini merupakan elemen paling utama dari
dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana isu
tersebut dipahami, sebab peristiwa yang sama dapat dipahami dan dibingkai
berbeda pula.
Penyebab masalah tidak harus terpaku oleh apa (What?), namun juga siapa
aktor (Who?), yang dalam wacana tersebut dituding sebagai penyebab masalah.
peristiwa dan bagaimana ia menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai
masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah telah diketahui serta penyebab
Masalah). Dengan elemen ini, dapat mencari apa yang sebenarnya ditawarkan
penulis sebagai solusi atas masalah yang diangkat sebagaimana yang ada di
pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai
penyebab masalah.
framing yang dipakai oleh media untuk mengemas suatu peristiwa atau berita.
Karenanya, frame dapat dideteksi atau diselidiki melalui kata, citra, gambar
tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita. Kosakata dan gambar
itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol dibandingkan bagian lain
dalam teks. Itu dilakukan lewat pengulangan, penempatan yang lebih menonjol
39
atau menghubungkan dengan bagian lain dalam teks berita, sehingga bagian itu
lebih menonjol, lebih mudah dilihat, diingat dan lebih mempengaruhi khalayak.
G. Media Online
massa baru salah satunya adalah media online. Media online merupakan media
yang menggunakan internet, sepintas lalu orang akan menilai media online
kelompok tersendiri.
Media online adalah media massa yang dapat kita temukan di internet.
31
Eriyanto, Analisis Framing. Kosntruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2011), h. 150
40
jurnalistik dalam sistem kerja mereka. Internet sebagai media online ialah
sebagi media baru, internet memiliki beberapa karakteristik, seperti media yang
privat dan publik, memiliki aturan yang rendah, dan berhubungan. Internet juga
menciptakan pintu gerbang baru bagi organisasi yang dapat diakses secara
hak. Salah satunya dengan media online yang tergolong media paling baru.
Media online merupakan tipe baru jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur
32
Maria Assumpta Rumanti, Dasar-Dasar Public Relation : Teori dan Praktik, (Jakarta, PT
Grasindo, 2002), h. 101
33
Santana K,Septiawan,Jurnalime Kontemporer, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 52
41
bentuk terdahulu. Karena itu, hal yang berubah terdapat pada mode produksi
dan perangkat yang digunakan bukanlah pada subtansi media itu sendiri.35
kelebihan dari sebuah media online. Kini khalayak bisa mendapatkan berbagai
informasi secara lebih cepat dan dapat diakses dimana pun mereka berada.
34
M.Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online,
(Bandung, Nuansa Cendekia, 2012), h. 34
35
Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia,
2005), h.135
42
perusahaan media. Perusahaan media tradisional kini sudah memiliki web yang
hadir dalam berbagai bentuk. Namun, yang dilakukan media berita tradisional
hanyalah sekedar membentuk edisi online dari medium induk sebelumnya. isi
orisinil sebuah berita diciptakan kembali kedalam versi internet dengan cara
interaksi, lebih efisien, lebih murah, dan lebih cepat untuk mendapatkan sebuah
jaringan internet yang sampai saat ini biayanya cukup mahal khususnya di
juga belum banyak yang menguasainya. Jhon Vivian mengatakan dalam buku
belahan dunia yang belum bisa mengakses internet. Semua negara di Timur
36
Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.136
43
Tengah dan Afrika secara keseluruhan hanya punya 7,5 juta pengguna web.
kemampuan untuk membantu kita memilih dan mengatur informasi yang kita
inginkan atau perlukan dengan lebih efisien. Secara garis besar, internet jauh
leih luwes dalam menjembatani waktu dan jarak dibandingkan media – media
dalam artian terdapat interaksi antar individu secara intensif dan ada umpan
H. Berita
1. Pengeritan Berita
Istilah berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni vrit yang kemudian
masuk dalam bahasa inggris menjadi write, yang memiliki arti “ada” atau
“terjadi.” Berita juga dalam bahasa inggris yakni “news”. Sebagian ada yang
37
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta, Pranada Media Group, 2008), h. 286
44
menyebutnya vritta artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi.” Vritta masuk
dalam bahasa indonesia menjadi “berita” atau “warta.”38 Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia arti berita adalah laporan mengenai kejadian atau peristiwa
yang hangat.39 Menurut AS Haris Sumadiria, nilai berita atau news adalah
sampaikan.40
yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh
masyarakat.
38
Totol Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000) h. 46
39
KBBI, Kemendikbud, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/berita
40
Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis dan
Profesional, (Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 64
45
secara periodik.
Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang
benar, menarik atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media
berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online Internet. Secara
ringkas berita dapat dikatakan yaitu jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti
bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan
ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak
memiliki unsur akurat, lengkap, adil, berimbang, objektif, ringkas, jelas dan
hangat. Terdapat berbagai jenis berita yang popular dan sering digunakan di
media, yakni :
41
Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis dan
Profesional, (Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 64-65
46
42
Totok Djuroto, M.Si, Manajemen Penerbitan Pers, h.49-66
48
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Tirto.id
kali pada Desember 2015. Berdiri pada Januari 2016, tanggal 29 Februari 2016,
media online www.tirto.id mulai dilengkapi dengan website, kantor dan karyawan.
Walau begitu, dengan persiapan yang matang media online www.tirto.id baru
media yang layak diketahui oleh pembaca. Nama “tirto” diambil dari alternatif
pengucapan kata “tirta” yang berarti air, nama Tirto juga dipilih sebagai ungkapan
rasa hormat kepada Tirto Adhi Soerjo (1880- 1918) yang merupakan Bapak Pers
85/TK/2006).
Medan Prijaji, dan Putri Hindia, dan pembentukan Sarekat Dagang Islam. Dengan
Tirto sebagai Sang Pemula‖. Hal ini didasari oleh jasa-jasa Tirto yang mengawali
upaya pencerahan pada masa itu berupa kesadaran kebangsaan melalui jurnalisme
di Indonesia.
Media online www.tirto.id menerjemahkan visi nya melalui ketiga ciri dari
49
filosofi air. Ketiga ciri tersebut antara lain jernih, mengalir dan mencerahkan.
kebijakan.
dipertanggungjawabkan.43
reresentasi air jernih nan dalam dan pemilihan huruf kecil sebagai wujud jari diri
media daring ini yang rendah hati dan selalu terbuka namun tidak harus merasa
Tirto.id mempunyai tim yang terampil serta berpengalaman baik dalam ilmu
43
https://tirto.id/insider/tentang-kami
50
memanfaatkan data berwujud foto, kutipan, rekaman peristiwa serta data statistik
yang ditampilkan baik secara langsung maupun melalui infografik dan juga video
ratusan media massa dari seluruh Indonesia yang disarikan ke dalam bentuk
tiMeter (pengukuran sentimen) atas tokoh, lembaga, serta kasus yang dibicarakan
tersampaikan dengan baik, namun tak abai pada kecepatan adalah sumber
informasi yang layak diperoleh oleh masyarakat Indonesia sekarang ini, terutama
atas dan untuk semua golongan, serta non-partisan, tidak bekerja untuk
dalam tiga rubrik yaitu, Indepth, Mild Report dan Current Issue.
Officer) dan Nur Samsi (Chief Technology Officer). Dalam kurun waktu tiga
tahun, terhitung sejak 2016, nilai perusahaan ini diproyeksikan akan mencapai
B. Profil Tirto.id
media arus utama tidak melulu terbatas pada bentuk cetak dan penyiaran. Bentuk
baru yang saat ini banyak bermunculan adalah media online atau dalam jaringan
44
https://tirto.id/insider/tentang-kami
51
daring pada umumnya. Khalayak biasa disajikan berita daring yang cepat, singkat
komprehensif.
Tirto.id menuliskan suatu isu secara runtut. Banyak dari laporan Tirto.id
justru bersifat depth reporting dan investigative reporting. Sesuai dengan moto
ditampilkan dalam majalah cetak dengan tulisan panjang, hal tersebut dilakukan
Melalui cara kerja yang berbasis pengumpulan data dan penyajian berita yang
beritanya.
jurnalisme media online adalah jurnalisme yang asal mengundang klik, banyaknya
halaman dibuka (page views), lepas dari konteks, dangkal, dan tidak enak dibaca.
Orang- orang tersebut seakan berpikir bahwa di dunia ini gerak dan manfaat
muskil berbaur karena faktor inheren masing- masing. Tapi pandangan itu tak
kami menamai diri Tirto, yaitu alternatif pengucapan dari tirta yang berarti air.45
sederet penghargaan yang berhasil diraih oleh media daring ini dalam kurun
waktu kurang dari tiga tahun. Pada tahun 2016, Tirto.id mendapat penghargaan
dari Organisasi Buruh Internasional yang bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis
Rumah Tangga dan penghapusan Pekerja Rumah Tangga di bawah umur pada
23 November 2016 untuk dua kategori yaitu Feature Articles dan Photo Story.
Selain itu juga mendapat penghargaan sebagai laman Berita dan Media Terbaik
dalam ajang ‘ID Website Awards 2016’ oleh Pengelola Nama Domain Internet
Indonesia (PANDI).46
independensi dapur redaksi. Pada 7 Desember 2018, salah satu jurnalis Tirto
45
https://tirto.id/insider/tentang-kami
46
https://tirto.id/tirtoid-raih-gelar-laman-berita-terbaik-versi-pandi-bZf7
53
Marsudi.
sebagai media pertama di Indonesia yang berhasil lolos verifikasi oleh Jaringan
47
https://mediaharapan.com/hpn-2018-jawa-pos-raih-anugerah-adinegoro-2017-tirto-id-sebagai-
media-siber-terinovatif/
54
BAB IV
Untuk melihat pembingkaian isu kekerasan anak yang dimuat oleh portal
berita online Tirto.id dalam laporan utama pada yang diunggah pada tanggal 6, 7
berita yang dimuat oleh Tirto.id tersebut memberitakan seputar kekerasan anak.
N. Entman
KPAI: Pemerintah
Perkosaan P2TP2A
Lampung
55
masalah) drastic.
elal
sebagai berikut:
bisa saja terjadi dimana saja dan pelakunya juga bisa siapa saja. Hal ini
salah satu indicator kenapa kekerasan pada anak dapat terjadi, terlebih lagi
mengalami dampak goncangan yang begitu besar, hal ini ditunjukan oleh
berikut :
48
https://tirto.id/kpai-pemerintah-kecolongan-di-kasus-perkosaan-p2tp2a-lampung-fNW4
57
COVID-19 ini membuat orang berubah secara drastis, anak – anak pun yang
pada dasarnya masih sangat lemah dalam membela dirinya menjadi target
terdapat 3.000 kasus kekerasan anak dalam kurun waktu dari tanggal 1
Januari sampai dengan 19 Juni, dimana dari 3.000 kasus tersebut didominasi
oleh kasus kekerasan seksual terhadap anak yaitu sebanyak 1.848 kasus.50
lembaga negara menjadi tercoreng dalam upayah melindungi anak, hal ini
dari pemerintah pusat. Hal itu ditunjukan olehnya dalam teks berita berikut
ini :
49
https://tirto.id/kpai-pemerintah-kecolongan-di-kasus-perkosaan-p2tp2a-lampung-fNW4
50
https://tirto.id/kemen-pppa-catat-3000-kasus-kekerasan-anak-selama-pandemi-covid-19-fK3j
58
dan Anak (P2TP2A) yang dipilih berdasarkan seleksi, rekam jejak dan juga
prosedur yang ketat seharusnya tahu bahwa apa yang ia lakukan sudah
dilihat dari penggunaan judul berita yang diberikan oleh Tirto.id yakni
dari pemberitaan ini adalah Mengkaji kembali prosedur serta protocol yang
51
https://tirto.id/kpai-pemerintah-kecolongan-di-kasus-perkosaan-p2tp2a-lampung-fNW4
59
yang ketat, akan tetapi menurut Komisioner KPAI Jasra Putra hal tersebut
sehingga kejadian serupa tidak terjadi lagi, seperti yang terlihat dalam
yang lebih ketat diharapkan bisa meminimalisir kejadian serupa agar tidak
salah satu kewajiban negara, hal tersebut sudah tertuang dalam undang –
undang anak, hal ini lah yang ditonjolkan oleh Tirto.id dalam
pemberitaannya.
52
https://tirto.id/kpai-pemerintah-kecolongan-di-kasus-perkosaan-p2tp2a-lampung-fNW4
60
Robert N. Entman
Pelecehan Seksual di
RUU PKS
di “rumah aman”
Tab perlindungannya.
berikut:
Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A). hal ini diperlihatkan oleh
53
https://tirto.id/pelecehan-seksual-di-lampung-mencoreng-negara-pentingnya-ruu-pks-fPam
62
perlindungan anak oleh meskipun sang anak sudah berada di “rumah aman”. Hal
Pemberdayaan Perempuan dan Anak dengan harapan agar sang anak mendapatkan
kepada pemerintah pusat atas terjadinya kasus ini, Hal ini dapat dilihat dalam teks
yaitu Komisioner KPAI Jasra Putra dan juga Komisioner Sub Komisi Pemantauan
pemerintah pusat masih lemah sehingga bisa adanya predator yang masuk di
tempat perlindungan anak, perlu adanya evaluasi dalam pemilihan baik pemimpin,
Perempuan dan Anak agar kedepannya nanti kejadian serupa tidak terulang
kembali.
Perlindungan Perempuan dan Anak, hal tersebut terdapat pada penggalan paragraf
berikut ini;
seksual anak bisa siapa saja, tak terkecuali Kepala Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Kasus kekerasan seksual pada anak yang
54
https://tirto.id/pelecehan-seksual-di-lampung-mencoreng-negara-pentingnya-ruu-pks-fPam
55
https://tirto.id/pelecehan-seksual-di-lampung-mencoreng-negara-pentingnya-ruu-pks-fPam
64
dilakukan oleh Pemerintah dan juga Lembaga Pengaduan Saksi dan Korban.
dengan semestinya.
pengesahan RUU PKS bagi korban kekerasan seksual agar mereka mempunyai
payung hukum yang kuat dalam mendapatkan hak – hak perlindungannya. Hal ini
seksual bisa mendapatkan hak – haknya. Terlebih lagi apabila korban tersebut
merupakan anak – anak yang masih sangat rentan mendapatkan bentuk kekerasan.
Robert N. Entman
Ironi Predator
Negara
Korban
56
https://tirto.id/pelecehan-seksual-di-lampung-mencoreng-negara-pentingnya-ruu-pks-fPam
66
Tabel
Make Moral Judgement Perlunya evaluasi dan juga pedoman
4.3
(Membuat Pilihan Moral) kebijakan perlindungan di lembaga
diatas
layanan anak.
menun
jukan
Treatment Recommendation Perlindungan anak merupakan
bahwa
(Penekanan Penyelesaian) kewajiban bersama.
Tirto.i
menge
seksual ini bisa terjadi, bagaimana tidak dianggap kurang mengawasi, kasus
kepada korban.
menyebabkan kenapa kasus kekerasan seksual terhadap anak ini bisa terjadi.
Hal ini ditunjukkan oleh Tirto.id melalui teks berita berikut ini:
57
https://tirto.id/ironi-predator-di-rumah-aman-dan-negara-yang-gagal-lindungi-korban-fRqv
68
Seperti yang tertera pada teks diatas, status Pusat Pelayanan Terpadu
sudah tidak ada dan sedang mengalami transisi untuk menjadi Unit
itu juga denga belum sahnya UPTD maka unit pelayanan masih belum
pedoman kebijakan perlindungan di lembaga layanan anak. hal ini dapat kita
lihat melalui tanggapan dari kedua narasumber yang dihadrikan oleh Tirto.id
(ECPAT) Indonesia Rio Hendra, pada penggalan teks berita berikut ini:
layanan anak. seperti yang di utarakan oleh Rio Hendra, pelaku merupakan
bukan sembarang ASN, tapi yang sadar akan tugas dan kewajibannya.
Selain itu ada juga strandar operasional prosedur dan juga sarana dan
kewajiban kita bersama. Ini dapat kita lihat pada teks berita berikut:
59
https://tirto.id/ironi-predator-di-rumah-aman-dan-negara-yang-gagal-lindungi-korban-fRqv
70
B. Interpretasi
sebuah konstruksi. Dengan begitu sebuah fakta yang tercipta tergantung dari
seperti apa dilihat dan dimaknai. Sementara itu dalam teori konstruksi realitas
sosial, yang mana individu menciptakan secara subyektif atas realitas yang
hanya menyampaikan pesan kepada khalayak, tetapi juga menjadi subjek yang
60
https://tirto.id/ironi-predator-di-rumah-aman-dan-negara-yang-gagal-lindungi-korban-fRqv
71
Media Online Tirto melihat isu kekerasan anak memiliki nilai berita yang
yang membuat isu ini layak disajikan kepada khalayak. Berikut beberapa nilai
berita yang terkandung dalam isu kekerasan anak yakni proximity (kedekatan),
Human Interest dan juga Sex. Pada nilai Proximity isu kekerasan anak bisa
terjadi kepada siapa saja, tanpa terkecuali orang – orang yang berada didekat
kita. Pada nilai Human Interest isu kekerasan anak kerap menghadirkan cerita –
cerita sedih yang dialami oleh sang korban, terakhir pada nilai Sex isu
kekerasan anak, anak sering sekali menjadi korban kekerasan seksual, terutama
anak perempuan.
kekerasan anak yang diunggah pada tanggal 6, 7 dan 17 Juli. Dari tiga berita,
PKS”, dan “Ironi Predator di Rumah Aman dan Negara yang Gagal Lindungi
Pemerintah patut untuk dikritisi karena dalam kasus kekerasan ini melibatkan
pelaku yang statusnya adalah anggota dari salah satu lembaga perlindungan
anak yang berada dibawah naungan pemerintah. Seperti yang dikatakan oleh
pengalaman mereka.
korban kekerasan seksual pada anak diakibatkan masih adanya pelaku yang
adanya kelemahan dalam sistim yang pemerintah buat, baik itu dari sistim
kekuatan untuk memaksa pihak lain tanpa persetujuan62. Kekerasan tidak hanya
dapat berbentuk fisik, namun bisa berupa tekanan yang bersifat psikologis yang
korban kepada lelaki hidung belang dan memberikan ancaman akan membunuh
61
Hasil Wawancara dengan Riyan Setiawan, Wartawan Media Online Tirto.id pada 20 Juni 2020
62
Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi.(Yogyakarta: Kanisius 2007 ) h. 14
73
Banyak pihak yang menyayangkan terjadinya hal ini, kenapa bisa lembaga
yang berada dibawah naungan pemerintah dan bertugas untuk melindungi dan
kekerasan kepada anak. pihak – pihak yang menyayangkan hal tersebut adalah
belum serius dalam upaya pemerintah untuk melindungi anak dan apa yang
ini, ketidakjelasan akan kapan RUU PKS ini merupakan salah satu bukti
jelas bahwa korban kekerasan seksual akan mendapatkan haknya dari awal
lemahnya pemerintah dalam merekrut calon anggota dan juga staf, pemerintah
harus mengevaluasi kembali mengenai hal tersebut karena pelaku dari kasus
yang ketat bisa menjadi predator anak, hal ini pun menimbulkan pertanyaan
74
anak, hal tersebut untuk meminimalisir agar kedepannya tidak terjadi kembali
Isu Kekerasan Anak menurut Media Online Tirto merupakan hal penting
sudah mencederai hak yang dimiliki oleh anak, yaitu hak untuk menerima
perempuan dan anak – anak merupakan makhluk yang lemah dapat dijadikan
kekerasan terhadap perempuan dan anak – anak. Hal ini yang membuat Media
63
Hasil Wawancara dengan Riyan Setiawan, Wartawan Media Online Tirto.id pada 20 Juni 2020
75
sehingga mempermudah bagi para membaca untuk memahami isi berita yang
merupakan narasumber yang didominasi oleh ahli serta pakar anak dan hukum
anak seperti KPAI, Komnas Perempuan dan ECPAT Indonesia sehingga data
dan juga fakta yang didapat kredible dan mampu mendukung frame
Akan tetapi pada kalimat lain Tirto.id menujukan gaya bahasa yang kaku dan
64
Hasil Wawancara dengan Riyan Setiawan, Wartawan Media Online Tirto.id pada 20 Juni 2020
65
Hasil Wawancara dengan Riyan Setiawan, Wartawan Media Online Tirto.id pada 20 Juni 2020
66
Baca selengkapnya di artikel "KPAI: Pemerintah Kecolongan di Kasus Perkosaan P2TP2A
Lampung", https://tirto.id/fNW4”
76
dapat mempersulit pembaca. Salah satu ciri yang menonjol dari bahasa
Mencoreng Negara & Pentingnya RUU PKS”68 berita ini menerangkan tentang
Perempuan dan Anak tercoreng oleh kelakuan pelaku yang melakukan tindak
kekerasan seksual kepada anak dan perlunya pengesahan RUU PKS demi
67
Baca selengkapnya di artikel "KPAI: Pemerintah Kecolongan di Kasus Perkosaan P2TP2A
Lampung", https://tirto.id/fNW4 “
68
Baca selengkapnya di artikel "Pelecehan Seksual di Lampung: Mencoreng Negara & Pentingnya
RUU PKS", https://tirto.id/fPam
69
Baca selengkapnya di artikel "Pelecehan Seksual di Lampung: Mencoreng Negara & Pentingnya
RUU PKS", https://tirto.id/fPam
70
Baca selengkapnya di artikel "Pelecehan Seksual di Lampung: Mencoreng Negara & Pentingnya
RUU PKS", https://tirto.id/fPam
77
ingin disampaikan oleh Tirto.id, hal ini yang memperkuat framing Tirto.id.
tidak penting). Jadi, fakta atau realitas dikonstruksi sedemikian rupa oleh
dalah hal ini agar mudah dipahami oleh pembaca akan tetapi karakter tulisan
71
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta, 2002), h. 162
72
Hasil Wawancara dengan Riyan Setiawan, Wartawan Media Online Tirto.id pada 20 Juni 2020
73
Septiawan Santana K, “Jurnalisme Kontemporer”, ( Jakarta :2005, Yayasan Obor
Indonesia), h. 18-19
78
bahwa Tirto.id ingin meraih simpati dan kepercayaan para pembaca akan pesan
atau nilai yang disampaikan pada pemberitaan. Hal ini seperti yang dikatakan
oleh Stuart Hall bahwa penggunaan kelompok elit yang diidentifikasi sebagai
sumber yang kredibel oleh media tidak hanya sebatas sumber untuk
Terdapat tiga sudut pandang yang terlihat dari tiga pemberitaan Tirto.id
RUU PKS” dan “Ironi Predator di Rumah Aman dan Negara yang Gagal
pemerintah. Hal ini terlihat dari konstruksi yang dilakukan Tirto.id pada teks
Lampung” yaitu;
lambannya pengesahan RUU PKS di DPR. Hal ini terlihat dari teks yang
Tapi RUU PKS tak jadi dibahas tahun ini, alias dikeluarkan dari
daftar Program Legislasi Nasional Prioritas 2020. Wakil Ketua
Komisi VIII DPR Marwan Dasopang mengatakan mereka menarik
pembahasan ini "karena pembahasannya agak sulit." Belakangan
mereka berdalih peraturan ini baru dapat dibahas jika RKUHP
rampung. Tujuannya agar peraturan pidana pelecehan seksual
dapat diselaraskan. Terkait alasan ini Aminah pernah bilang:
"Kalau menunggu RKUHP yang entah kapan disahkannya, kita
mau tunggu berapa banyak lagi korban?"
Ketiga Tirto.id secara tidak langsung ikut mendesak agar pelaku segera
dijatuhi sanksi oleh penegak hukum dan sanki oleh lembaga ditempat ia
selain itu Tirto.id melihat sangat mendukung untuk disahkannya RUU PKS
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
diunggah tanggal tujuh Juli 2020, dan” Ironi Predator di Rumah Aman dan
Negara yang Gagal Lindungi Korban” yang terbit pada edisi 17 Juli 2020.
Berikut kesimpulan dari hasil analisis skripsi yang berjudul Analisis Framing
Dari hasil riset ini, peneliti menemukan bahwa frame yang dibentuk
oleh Tirto.id di dalam tiga berita tersebut banyak diisi oleh pernyataan dari
narasumber yang didominasi oleh ahli serta pakar anak dan hukum yang
unggah. Selain itu Tirto.id ingin membuat ruang pada korban untuk
B. Saran
1. Saran Akademis
pandang dan metode lain untuk memperkaya data riset dan skripsi
2. Saran Praktis
sebuah peristiwa dan fakta ke dalam sebuah berita seperti yang Tirto.id
lakukan.
hanya menerima informasi dari satu sumber saja. Tetapi mencari lebih
banyak lagi informasi dari media dan sumber lain agar terhindar dari
hoax.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Malang: UB Press.
Aviandari. Istia. 2010. Analisis Situasi Hak Anak untuk Isu-isu Tertentu.
Grafindo.
Group.
Bungin. Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Djuroto. Totok. 2000. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Yogyakarta: LkiS.
LKIS.
Hamad. Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik di Media Massa: Sebuah Study
Press.
Obor Indonesia.
M.Romli dan Asep Syamsul. 2012. Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola
Nasrullah. Rulli. 2014. Teori dan Riset Media Siber (cybermedia). Jakarta.
Prenadamedi Group.
Ruzz Media.
Radita Goran dan Irwanto. 2015. Hukum, Etika, dan Kebijakan Media (Regulasi,
Rumanti. Maria Assumpta. 2002. Dasar-Dasar Public Relation : Teori dan Praktik.
Jakarta: PT Grasindo.
Sobur. Alex. 2012. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacan,
Sudibyo. Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LkiS.
64
Sage Publication.
86
Vivian. John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Pranada Media Group.
Belmont: Wadsworth.
Internet
Alfian Putra Abdi. 2020. Kemen PPPA Catat 3000 Kasus Kekerasan Anak selama
anak-selama-pandemi-covid-19-fK3j
Media”. www.ajiindonesia.or.id.
Bayu Septiano. 2019. 123 Anak Jadi Korban Kekerasan Seksual di Sekolah
sekolah-selama-2019-ep3D
www.fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id.
kekerasan-di-rumahnya-sendiri-cAnG
87
Kekerasan 2030,
https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/1756/indonesia-bebas-
kekerasan-2030
undang-republik-indonesia-nomor-35-tahun-2014-tentang-perubahan-atas-
undang-undang-nomor-23-tahun-2002-tentang-perlindungan-anak
Konten Redaksi Kumparan. 2018. KPAI: 153 Kekerasan Anak Terjadi di Sekolah,
153-kekerasan-anak-terjadi-di-sekolah-pelakunya-mayoritas-guru-
1sXmURDSLlI/full
Media Harapan. 2018. HPN 2018, Jawa Pos Rai Anugerah Adinegoro 2017,
2018-jawa-pos-raih-anugerah-adinegoro-2017-tirto-id-sebagai-media-
siber-terinovatif/
Putu Agung Nara Indra. 2016. Tirto.id Raih Gelar Laman Berita Terbaik versi
PANDI. https://tirto.id/tirtoid-raih-gelar-laman-berita-terbaik-versi-pandi-
bZf7
88
perkosaan-p2tp2a-lampung-fNW4
Tirto.id. https://tirto.id/insider/redaksi
Tirto.id. https://tirto.id/insider/tentang-kami
https://lokadata.id/artikel/2020-kekerasan-pada-anak-tak-menurun
89
LAMPIRAN
ini juga bisa mengunggah gitu kesadaran bahwa kasus kekerasan itu
memang ada dan banyak di Indonesia dan kemudian ini juga penting untuk
para penegak hukum gitu untuk melakukan tindakan secara tegas. Ini juga
bisa menjadi masukan untuk lembaga perlindungan anak agar mereka
kedepan melakukan evaluasi dalam menyeleksi orang – orang yang akan
menduduki jabatan sentral. Kemudian ini juga bisa menjadi pelajaran bagi
para orang tua bagaimana caranya mereka bisa menjaga anak – anak
mereka agar anak – anak mereka itu tidak menjadi korban kekerasan atau
bahkan mendidik anak – anak mereka agar tidak menjadi pelaku kekerasan
nah seperti itu intinya lah.
93
Berita 1
94
95
Berita 2
96
97
98
Berita 3
99
100
Bukti Foto Penulis telah melakukan wawancara dengan Riyan Setiawan selaku
wartawan Tirto.id