PROPOSAL PENELITIAN
MUHAMMAD AMINUDIN
NIM 1178030121
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
M /1442 H 2021
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan
karunia-Nya. Shalawaat serta salam kepada baginda rasulullah SAW, yang
diharapkan syafa’atnya di yaumul akhir nanti.
Tujuan pada penulisan usulan proposal ini yaitu untuk memenuhi salah satu syarat
mengikuti sidang usulan proposal dan selanjutnya memperoleh gelar sarjana ilmu
sosial pada jurusan Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun judul
penelitian yang diajukan adalah “PERSEPSI MASYARAKAT PESISIR
TERHADAP KELAB MALAM (Studi Kasus pada Kampung Baru Nelayan
Kelurahan Cilincing Kecamatan Cilincing Kota Jakarta Utara)”
Penyusun memahami tanpa bantuan, doa, dan bimbingan dari semua orang akan
sangat sulit untuk menyelesaikan usulan proposal ini. Maka dari itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan dan kontribusi kepada;
1. Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si., selaku Rektor UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
2. Ahmad Ali Nurdin, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
3. Kustana, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
4. Dr. H. Dede Syarif, S.Sos., M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi yang
senantiasa memberikan waktu untuk berdiskusi, dorongan, dan inspirasi
kepada Peneliti.
5. Dr. Jajang A. Rohmana, M,Ag., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan nasihat, saran, dorongan, dan inspirasi kepada Peneliti
selama menyelesaikan proposal skripsi ini.
i
6. Dosen Program studi Sosiologi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
wawasan yang sangat bermanfaat bagi Peneliti.
7. Masyarakat Kampung Baru Nelayan Kelurahan Cilincing Kecamatan
Cilincing Kota Jakarta Utara sebagai subjek dalam penelitian.
8. Keluarga yang selalu memberi motivasi agar penulis selalu berusaha untuk
menyelesaikan proposal penelitian ini
9. Nandita selaku ketua komunitas belajar Sekolah di Utara yang telah
menghubungkan dengan pihak narasumber.
10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian proposal ini yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
Peneliti menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
mohon maaf atas segala kekurangan. oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat diperlukan guna menghasilkan karya penelitian yang lebih baik
kedepannya. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
,Penyusun
Muhammad Aminudin
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah............................................................................................5
1.3. Rumusan Masalah...............................................................................................5
1.4. Tujuan Penelitian.................................................................................................6
1.5. Manfaat Penelitian...............................................................................................6
1.6. Kerangka Pemikiran............................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................10
2.1. Penelitian Terdahulu.........................................................................................10
2.2. Persepsi..............................................................................................................12
2.2.1. Pengertian Persepsi.....................................................................................12
2.2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi.................................................13
2.3. Masyarakat........................................................................................................14
2.3.1. Pengertian Masyarakat................................................................................14
2.3.2. Norma-norma Masyarakat..........................................................................15
2.3.3. Masyarakat Pesisir......................................................................................17
2.4. Kelab Malam.....................................................................................................18
2.4.1. Pengertian Kelab Malam.............................................................................18
2.4.2. Minuman Keras...........................................................................................19
2.4.3. Pekerja Seks Komersial (PSK)...................................................................20
2.5. Masalah Sosial...................................................................................................21
2.5.1. Pengertian Masalah Sosial..........................................................................21
2.5.2. Patologi Sosial............................................................................................23
2.5.3. Perilaku Menyimpang.................................................................................24
2.5.4. Teori Anomi Robert K. Merton..................................................................26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................30
3.1. Metode Penelitian..............................................................................................30
iii
3.2. Jenis dan Sumber Data......................................................................................32
3.2.1. Jenis Data....................................................................................................32
3.2.2. Sumber Data................................................................................................33
3.3. Teknik Pengumpulan Data................................................................................34
3.3.1. Observasi.....................................................................................................34
3.3.2. Wawancara..................................................................................................35
3.3.3. Studi Dokumentasi......................................................................................37
3.4. Teknik Analisis Data.........................................................................................38
3.5. Tempat dan Jadwal Penelitian...........................................................................39
3.5.1. Tempat Penelitian.......................................................................................39
3.5.2. Jadwal Penelitian........................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................41
iv
DAFTAR TABEL
Salah satu kota administrasi di Jakarta yaitu Kota Jakarta Utara. Daerah ini
memiliki masalah yang hampir sama dengan wilayah Jakarta bagian lain. Bahkan
terdapat istilah Jakarta Keras yang nampaknya tepat disandang untuk daerah ini
karena memiliki permasalahan yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Jakarta,
bahkan salah satu tingkat kriminalitas tertinggi ada di wilayah ini. Data (Badan
Pusat Statistik Kota Jakarta Utara, 2020, hal. 199) menunjukkan bahwa tingkat
kriminalitas di Jakarta Utara mencapai 2068 kasus pada tahun 2018. Kota Jakarta
Utara memiliki enam kecamatan yaitu Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok,
Koja, Kelapa Gading, dan Cilincing yang dimana kesemuanya memiliki garis
pantai kecuali kecamatan Kelapa Gading. Jadi dapat dikatakan sebagian
masyarakat Jakarta Utara tinggal di daerah pesisir
Pada lokasi penelitian, penyusun tertarik akan fenomena kelab malam yang
mereka sebut dengan kafe sebagai objek penelitian. Sedangkan masyarakat
pesisir menjadi subjek dalam penelitian yang nantinya akan diteliti. Kedua hal ini
berkaitan erat karena mereka tinggal di satu area tempat yang sama dan hanya
dipisahkan dengan batas kafe dengan batas warga.
Dampak dari adanya kelab malam tersebut juga menarik untuk peneliti.
Dampak yang diberikan oleh kelab malam tersebut dapat dilihat dari berbagai
perspektif. Misalnya menggerakan roda perekonomian di tempat tersebut.
Dimana tempat tersebut menyedot banyak pengunjung yang berakibat pada
perekonomian seperti misalnya pada pedagang warung yang ada di daerah
tersebut karena tempat itu warungnya menjadi ramai. Selanjutnya dampak psikis
yang diberikan dari tempat tersebut dapat berupa positif ataupun negatif
tergantung cara kita memandangnya. Seperti misalnya disana terdapat banyak
anak-anak yang dapat terpengaruh lingkungan demikian yang belum waktunya ia
ketahui, misalnya minuman beralkohol. Minuman beralkohol menurut regulasi
minimal orang dapat mengkonsumsinya pada umur 21 tahun. Sedangkan di
lapangan, minuman beralkohol dijual bebas dan bisa digapai oleh remaja. Selain
dampak dari adanya minuman beralkohol, juga dampak yang ditimbulkan dari
adanya pekerja seks komersial atau PSK. Tentu memberikan dampak kepada
masyarakat kampung tersebut. Dampaknya seperti cemoohan dari kampung lain
yang memandang buruk kampung ini. Karena pekerjaan ini dianggap pekerjaan
yang buruk di mata masyarakat.
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
Seperti yang kita tahu, masyarakat tidak lepas dari adanya masalah. Masalah
sosial timbul karena adanya keinginan untuk mempertahankan keteraturan
sosial atau social order. Dalam kehidupan keseharian masyarakat, terdapat
masalah sosial yang seiring dengannya munculnya gejala sosial yang lain.
Masalah sosial secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang
tidak diharapkan oleh sebagian besar masyarakat. Hal tersebut merupakan
bentuk dari adanya ketidaksesuaian tindakan individu terhadap nilai, norma,
dan aturan yang berlaku pada masyarakat setempat. Selain itu, masalah sosial
juga dapat berarti jika tindakan individu merugikan, baik kerugian materi
maupun nonmateri (Soetomo, 2015, hal. 1)
Dalam konsep ini masalah sosial terjadi karena adanya tindakan yang keluar
atau menyimpang dari nilai dan norma masyarakat setempat. Perilaku
menyimpang dianggap dapat mengacaukan sistem sosial yang telah mapan
karena mengganggu nilai dan norma yang sudah ada. Dalam konsep ini secara
tidak langsung dijelaskan bahwa terdapat jalur yang harus dilalui. Individu yang
keluar dari jalur tersebut bisa dikatakan menyimpang. Karena jalur yang
ditempuh tersebut ialah pranata sosial maka tepat jika beranggapan bahwa
pranata sosial yang di dalamnya termasuk nilai, norma dan aturan, adalah
parameter yang digunakan untuk melihat suatu perilaku menyimpang atau
tidak. (Soetomo, 2015)
Kelab malam dapat dikaji melalui kacamata teori anomi dari Robert K.
Merton. Dalam buku (Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Terakhir Postmodern, 2012, hal. 436), Robert King Merton
mencoba mendefinisikan anomi sebagai sebuah perbedaan yang tajam antara
kebudayaan dengan norma, dan kesanggupan anggota kelompok masyarakat
terstruktur secara sosial untuk berbuat seiring dengannya. Yaitu karena ia
terdapat di dalam sebuah struktur masyarakat, maka terdapat beberapa orang
yang bertindak tidak sejalan dengannya. Kebudayaan menginginkan perilaku
yang dilarang terjadi dalam struktur sosial.
Gambar 1.1.
Kerangka Pemikiran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian (Trisna, 2015, hal. 14) yang berjudul Persepsi Masyarakat
Pekanbaru terhadap Tempat Club Malam Executive Karaoke di Jalan Sudirman,
Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa tempat tersebut memberikan persepsi yang
berbeda-beda dari masyarakat. Ada yang menanggapinya sebagai hal positif
sebagai penghilang penat suatu keluarga karena di kota Pekanbaru hanya sedikit
tempat hiburan seperti ini sehingga menurut kalangan ini tempat hiburan sangat
diperlukan. Adapun persepsi negatif dari adanya tempat ini yaitu menurut warga
tempat tersebut bukan hanya menyediakan jasa karaoke tetapi juga hal-hal yang
bertentangan dengan agama seperti minuman beralkohol, tempat tertutup yang
pengunjungnya bebas melakukan apapun, hingga penyedia wanita malam,
sehingga tempat tersebut dianggap meresahkan bagi warga masyarakat sekitar.
Selain itu, terdapat pula penelitian dari (Ritonga, 2020, hal. 169-170) dengan
judul Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Tempat Hiburan Malam Di
Kota Padangsidimpuan yang menjabarkan bahwa tempat hiburan malam tersebut
memberikan dampak negatif seperti pelanggaran terhadap adat setempat,
menyebabkan masalah sosial terutama pada golongan remaja dan mengganggu
kenyamanan serta ketertiban daerah sekitar. Tempat tersebut juga yang memicu
adanya minuman keras dan penyalahgunaan narkoba pada masyarakat sekitar.
Selanjutnya, ada juga jurnal dari (Suprianto, Arsyad, & Ta, 2017, hal. 116)
dengan judul Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Tempat Hiburan
Malam (Kafe-Kafe Tenda) Di Kendari Beach menyebutkan bahwa secara garis
besar persepsi masyarakat rerbagi menjadi dua, yaitu persepsi positif dan
persepsi negatif. Pesepsi positifnya adalah bahwa tempat tersebut memberikan
dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar seperti misalnya penyewaan stand atau
pemilik kafe tenda dan juga membuka lapangan pekerjaan. Namun disisi lain
juga terdapat dampak negatifnya seperti kericuhan, praktek prostitusi, masalah
bagi perkembangan remaja, rasa emosional, minuman beralkohol, juga
berdampak pada kehidupan sosial-budaya masyarakat setempat yang sehari-hari
melihat cara berpakaian mereka, mabuk-mabukan, yang nantinya akan meniru
dan berdampak negatif bagi masyarakat terutama generasi muda.
Terakhir ada penelitian dari (Susilo, 2016, hal. 19-20) dengan judul Persepsi
Masyarakat Terhadap Perempuan Pekerja Hiburan Malam yang menyimpulkan
bahwa pelabelan dan persepsi yang secara negatif dan subjektif, tanpa melihat
dari alasan wanita pekerja kelab malam tersebut. Sedangkan pada kehidupan
sosial kesempatan dan peluang, wanita tersebut bisa melakukan apa yang
dilakukan oleh laki-laki dan juga sebaliknya. Dengan proses yang panjang dan
pengetahuan umum masyarakat tentang kelab malam telah menimbulkan sebuah
permasalahan untuk kehidupan wanita yang bekerja di kelab malam tersebut.
2.2. Persepsi
2.3. Masyarakat
Usage atau cara biasanya muncul dalam hubungan antara individu dengan
individu lainnya pada sebuah masyarakat. Sebuah penyimpangan atasnya tidak
akan membuat individu mendapatkan hukuman yang berat, namun hanya
sekadar celaan dari individu lainnya yang berhubungan dengannya. Seperti
contohnya seseorang yang memiliki cara makan yang berbeda. Ada yang
makan tanpa mengeluarkan suara; ada pula yang makan mengeluarkan suara
sebagai bentuk rasa puas atas makanan yang ia makan. Namun biasanya orang
yang mengeluarkan suara saat makan akan dianggap tidak sopan. Maka orang
yang makan tanpa mengeluarkan suara akan tersinggung dan akan mencela cara
makan orang dengan cara makan mengeluarkan suara.
Mores atau tata kelakuan merupakan sifat-sifat yang lahir dari sebuah
kelompok manusia yang digunakan sebagai alat pengawas, secara sadar atau
tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota masyarakatnya. Tata kelakuan
pada satu sisi memaksakan suatu perbuatan namun di sisi yang lain
melarangnya. Sehingga anggota masyarakat harus menyesuaikan dirinya
terhadap tata kelakuan tersebut. Tata kelakuan yang langgeng dan kuat
hubungannya dengan pola perilaku masyarakat dapat meningkat kekuatan
mengikatnya menjadi custom atau adat istiadat.
Custom atau adat istiadat merupakan suatu aturan tertinggi dalam norma
masyarakat yang kuat mengikat anggotanya. Orang yang melanggar adat
istiadat maka ia akan menerima sanksi yang keras dan bahkan secara tidak
langsung diperlakukan. Sebagai contoh adat istiadat yang terdapat di Lampung
bahwa disana dilarang suami-istri untuk bercerai. Baginya pernikahan adalah
hal yang langgeng dan hanya akan putus jika salah satunya telah meninggal
dunia. Apabila terjadi perceraian maka bukan hanya yang bersangkutan
menanggung namanya tercemar, tapi juga keluarganya dan juga sukunya.
Untuk menghilangkan namanya yang tercemar maka diperlukan upacara adat
khusus dan itu memakan biaya yang besar.
Penulis beranggapan bahwa pesisir adalah wilayah tepi pantai yang didiami
oleh masyarakat bermayoritas mata pencahariannya sebagai nelayan. Karena
bermata pencaharian sebagai nelayan yang wilayah kerjanya adalah di laut
maka mereka tinggal di tepi laut yang memudahkan nelayan untuk mengakses
pekerjaannya dekat dengan tempat tinggalnya.
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia
menyediakan tempat dan fasilitas bersantai dan/atau melantai dengan diiringi
musik hidup dan cahaya lampu, serta menyediakan pemandu dansa.3
Lebih jauh, kelab malam didefinisikan sebagai tempat hiburan orang dewasa
yang beraktivitas pada malam hari. Meskipun berupa kedai minuman, kelab
malam berbeda dengan diskotik atau bar, karena biasanya terdapat DJ yang
memutar musik dengan diiringi tarian yang biasanya erotis.
1. Faktor sosial. Hal ini dapat tejadi karena individu berada di suatu sistem dan
norma pada keluarga dan masyarakat yang menjadikannya demikian.
Kondisi lingkungan sosial sekitar yang menyalahgunakan alkohol sehingga
mendorong terjadinya penyalahgunaan alkohol individu.
3
Kemenparekraf.go.id
4
Digilib.unimus.ac.id
2. Faktor ekonomi. Hal ini berkaitan dengan daya beli konsumsi alkohol
masyarakat yang semakin terjangkau. Selain itu, pendapatan yang diterima
oleh negara juga besar darinya.
3. Faktor budaya. Hal ini erat kaitannya dengan budaya lokal yang
mengizinkan untuk mendapatkan produk minuman beralkohol warisan
tradisional dan dikonsumsi oleh sebagian masyarakat karena dianggap
sebagai tradisi.
4. Faktor peraturan. Hal ini diakibatkan terjadi karena regulasi yang dibuat
pemerintah tidak cukup kuat untuk mengontrol penyalahgunaan minuman
beralkohol. Meskipun sudah ada peraturan yang mengatur tentang hal itu,
namun pada kenyataannya di lapangan pengawasan masih longgar dan
pelarangan yang kurang tegas
Kajian tentang masalah sosial biasanya terfokus pada dimensi tertentu yang
diharapkan dapat memahami persepsi pada masyarakat tertentu dan diperoleh
pandangan yang mendalam kemudian mendapatkan kesimpulan pada fenomena
masalah sosial tertentu.
Menurut Raab dan Selznick tidak semua masalah dalam kehidupan manusia
adalah masalah sosial. Seperti masalah yang ada pada diri individu tidak dapat
dikatakan masalah sosial. Kecuali jika masalah tersebut berkembang lebih luas
menjadi isu sosial. Masalah sosial terjadi karena masalah yang diakibatkan oleh
relasi diantara warga masyarakat. Bahwa kekeringan adalah masalah namun
bukan masalah sosial, kecuali jika kekeringan tersebut menyangkut proses
hubungan sosialnya.
Adapun cara yang dapat dilakukan dalam menanggulangi masalah ini seperti
contohnya resosialisasi. Yaitu dengan cara memotivasi penyandang masalah
sosial tersebut untuk mengikuti sistem dan nilai sosial yang berlaku pada
masyarakat setempat. Melalui proses pendidikan, individu dapat fokus pada
aspek perubahan moral yang ada pada dirinya. Dengan kata lain, cara
penyembuhan demikian akan berdampak pada diri individu dalam proses
menyadarkannya bahwa jika terdapat kesalahan maka bukan terletak pada
sistemnya namun pada individu itu sendiri. (Soetomo, 2015, hal. 78-79)
Dalam perkembangan mutakhir, terdapat perspektif baru dalam asumsi ini.
Bahwa patologi sosial baru lebih melihat kepada suatu masalah diihat pada
cacat yang ada di masyarakat dan institusi sosialnya. Asumsi ini beranggapan
bahwa individu yang immoral berasal dari masyarakat yang immoral pula dan
keadaan ini yang menimbulkan adanya masalah sosial.
Dalam buku Ritzer (Ritzer, 2012, hal. 437), dengan judul Teori Sosiologi:
Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern Robert King
Merton mencoba mendefinisikan anomi sebagai sebuah perbedaan yang tajam
antara kebudayaan dengan norma, dan kesanggupan anggota kelompok
masyarakat terstruktur secara sosial untuk berbuat seiring dengannya. Yaitu
karena ia terdapat di dalam sebuah struktur masyarakat, maka terdapat beberapa
orang yang bertindak tidak sejalan dengannya. Kebudayaan menginginkan
perilaku yang dilarang terjadi dalam struktur sosial.
Dalam kaitannya dengan hal di atas, kesuksesan materi dapat dicapai dengan
cara-cara alternatif yang bertentangan dengan jalur konvensional bahkan
cenderung ilegal. Hal tersebut dapat memungkinkan terjadinya perilaku
menyimpang pada masyarakat. Karenanya, menjadi pelacur sebagai alternatif
jalan untuk mencapai kesuksesan ekonomi merupakan contoh dari penyimpangan
yang terjadi akibat adanya pemisahan antara nilai-nilai kebudayaan dengan
struktur sosial untuk mencapai nilai-nilai itu. Hal itu merupakan cara yang
digunakan oleh fungsionalis struktural dalam menjelaskan penyimpangan.
Contoh yang lain juga dijelaskan dalam memahami perspektif ini. Misalnya
kebiasaan berjudi bukan hanya dilakukan oleh kelompok masyarakat menengah
ke atas atau kaya, namun juga dilakukan oleh kelompok masyarakat menengah
kebawah atau miskin. Hal tersebut merupakan bentuk adaptasi terkait tujuan dari
sistem sosial adalah kesejahteraan. Masyarakat miskin dengan cara bekerja
konvensional sudah dilakukan namun tidak mendapatkan hasil yang diinginkan,
apalagi keluar dari rantai kemiskinan. Kemudian mengambil jalan yang bersifat
spekulatif di luar lazimnya masyarakat untuk mendapat kesejahteraan seperti
berjudi.
Robert King Merton dalam bukunya (Merton, 1968, hal. 213-214) dengan
judul Social Theory and Social Structure menyatakan bahwa struktur sosial
menghasilkan ketegangan ke arah anomi dan perilaku menyimpang. Ketegangan
menuju anomi ini tidak terjadi secara merata di seluruh masyarakat. Beberapa
upaya telah dilakukan dalam analisis ini untuk memberi kesan strata yang paling
rentan terhadap tekanan untuk perilaku menyimpang dan untuk menetapkan
beberapa mekanisme yang berfungsi untuk menghasilkan tekanan tersebut.
Untuk tujuan menyederhanakan masalah, kesuksesan moneter diambil sebagai
tujuan budaya utama, meskipun tentu saja ada tujuan alternatif dalam
penyimpanan nilai-nilai bersama. Bidang pencapaian intelektual dan artistik,
misalnya, memberikan pola karier alternatif yang mungkin tidak memerlukan
penghargaan berupa uang yang besar. Sejauh struktur budaya melekatkan
kehormatan pada alternatif-alternatif ini dan struktur sosial berhak
mengaksesnya, sistem ini cukup stabil. Potensi penyimpangan mungkin masih
sesuai dalam hal nilai tambahan ini.
Tekanan tatanan sosial seperti itu ada pada mengalahkan pesaing seseorang.
Selama sentimen yang mendukung sistem persaingan ini dibagikan ke seluruh
rangkaian kegiatan dan tidak terbatas pada hasil akhir "sukses", pilihan cara akan
tetap sebagian besar dalam lingkup kendali kelembagaan. Namun, ketika
penekanan budaya bergeser dari kepuasan yang diperoleh dari persaingan itu
sendiri ke perhatian yang hampir eksklusif dengan hasil, tekanan resultan
membuat rusaknya struktur peraturan. Dengan pelemahan kontrol institusional
ini, terjadi pendekatan terhadap situasi yang secara keliru dianggap oleh para
filsuf utilitarian sebagai tipikal masyarakat, situasi di mana perhitungan
keuntungan pribadi dan ketakutan akan hukuman adalah satu-satunya lembaga
pengatur.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis data kualitatif yaitu pendekatan berupa data suatu gambaran fenomena
yang diamati, yang tidak berbentuk angka-angka. Kemudian data yang
dianalisis bertujuan tidak untuk menerima atau menolak hipotesis, namun lebih
digunakan kepada melihat korelasi antara fenomena dengan manusia
berdasarkan berbagai argumen.
Data kualitatif adalah apa yang dikatakan oleh orang-orang dari pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti. Baik secara verbal melalui wawancara atau dalam
bentuk tertulis melalui analisis dokumen. Tujuan dari data ini adalah untuk
memahami sudut pandang dan pengalaman orang lain. (Jamaludin, 2018)
Sumber data primer adalah sumber inti dan rujukan utama dalam sebuah
penelitian. Data primer merupakan data asli yang diperoleh dari peneliti yang
mengumpulkan datanya tersebut. Biasanya data primer didapatkan dengan cara
terjun langsung ke lapangan atau melalui proses wawancara. Data primer sangat
penting bagi penelitian karena akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam
penelitian. Data tersebut biasanya didapatkan dari narasumber yang berkaitan
langsung dengan masalah penelitian.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dan
biasanya didapat dari dokumen yang sudah ada. Data sekunder digunakan untuk
melengkapi kekurangan dari data primer mungkin belum sempurna. Sumber
data sekunder meliputi komentar, interpretasi atau pembahasan tentang materi
original. Dalam hal penelitian ini, data dapat diperoleh dari RT/RW setempat,
kantor Kelurahan Cilincing, studi kepustakaan, media internet, jurnal, artikel,
penelitian terdahulu, dan lain sebagainya. Dalam pengumpulan data sekunder,
telah dilakukan dengan pengambilan sebagian atau seluruh data yang
didapatkan saat pengumpulan data.
Adler dan Adler menjelaskan bahwa observasi adalah salah satu dasar dari
keseluruhan teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif (Hasanah,
2016). Observasi merupakan proses pengamatan dan ingatan. Biasanya, teknik
tersebut sudah dilakukan peneliti terdahulu karena ia harus memahami dengan
baik fenomena-fenomena yang ada di lokasi penelitiannya.
Wawancara memiliki ciri yaitu kontak langsung dengan tatap muka antara
pencari informasi dan sumber informasi. Biasanya dalam proses wawancara
sudah dipersiapkan pertanyaan secara garis besar untuk diajukan, namun seiring
proses wawancara tersebut akan menimbulkan pertanyaan baru dan akan
dieksplor lebih jauh oleh peneliti. Melaui proses wawancara inilah peneliti
mendapatkan data, informasi, dan kerangka keterangan yang ia butuhkan dalam
sebuah penelitian.
Studi pustaka adalah penelitian yang berasal dari literatur yang relevan
(Harahap, 2014). Studi kepustakaan memilikir ciri yakni peneliti membaca
secara langsung bahan-bahan bacaan, dan biasanya sumber data merupakan
sumber data sekunder. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan buku atau
jurnal atau penelitian terdahulu tentang persepsi masyarakat terhadap kelab
malam yang digunakan untuk menguatkan atau mengkritik atas penelitian yang
sudah ada sebelumnya.
Tahun 2021
Tahap Penelitian
Februari Maret April Mei
Pengajuan Judul
Pembuatan Proposal
Penelitian
Bimbingan Proposal
Penelitian
Seminar Proposal
Penelitian
Pengumpulan dan
Pengolahan Data
Bimbingan Skripsi
Penyelesaian Skripsi
Sidang Skripsi
DAFTAR PUSTAKA