Anda di halaman 1dari 134

PERANAN KARANG TARUNA DALAM

PEMBERDAYAAN PEMUDA DI KELURAHAN


CIRENDEU KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Aditya Iswandi
NIM: 11150541000085

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/2022 M
PERANAN KARANG TARUNA DALAM PEMBERDAYAAN
PEMUDA DI KELURAHAN CIRENDEU KOTA TANGERANG
SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
Aditya Iswandi
NIM. 11150541000085

Di bawah bimbingan

Suhendra, M.Si
NIP. 199104252019031013

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/2022M
ABSTRAK

Aditya Iswandi, NIM. 11150541000085, Peranan Karang


Taruna Dalam Pemberdayaan Pemuda Di Kelurahan
Cirendeu Kota Tangerang Selatan

Pemuda yang seringkali dinyatakan sebagai penerus


bangsa memiliki tanggung jawab yang penting dalam proses
pembangunan negara. Tanggung jawab pemuda disegala dimensi
pembangunan perlu ditingkatkan sesuai dengan nilai yang
terkandung dalam pancasila dan amanat Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Organisasi seperti Karang Taruna
dibentuk sebagai wadah pembinaan dan pengembangan pemuda.
Oleh karena itu, Karang Taruna memiliki peran dalam
pemberdayaan generasi muda sebagai bagian dari pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya, yang bertujuan untuk mewujudkan
generasi muda aktif.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian
kualitatif deskriptif yang menggunakan teknik pengumpulan data
melalui wawancara dan studi dokumentasi untuk menggali
informasi dan mencari data yang dibutuhkan, dengan tujuan
mengetahui peran karang taruna serta faktor pendukung dan
penghambat dalam pemberdayaan pemuda di kelurahan cirendeu
kota tangerang selatan.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa karang taruna
kelurahan cirendeu telah melakukan 3 jenis peran, yaitu: aktif,
partisipatif dan pasif melalui pembentukan kepengurusan yang
terstruktur, aspiratif, juga bekerjasama dengan pihak-pihak ketiga
seperti pemerintahan, swasta, serta insttusi pendidikan dalam
melakukan pemberdayaan pemuda. Pemberdayaan juga dilakukan
dengan memperhatikan prinsip kesetaraan, partisipasi
masyarakat, kemandirian dalam melaksanakan program juga
melaksanakan program rutin mingguan. Faktor pendukung dari
pemberdayaan pemuda kelurahan cirendeu adalah kemauan
individu belajar, dan dukungan dari masyarakat. sedangkan faktor
penghambatnya yaitu kesulitan dalam mencari donatur kegiatan.
Kata Kunci: Peran, Karang Taruna, Pemberdayaan Pemuda

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat


dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda alam
Nabi besar Muhammad shalallahu’alaihi wasallam, beserta
keluarga dan sahabatnya serta pengikutnya yang senantiasa
berjalan dijalan Allah SWT hingga hari kiamat.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan


sebagai syarat meraih gelar Sarjana Sosial Program Studi
Kesejahteraan Sosial. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran
yang membangun untuk memperbaiki skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu


Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Ibu Siti Napsiyah MSW
sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr. Sihabudin
Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.
Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si., sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial dan Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA

ii
sebagai Sekertaris Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Jakarta.
3. Bapak Suhendra, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi
penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam
memberikan kesempatan, dukungan, bimbingan dan motivasi
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh jajaran dosen Program Studi Kesejehteraan Sosial dan
seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang telah
diberikan, semoga dapat bermanfaat bagi penulis.
5. Teman yang terkasih, Aghatya Sasqia, Yusmar Abdillah,
Fathira Najati, Yogi Sasongko, Faqih Isnaeni, Adelkst, Naufal
Fahri, Kawan Yhajon’s, Fathara Rizma Megawati yang telah
menemani penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi.
6. Pengurus Karang Taruna Kelurahan Cirendeu, terkhusus Azmi
Kamil selaku Ketua Karang Taruna Kelurahan Cirendeu yang
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis
dalam proses penyusunan skripsi ini.
7. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan
bantuan, baik materil maupun non-materil.

Jakarta, Juli 2022

Aditya Iswandi
NIM. 11150541000085

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................ ii
DAFTAR ISI. ...................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................. vii
DAFTAR BAGAN..............................................................vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN. ..................................................... x

BAB I PENDAHULUAN. ................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................... 1
B. Pembatasan Masalah… ............................................. 7
C. Rumusan Masalah… ................................................. 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian. ................................ 7
E. Tinjauan Kajian Terdahulu. ...................................... 8
F. Metodelogi Penelitian… ........................................... 10
G. Sistematika Penulisan ............................................... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................. 20


A. Kajian Tentang Peran… ............................................ 20
1. Pengertian Peran… ..............................................20
2. Fungsi Peran… .................................................... 22
3. Jenis Peran…....................................................... 23
B. Kajian Tentang Pemberdayaan Pemuda. .................. 25
1. Pengertian Pemberdayaan… ............................... 25
2. Tujuan Pemberdayaan… ..................................... 27

iv
3. Prinsip Pemberdayaan ......................................... 29

4. Tahapan Pemberdayaan ...................................... 32


5. Proses Pemberdayaan ......................................... 33
6. Pendekatan Pemberdayaan… ............................. 36
C. Kerangka Berpikir .................................................... 38

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN 40


A. Sejarah Karang Taruna Kelurahan Cirendeu. ...... 40
B. Visi dan Misi Karang Taruna .............................. 42
C. Tujuan dan sasaran Karang Taruna ..................... 43
D. Struktur Organisasi Karang Taruna ..................... 45
E. Kewenangan dan tanggung jawab pengurus karang
taruna................................................................... 49
F. Keaggotaan Karang Taruna .................................55
G. Landasan Hukum… ............................................. 56
H. Lambang Karang Taruna .....................................58

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ............... 60


A. Kegiatan Karang Taruna Kelurahan Cirendeu. .... 60
B. Tugas Bidang Kepengurusan Karang Taruna ...... 68
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Pemberdayaan Pemuda ........................................ 75

BAB V PEMBAHASAN ..................................................... 80


A. Peranan Karang Taruna dalam Pemberdayaan Pemuda
di Kelurahan Cirendeu Kota Tangerang
Selatan… ............................................................. 80

v
B. Faktor Pendukung dan Penghambat yang
Mempengaruhi Pemberdayaan pemuda. ............. 92

BAB VI PENUTUP ............................................................. 94


A. Kesimpulan… ..................................................... 94
B. Saran… ................................................................97

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Informan Penelitian… .......................................... 17


Tabel 3.1 JumlahPenduduk Kelurahan Cirendeu 2021. ....... 41

vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir… ...........................................39


Bagan 3.1 Struktur Organisasi… .......................................... 45

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jumlah Pemuda Indonesia… ................................... 1


Gambar 1.2 Presentase Pemuda Indonesia, 2011-2020. ............. 2
Gambar 3.1 Lambang Karang Taruna .........................................58
Gambar 4.1 Pengajian Rutin Malam Jum’at… .......................... 61
Gambar 4.2 Santunan Ramadhan… ........................................... 62
Gambar 4.3 Pelatihan Tatarias… ............................................... 64
Gambar 4.4 Foto Bersama Peserta Pelatihan Tatarias. .............. 64
Gambar 4.5 Pelatihan Sablon ..................................................... 65
Gambar 4.6 Proses Pembuatan Sablon Manual… ..................... 66
Gambar 4.7 Kegiatan Cek Kesehatan Gratis…..........................67

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian


Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Cover Pengesahan Seminar Proposal
Lampiran 4 Permohonan Data/Wawancara
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
Lampiran 6 Transkrip Wawancara
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemuda merupakan suatu generasi yang mengemban
tanggung jawab yang diharapkan untuk dapat terwujud.
Paling tidak, generasi muda diharapkan dapat membawa ide
dan cara hidup yang positif dan menerapkannya dalam
kehidupan masyarakat. Peran dan partisipasi pemuda sangat
penting dalam membangun kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, generasi muda diharapkan mampu menceritakan
kepada masyarakat tentang apa saja yang berpotensi untuk
menuju kehidupan yang lebih maju dan lebih baik.
Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap
negara terus berusaha untuk membangun pengetahuan,
keterampilan dan kepribadian anak muda. Menurut Undang-
Undang No.40 Tahun 2009, pemuda
didefinisikan sebagai warga negara
Indonesia yang berusia antara 16 sampai 30
tahun yang merupakan masa penting usia
pertumbuhan dan perkembangan.
Berdasarkan informasi hasil Susenas tahun
Gambar 1.1 Jumlah 2020, jumlah pemuda disampaikan sebesar
Pemuda Indonesia
64,50 juta jiwa.
Data menunjukkan bahwa kaum muda sekarang
didominasi oleh kaum milenial antara tahun 1980 dan 2000.
Dari segi persentase, pemuda merupakan hampir seperempat

1
dari total penduduk Indonesia, mencapai 23,86 persen pada
tahun 2020..
Gambar 1.2 Persentase Pemuda Indonesia, 2011-2020

Satries (2009, 89) menyatakan bahwa ada beberapa alasan


mengapa pemuda memiliki peran dan tanggung jawab dalam
membangun ketertiban dan kesejahteraan masyarakat, antara
lain; Kemurnian idealismenya; Keberanian dan
keterbukaannya dalam menerima nilai dan ide baru;
Semangat pengabdian; Inovasi dan kreativitas; Keinginan
mewujudkan ide baru; Ketegasan dan keinginan untuk
menunjukkan sikap dan individualitas yang mandiri;
Memiliki pengalaman lengkap untuk dapat menghubungkan
pendapat, sikap, dan tindakan mereka dengan realitas yang
ada.
Saat ini, tanggung jawab pemuda dalam bermasyarakat
diiringi dengan persaingan yang semakin ketat sehingga perlu
dilakukan peningkatan sumber daya manusia. Bukan tidak
mungkin untuk meningkatkan bakat dan keterampilan anak
muda. Dominasi kaum milenial dan berbagai karakteristiknya
2
memungkinkan kaum milenial untuk cepat beradaptasi dan
belajar memecahkan masalah bangsa. Dengan kata lain, jika
proses pengembangan sumber daya manusia dilakukan secara
luas dan komprehensif, generasi milenial dapat menjadi aset
utama Indonesia untuk bersaing di pasar global.
Namun, permasalahan yang ada saat ini menunjukkan
periode keprihatinan yang mendalam bagi bangsa Indonesia,
dimana kondisi pemuda Indonesia akan sangat
mengkhawatirkan nasibnya di masa depan. Permasalahannya
adalah krisis perspektif yang telah berubah dan sebagian besar
anak bangsa, terutama generasi muda yang mencintai tanah
airnya, telah kehilangan kesadaran dan semangat
kebangsaannya (Badiyanto dkk 2009, 64).
Selain itu penyebab lain generasi muda berperilaku
menyimpang adalah misasosiasi. Hal ini dipicu oleh
perubahan zaman yang dibentuk oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi perubahan
perilaku masyarakat. Dengan semakin majunya teknologi
komunikasi dan informasi, perubahan sosial terjadi dengan
sangat cepat, namun pemuda harus mengikuti perkembangan
agar tidak tertinggal di negara lain.
Fenomena ini seringkali menyebabkan melemahnya
kesadaran sosial dan lingkungan pemuda, yang juga
disebabkan oleh perubahan perilaku pemuda Indonesia akibat
pengaruh globalisasi. Hal ini terlihat pada generasi muda saat
ini yang terjerumus ke dalam kenakalan remaja seperti

3
penggunaan narkoba, tawuran pelajar, dan seks bebas akibat
lingkungan sosial yang salah.
Perubahan sosial inilah yang menjadi salah satu alasan
kaum milenial mulai kehilangan nilai norma dan adat istiadat
dalam praktik kehidupan sehari-hari. Selama proses
konstruksi nasional, kaum muda adalah kekuatan moral,
kontrol sosial dan agen pembaharuan. Oleh karena itu,
tanggung jawab dan peran strategis pemuda dalam segala
aspek pembangunan harus diperkuat sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila dan kewajiban Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Isu-isu di atas memungkinkan organisasi seperti Karang
Taruna membawa generasi muda ke arah yang lebih baik.
Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan
pengembangan yang bertujuan untuk menciptakan generasi
muda yang aktif dalam pembangunan nasional pada
umumnya, khususnya dalam pembangunan kesejahteraan
sosial, dan telah berperan dalam memberdayakan generasi
muda sebagai bagian dari pembangunan bangsa Indonesia
seutuhnya sebagai penerus dan pelaksana pembangunan
nasional.
Karang Taruna tentunya berperan penting dalam
pembangunan kesejahteraan sosial, sistem jaminan sosial dan
pelayanan kesejahteraan sosial, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2019
tentang Karang Taruna yang merupakan organisasi
4
kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pembangunan bagi
setiap anggota masyarakat, yang tumbuh dan berkembang
secara sadar. Merupakan tanggung jawab sosial, khususnya
oleh dan untuk generasi muda Indonesia, desa/kelurahan atau
masyarakat sederajat, dan terutama bergerak di bidang
Kesejahteraan Sosial.
Mengadakan kegiatan kepemudaan yang positif harus
dilaksanakan agar pemuda tidak terjerumus ke dalam
penyimpangan sosial. Sebagaimana UU Kepemudaan Nomor
40 Tahun 2009, pemuda memiliki fungsi dan peran yang
sangat strategis dalam revitalisasi dan pembangunan negara,
sehingga potensi dan perannya diakui sebagai bagian dari
pembangunan negara, yang harus kita kembangkan melalui
kegiatan kepemudaan.
Persoalan pemberdayaan didasarkan pada Community-
Based Resource Management (Pengelolaan sumberdaya
lokal) untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses yang
relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan
(Adi 2000, 32-34). Oleh karena hal tersebut, Karang taruna
sebagai organisasi non-profit memiliki tugas pokok bersama
pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk
menjawab permasalahan sosial, khususnya dikalangan
generasi muda dalam membentuk suatu masyarakat yang
aktif, kreatif dan dinamis yang dapat dilakukan dengan
melaksanakan pemberdayaan.

5
Karang Taruna Kelurahan Cirendeu, yang merupakan
salah satu karang taruna di kota Tangerang Selatan mulai
aktif melakukan pemberdayaan sebagai pelaksanaan peran
karang taruna yang diamanatkan oleh undang-undang dan
peraturan menteri untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Peran karang taruna sebagai wadah para pemuda untuk
meningkatkan kompetensi, knowledge, dan skill dilakukan
oleh karang taruna kelurahan cirendeu dengan melakukan
kegiatan keagamaan, pelatihan, dan sosial kepada pemuda
seperti pengajian rutin, pelatihan sablon, tata rias juga
kegiatan sosial lainnya.
Kegiatan keagamaan, pelatihan dan sosial yang
dilaksanakan oleh pengurus karang taruna kelurahan cirendeu
kota tangerang selatan juga merupakan bagian dari tugas
untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dalam
pemberdayaan pemuda dan masyarakat pada umumnya.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
pemuda dan kemampuan sumber daya manusia di kelurahan
cirendeu kota tangerang selatan.
Berdasarkan latar belakang ini, penulis memiliki
ketertarikan untuk melakukan penelitian tentang Peran
Karang Taruna di masyarakat dimana Karang Taruna
memiliki peranan dalam penanaman nilai yang terkait dengan
perkembangan sumberdaya manusia yang memiliki pengaruh
pada kemajuan dari masyarakat dengan judul Peranan
Karang Taruna dalam Pemberdayaan Pemuda di
Kelurahan Cirendeu Kota Tangerang Selatan.
6
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian yang
dilakukan oleh penulis memiliki fokus yang jelas dan
dipersempit untuk dilakukan dengan cara terbaik. Adapun
pembatasan masalah yang penulis fokuskan adalah ruang
lingkup peran lembaga dalam pemberdayaan terhadap
pemuda serta faktor pendukung dan penghambat dalam
menjalankan prosesnya.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan
masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Karang Taruna Kelurahan Cirendeu
dalam pemberdayaan pemuda?
2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
proses pemberdayaan pemuda?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu:
1. Mendeskripsikan bagaimana peran yang dijalankan
oleh Karang Taruna Kelurahan Cirendeu dalam
pemberdayaan pemuda.

7
2. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat
dari pemberdayaan pemuda yang dilakukan oleh
Karang Taruna Kelurahan Cirendeu.

2. Manfaat Penelitian
Secara Akademis, hasil penelitian ini dapat
dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dan
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi khasanah
akademik terkait peran lembaga dalam pemberdayaan
pemuda.
Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat
menginformasikan kepada pembaca umum dan
mahasiswa ilmu-ilmu sosial lainnya tentang
pemberdayaan pemuda.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu


Sub bab ini berisi penelitian terdahulu tentang topik
penelitian yang penulis gunakan sebagai referensi untuk
membantu selama penelitian. Ada beberapa penelitian
sebelumnya yang terkait dengan penelitian penulis, yaitu:
1. Tia Oktaviani, Damanhuri, dan Wika Hardika Legiani,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Jurnal
Penelitian dengan judul “Peranan Karang Taruna dalam
Menumbuhkan Kepedulian Sosial Pemuda” Jurnal
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan- Universitas
Banten Jaya, Vol.2, No.2 Agustus (2019). Pada jurnal
tersebut peneliti menjelaskan tentang peran karang taruna
8
dalam menumbuhkan kesadaran sosial pemuda, serta
faktor pendukung dan penghambat dalam membina
kesadaran sosial pemuda. Metode penelitian yang
digunakan yaitu deskriptif kualitatif.
2. Farra Aprilia Kawalod, Arie Rorong, Verry Y. Londa,
Jurnal Penelitian dengan judul “Peranan Organisasi
Karang Taruna dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa”
JAP NO.31 VOL III (2015). Penelitian ini menjelaskan
tentang upaya yang dapat membantu generasi muda dalam
memecahkan masalah melalui organisasi karang taruna.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif
deskriptif.
3. Erniyati, 104054002083, Skripsi dengan judul “Strategi
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di
Kelurahan Semper Barat Jakarta Utara” Kesejahteraan
Sosial – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010).
Penelitian ini membahas terkait salah satu program
pemberdayaan masyarakat yang digulirkan oleh
pemerintah yaitu PPMK melalui pelatihan komputer dan
dana bergulir. Penelitian digunakan dengan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
4. Syarivan Qomaruzzaman, 1112054100046, Skripsi
dengan judul “Strategi Pemberdayaan Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Latihan Kerja Provinsi Banten
Terhadap Peserta Pelatihan di Serpong Tangerang
Selatan” Kesejahteraan Sosial – UIN Syarif Hidayatullah
9
Jakarta (2019). Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis strategi UPTD Latihan Kerja dalam
melakukan pemberdayaan. Penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode wawancara,
observasi, dokumentasi serta analisis data-data terkait
penelitian.

F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
berusaha untuk memahami fenomena dalam lingkungan
atau situasi yang alami atau nyata, dan peneliti tidak
berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati.
Penelitian kualitatif mencari dan berusaha memahami
makna dan kebenaran yang berbeda (Sarosa 2012, 36).
Studi kualitatif secara harfiah adalah studi yang
tidak menghasilkan hasil dengan prosedur perhitungan
statistik atau format atau metode lain yang menggunakan
angka untuk pengukuran. (Gunawan 2013, 12). Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif sebagai kerangka
untuk menganalisis dan menjelaskan hasil.
Ada beberapa alasan mengapa pendekatan
kualitatif digunakan yaitu fleksibel, secara langsung
menyajikan sifat hubungan antara penulis dan subjek
penelitian, dan ada kesempatan untuk berubah ketika
ditemukan fakta-fakta yang lebih mendasar, menarik dan
10
unik ditemukan masuk akal di lapangan (Moelong 2007,
3)
Dalam penelitian ini, penggunaan pendekatan
kualitatif tampaknya tepat. Seperti halnya pendekatan
kualitatif, temuan data terperinci memberikan informasi
tentang peran organisasi kepemudaan dalam
pemberdayaan kepemudaan di Kelurahan Cirendeu.

2. Sumber Data
Penelitian ini terkait dengan observasi yang
dilakukan di Karang Taruna di Kelurahan Cirendeu.
Penulis mengamati kegiatan yang berlangsung,
melakukan wawancara dan studi dokumen, serta mengacu
pada buku, jurnal, dan penelitian terdahulu yang
mendukung proses penelitian penulis.

3. Teknik Pengumpulan Data


a. Interview/Wawancara
Wawancara adalah pertemuan antara dua orang
yang bertukar informasi dan gagasan melalui tanya
jawab sehingga dapat menemukan makna dari suatu
topik (Sugiono 2006, 240).
Penggunaan metode ini didasarkan pada dua
alasan. Pertama, wawancara memungkinkan peneliti
untuk mengeksplorasi tidak hanya apa yang ingin
mereka ketahui dan alami, tetapi juga apa yang tidak
mereka lihat (sesuatu yang dirasakan). Kedua,
11
pertanyaan yang diajukan kepada informan dapat
berupa pertanyaan sementara yang terhubung seperti
di masa lalu, masa kini, dan masa depan (Djunaedi
dan Almasnyur 2012, 27)

b. Studi Dokumentasi
Dokumen adalah catatan peristiwa masa lalu.
Dokumen adalah kumpulan data tertulis maupun tidak
tertulis berkaitan dengan fenomena, situasi, atau
peristiwa masa lalu yang sengaja atau tidak sengaja
dibuat dan dapat digunakan oleh peneliti untuk
menganalisis apa yang sedang dipelajarinya. Catatan
adalah pernyataan tertulis yang diedit oleh individu
atau lembaga untuk tujuan menyelidiki atau
menyelidiki suatu fenomena atau peristiwa (Djunaedi
dan Almansyur 2012, 30)
Studi dokumentasi adalah sarana untuk membantu
peneliti mengumpulkan data atau informasi dengan
membaca surat, presentasi, ringkasan rapat,
pernyataan tertulis tentang kebijakan tertentu, dan
bahan tertulis lainnya (J. Sarwono 2006, 22)

4. Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian kualitatif
didefinisikan sebagai proses pengambilan dan penyusunan
data secara sistematis dari wawancara, catatan lapangan,
dan dokumen. Data ini diuraikan, tafsirkan, dan polakan
12
kedalam bagian, pilih bagian penting dan target
penelitian, dan ditarik kesimpulan darinya. Sehingga
mudah dipahami bagi diri sendiri dan orang lain (Sugiono
2006, 224)
Analisis kualitatif didasarkan pada pada adanya
hubungan bermakna antar variabel-variabel yang diteliti
(J. Sarwono 2006, 25). Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan analisis non-statistik yang diterapkan pada
data kualitatif, seperti tinjauan pustaka dan studi empiris.
Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono 2013,
246-252), analisis data dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan upaya untuk merangkum,
memilih yang paling penting, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dan mencari tema dan pola. Reduksi
data membuat gambaran besar menjadi lebih jelas dan
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.
b. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk deskripsi
singkat seperti teks deskriptif, diagram, hubungan
antar kategori, dan flowchart. Penyajian data
dimaksudkan untuk membantu peneliti dan pembaca
membaca dan memahami isi data.
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan adalah pernyataan awal dan dapat
berubah sewaktu-waktu. Penemuan baru yang belum
13
pernah ada sebelumnya. Temuan dapat berupa
deskripsi objek atau deskripsi yang sebelumnya tidak
jelas tetapi akan menjadi jelas setelah penelitian.

5. Keabsahan Data
Keabsahan data pada sebuah penelitian dilakukan
untuk membuktikan bahwa survei telah dilakukan dan
sesuai dengan aturan survei. Pengecekan keabsahan data
membantu memberikan dan/atau meningkatkan
pembahasan dalam penelitian kualitatif. Jika temuan
tersebut diduga dan/atau disebut tidak ilmiah, maka hal ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penelitian
kualitatif (Moelong 2007, 248)
Uji keabsahan data pada penelitian kualitatif dapat
dilakukan mencakup empat komponen, yaitu; uji
kredibilitas, uji validitas eksternal, reliabilitas, dan
konfirmabilitas (Sugiono 2006, 270).
a. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas merupakan uji kepercayaan
terhadap hasil penelitian yang dikemukakan oleh
peneliti dan hasil tersebut tidak menjadi masalah bagi
penelitian ilmiah. Dalam uji kredibilitas terdapat
proses triangulasi yang digunakan untuk melakukan
pengecekan dari berbagai sumber dengan berbagai
waktu (Sugiono 2006, 273).
Menurut Milles dan Hubbermen (1984, 246)
terdapat 4 (empat) jenis proses triangulasi, yaitu:
14
1. Triangulasi Metode, yang dilakukan dengan
perbandingan pada informasi atau data
menggunakan cara yang berbeda.
2. Triangulasi yang dilakukan antar peneliti yakni
melalui satu orang atau lebih dalam proses
melakukan analisis data.
3. Triangulasi yang dilakukan melalui sumber data,
menggunakan informasi lain diluar proses
wawancara, observasi dan dokumentasi.
4. Triangulasi Teori, membandingkan hasil akhir
temuan dan penelitian dengan teori yang sesuai
untuk menghindari penyimpangan kesimpulan
atau penafsiran atas individu terhadap temuan
yang disajikan oleh peneliti.
b. Uji Validitas Eksternal
Uji validitas eksternal ialah pengujian yang
dilakukan untuk menunjukkan keakuratan hasil
penelitian dari populasi dimana sampel itu diambil
(Sugiono 2006, 274).
c. Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan/ audit terhadap keseluruhan
proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagai
bentuk uji kredibilitas penelitian dilakukan sesuai
dengan kaidah penelitian yang ada.

15
d. Konfirmabilitas
Sebuah penelitian dapat dikatakan objektif apabila
temuan penelitian yang disajikan disepakati oleh
banyak orang.

6. Pedoman Penulisan
Untuk mempermudah dalam pengerjaan skripsi,
penulis menggunakan acuan teknik penulisan yang
berkesesuaian dengan panduan buku yang diterbitkan oleh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 dengan judul
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” (Pedoman ini
berdasarkan Surat Keputusan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017).

7. Teknik Pemilihan Informan


Teknik pemilihan informan itu penting. Hal ini
dikarenakan dengan menentukan sampel penelitian,
penulis dapat lebih optimal menemukan informasi yang
memenuhi kebutuhan penelitian. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini, penulis menggunakan teknik purposive
sampling yang ditargetkan untuk menentukan informan
penelitian. Target sampling adalah sampel yang dipilih
untuk tujuan tertentu (S, Gallardo, dan Lachlan 2013,
235).
Purposive sampling ditargetkan untuk memenuhi
tujuan atau kriteria penelitian, dan informan yang dipilih

16
akan dapat memberikan informasi yang diminta oleh
peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Table 1.1 Informan Penelitian


No. Informan Informasi yang dicari Jumlah

Peran karang taruna 2


Pengurus Karang dalam pemberdayaan
Taruna pemuda, faktor
1
Kelurahan pendukung dan
Cirendeu penghambat dalam
pemberdayaan

Proses pemberdayaan 2
Pemuda
yang dilakukan karang
2 Kelurahan
taruna kelurahan
Cirendeu
cirendeu

Jumlah 4

8. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu, Jl. Garuda No.1 Cirendeu, Ciputat
Timur, Tangerang Selatan, Banten 15419. Penelitian ini
akan dilaksanakan pada bulan Desember 2021 sampai
dengan bulan Maret 2022.

17
G. Sistematika Penulisan
Penelitian skripsi ini penulis sajikan dalam enam (IV) bab
dengan sistematika sebagai berikut:

Pendahuluan berisi tentang latar


BAB I belakang, pembatasan masalah,
PENDAHULUAN rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.

Membahas tentang uraian dan konsep


yang berkaitan dengan objek yang
BAB II diteliti. Kerangka pemikiran yang
KAJIAN digunakan adalah teori yang berkaitan
PUSTAKA dengan peranan lembaga, dan
pemberdayaan.

Meliputi sejarah lembaga, visi dan


BAB III
misi, struktur organisasi, fungsi dan
GAMBARAN
divisi yang bergerak di Karang Taruna
UMUM LATAR
Kelurahan Cirendeu.
PENELITIAN

Bab ini berisi tentang uraian penyajian


BAB IV
data dan temuan yang didapat
DATA DAN
mengenai peran karang taruna dalam
TEMUAN
pemberdayaan pemuda setelah
PENELITIAN
melakukan observasi, wawancara dan

18
studi dokumentasi.

Bab ini berisi analisa penelitian yang


BAB V berupa gabungan dari pengumpulan
PEMBAHASAN data yang ditemukan di lapangan.

Bab ini berisi simpulan hasil penelitian


BAB VI yang ditarik dari pemikiran
PENUTUP sebelumnya serta saran sebagai hasil
dari penelitian yang penulis lakukan.

19
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Peran


1. Pengertian Peran
Peranan atau peran (role) adalah pandangan dinamis dari
suatu posisi (status). Ketika seseorang menjalankan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan perannya. Peran yang terlibat dalam diri seorang
individu harus dibedakan dari situasi atau posisi dalam
interaksi sosial di masyarakat (Soekanto 2002, 243–269).
Abu Ahmadi (2007, 106) menggambarkan peran sebagai
harapan manusia dalam bagaimana seorang individu
berperilaku dalam situasi tertentu, berdasarkan status dan
fungsi sosial. Pentingnya peran muncul untuk mengatur sikap
individu. Peran menempatkan orang pada batasan tertentu dan
memungkinkan mereka untuk memprediksi perilaku orang
lain. Individu yang bersangkutan dapat menyelaraskan
perilaku mereka dengan perilaku orang-orang dalam
kelompok.
Individu yang memiliki peran disebut sebagai aktor, dan
individu lain yang memiliki hubungan yang dimaksudkan
untuk dipengaruhi perilakunya disebut target. Keduanya
berpartisipasi dalam interaksi sosial. Perilaku yang terjadi
dalam proses hubungan tersebut, antara lain: (Sarwono 1998,
215):

20
a. Harapan
Harapan dari suatu peran berasal dari lingkungan
di mana seseorang dengan peran tertentu melakukan
sesuatu sesuai dengan status yang dimilikinya.
b. Norma
Norma digunakan oleh masyarakat, dibentuk oleh
kesepakatan untuk mengatur pola perilaku tertentu,
dan diharapkan oleh masyarakat. Terdapat 2 (dua)
harapan yaitu:
1. Harapan tersirat yaitu harapan yang ada meskipun
tidak diungkapkan
2. Harapan tersurat yaitu harapan yang diungkapkan
c. Wujud Perilaku
Peran diwujudkan dalam perilaku seseorang.
Setiap perwujudan peran yang yang ada dalam
masyarakat berbeda-beda bagi setiap orang.
d. Penilaian dan Sanksi
Penilaian dan sanksi berasal dari lingkungan atau
masyarakat umum. Jika peran dilakukan seperti yang
diharapkan, evaluasi sudah tepat. Sementara itu, siapa
pun dengan peran yang tidak sesuai harapan dapat
dikenakan sanksi.
Sedangkan menurut Komarudin (2006, 768),
pengertian peran adalah sebagai berikut:
a. Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan
seseorang dalam manajemen
b. Pola penilaian yang menyertai status
21
c. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok
lembaga
d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau fungsi
yang merupakan kualitas yang dimiliki seseorang
e. Sebuah fungsi dari setiap variabel yang memiliki
hubungan sebab akibat

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa suatu


peran memiliki tugas dan kewajiban. Peran adalah apa yang
diharapkan lingkungan dari sekelompok orang atau orang
yang mungkin berdampak pada lingkungan karena posisinya.
Dengan cara ini, peranan menunjukkan partisipasi individu
atau kelompok yang berjuang untuk mencapai tujuan tertentu
dalam tugas wajib yang dilakukan seorang individu.

2. Fungsi Peran
Fungsi meliputi kegunaan dan manfaat. Fungsi lembaga
adalah adanya kewenangan berupa hak dan kewajiban, dan
orang yang berada dalam kedudukannya dalam organisasi
harus melakukan sesuatu sesuai dengan kewajiban dan
kewenangannya masing-masing. (Admosudrijo 2001, 6).
Menurut Suratman dalam (Wulansari 2011, 106) peran
adalah fungsi atau tindakan yang diharapkan ada dalam diri
individu sebagai keadaan aktif yang meliputi peran domestik
dan peran publik. Peran menentukan apa yang dilakukan
dalam masyarakat untuk individu. Peran tersebut penting
karena berperan sebagai pengatur perilaku manusia
22
Fungsi peran meliputi hal-hal berikut, sehingga peran
dapat mengarahkan orang untuk mengambil tindakan:
a. Memberi arah pada proses sosialisasi
b. Warisan tradisi, kepercayaan, nilai, norma, dan
pengetahuan
c. Dapat menyatukan kelompok atau masyarakat.
d. Menyediakan sistem kontrol dan pemantauan untuk
menopang kehidupan masyarakat
Peran ini mengarah pada peran fungsional, adaptif,
dan proses jika meliputi 3 (tiga) hal (Soekanto 2002, 246),
yaitu:
a. Peran meliputi norma-norma yang berkaitan dengan
posisi seseorang dalam masyarakat. Peran dalam
pengertian ini adalah seperangkat aturan yang
membimbing orang dalam kehidupan sosial
b. Peran sebagai konsep tentang apa yang dapat
dilakukan seorang individu dalam masyarakat sebagai
sebuah organisasi.
c. Peran dapat digambarkan sebagai perilaku individu
yang penting bagi struktur sosial masyarakat

3. Jenis Peran
Menurut Soekanto (2002, 242) peran dibagi menjadi 3
(tiga) jenis, antaralain:
a. Peran Aktif
Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh
anggota kelompok karena kedudukannya didalam
23
kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan sebagainya.
Peran aktif merupakan peran seseorang seutuhnya
yang selalu aktif dalam tindakannya pada suatu
kelompok atau organisasi. Hal tersebut dapat dilihat
atau diukur dari kontribusinya terhadap kelompok
organisasi itu sendiri.
b. Peran Partisipatif
Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh
anggota kelompok kepada kelompoknya yang
memberikan sumbangan yang sangat berguna bagi
kelompok itu sendiri. Peran partisipatif ini merupakan
peran yang dilakukan seseorang berdasarkan
kebutuhan atau pada saat tertentu saja.
c. Peran Pasif
Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok
yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok
menahan diri agar memberikan kesempatan kepada
fungsi-fungsi lain dalam kelompok sehingga berjalan
dengan baik.
Sedangkan dalam konteks hukum, peran meliputi tugas,
fungsi, dan wewenang aparat penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya sebagai aspek hukum dari peran
tersebut. Peran dalam hal ini dibagi sebagai berikut
(Admosudirjo 2001, 6):
a. Peran Normatif adalah peran yang dimainkan oleh
individu atau lembaga berdasarkan seperangkat norma
yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
24
b. Peran Ideal adalah peran yang dimainkan oleh
individu atau institusi, tergantung pada kedudukan
mereka dalam sistem.
c. Peran Faktual adalah peran yang dimainkan oleh
individu atau lembaga berdasarkan realitas konkrit di
lapangan atau dalam kehidupan nyata
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa peran
dalam lembaga berkaitan dengan pekerjaan dan fungsi
sebagai dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
menjalankan pekerjaan seorang individu atau suatu
organisasi.

B. Kajian Tentang Pemberdayaan Pemuda


1. Pengertian Pemberdayaan
Pengertian pemberdayaan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 2008) adalah proses, cara, membuat,
memberdayakan dari kata daya yaitu kemampuan untuk
bertindak.
Menurut Totok dan Poerwoko (2012, 27) istilah
pemberdayaan diartikan sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan individu, kelompok, dan masyarakat luas,
membuat pilihan, dan memperoleh kesempatan untuk
mengontrol lingkungan sekitar untuk memenuhi kebutuhan
mereka, seperti akses ke sumber daya terkait, pekerjaan,
kegiatan sosial, dll.
Sedangkan menurut Chatarina Rusmiyati (2011, 16)
pemberdayaan adalah suatu cara rakyat, organisasi dan
25
komunitas diarahkan agar mampu menguasai kehidupannya
atau pemberdayaan dianggap sebuah proses menjadikan orang
yang cukup kuat untuk berpartisipasi terhadap kejadian-
kejadian serta lembaga yang mempengaruhi kehidupan
mereka.
Konsep pemberdayaan menurut Sunit Agus T (2008, 9)
menjadi dua konsep yang kontradiktif: pemberdayaan dan
ketidakberdayaan, terutama jika dikaitkan dengan potensi
kesejahteraan sosial dan kemampuan untuk mengakses dan
mengontrol sumber daya.
Pemberdayaan yang diinginkan masyarakat adalah
pemberdayaan yang dapat membangun masyarakat yang lebih
baik. Pemberdayaan adalah "proses yang sedang
berlangsung", bukan "proses langsung". Sebagai sebuah
proses, pemberdayaan memiliki tiga fase: kesadaran,
kemampuan, dan pemberdayaan. Pemberdayaan bukan hanya
teori, itu adalah praktik dan seni dari apa yang kita yakini.
Proses pemberdayaan berarti bahwa pemberdayaan tidak
harus berarti robotisasi atau kesatuan. Pemberdayaan adalah
proses alami yang, atas dasar saling melengkapi, juga
memberikan ruang bagi pengembangan kemampuan manusia
yang beragam (R. Wrihatlono, dkk 2007, 2).
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses menuju
berdaya, atau proses pemindahan kekuasaan atau kekuatan
atau kemampuan kepada pihak yang kurang diberdayakan
oleh pihak yang berkuasa. Pemberdayaan meliputi
pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya
26
(empowering), dan terciptanya kemandirian. Berdasarkan
pendapat tersebut, pemberdayaan dilakukan tidak hanya bagi
mereka yang tidak mampu, tetapi juga bagi mereka yang
memiliki sumber daya terbatas untuk mencapai kemandirian
(Ambar Teguh 2004, 77–79).
Dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah upaya
kelompok masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dan
kemandiriannya agar masyarakat dapat mewujudkan potensi
yang ada dalam rangka tujuan kehidupan yang lebih sejahtera.

2. Tujuan Pemberdayaan
Mengenai proses pemberdayaan, Payne dalam Isbandi
Rukminto (2000, 163) mengatakan dimana pemberdayaan
sebenarnya memberdayakan klien dalam mengambil
keputusan dan memutuskan tindakan apa yang perlu mereka
ambil dengan memperkuat keterampilan dan kepercayaan diri
klien mereka. Tujuannya membantu klien bekerja melalui
dukungan yang ada dari lingkungan.
Menurut Soebianto (2015, 112) pemberdayaan
memerlukan tujuan perbaikan dalam berbagai seperti;
pendidikan, aksesibilitas, tindakan, kelembagaan, usaha,
pendapatan, lingkungan, kehidupan, dan perbaikan
masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, pemberdayaan ini
harus berdampak pada kehidupan tidak hanya satu orang,
tetapi seluruh masyarakat.

27
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan
masyarakat, yaitu (Mardikanto, 2014):
a. Perbaikan kelembagaan (better institution)
Perbaikan kelembagaan, termasuk pembangunan
jaringan aliansi bisnis, harus dilakukan dengan
meningkatkan kegiatan atau langkah-langkah yang
diterapkan.
b. Perbaikan usaha (better business)
Perbaikan pendidikan (semangat belajar),
perbaikan aksesibilitas, kegiatan dan perbaikan
kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki usaha
yang dilakukan
c. Perbaikan pendapatan (better income)
Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang
dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki
pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan
keluarga dan masyarakatnya.
d. Perbaikan lingkungan (better environment)
Perbaikan pendapatan diharapkan dapat
memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena
kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh
kemiskinan atau pendapatan yang terbatas.
e. Perbaikan kehidupan (better living)
Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang
membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan
kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.

28
f. Perbaikan masyarakat (better community)
Diharapkan dapat terwujud kehidupan yang lebih
baik dan kehidupan masyarakat yang lebih baik yang
didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih
baik.
Pemberdayaan bertujuan untuk memperkuat kemampuan
mereka yang tidak berdaya baik karena kondisi internal atau
situasi sendiri maupun eksternal atau lingkungan (Edi Suharto
2005, 60).

3. Prinsip Pemberdayaan
Pemberdayan memiliki prinsip-prinsip dalam prosesnya.
Prinsip pemberdayaan menurut Mathews dalam Totok dan
Poerwoko (2012, 105) adalah pernyataan kebijakan yang
digunakan sebagai panduan untuk pelaksanaan pengambilan
keputusan dan kegiatan yang konsisten. Oleh karena itu,
prinsip ini secara umum diterima dan dikonfirmasi oleh
pengamatan yang berbeda dalam kondisi yang berbeda.
Prinsip biasanya berlaku di dunia akademis, tetapi Leagans
percaya bahwa penasihat atau fasilitator harus mematuhi
prinsip-prinsip pemberdayaan saat melakukan kegiatan.
Ada 4 (empat) prinsip pemberdayaan komunitas, yaitu
(Najiati, 2005):
a. Prinsip kesetaraan
Prinsip utama yang harus diperhatikan dalam
pemberdayaan masyarakat adalah adanya kesetaraan
atau kesetaraan antara masyarakat dengan lembaga
29
pelaksana program pemberdayaan masyarakat, baik
laki-laki maupun perempuan. Dinamika yang
dibangun adalah hubungan yang setara dengan
mengembangkan mekanisme untuk berbagi
pengetahuan, pengalaman, dan keahlian, serta saling
mengenali kekuatan dan kelemahan masing-masing
sehingga terjadi proses saling belajar.
b. Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat mendorong
kemandirian masyarakat bersifat partisipatif dan
direncanakan, dilaksanakan, dipantau, dan dievaluasi
oleh masyarakat. Namun, untuk mencapai level ini
membutuhkan waktu dan proses pendampingan yang
berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat.
c. Keswadayaan atau kemandirian
Prinsip kemandirian adalah menghargai dan
mengutamakan kemampuan masyarakat, bukan
bantuan orang lain. Konsep ini melihat orang miskin
bukan sebagai tidak kompeten, mereka memiliki
kemampuan untuk mendalami pengetahuan tentang
bisnis mereka, kondisi lingkungan mereka, sumber
daya manusia dan motivasi, dan norma-norma sosial
yang ada bertahun-tahun. Semua ini perlu ditelaah dan
dijadikan inti dari proses pemberdayaan. Bantuan
orang lain sifatnya penting dan harus dianggap
sebagai dukungan agar pemberian bantuan tidak
mengurangi tingkat keberdayaan.
30
d. Berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk
berkelanjutan, meskipun peran fasilitator pada
awalnya lebih dominan daripada peran masyarakat itu
sendiri. Namun, peran fasilitator secara perlahan dan
pasti berkurang hingga masyarakat akhirnya
menguasai kegiatannya sendiri.

Menurut Sunit Agus Tri Cahyono (2008, 14) prinsip-


prinsip pemberdayaan adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan yang dilaksanakan harus bersifat lokal
b. Lebih mengutamakan aksi sosial
c. Menggunakan pendekatan organisasi komunitas atau
kemasyarakatan lokal
d. Adanya kesamaan kedudukan dalam hubungan kerja
e. Menggunakan pendekatan partisipatif, para anggota
kelompok sebagai subjek bukan objek
f. Usaha kesejahteraan sosial untuk keadilan

Oleh karena itu, prinsip-prinsip pemberdayaan harus


berpedoman pada kebutuhan masyarakat dan peraturan yang
berlaku di masyarakat, berpedoman pada nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat, dan diberdayakan untuk
menggerakkan partisipasi masyarakat.

31
4. Tahapan Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan dilaksanakan dalam beberapa
tahap, sebagai berikut (soekanto, 1987):
a. Tahap persiapan. Pada tahap ini Ada dua tahap dalam fase
ini. Salah satunya adalah penyelamatan staf, yaitu
penguatan komunitas yang dapat dilakukan oleh pekerja
komunitas, dan yang lainnya adalah metode yang pada
dasarnya non-direktif.
b. Tahapan pengkajian (assessment). Pada fase ini, proses
evaluasi dapat dijalankan secara individual untuk setiap
kelompok di komunitas. Dalam hal ini, pekerja sosial
perlu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah sumber
daya yang disadari oleh klien.
c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada
tahapan ini petugas sebagai agen berubah (exchange
agent) mencoba melibatkan warga secara partisipatif
untuk memikirkan masalah yang mereka hadapi dan cara
mengatasinya. Selain itu, pihak berwenang juga dapat
membantu memformalisasikan gagasan secara tertulis,
terutama dalam hal saran kepada klien.
d. Tahap pelaksanaan (implementasi program atau
kegiatan). Dalam melaksanakan program pemberdayaan,
peran masyarakat sebagai pelaksana diharapkan dapat
menjaga keberlangsungan program yang dikembangkan.
Kerja sama antara pejabat dan masyarakat penting pada
tahap ini, karena hal-hal yang direncanakan dengan baik
dapat terjadi di lapangan.
32
e. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai proses pemantauan oleh
warga dan petugas program pemberdayaan masyarakat
harus dilakukan dengan partisipasi warga. Keterlibatan
masyarakat ini biasanya ditujukan untuk membentuk
sistem komunitas untuk pengawasan internal dalam
jangka pendek dan membangun komunikasi komunitas
yang mengutamakan penggunaan sumber daya yang ada
dalam jangka panjang.
f. Tahap terminasi. Tahap terminasi merupakan tahapan
pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas
sasaran. Pada tahap ini, program harus segera dihentikan.

5. Proses Pemberdayaan
Dalam melakukan pemberdayaan diperlukan proses yang
jelas dan terarah, adapun beberapa hal yang harus dilakukan
antara lain (Suparjan 2003, 44):
a. Meningkatkan kesadaran kritis atau status sosial dalam
struktur sosial-politik. Hal ini mengandaikan bahwa
penyebab kemiskinan terletak pada konstruksi sosial yang
ada dalam masyarakat itu sendiri.
b. Kesadaran kritis yang muncul Persepsi kritis baru ini
bertujuan untuk memungkinkan masyarakat menentang
berbagai bentuk eksploitasi dan membuat keputusan pada
saat yang sama.
c. Membangun kemampuan masyarakat. Dalam konteks ini,
perlu dipahami bahwa masalah kemiskinan terkait dengan
faktor politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan.
33
d. Pemberdayaan juga berkaitan dengan peningkatan
pembangunan sosial budaya masyarakat.

Pemberdayaan merupakan suatu masa proses belajar,


dimana pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan
sampai target masyarakat mampu untuk mandiri. Sebagai
proses belajar, pemberdayaan dilakukan melalui beberapa
tahap yang harus dilalui, yaitu (Ambar T 2004, 83):
1. Proses penyadaran dan pembentukan perilaku menuju
perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan
peningkatan kapasitas diri.
2. Proses transformasi kemampuan berupa wawasan
pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka
wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga
dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
3. Proses peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan
keterampilan, sehingga dapat terbentuk inisiatif dan
kemampuan inovatif untuk menghantarkan pada
kemandirian.

Tahap pertama, tahap pembentukan kesadaran dan


perilaku, merupakan tahap persiapan dari proses
pemberdayaan. Pada fase ini, pihak pemberdayaan atau aktor
atau aktor pemberdayaan berupaya menciptakan kondisi yang
memungkinkan berlangsungnya proses pemberdayaan yang
efektif. Hal ini, seperti yang diharapkan, dengan
meningkatkan kemampuan emosional mereka dan mencapai
34
kesadaran positif. Peningkatan kesadaran dilakukan untuk
memotivasi masyarakat agar mengetahui situasi pada saat itu
dan untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya
memperbaiki situasi guna membangun masa depan yang lebih
baik.
Tahap kedua adalah proses transformasi pengetahuan dan
keterampilan. Hal ini dapat berjalan ketika masyarakat umum
menjadi lebih sadar. Masyarakat menjalani proses belajar
pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan kebutuhan
tersebut. Situasi ini mendorong pikiran terbuka dan
memperoleh keterampilan dasar yang dibutuhkan orang. Pada
fase ini, masyarakat dapat mengambil peran partisipatif
dengan mengikuti agenda-agenda tertentu.
Tahap ketiga adalah tahap pengayaan atau peningkatan
intelektual dan keterampilan yang diperlukan untuk
membentuk kemandirian. Kemandirian ini ditandai dengan
kemampuan masyarakat untuk memulai, berkreasi dan
berinovasi. Begitu masyarakat mencapai tingkat ketiga ini,
masyarakat dapat melakukan pengembangannya sendiri.
Dalam konsep pembangunan masyarakat, kondisi seperti ini
sering dijadikan sebagai subjek pembangunan atau sebagai
aktor kunci. Pelaku pemberdayaan hanya menjadi moderator.
Pemberdayaan pada dasarnya merupakan upaya untuk
memberikan dorongan dan kekuatan kepada masyarakat
berupa pengetahuan dan pendidikan agar mereka dapat
mencapai tujuan yang diharapkan, sehingga proses
pemberdayaan yang diberikan melalui kegiatan pelatihan
35
sama dengan komponen pendidikan. Elemen kunci
pendidikan adalah tujuan pendidikan, peserta didik, konten
pendidikan, pendidik, metode pengajaran, alat pendidikan,
dan lingkungan pendidikan. Komponen pemberdayaan
pelatihan adalah membekali masyarakat dengan keterampilan,
pengetahuan, nilai, sikap, motivasi dan kesejahteraan, serta
meningkatkan taraf hidup mereka secara ekonomi, sosial dan
budaya, terlepas dari masalah kemiskinan. (Siswoyo 2007,
80).

6. Pendekatan Pemberdayaan
Pencapaian proses implementasi dan tujuan
pemberdayaan dapat dicapai dengan menerapkan pendekatan
pemberdayaan yaitu pemungkinan, penguatan, perlindungan,
penyokongan, pemeliharaan. Adapun penjelasan dari
pendekatan ini, antara lain (Edi Suharto 2005, 67):
a. Pemungkinan: Menciptakan suasana dan iklim dimana
potensi masyarakat dapat berkembang secara optimal.
Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat
dari sekat-sekat kultural dan struktural yang
menghambatnya.
b. Penguatan: Memperkuat pengetahuan dan keterampilan
masyarakat untuk memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan mereka. Pemberdayaan harus mampu
mengembangkan segala keterampilan dan kesadaran diri
yang mendukung kemandirian masyarakat.

36
c. Perlindungan: melindungi masyarakat, terutama
kelompok lemah, dari penindasan oleh kelompok kuat,
menghindari persaingan tidak sehat (terutama tidak sehat)
antara kelompok kuat dan lemah, dan mencegah
eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.
Pemberdayaan harus bertujuan untuk menghilangkan
segala bentuk diskriminasi dan kontrol yang tidak
menguntungkan masyarakat miskin.
d. Penyokongan: memberikan orientasi dan dukungan agar
orang dapat melakukan peran dan pekerjaan mereka
dalam kehidupan mereka. Pemberdayaan harus dapat
membantu masyarakat agar tidak semakin lemah dan
terpinggirkan situasi dan posisinya.
e. Pemeliharaan: Mempertahankan kondisi fasilitatif untuk
menjaga keseimbangan distribusi kekuasaan di antara
berbagai kelompok masyarakat. Pemberdayaan harus
memastikan keselarasan dan keseimbangan yang
memungkinkan setiap orang untuk melakukan usaha.

Dubois dan Miley dalam Edi Suharto (2005, 68)


membahas berbagai metode dan teknik yang dapat digunakan
untuk memperkuat komunitas, termasuk menekankan
pekerjaan kegiatan yang sama. Selain itu, komunikasi yang
menghormati klien, menanggapi keragaman pribadi, berfokus
pada mereka, dan menjaga kerahasiaan mereka membantu
untuk mendekati klien atau target sasaran.

37
Meningkatkan keterlibatan klien dan mengupayakan
pemecahan masalah yang menghormati hak klien juga dapat
mendukung proses pemberdayaan. Kunci pendekatan
pemberdayaan adalah sikap profesi kesejahteraan sosial
dengan berpegang pada norma-norma etika profesi, terlibat
dalam pengembangan profesional, penelitian dan pembuatan
kebijakan, dan menerjemahkan kesulitan pribadi menjadi
masalah yang melibatkan masyarakat umum. Penghapusan
diskriminasi dan penipuan, serta memberikan kesempatan
yang sama.

C. Kerangka Berpikir
Pemberdayaan pemuda merupakan program yang ditujukan
untuk membentuk sikap dan perilaku individu dan masyarakat
yang mandiri. Pemberdayaan pemuda merupakan salah satu
program yang harus diupayakan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakatnya. Pemberdayaan pemuda juga suatu
proses pembangunan dimana masyarakat memimpin dalam
memulai proses kegiatan sosial dan memperbaiki situasi dan
kondisi mereka.
Sebagai organisasi kepemudaan, karang taruna memiliki
peran untuk membangun kesadaran serta tanggung jawab pemuda
dengan semangat yang tinggi demi tercapainya pemberdayaan
pemuda di lingkungannya. Karang Taruna sebagai organisasi
kepemudaan perlu merencanakan dan melaksanakan program
kerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat khususnya pemuda,
serta memanfaatkan seluruh perangkat dan aksesibilitas yang
38
dimiliki karang taruna untuk menunjang proses pemberdayaan
pemuda. Pemberdayaan pemuda tidak terlepas dari peran Karang
Taruna namun juga ada faktor yang mendukung dan
menghambat.

Peran Aktif

Peran Pemberdayaan
Peranan Karang
Pemuda
Taruna Partisipatif

Peran Pasif

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir “Peranan Karang Taruna dalam


Pemberdayaan Pemuda”

39
BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan tentang sejarah karang taruna, visi


dan misi, struktur organisasi, tugas dan fungsi, landasan hukum
Karang Taruna. Dengan menjelaskan gambaran umum lembaga
diharapkan mampu memberikan pemahaman, penjelasan,
maupun gambaran terkait dengan Karang Taruna Kelurahan
Cirendeu Kota Tangerang Selatan.

A. Sejarah Karang Taruna Kelurahan Cirendeu


Karang Taruna merupakan organisasi fungsional
kepemudaan yang berkedudukan di desa/kelurahan sebagai
wadah bagi upaya pembinaan dan pengembangan
kesejahteraan sosial generasi muda. Sebagai organisasi
fungsional kepemudaan Karang Taruna diharapkan mampu
menjadi wadah yang kondusif dalam pengembangan
kepribadian para anggotanya, yang secara teori semakin
tinggi kualifikasi karang taruna, maka akan semakin kondusif
bagi pengembangan kepribadian anggotanya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua karang taruna
kelurahan cirendeu disampaikan bahwa karang taruna
kelurahan cirendeu baru aktif selama 2 tahun, sebagai berikut:
“Awalnya karang taruna hanya ada di tingkat RT dan RW
tapi tingkat kelurahan itu tidak aktif. Nah, maka dari itu
tahun yang lalu tepatnya tanggal 26, September 2020 kita
melakukan pertemuan musyawarah untuk
mengagendakan pembentukan Karang Taruna Kelurahan
40
Cirendeu. Hingga akhirnya dilantik lah kita sampai bulan
Oktober 2020 sampai saat ini sudah berjalan hampir 2
tahun dan masa jabatan kita selama 5 tahun.” (Azmi,
2022)
Lebih lanjut, Azmi menyampaikan bahwa terbentuknya
Karang Taruna Kelurahan Cirendeu berdasarkan ide dan
dorongan dari kawan-kawan Karang Taruna di tingkat RT dan
RW, sebagaimana dikatakan sebagai berikut:
“Karang taruna sendiri dibentuk karena dorongan
dari temen-temen RT dan RW, serta ada pihak-pihak
kelurahan yang ingin anak muda bergabung di Karang
Taruna Kelurahan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti tawuran, narkoba, dan agar temen-
temen di kelurahan di masing-masing RW itu bisa saling
kenal, saling gabung untuk mengadakan kegiatan/acara.
Kita harapkan aktifnya Karang Taruna Kelurahan
Cirendeu dapat meminimalisir angka kriminalitas pada
anak-anak muda”.
Menurut data disdukcapil Kota Tangerang Selatan 2021
jumlah penduduk Kelurahan Cirendeu disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Cirendeu Tahun 2021


No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1. Laki-laki 12.593

41
2. Perempuan 12.931

Jumlah 25.524

Sumber: Data Disdukcapil Kota Tangerang Selatan 2021

Jumlah penduduk di Kelurahan Cirendeu pada akhir


semester 1 tahun 2021 adalah 25.524 jiwa, jiwa yang
diantaranya terdapat 5.912 pelajar/mahasiswa di dalamnya.
Jumlah penduduk yang dikategorikan sebagai pemuda yaitu
antara usia 16-30 tahun terdapat sekitar kurang lebih 6000
jiwa di Kelurahan Cirendeu.
Berdasarkan data ini, Karang Taruna Kelurahan memiliki
peranan yang cukup penting untuk memberdayakan pemuda
yang ada di Kelurahan Cirendeu Kota Tangerang Selatan.
Umiyati dalam Danang munajat (2000, 24) berpendapat
bahwa keberhasilan Karang Taruna dalam menjalankan
berbagai peran dan fungsinya mensyaratkan terbentuknya
suatu kondisi yang kondusif. Kondisi kondusif yang
dimaksud, yakni tercapainya tingkat kemandirian yang relatif
memadai pada Karang Taruna.

B. Visi dan Misi Karang Taruna Kelurahan Cirendeu


1. Visi
Karang Taruna Kelurahan Cireundeu sebagai wadah
kepemudaan untuk menampung aspirasi Pemuda dan Pemudi
serta masyarakat dalam rangka mengembangkan potensi –
potensi yang ada di wilayah Kelurahan Cireundeu.

42
2. Misi
a. Menghimpun kegiatan kepemudaan di Kelurahan
Cireundeu yang bersifat Intern dan Extern
b. Menampung aspirasi Kepemudaan dan Masyarakat
c. Menciptakan situasi organisasi yang kondusif di
tingkat Kelurahan Cireundeu
d. Membangun kultur organisasi yang sesuai dengan
aturan yang berlaku
e. Menjadi organisasi yang dapat mewadahi Karang
Taruna di tingkatan RW/RT
f. Menggali potensi potensi pemuda yang ada di
lingkungan Cirendeu

C. Tujuan dan Sasaran Karang Taruna Kelurahan Cirendeu


1. Tujuan
a. Mewujudkan tertib administrasi dan peningkatan
kualitas pelayanan masyarakat yang urgen dan relevan
dengan kebutuhan masyarakat.
b. Mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan pelayanan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan.
c. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional
dan religius dalam memberikan pelayanan yang efektif
dan efisien.
d. Mewujudkan kemandirian masyarakat dalam
pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan

43
kemasyarakatan serta keamanan dan ketertiban dalam
kehidupan masyarakat
2. Sasaran
a. Sedang sasarannya adalah terciptanya pelayanan
masyarakat yang prima selain itu dapat mewujudkan
produk-produk peningkatan kualitas pelayanan
masyarakat yang efektif, efisien dan aspiratif.
b. Mewujudkan produk-produk peningkatan kualitas
pelayanan masyarakat yang urgen dan relevan dengan
kebutuhan masyarakat.
c. Tersedianya sarana dan prasarana pendukung dan fasilitas
umum lainnya dalam upaya mendukung penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta
pelayanan kepada masyarakat.
d. Meningkatnya kemampuan sumber daya aparatur
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
e. Meningkatnya keaktifan masyarakat dalam pelaksanaan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta
keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat.

44
D. Struktur Organisasi Karang Taruna Kelurahan Cirendeu
Adapun struktur kepengurusan Karang Taruna Kelurahan
Cirendeu digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Struktur Organisasi

Dewan Penasehat Karang


Taruna Kelurahan
Cirendeu

Ketua Karang Taruna


Kelurahan Cirendeu

Wakil Ketua 1
dan 2

Sekretaris dan Bendahara dan


Wakil Sekretaris Wakil Bendahara

Bidang-bidang

45
SUSUNAN KEPENGURUSAN KARANG TARUNA

KELURAHAN CIREUNDEU

DEWAN PENASEHAT

1. Win Fandliata,S.Kom
2. A. Chandra Wijaya Putra,S.H
3. Neneng Hasanah, S.SOS, M-Si
4. Yanti Kurnianti,S.SOS
5. Hadi Mastur Lutfi, SE.
6. Hardian

DEWAN PEMBINA

• Fikri Abdullah, SH., CRA., CLI., CLA


• Muhammad Rizki Fithrianto SE,Sy
• Abdhi Maulana Muhammad Eshad, S.I.Kom
• Wahyudin, SH

BPH (Badan Pengurus Harian)

Ketua : Azmi Aufa Kamil


Wakil Ketua I : Fathara Rizma Megayanti
Wakil Ketua II : Reza Erlangga Yahya
Sekretaris : Mutiara Praha Nadya
Wakil Sekretaris : Bangkit Mahribi Wafi.C
Bendahara : Fahbi Hidayanto
Wakil Bendahara : Tedy Muchtar

46
Bidang Pendidikan & Pelatihan
Ketua : Natasyalicha Madari
Sekretaris : Andri Kurniawan
Anggota : Viqha Septy
Dwi Puji
Syahrul Saputra
Mochamad Aqmal Luthfyansyah
Adam Renaldi
Bidang Kesejahteraan Sosial
Ketua : Irgi Rafiq Fahrezi
Sekretaris : Laili Mukaromah Muaja
Anggota : Aditya Hariawan
Saiful Bahri
Fathur Harada Aprillia
Ikhsan Tartila
Fathin.A
Bidang Kelompok Usaha Bersama
Ketua : Ibrahim
Sekretaris : Dwiki Farhan
Anggota : Nurcahyo Rino Bambang.I
Lathiefah Diva Ratu M
M. Alfian Soleh
Bidang Kerohanian & Pembinaan Mental
Ketua : Leonandi
Sekretaris : Ade Umayah
Anggota : Maulydina Karimah
Azriel Putra Junaedi
47
Bima Syahputra
Fatih Amri Pratama
Bidang Olahraga & Seni Budaya
Ketua : Rico Mayriano
Sekretaris : Nafiah Diva Ratu Buana
Anggota : Tamara Alda Chairunnisa
Faid Reza
Laily Fajriutami Agustin
Rafli Nurjuniansyah
Lebry. H
Bidang Hubungan Dan Kerjasama Kemitraan
Ketua : Luky Ferdiansyah
Sekretaris : Miko
Anggota : Ade Ikhwan
Rafael Kainama
Fehri Sahri
Bidang Lingkungan Hidup
Ketua : Tegar Dwi Anggito
Sekretaris : Maudyna Safira Kustiani
Anggota : Fathara Insani Valentina
Imam Faula
Dias Hani Anisah
Dhafa Muhammad Shauqie
Rizky Haryanto

48
E. Kewenangan dan Tanggung Jawab Pengurus Karang
Taruna Kelurahan Cirendeu

1. Ketua Pengurus Karang Taruna


a. Kewenangan
Membuat dan mengesahkan seluruh keputusan –
keputusan dan kebijakan- kebijakan organisasi yang
bersifat strategis (politis) melalui kesepakatan dalam
forum rapat Pengurus Pleno (RPP).
b. Tanggung jawab
Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh
penyelenggaraan organisasi dan program kerjanya dan
mempertanggungjawabkan secara internal kepada RPP
dan forum TKS pada akhir masa baktinya.

2. Wakil Ketua Pengurus Karang Taruna


a. Kewenangan
Membuat dan mengesahkan seluruh keputusan dan
kebijakan organisasi di seluruh bidang dalam pengurusan.
b. Tanggung jawab
Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh
penyelenggara program kerja di seluruh bidang dalam
pengurusan dan mempertanggungjawabkan kepada ketua.

49
3. Sekretaris Pengurus Karang Taruna
a. Kewenangan
Membuat dan mengesahkan keputusan dan kebijakan
organisasi bersama-sama ketua dalam bidang administrasi
dan penyelenggaraan roda organisasi.
b. Tanggung jawab
Mengkoordinasikan seluruh penyelenggaraan roda
organisasi bidang administrasi dan tata kerja organisasi
dan mempertanggungjawabkan kepada ketua.

4. Wakil Sekretaris Pengurus Karang Taruna


a. Kewenangan
Membuat dan mengesahkan keputusan dan kebijakan
organisasi bersama-sama Sekretaris dalam hal
kesekretariatan dan kerumahtanggaan.
b. Tanggung jawab
Mengkoordinasikan seluruh aktivitas kesekretariatan dan
tata usaha organisasi dan mempertanggungjawabkan
kepada Sekretaris.

5. Bendahara Pengurus Karang Taruna


a. Kewenangan
Membuat dan mengesahkan keputusan dan kebijakan
organisasi bersama-sama ketua dalam hal keuangan dan
kekayaan organisasi.
b. Tanggung jawab

50
Mengordinasikan seluruh aktivitas pengolahan keuangan
dan kekayaan organisasi dan mempertanggungjawabkan
kepada ketua.

6. Wakil Bendahara Pengurus Karang Taruna


a. Kewenangan
Membuat dan mengesahkan keputusan dan kebijakan
organisasi bersama-sama Bendahara dalam pengelolaan,
pengawasan dan pemeriksaan kekayaan keuangan.
b. Tanggung jawab
Mengkoordinasikan seluruh aktivitas
pengolahan/pembukuan keuangan organisasi dan
mempertanggungjawabkan kepada Bendahara.

7. Bidang Pendidikan Dan Pelatihan Pengurus Karang


Taruna
a. Kewenangan
Menyelenggarakan segala aktivitas organisasi
pengembangan Sumber Daya Manusia yang terkait
dengan Pendidikan dan Pelatihan mulai dari perencanaan
hingga laporan.
b. Tanggung jawab
Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh
penyelenggaraan aktivitas program kerja dan pelaksanaan
kebijakan organisasi dalam Bidang Pendidikan Dan
Pelatihan serta mempertanggungjawabkan kepada Wakil
Ketua.
51
8. Bidang Kesejahteraan Sosial Pengurus Karang
Taruna
a. Kewenangan
Menyelenggarakan segala aktivitas Usaha Kesejahteraan
Sosial yang terkait dengan pelaksanaan fungsi-fungsi KT
dalam Pelaksanaan bantuan Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial khususnya kepada para Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) mulai dari perencanaan
hingga laporan.
b. Tanggungjawab
Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh
penyelenggaraan aktivitas program kerja dan pelaksanaan
kebijakan organisasi dalam Bidang Usaha Kesejahteraan
Sosial serta mempertanggungjawabkan kepada Wakil
Ketua

9. Bidang Kelompok Usaha Bersama Pengurus Karang


Taruna
a. Kewenangan
Menyelenggarakan segala aktivitas Pengembangan
Ekonomi yang terkait dengan Kelompok Usaha Bersama
dan Koperasi Karang Taruna mulai dari perencanaan
hingga laporan.
b. Tanggung jawab
Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh
penyelenggaraan aktivitas program kerja dan pelaksanaan
kebijakan organisasi Kelompok Usaha Bersama dan
52
Koperasi Karang Taruna serta mempertanggungjawabkan
kepada Wakil Ketua

10. Bidang Kerohanian Dan Pembinaan Mental Pengurus


Karang Taruna
a. Kewenangan
Menyelenggarakan segala aktivitas organisasi
pengembangan Sumber Daya Manusia yang terkait
dengan Kerohanian Dan Pembinaan Mental mulai dari
perencanaan hingga laporan.
b. Tanggungjawab
Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh
penyelenggaraan aktivitas program kerja dan pelaksanaan
kebijakan organisasi dalam Bidang Kerohanian Dan
Pembinaan Mental serta mempertanggungjawabkan
kepada Wakil Ketua.

11. Bidang Olahraga Dan Seni Budaya Pengurus Karang


Taruna
a. Kewenangan
Menyelenggarakan segala aktivitas organisasi
pengembangan Sumber Daya Manusia yang terkait
dengan Olahraga dan Seni Budaya mulai dari perencanaan
hingga laporan.
b. Tanggungjawab
Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh
penyelenggaraan aktifitas program kerja dan pelaksanaan
53
kebijakan organisasi dalam Bidang Olahraga dan Seni
Budaya serta mempertanggungjawabkan kepada Wakil
Ketua.

12. Bidang Lingkungan Hidup Pengurus Karang Taruna


a. Kewenangan
Menyelenggarakan segala aktivitas produktif yang terkait
dengan pemeliharaan Lingkungan Hidup mulai dari
perencanaan hingga laporan.
b. Tanggung jawab
Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh
penyelenggaraan aktivitas program kerja dan pelaksanaan
kebijakan organisasi dalam Bidang Lingkungan Hidup
serta mempertanggungjawabkan kepada Wakil Ketua.

13. Bidang Hub. Masyarakat Dan Kerjasama Kemitraan


Pengurus Karang Taruna
a. Kewenangan
Menyelenggarakan segala aktivitas organisasi yang terkait
dengan pelaksanaan fungsi Hubungan Masyarakat dan
Kerjasama Kemitraan mulai dari perencanaan hingga
laporan.
b. Tanggung jawab
Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh
penyelenggaraan aktivitas program kerja dan pelaksanaan
kebijakan organisasi dalam Bidang Hubungan Masyarakat

54
dan Kerjasama Kemitraan serta mempertanggung
jawabkan kepada Wakil Ketua.

F. Keanggotaan Karang Taruna Karang Taruna Kelurahan


Cirendeu

1. Keanggotaan Karang Taruna menganut sistem stelsel


pasif yang berarti seluruh generasi muda dalam
lingkungan desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat
yang berusia 17 tahun sampai 35 tahun, selanjutnya
disebut sebagai warga Karang Taruna.
2. Pengurus Karang Taruna dipilih secara musyawarah dan
mufakat oleh warga Karang Taruna yang bersangkutan
dan memenuhi syarat-syarat untuk diangkat sebagai
pengurus yaitu:
3. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
5. Dapat membaca dan menulis.
6. Memiliki pengalaman serta aktif dalam kegiatan Karang
Taruna.
7. Memiliki pengetahuan dan keterampilan berorganisasi,
kemauan dan kemampuan, pengabdian di bidang
Kesejahteraan Sosial.
8. Sebagai warga penduduk setempat dan bertempat tinggal
tetap, berumur 17 tahun sampai 35 tahun.

55
Untuk mendayagunakan pranata jaringan komunikasi,
informasi, kerjasama dan kolaborasi antar Karang Taruna yang
lebih berdayaguna dan berhasilguna, maka diadakan Forum
pertemuan Karang Taruna yang mana bentuk dari Forum tersebut
adalah :
1. Temu Karya.
2. Rapat Kerja.
3. Rapat Pimpinan.
4. Rapat Pengurus Pleno.
5. Rapat Konsultasi.
6. Rapat Pengurus Harian
Karang Taruna dapat memiliki identitas lambang, bendera,
panji yang telah ditetapkan dalam keputusan Menteri Sosial RI
Nomor 65/HUK/KEP/XII/1982 dan lagu mars dan hymne.
Identitas yang telah ditetapkan dan/atau digunakan tersebut
menjadi identitas resmi Karang Taruna dan hanya dapat dirubah
dengan Keputusan Menteri Sosial.

G. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5235);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang


Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara

56
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);

3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang


Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 86);

4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 tentang


Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 239);

5. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang


Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);

6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1517);

57
F. Lambang Karang Taruna

Gambar 3.1 Lambang Karang Taruna

Lambang Karang Taruna mengandung unsur-unsur:


1. Sekuntum Bunga Teratai yang mulai mekar yang
melambangkan insan remaja yang dijiwai semangat
kemasyarakatan (sosial).
2. Empat Helai Daun Bunga di bagian bawah
melambangkan keempat fungsi Karang Taruna.
3. Dua Helai Pita yang terpampang di bagian atas dan
bawah. Pita di bagian atas terdapat tulisan “ADITYA
KARYA MAHATVA YODHA”. Aditya berarti cerdas
dan penuh pengetahuan; Karya berarti pekerjaan; Mahatva
berarti terhormat dan berbudi luhur; dan Yodha berarti
pejuang atau patriot. Jadi secara keseluruhan berarti
pejuang yang berkepribadian, berpengetahuan, dan
terampil.
4. Sebuah lingkaran dengan bunga teratai mekar dengan
tujuh helai daun bunga sebagai latar belakang, yang

58
melambangkan tujuh unsur kepribadian yang harus
dimiliki warga Karang Taruna:
a. Taat: Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b. Tanggap: Penuh perhatian dan peka terhadap
masalah;
c. Tanggon: Kuat daya tahan fisik dan mental;
d. Tandas: Tegas, pasti, tidak ragu, dan teguh
pendirian;
e. Tangkas: Sigap, gesit, cepat bergerak., dan
dinamis;
f. Terampil: Mampu berkreasi dan berkarya praktis;
g. Tulus: Sederhana, ikhlas, rela member dan jujur;
5. Lingkaran mengandung arti sebagai lambang ketahanan
nasional yang berfungsi sebagai tameng atau perisai.
Bunga mekar yang berdaun lima helai melambangkan
lingkaran kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera
berdasarkan pancasila;
6. Arti warna yang terdapat pada lambang sebagai berikut:
a. Putih: Kesucian, tidak bercelah, dan tidak
bernoda;
b. Merah: Keberanian, sabar, tenang, dapat
mengendalikan diri, dan tekad pantang mundur;
c. Kuning: Keagungan dan keluhuran budi pekerti;

59
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan terkait data dan temuan
penelitian setelah melakukan penelitian tentang Peranan Karang
Taruna Kelurahan Cirendeu dalam Pemberdayaan Pemuda di
Kelurahan Cirendeu Kota Tangerang Selatan. Adapun hasil
temuan dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

A. Kegiatan Karang Taruna Kelurahan Cirendeu Dalam


Pemberdayaan Pemuda

Peran karang taruna sebagai organisasi kepemudaan dapat


dilihat dari tugas pokok dan fungsinya dalam suatu kelompok
masyarakat. Karang Taruna Kelurahan Cirendeu memiliki banyak
fungsi diantaranya sebagai alat bagi upaya pembinaan dan
pengembangan kesejahteraan sosial untuk mencegah munculnya
konflik antara pemuda, menanggulangi masalah kesejahteraan
pemuda.

Kegiatan-kegiatan yang terdapat pada Karang Taruna


Kelurahan Cirendeu merupakan pembelajaran bagi pemuda-
pemudi di Kelurahan Cirendeu baik dalam pembelajaran materi
dan praktik secara langsung. Pengembangan keilmuan dan
keterampilan diberikan melalui berbagai pelatihan, diskusi
keagamaan, kepemudaan, kewirausahaan, dan berbagai ilmu yang
dapat mengembangkan kemampuan pemuda.

60
1. Kegiatan Keagamaan

Kegiatan yang secara rutin dilaksanakan oleh Karang


Taruna Kelurahan Cirendeu adalah kegiatan yang berkaitan
dengan ilmu agama. Kegiatan ini diselenggarakan dengan
melakukan pembinaan dan pendampingan melalui aktivitas di
Bidang Kerohanian dan Pembinaan Mental baik secara
temporer maupun rutin melalui lembaga-lembaga keagamaan
maupun perkumpulan keagamaan remaja yang bersifat
Koordinatif.

Gambar 4.1 Pengajian Rutin Malam Jum’at Karang Taruna


Kelurahan Cirendeu

Hal tersebut sebagaimana pernyataan Azmi sebagai ketua


Karang Taruna Kelurahan Cirendeu:

61
“Kegiatan Karang Taruna Kelurahan Cirendeu yang
sekarang rutin berjalan adalah kita melaksanakan
kegiatan pengajian. Kegiatan ini secara rutin kita
laksanakan setiap malam jum’at setelah solat isya di
rumah masyarakat yang berada di Kelurahan Cirendeu.
Yang biasanya kita lakukan itu adalah membaca surat
yasin yang dilanjutkan dengan mendengarkan ceramah
singkat yang disampaikan
oleh guru atau orang tua
yang kami undang.”

Kegiatan kerohanian dan


pembinaan mental dalam
program Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu juga
Gambar 4.2 Santunan Ramadhan
mengadakan kegiatan
tahunan seperti Maulid Nabi, atau santunan anak yatim.
Sebagaimana dikatakan Azmi:

“Kami juga mengadakan kegiatan tahunan seperti


santunan anak yatim dan Maulid Nabi. Kita datangkan
ustadz atau penceramah dari luar yang mana kegiatan ini
melibatkan seluruh lapisan masyarakat.”

Berdasarkan wawancara terhadap informan, penulis


menyimpulkan bahwa selaian kegiatan yang rutin
dilaksanakan tiap malam Jum’at, Karang Taruna Kelurahan
Cirendeu juga melaksanakan kegiatan lain yang berkaitan
dengan kerohanian seperti santunan dan Maulid Nabi.
62
2. Kegiatan Pelatihan

Kegiatan pelatihan menjadi salah satu program yang


sering dilakukan oleh Karang Taruna Kelurahan Cirendeu
sebagai bentuk usaha pemberdayaan pemuda. Pelatihan ini
ditujukan untuk memberikan keahlian kepada pemuda dan
masyarakat agar menjadi individu yang berdaya serta
memiliki kemandirian baik secara sosial maupun finansial.

Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh wakil ketua


Megawati, sebagai berikut:

“Tujuan utama karang taruna mengadakan pelatihan


itu untuk menumbuhkan skill. Kita pengen temen-temen
karang taruna ga cuma bisa dalam kegiatan organisasi
seperti kegiatan-kegiatan sosial gitu, kita juga pengen
temen-temen karang taruna itu punya skill yang lain gitu.
Seperti public speaking gitukan. Kita melatih temen-
temen bisa berbicara di depan umum, bisa tidak malu
untuk bertatap muka dengan orang-orang penting, gitu.

Terus manajemen organisasi misalnya, kita juga


membantu untuk temen-temen yang lain agar paham
gimana cara beroganisasi yang benar, cara mengatur
keuangan organisasi, cara bertanggung jawab pada
organisasi gitu. Ya paling itu sih, kita pengen temen-
temen itu bisa ga cuma sekedar nongkrong, sharing, tapi
kita juga pengen temen-temen itu bisa punya skill lain,
biar bisa lebih berkembang. Kita sih intinya pengen

63
temen-temen yang ada di Karang Taruna Kelurahan
Cirendeu ini bisa bermanfaat untuk oranglain, bisa lebih
positif lagi kedepannya, dan yang penting berani dan
bertanggung jawab.”

Adanya kegiatan pelatihan


memberikan manfaat bagi
pemuda di lingkungan
Kelurahan Cirendeu
sebagaimana disampaikan
oleh Karina Syarif, selaku
salah satu peserta kegatan
Gambar 4.3 Pelatihan Tatarias pelatihan tata rias:

“Saya mengikuti pelatihan tata rias ini karena saya


tertarik dalam dunia kecantikan. Dengan mengikuti
pelatihan tatarias ini saya bisa mengetahui cara
mengunakan makeup yang benar seperti makeup artist.
Keren, menambah keterampilan para perempuan dalam
meningkatkan produktivitas.”

Gambar 4.4 Foto Bersama Peserta Pelatihan Tatarias


64
Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh karang taruna
kelurahan cirendeu biasanya dilakukan dengan melakukan
kerjasama dengan pihak ketiga, sebagaimana disampaikan
oleh wakil ketua karang taruna megawati, sebagai berikut:
“Pelaksanaan program pemberdaaan
karangtaruna kelurahan cirendeu itu kita biasanya
mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga. Misalnya itu
dari pihak pemerintahan, dari sektor pendidikan di
universitas, ataupun dari pihak swasta. Sehingga
kegiatannnya itu ada instrukturnya atau ada yang
memandu kegiatan itu. Jadi biasanya kalau kita
mengadakan kegiatan, kita kerjasama misalnya dengan
disnaker tangsel. Pelatihan yang dilakukan itu ada seperti
pelatihan menjahit, komputer, pelatihan tatarias, sablon
dll.”

65
Gambar 4.5 Pelatihan Sablon
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Andi salah satu
peserta pelatihan sablon:
“Saya mengikuti pelatihan sablon yang diadakan
oleh disnaker kota tangerang selatan, dapet informasinya
dari karang taruna kelurahan cirendeu.
Penyelenggaranya disnaker kota tangsel, penyedia
fasilitas tempat itu lpk bimacan nusantara. Tadinya saya
belum mengerti apapun tentang sablon, dari screen, cara
menyablon sampai pemasarannya. Dengan mengikuti
sablon manual dari tidak bisa apa-apa dan sekarang saya
memilki skill. Hasil yg saya dapat, saya bisa membuat
film, dan gradasi 3 warna.”

Gambar 4.6 Proses Pembuatan Sablon Manual

66
3. Kegiatan Sosial

Selain kegiatan keagamaan dan pelatihan yang berfokus


pada penguatan mental, spiritual dan peningkatan keahlian
individu, Karang Taruna Kelurahan Cirendeu juga
melaksanakan kegiatan sosial. Kegiatan sosial ini dilakukan
untuk membentuk kepedulian pemuda terhadap masyarakat
dilingkungan Kelurahan Cirendeu. Adapun kegiatan sosial
yang dilakukan antara lain, pengecekan kesehatan gratis yang
dilakukan oleh karang taruna kelurahan cirendeu bekerja
sama dengan Fakultas Ilmu Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Gambar 4.7 Kegiatan Cek Kesehatan Gratis

67
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Azmi, selaku ketua
karang taruna kelurahan cirendeu:
“Kami juga melakukan kegiatan sosial seperti
kemarin itu ada cek kesehatan gratis yang kami adakan
bekerjasama dengan mahasiswa fakultas kedokteran UIN
Jakarta. Dikegiatan ini kami merangkap menjadi
pelaksana juga peserta. Sebagai pelaksana, disini kami
pengurus karang taruna memberikan informasi kepada
masyarakat di Kelurahan Cirendeu dan menyediakan
fasilitas tempat. Sedangkan pihak mahasiswa
menyediakan jasanya.”
Peranan Karang Taruna Kelurahan Cirendeu dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkesesuaian dengan
kebutuhan masyarakat lingkungan sekitar, dilaksanakan
dengan proses perencanaan yang cukup baik. Sehingga output
dari kegiatan tersebut juga diterima dengan baik oleh
masyarakat.

B. Tugas Bidang Kepengurusun Karang Taruna Kelurahan


Cirendeu
1. Tugas Bidang Pendidikan Dan Pelatihan Pengurus Karang
Taruna
a. Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan
organisasi tentang system dan mekanisme pelaksanaan
program kerja Bidang Pendidikan Dan Pelatihan sesuai
dengan visi dan misi organisasi untuk menjadi kebijakan
organisasi.
68
b. Merumuskan dan mengusulkan program kegiatan berikut
anggaran kegiatan setiap tahunnya unruk disetujui oleh
RPP.
c. Mendata dan menginventarisir aktivitas Pendidikan Dan
Pelatihan yang sudah ada untuk diteliti dan dikaji menjadi
bahan pengembangan lebih lanjut.
d. Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan dalam
pemberdayaan pemuda dan masyarakat pada umumnya.
e. Membangun hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak
lain untuk mengembangkan aktivitas Pendidikan Dan
Pelatihan khususnya bagi Warga KT maupun masyarakat
pada umumnya.
f. Menyelenggarakan kegiatan Pelatihan-Pelatihan.

2. Tugas Bidang Kesejahteraan Sosial Pengurus Karang


Taruna
a. Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan
organisasi tentang system dan mekanisme pelaksanaan
program kerja Bidang Usaha Kesejahteraan Sosial sesuai
dengan visi dan misi organisasi untuk menjadi kebijakan
organisasi.
b. Merumuskan dan mengusulkan program kegiatan berikut
anggaran kegiatan setiap tahunnya unruk disetujui oleh
RPP.
c. Mendata dan menginventarisir aktivitas bantuan,
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial yang sudah ada untuk

69
diteliti dan dikaji menjadi bahan pengembangan lebih
lanjut.
d. Menyelenggarakan aktivitas bantuan sosial dalam
berbagai bentuk seperti santunan dan bantuan lainnya
dalam momentum tertentu secara berkala.
e. Membangun hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak
lain untuk mengembangkan aktivitas Pelayanan Sosial
Terpadu kepada PMKS.

3. Tugas Bidang Kelompok Usaha Bersama Pengurus


Karang Taruna
a. Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan
organisasi tentang system dan mekanisme pelaksanaan
program kerja Bidang Kelompok Usaha Bersama sesuai
dengan visi dan misi organisasi untuk menjadi kebijakan
organisasi.
b. Merumuskan dan mengusulkan program kegiatan berikut
anggaran kegiatan setiap tahunnya unruk disetujui oleh
RPP.
c. Mendata dan menginventarisir aktivitas Kelompok Usaha
Bersama yang sudah ada untuk diteliti dan dikaji menjadi
bahan pengembangan lebih lanjut.
d. Membuat Kelompok Usaha Bersama dan Koperasi untuk
dikembangkan sebagai Wirausaha atau kemndirian Warga
Karang Taruna.

70
e. Membangun hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak
lain untuk mengembangkan aktivitas Kelompok Usaha
Bersama dan Koperasi.

4. Tugas Bidang Kerohanian Dan Pembinaan Mental


Pengurus Karang Taruna
a. Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan
organisasi tentang system dan mekanisme pelaksanaan
program kerja Bidang Kerohanian Dan Pembinaan Mental
sesuai dengan visi dan misi organisasi untuk menjadi
kebijakan organisasi.
b. Merumuskan dan mengusulkan program kegiatan berikut
anggaran kegiatan setiap tahunnya unruk disetujui oleh
RPP.
c. Mendata dan menginventarisir aktivitas Kerohanian Dan
Pembinaan Mental yang sudah ada untuk diteliti dan
dikaji menjadi bahan pengembangan lebih lanjut.
d. Menyelenggarakan pembinaan dan pendampingan dalam
rangka melalui aktivitas diBidang Kerohanian Dan
Pembinaan Mental baik secara temporer maupun rutin
melalui lembaga-lembaga keagamaan, perkumpulan
keagamaan remaja yang bersifat Koordinatif.
e. Membangun hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak
lain untuk mengembangkan aktivitas Kerohanian Dan
Pembinaan Mental khususnya bagi Warga KT maupun
masyarakat pada umumnya.

71
f. Menyelenggarakan Peringatan Hari-Hari Besar
Keagamaan.

5. Tugas Bidang Olahraga Dan Seni Budaya Pengurus


Karang Taruna
a. Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan
organisasi tentang system dan mekanisme pelaksanaan
program kerja Bidang Olahraga dan Seni Budaya sesuai
dengan visi dan misi organisasi untuk menjadi kebijakan
organisasi.
b. Merumuskan dan mengusulkan program kegiatan berikut
anggaran kegiatan setiap tahunnya unruk disetujui oleh
RPP.
c. Mendata dan menginventarisir aktivitas Olahraga dan
Seni Budaya yang sudah ada untuk diteliti dan dikaji
menjadi bahan pengembangan lebih lanjut.
d. Menyelenggarakan pembinaan dan pendampingan dalam
rangka melalui aktivitas diBidang Olahraga dan Seni
Budaya baik secara temporer maupun rutin melalui
klubklub dan sanggar-sanggar seni budaya
e. Membangun hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak
lain untuk mengembangkan aktivitas Olahraga dan Seni
Budaya khususnya bagi Warga KT maupun masyarakat
pada umumnya.
f. Menyelenggarakan Kegiatan Pekan Olahraga dan Seni
Secara Berkala.

72
6. Tugas Bidang Lingkungan Hidup Pengurus Karang
Taruna
a. Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan
organisasi tentang system dan mekanisme pelaksanaan
program kerja Bidang Lingkungan Hidup sesuai dengan
visi dan misi organisasi untuk menjadi kebijakan
organisasi.
b. Merumuskan dan mengusulkan program kegiatan berikut
anggaran kegiatan setiap tahunnya unruk disetujui oleh
RPP.
c. Mendata dan menginventarisir aktivitas Lingkungan
Hidup yang sudah ada untuk diteliti dan dikaji menjadi
bahan pengembangan lebih lanjut.
d. Menyelenggarakan pembinaan dan pendampingan dalam
rangka memelihara dan mengembangkan melalui aktivitas
di Bidang Lingkungan Hidup baik secara temporer
maupun rutin
e. Membangun hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak
lain untuk mengembangkan aktivitas Lingkungan Hidup
khususnya bagi Warga KT maupun masyarakat pada
umumnya.

7. Tugas Bidang Hub. Masyarakat Dan Kerjasama


Kemitraan Pengurus Karang Taruna
a. Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan
organisasi tentang system dan mekanisme pelaksanaan
program kerja Bidang Hubungan Masyarakat dan
73
Kerjasama Kemitraan sesuai dengan visi dan misi
organisasi untuk menjadi kebijakan organisasi.
b. Merumuskan dan mengusulkan program kegiatan berikut
anggaran kegiatan setiap tahunnya unruk disetujui oleh
RPP.
c. Mendata dan menginventarisir aktivitas Hubungan
Masyarakat dan Kerjasama Kemitraan yang sudah ada
untuk diteliti dan dikaji menjadi bahan pengembangan
lebih lanjut.
d. Menyelenggarakan aktivitas publikatif dan promotif
dalam rangka memperkenalkan organisasi dengan
berbagai program dan perspektif hingga mampu
membentuk opini publik yang menguntungkan organisasi
e. Membangun hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak
lain untuk mengembangkan aktivitas Hubungan
Masyarakat dan Kerjasama Kemitraan khususnya bagi
Warga KT maupun masyarakat pada umumnya.
f. Bertindak Selaku juru bicara organisasi yang berwenang
menjembatani kepentingan organisasi dengan pihak pers
dan masyarakat.
g. Menyelenggarakan Kegiatan gerakan masyarakat dalam
bidang Komunikasi

74
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Pemberdayaan Pemuda

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi


atau individu pasti memiliki faktor pendukung dan penghambat
dalam prosesnya. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh
penulis, terdapat beberapa hal yang mendukung dan menghambat
kegiatan tersebut, yaitu:

1. Faktor Pendukung

a. Ketertarikan/kemauan individu untuk belajar

Keinginan individu untuk belajar menjadi faktor


pendukung yang paling penting dalam proses pemberdayaan.
Hal ini akan memudahkan transfer ilmu yang diberikan dalam
pelatihan. Sebagaimana disampaikan oleh Karina, peserta
pelatihan tata rias:

“Faktor pendukung berasal dari internal, karena


ketertarikan saya akan dunia tata rias.”

b. Dukungan masyarakat lingkungan sekitar

Sebagaimana disampaikan oleh Azmi, ketua karang


taruna kelurahan Cirendeu:

“Faktor pendukungnya, banyak masyarakat yang


mendukung organisasi kita ini terutama dari lingkungan
RT/RW bahkan dari pak lurah sendiri itu mendukung,
juga orang tua kita mendukung adanya karangtaruna ini.
Karena dengan adanya karang taruna sendiri kita
75
terbantu dengan masalah kehidupan sosialnya bisa
memantu masyarakat pada umumnya.”

c. Penyediaan sarana dan prasarana

Tersedianya alat dan tempat saat melakukan pelatihan


sangat mendukung proses pemberdayaan pemuda yang
dilakukan melalui kegiatn pelatihan. Sebagaimana
disampaikan oleh Andi, peserta Sablon:

“Yang jadi pendukung sih jadi kita bisa disediain


alat--alatnya, itukan ngedukung tuh. Dikasih tau ilmunya,
caranya gimana, karena dilakukan bersama jadi
memudahkan satu samalain untuk saling Tanya.”

d. Pemberian sertifikat

Tujuan utama dari pemberdayaan pemuda melalui


kegiatan pelatihan ini adalah memberikan edukasi kepada
pemuda, sehingga bisa bersaing di dunia industri atau dunia
usaha. hal ini disampaikan oleh megawati, wakil ketua karang
taruna kelurahan cirendeu:

“Biasanya pihak yang kami ajak kerjasama juga


memberikan sertifikat sebagai tanda kelulusan mengikuti
pelatihan. Ini menjadi salah satu program disnaker
tangsel dengan lpk bimacan nusantara dalam
mengentaskan pengangguran di tangsel juga.
Harapannya setelah kita di-didik dan dilatih dalam
kegiatan pelatihan, kita peserta bisa bersaing secara

76
keahlian atau kemampuan yang positif, di dunia usaha
dan dunia industri.”

2. Faktor Penghambat

a. Donatur

Salah satu faktor yang menghambat kegiatan


pemberdayaan adalah minimnya dana yang dimiliki oleh
Karang Taruna Kelurahan Cirendeu. Sebagai organisasi non-
profit, Karang Taruna Kelurahan Cirendeu mengandalkan
donatur untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan.

Hal ini sebagai ana disampaikan oleh Azmi, ketua Karang


Taruna Kelurahan Cirendeu:

“Faktor penghambatnya itu kita dari donatur sendiri


kehambat, soal dana kita proses penghambatnya itu.
Missal dari pemerintah atau pihak-pihak terkait itu
kadang juga kurang support dari dana, kalau dari
perizinan dll sangat support.”

b. Ketersediaan alat yang minim

Kendala yang ditemui saat melakukan pemberdayaan


pemuda melalui program pelatihan salahsatunya adalah
minimnya ketersediaan alat yang disediakan oleh
penyelenggara, sebagaimana disampaikan oleh Karina,
Peserta tata rias:

77
“Kalau faktor penghambatnya paling karna pesertanya
agak banyak jd kesediaan alat make upnya kurang
maksimal untuk proses belajarnya.”

Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan oleh Andi,


Peserta sablon:

“Abis itu paling kalo faktor penghambatnya itu paling


kita gabisa coba secara berkali-kali karena setiap orang
hanya punya satu kali kesempatan untuk praktek. Jadi
ketika gagal yaudah itu hasil kita, hasil sablonan kita
sendiri.”

c. Keberlanjutan program kegiatan

Program pemberdayaan pemuda yang dilakukan dengan


melaksanakan kegiatan pelatihan oleh Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu masih bekerjasama dengan pihak ketiga
seperti pihak pemerintahan, dan institusi atau lembaga
pendidikan. Kegiatannya dilakukan berdasarkan perencanaan
pihak ketiga tersebut dengan jangka waktu tertentu. Hal ini
menjadi faktor penghambat pemberdayaan sebagaimana
disampaikan oleh Megawati wakil ketua Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu:

“Karena Pelaksanaan program pemberdayaan


karangtaruna kelurahan cirendeu itu kita biasanya
mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga. Misalnya itu
dari pihak pemerintahan, dari sektor pendidikan di
universitas, ataupun dari pihak swasta. Kegiatan itu biasa

78
dilakukan dengan waktu terentu missal selama 2 hari
atau paling lama itu 14 hari. Sehingga proses monitoring
atau keberlanjutan di program itu belum ada. Karena
instruktur atau pelatih itu disediakan dari pihak ketiga.”

Hal senada juga disampaikan oleh Andi selaku peserta


program pelatihan sablon, yaitu:

“Faktor penghambatnya jua ketika kedepannya cuma


belajar sablon selama 14 hari doing, itu belum ada
kegiatan untuk pemuda lebih paham tentang sablon ini.
Jadi ya kekurangannya sih itum kalau belum paham
banget gaada yang ngebimbing".

Adanya faktor pendukung dan penghambat ini diharapkan


dapat menjadi sumber pengetahuan tambahan dan evaluasi
pengurus Karang Taruna Kelurahan Cirendeu. Sehingga
kedepannya diharapkan pemberdayaan dapat dilakukan secara
lebih optimal.

79
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas temuan penelitian
yang telah dipaparkan pada bab 4 yang dikaitkan dengan teori
dan kerangka berpikir yang telah penulis buat dalam bab 2. Pada
penelitian ini, penulis memfokuskan pada bagaimana peranan
Karang Taruna dalam emberdayaan pemuda serta faktor
pendukung dan penghambat dalam proses pemberdayaan pemuda
yang dilakukan. Oleh karena itu, penulis akan membahas sebagai
berikut:
A. Peranan Karang Taruna dalam Pemberdayaan Pemuda
di Kelurahan Cirendeu Kota Tangerang Selatan
1. Peranan Karang Taruna
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab 2 peran
atau peran (role) dapat dikatakan sebagai sesuatu yang
memiliki tugas dan kewajiban. Peran merupakan sesuatu yang
diharapkan lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang karena kedudukannya akan dapat
memberi pengaruh pada lingkungan tersebut. Jadi peranan
menunjukkan keterlibatan diri atau keikutsertaan individu,
maupun kelompok yang akan melakukan suatu usaha untuk
mencapai tujuan tertentu atas suatu tugas yang sudah menjadi
kewajiban.
Fungsi peran telah dilaksanakan oleh Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu, peran yang dilakukan antaralain:

80
a. Memberi arah pada proses sosialisasi dimana karang
taruna memberikan informasi kepada masyarakat
terkait kegiatan yang dilakukan.
b. Melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan tradisi,
kepercayaan, nilai, norma, dan pengetahuan
masyarakat setempat.
c. Menyatukan pemuda ditingkatan RT dan RW dengan
melaksanakan program yang dibutuhkan.
d. Melaksanakan tugas karang taruna sebagai mana
diamanatkan dalam peraturan menteri sebagai sistem
kontrol dan pemantauan untuk menopang kehidupan
masyarakat.

Dari temuan penelitian yang penulis dapatkan dalam bab


4, Karang Taruna Kelurahan Cirendeu telah melaksanakan 3
(tiga) jenis Peran dalam pemberdayaan pemuda. Peran
tersebut terlihat dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
dalam kegitan keagamaan, pelatihan dan aksi sosial. Tiga
jenis peran yang telah dilakukan oleh karang taruna kelurahan
cirendeu antaralain:
a. Peran Aktif
Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh
anggota kelompok karena kedudukannya didalam
kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan sebagainya.
Peran aktif merupakan peran seseorang seutuhnya
yang selalu aktif dalam tindakannya pada suatu
kelompok atau organisasi. Hal tersebut dapat dilihat
81
atau diukur dari kontribusinya terhadap kelompok
organisasi itu sendiri.
Hal ini telah dilakukan oleh karang taruna yang
memiliki struktur kepengurusan dengan bidang-
bidang yang melaksanakan kegiatan yang
berkesesuaian terhadap kebutuhan masyarakat
lingkungan. Sebagaimana disampaikan dalam
wawancara oleh wakil ketua karang taruna, sebagai
berikut:
“Keterlibatan pengurus dalam program
perencanaan pelatihan itu biasanya kita sebagai
konseptor untuk menentukan jalannya kegiatan
ingin seperti apa, kegiatanya berlangsung berapa
lama, budgetingnya berapa, siapa yang mau
diundang, target sasarannya iu siapa. Itu kita
sesuaikan dari masing-masing kegiatannya.
Misalnya kegiatan seminar yang biasa kita
lakukan itu pelatihan public speaking, atau
seminar manajemen organisasi itu kita sebagai
konseptor, kita sebagai peserta, kita sebagai
panitia, jadi ya kita merangkap semuanya.”

Dalam prakteknya Karang Taruna Kelurahan


Cirendeu telah melakukan peran aktif sebagai
aktor/pelaku yang dalam hal ini diwujudkan menjadi
kegiatan-kegiatan dalam upaya pemberdayaan pemuda
dilingkungan tersebut.
82
b. Peran Partisipatif
Peran yang diberikan oleh anggota kelompok
kepada kelompoknya yang memberikan sumbangan
yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri. Peran
partisipasif ini merupakan peran yang dilakukan
seseorang berdasarkan kebutuhan atau pada saat
tertentu. Dalam proses interaksi antara aktor/pelaku
dengan target sasaran, pengurus karang taruna
Kelurahan Cirendeu telah melakukan peran
partisipatif dengan menerima masukan dan aspirasi
lingkungan sekitar. Sebagaimana yang telah
dipaparkan dalam bab 3, keberadaan karang taruna
kelurahan cirendeu sendiri di dorong oleh pemuda-
pemudi di tingkatan RT/RW, sehingga Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu dapat berjalan selama 2 tahun
hingga sekarang.

c. Peran Pasif
Peran pasif yang dilakukan oleh Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu adalah anggota kelompok
menahan diri agar memberikan kesempatan kepada
fungsi-fungsi lain dalam kelompok sehingga berjalan
dengan baik. Sebagai organisasi kepemudaan yang
diakui oleh pemerintah, karang taruna memiliki
banyak kelompok yang dapat ikut berperan dalam

83
kegiatannya, seperti lembaga pemerintahan, institusi
pendidikan, pihak swasta, dsb.
Peran pasif yang dilakukan oleh Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu yaitu menerima kerjasama pada
kegiatan-kegiatan yang sudah dibuat atau dirancang.
Seperti dari disnaker tangsel, atau dari forum
masyarakat peduli bendungan gintung yang telah
merancang kegiatan tersebut sehingga karang taruna
keluarahan cirendeu berperan pasif dengan menjadi
peserta dari kegiatan-kegiatan tersebut.

Dalam prosesnya, interaksi aktor dengan target sasaran


yang dilakukan oleh karang taruna kelurahan cirendeu kepada
pemuda dilingkungan tersebut terdapat harapan, norma dan
wujud perilaku. Dimana harapan yang dimiliki adalah sebagai
wadah kepemudaan untuk menampung aspirasi Pemuda dan
Pemudi serta masyarakat dalam rangka mengembangkan
potensi – potensi yang ada di wilayah Kelurahan Cireundeu.
Sementara norma yang berlaku dalam proses interaksi
tersebut adalah aturan-aturan yang berlaku dimasyarakat
ligkungan tersebut. Kemudian wujud perilaku dilaksanakan
oleh kedua pihak, sebagai berikut:
a. Aktor/pelaku dalam konteks ini adalah pengurus
Karang Taruna Kelurahan Cirendeu yang memberikan
contoh perilaku yang baik terhadap masyarakat,
khusunya pemuda dilingkungan kelurahan cirendeu
seperti melakukan pengajian rutin setiap malam
84
jum’at, kegiatan santunan, kegiatan aksi sosial yang
berdampak untuk masyarakat dilingkungan tersebut
sampai kepada melakukan kegiatan pelatihan untuk
memberikan keahlian kepada para pemuda diwilayah
Kelurahan Cirendeu.
b. Target/sasaran dalam hal ini adalah masyarakat atau
pemuda dilingkungan kelurahan cirendeu yang
mendukung adanya kegiatan-kegiatan karang taruna
cirendeu dengan berartisipasi sebagai peserta,
membantu kegiatan pelaksanaan, atau menjadi donatur
dalam kegiatan karang taruna kelurahan cirendeu.

2. Pemberdayaan Pemuda
Pemberdayaan yang telah dibahas dalam bab 2 merupakan
upaya suatu kelompok masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian sehingga masyarakat dapat
mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki dalam rangka
tujuan hidup yang lebih sejahtera. Dalam siklusnya,
pemberdayaan yang dilakukan oleh karangtaruna kelurahan
cirendeu terdiri atas:
a. Meningkatkan keinginan masyarakat sendiri untuk
menjadi lebih baik
b. Kemampuan masyarakat untuk melepaskan hambatan-
hambatan terhadap kemajuan dalam diri
c. Memiliki rasa tanggungjawab dalam mengembangkan
dirinya dan komunitasnya

85
d. Memiliki minat dan motivasi untuk melakukan
pekerjaan dengan baik
e. Peningkatan rasa kepemilikan terhadap organisasi
sehingga terlihat dalam kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan
f. Perubahan perilaku, peningkatan keahlian dan
peningkatan kerja dari posisi yang sebelumnya
g. Keberhasilan dalam memberdayakan diri sehingga
tercipta kemandirian untuk melakukan hal yang lebih
baik.

Pemberdayaan pemuda yang dilakukan dengan


memberikan pelatihan ditujukan agar pemuda/masyarakat
memiliki kompetensi, keahlian, kemampuan,
keterampilan, attitude sehingga menjadi siap dalam
memasuki dunia kerja. Kegiatan Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu ini juga medukung program Dinas
Tangsel dalam rangka mengurangi angka pengangguran,
juga kriminalitas ditingkat pemuda seperti tawuran,
narkoba, balap liar, dsb.
Karang Taruna Kelurahan Cirendeu juga telah
melakukan pemberdayaan pemuda dengan menerapkan
prinsip pemberdayaan, yaitu:
a. Prinsip kesetaraan atau kesejajaran kedudukan
antara masyarakat lingkungan kelurahan cirendeu
dengan lembaga-lembaga yang melakukan
program pemberdayaan. Terjadi proses belajar
86
dengan saling mengakui kelebihan dan
kekurangan yang ada. Dalam konteks ini
dilakukan dengan mengakui faktor yang
mendukung dan menghambat dalam proses
pemberdayaan.
b. Partisipasi yang dilakukan dengan mengadakan
kegiatan yang sifatnya partisipatif, seperti kegiatan
aksi sosial atau pelatihan yang direncanakan,
dilaksanakan, diawasi dan dievaluasi oleh
masyarakat. Proses pendampingan dalam
kepengurusan Karang Taruna Kelurahan Cirendeu
dilakukan oleh dewan penasehat.
c. Keswadayaan atau kemandirian yang
mengedepankan kemampuan masyarakat daripada
bantuan pihaklain. Pemberian bantuan tidak
melemahkan kemandirian pengurus karang taruna
dalam melakukan kegiatan. Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu tetap melaksanakan kegiatan
sesuai kemampuan yang dimiliki.
d. Program yang dirancang secara berkelanjutan,
seperi kegiatan pengajian rutin malam jum’at yang
dilakukan dengan pendamping yaitu guru, tokoh
masyarakat, pembimbing yang dilakukan hingga
nantinya pemuda mampu mengelola kegiatannya
sendiri.

87
Selain itu, Pemberdayaan pemuda yang dilakukan
karang taruna kelurahan cirendeu juga memiliki tujuan
yang ingin dicapai dalam pemberdayaan suatu komunitas:
a. Perbaikan kelembagaan (better institution), yang
dilakukan dengan perbaikan kegiatan atau tindakan
yang dilakukan, termasuk pengembangan jaringan
kemitraan usaha. dalam hal ini, Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu melakukan kerjasama dengan
pihak pemerintahan seperti disnaker tangsel, institusi
pendidikan, juga organisasi lain untuk mengadakan
kegiatan-kegiatan yang memiliki dampahbagi
masyarakat lingkungannya.
b. Perbaikan usaha (better business) yaitu perbaikan
pendidikan untuk meningkatkan semangat belajar,
perbaikan aksesibilitas, kegiatan dan perbaikan
kelembagaan. Kegiatan pelatihan soft skill yang
diadakan Karang Taruna Kelurahan Cirendeu seperti
menjahit, sablon, tatarias, komputer diharapkan akan
memperbaiki usaha yang dilakukan.
c. Perbaikan pendapatan (better income). Tujuan utama
adanya kegiatan-kegiatan pelatihan soft skill kepada
pemuda, adalah sebagai bekal untuk bersaing di dunia
industri atau dunia usaha. Perbaikan usaha yang
dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki
pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan
keluarga dan masyarakat.

88
d. Perbaikan lingkungan (better environment). Perbaikan
pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan
(fisik dan sosial), karena kerusakan lingkungan
seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau
pendapatan yang terbatas. Perbaikan usaha dan
pendapatan akan menciptakan lingkungan yang lebih
baik sehingga berusaha secara mandiri, atau bekerja
diperusahaan sesuai dengan keahlian yang miliki.
e. Perbaikan kehidupan (better living). Tingkat
pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik,
sebagai output dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh Karang Taruna Kelurahan Cirendeu diharapkan
dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga
dan masyarakat yang ada.
f. Perbaikan masyarakat (better community) dimana
kegiatan yang diadakan oleh Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu bertujuan untuk menciptakan
yaitu kehidupan sosial yang lebih baik, sehingga
terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.
Seperti menguragi angka pengangguran, kriminalitas
seperti tawuran, sindikat narkoba, begal, yang
disebabkan oleh kurangnya kegiatan positif dan tidak
adanya keahlian yang dimiliki untuk bersaing di dunia
kerja dan dunia usaha.

Pemberdayaan sendiri merupakan sebuah proses


belajar, yang dilakukan secara bertahap: Pertama,
89
penyadaran dan pembentukan perilaku merupakan tahap
persiapan dalam proses pemberdayaan. Pada tahap ini
pihak Karang Taruna sebagai pelaku pemberdayaan
berusaha menciptakan prakondisi, agarmampu
memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan yang
efektif. Penyadaran dilakukan agar menimbulkan
keinginan sasaran/target untuk mengetahui bagaimana
kondisinya saat itu, sehingga menimbulkan kesadaran
tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan
masa depan yang lebih baik.
Kedua yaitu proses transformasi pengetahuan dan
kecakapan-keterampilan dapat berlangsung baik apabila
kesadaran sudah terbentuk. Proses belajar tentang
pengetahuan dan peningkatan keahlian yang memiliki
relevansi dengan apa yang menjadi tuntutan kebutuhan.
Keadaan ini menstimulasi terjadinya keterbukaan
wawasan dan menguasai keterampilan dasar yang
dibutuhkan. Peran partisipasi dilakukan dengan mengikuti
program yang telah diberikan.
Ketiga, tahap penganyaan atau peningkatan
intelektualitas dan keterampilan yang diperlukan sehingga
membentuk kemandirian. Kemandirian tersebut akan
ditandai oleh kemampuan inisiatif, menciptakan kreasi-
kreasi, dan melakukan inovasi. Dalam tahap ini, arang
taruna sebagai pelaku pemberdayaan menjadi fasilitator.
Sebagaimana disampaikan dalam bab 2 bahwa proses
pemberdayaan yang diberikan melalui kegiatan pelatihan,
90
memiliki komponen yang sama seperti komponen
pendidikan, karena pada dasarnya pemberdayaan
merupakan usaha memberikan dorongan atau daya berupa
pengetahuan atau pendidikan kepada masyarakat agar
berdaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Komponen yang dimiliki dalam pemberdayaan melalui
bentuk pelatihan memiliki tujuan memberikan
keterampilan, pengetahuan, nilai, sikap, motivasi dan
mensejahterakan kehidupan masyarakat menjadi lebih
baik secara ekonomi, sosial, budaya dan terlepas dari
masalah kemiskinan.

Berdasarakan teori yang penulis gunakan dalam bab 2


kegiatan pemberdayaan seharusnya dilaksanakan dalam
beberapa tahap. Namun, hasil temuan lapangan yang
dilakukan penulis menunjukkan bahwa ada beberapa tahap
yang belum dilaksanakan oleh karang taruna kelurahan
cirendeu dalam pemberdayaan khususnya dalam kegiatan
pelatihan.
Karang Taruna Kelurahan Cirendeu telah melakukan
beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, pengkajian, dan
perencanaan yang dilakukan dengan melaksanakan rapat kerja
untuk menyusun langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam pelaksanaan program pelatihan yang dibutuhkan
masyarakat setempat. Sedangkan tahap pelaksanaan, evaluasi
dan terminasi belum dapat dilaksanakan dikarenakan pihak
karang taruna masih menjadi pihak ketiga dari kegiatan
91
pelatihan yang diselenggarakan. Dimana Karang Taruna
bekerjasama dengan dinas tenga kerja kota Tangerang Selatan
dan LPK macan sebagai pelaksana dari kegiatan tersebut.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Mempengaruhi


Pemberdayaan Pemuda
Pemuda atau generasi muda memiliki peran untuk mengawal
dan berpartisipasi aktif terhadap jalannya pembangunan secara
kreatif dan produktif melalui suatu organisasi yang mendukung.
Salah satu organisasi yang menampung aspirasi dan melibatkan
generasi muda adalah Karang Taruna. Karang Taruna juga
berperan sebagai aktor/pelaku pemberdayaan dalam rangka
pengembangan potensi diri dan merupakan organisasi yang
bergerak dibidang Kesejahteraan Sosial. Namun, kegiatan
pemberdayaan pemuda pasti memiliki faktor yang mendukung
dan hambatan-hambatan dalam proses pelaksanaanya. Terdapat
beberapa faktor pendukung yaitu:
a. Ketertarikan/kemauan individu untuk belajar sebagai
bentuk kesadarn untuk memajukan masyarakat.
b. Dukungan masyarakat lingkungan sekitar sehingga dapat
dilaksanakannya kegiatan-kegiatan yang menjadi program
karang taruna
c. Tersedianya alat dan tempat saat melakukan kegiatan
pemberdayaan
d. Pemberian sertifikat dari setiap kegiatan pelatihan yang
diikuti sehingga dapat menjadi modal untuk bisa bersaing
di dunia industri atau dunia usaha.
92
Sedangkan faktor penghambat yang dapat disimpulkan
penulis dalam penelitian ini, yaitu: Pertama, donatur dimana
Karang Taruna adalah organisasi non-profit sehingga
mengandalkan donatur untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan;
Kedua, ketersediaan alat yang minim saat melakukan program
pelatihan yang disediakan oleh penyelenggara; dan yang Ketiga,
tidak adanya keberlanjutan program kegiatan pelatihan yang telah
diadakan dikarenakan kegiatan pelatihan oleh Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu masih bekerjasama dengan pihak ketiga
seperti pihak pemerintahan, dan institusi atau lembaga
pendidikan. Kegiatannya dilakukan berdasarkan perencanaan
pihak ketiga tersebut dengan jangka waktu tertentu. Hal ini
menjadi faktor penghambat pemberdayaan.

93
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya,
maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Peranan Karang Taruna dalam Pemberdayaan
Pemuda di Kelurahan Cirendeu Kota Tangerang
Selatan
Karang Taruna Kelurahan Cirendeu telah
melaksanakan 3 (tiga) jenis Peran dalam pemberdayaan
pemuda. Peran tersebut terlihat dari kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan dalam kegitan keagamaan, pelatihan
dan aksi sosial, yaitu:
a. Peran aktif yang dilakukan Karang Taruna yang
memiliki struktur kepengurusan dengan bidang-
bidang yang melaksanakan kegiatan yang
berkesesuaian terhadap kebutuhan masyarakat
lingkungan. Dalam prakteknya Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu telah melakukan peran aktif
sebagai aktor/pelaku pemberdayaan yang diwujudkan
menjadi kegiatan-kegiatan pemberdayaan pemuda
dilingkungan tersebut.
b. Peran partisipatif melalui proses interaksi antara
aktor/pelaku dengan target sasaran. Pengurus Karang
Taruna Kelurahan Cirendeu telah melakukan peran

94
partisipatif dengan menerima masukan dan aspirasi
lingkungan sekitar.
c. Peran pasif yang dilakukan oleh Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu adalah menerima kerjasama pada
kegiatan-kegiatan yang sudah dibuat atau dirancang.
Seperti dari Disnaker Tangsel, atau dari forum
masyarakat peduli bendungan gintung yang telah
merancang kegiatan tersebut sehingga karang taruna
Kelurahan Cirendeu berperan pasif dengan menjadi
peserta dari kegiatan-kegiatan tersebut.

Karang Karuna Kelurahan Cirendeu juga telah


melakukan pemberdayaan pemuda dengan menerapkan
prinsip pemberdayaan, yaitu:
a. Prinsip kesetaraan atau kesejajaran kedudukan
antara masyarakat lingkungan Kelurahan Cirendeu
dengan lembaga-lembaga yang melakukan
program pemberdayaan yang dilakukan dengan
mengakui faktor yang mendukung dan
menghambat dalam proses pemberdayaan.
b. Partisipasi yang dilakukan dengan mengadakan
kegiatan yang sifatnya partisipatif, seperti kegiatan
aksi sosial atau pelatihan yang direncanakan,
dilaksanakan, diawasi dan dievaluasi oleh
masyarakat. Proses pendampingan dalam
kepengurusan Karang Taruna Kelurahan Cirendeu
dilakukan oleh dewan penasehat.
95
c. Keswadayaan atau kemandirian yang dilakukan
Karang Taruna Kelurahan Cirendeu adalah tetap
melaksanakan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki.
d. Program yang dirancang secara berkelanjutan,
seperti kegiatan pengajian rutin malam jum’at
yang dilakukan dengan pendamping yaitu guru,
tokoh masyarakat, pembimbing yang dilakukan
hingga nantinya pemuda mampu mengelola
kegiatannya sendiri.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat yang


Mempengaruhi Pemberdayaan Pemuda
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, faktor
pendukung dan penghambat, yaitu:
a. Faktor Pendukung, Ketertarikan/kemauan individu
untuk belajar; Dukungan masyarakat lingkungan
sekitar; Tersedianya alat dan tempat saat melakukan
kegiatan pemberdayaan; Pemberian sertifikat dari
setiap kegiatan pelatihan.
b. Faktor Penghambat, Karang taruna adalah
organisasi non-profit sehingga mengandalkan donatur
untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan; Ketersediaan
alat yang minim; Tidak adanya keberlanjutan program
kegiatan pelatihan yang telah diadakan.

96
B. Saran
Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
dilakukan oleh penulis mengenai Peranan Karang Taruna
dalam Pemberdayaan Pemuda, terdapat saran yang akan
penulis berikan untuk Karang Taruna Kelurahan
Cirendeu, yaitu:
1. Mengadakan kegiatan lanjutan seperti bimbingan
terhadap pelatihan yang sudah dilakukan, sehingga
pelatihan yang dilakukan mendapatkan output yang
optimal.
2. Memperbaiki arsip pendataan Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu.
3. Memberikan motivasi kepada pengurus Karang
Taruna sehingga tercipta rasa kepemilikan yang lebih.

97
Daftar pustaka

Buku:

Adi Rukminto, Isbandi. 2000. Pemberdayaan Pengembangan


Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Fakultas
Ekonomi UI.

Badiyanta, Zulkifli Akbar, dan Karsono. 2009. Meningkatkan


Kompetensi dan Daya Saing Pemuda dalam Menghadapi
Krisis Global. Jakarta: Kemenpora

Basri Hasan. 2004. Remaja Berkualitas. Yogyakarta: Mitra


Pustaka.

Diana. 1991. Perencanaan Sosial Negara Berkembang.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Djunaedi, M. Ghonni, dan Fauzan Almansyur. 2012. Metode


Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan


Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Milles, M. B, dan M. A Hubermen. 1984. Qualitative Data


Analysis. London: Sage Publication

Moelong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

S, Christine Davis, Heather L Gallardo, Kenneth L Lachlan.


2013. Straight Talk about Communication Research
Methods. Dubuque, Lowa: Property of Kendall Hunt
Publishing Co.

Sarjono Arikunto. 1989. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI


Press

Sarosa, Samaji. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif &


Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Soerjono Soekanto. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:


Grafindo Persada

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. 20 ed. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi Adi Fahrudin. 2004. Isu-isu tematik pembangunan


sosial. Jakarta: Badan Penelitian Sosial Departemen
Sosial.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan


Rakyat. Bandung: Reflika Aditama

Jurnal:

Farra Aprilia Kawalod, Arie Rorong, dan Verry Y. Londa. 2015.


“Peranan Organisasi Karang Taruna dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa”. JAP NO.31 VOL III.
Tia Oktaviani, Damanhuri, dan Wika Hardika Legiani. 2019.
“Peranan Karang Taruna dalam Menumbuhkan
Kepedulian Sosial Pemuda”. Jurnal Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan- Universitas Banten Jaya, Vol.2,
2.

Satries, Wahyu Ishardino. 2009. “Peran Serta Pemuda dalam


Membangun Masyarakat”. Jurnal Madani Ed. 1.

Skripsi:

Erniyati. 2010. “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK)
di Kelurahan Semper Barat Jakarta Utara”. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Syarivan Qomaruzzaman. 2019. “Strategi Pemberdayaan Unit


Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Latihan Kerja Provinsi
Banten Terhadap Peserta Pelatiah di Serpong Tangerang
Selatan”. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Cover Pengesahan Seminar Proposal
Lampiran 4 Permohonan Data/Wawancara
Lampiran 5 Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara

Peranan Karang Taruna Dalam Pemberdayaan Pemuda Di


Kelurahan Cirendeu Kota Tangerang Selatan

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan


karang taruna kelurahan cirendeu dalam pelatihan
keterampilan?
2. Bagaimana proses keterlibatan pengurus karang taruna
dalam prencanaan program pelatihan?
3. Apa tujuan dari pelaksanaan pemberdayaan pemuda
melalui program pelatihan?
4. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
dalam pemberdayaan pemuda?
Lampiran 6 Transkrip Wawancara

Hasil Wawancara

Nama : Azmi Aufa Kamil


Jabatan : Ketua Karang Taruna Kelurahan Cirendeu
Tanggal : 21 Mei 2022
Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana awal mula atau sejarah karang taruna


kelurahan cirendeu ini berjalan?
Awalnya karang taruna hanya ada ditingkat RT
dan RW tapi tingkat kelurahan itu tidak aktif. Nah, maka
dari itu tahun yang lalu tepatnya tangal 26, September
2020 kita melakukan pertemuan musyawarah untuk
mengagendakan pembentukan karangtaruna kelurahan
cirendeu. Hingga akhirnya dilantiklah kita sampai bulan
oktober 2020 sampai saat ini sudah berjalan hampir
2tahun dan masa jabatan kita selama 5 tahun.
Karang taruna sendiri dibentukan karena dorongan
dari temen-temen RT dan RW, serta ada pihak-pihak
kelurahan yang ingin anak muda bergabung di karang
taruna kelurahan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti tawuran, narkoba, dan agar temen-
temen dikelurahan di masing-masing rw itu bisa saling
kenal, saling gabung untuk mengadakan kegiatan/acara.
Kita harapkan aktifnya karang taruna kelurahan cirendeu
dapat meminimalisir angka kriminalitas pada anak-anak
muda.

2. Apa aja kegiatan karang taruna kelurahan cirendeu yang


sudah berjalan?
kegiatan karang taruna kelurahan cirendeu yang
sekarang rutin berjalan adalah kita melaksanakan kegiatan
pengajian. Kegiatan ini secara rutin kita laksanakan setiap
malam jum’at setelah solat isya di rumah masyarakat yang
berada di kelurahan Cirendeu. Yang biasanya kita lakukan
itu adalah membaca surat yasin yang dilanjutkan dengan
mendengarkan ceramah singkat yang disampaikan oleh
guru atau orang tua yang kami undang. kami juga
mengadakan kegiatan tahunan seperti santunan anak
yatim dan maulid nabi. Kita datangkan ustadz atau
penceramah dari luar yang mana kegiatan ini melibatkan
seluruh lapisan masyarakat.
Kami juga melakukan kegiatan sosial seperti
kemarin itu ada cek kesehatan gratis yang kami adakan
bekerjasama dengan mahasiswa fakultas kedokteran UIN
Jakarta. Dikegiatan ini kami merangkap menjadi
pelaksana juga peserta. Sebagai pelaksana, disini kami
pengurus karang taruna memberikan informasi kepada
masyarakat di kelurahan cirendeu dan menyediakan
fasilitas tempat. Sedangkan pihak mahasiswa
menyediakan jasanya.
3. Faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat
dalam pemberdayaan pemuda?
Faktor pendukungnya, banyak masyarakat yang
mendukung organisasi kita ini terutama dari lingkungan
RT/RW bahkan dari pak lurah sendiri itu mendukung,
juga orang tua kita mendukung adanya karangtaruna ini.
Karena dengan adanya karang taruna sendiri kita terbantu
dengan masalah kehidupan sosialnya bisa memantu
masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor
penghambatnya itu kita dari donatur sendiri kehambat,
soal dana kita proses penghambatnya itu. Missal dari
pemerintah atau pihak-pihak terkait itu kadang juga
kurang support dari dana, kalau dari perizinan dll sangat
support.
Hasil Wawancara

Nama : Fathara Rizma Megayanti


Jabatan : Wakil Ketua I Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu
Tanggal : 21 Mei 2022
Pertanyaan Penelitian

1. Apa tujuan dari pelaksanaan pemberdayaan pemuda


karang taruna kelurahan cirendeu melalui program
pelatihan?
Tujuan utama karang taruna mengadakan
pelatihan itu untuk menumbuhkan skill. Kita pengen
temen-temen karang taruna ga cuma bisa dalam kegiatan
organisasi seperti kegiatan-kegiatan sosial gitu, kita juga
pengen temen-temen karang taruna itu punya skill yang
lain gitu. Seperti public speaking gitukan. Kita melatih
temen-temen bisa berbicara didepan umum, bisa tidak
malu untuk bertatap muka dengan orang-orang penting,
gitu. Terus manajemen organisasi misalnya, kita juga
membantu untuk temen-temen yang lain agar paham
gimana cara beroganisasi yang benar, cara mengatur
keuangan organisasi, cara bertanggung jawab pada
organisasi gitu. Ya paling itu sih, kita pengen temen-
temen itu bisa gacuma sekedar nongkrong, sharing, tapi
kita juga pengen temen-temen itu bisa punya skill lain,
biar bisa lebih berkembang. Kita sih intinya pengen
temen-temen yang ada di karang taruna kelurahan
Cirendeu ini bisa bermanfaat untuk oranglain, bisa lebih
positif lagi kedepannya, dan yang penting berani dan
bertanggung jawab.

2. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan


karang taruna kelurahan cirendeu dalam pelatihan
keterampilan?
Pelaksanaan program pemberdayaan karangtaruna
kelurahan cirendeu itu kita biasanya mengadakan
kerjasama dengan pihak ketiga. Misalnya itu dari pihak
pemerintahan, dari sektor pendidikan di universitas,
ataupun dari pihak swasta. Sehingga kegiatannnya itu ada
instrukturnya atau ada yang memandu kegiatan itu. Jadi
biasanya kalau kita mengadakan kegiatan, kita kerjasama
misalnya dengan disnaker tangsel. Pelatihan yang
dilakukan itu ada seperti pelatihan menjahit, komputer,
pelatihan tatarias, sablon dll.

3. Bagaimana proses keterlibatan pengurus karang taruna


dalam prencanaan program pelatihan?
Keterlibatan pengurus dalam program perencanaan
pelatihan itu biasanya kita sebagai konseptor untuk
menentukan jalannya kegiatan ingin seperti apa,
kegiatanya berlangsung berapa lama, budgetingnya
berapa, siapa yang mau diundang, target sasarannya iu
siapa. Itu kita sesuaikan dari masing-masing kegiatannya.
Misalnya kegiatan seminar yang biasa kita lakukan itu
pelatihan public speaking, atau seminar manajemen
organisasi itu kita sebagai konseptor, kita sebagai peserta,
kita sebagai panitia, jadi ya kita merangkap semuanya.

4. Apa keadaan yang mendukung selama proses


pemberdayaan pemuda karang taruna kelurahan cirendeu
saat melakukan program pelatihan?
Biasanya pihak yang kami ajak kerjasama juga
memberikan sertifikat sebagai tanda kelulusan mengikuti
pelatihan. Ini menjadi salah satu program disnaker tangsel
dengan lpk bimacan nusantara dalam mengentaskan
pengangguran di tangsel juga. Harapannya setelah kita di-
didik dan dilatih dalam kegiatan pelatihan, kita peserta
bisa bersaing secara keahlian atau kemampuan yang
positif, di dunia usaha dan dunia industri.

5. Apa kendala yang terjadi saat melakukan kegiatan


pemberdayaan pemuda?
Kalo kekurangannya ya, karena Pelaksanaan
program pemberdayaan karangtaruna kelurahan cirendeu
itu kita biasanya mengadakan kerjasama dengan pihak
ketiga. Misalnya itu dari pihak pemerintahan, kegiatan itu
biasa dilakukan dengan waktu tertentu missal selama 2
hari atau paling lama itu 14 hari. Sehingga proses
monitoring atau keberlanjutan di program itu belum ada.
Karena instruktur atau pelatih itu disediakan dari pihak
ketiga.
Hasil Wawancara

Nama : Andika
Jabatan : Peserta Pelatihan Sablon Karang Taruna
Kelurahan cirendeu
Tanggal : 21 Mei 2022
Pertanyaan Penelitian

1. Kegiatan apa yang saudara/i ikuti?


Saya mengikuti pelatihan sablon yang diadakan
oleh disnaker kota tangerang selatan, dapet informasinya
dari karang taruna kelurahan cirendeu. Penyelenggaranya
disnaker kota tangsel, penyedia fasilitas tempat itu lpk
bimacan nusantara.

2. Apa alasan saudara/I mengikuti kegiatan pelatihan?


Alasan saya mengikuti kegiatan pelatihan itu
untuk gimana nantinya tau cara menyablon. Kan dari
pihak karangtaruna ini memberi fasilitas untuk pemuda
diwilayah sini untuk punya keahlianlah terkait nyablon,
makanya saya pengen coba untuk itu. Saya penasaran.

3. Berapa lama kegiatan pelatihan berlangsung?


Kalo sablon sendiri itu kemarin kita pelatihannya
kurang lebih selama 2 mingguan ya.

4. Bagaimana proses kegiatan pelatihan berlangsung?


Kalo dari proses ya sama kita diajarin tentang cara
menyablon dilihat dari bagaimana bahannya, abis itu apa
aja yang harus disediain, abis itu ada berapa jenis
penyablonan, abis itu uji coba sebagai contoh yang bisa
disablon dari setiap peserta.

5. Apa manfaat yang didapatkan dari mengikuti program


pelatihan?’
Tadinya saya belum mengerti apapun tentang
sablon, dari screen, cara menyablon sampai
pemasarannya. Dengan mengikuti sablon manual dari
tidak bisa apa-apa dan sekarang saya memilki skill. Hasil
yg saya dapat, saya bisa membuat film, dan gradasi 3
warna.

6. Apakah ada rencana tindak lanjut dari pogram pelatihan?


Nah, kalo itu rencana tindak lanjut, saya kurang
tau. Nanti kedepannya kalo ada info lagi dari
karangtaruna saya baru bisa tau. Karena saya baru ikut
sekali kalo untuk tindak lanjutnya apakah nanti ada
kegiatan-kegiatan selanjutnya terkait kegiatan sablon ini,
saya belom dapet info sih.

7. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat


dalam proses pelatihan?
Yang jadi pendukung sih jadi kita bisa disediain
alat-alatnya, itukan ngedukung tuh. Dikasih tau ilmunya,
caranya gimana, karena dilakukan bersama jadi
memudahkan satu samalain untuk saling Tanya. Abis itu
paling kalo faktor penghambatnya itu paling kita gabisa
coba secara berkali-kali karena setiap orang hanya punya
satu kali kesempatan untuk praktek. Jadi ketika gagal
yaudah itu hasil kita, hasil sablonan kita sendiri. Faktor
penghambatnya juga ketika kedepannya cuma belajar
sablon selama 14 hari doang, itu belum ada kegiatan
untuk pemuda lebih paham tentang sablon ini. Jadi ya
kekurangannya sih itu kalau belum paham banget gaada
yang ngebimbing.
Hasil Wawancara

Nama : Karina Syarif


Jabatan : Peserta Pelatihan Tatarias Karang Taruna
Kelurahan cirendeu
Tanggal : 28 Mei 2022
Pertanyaan Penelitian

1. Apa alasan saudara/I mengikuti kegiatan pelatihan?


Saya mengikuti pelatihan tata rias ini karena saya
tertarik dalam dunia kecantikan. Dengan mengikuti
pelatihan tatarias ini saya bisa mengetahui cara
mengunakan makeup yang benar seperti makeup artist.

2. Berapa lama kegiatan pelatihan berlangsung?


Pertama kalinya mengikuti kegiatan pelatihan
tatarias ini kegiatannya itu satu hari full ya, dari jam 9
sampai 4 sore.

3. Bagaimana proses kegiatan pelatihan berlangsung?


Prosesnya menyenangkan karena bukan hanya
teori yang diajarkan tetapi ada praktek meriasnya juga.
Jadi diawal kelas itu kita diajarin tentang alat-alat
makeup, kemudia cara mengaplikasikan make-up yang
benar sampai ke prakteknya itukita dandanin sesame
peserta pelatihan
4. Apa manfaat yang didapatkan dari mengikuti program
pelatihan?’
Saya jadi mengetahui teknik yang tepat saat
merias wajah. Selain itu, kegiatan ini juga bagus untuk
mengembangkan keterampilan untuk menciptakan usaha
sendiri.

5. Apakah ada rencana tindak lanjut dari pogram pelatihan?


Karena saya tertarik dalam dunia tata rias ini, tentu
saya akan berlatih sesuai ilmu yang saya dapatkan dari
pelatihan ini sampai saya menjadi perias wajah
professional.

6. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat


dalam proses pelatihan?
Faktor pendukung berasal dari internal, karena
ketertarikan saya akan dunia tata rias. Kalau faktor
penghambatnya paling karna pesertanya agak banyak jadi
kesediaan alat make upnya kurang maksimal untuk proses
belajarnya.
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

Foto Saat Meminta Izin Melakukan Penelitian Oleh Bapak Lurah


Kelurahan Cirendeu Kota Tangerang Selatan

Foto Bersama Pengurus Karang Taruna Kelurahan Cirendeu Kota


Tangerang Selatan
Foto Kegiatan Perlombaan Mobile Legend Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu

Foto Kegiatan Aksi Sosial Berbagi Karang Taruna Kelurahan


Cirendeu

Anda mungkin juga menyukai