Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Aditya Iswandi
NIM: 11150541000085
Oleh:
Aditya Iswandi
NIM. 11150541000085
Di bawah bimbingan
Suhendra, M.Si
NIP. 199104252019031013
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
ii
sebagai Sekertaris Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Jakarta.
3. Bapak Suhendra, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi
penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam
memberikan kesempatan, dukungan, bimbingan dan motivasi
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh jajaran dosen Program Studi Kesejehteraan Sosial dan
seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang telah
diberikan, semoga dapat bermanfaat bagi penulis.
5. Teman yang terkasih, Aghatya Sasqia, Yusmar Abdillah,
Fathira Najati, Yogi Sasongko, Faqih Isnaeni, Adelkst, Naufal
Fahri, Kawan Yhajon’s, Fathara Rizma Megawati yang telah
menemani penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi.
6. Pengurus Karang Taruna Kelurahan Cirendeu, terkhusus Azmi
Kamil selaku Ketua Karang Taruna Kelurahan Cirendeu yang
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis
dalam proses penyusunan skripsi ini.
7. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan
bantuan, baik materil maupun non-materil.
Aditya Iswandi
NIM. 11150541000085
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................ ii
DAFTAR ISI. ...................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................. vii
DAFTAR BAGAN..............................................................vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN. ..................................................... x
iv
3. Prinsip Pemberdayaan ......................................... 29
v
B. Faktor Pendukung dan Penghambat yang
Mempengaruhi Pemberdayaan pemuda. ............. 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR BAGAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemuda merupakan suatu generasi yang mengemban
tanggung jawab yang diharapkan untuk dapat terwujud.
Paling tidak, generasi muda diharapkan dapat membawa ide
dan cara hidup yang positif dan menerapkannya dalam
kehidupan masyarakat. Peran dan partisipasi pemuda sangat
penting dalam membangun kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, generasi muda diharapkan mampu menceritakan
kepada masyarakat tentang apa saja yang berpotensi untuk
menuju kehidupan yang lebih maju dan lebih baik.
Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap
negara terus berusaha untuk membangun pengetahuan,
keterampilan dan kepribadian anak muda. Menurut Undang-
Undang No.40 Tahun 2009, pemuda
didefinisikan sebagai warga negara
Indonesia yang berusia antara 16 sampai 30
tahun yang merupakan masa penting usia
pertumbuhan dan perkembangan.
Berdasarkan informasi hasil Susenas tahun
Gambar 1.1 Jumlah 2020, jumlah pemuda disampaikan sebesar
Pemuda Indonesia
64,50 juta jiwa.
Data menunjukkan bahwa kaum muda sekarang
didominasi oleh kaum milenial antara tahun 1980 dan 2000.
Dari segi persentase, pemuda merupakan hampir seperempat
1
dari total penduduk Indonesia, mencapai 23,86 persen pada
tahun 2020..
Gambar 1.2 Persentase Pemuda Indonesia, 2011-2020
3
penggunaan narkoba, tawuran pelajar, dan seks bebas akibat
lingkungan sosial yang salah.
Perubahan sosial inilah yang menjadi salah satu alasan
kaum milenial mulai kehilangan nilai norma dan adat istiadat
dalam praktik kehidupan sehari-hari. Selama proses
konstruksi nasional, kaum muda adalah kekuatan moral,
kontrol sosial dan agen pembaharuan. Oleh karena itu,
tanggung jawab dan peran strategis pemuda dalam segala
aspek pembangunan harus diperkuat sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila dan kewajiban Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Isu-isu di atas memungkinkan organisasi seperti Karang
Taruna membawa generasi muda ke arah yang lebih baik.
Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan
pengembangan yang bertujuan untuk menciptakan generasi
muda yang aktif dalam pembangunan nasional pada
umumnya, khususnya dalam pembangunan kesejahteraan
sosial, dan telah berperan dalam memberdayakan generasi
muda sebagai bagian dari pembangunan bangsa Indonesia
seutuhnya sebagai penerus dan pelaksana pembangunan
nasional.
Karang Taruna tentunya berperan penting dalam
pembangunan kesejahteraan sosial, sistem jaminan sosial dan
pelayanan kesejahteraan sosial, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2019
tentang Karang Taruna yang merupakan organisasi
4
kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pembangunan bagi
setiap anggota masyarakat, yang tumbuh dan berkembang
secara sadar. Merupakan tanggung jawab sosial, khususnya
oleh dan untuk generasi muda Indonesia, desa/kelurahan atau
masyarakat sederajat, dan terutama bergerak di bidang
Kesejahteraan Sosial.
Mengadakan kegiatan kepemudaan yang positif harus
dilaksanakan agar pemuda tidak terjerumus ke dalam
penyimpangan sosial. Sebagaimana UU Kepemudaan Nomor
40 Tahun 2009, pemuda memiliki fungsi dan peran yang
sangat strategis dalam revitalisasi dan pembangunan negara,
sehingga potensi dan perannya diakui sebagai bagian dari
pembangunan negara, yang harus kita kembangkan melalui
kegiatan kepemudaan.
Persoalan pemberdayaan didasarkan pada Community-
Based Resource Management (Pengelolaan sumberdaya
lokal) untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses yang
relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan
(Adi 2000, 32-34). Oleh karena hal tersebut, Karang taruna
sebagai organisasi non-profit memiliki tugas pokok bersama
pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk
menjawab permasalahan sosial, khususnya dikalangan
generasi muda dalam membentuk suatu masyarakat yang
aktif, kreatif dan dinamis yang dapat dilakukan dengan
melaksanakan pemberdayaan.
5
Karang Taruna Kelurahan Cirendeu, yang merupakan
salah satu karang taruna di kota Tangerang Selatan mulai
aktif melakukan pemberdayaan sebagai pelaksanaan peran
karang taruna yang diamanatkan oleh undang-undang dan
peraturan menteri untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Peran karang taruna sebagai wadah para pemuda untuk
meningkatkan kompetensi, knowledge, dan skill dilakukan
oleh karang taruna kelurahan cirendeu dengan melakukan
kegiatan keagamaan, pelatihan, dan sosial kepada pemuda
seperti pengajian rutin, pelatihan sablon, tata rias juga
kegiatan sosial lainnya.
Kegiatan keagamaan, pelatihan dan sosial yang
dilaksanakan oleh pengurus karang taruna kelurahan cirendeu
kota tangerang selatan juga merupakan bagian dari tugas
untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dalam
pemberdayaan pemuda dan masyarakat pada umumnya.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
pemuda dan kemampuan sumber daya manusia di kelurahan
cirendeu kota tangerang selatan.
Berdasarkan latar belakang ini, penulis memiliki
ketertarikan untuk melakukan penelitian tentang Peran
Karang Taruna di masyarakat dimana Karang Taruna
memiliki peranan dalam penanaman nilai yang terkait dengan
perkembangan sumberdaya manusia yang memiliki pengaruh
pada kemajuan dari masyarakat dengan judul Peranan
Karang Taruna dalam Pemberdayaan Pemuda di
Kelurahan Cirendeu Kota Tangerang Selatan.
6
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian yang
dilakukan oleh penulis memiliki fokus yang jelas dan
dipersempit untuk dilakukan dengan cara terbaik. Adapun
pembatasan masalah yang penulis fokuskan adalah ruang
lingkup peran lembaga dalam pemberdayaan terhadap
pemuda serta faktor pendukung dan penghambat dalam
menjalankan prosesnya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan
masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Karang Taruna Kelurahan Cirendeu
dalam pemberdayaan pemuda?
2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
proses pemberdayaan pemuda?
7
2. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat
dari pemberdayaan pemuda yang dilakukan oleh
Karang Taruna Kelurahan Cirendeu.
2. Manfaat Penelitian
Secara Akademis, hasil penelitian ini dapat
dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dan
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi khasanah
akademik terkait peran lembaga dalam pemberdayaan
pemuda.
Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat
menginformasikan kepada pembaca umum dan
mahasiswa ilmu-ilmu sosial lainnya tentang
pemberdayaan pemuda.
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
berusaha untuk memahami fenomena dalam lingkungan
atau situasi yang alami atau nyata, dan peneliti tidak
berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati.
Penelitian kualitatif mencari dan berusaha memahami
makna dan kebenaran yang berbeda (Sarosa 2012, 36).
Studi kualitatif secara harfiah adalah studi yang
tidak menghasilkan hasil dengan prosedur perhitungan
statistik atau format atau metode lain yang menggunakan
angka untuk pengukuran. (Gunawan 2013, 12). Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif sebagai kerangka
untuk menganalisis dan menjelaskan hasil.
Ada beberapa alasan mengapa pendekatan
kualitatif digunakan yaitu fleksibel, secara langsung
menyajikan sifat hubungan antara penulis dan subjek
penelitian, dan ada kesempatan untuk berubah ketika
ditemukan fakta-fakta yang lebih mendasar, menarik dan
10
unik ditemukan masuk akal di lapangan (Moelong 2007,
3)
Dalam penelitian ini, penggunaan pendekatan
kualitatif tampaknya tepat. Seperti halnya pendekatan
kualitatif, temuan data terperinci memberikan informasi
tentang peran organisasi kepemudaan dalam
pemberdayaan kepemudaan di Kelurahan Cirendeu.
2. Sumber Data
Penelitian ini terkait dengan observasi yang
dilakukan di Karang Taruna di Kelurahan Cirendeu.
Penulis mengamati kegiatan yang berlangsung,
melakukan wawancara dan studi dokumen, serta mengacu
pada buku, jurnal, dan penelitian terdahulu yang
mendukung proses penelitian penulis.
b. Studi Dokumentasi
Dokumen adalah catatan peristiwa masa lalu.
Dokumen adalah kumpulan data tertulis maupun tidak
tertulis berkaitan dengan fenomena, situasi, atau
peristiwa masa lalu yang sengaja atau tidak sengaja
dibuat dan dapat digunakan oleh peneliti untuk
menganalisis apa yang sedang dipelajarinya. Catatan
adalah pernyataan tertulis yang diedit oleh individu
atau lembaga untuk tujuan menyelidiki atau
menyelidiki suatu fenomena atau peristiwa (Djunaedi
dan Almansyur 2012, 30)
Studi dokumentasi adalah sarana untuk membantu
peneliti mengumpulkan data atau informasi dengan
membaca surat, presentasi, ringkasan rapat,
pernyataan tertulis tentang kebijakan tertentu, dan
bahan tertulis lainnya (J. Sarwono 2006, 22)
5. Keabsahan Data
Keabsahan data pada sebuah penelitian dilakukan
untuk membuktikan bahwa survei telah dilakukan dan
sesuai dengan aturan survei. Pengecekan keabsahan data
membantu memberikan dan/atau meningkatkan
pembahasan dalam penelitian kualitatif. Jika temuan
tersebut diduga dan/atau disebut tidak ilmiah, maka hal ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penelitian
kualitatif (Moelong 2007, 248)
Uji keabsahan data pada penelitian kualitatif dapat
dilakukan mencakup empat komponen, yaitu; uji
kredibilitas, uji validitas eksternal, reliabilitas, dan
konfirmabilitas (Sugiono 2006, 270).
a. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas merupakan uji kepercayaan
terhadap hasil penelitian yang dikemukakan oleh
peneliti dan hasil tersebut tidak menjadi masalah bagi
penelitian ilmiah. Dalam uji kredibilitas terdapat
proses triangulasi yang digunakan untuk melakukan
pengecekan dari berbagai sumber dengan berbagai
waktu (Sugiono 2006, 273).
Menurut Milles dan Hubbermen (1984, 246)
terdapat 4 (empat) jenis proses triangulasi, yaitu:
14
1. Triangulasi Metode, yang dilakukan dengan
perbandingan pada informasi atau data
menggunakan cara yang berbeda.
2. Triangulasi yang dilakukan antar peneliti yakni
melalui satu orang atau lebih dalam proses
melakukan analisis data.
3. Triangulasi yang dilakukan melalui sumber data,
menggunakan informasi lain diluar proses
wawancara, observasi dan dokumentasi.
4. Triangulasi Teori, membandingkan hasil akhir
temuan dan penelitian dengan teori yang sesuai
untuk menghindari penyimpangan kesimpulan
atau penafsiran atas individu terhadap temuan
yang disajikan oleh peneliti.
b. Uji Validitas Eksternal
Uji validitas eksternal ialah pengujian yang
dilakukan untuk menunjukkan keakuratan hasil
penelitian dari populasi dimana sampel itu diambil
(Sugiono 2006, 274).
c. Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan/ audit terhadap keseluruhan
proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagai
bentuk uji kredibilitas penelitian dilakukan sesuai
dengan kaidah penelitian yang ada.
15
d. Konfirmabilitas
Sebuah penelitian dapat dikatakan objektif apabila
temuan penelitian yang disajikan disepakati oleh
banyak orang.
6. Pedoman Penulisan
Untuk mempermudah dalam pengerjaan skripsi,
penulis menggunakan acuan teknik penulisan yang
berkesesuaian dengan panduan buku yang diterbitkan oleh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 dengan judul
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” (Pedoman ini
berdasarkan Surat Keputusan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017).
16
akan dapat memberikan informasi yang diminta oleh
peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Proses pemberdayaan 2
Pemuda
yang dilakukan karang
2 Kelurahan
taruna kelurahan
Cirendeu
cirendeu
Jumlah 4
17
G. Sistematika Penulisan
Penelitian skripsi ini penulis sajikan dalam enam (IV) bab
dengan sistematika sebagai berikut:
18
studi dokumentasi.
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
20
a. Harapan
Harapan dari suatu peran berasal dari lingkungan
di mana seseorang dengan peran tertentu melakukan
sesuatu sesuai dengan status yang dimilikinya.
b. Norma
Norma digunakan oleh masyarakat, dibentuk oleh
kesepakatan untuk mengatur pola perilaku tertentu,
dan diharapkan oleh masyarakat. Terdapat 2 (dua)
harapan yaitu:
1. Harapan tersirat yaitu harapan yang ada meskipun
tidak diungkapkan
2. Harapan tersurat yaitu harapan yang diungkapkan
c. Wujud Perilaku
Peran diwujudkan dalam perilaku seseorang.
Setiap perwujudan peran yang yang ada dalam
masyarakat berbeda-beda bagi setiap orang.
d. Penilaian dan Sanksi
Penilaian dan sanksi berasal dari lingkungan atau
masyarakat umum. Jika peran dilakukan seperti yang
diharapkan, evaluasi sudah tepat. Sementara itu, siapa
pun dengan peran yang tidak sesuai harapan dapat
dikenakan sanksi.
Sedangkan menurut Komarudin (2006, 768),
pengertian peran adalah sebagai berikut:
a. Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan
seseorang dalam manajemen
b. Pola penilaian yang menyertai status
21
c. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok
lembaga
d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau fungsi
yang merupakan kualitas yang dimiliki seseorang
e. Sebuah fungsi dari setiap variabel yang memiliki
hubungan sebab akibat
2. Fungsi Peran
Fungsi meliputi kegunaan dan manfaat. Fungsi lembaga
adalah adanya kewenangan berupa hak dan kewajiban, dan
orang yang berada dalam kedudukannya dalam organisasi
harus melakukan sesuatu sesuai dengan kewajiban dan
kewenangannya masing-masing. (Admosudrijo 2001, 6).
Menurut Suratman dalam (Wulansari 2011, 106) peran
adalah fungsi atau tindakan yang diharapkan ada dalam diri
individu sebagai keadaan aktif yang meliputi peran domestik
dan peran publik. Peran menentukan apa yang dilakukan
dalam masyarakat untuk individu. Peran tersebut penting
karena berperan sebagai pengatur perilaku manusia
22
Fungsi peran meliputi hal-hal berikut, sehingga peran
dapat mengarahkan orang untuk mengambil tindakan:
a. Memberi arah pada proses sosialisasi
b. Warisan tradisi, kepercayaan, nilai, norma, dan
pengetahuan
c. Dapat menyatukan kelompok atau masyarakat.
d. Menyediakan sistem kontrol dan pemantauan untuk
menopang kehidupan masyarakat
Peran ini mengarah pada peran fungsional, adaptif,
dan proses jika meliputi 3 (tiga) hal (Soekanto 2002, 246),
yaitu:
a. Peran meliputi norma-norma yang berkaitan dengan
posisi seseorang dalam masyarakat. Peran dalam
pengertian ini adalah seperangkat aturan yang
membimbing orang dalam kehidupan sosial
b. Peran sebagai konsep tentang apa yang dapat
dilakukan seorang individu dalam masyarakat sebagai
sebuah organisasi.
c. Peran dapat digambarkan sebagai perilaku individu
yang penting bagi struktur sosial masyarakat
3. Jenis Peran
Menurut Soekanto (2002, 242) peran dibagi menjadi 3
(tiga) jenis, antaralain:
a. Peran Aktif
Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh
anggota kelompok karena kedudukannya didalam
23
kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan sebagainya.
Peran aktif merupakan peran seseorang seutuhnya
yang selalu aktif dalam tindakannya pada suatu
kelompok atau organisasi. Hal tersebut dapat dilihat
atau diukur dari kontribusinya terhadap kelompok
organisasi itu sendiri.
b. Peran Partisipatif
Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh
anggota kelompok kepada kelompoknya yang
memberikan sumbangan yang sangat berguna bagi
kelompok itu sendiri. Peran partisipatif ini merupakan
peran yang dilakukan seseorang berdasarkan
kebutuhan atau pada saat tertentu saja.
c. Peran Pasif
Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok
yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok
menahan diri agar memberikan kesempatan kepada
fungsi-fungsi lain dalam kelompok sehingga berjalan
dengan baik.
Sedangkan dalam konteks hukum, peran meliputi tugas,
fungsi, dan wewenang aparat penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya sebagai aspek hukum dari peran
tersebut. Peran dalam hal ini dibagi sebagai berikut
(Admosudirjo 2001, 6):
a. Peran Normatif adalah peran yang dimainkan oleh
individu atau lembaga berdasarkan seperangkat norma
yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
24
b. Peran Ideal adalah peran yang dimainkan oleh
individu atau institusi, tergantung pada kedudukan
mereka dalam sistem.
c. Peran Faktual adalah peran yang dimainkan oleh
individu atau lembaga berdasarkan realitas konkrit di
lapangan atau dalam kehidupan nyata
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa peran
dalam lembaga berkaitan dengan pekerjaan dan fungsi
sebagai dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
menjalankan pekerjaan seorang individu atau suatu
organisasi.
2. Tujuan Pemberdayaan
Mengenai proses pemberdayaan, Payne dalam Isbandi
Rukminto (2000, 163) mengatakan dimana pemberdayaan
sebenarnya memberdayakan klien dalam mengambil
keputusan dan memutuskan tindakan apa yang perlu mereka
ambil dengan memperkuat keterampilan dan kepercayaan diri
klien mereka. Tujuannya membantu klien bekerja melalui
dukungan yang ada dari lingkungan.
Menurut Soebianto (2015, 112) pemberdayaan
memerlukan tujuan perbaikan dalam berbagai seperti;
pendidikan, aksesibilitas, tindakan, kelembagaan, usaha,
pendapatan, lingkungan, kehidupan, dan perbaikan
masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, pemberdayaan ini
harus berdampak pada kehidupan tidak hanya satu orang,
tetapi seluruh masyarakat.
27
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan
masyarakat, yaitu (Mardikanto, 2014):
a. Perbaikan kelembagaan (better institution)
Perbaikan kelembagaan, termasuk pembangunan
jaringan aliansi bisnis, harus dilakukan dengan
meningkatkan kegiatan atau langkah-langkah yang
diterapkan.
b. Perbaikan usaha (better business)
Perbaikan pendidikan (semangat belajar),
perbaikan aksesibilitas, kegiatan dan perbaikan
kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki usaha
yang dilakukan
c. Perbaikan pendapatan (better income)
Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang
dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki
pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan
keluarga dan masyarakatnya.
d. Perbaikan lingkungan (better environment)
Perbaikan pendapatan diharapkan dapat
memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena
kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh
kemiskinan atau pendapatan yang terbatas.
e. Perbaikan kehidupan (better living)
Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang
membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan
kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.
28
f. Perbaikan masyarakat (better community)
Diharapkan dapat terwujud kehidupan yang lebih
baik dan kehidupan masyarakat yang lebih baik yang
didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih
baik.
Pemberdayaan bertujuan untuk memperkuat kemampuan
mereka yang tidak berdaya baik karena kondisi internal atau
situasi sendiri maupun eksternal atau lingkungan (Edi Suharto
2005, 60).
3. Prinsip Pemberdayaan
Pemberdayan memiliki prinsip-prinsip dalam prosesnya.
Prinsip pemberdayaan menurut Mathews dalam Totok dan
Poerwoko (2012, 105) adalah pernyataan kebijakan yang
digunakan sebagai panduan untuk pelaksanaan pengambilan
keputusan dan kegiatan yang konsisten. Oleh karena itu,
prinsip ini secara umum diterima dan dikonfirmasi oleh
pengamatan yang berbeda dalam kondisi yang berbeda.
Prinsip biasanya berlaku di dunia akademis, tetapi Leagans
percaya bahwa penasihat atau fasilitator harus mematuhi
prinsip-prinsip pemberdayaan saat melakukan kegiatan.
Ada 4 (empat) prinsip pemberdayaan komunitas, yaitu
(Najiati, 2005):
a. Prinsip kesetaraan
Prinsip utama yang harus diperhatikan dalam
pemberdayaan masyarakat adalah adanya kesetaraan
atau kesetaraan antara masyarakat dengan lembaga
29
pelaksana program pemberdayaan masyarakat, baik
laki-laki maupun perempuan. Dinamika yang
dibangun adalah hubungan yang setara dengan
mengembangkan mekanisme untuk berbagi
pengetahuan, pengalaman, dan keahlian, serta saling
mengenali kekuatan dan kelemahan masing-masing
sehingga terjadi proses saling belajar.
b. Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat mendorong
kemandirian masyarakat bersifat partisipatif dan
direncanakan, dilaksanakan, dipantau, dan dievaluasi
oleh masyarakat. Namun, untuk mencapai level ini
membutuhkan waktu dan proses pendampingan yang
berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat.
c. Keswadayaan atau kemandirian
Prinsip kemandirian adalah menghargai dan
mengutamakan kemampuan masyarakat, bukan
bantuan orang lain. Konsep ini melihat orang miskin
bukan sebagai tidak kompeten, mereka memiliki
kemampuan untuk mendalami pengetahuan tentang
bisnis mereka, kondisi lingkungan mereka, sumber
daya manusia dan motivasi, dan norma-norma sosial
yang ada bertahun-tahun. Semua ini perlu ditelaah dan
dijadikan inti dari proses pemberdayaan. Bantuan
orang lain sifatnya penting dan harus dianggap
sebagai dukungan agar pemberian bantuan tidak
mengurangi tingkat keberdayaan.
30
d. Berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk
berkelanjutan, meskipun peran fasilitator pada
awalnya lebih dominan daripada peran masyarakat itu
sendiri. Namun, peran fasilitator secara perlahan dan
pasti berkurang hingga masyarakat akhirnya
menguasai kegiatannya sendiri.
31
4. Tahapan Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan dilaksanakan dalam beberapa
tahap, sebagai berikut (soekanto, 1987):
a. Tahap persiapan. Pada tahap ini Ada dua tahap dalam fase
ini. Salah satunya adalah penyelamatan staf, yaitu
penguatan komunitas yang dapat dilakukan oleh pekerja
komunitas, dan yang lainnya adalah metode yang pada
dasarnya non-direktif.
b. Tahapan pengkajian (assessment). Pada fase ini, proses
evaluasi dapat dijalankan secara individual untuk setiap
kelompok di komunitas. Dalam hal ini, pekerja sosial
perlu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah sumber
daya yang disadari oleh klien.
c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada
tahapan ini petugas sebagai agen berubah (exchange
agent) mencoba melibatkan warga secara partisipatif
untuk memikirkan masalah yang mereka hadapi dan cara
mengatasinya. Selain itu, pihak berwenang juga dapat
membantu memformalisasikan gagasan secara tertulis,
terutama dalam hal saran kepada klien.
d. Tahap pelaksanaan (implementasi program atau
kegiatan). Dalam melaksanakan program pemberdayaan,
peran masyarakat sebagai pelaksana diharapkan dapat
menjaga keberlangsungan program yang dikembangkan.
Kerja sama antara pejabat dan masyarakat penting pada
tahap ini, karena hal-hal yang direncanakan dengan baik
dapat terjadi di lapangan.
32
e. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai proses pemantauan oleh
warga dan petugas program pemberdayaan masyarakat
harus dilakukan dengan partisipasi warga. Keterlibatan
masyarakat ini biasanya ditujukan untuk membentuk
sistem komunitas untuk pengawasan internal dalam
jangka pendek dan membangun komunikasi komunitas
yang mengutamakan penggunaan sumber daya yang ada
dalam jangka panjang.
f. Tahap terminasi. Tahap terminasi merupakan tahapan
pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas
sasaran. Pada tahap ini, program harus segera dihentikan.
5. Proses Pemberdayaan
Dalam melakukan pemberdayaan diperlukan proses yang
jelas dan terarah, adapun beberapa hal yang harus dilakukan
antara lain (Suparjan 2003, 44):
a. Meningkatkan kesadaran kritis atau status sosial dalam
struktur sosial-politik. Hal ini mengandaikan bahwa
penyebab kemiskinan terletak pada konstruksi sosial yang
ada dalam masyarakat itu sendiri.
b. Kesadaran kritis yang muncul Persepsi kritis baru ini
bertujuan untuk memungkinkan masyarakat menentang
berbagai bentuk eksploitasi dan membuat keputusan pada
saat yang sama.
c. Membangun kemampuan masyarakat. Dalam konteks ini,
perlu dipahami bahwa masalah kemiskinan terkait dengan
faktor politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan.
33
d. Pemberdayaan juga berkaitan dengan peningkatan
pembangunan sosial budaya masyarakat.
6. Pendekatan Pemberdayaan
Pencapaian proses implementasi dan tujuan
pemberdayaan dapat dicapai dengan menerapkan pendekatan
pemberdayaan yaitu pemungkinan, penguatan, perlindungan,
penyokongan, pemeliharaan. Adapun penjelasan dari
pendekatan ini, antara lain (Edi Suharto 2005, 67):
a. Pemungkinan: Menciptakan suasana dan iklim dimana
potensi masyarakat dapat berkembang secara optimal.
Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat
dari sekat-sekat kultural dan struktural yang
menghambatnya.
b. Penguatan: Memperkuat pengetahuan dan keterampilan
masyarakat untuk memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan mereka. Pemberdayaan harus mampu
mengembangkan segala keterampilan dan kesadaran diri
yang mendukung kemandirian masyarakat.
36
c. Perlindungan: melindungi masyarakat, terutama
kelompok lemah, dari penindasan oleh kelompok kuat,
menghindari persaingan tidak sehat (terutama tidak sehat)
antara kelompok kuat dan lemah, dan mencegah
eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.
Pemberdayaan harus bertujuan untuk menghilangkan
segala bentuk diskriminasi dan kontrol yang tidak
menguntungkan masyarakat miskin.
d. Penyokongan: memberikan orientasi dan dukungan agar
orang dapat melakukan peran dan pekerjaan mereka
dalam kehidupan mereka. Pemberdayaan harus dapat
membantu masyarakat agar tidak semakin lemah dan
terpinggirkan situasi dan posisinya.
e. Pemeliharaan: Mempertahankan kondisi fasilitatif untuk
menjaga keseimbangan distribusi kekuasaan di antara
berbagai kelompok masyarakat. Pemberdayaan harus
memastikan keselarasan dan keseimbangan yang
memungkinkan setiap orang untuk melakukan usaha.
37
Meningkatkan keterlibatan klien dan mengupayakan
pemecahan masalah yang menghormati hak klien juga dapat
mendukung proses pemberdayaan. Kunci pendekatan
pemberdayaan adalah sikap profesi kesejahteraan sosial
dengan berpegang pada norma-norma etika profesi, terlibat
dalam pengembangan profesional, penelitian dan pembuatan
kebijakan, dan menerjemahkan kesulitan pribadi menjadi
masalah yang melibatkan masyarakat umum. Penghapusan
diskriminasi dan penipuan, serta memberikan kesempatan
yang sama.
C. Kerangka Berpikir
Pemberdayaan pemuda merupakan program yang ditujukan
untuk membentuk sikap dan perilaku individu dan masyarakat
yang mandiri. Pemberdayaan pemuda merupakan salah satu
program yang harus diupayakan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakatnya. Pemberdayaan pemuda juga suatu
proses pembangunan dimana masyarakat memimpin dalam
memulai proses kegiatan sosial dan memperbaiki situasi dan
kondisi mereka.
Sebagai organisasi kepemudaan, karang taruna memiliki
peran untuk membangun kesadaran serta tanggung jawab pemuda
dengan semangat yang tinggi demi tercapainya pemberdayaan
pemuda di lingkungannya. Karang Taruna sebagai organisasi
kepemudaan perlu merencanakan dan melaksanakan program
kerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat khususnya pemuda,
serta memanfaatkan seluruh perangkat dan aksesibilitas yang
38
dimiliki karang taruna untuk menunjang proses pemberdayaan
pemuda. Pemberdayaan pemuda tidak terlepas dari peran Karang
Taruna namun juga ada faktor yang mendukung dan
menghambat.
Peran Aktif
Peran Pemberdayaan
Peranan Karang
Pemuda
Taruna Partisipatif
Peran Pasif
39
BAB III
1. Laki-laki 12.593
41
2. Perempuan 12.931
Jumlah 25.524
42
2. Misi
a. Menghimpun kegiatan kepemudaan di Kelurahan
Cireundeu yang bersifat Intern dan Extern
b. Menampung aspirasi Kepemudaan dan Masyarakat
c. Menciptakan situasi organisasi yang kondusif di
tingkat Kelurahan Cireundeu
d. Membangun kultur organisasi yang sesuai dengan
aturan yang berlaku
e. Menjadi organisasi yang dapat mewadahi Karang
Taruna di tingkatan RW/RT
f. Menggali potensi potensi pemuda yang ada di
lingkungan Cirendeu
43
kemasyarakatan serta keamanan dan ketertiban dalam
kehidupan masyarakat
2. Sasaran
a. Sedang sasarannya adalah terciptanya pelayanan
masyarakat yang prima selain itu dapat mewujudkan
produk-produk peningkatan kualitas pelayanan
masyarakat yang efektif, efisien dan aspiratif.
b. Mewujudkan produk-produk peningkatan kualitas
pelayanan masyarakat yang urgen dan relevan dengan
kebutuhan masyarakat.
c. Tersedianya sarana dan prasarana pendukung dan fasilitas
umum lainnya dalam upaya mendukung penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta
pelayanan kepada masyarakat.
d. Meningkatnya kemampuan sumber daya aparatur
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
e. Meningkatnya keaktifan masyarakat dalam pelaksanaan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta
keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat.
44
D. Struktur Organisasi Karang Taruna Kelurahan Cirendeu
Adapun struktur kepengurusan Karang Taruna Kelurahan
Cirendeu digambarkan sebagai berikut:
Wakil Ketua 1
dan 2
Bidang-bidang
45
SUSUNAN KEPENGURUSAN KARANG TARUNA
KELURAHAN CIREUNDEU
DEWAN PENASEHAT
1. Win Fandliata,S.Kom
2. A. Chandra Wijaya Putra,S.H
3. Neneng Hasanah, S.SOS, M-Si
4. Yanti Kurnianti,S.SOS
5. Hadi Mastur Lutfi, SE.
6. Hardian
DEWAN PEMBINA
46
Bidang Pendidikan & Pelatihan
Ketua : Natasyalicha Madari
Sekretaris : Andri Kurniawan
Anggota : Viqha Septy
Dwi Puji
Syahrul Saputra
Mochamad Aqmal Luthfyansyah
Adam Renaldi
Bidang Kesejahteraan Sosial
Ketua : Irgi Rafiq Fahrezi
Sekretaris : Laili Mukaromah Muaja
Anggota : Aditya Hariawan
Saiful Bahri
Fathur Harada Aprillia
Ikhsan Tartila
Fathin.A
Bidang Kelompok Usaha Bersama
Ketua : Ibrahim
Sekretaris : Dwiki Farhan
Anggota : Nurcahyo Rino Bambang.I
Lathiefah Diva Ratu M
M. Alfian Soleh
Bidang Kerohanian & Pembinaan Mental
Ketua : Leonandi
Sekretaris : Ade Umayah
Anggota : Maulydina Karimah
Azriel Putra Junaedi
47
Bima Syahputra
Fatih Amri Pratama
Bidang Olahraga & Seni Budaya
Ketua : Rico Mayriano
Sekretaris : Nafiah Diva Ratu Buana
Anggota : Tamara Alda Chairunnisa
Faid Reza
Laily Fajriutami Agustin
Rafli Nurjuniansyah
Lebry. H
Bidang Hubungan Dan Kerjasama Kemitraan
Ketua : Luky Ferdiansyah
Sekretaris : Miko
Anggota : Ade Ikhwan
Rafael Kainama
Fehri Sahri
Bidang Lingkungan Hidup
Ketua : Tegar Dwi Anggito
Sekretaris : Maudyna Safira Kustiani
Anggota : Fathara Insani Valentina
Imam Faula
Dias Hani Anisah
Dhafa Muhammad Shauqie
Rizky Haryanto
48
E. Kewenangan dan Tanggung Jawab Pengurus Karang
Taruna Kelurahan Cirendeu
49
3. Sekretaris Pengurus Karang Taruna
a. Kewenangan
Membuat dan mengesahkan keputusan dan kebijakan
organisasi bersama-sama ketua dalam bidang administrasi
dan penyelenggaraan roda organisasi.
b. Tanggung jawab
Mengkoordinasikan seluruh penyelenggaraan roda
organisasi bidang administrasi dan tata kerja organisasi
dan mempertanggungjawabkan kepada ketua.
50
Mengordinasikan seluruh aktivitas pengolahan keuangan
dan kekayaan organisasi dan mempertanggungjawabkan
kepada ketua.
54
dan Kerjasama Kemitraan serta mempertanggung
jawabkan kepada Wakil Ketua.
55
Untuk mendayagunakan pranata jaringan komunikasi,
informasi, kerjasama dan kolaborasi antar Karang Taruna yang
lebih berdayaguna dan berhasilguna, maka diadakan Forum
pertemuan Karang Taruna yang mana bentuk dari Forum tersebut
adalah :
1. Temu Karya.
2. Rapat Kerja.
3. Rapat Pimpinan.
4. Rapat Pengurus Pleno.
5. Rapat Konsultasi.
6. Rapat Pengurus Harian
Karang Taruna dapat memiliki identitas lambang, bendera,
panji yang telah ditetapkan dalam keputusan Menteri Sosial RI
Nomor 65/HUK/KEP/XII/1982 dan lagu mars dan hymne.
Identitas yang telah ditetapkan dan/atau digunakan tersebut
menjadi identitas resmi Karang Taruna dan hanya dapat dirubah
dengan Keputusan Menteri Sosial.
G. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5235);
56
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);
57
F. Lambang Karang Taruna
58
melambangkan tujuh unsur kepribadian yang harus
dimiliki warga Karang Taruna:
a. Taat: Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b. Tanggap: Penuh perhatian dan peka terhadap
masalah;
c. Tanggon: Kuat daya tahan fisik dan mental;
d. Tandas: Tegas, pasti, tidak ragu, dan teguh
pendirian;
e. Tangkas: Sigap, gesit, cepat bergerak., dan
dinamis;
f. Terampil: Mampu berkreasi dan berkarya praktis;
g. Tulus: Sederhana, ikhlas, rela member dan jujur;
5. Lingkaran mengandung arti sebagai lambang ketahanan
nasional yang berfungsi sebagai tameng atau perisai.
Bunga mekar yang berdaun lima helai melambangkan
lingkaran kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera
berdasarkan pancasila;
6. Arti warna yang terdapat pada lambang sebagai berikut:
a. Putih: Kesucian, tidak bercelah, dan tidak
bernoda;
b. Merah: Keberanian, sabar, tenang, dapat
mengendalikan diri, dan tekad pantang mundur;
c. Kuning: Keagungan dan keluhuran budi pekerti;
59
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan terkait data dan temuan
penelitian setelah melakukan penelitian tentang Peranan Karang
Taruna Kelurahan Cirendeu dalam Pemberdayaan Pemuda di
Kelurahan Cirendeu Kota Tangerang Selatan. Adapun hasil
temuan dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
60
1. Kegiatan Keagamaan
61
“Kegiatan Karang Taruna Kelurahan Cirendeu yang
sekarang rutin berjalan adalah kita melaksanakan
kegiatan pengajian. Kegiatan ini secara rutin kita
laksanakan setiap malam jum’at setelah solat isya di
rumah masyarakat yang berada di Kelurahan Cirendeu.
Yang biasanya kita lakukan itu adalah membaca surat
yasin yang dilanjutkan dengan mendengarkan ceramah
singkat yang disampaikan
oleh guru atau orang tua
yang kami undang.”
63
temen-temen yang ada di Karang Taruna Kelurahan
Cirendeu ini bisa bermanfaat untuk oranglain, bisa lebih
positif lagi kedepannya, dan yang penting berani dan
bertanggung jawab.”
65
Gambar 4.5 Pelatihan Sablon
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Andi salah satu
peserta pelatihan sablon:
“Saya mengikuti pelatihan sablon yang diadakan
oleh disnaker kota tangerang selatan, dapet informasinya
dari karang taruna kelurahan cirendeu.
Penyelenggaranya disnaker kota tangsel, penyedia
fasilitas tempat itu lpk bimacan nusantara. Tadinya saya
belum mengerti apapun tentang sablon, dari screen, cara
menyablon sampai pemasarannya. Dengan mengikuti
sablon manual dari tidak bisa apa-apa dan sekarang saya
memilki skill. Hasil yg saya dapat, saya bisa membuat
film, dan gradasi 3 warna.”
66
3. Kegiatan Sosial
67
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Azmi, selaku ketua
karang taruna kelurahan cirendeu:
“Kami juga melakukan kegiatan sosial seperti
kemarin itu ada cek kesehatan gratis yang kami adakan
bekerjasama dengan mahasiswa fakultas kedokteran UIN
Jakarta. Dikegiatan ini kami merangkap menjadi
pelaksana juga peserta. Sebagai pelaksana, disini kami
pengurus karang taruna memberikan informasi kepada
masyarakat di Kelurahan Cirendeu dan menyediakan
fasilitas tempat. Sedangkan pihak mahasiswa
menyediakan jasanya.”
Peranan Karang Taruna Kelurahan Cirendeu dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkesesuaian dengan
kebutuhan masyarakat lingkungan sekitar, dilaksanakan
dengan proses perencanaan yang cukup baik. Sehingga output
dari kegiatan tersebut juga diterima dengan baik oleh
masyarakat.
69
diteliti dan dikaji menjadi bahan pengembangan lebih
lanjut.
d. Menyelenggarakan aktivitas bantuan sosial dalam
berbagai bentuk seperti santunan dan bantuan lainnya
dalam momentum tertentu secara berkala.
e. Membangun hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak
lain untuk mengembangkan aktivitas Pelayanan Sosial
Terpadu kepada PMKS.
70
e. Membangun hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak
lain untuk mengembangkan aktivitas Kelompok Usaha
Bersama dan Koperasi.
71
f. Menyelenggarakan Peringatan Hari-Hari Besar
Keagamaan.
72
6. Tugas Bidang Lingkungan Hidup Pengurus Karang
Taruna
a. Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan
organisasi tentang system dan mekanisme pelaksanaan
program kerja Bidang Lingkungan Hidup sesuai dengan
visi dan misi organisasi untuk menjadi kebijakan
organisasi.
b. Merumuskan dan mengusulkan program kegiatan berikut
anggaran kegiatan setiap tahunnya unruk disetujui oleh
RPP.
c. Mendata dan menginventarisir aktivitas Lingkungan
Hidup yang sudah ada untuk diteliti dan dikaji menjadi
bahan pengembangan lebih lanjut.
d. Menyelenggarakan pembinaan dan pendampingan dalam
rangka memelihara dan mengembangkan melalui aktivitas
di Bidang Lingkungan Hidup baik secara temporer
maupun rutin
e. Membangun hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak
lain untuk mengembangkan aktivitas Lingkungan Hidup
khususnya bagi Warga KT maupun masyarakat pada
umumnya.
74
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Pemberdayaan Pemuda
1. Faktor Pendukung
d. Pemberian sertifikat
76
keahlian atau kemampuan yang positif, di dunia usaha
dan dunia industri.”
2. Faktor Penghambat
a. Donatur
77
“Kalau faktor penghambatnya paling karna pesertanya
agak banyak jd kesediaan alat make upnya kurang
maksimal untuk proses belajarnya.”
78
dilakukan dengan waktu terentu missal selama 2 hari
atau paling lama itu 14 hari. Sehingga proses monitoring
atau keberlanjutan di program itu belum ada. Karena
instruktur atau pelatih itu disediakan dari pihak ketiga.”
79
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas temuan penelitian
yang telah dipaparkan pada bab 4 yang dikaitkan dengan teori
dan kerangka berpikir yang telah penulis buat dalam bab 2. Pada
penelitian ini, penulis memfokuskan pada bagaimana peranan
Karang Taruna dalam emberdayaan pemuda serta faktor
pendukung dan penghambat dalam proses pemberdayaan pemuda
yang dilakukan. Oleh karena itu, penulis akan membahas sebagai
berikut:
A. Peranan Karang Taruna dalam Pemberdayaan Pemuda
di Kelurahan Cirendeu Kota Tangerang Selatan
1. Peranan Karang Taruna
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab 2 peran
atau peran (role) dapat dikatakan sebagai sesuatu yang
memiliki tugas dan kewajiban. Peran merupakan sesuatu yang
diharapkan lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang karena kedudukannya akan dapat
memberi pengaruh pada lingkungan tersebut. Jadi peranan
menunjukkan keterlibatan diri atau keikutsertaan individu,
maupun kelompok yang akan melakukan suatu usaha untuk
mencapai tujuan tertentu atas suatu tugas yang sudah menjadi
kewajiban.
Fungsi peran telah dilaksanakan oleh Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu, peran yang dilakukan antaralain:
80
a. Memberi arah pada proses sosialisasi dimana karang
taruna memberikan informasi kepada masyarakat
terkait kegiatan yang dilakukan.
b. Melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan tradisi,
kepercayaan, nilai, norma, dan pengetahuan
masyarakat setempat.
c. Menyatukan pemuda ditingkatan RT dan RW dengan
melaksanakan program yang dibutuhkan.
d. Melaksanakan tugas karang taruna sebagai mana
diamanatkan dalam peraturan menteri sebagai sistem
kontrol dan pemantauan untuk menopang kehidupan
masyarakat.
c. Peran Pasif
Peran pasif yang dilakukan oleh Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu adalah anggota kelompok
menahan diri agar memberikan kesempatan kepada
fungsi-fungsi lain dalam kelompok sehingga berjalan
dengan baik. Sebagai organisasi kepemudaan yang
diakui oleh pemerintah, karang taruna memiliki
banyak kelompok yang dapat ikut berperan dalam
83
kegiatannya, seperti lembaga pemerintahan, institusi
pendidikan, pihak swasta, dsb.
Peran pasif yang dilakukan oleh Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu yaitu menerima kerjasama pada
kegiatan-kegiatan yang sudah dibuat atau dirancang.
Seperti dari disnaker tangsel, atau dari forum
masyarakat peduli bendungan gintung yang telah
merancang kegiatan tersebut sehingga karang taruna
keluarahan cirendeu berperan pasif dengan menjadi
peserta dari kegiatan-kegiatan tersebut.
2. Pemberdayaan Pemuda
Pemberdayaan yang telah dibahas dalam bab 2 merupakan
upaya suatu kelompok masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian sehingga masyarakat dapat
mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki dalam rangka
tujuan hidup yang lebih sejahtera. Dalam siklusnya,
pemberdayaan yang dilakukan oleh karangtaruna kelurahan
cirendeu terdiri atas:
a. Meningkatkan keinginan masyarakat sendiri untuk
menjadi lebih baik
b. Kemampuan masyarakat untuk melepaskan hambatan-
hambatan terhadap kemajuan dalam diri
c. Memiliki rasa tanggungjawab dalam mengembangkan
dirinya dan komunitasnya
85
d. Memiliki minat dan motivasi untuk melakukan
pekerjaan dengan baik
e. Peningkatan rasa kepemilikan terhadap organisasi
sehingga terlihat dalam kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan
f. Perubahan perilaku, peningkatan keahlian dan
peningkatan kerja dari posisi yang sebelumnya
g. Keberhasilan dalam memberdayakan diri sehingga
tercipta kemandirian untuk melakukan hal yang lebih
baik.
87
Selain itu, Pemberdayaan pemuda yang dilakukan
karang taruna kelurahan cirendeu juga memiliki tujuan
yang ingin dicapai dalam pemberdayaan suatu komunitas:
a. Perbaikan kelembagaan (better institution), yang
dilakukan dengan perbaikan kegiatan atau tindakan
yang dilakukan, termasuk pengembangan jaringan
kemitraan usaha. dalam hal ini, Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu melakukan kerjasama dengan
pihak pemerintahan seperti disnaker tangsel, institusi
pendidikan, juga organisasi lain untuk mengadakan
kegiatan-kegiatan yang memiliki dampahbagi
masyarakat lingkungannya.
b. Perbaikan usaha (better business) yaitu perbaikan
pendidikan untuk meningkatkan semangat belajar,
perbaikan aksesibilitas, kegiatan dan perbaikan
kelembagaan. Kegiatan pelatihan soft skill yang
diadakan Karang Taruna Kelurahan Cirendeu seperti
menjahit, sablon, tatarias, komputer diharapkan akan
memperbaiki usaha yang dilakukan.
c. Perbaikan pendapatan (better income). Tujuan utama
adanya kegiatan-kegiatan pelatihan soft skill kepada
pemuda, adalah sebagai bekal untuk bersaing di dunia
industri atau dunia usaha. Perbaikan usaha yang
dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki
pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan
keluarga dan masyarakat.
88
d. Perbaikan lingkungan (better environment). Perbaikan
pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan
(fisik dan sosial), karena kerusakan lingkungan
seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau
pendapatan yang terbatas. Perbaikan usaha dan
pendapatan akan menciptakan lingkungan yang lebih
baik sehingga berusaha secara mandiri, atau bekerja
diperusahaan sesuai dengan keahlian yang miliki.
e. Perbaikan kehidupan (better living). Tingkat
pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik,
sebagai output dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh Karang Taruna Kelurahan Cirendeu diharapkan
dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga
dan masyarakat yang ada.
f. Perbaikan masyarakat (better community) dimana
kegiatan yang diadakan oleh Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu bertujuan untuk menciptakan
yaitu kehidupan sosial yang lebih baik, sehingga
terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.
Seperti menguragi angka pengangguran, kriminalitas
seperti tawuran, sindikat narkoba, begal, yang
disebabkan oleh kurangnya kegiatan positif dan tidak
adanya keahlian yang dimiliki untuk bersaing di dunia
kerja dan dunia usaha.
93
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya,
maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Peranan Karang Taruna dalam Pemberdayaan
Pemuda di Kelurahan Cirendeu Kota Tangerang
Selatan
Karang Taruna Kelurahan Cirendeu telah
melaksanakan 3 (tiga) jenis Peran dalam pemberdayaan
pemuda. Peran tersebut terlihat dari kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan dalam kegitan keagamaan, pelatihan
dan aksi sosial, yaitu:
a. Peran aktif yang dilakukan Karang Taruna yang
memiliki struktur kepengurusan dengan bidang-
bidang yang melaksanakan kegiatan yang
berkesesuaian terhadap kebutuhan masyarakat
lingkungan. Dalam prakteknya Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu telah melakukan peran aktif
sebagai aktor/pelaku pemberdayaan yang diwujudkan
menjadi kegiatan-kegiatan pemberdayaan pemuda
dilingkungan tersebut.
b. Peran partisipatif melalui proses interaksi antara
aktor/pelaku dengan target sasaran. Pengurus Karang
Taruna Kelurahan Cirendeu telah melakukan peran
94
partisipatif dengan menerima masukan dan aspirasi
lingkungan sekitar.
c. Peran pasif yang dilakukan oleh Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu adalah menerima kerjasama pada
kegiatan-kegiatan yang sudah dibuat atau dirancang.
Seperti dari Disnaker Tangsel, atau dari forum
masyarakat peduli bendungan gintung yang telah
merancang kegiatan tersebut sehingga karang taruna
Kelurahan Cirendeu berperan pasif dengan menjadi
peserta dari kegiatan-kegiatan tersebut.
96
B. Saran
Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
dilakukan oleh penulis mengenai Peranan Karang Taruna
dalam Pemberdayaan Pemuda, terdapat saran yang akan
penulis berikan untuk Karang Taruna Kelurahan
Cirendeu, yaitu:
1. Mengadakan kegiatan lanjutan seperti bimbingan
terhadap pelatihan yang sudah dilakukan, sehingga
pelatihan yang dilakukan mendapatkan output yang
optimal.
2. Memperbaiki arsip pendataan Karang Taruna
Kelurahan Cirendeu.
3. Memberikan motivasi kepada pengurus Karang
Taruna sehingga tercipta rasa kepemilikan yang lebih.
97
Daftar pustaka
Buku:
Jurnal:
Skripsi:
Pedoman Wawancara
Pertanyaan Penelitian
Hasil Wawancara
Nama : Andika
Jabatan : Peserta Pelatihan Sablon Karang Taruna
Kelurahan cirendeu
Tanggal : 21 Mei 2022
Pertanyaan Penelitian