Anda di halaman 1dari 47

PENGEMBANGAN NILAI KEPEDULIAN SOSIAL MELALUI GAME

KEPRAMUKAAN DI MTS NEGERI 03 KABUPATEN GORONTALO

PROPOSAL TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penelitian Tesis

Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Pipin R. Hasan
Nim: 191011008

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji syukur kepada Allah SWT karena dengan izin-Nyalah, peneliti

mampu menyelesaikan penyusunan proposal penelitian yang berjudul "Mengembangkan

Nilai Kepedulian Melalui Game Kepramukaan Di MtsNegeri 03 Kabupaten Gorontalo

"dalam waktu yang telah ditentukan. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan

kepada nabi kita, Muhammad Shalallahu ‘alaihiwasallam, yang telah membimbing kita

dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah .

Dalam penyusuna proposal penelitian ini, peneliti benar-benar mendapat banyak

tantangan dan rintangan namun dengan bantuan banyak orang, rintangan itu bisa berlalu.

Oleh Karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam proses penyusunan proposal penelitian ini. Akan tetapi, Peneliti

menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian ini masih belum sempurna dalam

pengaturan dan kontennya. Maka penulis berharap kritik dari semua pihak guna

membantu peneliti dalam menyempurnakan penyusunan proposal. Penelitian ini sampai

dengan berakhir. Semoga penelitian ini dapat membantu para pembaca untuk

mendapatkan lebih banyak ilmu pengetahuan.

Gorontalo, 23 Maret 2020

Pipin R. Hasan

ii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TESIS

Proposal tesis dengan judul “Pengembangan Nilai Kepedulian Sosial Melalui

Game Kepramukaan Di Mts Negeri 03 Kabupaten Gorontalo”, yang disusun oleh

Saudari Pipin R. Hasan, Nim 191011008, telah diujiankan dalam seminar proposal tesis

yang diselenggarakan pada hari kamis 7 mei 2020 M, bertepatan dengan 13 Ramadhan

1441 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk menempuh

langkah-langkah penelitian selanjutnya.

PENGUJI I

Dr. H. Lukman Arsyad, M.Pd (……………………………)

PENGUJI II

Dr. Najamuddin Petta Solong, M.Ag (……………………………)

Gorontalo, Juni 2020

Diketahui Oleh:
Ketua Program Studi Direktur Pasca Sarjana
Pendidikan Agama Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo

Dr. H. Muh. Arif, M.Ag Prof. Dr. H. Kasim yahiji, M.Ag


Nip. 196810012000031004 Nip. 196105221990031002

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL..........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................iii

DAFTAR ISI…...............................................................................................................iv

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................5

C. Tujuan Penelitian.............................................................................................5

D. Kegunaan Penelitian………………………………………………………....6

E. Pengertian dan Definisi Oprasional…………………………….....................6

F. Kajian Penelitian Yang Relevan……………………………………………..7

BAB II : LANDASAN TEORI......................................................................................8

A. Pengembangan Nilai Kepedulian Sosial..............................................................11

1. Pengertian Nilai Kepedulian Sosial.................................................................11

2. Tujuan Nilai Kepedulian Sosial......................................................................16

3. Manfaat Nila Kepedulian Sosial......................................................................18

4. Tahapan Nilai Kepedulian Sosial....................................................................19

5. Faktor Pendukung dan Penghambat................................................................19

6. Bentuk- Bentuk Kepedulian Sosial.................................................................25

B. Hakikat Game Kepramukaan...............................................................................27

1. Pengertian Game Kepramukaan....................................................................27

2. Macam-macam Game Kepramukaan.............................................................28

3. Pentingnya Game Kepramukaan....................................................................30

iv
4. Penerapan Game Kepramukaan.....................................................................30

5. Nilai dalam Game Kepramukaan...................................................................30

C. Kerangka Pikir.....................................................................................................32

BAB III : METODE PENELITIAN.............................................................................34

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.........................................................................34

B. Kehadiran Peneliti...............................................................................................35

C. Lokasi Penelitian.................................................................................................36

D. Sumber Data.......................................................................................................36

E. Prosedur Pengumpulan Data...............................................................................36

F. Analisis Data.......................................................................................................38

G. Pengecekan Keabsahan Data..............................................................................39

H. Tahapan- Tahapan Penelitian..............................................................................40

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................41

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Bangsa Indonesia saat ini tengah mengalami pengaruh

derasnya arus informasi baik melalui media elektronik maupun media cetak. Dalam

kondisi yang seperti itu masyarakat Indonesia selalu berubah, baik yang berada

diperkotaan maupun dipedesaan. Melihat kondisi seperti itu, idealnya pendidikan tidak

hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini saja, tetapi sudah seharusnya bisa

mengantisipasi dan membahas masa depan. Pendidikan hendaknya dapat melihat jauh ke

depan, memikirkan tantangan apa yang kira-kira akan dihadapi peserta didik dan

memberi solusi dan pemecahannya.1

Pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama Islam khususnya saat ini

bukan lagi sekedar memberantas buta huruf akan tetapi lebih mengembangkan potensi

yang dimiliki peserta didik. Sebab dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang makin maju dewasa ini menuntut bagamana peserta didik mampu dan

memiliki pengetahuan yang luas serta memiliki keahlian agar mampu beradaptasi dan

mengimbangi perkembangan yang terjadi. Salah satu cita-cita nasional bangsa Indonesia

yang tercantum dalam:

Pembukaan Undang-Undang dasar 1945 Alinea ke-4 adalah mencerdaskan


kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut salah satunya melalui
pendidikan. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting dan krusial ketika kita
ingin memajukan bangsa. Pendidikan akan membawa suatu bangsa kepada
kemajuan. Negara yang mengabaikan pendidikan akan menjadi negara yang
tertinggal. Maka dari itu Undang-Undang mengamanatkan untuk memberikan
pendidikan kepada seluruh warga negara Indonesia. Hal ini tercantum dalam
Undang-Undang Dasar NKRI 1945 pasal 31 ayat (1) yang berbunyi: “Setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan.”
Dwi Siswoyo, mengartikan pendidikan sebagai suatu kekuatan yang dinamis dalam
kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya
1
Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar, Menggagas Paradigma Baru Pendidikan,
(Jakarta: Paramadina 2001), h 3
1
2

jiwanya (akal, rasa dan kehendak), sosial dan moralitasnya. Pendidikan adalah
sebuah kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi kemampuan, kepribadian
setiap manusia dalam hubungannya dengan sesama, lingkungan, serta dengan
Tuhan.2

Oleh karena itu pendidikan sangat penting dilakukan setiap saat baik itu di rumah,

di sekolah, dan di masyarakat.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas menemukan sumber nilai yang dapat
dijadikan ukuran bermutu atau tidaknya program pendidikan. Pasal 1 ayat (1) secara
jelas menggariskan proses pendidikan yang bermutu dengan rumusan sebagai
berikut. “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sprirual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara”.

Dari rumusan itu jelaslah bahwa hanya proses pendidikan yang demikian tidak

mungkin dapat mendukung fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang digariskan dalam

pasal 3 yang tertulis: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yan demokratis sedia

bertanggung jawab”.3 Pendidkan juga merupakan salah satu hak dasar manusia sebagai

insan yang dikaruniai akal pikiran, manusia membutuhkan pendidikan dalam proses

hidupnya.

Keadaan tersebut mendorong lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah memiliki

tanggung jawab untuk memberi pengetahuan, keterampilan, dan mengembangkannya

baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Salah satu pendidikan

non formal tersebut adalah melalui pendidikan kepramukaan. Gerakan pramuka sebagai

organisasi kepanduan yang berkecimpung dalam dunia

2
Dwi Siswoyo, dkk, Ilmu Pendidikan (Bandung: 2008), h 17
3
Ida Fiteriani, Analisis Model Integrasi Ilmu dan Agama dalam Pelaksanaan Pendidikan di
Sekolah Dasar Islam Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 2, h 160
2
3

pendidikan yang bersifat non formal berusaha membantu pemerintah dan masyarakat

dalam membangun masyarakat dan bangsa. Hal tersebut dilihat dari prinsip-prinsip dasar

metodik pendidikan pramuka, yaitu yang tertera dalam Dasadarma Pramuka :

1. Takwa kepada tuhan yang maha Esa

2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia

3. Patriot yang sopan dan kesatria

4. Patuh dan suka bermusyawarah

5. Rela menolong dan tabah

6. Rajin, terampil dan gembira

7. Hermat, cermat dan bersahaja

8. Disiplin, berani dan setia

9. Bertanggung jawag dan dapat dipercaya

10. Suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan4

Isi dari dasadarma tersebut selaras dengan nilai-nilai ajaran agama islam. Seperti

taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa selaras dengan ajaran agama Islam untuk selalu

beriman dan bertaqwa serta orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah Swt

adalah orang yang paling bertaqwa serta di dalamnya mengandung banyak nilai

kepedulian. Pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan

nasional yang penting, dan merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Kegiatan pramuka disekolah dalam ekstrakurikuler dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam program kulikuler berdasarkan

keadaan dan kebutuhan lingkungan. Selain itu kegiatan pramuka banyak menanamkan

nilai- nilai karakter terutama karakter kepedulian sosial dan kemandirian. Kepramaukaan

menggunakan metode outdoor studi anggota diajarkan untuk dekat dengan lingkungan

dan peduli kepada orang lain sebagaimana catatan pendiri pramuka, Baden Powel, bahwa

4
Agus Widodo HS, Ramuan Lengkap Bagi Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak, dan
Pembina Pramuka, Yokyakarta: Kwartir Daerah XII DIY, 2003, h 73
3
4

menjadi orang baik tidak hanya selalu berdoa tapi bagamana berusaha keras untuk

berbuat baik dan peduli pada orang lain.5

Di zaman seperti ini tingkat kepedulian sosial terlihat memprihatinkan. Di satu sisi

orang tua berlomba-lomba mempersiapkan anak untuk menghadapi persaingan yang

berorientasi akademik (aspek kognitif). Anak diikutkan dalam berbagai macam les

ataupun bimbingan belajar sekolah khawatir anak-anak tidak dapat mengejar persaingan

akademis. Padahal belum tentu upaya itu sesuai dengan kapasitas anak dan juga minat

anak sehingga kita melupakan aspek lain yang takkalah pentingnya yaitu aspek kepekaan

sosial terabaikan. Anak tidak sempat mengecap kehidupan sosial yang dapat mengasah

empati atau kepekan sosial dan cenderung memenuhi dan mengutamakan kepentingan

diri sendiri. Sebagai dampaknya anak dapat mengalami kesulitan bergaul dengan

komunitasnya di sekolah khususnya bahkan lebih jauh lagi di masyarakat.6

Tetapi pada perkembangannya pramuka mulai kurang diminati bahkan beberapa

sekolah sudah tidak meniadakannya dan sebagian pengajar ada yang menganggap

kegiatan pramuka adalah kegiatan yang monoton dan masih menggunakan alat-alat

sederhana dalam permainan (game). Walaupun demikian kegiatan sederhana tersebut

justru sangat bermanfaat dan sangat membantu dalam membentuk kepribadian peserta

didik yang belum tentu diperoleh pada pendidikan formal.

Dalam hal ini banyak peserta didik yang menganggap kegiatan pramuka hanyalah

kegiatan tambahan yang kurang penting. Ini disebabkan karena peserta didik belum

memahami nilai-nilai dibalik kesederhanaan dan cara tradisional yang tetap

dipertahankan dalam kegiatan kepramukaan hingga saai ini. Padahal didalam

kesederhanaan pramuka tersebut apabila dipahami dengan sungguh-sungguh dapat

mengantarkan peserta didik pada pengembangan potensi (life skill) yang dimiliki siswa

5
Boden Powel, Sejarah Kepramukaan, (Banjarmasin : 2001), h 17
6
Ferni, Pendidikan Karakter, (Yokyakarta : 2010), hal 103
4
5

berkaitan dengan nilai-nilai agama Islam, nilai sosial dan nilai peduli terhadap sesama

yang semua itu terkandung dalam Dasadarma Pramuka.

Berdasarkan observasi awal di MTs. Negeri 03 Kab. Gorontalo dan wawancara

dengan Pembina Pramuka, bahwa terdapat pengembangan kepedulian sosial untuk

membentuk karakter melalui kegiatan atau permainan kepramukaan di madrasah tersebut

maka peneliti merasa tertarik untuk menjadikan hal tersebut sebaga tema penelitian.

Adapun judul penelitian ini adalah Pengembangan Nilai Kepedulian Sosial melalui Game

Kepramukaan di MTs. Negeri 03 Kabupaten Gorontalo.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Pengembangan Nilai Kepedulian Sosial dalam Game

Kepramukaan di MTs Negeri 03 Kabupaten Gorontalo ?

2. Apa saja Kendala dan Solusi Pengembangan Nilai Kepedulian Sosial dalam

Game Kepramukaan di MTs Negerei 03 Kabupaten Gorontalo ?

C. Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengkaji pengembangan nilai kepedulian sosial melalui game

kepramukaan di Mts Negeri 03 Kabupaten Gorontalo

2. Untuk mengkaji kendala dan solusi pengembangan nilai kepedulian sosial di

Mts Negeri 03 Kabupaten Gorontalo.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis kegunaan hasil penelitian ini adalah untuk menambah dan

memperkaya khazanah keilmuan dalam dunia pendidikan Islam khususnya dalam

mengembangkan nilai kepedulian sehingga dari kelebihan yang ada dapat diambil

manfaat.

5
6

b. Secara praktis hasil penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan bagi

penulis khususnya yang berkaitan dengan pengembangan nilai kepedulian melalui

game kepramukaan yang menjadi salah satu wahana untuk menanamkan nilai-

nilai agama Islam

E. Pengertian Judul dan Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, peneliti akan menjelaskan pengertian atau definisi opersional yaitu :

1. Pengembangan adalah proses kegiatan bersama yang dilakukan untuk

memenuhi kebutuhannya.7

2. Nilai kepedulian sosial adalah sebuah sikap keterhubungan dengan

kemanusiaan pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota komunitas

manusia.

3. Game adalah sesuatu yang dapat dimainkan dengan aturan tertentu sehingga

ada yang menang dan ada yang kalah.8

4. Pramuka adalah singkatan dari Praja Muda Karana dan merupakan organisasi

atau gerakan kepanduan. Pramuka adalah sebuah organisasi yang merupakan wadah

proses pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan di Indonesia.9

F. Kajian Penelitian Relevan

Kajian penelitian yang relevan dimaksudkan sebagai kajian awal dalam proses

pembahasan tesis ini, dan untuk menunjukan bahwa penelitian yang sedang dilakukan

oleh penulis dalam karya tesis ini belum pernah di teliti dalam konteks yang sama

sekaligus memberikan penjelasan di mana posisi penelitian yang sedang di lakukan oleh

peneliti saat ini. Adapun penelitian-penelitian terdahulu dengan topik relevan tentang

kepedulian sosial diantaranya :


7
Tim Penyusun Kamus Kamus Pusat dan Pembinaan Bahasa Dedikbud, Kamus Besar Bahasa
Indonesi, (Jakarta: Balai Pustaka), 1994
8
John Naisbitt, Permainan Tradisional, (Jakarta: PT Mulyasa 2014), h 7
9
Jaenudin Yusup, Siti Sadia Julaeha, Tini Rustini, Panduan Wajib Pramuka Super Lengkap Siaga,
Penggalang, Penegak, Pandega, (Jakarta: Cmedia, 2014), hal 5
6
7

1. Skripsi Galing Faizar Rahman, Judul Skripsi “Pendidikan Nilai Kepedulian

Sosial pada Siswa Kelas Tinggi di Sekolah Dasar Negeri Muarareja 2 Kota Tegal

Tahun Ajaran 2013/2014”, Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis

deskriptif, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa guru sudah menanamkan

nilai kepedulian sosial di SDN Muarareja 2 Kota Tegal. Penanaman tersebut

meliputi: cara verbal melalui motivasi, nasihat, cerita, teguran, hukuman, pujian,

dan cara non verbal melalui pembiasaan perilaku , teladan, strategi keteladanan,

kegiatan spontan teguran, pengondisian lingkungan, dan kegiatan rutin belum

dilaksanakan dengan baik dan maksimal. Dan guru menggunakan model gabungan

dengan mengintegrasikan penanaman nilai melalui pelajaran dan luar pelajaran.

2. Mualliuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyyah, Volume 2, Nomor 1, Oktober 2016,

dengan judul “ Peran Gerakan Pramuka untuk Membentuk Karakter Kepedulian

Sosial dan Kemandirian”, (Studi Kasus di SDIT Al-Ukhwa dan MIS An-Nuriyyah

2 Banjarmasin). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat

deskriptif. Hasil dalam penelitian ini menunjukan upaya pembentukan karakter pada

gerakan pramuka SDIT Al-Ukhwa adalah pemahaman, keikhlasan, kerja keras,

berjuang dengan sungguh-sungguh, komitmen, konsisten, persaudaraan, dan

kepercayaan. Perangkat pendukungnya antara lain prinsip dasar kepramukaan,

metode kepramukaan, dan kode kehormatan.

3. Skripsi Devi Adestin Wulan Nafisah, Judul Skrpsi “Penanaman Karakter

Peduli Sosial Bagi Mahasiswa Melalui Kegiatan Pengambidian Masyarakat di

BEM FKIP UMS Tahun 2016/2017”, penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif

dan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis-jenis

kegiatan kepedulian sosial seperti penanaman bibit, nobar, pembagian sembako, dan

kerja bakti bertujuan untuk pencapaian karakter bertindak santun, mau terlibat

dalam kegiayatan masyarakat, mampu bekerja sama, dan peduli kepada orang lain.

7
8

Kemudian factor-faktor yang mendukung penanaman kepedulian sosial yaitu faktor

prestige dan faktor sifat (internal). Faktor-faktor penghambat pada kegiatan

pengabdian masyarakat yaitu mahasiswa yang kurang mampu bersosialisasi mereka

akan sulit untuk mencapai karakter peduli sosial. Dan solusi untuk mengatasi

hambatan penanaman karakter peduli sosial bagi mahasiswa pada kegiatan

pengabdian masyarakat di BEM FKIP UMS adalah perlu adanya bimbingan dan

pendekatan antar mahasiswa atau bahkan dari Pembina BEM.

4. Skripsi Yulianti Purwaningsih, Judul Skripsi “ Penanaman Nilai-Nilai

Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Kepramukaan Kelas VIII di SMP Al-Islam 1

Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017”. Penelitian ini menggunakan pendekatan

deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa penanaman nilai-

nilai pendidikan karakter melalui kegiatan Kepramukaan Kelas VIII di SMP Al-

Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017, dilaksanakan secara rutin setiap hari

minggu. Penanaman nilai-nilai karakter melalui kegiatan kepramukaan menekan

pada 5 metode yaitu: (1) metode keteladanan dilihat dari menjelaskn sandi, tali-

temali, mendirikan tenda, dan mengajarkan materi kegiatan dengan tenang dan

sabar. (2) metode ketedeladanan kedisiplinan pada saat PBB. (3) metode

pembiasaan kegiatan keagamaan dalam membiasakn sholat wajib berjama’ah

sebelum kembali kerumah masing-masing, berdo’a sebelum kegiatan kepramukaan

di mulai. (4) metode dalam mnciptakan suasan kondusif terlihat pada kegiatan

permainan wide game. (5) metode integritas dan penugasan kelompok regu selama

KAB (kemah amal bhakti).

5. Tesis Cahyo Waskito Adi, Judul Tesis “ Penanaman Nilai Kepedulian Sosial

di MTs Satu Atap Hidayatul Mubtadi’in Kalitapen Kecamatan Purwojati

Kabupaten Banyumas”, Penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif

dengan tujuan menggambarkan suatu proses yang terjadi dilapangan. Adapu hasil

8
9

dalam penelitian ini menunjukan bahwa penanaman kepedulian sosial di MTs Satu

Atap Hidayatul Mubtadi’in Kalitapen ini terdapat beberapa tahapan sebagai berikut:

Tahap transformasi, tahap transaksi nilai, dan tahap traninternalisasi. Untuk

menunjang dalam menanamkan kepedulian sosial pada siswa guru menggunakan

metode keteladanan, pembiasaan, nasihat, hukuman, dan pengkindisian

lingkungan.

Penelitian-penilitian di atas lebih merujuk pada hasil pembahasan bagamana cara

menanamkan karakter nilai kepedulian sosial. Dan sejauh pengmatan dan pengetahuan

peneliti belum ada penelitian yang membahas tentang masalah yang diangkat pada topik

tesis ini. Untuk menghindari adanya plagiat maka berikut peneliti sertakan perbedaan

penelitian yang ada relevansinya terhadap tesis yang akan diteliti sebagai bahan

perbandingan dalam menghapus berbagai masalah yang ada.

Disini letak perbedaan penelitian yang membedakan dari peneliti lainnya adalah

“Pengembangan Nilai Kepedulian Sosial” karena peneliti mengamati bahwa

pengembangan nilai kepedulian sosial melalui game kepramukaan itu tidak terjadi begitu

saja namun terjadi karena adanya bimbingan dari guru-guru Pembina. Hal ini sangat

berpengaruh dalam menumbuhkan dan meningkatkan nilai kepedulian yang tinggi pada

siswa di MTs Negeri 03 Kabupaten Gorontalo.

9
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengembangan Nilai Kepedulian Sosial

1. Pengertian Kepedulian Sosial

Kepedulian sosial adalah perasaan bertanggung jawab terhadap kesulitan yang

dihadapi orang lain di mana seseorang terdorong untuk melakukan suatu kebaikan dalam

rangka membantunya. Kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat lebih umum

diartikan sebagai perilaku baik seseorang terhadap orang lain di sekitarnya. Kepedulian

sosial dimulai dari kemauan seseorag memberi, sebagaimana ajaran nabi Muhammad

untuk mengasihi yang kecil dan menghormati yang besar. Orang-orang kalangan atas

hendaknya mengasihi dan menyayangi orang-orang kalangan bawah, sebaliknya

kalangan bawah agar mampu memposisikan diri, menghormati, dan memberikan hak

kalangan atas.

Kepedulian sosial menurut Adler yaitu sebuah sikap keterhubungan dengan


kemanusiaan pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota komunitas
manusia. Kepedulian sosial adalah kondisi alamiah spesies manusia dan perangkat
yang mengikat masyarakat secara bersama-sama. Oleh karena itu, kepedulian sosial
adalah minat atau ketertarikan kita untuk membantu orang lain.10

Kepedulian sosial adalah sebuah minat atau suatu rasa ketertarikan dimana kita

ingin bisa membantu dan menolong orang lain. Di samping itu kepedulian sosial dapat

pula dikatakan sebagai sikap memperhatikan kondisi orang lain. Kepedulian sosial

merupakan suatu nilai penting yang harus dimiliki seseorang karena kepedulian itu

sendiri berkaitan erat dengan nilai kejujuran, kasih sayang, kerendahan hati, keramahan

serta kebaikan dimana beberapa hal tersebut sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan

sehari-hari. Memiliki sikap peduli sosial memang sulit dan dibutuhkan usaha tertentu

untuk benar-benar bisa memilikinya yakni suatu tingkat dimana seseorang itu dapat

10
Jurnal Dimas, Etika dan Kepedulian Sosial dalam http:// dimas-p-a-fib11.web.unair.
ac.id/artikel_detail-104726-Etika%20dan%Kepribadian-Kepedulian%20Sosial.html. diakses tanggal 8 Mei
2020
10
11

benar-benar memiliki kepedulian sosial dan dapat mengaplikasikannya terhadap orang

lain.

Rasa peduli dan sikap kepedulian seseorang dapat dipengaruhi oleh factor

lingkungan yang ada di sekelilingnya, dan kondisi lingkungan terdekatlah yang sangat

mempengaruhi tingkat kepedulian yang dimiliki seseorang. Lingkungan terdekat itu

adalah keluarga, teman-teman, dan lingkungan tempat seseorang hidup dan tumbuh

besar. Karena orang-orang demikianlah seseorang dapat belajar banyak hal dan mendapat

nilai-nilai tentang kepedulian sosial yang harus ada dalam dirinya. Nilai-nilai yang

tertanam dari apa yang didapatkan itulah yang nantinya akan menjadi suara hati dan

mendorong dirinya untuk selalu membantu dan menjaga sesama. 11

Semua nilai-nilai tentang kepedulian sosial kita dapatkan melalui lingkungan.

Kepedulian seseorang yang dimaksud bukanlah mencampuri urusan orang lain, tetapi

lebih pada membantu menyelesaikan permasalahan yang di hadapi orang lain dengan

tujuan kebaikan dan perdamaian. Nilai-nilai yang tertanam itulah yang nanti akan

menjadi suara hati kita untuk selalu membantu dan menjaga sesama.12

Dalam Islam dikenal istilah Fadhāil al-A’māl yang berarti amalan yang dianjurkan

oleh Allah dan Rasul-Nya dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya. Fadhāil al-A’māl

terbagi kedalam dua bentuk yakni Fadhāil al-A’māl dalam bidang ibadah dan Fadhāil al-

A’māl dalam bidang mu’amalah.

Fadhāil al-A’māl dalam ibadah lebih dispesifikasikan kedalam bentuk ibadah

seperti shalat dan puasa sunah. Fadhāil al-A’māl dalam bidang mu’amalah memiliki

cakupan yang sangat luas yaitu meliputi segala perbuatan baik antarsesama manusia.

Prinsip yang digunakan adalah “segala perbuatan baik dianjurkan dan segala perbuatan

jahat dicegah”. Perbuatan baik atau Fadhāil al-A’māl dalam mu’amalah tidak terbatas

11
Laura Ayudina, Kepedulian Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 7
12
Melvin, Kepedulian Sosial dalam http://www.academia.edu/8683733/Kepudilian_Sosial diakses
tanggal 8 Mei 2020
12

pada hubungan pribadi dan masyarakat saja, tetapi juga dalam hubungan dengan negara.

Contoh Fadhāil al-A’māl dalam hubungan pribadi dan masyarakat adalah saling

membantu dalam kesulitan (misalnya: yang kaya membantu yang miskin, yang berilmu

membantu yang tidak berilmu). Adapun contoh Fadhāil al-A’māl dalam hubungan

dengan negara misalnya tidak merusak fasilitas umum yang disedikan negara. Fadhāil al-

A’māl juga terdapat dalam bidang akhlak yang meliputi husnuzhan antarsesama,

berkata jujur, tidak sombong, saling memberi salam, saling mendoakan dan saling

memaafkan.13

Berdasarkan penjelasan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa kepedulian sosial

dalam Islam dikenal dengan istilah Fadhāil al-A’māl bidang mu’amalah. Fadhāil al-

A’māl akan memiliki nilai ibadah jika dilakukan dengan niat yang ikhlas untuk

mendapatkan ridha Allah dan mengikuti sunah Rasulullah. Namun jika Fadhāil al-A’māl

dilakukan karena ria maka Fadhāil al-A’māl tersebut tidak memiliki nilai.

Didalam Alqur’an wujud kepedulian sosial masih bersifat global, alquran

menggunakan istilah ,ّ‫ ر الب‬dan ‫ اإلحسان‬dalam menyebutkan perilaku yang harus dilakukan

seseorang terhadap orang lain. Berikut akan dijelaskan masing-masing kosakatanya:

a. Kata (al-Birr) ‫بر‬W‫ ال‬diartikan sebagai kebajikan atau kebajikan yang luas.

Menurut Thahir Ibn Asyur kata tersebut mencakup kebajikan dalam beribadah kepada

Allah, kebajikan dalam melayani keluarga, dan kebajikan dalam melakukan interaksi

dengan orang lain.5 Kata al-Birr juga ada kaitannya dengan infak, kerjasama, dan

Taqwa. Hal inilah mengapa al-Birr akan menjadi sia-sia jika tidak dibarengi dengan tiga

pola perilaku tersebut.

b. Kata (al-Ihsan) ‫ اإلحسان‬menurut al-Raghib al-Ashfahani mengandung


13
Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003), hal 101
13

dua pengertian. Pertama, adalah memberikan kenikmatan terhadap orang lain. Kedua,

seseorang melakukan perbuatannya dengan sebaik-baiknya. Kata Ihsan juga berarti

semua sikap dan perbuatan baik yang bermanfaat bagi orang lain. Jadi bisa disimpulkan

bahwa Ihsan adalah melakukan suatu perbuatan sebaik mungkin dan dipersembahkan

bagi kepentingan dan kebaikan orang lain. Sebagai contoh adalah sikap bijaksana, suka

menolong, menghargai orang lain, berkorban demi kepentingan umum dan lain

sebagainya.

Rasulullah pernah ditanya tentang pengertian al- Ihsan, beliau lantas menjawab “Engkau

beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat- Nya meskipun engkau memang

benar-benar tidak sanggup melihat-Nya”.

Dalam sabda Rasulullah bisa di ambil penjelasan bahwa ada keimanan yang

tertanam kokoh pada kalbu hingga seseorang itu merasakan akan hadirnya Allah dan

menyaksikan tingkah lakunya sehingga ia akan mengorientasikan perilakunya tersebut

kepada al- Ihsan. Pada waktu yang sama pula akan muncul motivasi untuk berbagi dan

peduli terhadap sesama manusia yakni dengan memberikan kenikmatan terhadap pihak

lain guna meningkatkan kualitas hidup mereka.14

Lebih jauh lagi alquran menjelaskan bagaimana seharusnya seorang muslim

bertingkah laku terhadap sesamanya dengan mencontoh kepada nabi Muhammad.

alquran mengajarkan hal-hal berikut: tidak mencemooh orang lain; tidak mencela orang

lain; tidak berburuk sangka; dan tidak mencari- cari kesalahan orang lain. Termasuk

rahmat Allah menjadikan seluruh hambanya yang mukmin bersaudara dan saling

mencintai, bersatu dan bekerjasama, saling menolong, saling berhubungan dan saling

berbelas kasihan.15 Ini tertera dalam QS Al-Hujuraat/49: 11

14
Ibid, hal 136

15
Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 1996), h. 216
14

َ ‫ٓا ٍء ع‬W‫ ِّمن نِّ َس‬ٞ‫ٓاء‬W‫خَي ٗرا ِّم ۡنهُمۡ َواَل نِ َس‬
‫ ٰ ٓى َأن‬W ‫َس‬ ۡ ‫وا‬ ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
Wْ ُ‫م ِّمن قَ ۡو ٍم َع َس ٰ ٓى َأن يَ ُكون‬ٞ ‫وا اَل يَ ۡسخ َۡر قَ ۡو‬

Wُ ‫ٱٱِلس ُم ۡٱلفُسُو‬
‫ق بَ ۡع َد ٱِإۡل ي ٰ َم ۚ ِن َو َمن لَّمۡ يَتُ ۡب‬ ۡ ‫س‬ َ ‫ب بِ ۡئ‬ ْ ‫يَ ُك َّن خ َۡي ٗرا ِّم ۡنه ۖ َُّن َواَل ت َۡل ِم ُز ٓو ْا َأنفُ َس ُكمۡ َواَل تَنَابَ ُز‬
ِ ۖ َ‫وا بِٱَأۡل ۡل ٰق‬
ٰ ٓ
َ ‫فَُأوْ ٰلَِئ‬
١١ َ‫ك هُ ُم ٱلظَّلِ ُمون‬

Terjemahan:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki


merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS
Al-Hujuraat/49: 11)
Islam telah meletakkan aturan-aturan dan norma-norma tersendiri bagi kehidupan

bermasyarakat yang dibungkus dengan kasih sayang dan keramahtamahan, direkatkan

oeh kebersamaan, dibangun oleh saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa dan

saling mencegah dari dosa dan permusushan. Aturan itu juga didasarkan pada kesadaran

setiap muslim untuk melaksanakan kewajibannya dalam berinteraksi dan bersilaturahmi

dengan sesamanya.16

Islam mengajak seluruh manusia untuk bersikap baik bagi kepentingan masyarakat,

bertetangga, dan bahkan bernegara. Tidak dibenarkan saling melukai hati, saling berbuat

sewenang-wenang, dan saling mencemooh satu sama lain. Dalam kehidupan

bermasyarakat hendaknya si sakit ditengok, saling tolong menolong, saling menjaga

ucapan dan perbuatan, menjaga pergaulan, melawat yang mati sampai dikuburkan, dan

dimohonkan ampunan kepada Allah. Lebih lanjut lagi Islam mengajarkan kita supaya

memperhatikan nasib si fakir, melindungi dan memelihara anak yatim, tidak boros

16
Abdul Aziz Al-Fauzan, FIKIH SOSIAL Tuntunan dan Etika Hidup Bermasyarakat (Jakarta
Timur: Qisthi Press, 2007) judul asli Fiqh At-Ta’amul Ma’a an-Nas, h. 300
15

membelanjakan harta dan lain sebagainnya. Ha-hal diatas pada intinya meminta supaya

pemeluk Islam untuk hidup baik dalam kehidupan sosial.17

2. Tujuan Kepedulian sosial

Seorang ahli filsafat kuno (Aristoteles ( 384-322 SM ) menyatakan dalam

ajarannya bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia itu sebagai

makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dengan masyarakat. Karena sifatnya yang

ingin bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial. Manusia sebagai

individu (perorangan) mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, namun sebagai

makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup

berkembang, dan meninggal dunia terjadi dalam masyarakat. 18 Manusia adalah makhluk

sosial, menyukai kebersamaan dan persaudaraan, senang berkumpul dan bergaul dengan

sesamanya, suka ditemani dan merasa tenang jika didekati. Manusia juga takut

menyendiri dan kesendirian, benci perpisahan dan keterasingan, merasa bahagia jika

disenangi, senang jika diterima, gembira bila dihormati dan diberi haknya.19

Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan

manusia lain (masyarakat). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan dirinya

sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut termasuk dalam hal

mencukupi kebutuhannya. Dalam hal ini manusia akan dihadapkan dengan kelompok

sosial pertamanya di masyarakat yakni keluarga, di keluarga inilah manusia menemukan

kodratnya sebagai makhluk sosial karena di lingkungan inilah ia pertama kali

berinteraksi. Kemudian kelompok sosial berikutnya adalah pertemanan, pergaulan, teman

kerja, dan masyarakat luas. Seterusnya sampai kapanpun manusia akan selalu hidup

17
Thoyib IM dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
h. 148
18
Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta Timur: PT Bumi Aksara,
2015), h. 44
19
Abdul Aziz Al-Fauzan Op cit, h. 322
16

dalam lingkungan sosial dan kelompok sosial karena manusia tidak akan bertahan hidup

tanpa ada hubungan sosial dengan manusia lainnya. 20 Selanjutnya manusia akan

cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya.

Walaupun seseorang itu mempunyai kekakayaan dan kedudukan, ia akan selalu

membutuhkan orang lainnya.21

Fitrah manusia untuk melakukan interaksi sosial dipicu oleh dorongan- dorongan

kepentingan dan kebutuhan manusia terhadap satu sama lainnya. Seorang manusia tidak

bisa hidup layak hanya bermodalkan dirinya sendiri atau bermodalkan kerjasama sebatas

keluarga kecilnya. Kebutuhan terhadap berbagai macam benda dan berbagai macam

bantuan memerlukan adanya kerjasama yang lebih luas antara satu individu dengan

individu yang lainnya. Kebutuhan terhadap kerjasama sosial itu mengharuskan terjadinya

interaksi dan pembauran di antara sesama manusia.22

Dari pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa kehidupan sosial bagi manusia

mempunyai pengaruh yang besar bagi keberlanjutan hidupnya. Maka dalam upaya

menjaga kestabilan hidupnya manusia harus senantiasa bersosialisasi dengan manusia

lainnya. Adakalanya ketika seseorang membutuhkan bantuan orang lainnya, maka orang

lain dapat membantu dan begitupun sebaliknya.

1. Manfaat Kepedulian Sosial

Banyak manfaat yang bisa dirasakan sebagai dampak dari kepedulian sosial.

Berikut beberapa manfaatnya:

20
Herimanto dan Winarno Op cit, h. 47
21
Rusmin Tumanggor dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2012), h 55

22
Said Agil Husin al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Jakarta: Ciputat Press, 2003) h.
88
17

1. Memupuk sukap yang positif

2. Lebih memperhatikan lingkungan sekitar dan terjauh dari sikap egois

3. Mengurangi beban orang lain

4. Membuat orang lain menjadi bahagia

5. Tercipta sikap gotong royong

6. Menumbuhkan keakraban dan kerukunan

7. Tercipta pemerataan kesejahteraan

8. Supaya tidak terjadi kesenjangan sosial

9. Tercipta lingkungan yang menjunjung tinggi persatuan

10. Menumbuhkan rasa yang harmonis di lingkungan sekitar

Dalam Islam, ajaran-ajaran nabi Muhammad banyak mempunyai arti penting dalam

pergaulan umat manusia. Semua hal yang diajarkan nabi Muhammad adalah hal-hal yang

paling penting dan memiliki pengaruh dalam proses penyatuan hati dan penguatan tali

persaudaraan. Disini tergambar betapa pentingnya akhlak al- karimah dalam kehidupan

bermasyarakat, menunaikan hak setiap muslim juga termasuk kewajiban yang paling

utama dan faktor terciptanya solidaritas dan kerjasama dalam kehidupan. Kerjasama itu

dibutuhkan untuk bisa meringankan masalah-masalah kehidupan beserta kesulitan-

kesulitan yang ada didalamnya.

Berperilaku baik di ruang lingkup masyarakat sangat dianjurkan mengingat betapa

besarnya pengaruh yang akan timbul dalam tubuh masyarakat tersebut. Setiap orang akan

merasa dirinya dihargai dan diperhatikan oleh orang lainnya, inilah sebenarnya tujuan

yang hendak dicapai oleh syari’at Islam melalui ajarannya mengenai hablun min an-
18

naas.23

3. Tahapan Kepedulian Sosial

Thoyib IM dan Sugiyanto menyebutkan hal-hal yang harus dilakukan seseorang


kepada orang lainnya dalam kehidupan bermasyarakat adalah sebagai berikut:

1. Menunjukan kebaikan

2. Rukun dengan tetangga

3. Menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda

4. Menolong orang sakit

5. Membantu orang yang membutuhkan pertolongan

6. Simpati kepada yang lemah

Lebih dari itu seseorang harus menghargai batas hak orang lain, seperti haknya

sendiri. Otaknya harus dipenuhi dengan pikiran-pikiran konstruktif dan tuntutan yang

serius. Hatinya harus dipenuhi dengan rasa kasih sayang dan kehendak baik. Jiwanya

harus disirami dengan kedamaian dan ketenangan (budi bahasanya dan nasihatnya harus

pasti dan meyakinkan).24

4. Faktor Pendukung dan

Penghambat Kepedulian Sosial

Dalam proses pembinaan karakter peduli sosial di perlukan proses

pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif sehingga hasil

belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Dalam pembinaan karakter peduli

sosial di laksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua materi

pembelajaran. Dengan demikian proses pembinaan tolenransi dan peduli sosial dapat

meliputi segala pengalaman yang di aplikasikan.

Berkaitan dengan proses pembinaan peduli sosial siswa, pada prinsipnya guru

maupun pembina selalu berusaha untuk mendekatkan materi yang di pelajari dengan
23
Said Agil Husin al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Jakarta: Ciputat Press, 2003) h.
103
24
Thoyib IM dan Sugiyanto Op cit, h. 58
19

berbagai realitas atau keadaan nyata yang sementara terjadi dalam kehidupan

masyarakat khususnya yang dimiliki oleh siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

Mulyasa mengatakan bahwa:

Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi anatar peserta didik

dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik,

maka dapat dikatakan bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan yang bersifat

negatif maupun positif seseorang untuk bertindak terhadap suatu objek yang

dipengaruhi oleh faktor kognisi dan afektif individu terhadap objek tersebut.25

Sebagaimana yang menjadi faktor pertimbangan memilih metode-metode tersebut

yaitu melalui diskusi siswa mengasah diri untuk bagaimana cara bertoleransi,

berpendapat, dan menerima pendapat orang lain, serta memiliki rasa kepedulian terhdap

sesama. Jadi ketika ada dalam masyarakat siswa bisa menjadi warganegara yang baik

dan mampu berpartisipasi secara aktif.

Pembinaan karakter yang terintegrasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, artinya

sebagai hal terkait nilai-nilai karakter di implementasikan dalam kegiatan pengembangan

diri melalui kegiatan ekstrakurikuler. Dalam pembinaan peduli sosial pada diri siswa

melalui kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dengan cara mengimplementasikan nilai

toleransi dan peduli sosial ke dalam berbagai kegiatan diluar kelas. Berkaitan dengan

pengintegrasian melalui kegiatan ekstrakurikuler, maka Wibowo mengatakan bahwa :

Wibowo mengatakan: Melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang


diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal
tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik. Misalnya,
kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air,
menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, menumbuhkan rasa cinta terhadap
tanah air, menumbuhkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial (membantu mereka
yang tertimpa musibah banjir, memperbaiki atau membersihkan atau membersihkan
tempat-tempat umum, membantu membersihkan atau mengatur barang di tempat
tertentu).26
25
Mulyasa, Pendidikan Karakter, (Bandung: 2002), h 100
26
Wibowo, Pembinaan Pendidikan Karakter, (Tirtayasa, 2012), h 94
20

Sikap kepedulian tidak selalu berjalan dengan baik karena sikap itu selalu berubah

sesuai dengan watak dari masing-masing pribadi dari masyarakat. Yang dapat

mengurangi kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai moral adalah :

1. Egoisme masyarakat

Salah satu faktor yang menjadi hambatan yang dapat mengurangi kepedulian

sosial dalam mempertahankan nilai moral adalah egoisme masyarakat,

egoisme berasal dari

diri sendiri, dan egoisme ini timbul dengan sendirinya.

2. Matrelialistis masyarakat

Sumber hambatan kedua adalah matrealistis, yang merupakan sikap perilaku

masyarakat yang sangat menutamakan materi sebagai sarana pemenuhan

kebutuhan hidupnya. Masyarakat yang lebih penting mementingkan

matrealisme dapat menghambat sikap-sikap kepedulian sosial dari masyarakat

karena mereka kebih mementingkan untuk memperoleh materi dari pada harus

melakukan beberapa kegiatan sosial tertentu.

Menutut Buchari Alma, dkk (2010, 209), faktor yang menyebabkan

turunnya/penghambat kepedulian sosial adalah karena kemajuan teknologi.

Teknologi tersebut diantaranya:

a. Internet

Dunia maya yang sangat transparan dalam mencari suatu informasi malah

menjadi sarana yang menyebabkan lunturnya kepedulian sosial. Manusia

menjadi lupa waktu karena terlalu asyik menjelajah dunia maya. Tanpa
21

disadari mereka lupa dan tidak menghiraukan lingkungan masyarakat

sekitar, sehingga rasa peduli terhadap lingkungan sekitar kalah oleh sikap

individualisme yang terbentuk dari kegiatan tersebut.

b. Sarana Hiburan

Seiring dengan kemajuan teknologi maka dunia hiburan akan turut

berkembang. Karakter anak-anak yang suka bermain akan menjadikan

anak sebagai korban dalam perkembangan sarana hiburan. Anak yang

terlalu lama bermain game akan mempengaruhi kepedulannya terhadap

sesama. Mereka tidak berhubungan langsung dengan sesamanya. Hal

tersebut mengharuskan orang tua untuk meningkatkan pengawasan

terhadap anak-anaknya.

c. Tayangan TV

Televisi merupakan salah satu sarana untuk mencari hiburan dan

memperoleh informasi yang up to date, namun sekaran ini banyak

tayangan di TV yang tidak mendidik anak-anak. Diantaranya adalah acara

gosip dan sinetron. Secara tidak langsung penonton diajari berbohong,

memfitnah orang lain, menghardik orang tua, dan tayangannya jauh dari

realita kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya.

d. Masuknya Buadaya Barat

Pengaruh budaya barat yang bersifat immaterial dan cenderung

berseberangan dengan budaya timur akan mengakibatkan norma-norma

dan tata nilai kepedulian yang semakin berkurang. Masyarakat yang

kehilangan rasa kepedulian akan menjadi tidak peka terhadap lingkungan

sosialnya, dan akhirnya dapat menghasilkan sistem sosial yang apatis.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepedulian

sosial menurut Buchari Alma, adalah:


22

a). Pembelajaran di rumah

Peranan keluarga terutama orang tua dalam mendidik sangat

berpengaruh terhadap tingkah laku anak. Keluarga merupakan lingkungan

pendidikan yang pertama dan utama.

Dikatakan sebagai pendidikan yang pertama karena pertama kali anak


mendapatkan pengaruh pendidikan dari dan di dalam keluarganya.
Sedangkan dikatakan sebagai pendidikan yang utama karena sekalipun
anak mendapatkan pendidikan dari sekolah dan masyarakatnya, namun
tanggung jawab kodrati pendidikan terletak pada orang tuanya (Dinn
Wahyudin dkk, 2008: 3.7).

Merujuk pada pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa keluarga

merupakan lingkungan pertama yang mengajarkan berbagai hal kepada

seorang anak dan memiliki tangung jawab yang utama untuk mendidik

anak tersebut. Anak-anak biasanya akan meniru setiap tingkah laku orang

tuanya. Seperti apa yang dijelaskan oleh:

Mulyani Sumantri & Syaodih, anak semenjak usia balita suka meniru apa
saja yang dia lihat, dari tindak tanduk orang tua, cara bergaul orang tua,
cara berbicara atau berinteraksi di lingkungan sekitar, cara orang tua
menghadapi teman, tamu dan sebagainya. Oleh karena itu, orang tua harus
menjadi contoh tauladan bagi anak-anaknya.27

b) Pembelajaran di lingkungan

Belajar berorganisasi menjadi sangat penting peranannya dalam

memaksimalkan perkembangan sosial manusia. Banyak sekali organisasi-

organisasi di masyarakat yang dapat diikuti dalam rangka mengasah

kepedulian sosial. Salah satunya adalah karang taruna yang anggotanya

terdiri dari para pemuda pada umumnya. Berbagai macam karakter

manusia yang terdapat dalam organisasi-organisasi tersebut dapat melatih

kita untuk saling memahami satu sama lain.

c. Pembelajaran di sekolah

27
Mulya ni Sumantri & Syaodih, Bentuk Kepedulian Sosial , (Jakarta: 2008: cet 2) h 39
23

Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan memiliki potensi untuk

memberikan pendidikan nilai kepedulian sosial melalui guru dan seluruh

penyangga kepentingan sekolah. Penanaman nilai dapat diintegrasikan

pada setiap mata pelajaran supaya nilai benar-benar terinternalisasi pada

siswa. Guru menjadi faktor utama dalam pengintegrasian nilai-nilai di

sekolah.

Selain itu sekolah juga memiliki berbagai macam kegiatan baik

yang berhubungan dengan di dalam maupun di luar sekolah dengan

melibatkan warga sekitar yang dapat menumbuhkan sikap kepedulian

sosial, misalnya kegiatan pesantren kilat, infak, kerja bakti dengan warga

sekitar sekolah dan lain-lain yang merupakan wadah bagi siswa ntuk

meningkatkan rasa kepedulian, baik sesama warga sekolah maupun

masyarakat luas. Kegiatan dengan melibatkan pihak luar sekolah ini sesuai

dengan yang dikatakan :

Maman Rachman, bahwa sekolah perlu mengadak hubungan baik dan


kerjasama dengan komunitas lingkungan sekitar. Masyarakat diharapkan
dapat membantu dan bekerjasama dengan sekolah agar program sekolah
dapat berjalan dengan lancar dan oleh sebab itu hubungan yang saling
menguntungkan antara sekolah dan masyarakat perlu dibina secara
harmoni
24

5. Bentuk-bentuk Kepedulian Sosial

Bentuk-bentuk kepedulian sosial dapat di bedakan berdasarkan lingkungan.

Lingkungan yang di maksud merupakan lingkungan dimana seseorang hidup dan

berinteraksi dengan orang lain yang bisa di sebut lingkungan sosial.

Menurut Elly M Setiadi: lingkungan sosial merujuk pada lingkungan di mana


seseorang melakukan interaksi sosial, baik dengan anggota keluarga, teman, dan
kelompok sosial lain yang lebih besar.28

Buchari Alma membagi bentuk-bentuk kepedulian sosial berdasarkan

lingkungannya, yaitu :

a. Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan sosial terkecil yang yang dialami oleh

seorang manusia. Lingkungan inilah yang pertama kali mengajarkan manusia

bagaimana berinteraksi. Hal yang paling penting diketahui bahwa lingkungan

rumah itu akan membawa perkembangan perasaan sosial yang pertama.

Misalnya perasaan simpati anak kepada orang dewasa (orang tua) akan

muncul ketika anak merasakan simpati karena telah di urus dan dirawat

sebaik-baiknya. Dari perasaan simpati itu, timbulah rasa cinta dan kasih

sayang anak kepada orang tua dan anggota keluarga lain, sehingga akan

timbul sikap paling peduli.

Keluarga yang merupakan lingkungan sosial kecil seharusnya di pelihara

keharmonisannya. Keharmonisan dalam keluarga menjadi sangat vital dalam

pembentukan sikap peduli sosial karena akan sangat mendukung pada

tingkatan masyarakat yang lebih luas termasuk dampaknya bagi negara.

28
Elly M. Setiadi, dkk, Kepedulian Sosial, (Bandung: 2012). h 66
25

b. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat pedesaaan yang masih memiliki tradisi yang kuat

masih tertanam sikap kepedulian sosial yang sangat erat. Ketika ada suatu

kegiatan yang dilakukan oleh satu keluarga, maka keluarga lain dengan tanpa

imbalan akan segera membantu dengan berbagai cara. Misalnya saat mau

mendirikan rumah, anggota keluarga yang lain menyempatkan diri untuk

berusaha membantunya. Situasi yang berbeda dapat dirasakan pada

lingkungan masyarakat perkotaan. Jarang sekali kita lihat pemandangan yang

menggambarkan kepedulian sosial antar warga. Sikap individualisme lebih

ditonjolkan dibandingkan dengan sikap sosialnya. Sebenarnya di dalam

masyarakat tumbuh berbagai macam kelompok sosial.

Menurut Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati (2007: 186), kelompok sosial
merupakan unsur-unsur pelaku atau pelaksana asas pendidikan yang secara
sengaja dan sadar membawa masyarakat kepada kedewasaan, baik secara
jasmani maupun rohani yang tercermin pada perbuatan dan sikap kepribadian
warga masyarakat. Contoh kelompok sosial itu adalah karang taruna, remaja
masjid, PKK dan sebagainya.29

c. Lingkungan Sekolah

Sekolah tidak hanya sebagai tempat untuk belajar meningkatkan

kemampuan intelektual, akan tetapi juga membantu anak untuk dapat

mengembangkan emosi, berbudaya, bermoral, bermasyarakat, dan

kemampuan fisiknya.30

Menurut Young Pai dalam Arif Rohman berpendapat bahwa sekolah memiliki
dua fungsi utama yaitu, sebagai instrumen untuk mentramsmisikan nilai-nilai
sosial masyarakat (to transmit sociental values) dan sebagai agen untuk
transformasi sosial(to be the agent of social transform). 31

29
Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Kelompok Sosial, 2007, h 186
30
Tim Dosen Jurusan Filasafat dan Sosiologi Pendidikan, Kepedulian Sosial (2000: cet IV) h 9
31
Young Pai dalam Arif Rohman, Nilai-Nilai Kepedulian Sosial, 2009, h 201
26

Sedangkan Abu Ahmadi & Uhbiyati menjelaskan bahwa, fungsi sekolah


sebagai lembaga sosial adalah membentuk manusia sosial yang dapat bergaul
dengan sesama manusia secara serasi walaupun terdapat unsur perbedaan
tingkat soaial ekonominya, perbedaan agama, ras, peradaban, bahasa dan lain
sebagainya.

Menurut pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa, sekolah bukan hanya

tempat untuk belajar meningkatkan kemampuan intelektual, akan tetapi juga

mengembangkan dan memperluas pengalaman sosial anak agar dapat bergaul

dengan orang lain di dalam masyarakat. Berinteraksi dan bergaul dengan

orang lain dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah

dengan menunjukkan sikap peduli terhadap sesama.

Di dalam lingkup persekolahan, sikap kepedulian siswa dapat ditunjukkan

melalui peduli terhadap siswa lain, guru, dan lingkungan yang berada di

sekitar sekolah. Rasa peduli sosial di lingkungan sekolah dapat ditunjukkan

dengan perilaku saling membantu, saling menyapa, dan saling menghormati

antar warga sekolah. Perilaku ini tidak sebatas pada siswa dengan siswa, atau

guru dengan guru, melainkan harus ditunjukkan oleh semua warga sekolah

yang termasuk di dalamnya.

B. Hakikat Game Kepramukaan

1. Pengertian Game Kepramukaan

Menurut Utami Munandar Permainan (game) adalah satu perbuatan yang


mengandung keasyikan dan dilakukan atas kehendak diri sendiri, bebas tanpa
paksaan dengan bertujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan
kegiatan tersebut. Permainan cukup penting bagi perkembangan jiwa anak. Oleh
karena itu perlu bagi anak-anak untuk diberi kesempatan dan sarana di dalam
kegiatan permainannya. Secara fungsional kegiatan bermain dan bekerja
mengandung perbedaan cukup mendasar, sebab bekerja itu lebih diarahkan kepada
hasil yang akan dicapai, di samping adanya keterkaitan yang lebih ketat dari pada
sebuah permainan.32

Hal-hal kegiatan anak yakni bermain. Bermain mempunyai cirri-ciri sebagai

berikut:

32
Aslachah Mauidhotul Faiz, Nilai Moral dalam Kegiatan Ekstrakurukuler Pramuka di SD N
Kalasan Baru Yokyakarta, Skripsi, h 32
27

a. Sifat bebas (tidak terlalu terikat oleh syarat).

b. Tidak berorientasi hasil, tujuannya hanya kesenangan dalam bermain.

c. Hasilnya (kesenangan) ada dalam kegiatan itu.

d. Hakikatnya untuk anak.

Menurut Joan Freeman dan Utami Munandar mendefinisikan permainan sebagai


suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik
secara fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.33

2. Macam- macam Game Kepramukaan

1) Permainan Kecil

Yaitu suatu bentuk permainan yang tidak mempunyai peraturan tertentu, baik

mengenai peraturan permainannya, alatnya, ukurannya, dan mengenai waktu

pelaksanaannya.

Macam-macam permainan kecil :

a. Permainan kecil tanpa alat (lari bolak- balik, menjala ikan, kucing dan tikus,

dan lain-lain).

b. Permainan kecil dengan alat (lari bolak-balik sambil memindahkan benda,

kasti, rounders, dan lain-lain).34

2) Permainan Besar

Yaitu macam-macam permainan yang sudah yang sudah mempunyai wadah atau

organisasi baik nasional maupun internasional.

Macam-macam permainan besar :

a. Permainan besar dengan bola kecil

b. Tenis meja, bulu tangkis base ball dan lain-lain.

c. Bola volli, bola basket, sepak bola, dan bola tangan.35

33
Andang Ismail, Education Games, h 16
34
Drijakara, Permainan dan Metodik II, (Online), (http// Staff.uny.ac.id/Permainan, diakses 17
Juni 2020)
28

Namu dalam game kepramukaan, ada salah satu game yang sering di mainkan

dalam kegiatan kepramukaan yaitu game bola sumpit. Game bola sumpit merupakan

permainan dalam kepramukaan yang dirancang untuk melatih ketelitian siswa,

meningkatkan kedisiplinan, dan kehati-hatian siswa dalam melakukan suatu perbuatan

yang bisa diartikan siswa harus berfikir dulu sebelum bertindak sesuatu tindakannya baik

atau buruk untuk dilakukan permainan bola sumpit ini dilakukan di luar ruangan.

a. Alat dan Bahan

1) Bola pimpong plastik 33 biji

2) 11 pasang sumpit

3) 22 mangkok plastik

b. Petunjuk Permainan

1) Peneliti menginstrusikan siswa untuk membentuk masing-masing 6 ronde

yang berisi 10 sampai 11 orang.

2) Kemudian peneliti menyiapkan 11 pasang sumpit dan 33 bola yang di

letakkan di dalam mangkok, masing-masing mangkok berisi 3 bola

pimpong.

3) Masing-masing siswa memindahkan bola ke dalam mangkok yang kosong

dalam kurun waktu 3 menit dengan secepat mungkin dan segera lari ke

garis finish.

4) Jika ronde pertama sudah selesai akan di ambil 1 pemenang.

5) Di lanjutkan ronde selanjutnya , sampe ronde ke enam dan masing-masing

ronde di ambil 1 pemenang juga.

6) Dari enam siswa yang menang itu di adu kembali dan akan di ambil 3

terbaik sebagai pemenang permainan.

c. Pelanggaran terhadap permainan bola sumpit.

35
Drijakara, Permainan dan Metodik II, (Online), (http// Staff.uny.ac.id/Permainan, diakses 17
Juni 2020)
29

Bola jatuh ke tanah saat akan dikenakan diskualifikasi.

3. Pentingnya Game Kepramukaan

1) Untuk dapat mengembangkan aspek fisik ialah melihat otot tubuh, agar

tumbuh dan kuat.

2) Untuk perkembangan aspek motorik kasar dan halus ialah agar segala

gerakan motorik mudah berkembangan.

3) Untuk perkembangan aspek sosial ialah, agar menimbulkan rasa

kebersamaan, memecahkan masalah bersama, dan lain-lain.

4) Untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian ialah, agar dapat

melepaskan ketegangan, memenuhi golangan dalam diri.

5) Untuk perkembangan aspek kognisi ialah, agar dapat melatih kreatifitas

dapat berkembang melalui permainan.

6) Untuk pengembangan aspek pengindraan ialah, agar dapat melatih panca

indra akan semakin tajam.

7) Untuk perkembangan aspek keterampilan olahraga ialah, kekuatan,

keuletan, koordinasi akan berkembang.

8) Untuk media terapi ialah, agar permainan dapat dijadikan media

psikoterapi.36

4. Nilai dalam Game Kepramukaan

1) Kesehatan dan kekuatan jasmani, untuk perkembangan dan pertumbuhan

jasmani (panca indera lebih tajam)

2) Kesegaran jasmani, untuk meningkatkan fungsi organ dan meningkatkan

fungsi organ dan meningkatkan kesegaran jasmani.

36
Drijakara, Permainan dan Metodik II, (Online), (http// Staff.uny.ac.id/Permainan, diakses 17
Juni 2020)
30

3) Penguasaan bahasa, untuk keperluan komunikasi agar anak menguasi

bahasa.

4) Rasa seni dan keindahan, untuk seni gerak, penguasaan irama, seni suara

dan seni bahasa.

5) Budi pekerti yang baik, untuk menumbuhkan rasa kebersamaan,

meningkatakan kedisiplinan, keberanian, menghormati sesame dan lain-

lain.

6) Perkembangan sosial anak , untuk memperkenalkan lingkungan, dirinya,

lawan dan lain-lain.

Usia anak remaja sekolah menengah pertama (MTS) 10-12 tahun:

1) Anak lebih kritis

2) Tidak mau disamakan dengan tahun sebelumnya

3) Pertumbuhan putra lebih kuat

4) Dibedakan latihan putra/putrid

5) Permanan beregu yang lebih sulit dan komplek.37

Untuk membantuk anak menghadapi tantangan dan tekanan etika yang akan terus

berkembang seiring dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, anak harus dibekali

dengan nilai-nilai yang dapat melindungi dirinya agar tetap berada di jalan yang benar

dan membantunya agar selalu bermoral dalam bertindak. Berikut adalah tujuh kebaikan

atau nilai-nilai menurut Michele Borba yang menurutnya akan menjaga sikap baik

seumur hidup pada anak :

a. Empati, merupakan emosi moral yang membantu anak memahami perasaan

orang lain. Sikap ini membuatnya peka terhadap kebutuhan dan perasaan

orang lain, mendorong untuk tolong menolong terhadap sesame.


37
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1995), h 82
31

b. Hati nurani, suara hati yang membantu anak memilih jalan yang benar dari

pada jalan yang salah serta tetap di jalur yang bermoral, mebuat dirinya

merasa bersalah ketika menyimpang dari jalan yang semestinya. Hal ini

merupakan fondasi bagi perkembangan sifat jujur, tanggung jawab, dan

integritas yang tinggi.

c. Control diri, membantu anak menahan dorongan dari dalam dirinya dan selalu

berfikir sebelum bertindak, sehingga dia tahu mana yang benar dan kecil

kemungkinan mengambil tindakan yang akan menimbulkan akibat buruk.

Sikap ini membantu anak untuk mandiri dan bersikap murah hati.

d. Rasa hormat, mendorong anakbersikap baik dan menghormati orang lain.

e. Kebaikan hati, anak mampu menunjukan kepedulian terhadap kesejahteraan

dan perasaan orang lain, anak akan memiliki rasa belas kasih yang tinggi,

tidak memikirkan dirinya sendiri, serta menyadari perbuatan yang baik dan

benar.

f. Toleransi, membuat anak mampu menghargai perbedaan dengan orang lain

tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya, kepercayaan,

kemampuan, dan orientasi seksual.

g. Keadilan, menuntun anak untuk berperilaku adil dan tidak memihak, sehingga

ia akan mematuhi aturan, mau berbagi, serta mendengarkan semua pihak

secara terbuka.38

C. Kerangka Pikir

Sekolah sebagai tempat untuk memperoleh pendidikan secara formal memiliki

peran dan tanggung jawab untuk menghasilkan lulusan yang berguna bagi kehidupan

bermasyarakat, bangsa dan negara. Salah satu yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini

adalah lahirnya generasi-generasi muda yang memiliki karakter kepedulian sosial yang

38
Aslachah Mauidhotul Faiz, Nilai Moral dalam Kegiatan Ekstrakurukuler Pramuka di SD N
Kalasan Baru Yokyakarta, Skripsi, h 21
32

tinggi. Generasi yang memiliki karakter mulia ini tidak hanya di peroleh pada pendidikan

fomal saja melainkan pada pendidikan non formal, inilah yang nantinya diharapkan dapat

memperbaiki kondisi bangsa saat ini. Salah satu solusi untuk melahirkan generasi yang

memiliki karakter kepedulian sosial yaitu melalui kegiatan kepramukaan.

Nilai kepedulian sosial ini seharusnya menjadi tanggung jawab bersama antara

orang tua dan sekolah. Apabila peran orang tua sebagai pendidk utama karakter siswa

tidak dapat berfungsi dengan baik, maka tugas dan beban sekolah dalam memberikan

pendidkan nilai kepedulian sosial menjadi jauh lebih

berat. Apalagi melihat kondisi di lapangan saat ini menunjukan nilai kepedulian sosial

yang mulai menghilang, misalnya perkelahiyan antar siswa, kurangnya kepedulian untuk

membantu sesame teman, kurangnya interaksi, dan saling menyapa sesame teman

maupun guru, dan lain sebagainya menggambarkan nilai kepedulian sosial merupakan

salah satu tugas berat yang harus segera di laksanakan oleh Mts Negeri 03 Kabupaten

melaui kegiatan kepramukaan.


33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian deskriptif/non

statistika atau deskriptif-kualitatif. Pengertian secara teoritis tentang penelitian deskriptif

adalah penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyikapan fakta dengan menganalisa

data.39

Sedangkan menuurut Sukardi dalam buku Metodologi Penelitian, penelitian

deskriptif ialah peneliti berusaha mengambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan

obyek tertntu scara jelas dan sistematis, juga melakukan eksplorasi, mengambarkan,

dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejalah yang

berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan.40

Dalam penelitian deskriptif ini peneliti berusaha mencatat, menganalisa dan

menginterpretasikan kondisi yang ada, artinya mengumpulkan informasi tentang

keadaan yang ada dengan variable yang menjadi indikasi dalam penelitian ini.

Dengan demikian, pemaparan secara kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan

untuk mengambarkan lebih jelas tentang pengembangan kepedulian sosial melalui game

kepramukaan di Mts N 03 Kab. Gorontalo.

2. Pendekatan

39
Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka
Cipta, 1991), h 11
40
Sukardi, Metodologi Penelitian, (Jakarta:PT.Bumi Aksara,2005, Cet.III), h 14.
34

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Fenomenologi, sosiologis, dan psikologi, yaitu:

a) Pendekatan Fenomenologi, pendekatan ini digunakan untuk melihat

fenomena atau realitas yang terjadi di lapangan tentang pengembangan

kepedulian sosial melalui game kepramukaan di Mts N 03 Kab. Gorontalo

Sehubungan dengan lingkungan sosial maka dengan pendekatan ini akan

dilihat latar social-kultural siswa dalam kehidupan sehari-hari.

b) Pendekatan Sosiologi-kultural, digunakan untuk mengetahui tentang

pengembangan kepedulian sosial melalui game kepramukaan di Mts N 03

Kab. Gorontalo

c) Pendekatan Psikologi, digunakan untuk mengetahui tentang upaya-upaya

yang dilakukan oleh Pembina pramuka dalam mengembangkan kepedulian

sosial siswa melalui game kepramukaan.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak pengumpul data dan pengamat partisipan.

Sebagai pengumpul data peneliti bertindak langsung menghubungi sumber-sumber yang

sedianya dapat memberikan informasi yang penulis butuhkan. Dengan demikian berarti

peneliti termasuk dalam instrument atau alat dalam penelitian ini.

Adapun peneliti sebagai pegamat partisipan yaitu penulis bertindak hanya sebagai

pengamat sementara terhadap aktifitas-aktifitas tertentu dari objek penelitian. Oleh

karena itu dalam mengamati objek peneliti dibantu oleh instrument-instrumen penelitian

lainnya, termasuk didalamnya pedoman observasi. Interaksi antara peneliti dengan

objek penelitian menjadi kunci utama untuk menemukan/menjaring informasi yang

dibutuhkan.
35

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Telaga Biru Kab. Gorontalo. Lokasi ini

peneliti pilih sebagai obyek penelitian, dalam hal ini peneliti melihat bahwa di lokasi

tersebut belum ada dilakukan penelitian sebelumnya.

D. Sumber Data

Yang dimaksudkan dengan sumber data dalam hal ini adalah, “sumber dari mana

data dapat diperoleh”.41 Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan

sekunder. Sumber data primer merupakan sumber yang langsung memberikan data

kepada peneliti contohnya; masyarakat setempat, orangtua dari santri , serta santri itu

sendiri dan pengasuh pondok pesantren. Data primer ditentukan secara purposive

samping artinya menentukan responden yang dipandang sangat mengetahui

pengembangan kepedulian sosial melalui game kepramukaan di Mts N 03 Kab.

Gorontalo. Sedangkan data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data, dalam hal ini melalui dokumen atau data yang berhubungan dngan

permasalahan yang diteliti, yang berfungsi sebagai pelengkap data primer.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan penelitian, maka teknik

yang digunakan dalam pengumpulan data ini meliputi:

(1) observasi,

(2) wawancara,

(3) dokumentasi.

1. Observasi

Observasi yang dilakukan pada awal penelitian ini yaitu pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan langsung terhadap fenomena yang akan diteliti terutama yang

berkaitan dengan pengembangan nilai kepedulian sosial melalui game kepramukaan di

Mts N 03 Kab. Gorontalo.

41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), h 102
36

2. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang

yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara secara garis besar dibagi menjadi

dua yaitu: wawancara tak berstruktur dan wawancara berstruktur. Wawancara tak

berstruktur biasa juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara

terbuka, wawancara kualitatif, dan wawancara etnografis. Sedangkan wawancara

terstruktur serig juga disebut wawancara baku (standardize interview), yang susunan

pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya dengan pilihan-pilihan jawaban yang sudah

disediakan.42

Teknik wawancara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data adalah

wawancara tak berstruktur (wawancara mendalam). Karena data yang diuangkapkan

peneliti dalam wawancara ini yakin akan sesuai dengan data yang secara obyektif di

lapangan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi peneliti digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber- sumber

non insani (bukan manusia). Dalam hal ini dokumen digunakan sebagai sumber data

karena dokumen dapat dimanfaatkan dalam membuktikan, menafsirkan dan

meramalkan dalam suatu peristiwa. Adapun dokumen-dokumen yang diambil dari

pondok, seperti sejarah pondok, keadaan para santri, sarana pendidikan dan

sebahgainya. Dokumentasi pendukung lainya adalah berupa foto, audio dan lain-lain

42
Mulyana, Metodologi Peneitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Bandung: Generasi Muda Rosdakarya, 2002), h 180
37

F. Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model interktif

yang dikembangkan oleh Miles dan Hurberman yang dimulai dngan pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.43

Proses analisis data dilakukan secara terus menerus didalam proses pengumpulan data

selama penelitian berlangsung.

1. Pengumpulan data

Dalam tahap ini peneliti melakukan studi awal melalui dokumentasi dan observasi.

2. Reduksi data

Dalam tahap ini penulis memilah dan memilih data mana yang dianggap relevan

dan penting yang berkaitan dengan masalah pengembangan nilai kepedulian sosial

melalui game kepramukaan di Mts N 03 Kab. Gorontalo. Sedangkan data yang tidak

berkaitan dengan permasalahn penelitian dibuang. Data yang belum direduksi berupa

catatan lapangan, hasil data, observasi dan dokumentasi berupa informasi-informasi

yang berikan oleh respond/informan yang tidak berhubungan dengan masalah yang

tidak berhubungan dengan masalah penelitian. Data tersebut direduksi dengan

mengedepankan data-data yang tidak penting dan tidak bermakna. Data yang telah

direduksi kemudian disajikan dalam bentuk laporan penelitian. Dengan demikian maka

gambaran hasil penelitian akan lebih jelas.

3. Penyajian data

Dalam penyajian data ini peneliti menyajikan hasil penelitian, bagaimana temu-

tmuan baru itu dihubungkan dengan penelitian terdahulu. Penyajian data dalam

penelitian ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hal-hal yang menarik dari masalah

yang diteliti, metode yang digunakan , penemukan yang diperoleh, penafsiran hasil dan

pengintgrasian dengan teori.

43
Miles Dan Huberman, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1996), h 61
38

4. Penarikan kesimpulan

Pada tahapan ini peneliti membuat kesimpulan apa yang ditarik dan saran sebagai

bagian akhir dari penelitian.

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Proses ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai kebenaran data

yang penulis temukan di lapangan. Cara yang penulis lakukan dalam proses ini adalah

dengan triangulasi. Cara ini merupakan pengecekan keabsahan data data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data. Mengenai triangulasi data dalam penelitian ini ada dua hal

yang digunakan, yaitu triangulasi dngan sumber dan triangulasi dngan metode.44

Triangulasi dngan sumber data dilakukan dngan cara pengecekan data (cek, cek

ulang, cek silang) mengecek adalah melakukan wawancara kepada dua atau lebih

sumber infrman dengan pertanyaan yng sama. Cek ulang berarti melakukan proses

wawancara secara berulang dengan mengajukan pertanyaan mengenai hal yang sama

dalam waktu yang berlainan. Cek silang berarti menggali kterangan tentang keadaan,

infrman satu dengan informan lainnya.

Adapun triangulasi dengan metode dilakukan dengan cara:

1. Membandingkan hasil pengamatan dngan hasil wawancara berikutnya;

2. Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara;

3. Membandingkan hasil wawancara pertama dengan wawancara berikutnya.

Penekanan dari hasil perbandingan ini untuk mengetahui alasan-alasan terjadinya


perbedaan data yang diperoleh selama proses pengumpulan data

44
Ibid, h . 163
39

H. Tahapan-tahapan Penelitian

Dalam meneliti, peneliti menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan

Dalam tahap ini peneliti melakukan studi awal untuk mengecek layak tidaknya

permasalahan dan pengecekan sumber data pendukung penelitian.

2. Pelaksanaan

Dalam tahap ini peneliti mulai mengadakan langkah-langkah sebagai berikut:

pembuatan proposal penelitian, pembuatan instrument pemnelitian, pengumpulan data

dan pengujian keabsahan data sebelum penarikan kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan dan saran sebagai akhir dari penelitian

4. Membuat laporan hasil penelitian


40

DAFTAR PUSTAKA

Andri Bob Sunardi, BOYMAN Ragam Latih Pramuka, (Bandung: Nuansa Muda), 2013

Agus Widodo HS, Ramuan Lengkap Bagi Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak, dan

Pembina Pramuka, Yokyakarta: Kwartir Daerah XII DIY, 2003

Burhan Bangun, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers), 2015

Ensliklopedi Nasional Indonesia jilid 5, (Jakarta: Cipta Adi Pustaka), 1989

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga,) 1995

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implemtasi, (Bandung:

Remaja Rosdakarya), 2005

Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar, Menggagas Paradigma Baru Pendidikan,

Jakarta: Paramadina, 2001.

Ida Fiteriani, Analisis Model Integrasi Ilmu dan Agama dalam Pelaksanaan Pendidikan di

Sekolah Dasar Islam Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran

Dasar, Vol. 2

Lambung Mangkurat, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 6 No 11 Mei 2016

Noor Yanti, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Rangka Pengembangan

Karakter

Miles Dan Huberman, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Tarsito) 1996

Mudlofir, Teknologi Intruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 1990


41

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara), 2006

Sudirjo, Penelitian Kurikulum, (Yokyakarta: IKIP YK), 1987

Suryo Suboto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta), 1997

Siswa Untuk Menjadi Warga Negara Yang Baik di SMA Korpri Banjarmasin Universita

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka


Cipta) 1991
Sukardi, Metodologi Penelitian, (Jakarta:PT.Bumi Aksara) 2005 Cet.III
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), 1989

Jaenudin Yusup, Siti Sadia Julaeha, Tini Rustini, Panduan Wajib Pramuka Super

Lengkap Siaga, Penggalang, Penegak, Pandega, (Jakarta: Cmedia), 2014

Kodradt Pramudho, Jejak Langkah Pramuka, (Jakarta: Insan Cita) 2016

Pusat Pendidikan Gerakan Pramuka Tingkat Daerah Lampung Pusdiklatda Intan Pura,

Modul Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD)

Jaenudin Yusup, Siti Sadiah Julaiha, Tini Rustini, Panduan ajib Pramuka, 2009

Jana T Anggardiredja, Panduan Teknis Kursus, 2000

Jurnal Dimas, Etika dan Kepedulian Sosial dalam http:// dimas-p-a-fib11.web.unair.

ac.id/artikel_detail-104726-Etika%20dan%Kepribadian-Kepedulian

%20Sosial.html. diakses tanggal 8 Mei 2020


42

Yusak Manitis S, Eko Setiyo, Panduan Penyelesaian Syarat Kecakapan Umum

PramukaGolongan Penggalang (Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka,

2014)

Anda mungkin juga menyukai