Anda di halaman 1dari 49

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA CALOR ELECTRIC

CONVERTER TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

PESERTA DIDIK KELAS XII MIPA DI MAN 2 BONE

Proposal Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Fisika
pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar

RUSTANG
NIM. 20600120004

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan proposal skripsi Saudara Rustang, NIM

20600120004, mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika pada Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Alauddin Makassar, setelah meneliti dan mengoreksi secara seksama

proposal skripsi berjudul, “Efektivitas Penggunaan Alat Peraga Calor Electric

Converter (Calico) Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep

Peserta Didik Kelas XII MIPA di MAN 2 Bone”, memandang bahwa proposal skripsi

tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diseminarkan.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.

Gowa, 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Muhammad Qaddafi, S.Si., M.Si. Santih Anggereni, S.Si., M.Pd.

NIP. 197608022005011004 NIP. 198411112015032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan

Rafiqah, S.Si., M.Pd.


NIP. 197907212005012003

i
DAFTAR ISI

Halaman
Persetujuan Pembimbing................................................................................................i

Daftar Isi........................................................................................................................ii

Daftar Tabel..................................................................................................................iv

Daftar Gambar...............................................................................................................v
BAB I Pendahuluan.......................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................5

C. Hipotesis Penelitian..............................................................................................5

D. Defenisi Operasional Variabel.............................................................................6

1. Variabel Independen........................................................................................6

2. Variabel Dependen..........................................................................................6

E. Kajian Pustaka......................................................................................................7

F. Tujuan Penelitian.................................................................................................9

G. Manfaat Penelitian...............................................................................................9

BAB II Tinjauan Teoritis.............................................................................................11

A. Keterampilan Proses Sains.................................................................................11

B. Media Pembelajaran...........................................................................................22

C. Alat Peraga.........................................................................................................24

D. Alat Peraga Calor Electric Converter (Calico)...................................................26

E. Kerangka Pikir...................................................................................................28

ii
BAB III Metodologi Penelitian...................................................................................30

A. Jenis Penelitian...................................................................................................30

B. Desain Penelitian................................................................................................30

C. Lokasi Penelitian................................................................................................30

D. Populasi dan Sampel..........................................................................................31

E. Instrumen Penelitian...........................................................................................32

F. Validitas Instrumen............................................................................................32

G. Prosedur Penelitian.............................................................................................33

H. Teknik Analisis Data..........................................................................................34

Daftar Pustaka..............................................................................................................38

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Keterampilan proses sains dan sub indikator keterampilan proses sains..13

Tabel 3.1. Populasi peserta didik kelas XII MIPA MAN 2 Bone..............................31

Tabel 3.2. Kriteria uji validitas oleh ahli....................................................................33

Tabel 3.3. Kategorisasi nilai keterampilan proses sains.............................................35

Tabel 3.4. Kriteria Efektivitas N-Gain.......................................................................37

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Keramik peltier.....................................................................................27

Gambar 2.2. Skema cara kerja calor electric converter.............................................28

Gambar 2.3. Bagan kerangka pikir penggunaan alat peraga calor electric

converter terhadap keterampilan proses sains............................................................29

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan tercantum dalam Undang-undang No. 20. Tahun 2003 pasal 1 ayat

1 yang menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara". Menurut definisi ini, pendidikan

dianggap mengembangkan potensi peserta didik dan menjadikannya berguna di masa

depan untuk kemajuan diri, masyarakat, negara dan bangsa.

Pendidikan juga sangat wajib bagi umat islam sebagaimana firman Allah

dalam QS. Al-Alaq/96: 1-5.

‫ َع َّلَم‬٤ ‫ اَّلِذ ْي َع َّلَم ِباْلَقَلِۙم‬٣ ‫ ِاْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَاْلْك َر ُۙم‬٢ ‫ َخ َلَق اِاْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍۚق‬١ ‫ِاْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ْي َخ َلَۚق‬
٥ ‫اِاْل ْنَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْۗم‬
Terjemahan:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan(1), Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah(2) Tuhanmulah Yang Maha Pemurah(3)
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam(4), Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya(5)” (Departemen Agama, 2010).
Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan sangat penting bagi umat

manusia. Tanpa belajar, seseorang tidak akan pernah mengetahui semua yang

diperlukan untuk bertahan hidup di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia tumbuh
2

karena diperoleh melalui proses belajar membaca secara luas daripada membaca

segala sesuatu yang terkandung dalam ciptaan Allah SWT.

Pendidikan berperan penting dalam membentuk pemikiran, akhlak dan

perilaku manusia sesuai dengan norma-norma yang ada seperti norma agama, adat

istiadat, budaya, dan lain-lain. Selain itu, pendidikan sangat meningkatkan hubungan

sosial antara orang-orang dan juga berfungsi sebagai modal manusia dari orang-orang

sosial untuk mengimbangi meningkatnya globalisasi dunia. (Ashar & Suklin, 2021).

Peranan penting pendidikan dalam membentuk pola pikir dan keterampilan

individu menjadi lebih positif dan maju didapatkan melalui proses belajar dari

berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah ilmu fisika. Pembelajaran fisika pada

hakikatnya merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan kondisi

agar peserta didik menguasai konsep, prinsip, dan keterampilan serta rasa ingin tahu

guna meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi (Masyruhan et al.,

2020).

Menurut Haryadi et al., (2021) Media pembelajaran adalah alat yang

digunakan untuk mengkomunikasikan informasi dari sumber yang dapat dipercaya,

dan pendidik menyediakan informasi ini kepada siswa untuk memfasilitasi proses

pembelajaran.. Sedangkan menurut Hasriani et al., (2017) Media pendidikan adalah

segala sesuatu yang dapat menyalurkan dan menyalurkan pesan dari sumber dengan

cara yang dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dimana

penerimanya dapat melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien.

Media pembelajaran dapat berupa alat peraga. Alat peraga adalah segala

sesuata yang dapat memvisualisasikan atau memperagakan tentang materi

pembelajan. Alat peraga disini maksudnya adalah segala sesuatu yang masih abstrak
3

dibuat konkrit dengan alat sehingga dapat dijangkau dengan pikiran sederhana dilihat,

dan dirasakan. Oleh karena itu, alat bantu belajar lebih spesifik daripada lingkungan

dan teknologi belajar karena hanya berfungsi untuk menyajikan topik abstrak

(Arsyad A., 2003).

Alat peraga adalah alat yang dapat ditunjukan pada proses belajar mengajar

dengan tujuan untuk memperjelas konsep dan pengertian dari suatu materi

pembelajaran. Alat peraga mampu menumbuhkan motivasi dan merangsang peserta

didik menjadi lebih aktif sehingga akan tercipta kondisi pembelajaran yang menjadi

lebih interaktif dan tidak terkesan (Oktafiani et al., 2017).

Keterampilan proses sains adalah keterampilan mendasar yang memfasilitasi

pembelajaran ilmiah, membuat peserta didik tetap terlibat, mengembangkan rasa

tanggung jawab, dan meningkatkan cara mereka belajar dan penelitian. Keterampilan

proses sains adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pemikiran, penalaran,

dan tindakan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil tertentu. Jika

keterampilan proses sains sudah terbiasa dilatihkan kepada peserta didik, mereka

akan lebih mudah dalam merencanakan sesuatu dan memecahkan masalah. Selain itu,

dalam memudahkan mereka dalam memahami dan menjelaskan konsep-konsep yang

sulit sehingga peserta didik dapat menggunakan proses saintifik dalam proses

penemuan konsepnya. Oleh karena itu, keterampilan proses sains sangat penting bagi

peserta didik untuk menerapkan metode ilmiah guna pengembangan ilmu

pengetahuan serta memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang baru (Ade, 2018).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh calon peneliti dengan salah

satu guru fisika yang dilakukan pada 3 Desember 2022 di MAN 2 Bone, diperoleh

informasi bahwa dalam proses pembelajaran fisika masih secara konvensional dan
4

sumber belajar yang digunakan berupa buku paket saja. Hal tersebut menunjukkan

kurangnya kreatifitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu,

Pendidik mengungkapkan bahwa peserta didik masih sangat jarang melakukan

praktikum serta. Hal tersebut disebabkan keterbatasan alat peraga yang terdapat

disekolah sehingga berdampak kepada keterampilan proses sains peserta didik yang

dapat dilihat dari nilai rata-rata praktikum peserta didik masih di bawah nilai 76 yang

merupakan nilai KKM dari sekolah tersebut.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, calon peneliti menyarankan agar

pendidik dapat melakukan perubahan/inovasi pembelajaran yang dapat mengarah

pada suatu peningkatan pada keterampilan peserta didik. Salah satu strategi yang

dapat dilakukan yaitu inovasi pada proses pembelajaran, inovasinya dapat berupa

membuat alat peraga. Salah satu alat peraga yang dapat digunakan yaitu alat peraga

calor electric converter. Alat peraga tersebut dapat digunakan untuk melihat

keterampilan proses sains peserta didik misalnya saja dalam hal mengamati prinsip

kerja dari alat tersebut yang semula dari energi panas atau kalor dikonversikan

menjadi energi listrik. Menurut Linda Agustiana (2018) untuk menciptakan proses

pembelajaran sains yang efektif maka sangat diperlukan ketersediaan alat peraga

yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwansyah (2020) menyatakan bahwa

penggunaan alat peraga pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sederhana dapat

efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Dalam penelitian

tersebut, ditemukan bahwa ketuntasan klasikal 83%, sehingga membuktikan bahwa

alat peraga PLTU layak digunakan dalam pembelajaran IPA, terutama fisika.
5

Berdasarkan permasalah tersebut, maka akan diadakan praktikum dengan

menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Salah satu alat

peraga ialah alat peraga Calor Electric Converter. Alat peraga Calor Electric

Converter merupakan alat peraga yang mengkonversi energi calor atau panas menjadi

energi listrik.

Berdasarkan pemaparan di atas, diperlukan sebuah penelitian yang

menggunakan alat peraga Calor Electric Converter pada materi fisika tentang energi.

Penelitian ini akan berjudul “Efektivitas Penggunaan Alat Peraga Calor Electric

Converter Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas XII MIPA MAN

2 Bone”.

B. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada informasi sebelumnya, maka masalah utama yang akan

dijadikan fokus dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan proses sains peserta didik sebelum

dan sesudah diajar menggunakan alat peraga calor electric converter kelas XII

MIPA MAN 2 Bone?

2. Apakah penggunaan alat peraga calor electric converter efektif meningkatkan

keterampilan proses sains peserta didik kelas XII MIPA di MAN 2 Bone?

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara untuk rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pernyataan. (Sugiyono, 2015). Adapun hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:
6

1. Terdapat perbedaan keterampilan proses sains peserta didik sebelum dan

sesudah diajar menggunakan alat peraga calor electric converter kelas XII

MIPA MAN 2 Bone.

2. Penggunaan alat peraga calor electric converter efektif meningkatkan

keterampilan proses sains peserta didik kelas XII MIPA di MAN 2 Bone.

D. Defenisi Operasional Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2019). Berikut adalah beberapa

variable pada penelitian ini.

1. Variabel Independen

Calor electric converter adalah alat peraga atau alat bantu visual yang dibuat

oleh peneliti untuk digunakan dalam proses pembelajaran materi usaha dan energi di

kelas XII MIPA di MAN 2 Bone. Alat peraga ini digunakan untuk menjelaskan

terjadinya perubahan energi dari panas atau kalor menjadi energi listrik. Prinsip kerja

dari alat ini yaitu termoeletrik dipanaskan hinggah mencapai tegangan tertentu

kemudian akan menghasilkan listrik. Melalui alat peraga ini, peserta didik akan

melaksanakan kegiatan praktek berbantuan LKPD yang secara tidak langsung akan

mengukur keterampilan proses sains mereka.

2. Variabel Dependen

Keterampilan proses sains (KPS) adalah keterampilan yang dimiliki peserta

didik untuk memahami suatu teori dan konsep dengan metode ilmiah. Hal ini
7

bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memudahkan dalam proses

pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti keterampilan proses sains

yang mencakup kemampuan melakukan pengamatan, merumuskan masalah,

menyusun hipotesis, merancang percobaan, menggunakan alat dan bahan,

menggunakan konsep dan kemampuan mengomunikasikan. Keterampilan proses

sains dapat diukur dengan menggunakan lembar observasi.

E. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang dilakukan oleh Irwansyah (2020) yang berjudul “Efektivitas

penggunaan alat peraga pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sederhana

terhadap keterampilan proses sains peserta didik SMP GUPPI Gowa”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa alat peraga pembangkit listrik tenaga uap

(PLTU) sederhana dapat cukup efektif digunakan dalam pembelajaran untuk

meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik, seperti dapat dilihat dari

presentasinya yang mencapai 83% dan dikategorikan efektif. Selain itu, nilai

rata-rata keterampilan proses sains peserta didik adalah 83,33.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ashar & Suklin (2021) yang berjudul

“Efektivitas media pembelajaran berbasis alat peraga panel surya sederhana

terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada materi listrik searah”.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat keterampilan proses sains

peserta didik setelah mengikuti pembelajaran listrik searah menggunakan media

pembelajaran berbasis alat peraga panel surya (solar cell) sederhana adalah

81,15 dan 83,90, dengan persentase pada kategori tinggi. Rata-rata tersebut

lebih besar dari standar KKM = 75 dan berdampak positif terhadap


8

keterampilan psoses sains peserta didik yang dicapai. Sehingga media panel

surya (solar cell) sederhana efektif digunakan dalam meningkatkan

keterampilan proses sains peserta didik.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Muh. Jufri Arsyad (2019) berjudul “Efektivitas

penggunaan media alat peraga pesawat atwood terhadap keterampilan proses

sains peserta didik SMA Negeri 3 Pangkep”. Dari hasil penelitiannya,

disimpulkan bahwa penggunaan media alat peraga pesawat atwood efektif

dalam meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Hal ini dapat

dilihat dari nilai rerata keterampilan proses sains pada kelas eksperimen yang

mencapai 80,60 dan untuk kelas kontrol sebesar 72,07.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyono (2020) yang berjudul “Efektivitas

model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dan

pemahaman konsep fisika siswa MA Riyadhus Solihin”. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif untuk

meningkatkan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika siswa di

kelas X MA Riyadhus Sholihin pada materi suhu dan kalor.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Anisa Rosalia (2019) dengan judul “Pengaruh

model pembelajaran SSCS (search solve create and share) terhadap

pemahaman konsep dan keterampilan proses sains peserta didik”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran SSCS (search solve

create and share) berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan keterampilan

proses sains peserta didik.

Studi di atas digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian tentang

penggunaan alat peraga calor electric converte terhadap keterampilan proses sains
9

dan pemahaman konsep peserta didik. Penelitian ini berbeda denga penelitian

sebelumnya yaitu media yang akan digunakan yaitu alat peraga calor electric

converter dan variabel yang diukur adalah keterampilan proses sains sedangkan pada

penelitian terdahulu di atas menggunakan media dan variabel yang berbeda-beda.


10

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains peserta didik sebelum

dan sesudah diajar menggunakan alat peraga calor electric converter kelas XII

MIPA MAN 2 Bone

2. Untuk mengetahui penggunaan alat peraga calor electric converter efektif

meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik kelas XII MIPA di MAN

2 Bone.

G. Manfaat Penelitian

Berikut adalah beberapa manfaat dari hasil penelitian ini:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memiliki manfaat teoritis yang penting, yaitu memberikan

gambaran mengenai efektivitas penggunaan alat peraga Calico dalam meningkatkan

keterampilan proses sains dan pemahaman konsep peserta didik dalam pembelajaran

fisika. Temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan bahan

perbandingan dalam mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan hasil

penelitian.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi sekolah dalam meningkatkan

mutu pembelajaran fisika dan memberikan informasi untuk perbaikan pendidikan

di sekolah.
11

b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga calor

electric converter (calico).

c. Peserta didik diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan meningkatan

keterampilan proses sains fisika serta pemahaman konsep dengan hasil penelitian

ini.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan yang sangat penting dalam pembelajaran fisika adalah

keterampilan proses sains. Konsisten dengan prinsip dan sifat fisika menunjukkan

bahwa fisika merupakan kolaborasi antara konsep dan praktek (Harti et al., 2018).

Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan

bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam

pembelajarn sains, proses ilmiah tersebut dan dikembangkan pada siswa sebagai

pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun pemahaman konsep sains tidak

mengutamakan hasil (produk) saja. Tetapi proses untuk mendapatkan konsep tersebut

juga sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa (Niken Septantiningtyas &

Hakim, 2020).

Keterampilan proses sains (KPS) merupakan keterampilan atau kemampuan

yang digunakan dalam penyelidikan sains. Menurut Özgelen KPS merupakan “The

scientific method, scientific thinking, and critical thinking are also terms that have

been used to describe these skills...”. KPS membutuhkan pelatihan dan

pengembangan, karena perannya meliputi: (1) membantu peserta didik dalam

mengembangkan pikiran; (2) memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam

menemukan konsep; (3) meningkatkan daya ingat; (4) memberikan rasa puas kepada

peserta didik ketika mampu melakukan sesuatu; (5) membantu peserta didik

mempelajari konsep-konsep ilmiah (Ramadhani et al., 2019).


12

Keterampilan proses meliputi keterampilan kognitif atau intelektual, manual

dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat saat peserta didik

menggunakan pikiran mereka dengan melakukan keterampilan proses. Keterampilan

yang melibatkan penggunaan alat dan bahan, mengukur, penyusunan atau merakit

alat merupakan keterampilan proses sains. Interaksi antara sesamanya dalam proses

pembelajaran menjelaskan bahwa merekan melakukan keterampilan sosial.

Rangkaian keterampilan proses antara lain mengamati, mengklasifikasikan,

menginterpretasikan, memprediksi, menggunakan, merencanakan penelitian, dan

mengomunikasikan (Rustaman, 2005).

Pengetahuan yang luas dan multidisiplin meningkat dengan sangat cepat

karena penyebaran ide-ide baru di seluruh dunia, sehingga perlu untuk mengajari

orang bagaimana mereka dapat memperoleh pengetahuan pengetahuan yang

diperlukan dan benar daripada mengajarkan setiap pengetahuan dalam pendidikan.

sistem. Oleh karena itu, keterampilan proses sains adalah satu-satunya hal yang

penting dalam metode pengajaran untuk memperoleh pengetahuan yang baik, yang

diperlukan untuk penelitian ilmiah di bidang keterampilan kognitif dan inkuiri

(Kruea-In et al., 2015).

Pembelajaran yang berfokus pada keterampilan proses sains menekankan

pada kemampuan peserta didik untuk menemukan pengetahuan sendiri melalui

pengalaman belajar, hukum, prinsip, dan generalisasi. Hal ini juga meningkatkan

kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Keterampilan proses sains sendiri merupakan keterampilan belajar dasar

(fundamental learning tools) yang menjadi landasan pengembangan diri setiap

individu (Kemendikbud, 2015).


13

Ketika proses pengajaran fisika adalah kebiasaan, peserta didik cenderung

hanya memperoleh konsep fisika dan bukan proses munculnya konsep tersebut.

Selain itu, ketidakmampuan membayangkan peristiwa ilmiah secara konkret dan

akurat membuat pembelajaran seperti itu membosankan bagi speserta didik.

Keterampilan berpikir yang membantu peserta didik belajar melalui pengetahuan

dengan tujuan memecahkan masalah dan menemukan solusinya merupakan

keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains adalah kemampuan mengolah

tindakan ilmiah dan penalaran untuk mengembangkan pemahaman konsep ilmiah

guna mendukung keterampilan selanjutnya. (Darmaji, dkk, 2018).

Indikator dan sub indikator keterampilan proses sains menurut Kemendikbud

(2015), diantaranya adalah:

Tabel 2.1. Keterampilan proses sains dan sub indikator keterampilan proses

sains
Indikator
No. Keterampilan Proses Sub Indikator
Sains
1. Memanfaatkan indra dalam pengamatan.
1. Mengamati 2. Mengumpulkan fakta relevan dalam proses
pengamatan.
2. Klasifikasi 1. Menuliskan hasil pengamatan secara sistematis.
(Mengelompokkan) 2. Mencari kesamaan dan perbedaan antara objek
atau fenomena yang diamati.
3. Membandingkan ciri-ciri yang muncul dari hasil
pengamatan.
4. Melakukan perbandingan antara objek atau
fenomena yang diamati.
14

Indikator
No. Keterampilan Proses Sub Indikator
Sains
5. Mencari dasar pengelompokkan atau
penggolongan dalam pengamatan.
6. Menghubungkan hasil pengamatan dengan
informasi yang sudah diketahui.
1. Menghubungkan hasil pengamatan.
Menafsirkan 2. Menemukan pola atau keteraturan dalam suatu
3.
(Interpretasi) seri pengamatan
3. Menyimpulkan.
1. Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang
Meramalkan
4. belum terjadi berdasrkan suatu kecendrungan
(Prediksi)
atau pola yang sudah ada.
1. Bertanya apa, bagaimana, dan mengapa.
Mengajukan 2. Bertanya untuk meminta penjelasan.
5.
Pertanyaan 3. Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang
hipotesis.
1. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu
kemungkinan penjelasan dari satu kejadian.
6. Berhipotesis 2. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji
kebenarannya dalam memperoleh bukti lebih
banyak atau melakukan cara pemecahan masalah.
7. Merencanakan 1. Menentukan alat/bahan/sumber yang akan
Percobaan/Penelitian digunakan.
2. Menentukan variable atau faktor penentu.
3. Menentukan apa yang akan diukur, diamati,
dicatat.
15

Indikator
No. Keterampilan Proses Sub Indikator
Sains
4. Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa
langkah kerja.
1. Memakai alat dan bahan.
2. Mengetahui alasan mengapa menggunakan
Menggunakan
8. alat/bahan.
alat/bahan
3. Mengetahui bagaimana menggunakan alat dan
bahan.
1. Mengaplikasikan konsep yang sudah dipelajari
pada situasi yang baru.
9. Menggunakan Konsep 2. Menerapkan konsep dalam pengalaman baru
untuk menjelaskan peristiwa atau fenomena yang
terjadi.
1. Mengorganisasikan data hasil pengamatan.
2. Menyusun laporan secara sistematis dan
menyampaikan hasil pengamatan.
3. Menjelaskan hasil pengamatan yang telah
dilakukan.
4. Membaca informasi yang terkandung dalam
10. Berkomunikasi
grafik, tabel, atau diagram.
5. Mendiskusikan hasil pengamatan atau percobaan
untuk memecahkan suatu masalah atau fenomena
tertentu.
6. Mengubah bentuk penyajian informasi untuk
mempermudah pemahaman.
11. Melaksanakan 1. Melakukan percobaan
16

Indikator
No. Keterampilan Proses Sub Indikator
Sains
percobaan/eksperimen

Menurut Mahmudah (2017) indikator keterampilan proses sains diantaranya

adalah:

1. Kemampuan Mengamati

Observasi adalah identifikasi secara cermat terhadap sifat-sifat objek tertentu

dalam pengertiannya, penggunaan fakta-fakta yang relevan dan relevan dari

pengamatan, dan penggunaan alat atau bahan sebagai alat untuk mengamati objek

dalam rangka pengumpulan data atau informasi. menggunakan. Observasi juga dapat

diartikan sebagai proses penggunaan indra untuk mengumpulkan data tentang suatu

fenomena atau peristiwa. Pengamatan menggunakan panca indera yaitu penglihatan,

penciuman, peraba, perasa dan pendengaran. Pengamatan hanya dengan perasaan

disebut pengamatan kualitatif, dan pengamatan dengan alat ukur disebut pengamatan

kuantitatif. Pengamatan dapat dilakukan terhadap objek yang sudah ada dan

pengamatan dapat dilakukan terhadap gejala atau perubahan.

2. Klasifikasi

Klasifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan

penyusunan atau pengelompokan atas objek-objek atau kejadian. Keterampilan

klasifikasi dapat dikuasai bila peserta didik telah dapat melakukan dua keterampilan

berikut ini:
17

a. Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yang dapat diamati dari

sekelompok objek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi

b. Menyusun klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifat-sifat objek

Keterampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah salah satu

kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah.

3. Melakukan Pengukuran

Keterampilan pengukuran dapat dikembangkan melalui kegiatan yang

berkaitan dengan pengembangan satuan pengukuran yang tepat seperti panjang, luas,

isi, waktu dan berat. Contoh: peserta didik mengukur suhu dengan termometer,

menimbang benda pada berbagai timbangan, mengukur jumlah cairan dengan gelas

ukur, mengukur panjang dengan penggaris, dan mengukur benda dengan jangka

sorong.

4. Memprediksi

Memprediksi berarti mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan

yang belum diamati berdasarkan penggunaan pola yang ditemukan sebagai hasil

penemuan. Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan

mengajukan perkiraan sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan

atau pola yang sudah ada.

5. Menggunakan alat dan bahan

Kemampuan menggunakan alat dan bahan yang mendukung pencapaian hasil

tes. Penggunaan alat dan bahan selama ujian meningkatkan pengalaman belajar

peserta didik. Pengalaman menggunakan alat tersebut merupakan pengalaman konkrit

peserta didik selama proses pembelajaran.


18

6. Mengelompokkan

Mengelompokkan atau pengelompokan adalah proses pemilihan objek atau

kejadian berdasarkan kesamaan dan perbedaan sifat atau karakteristik dari objek atau

kejadian tersebut. Kegiatan pengelompokan dapat menemukan kesamaan atau

perbedaan dengan cara membandingkan suatu objek dengan objek lainnya.

7. Menerapkan konsep

Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap penerapan konsep diantaranya

adalah menghubungkan konsep yang satu dengan yang lainnya, mencari konsep-

konsep yang berhubungan konsep yang satu dengan yang lainnya.

8. Mengomunikasikan

Komunikasi berarti menyampaikan pendapat hasil keterampilan proses

lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Tulisan bisa berbentuk hasil diskusi,

rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster, dan sebagainya. Keterampilan

mengkomunikasikan ini diantaranya sebagai berikut:

a. Mengutarakan suatu gagasan.

b. Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan/memeriksa secara akurat suatu

objek atau kejadian.

c. Mengubah data dalam bentuk tabel ke bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara

akurat

Kriteria (rubrik) digunakan untuk menilai keterampilan setiap peserta didik.

Beberapa kriteria poin untuk kegiatan ilmiah menurut Hibbard dalam (Anggereni,

2014) sebagai berikut:

1. Melakukan Pengamatan (Observasi)

Kriteria-kriteria dalam keterampilan melakukan pengamatan adalah:


19

a. Pengamatan dilakukan dengan melibatkan semua indera.

b. Pengamatan yang akurat dan kuantitatif menggunakan pengukuran yang tepat.

c. Observasi kuantitatif dan akurat.

d. Bila diperlukan buatlah gambar ilmiah.

e. Menggunakan alat dan bahan yang tepat untuk melakukan pengamatan.

f. Pendapat pribadi dihindari pada saat melakukan pengamatan.

g. Data dicatat dan terorganisir secara tepat dan rapi.

2. Merumuskan masalah

Kriteria-kriteria dalam keterampilan merumuskan masalah adalah

a. Masalah dirumuskan dalam kalimat yang sederhana.

b. Masalah dirumuskan dengan variabel yang jelas (variabel manipulasi dan variabel

respon).

c. Masalah yang dirumuskan muncul secara logis dari hasil observasi.

d. Masalah yang dirumuskan merupakan analisis hasil observasi.

e. Masalah yang dirumuskan mengarah pada pengamatan lebih lanjut.

f. Masalah yang dirumuskan mengarah pada prediksi yang masuk akal.

3. Merumuskan Hipotesis

Kriteria-kriteria dalam keterampilan merumuskan hipotesis adalah:

a. Rumusan hipotesis berupa prediksi yang dapat diuji dan merupakan kalimat

pernyataan.

b. Rumusan hipotesis dapat dijadikan dasar eksperimen.

c. Rumusan hipotesis pernyataannya jelas yang diikuti dengan variabel manipulasi

(perubahan eksperimen sesuatu hal) terhadap variabel respon (bagaimana mereka

berpikir tentang respon).


20

4. Membuat Kesimpulan

Kriteria-kriteria dalam keterampilan membuat kesimpulan adalah:

a. Kesimpulan yang diberikan merupakan suatu interpretasi data yang masuk akal.

b. Pertanyaan penelitian dijawab

c. Ada referensi kedua variabel manipulasi dan respon

d. Hubungan diantara variabel; manipulasi dan respon jelas serta dijelaskan dengan

akurat.

e. Kesimpulan singkat.

f. Ketepatan menggunakan kata-kata, struktur dan kalimat lengkap.

g. Kesimpulan teratur.

5. Merancang Percobaan/Eksperimen

Kriteria-kriteria dalam merancang percobaan/ eksperimen adalah:

a. Rancangan percobaan/eksperimen yang dibuat dapat menguji prediksi.

b. Rancangan percobaan/eksperimen memungkinkan variabel manipulasi dapat

dikontrol dan diukur secara tepat.

c. Rancangan percobaan/eksperimen memungkinkan variabel respon dapat diukur

dengan tepat.

d. Rancangan percobaan/eksperimen memasukkan pengontrolan variabel.

6. Keterampilan Komunikasi

Pada proses keterampilan komunikasi ini mahasiswa dilatih untuk mampu

mengkomunikasikan kesimpulan hasil eksperimen (praktikum) yang dilakukan.

Komunikasi ini dalam berupa komunikasi tertulis dan komunikasi lisan. Komunikasi

tertulis dituangkan dalam bentuk laporan hasil eksperimen dan komunikasi lisan

dalam bentuk presentase hasil eksperimen.


21

a. Komunikasi Tertulis

Kriteria yang harus dipenuhi dalam bentuk komunikasi tertulis dalam hal ini

membuat laporan hasil eksperimen.

b. Komunikasi Lisan (Presentase)

Kriteria yang harus dipenuhi dalam bentuk munikasi lisan dalam hal ini

presentase hasil eksperimen

1) Penguasaan materi (pemaparan materi yang sistematis dan tepat)

2) Jenis media yang digunakan (media yang digunakan sangat mendukung

kelancaran presentasi).

3) Kemampuan menggunakan media

4) Kemampuan berkomunikasi

5) Kejelasan materi presentasi

6) Kemampuan menjawab masalah yang muncul

7) Kerjasama tim (kelompok)

Adapun menurut Muyati et al. (2015), tujuan dari keterampilan proses sains

itu sendiri ialah:

1. Meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik, karena dengan

melatih keterampilan proses sains peserta didik dipacu untuk berpartisipasi

secara aktif dan efisien dalam belajar,

2. Menuntaskan hasil belajar peserta didik secara serentak, baik keterampilan

produk, proses, maupun keterampilan kinerja,

3. Menentukan dan membangun sendiri konsepsi serta dapat mendefinisikan

secara benar untuk mencegah terjadinya miskonsepsi,


22

4. Untuk memperdalam konsep pengertian, dan fakta yang dipelajarinya karena

dengan melatih keterampilan proses, peserta didik sendiri yang berusaha

mencari dan menemukan konsep tersebut,

5. Mengembangkan pengetahuan teori dan konsep dengan kenyataan dalam

kehidupan masyarakat.

Dengan demikian, keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan

mental yang mengacu pada keterampilan mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan

diterapkan untuk melakukan aktivitas pembelajaran sains untuk menciptakan konsep,

teori, prinsip, hukum, atau fakta atau bukti. Melalui pengembangan keterampilan

pemrosesan pemerolehan, siswa dapat menemukan dan mengembangkan fakta dan

konsepnya sendiri, serta mengembangkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang

diperlukan.

B. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

“Tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa arab media adalah perantara

atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (1971)

memberikan definisi yang luas mengenai media sebagai hal yang dapat menciptakan

kondidi yang mendukung peserta didik dalam memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap. Media dalam hal ini bisa mencakup guru, buku pelajaran

dan lingkungan sekolah. Namun, dalam konteks pembelajaran, media seringkali

diartikan secara spesifik alat-alat grafis, fotografi, atau elektronik yang digunakan

untuk menangkap, mengolah, dan menyajikan gambar atau kata-kata dalam proses

belajar mengajar (Arsyad A., 2003).


23

Media adalah yang berhubungan dengan ruang, alat dan bahan yang

digunakan dalam belajar mengajar. Media pembelajaran adalah suatu alat yang dapat

digunakan sebagai media untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran

di sekolah guna meningkatkan kualitas pembelajaran (Masykur et al., 2017).

Menurut Bretz, sifat-sifat terpenting media terbagi menjadi tiga unsur utama,

yaitu bunyi, visual, dan gerak. Visual dibagi menjadi tiga bagian: gambar, garis dan

simbol, yang merupakan bentuk kontinu yang dapat ditangkap oleh indera

penglihatan. Selain itu, Bretz juga memisahkan media penyiaran (telekomunikasi)

dan media rekaman, sehingga ada delapan klasifikasi media: (1) media audiovisual

bergerak, (2) media audiovisual diam, (3) media audiovisual semi bergerak. media,

(4) media visual bergerak, (5) media visual diam, (6) media semi bergerak, (7) media

audio dan (8) media cetak (Muhson, 2010: 5). Hal ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Media audiovisual komersial; merupakan media terlengkap karena

menggunakan fungsi audio visual dan bisnis. Media audiovisual adalah

penggunaan dan penyerapan media atau materi melalui penglihatan dan

pendengaran untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa

memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Singkatnya, media

audiovisual bergerak adalah alat komunikasi yang mampu menampilkan unsur

suara dan gambar bergerak, seperti film, televisi, VCD/DVD

2. Media audiovisual diam memiliki ciri-ciri audiovisual tanpa kemampuan

bergerak, seperti film diam, film serial, slide audio.

3. Lingkungan audio semi-animasi menampilkan suara dengan gerakan titik linier

dan tidak dapat menampilkan gambar sebenarnya sama sekali.


24

4. Media visual bergerak memiliki kemampuan memvisualisasikan dan bergerak

tanpa suara.

5. Media visual senyap memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasi

secara visual, tetapi tidak menampilkan suara atau gerakan.

6. Pembawa visual semi-mobile

7. Media suara, media yang hanya memanipulasi kemampuan membuat suara jam.

8. Media cetakan, media data yang mampu menampilkan informasi hanya dalam

bentuk karakter dan simbol verbal tertentu.

C. Alat Peraga

Menurut Arsyad A. (2003), alat peraga merupakan media pembelajaran yang

digunakan untuk memperagakan materi pembelajaran. Segala sesuatu yang masih

bersifat abstrak dikonkretkan dengan menggunakan alat peraga agar dapat dijangkau

dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan

(Sumiharsono & Hasanah, 2017).

Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran, dan segala macam benda

yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran. Alat bantu guru dalam proses

mengajarnya dan alat bantu siswa dalam proses belajarnya. Alat peraga di sini

mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang masih bersifat abstrak, kemudian

dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang

sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan. Alat peraga mempunyai

peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, yaitu untuk menjelaskan konsep,

sehingga siswa memperoleh kemudahan dalam memahami hal-hal yang dikemukakan


25

guru, memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan yang

dipelajari, dan mengembangkan keterampilan siswa (Tim Penyusun Modul, 2011).

National Education Assosation (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang

dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrument

yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat

mempengaruhi efektivitas program instruksional. Untuk membantu siswa ke

tingkat yang lebih real (nyata) peranan alat peraga dalam pendidikan sangat

membantu. Kemampuan guru memilih jenis alat peraga dalam pendidikan sangat

menentukan kualitas proses belajar mengajar yang hidup dan aktif di kelas. Sebab

peranan guru sangat menentukan keberhasilan belajar anak didiknya (Usman &

Asnawir, 2002)

Dalam proses pembelajaran, dengan bantuan alat peraga berupa perlengkapan

sekolah yang sangat berperan dalam memadukan pengetahuan lama dan baru, guru

lebih membuka kesempatan bagi siswa dalam proses pembelajaran program

pembelajaran (Elfeky et al., 2020).

Menurut Nana Sudjana (2008), ada enam fungsi utama alat peraga dalam

proses belajar mengajar.

1. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar memiliki fungsi

tersendiri sebagai sarana untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang

emosional daripada fungsi aditif.

2. Penggunaan alat peraga merupakan bagian integral dari keseluruhan konteks

pendidikan. Jadi alat ajar merupakan salah satu unsur yang perlu dikembangkan

oleh pendidik.
26

3. Bahan-bahan yang digunakan di kelas merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari tujuan dan isi pelajaran. Fitur ini berarti bahwa penggunaan

alat pendidikan harus memperhatikan tujuan dan bahan pembelajaran.

4. Penggunaan alat peraga di dalam kelas bukan hanya sebagai sarana hiburan

dalam arti hanya sebagai pelengkap, tetapi juga memiliki tujuan untuk proses

belajar mengajar dan membantu peserta didik memahami materi dengan lebih

baik. Sebagai contoh, penggunaan alat peraga menjadi prioritas untuk mencapai

tujuan tersebut.

5. Penggunaan alat peraga di dalam kelas menjadi prioritas untuk meningkatkan

kualitas belajar mengajar. Dengan kata lain, penggunaan bahan menjamin

bahwa hasil belajar yang diperoleh diingat oleh peserta didik dan lebih

diprioritaskan dalam pelajaran.

Penggunaan alat peraga harus dapat menghasilkan generalisasi atau

kesimpulan abstrak dari representasi konkrit yang diperlihatkan. Ini berarti

memungkinkan peserta didik untuk menarik kesimpulan sengan bantuan bahan

konkrit. Menggunakan alat peraga tanpa persiapan dapat mengakibatkan kehabisan

waktu dan minimnya penyampaian materi. Jika ini masalahnya, maka kita dapat

mengatakan bahwa alat peraga yang peserta didik gunakan atau cara menggunakan

alat peraga tidak sesuai dengan tujuannya. Materi harus dirancang semenarik

mungkin dan merangsang rasa ingin tahu peserta didik agar termotivasi untuk belajar.

Sarana pendidikan juga diharapkan dapat merangsang imajinasi dengan

meningkatkan daya tarik ruang, membandingkannya dengan benda-benda di

sekitarnya dalam lingkungan sehari-hari, dan menganalisis sifat-sifat benda yang

ditemui. (Suwardi et al., 2016).


27

D. Alat Peraga Calor Electric Converter (Calico)

Calico, yang merupakan singkatan dari “calor electric converter”, adalah alat

peraga yang berfungsi untuk menjelaskan konversi energi dari bentuk panas atau

kalor menjadi bentuk energi listrik. Prinsip kerja alat ini didasarkan pada penggunaan

generator termoeletrik.

Generator termoelektrik merupakan teknologi pembangkit listrik dengan

menggunakan energi panas atau kalor. Pada alat ini digunakan komponen yang

bernama “Peltier”. Pada umumnya peltier adalah keramik yang biasa menghasilkan

energi panas dan dingin jika diberikan tegangan.

Teknologi termoelektrik adalah teknologi yang bekerja dengan mengkonversi

energi panas menjadi listrik secara langsung atau generator termoelektrik, atau

sebaliknya, dari listrik menghasilkan dingin atau pendingin termoelektrik. Untuk

menghasilkan listrik, material termoelektrik cukup diletakkan sedemikian rupa

dalam rangkaian yang menghubungkan sumber panas dan dingin. Dari rangkaian itu

akan dihasilkan sejumlah listrik sesuai dengan jenis bahan yang dipakai (Rusli &

Djabbar, 2020).

Gambar 2.1. Keramik peltier (sumber: Hafid Abdurrahman, 2016)

Namun pada Prinsip Termoelektrik, Peltier jika di panaskan salah satu sisinya

dan sisi lain panasnya dibuang, maka akan menghasilkan Tegangan. Teknologi
28

termoelektrik bekerja dengan mengonversi energi panas menjadi listrik secara

langsung atau generator termoelektrik. Cara kerja generator ini adalah apabila ada

perbedaan suhu lebih dari 30 °C diantara kedua sisi peltier maka peltier akan

menghasilkan listrik.

Gambar 2.2. Skema cara kerja calor electric converter

Untuk mengkonversikan energi panas menjadi energi listrik dengan

menggunakan Thermoelectric Generator (TEG). TEG menggunakan prinsip

thermoelectric yang memanfaatkan efek Seebeck. Thomas J. Seebeck menjelaskan

bahwa apabila dua jenis material logam yang tersambung berada di lingkungan

dengan dua temperatur yang berbeda akan menimbulkan beda potensial (Abidin,

2018).

E. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir adalah model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah teridentifikasi sebagai masalah yang

penting. Peneliti menggambarkan alur pemikiran yang akan dilakukan dalam bagan di

bawah ini yaitu:


29

Kurangnya intensitas terlaksananya praktikum sehingga membuat keterampilan proses sains peserta didik menjadi kuran

Observasi awal dengan pretest

Penggunaan alat peraga calor electric converter

Memberikan ujian akhir dengan postest

Analisis Hasil

Diharapkan penggunaan alat peraga calor electric converter dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta did

Gambar 2.3. Bagan kerangka pikir penggunaan alat peraga calor electric

converter terhadap keterampilan proses sains


BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra eksperimen. Penelitian pra

eksperimen merupakan penelitian yang menggunakan satu kelas sebagai kelas

perlakuan.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian yaitu one group pretest-posttest

design. Adapun desain model penelitian ini yaitu sebagai berikut:

O1 X O2
(Sumber: Sugiyono, 2015)

Keterangan:
X = perlakuan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga calor electric
converter(calico)
O1 = tes awal (pretest) yang diberikan pada kelas eksperimen sebelum perlakuan
O2 = tes akhir (posttest) yang diberikan pada kelas eksperimen setelah perlakuan

C. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian adalah lokasi yang menunjukkan lingkungan

dilaksanakannya penelitian. Tempat untuk peneliti mendapatkan informasi untuk data

yang diperlukan merupakan lokasi penelitian. Menurut Nasution dalam buku Fitrah

(2018) mengatakan bahwa ada 3 unsur yang dicirikan sebagai lokasi social untuk

penelitian yaitu pelaku, tempat dan juga kegiatan yang dapat diobservasi.
31

Berdasarkan pernyataan diatas, maka rencana Penelitian akan dilaksanakan di

MAN 2 Bone. Sedangkan waktu pelaksanaanya direncanakan pada tahun ajaran

semester ganjil TA 2023/2024 dengan menyesuaikan materi pada pelajaran fisika

peserta didik kelas XII MIPA MAN 2 Bone.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan jumlah seluruh objek penelitian baik terdiri dari benda

yang kurang jelas, nyata, peristiwa ataupun indikasi sebagai sumber data dan

memiliki karakter tertentu dan sama. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian

ini yaitu peserta didik kelas XII MIPA MAN 2 Bone.

Tabel 3.1. Populasi peserta didik kelas XII MIPA MAN 2 Bone
No. Kelas Jumlah Peserta Didik

1. XII MIPA 1 36

2. XII MIPA 2 36

3. XII MIPA 3 36

Jumlah total 108

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu

untuk diselidiki. Pada penelitian ini digunakan metode Convenience Sampling

sebagai teknik penentuan sampel. Teknik Convenience sampling digunakan karena

berdasarkan arahan guru matapelajaran fisika yang menyatakan bahwa kelas tersebut

tergolong rendah jika dilihat dari nilai keterampilannya.


32
33

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian pada hakikatnya menjadi syarat terbentuknya arti

penelitian yang berkualitas. Berdasarkan penjelasan diatas maka instrument yang

akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Instrumen tes keterampilan proses sains

Tes berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari empat pilihan yaitu A, B, C, dan

D. Tes keterampilan proses sains disini ada pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan

sebelum menggunakan alat peraga. Sedangkan post-tes dilakukan setelah

menggunakan alat peraga. Setiap soal memiliki jumlah 20 soal. Hasil dari tes ini

nantinya akan digunakan agar mampu mengetahui tingkat keefektifan dari

penggunaan alat peraga untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada peserta

didik.

2. Lembar observasi keterampilan proses sains

Lembar observasi adalah alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan

proses sains. Di dalam lembar observasi ini terdapat aspek-aspek kegiatan yang

berkaitan dengan penggunaan alat peraga calor electric converter pada kelas

eksperimen. Untuk mengisi lembar observasi, dilakukan dengan cara memberikan

tanda centang (√) pada kolom jawaban yang sesuai.

F. Validitas Instrumen

Dalam validitas instrument ini terdiri dari tes keterampilan proses sains,

lembar observasi keterampilan proses sains dan juga perangkat pembelajaran yang

digunakan. Adapun perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini


34

adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Instrument tersebut akan divalidasi

oleh 2 orang pakar, dengan rumusa iken-V sebagai berikut:


V=
∑s
n ( c−1 )
¿
Keterangan :
V = Indeks kesepakatan responden mengenai validitas butir
s = skor yang ditetapkan responden dikurangi skor terendah (s = r-1)
r = skor kategori pilihan pada responden
n = jumlah responden
c = jumlah kategori pilihan yang diisi responden
Adapun kriteria kevalidan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria validitas uji ahli


No Rerata Skor Tingkat Validitas
1 ¿0,8 Sangat valid
2 0 , 4−0 , 8 Cukup valid
3 ¿0,4 Kurang valid
(Retnawati, 2016)

G. Prosedur Penelitian

Gambaran prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini melalui langkah-

langkah sebagai berikut:


1. Tahap Persiapan

a. Melengkapi surat izin penelitian.

b. Membuat perangkat dan instrumen penelitian.

c. Melakukan validasi perangkat pembelajaran dan instrument pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, peneliti akan memberikan pre-test terlebih dahulu kemudian

mengumpulkan data untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat peraga calor

electric converter pada kelompok eksperimen terhadap keterampilan proses sains


35

peserta didik yang diaplikasikan pada pembelajaran fisika pokok bahasan Usaha dan

Energi.

3. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahapan ini peneliti memberikan Post-Test kepada peserta didik yang

berupa tes keterampilan proses sains dan non tes berupa lembar observasi

keterampilan proses sains yang telah divalidasi.

H. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. Analisis statistik deskriptif

Dalam penelitian ini, metode analisis deskriptif digunakan untuk

menggambarkan hasil yang diperoleh setelah memproses semua variabel dan

digunakan sebagai dasar untuk menentukan distribusi kelompok peserta didik. Dalam

metode ini, data dipresentasikan melalui nilai maksimum, minimum, rata-rata, standar

deviasi, varians, koefisien variasi, dan daftar distribusi frekuensi. Rumus-rumus yang

digunakan untuk metode analisis deskriptif ini dihitung dengan menggunakan nilai-

nilai data tersebut.

a. Rata-rata (mean)

x=
∑ (xi)
n

Keterangan:
x = nilai rata-rata
Ʃxi = jumlah nilai peserta
n = jumlah data
36

b. Standar Deviasi
S= √ ¿ ¿ ¿ ¿

Keterangan:
S = standar deviasi
x = mean (rata-rata)
xi = tanda kelas interval atau nilai tengah dari kelas interval
n = jumlah responden
c. Varians

Varians = S2

d. Kategorisasi Keterampilan Proses Sains

Skor keterampilan proses sains siswa yang diperoleh dari nilai individu

selanjutnya dirata-ratakan dan dikategorikan sebagaimana kriteria pada Tabel 3.

Tabel 3.3. Kategorisasi nilai keterampilan proses sains

Rerata Skor Kategori

X > 3,25 Sangat Baik

X ≤ 3,25 < 2,5 Baik

X ≤ 2,5 < 1,75 Cukup

1,75 ≤ Kurang

Sumber: Widoyoko (2014)

2. Analisis Statistik Inverensial

a. Uji Normalitas

Tujuan dilakukannya uji normalitas terhadap rangkaian data adalah untuk

mengetahui apakah populasi data terdistribusi normal dengan menggunakan metode

Kolmogorof-Smirnov, prinsip kerjanya membandingkan frekuensi kumulatif distribusi


37

teoritik dengan frekuensi kumulatif distribusi empirik (observasi). Dengan rumus

yaitu:
D=MAKS|F 0 ( x )−s(x )|

Keterangan:
F 0 ( x ) = Frekuensi distribusi teoritik
s(x ) = Frekuensi distribusi empiric
Data dinyatakan terdistribusi normal apabila D hitung > Dtabel pada taraf
signifikan a = 0,05 (Purwanto, 2011).

b. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji prasyarat dan diperoleh data yang berdistribusi normal,

selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis yang diajukan dengan kemungkinan akan

ditolak ataupun diterima. Pengajuan hipotesis pada penelitian ini untuk

membandingkan rata-rata nilai kelas yang diberikan perlakuan dan kelas yang tidak

diberikan perlakuan dengan menggunakan independent t-test sebagai berikut:

a) Separated Varians:
X A −X B
t=


2 2
s A sB
+
nA nB

b) Polled Varians:
X A −X B
t=


2
( n A −1 ) s A + ( nB −1 ) s 2B 1 1
n A +n 2−2 (n A
+
nB )
Keterangan:
X A = Rata-rata skor kelompok eksperimen
X B = Rata-rata skor kelas kontrol
2
s A = Varian kelompok eksperimen
2
s A = Varians kelompok kontrol
38

n A = banyaknya sampel kelompok eksperimen


n B = banyaknya sampel kelompok kontrol
Jika t hitung > t tabel maka hipotesis diterima. Jika t hitung < t tabel maka

hipotesis ditolak.

c. Uji Efektivitas

Adapun cara untuk melihat efektivitas pembelajaran berbasis alat peraga

adalah dengan menggunakan uji N-Gain Score dengan rumus


Skor postest−Skor pretest
N Gain=
skor ideal−skor pretest

Berikut tabel kategori tafsiran efektivitas N-Gain

Tabel 3.4. Kriteria Efektivitas N-Gain

Persentase (%) Tafsiran

>76 Efektif

56-75 Cukup Efektif

40-55 Kurang Efektif

<40 Tidak Efektif

Sumber: Supriadi (2021)


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2018). Rancang Bangun Trainer Konversi Energi Panas Menjadi Energi
Listrik Berbasis Thermoelectric Generator. JRM, 53–59.
Ade. (2018). Analisis keterampilan proses sains siswa sekolah menengah atas. Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA, 4(20), 245–252.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jipi/article/view/21426/12225
Anggereni, S. (2014). Mengembangkan Asesmen Kinerja Melalui Pembelajaran
Berbasis Laboratorium. Alauddin University Press.
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta.
Arsyad A. (2003). Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada.
Ashar, H., & suklin, arwan. (2021). Efektivitas Media Pembelajaran Berbasis Alat
Peraga Panel Surya Sederhana Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta
Didik Pada Materi Listrik Searah. JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar, 9(1 SE-Articles), 77–82. https://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/PendidikanFisika/article/view/14944
Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of
Educational Goals. McKay.
Departemen Agama. (2010). AL-Quran dan Terjemahannya. CV J Ari.
Eko Putro Widoyoko, S. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Pustaka Pelajar.
Elfeky, A. I. M., Masadeh, T. S. Y., & Elbyaly, M. Y. H. (2020). Advance organizers
in flipped classroom via e-learning management system and the promotion of
integrated science process skills. Thinking Skills and Creativity, 35, 100622.
https://doi.org/10.1016/J.TSC.2019.100622
Elisa, Mardiyah, A., & Ariaji, R. (2017). Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika
Dan Aktivitas Mahasiswa Melalui Phet Simulation Pendidikan Fisika, FKIP
Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan 2). PeTeKa (Jurnal Penelitian
Tindakan Kelas Dan Pengembangan Pembelajaran), 1(1), 15–20.
Harti, N. D., Suprapta, S., & Ikbal, M. S. (2018). Penerapan Metode Inquiry
Terbimbing Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan
Pemahaman Konsep. JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar, 6(2), 89–92.
Haryadi, R., Nuraini, H., & Kansaa, A. (2021). Pengaruh Media Pembelajaran E-
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa. AtTàlim : Jurnal Pendidikan, 7(1),
2548–4419.
31

Hasriani, L, M. S., & Jafar, A. F. (2017). Penerapan Media Pembangkit Listrik


Tenaga Air (PLTA) terhadap Keterampilan Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika,
5(2), 89–95. http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika
Irwansyah, M. (2020). Efektivitas Penggunaan Alat Peraga Pembangkit Listrik
Tenaga UAP (PLTU) Sederhana Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta
Didik SMP Guppi Gowa. Skripsi.
Kemendikbud. (2015). Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah (kemendikbud 104-2014 (ed.)).
Kruea-In, C., Kruea-In, N., & Fakcharoenphol, W. (2015). A Study of Thai In-
Service and Pre-Service Science Teachers’ Understanding of Science Process
Skills. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 197, 993–997.
https://doi.org/10.1016/J.SBSPRO.2015.07.291
Linda Agustiana. (2018). Efektivitas Penggunaan Media Induksi Elektromagnetik
Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Pada Peserta Didik. Jurnal
Pendidikan Fisika, 11(2), 430–439.
Mahmudah, L. (2017). Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses Pada
Pembelajaran Ipa Di Madrasah. Elementary: Islamic Teacher Journal, 4(1).
https://doi.org/10.21043/elementary.v4i1.2047
Masykur, R., Nofrizal, N., & Syazali, M. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran
Matematika dengan Macromedia Flash. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan
Matematika, 8(2), 177. https://doi.org/10.24042/ajpm.v8i2.2014
Masyruhan, M., Pratiwi, U., & Al Hakim, Y. (2020). Perancangan Alat Peraga
Hukum Hooke Berbasis Mikrokontroler Arduino Sebagai Media
Pembelajaran Fisika. Spektra: Jurnal Kajian Pendidikan Sains, 6(2), 134.
https://doi.org/10.32699/spektra.v6i2.145
Muh. Jufri Arsyad. (2019). Efektivitas penggunaan media alat peraga pesawat
atwood terhadap keterampilan proses sains peserta didik sma negeri 3
pangkep.
Muh. Syihab Ikbal, Jusman, T. K. B. dkk. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Children Learning In Science(Cils) Terhadap Pemahaman Konsep Fisika.
Uniqbu Journal of Exact Sciences, 1, 12–26.
Murniati, M., Ayub, S., & Sahidu, H. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Coneccting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) Terhadap
Pemahaman Konsep Fisika Dan Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pijar
Mipa, 15(2), 116–121. https://doi.org/10.29303/jpm.v15i2.1475
Muyati, M., Hobri, H., & Nurhasanah, N. (2015). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif Learning Together
(Lt) Dan Berorientasi Pada Pembentukan Karakter Siswa. Pancaran
32

Pendidikan, 4(1), 229–244.


Nana Sudjana, A. R. (2008). Media Pengajaran. Sinar Baru Algensindo.
Niken Septantiningtyas, M. P., & Hakim, M. O. H. R. L. (2020). Konsep Dasar Sains
1. Penerbit Lakeisha. https://books.google.co.id/books?
id=MWP4DwAAQBAJ
Nurwahidah S. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script
Menggunakan Metode Gasing Berbantuan Media Couple Card Terhadap
Pemahaman Konsep Peserta Didik Sman 2 Bantaeng.
Oktafiani, P., Subali, B., & Edie, S. S. (2017). The Development of Multipurpose
Optical Kit Learning Aid for Enhancing Students ’ Science Process Skills
Keywords : learning aid , multipurpose optic kit. Jurnal Inovasi Pendidikan
IPA, 3 (2) 2017-190, 3(2), 189–200.
Purwanto, N., & Pd, M. (2011). Statistika untuk penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Rafiqah, Amin, F., & Wayong, M. (2019). Pengaruh Learning Cycle Berbasis Metode
Konflik Kognitif. Jurnal Pendidikan Fisika, 7(2), 133–139.
Ramadhani, R. R., Akmam, & Yenni, D. (2019). Analisis Keterampilan Proses Sains
Pada Buku Teks Pelajaran Fisika SMA Kelas XI Semester 1. Physics
Education, 12(4), 649–656.
Rusli, A., & Djabbar, R. (2020). Konversi Enegi Panas Menjadi Energi Listrik
dengan Menggunakan Generator Termoelektrik. Jurnal Logitech, 1–6.
Rustaman, Y. N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. UN PRESS.
Sugiono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sulistiyono, S. (2020). Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap
keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika siswa ma riyadhus
solihin. Jurnal Pendidikan Fisika Undiksha, 10(2), 61–73.
Sumiharsono, R., & Hasanah, H. (2017). Media pembelajaran: buku bacaan wajib
dosen, guru dan calon pendidik. Pustaka Abadi.
Supriadi, G. (2021). Statistika Penelitian Pendidikan. UNY PRESS.
Suwardi, S., Firmiana, M. E., & Rohayati, R. (2016). Pengaruh penggunaan alat
peraga terhadap hasil pembelajaran matematika pada anak usia dini. Jurnal
Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, 2(4), 297–305.
Usman, M. B., & Asnawir, H. (2002). Media pembelajaran. Ciputat Pers.
Widoyoko, E. P. (2014). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Yogyakarta:
33

Pustaka Pelajar, 1(2), 8.

Anda mungkin juga menyukai