Disusun Oleh :
Nama : ARLEN MAURITS KORUA
NIP : 200004082022031004
Coach
Mentor
i
Kata Pengantar
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, yang
telah memberi nafas kehidupan dan kesempatan serta menuntun penulis untuk
menyelesaikan Laporan Aktualisasi yang berjudul “PENGADAAN SARANA
TELEKOMUNIKASI BERUPA HANDPHONE BAGI WARGA BINAAN LAPAS
KELAS III TAGULANDANG.”
1. Ibu. Ju Lotje Olga, S.Sos selaku Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan
Kemenkumham Sulut;
4. Dr. Seska V Langitan, M.Si., M.Th selaku coach yang selalu memberikan
bimbingan, dukungan, serta semangat atas penyusunan rancangan aktualisasi
ini;
5. Ibu. Elis Widyaningsih, S.H., C.N., M.H selaku penguji rancangan aktualisasi
ini;
ii
Penulis menyadari bahwa Laporan Aktualisasi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan Laporan Aktualisasi ini. Semoga
Laporan Aktualisasi ini dapat mengarahkan penulis untuk bekerja secara
efektif dan efisien guna mencapai hasil dan tujuan yang sesuai dengan target
dan mutu yang diharapkan serta dapat bermanfaat bagi semua.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................................... i
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
BAB II....................................................................................................................................... 8
PENUTUP .............................................................................................................................. 18
LAMPIRAN............................................................................................................................ 19
v
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan ............................................. 9
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Analisis APKL ............................................................................................................. 3
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Resume Agenda .................................................................................................. 19
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik yaitu setiap institusi
penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang
dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Kegitan tersebut
dilaksanakan oleh pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam
organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian
tindakan pelayanan publik.
Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Tagulandang merupakan salah satu Unit
Pelaksana Teknis Pemasyarakatan didalam wilayah Kantor Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Sulawesi Utara. Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Tagulandang
yang pada awalnya merupakan Cabang Rutan Tagulandang kemudian berdasarkan
keputusan Menteri Hukum dan HAM RI tentang perubahan nomenklatur, Cabang
Rutan Tagulandang menjadi Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Tagulandang. Lapas
Kelas III Tagulandang berdiri di atas tanah seluas 931 m2, Lapas Kelas III
Tagulandang berlokasi dijalan Bahoi nomor 18 Kelurahan Bahoi Kecamatan
Tagulandang Kebupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro merupakan daerah
kepulauan.
Jarak yang jauh antara WBP dan keluarganya merupakan satu hal yang
membatasi layanan kunjungan secara langsung. Hal ini dikarenakan banyak WBP
yang berasal dari kabupaten/kota yang jauh, sehingga kunjungan secara langsung
sangat kurang. Sehingga WBP memerlukan alat bantu komunikasi berupa handphone
agar dapat menghubungi keluarganya. Banyaknya WBP tidak sebanding dengan
tersedianya handphone di Lapas, sehingga dibutuhkan penambahan alat komunikasi
tersebut.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka saya membuat laporan
aktualisasi dengan menerapkan nilai dasar BerAKHLAK kedalam setiap kegiatan
dilapangan, khususnya dalam upaya “PENGADAAN SARANA
TELEKOMUNIKASI BERUPA HANDPHONE BAGI WARGA BINAAN LAPAS
KELAS III TAGULANDANG.”
2
menyebabkan ada beberapa kali warga binaan harus bertabrakan untuk
menggunakan handphone yang ada.
2. Kondisi yang diharapkan
Dengan penambahan handphone diharapkan warga binaan dapat
menghubungi keluarganya tanpa harus mengantri dan keluarga dari warga
binaan pun tahu kapan mereka dapat berkomunikasi.
Tabel 1. Analisis APKL
No ISU A P K L J rank
ml
1. Kurangnya Kesadaran Menjaga Kesehatan dan 4 5 3 4 16 4
Kebugaran tubuh WBP Lapas Kelas III Tagulandang
2. Belum Maksimalnya Informasi Alur Kunjungan di 4 4 4 3 15 5
Lapas kelas III Tagulandang
3. Kurangnya Sarana Telekomunikasi bagi Warga Binaan 5 4 4 4 17 3
Lapas kelas III Tagulandang
4. Belum Maksimalnya Papan Informasi Struktur 5 5 4 4 13 2
Organisasi Lapas kelas III Ttagulandang
5. Kurangnya Ketersediaan Alkitab Bagi Warga Binaan 5 5 4 5 19 1
Lapas Kelas III Tagulandang
Jadi isu utama atau core isu dari isu di atas adalah “Kurangnya Sarana
Telekomunikasi bagi Warga Binaan Lapas kelas III tagulandang”
3
Gambar 1. Analisis Fishbone
4
1.4 Identifikasi Isu
Berdasarkan realita yang terjadi di Lapas Kelas III Tagulandang
Tabel 3. Identifikasi Isu
Sumber Isu Identifikasi Isu Dampak Isu
MASN Kurangnya fasilitas berupa Menjadi tidak efektifnya
handphone bagi Warga pelayanan kunjungan
Binaan. keluarga warga binaan
jarak jauh.
SMART ASN Kurang berinovasi dalam Kurangnya pelayanan
melakukan jadwal publik berupa komunikasi
penggunaan Handphone jarak jauh antara warga
yang tersedia di Lapas binaan dan keluarganya.
Kelas III Tagulandang.
7
BAB II
PELAKSANAAN AKTUALISASI
KEPALA SUB SEKSI ADMISI DAN KEPALA SUB SEKSI KEAMANAN DAN KEPALA SUB SEKSI PEMBINAAN
ORIENTASI KETERTIBAN
9
2. Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil
kerja;
3. Melakukan hubungan social kerohanian narapidana/anak didik
pemasyarakatan;
4. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban;
5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.
10
2. Akuntabel : Setiap Kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
dapat dipertanggungjawakan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan atau
peraturan yang berlaku.
3. Sinergi : komitmen untuk membangun dan memastikan hubungan Kerjasama
yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku
kepentingan untuk menemukan dan melaksanakan solusi terbaik, bermanfaat,
dan berkualitas.
4. Transparan : Kementerian Hukum dan HAM menjamin akses atau kebebasan
bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaannya serta hasil-hasil yang dicapai.
5. Inovatif : Kementerian Hukum dan HAM mendukung kreatifitas dan
mengembangkan inisiatif unutk selalu melakukan pembaharuan dalam
penyelenggaraan dalam tugas dan fungsinya.
11
Memegang teguh ideologi pancasila, UUD, NKRI tahun 1945, setia
kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
Menjaga nama baik antar ASN, pimpinan, instansi dan negara;
Menjaga rahasia jabatan dan negara.
5. Adaptif
Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas;
Bertindak proaktif.
6. Kolaboratif
Memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah;
Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan
bersama.
12
2.4 Gagasan Pemecahan Isu
Tabel 4. Gagasan Pemecahan Isu
No Jenis Kegiatan Sumber Kegiatan
1 Pembelian handphone melalui aplikasi online Tugas Pimpinan
2 Membuat desain aturan penggunaan handphone Kreativitas/Pimpinan
3 Mengatur lokasi/ruang penggunaan handphone Tugas Pimpinan
4 Pembuatan aturan penggunaan handphone Kreativitas
5 Sosialisasi aturan penggunaan handphone Kreativitas/Tugas Pimpinan
13
dokumentas
i
2 Pembelian Membeli - Bahan Adaptif : Dengan Tidak terpaku
handphone Handphone aktualisasi Pada saat terlaksanan pada keadaan
menggunak melalui membeli ya kegiatan yang serba
- Dokument
an aplikasi online handphone pembelian terbatas dan
asi
online saya ini mampu
screenshot
mencoba mewujudka menginspirasi
untuk n mampu yang lain
beradaptasi beradaptasi
dengan terhadap
keadaan di keadaan.
Tagulandan
g yang jauh
dari tempat
pembelian
HP
3 Melakukan - - Bahan Harmonis : Dengan Mampu
desain Berkoordinas aktualisasi Melakukan terlaksanan melakukan
aturan i dengan koordinasi ya kegiatan koordinasi
-
penggunaan atasan untuk dengan ini secara teratur
Dokument
handphone pembuatan atasan mendukung dan tidak
asi foto
desain untuk kerja sama melakukan
mendapatka dengan aktualisasi
-Membuat
n hasil yang atasan dan tanpa
desain
baik bertanggung sepengetahuan
jawab atasan.
Akuntabel
terhadap
: Membuat
aktualisasi
desain
aturan
sebaik
mungkin
4 Sosialisasi - Berkoordinas - Bahan Berorientas Dengan Mampu
aturan i dengan aktualisasi i Pelayanan terlaksanan melakukan
penggunaan atasan untuk : ya kegiatan aktualisasi
-
handphone persiapan Melaksanak ini yang
Dokument
kepada sosialisasi an mendukung bermanfaat
asi foto
warga pelayanan kerja sama bagi warga
- Membuat
- pubik sesuai dengan binaan melalui
14
binaan langkah- Sosialisasi dengan atasan dan aktualisasi
langkah aturan aktualisasi mampu tersebut
sosialisasi penggunaa yang akan melakukan
n dilakukan. pelayanan
handphone kepada
Harmonis :
warga
Melakukan
binaan
koordinasi
melalui
dengan
aktualisasi
atasan
tersebut
untuk
pelaksanaan
sosialisasi
KEGIATAN JUMLAH
MATA PELATIHAN
NO KE - 1 KE-2 KE-3 KE-4 AKTUALISASI
1 Berorientasi Pelayanan 1 - 1 2
2 Akuntabel 1 1 - 2
3 Kompeten - - - - -
4 Harmonis - - 1 1 2
5 Loyal - - - - -
6 Adaptif - 1 - - 1
7 Kolaboratif - - - - -
Jumlah Aktualisasi 2 1 2 2 7
15
2.7 Jadwal Kegiatan
Tabel 7. Jadwal Kegiatan
16
4 Sosialisasi - Berkoordina - Bahan
aturan si dengan aktualisasi
penggunaan atasan
-
handphone untuk
Dokument
kepada persiapan
asi foto
warga sosialisasi
binaan -
Membuat
Sosialisasi
langkah-
langkah aturan
sosialisasi penggunaa
n
handphone
Keterangan :
- Pelaksanaan
- Tidak Ada Kegiatan
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegiatan Rancangan Laporan Aktualisasi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III
Tagulandang menjadi tempat untuk menerapkan Nilai- nilai dasar Pegawai Negeri Sipil yang
nilainya diakronimkan menjadi BerAKHLAK yaitu Berorientasi pada pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Dalam memecahkan isu yang diangkat
yaitu “Kurangnya Sarana Telekomunikasi bagi Warga Binaan Lapas kelas III tagulandang”.
Adapun gagasan pemecahan isu penulis yaitu “PENGADAAN SARANA
TELEKOMUNIKASI BERUPA HANDPHONE BAGI WARGA BINAAN LAPAS KELAS III
TAGULANDANG”. Dengan harapan kegiatan ini dapat memberikan pelayanan bagi warga
binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Tagulandang untuk berkomunikasi dengan
keluarganya.
3.2 Saran
Dalam pelaksanaannya, tentunya kegiatan aktualisasi ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu penulis berharap masukan, kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak agar
program ini dapat terus berjalan setelah kegiatan Pelatihan Dasar ini berakhir.
18
LAMPIRAN
Lampiran 1. Resume Agenda
1. Berorientasi Pelayanan
Fungsi & Tugas ASN Berdasarkan UU ASN
1. Pelaksana kebijakan publik - melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
3. Perekat & pemersatu bangsa - mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Orientasi pelayanan adl sikap & perilaku kerja PNS dalam memberikan
pelayanan terbaik kepada yg dilayani antara lain meliputi masyarakat, atasan, rekan
sekerja, unit kerja terkait, &/ instansi lain.
- Sebagai ASN saya sih aman sampai pensiun, K/L/D tempat saya bekerja tidak
bakal bubar. PGPS?
+ Keberlangsungan karir saya sebagai ASN sangat ditentukan oleh kinerja dan
kapasitas saya
- Saya bekerja secukupnya aja, nggak usah terlalu ngoyo, yang penting ada
sampingan atau koneksi
+ Saya akan berusaha untuk berkinerja baik dan belajar keras untuk
meningkatkan kapasitas saya
Birokrasi menyulitkan
19
Efek Domino dari ASN yang Profesional
ASN Profesional
Birokrasi Mudah
Lebih Baik
Lebih Cepat
Lebih Baru
Lebih Murah
Lebih Sederhana
• Davit Mc Kevitt “Core Public Services maybe defined as those sevices which
are important for the protection and promotion of citizen well-being, but are in are as
where the market is in capable of reaching or even approaching a socially optimal state;
heatlh, education, welfare and security provide the most obvious best know example”.
1. Partisipatif.
2. Transparan.
3. Responsif.
4. Tidak diskriminatif.
Mudah artinya berbagai persyaratan yg dibutuhkan tsb masuk akal & mudah utk
dipenuhi. Murah dlm arti biaya yg dibutuhkan oleh masyarakat utk mendapatkan
layanan tsb terjangkau oleh seluruh warga negara.
7. Aksesibel.
8. Akuntabel.
9. Berkeadilan.
21
Salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari praktik
buruk yang dilakukan oleh warga negara yang lain.
22
2. Akuntabilitas
Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang
sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada
atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN
menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN
BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah :kemampuan
melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi,
kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, efisien dan kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi.
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit
organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan
kegiatan kepada atasannya. Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikanberbeda-beda.
Adanya norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan (“how
things are done around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggotaorganisasi atau bahkan
mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 94 Tahun
2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca
oleh setiap CPNS atau pun PNS. Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat,
berdampak pada pemborosan sumber daya dan
23
memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah
citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk
membentuk sikap, dan prilaku bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan.
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas vertikal
adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah
daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR. Akuntabilitas vertikal
membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik. Misalnya,
pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme akuntabilitas publik yang
melibatkan tekanan dari warga. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada
masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke
samping" kepada para pejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya adalah lembaga
pemilihan umum yang independen, komisi pemberantasan korupsi, dan komisi investigasi
legislatif.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas
stakeholder.
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi
landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza danZonke, 2017). Kedua
prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan
layanang kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang
memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri,
dan Transparansi. Bahkan, Ann Everett (2016), yang berprofesi sebagai Professional
DevelopmentManager at Forsyth Technical Community College mempuplikasikan
pendapatnya pada platform digital LinkedIn bahwa, walaupun Akuntabilitas dan Integritas
adalah faktor yang sangat penting dimiliki dalam kepimpinan, Integritas menjadi hal yang
pertama harus dimiliki oleh seorang pemimpin ataupun pegawai negara yang kemudian diikuti
oleh Akuntabilitas. Menurut Matsiliza (2013), pejabat ataupun pegawai negara, memiliki
kewajiban moral untuk memberikan pelayanan denganetika terbaik sebagai bagian dari budaya
etika dan panduan perilaku yang harus dimiliki oleh sebuah pemerintahan yang baik.
Mekanisme Akuntabilitas
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat
diartikan secara berbeda- beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang
berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem penilaian
kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints,
ataupun software untuk memonitor pegawai menggunakan komputer atau website yang
dikunjungi). Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka
mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi :
Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality)
Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
• Akuntabilitas proses (process accountability) Akuntabilitas proses terkaitdengan: apakah
prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan
sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi?
Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan
murah. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses dilakukan untuk menghindari
terjadinya kolusi, korupsi dan nepotisme.
Akuntabilitas program (program accountability) Akuntabilitas ini dapat memberikan
pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan Apakah ada alternatif program
lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya minimal.
25
Akuntabilitas kebijakan (policy accountability) Akuntabilitas ini terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil terhadap DPR/DPRD dan
masyarakat luas.
Akuntabilitas tidak akan mungkin terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas.
Di Indonesia, alat akuntabilitas antara lain adalah :
Perencanaan Strategis (Strategic Plans) yang berupa RencanaPembangunan Jangka
Panjang (RPJP-D), Menengah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah/RPJM-D), dan
Tahunan (Rencana Kerja Pemerintah/RKP-D), Rencana Strategis (Renstra) untuk setiap
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk setiap PNS.
Kontrak Kinerja. Semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa terkecuali mulai 1 Januari
2014 menerapkan adanya kontrak kerja pegawai. Kontrak kerja yang dibuat untuk tiap tahun
ini merupakan kesepakatan antara pegawai dengan atasan langsungnya. Kontrak atau
perjanjian kerja ini merupakan implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun
2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS hingga Peraturan Pemerintah terbaru Nomor 30
Tahun 2019 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS.
Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) yang berisi perencanaan dan perjanjian kinerja pada tahun tertentu, pengukuran dan
analisis capaian kinerja, serta akuntabilitas keuangan.
26
3. Kompeten
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi dari
International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Pengertian yang sama juga digunakan dalam konteks ASN, kompetensi adalah
deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
jabatan (Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi faktor penting
untuk mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi
memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk
mewujudkannya dalam kinerja.
Beberapa contoh penggunaan kata kompeten dan kompetensi dalam kalimat yang bisa
membantu kita menempatkannya :
Siswa lulusan SMK berpotensi kehilangan pekerjaan saat wawancara dengan HRD
karena kurangnya kompetensi.
Negara sedang melakukan tes kompetensi bagi siswa untuk menentukan tingkat
pembelajaran di antara anak-anak dengan mengevaluasi mereka sebelum Ujian
Nasional (UN).
Keputusan memilih solusi untuk masalah dalam masyarakat diberikan pada pamong
desa karena dianggap kompeten.
Demikian penjelasan singkat tentang bagaimana menempatkan kata yang tepat antara
kompeten dan kompetensi, semoga bermanfaat.
28
KESIMPULAN
29
4. Harmonis
Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious) diartikaan
sebagai having a pleasing mixture of notes. Sinonim dari kata harmonious
antara lain canorous, euphonic, euphonious, harmonizing, melodious, musical,
symphonic, symphonious, tuneful.
Sedangkan lawan kata dari harmonious adalah discordant, disharmonious,
dissonant, inharmonious, tuneless, unmelodious, unmusical. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia(KBBI), makna dan tulisan kata ‘harmonis’ yang benar:
Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat
kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan dampak positif bagi
karyawan yang akhirnya memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan
30
internal, dan kinerja secara keseluruhan. Suasana harmoni dalam lingkungan
bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang
memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan
produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian dari kode etik
dan kode perilaku yang telah diatur di dalam UU ASN. Berdasarkan pasal 5 UU
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN
itu, yaitu:
31
1. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
2. Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
3. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah,yang harus
dipertanggung jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.
KESIMPULAN
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak
bagi berbagai bentuk organisasi. Etika publik merupakan refleksi kritis yang
mengarahkan bagaimana nilai- nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan
lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap
kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur
tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok
profesional tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur
Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah,
33
Pemerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan individu,
organisasi, dan lembaga di berbagai tingkat organisasi (Folke et al, 2005). Bentuk
pemerintahan ini juga menyediakan pendekatan kolaboratif fleksibel berbasis
pembelajaran
untuk mengelola ekosistem yang disebut sebagai "pengelolaan bersama adaptif".
Sistem sosial-ekologis selama periode perubahan mendadak/krisis dan menyelidiki
sumber sosial pembaruan reorganisasi. Tata kelola semacam itu menghubungkan
individu, organisasi, danlembaga di berbagai tingkat organisasi. Sistem
pemerintahan adaptif sering mengatur diri sendiri sebagai jejaring sosial dengan tim
dan kelompok aktor yang memanfaatkan berbagaisistem pengetahuan dan
pengalaman untuk pengembangan pemahaman kebijakan bersama.(Engle, N. L,
2011) Agar dapat menjembatani organisasi dan menurunkan biaya kolaborasi,
resolusi konflik, dan legislasi memungkinkan adanya kebijakan pemerintah untuk
mendukungswasusun sambil membingkai kreativitas untuk mewujudkan
pengelolaan bersama yang adaptif. Sistem sosial-ekologis yang tangguh dapat
memanfaatkan krisis sebagai peluang untuk berubah menjadi negara yang
diharapkan. Dalam teori capacity building dan konsep adaptive governance, Grindle
(1997) menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan
kapasitas pemerintah adaptif dengan indikator-indikator sebagaiberikut:
1. Pengembangan sumber daya manusia adaptif;
2. Penguatan organisasi adaptif;
3. Pembaharuan institusional adaptif.
Terdapat beberapa catatan penting, pertama adalah bahwa kriteria normatif yang
digunakan untuk menilai apakah perubahan dalam pengaturan tata kelola adalah
'adaptif ' atau 'baik' berasal dari nilai-nilai dan preferensi konstituensi, daripada
dipaksakan oleh analis.Sehingga faktanya penilaian pencapaian adaptabilitas akan
lebih bergantung pada tingkat kepuasan konstituen daripada hasil analisis objektif.
Kedua, adalah bahwa perubahan aturandan norma tidak perlu disadari atau
disengaja, atau diartikulasikan dalam istilah berorientasi tujuan, agar dapat adaptif.
Hal ini menyiratkan bahwa beradaptasi adalah proses yang seharusnya terjadi secara
alamiah sebagai bentuk respon organisasional terhadap perubahanlingkungan, jadi
bukan karena proses yang sengaja didorong untuk dilakukan adanya perubahan
tanpa adanya penyebab yang mendahuluinya.
Perilaku Adaptif Lembaga/Organisasional
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk
merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat
dan fleksibel (Siswanto, and Sucipto, Agus 2008 dalam Yuliani dkk, 2020).
Organisasi adaptif sebagaimanadisebutkan di atas tidak terlepas dari budaya adaptif.
34
Budaya adaptif adalah budaya organisasi di mana karyawan menerima perubahan,
termasuk organisasi penyelamatan yangmemelihara lingkungan dan perbaikan
proses internal yang berkelanjutan (McShane & Von Glinow, 2010) dalam Safitri
(2019).
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam
organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan
budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya
organisasi telah disepakatisebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya
organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya
pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas, juga akan menjadi penentu suksesnyaperusahaan. Dengan
demikian, budaya organisasi memiliki dampak yang berarti terhadap kinerja
karyawan yang menentukan keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan.
Perilaku Adaptif Individual
Selain berlaku pada lembaga/organisasi, perilaku adaptif juga berlaku dan
dituntut terjadi pada individu. Individu atau sumber daya manusia (SDM) yang
adaptif dan terampil kian dibutuhkan dunia kerja ataupun industri yang juga semakin
kompetitif. Karenanya, memiliki soft skill dan kualifikasi mumpuni pada spesifikasi
bidang tertentu, serta mampu mentransformasikan teknologi menjadi produk nyata
dengan nilai ekonomi tinggi menjadi syarat SDM unggul tersebut.
Menurut Mendikbud Nadiem Makarim, revolusi industri 4.0 menciptakan
permintaan jutaan pekerjaan baru untuk memenuhi potensi dan aspirasi masyarakat.
Namun, pada saat bersamaan, perkembangan ini juga mengubah peta pekerjaan dan
kebutuhan kompetensi (2020). Pergeseran kebutuhan kompetensi ini dijelaskan
Nadiem sebagai salah satu dampakdari dua faktor, yaitu perkembangan teknologi
dalam bentuk digital automasi dan robotisasi, serta resesi global yang merupakan
kombinasi dahsyat atau double disruption yang mengubah landscape pekerjaan di
masa depan. Hal ini sesuai dengan hasil riset terbaru bertajuk “Future Job Report
2020” yang dirilis oleh World Economic Forum yang mengungkapkan pergeseran
dan perubahan yang terjadi antara manusia, mesin, dan algoritma membuat 85 juta
pekerjaan di dunia akan hilang dalam waktu lima tahun ke depan.Sementara itu,
sebanyak 97 juta pekerjaan baru yang lebih adaptif akan tumbuh mengisi industri.
Kesimpulan
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan
individudi dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup,
untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga
35
memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri
individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu
dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.
Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan
keberlangsunganorganisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan
budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya
tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur
kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptifsebagai budaya ASN merupakan
kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASNsebagai individu yang
menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai
tujuan – baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu
tantangan membangunatau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut
adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi
Volatility dengan Vision, hadapi uncertaintydengan understanding, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk
merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat
dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam
organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan
budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila
budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya
organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.
36
7. Pengertian Kolaboratif
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi
yaitu:
37
4. forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5. forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan
jikakonsensus tidak tercapai dalam praktik), dan
6. fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
38
dengan syarat:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika
terjadi kesalahan);
39
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
KESIMPULAN
Kolaboratif adalah proses bekerjasama untuk menghasilkan gagasan atau ide dan
menyelesaikan masalah secara bersama-sama menuju visi bersama. Di sebuah
organisasi yang saling tergantung, kolaborasi menjadi kunci pemikiran kreatif.
Kolaborasi itu penting untuk mencapai hasil terbaik saat menyelesaikan masalah
yang rumit. Tujuan dari kolaborasi adalah untuk membawa individu, lembaga,
organisasi, dan masyarakat itu sendiri bersama-sama dalam suasana mendukung
secara sistematis memecahkan masalah yang ada dan muncul yang tidak bisa
dengan mudah diselesaikan oleh satu kelompok saja. Kolaborasi menjadi hal sangat
penting di tengah tantang global yang dihadapi saat ini. Banyak ahli merumuskan
terkait tantangan-tantangan tersebut. Prasojo (2020) mengungkapkan beberapa
tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi di semua kehidupan, perkembangan
teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z, serta mobilitas dan
fleksibilitas. Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok
aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative
governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian
aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan
berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White,
2012).
40
Lampiran 2. Resume Agenda III
1. Manajemen ASN
A. Tujuan Pembelajaran
1. Kedudukan ASN
Konsep yang ada dalam uu no. 5 tahun 2014 tentang asn manajemen
asn diselenggarakan berdasarkan sistem merit berdasarkan jenisnya,
pegawai asn terdiri atas pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).
41
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk
pegawai secara nasional
PPPK adalah warga negara Indonesia yang memnuhi syarat tertentu, yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja
sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu
dalam rangkamelaksanakan tugas pemerintahan.
2. Peran ASN
Cuti;
Perlindungan; dan
Pengembangan kompetensi.
Cuti;
Perlindungan; dan
Pengembangan kompetensi.
setia dan taat pada Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan pemerintah
yang sah;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan
C. System Merit
Ada enam poin penting yang harus dicermati dari sistem merit :
fungsi organisasi melalui analisis jabatan dan analisis beban kerja, audit
kepegawaian penyesuaian arah kebijakan nasional;
penilai kinerja;
lang sung.
yang a da, apabila tidak ada kompetensi yang sesuai baru dilaksanakan seleksi
terbuka
tar JPT dapat dilakukan dengan uji kompetensi dari pejabat yang
ada d engan syarat 1 klasifikasi jabatan, memenuhi standart kompetensi &
menduduki j abatan min 2 tahun maksimal 5 tahun
asi
atau ja batan pimpinan tinggi
45
berkinerja tinggi tanpa membedakan aspirasi politik, asal-usul, persukuan, agama dan
jenis kelamin.
Peningkatan kinerja paratur sipil negara asn akan berimplikasi positif pada
peningkatan kepuasaan masyarakat terhadap penyelenggaraan urusan dan pelayanan
publik. Pembenahan pengolaan apatur sipil negara merupakan bagian dari
pelaksanaan reformasi birokrasi nasional dibidang SDM.
Kebijakan lainnya adalah right sizing, untuk memastikan proposi ASN selalu
proporsional dilakukan telaah ketepatan jumlah dan ukuran kerja organisasi sehingga
jumlah ASN tetap seimbang dengan beban kerja dan tugas.
Pada aspek analisis jabatan sasaran atau kinerja setiap unit organisasi sebagai
tolak ukur untuk sasaran kerja setiap pegawai yang dititik beratkan pada beban kerja.
46
2. SMART ASN
Tujuan Pembelajaran
Wawasan Kebangsaan
Deklarasi DJuanda (1957) sebagai cikal bakal Konsep Wawasan Nusantara.
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai jati diri, lingkungan geografi, dan sumber dayanya, serta segala
potensi fisik dan non fisik yang terkandung dan lahir dari interaksi
elemenelemen tersebut, sebagai elemen kekuatan dan lingkungan strategis
nasional dalam satu kesatuan yang utuh berdasarkan Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945, yang terwujud dalam 8 (delapan) gatra atau yang disebut sebagai
Asta Gatra (Demografi, Geografi, Sumber Kekayaan Alam, Ideologi, Politik,
Ekonomi, Sosial Budaya, dan Pertahanan Keamanan).
47
Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara adalah Sang Merah
Putih”.
Lambang Negara
Menurut Pasal 46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
disebutkan bahwa “Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk
Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai
berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
semboyan Bhineka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkram oleh
Garuda”.
Pasal 27 Ayat (3) : Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.
Pasal 30 Ayat (1) : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
2. UU No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Definisi Upaya Bela Negara : Sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh ke cintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indon esia
48
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Unda ng Dasar 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Definisi Bela Negara : Tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga
negara, baik secara perseorangan maupun kolek tif dalam menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara
ya ng dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kes atuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pan casila dan Undang-Undang Dasar Negara
Repub lik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelan gsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara da ri berbagai Ancaman.
Rumusan 5 Nilai Bela Negara:
1. Cinta Tanah Air;
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara;
3. Setia pada Pacasila sebagai Ideologi Negara;
4. Rela Berkorban untul Bangsa dan Negara;
5. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara.
Indikator Nilai-Nilai Bela Negara:
1. Cinta Tanah Air
49
Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia;
Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya;
Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak
sia-sia
50
5. Kemampuan Awal Bela Negara
Senantiasa bersyukur dan berdoa atas ke nikmatan yang telah diberikan Tuhan
Yang Maha Esa;
Gemar berolahraga;
“Kenalilah dengan Baik, hingga Anda Tulus Mencintainya, maka Anda akan
Antusias dan Ikhlas untuk Membela serta Mengelola nya” – Dwi Rahmanendra,
2021.
Jika kita membandingkan dengan tugas kita sebagai penjaga tahanan, dengan
kita menjaga keamanan Lapas/Rutan, membina warga binaan sesuai dengan
norma yang berlaku, maka kita sudah bersikap bela negara.
51
“PENGADAAN SARANA TELEKOMUNIKASI BERUPA
HANDPHONE BAGI WARGA BINAAN LAPAS KELAS III
TAGULANDANG”
AKTUALISASI LATSAR
Elis Widyaningsih, S.H., C.N., M.H Sherif S Manoppo, S.Pd Dr. Seska V Langitan., M.Th., M.Si
NIP. 197410191999032001 NIP. 198004092007031001 NIP. 197008162005012004
DATA DIRI
Nama : Arlen Maurits Korua
TTL : Tarun-Talaud 8 April 2000
NIP : 200004082022031004
Jabatan : Penjaga Tahanan
Pendidikan : - SD Negeri 71 Manado
- SMP Negeri 4 Manado
- SMA Negeri 1 Manado
Alamat : Winangun II Lingkungan I
No. HP : 082337837593 & 089529345346 (WA)
“Aku tahu bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Mu yang gagal
(Ayub 42:2)”
BAB I
Latar Belakang - Jarak yang jauh antara WBP dan keluarganya
merupakan satu hal yang membatasi layanan kunjungan secara
langsung. Hal ini dikarenakan banyak WBP yang berasal dari
kabupaten/kota yang jauh, maka dari itu kunjungan secara langsung
sangat kurang. Sehingga WBP memerlukan alat bantu komunikasi
berupa handphone agar dapat menghubungi keluarganya. Banyaknya
WBP tidak sebanding dengan tersedianya handphone di Lapas,
sehingga dibutuhkan penambahan alat komunikasi tersebut.
1. Kurangnya Kesadaran Menjaga Kesehatan dan Kebugaran Tubuh WBP Lapas Kelas III 4 5 3 4 16 4
Tagulandang
2. Belum Maksimalnya Informasi Alur Kunjungan di Lapas Kelas III Tagulandang 4 4 4 3 15 5
3. Kurangnya Sarana Telekomunikasi Bagi Warga Binaan Lapas kelas III Tagulandang 5 4 4 5 19 1
4. Belum Maksimalnya Papan Informasi Struktur Organisasi Lapas kelas III Tagulandang 5 5 4 4 18 2
5. Kurangnya Ketersediaan Alkitab Bagi Warga Binaan Lapas Kelas III Tagulandang 5 5 4 3 17 3
ISU
1. Kurangnya Sarana Telekomunikasi bagi Warga Binaan Lapas kelas III 5 5 4 14 1
Tagulandang
1 Melakukan Koordinasi dan Konsultasi dengan Minggu I, II dan III Bahan paparan; Catatan hasil konsultasi; Dokumentasi foto;
pimpinan/Mentor September
2 Pembelian handphone menggunakan aplikasi shopee Minggu I Oktober Bahan aktualisasi; Dokumentasi screenshot
3 Melakukan desain aturan penggunaan handphone Minggu III September – Bahan aktualisasi; Dokumentasi foto
Mingg I Oktober
4 Sosialisasi aturan penggunaan handphone kepada warga Minggu II-III Oktober Bahan aktualisasi; Dokumentasi foto; Sosialisasi aturan penggunaan
binaan handphone