Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL

BERBASIS LITERASI SAINS MENGGUNAKAN NEWMAN’S ERROR


ANALYSIS (NEA) DI KELAS XI SMAN 1 MUARA BATU

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nurkhalisah
180730024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ungkapkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sholawat dan salam penyusun
ucapkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam yang telah
membawa umat manusia dari alam jahiliah ke alam islamiah sehingga proposal
dengan judul “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Fisika Pada
Materi Dinamika Partikel di kelas X SMAN 1 Muara Batu” dapat diselesaikan.
Proposal ini merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Malikussaleh.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Herman Fithra, ST., M.T., IPM., ASEAN. Eng. selaku Rektor
Universitas Malikussaleh.
2. Bapak Dr. Ir. Azhari, M.Sc, IPM., Asean Eng selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh.
3. Bapak Fajrul Wahdi Ginting, S.Pd.,M.Pd selaku ketua prodi pendidikan fisika
4. selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Universitas
Malikussaleh.
5. Ibu Syarifah Rita Zahara, S.Pd.,M.Pd dan Ibu Muliani, S.Si.,M.Pd selaku
Dosen Pembimbing.
6. Ibu Halimatuss Sakdiah, S.Pd., M.Pd dan Ibu Faradhillah, S.Pd.,M.Pd selaku
dosen penguji.
7. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat dan selalu
ada sehingga saya dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.
8. Rahmad Firdaus, Irma Fitria, Syifa Urrahmah selaku saudara sekandung saya,
dan Rayhan Arrasyid Herman, Syakila Khairunnisa selaku keponakan tercinta
saya.
9. Cut Riska Faiza, Fatimah Zuhra, Maghfirah Zulfa, Siti Hajar S, Saidatul
Humairah, Misbatul Jannah selaku sahabat-sahabat saya. Serta semua pihak

i
yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu, namun telah memberikan
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyusun sudah semaksimal mungkin dalam penyelesaian proposal ini,
tetapi jika masih terdapat kekurangan dalam proposal ini, kritik dan saran dari
pembaca sangat penyusun harapkan agar penyusun dapat melakukan perbaikan
dimasa yang akan datang. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan para pembaca.

Aceh Utara, 20 Januari 2022


Penulis

Nurkhalisah
NIM 180730024

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. v

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6

1.3. Batasan Masalah ....................................................................................... 6

1.4. Rumusan Masalah .................................................................................... 7

1.5. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

1.6. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

1.7. Definisi Operasional ................................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 9

2.1. Analisis Kesalahan ................................................................................... 9

2.2. Analisis Kesalahan Newman .................................................................. 10

2.3. Literasi Sains .......................................................................................... 13

2.4. Kajian Penelitian Yang Relevan ............................................................. 17

2.5. Kerangka Berpikir .................................................................................. 20

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 22

3.1. Jenis Penelitian ........................................................................................ 22

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 22

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 23

3.4. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 23

3.5 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 25

iii
3.6. Keabsahan Data ........................................................................................ 25

3.7. Teknik Analisis Data ................................................................................. 26

3.8 Tahap-Tahap Penelitian .............................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Indikator Kesalahan Berdasarkan Newman ............................................. 13
Tabel 2 Penelitian Relevan.................................................................................... 17

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang umum di kehidupan kita. Maka
dari itu, pendidikan sangatlah penting dan hak bagi setiap orang. Pada hakikatnya,
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang dewasa (pendidik) dalam
menyelenggarakan kegiatan pengembangan diri peserta didik agar menjadi
manusia yang paripurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
(Kompri, 2017). Oleh karena itu, agar mencapai hasil yang memuaskan maka
perlu disusun tujuan pendidikan nasional sesuai dengan Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dimana tujuan pendidikan
nasional ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Sujana, 2019).
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang baik perlu adanya
peningkatan pada setiap jenjang pendidikan, dalam hal ini pendidikan sebagai
unsur pelaksana yang paling utama, dengan adanya kecakapan, kemampuan,
keterampilan, dan kesungguhan dalam mengajar, sehingga hasil belajar juga akan
meningkat. Guna tercapainya hal tersebut, harus ditanamkan pada siswa
bagaimana cara belajar yang baik di sekolah.
Sains dan Teknologi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Kedua hal tersebut memberikan banyak hal - hal positif dan
banyak membantu manusia dalam menyelesaikan masalah masalah yang ada
dalam kehidupan dan juga menjadi modal utama untuk seseorang terjun langusng
kedunia industri. Akan tetapi berkembangnya Sains dan Teknologi juga
berdampak negatif terhadap kehidupan manusia itu sendiri misalnya, masih

1
2

banyak manusia yang tidak dapat memanfaatkan Sains dan Teknologi dengan
maksimal sehingga banyak manusia yang tertinggal dari yang sudah dapat
memanfaatkan Sains dan Teknologi seefisien mungkin. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya literasi dalam pendidikan Sains dan Teknologi. Memberikan
pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan generasi yang akan dapat
bertahan dan bersaing dalam dunia pendidikan terutama dalam pendidikan era
industri 4.0.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu memberikan
pendidikan literasi sains sebagai bekal masyarakat terutama bagi peserta didik
untuk menghadapi kemajuan Sains dan Teknologi di era pendidikan industri 4.0
ini, melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, sampai
masyarakat. Forum Ekonomi Duni pada tahun 2015 juga menetapkan literasi sains
sebagai salah satu dari enam literasi dasar yang sangat penting tidak hanya bagi
peserta didik, tetapi juga bagi orang tua dan seluruh warga masyarakat. Lima
literasi dasar yang lain mencakup literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi
digital,literasi finansial dan literasi budaya dan kewargaan (Kemendikbud, 2017).
Kemampuan literasi sains siswa merupakan tujuan penting dari pendidikan
sains. Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains,
mengomunikasikan sains (lisan dan tulisan), serta menerapkan pengetahuan sains
untuk memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan kepekaan yang tinggi
terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sains (Toharuddin, Hendrawati, & Rustaman, 2011).
Literasi sains diperlukan untuk mencari dan mempertanyakan, berpikir kritis,
mengembangkan pengetahuan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan,
menjadi orang yang selalu belajar seumur hidupnya, memerhatikan aspek
lingkungan sekitarnya, dan pemahaman mengenai nilai-nilai sains (Fibonacci,
2020). Literasi sains ini juga meliputi pemahaman terhadap pengetahuan ilmiah,
hakekat sains, peranan dalam kehidupan, penghargaan terhadapat peranan sains
dalam kehidupan, serta kemampuan untuk menggunakan metode dan
keterampilan ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.
3

Literasi sains memandang pentingnya keterampilan berpikir dan bertindak


yang melibatkan penguasaan berpikir dan menggunakan cara berpikir saintifik
dalam mengenal dan menyikapi isu – isu sosial. Literasi sains penting bagi siswa
untuk memahami lingkungan, kesehatan, ekonomi, sosial modern, dan teknologi.
Oleh karena itu, pengukuran literasi sains penting untuk mengetahui tingkat
literasi sains siswa agar dapat mencapai literasi sains yang tinggi atau baik
sehingga kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat dan dapat bersaing
dengan Negara lain (Pratiwi, Cari, & Aminah, 2019).
Melihat dari hasil survei PISA (Programme for International Student
Assessment) sejak tahun 2000 sampai tahun 2018 menempatkan Indonesia sebagai
salah satu negara dengan kemampuan literasi sains yang rendah. Hasil PISA untuk
peserta didik Indonesia pada tahun 2015 saja masih berada di bawah rata-rata nilai
literasi sains negara OECD (Organitation for Economic Cooperation
Development). Rata-rata nilai literasi sains pada negara OECD adalah 493,
sedangkan Indonesia baru mencapai skor 403. Begitu juga hasil PISA untuk
peserta didik Indonesia pada tahun 2018 juga masih berada pada tingkat yang
cukup rendah, yakni peringkat ke 74 dari 79 negara.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains peserta didik berada
pada kategori rendah. Dimana rata-rata kemampuan sains peserta didik Indonesia
masih pada tahap mengenali fakta dasar, dan mereka belum mampu
mengkomunikasikan dan mengaitkan topik sains. Hal ini menunjukkan bahwa
mereka mengalami kesulitan dalam membuat hubungan antara konsep materi
pelajaran dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dalam menggunakan sains
untuk memecahkan berbagai masalah yang terjadi. (ahmad,enawaty) Seperti
halnya kesalahan peserta didik dalam memahami isi bacaan sains akan berakibat
adanya kesalahan pada pemahaman sains. Jadi, pembelajaran sains yang
memadukan unsur kebahasaan, seperti aspek membaca, menulis, dan
berkomunikasi, merupakan sesuatu yang niscaya dan harus dilakukan.
(Toharuddin, Hendrawati, & Rustaman, 2011). Agar kesalahan-kesalahan peserta
didik dalam menyelesaikan soal berbasis literasi sains dapat berkurang, maka
diperlukan penanggulangan yang tepat.
4

Kemampuan literasi sains peserta didik dapat dianalisis dari kemampuan


mereka dalam menyelesaikan soal-soal berbasis literasi sains. Solusi yang bisa
ditawarkan adalah dengan cara menganalisis jenis serta faktor-faktor penyebab
dari tiap kesalahan yang dilakukan peserta didik, maka dapat diketahui
penanganan yang tepat untuk mengatasi kekurangan yang ada dalam pembelajaran
guna meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik, serta kesalahan dalam
menyelesaikan soal berbasis literasi sains dapat berkurang dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
Berdasarkan Pengalaman Praktik Lapangan peneliti di SMA Negeri 1
Muara Batu, peneliti mendapatkan bahwa kemampaun literasi sains disekolah
tersebut masih dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang
didapatkan peserta didik pada saat mengikuti ujian Asesmen Nasional (AN).
Dimana Asesmen Nasional (AN) merupakan program penilaian terhadap mutu
setiap satuan pendidikan yaitu sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada
jenjang dasar dan menengah (Novita et al., 2021). Penilaian Asesmen Nasional
meliputi tiga aspek, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei
karakter, serta Survei lingkungan belajar (Novita et al., 2021). Hal ini disebabkan
kurangnya kemampuan membaca, memahami materi, mengetahui atau tidak
paham dengan rumus yang akan digunakan, serta malasnya belajar.
Berdasarkan observasi saya di SMA Negeri 1 Muara Batu, keterampilan
peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal berbasis literasi sains masih sangat
rendah. Hal ini bisa dilihat dari nilai Asesmen Nasional berdasarkan semester
tahun lalu dikatagorikan termasuk dalam rendah dibuktikan dengan persentase
rendahnya nilai Asesmen Nasional yaitu 80%. Hal tersebut secara tidak langsung
menunjukkan bahwa peserta didik masih banyak yang salah dalam menyelesaikan
soal berbasis literasi sains. Alasan inilah saya ingin membuat solusi yaitu
menganalisis apa-apa saja atau faktor penyebab peserta didik salah dalam
menjawab soal berbasis literasi sains.
Analisis kesalahan yang dilakukan peserta didik sangat diperlukan untuk
mengetahui kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan soal
berbasis literasi sains. Dengan mengetahui kesalahan yang dilakukan, guru dapat
5

menggunakan metode dan teknik yang sesuai dan memberikan bimbingan yang
tepat sehingga kemampuan peserta didik bertambah. Salah satu metode atau
proses yang dapat digunakan untuk menganalisis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal fisika khususnya pada soal cerita yaitu Analisis Kesalahan
Newman atau Newman’s Error Analysis (NEA).
Pada metode ini, Newman menyarankan lima kegiatan yang spesifik untuk
membantu menemukan dimana kesalahan yang terjadi pada peserta didik ketika
menyelesaikan suatu masalah berbentuk soal berbasis literasi sains, yaitu: (1)
tahapan membaca (reading),(2) tahapan memahami (comprehension),(3) tahapan
transformasi (transformation), (4) tahapan keterampilan proses (process skill), dan
(5) tahapan penulisan jawaban (encoding). Tahapan analisis kesalahan yang
ditemukan oleh Anne Newman ini merupakan metode esensial untuk menyeleksi
informasi yang relevan. Informasi tersebut berupa data dan permasalahan yang
akan dicari penyelesaian. Peneliti menggunakan analisis kesalahan dengan
menggunakan tahapan Newman dalam penelitian ini karena langkah Newman
menyediakan kerangka kerja yang tersusun rapi untuk menyelesaikan masalah
khususnya pada soal berbasis literasi sains.
Penelitian tentang analisis kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pernah dilakukan oleh (Rizki, 2020) pada materi
Konversi Satuan. Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa jenis kesalahan
dan penyebab kesalahan yang dilakukan oleh siswa yaitu kesalahan membaca,
kesalahan memahami, kesalahan transformasi, dan kesalahan penulisan. Faktor
penyebab kesalahan yang dilakukan peserta didik adalah kurangnya pengetahuan
peserta didik tentang cara membaca simbol dan satuan, tidak menguasai materi
konversi satuan dengan baik, peserta didik tidak paham dan tidak dapat
mengungkapkan maksud dari soal dengan bahasanya sendiri, peserta didik tidak
menemukan solusi penyelesaian soal, tidak teliti dalam proses perhitungan, asal-
asalan mengerjakan dan terburu-buru dalam proses penyelesaian soal.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Irwan, Usman, & Amin, 2019)
menunjukkan bahwa peserta didik dapat menjawab soal dengan baik dan benar
paling tinggi pada indikator pengetahuan konten indikator mengevaluasi dan
6

merancang penyelidikan ilmiah dikarenakan dalam menjawab soal tersebut


peserta didik mengandalkan hafalan mereka terkait materi yang ada pada soal.
Sedangkan kesalahan paling banyak dilakukan peserta didik pada soal dengan
indikator pengetahuan epistemik dan indikator menafsirkan data dan bukti secara
ilmiah dikarenakan dala menjawab soal tidak mengandalkan hafalan peserta didik
melainkan kemampuan berfikir untuk memahami sebuah hal dan memberikan
alasan maupun kesimpulan atas hal tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Berbasis Literasi Sains Menggunakan Newman’s Error Analysis (NEA) Di
Kelas XI SMAN 1 Muara Batu”

1.2. Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah yang muncul berdasarkan latar belakang diatas yaitu :
1. Rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik di Indonesia
2. Peserta didik masih melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal
berbasis literasi sains.

1.3. Batasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah, agar penelitian lebih terarah penulis
memberikan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada soal berbasis literasi sains.
2. Instrumen tes yang digunakan menggunakan soal berbasis literasi sains.
3. Jenis kesalahan meliputi kesalahan membaca, kesalahan memahami,
kesalahan transformasi, kesalahan keterampilan proses, kesalahan
penulisan jawaban akhir.
4. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIA 1 di SMA Negeri 1 Muara
Batu pada semester genap Tahun Pelajaran 2021/2022.
7

1.4. Rumusan Masalah


Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka
rumusan masalah yang ingin dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah jenis kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam
menyelesaikan soal berbasis literasi sains menggunakan Newman’s
Error Analysis (NEA)?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan peserta didik melakukan kesalahan
dalam menyelesaikan soal berbasis literasi sains menggunakan
Newman’s Error Analysis (NEA)?

1.5. Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Mengetahui jenis kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam
menyelesaikan soal berbasis literasi sains menggunakan Newman’s
Error Analysis (NEA).
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan
kesalahan dalam menyelesaikan soal berbasis literasi sains
menggunakan Newman’s Error Analysis (NEA).

1.6. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi sekolah, penelitian ini memberikan sumbangan bagi sekolah
tersebut dengan masukan dan perbaikan terhadap peserta didik dalam
menyelesaikan soal berbasis literasi sains, sehingga dapat
meningkatkan kualitas sekolah tersebut.
2. Bagi guru, informasi tentang kesalahan-kesalahan siswa dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan guru dalam menentukan
rancangan pembelajaran tahun berikutnya.
3. Bagi kampus, penelitian ini sebagai bentuk pengabdian mahasiswa
tingkat akhir dan menguji kualitas diri mereka.
8

4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan agar mudah dipahami dan


semoga hasil penelitian ini dapat diterapkan di tempat lain.
3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
dalam menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
berbasis literasi sains menggunakan Newman’s Error Analysis (NEA).

1.7. Definisi Operasional


Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman penafsiran pembaca, maka
perlu dijelaskan istilah-istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun
istilah-istilah akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Analisis kesalahan
Analisis kesalahan adalah suatu usaha penyelidikan terhadap
penyimpangan atau kesalahan yang dapat mengetahui penyebab suatu
peristiwa bisa terjadi.
2. Analisis kesalahan Newman
Analisis Kesalahan Newman adalah suatu metode untuk menganalisis
kesalahan dalam soal uraian. Dalam metode ini, terdapat tahapan-
tahapan yang diperhatikan dalam menganalisis kesalahan peserta didik
ketika menyelesaikan suatu masalah berbentuk soal cerita.
3. Literasi Sains
literasi sains adalah suatu kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan, mengidentifikasi suatu pertanyaaan, serta dapat
menerapkan isu-isu yang berkaitan dengan sains dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan pertimbangan saintis.
1
1
9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Analisis Kesalahan


Menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (2008: 60), analisis adalah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa (artikel, karangan, perbuatan dll) untuk
mengetahui apa penyebab keadaan yang sebenarnya, sebab-musabab, serta
kedudukan perkaranya, dan sebagainya. Sedangkan kesalahan dalam “Kamus
Besar Bahasa Indonesia” (2008:1345), kesalahan adalah perilaku salah,
kekeliruan, kealpaan, perbuatan salah (melanggar hukum dll). Oleh karena itu,
analisis kesalahan adalah suatu usaha penyelidikan terhadap kekeliruan atau
kealpaan perbuatan salah yang diharapkan dapat mengetahui jenis dari kesalahan
tersebut. Hal ini sejalan dengan analisis kesalahan adalah upaya di mana memori
tidak lagi dapat mereproduksi pengetahuan yang disimpannya. Penyelidikan atas
peristiwa penyimpangan adalah untuk mengetahui apa yang menyebabkan
terjadinya peristiwa penyimpangan tersebut. Begitu pula seseorang bisa saja
melakukan kesalahan dalam belajar.
Kesalahan yang dilakukan siswa perlu dianalisis lebih lanjut untuk
menggambarkan kelemahan siswa yang akan mengikuti tes. Dalam hal ini,
kebutuhan untuk menganalisis kesalahan yang dilakukan siswa adalah dengan
mengklasifikasikan menurut kategori tertentu. Dengan demikian, pembelajaran
dapat diarahkan untuk memperbaiki kesalahan tersebut.Jenis kesalahan adalah
kesalahan yang berkaitan dengan objek. Adapun jenis-jenis kesalahan yang sering
dilakukan yaitu:
a. Konsep, kesalahan konsep adalah kekeliruan dalam menggolongkan atau
mengklasifikasikan sekumpulan objek. Memiliki indikator diantaranya
adalah menentukan dan menggunakan teorema atau rumus untuk
menjawab suatu masalah.
b. Menggunakan data, kesalahan menggunakan data memiliki indikator
diantaranya adalah tidak menggunakan data yang seharusnya dipakai
10

dengan kata lain salah dalam memasukkan data ke variabel atau


menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu masalah.
c. Interpretasi bahasa, dalam kesalahan interpretasi bahasa ini yaitu
kesalahan dalam menyatakan bahasa sehari-hari ke dalam simbol-simbol
matematika atau ke dalam bahasa matematikanya. Bahasa matematika
merupakan bahasa simbol sehingga pemahaman terhadap simbol-simbol
tersebut merupakan prasyarat utama untuk dapat memahami matematika.
d. Teknis, kesalahan teknis ini meliputi kesalahan dalam perhitungan dan
kesalahan memanipulasi.
e. Penarikan kesimpulan, meliputi melakukan penyimpulan tanpa alasan
yang mendukung atau melakukan penyimpulan pertanyaan yang tidak
sesuai dengan penalaran logis.

2.2. Analisis Kesalahan Newman


Metode analisis kesalahan Newman diperkenalkan pertama kali pada tahun
1977 oleh Anne Newman, seorang guru mata pelajaran matematika di Australia.
Newman mengemukakan bahwa ketika siswa berusaha menjawab sebuah
permasalahan yang berbentuk soal cerita, maka siswa tersebut telah melewati
serangkaian rintangan berupa tahapan dalam pemecahan masalah. Analisis ini
dikembangkan untuk membantu guru ketika berhadapan dengan siswa yang
mengalami kesulitan dengan masalah soal cerita matematis dan membantu guru
untuk menentukan di mana letak kesalahpahaman siswa dan menentukan strategi
mana dalam pengajaran yang efektif untuk mengatasinya.
(Karnasih, 2015) mengungkapkan bahwa ada lima prosedur yang ditemukan
oleh Anne Newman diantaranya adalah membaca masalah (reading), memahami
masalah (comprehension), transformasi masalah (transformation), keterampilan
proses (process skill), dan pengkodean/penarikan kesimpulan (encoding). Jadi
yang dikatakan dengan analisis kesalahan Newman adalah memberikan suatu
kerangka atau tahap-tahap untuk mempertimbangkan alasan yang mendasari
tentang kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal yang berbentuk
11

cerita matematis dan proses yang membantu guru untuk menentukan dimana letak
kesalahpahaman terjadi.
Menurut (Karnasih, 2015) ada beberapa kegiatan metode wawancara
analisis kesalahan yang sesuai dengan tahapan Newman yang dianggap mampu
memberikan informasi letak kesalahan siswa serta penyebabnya dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
a. Silahkan bacakan pertanyaan pada soal kepada saya, jika kamu tidak dapat
mengetahui satu kata ataupun satu bilangan pada soal, tinggalkan itu.
b. Beri tahu saya isi pertanyaan yang ditanyakan padamu yang akan
dikerjakan.
c. Beri tahu saya bagaimana kamu menyelesaikan pertanyaan untuk
menemukan jawaban tersebut.
d. Tunjukkan kepada saya bahwa bagaimana kamu mendapatkan jawaban
itu. Berbicaralah dengan keras pada saat kamu melakukannya agar saya
dapat mengerti bagaimana cara kamu berpikir.
e. Sekarang, tuliskan jawaban kamu dari pertanyaan tersebut.

2.2.1. Jenis-Jenis Kesalahan Newman


Newman (White, 2005:15), mengklasifikasikan kesalahan peserta
didik/siswa dalam menyelesaikan soal matematika sebagai berikut:
a. Kesalahan membaca
Kesalahan ini disebabkan siswa tidak mampu mengenali kata-kata
atau simbol dalam soal sehingga tidak menemukan solusi dari soal
tersebut. Kemampuan membaca siswa ini tentunya diperlukan untuk
menghadapai berbagai masalah karena berdampak pada bagaimana siswa
memecahkan suatu permasalahan. Berikut ini indikator kesalahan
membaca yaitu: siswa tidak mampu membaca kata, angka atau yang
menjadi kata kunci pada soal.
b. Kesalahan mamahami masalah
Kesalahan ini disebabkan siswa mampu membaca soal dengan baik
namun tidak dapat menunjukkan syarat atau isi pokok dalam soal tersebut
12

sehingga siswa gagal dalam menemukan solusi dalam permasalahan


tersebut. Indikator dari kesalahan memahami masalah yaitu: 1) Tidak
mampu memahami arti keseluruhan isi yang ada dalam soal tersebut. 2)
Tidak mampu menuliskan hal yang diketahui dan hal yang ditanyakan
dalam soal.
c. Kesalahan Transformasi
Kesalahan ini disebabkan siswa mampu memahami apa yang
ditanyakan dalam soal namun tidak dapat menentukan rangkaian operasi
yang benar dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Indikator dari
kesalahan transformasi yaitu: 1) Tidak mampu menentukan operasi
matematika atau rangkaian operasi dalam menyelesaikan permasalahan
soal dengan tepat. 2) Tidak mampu membuat model matematis dari soal.
d. Kesalahan keterampilan proses
Kesalahan ketrampilan proses ini disebabkan siswa mampu dalam
menentukan operasi matematika dengan benar, akan tetapi masih salah
menjalankan prosedur dalam menyelesaian permasalahan. Kesalahan ini
banyak ditemukan ketika siswa salah dalam melakukan perhitungan.
Adapun indikator dari kesalahan keterampilan proses berdasarkan uraian
antara lain: 1) tidak mengetahui prosedur untuk menyelesaikan soal
tersebut dengan tepat meskipun sudah menentukan rumus dengan benar. 2)
tidak mampu menjalankan tahapantahapan operasi hitung yang digunakan
untuk menyelesaikan soal. 3) tidak mampu menentukan hasil akhir sesuai
prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan soal.
e. Kesalahan penulisan jawaban akhir
Kesalahan penulisan jawaban akhir disebabkan siswa telah
menyelesaikan tugas sampai akhir dengan benar, namun tidak bisa
menuliskan jawaban yang dimaksudkan dengan tepat sehingga
menyebabkan berubahnya makna jawaban. Selain itu, pada kesalahan ini
disebabkan oleh siswa yang terburu-buru dalam mengerjakan dan tidak
menuliskan kesimpulan akhir pada permasalahan yang ditanyakan.
Adapun indikator dari kesalahan penulisan jawaban akhir yaitu: 1) tidak
13

mampu menuliskan jawaban akhir dengan benar. 2) tidak mampu


mengemukakan solusi dari penyelesaian soal tersebut kedalam bentuk
tertulis yang dapat diterima.
Berdasarkan penjelasan tahapan diatas, indikator kesalahan dalam
menyelesaikan soal berbasis literasi sains untuk setiap tahap yang dikemukakan
oleh Newman dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1 Indikator Kesalahan Berdasarkan Newman

Jenis Kesalahan Indikator


Kesalahan membaca soal (Reading Peserta didik salah dalam membaca
Error) istilah, simbol, kata-kata atau informasi
penting dalam soal.
Kesalahan memahami soal Peserta didik tidak mengetahui apa
(Comprehension Error) yang sebenarnya ditanyakan pada soal.
Kesalahan menangkap informasi yang
ada di soal sehingga tidak dapat
menyelesaikan ke proses selanjutnya.
Kesalahan metransformasikan Peserta didik gagal dalam mengubah
(Transformation Error) kebentuk model matematika yang
benar.
Peserta didik salah dalam menggunakan
tanda operasi hitung untuk
menyelesikan soal.
Kesalahan Keterampilan Proses Peserta didik salah dalam perhitungan
(Process Skill Error) atau komputasi.
Peserta didik tidak melanjutkan
prosedur penyelesaian.
Kesalahan Jawaban Akhir (Encoding Peserta didik tidak dapat menuliskan
Error) jawaban akhir yang diminta dari soal.
Peserta didik tidak dapat
menyimpulkan jawaban sesuai kalimat
matematika.

2.3. Literasi Sains


2.3.1. Pengertian Literasi Sains
Literasi sains secara harafiah berasal dari kata literatus dan scientia.
Literatus yang berarti melek huruf dan scientia yang diartikan memiliki
pengetahuan. Menurut C.E de Boer dalam (Toharuddin, Hendrawati, & Rustaman,
2011), orang yang pertama menggunakan istilah literasi sains adalah Paul de Hart
14

Hurt dari Sranford University. Menurut Hurt, science lieracy berarti tindakan
memahami sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat.
Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah
untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,
menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta,
memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi
membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk
terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016). Pendapat
lain juga dikemukan oleh (Wijaya D. , 2022) mengatakan literasi sains adalah
suatu kemampuan untuk memahami suatu konsep baik itu lisan maupun non-lisan
dan menghubungkan atau menerapkannya dalam memecahkan masalah-masalah
sains yang ada dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pertimbangan saintis.
Menurut (Aryani, Suwono, & Parno, 2016) Literasi sains merupakan
kemampuan untuk dapat menghubungkan isu-isu yang berkaitan dengan sains dan
gagasan-gagasan sains. Sedangkan menurut (Toharuddin, Hendrawati, &
Rustaman, 2011) Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami
sains, mengomunikasikan sains (lisan dan tulisan), serta menerapkan pengetahuan
sains untuk memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan kepekaan yang
tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sains.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa literasi sains
adalah suatu kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, mengidentifikasi
suatu pertanyaaan, serta dapat menerapkan isu-isu yang berkaitan dengan sains
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pertimbangan saintis.

2.3.2. Ruang Lingkup Literasi Sains


Dalam pengukuran literasi sains, PISA menetapkan tiga dimensi besar
literasi sains, yakni konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi sains. Secara
rinci, PISA, pada tahun 2003, menerapkan dimensi literasi sains sebagai berikut
(Toharuddin, Hendrawati, & Rustaman, 2011).
1) Kandungan literasi sains
15

Dalam dimensi konsep ilmiah (scientific concepts), peserta didik perlu


menangkap sejumlah konsep kunci atau esensial untuk dapat memahami
fenomena alam tertentu dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat
kegiatan manusia.
2) Proses literasi sains
Proses literasi sains dalam PISA mengkaji kemampuan peserta didik untuk
menggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah, seperti kemampuan
peserta didik untuk mencari, menafsirkan dan memperlakukan bukti-bukti.
PISA menguji lima proses semacam itu, yakni mengenali pertanyaan
ilmiah, mengidentifikasi bukti, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan
kesimpulan, dan menunjukan pemahaman konsep ilmiah.
3) Konteks literasi sains
Konteks literasi, dalam PISA, lebih pada kehidupan sehari-hari dari pada
kelas atau laboratorium.Sebagai bentuk literasi lainnya, konteks sains
melibatkan isu-isu yang sangat penting dalam kehidupan secara umum,
seperti juga terhadap kepedulian pribadi.Pertanyaan-pertanyaan dalam
PISA 2000 dikelompokan menjadi tiga area tempat sains diterapkan, yaitu
kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan, serta teknologi.
Situasi atau konteks adalah area aplikasi konsep-konsep sains. Konteks
sains yang digunakan pada PISA 2006 terdiri dari ksehatan, sumber daya alam,
lingkungan, bahaya, sains, dan teknologi yang aplikasinya dilakukan secara
personal, social dan global. Kompetensi ilmiah dalam PISA 2006 terdiri dari tiga
hal berikut (Toharuddin, Hendrawati, & Rustaman, 2011)
1) Mengidentifikasi isu ilmiah, yaitu mengenal isu yang dapat ditagani secara
ilmiah, mengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi ilmiah,
mengenal bentuk kunci penyelidikan ilmiah.
2) Menjelaskan fenomena ilmiah, yaitu menerapkan pengetahuan sains pada
situasi-kondisi yang diberikan, mendeskripsikan atau menafsirkan
fenomena ilmiah dan memprediksi perubahan dan mengidentifikasi
deskripsi, penjelasan, dan deskripsi yang tepat.
16

3) Menggunakan bukti ilmiah, yaitu menafsirkan bukti ilmiah, membuat dan


mengkomunikasikan simpulan, mengidentifikasi kan asumsi, bukti dan
penalaran dibalik simpulan, menanggapi implikasi sosial dari
perkembangan sains dan teknologi.
Untuk menerapkan pembelajaran yang berliterasi sains, diperlukan
pemahaman yang cukup dan memadai mengenai karakteristik manusia yang
memiliki literasi sains. Rubba menyatakan bahwa karakteristik individu yang
memiliki literasi sains sebagai berikut (Toharuddin, Hendrawati, & Rustaman,
2011)
1) Bersikap positif terhadap sains,
2) Mampu menggunakan proses sains,
3) Berpengetahuan luas tentang hasil-hasil riset,
4) Memiliki pengetahuan tentang konsep dan prinsip sains, serta mampu
menerapkannya dalam teknologi dan masyarakat,
5) Memiliki pengertian hubungan antara sains, teknologi, masyarakat dan
nilai-nilai manusia.
6) Berkemampuan membuat keputusan dan terampil menganalisis nilai untuk
pemecahanmasalah-masalah masyarakat yang berhubungan dengan sains
tersebut.
Ciri-ciri seseorang memiliki literasi sains, menurut National Science
Teacher Association adalah (Toharuddin, Hendrawati, & Rustaman, 2011) :
1) Menggunakan konsep sains, keterampilan proses dan nilai apabila ia
mengambil keputusan yang bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-
hari.
2) Mengetahui bagaimana masyarakat mempengaruhi sains dan teknologi
serta bagaimana sains dan teknologi mempengaruhi masyarakat.
3) Mengetahui bahwa masyarakat mengontrol sains dan teknologi melalui
pengelolaan sumber daya alam.
4) Menyadari keterbatasan dan kegunaan sains dan teknologi untuk
mengkatkan kesejahteraan manusia.
17

5) Memahami sebagian besar konsep-konsep sains, hipotesis dan teori sains


dan mampu menggunakannya.
6) Menghargai sains dan teknologi sebagai stimulasi intelektual yang
dimilikinya.
7) Mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah bergantung pada proses inkuari
dan teori.
8) Membedakan antara fakta-fakta ilmiah dan opini pribadi.
9) Mengakui asal-usul sains dan mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah itu
tentatif.
10) Mengetahui aplikasi teknologi dan pengambilan keputusan menggunakan
teknologi.
11) Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk memberi
penghargaan kepada penetian dan pengembangan teknologi.
12) Mengetahui sumber-sumber informasi dari sains dan teknologi yang
dipercaya dan menggunakan sumber-sumber tersebut dalam pengambilan
keputusan.

2.4. Kajian Penelitian Yang Relevan


Dalam penelitian ini penulis mengacu pada penelitian sebelumnya yang
relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan saat ini. Berikut ini beberapa
hasil penelitian yang relevan yang dijadikan bahan telaah bagi peneliti.

Tabel 2 Penelitian Relevan


No Nama peneliti/Tahun Judul Hasil Penelitian
1. Andi Pratiwi Irwan, Analisis Kemampuan Hasil penelitian ini menunjukkan
Usman, & Bunga Literasi Sains Peserta bahwa peserta didik dapat
Dara Amin, 2019 Didik Ditinjau Dari menjawab soal dengan baik dan
Kemampuan benar paling tinggi pada indikator
Menyelesaikan Soal pengetahuan konten indikator
Fisika Di SMAN 2 mengevaluasi dan merancang
Bulukumba penyelidikan ilmiah dikarenakan
dalam menjawab soal tersebut
peserta didik mengandalkan
hafalan mereka terkait materi yang
ada pada soal. Sedangkan
18

kesalahan paling banyak dilakukan


peserta didik pada soal dengan
indikator pengetahuan epistemik
dan indikator menafsirkan data dan
bukti secara ilmiah dikarenakan
dala menjawab soal tidak
mengandalkan hafalan peserta
didik melainkan kemampuan
berfikir untuk memahami sebuah
hal dan memberikan alasan
maupun kesimpulan atas hal
tersebut.
2. Dadang Anugrah Analisis Kesalahan Hasil dari penelitian ini
Pangestu & Gida Siswa SMP Dalam menunjukkan bahwa kesalahan
Kadarisma, 2021 Menyelesaikan yang sering terjadi dilakukan siswa
Materi Teorema yaitu kesalahan dalam melakukan
Pythagoras operasi hitung, kesalahan dalam
memahami konsep, kesalahan
terjadi pada saat siswa menjawab
soal tidak sesuai dengan langkah-
langkah penyelesaian karena
terburu-buru dan kesalahan dalam
memahami Bahasa soal.
3. Ardy fauzi Rachman Analisis Kesalahan Hasil penelitian ini menunjukkan
& Ratni Purwasih, Siswa SMA Negeri bahwa presentase berdasarkan
2021 Di Kota Cimahi kriteria kesalahan sebagai berikut:
Dalam (1) Kesalahan menggunakan data
Menyelesaikan Soal sebesar 5,48%, (2) Kesalahan
Matematika Pada menggunakan bahasa sebesar
Materi Trigonometri 24,66%, (3) Kesalahan
menggunakan logika untuk
menarik kesimpulan sebesar 0%,
(4) Kesalahan menggunakan
defenisi atau teorema sebesar
12,33%, (5) Penyelesaian tidak
diperiksa kembali sebesar 22,6%,
dan (6) Kesalahan teknis sebesar
34,93%. Faktor-faktor penyebab
terjadinya kesalahan siswa seperti
siswa tidak teliti saat mengubah
soal menjadi model matematika,
siswa lupa menggunakan rumus
yang tepat dalam menyelesaikan
soal, kesalahan dalam proses
perhitungan, siswa tidak menyukai
pelajaran matematika, dan soalnya
sulit untuk dipahami.
4. Farizal Arbi Fauzan Analisis Kesalahan Hasil dari penelitian ini
Jawaban Siswa menunjukkan bahwa kesalahan
Dalam Mengerjakan jawaban yang dilakukan siswa
19

Soal Uraian Pada adalah tahapan Reading,


Materi Gerak Comprehension, Transformation,
Harmonik Sederhana Process Skill, dan Encoding.
Siswa Penyebab kesalahan siswa dalam
mengerjakan soal uraian pada
materi Getaran Harmonis adalah
siswa belum memahami konsep
dengan matang dan terburu-buru
dalam menentukan apa yang
diketahui, siswa kurang teliti dan
tidak mengetahui arti dari simbol-
simbol yang dituliskan dalam soal,
siswa lupa dengan persamaan
Fisika dan juga kurang teliti dalam
menentukan model Matematika,
siswa terburu-buru dan kurang
teliti dalam mengerjakan butir soal,
dan siswa lupa menulis satuan,
serta salah dalam menentukan
jawaban akhir. Salah satu metode
yang dapat mengatasi
permasalahan siswa yang
mengalami kesalahan jawaban
adalah dengan penerapan
pembelajaran abad 21, yaitu
berpikir kritis, kreativitas,
komunikasi dan kolaborasi.
5. Falentina Genoveva Analisis Kesalahan Hasil dari penelitian ini
Irmina & Rambu Dalam menunjukkan bahwa sebagaian
Ririnsia Harra Hau Menyelesaikan siswa masih mengalami kesulitan
Soal Materi Pokok dalam memehami soal yang di
Termodinamika berikan.hal ini terjadi karena siswa
belum memahami materi-materi
Pada Siswa Kelas yang di berikan.di samping itu juga
X1 Smas Katolik siswa lebih senang mengerjakan
St John Paul Ii soal dalam bentuk diskusi
Maumere kelompok di bandingkan dengan
mengerjakan soal sendiri.

6. Refli Annisa & Analisis Kesalahan Hasil dari penelitian ini


Kartini Siswa Dalam menunjukkan bahwa diperoleh
Kartini, 2021 Menyelesaikan persentase kesalahan reading
Soal Barisan dan error 13%, comprehension error
Deret Aritmatika 22%, transformation error 35%,
Menggunakan process skill error 44%, dan
Tahapan Kesalahan encoding error 9%.
Newman
7. Ari Sabat Yunipar, Analisis Kesalahan Hasil dari penelitian ini
Dwi Fajar Saputri & Siswa Dalam menunjukkan bahwa 1) Jumlah
20

Lia Angraeni, 2019 Menyelesaikan Soal kesalahan konsep yang dilakukan


Fisika Pada Materi oleh sebesar 66,67%, dan jumlah
Momentum Di kesalahan sistematis sebesar
Kelas X SMA 39,75%. 2) Banyaknya kesalahan
Kristen Abdi Wacana disetiap indikator soal
Pontianak menunjukkan bahwa indikator soal
nomor 2 yaitu 53,57%, diikuti
kesalahan pada indikator pada soal
nomor 3 yaitu persentase 53,06%,
dilanjutkan indikator soal nomor 5
dengan persentase kesalahan
sebesar 52,86%, kemudian diikuti
kesalahan pada indikator soal
nomor 4 dengan persentase
kesalahan sebesar 49,11%, dan
yang paling rendah kesalahan pada
indikator soal nomor 1 dengan
persentase 42,86%.

2.5. Kerangka Berpikir


Nilai rata-rata peserta didik dalam menyelesaikan soal berbasis literasi sains
masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan oleh rendahnya nilai Asesmen
Nasional (AN) peserta didik. Nilai rata-rata yang masih rendah ini dimungkinkan
terjadi karena masih banyak peserta didik yang melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal berbasisi literasi sains. Kesalahan yang dilakukan oleh peserta
didik perlu dilakukan sebuah analisis agar mengetahui penyebabnya sehingga
dapat dilakukan tindak lanjut agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali.
Dengan begitu, tujuan dan hasil belajar peserta didik pun dapat dicapai secara
maksimal.
Analisis kesalahan selama ini tentu saja telah dilakukan oleh guru, hanya
saja analisis ini belum dilakukan lebih mendalam jenis dan penyebab terjadinya
kesalahan tersebut. Analisis kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
analisis kesalahan berdasarkan teori Newman yaitu, kesalahan membaca (Reading
Error), kesalahan pemahaman (Comprehension Error), kesalahan transformasi
(Transformation Error), kesalahan keterampilan proses (Processing Skill Error)
dan kesalahan penulisan jawaban akhir (Encoding Error). Adapun bagan alur
pikir dapat dilihat dibawah ini :
21

Rendahnya kemampuan peserta didik dalam


menyelesaikan soal berbasis literasi sains.

Peserta didik mengalami kesalahan dalam


menyelesaikan soal berbasis literasi sains

Menggunakan tahapan Newman untuk


menganalisis kesalahan peserta didik

Menentukan jenis kesalahan yang


dilakukan peserta didik

Menentukan kesimpulan

Gambar 1.1. Bagan Kerangka Berpikir


22

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif deskriptif. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisonal, karena
metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai
metode untuk penelitian. Menurut (Sugiyono, 2017) metode deskriptif adalah
metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Metode deskriptif menurut (Mahmud, 2011) adalah suatu penelitian yang
diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat
mengenai fakta dan sifat objek sesuai dengan apa adanya. Pendekatan ini
memungkinkan penulis mengumpulkan data dan menyesuaikan dengan konteks.
Penelitian deskriptif hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu
variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 2013). Dalam penelitian ini, kesalahan
dalam menyelesaikan soal-soal yang berbasis literasi sains yang dilakukan oleh
peserta didik akan memberikan gambaran serta data-data yang sesuai dengan
keadaan yang diteliti.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Muara Batu yang
beralamatkan di Jl. Pendidikan No. 5 Krueng Mane, Desa Cot Seurani,
Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Waktu penelitian
dilaksanakan pada April 2022 sampai dengan Mei 2022. Sedangkan alasan
peneliti memilih SMA Negeri 1 Muara Batu ini adalah dengan beberapa
pertimbangan berikut:
1. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal berbasis
literasisains.
23

2. Adanya kesediaan dari pihak sekolah dan guru mata pelajaran untuk
dijadikan sebagai tempat dan narasumber penelitian.
3. Letak SMA Negeri 1 Muara Batu yang terjangkau sehingga memudahkan
peneliti melakukan penelitian di SMA Ngeri 1 Muara Batu,

1.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi
Menurut (Sugiyono, 2017), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas XI SMAN 1 Muara Batu Tahun
Pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 145.

3.3.2 Sampel
Menurut (Sugiyono, 2017), sampel adalah bagian dari jurnal dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penarikan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik Purposive
Sampling adalah teknik sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun sampel
pada penelitian ini adalah kelas XI MIA 1 yang terdiri dari 36 peserta didik.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling penting dalam sebuah
penelitian. Menurut (Sugiyono, 2017) mengatakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang
alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
observasi berperan serta ( participan observation), wawancara mendalam (in
depth interiview) dan dokumentasi.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Tes Tertulis
24

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang


benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang
membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan
tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau
mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (Mardapi, 2008).
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang
terdiri atas 10 soal berbasis literasi sains yang sudah divalidkan. Ini perlu
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Setelah dosen pembimbing
menyetujui, peneliti mengonsultasikan kepada validator dengan tujuan
instrumen yang peneliti buat benar-benar valid dan layak untuk digunakan.
Berdasarkan hasil validasi yang diperoleh, dilakukan revisi sesuai saran
dari validator hingga instrument penelitian dapat digunakan. Validator
terdiri dari 2 dosen Universitas Malikussaleh..
2. Wawancara
(Afifuddin & Saebani, 2018) mengemukakan bahwa, wawancara
adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada
seorang yang menjadi informan atau responden. Caranya adalah dengan
bercakap-cakap secara tatap muka. Hal ini sejalan dengan (Sugiyono,
2017) yang menyatakan bahwa, wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap
muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.
Untuk memperoleh data yang diinginkan, peneliti menggunakan
pedoman wawancara yang dibuat setelah data hasil tes diperoleh. Subjek
wawancara yaitu peserta didik dengan kesalahan yang berbeda-beda yang
mewakili kesalahan peserta didik lain yang melakukan kesalahan yang
sama. Selanjutnya, pertanyaan yang diajukan terhadap peserta didik adalah
sesuai dengan kesalahan yang dialaminya dalam mengerjakan soal
tersebut. Wawancara dilakukan pada beberapa peserta didik yang dipilih
dengan pertimbangan tertentu setelah mengikuti tes tulis. Proses pemilihan
subjek untuk wawancara dapat dilihat pada gambar berikut:
3. Dokumentasi
25

Menurut (Sugiyono, 2017) dokumentasi merupakan catatan


peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan seperti catatan harian, cerita, biografi, peraturan dan kebijakan.
Sedangkan dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar
hidup, sketsa, dan lain-lain. Dalam hal ini peneliti memperoleh dokumen-
dokumen sesuai kebutuhan peneliti, seperti surat-surat atau data-data dari
sekolah mengenai data guru dan peserta didik, serta surat bukti kegiatan
yang dikeluarkan sekolah dan foto-foto kegiatan yang dilakukan peneliti
selama di lapangan.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Lembar Tes
Lembar-lembar soal berbasis literasi sains adalah tes yang disusun
dengan tujuan analisis kesalahan peserta didik dalam memecahkan
masalah soal berbasis literasi sains.
2. Pedoman Wawancara
Panduan wawancara dikembangkan peneliti yang disetujui serta
diverifikasi oleh dosen ahli, menggunakan metode pengujian untuk
menyempurnakan hasil pengumpulan data dan memperoleh data. Panduan
wawancara meliputi pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, selanjutnya
untuk menyempurnakan hasil pengumpulan data melalui metode
pengujian untuk memperoleh data dari kesalahan yang siswa lakukan.

3.6. Keabsahan Data


Menurut (Sugiyono, 2018) mengemukakan bahwa, data dapat dinyatakan
valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Sedangkan menurut (Moleong,
2017) mengatakan bahwa untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data
diperlukan teknik pemeriksaan.
26

Pada penelitian kualitatif memeriksa keabsahan dari data dapat dilakukan


dengan triangulasi. Triangulasi adalah suatu upaya atau kegiatan untuk melihat
data yang benar yang didapatkan seorang peneliti dari berbagai jenis sumber
pengumpulan data. Menurut (Sugiyono, 2017) Triangulasi dibagi menjadi tiga,
yaitu triangulasi sumber, teknik, dan waktu. Jenis triangulasi yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu dengan jalan membandingkan
data hasil tes tulis dan data hasil wawancara. Data yang akan dibandingkan dalam
penelitian ini adalah data hasil pekerjaan peserta didik dengan data hasil
wawancaranya.

3.7. Teknik Analisis Data


Dalam menyikapi, menyusun, memilih dan mengolah data yang telah
diperoleh secara sistematis tentunya diperlukan analisis data. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis data
kuantitatif sebagai berikut.
• Analisis statistik deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpulkan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulann yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Termasuk dalam
statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik,
diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean
(pengukuran tendensi sentral), perhitungan penyebaran data melalui
perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase.
• Analisis tingkat kemampuan siswa
Setelah diperoleh hasil tes, kemudian dihitung tingkat kemampuan
masing-masing siswa dengan rumus:
𝑛
𝑋 = × 100%
𝑁
Keterangan:
𝑋 = tingkat kemampuan siswa
27

n = skor yang diperoleh siswa


N = skor maksimum
Setelah tingkat kemampuan masing-masing siswa dihitung, kemudian
dicari tingkat kemampuan rata-rata menggunakan analisis rata-rata dengan
rumus:
∑𝑋
𝑥̅ =
𝑓
Keterangan:
𝑥̅ = tingkat kemampuan rata-rata yang dimiliki siswa
∑𝑋 = tingkat kemampuan masing-masing siswa
f = jumlah seluruh siswa

• Prosentase tingkat kesalahan


Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
rumus:
𝑇𝑜𝑡 ∑ 𝑠
𝑝= × 100%
𝑇𝑜𝑡 ∑ 𝑠 + 𝑇𝑜𝑡 ∑ 𝑏
Keterangan:
𝑝 = Prosentase yang dicari
𝑇𝑜𝑡 ∑ 𝑠 = total semua kesalahan dari tiap butir seluruh soal
𝑇𝑜𝑡 ∑ 𝑏 = total semua jawaban siswa yang benar dalam tiap butir soal

Prosentase tingkat kesalahan siswa ditentukan dengan kriteria:


0% ≤ 𝑝 < 20% = sangat rendah,
20% ≤ 𝑝 < 40% = rendah,
40% ≤ 𝑝 < 60% = cukup,
60% ≤ 𝑝 < 80% = tinggi,
80% ≤ 𝑝 < 100% = sangat tinggi.
(Muhammad Ali, 1987)
28

Selain analisis data kuantitif, penelitian ini juga menggunakan analisis data
dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung,
dan setelah pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2017). Data
yang dianalisis yaitu hasil observasi, wawancara dan jawaban dari tes tertulis soal
uraian fisika pada materi usaha dan energi yang sudah diberikan pada peserta
didik.
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagaimana yang diungkapkan oleh (Sugiyono, 2017) yaitu sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Menurut (Sugiyono, 2011), reduksi data merupakan merangkum,
memilih hal-hal pokok, kemudian memfokuskan pada hal-hal yang
penting. Reduksi data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk merangkum hal-hal atau data yang
dianggap penting sehingga data yang diperoleh bisa lebih jelas. Adapun
tahap-tahap reduksi data dalam penelitian ini adalah :
a. Periksa hasil tes tulis peserta didik, kemudian dikelompok untuk
menentukan peserta didik yang akan dijadikan subjek penelitian.
b. Subjek yang telah ditentukan sebelumnya akan dilakukan
wawancara satu per satu.
c. Hasil tes tulis peserta didik yang menjadi subjek penelitian
merupakan data mentah yang harus dimodifikasi menjadi catatan
yang akan dijadikan sebagai bahan untuk wawancara.
d. Mendeskripsikan terjadinya kesalahan dan jenisnya berdasarkan 5
aspek kesalahan dalam analisis Newman dengan kriteria atau
indikator kesalahan.
e. Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan bahasa yang
baik dan rapi, kemudian ditransformasikan ke dalam catatan.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengolah hasil wawancara peserta
didik yang menjadi subjek penelitian agar menjadi data yang siap
untuk digunakan.
29

Proses reduksi data dapat dilihat pada gambar berikut :

Analisis Dipilih 6 orang Mewawancarai


jawaban tes tulis subjek subjek terpilih

Data Tes Tulis Data Hasil


Wawancara

Menganalisis hasil penelitian (tes tulis dan wawancara)

Menarik kesimpulan

Gambar 2.4 Proses Reduksi Data

2. Penyajian Data
Menurut (Sugiyono, 2015: 341) penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk uraian secara singkat, bagan, maupun sejenisnya. Penyajian
data dalam penelitian ini yaitu hasil dari kesalahan jawaban siswa yang
dikategorikan berdasarkan kesalahan Newman dalam uraian singkat teks
naratif, serta hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa berupa
percakapan yang telah disusun dengan baik. Penyajian data dilakukan
untuk memudahkan peneliti dalam mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan
apa saja yang dilakukan siswa, serta menganalisis faktor penyebab
kesalahan tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan
30

Langkah ini adalah langkah terakhir penjabaran data yang sudah


dikaji dalam penelitian ini. Kesimpulan yang dikemukakan harus teruji
berdasarkan data-data yang telah diperoleh beserta dukungan bukti-bukti
yang kongkret dan konsisten sehingga mampu menjawab dari rumusan
masalah.

3.8 Tahap-Tahap Penelitian


Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun proposal penelitian
b. Meminta surat izin observasi dari kampus
c. Menyerahkan surat izin observasi ke sekolah yang bersangkutan
d. Melakukan observasi di SMAN 1 Muara Batu
e. Mengidentifikasi masalah
f. Menentukan instrument penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Merancang instrumen penelitian yaitu berupa soal tes yang terdiri dari
10 butir soal uraian.
b. Instrumen penelitian akan diuji valid dan layak digunakan oleh
validator.
c. Setelah instrumen dinyatakan valid, selanjutnya adalah melaksanaan
tes tulis. Tes tulis tersebut dikerjakan secara individu oleh peserta
didik kelas XI MIA 1 di SMAN 1 Muara Batu.
d. Peneliti selanjutnya mengoreksi jawaban dari peserta didik untuk
mengetahui siapa saja yang melakukan kesalahan dalam penyelesaian
soal tersebut.
e. Setelah mengetahui peserta didik yang melakukan kesalahan,
selanjutnya peserta didik tersebut akan dibagi ke dalam 3 kelompok.
Kelompok 1 adalah peserta didik dengan kategori nilai tinggi.
Kelompok 2 adalah peserta didik dengan kategori nilai sedang.
31

Kelompok 3 adalah peserta didik dengan kategori nilai rendah. Setelah


dilakukan pembagian kelompok, peneliti akan meminta masukan
kepada guru pengajar fisika di sekolah untuk mengetahui siapa saja
peserta didik yang dapat mengungkapkan gagasannya dengan baik di
masing-masing kelompok. Selanjutnya, akan dipilih 2 peserta didik
dari masing-masing kelompok untuk dijadikan sebagai subjek yang
akan diwawancarai.
f. Peneliti melakukan wawancara satu per satu dengan subjek dan
mencatat hasil wawancara.
g. Berdasarkan catatan hasil wawancara, peneliti menganalisis kesalahan
yang dilakukan peserta didik. Analisis ini dilakukan berdasarkan
prosedur analisis kesalahan Newman.
h. Peneliti menarik kesimpulan dari data-data yang diperoleh.
Agar lebih mudah memahami tahap-tahap penelitian, perhatikan gambar
berikut.
32

Mulai

Merancang instrumen penelitian

Validasi instrumen penelitian

Apakah Tidak
sudah
valid ?

Ya

Memberikan tes tulis Pemilihan Melakukan wawancara


subjek

Data hasil tes tulis Data hasil wawancara

Menganalisis hasil penelitian (tes tulis dan wawancara)

Menarik kesimpulan

Selesai

Gambar 2.5 Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin, & Saebani, B. A. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat:
Cv Pustaka Setia.

Arikunto, S. (2013). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Aryani, A. K., Suwono, H., & Parno. (2016). Profil Kemampuan Literasi Sains
Siswa SMPN 3 Batu. 1, p. 847. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
IPA Pascasarjana UM.

Fauzan, F. A. (2021). Analisis Kesalahan Jawaban Siswa Dalam Mengerjakan


Soal Uraian Pada Materi Gerak Harmonik Sederhana Siswa Kelas X
MIPA SMA Negeri 1 Teras Tahun Pelajaran 2018/2019. Surakarta: 2021.

Fibonacci, A. (2020). Literasi Sains Dan Implementasinya dalam pembelajaran.


Sumatera Barat: Insan Cendekia Mandiri.

Hasanah, A. (2018). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita


Materi Himpunan pada Siswa Kelas VII SMP Swasta Al-Washliyah 8
Medan. Medan: UIN Sumatera Utara.

Irwan, A. P., Usman, & Amin, B. D. (2019). Analisis Kemampuan Literasi Sains
Peserta Didik Ditinjau Dari Kemampuan Menyelesaikan Soal Fisika Di
SMAN 2 Bulukumba. Jurnal Sains Dan pendidikan Fisika, 17-24.

Juwariyah, S. (2018). Analisis Jenis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal


Fisika Materi Listrik Statis Di Man 6 Jombang. Universitas Jember: 2018.

Karnasih, I. (2015). Analisis Kesalahan Newman pada Soal Cerita Matematis


(Newman's Error Analysis In Mathematical Word Problems). Jurnal
PARADIKMA, 37-51.

Kemendikbud. (2017). Materi Pendukung Literasi Sains. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Kompri. (2017). MANAJEMEN PENDIDIKAN. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

24
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Cv Pustaka Setia.

Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes Dan Nontes. Jogjakarta:


Mitra Cendikia Press.

OECD. (2016). PISA 2015 Assesment and Analytical Framework. Science,


Reading, Mathematic and Financial Literacy, PISA.

Pangestu, D. A., & Kadarisma, G. (2021). Analisis Kesalahan Siswa Smp Dalam
Menyelesaikan Materi Teorema Pythagoras. Jawa Barat: 2021.

Pratiwi, S., Cari, C., & Aminah, N. (2019). Pembelajaran IPA Abad 21 dengan
literasi Sains Siswa. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika, 35.

Rachman, A. f., & Purwasih, R. (2021). Analisis Kesalahan Siswa Sma Negeri Di
Kota Cimahi Dalam Menyelesaikan Soal Matematikapada Materi
Trigonometri. Jawa Barat: Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif.

Rizki, N. (2020). Analisis Kesalahan Newman Dalam Menyelesaikan Soal Cerita


Materi Konversi Satuan Di Mtsn 1 Aceh Barat. Banda Aceh: Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sujana, I. W. (2019). Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia. Jurnal


Pendidikan Dasar, 30.

Toharuddin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi


Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Wijaya, A. A. (2013). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaika Soal Cerita


Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal Mathedunesa.

25
Wijaya, D. (2022). Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMA Perguruan
Kristen Hosana Medan Dengan Instrumen Test Of Scientific Literacy Skill
(TOSLS). Jurnal Pendidikan, 10.

Wulandari, N., & Solihin, H. (2016). Analisis Kemampuan Literasi Sains Pada
Aspek Pengetahuan Dan Kompetensi Sains Siswa Smp Pada Materi Kalor.
Bandung: EDUSAINS.

26
36

Anda mungkin juga menyukai