Anda di halaman 1dari 62

PEMANFAATAN E-LEARNING RUANGGURU UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA


PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MAN 1 HULU SUNGAI
UTARA

PROPOSAL SKRIPSI

ADIDAH RIZQIAH
NIM. 1810130220007

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
BANJARMASIN
2021
PEMANFAATAN E-LEARNING RUANGGURU UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI MAN 1
HULU SUNGAI UTARA

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan

Pada Program Studi Teknologi Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lambung Mangkurat

Oleh
ADIDAH RIZQIAH
NIM. 1810130220007

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
BANJARMASIN
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga saya dapat

menyelesaikan Proposal Skripsi yang berjudul “E-Learning Ruangguru

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi

Kelas X di MAN 1 Hulu Sungai Utara”. Penulis menyadari bahwa Laporan

ini dapat terwujud karena bantuan dan dorongan serta doa dari banyak

pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Dr. H. Hamsi Mansur, M.M.Pd. sebagai koordinator Program Studi

Teknologi Pendidikan yang telah memberikan izin untuk melaksanakan

Seminar Proposal pada semester ini.

2. Bapak/Ibu Kepala MAN 1 Hulu Sungai Utara yang telah mendukung

dan mengizinkan untuk pelaksanaan observasi.

3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa moril

ataupun materil, terutama untuk keluarga dan sahabat sehingga

penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

Proposal Skripsi ini telah disusun dengan maksimal dan

mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar

proses pembuatannya. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya

bahwa masih ada kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata

ii
bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala kritik

dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan

penyempurnaan. Semoga Proposal Skripsi ini dapat diterima dan

bermanfaat, khususnya juga para pembaca. Semoga amal baik yang

diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. dan

bermanfaat bagi kita semua, Aamiin. Demikian, jika ada kata dan isinya

kurang berkenan kami mohon maaf.

Banjarmasin, 21 Agutus 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................iii
DAFTAR TABEL .........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 7
C. Batasan Masalah................................................................................. 7
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian.............................................................................. 8
G. Definisi Operasional ........................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ................... 11
A. Kajian Teoristis ...................................................................................11
1. Kawasan Teknologi Pendidikan .................................................... 11
2. E-Learning ................................................................................... 14
3. Ruangguru .................................................................................... 18
4. Hasil Belajar ................................................................................. 21
5. Teori Pembelajaran ....................................................................... 28
6. Pembelajaran Biologi .................................................................... 30
B. Kerangka Berpikir ............................................................................... 30
C. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 34
A. Pendekatan, Jenis, Desain dan Lokasi Penelitian ................................. 34
B. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 35
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 37
D. Instrumen Penilaian ............................................................................ 38
E. Uji Instrumen Penilaian ....................................................................... 38

iv
F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 45
G. Prosedur dan Alur Penelitian .............................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 53

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Skema Non-Equivalent Control Group Design .............................. 35


Tabel 3.2 : Jumlah Siswa Setiap Kelas ............................................................ 36
Tabel 3.3 : Jumlah Sampel yang Digunakan ................................................... 37
Tabel 3.4 : Koefisien Korelasi Suhatsimi Arikonto ......................................... 41
Tabel 3.5 : Skor Realibilitas Tes ..................................................................... 43
Tabel 3.6 : Kriteria Tingkat Kesukaran ........................................................... 44
Tabel 3.7 : Klasifikasi Daya Pembeda Soal..................................................... 45
Tabel 3.8 : Tabel Distribusi Frekuensi Chi Kuadrat ........................................ 47

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kawasan Teknologi Pendidikan................................................ 14


Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir .................................................................... 32
Gambar 3.1 : Langkah-Langkah Uji Coba Instrumen ..................................... 40
Gambar 3.2 : Langkah-Langkah Persiapan Penelitian .......................................... 51
Gambar 3.3 : Langkah-Langkah Pemanfaatan Penelitian...................................... 52
Gambar 3.4 : Langkah-Langkah Analisis Data ..................................................... 52

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi telah mempengaruhi suatu kemajuan yang pesat pada kehidupan


manusia saat ini. Namun saat yang bersamaan juga tidak sedikit efek negatif yang
ditimbulkan oleh globalisasi. Adanya globalisasi telah membuka pintu-pintu
interaksi antar bangsa di dunia, dengan demikian batas-batas politik, ekonomi,
sosial, budaya tidak ada. Bahkan persaingan antara bangsa-bangsa tersebut akan
semakin ketat dan tak dapat dihindari terutama dibidang ekonomi, pengetahuan
dan teknologi. Dengan informasi dapat memicu perkembangan teknologi yang
membuat manusia menemukan cara pandang baru yang memperluas perasaan dan
interaksi global (Nurani, 2008:43).
Di masa sekarang teknologi terus berkembang dengan pesat sejalan dengan
kebutuhan manusia yang semakin banyak, sehingga menciptakan suatu hal yang
praktis dan inovatif menjadi tujuan utama untuk mencapai kebutuhan tersebut.
Ada banyak bidang teknologi yang dikembangkan, namun salah satu teknologi
yang terlihat pesat perkembangannya ialah teknologi untuk menunjang kebutuhan
dalam bidang pendidikan. Trianto (2014: 7) mengemukakan upaya yang dapat
dilakukan untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan satu- satunya wadah
yang dipandang sangat berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang
bermutu tinggi adalah pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas
pendidikan adalah upaya yang harus dilakukan secara terus-menerus demi
tercapaianya tujuan pendidikan nasional sehingga mampu mempersiapkan SDM
yang mampu bersaing di era globalisasi. Melalui persaingan di era globalisasi ini
membuka paradigma baru dalam dunia pendidikan. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mudah didapatkan merupakan bukti dari peradaban maju atau
modern. Dengan demikian untuk meningkatkan mutu dan standar pendidikan
nasional maka diadakanlah berbagai pengembangan dan peraturan tentang
pendidikan. Seperti Undang-undang nomor 20 tahun 2003 mengatur tentang

1
sistem pendidikan nasional di Indonesia. Jauh sebelum itu pendidikan sudah
dituangkan dalam undang-undang dasar 1945.
Sejak akhir tahun 2019 hingga saat ini, pandemi Covid-19 mengguncang

dunia termasuk Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

mengeluarkan surat keputusan nomor 13 A terkait penetapan masa darurat akibat

virus corona. Berdasarkan penetapan tersebut, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan Surat Edaran dari Menteri

Pendidikandan Kebudayaan Nomor: 36962/MPK.A/HK/2020 tertanggal 17 Maret

2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam rangka

Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) (KEMENDIKBUD,

2020). Peristiwa ini bisa menjadi langkah awal yang akan membawa perubahan

yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat terhadap bentuk perubahan

tatanan pendidikan di masa pandemi ini. Ini merupakan momentum yang tepat

dalam mengambil peluang mengubah model pembelajaran konvensional menjadi

berbasis daring. Sehingga para pengajar dapat membiasakan siswa dalam ranah

digitalisasi dan memberi mereka pengalaman belajar dengan memanfaatkan

teknologi. Hal ini dapat mengubah pola berpikir siswa menjadi lebih kreatif untuk

menemukan model belajar yang lebih baik bagi mereka dengan mengakses

pembelajaran secara virtual yang mudah dilakukan kapan saja dan dimana saja

(Santoso & Santosa, 2020).

Ryan K. Ellis menjelaskan bahwa E-Learning adalah sebuah perangkat

lunak atau software untuk keperluan administrasi, dokumentasi, pencarian materi,

laporan sebuah kegiatan, pemberian materi-materi pelatihan dan pembelajaran

secara online yang terhubung ke internet. E-Learning digunakan untuk membuat

2
materi pembelajaran online berbasiskan web dan mengelola kegiatan

pembelajaran serta hasil dari kegiatannya (Ellis, 2009). Dilihat dari beberapa

jurnal sebelumnya seperti (Kasim & Khalid, 2016), (Retnoningsih, 2017) dan

(Kraleva, Sabani, & Kralev, 2019) yang menjelaskan mengenai penggunaan dan

pemanfaatan E-Learning untuk pembelajaran, dijelaskan bahwa E-Learning

sangatlah efektif jika digunakan sebagai media pembelajaran secara jarak jauh

dimana sistem yang dibuat sangat fleksibel atau dapat digunakan sesuai dengan

kebutuhan. Pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dengan secara dalam

jaringan menggunakan koneksi internet (online) dan isi pembelajaran dapat dibuat

sesuai dengan keinginan pemateri, pembelajaran dapat dilakukan secara langsung

atau dapat diberikan durasi kepada peserta didik untuk mempelajari materi yang

diberikan oleh guru. Ketika guru ingin memberikan tugas kepada peserta didik,

maka dapat dengan mudah guru menambahkannya ke sistem yang ada pada E-

Learning dan siswa juga dapat dengan mudah mengumpulkan tugas tersebut

sesuai dengan waktu pengumpulan yang disesuaikan dengan guru, selain itu

berkas atau administrasi tugas tidak khawatir akan hilang atau rusak dikarenakan

tersimpan pada sistem penyimpanan data yang ada pada E-Learning.

Kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan

terhadap aspek kualitas dalam pendidikan, sejalan dengan hal tersebut menurut

Pane dan Dasopang (2017) kegiatan belajar dan pembelajaran adalah proses

interaksi yang bersifat edukasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Pada

pembelajaran dibutuhkan pemanfaatan alat bantu atau media untuk

3
menyampaikan materi pembelajaran agar mudah diterima oleh siswa, dapat

berjalan efektif dan lancar (Abidah, 2020).

Semakin canggih teknologi kini pembelajaran di sekolah-sekolah sudah

banyak berbasis internet. Karena internet dianggap hal yang paling dekat dengan

keseharian peserta didik. Maka dari itu pembelajaran berbasis internet paling

banyak diminati oleh peserta didik. Adapun saat ini banyak ditemukan berbagai

jenis LMS (Learning Management System) yang disediakan pada situs-situs

internet, misalnya Schoology, Edmodo, Brainly, Zenius dan Ruangguru serta

Ruangguru sebagai penunjang pembelajaran. Semua LMS tersebut sangat

membantu peserta didik dalam belajar, namun setiap LMS tersebut memiliki

perbedaan masing-masing. Dari semua, LMS Ruangguru dianggap memiliki fitur

paling lengkap dan LMS Pembelajaran Terbaik untuk Sekolah. Dengan begitu, E-

Learning Ruangguru digunakan untuk pembelajaran secara online yang

diharapkan mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih menyenangkan

dan siswa dapat mendapatkan lebih banyak informasi yang dibutuhkan.

Ruangkelas merupakan Learning Management System (LMS) yang

mempermudah pengaturan pelajaran, kehadiran siswa, materi, tugas, dan

komunikasi di kelas. Pembelajaran secara online menggunakan E-Learning ini

mempunyai kelebihan yang dapat memberikan kemudahan dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada kelas X MIA di

MAN 1 Hulu Sungai Utara, bahwa hasil belajar siswa masih banyak yang belum

menunjukan nilai maksimal dan tidak memenuhi standar KKM yang telah

4
diterapkan. Hal tersebut merupakan wawancara dengan guru Biologi untuk hasil

belajar dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi melalui Zoom yang

diterapkan pada pembelajar Biologi kelas X. Ketuntasan belajar menurut

Kurikulum 2013, apabila siswa mencapai nilai 70% serta nilai rata-rata pada

kelasnya mencapai nilai 7,0 ke atas. Dikarenakan rendahnya hasil belajar siswa

pada mata pelajaran Biologi hal ini berkaitan dengan rendahnya daya tarik siswa

terhadap mata pelajaran Biologi. Tetapi dengan demikian peneliti beranggapan

masih besar kesempatan untuk memperbaiki proses pembelajaran, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar pada siswa.

Faktor penyebab permasalahan lainnya bisa juga berasalkan dari tenaga

pendidik. Dikarenakan pada hasil wawancara pada siswa guru belum

menggunakan Learning Management System sebagai alternatif pembelajaran dan

masih menggunakan metode ceramah dan diskusi melalui Zoom Meeting serta

melalui WhatsApp sehingga tidak memberikan kesempatan secara penuh untuk

mempraktekan secara langsung dan membangun pengetahuannya sendiri. Pada

tahap ini sebaiknya guru lebih memilih metode pembelajaran yang melibatkan

langsung peserta didik terhadap proses pembelajaran. Sehingga siswa akan lebih

mudah memahami antara konsep dan hal-hal konkrit yang berkaitan dengan

materi pembelajaran dikelas. Karena metode pembelajaran yang menarik adalah

metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam aktivitas mental maupun

psikis secara aktif dalam lingkungan, sehingga menghasilkan perubahan pada

pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.

5
Suasana belajar yang tidak menyenangkan membuat peserta didik menjadi

jenuh dan tidak dapat menerima ilmu yang telah di terangkan oleh guru dan siswa

tersebut akan menjadi malas untuk memahaminya. Salah satu cara agar siswa

merasa tertarik dalam mempelajari materi pembelajaran Biologi adalah

penggunaan E-Learning Ruangguru. Hal ini dilakukan agar pembelajaran Biologi

di MAN 1 Hulu Sungai Utara mengalami peningkatan hasil belajar setelah

menggunakan E-Learning Ruangguru. Maka penulis terdorong untuk melakukan

penelitian ini agar siswa dan guru dapat memperoleh proses pembelajaran yang

menyenangkan dan tidak membosankan serta dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. E-Learning Ruangguru sendiri mempunyai banyak fitur-fitur yang menarik

yang bisa di eksplor oleh guru dan siswa. oleh sebab itu peneliti menyusun judul

penelitian yaitu “Pemanfaatan E-Learning Ruangguru Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas X di MAN 1 Hulu Sungai

Utara”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, jadi ada beberapa permasalahan

yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal sehingga

menjadikan hasil belajar siswa menurun.

2. Pembelajaran Biologi di MAN 1 Hulu Sungai Utara masih menggunakan

metode ceramah dan diskusi melalui Zoom Meeting serta melalui WhatsApp.

Sehingga diskusi yang dilakukan hanya beberapa siswa saja yang berperan

aktif.

6
3. Menurunnya hasil belajar siswa MAN 1 Hulu Sungai Utara secara

keseluruhan karena dalam mata pelajaran Biologi masih ada siswa yang

nilainya dibawah standar KKM 70, hal ini dikarenakan siswa kurang

bergairah dan kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Biologi

berdasarkan hasil wawancara.

4. Guru belum menggunakan E-Learning Ruangguru sebagai pembelajaran

guna membantu dan mengoptimalkan proses pembalajaran. Hal ini

bertujuan agar siswa lebih tertarik dan termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran Biologi sehingga hasil belajar meningkat.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah

agar didapatkan hasil yang mendalam dan terarah. Penelitian ini akan dibatasi

pada permasalahan upaya meningkatkan hasil belajar siswa terhadap proses

pembelajaran Biologi melalui pemanfaatan E-Learning Ruangguru pada kelas X

MIA 1 dan X MIA 2 di MAN 1 Hulu Sungai Utara.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis

melakukan indentifikasi masalah. Dari identifikasi masalah tersebut maka

rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses perencanaan dalam memanfaatkan E-Learning

Ruangguru pada mata pelajaran Biologi di MAN 1 Hulu Sungai Utara?

7
2. Bagaimana pemanfaatan E-Learning Ruangguru sebagai sarana pendukung

proses pembelajaran siswa pada mata pelajaran Biologi di MAN 1 Hulu

Sungai Utara di masa pandemi Covid-19?

3. Apakah ada peningkatkan hasil belajar melalui E-Learning Ruangguru pada

mata pelajaran Biologi di MAN 1 Hulu Sungai Utara?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin diketahui

dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses perencanaan dalam memanfaatkan E-Learning

Ruangguru pada mata pelajaran Biologi di MAN 1 Hulu Sungai Utara?

2. Mengetahui proses pemanfaatan E-Learning Ruangguru sebagai sarana

pendukung proses pembelajaran pada mata pelajaran Biologi siswa MAN 1

Hulu Sungai Utara di masa pandemi Covid-19?

3. Mengetahui peningkatkan hasil belajar melalui E-Learning Ruangguru pada

mata pelajaran Biologi di MAN 1 Hulu Sungai Utara?

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

dan praktis sebagai berikut:

a) Manfaat Teoritis

a) Untuk menambah wawasan tentang penggunaan pembelajaran E-

Learning Ruangguru serta meningkatkan hasil belajar.

b) Untuk memberikan pengalaman dalam menggunakan E-Learning

Ruangguru dengan cara memberikan materi dan latihan soal

8
c) Dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan atau acuan

bagi peniliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis

b) Manfaat Praktis

a) Bagi guru dan Peserta didik, dapat menambah ilmu pengetahuan

tentang pembelajaran E-Learning khususnya penggunaan aplikasi E-

Learning Ruangguru.

b) Bagi peneliti selanjutnya mampu menerapkan media yang sesua

dengan materi pembelajaran tertentu. Serta memiliki wawasan

mengenai materi dan media pembelajaran yang sesuai.

G. Definisi Operasional

1. Pemanfaatan adalah tindakan menggunakan aktivitas menggunakan

proses, sumber untuk belajar, model instruksional, bahan, dan peralatan

media untuk meningkatkan suasana pembelajaran. Pemanfaatan dalam

penelitian ini adalah terkait pemanfaatan E-Learning Ruangguru.

2. E-Learning adalah sebuah inovasi untuk bidang pendidikan yang

memiliki kontribusi sangat besar pada proses pembelajaran, dimana

kegiatan proses pembelajaran tidak hanya melalui metode ceramah

dengan media yang seadanya tetapi tenaga pendidik dapat

memvisualisasi materi pembalajaran agar lebih dinamis dan interaktif

sehingga peserta didik akan lebih termotivasi.

3. Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor

yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran

9
tertentu. Adanya perbedaan tingkah laku peserta didik dalam menguasai

ataupun memahami materi akan menjadi bekal kemampuan yang telah

didapat dalam proses belajar.

10
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teoritis
1. Kawasan Teknologi Pendidikan
Menurut Warsita terdapat lima bidang pengajaran dalam teknologi
pendidikan yang merujuk pada definsi AECT 1994 yaitu perencanaan
(design), pengembangan, pelaksanaan kebijakan, dan apresiasi. Hal-hal
yang merupakan kawasan dari bidang teknologi pembelajaran di bawah ini
akan diuraikan kelima kawasan tersebut:
a. Kawasan Perencanaan (Design)
Kawasan yang pertaman mencakup penerapan dari gagasan, prinsip
dan tata cara dalam melakukan perencanaan untuk kegiatan pembelajaran
yang dilakukan secara terurut menurut sistem yang dapat diilustrasikan
dalam contoh gambar dibawah. Dengan kata lain kawasan design adalah
metode yang digunakan untuk menentukan suasana belajar untuk mencapai
strategi dan hasil dari pembelajaran
Kawasan perencanaan (design) memiliki cikal bakal dari gerakan
pesikologi pembelajaran yang terdapat faktor-faktor pemicu sebagai berikut:
1) Terdapat pada artikel dari B.F Skinner yang dikutip oleh Warsita yaitu
teori pembelajaran berprogram.
2) Dalam bukunya Herbert Simon yang dikutip Warsita yang
memaparkan karakter umum dari ilmu pengetahuan tentang design.
3) Menurut Warsita Adanya pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan
terprogram, misalnya Universitas Pittsburgh pada tahun 1960an.
b. Kawasan Pengembangan
Terdapat faktor pedorong yang mengakibatkan adanya kawasan
pengembangan diantaranya: Pesan yang didorong, Strategi pembelajaran
yang didorong oleh teori, Manifestasi fisik dari teknologi –perangkat keras,
perangkat lunak, dan bahan pembelajaran. Pengembangan adalah proses

11
penyalinan rincian desain ke dalam bentuk fisik, dalam kawasan teknologi
pengembangan mencakup:
1) teknologi cetak.
2) teknologi audio-visual.
3) teknologi berbasis komputer.
4) teknologi terpadu.
c. Kawasan Pemanfaatan.
Pemanfaaatan ialah tindakan yang menggunkan bahan dan peralatan
mediauntuk meningkatkan proses belajar. untuk kawasan ini memiliki
fungsi yang penting karena membahasa mengenai pembelajaran dan proses
pembelajaran. kawasan pemanfaatan meliputi:
1) Pemanfaatan media merupakan penggunaan alat bantu yang
digunakan dalamkegiatan pembelajaran seebagai sumber belajar. terjadinya
pemanfaatan media didasari oleh spesifikasi design pembelajaran.
Contohnya video yang diperlihatkan dibentuk dengan betuk belajar yang
sedang dilakukan sesuai dengan kepribadian masing-masing peserta didik.
2) Difusi inovasi adalah tahapan dari komunikasi melalui strategi yang
telah diambil untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Rogers yang
dikutip oleh Warsita difusi inovasi terdiri atas disiplin ilmu dan terdapat
cara dalam melakukan difusi menurutnya: pertama knowledge, kedua
persuasion, ketiga judgment, keempat implementation, dan kelima
konfirmation.
3) Implementasi dan Instuttisionalisasi adalah dimana bahan dan startegi
pembelajaran digunakan sesuai keadaan sebenarnya. Sedangkan untuk
instutisionalisasi pemakaian yang dilakukan secara terus menerus dari
inovasi pembelajaran dalam culture organization.Tujuan dari
implementasiadalah jaminan untuk pemakaian yang benar untuk dirinya
dalam sebuah organisasi. Sedangkan tujuan untuk institusionalisasi adalah
untuk penyatuan inovasi dalam unsur-unsur organisasi.
d. Kawasan Pelaksanaan

12
kebijakan atau pengelolahan Kawasan pengelolahan terdiri
ataspengendalian teknologi pembelajaran melalui: perencanaan,
pengorganisasian pengkoordinasian. Kawasan pengelolaan berawal dari
media center administration, media programs and media services. Teori
pengelolaan proyek mulai dipakai pada proyek design pembelajaran. Pada
kawasan pengelolaan sendiri mencakup pengelolaan proyek, pengelolaan
sumber, pengelolaan sistem pencapaian, dan pengelolaan informasi.
e. Kawasan penilaian atau apresiasi
Penilaian merupakan proses penentun untuk menentukan tercapainya
pembelajaran dan terdiri atas: analisis masalah, pengukuran acuan patokan,
penilaian formatif; dan penilaian sumatif.
Menurut Seels dan Richey (1994) teknologi pembelajaran mempunyai
lima kawasan yang menjadi bidang garapannya yaitu desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian tentang proses dan
sumber untuk belajar. Kawasan tersebut meliputi:
1. Kawasan desain, meliputi desain sistem intruksional, desain pesan,
strategi pembelajaran, karakteristik peserta didik. Kawasan desain
merupakan pengklasifikasian kondisi untuk belajar dengan tujuan
menciptakan strategi dan pendidikan pada level makro seperti program
satuan pelajaran dan modul.
2. Kawasan pengembangan, meliputi teknologi cetak, teknologi audio
visual, teknologi berasaskan komputer dan teknologi terpadu. Kawasan
pengembangan merupakan proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam
bentuk fisiknya, mencakup berbagai variasi teknologi yang diterapkan
dalam pembelajaran.
3. Kawasan pemanfaatan, meliputi pemanfaatan media, difusi inovasi,
implementasi dan institusionalisasi, serta peraturan dan kebijakan, arti dan
tujuannya memilih wawasan yang paling utama dari kawasan teknologi
pendidikan.
4. Kawasan pengelolaan, meliputi manajemen proyek, manajemen sumber
daya, manajemen penyampaian, dan manajemen sistem informasi. Kawasan

13
manajemen merupakan keterampilan mengorganisasi program, supervisi
personel, merencanakan dan mengadministrasikan dana serta fasilitas dan
melaksanakan perubahan.
5. Kawasan evaluasi, meliputi evaluasi masalah, pengukuran kriteria
patokan, evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Tugas evaluasi adalah
sebagai kegiatan manusia yang sudah lazim dilakukan sehari-hari antara lain
kegiatan atau peristiwa menurut sistem itu.
Adapun hubungan yang sinergis antara kelima domain tersebut sebagai
berikut, dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kawasan Teknologi Pendidikan

2. E-Learning
a. Pengertian E-Learning
E-Learning adalah pembalajaran yang disusun untuk tujuan
menggunakan sistem elektronik atau computer sehingga dapat mendukung
proses pembelajaran (Michael 2013: 27). E-Learning menurut Darin E.
Hatley (2001) mengatakan E-Learning adalah suatu jenis belajar mengajar

14
yang memungkinkan tersampaikannya materi pembelajaran kepada siswa
dengan menggunakan median internet atau media jaringan komputer
lainnya. E-Learning juga adalah inovasi pembelajaran yang terus
berkembang oleh sebab itu E-Learning memiliki potensi yang besar dalam
dunia pendidikan. Dalam studi emepirisnya tahun 1996 dan 2008 ditemukan
bahwa peserta didik yang menggunakan pembelajaran E-Learning memiliki
hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang tidak menggunakan media
belajar E-Learning. Sebagian besar berpendapat bahwa media yang
dimaksud di sini lebih di arahkan pada penggunaan teknologi komputer dan
internet. Melalui komputer dan gadget peserta didik dapat belajar secara
individual baik secara terprogram ataupun tidak terprogram. Secara bebas
siswa dapat mencari bahan dan informasi pembelajaran sesuai dengan
materi pembalajaran masing-masing melalui pencari data (search engine).

Menurut oetomo (2007: 120), menyebutkan internet sudah menjadi


alternatif pilihan mengatasi masalah pendidikan Indonesia. Permasalahan itu
diantaranya adalah :

a) Biaya pendidikan yang cenderung dinilai tinggi oleh masyarakat. Hal


ini dikarenakan pereknomian masyarakat masih belum merata. Namun
disisi lain, pendidikan masih kurang menjadi prioritas utama, sehingga
ketersediaan dana untuk mebayar biaya pendidikan masih kurang
mendapatkan perhatian. Melalui media internet diharapkan masalah
ini dapat diatasi menyadari bahwa internet sudah terbukti bisa
dugunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan dengan biaya yang
relatif murah.
b) Penyediaan sarana dan prasarana yang masih kurang memadai,
khususnya untuk fasilitas praktikum yang masih sangat sedikit.
Melalui teknologi multimedia pemablajaran, keterbatasan ini mulai
dapat teratasi. Melalaui teknologi multimedia dapat dibuat suatu
software yang bisa digunakan guna membuat simulasi untuk beberapa
jenis praktikum pembelajaran.

15
c) Ketersediaan pendidik yang berkualitas masih terbatas. Namun
keterbatasan ini bisa diatasi melalui penggunaan internet, dikarenakan
materi-materi pembelajaran yang disusun oleh para tenaga pendidik
yang berbobot dapat diakses oleh peserta didik setiap hari dimanapun
mereka berada.

Dalam pemanfaatan media internet metode yang digunakan yaitu


berbasis E-Learning merupakan bagian dari dua kata, yaitu E yang
merupakan singkatan dari electronic (elektronik) dan learning (belajar). Jadi
E-Learning adalah pembelajaran dengan memanfaatkan bantuan dari alat
elektronik. E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance learning)
yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer, dan internet
(Hamdani, 2011: 116). E-Learning juga memungkinkan peserta didik untuk
dapat belajar melalui komputer atau gadget mereka masing-masing tanpa
harus mengikuti pelajaran di kelas.

E-Learning tidak hanya sekedar kelas online, diantaranya adalah


membantuk memperluas wawasan peserta didik. Dalam dunia pembelajaran
elektronik, ada beberapa keuntungan langsung yang didapatkan melalui E-
Learning diantaranya adalah:

1) Membantu munculnya pertanyaan yang lebih interaktif dan ruang


lingkupnya luas.

2) Mendukung dan memfasilitasi kolaborasi dan juga memperbanyak


kemudahan untuk menjalankan pendidikan tanpa batasan institusi,
geografis, dan budaya.

3) Materi pembelajaran langsung tersedia di internet dimana peserta


didik dapat meangakses situs yang berasal dari manapun. Tetapi ini
berbeda dengan pembelajaran jarak jauh (distance learning) dimana
peserta didik diberikan materi pembalajaran dan memahami sendiri
materi tersebut sampai dengan waktu ujian.

16
4) E-Learning begitu interaktif, software yang tersedia memudahkan
peserta didik dalam berkomunikasi, tidak hanya dengan tenaga
pendidik.

5) E-Learning mempunyai kelebihan untuk berkomunikasi secara teratur


dengan peserta didik dengan menyiapkan informasi dan konsep yang
sama.

6) E-Learning adalah solusi murah dalam hal jumlah peserta didik tiap
tenaga pendidik.

7) Peserta didik dan tenaga pendidik dapat mengawasi langsung hasil


belajar dengan mudah.

b. Manfaat E-Learning
Manfaat E-Learning sendiri dapat dilihat dari beberapa aspek
pembelajaran, diantaranya adalah:

1) Dari peserta didik, proses pembelajaran E-Learning memungkinkan


berkembangnya fleksibelitas belajar yang tinggi. Maksudnya adalah,
peserta didik bisa mengakses bahan pembelajaran setiap saat dan
berulang-ulang dan dapat berkomunikasi antara tenaga pendidik.
2) Dari tenaga pendidik, kegiatan pembelajaran E-Learning dapat lebih
mengembangkan diri atau bisa melakukan penelitian sehingga
meningkatnya wawasan karena waktu luang yang dimiliki. Tenaga
pendidik juga dapat mengawasi proses pembelajaran siswa, bahkan
dapat mengetahui kapan siswa belajar, topik apa yang dipelajari,
berapa lama topik pembelajaran dipelajari serta berapa kali topik
dipelajari ulang.
3) Dapat disesuaikan dengan materi pemabalajaran yang berbasis internet
dan menamkan pendidikan mengguanakan media. Akibatnya, E-
Learning dilengkapi dengan baik untuk mengakomodasi berbagai
jenis peserta didik untuk membuat konten yang tersedia untuk mereka
belajar yang unik dalam cara yang unik agar mereka lebih termotivasi.

17
4) Biaya yang efektif untuk memanfaatkan sesi belajar online. Peserta
didik bisa mendapatkan pengalaman belajar dari tenaga pendidik yang
berpengalaman serta materi yang berkualitas tanpa harus
mengeluarkan biaya pendidikan yang tinggi. Selain biaya yang lebih
hemat, peserta didik juga lebih bisa menghemat waktu untuk
berpergian ke tempat-tempat pembelajaran sekolah.
5) Menghemat waktu karena E-Learning memungkinkan peserta didik
untuk bisa belajar sesuai kenyamanan mereka sendiri. Peserta didik
bisa masuk ke website pembelajaran online ketika mereka memiliki
banyak waktu senggang diluar proses pembelajaran untuk
memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan.

3. Ruangguru
a) pengertian Ruangguru
Ruangguru yang merupakan perusahaan teknologi berbasis
pendidikan. Perusahaan ini berkomitmen untuk menjadi mitra bagi
pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui Sistem
Manajemen Belajar (LMS). Ruangguru dapat di akses lalu mendaftarkan
diri melalui laman http://www.ruangguru.com/ dan dapat diakses melalui
perangkat elektronik berupa Smartphone, PC/Komputer, Laptop dan Tablet
yang sudah terkoneksi dengan internet. Guru dan siswa dapat mengakses
Ruangguru kapanpun dan dimanapun melalui koneksi internet. Untuk
menggunakan Ruangguru sendiri ada beberapa tahapan yaitu:
1. Mendaftakan akun
Untuk mulai menggunakan Ruangguru, baik peserta atau tenaga
pendidik harus membuat sebuah akun dengan cara mendaftar. Pendaftaran
bisa melalui akun facebook ataupun mendaftarkan akun secara gratis. Guru
dan siswa hanya perlu memasukkan alamat email, nomor telpon, dan nama
sekolah.
2. Login menggunakan akun LMS Ruangguru

18
Peserta dan tenaga pendidik memiliki alamat masing-masing untuk
login. Untuk tenaga pendidik menggunakan pilihan siswa sedangkan untuk
peserta pendidik menggunakan pilihan guru. Pemberian tugas oleh tenaga
pendidik bisa dilihat secara otomatis, sehingga tidak lagi memeriksa tugas
satu persatu. Bahkan dari soal-soal yang ada pada Ruangguru akan terlihat
berapa persen rata-rata peserta didik menjawab soal latihan. Dari rata-rata
soal yang diberikan langsung dapat di analaisis dan terlihat mana soal yang
menurut peserta didik sulit untuk dikerjakan.
Kegunaan Ruangguru sendiri adalah sebagai tempat untuk
mengerjakan tugas atau pemberian materi oleh tenaga pendidik. Kemudia
peserta didik dapat meangkses pembelajaran dan jika ada keseulitan peserta
didik dapat mengirimkan keluhan melalui menu pesan atau grup belajar
tentang materi yang belum dimengerti. Begitupun juga tenaga pendidik
dapat mengingatkan peserta didik untuk tetap mengerjakan tugas yang telah
diberikan. Jika ada jawaban yang salah dapat dilihat melalui materi
pembelajaran yang telah diberikan tenaga pendidik. Hal ini dilakukan untuk
berupaya agara peserta didik dapat memahami materi pembalajaran
walaupun tidak secara langsung.
b) Kelebihan dan Kekuarangan Ruangguru
Ruangguru adalah layanan open source berbasis learning untuk
tenaga dan peserta didik. Ruangguru memungkin para tenaga pendidik
dalam mengelola tugas mereka, memisahkan peserta didik dalam kelompok-
kelompok, membuat tugas dalam waktu yang cepat serta dapat juga
mengetahui kekurangan dan kelebihan siswa tentang proses pembelajaran
yang berlangsung. Terserdia setiap waktu, baik dugunakan sebagai tugas
maupun sebagai pekerjaan rumah. Ruangguru Learn melangsungkan siswa
untuk menyelesaikan tugas-tugas dari tenaga pendidik serta dapat langsung
mengakses penuh pelajaran mereka, juga bisa memisahkan anatara
kelebihan dan kekuarangan mereka ketika mendapatkan koin sebagai
pengakuan atas kemajuan peserta didik. Tenaga dan peserta didik juga dapat

19
berkomunikasi secara langsung melalui pesan pribadi dan pengemuman
publik. Ruangguru Learn tersedia dalam aplikasi Android dan iOS.
Kelebihan dan kekurangan Ruangguru sendiri diantaranya adalah:
Kelebihan :
a) Gratis. Tidak ada biaya atau penipuan apapun. Layanan dan konten
yang tersediapun juga gratis.
b) Ruangguru menyediakan banyak materi pembalajaran dan soal-soal
pembelajaran. Semua isi materi dibuat melalui arahan tenaga pengajar
berpengalaman dari seluruh dunia yang sudah di lokalisasi.
c) Layanan ini memiliki banyak sekali topik bahkan ribuan untuk
berbagai mata pelajaran.
d) Memberikan analisis data yang penting, yang dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang prestasi peserta didik.
e) Ruangguru dapat di akses dimana saja dan kapan saja baik melalui
konsi WiFi ataupun 3G saat kita sedang melakukan perjalan. Dengan
begitu peserta didik dapat belajar dimana saja.
f) Menghemat waktu tenaga pendidik dalam hal penugasan serta
penilaian.
g) Ruangguru bisa menampung 60 siswa dan tenaga pendidik dapat
membuat kelas sebanyak yang dibutuhkan.
h) Peserta didik dapat mengakses layanan Ruangguru melaui macam-
macam perangkat. Mereka dapat terhubung melalui PC, Tablet,
maupun Smartphone. Dengan begitu, mereka bisa belajar dirumah
ataupun dikelas.
i) Mempunyai help centre yang digunakan untuk memudahkan dan
memahami setiap fitur-fitur yang ada.
Kekurangan Ruangguru:
a) Karena ada bermacam-macam video pembelajaran terkadang ada
video yang suaranya kurang jelas atau tidak terlalu besar. Dan untuk
menyelesaikan masalah ini tutor menjelaskan untuk menggunakan
headset ataupun headphone, agar suara terdengar lebih jelas.

20
b) Aplikasinya sendiri hanya dapat diakses secara online, maksudnya
pengguna harus terkoneksi dengan internet untuk mengakses
pembelajaran.
c) Materi atau video pembelajaran yang sudah di download tidak dapat
digunakan apabila tidak terkoneksi dengan internet.
4. Hasil Belajar
a) Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perbuhan tingkah laku individu
melalui hubungan dengan lingkungan. Tujuan dari belajar itu sendiri adalah
agar yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Pengertian ini memiliki arti
antara individu dengan lingkungan. Dalam hubungan inilah terjadi berbagai
macam pengelaman belajar. Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang.
Belajar merupakan sebuah perubahan yang relative permanen dalam daftar
prilaku individu yang terjadi karena hasil dari suatu pengalaman (Dalam
Shah, 2003: 65-66). Pengertian-pengertian tersebut kemudian dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Keadaan belajar harus bertujuan dan tujuan tersebut dapat diterima
baik oleh masyarakat, Tujuan merupakan salah satu arah dari situasi
belajar.
2) Tujuan dan maksud belajar menjadi satu dari kehidupan peserta didik.
3) Dalam mencapai Tujuan itu peserta didik kerap menemui kesulitan
dan rintangan.
4) Proses belajar adalah mengerjakan seseuatu yang sebenarnya. Belajar
apa yang diperbuat dan mengajarkan apa yang telah dipelajari.
5) Peserta didik dapat memberikan reaksi secara keseluruhan.
6) Kegiatan dan hasil belajar dipersatukan lalu dihubungkan pada tujuan
dalam situasi belajar.
7) Peserta didik menanggapi suatu aspek dalam lingkungan yang
bermakna padanya.
8) Peserta didik dibantu dan diarahkan oleh orang-orang yang berada
dalam ruang lingkup belajar.

21
9) Peserta didik diarahkan kepada tujuan tujuan yang berhubungan
dengan tujuan utama yaitu dalam situasi belajar.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, beranggapan belajar sebagai
perubahan yang bisa dilihat dan tidak peduli apakah hasil belaajr tersebut
menghambat atau tidak menghambat proses penyesuaian seseorang terhadap
kebutuhan dengan masyarakat dan lingkungannya. Selain itu, belajar dilihat
sebagai suatu proses perubahan individu ke arah tujuan yang lebih baik dan
bisa bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
b) Ciri-ciri Belajar
Dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri
belajar, adalah:
a) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku(change
behavior), hasil dari belajar hanya bisa dilihat dari tingkah laku, yaitu
adanya perbuhan dari tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak kompeten menjadi berkompeten.
b) Perubahan sifat relative permanent, ini berarti perubahan sifat yang
terjadi akibat belajar untuk waktu tertentu akan tetap tidak berubah-
ubah. Tetapi, perubahan itu tidak akan terpampang seumur hidup.
c) Perubahan sifat tidak harus cepat dapat diamati pada saat proses
belajar berlangsung, perubahan tingkah laku bersifat potensial.
d) Perubahan sifat merupakan sebuah hasil latihan atau pengelaman
e) Pengalaman atau latihan itu bisa memberi kekuatan. Suatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau motivasi untuk
mengubah sifat.
c) Tujuan Belajar
Upaya untuk mencapai tujuan kurikulum program pendidikan di suatu
institusi pendidikan, perlu dirumuskan tujuan pembelajaran umum maupun
pembelajaran khusus. Tujuan dari pembelajaran umum dikembangkan oleh
tim pengembang kurikulum, sedangkan pembelajaran khusus dikembangkan
oleh pihak sekolah. Tujuan tersebut adalah untuk perubahan sifat akibat
kegiatan proses pembelajaran.

22
Tujuan belajar adalah beberapa hasil belajar yang menandakan bahwa
peserta didik telah melakukan perubatan belajar, yang umumnya mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharpakan bisa dicapai oleh
peserta didik. Ini seperti yang dikatakan oleh benyamin S. Bloom (1956)
mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan tujuan ranah belajar,
adalah: ranah kognitif, ranah afektif, dan yang terakhir ranah priskomotorik.
Namun bloom sendiri hanya menjelaskan secara rinci pada ranah kognitif,
sedangkan kategori afektif dan psikomotorik dijelaskan lebih lanjut oleh
para pengikutnya.
d) Ranah kognitif
Tujuan dari ranah kognitif sendiri yaitu aktifitas yang melibatkan
mental (otak). Menurut Bloom, segala kegiatan yang melibatkan mental
termasuk kedalam ranah kognitif. Didalam ranah kognitif dibagi menjadi 6
tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan (knowledge) – C1
Pada tingkatan terendah ini diartikan sebagai kemampuan dalam
mengingat kembali materi pembelajaran yang telah dijelaskan, misalnya: (a)
Pengetahuan tentang istilah; (b) pengetahuan tentang klasifikasi; (c)
pengetahuan tentang kecenderungan dan urutan; (d) pengetahuan tentang
kriteria; (e) pengetahuan tentang fakta; (f) pengetahuan tentang konvensi;
(g) pengetahuan tentang metodologi. Contoh: menyatakan peraturan.
2) Pemahaman (Comprehension) – C2
Pada tingkatan kedua ini , diartikan pemahaman adalah kemampuan
dalam memahami materi-materi tertentu, bisa dalam bentuk: (a) translasi
(mengubah dari satu bentuk ke bentuk lain); (b) ekstrapolasi (memperluas
arti atau memaknai data); (c) interpretasi (menjelaskan dan merangkum
materi). Contoh : merangkum atau menuliskan kembali materi
pembelajaran.
3) Penerapan (Application) – C3
Pada tingkat ketiga ini , aplikasi diartikan sebagai kelebihan untuk
menerapkan informasi kedalam situasi yang nyata atau kelebihan

23
menggunakan konsep ketika praktek atau keadaan yang baru. Contoh :
menggunakan pendoman/aturan ketika menghitung pada pelajaran stastistik.
4) Analisa (Analysis) – C4
Pada tingkatan yang keempat ini, analisa dapat diartikan kemampuan
untuk menguraikan suatu materi untuk menjadi bagian-bagian sendiri.
Dalam analisis sendiri dapat berupa : (a) analisis elemen (mengeidentifikasi
bagian-bagian materi); (b) analasis organisasi prinsip (mengidentifikasi
pengeorganisasian); (c) analisis hubungan (mengeidentifikasi hubungan).
Contoh : Menganalisa penyebab penurunan hasil penjualan kedalam laporan
keungan lalu membaginya dalam komponen-komponen.
5) Sintesis (Synthesis) – C5
Pada tingkatan yang keempat diartikan sebagai kemampuan dalam
memproduksi. Pada tingkatan ini dapat berupa : (a) memproduksi
komunikasi yang unik; (b) menghasilkan/memproduksi seperangkat
hubungan abstrak; (c) memproduksi rencana atau suatu kegiatan. Contoh :
Menyusun skripsi dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari
beberapa ahli.
6) Evaluasi (Evaluation) – C6
Pada tingkatan yang keenam ini, evaluasi dapat diartikan sebagai
kemampuan menilai atau manfaat dari suatu tujuan tertentu berdasarkan
syarat yang jelas. Paling tidak ada dua bentuk tingkat evaluasi menurut
Bloom, adalah : (a) penilaian evaluasi berdasarkan data internal; dan (b)
evaluasi berdasarkan data eksternal. Contoh : Menilai hasil ujian peserta
didik dengan kunci jawaban.
e) Ranah Afektif
Ranah afektif sendiri lebih kepada sesuatu hal yang melibatkan emosi,
misalnya perasaan, semangat, prestasi, minat, dan sikap. Ada lima kategori
dari ranah ini yang diurutkan dari prilaku sederhana hingga yang paling
kompleks.
1) Penerimaan (Receiving) – A1

24
Dalam hal penerimaan yang berartikan kemampuan memperhatikan
dan memberikan respon yang tepat terhadap sitimulasi. Serta kemampuan
untuk menunjukan penghargaan terhadap prestasi orang lain. Contoh :
Mendengarkan masukan dari orang lain dan memberikan rangking kepada
siswa yang berprestasi.
2) Responsif (Responding) – A2
Dalam hal responsive yang beratikan kemampuan dalam berpartisipasi
aktif pada pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera mengambil
keputusan atas suatu kejadian. Contoh : Berpastisipasi dalam oraganisasi
sekolah.
3) Nilai (Value) – A3
Dalam hal nilai yang berartikan kepada pentingnya membuat diri kita
menanggapi suatu kejadian dengan sifat-sifat seperti menerima, menolak,
atau tidak memperdulikan. Tujuan tersebut lebih mengarah dan
diklasifikasikan kepada “sikap dan opresiasi’. Serta kemampuan untuk
menilai mana yang baik dan mana yang tidak baik terhadap kejadian atau
objek dan nilai tersebut diakspresikan kedalam prilaku. Contoh :
Mengusulkan kegiatan lomba cerdas cermat sesuai dengan nilai yang
berlaku dan komitmen dari sekolah.
4) Organisasi (Organization) – A4
Dalam hal organiasi lebih mengacu kepada penyatuan nilai serta
sikap-sikap yang berbeda agar membuatnya lebih konsisten. hal ini juga
dapat menyebabkan masalah-masalah internal dan membentuk suatu sistem
nilai internal yang mencakup sifat yang tercermin pada filsafat hidup. Dan
juga kemampuan untuk membentuk sistem nilai dan budaya organisasi
dengan menyesuaikan dengan perbedaan nilai. Contoh : Menyetujui dan
mentaati peraturan sekolah serta menyadari keseimbangan antara kebebas
dan tanggung jawab.
5) Karakterisasi (Characterization) – A5
Dalam hal ini lebih mengacu kepada karakter dan daya hidup
individu. Nilai-nilai yang sangat berkembang dan teratur sehingga tingkah

25
laku seseorang menjadi lebih konsisten serta lebih mudah diperkirakan.
Tujuan dalam kategori ini masih mempunyai hubungan dengan pribadi,
sosial, dan emosi jiwa. Dan kemampuan untuk mengendalikan prilaku
terhadap hubungan intrapersonal, interpersonal, dan socil berdasarkan nilai
yang dianut. Contoh : Menunjukan prestasi belajar saat ujian, serta
kooperatif dalam kegiatan kelompok belajar.
f) Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu bentuk apresiasi untuk peserta didik
dalam mengikuti proses belajar mengajar disuatu jenjang yang
ditempuhnya. Menurut Hamalik, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan
keterampilan (2004: 31). Proses belajar yang dilaksanakan akan menjadi
penentu dari hasil belajar tersebut. Hasil belajar akan muncul ketika peserta
didik telah melakukan proses belajar yang dianggap sebagai proses
pemberian pengalaman belajar. Hasil belajar adalah pengetahuan yang
dimiliki peserta didik setelah mendapatkan pengalaman belajarnya.
Hasil belajar adalah pengetahuan yang dimiliki seorang siswa sebagai
imbalan dari perbuatan belajar dan dapat dilihat melalui penampilan siswa.
Sedangkan menurut Nawawi dalam Susanto (2013: 5) menyatakan bahwa
hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Adanya
perbedaan tingkah laku peserta didik dalam menguasai ataupun memahami
materi akan menjadi bekal kemampuan yang telah didapat dalam proses
belajar. Siswa akan terpengaruh dengan metode pembelajaran ataupun
media yang disampaikan oleh guru. Hal ini lah yang akan memacu dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dengan kualifikasi yang telah ditetapkan
serta terlaksananya tujuan pendidikan.
g) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang mendorong
hal tersebut. Faktor-faktor tersebut bermula dari dalam diri siswa terutama

26
kemampuan yang dimiliki maupun dari luar diri siswa. Menurut Slameto
(2003: 54) faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dirinci
sebagai berikut :
Faktor internal yang meliputi :
1) Faktor Jasmaniah yang terdiri dari faktor kesahatan maupun cacat
tubuh.
2) Faktor Fisiologis yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kedisplinan.
3) Faktor Kelelahan yang terdiri dari kelelahan jasmani dan rohani.
Faktor Eksternal yang meliputi :
1) Faktor keluarga yang terdiri dari bagaimana cara orang tua mendidik,
relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaannya.
2) Faktor sekolah yang terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, disiplin siswa, keadaan gedung dan tugas rumah.
3) Faktor kegiatan masyarakat yang terdiri dari kegiatan siswa dalam
masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat.
Hasil belajar dapat diukur dengan berbagai macam metode dan
instrument. Cara tersebut dapat menggunakan seperti yang disebutkan oleh
Holmes & Gardner (2006: 87) yaitu dengan menggunakan ujian tertulis
serta kuis. Sedangkan menurut Nasser (2004: 54) bisa menggunakan
gabungan antara nilai kuis, UTS, dan UAS. Berdasarkan dari beberapa
pendapat ahli tentang cara pengukuran hasil belajar, dapat dipahami dalam
menjalankan pengukuran dari hasil belajar dapat menggunakan beberapa
alat ukur dan instrumen sesuai dengan standar tujuan dari pembelajaran
yang telah ditetapkan di jenjang tertentu.
Berdasarkan definisi belajar dan pembelajaran yang telah dipaparkan
diatas, daya tarik siswa dan hasil belajar dapat dimengerti bahwa proses
pembelajaran merupakan perubahan pola tingkah laku yang mana bisa
melalui suatu pengajaran yang disengaja, direncanakan, dan terorganisasi

27
dengan sistematis. Dalam proses belajar dan pembelajaran siswa ada
beberapa faktor yang dapat mendorong hasil belajar, dalam penelitian ini
adalah bagaimana daya tari pembelajaran siswa tersebut. Daya tarik
pembelajaran siswa adalah sesuatu kemauan yang diimbangi dengan
perhatian dan keaktifan yang disengaja. Hal tersebut akan memunculkan
rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap
ataupun keterampilan.
5. Teori Pembelajaran
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan sebagai hasil dari pengalaman
seseorang dan bukan karena perubahan fisik. Chance 1979 dalam (Winarno
2013:72) mengatakan bahwa belajar ialah perubahan sifat yang dikarenakan
oleh pengalaman. Belajar juga didefinisikan sebagai perubahan relative
menetap dalam sifat yang disebabkan karena latihan dan pengalaman.
Andersen 2000 dalam (Winarno 2013: 72) mengatakan belajar adalah
kegiatan yang relatif menetap terjadi dalam sifat sebagai hasil dari
pengalaman. Belajar sendiri menurut Gagne & Brigges dalam Dahar (1989)
dalam (Winarno 2013: 72) dapat diartikan sebagai proses dimana suatu
individu berubah sifatnya sebagai dari akibat pengalaman. Belajar pada
hakekatnya adalah kegiatan yang mengharapkan sifat pada diri seseorang
yang sedang belajar.
Dari pernyataan di atas, bisa disimpulkan bahwa belajar melibatkan
tiga hal pokok. Pertama, Belajar menyebabkan adanya perubahan pada sifat.
Kedua, perubahan karena belajar hanya bersifat relatif permanen atau tetap.
Ketiga, perubahan tersebut terjadi karena hasil latihan atau pengalaman
bukan karena proses pertumbuhan atau perubahan kondisi tubuh.
Dari konsep belajar kemudian munculah istilah pembelajaran, Made
Wena 2009 dalam (Winarno 2013: 72) mendefinisikan pembelajaran
sebagai usaha pembelajaran peserta didik. Gagne dan Brigges dalam
(Winarno 2013: 72) mengartikan bahwa pembelajaran sebagai suatu
susunan evenst (kondisi, kejadian, peristiwa, dan lain-lain) yang secara sadar

28
dirancang untuk mempengaruhi proses belajar, sehingga proses
pembelajaran bisa berlangsung dengan nyaman.
Pembelajaran merupakan sistem atau proses membelajarkan peserta
didik yang direncakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
teratur agar peserta didik mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efesien. Pembelajaran dapat juga dipandang dari dua sudut pertama,
pembelajaran bisa dipandang sebagai sistem yang artinya pembelajaran
terdiri dari beberapa komponen yang teratur antara lain tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan
evaluasi pembelajaran. Kedua, Pembelajaran dilihat dari suatu kegiatan atau
rangkaian upaya tenaga pendidik dalam membuat siswa belajar, kegiatan
tersebut meliputi:
1) Persiapan dalam merencanakan program pengajaran dan penyusunan
persiapan pengajaran (lesson plan). Persiapan tersebut antara lain
berupa alat peraga dan alat evaluasi.
2) Melaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang telah dipersiapkan.
3) Menindak lanjuti pembelajaran yang telah disusun.
Pengertian pembalajaran yang telah dinyatakan oleh Mohammad
Surya (Bahruddin : 3-7) adalah pembelajaran ialah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang guna memperoleh suatu perubahan sifat yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman seseorang dalam interaksi
pada lingkungannya.
Pembelajaran adalah rentetan kegiatan yang difasilitasi untuk
terjadinya perubahan sifat seseorang. Dengan begitu tenaga pendidik adalah
bagian dari lingkungan pembelajaran yang memiliki tugas utama sebagai
pihak yang memfasilitasi pembelajaran. Pembelajran sendiri tidak hanya
terbatas pada kegiatan yang dilakukan tenaga pendidik, seperti yang ada
pada konsep mengajar. Pembelajaran mencakup seluruh aktifitas yang
mungkin mempunyai pengaruh terhadap proses belajar seseorang.
Dari dua pernyataan diatas maka dapat didefinisikan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik kepada tenaga pendidik

29
dan sumber belajar pada lingkung belajarnya. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan oleh tenaga pendidik kepada peserta didik agar
terjadi proses mendapatkan ilmu pengetahuan serta membentuk sikap dan
kepribadian.
6. Pembelajaran Biologi
a. Pembelajaran biologi yaitu pembelajaran yang menekankan pada
pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu, siswa perlu
dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya
mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar.
Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan
seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan
secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja,
mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan
mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, menggali dan
memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-
gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Jadi pada dasarnya,
pelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai
kemampuan tentang cara “mengetahui” dan cara “mengerjakan” yang
dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara
mendalam.
B. Kerangka Berfikir
Suriasumantri dalam Sugiyono (2010) menyatakan bahwa seorang
peneliti harus bisa menguasi teori ilmiah untuk dasar bagi argumentasi
dalam hal menyusun kerangka pemikiran lalu membuahkan hipotesis.
Kerangka berfikir itu adalah suatu penjelasan sementara karena adanya
fenomena-fenomena yang menjadi objek permasalahan. Ini menandakan
bahwa pemikiran merupakan bentuk proses dari keseluruhan penelitian yang
akan dilaksanakan.
Kerangka berpikir dirumuskan oleh peneliti guna menjawab
permasalah penelitian, dimana hasil belajar dan daya tarik pembelajaran
Biologi di MAN 1 Hulu Sungai Utara masih kurang dan belum maksimal.

30
Salah satunya dikarenakan peserta didik masih kurang mandiri dalam hal
pembalajaran. Hal ini dikarenakan pembelajaran Biologi masih
menggunakan ceramah dan diskusi melalui Zoom serta WhatsApp hal ini
menyebabkan hanya beberapa siswa saja yang aktif dalam pembelajaran dan
materi pembelajaran Biologi ada yang masih dibawah standar KKM ≤ 70.
Salah satu media alternatif adalah penggunaan media interaktif
bebasis E-Learning yaitu Ruangguru. E-Learning Ruangguru sendiri
digunakan sebagai inovasi media pembelajaran yang digunakan sebagai
tambahan yang tidak memberatkan siswa. Karena pada penggunannya
sendiri bisa melalui alat komunikasi yang dimiliki siswa yaitu berupa
gadget dan smartphone. Media Ruanggurupun adalah platform online,
maksudnya penggunaan media ini untuk pembelajaran secara online.
Gunanya sendiri adalah sebagai sarana untuk kegiatan belajar siswa
kepada sesama siswa, dan kepada pendidik. Tugas tugas serta diskusi dan
tanya jawab bisa dilakukan dimanapun diluar dari pertemuan pembelajaran.
Siswa diharapkan agar lebih kreatif dan memiliki kemampuan dalam
berkolaborasi atau dalam kemandirian belajar yang tinggi.
Untuk meningkatkan pembelajaran yang efektif dan pembelajaran
lebih baik adalah melibatkan seluruh siswa untuk dapat aktif dalam
mengikuti proses pembalajaran. Pembelajaran yang baik adalah dalam
penyampaian pendidik harus lebih interaktif dan up to date dalam
memberikan materi pembelajaran. Sehingga siswa dapat dengan mudah
tertarik dalam pembelajaran tersebut. Dengan begitu, kemandirian siswa
akan terbentuk dengan baik kepada dirinya sendiri. Untuk lebih jelasnya
tahapan dalam kerangka beripikir ini dapat digambarkan sebagai berikut:

31
Kondisi awal

1. Metode ceramah dan diskusi melalu Zoom serta WA


2. Siswa menjadi bosan dan kurang bersemangat
3. Hasil Belajar siswa menurun ≤ KKM 70

Tindakan

Pemanfaatan E-learning Ruangguru

Uji coba penerapan E-learning Ruangguru pada proses


pembelajaran

Kondisi akhir

Hasil belajar siswa


meningkat

Gambar 2. 1 : Kerangka Berpikir

32
C. Pertanyaan Penelitian
1. Pemanfaatan E-Learning Ruangguru untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas X di MAN 1 Hulu Sungai Utara.
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan perencanaan dalam
memanfaatkan E-Learning Ruangguru untuk meningkatkan hasil
belajar.
1) Bagaimana struktur Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
menggunakan E-Learning Ruangguru di MAN 1 Hulu Sungai
Utara?
2) Bagaimana mekanisme proses rencana pelaksanaan
pembelajaran E-Learning Ruangguru di MAN 1 Hulu Sungai
Utara?
b. Tahap Pemanfaatan
1) Bagaimana menjadikan E-Learning Ruangguru sebagai sarana
pendukung proses pembelajaran di MAN 1 Hulu Sungai Utara?
2) Bagaimana pembelajaran menggunakan E-Learning Ruangguru
di tengah wabah covid-19?
c. Tahap meningkatkan hasil belajar
1) Bagaimana meningkatkan hasil belajar menggunakan E-
Learning Ruangguru di MAN 1 Hulu Sungai Utara?
2) Bagaimana pengaruh E-LEARNING Ruangguru untuk
meningkatkan hasil belajar siswa di MAN 1 Hulu Sungai Utara?

33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan, Jenis, Desain Penelitian dan Lokasi Penelitian


1) Pendeketan penelitian
Metode yang ada dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Riset kuantitatif adalah tata cara penelitian yang menggunakan
data-data yang berbentuk angka selaku perlengkapan menganalisis serta
melakukan kajian penelitian, selanjutnya mengenai apa yang sudah di teliti
cermati (Kasiram 2008: 149). sebab dalam penelitian ini sendiri
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, dan analisis data
penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan stastistik yang
bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah didapatkan pada tes E-
Learning Ruangguru.
2) Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen dengan jenis
penelitian eksperimen semu (kuasi). Meteode penelitian eksperimen yaitu
metode penelitian yang akan digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
suatu treatmen atau treatmen tertentu yang dengan sengaja dilakukan
terhadap suatu keadaan tertentu. Jadi kesimpulannya adalah penelitian
eksperimen mencoba meneliti ada atau tidaknya peningkatan pada hasil
belajar siswa.
3) Desain Penelitian
Terdapat beberapa bentuk dari desain eksperimen yang dapat
digunakan untuk penelitian, yaitu: Pre-Experimental Design, True
Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design
(Sugiyono, 2013: 77). Dalam penelitian ini sendiri desain penelitiannya
menggunakan Quasi Experimental Design.
Dalam penelitian ini peneliti memelih salah satu dari desain Quasi
experimental design yaitu Non-Equivalent Control Group Design dengan

34
menggunakan dua kelompok kelas, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Untuk eksperimen akan diberi treatment menggunakan
pembelajaran dengan E-Learning Ruangguru dan kelompok kontrol tidak
menggunakan E-Learning Ruangguru pada mata pelajaran Biologi.
Kemudian Perbedaan dari rata-rata nilai test akhir (posttest) untuk kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dibandingkan guna menentukan apakah
adanya perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan diantara kedua
kelompok tersebut.
Tabel 3. 1 : Skema Non-Equivalent Control Group Design

Kelompok Pre-Test Treatment Post-Test

Kelompok O₁ X₁ O₂
Eksperimen
Kelompok Kontrol O₃ X2 O₄

Keterangan:
X₁ : Pembelajaran Biologi menggunakan Ruangguru.
X₂ : Pembelajaran Biologi tanpa menggunakan Ruangguru
O₁ :pre-test kelompok yang mendapatkan treatment
O₂ :post-test kelompok yang mendapatkan treatment
O₃ :pre-test kelompok yang tidak mendapatkan treatment
O₄ :post-test kelompok yang tidak mendapatkan treatment
4) Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Hulu Sungai Utara yang beralamat
Jalan Empu Jatmika No.211 Sei.Malang, Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai
Utara dan subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X tahun pelajaran
2021/2022.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1) Populasi Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari:
objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari lalu kemudian ditarik

35
kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 80). Berdasarkan pernyataan ini dapat
disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan objek yang menjadi
target penelitian. Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah siswa kelas X MAN 1 Hulu Sungai Utara tahun ajaran 2020/2021
yang
berjumlah 146 siswa.
Tabel 3. 2 : Jumlah Siswa Setiap Kelas

KELAS JUMLAH SISWA

X IKA 27

X MIA 1 29

X MIA 2 28

X IPS 1 30

X IPS 2 32

JUMLAH 146

2) Sampel
Sampel merupakan cuplikan atau bagian dari populasi (Endang
Mulyatiningsih, 2013: 10). Sampel dapat juga diartikan sebagai bagian dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013: 81). Dari
penjelasan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel merupakan bagian
dari populasi yang mewakili sifat serta karakteristik dari populasi tersebut.
Dalam penelitian yang mempunyai populasi yang banyak tidak mungkin
dilakukan penelitian kesuluruh populasi karena keterbatasan waktu dan
tenaga. Sehingga dibutuhkan sampel untuk mewakili populasi tersebut. Pada
penelitian ini, sampel yang digunakan sebanyak 2 Kelompok yang menjadi
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

36
Tabel 3. 3 : Jumlah Sampel yang Digunakan
Kelas Jumlah
Kontrol (X MIA 1) 29
Ekperimen (X MIA 2) 28
Jumlah 57

C. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data sangat perlu dilakukan
karena mengarah kepada bagaimana cara data itu diperoleh. Beberapa teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:
1) Interview (wawancara)
wawancara dilakukan sebgai cara pengumpulan data semisal peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan untuk
diteleti, dan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sendiri sedikit/kecil (Sugiyono,
2013: 137). Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur kepada guru serta siswa mata pelajaran Biologi.
2) Dokumentasi
Dokumen digunakan untuk mengunmpulkan data yang bersumber dari
arsip dan dokumen baik yang ada di sekolah maupun yang berada disekolah
yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Menurut Arikunto (2006: 132)
mengatakan bahwa dokumentasi yaitu “mencari data tentang hal atau
variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda,
dan sebagainya. Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan silabus mata pelajaran Biologi, dan foto penelitian di
lapangan.
3) Tes Hasil Belajar
Tes adalah beberapa pertanyaan atau soal serta alat lain yang
difungsikan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan bakat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok (Suharsimi
Arikunto, 2006: 150). Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes

37
hasil belajar dengan memberikan soal latihan Biologi hal ini digunakan
untuk mengukur pencapaian siswa dalam indeks hasil belajar.
4) studi literatur
Studi literatur sendiri digunakan untuk memperoleh informasi dengan
memanfaatkan literatur yang relevan dalam penelitian ini. Dengan cara
membaca, mempelajari, menelaah, mengutip pendapat dari berbagai sumber
yang berupa buku, diktat, skripsi, internet, surat kabar, dan sumber lainnya.
D. Instrumen Penelitian
Suharsimi Arkinto (2002: 136) mengemukakan bahwa “Instrumen
penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data agar pekerjannya lebih mudah serta hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
dibentuk”. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan maka
instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif yang
berbentuk pilihan ganda yang menggunakan empat pilihan guna mengukur
pemahaman materi Biologi. Instrumen penelitian berupa tes yang dipilih
dan telah dipertimbangkan kalau data yang dikehendaki adalah hasil belajar
siswa kelas X MAN 1 Hulu Sungai Utara. Beberapa Langkah-langkah yang
akan digunakan dalam penyusunan isntrumen tes ini adalah sebagai berikut :
1) Permususan kisi-kisi untuk tes guna menentukan variable peneltitian
dan faktor-faktor yang akan diuangkapkan.
2) Pada penyusunan item-item menganut pada ruang lingkup dan faktor-
faktor yang akan diuangkapkan
3) Dalam mempermudah pengisian soal disertakan dengan petunjuk-
petunjuk pengisian.
E. Uji Coba Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian dugunakan sebagai alat ukur yang baik
harus dilakukan uji coba terlebih dahulu. Seperti apa yang dikatakan
Suharsimi Arikunto (2002: 144) yang mengatakan bahwa “Instrumen yang
baik harus melengkapi dua persyaratan penting, valid dan reliable”. Oleh
sebab itu instrument dalam penelitian ini harus teruji validitas dan

38
reliabilitasnya, serta uji kesulitan dan daya pembedanya. Dalam menguji
instrument penelitian ini yang digunakan sebagai alat pengumpul data, maka
dilakukan uji coba kepada kelas dalam populasi diluar dari ruang lingkup
sampel penelitian.
Data dari hasi uji coba yang telah dilakukan selanjutnya di analisa
guna menyeleksi soal-soal yang sudah di buat, lalu kemudia soal-soal yang
tidak memenuhi standar persyaratan tidak digunakan dalam instrument
penelitian. Prosedur pelaksanaan uji coba ini digambarkan sebagai berikut :

39
Memlih objek uji coba
dalam instrumen

Uji coba terhadap objek

Uji validitas soal

ya tidak
perbaiki Analisis Valid?
butir
soal

tidak

Buang Uji reliabilitas soal

ya
tidak
Perbaikan Instrumen
Reliabel?

ya

Uji tingkat kesulitan


dan daya pembeda soal

Selesai

Gambar 3. 1 : Langkah-langkah uji coba instrumen

40
1) Uji Validitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti adalah alat ukut yang digunakan agar
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid artinya instrument tersebut
bisa digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,
2013: 121). Suharsimi Arikunto (2002: 144) juga berpendapat bahwa
“Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument yang valid
mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid
artinya memiliki validitas yang rendah.
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas, maka uji validitas
mempunyai arti untuk menguji valid tidaknya instrument penelitian.
Validitas yang harus di ukur disini adalah validitas soal secara keseluruhan
soal dan validitas butir soal. Dalam penelitian ini cara untuk menghitung
validitas instrumennya adalah dengan menghitung koefisien validitas
menggunakan rumus Korelasi Product Moment tersebut adalah sebgai
berikut:
∑𝑛𝑖 = 1(𝑥𝑖 − 𝑥)(𝑦𝑖 − 𝑦)
𝑟=
√[∑𝑛𝑖 = 1(𝑥𝑖 − 𝑥 )2][ ∑𝑛𝑖 = 1(𝑦𝑖 − 𝑦)2]
Keterangan :
r = Koefisien uji validitas antara X dan Y
X = Skor dari tiap item responden uji coba variable X
Y = Skor dari tiap item responden uji coba variable Y
N = Jumlah responden
Suharsimi Arikunto (2002: 245) menjelaskan mengenai besarnya
koefisien korelasi sebagai berikut :
Tabel 3. 4 Koefisien Korelasi Suharsimi Arikunto
Antara 0,80 sampai dengan 1,0 Sangat Tinggi
Antara 0,60 sampai dengan 0,80 Tinggi
Antara 0,40 sampai dengan 0,60 cukup
Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Sangan Rendah

41
Setelah koefisien korelasi (r) didapatkan, lalu kemudian dilanjutkan
dengan Taraf signifikan korelasi dengan menggunakan uji t sebagai berikut :
r√n − 2
𝑡=
√1 − 𝑟 2
Keterangan:
t = nilai t hitung
n = banyak nya peserta
r = validitas tes
Ciri-cirinya adalah jika t hitung ≥ t table maka koefisien dari soal
tersebut valid dan apabila t hitung ≤ t table maka koefisien dari soal tersebut
tidak valid. T tabel didapatkan melalui taraf kepercayaan 95% (alpha 0,05)
dengan derajat kebebasan (dk) = n-2.
2) Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrument menuju pada satu penjelasan bahwa suatu
instrument cukup bisa dipercaya untuk dipakai sebagai alat pengumpul data
karena instrument tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2002: 154). Dan
menurut Nasution, S (2005: 154) mengatakan bahwa “Realibilitas sendiri
adalah alat ukur yang penting, karena bila alat ukur digunakan tidak
reliabilitas dengan sendirinya menjadi tidak valid”. Uji Reliabilitas dalam
penelitian ini sendiri menggunakan rumus K-R.20 yang didapatkan oleh
Kuder dan Richardson. Ini seperti yang dikemukakan oleh Suharmi
Arikunto (2002: 100) bahwa “Rumus yang digunakan untuk mencari
reliabilitas dan rata-rata banyak digunakan ada dua rumus, rumus K-R.20
dan rumus K-R.21”. Didalam penelitian ini sendiri menggunakan rumus K-
R.20.
𝑛 𝑆2 − ∑ 𝑝𝑞
𝑟11 = ( )(
𝑛−1 𝑆2
Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan.
p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar.

42
q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah.
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q.
N = banyak item.
S2 = standar daviasi dari tes
Sedangkan rumus varians yang digunakan untuk menghitung reliabilitas,
adalah sebagai berikut :
(∑ 𝑥)2
∑ 𝑋2 −
𝑆2 = 𝑁
𝑁
Keterangan :
S2 = varians
(Σx)2 = kuadrat jumlah skor yang didapatkan siswa.
Σx2 = jumlah kuadrat skor yang didapatkan siswa.
n = banyak subjek yang mengikuti tes.
Lalu kemudian hasil dari perhitungan dibandingkan dengan r tabel
dengan tingkat kepercayaan 95% dengan dk = n-2. Pengartian dari jumlah
koefisien korelasi ini adalah :
r₁₁ ≥ r tabel maka instrumen itu reliabel
r₁₁ ≤ r tabel maka instrumen itu tidak reliabel.
Parameter untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas tes tersebut
adalah:
Tabel 3. 5 Skor Reliabilitas Tes
Antara 0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
Antara 0,61 – 0,80 Tinggi
Antara 0,41 – 0,60 Cukup
Antara 0,21 – 0,40 Rendah
Antara 0,00 – 0,20 Sangat Rendah

3) Uji Tingkat Kesukaran


Tingkat kesulitan soal dapat diketahui melalui cara melihat skala yang
menjawab benar untuk setiap butir soal, rumus persmaan yang dipakai
adalah sebagai berikut :

43
𝐵
𝐏=
𝐽𝑠
Keterangan :
P = Indeks Kesulitan.
B = Banyak peserta didik yang menjawab soal dengan benar.
Js = Jumlah seluruh peserta didik yang mengikuti tes.
Dalam menentukan apakah soal tersebut bisa dibilang baik atau tidak
baik sehingga perlu dilakukan revisi, menggunakan kreteria seperti
dibawah:
Tabel 3. 6 : Kriteria Tingkat Kesukaran
Rentang Nilai Tingkat Kesulitan Klasifikasi

0,70 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah

0,30 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang

0,00 ≤ TK ≤ 0,30 Sulit

4) Uji Daya Pembeda


Anlisis daya merupakan kemampuan suatu soal dalam membedakan
siswa antara siswa yang berkemampuan tinggi dan dengan siswa yang
bekemampuan rendah (Arikunto 2012: 211). Rumus daya pembeda item
dapat dilihat sebagai berikut :
𝐵ᴀ 𝐵в
D= − = Pᴀ − Pв
𝐽ᴀ 𝐽в
Keterangan :
D = indeks pembeda
Jᴀ = banyak peserta kelompok atas
Jв = banyak peserta kelompok bawah
Bᴀ = banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
Bв = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Pᴀ = skala peserta kelompok atas yang menjawab benar
Pв = skala peserta kelompok bawah yang menjawab benar

44
indeks pembeda yang ideal adalah sebisa mungkin untuk mendekati
angka 1. Sedangkan indeks pembeda yang ada di sekitar 0 menunjukan
kalau item tersebut memiliki daya pembeda yang rendah harga d yang
negative menandakan kalau item tersebut tidak ada gunanya. Dibawah ini
menunjukan tabel klasifikasi dari daya pembeda :
Tabel 3. 7 : klasifikasi daya pembeda soal

No. Rentang Nilai D Klasifikasi


T
1. D<0 Tidak Baik (Dibuang)

2. 0,00 ≤ D < 0,20 Jelek

3. 0,20 ≤ D < 0,40 Cukup

4. 0,40 ≤ D < 0,70 Baik

5. 0,70 ≤ D ≤ 1.00 Baik Sekali

F. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah bagian yang begitu penting dalam metode
ilmiah, dikarenakan hasil data yang sudah di analisis dan dibuat tersebut
bisa memberi arti yang bermanfaat bagi pemecahan masalah penelitian.
Sugiyono (2013: 147) berpendapat bahwa dalam penelitian kuantitatif,
analisis data adalah kegiatan dari semua responden atau sumber data lain
terkumpul. Kegiatan dalam analisis data ini adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, Menyusun data kedalam tabel
berdasarkan variabel dari seluruh responden kemudia menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan guna menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan dalam menguji hipotesis yang sudah
di ajukan.
1) Data Pretest dan Posttest
Data Pretest didapatkan sebelum perlakuan (treatment), dan data
Posttest yang didapatkan setelah dilakukan perlakuan (treatment). Lalu
setelah itu dapat dilihat ada atau tidaknya kenaikan (gain) setelah

45
menggunakan Ruangguru pada kelas eksperimen dan media biasa
digunakan pada kelas kontrol. Selisih dari kenaikan antara kedua kelas tadi
akan menjadi indikator penentu efektifitas penggunaan salah satu media.
a) Pemeriksaan Tes Hasil Belajar
Pemeriksaan hasil tes dari setiap siswa digunakan dengan memberi
nilai pada jawaban. Setelah itu penskoran setiap butir jawaban, Langkah
berikutnya adalah menjumlahkan nilai yang diperoleh oleh masih-masih
peserta didik dan mengkonversinya kedalam bentuk nilai dengan rumus ini:
Skor yang didapatkan
× 100
Skor maksimal
b) Analisis Gain Normalisasi
Analisis gain normalisasi digunakan setelah hasil dari pretest dan
posttest dihasilkan. Rumus indeks gain normalisasi menurut Meltzer (2002:
183) adalah :
Skor postetst − skor pretest
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐺𝑎𝑖𝑛 (𝑔) =
Skor maksimal − skor pretest
Tingkat pendapatan gain skor ternomalisasi dikategorikan menjadi
tiga kategori, adalah :
g-tinggi : dengan (<g>) > 0,7
g-sedang : dengan 0,7>(<g>) > 0,3
g-rendah : dengan (<g>) < 0,3
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan sebagai alat untuk mengetahui kondisi data
apakah berdistribusi normal ataupun tidak. Agar mendapatkan data yang
berdistribusi normal baiknya digunakan uji distribusi chi kuadrat (X²).
Langkah-langkah dalam pengujian normalitas data melalui Chi
Kuadrat adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2013: 172) :
a) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya.
b) Menentukan jumlah kelas interval
c) Menentukan panjang interval kelas
Data terbesar − data terkecil
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 =
6 (jumlah kelas interval)

46
d) Menyusun tabel distribusi frekuensi, yang merupakan tabel untuk
membantu menghitung harga Chi Kuadrat. Dibawah ini merupakan
tabel distribusi frekuensi dan tabel bantuan guna menghitung harga
Chi Kuadrat hitung :
Tabel 3. 8 : Tabel Distribusi Frekuensi Chi Kuadrat
Interval f₀ fₕ f₀- f ₕ (f₀- f ₕ)² (𝐟 𝟎 − 𝐟 ₕ)²
𝐟ₕ
Kelas Interval-1
Kelas Interval-2
Kelas Interval-3
Kelas Interval-4
Kelas Interval-5
Kelas Interval-6
Jumlah

e) Menghitung frekuensi yang diinginkan (f ₕ), dengan cara mengalikan


presentasi luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota
sampel.
f) Menginput nilai-nilai f ₕ kedalah kolom f ₕ, kemudian sekaliguas
menghitung harga ( f₀ - f ₕ)² dan ((f^0-f ₕ)²)/(f ₕ) , lalu menghitungnya.
Harga ((f^0-f ₕ)²)/(f ₕ) merupakan harga Chi Kuadrat (X²) hitung.
g) Membandingkan nilai Chi Kuadrat dengan Chi Kuadrat tabel. Apabila
harga Chi kuadrat lebih kecil (≤) dari pada harga Chi kuadrat tabel
maka distribusi data dinyatakan normal, dan apabila lebih besar (≥)
daripada harga Chi kuadrat tabel, maka bisa dikatakan tidak normal.
3. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan guna mengetahui
apakah varian-varian dalam populasi ini homogen atau tidak. Beberapa
langkah-langkah penmbuatan uji homogenitas data adalah sebagai berikut :
a) Nilai F dicari dengan rumus :

47
varian terbesar
𝐹
Varian terkecil
b) Menentukan derajat kebebasan
dk₁ = n₁-1 ; dk₂ = n₂
c) Menentukan nilai dari F tabel di taraf signifikansi 5%
d) Kriteria pengujian.
Varian dikatakan homogen apabila Fhitung ≤ Ftabel. Pada taraf
kepercayaan 0,95 dengan derajat kebebasan dk₁ = n₁-1 dan dk₂ = n₂, maka
kedua varian dianggap sama atau homogen.
4. Uji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji dua pihak
(Two Tail Test). Uji dua pihak digunakan apabila hipotesis nol (Ho)
berbunyi “sama dengan” atau hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “tidak
sama dengan” (Ho = ; Ha ≠).
Dalam penelitian ini jumlah sampel diantara dua akelas, yaitu kelas
kontrol dan kelas eksperimen sama jumlahnya. Jadi jika varian antara kedua
kelas ini homogen maka dapat digunakan rumus t-test dengan pooled varian
yaitu :
Keterangan :

X̅₁ = Rata-rata nilai kelompok kontrol


X̅₂ = Rata-rata nilai kelompok eksperimen
S = Standar daviasi.
n₁ = Total responden kontrol
n₂ = Total responden eksperimen
Setelah dilakukan penilaian uji-t , setelah itu dibandingkan dengan t
tabel. Jika didapati dari statistic hitung (t hitung) dengan statistik tabel (t tabel),

maka dapat diambil kesimpulan ditentukan dengan aturan sebagai berikut :


Jika : t hitung ≥ t tabel H0 ditolak

48
t hitung < t tabel H0 diterima
t tabel didapatkan taraf nyata 0,05 melalui derajat kebebasan (dk) untuk total
sampel yang tidak sama dan varian homogen adalah, dk = n₁ + n₂ - 2
G. Prosedur dan Alur Penelitian
Didalam penelitian ini akan dilakukan tiga tahap, adalah (1) Tahap
persiapan, (2) Tahap pelaksanaan, (3) Tahap pengolahan dan anilisis data.
Secara keseluruhan dalam kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan
a) Observasi, dilakukan agar studi pendahuluan mengenai proses
pembelajaran, metode, dan media pembelajaran yang dipakai, dan
mengumpulkan data dari hasil belajar peserta didik. Serta
mewawancarai tenaga pendidik pada pelajaran Biologi tentang hal-hal
yang berhubungan dengan proses pembelajaran dalam pelajaran
Biologi.
b) Studi litelatur, dilakukan dalam mendapatkan informasi yang relevan
untuk tujuan dan jenis penelitian agar terdapat landasan serta konsep
teoritis sebagai panduan peneliti.
c) Mempelajari silabus yang berkaitan dengan materi pembelajaran
Biologi guna mengetahui kompetensi yang ingin di raih.
d) Memilih populasi dan sampel dalam penelitian.
e) Memilih Variabel penelitian.
f) Membuat instrument dan kisi-kisi penelitian.
g) Mempersiapkan teknik pengumpulan data hasil belajar.
h) Menguji instrumen soal pada peserta didik yang sudah belajar Biologi.
i) Menganalisis hasil instrument soal lalu menentukan soal yang pantas
untuk diujikan.
j) Menetapkan jadwal penelitian lalu mengkondisikan kelas beserta
materi untuk melakukan treatment.
2. Tahap Pelaksanaan

49
Setelah tahap persiapan sudah dilaksanakan kemudian tahap
selanjutnya adalah pelaksanaan penelitian, untuk kegiatannya sendiri adalah:
a) Memberikan pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol terkait
dengan soal dan lokasi waktu yang sama. Bertujuan agar yang ingin
dicapai yaitu untuk mengetahui kemampuan awal sebelum dilakukan
treatment.
b) Memberikan treatment sebanyak 4 kali dengan alokasi waktu sekitar 4
x 45 menit setiap pertemuan. Treatment ini menggunakan E-Learning
Ruangguru pada kelompok eksperimen.
c) Pelaksanaan treatment dilakukan dengan alur kelompok kontrol
mendapatkan pengajaran tidak menggunakan E-Learning Ruangguru,
sedangkan pada kelompok eksperimen menggunakan E-Learning
Ruangguru.
d) Memberikan posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol dengan
soal dan alokasi waktu yang sama, bertujuan agar mengetahui
kemampuan peserta didik setelah dilakukan treatment.
3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah tahap pelaksanakan sudah dilakukan kemudian proses
selanjutnya adalah tahapan pengolahan dan analisis data, dengan prosedur
kegiatan antara lain:
a) Pengolahan data hasil pretest dan posttest
b) Menganalisa hasil pretest dan posttest untuk kegiatan setiap kelompok
apakah terjadi peningkatan
c) Membandingkan gain antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
d) Memberikan kesimpulan berdasarkan pengolahan data
e) Membuat laporan penelitian.
Keseluruhan dari kegiatan dalam penelitian ini dapat dilihat melalui gambar
berikut ini:

50
STUDI PENDAHULUAN

STUDI LITELATUR

MEMPELAJARI KURIKULUM

MENENTUKAN POPULASI DAN SAMPEL

MENYUSUN INSTRUMEN

KONSULTASI INSTRUMEN

ANALISIS INSTRUMEN DAN WAKTU PENELITIAN

TAHAP PERSIAPAN

Gambar 3. 2 : Langkah-langkah Persiapan Penelitian

51
BIOLOGI

PRETEST

KELOMPOK KELOMPOK

KONTROL EKSPERIMEN

TREATMENT TREATMENT

POSTTEST

TAHAP PEMANFAATAN

Gambar 3. 3 : Langkah-langkah Pemanfaatan Penelitian


Data Penelitian

PENGOLAHAN DATA

KESIMPULAN

LAPORAN

TAHAP ANALISIS DATA

Gambar 3. 4 : Langkah-langkah Analisis Data

52
DAFTAR PUSTAKA

Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan


Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan


Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid- 1 9).
Retrieved from http://ditjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/surat-
edaran-nomor-4-tahun-2o2otentang-pelaksanaan-kebijakan-pendidikan-
dalam-masa-darurat-penyebaran-coronavirus-disease-covid-1-9

Abidah, A. (2020). Peran Aplikasi Whatsapp Sebagai Media Pembelajaran Dalam


Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Bidayah: Studi Ilmu-Ilmu Keislaman,
87-99.

AECT. (1977). The definition of educational technology. Washington:


Association for Educational Communication and Technology.

Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta; Kencana,


2004.

Fatimatur, Evi. Desain Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: rajawali Press, 2013.

Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. Media Pembelajaran Manual dan


Digital. Bogor: Ghalia Indonesia, 2013.

Khalifah Mustami Muh. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Aynat


Publishing, 2015.

Rusman. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. 2014

Safei, Muh. Media Pembelajaran. Makassar: Alauddin University Press, 2011.

Djamarah, S. B. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011. Emzir,


Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
Rajawali Pers, 2015.

53
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.

Siregar, Sofyan. Statitistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:


Remaja Rosdakarya, 2012.

Woolfolk, Anita. Educational Phsychology Active Learning Edition. Arlington


Street, Boston: Pearson Education Inc, 2008.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan


R&D). Bandung: Alfabeta, 2010.

Rahmawati Risky dkk. Keefektifan Pembelajaran E-learning Quipper School


pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Negeri 2 Surakarta.
www.jurnal.fkip.ac.id, 2016.

Schack Signe dan Rikke Orgreen. The Effectiveness of E-learning:An Explorative


and Integrative Review of the Definition, Methodologies and Favtor that
Promotte E-learning Efectivennes. http://www.ejel.org, dalam google 2015.

Siregar, Sofyan. Statitistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:


Remaja Rosdakarya, 2012.

Supriyono dan Widodo. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

Sudjana Nana. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algenisdo, 2012.

Supriyono dan Widodo. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

Tri Luqman Heri dan Dinarin. Pengembangan E-learning. Yogyakarta:


Depusblish, 2013.

54

Anda mungkin juga menyukai