Disusun Oleh :
M.Abid Ihsan Ozzy
23004140
Penulis
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Saat ini, perubahan tren teknologi yang cepat telah mempengaruhi pendidikan di
Indonesia, seperti pergeseran proses belajar mengajar dari model konvensional menjadi
pendidikan terbuka. Fenomena ini menyadarkan pemerintah Indonesia bahwa integrasi
teknologi dalam program pendidikan dapat berperan besar untuk menerbitkan warga yang
kuat menghadapi persaingan global.Rencana dan pengembangan teknologi pendidikan
terdapat dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 36 yang menyatakan salah satu
ketentuan dalam desain kurikulum wajib melihat pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Masih banyak lagi konstitusi nasional Indonesia yang mengatur
tentang penerapan teknologi untuk kepentingan pendidikan.
Misalnya, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
No 28 2017 bab 6B yang menjelaskan tentang ketentuan dalam pengembangan teknologi
untuk keperluan pembelajaran. Sebagai negara kepulauan terbesar di ASEAN, masalah
utama bagi pendidikan Indonesia adalah ketimpangan akses pendidikan, terutama di
daerah terpencil dan perbatasan. Mempertimbangkan masalah ini, Pemerintah Indonesia
telah memperkenalkan program pendidikan yang terkenal melalui siaran televisi yang
dikenal sebagai TV Edukasi (TV-E) yang ditayangkan pada bulan Oktober 2004.
Program ini bertujuan untuk mendukung pemerataan akses pendidikan, peningkatan
kualitas pendidikan, dan dukungan wajib belajar 9 tahun.178 Pada tahun yang sama,
program nasional IGOS (Indonesia Go Open Source) dirilis ke publik yang diprakarsai 5
kementerian Indonesia, yaitu: Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian
Komunikasi dan Informatika, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian
dari Nasional Pendidikan, dan Aparatur Kementerian Negara.Program ini bertujuan untuk
menghemat anggaran dan merangsang lembaga pendidikan untuk menggunakan akses
terbuka dalam mempromosikan sumber terbuka untuk mengakses materi pembelajaran.
Belakangan ini, pendidikan di Indonesia menekankan tren global abad ke-21 yang
mengintegrasikan semua kegiatan pendidikan dengan menggunakan internet. Hal ini
ditunjukkan dengan Ujian Nasional yang dilakukan melalui computer-based test (CBT)
pada tahun 2014.
1
Namun, pemerataan distribusi fasilitas adalah menjadi kendala bagi pemerintah untuk
melakukan pembelajaran melalui internet. Berdasarkan data survei tentang kondisi
sekolah di Indonesia, ada sekitar 118.000 sekolah (dari 208.000 sekolah) memiliki akses
ke internet pada tahun 2015,artinya ada sekitar 90.000 sekolah yang belum memiliki akses
internet.Anehnya, masih ada 17.000 sekolah yang mengalami kekurangan listrik terutama
di daerah terpencil dan perbatasan daerah. Untukmenanggapi masalah ini, Kementerian
Pendidikan Republik Indonesia dan Kementerian Komunikasi & Informasi telah
berkolaborasi untuk mengembangkan layanan TIK yang dikenal sebagai Universal
ServiceObligation (USO).
Program ini didanai untuk beberapa proyek seperti proyek Palapa Ring, 3GBTS di daerah
terpencil dan perbatasan, akses broadband untuk pendidikan, pertanian, dan layanan
kesehatan. Perkembangan jaringan broadband nasional yang masif menunjukkan
kecenderungan internet pengguna di Indonesia. Berdasarkan data survei yang dilakukan
oleh Asosiasi Internet Indonesia (APJII) di Indonesia 2018 menunjukkan sekitar 171 juta
penduduk (dari 264 juta) terhubung ke internet. Nomor pengguna ini meningkat sekitar
10 persen sejak tahun 2017 dimana pengguna internet hanya 54,86%.181
Selain itu, upaya pemerintah untuk mengembangkan akses internet di Indonesia
berdampak positif bagi perkembangan pendidikan rintisan. Sebagian besar platform start-
up pendidikan di Indonesia mempromosikan Sistem Manajemen Pembelajaran (LMS),
misalnya Ruangguru dan Quipper School. Kedua platform mengubah pengajaran dan
proses pembelajaran lebih efektif dan efisien, dengan menyediakan video tutorial
pembelajaran, pembelajaran privat, uji coba ujian online.Perkembangan TIK di Indonesia
khususnya di bidang Pendidikan menjadi salah satu upaya untuk mencapai visi Indonesia
2025, yang bertujuan untuk membangun konektivitas yang kuat di seluruh negeri untuk
menciptakan pemerataan pembangunan ekonomi dan infrastruktur.
2.Rumusan Masalah
1 Bagaimana sistem pembelajaran jarak jauh?
2 Bagaimana belajar menggunakan modul?
3 Bagaimana radio pendidikan?
4 Bagaimana televisi pendidikan?
5 Bagaimana pendekatan keterampilan proses ?
6 Bagaimana cara belajar siswa aktif ?
7 Bagaimana pembelajaran berbasis komputer ?
2
8 Bagaimana pembelajaran online learning ?
3.Tujuan
1. Mengetahui sistem pembelajaran jarak jauh
2. Mengetahui belajar menggunakan modul
3. Mengetahui radio pendidikan
4. Mengetahui televisi pendidikan
5. Mengetahui pendekatan keterampilan proses
6. Mengetahui pembelajaran berbasis komputer
7. Mengetahui pembelajaran online learning
4.Manfaat
1.Bagi penulis
Makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki khususnya mengenaipenerapan tp di indonesia.
2.Bagi pembaca
Makalah ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan mengenai
penerapan tp di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
kelas secara fisik. PJJ dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media, baik media
cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video, komputer/internet, siaran radio, dan
televisi).
B.Belajar Menggunakan Modul
Modul-modul pembelajaran ini adalah bahan pembelajaran yang khusus undangan
komponen-komponen penyusun modul yang dibagi menjadi bagian- bagian terkecil untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Seperti halnya pada sistem pembelajaran jarak jauh di awal
penerapannya di Indonesia mengirimkan modul- modul cetak ini melalui pos kepada
pembelajar. Tapi saat sekarang modul-modul itu sudah bisa dikirimkan melalui SMS
menggunakan jaringan sampai dengan waktu yang tidak terlalu berbeda artinya pembelajar
dapat segera mendapatkan bahan ajar selagi mereka memiliki jaringan internet. Modul-
modul pembelajaran ini dirancang untuk pembelajar belajar mandiri jadi dengan komponen
penyusun pada sebuah modul itu sangat mungkin sekali seseorang itu belajar individu
misalnya di dalam Modul itu dicantumkan tujuan pembelajaran ada materi ada evaluasi ada
referensi dan ada kunci dari evaluation dilaksanakan artinya dengan evaluasi yang
disajikan itu dengan dibantu dengan kunci-kunci yang ada setiap individu bisa mengukur
keberhasilannya terhadap pencapaian tujuan pembelajaran tertentu jika sebelumnya modul
ini dikirimkan melalui cetak sekarang modul itu sudah bisa kita temui pada LMS atau
learning management System yang biasanya kita ikuti dalam proses pembelajaran itu juga
bisa kita kelompokkan menjadi modul-modul pembelajaran Karena untuk setiap pertemuan
untuk setiap topik atau setiap pokok bahasan kita dipandu secara bertahap sehingga di
bagian akhir dari topik itu kita diberikan atas evaluasi evaluasi formatif berupa tes Quiz
ataupun essay untuk mengukur Seperti apa ketercapaian kita terhadap materi yang kita
pelajari.
a.) Arti dan Karakteristik Modul
Modul merupakan suatu paket belajar yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran.
Dengan modul siswa dapat mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan belajar
secara individual. Peserta belajar tidak dapat melanjutkan ke suatu unit pelajaran
berikutnya sebelum menyelesaikan secara tuntas materi belajarnya. Dengan modul siswa
dapat mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya. Modul dapat dipelajari di mana
saja. Lama penggunaan sebuah modul tidak tertentu, meskipun di dalam kemasan modul
juga disebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari materi tertentu. Akan tetapi
keleluasaan siswa mengelola waktu tersebut sangat fleksibel, dapat beberapa menit dan
5
dapat pula beberapa jam, dan dapat dilakukan secara tersendiri atau diberi variasi dengan
metode lain.
Pembelajaran dengan modul memiliki ciri-ciri (Vembriarto, 1985: 27) sebagai berikut:
Petunjuk memuat antara lain penjelasan tentang berbagai macam kegiatan yang harus
dilakukan, alat-alat yang perlu disediakan, dan prosedur yang dilakukan. Perlu dipahami
bahwa letak atau posisi tinjauan mata pelajaran di dalam modul sangat tergantung kepada
pembagian pokok bahasan dalam mata pelajaran. Mungkin saja satu mata pelajaran terdiri
atas beberapa pokok bahasan, sehingga tinjauan mata pelajaran terletak pada modul
8
pertama saja. Contohnya, pada modul 1 terdapat tinjauan mata pelajaran, sementara modul
2, dan 3 dst tidak terdapat tinjauan mata pelajaran karena sudah terletak pada modul 1.
Tetapi tidak menutup kemungkinan pada setiap modul disertakan tinjauan mata pelajaran
untuk menuntun siswa dalam memahami kegunaan mata pelajaran.
2.Pendahuluan
Pendahuluan suatu modul merupakan pembukaan pembelajaran suatu modul. Oleh karena
itu, dalam pendahuluan seyogyanya memuat hal-hal sebagai berikut:
1.Cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat
2.Indikator yang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan modul
3.Deskripsi perilaku awal (entry behaviour) yang memuat pengetahuan dan keterampilan
yang sebelumnya sudah diperoleh atau seyogyanya sudah dimiliki sebagai pijakan
(anchoring) dari pembahasan modal itu.
4.Relevansi, yang terdiri atas: Keterkaitan pembahasan materi dan kegiatan dalam modul
itu dengan mateni dan kegiatan dalam modul lain dalarn satu mata pelajaran atau dalam
mata
5.pelajaran (cross reference) Pentingnya mempelajari materi modul itu dalam
pengembangan dan pelaksanaan tugas guru secara profesional e. Urutan butir sajian modul
(kegiatan belajar) secara logis
6.Petunjuk belajar berisi panduan teknis mempelajari modul itu agar berhasil dikuasai
dengan baik. Pendahuluan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
3.Kegiatan Belajar
Bagian ini merupakan “daging” atau inti dalam pemaparan materi pelajaran. Bagian ini
terbagi menjadi beberapa sub bagian yang disebut Kegiatan Belajar. Bagian ini memuat
materi pelajaran yang harus dikuasai siswa. Materi tersebut disusun sedemikian rupa,
sehingga dengan mempelajari materi tersebu, tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
Agar materi pelajaran mudah diterima siswa, maka perlu disusun secara sisternatis.
Di dalam kegiatan belajar terdapat uraian atau penjelasan secara rinci tentang isi pelajaran
yang diikuti dengan contoh-contoh konkrit dan non contoh. Sedapat mungkin uraian ini
9
diikuti gambar, bagan atau grafik. Urutan penyajian seperti ini yang dimulai dengan
penjelasan kemudian diikuti dengan contoh. Urutan penyajian dapat pula dimulai dengan
contoh dan non contoh, atau kasus-kasus kemudian diikuti dengan penjelasan tentang
konsep yang dimaksud.
Sajian materi modul memperhatikan elemen uraian dan contoh yang dirancang untuk
menumbuhkan proses belajar dalarn diri pembaca. Berikut akan dijelaskan kedua elemen
dasar yang ada dalarn sajian materi modul.
a.Uraian
Uraian dalarn sajian materi modul adalah paparan materi-materi pelajaran berupa:
fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, nilai, prosedur/metode, keterampilan,
hukum, dan masalah. Paparan tersebut disajikan secara naratif atau piktorial yang
berfungsi untuk merangsang dan mengkondisikan tumbuhnya pengalaman belajar
(learning experiences). Pengalaman belajar diupayakan menampilkan variasi proses yang
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman konkret, observasi reflektif,
konseptualisasi abstrak, dan ekperimentasi aktif Jenis pengalaman pelajaran disesuaikan
dengan kekhususan setiap mata pelajaran, misalnya untuk mata pelajaran yang bersifat
keterampilan berbeda dengan yang bersifat pengetahuan. Prinsip dalam penyajian uraian
harus memenuhi syarat-syarat:
1)Materi harus relevan dengan esensi kompetensi
2)Materi berada dalam cakupan topik inti
3)Penyajiannya bersifat logis, sistematis, komunikatif/interaktif, dan tidak kaku
4)Memperhatikan latar/setting kondisi siswa
5)Menggunakan teknik, metode penyajian yang menarik dan menantang
b.Contoh
Contoh adalah benda, ilustrasi, angka, gambar dan lain-lain yang mewakili/mendukung
konsep yang disajikan. Contoh bertujuan untuk memantapkan pemahaman pembaca
tentang fakta/data, konsep, prinsip,generalisasi/dalil, hukum, teori, nilai,prosedur/metode,
keterampilan dan masalah. Prinsip dalam penyajian contoh hendaknya:
a.Relevan dengan isi uraian
b.Konsistensi istilah, konsep, dalil, dan peran
c.Jumlah dan jenisnya memadai d. Logis (masuk akal)
e. Sesuai dengan realitas
10
f. Bermakna
c.Latihan Latihan
adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa setelah membaca
uraian sebelumnya. Gunanya untuk memantapkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
sikap tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, prosedur, dan metode.
Tujuan latihan ini agar siswa benar-benar belajar secara aktif dan akhirnya menguasai
konsep yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar tersebut. Latihan disajikan secara
kreatif sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Latihan dapat ditempatkan di sela-
sela uraian atau di akhir uraian. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan latihan:
a.Relevan dengan materi yang disajikan
b.Sesuai dengan kemampuan siswa
c.Bentuknya bervariasi, misalnya tes, tugas, eksperimen, dsb
d.Bermakna (bermanfaat)
e.Menantang siswa untuk berpikir dan bersikap kritis
f.Penyajiannya sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran
e.Rangkuman
Rangkuman adalah inti dari uraian materi yang disajikan pada kegiatan belajar dari suatu
modul, yang berfungsi menyimpulkan dan memantapkan pengalaman belajar (isi dan
proses) yang dapat mengkondisikan tumbuhnya konsep atau skemata baru dalam pikiran
siswa. Rangkuman hendaknya memenuhi ketentuan:
a)Berisi ide pokok yang telah disajikan
b)Disajikan secara berurutan
c)Disajikan secara ringkas
d)Bersifat menyimpulkan
e)Dapat dipahami dengan mudah (komunikatif)
11
f)Memantapkan pemahaman pembaca
g)Rangkuman diletakkan sebelum tes fonnatif pada setiap kegiatan belajar
h)Menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan tidak menggunakan kata- kata yang
sulit dipahami.
f.Tes Formati
Pada setiap modul selalu disertai lembar evaluasi (evaluasi formatif) yang biasanya
berupa tes. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur apakah tujuan yang dirumuskan telah
tercapai atau belum. Tes formatif merupakan tes untuk mengukur penguasaan siswa
setelah suatu pokok bahasan selesai dipaparkan dalam satu kegiatan belajar berakhir. Tes
formatif ini bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan. Hasil tes formatif digunakan sebagai dasar untuk
melanjutkan ke pokok bahasan selanjutnya.
Tes formatif secara prinsip harus memenuhi syarat-syarat:
a)Mengukur kompetensi dan indikator yang sudah dirumuskan
b)Materi tes benar dan logis, baik dari segi pokok masalah yang dikemukakan maupun
dart pilihan jawaban yang ditawarkan
c)Pokok masalah yang ditanyakan cukup penting
d)Butir tes harus memenuhi syarat-syarat penulisan butir soal
g.Kunci Jawaban
Tes Formatif dan Tindak Lanjut Kunci jawaban tes formatif pada umumnya diletakkan di
bagian paling akhir suatu modul. Jika kegiatan
belajar berjumlah 2 buah, maka kunci jawaban tes formatif terletak setelah tes formatif
kegiatan belajar 2, dengan halaman tersendiri. Tujuannya agar siswa benar-benar berusaha
mengerjakan tes tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Lembar ini berisi jawaban
dari soal-soal yang telah diberikan. Jawaban siswa terhadap tes yang ada diketahui benar
atau salah dapat dilakukan dengan cara mencocokkannya dengan kunci jawaban yang ada
pada lembar ini.
Tujuannya adalah agar siswa mengetahui tingkat penguasaannya terhadap isi kegiatan
belajar tersebut. Di samping itu, pada bagian ini berisi petunjuk tentang cara siswa memberi
nilai sendiri pada hasil jawabannya. Tindak lanjut Di dalam kunci jawaban tes formatif,
terdapat bagian tindak lanjut yang berisi kegiatan yang harus dilakukan siswa atas dasar tes
formatifnya. Siswa diberi petunjuk untuk melakukan kegiatan lanjutan, seperti: Terus
12
mempelajari kegiatan belajar berikutnya bila ia berhasil dengan baik yaitu mencapai
tingkat penguasaan 80 % dalam tes formatif yang lalu, atau mengulang kembali
mempelajari kegiatan belajar tersebut bila hasilnya masih di bawah 80 % dari skor
maksimum.
C.Radio Pendidikan
Selanjutnya penerapan teknologi pendidikan di Indonesia seperti penggunaan radio
pendidikan sebagai alternatif belajar radio pendidikan ini berupa bahan ajar yang memiliki
format audio untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari pendidik kepada peserta didik.
penggunaan radio pendidikan sebagai alternatif belajar, memberikan beberapa keuntungan
yaitu murah dan mudah didapatkan. tetapi kelemahannya karena ini hanya berupa format
audio ini tentu orang yang memiliki gangguan pendengaran agak sulit mendapatkan pesan
yang dikirimkan melalui radio pendidikan atau mungkin peserta didik atau pembelajar
pembelajar yang dominan dengan gaya belajar visual sulit menangkap pesan-pesan yang
disampaikan melalui audio dari radio pendidikan.
Siaran radio untuk pendidikan pertama dikembangkan oleh Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)-Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas)
13
dengan nama Diklat SRP. Diklat SRP ini merupakan Kegiatan perintisan pengembangan
dan pemanfaatan program siaran radio untuk pendidikan dan pelatihan guru-guru Sekolah
Dasar melalui Siaran Radio. Perintisan penyelenggaraan Diklat SRP ini dilakukan di
Yogyakarta dan Semarang berdasarkan rekomendasi berbagai hasil studi yang
dilaksanakan (Miarso dan Suhedi, 1984).
Menurut A. Darmanto (2005) dalam Himpunan Materi Pelatihan Bidang Radio Siaran,
kelebihan media radio pendidikan adalah:
D.Televisi Pendidikan
Penerapan teknologi pendidikan di Indonesia berkembang menjadi televisi pendidikan
televisi pendidikan ini jika radio memfasilitasi satu format bahan ajar yaitu berupa audio
tapi televisi pendidikan mengakomodasi belajar yang memiliki gaya belajar visual dan
auditori . ketika mereka sesulit and belajar menggunakan
radio televisi pendidikan dapat memberikan alternatif belajar yang lebih luas .awal
mulanya trend pembelajaran itu dikenal dengan e-learning yaitu penggunaan alat- alat
elektronik dalam pembelajaran alat elektronik yang dimaksud pesan itu adalah radio dan
televisi pendidikan. Namun sekarang ini bukan berarti karena ada jaringan internet televisi
dan radio pendidikan ini tidak relevan lagi Justru pada saat kapan demi ini dibuktikan
kembali bahwa kedua alat ini sangat relevan digunakan karena letak geografis Indonesia
yang sangat beragam ada yang berada di daerah jaringan internet memadai dan dan juga
tidak sedikit atau belajar yang berada di daerah Blank Spot maka pada saat itu mereka
menggunakan radio dan televisi pendidikan, artinya radio dan televisi pendidikan ini masih
relevan kita gunakan sampai saat sekarang, hanya saja konten-konten yang tersedia perlu
kita kembangkan agar pas pebelajar yang kesulitan untuk akses internet dapat
mengoptimalkan radio dan televisi ini untuk mereka belajar.
Media televisi termasuk media pandang-dengar (audio-visual). Media ini mampu
menyajikan beragam informasi dan ilmu pengetahuan dalam bentuk tayangan kombinasi
antara gambar dan suara. Selain itu, media televisi mampu merangsang indra dengan
menampilkan suara, gambar, lambang, tulisan dan gerakan secara bersamaan. Media
televisi adalah media elektronik yang memanfaatkan kekuatan gambar dan suara dalam
mempengaruhi penontonnya (Situmorang, 2006). Gambar adalah kekuatan utama dan
suara sebagai pelengkap atau penguat gambar yang ada. Dengan kedua kekuatan tersebut
media televisi mampu mempengaruhi emosi setiap penontonnya. Oleh karena itu, media
televisi disebut sebagai kotak ajaib (magic box) yang dapat memaku pemirsa untuk
menerima berbagai pesan dan informasi yang ditayangkan dalam bentuk audio visual.
Informasi yang disampaikan lewat media televisi akan mudah dimengerti dengan jelas
karena terdengar secara audio dan terlihat secara visual.
15
Media televisi sama dengan media surat kabar, majalah dan radio, yang dapat digolongkan
sebagai media massa. Maksudnya media ini mampu menjangkau pemirsa dalam jumlah
besar yang berada dalam wilayah geografis yang luas. Sedangkan bedanya dengan surat
kabar dan media massa lain, media televisi mampu menyajikan visual gerak (motion
pictures). Media televisi sebagai visual gerak yang dapat diatur percepatan gerakannya
(gerak dipercapat atau diperlambat). Hal ini memungkinkan media televisi efektif bila
digunakan untuk membelajarkan pegetahuan yang berhubungan dengan unsur gerak
(motion). Dengan demikian, media televisi sebagai media komunikasi massa mempunyai
potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar dan pembelajaran.
Televisi sebagai media pembelajaran sering disebut pula dengan televisi instruksional atau
instructional television (ITV). Ada bermacam-macam pengertian televisi pembelajaran
sesuai dengan kepentingannya, namun pada dasarnya berhubungan dengan pendidikan dan
pembelajaran. Menurut Sikes dalam Anglin (1995) “Instructional television (ITV) has
traditionally been defined as television designed and produced specifically for elementary
and secondary grade students with the exectation that it would help those students to
achieve ‘identified, specific learning goals under the administration and supervision of
profesional educators in formally structured learning enviroment’.
Televisi pembelajaran secara tradisional mempunyai desain dan diproduksi secara khusus
untuk peserta didik Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga
membantu mereka dalam memahami setiap mata pelajaran dengan baik dan
menyenangkan. Sebab ITV berorientasi pada kurikulum sekolah yang berlaku. Oleh karena
itu, televisi pembelajaran sering disebut juga dengan siaran televisi pendidikan sekolah
misalnya siaran pelajaran bahasa Inggris, Sejarah, Matematika, dan mata pelajaran yang
lain.
Televisi pembelajaran adalah program televisi yang di desain, dikembangkan dan
dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran (Siahaan, dkk., 2006). Artinya media
televisi dapat dirancang dan digunakan untuk mengkomunikasikan pesan dan informasi
pembelajaran yang berada dalam kawasan kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan dan
penghayatan), dan psikomotor (keterampilan). Televisi pendidikan adalah semua program
televisi yang sengaja dibuat untuk tujuan pendidikan (Miarso, 2004). Misalnya acara kuis,
pembinaan rohani, pendidikan keluarga, olahraga, bina vokalia, masakmemasak,
pendidikan kesehatan, wirausaha, dan pendidikan politik. Sedangkan televisi instruksional
(pembelajaran) lebih khusus karena hanya meliputi program televisi yang sengaja dibuat
untuk sekolah atau program pembelajaran lain (kuliah, kursus, dan lain lain) yang
16
berdasarkan pada kurikulum yang ada pada lembaga pendidikan (Miarso, 2004). Misalnya
siaran TV Edukasi melalui TVRI pada hari Senin s.d Kamis pukul 07.30–09.00 WIB dan
disiarkan ulang pada pukul 16.00–17.30 WIB. Sedangkan mata pelajaran yang disiarkan
adalah Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk SMP. Suatu program
televisi dapat dikatakan sebagai televisi pendidikan jika memiliki karakteristik antara lain:
1.menyajikan pesan-pesan yang jelas kepada pemirsanya tentang hal-hal yang pantas untuk
diteladani
2.menyajikan program-program yang tidak bertentangan dengan norma- norma kesusilaan,
adat istiadat, sopan santun, dan hukum yang berlaku
3.menyajikan program yang dapat membentuk dan mengembangkan sikap mental, tekad
dan semangat, serta ketaatan dan kedisiplinan bagi para pemirsanya
4.mampu mensosialisasikan nilai-nilai agar pemirsanya dapat bersikap kreatif, berpikir
kritis, mandiri, dan bertanggungjawab atas perilakunya
(Siahaan, dkk., 2006). Isi siaran TV pendidikan harus diusahakan sesuai dengan nilai-nilai
edukatif yang diterima oleh masyarakat Indonesia. Misalnya TV Edukasi mempunyai
semboyan “TV yang santun dan mencerdaskan serta memberi tauladan”. Oleh karena itu,
TV Edukasi diharapkan menjadi alternatif sumber belajar di tengah gencarnya tayangan
berbagai stasiun televisi. Fungsi televisi dalam program pendidikan dapat dibedakan secara
konseptual ke dalam fungsi pengayaan, pengganti, pengajaran langsung, dan penggerak/
motivator (Miarso, 2004). Sedangkan siaran televisi pendidikan yang ditayangkan oleh TV
Edukasi dan TVRI berfungsi sebagai pelengkap atau pengayaan. Artinya siaran televisi
menyajikan materi pelajaran tambahan yang tidak diberikan oleh guru. Sedangkan
bahan/materi tambahan itu sendiri dapat memantapkan apa yang telah diperoleh atau
sekadar meningkatkan atau memperluas atau memperdalam materi pelajaran di sekolah.
Tujuan siaran televisi pembelajaran adalah untuk menyampaikan pesan (materi)
pembelajaran kepada sejumlah besar peserta didik. Oleh karena itu, televisi pembelajaran
merupakan televisi yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan pendidikan dan sebagai
media belajar atau sumber belajar, sehingga pendekatannya dapat dilakukan melalui
mengajar biasa dilakukan di sekolah dan dapat juga melalui pendekatan lain (Alatas, 1994).
17
1.Siaran Televisi Pendidikan
Seiring dengan tuntutan penerapan Kurikulum tahun 2013 yang mengubah paradigma
pembelajaran, yaitu perubahan dari teacher-centered ke student-centered dan diterimanya
model pembelajaran baru yang inovatif. Artinya orientasi pembelajaran yang berpusat pada
guru (teacher-centered learning) berubah menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik
(student-centered learning). Guru hanya berperan memberikan bimbingan dan arahan
(fasilitator) pembelajaran. Peranan guru bukan sebagai satusatunya sumber belajar tetapi
berubah sebagai fasilitator pembelajaran yang akan memfasilitasi peserta didik untuk
belajar, dan peserta didik sendirilah yang harus aktif dan kreatif belajar dari berbagai
sumber belajar.
Oleh karena itu, di dalam proses pembelajaran memerlukan berbagai sumber belajar. Salah
satu sumber belajar yang potensial dan ada di lingkungan peserta didik untuk memberikan
dukungan terhadap model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah siaran
televisi pendidikan. 357 Media televisi merupakan salah satu media pembelajaran yang
sudah akrab dikalangan peserta didik karena media ini hadir bagaikan sahabat dikala
peserta didik susah, sebagai guru dikala peserta didik membutuhkan pengetahuan, dan
sebagai pembimbing dikala peserta didik perlu informasi.
Penggunaan siaran televisi sebagai media pembelajaran kini semakin meluas. Kemajuan
teknologi telah mengakibatkan harga TV semakin murah, sehingga penggunaan semakin
meluas. Sekarang ini televisi sudah menjadi salah satu tuntutan atau kebutuhan hidup
masyarakat. Dengan demikian, tergantung kreativitas peserta didik dalam mencari dan
memanfaatkan siaran TV pendidikan sebagai sumber belajar selain guru.
Televisi sebagai media pembelajaran secara umum memilikikelebihan/keunggulan,
yaitu:
a)merupakan media yang popular, hampir seluruh lapisan masyarakat menggunakannya,
b)bersifat audio visual dan gerak sehingga pesan akan lebih mudah difahami,
c)menarik karena dapat menampilkan realita dan visual live serta memanipulasi/memberi
penekanan tertentu,
d)aktual, yaitu dapat menyajikan informasi terbaru secara seketika,
e)dapat menghadirkan obyek yang jauh, terlalu besar atau terlalu kecil, dan berbahaya,
f)menembus batas ruang dan waktu,
g)dapat menjangkau sasaran yang luas dan serempak,
h)pilihan format sajiannya beragam dan bervariasi, sehingga mendorong kreativitas
pengembang program, dan
18
i)hampir semua mata pelajaran dapat disampaikan melalui media televisi.
Di sisi lain siaran TV juga memiliki kelemahan, antara lain:
a)biaya produksinya relatif mahal,
b)memerlukan tenaga ahli dan peralatan khusus untuk mengembangkannya,
c)sifat komunikasinya satu arah,
d)sulit mengatur jadwal yang tepat dengan kebutuhan peserta didik, terutama untuk
program yang dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas, dan
e)kontrol sepenuhnya ada pada penyelenggara siaran, sehingga pengguna bersifat pasif.
Pemanfaatan Siaran Televisi dalam Kegiatan Pembelajaran
Pemanfaatan (utilization) adalah aktivitas untuk menggunakan proses dan sumber untuk
belajar. Pemanfaatan merupakan kawasan teknologi pembelajaran yang tertua di antara
kawasan-kawasan yang lain, karena penggunaan bahan audiovisual secara teratur
mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan produksi media pembelajaran (Seels
& Richey, 2000). Sedangkan pemanfaatan siaran televisi adalah penggunaan secara
sistematis siaran televisi untuk kegiatan pembelajaran. Siaran televisi telah banyak
digunakan untuk kepentingan pendidikan/pembelajaran di berbagai negara. Secara
konseptual strategi pemanfaatan siaran televisi pendidikan dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu strategi terbuka, terarah, terpimpin dan terikat (Miarso (2004).
Dalam strategi terbuka menuntut program itu menarik dan berkualitas, dimungkinkan
untuk siapa saja dapat mengikuti program siaran, dan tampa ada kewajiban atau
pengawasan yang berkaitan dengan program siaran tersebut. Strategi terarah menuntut
adanya dua implikasi, yaitu: (a) para penyelenggara siaran harus mengembangkan program
berseri dan berkesinambungan dengan alur (benang merah) yang jelas; dan (b) perlu
diusahakan terbentuknya forum pemirsa/pendengar, baik secara terorganisir maupun secara
bebas dalam pemanfaatan siaran. Program siaran dengan strategi terpimpin merupakan
peningkatan strategi terarah bila dilihat dari aspek perencanaan dan proses
pemanfaatannya. Adapun strategi terikat menentut adanya aturan dan persyaratan tertentu
yang harus diikuti bersama oleh penyelenggara siaran dan pengguna siaran dilapangan.
Oleh karena itu, dalam strategi ini program siaran yang ditayangkan merupakan bagian
integral dari sistem instruksional yang ada. Misalnya siaran televisi pendidikan yang
ditayangkan TV Edukasi melalui TVRI menggunakan strategi terbuka sehingga menuntut
prakarsa dan kreativitas dari masyarakat untuk memanfatkanya sebagai sumber belajar.
Bentuk pemanfaatan siaran televisi untuk pendidikan dapat dilakukan secara
terbatas/tertutup (close circuit television) dan secara terbuka
19
E.Pendekatan Keterampilan Proses
Selanjutnya bentuk penerapan teknologi pendidikan di Indonesia berupa cara belajar siswa
aktif dan pendekatan ketrampilan proses ngomong ini tidak bersentuhan langsung dengan
teknologi jadi teknologi pendidikan bukan hanya soal bagaimana kita memilih metode
terbuka tafsir untuk pembelajaran tapi bagaimana kita menyediakan atau memilih metode
model dan strategi agar peserta didik ini bisa belajar dengan masing-masing kebutuhannya
.cara belajar siswa aktif dan pendekatan ketrampilan proses Trans Karang lebih sering
dikenal juga dengan pembelajaran konstruktivis excess learning kemudian pembelajaran
saintifik itu semua mengarah kepada bagaimana mengaktifkan pebelajar ini dalam proses
belajar yang sedang mereka ikuti.
Pendekatan keterampilan proses adalah salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan
siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendekatan ini menekankan
pada proses pemerolehan pengetahuan, bukan hanya pada produk atau hasil akhirnya.
Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan dapat mengamati, mengklasifikasikan, membuat
inferensi, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, dan
menyimpulkan secara ilmiah. Pendekatan ini juga dapat melatih siswa untuk berpikir kritis,
kreatif, dan mandiri dalam memecahkan masalah.
Pendekatan keterampilan proses berbeda dengan pendekatan tradisional yang lebih banyak
memberikan informasi dan fakta kepada siswa tanpa melibatkan mereka secara aktif dalam
proses pembelajaran. Pendekatan tradisional cenderung membuat siswa menjadi pasif,
bergantung pada guru, dan kurang mampu mengaplikasikan pengetahuan yang
diperolehnya. Pendekatan keterampilan proses lebih sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dan kompleks.
Untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran, guru perlu
mempersiapkan materi, media, alat, dan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Guru juga perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi,
menemukan, dan mengkonstruksi konsep-konsep sendiri dengan bimbingan dan fasilitasi
dari guru. Guru tidak perlu memberikan jawaban atau solusi langsung kepada siswa, tetapi
lebih banyak mengajukan pertanyaan yang dapat merangsang pemikiran siswa. Guru juga
perlu memberikan umpan balik dan evaluasi yang konstruktif kepada siswa untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
20
F.Pembelajaran Berbasis Komputer
Selanjutnya bentuk penerapan teknologi pendidikan di Indonesia seperti pembelajaran
berbasis komputer. Pembelajaran berbasis komputer dalam konteks ini bukan pembelajaran
yang ke jaringan karena itu notice ke khusus kita bahas, pembelajaran basis komputer
sifatnya adalah stellen artinya tidak terhubung antara satu komputer dengan komputer
yang. lainnya contoh pembelajaran berbasis komputer itu seperti penggunaan media
interaktif yang disimpan pada media penyimpanan. Apakah itu CD,, flashdisk harddisk
ataupun bentuk penyimpanan lainnya. pembelajaran berbasis komputer ini ada beberapa
model-model tutorial model ,games simulasi dan Grand praktis model-model ini dapat kita
pilih sesuai kebutuhan pembelajar. mereka membutuhkan Apakah itu tutorial berupa materi
Apakah berupa permainan ,simulasi ataupun alat dan latihan untuk memperkuat
pemahaman mereka. pembahasan lebih rinci mengenai pembelajaran berbasis komputer ini
dapat diikuti pada playlist pembelajaran berbasis computer.
Pembelajaran berbasis komputer adalah penggunaan suatu komputer untuk membantu
menyajikan materi pembelajaran kepada siswa, memantau kemajuan belajarnya atau
memilih bahan pembelajaran tambahan yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa secara
individual (Miarso, 2004). Sedangkan dalam Isjoni dkk (2007) menjelaskan bahwa media
pembelajaran berbasis komputer adalah penggunaan komputer sebagai media penyampaian
informasi pembelajaran, latihan soal, umpan balik, dan skor jawaban peserta didik Menurut
Criswell (1989: 1) menyatakan bahwa computer based instruction (CBI) merupakan
penggunaan komputer untuk menyajikan materi pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dan merespon aktivitas
peserta didik
Pendapat lain dikemukakan oleh Kemp & Dayton (1985: 40) sebagai berikut. Computer
Based Instruction refers to any application of komputer technology to the instructional
process. It includes using a komputer to present information, to tutor a learner, to provide
practice for developing a skill, to simulate a process which is being studied, and manipulate
to solve problem. Istilah computer based instruction (CBI) umumnya menunjuk pada
semua software pendidikan yang diakses melalui komputer dimana peserta didik dapat
berinteraksi dengannya. Sistem komputer menyajikan serangkaian program pengajaran
kepada peserta didik baik berupa informasi maupun latihan sal untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu dan peserta didik melakukan aktivitas belajar dengan cara berinteraksi
dengan sistem komputer.
21
Dalam Winataputra (1997) tujuan umum pembelajaran berbasis komputer adalah
bagaimana program komputer digunakan sebagai alat bantu untuk menyampaikan materi
dalam pembelajaran. Dengan berbagai fitur dan aksesoris pendukungnya, (seperti: teks,
suara, gambar, video dan animasi). Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran
dikenal dengan nama pembelajaran dengan bantuan komputer (Komputer-assisted
Instruction – CAI,atau Komputer-assisted Learning CAL). Ada tiga bentuk penggunaan
komputer dalam kelas, yaitu:
1.Untuk mengajar siswa menjadi mampu membaca komputer atau computer literate.
2.Untuk mengajarkan dasar-dasar pemrograman dan pemecahan masalah komputer.
3.Untuk melayani siswa sebagai alat bantu pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis
komputer adalah penggunaan komputer sebagai media penyampaian informasi
pembelajaran, latihan soal, umpan balik, dan skor jawaban peserta didik. Komputer
berfungsi sebagai sumber belajar yang dapat digunakan secara mandiri oleh peserta didik.
Sejarah Perkembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer
Pada awalnya media komputer ditemukan pada tahun 1950-an dan berkembang dengan
lambat hingga tahun 1960-an. Hal ini dikarenakan komputer yang dihasilkan pada masa itu
berukuran besar sehingga tidak efisien ruang dan jumlah orang. Dan ketika ditemukan
prosesor berukuran kecil pada tahun 1975, terjadi perkembangan yang pesat pada
penggunaan komputer. Bahkan perkembangan teknologi tersebut terus berlangsung hingga
kini dan menghasilkan berbagai macam teknologi komputer yang semakin canggih dan
dipakai dihampir semua kegiatan terutama sebagai media dalam pembelajaran.
Menurut Ariesto (2012) pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan khususnya dalam
pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran.
Sejarah teknologi pembelajaran ini merupakan kreasi berbagai ahli dalam bidang terkait,
yang pada dasarnya ingin berupaya dalam mewujudkan ide-ide praktis dalam menerapkan
prinsip dikdati, yaitu pembelajaran yang menekankan perbedaan individual baik dalam
kemampuan maupun dalam kecepatan. Perwujudan ide-ide praktis itu juga sejalan dengan
perkembangan teoriteori belajar yang dikembangankan para ahli psikologi, yakni dengan
berkembangnya teori belajar dari aliran tingkah laku (teori belajar dari aliran behaviorisme)
dan teoriteori kognitif, terutama yang menggunakan model pemrosesan informasi
(information processing model).
Teori-teori psikologi persekolahan yang terkait dengan belajar tuntas dengan tokoh-
tokohnya seperti John B. Carrol, Jerome S. Bruner dan Benjamin S. Bloom juga sangat
22
berpengaruh terhadap perkembangan teknologi pembelajaran. Selain itu kerangka acuan
yang terkait dengan perancangan atau desain pembelajaran juga turut menyemarakan
perkembangan teknologi pembelajaran yang selanjutnya digunakan juga sebagai acuan
dalam penyusunan bingkai kerja dalam mengembangkan pembelajaran berbasis komputer.
Sejarah pembelajaran berbasis komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk
menciptakan perangkat teknologi terapan yang memungkinkan seseorang melakukan
proses belajar secara individual dengan menerapkan prinsip-prinsip didaktik-metodik
tersebut. Dalam sejarah teknologi pembelajaran kita menemukan bahwa karya Sydney L.
Pressey pada tahun 1960 (Rahman, 2008) untuk menciptakan mesin pengajar atau teaching
machine bisa dicatat sebagai pelopor dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
Mesin pengajar pada mulanya diciptakan oleh Pressey untuk melakukan tes terhadap
kemampuan yang dicapai dari hasil belajar. Cara kerja mesin tersebut adalah:
1.Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan 4 kemungkinan jawaban,
dengan satu diantaranya adalah kemungkinan jawaban yang benar.
2.Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban yang benar
dari satu soal.
3.Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan adalah
alternatif jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul soal berikutnya. Tetapi
bila salah, maka akan memberikan respon dengan cara tidak memunculkan soal berikutnya.
Pressey (Rahman, 2008) memandang bahwa mesin tes ini bisa digunakan pula dalam
mengajar dan dengan sedikit mengubah tujuan, dari tujuan menguji menjadi tujuan
mengajar akhirnya alat itu digunakan juga sebagai mesin mengajar. Pada tahun 1994,
seorang ahli psikologi dari aliran behaviorisme bernama B.F Skinner (Amaly Ridha, 2014)
menciptakan pembelajaran terprogram memungkinkan interaksi siswa dengan guru yang
dilakukan secara langsung, tetapi melalui program yang berbentuk tulisan, rekaman radio,
film, mesin pengajar, dan sebagainya.
23
dikemukakan oleh salah seorang ahli. Menurut Azhar Arsyid (2006: 3) Media pembelajaran
berbasis komputer terdiri dari:
1.Presentasi PowerPoint
Saat ini teknologi pada bidang rekayasa komputer menggantikan peranan alat presentasi
pada masa sebelumnya. Penggunaan perangkat lunak perancang presentasi seperti
Microsoft power point yang dikembangkan oleh Microsoft inc” yang mengembangkan
banyak sekali jenis perangkat lunak untuk mendukung kepentingan tersebut. Kelebihan
media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image,
grafik dan sound di dalam persentasi power point sehingga dapat dibuat semenarik
mungkin.
3.Video Pembelajaran
Salah satu bentuk dari media pembelajaran adalah video pembelajaran, yang dapat
berupa:
a.Rekaman hasil aktivitas pembelajaran.
b.Visualisasi yang dimaksudkan untuk membimbing siswa dalam memahami materi.
c. Prinsip yang hampir sama dengan nonton film.
d. Video yang dapat dibuat sendiri atau download dari situs share video
e. Video yang disesuaikan dengan materi melalui proses editing
24
4.Internet
Media berbasis internet dapat berupa : email, chatting, video / teleconference, blog, e-
learning, web, dll. Tujuan penggunaan internet sebagai media pembelajaran berbasis
komputer antara lain:
a.Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar
secara mandiri.
b.Siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database,
dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman,
laporan, dan data statistik.
c.Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya
konsumen informasi saja.
25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa televisi pendidikan memiliki peran penting dalam mendukung
proses pembelajaran di Indonesia. Televisi pendidikan dapat menjadi alternatif menjadi
sumber belajar di tengah gencarnya tayangan berbagai stasiun televisi. Suatu program
televisi dapat dikatakan sebagai televisi pendidikan jika memiliki ciri-ciri antara lain:
menyajikan pesan-pesan yang jelas kepada pemirsa tentang hal-hal yang pantas untuk
diteladani, menyajikan program-program yang tidak bertentangan dengan norma-norma
kesusilaan, adat istiadat, sopan santun, dan hukum yang berlaku, menyajikan program yang
dapat membentuk dan mengembangkan sikap mental, tekad dan semangat, serta ketaatan
dan kedisiplinan bagi para pemirsa, dan mampu mensosialisasikan nilai-nilai agar pemirsa
dapat berpikiran kreatif, berpikir kritis, mandiri, dan mempertimbangkan perilakunya. Oleh
karena itu, televisi pendidikan perlu diusahakan sesuai dengan nilai-nilai edukatif yang
diterima oleh masyarakat Indonesia. Fungsi televisi dalam program pendidikan dapat
dibedakan secara konseptual ke dalam fungsi pengayaan, pengganti, pengajaran langsung,
dan penggerak/motivator.
Saran
1. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengintegrasikan teknologi pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini mencakup penggunaan media pembelajaran
berbasis komputer, CD/DVD/multimedia pembelajaran interaktif, video pembelajaran, dan
pembelajaran online.
Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pendidikan. Hal ini mencakup penggunaan teknologi Informasi dan
Komunikasi (TekIK) untuk mendukung proses pembelajaran, seperti yang dijelaskan
dalam buku "Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan" oleh Ariesto Hadi
Sutopo
2. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang teknologi pendidikan dan teknologi
pembelajaran terjemahan. Hal ini mencakup penggunaan teknologi pembelajaran yang
efektif dan efisien, seperti yang dijelaskan dalam buku "Teknologi Pembelajaran
terjemahan" oleh Barbara Seels dan Rita C. Richey
26
Meningkatkan keterampilan institusi pendidikan dalam mengembangkan dan menerapkan
teknologi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Hal ini mencakup
pengembangan kursus, modul, dan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi lokal, seperti yang dijelaskan dalam panduan operasional penulisan modul dan
pengantar pengajaran modul
3. Meningkatkan kolaborasi antara pemangku kepentingan, seperti pemerintah, pendidikan,
dan pengembang teknologi, untuk menciptakan lingkungan belajar yang kaya dan kreatif.
Hal ini mencakup penggunaan media pembelajaran yang berbasis komputer,
CD/DVD/multimedia pembelajaran interaktif, dan video pembelajaran
Dengan diterapkannya saran-saran ini, diharapkan penerapan teknologi dalam pendidikan
di Indonesia akan semakin berkembang dan membantu dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di negara ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
29
30
MAKALAH
PENERAPAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DI INDONESIA
Disusun Oleh :
M.Abid Ihsan Ozzy
23004140
Penulis
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Saat ini, perubahan tren teknologi yang cepat telah mempengaruhi pendidikan di
Indonesia, seperti pergeseran proses belajar mengajar dari model konvensional menjadi
pendidikan terbuka. Fenomena ini menyadarkan pemerintah Indonesia bahwa integrasi
teknologi dalam program pendidikan dapat berperan besar untuk menerbitkan warga yang
kuat menghadapi persaingan global.Rencana dan pengembangan teknologi pendidikan
terdapat dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 36 yang menyatakan salah satu
ketentuan dalam desain kurikulum wajib melihat pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Masih banyak lagi konstitusi nasional Indonesia yang mengatur
tentang penerapan teknologi untuk kepentingan pendidikan.
Misalnya, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
No 28 2017 bab 6B yang menjelaskan tentang ketentuan dalam pengembangan teknologi
untuk keperluan pembelajaran. Sebagai negara kepulauan terbesar di ASEAN, masalah
utama bagi pendidikan Indonesia adalah ketimpangan akses pendidikan, terutama di
daerah terpencil dan perbatasan. Mempertimbangkan masalah ini, Pemerintah Indonesia
telah memperkenalkan program pendidikan yang terkenal melalui siaran televisi yang
dikenal sebagai TV Edukasi (TV-E) yang ditayangkan pada bulan Oktober 2004.
Program ini bertujuan untuk mendukung pemerataan akses pendidikan, peningkatan
kualitas pendidikan, dan dukungan wajib belajar 9 tahun.178 Pada tahun yang sama,
program nasional IGOS (Indonesia Go Open Source) dirilis ke publik yang diprakarsai 5
kementerian Indonesia, yaitu: Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian
Komunikasi dan Informatika, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian
dari Nasional Pendidikan, dan Aparatur Kementerian Negara.Program ini bertujuan untuk
menghemat anggaran dan merangsang lembaga pendidikan untuk menggunakan akses
terbuka dalam mempromosikan sumber terbuka untuk mengakses materi pembelajaran.
Belakangan ini, pendidikan di Indonesia menekankan tren global abad ke-21 yang
mengintegrasikan semua kegiatan pendidikan dengan menggunakan internet. Hal ini
ditunjukkan dengan Ujian Nasional yang dilakukan melalui computer-based test (CBT)
pada tahun 2014.
1
Namun, pemerataan distribusi fasilitas adalah menjadi kendala bagi pemerintah untuk
melakukan pembelajaran melalui internet. Berdasarkan data survei tentang kondisi
sekolah di Indonesia, ada sekitar 118.000 sekolah (dari 208.000 sekolah) memiliki akses
ke internet pada tahun 2015,artinya ada sekitar 90.000 sekolah yang belum memiliki akses
internet.Anehnya, masih ada 17.000 sekolah yang mengalami kekurangan listrik terutama
di daerah terpencil dan perbatasan daerah. Untukmenanggapi masalah ini, Kementerian
Pendidikan Republik Indonesia dan Kementerian Komunikasi & Informasi telah
berkolaborasi untuk mengembangkan layanan TIK yang dikenal sebagai Universal
ServiceObligation (USO).
Program ini didanai untuk beberapa proyek seperti proyek Palapa Ring, 3GBTS di daerah
terpencil dan perbatasan, akses broadband untuk pendidikan, pertanian, dan layanan
kesehatan. Perkembangan jaringan broadband nasional yang masif menunjukkan
kecenderungan internet pengguna di Indonesia. Berdasarkan data survei yang dilakukan
oleh Asosiasi Internet Indonesia (APJII) di Indonesia 2018 menunjukkan sekitar 171 juta
penduduk (dari 264 juta) terhubung ke internet. Nomor pengguna ini meningkat sekitar
10 persen sejak tahun 2017 dimana pengguna internet hanya 54,86%.181
Selain itu, upaya pemerintah untuk mengembangkan akses internet di Indonesia
berdampak positif bagi perkembangan pendidikan rintisan. Sebagian besar platform start-
up pendidikan di Indonesia mempromosikan Sistem Manajemen Pembelajaran (LMS),
misalnya Ruangguru dan Quipper School. Kedua platform mengubah pengajaran dan
proses pembelajaran lebih efektif dan efisien, dengan menyediakan video tutorial
pembelajaran, pembelajaran privat, uji coba ujian online.Perkembangan TIK di Indonesia
khususnya di bidang Pendidikan menjadi salah satu upaya untuk mencapai visi Indonesia
2025, yang bertujuan untuk membangun konektivitas yang kuat di seluruh negeri untuk
menciptakan pemerataan pembangunan ekonomi dan infrastruktur.
2.Rumusan Masalah
1 Bagaimana sistem pembelajaran jarak jauh?
2 Bagaimana belajar menggunakan modul?
3 Bagaimana radio pendidikan?
4 Bagaimana televisi pendidikan?
5 Bagaimana pendekatan keterampilan proses ?
6 Bagaimana cara belajar siswa aktif ?
7 Bagaimana pembelajaran berbasis komputer ?
2
8 Bagaimana pembelajaran online learning ?
3.Tujuan
1. Mengetahui sistem pembelajaran jarak jauh
2. Mengetahui belajar menggunakan modul
3. Mengetahui radio pendidikan
4. Mengetahui televisi pendidikan
5. Mengetahui pendekatan keterampilan proses
6. Mengetahui pembelajaran berbasis komputer
7. Mengetahui pembelajaran online learning
4.Manfaat
1.Bagi penulis
Makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki khususnya mengenaipenerapan tp di indonesia.
2.Bagi pembaca
Makalah ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan mengenai
penerapan tp di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
kelas secara fisik. PJJ dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media, baik media
cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video, komputer/internet, siaran radio, dan
televisi).
B.Belajar Menggunakan Modul
Modul-modul pembelajaran ini adalah bahan pembelajaran yang khusus undangan
komponen-komponen penyusun modul yang dibagi menjadi bagian- bagian terkecil untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Seperti halnya pada sistem pembelajaran jarak jauh di awal
penerapannya di Indonesia mengirimkan modul- modul cetak ini melalui pos kepada
pembelajar. Tapi saat sekarang modul-modul itu sudah bisa dikirimkan melalui SMS
menggunakan jaringan sampai dengan waktu yang tidak terlalu berbeda artinya pembelajar
dapat segera mendapatkan bahan ajar selagi mereka memiliki jaringan internet. Modul-
modul pembelajaran ini dirancang untuk pembelajar belajar mandiri jadi dengan komponen
penyusun pada sebuah modul itu sangat mungkin sekali seseorang itu belajar individu
misalnya di dalam Modul itu dicantumkan tujuan pembelajaran ada materi ada evaluasi ada
referensi dan ada kunci dari evaluation dilaksanakan artinya dengan evaluasi yang
disajikan itu dengan dibantu dengan kunci-kunci yang ada setiap individu bisa mengukur
keberhasilannya terhadap pencapaian tujuan pembelajaran tertentu jika sebelumnya modul
ini dikirimkan melalui cetak sekarang modul itu sudah bisa kita temui pada LMS atau
learning management System yang biasanya kita ikuti dalam proses pembelajaran itu juga
bisa kita kelompokkan menjadi modul-modul pembelajaran Karena untuk setiap pertemuan
untuk setiap topik atau setiap pokok bahasan kita dipandu secara bertahap sehingga di
bagian akhir dari topik itu kita diberikan atas evaluasi evaluasi formatif berupa tes Quiz
ataupun essay untuk mengukur Seperti apa ketercapaian kita terhadap materi yang kita
pelajari.
a.) Arti dan Karakteristik Modul
Modul merupakan suatu paket belajar yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran.
Dengan modul siswa dapat mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan belajar
secara individual. Peserta belajar tidak dapat melanjutkan ke suatu unit pelajaran
berikutnya sebelum menyelesaikan secara tuntas materi belajarnya. Dengan modul siswa
dapat mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya. Modul dapat dipelajari di mana
saja. Lama penggunaan sebuah modul tidak tertentu, meskipun di dalam kemasan modul
juga disebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari materi tertentu. Akan tetapi
keleluasaan siswa mengelola waktu tersebut sangat fleksibel, dapat beberapa menit dan
5
dapat pula beberapa jam, dan dapat dilakukan secara tersendiri atau diberi variasi dengan
metode lain.
Pembelajaran dengan modul memiliki ciri-ciri (Vembriarto, 1985: 27) sebagai berikut:
Petunjuk memuat antara lain penjelasan tentang berbagai macam kegiatan yang harus
dilakukan, alat-alat yang perlu disediakan, dan prosedur yang dilakukan. Perlu dipahami
bahwa letak atau posisi tinjauan mata pelajaran di dalam modul sangat tergantung kepada
pembagian pokok bahasan dalam mata pelajaran. Mungkin saja satu mata pelajaran terdiri
atas beberapa pokok bahasan, sehingga tinjauan mata pelajaran terletak pada modul
8
pertama saja. Contohnya, pada modul 1 terdapat tinjauan mata pelajaran, sementara modul
2, dan 3 dst tidak terdapat tinjauan mata pelajaran karena sudah terletak pada modul 1.
Tetapi tidak menutup kemungkinan pada setiap modul disertakan tinjauan mata pelajaran
untuk menuntun siswa dalam memahami kegunaan mata pelajaran.
2.Pendahuluan
Pendahuluan suatu modul merupakan pembukaan pembelajaran suatu modul. Oleh karena
itu, dalam pendahuluan seyogyanya memuat hal-hal sebagai berikut:
1.Cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat
2.Indikator yang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan modul
3.Deskripsi perilaku awal (entry behaviour) yang memuat pengetahuan dan keterampilan
yang sebelumnya sudah diperoleh atau seyogyanya sudah dimiliki sebagai pijakan
(anchoring) dari pembahasan modal itu.
4.Relevansi, yang terdiri atas: Keterkaitan pembahasan materi dan kegiatan dalam modul
itu dengan mateni dan kegiatan dalam modul lain dalarn satu mata pelajaran atau dalam
mata
5.pelajaran (cross reference) Pentingnya mempelajari materi modul itu dalam
pengembangan dan pelaksanaan tugas guru secara profesional e. Urutan butir sajian modul
(kegiatan belajar) secara logis
6.Petunjuk belajar berisi panduan teknis mempelajari modul itu agar berhasil dikuasai
dengan baik. Pendahuluan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
3.Kegiatan Belajar
Bagian ini merupakan “daging” atau inti dalam pemaparan materi pelajaran. Bagian ini
terbagi menjadi beberapa sub bagian yang disebut Kegiatan Belajar. Bagian ini memuat
materi pelajaran yang harus dikuasai siswa. Materi tersebut disusun sedemikian rupa,
sehingga dengan mempelajari materi tersebu, tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
Agar materi pelajaran mudah diterima siswa, maka perlu disusun secara sisternatis.
Di dalam kegiatan belajar terdapat uraian atau penjelasan secara rinci tentang isi pelajaran
yang diikuti dengan contoh-contoh konkrit dan non contoh. Sedapat mungkin uraian ini
9
diikuti gambar, bagan atau grafik. Urutan penyajian seperti ini yang dimulai dengan
penjelasan kemudian diikuti dengan contoh. Urutan penyajian dapat pula dimulai dengan
contoh dan non contoh, atau kasus-kasus kemudian diikuti dengan penjelasan tentang
konsep yang dimaksud.
Sajian materi modul memperhatikan elemen uraian dan contoh yang dirancang untuk
menumbuhkan proses belajar dalarn diri pembaca. Berikut akan dijelaskan kedua elemen
dasar yang ada dalarn sajian materi modul.
a.Uraian
Uraian dalarn sajian materi modul adalah paparan materi-materi pelajaran berupa:
fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, nilai, prosedur/metode, keterampilan,
hukum, dan masalah. Paparan tersebut disajikan secara naratif atau piktorial yang
berfungsi untuk merangsang dan mengkondisikan tumbuhnya pengalaman belajar
(learning experiences). Pengalaman belajar diupayakan menampilkan variasi proses yang
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman konkret, observasi reflektif,
konseptualisasi abstrak, dan ekperimentasi aktif Jenis pengalaman pelajaran disesuaikan
dengan kekhususan setiap mata pelajaran, misalnya untuk mata pelajaran yang bersifat
keterampilan berbeda dengan yang bersifat pengetahuan. Prinsip dalam penyajian uraian
harus memenuhi syarat-syarat:
1)Materi harus relevan dengan esensi kompetensi
2)Materi berada dalam cakupan topik inti
3)Penyajiannya bersifat logis, sistematis, komunikatif/interaktif, dan tidak kaku
4)Memperhatikan latar/setting kondisi siswa
5)Menggunakan teknik, metode penyajian yang menarik dan menantang
b.Contoh
Contoh adalah benda, ilustrasi, angka, gambar dan lain-lain yang mewakili/mendukung
konsep yang disajikan. Contoh bertujuan untuk memantapkan pemahaman pembaca
tentang fakta/data, konsep, prinsip,generalisasi/dalil, hukum, teori, nilai,prosedur/metode,
keterampilan dan masalah. Prinsip dalam penyajian contoh hendaknya:
a.Relevan dengan isi uraian
b.Konsistensi istilah, konsep, dalil, dan peran
c.Jumlah dan jenisnya memadai d. Logis (masuk akal)
e. Sesuai dengan realitas
10
f. Bermakna
c.Latihan Latihan
adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa setelah membaca
uraian sebelumnya. Gunanya untuk memantapkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
sikap tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, prosedur, dan metode.
Tujuan latihan ini agar siswa benar-benar belajar secara aktif dan akhirnya menguasai
konsep yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar tersebut. Latihan disajikan secara
kreatif sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Latihan dapat ditempatkan di sela-
sela uraian atau di akhir uraian. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan latihan:
a.Relevan dengan materi yang disajikan
b.Sesuai dengan kemampuan siswa
c.Bentuknya bervariasi, misalnya tes, tugas, eksperimen, dsb
d.Bermakna (bermanfaat)
e.Menantang siswa untuk berpikir dan bersikap kritis
f.Penyajiannya sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran
e.Rangkuman
Rangkuman adalah inti dari uraian materi yang disajikan pada kegiatan belajar dari suatu
modul, yang berfungsi menyimpulkan dan memantapkan pengalaman belajar (isi dan
proses) yang dapat mengkondisikan tumbuhnya konsep atau skemata baru dalam pikiran
siswa. Rangkuman hendaknya memenuhi ketentuan:
a)Berisi ide pokok yang telah disajikan
b)Disajikan secara berurutan
c)Disajikan secara ringkas
d)Bersifat menyimpulkan
e)Dapat dipahami dengan mudah (komunikatif)
11
f)Memantapkan pemahaman pembaca
g)Rangkuman diletakkan sebelum tes fonnatif pada setiap kegiatan belajar
h)Menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan tidak menggunakan kata- kata yang
sulit dipahami.
f.Tes Formati
Pada setiap modul selalu disertai lembar evaluasi (evaluasi formatif) yang biasanya
berupa tes. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur apakah tujuan yang dirumuskan telah
tercapai atau belum. Tes formatif merupakan tes untuk mengukur penguasaan siswa
setelah suatu pokok bahasan selesai dipaparkan dalam satu kegiatan belajar berakhir. Tes
formatif ini bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan. Hasil tes formatif digunakan sebagai dasar untuk
melanjutkan ke pokok bahasan selanjutnya.
Tes formatif secara prinsip harus memenuhi syarat-syarat:
a)Mengukur kompetensi dan indikator yang sudah dirumuskan
b)Materi tes benar dan logis, baik dari segi pokok masalah yang dikemukakan maupun
dart pilihan jawaban yang ditawarkan
c)Pokok masalah yang ditanyakan cukup penting
d)Butir tes harus memenuhi syarat-syarat penulisan butir soal
g.Kunci Jawaban
Tes Formatif dan Tindak Lanjut Kunci jawaban tes formatif pada umumnya diletakkan di
bagian paling akhir suatu modul. Jika kegiatan
belajar berjumlah 2 buah, maka kunci jawaban tes formatif terletak setelah tes formatif
kegiatan belajar 2, dengan halaman tersendiri. Tujuannya agar siswa benar-benar berusaha
mengerjakan tes tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Lembar ini berisi jawaban
dari soal-soal yang telah diberikan. Jawaban siswa terhadap tes yang ada diketahui benar
atau salah dapat dilakukan dengan cara mencocokkannya dengan kunci jawaban yang ada
pada lembar ini.
Tujuannya adalah agar siswa mengetahui tingkat penguasaannya terhadap isi kegiatan
belajar tersebut. Di samping itu, pada bagian ini berisi petunjuk tentang cara siswa memberi
nilai sendiri pada hasil jawabannya. Tindak lanjut Di dalam kunci jawaban tes formatif,
terdapat bagian tindak lanjut yang berisi kegiatan yang harus dilakukan siswa atas dasar tes
formatifnya. Siswa diberi petunjuk untuk melakukan kegiatan lanjutan, seperti: Terus
12
mempelajari kegiatan belajar berikutnya bila ia berhasil dengan baik yaitu mencapai
tingkat penguasaan 80 % dalam tes formatif yang lalu, atau mengulang kembali
mempelajari kegiatan belajar tersebut bila hasilnya masih di bawah 80 % dari skor
maksimum.
C.Radio Pendidikan
Selanjutnya penerapan teknologi pendidikan di Indonesia seperti penggunaan radio
pendidikan sebagai alternatif belajar radio pendidikan ini berupa bahan ajar yang memiliki
format audio untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari pendidik kepada peserta didik.
penggunaan radio pendidikan sebagai alternatif belajar, memberikan beberapa keuntungan
yaitu murah dan mudah didapatkan. tetapi kelemahannya karena ini hanya berupa format
audio ini tentu orang yang memiliki gangguan pendengaran agak sulit mendapatkan pesan
yang dikirimkan melalui radio pendidikan atau mungkin peserta didik atau pembelajar
pembelajar yang dominan dengan gaya belajar visual sulit menangkap pesan-pesan yang
disampaikan melalui audio dari radio pendidikan.
Siaran radio untuk pendidikan pertama dikembangkan oleh Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)-Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas)
13
dengan nama Diklat SRP. Diklat SRP ini merupakan Kegiatan perintisan pengembangan
dan pemanfaatan program siaran radio untuk pendidikan dan pelatihan guru-guru Sekolah
Dasar melalui Siaran Radio. Perintisan penyelenggaraan Diklat SRP ini dilakukan di
Yogyakarta dan Semarang berdasarkan rekomendasi berbagai hasil studi yang
dilaksanakan (Miarso dan Suhedi, 1984).
Menurut A. Darmanto (2005) dalam Himpunan Materi Pelatihan Bidang Radio Siaran,
kelebihan media radio pendidikan adalah:
D.Televisi Pendidikan
Penerapan teknologi pendidikan di Indonesia berkembang menjadi televisi pendidikan
televisi pendidikan ini jika radio memfasilitasi satu format bahan ajar yaitu berupa audio
tapi televisi pendidikan mengakomodasi belajar yang memiliki gaya belajar visual dan
auditori . ketika mereka sesulit and belajar menggunakan
radio televisi pendidikan dapat memberikan alternatif belajar yang lebih luas .awal
mulanya trend pembelajaran itu dikenal dengan e-learning yaitu penggunaan alat- alat
elektronik dalam pembelajaran alat elektronik yang dimaksud pesan itu adalah radio dan
televisi pendidikan. Namun sekarang ini bukan berarti karena ada jaringan internet televisi
dan radio pendidikan ini tidak relevan lagi Justru pada saat kapan demi ini dibuktikan
kembali bahwa kedua alat ini sangat relevan digunakan karena letak geografis Indonesia
yang sangat beragam ada yang berada di daerah jaringan internet memadai dan dan juga
tidak sedikit atau belajar yang berada di daerah Blank Spot maka pada saat itu mereka
menggunakan radio dan televisi pendidikan, artinya radio dan televisi pendidikan ini masih
relevan kita gunakan sampai saat sekarang, hanya saja konten-konten yang tersedia perlu
kita kembangkan agar pas pebelajar yang kesulitan untuk akses internet dapat
mengoptimalkan radio dan televisi ini untuk mereka belajar.
Media televisi termasuk media pandang-dengar (audio-visual). Media ini mampu
menyajikan beragam informasi dan ilmu pengetahuan dalam bentuk tayangan kombinasi
antara gambar dan suara. Selain itu, media televisi mampu merangsang indra dengan
menampilkan suara, gambar, lambang, tulisan dan gerakan secara bersamaan. Media
televisi adalah media elektronik yang memanfaatkan kekuatan gambar dan suara dalam
mempengaruhi penontonnya (Situmorang, 2006). Gambar adalah kekuatan utama dan
suara sebagai pelengkap atau penguat gambar yang ada. Dengan kedua kekuatan tersebut
media televisi mampu mempengaruhi emosi setiap penontonnya. Oleh karena itu, media
televisi disebut sebagai kotak ajaib (magic box) yang dapat memaku pemirsa untuk
menerima berbagai pesan dan informasi yang ditayangkan dalam bentuk audio visual.
Informasi yang disampaikan lewat media televisi akan mudah dimengerti dengan jelas
karena terdengar secara audio dan terlihat secara visual.
15
Media televisi sama dengan media surat kabar, majalah dan radio, yang dapat digolongkan
sebagai media massa. Maksudnya media ini mampu menjangkau pemirsa dalam jumlah
besar yang berada dalam wilayah geografis yang luas. Sedangkan bedanya dengan surat
kabar dan media massa lain, media televisi mampu menyajikan visual gerak (motion
pictures). Media televisi sebagai visual gerak yang dapat diatur percepatan gerakannya
(gerak dipercapat atau diperlambat). Hal ini memungkinkan media televisi efektif bila
digunakan untuk membelajarkan pegetahuan yang berhubungan dengan unsur gerak
(motion). Dengan demikian, media televisi sebagai media komunikasi massa mempunyai
potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar dan pembelajaran.
Televisi sebagai media pembelajaran sering disebut pula dengan televisi instruksional atau
instructional television (ITV). Ada bermacam-macam pengertian televisi pembelajaran
sesuai dengan kepentingannya, namun pada dasarnya berhubungan dengan pendidikan dan
pembelajaran. Menurut Sikes dalam Anglin (1995) “Instructional television (ITV) has
traditionally been defined as television designed and produced specifically for elementary
and secondary grade students with the exectation that it would help those students to
achieve ‘identified, specific learning goals under the administration and supervision of
profesional educators in formally structured learning enviroment’.
Televisi pembelajaran secara tradisional mempunyai desain dan diproduksi secara khusus
untuk peserta didik Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga
membantu mereka dalam memahami setiap mata pelajaran dengan baik dan
menyenangkan. Sebab ITV berorientasi pada kurikulum sekolah yang berlaku. Oleh karena
itu, televisi pembelajaran sering disebut juga dengan siaran televisi pendidikan sekolah
misalnya siaran pelajaran bahasa Inggris, Sejarah, Matematika, dan mata pelajaran yang
lain.
Televisi pembelajaran adalah program televisi yang di desain, dikembangkan dan
dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran (Siahaan, dkk., 2006). Artinya media
televisi dapat dirancang dan digunakan untuk mengkomunikasikan pesan dan informasi
pembelajaran yang berada dalam kawasan kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan dan
penghayatan), dan psikomotor (keterampilan). Televisi pendidikan adalah semua program
televisi yang sengaja dibuat untuk tujuan pendidikan (Miarso, 2004). Misalnya acara kuis,
pembinaan rohani, pendidikan keluarga, olahraga, bina vokalia, masakmemasak,
pendidikan kesehatan, wirausaha, dan pendidikan politik. Sedangkan televisi instruksional
(pembelajaran) lebih khusus karena hanya meliputi program televisi yang sengaja dibuat
untuk sekolah atau program pembelajaran lain (kuliah, kursus, dan lain lain) yang
16
berdasarkan pada kurikulum yang ada pada lembaga pendidikan (Miarso, 2004). Misalnya
siaran TV Edukasi melalui TVRI pada hari Senin s.d Kamis pukul 07.30–09.00 WIB dan
disiarkan ulang pada pukul 16.00–17.30 WIB. Sedangkan mata pelajaran yang disiarkan
adalah Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk SMP. Suatu program
televisi dapat dikatakan sebagai televisi pendidikan jika memiliki karakteristik antara lain:
1.menyajikan pesan-pesan yang jelas kepada pemirsanya tentang hal-hal yang pantas untuk
diteladani
2.menyajikan program-program yang tidak bertentangan dengan norma- norma kesusilaan,
adat istiadat, sopan santun, dan hukum yang berlaku
3.menyajikan program yang dapat membentuk dan mengembangkan sikap mental, tekad
dan semangat, serta ketaatan dan kedisiplinan bagi para pemirsanya
4.mampu mensosialisasikan nilai-nilai agar pemirsanya dapat bersikap kreatif, berpikir
kritis, mandiri, dan bertanggungjawab atas perilakunya
(Siahaan, dkk., 2006). Isi siaran TV pendidikan harus diusahakan sesuai dengan nilai-nilai
edukatif yang diterima oleh masyarakat Indonesia. Misalnya TV Edukasi mempunyai
semboyan “TV yang santun dan mencerdaskan serta memberi tauladan”. Oleh karena itu,
TV Edukasi diharapkan menjadi alternatif sumber belajar di tengah gencarnya tayangan
berbagai stasiun televisi. Fungsi televisi dalam program pendidikan dapat dibedakan secara
konseptual ke dalam fungsi pengayaan, pengganti, pengajaran langsung, dan penggerak/
motivator (Miarso, 2004). Sedangkan siaran televisi pendidikan yang ditayangkan oleh TV
Edukasi dan TVRI berfungsi sebagai pelengkap atau pengayaan. Artinya siaran televisi
menyajikan materi pelajaran tambahan yang tidak diberikan oleh guru. Sedangkan
bahan/materi tambahan itu sendiri dapat memantapkan apa yang telah diperoleh atau
sekadar meningkatkan atau memperluas atau memperdalam materi pelajaran di sekolah.
Tujuan siaran televisi pembelajaran adalah untuk menyampaikan pesan (materi)
pembelajaran kepada sejumlah besar peserta didik. Oleh karena itu, televisi pembelajaran
merupakan televisi yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan pendidikan dan sebagai
media belajar atau sumber belajar, sehingga pendekatannya dapat dilakukan melalui
mengajar biasa dilakukan di sekolah dan dapat juga melalui pendekatan lain (Alatas, 1994).
17
1.Siaran Televisi Pendidikan
Seiring dengan tuntutan penerapan Kurikulum tahun 2013 yang mengubah paradigma
pembelajaran, yaitu perubahan dari teacher-centered ke student-centered dan diterimanya
model pembelajaran baru yang inovatif. Artinya orientasi pembelajaran yang berpusat pada
guru (teacher-centered learning) berubah menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik
(student-centered learning). Guru hanya berperan memberikan bimbingan dan arahan
(fasilitator) pembelajaran. Peranan guru bukan sebagai satusatunya sumber belajar tetapi
berubah sebagai fasilitator pembelajaran yang akan memfasilitasi peserta didik untuk
belajar, dan peserta didik sendirilah yang harus aktif dan kreatif belajar dari berbagai
sumber belajar.
Oleh karena itu, di dalam proses pembelajaran memerlukan berbagai sumber belajar. Salah
satu sumber belajar yang potensial dan ada di lingkungan peserta didik untuk memberikan
dukungan terhadap model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah siaran
televisi pendidikan. 357 Media televisi merupakan salah satu media pembelajaran yang
sudah akrab dikalangan peserta didik karena media ini hadir bagaikan sahabat dikala
peserta didik susah, sebagai guru dikala peserta didik membutuhkan pengetahuan, dan
sebagai pembimbing dikala peserta didik perlu informasi.
Penggunaan siaran televisi sebagai media pembelajaran kini semakin meluas. Kemajuan
teknologi telah mengakibatkan harga TV semakin murah, sehingga penggunaan semakin
meluas. Sekarang ini televisi sudah menjadi salah satu tuntutan atau kebutuhan hidup
masyarakat. Dengan demikian, tergantung kreativitas peserta didik dalam mencari dan
memanfaatkan siaran TV pendidikan sebagai sumber belajar selain guru.
Televisi sebagai media pembelajaran secara umum memilikikelebihan/keunggulan,
yaitu:
a)merupakan media yang popular, hampir seluruh lapisan masyarakat menggunakannya,
b)bersifat audio visual dan gerak sehingga pesan akan lebih mudah difahami,
c)menarik karena dapat menampilkan realita dan visual live serta memanipulasi/memberi
penekanan tertentu,
d)aktual, yaitu dapat menyajikan informasi terbaru secara seketika,
e)dapat menghadirkan obyek yang jauh, terlalu besar atau terlalu kecil, dan berbahaya,
f)menembus batas ruang dan waktu,
g)dapat menjangkau sasaran yang luas dan serempak,
h)pilihan format sajiannya beragam dan bervariasi, sehingga mendorong kreativitas
pengembang program, dan
18
i)hampir semua mata pelajaran dapat disampaikan melalui media televisi.
Di sisi lain siaran TV juga memiliki kelemahan, antara lain:
a)biaya produksinya relatif mahal,
b)memerlukan tenaga ahli dan peralatan khusus untuk mengembangkannya,
c)sifat komunikasinya satu arah,
d)sulit mengatur jadwal yang tepat dengan kebutuhan peserta didik, terutama untuk
program yang dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas, dan
e)kontrol sepenuhnya ada pada penyelenggara siaran, sehingga pengguna bersifat pasif.
Pemanfaatan Siaran Televisi dalam Kegiatan Pembelajaran
Pemanfaatan (utilization) adalah aktivitas untuk menggunakan proses dan sumber untuk
belajar. Pemanfaatan merupakan kawasan teknologi pembelajaran yang tertua di antara
kawasan-kawasan yang lain, karena penggunaan bahan audiovisual secara teratur
mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan produksi media pembelajaran (Seels
& Richey, 2000). Sedangkan pemanfaatan siaran televisi adalah penggunaan secara
sistematis siaran televisi untuk kegiatan pembelajaran. Siaran televisi telah banyak
digunakan untuk kepentingan pendidikan/pembelajaran di berbagai negara. Secara
konseptual strategi pemanfaatan siaran televisi pendidikan dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu strategi terbuka, terarah, terpimpin dan terikat (Miarso (2004).
Dalam strategi terbuka menuntut program itu menarik dan berkualitas, dimungkinkan
untuk siapa saja dapat mengikuti program siaran, dan tampa ada kewajiban atau
pengawasan yang berkaitan dengan program siaran tersebut. Strategi terarah menuntut
adanya dua implikasi, yaitu: (a) para penyelenggara siaran harus mengembangkan program
berseri dan berkesinambungan dengan alur (benang merah) yang jelas; dan (b) perlu
diusahakan terbentuknya forum pemirsa/pendengar, baik secara terorganisir maupun secara
bebas dalam pemanfaatan siaran. Program siaran dengan strategi terpimpin merupakan
peningkatan strategi terarah bila dilihat dari aspek perencanaan dan proses
pemanfaatannya. Adapun strategi terikat menentut adanya aturan dan persyaratan tertentu
yang harus diikuti bersama oleh penyelenggara siaran dan pengguna siaran dilapangan.
Oleh karena itu, dalam strategi ini program siaran yang ditayangkan merupakan bagian
integral dari sistem instruksional yang ada. Misalnya siaran televisi pendidikan yang
ditayangkan TV Edukasi melalui TVRI menggunakan strategi terbuka sehingga menuntut
prakarsa dan kreativitas dari masyarakat untuk memanfatkanya sebagai sumber belajar.
Bentuk pemanfaatan siaran televisi untuk pendidikan dapat dilakukan secara
terbatas/tertutup (close circuit television) dan secara terbuka
19
E.Pendekatan Keterampilan Proses
Selanjutnya bentuk penerapan teknologi pendidikan di Indonesia berupa cara belajar siswa
aktif dan pendekatan ketrampilan proses ngomong ini tidak bersentuhan langsung dengan
teknologi jadi teknologi pendidikan bukan hanya soal bagaimana kita memilih metode
terbuka tafsir untuk pembelajaran tapi bagaimana kita menyediakan atau memilih metode
model dan strategi agar peserta didik ini bisa belajar dengan masing-masing kebutuhannya
.cara belajar siswa aktif dan pendekatan ketrampilan proses Trans Karang lebih sering
dikenal juga dengan pembelajaran konstruktivis excess learning kemudian pembelajaran
saintifik itu semua mengarah kepada bagaimana mengaktifkan pebelajar ini dalam proses
belajar yang sedang mereka ikuti.
Pendekatan keterampilan proses adalah salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan
siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendekatan ini menekankan
pada proses pemerolehan pengetahuan, bukan hanya pada produk atau hasil akhirnya.
Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan dapat mengamati, mengklasifikasikan, membuat
inferensi, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, dan
menyimpulkan secara ilmiah. Pendekatan ini juga dapat melatih siswa untuk berpikir kritis,
kreatif, dan mandiri dalam memecahkan masalah.
Pendekatan keterampilan proses berbeda dengan pendekatan tradisional yang lebih banyak
memberikan informasi dan fakta kepada siswa tanpa melibatkan mereka secara aktif dalam
proses pembelajaran. Pendekatan tradisional cenderung membuat siswa menjadi pasif,
bergantung pada guru, dan kurang mampu mengaplikasikan pengetahuan yang
diperolehnya. Pendekatan keterampilan proses lebih sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dan kompleks.
Untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran, guru perlu
mempersiapkan materi, media, alat, dan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Guru juga perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi,
menemukan, dan mengkonstruksi konsep-konsep sendiri dengan bimbingan dan fasilitasi
dari guru. Guru tidak perlu memberikan jawaban atau solusi langsung kepada siswa, tetapi
lebih banyak mengajukan pertanyaan yang dapat merangsang pemikiran siswa. Guru juga
perlu memberikan umpan balik dan evaluasi yang konstruktif kepada siswa untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
20
F.Pembelajaran Berbasis Komputer
Selanjutnya bentuk penerapan teknologi pendidikan di Indonesia seperti pembelajaran
berbasis komputer. Pembelajaran berbasis komputer dalam konteks ini bukan pembelajaran
yang ke jaringan karena itu notice ke khusus kita bahas, pembelajaran basis komputer
sifatnya adalah stellen artinya tidak terhubung antara satu komputer dengan komputer
yang. lainnya contoh pembelajaran berbasis komputer itu seperti penggunaan media
interaktif yang disimpan pada media penyimpanan. Apakah itu CD,, flashdisk harddisk
ataupun bentuk penyimpanan lainnya. pembelajaran berbasis komputer ini ada beberapa
model-model tutorial model ,games simulasi dan Grand praktis model-model ini dapat kita
pilih sesuai kebutuhan pembelajar. mereka membutuhkan Apakah itu tutorial berupa materi
Apakah berupa permainan ,simulasi ataupun alat dan latihan untuk memperkuat
pemahaman mereka. pembahasan lebih rinci mengenai pembelajaran berbasis komputer ini
dapat diikuti pada playlist pembelajaran berbasis computer.
Pembelajaran berbasis komputer adalah penggunaan suatu komputer untuk membantu
menyajikan materi pembelajaran kepada siswa, memantau kemajuan belajarnya atau
memilih bahan pembelajaran tambahan yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa secara
individual (Miarso, 2004). Sedangkan dalam Isjoni dkk (2007) menjelaskan bahwa media
pembelajaran berbasis komputer adalah penggunaan komputer sebagai media penyampaian
informasi pembelajaran, latihan soal, umpan balik, dan skor jawaban peserta didik Menurut
Criswell (1989: 1) menyatakan bahwa computer based instruction (CBI) merupakan
penggunaan komputer untuk menyajikan materi pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dan merespon aktivitas
peserta didik
Pendapat lain dikemukakan oleh Kemp & Dayton (1985: 40) sebagai berikut. Computer
Based Instruction refers to any application of komputer technology to the instructional
process. It includes using a komputer to present information, to tutor a learner, to provide
practice for developing a skill, to simulate a process which is being studied, and manipulate
to solve problem. Istilah computer based instruction (CBI) umumnya menunjuk pada
semua software pendidikan yang diakses melalui komputer dimana peserta didik dapat
berinteraksi dengannya. Sistem komputer menyajikan serangkaian program pengajaran
kepada peserta didik baik berupa informasi maupun latihan sal untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu dan peserta didik melakukan aktivitas belajar dengan cara berinteraksi
dengan sistem komputer.
21
Dalam Winataputra (1997) tujuan umum pembelajaran berbasis komputer adalah
bagaimana program komputer digunakan sebagai alat bantu untuk menyampaikan materi
dalam pembelajaran. Dengan berbagai fitur dan aksesoris pendukungnya, (seperti: teks,
suara, gambar, video dan animasi). Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran
dikenal dengan nama pembelajaran dengan bantuan komputer (Komputer-assisted
Instruction – CAI,atau Komputer-assisted Learning CAL). Ada tiga bentuk penggunaan
komputer dalam kelas, yaitu:
1.Untuk mengajar siswa menjadi mampu membaca komputer atau computer literate.
2.Untuk mengajarkan dasar-dasar pemrograman dan pemecahan masalah komputer.
3.Untuk melayani siswa sebagai alat bantu pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis
komputer adalah penggunaan komputer sebagai media penyampaian informasi
pembelajaran, latihan soal, umpan balik, dan skor jawaban peserta didik. Komputer
berfungsi sebagai sumber belajar yang dapat digunakan secara mandiri oleh peserta didik.
Sejarah Perkembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer
Pada awalnya media komputer ditemukan pada tahun 1950-an dan berkembang dengan
lambat hingga tahun 1960-an. Hal ini dikarenakan komputer yang dihasilkan pada masa itu
berukuran besar sehingga tidak efisien ruang dan jumlah orang. Dan ketika ditemukan
prosesor berukuran kecil pada tahun 1975, terjadi perkembangan yang pesat pada
penggunaan komputer. Bahkan perkembangan teknologi tersebut terus berlangsung hingga
kini dan menghasilkan berbagai macam teknologi komputer yang semakin canggih dan
dipakai dihampir semua kegiatan terutama sebagai media dalam pembelajaran.
Menurut Ariesto (2012) pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan khususnya dalam
pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran.
Sejarah teknologi pembelajaran ini merupakan kreasi berbagai ahli dalam bidang terkait,
yang pada dasarnya ingin berupaya dalam mewujudkan ide-ide praktis dalam menerapkan
prinsip dikdati, yaitu pembelajaran yang menekankan perbedaan individual baik dalam
kemampuan maupun dalam kecepatan. Perwujudan ide-ide praktis itu juga sejalan dengan
perkembangan teoriteori belajar yang dikembangankan para ahli psikologi, yakni dengan
berkembangnya teori belajar dari aliran tingkah laku (teori belajar dari aliran behaviorisme)
dan teoriteori kognitif, terutama yang menggunakan model pemrosesan informasi
(information processing model).
Teori-teori psikologi persekolahan yang terkait dengan belajar tuntas dengan tokoh-
tokohnya seperti John B. Carrol, Jerome S. Bruner dan Benjamin S. Bloom juga sangat
22
berpengaruh terhadap perkembangan teknologi pembelajaran. Selain itu kerangka acuan
yang terkait dengan perancangan atau desain pembelajaran juga turut menyemarakan
perkembangan teknologi pembelajaran yang selanjutnya digunakan juga sebagai acuan
dalam penyusunan bingkai kerja dalam mengembangkan pembelajaran berbasis komputer.
Sejarah pembelajaran berbasis komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk
menciptakan perangkat teknologi terapan yang memungkinkan seseorang melakukan
proses belajar secara individual dengan menerapkan prinsip-prinsip didaktik-metodik
tersebut. Dalam sejarah teknologi pembelajaran kita menemukan bahwa karya Sydney L.
Pressey pada tahun 1960 (Rahman, 2008) untuk menciptakan mesin pengajar atau teaching
machine bisa dicatat sebagai pelopor dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
Mesin pengajar pada mulanya diciptakan oleh Pressey untuk melakukan tes terhadap
kemampuan yang dicapai dari hasil belajar. Cara kerja mesin tersebut adalah:
1.Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan 4 kemungkinan jawaban,
dengan satu diantaranya adalah kemungkinan jawaban yang benar.
2.Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban yang benar
dari satu soal.
3.Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan adalah
alternatif jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul soal berikutnya. Tetapi
bila salah, maka akan memberikan respon dengan cara tidak memunculkan soal berikutnya.
Pressey (Rahman, 2008) memandang bahwa mesin tes ini bisa digunakan pula dalam
mengajar dan dengan sedikit mengubah tujuan, dari tujuan menguji menjadi tujuan
mengajar akhirnya alat itu digunakan juga sebagai mesin mengajar. Pada tahun 1994,
seorang ahli psikologi dari aliran behaviorisme bernama B.F Skinner (Amaly Ridha, 2014)
menciptakan pembelajaran terprogram memungkinkan interaksi siswa dengan guru yang
dilakukan secara langsung, tetapi melalui program yang berbentuk tulisan, rekaman radio,
film, mesin pengajar, dan sebagainya.
23
dikemukakan oleh salah seorang ahli. Menurut Azhar Arsyid (2006: 3) Media pembelajaran
berbasis komputer terdiri dari:
1.Presentasi PowerPoint
Saat ini teknologi pada bidang rekayasa komputer menggantikan peranan alat presentasi
pada masa sebelumnya. Penggunaan perangkat lunak perancang presentasi seperti
Microsoft power point yang dikembangkan oleh Microsoft inc” yang mengembangkan
banyak sekali jenis perangkat lunak untuk mendukung kepentingan tersebut. Kelebihan
media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image,
grafik dan sound di dalam persentasi power point sehingga dapat dibuat semenarik
mungkin.
3.Video Pembelajaran
Salah satu bentuk dari media pembelajaran adalah video pembelajaran, yang dapat
berupa:
a.Rekaman hasil aktivitas pembelajaran.
b.Visualisasi yang dimaksudkan untuk membimbing siswa dalam memahami materi.
c. Prinsip yang hampir sama dengan nonton film.
d. Video yang dapat dibuat sendiri atau download dari situs share video
e. Video yang disesuaikan dengan materi melalui proses editing
24
4.Internet
Media berbasis internet dapat berupa : email, chatting, video / teleconference, blog, e-
learning, web, dll. Tujuan penggunaan internet sebagai media pembelajaran berbasis
komputer antara lain:
a.Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar
secara mandiri.
b.Siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database,
dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman,
laporan, dan data statistik.
c.Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya
konsumen informasi saja.
25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa televisi pendidikan memiliki peran penting dalam mendukung
proses pembelajaran di Indonesia. Televisi pendidikan dapat menjadi alternatif menjadi
sumber belajar di tengah gencarnya tayangan berbagai stasiun televisi. Suatu program
televisi dapat dikatakan sebagai televisi pendidikan jika memiliki ciri-ciri antara lain:
menyajikan pesan-pesan yang jelas kepada pemirsa tentang hal-hal yang pantas untuk
diteladani, menyajikan program-program yang tidak bertentangan dengan norma-norma
kesusilaan, adat istiadat, sopan santun, dan hukum yang berlaku, menyajikan program yang
dapat membentuk dan mengembangkan sikap mental, tekad dan semangat, serta ketaatan
dan kedisiplinan bagi para pemirsa, dan mampu mensosialisasikan nilai-nilai agar pemirsa
dapat berpikiran kreatif, berpikir kritis, mandiri, dan mempertimbangkan perilakunya. Oleh
karena itu, televisi pendidikan perlu diusahakan sesuai dengan nilai-nilai edukatif yang
diterima oleh masyarakat Indonesia. Fungsi televisi dalam program pendidikan dapat
dibedakan secara konseptual ke dalam fungsi pengayaan, pengganti, pengajaran langsung,
dan penggerak/motivator.
Saran
1. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengintegrasikan teknologi pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini mencakup penggunaan media pembelajaran
berbasis komputer, CD/DVD/multimedia pembelajaran interaktif, video pembelajaran, dan
pembelajaran online.
Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pendidikan. Hal ini mencakup penggunaan teknologi Informasi dan
Komunikasi (TekIK) untuk mendukung proses pembelajaran, seperti yang dijelaskan
dalam buku "Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan" oleh Ariesto Hadi
Sutopo
2. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang teknologi pendidikan dan teknologi
pembelajaran terjemahan. Hal ini mencakup penggunaan teknologi pembelajaran yang
efektif dan efisien, seperti yang dijelaskan dalam buku "Teknologi Pembelajaran
terjemahan" oleh Barbara Seels dan Rita C. Richey
26
Meningkatkan keterampilan institusi pendidikan dalam mengembangkan dan menerapkan
teknologi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Hal ini mencakup
pengembangan kursus, modul, dan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi lokal, seperti yang dijelaskan dalam panduan operasional penulisan modul dan
pengantar pengajaran modul
3. Meningkatkan kolaborasi antara pemangku kepentingan, seperti pemerintah, pendidikan,
dan pengembang teknologi, untuk menciptakan lingkungan belajar yang kaya dan kreatif.
Hal ini mencakup penggunaan media pembelajaran yang berbasis komputer,
CD/DVD/multimedia pembelajaran interaktif, dan video pembelajaran
Dengan diterapkannya saran-saran ini, diharapkan penerapan teknologi dalam pendidikan
di Indonesia akan semakin berkembang dan membantu dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di negara ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
29
30
MAKALAH
“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Dasar-dasar Teknologi
Pembelajaran”
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad
saw. Salah satu nikmatnya yang tidak ternilai harganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar
Teknologi Pembelajaran.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
sehinggabisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan,
baik dari segi isi penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena, itu segala kritik dan
saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini lebih lanjut akan penulis terima
dengan senang hati. Terima kasih .
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerapan Teknologi Pendidikan di negara maju dan negara berkembang merujuk pada
penggunaan berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam konteks sistem
pendidikan. Ini mencakup penggunaan perangkat keras, perangkat lunak, internet, dan platform
digital untuk memfasilitasi proses pembelajaran, pengajaran, dan administrasi pendidikan.
Di negara maju, penerapan teknologi pendidikan seringkali telah mencapai tingkat yang lebih
tinggi, dengan infrastruktur TIK yang kuat dan penyebaran akses internet yang meluas. Pendidikan
berbasis teknologi di negara maju cenderung memanfaatkan inovasi terbaru, seperti pembelajaran
online, simulasi interaktif, dan analisis data untuk mempersonalisasi pengalaman belajar.
Sementara itu, di negara berkembang, penerapan teknologi pendidikan mungkin menghadapi
tantangan seperti keterbatasan infrastruktur teknologi, aksesibilitas internet yang terbatas, dan
masalah keuangan. Namun, negara-negara berkembang juga berupaya untuk meningkatkan
penggunaan teknologi dalam pendidikan dengan memanfaatkan solusi kreatif dan adaptif, seperti
pelatihan guru dalam penggunaan teknologi sederhana, pengembangan platform pendidikan lokal,
atau menggunakan teknologi mobile untuk mendukung pembelajaran di daerah terpencil.
Secara keseluruhan, penerapan teknologi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas,
akses, dan relevansi pendidikan di kedua tipe negara ini. Meskipun tantangan dan tingkat adopsi
teknologi mungkin berbeda, tujuan akhirnya adalah mempersiapkan generasi muda dengan
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan global dan
berkontribusi pada kemajuan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Penerapan Teknologi Pendidikan di negara maju
2. Penerapan Teknologi Pendidikan di negara berkembang
3. Perbedaan penerapan Teknologi Pendidikan di negara maju dan berkembang
C. Tujuan
1. Memahami bagaimana penerapan Teknologi Pendidikan di negara maju
2. Memahami bagaimana penerapan Teknologi Pendidikan di negara berkembang
3. Mengetahui Perbedaan penerapan Teknologi Pendidikan di negara maju dan berkembang
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3.dipakai secara individual seperti mesin belajar. computer dan teks pengajaran
individual. Lima kecendrungan dari segi penggunaan yaitu :
1.meningkatkan mutu pendidikan
2. melatih/menatar guru
3. memperluasjangkauan sekolah
4. pendidikan dasar dan buta huruf
5. pendidikan orang dewasa dan pembangunan masyarakat
Proses Pengembangan
Proses pengembangan dapat dianalisis kedalam 3 kelompok : perencanaan, pelaksanaan.
dan penilaian.
- Perencanaan merupakan proses permulaan sebelum adanya keputusan kebijakan.
- Pelaksanaan kegiatan pengembangan merupakan lanjut perubahan peranan dan
kecakapan guru an dari perencanaan,dimana dalam pelaksanaan ini bertujuan untuk
menjalanka.n apa-apa yang sebelumnya telah direncanakan.
- Peniaian merupakan kegiatan mengevaluasi apa yang telah dilaksanakan,apakah sudah
maxsimal atau sama sekali tidak berpengaruh terhadap suatu kegiatan.
3
Diniger memanfaatkan media teknologi komunikasi dalam system pendidikan
nasional. Pada tahun 1964 siaran televise pendidikan dikembangkan, sasaran umatnya
adalah para guru sekolah dasar. Sasaran lain yang harus cepat terselesaikan di niger adalah
pemberantas buta huruf.
Perbedaan Kegiatan Penerapan Teknologi Pendidikan di Negara Maju dan
Berkembang.
1. Kegiatan penerapan TP di Negara maju
Kegiatan penerapan TP di Negara maju dalam pembelajaran biasa dan tumbuh serta
berkembang antara lain:
a) Kegiatan pemanfaatan TP secara massa
Teknologi pada Negara maju telah digunakan oleh semua orang, dari masyarakat
kecil, kalangan pejabat dan petinggi Negara dan yang paling utama tentu digunakan
oleh para pelajar dan berbagai ahli. Contoh teknologi yang dimanfaatkan adalah
internet yang mereka gunakan sesuai dengan profesi yang mereka miliki.
b) Kegiatan kelompok belajar
Disini kelompok belajar ini dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran dan
disinilah para pelajar bisa bertukar pikiran dan menyelesaikan suatu persoalan
dengan jalan bersama untuk memperoleh hasil yang maksimal.
c) Kegiatan belajar individual
Kegiatan seperti ini mungkin lebih efektif dilakukan oleh kalangan tertentu, karena
dengan belajar secara individual mereka dapat mengembangkan potendi yang
terdapat didalam dirinya. Kegiatanya biasanya menggunakan berbagai media
seperti mesin belajar, computer dan teks pengajaran individual terprogram.
Hampir semua sekolah di Negara maju sudah dilengkapi dan memanfaatkan
berbagai media elektronik dan fotografi. Di Australia dan New Zealand untuk
melayani peserta didik yang jauh terpencil yang tidak ada sekolah terdekat dari
pemukimannya, mereka dapat mengikuti pelajaran melalui siaran radio sekolah dari
tempat masing-masing pada jam siaran. Sedangkan di Inggris mengembangkan
siaran radio untuk pendidikan tinggi guna melayani mahasiswa yang tersebar di
seluruh Inggris.
4
2. Kegiatan penerapan TP di Negara berkembang dalam usaha
a. meningkatkan mutu pembelajaran
Di Negara berkembang diperlukan perubahan pola belajar dan perubahan
karakteristik guru serta media pembelajaran yang lebih menunjang pembelajaran agar
lebih efektif dan efisien.
b. melatih guru
Diperlukan tenaga yang profesinal agar mutu pendidikan dapat meningkat. Uapaya
yang dilakukan seperti memberikan pelatihan kepada guru dalam memberikan materi
pelajaran baik dalam bentuk perbaharuan materi yang dapat diambil dari internet yang
sebelumnya hanya menggunakan pedoman buku saja. Dan juga dibutuhkan media
pembelajaran yang meransang minat siswa untuk belajar.
c. memperluas jangkauan sekolah
Sekolah-sekolah berada di daerah tertentu membutuhkan perubahan yang lebih
baik dari sebelumnya, yang pada awalnya informasi didapatkan hanya dengan melalui
surat kabar atau pemberitahuan di televise. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya diadakan
seminar dan penyuluhan untuk memanfaatkan teknologi elektronik agar bisa
mendapatkan informasi yang lebih up to date.
d. pendidikan dasar dan buta huruf
pendidikan dilakukan untuk memberantas buta huruf yang masih banyak dijumpai
di Negara berkembang, hal ini dilakukan agar tercapai pendidikan yang merata disetiap
warga. Dan dengan modal bisa membaca tersebut mereka dapat memperolah informasi
yang lebih dari sebelumnya yang pada akhirnya bisa menggunakan teknologi.
e. kegiatan pendidikan orang dewasa dan pembangunan masyarakat
Tidak semua Negara berkembang memiliki media yang sama dalam menunjang system
pendidikan.
Perbedaan Sasaran Penerapan Teknologi Pcndidikan di Ncgara Maju dan Negara
Berkembang.
1. Sasaran penerapan TP di negara maju
Di negara maju pemanfaatan media komunikasi dapat mencapai sasaran
anak/mahasiswa tidak hanya dalam kelas tapi juga terdapat pada beberapa kelas.
Sasaran TP di negara maju adalah siswa&mahasiswa.
5
2. Sasaran penerapan TP dinegara berkembang
Pada Negara berkembang sasaran teknologi pendidikan masih mengutaman
pendidik.karena kebanyakan para pendidik di Negara berkenbang belum propesiaonal
dalam pembelajaran menggunakan media. contoh:
a. Niger sasarannya guru-guru sekolah dasar dan masyarakat
b. Pandaigading sasarannya karyawan menengah berbagai perusahaan
c. Aljazir sasarannya guru dan calon guru
d. Kolombia sasarannya anak-anak SD
e. Peru sasarannya anak-anak TK dan calon pekerja tamatan SD
f. Muanghtai sasarannya murit SD kelas 3-5
g. Hondurus sasarannya masyrakat dan anak-anak usia sekolah
Perbedaan Pengelolaan Teknologi Pendidikan di Negara Maju dan Negara
Berkembang.
1. Pengelolaan TP di negara maju
Dirumuskan suatu system yang cukup ambisius yaitu dalam waktu yang singkat
harus dapat diperluas usaha pembaharuan pendidikan dengan meningkatkan
mutu.alternatif yang dikembangkan dan yang dipilih mempunyai kaitan langsung juga
prioritas program yaitu industrialisasi.
Suatu tem study mengajukan alternatif dipakainya media radio untuk pendidikan
dasar di Indonesia khususnya penyebaran kuruikulum baru.
Perbedaan latar belakang penerapan Teknologi Pendidikan di negara maju dan
negara berkembang.
1. Latar belakang Pengelolaan TP dinegara berkembang
Dalam dunia pendidikan masalah yang rata-rata dialami dan harus mendapatkan
penyelesaian segera adalah kesempatan belajar mengingat masa depan dan kelanjutan
kehidupan bangsa sangal tergantung dari kecerdasan warganya. Dalam usaha
pengembangan pendidikan bagi negara berkembang terlihat dan terasa kepincangan
serta berbagai masalah.
2. Latar belakang penerapan TP di negara maju
6
Media komunikasi pada mulanya adalah alat hiburan dan alat penyampaian pcsan-
pesan penerangan. Kemudian para ahli melihat potensi yang ada pada media ini untuk
dimanfaakan bagi pendidikan.Latar belakang Pengelolaan TP dinegara berkembang.
Perbedaan penerapan sumber belajar di negara maju dan berkembang
1. Sumber belajar di negara maju
Penyampaian kuliah secara massal melalui pemancar adalah biasa dan tumbuh serta
berkembang dengan baik. Siaran radio untuk pendidikan tinggi dan siaran televisi
sebagai media pembelajaran.
2. Sumber belajar di negara berkembang
Memanfaatkan media televisi untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan antara
yang memperoleh pendidikan di kota dan di desa. Televisi pendidikan sekolah ini
berada langsung dibawah Menteri Pendidikan sedangkan tenaga pengelolanya ahli
dibidang paedagogy.
Perbedaan kendala penerapan Teknologi Pendidikan di negara maju dan
berkembang.
1. Kendala di negara berkembang
Kendala yang dihadapi yaitu :
- Banyaknya orang yang buta huruf rendahnya produktifitas warganya mendesaknya
kebutuhan pendidikan itu sendiri
- Kekurangan baik sarana maupun jumlah guru terlebih guru vans berkualitas tinggi
- dana yang diperlukan terbatas sekali sehingga untuk memperoleh guru yang baik
sukar dicapai
Tampaknya memanfaatkan media komunikasi merupakan alternatif pemecahan.
namun tetap ada berbagai masalah yang timbul yaitu masalah dana dan tenaga yang
diperlukan. Dalam hubungan ini bantuan internasional merupakan alternatif yana
menjadi pilihan, dimana dana yang besar sangat diperlukan.
2. Di negara maju jika ada masalah yang timbul mereka akan melakukan penelitian serta
perbandingan dengan masing-masing pesan yangdisampaikan sendiri. Terhadap
kekurangan dan kesalahan yang terjadi selalu diadakan perbaikan.
7
Sumber Dana Penerapan Teknologi Pendidikan di Negara Maju dan Berkembang.
1. Sumber dana pendidikan di negara maju
Penyampaian pembelajaran atau kuliah secara massal melalui pemancar adaiah
biasa dan berkembang dengan baik. Hampir semua sekolah dinegara maju dilengkapi
media pembelajaran elektronika dan fotografi.
Untuk terus meningkatkan mutu pendidikan di negara maju memang memerlukan
dana yang tidak sedikit. Sumber dana yang didapat dalam meningkatkan mutu
pendidikan ini merupakan anggaran belanja di negara masing-masing. Dan ditambah
dengan dana-dana lainnya, baik berasal dari dalam maupun luar negri.
2. Sumber dana pendidikan di negara berkembang
Persoalan biaya bagi negara berkembang merupkan problem tersendiri yang
seringkali bahkan merupakan faktor penentu utama untuk dapat tidaknya diterapkan
teknologi pendidikan.
Ciri teknologi adaiah adanya peralatan dan memerlukan biaya investasi yang
mahal. Banyak negara berkembang yang kekurangan guru bermutu. sedangkan guru
yang diperlukan untuk mendidik sangat kecil jumlahnya. Belum lagi masalah dana
yang harus disediakan untuk pendidikan ini.
Salah satu negara berkembang adaiah Indonesia. Indonesia pernah menyediakan
dana pendidikan hanya 4% saja. Menurut para ahli anggaran yang paling ideal adaiah
25% dari semua anggararan.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
9
MAKALAH
PENERAPAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PENDIDIKAN SAAT INI DAN MASA DEPAN
Disusun Oleh
Khilda Fadhilatul Isni
23004139
Tentunya kami berharap makalah ini akan membantu pengetahuan dan pemahaman
kita. Walaupun makalah ini masih belum sempurna. Kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan yang ada pada makalah
berikutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Quantum Learning
• Kualitas intelegensi
• Kualitas emosional
• Kualitas spiritual
Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video. Dengan adanya
perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah
dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk
menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online,
mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan
sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan. Pendidikan jarak jauh telah merupakan
alternatif pendidikan yang cukup digemari. Metoda pendidikan ini diikuti oleh para mahasiswa,
karyawan, eksekutif, bahkan ibu rumah tangga dan orang lanjut usia (pensiunan)
D. Kecenderungan global & regional dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi
untuk pendidikan
Pertama, proses investasi dan re-investasi yang terjadi dalam dunia industri
berlangsung sangat cepat, menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat
pula pada dunia organisasi kerja, struktur pekerjaan, struktur jabatan dan kualifikasi tenaga
kerja yang dibutuhkan.
Kedua, perkembangan industri, komunikasi dan informasi yang semakin cepat akan
melahirkan "knowledge worker" yang semakin besar jumlahnya. Knowledge worker adalah
pekerjaan yang berkaitan erat dengan proses informasi.
Ketiga, berkaitan dengan dua kecendrungan pertama, maka muncul kecendrungan
bahwa pendidikan bergeser dari ide back to basic ke arah ide the forward to future basic, yang
mengandalkan pada peningkatan kemampuan TLC (how to think, how to learn, how to create).
How to think menekankan pada pengembangan critical thinking, how to learn menekankan
pada kemampuan untuk bisa secara terus-menerus dan mandiri menguasai dan mengolah
informasi dan how to create menekankan pada pengembangan kemampuan untuk dapat
memecahkan problem yang berbeda-beda.
Keempat, berkembang dan meluasnya ide demokratisasi yang bersifat substansi, yang
antara lain dalam dunia pendidikan akan terwujud dalam munculnya tuntutan pelaksanaan
school based management dan sitespecific solusion. Seiring dengan itu, karena kreatifitas guru,
maka akan bermunculan berbagai bentuk praktek pendidikan yang berbeda satu sama lain, yang
kesemuanya untuk menuju pendidikan yang efektif dan efisien.
Kelima, semua bangsa akan mengalami krisis demi krisis yang tidak hanya dapat
dianalisis dengan metode sebab akibat sederhana tetapi memerlukan sistim yang saling
Bergantungan. Kecendurangan tersebut diatas menuntut kualitas sumber daya manusia yang
berbeda dengan kualitas yang ada dewasa ini. Kecenderungan dunia pendidikan di Indonesia di
masa mendatang Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan
maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan
media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai
mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas
yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan. Pendidikan jarak
jauh telah merupakan alternatif pendidikan yang cukup digemari. Metoda pendidikan ini diikuti
oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu rumah tangga dan orang lanjut usia
(pensiunan). Setiap pembahasan tentang masa depan senantiasa mengandung ketidakpastian, tak
terkecuali pembahasan pendidikan masa depan. Kecendrungan yang diidentifikasikan berikut ini
merupakan ramuan dari berbagai sumber (miarso, 1990) namun belum merupakan ramuan yang
komprehensif.
1. Belajar Menyelidik
Yaitu meliputi kemampuan seseorang dalam menggunakan proses dan prosedur yang
intelektual, untuk memecahkan masalah akademis maupun praktis yang dihadapinya. Prinsip
ini dalam pelaksanaannya dicerminkan dengan berkurangnya penjelasan atau ceramah dari
guru, dan dengan meningkatnya kegiatan meneliti baik secara mandiri maupun kelompok oleh
peserta didik.
2. Belajar Mandiri
Yaitu berupa pengarahan dan pengontrolan diri dalam memperoleh dan menggunakan
pengetahuan. Kemampuan ini penting karena keberhasilan dalam kehidupan, akan diukur
dari kesanggupan bertindak dan berpikir sendiri, dan tidak tergantung kepada orang lain.
3. Belajar Sendiri
Bentuk pertama telah dikembangkan dalam sistem PAMONG PPSP, SMP terbuka,
Universitas Terbuka dengan digunakannya modul belajar. Bentuk kedua pernaH
dikembangkan dalam sekolah laboratorium IKIP malang yang dipimpin oleh Prof. Dr.
S.Pakasi.
4. Belajar Struktur Bidang Studi
Mempelajari struktur ini dapat dilakukan melalui pemahaman konsep, prinsip,
prosedur dan model teoritik. Cara ini akan lebih ekonomis dan praktis. Dengan menguasai
struktur fakta dan informasi selanjutnya dapat disimpan dalam berbagai macam sarana bantu
yang dapat diambil kembali sewaktu-waktu diperlukan.
5. Mengutamakan Kepentingan Peserta Didik
Perlu diadakan berbagai macam kemungkinan, dan disediakan kemudahan untuk
mengikuti salah satu kemungkinan itu disebabkan kondisi dan karakteristik masing-masing
peserta didik yang berbeda. Misalnya, bagi peserta didik yang tinggalnya di daerah terpencil
dan terisolasi atau mereka yang karena alasan fisik, sosial dan ekonomi tidak dapat mengikuti
pendidikan reguler, harus dapat diberikan program pendidikan kompensatoris, dengan derajat
dan pengakuan yang setaraf dengan program regular.
adalah:
1. Adanya orang-orang belajar yang belum memperoleh perhatian yang cukup tentang
kebutuhannya, kondisinya, dan tujuannya. Untuk masa mendatang diharapkan dengan
perkembangan teknologi pendidikan ini orang tua mampu mengenal karakteristik,
kebutuhan, dan tujuan anak mereka dalam memperoleh pendidikan.
2. Adanya si belajar yang tidak cukup memperoleh pendidikan dari sumber-sumber
sekolah(tradisional), dan karna itu perlu dikembangkan dan digunakan sumber- sumber baru.
3. Adanya sumber-sumber baru berupa orang (misalnya penulis buku ajar dan pembuat media
instruksional), isi pesan (yang tertulis dalam buku, tersaji dalam media, dan sebagiannya),
bahan (misalnya buku, dan perangkat lunak televisi), alat (pesawat televisi dan sebaginya),
cara-cara tertentu dalam memanfaatkan orang, pesan, bahan dan alat, serta lingkungan tempat
proses belajar itu berlangsung(AECT, 1986).
a. Pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh akan menambah pendidikan yang
berada di luar jangkauan pendidikan tatap muka konfensional yang bersifat klasikal.
b. Lembaga lembaga atau latihan yang mempunyai satu kepentingan untuk memanfaatkan
sumber sumber secara bersama akan berkolaborasi dalam suatu jaringan pendidikan jarak
jauh.
c. Pendidikan profesi dan politeknik secara bertahap akan memanfaatkan kemampuan jaringan
email dan e - library Untuk akses data atau informasi yang bersangkutan.
d. Daerah-daerah pelosok jauh dan terpencil secara bertahap melalui kantong-kantong
eksperimentasi akan diperkenankan dengan penggunaan teknologi yang tepat
e. Penggunaan CD ROOM multimedia dalam pendidikan secara bertahap akan dapat
menggantikan TV dan radio karena sifatnya yang luwes Sedangkan lembaga pendidikan
terutama perguruan tinggi sejumlah pilihan alternatif untuk memanfaatkan Teknologi
Komunikasi dan Informasi sebagai berikut:
1. Perpustakaan Elektronik Merupakan arsip buku-buku dengan dibantu teknologi
informasi dan internet dapat dengan mudah mengubah konsep perpustakaan yang pasif
menjadi lebih agresif dalam berinteraksi dengan penggunanya.
2. Surat Elektronik (E-mail) Dengan aplikasi sederhana seperti e-mail, seseorang dosen,
pengelola, orang tua dan mahasiswa dapat dengan mudah berhubungan dengan lainnya
dalam kegiatan belajar di luar kampus, mahasiswa yang menghadapi kesulitan materi
dapat bertanya lewat e- mail ke dosennya.
3. Pengelolaan Informasi
Perguruan tinggi sering di anggap sebagai gudangnya ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan tersebut disimpan dalam berbagai bentuk dokumen yang sebagian besar
yang tercetak dalam buku, makalah atau laporan.
4. Telekonferensi Video
Keberadaan teknologi informasi video teleconference memungkinkan bagi mahasiswa di
seluruh dunia utuk saling berkenalan dan berhubungan satu dengan yang lainnya
2. Rancangan Pembelajaran
Orang-orang yang melaksanakan kegiatan merancang serta teknik yang dipergunakan
akan mengalami perubahan dengan adanya pembelajaran bermedia. Dalam paradigma
tradisional “guru kelas saja”, kegiatan merancang pembelajaran dilakukan oleh seseorang
dengan menggunakan metode perencanaan pelajaran yang tradisional, di mana buku teks
merupakan sumber belajar utama dan kadang-kadang dipergunakan “alat bantu
audiovisual” sebagai pelengkap. Adapun pembelajaran bermedia biasanya dilakukan oleh
seorang ahli dalam proses pengembangan instruksional, termasuk di dalamnya kegiatan
menilai kebutuhan, analisis peserta didik, penyusunan tujuan pembelajaran, penyusunan
penilaian, dan sebagainya. Jadi di sini terjadi pergeseran, dari ahli merancang yang
dasamya spesial mata pelajaran ke ahli merancang yang khusus dilatih dalam metode
pengembangan instruksional. Proses yang mereka gunakan adalah proses pengembangan
pembelajaran yang sistematik, bukan sekadar pendekatan intuitif seperti yang dipakai oleh
kebanyakan guru/instruktur zaman dulu.
6. Penilaian Belajar
Secara tradisional, para guru akan melakukan penilaian apakah peserta didik mencapai
tujuan belajar atau belum dengan mengadakan tes. Tes-tes tersebut sering kali dianggap
sebagai bagian terpisah dan berlainan dari pembelajaran. Sering kali tes tersebut tidak
didasarkan pada tujuan instruksional khusus. Dengan pembelajaran bermedia, teknik
mengevaluasi prestasi peserta didik menjadi bagian dari pembelajaran. Tes bukan
merupakan tambahan, melainkan bagian integral dari pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meskipun perkembangan teknologi pendidikan tampak berjalan dengan pesat,
namun aplikasinya dalam pendidikan sumber daya manusia masih terbatas. Tidak
disangka lagi bahwa perkembangan teknologi pendidikan telah mempengaruhi
seluruh pola kehidupan masyarakat bahkan budaya ,termasuk dibidang pendidikan.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan maka
pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakannya belajar jarak jauh dengan
menggunakan media internet untuk menghubungkan antara pendidik dengan
siswanya, melihat mahasiswanya secara online, mengecek keuangan, melihat
jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya,
dan semua itu dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf hadi Marso. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Diknas
Fred Percial dan Henry Willington. (1998). Teknologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga
Disusun Oleh :
Rosna
23004152
Penulis
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Revolusi industri 4.0 yang disebut era digital dan virtual memicu lahirnya inovasi dalam
pembelajaran sekaligus juga muncul berbagai trend dan isu dalam lingkup Teknologi Pendidikan.
Tren yang mengedepan adalah terjadinya peningkatan tajam investasi dalam bidang teknologi
pembelajaran. Adanya perubahan yang sangat signifikan desain game yang selama ini hanya
sekedar permainan semata, kini telah mampu memberikan pengalaman belajar yang luar biasa
kepada peserta didik. Tersedianya informasi dalam berbagai jenis berbasis digital telah
memberikan kemudahan kepada pendidik dan peserta didik dalam memperkaya wawasan
pembelajaran.
Trend dan issue tentang menggejalanya penggunaan berbagai perangkat komunikasi canggih di
seluruh kehidupan dalam berbagai strata masyarakat juga memunculkan fenomena yang
menggejala di seluruh dunia. Hasil riset terbaru dalam penggunaan perangkat dan koneksi ke
internet (Bindu Ranaut:2016 dalam Darmansyah: 2018) menyatakan siswa sekolah menengah di
Amerika Serikat memiliki akses ke ponsel pintar yang terhubung ke Internet 89%; 50% siswa di
kelas 3 hingga 5 memiliki Sekolah Dasar akses ke jenis perangkat yang sama; Akses siswa sekolah
menengah ke tablet mencapai 50 persen dan laptop mencapai 60 persen. Selain akses pribadi,
survei menemukan sekitar sepertiga siswa memiliki akses ke perangkat (biasanya laptop atau
tablet) di sekolah mereka. Menurut penelitian tersebut, 64 persen siswa yang disurvei
mengidentifikasi perangkat berkemampuan 3G atau 4G sebagai sarana utama mereka untuk
terhubung ke Internet, dengan yang lain; 23% menyatakan mereka terhubung melalui Internet;
46% guru menggunakan video di dalam kelas; sepertiga siswa mengakses video online – melalui
2
inisiatif mereka sendiri – untuk membantu pekerjaan rumah mereka. ; 23% siswa mengakses video
yang dibuat oleh guru mereka.
1. Gamification
Metode pembelajaran gamification menerapkan mekanisme pembelajaran dengan
menggabungkan permainan dan teknologi dalam aktivitas sehari-hari untuk meningkatkan
keterlibatan siswa. Tren yang muncul ini mendapatkan momentum pada pendidikan dasar. Di sini
siswa dapat mempelajari informasi berharga sambil memainkan permainan yang menyenangkan.
Gamification meningkatkan keterlibatan murid dan memungkinkan mereka belajar tanpa merasa
bosan. Metode ini membantu perkembangan kognitif, menciptakan lingkungan yang positif, dan
membantu kolaborasi dari para siswa.
3
3. Social Media Learning
Tren pembelajaran kini cepat berubah setiap harinya karena pengaruh teknologi. Pemanfaatan
media sosial kini bisa dirasakan juga dalam bidang pendidikan. Dengan maraknya anak-anak yang
mulai dari usia belasan memiliki akun media sosial di berbagai platform ini membuat para
pengajar, lembaga pendidikan maupun para EduTech Company seperti dicoding untuk bisa
menemukan cara dalam memanfaatkan tren. Caranya dengan mengubahnya menjadi alat untuk
meningkatkan proses pembelajaran dari para siswa.
Para pelaku pendidikan tersebut mulai menggunakan media sosial sebagai tempat komunikasi
antara siswa dengan teman sebayanya ataupun bahkan praktisi industri terkait. Di sini, siswa dapat
berbagi mengenai bahan pembelajaran, pendapat, maupun proyek mereka. Selain itu, para pelaku
pendidikan dan siswa juga dapat membangun engagement, kolaborasi, dan menghasilkan
pengalaman belajar yang lebih interaktif.
5. Pembelajaran Online
E-learning atau pembelajaran online sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Dengan perkembangan
teknologi yang pesat, kini kita tidak perlu belajar dengan tatap muka secara langsung.
Pembelajaran online ini makin meningkat peminatnya karena para siswa bisa menghemat biaya,
waktu pembelajaran yang fleksibel, materi yang lebih sesuai minat, dan juga pengalaman belajar
yang lebih menyenangkan.
Banyak pilihan platform pembelajaran online di luar sana dengan berbagai bidang yang berbeda.
Namun, jika kamu tertarik di bidang programming, kamu bisa memilih decoding sebagai platform
4
pembelajaran. Selain karena kurikulum Dicoding yang sudah sesuai dengan standar industri
global, tetapi juga kamu akan mendapatkan validasi skill dengan code review langsung dari
developer expert Dicoding.
5
10. Adaptive Learning
Mempersonalisasi pengalaman belajar sehingga dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan peserta
didik untuk menjadi mahir, meningkatkan efektivitas program yang berfokus pada apa yang
mutlak dibutuhkan. Keberhasilan pembelajaran adaptif masa depan tidak hanya dalam desain
teknologi, tetapi dalam desain konten yang dimodifikasi menjadi objek pembelajaran agar dapat
dikonsumsi berdasarkan apa yang dibutuhkan pembelajar.
6
terjangkau untuk disampaikan dalam kelompok yang lebih kecil tentu saja menggunakan
teknologi.
Tren di atas tentunya tidak datang begitu saja tanpa ada faktor pemicunya. Era digital dan virtual
seperti yang menjadi indikasi revolusi industri 4,0 telah memantik inisiatif para praktisi dan ahli
teknologi pendidikan dunia untuk menemukan berbagai inovasi terutama yang terkait
perkembangan teknologi informasi dan aplikasinya dalam pembelajaran. Momen ini menjadi awal
dari kiprah teknologi pendidikan Indonesia untuk meningkatkan eksistensinya menyambut era
revolusi industri 4,0.
7
2.3 Isu-isu Dalam Teknologi Pendidikan
Teknologi di dalam perkembangannya, tentu membawa perubahan dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk perubahan di bidang pendidikan. Ada beberapa perdebatan terkait dengan dengan
penggunaan teknologi di dalam pendidikan.
a. Pertama, teknologi dapat meningkatkan pembelajaran. Salah satu penggunaan teknologi dalam
pembelajaran adalah sebagai media pembelajaran, seperti multimedia interaktif. Menurut Heinich
Et Al (2002) multimedia interaktif adalah suatu media yang terdiri gambar, suara, dan bahan-bahan
video yang disajikan di bawah kontrol komputer untuk peserta didik, sehingga peserta didik tidak
hanya melihat gambar dan mendengar suara tetapi juga membuat respon aktif. Respon tersebut
mempengaruhi kecepatan dan urutan penyajian materi pembelajaran. Beberapa penelitian seperti
yang dilakukan oleh Rahayuningrum (tt) dan Izzudin (2013) menyatakan bahwa penggunaan
multimedia interaktif dapat meningkatkan pembelajaran yang ditandai dengan meningkatnya hasil
belajar siswa. Namun, di sisi lain bila penggunaan teknologi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan
di dalam pembelajaran, atau tidak adanya kontrol guru dalam penggunaan teknologi selama
pembelajaran, maka teknologi tersebut dapat menjadi bumerang. Sejumlah studi kuasi-eksperimen
terpisah di SMA Israel, Jerman, Belanda dan Columbia semuanya melaporkan tidak ada pengaruh
atau bahkan negatif antara tingkat penggunaan komputer dan hasil pembelajaran akhirnya (Angrist
dan Lavy, 2002, Lauvenetal. 2003, Fuchs dan Woessmann, 2004, Barrera-Osorio dan Linden, 2009
dalam Selwyn, 2011).
b. Isu kedua adalah teknologi dapat membuat pendidikan menjadi lebih baik. Seperti yang
dikemukakan sebelumnya, bila teknologi dapat meningkatkan pembelajaran, maka teknologi juga
akan membuat pendidikan lebih baik. Namun, teknologi seperti komputer juga dapat membuat
kesenjangan sosial semakin tampak. Bagi peserta didik yang sudah paham dan terbiasa dalam
mengoperasikan komputer, maka ia dapat dengan mudah menggunakannya untuk menunjang
belajar sehingga mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Sementara bagi peserta didik yang
belum mengenal komputer dan bisa mengoperasikannya, maka belajarnya akan terfokus pada cara
pengoperasian komputer, bukan pada materi yang seharusnya ia pelajari. Hal ini dapat
menurunkan hasil belajarnya.
8
c. Isu ketiga adalah teknologi dapat menggantikan guru. Dengan adanya teknologi digital,
pembelajaran dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan pada usia berapa saja. Internet
menyediakan banyak informasi dari bermacam-macam sumber yang dapat dengan mudah diakses
oleh peserta didik untuk memperluas pengetahuan mereka tentang suatu materi pembelajaran.
Beberapa guru yang menerapkan pembelajaran berbasis web juga meminta peserta didiknya untuk
mencari informasi yang dibutuhkan dalam pembelajaran di internet secara mandiri. Pendapat
inilah yang menguatkan pernyataan teknologi dapat menggantikan guru. Memang benar internet
menyediakan segala informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik tentang suatu materi, namun
tidak semua informasi yang disajikan di internet dapat menggantikan pengalaman belajar peserta
didik bersama guru. Ada beberapa materi pembelajaran yang melibatkan peran guru secara
langsung sebagai role model ataupun sebagai pembimbing, seperti materi etika dan pidato, yang
tidak dapat dilakukan oleh internet.
d. Isu keempat adalah teknologi dapat menggantikan sekolah. Adanya teknologi internet dapat
dimanfaatkan untuk pembelajaran jarak jauh, yaitu pembelajaran melalui telekomunikasi (Heinich
Et Al, 2002). Dalam pembelajaran jarak jauh ini, tidak mengharuskan peserta didik duduk di dalam
kelas reguler. Peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dimanapun dan kapanpun, sehingga
pembelajaran menjadi lebih fleksibel. Pembelajaran jarak jauh merupakan solusi bila peserta didik
maupun guru tidak dapat bertatap muka secara langsung disebabkan keterbatasan waktu dan
tempat. Namun, di sisi lain pembelajaran jarak jauh dapat menyebabkan peserta didik menjadi
lebih individualis. Selain itu, keterampilan berbicara dan bersosialisasi juga tidak akan didapat dari
pembelajaran jarak jauh. Oleh sebab itu, penggunaan teknologi dalam pendidikan memang dapat
mempermudah jalannya suatu pendidikan, namun teknologi belum tentu dapat menyelesaikan
semua persoalan yang berkaitan dengan pendidikan seperti pembelajaran sosial.
Trend dan isu-isu teknologi pendidikan mengatasi kesenjangan digital dan ketidaksetaraan
pendidikan.
1. Mengatasi kesenjangan akses :
Kesenjangan digital dapat diatasi dengan berkolaborasi dengan komunitas atau organisasi lokal
untuk menyediakan sumber daya teknologi kepada siswa kurang mampu. Inisiatif seperti
9
penggalangan donasi untuk laptop atau tablet dapat menjembatani kesenjangan dan memastikan
akses yang setara terhadap materi pendidikan.
Bentuk implementasi nyata dari mengatasi kesenjangan digital dan ketidaksetaraan pendidikan :
1. Meskipun terdapat keterbatasan akses digital, masih ada teknologi yang dapat
dimanfaatkan seperti buku teks digital, alat pendidikan interaktif, dan gadget elektronik
yang tersedia di lingkungan sekitar.
2. Pemerintah dan lembaga pendidikan dapat menyediakan akses yang lebih luas ke teknologi
digital untuk semua siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan komputer, laptop,
dan tablet di sekolah-sekolah, atau dengan memberikan subsidi untuk pembelian perangkat
digital.
3. Pendidik dapat memanfaatkan teknologi digital untuk memberikan pembelajaran yang
lebih personal dan adaptif. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
yang dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kebutuhan masing-masing siswa.
4. Pendidik dapat menggunakan teknologi digital untuk memberikan pembelajaran yang lebih
interaktif dan menarik. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan video, animasi, dan
game dalam pembelajaran.
10
dunia. Selain itu, platform konten digital menawarkan berbagai sumber belajar bagi siswa dan
guru. Seiring dengan meningkatnya popularitas platform konten digital, dampaknya terhadap cara
orang belajar dan berinteraksi dengan konten pendidikan pasti akan meningkat.
Teknologi yang didukung AI seperti pengenalan wajah, pemrosesan bahasa alami, dan
pembelajaran mesin semakin banyak digunakan di ruang kelas, sehingga pembelajaran menjadi
lebih mudah dan menarik.
Selain itu, lingkungan pembelajaran yang didukung AI dapat memberikan siswa pengalaman
belajar yang dipersonalisasi dan memungkinkan guru menyesuaikan pelajaran untuk memenuhi
kebutuhan masing-masing siswa.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa AI dengan cepat diintegrasikan ke dalam alat-alat
pendidikan, dan dampaknya pasti akan terasa di tahun-tahun mendatang.
AR dan VR dapat membantu menciptakan pengalaman belajar yang mendalam dan menarik, apa
pun lingkungannya. Mereka akan semakin banyak digunakan sebagai alat untuk pembelajaran
yang imersif dan berdasarkan pengalaman.
Hal ini memungkinkan siswa untuk menjelajahi dunia virtual, berlatih tugas, dan terlibat dalam
simulasi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
Ketika kedua teknologi ini menjadi lebih umum, dampaknya terhadap pendidikan akan sulit untuk
diabaikan.
4. Gamifikasi Pembelajaran
Gamifikasi pembelajaran merupakan tren yang sudah terlihat di banyak institusi pendidikan.
Tujuan utama menggabungkan elemen desain permainan dalam lingkungan pendidikan adalah
untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan menarik.
Beberapa contoh gamifikasi dalam lingkungan pendidikan meliputi; mendapatkan poin virtual
untuk menyelesaikan tugas, papan peringkat virtual untuk bersaing dengan rekan-rekan, dll.
11
Dengan mengubah pembelajaran menjadi pengalaman yang interaktif dan menarik, siswa dapat
menyimpan lebih banyak informasi dan membangun keterampilan dengan cara yang
menyenangkan dan menarik.
Ketika teknologi wearable semakin tersebar luas dan dapat disesuaikan, dampaknya terhadap
ruang pembelajaran akan semakin besar. Teknologi yang dapat dikenakan dapat membantu
melacak kemajuan, memberikan masukan kinerja, dan menawarkan panduan yang dipersonalisasi
secara real-time.
Selain itu, mahasiswa dapat mendengarkan audio ceramah, menerima notifikasi kelas, membuat
catatan suara, dan banyak lagi dengan teknologi yang dapat dikenakan seperti jam tangan pintar
dan headset VR.
Hal ini akan membuat pembelajaran lebih mudah diakses dan efektif serta bermanfaat bagi guru
dan orang tua.
6. Penilaian Otomatis
Kekuatan otomatisasi di bidang pendidikan tidak dapat dianggap remeh. Alat penilaian otomatis
akan semakin banyak digunakan untuk mengevaluasi kemajuan siswa.
Hal ini memberi guru dan administrator wawasan yang lebih baik mengenai kinerja siswa dan
bidang-bidang yang perlu ditingkatkan.
Alat penilaian otomatis juga dapat menyediakan data analitis untuk membantu siswa
mengidentifikasi area lemah dan mengatasinya. Selain itu, alat penilaian otomatis memungkinkan
guru menilai tugas dengan cepat dan akurat, sehingga mengurangi waktu yang diperlukan untuk
tugas tersebut.
7. Pembelajaran Adaptif
Pembelajaran adaptif akan menjadi tren utama yang muncul dalam teknologi pendidikan ,
memungkinkan kursus disesuaikan dengan kebutuhan individu setiap siswa. Semakin banyak
12
institusi pendidikan yang menerapkan pendekatan inovatif berbasis data ini untuk memfasilitasi
pengalaman pembelajaran yang disesuaikan.
Hal ini akan membantu guru memenuhi kebutuhan populasi siswa yang beragam dan
memaksimalkan hasil belajar siswa.
Hal ini juga akan membantu guru untuk menyesuaikan jalur pembelajaran individu dan kecepatan
pembelajaran.
8. Komputasi Awan
Komputasi awan akan terus menjadi alat penting bagi para pendidik, memungkinkan mereka
mengakses dan menyimpan data dengan lebih efektif. Hal ini juga memungkinkan siswa
menghemat uang untuk membeli buku mahal karena buku berbasis cloud dapat diakses dengan
mudah di mana saja.
Sebagai tren yang muncul dalam teknologi pendidikan , komputasi awan menawarkan fasilitas
otentikasi yang kuat untuk menjamin keamanan data. Ini juga memfasilitasi kolaborasi yang
mudah antara siswa dan guru.
Media sosial memengaruhi cara kita belajar. Hal ini telah menciptakan peluang baru bagi pelajar
untuk terhubung satu sama lain dan mengakses serta berbagi pengetahuan. Media sosial juga
mempunyai dampak yang signifikan terhadap cara pendidik mengajar. Hal ini telah memberikan
para pendidik alat-alat baru untuk menjangkau dan melibatkan siswa.
Penggunaan media sosial dalam pembelajaran masih dalam tahap awal, namun telah meninggalkan
dampak yang signifikan terhadap cara kita belajar. Di tahun-tahun mendatang, media sosial akan
terus memberikan dampak besar terhadap cara kita belajar dan mengajar.
Perangkat seluler menjadi semakin populer untuk tujuan pendidikan, memungkinkan siswa untuk
tetap terhubung dengan pembelajaran mereka kemanapun mereka pergi. Dan itulah sebabnya
semakin banyak konten pendidikan yang dioptimalkan untuk pembelajar mobile saat ini.Perangkat
13
portabel seperti ponsel dan tablet menggantikan media pembelajaran tradisional karena dengan
solusi e-learning seluler , pembelajaran tidak pernah berhenti.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknologi pendidikan telah menjadi bagian integral dari pendidikan modern. Tren dan isu-isu
dalam teknologi pendidikan terus berkembang, dan penting bagi para pendidik untuk memahami
tren dan isu-isu tersebut.
Tren dalam teknologi pendidikan memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Misalnya, penggunaan teknologi digital dapat memberikan pembelajaran yang lebih personal dan
adaptif, dan pengembangan AI dapat memberikan pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik.
Isu-isu dalam teknologi pendidikan harus dipertimbangkan dengan cermat agar teknologi
pendidikan dapat dimanfaatkan secara efektif dan bertanggung jawab. Misalnya, perbedaan akses
terhadap teknologi digital dapat menyebabkan kesenjangan dalam pendidikan, dan penggunaan
teknologi digital dalam pendidikan dapat menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan.
Pendidik harus siap untuk menghadapi tantangan dan peluang yang dibawa oleh tren dan isu-isu
dalam teknologi pendidikan. Dengan pemahaman yang baik tentang tren dan isu- isu tersebut,
pendidik dapat memanfaatkan teknologi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi
semua siswa.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan terkait tren dan
isu-isu teknologi pendidikan dan kaitannya dengan implementasi dalam pembelajaran. Dalam hal
ini, penting bagi pembaca untuk memahami bahwa tren dan isu-isu teknologi pendidikan saling
keterkaitan antara pihak yang terlibat. Demikianlah makalah yang kami buat, semoga bermanfaat
dan menambah pengetahuan para pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, S. (2018). Peran Teknologi Dalam Pendidikan di Era Globalisasi. EDURELIGIA: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 2(2), 94-100.
Apriyanti, Y. O., Darmansyah, R., Kurnia, L. I., Zebua, R. S. Y., Ramli, A., Mamlu’ah, A. W., &
Barokah, A. (2023). ILMU MANAJEMEN PENDIDIKAN: Teori dan praktek mengelola
Lembaga Pendidikan Era Industri 4.0 & Soceity 5.0. Sonpedia Publishing
Indonesia.
Jannah, Yazmin Izzatul. (2022). 6 Tren Teknologi Pendidikan di Tahun 2022.
16