Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERKEMBANGAN DIGITALISASI TERHADAP SEKTOR PENDIDIKAN DAN


PENINGKATAN SDM DI INDONESIA

Dosen Pengampu:
Dr.Isthafan Najmi,Se,M.Si

Disusun oleh kelompok 5 :


Wilma Pitaloka (20120110)
Nuri Samsia (20120082)

Kelompok Pembahas:

Kelompok 10 : Kelompok 11 :
Sri Sinta (20120048) Said Afdhalul Fajar (18120003)
Nanda Tassa (20120090) Rahmatullah (18120056)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ABULYATAMA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Perkembangan Digitalisasi Terhadap
Sektor Pendidikan Dan Peningkatan Sdm Di Indonesia.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada : Bapak Dr.Isthafan
Najmi,SE,M.Si selaku Dosen Mk Perekonomian Indonesia & Semua rekan dan
teman yang mendukung kelompok kami.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Aceh Besar, 17 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii
BAB I ...................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 4
2.1 Terobosan Penyediaan Akses Pendidikan Bermutu Di Daerah 3T............................ 4
2.2 Peningkatan Kapasitas Guru Di Era 4.0 ..................................................................... 5
2.3 Covid-19 Pemicu Percepatan Transformasi Digital Pendidikan Indonesia ............... 7
2.4 Inisiatif KOMINFO Dalam Pengembangan SDM ...................................................... 11
2.5 Tantangan Menyiapkan SDM Ini Merata Di Seluruh Dunia ...................................... 16
BAB III .................................................................................................................................. 21
PENUTUP ............................................................................................................................ 21
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 21
3.2 Saran.......................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka menyiapkan sekolah memasuki era revolusi industri 4.0 serta
memenuhi Nawa Cita ketiga, yakni "Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan
Memperkuat Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan", Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengembangkan program
Digitalisasi Sekolah. Alokasi dana pengembangan program tersebut disiapkan
melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) berupa BOS Afirmasi dan BOS
Kinerja.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy
menyatakan program digitalisasi sekolah ini sejalan dengan arahan Presiden Joko
Widodo untuk menyiapkan sumber daya manusia menyongsong revolusi industri
4.0. Presiden meminta semua Menteri untuk memberikan perhatian terhadap
daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) agar mendapatkan fasilitas-fasilitas
pembangunan termasuk di bidang pendidikan.“Dua tahun yang lalu, Bapak
Presiden Jokowi memberikan arahan supaya segera merealisasikan penggunaan
TIK (teknologi informasi dan komunikasi) untuk mempercepat akses pelayanan
pendidikan di wilayah-wilayah pinggiran,” terang Mendikbud Muhadjir Effendy.
Menurut Mendikbud, salah satu tantangan dunia pendidikan di Indonesia
saat ini adalah akses pendidikan di daerah pinggiran, pendidikan karakter, dan
perkembangan teknologi yang harus diimbangi keahlian dan kemampuan."Oleh
karena itu, untuk mempercepat dan meningkatkan akses (pendidikan) yang belum
merata itu, kita akan bangun mulai dari pinggiran dulu melalui digitalisasi sekolah,”
ujar Mendikbud.
Pada tahun 2019, pengalokasian dana BOS sedikit berbeda dibandingkan
sebelumnya. Selain alokasi dana BOS regular, juga disediakan dana BOS
Afirmasi untuk mendukung operasional rutin dan mengakselerasi pembelajaran
bagi sekolah yang berada di daerah tertinggal dan sangat tertinggal dengan
alokasi dana sebesar Rp2,85 triliun. Serta disiapkan juga dana BOS Kinerja
sebesar Rp1,49 triliun, yang dialokasikan untuk sekolah yang dinilai berkinerja

1
baik dalam menyelenggarakan layanan pendidikan. Petunjuk teknis mengenai
penggunaan BOS Afirmasi dan BOS Kinerja diatur melalui Peraturan Mendikbud
Nomor 31 Tahun 2019. Sementara sebagai langkah awal, program Digitalisasi
Sekolah akan direalisasikan kepada 31.387 sekolah melalui BOS Afirmasi dan
5.987 sekolah melalui BOS Kinerja.
Melalui program ini, Pemerintah akan memberikan sarana pembelajaran di
sekolah berupa komputer tablet kepada 1.753.000 siswa kelas VI, kelas VII, dan
kelas X di seluruh Indonesia, khususnya sekolah-sekolah yang berada di wilayah
pinggiran. "Tahun depan kalau bisa diperbanyak, bisa sepuluh kali lipat, dan kita
ambilkan dananya bukan hanya dari BOS Afirmasi dan BOS Kinerja. Dengan
begitu digitalisasi sekolah bisa berjalan secepat mungkin," terang Mendikbud.
Untuk memastikan penggunaan sarana pembelajaran berfungsi dengan baik,
Kemendikbud bekerja sama dengan berbagai kementerian/lembaga pemerintah.
"Untuk jaringan internet, kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian
Komunikasi dan Informasi. Sedangkan untuk penyediaan listrik, Kementerian
ESDM sudah menyanggupi untuk menyediakan pembangkit (listrik) tenaga surya,"
terang Muhadjir.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang diangkat pada
makalah ini antara lain:
1. Apa terobosan penyediaan akses pendidikan bermutu di daerah 3T?
2. Bagaimana peningkatan kapasitas guru di era 4.0 ?
3. Mengapa covid-19 dikatakan sebagai pemicu percepatan transformasi
digital pendidikan indonesia?
4. Apa inisiatif KOMINFO dalam pengembangan SDM ?
5. Apa tantangan menyiap kan SDM merata di seluruh dunia ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah tersebut antara lain :
1. Mengetahui terobosan penyediaan akses pendidikan bermutu di daerah
3T?
2. Mengetahui peningkatan kapasitas guru di era 4.0?

2
3. Mengetahui covid-19 sebagai pemicu percepatan transformasi digital
pendidikan indonesia?
4. Mengetahui isiatif KOMINFO dalam pengembangan SDM?
5. Mengetahui tantangan menyiap kan SDM merata di seluruh dunia?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Terobosan Penyediaan Akses Pendidikan Bermutu Di Daerah 3T


Program Digitalisasi Sekolah merupakan terobosan baru yang
memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
mempermudah proses belajar mengajar. “Guru dan siswa makin mudah
mengakses bahan ajar. Guru, siswa kepala sekolah dan unsur pendidikan juga
bisa mengaksesnya. Selain itu, komunitas guru bisa bekerja sama membuat
materi bahan ajar digital, membuat tes ujian harian secara bersama-sama, baik di
luar jaringan atau offline maupun dalam jaringan atau online,” tutur Sekretaris
Jenderal (Sesjen) Kemendikbud Didik Suhardi yang juga selaku Pelaksana Tugas
(Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sebagai langkah awal, Kemendikbud telah meluncurkan program
Digitalisasi Sekolah di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal
18 September 2019. Pada kesempatan ini, Mendikbud membagikan komputer
tablet kepada 1.142 siswa yang terdiri dari 508 siswa kelas 6, 303 siswa kelas VII,
dan 331 kelas X. Komputer tablet yang dibagikan telah diisi dengan buku
elektronik dan aplikasi Rumah Belajar yang dapat digunakan untuk mengakses
materi dengan atau tanpa jaringan Internet. "Pemberian tablet untuk siswa
bertujuan agar para siswa mudah membawanya, paling ringan, aplikasinya mudah
untuk di-update, serta paling mudah untuk dimodifikasi. Para siswa dapat dengan
mudah menonton video pembelajaran melalui tablet," terang Didik Suhardi.
Selain komputer tablet yang akan digunakan oleh masing-masing siswa,
setiap sekolah juga akan menerima satu unit PC server, satu unit laptop, harddisk,
router, LCD, dan speaker. “Nanti penggunaanya untuk siswa kelas VI, kelas VII
dan kelas X. tapi sifatnya dipinjamkan, jadi tidak boleh dibawa pulang ke rumah,”
terang Didik Suhardi.
Proses pengadaan komputer tablet dapat dilakukan secara langsung dan
mandiri oleh sekolah dengan menggunakan Sistem Informasi Pengadaan Sekolah

4
(SIPLah) tanpa perlu melakukan lelang Pengadaan Barang. Sesjen Kemendikbud
mengimbau agar para Kepala Dinas Pendidikan dapat aktif memberikan
pembinaan kepada para Kepala Sekolah. ”Juga, mengawasi sekolah agar betul-
betul memberikan peralatan yang sesuai dengan yang diharapkan. Jangan
sampai membeli yang tidak diperlukan,” ungkapnya. Program digitalisasi sekolah
yang diluncurkan Kemendikbud, tidak akan menghilangkan proses pembelajaran
dengan tatap muka.
Pembelajaran dengan tatap muka antara guru dan siswa di kelas tetap
penting dan tidak tergantikan, dan akan diperkaya dengan konten-konten digital.
"Sekali lagi dengan digulirkannya platform digital ini bukan berarti proses belajar
konvensional tidak berlaku, tetapi tetap penting. Karena tatap muka antara siswa
dengan guru masih menjadi cara yang paling baik. Cara yang paling tepat untuk
mendidik anak terutama dalam rangka membentuk karakter siswa,” jelas
Mendikbud.

2.2 Peningkatan Kapasitas Guru Di Era 4.0


Program digitalisasi sekolah akan didukung dan ditindaklanjuti dengan
peningkatan kompetensi guru, khususnya di bidang penguasaan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Hal ini karena guru merupakan ujung tombak dan
penentu keberhasilan program digitalisasi sekolah untuk mempercepat terciptanya
sumber daya manusia Indonesia yang unggul. “Kunci berhasil atau tidaknya
program digitalisasi sekolah ada pada guru. Jadi kompetensi guru harus baik.
Guru harus belajar tiap hari baik bersama instruktur, belajar sendiri, ataupun
belajar dengan koleganya dalam asosiasi guru,” tutur Mendikbud.
Menurut Mendikbud, peran guru di era revolusi industri 4.0 semakin penting
dan vital. "Guru tidak hanya mengajar, namun sekarang guru harus menguasai
sumber-sumber dimana anak-anak bisa belajar. Anak-anak bisa belajar dari mana
saja, dan guru mengarahkan," kata Muhadjir Effendy. Dengan kata lain guru
berfungsi sebagai penghubung sumber belajar atau resource linker.
Guru juga berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran. "Peran guru
memfasilitasi, mencari narasumber yang relevan, siswa harus belajar dengan
siapa, kemudian memerlukan fasilitas apa," ujar Muhadjir Effendy.
Selain itu, peran guru yang juga sangat penting adalah sebagai penjaga
gawang informasi atau gate keeper. "Informasi mana yang membahayakan harus

5
dibendung oleh guru. Ancaman kita semakin lama sangat besar, pengaruh
ideologi yang bertentangan dengan Pancasila," imbuh Mendikbud. Oleh karena
itu, guru harus terus meningkatkan kompetensinya, khususnya dalam penguasaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). "Mulai sekarang saya mohon kepada
guru untuk mulai mempelajari dan menguasai materi yang tersedia di portal
Kemendikbud, khususnya yang ada di dalam platform Rumah Belajar. Itu gratis
tidak perlu membayar,” pesan Mendikbud. Transformasi digital sektor pendidikan
di Indonesia bukanlah suatu wacana baru. Berbagai seminar, perbincangan,
regulasi pendukung dan upaya konkrit menerapkan transformasi digital di
lingkungan pendidikan tinggi (univeristas, institut, sekolah tinggi, politeknik,
akademi) serta pendidikan dasar menengah (TK, SD, SMP, SMA, SMK) telah
banyak dilakukan beberapa tahun terakhir.
Ini sejalan dengan upaya Indonesia menyongsong era industri 4.0, dimana
semua aspek kehidupan tidak lepas dari sentuhan teknologi. Semua sektor
kehidupan, terutama sektor industri, pedagangan, pariwisata dan tentu tidak
terkecuali sektor pendidikan harus mampu beradaptasi dan mengadopsi teknologi
untuk kemajuan sektor tersebut atau minimal sekedar untuk tetap bisa bertahan
eksis ditengah badai efek desruptif (menggangu kemapanan) industri 4.0 yang
sangat dahsyat dan masif.
Namun sepertinya penerapan transformasi digital yang merata di bidang
pendidikan Indonesia beberapa tahun terakhir masih jauh dari harapan, baru
sedikit institusi pendidikan yang benar-benar siap dan mampu menjalankannya
dengan baik, sebagian lagi masih dengan tertatih-tatih berusaha terus maju di
tengah berbagai keterbatasan, bahkan sebagian besar masih jalan ditempat atau
terhenti pada sekedar wacana saja.
Lambatnya progres kemajuan pemerataan transformasi digital pendidikan
tersebut bukan tanpa alasan. Berbagai kendala dihadapi oleh insitusi pendidikan
negeri maupun swasta saat akan menerapkan transformasi digital di instansi
masing-masing.
Beberapa faktor utama kendala transformasi digital di sektor pendidikan
adalah wilayah Indonesia yang sangat luas sementara kondisi infrastruktur
pendukung yang belum merata, keterbatasan dana, keterbatasan sumber daya
manusia, mental block, dan lain-lain.

6
Infrastuktur dan fasilitas teknologi pendukung tentu memegang peranan
yang sangat penting. Tanpa koneksi internet yang memadai, peralatan pendukung
seperti server, laptop/komputer, handphone, scanner, kamera, sistem informasi
akademik dan manajemen yang baik tentu mustahil transformasi digital akan
dapat dilakukan dengan lancar dan sukses. Selain itu, faktor kondisi sumber daya
manusia tentu sangat besar pengaruhnya. Penguasaan sumber daya manusia
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung
berbagai aktivitas kegiatan belajar mengajar ataupun koordinasi kerja masih
belum memadai dan merata.
Pada dasarnya permasalahan utamanya bukan terletak pada
ketidakmampuan untuk menggunakan teknologi, namun karena faktor kebiasaan
dan mental block. Fikiran merasa gaptek (gagap teknologi), merasa sudah tua /
senior, merasa sulit padahal belum mencoba, dan kondisi masih bisa melakukan
berbagai aktivitas belajar mengajar dan koordinasi secara konvensional (dalam
keadaan normal) menjadi salah satu penghalang utama kesuksesan transformasi
digital. Ini masih terjadi dan dihadapi sebagian besar lembaga pendidikan mulai
dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi.

2.3 Covid-19 Pemicu Percepatan Transformasi Digital Pendidikan Indonesia


Melihat situasi pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, nyatanya ada silver
lining yang bisa diambil. Salah satunya adalah peningkatan terhadap kebutuhan
teknologi digital. Tercatat bahwa setidaknya 50% dari total transaksi digital yang
sudah dilakukan di masa pandemi ini berasal dari pengguna baru. Bisa
disimpulkan bahwa pandemi COVID-19 merupakan “promotor” bidang TIK atau
ICT yang unggul.
Pak Basuki memaparkan flowchart dari industri TIK di Indonesia, bermula
dari munculnya tren teknologi yang akan diaplikasikan oleh bisnis. Dari sana,
barulah akan ada perubahan dalam aspek lingkungan industri yang mendorong
pemerintah dalam membuat regulasi-regulasi baru. Regulasi ini juga akan
dipengaruhi oleh regulasi yang sudah diterapkan oleh negara-negara lain. Tujuan
akhirnya adalah terciptanya social life atau hidup bermasyarakat yang lebih
modern, maju, dan digital.
Jika sebelumnya berbagai wacana, kebijakan pendukung, serta sosialisasi
tentang era industri 4.0 belum berhasil membuat institusi penddikan (universitas,

7
institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi, hingga sekolah dasar menengah)
mencapai progress signifikan pada transformasi digital pendidikan Indonesia,
Covid-19 atau Virus Corona justeru memberikan dampak luar biasa dalam aspek
ini. Ditinjau dari berbagai aspek, jelas Covid-19 adalah musibah yang memberi
dampak negatif kepada hampir semua sektor kehidupan manusia. Terutama
upaya pencegahan penyebaran Covid-19 melalui Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) atau Lockdown dengan berbagai himbauan #dirumahaja
#workfromhome #LearnFromHome #StayHome dan lain-lain. Sesuatu yang tidak
diinginkan sebagian besar manusia, dan kita semua ingin agar kondisi ini segera
berakhir untuk dapat menjalami aktivitas normal kembali. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa musibah melalui pandemi Covid-19 juga membawa berbagai
positif, seperti kondisi alam yang menjadi lebih baik, lapisan ozon yang pulih
kembali, dan di bidang pendidikan ternyata menjadi pemicu percepatan proses
transformasi digital pendidikan Indonesia.

Beberapa indikator percepatan transformasi digital di bidang pendidikan tersebut


antara lain:
1. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di Perguruan Tinggi dan Sekolah
Sejak dikeluarkannya himbauan dan peraturan daerah tentang pembatasan
aktivitas sosial (social distancing) sebagai langkah antisipasi penyebaran
Covid-19 yang lebih luas pada awal bulan Maret 2020, banyak perguruan tinggi
dan sekolah-sekolah yang menghentikan kegiatan belajar mengajar tatap muka
di kelas. Aktivitas belajar mengajar digantikan dengan kuliah online berupa
pemberian materi belajar, forum diskusi, tugas, video conference, quiz dan ujian
secara online menggunakan learning management system dan aplikas seperti
esutdy, moodle, zoom, google meet, jitsi, WA, Telegram dan lain-lain.
Perkembangan selanjutnya, seluruh perguruan tinggi dan sekolah di
Indonesia menghentikan aktivitas belajar mengajar tatap muka. Namun tentu
saja proses belajar mengajar tidak boleh berhenti, the show must go on, di titik
ini semua harus menjalankan belajar online. Mau tidak mau, bisa tidak bisa,
merasa gaptek atau tidak gaptek. Dan hasilnya saat ini dominan dosen, guru,
mahasiswa dan siswa mulai mahir menggunakan berbagai perangkat dan
media pendukung belajar online. Walaupun mungkin menghadapi berbagai

8
kendala dan berbagai keterbatasan. Bagaimanapun ini adalah suatu kemajuan
yang layak disyukuri.
Sebenarnya aturan mengenai sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Pasal 31. Pada saat itu baru Universitas
Terbuka (UT) satu-satunya kampus yang melayani pendidikan jarak jauh (PJJ).
Tujuh belas tahun kemudian, walaupun perkembangan teknologi sudah
sedemikian pesat dan didukung oleh berbagai regulasi pemerintah untuk
penerapan blended learning dan e-learning, belum begitu banyak perguruan
tinggi ataupun sekolah yang benar-benar sukses menjalankannya.
Di tingkat perguruan tinggi, hingga akhir 2019, tidak banyak perguruan
tinggi yang telah siap dan melaksanakan e-learning / daring secara masif.
Beberapa kampus yang telah menerapkan e-learning biasanya juga baru
terbatas untuk beberapa kelas kuliah tertentu atau oleh dosen-dosen tertentu
saja. Pada bulan April 2020, hampir semua kampus dan sekolah menerapkan
pendidikan jarak jauh.
2. Maraknya Kegiatan Webinar Berkualitas
Webinar merupakan singkatan dari web seminar, yaitu seminar yang
dilakukan melalui aplikasi berbasis internet seperti zoom, google meet, jitsi dan
lain-lain. Dengan webinar memungkinkan terjadi proses knowledge transfer
tanpa batasan jarak dan ruang.Semenjak pembatasan aktivitas sosial untuk
pencegahan Covid-19 di Indonesia, terdapat begitu banyak kegiatan webinar
yang telah dilaksanakan oleh berbagai institusi maupun pribadi. Ada webinar
yang berbayar dan juga banyak yang menawarkan webinar berkualitas secara
gratis.Ini tentu merupakan salah satu indikasi perkembangan positif bagi proses
transformasi digital pendidikan di Indonesia.
3. Work From Home dan Koordinasi Jarak Jauh
Aktivitas di institusi pendidikan tentu saja tidak melulu hanya kegiatan
belajar mengajar saja. Terdapat begitu banyak aktivitas penunjang kelancaran
kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang perlu tetap
dikerjakan dan koordinasikan dengan baik.
Work from home alias kerja di rumah saja menjadi pilihan logis untuk situasi
seperti saat ini, namun bagaimana dengan koordinasi kerja sebuah tim? Untuk

9
rapat bersama dalam satu ruangan besar membahas tentu tidak seleluasa
seperti kondisi normal. Bekerja tanpa koordinasi tentu bukan pilihan yang tepat.
Tak heran saat ini sangat marak dan menjadi familiar dilakukan rapat koordinasi
jarak jauh memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi tersedia. Saat ini
bagi sebagian besar pimpinan instansi pendidikan, dosen, guru, staf mengikuti
rapat online dengan peserta hingga seratus orang sudah menjadi hal biasa,
hampir sama seperti aktivitas menelepon saja. Ini juga yang membuat tiba-tiba
popularitas aplikasi zoom meningkat drastis.
4. Penerimana Siswa dan Mahasiswa Baru Secara Online
Kondisi membuat semua pimpinan perguruan tinggi dan sekolah harus
tanggap dengan situasi terkini. Semakin dekatnya akhir tahun ajaran 2019/2010
Genap, berarti tak lama lagi akan dimulai tahun ajaran baru.
Lazimnya dalam keadaan normal saat ini hingga tahun ajaran baru dimulai
adalah masa-masa sibuk aktivitas promosi dan proses penerimaan siswa
ataupun mahasiswa baru. Namun tahun 2020 ini berbeda, proses penerimaan
siswa dan mahasiswa baru biasa secara konvensional, mulai dari pendaftaran,
pembayaran, hingga ujian tertulis jelas tidak bisa dilaksanakan. Strategi sistem
penerimaan siswa atau mahasiswa baru secara online menjadi pilihan logis dan
harus ditempuh. Walaupun karena berbagai hal, penerapan sistem penerimaan
secara online dilakukan sangat beragam oleh intansi pendidikan, sesuai
dengan kondisi dan kemampuan masing-masing. Ada yang sudah
menggunakan aplikasi pmb online, pembayaran dan ujian computer based test
online terintegrasi. Ada juga yang baru sebatas menggunakan google form dan
meniadakan jalur test seleksi.
Sisi positifnya adalah semua semakin menyadari manfaat transformasi
digital untuk menunjang kemajuan instansi pendidikan masing-masing.
5. Menyadari Pentingnya Sistem Informasi Manajemen Akademik Kampus dan
Sekolah
Berbagai kegiatan belajar mengajar jarak jauh, layanan akademik dan
keuangan secara online tentu membutuhkan sistem informasi manajemen
akademik yang baik dan tangguh. Dalam keadaan normal saja, pekerjaan
tersebut jika dilakukan secara manual sangat sulit, memakan waktu banyak dan
rentan human error. Bagi sebagian besar kampus dan sekolah yang telah lama
menyadari betapa pentingnya bantuan aplikasi sistem informasi akademik

10
untuk mendukung aktivitas sehari-hari, telah mulai lazim digunakan sistem
informasi akademik, baik dari hasil pengembangan tim internal, menggunakan
software gratis open source ataupun menggunakan jasa vendor penyedia
sistem informasi akademik seperti Suteki Technology.
Namun bagi kampus dan sekolah yang sebelum pandemi Covid-19 masih
mengelola adminsitrasi instansinya secara manual (dengan berbagai
pertimbangan dan atau merasa harga sistem informasi akademik yang
dianggap mahal), tentu kondisi saat ini membuat berbagai pekerjaan menjadi
semakin sulit. Ada banyak agenda, pelayanan dan pelaporan yang tetap harus
diselesaikan, yang itu sangat sulit dan semakin sulit dilakukan secara
manual.Kabar baiknya, tentu unsur pimpinan menjadi makin menyadari
pentingnya melakukan transformasi digital dan mengadopsi penggunaan sistem
informasi akademik dan keuangan yang baik.
Kabar gembiranya saat ini Suteki Technology telah menyediakan aplikasi
keren SIAKAD 4.0 Cloud yang sangat powerfull membantu berbagai kegiatan
akademik dan pembayaran online perguruan tinggi dengan biaya hanya setara
gaji 1 orang saja.
6. Kegiatan transformasi digital lainnya
Dan juga berbagai aktivitas transformasi digital pendidikan lainnya yang
berkembang pesat dipicu oleh kondisi tanggap darurat Covid-19 seperti
keadaan saat ini.Kita semua tentu tidak ingin kondisi seperti saat ini
berlangsung terlalu lama. Kita berharap dan berdo‟a semoga pandemi Covid-19
segera berlalu dan kita dapat beraktivitas normal kembali.
Terlepas dari begitu besar dan banyaknya dampak negatif Covid-19 pada
berbagai sektor dan lini kehidupan manusia, kita tetap harus berjuang untuk
masa depan khususnya usaha mencerdaskan generasi Indonesia untuk masa
depan yang lebih baik. Kita juga patut bersyukur bahwa selalu ada hikmah di
balik suatu peristiwa.

2.4 Inisiatif KOMINFO Dalam Pengembangan SDM


Kompetensi dan talent pun menjadi fokus dari KOMINFO dalam
mengembangkan kualitas SDM Indonesia. Setelah melewati pandemi, sistem
edukasi nasional harus mampu menggabungkan offline dan online learning. Tidak

11
lagi hanya mengajarkan materi kepada mahasiswa, namun juga mengajarkan
mereka cara memperluas kapasitas pembelajaran.
Untuk bisa mencapai transformasi digital, maka perlu juga adanya bisnis
digital. Bisnis digital yang sukses dan relevan memerlukan 3 komponen, yakni
teknologi, manajemen, dan ekonomi. Pak Basuki mengatakan bahwa banyak
bisnis digital yang memiliki inovasi bagus namun gagal di pasaran karena tidak
memiliki kemampuan manajemen yang mumpuni.
Oleh sebab itu, KOMINFO pun sudah membentuk program Digital
Scholarship yang dibagi dalam 3 level, yakni level Basic/Operator (Digital Talent
Scholarship VSGA), level Middle/Teknisi (Digital Talent Scholarship FGA dan
VSGA), dan level Advance (Digital Leadership Academy S2 dan S3). Digital Talent
Scholarship adalah program beasiswa pelatihan talenta digital yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan daya saing SDM di bidang
teknologi Informasi untuk mendukung transformasi digital dan peningkatan
ekonomi digital Indonesia menuju Industri 4.0. Kepala Balai Besar Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan Penelitian (BBPSDMP) Kominfo Medan, Drs. Irbar
Samekto, M.Si. Dalam sambutannya menyatakan, Vocational School Graduate
Academy (VSGA) adalah program pelatihan dan sertifikasi berbasis kompetensi
nasional yang ditujukan bagi lulusan SMK/sederajat serta Diploma 3. Program
Fresh Graduate Academy Digital Talent Scholarship (FGA DTS) merupakan
program pelatihan peningkatan kompetensi bidang TIK yang bertujuan untuk
mempersiapkan para lulusan yang belum atau tidak sedang bekerja agar memiliki
kompetensi profesional, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di era digital.
Dalam rangka meraih visi “Indonesia Maju 2045”, Pemerintah Indonesia
melakukannya dengan 4 (empat) pilar, yaitu: (1) Pembangunan Manusia serta
Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (2) Pembangunan Ekonomi
Berkelanjutan, (3) Pemerataan Pembangunan, serta (4) Pemantapan Ketahanan
Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan. Kelas menengah akan menjadi salah
satu kunci dalam mencapai visi tersebut, terutama dalam mendukung
pembangunan negara ini di masa depan. Maka itu, penciptaan lapangan kerja
khususnya untuk kelas menengah menjadi isu penting. Pasalnya, penduduk kelas
menengah dan berusia produktif yang akan menjadi tulang punggung bagi
perekonomian Indonesia ke depannya.

12
Produktivitas angkatan kerja, baik dari kelas menengah maupun bukan, disadari
Pemerintah Indonesia menjadi kunci supaya negara ini memiliki daya saing tinggi
di kancah perekonomian global. Hal ini diawali dengan peluncuran program
Making Indonesia 4.0 di 2018 lalu. Salah satu yang menjadi titik berat dalam
program itu adalah proses digitalisasi pada segala lini bisnis dan ekonomi.
Nilai ekonomi digital di Indonesia meningkat sebesar 11% dari US$40 miliar
di 2019 menjadi US$44 miliar di 2020. Ini berpotensi naik lagi menjadi US$124
miliar di 2025. Jumlah tersebut diproyeksikan akan menjadi yang tertinggi se-Asia
Tenggara. Skor Literasi Digital Indonesia pada Global Innovation Index (2020)
adalah 3,47 dari skala 5,00.
Dalam 15 tahun ke depan, Indonesia membutuhkan sekitar 9 juta talenta digital
(atau 600 ribu talenta setiap tahunnya) untuk mendukung agenda transformasi
digital. Formasi talenta digital ini akan lebih didominasi oleh generasi milenial yang
sedang dalam usia produktif.
Apalagi saat ini kita sedang menghadapi pandemi Covid-19, di mana kesempatan
ekonomi yang ada benar-benar bergantung kepada ekonomi digital. Pemulihan
(reset dan rebooting ekonomi) membutuhkan akselerasi, dan ekonomi digital yang
akan dapat mewujudkannya dalam waktu dekat ini.
Kesuksesan ekonomi digital tentunya disokong oleh perkembangan
infrastruktur teknologi digital. “Dalam hal ini, Pemerintah sedang membangun
infrastruktur 5G yang nanti akan meningkatkan konektivitas seluruh daerah di
Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas ke Pulau Rote,” tutur
Menko Airlangga dalam event Peluncuran Laporan Bank Dunia (World Bank)
“Pathways to Middle-Class Jobs in Indonesia” secara virtual, di Jakarta,
Pemerintah juga sudah merilis Undang-Undang (UU) No. 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja. Regulasi ini menjadi terobosan dalam menciptakan struktur
ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan, serta mereformasi beberapa regulasi
terdahulu yang berpotensi menghambat investasi dan penciptaan lapangan kerja.
“Berbagai macam kompleksitas dan tumpang-tindih regulasi, khususnya yang
terkait perizinan dan investasi disederhanakan supaya lebih dapat
diimplementasikan, serta menjamin kepastian, kemudahan, dan transparansi.
Melalui UU No. 11/2020 ini, Pemerintah juga mendorong penciptaan lapangan
kerja, mengatur kembali mekanisme perizinan bisnis melalui Online Single

13
Submission (OSS), menguatkan UMKM, dan membuat penyesuaian dalam
peraturan tenaga kerja agar lebih relevan dan fleksibel,” jelas Menko Airlangga.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa pandemi Covid-19
mengubah gaya hidup masyarakat menjadi lebih ke arah digital, termasuk dalam
lapangan kerja. Perubahan ini membawa transformasi untuk pasar tenaga kerja
menjadi lebih fleksibel dan adaptif. Namun, perubahan tersebut juga
mempersyaratkan pekerja yang memiliki kompetensi lebih tinggi dan adaptif
terhadap perubahan.
Untuk merespon transformasi pasar tenaga kerja itu, Pemerintah sudah
melakukan beberapa upaya meningkatkan kualitas SDM, antara lain dengan (a)
Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) yang sudah diatur dalam UU Cipta Kerja,
untuk memberikan jaminan bagi para pekerja yang terkena PHK melalui 3 (tiga)
manfaat yakni uang tunai, pelatihan kerja, dan akses kepada informasi pasar
tenaga kerja, sehingga mereka dapat segera mendapat kerja kembali setelah
kemampuannya bertambah dengan mengikuti pelatihan.
Kemudian, (b) Program Kartu Prakerja yang ditujukan untuk para pencari
kerja, pekerja yang di-PHK, dan pekerja yang membutuhkan kompetensi lebih
tinggi dari sebelumnya, jadi program ini berfokus kepada skilling, upskilling, dan
reskilling. Dalam 6 (enam) gelombang yang sudah dibuka pada 2021, Program
Kartu Prakerja sudah meloloskan sekira 2,8 juta penerima.
Dilanjutkan, (c) dalam jangka panjang Pemerintah menyempurnakan sistem
nasional Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Kejuruan atau Technical and
Vocational Education and Training (TVET) agar lebih sesuai dengan kebutuhan
pasar tenaga kerja dengan menguatkan link and match antara sektor industri dan
sekolah vokasi. “Untuk mendorong lebih lanjut keterlibatan industri dalam kegiatan
vokasi, Pemerintah sudah menyediakan Super Tax Deduction, yaitu insentif pajak
sampai 200% dari total biaya riil yang dikeluarkan oleh industri ketika menjalankan
kegiatan vokasi melalui skema pelatihan dan pemagangan,” ucap Menko
Airlangga.
Sebagai target jangka menengah dari kebijakan penciptaan lapangan kerja
di Indonesia akan fokus kepada 3 (tiga) strategi, yaitu ekonomi hijau (green
economy), ekonomi biru (blue economy), dan ekonomi digital. Konsep „ekonomi
hijau‟ diimplementasikan melalui transisi kepada energi terbarukan, mendorong
keberlanjutan dan produktivitas dari rantai pasok minyak sawit, lalu ekonomi

14
sirkular dengan pemanfaatan limbah minyak sawit sebagai bioenergi, dan
sebagainya.
Lalu, untuk mengembangkan „ekonomi biru‟, Pemerintah fokus
meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pembudidayaan ikan dan industri
perikanan, serta Program Rehabilitasi Mangrove, karena jumlah masyarakat
pesisir Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia. “Sementara,
dalam Presidensi G-20 di 2022 mendatang, Indonesia mendorong negara-negara
G20 untuk memperbaiki kondisi tenaga kerjanya melalui perlindungan tenaga
kerja, pengembangan kompetensi, dan penciptaan lapangan kerja yang inklusif
dalam masa pemulihan ekonomi ini,” tutup Menko Airlangga.Turut hadir dalam
event virtual ini adalah Country Director World Bank Indonesia dan Timor Leste
Satu Kahkonen, Representative Forum Kebijakan Ketenagakerjaan Yose Rizal
Damuri, CEO Asakreativita Vivi Alatas, East Asia Pasific Regional Director for
Human Development World Bank Daniel Dulitzky, dan Lektor Senior Universitas
Indonesia M. Chatib Basri.
Kata Mas Nadiem Makarim, Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia,
“ Di era digital, hanya data yang berbicara sehingga jika orang tidak bisa
menganalisa data, orang yang tidak bisa melihat chart, melihat trend secara
critical, dia akan tertinggal”. Jadi, makin penting pengajaran tentang penguasaan
bidang data demi menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menganalisa
data dan berpikir kritis.
Dikarenakan permintaan teknologi digital yang semakin tinggi, Pak Basuki
mengungkapkan bahwa KOMINFO semakin optimis dalam membawa Indonesia
menuju gerbang revolusi industri 4.0. “Kita merasa lebih siap sekarang untuk
menghadapi revolusi industri ke-4 yang semuanya serba cepat, serba
ketidakpastian, harus di-support dengan cepat dan ini membutuhkan online
communication,” ujar Pak Basuki.
Meski begitu, Pak Basuki masih merasa bahwa perkembangan digital di
Indonesia ini masih tertinggal dari negara-negara lain. Terlebih ketika kini sudah
muncul prediksi bahwa Indonesia akan menjadi negara ekonomi terbesar ke-4
pada tahun 2050 mendatang. Muncul pertanyaan, apakah SDM di Indonesia bisa
sukses di revolusi industri 4.0? Menurut Pak Basuki, selama SDM Indonesia
masih terpaku sebagai user dan bukan creator, maka cita-cita untuk menyambut
revolusi industri 4.0 akan pupus.

15
Dalam revolusi industri 4.0, ada 3 pilar utama yang harus dimiliki sebuah
negara, yakni physical, digital, dan biological. Menurut Pak Basuki, Indonesia
harus mengejar ketertinggalan dengan melakukan transformasi digital, di mana
masyarakat Indonesia harus memiliki tingkat literasi digital yang cukup serta
mendukung penuh terjadinya transformasi digital. Apabila Indonesia menyikapi
revolusi industri 4.0 dengan evolusi, maka Indonesia tidak mampu mengejar
ketertinggalan tersebut.
Lantas, apa saja yang termasuk ke dalam transformasi digital? Hal ini
meliputi pengadaan dan implementasi teknologi seperti blockchain, Internet of
Things (IoT), AI, big data, virtual reality, augmented reality, serta cloud computing.

2.5 Tantangan Menyiapkan SDM Ini Merata Di Seluruh Dunia


Di negara negara maju saja masih banyak kebutuhan SDM yang mengerti
data untuk mengisi kebutuhan industry.Berbicara SDM, mari kita tengok kesiapan
SDM Indonesia. Berdasarkan riset dari Bank Dunia tahun 2018, Indeks Sumber
Daya Manusia (Human Capital Index/HCI) Indonesia berada pada peringkat 87
dari 157 negara. Nilai HCI Indonesia adalah 0,53 tertinggal dari beberapa negara
Asia Tenggara. HCI pada dasarnya adalah ukuran bagaimana kondisi
pengetahuan, ketrampilan dan kesehatan untuk dapat mendukung produktivitas
SDM.
Indonesia ketinggalan jauh, dan saatnya berbenah dan mengejar
ketinggalan. Kita harus serius dan fokus. Kita harus jadi bangsa yang maju dan
terdepan serta menjadi yang utama di negara kita sendiri dan juga regional. Harus
menjadi creator , bukan follower. Harus bisa juga menjadi producer bukan hanya
menjadi target consumer dari produk-produk luar. Menyiapkan SDM unggul siap
mengolah industri dinegeri sendiri, bukan malah negara dibanjiri SDM luar yang
lebih siap.
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mengungkapkan pentingnya
pembangunan sumber daya berkualitas yang menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pemerintah telah menetapkan fokus untuk membangun manusia
Indonesia. “SDM Unggul, Indonesia Maju”, itu menjadi tag line yang saya rasa
sangatlah tepat untuk didukung dan disupport bersama.
Kemajuan industri di Indonesia tidak cukup hanya area infrastruktur, tapi
juga harus didukung oleh SDM yang kompeten dan unggul. Peningkatan kualitas

16
SDM tentu tidak bisa jauh dengan peningkatan kualitas pendidikan seiring dengan
kemajuan industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 mengarah ke digitalisasi dan
otomatisasi, yang mengharuskan pemain industri untuk beradaptasi dengan
perubahan dengan cepat. Proses digitalisasi telah menyentuh banyak aspek
kehidupan manusia dan tidak dapat lagi dibendung. Segala sesuatu yang bisa
berupa digital akan atau sudah menjadi digital dan menjadi kebutuhan saat ini.
Teknologi inovasi seperti Artificial Intelligence, Machine Learning, Data
Science, Internet of Things telah berkembang di Industri Indonesia. Semua itu
membutuhkan data dan menghasilkan data. Data menjadi senjata tajam dalam
kegiatan bisnis dan persaingan global.
Data yang dihasilkan oleh industri begitu banyak. Ini mendorong pengembangan
teknologi yang mendukung kebutuhan yang berkembang untuk proses
pengorganisasian dan pemrosesan informasi. Sehingga muncul ilmu Data
Science. Ilmu data sangat dibutuhkan di berbagai industri, pemerintah, dan sektor
publik untuk mengakomodasi kebutuhan ini. Sekarang, Data Science adalah alat
yang sangat berharga bagi industri untuk mengubah data menjadi informasi yang
berharga.
Data Science adalah studi tentang data dengan pengembangan metode
mendapatkan, menyimpan, dan menganalisis data untuk secara efektif
mengekstrak menjadi informasi yang berguna. Tujuan data science adalah untuk
memperoleh wawasan (data insight) dan pengetahuan dari semua jenis data –
untuk mendukung proses pengambilan keputusan.
Dengan kondisi ini, untuk menyelaraskan dengan kondisi global mengenai
kebutuhan sumber daya di bidang DATA SCIENCE, Indonesia juga membutuhkan
sumber daya yang berbakat dalam pengolahan dan pemanfaatan data untuk
mendukung pengembangan industri, bisnis, dan implementasi kebijakan di
pemerintahan, sektor publik, dan berbagai kebutuhan industri lainnya. Penerapan
dari data science banyak sekali dibutuhkan di berbagai industri.

17
Bidang utama penerapan Data Science di berbagai industri antara lain sbb:

Jelas banyak sekali bidang penerapan data science dan manfaatnya di


berbagai industri. Ini tidak lepas dari peran data sebagai kunci utama dan senjata
penentu keunggulan dalam kompetisi bisnis. Semua industri sampai kantor
pemerintahan dan sektor publik membutuhkan data science.
Kementerian, PEMDA, Smart City di berbagai kota dan kabupaten dapat
menerapkan pemanfaatan data dalam peningkatan pelayanan ke publik. Nanti
saya akan coba bahas per industri secara detail mengenai penerapan data
science di masing-masing area.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Cedelop European, Pak Basuki
menjelaskan bahwa industri ICT merupakan industri yang paling cepat
berkembang. Artinya, para praktisi ICT harus berkomitmen penuh untuk terus
belajar, atau dikenal dengan istilah life-long learning.

18
Namun, muncul masalah baru dalam industri ICT, yakni keterbelakangan soft
skills. Dalam dunia kerja, praktisi ICT cenderung mengedepankan hard skills
tanpa mempedulikan soft skills. Padahal, menurut data dari BCG, seluruh negara
di dunia merasa bahwa soft skills sangat dibutuhkan, terkhusus kompetensi
komunikasi, analytical, kepemimpinan, dan problem solving.
Kebutuhan ini juga dibuktikan lewat deklarasi perusahaan-perusahaan raksasa
seperti Apple dan Google yang mempekerjakan karyawan tanpa gelar sarjana,
asalkan mereka memiliki kompetensi dan talent. Pak Basuki menjelaskan bahwa
kompetensi ini berfungsi untuk mempertahankan pertumbuhan yang bersifat
incremental. Sementara itu, talent sangat dibutuhkan untuk menciptakan inovasi
radikal yang dapat berujung pada pertumbuhan signifikan serta mengubah
landscape industri.
Sebagaimana yang kita ketahui fenomena Revolusi Industri 4.0 telah
mendisrupsi berbagai sendi kehidupan, utamanya dengan semakin masifnya
pemanfaatan Internet of Thing (IoT) dan penggunaan teknologi digital. Disprusi ini
harus mampu membawa manfaat nyata bagi peningkatan daya saing bangsa.
Merujuk pendapat Christensen ahli administrasi bisnis dari Harvard
Business School, bahwa era disrupsi telah mengganggu atau merusak pasar-
pasar yang telah ada sebelumnya tetapi juga membawa manfaat mendorong
pengembangan produk atau layanan yang tidak terduga pada pasar sebelumnya
dengan harga yang semakin murah.
Kecerdasan Digital atau Digital Intelligence Quotient (DQ) sebagai
kumpulan kompetensi teknis, kognitif, meta-kognitif, dan sosio-emosional yang
didasarkan pada nilai-nilai moral universal, memungkinkan individu untuk
menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang kehidupan digital sehingga
perlu terus kita jadikan sebagai pengarusutamaan dalam beragam kehidupan.
Di era Revolusi Industri 4.0 yang memfokuskan pada kecerdasan digital,
SDM kita tidak cukup hanya memiliki IQ (kecerdasan akal) dan EQ (kecerdasan
emosi) tetapi juga perlu DQ/Digital Quotient (kecerdasan digital) agar adaptif dan
agile dalam menghadapi disrupsi dan memenangkan persaingan yang semakin
tajam.
Hal ini bukanlah tanpa alasan mendasar, merujuk hasil studi yang
dilakukan oleh QS Top Universities bersama University of the Witwatersrand
(2019) yang menyatakan bahwa di masa yang akan datang, calon pekerja

19
membutuhkan kemampuan literasi digital dan pola pikir teknologi agar dapat
bersaing dengan yang lain. Hal ini dilakukan dengan membangun kecerdasan
digital, utamanya dengan menginternalisasi literasi dan pola pikir teknologi digital
dalam beragam sendi kehidupan.
Kita seyogyanya harus terus mampu mengkapitalisasi era Revolusi Industri
4.0 dan disrupsi untuk meningkatkan daya saing ekonomi bangsa menggapai
Indonesia Maju, utamanya dengan terus membangun kecerdasan digital, agar
tercipta ekosistem smart digital user sebagai prasyarat menjadi bangsa pemenang
di era digital.
Membangun kecerdasan digital merupakan kunci memenangkan persaingan
global yang semakin tajam. Upaya menggapai Indonesia Maju pada masa
mendatang setidaknya membutuhkan 9 juta talenta digital nasional hingga tahun
2035. Membangun kecerdasan digital ini menjadi tugas utama kita bersama yaitu
dengan terus membangun kolaborasi dan sinergi memastikan kecerdasan digital
mejadi pondasi beragam aktivitas masyarakat.
Kecerdasan digital seyogyanya dapat terus diarahkan pada upaya
mengembangkan kematangan dalam Digital Citizenship, yakni kemampuan untuk
menggunakan teknologi digital dengan cara yang aman, bertanggung jawab, dan
etis. Kreativitas digital adalah kemampuan yang penting dimiliki untuk menjadi
bagian dari ekosistem digital dan menciptakan pengetahuan, teknologi, dan
konten baru sebagai upaya mengubah ide menjadi kenyataan. Selain itu juga
diperlukan kemampuan daya saing digital, yakni kemampuan untuk memecahkan
tantangan global, dan untuk menciptakan peluang baru dalam ekonomi digital
dengan mendorong kewirausahaan, pekerjaan, dan pertumbuhan ekonomi.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai langkah awal, Kemendikbud telah meluncurkan program Digitalisasi
Sekolah di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 18
September 2019. Pada kesempatan ini, Mendikbud membagikan komputer tablet
kepada 1.142 siswa yang terdiri dari 508 siswa kelas 6, 303 siswa kelas VII, dan
331 kelas X. Komputer tablet yang dibagikan telah diisi dengan buku elektronik
dan aplikasi Rumah Belajar yang dapat digunakan untuk mengakses materi
dengan atau tanpa jaringan Internet.
Peran guru yang juga sangat penting adalah sebagai penjaga gawang
informasi atau gate keeper. "Informasi mana yang membahayakan harus
dibendung oleh guru. Ancaman kita semakin lama sangat besar, pengaruh
ideologi yang bertentangan dengan Pancasila," imbuh Mendikbud. Oleh karena
itu, guru harus terus meningkatkan kompetensinya, khususnya dalam penguasaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). "Mulai sekarang saya mohon kepada
guru untuk mulai mempelajari dan menguasai materi yang tersedia di portal
Kemendikbud, khususnya yang ada di dalam platform Rumah Belajar. Itu gratis
tidak perlu membayar,” pesan Mendikbud. Transformasi digital sektor pendidikan
di Indonesia bukanlah suatu wacana baru. Berbagai seminar, perbincangan,
regulasi pendukung dan upaya konkrit menerapkan transformasi digital di
lingkungan pendidikan tinggi (univeristas, institut, sekolah tinggi, politeknik,
akademi) serta pendidikan dasar menengah (TK, SD, SMP, SMA, SMK) telah
banyak dilakukan beberapa tahun terakhir.
Ini sejalan dengan upaya Indonesia menyongsong era industri 4.0, dimana
semua aspek kehidupan tidak lepas dari sentuhan teknologi. Semua sektor
kehidupan, terutama sektor industri, pedagangan, pariwisata dan tentu tidak
terkecuali sektor pendidikan harus mampu beradaptasi dan mengadopsi teknologi
untuk kemajuan sektor tersebut atau minimal sekedar untuk tetap bisa bertahan

21
eksis ditengah badai efek desruptif (menggangu kemapanan) industri 4.0 yang
sangat dahsyat dan masif.

3.2 Saran
Upaya kolaborasi dan sinergitas dari seluruh pemangku kepentingan
sangat dibutuhkan dalam menjawab disrupsi melalui akselerasi internalisasi
pengenalan kerangka berpikir digital, agar mampu menjawab beragam
permasalahan digital di lingkungan sekitar dan bagaimana cara mengatasinya
melalui pengembangan desain konsep solusi digital yang feasible dan applicable.
Kita seyogyanya harus terus bahu membahu dalam mendorong agar masyarakat
lebih meningkatkan pemanfaatan teknologi digital dengan mengembangkan upaya
edukasi dan peningkatan literasi serta capacity building masyarakat Indonesia,
khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi agar kondusif dalam
mengembangkan kecerdasan digital masyarakat.
Kita tentunya berharap kecerdasan digital yang dibangun akan mampu
menjawab tantangan di ruang digital yang semakin besar. Akhir-akhir ini kita
menyaksikan berbagai konten-konten negatif yang terus bermunculan dan ruang
publik seperti hoaks, ujaran kebencian, radikalisme berbasis digital, perlu menjadi
peringatan dan kewaspadaan kita karena dapat mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa. Kecerdasan digital melalui prinsip thinking before sharing perlu
terus dibangun dan menjadi acuan di dunia digital.

22
DAFTAR PUSTAKA

group mentari, 2019 “pendidikan berbasis digital untuk sumber daya manusia
berkualitas “. https://mentarigroups.com diaskes 17 maret 2022.
kemendikbud,2020”presiden dorong percepatan pengembangan SDM bertalenta”
https://www.kemdikbud.go.id diakses 17 maret 2022.
kemendikbud,2020,“menuju transformasi digital pendidikan indonesia
https://pusdatin.kemdikbud.go.id diakses 17 maret 2022.
kominfo bpptik,2020”pola baru pengembangan SDM dalam bidang TIK”
https://bpptik.kominfo.go.id diakses 17 maret 2022.
kominfo,2020 “digitalisasi sekolah percepatan perluasan akses pendidikan
“https://kominfo.go.id diakses 17 maret 2022.
kemenkeu,2019 “ kemenkeu dukung SDM indonesia melek teknologi digital
“https://www.kemenkeu.go.id diakses 17 maret 2022.

23

Anda mungkin juga menyukai