Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENERAPAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DI INDONESIA


Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Teknologi
Pembelajaran
Pada Semester Ganjil Tahun Akademik 2023

Dosen pengampu : Dra. Eldarni, M.Pd.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1

1. Aritha Dewi Mulia Muslim (23004001)


2. Arya Tri Andika (23004002)
3. Elsa Delfitriadina (23004010)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas dasar-dasar teknologi pembelajaran tentang "penerapan teknologi
Pendidikan di indonesia".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah
ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat


kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan


manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Padang, 03 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 4
2.1 Sistem Pembelajaran Jarak Jauh ................................................................................ 4
2.2 Belajar Menggunakan Modul .................................................................................... 4
2.3 Radio Pendidikan ..................................................................................................... 12
2.4 Televisi Pendidikan ................................................................................................. 13
2.5 Pendekatan Keterampilan Proses............................................................................ 18
2.6 Pembelajaran Berbasis Komputer............................................................................ 19
2.7 Pembelajaran Online Learning ................................................................................ 22
BAB III .............................................................................................................................. 24
PENUTUP ......................................................................................................................... 24
Kesimpulan .................................................................................................................... 24
Saran .............................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, perubahan tren teknologi yang cepat telah mempengaruhi
pendidikan di Indonesia, seperti pergeseran proses belajar mengajar dari
model konvensional menjadi pendidikan terbuka. Fenomena ini
menyadarkan pemerintah Indonesia bahwa integrasi teknologi dalam
program pendidikan dapat berperan besar untuk menerbitkan warga yang
kuat menghadapi persaingan global.Rencana dan pengembangan teknologi
pendidikan terdapat dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 36 yang
menyatakan salah satu ketentuan dalam desain kurikulum wajib melihat
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Masih banyak lagi
konstitusi nasional Indonesia yang mengatur tentang penerapan teknologi
untuk kepentingan pendidikan.

Misalnya, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi No 28 2017 bab 6B yang menjelaskan tentang
ketentuan dalam pengembangan teknologi untuk keperluan pembelajaran.
Sebagai negara kepulauan terbesar di ASEAN, masalah utama bagi
pendidikan Indonesia adalah ketimpangan akses pendidikan, terutama di
daerah terpencil dan perbatasan. Mempertimbangkan masalah ini,
Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan program pendidikan yang
terkenal melalui siaran televisi yang dikenal sebagai TV Edukasi (TV-E)
yang ditayangkan pada bulan Oktober 2004.

Program ini bertujuan untuk mendukung pemerataan akses


pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, dan dukungan wajib belajar 9
tahun.178 Pada tahun yang sama, program nasional IGOS (Indonesia Go
Open Source) dirilis ke publik yang diprakarsai 5 kementerian Indonesia,
yaitu: Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Komunikasi dan
Informatika, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian
dari Nasional Pendidikan, dan Aparatur Kementerian Negara.Program ini
bertujuan untuk menghemat anggaran dan merangsang lembaga pendidikan
untuk menggunakan akses terbuka dalam mempromosikan sumber terbuka
untuk mengakses materi pembelajaran. Belakangan ini, pendidikan di
Indonesia menekankan tren global abad ke-21 yang mengintegrasikan
semua kegiatan pendidikan dengan menggunakan internet. Hal ini
ditunjukkan dengan Ujian Nasional yang dilakukan melalui computer-based
test (CBT) pada tahun 2014.

1
Namun, pemerataan distribusi fasilitas adalah menjadi kendala bagi
pemerintah untuk melakukan pembelajaran melalui internet. Berdasarkan
data survei tentang kondisi sekolah di Indonesia, ada sekitar 118.000
sekolah (dari 208.000 sekolah) memiliki akses ke internet pada tahun 2015,
artinya ada sekitar 90.000 sekolah yang belum memiliki akses
internet.Anehnya, masih ada 17.000 sekolah yang mengalami kekurangan
listrik terutama di daerah terpencil dan perbatasan daerah. Untuk
menanggapi masalah ini, Kementerian Pendidikan Republik Indonesia dan
Kementerian Komunikasi & Informasi telah berkolaborasi untuk
mengembangkan layanan TIK yang dikenal sebagai Universal Service
Obligation (USO).

Program ini didanai untuk beberapa proyek seperti proyek Palapa


Ring, 3GBTS di daerah terpencil dan perbatasan, akses broadband untuk
pendidikan, pertanian, dan layanan kesehatan. Perkembangan jaringan
broadband nasional yang masif menunjukkan kecenderungan internet
pengguna di Indonesia. Berdasarkan data survei yang dilakukan oleh
Asosiasi Internet Indonesia (APJII) di Indonesia 2018 menunjukkan sekitar
171 juta penduduk (dari 264 juta) terhubung ke internet. Nomor pengguna
ini meningkat sekitar 10 persen sejak tahun 2017 dimana pengguna internet
hanya 54,86%.181

Selain itu, upaya pemerintah untuk mengembangkan akses internet


di Indonesia berdampak positif bagi perkembangan pendidikan rintisan.
Sebagian besar platform start-up pendidikan di Indonesia mempromosikan
Sistem Manajemen Pembelajaran (LMS), misalnya Ruangguru dan Quipper
School. Kedua platform mengubah pengajaran dan proses pembelajaran
lebih efektif dan efisien, dengan menyediakan video tutorial pembelajaran,
pembelajaran privat, uji coba ujian online.Perkembangan TIK di Indonesia
khususnya di bidang Pendidikan menjadi salah satu upaya untuk mencapai
visi Indonesia 2025, yang bertujuan untuk membangun konektivitas yang
kuat di seluruh negeri untuk menciptakan pemerataan pembangunan
ekonomi dan infrastruktur.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pembelajaran jarak jauh?
2. Bagaimana belajar menggunakan modul?
3. Bagaimana radio pendidikan?
4. Bagaimana televisi pendidikan?
5. Bagaimana pendekatan keterampilan proses ?
6. Bagaimana cara belajar siswa aktif ?
7. Bagaimana pembelajaran berbasis komputer ?
8. Bagaimana pembelajaran online learning ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sistem pembelajaran jarak jauh

2
2. Mengetahui belajar menggunakan modul
3. Mengetahui radio pendidikan
4. Mengetahui televisi pendidikan
5. Mengetahui pendekatan keterampilan proses
6. Mengetahui pembelajaran berbasis komputer
7. Mengetahui pembelajaran online learning
1.4 Manfaat
Bagi penulis Makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki khususnya mengenai
penerapan tp di indonesia.
Bagi pembaca Makalah ini dapat dijadikan sarana untuk menambah
pengetahuan mengenai penerapan tp di Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pembelajaran Jarak Jauh


Istilah pembelajaran daring sistem pembelajaran jarak jauh itu merupakan
salah satu bentuk penerapan dari teknologi pendidikan untuk memberikan alternatif
belajar bagi banyak orang, dengan sistem belajar jarak jauh semua orang bisa
belajar dimanapun kapanpun dan dengan siapapun jika belajar dalam konteks
konvensional itu belajar harus datang ke ruang kelas. Dengan sistem pembelajaran
jarak jauh kita bisa belajar selagi kita memiliki bahan ajar pendukung. Awal
mulanya penerapan sistem pembelajaran jarak jauh di Indonesia lebih cenderung
menggunakan bahan cetak yang dikirimkan kepada peserta didik atau pembelajar.
Bahan tersebut sudah dibagi menjadi satuan-satuan terkecil untuk mereka bisa
menyelesaikan tujuan-tujuan pembelajaran. Contoh penerapan sistem pembelajaran
jarak jauh yang diterapkan misalnya yang diselenggarakan oleh UT atau universitas
terbuka mereka menyelenggarakan proses perkuliahan tanpa pendidik dan peserta
didik bertemu di ruangan yang sama penerapan sistem pembelajaran jarak jauh
selain yang diterapkan oleh UT sebagai Universitas Terbuka juga bisa kita dapati
misalnya pada SMP terbuka SMA terbuka ataupun SD kecil.
Jadi sekarang sistem pembelajaran jarak jauh ini tidak terhukum oleh
pengiriman bahan belajar cetak tetapi juga sudah berubah versi menjadi multimedia
dan menggunakan jaringan jadi sejak munculnya internet di Indonesia.
Pembelajaran jarak jauh sudah bisa diselenggarakan menggunakan jaringan seperti
yang kita jalani dari bulan Maret sejak covid muncul itu adalah salah satu bentuk
sistem pembelajaran jarak jauh Kita bisa belajar dari mana saja sedangkan dosen
juga berada di tempat yang berbeda jadi penerapan sistem pembelajaran jarak jauh
di Indonesia saat sekarang tidak berhukum kepada Sleman bahan ajar cetak berupa
modul modul-modul cetak yang dikirimkan kepada pembelajar saat sekarang sistem
pembelajaran jarak jauh Sudah difasilitasi dengan pemanfaatan internet ,artinya
semua bahan belajar sudah bisa dikirimkan dalam bentuk multimedia sudah
dikirimkan multimedia e-book dan model-model lainnya. Untuk membantu
pencapaian tujuan pembelajaran artinya sampai saat sekarang dari awal mula
teknologi pendidikan sistem pembelajaran jarak jauh masih relevan untuk
memberikan alternatif belajar bagi banyak orang.
Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah kegiatan pendidikan formal
antara peserta didik dan pengajar yang berada di lokasi berbeda dan diajarkan dari
jarak jauh tanpa ruang kelas secara fisik. PJJ dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video,
komputer/internet, siaran radio, dan televisi).
2.2 Belajar Menggunakan Modul
Modul-modul pembelajaran ini adalah bahan pembelajaran yang khusus
undangan komponen-komponen penyusun modul yang dibagi menjadi bagian-

4
bagian terkecil untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti halnya pada sistem
pembelajaran jarak jauh di awal penerapannya di Indonesia mengirimkan modul-
modul cetak ini melalui pos kepada pembelajar. Tapi saat sekarang modul-modul
itu sudah bisa dikirimkan melalui SMS menggunakan jaringan sampai dengan
waktu yang tidak terlalu berbeda artinya pembelajar dapat segera mendapatkan
bahan ajar selagi mereka memiliki jaringan internet. Modul-modul pembelajaran
ini dirancang untuk pembelajar belajar mandiri jadi dengan komponen penyusun
pada sebuah modul itu sangat mungkin sekali seseorang itu belajar individu
misalnya di dalam Modul itu dicantumkan tujuan pembelajaran ada materi ada
evaluasi ada referensi dan ada kunci dari evaluation dilaksanakan artinya dengan
evaluasi yang disajikan itu dengan dibantu dengan kunci-kunci yang ada setiap
individu bisa mengukur keberhasilannya terhadap pencapaian tujuan pembelajaran
tertentu jika sebelumnya modul ini dikirimkan melalui cetak sekarang modul itu
sudah bisa kita temui pada LMS atau learning management System yang biasanya
kita ikuti dalam proses pembelajaran itu juga bisa kita kelompokkan menjadi
modul-modul pembelajaran Karena untuk setiap pertemuan untuk setiap topik atau
setiap pokok bahasan kita dipandu secara bertahap sehingga di bagian akhir dari
topik itu kita diberikan atas evaluasi evaluasi formatif berupa tes Quiz ataupun
essay untuk mengukur Seperti apa ketercapaian kita terhadap materi yang kita
pelajari.
a. Arti dan Karakteristik Modul
Modul merupakan suatu paket belajar yang berkenaan dengan satu unit
bahan pelajaran. Dengan modul siswa dapat mencapai dan menyelesaikan bahan
belajarnya dengan belajar secara individual. Peserta belajar tidak dapat melanjutkan
ke suatu unit pelajaran berikutnya sebelum menyelesaikan secara tuntas materi
belajarnya. Dengan modul siswa dapat mengontrol kemampuan dan intensitas
belajarnya. Modul dapat dipelajari di mana saja. Lama penggunaan sebuah modul
tidak tertentu, meskipun di dalam kemasan modul juga disebutkan waktu yang
dibutuhkan untuk mempelajari materi tertentu. Akan tetapi keleluasaan siswa
mengelola waktu tersebut sangat fleksibel, dapat beberapa menit dan dapat pula
beberapa jam, dan dapat dilakukan secara tersendiri atau diberi variasi dengan
metode lain.
Pembelajaran dengan modul memiliki ciri-ciri (Vembriarto, 1985: 27)
sebagai berikut:
1) Bersifat self-instructional. Pengajaran modul menggunakan paket pelajaran
yang memuat satu konsep atau unit dari bahan pelajaran. Sementara,
pendekatan yang digunakan dalam pengajaran modul menggunakan
pengalaman belajar siswa melalui berbagai macam penginderaan, melalui
pengalaman mana siswa terlibat secara aktif belajar.
2) Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual Pembelajaran melalui
modul sangat sesuai untuk menanggapi perbedaan individual siswa, karena
modul pada dasarnya disusun untuk diselesaikan oleh siswa secara

5
perorangan. Oleh karena itu pembelajaran melalui modul, siswa diberi
kesempatan belajar sesuai irama dan kecepatan masing-masing.
3) Memuat rumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar secara eksplisit.
Tiap-tiap modul memuat rumusan tujuan pengajaran/kompetensi dasar
secara spesifik dan eksplisit. Hal ini sangat berguna bagi berbagai pihak
seperti bagi penyusun modul, guru, dan bagi siswa. Bagi penyusun modul,
tujuan yang spesifik berguna untuk menentukan media dan kegiatan belajar
yang harus direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bagi guru tujuan
itu berguna untuk memahami isi pelajaran. Bagi siswa berguna untuk
menyadarkan mereka tentang apa yang diharapkan.
4) Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan Proses asosiasi terjadi
karena dengan modul siswa dapat membaca teks dan melihat diagram-
diagram darn buku modulnya. Sedangkan struktur dan urutan maksudnya
materi pada buku modul itu dapat disusun mengikuti struktur pengetahuan
secara hirarkis. Dengan demikian siswa dapat mengikuti urutan kegiatan
belajar secara teratur.
5) Penggunaan berbagai macam media (multi media) Pembelajaran dengan
modul memungkinkan digunakannya berbagai macam media pembelajaran.
Hal ini dikarenakan karakteristik siswa berbeda-beda terhadap kepekaannya
terhadap media. Oleh karena itu dalam belajar menggunakan modul bisa
saja divariasikan dengan media lain seperti radio atau televisi.
6) Partisipasi aktif dari siswa Modul disusun sedemikian rupa sehingga bahan-
bahan pembelajaran yang ada dalam modul tersebut bersifat self
instructional, sehingga akan terjadi keaktifan belajar yang tinggi.
7) Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa Respon yang
diberikan siswa mendapat konfirmasi atas jawaban yang benar, dan
mendapat koreksi langsung atas kesalahan jawaban yang dilakukan. Hal ini
dilakukan dengan cara mencocokkan hasil pekerjaannya dengan kunci
jawaban yang telah disediakan.
8) Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya Dalam
pembelajaran modul dilengkapi pula dengan adanya kegiatan evaluasi,
sehingga darn hasil evaluasi ini dapat diketahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi yang telah dipelajarinya.
Untuk mengetahui siswa berada pada tingkat penguasaan yang mana, dalam
suatu modul juga dilengkapi tentang cara perhitungannya dan patokannya.
Karakteristik modul dapat diketahui dari formatnya yang disusun atas dasar:
1) prinsip-prinsip desain pembelajaran yang berorientasi kepada tujuan
(objective model)
2) prinsip belajar mandiri
3) prinsip belajar maju berkelanjutan (continuous progress)
4) penataan materi secara modular yang utuh dan lengkap (self contained)
5) prinsip rujuk silang (cross referencing) antar modul dalarn rnata pelajaran
6) penilaian belajar mandiri terhadap kemajuan belajar (self-evaluation).

6
b. Teknik Pengembangan Modul
Mengembangkan modul berarti mengajarkan suatu mata pelajaran melalui
tulisan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan
modul sama dengan yang digunakan dalam pembelajaran biasa. Bedanya adalah,
bahasa yang digunakan bersifat setengah formal dan setengah lisan, bukan bahasa
buku teks yang bersifat sangat formal. Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam
menyusun modul. Ketiga teknik tersebut menurut Sungkono, dkk.(2003: 10), yaitu
menulis sendiri, pengemasan kembali informasi, dan penataan informasi:
1. Menulis Sendiri (Starting from Scratch) Penulis/guru dapat menulis sendiri
modul yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Asumsi yang
mendasari cara ini adalah bahwa guru adalah pakar yang berkompeten
dalam bidang ilmunya, mempunyai kemampuan menulis, dan mengetahui
kebutuhan siswa dalam bidang ilmu tersebut. Untuk menulis modul sendiri,
di samping penguasaan bidang ilmu, juga diperlukan kemampuan menulis
modul sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu selalu
berlandaskan kebutuhan peserta belajar, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Pengetahuan itu dapat
diperoleh melalui analisis pembelajaran, dan silabus. Jadi, materi yang
disajikan dalam modul adalah pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang
tercantum dalam silabus.
2. Pengemasan Kembali Informasi (Information Repackaging) Penulis/guru
tidak menulis modul sendiri, tetapi memanfaatkan buku-buku teks dan
informasi yang telah ada di pasaran untuk dikemas kembali menjadi modul
yang memenuhi karakteristik modul yang baik. Modul atau informasi yang
sudah ada dikumpulkan berdasarkan kebutuhan (sesuai dengan kompetensi,
silabus dan RPP/SAP), kemudian disusun kembali dengan gaya bahasa yang
sesuai. Selain itu juga diberi tambahan keterampilan atau kompetensi yang
akan dicapai, latihan, tes formatif, dan umpan balik.
3. Penataan Informasi (Compilation) Cara ini mirip dengan cara kedua, tetapi
dalam penataan informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap
modul yang diambil dari buku teks, jurnal ilmiah, artikel, dan lain-lain.
Dengan kata lain, materi-materi tersebut dikumpulkan, digandakan dan
digunakan secara langsung. Materi-materi tersebut dipilih, dipilah dan
disusun berdasarkan kompetensi yang akan dicapai dan silabus yang hendak
digunakan.

c. Komponen-komponen Modul
Komponen-komponen utama yang perlu tersedia di dalam modul, yaitu
tinjauan mata pelajaran, pendahuluan, kegiatan belajar, latihan; rambu-rambu
jawaban latihan, rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban tes formatif.
Kedelapan komponen tersebut akan dijelaskan satu persatu dalam bagian
selanjutnya.
1. Tinjauan Mata Pelajaran

7
Tinjauan mata pelajaran adalah paparan umum mengenai keseluruhan
pokok-pokok isi mata pelajaran yang mencakup:
a. Deskripsi mata pelajaran
b. Kegunaaan mata pelajaran
c. Kompetensi dasar
d. Bahan pendukung lainnya (kaset, kit, dll)
e. Petunjuk Belajar
Petunjuk memuat antara lain penjelasan tentang berbagai macam kegiatan
yang harus dilakukan, alat-alat yang perlu disediakan, dan prosedur yang dilakukan.
Perlu dipahami bahwa letak atau posisi tinjauan mata pelajaran di dalam modul
sangat tergantung kepada pembagian pokok bahasan dalam mata pelajaran.
Mungkin saja satu mata pelajaran terdiri atas beberapa pokok bahasan, sehingga
tinjauan mata pelajaran terletak pada modul pertama saja. Contohnya, pada modul
1 terdapat tinjauan mata pelajaran, sementara modul 2, dan 3 dst tidak terdapat
tinjauan mata pelajaran karena sudah terletak pada modul 1. Tetapi tidak menutup
kemungkinan pada setiap modul disertakan tinjauan mata pelajaran untuk
menuntun siswa dalam memahami kegunaan mata pelajaran.
2. Pendahuluan
Pendahuluan suatu modul merupakan pembukaan pembelajaran suatu
modul. Oleh karena itu, dalam pendahuluan seyogyanya memuat hal-hal sebagai
berikut:
1. Cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat
2. Indikator yang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan modul
3. Deskripsi perilaku awal (entry behaviour) yang memuat pengetahuan dan
keterampilan yang sebelumnya sudah diperoleh atau seyogyanya sudah
dimiliki sebagai pijakan (anchoring) dari pembahasan modal itu.
4. Relevansi, yang terdiri atas: 1) Keterkaitan pembahasan materi dan kegiatan
dalam modul itu dengan mateni dan kegiatan dalam modul lain dalarn satu
mata pelajaran atau dalam mata
5. pelajaran (cross reference) 2) Pentingnya mempelajari materi modul itu
dalam pengembangan dan pelaksanaan tugas guru secara profesional e.
Urutan butir sajian modul (kegiatan belajar) secara logis
6. Petunjuk belajar berisi panduan teknis mempelajari modul itu agar berhasil
dikuasai dengan baik. Pendahuluan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Memenuhi dan merangsang rasa ingin tahu
b. Urutan sajian yang logis
c. Mudah dicerna dan enak dibaca

8
3. Kegiatan Belajar
Bagian ini merupakan “daging” atau inti dalam pemaparan materi pelajaran.
Bagian ini terbagi menjadi beberapa sub bagian yang disebut Kegiatan Belajar.
Bagian ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai siswa. Materi tersebut
disusun sedemikian rupa, sehingga dengan mempelajari materi tersebu, tujuan yang
telah dirumuskan dapat tercapai. Agar materi pelajaran mudah diterima siswa, maka
perlu disusun secara sisternatis.
Di dalam kegiatan belajar terdapat uraian atau penjelasan secara rinci
tentang isi pelajaran yang diikuti dengan contoh-contoh konkrit dan non contoh.
Sedapat mungkin uraian ini diikuti gambar, bagan atau grafik. Urutan penyajian
seperti ini yang dimulai dengan penjelasan kemudian diikuti dengan contoh. Urutan
penyajian dapat pula dimulai dengan contoh dan non contoh, atau kasus-kasus
kemudian diikuti dengan penjelasan tentang konsep yang dimaksud.
Sajian materi modul memperhatikan elemen uraian dan contoh yang
dirancang untuk menumbuhkan proses belajar dalarn diri pembaca. Berikut akan
dijelaskan kedua elemen dasar yang ada dalarn sajian materi modul.
a. Uraian
Uraian dalarn sajian materi modul adalah paparan materi-materi
pelajaran berupa: fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, nilai,
prosedur/metode, keterampilan, hukum, dan masalah. Paparan tersebut
disajikan secara naratif atau piktorial yang berfungsi untuk merangsang dan
mengkondisikan tumbuhnya pengalaman belajar (learning experiences).
Pengalaman belajar diupayakan menampilkan variasi proses yang
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman konkret, observasi reflektif,
konseptualisasi abstrak, dan ekperimentasi aktif Jenis pengalaman pelajaran
disesuaikan dengan kekhususan setiap mata pelajaran, misalnya untuk mata
pelajaran yang bersifat keterampilan berbeda dengan yang bersifat
pengetahuan. Prinsip dalam penyajian uraian harus memenuhi syarat-syarat:
1) materi harus relevan dengan esensi kompetensi
2) Materi berada dalam cakupan topik inti
3) Penyajiannya bersifat logis, sistematis, komunikatif/interaktif, dan tidak
kaku
4) Memperhatikan latar/setting kondisi siswa
5) Menggunakan teknik, metode penyajian yang menarik dan menantang
b. Contoh
Contoh adalah benda, ilustrasi, angka, gambar dan lain-lain yang
mewakili/mendukung konsep yang disajikan. Contoh bertujuan untuk
memantapkan pemahaman pembaca tentang fakta/data, konsep, prinsip,

9
generalisasi/dalil, hukum, teori, nilai, prosedur/metode, keterampilan dan
masalah. Prinsip dalam penyajian contoh hendaknya:
a. Relevan dengan isi uraian
b. Konsistensi istilah, konsep, dalil, dan peran
c. Jumlah dan jenisnya memadai d. Logis (masuk akal)
e. Sesuai dengan realitas
f. Bermakna
4. Latihan Latihan
adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa
setelah membaca uraian sebelumnya. Gunanya untuk memantapkan pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil,
teori, prosedur, dan metode. Tujuan latihan ini agar siswa benar-benar belajar
secara aktif dan akhirnya menguasai konsep yang sedang dibahas dalam kegiatan
belajar tersebut. Latihan disajikan secara kreatif sesuai dengan karakteristik setiap
mata pelajaran. Latihan dapat ditempatkan di sela-sela uraian atau di akhir uraian.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan latihan:
a. Relevan dengan materi yang disajikan
b. Sesuai dengan kemampuan siswa
c. Bentuknya bervariasi, misalnya tes, tugas, eksperimen, dsb
d. Bermakna (bermanfaat)
e. Menantang siswa untuk berpikir dan bersikap kritis
f. Penyajiannya sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran
5. Rambu-rambu Jawaban Latihan
Rambu-rambu jawaban latihan merupakan hal-hal yang harus diperhatikan
oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan. Kegunaan rambu-rambu jawaban
ini adalah untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang jawaban yang diharapkan
dari pertanyaan atau tugas dalam latihan dalam mendukung tercapainya kompetensi
pembelajaran.
6. Rangkuman
Rangkuman adalah inti dari uraian materi yang disajikan pada kegiatan
belajar dari suatu modul, yang berfungsi menyimpulkan dan memantapkan
pengalaman belajar (isi dan proses) yang dapat mengkondisikan tumbuhnya konsep
atau skemata baru dalam pikiran siswa. Rangkuman hendaknya memenuhi
ketentuan:
a) Berisi ide pokok yang telah disajikan

10
b) Disajikan secara berurutan
c) Disajikan secara ringkas
d) Bersifat menyimpulkan
e) Dapat dipahami dengan mudah (komunikatif)
f) Memantapkan pemahaman pembaca
g) Rangkuman diletakkan sebelum tes fonnatif pada setiap kegiatan belajar
h) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan tidak menggunakan kata-
kata yang sulit dipahami.
7. Tes Formati
Pada setiap modul selalu disertai lembar evaluasi (evaluasi formatif) yang
biasanya berupa tes. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur apakah tujuan yang
dirumuskan telah tercapai atau belum. Tes formatif merupakan tes untuk mengukur
penguasaan siswa setelah suatu pokok bahasan selesai dipaparkan dalam satu
kegiatan belajar berakhir. Tes formatif ini bertujuan untuk mengukur tingkat
penguasaan siswa terhadap materi sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
Hasil tes formatif digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan ke pokok bahasan
selanjutnya.
Tes formatif secara prinsip harus memenuhi syarat-syarat:
a) Mengukur kompetensi dan indikator yang sudah dirumuskan
b) Materi tes benar dan logis, baik dari segi pokok masalah yang
dikemukakan maupun dart pilihan jawaban yang ditawarkan
c) Pokok masalah yang ditanyakan cukup penting
d) Butir tes harus memenuhi syarat-syarat penulisan butir soal
8. Kunci Jawaban Tes Formatif dan Tindak Lanjut Kunci jawaban tes formatif
pada umumnya diletakkan di bagian paling akhir suatu modul. Jika kegiatan
belajar berjumlah 2 buah, maka kunci jawaban tes formatif terletak setelah tes
formatif kegiatan belajar 2, dengan halaman tersendiri. Tujuannya agar siswa
benar-benar berusaha mengerjakan tes tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu.
Lembar ini berisi jawaban dari soal-soal yang telah diberikan. Jawaban siswa
terhadap tes yang ada diketahui benar atau salah dapat dilakukan dengan cara
mencocokkannya dengan kunci jawaban yang ada pada lembar ini.
Tujuannya adalah agar siswa mengetahui tingkat penguasaannya terhadap
isi kegiatan belajar tersebut. Di samping itu, pada bagian ini berisi petunjuk tentang
cara siswa memberi nilai sendiri pada hasil jawabannya. Tindak lanjut Di dalam
kunci jawaban tes formatif, terdapat bagian tindak lanjut yang berisi kegiatan yang
harus dilakukan siswa atas dasar tes formatifnya. Siswa diberi petunjuk untuk
melakukan kegiatan lanjutan, seperti: Terus mempelajari kegiatan belajar
berikutnya bila ia berhasil dengan baik yaitu mencapai tingkat penguasaan 80 %

11
dalam tes formatif yang lalu, atau mengulang kembali mempelajari kegiatan belajar
tersebut bila hasilnya masih di bawah 80 % dari skor maksimum.
d. Pemanfaatan Modul dalam Pembelajaran
di Kelas Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pada
dasarnya menggunakan sistem belajar secara individual. Namun dapat pula
digunakan pada sistem pembelajaran klasikal. Jika pembelajaran bersifat individual
maka siswa akan belajar dari modul satu ke modul berikutnya sesuai dengan
kecepatannya masing-masing. Mengingat kecepatan masing-masing siswa tidak
sama, maka dalam perjalanan belajarnya dari hari ke hari, jarak antara siswa yang
pandai dengan siswa yang lamban makin lama makin besar.
Teknik ini akan mudah bila di suatu kelas siswanya sedikit, namun jika
jumlah siswa dalam suatu kelas jumlahnya banyak, dan juga mata pelajaran yang
dipelajarinya jumlahnya banyak maka pelaksanaan pembelajarannya menjadi lebih
rumit. Pembelajaran dengan sistem modul jika diterapkan untuk pembelajaran
secara klasikal, maka siswa akan belajar dalam waktu bersamaan dan untuk
melanjutkan ke modul berikutnya juga dapat bersamaan. Kepada siswa-siswa yang
selesainya lebih cepat dari pada teman-temannya, maka siswa tersebut akan
memperoleh modul pengayaan untuk dipelajarinya dalam sisa waktu yang tersedia.
Kemudian setelah itu dilakukan evaluasi yang dapat dikerjakan secara individual
maupun secara klasikal.
2.3 Radio Pendidikan
Selanjutnya penerapan teknologi pendidikan di Indonesia seperti
penggunaan radio pendidikan sebagai alternatif belajar radio pendidikan ini berupa
bahan ajar yang memiliki format audio untuk menyampaikan pesan pembelajaran
dari pendidik kepada peserta didik. penggunaan radio pendidikan sebagai alternatif
belajar, memberikan beberapa keuntungan yaitu murah dan mudah didapatkan.
tetapi kelemahannya karena ini hanya berupa format audio ini tentu orang yang
memiliki gangguan pendengaran agak sulit mendapatkan pesan yang dikirimkan
melalui radio pendidikan atau mungkin peserta didik atau pembelajar pembelajar
yang dominan dengan gaya belajar visual sulit menangkap pesan-pesan yang
disampaikan melalui audio dari radio pendidikan.
Siaran radio untuk pendidikan pertama dikembangkan oleh Pusat Teknologi
Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom)-Kementerian Pendidikan
Nasional (Kemdiknas) dengan nama Diklat SRP. Diklat SRP ini merupakan
Kegiatan perintisan pengembangan dan pemanfaatan program siaran radio untuk
pendidikan dan pelatihan guru-guru Sekolah Dasar melalui Siaran Radio. Perintisan
penyelenggaraan Diklat SRP ini dilakukan di Yogyakarta dan Semarang
berdasarkan rekomendasi berbagai hasil studi yang dilaksanakan (Miarso dan
Suhedi, 1984).
Menurut A. Darmanto (2005) dalam Himpunan Materi Pelatihan Bidang
Radio Siaran, kelebihan media radio pendidikan adalah:

12
1. Rapidity yaitu tingkat kecepatan menyampaikan informasi cukup tinggi
2. Wide Coverage yaitu jangkauan wilayah siarnya luas.
3. Simultaneous (dapat dinikmati secara srentak dalam waktu yang sama).
4. Mempunyai kemampuan mengembangkan imajinasi melalui audio.
5. Selektivitas dalam memilih program/ segmen khalayak.
6. Fleksibilitas yaitu dapat dibawa kemana-mana.
7. Bersifat personal (hubungan yang terasa intim dengan penyiarnya.
8. Verbalisme (ada pengucapan, intonasi, diksi, dan lain-lain).
9. Beyond emotion.
10. Sound and amoving image.
11. Show Performing Art.
12. Literacy (dapat dinikmati oleh khalayak yang buta huruf)
Secara umum, fungsi siaran radio untuk pendidikan sekolah menurut A.
Darmanto (2005) antara lain adalah untuk
1. meningkatkan kesadaran nasional,
2. melengkapi pembelajaran (suplemen),
3. mempercepat penyampaian informasi baru ke sekolah,
4. menyelenggarakan pendidikan dengan materi pembelajaran yang
sama untuk skala nasional bagi semua,menggantikan fungsi
kehadiran guru profesional dan professor (dalam kondisi tertentu),
5. menambah materi pembelajaran dan bahan bacaan
6. melakukan modernisasi di bidang penyampaian materi
pembelajaran,
7. mengikuti pendidikan/pelatihan kembali bagi guru,
8. menyediakan informasi dan pendidikan bagi kelompok kecil,
9. membantu mereka yang tidak mampu melanjutkan sekolah karena
tidak memiliki waktu dan keterbatasan ekonomi, dan
10. mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi ujian nasional.
Dengan memperhatikan pendapat Darmanto tersebut di atas, fungsi siaran
RE telah memenuhi fungsi siaran radio untuk pendidikan. Bukti pendukung lainnya
adalah kiprah RE sebagai radio pendidikan yang berupaya memupuk jiwa
nasionalisme .
2.4 Televisi Pendidikan
Penerapan teknologi pendidikan di Indonesia berkembang menjadi televisi
pendidikan televisi pendidikan ini jika radio memfasilitasi satu format bahan ajar
yaitu berupa audio tapi televisi pendidikan mengakomodasi belajar yang memiliki
gaya belajar visual dan auditori . ketika mereka sesulit and belajar menggunakan

13
radio televisi pendidikan dapat memberikan alternatif belajar yang lebih luas .awal
mulanya trend pembelajaran itu dikenal dengan e-learning yaitu penggunaan alat-
alat elektronik dalam pembelajaran alat elektronik yang dimaksud pesan itu adalah
radio dan televisi pendidikan. Namun sekarang ini bukan berarti karena ada
jaringan internet televisi dan radio pendidikan ini tidak relevan lagi Justru pada saat
kapan demi ini dibuktikan kembali bahwa kedua alat ini sangat relevan digunakan
karena letak geografis Indonesia yang sangat beragam ada yang berada di daerah
jaringan internet memadai dan dan juga tidak sedikit atau belajar yang berada di
daerah Blank Spot maka pada saat itu mereka menggunakan radio dan televisi
pendidikan, artinya radio dan televisi pendidikan ini masih relevan kita gunakan
sampai saat sekarang, hanya saja konten-konten yang tersedia perlu kita
kembangkan agar pas pebelajar yang kesulitan untuk akses internet dapat
mengoptimalkan radio dan televisi ini untuk mereka belajar.
Media televisi termasuk media pandang-dengar (audio-visual). Media ini
mampu menyajikan beragam informasi dan ilmu pengetahuan dalam bentuk
tayangan kombinasi antara gambar dan suara. Selain itu, media televisi mampu
merangsang indra dengan menampilkan suara, gambar, lambang, tulisan dan
gerakan secara bersamaan. Media televisi adalah media elektronik yang
memanfaatkan kekuatan gambar dan suara dalam mempengaruhi penontonnya
(Situmorang, 2006). Gambar adalah kekuatan utama dan suara sebagai pelengkap
atau penguat gambar yang ada. Dengan kedua kekuatan tersebut media televisi
mampu mempengaruhi emosi setiap penontonnya. Oleh karena itu, media televisi
disebut sebagai kotak ajaib (magic box) yang dapat memaku pemirsa untuk
menerima berbagai pesan dan informasi yang ditayangkan dalam bentuk audio
visual. Informasi yang disampaikan lewat media televisi akan mudah dimengerti
dengan jelas karena terdengar secara audio dan terlihat secara visual.
Media televisi sama dengan media surat kabar, majalah dan radio, yang
dapat digolongkan sebagai media massa. Maksudnya media ini mampu menjangkau
pemirsa dalam jumlah besar yang berada dalam wilayah geografis yang luas.
Sedangkan bedanya dengan surat kabar dan media massa lain, media televisi
mampu menyajikan visual gerak (motion pictures). Media televisi sebagai visual
gerak yang dapat diatur percepatan gerakannya (gerak dipercapat atau diperlambat).
Hal ini memungkinkan media televisi efektif bila digunakan untuk membelajarkan
pegetahuan yang berhubungan dengan unsur gerak (motion). Dengan demikian,
media televisi sebagai media komunikasi massa mempunyai potensi besar untuk
dimanfaatkan sebagai sumber belajar dan pembelajaran.
Televisi sebagai media pembelajaran sering disebut pula dengan televisi
instruksional atau instructional television (ITV). Ada bermacam-macam pengertian
televisi pembelajaran sesuai dengan kepentingannya, namun pada dasarnya
berhubungan dengan pendidikan dan pembelajaran. Menurut Sikes dalam Anglin
(1995) “Instructional television (ITV) has traditionally been defined as television
designed and produced specifically for elementary and secondary grade students
with the exectation that it would help those students to achieve ‘identified, specific

14
learning goals under the administration and supervision of profesional educators in
formally structured learning enviroment’.
Televisi pembelajaran secara tradisional mempunyai desain dan diproduksi
secara khusus untuk peserta didik Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sehingga membantu mereka dalam memahami setiap mata
pelajaran dengan baik dan menyenangkan. Sebab ITV berorientasi pada kurikulum
sekolah yang berlaku. Oleh karena itu, televisi pembelajaran sering disebut juga
dengan siaran televisi pendidikan sekolah misalnya siaran pelajaran bahasa Inggris,
Sejarah, Matematika, dan mata pelajaran yang lain.
Televisi pembelajaran adalah program televisi yang di desain,
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran (Siahaan, dkk.,
2006). Artinya media televisi dapat dirancang dan digunakan untuk
mengkomunikasikan pesan dan informasi pembelajaran yang berada dalam
kawasan kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan dan penghayatan), dan
psikomotor (keterampilan). Televisi pendidikan adalah semua program televisi
yang sengaja dibuat untuk tujuan pendidikan (Miarso, 2004). Misalnya acara kuis,
pembinaan rohani, pendidikan keluarga, olahraga, bina vokalia, masakmemasak,
pendidikan kesehatan, wirausaha, dan pendidikan politik. Sedangkan televisi
instruksional (pembelajaran) lebih khusus karena hanya meliputi program televisi
yang sengaja dibuat untuk sekolah atau program pembelajaran lain (kuliah, kursus,
dan lain lain) yang berdasarkan pada kurikulum yang ada pada lembaga pendidikan
(Miarso, 2004). Misalnya siaran TV Edukasi melalui TVRI pada hari Senin s.d
Kamis pukul 07.30–09.00 WIB dan disiarkan ulang pada pukul 16.00–17.30 WIB.
Sedangkan mata pelajaran yang disiarkan adalah Matematika, Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris untuk SMP. Suatu program televisi dapat dikatakan sebagai
televisi pendidikan jika memiliki karakteristik antara lain:
1. menyajikan pesan-pesan yang jelas kepada pemirsanya tentang hal-hal
yang pantas untuk diteladani
2. menyajikan program-program yang tidak bertentangan dengan norma-
norma kesusilaan, adat istiadat, sopan santun, dan hukum yang berlaku
3. menyajikan program yang dapat membentuk dan mengembangkan sikap
mental, tekad dan semangat, serta ketaatan dan kedisiplinan bagi para
pemirsanya
4. mampu mensosialisasikan nilai-nilai agar pemirsanya dapat bersikap
kreatif, berpikir kritis, mandiri, dan bertanggungjawab atas perilakunya
(Siahaan, dkk., 2006). Isi siaran TV pendidikan harus diusahakan sesuai
dengan nilai-nilai edukatif yang diterima oleh masyarakat Indonesia. Misalnya TV
Edukasi mempunyai semboyan “TV yang santun dan mencerdaskan serta memberi
tauladan”. Oleh karena itu, TV Edukasi diharapkan menjadi alternatif sumber
belajar di tengah gencarnya tayangan berbagai stasiun televisi. Fungsi televisi
dalam program pendidikan dapat dibedakan secara konseptual ke dalam fungsi
pengayaan, pengganti, pengajaran langsung, dan penggerak/ motivator (Miarso,
2004). Sedangkan siaran televisi pendidikan yang ditayangkan oleh TV Edukasi

15
dan TVRI berfungsi sebagai pelengkap atau pengayaan. Artinya siaran televisi
menyajikan materi pelajaran tambahan yang tidak diberikan oleh guru. Sedangkan
bahan/materi tambahan itu sendiri dapat memantapkan apa yang telah diperoleh
atau sekadar meningkatkan atau memperluas atau memperdalam materi pelajaran
di sekolah.
Tujuan siaran televisi pembelajaran adalah untuk menyampaikan pesan
(materi) pembelajaran kepada sejumlah besar peserta didik. Oleh karena itu, televisi
pembelajaran merupakan televisi yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan
pendidikan dan sebagai media belajar atau sumber belajar, sehingga pendekatannya
dapat dilakukan melalui mengajar biasa dilakukan di sekolah dan dapat juga melalui
pendekatan lain (Alatas, 1994).
Siaran Televisi Pendidikan
Seiring dengan tuntutan penerapan Kurikulum tahun 2013 yang mengubah
paradigma pembelajaran, yaitu perubahan dari teacher-centered ke student-centered
dan diterimanya model pembelajaran baru yang inovatif. Artinya orientasi
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered learning) berubah menjadi
pembelajaran berpusat pada peserta didik (student-centered learning). Guru hanya
berperan memberikan bimbingan dan arahan (fasilitator) pembelajaran. Peranan
guru bukan sebagai satusatunya sumber belajar tetapi berubah sebagai fasilitator
pembelajaran yang akan memfasilitasi peserta didik untuk belajar, dan peserta didik
sendirilah yang harus aktif dan kreatif belajar dari berbagai sumber belajar.
Oleh karena itu, di dalam proses pembelajaran memerlukan berbagai sumber
belajar. Salah satu sumber belajar yang potensial dan ada di lingkungan peserta
didik untuk memberikan dukungan terhadap model pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik adalah siaran televisi pendidikan. 357 Media televisi merupakan
salah satu media pembelajaran yang sudah akrab dikalangan peserta didik karena
media ini hadir bagaikan sahabat dikala peserta didik susah, sebagai guru dikala
peserta didik membutuhkan pengetahuan, dan sebagai pembimbing dikala peserta
didik perlu informasi.
Penggunaan siaran televisi sebagai media pembelajaran kini semakin meluas.
Kemajuan teknologi telah mengakibatkan harga TV semakin murah, sehingga
penggunaan semakin meluas. Sekarang ini televisi sudah menjadi salah satu
tuntutan atau kebutuhan hidup masyarakat. Dengan demikian, tergantung
kreativitas peserta didik dalam mencari dan memanfaatkan siaran TV pendidikan
sebagai sumber belajar selain guru.
Televisi sebagai media pembelajaran secara umum memiliki
kelebihan/keunggulan, yaitu:
a) merupakan media yang popular, hampir seluruh lapisan masyarakat
menggunakannya,
b) bersifat audio visual dan gerak sehingga pesan akan lebih mudah
difahami,

16
c) menarik karena dapat menampilkan realita dan visual live serta
memanipulasi/memberi penekanan tertentu,
d) aktual, yaitu dapat menyajikan informasi terbaru secara seketika,
e) dapat menghadirkan obyek yang jauh, terlalu besar atau terlalu kecil,
dan berbahaya,
f) menembus batas ruang dan waktu,
g) dapat menjangkau sasaran yang luas dan serempak,
h) pilihan format sajiannya beragam dan bervariasi, sehingga
mendorong kreativitas pengembang program, dan
i) hampir semua mata pelajaran dapat disampaikan melalui media
televisi.

Di sisi lain siaran TV juga memiliki kelemahan, antara lain:


a) biaya produksinya relatif mahal,
b) memerlukan tenaga ahli dan peralatan khusus untuk
mengembangkannya,
c) sifat komunikasinya satu arah,
d) sulit mengatur jadwal yang tepat dengan kebutuhan peserta didik,
terutama untuk program yang dikaitkan dengan kegiatan
pembelajaran di kelas, dan
e) kontrol sepenuhnya ada pada penyelenggara siaran, sehingga
pengguna bersifat pasif.
Pemanfaatan Siaran Televisi dalam Kegiatan Pembelajaran
Pemanfaatan (utilization) adalah aktivitas untuk menggunakan proses dan
sumber untuk belajar. Pemanfaatan merupakan kawasan teknologi pembelajaran
yang tertua di antara kawasan-kawasan yang lain, karena penggunaan bahan
audiovisual secara teratur mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan
produksi media pembelajaran (Seels & Richey, 2000). Sedangkan pemanfaatan
siaran televisi adalah penggunaan secara sistematis siaran televisi untuk kegiatan
pembelajaran. Siaran televisi telah banyak digunakan untuk kepentingan
pendidikan/pembelajaran di berbagai negara. Secara konseptual strategi
pemanfaatan siaran televisi pendidikan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu
strategi terbuka, terarah, terpimpin dan terikat (Miarso (2004).
Dalam strategi terbuka menuntut program itu menarik dan berkualitas,
dimungkinkan untuk siapa saja dapat mengikuti program siaran, dan tampa ada
kewajiban atau pengawasan yang berkaitan dengan program siaran tersebut.
Strategi terarah menuntut adanya dua implikasi, yaitu: (a) para penyelenggara
siaran harus mengembangkan program berseri dan berkesinambungan dengan alur
(benang merah) yang jelas; dan (b) perlu diusahakan terbentuknya forum
pemirsa/pendengar, baik secara terorganisir maupun secara bebas dalam
pemanfaatan siaran. Program siaran dengan strategi terpimpin merupakan
peningkatan strategi terarah bila dilihat dari aspek perencanaan dan proses
pemanfaatannya. Adapun strategi terikat menentut adanya aturan dan persyaratan
tertentu yang harus diikuti bersama oleh penyelenggara siaran dan pengguna siaran

17
dilapangan. Oleh karena itu, dalam strategi ini program siaran yang ditayangkan
merupakan bagian integral dari sistem instruksional yang ada. Misalnya siaran
televisi pendidikan yang ditayangkan TV Edukasi melalui TVRI menggunakan
strategi terbuka sehingga menuntut prakarsa dan kreativitas dari masyarakat untuk
memanfatkanya sebagai sumber belajar. Bentuk pemanfaatan siaran televisi untuk
pendidikan dapat dilakukan secara terbatas/tertutup (close circuit television) dan
secara terbuka
2.5 Pendekatan Keterampilan Proses
Selanjutnya bentuk penerapan teknologi pendidikan di Indonesia berupa
cara belajar siswa aktif dan pendekatan ketrampilan proses ngomong ini tidak
bersentuhan langsung dengan teknologi jadi teknologi pendidikan bukan hanya
soal bagaimana kita memilih metode terbuka tafsir untuk pembelajaran tapi
bagaimana kita menyediakan atau memilih metode model dan strategi agar
peserta didik ini bisa belajar dengan masing-masing kebutuhannya .cara belajar
siswa aktif dan pendekatan ketrampilan proses Trans Karang lebih sering
dikenal juga dengan pembelajaran konstruktivis excess learning kemudian
pembelajaran saintifik itu semua mengarah kepada bagaimana mengaktifkan
pebelajar ini dalam proses belajar yang sedang mereka ikuti.
Pendekatan keterampilan proses adalah salah satu cara untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pendekatan ini menekankan pada proses pemerolehan pengetahuan,
bukan hanya pada produk atau hasil akhirnya. Dengan pendekatan ini, siswa
diharapkan dapat mengamati, mengklasifikasikan, membuat inferensi,
merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, dan
menyimpulkan secara ilmiah. Pendekatan ini juga dapat melatih siswa untuk
berpikir kritis, kreatif, dan mandiri dalam memecahkan masalah.

Pendekatan keterampilan proses berbeda dengan pendekatan tradisional


yang lebih banyak memberikan informasi dan fakta kepada siswa tanpa
melibatkan mereka secara aktif dalam proses pembelajaran. Pendekatan
tradisional cenderung membuat siswa menjadi pasif, bergantung pada guru, dan
kurang mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya. Pendekatan
keterampilan proses lebih sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin cepat dan kompleks.

Untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran,


guru perlu mempersiapkan materi, media, alat, dan metode yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Guru juga perlu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengeksplorasi, menemukan, dan mengkonstruksi konsep-konsep
sendiri dengan bimbingan dan fasilitasi dari guru. Guru tidak perlu memberikan
jawaban atau solusi langsung kepada siswa, tetapi lebih banyak mengajukan
pertanyaan yang dapat merangsang pemikiran siswa. Guru juga perlu
memberikan umpan balik dan evaluasi yang konstruktif kepada siswa untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

18
2.6 Pembelajaran Berbasis Komputer
Selanjutnya bentuk penerapan teknologi pendidikan di Indonesia seperti
pembelajaran berbasis komputer. Pembelajaran berbasis komputer dalam
konteks ini bukan pembelajaran yang ke jaringan karena itu notice ke khusus
kita bahas, pembelajaran basis komputer sifatnya adalah stellen artinya tidak
terhubung antara satu komputer dengan komputer yang. lainnya contoh
pembelajaran berbasis komputer itu seperti penggunaan media interaktif yang
disimpan pada media penyimpanan. Apakah itu CD,, flashdisk harddisk
ataupun bentuk penyimpanan lainnya. pembelajaran berbasis komputer ini ada
beberapa model-model tutorial model ,games simulasi dan Grand praktis
model-model ini dapat kita pilih sesuai kebutuhan pembelajar. mereka
membutuhkan Apakah itu tutorial berupa materi Apakah berupa
permainan ,simulasi ataupun alat dan latihan untuk memperkuat pemahaman
mereka. pembahasan lebih rinci mengenai pembelajaran berbasis komputer ini
dapat diikuti pada playlist pembelajaran berbasis computer.
Pembelajaran berbasis komputer adalah penggunaan suatu komputer
untuk membantu menyajikan materi pembelajaran kepada siswa, memantau
kemajuan belajarnya atau memilih bahan pembelajaran tambahan yang sesuai
dengan kebutuhan belajar siswa secara individual (Miarso, 2004). Sedangkan
dalam Isjoni dkk (2007) menjelaskan bahwa media pembelajaran berbasis
komputer adalah penggunaan komputer sebagai media penyampaian informasi
pembelajaran, latihan soal, umpan balik, dan skor jawaban peserta didik
Menurut Criswell (1989: 1) menyatakan bahwa computer based instruction
(CBI) merupakan penggunaan komputer untuk menyajikan materi
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi secara aktif dan merespon aktivitas peserta didik
Pendapat lain dikemukakan oleh Kemp & Dayton (1985: 40) sebagai
berikut. Computer Based Instruction refers to any application of komputer
technology to the instructional process. It includes using a komputer to present
information, to tutor a learner, to provide practice for developing a skill, to
simulate a process which is being studied, and manipulate to solve problem.
Istilah computer based instruction (CBI) umumnya menunjuk pada semua
software pendidikan yang diakses melalui komputer dimana peserta didik dapat
berinteraksi dengannya. Sistem komputer menyajikan serangkaian program
pengajaran kepada peserta didik baik berupa informasi maupun latihan sal
untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu dan peserta didik melakukan
aktivitas belajar dengan cara berinteraksi dengan sistem komputer.
Dalam Winataputra (1997) tujuan umum pembelajaran berbasis
komputer adalah bagaimana program komputer digunakan sebagai alat bantu
untuk menyampaikan materi dalam pembelajaran. Dengan berbagai fitur dan
aksesoris pendukungnya, (seperti: teks, suara, gambar, video dan animasi).
Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran dikenal dengan nama
pembelajaran dengan bantuan komputer (Komputer-assisted Instruction – CAI,

19
atau Komputer-assisted Learning CAL). Ada tiga bentuk penggunaan komputer
dalam kelas, yaitu:
1. Untuk mengajar siswa menjadi mampu membaca komputer atau
computer literate.
2. Untuk mengajarkan dasar-dasar pemrograman dan pemecahan masalah
komputer.
3. Untuk melayani siswa sebagai alat bantu pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran


berbasis komputer adalah penggunaan komputer sebagai media penyampaian
informasi pembelajaran, latihan soal, umpan balik, dan skor jawaban peserta didik.
Komputer berfungsi sebagai sumber belajar yang dapat digunakan secara mandiri
oleh peserta didik.
Sejarah Perkembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer
Pada awalnya media komputer ditemukan pada tahun 1950-an dan
berkembang dengan lambat hingga tahun 1960-an. Hal ini dikarenakan komputer
yang dihasilkan pada masa itu berukuran besar sehingga tidak efisien ruang dan
jumlah orang. Dan ketika ditemukan prosesor berukuran kecil pada tahun 1975,
terjadi perkembangan yang pesat pada penggunaan komputer. Bahkan
perkembangan teknologi tersebut terus berlangsung hingga kini dan menghasilkan
berbagai macam teknologi komputer yang semakin canggih dan dipakai dihampir
semua kegiatan terutama sebagai media dalam pembelajaran.
Menurut Ariesto (2012) pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan
khususnya dalam pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah
teknologi pembelajaran. Sejarah teknologi pembelajaran ini merupakan kreasi
berbagai ahli dalam bidang terkait, yang pada dasarnya ingin berupaya dalam
mewujudkan ide-ide praktis dalam menerapkan prinsip dikdati, yaitu pembelajaran
yang menekankan perbedaan individual baik dalam kemampuan maupun dalam
kecepatan. Perwujudan ide-ide praktis itu juga sejalan dengan perkembangan
teoriteori belajar yang dikembangankan para ahli psikologi, yakni dengan
berkembangnya teori belajar dari aliran tingkah laku (teori belajar dari aliran
behaviorisme) dan teoriteori kognitif, terutama yang menggunakan model
pemrosesan informasi (information processing model).
Teori-teori psikologi persekolahan yang terkait dengan belajar tuntas
dengan tokoh-tokohnya seperti John B. Carrol, Jerome S. Bruner dan Benjamin S.
Bloom juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan teknologi pembelajaran.
Selain itu kerangka acuan yang terkait dengan perancangan atau desain
pembelajaran juga turut menyemarakan perkembangan teknologi pembelajaran
yang selanjutnya digunakan juga sebagai acuan dalam penyusunan bingkai kerja
dalam mengembangkan pembelajaran berbasis komputer. Sejarah pembelajaran
berbasis komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk menciptakan perangkat
teknologi terapan yang memungkinkan seseorang melakukan proses belajar secara

20
individual dengan menerapkan prinsip-prinsip didaktik-metodik tersebut. Dalam
sejarah teknologi pembelajaran kita menemukan bahwa karya Sydney L. Pressey
pada tahun 1960 (Rahman, 2008) untuk menciptakan mesin pengajar atau teaching
machine bisa dicatat sebagai pelopor dalam pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran.
Mesin pengajar pada mulanya diciptakan oleh Pressey untuk melakukan tes
terhadap kemampuan yang dicapai dari hasil belajar. Cara kerja mesin tersebut
adalah:
1. Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan 4
kemungkinan jawaban, dengan satu diantaranya adalah kemungkinan
jawaban yang benar.
2. Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban
yang benar dari satu soal.
3. Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan
adalah alternatif jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul
soal berikutnya. Tetapi bila salah, maka akan memberikan respon dengan
cara tidak memunculkan soal berikutnya.
Pressey (Rahman, 2008) memandang bahwa mesin tes ini bisa digunakan
pula dalam mengajar dan dengan sedikit mengubah tujuan, dari tujuan menguji
menjadi tujuan mengajar akhirnya alat itu digunakan juga sebagai mesin mengajar.
Pada tahun 1994, seorang ahli psikologi dari aliran behaviorisme bernama B.F
Skinner (Amaly Ridha, 2014) menciptakan pembelajaran terprogram
memungkinkan interaksi siswa dengan guru yang dilakukan secara langsung, tetapi
melalui program yang berbentuk tulisan, rekaman radio, film, mesin pengajar, dan
sebagainya.
c. Jenis-Jenis dan Contoh Media Pembelajaran Berbasis Komputer
Media pembelajaran berbasis komputer semakin berkembang dari waktu
ke waktu. Berbagai jenis media berbasis komputer yang dapat digunakan dalam
pembelajaran pun menjadi semakin beragam seiring dengan perkembangan zaman.
Beberapa jenis media pembelajaran berbasis komputer saat ini telah
diklasifikasikan oleh para ahli. Terdapat beberapa jenis media pembelajaran
berbasis komputer yang dikemukakan oleh salah seorang ahli. Menurut Azhar
Arsyid (2006: 3) Media pembelajaran berbasis komputer terdiri dari:
1. Presentasi PowerPoint
Saat ini teknologi pada bidang rekayasa komputer menggantikan peranan
alat presentasi pada masa sebelumnya. Penggunaan perangkat lunak
perancang presentasi seperti Microsoft power point yang dikembangkan
oleh Microsoft inc” yang mengembangkan banyak sekali jenis perangkat
lunak untuk mendukung kepentingan tersebut. Kelebihan media ini adalah
menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image,

21
grafik dan sound di dalam persentasi power point sehingga dapat dibuat
semenarik mungkin.

2. CD / DVD / Multimedia Pembelajaran Interaktif


Sifat media ini selain interaktif juga bersifat multi media terdapat unsur-
unsur media secara lengkap yang meliputi: sound, animasi, video, teks dan
grafis. Macam-macam model multimedia pembelajaran yaitu:
a. Model drill Memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit
melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk dan pengalaman yang mendekati
suasana yang sebenarnya.
b. Model Tutorial Menggunakan perangkat lunak berupa program
komputer yang berisi materi pelajaran.
c. Model Simulasi Memberikan pengalaman belajar melalui penciptan
tiruan-tiruan bentuk yang mendekati suasana yang sebenarnya.
d. Model Games Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas
“pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan
pada beberapa petunjuk dan aturan permainan.

3. Video Pembelajaran
Salah satu bentuk dari media pembelajaran adalah video pembelajaran, yang
dapat berupa :
a. Rekaman hasil aktivitas pembelajaran.
b. Visualisasi yang dimaksudkan untuk membimbing siswa dalam
memahami materi.
c . Prinsip yang hampir sama dengan nonton film.
d. Video yang dapat dibuat sendiri atau download dari situs share video
e. Video yang disesuaikan dengan materi melalui proses editing
4. Internet
Media berbasis internet dapat berupa : email, chatting, video /
teleconference, blog, e-learning, web, dll. Tujuan penggunaan internet
sebagai media pembelajaran berbasis komputer antara lain:
a. Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan
siswa untuk belajar secara mandiri.
b. Siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan,
museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai
peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, dan data statistik.
c. Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis,
tidak hanya konsumen informasi saja.
2.7 Pembelajaran Online Learning
Pembelajaran daring atau online learning jadi berbeda dengan
pembelajaran berbasis komputer yang sifatnya stand-alone atau berdiri sendiri.

22
Online learning ini ada interaksi atau koneksi antara satu pembelajar dengan
pembelajaran yang lain Mereka berada di tempat yang berbeda. Apakah itu dalam
waktu yang bersamaan ataupun waktu yang berbeda. Online learning ini di
Indonesia diterjemahkan ke dalam pembelajaran daring atau pembelajaran dalam
jaringan benang merah untuk pembelajaran online ini adalah penggunaan
jaringan. begitu jaringan internet ataupun intranet dengan adanya online learning.
Ini bukan berarti pembelajaran tatap muka tidak dimungkinkan lagi
pembelajaran tatap muka itu selamanya tidak akan bisa tergantikan, karena ada
beberapa nilai ada beberapa hal rumah hanya bisa dilakukan dalam pembelajaran
tatap muka sehingga online ini memiliki tiga fungsi, yaitu dia sebagai pelengkap
dalam pembelajaran tatap muka ,Sebagai tambahan dalam pembelajaran tatap
muka dan sebagai pengganti pertemuan tatap muka dan dalam Pendem iini fungsi
online yang kita jalankan sebagai pengganti pertemuan tatap muka .dua fungsi di
awal yaitu pelengkap dan tambahan pada saat kita memasuki new normal . kita
akan menyelenggarakan yang namanya blended learning Artinya kita tetap
menyelenggarakan pertemuan tatap muka dan juga mengintegrasikan online
learning didalamnya dengan berbagai porsi sesuai kebutuhan dan karakteristik
materi pembelajaran atau mata kuliah tertentu.

23
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Penerapan teknologi pendidikandi indonesia adalah proses dan cara
pengimplementasian pengimplementasian fungsi / fungsi / peran ilmu dari ilmu dari
bidang tekno bidang teknologi pendidikan logi pendidikan terhadap terhadap sektor
pendidikan pendidikan nasional maupun internasional, dapat berupa pemecahan
masalah, inovasi belajar, atau kegiatan yang mengacu pada peningkatan proses
pembelajaran.
Saran
Dengan adanya makalah ini hendaknya dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber pembelajaran untuk dapat mengetahui pengaruh teknologi pendidikan di
Indonesia sehingga dapat dijadikan dasar dalam hal pengembangan sistem
pendidikan bagi pembaca.

24
DAFTAR PUSTAKA

syafril, ulfia rahm,ieldarn,. (2018). TEKNOLOGI PENDIDIKAN.


PrenadaMediaGroup.
Departemen Pendidikan Nasional PUSTEKKOM, 2002, TEKNODIK No. 20,
Jakarta: PUSTEKKOM DEPDIKNAS.
Miarso, Yusufhadi Prof. Dr. M.Sc., 2009, Menyemai Benih Teknologi
Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Padmo, Dewi dkk, Teknologi Pembelajaran, 2003, Jakarta: Universitas Terbuka.
Siregar, Eveline dan Dewi Salma Prawiradilaga, 2008, Mozaik Teknologi
Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Seels, Barbara dan Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran terjemahan, 1994,
Jakarta: Unit Penerbitan UNJ.
Universitas Terbuka (1997). Panduan Operasional Penulisan Modul. Jakarta: UT
Vembriarto, St. (1985). Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan
Pendidikan Paramita
Arsyad Azhar, 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Sutopo, Ariesto Hadi. (2012). Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Pendidikan, Graha Ilmu, Yogyakarta

25

Anda mungkin juga menyukai