Anda di halaman 1dari 101

ANALISIS VARIABEL TPACK (TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL AND

CONTENT KNOWLEDGE) GURU SMP MELALUI SURVEI SE-


KECAMATAN PASAR JAMBI

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :

TRI WINDIANINGSIH

NIM A1C318010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI
DESEMBER 2021

ANALISIS VARIABEL TPACK (TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL AND


CONTENT KNOWLEDGE) GURU SMP MELALUI SURVEI SE-
KECAMATAN PASAR JAMBI

Proposal Skripsi

Diajukan kepada Universitas Jambi

Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Program Sarjana Pendidikan Fisika

OLEH :
TRI WINDIANINGSIH
A1C318010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JAMBI

DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat

dan karunia yang telah diberikan, sehingga proposal yang berjudul “ Analisis

Variabel TPACK (Technological Pedagogical And Content Knowledge) Guru SMP

Melalui Survei Se-Kecamatan Pasar Jambi” ini bisa terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan diajukannya proposal ini adalah untuk memenuhi tugas

akhir mata kuliah proposal skripsi.

Proposal ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada berbagai pihak yang telah

membantu penulis, diantaranya :

1. Prof. Dr. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D, selaku Rektor Universitas Jambi.

2. Prof. Dr. M. Rusdi, S.Pd., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Jambi, yang telah memberikan izin untuk

menyelesaikan proposal ini.

3. Bapak Haerul Pathoni, S.Pd., M.Pfis., selaku ketua Program Studi

Pendidikan Fisika

4. Drs. Maison, M.Si., Ph.D, selaku dosen Pembimbing Akademik

selama di Universitas Jambi

i
5. Ibu nova Susanti S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi I yang

telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun

proposal ini.

6. Bapak Alrizal S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun proposal ini.

7. Kedua orangtua saya atas doa, bimbingan, dukungan serta kasih

sayang selalu tercurahkan selama ini.

8. Keluarga besar program studi Pendidikan Fisika khususnya Reguler A

angkatan 2018 atas dukungan, semangat, serta kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari

sempurna baik metode maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah

berupaya dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

dari pembaca sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan proposal ini.

Jambi, Desember 2021

Penulis

Tri Windianingsih

Nim. A1C318010

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 5
1.3 Pembatasan Masalah .................................................................................. 5
1.4 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORITIK ....................................................................... 7
2.1 Kajian Teoritik dan Penelitian yang Relevan .......................................... 7
2.1.1 Deskripsi Guru ................................................................................... 7
2.1.2 Standar Kompetensi Guru ................................................................. 17
2.1.3 Teknologi dalam Pendidikan ............................................................. 31
2.1.4 PCK (Pedagogical Content Knowledge) ........................................... 35
2.1.5 TPACK (Technological Pedagogical And Content Knowledge) ...... 36
2.1.6 Penelitian yang Relevan .................................................................... 46
2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................... 50
2.3 Hipotesis .................................................................................................. 51
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 54
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 54
3.2 Desain Penelitian .................................................................................... 55
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 55
3.4 Teknik Pengambilan Sampel .................................................................. 56

iii
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 57
3.6 Teknik Validasi Instrumen Penelitian .................................................... 57
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 59
3.8 Prosedur Penelitian ................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemajuan pendidikan bangsa

itu (Misrawati, 2017). Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat

mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran (Huliyah, 2016).

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.Untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional dibutuhkan guru yang profesional.

Guru yang profesional dituntut agar terus berkembang sesuai dengan zaman,

ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan peserta didik (Syaidah et al., 2018).

Dalam memenuhi kebutuhan peserta didik, guru harus memiliki standar sesuai

dengan standar kompetensi guru. Kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru

dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dalam menjalankan

tugas dan tanggungjawabnya (Shabir, 2015). Sesuai dengan peraturan pemerintah

No.74 tahun 2008 tentang guru, kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah (a)

kompetensi pedagogik (b) kompetensi kepribadian (c) kompetensi sosial (d)

kompetensi profesional, terutama perkembangan guru diabad 21.

Guru abad 21 dituntut harus memiliki keterampilan baik hard skill maupun

soft skill yang dapat berkonstribusi dengan masyarakat didunia pendidikan (Sumar et

al.,

1
2

2020). guru perlu menguasai berbagai bidang, mahir dalam hal pedagogi termasuk

inovasi dalam pengajaran dan pembelajaran, mampu mendesain pembelajaran,

mampu memanfaatkan media dan teknologi baru dalam pembelajaran (Tarihoran,

2019). Teknologi tidak hanya bermanfaat untuk berkomunikasi, tetapi teknologi dapat

berperan aktif dalam berbagai bidang salah satunya dalam bidang pendidikan. Dalam

bidang pendidikan teknologi digunakan sebagai media atau sumber untuk membantu

dalam pembelajaran.

Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat,mesin, material dan

proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya (Zulham, 2017).

Teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan

meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan

sumber teknologi yang memadai. Teknologi pendidikan merupakan suatu proses yang

kompleks dan terpadu melibatkan orang, prosedur, peralatan, dan organisasi untuk

menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan masalah yang menyangkut semua

aspek belajar manusia (Hasibuan, 2016). Oleh karena itu, pengintegrasian teknologi

dalam pembelajaran sangat penting.

Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) adalah sebuah

kerangka konseptual yang memperlihatkan hubungan antara tiga pengetahuan yang

harus dikuasai oleh guru, yaitu pengetahuan teknologi, pedagogi, dan konten

(Suryawati et al., 2014). Menurt Bahri & Waremra (2018) TPACK terdiri dari enam

komponen pengetahuan yang membentuk TPACK. Komponen penyusun ini adalah,

Technology Knowledge (TK), Content Knowledge (CK), Pedagogical Knowledge

(PK), Pedagogical Content Knowledge (PCK), Technological Pedagogical


3

Knowledge (TPK), dan Technological Content Knowledge (TCK) TPACK memiliki

keunggulan yaitu : TPACK tidak hanya memahami teknologi, konten, dan pedagogi

secara terpisah, tetapi lebih sebagai bentuk yang muncul yang memahami bagaimana

bentuk-bentuk pengetahuan ini saling berinteraksi. TPACK mengacu pada

pemahaman tentang bagaimana merepresentasikan konsep dengan bantuan teknologi,

teknik pedagogis yang menggunakan teknologi dengan cara yang konstruktif untuk

mengajarkan konten, pengetahuan tentang membuat konsep sulit menjadi mudah

dipelajari dan bagaimana teknologi dapat membantu siswa belajar, dan pengetahuan

tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk membangun pengetahuan yang

ada (Nasar & Daud, 2020).

Telah ada penelitian yang relevan dengan yang dilakukan, diantaranya

penelitian yang dilakukan oleh (mansur, Hamsi., Mastur., 2013) yang mengkaji

mengenai “Evaluasi Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran K-13 Berbasis

TPACK model Countenance Evaluation “ pada penelitiannya diperoleh kesimpulan

komponen Technological Knowledge memperoleh indeks 29,15%, Content

Knowledge memperoleh nilai indeks 60,41%, Pedagogical Knowledge memperoleh

nilai indeks 68,22%, Technological Content Knowledge memperoleh nilai indeks

51,65%, Technological Pedagogical Knowledge memperoleh nilai indeks 58,35%,

Technological Pedagogical Content Knowledge memperoleh nilai indeks 25%,

Pedagogical Content Knowledge memperoleh nilai indeks 41,7%. Dari hasil yang

diperoleh dapat disimpulkan Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran K-

13 berbasis TPACK berdasarkan dari analisis evaluasi countenance komponen yang

paling rendah diantara komponen pedagogi, pengetahuan, konten, dan teknologi ialah
4

kemampuan menggunakan teknologi. Kemampuan penggunaan teknologi dalam

presentase yang paling rendah dibandingkan dengan kemampuan lainnya. Untuk itu,

perlu dikembangkan lagi kemampuan penggunaan teknologi oleh guru untuk

menghasilkan pembelajaran berbasis TPACK yang baik.

Berdasarkan observasi awal yang sudah dilakukan di SMP Muhammadiyah 1

Jambi, SMP Negeri 001 Jambi, dan SMP Negeri 002 Jambi masih ditemukannya

masalah Pengetahuan Teknologi (Technological Knowledge), Pengetahuan Pedagogi

(Pedagogical Knowledge) dan Pengetahuan Konten (Content Knowledge), sedangkan

sebagai guru di abad 21 pengetahuan dasar yang baik dari tiga pengetahuan dasar

TPACK (Technological Pedagogical And Content Knowledge), namun dari hasil

observasi awal di SMP Muhammadiyah 1 Jambi, SMP Negeri 001 Jambi, dan SMP

Negeri 002 Jambi tidak semua guru memahami tentang tiga komponen dasar tersebut

hal itu dapat dilihat dari hasil wawancara beberapa guru, masih banyak guru yang

belum memanfaatkan teknologi untuk mempermudah dalam mengajar, guru masih

menggunakan metode lama dalam mengajar seperti metode ceramah yang membuat

siswa menjadi bosan dan mengantuk, faktor umur juga mempengaruhi seperti guru

yang umurnya sudah tua tidak mengerti cara menggunakan teknologi pembelajaran

seperti praktikum virtual, microsoft power point, dan google classroom.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin melakukan penelitian secara lebih

jauh terkait dengan tingkat kemampuan TPACK (Technological Pedagogical And

Content Knowledge) guru SMP Dengan judul penelitian “ Analisis Variabel

TPACK (Technological Pedagogical And Content Knowledge) Guru SMP Melalui

Survei Se-Kecamatan Pasar Jambi”.


5

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

a. Tingkat Kemampuan TPACK (Technological Pedagogical Content

Knowledge) guru di SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi

b. Hubungan antar Variabel TPACK (Technological Pedagogical Content

Knowledge) guru di SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan cocok terhadap tujuan yang diharapkan,

maka peneliti membatasi masalah untuk penelitian ini dimana batasan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Survei ini hanya dilakukan di SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi

b. Survei ini hanya dilakukan pada guru SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan diatas, masalah pokok

yang ingin diteliti sebagai berikut :

a. Bagaimana tingkat kemampuan TPACK (Technological Pedagogical


Content Knowledge) guru di SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi
b. Bagaimana hubungan antar variabel TPACK (Technological Pedagogical
And Content Knowledge) guru di SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi
6

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah telah disampaikan diatas, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tingkat kemampuan TPACK (Technological

Pedagogical Content Knowledge) guru di SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi

b. Untuk mengetahui hubungan antar variabel TPACK (Technological

Pedagogical And Content Knowledge) guru di SMP Se-Kecamatan Pasar

Jambi

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kompetensi Technological

Pedagogical And Content Knowledge (TPACK) didalam proses

pembelajaran.

b. Pembelajaran bagi peneliti dalam menerapkan kompetensi Technological

Pedagogical And Content Knowledge (TPACK) didalam proses belajar

mengajar.

c. Referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya

mengenai Technological Pedagogical And Content Knowledge (TPACK)


8

BAB II

KAJIAN TEORETIK

2.1 Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan

2..1.1 Deskripsi Guru

Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dalam

mewujudkan suasana belajar mengajar agar para peserta didik dapat

mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya pendidikan maka seseorang dapat

memiliki kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, kekuatan spiritual, dan

keterampilan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Dalam praktik

pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas, banyak

sekali tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik agar dicapai oleh peserta

didiknya. Tujuan dari pendidikan haruslah dipahami terlebih dahulu oleh para

pendidik sebelum melaksanakan pendidikan (Sebayang & Rajagukguk, 2019).

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah yang

melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga

pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau, di mushola, di rumah, dan

lain sebagainya. (Heriyansyah, 2018). Menurut (Munawala, 2021) guru merupakan

suatu pekerjaan yang mempunyai kewajiban untuk mendidik,engajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik secara individual

maupun kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.


9

Menurut (Buchari, 2018) Signifikansi peran guru dalam pendidikan

persekolahan ini menjadi sangat relevan dihubungkan dengan kedudukan guru

sebagai pengelola pembelajaran yang berada di garda terdepan.Terdapat empat

peran yang paling pokok dalam proses belajar mengajar, yaitu: (1) guru sebagai

demonstrator, (2) guru sebagai pengelola kelas, (3) guru sebagai mediator dan

fasilitator, dan (4) guru sebagai evaluator. Keempat peran guru inilah yang harus

dijalankan secara maksimal dan konsisten agar tercapai tujuan pembelajaran secara

efektif dan berkualitas. Kajian yang dilakukan ini berkaitan dengan peran guru yang

kedua yaitu sebagai pengelola pembelajaran (learning management).

Menurut Syarifuddin (2015) peran guru antara lain :

1. Pendidik

Mendidik dikenal sebagai tugas untuk memanusiakan manusia. Siswa adalah

manusia yang belum menjadi manusia seutuhnya sehingga memerlukan bantuan

orang dewasa. Melalui proses pembelajaran, segala sikap dan tingkah laku siswa

ditingkatkan menjadi lebih baik sehingga terbentuk sebuah karakter yang baik. Guru

adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik, dan

lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu,

yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.


9

2. Pengajar

Guru juga bertugas mengajar. Mengajar artinya mentransfer sejumlah ilmu

pengetahuan kepada siswa. Mengajar bermakna untuk menyentuh ranah intelektual

dan kecerdasan siswa. Untuk mengajar diperlukan berbagai strategi dan metode

sehingga proses transfer ilmu pengetahuan kepada siswa menjadi lancar. Pengertian

‘mengajar’ yang sesungguhnya adalah menciptakan situasi dan kondisi supaya siswa

belajar. Guru dikatakan belum mengajar kalau siswa belum belajar. Jadi, orientasi

proses pembelajaran di ruang kelas berorientasi kepada proses belajar siswa terdapat

beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran diantaranya:

a. Membuat ilustrasi

b. Mendefinisikan

c. Menganalisis

d. Menyintesis

e. Bertanya

f. Merespons

g. Mendengarkan

h. Menciptakan kepercayaan

i. Memberikan pandangan yang bervariasi

j. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar

k. Menyesuaikan materi pembelajaran

l. Memberikan nada perasaan


10

3. Pembimbing

Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi

yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan

tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat

tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. Berikut ini

beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi guru dalam mengoptimalkan perannya

sebagai pembimbing:

1) Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya.

Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman

tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang

kehidupannya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan

teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.

2) Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan

yang dimilikinya.

3) Guru seharusnya nya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh

kehangatan dan saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga

kerahasiaan data siswa yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.

4) Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk

mengonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika

sedang berada di kelas maupun di luar kelas.

5) Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsip umum konseling dan

menguasai teknik-teknik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan


11

siswanya, khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam

belajarnya.

4. Pelatih

Guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas untuk melatih peserta didik

dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan kompetensi masing- masing.

Pelatihan yang dilakukan, di samping harus memperhatikan kompetensi dasar dan

materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik,

dan lingkungannya. Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup

semua hal, dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.

5. Penasihat

Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua,

meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasihat dan dalam

beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasihati orang. seorang guru harus

bertindak sebagai konsultan yang siap memberikan nasihat kepada peserta didik.

Menjadi guru pada tingkat mana pun berarti menjadi penasihat dan menjadi orang

kepercayaan, kegiatan pembelajaran pun meletakkannya pada posisi tersebut. Peserta

didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam

prosesnya akan lari kepada gurunya. Semakin guru itu kreatif, maka semakin efektif

pula guru menangani setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik

berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasihat dan kepercayaan diri.


12

6. Model atau Teladan

Sejak zaman dahulu sampai sekarang, guru masih dianggap sebagai pekerjaan

yang luhur, yang memiliki sifat dan karakter yang mulia yang dijadikan ‘model’ atau

‘teladan’ bagi masyarakat. Perhatian masyarakat terhadap guru begitu besar sehingga

setiap apa yang terjadi dengan guru langsung dikomentari oleh masyarakat. Perilaku

guru di sekolah selalu menjadi figur dan dijadikan dalil bagi para siswanya untuk

meniru perilaku tersebut. Hal ini wajar karena peserta didik dalam proses

pembelajaran kadang melakukan modeling untuk mengubah tingkah lakunya. Guru

merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang

menganggap dia Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan

mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang

menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa hal di bawah

ini perlu mendapat perhatian, dan bila perlu didiskusikan para guru:

a. Sikap dasar

b. Bicara dan gaya bicara

c. Kebiasaan bekerja

d. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan

e. Pakaian

f. Hubungan kemanusiaan

g. Proses berpikir

h. Selera

i.Keputusan

j.Kesehatan
13

k. Gaya hidup secara umum

7. Pribadi

Guru dituntut untuk memiliki kepribadian yang kukuh yang dapat dijadikan

panutan bagi masyarakat. Segala tindak tanduknya selalu mendapat respons dari

masyarakat. Karenanya nilai-nilai yang dijadikan prinsip hidupnya harus sejalan

dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Guru sebagai pribadi harus memiliki

nilai moral, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan sosial, dan

kecerdasan spiritual yang tinggi.

8. Peneliti

Manusia adalah makhluk yang unik, satu sama lain berbeda. Manusia yang satu

memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, mereka juga

memiliki kelemahan yang tidak dimiliki yang lainnya. Oleh karena itu, guru adalah

seorang pencari atau peneliti. Dia tidak tahu dan dia tahu bahwa dia tidak tahu, oleh

karena itu dia sendiri merupakan subjek pembelajaran. Dengan kesadaran bahwa ia

tidak mengetahui sesuatu maka ia berusaha mencarinya melalui kegiatan penelitian.

Usaha mencari sesuatu itu adalah mencari kebenaran, seperti seorang ahli filsafat

yang senantiasa mencari, menemukan dan mengemukakan kebenaran.

9. Motivator

Dalam proses pembelajaran peserta didik terkadang tidak memiliki motivasi

belajar, apalagi menciptakan hal-hal baru yang dapat meningkatkan kompetensinya.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran, karena peserta didik akan sungguh-sungguh belajar apabila memiliki


14

motivasi yang tinggi. Sebagai motivator, hendaknya guru memperhatikan prinsip-

prinsip, sebagaimana yang dikatakan E. Mulyasa, berikut ini.

a. Peserta didik akan bekerja keras kalau memiliki minat dan perhatian terhadap

pekerjaannya.

b. Memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti.

c. Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik.

d. Menggunakan hadiah dan hukuman secara efektif dan tepat guna.

e. Memberikan penilaian dengan adil dan transparan.

Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat Menganalisis motif-motif yang

melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah.

Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik

penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat

memberikan motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar.

10. Pendorong Kreativitas

Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan

yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan

dibangkitkan oleh kesadaran itu, ia sendiri adalah seorang kreator dan motivator,

yang berada di pusat proses pendidikan. Akibat Akibat dari fungsi ini, guru

senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta

didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak

melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan

dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya dan

apa yang akan dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari sekarang.
15

11. Pembangkit Pandangan

Mengemban fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan

peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang

dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini. Guru tahu bahwa ia tidak dapat

membangkitkan pandangan tentang kebesaran kepada peserta didik jika ia sendiri

tidak memilikinya. Oleh karena itu, para guru perlu dibekali dengan ajaran tentang

hakikat manusia dan setelah mengenalnya akan mengenal pula kebesaran Allah yang

menciptakannya.

12. Pekerja Rutin

Guru bekerja dengan keterampilan, dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin

yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak

dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada

semua peranannya.

13. Aktor

Sebagai seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah

yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada

penonton. Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengakibatkan para

penonton tertawa, mengikuti dengan sungguh-sungguh, dan bisa pula menangis

terbawa oleh penampilan sang aktor.

14. Evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks,

karena melibatkan banyak latar belakang banyak latar belakang dan hubungan, serta

variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir
16

tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian, karena penilaian

merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan

tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.

15. Pengawet

Salah satu tugas pendidikan adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke

generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang

bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan Untuk

melaksanakan tugasnya sebagai pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia

terdahulu, dikembangkan salah satu sarana pendidikan yang disebut kurikulum, yang

secara sederhana diartikan sebagai program pembelajaran

16. Fasilitator

Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan

kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak

menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan,

fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh

karena itu, menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan

tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.

17. Supervisor

Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis

terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai dengan baik

agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.

Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya karena pengalamannya,

pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, atau


17

karena memiliki sifat-sifat kepribadian yang menonjol daripada orang-orang yang

disupervisinya

2.1.2 Standar Kompetensi Guru

Menurut (Indah Susilowati, 2013) Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan

keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas

guru yang sebenarnya. Standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan

atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan

bagi seseorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai

bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan. Seiring dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat

(1) menyatakan “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Bahwa guru yang profesional

itu memiliki empat kompetensi atau standar kemampuan yang meliputi kompetensi

Kepribadian, Pedagogik, Profesional, dan Sosial.

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, serta

sikap yang harus dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

secara profesional. Kompetensi guru dapat dinilai sebagai tolak ukur dalam

penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka

pembinaan dan pengembangan tenaga guru.


18

2.1.2.1 Kompetensi Pedagogik

Menurut (Darmadi, 2015) Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan

pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut (Jauhari, 2020) kompetensi pedagogik

adalah sejumlah kemampuan yang dimiliki oleh pendidik, yang terdiri atas

pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap yang direfleksikan dalam mendidik peserta

didik. Dalam pengertian yang lain, kompetensi pedagogik ialah kemampuan pendidik

dalam mengajar atau mendidik peserta didik. Dalam hal mendidik, pendidik tidak

hanya sekedar mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, akan tetapi

harus mampu memahami karakteristik dan kondisi yang dialami peserta didiknya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP) Pasal 28 ayat 3 butir (a) melalui penjelasannnya menyatakan

bahwa; kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta

didik yang meliputi:

1) Pemahaman terhadap peserta didik, yang mencakup karakteristik, minat,

bakat, potensi, kondisi psikologis, dan fisik, pola belajar dan lain sebagainya.

2) Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, dimulai dari pembuatan RPP

yang disesuaikan dengan kondisi dan karakter peserta didik sampai pada pelaksaan

dalam kegiatan pembelajaran.

3) Evaluasi hasil belajar, dimulai dari pembuatan instrumen penilaian yang

melibatkan bebera unsur dalam pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan dalam proses

pembelajaran bahkan dalam hasil dari pembelajaran. Tujuannya ialah untuk


19

membantu menentukan dan mengukur tingkat pemahaman dan penguasaan materi

pembe- lajaran pada peserta didik.

4) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya. Proses pengembangan potensi ini melibatkan semua unsur dalam

pendidikan terutama pendidik yang berusaha berinteraksi langsung dengan peserta

didik. Dalam melakukan pengambangan potensi, pendidik harus menentukan kemana

arah bakat dan minat serta potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan demikian,

pendidik dapat ikut andil dalam membantu peserta didik dalam mengembangkan

potensi yang dimilikinya.

Menurut Huda (2018) Sub Kompetensi dalam kompetensi Pedagogik :

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,

kultural, emosional, dan intelektual. Kompetensi ini harus meliputi, memahami

karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial,

emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial budaya.Selain itu seorang

guru juga harus mampu mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata

pelajaran yang diampu, mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam

mata pelajaran yang diampu, serta dapat mengidentifikasi kesulitan belajar

peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik.

Seorang guru harus mampu memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Di

samping itu harus terampil dalam menerapkan berbagai pendekatan, strategi,


20

metode, dan teknik pembelajaran secara kreatif dalam mata pelajaran yang

diampu.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu

Terkait dengan pengembangan kurikulum, guru harus memahami prinsip-prinsip

kurikulum terlebih dahulu.Setelah itu, baru menentukan tujuan pembelajaran

yang diampu.Selain itu, guru harus mampu menentukan pengalaman belajar

yang sesuai untuk mencapai tujuan, disamping pandai memilih materi

pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan

pembelajaran.Setelah memilih materi, guru juga harus pandai menata materi

pembelajaran secara benar sesuai sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan

karakteristik peserta didik.Terakhir, guru dituntut mengembangkan indikator

dan instrumen penilaian.

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik Kompetensi ini, mewajibkan

guru mampu memahami prinsipprinsip perancangan pembelajaran yang

mendidik,mengembangkan komponen- komponen rancangan pembel-ajaran,

serta berkompeten dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran yang

lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.

Selanjutnya, dalam penyelenggaraan pembelajaran guru mampu menggunakan

media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik

peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan

pembelajaran secara utuh. Seorang guru juga dituntut dapat mengambil

keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi

yang berkembang.
21

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

pembelajaran Pada zaman modern ini guru harus mampu memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimiliki Demi tercapainya tujuan pembelajaran, seorang

guru guru harus rela menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk

mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal dan untuk

mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik Guru

harus dapat memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik,

dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain. Selain itu, guru mampu

berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan

bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang

terbangun secara siklikal dari: (1) penyiapan kondisi psikologis peserta didik

untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, (2) ajakan

kepada peserta didik untuk ambil bagin, (3) respons peserta didik terhadap

ajakan guru, dan (4) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Guru mampu

memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai

dnegan karakteristik mata pelajaran yang diampu. Juga seorang guru harus dapat

menentukan aspek- aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan

dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. Selanjutnya,

guru harus mampu menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil
22

belajar. Dalam hal penilaian guru diwajibkan mengetahui dalam pengembangan

instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, selanjutnya

mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara

berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen, mampu

menganalisis, dan melakukan evaluasi.

i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi belajar untuk kepentingan

pembelajaran Setelah mendapatkan berkas administrasi penilaian proses dan

hasil belajar, guru menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk

menentukan ketuntasan belajar dan digunakan untuk merancang program

remidial dan pengayaan. Juga hasil tersebut di atas digunakan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran. Selanjutnya, guru mengkomunikasikan

hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran kepada pemangku kepentingan serta

memenafaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Guru

mampu melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan,

memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran

dalam mata pelajaran yang diampu. Guru juga dituntut untuk melakukan

penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata

pelajaran yang diampu.

Menurut (Ifrianti, 2018) Secara sederhana terdapat empat (4) komponen yang

harus dikuasai guru dalam mengimplementasi kompetensi pedagogik, yaitu:


23

pemahaman teori pembelajaran dan kurikulum; persiapan pembelajaran; pelaksanaan

pembelajaran; pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut.

1. Pemahaman teori pembelajaran dan kurikulum mendorong guru untuk menguasai

teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Selain itu juga

mendorong guru untuk memahami dan mengenal karakteristik peserta didik,

menguasai berbagai pendekatan, strategi, metode, serta teknik pembelajaran yang

kreatif dan inovatif.

2. Perencanaan pembelajaran meliputi banyak hal, seperti: menyusun program

tahunan, program semester, silabus, dan RPP. Guru yang profesional dapat dilihat

dari kemampuannya yang baik dalam merencanakan kegiatan pembelajaran

secara detil dan lengkap. Sehingga ketika memulai suatu proses pembelajaran,

guru sudah sepenuhnya siap sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.

3. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis biasanya disebut juga

dengan istilah standar proses. Seorang guru disebut profesional jika ia dapat

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan standar proses. Kemampuan guru

dalam menerapkan model pembelajaran kreatif-inovatif merupakan salah satu

indikator penting dalam kompetensi pedagogik.

4. Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu

proses pembelajaran. Sebaiknya guru menguasai prosedur kegiatan evaluasi dan

hal-hal terkait seperti membuat kisi-kisi soal dan sistem penilaian. Yang tidak

kalah pentingnya adalah kemampuan guru dalam memanfaatkan hasil penilaian

untuk kepentingan tindak lanjut pembelajaran.


24

Kompetensi pedagogik adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh guru, karena

kompetensi pedagogik merupakan syarat utama dalam melaksanakan pembelajaran

yang baik untuk peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan. Dimana

kompetensi pedagogik menuntut guru harus mampu menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan kemampuan yang

berbeda-beda.

2.1.2.2 Kompetensi Kepribadian

Berperan sebagai guru memerlukan kepribadian yang unik. Kepribadian guru ini

meliputi kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Seorang guru harus

mempunyai peran ganda. Peran tersebut diwujudkan sesuai dengan situasi dan

kondisi yang dihadapi. Adakalanya guru harus berempati pada siswanya dan ada

kalanya guru harus bersikap kritis. Berempati maksudnya guru harus dengan sabar

menghadapi keinginan siswanya juga harus melindungi dan melayani siswanya tetapi

disisi lain guru juga harus bersikap tegas jika ada siswanya berbuat salah.

Kepribadian guru penting karena guru merupakan cerminan prilaku bagi para siswa-

siswanya (Sudarlan & Rifadin, 2016). Kompetensi kepribadian adalah kemampuan

kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, berwibawa serta menjadi teladan

peserta didik, mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari

ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan sehingga guru dapat

mengarahkan para peserta didiknya untuk berjiwa baik juga guru dianggap sebagai

partner yang siap melayani, membimbing dan mengarahkan peserta didiknya.

Kompetensi ini tidak bisa didapatkan secara instan melalui proses


25

pendidikan/pelatihan, tetapi melalui pembisaaan-pembisaaan sikap dalam kegiatan

sehari-hari (Komarudin, 2020)

Menurut (Darmadi, 2015) Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian

meliputi: (1) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan

norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai

dengan norma; (2) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam

bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru; (3) Kepribadian

yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemamfaatan peserta

didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan

bertindak; (4) Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang

berpengaruh positif terhadappeserta didik dan memiliki perilaku yang disegani; (5)

Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak sesuai dengan norma

religius (imtak, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani

peserta didik. Menurut (Huda, 2018) Sub Kompetensi dalam kompetensi Kepribadian
:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan

nasional Indonesia Seorang guru ketika berinteraksi dengan siswa harus

menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku,

adat-istiadat, daerah asal, dan gender, serta bersikap sesuai dengan norma

agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan

kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan

bagi peserta didik dan masyarakat Seorang guru harus berperilaku jujur,
26

tegas, dan manusiawi, harus berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan

akhlak mulia. Sehingga guru dapat berperilaku yang dapat diteladani oleh

peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa Guru harus menampilkan sebagai pribadi yang mantap dan stabil,

dewasa, arif dan berwibawa, sehingga menjadi teladan bagi siswanya.

d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi

guru, dan rasa percaya diri Ketika mengajar, guru harus menunjukkan etos

kerja dan tanggung jawab yang tinggi. Guru harus mempunyai rasa bangga

menjadi guru dan percaya pada diri sendiri serta bekerja mandiri secara

profesional.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru seorang guru harus memahami dan

menerapkan kode etik profesi guru, serta berperilaku sesuai dengan kode etik

guru.

Dapat disimpulkan bahwa guru akan menjadi contoh dan teladan, serta

membangkitkan motivasi belajar siswa. oleh karena itu, guru dituntut mempunyai

sikap dan perilaku yang menjadikan dirinya sebagai pendidik dan panutan . Dimana

setiap guru mrmpunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka

miliki. Ciri-ciri inilah yang dapat membedakan seorang guru dengan guru lainnya.

Dengan kata lain, baik atau tidaknya citra seorang guru ditentukan oleh

kepribadiannya. Kepribadian dapat menentukan apakah guru menjadi pendidik dan

pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan

peserta didiknya.
27

2.1.2.3 Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran

secara luas dan mendalam. Apabila seorang guru mempunyai kompetensi

professional, tentunya akan mampu membawa peserta didik ke arah yang lebih maju

sehingga mutu pendidikan akan semakin meningkat (Komarudin, 2020). Sedangkan

menurut Yuslam (2017) Kompetensi professional guru merupakan kemampuan guru

dalam menguasai mata pelajaran yang digunakan yang didalamnya terdapat

penguasaan terhadap rencana pembelajaran, keterkaitan dengan mata pelajaran, dan

bahan ajar.

Menurut Idrus (2005) Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan

materi pelajaran secara luas dan mendalam dengan sub komponen :

1. Sub komponen akademik atau vokasionalnya adalah penguasaan materi

sesuai bidang studi atau mata peiajaran yang diampunya.

2. Sub komponen : kegiatan pengembangan profesi yakni, menulis karya ilmiah.

hasil peneiitian di bidang pendidikan, karya tulis berupa tinjauan ilmiah hasil

gagasan sendiri di bidang pendidikan sekolah yang disampaikan pada pertemuan

ilmiah, menulis tulisan Ilmiah popuierdi bidang pendidikan pada media massa serta

menulis buku peiajaran, diktat peiajaran atau modul.

Menurut Darmadi (2015) Sub kompetensi dalam Kompetensi Profesional: (1)

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung

pelajaran yang dimampu; (2) Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar

mata pelajaran/bidang pengembangan yang dimampu; (3) Mengembangkan materi

pembelajaran yang dimampu secara kreatif; (4) Mengembangkan keprofesionalan


28

secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) Memanfaatkan TIK

untuk berkomunikasi dan mengembangakan diri. Sedangkan menurut Huda (2018)

Sub Kompetensi dalam kompetensi profesional :

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu. Penjabaran dari kompetensi ini,

yaitu guru dapat menginterpretasikan dan menganalisis materi, struktur,

konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran mata

pelajaran yang diampu. Selain itu, harus memahami substansi pengetahuan

mata pelajaran yang diampu serta menunjukkan manfaat mata pelajaran yang

diampu.

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang

diampu. Guru mata pelajaran harus senantiasa memahami standar kompetensi

dan kompetensi dasar serta memahami tujuan pembelajaran yang diampu.

c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Guru

harus mampu memilih dan mengolah materi pembelajaran yang diampu

secara kreatis sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan

tindakan reflektif. Guru dalam kegiatan pembelajarannya harus melakukan

refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus-menerus, dapat memanfaatkan

hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan. Guru juga harus

mampu melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan

keprofesionalan serta mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari

berbagai sumber. Saat ini, seorang guru dituntut mampu memanfaatkan


29

teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi serta untuk

pengembangan diri.

Dapat disimpulkan dari pengertian diatas, guru profesional adalah guru yang

memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang keguruan sehingga ia mampu

melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru dengan kemampuan yang

maksimal. Kompetensi profesional meliputi pengetahuan, sikap,dan keterampilan

profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Dimana

kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus

dimiliki oleh seorang guru.

2.1.2.4 Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dengan lisan dan tulisan, menggunakan teknologi

komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif peserta

didik,sesama pendidik, tenaga pendidik, orangtua/wali peserta didik, dan bergaul

secara santun dengan masyarakat sekitar (Arifai, 2018). Mengajar di depan kelas

merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-

undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik,

sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar” (Sudarlan &

Rifadin, 2016).

Menurut Darmadi (2015) Sub kompetensi dalam kompetensi sosial: (1)

Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan


30

jenis kelamin, agama, raskondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial

keluarga; (2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat; (3) Beradaptasi di tempat

bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman social

budaya; (4) Mampu berkomunikasi lisan maupun tulisan. Sedangkan menurut Huda

(2018) Sub Kompetensi dalam Kompetensi Sosial :

a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang

keluarga, dan status sosial ekonomi. Guru hendaknya Bersikap inklusif dan

objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam

melaksanakan pembelajaran, dan tidak bersikap terhadap peserta didik, teman

sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan

agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial

ekonomi.

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat. Guru harus mampu

berkomunikasi dengan teman dan komunitas dan komunitas teman ilmiah

lainnya secara santun, empatik dan efektif. Guru juga harus mampu

berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun,

empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta

didik.Guru harus mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat

dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta

didik.
31

c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang

memiliki keragaman sosial budaya

d. Guru harus mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam

rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik. Guru mampu

melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk

mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang

bersangkutan.

e. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan

dan tulisan atau bentuk lain.Guru harus pandai berkomunikasi dengan teman

sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media

dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran Guru juga harus mampu

mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas

profesi sendiri secara lisan dan tulisan

Maka dari penjelasan tersebut, jelas bahwa guru yang profesional hendaknya

mampu melaksanakan tanggung jawabnya sebagai guru kepada peserta didik,

orangtua, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Kompetensi sosial yang dimiliki

guru memiliki dua misi yaitu menyampaikan ilmu kepada peserta didik dan maupun

masyarakat sekitar, dan misi yang kedua yaitu menjadi teladan bagi peserta didik,

lingkungan sekolah maupun masyarakat sekitar. Sehingga kemampuan guru untuk

melakukan interaksi sosial melalui komunikasi sangat diperlukan karena interaksi

sosial meruapakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

2.1.3 Teknologi Dalam Pendidikan

2.1.3.1 Pengertian Teknologi Dalam Pendidikan


32

Teknologi pendidikan adalah suatu dsiplin ilmu Yang memfokuskan diri

dalam upaya memfasilitasi belajar pada manusia. Jadi obyek formal teknologi

pendidikan mnurut pengertian ini adalah bagaimana memfasilitasi belajar dengan cara

melalui identifikasi, pengembangan, pengorganisasian, dan pemanfaatan secara

sistematis seluruh sumber belajar. Teknologi pembelajaran merupakan penggabungan

antara teknologi pembelajaran, teknologi belajar,teknologi perkembangan, teknologi

pengelolaan, dan teknologi lain seperti yang diterapkan untuk keperluan pemecahan

masalah pendidikan. (Nurmadiah., 2019). Teknologi pendidikan adalah kajian dan

praktik untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat,

menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai (Hasibuan,

2016)

2.1.3.2 Macam- macam Teknologi Pendidikan

Macam-macam teknologi Pendidikan menurut Davies dalam Andri (2017) ada

tiga yaitu:

1. Teknologi pendidikan satu

Teknologi pendidikan satu yaitu mengarah pada perangkat keras seperti

proyektor, laboratorium, komputer (CD ROM, LCD, TV, Video dan alat elektronik

lainnya). Teknologi mekanik ini dapat mengotomatiskan proses belajar mengajar

dengan alat yang memancarkan, memperkuat suara, mendistribusikan, merekam dan

mereproduksi stimuli material yang menjangkau pendengar/ siswa dalam jumlah yang

besar. teknologi satu ini efektif dan efisien.

2. Teknologi pendidikan dua


33

Teknologi pendidikan dua mengacu pada ”perangkat lunak” yaitu menekankan

pentingnya bantuan kepada pengajaran. Terutama sekali dalam kurikulum, dalam

pengembangan instruksional, metodologi pengajaran, dan evaluasi. Jadi teknologi

dua, menyediakan keperluan bagaimana merancang yang baru atau memperbarui

yang sekarang,bermanfaat pada pengalaman belajar Mesin dan mekanisme dipandang

sebagai instrumen presentasi atau transmisi.

3. Teknologi pendidikan tiga

Teknologi pendidikan tiga, yaitu kombinasi pendekatan dua teknologi yaitu

“peragkat keras“ dan perangkat lunak”. Teknologi pendidikan tiga, orientasi

utamanya yaitu ke arah pendekatan sistem, dan sebagai alat meningkatkan manfaat

dari apa yang ada di sekitar. Teknologi ini sebagai pendekatan pemecahan masalah,

titik beratnya dalam orientasi diagnostik yang menarik.

2.1.3.3 Fungsi Teknologi Pendidikan

Menurut Hasibuan (2016) Adapun beberapa fungsi teknologi pendidikan yaitu :

1. Sebagai sarana bahan ajar yang ilmiah dan obyektif.

2. Sebagai sarana untuk memotifasi peserta didik yang semangat belajarnya

rendah.

3. Sebagai sarana untuk membantu peserta didik mempresentasikan apa yang

mereka ketahui

4. Sebagai sarana untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran.

5. Sebagai sarana mempermudah penyampaian materi.

6. Sebagai sarana untuk mempermudah desain pembelajaran.

7. Sebagai media pendukung pelajaran dengan mudah


34

8. Sebagai sarana pendukung terlaksananya program pembelajaran yang

sistematis

9. Sebagai sarana meningkatkan keberhasilan pembelajaran.

2.1.3.4 Pemanfaatan Teknologi

Mengenai manfaat teknologi pendidikan dalam pembelajaran sangatlah

banyak dan hal ini tergantung dari siapa yang memanfaatkannya. Berikut adalah

beberapa manfaat dari teknologi pembelajaran bagi pendidik dan peserta didik:

1) Manfaat bagi pendidik

a) Pendidik dapat lebih memudahkan tercapainya tujuan pendidikan.

b) Pendidik dapat mempermudah desain pembelajaran.

c) Pendidik dapat menunjang metode pembelajaran.

d) Pendidik dapat lebih meningkatkan efektifitas Pembelajaran.

e) Pendidik lebih mudah menyampaikan materi pembelajaran.

f) Pendidik dapat mengefisiensikan waktu.

g) Dapat menjadi daya dukung pengajaran seorang pendidik.

2) Manfaat bagi peserta didik


a) Peserta didik dapat lebih cepat menyerap materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik.
b) Peserta didik menerima materi pembelajaran dengan senang.
c) Peserta didik dapat mempresentasikan apa yang mereka ketahui.
d) Peserta didik tidak bosan dengan cara penyampaian materi pembelajaran secara verbal.

2.1.3.5 Pengaruh Teknologi Pendidikan terhadap Proses Pembelajaran


1) Pengaruh positif :
a) menambah keanekaragaman pilihan sumber maupun kesempatan belajar.
b) menambah daya tarik, minat, dan motivasi untuk belajar.
c) menyebarkan informasi secara meluas, seragam, cepat, dan up to date.
d) pengajaran dan proses belajar mengajar lebih efektif.
e) mempunyai keuntungan rasio efektivitas biaya, bila dibandingkan dengan sistem tradisional.
f) memasyarakatnya pendidikan terbuka/jarak jauh.
2) Pengaruh negatif :
a) kurangnya interaksi antara guru dan siswa.
b) berubahnya peran guru dari teknik pembelajaran konvensional menjadi ICT.
c) penyebab utama sikap malas karena kemudahan yang diberikan oleh teknologi.
d) otomatis berpengaruh dengan jiwa konsumeris dan menganggap teknologi adalah kebutuhan
primer yang berpengaruh pada life style.
e) bersikap serba instan karena teknologi menyuguhkan hal yang serba instan.
35

f) sering disalah gunakan untuk melakukan kegiatan yang dianggap tak


pantas dilakukan.

2.1.3.6 Kendala Dalam Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia

Menurut Sawitri (2019) Hambatan-hambatan pengintegrasian TIK dalam

pembelajaran, dapat disimpulkan dengan dua kelompok, yaitu :

1. Secara Fisik

a. sarana dan prasarana yang belum memadai terutama untuk sekolah-

sekolah yang berlokasi di pelosok. kalaupun sudah ada sarana dan

prasarana, tetapi masih sangat minim baik dari segi jumlah maupun segi

mutu peralatan tersebut.

b. Masih digunakannya perangkat multimedia bekas di lembaga- lembaga

pendidikan yang terdapat di daerah pedesaan.

2. Secara Non-fisik

a. Kepercayaan diri guru kurang dalam menggunakan TIK dalam

melaksanakan proses PBM. Guru takut gagal mengajar melalui

penggunaan TIK yang saat ini sangat disarankan. Walaupun

penggunaannya ICT dalam proses pembelajarn sangat disarankan oleh para

ahli.

b. Kurangnya kompetensi guru, yang dimaksud disini adalah kurangnya

kompetensi guru dalam mengintegrasikan TIK kedalam pedagogis praktek,

yaitu tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan

komputer dan tidak antusias tentang perubahan dan integrasi dengan

belajar yang menggunakan computer dalam kelas mereka.


36

c. Sikap guru dan resistensi yang melekat terhadap perubahan.

Sikap dan resistensi guru untuk mengubah tentang penggunaan strategi

baru yaitu dengan integrasi TIK dalam PBM

2.1.4 PCK (Pedagogical Content Knowledge)

Menurut Ilyas (2010) Pedagogycal Content Knowledge (PCK) merupakan

pengetahuan guru dan keyakinan tentang berbagai aspek seperti pedagogik, siswa,

materi pelajaran dan kurikulum. Menurut Mulhayatiah (2018) PCK adalah

pengetahuan yang dikembangkan oleh guru dari waktu ke waktu dan melalui

pengalaman tentang bagaimana mengajarkan konten tertentu dengan cara tertentu

untuk meningkatkan pengalaman siswa PCK dari seorang guru bisa sama dengan

guru lain, tetapi juga bisa berbeda . Hal ini dipengaruhi oleh konteks pengajaran,

penguasaan konten dan pengalaman guru.

Menurut (Sari & Mursyidi, 2020) Keseimbangan dari ilmu pedagogik

(pedagogical knowledge) dan kompetensi konten/materi ajar (contant knowledge)

akan terangkum menjadi satu dalam PCK. Kemampuan PCK mengacu pada

bagaimana penguasaan guru dalam menyampaikan materi tertentu agar mudah

diajarkan (teachability) dan mudah dipahami oleh peserta didik (accesable). Dengan

demikian setiap guru dapat mengembangkan PCK sendiri sesuai dengan pengalaman

mengajar, karena kemampuan PCK guru besar pengaruhnya terhadap perbaikan

kualitas proses pembelajaran.

2.1.5 TPACK (Technological Pedagogical And Content Knowledge)

2.1.5.1 Pengertian TPACK (Technological Pedagogical And Content Knowledge)


37

Menurut Purnawati (2020) TPACK merupakan sebuah kerangka kerja dalam

mendesain model pembelajaran baru dengan menggabungkan tiga aspek utama yaitu

teknologi, pedagogi, dan konten (materi pengetahuan). Selain penggunaan teknologi

sebagai bahan ajar belajar, dalam framework TPACK, pedagogi adalah aspek penting

yang juga perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran. Pedagogi bukan saja

bagaimana mengembangkan seni-seni dalam mengajar, atau mendesain kelengkapan

instrumen-instrumen proses dan penelitian dalam permbelajaran, namun dituntut juga

memahami siswa secara psikologis dan biologis.

Menurut Suryawati (2014) Technological Pedagogical Content Knowledge

(TPACK) adalah sebuah kerangka konseptual yang memperlihatkan hubungan antara

tiga pengetahuan yang harus dikuasai oleh guru, yaitu pengetahuan teknologi,

pedagogi, dan konten. TPACK ini perlu dikuasai oleh guru agar kegiatan

pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. Kerangka TPACK dikembangkan

oleh Punya Mishra dan Matthew J Koehler berdasarkan kerangka konseptual dari Lee

Shulman tentang Pedagogical Content Knowledge (PCK).

2.1.5.2 Komponen Variabel Technological Pedagogical And Content Knowledge

(TPACK)

(Bahri, 2018) TPACK terdiri dari enam komponen pengetahuan yang membentuk

TPACK. Komponen penyusun ini adalah, Technology Knowledge (TK), Content

Knowledge (CK), Pedagogical Knowledge (PK), Pedagogical Content Knowledge

(PCK), Technological Pedagogical Knowledge (TPK), dan Technological Content

Knowledge (TCK) .
38

(Sumber : Bahri, 2018)

Gambar 1. Kerangka Kerja TPACK

Tujuh konstruk dari kerangka TPACK dihasilkan dari hubungan sinergis antara

komponen yang saling beririsan dari Content (C) yaitu tentang materi pembelajaran

yang akan dipelajari, Pedagogic (P) yaitu teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran,

dan kurikulum pembelajaran, dan Technology (T) yaitu akses internet, perangkat

lunak aplikasi kurikulum, model pembelajaran, program animasi, laboratorium virtual

dan lain sebagainya dalam sebuah konteks pembelajaran dengan membentuk sebuah

Knowledge (K). Tujuh konstruk tersebut, diantaranya adalah : (1) Pengetahuan

konten (Content Knowledge) adalah kemampuan untuk menguasai pemahaman

tentang materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata

pelajaran yang diampu, (2) Pengetahuan pedagogik (Pedagogical Knowledge)

diartikan sebagai kemampuan untuk menguasai pemahaman karakteristik peserta

didik, teori dan prinsip-prinsip pembelajaran, pengembangan kurikulum serta


39

pengetahuan mengenai penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (3)

Pengetahuan teknologi (Technological Knowledge) adalah kemampuan untuk

mengoperasikan komputer dan perangkat lunak lainnya, (4) Pengetahuan konten

pedagogi (Pedagogy Content Knowledge) yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan

untuk merancang, mengelola serta melaksanakan penilaian dan evaluasi pembelajaran

termasuk di dalamnya penguasaan terhadap materi pelajaran, penguasaan teori,

aplikasi, pendekatan, teknik/metode keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan

dengan mata pelajaran yang diampu, (5) Pengetahuan konten teknologi (Technology

Content Knowledge) yaitu pengetahuan dan keterampilan penguasaan teknologi

informasi dan komunikasi dalam rangka kepentingan proses pembelajaran, (6)

Pengetahuan pedagogik teknologi yaitu pengetahuan penguasaan teknologi informasi

dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri serta (7) Pengetahuan

tentang konten, pedagogi dan teknologi yang terintegrasi (Technology Pedagogy and

Content Knowledge) adalah kegiatan mengintegrasikan TIK ke dalam pengelolaan

pembelajaran di dalam kelas sehingga menjadikan proses pembelajarannya menjadi

lebih aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan karena dukungan akses internet,

software, media pembelajaran dan sarana TIK lainnya. Terjadinya multi interaksi

antar komponen dapat dilakukan melalui penyatupaduan materi pelajaran, pedagogi

dan teknologi dalam sebuah konten yang unik dan sinergis berbasis TIK. (Sd, 2021)

2.1.5.2.2 Kajian Variabel Technological Pedagogical And Content Knowledge

(TPACK)

1. Technological knowledge (TK)


40

Menurut Rochaendi (2021) Pengetahuan teknologi (Technological

Knowledge) adalah kemampuan untuk mengoperasikan komputer dan perangkat

lunak lainnya. Menurut Rahmadi (2019) Technological knowledge atau pengetahuan

teknologi adalah pengetahuan tentang berbagai perangkat teknologi baik yang analog

maupun digital, lunak maupun keras, dan terkait hal teknis. Teknologi analog atau

yang disebut juga dengan teknologi rendah meliputi buku, pensil, penggaris, papan

tulis, dan kapur. Sedangkan teknologi digital meliputi internet, digital video, papan

tulis interaktif, laptop, tablet, dan lainnya. Perangkat lunak komputer adalah seperti

program pengolahan kata, kolom dan gambar, program penyaji presentasi dan

berbagai aplikasi pada Internet. Sementara perangkat kerasnya, meliputi penggunaan

printer, proyektor, scanner dan kamera digital. Hal teknis yang dimaksud meliputi

kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada perangkat teknologi

yang digunakan, kemampuan untuk mempelajari teknologi baru serta kemampuan

untuk menyimpan dan mengonversi mengonversi file dalam berbagai format.

2. Pedagogical knowledge (PK)

Pengetahuan pedagogik (Pedagogical Knowledge) diartikan sebagai kemampuan

untuk menguasai pemahaman karakteristik peserta didik, teori dan prinsip-prinsip

pembelajaran, pengembangan kurikulum serta pengetahuan mengenai penilaian dan

evaluasi proses dan hasil belajar (Rochaendi, 2021). Pedagogical knowledge atau

pengetahuan pedagogik adalah pengetahuan teoretis dan praktis tentang bagaimana

cara belajar dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Pengetahuan ini meliputi segala

sesuatu yang berkaitan dengan perencanaan, proses, dan evaluasi pembelajaran.

Lebih dari itu, pengetahuan pedagogik mencakup kemampuan untuk menyesuaikan


41

pembelajaran sesuai dengan karakteristik, tingkat pemahaman dan kemungkinan

kesalahpahaman atau misconception pada siswa (Rahmadi, 2019).

3. Content knowledge (CK)

Menurut Rochaendi (2021) Pengetahuan konten (Content Knowledge) adalah

kemampuan untuk menguasai pemahaman tentang materi, struktur, konsep dan pola

pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Content knowledge

atau pengetahuan konten adalah pengetahuan tentang materi yang harus dipelajari dan

diajarkan beserta dengan karakteristiknya. Pengetahuan konten meliputi pengetahuan

terhadap teori, konsep, fakta dan prosedur dalam bidang tertentu. Kemampuan untuk

menggunakan cara berpikir sesuai dengan disiplin ilmu materi tertentu juga

merupakan bagian dari pengetahuan konten (Rahmadi, 2019).

4. Pedagogical content knowledge (PCK)

Menurut Rochaendi (2021) Pengetahuan konten pedagogi (Pedagogy Content

Knowledge) yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk merancang, mengelola

serta melaksanakan penilaian dan evaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya

penguasaan terhadap materi pelajaran, penguasaan teori, aplikasi, pendekatan,

teknik/metode keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan dengan mata pelajaran

yang diampu. Menurut Rahmadi (2019) Pedagogical content knowledge atau

pengetahuan pedagogik konten adalah pengetahuan pedagogik yang berhubungan

dengan konten yang spesifik. Pengetahuan ini merupakan perpaduan antara content

knowledge dengan pedagogical knowledge yang pertama kali dikemukakan oleh

Shulman (1986)
42

5. Technological content knowledge (TCK)

Pengetahuan konten teknologi (Technology Content Knowledge) yaitu

pengetahuan dan keterampilan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi

dalam rangka kepentingan proses pembelajaran (Rochaendi, 2021). Technological

content knowledge atau pengetahuan teknologi konten adalah pengetahuan tentang

bagaimana teknologi dan konten terkait secara timbal balik. Pengetahuan ini

merupakan perpaduan antara technological knowledge dengan content knowledge.

Pengetahuan ini berkaitan tentang bagaimana teknologi dapat membuat representasi

baru pada konten yang spesifik. Termasuk dalam pengetahuan ini adalah mengetahui

berbagai teknologi yang bisa digunakan untuk memudahkan dalam mempelajari,

memahami, mengembangkan, dan mengekspresikan pemahaman pada konten yang

spesifik (Rahmadi, 2019).

6. Technological Pedagogical Knowledge (TPK)

Menurut Rochaendi (2021) Pengetahuan teknologi pedagogik (TPK) yaitu

pengetahuan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi

dan mengembangkan diri. Technological pedagogical knowledge atau pengetahuan

teknologi pedagogik adalah pengetahuan tentang bagaimana berbagai teknologi dapat

digunakan dalam belajar dan pembelajaran. Serta sebaliknya, pengetahuan ini

berkaitan dengan bagaimana perencanaan, proses, evaluasi belajar, dan pembelajaran

dapat berubah dengan adanya teknologi. Pengetahuan ini merupakan perpaduan

antara technological knowledge dengan pedagogical knowledge. Termasuk dalam


43

pengetahuan ini adalah kemampuan dalam memikirkan, memilih, dan menyesuaikan

penggunaan teknologi untuk mempengaruhi dan meningkatkan strategi dan hasil

pembelajaran (Rahmadi, 2019).

7. Technological Pedagogical And Content Knowledge (TPACK)

Menurut Rochaendi (2021) Pengetahuan tentang konten, pedagogi dan

teknologi yang terintegrasi (Technology Pedagogy and Content Knowledge) adalah

kegiatan mengintegrasikan TIK ke dalam pengelolaan pembelajaran di dalam kelas

sehingga menjadikan proses pembelajarannya menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif

dan menyenangkan karena dukungan akses internet, software, media pembelajaran

dan sarana TIK lainnya. Terjadinya multi interaksi antar komponen dapat dilakukan

melalui penyatupaduan materi pelajaran, pedagogi dan teknologi dalam sebuah

konten yang unik dan sinergis berbasis TIK. Menurut Rahmadi (2019) Technological

Pedagogical Content Knowledge atau pengetahuan teknologi pedagogik konten

adalah pengetahuan tentang bagaimana menggunakan teknologi yangtepat tepat pada

metode pedagogik yang sesuai untuk mengajarkan suatu konten yang spesifik dengan

efektif. Pengetahuan ini merupakan perpaduan antara tiga pengetahuan dasar, yaitu

content knowledge, pedagogical knowledge dan technological knowledge. Termasuk

dalam pengetahuan ini adalah kemampuan dalam mengintegrasikan (memilih,

menggunakanDan mengombinasikan) teknologi secara tepat pada strategi

pembelajaran yang sesuai untuk mengajarkan konten yang spesifik. Puncak

aktualisasi TPACK yaitu mampu membantu teman sejawat dalam menggunakan

teknologi yang tepat pada strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengajarkan

konten yang spesifik dengan efektif di dalam kelas.


44

2.1.5.3 Pengukuran Technological Pedagogical And Content Knowledge (TPACK)

Menurut Koehler, Shin, & Mishra (dalam Rahmadi, 2019) Pengukuran TPACK

dapat dilakukan dengan berbagai cara baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pada

umumnya, terdapat 5 cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pengukuran

TPACK, yaitu:

1) Self report-measure merupakan metode yang meminta responden untuk memilih tingkat
kesesuaian suatu penyataan dengan kondisi nyata yang terjadi pada diri responden.
2) Open-ended questionnaire merupakan metode yang berisi pertanyaan terbuka ditujukan
kepada responden untuk dapat dijawab secara tertulis.
3) Performance assessment merupakan metode yang mengevaluasi tingkat penguasaan TPACK
berdasarkan penampilan langsung yang dilakukan oleh responden.
4) Interview merupakan metode yang berisi serangkaian pertanyaan yang ditujukan kepada
responden untuk dijawab secara lisan.
5) Observation merupakan metode yang mengamati perubahan nyata yang terjadi pada
responden melalui perekaman video atau catatan lapangan.

Pengukuran TPACK harus spesifik pada satu konten tertentu. Tingkat penguasaan

TPACK secara keseluruhan sangat erat kaitannya dengan konten. Maka,

pengukurannya harus berfokus pada satu konten tertentu. Penggabungan beberapa

metode pengukuran dapat memperdalam sekaligus memperluas hasil yang

didapatkan.

2.1.5.4 Pentingnya Technological Pedagogical And Content Knowledge (TPACK)

Menurut (Rosyid, 2016) Kerangka Technological Pedagogical Content

Knowledge (TPACK) juga berfungsi sebagai sebuah teori dan konsep untuk peneliti

dan pendidik dalam mengukur kesiapan calon guru dan guru dalam mengajar secara

efektif dengan teknologi. Hal tersebut mengingat hubungan antara teknologi,

pedagogi, dan konten yang melekat. Oleh karena itu guru menghadapi tantangan

besar dalam pergeseran perubahan teknologi, pedagogi, materi pelajaran dan konteks

kelas saat ini. Sudah seharusnya guru menjadi lebih aktif menjadi desainer kurikulum.
45

Menurut (Pahlevi, 2021) Pelatihan TPACK membantu guru dalam mendesain

pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi, pedagogi, dan konten knowledge.

Guru-guru mampu dan dapat menyusun RPP yang melibatkan TPACK didalamnya.

Pelatihan ini juga menambah wawasan peserta pelatihan mengenail tool yang

potensial untuk melakukan pembelajaran daring. Kemudian peserta pelatihan juga

dapat melakukan refleksi sebagai pengembangan profesi guru.

2.1.5.5 Pengembangan Technological Pedagogical And Content Knowledge

(TPACK)

Pengembangan merupakan kelanjutan dari proses pengukuran TPACK.

Pengukuran dilakukan untuk mengetahuai tingkat penguasaan, sedangkan

pengembangan dilakukan untuk meningkatkan penguasaan TPACK (Sim, Finger, &

Smart, 2016) . Peningkatan penguasaan ditekankan pada domain pengetahuan

TPACK yang masih lemah. Menurut (Mouza, 2016: 176) Berbagai cara dapat

dilakukan untuk mengembangkan TPACK, meliputi:

1) mengikuti perkuliahan terkait teknologi pendidikan;

2) menggunakan strategi pembelajaran yang menjadi bagian dari perkuliahan;

dan

3) mengunakan strategi pembelajaran dalam keseluruhan program pendidikan

guru

Pengembangan TPACK juga harus dilakukan pada satu konten yang spesifik.

Pengembangannya akan kurang maksimal jika menggabungkan berbagai konten.

Pemilihan metode pengembangan TPACK disesuaikan dengan kebutuhan, tujuan,

dan konteks masing-masing. Pengembangan TPACK lazim dilakukan dalam suatu


46

penelitian dan pengembangan yang berkelanjutan, dimulai dengan pengukuran

TPACK terlebih dulu, kemudian baru dilakukan pengembangannya.

Menurut (Nofrion, 2012) Oleh sebab itu, pola pengembangan kompetensi guru

dengan istilah “TPACK” merupakan sebuah jalan cerdas untuk menjamin

terlaksananya pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi.

Sebelum melakukan program-program pemberdayaan dan pengembangan kompetensi

guru, maka diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui dan menganalisis kondisi

‘TPACK” guru yang akan menjadi landasan perumusan kebijakan selanjutnya

2.1.5.6 Hambatan Technological Pedagogical And Content Knowledge (TPACK)

Namun berdasarkan beberapa studi menyebutkan bahwa penerapan TPACK

mengalami banyak hambatan. Hambatan tersebut diantaranya adalah : (1) interpretasi

guru-guru terhadap TPACK, (2) pengelolaan proses pembelajaran dan (3)

keterbatasan sarana teknologi dan pembiayaan. Dalam aspek interpretasi,

permasalahan utama adalah belum sepenuhnya kerangka TPACK dikuasai oleh para

guru serta masih diinterpretasikan secara beragam oleh para guru. Dalam hal ini,

proses pembelajaran tetap menerapkan fragmentasi pola konvensional (tradisional)

dari tahun ke tahun. Dalam aspek pelaksanaan proses pembelajaran, sebagian besar

guru Sekolah Dasar kurang memiliki penguasaan teknologi, literasi informasi dan

media pembelajaran berteknologi digital dan keterbatasan akses internet di masing-

masing satuan pendidikan menurut kewilayahan geografi. Dalam aspek sarana,

terdapat permasalahan yang berkaitan dengan keterbatasan kepemilikan sarana TIK

dan ketidakcukupan anggaran pembiayaan satuan pendidikan untuk membayar biaya

pengadaan, perawatan dan pemeliharaan sarana TIK. Dari beberapa hambatan


47

tersebut di atas, interpretasi dan preferensi beragam para guru terhadap konsepsi

TPACK kemungkinan menjadi sumber permasalahan utama. Dalam hal ini,

interpretasi ditenggarai muncul karena kurangnya persepsi yang tepat mengenai

pengintegrasian TPACK dalam proses pembelajaran. TPACK belum sepenuhnya

digunakan untuk kepentingan penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir

keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu serta kemampuan dalam

pengelolaan pembelajaran guna mewujudkan suasana dan proses pembelajaran yang

sesuai dengan kaidah pedagogik dalam rangka memfasilitasi pengembangan potensi

diri dan karakter peserta didik. (Sd, 2021)

2.1.6 Penelitian Yang Relevan

Telah ada penelitian yang relevan yang akan dilakukan oleh peneliti. Salah

satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ryan Dwi Kurniawan dan Nanik

Indahwati (2021) Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu

Olahraga, Universitas Negeri Surabaya yang melakukan penelitian survey TPACK

guru. Dengan judul penelitian “Analisis Kompetensi Tpack Guru Pjok Smp Negeri

Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Daring “. Penelitian ini menyimpulkan

bahwa tingkat kompetensi TPACK guru PJOK SMP Negeri Se-Kabupaten Sidoarjo

dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis daring berada pada kategori “sedang” atau

cukup baik. Pada tingkat kompetensi komponen Technological Knowledge (TK)

dengan persentase sebesar 34%. Pada tingkat kompetensi komponen Pedagogical

Knowledge (PK) dengan persentase sebesar 66%. Pada tingkat kompetensi komponen

Content Knowledge (CK) dengan persentase sebesar 44%. Pada tingkat kompetensi
48

komponen Technological Pedagogical Knowledge (TPK) dengan persentase sebesar

42%. Pada tingkat kompetensi komponen Pedagogical Content Knowledge (PCK)

dengan persentase sebesar 59%. Pada tingkat kompetensi komponen Technological

Content Knowledge (TCK) dengan persentase sebesar 41%. Pada tingkat kompetensi

komponen Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) dengan

persentase 73%.

Penelitian lain yang serupa juga telah dilakukan oleh joko suyamto,mohammad

masykuri dan sarwanto (2020) dari Universitas Sebelas Maret, Surakarta dengan

judul penelitian “ Analisis Kemampuan TPACK (Technological Pedagogical and

Content Knowledge) Guru Biologi SMA Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran

Materi Sistem Peredaran Darah “. Penelitian tersebut dapat disimpulkan kemampuan

Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) Guru Biologi SMA

memiliki kompetensi paling tinggi pada Content knowledge (CK) dan kompetensi

paling rendah terdapat pada kompetensi technological knowledge (TK).

Penelitian lain yang serupa adalah penelitian yang dilakukan oleh Joni Ruta

Pulungtana dan Yari Dwikurnaningsih (2020) dari Program Pascasarjana Magister

Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana dengan judul

penelitian “ Evaluasi Kinerja Mengajar Guru IPS Dalam Mengimplementasikan

TPACK”. Penelitian tersebut dapat disimpulkan kemampuan guru IPS SMA Kristen

satya Wacana dalam mengimplementasikan TPACK dalam kinerja mengajar dari

aspek perencanaan,pelaksanaan,dan evaluasi pembelajaran berada pada kategori baik.


49

Hal ini dapat dilihat dari hasil masing-masing ketujuh komponen variabel

Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) dalam kategori baik.

Penelitian lain yang serupa adalah penelitian yang dilakukan oleh imam muslim,

I Komang Werdhiana, dan Amiruddin Kade (2020) dari program studi pendidikan

fisika FKIP, Universitas Tadulako dengan judul penelitian “ Analisis Technological

Pedagogical Content Knowledge (TPACK) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Fisika dalam Memahami Konsep Gerak Lurus. Penelitian tersebut menyimpulkan

Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Fisika FKIP UNTAD angkatan 2014 Universitas Tadulako termasuk

dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil masing-masing ketujuh komponen

variabel Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) dalam kategori

baik.

Penelitian lain yang serupa adalah penelitian adalah penelitian yang dilakukan

oleh Ahmad Yani, Mamat Ruhiyat, dan Asep Mulyani (2019) dari Jurusan

Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul penelitian

“Diagram Venn TPACK: Mengukur Keseimbangan Implementasi Model

Pembelajaran Dalam Memasuki Era industri 4.0 (Studi Pembelajaran Geografi pada

Kurikulum 2013)”. Penelitian tersebut menyimpulkan kemampuan guru geografi

Provinsi Jawa Barat, Provinsi Bengkulu, dan provinsi lainnya telah mampu

menguasai TPACK dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil masing-masing

ketujuh komponen variabel Technological Pedagogical Content Knowledge

(TPACK) dalam kategori baik hanya saja ada kompetensi yang perlu ditingkatkan
50

yaitu Technological Content Knowledge (TCK) dan Technological Pedagogical

Knowledge (TPK) .

Berdasarkan uraian penelitian yang telah dilakukan mengenai TPACK guru yang

akan diteliti oleh peneliti memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian

terdahulu. Persamaannya ialah sama-sama mengenai TPACK guru dan persamaan

lainnya yaitu menganalisis variabel Technological Knowledge (TK), Pedagogical

Knowledge (PK), Content Knowledge (CK), Pedagogical Content Knowledge (PCK),

Technological Content Knowledge (TCK), Technological Pedagogical Knowledge

(TPK), Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK). Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada ruang

lingkup penelitian dimana penelitian ini dilakukan di sekolah sekecamatan, perbedaan

lainnya terletak pada subjek. Ditinjau dari subjek penelitian ini yaitu guru sekolah

menengah atas sedangkan subjek yang akan diteliti adalah guru sekolah menengah

pertama.

2.2 Kerangka Berfikir


51

Berdasarkan kajian teori diatas, peneliti ingin menganalisis hubungan antar

variabel TPACK (Technological Pedagogical And Content Knowledge) melalui

survei terhadap Guru SMP Se Kecamatan Pasar Jambi

Guru SMP
Studi Awal Sekecamatan TPACK
pasar jambi

TK CK PK PCK TPK
TCK

Kesimpulan
52

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dikemukakan diatas, maka dapat

dikemukakan beberapa hipotesis sebagai berikut :

TPACK

v
CK TPK

PK PCK

TK TCK
53

a. Bagaimana hubungan Content Knowledge (CK) terhadap Technological

Pedagogical Content Knowledge (TPACK) guru SMP Se-Kecamatan Pasar

Jambi

b. Bagaimana hubungan Content Knowledge (CK) terhadap Pedagogical

Content Knowledge (PCK) guru SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi

c. Bagaimana hubungan Content Knowledge (CK) terhadap Technological

Content Knowledge (TCK) guru SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi

d. Bagaimana hubungan Pedagogical Knowledge (PK) terhadap Technological

Pedagogical Content Knowledge (TPACK) guru SMP Se-Kecamatan Pasar

Jambi

e. Bagaimana hubungan Pedagogical Knowledge (PK) terhadap Pedagogical

Content Knowledge (PCK) guru SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi

f. Bagaimana hubungan Pedagogical Knowledge (PK) terhadap Technological

Pedagogical Knowledge (TPK) guru SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi

g. Bagaimana hubungan Technological Knowledge (TK) terhadap Technological

Pedagogical Content Knowledge (TPACK) guru SMP Se-Kecamatan Pasar

Jambi

h. Bagaimana hubungan Technological Knowledge (TK) terhadap Technological

Pedagogical Knowledge (TPK) guru SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi


54

i. Bagaimana hubungan Technological Knowledge (TK) terhadap Technological

Content Knowledge (TCK) guru SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi

j. Bagaimana hubungan Technological Pedagogical Knowledge (TPK) terhadap

Technological Pedagogical And Content Knowledge (TPACK) guru SMP Se-

Kecamatan Pasar Jambi

k. Bagaimana hubungan Pedagogical Content Knowledge (PCK) terhadap

Technological Pedagogical And Content Knowledge (TPACK) guru SMP Se-

Kecamatan Pasar Jambi

l. Bagaimana hubungan Technological Content Knowledge (TCK) terhadap

Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) guru SMP Se-

Kecamatan Pasar Jambi


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi Kota Jambi,

Jambi. Waktu penelitian seperti yang dijabarkan dalam tabel dibawah ini.

Table 3.1 Waktu Penelitian

Jenis Kegiatan Bulan


November Desember Januari Februari

1. Persiapan Penelitian

a. Mengurus Perizinan
b. Koordinasi Dengan
Kepala Sekolah Dan
Guru
c. Menyusun Angket
d. Merevisi Angket
e. Finalisasi Dan
Penggandaan Angket
2. Pelaksanaan
Penelitian
a. Membagikan Angket
Kesekolah
b. Analisis Data

54
55

3.2 Desain Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis variabel TPACK guru di

SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi. Sehingga desain yang digunakan adalah desain

penelitian survei. Penelitian survei itu sendiri merupakan penelitian yang

mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket atau

interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan (Maidiana, 2021). Kuesioner

merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau

dikerjakan oleh siswa yang ingin diselidiki, juga disebut responden (Hatmoko, 2015).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut

Siyoto & Sodik (2015), metode penelitian kuantitatif adalah metode tentang

penafsiran, penampilan, dan pengumpulan data yang banyak melibatkan angka, bisa

juga disertai tabel, grafik, gambar, atau yang lainya. Dalam penelitian berbasis

kuantitatif, instrumen yang digunakan umumnya berupa angket atau kuisioner, dalam

bentuk tes, data nominal, data sekunder (Santosa,2018).

3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh objek yang menjadi sasaran penelitian atau

pengamatan dan memiliki sifat-sifat yang sama. Dengan kata lain, populasi adalah

himpunan keseluruhan objek yang diteliti (Nuryadi, 2017) . Populasi adalah

kumpulan dari keseluruhan pengukuran, objek, atau individu yang sedang dikaji. Jadi,
56

pengertian populasi dalam statistik tidak terbatas pada sekelompok/kumpulan orang-

orang, namun mengacu pada seluruh ukuran, hitungan, atau kualitas yang menjadi

fokus perhatian suatu kajian. Populasi sering juga disebut universe atau sekelompok

individu atau objek yang memiliki karakteristik yang sama, misalnya status sosial

sama, atau obyek lain yang mempunyai karakteristik sama (Atika & Tarigan,

2014).Populasi dalam penelitian ini adalah Guru SMP Se Kecamatan Pasar Jambi,

Jambi.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil untuk dijadikan objek

pengamatan langsung dan dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan. Dengan

kata lain sampel adalah bagian yang di ambil dari populasi (Nuryadi, 2017) . Sampel

adalah sebagian, atau subset (himpunan bagian), dari suatu populasi. Jadi, sampel

merupakan bagian dari populasi, data yang diperoleh tidaklah lengkap. Namun jika

pengambilan sampel dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah, maka

biasanya sangat mungkin diperoleh hasil- hasil dari sampel cukup akurat untuk

menggambarkan populasi yang diperlukan dalam kajian yang dilakukan (Atika &

Tarigan, 2014)

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yakni teknik sampling yaitu

sampling daerah (cluster sampling). Cluster sampling merupakan pengambilan

sampel yang didasarkan pada area atau cluster (Prabowo, 2016). Teknik sampling

daerah (cluster sampling) digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan

diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk suatu negara, propinsi atau
57

kabupaten (Nuryadi, 2017). Sampel pada penelitian ini adalah guru SMP Se-

Kecamatan Pasar Jambi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan angket / kuesioner. Kuesioner merupakan suatu daftar yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh siswa yang ingin

diselidiki, juga disebut responden (Hatmoko, 2015). Sedangkan menurut sugiyono

(2009) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Menurut Fahmi, Fahreza.A (2019) Langkah-langkah Penyusunan

Angket:

1) Menentukan tujuan yang akan dicapai dari penggunaan angket.

2) Mengidentifikasi variabel yang menjadi materi angket.

3) Menyusun kalimat-kalimat pertanyaan atau pernyataan yang mewakili setiap

indicator sebagaimana telah dijelaskan dalam kisi-kisi angket tersebut.

4) Lengkapi angket dengan identitas responden, serta di berikan tujuan angket

ataupun petunjuk pengisian angket.

3.6 Teknik Validasi Instrumen Penelitian

Uji validitas dalam angket penelitian dilakukan untuk mengetahui

valid atau tidaknya item instrumen penelitian (Kusnadi, 2016). Validitas ialah

indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen betul-betul mengukur apa

yang perlu diukur (Anwar, 2009). Validasi pada penelitian ini adalah validasi isi.

Validasi isi suatu tes mempermasalahkan sejauh mana suatu tes mengukur tingkat
58

penguasaan terhadap isi atau konten atau materi tertentu yang seharusnya dikuasai

sesuai dengan tujuan pengajaran Validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan,

tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan

dan proporsional Artinva tes itu valid apabila butir-butir tes itu mencerminkan

keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara

proporsional (Matondang, 2009). Instrumen pada penelitian ini adalah

kuesioner/angket tentang variabel TPACK guru

3.2 Tabel kisi kisi instrumen angket Technological Pedagogical And Content

Knowledge (TPACK) Guru

No Variabel Indikator Jumlah

Item

1 Technological Knowledge Kemampuan menerapkan 5

(TK) teknologi

Keterampilan menggunakan 4

teknologi

Mengetahui konsep dasar 5

teknologi

2 Content Knowledge (CK) Mengembangkan konsep 5

materi

Pengetahuan konten standar 5

kurikulum

Pedagogical Knowledge Pengelolaan kelas 5


59

3 (PK) Mengajar siswa 5

Proses pembelajaran 5

Metode pembelajaran 5

Model pembelajaran 5

4 Technological Content Memilih teknologi 4

Knowledge (TCK) pembelajaran

5 Pedagogical Content Pembelajaran sesuai standar 8

Knowledge (PCK) kompetensi

6 Technological Desain pembelajaran sesuai 5

Pedagogical Knowledge teknologi

(TPK) Pengetahuan teknologi dalam 5

pembelajaran

7 Technological Penerapan teknologi dalam 5

Pedagogical And Content pembelajaran

Knowledge (TPACK) Pengetahuan teknologi untuk 5

perkembangan pengetahuan

(sumber: adaptasi Susanti,2021)

3.7 Teknik Analisis Data

Data diperoleh dari lembar jawaban guru mengenai analisis variabel TPACK guru

SMP Se-Kecamatan Pasar Jambi. Data dari kuesioner/angket pada penelitian ini

adalah data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka,


60

mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan

dari hasilnya (Siyoto & Sodik, 2015). Dengan langkah-langkah menurut Purwanto

(2020) yaitu :

1. Mengubah jawaban angket ke dalam bentuk skor

2. Jawaban yang diperoleh dari angket berupa pernyataan positif tertuang dalam

tabel 3.3

3.3 Tabel Skala Likert 1-5

Pernyataan Positif

Kategori Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju 1


(STS)

3. Menghitung skor total angket untuk setiap butir pernyataan

4. Menentukan nilai persentase setiap butir pernyataan dengan rumus :

R
NP = x 100 %
SM

Keterangan :

NP = Nilai Persentase

R = Skor mentah yang diperoleh guru


61

SM = Skor maksimum ideal

5. Menentukan tingkat kriteria

Hasil jawaban disesuaikan dengan kriteria persentase jawaban responden untuk

mengetahui kualifikasi jawaban. Sesuai tabel berikut :

3.4 Tabel Persentase Skor dan Kriteria analisis deskriptif

No. Persentase Skor Kriteria

1. 81% – 100% Sangat Baik

2. 61% – 80% Baik

3. 41% – 60% Cukup

4. 21% – 40% Kurang

5. 0% – 20% Sangat Kurang

(sumber: Jasmalinda, 2021)

Alat statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah smartPLS 3.0.

Analisis data dan pengujian hipotesis ini menggunakan metode Structural Equation

Model-Partial Least Square SEM-PLS. Teknik analisis Structural Equation Model

SEM adalah teknik analisis regresi korelasi, yang bertujuan untuk menguji hubungan-

hubungan antar variabel yang ada pada sebuah model, baik itu antar indikator dengan

konstruk ataupun hubungan antar konstruk. Beberapa istilah yang digunakan dalam

PLS berbeda dengan pengolahan statistik lainnya seperti SPSS.

Istilah tersebut menurut Ghozali dan Latan (2012) meliputi :

1. Variabel independen dalam PLS disebut dengan variabel eksogen


62

2. Variabel dependen disebut variabel endogen

3. Variabel Laten disebut konstruk merupakan variabel yang tidak dapat

diamati secara langsung dan memerlukan indikator

4. Indikator merupakan variabel yang dapat diukur atau biasa disebut

variabel manifest atau observe

5. Model pengukuran sering disebut dengan outer model merupakan model

pengukuran yang menunjukkan bagaimana variabel manifest atau observe

mempresentasikan variabel laten

6. Model struktural menunjukkan estimasi atau variabel laten dan konstruk

Kelebihan SMARTPLS

1. Smart PLS atau Smart Partial Least Square adalah software statistik yang

sama tujuannya dengan Lisrel dan AMOS yaitu untuk menguji hubungan

antara variabel.

2. Pendekatan smartPLS dianggap powerful karena tidak mendasarkan pada

berbagai asumsi

3. Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam analisis relatif kecil. Penggunaan

SmartPLS sangat dianjurkan ketika kita memiliki keterbatasan jumlah

sampel sementara model yang dibangun kompleks. Hal ini tidak dapat

dilakukan ketika kita menggunakan kedua software Lisrel dan AMOS

membutuhkan kecukupan sampel.

4. Data dalam analisis SmartPLS tidak harus memiliki distribusi normal

karena SmartPLS menggunakan metode bootstraping atau penggandaan

secara acak. Oleh karenanya asumsi normalitas tidak akan menjadi


63

masalah bagi PLS. Selain terkait dengan normalitas data, dengan

dilakukannya bootstraping maka PLS tidak mensyaratkan jumlah

minimum sampel

5. SmartPLS mampu menguji model SEM formatif dan reflektif dengan

skala pengukuran indikator berbeda dalam satu model. Apapun bentuk

skalanya (rasio kategori, Likert, dan lain-lain) dapat diuji dalam satu

model.

Kelemahan SMARTPLS

1. SmartPLS hanya bisa membaca data excel dalam bentuk csv

Langkah-langkah Pengolahan Data dengan SmartPLS yaitu :

1. Klik “New Project” untuk memulai pengolahan data dengan Smart PLS.

Buatlah nama project tersebut.

2. Klik kanan pada double-click pada project explore dan pilih import data

file, kemudian cari data dalam bentuk CSV lalu OK

3. Setelah Import data file CSV Klik Diskusi 1 untuk memunculkan bidang

gambar

4. Klik drag ke bidang gambar indikator per variabel Klik kanan di bulatan

biru untuk menentukan posisi indikator. Gunakan tanda panah untuk

menghubungkan variabel. Klik tanda Cussor untuk menetralkan kembali.

5. Setelah gambar model telah digambarkan, klik Calculate, PLS

Alqorithm. Maka akan muncul konfirmasi Maksimum Literasi

6. Standar maksimum Literasi adalah 300. Klik “start Calculation” untuk

run data
64

7. Periksa Validitas dan Reabilitasnya. Klik pada Quality Criteria

(Construct Realibility and Validity) jika tidak valid pertanyaan dari

sebuah indikator bisa dihapus. Dikatakan valid jika nilai sig-nya > 0,5 dan

reliabel jika nilai sig-nya > 0,7

8. Lakukan uji hipotesis dari calculate – Bootstrapping, selanjutnya akan

9. Muncul bidang set up, kemudian klik Start Calculation, maka hasil run

akan keluar

10. Perhatikan hasil uji pengaruh tidak langsung. Klik specific indirect effect

pada final result

3.8 Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini memakai tahapan-tahapan penelitian agar

peneliti memperoleh hasil sesuai yang diinginkan. Tahapan tersebut antara lain . Alur

prosedur dalam penelitian ini ditunjukkan sebagai berikut :

Sampel Sekolah Yang


Penyebaran Angket
Telah ditentukan

Analisis Data Analisis Hasil Angket


65

Tahap penelitian yang pertama dilakukan oleh peneliti adalah menentukan

sekolah yang akan diteliti, selanjutnya setelah koordinasi dengan sekolah peneliti

menyebarkan angket/kuesioner TPACK kesekolah tersebut, setelah itu guru mengisi

angket, kemudian peneliti melakukan analisis hasil angket dengan memindahkan data

ke Microsoft Excel, selanjutnya peneliti melakukan analisis data menggunakan

software Smart PLS.

DAFTAR PUSTAKA

Arifai, A. (2018). Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam.


Raudhah Proud To Be Professionals : Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 3(1), 27–38.
https://doi.org/10.48094/raudhah.v3i1.21

Atika, T. A., & Tarigan, U. (2014). Prosedur Penerbitan Surat Keputusan Pensiun
Pegawai Negeri Sipil pada Badan Kepegawaian Daerah Deli Serdang.
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik UMA (Journal of
Governance and Political Social UMA), 2(1), 18–30.
http://www.ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma/article/view/578/922

Bahri, S., & Waremra, R. S. (2018). Kemampuan Technological Pedagogical


Content Knowledge ( TPACK ) Mahasiswa Pada Matakuliah Strategi Belajar
Mengajar Fisika. 8(2), 1–9.

Buchari, A. (2018). PERAN GURU DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN.


Jurnal Ilmiah Iqra’ Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan [FTIK] IAIN
Manado, 12(2), 106–124.

Darmadi, H. (2015). TUGAS, PERAN, KOMPETENSI, DAN TANGGUNG


JAWAB MENJADI GURU PROFESIONAL. Jurnal Edukasi, 13(2), 161–174.

Fahmi, Fahreza.A., S. H. . (2019). PENGARUH LAYANAN INFORMASI


66

DENGAN MEDIA FILM TERHADAP KEWASPADAAN SISWA TENTANG


PELECEHAN SEKSUAL DI KELAS VIII-C SMP N 1 MATESIH TAHUN
PELAJARAN 2018/2019. Jurnal Medi Kons, 5(2), 34–49.

Hasibuan, N. (2016). Pengembangan Pendidikan Islam Dengan Implikasi Teknologi


Pendidikan. FITRAH:Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 1(2), 189.
https://doi.org/10.24952/fitrah.v1i2.313

Hatmoko, J. . (2015). Survei Minat Dan Motivasi Siswa Putri Terhadap Mata
Pelajaran Penjasorkes Di Smk Se-Kota Salatiga Tahun 2013. E-Jurnal Physical
Education, Sport, Health and Recreation, 4(4), 1729–1736.
https://doi.org/10.15294/active.v4i4.4855

Heriyansyah. (2018). GURU ADALAH MANAJER SESUNGGUHNYA DI


SEKOLAH Heriyansyah. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 116–127.

Huda, M. N., & Dosen. (2018). Peran Kompetensi Sosial Guru dalam pendidikan.
Peran Kompetensi Sosial Guru Dalam Pendidikan, VI(2), 42–62.

Huliyah, M. (2016). Hakikat pendidikan anak usia dini jalur pendidikan informal.
Pendidikan Guru Raudlatul Athfal, 1(1), 61–71.

Idrus, M. (2005). Kompetensi Sosial Sebagai Modal Sosial Guru. El-Tarbawi, 13(8),
37–56.

IFRIANTI, S. (2018). Membangun Kompetensi Pedagogik Dan Keterampilan Dasar


Mengajar Bagi Mahasiswa Melalui Lesson Study. Terampil : Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Dasar, 5(1), 1–18.
https://doi.org/10.24042/terampil.v5i1.2748

Ilyas, M. (2010). Tinjauan Teoritis Tentang Pengembangan Pedagogical Content


Knowledge Guru Melalui Lesson Study. Pedagogy, 2(1), 106–160.

Indah Susilowati, Himawan Arif Sutanto, R. D. (2013). Strategi peningkatan


kompetensi guru dengan pendekatan. Journal of Economics and Policy, 6(1),
67

80–92. https://doi.org/10.15294/jejak.v6i1.3750

Jauhari, M. I. (2020). Upaya Guru Fiqih dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik


di Madrasah. Tarbawiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 04(2), 205–214. https://e-
journal.metrouniv.ac.id/index.php/tarbawiyah/article/view/2128

Komarudin, E. (2020). PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN


SOSIAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SD
MUHAMMADIYAH KADISORO II. G-COUNS: Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 5(1), 9–14.

Kusnadi, Y. dan M. (2016). Pengaruh Keterimaan Aplikasi Pendaftaran Online


Terhadap Jumlah Pendaftar di Sekolah Dasar Negeri Jakarta. Jurnal Paradigma,
XVIII(2), 89–101.
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/paradigma/article/download/
1183/986

Maidiana. (2021). Penelitian Survey. ALACRITY : Journal of Education, 1(2), 20–29.


https://doi.org/10.52121/alacrity.v1i2.23

mansur, Hamsi., Mastur., U. A. H. (2013). International Journal of Innovation


Management (Guest Editor). International Journal of Innovation Management,
1(1), 1–10.

Matondang, Z. (2009). VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU INSTRUMEN


PENELITIAN. Jurnal Tabularasa, 6(1), 87–97.
https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/AMM.496-500.1510

Misrawati. (2017). PERANAN GURU BK DALAM MEMBENTUK KARAKTER


SISWA MELALUI LAYANAN BK KELOMPOK Misrawati. Jurnal Ilmu
Pendidikan,Keguruan,Dan Pembelajaran, 1(2), 65–68.

Mulhayatiah, D., Ramdiani, N. A. E., Setya, W., Suhendi, H. Y., & Kuntadi, D.
(2018). PCK Model Shulman Berdasarkan Pengalaman Mengajar Guru Fisika.
68

Thabiea : Journal of Natural Science Teaching, 1(2), 84–90.


https://doi.org/10.21043/thabiea.v1i2.4392

Munawala, Ulfa., Musdiani, Oktarina, R. (2021). ANALISIS KEDISIPLINAN


GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK KOTA BANDA
ACEH TAHUN 2020/2021. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 2(1).

Nasar, A., & Daud, M. H. (2020). ANALISIS KEMAMPUAN GURU IPA


TENTANG TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
PADA SMP/MTs DI KOTA ENDE. OPTIKA: Jurnal Pendidikan Fisika, 4(1),
9–20. https://doi.org/10.37478/optika.v4i1.413

Nofrion, Wijayanto, B., Wilis, R., & Novio, R. (2012). Analisis Technological
Pedagogical and Content. Jurnal Geografi, 10(2), 105–116.

Nurmadiah., A. (2019). Teknologi pendidikan. Jurnal Al-Afkar, VII(1), 61–90.

Pahlevi, M. R., Ridwan, I., & Kamil, A. B. (2021). Pelatihan TPACK (Technological,
Pedagogical, Content Knowledge) Bagi Guru Bahasa Inggris di Kabupaten
Karawang Jawa Barat. Jurnal Pengabdi, 4(1), 34.
https://doi.org/10.26418/jplp2km.v4i1.43631

Prabowo, A. (2016). KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA DI SEKOLAH.


JipT, 4(2), 246–260.

Purnawati, W., Maison, M., & Haryanto, H. (2020). E-LKPD Berbasis Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK): Sebuah Pengembangan Sumber
Belajar Pembelajaran Fisika. Tarbawi : Jurnal Ilmu Pendidikan, 16(2), 126–133.
https://doi.org/10.32939/tarbawi.v16i2.665

Rahmadi, I. . (2019). Penguasaan technological pedagogical content knowledge calon


guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jurnal Civics: Media Kajian
Kewarganegaraan, 16(2), 122–136.

Rahmadi, I. F. (2019). Technological Pedagogical Content Knowledge ( TPACK ):


69

Kerangka Pengetahuan Guru Abad 21. Journal of Civics and Education Studies,
6(1).

Rochaendi, E., Wahyudi, A., & Perdana, R. (2021). Kompetensi Teknologi ,


Pedagogi , dan Konten Guru SD Negeri dan Swasta di Kota Cimahi, Jawa Barat.
Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 6(1).

Rosyid, A. (2016). Technological pedagogical content knowledge : sebuah kerangka


pengetahuan bagi guru indonesia di era MEA. Prosiding Seminar Nasional
Inovasi Pendidikan, 446–454.

Sari, E. D. K., & Mursyidi, W. (2020). Pedagogical Content Knowledge (PCK) of


Islamic Education Teachers in Improving the Quality of Islamic Education
Learning. Emanasi: Jurnal Ilmu Keislaman Dan Sosial, 3(91), 1–10.
https://adpiks.or.id/ojs/index.php/emanasi/article/view/28

Sawitri, E., & Astiti, M. S. (2019). HAMBATAN DAN TANTANGAN


PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.
202–213.

Sebayang, Sofia., Rajagukguk, T. (2019). Pengaruh Pendidikan, Pelatihan dan


Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di SD Dan SMP Swasta Budi Murni 3
Medan. Jurnal Ilmu Manajemen METHONOMIX, 2(2), 105–114.

Shabir, M. U. (2015). Kedudukan Guru sebagai Pendidik (Tugas dan Tanggung


Jawab, dan Kompetensi Guru). Jurnal Auladuna, 2(2), 221–232.

Sudarlan, & Rifadin. (2016). Pengaruh kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian
terhadap kinerja dosen di jurusan akuntansi politeknik negeri samarinda. Jurnal
Eksis, 12(1), 3329–3338.

Sumar, W. T., Lamatenggo, N., & ... (2020). Strategi Guru dalam Implementasi
Pembelajaran Abad 21 Melalui Model Pembelajaran Daring untuk
Meningkatkan Kompetensi Guru. JAMBURA Elementary …, 1(1), 100–110.
70

https://ejournal-fip-ung.ac.id/ojs/index.php/jeej/article/view/143

Suryawati, E., L.N, F., & Hernandez, Y. (2014). Analisis Keterampilan


Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Guru Biologi Sma
Negeri Kota Pekanbaru. Jurnal Biogenesis, 11(1), 67–72.

Syaidah, U., Suyadi, B., & Ani, H. M. (2018). Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap
Hasil Belajar Ekonomi Di Sma Negeri Rambipuji Tahun Ajaran 2017/2018.
JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu
Ekonomi Dan Ilmu Sosial, 12(2), 185–191.
https://doi.org/10.19184/jpe.v12i2.8316

Syarifuddin. (2015). GURU PROFESIONAL: Dalam Tugas Pokok dan Fungsi


(Tupoksi). Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu Dan Budaya Islam, 3(1), 65–84.

Tarihoran, E. (2019). Guru dalam pengajaran abad 21. Jurnal Kateketik Dan
Pastoral, 4(1), 46–58. blob:http://e-journal.stp-ipi.ac.id/393f7271-9934-4891-
ab16-b6f5cf42a9a7

Yuslam., Setiani, Riris.E., Sari, A. . (2017). Studi Tentang Kompetensi Guru PAUD
Berkualifikasi Akademik Sarjana PG- PAUD Dan NonPG-PAUD di PAUD
Istiqomah Sambas Purbalingga Yuslam Riris Eka Setiani Almi Kurnia Sari. Al-
Athfal: Jurnal Pendidikan Anak, 3(2), 151–168.

Zulham. (2017). Penerapan Teknologi Informasi Menentukan Keberhasilan Dunia


Perusahaan Industri. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
71

LAMPIRAN
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93

Anda mungkin juga menyukai