Anda di halaman 1dari 44

PEMBELAJARAN MENGANALISIS UNSUR PEMBANGUN PUISI

BERORIENTASI HAKIKAT PUISI DENGAN MENGGUNAKAN


METODE CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING
(CORE) PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMK YADIKA SOREANG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
PROPOSAL SKRIPSI

disusun sebagai syarat penyusunan skripsi

oleh:
Jaya
NIM 165030001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2020PEMBELAJARAN MENGANALISIS UNSUR PEMBANGUN PUISI
BERORIENTASI HAKIKAT PUISI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING
(CORE) PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMK YADIKA SOREANG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

oleh
Jaya
NIM 165030001

Lembar Pengesahan Proposal


Disetujui,

Penelaah I, Penelaah II,

Drs. Dindin M.Z.M., M.Pd. Yeni Cania Puspita, M.Pd.


NIPY 15110136 NIPY 15110776

Diketahui,

Ketua Program Studi Pendidikan


Bahasa dan Sastra Indonesia,

Dr. Dheni Harmaen, B. A., M.Sn.


NIP 196302121994121001

KATA PENGANTAR

i
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah menolong penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini yang berjudul “Pembelajaran Menganalisis
Unsur Pembangun Puisi Berorientasi Hakikat Puisi dengan Menggunakan Metode
Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) pada Peserta Didik Kelas
X SMK Yadika Soreang Tahun Pelajaran 2019/2020”. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Selawat dan
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi
Muhammad Saw.
Penulis sangat berharap proposal skripsi ini dapat berguna dalam menambah
wawasan, pengetahuan dan menemukan jawaban dari permasalahan yang ada.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan proposal skripsi yang telah dibuat untuk di masa yang akan datang,
karena tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan saran yang membangun.
Semoga proposal skripsi ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan pada proposal skripsi ini.

Bandung, Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Proposal...................................................................................i


KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................7
C. Rumusan Masalah........................................................................................7
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................8
E. Manfaat Penelitian.......................................................................................8
1. Manfaat Teoretis........................................................................................8
2. Manfaat Praktis..........................................................................................9
F. Definisi Operasional.....................................................................................9
G. Kajian Teori................................................................................................10
1. Pembelajaran...........................................................................................10
2. Menganalisis Unsur Pembangun Puisi....................................................12
3. Metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE)...........15
H. Kerangka Pemikiran...................................................................................18
I. Asumsi dan Hipotesis.................................................................................20
1. Asumsi.....................................................................................................20
2. Hipotesis..................................................................................................21
J. Metode dan Desain Penelitian....................................................................22
1. Metode Penelitian....................................................................................22
2. Desain Penelitian.....................................................................................23
K. Subjek dan Objek Penelitian......................................................................25
1. Subjek Penelitian.....................................................................................25
a. Populasi...................................................................................................25
b. Sampel.....................................................................................................26
2. Objek Penelitian......................................................................................27
L. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian................................27

iii
1. Teknik Pengumpulan Data......................................................................27
2. Instrumen Penelitian................................................................................30
M. Teknik Analisis Data..................................................................................31
N. Prosedur Penelitian.....................................................................................32
O. Jadwal Penelitian........................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................36

iv
v
PEMBELAJARAN MENGANALISIS UNSUR PEMBANGUN PUISI
BERORIENTASI PADA HAKIKAT PUISI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING
(CORE) PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMK YADIKA SOREANG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran pada dewasa ini memanfaatkan suatu interaksi yang dilakukan
oleh pendidik dan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Mustaji
dalam Triwiyanto (2015, hlm. 35) menyatakan, “Pembelajaran dikatakan optimal
apabila pembelajar mengalami dan menghadapi tantangan permasalahan ilmu
pengetahuan, berpikir, membiasakan berpikir, melakukan tindakan yang
berhubungan dengan usaha untuk memecahkan masalah”. Ketika pembelajaran
belum optimal akan berdampak pada peserta didik dalam proses pembelajaran,
sehingga mengakibatkan proses pembelajaran tidak efektif dan inovatif.
Ardhana dalam Triwiyanto (2015, hlm. 36) menyatakan, “Proses
pembelajaran belum optimal disebabkan oleh dua hal, yaitu (1) proses
pembelajaran informatif, belum diarahkan ke proses aktif pembelajar untuk
membangun sendiri pengetahuannya, dan (2) proses pembelajaran berpusat pada
pengajar, belum diarahkan kepembelajaran yang berpusat pada pembelajar”. Hal
tersebut membuat peserta didik kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Sehingga tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pendidik
dalam proses pembelajaran berlangsung.
Dalam proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi edukatif yang
terjadi, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan. Interaksi ini berakar dari pendidik
dan kegiatan belajar secara pedagogis pada diri peserta didik, berproses secara
sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dengan adanya
interaksi tersebut maka harus menghasilkan proses pembelajaran yang efektif
sebagaimana yang telah diharapkan.

1
1

Abidin (2015, hlm. 7), mengungkapkan pandangannya tentang pembelajaran


sekarang bahwasanya,
Bukti nyata dari kondisi bahwa berbagai tradisi lama dalam pelaksanaan
pembelajaran masih sering dijumpai di dunia persekolahan adalah masih
banyaknya guru yang melaksanakan pembelajaran dengan berorientasi
menyampaikan pengetahuan kepada siswa atas dasar pemikiran ini guru
banyak memilih teknik ceramah, penugasan, dan latihan dalam
menyampaikan materi kepada siswa. Kondisi pembelajaran yang tidak
dinaungi oleh prinsip pembelajaran yang tepat tidak dijiwai oleh pendekatan
pembelajaran yang relevan dan tidak difasilitasi oleh metode dan teknik
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, karateristik siswa, dan kontek sosial
dan kemasyarakatan merupakan kondisi pembelajaran yang tidak bermutu.

Berdasarkan pernyataan tersebut, pendidik harus memiliki kemampuan untuk


mengelola kelas agar tujuan pembelajaran tercapai, yaitu dengan memahami
berbagai komponen pembelajaran yang saling berhubungan. Komponen tersebut
yaitu tujuan pembelajaran, bahan ajar, metode pembelajaran, dan evaluasi hasil
belajar. Senada dengan Gulo dalam Iskandarwassid (2016, hlm. 25) menyatakan,
“Seorang pengajar yang profesional tidak hanya berpikir tentang apa yang akan
diajarkan dan bagaimana diajarkan, tetapi tentang siapa yang menerima pelajaran,
apa makna belajar bagi peserta didik dan kemampuan apa yang ada pada peserta
didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran”. Hal tersebut agar bisa mengetahui
dan memahami potensi yang dimiliki peserta didik. Mengenali dan memahami
potensi yang dimiliki peserta didik berarti dalam proses pembelajaran perlu
pembelajaran yang aktif.
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang
sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini karena Bahasa Indonesia memiliki
dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan juga menjadi bahasa negara.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia menekankan pada pemerolehan empat
keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan berbahasa tersebut adalah
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Menurut Tarigan (2015, hlm. 1), “Keterampilan berbahasa dalam kurikulum
di sekolah biasanya mencakup empat segi. Yaitu keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap
keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan
2

cara yang beraneka rona”. Keterampilan-keterampilan tersebut haruslah dimiliki


dan dipahami oleh seorang peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran, karena dari keterampilan tersebut selalu ada hubungan dalam
melaksanakan satu di antaranya, antara membaca dan menulis sudah menjadi satu
kegiatan yang sama dalam satu proses. Setiap keterampilan tersebut erat sekali
hubungannya dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa
seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa,
semakin cerah dan jelas jalan pikirannya.
Salah satunya yaitu ketemapilan membaca yang merupakan salah satu dari
keempat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Pemahaman tersebut menjadi salah satu aspek
yang sangat penting sekaligus merupakan tolok ukur untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan peserta didik dalam menguasai keterampilan berbahasa pada
pembelajaran membaca, karena membaca adalah suatu kebiasaan untuk
memahami informasi yang ada dalam kehidupan.
Dengan membaca peserta didik akan memperoleh informasi yang sebelumnya
belum pernah diperoleh. Semakin banyak membaca semakin banyak pula
informasi yang didapatkan. Senada dengan Tarigan (2015, hlm. 9) menyatakan,
“Membaca untuk mencari serta memeroleh informasi, mencakup isi, memahami
makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud
tujuan, atau intensif kita dalam membaca”. Dalam membaca kita dituntut untuk
memahami isi bacaan yang dibaca, sehingga bisa menghasilkan analisis dengan
bahan bacaan yang telah dibaca.
Kegiatan membaca merupakan peran yang penting dalam kehidupan manusia.
Selain menjadi peran penting, dalam membaca terdapat permasalahan awal yang
dialami seseorang yaitu sulitnya memahami isi bacaan. Herlinyanto (2015, hlm. 2-
3), mengungkapkan pandangannya tentang permasalahan membaca pemahaman
siswa di sekolah, bahwasanya,
Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran membaca pemahaman di sekolah,
diperoleh gambaran bahwa kemampuan siswa dalam membaca pemahaman
masih rendah. Beberapa kondisi yang membuat siswa rendah dalam membaca
pemahaman, antara lain; 1) siswa tidak terlibat optimal dalam pembelajaran
membaca, 2) rendahnya minat baca siswa, 3) siswa belum mampu
memprediksi isi bacaan berdasarkan gambar dan judul bacaan, 4) rendahnya
3

respon siswa terhadap penjelasan guru, dan 5) siswa kurang mampu


menyimpulkan isi bacaan.
Hal tersebut membuat peserta didik sulit dalam menyesuaikan diri untuk
menerapkan keterampilan membaca pemahaman dalam pembelajaran di kelas.
Salah satu faktor tersebut yaitu kurang optimal, kurang mampu memprediksi isi
bacaan, serta kurang mampunya peserta didik dalam menyimpulkan isi bacaan.
Perlulah disadari bahwasanya kegiatan membaca dalam rangka memahami isi
bacaan haruslah memiliki keterampilan tersebut untuk mendukung pemahaman
berpikir kritis dalam menganalisis suatu bacaan. Minimnya pemahaman inilah
yang mengakibatkan kesulitan dan kegagalan dalam kegiatan membaca
pemahaman pada peserta didik.
Membaca diangggap keterampilan yang sederhana bagi sebagian peserta
didik. Dalam pembelajaran membaca peserta didik kebanyakan hanya sekadar
menghafal bahan bacaan tanpa untuk memahami isi bacaan. Hal tersebut
mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman pada peserta didik. Dalman
(2017, hlm. 87), “Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif
(membaca untuk memahami). Dalam membaca pemahaman, pembaca dituntut
mampu memahami isi bacaan”. Pembaca dapat dikatakan memahami bacaan
secara baik apabila mampu untuk menangkap arti kata yang digunakan penulis,
mampu menangkap makna yang tersurat dan tersirat, serta dapat membuat
kesimpulan dari yang telah dibaca.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 adalah pembelajaran
berbasis teks. Kemendiknas (2017, hlm. iii) “Penyajian materi pembelajaran pada
buku Bahasa Indonesia ini menggunakan teks dalam konteks sesuai dengan tujuan
kegiatan sosial dan fungsi komunikasi”. Dengan pembelajaran berbasis teks,
diharapkan mampu mengubah pola pikir peserta didik terutama dalam
pembelajaran membaca pemahaman. Karena struktur teks membentuk struktur
berpikir sehingga dalam setiap penguasaan jenis teks tertentu, peserta didik akan
memiliki kemampuan berpikir sesuai dengan struktur teks yang dikuasainya.
Berbagai macam teks yang sudah dikuasainya, peserta didik akan mampu
menguasai berbagai struktur berpikir. Bahkan, satu topik tertentu dapat disajikan
dalam jenis teks yang berbeda dan tentunya dengan struktur berpikir yang berbeda
pula.
4

Salah satu kompetensi yang termuat dalam kurikulum 2013 yaitu


pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi. Pembelajaran menganalisis
unsur pembangun puisi merujuk pada keterampilan membaca pemahaman. Dalam
kegiatan membaca, peserta didik diharapkan mampu menganalisis unsur
pembangun puisi. Gasong (2019, hlm. 24) menyatakan, “Mengapresisasi puisi
haruslah mampu menganalisis bagaimana aspek-aspek (metode dan hakikat)
saling berkaitan untuk menyampaikan ide atau gagasan penyair”. Pembelajaran
menganalisis berbagai aspek-aspek pada puisi merupakan kegiatan yang sulit
dilakukan dan membutuhkan konsentrasi lebih dalam mengerjakanya.
Kesulitan peserta didik dalam memahami puisi terutama disebabkan sulitnya
menganalisis unsur yang terdapat di dalamnya khususnya menganalisis unsur
instrinsik puisi bila ditinjau dari hakikat puisi seperti tema/sense, suasana, nada,
dan amanat. Sejalan dengan pernyataan tersebut Effendi (2017, hlm.1)
mengatakan, bahwa “puisi merupakan karya sastra yang sulit untuk dipahami dan
membutuhkan konsentrasi yang lebih untuk membacanya”. Faktor yang
menghambat pemahaman peserta didik dalam memahami puisi yaitu kurangnya
penguasaan materi dan penghayatan terhadap puisi yang dibaca. Sedangkan dalam
pembelajaran sastra terutama dalam memahami puisi memerlukan perhatian,
konsentrasi, dan kepekaan yang tinggi.
Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik
dalam mengenai makna yang terkandung di dalam sebuah puisi yang dibacanya.
Proses pembelajaran keterampilan membaca pemahaman terhadap pemahaman
puisi yang menuntut peserta didik untuk menemukan informasi melalui data yang
terkandung pada hakikat puisi kurang meningkatkan hasil yang maksimal. Hal ini
yang menyebabkan pembelajaran tersebut tidak efektif.
Fenomena tersebut yang menjadikan alasan penulis untuk megadakan
penelitian mengenai unsur pembangun puisi yang berorientasi pada hakikat puisi.
Penelitian ini diharapkan mampu mengembankan keaktifan dan kreativitas peserta
didik dalam memahami isi yang terkandung pada teks puisi. Berhasil tidaknya
tujuan yang akan dicapai bergantung pada penggunaan metode yang tepat,
ketetapan pemilihan metode pembelajaran menentukan keberhasilan proses
pembelajaran. Oleh karena, itu pendidik harus mempertimbangkan metode yang
5

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran. Hal ini
dilakukan untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik.
Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk mengetahui kemampuan
peserta didik dalam menganalisis hakikat dalam teks puisi menggunakan metode
Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE). Metode Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending (CORE) ada empat tahapan untuk mencapai
proses pembelajaran menggunakan metode ini, yakni Connecting
(mengoneksikan), Organizing (mengorganisasikan ide), Reflecting (memikirkan
kembali) dan Extending (mengembangkan). Dengan adanya metode ini
diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan dan berpikir yang
lebih baik sehingga mampu untuk memotivasi peserta didik dalam
mengoptimalkan pembelajaran menganalisis hakikat yang terdapat dalam teks
puisi.
Sebelum penelitian yang hendak dilakukan ini, pasti ada tahun sebelumnya
yang terlebih dahulu melakukan penelitian tentang menganalisis teks puisi. Dari
salah satu penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh seorang peneliti benama
Nadia Ulfa Nasution, penulis menemukan persamaan dan perbedaan. Persamaan
itu terdapat pada materinya, yaitu sama-sama melakukan penelitian tentang
pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi, sementara perbedaannya
terdapat pada berfokus materinya, metode pembelajaran, subjek penelitian dan
teknik yang digunakan. Penelitian terdahulu berfokus pada gaya bahasa,
menggunakan metode Inkuiri, dan mengambil subjek di SMA Pasundan 3
Bandung. Sedangkan untuk penelitian kali ini, penulis berfokus pada hakikat
puisi, menggunakan metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending
(CORE), dan mengambil subjek penelitian di SMK Yadika Soreang.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk
menyelesaikan permasalahan peserta didik dalam KD 3.17 menganalisis unsur
pembangun puisi dengan dibantu oleh metode pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran yaitu metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending
(CORE). Oleh karena itu, penulis mengangkat permasalahan tersebut dengan
judul “Pembelajaran Menganalisis Unsur Pembangun Puisi Berorientasi Hakikat
Puisi dengan Menggunakan Metode Connecting, Organizing, Reflecting,
6

Extending (CORE) pada Peserta Didik Kelas X SMK Yadika Soreang Tahun
Pelajaran 2019/2020”.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dapat memperlihatkan masalah-masalah yang ditemukan
dalam penelitian, sebab identifikasi merupakan pembahasan yang lebih jelas
mengenai permasalahan yang diangkat dalam latar belakang masalah. Masalah
tersebut mencakup aspek-aspek yang berhubungan dengan kegiatan penelitian
yang akan dilakukan. Penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan
dengan penelitian sebagai berikut:
1. Penggunaan metode pembelajaran yang masih menggunakan metode
tradisional sehingga pembelajaran kurang optimal..
2. Sulitnya pemahaman peserta didik dalam pembelajaran keterampilan
membaca pemahaman.
3. Sulitnya peserta didik dalam menganalisis dan memahami teks puisi.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakakan sesuatu yang digunakan untuk mencari
jawaban terhadap masalah dalam penelitian melalui pengumpulan data. Pada
umumnya, penulis hanya melakukan identifikasi terhadap topik atau variabel
yang menjadi fokus utama penelitian. Berdasarkan hal tersebut, penulis
merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan memahami unsur pembangun puisi
(hakikat puisi) pada peserta didik kelas X SMK Yadika Soreang setelah
dilaksanakan pembelajaran memahami puisi dengan metode Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending (CORE)?
2. Bagaimanakah perubahan perilaku peserta didik kelas X SMK Yadika
Soreang setelah dilaksanakan pembelajaran memahami unsur pembangun
puisi (hakikat puisi) dengan menggunakan metode Connecting, Organizing,
Reflecting, Extending (CORE)?
7

3. Efektifkah metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE)


digunakan dalam pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi pada
peserta didik kelas X SMK Yadika Soreang?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian memperlihatkan hasil yang hendak dicapai oleh penulis
dengan acuan rumusan masalah. Berdasarkan hal tersebut, penulis memiliki tujuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi peningkatan keterampilan membaca pemhaman peserta
didik kelas X SMK Yadika Soreang terhadap pembelajaran menganalisis
unsur pembangun puisi setelah dilaksanakan pembelajaran memahami puisi
dengan menggunakan metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending
(CORE).
2. Mengidentifikasi perubahan perilaku peserta didik kelas X SMK Yadika
Soreang setelah dilaksanakan pembelajaran memahami puisi dengan
menggunakan metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending
(CORE).
3. Mengidentifikasi keefektifan metode Connecting, Organizing, Reflecting,
Extending (CORE) digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman
untuk menganalisis unsur pembangun puisi pada peserta didik kelas X SMK
Yadika Soreang.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan penelitian yang dapat diraih bagi
penulis, pendidik, peserta didik, lembaga, serta berguna bagi peneliti lanjutan.
Penulis berharap penelitian ini bisa menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya
serta berguna untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih baik. Manfaat
yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas manfaat teoretis dan manfaat
praktis.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa
pengembangan ilmu bahasa dan sastra yang berkaitan dengan aspek
8

keterampilan membaca pemahaman terhadap karya sastra khususnya


memahami puisi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Penerapan metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE)
disaat melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dapat membantu
dalam pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi.
2) Guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang efektif dalam
pembelajaran memahami unsur pembangun puisi.
b. Bagi Peserta didik
Hasil penelitian ini diharapkan sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam
mengapresiasi karya sastra terutama puisi dan peserta didik dapat aktif
selama proses pembelajaran melalui metode Connecting, Organizing,
Reflecting, Extending (CORE).
c. Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini memberikan dampak dalam meningkatkan kualitas
pendidikan dalam proses belajar mengajar.
d. Bagi peneliti
Dapat membantu menerapkan metode yang tepat dalam materi
pembelajaran membaca pemahaman.

F. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menyampaikan persepsi terhadap
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Pembelajaran
Menganalisis Unsur Pembangun Puisi Berorientasi Hakikat Puisi dengan
Menggunakan Metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE)
pada Peserta Didik Kelas X SMK Yadika Soreang Tahun Pelajaran 2019/2020”.
Penulis menggunakan istilah-istilah yang berhubungan dengan judul penelitian
sebagai berikut.
1. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa
yang saling bertukar informasi.
9

2. Menganalisis unsur pembangun puisi adalah sebuah proses membaca


pemahaman dalam memecahkan sesuatu ke bagian-bagian yang saling
berkaitan satu sama lainnya untuk memahami unsur-unsur yang terdapat pada
teks puisi.
3. Puisi adalah karya sastra yang diungkapkan melalui perasaan dengan kata-
kata bermakna kiasan sehingga mengandung makna yang disampaikan oleh
penyair terhadap pembaca.
4. Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan
tertentu, dengan cara yang teratur dan sistematis dalam melakukan kegiatan
yang akan dicapai tersebut.
5. Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) adalah metode yang
memiliki beberapa tahapan, yakni Connecting (mengoneksikan), Organizing
(mengorganisasikan ide), Reflecting (memikirkan kembali) dan Extending
(mengembangkan).

G. Kajian Teori

1. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan kepada
peserta didik, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru,
hal itu disebut pembelajaran yang kaitan antara belajar dan mengajar dalam
suatu aktivitas belajar. Triwiyanto (2015, hlm. 33) menjelaskan
“Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa
agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Pembelajaran
biasanya menjadi perhatian psikologi pendidikan”. Pembelajaran yang
optimal dapat memberikan nuansa yang baik bagi program belajar yang akan
dilaksanakan pada peserta didik dalam proses pembelajaran.
Sedangkan Gintings (2014, hlm. 5) menyatakan “Pembelajaran adalah
memotivasi dan memberikan fasilitas kepada peserta didik agar mampu
belajar sendiri. Pembelajaran harus didukung dengan baik oleh semua unsur
dalam pembelajaran yang meliputi pendidik, peserta didik, dan lingkungan
belajar”. Peserta didik dan pendidik merupakan unsur utama yang menunjang
10

berlangsung pembelajaran, lalu didukung dengan berbagai fasilitas


pendidikan yang akan membuat pembelajaran lebih efektif.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses suatu
interaksi atau upaya yang memberikan variasi terhadap program belajar
sehingga dapat meningkatkan motivasi terhadap unsur-unsur yang ada di
dalamnya, antara lain peserta didik dan pendidik. Dalam pembelajaran juga
harus didukung dengan fasilitas yang akan menunjang berlangsungnya proses
belajar mengajar tersebut.

b. Ciri Pembelajaran
Menurut Widaningsih (2019, hlm. 143), Ciri pembelajaran
mencerminkan kepada empat hal, yaitu:
1) Kemampuan berpikir kritis (Critical thinking skill). Kegiatan
pembelajaran dirancang untuk mewujudkan hal tersebut melalui
penerapan pendekatan saintifik (5M), pembelajaran berbasis masalah,
penyelesaian masalah, dan pembelajaran berbasis projek.
2) Kreativitas (Creativity). Kembangkan budaya apresiasi terhadap
peserta didik sekecil apapun peran atau prestasi peserta didik. Hal ini
bertujuan untuk memotivasi peserta didik untuk terus meningkatkan
prestasinya.
3) Komunikasi (Communication). Komunikasi tidak lepas dari adanya
interaksi antara dua pihak. Komunikasi dapat menjadi sarana untuk
semakin merekatkan hubungan antar insan manusia, tetapi sebaliknya
dapat menjadi sumber masalah ketika terjadi miskomunikasi atau
komunikasi kurang berjalan dengan baik. Penguasaan bahsa menjadi
sangat penting dalam berkomunikasi. Kegiatan pembelajaran
merupakan sarana yang sangat strategis untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik, baik komunikasi
antar peserta didik dengan guru, maupun komunikasi antarpeserta
didik.
4) Kolaborasi (Collaboration). Pembelajaran secara berkelompok,
kooperatif melatih peserta didik untuk berkolaboorasi dan bekerja
sama. Hal ini juga untuk menanamkan kemampuan bersosialisasi dan
mengendalikan ego serta emosi melalui kolaborasi akan tercipta
kebersamaan rasa memiliki, tanggung jawab, dan kepedulian
antaranggota”.
11

2. Menganalisis Unsur Pembangun Puisi


a. Pengertian Menganalisis
Majid (2014, hlm.11) “Menganalisis adalah memecahkan suatu
permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan
mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu
bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan”. Dalam
hal ini, menganalisis yakni kegiatan yang memisahkan bagian-bagian untuk
mencari keterkaitan pada bagian-bagian untuk lebih dimengerti.
Senada dengan pernyataan tersebut, Chaedar (2013, hlm. 112), “Analisis
adalah sebagai cara berpikir dengan memecah atau membagi sesuatu menjadi
bagian-bagian dengan tujuan agar lebih dimengerti, dan seringkali sebagai
persiapan untuk menggabungkan dengan cara sendiri”. Berpikir dengan
memecahkan masalah ke beberapa bagian dapat lebih mudah dipahami atau
dimengerti dalam proses menganalisis suatu teks.
Dapat disimpulkan bahwa menganalisis merupakan kegiatan menelaah
suatu permasalahan dengan memisahkan bagian-bagian yang berkaitan dan
menguraikan suatu pokok persoalan untuk memperoleh suatu pemahaman
yang menyeluruh untuk dipahami atau dimengerti.

b. Pengertian Puisi
Perkembangan zaman pada dewasa ini banyak yang mengartikan
beberapa pendapat mengenai puisi, salah satunya Gasong (2019, hlm. 24)
menjelaskan “Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh diksi,
rima, ritma, serta penyusunan bait dan larik. Puisi sebagai bentuk karya sastra
memiliki aspek-aspek yang membangun puisi tersebut”.
Senada dengan pernyataan Gasong, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Kelima (2016) mengartikan puisi adalah ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Hal ini menyatakan puisi sebagai salah satu cabang sastra yang menggunakan
kata-kata, rima, dan irama sebagai media penyampaian untuk membuatkan
ekspresi dan imajinasi.
12

Menurut Pradopo (2012, hlm. 7), puisi adalah karya sastra yang
mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang
merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Artinya,
melalui karya sastra puisi seseorang dapat mengungkapkan suatu perasaan
dengan bahasa di dalamnya yang terikat dengan diksi, rima, ritme, serta larik
dan bait untuk memunculkan imajinasi yang berirama.
Pradopo (2012, hlm. 3) menyatakan puisi sebagai salah satu karya sastra
dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan
unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari
bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Orang tidak akan
dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari
bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan
hanya sesuatu yang kosong tanpa makna.
Dapat disimpulkan bahwa puisi adalah suatu karya sastra yang dapat
membangun imajinasi dan ekspresi dengan memainkan diksi, rima, dan ritme
dalam larik dan bait sehingga memunculkan makna yang estetis.

c. Unsur Pembangun Puisi


Dalam memahami keindahan pada karya sastra puisi, kita harus mampu
menampilkan hal-hal yang memang berkaitan dengan kelompok pembangun
puisi. Unsur pembangun puisi dapat dibagi menjadi dua yaitu unsur fisik dan
unsur batin. Unsur fisik adalah unsur-unsur yang membangun puisi tersebut
dari luar misalnya diksi atau pemilihan kata, sedangkan unsur batin adalah
unsur-unsur yang membangun puisi dari dalam, misalnya tema dan amanat.
Waluyo (2010, hlm. 25) menyatakan “Bentuklah fisik dan bentuk batin
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh menyatu agar tidak dapat dipisahkan
dan merupakan kesatuan yang padu”. Hal tersebut berarti puisi adalah salah
satu karya sarta yang di dalamnya mempunyai unsur pembangun. Unsur
pembangun dalam puisi ada dua yaitu unsur fisik dan unsur batin/hakikat
puisi. Unsur fisik terdiri dari diksi, pengimajian, kata konkret, majas,
rima/ritma dan tipografi.
13

1) Unsur fisik
a) Diksi adalah pemilihan kata dengan mempertimbangkan berbagai aspek
estetis. Kata-kata dalam puisi juga bersifat konotatif.
b) Pengimajian. Pengimajian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan
kata yang dapat mengungkapkan pengalaman imajinasi dengan adanya
imajinasi yang dicipta sesuatu yang dapat dilihat,didengar, ataupun
dirasakan pembacanya.
c) Kata konkret untuk membangkitkan imaji pembaca,kata-kata harus
diperkonkret. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, pembaca
seolah-olah dapat melihat, mendengar, atau merasakan apa yang
dilukiskan oleh penyair.dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat
membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh
penyair.
d) Majas (figurative language) adalah bahasa yang digunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan cara pengiasaan, yaitu secara tidak langsung
mengungkapkan makna.
e) Rima/ritma. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. rima
barerfungsi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. dengan adanya
rima itulah, efek bunyi makna yang dikehendaki penyair semakin indah
dan makna yang ditimbulkannya pun lebih kuat. sebagai pengulangan
kata, frase atau kalimat dalam bait-bait puisi.
f) Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa
dan drama.
Dari uraian tersebut, unsur fisik pada puisi adalah unsur pembangun puisi
yang bersifat fisik atau nampak diluar dalam bentuk susunan kata-katanya.
Unsur fisik dapat kita lihat sebagaimana dalam pemihihan kata-kata kiasan
atau makna, mendengar, melihat serta merasakan.
2) Unsur batin/Hakikat Puisi
a) Tema (sense) Tema adalah pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh
penyair. Persoalan persoalan yang diungkapkannya merupakan
penggambaran suasana batin. tema tersebut dapat pula berupa response
penyair terhadap kenyataan sosial nudaya sekitarnya.
b) Perasaan (feeling) Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili
ekspresi perasaan penyair. bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan,
kegelisahan, atau pengagungan kepada sang khalik, kekasih, atau kepada
alam. Oleh karena itu bahasa dalam puisi akan terasa sangat ekspresif
dan lebih padat.
c) Nada dan suasana (tone) Nada merupakan sikap penyair terhadap
pembaca,sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah
membaca puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkannya puisi
terhadap pembaca. nada dan suasana puisi saling berhubungan karena
nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya.
d) Amanat (intention) Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh
penyair untuk pembaca.
14

Dapat disimpulkan bahwa puisi mempunyai unsur pembangun yaitu


unsur fisik dan unsur batin/hakikat puisi. Keduanya saling berkaitan satu
sama lainnya. Unsur fisik terdiri dari , diksi, pengimajian, kata konkret,
majas, rima/ritma, dan tipografi. Unsur batin/hakikat puisi terdiri dari tema,
perasaan, nada/suasana, dan amanat.

3. Metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE)


a. Pengertian Metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending
(CORE)
Nur, dkk. dalam Wulandari (2017, hlm.4) mengatakan, “Model
pembelajaran CORE berakar dari teori kontruktivisme, yang mana siswa
diarahkan untuk dapat membangun pengetahuan secara mandiri melalui
proses interaksi dengan lingkungannya. Metode ini dapat memunculkan
tindakan peserta didik dalam mencipta makna yang telah dipelajari.
Ngalimun (2016, hlm. 238) mengungkapkan, “Metode Connecting,
Organizing, Reflecting, dan Extending (CORE) sintaknya adalah, (C) koneksi
informasi lama-baru dan antar konsep, (O) organisasi ide untuk memahami
materi, (R) memikirkan kembali, mendalami dan menggali, (E)
mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan”. Ada tahap-
tahap susunan dalam melaksanakan metode ini, yaitu mengoneksi,
mengorganisir, mendalami, lalu mengembangkan/menemukan hal yang
dipelajari.
Senada dengan pernyataan tersebut, Shoimin (2014, hlm. 39), metode
pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) ialah
“(1) connecting, merupakan kegiatan mengoneksikan informasi lama dan
informasi baru; (2) organizing merupakan kegiatan mengorganisasikan ide-
ide untuk memahami materi; (3) reflecting merupakan kegiatan memikirkan
kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat; dan (4)
Extending kegiatan untuk me-ngembangkan, memperluas, menggunakan dan
menemukan”. Empat tahapan tersebut sangatlah berhubungan dalam
15

mencapat tujuan pembelajaran menganalisis suatu isi dalam hal yang


dipelajari.
Widiyanti dalam Beladina (2013, hlm. 35) mengatakan, “Metode
pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending (CORE)
adalah model diskusi yang dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan
dan berpikir reflektif yang memiliki empat tahap pengajaran yaitu
Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending”. Metode ini mampu
mempengaruhi daya pengetahuan yang dimiliki peserta didik dalam
menemukan isi suatu hal yang dipelajari, yang diperkuat dengan empat tahap
yang akan dilaksanakan ketika pembelajaran berlangsung.
Dapat disimpulkan bahwa metode Connecting, Organizing, Reflecting,
and Extending (CORE) adalah metode yang memiliki beberapa tahapan,
yakni Connecting (mengoneksikan), Organizing (mengorganisasikan ide),
Reflecting (memikirkan kembali) dan Extending (mengembangkan).
Tujuannya yaitu untuk membangun/mempengaruhi daya pengetahuan secara
mandiri sehingga peserta didik dapat memaknai apapun yang dipelajarinya.

b. Langkah-langkah Metode Extending Concept Through Language


Activities (ECOLA)
Metode dalam konteks pembelajaran merupakan pola atau kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam
mengorganisirkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Oleh karena itu, mengaplikasikan metode dalam
pembelajaran terdapat beberapa tahap/langkah yang harus dilaksanakan.
Seperti halnya dalam metode CORE terdapat beberapa tahap/langkah yang
akan menuntun ke tujuan pembelajaran.
Shoimin (2018, hlm.39) menyebutkan ada beberapa langkah-langkah
model pembelajaran Conecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE).
Langkah-langkah tersebut sebagai berikut.
1) Mengawali pembelajaran dengan kegiatan yang menarik siswa. Cara
yang dilakukan bisa menyanyikan lagu berkaitan dengan materi yang
akan diajarkan;
16

2) Penyampian konsep lama yang akan dihubungkan dengan konsep baru


oleh guru kepada siswa (Connecting);
3) Pengorganisasian ide-ide untuk memahami materi yang dilakukan oleh
siswa dengan bimbingan guru (Organizing);
4) Pembagian kelompok secara heterogen (campuran antara yang pandai,
sedang, dan kurang) yang terdiri dari 4-5 orang;
5) Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah
didapat dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar kelompok siswa
(Reflecting); dan
6) Pengembangan, memperluas, menggunakan, dan menemukan, melalui
tugas individu dengan mengerjakan tugas (Extending).

c. Kelebihan Metode Conecting, Organizing, Reflecting, Extending


(CORE)
Kelebihan metode pembelajaran dapat dilihat dari hasil akhir, hal tersebut
tidak lepas dari lancarnya proses penerapan metode dalam pembelajaran.
Menurut Isum dalam tesisnya (2012, hlm. 35) Connecting, Organizing,
Reflecting, and Extending (CORE) memiliki beberapa keunggulan, yakni
sebagai berikut,
1) siswa aktif dalam belajar;
2) melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep atau informasi;
3) melatih daya pikir kritis siswa terhadap suatu masalah; dan
4) memberikan siswa pembelajaran yang bermakna.
Dari kelebihan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) memilki kelebihan
salah satunya adalah melatih daya pikir kritis peserta didik terhadap suatu
masalah. Hal tersebut sesuai dengan pembelajaran menganalisis unsur
pembangun puisi berorientasi pada hakikat puisi yang membutuhkan daya
pikir kritis peserta didik.

d. Kekurangan Metode Conecting, Organizing, Reflecting, Extending


(CORE)
Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelemahan tersendiri. Hal
tersebut dapat diminimalisasi apabila pendidik mempersiapkan penerapan
metode dengan sebaik mungkin. Menurut Isum dalam tesisnya ( 2012, hlm.
17

35) Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) memiliki


beberapa kelemahan, sebagai berikut,
1) membutuhkan persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini;
2) menuntut siswa untuk terus berpikir kritis;
3) memerlukan banyak waktu;
4) tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan metode Connecting,
Organizing, Reflecting, and Extending (CORE).
Hal tersebut menjelaskan bahwa metode Connecting, Organizing,
Reflecting, and Extending (CORE) memiliki beberapa kelemahan, yakni
membutuhkan persiapan yang matang, menuntut peserta didik berpikir kritis,
memerlukan waktu lebih banyak dan tentunya metode ini tidak diterapkan ke
dalam setiap materi pelajaran.
Dengan kelemahan tersebut dapat diartikan bahwa dalam menggunakan
metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) pendidik
dituntut untuk mempersiapkan pembelajaran sematang mungkin. Karena
dalam model pembelajaran ini sangat membutuhkan banyak waktu. Selain itu,
metode ini menuntut peserta didik untuk berpikir kritis.

H. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah suatu skema yang menjelaskan alur berjalannya
sebuah penulisan. Uma Sekaran dalam Sugiyono (2018, hlm. 91), mengatakan
kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Kerangka pemikiran tersebut berfungsi sebagai tolok ukur dan garis
pembatas bagi penulis untuk melaksanakan penelitian supaya tidak keluar dari hal
yang sudah direncanakan. Kerangka yang telah penulis rencanakan memiliki
fungsi yang sangat penting dalam penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan hal tersebut, penulis akan menggunakan metode kerangka
pemikiran pada saat melakukan penelitian dalam kegiatan pembelajaran
menganalisis unsur pembangun puisi pada peserta didik kelas X SMK Yadika
Soreang. Metode tersebut mengarahkan untuk peserta didik lebih termotivasi
dalam kegiatan menganalisis dan dapat meningkatkan kemampuan dalam
18

memahami permasalahan pada suatu kegiatan belajar. Uraian permasalahan dan


solusi yang dipaparkan penulis tersebut, akan dituangkan ke dalam skema
kerangka pemikiran berikut.
19

Tabel 1.1
Kerangka Pemikiran

KONDISI PEMBELAJARAN MENGANALISI UNSUR PEMBANGUN


PUISI DI KELAS X SMK YADIKA SOREANG

Peserta didik Pendidik masih Metode pembelajaran


belum mampu menggunakan metode kurang menarik dan
memahami isi lama yang pasif dan variatif, sehingga tidak
puisi, karena tidak menarik, sehingga efektif diterapkan
dianggap sulit. pembelajaran kurang dalam pembelajaran
optimal. menganalisis puisi.

Memotivasi dan Pendidik menerapkan Metode Connecting,


memberikan metode Connecting, Organizing,
pembelajaran yang Organizing, Reflecting, Reflecting, Extending
membuat peserta Extending (CORE) (CORE) digunakan
didik menjadi dalam pembelajaran untuk merangsang
lebih semangat, menganalisis unsur pengetahuan dan
aktif, dan pembangun puisi agar berpikir reflektif
menyukai lebih bisa siswa, agar mampu
pembelajaran mengembangkan cara memahami unsur
berpikir peserta didik . pembangun puisi
dengan baik.

Peserta didik mampu melakukan


pembelajaran menganalisis unsur
pembangun puisi berorientasi pada hakikat
puisi menggunakan metode Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending (CORE).
20

I. Asumsi dan Hipotesis


1. Asumsi
Asumsi merupakan dasar pemikiran berupa pendapat penulis terhadap
permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Asumsi-asumsi dalam penelitian
didasarkan pada pengetahuan dan pemahaman penulis terhadap komponen-
komponen permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Dalam penelitian ini,
penulis berasumsi sebagai berikut.
a. Penulis telah lulus perkuliahan MPK (Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian) di antaranya: Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama
Islam, Pendidikan Kewarganegaraan; MPB (Mata Kuliah Perilaku
Berkarya) diantaranya: Filsafat Pendidikan, Psikologi Pendididikan,
Profesi Pendidikan; MKK (Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan) di
antaranya: Sejarah dan Teori Sastra Indonesia, Teori dan Praktik
Pembelajaran Membaca, Analisis Kesulitan Membaca, Kajian dan
Apresiasi Puisi; MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya) di antaranya:
Analisis Kesulitan Menulis, Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, Evaluasi Pembelajaran, Telaah Kurikulum dan Perencanaan
Pembelajaran, dan Metodologi Pendidikan; MBB (Mata Kuliah
Berkehidupan Bermasyarakat) di antaranya: KKN, Magang 1, 2, dan 3,
dan (Micro teaching).
b. Pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi merupakan salah satu
Kompetensi Dasar (KD), yaitu KD 3.17 yang terdapat dalam Kurikulum
2013 Bahasa Indonesia untuk peserta didik kelas X.
c. Metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE)
merupakan metode yang tepat untuk merangsang pengetahauan dan
berpikir reflektif peserta didik dalam memahami isi, sehingga mampu
meningkatkan kemampuan menganalisis unsur pembangun puisi
berorientasi pada hakikat puisi pada peserta didik dijenjang SMA/SMK.
Jadi, asumsi tersebut merupakan pendapat dan pandangan penulis terhadap
komponen-komponen yang terdapat dalam penelitian. Asumsi ini juga menjadi
titik tolak pemikiran yang dapat diterima oleh penulis. Terlebih lagi, asumsi bisa
21

menggambarkan kemampuan penulis yang telah lulus beberapa mata kuliah,


sehingga sudah mampu melakukan penelitian di lapangan.

2. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah dalam
penelitian. Hipotesis juga berhubungan erat dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian. Selain itu, hipotesis didasarkan pada teori-teori yang relevan dengan
judul penelitian. Penulis merumuskan beberapa hipotesis dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut.
a. Hipotesis Ha (Hipotesis Alternatif)
1) Peserta didik kelas X SMK Yadika Soreang mampu meningkatkan
keterampilannya dalam pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi
berorientasi pada hakikat puisi menggunakan metode Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending (CORE);
2) Peserta didik kelas X SMK Yadika Soreang mampu menganalisis unsur
pembangun puisi berorientasi pada hakikat puisi dengan menggunakan
metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE);
3) Metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) efektif
diterapkan dalam pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi
berorientasi pada hakikat puisi di kelas X SMK Yadika Soreang.

b. H0 (Hipotesis Nol)
1) Peserta didik kelas X SMK Yadika Soreang tidak mampu meningkatkan
keterampilannya dalam pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi
berorientasi pada hakikat puisi menggunakan metode Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending (CORE);
2) Peserta didik kelas X SMK Yadika Soreang tidak mampu menganalisis
unsur pembangun puisi berorientasi pada hakikat puisi dengan
menggunakan metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending
(CORE);
22

3) Metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) tidak


efektif diterapkan dalam pembelajaran menganalisis unsur pembangun
puisi berorientasi pada hakikat puisi di kelas X SMK Yadika Soreang.
Jadi, hipotesis dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menyajikan jawaban
sementara dari beberapa pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian. Hipotesis
tersebut diharapkan dapat membantu mempermudah penulis dalam melaksanakan
penelitian, sehingga tujuan penelitian bisa tercapai dengan baik.

J. Metode dan Desain Penelitian


1. Metode Penelitian
Metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau sistem yang digunakan dalam
mengerjakan dan melaksanakan suatu kegiatan penelitian. Metode memiliki
prosedur-prosedur tertentu dalam pelaksanaannya, sehingga tujuan dari suatu
kegiatan pelaksanaan dapat tercapai semaksimal mungkin. Metode pun dapat
mempermudah penulis dalam melaksanakan penelitian.
Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Iskandarwassid dan
Sunandar (2016, hlm. 56), bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem, untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan, agar tercapainya tujuan yang
diharapkan. Metode lebih bersifat prosedural dan sistemik, karena tujuannya
untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan. Metode dalam pembelajaran
memiliki cara yang efektif untuk memudahkan penyelesaian masalah suatu
pekerjaan.
Metode penelitian biasanya memaparkan mengenai suatu metode yang
digunakan dalam penelitian. Dalam dunia pendidikan metode penelitian
pendidikan menurut Sugiyono (2018, hlm. 6) mengartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan, dan dibuktikan dengan beberapa giliran tahap yaitu memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Hal ini
berarti dalam tahap penelitian pendidikan untuk mendapatkan beberapa data yang
valid dengan didukung beberapa tahap yaitu untuk memahami suatu data,
memecahkan data, lalu mengantisipasi berbagai data permasalahan yang
ditemukan.
23

Hal tersebut senada dengan pernyataan Syamsuddin dan Damayanti (2011,


hlm. 14), yaitu mengatakan bahwa metode penelitian merupakan salah satu cara
pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat.
Tujuannya untuk mendapatkan fakta serta kesimpulan, agar peneliti dapat
memahami, menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan keadaan yang
ditelitinya.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis telah menetukan metode penelitian
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan
penulis adalah metode eksperimen. Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif biasanya
dipakai untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau
mendeskripsikan statistik, untuk menunjukan hubungan antar variabel yang
bersifat mengembangkan konsep.
Berbicara mengenai metode eksperimen, Sugiyono (2018, hlm. 107)
mengartikan metode penelitian eksperimen sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan. Variabel-variabel dalam penelitian ini diujicobakan.
Hal ini dimaksudkan untuk mengujicobakan metode Connecting, Organizing,
Reflecting, dan Extending (CORE) (variabel bebas) terhadap kemampuan peserta
didik dalam menganalisis unsur pembangun puisi berfokus pada hakikat puisi
(variabel terikat). Metode penelitian eksperimen ini mengadakan uji coba untuk
melihat hasil pembelajaran membaca pemahaman sebagai upaya dalam menguji
dan mengembangkan kemampuan menganalisis unsur pembangun puisi
berorientasi pada hakikat puisi pada siswa kelas X SMK Yadika Soreang
mengunakan metode Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending (CORE).

2. Desain Penelitian
Desain penelitian sebagai suatu gambaran pelaksanaan penelitian yang telah
dirancang sedemikian rupa oleh penulis untuk memudahkan proses pelaksanaan
penelitian. Dalam penelitian penulis telah menentukan desain penelitian yang
dapat memudahkan penulis dalam memecahkan berbagai permasalahan. Hal
24

tersebut untuk merencanakan penelitian yang telah ditetapkan dengan tujuan yang
baik dalam menguji permasalahan.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu metode penelitian
eksperimen, maka selanjutnya penulis menentukan desain penelitian yang sesuai.
Sugiyono (2018, hlm. 108) mengemukakan bahwa desain penelitian eksperimen
terbagi menjadi empat bentuk, yaitu Pre-Experimental Design, True
Eksperimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design.
Penelitian yang dilakukan penulis yaitu menggunakan Quasi Eksperimental
Design. Hal ini berarti penulis menggunakan dua kelas yaitu kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuasi eksperimen bentuk Nonequivalent Control Group Design. Desain ini tidak
memilih secara random kelas eskperimen maupun kelas kontrol.
Hal tersebut senada dengan Sugiyono (2018, hlm. 116) menyatakan, desain
Nonequivalent Control Group Design hampir sama dengan Pretest-Posttest
Control Group Design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Desain ini memberikan efek dari
suatu perlakuan terhadap variabel terikat akan diuji dengan cara membandingkan
keadaan variabel terikat pada kelompok eksperimen, setelah mendapatkan
perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis memberikan tes awal (pretest) pada
peserta didik untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki peserta
didik mengenai pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi yang berfokus
pada hakikat puisi. Setelah diberikan tes awal, penulis melakukan eksperimen
dengan memberikan perlakuan berupa pembelajaran menganalisis unsur
pembangun puisi yang berfokus pada hakikat puisi menggunakan metode
Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending (CORE). Kemudian, penulis
melakukan tindak lanjut berupa pemberian tes akhir (posttest) kepada peserta
didik dengan tujuan mendapatkan perbandingan kemampuan peserta didik dalam
pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi yang berfokus pada hakikat
puisi setalah diberikan dari tes awal dan akhir. Desain dapat digambarkan sebagai
berikut.
25

A O1 X O2
B O3 O4

Keterangan:
A : kelas eksperimen
B : kelas kontrol
01 : pretes kelas eksperimen
02 : postes kelas eksperimen
03 : pretes kelas kontrol
04 : postes kelas kontrol
X : perlakuan metode Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending
(CORE) pada kelas eksperimen
Desain penelitian tersebut menunjukkan adanya perlakuan yang berbeda pada
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perlakuan tersebut berupa penerapan
metode dalam pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi yang berfokus
pada hakikat puisi. Penulis menerapkan metode Connecting, Organizing,
Reflecting, dan Extending (CORE) pada kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelas
kontrol tidak mendapatkan perlakuan metode Connecting, Organizing, Reflecting,
dan Extending (CORE). Desain penelitian yang telah dirancang oleh penulis
diharapkan akan memudahkan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian ini
didasarkan pada teori-teori yang relevan dengan metode penelitian yang
digunakan, sehingga desain ini dirasa sudah sesuai dengan penelitian yang akan
dilaksanakan.

K. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penelitian
a. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Hal ini
dikemukakan oleh Arikunto (2014, hlm. 173), yang menyatakan bahwa
populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Senada dengan pendapat
yang dikemukakan Sugiyono (2018, hlm. 117), bahwa populasi adalah
26

wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu, yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya.
Oleh karena dari itu, populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik
SMK Yadika Soreang, kelas X sebanyak 2 kelas, yaitu kelas X AP 1 dan X
AP 2 . Pada masing-masing kelas tersebut memiliki jumlah peserta didik yang
sama, yaitu sebanyak 36 orang. Maka total keseluruhan populasi peserta didik
yang menjadi data penelitian berjumlah 72 orang.
Populasi dalam penelitian merupakan sumber data bagi penelitian.
Artinya, sumber data tersebut mencakup karakteristik dari sekelompok
subjek, objek, atau gejala. Berikut adalah populasi dari penelitian ini.
1) Kemampuan penulis dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia;
2) Kemampuan peserta didik kelas X SMK Yadika Soreang dalam
menganalisis unsur pembangun puisi berorientasi pada hakikat puisi,
dan
3) Keefektifan metode Connecting, Organizing, Reflecting, Extending
(CORE) yang digunakan dalam pembelajaran menganalisis unsur
pembangun puisi berorientasi pada hakikat puisi pada siswa kelas X
SMK Yadika Soreang.
Subjek tersebut menjadi dasar dari penelitian yang akan dilakukan. Hal
tersebut mencakup peneliti dan peserta didik. Sebab, penelitian akan berjalan
dengan baik apabila subjek penelitiannya sudah ditetapkan.

b. Sampel
Selain populasi, terdapat juga sampel penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pengertian sampel
juga dikemukakan Sugiyono (2018, hlm. 118), yang menjelaskan bahwa
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel mewakili populasi yang diteliti, dengan tujuan
untuk menentukan data penelitian yang sesuai dengan tujuan. Berdasarkan
penjelasan tersebut, sampel dalam penelitian ini adalah.
27

1) Kemampuan penulis dalam melaksanakan pembelajaran menganalisis


unsur pembangun puisi berorientasi pada hakikat puisi pada siswa
kelas X SMK Yadika Soreang;
2) Kemampuan peserta didik kelas X SMK Yadika Soreang dalam
menganalisis unsur pembangun puisi berorientasi pada hakikat puisi;
dan
3) Sampel bahan pembelajaran yaitu menganalisis unsur pembangun
puisi berorientasi pada hakikat puisi menggunakan metode
Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE).

2. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sumber data dan informasi, baik bersifat keadaan
dari suatu benda ataupun orang yang diteliti. Obejek penelitian juga menjadi pusat
perhatian dan sasaran penelitian. Objek penelitian yang digunakan penulis adalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Yadika Soreang, terletak di jalan Bojong
Koneng No. 48, Kp. Karang Anyar RT/RW 04/05, Cingcin, Kecamatan Soreang,
Bandung, Jawa Barat. Selain itu, penulis juga sudah menetapkan objek lainnya
yang akan diteliti, yaitu peserta didik kelas X SMK Yadika Soreang.

L. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


1. Teknik Pengumpulan Data
Tujuan dari teknik pengumpulan data adalah untuk mendapatkan data yang
valid, sehingga hasil dan kesimpulan penelitan pun tidak diragukan kebenarannya.
Menurut Sugiyono (2018, hlm. 193) bila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan
gabungan ketiganya.
Pengumpulan data mencakup jenis data yang akan dikumpulkan, penjelasan
dan alasan pemakaian suatu teknik pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan
data penelitian. Agar data terkumpul dengan baik, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut.
28

a. Studi Pustaka
Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka ini sangat dibutuhkan
penulis untuk menemukan referensi dan digunakan sebagai pedoman untuk
penelitian yang dilakukan peneliti. Teknik ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data berupa materi atau teori-teori yang relevan dan
berkaitan dengan judul penelitian yaitu, menganalisis unsur pembangun puisi
yang berfokus pada hakikat puisi dengan menggunakan metode Connecting,
Organizing, Reflecting, dan Extending (CORE).
Adapun buku-buku yang penulis telaah untuk penelitian ini adalah buku
tentang membaca, buku tentang puisi, buku tentang metode pembelajaran,
buku tentang penilaian, dan buku tentang metode penelitian. Melalui studi
pustaka ini, penulis dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-
pemikiran yang relevan dengan penelitian.

b. Observasi
Teknik observasi digunakan penulis dengan melakukan penyelidikan atau
peninjauan terhadap peserta didik dalam pembelajaran menganalisis unsur
pembangun puisi yang berfokus pada unsur batin pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Menurut Sugiyono (2018, hlm. 203) menyatakan observasi
sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2018, hlm. 203) menjelaskan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Hal tersebut penulis
menggunakan teknik observasi untuk memperoleh hasil yang akurat dan
digunakan untuk menganalisis proses kegiatan pembelajaran menganalisis
unsur pembangun puisi yang berfokus pada hakikat puisi kelas eksperimen
dan kelas kontrol pada siswa kelas X SMK Yadika Soreang.
29

c. Uji Coba
Uji coba merupakan pelaksanaan pengukuran dengan menggunakan
instrumen yang sesuai dengan penelitian yang penulis lakukan. Hal yang akan
diuji cobakan adalah perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan peneliti. Perencanaan pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), sedangkan pelaksanaan pembelajaran berupa kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di kelas.
Penulis dalam penelitian ini melakukan uji coba untuk menguji
rancangan pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi yang berfokus
pada hakikat puisi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tujuan tersebut
adalah untuk mengetahui kemampuan peserta didik pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Kemampuan penulis dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran juga dinilai oleh penguji atau guru bahasa Indonesia kelas X
SMK Yadika Soreang sebagai acuan dalam keberhasilan pembelajaran.

d. Tes
Tes digunakan penulis untuk mengukur pemahaman dan keterampilan
peserta didik dalam pembelajaran menganalisis unsur pembangun puisi yang
berfokus pada hakikat puisi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes
yang diberikan kepada peserta didik berbentuk tes tulis. Bentuk tes yang
digunakan oleh penulis dalam penelitian ini meliputi pretes dan postes. Pretes
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik,
sedangkan postes dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan yang
dicapai oleh peserta didik setelah diberikan perlakuan berupa metode
pembelajaran.
Hal tersebut guna untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol terutama pada pembelajaran menganalisis
unsur pembangun puisi yang berfokus pada hakikat puisi dengan
menggunakan metode Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending
(CORE). Adapun bentuk tes yang digunakan peneliti adalah tes tertulis.
30

e. Analisis
Teknik analisis ini digunakan penulis untuk membandingkan hasil
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga penulis mengetahui
hasil secara signifikan mengenai kedua kelompok tersebut.

2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh penulis untuk
mengumpulkan data. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan
intrumen untuk mengumpulkan data. Sugiyono (2018, hlm. 148) menjelaskan
bahwa instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini
disebut variabel penelitian. Instrumen juga dapat digunakan sebagai alat untuk
mengukur prestasi peserta didik, dan kemampuan setiap individu. Selain itu,
instrumen penilaian juga bisa digunakan untuk mengamati pengembangan
perilaku peserta didik secara individual. Berikut instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini:
a. Lembar Observasi
Tabel 2.1
Nama Religius Teliti Disiplin Tanggung
No
Peserta Jawab
.
didik 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.

Keterangan Skor:

4 = Baik 3 = Cukup Baik

2 = Cukup 1 = Kurang
31

b. Instrumen Penilaian
Lembar tes soal berisi soal yang mengacu pada indikator pembelajaran
yang diuji cobakan kepada peserta didik yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan menganalisis teks puisi yang berfokus pada hakikat
puisi setelah diterapkan dengan menggunakan metode Connecting,
Organizing, Reflecting, dan Extending (CORE).

M. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data harus sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibuat
dan data penelitian yang telah diperoleh. Penggunaan teknik analisis data
ditentukan oleh rumusan masalah, desain penelitian, paradigma penelitian, dan
hipotesis. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan Sugiyono (2018,
hlm. 207) sebagai berikut;
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam
analisis data adalah; mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Pada


penelitian ini penulis melakukan teknik analisis data menggunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 25. Pengujian data tersebut
untuk membuktikan apakah hipotesis alternatif (H a) dari rumusan masalah dapat
diterima atau tidak. Data akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data ditujukan untuk mengetahui hasil distribusi data normal
atau tidak. Uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol harus
memperhatikan hal berikut.
a. Merumuskan Hipotesis, dalam merumuskan hipotesis untuk uji normalitas
adalah H0 data tidak normal, Ha data normal.
b. Menentukan kriteria hipotesis. Menentukan kriteria pengujian hipotesis
uji normalitas adalah H0 ditolak jika nilai signifikansi > 0,05 dan Ha
diterima jika nilai signifikansi < 0,05.
32

c. Memberikan simpulan.
2. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians merupakan pengujian varians kelas eksperimen dan
kelas kontrol memiliki populasi yang sama. Uji homogenitas dilakukan
apabila data tidak berdisribusi normal, sehingga dilakukannya pengujian
kesamaan kemampuan awal peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol
dengan pengujian Levene Statistic.
3. Uji Wilcoxon
Uji Wilcoxon pengolahan data ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
peningkatan atau tidak terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada
peserta didik.
4. Uji Mann Whitney
Uji Mann Whitney digunakan untuk mengetahui keefektifan suatu metode
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran yang dilakukan.

N. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan gambaran berupa tahap-tahap yang harus
dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian. Prosedur penelitian
dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah yang bertujuan untuk
memudahkan penulis dalam melakukan penelitian. Prosedur penelitian
menjelaskan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil penelitian
yang akan dilakukan dalam penelitian.
1. Tahap Perencanaan
a. Studi pustaka.
b. Membuat proposal penelitian.
c. Melaksanakan seminar proposal penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Menentukan kelas yang dijadikan sebagai sampel penelitian.
b. Memberikan tes awal (Pretes) sebelum diberikan perlakuan untuk
mengukur kemampuan peserta didik.
33

c. Melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan


metode pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending
(CORE).
d. Memberikan tes akhir (Postes) pada kedua kelas tersebut setelah selesai
pembelajaran.
3. Tahap Pelaporan
a. Data hasil pembelajaran diberikan perlakuan.
b. Data hasil pembelajaran peserta didik setelah mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan metode Connecting, Organizing, Reflecting, dan
Extending (CORE).
c. Data hasil postes peserta didik.
d. Menarik kesimpulan hasil penelitian.
Jadi, prosedur penelitian yang telah ditetapkan tersebut akan mempermudah
penulis dalam melaksanakan penelitian. Dengan adanya prosedur penelitian maka
pelaksanaan penelitian akan terarah dan sistematis sesuai dengan langkah-langkah
penelitian yang sudah ditetapkan.

O. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian merupakan rincian waktu yang akan digunakan oleh penulis
dalam melaksanakan penelitian. Jadwal penelitian mencakup kegiatan-kegiatan
yang telah ditetapkan dalam prosedur penelitian.
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
Kegiatan/ Januari Februari Maret April Mei Juni
Mingguan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal

Seminar
Proposal
Revisi
Proposal
Pembuatan
Surat
Penelitian
Uji coba
instrumen
34

Pelaksanaa
n penelitian
Pengolahan
data
Penyusunan
laporan
skripsi
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran membaca berbasis pendidikan karakter.


Bandung: PT Refika Aditama.
…… (2015). Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan Karakter. Bandung: PT.
Reflika Aditama.
Alwasilah, C. A. (2013). Pokoknya menulis cara baru! menulis dengan metode
kolabroasi!. Bandung : Kiblat.
Arikunto, S. (2014). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Belladina, N. (2013). Keefektifan model pembelajaran core berbantuan LKPD
terhadap kreativitas matematis siswa. E-Journal
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme.
Dalman. (2017). Keterampilan membaca. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Effendi, S. (2017). Kajian puisi indonesia modern. Depok : Pustaka Mandiri.
Gasong, D. (2019). Apresiasi sastra indonesia. Yogyakarta: Deepublish.
Gintings, A. (2014). Esensi praktis belajar dan pembelajaran. Bandung:
Humaniora.
Herlinyanto. (2015). Membaca pemahaman dengan strategi KWL (pemahaman
dan minat baca). Yogyakarta: Deepublish.
Iskandarwassid dan Dadang, S. (2016). Strategi pembelajaran bahasa. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Isum, L. (2012). Pembelajaran matematika dengan model CORE untuk
meningkatkan kemampuan penalaran dan koneksi matematis siswa di
sekolah menengah kejuruan. S2 Thesis. Universitas Pendidikan Indonesia.
Diterbitkan : https;/repository.upi.edu/8549/t_mtk_1008966_chapter3.pdf.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V Offline. Version 0.3.1. (2018).
Kemendiknas. (2017). Bahasa indonesia. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Majid A. (2014). Implementasi kurikulum 2013. Bandung: Interes.
Ngalimun, dkk. (2016). Strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja
Pressindo.
Pradopo, R. D. (2012). Pengkajian puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

1
Shoimin, A. (2014). 68 Model pembelajaran inovatif. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.

2
1

Sugiyono. (2018). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif,


kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Tampubolon. (2015). Kemampuan membaca: teknik membaca efektif dan efisien.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, H. G. (2015). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Triwiyanto, T. (2015). Manajemen kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Bumi
Aksara.
Waluyo, H. J. (2010). Pengkajian dan apresiasi puisi. Salatiga: Widyasari Press.
Widaningsih, I. (2019). Strategi dan inovasi pembelajaran bahasa indonesia di
era revolusi industri 4.0. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai