Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TAUKID, BADAL, DAN ISIM-ISIM YANG DI-NASAB-KAN

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Bahasa Arab dari dosen
Drs. Musaddad Abdul Azis, M.Pd.I. dan Assiten Dosen Setiawan, M.Pd.

oleh:
KELOMPOK 7
JAYA 165030001
RIDA 165030015
TRIANSA NURUL FALAH 165030039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang jenis-jenis kesulitan menulis ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Drs. Musaddad
Abdul Azis, M.Pd.I. dan Setiawan, M.Pd. selaku Dosen mata kuliah Dasar-Dasar
Bahasa Arab yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Taukid, Badal, Isim-Isim yang Di-
Nasab-Kan, Maf’ul Bih, Masdar, Zaraf Zaman, dan Zaraf Makan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Bandung, 11 November 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................1

C. TUJUAN..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. TAUKID..........................................................................................................2

B. BADAL............................................................................................................3

C. ISIM-ISIM YANG DI-NASAB-KAN............................................................5

D. MAF’UL BIH..................................................................................................7

E. MASDAR......................................................................................................13

F. ZARAF ZAMAN (KEADAAN WAKTU)....................................................14

G. ZHARAF MAKÂN (KEADAAN TEMPAT)...............................................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................17

A. SIMPULAN...................................................................................................17

B. SARAN..........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan para
Mukhatab pertamanya menggunakan bahasa tersebut. ”Dan Jikalau kami jadikan
Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka
mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut Al Quran)
dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?”
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu Isim, Fi’il,
dan Huruf. Namun pada makalah ini akan dibahas tentang isim. Isim adalah kata
yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu. Fi’il adalah kata kerja. Dan
Huruf adalah kata penghubung.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai
berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan Taukid?
2. Bagaimanakah pengaplikasian taukid dalam kalimat?
3. Apakah yang dimaksud dengan badal?
4. Bagaimanakah pengaplikasian badal dalam kalimat?
5. Apakah yang dimaksud dengan isim-isim yang dinasabkan?
6. Bagaimanakah pengaplikasian isim-isim yang dinasabkan dalam kalimat?

C. TUJUAN
Berikut adalah tujuan dari penyusunan makalah ini.
1. Mengetahui definisi taukid.
2. Mengetahui pengaplikasian taukid dalam kalimat.
3. Mengetahui definisi badal.
4. Mengetahui pengaplikasian badal dalam kalimat.
5. Mengetahui definisi isim-isim yang dinasabkan.

1
6. Mengetahui pengaplikasian isim-isim yang dinasabkan dalam kalimat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TAUKID
Arti Taukid
Tabi’ (lafazh yang mengikuti) yang berfungsi untuk melenyapkan anggapan lain
yang berkaitan dengan lafazh yang di taukid-kan.
Contoh :  ُ‫ َجا َء َز ْي ٌد نَ ْف ُسه‬: ( zaid sudah datang sendiri)
Lafadz ُ‫نَ ْف ُسه‬berkedudukan sebagai taukid yang mengukuhkan arti ‫ َز ْي ٌد‬. sebab bila
tidak menggunakan ُ‫نَ ْف ُسه‬, maka ada kemungkinan yang datang itu utusan Zaid,
bukan Zaid-nya.
Taukid itu mengikuti kepada lafazh yang di-taukid-kan dalam hal rafa’, nashab,
khafadh, dan ta’rif (ke-ma’rifatan)nya.
Taukid itu dengan memakai lafazh-lafazh yang telah ditentukan, yaitu:
ُ ‫نً ْف‬ ‫ َجا َء َز ْي ٌد‬ (Zaid telah datang
a. Lafaz nafsu  (‫()النّفس‬diri), seperti dalam contoh: ُ‫سه‬
sendiri)
b.  Lafaz ain  (‫()العين‬diri), seperti dalam contoh:  ُ‫ه‬.ُ‫ َع ْين‬ ‫( َجا َء َز ْي ٌد‬Zaid telah datang
sendiri)
c. Lafaz kulu (‫)ك ّل‬  (semua), seperti dalam contoh: ‫ ُكلُّ ُه ْم‬ ‫وْ ُم‬aَ‫ َجا َء ْالق‬  (kaum itu telah
datang semuanya)
d. Lafaz ajma’u  (‫()جميع‬seluruh), seperti dalam contoh: َ‫ َجا َء ْالقَوْ ُم اَجْ َمعُوْ ن‬  (kaum itu
telah datang seluruhnya)
e. Lafaz yang mengikuti ajma’u yaitu: akta’u, abta’u, absa’u (maknanya sama
dengan ajma’u atau ajma’in), seperti dalam contoh:  َ‫َجا َء ْالقَوْ ُم اَجْ َمعُوْ نَ اَ ْكتَعُوْ نَ اَ ْبتَعُوْ ن‬
َ ‫اَ ْب‬
َ‫صعُوْ ن‬

Faedah memakai lafadz-lafadz itu ialah untuk menambah maksud taukid saja agar
tidak diragukan.

Seperti perkataan:

ُ‫قَا َم َز ْي ٌد نَ ْف ُسه‬                     = Zaid telah berdiri sendiri

‫ْت ْالقَوْ َم ُكلُّهُ ْم‬


ُ ‫ َرأَي‬               = Aku telah melihat kaum itu semuanya

2
3

َ‫رت بِ ْالقَ ِم اَجْ َم ِع ْين‬


ُ ‫ َم َر‬       = Aku telah bersua dengan seluruh kaum itu

Kata nazhim

Boleh pada isim dikukuhkan dan lafazh yang mengukuhkan harus mengikuti
lafazh yang dikukuhkannya dalam semua bentuk i’rab dan ta’rif (ma’rifat)nya,
tidak di-nakirah-kan karena ia terbebas dari lafazh yang mengukuhkan.

Lafazh taukid yang terkenal ada empat, yaitu: nafsu, ‘ain, kullu, dan ajma’u.

Selain lafazh itu adalah mengikuti ajma’u, yaitu akta’u, abta’u, dan absha’u.

B. BADAL
Arti Badal
‫لتّابع المقصود بالحكم بال واسطة بينه وبين متبوعه‬
Tabi' (lafazh yang mengikuti) yang dimaksud dengan hukum tanpa memakai
perantara antara ia dengan matbu'-nya. 
Contoh:
ُ ‫ = اَ َك ْل‬Aku telah memakan roti itu sepertiganya (bukan semuanya)
ُ‫ت ال َّر ِغ ْيفَ ثُلُثَه‬
Maksudnya, roti yang dimakan itu hanya sepertiganya. Lafazh sepertiga itulah
yang dimaksud dengan hukum (hukum makan). Lafazh sepertiga itu disebut
badal (pengganti), sedangkan lafazh raghif (roti) disebut mubdal minhu (yang
digantikan). 
Contoh lainnya seperti:
ُ‫ = َجا َءزَ ْت ٌدغُاَل ُمه‬Zaid telah datang pelayannya
Maksudnya yang datang itu ialah pelayan Zaid, bukan Zaidnya. 
‫اِ َذ ااُ ْب ِد َل اِ ْس ٌم ِم ْن اِس ٍْم اَوْ فِ ْع ٌل ِم ْن فِ ْعهُ فِع ٍْل تَبِ َعهُ فِ ْي َج ِمي ِْعا ٍ ْع َرابِ ِه َوهُ َو َع َل اَرْ بَ َع ِةاَ ْق َس ٍام‬
Apabila isim diganti oleh isim atau fi'il diganti oleh fi'il, maka dalam hal
seluruh i'rab-nya harus mengikuti mubdal minhu-nya. 
Badal itu terbagi empat bagian, yaitu: 
1. Badal syai minasy-syai (Pengganti dari keseluruhan), disebut juga badal
kul minal kul atau badal yang cocok dan sesuai dengan mubdal minhu-nya
dalam hal makna. Contoh:
4

َ ْ‫ = َجا َء زَ ْي ٌد اَ ُخو‬Zaid telah datang, yakni saudaramu. 


‫ك‬
Lafaz saudaramu menjadi badal dari lafaz Zaid. Antara lafazh saudara dan
Zaid itu cocok dan sesuai.
2. Badal ba'dh minal kul (Pengganti dari sebagiannya), contoh: 
ُ‫َّغ ْيفَ ثُلُثَه‬ ُ ‫ = اَ َك ْل‬aku telah memakan roti, yakni sepertiganya. 
ِ ‫ت الر‬
Lafazh sepertiga itu merupakan sebagian dari roti.
3. Badal isytimal (Pengganti yang terbuat dalam mubdal), yaitu lafazh yang
mengandung makna bagian dari matbu'-nya, tetapi menyangkut masalah
maknawi (bukan materi), contoh: 
ُ‫ = نَفَ َعنِى زَ ْي ٌد ِع ْل ُمه‬Zaid telah bermanfaat bagiku yakni ilmunya. 
Lafazh ilmunya tercakup oleh Zaid.
4. Badal ghalath atau badal keliru/ salah (Pengganti dari salah sebut), yaitu
badal yang tidak mempunyai maksud yang sama dengan matbu'-nya, tetapi
yang dimaksud hanyalah badal. Hal ini dikatakan hanya karena kekeliruan
atau kesalahan semata yang dilakukan oleh pembicara, setelah itu lalu ia
menyebutkan mubdal minhu-nya. Contoh:
ُ ‫ َرأَي‬Aku telah melihat Zaid yakni kuda. 
َ ْ‫ْت زَ ْيدًا الفَر‬
‫س =ت‬
Dalam contoh tadi Anda ingin mengucapkan (bahwa Anda telah melihat)
kuda, akan tetapi Anda keliru (dalam ucapan karena menyebutkan Zaid)
lalu Anda mengganti lafazh Zaid itu dengan kuda. Maksud yang
sebenarnya adalah:
ُ ‫ = َرأَي‬aku telah melihat kuda.
َ ْ‫ْت الفَر‬
‫س‬
Kata nazhim: 

‫ف خَاَل‬ ْ ‫اِ َذا ا ْس ُم اَوْ فِ ْع ٌل لِ ِم ْثلِ ِه تَاَل ● َوا ْل ُح ْك ُم لِلثَّانِ ْي َوع َْن ع‬
ٍ ‫َط‬
‫فَاجْ َع ْلهُؤفِ ْي اِ ْع َرابِ ِه َكااْل َو َِّل● ُملَقَّبً لَهُ بِلَ ْف ِظ ْالبَ َد ِل‬

Bilamana isim atau fi'il mengikuti (menyertai) lafazh yang semisalnya dan hukum
(perkataan itu) untuk lafazh yang kedua (badal) serta terbebas dari huruf 'athaf,
maka jadikanlah dalam hal i'rab-nya sepefti lafazh yang pertama dengan lafazh
badal sebagai julukannya. 
5

ْ َ‫ضب‬
َ ‫س ا ْن‬ ْ ْ َ‫ض َو ْاثتِ َما ٌل َو َغل‬
َ ‫ط● َك َذا‬ ٌ ‫ُك ٌّل َوبِ ْع‬
‫ط‬ ِ ‫ك اِضْ َرابٌ فَبِأ أ َخ ْم‬

Yaitu lafadh kullu (semua), ba’dhu (sebagian), isytimal (mencakup), dan ghalath
(salah atau keliru), demikian pula badal idhrab. Dan dengan yang kelima ini
berarti tepat. 

Badal idhrab ialah: 


‫ص َد ِذ ْك َرااْل َ َّو ِل ثُ َّم بَ ْع َد ااْل ِ ْخبَا ِربِ ِه يَ ْب ُدوْ لَهُ اَ ْن ي ُْخبِ َر بِالثَّا نِ ْي‬
ِ ‫اَ ْن يَ ْق‬
Bermaksud menyebutkan lafazh (gagasan) yang pertama, lalu setelah
memberitakannya timbul baginya untuk memberitakan lafazh (gagasan) yang
kedua. 
Contoh: 
ُ ‫ = َر ِكب‬aku telah mengendarai sepeda, bahkan mobil. 
َ ‫ْت ال َّد َر َجةَال َّسي‬
َ‫َّارة‬
Pada mulanya dimaksudkan untuk memberitakan telah mengendarai sepeda, lalu
disusul dengan pemberitahuan mengendarai mobil. Badal idhrab ini hampir sama
dengan badal ghalath, hanya saja badal idhrab ini bukan karena kesalahan atau
kekeliruan, melainkan karena timbul pikiran (gagasan) baru yang dianggap lebih
penting.

C. ISIM-ISIM YANG DI-NASAB-KAN

‫ت اأْل َسْ َما ِء‬


ِ ‫َبابُ َم ْنصُو َبا‬

‫ان‬ َّ ُ‫ َو َظرْ ف‬,ُ‫ َو ْال َمصْ َدر‬,ِ‫ِي ْال َم ْفعُو ُل ِبه‬


ِ ‫الز َم‬ َ ‫ َوه‬,‫ات َخمْ َس ُة َع َش َر‬ ُ ‫اَ ْل َم ْنصُو َب‬
,‫ َو ْال ُم َنادَ ى‬, ‫ َواسْ ُم اَل‬,‫ َو ْالمُسْ َت ْث َنى‬,‫ َوال َّتمْ ِيي ُز‬,ُ‫ َو ْال َحال‬,‫ان‬
ِ ‫َو َظرْ فُ ْال َم َك‬
6

َّ‫ َواسْ ُم إِن‬,‫ان َوأَ َخ َوا ِت َها‬


َ ‫ َو َخ َب ُر َك‬,ُ‫ َو ْال َم ْفعُو ُل َم َعه‬,ِ‫َو ْال َم ْفعُو ُل ِمنْ أَجْ لِه‬
ُ‫ت َو ْال َع ْطف‬
ُ ْ‫ ال َّنع‬:‫ َوه َُو أَرْ َب َع ُة أَ ْش َيا ٍء‬،ِ‫ َوال َّت ِاب ُع ل ِْل َم ْنصُوب‬،‫َوأَ َخ َوا ِت َها‬
‫َوال َّت ْوكِي ُد َو ْال َبدَ ُل‬

Isim–isim yang dinashabkan ada 15, yaitu: maf'ul bih (obyek), mashdar,
dzorof zaman (keterangan waktu), dzorof makan (keterangan tempat), haal
(keterangan keadaan), tamyiz, mustatsnaa (pengecualian), isim dari  ‫اَل‬, munadaa
(kata seru), maf'ul min ajlihi/maf'ul li ajlihi, maf'ul ma'ahu, khobar bagi   َ‫ان‬aa‫َك‬
َ َ‫ َوأ‬, isim  ‫إِ َّن َوأَ َخ َواتِهَا‬, dan tabi' (yang mengikuti) i'rabnya pada kata yang
‫خَواتِهَا‬
dinashobkan, yang terdiri dari 4 jenis yaitu: na'at (kata sifat), 'athof (kata
sambung), taukid (penekanan/penegasan) dan badal (kata pengganti).
Contoh Isim – Isim yang dinashobkan yang berupa:
1. Maf'ul bih & maf'ul muthlaq: ً‫دا‬aaْ‫ْت َزي‬
ُ ‫ َرب‬aa‫ض‬  ُ ‫ َرب‬aa‫ض‬ 
َ (aku memukul Zaid), ‫ْت‬ َ
merupakan fi'il-fa'il (fa'il berupa dlomir mutakallim), ً‫زَ يْدا‬  adalah maf'ul bih
yang manshoh dengan tanda nashob fathah karena berupa isim mufrod.
2. Mashdar (pembendaan kata kerja/fi'il): ً ‫رْ با‬a‫ض‬ ُ ‫ َرب‬a‫ض‬ (aku
َ ‫ْت‬ َ memukul “sebuah
pukulan”)
3. ُ ‫ص ْم‬
Zaraf zaman: ‫ت اليَوْ َم‬ ُ   (aku berpuasa pada suatu hari)
4. Zaraf makan: ‫ْت أَما َ َم ال َك ْعبَ ِة‬ ُ ‫جلَس‬ 
َ (aku duduk di depan Ka'bah)
5. Haal: ً ‫ا‬aaaa‫ ٌد َرا ِكب‬aaaaْ‫ ۤا َء زَ ي‬aaaa‫ج‬  
َ (telah datang zaid dengan menunggang (suatu
tunggangan)/bisa juga diartikan: dengan berkendara).
6. َ ْ‫وفَجَّرْ نَا األَر‬ 
Tamyiz: ً ‫ض ُعيُوْ نا‬ َ (dan kami jadikan bumi memancarkan mata air –
mata air: al-Qamar:12)
7. Mustatsna: ً‫قَا َم القَوْ ُم إِاّل َ زَ يْدا‬  (telah datang sebuah kaum kecuali zaid)
8. Isim dari   ‫اَل‬  misalnya ‫ ٌر‬a‫ض‬ ِ َ‫ل حا‬aُ
ٍ ‫الَ ُغالَ َم َرج‬   (tidaklah anak lelaki seorang lelaki
hadir {anak lelaki seseorang tidak hadir})
9. Munadaa:  ‫يا َ ُغالَ َم َز ْي ٍد‬  (wahai anak lelaki zaid)
10. Khabar kana  ‫ َكانَ َوأَ َخ َواتِهَا‬   misalnya ً ‫كاَنَ زَ ْي ٌد ق ۤا َئِما‬   (zaid sedang berdiri)
11. Isim  ‫إِ َّن َوأَ َخ َواتِهَا‬  contoh ‫إِ َّن َزيْداً قاَئِ ٌم‬  (bahwasanya zaid berdiri)
12. Dua maf’ul, yaitu zhanna dan saudara-saudaranya
ُ ‫ظَنَ ْن‬ = Aku telah menduga Zaid berdiri
Contoh : ‫زَ ْيدًا قَائِ ًما‬ ‫ت‬
7

13. Maf'ul min ajlihi (maf'ul liajlihi): ‫قَا َم َز ْي ٌد إِجْ الَ الً لِ َع ْمر ٍو‬  (Zaid telah datang untuk
menghormati 'amr)
ُ ْ‫ ِسر‬   (aku berjalan sepanjang/bersamaan dengan aliran
14. maf'ul ma'ahu : ‫ت َوالنِّ ْي َل‬
ُّ ‫ ٌد َو‬aaْ‫افَ َر َزي‬aa‫س‬ 
sungai nil), contoh lainnya: ‫ ْب َح‬aa‫الص‬ َ (zaid pergi/safar bersamaan
dengan waktu shubuh)
15. kata – kata yang i'robnya tabi' pada kata yang yang di nashob (na'at, 'athof,
taukid, badal):
ُ ‫رأَي‬ 
a. na'at : ‫ْت َزيْداً ال َعاقِ َل‬ َ (aku melihat zaid  yang berakal)
ُ ‫رأَي‬ 
b. 'athof : ً‫ْت زَ يْداً َو َع ْمرا‬ َ (aku melihat zaid dan 'Amr)
ُ ‫رأَي‬ 
c. taukid : ُ‫ْت زَ يْداً نَ ْف َسه‬ َ (aku melihat zaid, dirinya sendiri)
d. badal :  َ‫ْت َزيْداً أَخاَك‬
ُ ‫رأَي‬ 
َ (aku melihat zaid saudaramu)

D. MAF’UL BIH
Ciri-Ciri Maf’ul Bih
a. Cocok bermakna “kepada”
b. Sebagai objek dari pekerjaannya fa’il
c. Berada setelah fi’il muta’addi
d. Berupa isim zahir / d}amir / fi’il yang di dahului ‫ أن‬/ kata yang
didahului ‫أن‬
contoh: ‫( اإلنسان خلقنا لقد‬sungguh kami menciptakan manusia)

Penjelasan
Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca
nashab) adalah maf’ul bih. Secara sederhana, maf’ul bih adalah
objek dari suatu pekerjaan. Menurut istilah, maf’ul bih adalah
isim yang dibaca nashab yang menjadi sasaran / objek dari
pekerjaan fa’il (pelaku) . contoh: ‫( ضربت زيدا‬saya memukul zaid).
‫ ضرب‬: fi’il / kata kerja (sebagai amil) : mabni fathah

‫ت‬ : fa’il / pelaku : i’rabnya rafa’ secara


mahalli

‫زيدا‬ : maf’ul bih / objek (sebagai ma’mul): i’rabnya nashab


8

Jadi, ‫ زي;;دا‬i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai


maf’ul bih. Tanda nashabnya adalah fathah karena ‫ زي;;دا‬adalah
isim mufrad. Lafaz ‫ زي;;دا‬disebut nahsob karena menjadi objek /
sasaran dari pekerjaan fa’il, yaitu saya memukul (‫)ضربت‬

Ada dua pembagian isim maf’ul, yaitu:

1. Maf’ul bih sarih (jelas)


Yaitu maf’ul bih yang jelas (tidak berupa ta’wil masdar,
jumlah, jar majrur). Maf’ul bih sarih ini ada dua macam,
yaitu:

a. Isim zahir (isim asli dan bukan kata ganti). Contoh: ‫والذي‬
‫( يوجب الغسل ستة أشياء‬sesuatu yang mewajibkan mandi ada 6
hal). Jadi, ‫ الغسل‬i’rabnya nashab karena kedudukannya
sebagai maf’ul bih berupa isim zahir. Tanda i’rabnya
adalah fathah karena ‫ الغسل‬adalah isim mufrad.
b. Isim d}amir (kata ganti). Contoh: ‫( نص;;;رتك‬saya telah
menolongmu). Jadi, ‫ ك‬I’rabnya adalah nashab secara
mahalli. Artinya ‫ ك‬beri’rab nashab karena kedudukannya
sebagai maf’ul bih. Secara lafaz, ‫ ك‬adalah mabni karena
‫ ك‬adalah termasuk dari isim mabni, yaitu isim d}amir.
Maf’ul bih isim d}amir ini ada dua macam, muttas}il
dan munfas}il. Rinciannya sebagai berikut:

1) D}amir muttasil (bersambung). Contoh: ‫( نص;;رتك‬saya


telah menolongmu). Jadi, ‫ ك‬I’rabnya adalah nashab
secara mahalli. Artinya ‫ ك‬beri’rab nashab karena
kedudukannya sebagai maf’ul bih. Secara lafaz, ‫ك‬
adalah mabni karena ‫ ك‬adalah termasuk dari isim
mabni, yaitu isim d}amir.
Rincian maf’ul bih d}amir muttasil adalah sebagai
berikut:
9

D}AMIR
ARTINYA CONTOH
MUTASHIL
‫( نصره‬dia menolong
‫ه‬ Dia satu laki-laki
dia satu laki-laki)
Dia dua laki-laki /
‫هما‬ ‫نصرهما‬
perempuan
‫هم‬ Mereka laki-laki ‫نصرهم‬
Dia satu
‫ها‬ ‫نصرها‬
perempuan
‫هن‬ Mereka perempuan ‫نصرهن‬
‫ك‬ Kamu satu laki-laki ‫نصرك‬
Kamu dua laki-laki /
‫كما‬ ‫نصركما‬
perempuan
‫كم‬ Kalian laki-laki ‫نصركم‬
Kamu satu
‫ك‬ ‫نصرك‬
perempuan
‫كن‬ Kalian perempuan ‫نصركن‬
‫ني‬ Saya ‫نصرني‬
‫نا‬ kami ‫نصرنا‬

2) D}amir munfasil (berpisah). Contoh: ‫( إي;;اك نعبد‬hanya


kepada-MU kami menyembah). Jadi, ‫ إي;;;اك‬I’rabnya
adalah nashab secara mahalli. Artinya ‫ ك‬beri’rab
nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih.
Secara lafaz, ‫ إي;;اك‬adalah mabni karena ‫ إي;;اك‬adalah
termsuk dari isim mabni, yaitu isim d}amir.
Rincian maf’ul bih d}amir munfasil adalah sebagai
berikut:

D}AMIR
ARTINYA CONTOH
MUNFASIL
‫( إياه نصر‬hanya
kepadanya satu
‫إياه‬ Dia satu laki-laki
laki-laki dia
menolong)
10

Dia dua laki-laki /


‫إياهما‬ ‫إياهما نصر‬
perempuan
‫إياهم‬ Mereka laki-laki ‫إياهم نصر‬
Dia satu
‫إياها‬ ‫إياها نصر‬
perempuan
‫إياهن‬ Mereka perempuan ‫إياهن نصر‬
‫إياك‬ Kamu satu laki-laki ‫إياك نصر‬
Kamu dua laki-laki /
‫إياكما‬ ‫إياكما نصر‬
perempuan
‫إياكم‬ Kalian laki-laki ‫إياكم نصر‬
Kamu satu
‫إياك‬ ‫إياك نصر‬
perempuan
‫إياكن‬ Kalian perempuan ‫إياكن نصر‬
‫إياي‬ Saya ‫إياي نصر‬
‫إيانا‬ kami ‫إيانا نصر‬

2. Maf’ul bih ghoiru sarih (tidak jelas), yaitu ada tiga macam:
a. Berupa kalimat yang dita’wil (dirubah) masdar setelah
adanya huruf yang menta’wil masdar (seperti ‫)أن‬.
Contoh: ‫( علمت أن;;;;;;;ك مجتهد‬saya tahu bahwa kamu
bersungguh-sungguh). Susunan ‫ أن;;;ك مجتهد‬adalah maf’ul
bih berupa kalimat yang dita’wil masdar karena ada
huruf masdarnya, yaitu ‫ أن‬. ta’wil dari ‫ أن;;ك مجتهد‬adalah
‫( اجتهادك‬kesungguhanmu).
Jadi, ‫ أن;;;ك مجتهد‬I’rabnya adalah nashab secara mahalli.
Artinya ‫ أن;;ك مجتهد‬beri’rab nashab karena kedudukannya
sebagai maf’ul bih.

Akan tetapi secara lafaz, ‫ أن‬adalah huruf, hukumnya


mabni. ‫ ك‬hukumnya mabni karena isim d}amir. ‫مجتهد‬
I’rabnya adaah rafa’ karena kedudukannya sebagai
khabar ‫ أن‬.

b. Berupa jumlah (susunan kata) yang yang dita’wil


mufrad. Contoh: ;‫( ظننت;;;;;;;ك تجتهد‬saya menyangkamu
bersungguh-sungguh). Lafaz ‫تجتهد‬ adalah maf’ul bih
11

berupa jumlah (berupa susunan fi’il dan fa’il). ‫تجتهد‬ ini


adalah jumlah yang dita’wil mufrad. Ta’wil ‫تجتهد‬ adalah
‫( مجتهد‬yang bersungguh-sungguh)
Jadi, ‫تجتهد‬ I’rabnya adalah nashab secara mahalli.
Artinya ‫تجتهد‬ beri’rab nashab karena kedudukannya
sebagai maf’ul kedua dari ‫ ظن‬.

Akan tetapi secara lafaz, ‫تجتهد‬ I’rabnya adalah rafa’


karena berupa fi’il mud}ari’ yang tidak didahului oleh
amil nashab dan amil jazm

c. Berupa jer majrur (huruf jer dan isim yang dijerkan).


Contoh: ;‫( أمس;;;كت بي;;;دك‬saya memegang tanganmu). ‫بي;;;دك‬
adalah maf’ul bih berupa jer majrur.
Jadi, ‫ بيدك‬I’rabnya adalah nashab secara mahalli. Artinya
‫ بي;;;;دك‬beri’rab nashab karena kedudukannya sebagai
maf’ul bih.

Akan tetapi secara lafaz, ‫ ب‬adalah mabni karena berupa


isim d}amir. ‫ يدك‬I’rabnya jer karena didahului oleh huruf
jer (‫)ب‬

Keterangan
1. Pada dasarnya maf’ul bih berada setelah fi’il dan fa’il. Contoh:
‫( ض;;;ربت زي;;;دا‬saya memukul zaid). ‫ زي;;;دا‬kedudukannya sebagai
maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz ‫ زيدا‬sebagai maf’ul berada
setelah fi’il (‫ )ضرب‬dan fa’il (‫)ت‬
akan tetapi adakalnya:

a. Maf’ul berada setelah fi’il tapi sebelum fa’il (fi’il + maf’ul +


fa’il), yaitu dalam tiga keadaan:
1) Jika fa’ilnya bersambung dengan isim d}amir yang
kembali kepada maf’ul bih. Contoh: ‫أك;;;;رم س;;;;عيدا غالمه‬
12

(anaknya memulyakan sa’id). ‫ س;;;;;عيدا‬kedudukannya


sebagai maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz ‫ سعيدا‬sebagai
maf’ul bih berada setalah fi’il (‫ )أكرم‬akan tetapi berada
sebelum fa’il (‫ )غالم‬karena fa’ilnya bersambung dengan
isim d}amir yang kembali kepada maf’ul (‫غالمه‬ ).
D}amir ‫ ه‬kembali kepada maf’ul bih (‫)سعيدا‬
2) Jika fa’ilnya berupa isim zahir dan maf’ul bih berupa
isim d}amir muttasil. contoh:‫( ض;;;;;;;ربني زيد‬zaid
memukulku). ‫ ني‬kedudukannya sebagai maf’ul bih
berupa isim d}amir. Lafaz ‫ ني‬sebagai maf’ul bih berada
setelah fi’il (‫ )ضرب‬tapi berada sebelum fa’il (‫ ) زيد‬karena
maf’ul bih berupa isim d}amir muttasil (‫ )ني‬sedangkan
fa’ilnya berupa isim zahir (‫) زيد‬
3) Jika fa’ilnya berupa lafaz yang dikecualikan (Mustasna).
Contoh: ‫م;;ا أك;;رم س;;عيدا إال خالد‬. (tidak ada yang memulyakan
sa’id kecuali kholid). ‫ سعيدا‬kedudukannya sebagai maf’ul
bih berupa isim zahir. Lafaz ‫ س;;عيدا‬sebagai maf’ul bih
berada setealah fi’il (‫ )أكرم‬tapi sebelum fa’il (‫)خالد‬, karena
fa’ilnya (‫ )خالد‬berupa lafaz yang dikecualikan.
b. Maf’ul berada sebelum fi’il dan fa’il (maf’ul + fi’il + fa’il).
Yaitu dalam beberapa keadaan, yaitu:
1) Maf’ul bih berupa isim syarat (isim yang butuh pada
jawab). Contoh: ‫( من يض;;لل هللا فم;;ا ل;;ه من ه;;اد‬barang siapa yang
Allah sesatkan, maka dia tidak akan mendapatkan
petunjuk). ‫ من‬kedudukannya maf’ul bih berupa isim
zahir. Lafaz ‫ من‬sebagai maf’ul bih berada sebelum fi’il (
‫ )يضلل‬dan fa’il (‫)هللا‬, karena maf’ul bih berupa isim syarat (
‫)من‬
2) Maf’ul bih berupa isim isim nahi (pertanyaan). Contoh:
‫( فأي ايات هللا تنكرون‬maka ayat yang mana yang kamu kalian
ingkari?). ‫ أي‬kedudukannya sebagai maf’ul bih berupa
isim zahir. Lafaz ‫ أي‬sebagai maf’ul bih berada sebelum
13

fi’il (‫ )تنك;;رون‬dan fa’il (d}amir yang tersimpan, yaitu ‫)هم‬,


karena maf’ul bih berupa isim nahi (‫)أي‬
3) Maf’ul bih berupa ‫ كم‬atau ‫ ك;;;أين‬yang bermakna berita
(bukan pertanyaan). Contoh: ‫( كم كت;;اب ملكت‬banyak kitab
yang saya punya). ‫ كم‬kedudukannya sebagai maf’ul bih
berupa isim zahir. Lafaz ‫ كم‬sebagai maf’ul berada
sebelum fi’il (‫ )ملك‬dan fa’il (‫)ت‬, karena berupa ‫ كم‬.
4) Berupa maf’ul bih yang dinashabkan oleh jawab ‫أما‬ .
contoh: ‫( فأم;;ا الي;;تيم فال تقهر‬maka janganlah memaksa anak
yatim). ‫ الي;;تيم‬kedudukannya sebagai maf’ul bih berupa
isim zahir. Lafaz ‫ اليتيم‬berada sebelum fi’il (‫ )تقهر‬dan fa’il
(d}amir yang tersimpan, yaitu ‫)أنت‬
5) Maf’ul bih yang didahulukan karena tujuan
mengkhususkan. Contoh: ;‫( إياك نعبد‬hanya kepadaMU kami
menyembah). ‫ إي;;;اك‬kedudukannya sebagai maf’ul bih
berupa isim d}amir. Lafaz ‫ إياك‬berada sebelum fi’il (;‫) نعبد‬
dan fa’il (isim d}amir yang tersimpan, yaitu ‫)نحن‬, karena
bertujuan menghususkan maf’ul bih
2. Pada dasarnya fi’il dari maf’ul bih disebutkan. Contoh: ‫ضربت زيدا‬
(saya memukul zaid). ‫ زي;;دا‬kedudukannya sebagai maf’ul bih
berupa isim zahir. Lafaz ‫ زي;;دا‬sebagai maf’ul bih disebutkan
dalam perkataan.
Akan tetapi adakalnya maf’ul bih tidak disebut dalam suatu
perkataan. Contoh: ‫( ماذا أنزل ربكم؟ قالوا خيرا‬apa yang Allah turunkan
padamu? Mereka berkata, kebaikan). ‫ خ;;;;يرا‬kedudukannya
sebagai maf’il bih berupa isim zahir. Fi’il dari maf’ul bih
dibuang. Asalnya adalah ‫ خيرا أنزل‬. lafaz ‫ أنزل‬adalah fi’il yang
tidak disebutkan.
‫‪14‬‬

‫‪E. MASDAR‬‬
‫ف ِ‬ ‫ص ِريْ ِ‬ ‫ِ‬ ‫االسم املْنصو ِ‬ ‫ِ‬
‫الف ْع ِل )‬ ‫ب الَذي جَيِ ُئ ثَالثًا ىِف تَ ْ‬
‫ص َد ُر ُه َو ْ ُ َ ُ ْ ُ‬
‫‪ ( ‬املَ ْ‬
‫‪"Masdar adalah isim yang dinashobkan yang datang dalam urutan ke tiga pada‬‬
‫‪suatu tashrifan fiil".‬‬

‫ض ْربًا )‬ ‫ض ِر ُ‬
‫ب َ‬ ‫ب يَ ْ‬
‫ضَر َ‬
‫( حَنْ ُو َ‬
‫‪Seperti :‬‬

‫ض ْربًا‬ ‫ض ِر ُ‬
‫ب– َ‬ ‫ب – يَ ْ‬
‫ضَر َ‬
‫‪َ    ‬‬ ‫‪ -‬قَ َام – َي ُق ْو ُم – قِيَ ًاما‬

‫‪َ    ‬قتَ َل – َي ْقتُ ُل – َقْتالً‬ ‫ف – ُو ُق ْوفًا‬ ‫ِ‬


‫ف – يَق ُ‬
‫‪َ -‬وقَ َ‬
‫س – ُجلُ ْو ًسا‬ ‫ِ‬
‫س – جَيْل ُ‬
‫‪َ    ‬جلَ َ‬ ‫‪َ -‬فتَ َح – َي ْفتَ ُح – َفْت ًحا‬

‫‪َ    ‬ق َع َد – َي ْقعُ ُد ‪ُ -‬قعُ ْو ًدا‬ ‫صًرا‬


‫ص ُر ‪ -‬نَ ْ‬
‫صَر – َيْن ُ‬
‫‪ -‬نَ َ‬
‫ض ْربًا‪َ  , ‬قْتالً‪ُ  , ‬جلُ ْو ًسا‪ُ  , ‬قعُ ْو ًدا‪ , ‬قِيَ ًاما‪ُ  , ‬و ُق ْوفًا‪َ  , ‬فْت ًحا‪ Kata ‬‬
‫صًرا‪َ  dan ‬‬
‫‪   disebut Mashdar‬نَ ْ‬

‫‪Pembagian Masdar‬‬

‫ِِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ان لَ ْف ِظي ومعن ِو ٌّ ِ‬ ‫ِ‬


‫( َو ُه َو ق ْس َم ِ ٌّ َ َ ْ َ‬
‫ي‪ ،‬فَ ا ْن َوافَ َق َم ْعىَن ف ْعل ه ُد ْو َن لَ ْفظ ه َف ُه َو َم ْعنَ ِو ٌ‬
‫ي‪ ،‬حَنْ ُو‬

‫ك)‬ ‫ِ‬
‫ت ُو ُق ْوفًا َو َما اَ ْشبهَ َذال َ‬
‫ت ُقعُ ْو ًدا َوقُ ْم ُ‬
‫َجلَ ْس ُ‬
‫‪ ), 2). Masdar Ma'nawiy‬لَ ْفظي‪Masdar terbagi dua bagian; 1). Masdar Lafdy ( ‬‬
‫ّ‬
‫‪ ).‬م ْعنَ ِوي‪( ‬‬
‫ّ‬ ‫َ‬
‫‪1). Masdar Lafdy‬‬
‫‪Masdar lafdy yaitu masdar yang sama dengan lafadz fiilnya. Contoh:‬‬

‫ياما‪َ -           ‬سلِّ ُم ْوا تَ ْسلِْي ًما‬‫ِ‬


‫ض ْربًا ‪ُ -‬ق ْو ُموا ق ً‬
‫ب َزيْ ٌد َك ْلبًا َ‬
‫ضَر َ‬
‫َقَت ْلتُهُ َقْتالً‪َ -       ‬‬
‫‪2). Masdar Ma'nawy‬‬
15

Masdar Ma'nawi adalah masdar yang lafadznya berbeda dengan fi'ilnya tetapi
ma'nanya masih sama. Contoh

‫ت ُقعُ ْو ًدا‬
ُ ‫ قُ ْم‬-          ‫ت ُقعُ ْو ًدا‬
ُ ‫َجلَ ْس‬

Dalam bahasa Arab, masdar ini disebut juga maf'ul Mutlaq (‫ق‬
ُ َ‫املطْل‬ ‫امل ْفعُ ْو ُل‬ ) yang
ُ َ
diantara fungsinya adalah sebagai taokid dan penguat bagi suatu pengertian kalam
seperti terlihat dan terbaca dalam tarjamah contoh-contoh di atas.

F. ZARAF ZAMAN (KEADAAN WAKTU)

Zharaf zaman ialah, isim zaman (waktu) yang di-nashab-kan dengan

memperkirakan makna fî (pada/dalam), seperti lafazh: (pada hari ini),

(pada malam ini), (pagi hari), (waktu pagi), (pada waktu

sahur), (besok), (waktu sore atau waktu Isya), (pada waktu

subuh), (pada waktu sore), (selamanya), (ketika), dan


(Selamanya).

G. ZHARAF MAKÂN (KEADAAN TEMPAT)


16

Zharaf makân ialah, isim makân (tempat) yang di-nashab-kan dengan

memperkirakan makna fî (pada/dalam), seperti lafazh: (di depan), (di

belakang), (di depan), (di belakang), (di atas), (di bawah),

(di dekat atau di sisi), (beserta), (di muka atau di depan), (di

dekat), (di hadapan), (di sini), (di sana), dan lafazh yang
menyerupainya.

Contoh zharaf zaman adalah sebagai berikut:

= aku telah berpuasa pada hari Senin.

= aku telah ber-i'tikaf pada hari Jum'at.

= aku akan berkunjung kepadamu besok pagi.

 = aku telah berjalan pagi-pagi.

Contoh zharaf makân adalah sebagai berikut:

= aku telah duduk di depan ustadzku.

= aku telah berjalan di belakang ustadzku.

Kata nazhim:

Zharaf ialah isim waktu atau isim tempat yang di-nashab-kan. Menurut kalangan
orang Arab, semua (dari isim waktu atau tempat itu) dengan memperkirakan
makna fî.
17

Dan di-nashab-kan oleh fi'il-nya yang diberlakukan, seperti dalam contoh:

(aku telah berjalan pada malam hari), dan (aku telah ber-
i'tikaf satu bulan).

Lafazh di-nashab-kan oleh da n lafazh di-nashab-kan oleh .


BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Hukum membaca Alquran adalah fardu kifayah, sedangkan mempelajari dan
memahami alquran merupakan kewajiban bagi seorang muslim. Hal itu
disebabkan karena alquran merupakan pedoman bagi kehidupan umat muslim.
Bahasa alqur’an adalah bahasa Arab. Tentunya untuk dapat memahaminya kita
perlu mempelajari bahasa Arab. Dalam dunia keilmuan, untuk mempelajari
bahasa Arab kita pertama kali harus mempelajari ilmu nahwu dan sharaf. Maka
dari itu, kitab Al-jurumiyyah yang sering digunakan untuk memahami itu.
Bahasan pada Al-jurumiyyah memang tidak sedikit. Namun, pada makalah ini
hanya menjelaskan beberapa bagian saja, yaitu bab taukid dan badal yang
termasuk ke dalam isim-isim yang dirofakan. Selanjutnya, isim-isim yang
dinasabkan. Isim-isim yang dinasabkan yang dipelajari yaitu maf’ul bih, masdar,
zaraf zaman, dan zaraf makan.

B. SARAN
Bagi pemula pembelajar bahasa Arab, disarankan untuk mempelajari bahasa
Arab dimulai dari ilmu nahwu yang dapat dipelajari melalui jurumiyyah, tasrifan,
dan qiyasan. Selanjutnya, baru tahap yang lain sehingga memudahkan kita dalam
pemahaman seperti imrithy dan alfiyah ilbnu malik. Wallahu ‘alam bi showa

17
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. 2018. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyyah dan ‘Imrithy
Berikut Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Harahap, Aminudin. 2017. Makalah Bahasa Arab : Isim-Isim yang Dinashabkan.


Pariaman : Scribd.com

18

Anda mungkin juga menyukai