[i]
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Dasar (SENADA) Pertama Tahun 2019
“Sinergitas Pendidikan Dasar & Revolusi Industri 4.0 dalam Pengembangan
Karakter dan Motorik Generasi Milenial”
Steering Committee
1. Lina Wijayanti, M.Pd.
2. Mohammad Zahri, M.Pd.
Editor Committee
1. Adhy Putri Rilianti, M.Pd.
2. Wulida Arina Najwa, M.Pd.
3. Rizky Kusuma Wardani, M.Pd.
4. M. Misbachul Huda, M.Pd.
5. Slamet Widodo, M.Pd.
Division
1. Koordinator Lapangan : Wahed Dussawal
2. Acara : Muhammad Hatim
3. Administrasi : Rizki Alvin Rahmatullah
4. Dokumentasi : Muhammad Ihdal Husnayain
5. Konsumsi : Ahmad Hafidz Kurniawan
6. Hubungan masyarakat : Moh. Miftachul Huda
Reviewer
Dr. Wuri Wuryadani, M.Pd.
Cover
Syahril
Penerbit
Bina Guru
ISBN: 978-623-7563-03-7
[ii]
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim
Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur ke hadlirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga buku Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Dasar (SENADA) Pertama tahun 2019 dengan tema “Sinergitas Pendidikan Dasar
dan Revolusi Industri 4.0 dalam Mengembangkan Karakter dan Motorik Generasi Milenial” pada
tanggal 28 September 2019 dapat terwujud. Tema tersebut dipilih dengan alasan untuk memberikan
perhatian dunia akademik tentang pentingnya pendidikan karakter dan motorik anak dalam
menghadapi era teknologi dalam revolusi industri 4.0.
Para akademisi nasional telah banyak menghasilkan penelitian yang berkaitan dengan pendidikan
dasar, namun masih banyak yang belum didiseminasikan dan dipublikasikan secara luas, sehingga
tidak dapat diakses oleh masyarakat yang membutuhkan. Atas dasar tersebut, SENADA ini menjadi
salah satu ajang bagi para akademisi nasional untuk mempresentasikan penelitiannya, sekaligus
bertukar informasi dan memperdalam masalah penelitian, serta mengembangkan kerjasama yang
berkelanjutan.
Seminar ini diikuti oleh peneliti-peneliti dari berbagai bidang ilmu dari seluruh Indonesia, yang telah
membahas berbagai bidang kajian dalam bidang pendidikan dasar dalam rangka memberikan
pemikiran dan solusi untuk memperkuat peran Indonesia dalam menghadapi revolusi industri 4.0.
Artikel yang terkumpul dari para akademisi tersebut kemudian dihumpun dalam satu prosiding. Buku
prosiding tersebut memuat sejumlah artikel hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para pakar,
praktisi, dan mahasiswa pendidikan dasar baik di sekolah maupun di perguruan tinggi yang
dikumpulkan dan ditata oleh tim panitia seminar nasional pendidikan dasar tersebut. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ketua STKIP Al Hikmah, Bapak Mohammad Zahri, M.Pd. yang telah memfasilitasi semua
kegiatan seminar nasional pendidikan dasar ini.
2. Bapak/Ibu dosen dan mahasiswa segenap panitia seminar nasional pendidikan dasae, yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya demi suksesnya kegiatan ini.
3. Bapak/Ibu dosen, Bapak/Ibu guru, dan mahasiswa penyumbang artikel hasil penelitiannya
dalam kegiatan ini.
Semoga buku prosiding ini dapat memberi kemanfaatan bagi kita semua, untuk kepentingan
pengembangan ilmu, pendidikan, dan teknologi. Di samping itu, diharapkan juga dapat menjadi
referensi bagi upaya pembangunan bangsa dan negara.
Terakhir, tiada gading yang tak retak. Mohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. Saran
dan kritik yang membangun tetap kami tunggu demi kesempurnaan buku prosiding ini.
Bina Guru
STKIP Al Hikmah
[iii]
DAFTAR ISI
Pengembangan Soal Kognitif Higher Order Thinking Skills Materi IPA pada
Kompetensi Personal
Pemanfatan Media Video Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V
Sekolah Dasar
Pengembangan Kit IPA Sederhana Materi Magnet dengan Pendekatan Guided Discovery untuk
Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa Sekolah Dasar
Pengaruh Model Pembelajaran Mitigasi Bencana terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Sekolah Dasar
Pola Asuh Orang Tua terhadap Pendidikan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Anak Kelas IV
SDN Saobi I
Penerapan Media Video dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Siswa Sekolah
Dasar
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Discovery Learning di Sekolah Dasar
[iv]
Henik Nur Khofiyah, Anang Santoso, & Sa’dun Akbar .............................................................................. 73
Botazel (Block Botani Puzzle): Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif sebagai Upaya
Menanamkan Minat Bertani dan Minat Baca bagi Siswa Sekolah Dasar
Lindawati ..................................................................................................................................................... 84
Mengukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dengan Tes Tulis Mengacu pada
Indikator Facione
Profil Perkuliahan Mahasiswa PGSD UM dengan Model Learning Cycle 5E untuk Menanamkan
Konsep Permutasi dan Kombinasi
Mochamad Bahtiar Arif, Armando. G. Orlando Nguru, Oktania Anggraini Wulandari , Firman Tsabit
Abqari .......................................................................................................................................................... 103
Praktik Teori Humanisme, Pengaruhnya terhadap Literasi Digital dan Kemampuan Berinovasi
Mahasiswa
Urgensi Literasi Digital Era Revolusi Industri 4.0 di Kalangan Siswa Sekolah Dasar
Pengukuran Karakter Teladan Mahasiswa Calon Guru Sekolah Dasar Pra-Perkuliahan Habituasi
Guru Sejati Berhati Mulia dan Ketahanmalangan Menerapkan Pembelajaran Tematik Terpadu
Media Pembelajaran Tematik Adobe Flash Berbasis Kearifan Lokal Malang Selatan di Sekolah
Dasar
[v]
Web Enhanced Course Berbasis Information Technology sebagai Penunjang Keterampilan
Berpartisipasi Siswa Sekolah Dasar
Literasi Digital dengan Media Software Aplikasi Materi IPS SD untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa
[vi]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Fattah Hanurawan
Program Studi Psikologi Universitas Negeri Malang
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara kritis kajian tentang pengembangan
keterampilan motorik siswa sekolah dasar di Era Revolusi 4.0. Penelitian ini berpendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian hermeneutika. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah teks tertulis
yang terkait dengan psikologi pendidikan, psikologi perkembangan, dan pendidikan sekolah dasar,
serta revolusi industri 4.0. Teks tertulis tersebut dikumpulkan melalui jurnal dan buku ilmiah yang relevan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis isi hermeneutika. Metode validasi hasil
dalam penelitian ini adalah melalui metode triangulasi terhadap data-data yang telah terkumpul.
Hasil penelitian menunjukkan: Perkembangan motorik adalah perkembangan fisik, penguatan tulang,
otot, serta kemampuan bergerak, dan kemampuan menyentuh segenap fenomena material yang
ada di sekeliling anak. Pengembangan keterampilan motorik siswa sekolah dasar sangat penting di Era
Revolusi 4.0. Pendidikan dasar Indonesia perlu mempersiapkan siswanya untuk siap hidup di alam
masyarakat 4.0 sebagai salah satu pilihan pekerjaan atau pilihan berwirausaha. Perkembangan fisik
yang menekankan pada motorik halus di era 4.0 perlu diseimbangkan dengan perkembangan motorik
kasar agar tercapai kesehatan fisik siswa. Ergonomi di lingkungan pendidikan dapat membantu
kesehatan fisik siswa yang berinteraksi dengan komputer.
Kata-Kata kunci: motorik, siswa, sekolah dasar, era revolusi industri 4.0
[1]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[2]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
bagian luar meliputi tangan, kaki, jari tangan, yang setahun lebih lambat. Anak perempuan
dan jari kaki. di kelas 6 dapat dikatakan mendekati puncak
Perkembangan motorik memiliki makna perkembangan fisik dan memasuki periode
penting untuk perkembangan anak, termasuk perkembangan remaja, sedang laki-laki secara
pada anak sekolah dasar. Ini terjadi karena perlahan mengalami kemajuan
perkembangan motorik anak berkaitan perkembangan fisik dan memasuki usia remaja
dengan area-area perkembangan yang lain, pada usia 13 sampai dengan 16 tahun (Slavin,
seperti area perkembangan sosial emosional 2006).
dan area perkembangan kognitif. Implikasi
perkembangan motorik yang baik adalah Revolusi Industri 4.0
adanya perkembangan yang baik pula untuk Revolusi Industri 4.0 adalah revolusi
perkembangan sosial emosional dan industri yang menekankan konsep perusahaan
perkembangan kognitif seorang anak. atau dunia usaha yang menggunakan mesin
Perkembangan motorik yang baik akan dengan dibantu konektivitas wireless dan
membantu hubungan interpersonal dan sensor yang terkoneksi dalam suatu sistem
komunikasi interpersonal (berbicara maupun yang dapat memvisualisasikan keseluruhan
menulis) (sosial emosional) seseorang dengan produksi dan melakukan pembuatan
lingkungan sosialnya. Perkembangan motorik keputusan-keputusan yang bersifat mandiri.
yang baik juga akan membantu cara berpikir Industri 4.0 adalah industri yang
(kognisi) seorang anak dalam mempersepsi mengaplikasikan otomatisasi dan pertukaran
lingkungannya secara lebih akurat, seperti data dalam teknologi manufaktur dan proses
membaca buku atau memahami informasi yang meliputi sistem siber-fisik, internet, internet
dari internet dan melakukan pencarian industri, komputer awan, dan kecerdasan
informasi pada media internet. buatan. Dalam bahasa sehari-hari industri 4.0
Anak memasuki kelas 1 sekolah dasar dapat disebut sebagai industri pintar yang
sebagai masa peralihan atau masa transisi dari menggunakan bantuan internet dan
suatu periode perkembangan yang pesat sepenuhnya menggunakan peralatan
pada masa anak awal (early childhood) komputer (Wikipedia, 2019).
menuju perkembangan bertahap pada masa Masyarakat revolusi Industri 4.0 adalah
anak tengah dan masa anak akhir. Beberapa masyarakat yang berada pada revolusi industri
tahun kemudian pada saat anak mulai berbasis informasi yang merupakan
memasuki kelas atas maka mereka akan perkembangan lanjut dari revolusi-revolusi
mengakhiri masa anak dan memasuki masa perkembangan masyarakat 1.0, masyarakat
pra-remaja. 2.0, dan masyarakat 3.0. Masyarakat 1.0
Perkembangan fisik siswa pada saat di adalah masyarakat yang hidup dalam usaha-
sekolah dasar mengalami perkembangan usaha perburuan. Masyarakat 2.0 adalah
yang lambat dibanding perkembangan pada masyarakat yang hidup dalam usaha-usaha
saat mereka di masa perkambangan anak pertanian. Masyarakat 3.0 adalah masyarakat
awal. Perkembangan fisik mereka melambat yang hidup dalam usaha-usaha industri yang
pada periode sekolah dasar kelas-kelas awal. masih bersifat konvensional. Pada masyarakat
Ukuran tubuh anak perempuan relatif lebih 4.0 terjadi perkembangan industri yang
pendek dan lebih kecil dibanding anak laki-laki berbasis pada teknologi informasi (Salgues,
sampai mereka menginjak usia 9 tahun. Pada 2018). Revolusi industri 4.0 pada masyarakat 4.0
usia 9 tahun tinggi dan berat anak perempuan menggambarkan keadaan masyarakat
dan anak laki-laki adalah relatif seimbang. informasi seperti telah diprediksi keberadaanya
Pada kelas-kelas awal sekolah dasar siswa oleh ahli futurologi Barat, yaitu Toffler (1980).
dibantu untuk mengembangkan keterampilan
motorik dasar yang terkait penjagaan Pengembangan Motorik Siswa Sekolah Dasar
keseimbangan tubuh. Keterampilan motorik di Era Revolusi Industri 4.0
dasar yang terkait penjagaan keseimbangan Salah satu tugas pendidikan adalah
tubuh adalah berlari, melompat, dan untuk mempersiapkan generasi muda untuk
melempar. hidup di masa kini maupun di masa datang.
Anak perempuan di kelas 5 sekolah Tugas pendidikan ini juga diemban oleh
dasar memiliki tubuh yang lebih besar, lebih pendidikan formal yang paling awal di
berat, dan lebih kuat dibanding anak laki-laki Indonesia, yaitu pendidikan dasar atau
[3]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
pendidikan sekolah dasar. Dalam hal ini melakukan pergerakan yang itu akan
pendidikan dasar Indonesia perlu mengganggu kesehatan fisik secara
mempersiapkan siswanya untuk siap hidup di umum dan mengganggu kesehatan
alam masyarakat 4.0 sebagai salah satu pilihan mata anak.
pekerjaan atau pilihan berwirausaha. b. Aspek sosial emosional. Anak hanya
Untuk mempersiapkan siswa pendidikan belajar jenis-jenis emosi yang
dasar atau sekolah dasar siap hidup di era 4.0 tereskpresi secara tulis dan artifisial. Ini
maka kurikulum pendidikan dasar perlu berarti mereka mereka tidak banyak
diarahkan untuk mencapai tujuan mempraktekkan ekspresi emosi secara
pengembangan kecakapan hidup (life skills) verbal dan langsung dengan orang
penggunaan komputer dan internet. Apabila lain.
dihubungkan dengan perkembangan motorik, c. Aspek kognitif. Dalam penulisan pesan
keterampilan hidup itu adalah yang terkait singkat anak tidak menggunakan
dengan motorik halus, seperti penggunaan bahasa yang baku. Pembiasaan
mata, jari, telinga dan sejenisnya. Keterampilan penggunaan bahasa yang baku
hidup terkait penggunaan motorik halus terkait menunjukkan tingkat intelektualitas
penggunaan motorik halus tersebut dapat seseorang. Penggunaan telepon pintar
dilatih sejak dini dengan mengintegrasikan yang berlebihan akan mengganggu
dengan pelatihan ketrampilan kognitif dan waktu belajar anak sehingga
sosial emosional (perkembangan moral). melemahkan prestasi belajar anak
Pelatihan sejak dini tersebut dapat dilakukan (Hanurawan, 2016).
melalui pengenalan komputer dan internet 2. Keberadaan media internet dapat
dalam proses pembelajaran atau bahkan mengganggu perkembangan aspek fisik,
secara ekstrim membangun semacam sekolah sosial emosional, dan kognitif.
pintar (smart school). Lingkungan semacam ini a. Aspek fisik. Penggunaan media
yang merupakan miniatur masyarakat 4.0 internet secara berlebihan sampai
dapat membiasakan siswa untuk hidup di menimbulkan keadaan adiksi dalam
dalam masyarakat berbasis komputer di masa diri seseorang menimbulkan gangguan
kini maupun di masa mendatang. Ini berarti kesehatan fisik, seperti kelancaran
pendidikan dasar perlu membiasakan siswa peredaran darah, kesehatan jantung,
untuk menstimulasi melatih penggunaan dan cedera tulang belakang.
motorik halus dalam menggunakan komputer b. Aspek emosional. Anak tidak terbiasa
maupun instrumen sejenis. melakukan praktik ekspresi emosi
Kemajuan teknologi adalah dua sisi secara langsung dalam suatu
mata uang. Di satu sisi memberikan dampak hubungan interpersonal.
positif berupa kemudahan-kemudahan hidup, c. Aspek sosial. Anak terbiasa berinteraksi
namun di sisi lain terdapat potensi bahaya interpersonal dan sosial secara artifisial
yang perlu diperhatikan sehingga aplikasi melalui berbagai media jejaring sosial
teknologi canggih tidak menjadi semacam tanpa memperhatikan prinsip-prinisip
bom waktu atau memiliki efek bumerang bagi etika sosial yang menjadi pengarah
perkembangan siswa sebagai manusia. hubungan interpersonal dan
Dampak negatif kehidupan berbasis komputer hubungan sosial dalam masyarakat
di antaranya adalah terhadap perkembangan nyata. Interaksi interpersonal dan sosial
sosial emosional, perkembangan kognitif, dan secara artifisial di dunia internet tidak
perkembangan fisik atau perkembangan memberikan pengetahuan dan
motorik. keterampilan sosial yang signifikan
Keberadaan piranti elektronik yang ketika mereka hadir di dalam dunia
terkait dengan realitas sosial masyarakat 4.0 interpersonal dan sosial yang bersifat
dapat mengakibatkan beberapa dampak nyata dan langsung.
negatif, di antaranya adalah: d. Aspek kognitif. Anak jarang melakukan
1. Keberadaan telepon pintar yang dapat akses terhadap situs-situs yang mampu
mengganggu perkembangan aspek fisik, merangsang perkembangan
emosi, sosial, dan intelektual. intelektual anak.
a. Aspek fisik. Anak yang terlalu banyak
menggunakan telepon pintar kurang
[4]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Khusus dalam perkembangan fisik yang guru, siswa, dan administrator adalah salah
menekankan pada motorik halus pada diri satu kondisi yang utama dalam proses
siswa maka agar terjadi keseimbangan pendidikan dan pembelajaran (Zunjic dkk.,
perkembangan motorik halus dan 2015).
perkembangan kasar maka siswa pun perlu Secara umum, pada penghujung abad
dibiasakan untuk mengaktifkan motorik kasar ke 20 dan awal abad ke 21 sudah banyak
mereka. Keseimbangan itu diperlukan agar sekolah di Indonesia, termasuk untuk anak
kesehatan fisik mereka menjadi terjaga di sekolah dasar, memanfaatkan piranti
masa kini maupun di masa mendatang. Ini komputer sebagai alat bantu dalam proses
berarti dalam pendidikan dasar diperlukan pembelajaran. Berdasar kenyataan itu maka
kepada mereka untuk mengembangkan merupakan suatu hal yang penting bagi
motorik kasar dalam berbagai kegiatan untuk seorang guru untuk memiliki pengetahuan
membiasakan mereka hidup sehat secara fisik. tentang aplikasi ergonomi dalam
Kegiatan-kegiatan yang dapat menjadi dasar pemanfaatan komputer. Pemanfaatan
hidup fisik sehat adalah melalui olah raga, komputer dalam jangka waktu yang panjang
bermain, menari, dan kegiatan-kegiatan dan terus menerus dapat menyebabkan
pergerakan yang melatih motorik kasar. cedera tubuh, seperti gangguan-gangguan
muskuloskeletal atau mungkin cedera otot
Ergonomi dan Kesehatan Fisik Siswa yang lain.
Berdasar pada pengembangan motorik Beberapa strategi yang dapat dilakukan
sehat dan seimbang siswa sekolah dasar maka agar menghindarkan seseorang dari cedera
dalam psikologi ada satu bidang psikologi tubuh adalah sebagai berikut:
yang mempelajari hubungan yang erat antara 1. Istirahat secara teratur
lingkungan fisik dan kemudahan perilaku Dalam upaya menurunkan prevalensi
manusia. Bidang tersebut adalah ergonomi. terjadinya kemungkinan resiko gangguan-
Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu gangguan muskuloskeletal maka diperlukan
yang mempelajari, menjelaskan, mengontrol, istirahat secara teratur. Istirahat secara
meramalkan, merekayasa, dan memecahkan teratur ini terutama perlu bagi orang-orang
masalah faktor performansi manusia yang yang memanfaatkan komputer dalam
dihubungkan dengan tugas-tugas atau waktu yang panjang, termasuk guru. Saran
pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan, yang dapat diberikan terkait dengan ini
alat-alat pekerjaan, dan lingkungan pekerjaan. adalah pengubahan posisi tubuh setiap 40
Secara umum, ilmu semacam ini memiliki arah menit pada saat mengoperasikan
untuk membantu kenyamanan manusia dalam komputer.
beraktivitas di lingkungan kerja dan membantu 2. Merancang tempat kerja (work station)
keselamatan manusia dalam bekerja. komputer dalam suasana yang lebih
Komponen-komponen dalam organisasi nyaman.
sekolah, seperti kepala sekolah, guru dan Ini dapat dilakukan dengan menyusun
administrator sekolah, harus memahami prinsip- peralatan komputer, sehingga monitor
prinsip ergonomi. Pemahaman terhadap secara langsung berada di hadapan
prinsip-prinsip ergonomi sangat berguna untuk pemakai atau pengguna komputer.
dirinya sendiri sebagai pribadi, dirinya sebagai Demikian pula puncak layar komputer
profesional, bagi sejawat, dan bagi para siswa. seharusnya pada sekitar daerah
Prinsip-prinsip ergonomi itu dapat membantu pandangan mata.
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan secara 3. Posisi kibor ditempatkan di depan tubuh
umum dan tujuan-tujuan pembelajaran secara dan berada pada lokasi yang
khusus di sekolah. memudahkan jangkauan apabila siku
Siswa, guru, dan administrator perlu (elbow) bergerak pada sudut 90 derajat.
beraktivitas dalam cara-cara yang efektif, 4. Posisi tikus (mouse) juga ditempatkan di
aman, dan nyaman ketika menggunakan depan tubuh dan berada pada lokasi yang
perangkat lunak dan komputer (perangkat memudahkan jangkauan apabila tangan
keras). Dalam konteks ini aplikasi pengetahuan bergerak pada saat mengoperasikan
tentang ergonomi dapat membantu komputer.
kelancaran aktitivitas-aktivitas secara efektif, 5. Dalam lingkungan kelas, guru tidak harus
aman, dan nyaman. Dalam hal ini kesehatan terlalu membungkuk pada saat
[5]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Saran
Beberapa saran yang dapat diuraikan
adalah sebagai berikut:
1. Saran kepada sekolah untuk
menyeimbangkan perkembangan motorik
halus dan motorik kasar dalam bekerja
dengan piranti komputer.
2. Saran kepada orang tua untuk menjaga
kesehatan fisik anak yang menggunakan
piranti teknologi informasi.
[6]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF HIGHER ORDER THINKING SKILLS MATERI IPA PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS VI
Abstrak
Keterampilan berpikir sangat diperlukan dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Keterampilan ini
perlu dilatihkan sejak anak berada pada jenjang sekolah dasar. Pendidikan dasar di Indonesia saat ini
telah berorientasi pada pembelajaran berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking skills/HOTS). Pembelajaran tematik dengan muatan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan
erat dengan HOTS. Namun, penilaian kognitif berbasis HOTS masih belum banyak dikembangkan.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan draf soal kognitif higher order thinking skills materi IPA yang
layak digunakan pada pembelajaran tematik SD Kelas VI. Metode penelitian yang digunakan yaitu
pengembangan model 4D dengan batasan pada tahap ketiga, yaitu define, design, dan develop.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa draf soal kognitif HOTS materi IPA layak digunakan pada
pembelajaran tematik SD Kelas VI.
Kata kunci: kognitif, higher order thinking skills (HOTS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), tematik
[7]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[8]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
menelaah ide dan informasi secara kritis dengan batasan pada tahap ketiga, yaitu
(Hanifah, 2019). define, design, dan develop. Tahap define
Penilaian HOTS dapat diterapkan pada meliputi front-end analysis, learner analysis, task
aspek pengetahuan dan keterampilan. analysis, concept analysis, dan specifying
Brookhart (2010) mengemukakan bahwa instructional objectives. Tahap design meliputi
prinsip-prinsip menilai HOTS yaitu 1) construction of criterion-referenced tests,
menentukan apa yang akan dinilai dengan media selection, format selection, dan initial
jelas dan tepat, 2) mendesain soal tes atau design for presentation of instruction through
penugasan yang akan dinilai, 3) menentukan media. Tahap develop meliputi expert
rubrik yang mencerminkan hasil keterampilan appraisal.
yang dinilai, 4) memberikan pengantar agar
siswa berpikir, seperti teks singkat, gambar, HASIL DAN PEMBAHASAN
skenario, maupun suatu masalah, 5) Define
menggunakan materi yang baru bagi siswa, Pada tahap define, dilakukan front-end
yang belum dibahas di kelas dan bukan yang analysis yaitu studi tentang permasalahan
bersifat mengingat saja, dan 6) membedakan utama, yaitu kurangnya pengembangan soal-
antara tingkat kesulitan (mudah dan sulit) dan soal kognitif HOTS pada Pembelajaran IPA SD
tingkat berpikir (LOTS dan HOTS), dan sehingga diperlukan pengembangan soal-soal
mengontrolnya secara terpisah. Penilaian kognitif HOTS pada Pembelajaran IPA,
kompetensi keterampilan sudah pasti khususnya Kelas VI SD. Selanjutnya yaitu tahap
menggunakan HOTS karena tidak hanya learner analysis. Pada tahap define juga
proses transfer knowledge tetapi juga proses dilakukan analisis perkembangan kognitif Kelas
berpikir kritis, kreatif, dan penyelesaian VI SD agar soal HOTS yang disusun sesuai
masalah, misalnya dengan teknik praktik, dengan karakteristik siswa Kelas VI SD. Siswa
produk, dan proyek (Setiawati, dkk., 2018:24- kelas VI SD termasuk dalam masa kanak-kanak
31). akhir atau sering disebut dengan usia sekolah.
Soal-soal HOTS tidak hanya berbentuk Anak dalam tahap ini sudah dapat berpikir
uraian. Bentuk soal HOTS bisa berupa pilihan dengan logis (Kolucki & Lemish, 2011) dan
ganda kompleks (benar/salah atau ya/tidak) dapat menyimpulkan (Eccles, 1999). The
dan uraian (Setiawati, dkk., 2018:14-15). Institute for Human Services for The Ohio Child
Karakteristik soal HOTS antara lain sebagai Welfare Training Program (2007)
berikut. mengemukakan bahwa siswa umur 10-11
1. Soal HOTS harus didahului dengan stimulus tahun dapat mengenal dan
yaitu komponen yang dapat dianalisis, mempertimbangkan pendapat secara akurat ,
dievaluasi, disintesis, diimajinasi, dan mulai puber, dan mulai memahami peran
diciptakan (Hanifah, 2019). sosial.
2. Mengukur kemampuan berpikir tingkat Pada tahap task analysis, dilakukan
tinggi dan berbasis permasalahan analisis kompetensi dasar IPA Kelas VI pada
kontekstual. Setiawati, dkk. (2018:11-13). Kurikulum 2013 yang akan dijadikan soal HOTS.
Langkah-langkah penyusunan soal HOTS Terdapat 8 kompetensi dasar (KD) yang
menurut Setiawati, dkk. (2018:18) yaitu 1) diajarkan di Kelas VI, antara lain sebagai
Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal berikut.
HOTS, 2) Menyusun Kisi-kisi soal, 3) Memilih 3.1 Membandingkan cara
stimulus yang menarik dan kontekstual, 4) perkembangbiakan tumbuhan dan
Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi hewan
soal, dan 5) Membuat pedoman penskoran 3.2 Menghubungkan ciri pubertas pada laki-
(rubrik) atau kunci jawaban. laki dan perempuan dengan kesehatan
reproduksi
METODE 3.3 Menganalisis cara makhluk hidup
Penelitian ini bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
menghasilkan draf soal kognitif higher order 3.4 Mengidentifikasi komponen-komponen
thinking skills materi IPA yang layak digunakan listrik dan fungsinya dalam rangkaian listrik
pada pembelajaran tematik SD Kelas VI. sederhana
Metode penelitian yang digunakan yaitu 3.5 Mengidentifikasi sifat-sifat magnet dalam
pengembangan model 4D (Thiagarajan, 1974) kehidupan sehari-hari
[9]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[10]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[11]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Dinamika kematangan mental dan cara berpikir mahasiswa saat ini semakin berubah. Kondisi ini
banyak ditemui di kampus-kampus swasta yang masih berkembang. Kematangan mental dan cara
berpikir berpengaruh terhadap etos kuliah, capaian akademik, dan tingkat ketahanan mahasiswa
dalam melaksanakan perkuliahan. Pada proses perkuliahan kemampuan akademik memang
berpengaruh terhadap capaian prestasi akademik, tetapi kecerdasan emosional berpengaruh besar
pada penyelesaian studi. Kecerdasan emosional sesuai dengan teori kecerdasan jamak yang telah
dikemukakan oleh Gardner meliputi kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Kecerdasan
emosional ini berpengaruh positif pada prestasi belajar ketika mengenyam pendidikan maupun
berpengaruh jangka panjang ketika lulusan telah bekerja. Prestasi belajar tanpa kecerdasan
emosional tidak mengindikasikan kesuksesan masa depan dan rendahnya kecerdasan emosional
mengindikasikan kepribadian yang lemah. Begitu besar peranan kecerdasan personal pada
keberhasilan studi di perguruan tinggi maka perlu pengembangan kecerdasan personal sejak
mahasiswa diterima di perguruan tinggi. Supaya dapat mengembangkan kecerdasan personal maka
diperlukan pemetaan dan pengukuran kecerdasan personal. Pada makalah ini akan dibahas lebih
lanjut cara pemetaan kecerdasan personal dan optimalisasi pembimbingan akademik pada
mahasiswa baru.
[12]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[13]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[14]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[15]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[16]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[17]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[18]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
SIMPULAN
Pembimbingan akademik dapat
dimaksimalkan dengan cara memetakan
kompetensi personal mahasiswa. Pemetaan
kompetensi personal meliputi kompetensi
intrapersonal dan kompetensi interpersonal.
Pemetaan dapat dilakukan dengan penilaian
diri, penilaian antarteman, dan penilaian
melalui tes. Pemetaan sebaiknya dilaksanakan
sejak awal mahasiswa baru, selanjutnya dapat
Gambar 3. Format angket penilaian
dievaluasi setiap semester pada kegiatan
antarteman
bimbingan akademik. Melalui pemetaan ini
harapannya dosen pembimbing akademik
Tes Tertulis merupakan tes dimana
mempunyai gambaran kompetensi personal
soal dan jawaban yang diberikan kepada
mahasiswa sejak tahun akademik pertama
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam
sehingga mampu memaksimalkan perannya
menjawab soal peserta didik tidak selalu
untuk mengurangi angka putus kuliah
merespon dalam bentuk menulis jawaban
tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain
SARAN
seperti memberi tanda, mewarnai,
Pemetaan kompetensi personal dapat
menggambar, dan lain sebagainya. Ada
dilakukan dengan ketiga teknik penilaian yaitu
dua bentuk soal tes tertulis, yaitu (1) soal
penilaian diri, penilaian antarteman, dan
dengan memilih jawaban (selected
penilaian melalui tes. Data yang dihasilkan
response), mencakup: pilihan ganda,
dapat digunakan sebagai triangulasi sehingga
benar-salah, dan menjodohkan; (2) soal
gambaran kompetensi personal mahasiswa
dengan mensuplai jawaban (supply
diperoleh secara akurat.
response), mencakup: isian atau
melengkapi, uraian objektif, dan uraian
DAFTAR PUSTAKA
non-objektif. Penyusunan instrumen
Behjat, F. (2011). Interpersonal and
penilaian tertulis perlu dipertimbangkan
intrapersonal intelligences: Do they really
hal-hal berikut. (1) Materi, misalnya
work in foreign-language learning?
kesesuaian soal dengan indikator
Procedia-Social and Behavioral
kompetensi personal; (2) Konstruksi,
Sciences, 32: 351 – 355. Online:
misalnya rumusan soal atau pertanyaan
https://core.ac.uk/download/pdf/82319
harus jelas dan tegas; (3) Bahasa, misalnya
886.pdf.
[19]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Dent, J.A. & Rennie, S. (2005). Student support. tanggal 28 September 2018, dari: https://
In A practical guide for medical www.niu.edu/facdev/_pdf/guide/learnin
teachers, edited by Dent JA, Harden RM. g/howard_gardner_theory_multiple_intell
Edinburgh: Elsevier-Churchill Livingstone: igences.pdf.
374-81. Partawibawa, A., Fathudin, S., & Widodo, A.
FEB UB. (2014). Manual Prosedur Konsultasi (2014). Peran Pembimbing Akademik
Akademik & Bimbingan. Malang: Terhadap Pembentukan Karakter
Universitas Brawijaya. Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan
FK UI. (2015). Panduan Pembimbing Akademik. Teknologi Kejuruan, 22 (1): 1-8.
Jakarta: Universitas Indonesia. Preeti, B. (2013). Role of Emotional Intelligence
FPIP UNIRA. (2017). Panduan Pembimbingan for Academic Achievement for Students.
Akademik Mahasiswa. Malang: Research Journal of Educational
Universitas Islam Raden Rahmat Malang. Sciences, 1 (2): 8-12. Online:
Imran, F., Susetyo, B., & Wigena, A.H. (2013). https://pdfs.semanticscholar.org/deca/f
Identifikasi Faktor-Faktor Yang 265f1fb1df8bf50f6a9d2147c2336b3c357.
Berhubungan Dengan Mahasiswa Putus pdf.
Kuliah Di IPB Angkatan 2008 Ratnaningsih, D.J., Saefuddin, A., & Wijayanto,
Menggunakan H. (2008). Analisis Daya Tahan
Analisis Survival. Xplore, 2(1): 1-6. Online: Mahasiswa Putus Kuliah Pada
http://journal.ipb.ac.id/index.php/xplore Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. Jurnal
/article/download/12404/9475. Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 9
Joibari, A., & Mohammadtaheri, N. (2011). The (2): 101-110.
Study of Relation Between Emotional Sidik. (2015). Analisis Peran Dosen Pembimbing
Intelligence and Students’ Academic Akademik (PA) Terhadap Peningkatan
Achievement of High Schools in Tehran Motivasi dan Minat Belajar Mahasiswa.
city. Procedia-Social and Behavioral Jurnal Widya Cipta, VII (1): 49-57.
Sciences, 29 : 1334 – 1341. Online: Sreenidhi, S.K., & Helena, T.C. (2017). Multiple
https://core.ac.uk/download/pdf/82511 Intelligence Assessment Based on
597.pdf. Howard gardner’s Research.
Kanoy, K. (2015). Emotional Intelligence International Journal of Scientific and
Learning. Raleigh: Jossey Bass William Research Publications, 7 (4): 203-213.
Peace University. Online: http://www.ijsrp.org/research-
Mendikbud. (2013). Peraturan Menteri paper-0417/ijsrp-p6435.pdf.
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Suprihatin, T. (2016). Kepuasan Mahasiswa
Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Terhadap Pembimbing Akademik. Jurnal
Tentang Implementasi Kurikulum. Proyeksi, 11 (1): 36-45.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
NIU. (2011). Howard Gardner’s Theory of
Multiple Intelligences. Diakses pada
[20]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
akusandradewi1989@gmail.com 1, lailatulm11@gmail.com2
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui pemanfaatan media
Video Pembelajaran IPS pada siswa kelas V Sekolah Dasar. Konsentrasi materi yang dipilih dalam
penelitian ini adalah Keragaman kenampakan alam dan buatan di Indonesia. Penilitian dilakukan di
SDN Jatijejer Trawas-Mojokerto TA 2018/2019 dengan jumlah 30 siswa. Penelitian ini dilatar belakangi
oleh kemampuan siswa kelas V SDN Jatijejer Trawas-Mojokerto yang belum memenuhi target KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) yang sudah ditentukan. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classrom action Research) yang terdiri atas 2 siklus dengan empat tahap
yang saling berkaitan yakni tahap pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data
menggunakan tes hasil belajar siswa dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa selama proses
kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian pada siklus 1 dan 2 melalui pemanfaatan media
video pembelajaran IPS diperoleh rata-rata hasil belajar siswa 69.66 dan 86.06 dengan prosentase
ketuntasan belajar 53.33% pada siklus 1 dan 93.33% pada siklus 2. Peningkatan hasil belajar tersebut
diikuti adanya peningkatan aktifitas Guru dan siswa yakni 86.36% dan 63.33% pada siklus 1 kemudian
95.45% dan 93.33% pada siklus 2. Dari data yang diperoleh membuktikan bahwa pemanfaatan media
video pembelajaran IPS pada siswa kelas V Sekolah Dasar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Abstract
This study aims to determine the increase in student learning outcomes through the use of Social Media
Learning Video media for fifth grade students of elementary schools. The concentration of material
chosen in this study is the diversity of natural and artificial appearance in Indonesia. The research was
conducted at SDN Jatijejer Trawas-Mojokerto TA 2018/2019 with a total of 30 students. This research is
motivated by the ability of Grade V students of SDN Jatijejer Trawas-Mojokerto who have not met the
specified KKM (Minimum completeness criteria) target. This type of research is Classroom Action
Research which consists of 2 cycles with four interrelated stages namely implementation, observation
and reflection. Data collection techniques using student learning outcomes tests and observation
sheets of teacher and student activities during the learning process takes place. The results of research
in cycles 1 and 2 through the use of social media learning media media obtained an average student
learning outcomes 69.66 and 86.06 with the percentage of mastery learning 53.33% in cycle 1 and
93.33% in cycle 2. Increased learning outcomes are followed by an increase in teacher and student
activities namely 86.36% and 63.33% in cycle 1 then 95.45% and 93.33% in cycle 2. From the data
obtained it proves that the use of social media learning video media in fifth grade elementary school
students can improve student learning outcomes.
[21]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[22]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Keterangan: X
P = Presentase ketuntasan klasikal Nilai rata-rata =
n = Jumlah siswa yang tuntas N
N = jumlah seluruh siswa 2090
Untuk menilai soal essay yang telah =
dilakukan oleh siswa, guru melakukan 30
penjumlahan nilai yang telah diperoleh siswa = 69.66
dibagi dengan jumlah siswa yang ada pada
kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes Ketuntasan siswa secara klasikal
formatif sebagai berikut : adalah:
Nilai rata-rata = n
Keterangan : ∑X = jumlah semua nilai siswa P= N x 100%
∑N = jumlah siswa 16
P= x 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
30
P = 53,33 %
1. SIKLUS I
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar dengan
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Observasi aktivitas
Penggunaan Media Video Pembelajaran
Guru Siklus I
Nama Ketuntasan
No Skor Hasil
siswa Belajar
No Aspek yang Penga Penilaian
1 AK 75 Tuntas
dinilai matan
2 AZ 50 Tidak Tuntas
Y Ti 1 2 3 4
3 BD 60 Tidak Tuntas
4 DP 80 Tuntas a d
a
5 GR 75 Tuntas
k
6 GS 65 Tidak Tuntas
1. Mengkondisik √ √
7 KH 50 Tidak Tuntas
an peserta
8 MD 85 Tuntas
didik untuk
9 MP 80 Tuntas
mengikuti
10 MR 80 Tuntas
pembelajara
11 MA 55 Tidak Tuntas
n.
12 MD 80 Tuntas
2. Melakukan √ √
13 MH 75 Tuntas apersepsi
14 MS 50 Tidak Tuntas sesuai
15 NA 80 Tuntas dengan
16 NB 70 Tidak Tuntas materi yang
17 NK 50 Tidak Tuntas akan
18 OJ 50 Tidak Tuntas disampaikan.
19 OK 60 Tidak Tuntas 3. Menyampaik √ √
20 PA 100 Tuntas an tujuan
21 PB 80 Tuntas pembelajara
22 PT 75 Tuntas n.
23 QQ 100 Tuntas 4. Menjelaskan √ √
24 QR 80 Tuntas materi
25 RA 70 Tidak Tuntas kenampakan
26 RD 60 Tidak Tuntas alam dan
27 RS 75 Tuntas buatan
28 SA 55 Tidak Tuntas 5. Memutarkan √ √
29 TW 75 Tuntas video
30 YN 60 Tidak Tuntas kenampakan
alam dan
Rata-rata 2090
buatan
[23]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[24]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[25]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[26]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[27]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Kit IPA sederhana materi Magnet dengan pendekatan
Guided Discovery untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis pada siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pengembangan dengan model 4-P (4-D Models), dan
tahap uji coba yang dilakukan pada 36 orang siswa kelas V SDN Ngingas Sidoarjo, dengan rancangan
one group pretest-posttest design. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan
kualitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Kit IPA sederhana yang dikembangkan sangat valid
dan baik, keterampilan berpikir kritis siswa meningkat dengan skala tingkat berpikir kritis yang bervariasi.
Pembelajaran dengan menggunakan Kit IPA sederhana yang telah dikembangkan juga mendapat
respon positif dari siswa. Simpulan dari penelitian ini bahwa Kit IPA sederhana yang dikembangkan
layak untuk digunakan dan dapat memfasilitasi guru untuk mengajarkan materi Magnet dan
melatihkan keterampilan berpikir kritis pada siswa sebagai salah satu aspek keterampilan abad ke-21
yang harus dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar.
Kata Kunci: Kit IPA sederhana, Guided Discovery, Keterampilan Berpikir Kritis, Magnet.
[28]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[29]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
lengkap, Kit IPA hanya digunakan pada pendekatan Guided Discovery untuk
sebagian kecil pembelajaran IPA, dan melatihkan keterampilan berpikir kritis pada
penggunaannya dalam kegiatan praktikum siswa Sekolah Dasar, yang ditinjau dari
masih kurang. Tanpa adanya Kit IPA, dapat validitas, kepraktisan, dan efektifitas media
mempengaruhi kurang optimalnya terhadap pemahaman konsep Magnet.
pembelajaran IPA. Sedangkan IPA memiliki Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
karakteristik pembelajaran yang menekankan tahap, yaitu tahap pengembangan dengan
pada pemerolehan konsep secara langsung model 4-P (Four D Models), dan tahap uji coba.
melalui bantuan benda-benda konkret. IPA Model pengembangan 4-P (Four D Models)
berkaitan dengan cara mencari tahu dan yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel
memahami alam secara ilmiah dan sistematis & Semmel (1974). Model ini terdiri dari 4 tahap
menggunakan alat peraga dan Kit, karena IPA pengembangan yaitu Define, design, develop,
bukanlah kumpulan fakta dan teori melainkan dan disseminate atau diadaptasikan menjadi
merupakan suatu proses menemukan dengan model 4-D yaitu pendefinisian, perancangan,
tujuan membentuk keterampilan dan sikap pengembangan, dan penyebaran. Dalam
ilmiah (Maswindah dan Suryanti, 2019). penelitian ini peneliti tidak melakukan tahap
Materi atau konsep Magnet penyebaran (disseminate). Uji coba dalam
merupakan konsep yang konkret. Peran media penelitian dilakukan pada 36 orang siswa Kelas
pembelajaran amatlah besar untuk mencapai V SDN Ngingas Sidoarjo. Pelaksanaan uji coba
tujuan pembelajaran. Pendekatan Guided ini mengimplementasikan rancangan “One
Discovery dapat menjadi pilihan guru untuk group pretest -posttest design) yang
mangajarkan materi tersebut, karena siswa dikembangkan oleh Campbell dan Stanley
dapat menemukan konsep-konsep Magnet (dalam Arikunto, 2006), dengan pola sebagai
melalui bimbingan guru, dan sekaligus dapat berikut:
melatihkan keterampilan berpikir kritis pada
siswa. Berlyne (1965) dalam Nur dan Wikandari
O1 X O2
(2008)), bahwa metode ini memacu rasa ingin Keterangan:
tahu siswa, memotivasi mereka untuk O1 = pretest
melanjutkan pekerjaannya hingga mereka X = treatment (pelaksanaan pembelajaran
menemukan jawabannya, siswa juga belajar dengan menerapkan Kit IPA sederhana yang
memecahkan masalah secara mandiri dan dikembangkan).
keterampilan berpikir kritis karena mereka tahu O2 = posttest
harus selalu menganalisis dan menangani
informasi. Instrumen yang digunakan dalam
Berdasarkan latar belakang masalah di penelitian ini adalah lembar validasi Kit IPA
atas, penelitian ini bertujuan untuk sederhana, lembar kuesioner siswa terhadap
mengembangkan Kit IPA sederhana materi Kit IPA sederhana, serta lembar penilaian
Magnet dengan pendekatan Guided Keterampilan berpikir kritis. Data yang
Discovery untuk melatihkan keterampilan diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif
berpikir kritis pada siswa Sekolah Dasar. Kit IPA kuantitatif dan kualitatif.
sederhana yang dikembangkan mengandung Analisis terhadap keterampilan berpikir
makna menggunakan meterial yang berbiaya kritis siswa dapat dilakukan dengan
rendah sehingga terjangkau bagi sekolah, memberikan skor pada hasil tes. Pemberian
material mudah didapat dan mudah dibuat. skor berpedoman pada skala Taksonomi Solo
yang dikembangkan oleh (Biggs & Collins
METODE (1982) dalam Habibi (2009)) yang dijelaskan
Penelitian ini termasuk dalam pada Tabel 1 berikut ini. Skor yang diperoleh
penelitian pengembangan, dengan siswa selanjutnya akan dirata-rata untuk
menggunakan pendekatan model 4-P (Four D mendapatkan hasil tingkat kemampuan
Models). Mengembangkan Kit IPA sederhana berpikir kritis siswa.
materi Magnet dengan pendekatan Guided
Discovery untuk melatihkan keterampilan
berpikir kritis pada siswa Sekolah Dasar.
Objek penelitian adalah kelayakan Kit
IPA sederhana materi Magnet dengan
[30]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[31]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Hasil analisis terhadap Kit IPA Materi Magnet pada Kelas V Sekolah
sederhana juga berupa data kualitatif yaitu Dasar terdapat pada Tema 7: Sejarah
berupa saran atau komentar antara lain peradaban di Indonesia, dan sub tema 1:
sebaiknya ditambahkan lagi benda-benda Kerajaan Islam di Indonesia. Berdasarkan
yang ada di sekitar siswa yang bertujuan konsep Magnet yang terdapat pada Tabel 2,
menemukan konsep benda magnetis dan selanjutnya dapat diklasifikasikan alat dan
tidak magnetis, ditambahkan lagi nomor bahan Kit IPA sederhana sesuai dengan
keterangan alat dan bahan pada kotak Kit konsep-konsep tersebut. Klasifikasi alat dan
IPA, terdapat sedikit revisi pada buku petunjuk bahan Kit IPA sederhana akan dijelaskan pada
penggunaan Kit IPA. Adapun hasil Kit IPA Tabel 3 berikut ini.
sederhana yang sudah direvisi dapat dilihat
pada Gambar-gambar berikut ini. Tabel 3. Klasifikasi Komponen Kit IPA
Sederhana Berdasarkan Konsep Magnet
No. Konsep Materi Komponen Kit IPA
Magnet
1. Benda-benda Magnet ladam,
magnetis dan tidak magnet batang,
magnetis. karet, kaca,
gabus, sendok
plastik, sendok
aluminium, kawat
tembaga, pensil,
Gambar 2. Isi Kotak Kit IPA paku, penggaris
plastik, kancing
Kit IPA dapat… SS plastik, baut.
2. Medan magnet. Serbuk Besi,
Penggunaan Kit… S magnet ladam,
Penggunaan Kit…
C magnet batang,
Kit IPA dapat… kertas polos.
Kit IPA mudah… TS
3. Contoh penerapan Kompas,
0 10 20 30 40 STS magnet permainan
dalamkehidupan magnet, hiasan
Gambar 3. Komponen Kit IPA sehari-hari. magnet.
4. Sifat-sifat magnet Berdiskusi dengan
Pada indikator konsep, rata-rata skor dan bantuan Buku
validasi sebesar 5,00. Hal ini menunjukkan penerapannya Petunjuk Praktikum.
bahwa konsep pada materi Magnet sudah dalam kehidupan
sangat baik. Adapun beberapa konsep sehari-hari.
mengenai materi Magnet dapat dijabarkan 5. Cara pembuatan Magnet ladam,
pada Tabel 2 berikut ini. magnet. magnet batang,
baterai, paku,
Tabel 2. Konsep-konsep Pada Materi Magnet kawat tembaga,
No. Konsep Materi Magnet serbuk Besi.
1. Mengelompokkan benda-benda yang
bersifat magnetis dan tidak magnetis. 2. Hasil Kuesioner Siswa
2. Menunjukkan medan magnet yang Analisis instrumen lembar kuesioner
paling kuat. siswa menggunakan skala likert. Adapun
3. Memberikan contoh penerapan lembar instrumen kuesioner siswa diadaptasi
magnet dalam kehidupan sehari-hari dari Zidny, et al (2019). Hasil dari analisis lembar
4. Melaporkan hasil pengamatan tentang kuesioner siswa terhadap Kit IPA sederhana
sifat-sifat magnet dan penerapannya yang dikembangkan dapat dilihat pada
dalam kehidupan sehari-hari. Diagram berikut ini:
5. Menjelaskan sifat-sifat magnet.
6. Melaporkan cara membuat magnet
secara sederhana.
[32]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
0 DAFTAR RUJUKAN
19 21 23 25 27 29 31 33 35 Akinoglu, O.2008. Assesment of The Inquiry-
Based Project Implementation Process in
Gambar 5. Hasil Penilaian Skala Tingkat Berpikir
Science Education Upon Student’s Points
Kritis Siswa
of View. International Journal of
Instruction. Vol 1 (1) hal 1-12.
[33]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[34]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah siswa mampu menguasai kompetensi
yang disampaikan oleh guru dalam kelas. Guru harus mampu menyampaikan materi dengan
baik sesuai dengan alur berpikir siswanya, terutama dalam kompetensi matematika.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) dapat mengetahui alur berpikir siswa SD dengan alur berpikir
guru SD, dan 2) untuk melihat perspektif guru dalam memahami alur berpikir siswa SD dalam
logika berhitung. Penelitian ini menggunakan penelitian analisis deskriptif dengan metode
studi komparasi. Tahapan yang dilakukan adalah 1) menyusun soal berbasis logika berhitung,
2) memberikan soal kepada siswa SD kelas rendah, 3) memberikan soal kepada calon guru
SD dengan instruksi tertentu, 4) menganalisis hasil kerja siswa dan calon guru dengan soal
yang sama, 5) membandingkan hasil analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan lembar kerja dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur
berpikir calon guru SD 70% telah mendekati alur berpikir siswa SD melalui persoalan-persoalan
matematika yang telah diselesaikan dengan cara memprediksi jawab-jawaban dari siswa SD.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam melihat perspektif siswa untuk
menunjang proses pembelajaran adalah dalam kategori “baik”.
Kata Kunci: studi komprasi, logika berhitung, siswa SD, calon guru SD
[35]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[36]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Slameto (2003) mengatakan terdapat bantuan orang dewasa dalam hal ini orang
dua faktor yang dapat menjadi penyebab tua dan gurunya. Guru harus benar-benar
kesulitan belajar bagi siswa yaitu faktor internal memahami variasi berpikir masing-masing
berasal dari dalam diri siswa meliputi siswa. Siswa memiliki banyak variasi berpikir
kesehatan, intelegensi, dan minat. Sedangkan dalam logika berhitung.
factor eksternal berasal dari lingkungan siswa Logika berhitung merupakan dasar dari
meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, dan perkembangan matematika yang biasanya
sekolah. Dengan demikian, kesulitan belajar berkaitan dengan kegiatan sehari – hari. Logika
tidak hanya dialami oleh peserta didik dengan berhitung erat kaitannya dengan bilangan
intelegensi rendah tapi juga dipengaruhi oleh dengan berbagai cara dalam menyelesaikan
lingkungan yang kurang mendukung. Termasuk berbagai permasalahan terkait kompetensi
dalam logika berhitung siswa dalam matematika.
kompetensi matematika. Dari hasil studi komparasi yang diperoleh
Kemampuan logika berhitung masing- pada uji coba lapangan kepada sebanyak 12
masing siswa bervariasi. Variasi tersebut mahasiswa calon guru SD dan 18 siswa SD,
ditentukan oleh banyak factor, diantaranya bahwa sebanyak 70% mahasiswa calon guru
pengetahuan sebelumnya, lingkungan, dan dapat memahami pola pikir siswa dengan
imajinasi siswa itu sendiri. Berdasarkan latar mampu memprediksi jawaban siswa dari
belakang tersebut diatas, maka perlu berbagai permasalahan yang diberikan. Pada
dilakukan Studi komperasi yang dititik beratkan uji coba tersebut, siswa memiliki pola berpikir
pada pemahaman calon guru SD terhadap yang berbeda-beda antar individi dengan
pemikiran siswa dalam menyelesaikan individu yang lainya. Sebagai contoh siswa
permasalahan logika berhitung dalam diberikan soal “Apakah kamu tahu becak?
kompetensi matematika. Apakah kamu tahu sepeda? Apabila ada 3
becak dan dua sepada sedang parkir di
METODOLOGI PENELITIAN depan sekolahmu, maka ada berapakah roda
Metode penelitian yang digunakan seluruhnya? untuk menghitung roda
dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif keseluruhan dari 3 becak dan 2 sepeda, siswa
dengan menggunakan studi komparasi. dengan kreativitas masing-masing telah
Tahapan penelitian yang telah dilakukan menjawab dengan berbagai ide kreatif. Dari
adalah 1) menyusun soal berbasis logika data yang dihasilkan, beberapa siswa
berhitung, 2) memberikan soal kepada siswa menyelesaikan soal dengan menggambar
SD kelas rendah, yaitu siswa kelas I, II, dan III di becak dan sepeda secara keseluruhan dan
SD Al Hikmah, SD Labschool Unesa, dan SD ada juga yang hanya menggambar rodanya
Laboratorium Unesa, 3) memberikan soal saja lalu dihitung dengan membilang.
kepada mahasiswa calon guru SD yaitu Sedangkan jawaban dari mahasiswa
mahasiswa PGSD STKIP Al Hikmah Angkatan calon guru yang menerapkan pola pikir siswa
2019 yang sedang mendapatkan mata kuliah SD dalam penyelesaian soal tersebut dengan
logika berhitung dengan instruksi tertentu, 4) menggambarkan becak dan sepeda secara
menganalisis hasil kerja siswa SD dan keseluruhan. Akan tetapi hasil jawaban dari
Mahasiswa calon guru PGSD STKIP Al Hikmah calon guru SD lebih detail dan dideskripsikan
dengan soal yang sama, 5) membandingkan sedangkan hasil jawaban dari siswa SD hanya
hasil analisis soal yang dikerjakan siswa SD digambarkan dan di tuliskan operasi hitungnya
dengan Mahasiswa calon guru. (Lihat Gambar 1 dan Gambar 2).
Uji coba selanjutnya mahasiswa calon
HASIL DAN PEMBAHASAN guru dan siswa SD di beri persoalan sebagai
Peran guru sangatlah penting dalam berikut “sepuluh anak laki-laki sedang berbaris
memahami pola pikir siswa. Utamanya Guru SD lurus. Jika satu anak perempuan berdiri
sangat menentukan awal proses belajar siswa diantara setiap 2 anak laki-laki, berapakah
sampai ketahap yang lebih lanjut. Siswa SD jumlah anak perempuan dalam barisan
adalah siswa yang masih memiliki pola pikir tersebut? Dan berapakah jumlah anak
yang mendasar dan sangat bervariasi. keseluruhan dalam barisan tersebut?” dari
Bervariasinya pola pikir anak merupakan aset persoalaan tersebut di dapatkan bahwa calon
pada anak itu sendiri yang perlu guru SD dan siswa SD memiliki jawaban yang
dikembangakan dengan baik dengan hampir sama yaitu dengan cara di gambarkan
[37]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[38]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
DAFTAR PUSTAKA
Aledya, Vivi. 2019. Kemampuan pemahaman
konsep matemnatika pada siswa. [
Diakses di laman
https://www.researchgate.net/publicati
on/333293321_KEMAMPUAN_PEMAHAMA
N_KONSEP_MATEMATIKA_PADA_SISWA
pada tanggal 18 Sepetember 2019]
Amir, M.F. 2015. Proses Berpikir Kritis Siswa SD
dalam Memecahkan Masalah Berbentuk
Gambar 5. Jawaban Siswa SD terhadap Soal soal Cerita Matematika Berdasarkan
Spasial Gaya belajar. Jurnal Math Educator
Nusantara Volume 01 Nomor 02,
Nopember 2015.
[39]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Pada abad 21, keterampilan literasi mencerminkan kemampuan menghadirkan informasi dan
penggunaan teknologi yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan bekerja sama. Selain itu
juga semakin mudahnya pengaksesan ilmu pengetahuan melalui perangkat digital. Namun,
kebenaran tentang kemudahan tersebut berdampak pada perkembangan keterampilan literasi
masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa, masih menjadi pertanyaan bagi kita. Hal tersebut dapat
dilihat pada produk pemikiran berupa karya-karya tulisan mahasiswa. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui adakah korelasi antara kemampuan literasi abad 21 dengan kemampuan menulis yang
dimilikinya. Penelitian dilakukan dengan subyek penelitian mahasiswa PGSD Universitas PGRI Adi
Buana Surabaya dengan batasan pada mahasiswa yang menempuh mata kuliah Keterampilan
Berbahasa sejumlah tujuh kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random
sampling. Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasional product moment. Sebelumnya
dilakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Penelitian tersebut menunjukkan
hasil terdapat hubungan antara tingkat kemampuan literasi abad 21 dengan kemampuan menulis
mahasiswa.
[40]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[41]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Kemampuan ini akan dikembangkan dalam kali muncul dalam pembelajaran menulis
aktivitas literasi di sekolah dengan diantaranya terlihat dari pemilihan kata yang
mengembangkan keterampilan kurang sesuai, kalimat tidak efektif, sulit
mendengarkan, berbicara, membaca, mengungkapkan gagasan karena diksi,
menulis, menghitung, mempersepsi informasi, bahkan tidak dapat mengembangkan ide
dan mengkomunikasikan berdasarkan secara sistematis. Selain itu sering dijumpai pula
pemahaman dan kesimpulan pribadi peserta kesalahan ejaan. Berdasarkan paparan dan
pendidik sebagai literasi dasar. Hal ini permasalahan tersebut, peneliti melaksanakan
menunjukkan keseriusan pemerintah dalam penelitian noneksperimen dengan topik
upaya meningkatkan kegiatan literasi korelasi tingkat kemmapuan literasi abad 21
diberbagai bidang pendidikan. dengan keterampilan menulis mahasiswa.
Fakta lain tentang literasi yang telah
diterapkan yaitu mengenai kemampuan METODE
menulis masyarakat Indonesia termasuk anak- Penelitian dirancang dengan desain
anak di dalamnya. Buku merupakan produk penelitian kuantitatif dengan tujuan
kultural yang selalu digunakan untuk mengukur mengetahui adakah korelasi antara
kemajuan peradaban sebuah bangsa. keterampilan literasi dengan keterampilan
Semakin banyak dan bermutu buku yang menulis mahasiswa. Populasi penelitian yaitu
diterbitkan, semakin maju pulalah peradaban mahasiswa semester dua yang menempuh
bangsa tersebut. Kristiyani (2016), mata kuliah keterampilan berbahasa.
menyebutkan perbandingan statistik situasi Keseluruhan populasi tersebut terbagi dalam
perbukuan di tanah air dengan negara- tujuh kelas mulai dari kelas A hingga G.
negara tetangga tahun 2015 menunjukkan Selanjutnya diperoleh data awal dari nilai ujian
fakta yang memprihatinkan. Dalam kurun tengah semester untuk diolah sebagai data uji
waktu satu tahun, buku yang diterbitkan di prasyarat berupa uji normalitas dan linieritas.
Indonesia dengan jumlah penduduk 249,9 juta Hasil dari uji prasyarat tersebut menunjukkan
jiwa hanya sekitar 8000 judul. Dibanding ketujuh kelas normal dan linier sehingga dapat
dengan Malaysia yang mampu menerbitkan diambil sampel penelitian dengan
buku dengan jumlah yang sama dalam satu menggunakan teknik cluster random sampling.
tahun dengan jumlah penduduk 27 juta jiwa. Kelas sampel yang diperoleh yaitu kelas D
Vietnam sebagai negara berkembang yang yang berjumlah 36 mahasiswa.
baru berbenah setelah pendudukan Amerika, Untuk mendapatkan data mengenai
sudah menerbitkan hampir dua kali lipat, yaitu tingkat keterampilan literasi, peneliti
sebanyak 15000 judul buku pertahun dengan menggunakan angket tentang aktivitas literasi
jumlah penduduk sekitar 80juta jiwa. Jepang yang diisikan mahasiswa. Selanjutnya diakhir
yang memiliki jumlah penduduk 129 juta jiwa diambil data nilai tugas menulis sebagai data
mampu menerbitkan tidak kurang dari 60000 akhir. Data tersebut dianalisis dengan
buku tiap tahun. Selanjutnya angka penerbitan menggunakan uji korelasional product
buku di Inggris yang jumlah penduduknya moment.
54,01 juta jiwa mampu mencapai nilai fantastis
sebanyak 110.155 judul setiap tahunnya,
HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga disebut sebagai produsen buku
Tingkat Keterampilan Literasi Abad 21
terbanyak di dunia. UNESCO sebagai lembaga
Tingkat keterampilan literasi mahasiswa
dunia telah menetapkan program penerbitan
diperoleh dari hasil analisis data kuesioner.
buku untuk negara berkembang sebanyak 50
Terdapat 20 item pernyataan pada kuesioner
buku per satu juta penduduk dan sedikitnya
dengan rincian 10 penyataan positif dan 10
500 judul buku per satu juta penduduk untuk
pernyataan negatif. Adapun perolehan nilai
negara maju. Sehingga dapat disimpulkan
kuesioner tingkat keterampilan literasi
bahwa Indonesia masih jauh untuk mencapai
mahasiswa diklasifikasikan dalam lima kategori
standar tersebut.
penilaian. Hasil tersebut dapat dilihat pada
Hal tersebut merupakan permasalahan
tabel 1 berikut.
bagi bangsa. Kemampuan menulis tidak
mungkin tiba-tiba dimiliki seseorang tanpa
belajar dan berlatih. Beberapa masalah sering
[42]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[43]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
DAFTAR RUJUKAN
Anna, Permanasari. (2010). Paradigma
Pendidikan Nasional Abad XXI.
Daniela, Popa. (2015). The Relationship
between Regulation, Motivation and
Performance at Secondary School
Student. Procedia-Social and Behaviour
Sciences 191 (2015) 2549-2553.
Efendi, Kusno. (2015). Hubungan antara konsep
diri dan kemampuan verbal dengan
prestasi belajar pada siswakelas lima
sekolah dasar muhammadiyah
sukonandi Yogyakarta. Humanitas. Vol 1
Januari 2015: 26-31.
Fisher, Alec. (2017). Berpikir Kritis Sebuah
Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Kemendikbud. (2017). Materi Pendukung
Literasi Baca Tulis. Jakarta.
Kristiyani, Titik. (2016). Self Regulated Learning
Konsep, Implikasi, dan Tantangannya
Bagi Siswa di Indonesia. Yogyakarta:
Sanata Dharma University Press.
Ormrod, J.E. (2016). Educational Psycology:
Developing Learners. (5th ed.) Upper
Saddle River, N.J.: Person.
Paris, S.G. (2004). Principles of self regulated
learning for teachers. Dalam Jessie-Ee.,
Chang, A., & Tan, O.S. (Eds), Thinking
about Thinking: What Educators need to
know. (hh. 48-71). Singapura: McGraw-
Hill Education (asia).
Sadi, Ozlam; Uyar, Miray. (2013). The
Relationship between cognitive Self
Regulated Learning Strategies and
Biology Achievement: A Path Model.
Procedia-Social and Behaviour Sciences
93.
Schwab, K. (2016). Shaping theFourth Industrial
Revolution.
[44]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Penggunaan media pembelajaran dalam bentuk permainan akan menarik minat siswa untuk belajar
dan menikmati proses pembelajaran yang diharapkan dapat mempengaruhi pencapaian belajarnya.
Selain itu penggunaan media pembelajaran yang tepat tidak saja diharapkan meningkatkan
antusiasme siswa tapi juga mendorong sisi interaktif antar siswa yang dapat meningkatkan
pembelajaran berkelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan media board game
yang diadaptasi dari permainan monopoli pada mata pelajaran IPA siswa sekolah dasar. IPA
merupakan pelajaran yang memerlukan banyak pemahaman dan hafalan yang akan lebih menarik
dan menantang apabila dilengkapi dengan permainan. Pemilihan media board game yang
diadaptasi dari permainan monopoli memiliki dua unsur yaitu permainan dan pembelajaran. Dengan
kedua unsur tersebut siswa diharapkan mampu menerima, memahami dan mengingat materi
pembelajaran IPA tersebut dengan beraktivitas seperti bermain. Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data penelitian adalah
dengan pengamatan kelas sedangkan instrument yang dipergunakan untuk mendapatkan data
penelitian adalah lembar observasi dan lembar wawancara bagi guru dan siswa. Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan penggunaan media board game yang diadaptasi dari permaianan
monopoli pada sekolah dasar dapat membantu siswa lebih menikmati pembelajaran sekaligus
memahami materi IPA yang diberikan oleh guru.
[45]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[46]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[47]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
khususnya pembelajaran IPA dalam tematik. Tabel 1 Data Pengamatan Penerapan Media
Selain itu peneliti juga dilengkapi dengan Board Game dalam Pembelajaran IPS pada
lembar wawancara siswa untuk melihat Siswa Sekolah Dasar
pendapat siswa terhadap penggunaan media
board game adaptasi permainan monlpoli No. Pertanyaan Nilai
dalam proses pembelajaran IPA. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan 1 Kejelasan penempatan materi pada 4
memberikan tanda centang pada lembar media board game adaptasi
permainan monopoli
observasi pada kriteria yang ada pada lembar 2 Kelengkapan materi yang disajikan 3
observasi selama mengamati proses melalui pertanyaan pada media
pembelajaran dengan menggunakan media. board game adaptasi permainan
monopoli
Selanjutnya data wawancara dikumpulkan
3 Kejelasan aturan main pada media 4
dengan memberikan wawancara siswa board game adaptasi permainan
mengenai penerapan media board game monopoli
adaptasi permainan monopoli. Analisis data 4 Kejelasan pertanyaan terkait materi 4
yang diberikan pada board game
dilakukan secara deskriptif untuk
adaptasi permainan monopoli
mendapatkan gambaran penerapan media 5 Kecepatan siswa memahami 3
board game adaptasi monopoli dalam proses pertanyaan dalam permainan
pembelajaran IPA di SD Tahap analisis data monopoli
6 Ketertarikan siswa belajar 4
tersebut mencakup data reduction, tampilan menggunakan board game adaptasi
data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. permainan monopoli
7 Efektifitas pembelajaran dengan 3
board game adaptasi permainan
HASIL DAN PEMBAHASAN
monopoli
Penelitian ini bertujuan untuk
8 Ketepatan penggunaan media 4
mengetahui penerapan media board game board game adaptasi permainan
adaptasi permainan monopoli dalam proses monopoli pada pelajaran IPA
pembelajaran IPA di SD. Pada hasil dan 9 Kecenderungan siswa untuk belajar 4
lagi menggunakan media board
pembahasan ini akan dipaparkan hasil game adaptasi permainan monopoli
observasi kelas dan wawancara yang akan 10 Daya tarik susunan materi yang terdiri 3
disusun secara sistematis sehingga pertanyaan, reward dan punishment
dan tantang permaianan pada
memudahkan untuk dipahami. Berikut ini
pelajaran IPA
adalah uraian mengenai observasi mengenai
penerapan media board game adaptasi Perhitungan skor data hasil pengamatan
permainan monopoli. adalah: 4+3+4+4+3+4+3+4+4+3= 36. Nilai rata-
rata untuk aspek tersebut adalah x 100 = 90.
Data Pengamatan/ Observasi
Skor ini baik, sebab maksimum rata-rata untuk
Berikut ini akan dibahas tentang data
setiap aspek adalah 4 atau 40 untuk semua
pengamatan/observasi penerapan media
aspek.
board game adaptasi permainan monopoli
Data wawancara
dalam pembelajaran IPS SD. Data tersebut
Berikut ini akan dibahas tentang hasil
disajikan dalam table 1 sebagai berikut.
wawancara penggunaan media board game
adaptasi permainan Monopoli pada siswa
Tabel 1. Data Pengamatan Penerapan Media
sekolah dasar. Dalam pembahasan ini
Board Game dalam Pembelajaran IPS pada
diperoleh data dari tiga narasumber siswa
siswa Sekolah Dasar.
kelas IV SDN Pakis V Surabaya. Data tersebut
disajikan pada table 2, table 3 dan table 4
Nama : Chandra K, S.Pd.
sebagai berikut:
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Bekerja : SDN Pakis V
Identitas Narasumber
Jabatan : Guru Kelas IV
Nama Irfan Akmal
Jenis Kelamin Laki-Laki
Kelas 4B
Jabatan SDN Pakis V
[48]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Tabel 2. Data Hasil Wawancara Penerapan Tabel 3. Data Hasil Wawancara Penerapan
Media Board Game Adaptasi Permaianan Media Board Game Adaptasi Permaianan
Monopoli kepada Siswa Pertama Monopoli kepada Siswa Kedua
Pertanyaan Jawaban
Pertanyaan Jawaban
Pernahkah kamu melihat Iya
permaian monopoli? Pernahkah kamu melihat Ya
permaian monopoli?
Apakah kamu tahu cara Sedikit-sedikit
bermain monopoli? Apakah kamu tahu cara Iya, saya
bermain monopoli? tahu cara
Menurut kamu apakah Iya
bermain
permaianan monopoli
monopoli
adalah permainan yang
menarik? Menurut kamu apakah Iya
permaianan monopoli adalah
Apakah yang membedakan Yang ini
permainan yang menarik?
media monopoli yang kalian kotak-
mainkan ini dengan kotaknya Apakah yang membedakan Beda di isi
monopoli yang ada pada kategori media monopoli yang kalian kotaknya.
umumnya? untuk mainkan ini dengan monopoli Biasanya
menjawab yang ada pada umumnya? ada rumah,
tanah,
soal
stasiun.
Apakah kamu menyukai Suka
Yang ini
media board game
nggak ada
permainan monopoli yang
kamu mainkan ini? Apakah kamu menyukai Suka
media board game
Bagaimana perasaan kalian Senang,
permainan monopoli yang
setelah belajar
kamu mainkan ini?
menggunakan permainan
monopoli ini? Bagaimana perasaan kalian Senang,
setelah belajar menggunakan soalnya
Apakah dengan bantuan Iya
permainan monopoli ini? seperti
media board game
bermain
monopoli ini membuat kalian
lebih banyak berinteraksi Apakah dengan bantuan Iya
dengan teman di dalam media board game monopoli
kelas selama belajar? ini membuat kalian lebih
banyak berinteraksi dengan
Apakah pertanyaan yang Lumayan
teman di dalam kelas selama
diberikan di media board
belajar?
game monopoli ini sudah
seimbang dengan reward Apakah pertanyaan yang Cukup.
dan punishment yang ada diberikan di media board Lebih
pada permainan monopoli? game monopoli ini sudah seneng
seimbang dengan reward dan kalau lebih
Apakah melalui media Iya
punishment yang ada pada banyak
board game monopoli yang
permainan monopoli? hadiahnya
telah dimainkan di kelas
mampu membuat kalian Apakah melalui media board Iya
memahami game monopoli yang telah
dimainkan di kelas mampu
keanekaragaman hewan
dan tumbuhan? membuat kalian memahami
keanekaragaman hewan dan
Apakah melalui media Iya
tumbuhan?
board game monopoli yang
telah dimainkan di kelas Apakah melalui media board Iya
mampu membuat kalian game monopoli yang telah
memahami tentang dimainkan di kelas mampu
pelestarian alam? membuat kalian memahami
tentang pelestarian alam?
Identitas Narasumber
Identitas Narasumber
Nama M. Fadil F
Nama M. Rifqi Hibatullah
Jenis Laki-Laki
Kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki
Kelas 4B Kelas 4B
Jabatan SDN Pakis V Jabatan SDN Pakis V
[49]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Tabel 4. Data Hasil Wawancara Penerapan karena aturannya cukup mudah, seperti pada
Media Board Game Adaptasi Permaianan permaian monopoli pada umumnya, mudah
Monopoli kepada Siswa Ketiga digunakan dan ada reqard dan punishment
yang jelas dalam permainan tersebut dan
Pertanyaan Jawaban membuat siswa mampu memahami materi
Pernahkah kamu melihat Iya pelajaran IPA dengan menyenangkan. Hal ini
permaian monopoli? sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
Apakah kamu tahu cara Tahu juga menggunakan media board game
bermain monopoli?
sebagai penunjang pembelajaran (Kristianto,
Menurut kamu apakah Iya
Relmasira, Hardini, 14139; Virlianingtyas, 2018)
permaianan monopoli adalah
permainan yang menarik?
Apakah yang membedakan Yang ini SIMPULAN
media monopoli yang kalian buat Berdasarkan hasil penelitian tentang
mainkan ini dengan monopoli belajar
penerapan media board game adaptasi
yang ada pada umumnya? IPA, jadi
isinya permainan monopoli dapat disimpulkan
banyak bahwa dengan adanya media tersebut dapat
pertanya membuat proses pembelajaran menjadi
annya. menyenangkan dan mampu membuat siswa
Tapi memahami materi pembelajaran IPA yang
menyena diberikan. Hal ini didukung oleh hasil
ngkan.
pengamatan dan wawancara di SDN Pakis V
Apakah kamu menyukai media Iya, suka
board game permainan Surabaya.
monopoli yang kamu mainkan
ini? DAFTAR PUSTAKA
Bagaimana perasaan kalian Senang, Avianto, Y. F., & Prasida, T. S. (2018).
setelah belajar menggunakan soalnya
Pembelajaran aksara jawa untuk siswa
permainan monopoli ini? jadi
sekolah dasar dengan menggunakan
seperti
bermain board game media. Aksara, 30(1), 133-
Apakah dengan bantuan Iya, 148.
media board game monopoli ini soalnya
Davidi , E. I. (2018). Permainan monopoli
membuat kalian lebih banyak dibuat
berbasis Problem-Based Learning untuk
berinteraksi dengan teman di per
dalam kelas selama belajar? kelompok meningkatkan keterampilan berpikir
mainnya kritis. Jurnal Pendidikan dan
Apakah pertanyaan yang Iya, sudah Kebudayaan Missio, 10(1), 59-69.
diberikan di media board game cukup
Hermawan, A. H. (2008). Pengembangan
monopoli ini sudah seimbang
dengan reward dan punishment Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
yang ada pada permainan Universitas Terbuka.
monopoli?
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Apakah melalui media board Iya
(2003). Undang-Undang Sistem
game monopoli yang telah
dimainkan di kelas mampu Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
membuat kalian memahami 2003. Undang-Undang Republik
keanekaragaman hewan dan Indonesia. Jakarta.
tumbuhan?
Kristanto, R. D., Relmasira, S. C., & Hardini, A. T.
Apakah melalui media board Iya
game monopoli yang telah (2019). Activeness enhancement and
dimainkan di kelas mampu student learning result through discovery
membuat kalian memahami learning model and Monopoly board
tentang pelestarian alam? game media in elementary class IV.
Jurnal Handayani, 10(1), 63-70.
Berdasarkan hasil wawancara
Najib, A., & Yunarti, N. (2018). Pengembangan
terhadap tiga siswa kelas IV SDN Pakis V
media pembelajaran board game
Surabaya, dapat dikatakan bahwa media
berbasis augmented reality pada mata
board game adaptasi monopoli menarik untuk
pelajaran teknik dasar listrik dan
dipergunakan dalam pembelajaran IPA, selain
[50]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[51]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Posisi geografis Indonesia terletak di tiga lempeng besar, yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.
Kondisi tersebut membuat Indonesia sering mengalami bencana. Rawan kebencanaan yang terjadi di
Indonesia mendorong masyarakat Indonesia memiliki keterampilan kesiapsiagaan dan mendeteksi,
serta mengantisipasi bencana sejak dini. Mitigasi bencana diaplikasikan kedalam model
pembelajaran. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran mitigasi bencana
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Penelitian ini dirancang menggunakan
pendekatan eksperimen semu (Quasi Eksperiment) dengan mengacu pada desain Nonequivalent
Control Group Design Penelitian dilakukan di SD Islam Terpadu Permata Mojokerto. Subjek penelitian
kelas IV-A sebagai kelas eksperimen dan IV-B sebagai kelas kontrol. Penetapan kelas eksperimen dan
kontrol dilakukan dengan cara mengundi kedua kelas tersebut. Kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran mitigasi bencana, sedangkan kelas kontrol menggunakan model
konvensional yaitu tanya jawab. Instrumen penelitian berupa tes esai untuk pretes dan postes. Data
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa keterampilan berpikir kritis yang dikumpulkan
dengan test objektif. Data keterampilan berpikir kritis siswa dianalisis dengan statistik inferensial, yaitu Uji
T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran mitigasi bencana lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran
konvesional.
[52]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[53]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
kebutuhan lingkungan, maka dari itu materi Penelitian ini dilakukan di SD Islam
tentang mitigasi bencana dapat dijadikan Terpadu Permata Mojokerto tahun ajaran 2018-
salah satu materi di IPS, untuk sekolah dasar 2019 semester genap. Subjek penelitian kelas
yang berada di daerah rawan bencana. IV-A sebagai kelas eksperimen dan IV-B
Sosialisasi mitigasi bencana dalam sebagai kelas kontrol. Penetapan kelas
pendidikan IPS telah berhasil dengan baik bagi eksperimen dan kontrol dilakukan dengan
anak-anak SMP (Maryani, 2010). Sedangkan, cara mengundi kedua kelas tersebut. Kelas
penelitian ini mengimple-mentasikan model eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran mitigasi bencana di siswa pembelajaran mitigasi bencana, sedangkan
tingkat Sekolah Dasar. Siswa sekolah dasar kelas kontrol menggunakan model
merupakan peserta didik yang paling cepat konvensional yaitu tanya jawab. Instrumen
menangkap dan mentransfer ilmu yang penelitian berupa tes esai untuk pretes dan
diperoleh dari sekolah untuk keluarga dan postes. Analisis data digunakan Uji T yang
masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan diselesaikan dengan bantuan komputer
mitigasi sejak dini kepada siswa sekolah dasar program SPSS 22.0 for Windows.
merupakan suatu langkah awal untuk
membangun masyarakat yang tanggap dan HASIL DAN PEMBAHASAN
sadar bencana (Arifianti, 2011). Penelitian ini
Data hasil penelitian dianalisis
memiliki tujuan (1) menganalisis keterampilan
menggunakan t-test. Semua analisis data
berpikir kritis siswa secara bersama-sama
dilakukan dengan menggunakan perangkat
antara kelompok siswa yang diajar dengan
lunak komputer SPSS 22.0 for windows. Hasil
model pembelajaran mitigasi bencana dan
analisis selanjutnya digunakan untuk menguji
kelompok siswa yang diajar dengan model
hipotesis yang telah dirumuskan. Hasil analisis
pembelajaran konvensional, (2) menganalisis
tersebut dapat dilihat pada tabel 2 sebagai
perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa
berikut.
antara kelompok siswa yang diajar dengan
model pembelajaran mitigasi bencana dan
Tabel 2. Hasil Analisis Independent Samples
kelompok siswa yang diajar dengan model Test
pembelajaran konvensional.
Keterampilan berpikir kritis
Equal variances Equal
METODOLOGI PENELITIAN
assumed varian-
Penelitian ini dirancang menggunakan ces not
assumed
pendekatan eksperimen semu (Quasi
Levene's F ,926
Eksperiment) dengan mengacu pada desain Test for ,340
Nonequivalent Control Group Design, dengan Equality
model terlihat pada tabel 1. of Sig.
Varian-
ces
Tabel 1. Desain Penelitian T 3,445 3,451
Df 59 58,712
Kelompok Pretest Perlakuan Postest Sig. (2-tailed) ,001 ,001
A O1 X1 O2 Mean 14,36129 14,36129
B O1 X2 O2 t-test for Difference
Equality Std. Error 4,16834 4,16117
Sumber: (Ary, 2002) of Difference
Means 95% Lower 6,02046 6,03395
Keterangan : Confidence Upper 22,70212 22,68863
A : Kelas eksperimen Interval of
the
B : Kelas kontrol
Difference
O1 : Observasi kelas pretest
O2 : Observasi kelas postest Tabel 2 menunjukkan bahwa
X1 : Pembelajaran menggunakan model pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran mitigasi bencana pembelajaran mitigasi bencana yang diuji
X2 : Pembelajaran menggunakan model dengan soal esai berpengaruh terhadap
tanya jawab keterampilan berpikir kritis.
[54]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Hipotesis pada penelitian ini adalah bencana alam berupa gunung api, gempa,
(H1 ) dipasangkan dengan (H0). H0 diuji dengan tsunami, angin topan atau badai, longsor dan
menggunakan t-test. Hasil uji t-test apabila bencana alam lainnya, maupun bencana
terbukti signifikan H0 ditolak dan H1 diterima sosial.
sebagai hasil penelitian, sebaliknya apabila Subtema 2 Keunikan daerah tempat
tidak signifikan H0 diterima dan H1 ditolak. tinggalku dan subtema 3 Bangga terhadap
Kedua hipotesis tersebut dapat dirumuskan daerah tempat tinggalku, tema ini dapat
sebagai berikut: diintegrasikan dengan materi yang bernuansa
H0 : Tidak ada perbedaan keterampilan sosiologi dan ekonomi. Sosiologi merupakan
berpikir kritis antara siswa yang belajar materi yang relevan untuk menggali nilai-nilai
dengan menggunakan model sosial dan etika bermasyarakat, baik secara
pembelajaran mitigasi bencana dan lokal, regional, nasional bahkan internasional.
siswa yang belajar dengan model tanya Materi bencana sosial yang bernuansa
jawab. interaksi sosial dan penyakit sosial pun dapat
H1: Ada perbedaan keterampilan berpikir kritis disisipkan melalui sosiologi dan antropologi.
antara siswa yang belajar dengan Materi yang bernuansa ekonomi dapat
menggunakan model pembelajaran menjelaskan dampak bencana terhadap
mitigasi bencana dan siswa yang belajar kehidupan masyarakat khususnya dalam
dengan model tanya jawab. pemenuhan kebutuhan, dan alokasi.
Hasil analisis data menggunakan t- Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
test menunjukkan bahwa model pembelajaran data berupa nilai keterampilan berpikir kritis.
mitigasi bencana berpengaruh signifikan Hasil uji statistik dengan uji beda (t-test)
terhadap keterampilan berpikir kritis dengan menunjukkan model pembelajaran mitigasi
nilai t = 3,445; dan signifikan (2-tailed) 0,001, bencana berpengaruh signifikan terhadap
sehingga α < 0,05. Dasar pengambilan keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian
keputusan ini diperoleh dari nilai signifikansi H 0. ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
H0 diterima apabila nilai probabilitas (p) > 0,05 oleh Agustiana, 2013; Suarmika, 2017; dan
dan nilai probabilitas (p) < 0,05 ditolak. Rizaldy, 2018 menunjukkan siswa yang belajar
Dengan demikian, dalam eksperimen dengan model pembelajaran mitigasi
ini H0 ditolak dan H1 diterima sebagai hasil bencana lebih mudah memahami materi
penelitian. Hasil ini berarti ada perbedaan pembelajaran daripada siswa yang belajar
yang signifikan keterampilan berpikir kritis dengan model tanya jawab.
antara siswa yang belajar dengan model Siswa di kelas eksperimen dengan
pembelajaran mitigasi bencana dan model model pembelajaran mitigasi bencana
tanya jawab. Berdasarkan hasil uji hipotesis mengalami peningkatan rata-rata skor pada
yang telah dilakukan, maka temuan dalam tiap indikator. Peningkatan keterampilan
penelitian ini dapat dinyatakan bahwa model berpikir kritis dilihat dari perbedaan skor yang
pembelajaran mitigasi bencana berpengaruh diperoleh siswa saat pretes dan posttes.
signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis. Penyebab model pembelajaran mitigasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bencana berpengaruh terhadap keterampilan
bahwa model pembelajaran mitigasi bencana berpikir kritis karena: pertama, menjawab
berpengaruh terhadap keterampilan berpikir pertanyaan secara individu. Model
kritis siswa. Berdasarkan analisis kurikulum IPS di pembelajaran mitigasi bencana memberikan
jenjang SD, ternyata sebagaian besar kesempatan kepada siswa untuk menjawab
kompetensi inti dan kompetensi dasar IPS pertanyaan–pertanyaan yang dituangkan
dapat disisipkan muatan mitigasi bencana. dalam lembar kerja keterampilan berpikir kritis.
Pada kelas 4 semester genap tema ke-8 Pemberian pertanyaan ini bertujuan menuntun
daerah tempat tinggalku dapat disisipi materi siswa dalam memahami materi pembelajaran.
mitigasi bencana. Subtema 1 lingkungan Pengerjaan lembar kerja keterampilan berpikir
tempat tinggalku, menggali informasi kritis ini dilakukan secara mandiri oleh siswa
bernuansa geografis tentang lingkungan beberapa hari sebelum materi pembelajaran
tempat tinggal siswa. Melalui geografi sebab, didiskusikan di kelas. Artinya, sebelum belajar
akibat dan indikator bencana serta mitigasi tentang materi tersebut, siswa terlebih dahulu
dapat diberikan secara menyeluruh baik diminta untuk menyelesaikan dan mempelajari
[55]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[56]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[57]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Kualitas pendidikan di tingkat dasar dituntut untuk selalu lebih baik seiring dengan perubahan dunia.
Berdasarkan Kurikulum 2013, media pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan
pembelajaran siswa. Media tematik yang saat ini sudah ada yaitu bahan ajar teks berupa buku guru
dan buku siswa yang sudah ddisediakan oleh Kemendikbud. Namun bahan ajar yang sudah ada perlu
dikembangkan lagi oleh guru. Pemilihan bahan ajar oleh guru sangat penting untuk diperhatikan agar
dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Akan tetapi, bahan ajar yang sudah ada belum
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran. Kelemahan
dari buku siswa yang sudah beredar adalah masih terdapat contoh-contoh yang tidak ada di
lingkungan sekitar siswa dan contoh-contoh yang diberikan belum sesuai dengan daerah tempat
tinggal siswa sehingga siswa tidak memiliki pondasi awal terhadap materi yang dipelajari. Sedangkan
menurut Ma’ruf (2010) yang mengemukakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan dengan
mempertimbangkan karakteristik dan lingkungan sekitar siswa akan lebih efektif meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan memahami lingkungan secara arif bagi siswa. Tujuan penelitian ini
adalah mengembangkan bahan ajar tematik berupa buku guru dan buku siswa berbasis kearifan lokal
pada tema Indahnya Keanekaragaman di Negeriku. Metode dalam penulisan ini dengan studi
literatur. Literatur digunakan dari buku, jurnal, dan artikel yang akurat. Penggunaan media alternatif ini
diharapkan dapat menambah wawasan siswa tentang kearifan lokal Semarang dan meningkatkan
kreativitas guru dalam melakukan proses pembelajaran.
[58]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[59]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Hal tersebut mengakibatkan materi yang kondisi lokal dalam pembelajaran membaca
disampaikan guru dan buku yang mereka pemahaman dapat meningkatkan
baca sulit diterima oleh siswa dan berakibat kemampuan siswa memahami isi bacaan.
pada rendahnya pemahaman siswa tentang Penelitian yang telah dijelaskan diatas
isi bacaan tersebut. Permasalahan didukung dapat diketahui bahwa bahan ajar berbasis
dengan data nilai bahasa Indonesia dengan lokal memiliki potensi yang besar dan sangat
KKM 65 hanya 42.5% siswa yang tuntas dan luas untuk dikembangkan sebagai bahan ajar
57.5% tidak tuntas. dalam pembelajaran khususnya untuk muatan
Berdasarkan permasalahan, peneliti pelajaran bahasa Indonesia pada materi
ingin mengembangkan bahan ajar tematik menggali pengetahuan baru yang terdapat
berbasis lokal Semarang yang di dalamnya dalam teks nonfiksi.
memuat bacaan-bacaan tentang keragaman Berdasarkan latar belakang tersebut
Kota Semarang yang dekat dengan peneliti membatasi masalah pada kegiatan
keseharian dan kehidupan siswa SD N Wates pembelajaran bahasa Indonesia belum
01. Bahan ajar tematik berbasis lokal tersedia bahan ajar membaca yang memuat
merupakan bahan ajar yang dirancang dan konten yang dekat dengan kehidupan siswa
dikembangkan dengan memuat keragaman terutama konten yang berisi keragaman lokal
lokal yang berada ditempat bahan ajar itu Semarang. Diharapkan dengan bahan ajar
digunakan. Bahan ajar tematik berbasis lokal tematik berbasis kearifan lokal Semarang ini
bertujuan untuk menyediakan bacaan yang dapat diajadikan sebagai sumber belajar yang
dekat dengan kehidupan dan pengalaman dapat meningkatkan minat belajar peserta
siswa dengan mengangkat keragaman lokal didik khususnya dalam mata pelajaran Bahasa
yang berada di lingkup lokal tempat tinggal Indonesia.
siswa. Dengan menyediakan bahan ajar yang
dekat dengan pengalaman dan kehidupan METODE PENELITIAN
siswa, siswa akan lebih terbantu dalam proses Penulisan artikel ini merupakan
membaca pemahaman. penelitian kepustakaan. Menurut Hasan (2002:
Penelitian yang mendukung dalam 11) penelitian kepustakaan (literature research)
pengembangan bahan ajar ini adalah adalah penelitian yang dilakukan dengan
penelitian judul “Pengembangan Bahan Ajar menggunakan literatur (literature), baik berupa
Tematik Berbasis Budaya Lokal” yang dilakukan jurnal, buku, catatan, atau laporan penelitian
oleh Ninik Wijiningsih, Wahjoedi, dan Sumarmi dari penelitian sebelumnya. Sumber data dari
pada tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian ini adalah dokumen. Content
penelitian pengembangan. Subjek penelitian Analysis Document adalah mencari data
adalah siswa kelas V SDN Sonorejo 1 dan SDN tentang berbagai hal atau variabel dalam
Sonorejo 2 Kecamatan Padangan Kabupaten bentuk catatan atau transkrip, buku, surat
Bojonegoro. Dalam penelitian ini diperoleh kabar, majalah (Arikunto, 2010: 275). Teknik
hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan pengumpulan data adalah untuk menganalisa
rata-rata nilai posttest antara kelas yang berbagai sumber seperti buku, jurnal
belajar menggunakan bahan ajar berbasis penelitian, artikel, makalah, surat kabar, intenet
budaya lokal dengan kelas yang atau informasi lainnya yang berkaitan dengan
menggunakan bahan ajar yang ada di judul penelitian. Setelah data dikumpulkan
sekolah. kemudian dilakukan analisis data. Analisis data
Penelitian lain yang mendukung dalam penelitian ini adalah menganalisa dan
dilakukan oleh Gumono dengan judul “Peman- mensintesis dokumen yang akan ditinjau dan
faatan Bahan Ajar Membaca Berbasis Lokal menjadi ide baru dalam mendukung hasil
untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca penelitian
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Provinsi
Bengkulu”. Penelitian yang dilakukan Gumono HASIL DAN PEMBAHASAN
pada tahun 2013 merupakan jenis penelitian Penelitian awal yang dilakukan adalah analisis
tindakan kelas. Berdasarkan paparan data tema-tema yang sesuai dengan materi yang
dan pembahasan hasil penelitian Gumono, ada di kelas IV. Dari analisi tema tersebut,
secara umum dapat disimpulkan bahwa peneliti mengembangkan tema yang tingkat
pemanfaatan bahan ajar membaca berbasis relevensinya sangat tinggi dan sesuai dengan
[60]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[61]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[62]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG
JAWAB ANAK KELAS IV SDN SAOBI I
Abstrak
Pola asuh merupakan cara pembiasaan yang diberikan orang tua dalam mendidik anak.
Sebagai suatu pembiasaan, perlu ditanamkan karakter sikap dan tanggung jawab kepada anak,
sehinga anak dapat mengaplikasikannya baik di rumah maupun di sekolah. Sikap disiplin dan
tanggung jawab harus dimiliki sejak dini hingga usia perkembangan berikutnya. Penelitian ini dilakukan
pada kelas IV SDN Saobi I untuk mendeskripsikan pola asuh orang tua terhadap pendidikan karakter
disiplin dan tanggung jawab anak. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang
disajikan dalam bentuk naratif. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa yang disiplin dan bertanggung jawab merupakan pengaruh
keseriusan orang tua dalam mendidik anak. Orang tua penuh perhatian terhadap pendidikan anak
untuk kesiapannya dalam belajar di sekolah. Sedangkan pola asuh orang tua yang tidak serius dan
tidak memperhatikan pendidikan anaknya, dapat mengakibatkan anak kurang disiplin dan kurang
bertanggung jawab. Oleh karena itu, pola asuh orang tua sangat menentukan kebiasaan sikap dan
karakter anak.
Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Pendidikan Karakter, Disiplin, Tanggung Jawab
[63]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[64]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[65]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[66]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[67]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
DAFTAR PUSTAKA
Alex, S. (1991). Komunikasi Orang Tua dan
Anak. Bandung: Angkasa
Asy, M. (2000). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Yogyakarta: PT. Tiga
Serangkai
Creswell. John W. (2014). Research Design,
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed (Terjemahan oleh Ahmad
Fawaid). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Darmiyati, Z. (2011). Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta :
UNY Press
Fitri, A.Z. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis
Nilai dan Etika di Sekolah. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
Hendriana, E.N dan Jacobus, A. (2016).
Implementasi Pendidikan Karakter Di
Sekolah Melalui Keteladanan dan
Pembiasaan. Jurnal Pendidikan Dasar
Indonesia. Vol. 1, No. 2, Pp. 25 – 29
Langgulung, H. (1992). Asas-Asas Pendidikan
Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 20 tahun 2018
tentang Penguatan Pendidikan Karakter
Pada Satuan Pendidikan Formal
Puspitasari, R, Hastuti, D, Herawati, T. (2015).
Pengaruh pola asuh disiplin dan pola
asuh spiritual ibu terhadap karakter anak
usia sekolah dasar. Jurnal Pendidikan
Karakter. Vol. 5, No. 2, Pp. 208-218
Sonita, S. (2013). Hubungan Antara Pola Asuh
Orangtua Dengan Disiplin Siswa di
Sekolah. Jurnal Ilmiah Konseling. Vol. 2,
No. 1, Pp. 174-181
Zuriah, N. (2008). Pendidikan Moral dan Budi
Pekerti Dalam Perspektif Perubahan.
Jakarta: Bumi Aksara
[68]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan media video pembelajaran pada mata
pelajaran IPA siswa sekolah dasar. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kreativitas dalam
penggunaan media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran khususnya mata
pelajaran IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari sesuatu yang
berhubungan dengan alam. Karakteristik IPA ini akan cocok apabila menggunakan pendekatan
konstektual, akan tetapi tidak semua materi IPA ini bias menggunakan pendekatan konstektual. Hal ini
dikarenakan kita sebagai manusia mengalami keterbatasan ruang dan waktu. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut diperlukan adanya media yang bisa memperjelas materi tersebut. Siswa bisa
melihat contoh nyata tanpa harus observasi langsung. Pemilihan penggunaan media video ini karena
video mempunyai dua unsur yaitu audio dan visual. Adanya dua unsur tersebut diharapkan siswa
mampu menerima, memahami, dan mengingat pesan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan media video dalam
pembelajaran IPA pada siswa sekolah dasar mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang materi
IPA yang diajarkan.
[69]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[70]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Perhitungan skor data hasil pengamatan Berikut ini akan dibahas tentang data hasil
adalah : 3 + 3 + 4 + 4 + 3 + 4 + 3 + 4 + 3 + 4 = 35. wawancara dengan siswa. Data berikut ini
Nilai rata-rata untuk aspek tersebut adalah x adalah sampel dari beberapa siswa yang
100 = 87,5. Skor ini cukup baik sebab maksimum diwawancarai.
rata-rata untuk setiap aspek adalah 4 atau 40
untuk semua aspek (4x10). Identitas siswa
Nama : Hendra Ramadhan
Data wawancara Kelas : IV
No. Induk : 160118
[71]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[72]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstract
The purpose of this study was to analyze student’s critical thinking skills in Discovery Learning. The
method used in this research is descriptive qualitative. A total of 24 fourth grade students in elementary
schools were given 13 item description questions with critical thinking indicators. There are 5 indicators
of critical thinking that are divided into 20 sub-indicators. The results show that student’s critical thinking
skills are high. This was obtained from the results of the Very Good (SB) and Good (B) categories is 79%.
It is recommended for teachers to do learning that facilitates students to stimulate their curiosity and
critical thinking skills, one of the learning models that can be used is Discovery Learning.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
Discovery Learning. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sebanyak
24 siswa kelas IV di sekolah dasar diberikan tes berupa 13 soal uraian dengan indikator berpikir kritis.
Terdapat 5 indikator berpikir kritis yang diuraikan menjadi 20 sub-indikator. Hasilnya menunjukkan
bahwa keterampilan berpikir kritis siswa tinggi. Hal tersebut didapatkan dari hasil kategori Sangat Baik
(SB) dan Baik (B) sebesar 79%. Disarankan bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang memfasilitasi
siswa untuk merangsang rasa ingin tahu dan keterampilan berpikir kritisnya, salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Discovery Learning.
[73]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[74]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[75]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
lanjut (mengidentifikasi asumsi) didominasi oleh dan sebesar 5% kurang baik dalam berpikir
kategori SB (sangat baik) sebesar 50% yakni kritis.
terdapat 12 siswa menuliskan pendapatnya Keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV
tentang kemungkinan yang terjadi dengan A SDN Nguling 1 Pasuruan tergolong tinggi. Hal
sangat baik. Sedangkan pada kategori B (Baik) tersebut dapat diketahui dari jawaban siswa
dan C (cukup) terdapat persentase masing- pada kategori SB (Sangat Baik) sebesar 50%
masing sebesar 25% atau masing-masing dan pada kategori B (Baik) sebesar 29 %. Besar
terdapat 6 siswa yang baik dan cukup baik persentase pada masing-masing indikator
dalam menuliskan pendapatnya. Pada bervariasi, paling tinggi diperoleh pada soal
indikator memberikan penjelasan sederhana nomor 1 yakni indikator membangun
(menjawab pertanyaan mengapa) didominasi keterampilan dasar (menilai hasil
oleh kategori SB (Sangat Baik) sebesar 62,5% pengamatan) didapatkan persentase sebesar
atau sebanyak 15 siswa sangat baik dalam 75%. Siswa mampu menjawab pertanyaan
menjawab pertanyaan dengan memberikan terkait benda yang telah diamati pada
penjelasan penyebabnya. Pada indikator pembelajaran discovery learning, khususnya
membangun keterampilan dasar (melaporkan pada tahap pengumpulan data. Kegiatan
hasil pengamatan) didominasi oleh kategori SB menemukan informasi melalui benda nyata
(sangat baik) atau sebanyak 13 siswa dapat dalam tahap pengumpulan data memberikan
memberikan penjelasan berdasarkan hasil pengaruh positif terhadap keterampilan
pengamatan dengan sangat baik. berpikir kritis siswa. Menurut Wallace & Jefferson
Pada indikator membuat kesimpulan (2013) kegiatan menelusuri atau menemukan
(melakukan evaluasi berdasarkan fakta) informasi dapat mengembangkan
didominasi oleh kategori B (baik) sebesar 54,2% keterampilan berpikir kritis siswa. Pada tahap
atau sebanyak 13 siswa dapat memberikan ini, guru harus mempertimbangkan alokasi
jawaban dan memberikan alasan dengan waktu yang dibutuhkan oleh siswa. Mengamati
baik. Pada kategori K (kurang) terdapat 12,5% objek secara berkelompok membutuhkan
atau sebanyak 3 siswa kurang dapat waktu yang lama terutama saat pengumpulan
memberikan alasan, sedangkan pada kategori data dan mengolah data dari hasil
C (cukup) hanya terdapat 1 siswa yang pengamatan. Menurut Alfieri, dkk. (2011)
mampu menjelaskan dengan cukup baik. dalam tahap pengumpulan data
Pada indikator memberikan penjelasan membutuhkan banyak waktu, sehingga peran
sederhana (menjawab pertanyaan mengapa) guru sangat dibutuhkan untuk memudahkan
didominasi oleh kategori SB (sangat baik) siswa.
sebesar 41,7% atau terdapat sebanyak 10 Pada indikator memberikan penjelasan
siswa mampu memberikan alasan dengan sederhana (menjawab pertanyaan mengapa)
sangat baik. Sedangkan paling rendah didapatkan persentase sebesar 70,8%. Banyak
didapatkan oleh kategori K (kurang) yakni siswa yang mampu mengemukakan alasan
sebesar 8,3 atau sebanyak 2 siswa. Pada dari soal tersebut. Guru bisa melakukan upaya
indikator memberikan penjelasan sederhana untuk memunculkan berpikir kritis siswa melalui
(menjawab pertanyaan apa) didominasi oleh memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada
kategori SB (sangat baik) yakni sebesar 66,7% siswa yang dapat mendorong siswa berpikir
atau sebanyak 16 siswa dapat memberikan kritis (Golding, 2011). Pertanyaaan yang
penjelasan untuk pertanyaan apa dengan menggiring siswa untuk menemukan alasan,
sangat baik. Sedangkan paling rendah latar belakang atau penyebab dari suatu
didapatkan oleh kategori C (cukup) sebesar fenomena dapat terjadi, sangat baik untuk
4,2% atau terdapat satu siswa yang cukup melatih keterampilan berpikir kritis siswa. Selain
dalam memberikan jawaban atas pertanyaan itu, upaya yang bisa dilakukan oleh guru untuk
apa. Dari seluruh indikator keterampilan melatih siswa memiliki keterampilan berpikir
berpikir kritis sebesar 50% mampu menunjukkan kritis adalah mendorong siswa untuk
keterampilan berpikir kritis dengan sangat baik, mengemukakan ide-ide yang dimilikinya,
sebesar 29% mampu menunjukkan melatih siswa untuk dapat berkomunikasi
keterampilan berpikir kritis dengan baik, dengan baik serta mengajak siswa untuk
sebesar 17% mampu menunjukkan dapat membuat dugaan tentang penyebab
keterampilan berpikir kritis dengan cukup baik dan dampak dari suatu kejadian (Rodd, 2010).
[76]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[77]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
https://www.jstor.org/stable/jeductech
soci.17.1.248
Phillips, V. Bond, C. (2016). Undergraduates'
Experiences of Critical Thinking. Higher
Education Research & Development.
http://dx.doi.org/10.1080/07294360420
00235409.
Pratiwi, A. F., Hairida., Rasmawan R. (2014).
Pengaruh Model Discovery Learning
dengan Pendekatan Saintifik terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 3
(7).
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpd
pb/article/view/6488
Rodd, J. (2010). Encouraging Young Children’s
Critical and Creative Thinking Skills: An
Approach in One English Elementary
School. Childhood Education, 75(6),
350–354.
https://doi.org/10.1080/00094056.1999.
10522056.
Styron, R.A. (2014). Critical Thinking and
Collaboration: A Strategy to Enhance
Student Learning. Systemics
cybernetics and information. 12 (7).
(online),
http://www.iiisci.org/journal/CV$/sci/p
dfs/EI597JP12.pdf.
Sukmadinata, N. S. (2015). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wallace, D. E., & Jefferson, R. N. (2013).
Developing Critical Thinking Skills For
Information Seeking Success. New
Review of Academic Librarianship,
19:246–255, 2013. DOI:
10.1080/13614533.2013.802702.
Wood, C. (2006). The Develoment of Creative
Problem Solving In Chemistry.
Chemistry Education Research and
Practice 7 (2): 96-113. DOI:
10.1039/B6RP90003H.
[78]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Salah satu indikator kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa SD adalah kompetensi berhitung.
Namun, kebanyakan dari pendidik masih belum mengetahui cara mengajarkan konsep berhitung
yang tepat untuk siswanya, sehingga masih membutuhkan pengetahuan tentang alur berpikir siswa
terkait logika berhitung agar dapat memberikan metode pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan peserta didiknya. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui alur berpikir siswa
SD dalam menggunakan logika berhitungnya. Penelitian ini menggunakan penelitian analisis deskriptif
dengan metode studi analisis. Tahapan yang dilakukan adalah 1) menyusun soal berbasis logika
berhitung untuk siswa kelas rendah yaitu kelas satu, dua, dan tiga, 2) menentukan sampel masing-
masing jenjang dengan kemampuan siswa rendah, sedang, dan tinggi, 3) memberikan soal kepada
siswa sesuai dengan jenjang yang telah ditentukan, 4) melakukan wawancara terhadap guru terkait
profil masing-masing siswa. 5) menganalisis hasil kerja siswa dengan hasil wawancara dengan guru, 6)
melakukan studi literatur terkait logika berhitung jenjang tersebut, 6) menanalisis alur berpikir siswa
dengan melakukan triangulasi data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar
kerja siswa, lembar wawancara, dan kajian literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur berpikir
siswa SD pada kelas satu adalah dengan lebih banyak menggunakan visual serta masih
memanfaatkan imajinasinya dalam mengerjakan permasalahan yang diberikan. Pada kelas dua,
siswa mulai menggunakan algoritma sederhana walaupun masih menggunakan bantuan gambar.
Sedangkan kelas tiga, siswa telah menggunakan algoritma penuh dalam soal-soal yang telah
diberikan.
Kata Kunci: studi analisis, alur berpikir, siswa SD, logika berhitung
[79]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[80]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[81]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
dan hanya satu siswa yang menggunakan dalamnya sehingga siswa diharapkan
bantuan gambar (Lihat gambar 4). mampu berinteraksi secara langsung dan
melalui pengalaman dalam pelaksanaan
Kelas 3 pembelajarannya.
Permasalahan yang diberikan kepada 5. Kemampuan berhitung siswa dapat
Kelas 3 ini terkait perkalian dan pembagian ditingkatkan dengan menggunakan
serta spasial. Pada soal terkait perkalian dan metode permainan dengan memodifikasi
pembagian siswa secara penuh menjawab permainan menggunaan alat permainan
dengan menggunakan algoritma sesuai dan benda-benda yang sudah dikenal
dengan formula tertentu. Sedangkan pada siswa (Sulaimah, 2013).
soal terkait spasial satu dari siswa menjawab
dengan melakukan proses membilang pada
masing-masing balok yang disusun. Sedangkan
dua yang lain menggunakan algoritma (Lihat
gambar 5).
Selama proses penyelesaian soal, siswa
kelas 3 cenderung diam dan hanya
menanyakan hal-hal yang mereka tidak Gambar 1. Jawaban Siswa SD Kelas 1 terhadap
paham. Mereka tidak meminta Soal Penjumlahan
pendampingan berkelanjutan dalam
menyelesaikan persoalan.
Studi Literatur
Berikut adalah beberapa kajian literatur
yang terkait logika berhitung dan
pembelajaran Matematika di SD kelas rendah. Gambar 2. Jawaban Siswa SD kelas 1 tentang
1. Berdasarkan hasil penelitian Frengky pola bilangan
(2008) bahwa pembelajaran Matematika
memiliki satu rangkaian yang dapat
membantu siswa berprestasi yaitu dengan
belajar melalui benda dulu baru angka
sebagai awal pembelajaran di kelas
rendah. Sehingga peran benda-benda
konkret dapat membantu meningkatkan Gambar 3. Jawaban Siswa SD Kelas 2 tentang
pemahaman siswa terhadap suatu materi kemampuan spasial
dalam bidang matematika.
2. Kemampuan matematis dan penalaran
matematika siswa dapat ditingkatkan
dengan menggunakan pendekatan
kontekstual (Fuadi, dkk: 2016).
3. Pembelajaran menggunakan media
benda konkrit lebih mampu memberikan
pengalalaman riil kepada siswa karena Gambar 4. Jawaban Siswa SD kelas 2 tentang
siswa dapat melihat, merasakan dan penjumlahan
meraba alat peraga yang digunakan
oleh guru. Pengalaman belajar yang
konkrit ini lebih tepat diterapkan pada
anak usia SD (Sumarjilah, 2015).
4. Pembelajaran Matematika Kelas 1 SD
menggunakan edugame untuk
meningkatkan kemampuan berhitung
(Jundu, dkk, 2018). Edugame yang
dimaksud di sini adalah pembelajaran
yang menggunakan permainan yang Gambar 5. Jawaban Siswa SD Kelas 3 tentang
menggabungkan unsur Matematika di perkalian dan pembagian
[82]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
DAFTAR PUSTAKA
Frengky. (2008). Model Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas Satu Sekolah
Dasar. Jurnal Psikologi Vol. 35 No. 2
Halaman 151 – 163.
Fuadi, R., Johar, R., & Munzir, S. (2016).
Peningkatan Kemampuan Pemahaman
dan Penalaran Matematis melalui
Pendekatan Kontekstual. Jurnal
Didaktika Matematika Vol. 3, No. 1,
Halaman 47 – 54.
Jundu, R., Kurnila, V.S., & Jelatu, S. (2018).
Visualisasi Pembelajaran Matematika
Kelas 1 SD Menggunakan Edugame
untuk Meningkatkan Kemampuan
Berhitung. Randang Tana Jurnal
Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 Juli
2018, Halaman 1 – 53.
Santosa, H. (2018). Fitrah Based Education.
Bekasi: Yayasan Cahaya Mutiara Timur.
Sulaimah, E. (2013). Meningkatkan
Kemampuan Operasi Hitung Siswa Kelas
II SDN Kledokan Depok dengan
Menggunakan Metode Permainan
[83]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Lindawati
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang
e-mail: lindawati9d7@gmail.com
ABSTRAK
Indonesia adalah negara agraris yang mana pertanian merupakan salah satu komoditi unggul
dan potensial yang bisa dihasilkan di Indonesia. Di tengah kondisi negara yang mengandalkan sektor
pertanian, minat bertani di Indonesia justru kian menurun. Diperlukan pembentukan generasi yang
mencintai dunia pertanian. Generasi pertanian dibutuhkan untuk menjaga ketersediaan pangan di
masa depan. Tak dipungkiri, sejalan dengan hal tersebut minat baca di Indonesia sangat rendah. Jika
hal tersebut dibiarkan terjadi maka tidak ada petani yang produktif dan berjiwa kreatif untuk
memenuhi kebutuhan pangan di masa depan. Tujuan penelitian ini yaitu mengembangkan produk
media pembelajaran Botazel melalui pendekatan belajar sambil bermain. Model pengembangan
yang digunakan research and development Borg & Gall terdiri dari tujuh tahapan (1) penelitian dan
pengumpulan data (research informative collecting), (2) perencanaan (planning), (3)
pengembangan draf produk (develop preliminary form of products), (4) uji coba lapangan awal
(preliminary field testing), (5) merevisi hasil uji coba (main products revision), (6) uji coba lapangan
(main field testing), dan (7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operasional product
revision). Hasil penelitian dan pengembangan media pembelajaran Botazel menunjukkan tingkat
kevalidan dari ahli materi sebesar 92,86%, validasi ahli media sebesar 88,75%, dan validasi dari praktisi
lapangan (guru) sebesar 92,5% presentase media Botazel termasuk media yang sangat valid. Hasil uji
coba produk di lapangan menunjukkan bahwa tampilan media pembelajaran sangat sesuai dengan
karakteristik siswa, dengan perpaduan warna-warni pada Botazel membuat siswa sangat tertarik untuk
mengikuti pembelajaran dengan media tersebut.
[84]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[85]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[86]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Botazel Bagian 1
[87]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Uji Coba Produk kedelapan validasi (2, 3, 6, 8, 9, 11, 12, dan 14)
Peneliti melakukan uji coba di SDN didapatkan skor 3,5 yang berarti juga sangat
Gedog 2 yakni pada Kelas I yang juga menjadi baik. Total skor pada semua item yang
sasaran ketika peneliti melakukan analisis didapatkan dari hasil validasi ahli materi
kebutuhan. Pengujian ini bertujuan untuk sebesar 52 dari skor maksimal 56.
mengetahui tepat atau tidaknya solusi media Hasil perhitungan persentase kevalidan
pembelajaran terhadap kebutuhan di sekolah dari hasil ahli materi sebagai berikut.
tersebut, khususnya di Kelas I.
[88]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[89]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[90]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Mengukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dengan Tes Tulis
Mengacu pada Indikator Facione
M. Misbachul Huda
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan pengukuran keterampilan berpikir kritis siswa sekolah
dasar. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan penting abad 21. Proses
pendidikan diharapkan mengembangkan keterampilan berpikir kritis sejak sekolah dasar. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Prosedur penelitian mencakup
kegiatan pendahuluan, menyusun tes soal berpikir kritis, mengumpulkan data, menganalisis data, serta
menarik kesimpulan. Sasaran penelitian adalah siswa Kelas V Sekolah Dasar (SD). Indikator
keterampilan bepikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Facione. Indikator ini
mencakup interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, dan self regulation. Namun,
hanya lima indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa SD. Indikator
yang tidak menjadi aspek pengukuran dalam penelitian ini adalah self regulation. Hal ini
mempertimbangkan level berpikir siswa sekolah dasar yang masih termasuk tahap perpikir secara
konkrit. Pengukuran dilakukan dengan tes tulis dan dievaluasi menggunakan rubrik penilaian
menyesuaikan indikator keterampilan berpikir kritis siswa. Hasilnya diperoleh kriteria keterampilan
berpikir kritis siswa bervariasi dari kategori sedang, tinggi, hingga sangat tinggi. Hal ini mengindikasikan
bahwa pembelajaran di sekolah dasar telah mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.
[91]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[92]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[93]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
dapat dijabarkan kembali dalam mengkur Subindikator ini diukur dengan menggunakan
keterampilan berpikir kritis siswa. Terdapat 6 soal sebagai berikut.
indikator keterampilan berpikir kritis, yaitu
Interpretation, Analysis, Evaluation, Inference, Edo merasakan sakit pada perutnya.
Explanation, dan Self regulation. Namun tidak Setiap sekitar 15-30 menit ia merasa ingin
semua indikator menjadi fokus dalam buang air besar. Edo merasakan hal itu
penelitian ini. Self regulation atau regulasi diri setelah tadi malam makan rujak yang
adalah kemampuan seseorang untuk sangat pedas.
melakukan kontrol terhadap dirinya. Kontrol a. Sistem apakah yang mengalami
disini kaitannya erat dengan pengaturan permasalahan tersebut?
emosi dan perilaku terhadap perubahan situasi b. Bagaimanakah tindakan yang tepat
apapun, yang mampu dilakukan seseorang agar Edo segera sembuh?
secara mandiri. Kemampuan meregulasi diri
inilah yang membuat seseorang mampu untuk Ketiga, indikator Evaluation dijabarkan
melakukan sesuatu yang kadang berlawanan dalam subindikatornya yaitu mengemukakan
dengan hal yang dirasakan. Oleh karena itu, alasan untuk menarik kesimpulan. Subindikator
indikator yang diukur dalam penelitian ini ini diukur dengan menggunakan soal sebagai
adalah Interpretation, Analysis, Evaluation, berikut.
Inference, dan Explanation. Pada tiap butir
soal mengukur salah satu indikator Jelaskan apa yang akan terjadi jika
keterampilan berpikir kritis siswa. siswa duduk dengan posisi badan
Adaptasi terhadap indikator seperti gambar (gambar seorang anak
keterampilan berpikir kritis dari Facione (2015) yang duduk dengan posisi tulang
dilakukan dalam bentuk penjabaran dari punggung bengkok lebih ke depan)!
indikator keterampilan berpikir kritis ke dalam Jelaskan alasannya!
subindikator keterampilan berpikir kritis siswa.
Hal ini dilakukan menyesuaikan dengan tahap Keempat, indikator Inference dijabarkan
perkembangan siswa Kelas V sekolah dasar. dalam subindikatornya yaitu menuliskan
Rentang usia siswa Kelas V tergolong dalam kesimpulan/jawaban yang benar. Subindikator
tingkat berpikir operasional konkrit (Piaget, ini diukur dengan menggunakan soal sebagai
1959). Oleh karena itu, indikator keterampilan berikut.
berpikir kritis beserta tes keterampilan berpikir
kritis siswa disusun dengan menyesuaikan Perhatikanlah gambar di bawah ini!
tahapan berpikir siswa Kelas V sekolah dasar.
Pertama, indikator Interpretation
dijabarkan dalam subindikatornya yaitu
menuliskan inti permasalahan. Siswa
dinyatakan telah mencapai indikator
keterampilan berpikir kritis bila mampu
menuliskan inti permasalahan dari deskripsi
masalah yang diberikan. Subindikator ini diukur
dengan menggunakan soal sebagai berikut.
Gambar 1. Gambar Proses Pernapasan Pada
Soal Tes
Andi merasakan sakit pada hidungnya.
Dia mengalami kesulitan saat bernapas
a. Jenis pernapasan apakah yang
akibat adanya cairan pada hidugnya.
ditunjukkan oleh gambar di atas?
Suhu badan Andi lebih tinggi daripada
b. Jelaskan alasanmu!
biasanya. Selain itu, Andi juga sering
sekali bersin. Menurut kamu, masalah
Kelima, indikator Explanation dijabarkan
apa yang dialami Andi?
dalam subindikatornya yaitu dapat menuliskan
jawaban dengan kalimat utuh dan logis.
Kedua, indikator Analysis dijabarkan
Subindikator ini diukur dengan menggunakan
dalam subindikatornya yaitu menuliskan
soal sebagai berikut.
konsep yang berkaitan dengan permasalahan.
[94]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[95]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[96]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[97]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
ABSTRAK
Keterampilan sosial sangat diperlukan untuk siswa di sekolah maupun dalam lingkungan
sosialnya karena mendukung interaksi antara teman, guru dan dalam lingkungan sosial yang lebih
luas. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi keterampilan sosial yang salah satunya berhubungan
dengan kemampuan social kognitif. Siswa tunagrahita ringan mempunyai karakteristik kemampuan IQ
antara 55 sampai dengan 70 dan kemampuan adaptif yang terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan mempetakan keterampilan sosial anak tunagrahita ringan di sekolah dasar
inklusi yang berdampak pada kemampuan anak dengan proses belajar mengajar di sekolah maupun
berhubungan dengan interaksinya dengan teman sebaya dan lingkungan sekolah. Penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Inklusi. Penelitian dilakukan pada tahun ajaran 2019/2019 dalam jangka waktu
selama 7 bulan yaitu dari bulan April sampai dengan bulan November. Subjek penelitian siswa
tunagrahita ringan. Berdasarkan data yang dikumpulkan bahwa siswa tunagrahita ringan mengalami
kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya baik dalam sekolah maupun di rumah. Siswa
tunagrahita cenderung pasif dalam bertinteraksi.
[98]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[99]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[100]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Combs, M. L., &Slaby, D.A .(1977). Social skills Matson, Johnny L,dkk. (2010). The Relationship
training with children.In B. Lahey& A. Of Social Skills To Psychopathology For
Kazdin (Eds.), Advences in clinical child Individuals With Mild And Moderate
psychology (Vol.1). New York: Plenum. Mental Retardation. The British Journal of
Developmental Disabilities Vol. 46, Part 1,
Davis & Forsythe. (1983). Social skills training January 2000, No. 90.
and delinquency. In C. R. Hollinand P.
Trower (Eds.) ,Handbook of social skills
[101]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[102]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
4 SDN Saobi 1
Abstract
The purpose of this study was to describe the lecture process with the 5E Learning Cycle learning
model to embed permutation and combination concepts in Semester 1 Elementary School Teacher
Education Students. This research is descriptive exploratory research. The research subjects were
Students Offering E8 Study Program for Teacher Education in Elementary School of State University of
Malang Year 2018/2019. Data collection techniques were carried out by observation, test results,
learning evaluation questionnaire. The results of this study that lectures with the 5E Learning Cycle
Model to embed concepts are 5 stages: Engagemen, Exploration, Explanation, Elaboration, and
Evaluation. In Learning Evaluation there are 5 Students get 70-80 scores, 20 Students get 81-90, and 10
Students get 91-100 scores. The 5E Learning Cycle Model is a learning model that can be integrated
with technology in instilling permutation and combination concepts to make students active,
reasoning, creative thinking.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripisikan proses perkuliahan dengan model
pembelajaran Learning Cycle 5E untuk menanamkan konsep permutasi dan kombinasi pada
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Semester 1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
exploratif. Subjek penelitiian adalah Mahasiswa Offering E8 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Negeri Malang Tahun Akademik 2018/2019. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, hasil tes, angket evaluasi pembelajaran. Hasil penelitian ini bahwa perkuliahan
dengan Model Learning Cycle 5E untuk menanamkan konsep terdapat 5 tahap yaitu: Engagement,
Exploration, Explanation, Elaboration, dan Evaluation. Pada Evaluasi Pembelajaran terdapat 5
Mahasiswa memperoleh nilai 70-80, 20 Mahasiswa memperoleh nilai 81-90, dan 10 Mahasiswa
memperoleh nilai 91-100. Model Learning Cycle 5E adalah model pembelajaran yang dapat
diintegrasikan dengan teknologi dalam menanamkan konsep permutasi dan kombinasi dapat
menjadikan mahasiswa aktif, menalar, berfikir kreatif.
[103]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[104]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Negeri Malang. Penelitian ini diharapkan 3. Di sebuah kotak terdapat 3 kelereng merah
mampu memberikan informasi yang dan 4 kelereng putih. Ada berapa banyak
bermanfaat kepada dosen dan pembaca cara kelereng merah dan putih apabila
sehingga dapat merancang suatu masing masing kelereng merah dan putih
pembelajaran yang mampu membantu diambil dua?
semua mahasiswa dalam menanamkan
konsep matematika khususnya materi HASIL DAN PEMBAHASAN
permutasi dan kombinasi. Profil perkuliahan dengan model
learning cycyle 5E untuk menanamkan konsep
METODE PENELITIAN permutasi dan kombinasi terdapat beberapa
Penelitian ini menggunakan pendekatan tahap pembelajaran yakni pada tahap
kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilakukan di engagement terjadi proses pembelajaran
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar terkait apersepsi materi, perkenalan materi
(PGSD) Universitas Negeri Malang (UM) yang dengan menyampaikan kompetensi dasar dan
berada di Jalan Ki Ageng Gribig No. 45 indikator pencapaian kompetensi, tanya
Malang, Jawa Timur dengan jumlah subjek jawab untuk eksplorasi mahasiswa dari
penelitian sebanyak 35 mahasiswa. Instrumen pengalaman awal, ide-ide untuk mengetahui
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemungkinan terjadi miskonsepsi.
soal tes subjektif yang berupa evaluasi Pada Tahap Exploration dosen model
dengan materi permutasi dan kombinasi untuk membentuk kelompok mahasiswa memutar
mengetahui bagaimana pemahaman konsep video terkait materi permutasi dan kombinasi
mahasiswa terkait materi permutasi dan sebagai penanaman konsep yang isinya
kombinasi. Teknik yang digunakan adalah terdapat 4 experimen yakni:
teknik tes dan angket, Teknik ini merupakan a. Experimen 1 terkait penuangan 3 air
cara mengumpulan data pada penelitian. berwarna:
Mereduksi, menyusun atau menyajikan 1.1. Penuangan air 3 berwarna dengan
data, dan menganalisis data atau menarik urutan kuning, merah, hijau hasilnya
kesimpulan merupakan teknik analisis data adalah warna orange
yang digunakan. Setiap tahap dijelaskan 1.2. Penuangan air 3 berwarna dengan
sebagai berikut: 1) Mereduksi data yang terdiri urutan merah, hijau, kuning hasilnya
dari memeriksa dan menelaah hasil tes yang adalah warna orange
diberikan kepada mahasiswa untuk selanjutnya 1.3. Penuangan air 3 berwarna dengan
dibuatkan transkrip data. Dari hasil transkrip urutan hijau, kuning, merah hasilnya
maka data yang tidak relevan akan dibuang adalah warna orange
untuk selanjutnya dibuat ringkasan yang Dari 3 experimen penuangan air dengan
terorganisir. 2) Data yang disajikan disusun urutan yang berbeda mahasiswa diminta
dengan rapi dan terorganisir. 3) Menarik untuk memberikan kesimpulan apakah
kesimpulan berdasarkan pada hasil yang ketiga experimen tersebut hasilnya sama?
diperoleh di lapangan. Instrumen terdiri dari
b. Experimen 2 terkait warna bendera dari
soal evaluasi dan angket evaluasi model
dua negara yang berbeda yakni merah
learning cycle 5E. Instrumen tes dapat dilihat
putih adalah bendera Indonesia, dan
pada soal berikut:
putih merah adalah Polandia. Kemudian
1. Menggunakan angka 1, 3, 5, 7, dan 9,
mahasiswa juga diminta untuk
dengan tidak ada pengulangan digit,
memberikan kesimpulan apakah kedua
berapa banyak :
bendera tersebut hasilnya sama?
a. Bilangan satu digit dapat dibuat?
b. Bilangan dua digit dapat dibuat?
c. Experimen 3 adalah rekruitmen calon
c. Bilangan tiga digit dapat dibuat?
karyawan cleaning service apabila
d. Bilangan empat digit dapat dibuat?
terdapat 3 macam pemanggilan yakni
e. Bilangan lima digit dapat dibuat?
pemanggilan pertama dengan urutan
2. Tentukan banyak kemungkinan cara 5
Budi, Danu, dan Broto, pemanggilan
orang duduk dalam meja bundar dan
kedua dengan urutan Broto, Budi, dan
sertakan dengan gambarnya!
Danu, pemanggilan ketiga dengan urutan
Danu, Budi, dan Broto. Dari ketiga macam
[105]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[106]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
dilakukan observasi keaktifan siswa selama dalam penyelesaian dalam hal ini termasuk
kegiatan belajar mengajar berlangsung. kesalahan dalam menerima informasi.
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Evaluasi Hasil pekerjaan Subjek yang mendapatkan
Mahasiswa nilai 91-100
Rentang Nilai Jumlah
Mahasiswa
70-80 5
81-90 20
91-100 15
Gambar 1. Hasil Pekerjaan Subjek 1 Hasil Penilaian dari Instrumen penilaian model
pembelajaran (Bahan Evaluasi)
Hasil Pekerjaan Subjek 1 yang mendapatkan
nilai 81-90 Tabel 2. Rekapitulasi Instrumen penilaian
model pembelajaran (Bahan Evaluasi)
No Aspek Penilaian Ya Tidak
1 Saya senang dengan Model 35 5
Pembelajaran Learning Cycle
5E
2 Saya lebih bisa menalar, meng 37 3
analisis dan berfikir kreatif
3 Pembelajaran yang inovatif 40 0
berbasis teknologi
4 Pembelajaran yang menuntut 34 6
semua aktif
5 Pembelajaran yang 39 1
mengajarkan kerjasama
6 Dari pembelajaran ini saya bisa 37 2
mengerti arti menghargai
pendapat antar teman .
Gambar 2. Hasil Pekerjaan Subjek 2
7 Saya bisa mudah mengingat 40 0
konsep pembelajaran dengan
Analisis : Subjek yang mendapatkan
menggunakan bantuan
nilai 81-90 dapat mengerjakan 2 soal. Soal Diagram flow
nomor 1 dikerjakan secara tuntas dan benar, 8 Diagram flow lebih bermanfaat 40 0
soal nomor 2 dikerjakan dengan bena Hal ini untuk siswa dalam penanaman
sependapat dengan penelitian (Nasional, konsep
2016) bahwa kurangnya ketelitian dalam
membaca soal akan menyebabkan kesalahan
[107]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[108]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran jarang menggunakan media dalam
pembelajaran, kemampuan pemahaman matematis siswa masih rendah dalam pembelajaran
Matematika materi bangun datar, minimnya media pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengembangan media pembelajaran Matematika berbantuan Macromedia
Flash terkait materi bangun datar. Metode penelitian ini dengan menggunakan penelitian dan
pengembangan (Research and Development). Model pengembangan perangkat 4-D terdiri dari 4
tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi
model 4-D yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran. Pada ujicoba
lapangan nilai rata-rata pretes yaitu 68,24 sedangkan nilai rata-rata postes yaitu 86,76. Peningkatan
rata-rata sebesar 18,52. Nilai gain minimal sebesar 0,62 sedangkan nilai gain maksimal sebesar 1,00.
Pada ujicoba penyebaran nilai rata-rata pretes yaitu 60.33 sedangkan nilai rata-rata postes yaitu 81.33.
Peningkatan rata-rata sebesar 21. Nilai gain minimal sebesar 0,77 sedangkan nilai gain maksimal
sebesar 0,83. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa korelasi antara media pembelajaran
berbantuan macromedia flash dengan kemampuan pemahaman matematis siswa adalah 0,876.
Dengan model summary bahwa Nilai R yang merupakan simbol dari nilai koefisien korelasi sebesar
0,876. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa hubungan media pembelajaran berbantuan
macromedia flash dan kemampuan pemahaman matematis siswa kuat. Melalui uji model summary
nilai R Square atau koefisien determinasi (KD) yang diperoleh adalah 76,7% yang dapat diartikan
bahwa variabel media pembelajaran berbantuan macromedia flash memiliki pengaruh kontribusi
sebesar 76,7% terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa dan 23,3% lainnya dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain di luar variabel media pembelajaran berbantuan macromedia flash. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa dengan menggunakan media pembelajaran Matematika
berbantuan macromedia flash dalam pembelajaran terkait materi bangun datar memilihi hubungan
yang signifikan terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa.
[109]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[110]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[111]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[112]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[113]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[114]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Hasil Penelitian
Analisis Data Peningkatan Kemampuan Berdasarkan Tabel 10 dan 11 diperoleh
Pamahaman Matematis Siswa nilai rata-rata pretes yaitu 60.33 sedangkan nilai
[115]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[116]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen ―Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar‖
Sekolah Dasar (SD)/
Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTRIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013
Russeffendy. (1992). Pendidikan Matematika 3.
Jakarta: DEPDIKNAS Masykur, Rubhan,
dkk. 2017. Pengembangan Media
Pembelajaran Matematika dengan
Macromedia Flash. Lampung: UIN
Raden Intan
Muchlis, Effie Efrida, dkk. (2018). Upaya
Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Trigonometri
Melalui Pendekatan Konstruktivisme
dengan Berbantukan Macromedia
Flash 8 Pada Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Bengkulu.
Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Rahardjo, Dwi Teguh,dkk .(2013).
Pengembangan Media Pembelajaran
Fisika Menggunakan Macromedia Flash
Pada Pokok Bahasan Suhu
Dan Kalor.Semarang: UNS.
Risdianto, Eko . (2012). Pengaruh Model
Pembelajaran Langsung
(Direct Instruction) Melalui
Media Animasi Berbasis Macromedia
Flash Terhadap Minat Belajar Dan
Pemahaman Konsep Fisika Siswa di
SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif
Kuantitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar
Pembelajaran. Jakarta: Kencana
[117]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Penelitian ini dilakukan karena pada pembelajaran saat ini, siswa dipandang sebagai subjek
yang berkembang melalui peNgalaman belajar sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator
dan motivator belajar bagi siswa, membantu dan memberikan kemudahan agar siswa mendapatkan
pengalaman belajar sesuai dengan kemampuannya. Namun yang terjadi selama ini, banyak guru
yang mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga siswa kurang terlibat partisipasinya dan kurang
mendapatkan pengalaman yang bermakna. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui prosedur penerapan metode Role Playing dalam meningkatkan minat belajar siswa
sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, dan wawancara. Sedangkan analisis data dalam
penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah meningkatnya minat belajar
siswa sekolah dasar melalui metode role playing.
[118]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[119]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Bermain Peran (Role Playing). Role playing bermain peran siswa belajar menggunakan
merupakan cabang dari metode simulasi yang konsep peran, menyadari adanya peran-
di dalamnya meminta siapa saja yang terlibat peran berbeda dan memikirkan perilaku
di dalam strategi tersebut untuk menganggap dirinya dan perilaku orang lain. Suhanadji &
dirinya sebagai orang lain yang tujuannya Subroto (2003) mengemukakan bahwa dalam
adalah untuk mempelajari bagaimana orang pelaksanaan metode bermain peran biasanya
lain bertindak dan merasakan (Wahab, 2009). guru memperkenalkan suatu masalah,
Metode role playing sering disebut juga kemudian menunjuk beberapa orang siswa
dengan metode sosio drama. Penggunaan untuk memerankan tokoh tertentu sehubungan
metode ini pada dasarnya mendramatisasikan dengan pemecahan masalah tersebut. Peran
tingkah laku tokoh dalam hubungannya tersebut dilakukan beberapa lama sambil
dengan masalah sosial (Suhanadji & Subroto, disaksikan oleh siswa lain. Setiap adegan
2003). Bermain peran adalah berakting sesuai dapat dihentikan atau diteruskan sampai
dengan peran yang telah ditentukan terlebih adegan dianggap selesai yang berarti
dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti masalah dianggap telah terpecahkan. Dari
menghidupkan kembali suasana historis uraian di atas, dapat diketahui bahwa
misalnya mengungkapkan kembali perjuangan tahapan dari pelaksanaan metode bermain
para pahlawan kemerdekaan, atau peran yaitu (1) pemanasan/persiapan, (2)
mengungkapan kemungkinan keadaan yang pemilihan partisipan, (3) menyiapakan
akan datang, misalnya saja keadaan yang pengamat, (4) menata panggung, (5)
kemungkinan dihadapi karena semakin memainkan peran, (6) diskusi dan evaluasi, (7)
besarnya jumlah penduduk, atau memainkan peran ulang, (8) diskusi dan
menggambarkan keadaan imaginer yang evaluasi ke dua, (9) berbagi pengalaman dan
dapat terjadi di mana dan kapan saja (Al- kesimpulan. Tahap ke 7 dan 8 hanya dilakukan
lamri, 2006). Dari pengertian beberapa ahli di bila dalam proses memainkan peran, tujuan
atas dapat diketahui bahwa metode bermain belum dapat dicapai.
peran merupakan metode yang
Dalam metode bermain peran (Role
mengkondisikan siswa “memasuki diri“ orang
Playing) ini siswa terlibat secara aktif dalam
lain atau individu lain dan dengan perilaku
kegiatan pembelajaran. Siswa nantinya akan
seperti orang yang diperankannya. Dari
memerankan suatu kegiatan yakni melakukan
kegiatan bermain peran, siswa akan
aktivitas jual beli di pasar. Setelah itu siswa
memperoleh pengetahuan tentang orang dan
akan dapat dengan mudah menceritakan
motivasinya yang menandai perilakunya.
pengalamnnya tentang kegiatan jual beli
Sebagai salah satu metode mengajar,
yang pernah dilakukannya. Kegiatan seperti ini
bermain peran memiliki beberapa tujuan dan
membuat komunikasi dalam kelas berlangsung
manfaat seperti misalnya yang dikemukakan
tidak hanya satu arah yakni dari guru ke murid,
oleh Shaftel dan Shaftel (Wahab, 2009) bahwa
namun juga terjadi interaksi antar siswa untuk
metode bermain peran mempunyai beberapa
untuk menggali pengetahuan-pengetahuan
fungsi utama namun dua fungsi utamanya
baru. Dengan demikian, minat belajar siswa
adalah education for citizen dan group
akan mengalami peningkatan melalui role
counseling yang dilakukan oleh guru kelas. Uno
playing.
(2009) mengemukakan bahwa tujuan dari
penggunaan metode Role Playing antara lain:
(1) menggali perasaannya, (2) memperoleh
inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh METODE
terhadap sikap, nilai dan persepsinya, (3)
Penelitian ini menggunakan metode
mengembangkan keterampilan dan sikap
kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
dalam memecahkan masalah dan (4)
Sedangkan untuk tahapan-tahapan penelitian
mendalami mata pelajaran dengan berbagai
adalah sebagai berikut:
macam cara. Berdasarkan konsep-konsep
yang dikemukakan di atas paling tidak tujuan Tahap 1 Persiapan
penggunaan metode Role Playing yakni
membantu siswa menemukan makna diri di 1. Pengumpulan literatur
dunia sosial dan memecahkan masalah 2. Pengumpulan data dan informasi
dengan bantuan kelompok. Artinya melalui 3. Pengumpulan data objek penelitian
[120]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[121]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[122]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui pengaruh praktik teori belajar humanistik
terhadap literasi digital dan kemampuan berinovasi mahasiswa. Kegiatan pembelajaran strategi
belajar mengajar di kelas belum dapat memfasilitasi praktik teori belajar humanistik terhadap literasi
digital dan kemampuan berinovasi mahasiswa. Hal ini menyebabkan mahasiswa belum mampu
mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri, sehingga pengetahuan mahasiswa bermakna. Oleh
karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh praktik teori belajar humanistik
terhadap literasi digital dan kemampuan berinovasi mahasiswa pada mata kuliah strategi belajar
mengajar. Instrumen yang digunakan diadaptasi dari tes terstandar. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian yaitu one group pretest-posttest design. Sampel
pada penelitian ini adalah Kelas G PGSD 2018 Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa literasi digital dan kemampuan berinovasi mahasiswa pada pretest sebesar 55%
meningkat pada posttest sebesar 85%, peningkatan kemampuan mahasiswa sebesar 30%. Simpulan
hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pratek teori belajar humanistik terhadap literasi digital
dan kemampuan berinovasi mahasiswa.
[123]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[124]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
dosen harus serba tahu. Sehingga Institusi membantu mereka dalam menentukan
pendidikan mesti melaksanakan proses komponen-komponen pembelajaran seperti
pendidikan yang didalamnya mahasiswa perumusan tujuan, penentuan materi,
dapat belajar secara komprehensif atau pemilihan strategi pembelajaran, serta
menyeluruh guna menunjang proses pengembangan alat evaluasi, ke arah
kehidupannya kelak. Proses belajar demikian pembentukan manusia yang dicita-citakan
tentu bukanlah proses belajar yang tersebut.
menghegemoni mahasiswa, dimana dosen Kegiatan pembelajaran yang dirancang
sebagai pemilik otoritas pengatahuan, akan secara sistematis, tahap demi tahap secara
tetapi terciptanya situasi pembelajaran ketat, sebagaimana tujuan-tujuan
dialogis, memiliki kesamaan peran sebagai pembelajaran yang telah dinyatakan secara
subjek, proses akan menghadirkan kesadaran eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang
kritis sebagai suatu pandangan berbeda, diatur dan ditentukan, serta pengalaman-
memberikan ruang kreatif dan inovasi untuk pengalaman belajar yang dipilih untuk
mengajukan berbagai gagasan, dan menjadi mahasiswa, mungkin saja berguna bagi dosen
upaya melakukan pengujian terhadap tetapi tidak berarti bagi mahasiswa (Rogers
berbagai definisi. Proses ini menjadi tantangan dalam Snelbecker, 1974). Hal tersebut tidak
pendidik ke depan yaitu bagaimana sejalan dengan teori humanistik. Menurut teori
membekali kemampuan yang cukup dalam ini, agar belajar bermakna bagi mahasiswa,
mempersiapkan sumber daya manusia untuk diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari
menghadapi persaingan yang semakin ketat mahasiswa sendiri. Maka mahasiswa akan
terutama dalam dunia kerja. Sumber daya mengalami belajar eksperiensial (experiential
manusia yang unggul tidak hanya memiliki learning). Pada teori humanistik, dosen
kemampuan hard skills saja melainkan juga diharapkan tidak hanya melakukan kajian
memiliki kemampuan dalam aspek soft bagaimana dapat mengajar yang baik,
skillsnya. Merupakan suatu realita bahwa namun kajian mendalam justru dilakukan untuk
pembelajaran secara umum belum menjawab pertanyaan bagaimana agar
mengintegrasi softskill dalam kegiatan belajar mahasiswa dapat belajar dengan baik. Jigna
mengajar didalam kelas. Pembelajaran masih dalam jurnal CS Canada (2012) menekankan
berorientasi pada penilaian, sehingga ada bahwa “To learn well, we must give the
kecenderungan bahwa pembelajaran hanya students chances to develop freely”.
untuk ulangan. Oleh karena itu, jalan yang Pernyataan ini mengandung arti untuk
ditempuh mengintegrasikan softskill dalam menghaslikan pembelajar yang baik, dosen
pembelajaran. Pendidik di kampus perlu harus memberikan kesempatan kepada
mengeksplorasi strategi pembelajaran yang mahasiswa untuk berkembang secara bebas.
dapat membantu mahasiswa untuk Pada abad 21 terjadi perubahan strategi
mengembangkan softskills. pengajaran yang dilakukan oleh dosen dari
Kondisi ini mengharuskan bagi dosen cara yang tradisional kini mengarah pada
untuk tidak hanya memahami secara teoritis, pendekatan digital yang dirasa lebih relevan
tetapi harus menjadi pengalaman belajar dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa untuk
yang bermakna. Dalam konteks pembelajaran, menemukan cara belajar yang efektif sebagai
teori humanistik akan sangat membantu para upaya untuk mengembangkan dan
pendidik dalam memahami arah belajar pada meningkatkan kualitas diri. Setiap orang
dimensi yang lebih luas, sehingga upaya mempunyai cara yang optimal dalam
pembelajaran apapun dan pada konteks mempelajari informasi baru. Pengetahuan
manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan tentang mengetahui cara belajar yang
untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori berbeda akan membantu dosen mendekati
humanistik ini masih sukar diterjemahkan ke semua atau hampir semua mahasiswa/peserta
dalam langkah-langkah pembelajaran yang didik hanya dengan menyampaikan informasi
praktis dan operasional, sumbangan teori ini dengan cara yang berbeda-beda. Terdapat
amat besar. Ide-ide, konsep-konsep, banyak variabel yang mempengaruhi cara
taksonomi-taksonomi tujuan yang telah belajar orang. Ini mencakup faktor-faktor fisik,
dirumuskannya dapat membantu para emosional, sosiologis, dan lingkungan.
pendidik dan dosen untuk memahami hakikat Dalam konteks pembelajaran, perubahan
kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat peradaban menuju masyarakat
[125]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
berpengetahuan (knowledge society) Best, 1970, hlm 117). Penelitian ini tidak
menuntut masyarakat dunia untuk menguasai mengadakan manipulasi atau pengubahan
keterampilan abad 21 yaitu mampu pada variabel-variabel bebas tetapi
memahami dan memanfaatkan teknologi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.
informasi dan komunikasi (ICT Literacy Skills). Penggambaran kondisi bisa individual atau
Pendidikan memegang peranan sangat kelompok, dan menggunakan angka-angka.
penting dan strategis dalam membangun
masyarakat berpengetahuan. Bernie Trilling B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
dan Charles Fadel (2009), mengidentifikasi ada Lokasi yang digunakan dalam penelitian
beberapa kecakapan yang harus dimiliki oleh ini adalah PGSD FKIP Universitas Tadulako.
generasi abad 21 mencakup nilai dan perilaku Sulawesi Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk
seperti rasa keingintahuan tinggi, kepercayaan mengetahui peningkatan keterampilan berpikir
diri, dan keberanian. Keterampilan dan kritis, keterampilan pemecahan masalah dan
kecakapan abad 21 mencakup tiga kategori motivasi berprestasi. Oleh karena itu, populasi
utama, yaitu: 1) Keterampilan belajar dan dalam peneitian ini adalah seluruh mahasiswa
inovasi: berpikir kritis dan pemecahan masalah PGSD angkatan 2018. Namun dikarenakan
dalam komunikasi dan kreativitas kolaboratif keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
dan inovatif. 2) Keahlian literasi digital: literasi peneliti hanya mengambil sampel dari
media baru dan literasi ICT. 3) Kecakapan populasi tersebut. Sampel dari penelitian ini
hidup dan karir: memiliki kemamuan inisiatif adalah mahasiswa angkatan 2018.
yang fleksibel dan inisiatif adaptif, dan Metode pengambilan sampel yang
kecakapan diri secara sosial dalam interaksi digunakan dalam penelitian ini adalah
antarbudaya, kecakapan kepemimpinan nonrandom sampling yaitu pengambilan
produktif dan akuntabel, serta bertanggung sampel yang tidak memberikan peluang yang
jawab. Berbagai fakta dan data yang telah sama bagi setiap anggota populasi untuk
dipaparkan menjadi pendorong penting untuk dipilih menjadi anggota sampel. Fraenkel, J.R
dilakukan penelitian praktik teori belajar (2012, hlm 94). Adapun teknik sampling yang
humanistik pengaruhnya terhadap digunakan ialah purposive sampling yaitu
kemampuan literasi digital dan kemampuan pengambilan anggota sampel dari populasi
berinovasi mahasiswa diprodi Pendidikan Guru yang dilakukan dengan pertimbangan
Sekolah Dasar FKIP Universitas Tadulako. tertentu.
Beberapa pertimbangan yang dijadikan
METODE PENELITIAN alasan pemilihan sampel adalah rekomendasi
A. Metode dan Desain Penelitian dari dosen di lokasi penelitian yang
Penentuan metode penelitian didasarkan mengetahui kondisi mahasiswa yang
pada rumusan masalah serta tujuan penelitian menganjurkan kelas yang lebih mudah
yang ingin dicapai. Metode penelitian yang dikondisikan dan mahasiswanya lebih aktif
dipilih dalam penelitian ini adalah metode dalam pembelajaran. Mahasiswa dari 8 kelas
penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini yang menjadi populasi dilihat tingkat
menggambarkan semua kegiatan, kondisi, kecerdasannya berdasarkan nilai hasil belajar
kejadian, aspek komponen sebagaimana yang dimiliki dosen sebagai bahan
adanya dan gambarannya menggunakan pertimbangan penentuan sampel. Kemudian
ukuran atau frekuensi. Satu-satunya unsur dipilih kelas yang memiliki nilai rata-rata
manipulasi atau pengambilan data yang tertinggi sebagai sampel yang representatif.
diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang
dilakukan melalui observasi, wawancara, C. Instrumen Penelitian
pengedaran angket atau studi dokumentasi. Dalam penelitian ini data
(Sukmadinata, 2012:73). Penelitian deskriptif dijaring/dikumpulkan melalui beberapa
tidak hanya berhenti pada pengumpulan instrumen yang telah disiapkan peneliti.
data, pengorganisasian, analisis, dan Instrumen yang digunakan untuk
penarikan interpretasi serta kesimpulan, tetapi pengumpulan data kuantitatif diantaranya,
dilanjutkan dengan pembandingan, mencari yaitu tes yang diadapsi dari tes standar berpikir
kesamaan, perbedaan, hubungan kausal dari kritis, tes pemecahan masalah serta angket
berbagai hal karena penemuan makna motivasi berprestasi serta respon mahasiswa,
adalah fokus dari keseluruhan proses. (John W, Untuk data kualitatif diantaranya adalah
[126]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[127]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
SL SR KK TP
1 Jika ada materi yang belum paham, saya selalu menanyakan kepada 140 218 60 40
Dosen hingga paham benar.
2 Untuk memuaskan rasa ingin tahu terhadap suatu materi perkuliahan, 105 203 88 62
saya juga banyak membaca di perpustakaan.
3 Jika ada materi perkuliahan yang sulit dimengerti, saya mengusulkan 117 190 90 61
kepada Dosen untuk mengulang pembahasannya.
4 Ketika ada suatu hal yang menarik dan berhubungan dengan materi 120 192 80 66
yang sedang diterangkan, saya menanyakannya kepada Dosen.
5 Selain kepada Dosen, saya juga memuaskan rasa ingin tahu saya 116 198 73 71
terhadap materi perkuliahan kepada keluarga di rumah.
6 Kerja kelompok merupakan hal menyenangkan, karena saya dapat 180 247 23 8
menyumbangkan banyak ide dalam kerja kelompok.
7 Jika Dosen mempersilahkan untuk berpendapat, maka saya akan 153 201 89 15
menyampaikan pendapat sesuai kemampuan saya.
8 Jika ada permasalahan di kelas, saya akan menyampaikan ide untuk 178 223 45 12
menyelesaikannya.
[128]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
SL SR KK TP
9 Jika Dosen meminta bantuan mahasiswa untuk membuat nyaman 116 234 74 34
kelas, saya akan menyumbangkan ide.
10 Saya membuat model alat baru dalam kerja kelompok untuk 131 188 74 65
memudahkan menjelaskan kepada teman-teman dan Dosen.
11 Jika tidak bisa membeli suatu media pembelajaran, saya membuat 105 193 96 64
model yang sama dengan lebih sederhana.
12 Dosen meminta untuk melakukan suatu kerja ilmiah, saya memodifikasi 112 173 121 52
cara yang ada untuk menjelaskannya.
13 Saya memakai pakaian yang bersih dan indah saat kuliah. 187 228 37 6
15 Jika ada masalah, saya menceritakan kepada teman dekat. 185 245 19 9
16 Jika ada masalah, saya menyempatkan untuk membahasnya dengan 169 224 49 16
orang tua
17 Jika ada permasalahan di kelas, saya meminta pendapat Dosen. 118 244 67 29
20 Jika ada teman yang mekakukan Bulliying, saya tidak mudah marah. 110 218 87 43
22 Jika ada teman yang marah-marah tanpa alasan, saya tidak balas 57 221 106 74
memarahinya.
23 Jika ada permasalahan yang sulit di pecahkan, saya akan meminta 143 258 32 25
bantuan orang lain.
24 Jika suatu cara tidak dapat menyelesaikan suatu masalah, saya akan 143 274 28 13
mencari cara lainnya.
25 Jika teman minta bantuan mencarikan pemecahan suatu masalah, 197 177 67 17
saya akan mencari pemecahan semampunya.
26 Jika Dosen meminta menyelesaikan suatu masalah dengan cara lain, 149 289 12 8
saya akan mencobanya.
27 Jika melakukan suatu kesalahan kepada teman, saya akan minta 140 302 13 3
maaf.
28 Ada teman yang selalu berprestasi, saya memujinya dengan setulus 231 196 23 8
hati.
29 Jika teman dekat saya berbuat curang kepada orang lain, saya 99 342 12 5
berusaha menegurnya.
JUMLAH TOTAL 3984 6660 1774 864
Keterangan:
SL: Selalu
SR: Sering
KK: Kadang-kadang
TP: Tidak Pernah
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa aspek penilaian kreativitas mahasiswa
untuk kategori selalu (SL) sebesar 30%, kategori sering (SR) sebesar 50%, kategori kadang-kadang (KK)
sebesar 13% dan kategori tidak pernah (TP) sebesar 7%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
penerapan teori humanisme berbasis literasi digital berpengaruh terhadap kemampuan inovasi
mahasiswa PGSD FKIP Universitas Tadulako.
Adapun diagram hasil angket tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
[129]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[VALUE]; [VALUE]
13%; 13%
80%; 80%
7%; 7%
30%; 30%
[130]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[131]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[132]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
URGENSI LITERASI DIGITAL ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DI KALANGAN SISWA SEKOLAH
DASAR
Rizky Kusuma Wardani 1, Wahed Dussawal 2
PGSD STKIP Al Hikmah Surabaya
rizky.10107@gmail.com
Abstrak
Di era revolusi industri 4.0 saat ini, tantangan dunia pendidikan tidak hanya menitikberatkan
pada kecerdasan intelektual siswa, namun juga mengedepankan nilai-nilai karakter sebagai dasar
dalam mendidik anak. Salah satu permasalahan dunia pendidikan dalam era revolusi industri 4.0
adalah terkontaminasinya karakter peserta didik dengan mudah akibat banyaknya informasi yang
mudah diperoleh dari berbagai media elektronik. Hal tersebut yang menjadi tantangan para pendidik
dalam mengembangkan budaya literasi, khususnya literasi digital. Dalam pengembangan literasi
digital membutuhkan kemampuan untuk menyaring informasi yang diperlukan, mengetahui,
mengenali, mengidentifikasi, menganalisis, serta mengevaluasi penggunaan informasi tersebut secara
efektif. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui betapa pentingnya peran literasi digital bagi anak-anak
milenial. Metode penulisan artikel ini menggunakan studi literatur dari berbagai sumber ilmiah yang
berkaitan dengan permasalahan. Harapannya para pendidik dapat mengintegrasikan nilai-nilai
karakter dalam peningkatan kemampuan literasi digital sehingga para peserta didik dapat bersikap
lebih bijaksana dalam memilih dan memilah informasi secara tepat.
[133]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[134]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
dengan mudah dan cepat dapat diperoleh literasi pada anak melalui media digital yang
melalui media sosial. Semua berita disajikan kini sudah menjadi bagian dari permainan
dengan cepat, meski terkadang tidak akurat, anak (Wahyunigtiyas, 2018).
karena kecepatan pemberitaan yang Budaya literasi pada jenjang sekolah
terpenting. Berbagai situs berita bermunculan, dasar merupakan dasar penentu keberhasilan
akun-akun komunitas bermunculan, dan dalam kegiatan belajar siswa selanjutnya.
sebagainya. Intinya berbagi informasi, baik Pentingnya kemampuan literasi anak sekolah
mengenai orang lain maupun diri. dasar dapat memberikan informasi terkait
kesulitan baik membaca maupun menulis.
Perkembangan teknologi dan informasi
Upaya membangun peningkatan budaya
saat ini telah membawa pengguna memasuki
literasi didukung oleh pemerintah yang
dunia literasi digital. Literasi digital sudah
tercantum dalam Permendikbud Nomor 23
menjadi sesuatu yang tidak asing lagi bagi
Tahun 2015 yang berisi tentang Penumbuhan
mereka, baik di bidang akademik maupun non
Budi Pekerti, Pusat Pembinaan, Badan
akademik. Salah satu alternatif yang terkait
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
dengan literasi digital adalah beralihnya
(Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan
bahan bacaan dari yang semula bacaan fisik
Kebudayaan mempunyai program unggulan
(hardcopy) menjadi bacaan digital (softcopy).
bernama “Gerakan Literasi Bangsa (GLB)”
Prinsip dari literasi digital adalah memudahkan
yang mempunyai tujuan untuk menumbuhkan
para pembaca dalam mengakses informasi
budi pekerti generasi bangsa, khususnya anak-
kapanpun dan dimanapun informasi itu
anak melalui program peningkatan budaya
dibutuhkan, tentunya dalam hal ini pembaca
literasi.
menggunakan perangkat atau piranti yang
Begitu pentingnya budaya literasi bagi
dapat terhubung ke jaringan internet (Puspito,
anak-anak, sehingga implementasi literasi
2017).
digital di sekolah dasar perlu ditanamkan
melalui proses pembelajaran yang terstruktur,
B. Literasi Digital di Kalangan Siswa Sekolah
atau setidaknya terintegrasi dengan proses
Dasar
pembelajaran. Hal tersebut bertujuan agar
Keterampilan literasi merupakan ada pengawasan terhadap penggunaan
keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap media-media digital. Pengawasan tersebut
individu, dalam hal ini khususnya adalah para perlu dilakukan karena adanya penyebaran
siswa. Namun, berdasarkan hasil survei yang informasi yang belum tentu benar atau valid.
dilakukan PISA ditemukan bahwa kebiasaan Budaya literasi digital harus terfasilitasi dengan
literasi belum membudaya di kalangan siswa baik di ruang kelas maupun lingkungan
sekolah dasar. Menurut Akbar (2017), sekolah, sehingga pemanfaatannya harus
perkembangan teknologi informasi menuntut dilakukan secara maksimal untuk dapat
kesadaran siswa akan pentingnya literasi meningkatkan kecakapan kognitif, bahasa,
digital. Keterampilan literasi yang baik dapat sosial, visual, dan spiritual. Pelaksanaan
membuka jalan untuk keterampilan berbahasa program literasi digital dalam Gerakan Literasi
lainnya, seperti menyimak, berbicara, dan Bangsa, diharapkan dapat memberi
menulis. Selain itu, literasi yang baik dapat keuntungan bagi warga sekolah, khususnya
mengasah kemampuan seperti berpikir kritis, siswa agar dapat mencari sumber informasi
kreatif, inovatif, serta dapat menumbuhkan yang dapat dipertanggungjawabkan.
budi pekerti siswa (Kemdikbud, 2017:45).
Membaca merupakan kemampuan C. Manfaat Literasi Digital
yang harus dimiliki oleh anak karena anak
Pemanfaatan teknologi dalam
dapat belajar tentang berbagai bidang ilmu
pembelajaran memberikan keuntungan besar
pengetahuan melalui membaca. Membaca
terhadap layanan pada para peserta didik,
dan menulis merupakan kemampuan dasar
sehingga tujuan pembelajaran yang
yang penting dan harus dikuasai oleh anak
ditetapkan dapat tercapai. Pischetola (2011)
pada usia sekolah dasar. Sehingga anak usia
mengemukakan peran teknologi dalam
dini dituntut untuk mau belajar membaca.
pembelajaran berdasarkan kemudahan
Guru juga harus memberikan metode
mengakses informasi, antara lain sebagai
pembelajaran yang tepat untuk
berikut.
perkembangan kemampuan membaca/
[135]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
1. Informasi melalui internet jauh lebih mudah digital di kalangan peserta didik. Oleh karena
diakses serta dapat terlengkapi oleh itu, dalam membangun budaya literasi digital
berbagai sumber dan kontribusi orang lain. diperlukan keterlibatan serta peran aktif
Hal tersebut berarti terdapat pembelajaran masyarakat dan pemerintah secara bersama-
eksplorasi saat pencarian informasi. Oleh sama.
karena itu, dibutuhkan konsentrasi,
pemahaman, serta seleksi yang mendalam D. Kegiatan yang Mendukung Peningkatan
dalam mencari informasi yang lebih efektif, Literasi Digital
2. Berkat adanya teknologi, pembelajaran
Literasi digital di lingkungan sekolah
lebih berorientasi kepada proses daripada
harus dikembangkan sebagai metode
berorientasi konten. Siswa tidak seharusnya
pembelajaran yang terintegrasi dalam
mempelajari metode ilmiah sebagai
kurikulum atau minimal terhubung dengan
prosedur tetap, melainkan mendapatkan
sistem belajar mengajar. Keterampilan literasi
keterampilan memecahkan masalah dan
digital siswa perlu ditingkatkan, begitu pula
penalaran informal yang terkait dengan
dengan guru. Pengetahuan dan kreativitas
pekerjaan ilmiah. Disinilah para pendidik
guru perlu ditingkatkan dalam proses
berperan dalam mengatasi masalah yang
pengajaran literasi digital. Sedangkan tugas
ada.
kepala sekolah adalah memfasilitasi guru atau
Menurut Kemdikbud (2017) menjadi
tenaga kependidikan dalam
seorang literat digital dapat berarti bahwa
mengembangkan program budaya literasi
seorang literat dapat memproses berbagai
digital sekolah. Kegiatan yang dapat
informasi yang diperolehnya, dapat
mendukung peningkatan literasi digital
memahami pesan dan berkomunikasi efektif
menurut Kemdikbud (2017:14) adalah:
dengan orang lain dalam berbagai bentuk.
1. Menguatkan kemampuan pendidik
Dalam hal ini, bentuk yang dimaksud termasuk
Penguatan kemampuan pendidik
menciptakan, mengolaborasi,
literasi di lingkungan sekolah lebih
mengomunikasikan, dan bekerja sesuai
ditekankan pada pelatihan kepala
dengan aturan etika, dan memahami kapan
sekolah, pengawas, guru, dan tenaga
dan bagaimana teknologi harus digunakan
kependidikan tentang konsep serta
agar efektif untuk mencapai tujuan. Dalam hal
pelaksanaan literasi digital. Pelatihan-
ini termasuk kesadaran serta pola berpikir kritis
pelatihan tersebut terkait dengan
terhadap berbagai dampak baik positif
penggunaan atau pemanfaatan
maupun negatif yang mungkin terjadi akibat
teknologi informasi dan komunikasi
penggunaan teknologi dalam kehidupan
dalam pengembangan sekolah.
sehari-hari. Seseorang yang memahami literasi
2. Meningkatkan jumlah dan ragam
digital, dapat memacu dirinya untuk beralih
buku/ bahan bacaan di perpustakaan
dari konsumen informasi yang pasif menjadi
sekolah
produsen aktif, baik secara individu maupun
Untuk mendukung program literasi
sebagai bagian dari masyarakat. Apabila
digital di sekolah salah satunya adalah
generasi muda kurang dapat menguasai
menambah bahan bacaan literasi
kompetensi digital, hal ini dapat berisiko bagi
digital di perpustakaan sekolah,
mereka untuk tersisih dalam persaingan
menyediakan situs-situs edukatif
memperoleh partisipasi demokrasi, interaksi
sebagai sumber belajar warga
sosial, dan pekerjaan.
sekolah, menggunakan aplikasi-
Literasi digital mampu menciptakan
aplikasi edukatif sebagai sumber
tatanan masyarakat dengan pandangan dan
belajar warga sekolah, serta
pola-pikir yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan
membuat/ mengkreasikan mading
mudah termakan oleh isu yang provokatif,
sekolah dan mading kelas dengan
menjadi korban informasi hoaks, atau korban
informasi-informasi yang terbaru.
penipuan yang berbasis digital. Dengan
3. Memperluas akses sumber belajar
demikian, kehidupan sosial dan budaya
bermutu
masyarakat akan cenderung aman dan
Perluasan akses sumber belajar dapat
kondusif. Salah satu indikator pencapaian
dilakukan dengan cara menyediakan
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan
komputer dan akses internet di
yaitu keberhasilan membangun budaya literasi
[136]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
lingkungan sekolah serta menyediakan dipenuhi konten berbau berita bohong, ujaran
informasi kependidikan melalui media kebencian, dan radikalisme, bahkan praktik-
digital. Salah satunya dengan cara praktik penipuan. Keberadaan konten negatif
mengelola website sekolah. Website yang merusak ekosistem digital saat ini hanya
sekolah harus dikelola dengan sangat bisa ditangkal dengan membangun
baik dan berisi tentang informasi- kesadaran dari tiap-tiap individu.
informasi terbaru dari kegiatan- Mengingat siswa SD merupakan fondasi
kegiatan yang ada di sekolah. utama dalam memperoleh pengetahuan
4. Meningkatkan pelibatan publik secara formal sehingga baik buruknya
Pemerintah bekerja sama dengan pengetahuan yang mereka miliki akan sangat
sekolah untuk melakukan diskusi atau berpengaruh pada kemampuan mereka
sharing session bersama para ahli atau dalam kehidupan sehari-hari serta pada saat
pakar IPTEK misalnya terkait dengan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang
aplikasi-aplikasi pendidikan. Tidak lebih tinggi. Oleh karena itu literasi digital
hanya itu saja, sekolah dapat sangat diperlukan khususnya pada siswa di
melakukan penguatan literasi digital Sekolah Dasar guna untuk memberikan
melalui forum orang tua. pengetahuan dan mengatasi sejumlah besar
informasi, seperti: pemecahan masalah,
PEMBAHASAN pemikiran kritis, kreativitas, pembelajaran
Perkembangan teknologi yang pesat mandiri. strategi, meta-kognisi, pemikiran
tidah hanya pada perangkat keras seperti reflektif, keterampilan diskusi sosial, kerja tim,
komputer, namun perangkat lunak juga dan keterampilan pribadi, seperti ketekunan,
mengalami kemajuan yang pesat. Banyak keingintahuan dan inisiatif.
aplikasi bermunculan untuk dapat Berdasarkan hasil penelitian yang
mempermudah pekerjaan manusia, misalnya dilakukan Astuti, dkk (2014) menyatakan
untuk mengedit film, audio, foto, gambar, atau bahwa dari segi akses media, anak-anak
bahkan aplikasi berbentuk Microsoft office. dengan keluarga yang tidak memiliki
Penggunaan media digital yang mudah komunitas parenting cenderung pasif
membuat peran teknologi semakin tak berhadapan dengan media. Para orang tua
tertandingi. Bahkan saat ini, peran komputer bahkan tidak mampu menjelaskan perilaku
atau laptop, perlahan-lahan mulai tergantikan anak dalam bermedia. Sehingga, berimplikasi
oleh penggunaan gawai (mobilephone) terhadap kesadaran/ pemahaman orang tua
dalam pemanfaatan media digital diiringi terhadap regulasi anak dalam bermedia.
dengan peningkatan jaringan internet yang Banyak orang tua yang mengkhawatirkan
semakin berkembang pesat. aktivitas penggunaaan online internet
Dengan adanya perkembangan membuat anak mendapatkan pengetahuan
teknologi yang begitu pesatnya, penting bagi yang tidak seharusnya mereka dapatkan. Ini
setiap individu memahami bahwa literasi merupakan salah satu pandangan yang
digital merupakan hal penting yang beredar di masyarakat. Tentu hal tersebut akan
dibutuhkan untuk dapat berpartisipasi di era berbeda jika dalam pelaksanaan penggunaan
modern sekarang ini. Literasi digital juga sama internet online anak-anak mendapatkan
pentingnya dengan menulis, membaca, pengawasan dan pembimbingan langsung
berhitung, atau disiplin ilmu lainnya. Generasi dari orang tua.
milenial yang tumbuh dalam kecanggihan Menghadapi permasalahan ini, peran
teknologi digital mempunyai pola berpikir yang orangtua dan guru sangat diperlukan. Jika
berbeda dengan generasi masa-masa guru merupakan sosok pembimbing yang
sebelumnya. Oleh karena itu, generasi saat ini dapat mengarahkan anak di sekolah, maka
hendaknya dapat bertanggung jawab orangtua merupakan jembatan yang
terhadap bagaimana menggunakan teknologi memperantarai interaksi antara media dan
secara bijak dalam berinteraksi dengan anak dalam konteks yang lebih luas (Astuti dkk,
lingkungan sekitarnya. 2014). Melalui pembekalan prinsip-prinsip
Teknologi digital memungkinkan orang media literacy yang berfokus pada kesadaran
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan dan kemampuan menggunakan media,
keluarga dan teman dalam kehidupan sehari- orangtua dapat membantu anak
hari. Sayangnya, dunia maya saat ini semakin memanfaatkan media dalam cara yang
[137]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
paling positif, sehingga anak selaku pengguna Seminar Nasional: Membangun Generasi
media bebas dari kecanduan maupun Emas 2045 yang Berkarakter dan Melek IT.
cengkeraman manipulasi media Vol. 1 No. 1 Tahun 2019. Paper 003.
DAFTAR PUSTAKA
Pischetola, M. (2011). Digital Media and
Learning Evolution: A Research on
Sustainable Local Empowerment. Global
Media Journal Volume 11, Issue 18, Pp. 1-11.
[138]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Pengukuran karakter teladan (terampil, empati, loyal, antusias, dedikatif, apresiatif, dan
nasionalis) bagi mahasiswa calon guru SD sebelum perkuliahan habituasi sangat penting untuk
dilakukan, karena dapat menentukan tindakan yang paling tepat dalam perkuliahan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan potensi awal karakter teladan mahasiswa calon guru SD.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan instrumen penelitian menggunakan
lembar observasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif.
Sobjek penelitian ini adalah mahasiswa calon guru SD sebanyak 12 orang di semester 1. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa karakter teladan mahasiswa calon guru SD perlu ditingkatkan. Peningkatan
tersebut ditekankan dalam semua aspek teladan, karena dari semua skor belum ada mahasiswa yang
mencapi skor sangat tinggi. Aspek-aspek yang perlu ditingkatkan adalah 1. Terampil menyimak segala
hal dengan kritis, 2. Peka terhadap segala hal, 3. Menjaga kepercayaan yang diberikan, 4. Mudah
membantu orang lain, 5. Ikhlas dalam mengerjakan apapun, 6. Ceria dalam mengerjakan tugas, 7.
Selalu bertindak sesuai aturan, 8. Siap mengerjakan segala tugas yang diberikan, 9. Memberikan
respon positif terhadap segala situasi, 10. Paham wawasan nusantara, dan 11. Berbahasa Indonesia
yang baik dan benar.
Kata kunci: pengukuran karakter, karakter teladan, mahasiswa calon guru SD, habituasi
[139]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[140]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[141]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
kategori sedang, sedangkan sub aspek sampai dengan 5. Walaupun semua subaspek
antusias mahasiswa nomor 1, 2, 3, dan 4 apresitif tersebut dikatakan tinggi, tetapi masih
memperoleh skor dengan kategori tinggi. Oleh ditemukan skor yang mencapai ambang batas
karena itu, mahasiswa perlu ditingkatkan sikap minimal yakni 3,6 pada subaspek nomor 3.
ceria dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, mahasiswa juga perlu
Dedikatif mahasiswa, skor rata-rata ditingkatkan lagi dalam memberikan respon
memperoleh 3,8 dengan kategori tinggi. positif terhadap segala situasi.
Semua sub aspek mahasiswa, baik sub aspek Pada aspek nasionalis, skor rata-rata
dedikatif 1, 2, maupun 3 semuanya mahasiswa mencapai skor 3,5 dengan kategori
dikategorikan tinggi. Walaupun tinggi, aspek sedang. Dalam subaspek nasionalis nomor 1,
dedikatif mahasiswa masih perlu ditingkatkan mahasiswa memperoleh skor 3,2 dengan
lagi, terutama pada sub aspek 1 dan 3 karena kategori sedang, sedangkan aspek nomor 2,
masih belum mencapai skor bulat 4. Oleh mahasiswa memperoleh skor 3,9 dengan
karena itu, mahasiswa perlu ditingkatkan lagi kategori tinggi. Dalam aspek ini, mahasiswa
dalam hal bertindak sesuai aturan, dan masih perlu ditingkatkan dalam aspek
kesiapan dalam mengerjakan tugas yang wawasan kebangsaan dan keterampilan
diberikan. berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Pada aspek apresiatif, pemerolehan skor Hasil semua aspek pengukuran karakter
keseluruhan mencapai rata-rata 4,1 dengan teladan mahasiswa dapat dianalisis dalam
kategori tinggi. Subaspek apresiatif yang tabel berikut ini.
memperoleh skor tinggi adalah nomor 1
Tabel 2 Hasil Survei Karakter Teladan Mahasiswa yang Perlu Ditingkatkan dengan Perhatian Lebih Besar
No Aspek Teladan Keterangan
Terampil
4 Terampil menyimak segala hal dengan kritis Perlu ditingkatkan
Empati
5 Peka terhadap segala hal Perlu ditingkatkan
Loyal
3 Menjaga kepercayaan yang diberikan Perlu ditingkatkan
4 Mudah membantu orang lain Perlu ditingkatkan
6 Ikhlas dalam mengerjakan apapun Perlu ditingkatkan
Antusias
5 Ceria dalam mengerjakan tugas Perlu ditingkatkan
Dedikatif
1 Selalu bertindak sesuai aturan Perlu ditingkatkan
3 Siap mengerjakan segala tugas yang diberikan Perlu ditingkatkan
Apresiatif
3 Memberikan respon positif terhadap segala situasi Perlu ditingkatkan
Nasionalis
1 Paham wawasan nusantara Perlu ditingkatkan
2 Berbahasa Indonesia yang baik dan benar Perlu ditingkatkan
[142]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[143]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan guru pebelajar sejati berhati mulia dan
ketahanmalangannya dalam penerapan pembelajaran tematik terpadu serta pentingnya
membangun ketahanmalangan guru. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. Hasil penelitian
menunjukkan: pertama, guru yang memikat hati anak-anak didiknya adalah guru yang selalu
memahat nurani anak-anak dengan sabar dan ikhlas sehingga melahirkan generasi terbaik.
Mengajar dengan hati adalah tindakan mulia. Setiap tindakan mulia dan tindakan pembelajaran itu
menyenangkan, maka anak didik dapat menemukan kebermakanaan belajar; Kedua,
Ketahanmalangan (AQ) yang tinggi merupakan satu diantara faktor penting untuk meraih sukses,
bahkan semua bakat dan hasrat sia-sia jika terus diselimuti oleh AQ rendah. Oleh sebab itu,
ketahanmalangan guru sangat dibutuhkan. Seorang guru yang memiliki ketahanmalangan yang
tinggi terus bersemangat pantang menyerah mendidik generasi-generasi terbaik. Guru yang memiliki
ketahanmalangan tinggi juga memberikan energi positif terhadap anak didiknya, sehingga semangat
akan hadir pada keduanya yaitu pada guru dan anak-anak didik (siswanya); dan ketiga, guru perlu
membangun ketahanmalangan dengan cara selalu berbagi dengan guru-guru melalui kegiatan
Kelompok Kerja Guru maupun kegiatan profesi lainnya.
[144]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[145]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[146]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[147]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[148]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[149]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[150]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[151]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Artikel ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pengunanaan media pembelajaran tematik Adobe
Flash untuk pembelajaran di Sekolah Dasar dikarenakan guru masing terpaku pada pembelajaran
konvensional, dan juga rendahnya pengetahuan siswa tentang kearifan lokal daerah sekitar tempat
tinggal. Tujuannya yaitu (1) menghasilkan media pembelajaran tematik Adobe Flash berbasis kearifan
lokal di Sekolah Dasar yang menarik dan (2) menguji efektivitas media pembelajaran tematik Adobe
Flash berbasis kearifan lokal malang selatan di Sekolah Dasar. Metode yang digunakan dalam
penulisan artikel ini adalah studi literatur baik secara tekstual maupun online dan analisis dilaksanakan
dengan metode Focus Group Discussion (FGD). Harapannya melalui artikel ini para pendidik
mendapatkan gambaran untuk berinovasi dalam proses belajar mengajar terutama mengajar di luar
kelas atau outdoor learning berbasis potensi kearifan lokal Malang Selatan, Jawa Timur.
Kata Kunci: Media Pembelajaran, Pembelajaran Tematik, Media Adobe Flash, Kearifan Lokal
Malang Selatan
[152]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[153]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[154]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
sebagai berikut yaitu berpusat pada siswa, tentang Standart Nasional Pendidikan. Diatur
memberikan pengalaman langsung, dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013
pembelajaran diarahkan pada tema-tema, tentang “Standart Proses Pendidikan Dasar dan
menyajikan konsep dari berbagai mata Menengah” yang menyatakan bahwa
pelajaran, bersifat luwes/fleksibel, hasil karakteristik proses pembelajaran disesuaikan
pembelajaran sesuai dengan minat siswa, dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran
menggunakan prinsip belajar sambil bermain tematik terpadu di SD/MI/SDL/Paket A
(Astuti, 2017). disesuaikan dengan tingkat perkembangan
Landasan pembelajaran tematik siswa.
menurut pendapat Majid (2014) meliputi: a) Prinsip Pembelajaran Tematik Menurut
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik Majid, (2014) beberapa prinsip yang
sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat, berkenaan dengan pembelajaran tematik
yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan integratif sebagai berikut: a) Pembelajaran
humanisme. Aliran progresivisme memandang tematik integratif memiliki satu tema yang
proses pembelajaran perlu ditekankan pada aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada
pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah dala kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi
kegiatan, suara yang alamiah (natural), dan alat pemersatu materi yang beragam dari
memperhatikan pengalaman siswa. Aliran beberapa mata pelajaran. b) Pembelajaran
konstruktivisme melihat pengalaman langsung tematik integratif perlu memilih materi
siswa (direct experience) sebagai kunci dalam beberapa mata pelajaran yang mungkin
pembelajaran. Manusia mengkonstruksi saling terkait. Dengan demikian, materi-materi
pengetahuannya melalui interaksi dengan yang dipilih dapat mengungkapkan tema
objek, fenomena, pengalaman, dan secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi
lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat pengayaan horizontal dalam bentuk contoh
ditransfer begitu saja dari seorang guru aplikasi yang tidak termuat dalam standar isi.
kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan Namun ingat, penyajian materi pengayaan
sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu
bukan sesuatu yang mudah jadi, melainkan kepada tujuan pembelajaran. c)
suatu proses yang berkembang teru smenerus. Pembelajaran tematik integratif tidak boleh
Aliran humanisme melihat siswa dari segi bertentangan dengan tujuan kurikulum yang
keunikan, kekhasannya, potensinya, dan berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran
motivasi yang dimilikinya. b) Landasan tematik integratif harus mendukung
psikologis, pembelajaran tematik terutama pencapaian tujuan utuh kegiatan
berkaitan dengan psikologi perkembangan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.
siswa dan psikologi belajar. Psikologi d) Materi pembelajaran yang dapat
perkembangan diperlukan terutama dalam dipadukan dalam satu tema selalu
menentukan isi/materi pembelajaran tematik mempertimbangkan karakteristik siswa seperti
yang diberikan kepadasiswa agar tingkat minat, kemampuan, kebutuhan, dan
keluasan dan kedalamannya sesuai dengan pengetahuan awal. e) Materi pembelajaran
tahap perkembangan siswa. Psikologi belajar yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan.
memberikan kontribusi bagaimana isi/materi Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan
pembelajaran tematik tersebut disampaikan tidak usah dipadukan.
kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus
1.3 Media Audio Visual Adobe Flash
mempelajarinya. c) Landasan yuridis dalam
pembelajaran tematik berkaitan dengan
Media audio visual adalah media yang
berbagai kebijakan atau peraturan yang
mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
mendukung pelaksanaan pembelajaran Menurut (Arsyad, 2013) Media Audio-visual
tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis merupakan sebuah alat bantu audio visual
tersebut adalah UU No. 20 Tahun 2003 tentang yang berarti bahan atau alat yang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan dipergunakan dalam situasi belajar untuk
bahwa setiap siswa pada satuan pendidikan membantu tulisan dan kata yang diucapkan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan
sesuai bakat, minat, dan kemampuannya (Bab ide. Menurut (Rohani, 1997) audio visual atau
V Pasal 1-b). Menurut PP Nomor 32 Tahun 2013 AVA adalah media intruksional modern yang
Sebagai perubahan PP No 19 Tahun 2005 sesuai dengan perkembangan zaman atau
[155]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi b. Mampu mengolah sumber daya, terlibat
yang meliputi media yang dapat dilihat, dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain
didengar dan dapat dilihat serta didengar. yang berkaitan dengan keunggulan,
Dari beberapa pendapat diatas dapat sehingga memperoleh penghasilan
disimpulkan bahwa media audio visual sekaligus melestarikan budaya, tradisi, dan
merupakan media yang di dalamnya terdapat sumber daya yang menjadi unggulan
materi yang dapat disesuaikan dengan tingkat
daerah, serta mampu bersaing secara
kemampuan siswa. Audio visual dapat
nasional dan global.
menampilkan pesan yang memotivasi siswa
c. Siswa inklusi diharapkan mencintai tanah
untuk mempelajari materi-materi selanjutnya.
kelahirannya, percaya diri menghadapi
Terdapat berbagai macam media masa depan, dan bercita-cita
audio visual di antaranya yaitu media audio mengembangkan potensi lokal, sehingga
visual Adobe Flash yang merupakan sebuah daerahnya bias berkembang pesat seiring
aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk dengan tuntutan era globalisasi dan
membuat animasi 2 dimensi yang ringan dan informasi.
handal sehingga banyak digunakan untuk
membangun dan memberikan efek animasi SIMPULAN
pada website, CD interaktif dan lainnya. Berdasarkan hasil kajian literatur ini maka
Adobe Flash adalah aplikasi yang cocok untuk peneliti menyimpulkan bahwa untuk
keperluan pembuatan sebuah media mengembangan Media Pembelajaran Tematik
pembelajaran yang bisa digunakan untuk Adobe Flash berbasis Kearifan Lokal Malang
proses pembelajaran di sekolah inklusi. Adobe Selatan membutuhkan kreativitas dan
Flash merupakan aplikasi yang dapat wawasan yang sangat luas. Media
digunakan dengan komputer spesifikasi pembelajaran ini digunakan untuk menambah
rendah. wawasan tentang berbagai macam kearifan
lokal di daerah Malang Selatan yang belum
1.4 Kearifan Lokal Malang Selatan banyak diketahui siswa. Melalui
Affandy & Wulandari (2012) pengembangan media ini siswa diharapkan
mengatakan Local wisdom refers to the mampu untuk tetap menjaga kearifan lokal
knowledge that comes from the community’s yang ada. Gambaran dalam pengembangan
experiences and the accumulation of local media Adobe Flash berbasis kearifan lokal
knowledge. Local wisdom is found in societies, Malang Selatan ini semoga dapat menjadi
communities, and individuals. Pendapat ini pedoman bagi praktisi pendidikan dalam
mempunyai arti bahwa kearifan lokal pengembangan media lain sebagai proses
mengacu pada pengetahuan yang berasal pengajaran di sekolah.
dari pengalaman masyarakat dan merupakan
akumulasi dari pengetahuan lokal. Kearifan DAFTAR PUSTAKA
lokal ditemukan di dalam masyarakat,
komunitas dan individu. Abdul Majid. (2014). Strategi Pembelajaran.
Berbagai macam kearifan lokal yang Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
ada di Malang selatan yaitu deretan pantai
yang ada di Malang Selatan dengan sejarah Affandy, Didied & Putu Wulandari. 2012. An
dan kebudayaan daerah tersebut, Expliration Local Wisdom Priority in
peninggalan-peninggalan tempat sejarah di Public Budgeting Process ol Local
daerah Malang Selatan, Gunung Semeru dan Government. Jakarta: Rineka Cipta.
Bromo, dan kesenian bordir yang ada di Pakis.
Pendidikan berbasis kearifan lokal tentu Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran.
memiliki tujuan yang bersifat positif bagi Cetakan ke -15. Jakarta: Rajawalli Pers.
peserta didik, menurut Asmani (2012) yang
menyebutkan beberapa tujuan pendidikan Asmani, Jamal Ma‟mur. 2012. Buku Panduan
berbasis kearifan lokal yaitu: Internalisasi Pendidikan Karakter di
a. Agar siswa inklusi mengetahui keunggulan Sekolah. Yogyakarta : Diva Press.
lokal daerah tempat tinggal, memahami
berbagai aspek yang berhubungan Asnawir & M. Basyiruddin Usman. 2002. Media
dengan kearifan lokal tersebut. Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.
[156]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[157]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Ekonomi keluarga berperan penting pada status gizi anak. Status gizi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik kasar anak. Keluarga yang memiliki status
ekonomi tinggi, akan memiliki kesempatan yang besar untuk memenuhi kebutuhan gizi anaknya, dan
senantiasa mengamati perkembangan anaknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kemampuan motorik kasar anak sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif
deskriptif. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 20 anak laki-laki. Data diperoleh
dengan cara pengambilan data dengan menggunakan tes antopometri dan fleksibilitas, angket
dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa peserta didik
yang memiliki kemampuan motorik kasar sangat baik cenderung berasal dari status ekonomi keluarga
yang tinggi. Peserta didik yang memiliki kemampuan motorik kasar baik berasal dari status ekonomi
keluarga sedang yang mendominasi, dan status ekonomi keluarga kurang. Peserta didik yang memiliki
kemampuan motorik kasar kurang berasal dari status ekonomi keluarga sedang dan kurang,
keduanya berimbang. Di SDN Kepatihan tidak ada peserta didik yang memiliki kemampuan motorik
kasar sangat kurang.
[158]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[159]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
METODE
Penelitian ini menggunakan metode HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian kualitatif. Hal tersebut dilakukan Hasil
karena objek penelitian ini harus diungkap Penelitian di lakukan di SDN Kepatihan,
secara deskriptif tentang kemampuan motorik Tulangan, Sidoarjo. SD ini adalah satu-satunya
kasar anak sekolah dasar. Penelitian dilakukan sekolah di Desa Kepatihan. Dengan kondisi
di SDN Kepatihan Tulangan Sidoarjo Tahun penduduk yang padat, pada jenjang kelas ini
2018-2019. Subjek penelitian ini adalah siswa terdiri dari dua rombongan belajar, yaitu kelas I-A
kelas 1 SDN Waung Krembung Sidoarjo. dan kelas I-B.
[160]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
sebesar 37,5 %(15 orang), SMP sederajat adalah kategori normal sebesar 52,5% (21
sebesar 50% (20 orang), SD sederajat sebesar anak), kategori gemuk sebesar 15% (6 anak),
10% (4orang). kategori obesitas sebesar 2,5% (1 anak),
kategori kurus sebesar 25% (10 anak) ,
kategori kurus sekali sebesar 5% (2 anak).
2. Penghasilan Orang Tua
TNI/POLRI/PNS 1 5%
6. Kemampuan motorik kasar anak berdasarkan
Karyawan Pabrik 10 50% pengaruh ekonomi keluarga
Pedagang 4 20%
Wirausaha 1 5% Kemampuan Status Ekonomi Keluarga
Motorik Kasar Tinggi Sedang Kurang
Buruh / Petani 1 5%
Anak
Wiraswasta/Swasta 3 15%
Sangat Baik 2 0 0
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa
Baik 0 2 1
dari sampel 40 pekerjaan TNI/POLRI/PNS
sebesar 2,5% (1 orang), Karyawan pabrik Sedang 0 12 2
sebesar 37,5% (15 orang), pedagang sebesar Kurang 0 0 1
12,5% (5 orang),wirausaha sebesar 2,5 % Sangat Kurang 0 0 0
(1orang), buruh/petani sebesar 12,5 % (5
orang, wiraswasta/ swasta sebesar 32,5% (13
orang). PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah dilakukan di
SDN Kepatihan Tulangan, hasil penelitian
4. Status Gizi Siswa menunjukkan bahwa ada beberapa peserta
didik yang memiliki kemapuan motorik kasar
Status Gizi Jumlah Persentase
yang sangat baik, baik,sedang, kurang dan
Obesitas 1 5%
sangat kurang. Anak yang memiliki kemampuan
Gemuk 6 30% motorik kasar yang sangat baik dan baik
Normal 11 55% cenderyng memiliki berat badan dan tinggi
Kurus 1 5% badan yang seimbang sesuai dengan
Kurus Sekali 1 5% pertumbuhan pada usianya.
Kemampuan motorik kasar anak
berhubungan dengan status gizi anak, dimana
Dari tabel 4 di atas menunjukkan
faktor ekonomi merupakan suatu penentu status
bahwa dari sampel berjumlah 40 siswa
gizi yang dapat mempengaruhi status gizi anak.
yang mempunyai nilai persentase tertinggi
[161]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Status ekonomi yang rendah atau kemiskinan Kepatihan tidak ada peserta didik yang memiliki
menduduki posisi pertama pada masyarakat kemampuan motorik kasar sangat kurang.
yang menyebabkan gizi kurang (Suharjo, 2005).
Peserta didik yang memiliki keluarga
Sedangkan saran berdasarkan hasil
berstatus sosial ekonomi tinggi diperkirakan
penelitian yaitu bahwa orang tua hendaklah
akan mendapatkan makanan yang gizinya
senantiasa untuk selalu memperhatikan
lebih kompleks, dan perhatian perkembangan
perkembangan dan pertumbuhan anaknya,
yang lebih oleh orangtuanya dibandingkan
agar ia senantiasa mampu mengikut
dengan peserta didik yang berstatus sosial
perkembangan kemampuan motoriknya
sedang. Begitu juga peserta didik yang
dengan baik sesuai dengan usianya. Untuk pihak
memiliki keluarga berstatus sosial ekonomi
sekolah hendaknya selalu memberikan
lemah, akan mendapatkan makanan yang
pengalaman berulang untuk anak melakukan
gizinya kurang, dan perhatian perkembangan
kemampuan motorik kasarnya dan diharapkan
yang kurang oleh orangtuanya dibandingkan
adanya jalinan komunikasi dan kerjasama
dengan peserta didik yang berstatus ekonomi
dengan orang tua dalam mendidik anak.
sedang maupun tinggi.
Dengan adanya kerjasama tersebut, orang tua
Menurut hasil wawancara tentang sosial
dan pihak sekolah akan mendapatkan informasi
ekonomi keluarga yang telah dikelompokkan,
yang penting tentang masalah dan kesulitan
peserta didik terdiri dari tiga kelompok status
yang dialami anak sehingga memudahkan baik
ekonomi keluarga tinggi, sedang dan kurang,
orang tua atau guru dalam penyelesaiannya.
hal ini telah disesuaikan dengan pendapatan
orang tua, jenis pekerjaan, dan pendidikan
orangtua.
DAFTAR PUSTAKA
Keluarga merupakan kelompok sosial, Ahira, Anne. 2011. Manfaat Gizi – Semua
yang didalamnya akan terjadi tidakan sosial. Ada Pada Makanan (Online),
Kehidupan sosial ekonomi keluarga yang (http://www.anneahira.com/manfaat-
layak akan tercipta suasana yang baik, gizi.htm,diakses 2 Agustus 2019).
nyaman, aman dan damai dan boleh
dikatakan makmur, dimungkinan akan Bambang Laksono,dkk. 2012. Kumpulan
membawa dampak dalam proses belajar bagi Permainan Rakyat Olahraga Tradisional.
anak-anak dalam satu keluarga berjalan baik. Jakarta: Kementrian Pemuda dan
Apabila status sosial ekonomi orang tua siswa Olahraga Republik Indonesia.
baik maka kesempatan siswa untuk
C. S. Bornstein, M. H., & Tamis-LeMonda,
memperoleh makanan dengan gizi yang baik,
Mother–infant interaction. 2010. In G.
dan perhatian perkembangan motorik anak
Bremner, & T. Wachs (Eds.), Handbook of
semakin besar.
infant development (2nd ed). London:
UK: Blackwell Publishers.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang Djaali. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT
dilakukan dapat disimpulkan bahwa peserta didik Bumi Aksara
yang memiliki kemampuan motorik kasar sangat
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung. PT
baik cenderung berasal dari s ekonomi keluarga
Refika Aditama.
yang tinggi. Peserta didik yang memiliki
kemampuan motorik kasar baik berasal dari Hasanah, N., & Ansori, N, M. (2013). Hubungan
ekonomi keluarga sedang yang mendominasi, Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
dan ekonomi keluarga kurang. Peserta didik yang Perkembangan Motorik Kasar Pada
memiliki kemampuan motorik kasar sedang Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Midpro,
berasal dari ekonomi keluarga sedang yang 2013(2).
mendominasi, dan ekonomi keluarga kurang.
Peserta didik yang memiliki kemampuan motorik Husdarta, M. Saputra Yudha. (2000).
kasar kurang berasal dari ekonomi keluarga Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
sedang dan kurang, keduanya berimbang. Di SDN Depdikbud.
[162]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[163]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V dengan
menggunakan modul pembelajaran pop up book. Subjek penelitian ini adalah siswa di SDN
Waung, Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian R&D (Research and
Development). Pengembangan modul yang dihasilkan menghasilkan modul pop up book. Uji
coba modul dilakukan di Kelas V-A SDN Waung. Untuk menguji efektivitas penggunaan modul
berbentuk pop up book digunakan desain pre-eksperimental dengan pola one group pretest-
posttest yang diterapkan di kelas V-A. Uji coba skala kecil dilakukan di kelas V-B. Penilaian
kepraktisan modul yang digunakan dalam pembelajaran berasal dari penilaian guru kelas. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa modul berbentuk pop up book. Kajian produk berdasarkan
hasil validasi modul kepada validator, diperoleh presentase 98.29% dari validasi ahli modul,
95,43% dari ahli materi, 95.17% dari ahli pengguna (guru), dan 97,34% dari uji coba pengguna
(siswa). Hasil validasi secara keseluruhan yaitu 96,55% dengan kriteria “Sangat Valid”, maka
modul pop up book sangat layak untuk digunakan.
[164]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[165]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[166]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
up. Namun, media seperti itu belum pernah Penyusunan modul dilakukan dengan
digunakan dalam pembelajaran di SDN memperhatikan kerangka modul. Menurut
Waung. Daryanto (2013) kerangka modul terdiri atas
METODE kata pengantar, daftar isi, pendahuluan,
Penelitian yang dilakukan merupakan pembelajaran, dan daftar pustaka. Bagian
penelitian pengembangan. Penelitian dan pendahuluan berisi kompetensi inti dan
pengembangan menurut Sukmadinata kompetensi dasar, deskripsi, waktu, prasyarat,
(2009:164) adalah “suatu proses atau langkah- petunjuk penggunaan modul, tujuan akhir, dan
langkah untuk mengembangkan suatu produk cek penguasaan kompetensi inti.
baru atau menyempurnakan produk yang Modul disusun seperti bentuk pop-up
telah ada dan yang dapat dibagian dalam. Modul ini terdiri dari dua
dipertanggungjawabkan”. Penelitian bagian yaitu buku dan tempelan. Bagian
pengembangan yang dilakukan peneliti buku merupakan bagian halaman awal
bertujuan untuk mengembangkan modul Pop- hingga halaman akhir yang digunakan
Up Book untuk pembelajaran Kelas V di SDN untuk menempelkan pop-up, hiasan, dan
Waung, Sidoarjo yang valid. kertas yang berisi gambar ataupun tulisan.
Penelitian pengembangan yang dilakukan Bagian buku dicetak pada kertas dengan
menggunakan model (Research and warna penuh disetiap halaman. Warna yang
Development/R&D). Menurut Sugiono (2010) dipilih adalah warna-warna cerah yang soft
Research and Development adalah metode sehingga tidak terlalu mencolok. Bagian
penelitian yang digunakan untuk menghasikan kedua adalah tempelan yang terdiri dari pop-
produk tertentu, dan menguji keefektivan up. Bentuk pop-up terlihat saat buku dibuka.
produk tersebut. Sugiono (2010) menyatakan Bentukan ini hanya ditempelkan dibeberapa
bahwa teknik pengumpulan data dapat halaman modul. Pop-up berisi gambar yang
dilakukan dengan interview (wawancara), terkait dengan materi pembelajaran. Dua jenis
kuesioner (angket), observasi (pengamatan), pop-up yang digunakan dalam menyusun
dan gabungan ketiganya. Namun, dalam modul yaitu pop-up dengan bukaan 1800 untuk
penelitian ini teknik pengumpulan data yang setiap gambar penjelas yang mendukung
digunakan adalah wawancara dan angket. materi dan pop-up dengan bukaan 900
Teknik wawancara dilakukan pada guru Kelas dalam bentuk tulisan dicetak langsung pada
V, sedangkan angket untuk siswa Kelas V SDN buku dan menggunakan warna hitam. Bagian
Waung, Sidoarjo. terpenting dari modul ini adalah tulisan yang
Mengacu pada model penelitian dan berisi materi dan juga gambar penjelas.
pengembangan (R&D) menurut Borg dan Gall Modul pop up book dilakukan validasi
dalam Nana Syaodih (2010: 169-170) yang oleh ahli media dan ahli materi terhadap
terdiri dari sepuluh langkah, peneliti mengambil draf modul berbentuk pop-up yang telah
sembilan langkah dalam proses ini. Adapun disusun. Validasi media dilakukan oleh tim ahli
langkah-langkah tersebut adalah sebagai media, sedangkan validasi materi dilakukan
berikut. oleh tim ahli materi. Menurut Daryanto (2013)
validasi dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui dan mengukur apakah materi/isi
modul masih sesuai (valid) dengan
perkembangan kebutuhan dan kondisi yang
berjalan saat ini.
Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis deskriptif. Rumus yang
digunakan untuk mengolah data berupa
deskriptif presentase menurut Sudijono (2010:
43) sebagai berikut.
P=
Keterangan:
f = Frekuenzi yang sedang dicari presentase
Gambar 1. Bagan Langkah-langkah Penelitian
dan Pengembangan
[167]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
N = Number Of Cases (Jumlah yang tidak tuntas pada pre test sebanyak 15,
frekuensi/banyaknya individu) sedangkan pada post test tidak ada siswa
P = Angka presentase yang tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa
modul Pop-Up Book dapat membantu siswa
Data yang didapat kemudian dianalisis dalam memahami materi pembelajaran kelas
dengan menggunakan teknis analisis data V.
pada tabel 1 akan dijelaskan rincian
SIMPULAN
presentase dengan kriteria sebagai berikut.
Kajian produk berdasarkan hasil validasi
modul kepada validator, diperoleh presentase
98.29% dari validasi ahli modul, 95,43% dari ahli
materi, 95.17% dari ahli pengguna (guru), dan
97,34% dari uji coba pengguna (siswa). Hasil
validasi secara keseluruhan yaitu 96,55%
dengan kriteria “Sangat Valid”, maka modul
pop up book sangat layak untuk digunakan.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka peneliti memiliki beberapa
(Akbar, 2013:157) saran untuk perbaikan di masa mendatang,
yaitu sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Bagi pendidik, sebaiknya dapat
Hasil validasi oleh ahli media diperoleh skor memanfaatkan media pembelajaran
keseluruhan 93 dengan persentase sebesar pop-up book dalam kegiatan
98.29%. Berdasarkan kriteria yang telah pembelajaran di kelas sebagai alat
ditetapkan, dapat dijelaskan bahwa modul bantu dalam menyampaikan materi .
Pop-Up Book dalam kriteria “Sangat Valid”. 2. Bagi peneliti lain, sebaiknya
Saran yang diberikan oleh ahli modul adalah mengembangkan media pembelajaran
perbaikan gambar dan melengkapi informasi yang lebih menarik untuk
pengembang. Hasil validasi oleh ahli materi menyempurnakan produk hingga sampai
diperoleh skor keseluruhan 85 dengan ke produksi massal.
persentase sebesar 95.43%, sehingga termasuk
dalam kriteria “Sangat Valid”. Ahli modul juga
memberikan saran penambahan isi materi dan
DAFTAR PUSTAKA
pemberian evaluasi. Kemudian alidasi oleh ahli
pengguna (guru) juga menunjukkan hasil yang Abdul Majid. (2014). Pembelajaran Tematik
termasuk dalam kriteria “Sangat Valid”. Skor Terpadu. Bandung : PT Remaja Rosda
keseluruhan 65 dengan persentase sebesar Karya
95.17%, dalam kriteria “Sangat Valid”. Ahli
Arief S. Sadiman dkk. (2006). Media
pengguna juga memberikan komentar terkait
Pendidikan: Pengertian,
perpaduan warna tulisan pada modul kurang
Pengembangan dan Pemanfaatannya.
cerah. Terlihat juga pada hasil uji coba siswa
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
diperoleh skor keseluruhan 152 dengan
persentase sebesar 97,34%, sehingga termasuk Bluemel & Taylor. 2012. Pop-up Books A Guide
dalam kriteria “Sangat For Teachers and Librarians. California:
ABC-CLJO, LLC.
Valid”. Hasil pre test dan post test siswa
menunjukkan adanya perbedaan nilai rata- Daryanto. 2013. Menyusun Modul. Yogyakarta:
rata sebelum penggunaan modul dan sesudah Gava Media.
penggunaan modul, yakni 65,25 dan 82,5.
Devi, Anggit Shita, and Siti Maisaroh,
Berdasarkan hasil uji coba siswa pada pre test
„Pengembangan Media Pembelajaran
dan post test untuk kualitas hasil akhir diperoleh
Buku Pop-Up Wayang Tokoh Pandhawa
kenaikan rata-rata 17,25% yang berarti media
Pada Mata Pelajaran Bahasa Jawa
efektif untuk siswa, karena memberikan
Kelas V SD‟, JURNAL PGSD INDONESIA,
dampak untuk capaian hasil belajar siswa. Jika
2017.
menggunakan acuan KKM 70, jumlah siswa
[168]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Heri Rahyubi. (2012). Teori-Teori Belajar dan Fisika Dan Keilmuan (JPFK), 2(1), 29–
Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: 35. https://doi.org/10.25273/jpfk.v2i1.22
Nusa Media.
[169]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
[170]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[171]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[172]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
menjaga keseimbangan tubuh. Untuk itu, tersebut, siswa belajar mengenal bilangan
diperlukan belajar dengan sabar dan tekun. menggunakan permainan egrang.
Egrang terbuat dari dua batang
bambu dengan diameter seukuran lengan 2. Sudut
orang dewasa yang relatif lurus dan sudah tua Pada era modern ini, guru dituntut
dengan panjang masing-masing berkisar 1,5 – untuk membuat sebuah inovasi dalam cara
3 meter, salah satu pangkal atau ujung bambu penyampaian materi. Salah satu cara tersebut
(lebih kurang 20 - 30 cm dari salah satu adalah menerapkan permaianan tradisonal
pangkal bambu) dilubangi untuk memasukan egrang pada materi sudut. Menurut pendapat
potongan bambu yang berukuran lebar 20 cm Nurrahmah (2018) permainan tradisional
sebagai tempat dapat memotivasi siswa dalam belajar.
menginjakan kaki. Ikat atau paku pada bagian Sudut merupakan bangun yang dibuat
potongan bambu dan lobang, pastikan oleh dua garis yang berpotongan di sekitar titik
sambungan kuat untuk dinaiki (Yulita, 2017). potongnya (KBBI). Untuk mengajarkan materi
Pada permainan egrang, dibutuhkan pengukuran sudut dengan permainan egrang
keseimbangan untuk bisa berjalan sebagai berikut: Siapkan egrang dan
menggunakan egrang tersebut. Yulita (2017) penggaris ukuran 100 cm. Pada bagian pijakan
menjelaskan bahwa permainan egrang kaki ada bambu yang tertancap pada bambu
dimainkan dilapangan berukuran 3 x 7 meter yang lurus sehingga terdapat dua buah ruas
atau lebih, dengan adu kecepatan dari salah yang titik pangkalnya sama. Maka hal itu
satu sisi menuju sisi yang lainnya lalu kembali ke dapat dijadikan pembelajaran kontekstual
sisi awal. Nilai budaya yang terkandung dalam terkait sudut. Karena terdapat beberapa sudut
permainan ini adalah kerja keras, keuletan, yang terbentuk, guru dapat menjelaskan sudut
keseimbangan dan sportivitas. yang terbentuk termasuk sudut lancip sudut
siku-siku, sudut tumpul, sudut lurus atau sudut
Desain Pembelajaran matematika Sekolah refleks (Nining. 2016).
Dasar Berbasis Permainan Tradisional Egrang
1. Bilangan 3. Simetri putar
Pada saat ini metode konvensional
dalam penyampaian materi membutuhkan
pengembangan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Erni (2018) bahwa penerapan
metode pembelajaran modern dan
konvensional dalam bentuk tutorial perlu Secara sederhana bentuk egrang
dikembangkan oleh guru agar terjadi dapat digambarkan seperti gambar di atas.
pertukaran informasi antara siswa dengan Simetri putar merupakan suatu bangun datar
guru. Oleh karena itu perlu sebuah inovasi. ketika diputar kurang dari 360 derajat maka
Salah satu inovasi yang bisa diterapkan adalah pada titik tertentu akan menempati posisi
menggunakan permainan tradisional seperti semula (Mujilestari, 2017). Pada pembelajaran
egrang (Nurrahmah, 2018). simetri putar, permaianan egrang ini juga bisa
Permainan egrang ini bisa dijadikan diterapkan. Desain pembelajaran simetri putar
sebuah media dalam penyampaian materi sebagai beriku: dekatkan sepasang egrang
matematika khususnya bilangan. Cara yang sebelah kanan dan kiri seperti gambar di atas.
bisa dilakukan guru untuk menggunakan kemudian ikat dengan kuat egrang yang
egrang dalam pembelajaran bilangan sudah didekatkan. Dari penggabungan
diantaranya sebagai berikut: Siapkan egrang egrang tersebut didapatkan bentuk bangun
yang akan di mainkan kemudian susun datar yang bisa dijadikan bahan materi simetri
bilangan dari angka 1,2,3,...dst. Setelah siswa putar. Kemudian guru menjelaskan kepada
siap, maka guru mulai memberikan komando siswa banyaknya kemungkinan simetri putar
untuk memilih angka yang telah disiapkan. pada bangun tersebut.
Misalnya guru meminta untuk memilih angka 2
maka siswa berlomba-lomba untuk 4. Penjumlahan dan Pengurangan
menghampiri angka 2 yang disebutkan guru Materi penjumlahan dan
menggunakan egrang. Melalui pembelajaran pengurangan merupakan salah satu materi
[173]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
esensial di sekolah dasar. Banyak sekali media Soal cerita untuk materi kecepatan
yang bentuknya beragam untuk digunakan juga bisa dikembangkan. Misalnya pada saat
pada pembelajaran penjumlahan dan itu siswa diminta berjalan dengan egrang
pengurangan di sekolah dasar. Salah satu untuk menemukan jawaban dari pertanyaan
media yang digunakan dalam pembelajaran guru tersebut “jika jarak masjid dan rumah
penjumlahan dan pengurangan adalah Umar adalah 600 cm. Berapakah kecepatan
permainan tradisional egrang. Umar untuk menuju masjid?”
Desain pembelajaran penjumlahan Soal yang terakhir yaitu tentang waktu.
dan pengurangan hampir sama dengan “Jika pukul 11.00 umar berangkat ke masjid.
desain pembelajaran pada bilangan. Diketahui jarak rumah Umar dan masjid adalah
Awalnya, guru menyiapkan potongan- 600 cm, dan setiap langkah Umar dengan
potongan angka yang cukup besar kemudian egrang berjarak 30 cm. Pukul berapakah Umar
menyusun angka-angka tersebut dengan rapi sampai di masjid?” Pembahasan tentang jarak,
sesuai urutan dari terkecil hingga terbesar. kecepatan dan waktu bisa dikerjakan dalam
Setelah semua tersusun, maka guru mulai waktu yang bersamaan. Karena tiga materi
memberikan soal penjumlahan atau tersebut saling berkaitan satu sama lain.
pengurangan. Namun yang unik dari desain Dengan memberikan soal yang nyata dan
pembelajaran ini adalah cara menjawab kontekstual maka dapat membangun motivasi
siswa. Siswa menjawab pertanyaan guru bukan belajar siswa (Pujiati, 2008).
dengan tulisan di atas kertas melainkan
dengan berjalan menuju bilangan yang SIMPULAN
merupakan jawaban menggunakan Pembelajaran sekolah dasar sudah
permainan tradisional egrang. Dengan cara seharusnya menyenangkan terutama untuk
seperti itu, maka siswa cenderung aktif dan mata pelajaran yang banyak dianggap sulit
tidak mudah bosan karena menggunakan oleh siswa, seperti matematika. Pada era
semua komponen tubuh untuk menjawab modern ini, banyak sekali pembelajaran yang
pertanyaan tersebut (Hamdan, 2009). menggunakan teknologi. Teknologi itu sendiri
dapat membawa pengaruh buruk dan
5. Jarak, kecepatan dan waktu pengaruh baik. Salah satu pengaruh buruknya
Materi matematika terakhir dalam adalah banyaknya siswa yang mulai
artikel ini yang bisa dikaitkan dengan meninggalkan budaya dan kekayaan
permainan tradidional egrang adalah jarak, Indonesia seperti permaianan tradisional. Oleh
waktu dan kecepatan. Karena permainan karena itu, desain pembelajaran
tradisional egrang ini dimainkan dengan menggunakan permainan tradisional harus
berjalan atau bergerak. Maka dapat mulai digalakkan agar budaya tidak punah
digunakan untuk mengukur jarak yang dan siswa bisa lebih berinteraksi dengan
ditempuh oleh siswa. Kemudian dari jarak lingkungan sekitarnya. Salah satu desain
tersebut dikaitkan lagi dengan berapa cepat pembelajaran menggunakan permaianan
siswa berjalan menggunakan egrang dengan tradisional adalah pembelajaran matematika
jarak tertentu. Dari dua hal tersebut, di sekolah dasar menggunakan permainan
selanjutnya kita bisa mengukur waktu yang tradisional egrang. Beberapa materi
ditempuh siswa dalam memainkan egrang matematika di Sekolah Dasar yang dapat
pada jarak dan waktu tertentu. Dengan digunakan pada permainan tradisional egrang
pengukuran waktu maka kecepatan siswa diantaranya bilangan, sudut, simetri putar,
menggunakan egrang bisa dihitung berapa pengurangan dan penjumlahan, jarak, waktu
lama waktu yang dibutuhkan siswa dalam dan kecepatan.
mencapai jarak tertentu. Setelah itu guru bisa Selain literatur review tentang desain
menyediakan beberapa soal cerita. Misalnya pembelajaran berbasis permainan tradisional
siswa A setiap langkahnya mencapai 30 cm. egrang, bisa dikembangkan penelitian yang
Maka soal yang bisa disajikan guru seperti lain. Penelitian tersebut diantaranya
berikut “Umar akan pergi ke Masjid yang pembelajaran matematika menggunakan
berjarak 600 cm dari rumahnya. Berapa permainan tradisional yang lain, pembelajaran
banyak langkah yang dibutuhkan Umar?” lain pada permaian egrang dan penelitian
(Pujiati, 2008). tindakan kelas menggunakan permainan
tradisional yang lain.
[174]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[175]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[176]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Abstrak
Penelitian ini tentang web enhanced course berbasis information technology sebagai penunjang
keterampilan berpartisipasi (mengemukakan pendapat, diskusi, tanya jawab) siswa Kelas IV SDN 2
Kedamean Kabupaten Gresik. Web enhanced course berbasis information technology sebagai
sumber belajar by utilization dengan menggunakan fasilitas electronic mail (e-mail), mailing list (milis),
file transfer protocol (ftp), new groups, dan world wide web (www) sebagai penunjang keterampilan
berpartisipasi yang meliputi mengemukakan pendapat, diskusi, dan tanya jawab dalam proses
pembelajaran tematik siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten Gresik. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, sedangkan teknik pengumpulan data kualitatif
dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara untuk menemukan permasalahan dari
responden/siswa yang lebih mendalam. Observasi bertujuan mempelajari subyek/siswa tentang
perilaku dan makna perilaku. Dokumentasi sebagai data-data pendukung untuk memberikan
kejelasan di lokasi saat proses penelitian tentang web enhanced course berbasis information
technology sebagai penunjang keterampilan berpartisipasi siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten
Gresik. Penelitian ini menjelaskan web enhanced course berbasis information technology dengan
menggunakan fasilitas electronic mail (e-mail) dan mailing list (milis) menunjang keterampilan
berpartisipasi dalam mengemukkan pendapat. File transfer protocol (ftp) dan new groups menunjang
keterampilan diskusi, selanjutnya world wide web (www) menunjang proses tanya jawab dalam
pembelajaran tematik siswa Kelas IV di SDN 2 Kedamean Kabupaten Gresik. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa web enhanced course berbasis information technology menunjang keterampilan
berpartisipasi (mengemukakan pendapat, diskusi, tanya jawab) dalam pembelajaran tematik siswa
kelas IV di SDN 2 Kedamean Kabupaten Gresik.
[177]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[178]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[179]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
hipotesis diterima maka hipotesis tersebut juga digunakan untuk meng-upload file materi
berkembang menjadi teori. situs (homepage) sehingga bisa diakses oleh
Analisis data penelitian kualitatif dilakukan pengguna dari seluruh pelosok dunia.
pada saat pengumpulan data berlangsung New groups dalam internet adalah
dan setelah selesai pengumpulan data dalam fasilitas untuk melakukan komunkasi antara
periode tertentu. Miles and Huberman (dalam dua peserta didik atau lebih secara serempak
Sugiyono, 2011:334) mengemukakan bahwa dalam pengertian waktu yang sama (real
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan time), dan dengan demikian berarti komunikasi
secara interaktif dan berlangsung secara terus- yang dilakukan adalah komunikasi yang
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sinkron (synchronous communication mode).
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, Bentuk pertemuan ini lazim disebut sebagai
yaitu data reduction, data display, dan konferensi, dan fasilitas yang digunakan bisa
conclusion drawing/verification. sepenuhnya multimedia (audio-visual) dengan
menggunakan fasilitas video conferencing,
HASIL DAN PEMBAHASAN ataupun teks saja atau teks dan audio dengan
Penelitian ini mendeskripsikan web menggunakan fasilitas chat (IRC). World wide
enhanced course berbasis information web (www) merupakan kumpulan koleksi besar
technology sebagai penunjang keterampilan tentang berbagai macam dokumentasi yang
berpartisipasi dalam pembelajaran tematik tersimpan dalam berbagai server di seluruh
siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten dunia, dan dokumentasi tersebut
Gresik. Web enhanced course berbasis dikembangkan dalam format hypertext dan
information technology menggunakan fasilitas hypermedia, dengan menggunakan Hypertext
sebagai berikut: Electronic mail (e-mail) adalah Markup Language (HTML) yang
surat elektronik memungkinkan siswa mengirim memungkinkan terjadinya koneksi (link)
dan menerima surat melalui internet. E-mail dokumen yang satu dengan yang lain atau
merupakan fasilitas yang paling sederhana, bagian dari dokumen yang satu dengan
paling mudah penggunaannya dan bagian yang lainnya, baik dalam bentuk teks,
digunakan secara luas oleh pengguna visual dan lain-lainnya.
komputer. E-mail merupakan fasilitas yang Penelitian ini mendeskripsikan web
memungkinkan dua siswa atau lebih enhanced course berbasis information
melakukan komunikasi yang bersifat technology sebagai penunjang keterampilan
tidak sinkron (asynchronous communication berpartisipasi meliputi dalam pembelajaran
mode) atau tidak bersifat real time. tematik siswa kelas IV SDN 2 Kedamean
Mailing list (milis) merupakan perluasan Kabupaten Gresik. Keterampilan berpartisipasi
penggunaan e-mail, dengan fasilitas ini siswa meliputi mengemukakan pendapat, diskusi,
yang telah memiliki alamat e-mail bisa dan tanya jawab dalam proses pembelajaran
bergabung dalam suatu kelompok diskusi, dan tematik siswa kelas IV SDN 2 Kedamean
melalui milis ini bisa melakukan diskusi untuk Kabupaten Gresik. Berdasarkan jawaban dari
memecahkan suatu permasalahan secara enam siswa sebagai subyek penelitian atas
bersama-sama, dengan saling memberikan pertanyaan apakah web enhanced course
saran pemecahan (brain storming). berbasis information technology sebagai
Komunukasi melalui milis ini memiliki sifat yang penunjang keterampilan berpartisipasi dalam
sama dengan e-mail, yaitu bersifat tidak pembelajaran tematik siswa kelas IV SDN 2
sinkron (asynchronous communication mode) Kedamean Kabupaten Gresik. Jawaban-
atau bersifat un-real time. File transfer protocol jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
(ftp) adalah fasilitas internet yang memberikan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
kemudahan kepada pengguna untuk dapat Electronic mail (e-mail) menunjang
mengirimkan (upload) dan mengambil arsip keterampilan berpartisipasi mengemukakan
file (download) di suatu server yang terhubung pendapat dalam proses pembelajaran tematik
ke internet pada alamat tertentu yang siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten
menyediakan berbagai arsip (file), yang Gresik. Mailing list (milis) menunjang
memang diizinkan untuk diambil oleh keterampilan berpartisipasi mengemukakan
pengguna lain yang membutuhkannya. File ini pendapat dalam proses pembelajaran tematik
berupa hasil penelitian, artikel-artikel jurnal dan siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten
lain-lain. Di samping itu, file transfer protocol Gresik. File transfer protocol (ftp) menunjang
[180]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
KESIMPULAN
Web enhanced course berbasis
information technology dapat sebagai
penunjang keterampilan berpartisipasi siswa
Sekolah Dasar. Web enhanced course berbasis
information technology dengan menggunakan
fasilitas electronic mail (e-mail) menunjang
keterampilan berpartisipasi mengemukakan
pendapat. Mailing list (milis) menunjang
keterampilan berpartisipasi mengemukakan
pendapat. File transfer protocol (ftp)
menunjang keterampilan berpartisipasi diskusi.
New groups menunjang keterampilan
berpartisipasi diskusi. World wide web (www)
menunjang keterampilan berpartisipasi tanya
jawab dalam proses pembelajaran tematik
siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten
Gresik.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Taufiq M. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui
Problem Based Learning: Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pembelajar
di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.
[181]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
zunieka@stkipbim.ac.id
Abstrak
Perkembangan teknologi tidak hanya berbentuk komputer (perangkat keras), namun juga
berupa kemajuan yang pesat terjadi pada sisi perangkat lunak, setiap individu perlu memahami
bahwa literasi digital merupakan hal penting yang dibutuhkan sebagai partisipasi di dunia modern
sekarang ini. Literasi digital sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu
lainnya. Generasi yang tumbuh dengan akses yang tidak terbatas dalam teknologi digital mempunyai
pola berpikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Berdasarkan materi pendukung literasi
digital Kementerian pendidikan dan kebudayaan tahun 2017 Gerakan literasi digital yang diterapkan
di sekolah dasar diantaranya yakni ; jumlah dan variasi bahan bacaan dan alat peraga berbasis
digital, frekuensi peminjaman buku bertema digital, jumlah kegiatan di sekolah yang memanfaatkan
teknologi dan informasi, jumlah penyajian informasi sekolah dengan menggunakan media digital atau
situs laman, jumlah kebijakan sekolah tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dan komunikasi di lingkungan sekolah, dan tingkat pemanfaatan dan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi dan komunikasi dalam hal layanan sekolah (misalnya, rapor-e, pengelolaan
keuangan, dapodik, pemanfaatan data siswa, profil sekolah, dsb.). Dengan adanya gerakan literasi
digital tersebut maka peneliti memanfaatkan suatu software aplikasi berupa aplikasi materi IPS SD
yang ada pada menu aplikasi, guna mendukung kegiatan literasi digital yang sedang marak
dilagakkan di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangsih media
pembelajaran berbasis digital berupa aplikasi materi IPS SD sebagai penunjang gerakan literasi digital
di lingkungan Sekolah Dasar, selain itu penelitian ini juga bertujuan memberi solusi pada peningkatan
hasil belajar siswa SD khususnya pada materi IPS SD.
[182]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[183]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Dalam posttest-Only Control Design Smirnov (K-S) dengan bantuan SPSS for
terdapat dua kelas. Dimana kelas pertama Windows realease 17. Pada kolom kenormalan,
diberi perlakuan menggunakan metode kriteria yang berlaku adalah jika nilai signifikansi
budaya literasi (x) sedangkan kelas kedua K-S ˃ 0,05, maka data dinyatakana berdistribusi
tidak diberi perlakuan. Kelas pertama normal. (Purwanto dalam Surono, 2011:59)
(kelompok yang diberi perlakuan) disebut Uji homogenitas digunakan untuk
dengan kelas eksperimen, sedangkan kelas mengetahui sama tidaknya varian-varian yang
kedua (kelompok yang tidak diberi perlakuan) ada dalam populasi penelitian. Uji
disebut dengan kelas kontrol. Kedua kelas homogenitas dalam penelitian ini
tersebut akan dibandingkan, jika terdapat menggunakan bantuan SPSS for Windows
perbedaan yang signifikan antara kelas realease 17 dengan melihat probabilitas
eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat signifikansi Lavene Statistic, semakin kecil nilai
dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara Lavene Statistic maka semakin besar tingkat
metode budaya litersi dan angka terhadap kehomogenitasnya, begitu juga sebaliknya.
hasil belajar siswa SD Kelas 4. Untuk menetapkan homogenitas digunakan
Teknik pengumpulan data adalah cara pedoman sebagai berikut: (a)Tetapkan taraf
yang digunakan untuk memeperoleh data- signifikan uji, α = 0,05, (b) Jika signifikan yang
data empirik yang digunakan untuk mencapai diperoleh ˃ 0,05, maka variansi setiap sampel
tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data sama (homogen), (c) Jika variansi yang
yang digunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh < 0,05, maka variansi setiap sampel
intensitas pemanfaatan media aplikasi beserta tidak sama (tidak homogen).
hasil tes siswa. Postest dilaksanakan di akhir Setelah dilakukan penghitungan
pembelajaran dengan tujuan untuk tentang data-data yang tersedia, maka
mengetahui hasil belajar siswa. langkah terakhir yang dilakukan adalah
Butir soal yang dibuat adalah 20 soal. 10 pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis
soal pilihan ganda, 5 soal essay, dan 5 soal dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh
uraian. Setiap soal pilihan ganda diberikan skor X (budaya literasi) terhadap Y (hasil belajar
2 (dua) jika soal dijawab dengan benar dan siswa). Pembelajaran dinilai berhasil apabila
diberi skor 1 (satu ) jika soal dijawab salah. nilai rata-rata yang ada di kelas eksperimen
Pada soal essay setiap soal diberikan skor 6 lebih tinggi daripada di kelas kontrol. Pengujian
(enam) untuk jawaban benar dan Skor 1 (satu) hipotesis ini menggunakan uji Paired Sample t-
untuk jawaban salah. Sedangkan pada soal Test dengan bantuan SPSS for Windows
uraian soal dengan jawaban benar diberi skor realease 17. Kaidah pengambilan keputusan:
10 (sepuluh) dan skor 2-9 (dua sampai dilihat dalam uji t yang dilakukan dengan
sembilan) untuk jawaban yang kurang benar, menggunakan bantuan SPSS for Windows
skor 1 (satu) untuk jawaban yang salah. realease 17 diperoleh nilai p (probabilitas)
Semuan soal diberikan nilai 0 (nol) jika soal yang ditunjukkan oleh nilai Sig (2 – tailed).
tersebut tidak dijawab. Setiap jawaban Dengan aturan jika nilai Sig ˃ 0,05, maka H0
dijumlahkan dan jumlah tersebut menjadi skor diterima. Sebaliknya jika nilai Sig < 0,05, maka
penguasaan kompetensi pengetahuan IPS H0 ditolak yang berarti bahwa H1 diterima
yang berada pada rentang 0-100. 0 dan rata-rata hasil belajar siswa kelas
merupakan skor minimal dan 100 merupakan eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata
skor maksimal ideal penguasaan kompetensi hasil belajar siswa kelas kontrol.
pengetahuan IPS. Tes disusun mahasiswa
melalui bimbingan pembimbing dan expert. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisi data yang diperoleh berupa tes Hasil penelitian dan pembahasan dalam
hasil belajar yang akan dianalisis oleh peneliti bab ini adalah hasil penelitian pada siswa
menggunakan metode yang sesuai. Metoda kelas 4 SD. Data yang diperoleh didapatkan
yang dipakai adalah Uji Normalitas, Uji dengan menggunakan teknik eksperimen .
Homogenitas, dan Uji Hipotesis. Pada uji Hasil Uji Validitas deskripsi data yang
normalitas data dimaksudkan untuk disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk
memperlihatkan bahwa data sampel berasal memberikan gambaran secara umum
dari populasi yang berdistribusi normal. Uji mengenai penyebaran data yang diperoleh
kenormalan data dilakukan dengan peneliti di lapangan. Pada bagian ini akan
menggunakan uji One-sample Kolmogov dijelaskan mengeni proses dan hasil serta
[184]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
pembahasan dari pengolahan data yang Kolmogorov-Smirnov > 0,05 maka data yang
telah dilakukan peneliti. Untuk mengetahui dan diperoleh berdistribusi dengan normal.
mendeskripsikan pengaruh budaya literasi Sebaliknya jika taraf signifikansinya pada tabel
terhadap hasil belajar siswa, peneliti Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka data yang
menggunakan SPSS for Windows realease 17 diperoleh tidak berdistribusi dengan normal.
sebagai alat bantu analisis serta untuk Tabel 4
membuat kesimpulan berdasarkan uji hipotesis Uji Normalitas
yang diajukan. Dalam menguji reliabilitas Tests of Normality
instrument tes, peneliti menggunakan rumus
Alpha Cronbach. Berikut ini adalah hasil Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
[185]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Tabel 5
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kemampuan Based on Mean ,216 1 58 ,347
Berpikir Kritis Based on Median ,003 1 58 ,322
Based on Median and with adjusted df ,003 1 58,804 ,322
Based on trimmed mean ,342 1 58 ,352
Tabel 6
Uji T-Test
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair pre_eksperimen - -
6,970 1,272 -18,936 -13,731 -12,836 29 ,000
1 post_eksperimen 16,333
Pair pre_kontrol -
-4,567 8,516 1,555 -7,747 -1,387 -2,937 29 ,000
2 post_kontrol
Berdasarkan tabel uji t-test, output Pair 1 menggunakan budaya literasi dengan kelas
diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < kontrol yang tidak menggunakan budaya
0,05, maka dapat disimpulkan ada perbedaan literasi (menggunakan model pembelajaran
rata-rata hasil belajar siswa untuk pretest kelas konvensional).
eksperimen dengan posttest kelas eksperimen.
Berdasarkan tabel uji t-test, output Pair 2 Pembahasan
diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < Penelitian ini dilakukan untuk
0,05 ,maka dapat disimpulkan ada perbedaan mengetahui adanya pengaruh budaya literasi
rata-rata hasil belajar siswa untuk pretest kelas terhadap hasil belajar siswa. Sebelum
kontrol dengan posttest kelas kontrol. Jadi mencapai hasil penelitian, terlebih dahulu
dapat disimpulkan bahwa berdasarkan akan diuraikan mengenai gambaran
pembahasan output Pair 1 dan output Pair 2 pelaksanaan penelitian beserta hasil analisis
terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil data yang telah dilakukan. Pelaksanaan
belajar siswa kelas eksperimen yang pembelajaran pada kelas kontrol dalam
[186]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
penelitian ini berlangsung sesuai dengan dan pada kelas eksperimen sebesar 0,290 >
rencana pembelajaran yang telah disusun. 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data
Siswa memperoleh materi pembelajaran Ilmu hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pengetahuan Sosial (IPS) yang difokuskan berdistribusi dengan normal.
pada materi Proklamasi Kemerdekaan. Tabel 4 hasil perhitungan uji normalitas,
Pembelajaran di kelas kontrol menggunakan menunjukkan bahwa normalitas dalam
model pembelajaran konvensional. Guru Kolmogorov-Smirnov pada data hasil posttest
sebagai pemegang kunci pembelajaran dan mendapatkan hasil signifikansi lebih dari 0,05,
satu-satunya sumber informasi materi setelah yaitu pada kelas kontrol sebesar 0,200 > 0,05
buku ajar. Guru menjelaskan dan siswa dan pada kelas eksperimen sebesar 0,132 >
mencatat semua materi yang diberikan, 0,05. Maka dapat disimpulkan data hasil
sehingga siswa cenderung merasa jenuh posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen
dalam mengikuti kegiatan belajar. berdistribusi dengan normal. Setelah diketahui
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran data berdistribusi normal, tahap penelitian
pada kelas eksperimen berjalan sesuai selanjutnya adalah melaksanakan uji hipotesis
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. dengan menggunakan Paired Sample T-Test
Pembelajaran pada kelas eksperimen yang terdapat pada program SPSS for
menggunakan budaya literasi yang difokuskan Windows realease 17. Berdasarkan tabel 4.7
pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial hasil perhitungan uji t-test, output Pair 1
(IPS). Guru sebagai fasilitator dan memberikan diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 <
arahan kepada siswa untuk menciptakan 0,05, maka dapat disimpulkan ada perbedaan
pembelajaran yang lebih aktif, kritis, dan rata-rata hasil belajar siswa untuk pretest kelas
menarik. Siswa dilibatkan dalam kegiatan eksperimen dengan posttest kelas eksperimen.
belajar mengajar. Pada saat pelaksanaan Berdasarkan tabel 6 hasil perhitungan uji
posttest, kesulitan siswa dalam mamahami t-test, output Pair 2 diperoleh nilai Sig. (2-tailed)
konsep materi menjadi berkurang pada sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan
masing-masing kelas. Namun, perolehan nilai ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa
rata-rata kelas kontrol dan eksperimen untuk pretest kelas kontrol dengan posttest
berbeda. Nilai rata-rata posttest pada kelas kelas kontrol. Berdasarkan pembahasan
kontrol ialah sebesar 79,00 , sedangkan nilai output Pair 1 dan output Pair 2, maka dapat
rata-rata posttest pada kelas eksperimen ialah disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
sebesar 90,76 . Pencapaian nilai rata-rata signifikan dari penggunaan budaya literasi.
tersebut membuktikan bahwa hasil belajar Menurut Desmita (2010:35) bahwa anak-
siswa di kelas eksperimen lebih baik jika anak sekolah dasar memiliki karakteristik yang
dibandingkan dengan kelas kontrol. berbeda dengan anak-anak yang usianya
Data-data nilai posttest yang telah lebih muda. Anak-anak sekolah dasar senang
disampaikan pada uraian sebelumnya bermain, senang bergerak, senang bekerja
kemudian dianalisis dengan menggunakan dengan kelompok dan senang merasakan
bantuan program SPSS for Windows realease ataupun melakukan sesuatu secara langsung.
17. Teknik analisis data dalam penelitian ini Dengan berlandaskan teori tersebut, seorang
adalah uji normalitas dan uji hipotesis. Peneliti guru harus mampu mengajarkan suatu meteri
melakukan uji normalitas dengan pembelajaran dengan menggunakan cara
menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov. yang sesuai dengan karakterisitik siswa sekolah
Kriteria pengujiannya adalah jika taraf dasar. Penerapan budaya literasi merupakan
signifikansi pada tabel Kolmogorov-Smirnov > cara yang tepat karena dalam penerapan ini
0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi siswa dapat siswa dapat aktif , dan siswa
dengan normal, begitu sebaliknya jika taraf terlibat secara langsung. Kegiatan yang
signifikansinya pada tabel Kolmogorov-Smirnov dilakukan oleh siswa tersebut akan berkesan
< 0,05 maka data yang diperoleh tidak karena siswa mendapat pengalaman belajar
berdistribusi dengan normal. secara langsung. Dalam materi proklamasi
Berdasarkan tabel 5 hasil perhitungan uji kemerdekaan penerapan budaya literasi
normalitas, dapat dilihat normalitas dalam adalah hal yang tepat karena sesuai dengan
Kolmogorov-Smirnov pada data hasil pretest karakteristik siswa Sekolah Dasar pada
mendapatkan nilai signifikansi lebih dari 0,05, umumnya, hal itu terbukti dengan hasil belajar
yaitu pada kelas kontrol sebesar 0,200 > 0,05
[187]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
maksimal yang diperoleh oleh siswa pada Anwar, Muhammad. 2016. Materi Pelajaran IPS
materi proklamasi kemerdekaan. Kelas 5 Semester 1/2 Lengkap.
Menurut Sudjana (2009:3) hasil belajar (Online).(http://skripsi%20fix/Bab%208%20
siswa pada hakikatnya adalah perubahan Proklamasi%20Kemerdekaan%20Republi
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam k%20Indonesia.pdf Diakses pada 15
pengertian yang lebih luas mencakup bidang Maret 2018).
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen
menurut Gagne (dalam Sudjana, 2009:3) Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
membagi hasil belajar dalam lima kategori Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
yaitu, informasi verbal, keterampilan (Suatu Pendekatan Praktis). Ed Revisi VI.
intelektual, strategi kognitif, sikap, keterampilan Jakarta: Rineka Cipta.
motoris. Hasil belajar yang memuaskan harus Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi
melibatkan keterampilan dan keaktifan siswa Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
agar pembelajaran menjadi berkesan pada Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta
diri siswa. Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Gempur, Santoso. 2005. Metodologi Penelitian
SIMPULAN Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gramedia.
budaya literasi mempunyai pengaruh yang Gipayana, Muhana. 2010. Pengajaran Literasi.
signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas Malang: Asih Asah Asuh.
4SD. Berdasarkan hasil perhitungan uji Juliyanti, Siti. 2014. Pengaruh Model
normalitas, dapat dilihat bahwa data hasil Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada
berdistribusi dengan normal. Begitu juga Konten Tekanan: Kuasi Eksperimen di
dengan data hasil posttest kelas kontrol dan SMPN 2 Kelapa Dua-Tangerang. Skripsi
kelas eksperimen berdistribusi dengan normal. tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas
Selain itu uji hipotesis dengan menggunakan Islam Negeri Hidayatullah.
Paired Sample T-Test juga menunjukkan bahwa Kusumaningsih, Diah. 2011. Upaya
ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis.
untuk posttest kelas eksperimen dengan Yogyakarta: Universitas Negeri
posttest kelas kontrol. Berdasarkan Yogyakarta.
pembahasan output Pair 1 dan output Pair 2, Mardapi, Djemari. 2015. Pengukuran, Penilaian,
maka dapat disimpulkan bahwa ada dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:
pengaruh yang signifikan dari penggunaan Nuha Medika.
budaya literasi. Jadi, dari uraikan di atas, McCartney, K. & Philips, D. 2008. Blackwell
dapat disimpulkan budaya literasi sangat Handbook of Early Childhood
berpengaruh dan memberikan dampak positif Development. Singapore: C.O.S. Printers
terhadap hasil belajar siswa kelas 4 SD. Pte. Ltd.
Ahmad, Susanto. 2014. Pengembangan Nana, Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja
Kencana Prenada Media Group. Rosdakarya.
Redaktur Media. (2015). Literasi Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Sangat Rendah, (Online),
(http://www.republika.co.id/berita/kora
Alwasilah. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. n/didaktika/14/12/15/ngm3g840-literasi-
Jakarta: Bumi Aksara. indonesia-sangat-rendah. Diakses pada
Amiruddin Mahmud. (2016). Membangun tanggal 21 Februari 2018).
Budaya Literasi, (Online), Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
(http://www.kompasiana.com/amirudin Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta.
mahmud/membangun-budaya- Sumaatmadja, Nursid. 2008. Materi
literasi_570261c7a623bd58094c29f9. PokokKonsep Dasar Ilmu Pengetahuan
Diakses pada tanggal 21 Februari 2018). Sosial. Karunika Universitas Terbuka.
Anggoro, M. Toha, dkk. 2009. Metode Jakarta.
Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Tim Bina Karya Guru. 2006. IPS Terpadu untuk SD
Kelas V. Jakarta: Erlangga.
[188]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar
[189]
Penerbit Bina Guru
Jalan Kebonsari Elveka V
Surabaya
(031) 829 5825