Anda di halaman 1dari 197

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN DASAR


(SENADA) PERTAMA
TAHUN 2019

“Sinergitas Pendidikan Dasar & Revolusi Industri 4.0 dalam


Pengembangan Karakter dan Motorik Generasi Milenial”

Surabaya, 28 September 2019

Oleh: Bina Guru


ISBN: 978-623-7563-03-7

[i]
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Dasar (SENADA) Pertama Tahun 2019
“Sinergitas Pendidikan Dasar & Revolusi Industri 4.0 dalam Pengembangan
Karakter dan Motorik Generasi Milenial”

Steering Committee
1. Lina Wijayanti, M.Pd.
2. Mohammad Zahri, M.Pd.

Editor Committee
1. Adhy Putri Rilianti, M.Pd.
2. Wulida Arina Najwa, M.Pd.
3. Rizky Kusuma Wardani, M.Pd.
4. M. Misbachul Huda, M.Pd.
5. Slamet Widodo, M.Pd.

Division
1. Koordinator Lapangan : Wahed Dussawal
2. Acara : Muhammad Hatim
3. Administrasi : Rizki Alvin Rahmatullah
4. Dokumentasi : Muhammad Ihdal Husnayain
5. Konsumsi : Ahmad Hafidz Kurniawan
6. Hubungan masyarakat : Moh. Miftachul Huda

Reviewer
Dr. Wuri Wuryadani, M.Pd.

Setting & Typeset


1. Amar
2. M. Alvin Busyro
3. John Kennedy

Cover
Syahril

Penerbit

Bina Guru
ISBN: 978-623-7563-03-7

[ii]
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim

Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur ke hadlirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga buku Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Dasar (SENADA) Pertama tahun 2019 dengan tema “Sinergitas Pendidikan Dasar
dan Revolusi Industri 4.0 dalam Mengembangkan Karakter dan Motorik Generasi Milenial” pada
tanggal 28 September 2019 dapat terwujud. Tema tersebut dipilih dengan alasan untuk memberikan
perhatian dunia akademik tentang pentingnya pendidikan karakter dan motorik anak dalam
menghadapi era teknologi dalam revolusi industri 4.0.

Para akademisi nasional telah banyak menghasilkan penelitian yang berkaitan dengan pendidikan
dasar, namun masih banyak yang belum didiseminasikan dan dipublikasikan secara luas, sehingga
tidak dapat diakses oleh masyarakat yang membutuhkan. Atas dasar tersebut, SENADA ini menjadi
salah satu ajang bagi para akademisi nasional untuk mempresentasikan penelitiannya, sekaligus
bertukar informasi dan memperdalam masalah penelitian, serta mengembangkan kerjasama yang
berkelanjutan.

Seminar ini diikuti oleh peneliti-peneliti dari berbagai bidang ilmu dari seluruh Indonesia, yang telah
membahas berbagai bidang kajian dalam bidang pendidikan dasar dalam rangka memberikan
pemikiran dan solusi untuk memperkuat peran Indonesia dalam menghadapi revolusi industri 4.0.
Artikel yang terkumpul dari para akademisi tersebut kemudian dihumpun dalam satu prosiding. Buku
prosiding tersebut memuat sejumlah artikel hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para pakar,
praktisi, dan mahasiswa pendidikan dasar baik di sekolah maupun di perguruan tinggi yang
dikumpulkan dan ditata oleh tim panitia seminar nasional pendidikan dasar tersebut. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ketua STKIP Al Hikmah, Bapak Mohammad Zahri, M.Pd. yang telah memfasilitasi semua
kegiatan seminar nasional pendidikan dasar ini.
2. Bapak/Ibu dosen dan mahasiswa segenap panitia seminar nasional pendidikan dasae, yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya demi suksesnya kegiatan ini.
3. Bapak/Ibu dosen, Bapak/Ibu guru, dan mahasiswa penyumbang artikel hasil penelitiannya
dalam kegiatan ini.

Semoga buku prosiding ini dapat memberi kemanfaatan bagi kita semua, untuk kepentingan
pengembangan ilmu, pendidikan, dan teknologi. Di samping itu, diharapkan juga dapat menjadi
referensi bagi upaya pembangunan bangsa dan negara.

Terakhir, tiada gading yang tak retak. Mohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. Saran
dan kritik yang membangun tetap kami tunggu demi kesempurnaan buku prosiding ini.

Surabaya, 28 September 2019

Bina Guru

STKIP Al Hikmah

[iii]
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... iv

Pengembangan Motorik Siswa Sekolah Dasar di Era Revolusi Industri 4.0

Fattah Hanurawan ...................................................................................................................................... 1

Pengembangan Soal Kognitif Higher Order Thinking Skills Materi IPA pada

Pembelajaran Tematik SD Kelas VI

Adhy Putri Rilianti & Trias Mira Hastuti ........................................................................................................ 7

Optimalisasi Pembimbingan Akademik Mahasiswa melalui Pemetaan

Kompetensi Personal

Andi Wibowo & Nurul Lail Rosyidatul Mu’ammaroh .................................................................................. 12

Pemanfatan Media Video Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V
Sekolah Dasar

Anggra Lita Sandra Dewi & Lailatul Mubarokah ....................................................................................... 21

Pengembangan Kit IPA Sederhana Materi Magnet dengan Pendekatan Guided Discovery untuk
Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa Sekolah Dasar

Anna Roosyanti & Frisca Miranda Pasaribu................................................................................................ 28

Studi Komparasi Logika Berhitung Siswa SD dan Calon Guru SD di Surabaya

Azhar Chairin, Muhammad Hatim, & Lina Wijayanti ................................................................................. 35

Literasi Abad 21: Apakah Berhubungan dengan Keterampilan Menulis?

Cholifah Tur Rosidah ................................................................................................................................... 40

Penerapan Media Pembelajaran Board Game Adaptasi Permainan Monopoli dalam


Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Diah Yovita Suryarini & Magdalena Kunthie Retnaningtyas .................................................................... 45

Pengaruh Model Pembelajaran Mitigasi Bencana terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Sekolah Dasar

Diyas Age Larasati & Putri Wulandari ......................................................................................................... 52

Pengembangan Bahan Ajar Tematik Berbasis Kearifan Lokal Semarang

Dwi Putriana Naibaho & Lailatul Fitriyah .................................................................................................... 58

Pola Asuh Orang Tua terhadap Pendidikan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Anak Kelas IV
SDN Saobi I

Firman Tsabbit Abqari ................................................................................................................................. 63

Penerapan Media Video dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Siswa Sekolah
Dasar

Friendha Yuanta & Rissanti Ayudita Oktaviery Gultom ............................................................................ 69

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Discovery Learning di Sekolah Dasar

[iv]
Henik Nur Khofiyah, Anang Santoso, & Sa’dun Akbar .............................................................................. 73

Analisis Alur Berpikir Siswa SD Laboratorium Unesa tentang Logika Berhitung

Lina Wijayanti & Sri Lestari .......................................................................................................................... 79

Botazel (Block Botani Puzzle): Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif sebagai Upaya
Menanamkan Minat Bertani dan Minat Baca bagi Siswa Sekolah Dasar

Lindawati ..................................................................................................................................................... 84

Mengukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dengan Tes Tulis Mengacu pada
Indikator Facione

M. Misbachul Huda ..................................................................................................................................... 91

Analisis Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Dasar Inklusi

Melik Budiarti & Candra Dewi .................................................................................................................... 98

Profil Perkuliahan Mahasiswa PGSD UM dengan Model Learning Cycle 5E untuk Menanamkan
Konsep Permutasi dan Kombinasi

Mochamad Bahtiar Arif, Armando. G. Orlando Nguru, Oktania Anggraini Wulandari , Firman Tsabit
Abqari .......................................................................................................................................................... 103

Hubungan Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbantuan Macromedia Flash


untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Kelas VI SD pada Materi Bangun
Datar

Patri Janson Silaban & Asnita Hasibuan .................................................................................................... 109

Role Playing dalam Peningkatkan Minat Belajar Siswa Sekolah Dasar

Reza Syehma Bahtiar & Ilham Nuril Fahmi ................................................................................................ 118

Praktik Teori Humanisme, Pengaruhnya terhadap Literasi Digital dan Kemampuan Berinovasi
Mahasiswa

Rizal, Arif Firmansyah, & Muhammad Aqil ................................................................................................ 123

Urgensi Literasi Digital Era Revolusi Industri 4.0 di Kalangan Siswa Sekolah Dasar

Rizky Kusuma Wardani & Wahed Dussawal .............................................................................................. 133

Pengukuran Karakter Teladan Mahasiswa Calon Guru Sekolah Dasar Pra-Perkuliahan Habituasi

Slamet Widodo & Muchlisin ........................................................................................................................ 139

Guru Sejati Berhati Mulia dan Ketahanmalangan Menerapkan Pembelajaran Tematik Terpadu

Sugeng & Marzuki ....................................................................................................................................... 144

Media Pembelajaran Tematik Adobe Flash Berbasis Kearifan Lokal Malang Selatan di Sekolah
Dasar

Tety Nur Cholifah & Luthfiatus Zuhroh ......................................................................................................... 152

Kemampuan Motorik Kasar Anak Berdasarakan Pengaruh Ekonomi Keluarga

Titik Rohmatin & Budhi Rahayu Sri Wulan ................................................................................................... 158

Pengembangan Modul Pop Up Book Pada Pembelajaran Di Kelas V Sekolah Dasar

Titik Rohmatin & Satrio Wibowo .................................................................................................................. 164

Desain Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Berbasis Permainan Tradisional Egrang

Wulida Arina Najwa & Muhammad Feri Fadli ........................................................................................... 170

[v]
Web Enhanced Course Berbasis Information Technology sebagai Penunjang Keterampilan
Berpartisipasi Siswa Sekolah Dasar

Yudha Popiyanto & Salsabila Rafidah Ulfah Rusmi ................................................................................... 177

Literasi Digital dengan Media Software Aplikasi Materi IPS SD untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa

Zuni Eka Tiyas Rifayanti ............................................................................................................................... 182

[vi]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENGEMBANGAN MOTORIK SISWA SEKOLAH DASAR DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Fattah Hanurawan
Program Studi Psikologi Universitas Negeri Malang

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara kritis kajian tentang pengembangan
keterampilan motorik siswa sekolah dasar di Era Revolusi 4.0. Penelitian ini berpendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian hermeneutika. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah teks tertulis
yang terkait dengan psikologi pendidikan, psikologi perkembangan, dan pendidikan sekolah dasar,
serta revolusi industri 4.0. Teks tertulis tersebut dikumpulkan melalui jurnal dan buku ilmiah yang relevan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis isi hermeneutika. Metode validasi hasil
dalam penelitian ini adalah melalui metode triangulasi terhadap data-data yang telah terkumpul.
Hasil penelitian menunjukkan: Perkembangan motorik adalah perkembangan fisik, penguatan tulang,
otot, serta kemampuan bergerak, dan kemampuan menyentuh segenap fenomena material yang
ada di sekeliling anak. Pengembangan keterampilan motorik siswa sekolah dasar sangat penting di Era
Revolusi 4.0. Pendidikan dasar Indonesia perlu mempersiapkan siswanya untuk siap hidup di alam
masyarakat 4.0 sebagai salah satu pilihan pekerjaan atau pilihan berwirausaha. Perkembangan fisik
yang menekankan pada motorik halus di era 4.0 perlu diseimbangkan dengan perkembangan motorik
kasar agar tercapai kesehatan fisik siswa. Ergonomi di lingkungan pendidikan dapat membantu
kesehatan fisik siswa yang berinteraksi dengan komputer.

Kata-Kata kunci: motorik, siswa, sekolah dasar, era revolusi industri 4.0

[1]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN dasar di era revolusi industri 4.0. Alat


Pendidikan sekolah dasar adalah pengumpul data dalam penelitian ini adalah
pendidikan yang menjadi dasar bagi teks tertulis yang terkait dengan psikologi
pendidikan lanjut di sekolah menengah dan pendidikan, psikologi perkembangan, dan
perguruan tinggi. Keberhasilan siswa di level pendidikan sekolah dasar, dan revolusi industri
pendidikan dasar akan banyak membantu 4.0. Teks tertulis tersebut dikumpulkan melalui
keberhasilan mereka pada lebih pendidikan jurnal dan buku ilmiah yang relevan.
lebih tinggi maupun keberhasilan dalam Teknik analisis data dalam penelitian ini
berbagai kehidupan lain. adalah teknik analisis isi hermeneutika
Agar siswa dapat mencapai (hermeneutics content analysis). Tahap-tahap
keberhasilan dalam pendidikan maka sekolah, analisis data dalam teknik teknik analisis isi
orang tua, dan masyarakat perlu memahami hermeneutika adalah sistematisasi, pemberian
karakteristik perkembangan siswa. kode, kategorisasi, interpretasi, pemahaman,
Perkembangan anak di sekolah dasar meliputi dan refleksi (Vieira & de Querios, 2017). Metode
perkembangan di area kognitif, sosial validasi hasil dalam penelitian ini adalah
emosional, dan fisik. Dalam perkembangan melalui metode triangulasi terhadap data-
fisik, siswa di sekolah dasar perlu memiliki data yang telah terkumpul.
keterampilan motorik sebagai salah satu
modal penting dalam menjalani kehidupan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Terkait perkembangan masyarakat dunia yang Pengertian Perkembangan Motor Siswa
telah mencapai era revolusi 4.0 maka Sekolah Dasar
pendidikan sekolah dasar perlu memberikan Perkembangan motorik atau
fasilitasi agar perkembangan motorik siswa perkembangan fisik adalah perkembangan
sekolah dasar menjadi aktual sesuai dengan fisik, penguatan tulang, penguatan otot,
potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Ini kemampuan bergerak, dan kemampuan
terjadi karena dalam paradigma kecerdasan menyentuh segenap fenomena material yang
majemuk, kecerdasasan kinestetik atau ada di sekeliling anak. Perkembangan motor
kecerdasan motorik menjadi salah satu jenis anak dapat dikategorisasikan menjadi dua,
kecerdasan yang penting bagi kehidupan yaitu:
manusia. Kecerdasan kinestetik menjadi 1. Motor halus (gerakan kecil pada tangan,
penting terutama dalam rangka menjawab jari, kaki, pergelangan tangan, jari kaki,
atau memecahkan masalah-masalah yang bibir, dan lidah)
berhubungan dengan masalah gerak di 2. Motor kasar (gerakan pada otot besar
lingkungan kita (berjalan, mengendarai mobil seperti berjalan, melompat, duduk, dan
atau sepeda motor, olah raga / bermain, berlari)
bersosialisasi, berumah tangga, atau bekerja Berdasar pengertian perkembangan
dengan komputer di kantor). motorik tersebut maka kemudian dapat
Berdasarkan arti penting keterampilan diajukan pengertian perkembangan motor
motorik maka pada kesempatan ini dilakukan siswa sekolah dasar. Perkembangan motorik
kajian tentang pengembangan keterampilan siswa sekolah dasar adalah perkembangan
motorik siswa sekolah dasar di Era Revolusi 4.0. motorik adalah perkembangan fisik,
penguatan tulang, penguatan otot,
METODE kemampuan bergerak, dan kemampuan
Eksplorasi tentang pengembangan menyentuh segenap fenomena material pada
motorik siswa sekolah dasar di era revolusi anak sekolah dasar. Siswa sekolah dasar di
industri 4.0 dilakukan melalui pendekatan Indonesia berkisar pada usia 6 tahun sampai
kualitatif (Hanurawan, 2016). Penelitian dengan 13 tahun. Dalam psikologi
berpendekatan kualitatif ini menggunakan perkembangan, kisaran usia tersebut adalah
jenis penelitian heurmenetika. Penelitian dalam periode perkembangan anak dan
heurmenetika adalah suatu jenis penelitian pubertas atau remaja awal.
kualitatif yang bertujuan mengungkap makna Perkembangan keterampilan motorik
yang terkandung dalam teks (Vieira & de dimulai dari tubuh bagian dalam (inner body)
Querios, 2017). sampai dengan tubuh bagian luar (outer
Objek utama dalam penelitian ini body). Tubuh bagian dalam meliputi kepala,
adalah pengembangan motorik siswa sekolah lengan, dada, lengan, dan paha. Tubuh

[2]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

bagian luar meliputi tangan, kaki, jari tangan, yang setahun lebih lambat. Anak perempuan
dan jari kaki. di kelas 6 dapat dikatakan mendekati puncak
Perkembangan motorik memiliki makna perkembangan fisik dan memasuki periode
penting untuk perkembangan anak, termasuk perkembangan remaja, sedang laki-laki secara
pada anak sekolah dasar. Ini terjadi karena perlahan mengalami kemajuan
perkembangan motorik anak berkaitan perkembangan fisik dan memasuki usia remaja
dengan area-area perkembangan yang lain, pada usia 13 sampai dengan 16 tahun (Slavin,
seperti area perkembangan sosial emosional 2006).
dan area perkembangan kognitif. Implikasi
perkembangan motorik yang baik adalah Revolusi Industri 4.0
adanya perkembangan yang baik pula untuk Revolusi Industri 4.0 adalah revolusi
perkembangan sosial emosional dan industri yang menekankan konsep perusahaan
perkembangan kognitif seorang anak. atau dunia usaha yang menggunakan mesin
Perkembangan motorik yang baik akan dengan dibantu konektivitas wireless dan
membantu hubungan interpersonal dan sensor yang terkoneksi dalam suatu sistem
komunikasi interpersonal (berbicara maupun yang dapat memvisualisasikan keseluruhan
menulis) (sosial emosional) seseorang dengan produksi dan melakukan pembuatan
lingkungan sosialnya. Perkembangan motorik keputusan-keputusan yang bersifat mandiri.
yang baik juga akan membantu cara berpikir Industri 4.0 adalah industri yang
(kognisi) seorang anak dalam mempersepsi mengaplikasikan otomatisasi dan pertukaran
lingkungannya secara lebih akurat, seperti data dalam teknologi manufaktur dan proses
membaca buku atau memahami informasi yang meliputi sistem siber-fisik, internet, internet
dari internet dan melakukan pencarian industri, komputer awan, dan kecerdasan
informasi pada media internet. buatan. Dalam bahasa sehari-hari industri 4.0
Anak memasuki kelas 1 sekolah dasar dapat disebut sebagai industri pintar yang
sebagai masa peralihan atau masa transisi dari menggunakan bantuan internet dan
suatu periode perkembangan yang pesat sepenuhnya menggunakan peralatan
pada masa anak awal (early childhood) komputer (Wikipedia, 2019).
menuju perkembangan bertahap pada masa Masyarakat revolusi Industri 4.0 adalah
anak tengah dan masa anak akhir. Beberapa masyarakat yang berada pada revolusi industri
tahun kemudian pada saat anak mulai berbasis informasi yang merupakan
memasuki kelas atas maka mereka akan perkembangan lanjut dari revolusi-revolusi
mengakhiri masa anak dan memasuki masa perkembangan masyarakat 1.0, masyarakat
pra-remaja. 2.0, dan masyarakat 3.0. Masyarakat 1.0
Perkembangan fisik siswa pada saat di adalah masyarakat yang hidup dalam usaha-
sekolah dasar mengalami perkembangan usaha perburuan. Masyarakat 2.0 adalah
yang lambat dibanding perkembangan pada masyarakat yang hidup dalam usaha-usaha
saat mereka di masa perkambangan anak pertanian. Masyarakat 3.0 adalah masyarakat
awal. Perkembangan fisik mereka melambat yang hidup dalam usaha-usaha industri yang
pada periode sekolah dasar kelas-kelas awal. masih bersifat konvensional. Pada masyarakat
Ukuran tubuh anak perempuan relatif lebih 4.0 terjadi perkembangan industri yang
pendek dan lebih kecil dibanding anak laki-laki berbasis pada teknologi informasi (Salgues,
sampai mereka menginjak usia 9 tahun. Pada 2018). Revolusi industri 4.0 pada masyarakat 4.0
usia 9 tahun tinggi dan berat anak perempuan menggambarkan keadaan masyarakat
dan anak laki-laki adalah relatif seimbang. informasi seperti telah diprediksi keberadaanya
Pada kelas-kelas awal sekolah dasar siswa oleh ahli futurologi Barat, yaitu Toffler (1980).
dibantu untuk mengembangkan keterampilan
motorik dasar yang terkait penjagaan Pengembangan Motorik Siswa Sekolah Dasar
keseimbangan tubuh. Keterampilan motorik di Era Revolusi Industri 4.0
dasar yang terkait penjagaan keseimbangan Salah satu tugas pendidikan adalah
tubuh adalah berlari, melompat, dan untuk mempersiapkan generasi muda untuk
melempar. hidup di masa kini maupun di masa datang.
Anak perempuan di kelas 5 sekolah Tugas pendidikan ini juga diemban oleh
dasar memiliki tubuh yang lebih besar, lebih pendidikan formal yang paling awal di
berat, dan lebih kuat dibanding anak laki-laki Indonesia, yaitu pendidikan dasar atau

[3]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

pendidikan sekolah dasar. Dalam hal ini melakukan pergerakan yang itu akan
pendidikan dasar Indonesia perlu mengganggu kesehatan fisik secara
mempersiapkan siswanya untuk siap hidup di umum dan mengganggu kesehatan
alam masyarakat 4.0 sebagai salah satu pilihan mata anak.
pekerjaan atau pilihan berwirausaha. b. Aspek sosial emosional. Anak hanya
Untuk mempersiapkan siswa pendidikan belajar jenis-jenis emosi yang
dasar atau sekolah dasar siap hidup di era 4.0 tereskpresi secara tulis dan artifisial. Ini
maka kurikulum pendidikan dasar perlu berarti mereka mereka tidak banyak
diarahkan untuk mencapai tujuan mempraktekkan ekspresi emosi secara
pengembangan kecakapan hidup (life skills) verbal dan langsung dengan orang
penggunaan komputer dan internet. Apabila lain.
dihubungkan dengan perkembangan motorik, c. Aspek kognitif. Dalam penulisan pesan
keterampilan hidup itu adalah yang terkait singkat anak tidak menggunakan
dengan motorik halus, seperti penggunaan bahasa yang baku. Pembiasaan
mata, jari, telinga dan sejenisnya. Keterampilan penggunaan bahasa yang baku
hidup terkait penggunaan motorik halus terkait menunjukkan tingkat intelektualitas
penggunaan motorik halus tersebut dapat seseorang. Penggunaan telepon pintar
dilatih sejak dini dengan mengintegrasikan yang berlebihan akan mengganggu
dengan pelatihan ketrampilan kognitif dan waktu belajar anak sehingga
sosial emosional (perkembangan moral). melemahkan prestasi belajar anak
Pelatihan sejak dini tersebut dapat dilakukan (Hanurawan, 2016).
melalui pengenalan komputer dan internet 2. Keberadaan media internet dapat
dalam proses pembelajaran atau bahkan mengganggu perkembangan aspek fisik,
secara ekstrim membangun semacam sekolah sosial emosional, dan kognitif.
pintar (smart school). Lingkungan semacam ini a. Aspek fisik. Penggunaan media
yang merupakan miniatur masyarakat 4.0 internet secara berlebihan sampai
dapat membiasakan siswa untuk hidup di menimbulkan keadaan adiksi dalam
dalam masyarakat berbasis komputer di masa diri seseorang menimbulkan gangguan
kini maupun di masa mendatang. Ini berarti kesehatan fisik, seperti kelancaran
pendidikan dasar perlu membiasakan siswa peredaran darah, kesehatan jantung,
untuk menstimulasi melatih penggunaan dan cedera tulang belakang.
motorik halus dalam menggunakan komputer b. Aspek emosional. Anak tidak terbiasa
maupun instrumen sejenis. melakukan praktik ekspresi emosi
Kemajuan teknologi adalah dua sisi secara langsung dalam suatu
mata uang. Di satu sisi memberikan dampak hubungan interpersonal.
positif berupa kemudahan-kemudahan hidup, c. Aspek sosial. Anak terbiasa berinteraksi
namun di sisi lain terdapat potensi bahaya interpersonal dan sosial secara artifisial
yang perlu diperhatikan sehingga aplikasi melalui berbagai media jejaring sosial
teknologi canggih tidak menjadi semacam tanpa memperhatikan prinsip-prinisip
bom waktu atau memiliki efek bumerang bagi etika sosial yang menjadi pengarah
perkembangan siswa sebagai manusia. hubungan interpersonal dan
Dampak negatif kehidupan berbasis komputer hubungan sosial dalam masyarakat
di antaranya adalah terhadap perkembangan nyata. Interaksi interpersonal dan sosial
sosial emosional, perkembangan kognitif, dan secara artifisial di dunia internet tidak
perkembangan fisik atau perkembangan memberikan pengetahuan dan
motorik. keterampilan sosial yang signifikan
Keberadaan piranti elektronik yang ketika mereka hadir di dalam dunia
terkait dengan realitas sosial masyarakat 4.0 interpersonal dan sosial yang bersifat
dapat mengakibatkan beberapa dampak nyata dan langsung.
negatif, di antaranya adalah: d. Aspek kognitif. Anak jarang melakukan
1. Keberadaan telepon pintar yang dapat akses terhadap situs-situs yang mampu
mengganggu perkembangan aspek fisik, merangsang perkembangan
emosi, sosial, dan intelektual. intelektual anak.
a. Aspek fisik. Anak yang terlalu banyak
menggunakan telepon pintar kurang

[4]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Khusus dalam perkembangan fisik yang guru, siswa, dan administrator adalah salah
menekankan pada motorik halus pada diri satu kondisi yang utama dalam proses
siswa maka agar terjadi keseimbangan pendidikan dan pembelajaran (Zunjic dkk.,
perkembangan motorik halus dan 2015).
perkembangan kasar maka siswa pun perlu Secara umum, pada penghujung abad
dibiasakan untuk mengaktifkan motorik kasar ke 20 dan awal abad ke 21 sudah banyak
mereka. Keseimbangan itu diperlukan agar sekolah di Indonesia, termasuk untuk anak
kesehatan fisik mereka menjadi terjaga di sekolah dasar, memanfaatkan piranti
masa kini maupun di masa mendatang. Ini komputer sebagai alat bantu dalam proses
berarti dalam pendidikan dasar diperlukan pembelajaran. Berdasar kenyataan itu maka
kepada mereka untuk mengembangkan merupakan suatu hal yang penting bagi
motorik kasar dalam berbagai kegiatan untuk seorang guru untuk memiliki pengetahuan
membiasakan mereka hidup sehat secara fisik. tentang aplikasi ergonomi dalam
Kegiatan-kegiatan yang dapat menjadi dasar pemanfaatan komputer. Pemanfaatan
hidup fisik sehat adalah melalui olah raga, komputer dalam jangka waktu yang panjang
bermain, menari, dan kegiatan-kegiatan dan terus menerus dapat menyebabkan
pergerakan yang melatih motorik kasar. cedera tubuh, seperti gangguan-gangguan
muskuloskeletal atau mungkin cedera otot
Ergonomi dan Kesehatan Fisik Siswa yang lain.
Berdasar pada pengembangan motorik Beberapa strategi yang dapat dilakukan
sehat dan seimbang siswa sekolah dasar maka agar menghindarkan seseorang dari cedera
dalam psikologi ada satu bidang psikologi tubuh adalah sebagai berikut:
yang mempelajari hubungan yang erat antara 1. Istirahat secara teratur
lingkungan fisik dan kemudahan perilaku Dalam upaya menurunkan prevalensi
manusia. Bidang tersebut adalah ergonomi. terjadinya kemungkinan resiko gangguan-
Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu gangguan muskuloskeletal maka diperlukan
yang mempelajari, menjelaskan, mengontrol, istirahat secara teratur. Istirahat secara
meramalkan, merekayasa, dan memecahkan teratur ini terutama perlu bagi orang-orang
masalah faktor performansi manusia yang yang memanfaatkan komputer dalam
dihubungkan dengan tugas-tugas atau waktu yang panjang, termasuk guru. Saran
pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan, yang dapat diberikan terkait dengan ini
alat-alat pekerjaan, dan lingkungan pekerjaan. adalah pengubahan posisi tubuh setiap 40
Secara umum, ilmu semacam ini memiliki arah menit pada saat mengoperasikan
untuk membantu kenyamanan manusia dalam komputer.
beraktivitas di lingkungan kerja dan membantu 2. Merancang tempat kerja (work station)
keselamatan manusia dalam bekerja. komputer dalam suasana yang lebih
Komponen-komponen dalam organisasi nyaman.
sekolah, seperti kepala sekolah, guru dan Ini dapat dilakukan dengan menyusun
administrator sekolah, harus memahami prinsip- peralatan komputer, sehingga monitor
prinsip ergonomi. Pemahaman terhadap secara langsung berada di hadapan
prinsip-prinsip ergonomi sangat berguna untuk pemakai atau pengguna komputer.
dirinya sendiri sebagai pribadi, dirinya sebagai Demikian pula puncak layar komputer
profesional, bagi sejawat, dan bagi para siswa. seharusnya pada sekitar daerah
Prinsip-prinsip ergonomi itu dapat membantu pandangan mata.
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan secara 3. Posisi kibor ditempatkan di depan tubuh
umum dan tujuan-tujuan pembelajaran secara dan berada pada lokasi yang
khusus di sekolah. memudahkan jangkauan apabila siku
Siswa, guru, dan administrator perlu (elbow) bergerak pada sudut 90 derajat.
beraktivitas dalam cara-cara yang efektif, 4. Posisi tikus (mouse) juga ditempatkan di
aman, dan nyaman ketika menggunakan depan tubuh dan berada pada lokasi yang
perangkat lunak dan komputer (perangkat memudahkan jangkauan apabila tangan
keras). Dalam konteks ini aplikasi pengetahuan bergerak pada saat mengoperasikan
tentang ergonomi dapat membantu komputer.
kelancaran aktitivitas-aktivitas secara efektif, 5. Dalam lingkungan kelas, guru tidak harus
aman, dan nyaman. Dalam hal ini kesehatan terlalu membungkuk pada saat

[5]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

menjangkau tikus dalam mengoperasikan DAFTAR PUSTAKA


komputer.
6. Melakukan perancangan tempat kerja Hanurawan, F. (2016). Perspektif Alternatif
komputer yang fleksibel sehingga dapat dalam Psikologi Pendidikan. Malang:
digunakan oleh lebih dari satu orang dalam Universitas Negeri Malang.
proses pembelajaran. Slavin, R.E. (2006). Educational Psychology.
Pelayanan pendidikan untuk Theory and Practice. Boston: Pearson.
pengembangan perkembangan motorik Salgues, B. (2018). Society 5.0. Industries of the
sangat penting pada saat siswa berada di Future, Technologies, Methods,
dalam pendidikan sekolah dasar. Selain masa Technologies, Methods, and Tools.
pra-sekolah, perkembangan motor siswa pada London: ISTE Wiley.
masa sekolah dasar adalah masa kritis untuk Toffler, A. (1980). The Third Wave. New York.
memperoleh layangan pengembangan. William Morrow and Company Inc.
Wikipedia. (2019). Motor Skill.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat
diuraikan adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan motorik adalah
perkembangan fisik, penguatan tulang,
otot, serta kemampuan bergerak, dan
kemampuan menyentuh segenap
fenomena material yang ada di sekeliling
anak.
2. Pengembangan keterampilan motorik siswa
sekolah dasar sangat penting di era revolusi
4.0.
3. Pendidikan dasar Indonesia perlu
mempersiapkan siswanya untuk siap hidup
di alam masyarakat 4.0 sebagai salah satu
pilihan pekerjaan atau pilihan
berwirausaha.
4. Perkembangan fisik yang menekankan
pada motorik halus di era 4.0 perlu
diseimbangkan dengan perkembangan
motorik kasar agar tercapai kesehatan fisik
siswa.
5. Ergonomi di lingkungan pendidikan dapat
membantu kesehatan fisik siswa yang
berinteraksi dengan komputer.

Saran
Beberapa saran yang dapat diuraikan
adalah sebagai berikut:
1. Saran kepada sekolah untuk
menyeimbangkan perkembangan motorik
halus dan motorik kasar dalam bekerja
dengan piranti komputer.
2. Saran kepada orang tua untuk menjaga
kesehatan fisik anak yang menggunakan
piranti teknologi informasi.

[6]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF HIGHER ORDER THINKING SKILLS MATERI IPA PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS VI

Adhy Putri Rilianti1, Trias Mira Hastuti2


STKIP Al Hikmah Surabaya1, SDN Durenseribu 04 Kota Depok2
adhyputrir@gmail.com1

Abstrak

Keterampilan berpikir sangat diperlukan dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Keterampilan ini
perlu dilatihkan sejak anak berada pada jenjang sekolah dasar. Pendidikan dasar di Indonesia saat ini
telah berorientasi pada pembelajaran berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking skills/HOTS). Pembelajaran tematik dengan muatan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan
erat dengan HOTS. Namun, penilaian kognitif berbasis HOTS masih belum banyak dikembangkan.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan draf soal kognitif higher order thinking skills materi IPA yang
layak digunakan pada pembelajaran tematik SD Kelas VI. Metode penelitian yang digunakan yaitu
pengembangan model 4D dengan batasan pada tahap ketiga, yaitu define, design, dan develop.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa draf soal kognitif HOTS materi IPA layak digunakan pada
pembelajaran tematik SD Kelas VI.

Kata kunci: kognitif, higher order thinking skills (HOTS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), tematik

[7]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN Kurikulum 2013 yaitu guru masih terbiasa


Kehidupan manusia saat ini sangatlah menggunakan tes yang mengukur
dekat dengan mesin dan teknologi, salah satu keterampilan berpikir tingkat rendah. Oleh
ciri kehidupan di era revolusi industri 4.0. Jika karena itu, maka diperlukan pengembangan
dibandingkan dengan 10 tahun lalu, banyak soal-soal kognitif berbasis HOTS agar dapat
perubahan yang sangat cepat, misalnya alat memaksimalkan HOTS siswa.
komunikasi, dari telepon rumah (telephone),
telepon genggam (handphone), hingga Higher Order Thinking Skills (HOTS)
telepon pintar (smartphone). Revolusi industri Higher order thinking skills (HOTS) dalam
4.0 ditandai dengan meluasnya digitalisasi dan Bahasa Indonesia diartikan keterampilan
merambahnya internet, sehingga segalanya berpikir tingkat tinggi. Conklin (2012)
bisa terjangkau hanya dengan alat yang kecil menyebutkan bahwa keterampilan berpikir ini
dan mudah digunakan (Schwab, 2017). mencakup atau berwujud keterampilan
Banyak fakta yang bisa didapatkan dalam berpikir kritis dan berpikir kreatif. Seseorang
hitungan detik melalui telepon pintar kita yang yang berpikir kritis itu berpikir secara logis dan
terkoneksi dengan internet. Fakta yang variatif menolak untuk langsung menuju simpulan,
tersebut tidak semuanya dapat digunakan. berusaha untuk memahami bias yang terjadi
Oleh karena itu, dibutuhkan keterampilan secara natural dan berusaha untuk melihat
untuk memilih dan memilah fakta yang dari sudut pandang yang baru sehingga
diperlukan. Keterampilan tersebut adalah dapat dianalisis dan dievaluasi dengan logis.
keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher Dari refleksi itulah ia belajar. Sama pentingnya
order thinking skills/ HOTS). dengan berpikir kritis, berpikir kreatif juga wujud
Keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak dari HOTS, yang ciri-cirinya yaitu menemukan
dapat muncul begitu saja, tetapi perlu dan mensintesis. Sementara itu, Brookhart
dilatihkan. Sejak anak berada pada jenjang (2010) mendefinisikan HOTS menjadi 3
sekolah dasar, keterampilan ini perlu pandangan, yaitu 1) HOTS sebagai transfer, 2)
dikenalkan dan dikembangkan. Sekolah HOTS sebagai keterampilan berpikir kritis, dan
sebagai tempat belajar sangat berperan 3) HOTS sebagai keterampilan pemecahan
penting dalam mengembangkan masalah.
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. HOTS dapat dilihat melalui hasil belajar
Pendidikan dasar di Indonesia saat ini siswa. Bookhart (2010) menyebutkan bahwa
telah berorientasi pada pembelajaran berbasis HOTS dapat dilihat dari hasil belajar siswa,
HOTS di Kurikulum 2013. Hal ini didasarkan pada misalnya dari hasil tes, pemeringkatan, dan
hasil tes Programme for International Student instrumen penelitian. Arifin & Retnawati (2018)
Assessment (PISA) dan Trends in International mengemukakan bahwa indikator HOTS
Mathematics and Science Study (TIMSS) serta dengan konteks pendidikan di Indonesia paling
hasil ujian nasional yang masih rendah relevan mengacu pada taksonomi Bloom
(Ariyana, dkk., 2018). Berdasarkan hasil revisi, yaitu menganalisis (membedakan,
tersebut, maka dilakukan peningkatan kualitas mengorganisasi-kan, mengatribusikan),
pembelajaran dan penilaian yang mengevaluasi (memeriksa, mengkritik), dan
berdasarkan pada HOTS, khususnya pada mencipta (merumuskan/ membuat hipotesis,
mata pelajaran yang diujikan secara nasional. merencanakan, memproduksi). Sejalan
Di SD, diterapkan pada pembelajaran dengan pendapat tersebut, Setiawati, dkk.
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), (2018:11) mengemukakan bahwa soal-soal
dan Bahasa Indonesia. Penelitian ini difokuskan HOTS pada umumnya mengukur kemampuan
pada penilaian hasil belajar IPA. Hasil pada ranah kognitif level C4 (analyzing), C5
penelitian Sofyan (2019) menunjukkan bahwa (evaluating), dan C6 (creating). Soal-soal HOTS
HOTS adalah solusi dari permasalahan mengukur kemampuan yang tidak sekadar
globalisasi dan pendidikan nasional dalam mengingat, menyatakan kembali, atau
rangka beradaptasi dengan masa depan dan merujuk tanpa melakukan pengolahan, tetapi
dunia internasional. mengukur 1) transfer satu konsep ke konsep
Namun, penilaian kognitif berbasis HOTS lainnya, 2) memproses dan menerapkan
di SD masih belum banyak dikembangkan. informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai
Agustini & Fajriyah (2017) mengemukakan informasi yang berbeda, 4) menggunakan
bahwa salah satu permasalahan penerapan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5)

[8]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

menelaah ide dan informasi secara kritis dengan batasan pada tahap ketiga, yaitu
(Hanifah, 2019). define, design, dan develop. Tahap define
Penilaian HOTS dapat diterapkan pada meliputi front-end analysis, learner analysis, task
aspek pengetahuan dan keterampilan. analysis, concept analysis, dan specifying
Brookhart (2010) mengemukakan bahwa instructional objectives. Tahap design meliputi
prinsip-prinsip menilai HOTS yaitu 1) construction of criterion-referenced tests,
menentukan apa yang akan dinilai dengan media selection, format selection, dan initial
jelas dan tepat, 2) mendesain soal tes atau design for presentation of instruction through
penugasan yang akan dinilai, 3) menentukan media. Tahap develop meliputi expert
rubrik yang mencerminkan hasil keterampilan appraisal.
yang dinilai, 4) memberikan pengantar agar
siswa berpikir, seperti teks singkat, gambar, HASIL DAN PEMBAHASAN
skenario, maupun suatu masalah, 5) Define
menggunakan materi yang baru bagi siswa, Pada tahap define, dilakukan front-end
yang belum dibahas di kelas dan bukan yang analysis yaitu studi tentang permasalahan
bersifat mengingat saja, dan 6) membedakan utama, yaitu kurangnya pengembangan soal-
antara tingkat kesulitan (mudah dan sulit) dan soal kognitif HOTS pada Pembelajaran IPA SD
tingkat berpikir (LOTS dan HOTS), dan sehingga diperlukan pengembangan soal-soal
mengontrolnya secara terpisah. Penilaian kognitif HOTS pada Pembelajaran IPA,
kompetensi keterampilan sudah pasti khususnya Kelas VI SD. Selanjutnya yaitu tahap
menggunakan HOTS karena tidak hanya learner analysis. Pada tahap define juga
proses transfer knowledge tetapi juga proses dilakukan analisis perkembangan kognitif Kelas
berpikir kritis, kreatif, dan penyelesaian VI SD agar soal HOTS yang disusun sesuai
masalah, misalnya dengan teknik praktik, dengan karakteristik siswa Kelas VI SD. Siswa
produk, dan proyek (Setiawati, dkk., 2018:24- kelas VI SD termasuk dalam masa kanak-kanak
31). akhir atau sering disebut dengan usia sekolah.
Soal-soal HOTS tidak hanya berbentuk Anak dalam tahap ini sudah dapat berpikir
uraian. Bentuk soal HOTS bisa berupa pilihan dengan logis (Kolucki & Lemish, 2011) dan
ganda kompleks (benar/salah atau ya/tidak) dapat menyimpulkan (Eccles, 1999). The
dan uraian (Setiawati, dkk., 2018:14-15). Institute for Human Services for The Ohio Child
Karakteristik soal HOTS antara lain sebagai Welfare Training Program (2007)
berikut. mengemukakan bahwa siswa umur 10-11
1. Soal HOTS harus didahului dengan stimulus tahun dapat mengenal dan
yaitu komponen yang dapat dianalisis, mempertimbangkan pendapat secara akurat ,
dievaluasi, disintesis, diimajinasi, dan mulai puber, dan mulai memahami peran
diciptakan (Hanifah, 2019). sosial.
2. Mengukur kemampuan berpikir tingkat Pada tahap task analysis, dilakukan
tinggi dan berbasis permasalahan analisis kompetensi dasar IPA Kelas VI pada
kontekstual. Setiawati, dkk. (2018:11-13). Kurikulum 2013 yang akan dijadikan soal HOTS.
Langkah-langkah penyusunan soal HOTS Terdapat 8 kompetensi dasar (KD) yang
menurut Setiawati, dkk. (2018:18) yaitu 1) diajarkan di Kelas VI, antara lain sebagai
Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal berikut.
HOTS, 2) Menyusun Kisi-kisi soal, 3) Memilih 3.1 Membandingkan cara
stimulus yang menarik dan kontekstual, 4) perkembangbiakan tumbuhan dan
Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi hewan
soal, dan 5) Membuat pedoman penskoran 3.2 Menghubungkan ciri pubertas pada laki-
(rubrik) atau kunci jawaban. laki dan perempuan dengan kesehatan
reproduksi
METODE 3.3 Menganalisis cara makhluk hidup
Penelitian ini bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
menghasilkan draf soal kognitif higher order 3.4 Mengidentifikasi komponen-komponen
thinking skills materi IPA yang layak digunakan listrik dan fungsinya dalam rangkaian listrik
pada pembelajaran tematik SD Kelas VI. sederhana
Metode penelitian yang digunakan yaitu 3.5 Mengidentifikasi sifat-sifat magnet dalam
pengembangan model 4D (Thiagarajan, 1974) kehidupan sehari-hari

[9]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

3.6 Menjelaskan cara menghasilkan, yang didahului dengan proses berpikir


menyalurkan, dan menghemat energi menganalisis informasi yang disajikan pada
listrik stimulus, lalu menentukan keputusan terbaik.
3.7 Menjelaskan sistem tata surya dan Bahkan, bisa menjadi C6 (mengkreasi) jika
karakteristik anggota tata surya membutuhkan kemampuan penyusunan
3.8 Menjelaskan peristiwa rotasi dan revolusi strategi pemecahan masalah baru. Untuk
bumi serta terjadinya gerhana bulan dan menyusun soal HOTS, guru perlu memposisikan
gerhana matahari diri sebagai siswa yang akan menjawab soal
Pada tahap concept analysis, dilakukan tersebut (Brookhart, 2010).
analisis keterampilan HOTS yang akan Penilaian HOTS dapat meningkatkan
dikembangkan pada siswa Kelas VI SD. Analisis motivasi dan hasil belajar siswa (Brookhart,
dari dua tahap sebelumnya ini kemudian 2010). Penelitian selanjutnya dapat dilakukan
dilanjutkan pada tahap specification of dengan menguji hubungan penilaian HOTS
objectives, yaitu spesifikasi tujuan dengan motivasi dan hasil belajar siswa. Hasil
pengembangan soal-soal HOTS. Tujuan penelitian Hassan, dkk. (2017) menunjukkan
penelitian ini adalah untuk menghasilkan draf bahwa guru memerlukan pedoman berupa
soal HOTS pada Pembelajaran IPA untuk siswa modul HOTS yang digunakan di dalam
Kelas VI SD. kegiatan pembelajaran IPA untuk mengatasi
Design kesulitan guru dalam membuat soal HOTS dan
Pada tahap design, dilakukan mengatasi kesulitan siswa dalam memahami
penentuan indikator-indikator soal HOTS, soal HOTS. Guru hendaknya tidak hanya
penyusunan kisi-kisi soal, dan penyusunan draf mengajarkan HOTS pada siswa yang memiliki
soal berbasis HOTS. Kedelapan KD yang telah kemampuan akademik tinggi saja, tetapi juga
dianalisis pada tahap define disusun menjadi siswa yang memiliki kemampuan akademik
kisi-kisi soal HOTS dengan memperhatikan yang kurang (Zohar & Dori, 2003).
karakteristik dan langkah-langkah penyusunan
soal HOTS. Masing-masing KD dibuat 1 soal SIMPULAN
pilihan ganda dan 1 soal uraian sehingga total Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada 16 soal yang terdiri dari 8 soal pilihan draf soal kognitif HOTS materi IPA layak
ganda dan 8 soal uraian. digunakan pada pembelajaran tematik SD
Develop Kelas VI. Hasil tersebut didasarkan pada
Pada tahap develop, dilakukan ketepatan langkah-langkah pengembangan
penilaian draf soal HOTS untuk IPA kelas VI SD soal HOTS dan kualitas soal HOTS yang sesuai
oleh ahli, yakni dosen PGSD STKIP Al Hikmah. dengan karakteristik soal HOTS.
Hasil penilaian pada konten materi sudah baik,
tetapi ada perbaikan untuk keseimbangan DAFTAR PUSTAKA
panjang soal. Bahasa sudah dapat dipahami. Agustini, F. & Fajriyah, K. (2017). Problematika
Soal juga telah memenuhi karakteristik sebagai pengembangan HOTS (higher order
soal HOTS. thinking skills di Sekolah Dasar.
Dipresentasikan pada Seminar Nasional
PEMBAHASAN Inovasi Pendidikan: Bunga Rampai
Soal-soal HOTS yang dikembangkan Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan
mengacu pada kriteria soal HOTS. Soal yang Kompetensi Pendidik dalam
dikembangkan dari KD dan kisi-kisi bukanlah Menghadapi Abad 21.
merupakan soal sulit, tetapi memerlukan proses Arifin, Z. & Retnawati, H. (2018).
berpikir yang kompleks. Setiawati, dkk. (2018) Pengembangan instrumen pengukuran
mengemukakan bahwa untuk memudahkan HOTS dalam pembelajaran Matematika.
pembuatan soal-soal HOTS, terdapat tabel Dalam Jailani, Sugiman, Retnawati, H.
kata kerja operasional (KKO), tetapi (penyunting), Bukhori, Apino, E., Djidu, H.,
penggunaan KKO disesuaikan dengan proses & Arifin, Z. Desain pembelajaran
berpikir yang diperlukan untuk menjawab Matematika untuk melatihkan higher
pertanyaan. Sebagai contoh, kata order thinking skill. Yogyakarta: UNY
“menentukan” pada C2 (memahami) & C3 Press.
(mengaplikasikan) bisa menjadi C5 Ariyana, Y., Pudjiastuti, A., Bestary, R., &
(mengevaluasi) jika menentukan keputusan Zamroni. (). Buku pegangan

[10]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

pembelajaran berorientasi pada Schwab, K. (2017). The fourth industrial


keterampilan berpikir tingkat tinggi. revolution. London: Penguin.
Jakarta: Direjen GTK Kemdikbud. Setiawati, W., Asmira, O., Ariyana, Y., Bestary,
Brookhart, S. M. (2010). How to assess higher- R., & Pudjiastuti, A. (2018). Buku penilaian
order thinking skills in your classroom. berorientasi higher order thinking skills.
Virginia: ASCD. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Conklin, W. (2012). Higher order thinking skill to Tenaga Kependidikan Kementerian
develop 21st century learners. California: Pendidikan dan Kebudayaan.
Shell Educational Publishing. Sofyan, F. A. (2019). Implementasi HOTS pada
Hanifah. (2019). Pengembangan instrumen Kurikulum 2013. Jurnal Inventa, III (1), 1-
penilaian higher order thinking skill 17.
(HOTS) di sekolah dasar. Conference The Institute for Human Services for The Ohio
Series Journal, 1 (1), 1-8. Child Welfare Training Program. (2007).
Hassan, M. N., Mustapha, R., Yusuff, N. A. N., & Developmental miletones chart. Ohio.
Mansor, R. (2017). Development of Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. I.
higher order thinking skills module in (1974). Instructional development for
Science Primary School: Need analysis. training teachers of exceptional children.
International Journal of Academic Indiana: Eric.
Research in Business and Social Zohar, A. & Dori, Y., J. Higher order thinking skills
Sciences, 7 (2), 624-628. and low-achieving students: Are they
Kolucki, B. & Lemish, D. Communicating with mutually exclusive? The Journal of the
children. New York: UNICEF. Learning Sciences, I2 (2), 145-181.

[11]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

OPTIMALISASI PEMBIMBINGAN AKADEMIK MAHASISWA MELALUI PEMETAAN


KOMPETENSI PERSONAL

Andi Wibowo1) & Nurul Lail Rosyidatul Mu’ammaroh2)


Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FPIP, Universitas Islam Raden Rahmat Malang 1)
Prodi Psikologi, FPIP, Universitas Islam Raden Rahmat Malang2)
andi21harto@gmail.com1) & rosyunira@gmail.com 2)

Abstrak

Dinamika kematangan mental dan cara berpikir mahasiswa saat ini semakin berubah. Kondisi ini
banyak ditemui di kampus-kampus swasta yang masih berkembang. Kematangan mental dan cara
berpikir berpengaruh terhadap etos kuliah, capaian akademik, dan tingkat ketahanan mahasiswa
dalam melaksanakan perkuliahan. Pada proses perkuliahan kemampuan akademik memang
berpengaruh terhadap capaian prestasi akademik, tetapi kecerdasan emosional berpengaruh besar
pada penyelesaian studi. Kecerdasan emosional sesuai dengan teori kecerdasan jamak yang telah
dikemukakan oleh Gardner meliputi kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Kecerdasan
emosional ini berpengaruh positif pada prestasi belajar ketika mengenyam pendidikan maupun
berpengaruh jangka panjang ketika lulusan telah bekerja. Prestasi belajar tanpa kecerdasan
emosional tidak mengindikasikan kesuksesan masa depan dan rendahnya kecerdasan emosional
mengindikasikan kepribadian yang lemah. Begitu besar peranan kecerdasan personal pada
keberhasilan studi di perguruan tinggi maka perlu pengembangan kecerdasan personal sejak
mahasiswa diterima di perguruan tinggi. Supaya dapat mengembangkan kecerdasan personal maka
diperlukan pemetaan dan pengukuran kecerdasan personal. Pada makalah ini akan dibahas lebih
lanjut cara pemetaan kecerdasan personal dan optimalisasi pembimbingan akademik pada
mahasiswa baru.

Kata kunci: optimalisasi, pembimbingan akademik, kompetensi personal

[12]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN berbagai permasalahan yang sering dihadapi


Permasalahan kompetensi personal oleh dosen pembimbing akademik pada
mahasiswa saat ini semakin memprihatinkan. mahasiswanya diantaranya (1) sikap dan
Kompetensi personal merujuk pada tingkat perilaku belajar yang buruk, (2) tingkat
kematangan mental (emosi) dan pola pikir. kehadiran dalam perkuliahan rendah, (3)
Kematangan mental dan pola pikir mahasiswa motivasi dan minat belajar mahasiswa yang
menjadi dilema tersendiri terutama bagi para rendah, dan (4) keaktivan mahasiswa dalam
pemangku kebijakan di universitas-universitas kegiatan kampus yang rendah. Pada kasus-
swasta. Hal ini dikarenakan kematangan kasus ini peran pembimbing akademik sebagai
mental dan pola pikir berpengaruh pada etos faktor eksternal dapat dimaksimalkan agar
kuliah, capaian akademik, dan tingkat mahasiswa mampu meningkatkan motivasi
ketahanan mahasiswa dalam penyelesaian dan minat belajar di kampus.
studi. Ratnaningsih, Saefuddin, & Wijayanto Fenomena mahasiswa putus kuliah
(2008: 101) menjelaskan bahwa sekitar 86,40% saat ini juga diperparah dengan pola pikir
mahasiswa Jurusan Manajemen FE UT tidak mahasiswa yang semakin berubah. Pada saat
dapat menyelesaikan studi secara tepat ini terjadi perubahan pola pikir mahasiswa dari
waktu. Imran, Susetyo, & Wigena (2013: 2) juga perkuliahan yang berorientasi pengembangan
menjelaskan bahwa terdapat 10,7% potensi diri menjadi perkuliahan yang
mahasiswa putus kuliah di IPB dari tahun berorientasi ijazah. Mahasiswa saat ini menjadi
akademik 2008/2009 sampai 2011/2012. Kasus kurang tertarik dengan proses perkuliahan.
yang sama juga terjadi di Prodi PGSD Fakultas Hasil wawancara mengungkapkan bahwa
Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam mahasiswa menganggap ketika melamar
Raden Rahmat. Berdasarkan hasil observasi pekerjaan syarat utama adalah ijasah. Dengan
menunjukkan bahwa dari tahun akademik demikian, perkuliahan yang dilaksanakan oleh
2014/2015 sampai 2017/2018 sekitar 25,13% mahasiswa hanya sebagai bentuk formal
mahasiswa PGSD telah putus kuliah. mahasiswa untuk memperoleh ijasah. Dilain
Kanoy (2015: 4) menjelaskan bahwa pihak, mahasiswa beranggapan bahwa
kemampuan akademik memang berpengaruh kompetensi dapat dikembangkan sendiri
terhadap capaian prestasi akademik, tetapi dengan belajar melalui internet. Oleh sebab
kecerdasan emosional berpengaruh besar itu, peran pembimbing akademik sangat
pada penyelesaian studi. Kecerdasan diperlukan untuk mengubah paradigma
emosional sesuai dengan teori kecerdasan mahasiswa ini. Partawibawa, dkk., (2014: 1)
jamak yang telah dikemukakan oleh Gardner menjelaskan bahwa pembimbing akademik
meliputi kecerdasan intrapersonal dan sangat berperan positif dalam pembentukan
interpersonal. Kecerdasan emosional ini karakter mahasiswa. Pembimbingan akademik
berpengaruh positif pada prestasi belajar yang maksimal dapat berdampak positif
ketika mengenyam pendidikan maupun terhadap pelaksanaan proses perkuliahan,
berpengaruh jangka panjang ketika lulusan ujian, dan layanan akademik.
telah bekerja. Prestasi belajar tanpa Bentuk bimbingan akademik yang
kecerdasan emosional tidak mengindikasikan dapat memaksimalkan peran bimbingan
kesuksesan masa depan dan rendahnya akademik adalah bentuk bimbingan akademik
kecerdasan emosional mengindikasikan developmental (Suprihatin, 2016: 44).
kepribadian yang lemah (Preeti, 2013: 8). Pendekatan developmental adalah model
Behjat (2011: 351) telah membuktikan bahwa bimbingan yang didasari dari hubungan
kecerdasan interpersonal dan intrapersonal personal antara mahasiswa dengan dosen
berpengaruh terhadap kemampuan bahasa. pembimbing, mencakup masalah akademik,
Joibari & Mohammadtaheri (2011: 1334) juga karir, dan personal, tidak hanya sebatas fokus
menjelaskan bahwa prestasi akademik pada tujuan akademik. Namun, tidak
berhubungan erat dengan motivasi diri, dipungkiri pula bahwa saat ini masih terdapat
kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran bimbingan akademik prescriptive. Suprihatin
sosial, dan keterampilan sosial. (2016: 41) menjelaskan bahwa masih terdapat
Mahasiswa putus kuliah sekitar 37,3% mahasiswa yang mendapatkan
mengindikasikan bahwa mahasiswa tersebut tipe bimbingan akademik prescriptive.
mengalami permasalahan kompetensi Pendekatan prescriptive adalah model
personalnya. Sidik (2015: 56) menyebutkan bimbingan yang didasari pada hubungan

[13]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

impersonal dan otoritas, hanya menjawab setiap proses kegiatan bimbingan


pertanyaan yang spesifik, dan tidak akademik. Tujuan umum pembimbingan
melibatkan mahasiswa dalam membuat akademik adalah untuk meningkatkan
pertimbangan (Suprihatin, 2016: 41). kualitas pembelajaran mahasiswa. Selain
itu, tujuan khusus pembimbingan akademik
METODE antara lain (1) membantu mahasiswa
Makalah ini merupakan hasil kajian dalam meningkatkan kinerja belajarnya;
dari berbagai sumber dengan menggunakan (2) memberikan bantuan untuk mengatasi
metode studi literatur baik tektual maupun masalah-masalah mahasiswa pada
online. Literatur yang diperoleh dari berbagai umumnya/non akademik serta masalah-
sumber selanjutnya dikaji, dianalisis, dan masalah pendidikan pada khususnya
diinterpretasikan dalam bentuk tulisan dalam akademik; (3) menjamin bahwa konsultasi
makalah ini. Selain itu, dilaksanakan pula akademik dan bimbingan konseling dapat
metode Focus Group Discussion (FGD) untuk berjalan lancar, sehingga proses belajar
menyusun naskah artikel. FGD dilaksanakan mahasiswa dapat dilaksanakan sesuai
antara penulis pertama dan penulis kedua dengan waktu dan mutu yang
makalah ini. direncanakan.
Dosen pembimbing akademik
HASIL DAN PEMBAHASAN pada dasarnya memiliki berbagai tugas.
A. Bimbingan Akademik Mahasiswa Tugas-tugas tersebut diantaranya (1)
merupakan role model sebagai seorang
Sistem Informasi Akademik educational lecture. (2) Menanamkan
(Tempat daftar KRS on line)
nilai-nilai luhur etika pendidikan, norma
keagamaan dan kaidah profesional yang
baik kepada mahasiswa dalam
JURUSAN DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK menjalankan profesinya sebagai pendidik.
 Membuat SK PA  Penasihat akademik dan (3) Menciptakan suasana yang hangat
 Mengumumkan konseling
 Mencetak KRS  Tandatangan / Menyetujui KRS dan baik dengan mahasiswa
 Mencetak kartu Bimbingan sementara bimbingannya sehingga dapat
 Menyimpan kartu Bimbingan  Mengisi kartu Bimbingan dan
mengembalikan ke jurusan menambah kegairahan proses
pembelajaran mahasiswa. (4) Pembimbing
akademik diharapkan dapat senantiasa
MAHASISWA : memberikan apresiasi dan positive reward
 Menyampaikan KHS ke PA
yang menumbuhkan semangat
 Persetujuan KRS dari PA
 Daftar on line ke Sistem Informasi Akademik pembelajaran mahasiswa (empowering).
(5) Memfasilitasi informasi akademik yang
Gambar 1. Alur bimbingan akademik sesuai untuk mahasiswanya. (6)
(FPIP UNIRA, 2017) Merangsang motivasi belajar mahasiswa
dan membimbing mahasiswa dalam
Bimbingan akademik merupakan mengembangkan keterampilan
proses monitoring dan evaluasi akademik belajarnya. (7) Memonitor perkembangan
mahasiswa di tingkat sarjana seperti pada atau kemajuan akademik mahasiswa. (8)
Gambar 1. Proses bimbingan akademik Mengidentifikasi dan berusaha
biasanya dipandu oleh dosen pembimbing menyelesaikan masalah-masalah yang
akademik. Pembimbing akademik (PA) dihadapi mahasiswa sedini mungkin. (9)
adalah seorang staf pengajar yang Membimbing mahasiswa dalam menjalani
antusias, memiliki motivasi dan komitmen kegiatan akademisnya dan membantu
tinggi terhadap mahasiswa. Pembimbing mahasiswa dalam menghadapi masalah-
akademik yang baik harus menjadi masalah akademis. (10) Membimbing
pendengar yang efektif dan berempati mahasiswa dalam kegiatan di luar tugas
kepada mahasiswa karena seringkali akademis seperti berorganisasi,
hanya ini yang dibutuhkannya (Dent & pengabdian masyarakat dan lain-lain. (11)
Rennie, 2005). Konsultasi akademik dan Mengarahkan mahasiswa dalam mencari
bimbingan konseling yang dijelaskan ide penelitian dan mencari dosen
dalam prosedur diterapkan terhadap pembimbing riset. (12) Membantu

[14]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

mahasiswa dalam mencari penyelesaian Jenis Pelaksanaan Kegiatan


masalah non akademis yang juga dapat Kegiatan
mempengaruhi proses pendidikan e. Menghubungi mahasiswa
yang belum melakukan KRS
mahasiswa, seperti masalah keuangan,
online atau belum
akomodasi, hubungan interpersonal, dan
mengoptimalkan
lain-lain. (13) Memantau keberhasilan pengambilan jumlah sks.
mahasiswa dalam mencapai kompetesi f. Membantu menyelesaikan
lulusan (FEB UB, 2014; FK UI, 2015; FPIP masalah-masalah studi
UNIRA, 2017). mahasiswa, antara lain
Pembimbing akademik harus mencari solusi, memotivasi
memiliki pengetahuan mengenai struktur dan mengarahkan bidang
minat yang diinginkan.
dan isi kurikulum, memahami tujuan serta
g. Mengingatkan mahasiswa
serangkaian pilihan komponen program
agar memantau
elektif yang tersedia bagi mahasiswa. rekapitulasi kehadiran agar
Selain itu, pembimbing akademik sebelum UAS mahasiswa
mengetahui organisasi pelaksana tetap mengikuti perkuliahan
pendidikan serta beberapa nama penting dengan baik serta
sebagai pelaksana pendidikan (Dent & memenuhi minimal 12 x
Rennie, 2005). Pada keadaan seorang kehadiran.
h. Mensosialisasikan beberapa
Pembimbing Akademik belum mampu
ketentuan perkuliahan
membantu mahasiswa dalam
seperti alasan
menyelesaikan masalahnya, Pembimbing ketidakhadiran dalam
Akademik melalui akses pengetahuan dan kuliah.
informasi yang dimiliknya, dapat merujuk i. Mengingatkan mahasiswa
mahasiswa ke bagian yang lebih tepat agar kartu mahasiswa
dan kompeten dalam menyelesaikan distempel sebagai bukti
masalahnya. mahasiswa yang
bersangkutan aktif.
Saat Aktivitas yang dilakukan
Tabel 1. Pelaksanaan kegiatan bimbingan
sebelum pembimbing akademik
akademik
ujian tengah mencakup:
Jenis Pelaksanaan Kegiatan semester a. Mengidentifikasi
Kegiatan permasalahan yang
Awal Sebelum mahasiswa muncul dalam perkuliahan
semester melaksanakan KRS online, b. Memantau 6 x kehadiran
pembimbing akademik mahasiswa dan melakukan
berkewajiban melaksanakan saran tindakan koreksi pada
tugas bimbingan pada waktu mahasiswa agar dapat
dan tempat yang telah memenuhi jumlah
dijadwalkan dengan: kehadiran.
a. Memberikan bimbingan c. Mengingatkan mahasiswa
perencanaan studi dalam 1 agar memantau
semester rekapitulasi kehadiran
b. Memastikan jenis d. Memberi motivasi untuk
matakuliah yang diambil mempersiapkan Ujian
mahasiswa dalam semester Tengah Semester
yang bersangkutan e. Mengingatkan mahasiswa
berdasarkan IP yang tentang memahami tata
diperoleh pada semester tertib ujian
lalu f. Memastikan bahwa kartu
c. Mengingatkan mahasiswa mahasiswa telah distempel
agar sering berkomunikasi sebagai bukti mahasiswa
dengan Dosen Pembimbing yang bersangkutan aktif
Akademik (DPA). sebagai prasayarat ujian.
d. Memastikan semua g. Memastikan mahasiswa
mahasiswa bimbingan memberikan data pribadi
sudah melakukan KRS yang valid
online.

[15]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Jenis Pelaksanaan Kegiatan Jenis Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan Kegiatan
Saat Aktivitas yang dilakukan fasilitas lain yang dapat
evaluasi pembimbing akademik antara membantu menyelesaikan
sebelum lain adalah: masalah mahasiswa,
ujian akhir a. Memberi pengarahan dan misalnya program beasiswa
semester motivasi terkait persiapan apa saja yang tersedia bagi
Ujian Akhir Semester mahasiswa yang
b. Melakukan evaluasi tingkat mengalami kesulitan
kehadiran 12 kali dan keuangan.
kendala-kendala yang g. Pembimbing akademik
dihadapi selama satu memberikan hasil
semester untuk perbaikan telaahannya mengenai
belajar semester berikutnya. masalah mahasiswa
c. Mengingatkan mahasiswa bimbingannya kepada
untuk melakukan registrasi Sekretaris atau ketua Prodi.
(membayar SPP dan KRS Jika diperlukan
online) tepat waktu pada pembimbing akademik
semester berikutnya. dapat meminta data
Pelaksanaan Aktivitas yang dilakukan tentang kemampuan
umum pembimbing akademik antara mahasiswa bimbingannya
lain adalah: kepada ketua
a. Seorang Pembimbing kelas/offering.
Akademik akan h. Nama Pembimbing
membimbing mahasiswa Akademik akan diberikan
selama masa pendidikan. pada mahasiswa pada
b. Pembimbing akademik awal tahun akademik.
diharapkan dapat i. Pertemuan sewaktu-waktu
membuka diri sehingga dapat dilakukan dengan
mahasiswa tidak merasa tatap muka atau
segan untuk meminta menggunakan media
pertemuan dengan komunikasi pribadi atau
pembimbing akademik. lainnya yang disepakati
c. Pertemuan sebaiknya dengan Dosen Pembimbing
dilaksanakan di luar jam Akademik (DPA) jika
kegiatan akademik dipandang perlu oleh
sehingga tidak mahasiswa atau dosen
mengganggu kegiatan pembimbing akademik
akademik yang telah terhadap proses
dijadwalkan. pembelajaran.
d. Setiap kali pertemuan, (FEB UB, 2014; FK UI, 2015; FPIP UNIRA, 2017)
mahasiswa harus
membawa Buku Komunikasi Dent & Rennie (2005)
yang harus ditandangani
mengemukakan bahwa masalah yang
oleh pembimbing
dihadapi oleh mahasiswa pendidikan
akademik. Buku tersebut
berisi tanggal pertemuan umumnya dapat dibagi menjadi lima
dan catatan mengenai kategori, yaitu akademik, karier,
hasil pertemuan mahasiswa profesional, personal dan adminisitratif.
dengan pembimbing Dukungan atau bantuan yang diberikan
akademik oleh pembimbing akademik kepada
e. Tempat dan waktu mahasiswa dapat meliputi kelima kategori
pertemuan ditentukan dan
masalah tersebut.
disepakati oleh mahasiswa
1. Konsultasi akademik, dapat meliputi
dan pembimbing akademik
yang bersangkutan. identifikasi dan memberikan bantuan
f. Pembimbing akademik bagi mahasiswa dalam menghadapi
diharapkan memiliki akses masalah/kesulitan akademik, memberi
informasi yang luas, umpan balik atau saran setelah ujian,
khususnya terhadap memberi saran mengenai keterampilan
sarana/prasarana atau belajar (study skills), serta membimbing

[16]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

mahasiswa dalam memilih komponen Tabel 2. Indikator kecerdasan


elektif selama masa pendidikannya. interpersonal dan intrapersonal
2. Konsultasi karir, yaitu memberikan saran No. Kecerdasan Deskripsi Indikator
mengenai kesempatan setelah lulus, 1. Interperson Kemampuan 1) Kemampua
pilihan karir yang sesuai dengan al untuk n
kemampuan dan minat mahasiswa memahami membangu
serta jenjang karir yang dapat dan n relasi
diperolehnya. Selain itu, dapat pula membedaka dengan
membantu menyiapkan curriculum n suasana orang lain.
vitae dan memberi saran mengenai hati, niat, 2) Interpretasi
teknik wawancara kerja. motivasi, dan dari
3. Konsultasi professional, yaitu membantu perasaan komunikasi
mahasiswa mengembangkan perilaku orang lain. Ini dan tingkah
dan sikap yang etis dan profesional dan dapat laku.
sesuai sebagai pendidik . Sangat termasuk 3) Memahami
penting bagi mahasiswa untuk kepekaan persahabat
mengembangkan pendekatan terhadap an antara
profesional terhadap peserta didik ekspresi orang-
(siswa) sedini mungkin dalam proses wajah, suara, orang
pendidikannya. dan gerak dengan
4. Konsultasi pribadi atau personal yang tubuh; situasi
dapat dialami oleh mahasiswa antara kapasitas mereka.
lain adaptasi atau penyesuaian pada untuk
pendidikan, masalah hubungan pribadi, membedaka
kesulitan keuangan, dan lain-lain. n di antara
5. Konsultasi administratif umumnya berbagai
berhubungan dengan pertanyaan jenis isyarat
“apa”, “bagaimana”, “siapa”, interpersonal;
“dimana”, “kapan” mengenai dan
administrasi dan organisasi pendidikan. kemampuan
Pertanyaan ini mungkin terlihat sepele untuk
namun sering menimbulkan masalah menanggapi
yang tidak perlu. secara efektif
petunjuk
B. Kompetensi Personal tersebut
Teori multiple intelligence dengan cara
dikemukakan oleh Howard Gardner. pragmatis
Pada multiple intelligence dijelaskan (misalnya,
bahwa kecerdasasan emosional meliputi untuk
kecerdasan interpersonal dan memengaruh
kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan i sekelompok
interpersonal merupakan kemampuan orang untuk
untuk mendeteksi dan merespon secara mengikuti
tepat terhadap suasana hati, motivasi suatu
dan keinginan orang lain. Kecerdasan tindakan
intrapersonal merupakan kapasitas untuk tertentu)
menjadi sadar-diri dan selaras dengan 2. Intraperson Pengetahua 1) Kebutuhan
perasaan, nilai, keyakinan, dan proses al n diri dan dan reaksi
berpikir batin (NIU, 2011: 1). Kedua kemampuan seseorang
kecerdasan ini merepresentasikan untuk terhadap
kepribadian seseorang dalam bertindak bertindak perubahan,
dan bertingkah laku. Indikator secara kemampua
kecerdasan personal disajikan pada adaptif atas n untuk
Tabel 2. dasar menghada

[17]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

No. Kecerdasan Deskripsi Indikator ketika mereka melakukan penilaian, harus


pengetahua pi melakukan introspeksi terhadap kekuatan
n itu. perubahan dan kelemahan yang dimilikinya; (3) dapat
Kecerdasan di tempat mendorong, membiasakan, dan melatih
ini termasuk kerja. peserta didik untuk berbuat jujur, karena
memiliki 2) Hubungan mereka dituntut untuk jujur dan objektif
gambaran seseorang dalam melakukan penilaian (Mendikbud,
akurat dengan 2013).
tentang diri orang lain Penilaian diri dilakukan
sendiri dan dunia berdasarkan kriteria yang jelas dan
(kekuatan luar. objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh
dan 3) Kesadaran peserta didik di kelas perlu dilakukan
kelemahan pribadi melalui langkah-langkah sebagai berikut.
seseorang); 4) Objektivitas (1) Menentukan kompetensi atau aspek
kesadaran pribadi kemampuan yang akan dinilai. (2)
akan 5) Kemampua Menentukan kriteria penilaian yang akan
suasana hati, n untuk digunakan. (3) Merumuskan format
niat, motivasi, 6) Memahami penilaian, dapat berupa pedoman
temperamen diri sendiri penskoran, daftar tanda cek, atau skala
, dan penilaian. (4) Meminta peserta didik untuk
keinginan melakukan penilaian diri. (5) Pendidik
batin; dan mengkaji sampel hasil penilaian secara
kapasitas acak, untuk mendorong peserta didik
untuk disiplin supaya senantiasa melakukan penilaian
diri, diri secara cermat dan objektif. (6)
pemahaman Menyampaikan umpan balik kepada
diri, dan peserta didik berdasarkan hasil kajian
harga diri. terhadap sampel hasil penilaian yang
(NIU, 2011: 8-9; Sreenidhi & Helena, 2017: 205) diambil secara acak (Mendikbud, 2013).

C. Pemetaan Kompetensi Personal


Pemetaan kompetensi personal
dapat dilaksanakan melalui pengukuran
dengan beberapa teknik. Diantaranya
penilaian diri, penilaian antarteman, dan
penilaian melalui tes. Berikut penjelasan
dari masing-masing teknik penilaian.
Penilaian diri adalah suatu teknik
penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan
dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi. Format instrumen
penilaian diri kompetensi personal disajikan Gambar 2. Format angket penilaian diri
pada Gambar 2. Untuk menentukan
pencapaian kompetensi tertentu, peniaian Penilaian antarteman adalah
diri perlu digabung dengan teknik lain. adalah suatu teknik penilaian dimana
Penggunaan teknik ini dapat memberi peserta didik diminta untuk menilai teman
dampak positif terhadap perkembangan sekelas berkaitan dengan status, proses
kepribadian seseorang. Keuntungan dan tingkat pencapaian kompetensi yang
penggunaan penilaian diri di kelas antara dipelajarinya. Format instrumen penilaian
lain: (1) dapat menumbuhkan rasa antarteman kompetensi personal disajikan
percaya diri peserta didik, karena mereka pada Gambar 3. Langkah-langkah
diberi kepercayaan untuk menilai dirinya penilaian antarteman sebagai berikut. (1)
sendiri; (2) peserta didik menyadari Menentukan kompetensi atau aspek
kekuatan dan kelemahan dirinya, karena

[18]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

kemampuan yang akan dinilai. (2) rumusan soal tidak menggunakan


Menentukan kriteria penilaian yang akan kata/kalimat yang menimbulkan
digunakan. (3) Merumuskan format penafsiran ganda. (4) Kaidah penulisan,
penilaian, dapat berupa pedoman harus berpedoman pada kaidah penulisan
penskoran, daftar tanda cek, atau skala soal yang baku dari berbagai bentuk soal
penilaian. (4) Meminta peserta didik untuk penilaian (Mendikbud, 2013). Contoh
melakukan penilaian antarteman. (5) format kisi-kisi instrumen penilaian
Pendidik mengkaji sampel hasil penilaian kompetensi personal dengan jenis soal
secara acak, untuk mendorong peserta pilihan ganda disajikan pada Gambar 4.
didik supaya senantiasa melakukan
penilaian antarteman secara cermat dan
objektif. (6) Menyampaikan umpan balik
kepada peserta didik berdasarkan hasil
kajian terhadap sampel hasil penilaian
yang diambil secara acak.

Gambar 4. Contoh format kisi-kisi instrumen


untuk soal pilihan ganda

SIMPULAN
Pembimbingan akademik dapat
dimaksimalkan dengan cara memetakan
kompetensi personal mahasiswa. Pemetaan
kompetensi personal meliputi kompetensi
intrapersonal dan kompetensi interpersonal.
Pemetaan dapat dilakukan dengan penilaian
diri, penilaian antarteman, dan penilaian
melalui tes. Pemetaan sebaiknya dilaksanakan
sejak awal mahasiswa baru, selanjutnya dapat
Gambar 3. Format angket penilaian
dievaluasi setiap semester pada kegiatan
antarteman
bimbingan akademik. Melalui pemetaan ini
harapannya dosen pembimbing akademik
Tes Tertulis merupakan tes dimana
mempunyai gambaran kompetensi personal
soal dan jawaban yang diberikan kepada
mahasiswa sejak tahun akademik pertama
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam
sehingga mampu memaksimalkan perannya
menjawab soal peserta didik tidak selalu
untuk mengurangi angka putus kuliah
merespon dalam bentuk menulis jawaban
tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain
SARAN
seperti memberi tanda, mewarnai,
Pemetaan kompetensi personal dapat
menggambar, dan lain sebagainya. Ada
dilakukan dengan ketiga teknik penilaian yaitu
dua bentuk soal tes tertulis, yaitu (1) soal
penilaian diri, penilaian antarteman, dan
dengan memilih jawaban (selected
penilaian melalui tes. Data yang dihasilkan
response), mencakup: pilihan ganda,
dapat digunakan sebagai triangulasi sehingga
benar-salah, dan menjodohkan; (2) soal
gambaran kompetensi personal mahasiswa
dengan mensuplai jawaban (supply
diperoleh secara akurat.
response), mencakup: isian atau
melengkapi, uraian objektif, dan uraian
DAFTAR PUSTAKA
non-objektif. Penyusunan instrumen
Behjat, F. (2011). Interpersonal and
penilaian tertulis perlu dipertimbangkan
intrapersonal intelligences: Do they really
hal-hal berikut. (1) Materi, misalnya
work in foreign-language learning?
kesesuaian soal dengan indikator
Procedia-Social and Behavioral
kompetensi personal; (2) Konstruksi,
Sciences, 32: 351 – 355. Online:
misalnya rumusan soal atau pertanyaan
https://core.ac.uk/download/pdf/82319
harus jelas dan tegas; (3) Bahasa, misalnya
886.pdf.

[19]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Dent, J.A. & Rennie, S. (2005). Student support. tanggal 28 September 2018, dari: https://
In A practical guide for medical www.niu.edu/facdev/_pdf/guide/learnin
teachers, edited by Dent JA, Harden RM. g/howard_gardner_theory_multiple_intell
Edinburgh: Elsevier-Churchill Livingstone: igences.pdf.
374-81. Partawibawa, A., Fathudin, S., & Widodo, A.
FEB UB. (2014). Manual Prosedur Konsultasi (2014). Peran Pembimbing Akademik
Akademik & Bimbingan. Malang: Terhadap Pembentukan Karakter
Universitas Brawijaya. Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan
FK UI. (2015). Panduan Pembimbing Akademik. Teknologi Kejuruan, 22 (1): 1-8.
Jakarta: Universitas Indonesia. Preeti, B. (2013). Role of Emotional Intelligence
FPIP UNIRA. (2017). Panduan Pembimbingan for Academic Achievement for Students.
Akademik Mahasiswa. Malang: Research Journal of Educational
Universitas Islam Raden Rahmat Malang. Sciences, 1 (2): 8-12. Online:
Imran, F., Susetyo, B., & Wigena, A.H. (2013). https://pdfs.semanticscholar.org/deca/f
Identifikasi Faktor-Faktor Yang 265f1fb1df8bf50f6a9d2147c2336b3c357.
Berhubungan Dengan Mahasiswa Putus pdf.
Kuliah Di IPB Angkatan 2008 Ratnaningsih, D.J., Saefuddin, A., & Wijayanto,
Menggunakan H. (2008). Analisis Daya Tahan
Analisis Survival. Xplore, 2(1): 1-6. Online: Mahasiswa Putus Kuliah Pada
http://journal.ipb.ac.id/index.php/xplore Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. Jurnal
/article/download/12404/9475. Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 9
Joibari, A., & Mohammadtaheri, N. (2011). The (2): 101-110.
Study of Relation Between Emotional Sidik. (2015). Analisis Peran Dosen Pembimbing
Intelligence and Students’ Academic Akademik (PA) Terhadap Peningkatan
Achievement of High Schools in Tehran Motivasi dan Minat Belajar Mahasiswa.
city. Procedia-Social and Behavioral Jurnal Widya Cipta, VII (1): 49-57.
Sciences, 29 : 1334 – 1341. Online: Sreenidhi, S.K., & Helena, T.C. (2017). Multiple
https://core.ac.uk/download/pdf/82511 Intelligence Assessment Based on
597.pdf. Howard gardner’s Research.
Kanoy, K. (2015). Emotional Intelligence International Journal of Scientific and
Learning. Raleigh: Jossey Bass William Research Publications, 7 (4): 203-213.
Peace University. Online: http://www.ijsrp.org/research-
Mendikbud. (2013). Peraturan Menteri paper-0417/ijsrp-p6435.pdf.
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Suprihatin, T. (2016). Kepuasan Mahasiswa
Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Terhadap Pembimbing Akademik. Jurnal
Tentang Implementasi Kurikulum. Proyeksi, 11 (1): 36-45.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
NIU. (2011). Howard Gardner’s Theory of
Multiple Intelligences. Diakses pada

[20]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PEMANFATAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Anggra Lita Sandra Dewi1


Lailatul Mubarokah2
1,2STKIP PGRI SIDOARJO

akusandradewi1989@gmail.com 1, lailatulm11@gmail.com2

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui pemanfaatan media
Video Pembelajaran IPS pada siswa kelas V Sekolah Dasar. Konsentrasi materi yang dipilih dalam
penelitian ini adalah Keragaman kenampakan alam dan buatan di Indonesia. Penilitian dilakukan di
SDN Jatijejer Trawas-Mojokerto TA 2018/2019 dengan jumlah 30 siswa. Penelitian ini dilatar belakangi
oleh kemampuan siswa kelas V SDN Jatijejer Trawas-Mojokerto yang belum memenuhi target KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) yang sudah ditentukan. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classrom action Research) yang terdiri atas 2 siklus dengan empat tahap
yang saling berkaitan yakni tahap pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data
menggunakan tes hasil belajar siswa dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa selama proses
kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian pada siklus 1 dan 2 melalui pemanfaatan media
video pembelajaran IPS diperoleh rata-rata hasil belajar siswa 69.66 dan 86.06 dengan prosentase
ketuntasan belajar 53.33% pada siklus 1 dan 93.33% pada siklus 2. Peningkatan hasil belajar tersebut
diikuti adanya peningkatan aktifitas Guru dan siswa yakni 86.36% dan 63.33% pada siklus 1 kemudian
95.45% dan 93.33% pada siklus 2. Dari data yang diperoleh membuktikan bahwa pemanfaatan media
video pembelajaran IPS pada siswa kelas V Sekolah Dasar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Media Video dan Hasil Belajar Siswa

Abstract
This study aims to determine the increase in student learning outcomes through the use of Social Media
Learning Video media for fifth grade students of elementary schools. The concentration of material
chosen in this study is the diversity of natural and artificial appearance in Indonesia. The research was
conducted at SDN Jatijejer Trawas-Mojokerto TA 2018/2019 with a total of 30 students. This research is
motivated by the ability of Grade V students of SDN Jatijejer Trawas-Mojokerto who have not met the
specified KKM (Minimum completeness criteria) target. This type of research is Classroom Action
Research which consists of 2 cycles with four interrelated stages namely implementation, observation
and reflection. Data collection techniques using student learning outcomes tests and observation
sheets of teacher and student activities during the learning process takes place. The results of research
in cycles 1 and 2 through the use of social media learning media media obtained an average student
learning outcomes 69.66 and 86.06 with the percentage of mastery learning 53.33% in cycle 1 and
93.33% in cycle 2. Increased learning outcomes are followed by an increase in teacher and student
activities namely 86.36% and 63.33% in cycle 1 then 95.45% and 93.33% in cycle 2. From the data
obtained it proves that the use of social media learning video media in fifth grade elementary school
students can improve student learning outcomes.

Keywords: Video Media and Student Learning Outcomes

[21]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN Dan Buatan Indonesia. Perolehan hasil belajar


Belajar adalah sebuah proses atau upaya siswa sangat jauh dari KKM (Kriteria Ketuntasan
yang dilakukan oleh setiap individu untuk Minimum) yakni 76,67% siswa memperoleh
mendapatkan perubahan tingkah laku baik nilai < 75. Siswa dalam mengikuti proses
pengetahuan, sikap, keterampilan sebagai kegiatan pembelajaran terlihat sangat kurang
suatu pengalaman dari berbagai materi yang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Guru
sudah dipelajari sehingga mampu terkesan lebih nyaman dengan penyampaian
memunculkan sebuah pengalaman baru secara ceramah sehingga membuat siswa
didalam hidup. Belajar dapat diartikan harus bekerjakeras dalam keterbatasannya
sebagai suatu proses, artinya dalam belajar untuk berimajinasi tentang apa yang dijelaskan
akan terjadi proses melihat, membuat, oleh guru. Dari hasil perolehan data tersebut,
mengamati, menyelesaikan masalah atau maka peneliti dianggap perlu
persoalan, menyimak, dan latihan (Anita, 2014: memperkenalkan dan memanfaatkan media
2.5). video pembelajaran IPS guna mengetahui
Dalam kegiatan proses pembelajaran peningkatannya terhadap hasil belajar pada
di sekolah, hal utama yang perlu diperhatikan siswa kelas V Sekolah Dasar.
adalah bagaimana siswa mampu menyerap
ilmu pengetahuan sekaligus pengalaman METODE PENELITIAN
berharga dan dilakukan dalam suasana yang Jenis penelitian ini Classroom Action Research
menyenangkan. Hal ini berarti kegiatan (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian
belajar mengajar sangat bergantung pada dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan
proses dan kegiatan individu yang belajar. siklus II. Penelitian ini bertujuan untuk
Demikian pula seorang guru dapat dikatakan memperbaiki kegiatan pembelajaran IPS
berhasil dalam mengajar ketika para siswa materi keragaman kenampakan alam dan
mampu menyerap secara maksimal materi buatan Indonesia pada siswa kelas V Sekolah
yang diajarkan dan menerapkannnya dalam Dasar. Penelitian ini dilaksanakan di SDN
kehidupan sehari-hari. Jatijejer Trawas-Mojokerto. Bulan Maret 2019
Setiap siswa memiliki kemampuan siklus I dan Bulan April 2019 siklus II. Teknik
belajar yang berbeda-beda baik dalam segi pengumpulan data diperoleh dari hasil belajar
pengetahuan kognitif, keterampilan motoris, siswa melalui pemanfaatan media video
kecakapan intelektual, informasi verbal dan pembelajaran IPS serta hasil observasi aktivitas
sikap. Beberapa hal yang mempengaruhinya guru dan siswa selama proses kegiatan
antara lain metode pembelajaran, media pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk menarik
pembelajaran, sarana belajar, lingkungan kesimpulan tentang ada atau tidaknya
belajar, dan lain-lain sebagainya yang peningkatan hasil belajar siswa kelas V Sekolah
berdampak terhadap hasil belajar siswa baik Dasar.
secara individual maupun klasikal. Untuk menganalisis presentase data hasil
Seiring dengan perkembangan jaman observasi keaktivan guru dan siswa selama
yang semakin modern seperti saat ini sangat proses pembelajaran berlangsung peneliti
penting adanya pengoptimalan pemanfaatan menggunakan rumus sebagai berikut:
sebuah media pembelajaran yang sesuai P=
dengan perkembangan jaman yang tentunya
sesuai dengan materi yang sedang dipelajari Keterangan:
dengan harapan mampu memunculkan P = Presentase aktivitas guru dan siswa
kreativitas dan inovasi dalam kegiatan F = Banyaknya aktivitas guru dan siswa
pembelajaran. yang muncul
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah N = Jumlah aktivitas guru dan siswa
cabang ilmu yang mempelajari tentang keseluruhan (Indiarti, 2008)
hubungan manusia dengan lingkungan dan
kehidupan sosial di masyarakat. Berdasarkan Untuk menganalisis presentase data
data yang diperoleh dari observasi di kelas Hasil ketuntasan belajar siswa secara individu
pada hari Rabu, 7 Maret 2018 di kelas V SDN dan ketuntasan secara klasikal dengan
Trawas-Mojokerto diperoleh data bahwa menggunakan rumus sebagai berikut:
banyak siswa yang tidak tuntas pada materi
P=
pembelajaran Keragaman Kenampakan Alam

[22]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Keterangan: X
P = Presentase ketuntasan klasikal Nilai rata-rata =
n = Jumlah siswa yang tuntas N
N = jumlah seluruh siswa 2090
Untuk menilai soal essay yang telah =
dilakukan oleh siswa, guru melakukan 30
penjumlahan nilai yang telah diperoleh siswa = 69.66
dibagi dengan jumlah siswa yang ada pada
kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes Ketuntasan siswa secara klasikal
formatif sebagai berikut : adalah:
Nilai rata-rata = n
Keterangan : ∑X = jumlah semua nilai siswa P= N x 100%
∑N = jumlah siswa 16
P= x 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
30
P = 53,33 %
1. SIKLUS I
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar dengan
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Observasi aktivitas
Penggunaan Media Video Pembelajaran
Guru Siklus I
Nama Ketuntasan
No Skor Hasil
siswa Belajar
No Aspek yang Penga Penilaian
1 AK 75 Tuntas
dinilai matan
2 AZ 50 Tidak Tuntas
Y Ti 1 2 3 4
3 BD 60 Tidak Tuntas
4 DP 80 Tuntas a d
a
5 GR 75 Tuntas
k
6 GS 65 Tidak Tuntas
1. Mengkondisik √ √
7 KH 50 Tidak Tuntas
an peserta
8 MD 85 Tuntas
didik untuk
9 MP 80 Tuntas
mengikuti
10 MR 80 Tuntas
pembelajara
11 MA 55 Tidak Tuntas
n.
12 MD 80 Tuntas
2. Melakukan √ √
13 MH 75 Tuntas apersepsi
14 MS 50 Tidak Tuntas sesuai
15 NA 80 Tuntas dengan
16 NB 70 Tidak Tuntas materi yang
17 NK 50 Tidak Tuntas akan
18 OJ 50 Tidak Tuntas disampaikan.
19 OK 60 Tidak Tuntas 3. Menyampaik √ √
20 PA 100 Tuntas an tujuan
21 PB 80 Tuntas pembelajara
22 PT 75 Tuntas n.
23 QQ 100 Tuntas 4. Menjelaskan √ √
24 QR 80 Tuntas materi
25 RA 70 Tidak Tuntas kenampakan
26 RD 60 Tidak Tuntas alam dan
27 RS 75 Tuntas buatan
28 SA 55 Tidak Tuntas 5. Memutarkan √ √
29 TW 75 Tuntas video
30 YN 60 Tidak Tuntas kenampakan
alam dan
Rata-rata 2090
buatan

[23]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

6. Mengorganis √ √ Tabel 3. Rekapitulasi hasil observasi


asikan aktivitas siswa pada SIKLUS I
peserta didik
ke dalam No Perilaku siswa yang Penilaian
kelompok diamati 1 2 3
belajar. 1. Termotivasi dengan √
7. Membimbing √ √ apersepsi yang diberikan
peserta didik 2. Memperhatikan √
dalam penjelasan guru
kelompok 3. Memberikan respon pada √
untuk materi yang diberikan
mengerjakan 4. Menjawab pertanyaan √
LKS. guru
8. Memberi √ √ 5. Aktif mengikuti kegiatan √
kesempatan pembelajaran
kepada 6. Berani mengajukan √
peserta didik pertanyaan
untuk 7. Memperhatikan dan √
mempresent memberi tanggapan
asikan hasil pada saat pembahasan
diskusinya di 8. Menyelesaikan tugas √
depan kelas. yang diberikan
9. Melakukan √ √ 9. Mengemukakan √
evaluasi. pendapat yang
10. Memberikan √ √ berhubungan dengan
penghargaa materi yang disampaikan
n kepada 10. Menyelesaikan evaluasi √
kelompok yang diberikan
dengan nilai Jumlah skor yang diperoleh 19
tertinggi Jumlah skor maksimal 30
11. Membimbing √ √ Keterangan:
peserta didik 1 = Kurang
menyimpulka 2 = Cukup
n hasil 3 = Baik
pembelajara Indikator keberhasilan:
n Jika Aktivitas siswa mencapai ≥ 75%
Skor 11 24 12
Berdasarkan tabel diatas
Indikator keberhasilan: secara keseluruhan aktivitas siswa
Jika aktivitas guru mencapai ≥ 75 % dalam kegiatan pembelajaran pada
pra siklus dapat dihitung
Berdasarkan tabel secara menggunakan rumus:
keseluruhan aktivitas guru dalam F
P= x 100 %
kegiatan pembelajaran pada siklus I N
dapat dihitung menggunakan rumus: 19
F P= x 100 %
P= x 100 % 30
N P = 63,33%
38
P= x 100 %
44 Berdasarkan Hasil Penelitian pada
P = 86,36% perbaikan Siklus I, peneliti bersama teman
sejawat menyimpulkan hasil belajar siswa
kelas V SDN Jatijejer Trawas-Mojokerto TA
2018/2019 dalam pembelajaran IPS materi

[24]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Keragaman kenampakan Alam dan 2582


Buatan Indonesia Melalui Pemanfaatan =
Media Video pembelajaran IPS mengalami 30
peningkatan hasil belajar yakni dengan = 86.06
presentase ketuntasan belajar mencapai
53,33%, sedangkan aktivitas guru Ketuntasan siswa secara klasikal
mencapai 86,36% dan aktivitas siswa adalah:
63,33% pada siklus I. Namun hasil yang n
diperoleh masih kurang maksimal dan
P= N x 100%
belum mencapai target ≥ 75 %, sehingga
dapat dikatakan masih belum berhasil dan 28
P= x 100%
dibutuhkan siklus II. 30
P = 93,33 %
2. SIKLUS II
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Belajar dengan Tabel 5. Rekapitulasi hasil observasi aktivitas
Penggunaan Media Video Pembelajaran guru pada siklus II
No Nama Skor Ketuntasan Hasil
No Aspek yang dinilai Pengamat Penilaian
siswa Belajar
an
1 AK 80 Tuntas Ya Tida 1 2 3 4
2 AZ 95 Tuntas k
1. Mengkondisikan √ √
3 BD 92 Tuntas
peserta didik untuk
4 DP 85 Tuntas mengikuti
5 GR 85 Tuntas pembelajaran.
2. Melakukan √ √
6 GS 90 Tuntas apersepsi sesuai
7 KH 80 Tuntas dengan materi
8 MD 100 Tuntas yang akan
disampaikan.
9 MP 95 Tuntas
3. Menyampaikan √ √
10 MR 80 Tuntas tujuan
11 MA 100 Tuntas pembelajaran.
12 MD 90 Tuntas 4. Menjelaskan √ √
materi
13 MH 80 Tuntas kenampakan
14 MS 75 Tuntas alam dan buatan
15 NA 100 Tuntas 5. Memutarkan video √ √
kenampakan
16 NB 100 Tuntas
alam dan buatan
17 NK 80 Tuntas 6. Mengorganisasika √ √
18 OJ 75 Tuntas n peserta didik ke
19 OK 80 Tuntas dalam kelompok
belajar.
20 PA 100 Tuntas 7. Membimbing √ √
21 PB 100 Tuntas peserta didik
22 PT 90 Tuntas dalam kelompok
untuk
23 QQ 100 Tuntas
mengerjakan LKS.
24 QR 85 Tuntas 8. Memberi √ √
25 RA 70 Tidak Tuntas kesempatan
26 RD 65 Tidak Tuntas kepada peserta
didik untuk
27 RS 75 Tuntas mempresentasikan
28 SA 80 Tuntas hasil diskusinya di
29 TW 80 Tuntas depan kelas.
9. Melakukan √ √
30 YN 75 Tuntas
evaluasi.
Jumlah 2582 10. Memberikan √ √
penghargaan
kepada kelompok
X dengan nilai
Nilai rata-rata = tertinggi
N 11. Membimbing √ √
peserta didik

[25]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

menyimpulkan Berdasarkan hasil perhitungan


hasil
Siklus II maka diperoleh data hasil
pembelajaran
Skor 11 6 36 belajar siswa secara klasikal yakni 28
dari 30 siswa dinyatakan Tuntas dan 2
Indikator keberhasilan siswa Tidak Tuntas. Bila dinyatakan
Jika aktivitas guru mencapai ≥ 75 % dalam presentase Ketuntasan belajar
siswa mencapai 93,33%, hasil ini
Berdasarkan tabel secara mengalami peningkatan sebanyak
keseluruhan aktivitas guru dalam 40% dari siklus I, sehingga ketuntasan
kegiatan pembelajaran pada siklus II hasil belajar siswa pada siklus II telah
dapat dihitung menggunakan rumus: mencapai indikator keberhasilan yang
ditetapkan yakni ≥ 75%. Hasil yang
F
P= x 100 % diperoleh pada Siklus II sudah
N menunjukkan peningkatan presentase
42 ketuntasan belajar, pada siklus I hanya
P= x 100 %
44 mencapai 53,33% dan siklus II
P = 95,45% mencapai 93,33%. peningkatan
Tabel 6. Rekapitulasi hasil observasi aktivitas prosentase hasil aktivitas guru pada
siswa pada SIKLUS II siklus II mencapai 95,45 % dan aktivitas
siswa mencapai 93,33%. Hal ini
N Perilaku siswa yang diamati Penilaian membuktikan Pemanfaatan media
o 3 2 1
video pembelajaran IPS dapat
1. Termotivasi dengan apersepsi yang √
diberikan meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Memperhatikan penjelasan guru √ Oleh karena itu, setelah
3. Memberikan respon pada materi yang √ dilaksanakan siklus II ini telah berhasil,
diberikan
4. Menjawab pertanyaan guru √
sehingga tidak dibutuhkan kegiatan
5. Aktif mengikuti kegiatan pembelajaran √ siklus berikutnya. Maka penelitian ini
6. Berani mengajukan pertanyaan telah berhasil karena sudah mencapai

indikator keberhasilan yang telah
7. Memperhatikan dan memberi √
tanggapan pada saat pembahasan ditentukan.
8. Menyelesaikan tugas yang diberikan √
SIMPULAN
9. Mengemukakan pendapat yang √
berhubungan dengan materi yang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
disampaikan dipaparkan pada Pembahasan diatas maka
10 Menyelesaikan evaluasi yang diberikan √ dapat disimpulkan bahwa Pemanfaatan
.
Media Video Pembelajaran IPS dapat
meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V
Jumlah skor yang diperoleh 28
Sekolah Dasar. Hal ini telah dibuktikan dengan
Jumlah skor maksimal 30
analisis hasil belajar siswa setiap siklus yakni
Keterangan: siklus I mencapai 53.33%dan siklus II mencapai
3 = Baik 93,33 %.
2 = Cukup Namun demikian, pembelajaran
1 = Kurang dengan pemanfaatan media video
Indikator keberhasilan: pembelajaran perlu membutuhkan
Jika Aktivitas siswa mencapai ≥ 75% manajemen waktu dan persiapan yang
Berdasarkan tabel secara matang untuk menyajikan sebuah media
keseluruhan aktivitas siswa dalam video pembelajaran yang mampu membuat
kegiatan pembelajaran pada siklus II para siswa tertarik sehingga efektivitas dalam
dapat dihitung menggunakan rumus: proses pembelajaran dapat tercipta. Kegiatan
F pembelajaran dengan Pemanfaatan Media
P= x 100 %
N Video pembelajaran IPS dapat meningkatkan
motivasi guru dan siswa dalam belajar,
28
P= x 100 % sehingga membuat proses kegiatan
30 pembelajaran di kelas menjadi lebih asyik dan
= 93.33% menyenangkan.

[26]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

DAFTAR PUSTAKA Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang


mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka
Anita, Sri, dkk. 2014. Strategi Pembelajaran di Cipta
SD. Tangerang : Universitas Terbuka Sudjana, Nana (2008). Penilaian Hasil Proses
Ari Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. Rosdakarya
Asyhar. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses
Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
(GP) Press Rosda Karya
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta dalam Pendekatan Praktek. Jakarta:
Purwanto, Ngalim. (2008). Prinsip-Prinsip Dan Rineka Cipta.
Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosda Karya

[27]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENGEMBANGAN KIT IPA SEDERHANA MATERI MAGNET DENGAN PENDEKATAN


GUIDED DISCOVERY UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA
SEKOLAH DASAR

Anna Roosyanti1*, Frisca Miranda Pasaribu2


1,2 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
a.roosyanti@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Kit IPA sederhana materi Magnet dengan pendekatan
Guided Discovery untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis pada siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pengembangan dengan model 4-P (4-D Models), dan
tahap uji coba yang dilakukan pada 36 orang siswa kelas V SDN Ngingas Sidoarjo, dengan rancangan
one group pretest-posttest design. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan
kualitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Kit IPA sederhana yang dikembangkan sangat valid
dan baik, keterampilan berpikir kritis siswa meningkat dengan skala tingkat berpikir kritis yang bervariasi.
Pembelajaran dengan menggunakan Kit IPA sederhana yang telah dikembangkan juga mendapat
respon positif dari siswa. Simpulan dari penelitian ini bahwa Kit IPA sederhana yang dikembangkan
layak untuk digunakan dan dapat memfasilitasi guru untuk mengajarkan materi Magnet dan
melatihkan keterampilan berpikir kritis pada siswa sebagai salah satu aspek keterampilan abad ke-21
yang harus dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar.

Kata Kunci: Kit IPA sederhana, Guided Discovery, Keterampilan Berpikir Kritis, Magnet.

[28]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN sangat penting bagi setiap orang dan


Abad ke-21 disebut sebagai abad merupakan bagian fundamental dari
pengetahuan dan teknologi informasi. Terjadi kematangan manusia yang harus dilatihkan
perubahan yang sangat dinamis dalam segala seiring dengan pertumbuhan intelektual
aspek kehidupan, tak terkecuali dalam bidang seseorang.
pendidikan. Hal ini tentunya dapat Ilmu Pengetahuan Alam (Science)
memberikan harapan yang tinggi bagi kualitas memegang peranan yang sangat penting
pendidikan di Indonesia. Namun apabila untuk guru dapat melatihkan keterampilan
ditengok dari sisi yang lain, kemajuan yang berpikir kritis pada siswa Sekolah Dasar.
sangat pesat tersebut dapat memberikan Keterampilan tersebut dapat diterapkan oleh
dampak yang negatif apabila terdapat siswa Sekolah Dasar untuk menyelesaikan
ketidaksiapan dalam hal kualitas sumber daya berbagai macam persoalan yang mereka
manusia di negara kita. temukan sehari-hari. Akinoglu (2008)
Dunia pendidikan memegang berpendapat bahwa IPA bertujuan agar siswa
peranan yang sangat penting terhadap aktif meneliti, mengamati, mencoba,
kemajuan sumber daya manusia dari suatu berdiskusi, dan memecahkan masalah
negara. Sekolah sebagai salah satu layaknya seorang ilmuwan. Pendapat tersebut
penyelenggara kegiatan pendidikan didukung oleh Driver et al. (1985) yang
berkontribusi nyata berperan dalam menjelaskan bahwa ada manfaat yang
meningkatkan sumber daya manusia di diperoleh dari melibatkan siswa dalam
Indonesia agar memiliki daya saing secara kegiatan penyelidikan yaitu mampu
global. Terdapat empat keterampilan dalam membangun konsep secara lebih bermakna
pembelajaran abad 21 yang harus kita miliki, juga memahami bagaimana ilmuwan
antara lain keterampilan berkomunikasi, mengembangkan pengetahuan. Alasan inilah
keterampilan kolaborasi, keterampilan berpikir yang menjadi dasar perlu dilakukannya
kritis dan menyelesaikan masalah, serta kegiatan ilmiah agar pembelajaran IPA
keterampilan berpikir kreatif dan inovatif. menjadi lebih bermakna dan konsep yang
Seseorang yang memiliki keterampilan diajarkan dapat dipahami oleh siswa.
berkomunikasi dengan baik adalah seseorang Sarana dan prasarana sekolah yang
yang mampu menyampaikan ide-idenya memadai berperan penting terhadap
kepada orang lain (Lunenburg, 2010). berjalannya proses pembelajaran yang
Kolaborasi sangat penting dilakukan untuk berkualitas. Namun fakta yang banyak kita
menghasilkan suatu produk yang sangat jumpai di lapangan adalah masih banyaknya
bernilai, karena tidak ada seseorang yang Sekolah Dasar yang memiliki sarana dan
memiliki keahlian dalam semua bidang. prasarana maupun media pembelajaran yang
Keterampilan berpikir kritis menjadi salah satu terbatas, terutama Sekolah Dasar yang terletak
keterampilan wajib yang harus kita miliki agar di pinggiran kota besar. Banyak dari sekolah
kita dapat menyeleksi semua informasi yang tersebut yang bahkan tidak memiliki peralatan
kita terima. Selain keterampilan berpikir kritis, laboratorium yang lengkap dan memadai.
keterampilan berpikir kreatif dan inovatif Masalah tersebut menyebabkan siswa kurang
sebagai yang menempati tingkatan berpikir memiliki pengalaman dalam kegiatan
yang tertinggi pastinya sangat diperlukan di eksperimen. Sebagai solusi alternatif untuk lebih
abad ke-21 saat ini. mengoptimalkan kegiatan eksperimen IPA di
Keterampilan berpikir kritis sebagai Sekolah Dasar, maka dikembangkan Kit IPA
salah satu keterampilan pembelajaran pada sederhana yang bermanfaat sebagai media
abad ke-21 harus terus dilatihkan kepada pembelajaran. Kit menurut Jones (2011) adalah
siswa, tak terkecuali pada siswa Sekolah Dasar seperangkat alat yang menyediakan materi
meskipun menurut Teori Perkembangan dan pengajaran inkuiri dengan format siap
Kognitif yang dikemukakan oleh Piaget (dalam digunakan oleh para guru dalam pengajaran
Supriyadi, 2018) anak usia Sekolah Dasar masih Sains mereka.
berada pada tahap pra operasional dan Hasil penelitian Prasetyo (2011)
tahap operasional yang belum mampu berpikir mengungkapkan bahwa penggunaan Kit IPA
abstrak. Menurut Ibrahim (2008) bahwa di Sekolah Dasar sepenuhnya belum optimal.
keterampilan berpikir kritis merupakan salah Rasio antara jumlah siswa dan Kit IPA tidak
satu modal dasar atau modal intelektual yang memadai, buku petunjuk Kit IPA kurang

[29]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

lengkap, Kit IPA hanya digunakan pada pendekatan Guided Discovery untuk
sebagian kecil pembelajaran IPA, dan melatihkan keterampilan berpikir kritis pada
penggunaannya dalam kegiatan praktikum siswa Sekolah Dasar, yang ditinjau dari
masih kurang. Tanpa adanya Kit IPA, dapat validitas, kepraktisan, dan efektifitas media
mempengaruhi kurang optimalnya terhadap pemahaman konsep Magnet.
pembelajaran IPA. Sedangkan IPA memiliki Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
karakteristik pembelajaran yang menekankan tahap, yaitu tahap pengembangan dengan
pada pemerolehan konsep secara langsung model 4-P (Four D Models), dan tahap uji coba.
melalui bantuan benda-benda konkret. IPA Model pengembangan 4-P (Four D Models)
berkaitan dengan cara mencari tahu dan yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel
memahami alam secara ilmiah dan sistematis & Semmel (1974). Model ini terdiri dari 4 tahap
menggunakan alat peraga dan Kit, karena IPA pengembangan yaitu Define, design, develop,
bukanlah kumpulan fakta dan teori melainkan dan disseminate atau diadaptasikan menjadi
merupakan suatu proses menemukan dengan model 4-D yaitu pendefinisian, perancangan,
tujuan membentuk keterampilan dan sikap pengembangan, dan penyebaran. Dalam
ilmiah (Maswindah dan Suryanti, 2019). penelitian ini peneliti tidak melakukan tahap
Materi atau konsep Magnet penyebaran (disseminate). Uji coba dalam
merupakan konsep yang konkret. Peran media penelitian dilakukan pada 36 orang siswa Kelas
pembelajaran amatlah besar untuk mencapai V SDN Ngingas Sidoarjo. Pelaksanaan uji coba
tujuan pembelajaran. Pendekatan Guided ini mengimplementasikan rancangan “One
Discovery dapat menjadi pilihan guru untuk group pretest -posttest design) yang
mangajarkan materi tersebut, karena siswa dikembangkan oleh Campbell dan Stanley
dapat menemukan konsep-konsep Magnet (dalam Arikunto, 2006), dengan pola sebagai
melalui bimbingan guru, dan sekaligus dapat berikut:
melatihkan keterampilan berpikir kritis pada
siswa. Berlyne (1965) dalam Nur dan Wikandari
O1 X O2
(2008)), bahwa metode ini memacu rasa ingin Keterangan:
tahu siswa, memotivasi mereka untuk O1 = pretest
melanjutkan pekerjaannya hingga mereka X = treatment (pelaksanaan pembelajaran
menemukan jawabannya, siswa juga belajar dengan menerapkan Kit IPA sederhana yang
memecahkan masalah secara mandiri dan dikembangkan).
keterampilan berpikir kritis karena mereka tahu O2 = posttest
harus selalu menganalisis dan menangani
informasi. Instrumen yang digunakan dalam
Berdasarkan latar belakang masalah di penelitian ini adalah lembar validasi Kit IPA
atas, penelitian ini bertujuan untuk sederhana, lembar kuesioner siswa terhadap
mengembangkan Kit IPA sederhana materi Kit IPA sederhana, serta lembar penilaian
Magnet dengan pendekatan Guided Keterampilan berpikir kritis. Data yang
Discovery untuk melatihkan keterampilan diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif
berpikir kritis pada siswa Sekolah Dasar. Kit IPA kuantitatif dan kualitatif.
sederhana yang dikembangkan mengandung Analisis terhadap keterampilan berpikir
makna menggunakan meterial yang berbiaya kritis siswa dapat dilakukan dengan
rendah sehingga terjangkau bagi sekolah, memberikan skor pada hasil tes. Pemberian
material mudah didapat dan mudah dibuat. skor berpedoman pada skala Taksonomi Solo
yang dikembangkan oleh (Biggs & Collins
METODE (1982) dalam Habibi (2009)) yang dijelaskan
Penelitian ini termasuk dalam pada Tabel 1 berikut ini. Skor yang diperoleh
penelitian pengembangan, dengan siswa selanjutnya akan dirata-rata untuk
menggunakan pendekatan model 4-P (Four D mendapatkan hasil tingkat kemampuan
Models). Mengembangkan Kit IPA sederhana berpikir kritis siswa.
materi Magnet dengan pendekatan Guided
Discovery untuk melatihkan keterampilan
berpikir kritis pada siswa Sekolah Dasar.
Objek penelitian adalah kelayakan Kit
IPA sederhana materi Magnet dengan

[30]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Tabel 1. Tabel Skala Tingkat Berpikir Jawaban menggunakan proses-proses dasar


Berdasarkan Taksonomi Solo untuk memilih respon terbaik dari beberapa
Skala Keterangan pilihan, mengumpulkan informasi yang
0 Hanya menggunakan diperlukan dalam cakupan topik.
Prestructural kemampuan berpikir dasar 4. Extended abstract (kriteria berpikir kreatif)
dan jawabannya tidak Jawaban menggunakan proses-proses berpikir
termasuk ke dalam dasar untuk mengembangkan atau
permasalahan. menciptakan ide-ide baru, estetis dan
1 Jawaban dapat disimpulkan membangun, yang berhubungan dengan
Unistructural kedalam kriteria penyelesaian persepsi sekaligus konsep.
masalah, yaitu menggunakan
proses-proses berpikir dasar
untuk memilih respon terbaik
dari beberapa pilihan,
mengumpulkan informasi
yang diperlukan dalam
cakupan topik.
2 Jawaban dapat disimpulkan
Multistructural kedalam kriteria pembuatan
keputusan, yaitu
menggunakan proses-proses
dasar untuk memilih respon Gambar 1. Contoh KIT IPA “Magnet”
terbaik dari beberapa pilihan,
mengumpulkan informasi HASIL DAN PEMBAHASAN
yang diperlukan dalam 1. Hasil Validasi Kit IPA sederhana
cakupan topik. Penilaian validitas Kit IPA sederhana
3 Jawaban dapat disimpulkan dilakukan oleh dua orang ahli media dan ahli
Relational kedalam kriteria berpikir kritis, materi. Penilaian validitas Kit IPA sederhana
yaitu menggunakan proses- oleh ahli media mengacu pada empat
proses berpikir dasar untuk indikator yaitu konsep, tampilan dan
menganalisis argumen dan komponen, efektifitas, dan efisiensi
interpretasi, mengembangkan memperoleh nilai rata-rata masing-masing
pola-pola pembentukan sebesar 5,00; 4,50; 4,00; dan 3,50. Jika
alasan yang logis dan diprosentasekan yaitu sebesar 100%, 90%, 80%,
mengganti asumsi-asumsi dan 70%. Hasil penilaian validitas memperoleh
yang mendasari. nilai rata-rata sebesar 4,25 atau 85% sehingga
(Biggs & Collins (1982) dalam Habibi (2009)). dapat disimpulkan bahwa Kit IPA sederhana
yang dikembangkan termasuk dalam kategori
Skor yang diperoleh pada setiap soal sangat valid dan baik. Pada Gambar 1 berikut
selanjutnya akan dirata-rata untik ini disajikan Diagram Hasil Penilaian Validasi Kit
mendapatkan nilai tingkat keterampilan IPA sederhana.
berpikir kritis siswa. Analisis deskriptif terhadap 120%
tingkat keterampilan berpikir kritis siswa 100%
didasarkan pada skala sebagai berikut: 80%
1. Unistructural (kriteria penyelesaian masalah) 60%
Jawaban menggunakan proses-proses berpikir 40%
dasar untuk menyelesaikan kesulitan yang
20%
telah diketahui atau terdefinisi.
2. Multistructural (kriteria pembuatan
0%
keputusan)
Jawaban menggunakan proses-proses dasar
untuk memilih respon terbaik dari beberapa
pilihan, mengumpulkan informasi yang
Gambar 2. Diagram Hasil Penilaian Validasi Kit
diperlukan dalam cakupan topik.
IPA Sederhana.
3. Relational (kriteria berpikir kritis)

[31]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Hasil analisis terhadap Kit IPA Materi Magnet pada Kelas V Sekolah
sederhana juga berupa data kualitatif yaitu Dasar terdapat pada Tema 7: Sejarah
berupa saran atau komentar antara lain peradaban di Indonesia, dan sub tema 1:
sebaiknya ditambahkan lagi benda-benda Kerajaan Islam di Indonesia. Berdasarkan
yang ada di sekitar siswa yang bertujuan konsep Magnet yang terdapat pada Tabel 2,
menemukan konsep benda magnetis dan selanjutnya dapat diklasifikasikan alat dan
tidak magnetis, ditambahkan lagi nomor bahan Kit IPA sederhana sesuai dengan
keterangan alat dan bahan pada kotak Kit konsep-konsep tersebut. Klasifikasi alat dan
IPA, terdapat sedikit revisi pada buku petunjuk bahan Kit IPA sederhana akan dijelaskan pada
penggunaan Kit IPA. Adapun hasil Kit IPA Tabel 3 berikut ini.
sederhana yang sudah direvisi dapat dilihat
pada Gambar-gambar berikut ini. Tabel 3. Klasifikasi Komponen Kit IPA
Sederhana Berdasarkan Konsep Magnet
No. Konsep Materi Komponen Kit IPA
Magnet
1. Benda-benda Magnet ladam,
magnetis dan tidak magnet batang,
magnetis. karet, kaca,
gabus, sendok
plastik, sendok
aluminium, kawat
tembaga, pensil,
Gambar 2. Isi Kotak Kit IPA paku, penggaris
plastik, kancing
Kit IPA dapat… SS plastik, baut.
2. Medan magnet. Serbuk Besi,
Penggunaan Kit… S magnet ladam,
Penggunaan Kit…
C magnet batang,
Kit IPA dapat… kertas polos.
Kit IPA mudah… TS
3. Contoh penerapan Kompas,
0 10 20 30 40 STS magnet permainan
dalamkehidupan magnet, hiasan
Gambar 3. Komponen Kit IPA sehari-hari. magnet.
4. Sifat-sifat magnet Berdiskusi dengan
Pada indikator konsep, rata-rata skor dan bantuan Buku
validasi sebesar 5,00. Hal ini menunjukkan penerapannya Petunjuk Praktikum.
bahwa konsep pada materi Magnet sudah dalam kehidupan
sangat baik. Adapun beberapa konsep sehari-hari.
mengenai materi Magnet dapat dijabarkan 5. Cara pembuatan Magnet ladam,
pada Tabel 2 berikut ini. magnet. magnet batang,
baterai, paku,
Tabel 2. Konsep-konsep Pada Materi Magnet kawat tembaga,
No. Konsep Materi Magnet serbuk Besi.
1. Mengelompokkan benda-benda yang
bersifat magnetis dan tidak magnetis. 2. Hasil Kuesioner Siswa
2. Menunjukkan medan magnet yang Analisis instrumen lembar kuesioner
paling kuat. siswa menggunakan skala likert. Adapun
3. Memberikan contoh penerapan lembar instrumen kuesioner siswa diadaptasi
magnet dalam kehidupan sehari-hari dari Zidny, et al (2019). Hasil dari analisis lembar
4. Melaporkan hasil pengamatan tentang kuesioner siswa terhadap Kit IPA sederhana
sifat-sifat magnet dan penerapannya yang dikembangkan dapat dilihat pada
dalam kehidupan sehari-hari. Diagram berikut ini:
5. Menjelaskan sifat-sifat magnet.
6. Melaporkan cara membuat magnet
secara sederhana.

[32]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Berdasarkan grafik tersebut dapat


5
diketahui bahwa keterampilan berpikir kritis
4 siswa meningkat, dengan skala tingkat berpikir
kritis yang bervariasi pada setiap siswa. Kit IPA
3 sederhana yang dikembangkan berorientasi
Pretest Guided Discovery. Hasil ini sesuai dengan yang
2 posttest dikemukakan Nur dan Wikandari (2000) (dalam
Roosyanti (2017)) bahwa pembelajaran
1
dengan menggunakan Penemuan Terbimbing
(Guided Discovery) memiliki beberapa
0
keuntungan, diantaranya dapat memacu rasa
1 3 5 7 9 11 13 15 17
ingin tahu siswa, memotivasi mereka untuk
Gambar 4. Diagram Penilaian Siswa terhadap melanjutkan pekerjaannya sehingga mereka
Kit IPA Sederhana yang Dikembangkan menemukan jawabannya, memecahkan
masalah secara mandiri dan
Hasil penilaian siswa terhadap Kit IPA mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
sederhana yang dikembangkan secara umum Melalui pemanfaatan Kit IPA sederhana yang
menunjukkan respon yang positif, lebih dari dikembangkan, aktivitas siswa dapat
75% siswa memberikan penilaian sangat setuju dirangsang saat pembelajaran melalui proses
terhadap Kit IPA yang dikembangkan. Hal ini ilmiah diantaranya mengamati, menanya,
dikarenakan siswa mendapat pengalaman membuat hipotesis, menggali informasi,
baru belajar dengan menggunakan media Kit mengasosisasikan, dan mengkomunikasikan,
IPA sederhana materi Magnet, yang sehingga dapat meningkatkan keterampilan
dikembangkan dengan menggunakan berpikir kritis pada siswa (Sukoco, Ibrahim &
pendekatan Guided Discovery, sehingga siswa Sukartiningsi, 2019).
dapat menemukan sendiri konsep-konsep
pada materi Magnet. Melalui pendekatan SIMPULAN
pembelajaran seperti ini maka pembelajaran Berdasarkan hasil analisis data dapat
bermakna akan lebih mudah tercapai. Arsyad diketahui bahwa Kit IPA sederhana yang telah
(2007) mengemukakan bahwa secara prinsip dikembangkan layak untuk digunakan dan
media idealnya memiliki kemampuan dapat memfasilitasi guru untuk mengajarkan
berinteraksi dengan siswa dengan memiliki materi Magnet dan melatihkan keterampilan
format, tampilan dan daya tarik agar siswa berpikir kritis pada siswa sebagai salah satu
dapat terlibat aktif dengan pembelajaran aspek keterampilan abad ke-21 yang harus
yang menggunakan media tersebut. dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar.
3. Lembar Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis
Berdasarkan hasil analisis lembar
penilaian keterampilan berpikir kritis siswa,
diperoleh hasil sebagai berikut dijelaskan Saran
melalui Diagram berikut ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diutarakan, disampaikan saran yaitu: (1)
5 Sebaiknya tahap uji coba dalam penelitian
pengembangan ini tidak hanya dilakukan
4 pada satu sekolah. (2) Diharapkan guru dapat
3 melakukan pengembangan Kit IPA sederhana
Pretest pada materi pembelajaran yang lainnya,
2 sebagai penunjang proses pembelajaran siswa
Posttest
1 di sekolah.

0 DAFTAR RUJUKAN
19 21 23 25 27 29 31 33 35 Akinoglu, O.2008. Assesment of The Inquiry-
Based Project Implementation Process in
Gambar 5. Hasil Penilaian Skala Tingkat Berpikir
Science Education Upon Student’s Points
Kritis Siswa
of View. International Journal of
Instruction. Vol 1 (1) hal 1-12.

[33]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Konstruktivis dalam Pengajaran Edisi 5.


Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Surabaya: Pusat Sains dan Matematika
Cipta. Sekolah (PSMS) UNESA.
Arsyad, Azhar.2011. Media Pembelajaran. Prasetyo, S. Optimalisasi Penggunaan Kit IPA
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Dalam Pembelajaran IPA Di Sekolah
Driver, R., et al. 1985. Children’s Ideas In Dasar (SD), Jurnal Al-Bidayah Vol 3 No 1
Science. Milton Keynes England. Open Tahun 2011 Hal 1-20.
University Press. Roosyanti, A. Pengembangan Perangkat
Habibie. 2009. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pendekatan
Pembelajaran Biologi SMA Berorientasi Guided Discovery Untuk Melatihkan
Model Pembelajaran Pemaknaan Untuk Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif.
Mengajarkan Kemampuan Akademik Jurnal Pena Sains Vol 4 No 1 Tahun 2017
dan Sensitivitas Moral”. Tesis Magister Hal 60-73.
Pendidikan Sains, Universitas Negeri Sukoco, Ibrahim, M, & Sukartiningsi.
Surabaya. Pengembangan Perangkat
Ibrahim, M. 2008. Model Pembelajaran Inovatif Pembelajaran Berbasis Pendekatan
IPA Melalui Pemaknaan.. Jakarta: Saintifik Untuk Melatihkan Keterampilan
Depdiknas Balitbang-Puslitjaknov. Berpikir dan Pemahaman Konsep Siswa
Jones, Gail et al.2011. Differential Use of pada Materi Sifat Cahaya Kelas V SD.
Elementary Science KITs. International Jurnal Review Pendidikan Dasar Vol 5 No
Journal of Science Education, Vol 34 (15) 2 Tahun 2019.
hal 2371-2391. Online. Tersedia di Supriyadi.2018. Pendidikan IPA SD. Yogyakarta:
www.sciencedirect.com. Graha Ilmu.
Lunenburg, F.C.2010. Communication: The Thiagarajan,S., Semmel,
Process, Barriers, and Improving D.S.,&Semmel,M.I.(1974). Instructional
Effectiveness Schooling, Vol 2, No 10, Hal development for training teacher of
1-11. exceptional children. Bloomington
Maswindah, A & Suryanti.2019. Pengembangan Indiana: Indiana University.
Media Kit Sifat Cahaya Berbasis Science Zidny, dkk. Simple and Low-Cost Chemical
Edutainment Pada Siswa Sekolah Dasar. Experiment Kits to Observe the Concept
JPGSD Vol 07 No 04 Tahun 2019 Hal 3171- of Gas Laws. Jurnal Penelitian dan
3180. Pembelajaran IPA Vol 5 No 1 Hal 16-25
Nur, M dan Wikandari, P.R. 2008. Pengajaran Tahun 2019.
Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan

[34]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

STUDI KOMPARASI LOGIKA BERHITUNG SISWA SD DAN CALON GURU SD DI SURABAYA

Azhar Chairin1, Muhammad Hatim2, Lina Wijayanti3


Program Studi PGSD, STKIP Al Hikmah, Surabaya, Indonesia
 Azharchairin21@gmail.com 1, 1806hatim@gmail.com 2, wijayanti.pgsd@gmail.com 3

Abstrak
Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah siswa mampu menguasai kompetensi
yang disampaikan oleh guru dalam kelas. Guru harus mampu menyampaikan materi dengan
baik sesuai dengan alur berpikir siswanya, terutama dalam kompetensi matematika.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) dapat mengetahui alur berpikir siswa SD dengan alur berpikir
guru SD, dan 2) untuk melihat perspektif guru dalam memahami alur berpikir siswa SD dalam
logika berhitung. Penelitian ini menggunakan penelitian analisis deskriptif dengan metode
studi komparasi. Tahapan yang dilakukan adalah 1) menyusun soal berbasis logika berhitung,
2) memberikan soal kepada siswa SD kelas rendah, 3) memberikan soal kepada calon guru
SD dengan instruksi tertentu, 4) menganalisis hasil kerja siswa dan calon guru dengan soal
yang sama, 5) membandingkan hasil analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan lembar kerja dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur
berpikir calon guru SD 70% telah mendekati alur berpikir siswa SD melalui persoalan-persoalan
matematika yang telah diselesaikan dengan cara memprediksi jawab-jawaban dari siswa SD.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam melihat perspektif siswa untuk
menunjang proses pembelajaran adalah dalam kategori “baik”.

Kata Kunci: studi komprasi, logika berhitung, siswa SD, calon guru SD

[35]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN penalaran yang masih kurang baik dalam


Pada dasarnya setiap kegiatan menerima materi pelajaran. Selain itu, anak-
pembelajaran harus direncanakan terlebih anak usia sekolah dasar adalah anak yang
dahulu sebagaimana disyaratkan dalam memiliki karakteristik senang bermain,
Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007. bergerak, bekerja dalam kelompok, dan
Perencanaan yang dimaksud dalam peraturan senang melakukan sesuatu secara langsung.
tersebut adalah perencanaan proses Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang
pembelajaran. Dimana dalam perencanaan dilakukan oleh Ningrum & Leonard (2014) yang
tersebut dapat disiapkan beberapa dokumen menemukan bahwa umumnya peserta didik
diantaranya yaitu silabus dan Rencana kelas rendah tergolong aktif, selalu bergerak
Pelaksanaan Pembelajaran yang minimal dengan rasa keingintahuan yang cukup besar
memuat tentang tujuan dan tahapan karena kemampuan berpikirnya yang masih
pembelajaran yang akan dilaksanakan. terbatas sehingga apapun yang baru ia lihat
Perencanaan tersebut dapat dilakukan oleh dan dengar selalu saja ditanyakan. Namun dari
satuan pendidikan secara keseluruhan segi emosionalnya belum terkontrol baik
maupun dari guru secara detail. Hal ini tentu sehingga ia masih mudah terpengaruh dan
akan menunjang keberhasilan pelaksanaan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
pembelajaran. Salah satu indikator Pembinaan yang baik dan tepat yang
keberhasilan pembelajaran adalah guru, dapat diberikan oleh guru berawal dari guru
sehingga guru harus mampu membuat suatu memahami perkembangan berpikir siswa
perencanaan pembelajaran yang SD/MI serta perubahan-perubahan yang
memungkinkan untuk dapat terlaksana terjadi pada anak rentang usi tersebut terkait
dengan baik di dalam kelas. Seperti yang dengan perkembangan kognitifnya. Hal-hal
diungkapkan oleh Anggraeni (2018) bahwa yang dapat dilakukan oleh guru untuk
proses pendidikan harus dilakukan secara meningkatkan kemampuan kognitif anak SD
terencana dengan berbagai diantaranya yaitu (1) memberikan pertanyan-
pemikiran yang objektif dan rasional sehingga pertanyaan dan mengawali diskusi dengan
seluruh potensi peserta didik dapat HOTS (High Order Thinking Skill), (2)
dikembangkan secara optimal. Kata mengembangkan alat penilaian yang berbasis
terencana menunjukkan bahwa betapa HOTS, (3) memberikan brainstorming dalam
pentingnya perencanaan pembelajaran bagi pembelajaran, (4) menstimulus siswa untuk
setiap proses pembelajaran. dapat menemukan ide dan kreatifitas, (5)
Adapun hal-hal yang perlu merancang tugas-tugas berbasis open ended,
diperhatikan oleh guru dalam merencanakan (6) mereview kreativitas dan pemahaman
pembelajaran diantaranya adalah guru siswa terhadap hal yang telah dipelajari.
memahami dengan baik karakteristik siswanya. Penelitian yang dilakukan oleh Amir
Dengan memahami karakteristik siswa, maka (2015) bahwa guru dapat memilih dan
guru akan mudah memahami alur berpikir menetukan metode pembelajaran yang lebih
siswa tersebut. Harapannya, tidak akan terjadi tepat bagi siswanya, tentu disertai dengan
pembelajaran yang hanya berpusat pada penyesuaian gaya belajar guru dengan gaya
guru, namun pembelajaran akan belajar siswanya pula. Guru harus mampu
mengutamakan bagaimana siswa berpikir. menyampaikan materi dengan baik sesuai
Dimana karakteristik siswa SD adalah masa dengan alur berpikir siswanya, terutama dalam
peralihan dengan kompleksitas tinggi. kompetensi matematika agar siswa mampu
Masa usia Sekolah Dasar merupakan menyelesaikan permasalahan matematika.
masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari Dimana selama ini matematika menjadi
usia enam tahun hingga usia dua belas tahun. kompetensi yang masih dianggap sulit oleh
Karakteristik utama siswa Sekolah Dasar adalah beberapa siswa. Hal ini karena menurut
mereka yang menampilkan perbedaan- masyarakat umum bahwa matematika
perbedaan dalam intelegensi, kemampuan berhubungan dengan ide-ide dan konsep-
dalam berpikir maupun berbahasa, konsep yang abstrak (Aledya, 2019),
perkembangan kepribadian, dan sedangkan siswa sekolah dasar adalah siswa
perkembangan fisik anak. Umumnya perilaku yang cara berpikirnya masih dalam konteks
mereka sangat aktif, memiliki rasa ingin tahu operasional konkret.
yang begitu besar, namun konsentrasi dan

[36]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Slameto (2003) mengatakan terdapat bantuan orang dewasa dalam hal ini orang
dua faktor yang dapat menjadi penyebab tua dan gurunya. Guru harus benar-benar
kesulitan belajar bagi siswa yaitu faktor internal memahami variasi berpikir masing-masing
berasal dari dalam diri siswa meliputi siswa. Siswa memiliki banyak variasi berpikir
kesehatan, intelegensi, dan minat. Sedangkan dalam logika berhitung.
factor eksternal berasal dari lingkungan siswa Logika berhitung merupakan dasar dari
meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, dan perkembangan matematika yang biasanya
sekolah. Dengan demikian, kesulitan belajar berkaitan dengan kegiatan sehari – hari. Logika
tidak hanya dialami oleh peserta didik dengan berhitung erat kaitannya dengan bilangan
intelegensi rendah tapi juga dipengaruhi oleh dengan berbagai cara dalam menyelesaikan
lingkungan yang kurang mendukung. Termasuk berbagai permasalahan terkait kompetensi
dalam logika berhitung siswa dalam matematika.
kompetensi matematika. Dari hasil studi komparasi yang diperoleh
Kemampuan logika berhitung masing- pada uji coba lapangan kepada sebanyak 12
masing siswa bervariasi. Variasi tersebut mahasiswa calon guru SD dan 18 siswa SD,
ditentukan oleh banyak factor, diantaranya bahwa sebanyak 70% mahasiswa calon guru
pengetahuan sebelumnya, lingkungan, dan dapat memahami pola pikir siswa dengan
imajinasi siswa itu sendiri. Berdasarkan latar mampu memprediksi jawaban siswa dari
belakang tersebut diatas, maka perlu berbagai permasalahan yang diberikan. Pada
dilakukan Studi komperasi yang dititik beratkan uji coba tersebut, siswa memiliki pola berpikir
pada pemahaman calon guru SD terhadap yang berbeda-beda antar individi dengan
pemikiran siswa dalam menyelesaikan individu yang lainya. Sebagai contoh siswa
permasalahan logika berhitung dalam diberikan soal “Apakah kamu tahu becak?
kompetensi matematika. Apakah kamu tahu sepeda? Apabila ada 3
becak dan dua sepada sedang parkir di
METODOLOGI PENELITIAN depan sekolahmu, maka ada berapakah roda
Metode penelitian yang digunakan seluruhnya? untuk menghitung roda
dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif keseluruhan dari 3 becak dan 2 sepeda, siswa
dengan menggunakan studi komparasi. dengan kreativitas masing-masing telah
Tahapan penelitian yang telah dilakukan menjawab dengan berbagai ide kreatif. Dari
adalah 1) menyusun soal berbasis logika data yang dihasilkan, beberapa siswa
berhitung, 2) memberikan soal kepada siswa menyelesaikan soal dengan menggambar
SD kelas rendah, yaitu siswa kelas I, II, dan III di becak dan sepeda secara keseluruhan dan
SD Al Hikmah, SD Labschool Unesa, dan SD ada juga yang hanya menggambar rodanya
Laboratorium Unesa, 3) memberikan soal saja lalu dihitung dengan membilang.
kepada mahasiswa calon guru SD yaitu Sedangkan jawaban dari mahasiswa
mahasiswa PGSD STKIP Al Hikmah Angkatan calon guru yang menerapkan pola pikir siswa
2019 yang sedang mendapatkan mata kuliah SD dalam penyelesaian soal tersebut dengan
logika berhitung dengan instruksi tertentu, 4) menggambarkan becak dan sepeda secara
menganalisis hasil kerja siswa SD dan keseluruhan. Akan tetapi hasil jawaban dari
Mahasiswa calon guru PGSD STKIP Al Hikmah calon guru SD lebih detail dan dideskripsikan
dengan soal yang sama, 5) membandingkan sedangkan hasil jawaban dari siswa SD hanya
hasil analisis soal yang dikerjakan siswa SD digambarkan dan di tuliskan operasi hitungnya
dengan Mahasiswa calon guru. (Lihat Gambar 1 dan Gambar 2).
Uji coba selanjutnya mahasiswa calon
HASIL DAN PEMBAHASAN guru dan siswa SD di beri persoalan sebagai
Peran guru sangatlah penting dalam berikut “sepuluh anak laki-laki sedang berbaris
memahami pola pikir siswa. Utamanya Guru SD lurus. Jika satu anak perempuan berdiri
sangat menentukan awal proses belajar siswa diantara setiap 2 anak laki-laki, berapakah
sampai ketahap yang lebih lanjut. Siswa SD jumlah anak perempuan dalam barisan
adalah siswa yang masih memiliki pola pikir tersebut? Dan berapakah jumlah anak
yang mendasar dan sangat bervariasi. keseluruhan dalam barisan tersebut?” dari
Bervariasinya pola pikir anak merupakan aset persoalaan tersebut di dapatkan bahwa calon
pada anak itu sendiri yang perlu guru SD dan siswa SD memiliki jawaban yang
dikembangakan dengan baik dengan hampir sama yaitu dengan cara di gambarkan

[37]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

dalam bentuk orang-orangan. Namun


terdapat perbedaan dari kedua jawaban
tersebut yaitu jawaban calon guru SD lebih
deskriptif dan dipaparkan sedangkan jawaban
siswa SD hanya di gambarkan orang-orangan
dan dituliskan operasi hitungnya saja. Dari
jawaban tersebut dapat di simpulkan bahwa
calon guru SD dapat mengikuti alur berpikir dari
siswa SD (Lihat Gambar 3 dan Gambar 4).
Akan tetapi ketika calon guru SD dan
siswa SD di hadapkan dengan persoalan yang
lebih sulit tampak perbedaan kedua jawaban
yang sangat signifikan. Calon guru dan Siswa
diberikan persoalan untuk menghitung kubus
yang disusun bertumpuk. Dari hasil yang
diperoleh siswa memberikan penomoran pada
kubus satu persatu sedangkan calon guru Gambar 1. Jawaban Siswa SD terhadap Soal
menggunakan operasi hitung yang kompleks Penjumlahan
sehingga dapat terlihat jelas dari perbedaan
pemechan masalah mengenai persoalan
tersebut (Lihat Gambar 5 dan gambar 6).

Tabel 1. Tabel Perbandingan Hasil Analisis


Pekerjaan Siswa SD dan Calon Guru SD
Soal Siswa SD Calon Guru SD
Penjum- Semua siswa 90% mahasiswa
lahan menggunakan menggunakan
bantuan gambar gambar
untuk sebagai prediksi
mendapatkan jawaban
jawaban. Baik dengan
berupa gambar dilengkapi
utuh ataupun per formula Gambar 2. Prediksi Jawaban Siswa SD oleh
bagian yang penyelesaianny Calon Guru SD terhadap Soal Penjumlahan
ditanyakan. a secara
matematis.
Pola Semua siswa 60% mahasiswa
Bilangan menggunakan menggunakan
bantuan gambar. gambar
Walaupun ada sedangkan
beberapa sisanya
jawaban tidak menggunakan
sesuai dengan logika formula
pertanyaan. matematika.
Spasial Siswa 60% mahasiswa
menghitung menghitung Gambar 3. Jawaban Siswa SD terhadap Soal
dengan dengan Pola Bilangan
memberikan digambar ulang
tanda pada dan dihitung
gambar. per bagian,
sedangkan
yang lain
Gambar 4. Prediksi Jawaban Siswa SD oleh
langsung pada
Calon Guru SD terhadap Soal Pola Bilangan
hasil akhir.

[38]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

DAFTAR PUSTAKA
Aledya, Vivi. 2019. Kemampuan pemahaman
konsep matemnatika pada siswa. [
Diakses di laman
https://www.researchgate.net/publicati
on/333293321_KEMAMPUAN_PEMAHAMA
N_KONSEP_MATEMATIKA_PADA_SISWA
pada tanggal 18 Sepetember 2019]
Amir, M.F. 2015. Proses Berpikir Kritis Siswa SD
dalam Memecahkan Masalah Berbentuk
Gambar 5. Jawaban Siswa SD terhadap Soal soal Cerita Matematika Berdasarkan
Spasial Gaya belajar. Jurnal Math Educator
Nusantara Volume 01 Nomor 02,
Nopember 2015.

Anggraeni P., Akbar A. 2018. Kesesuaian


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dan Proses Pembelajaran. Pesona dasar,
Jurnal Pendidikan Dasar dan Humaniora
Volume 6 Nomor 2, Oktober 2018.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI
No. 41 Tahun 2007 tentang Standar
Gambar 6. Prediksi Jawaban Siswa SD oleh Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar
Calon Guru Sd terhadap Soal Spasial dan Menengah.
Mimbar Jurnal Sosial dan pembangunan
Volume XIX Nomor 3, Juli – September
KESIMPULAN
2003, Halaman 330 – 345.
Berdasarkan penelitian studi komparasi ini
Ningrum, D.S., Leonard. 2014. Pengembangan
didapatkan bahwa mahasiswa calon guru SD
Desain Pembelajaran Matematika
mempunyai kemampuan memahami alur
Sekolah dasar Kelas 1. Jurnal Ilmiah
berpikir siswa. Hal ini dibuktikan dengan 70%
Pedidikan MIPA Volume 4 noomor 3
mahasiswa mampu memprediksi bagaimana
tahun 2014.
siswa SD menyelesaikan permasalahan yang
Pemerintah Indonesia, 1989, Undang-Undang
diberikan. Hal ini temasuk dalam ketgori baik.
No. 2 Tahun 1989 yang Mengatur
Selain itu, dari penelitian ini di dapatkan bahwa
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
cara berpikir siswa SD masing-masing jenjang
Jakarta: Sekretariat Negara.
berbeda dan pada setiap jenjangnya mereka
Purwanto, M.N., 2011, Ilmu Pendidikan Teoritis
mempunyai cara masing-masing dalam
dan Praktis. Bandung: Remaja
menyelesaikan permasalahan, meskipun masih
Rosdakarya.
dalam satu ranah perkembangan. Dalm hal
Ramdani, Y. 2003. Sosol Pendidikan Matematika
siswa kelas rendah ini ini masih dalam tahap
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor yang
operasional konkret dengan banyak
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
menggunakan gambar dalam menyelesaikan
Cipta.
soal-soal.

[39]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

LITERASI ABAD 21: APAKAH BERHUBUNGAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS?

Cholifah Tur Rosidah


Program Studi Pendidikan Pendidik Sekolah Dasar
Fakultas Kependidikan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
cholifah@unipasby.ac.id

Abstrak

Pada abad 21, keterampilan literasi mencerminkan kemampuan menghadirkan informasi dan
penggunaan teknologi yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan bekerja sama. Selain itu
juga semakin mudahnya pengaksesan ilmu pengetahuan melalui perangkat digital. Namun,
kebenaran tentang kemudahan tersebut berdampak pada perkembangan keterampilan literasi
masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa, masih menjadi pertanyaan bagi kita. Hal tersebut dapat
dilihat pada produk pemikiran berupa karya-karya tulisan mahasiswa. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui adakah korelasi antara kemampuan literasi abad 21 dengan kemampuan menulis yang
dimilikinya. Penelitian dilakukan dengan subyek penelitian mahasiswa PGSD Universitas PGRI Adi
Buana Surabaya dengan batasan pada mahasiswa yang menempuh mata kuliah Keterampilan
Berbahasa sejumlah tujuh kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random
sampling. Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasional product moment. Sebelumnya
dilakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Penelitian tersebut menunjukkan
hasil terdapat hubungan antara tingkat kemampuan literasi abad 21 dengan kemampuan menulis
mahasiswa.

Kata kunci: Hubungan, Literasi abad 21, Kemampuan Menulis

[40]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN (2012) menjelaskan pribadi literat ialah ia yang


Perkembangan teknologi informasi paham sesuatu akibat dari membaca
dan komunikasi yang diimbangi dengan berbagai informasi dengan tepat serta
perkembangan kebutuhan global menjadikan melakukan segala sesuatu dengan dasar
makna literasi berkembang pesat dalam pemahaman terhadap isi bacaannya.
khazanah pembelajaran bahasa dan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang
perkembangan sosial. Education for All Global berkembang dengan pesat tidak terlepas dari
Monitoring Report (2006), membagi literasi perkembangan literasi. Sebagai bagian dari
dalam empat pengertian, diantaranya (1) dunia pendidikan, literasi memiliki peran
literasi sebagai seperangkat keterampilan penting untuk mempersiapkan peserta
menulis, membaca,dan berbicara; (2) literasi pendidik sebagai sumber daya yang
sebagai implementasi keterampilan berkualitas sehingga dapat bersaing secara
membaca, menulis, dan berbicara; (3) literasi global. Literasi tak dapat dipisahkan dari
sebagai proses belajar atau produk; (4) literasi pembelajaran bahasa. Proses pembelajaran
sebagai jenis teks yang bervariasi baik bidang bahasa yang berkualitas dan bermakna tidak
ilmu maupun jenis teks yang dihasilkan. terlepas dari cara pendidik menerapkan dan
Joice dan Feez (2016) dalam bukunya menggunakan pendekatan, strategi, dan
Exploring literacies: theory, research and metode pembelajaran dalam belajar bahasa.
practice menjelaskan terdapat empat Pendidik hendaknya berperan sebagai
pandangan literasi yang memengaruhi manager of learning yang berarti dapat
pendidikan literasi abad 21, diantaranya 1) memilih serta menetapkan metode maupun
literasi sebagai praktik yang dipelajari, yaitu strategi pembelajaran yang tepat sesuai
literasi diterapkan dengan cara mempelajari karakteristik materi, peserta pendidik, serta
aturan-aturan tata bahasa tradisional, ejaan, faktor instrumental dan lingkungan belajar.
dan penerjemahan teks dengan fokus pada Pendidik bahasa yang profesional diharapkan
tingkat kalimat. Membaca dan menulis dapat mengantarkan peserta pendidik untuk
menjadi representasi dari tingkat keterampilan. menyelami dunia keilmuan dan teknologi di
2) literasi sebagai proses pengodean dan era globalisasi yang kompetitif dengan
praktik keterampilan, diterapkan melalui memahami bahasa yang digunakan. Pendidik
keterampilan dasar sesuai ciri kebahasaan bahasa yang profesional tidak terlepas dari
dengan pendekatan hilir-hulu, mulaidari bunyi bekal keterampilan belajar yang mereka
hingga kalimat lengkap. 3) literasi sebagai peroleh dipendidikan tinggi.
praktik individu, literasi ini diterapkan melalui Kegiatan literasi merupakan salah satu
keterampilan belajar membaca dan menulis aspek penilaian dalam PISA dan TIMSS. Data
yang fokusnya pada aspek-aspek strategis yang ditunjukkan oleh PISA pada tahun 2015
membaca dan menulis. Selain itu, menulis menemukan bahwa capaian literasi peserta
dipandang sebagai ekspresi kreatif seseorang, didikdi Indonesia masih rendah dengan rata-
sedangkan membaca merupakan proses rata 32% untuk keseluruhan aspek. Selain itu
mencari makna dari teks bacaan. 4) literasi kemampuan pemecahan masalah mereka
sebagai praktik sosiokultural, literasi tersebut juga rendah dibandingkan dengan negara
diimplementasikan melalui kegiatan belajar tetangga seperti Malaysia, Filipina dan
berbasis teks yang secara eksplisit Thailand. Guna mengantisipasi hal tersebut,
mengajarkan susunan teks dan ciri-ciri kosa diperlukan perubahan dalam kegiatan
kata dan tata bahasa tiap jenis teksyang pembelajaran yang berlangsung. Pemerintah
difokuskan pada hubungan antara teks dan telah menunjukkan upayanya berkaitan
tujuan sosiokultural dari teks tersebut. dengan kegiatan literasi melalui penerbitan
Secara komprehensif, literasi Permendikbud No. 23 tahun 2015 yang
disimpulkan sebagai konstruksi dan rekonstruksi menjelaskan mengenai penumbuhan budi
dari pengetahuan, sikap, nilai, perilaku, pekerti melalui kegiatan literasi sekolah dan
keterampilan, serta pengalaman. Rekonstruksi mendorong peserta pendidik untuk memiliki
tersebut yang akhirnya mengklasifikasikan kemampuan literasi yang baik yakni,
literasi abad 21 menjadi literasi digital, literasi kemampuan peserta pendidik dalam
manusia, dan literasi data. Keterampilan literasi pengaksesan, pemahaman, dan penggunaan
tersebutlah yang dibutuhkan peserta pendidik berbagai informasi dengan cerdas.
dalam menghadapi era abad 21 ini. Sakti

[41]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Kemampuan ini akan dikembangkan dalam kali muncul dalam pembelajaran menulis
aktivitas literasi di sekolah dengan diantaranya terlihat dari pemilihan kata yang
mengembangkan keterampilan kurang sesuai, kalimat tidak efektif, sulit
mendengarkan, berbicara, membaca, mengungkapkan gagasan karena diksi,
menulis, menghitung, mempersepsi informasi, bahkan tidak dapat mengembangkan ide
dan mengkomunikasikan berdasarkan secara sistematis. Selain itu sering dijumpai pula
pemahaman dan kesimpulan pribadi peserta kesalahan ejaan. Berdasarkan paparan dan
pendidik sebagai literasi dasar. Hal ini permasalahan tersebut, peneliti melaksanakan
menunjukkan keseriusan pemerintah dalam penelitian noneksperimen dengan topik
upaya meningkatkan kegiatan literasi korelasi tingkat kemmapuan literasi abad 21
diberbagai bidang pendidikan. dengan keterampilan menulis mahasiswa.
Fakta lain tentang literasi yang telah
diterapkan yaitu mengenai kemampuan METODE
menulis masyarakat Indonesia termasuk anak- Penelitian dirancang dengan desain
anak di dalamnya. Buku merupakan produk penelitian kuantitatif dengan tujuan
kultural yang selalu digunakan untuk mengukur mengetahui adakah korelasi antara
kemajuan peradaban sebuah bangsa. keterampilan literasi dengan keterampilan
Semakin banyak dan bermutu buku yang menulis mahasiswa. Populasi penelitian yaitu
diterbitkan, semakin maju pulalah peradaban mahasiswa semester dua yang menempuh
bangsa tersebut. Kristiyani (2016), mata kuliah keterampilan berbahasa.
menyebutkan perbandingan statistik situasi Keseluruhan populasi tersebut terbagi dalam
perbukuan di tanah air dengan negara- tujuh kelas mulai dari kelas A hingga G.
negara tetangga tahun 2015 menunjukkan Selanjutnya diperoleh data awal dari nilai ujian
fakta yang memprihatinkan. Dalam kurun tengah semester untuk diolah sebagai data uji
waktu satu tahun, buku yang diterbitkan di prasyarat berupa uji normalitas dan linieritas.
Indonesia dengan jumlah penduduk 249,9 juta Hasil dari uji prasyarat tersebut menunjukkan
jiwa hanya sekitar 8000 judul. Dibanding ketujuh kelas normal dan linier sehingga dapat
dengan Malaysia yang mampu menerbitkan diambil sampel penelitian dengan
buku dengan jumlah yang sama dalam satu menggunakan teknik cluster random sampling.
tahun dengan jumlah penduduk 27 juta jiwa. Kelas sampel yang diperoleh yaitu kelas D
Vietnam sebagai negara berkembang yang yang berjumlah 36 mahasiswa.
baru berbenah setelah pendudukan Amerika, Untuk mendapatkan data mengenai
sudah menerbitkan hampir dua kali lipat, yaitu tingkat keterampilan literasi, peneliti
sebanyak 15000 judul buku pertahun dengan menggunakan angket tentang aktivitas literasi
jumlah penduduk sekitar 80juta jiwa. Jepang yang diisikan mahasiswa. Selanjutnya diakhir
yang memiliki jumlah penduduk 129 juta jiwa diambil data nilai tugas menulis sebagai data
mampu menerbitkan tidak kurang dari 60000 akhir. Data tersebut dianalisis dengan
buku tiap tahun. Selanjutnya angka penerbitan menggunakan uji korelasional product
buku di Inggris yang jumlah penduduknya moment.
54,01 juta jiwa mampu mencapai nilai fantastis
sebanyak 110.155 judul setiap tahunnya,
HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga disebut sebagai produsen buku
Tingkat Keterampilan Literasi Abad 21
terbanyak di dunia. UNESCO sebagai lembaga
Tingkat keterampilan literasi mahasiswa
dunia telah menetapkan program penerbitan
diperoleh dari hasil analisis data kuesioner.
buku untuk negara berkembang sebanyak 50
Terdapat 20 item pernyataan pada kuesioner
buku per satu juta penduduk dan sedikitnya
dengan rincian 10 penyataan positif dan 10
500 judul buku per satu juta penduduk untuk
pernyataan negatif. Adapun perolehan nilai
negara maju. Sehingga dapat disimpulkan
kuesioner tingkat keterampilan literasi
bahwa Indonesia masih jauh untuk mencapai
mahasiswa diklasifikasikan dalam lima kategori
standar tersebut.
penilaian. Hasil tersebut dapat dilihat pada
Hal tersebut merupakan permasalahan
tabel 1 berikut.
bagi bangsa. Kemampuan menulis tidak
mungkin tiba-tiba dimiliki seseorang tanpa
belajar dan berlatih. Beberapa masalah sering

[42]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Tabel 1. Klasifikasi tingkat ketereampilan literasi


mahasiswa Berdasarkan data pada tabel 2
No. Kategori Interval f % menunjukkan bahwa frekuensi terbanyak dan
Nilai mendominasi masih pada kategori sedang
1 Sangat tinggi 85-100 3 8.3 sebesar 58.3 %. Selanjutnya disusul dengan
2 Tinggi 70-84 7 19.4 mahasiswa yang memperoleh nilai tinggi
3 Sedang 55-69 20 55.6 sebesar 22.2%. Selain itu ternyata mahasiswa
4 Rendah 40-54 5 13.9
tidak ada yang mendapatkan nilai sangat
5 Sangat Rendah 0-39 1 2.8
rendah, hanya saja ada 5.6% mahasiswa yang
Jumlah 36 100
memperoleh nilai rendah.
Menilik pada tabel 1 dapat diperoleh
Menulis bagi mahasiswa merupakan
informasi bahwa 8.3 % mahasiswa memiliki
aktivitas yang sangat penting. Bahkan
keterampilan literasi sangat tinggi dan 2.8%
penilaian akhir kuliah juga berupa tulisan ilmiah
sangat rendah. Sedangkan mahasiswa yang
yang dikemas dalam mata kuliah skripsi atau
lain mendominasi dalam kategori sedang
tugas akhir. Oleh karena itu sudah seharusnya
sebanyak 55.6 %. Berdasarkan hasil tersebut
mahasiswa memiliki keterampilan menulis.
menunjukkan bahwa tingkat keterampilan
Meskipun tak sedikit juga yang memperoleh
mahasiswa PGSD Universitas PGRI Adi Buana
nilai rendah karena belum memenuhi
Surabaya masih perlu ditingkatkan lagi. Tabel 1
beberapa aspek atau kriteria penilaian.
memberikan gambaran bahwa seharusnya
Namun keterampilan ini dapat dimiliki seiring
membaca menjadi sebuah aktivitas ilmiah
semakin seringnya keterampilan tersebut
mahasiswa yang wajib dilakukan. Setiap
diasah.
aktivitas akademik menuntut mereka untuk
selalu membaca dan bijak dalam
Korelasi Tingkat Ketrampilan Literasi Abad 21
menanggapi setiap bacaan atau informasi
dengan Keterampilan Menulis Mahasiswa
yang diperoleh.
Berdasarkan hasil pengolahan data
korelasional didapat nilai r hitung 0.52. Taraf
Keterampilan Menulis Mahasiswa
signifikansi α 0.05. Selanjutnya signifikansi
Data mengenai keterampilan menulis
koefisien korelasi tersebut dikonsultasikan pada
mahasiswa diperoleh berdasarkan tugas akhir
tabel nilai r product moment hingga diperoleh
mata kuliah berupa naskah makalah ilmiah
r tabel dengan dk 36-2 = 34 didapat nilai 0.33.
yang disusun oleh mahasiswa. Proses penilaian
Kriteria pengujian yaitu ≤ ≤
dilakukan oleh ahli dalam bidang makalah
maka diterima. Sehingga didapat nilai 0.52
ilmiah dengan latar belakang kemampuan
> 0.33 atau > , maka ditolak. Hasil
dan pengalaman yang memadai. Pemberian
tersebut menunjukkan terdapat korelasi antara
skor mengacu pada pedoman penilaian karya
tingkat keterampilan literasi dengan
tulis ilmiah yang terdiri dari aspek (1) sistematika
keterampilan menulis mahasiswa.
penulisan; (2) tata penulisan; (3) mengkritisi
atau menganalisis masalah; (4) kelayakan isi;
SIMPULAN
(5) kemmapuan menggunakan ejaan; (6)
Penelitian mengenai korelasi tingkat
penggunaan diksi; (7) kemampuan menulis
keterampilan literasi abad 21 dengan
kutipan; (8) kemampuan menulis daftar
keterampilan menulis mahasiswa menunjukkan
pustaka. Selanjutnya perolehan nilai karya tulis
adanya hubungan antara kedua variabel
mahasiswa diklasifikasikan seperti pada tabel 2
tersebut. Simpulan tersebut didapat
berikut.
berdasarkan hasil pengolahan data yang
menunjukkan nilai 0.52 > 0.33 atau >
Tabel 2. Klasifikasi ketereampilan menulis
mahasiswa , yang berarti ditolak. Penelitian ini
No. Kategori Interval f % memiliki keterbatasan yaitu minimnya jumlah
Nilai sampel penelitian. Sehingga pada penelitian
1 Sangat tinggi 85-100 5 13.9
berikutnya jumlah sampel dapat dijadikan
2 Tinggi 70-84 8 22.2
3 Sedang 55-69 21 58.3 bahan pertimbangan untuk kemungkinan-
4 Rendah 40-54 2 5.6 kemungkinan penelitian berikutnya.
5 Sangat 0-39 0 0
Rendah
Jumlah 36 100

[43]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

DAFTAR RUJUKAN
Anna, Permanasari. (2010). Paradigma
Pendidikan Nasional Abad XXI.
Daniela, Popa. (2015). The Relationship
between Regulation, Motivation and
Performance at Secondary School
Student. Procedia-Social and Behaviour
Sciences 191 (2015) 2549-2553.
Efendi, Kusno. (2015). Hubungan antara konsep
diri dan kemampuan verbal dengan
prestasi belajar pada siswakelas lima
sekolah dasar muhammadiyah
sukonandi Yogyakarta. Humanitas. Vol 1
Januari 2015: 26-31.
Fisher, Alec. (2017). Berpikir Kritis Sebuah
Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Kemendikbud. (2017). Materi Pendukung
Literasi Baca Tulis. Jakarta.
Kristiyani, Titik. (2016). Self Regulated Learning
Konsep, Implikasi, dan Tantangannya
Bagi Siswa di Indonesia. Yogyakarta:
Sanata Dharma University Press.
Ormrod, J.E. (2016). Educational Psycology:
Developing Learners. (5th ed.) Upper
Saddle River, N.J.: Person.
Paris, S.G. (2004). Principles of self regulated
learning for teachers. Dalam Jessie-Ee.,
Chang, A., & Tan, O.S. (Eds), Thinking
about Thinking: What Educators need to
know. (hh. 48-71). Singapura: McGraw-
Hill Education (asia).
Sadi, Ozlam; Uyar, Miray. (2013). The
Relationship between cognitive Self
Regulated Learning Strategies and
Biology Achievement: A Path Model.
Procedia-Social and Behaviour Sciences
93.
Schwab, K. (2016). Shaping theFourth Industrial
Revolution.

[44]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN BOARD GAME ADAPTASI PERMAINAN MONOPOLI


DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

Diah Yovita Suryarini1, Magdalena Kunthie Retnaningtyas2


Pendidikan Guru Sekolah Dasar 1,2
Fakultas Bahasa dan Sains
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
dyovie24@gmail.com

Abstrak

Penggunaan media pembelajaran dalam bentuk permainan akan menarik minat siswa untuk belajar
dan menikmati proses pembelajaran yang diharapkan dapat mempengaruhi pencapaian belajarnya.
Selain itu penggunaan media pembelajaran yang tepat tidak saja diharapkan meningkatkan
antusiasme siswa tapi juga mendorong sisi interaktif antar siswa yang dapat meningkatkan
pembelajaran berkelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan media board game
yang diadaptasi dari permainan monopoli pada mata pelajaran IPA siswa sekolah dasar. IPA
merupakan pelajaran yang memerlukan banyak pemahaman dan hafalan yang akan lebih menarik
dan menantang apabila dilengkapi dengan permainan. Pemilihan media board game yang
diadaptasi dari permainan monopoli memiliki dua unsur yaitu permainan dan pembelajaran. Dengan
kedua unsur tersebut siswa diharapkan mampu menerima, memahami dan mengingat materi
pembelajaran IPA tersebut dengan beraktivitas seperti bermain. Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data penelitian adalah
dengan pengamatan kelas sedangkan instrument yang dipergunakan untuk mendapatkan data
penelitian adalah lembar observasi dan lembar wawancara bagi guru dan siswa. Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan penggunaan media board game yang diadaptasi dari permaianan
monopoli pada sekolah dasar dapat membantu siswa lebih menikmati pembelajaran sekaligus
memahami materi IPA yang diberikan oleh guru.

Kata Kunci: Media Pembelajaran, Board game, Monopoli, IPA

[45]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN belajar. Pengalaman belajar tergantung pada


Pergeseran karakteristik pembelajaran interaksi siswa dengan media. Media yang
yang lebih memfokuskan pada siswa atau tepat sesuai dengan tujuan belajar akan
yang biasa disebut dengan student-centered mampu meningkatkan pengalaman belajar
learning menuntut guru untuk memiliki inovasi sehingga siswa dapat meningkatkan hasil
dalam melakukan proses pembelajaran agar belajarnya (Indriana, 2011 dalam Avianto &
siswa mampu meningkatkan penguasaan Presida, 2018). Sejalan dengan pendapat yang
terhadap materi belajar dan terutama dapat yang dikemukakan diatas, alasan
aktif dalam proses pembelajaran tersebut, digunakannya media juga merujuk pada teori
sehingga pada akhirnya akan memperoleh “Cone Experience” (Kerucut Pengalaman)
manfaat dari pendidikan yang bermakna. yang dikemukakan oleh Edgar Dale (dalam
Proses pembelajaran pada dasarnya Avianto & Presida, 2018). Menurut kerucut
merupakan suatu bentuk komunikasi antara pengalaman; apabila pesan disampaikan
guru dan siswa, dan komunikasi yang dimaksud secara verbal saja, pengetahuan akan bersifat
disini adalah proses penyampaian informasi semakin abstrak, dalam artian siswa nantinya
dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam hal ini akan memahami pengetahuan dalam bentuk
yang berperan dalam menyampaikan kata tanpa memahami makna yang
informasi adalah guru dan penerima informasi terkandung dalam informasi tersebut.
adalah siswa, Penggunaan media pembelajaran yang sesuai
Konsep proses pembelajaran yang dan memadai di dalam proses pembelajaran
berpusat pada siswa akan kurang efektif diharapkan dapat memberikan pengalaman
apabila paradigma pembelajaran masih belajar yang konkret pada siswa. Pada
menggunakan pembelajaran yang bersifat dasarnya media pembelajaran merupakan
verbalistik atau mengutamakan penyampaian sesuatu yang digunakan sebagai sarana
informasi dalam bentuk metode ceramah. komunikasi dalam interaksi edukatif antara
Pembelajaran yang berpusat pada siswa guru dan siswa sehingga merangsang pikiran,
menuntut siswa lebih aktif dalam proses perasan, perhatian dan minat siswa untuk
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
yang diperlukan adalah pembelajaran yang (Sukiman, 2012 dalam Najib & Yuniarti,2018).
efektif, kreatif, dan inovatif dimana siswa dapat Selain itu penggunaan media pembelajaran
berperan aktif dan mampu memahami apa dianggap sangat penting karena mampu
yang diajarkan dengan baik. Hal ini juga menstimulus siswa untuk dapat lebih aktif, lebih
disebutkan dalam Undang-Undang Sistem antusias dan dapat mendorong siswa untuk
Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003, yang berani dalam mengikuti proses pembelajaran.
menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Sebagai sarana komunikasi dalam
nasional yaitu untuk mengembangkan potensi interaksi edukatif antara guru dan murid,
peserta didik yang cakap, kreatif, mandiri dan media pembelajaran yang umum digunakan
menjadi warga negara yang demokratis serta dapat berupa alat peraga, bahan, kegiatan
bertanggung jawab. Selanjutnya dalam pasal maupun orang-orang disekitar. Kegiatan
1 ayat 19 menyatakan bahwa semua tujuan, seperti bermain serta peralatan bermain juga
isi, dan bahan pelajaran digunakan sebagai termasuk dalam media pembelajaran.
pedoman untuk kegiatan pembelajaran untuk (Avianto & Presida, 2018). Hal ini dikarenakan
mencapai tujuan Pendidikan. Oleh karena itu dengan kegiatan bermain siswa dapat
guru dituntut untuk mampu mengaplikasikan menambah pengetahuan dan wawasannya
metode pembelajaran dan dapat dengan cara yang menyenangkan dan
mempergunakan alat bantu pembelajaran mudah. Pada umumnya siswa akan lebih
untuk memudahkan guru dalam mengajar dan mudah belajar dengan menggunakan
yang memudahkan siswa untuk menyerap permainan, terutama siswa yang duduk di
pelajaran. (Kristanto, Relmasira, & Hardini, sekolah dasar. Permainan pada dasarnya
2019). mengandung tiga unsur yang mendukung
proses pembelajaran pada siswa terutama
Media Pembelajaran siswa sekolah dasar. Tiga unsur tersebut antara
Salah satu aspek yang didapat dalam lain bahwa permainan adalah kontes antara
proses pembelajaran adalah pengalaman pemain yang berinteraksi satu sama lain

[46]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk pengetahuan yang berupa fakta-fakta,


mencapai tujuan-tujuan teretentu (Sadiman konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi
et.al, 2011 dalam Najib & Yuniarti, 2018). juga merupakan suatu proses penemuan
Pembelajaran dengan bermain ini sesuai (Sulistyorini, 2007 dalam
dengan karakteristik siswa SD yang masih https://dodirullyandapgsd.blogspot.com/2014/
senang bermain. Dengan permainan 08/hakikat-dan-tujuan-pembelajaran-ipa.html).
membuat balajar jadi menyenangkan bagi Pada dasarnya tujuan pembelajaran IPA di SD
mereka, selain itu peralatan bermain juga ditujukan untuk memberi kesempatan pada
merupakan media pembelajaran karena siswa memupuk rasa ingin tahu secara
mengandung pesan-pesan yang diterima oleh alamiah, mengembangkan kemampuan
siswa saat melakukan permainan. (Nurmalita, bertanya dan mencari jawaban atas
et.al, 2012 dalam Avianto & Presida, 2018). fenomena alam berdasarkan bukti serta
Bermain membentuk hard skill dan soft skill mengembangkan cara berfikir ilmiah.
siswa Pembelajaran IPA di SD pada
dasarnya lebih menekankan pada pemberian
Media Board Game Monopoli pengalaman langsung sesuai kenyataan di
Media Board Game seperti monopoli lingkungan melalui kegiatan inkuiri untuk
dapat membantu siswa untuk belajar tidak mengembangakan keterampilan proses dan
saja secara kelompok tetapi juga dapat sikap ilmiah. Akan tetapi pengenalan dasar
melatih siswa dalam memecahkan masalah, tentang alam juga akan baik dilakukan
melatih kemampuan strategi serta kompetitif dengan permainan yang melatih siswa untuk
yang membuat media board game adaptasi melakukan kegiatan inkuiri tresebut.
dari permainan monopoli ini semakin menarik Penggunaan media board game
dan membekali siswa dengan skill yang dalam proses pembelajaran pada umumnya
berguna. Media board game yang diadaptasi telah menarik minat dan perhatian baik dari
dari permainan monopoli ini memilik prinsip para guru maupun peneliti untuk
dasar dari permaianan monopoli. memanfaatkan media tersebut dalam
Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran maupun untuk menelitinya
board game adaptasi permainan monopoli untuk melihat manfaat yang bias didapat dari
dapat dilakukan dengan mengganti petak penggunaan media ini. Beberapa peneliti
diatas papan dengan judul-judul materi melihat manfaat media board game pada
pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa motivasi siswa (Triastuti, Akbar, & Irawan, 2016),
disertai dengan tantangan dan rewards yang untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dapat diberikan. Pada proses kegiatan (Davidi, 2018), untuk pembelajaran Bahasa
pembelajaran dengan media board game jawa (Avianto & Presida, 2018), untuk melihat
adaptasi monopoli ini siswa dapat dibagi keaktifan siswa dengan model PTK (Kristanto,
dalam kelompok dan dalam cara permainan Relmasira, & Hardini, 2019). Berdasarkan alasan
board game monopoli ini dilakukan sesuai diatas, peneliti melihat bahwa masih perlu
dengan prinsip dasar permaianan monopoli untuk melihat dan mencari tahu penerapan
dengan beberapa modifikasi untuk tantangan, media board game adaptasi dari permainan
reward dan punishmentnya monopoli pada proses pembelajaran
khususnya pada pembelajaran IPA di sekolah
Pembelajaran IPA SD dasar. Permainan monopoli dipilih untuk
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam penelitian ini karena bisa dimodifikasi dan
(IPA) pada dasarnya berfungsi untuk disesuaikan dengan keperluan pembelajaran.
memberikan pengetahuan tentang lingkungan
alam, mengembangkan keterampilan, METODE PENELITIAN
wawasan dan kesadaran teknologi dalam Penelitian ini merupakan penelitian
kaitannya dengan pemanfaatnya bagi kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
kehidupan sehari-hari (Hermawan, 2008). IPA Subyek penelitian ini adalah siswa SD kelas IV
berhubungan dengan cara mencari tahu SDN Pakis V. Sedangkan instrumen penelitian ini
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA adalah peneliti sendiri dilengkapi dengan
bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis lembar observasi untuk mengamati penerapan
dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan media board game adaptasi permainan
monopoli pada proses pembelajaran,

[47]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

khususnya pembelajaran IPA dalam tematik. Tabel 1 Data Pengamatan Penerapan Media
Selain itu peneliti juga dilengkapi dengan Board Game dalam Pembelajaran IPS pada
lembar wawancara siswa untuk melihat Siswa Sekolah Dasar
pendapat siswa terhadap penggunaan media
board game adaptasi permainan monlpoli No. Pertanyaan Nilai
dalam proses pembelajaran IPA. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan 1 Kejelasan penempatan materi pada 4
memberikan tanda centang pada lembar media board game adaptasi
permainan monopoli
observasi pada kriteria yang ada pada lembar 2 Kelengkapan materi yang disajikan 3
observasi selama mengamati proses melalui pertanyaan pada media
pembelajaran dengan menggunakan media. board game adaptasi permainan
monopoli
Selanjutnya data wawancara dikumpulkan
3 Kejelasan aturan main pada media 4
dengan memberikan wawancara siswa board game adaptasi permainan
mengenai penerapan media board game monopoli
adaptasi permainan monopoli. Analisis data 4 Kejelasan pertanyaan terkait materi 4
yang diberikan pada board game
dilakukan secara deskriptif untuk
adaptasi permainan monopoli
mendapatkan gambaran penerapan media 5 Kecepatan siswa memahami 3
board game adaptasi monopoli dalam proses pertanyaan dalam permainan
pembelajaran IPA di SD Tahap analisis data monopoli
6 Ketertarikan siswa belajar 4
tersebut mencakup data reduction, tampilan menggunakan board game adaptasi
data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. permainan monopoli
7 Efektifitas pembelajaran dengan 3
board game adaptasi permainan
HASIL DAN PEMBAHASAN
monopoli
Penelitian ini bertujuan untuk
8 Ketepatan penggunaan media 4
mengetahui penerapan media board game board game adaptasi permainan
adaptasi permainan monopoli dalam proses monopoli pada pelajaran IPA
pembelajaran IPA di SD. Pada hasil dan 9 Kecenderungan siswa untuk belajar 4
lagi menggunakan media board
pembahasan ini akan dipaparkan hasil game adaptasi permainan monopoli
observasi kelas dan wawancara yang akan 10 Daya tarik susunan materi yang terdiri 3
disusun secara sistematis sehingga pertanyaan, reward dan punishment
dan tantang permaianan pada
memudahkan untuk dipahami. Berikut ini
pelajaran IPA
adalah uraian mengenai observasi mengenai
penerapan media board game adaptasi Perhitungan skor data hasil pengamatan
permainan monopoli. adalah: 4+3+4+4+3+4+3+4+4+3= 36. Nilai rata-
rata untuk aspek tersebut adalah x 100 = 90.
Data Pengamatan/ Observasi
Skor ini baik, sebab maksimum rata-rata untuk
Berikut ini akan dibahas tentang data
setiap aspek adalah 4 atau 40 untuk semua
pengamatan/observasi penerapan media
aspek.
board game adaptasi permainan monopoli
Data wawancara
dalam pembelajaran IPS SD. Data tersebut
Berikut ini akan dibahas tentang hasil
disajikan dalam table 1 sebagai berikut.
wawancara penggunaan media board game
adaptasi permainan Monopoli pada siswa
Tabel 1. Data Pengamatan Penerapan Media
sekolah dasar. Dalam pembahasan ini
Board Game dalam Pembelajaran IPS pada
diperoleh data dari tiga narasumber siswa
siswa Sekolah Dasar.
kelas IV SDN Pakis V Surabaya. Data tersebut
disajikan pada table 2, table 3 dan table 4
Nama : Chandra K, S.Pd.
sebagai berikut:
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Bekerja : SDN Pakis V
Identitas Narasumber
Jabatan : Guru Kelas IV
Nama Irfan Akmal
Jenis Kelamin Laki-Laki
Kelas 4B
Jabatan SDN Pakis V

[48]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Tabel 2. Data Hasil Wawancara Penerapan Tabel 3. Data Hasil Wawancara Penerapan
Media Board Game Adaptasi Permaianan Media Board Game Adaptasi Permaianan
Monopoli kepada Siswa Pertama Monopoli kepada Siswa Kedua

Pertanyaan Jawaban
Pertanyaan Jawaban
Pernahkah kamu melihat Iya
permaian monopoli? Pernahkah kamu melihat Ya
permaian monopoli?
Apakah kamu tahu cara Sedikit-sedikit
bermain monopoli? Apakah kamu tahu cara Iya, saya
bermain monopoli? tahu cara
Menurut kamu apakah Iya
bermain
permaianan monopoli
monopoli
adalah permainan yang
menarik? Menurut kamu apakah Iya
permaianan monopoli adalah
Apakah yang membedakan Yang ini
permainan yang menarik?
media monopoli yang kalian kotak-
mainkan ini dengan kotaknya Apakah yang membedakan Beda di isi
monopoli yang ada pada kategori media monopoli yang kalian kotaknya.
umumnya? untuk mainkan ini dengan monopoli Biasanya
menjawab yang ada pada umumnya? ada rumah,
tanah,
soal
stasiun.
Apakah kamu menyukai Suka
Yang ini
media board game
nggak ada
permainan monopoli yang
kamu mainkan ini? Apakah kamu menyukai Suka
media board game
Bagaimana perasaan kalian Senang,
permainan monopoli yang
setelah belajar
kamu mainkan ini?
menggunakan permainan
monopoli ini? Bagaimana perasaan kalian Senang,
setelah belajar menggunakan soalnya
Apakah dengan bantuan Iya
permainan monopoli ini? seperti
media board game
bermain
monopoli ini membuat kalian
lebih banyak berinteraksi Apakah dengan bantuan Iya
dengan teman di dalam media board game monopoli
kelas selama belajar? ini membuat kalian lebih
banyak berinteraksi dengan
Apakah pertanyaan yang Lumayan
teman di dalam kelas selama
diberikan di media board
belajar?
game monopoli ini sudah
seimbang dengan reward Apakah pertanyaan yang Cukup.
dan punishment yang ada diberikan di media board Lebih
pada permainan monopoli? game monopoli ini sudah seneng
seimbang dengan reward dan kalau lebih
Apakah melalui media Iya
punishment yang ada pada banyak
board game monopoli yang
permainan monopoli? hadiahnya
telah dimainkan di kelas
mampu membuat kalian Apakah melalui media board Iya
memahami game monopoli yang telah
dimainkan di kelas mampu
keanekaragaman hewan
dan tumbuhan? membuat kalian memahami
keanekaragaman hewan dan
Apakah melalui media Iya
tumbuhan?
board game monopoli yang
telah dimainkan di kelas Apakah melalui media board Iya
mampu membuat kalian game monopoli yang telah
memahami tentang dimainkan di kelas mampu
pelestarian alam? membuat kalian memahami
tentang pelestarian alam?

Identitas Narasumber
Identitas Narasumber
Nama M. Fadil F
Nama M. Rifqi Hibatullah
Jenis Laki-Laki
Kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki
Kelas 4B Kelas 4B
Jabatan SDN Pakis V Jabatan SDN Pakis V

[49]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Tabel 4. Data Hasil Wawancara Penerapan karena aturannya cukup mudah, seperti pada
Media Board Game Adaptasi Permaianan permaian monopoli pada umumnya, mudah
Monopoli kepada Siswa Ketiga digunakan dan ada reqard dan punishment
yang jelas dalam permainan tersebut dan
Pertanyaan Jawaban membuat siswa mampu memahami materi
Pernahkah kamu melihat Iya pelajaran IPA dengan menyenangkan. Hal ini
permaian monopoli? sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
Apakah kamu tahu cara Tahu juga menggunakan media board game
bermain monopoli?
sebagai penunjang pembelajaran (Kristianto,
Menurut kamu apakah Iya
Relmasira, Hardini, 14139; Virlianingtyas, 2018)
permaianan monopoli adalah
permainan yang menarik?
Apakah yang membedakan Yang ini SIMPULAN
media monopoli yang kalian buat Berdasarkan hasil penelitian tentang
mainkan ini dengan monopoli belajar
penerapan media board game adaptasi
yang ada pada umumnya? IPA, jadi
isinya permainan monopoli dapat disimpulkan
banyak bahwa dengan adanya media tersebut dapat
pertanya membuat proses pembelajaran menjadi
annya. menyenangkan dan mampu membuat siswa
Tapi memahami materi pembelajaran IPA yang
menyena diberikan. Hal ini didukung oleh hasil
ngkan.
pengamatan dan wawancara di SDN Pakis V
Apakah kamu menyukai media Iya, suka
board game permainan Surabaya.
monopoli yang kamu mainkan
ini? DAFTAR PUSTAKA
Bagaimana perasaan kalian Senang, Avianto, Y. F., & Prasida, T. S. (2018).
setelah belajar menggunakan soalnya
Pembelajaran aksara jawa untuk siswa
permainan monopoli ini? jadi
sekolah dasar dengan menggunakan
seperti
bermain board game media. Aksara, 30(1), 133-
Apakah dengan bantuan Iya, 148.
media board game monopoli ini soalnya
Davidi , E. I. (2018). Permainan monopoli
membuat kalian lebih banyak dibuat
berbasis Problem-Based Learning untuk
berinteraksi dengan teman di per
dalam kelas selama belajar? kelompok meningkatkan keterampilan berpikir
mainnya kritis. Jurnal Pendidikan dan
Apakah pertanyaan yang Iya, sudah Kebudayaan Missio, 10(1), 59-69.
diberikan di media board game cukup
Hermawan, A. H. (2008). Pengembangan
monopoli ini sudah seimbang
dengan reward dan punishment Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
yang ada pada permainan Universitas Terbuka.
monopoli?
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Apakah melalui media board Iya
(2003). Undang-Undang Sistem
game monopoli yang telah
dimainkan di kelas mampu Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
membuat kalian memahami 2003. Undang-Undang Republik
keanekaragaman hewan dan Indonesia. Jakarta.
tumbuhan?
Kristanto, R. D., Relmasira, S. C., & Hardini, A. T.
Apakah melalui media board Iya
game monopoli yang telah (2019). Activeness enhancement and
dimainkan di kelas mampu student learning result through discovery
membuat kalian memahami learning model and Monopoly board
tentang pelestarian alam? game media in elementary class IV.
Jurnal Handayani, 10(1), 63-70.
Berdasarkan hasil wawancara
Najib, A., & Yunarti, N. (2018). Pengembangan
terhadap tiga siswa kelas IV SDN Pakis V
media pembelajaran board game
Surabaya, dapat dikatakan bahwa media
berbasis augmented reality pada mata
board game adaptasi monopoli menarik untuk
pelajaran teknik dasar listrik dan
dipergunakan dalam pembelajaran IPA, selain

[50]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

elektronika di sekolah menengah


kejuruan. Program Studi Pendidikan
Teknik Mekatronika E-Journal, 8(1), 9-19.

Rulianda, D. (2014, 08 10). Hakikat dan Tujuan


Pembelajaran IPA di SD. Retrieved from
dodiruliandapgsd.blogspot:
https://dodirullyandapgsd.blogspot.com
/2014/08/hakikat-dan-tujuan-
pembelajaran-ipa.html

Triastuti, D., Akbar, S., & Irawan, E. B. (2016).


Penggunaan media papan permainan
untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa di sekolah dasar. Seminar Nasional
Pengembangan Profesionalisme
Pendidik Untuk Membangun Karakter
Anak Bangsa (pp. 1-7). Malang:
Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

[51]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA TERHADAP KETERAMPILAN


BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR

Diyas Age Larasati 1, Putri Wulandari 2


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Bahasa dan Sains,
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrak
Posisi geografis Indonesia terletak di tiga lempeng besar, yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.
Kondisi tersebut membuat Indonesia sering mengalami bencana. Rawan kebencanaan yang terjadi di
Indonesia mendorong masyarakat Indonesia memiliki keterampilan kesiapsiagaan dan mendeteksi,
serta mengantisipasi bencana sejak dini. Mitigasi bencana diaplikasikan kedalam model
pembelajaran. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran mitigasi bencana
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Penelitian ini dirancang menggunakan
pendekatan eksperimen semu (Quasi Eksperiment) dengan mengacu pada desain Nonequivalent
Control Group Design Penelitian dilakukan di SD Islam Terpadu Permata Mojokerto. Subjek penelitian
kelas IV-A sebagai kelas eksperimen dan IV-B sebagai kelas kontrol. Penetapan kelas eksperimen dan
kontrol dilakukan dengan cara mengundi kedua kelas tersebut. Kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran mitigasi bencana, sedangkan kelas kontrol menggunakan model
konvensional yaitu tanya jawab. Instrumen penelitian berupa tes esai untuk pretes dan postes. Data
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa keterampilan berpikir kritis yang dikumpulkan
dengan test objektif. Data keterampilan berpikir kritis siswa dianalisis dengan statistik inferensial, yaitu Uji
T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran mitigasi bencana lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran
konvesional.

Kata kunci: model pembelajaran mitigasi bencana, keterampilan berpikir kritis

[52]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN khususnya siswa yang bertempat tinggal di


Berdasarkan letak geografis Indonesia daerah rawan bencana, karena mitigasi
memiliki lempeng 3 lempeng besar yang aktif bencana termasuk bagian dari keterampilan
yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Letak yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
tersebut bagai dua sisi mata pisau, siswa.
memberikan keuntungan sekaligus kerugian Tujuan dari model pembelajaran
bagi Indonesia. Keuntungannya, yaitu mitigasi bencana di sekolah adalah : (1)
Indonesia memiliki banyak gunung api; membentuk kesadaran siswa atas
tanahnya subur yang bagus untuk pertanian; kebencanaan sejak usia dini dengan
dan banyak sumber daya alam berupa kesadaran atas penyelamatan lingkungan dan
tambang dan mineral. Sedangkan akibat akibatnya sehingga terbangun
kerugiannya, yaitu Indonesia rawan bencana kesadaran terhadap lingkungan hidup dan
alam seperti gempa bumi baik gempa bumi semakin mengenal dan mengetahui
vulkanik maupun tektonik; dan tsunami. fenomena alam yang menyebabkan potensi
Indonesia menempati peringkat ke 7 di bencana, (2) menciptakan landasan yang
dunia sebagai negara paling rawan bencana kuat dan berkelanjutan dalam pengurangan
(UNESCO, 2017). Kerawanan bencana di resiko bencana (PRB) sehingga terujudnya
Indonesia perlu penanganan serius dari komunitas-komunitas masyarakat sadar
berbagai pihak dalam membentuk karakter bencana, (3) mendidik siswa tentang
sadar dan siaga bencana. Strategi pragmatis pentingnya pendidikan kebencanaan sejak
yang dapat dilakukan salah satunya dalam dini sehingga membantu penyelamatan dan
bidang pendidikan. Sektor pendidikan menanamkan kesadaran kepada anak didik
merupakan langkah fundamental dalam tentang psikologis dampak orang yang
membentuk karakter siswa untuk sadar dan tertimpa bencana , (4) menanamkan
siaga bencana sejak dini. Pendidikan kesadaran kepada anak didik tentang
kebencanaan menjadi salah satu upaya untuk psikologis dampak orang yang tertimpa
meningkatkan kapasitas pengetahuan peserta bencana (5) pengenalan wilayah- wilayah
didik mengenai bencana mengenai definisi yang mengancam daerah – daerah yang
bencana itu sendiri, jenis-jenis kejadian sangat potensial kena imbas bencana, (6)
bencana, tanda- tanda akan terjadinya Menjadikan masyarakat yang mampu
bencana, dampak bencana, upaya pra-saat- merekatkan solidaritas sosial dan rasa
pra bencana, upaya pengurangan risiko tanggung jawab sosial bersama.
bencana serta kerentanan dan kerawanan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
bencana di daerahnya (Mardiyati, 2017). merupakan bagian dari dari kurikulum sekolah
Pendidikan kebencanaan dapat yang tanggungjawab utamanya adalah
diimplementasikan melalui model membantu peserta didik dalam
pembelajaran mitigasi bencana. Pendidikan mengembangkan pengetahuan,
kebencanaan yang dapat dilaksanakan di keterampilan, sikap, nilai yang diperlukan untuk
sekolah dasar adalah mitigasi bencana berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat
dengan memanfaatkan kearifan lokal baik di tingkat lokal, nasional maupun global.
setempat. Mitigasi yang diterapkan dalam Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna
pembelajaran di sekolah dasar adalah ketika siswa terlibat secara aktif dalam
bagaimana siswa mengenal potensi bencana menemukan konsep dari fenomena yang ada
dan mencegah terjadinya bencana alam di lingkungan (Rizal: 2014), apalagi jika
dengan menggunakan kearifan lokal ditambah dengan pengetahuan dan
setempat dimana siswa tersebut berada. pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Selain
Mitigasi didefinisikan sebagai : “Upaya belajar bermakna, belajar juga diharapkan
yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari dapat memberikan keterampilan kepada
bencana baik bencana alam, bencana ulah siswa. Hal ini sesuai dengan prinsip umum
manusia maupun gabungan dari keduanya pengembangan kurikulum. Kurikulum yang
dalam suatu negara atau masyarakat dikembangkan disekolah hendaknya
(Permendagri No 33 Tahun 2006). Mitigasi disesuaikan dengan tuntutan, kebutuhan dan
bencana merupakan salah satu bagian dari perkembangan masyarakat (Syaodih: 2013:
keterampilan untuk kehidupan siswa, 150). Pembelajaran dapat disesuaikan dengan

[53]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

kebutuhan lingkungan, maka dari itu materi Penelitian ini dilakukan di SD Islam
tentang mitigasi bencana dapat dijadikan Terpadu Permata Mojokerto tahun ajaran 2018-
salah satu materi di IPS, untuk sekolah dasar 2019 semester genap. Subjek penelitian kelas
yang berada di daerah rawan bencana. IV-A sebagai kelas eksperimen dan IV-B
Sosialisasi mitigasi bencana dalam sebagai kelas kontrol. Penetapan kelas
pendidikan IPS telah berhasil dengan baik bagi eksperimen dan kontrol dilakukan dengan
anak-anak SMP (Maryani, 2010). Sedangkan, cara mengundi kedua kelas tersebut. Kelas
penelitian ini mengimple-mentasikan model eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran mitigasi bencana di siswa pembelajaran mitigasi bencana, sedangkan
tingkat Sekolah Dasar. Siswa sekolah dasar kelas kontrol menggunakan model
merupakan peserta didik yang paling cepat konvensional yaitu tanya jawab. Instrumen
menangkap dan mentransfer ilmu yang penelitian berupa tes esai untuk pretes dan
diperoleh dari sekolah untuk keluarga dan postes. Analisis data digunakan Uji T yang
masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan diselesaikan dengan bantuan komputer
mitigasi sejak dini kepada siswa sekolah dasar program SPSS 22.0 for Windows.
merupakan suatu langkah awal untuk
membangun masyarakat yang tanggap dan HASIL DAN PEMBAHASAN
sadar bencana (Arifianti, 2011). Penelitian ini
Data hasil penelitian dianalisis
memiliki tujuan (1) menganalisis keterampilan
menggunakan t-test. Semua analisis data
berpikir kritis siswa secara bersama-sama
dilakukan dengan menggunakan perangkat
antara kelompok siswa yang diajar dengan
lunak komputer SPSS 22.0 for windows. Hasil
model pembelajaran mitigasi bencana dan
analisis selanjutnya digunakan untuk menguji
kelompok siswa yang diajar dengan model
hipotesis yang telah dirumuskan. Hasil analisis
pembelajaran konvensional, (2) menganalisis
tersebut dapat dilihat pada tabel 2 sebagai
perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa
berikut.
antara kelompok siswa yang diajar dengan
model pembelajaran mitigasi bencana dan
Tabel 2. Hasil Analisis Independent Samples
kelompok siswa yang diajar dengan model Test
pembelajaran konvensional.
Keterampilan berpikir kritis
Equal variances Equal
METODOLOGI PENELITIAN
assumed varian-
Penelitian ini dirancang menggunakan ces not
assumed
pendekatan eksperimen semu (Quasi
Levene's F ,926
Eksperiment) dengan mengacu pada desain Test for ,340
Nonequivalent Control Group Design, dengan Equality
model terlihat pada tabel 1. of Sig.
Varian-
ces
Tabel 1. Desain Penelitian T 3,445 3,451
Df 59 58,712
Kelompok Pretest Perlakuan Postest Sig. (2-tailed) ,001 ,001
A O1 X1 O2 Mean 14,36129 14,36129
B O1 X2 O2 t-test for Difference
Equality Std. Error 4,16834 4,16117
Sumber: (Ary, 2002) of Difference
Means 95% Lower 6,02046 6,03395
Keterangan : Confidence Upper 22,70212 22,68863
A : Kelas eksperimen Interval of
the
B : Kelas kontrol
Difference
O1 : Observasi kelas pretest
O2 : Observasi kelas postest Tabel 2 menunjukkan bahwa
X1 : Pembelajaran menggunakan model pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran mitigasi bencana pembelajaran mitigasi bencana yang diuji
X2 : Pembelajaran menggunakan model dengan soal esai berpengaruh terhadap
tanya jawab keterampilan berpikir kritis.

[54]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Hipotesis pada penelitian ini adalah bencana alam berupa gunung api, gempa,
(H1 ) dipasangkan dengan (H0). H0 diuji dengan tsunami, angin topan atau badai, longsor dan
menggunakan t-test. Hasil uji t-test apabila bencana alam lainnya, maupun bencana
terbukti signifikan H0 ditolak dan H1 diterima sosial.
sebagai hasil penelitian, sebaliknya apabila Subtema 2 Keunikan daerah tempat
tidak signifikan H0 diterima dan H1 ditolak. tinggalku dan subtema 3 Bangga terhadap
Kedua hipotesis tersebut dapat dirumuskan daerah tempat tinggalku, tema ini dapat
sebagai berikut: diintegrasikan dengan materi yang bernuansa
H0 : Tidak ada perbedaan keterampilan sosiologi dan ekonomi. Sosiologi merupakan
berpikir kritis antara siswa yang belajar materi yang relevan untuk menggali nilai-nilai
dengan menggunakan model sosial dan etika bermasyarakat, baik secara
pembelajaran mitigasi bencana dan lokal, regional, nasional bahkan internasional.
siswa yang belajar dengan model tanya Materi bencana sosial yang bernuansa
jawab. interaksi sosial dan penyakit sosial pun dapat
H1: Ada perbedaan keterampilan berpikir kritis disisipkan melalui sosiologi dan antropologi.
antara siswa yang belajar dengan Materi yang bernuansa ekonomi dapat
menggunakan model pembelajaran menjelaskan dampak bencana terhadap
mitigasi bencana dan siswa yang belajar kehidupan masyarakat khususnya dalam
dengan model tanya jawab. pemenuhan kebutuhan, dan alokasi.
Hasil analisis data menggunakan t- Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
test menunjukkan bahwa model pembelajaran data berupa nilai keterampilan berpikir kritis.
mitigasi bencana berpengaruh signifikan Hasil uji statistik dengan uji beda (t-test)
terhadap keterampilan berpikir kritis dengan menunjukkan model pembelajaran mitigasi
nilai t = 3,445; dan signifikan (2-tailed) 0,001, bencana berpengaruh signifikan terhadap
sehingga α < 0,05. Dasar pengambilan keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian
keputusan ini diperoleh dari nilai signifikansi H 0. ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
H0 diterima apabila nilai probabilitas (p) > 0,05 oleh Agustiana, 2013; Suarmika, 2017; dan
dan nilai probabilitas (p) < 0,05 ditolak. Rizaldy, 2018 menunjukkan siswa yang belajar
Dengan demikian, dalam eksperimen dengan model pembelajaran mitigasi
ini H0 ditolak dan H1 diterima sebagai hasil bencana lebih mudah memahami materi
penelitian. Hasil ini berarti ada perbedaan pembelajaran daripada siswa yang belajar
yang signifikan keterampilan berpikir kritis dengan model tanya jawab.
antara siswa yang belajar dengan model Siswa di kelas eksperimen dengan
pembelajaran mitigasi bencana dan model model pembelajaran mitigasi bencana
tanya jawab. Berdasarkan hasil uji hipotesis mengalami peningkatan rata-rata skor pada
yang telah dilakukan, maka temuan dalam tiap indikator. Peningkatan keterampilan
penelitian ini dapat dinyatakan bahwa model berpikir kritis dilihat dari perbedaan skor yang
pembelajaran mitigasi bencana berpengaruh diperoleh siswa saat pretes dan posttes.
signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis. Penyebab model pembelajaran mitigasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bencana berpengaruh terhadap keterampilan
bahwa model pembelajaran mitigasi bencana berpikir kritis karena: pertama, menjawab
berpengaruh terhadap keterampilan berpikir pertanyaan secara individu. Model
kritis siswa. Berdasarkan analisis kurikulum IPS di pembelajaran mitigasi bencana memberikan
jenjang SD, ternyata sebagaian besar kesempatan kepada siswa untuk menjawab
kompetensi inti dan kompetensi dasar IPS pertanyaan–pertanyaan yang dituangkan
dapat disisipkan muatan mitigasi bencana. dalam lembar kerja keterampilan berpikir kritis.
Pada kelas 4 semester genap tema ke-8 Pemberian pertanyaan ini bertujuan menuntun
daerah tempat tinggalku dapat disisipi materi siswa dalam memahami materi pembelajaran.
mitigasi bencana. Subtema 1 lingkungan Pengerjaan lembar kerja keterampilan berpikir
tempat tinggalku, menggali informasi kritis ini dilakukan secara mandiri oleh siswa
bernuansa geografis tentang lingkungan beberapa hari sebelum materi pembelajaran
tempat tinggal siswa. Melalui geografi sebab, didiskusikan di kelas. Artinya, sebelum belajar
akibat dan indikator bencana serta mitigasi tentang materi tersebut, siswa terlebih dahulu
dapat diberikan secara menyeluruh baik diminta untuk menyelesaikan dan mempelajari

[55]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

lembar kerja keterampilan berpikir kritis Dengan pengembangan keterampilan


tersebut. Slavin (2006) menyatakan bahwa berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS,
siswa yang telah mempelajari bahan pelajaran hal-hal yang berkaitan dengan IPS akan
sejak awal akan mempengaruhi ingatan sangat menarik perhatian dan keingintahuan
jangka panjang. siswa. Di samping itu, siswa mempunyai
Kedua, melibatkan siswa aktif dalam dorongan yang kuat untuk mempelajari IPS.
pembelajaran. Pembelajaran dengan model Pengembangan keterampilan berpikir kritis
pembelajaran mitigasi bencana melatih siswa siswa pada mata pelajaran IPS dapat pula
untuk aktif membangun pengetahuannya menumbuhkan sikap ketekunan pada diri
sendiri dengan cara menjawab pertanyaan– siswa. Sikap ketekunan ini menyebabkan siswa
pertanyaan pada lembar kerja keterampilan selalu merasa tertantang memecahkan
berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan paham masalah yang dihadapi dan berinovasi untuk
konstruktivisme. Konsep dari paham menemukan hal-hal yang baru berkaitan
kontruktivisme adalah pembelajaran yang dengan fenomena yang mereka dapat
berbasis pada kemampuan berpikir. pecahkan. Adanya dorongan yang
Pembelajaran perubahan konseptual kuat mempelajari IPS dan tumbuhnya sikap
mengarahkan siswa untuk berpartisipasi aktif ketekunan dalam memecahkan masalah
mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam merupakan motivai instrinsik yang sangat
proses tersebut, siswa menguji dan mengingat penting bagi keberhasilan siswa dalam
ide–idenya berdasarkan pengetahuan awal mempelajari IPS.
yang telah dimiliki, menerapkannya dalam
situasi yang baru, dan mengintegrasikan SIMPULAN
pengetahuan tersebut ke struktur kognitif yang Berdasarkan temuan-temuan dan
dimiliki. Berns & Erickson (2001) menyebutkan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik
”proses tersebut adalah proses berpikir tingkat simpulan sebagai berikut. model pembelajaran
tinggi”. mitigasi bencana berpengaruh signifikan
Ketiga, pembelajaran dengan model terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Hal
pembelajaran mitigasi bencana meningkatkan ini dibuktikan dengan hasil kemampuan
kemampuan berpikir siswa karena pemahaman siswa menggunakan model
menggunakan banyak metode dan model pembelajaran mitigasi bencana memiliki rata–
pembelajaran kooperatif yang disesuaikan rata lebih tinggi dibandingkan menggunakan
dengan karakteristik materi. Lord (2001) atas model tanya jawab.
dasar review hasil penelitian-penelitian
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
DAFTAR PUSTAKA
dapat meningkatkan kemampuan berpikir
Agustina, I Gusti Ayu Tri, Dkk. (2013). Pengaruh
siswa. Pembelajaran kooperatif juga dapat
Model Pembelajaran Mitigasi Bencana
meningkatkan kemampuan penalaran siswa
Terhadap Pemahaman dan
(Johnson & Smith, 1991).
Ketahanmalangan Siswa. Jurnal
Dalam penelitian ini juga terungkap
Pendidikan Dan Pengajaran, Jilid 46,
bahwa intensitas keterlibatan siswa dalam
Nomor 2, Juli 98 2013, Hlm.97-105
pembelajaran IPS melalui kegiatan
Arifianti, Y. (2011). Buku Mengenal Tanah
mengamati, merumuskan dugaan, melakukan
Longsor Sebagai Media Pembelajaran
percobaan, diskusi kelompok, diskusi kelas, dan
Bencana Sejak Dini. Bulletin
lain-lain dapat menumbuhkan dan
Vulkanologi dan Bencana Geologi,
mengembangkan sikap ilmiah siswa. Sikap
6(3), 17-24.
ilmiah ini diduga kuat memberikan
Ary, Donal. (2002). An Invitation To Research In
keterampilan berpikir kritis siswa terhadap
Social Education. Sage Publication:
materi pembelajaran IPS. Dengan tumbuhnya
Beverly Hills.
sikap ilmiah yang baik pada diri siswa, sikap
Lord, T.R. (2001). 101 Reasons for Using
ilmiah ini akan menjadi modal utama dalam
cooperative Learning in Biology
mengembangkan motivasi intrinsik siswa ke
Teaching in Biology Teaching. The
arah tumbuh dan berkembangnya
American Teacher, 63 (1):30-36
keterampilan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran IPS.

[56]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Mardiyati, Sofi. (2017). Dasi Sigab (Dalang Siswa


Siap Siaga Bencana) : Model
Pendidikan Kebencanaan Sebagai
Ekstrakurikuler Berbasis Kearifan Lokal Di
Daerah Rawan Bencana Di Indonesia.
UNNES: Semarang.
Maryani, N. (2010). Model Pembelajaran
Mitigasi Bencana dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial di Sekolah
Menengah Pertama. Gea,10(1), 17-21.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun
2006 Tentang Pedoman Umum Mitigasi
Bencana.
Rizal, M. (2014). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dengan Multi Representasi
terhadap Keterampilan Proses Sains
dan Penguasaan Konsep IPA Siswa
SMP. Jurnal Pendidikan Sains, 2(3), 159-
165.
Rizaldy, David. (2018). Implementasi Pendidikan
Mitigasi Bencana Di
Sekolah-Sekolah di Indonesia Sebagai
Upaya Pembentukan Karakter Siswa
Siap Siaga. Prosiding Pit Ke-5 Riset
Kebencanaan IABI Universitas Andalas,
Padang 2-4 Mei 2018.
Slavin, R. E. (2006). Psikologi Pendidikan : Teori
dan Praktik, Edisi Kedelapan Jilid 1.
Terjemahan Marianto Samosir. 2008.
Jakarta: PT. Indeks.

Suarmika, Putu Eka dan Erdi Guna Utama.


(2017). Pendidikan Mitigasi Bencana Di
Sekolah Dasar (Sebuah Kajian Analisis
Etnopedagogi). Jurnal Pendidikan
Dasar Indonesia Volume 2 Nomor 2
Bulan September 2017. Page 18 - 24
Syaodih, Nana. (2013). Pengembangan
Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

[57]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEMATIK BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEMARANG


Dwi Putriana Naibaho1), Lailatul Fitriyah2),
Universitas Negeri Semarang1,2
dwiputrinanabaho07@gmail.com, lailatulfitriyah66@gmail.com

Abstrak

Kualitas pendidikan di tingkat dasar dituntut untuk selalu lebih baik seiring dengan perubahan dunia.
Berdasarkan Kurikulum 2013, media pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan
pembelajaran siswa. Media tematik yang saat ini sudah ada yaitu bahan ajar teks berupa buku guru
dan buku siswa yang sudah ddisediakan oleh Kemendikbud. Namun bahan ajar yang sudah ada perlu
dikembangkan lagi oleh guru. Pemilihan bahan ajar oleh guru sangat penting untuk diperhatikan agar
dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Akan tetapi, bahan ajar yang sudah ada belum
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran. Kelemahan
dari buku siswa yang sudah beredar adalah masih terdapat contoh-contoh yang tidak ada di
lingkungan sekitar siswa dan contoh-contoh yang diberikan belum sesuai dengan daerah tempat
tinggal siswa sehingga siswa tidak memiliki pondasi awal terhadap materi yang dipelajari. Sedangkan
menurut Ma’ruf (2010) yang mengemukakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan dengan
mempertimbangkan karakteristik dan lingkungan sekitar siswa akan lebih efektif meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan memahami lingkungan secara arif bagi siswa. Tujuan penelitian ini
adalah mengembangkan bahan ajar tematik berupa buku guru dan buku siswa berbasis kearifan lokal
pada tema Indahnya Keanekaragaman di Negeriku. Metode dalam penulisan ini dengan studi
literatur. Literatur digunakan dari buku, jurnal, dan artikel yang akurat. Penggunaan media alternatif ini
diharapkan dapat menambah wawasan siswa tentang kearifan lokal Semarang dan meningkatkan
kreativitas guru dalam melakukan proses pembelajaran.

Kata Kunci: bahan ajat tematik, kearifan lokal, instruksional materi.

[58]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN dalam Winataputra (2007) menjelaskan bahwa


Pendidikan merupakan salah satu pada masa usia 11-12 tahun, anak berada
cara untuk meningkatkan kualitas sumber dalam perkembangan kemampuan kognitif
daya manusia. Negara telah mengatur hak tingkat operasional konkret. Anak mulai
setiap Warga Negara Indonesia untuk mengembangkan cara berpikir logis yang
mendapatkan pendidikan yang bermutu dan berhubungan dengan objek konkret. Operasi-
berkualitas yang diatur dalam Undang-undang operasi dalam periode ini terikat pada
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal pengalaman yang bersifat konkret. Bersifat
5 ayat 1 yaitu setiap warga negara konkret berarti bahwa materi yang dibahas
mempunyai hak untuk mendapatkan dalam bahan ajar harus nyata dan dekat
pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang dengan kehidupan siswa, dekat secara fisik
bermutu dapat menghasilkan sumber daya maupun dekat secara psikis. Dekat secara fisik
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, artinya bahwa terdapat di lingkungan tempat
perbaikan pembelajaran harus terus dilakukan. tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan
Kegiatan pembelajaran harus melibatkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian
semua unsur yang mendukung pembelajaran. tersebut mudah dipahami oleh kemampuan
Kualitas pendidikan di tingkat dasar berfikir dan mencerna informasi sesuai usia
dituntut untuk selalu lebih baik mengikuti peserta didik (Permendikbud Nomor 81-A
perkembangan dunia. Pemerintah sudah tahun 2013).
melakukan berbagai upaya untuk Data Progress in International Reading
meningkatkan kualitas pendidikan di Literacy Study (PIRLS) tahun 2006 yang meneliti
Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan siswa kelas IV SD menunjukkan bahwa prestasi
oleh pemerintah yaitu dengan penggantian membaca siswa Indonesia sangat rendah.
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan Kemampuan membaca siswa Indonesia pada
penyempurnaan dari kurikulum KTSP. Kurikulum urutan keempat dari bawah dari 45 negara
2013 sangat berbeda dengan kurikulum KTSP. dunia yang diteliti. Berdasarkan peneltian
Dalam kurikulum 2013 organisasi pembelajaran tersebut diperoleh data bahwa siswa Indonesia
terintregasi dengan mata pelajaran yang lain, berada pada tingkat terendah di kawasan
artinya kurikulum ini menggunakan model Asia. Indonesia dengan skor 51,7; di bawah
tematik integratif. Filipina dengan skor 52,6; Thailand dengan skor
Sumber belajar merupakan unsur yang 65,1; Singapura 74,0; dan Hongkong 75,5. Para
mendukung pembelajaran Kurikulum 2013. siswa dari Indonesia hanya mampu menjawab
Salah satu sumber belajar yaitu bahan ajar. 30 % dari soal-soal yang diberikan.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang Dari data diatas, hal serupa juga
digunakan untuk membantu guru atau dialami oleh siswa SD N Wates 01. Berdasarkan
instruktur dalam melaksanakan kegiatan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di
belajar-mengajar di kelas (Kurniasih, 2014). SD N Wates 01, siswa kurang memahami suatu
Menurut Depdiknas (2008), bahan ajar bacaan yang disajikan oleh guru. Pengamatan
merupakan seperangkat materi atau substansi yang dilakukan peneliti menemukan bahwa
pembelajaran (teaching material) yang bahan ajar yang digunakan masih belum
disusun secara sistematis, menampilkan wujud memanfaatkan lingkungan sekitar siswa
utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa sebagai sumber belajar dalam proses
dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pembelajaran. Kelemahan dari buku teks yang
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013, beredar adalah masih terdapat contoh-
bahan ajar yang baik memiliki empat aspek contoh yang tidak ada di lingkungan siswa
yang dinilai yaitu kelayakan isi, kebahasaan, dan contoh-contoh yang diberikan kurang
penyajian, dan kegrafikan yang ditelaah dan sesuai dengan daerah tempat tinggal siswa
dinilai oleh BSNP atau tim yang dibentuk oleh sehingga siswa tidak memiliki pengetahuaan
Menteri dan selanjutnya ditetapkan dengan awal atau pondasi terhadap materi yang
Peraturan Menteri. dipelajari. Media baca yang ada tidak
Berkaitan dengan kelayakan isi, materi menarik dan topik pada media baca tidak
dalam bahan ajar di Sekolah Dasar sebaiknya berada di dekat kehidupan sehari-hari siswa
memperhatikan kebutuhan anak yang berada sehingga siswa tidak memiliki pondasi awal
pada usia antara 6 sampai 12 tahun. Piaget atau gambaran awal dari yang mereka baca.

[59]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Hal tersebut mengakibatkan materi yang kondisi lokal dalam pembelajaran membaca
disampaikan guru dan buku yang mereka pemahaman dapat meningkatkan
baca sulit diterima oleh siswa dan berakibat kemampuan siswa memahami isi bacaan.
pada rendahnya pemahaman siswa tentang Penelitian yang telah dijelaskan diatas
isi bacaan tersebut. Permasalahan didukung dapat diketahui bahwa bahan ajar berbasis
dengan data nilai bahasa Indonesia dengan lokal memiliki potensi yang besar dan sangat
KKM 65 hanya 42.5% siswa yang tuntas dan luas untuk dikembangkan sebagai bahan ajar
57.5% tidak tuntas. dalam pembelajaran khususnya untuk muatan
Berdasarkan permasalahan, peneliti pelajaran bahasa Indonesia pada materi
ingin mengembangkan bahan ajar tematik menggali pengetahuan baru yang terdapat
berbasis lokal Semarang yang di dalamnya dalam teks nonfiksi.
memuat bacaan-bacaan tentang keragaman Berdasarkan latar belakang tersebut
Kota Semarang yang dekat dengan peneliti membatasi masalah pada kegiatan
keseharian dan kehidupan siswa SD N Wates pembelajaran bahasa Indonesia belum
01. Bahan ajar tematik berbasis lokal tersedia bahan ajar membaca yang memuat
merupakan bahan ajar yang dirancang dan konten yang dekat dengan kehidupan siswa
dikembangkan dengan memuat keragaman terutama konten yang berisi keragaman lokal
lokal yang berada ditempat bahan ajar itu Semarang. Diharapkan dengan bahan ajar
digunakan. Bahan ajar tematik berbasis lokal tematik berbasis kearifan lokal Semarang ini
bertujuan untuk menyediakan bacaan yang dapat diajadikan sebagai sumber belajar yang
dekat dengan kehidupan dan pengalaman dapat meningkatkan minat belajar peserta
siswa dengan mengangkat keragaman lokal didik khususnya dalam mata pelajaran Bahasa
yang berada di lingkup lokal tempat tinggal Indonesia.
siswa. Dengan menyediakan bahan ajar yang
dekat dengan pengalaman dan kehidupan METODE PENELITIAN
siswa, siswa akan lebih terbantu dalam proses Penulisan artikel ini merupakan
membaca pemahaman. penelitian kepustakaan. Menurut Hasan (2002:
Penelitian yang mendukung dalam 11) penelitian kepustakaan (literature research)
pengembangan bahan ajar ini adalah adalah penelitian yang dilakukan dengan
penelitian judul “Pengembangan Bahan Ajar menggunakan literatur (literature), baik berupa
Tematik Berbasis Budaya Lokal” yang dilakukan jurnal, buku, catatan, atau laporan penelitian
oleh Ninik Wijiningsih, Wahjoedi, dan Sumarmi dari penelitian sebelumnya. Sumber data dari
pada tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian ini adalah dokumen. Content
penelitian pengembangan. Subjek penelitian Analysis Document adalah mencari data
adalah siswa kelas V SDN Sonorejo 1 dan SDN tentang berbagai hal atau variabel dalam
Sonorejo 2 Kecamatan Padangan Kabupaten bentuk catatan atau transkrip, buku, surat
Bojonegoro. Dalam penelitian ini diperoleh kabar, majalah (Arikunto, 2010: 275). Teknik
hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan pengumpulan data adalah untuk menganalisa
rata-rata nilai posttest antara kelas yang berbagai sumber seperti buku, jurnal
belajar menggunakan bahan ajar berbasis penelitian, artikel, makalah, surat kabar, intenet
budaya lokal dengan kelas yang atau informasi lainnya yang berkaitan dengan
menggunakan bahan ajar yang ada di judul penelitian. Setelah data dikumpulkan
sekolah. kemudian dilakukan analisis data. Analisis data
Penelitian lain yang mendukung dalam penelitian ini adalah menganalisa dan
dilakukan oleh Gumono dengan judul “Peman- mensintesis dokumen yang akan ditinjau dan
faatan Bahan Ajar Membaca Berbasis Lokal menjadi ide baru dalam mendukung hasil
untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca penelitian
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Provinsi
Bengkulu”. Penelitian yang dilakukan Gumono HASIL DAN PEMBAHASAN
pada tahun 2013 merupakan jenis penelitian Penelitian awal yang dilakukan adalah analisis
tindakan kelas. Berdasarkan paparan data tema-tema yang sesuai dengan materi yang
dan pembahasan hasil penelitian Gumono, ada di kelas IV. Dari analisi tema tersebut,
secara umum dapat disimpulkan bahwa peneliti mengembangkan tema yang tingkat
pemanfaatan bahan ajar membaca berbasis relevensinya sangat tinggi dan sesuai dengan

[60]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

kompetensi dasar yakni tema 7 Indahnya pengembangan sikap saling


Keanekaragaman Di Negeriku. Konten dan menghargai, dan kemampuan berpikir
konteks kearifan local yang bias diintegrasikan sistematis.
ke dalam tema dapat dicermati dalam tabel 5. Informasi terkini yang menjadi acuan
1. kegiatan remedial dan pengayaan,
Tabel 1. Konten dan konteks kearifan lokal serta menambah pengetahuan dan
yang diintegrasikan ke dalam tema rasa ingin tahu siswa.
No Konten dan konteks 6. Latihan soal untuk memperdalam
karifan lokal pemahaman konsep.
1 Patung kuda BSB Secara umum pengembangan bahan ajar
2 Super Indo ini tersusun dari empat bagian utama. Bagian
3 Tari Gambang tersebut antara lain adalah: 1) Pemetaan
4 Lawang sewu indikator pembelajaran, 2) Kegiatan
5 Lumpia pembelajaran, 3) Informasi terkini, dan 4)
Bahan ajar ini disusun agar guru Latihan soal.
mendapat gambaran yang jelas dan rinci Pengembangan bahan ajar berbasis
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran budaya lokal perlu dilakukan dengan
berbasis konten dan konteks kearifan lokal memenuhi standar pengembangan secara
masyarakat Semarang. Secara khusus bahan ilmiah. Hal ini didukung oleh Wahyudin (2015),
ajar ini disiapkan untuk siswa yang berasal dari yang menyatakan bahwa pengembangan
Kabupaten Semarang. Karakteristik bahan ajar aktivitas pembelajaran berbasis nilai budaya
yang dikembangkan adalah sebagai berikut: lokal memberikan kontribusi positif untuk
1. Pemetaan indikator pembelajaran, meningkatkan literasi siswa berbasis
menampilkan peta indikator untuk kompetensi. Integrasi nilai budaya lokal dalam
semua materi yang menjadi fokus pengembangan kurikulum seperti membuat
dalam setiap pembelajaran. Peta tujuan belajar, merancang bahan belajar,
indikator ini dapat meghubungkan menentukan strategi pembelajaran, media
dan mempermudah alur pikir guru belajar, dan evaluasi pembelajaran adalah
dalam menyajikan dan mengelola penting dilakukan untuk kualitas pembelajaran
pembelajaran dan siswa dapat (Northcote, dkk., 2014).
mengikuti pola tersebut dengan
terintegrasi berdasarkan tema yang SIMPULAN
diangkat. Konten dan konteks kearifal lokal
2. Kegiatan pembelajaran yang terurai Masyarakat Ngada yang relevan dengan
secara tematik terpadu untuk tema-tema pembelajaran tematik di SD kelas
menggambarkan kegiatan IV meliputi potensi daerah, budaya daerah
pembelajaran yang menyatu dan kesenian daerah, makanan khas daerah.
mengalir. Kegiatan pembelajaran Bahan ajar yang dikembangkan nanti adalah
terdiri dari berbagai aktivitas yang bahan ajar pada Tema 7, yaitu Indahnya
menunjang keseluruhan tujuan Keanekaragaman Di Negeriku. Karakteristik
pembelajaran dalam aktivitas hand on bahan ajar tematik berbasis kearifal lokal
(seperti “ayo berkarya” maupun mind Semarang yang dikembangkan, yaitu
on (seperti “soal latihan dan diskusi”). pemetaan indikator pembelajaran, kegiatan
3. Pengalaman belajar yang bermakna pembelajaran yang terdiri dari aktivitas hand
melalui kegiata “Ayo Berkarya” untuk on dan mind on, kegiatan diskusi, informasi
membangun sikap dan perilaku positif, terkini, dan latihan soal.
pemahaman konsep, keterampilan
berpikir saintifik, kemampuan
prosedural yang disesuaikan dengan DAFTAR PUSTAKA
tujuan pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional tahun 2008
4. Kegiatan diskusi yang beragam tentang Panduan Pengembangan
dengan contoh-contoh studi kasus. Bahan Ajar
Kegiatan diskusi dapat meningkatkan
keterampilan berbahasa,

[61]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Gumono. 2013. Pemanfaatan Bahan Ajar


Membaca Berbasis Lokal Untuk Priyatno, Duwi. 2016. Belajar Alat Analisis Data
Meningkatkan Keterampilan dan Cara Pengolahannya dengan
Membaca Siswa Kelas IV Sekolah SPSS. Yogyakarta: Gava Media
Dasar di Provinsi Bengkulu. Proceeding
of the international seminar on Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif,
languages and arts, Padang: 5-6 Kualitatif, dan RnD. Bandung: Alfabeta
oktober 2013. Hal. 208-219.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Kurniasih, Imas. 2014. Panduan Membuat tahun 2003 pasa 5 ayat 1
Bahan Ajar Buku Teks Pelajaran Sesuai
Dengan Kurikulum 2013. Wijiningsih, Ninik, dkk. (2017). Pengembangan
Surabaya:Kata Pena Bahan Ajar Tematik Berbasis Budaya
Lokal. Jurnal Pendidikan, 2(8): 1030-
Peraturan Menteri Pendidikan dan 1036
Kebudayaan Republik Indonesia No
81-A tahun 2013 Winaputra, Udin, dkk. 2007. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Universitas
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 Terbuka

[62]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG
JAWAB ANAK KELAS IV SDN SAOBI I

Firman Tsabbit Abqari


Guru SDN Saobi I
ftsabbit@gmail.com

Abstrak
Pola asuh merupakan cara pembiasaan yang diberikan orang tua dalam mendidik anak.
Sebagai suatu pembiasaan, perlu ditanamkan karakter sikap dan tanggung jawab kepada anak,
sehinga anak dapat mengaplikasikannya baik di rumah maupun di sekolah. Sikap disiplin dan
tanggung jawab harus dimiliki sejak dini hingga usia perkembangan berikutnya. Penelitian ini dilakukan
pada kelas IV SDN Saobi I untuk mendeskripsikan pola asuh orang tua terhadap pendidikan karakter
disiplin dan tanggung jawab anak. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang
disajikan dalam bentuk naratif. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa yang disiplin dan bertanggung jawab merupakan pengaruh
keseriusan orang tua dalam mendidik anak. Orang tua penuh perhatian terhadap pendidikan anak
untuk kesiapannya dalam belajar di sekolah. Sedangkan pola asuh orang tua yang tidak serius dan
tidak memperhatikan pendidikan anaknya, dapat mengakibatkan anak kurang disiplin dan kurang
bertanggung jawab. Oleh karena itu, pola asuh orang tua sangat menentukan kebiasaan sikap dan
karakter anak.

Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Pendidikan Karakter, Disiplin, Tanggung Jawab

[63]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN anak melalui beberapa faktor pendukung


orang tua, guru bahkan teman sebayanya.
Pendidikan karakter merupakan salah Faktor paling dominan karakter anak
satu opsi yang harus dioptimalkan dalam dipengaruhi oleh keluarga. Alex (1991 : 21)
sistem pendidikan di Indonesia. Karena pada mengatakan bahwa keluarga atau rumah
dasarnya pendidikan tidak hanya tangga merupakan tempat pertama dan
membangun manusia dari sisi kognitifnya saja yang utama bagi anak untuk memperoleh
akan tetapi juga sisi afektifnya yang lebih pembinaan mental dan pembentukan
fundamental. Menurut Langgulung (1992 : 4) kepribadian. Oleh karena itu, peran orang tua
―Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris sangatlah penting.
berasal dari bahasa Latin ‘educare’ berarti Dalam mengasuh anak-anaknya,
memasukkan sesuatu‖. Pada konteks ini, orangtua diwarnai oleh sikap-sikap tertentu
pendidikan diartikan untuk menanamkan nilai- untuk mengarahkan putra-putrinya. Sikap
nilai tertentu ke dalam kepribadian peserta tersebut terlihat dari pola pengasuhan kepada
didik atau siswa. Oleh karena itu, pendidikan anak yang berbeda-beda. Ada orang tua
diharapkan mampu memberdayakan peserta yang menghendaki anak-anaknya bertingkah
didik menjadi manusia yang berakhlak, laku sesuai dengan keinginannya, ada yang
manusia berilmu dan berpengetahuan, serta menginginkan anaknya lebih banyak
menjadi manusia yang terdidik. Sedangkan kebebasan dalam berpikir dan bertindak, ada
karakter dimaknai sebagai watak atau yang terlalu melindungi anaknya, dan ada
kepribadian seseorang. Menurut Darmiyati pula yang mengajak anaknya berdiskusi
(2011: 110) pendidikan karakter merupakan dalam melakukan berbagai hal. Itu semua
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar bergantung pada pola asuh orang tua dalam
dapat mengambil keputusan dengan bijak mendidik anak-anaknya. Pola asuh orang tua
dan mempraktikkannya dalam kehidupan yang perhatian terhadap pendidikan anaknya
sehari-hari, sehingga mereka dapat akan berdampak pada karakter disiplin dan
memberikan kontribusi positif pada tanggung jawab anak. Sebaliknya, pola asuh
lingkungannya baik di rumah, di sekolah, orang tua yang kurang perhatian terhadap
maupun di lingkungan bermain di masyarakat. pendidikan anaknya akan berdampak pula
Untuk membentuk watak dan kepribadian pada perilaku tidak disiplin dan tidak
yang baik (disiplin dan tanggung jawab), bertanggung jawab.
maka siswa perlu ditanamkan pendidikan Konsep disiplin berkaitan dengan tata
karakter. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan
menyatakan pendidikan karakter merupakan bersama. Menurut Asy (2000 : 88) disiplin pada
satuan pendidikan untuk memperkuat karakter hakikatnya adalah suatu ketaatan yang
peserta didik melalui harmonisasi olah hati, sungguh-sungguh yang didukung oleh
olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban
perlibatan dan kerjasama antara satuan serta perilaku sebagaimana mestinya menurut
pendidikan, keluarga, dan masyarakat aturan-aturan atau tata kelakuan yang
sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi seharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan
Mental (GNRM). tertentu. Dengan demikian, disiplin
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa
dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai kepada aturan, tata tertib atau norma di
Pancasila dalam pendidikan karakter terutama sekolah yang berkaitan dengan kegiatan
meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, belajar mengajar.
bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa Tanggung jawab merupakan suatu
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh siswa.
air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta Menurut Zuriah (2008: 69) tanggung jawab
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
peduli sosial, dan bertanggung jawab. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
penelitian ini, nilai-nilai karakter yang diambil seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,
adalah disiplin dan tanggung jawab. Untuk masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
membentuk sikap anak yang disiplin dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
tanggung jawab perlu pembiasaan pada diri

[64]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Seorang siswa harus bertanggung jawab menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif


kepada guru, orang tua, dan diri sendiri. yaitu kajian yang digunakan untuk
Tanggung jawab ini harus tertanam dalam diri menggambarkan dan memahami makna dari
siswa sejak dini, sebagaimana kewajiban dan indiviidu atau kelompok yang berasal dari
tugas seorang siswa dalam belajar. Peserta masalah kehidupan sehari-harinya (Creswell,
didik yang terlatih dalam dirinya sudah 2014:4). Kedua prosedur pengumpulan data
tertanam nilai-nilai tanggung jawab, kelak ia tersebut nantinya dideskripsikan sesuai perilaku
akan tumbuh menjadi pribadi yang disiplin dan tanggung jawab siswa selama di
bersungguh-sungguh dalam menjalankan sekolah.
berbagai aktivitasnya. Kesungguhan dan
tanggung jawab inilah yang akhirnya dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
mengantarkannya dalam mencapai Berdasarkan temuan penelitian tentang pola
keberhasilan seperti yang diinginkan orang tua asuh orangtua terhadap karakter disiplin dan
dan guru khususnya di sekolah. Fitri (2012 : 43) tanggung jawab siswa kelas IV SDN Saobi I,
dalam bukunya menyatakan bahwa indikator maka diperoleh hasil seperti berikut:
keberhasilan tanggung jawab siswa yang
pertama mengerjakan tugas dan pekerjaan Tabel 1.1 Gambaran Tanggung Jawab Siswa
rumah dengan baik, kedua bertanggung Disiplin dan Tanggung jawab mengerjakan PR
jawab terhadap semua perbuatan, ketiga Kategori Nama Siswa
melakukan piket sesuai dengan jadwal yang Mengerjakan PR RA, DAF, YS, AM, AP
Tidak mengerjakan PR RM, SA
telah ditetapkan, keempat mengerjakan tugas
kelompok secara bersama-sama.
Tabel 1.2 Gambaran Disiplin Siswa
Berdasarkan penelitian Sonita (2013)
Disiplin dan Tanggung jawab mengerjakan PR
pola asuh orang tua akan berdampak kepada
Kategori Nama Siswa
tingkah laku anak, salah satunya akan Mempersiapkan buku RA, DAF, YS, AM
berpengaruh terhadap disiplin anak di sekolah. pelajaran sesuai jadwal
Hendriana dan Jacobus (2016) menyatakan Tidak mempersiapkan RM, SA, AP
bahwa pendidikan karakter dapat membantu buku pelajaran sesuai
siswa untuk menjadi dan memiliki sifat peduli, jadwal
berpendirian, dan bertanggung jawab.
Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui siswa
Sedangkan menurut Puspitasari, dkk (2015)
pola asuh spiritual dan pola asuh disiplin orang RA, DAF, YS, AM, dan AP mengerjakan tugas
tua berpengaruh positif terhadap karakter pekerjaan rumah (PR). Hal ini menunjukkan
anak. Oleh karena itu, orang tua harus bahwa siswa RA, DAF, YS, AM, dan AP memiliki
memperhatikan pola asuh mereka terhadap sikap disiplin dan tanggung jawab dalam
pendidikan dan perkembangan anaknya. menyelesaikan kewajibannya yang diberikan
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, guru. Akan tetapi terdapat beberapa jawaban
artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola variasi antara siswa RA, DAF, YS, AM,dan AP.
asuh orang tua terhadap pendidikan karakter Pertama karakter disiplin dan tanggung jawab
siswa RA terlihat baik. Berdasarkan wawancara
disiplin dan tanggung jawab siswa kelas IV SDN
Saobi 1 Kecamatan Kangayan Kabupaten yang dilakukan, diketahui pola asuh orang tua
Sumenep. siswa RA sangat memperhatikan pendidikan
anaknya. Orang tua siswa RA selalu mengecek
METODE dan menanyakan kepada siswa RA tentang
Kajian ini diawali dengan pemberian pelajaran yang telah dipelajari. Setiap malam
tugas pekerjaan rumah (PR) kepada seluruh setelah selesai melakukan aktivitas mengaji di
siswa kelas IV SDN Saobi I dan kesiapan siswa musholah, siswa RA menyempatkan waktu
dalam belajar. Prosedur pengumpulan data untuk belajar dan mengerjakan PR. Aktivitas
melalui observasi langsung terhadap siswa seperti ini dilakukan setiap malam oleh siswa
selama pembelajaran. Kemudian siswa juga RA dengan arahan orang tuanya. Orang tua
selalu mengajak siswa RA untuk belajar dan
diwawancarai untuk memberikan
keterangannya. Wawancara ini berkaitan sholat 5 waktu. Hal positif diketahui ketika
dengan tugas yang telah diberikan guru dan wawancara seperti pada kutipan berikut.
kebiasaan siswa selama di rumah. Penelitian ini

[65]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Penulis : apakah kamu sholat Siswa : orang tua saya


5 waktu? DAF
Siswa : Iya. Penulis : Apakah kamu sholat?
RA Siswa : Iya, saya sholat tapi
Penulis : mengapa kamu DAF terkadang subuhnya
sholat, bagaimana tidak sholat, karena
jika kamu tidak kesiangan
sholat? Penulis : Mengapa kamu
Siswa : saya takut dosa sholat, bagaimana
RA kepada Tuhan. jika kamu tidak
Setiap hari orang tua sholat?
saya menyuruh saya Siswa : Karena sholat adalah
untuk sholat. DAF kewajiban dan di
Penulis : berapa kali kamu saya selalu diingatkan
makan dalam oleh orang tua.
sehari? Penulis : Berapa kali kamu
Siswa : 3 kali. Sebelum makan dalam sehari?
RA berangkat ke Siswa : 3 kali. Sebelum
sekolah, setelah DAF berangkat ke sekolah,
pulang dari sekolah, setelah pulang dari
dan malam setelah sekolah, dan malam
belajar ngaji di setelah belajar ngaji
musholah. di Mushola.

Jawaban siswa RA menunjukkan bahwa Berdasarkan wawancara peneliti


orang tua siswa RA sangat perhatian terhadap dengan siswa DAF, orang tua siswa DAF sangat
pendidikan anaknya. Yang kedua diketahui perhatian dalam mendidik anaknya, mereka
siswa DAF juga menunjukkan sikap tanggung selalu mengingatkan anaknya untuk belajar,
jawabnya sebagai siswa yaitu mengerjakan mengaji dan sholat. Yang ketiga adalah siswa
YS dan AM, dua siswa ini kakak beradik yang
tugas pekerjaan rumah yang diberikan guru.
mana juga menunjukkan sikap disiplin dan
Dalam keseharian di sekolah siswa DAF
tanggung jawabnya sebagai seorang siswa.
menunjukkan sikap disiplin dan tanggung
Hasil wawancara menunjukkan bahwa setiap
jawab. Hal yang konsisten dilakukan pada
malam mereka belajar siswa YS dan AM
setiap hari adalah siswa DAF selalu belajar dengan bibinya, kegiatan ini dilakukan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, terus menerus ketika selesai mengaji di
melaksanakan kewajiban piket dan kerjasama Mushola. Berikut kegiatan wawancara peneliti
antar teman sangat baik. Berikut proses dengan siswa YS dan AM,
wawancara peneliti dengan siswa DAF.
Penulis : Mengapa kamu
Penulis : Mengapa kamu mengerjakan PR?
mengerjakan PR? Siswa YS : Karena tugas kami
Siswa : Karena disuruh dan AM belajar setiap malam
DAF mengerjakan oleh Penulis : Siapa yang
guru. mengingatkan kalian
Penulis : Siapa yang kalau hari ini ada
mengingatkanmu pengumpulan PR?
kalau hari ini ada Siswa Y : Kak AM
pengumpulan PR? Penulis : Bagaimana kamu bisa
Siswa : Saya sendiri mengerjakan PR tepat
DAF waktu?
Penulis : Bagaimana kamu Siswa YS : Karena setiap malam
bisa mengerjakan PR dan AM kita belajar di rumah
tepat waktu? dengan bibi.
Siswa : Karena setiap sore Penulis : Apakah kalian sholat?
DAF dan malam saya Siswa YS : Iya, saya sholat 5 waktu
belajar di rumah. Siswa AM : Saya juga sholat, tapi
Penulis : Siapa yang terkadang waktu subuh
menyuruhmu untuk tidak sholat karena
belajar di rumah? masih tidur

[66]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Penulis : Mengapa kalian sholat, Wawancara tersebut menandakan


bagaimana jika kalian bahwa pola asuh kedua orang tua siswa RM
tidak sholat? dan SA kurang perhatian terhadap pendidikan
Siswa YS : Takut dosa jika tidak
anaknya. Hal ini mengakibatkan siswa RM dan
dan AM sholat
Penulis : Berapa kali kamu SA tidak memiliki sikap disiplin dan tanggung
makan dalam sehari? jawab. Sementara yang terakhir ada siswa AP
Siswa YS : Terkadang 2 kali. Setelah yang mana siswa ini dalam hal kognitif terlihat
dan AM pulang dari sekolah dan mampu, akan tetapi siswa AP sering
malam hari selesai menganggap remeh dan tidak tepat waktu.
mengaji. Ketika dilakukan wawancara terhadap siswa
Siswa YS dan AM merupakan keluarga
AP, diketahui bahwa siswa AP kurang
yang tidak mampu, mereka hidup dengan
mendapatkan perhatian oleh orang tua. Pola
nenek dan bibinya. Sementara ibu mereka
asuh orang tua terhadap pendidikan siswa AP
sering sakit, akan tetapi ibu selalu mendukung
kurang perhatian artinya kemampuan
mereka untuk terus belajar. Hal ini
kognitifnya kurang mendapat support dari
menandakan pola asuh orang tua siswa YS
orang tuanya. Dalam kebiasaan belajar, siswa
dan AM sangat peduli terhadap pendidikan
AP tidak konsisten setiap malam belajar. Jika
anaknya. Sementara yang keempat ada siswa
ada tugas PR, siswa AP akan belajar di rumah.
RM dan SA, yang mana disiplin dan tanggung
Oleh karena itu, perlu diberikan tugas PR agar
jawabnya kurang sebagai seorang siswa.
siswa AP belajar di rumah.
Terlihat siswa RM dan SA dalam keseharian di
sekolah selalu mengeluh dan malas untuk SIMPULAN
belajar. Siswa RM dan SA sering mengganggu Kesimpulan dalam kajian ini adalah
temannya di dalam kelas. Pada saat peran orang tua sangat menentukan untuk
diwawancara, diketahui bahwa orang tua membentuk sikap disiplin dan tanggung jawab
terhadap siswa RM dan SA kurang seorang anak. Pola asuh orang tua yang
memperhatikan pendidikan anaknya. Berikut sangat peduli terhadap pendidikan anaknya
percakapan wawancara antara peneliti akan membuat anak lebih disiplin dan
dengan siswa RM dan SA, bertanggung jawab. Diketahui anak tersebut
Penulis : Mengapa kalian tidak lebih siap menjadi siswa yang tugasnya adalah
mengerjakan PR? belajar. Sedangkan pola asuh orang tua yang
Siswa RM : Lupa Pak
cenderung tidak memperhatikan kualitas
dan SA
Penulis : Apakah kalian tadi pendidikan anaknya maka akan berdampak
malam tidak belajar? negatif pada karakter disiplin dan tanggung
Siswa RM : Setiap malam tidak jawab anak. Anak tersebut merasa tidak siap
dan SA pernah belajar untuk belajar di sekolah maupun di rumah.
Penulis : Mengapa tidak belajar? Berdasarkan kesimpulan, maka saran
Siswa RM : Tidak pernah disuruh untuk orang tua adalah orang tua diharapkan
dan SA oleh orang tua untuk
dapat menerapkan pola asuh yang tepat
belajar
Penulis : Apakah kalian sholat? terhadap anak, lebih memperhatikan kualitas
Siswa RM : Tidak pernah pendidikan anaknya, bekerja sama dengan
dan SA pihak sekolah untuk membiasakan anak untuk
Penulis : Apakah kalian mengaji? disiplin dan tanggung jawab serta mematuhi
Siswa RM : Kadang mengaji, setiap peraturan yang ada di sekolah.
dan SA kadang tidak mengaji
Sedangkan saran untuk guru dalam
Penulis : Apa yang kalian
lakukan ketika pulang menanamkan sikap disiplin dan tanggung
dari sekolah? jawab siswa dengan memulai dari
Siswa RM : Bermain sampai memberikan tugas-tugas sederhana kepada
dan SA menjelang maghrib siswa, memberlakukan peraturan-peraturan
Penulis : Berapa kali kalian tata tertib di dalam kelas, jadwal kebersihan
makan dalam sehari? serta beberapa ketentuan lainnya.
Siswa RM : 3 Kali
Siswa SA : Terkadang 2 kali, karena
tidak sarapan

[67]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

DAFTAR PUSTAKA
Alex, S. (1991). Komunikasi Orang Tua dan
Anak. Bandung: Angkasa
Asy, M. (2000). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Yogyakarta: PT. Tiga
Serangkai
Creswell. John W. (2014). Research Design,
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed (Terjemahan oleh Ahmad
Fawaid). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Darmiyati, Z. (2011). Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta :
UNY Press
Fitri, A.Z. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis
Nilai dan Etika di Sekolah. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
Hendriana, E.N dan Jacobus, A. (2016).
Implementasi Pendidikan Karakter Di
Sekolah Melalui Keteladanan dan
Pembiasaan. Jurnal Pendidikan Dasar
Indonesia. Vol. 1, No. 2, Pp. 25 – 29
Langgulung, H. (1992). Asas-Asas Pendidikan
Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 20 tahun 2018
tentang Penguatan Pendidikan Karakter
Pada Satuan Pendidikan Formal
Puspitasari, R, Hastuti, D, Herawati, T. (2015).
Pengaruh pola asuh disiplin dan pola
asuh spiritual ibu terhadap karakter anak
usia sekolah dasar. Jurnal Pendidikan
Karakter. Vol. 5, No. 2, Pp. 208-218
Sonita, S. (2013). Hubungan Antara Pola Asuh
Orangtua Dengan Disiplin Siswa di
Sekolah. Jurnal Ilmiah Konseling. Vol. 2,
No. 1, Pp. 174-181
Zuriah, N. (2008). Pendidikan Moral dan Budi
Pekerti Dalam Perspektif Perubahan.
Jakarta: Bumi Aksara

[68]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENERAPAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA


SISWA SEKOLAH DASAR

Friendha Yuanta1, Rissanti Ayudita Oktaviery Gultom2


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Bahasa dan Sains
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
www.friendha@gmail.com1, rissanti67@gmail.com2

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan media video pembelajaran pada mata
pelajaran IPA siswa sekolah dasar. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kreativitas dalam
penggunaan media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran khususnya mata
pelajaran IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari sesuatu yang
berhubungan dengan alam. Karakteristik IPA ini akan cocok apabila menggunakan pendekatan
konstektual, akan tetapi tidak semua materi IPA ini bias menggunakan pendekatan konstektual. Hal ini
dikarenakan kita sebagai manusia mengalami keterbatasan ruang dan waktu. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut diperlukan adanya media yang bisa memperjelas materi tersebut. Siswa bisa
melihat contoh nyata tanpa harus observasi langsung. Pemilihan penggunaan media video ini karena
video mempunyai dua unsur yaitu audio dan visual. Adanya dua unsur tersebut diharapkan siswa
mampu menerima, memahami, dan mengingat pesan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan media video dalam
pembelajaran IPA pada siswa sekolah dasar mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang materi
IPA yang diajarkan.

Kata Kunci : Media Pembelajaran, Video, IPA

[69]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN pembelajaran yang bisa memperjelas materi


Media pembelajaran sebagai salah satu yang disampaikan kepada siswa. Siswa dapat
sumber belajar yang dapat menyalurkan melihat contoh nyata tanpa harus observasi
pesan sehingga membantu mengatasi langsung. Pemilihan penggunaan media video
kendala yaitu kegagalan komunikasi yang dirasa mampu menjawab permasalahan yang
terjadi antara guru dan siswa. Media ada dalam proses pembelajaran.
pembelajaran adalah segala sesuatu yang Video merupakan media elektronik
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang mampu menggabungkan teknologi
yang dapat memberikan rangsangan kepada audio dan visual secara bersama sehingga
siswa, sehingga terjadi interaksi mengajar menghasilkan suatu tayangan yang dinamis
tertentu (Ibrahim, 2005). Ketersediaan media dan menarik. Adanya dua unsur tersebut
pembelajaran di sekolah membantu dalam diharapkan siswa mampu menerima,
keterlaksanaan proses belajar mengajar. memahami, dan mengingat pesan
Secara umum, media pembelajaran pembelajaran. Media video memiliki fungsi (1)
mempunyai kegunaan sebagai alat untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak
memperjelas bahan pengajaran, serta dapat terlalu bersifat verbalistis, (2) mengatasi
mengangkat atau menimbulkan persoalan keterbatasan ruang, waktu dan daya indra, (3)
untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh penggunaan media pendidikan secara tepat
para siswa dalam proses belajarnya (Sudjana, dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif
2005). Oleh sebab itu, fungsi utama dari media anak didik. (Sadiman, 2009). Berdasarkan studi
pembelajaran adalah alat bantu mengajar pendahuluan tersebut, peneliti tertarik untuk
yang dipergunakan guru. mengetahui informasi tentang penerapan
Peran guru sangatlah penting dalam media video dalam pembelajaran IPA di
proses pembelajaran. Guru dituntut untuk sekolah dasar.
dapat menggunakan media pembelajaran,
Selain itu, guru juga harus dapat membuat METODE
media yang kreatif dan inovatif sebagai alat Penelitian ini menggunakan metode
bantu dalam pembelajaran. Untuk itu, guru kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
harus memiliki pengetahuan dan pemahaman Teknik pengumpulan data yang digunakan
yang cukup tentang media pembelajaran. adalah pengamatan dan wawancara.
Tujuan dari itu semua agar siswa dapat lebih Instrumen pengumpulan data terdiri atas
mudah dalam penguasaan materi yang pedoman pengamatan dan pedoman
disampaikan oleh guru. wawancara. Analisis data dilakukan secara
Guru merupakan salah satu faktor deskriptif dengan menggunakan teknik analisis
penentu keberhasilan pembelajaran Ilmu data model Miles and Huberman. Tahap
Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah ilmu yang analisis data tersebut mencakup data
mempelajari peritiwa-peristiwa yang terjadi di reduction, data display, dan conclusion
alam. Peristiwa tersebut dapat berupa drawing/verification.
peristiwa-peristiwa yang terjadi secara alamiah Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
tanpa campur tangan manusia nmaupun IV di SDN Kiping I, sedangkan objek penelitian
peristiwa yang terjadi dengan camput tangan ini adalah penggunaan media video
manusia. Jadi, apapun peristiwanya dapat Pembelajaran IPA.
dipelajari dengan menggunakan IPA (Iskandar,
1997). Pembelajaran IPA di sekolah menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari Pada hasil dan pembahasan dijabarkan
tentang dirinya sendiri dan alam sekitar. kegiatan yang dilakukan oleh peneliti selama
Karakteristik IPA ini akan cocok apabila penelitian berlangsung. Pada bagian ini
menggunakan pendekatan konstektual. Akan menjelaskan beberapa hal sebagai berikut :
tetapi, tidak semua materi IPA bisa
menggunakan pendekatan konstektual. Hal ini Data Pengamatan
dikarenakan kita sebagai manusia mengalami Berikut ini akan dibahas tentang data
pengamatan penerapan media video
keterbatasan ruang dan waktu. Untuk
pembelajaran IPA
mengatasinya diperlukan adanya media
Identitas observer

[70]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Nama : Ibu Surtini, S.Pd.


Pendidikan : S1
Tempat kerja : SDN Kiping I
Jabatan : Guru kelas IV
Tabel 1. Data Pengamatan Penerapan Media Video Pembelajaran IPA
Jawaban
No. Pertanyaan Sangat Kurang Tidak Nilai
Setuju
setuju setuju setuju
1 Kejelasan uraian materi dalam pelajaran IPA dengan √ 3
menggunakan video pembelajaran
2 Kelengkapan uraian materi dalam pelajaran IPA √ 3
dengan menggunakan video pembelajaran
3 Kesesuaian video pembelajaran dengan materi √ 4
4 Kejelasan gambar video dan narasi dalam video √ 4
pembelajaran
5 Kecepatan siswa memahami materi menggunakan √ 3
video pembelajaran
6 Ketertarikan siswa belajar menggunakan video √ 4
pembelajaran
7 Efisiensi pembelajaran dengan menggunakan video √ 3
pembelajaran
8 Ketepatan penggunaan video pembelajaran pada √ 4
pelajaran IPA
9 Kecenderungan siswa untuk belajar lagi √ 3
menggunakan video pembelajaran
10 Daya tarik susunan materi yang terdiri atas narasi, √ 4
animasi video pembelajaran pada pelajaran IPA

Perhitungan skor data hasil pengamatan Berikut ini akan dibahas tentang data hasil
adalah : 3 + 3 + 4 + 4 + 3 + 4 + 3 + 4 + 3 + 4 = 35. wawancara dengan siswa. Data berikut ini
Nilai rata-rata untuk aspek tersebut adalah x adalah sampel dari beberapa siswa yang
100 = 87,5. Skor ini cukup baik sebab maksimum diwawancarai.
rata-rata untuk setiap aspek adalah 4 atau 40
untuk semua aspek (4x10). Identitas siswa
Nama : Hendra Ramadhan
Data wawancara Kelas : IV
No. Induk : 160118

Tabel 2. Data Pengamatan Siswa 1


No. Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana kejelasan materi yang disampaikan melalui video pembelajaran? Jelas


2 Bagaimana isi materi dalam video pembelajaran ini? Menarik
3 Apakah kamu senang belajar menggunakan video pembelajaran ini? Senang
4 Apakah gambar dan teks yang disajikan dalam video pembelajaran ini jelas? Jelas
5 Apakah gambar yang disajikan ini menarik? Menarik
6 Apakah belajar dengan menggunakan video pembelajaran ini memberikan Iya
motivasi mengikuti pelajaran IPA?
7 Apakah kamu menyukai video pembelajaran ini? Suka
8 Bagaimana perasaan kalian setelah belajar menggunakan video Perasaan saya
pembelajaran ini? senang
9 Apakah dengan bantuan video pembelajaran ini kamu lebih mudah Iya,
memahami materi? memahami
materi
10 Menurut kamu apakah belajar menggunakan video pembelajaran ini Iya, menarik
menarik?

Nama : Shinta Wulandari


Kelas : IV
No. Induk : 160122

[71]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Tabel 3. Data Pengamatan Siswa 2


No. Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana kejelasan materi yang disampaikan melalui video Sangat jelas
pembelajaran?
2 Bagaimana isi materi dalam video pembelajaran ini? Sangat menarik
3 Apakah kamu senang belajar menggunakan video pembelajaran ini? Iya senang
4 Apakah gambar dan teks yang disajikan dalam video pembelajaran Sangat jelas
ini jelas?
5 Apakah gambar yang disajikan ini menarik? Menarik
6 Apakah belajar dengan menggunakan video pembelajaran ini Iya
memberikan motivasi mengikut ipelajaran IPA?
7 Apakah kamu menyukai video pembelajaran ini? Sangat suka
8 Bagaimana perasaan kalian setelah belajar menggunakan video Sangat senang
pembelajaran ini?
9 Apakah dengan bantuan video pembelajaran ini kamu lebih mudah Iya mudah
memahami materi?
10 Menurut kamu apakah belajar menggunakan video pembelajaran ini Sangat menarik
menarik?

Nama : Tiara Cahya Permadani


Kelas : IV
No. Induk : 160102

Tabel 4. Data Pengamatan Siswa 3


No. Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana kejelasan materi yang disampaikan melalui video Jelas
pembelajaran?
2 Bagaimana isi materi dalam video pembelajaran ini? Sangat bagus
3 Apakah kamu senang belajar menggunakan video pembelajaran ini? Senang sekali
4 Apakah gambar dan teks yang disajikan dalam video pembelajaran Jelas
ini jelas?
5 Apakah gambar yang disajikan ini menarik? Menarik
6 Apakah belajar dengan menggunakan video pembelajaran ini Iya
memberikan motivasi mengikuti pelajaran IPA?
7 Apakah kamu menyukai video pembelajaran ini? Sangat menyukai
8 Bagaimana perasaan kalian setelah belajar menggunakan video Senang sekali
pembelajaran ini?
9 Apakah dengan bantuan video pembelajaran ini kamu lebih mudah Iya mudah
memahami materi?
10 Menurut kamu apakah belajar menggunakan video pembelajaran ini Menarik
menarik?

Berdasarkan hasil wawancara kepada DAFTAR PUSTAKA


beberapa siswa kelas IV dapat disimpulkan Ibrahim, dkk. (2005). Media Pembelajaran.
bahwa pembelajaran menggunakan media Malang : Universitas Negeri Malang.
Iskandar, M. Srini. (1997). Pendidikan Ilmu
video mampu meningkatkan pemahaman
Pengetahuan Alam. Proyek
siswa tentang materi pembelajaran IPA. Pengembangan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (Primary School Teacher
SIMPULAN Development Project).
Berdasarkan hasil penelitian tentang Sadiman, Arief, dkk. (2009). Media Pendidikan :
penerapan media video pembelajaran IPA Pengertian, Pengembangan, dan
dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali
Pers.
video pembelajaran mampu meningkatkan
Sudjana, Nana. (2005). Penelitian Hasil Proses
pemahaman siswa tentang materi Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja
pembelajarn IPA. Hal ini didukung oleh data Rosdakarya.
hasil pengamatan dan wawancara di SDN
Kiping I.

[72]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING


DI SEKOLAH DASAR

Henik Nur Khofiyah1, Anang Santoso2, Sa’dun Akbar3


1PendidikanDasar- Pascasarjana Universitas Negeri Malang
2Pendidikan Bahasa Indonesia- Pascasarjana Universitas Negeri Malang

3Pendidikan Dasar- Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Abstract
The purpose of this study was to analyze student’s critical thinking skills in Discovery Learning. The
method used in this research is descriptive qualitative. A total of 24 fourth grade students in elementary
schools were given 13 item description questions with critical thinking indicators. There are 5 indicators
of critical thinking that are divided into 20 sub-indicators. The results show that student’s critical thinking
skills are high. This was obtained from the results of the Very Good (SB) and Good (B) categories is 79%.
It is recommended for teachers to do learning that facilitates students to stimulate their curiosity and
critical thinking skills, one of the learning models that can be used is Discovery Learning.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
Discovery Learning. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sebanyak
24 siswa kelas IV di sekolah dasar diberikan tes berupa 13 soal uraian dengan indikator berpikir kritis.
Terdapat 5 indikator berpikir kritis yang diuraikan menjadi 20 sub-indikator. Hasilnya menunjukkan
bahwa keterampilan berpikir kritis siswa tinggi. Hal tersebut didapatkan dari hasil kategori Sangat Baik
(SB) dan Baik (B) sebesar 79%. Disarankan bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang memfasilitasi
siswa untuk merangsang rasa ingin tahu dan keterampilan berpikir kritisnya, salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Discovery Learning.

[73]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa


Pada abad ke-21, guru menyediakan yaitu dengan meminimalkan metode hafalan
kondisi belajar yang memungkinkan siswa kemudian meningkatkan motivasi belajar.
memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi Beberapa model pembelajaran dapat
atau Higher Order Thinking Skill (HOTS). Salah diterapkan oleh guru untuk melatih
satu bagian dari HOTS adalah berpikir kritis. keterampilan berpikir kritis siswa, salah satunya
Berpikir kritis merupakan kemampuan yang adalah melalui model discovery learning.
penting untuk dimiliki oleh setiap siswa pada Pratiwi (2014) menyatakan bahwa model
abad ke -21 (Chavez & Napiere, 2014; discovery learning memiliki pengaruh positif
Aizikovitsh & Cheng, 2015; Kalelioglu & terhadap keterampilan berpikir kritis pada
Gulbahar, 2013). Berpikir kritis merupakan siswa.
keterampilan yang dimiliki oleh siswa untuk
menganalisa, menyimpulkan bahkan METODE
memecahkan masalah. Hal tersebut sejalan Metode yang digunakan dalam
dengan pernyataan Ennis (2011) bahwa penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
berpikir kritis adalah cara berpikir yang Penelitian deskriptif merupakan penelitian
mengarah pada perumusan keputusan yang yang bertujuan untuk menjabarkan keadaan
dibuat berdasarkan hal yang diyakini dan tertentu tanpa ada manipulasi (Sukmadinata,
dilakukan. Sedangkan menurut Phillips & Bond 2015). Subjek penelitian adalah siswa kelas IV
(2016) berpikir kritis merupakan kemampuan A SDN Nguling 1, Pasuruan. Banyak sampel
yang dimiliki oleh seseorang sehingga dapat yaitu 24 siswa. Terdapat 5 indikator berpikir kritis
bernalar, memecahkan masalah, serta yang diuraikan menjadi 20 sub-indikator.
mengambil keputusan. Menurut Gumus, dkk. Instrumen pengukuran keterampilan berpikir
(2011) berpikir kritis merupakan cara menilai kritis berupa 13 soal uraian, selanjutnya
sesuatu dari berbagi sudut pandang melalui jawaban siswa dibagi menjadi 4 kategori yaitu
proses analisis. SB (sangat baik), B (Baik), C (cukup), K
Pada jenjang sekolah dasar (SD), (Kurang). Data hasil ketrampilan berpikir kritis
pendidikan bertujuan untuk menjadikan siswa siswa tersebut dideskripsikan secara jelas.
dapat berpikir kritis sesuai dengan tahap
perkembangannya. Guru diharapkan dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
melatih siswa untuk memiliki keterampilan Berdasarkan penelitian yang
berpikir kritis. Pembiasaan berpikir kritis siswa dilakukukan di kelas IV A SDN Nguling 1
yang dilakukan guru juga mendukung Pasuruan, Jawa Timur, didapatkan data
tercapainya tujuan pembelajaran yang keterampilan berpikir kritis siswa sebagai
dirumuskan. ―Apabila siswa mampu berikut.
mengembangkan kemampuan berpikir
kritisnya, maka hasil belajar yang didapatkan Tabel 1. Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
siswa dapat lebih baik‖ (Choy & Chech, 2009). No Kategori (%)
Indikator
Banyak manfaat yang dapat diperoleh soal SB B C K
apabila siswa dapat mengembangkan 1 Membangun 75 16,7 4,2 4,2
keterampilan berpikir kritisnya. Menurut Cottrell keterampilan dasar
(menilai hasil
(2005) berpikir kritis memiliki beberapa manfaat
pengamatan)
yaitu mudah memfokuskan perhatian, dapat
2 Membangun 54,2 16,7 29,2 0
melakukan pengamatan secara seksama, keterampilan dasar
meningkatkan kemampuan mengidentifikasi (melaporkan hasil
poin tertentu, meningkatkan kemampuan pengamatan)
menanggapi, memiliki keterampilan 3 Membuat 29,2 37,5 25 8,3
menganalisis. Berdasarkan besarnya manfaat penjelasan lebih
lanjut
yang diperoleh dari keterampilan berpikir kritis
(mengonstruksi
maka guru perlu melakukan perubahan pada
argumen)
metode mengajar yang digunakan, yaitu 4 Membuat 33,3 29,2 37,5 0
dengan mengganti metode hafalan dengan kesimpulan
kegiatan penemuan. Menurut Fung (2014) (mengevaluasi
cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk berdasarkan fakta)

[74]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

5 Membuat 41,7 29,2 29,2 0 sebesar 4,2%. Pada indikator membangun


penjelasan lebih keterampilan dasar (melaporkan hasil
lanjut pengamatan) didominasi oleh kriteria SB
(mengonstruksi (sangat baik) sebesar 54,2 %, hal tersebut
argumen)
menunjukkan bahwa sebanyak 13 siswa
6 Mengatur strategi 37,5 33,3 20,8 8,3
taktik (merumuskan mampu membuat laporan hasil kegiatan
solusi alternatif) pengamatan dengan benar, sedangkan pada
7 Memberikan 70,8 25 4,2 0 kategori K (Kurang) sebesar 0% yang berarti
penjelasan bahwa tidak satupun siswa menjawab salah
sederhana pada soal tersebut. Pada indikator membuat
(menjawab penjelasan lebih lanjut (mengonstruksi
pertanyaan
argumen) didominasi oleh kriteria B (baik)
mengapa)
8 Membuat 50 25 25 0 sebesar 37,5% atau sebanyak 9 siswa dapat
penjelasan lebih menuliskan argumen secara baik terkait
lanjut dengan hasil percobaan yang telah dilakukan.
(mengidentifikasi Sebesar 8,3% atau 2 orang siswa belum dapat
asumsi) menuliskan argumen secara baik sehingga
9 Memberikan 62,5 25 4,2 8,3 hasil jawaban dikategorikan K (kurang).
penjelasan
Pada indikator membuat kesimpulan
sederhana
(menjawab (mengevaluasi berdasarkan fakta) didominasi
pertanyaan oleh kategori C (Cukup) yaitu sebesar 37,5%
mengapa) atau sebanyak 9 siswa cukup dapat
10 Membangun 54,2 20,8 16,7 8,3 merumuskan kesimpulan berdasarkan ciri-ciri
keterampilan dasar dan fakta yang telah dipaparkan. Sedangkan
(melaporkan hasil sebesar 0% jawaban pada kategori K (Kurang),
pengamatan)
hal tersebut berarti bahwa tidak ada siswa
11 Membuat 29,2 54,2 4,2 12,5
yang menjawab salah. Pada indikator
kesimpulan
(melakukan membuat penjelasan lebih lanjut
evaluasi (mengonstruksi argumen) didominasi oleh
berdasarkan fakta) kategori SB (sangat baik) sebesar 41,7% yaitu
12 Memberikan 41,7 37,5 12,5 8,3 10 siswa dapat memberikan argumen atau
penjelasan pendapatnya terkait hal yang akan terjadi
sederhana
pada tumbuhan. Sedangkan pada indikator B
(menjawab
(Baik) dan C (Cukup) sebesar 29,2% atau
pertanyaan
mengapa) kategori baik dan cukup didapatkan oleh 7
13 Memberikan 66,7 20,8 4,2 8,3 orang siswa. Sedangkan pada kategori K
penjelasan (kurang) sebesar 0%. Pada indikator mengatur
sederhana strategi taktik (merumuskan solusi alternatif)
(menjawab didominasi oleh indikator SB (sangat baik) yakni
pertanyaan apa)
sebesar 37,5% atau sebanyak 9 siswa dapat
Persentase % 50 29 17 5
memberikan solusi terkait permasalahan yang
diberikan dengan sangat baik. Pada indikator
Hasil keterampilan berpikir kritis sangat B (baik) sebesar 33,3% atau sebanyak 8 siswa
bervariasi. Pada indikator membangun memberikan solusi dengan baik. Pada indikator
keterampilan dasar (menilai hasil C (cukup) sebesar 20,8% atau sebanyak 5
pengamatan) didominasi oleh kriteria SB siswa cukup dalam memberikan solusi dan
(sangat baik) yakni sebesar 75%. Hal tersebut 8,3% siswa mendapat kategori K (kurang).
menunjukkan bahwa setelah melakukan Pada indikator memberikan penjelasan
pembelajaran melalui model discovey learning sederhana (menjawab pertanyaan mengapa)
sebanyak 18 siswa dapat menuliskan hasil didominasi oleh kategori SB (sangat baik) yaitu
pengamatan benda nyata dengan baik dan sebesar 70,8% atau sebanyak 17 siswa dapat
jelas sehingga memperoleh skor maksimal, menguraikan pendapatnya terkait dengan
sedangkan pada kategori C (cukup) dan K alasan yang diminta dengan sangat baik.
(Kurang) memperoleh persentase sama yaitu Pada indikator membuat penjelasan lebih

[75]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

lanjut (mengidentifikasi asumsi) didominasi oleh dan sebesar 5% kurang baik dalam berpikir
kategori SB (sangat baik) sebesar 50% yakni kritis.
terdapat 12 siswa menuliskan pendapatnya Keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV
tentang kemungkinan yang terjadi dengan A SDN Nguling 1 Pasuruan tergolong tinggi. Hal
sangat baik. Sedangkan pada kategori B (Baik) tersebut dapat diketahui dari jawaban siswa
dan C (cukup) terdapat persentase masing- pada kategori SB (Sangat Baik) sebesar 50%
masing sebesar 25% atau masing-masing dan pada kategori B (Baik) sebesar 29 %. Besar
terdapat 6 siswa yang baik dan cukup baik persentase pada masing-masing indikator
dalam menuliskan pendapatnya. Pada bervariasi, paling tinggi diperoleh pada soal
indikator memberikan penjelasan sederhana nomor 1 yakni indikator membangun
(menjawab pertanyaan mengapa) didominasi keterampilan dasar (menilai hasil
oleh kategori SB (Sangat Baik) sebesar 62,5% pengamatan) didapatkan persentase sebesar
atau sebanyak 15 siswa sangat baik dalam 75%. Siswa mampu menjawab pertanyaan
menjawab pertanyaan dengan memberikan terkait benda yang telah diamati pada
penjelasan penyebabnya. Pada indikator pembelajaran discovery learning, khususnya
membangun keterampilan dasar (melaporkan pada tahap pengumpulan data. Kegiatan
hasil pengamatan) didominasi oleh kategori SB menemukan informasi melalui benda nyata
(sangat baik) atau sebanyak 13 siswa dapat dalam tahap pengumpulan data memberikan
memberikan penjelasan berdasarkan hasil pengaruh positif terhadap keterampilan
pengamatan dengan sangat baik. berpikir kritis siswa. Menurut Wallace & Jefferson
Pada indikator membuat kesimpulan (2013) kegiatan menelusuri atau menemukan
(melakukan evaluasi berdasarkan fakta) informasi dapat mengembangkan
didominasi oleh kategori B (baik) sebesar 54,2% keterampilan berpikir kritis siswa. Pada tahap
atau sebanyak 13 siswa dapat memberikan ini, guru harus mempertimbangkan alokasi
jawaban dan memberikan alasan dengan waktu yang dibutuhkan oleh siswa. Mengamati
baik. Pada kategori K (kurang) terdapat 12,5% objek secara berkelompok membutuhkan
atau sebanyak 3 siswa kurang dapat waktu yang lama terutama saat pengumpulan
memberikan alasan, sedangkan pada kategori data dan mengolah data dari hasil
C (cukup) hanya terdapat 1 siswa yang pengamatan. Menurut Alfieri, dkk. (2011)
mampu menjelaskan dengan cukup baik. dalam tahap pengumpulan data
Pada indikator memberikan penjelasan membutuhkan banyak waktu, sehingga peran
sederhana (menjawab pertanyaan mengapa) guru sangat dibutuhkan untuk memudahkan
didominasi oleh kategori SB (sangat baik) siswa.
sebesar 41,7% atau terdapat sebanyak 10 Pada indikator memberikan penjelasan
siswa mampu memberikan alasan dengan sederhana (menjawab pertanyaan mengapa)
sangat baik. Sedangkan paling rendah didapatkan persentase sebesar 70,8%. Banyak
didapatkan oleh kategori K (kurang) yakni siswa yang mampu mengemukakan alasan
sebesar 8,3 atau sebanyak 2 siswa. Pada dari soal tersebut. Guru bisa melakukan upaya
indikator memberikan penjelasan sederhana untuk memunculkan berpikir kritis siswa melalui
(menjawab pertanyaan apa) didominasi oleh memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada
kategori SB (sangat baik) yakni sebesar 66,7% siswa yang dapat mendorong siswa berpikir
atau sebanyak 16 siswa dapat memberikan kritis (Golding, 2011). Pertanyaaan yang
penjelasan untuk pertanyaan apa dengan menggiring siswa untuk menemukan alasan,
sangat baik. Sedangkan paling rendah latar belakang atau penyebab dari suatu
didapatkan oleh kategori C (cukup) sebesar fenomena dapat terjadi, sangat baik untuk
4,2% atau terdapat satu siswa yang cukup melatih keterampilan berpikir kritis siswa. Selain
dalam memberikan jawaban atas pertanyaan itu, upaya yang bisa dilakukan oleh guru untuk
apa. Dari seluruh indikator keterampilan melatih siswa memiliki keterampilan berpikir
berpikir kritis sebesar 50% mampu menunjukkan kritis adalah mendorong siswa untuk
keterampilan berpikir kritis dengan sangat baik, mengemukakan ide-ide yang dimilikinya,
sebesar 29% mampu menunjukkan melatih siswa untuk dapat berkomunikasi
keterampilan berpikir kritis dengan baik, dengan baik serta mengajak siswa untuk
sebesar 17% mampu menunjukkan dapat membuat dugaan tentang penyebab
keterampilan berpikir kritis dengan cukup baik dan dampak dari suatu kejadian (Rodd, 2010).

[76]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Keterampilan berpikir kritis siswa dapat Thinking. Journal of Information Systems


terasah melalui kegiatan diskusi yang Technology dan Planning, 7(18), 117–
merupakan salah satu sintaks Discovery 127.
Learning. Dalam kegiatan diskusi, Choy, C. & Chech, K. P. (2009). Teacher
perkembangan kemampuan kognitif, afektif, Perception of Critical Thinking Among
dan psikomotor dilatih secara bersamaan. Students and its Influence on Higher
Rasa sosial dan kolaborasi siswa dapat terasah Education. International Journal of
dalam tahap ini. Kegiatan diskusi atau interaksi Teaching and Learning in Higher
antar siswa dapat mengasah keterampilan Education. 20(2), 298-206.
berpikir kritis dan kolaborasi (Styron, 2014). https://eric.ed.gov/?id=EJ864337.
Keterlibatan siswa dalam diskusi dapat Cottrell, S. (2005). Critical Thinking Skills
mengembangkan keterampilan berpikir kritis Developing Effective Analysis and
(Wood, 2006). Siswa dapat secara aktif Argument. New York: Palgrave
mengemukakan gagasannya terhadap media Macmillan.
yang telah diamati. Dalam model discovery Duron, R. (2006). Critical Framework for Any
learning pembelajaran berpusat pada siswa Dicipline. International Journal of
dan melibatkan siswa secara langsung Teaching and Learning in Higher
sehingga siswa dapat berpikir secara kritis Education, 17(2): 160—166.
(Duron, 2006). http://www.isetl.org/ijtlhe
Ennis, R.H. (2011). The Nature of Critical
SIMPULAN Thinking: An Outline of Critical Thinking
Berdasarkan hasil penelitian ini Disposition and Abilities. University of
didapatkan kesimpulan bahwa keterampilan Illionis, 32(3). (Online)
berpikir kritis siswa tinggi. Hal tersebut (http://faculty.education.illionis.edu/rh
dibuktikan dengan rata-rata kategori SB ennis/documents/TheNatureofCritic
(sangat baik) dan B (Baik) mencapai 79%. alThinking_51711_000.pdf).
Pembelajaran yang berfokus pada siswa Fung, D. (2014). Promoting Critical Thinking
memberikan kesempatan kepada siswa untuk Through Effective Group Work: a
mengasah keterampilan berpikir kritisnya. Teaching Intervention for Hong Kong
Disarankan kepada guru untuk Primary School Students. International
menggunakan model pembelajaran yang Journal of Educational Research, 66,
berpusat pada siswa, salah satunya model 45–62.
Discovery Learning, supaya keterampilan https://doi.org/10.1016/j.ijer.2014.02.002
berpikir kritis siswa dapat terlatih dan siswa .
memliki kemampuan berpikir kritis tinggi. Golding, C. (2011). Educating for Critical
Thinking: Thought‐Encouraging
DAFTAR PUSTAKA Questions in a Community of Inquiry.
Aizikovitsh-Udi, E & Cheng D. (2015). Journal Higher Education Research &
Developing Critical Thinking Skills Development, 30(3), 357¯ 370. DOI:
from Disposition to Abilities: 10.1080/07294360.2010.499144.
Mathematics Education from Early Gumus, S.S., Gelen, I., & Keskin, A. (2011). Value
Chilhood to High School. Scientific Acquisition, Critical Thinking Skills and
Research Publishing: Creative the Performance of 6th Grade
Education, (online) 6, 455—462, Students. International Journal of
(http://www.scrip.org/journal/ce ). Primary, Elementary and Early Years
Alfieri, L., Brooks, P. J., Aldrich, N. J., Education. 3-13
Tenenbaum, H. R. (2011). Does http://dx.doi.org/10.1080/03004279.201
Discovery-Based Instruction Enhance 1.57077.
Learning?. Journal of Educational Kalelioglu,F & Gulbahar, Y. (2013). The Effect
Psychology. 2011, Vol. 103, No. 1, 1–1. of Instructional Techniques on Critical
DOI: 10.1037/a0021017. Thinking and Critical Thinking
Chavez, J.C., & Napiere, M. B. (2014). Learning Disposition in Online Discussion.
Goal Orientation and Instructional Education Technology & Society, 17(1):
Strategies: Predictors of Critical 248—258.

[77]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

https://www.jstor.org/stable/jeductech
soci.17.1.248
Phillips, V. Bond, C. (2016). Undergraduates'
Experiences of Critical Thinking. Higher
Education Research & Development.
http://dx.doi.org/10.1080/07294360420
00235409.
Pratiwi, A. F., Hairida., Rasmawan R. (2014).
Pengaruh Model Discovery Learning
dengan Pendekatan Saintifik terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 3
(7).
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpd
pb/article/view/6488
Rodd, J. (2010). Encouraging Young Children’s
Critical and Creative Thinking Skills: An
Approach in One English Elementary
School. Childhood Education, 75(6),
350–354.
https://doi.org/10.1080/00094056.1999.
10522056.
Styron, R.A. (2014). Critical Thinking and
Collaboration: A Strategy to Enhance
Student Learning. Systemics
cybernetics and information. 12 (7).
(online),
http://www.iiisci.org/journal/CV$/sci/p
dfs/EI597JP12.pdf.
Sukmadinata, N. S. (2015). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wallace, D. E., & Jefferson, R. N. (2013).
Developing Critical Thinking Skills For
Information Seeking Success. New
Review of Academic Librarianship,
19:246–255, 2013. DOI:
10.1080/13614533.2013.802702.
Wood, C. (2006). The Develoment of Creative
Problem Solving In Chemistry.
Chemistry Education Research and
Practice 7 (2): 96-113. DOI:
10.1039/B6RP90003H.

[78]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

ANALISIS ALUR BERPIKIR SISWA SD LABORATORIUM UNESA TENTANG LOGIKA BERHITUNG

Lina Wijayanti1, Sri Lestari2


Program Studi PGSD, STKIP Al Hikmah, Surabaya, Indonesia1
SD Laboratorium Unesa, Surabaya, Indonesia 2
 wijayanti.pgsd@gmail.com 1, srilestari.sby@gmail.com2

Abstrak

Salah satu indikator kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa SD adalah kompetensi berhitung.
Namun, kebanyakan dari pendidik masih belum mengetahui cara mengajarkan konsep berhitung
yang tepat untuk siswanya, sehingga masih membutuhkan pengetahuan tentang alur berpikir siswa
terkait logika berhitung agar dapat memberikan metode pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan peserta didiknya. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui alur berpikir siswa
SD dalam menggunakan logika berhitungnya. Penelitian ini menggunakan penelitian analisis deskriptif
dengan metode studi analisis. Tahapan yang dilakukan adalah 1) menyusun soal berbasis logika
berhitung untuk siswa kelas rendah yaitu kelas satu, dua, dan tiga, 2) menentukan sampel masing-
masing jenjang dengan kemampuan siswa rendah, sedang, dan tinggi, 3) memberikan soal kepada
siswa sesuai dengan jenjang yang telah ditentukan, 4) melakukan wawancara terhadap guru terkait
profil masing-masing siswa. 5) menganalisis hasil kerja siswa dengan hasil wawancara dengan guru, 6)
melakukan studi literatur terkait logika berhitung jenjang tersebut, 6) menanalisis alur berpikir siswa
dengan melakukan triangulasi data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar
kerja siswa, lembar wawancara, dan kajian literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur berpikir
siswa SD pada kelas satu adalah dengan lebih banyak menggunakan visual serta masih
memanfaatkan imajinasinya dalam mengerjakan permasalahan yang diberikan. Pada kelas dua,
siswa mulai menggunakan algoritma sederhana walaupun masih menggunakan bantuan gambar.
Sedangkan kelas tiga, siswa telah menggunakan algoritma penuh dalam soal-soal yang telah
diberikan.
Kata Kunci: studi analisis, alur berpikir, siswa SD, logika berhitung

[79]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN rendah yaitu kelas satu, dua, dan tiga. Soal


Salah satu indikator kompetensi yang yang diberikan tersebut merupakan soal-soal
harus dikuasai oleh siswa SD adalah yang menggunakan nalar siswa dalam
kompetensi berhitung. Kompetensi ini dalam menjawab. (2) Menentukan sampel masing-
bidang Matematika. Untuk dapat memahami masing jenjang dengan kemampuan siswa
dan menggunakan Matematika dalam rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini dilakukan
penyelesaian masalahnya, diperlukan sebuah untuk dapat melihat bagaimana siswa dengan
penguasaan konsep yang baik (Winarni & masing-masing kemampuan dalam
Harmini, 2017). Pendidik harus mampu melihat menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
bagaimana siswa itu berkembang. Data siswa tersebut didapatkan dari data guru
Mengajarkan sesuai sesuai fitrahnya adalah kelas masing-masing. (3) Memberikan soal
menjadi poin utama agar kita tidak merusak kepada siswa sesuai dengan jenjang yang
kreativitas siswa dalam mengeksplorasi telah ditentukan secara bersamaan. (4)
kemampuannya (Santosa, 2018). Melakukan wawancara terhadap guru terkait
Dengan memperhatikan fitrah anak profil masing-masing siswa agar mendapatkan
untuk belajar dan bernalar, maka kita akan ikut informasi lebih mendalam terkait kemampuan
membantu anak dalam menjalankan peran masing-masing siswa serta tentang
melakukan inovasi sampai mati dan pembelajaran yang selama ini dilakukan. (5)
melahirkan penemuan-penemuan baru Menganalisis hasil kerja siswa dengan hasil
(Santosa, 2018). Begitupun dalam wawancara dengan guru. Cek silang ini
pembelajaran Matematika. Apabila guru bertujuan untuk mengkonfirmasi jawaban siswa
mampu memaksimalkan fitrah bernalar anak sehingga diperoleh data yang mendekati data
maka dia akan menemukan sendiri jawaban- sebenarnya. (6) Melakukan studi literatur terkait
jawaban dari berbagai permasalahan logika berhitung jenjang tersebut. Studi literatur
Matematika yang diberikan sehingga siswa tak ini dilakukan pada buku-buku teks terkait
perlu lagi menghafal algoritma tertentu. Siswa Logika Berpikir, Psikologi Anak SD, Matematika
memahami konsep terlebih dahulu, setelah itu SD serta pembelajarannya. Selain itu juga
siswa akan mampu menformulasikan sendiri dilakukan studi literatur pada penelitian-
penemuannya menjadi algoritma tertentu. penelitian terdahulu. (7) Menanalisis alur
Pembelajaran yang selama ini dilakukan berpikir siswa dengan melakukan triangulasi
dalam kompetensi Matematika masih berbasis data. Adapun data yang dilakukan triangulasi
transformasi langsung, artinya siswa tidak ini adalah data dari hasil lembar kerja siswa,
diberikan kesempatan untuk berpikir atau lembar wawancara dengan guru kelas, serta
menelaah dari mana konsep atau rumus itu hasil kajian literatur.
diperoleh (Tim Klinik Pendidikan MIPA, 2012).
Hal tersebut kemudian membuat siswa tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
terbiasa untuk menggunakan nalarnya Penyusunan Soal
sehingga membuat matematika terkesan Pada tahap penyusunan soal ini
semakin sulit bagi sebagian besar siswa. dilakukan dengan diawali dengan melakukan
Namun, kebanyakan dari pendidik masih kajian kurikulum dan psikologi kognitif siswa.
belum mengetahui cara mengajarkan konsep Soal-soal yang disusun disesuaikan dengan
berhitung yang tepat untuk siswanya, sehingga perkembangan siswa pada masing-masing
masih membutuhkan pengetahuan tentang jenjang. soal disusun dengan 3 jenis, yaitu soal
alur berpikir siswa terkait logika berhitung agar kelas 1, soal kelas 2, dan soal kelas 3. Masing-
dapat memberikan metode pembelajaran masing soal yang disusun terdiri dari 3 soal
yang sesuai dengan perkembangan peserta yang kesemuanya adalah soal-soal yang
didiknya. menggunakan nalar (dalam hal ini dengan
soal cerita). Masing-masing paket soal yang
METODE terdiri dari 3 pertanyaan tersebut mempunyai 3
Metode penelitian yang digunakan tingkatan yaitu mudah, sedang, dan sulit.
dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif Penentuan Sample
dengan menggunakan studi analisis. Tahapan Dalam proses pengambilan data di
yang dilakukan adalah (1) menyusun soal lapangan untuk dapat dianalisis, digunakanlah
berbasis logika berhitung untuk siswa kelas beberapa sampel pada masing-masing kelas.

[80]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Penentuan sampel menggunakan purposive memberikan soal-soal Matematika yang


sample. Siswa yang dijadikan sampel tersebut langsung menuju algoritma. Guru memberikan
merupakan siswa pilihan dari masing-masing formula-formula dalam penyelesaian soal
guru sesuai dengan tujuan penelitian, dimana tersebut.
penelitian menggunakan semua siswa dari
masing-masing kemampuan. Sehingga diambil Hasil Kerja Siswa
siswa dari tingkat kemampuan rendah, Hasil kerja siswa ini dilihat dari lembar
sedang, dan tinggi sesuai dengan kerja yang telah diberikan kepada siswa pada
pengamatan guru kelasnya. Penentuan masing-masing jenjang. Berdasarkan hasil
sampel ini dilakukan pada masing-masing pengamatan dan analisis lembar kerja siswa
jenjang yaitu kelas 1, 2, dan 3. didapatkan data sebagai berikut.

Pelaksanaan Tes Kelas 1


Tes dilakukan dalam satu waktu pada Siswa Kelas 1 dalam mengerjakan soal
setiap jenjangnya. Guru atau tim peneliti terkait penjumlahan bilangan diawali dengan
mendampingi di kelas sehingga ketika siswa memahami soal yang diberikan dengan
membutuhkan bantuan terkait keterbacaan bantuan guru, kemudian siswa mulai berpikir
teks dan secara teknis dapat membantu siswa dengan mengimajinasikan hasil penjelasan
dalam proses pengerjaan soal. Tiga soal guru. Siswa mencoba menjelaskan ulang
tersebut diestimasikan dapat diselesaikan kepada guru dengan cara menggambar atau
dalam waktu 30 menit pada masing-masing dengan menuliskan angka. Siswa juga
jenjang. Namun, hasil di lapangan mengkonfirmasi kepada guru secara langsung
menunjukkan bahwa pelaksanaan tes pada apakah jawaban mereka benar atau salah.
kelas 1 membutuhkan waktu sekitar 45 menit, Ketika jawaban masih belum tepat, mereka
kelas 2 membutuhkan waktu sekitar 30 menit, harus diberikan pengertian dan pemahaman
dan kelas 3 membutuhkan waktu sekitar 45 lagi oleh guru, sehingga mereka akan
menit. mencoba mensintesis ulang untuk
mendapatkan jawaban. Dalam proses
Hasil Wawancara dengan Guru Kelas pembuatan jawaban 2 dari 3 siswa memilih
Wawancara dilakukan kepada guru untuk membuat gambar terlebih dahulu dari
untuk mendapatkan informasi terkait masing- hasil analisa kognitifnya, setelah itu barulah
masing kemampuan siswa pada masing- siswa membilang jumlah dari gambar yang
masing jenjang. Informasi yang didapat telah mereka gambar (Lihat gambar 1).
digunakan untuk dapat melakukan konfirmasi Sedangkan pada soal pola bilangan semua
hasil tes dan juga pengamatan penelitian. siswa menjawab dengan bantuan gambar
Sesuai dengan hasil wawancara dengan guru, yang diikuti dengan jawaban algoritma (Lihat
masing-masing siswa mempunyai karakteristik Gambar 2).
tersendiri sehingga hasil pekerjaan memang
menggambarkan kondisi siswa tersebut. Kelas 2
Selain itu, pada sesi wawancara juga Soal yang diberikan kepada Kelas 2
digali tentang pembelajaran Matematika adalah soal terkait spasial dan bilangan. Pada
seperti yang biasa dilakukan oleh guru selama soal terkait spasial siswa pada awalnya belum
ini. Sesuai dengan hasil wawancara bahwa mampu menangkap apa yang ada dalam
pembelajaran Matematika pada Kelas 1 lebih soal, tetapi setelah dijelaskan siswa mulai
pada mengenalkan angka, menuliskan angka, paham. Guru kemudian membimbing siswa
serta menggambar. Kompetensi tentang dalam proses menjawab meskipun guru tidak
menghitung juga sudah dilakukan hanya saja sepenuhnya mengambil alih jawaban. Dalam
memang masih perhitungan yang sederhana. personal spasial semua siswa menggunakan
Pembelajajaran Matematika di Kelas 2 gambar sebagai solusi jawaban tanpa
sudah mulai pada pembelajaran dengan memberikan algoritma, hanya satu siswa yang
menggunakan soal-soal cerita yang mana menjawab dengan menggunakan kalimat
siswa diajarkan untuk mencari formula dari soal tanpa ada gambar dan angka (Lihat gambar
cerita tersebut kemudian baru didapatkan 3). Sedangkan pada soal terkait bilangan siswa
jawabannya. Sedangkan pada pembelajaran cenderung langsung menggunakan algoritma,
Matematika Kelas 3 guru cenderung

[81]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

dan hanya satu siswa yang menggunakan dalamnya sehingga siswa diharapkan
bantuan gambar (Lihat gambar 4). mampu berinteraksi secara langsung dan
melalui pengalaman dalam pelaksanaan
Kelas 3 pembelajarannya.
Permasalahan yang diberikan kepada 5. Kemampuan berhitung siswa dapat
Kelas 3 ini terkait perkalian dan pembagian ditingkatkan dengan menggunakan
serta spasial. Pada soal terkait perkalian dan metode permainan dengan memodifikasi
pembagian siswa secara penuh menjawab permainan menggunaan alat permainan
dengan menggunakan algoritma sesuai dan benda-benda yang sudah dikenal
dengan formula tertentu. Sedangkan pada siswa (Sulaimah, 2013).
soal terkait spasial satu dari siswa menjawab
dengan melakukan proses membilang pada
masing-masing balok yang disusun. Sedangkan
dua yang lain menggunakan algoritma (Lihat
gambar 5).
Selama proses penyelesaian soal, siswa
kelas 3 cenderung diam dan hanya
menanyakan hal-hal yang mereka tidak Gambar 1. Jawaban Siswa SD Kelas 1 terhadap
paham. Mereka tidak meminta Soal Penjumlahan
pendampingan berkelanjutan dalam
menyelesaikan persoalan.

Studi Literatur
Berikut adalah beberapa kajian literatur
yang terkait logika berhitung dan
pembelajaran Matematika di SD kelas rendah. Gambar 2. Jawaban Siswa SD kelas 1 tentang
1. Berdasarkan hasil penelitian Frengky pola bilangan
(2008) bahwa pembelajaran Matematika
memiliki satu rangkaian yang dapat
membantu siswa berprestasi yaitu dengan
belajar melalui benda dulu baru angka
sebagai awal pembelajaran di kelas
rendah. Sehingga peran benda-benda
konkret dapat membantu meningkatkan Gambar 3. Jawaban Siswa SD Kelas 2 tentang
pemahaman siswa terhadap suatu materi kemampuan spasial
dalam bidang matematika.
2. Kemampuan matematis dan penalaran
matematika siswa dapat ditingkatkan
dengan menggunakan pendekatan
kontekstual (Fuadi, dkk: 2016).
3. Pembelajaran menggunakan media
benda konkrit lebih mampu memberikan
pengalalaman riil kepada siswa karena Gambar 4. Jawaban Siswa SD kelas 2 tentang
siswa dapat melihat, merasakan dan penjumlahan
meraba alat peraga yang digunakan
oleh guru. Pengalaman belajar yang
konkrit ini lebih tepat diterapkan pada
anak usia SD (Sumarjilah, 2015).
4. Pembelajaran Matematika Kelas 1 SD
menggunakan edugame untuk
meningkatkan kemampuan berhitung
(Jundu, dkk, 2018). Edugame yang
dimaksud di sini adalah pembelajaran
yang menggunakan permainan yang Gambar 5. Jawaban Siswa SD Kelas 3 tentang
menggabungkan unsur Matematika di perkalian dan pembagian

[82]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Kartu. Skripsi: Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Yogyakarta.
Sumarjilah, Y. (2015). Penggunaan Media
Kongkrit untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Pokok Bahasan
Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan pada Siswa Kelas I SDN
Rejoagung 01 Kabupaten Jember.
Gambar 6. Jawaban Siswa SD Kelas 3 terhadap
Pancaran Vol. 4, No. 4 Halaman 69 – 78.
Soal Spasial
Tim Klinik Pendidikan MIPA. (2012). Pintar MNR
(Matematika Nalaria Realistik). Bogor:
SIMPULAN
Klinik Pendidikan MIPA.
Berdasarkan penelitian studi analisis ini
Winarni, E.S., & Harmini, S. (2017). Matematika
didapatkan bahwa alur berpikir siswa kelas
untuk PGSD. Bandung: PT Remaja
rendah masih mengutamakan visual. Siswa
Rosdakarya.
cenderung menggunakan bantuan apapun di
sekitarnya untuk dapat menjadi pemodelan,
seperti menggunakan gambar, menggunakan
tangan, atau bahkan mengimajinasikan dalam
berbagai bentuk tokoh kesukaan mereka.
Namun, Kelas 3 lebih kepada fungsi abstraknya
yang telah berkembang. Dalam
pembelajaranpun, siswa Kelas 1 masih
membutuhkan bimbingan intensif dari guru.
Berangsur pembimbingan intensif berkurang
pada setiap jenjang. Bahkan di Kelas 3 siswa
cenderung dapat dilepaskan untuk dapat
menyelesaikan persoalan walaupun jawaban
yang didapatkan tidak semuanya sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Frengky. (2008). Model Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas Satu Sekolah
Dasar. Jurnal Psikologi Vol. 35 No. 2
Halaman 151 – 163.
Fuadi, R., Johar, R., & Munzir, S. (2016).
Peningkatan Kemampuan Pemahaman
dan Penalaran Matematis melalui
Pendekatan Kontekstual. Jurnal
Didaktika Matematika Vol. 3, No. 1,
Halaman 47 – 54.
Jundu, R., Kurnila, V.S., & Jelatu, S. (2018).
Visualisasi Pembelajaran Matematika
Kelas 1 SD Menggunakan Edugame
untuk Meningkatkan Kemampuan
Berhitung. Randang Tana Jurnal
Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 Juli
2018, Halaman 1 – 53.
Santosa, H. (2018). Fitrah Based Education.
Bekasi: Yayasan Cahaya Mutiara Timur.
Sulaimah, E. (2013). Meningkatkan
Kemampuan Operasi Hitung Siswa Kelas
II SDN Kledokan Depok dengan
Menggunakan Metode Permainan

[83]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

BOTAZEL (BLOCK BOTANI PUZZLE): PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


INTERAKTIF SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN MINAT BERTANI DAN MINAT BACA BAGI
SISWA SEKOLAH DASAR

Lindawati
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang
e-mail: lindawati9d7@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia adalah negara agraris yang mana pertanian merupakan salah satu komoditi unggul
dan potensial yang bisa dihasilkan di Indonesia. Di tengah kondisi negara yang mengandalkan sektor
pertanian, minat bertani di Indonesia justru kian menurun. Diperlukan pembentukan generasi yang
mencintai dunia pertanian. Generasi pertanian dibutuhkan untuk menjaga ketersediaan pangan di
masa depan. Tak dipungkiri, sejalan dengan hal tersebut minat baca di Indonesia sangat rendah. Jika
hal tersebut dibiarkan terjadi maka tidak ada petani yang produktif dan berjiwa kreatif untuk
memenuhi kebutuhan pangan di masa depan. Tujuan penelitian ini yaitu mengembangkan produk
media pembelajaran Botazel melalui pendekatan belajar sambil bermain. Model pengembangan
yang digunakan research and development Borg & Gall terdiri dari tujuh tahapan (1) penelitian dan
pengumpulan data (research informative collecting), (2) perencanaan (planning), (3)
pengembangan draf produk (develop preliminary form of products), (4) uji coba lapangan awal
(preliminary field testing), (5) merevisi hasil uji coba (main products revision), (6) uji coba lapangan
(main field testing), dan (7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operasional product
revision). Hasil penelitian dan pengembangan media pembelajaran Botazel menunjukkan tingkat
kevalidan dari ahli materi sebesar 92,86%, validasi ahli media sebesar 88,75%, dan validasi dari praktisi
lapangan (guru) sebesar 92,5% presentase media Botazel termasuk media yang sangat valid. Hasil uji
coba produk di lapangan menunjukkan bahwa tampilan media pembelajaran sangat sesuai dengan
karakteristik siswa, dengan perpaduan warna-warni pada Botazel membuat siswa sangat tertarik untuk
mengikuti pembelajaran dengan media tersebut.

Kata Kunci : Botazel, Minat Baca, Minat Bertani, Siswa SD

[84]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN berbagai tipe dan model kalimat. Membaca


Indonesia adalah negara agraris yang merupakan rangkaian respon yang kompleks,
mana pertanian merupakan salah satu diantaranya mencakup respon kognitif, sikap
komoditi unggul dan potensial yang bisa dan manipulatif. Menurutnya, aktivitas
dihasilkan di Indonesia. H al ini membuat membaca dapat terjadi jika beberapa
sektor pertanian memegang peran penting subketerampilan tersebut dilakukan secara
dalam hal pemenuhan pangan. Ketahanan bersama-sama dalam suatu keseluruhan yang
pangan adalah salah satu masalah yang terpadu (Fredick, 1996: 8).
paling diperhatikan di negeri ini. Hal itu Namun, fakta di lapangan menunjukkan
dibuktikan dengan pendapat Suryana (2014: sebaliknya. Berdasarkan hasil survei yang
124), mewujudkan ketahanan pangan dipaparkan UNESCO minat baca masyarakat
berkelanjutan menjadi isu dan agenda prioritas Indonesia baru 0,001 persen. Artinya, dalam
dalam berbagai pertemuan yang seribu masyarakat hanya ada satu masyarakat
diselenggarakan berbagai negara dan yang memiliki minat baca. Pentingnya
lembaga internasional. membaca dibuktikan dengan terbitnya
Di tengah kondisi negara yang Peraturan Menteri Pendidikan dan
mengandalkan sektor pertanian dalam Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun
kelangsungannya, minat bertani di Indonesia 2015 tentang penumbuhan budi pekerti yang
justru kian menurun. Hal ini diungkapkan Badan menjelaskan untuk mewajibkan peserta didik
Pusat Statistik (dalam Pusat Kajian Anggaran membiasakan membaca selama 15 menit
Badan Keahlian DPR RI, 2017:4) dalam sensus sebelum kegiatan KBM berlangsung.
pertanian tahun 2013 menunjukkan dari total Tidak dapat dipungkiri bahwa media
26.135.469 petani terdata, kelompok terbanyak pembelajaran sangat penting untuk
yang aktif bertani adalah petani berusia 44-54 menunjang tersampainya ilmu dari guru
tahun, jumlah kedua terbesar ada pada kepada siswa. Namun, tak semua media
kelompok 35-44 tahun, dan diikuti kelompok pembelajaran dapat disediakan atau dapat
usia 55- 64 tahun. Petani berusia di bawah 35 siswa datangi. Salah satunya adalah
tahun jumlahnya sangat sedikit. Hal serupa pertanian, dimana siswa tidak dapat
juga diungkapkan oleh Kadir (dalam mengamati secara nyata dikarenakan fisik dan
tempo.co, 2018) ternyata petani di Indonesia mental siswa yang tidak memungkinkan. Oleh
paling banyak berumur 50 tahun ke atas. karena itu, diperlukan sebuah solusi agar siswa
Hanya sekitar 13 persen berumur 20–39 tahun. bisa mengetahui pertanian tanpa harus
Survei serupa pada 2014 menunjukkan bahwa mengunjunginya namun juga tidak hanya
presentase petani tanaman padi sawah berupa gambar. Karena menurut kerucut
berumur 50 tahun ke atas sebesar 52 persen. Edgar Dale, siswa akan mudah menerima dan
Sementara itu, proporsi petani padi sawah mengingat materi bila mengalami
berumur 20–39 mencapai sekitar 18 persen. pengalaman langsung.
Untuk mencukupi kebutuhan pangan di
masa depan, diperlukan pembentukan
generasi yang mencintai dunia pertanian.
Generasi pertanian dibutuhkan untuk
menjaga ketersediaan pangan di masa
depan untuk menghindarkan negara dari
ketergantungan import pangan dari negara
lain. Ketergantungan import pangan akan
membuat petani-petani lokal lesu dikarenakan
hasil mereka dinilai kalah oleh produk import.
Rh dan Ad, dua siswa Kelas I di SDN
Gedog 2 Kota Blitar mengungkapkan bahwa
kurangnya pengetahuan mengenai pertanian
dikarenakan malas untuk membaca. Padahal
membaca sangat penting dan memiliki Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
banyak manfaat, diantaranya orang bisa
menguasai banyak kata dan mempelajari

[85]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Berdasarkan permasalahan tersebut ―metode penelitian dan


maka penelitian ini mengembangkan sebuah pengembangan (Research and
media pembelajaran guna meningkatkan Development) adalah metode
penelitian yang digunakan untuk
minat bertani dan minat baca siswa sekolah
menghasilkan produk tertentu, dan
dasar khususnya materi pertanian pada siswa menguji keefektifan produk tersebut‖.
Kelas I SD. Pembelajaran yang tidak hanya
berkutat pada aspek kognitif, melainkan lebih Proses pengembangan media
mengedepankan pada internalisasi nilai-nilai pembelajaran membutuhkan kerangka model
sebagai upaya membentuk kecerdasan dan tertentu yang sesuai untuk diterapkan pada
kepribadian sosial siswa. Konsep media yang media yang akan dikembangkan sehingga
dikembangkan yaitu dengan membuat dalam proses pengerjaannya akan jelas dan
sebuah media pembelajaran tiga dimensi terarah. Media yang digunakan berupa
interaktif yang dapat menggabungkan benda botazel dengan materi pertanian dan alat-alat
konkret tiga dimensi dengan media visual. Ali pertanian bagi siswa Kelas I di SDN Gedog 2
(1992: 29) menyatakan bahwa penggunaan Kota Blitar, menggunakan model
media pembelajaran berbantuan komputer pengembangan (Research and
mempunyai pengaruh yang signifikan Development). Borg & Gall dalam
terhadap daya tarik siswa untuk mempelajari Sukmadinata (2016:16) menjelaskan bahwa
kompetensi yang diajarkan. Berbeda dengan
Langkah-langkah penelitian dan
media interaktif yang menggunakan komputer penggembangan terdiri dari (1)
pada umumnya, media pembelajaran ini penelitian dan pengumpulan data
menggunakan teknologi perantara berupa (research informative collecting), (2)
barcode sehingga dapat menampilkan video perencanaan (planning), (3)
pembelajaran dan powerpoint interaktif. pengembangan draft produk (develop
Media pembelajaran ini diharapkan preliminary form of products), (4) uji
coba lapangan awal (preliminary field
akan menjadi solusi atas rendahnya minat
testing), (5) merevisi hasil uji coba (main
baca siswa sekolah dasar melalui pembiasaan products revision), (6) uji coba lapangan
membaca dan juga membuat siswa (main field testing), (7) penyempurnaan
memahami materi pertanian tanpa harus produk hasil uji lapangan
melakukan pengamatan secara nyata namun (operasional product revision), (8) uji
juga tidak hanya berupa gambar agar materi pelaksanaan lapangan (operasional
yang disampaikan tersimpan dalam Long Term field testing), (9) penyempurnaan
produk akhir (final products revision),
Memory siswa. Hal ini juga sesuai dengan apa
(10) diseminasi dan implementasi
yang disarankan oleh Ibu Nanik Soegiyanti, S. (dissemination and implementation).
Pd selaku Kepala SDN Gedog 2 Kota Blitar
yang mengatakan bahwa siswa di sekolah Metode penelitian Borg & Gall adalah
tersebut masih belum memiliki media metode yang relatif mudah dipahami
pembelajaran mengenai pertanian. sehingga dapat disesuaikan dengan situasi
Sasaran dari media pembelajaran dan kondisi peneliti. Menurut Gooch dalam
Botazel adalah anak-anak, terkhusus anak- Hasyim (2016: 88) mengatakan ―penelitian ini
anak usia pendidikan sekolah dasar. Anak perlu disederhanakan menjadi tujuh
tersebut dipilih karena masih mudah dibentuk tahapan‖ seperti yang digambarkan pada
dan ditanami nilai-nilai positif yang gambar yang menjelaskan secara ringkas apa
dibutuhkan. Hal tersebut sesuai dengan teori saja tahapan penelitian dan pengembangan
Tabula Rasa yang diungkapkan oleh John produk yang akan dihasilkan.
Locke. John Locke (dalam Sativa, 2011: 117) Langkah-langkah dalam
mengungkapkan bahwa anak kecil pengembangan produk pada penelitian ini
diibaratkan sebagai kertas putih yang kosong, dijelaskan pada Gambar 2. Penjelasan pada
dan lingkunganlah yang akan mengisi atau gambar di atas adalah tahapan prosedur
menulisi kertas kosong tersebut. pengembangan produk. Tahapan tersebut
disederhanakan menjadi tujuh tahapan seperti
METODE penelitian dan pengumpulan data,
Model penelitian dan pengembangan perencanaan, pengembangan desain,
menghasilkan produk yang sudah teruji validasi produk, revisi produk, uji coba
keefektifannya. Menurut Sugiyono (2016: 297), lapangan, dan revisi produk akhir.

[86]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

dengan bahasa anak-anak dengan panjang


hanya satu kalimat sebagai solusi untuk
memudahkan siswa untuk cepat dalam
memahami informasi dan mudah diingat
karena singkat. Kemudian, pada sisi kedua
terdapat gambar alat-alat bertani yang
dilengkapi dengan informasi yang dikemas
lebih deskriptif namun dengan panjang kalimat
yang disesuaikan agar siswa tidak bosan untuk
membaca. Warna yang mencolok diharapkan
mampu lebih menarik minat dan semangat
siswa untuk belajar.

Botazel Bagian 1

Gambar 2. Tahapan Prosedur Pengembangan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Produk
Media pembelajaran botazel
merupakan media pembelajaran tiga dimensi
berbentuk puzzle yang dapat Botazel Bagian 2
menggabungkan benda konkret tiga dimensi
dengan media visual melalui perantara
barcode. Puzzle dengan penggunaan
barcode mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap daya tarik siswa untuk mempelajari
kompetensi yang diajarkan. Media
pembelajaran ini menggunakan teknologi
perantara berupa barcode sehingga dapat
menampilkan video pembelajaran dan
powerpoint interaktif berupa audiovisual.

Gambar 4. Tampilan tiap bagian Botazel

Media pembelajaran botazel berupa


puzzle yang terbuat dari bahan yang sangat
ringan yakni terbuat dari bahan evamats yang
tidak akan memberatkan siswa dalam
menggunakan media. Selain itu, dengan
menggunakan bahan evamats media menjadi
lebih tahan lama, karena evamats yang tidak
mudah menyerap air. Botazel ini dilengkapi
Gambar 3. Produk Botazel dengan papan untuk menyusun potongan-
potongan botazel dan juga dilengkapi dengan
Botazel terdiri dari dua sisi. Sisi pertama kotak untuk menyimpan potongan botazel
merupakan gambar seputar pertanian yang ketika sudah tidak lagi digunakan.
dilengkapi dengan informasi yang dikemas

[87]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Uji Coba Produk kedelapan validasi (2, 3, 6, 8, 9, 11, 12, dan 14)
Peneliti melakukan uji coba di SDN didapatkan skor 3,5 yang berarti juga sangat
Gedog 2 yakni pada Kelas I yang juga menjadi baik. Total skor pada semua item yang
sasaran ketika peneliti melakukan analisis didapatkan dari hasil validasi ahli materi
kebutuhan. Pengujian ini bertujuan untuk sebesar 52 dari skor maksimal 56.
mengetahui tepat atau tidaknya solusi media Hasil perhitungan persentase kevalidan
pembelajaran terhadap kebutuhan di sekolah dari hasil ahli materi sebagai berikut.
tersebut, khususnya di Kelas I.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut


didapatkan nilai presentase sebesar 92,86%.
Menurut Akbar (2013:41) dapat disimpulkan
bahwa isi materi pada media pembelajaran
botazel digolongkan kriteria sangat valid.

Analisis Data Validasi Media


Gambar 5. Siswa berkerja sama memainkan Pada kesebelas nomor item validasi (1,
Botazel 2, 3, 4, 9, 10, 11, 12, 15, 19, dan 20) didapatkan
skor 4 yang berarti sangat baik, sedangkan
Pada gambar 5 tersebut, siswa pada kesembilan validasi (5, 6, 7, 8, 13, 14, 16,
berkumpul membuat kelompok. Guru berada 17, dan 18) didapatkan skor 3 yang berarti
diantara siswa, dengan membawa media juga baik. Total skor pada semua item yang
botazel. Setelah itu, potongan botazel diacak didapatkan dari hasil validasi ahli materi
sehingga tidak membentuk gambar yang sebesar 71 dari skor maksimal 80.
sempurna, lalu siswa menyusun potongan- Hasil perhitungan persentase kevalidan
potongan botazel dengan kerja sama dari hasil ahli media sebagai berikut.
bersama kelompoknya. Setelah botazel telah
tersusun secara benar, guru mengecek
apakah sudah sesuai atau tidak. Setelah
dianggap sesuai, guru bersama siswa menscan
barcode yang ada di sisi botazel dan belajar
bersama-sama.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
didapatkan nilai presentase sebesar 88,75%.
Menurut Akbar (2013:41) dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran botazel
digolongkan kriteria sangat valid.

Analisis Data Validasi Praktisi


Pada ketujuh nomor item validasi (1, 4,
5, 6, 7, 9, dan 10) didapatkan skor 4 yang
berarti sangat baik, sedangkan pada ketiga
validasi (2, 3, dan 18) didapatkan skor 3 yang
berarti baik. Total skor pada semua item yang
Gambar 6. Siswa bersama guru memindai didapatkan dari hasil validasi ahli materi
barcode Botazel sebesar 37 dari skor maksimal 40.
Hasil perhitungan persentase kevalidan
Analisis Data Validasi Materi dari hasil ahli media sebagai berikut.
Pada keenam nomer item validasi (1,
4, 5, 7, 10, dan 13) didapatkan skor 4 yang
berarti sangat baik, sedangkan pada

[88]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

dengan tepat pertanyaan yang diajukan oleh


peneliti. Hal ini dikarenakan pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti masih seputar
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut pembahasan dalam media pembelajaran
didapatkan nilai persentase sebesar 92,5%. botazel.
Menurut Akbar (2013:41) dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran botazel Keterbatasan
digolongkan kriteria sangat valid. Keterbatasan media ini adalah (1) uji
coba produk hanya dilakukan pada kelas I
Analisis Data Hasil Uji Coba SDN Gedog 2 Kota Blitar, (2) produk hanya
Media pembelajaran botazel dikembangkan pada materi pertanian dan
merupakan media pembelajaran yang alat-alat pertanian, (3) produk
menarik dari segi tampilan dan pengembangan hanya terdiri dari 2 seri
menyenangkan dari segi permainan. Media ini permainan, (3) materi yang disajikan masih
bermafaat untuk membangun pemahaman sangat sederhana, (4) penggunaan teknologi
siswa mengenai materi pertanian dan yang masih terbatas yang hanya berupa
meningkatkan minat baca siswa khususnya perantara barcode dan perlu disesuaikan
pada kemampuan membaca dan dengan karakteristik siswa, (5) produk
memecahkan masalah. Media pembelajaran pengembangan ini menggunakan model
botazel ini juga bermanfaat untuk melatih pengembangan dan penelitian sampai
motorik halus siswa. Motorik halus merupakan langkah ke tujuh mengingat keterbasan waktu
keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil yang dilaksanakan.
dan koordinasi mata dan tangan. Kognitif
siswa juga diuji dalam menyelesaikan Rencana Jangka Panjang
permainan ini, yakni mengenai pengetahuan Media ini masih perlu memperhatikan
yang diangkat pada media pembelajaran ini. tentang kegunaan dan kepraktisan media.
Selain itu, afektif siswa juga diuji selama Penambahan teknologi akan membantu guru
melakukan permainan botazel yakni mengenai untuk mengajarkan pembelajaran yang lebih
sikap mereka dalam bermain, apakah mereka menarik lagi, simpel dan menyesuaikan
bermain dengan mencecerkan potongan dengan kebutuhan zaman. Akan adanya
botazel yang belum terpasang kemana-mana penelitian tahap kedua dan juga untuk
atau menaruhnya di tempat yang telah penambahan subjek serta desiminasi khalayak
disediakan serta melatih kerjasama kelompok. yang lebih luas.
Dengan mempelajari powerpoint interaktif dan
video pembelajaran seputar pertanian melalui SIMPULAN
barcode membuat pembelajaran semakin Penelitian ini telah berhasil
menyenangkan. mengembangkan media pembelajaran untuk
Media pembelajaran ini sangat disukai menanamkan minat bertani dan minat baca
dan menarik bagi siswa Kelas I di SDN Gedog 2 bagi siswa Sekolah Dasar, yang menekankan
Kota Blitar. Hal ini terbukti dari antusias siswa pada proses bermain dan belajar yang
yang sangat luar biasa ketika peneliti menyenagkan. Media ini telah divalidasi oleh
melaksanakan uji coba. Bahkan ada sejumlah ahli dan telah diuji coba kepada
beberapa siswa yang menggabungkan siswa, secara umum hasilnya menunjukkan
potongan-potongan botazel sembari bahwa media ini dapat digunakan untuk
membaca tulisan yang tercantum pada membelajarkan siswa dan berpotensi dalam
botazel tersebut untuk mengetahui kira-kira menanamkan minat bertani dan minat baca
kepingan mana dan seperti apa yang menjadi serta memotivasi siswa untuk mempelajari
penghubungnya. pertanian dan alat-alat pertanian.
Setelah siswa selesai menyusun
potongan-potongan botazel, peneliti DAFTAR PUSTAKA
mengecek sejauh mana siswa membaca Ali, Muhammad. (1992). Strategi Penelitian
informasi yang tertera pada botazel dengan Pendidikan, Bandung, Angkasa.
cara mengajukan beberapa pertanyaan. Akbar, S. 2013. Instrument Perangkat
Indikasi bahwa siswa membaca ketika sedang Pembelajaran. Bandung:
menyusun botazel adalah terjawabnya PT.Remaja Rosdakarya.

[89]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall. (1983). Educational


Research: An Introduction,Fifth
Edition, New York, Longman.
Dale Edgar. (1969). Audio Visual Methods in
Teaching, New York, Holt, Rinehart
and Winston Inc, The Dryden Press.
Depdiknas. (2015). Permendiknas No 23 Tahun
2015 Tentang Pendidikan Budi
Pekerti, Jakarta, Depdiknas.
Frederick J. Mc. Donald. (1996). Educational
Psychology,Tokyo,Overseas
Publications, Ltd.
https://nasional.tempo.co/read/40
6246/rekor-buncit-kelulusan-di-ntt-
akibat-jebloknya-nilai-ipa (di
unduh pada 08 Agustus 2019).
Hasyim, A. (2016). Metode Penelitian dan
Pengembangan di Sekolah.
Yogyakarta: Media Akademi.
Kadir. (2018). Darurat Regenerasi Petani.
www.kolom-
tempo.co/amp/1107202/darurat-
regenerasi-petani. Diakses pada
15 Agustus 2019, pukul 18.30.
Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR
RI. 2017. Buletin
APBN.www.puskajianggaran.dpr.
go.id. ISSN 2502-8685.
Sativa. 2011. Empirisisme, Sebuah Pendekatan
Penelitian Arsitektural. INERSIA,
Vol. VII No. 2, Desember 2011.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. 2016. Metode
Penelitian Pendidikan.
Bandung: Program Pendidikan
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia dengan PT.
Remaja Rosdakarya.
Suryana, Achmad. 2014. Menuju Ketahanan
Pangan Indonesia Berkelanjutan
2025: Tantangan Pangan dan
Penanganannya. Forum Penelitian
Agro Ekonomi, Volume 32, No. 2,
Desember 2014.

[90]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Mengukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dengan Tes Tulis
Mengacu pada Indikator Facione

M. Misbachul Huda

PGSD FIP, STKIP Al Hikmah


Jalan Gayungsari Elveka V Surabaya
mizzzbach@gmail.com

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan pengukuran keterampilan berpikir kritis siswa sekolah
dasar. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan penting abad 21. Proses
pendidikan diharapkan mengembangkan keterampilan berpikir kritis sejak sekolah dasar. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Prosedur penelitian mencakup
kegiatan pendahuluan, menyusun tes soal berpikir kritis, mengumpulkan data, menganalisis data, serta
menarik kesimpulan. Sasaran penelitian adalah siswa Kelas V Sekolah Dasar (SD). Indikator
keterampilan bepikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Facione. Indikator ini
mencakup interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, dan self regulation. Namun,
hanya lima indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa SD. Indikator
yang tidak menjadi aspek pengukuran dalam penelitian ini adalah self regulation. Hal ini
mempertimbangkan level berpikir siswa sekolah dasar yang masih termasuk tahap perpikir secara
konkrit. Pengukuran dilakukan dengan tes tulis dan dievaluasi menggunakan rubrik penilaian
menyesuaikan indikator keterampilan berpikir kritis siswa. Hasilnya diperoleh kriteria keterampilan
berpikir kritis siswa bervariasi dari kategori sedang, tinggi, hingga sangat tinggi. Hal ini mengindikasikan
bahwa pembelajaran di sekolah dasar telah mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Kata Kunci : Keterampilan Berpikir Kritis, Tes Tulis, Indikator Facione

[91]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN pandangan yang disertai oleh bukti yang


Salah satu tantangan pendidikan abad standar, aktual, cukup dan relevan. Berpikir
21 ini adalah membangun keterampilan reflektif artinya mempertimbangkan secara
berpikir kritis siswa. Keterampilan siswa yang aktif, hati-hati dan tekun segala alternatif solusi
kritis dan logis dalam menyikapi informasi abad pemecahan masalah dalam mengambil
21 merupakan pijakan awal bagi siswa agar keputusan.
dapat menentukan kelayakan dan Beberapa ahli telah menguraikan
kebermanfaatan suatu informasi yang beredar indikator-indikator keterampilan berpikir kritis.
secara luas dan terbuka. Hal tersebut dapat Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator
dicapai melalui evaluasi yang dalam terhadap berpikir kritis yang terangkum dalam 5
suatu masalah yang diikuti dengan kelompok keterampilan berpikir, yaitu
pengambilan keputusan. Dalam proses memberikan penjelasan sederhana
evaluasi, siswa melibatkan aktivitas kognitif (elementary clarification), membangun
dengan berpikir secara analitis (Nitko & keterampilan dasar (basic support),
Brookhart, 2011). Kemampuan dalam menyimpulkan (interfence), membuat
mengevaluasi dan selanjutnya memutuskan penjelasan lebih lanjut (advance clarification),
untuk menggunakan informasi yang benar serta strategi dan taktik (strategy and tactics).
memerlukan keterampilan berpikir kritis (Potter, Glaser yang dikutip Fisher (2014), seseorang
2010). Oleh karena itu, sekolah merupakan dikatakan mempunyai kemampuan berpikir
pemegang peran yang strategis untuk kritis apabila mempunyai tiga hal pokok, yaitu:
mengembangkan keterampilan berpikir kritis (1) sikap dalam menanggapi secara
siswa. bijaksana berbagai persoalan atau segala
Pengembangan keterampilan berpikir sesuatu yang muncul dalam kehidupannya,
kritis siswa diharapkan dilakukan mulai dari (2) pengetahuan akan metode berpikir
jenjang sekolah paling bawah yaitu jenjang secara logis dan masuk akal dan, (3)
sekolah dasar. Siswa yang telah terbiasa keterampilan dalam menerapkan metode-
mendayagunakan keterampilan berpikir kritis metode tersebut. Fascione (2015)
sejak dini pada dasarnya akan menjadikan mengemukakan bahwa inti berpikir kritis
siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal merupakan bagian dari cognitive skill yang
ini merupakan bekal untuk menumbuhkan meliputi interpretasi (interpretation), analisis
budaya belajar siswa. Keterampilan berpikir (analysis), evaluasi (evaluation),inferensi
kritis dapat dioptimalkan apabila siswa (inference), penjelasan (explanation), serta
diberikan permasalahan berdasarkan pengaturan diri (self regulation).
pengalaman yang telah mereka peroleh. Dalam penerapannya, indikator-
Siswa yang mampu berpikir kritis akan mampu indikator keterampilan berpikir kritis dapat
menyelesaikan masalah secara efektif (Snyder dijabarkan dalam subindikator menyesuaikan
& Snyder, 2008). Selain itu, proses pendidikan tingkat perkembangan siswa. Indikator
diharapkan mampu membentuk siswa sebagai keterampilan berpikir kritis yang dapat
seorang pebelajar sepanjang hayat, mereka dijabarkan secara rinci dalam subindikator
memerlukan pengembangan keterampilan adalah indikator dari Facione. Lebih lanjut
belajar salah satunya adalah keterampilan Facione menjelaskan bahwa seseorang
berpikir (Susilo, 2011). Oleh karena itu, dinyatakan memiliki keterampilan berpikir kritis
kemampuan berpikir kritis penting meskipun hanya memenuhi sebagian indikator
dikembangkan dalam setiap kegiatan keterampilan berpikir kritis. Hal ini mengandung
pembelajaran di sekolah. makna bahwa termasuk siswa sekolah dasar
Siswa yang telah memiliki keterampilan dapat dinyatakan memiliki keterampilan
berpikir kritis tidak hanya mampu membuat berpikir kritis apabila telah mencapai sebagian
pertimbangan-pertimbangan, tetapi juga indikator keterampilan berpikir kritis. Dari 6
mampu membuat kesimpulan berdasar alasan indikator keterampilan berpikir kritis yang telah
yang tepat. Ennis (2011) mendefinisikan berpikir dijabarkan Facione, terdapat 1 indikator yang
kritis sebagai cara berpikir rasional dan reflektif cukup sulit diaplikasikan yaitu pengaturan diri
dalam membuat keputusan pada hal yang (self regulation). Self regulation berkaitan
harus dipercayai atau dilakukan. Berpikir dengan kesadaran seseorang untuk
rasional artinya mempunyai keyakinan dan memonitor kognisi dirinya, elemen–elemen

[92]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

yang digunakan, hasil yang dikembangkan, mencakup interpretation, analysis, evaluation,


khususnya dengan mengaplikasikan inference, dan explanation. Kelima indikator
keterampilan dalam menganalisis dan tersebut selanjutnya dijabarkan dalam
mengevaluasi kemampuan dirinya dalam subindikator memperhatikan materi yang
mengambil kesimpulan dalam bentuk menjadi integrasi pengukuran. Penelitian ini
pertanyaan, konfirmasi, validasi dan koreksi menguraikan proses perumusan subindikator
(Facione, 2015). Terdapat 2 subketerampilan keterampilan berpikir kritis siswa sekolah dasar,
yang dibutuhkan dalam self regulation yaitu instrumen pengukuran, dan hasil pengukuran
memonitor diri (self-monitor) dan koreksi diri keterampilan berpikir kritis siswa sekolah dasar
(self-correct). berdasarkan lima indikator keterampilan
Facione (2015) menguraiakan definisi berpikir kritis yang diuraikan oleh Facione.
indikator keterampilan berpikir kritis secara rinci.
Interpretation merupakan kemampuan METODE
seseorang untuk memahami dan Jenis penelitian ini adalah penelitian
mengungkapkan makna dari pengalaman, deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada
situasi, data, peristiwa, keputusan, konvensi, penelitian kualitatif, peneliti dapat berperan
kepercayaan, aturan, prosedur atau kriteria. sebagai perencana, pengumpul, analisator,
Analysis yaitu kemampuan untuk penafsir dan akhirnya menjadi pelapor hasil
mengidentifikasi maksud yang benar antara penelitian. Prosedur penelitian dalam
pernyataan, pertanyaan, konsep, dan deskripsi penelitian ini diantaranya melakukan kegiatan
untuk mengungkapkan kepercayaan, pendahuluan, menyusun tes soal berpikir kritis,
keputusan, pengalaman, alasan, informasi mengumpulkan data, menganalisis data, serta
atau pendapat. Evaluation kemampuan menarik kesimpulan. Sasaran penelitian adalah
menilai kredibilitas pernyataan dengan siswa Kelas V sekolah dasar.
menggambarkan persepsi seseorang, Data yang dikumpulkan berupa hasil tes
pengalaman, situasi, kepercayaan, keputusan keterampilan berpikir kritis siswa. Data
dan untuk menilai logika dari hubungan diperoleh melalui tes tulis kepada siswa.
inferensial yang diharapkan atau hubungan Istrumen yang digunakan untuk memperoleh,
inferensial yang aktual antara pernyataan, mengolah, dan manganalisis data adalah tes
pertanyaan, deskripsi maupun bentuk keterampilan berpikir kritis siswa beserta rubrik
representasi lainya. Inference adalah penilaiannya. Tahapan analisis data yang
kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
dan memilih unsur-unsur yang dibutuhkan deskriptif kualitatif yang meliputi 3 tahap yaitu,
untuk membentuk kesimpulan yang beralasan, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
atau untuk membentuk hipotesis, untuk kesimpulan. Data hasil tes keterampilan berpikir
mempertimbangkan informasi yang relevan, krisis siswa dihitung persentasenya yang
untuk memutuskan konsekuensi yang kemudian ditentukan kriteria yang dicapai.
ditimbulkan berdasarkan data, pernyataan,
prinsip, bukti, penilaian, opini, deskripsi, Tabel 1. Kategori Keterampilan Berpikir Kritis
penyataan, keyakinan, maupun bentuk Skor Kriteria
representasi lainnya. Explanation kemampuan 0 < x ≤ 55 sangat rendah
seseorang untuk menyatakan hasil penguatan 55 < x ≤ 64 rendah
dan keterpaduan suatu alasan. Hal ini 64 < x ≤ 78 sedang
mengandung makna kemampuan untuk 78 < x ≤ 89 tinggi
89 < x ≤ 100 sangat tinggi
membenarkan bahwa suatu alasan itu
Adaptasi Karim (2015)
berdasarkan bukti, metodologi, konsep, atau
suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
masuk akal, dan kemampuan untuk
Pemerolehan data keterampilan berpikir
mempresentasikan alasan berupa argumen
kritis siswa melalui tes tulis dengan model soal
yang meyakinkan.
yang telah divalidasi ke ahli. Indikator
Berdasarkan uraian tentang indikator
keterampilan berpikir kritis yang dijadikan
keterampilan berpikir kritis di atas disimpulkan
rujukan pengukuran adalah indikator yang
bahwa indikator keterampilan berpikir kritis
telah dirumuskan oleh Facione (2015) dengan
yang ideal digunakan untuk mengidentifikasi
pertimbangan indikator-indikator tersebut
keterampilan berpikir kritis siswa sekolah dasar

[93]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

dapat dijabarkan kembali dalam mengkur Subindikator ini diukur dengan menggunakan
keterampilan berpikir kritis siswa. Terdapat 6 soal sebagai berikut.
indikator keterampilan berpikir kritis, yaitu
Interpretation, Analysis, Evaluation, Inference, Edo merasakan sakit pada perutnya.
Explanation, dan Self regulation. Namun tidak Setiap sekitar 15-30 menit ia merasa ingin
semua indikator menjadi fokus dalam buang air besar. Edo merasakan hal itu
penelitian ini. Self regulation atau regulasi diri setelah tadi malam makan rujak yang
adalah kemampuan seseorang untuk sangat pedas.
melakukan kontrol terhadap dirinya. Kontrol a. Sistem apakah yang mengalami
disini kaitannya erat dengan pengaturan permasalahan tersebut?
emosi dan perilaku terhadap perubahan situasi b. Bagaimanakah tindakan yang tepat
apapun, yang mampu dilakukan seseorang agar Edo segera sembuh?
secara mandiri. Kemampuan meregulasi diri
inilah yang membuat seseorang mampu untuk Ketiga, indikator Evaluation dijabarkan
melakukan sesuatu yang kadang berlawanan dalam subindikatornya yaitu mengemukakan
dengan hal yang dirasakan. Oleh karena itu, alasan untuk menarik kesimpulan. Subindikator
indikator yang diukur dalam penelitian ini ini diukur dengan menggunakan soal sebagai
adalah Interpretation, Analysis, Evaluation, berikut.
Inference, dan Explanation. Pada tiap butir
soal mengukur salah satu indikator Jelaskan apa yang akan terjadi jika
keterampilan berpikir kritis siswa. siswa duduk dengan posisi badan
Adaptasi terhadap indikator seperti gambar (gambar seorang anak
keterampilan berpikir kritis dari Facione (2015) yang duduk dengan posisi tulang
dilakukan dalam bentuk penjabaran dari punggung bengkok lebih ke depan)!
indikator keterampilan berpikir kritis ke dalam Jelaskan alasannya!
subindikator keterampilan berpikir kritis siswa.
Hal ini dilakukan menyesuaikan dengan tahap Keempat, indikator Inference dijabarkan
perkembangan siswa Kelas V sekolah dasar. dalam subindikatornya yaitu menuliskan
Rentang usia siswa Kelas V tergolong dalam kesimpulan/jawaban yang benar. Subindikator
tingkat berpikir operasional konkrit (Piaget, ini diukur dengan menggunakan soal sebagai
1959). Oleh karena itu, indikator keterampilan berikut.
berpikir kritis beserta tes keterampilan berpikir
kritis siswa disusun dengan menyesuaikan Perhatikanlah gambar di bawah ini!
tahapan berpikir siswa Kelas V sekolah dasar.
Pertama, indikator Interpretation
dijabarkan dalam subindikatornya yaitu
menuliskan inti permasalahan. Siswa
dinyatakan telah mencapai indikator
keterampilan berpikir kritis bila mampu
menuliskan inti permasalahan dari deskripsi
masalah yang diberikan. Subindikator ini diukur
dengan menggunakan soal sebagai berikut.
Gambar 1. Gambar Proses Pernapasan Pada
Soal Tes
Andi merasakan sakit pada hidungnya.
Dia mengalami kesulitan saat bernapas
a. Jenis pernapasan apakah yang
akibat adanya cairan pada hidugnya.
ditunjukkan oleh gambar di atas?
Suhu badan Andi lebih tinggi daripada
b. Jelaskan alasanmu!
biasanya. Selain itu, Andi juga sering
sekali bersin. Menurut kamu, masalah
Kelima, indikator Explanation dijabarkan
apa yang dialami Andi?
dalam subindikatornya yaitu dapat menuliskan
jawaban dengan kalimat utuh dan logis.
Kedua, indikator Analysis dijabarkan
Subindikator ini diukur dengan menggunakan
dalam subindikatornya yaitu menuliskan
soal sebagai berikut.
konsep yang berkaitan dengan permasalahan.

[94]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Bagaimanakah cara kerja jantung untuk


mendapatkan darah yang banyak Kriteria Keterampilan Berpikir
mengandung oksigen? Kritis Siswa (%)
60
Tes keterampilan berpikir kritis
50
dilaksanakan selama dua jam pelajaran. 50.00
Keterampilan berpikir kritis siswa diperoleh 40
42.86
secara kolektif. Hal ini sejalan dengan 30
penelitian Rahmadani, 2015, dan Hidayati, 20
2016. Rubrik penilaian digunakan untuk
10
mengevaluasi hasil jawaban siswa. Rubrik 0 0 7.14
penilaian mengacu pada model Hart (1994). 0
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
Rentang skor pada rubrik penilaian antara 0
Rendah Tinggi
hingga 4. Selanjutnya dihitung rata-rata skor
pada setiap indikator keterampilan berpikir Gambar 3. Grafik Kriteria Keterampilan
kritis dan rata-rata skor yang diperoleh siswa Berpikir Kritis Siswa
untuk seluruh indikator. Rata-rata skor
keterampilan berpikir kritis siswa ditunjukkan Siswa sekolah dasar telah memiliki
grafik berikut. keterampilan berpikir kritis dengan berbagai
variasi kriteria. Hal ini sesuai dengan kerangka
pendidikan abad 21, yaitu sekolah diharapkan
Rata-Rata Keterampilan Berpikir membiasakan pembelajaran yang mampu
Kritis Siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis
4
siswa. Satuan pendidikan dasar dan
3 3.52 menengah menyatakan keharusan
3.05 3.3
2
2.95 2.73 mengembangkan keterampilan berpikir di
dalam proses pembelajaran (BSNP, 2007).
1
Pembiasaan pembelajaran yang
0 mengembangkan keterampilan berpikir kritis
pada akhirnya dapat membentuk siswa
sebagai seorang pebelajar sepanjang hayat.
Hal ini sesuai dengan Florea dan Hurjui (2014)
bahwa pengembangan keterampilan berpikir
Gambar 2. Grafik Rata-Rata Keterampilan kritis merupakan salah satu target yang harus
Berpikir Kritis Siswa diungkap dalam pembelajaran sekolah dasar.
Pengukuran keterampilan berpikir kritis
Keterampilan berpikir siswa dengan skor siswa dapat dilakukan dengan menggunakan
rata-rata paling rendah adalah evaluation dan metode tes memperhatikan indikator yang
interference. Kedua keterampilan berpikir kritis tepat. Tes berupa soal-soal uraian dengan
tersebut merupakan keterampilan yan jawaban terbuka memicu siswa
tergolong kompleks. Hal ini sejalan dengan mendayagunakan keterampilan berpikir
penelitian Hidayati (2016), keterampilan mereka, terutama keterampilan berpikir kritis.
menarik kesimpulan dan menganalisis data Mulai dari menemukan permasalahan inti
merupakan keterampilan tingkat tinggi yang hingga menyusun kesimpulan dengan tepat.
dirasakan sulit bagi siswa. Pengembangan keterampilan berpikir
Keterampilan berpikir kritis siswa kritis siswa selain dari proses pembelajaran juga
kemudian dikategorikan berdasarkan kriteria dapat dilakukan dengan proses penilaiannya.
sangat rendah hingga kriteria sangat tinggi. Hal ini sejalan dengan Kartimi (2013) bahwa
Hasilnya terdapat 50% siswa dalam kategori mengerjakan soal-soal yang mengacu pada
sedang, 42,86% siswa dalam kategori tinggi, indikator keterampilan berpikir kritis merupakan
dan 7,14 % siswa dalam kategori sangat tinggi. salah satu latihan untuk mengembangkan
Tidak ditemukan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis. Lebih lanjut tes
keterampilan berpikir kritis dalam kategori keterampilan berpikir kritis pada siswa kelas
sangat rendah dan rendah. lima ini merupakan upaya untuk memperluas
pengukuran keterampilan berpikir kritis siswa.

[95]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Hal ini didasarkan pada fakta bahwa tes du/rhennis/document/TheNatureofCriti


keterampilan berpikir kritis belum banyak calThinking51711 000.pdf
digunakan oleh pendidik (Mapeala dan Siew, Facione, P. A. (2015). Critical Thinking: What It Is
2015). and Why It Counts. Insight Assessment.
(Online), Diakses dari:
SIMPULAN http://www.insightassessment.com/pdf
Berdasarkan hasil penelitian dan _files/what&why2006.pdf.
pembahasan yang telah dipaparkan Fisher, A. (2014). Berpikir Kritis Sebuah
sebelumnya, kesimpulan penelitian ini sebagai Pengantar Terj. Jakarta: Erlangga.
berikut. Pertama, mengukur keterampilan Florea, N. M., & Hurjui, E. (2014). Critical thinking
berpikir kritis siswa sekolah dasar dapat in elementary school children.
dilakukan mengunakan indikator dari Facione Procedia Social and Behavioral
dengan metode tes tulis menyesuaikan tingkat Sciences, 565-572.
perkembangan siswa. Proses evaluasi Hidayati. (2015). Hasil Belajar dan Keterampilan
diilakukan dengan berpedoman pada rubrik Berpikir Kritis Siswa Madrasah
penilaian keterampilan berpikir kritis yang Tsanawiyah dalam Pembelajaran IPA
mengacu pada Hart. Kedua, keterampilan Melalui Kerja Ilmiah. Proceeding
berpikir kritis siswa kelas lima sekolah dasar Biology Education Conference (ISSN:
berada pada berbagai variasi kriteria mulai 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 118-127.
sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hal ini Karim, Normaya. (2015). Kemampuan Berpikir
mengindikasikan bahwa pembelajaran di Kritis Siswa dalam Pembelajaran
sekolah dasar telah mengembangkan Matematika dengan Menggunakan
keterampilan berpikir kritis siswa. Model Jucama di Sekolah Menengah
Setelah melakukan penelitian tindakan Pertama. Edumat jurnal Pendidikan
kelas ini, dapat disampaikan beberapa saran Matematika, volume 3, No 1, April
untuk pelaksanaan penelitian yang sejenis 2015. 92-104.
selanjutnya. Pertama, terdapat beberapa Kartimi & Liliasari. 2012). Pengembangan Alat
indikator keterampilan berpikir kritis siswa dari Ukur Berpikir Kritis Pada Konsep
berbagai ahli. Oleh karena itu, pengukuran Termokimia untuk Siswa SMA Peringkat
keterampilan berpikir kritis siswa dengan Atas dan Menengah. JPII 1 (1) (2012)
indikator lain dapat digunakan sebagai 21-26.
perbandingan. Kedua, terdapat enam jenjang Mapeala, R, dan Siew, N. M. (2015). The
dengan tahap perkembangan yang berbeda- development and validation of a test
beda di sekolah dasar. Oleh karena itu, perlu of science critical thinking for fifth. A
adanya upaya pengukuran keterampilan Spriger Open Journal 4:741 DOI
berpikir kritis siswa diberbagai jenjang untuk 10.1186/s40064-0151535-0.
mencapai kerangka keterampilan berpikir kritis Rahmadani, S., Jamaluddin, Zulkifli, L. (2015).
siswa sekolah dasar. Pengembangan Panduan praktikum
Biologi dan Instrumen Penilaian Kinerja
DAFTAR PUSTAKA Praktikum Berbasis Model
BSNP. (2007). Panduan Penyusunan Kurikulum Pembelajaran Kooperatif dan
Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Efektivitasnya terhadap Kemampuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Berpikir Kritis Siswa SMA/MA Kelas XI. E-
Jakarta: Badan Standar Nasional Journal Penelitian Pendidikan IPA.
Pendidikan. 2015, Vol 1, No, 2.
Ennis, R. H. (1989). Critical thinking and subject Snyder, L.G., & Snyder M.J. (2008). Teaching
specificity: Clarification and needed Critical Thinking and Problem Solving
research. Educational Researcher, Skills. The Delta Pi Epsilon Journal, L (2):
18.3, 4-10. 90-99.
Ennis, R. H. (2011). The Nature of Critical Susilo, Herawati. (2011). Blended Learning untuk
Thinking: An Outline of Critical Thinking Menyiapkan Siswa Hidup di Abad 21.
Dispositions and Abilities. University of Makalah disajikan dalam Seminar
Illinois. Diakses dari: Blended Learning di Universitas Negeri
http://www.faculty.education.illinois.e Malang, Malang, 13 November 2011.
(Online), diakses pada 1 Agustus 2019.

[96]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Hart, Diane. (1994). Authentic Assessment A


handbook for Educators. California, New
York: Addison Wesley Publishing
Company.
Nitko, A.J. & Brookhart, S.M. (2011). Educational
assessment of student 6th. Boston:
Pearson Education, Inc.
Piaget, J. (1959). The Growth of Logical
Thinking from Childhood to
Adolescence. New York: Basic Books.
Potter, Perry. (2010). Fundamental of Nursing:
Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3.
Jakarta: EG.

[97]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

ANALISIS KETERAMPILAN SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SEKOLAH DASAR


INKLUSI
Melik Budiarti1 & Candra Dewi2
Universitas PGRI Madiun1,2
melik@unipma.ac.id

ABSTRAK

Keterampilan sosial sangat diperlukan untuk siswa di sekolah maupun dalam lingkungan
sosialnya karena mendukung interaksi antara teman, guru dan dalam lingkungan sosial yang lebih
luas. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi keterampilan sosial yang salah satunya berhubungan
dengan kemampuan social kognitif. Siswa tunagrahita ringan mempunyai karakteristik kemampuan IQ
antara 55 sampai dengan 70 dan kemampuan adaptif yang terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan mempetakan keterampilan sosial anak tunagrahita ringan di sekolah dasar
inklusi yang berdampak pada kemampuan anak dengan proses belajar mengajar di sekolah maupun
berhubungan dengan interaksinya dengan teman sebaya dan lingkungan sekolah. Penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Inklusi. Penelitian dilakukan pada tahun ajaran 2019/2019 dalam jangka waktu
selama 7 bulan yaitu dari bulan April sampai dengan bulan November. Subjek penelitian siswa
tunagrahita ringan. Berdasarkan data yang dikumpulkan bahwa siswa tunagrahita ringan mengalami
kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya baik dalam sekolah maupun di rumah. Siswa
tunagrahita cenderung pasif dalam bertinteraksi.

Kata kunci: keterampilan sosial, tunagrahita, sekolah dasar

[98]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN interaksi antara teman, guru dan dalam


lingkungan sosial yang lebih luas (Mazurik
Sebagai mahkluk sosial, keterampilan
Charles & Stefanou, 2010). Keterampilan sosial
sosial adalah periha lyang berperan penting
ini dikelompokkan menjadi enam kategori (L. K.
dalam bermasyarakat. Karena kodrat manusia
Elksnin & Elksnin, 1998) (1) Interpersonal
sebagai mahkluk sosial, individu akan selalu
behaviors meliputi keterampilan ―pertemanan
berhubungan dengan orang lain dalam
persahabatan‖, (2) Peer-pleasing social
segala segi kehidupannya. Keterampilan sosial
skillsadalah keterampilan sosial yang
diperlukan pada saat individu melakukan
menyenangkan teman (dihargai dan
interaksi sosial dengan individu yang lain. suatu
menghargai) teman sekelas, (3) Teacher-
ionteraksi bisa terjadi apabila ada komunikasi
pleasing social skills merupakan ketrampilan
yang terjalin anatara individu dengan individu,
yang berhubungan dengan keberhasilan di
individu dengan kelompok atau kelompok
sekolah, (4) Self-related behaviors keterampilan
dengan kelompok. Interaksi sosaial adalah
ini memungkinkan siswa menilai situasi sosial
suatu jalinan yang dinamis yang
dan memilih keterampilan yang sesuai, (5)
menghubungkan antara individu dengan
Assertiveness skillsmerupakan keterampilan
individu lain, kelompok dengan kelompok lain,
untuk mengekspresikan kebutuhannya, (6)
ataupun individu dengan suatu kelompok
Communication skills merupakan keterampilam
tertentu. (Basrowi, 2014).
komunikasi atau bereaksi terhadap
Keterampilan sosial didefinisikan sebagai
pembicaraan.
perilaku menguntungkan membuat individu
Ada beberapa aspek yang
untuk melakukan interaksi dengan indivdu
mempengaruhi keterampilan sosial menurut
yang lain melalu cara yang efektif dan
Davis dan Forsythe (1983) antara lain: (1)
mendapatkan reaksi positif dan menghindari
keluarga, anak yang mendapatkan kepuasan
reaksi negatif (Elliott 2001). Sehingga dapat
psikis dalam keluarga dapat dengan mudah
diartikan bahwa keterampilan sosial adalah
mengebangkan ketrampilan sosialnya. (2)
suatu istilah yang berhubungan dengan
Kondisi dari dalam diri siswa antara lain
kegiatan melakukan interaksi dengan
kemampuan sosial kognitif, temperamen dan
lingkungan sosialnya. Merujuk pada pendapat
regulasi emosi. (3) Lingkungan, pemahaman
Samanci (2010) yang menelaskan bahwa
terhadap lingkungan sosialnya. (4)
keterampilan sosial adalah bagian dari
Kepribadian, peran orang tua dalam
kemampuan yang diperlukan dalam
menanamkan nilai-nilai yang menghargai
melakukan komunikasi atau berinterakdi
harkat dan martabat orang lain.
dengan sosial dan dapat melakukan adaptasi
Karakteristik dasar siswa tunagrahita
dengan lingkungannya. Sedangkan
adalah kurangnya keterampilan sosial dan
keterampilan Sosial (Social Skills) menurut
perilaku sosialtidak pantas. Penelitian yang
Cartledge dan Milburn (1995) adalah
dilakukan oleh Beheshtifar &Norozy (2013)
kemampuan idnividu dalam melakukan
keterampilan sosial anak tunagrahita
kegiatan interaksi dengan individu lain dan
menyebabkan anak sulit beradaptasi dengan
diiringi dengan memapuan dalam
lingkungan sosialnya atau menimbulkan
pemecahan masalah. Keterampilan sosial
perilaku antisosial yang dan menyumbang
terlihat dalam sikap dan perilaku sehari-hari,
prediksi utama faktor kehilangan pekerjaan.
misalnya dalam hal berinteraksi, beradaptasi,
Akibatnya perlu dilakukan identifikasi kekuatan
keikutsertaan dalam kelompok kegiatan,
dan kelemahan siswa tunagrahitaringan dari
kemampuan dalam memecahkan masalah
berbagai bidang keterampilan sosialnya.
dan kemampuan untuk berkembang dalam
Dengan mengetahui pemetaan kelemahan
kehidupan bermasyarakat. Unsur dalam
dan kekuatan keterampilan sosial siswa
keterampilan sosial adalah adanya interaksi
tunagrahita ringan memudahkan guru dalam
sosial antar individu. Interaksi sosial diartikan
melakukan intervensi untuk meningkatkan
sebagai hubungan antar seseorang dengan
keterampilan sosial siswa sehingga siswa dapat
orang lain, seseorang dengan kelompok, atau
bertahan dalam lingkungan sosialnya baik di
kelompok dengan kelompok. (Basrowi: 2014).
tingkat sekolah yang berhubungan dengan
Keterampilan sosial sangat diperlukan
kegiatan belajaar mengajar maupun
untuk siswa di sekolah maupun dalam
lingkungan yang lebih luas.
lingkungan sosialnya karena mendukung

[99]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

METODE PENELITIAN diminta oleh guru meskipun dengan suara


Pendekatan deskriptif kualitatif yang lemah dan terdengar ragu-ragu. Teman-
diugunakan dalam melaksanakan penelitian. teman yang ada dikelas berusaha untuk
Pada penelitian yang dilaksanakan ini tidak membantu siswa tunagrahita dan mereka
adanya perlakuan atau treatment kepada menyadari bahwa siswa tunagrahita
variabel penelitian. Semua variabel yang ada memerlukan perhatian dan bantuan mereka.
pada penelitian berlangsung apa adanya Selain itu guru juga menggunakan metode
tanpa adanya manipulasi dari peneliti. Tujuan diskusi, hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
dari penelitian ini adalah untuk menganalisa berinteraksi dengan teman dan pembelajaran
dari keterampilan sosial siswa tunagrahita akan lebih menyenangkan. Pada kegiatan
ringan yang ada di sekolah inklusi. disuksi siswa tunagrahita diikutkan dalam satu
Subjek yang digunakan adalah kepala kelompok yang telah dibuat. Siswa tersebut
sekolah, guru kelas dan siswa yang berada juga diberi pembagian tugas oleh teman satu
disekitar responden, orang tua siswa kelompoknya. Setelah guru memberikan
tunagrahita dan siswa tunagrahita itu sendiri. penjelasan mengenai tata cara berkelompok
Instrumen yang digunakan adalah peneliti itu secara klasikal, kemudian guru mendatangi
sendiri. Karena peneliti adalah instrumen siswa tunagrahita dan memberikan penjelasan
penelitian maka seorang peneliti harus secara individual mengenai tata cara
menguasai metode penelitian, mempunyai berkelompok. Dalam kegiatan diskusi siswa
wawasan untuk melakukan penelitian, dan tunagrahita masih cenderung aktif meskipun
tingkat kesiapan peneliti itu sendiri. Pada sesekali dibantu oleh temannya. Ketika dia
penelitian ini, data yang digunakan adalah mengalami kesulitan, enggan bertanya
berupa data murni tanpa ada modifikasi dari kepada guru dan teman-temannya.
peneliti, sumber data yang digunakan adalah Komunikasi antara AS dan ibunya juga
sumber data primer, dan penelitian ini lebih tidak berjalan dengan lancar. AS banyak diam
banyak menggunakan teknik penguumpulan daripada menjawab. Ibunya banyak bertanya
data berupa observasi, wawancara secara kepada AS, namun AS tidak menjawab.
mendalam, dan dikumentasi. Penelitian ini Namun, ibunya tetap berusaha memahami
menggunakan teknik analisis yang apa yang diinginkan oleh anaknya. Ayah AS
mengadopsi dari Miles dan Huberman yang jarang di rumah sehingga interaksi antara AS
terdiri dari reduksi data, penyaian data dan dengan ayahnya juga jarang.
verifikasi atau penraikan kesimpulan. Dalam kegiatan bermain di rumah, AS
memiliki banyak mainan yang bisa d gunakan
ketika di rumah. Ibunya menyadari anaknya
HASIL DAN PEMBAHASAN
memiliki keterbelakangan dan kesulitan untuk
Siswa tunagrahita mendapatkan melakukan interaksi dengan teman-temannya,
perlakuan yang berbeda dari guru. Pada sehingga ibunya membelikan banyak mainan
sekolah tempat kami melakukan penelitian, supaya dia tidak bosan di rumah. Mainan yang
guru kelas selain memberikan pembelajaran ada seperti berbagai macam boneka, lego,
terhadap siswa yang normal juga harus mainan memasak dan lain-lain. AS jarang
membimbing siswa tunagrahita yang ada untuk main di luar rumah. AS hanya mau pergi
dikelasnya. Dalam pembelajaran di kelas, bermain keluar rumah apabila dengan
siswa tunagrahita mengikuti pembelajaran tetangganya yang masih TK. Dalam bermain
bersama dengan teman-teman yang lain. dengan temannya di luar rumah, tidak banyak
Namun, dalam pembelajaran dia cenderung interaksi yang terjadi. Mereka olah bermain
pasif. Pada pembelajaran, guru menggunakan sendiri-sendiri namun dilakukan secara
beberapa metode pembelajaran untuk bersamaan. Permaianan hanya dilakukan di
mempermudah siswa dalam belajar. Salah sekitar rumah AS karena AS tidak bersedia
satu metode yang digunakan adalah metode untuk bermain jauh dari rumahnya.
tanya jawab. Ketika siswa tunagrahita
diberikan pertanyaan yang sederhana oleh
SIMPULAN
guru, siswa tersebut hanya diam. Namun, guru
berusaha membantu siswa dengan meminta Pada penelitian yang telah
siswa menirukan ucapan guru. Siswa dilaksanakan keseimpulannya adalag siswa
tunagrahita ringan dapat menirukan apa yang tunagrahita memiliki gangguan dalam

[100]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

melakukan komunikasi. Gangguan komunikasi training: Application acrossthe life span


tersebut akan mempengaruhi keterampilan (Vol. 1). Oxford: Pergamon Press.
sosial siswa. Gangguan komunikasi siswa
Duffy, Karen G. (2004). Adolescent Psychology.
mental retardasi meliputi gangguan
Annual Edition .McGraw Hill.
komunikasi reseptif dan ekspresif. Pada
gangguan reseptif ini terlihat bahwa Davis dan Forsythe. (1983). Social skills training
responden tidak dapat menjawab ketika and delinquency. In C. R. Hollinand P.
ditanya oleh seseorang hal ini menunjukkan Trower (Eds.) ,Handbook of social skills
bahwa responden tidak memahami training: Application acrossthe life span
pertanyaan yang diberikan. Selain itu juga (Vol. 1).Oxford: Pergamon Press.
mengalami gangguan ekspresif yang
Simons, R. L., Whitbeck, L.B., Conger- Rand, D.,
ditunjukkan dengan responden tidak dapat
& Conger, K. J. (1991). Journal of Youth
mengungkapkan apa yang ada dalam
&Adolescence, 20(6), 645-664.
pikirannya melalui perkataan. Hal seperti ini
membuat responden kesulitan melakukan Eleby, Jr. Calvin. (2009). The Impact of a
komunikasi dan bertinteraksi dengan orang Student's Lack of Social Skills on Their
lain. Academic Skills in High School.
Saran yang diberikan peneliti setelah
Elksnin, L. K., &Elksnin, N. (1998). Teaching social
diadakan penelitian ini antara lain, untuk pihak
skills to students with learning and
sekolah sebaiknya diberikan bimbingan khusus
behavior problems. Intervention in
kepada siswa tunagrahita ringan dalam
School and Clinic, 33,131–140
melakukan pembelajaran selain itu diberikan
pula keterampilan khusus yang bisa digunakan Elliott SN, Malecki CK, Demaray MK. (2001) New
siswa sebagai bekal dalam hidupnya kelak. directions in social skills assessment and
Untuk orang tua, sebaiknya orang tua terus intervention for elementary and middle
memberikan perhatian khusus kepada anak school students.
tunagrahita, terutama dalam hal keterampilan Fathi, Soroush,Fakoury, Hanieh., &Guivi,
sosial. Karena keterampilan sosial penting bagi HosseinBashiri. (2014). Review of Theory
anak untuk dapat bersosialisasi dengan of Mind and Social Skills of Educable
lingkungannya sehingga dia dapat hidup Mentally-retarded Boys. International
berdampingan dengan masyarakat yang lain. Journal of Social Sciences (IJSS) Vol.4,
No.3.
DAFTAR PUSTAKA
Harvey, Joel., Rogers, Andrew & law, Heater.
Basrowi.(2014). Pengantar Sosiologi. Bogor: (2015). Young People in Forensic Mental
Ghalia Indonesia Health Settings: Psychological Thinking
Beheshtifar,Malikeh&Norozy,Taebe. (2013). and Practice. London:Palgrave
Social Skills: A Factor to Employees' Macmillan
Success. International Journal of Heward, William L. (2009). Exceptional Children:
Academic Research in Business and An Introduction to Special Education.
Social Sciences. March 2013, Vol. 3, No. United State of America: Pearson
3 Education
Cartledge, G. & Millburn, J. F. (1995). Teaching Jarolimek, John.dan Parker, Walter C. (1993).
Social Skills to Children Social Studies In Elementary Education:
&Youth.Innovative Aproach, 3rd ed. Ninth Edition. New York: Macmillan
Massachussets: Allyn& Bacon. Publishing Company.

Combs, M. L., &Slaby, D.A .(1977). Social skills Matson, Johnny L,dkk. (2010). The Relationship
training with children.In B. Lahey& A. Of Social Skills To Psychopathology For
Kazdin (Eds.), Advences in clinical child Individuals With Mild And Moderate
psychology (Vol.1). New York: Plenum. Mental Retardation. The British Journal of
Developmental Disabilities Vol. 46, Part 1,
Davis & Forsythe. (1983). Social skills training January 2000, No. 90.
and delinquency. In C. R. Hollinand P.
Trower (Eds.) ,Handbook of social skills

[101]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Mazurik Charles, R., &Stefanou, C. (2010). Using


paraprofesionals to teach social skills to
children with autism spectrum disorders
in the general education classroom.
Journal of Instructional Psychology, 37(2),
161-169.

Merrell, K. W., &Gimpel, G. (1998). Social skills of


children and adolescents. Mahwah, NJ:
Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Nawawi Hadari. (2003). Metode Penelitian


Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press.
Samanci, Osman. (2010). Teacher views on
social skills development in primary
school student. Journal Education.
131(1), 33 – 45.

Spence, Susan H. (2003). Social Skills Training


with Children and Young People :
Theory, Evidence and Practice. Child
and Adolescent Mental Health, Vol 8. No
2. University Of Queensland.

[102]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PROFIL PERKULIAHAN MAHASISWA PGSD UM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E


UNTUK MENANAMKAN KONSEP PERMUTASI DAN KOMBINASI
Mochamad Bahtiar Arif1, Armando. G. Orlando Nguru2, Oktania Anggraini Wulandari3 , Firman Tsabit
Abqari4
1 Universitas Islam Raden Rahmat Malang

2Universitas Kanjuruhan Malang

3 Pasca Sarjana Universitas Muhammadiah Malang

4 SDN Saobi 1

Abstract

The purpose of this study was to describe the lecture process with the 5E Learning Cycle learning
model to embed permutation and combination concepts in Semester 1 Elementary School Teacher
Education Students. This research is descriptive exploratory research. The research subjects were
Students Offering E8 Study Program for Teacher Education in Elementary School of State University of
Malang Year 2018/2019. Data collection techniques were carried out by observation, test results,
learning evaluation questionnaire. The results of this study that lectures with the 5E Learning Cycle
Model to embed concepts are 5 stages: Engagemen, Exploration, Explanation, Elaboration, and
Evaluation. In Learning Evaluation there are 5 Students get 70-80 scores, 20 Students get 81-90, and 10
Students get 91-100 scores. The 5E Learning Cycle Model is a learning model that can be integrated
with technology in instilling permutation and combination concepts to make students active,
reasoning, creative thinking.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripisikan proses perkuliahan dengan model
pembelajaran Learning Cycle 5E untuk menanamkan konsep permutasi dan kombinasi pada
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Semester 1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
exploratif. Subjek penelitiian adalah Mahasiswa Offering E8 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Negeri Malang Tahun Akademik 2018/2019. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, hasil tes, angket evaluasi pembelajaran. Hasil penelitian ini bahwa perkuliahan
dengan Model Learning Cycle 5E untuk menanamkan konsep terdapat 5 tahap yaitu: Engagement,
Exploration, Explanation, Elaboration, dan Evaluation. Pada Evaluasi Pembelajaran terdapat 5
Mahasiswa memperoleh nilai 70-80, 20 Mahasiswa memperoleh nilai 81-90, dan 10 Mahasiswa
memperoleh nilai 91-100. Model Learning Cycle 5E adalah model pembelajaran yang dapat
diintegrasikan dengan teknologi dalam menanamkan konsep permutasi dan kombinasi dapat
menjadikan mahasiswa aktif, menalar, berfikir kreatif.

[103]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN dapat menganalisis dan mensintesis terhadap


Pendidikan merupakan faktor penting apa yang dilakukan di kelas. Dalam hal ini
dalam menentukan masa depan dan berarti dengan melakukan lesson study,
kelangsungan hidup suatu bangsa. Masalah pendidik dapat memperbaiki praktik
pendidikan menjadi perhatian serius bagi pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif
bangsa Indonesia mengingat pentingnya (Suwandi, 2008). Penelitian yang telah
peranan pendidikan dalam kemajuan bangsa. dilakukan dalam jurnal berjudul ―Improving
Oleh karena itu, pemerintah berupaya Learning and Teaching Through Action
melakukan perbaikan dan pembaharuan Research‖ menyebutkan bahwa lesson
secara bertahap dan terus menerus untuk studypraktis dilakukan, pembelajaran akan
membentuk sistem pendidikan. Pendidikan berlangsung lebih terencana, dan tujuan
merupakan masalah yang kompleks, sehingga pembelajaran akan tercapai (Noudushan,
dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas 2009). Selain itu, juga telah dilakukan penelitian
pendidikan mencakup berbagai bidang di yang menyatakan bahwa lesson study adalah
antaranya peningkatan sarana dan prasarana, kesempatan paling baik untuk menjadikan
perubahan kurikulum dan proses belajar sekolah sebagai tempat yang lebih baik untuk
mengajar, peningkatan kualitas guru, dan siswa dan pendidik. Lesson study akan
usaha-usaha lain yang tercakup dalam memberikan dampak positif pada proses
komponen pendidikan. pembelajaran bila siswa dan pendidik terlibat
Keberhasilan proses belajar mengajar aktif di dalamnya (Hendricks, 2009). Salah satu
merupakan hal utama yang diharapkan upaya untuk menanamkan konsep pada
dalam melaksanakan pendidikan. Komponen materi permutasi dan kombinasi pada
utama dalam kegiatan belajar mengajar mahasiswa PGSD semester satu adalah
adalah siswa dan guru, dalam hal ini siswa dengan menerapkan model pembelajaran
yang menjadi subjek belajar, bukan menjadi siklus belajar 5E (learning cycle 5E).
objek belajar. Oleh karena itu, paradigma Model ini merupakan upaya untuk
pembelajaran yang berpusat pada guru meningkatkan keaktifan mahasiswa di dalam
(teacher centered learning) hendaknya kelas sehingga pembelajaran tidak hanya
diubah menjadi pembelajaran yang berpusat berpusat pada dosen. Selain itu, penggunaan
pada siswa atau student centered learning media peta konsep juga diterapkan dengan
(BSNP, 2006). tujuan untuk memudahkan siswa dalam
Mahasiswa hanya disuruh mengerjakan memahami konsep-konsep pada materi yang
saja dan tidak diberi kesempatan untuk sudah disebutkan. Hasil penelitian yang
mengungkapkan sejauh mana pemahaman berjudul ―Implementasi Model Pembelajaran
mereka terkait materi yang telah disampaikan Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan
oleh guru. Selain itu, siswa yang kurang Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
memahami materi cenderung hanya Kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman‖ menunjukkan
mencontoh pekerjaan teman tanpa berusaha bahwa pembelajaran Matematika
mengerjakan sendiri. Hal inilah yang menggunakan model learning cycle 5E telah
menyebabkan kebanyakan mahasiswa mampu membuat siswa Kelas IX B SMP Negeri 2
menyatakan bahwa Mata Kuliah Konsep Dasar Sleman memiliki kemampuan komunikasi
Matematika Sekolah sebagai mata kuliah yang matematis yang baik (Agustyaningrum, 2010).
membosankan. Berdasarkan latar belakang masalah dan
Berbagai permasalahan di atas beberapa penelitian terdahulu yang telah
merupakan masalah yang mendesak untuk diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini
dipecahkan dengan penelitian deskriptif dilakukan penelitian yang berjudul ―Profil
eksploratif yang bertujuan untuk Perkuliahan dengan Model Learning Cycle 5E
mendeskripsikan guna untuk memberikan untuk menanamkan konsep permutasi dan
informasi sebagai bahan perbaikan atau kombinasi pada mahasiswa PGSD semester
peningkatan kualitas pembelajaran. Dalam satu Universitas Negeri Malang. Penelitian ini
penelitian deskriptif eksploratif, peneliti dapat bertujuan untuk medeskripsikan bagaimana
mengamati sendiri praktik pembelajaran dan profil perkuliahan dengan menggunakan
dapat melakukan penelitian terhadap siswa model learning cycle 5e untuk menanamkan
dilihat dari segi aspek interaksinya dalam konsep permutasi dan kombinasi pada
proses pembelajaran. Peneliti secara refleksi mahasiswa PGSD semester satu Universitas

[104]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Negeri Malang. Penelitian ini diharapkan 3. Di sebuah kotak terdapat 3 kelereng merah
mampu memberikan informasi yang dan 4 kelereng putih. Ada berapa banyak
bermanfaat kepada dosen dan pembaca cara kelereng merah dan putih apabila
sehingga dapat merancang suatu masing masing kelereng merah dan putih
pembelajaran yang mampu membantu diambil dua?
semua mahasiswa dalam menanamkan
konsep matematika khususnya materi HASIL DAN PEMBAHASAN
permutasi dan kombinasi. Profil perkuliahan dengan model
learning cycyle 5E untuk menanamkan konsep
METODE PENELITIAN permutasi dan kombinasi terdapat beberapa
Penelitian ini menggunakan pendekatan tahap pembelajaran yakni pada tahap
kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilakukan di engagement terjadi proses pembelajaran
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar terkait apersepsi materi, perkenalan materi
(PGSD) Universitas Negeri Malang (UM) yang dengan menyampaikan kompetensi dasar dan
berada di Jalan Ki Ageng Gribig No. 45 indikator pencapaian kompetensi, tanya
Malang, Jawa Timur dengan jumlah subjek jawab untuk eksplorasi mahasiswa dari
penelitian sebanyak 35 mahasiswa. Instrumen pengalaman awal, ide-ide untuk mengetahui
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemungkinan terjadi miskonsepsi.
soal tes subjektif yang berupa evaluasi Pada Tahap Exploration dosen model
dengan materi permutasi dan kombinasi untuk membentuk kelompok mahasiswa memutar
mengetahui bagaimana pemahaman konsep video terkait materi permutasi dan kombinasi
mahasiswa terkait materi permutasi dan sebagai penanaman konsep yang isinya
kombinasi. Teknik yang digunakan adalah terdapat 4 experimen yakni:
teknik tes dan angket, Teknik ini merupakan a. Experimen 1 terkait penuangan 3 air
cara mengumpulan data pada penelitian. berwarna:
Mereduksi, menyusun atau menyajikan 1.1. Penuangan air 3 berwarna dengan
data, dan menganalisis data atau menarik urutan kuning, merah, hijau hasilnya
kesimpulan merupakan teknik analisis data adalah warna orange
yang digunakan. Setiap tahap dijelaskan 1.2. Penuangan air 3 berwarna dengan
sebagai berikut: 1) Mereduksi data yang terdiri urutan merah, hijau, kuning hasilnya
dari memeriksa dan menelaah hasil tes yang adalah warna orange
diberikan kepada mahasiswa untuk selanjutnya 1.3. Penuangan air 3 berwarna dengan
dibuatkan transkrip data. Dari hasil transkrip urutan hijau, kuning, merah hasilnya
maka data yang tidak relevan akan dibuang adalah warna orange
untuk selanjutnya dibuat ringkasan yang Dari 3 experimen penuangan air dengan
terorganisir. 2) Data yang disajikan disusun urutan yang berbeda mahasiswa diminta
dengan rapi dan terorganisir. 3) Menarik untuk memberikan kesimpulan apakah
kesimpulan berdasarkan pada hasil yang ketiga experimen tersebut hasilnya sama?
diperoleh di lapangan. Instrumen terdiri dari
b. Experimen 2 terkait warna bendera dari
soal evaluasi dan angket evaluasi model
dua negara yang berbeda yakni merah
learning cycle 5E. Instrumen tes dapat dilihat
putih adalah bendera Indonesia, dan
pada soal berikut:
putih merah adalah Polandia. Kemudian
1. Menggunakan angka 1, 3, 5, 7, dan 9,
mahasiswa juga diminta untuk
dengan tidak ada pengulangan digit,
memberikan kesimpulan apakah kedua
berapa banyak :
bendera tersebut hasilnya sama?
a. Bilangan satu digit dapat dibuat?
b. Bilangan dua digit dapat dibuat?
c. Experimen 3 adalah rekruitmen calon
c. Bilangan tiga digit dapat dibuat?
karyawan cleaning service apabila
d. Bilangan empat digit dapat dibuat?
terdapat 3 macam pemanggilan yakni
e. Bilangan lima digit dapat dibuat?
pemanggilan pertama dengan urutan
2. Tentukan banyak kemungkinan cara 5
Budi, Danu, dan Broto, pemanggilan
orang duduk dalam meja bundar dan
kedua dengan urutan Broto, Budi, dan
sertakan dengan gambarnya!
Danu, pemanggilan ketiga dengan urutan
Danu, Budi, dan Broto. Dari ketiga macam

[105]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

pemanggilan tersebut mahasiswa diminta Tahap Evaluasi. Mahasiswa melakukan


untuk memberikan kesimpulan apakah evaluasi diri dengan mengerjakan tes evaluasi.
ketiga macam pemanggilan tersebut Mahasiswa diminta menyimpulkan terkait
adalah hasilnya sama? materi yang sudah disampaikan dengan flow
diagram. Indikator keberhasilan dan kualitas
d. Experimen 4 adalah Keputusan Rapat pembelajaran dapat ditentukan dari
direksi CV Maju Terus yang menghasilkan 2 keterlibatan dan penguasaan konsep
keputusan pengangkatan Jabatan: mahasiswa dalam proses kegiatan belajar
Direktur adalah Budi, Asisten Direktur mengajar. Keterlibatan mahasiswa secara
adalah Danu, dan Sekretaris Direktur penuh dalam proses kegiatan belajar
adalah Broto. Kemudian keputusan mengajar akan mampu menciptakan suasana
pengangkatan jabatan yang kedua pembelajaran yang aktif dan berpusat pada
adalah Direktur adalah Broto, Asisten mahasiswa (student centered learning), yaitu
Direktur adalah Budi dan Sekretaris mahasiswa tidak hanya sebagai objek tetapi
Direktur adalah Danu. Kemudian juga sebagai subjek dalam proses
mahasiswa diminta untuk memberikan pembelajaran. Keaktifan mahasiswa dalam
kesimpulan apakah ketiganya hasilnya proses belajar mengajar ini selanjutnya
sama? mendukung keberhasilan siswa dalam
mencapai nilai yang maksimal, karena dengan
Kemudian pada video ditayangkan terlibat aktif, siswa akan lebih mampu
terkait kesimpulan dari 4 experimen diatas memahami materi yang sedang dipelajari.
bahwa experimen 1 dan 3 adalah contoh Siklus belajar 5E (learning cycle 5E) merupakan
kombinasi, experimen 2 dan 4 adalah contoh strategi pembelajaran aktif (active learning)
dari permutasi. Selanjutnya mahasiswa diminta yang dalam pelaksanaannya mahasiswa lebih
untuk berdiskusi terkait dengan konsep merasa bisa menalar, menganalisis, berpikir
permutasi dan kombinasi. Mahasiswa dari kreatif dan pembelajaran yang inovatif
perwakilan kelompok menyampaikan konsep berbasis teknologi, menuntut mahasiswa untuk
materi permutasi dan kombinasi dengan terlibat aktif selama proses belajar mengajar.
kalimatnya sendiri dan sesuai hasil diskusi. Dalam pembelajaran dengan learning cycle
(Mahasiswa dari perwakilan kelompok 5E mahasiswa aktif bertanya, menjawab,
memberikan bukti dan klarifikasi terkait mengerjakan soal ke depan, dan berdiskusi
penjelasan yang disampaikan bahwa kelompok untuk memecahkan permasalahan
kombinasi adalah tidak bergantung pada dan menemukan konsep sendiri bersama
urutan dan permutasi adalah bergantung kelompoknya.
pada urutan. Mahasiswa dari kelompok lain Flow diagram dapat membantu
memberikan tanggapan untuk mahasiswa untuk mempermudah memahami
membandingkan hasil diskusi masing-masing dan mengingat konsep-konsep yang ada
kelompok dan hasil dari tanggapan tersebut dalam materi permutasi dan kombinasi.
sama dengan kelompok yang menyampaikan Dengan keterampilan menyusun flow diagram,
sebelumnya. mahasiswa menjadi lebih mengerti dan
mengingat konsep-konsep yang ada.
Tahap Elaboration. Mahasiswa Berdasarkan observasi, angket, dan tes yang
mengerjakan soal-soal latihan dengan telah dilakukan selama proses pembelajaran,
berkelompok. penerapan siklus belajar 5E (learning cycle 5E)
Melakukan latihan soal setelah dilengkapi flow diagram dapat meningkatkan
mengexplorasi konsep-konsep pada tahap kualitas proses dan hasil belajar matematika
sebelumnya (Arya Wulandari, Sa’Dijah, As’Ari, materi permutasi dan kombinasi. Proses belajar
& Rahardjo, 2018) Tim KPL membimbing dan yang dimaksud adalah keaktifan siswa selama
merumuskan masalah yang ada pada soal proses pembelajaran, sedangkan hasil belajar
Mahasiswa (perwakilan kelompok) untuk yang dimaksud adalah nilai tes evaluasi
menuliskan jawaban yang di diskusikan. Tim KPL mahasiswa pada prestasi belajar kognitif.
meminta Kelompok lain untuk memberikan Keaktifan dan kepuasaan mahasiswa pada
tanggapan. model pembelajaran dinilai berdasarkan
angket yang diberikan kepada mahasiswa
pada tiap akhir pembelajaran. Selain itu, juga

[106]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

dilakukan observasi keaktifan siswa selama dalam penyelesaian dalam hal ini termasuk
kegiatan belajar mengajar berlangsung. kesalahan dalam menerima informasi.
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Evaluasi Hasil pekerjaan Subjek yang mendapatkan
Mahasiswa nilai 91-100
Rentang Nilai Jumlah
Mahasiswa
70-80 5
81-90 20
91-100 15

Hasil Pekerjaan Subjek 1 yang mendapatkan


nilai 70-80
Analisis: Subjek yang mendapatkan nilai
70-80 hanya dapat mengerjakan 2 soal saja,
soal nomor 1 dengan benar dan nomor 2
sudah benar namun kurang sempurna karena
tidak ada gambar dari konsep permutaasi siklis.

Gambar 3. Hasil Pekerjaan Subjek 3

Analisis: Subjek yang mendapatkan nilai


91-100 dapat mengerjakan 3 soal secara
tuntas dan benar namun beberapa ada yang
masih kurang dengan tidak menggambarkan
konsep permutasi siklis.

Gambar 1. Hasil Pekerjaan Subjek 1 Hasil Penilaian dari Instrumen penilaian model
pembelajaran (Bahan Evaluasi)
Hasil Pekerjaan Subjek 1 yang mendapatkan
nilai 81-90 Tabel 2. Rekapitulasi Instrumen penilaian
model pembelajaran (Bahan Evaluasi)
No Aspek Penilaian Ya Tidak
1 Saya senang dengan Model 35 5
Pembelajaran Learning Cycle
5E
2 Saya lebih bisa menalar, meng 37 3
analisis dan berfikir kreatif
3 Pembelajaran yang inovatif 40 0
berbasis teknologi
4 Pembelajaran yang menuntut 34 6
semua aktif
5 Pembelajaran yang 39 1
mengajarkan kerjasama
6 Dari pembelajaran ini saya bisa 37 2
mengerti arti menghargai
pendapat antar teman .
Gambar 2. Hasil Pekerjaan Subjek 2
7 Saya bisa mudah mengingat 40 0
konsep pembelajaran dengan
Analisis : Subjek yang mendapatkan
menggunakan bantuan
nilai 81-90 dapat mengerjakan 2 soal. Soal Diagram flow
nomor 1 dikerjakan secara tuntas dan benar, 8 Diagram flow lebih bermanfaat 40 0
soal nomor 2 dikerjakan dengan bena Hal ini untuk siswa dalam penanaman
sependapat dengan penelitian (Nasional, konsep
2016) bahwa kurangnya ketelitian dalam
membaca soal akan menyebabkan kesalahan

[107]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

No Aspek Penilaian Ya Tidak https://doi.org/10.1088/1742-


9 Saya ingin belajar lagi di materi 34 6 6596/1028/1/012153
selanjutnya dengan BSNP, 2006, Panduan Penyusunan Kurikulum
menggunakan model Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
pembelajaran Learning Cycle Pendidikan Dasar dan Menengah,
5E ini Jakarta.
10 Diagram Flow akan saya 34 6 Hendricks, C. (2009). Using Action Research to
gunakan di materi selanjutnya Improve Educational Practices, Journal
Analisis : Lebih dari 50% Mahasiswa of Curriculum and Instruction, 3 (1), 1-6.
memberikan jawaban ―ya‖ sehingga model Moleong, L.J. (1996) Metodologi Penelitian
Learning Cycle 5E ini baik digunakan untuk Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.
pembelejaran matematika selanjutnya. Hal ini Mulyasa. (2005). Implementasi Kurikulum
sependapat dengan penelitian (Pelajaran, Berbasis 2004. Remaja Rosdyakarya,
Rahayuningsih, Masykuri, & Utami, 2012) bahwa Bandung.
learning cycle 5e dapat digunakan dan Nasional, P. S. (2016). Seminar Nasional
diterapkan untuk pembelajaran Matematika. Pendidikan Matematika Universitas
Kanjuruhan Malang.
SIMPULAN Nodoushan, M.A.S. (2009). Improving Learning
Profil Perkuliahan dengan Model and Teaching Through Action Research,
Learning Cycle 5E untuk menanamkan konsep EnglishDepartment University of Zanjan,
terdapat 5 tahap yaitu: Engagement, Iran, 211-222.
Exploration, Explanation, Elaboration, dan Pelajaran, T., Rahayuningsih, R., Masykuri, M., &
Evaluation. Pada Evaluasi Pembelajaran Utami, B. (2012). DISERTAI PETA KONSEP
Terdapat 5 Mahasiswa memperoleh nilai 70-80, UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES
20 Mahasiswa memperoleh nilai 81-90, dan 10 DAN HASIL BELAJAR KIMIA PADA MATERI
Mahasiswa memperoleh nilai 91-100 Model KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
Learning Cycle 5E adalah model KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 KARTASURA,
pembelajaran yang dapat diintegrasikan 1(1), 51–58.
dengan teknologi dalam menanamkan konsep Rajagukguk, S. (2007) Efektivitas Pembelajaran
permutasi dan kombinasi dapat menjadikan Kimia dengan Menggunakan Media
mahasiswa aktif, menalar, berfikir kreatif. Peta Konsep. 71-75.
Untuk Perkuliahan Mahasiswa Supardi dan Suhardjono. (2011). Strategi
diharapkan menggunakan model kooperatif Menyusun Penelitian Tindakan Kelas,
agar mahasiswa lebih memahami konsep Penerbit Andi, Yogyakarta.
dengan mudah. Suwandi, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas
dan Penulisan Karya Ilmiah, Modul
DAFTAR RUJUKAN Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
(PLPG) Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13,
Agustyaningrum, N. (2010). Implementasi
Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Surakarta.
untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Kelas IXB
SMP Negeri 2 Sleman, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2008).
Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara,
Jakarta.
Arya Wulandari, I. G. A. P., Sa’Dijah, C., As’Ari,
A. R., & Rahardjo, S. (2018). Modified
Guided Discovery Model  : A
conceptual Framework for Designing
Learning Model Using Guided Discovery
to Promote Student’s Analytical Thinking
Skills. Journal of Physics: Conference
Series, 1028(1).

[108]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

HUBUNGAN PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN


MACROMEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS
SISWA KELAS VI SD PADA MATERI BANGUN DATAR

Patri Janson Silaban1, Asnita Hasibuan2


Program Studi Pendidikan Dasar, Universitas Katolik Santo Thomas Medan, Indonesia Email:
patri_silaban280388@yahoo.co.id1, asnita103hasibuan@gmail.com 2

Abstrak

Masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran jarang menggunakan media dalam
pembelajaran, kemampuan pemahaman matematis siswa masih rendah dalam pembelajaran
Matematika materi bangun datar, minimnya media pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengembangan media pembelajaran Matematika berbantuan Macromedia
Flash terkait materi bangun datar. Metode penelitian ini dengan menggunakan penelitian dan
pengembangan (Research and Development). Model pengembangan perangkat 4-D terdiri dari 4
tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi
model 4-D yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran. Pada ujicoba
lapangan nilai rata-rata pretes yaitu 68,24 sedangkan nilai rata-rata postes yaitu 86,76. Peningkatan
rata-rata sebesar 18,52. Nilai gain minimal sebesar 0,62 sedangkan nilai gain maksimal sebesar 1,00.
Pada ujicoba penyebaran nilai rata-rata pretes yaitu 60.33 sedangkan nilai rata-rata postes yaitu 81.33.
Peningkatan rata-rata sebesar 21. Nilai gain minimal sebesar 0,77 sedangkan nilai gain maksimal
sebesar 0,83. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa korelasi antara media pembelajaran
berbantuan macromedia flash dengan kemampuan pemahaman matematis siswa adalah 0,876.
Dengan model summary bahwa Nilai R yang merupakan simbol dari nilai koefisien korelasi sebesar
0,876. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa hubungan media pembelajaran berbantuan
macromedia flash dan kemampuan pemahaman matematis siswa kuat. Melalui uji model summary
nilai R Square atau koefisien determinasi (KD) yang diperoleh adalah 76,7% yang dapat diartikan
bahwa variabel media pembelajaran berbantuan macromedia flash memiliki pengaruh kontribusi
sebesar 76,7% terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa dan 23,3% lainnya dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain di luar variabel media pembelajaran berbantuan macromedia flash. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa dengan menggunakan media pembelajaran Matematika
berbantuan macromedia flash dalam pembelajaran terkait materi bangun datar memilihi hubungan
yang signifikan terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa.

Kata Kunci: Media Pembelajaran Matematika, Macromedia Flash, Pemahaman Matematis

[109]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN informasi (internet) dengan memanfaatkan suatu


media yang disebut komputer. Penggunaan
Matematika adalah ilmu universal yang media dalam pembelajaran Matematika sangat
mendasari dari perkembangan teknologi diperlukan karena media mempunyai kelebihan
modern saat ini, memiliki peran yang penting kemampuan teknis, mampu menyajikan
dalam berbagai disiplin serta untuk memajukan kelebihan suatu peristiwa secara nyata, terpadu
daya pikir manusia. Perkembangan pesat pada atau menyajikan konsep utuh dan benar serta
bidang teknologi informasi serta komunikasi saat menjadi saluran atau perantara dalam
ini dilandasi karena perkembangan matematika menyampaikan pesan kepada peserta didik.
pada bidang teori bilangan, analisis, teori Guru juga diharapkan dapat menggunakan
peluang, aljabar, serta diskrit. Agar dapat media pembelajaran yang sesuai dengan
menguasai serta untuk menciptakan teknologi keadaan siswa agar dapat meningkatkan
pada masa yang akan datang, maka diperlukan kemampuan pemahaman matematis pada
penguasaan di bidang Matematika yang kuat mata pelajaran Matematika salah satu
sejak dini. diantaranya dengan menggunakan media
Pada kenyataan di lapangan proses berbantuan macromedia flash. Macromedia
pembelajaran Matematika yang dilaksanakan flash merupakan cara belajar yang efektif,
pada saat ini belum memenuhi harapan para efesien, dan menyenangkan.
guru sebagai pengembangan strategi Untuk menyikapi permasalahan yang
pembelajaran di kelas. Siswa mengalami timbul dalam proses pembelajaran Matematika,
kesulitan dalam belajar matematika, khususnya perlu dicari solusi pendekatan pembelajaran
dalam menyelesaikan soal yang berhubungan yang dapat mengakomodasi pengembangan
dengan kemampuan pemahaman matematis media pembelajaran matematika berbantuan
siswa. Dengan demikian, kemampuan Macromedia Flash untuk meningkatkan
pemahaman matematis merupakan faktor yang kemampuan pemahaman matematis siswa kelas
sangat penting bagi perkembangan kognitif VI SD semakin meningkat sehingga hasil belajar
siswa dan mempengaruhi motivasi belajar siswa juga semakin baik.
Matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dalam Berdasarkan latar belakang di atas, yang
mengukur kemampuan pemahaman matematis menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini
siswa sebagai berikut: Luas sebuah persegi adalah:
adalah 64 cm2. Berapakah cm kah sisi bangun 1. Siswa kurang tertarik dalam belajar
persegi tersebut? Dalam penyelesaikan soal Matematika
tersebut diharapkan siswa menyelesaikan 2. Kurangnya kemampuan pemahaman siswa
dengan mencari panjang sisi persegi, namun 3. Guru kurang terampil dalam
kebanyakan siswa tidak bisa menyelesaikan soal pengembangan media pembelajaran
karena siswa menyelesaikan soal tersebut Adapun yang menjadi batasan masalah
dengan memasukkan angka yang ada dalam dalam penelitian ini adalah: Pengembangan
soal kedalam rumus luas persegi. Hal ini siswa media pembelajaran Matematika berbantuan
kurang memahami langkah-langkah Macromedia Flash untuk meningkatkan
penyelesaian masalah karena siswa tidak kemampuan pemahaman matematis siswa kelas
memiliki kemampuan pemahaman matematis, VI SD pada materi bangun datar. Adapun yang
dimana seharusnya dari tahap perencanaan menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
siswa menyelesaikannya dengan memodelkan adalah: Bagaimana hubungan pengembangan
dahulu kedalam bentuk matematika sesuai media pembelajaran Matematika berbantuan
dengan soal, kemudian menyelesaikannya macromedia flash untuk meningkatkan
dengan mencari panjang sisi persegi. kemampuan pemahaman matematis siswa kelas
Dalam sistem ini interaksi antara pengajar VI SD pada materi bangun datar? Adapun yang
(guru) dan peserta (murid) didik tidak harus saling menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
bertatap muka (bertemu) secara fisik seperti Untuk mengetahui hubungan pengembangan
halnya dalam sistem pendidikan konvensional, media pembelajaran matematika berbantuan
mereka bertemu dalam ruang teknologi macromedia flash terhadap kemampuan

[110]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

pemahaman matematis siswa kelas VI SD pada Model pengembangan perangkat 4-D


materi bangun datar? terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define,
Design, Develop dan Disseminate atau
METODE diadaptasikan menjadi model 4-D yaitu
Penelitian ini termasuk dalam penelitian pendefinisian, perancangan, pengembangan
dan pengembangan (Research and dan penyebaran. Sebagaimana Reynolds dalam
Development). Sebagaimana pendapat Rochmad (2012:67) mengemukakan penjelasan
Sugiyono (2010) bahwa R&D adalah metode tahapan pengembangan model Four-D yaitu :
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu dan menguji keefektifan produk a. Define (Pendefenisian)
tersebut. Metode ini digunakan dengan tujuan Tujuan dari tahap pendefenisian ini adalah untuk
mengembangkan media pembelajaran menetapkan dan mendefenisikan hal yang
Matematika pada kelas VI SD terkait materi dibutuhkan dalam instruksional. Ada 5 hal yang
bangun datar. ditempuh dalam tahap ini yaitu :
Penelitian ini dilaksanakan di SD Swasta 1. Front-end analysis (analisis awal dan
Methodist 12 Medan, terletak di Jl. Panca No. 28 akhir)
Marendal Kelurahan Harjosari II, Kecamatan Menyelidiki tentang masalah dasar
Medan Amplas, Medan, Sumatera Utara. Subjek yang dihadapi oleh guru mengenai
dari penelitian ini adalah kelas VI SD Swasta tingkat kinerja guru. Selama
Methodist 12 Medan Tahun Ajaran 2019/2020. penyelidikan inilah alternatif
Objek penelitian ini adalah media pembelajaran pemecahan yang lebih baik dan
Matematika berbantuan macromedia flash. lebih efisien dapat dipertimbangkan
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah 2. Learner analysis (analisis siswa)
sebagai berikut : Mengidentifikasi karakter dari siswa
1. Validitas ketepatan materi pembelajaran yang akan dihadapi. Karakter yang
Matematika pada Kelas VI terkait bangun dimaksudkan adalah kompetensi
datar. dan latar belakang pengalaman
2. Validitas ketepatan desain instruksional belajar siswa, perilaku umum
3. Validitas ketepatan media pembelajaran terhadap topik pembelajaran,
Matematika berbantuan macromedia pemilihan media, format dan
flash bahasa yang akan digunakan.
4. Kemampuan pemahaman matematis 3. Task analysis (analisis tugas)
siswa yang diukur dengan tes uraian Mengidentifikasi keterampilan
terkait materi bangun datar. utama yang dibutuhkan dan
5. Tanggapan siswa terhadap media menguraikannya ke dalam
pembelajaran matematika berbantuan keterampilan-keterampilan yang
macromedia flash materi bangun datar. lebih khusus yang perlu dan cukup.
6. Tanggapan guru media pembelajaran 4. Concept analysis (analisis konsep)
Matematika berbantuan macromedia Mengidentifikasi konsep-konsep
flash materi bangun datar. utama yang harus diajarkan,
menata konsep ke dalam suatu
Model Pengembangan hirarki dan merinci sifat atau ciri-ciri
Pengembangan media pembelajaran dari masing-masing konsep. Analisis
Matematika adalah suatu proses untuk ini membantu mengidentifikasi
menentukan atau menciptakan suatu kondisi sekumpulan pemikiran tentang
tertentu yang menyebabkan siswa dapat contoh yang dapat dibawakan
berinteraksi sehingga terjadi perubahan tingkah dalam pengembangan.
laku. Salah satu model yang sesuai untuk 5. Speccifying instructional objectives
mengembangkan media pembelajaran adalah (menetapkan tujuan pembelajaran)
model pembelajaran 4-D. Mengkonversi hasil analisis tugas
dan analisis konsep menjadi tujuan

[111]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

berupa perilaku yang diharapkan. 1. Expert appraisal


Kumpulan tujuan ini menjadi dasar Merupakan teknik untuk
dalam penyusunan tes, memperoleh saran untuk
perancangan dan selanjutnya memperbaiki materi. Sejumlah ahli
tujuan ini diintegrasikan ke dalam diminta untuk mengevaluasi materi
materi pelajaran. dari sudut pandang pembelajaran
dan teknik. Berbasarkan umpan
b. Design (perancangan) balik dari ahli inilah draf awal yang
Tujuan dari tahap ini adalah merancang awal telah dimodifikasi.
dari materi pembelajaran. Tahap ini dapat 2. Developmental testing
dimulai jika tujuan dari materi pelajaran telah Mengujicobakan materi terhadap
ditetapkan pada tahap sebelumnya. Terdapat siswa untuk menetapkan bagian
empat langkah pada tahap ini yaitu : yang memerlukan revisi.
1. Constructing criterion test (menyusun Berdasarkan respon siswa dan
kriteria referensi tes) komentar siswa, materi dapat
Langkah ini merupakan jembatan yang dimodifikasi. Siklus menguji dan
menghubungkan tahap I dan II. Kriteria merevisi ulang dilakukan sehingga
yang dikembangkan mengkonversi diperoleh materi yang berlaku
tujuan menjadi kerangka dari materi konsisten dan efektif.
pembelajaran.
2. Media selection (pemilihan media) d. Disseminate (Penyebaran)
Pemilihan media yang sesuai untuk Draf final dari materi pembelajaran diperoleh
menyajikan isi dari pembelajaran. Proses jika fase uji pengembangan menunjukkan hasil
ini mencakup sumber, rencana yang konsisten dari ahli memberi komentar yang
penyebaran dan sifat-sifat media. positif. Pada dikenal tiga langkah yaitu:
3. Format selection (pemilihan format) 1. Validating testing
Langkah ini terkait dengan pemilihan Pada langkah ini materi digunakan pada
media sebelumnya. Format kondisi tiruan yang mendemonstrasikan
pembelajaran mengacu pada siapa yang belajar, apa yang dipelajari,
komunikasi media, strategi mengajar pada kondisi yang bagaimana dan
dan teknik penggunaan. Pemilihan berapa banyak waktu yang digunakan.
format ini tergantung pada format visual, Pada langkah ini materi juga dibawakan
audiovisual, non verbal dan sebagainya. pada pemeriksaan profesional untuk
4. Initial design memperoleh pendapat yang objektif
Menyajikan hal-hal dasar dari mengenai kecukupan dan relevansinya.
pembelajaran melalui media yang tepat 2. Packaging
dan dalam urutan yang sesuai. Langkah Produse dan distributor dipilih dan bekerja
ini juga mencakup menyusun berbagai sama secara kooperatif untuk mengemas
kegiatan belajar seperti membaca buku, materi dalam bentuk yang dapat
mewawancarai siswa tertentu dan diterima.
menerapkan keahlian yang berbeda 3. Diffusion and adopting
dengan memperhatikan setiap siswa. Merupakan usaha khusus yang
dibutuhkan untuk menyebarkan materi
c. Develop (Pengembangan) secara luas pada guru dan siswa dalam
Tujuan dari langkah pengembangan ini adalah bentuk yang dapat diterima.
memodifikasi materi pembelajaran pada draf
awal. Hasil dari tahap perancangan harus Modifikasi dari tahap-tahap pengembangan
dipertimbangkan sebagai versi awal sehingga media pembelajaran dapat dilihat pada
diperlukan versi akhir yang efektif. Ada dua gambar 1 sebagai berikut.
langkah dalam tahap ini yaitu :

[112]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Ujicoba Instrumen Tes


Validitas Tes
Untuk mengukur tes digunakan korelasi
Product Moment Pearson (Arikunto, 2009:72)
dengan mengkorelasikan antara skor yang
didapat siswa pada suatu butir soal dengan skor
total. Rumus yang digunakan adalah :
( )( )
Rxy = (Arikunto, 2014:
√( ) ( )
231)
Keterangan :
Rxy = Koefisien korelasi x dan y
N = Jumlah responden / banyak siswa
peserta tes
X = Jumlah skor diperoleh siswa untuk tiap
item soal
Gambar 1 BaganModifikasi Model Y = Jumlah skor total yang benar
Pengembangan Media Pembelajaran 4-D Untuk mengetahui signifikansi korelasi yang
didapat, diuji dengan rumus t :
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan √
( )
sebagai berikut:
Dengan;
a. Lembar Angket Penilaian
t = daya beda uji t
Lembar angket dalam penelitian ini
N = jumlah subjek
adalah lembar penilaian atau saran
= koefisien krelasi antara skor butir
terhadap produk atau media
pembelajaran untuk penyempurnaan dengan skor total
media yang dihasilkan dalam Menentukan validitas suatu butir soal. Kriteria
pelaksanaan penelitian. yang harus dipenuhi agar suatu butir soal
dikatakan valid adalah jika > dengan
Adapun lembar angket terdiri dari :
1. Lembar angket untuk ahli materi yaitu = ( )( ) untuk dk = N – 2 dan (taraf
penilaian terhadap kualitas materi signifikansi) dipilih 5%.
pembelajaran dan pengembangan aspek Untuk menginterpetasikan koefisien
sistem penyampaian pembelajaran reliabilitas suatu alat evaluasi (Arikunto, 1999)
2. Lembar angket untuk ahli desain memberikan kriteria tabel 1 sebagai berikut.
instruksional pembelajaran yaitu penilaian
terhadap kualitas desain pembelajaran Tabel 1 Kriteria Validitas
dan teknis dari media pembelajaran 0,80 – 1,00 Sangat tinggi
3. Lembar angket untuk ahli media yaitu
0,60 – 0,79 Tinggi
kualitas rekayasa perangkat lunak
0,40 – 0,59 Cukup
(software) yang dikembangkan khususnya
media pembelajaran 0,20 – 0,39 Rendah
4. Lembar angket untuk siswa yaitu 0,00 – 0,19 Sangat rendah
tanggapan terhadap penggunaan dan
manfaat media pembelajaran yang Reliabilitas Tes
dikembangkan
Realiabilitas instrumen tes dihitung untuk
5. Lembar angket persepsi guru yaitu
mengetahui ketetapan hasil tes. Untuk
tanggapan guru terhadap penggunaan
menghitung reliabilitas butir tes ini digunakan
dan manfaat media pembelajaran yang
rumus yang sesuai dengan bentuk tes uraian
dikembangkan
(essay), yaitu rumus alpha sebagai berikut.

[113]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Rıı = ( )( ) akan dikonversikan menjadi nilai dengan skala


lima menggunakan Skala Likert yang dianalisis
(Arikunto, 2016: 115) secara deskriptif (skor rata-rata dan persentase)
Keterangan : yaitu menghitung persentase indikator dari setiap
Rıı = Reliabilitas tes kategori pada media macromedia flash yang
p = Proporsi subjek yang menjawab item telah dikembangkan dengan menggunakan
dengan benar rumus berikut.
q = Proporsi subjek yang menjawab item
dengan salah
Ʃpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyak nya item Selanjutnya persentase kriteria validitas
S = Standar deviasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Rumus untuk mencari standar deviasi
sebagai berikut. Tabel 3 Persentase Kriteria Kesesuaian Indikator
Interval
SD = √ No Kriteria Persentase Keterangan
1 Sangat 85%≤X≤100% Tidak perlu
baik revisi
Keterangan :
2 Baik 75%≤X≤84% Tidak perlu
SD = Standar Deviasi revisi
Ʃfx² = jumlah perkalian antara frekuensi 3 Sedang 65%≤X≤74% Direvisi
4 Kurang 55%≤X≤64% Direvisi
masing – masing interval dengan 5 Sangat 0%≤X≤54% Direvisi
frekuensi yang dikuadratkan kurang
baik
N = jumlah sampel
Interpretasi nilai r11 mengacu pada Jihad
dan Haris (2012: 180) dipaparkan pada tabel 2. Sedangkan dalam perhitungan tingkat
kelayakan pada media macromedia flash
sebagai media pembelajaran, penilaiannya
Tabel 2 Kualifikasi Koefisien Korelasi
sebagai berikut.
No Koefisien Korelasi Kualifikasi
1 0,80 < rxy ≤ 1,00 Derajat sangat
Tabel 4 Persentase Kri teria Tingkat Kelayakan
tinggi
No Tingkat Kelayakan Skor
2 0,60 < rxy ≤ 0,80 Derajat tinggi 1 Tidak layak < 65%
3 0,40 < rxy ≤ 0,60 Derajat cukup 2 Kurang layak 65%- 74%
3 Layak 75%- 84%
4 0,20 < rxy ≤ 0,40 Derajat rendah 4 Sangat layak 85%- 100%
5 rxy ≤ 0,40 Derajat sangat
Tanggapan Guru dan Siswa
rendah
Data mengenai tanggapan guru dan
siswa terhadap media macromedia flash
Teknik Analisa Data sebagai media pembelajaran yang
Teknik analisis data dalam penelitian ini dikembangkan, diberikan angket setelah selesai
sebagai berikut. pembelajaran materi pecahan. Kriteria penilaian
Validasi Media kesesuaian dengan indikator tanggapan guru
Validasi Ahli dan siswa terhadap media macromedia flash
Analisis data dalam penelitian ini sebagai media pembelajaran dapat dilihat
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. pada tabel 5 berikut.
Selanjutnya dari data yang diperoleh hasilnya
dirata-rata dan digunakan untuk menilai kualitas
produk yang dikembangkan. Kriteria produk

[114]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Tabel 5 Persentase Kriteria Tanggapan Guru dan Data peningkatan kemampuan


Siswa sesuai Indikator pemahaman matematis siswa ditinjau dari uji
Interval coba lapangan dapat dilihat pada Tabel 8 dan
No Kriteria Persentase Keterangan 9 berikut.
1 Sangat 85%≤X≤100% Tidak perlu
baik revisi Tabel 8 Data Pretes-Postes Ujicoba Lapangan
2 Baik 75%≤X≤84% Tidak perlu PRETES POSTES GAIN
revisi MIN 45 85 0.62
3 Sedang 65%≤X≤74% Direvisi MAX 70 100 1.00
4 Kurang 55%≤X≤64% Direvisi ST.DEV 10.79 7.06
5 Sangat 0%≤X≤54% Direvisi RERATA 68.24 86.76 0.58
kurang
baik Tabel 9 Data Deskriptif Pretes-Postes Ujicoba
Lapangan
Validasi RPP
Validasi RPP dilakukan berdasarkan pada
3 aspek penilaian yaitu format, bahasa dan isi.
Persentase rata-rata skor untuk validasi RPP
dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Tabel 6 Persentase Skor Rerata Validasi RPP


Interval Berdasarkan Tabel 8 dan 9 diperoleh nilai
No Kriteria Persentase Keterangan rata-rata pretes yaitu 68,24 sedangkan nilai rata-
1 Sangat 85%≤ X ≤100% Tidak perlu rata postes yaitu 86,76. Peningkatan rata-rata
baik revisi sebesar 18,52. Nilai gain minimal sebesar 0,62
2 Baik 75%≤ X ≤84% Tidak perlu sedangkan nilai gain maksimal sebesar 1,00. Nilai
revisi
rata-rata gain data kemampuan pemahaman
3 Sedang 65%≤ X ≤74% Direvisi
matematis siswa pada ujicoba lapangan sebesar
4 Kurang 55%≤ X ≤64% Direvisi
5 Sangat 0%≤ X ≤54% Direvisi 0,58 (kategori sedang). Data peningkatan
kurang kemampuan pemahaman matematis siswa
baik ditinjau dari penyebaran dapat dilihat pada
Tabel 10 dan 11 berikut :
Peningkatan Kemampuan Number Sense Siswa Tabel 10 Data Pretes-Postes Penyebaran
Untuk mengetahui peningkatan PRETES POSTES GAIN
kemampuan pemahaman matematis siswa MIN 45 85 0.77
dilakukan tes awal (pretest) dan tes akhir MAX 70 100 0.83
(posttest). Hasil dari kedua tes tersebut dihitung ST.DEV 13.77 5.40
dengan N-gain
( ) ( ) ( )
RERATA 60.33 81.33 0.53
( )
( ) ( )
Tabel 11 Data Deskriptif Pretes-Postes
Tabel 7 Kriteria peningkatan ditentukan sebagai Penyebaran
berikut.
g < 0,3 Kategori Rendah
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Kategori Sedang
g ≥ 0,7 Kategori Tinggi

Hasil Penelitian
Analisis Data Peningkatan Kemampuan Berdasarkan Tabel 10 dan 11 diperoleh
Pamahaman Matematis Siswa nilai rata-rata pretes yaitu 60.33 sedangkan nilai

[115]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

rata-rata postes yaitu 81.33. Peningkatan rata- Tabel 13 Model Summary


rata sebesar 21. Nilai gain minimal sebesar 0,77
sedangkan nilai gain maksimal sebesar 0,83. Nilai
rata-rata gain data kemampuan pemahaman
matematis siswa pada penyebaran sebesar 0,53
dengan kategori tinggi. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa dengan menggunakan
media pembelajaran Matematika berbantuan
Nilai R yang merupakan simbol dari nilai
macromedia flash dalam pembelajaran terkait
koefisien korelasi sebesar 0,876. Nilai ini dapat
materi bangun datar dapat meningkatkan
diinterpretasikan bahwa hubungan media
kemampuan pemahaman matematis siswa.
pembelajaran berbantuan macromedia flash
dan kemampuan pemahaman matematis siswa
Tabel 12 Correlations
kuat. Melalui tabel ini juga diperoleh nilai R
Square atau koefisien determinasi (KD) yang
diperoleh adalah 76,7% yang dapat diartikan
bahwa variabel media pembelajaran
berbantuan macromedia flash memiliki
pengaruh kontribusi sebesar 76,7% terhadap
kemampuan pemahaman matematis siswa dan
23,3% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
diluar variabel media pembelajaran berbantuan
macromedia flash .
Dari Tabel 12 diperoleh korelasi antara
media pembelajaran berbantuan macromedia SIMPULAN
flash dengan kemampuan pemahaman Adapun kesimpulan dalam penelitian ini
matematis siswa adalah 0,876. Hal ini sebagai berikut.
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang 1. Media pembelajaran matematika
kuat antara media pembelajaran macromedia berbantuan macromedia flash layak untuk
flash dengan kemampuan pemahaman dikembangkan dan baik untuk diterapkan
matematis siswa. Sedangkan arah hubungan dalam pembelajaran.
adalah positif karena nilai r positif, berarti 2. Media pembelajaran berbantuan
semakin baik media pembelajaran berbantuan macromedia flash berhubungan positif
macromedia flash yang dikembangkan maka dan signifikan terhadap kemampuan
semakin meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa.
pemahaman matematis siswa. 3. Media pembelajaran berbantuan
Oleh karena nilai Signifikansi (0,00 < 0,05) macromedia flash berpengaruh positif
maka Ho ditolak, artinya bahwa ada hubungan terhadap kemampuan pemahaman
secara signifikan antara media pembelajaran matematis siswa.
berbantuan macromedia flash dengan Adapun saran berdasarkan hasil penelitian
kemampuan pemahaman matematis siswa. yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka adalah
berarti media pembelajaran berbantuan 1. Media pembelajaran Matematika
macromedia flash berhubungan positif dan berbantuan macromedia flash perlu
signifikan terhadap kemampuan pemahaman diterapkan oleh guru agar pembelajaran
matematis siswa. menarik dan inovatif.
Untuk mengetahui pengaruh media 2. Media pembelajaran Matematika
pembelajaran berbantuan macromedia flash berbantuan macromedia flash perlu
terhadap kemampuan pemahaman matematis dikembangkan pada pokok bahasan
siswa dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. yang lain agar dapat mengembangkan

[116]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

berbagai aktivitas dan kreativitas siswa


dalam pembelajaran.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
dengan menerapkan pada pokok
bahasan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Dokumen ―Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar‖
Sekolah Dasar (SD)/
Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTRIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013
Russeffendy. (1992). Pendidikan Matematika 3.
Jakarta: DEPDIKNAS Masykur, Rubhan,
dkk. 2017. Pengembangan Media
Pembelajaran Matematika dengan
Macromedia Flash. Lampung: UIN
Raden Intan
Muchlis, Effie Efrida, dkk. (2018). Upaya
Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Trigonometri
Melalui Pendekatan Konstruktivisme
dengan Berbantukan Macromedia
Flash 8 Pada Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Bengkulu.
Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Rahardjo, Dwi Teguh,dkk .(2013).
Pengembangan Media Pembelajaran
Fisika Menggunakan Macromedia Flash
Pada Pokok Bahasan Suhu
Dan Kalor.Semarang: UNS.
Risdianto, Eko . (2012). Pengaruh Model
Pembelajaran Langsung
(Direct Instruction) Melalui
Media Animasi Berbasis Macromedia
Flash Terhadap Minat Belajar Dan
Pemahaman Konsep Fisika Siswa di
SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif
Kuantitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar
Pembelajaran. Jakarta: Kencana

[117]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

ROLE PLAYING DALAM PENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Reza Syehma Bahtiar & Ilham Nuril Fahmi


syehma@gmail.com
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrak

Penelitian ini dilakukan karena pada pembelajaran saat ini, siswa dipandang sebagai subjek
yang berkembang melalui peNgalaman belajar sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator
dan motivator belajar bagi siswa, membantu dan memberikan kemudahan agar siswa mendapatkan
pengalaman belajar sesuai dengan kemampuannya. Namun yang terjadi selama ini, banyak guru
yang mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga siswa kurang terlibat partisipasinya dan kurang
mendapatkan pengalaman yang bermakna. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui prosedur penerapan metode Role Playing dalam meningkatkan minat belajar siswa
sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, dan wawancara. Sedangkan analisis data dalam
penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah meningkatnya minat belajar
siswa sekolah dasar melalui metode role playing.

[118]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN dengan kata lain “minat” dapat menjadi


penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi
Pembelajaran sekolah dasar saat ini,
dalam kegiatan. Minat adalah kecenderungan
siswa dipandang sebagai subjek yang
jiwa ke arah sesuatu karena siswa itu
berkembang melalui pengalaman belajar
mempunyai arti bagi kita dan dapat
sedangkan guru lebih berperan sebagai
memenuhi kebutuhan dan dapat
fasilitator dan motivator belajar bagi siswa,
menyenangkan bagi kita. Oleh karena itu,
membantu dan memberikan kemudahan agar
sesuatu yang tidak mempunyai arti bagi kita
siswa mendapatkan pengalaman belajar
atau tidak sesuai dengan kebutuhan, maka
sesuai dengan kemampuannya. Namun yang
akan timbul sama halnya dengan pelajaran
terjadi selama ini, banyak guru yang
yang tidak sesuai dengan kebutuhan maka
mendominasi kegiatan pembelajaran
minat pun tidak ada waktu mempelajarinya.
sehingga minat belajar siswa menurun karena
kurang terlibat partisipasi dan kurang Kegiatan belajar dapat berhasil dengan
mendapatkan pengalaman belajar yang baik apabila ada pemusatan perhatian
bermakna. Contohnya pada materi yang terhadap pelajaran dan salah satu faktor yang
berhubungan dengan kegiatan sosial seperti menyebabkan terpusatnya perhatian adalah
jual beli dan kerja sama, kebanyakan guru minat. Begitupun sebaliknya bahan pelajaran
hanya berceramah panjang lebar pada yang tidak sesuai dengan minat anak, tidak
proses pembelajaran tanpa melibatkan akan belajar dengan sebaik-baiknya karena
aktivitas siswa di dalamnya. Selain dominasi tidak ada daya tarik bagi anak. Sehubungan
guru, kurang variatifnya penyajian materi dengan hal tersebut, guru harus mampu
merupakan penyebab utama yang memelihara belajar siswa, kebutuhan anak,
mengakibatkan siswa merasa jenuh dan tidak minat dan lain-lain supaya dapat menjami
bersemangat dalam belajar sehingga siswa sikap positif pelajaran dan kesukaannya
merasa kesulitan dalam mengerti, memahami kepada pelajaran. Di samping itu juga
dan menghafal konsep-konsep. Dengan mengembangkan motivasi dan minat anak
pemahaman konsep yang cukup maka siswa yang pada dasarnya adalah membantu anak
akan mudah mengungkapkan memilih bagaimana hubungan antara materi
pengalamannya tentang kegiatan-kegiatan yang diharapkan untuk dipelajari dengan
sosial melalui sebuah cerita. dirinya sendiri sebagai individu. Jika terdapat
Dunia pendidikan pada masa ini siswa yang berminat terhadap belajar,
diharapkan mampu menerapkan belajar dapatlah diusahakan agar ia mempunyai
secara holistik. Proses belajar terjadi karena minat yang lebih besar. Menurut Roejakers
adanya interaksi antara seseorang dan (1991) bahwa untuk membangkitkan minat
lingkungan sekitarnya (Bahtiar, 2013). siswa dapat dicapai dengan cara
Seseorang dalam belajar harus memiliki minat menghubungkan bahan pengajaran dengan
yang kuat agar proses belajar dapat berjalan suatu berita yang sudah diketahui kebanyakan
secara optimal. Minat belajar adalah anak atau dapat menciptakan suasana
kecenderungan dalam diri peserta didik belajar yang efektif, efisien dan
berupa peserta didik dalam perasaan senang, menyenangkan. Dari uraian di atas dapat
perhatian, konsentrasi, kesadaran dan diambil suatu kesimpulan bahwa “minat”
kemauan untuk belajar. Minat belajar yang sangat penting dalam kegiatan belajar,
dimiliki oleh peserta didik diasumsikan mampu karena tanpa adanya minat dalam suatu
meningkatkan prestasi belajarnya minat kegiatan pembelajaran, maka proses belajar
memberikan sumbangan keberhasilan belajar tidak akan berjalan dengan baik dan pada
peserta didik. Bahan pelajaran, model, akhirnya keberhasilan dalam belajar tidak
pendekatan atau metode pembelajaran yang tercapai dengan baik pula.
tidak sesuai dengan minat peserta didik
Banyak pilihan metode pembelajaran
menyebabkan prestasi belajar tidak optimal.
yang dapat diterapkan guru untuk
Berhard dalam Sardiman (2004)
meningkatkan minat belajar siswa terhadap
mengemukakan bahwa minat timbul atau
suatu materi yang di dalamnya termuat
muncul tidak secara tiba-tiba, melainkan
beberapa konsep dari disiplin ilmu yang
timbul akibat dari partisipasi, pengalaman,
berbeda, salah satunya adalah metode
kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja,

[119]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Bermain Peran (Role Playing). Role playing bermain peran siswa belajar menggunakan
merupakan cabang dari metode simulasi yang konsep peran, menyadari adanya peran-
di dalamnya meminta siapa saja yang terlibat peran berbeda dan memikirkan perilaku
di dalam strategi tersebut untuk menganggap dirinya dan perilaku orang lain. Suhanadji &
dirinya sebagai orang lain yang tujuannya Subroto (2003) mengemukakan bahwa dalam
adalah untuk mempelajari bagaimana orang pelaksanaan metode bermain peran biasanya
lain bertindak dan merasakan (Wahab, 2009). guru memperkenalkan suatu masalah,
Metode role playing sering disebut juga kemudian menunjuk beberapa orang siswa
dengan metode sosio drama. Penggunaan untuk memerankan tokoh tertentu sehubungan
metode ini pada dasarnya mendramatisasikan dengan pemecahan masalah tersebut. Peran
tingkah laku tokoh dalam hubungannya tersebut dilakukan beberapa lama sambil
dengan masalah sosial (Suhanadji & Subroto, disaksikan oleh siswa lain. Setiap adegan
2003). Bermain peran adalah berakting sesuai dapat dihentikan atau diteruskan sampai
dengan peran yang telah ditentukan terlebih adegan dianggap selesai yang berarti
dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti masalah dianggap telah terpecahkan. Dari
menghidupkan kembali suasana historis uraian di atas, dapat diketahui bahwa
misalnya mengungkapkan kembali perjuangan tahapan dari pelaksanaan metode bermain
para pahlawan kemerdekaan, atau peran yaitu (1) pemanasan/persiapan, (2)
mengungkapan kemungkinan keadaan yang pemilihan partisipan, (3) menyiapakan
akan datang, misalnya saja keadaan yang pengamat, (4) menata panggung, (5)
kemungkinan dihadapi karena semakin memainkan peran, (6) diskusi dan evaluasi, (7)
besarnya jumlah penduduk, atau memainkan peran ulang, (8) diskusi dan
menggambarkan keadaan imaginer yang evaluasi ke dua, (9) berbagi pengalaman dan
dapat terjadi di mana dan kapan saja (Al- kesimpulan. Tahap ke 7 dan 8 hanya dilakukan
lamri, 2006). Dari pengertian beberapa ahli di bila dalam proses memainkan peran, tujuan
atas dapat diketahui bahwa metode bermain belum dapat dicapai.
peran merupakan metode yang
Dalam metode bermain peran (Role
mengkondisikan siswa “memasuki diri“ orang
Playing) ini siswa terlibat secara aktif dalam
lain atau individu lain dan dengan perilaku
kegiatan pembelajaran. Siswa nantinya akan
seperti orang yang diperankannya. Dari
memerankan suatu kegiatan yakni melakukan
kegiatan bermain peran, siswa akan
aktivitas jual beli di pasar. Setelah itu siswa
memperoleh pengetahuan tentang orang dan
akan dapat dengan mudah menceritakan
motivasinya yang menandai perilakunya.
pengalamnnya tentang kegiatan jual beli
Sebagai salah satu metode mengajar,
yang pernah dilakukannya. Kegiatan seperti ini
bermain peran memiliki beberapa tujuan dan
membuat komunikasi dalam kelas berlangsung
manfaat seperti misalnya yang dikemukakan
tidak hanya satu arah yakni dari guru ke murid,
oleh Shaftel dan Shaftel (Wahab, 2009) bahwa
namun juga terjadi interaksi antar siswa untuk
metode bermain peran mempunyai beberapa
untuk menggali pengetahuan-pengetahuan
fungsi utama namun dua fungsi utamanya
baru. Dengan demikian, minat belajar siswa
adalah education for citizen dan group
akan mengalami peningkatan melalui role
counseling yang dilakukan oleh guru kelas. Uno
playing.
(2009) mengemukakan bahwa tujuan dari
penggunaan metode Role Playing antara lain:
(1) menggali perasaannya, (2) memperoleh
inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh METODE
terhadap sikap, nilai dan persepsinya, (3)
Penelitian ini menggunakan metode
mengembangkan keterampilan dan sikap
kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
dalam memecahkan masalah dan (4)
Sedangkan untuk tahapan-tahapan penelitian
mendalami mata pelajaran dengan berbagai
adalah sebagai berikut:
macam cara. Berdasarkan konsep-konsep
yang dikemukakan di atas paling tidak tujuan Tahap 1 Persiapan
penggunaan metode Role Playing yakni
membantu siswa menemukan makna diri di 1. Pengumpulan literatur
dunia sosial dan memecahkan masalah 2. Pengumpulan data dan informasi
dengan bantuan kelompok. Artinya melalui 3. Pengumpulan data objek penelitian

[120]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Tahap 2 Analisis Data Wawancara dengan Siswa


1. Analaisis masalah
Berikut ini akan dibahas tentang data
2. Analisis variabel
hasil wawancara metode role playing dalam
Tahap 3 Pembuatan Instrumen peningkatkan minat belajar siswa sekolah
Membuat instrumen penelitian berupa lembar dasar. Dalam pembahasan ini diperoleh data
observasi dan lembar pertanyaan wawancara dari tiga narasumber siswa kelas IV SD Siti
Aminah Surabaya. Berdasarkan hasil dari
Tahap 4 Pengukuran wawancara terhadap tiga siswa kelas 4 SD Siti
Analisis data dari hasil instrumen yang telah Aminah Surabaya di atas dapat dikatakan
terisi bahwa metode role playing mampu
meningkatkan minat belajar siswa sekolah
dasar.
Penelitian metode role playing dalam
peningkatkan minat belajar pada siswa
sekolah dasar dilakukan di Kelas IV A SD Siti
SIMPULAN
Aminah Surabaya, Jawa Timur. Dalam
Berdasarkan hasil penelitian pada
penelitian ini, peubah yang diamati adalah
bagian sebelumnya, dapat diambil simpulan
peningkatkan minat belajar pada siswa
bahwa metode role playing mampu
sekolah dasar melalui metode role playing.
meningkatkan minat belajar siswa sekolah
Penelitian ini menggunakan beberapa macam
dasar. Hal ini didukung oleh data hasil
teknik pengumpulan data yaitu observasi dan
pengamatan atau observasi dan data hasil
wawancara.
wawancara dari tiga siswa kelas 4 SD Siti
Aminah Surabaya. Metode role playing dalam
peningkatan minat belajar siswa sekolah dasar,
HASIL DAN PEMBAHASAN diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi
Pada hasil dan pembahasan dijabarkan guru Kelas IV untuk mengembangkan
kegiatan yang dilakukan peneliti secara pembelajaran dengan implementasi metode
terencana dan sesuai prosedur. Oleh karena role playing pada mata pelajaran lain yang
itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan sesuai. Kepada pihak sekolah untuk
penelitian dilaksanakan dengan baik, sehingga memfasilitasi metode role playing atau metode
menghasilkan data penelitian yang pembelajaran yang lain dan sering
dipertanggungjawabkan, pada bagian ini memberikan wawasan dunia pendidikan yaitu
menjelaskan beberapa hal sebagai berikut. tentang penerapan metode pembelajaran
lebih inovatif, agar guru dapat memilih metode
Data Pengamatan / Observasi
pembelajaran yang sesuai dengan
Berdasarkan data pengamatan / pembelajaran yang diajarkannya sehingga
observasi metode role playing dalam siswa lebih aktif dalam mengikuti
peningkatkan minat belajar siswa sekolah pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
dasar diperoleh skor data hasil observasi Sedangkan bagi penelitian selanjutnya,
metode role playing dalam peningkatkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
minat belajar siswa sekolah dasar adalah rujukan untuk melakukan penelitian tentang
sebagai berikut. metode pembelajaran, diharapkan peneliti
berikutnya dapat mengembangkan metode
3 + 3 + 3 + 4 + 3 + 3 + 3 + 4 + 4 + 3 + 3 = 36 ini menjadi yang lebih kreatif lagi agar siswa
dapat menemukan pengelaman baru dan
Nilai rata-rata untuk aspek tersebut
pengetahuan baru dalam pembelajaran.
adalah 36/10 = 3,6. Skor ini cukup baik sebab
maksimum rata-rata atau skor maksimum untuk
setiap aspek adalah 4 atau 44 untuk semua
aspek (4 x 11). Skor ini bisa juga dikonversikan DAFTAR PUSTAKA
ke dalam bentuk standar 100. Konversi ke
dalam standar 100 adalah x 100 = 81,82. Al-Lamri, Hamid, S. I., & Ichas, T. I. (2006).
Pengembangan Pendidikan Nilai Dalam
Pembelajaran Pengetahuan Sosial di

[121]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Ketenagaan.

Bahtiar, R. S. (2013). Penggunaan Media Visual


untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada
Tema Lingkungan Siswa Kelas II Sekolah
Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 1.

Rooijakkers. (1991). Mengajar Dengan Sukses.


Jakarta: PT. Grasindo

Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan Motivasi


Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Suhanadji, & Subroto, W. T. (2003). Pendidikan


IPS . Surabaya: Insan Cendekia.

Uno, H. B. (2009). Model Pembelajaran


Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi
Aksara.

Wahab, A. A. (2009). Metode dan Model-


Model Mengajar Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.

[122]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PRAKTIK TEORI HUMANISME, PENGARUHNYA TERHADAP LITERASI


DIGITAL DAN KEMAMPUAN BERINOVASI MAHASISWA

Rizal, Arif Firmansyah, Muhammad Aqil


PGSD FKIP Universitas Tadulako
Risrizal666@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui pengaruh praktik teori belajar humanistik
terhadap literasi digital dan kemampuan berinovasi mahasiswa. Kegiatan pembelajaran strategi
belajar mengajar di kelas belum dapat memfasilitasi praktik teori belajar humanistik terhadap literasi
digital dan kemampuan berinovasi mahasiswa. Hal ini menyebabkan mahasiswa belum mampu
mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri, sehingga pengetahuan mahasiswa bermakna. Oleh
karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh praktik teori belajar humanistik
terhadap literasi digital dan kemampuan berinovasi mahasiswa pada mata kuliah strategi belajar
mengajar. Instrumen yang digunakan diadaptasi dari tes terstandar. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian yaitu one group pretest-posttest design. Sampel
pada penelitian ini adalah Kelas G PGSD 2018 Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa literasi digital dan kemampuan berinovasi mahasiswa pada pretest sebesar 55%
meningkat pada posttest sebesar 85%, peningkatan kemampuan mahasiswa sebesar 30%. Simpulan
hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pratek teori belajar humanistik terhadap literasi digital
dan kemampuan berinovasi mahasiswa.

Kata Kunci: Teori Belajar Humanistik, Literasi Digital, Kemampuan Berinovasi.

[123]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN kontribusi besar terhadap upaya peningkatan


Penyediaan sumber daya manusia kapasitas sumber daya manusia.
Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing Kemenristekdikti menyampaikan bahwa
akan sangat ditentukan terselenggaranya perguruan tinggi dan para mahasiswa harus
pendidikan yang berkualitas sebagai bisa beradaptasi dengan disrupsi teknologi jika
perwujudan pelaksanaan amanah Undang- ingin bertahan dalam persaingan. Jumlah
Undang Dasar 1945, yang berarti Negara sarjana yang lulus setiap tahun tak sebanding
bertanggung jawab menyelenggarakan dengan serapan tenaga kerja. Lapangan kerja
pendidikan yang mencerdaskan kehidupan yang terbatas membuat persaingan semakin
bangsa. Undang-undang (UU) Nomor 25 Tahun ketat (Pikiran Rakyat Maret/18/2018).
2000 tentang Program Pembangunan Nasional Memasuki era globalisasi perlu adanya
(PROPENAS), dinyatakan bahwa ada tiga inovasi dan kreativitas agar mampu bersaing di
tantangan besar dalam bidang pendidikan di dunia era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Indonesia, yaitu pertama, mempertahankan (IPTEK). Mahasiswa harus mempunyai inovasi /
hasil-hasil pembangunan pendidikan yang keterampilan dalam mengisi era globalisasi
telah dicapai; kedua, mempersiapkan sumber khususnya dalam mengejar kesempatan bisnis
daya manusia yang kompeten dan mampu secara nasional dan internasional agar dapat
bersaing dalam pasar kerja global; dan ketiga, bersaing. Inovasi adalah suatu penemuan baru
sejalan dengan diberlakukannya otonomi yang berbeda dari yang sudah ada atau yang
daerah sistem pendidikan nasional dituntut sudah dikenal sebelumnya. Persaingan akan
untuk melakukan perubahan dan penyesuaian bisa dihadapi jika mahasiswa memiliki
sehingga dapat mewujudkan proses kemamapuan untuk menjadi sosok inovatif
pendidikan yang lebih demokratis, dan kreatif agar dapat berperan dalam
memperhatikan keberagaman, pembangunan. Mahasiswa merupakan
memperhatikan kebutuhan daerah dan generasi penerus bangsa yang akan
peserta didik, serta mendorong peningkatan menggantikan pemimpin-pemimpin di negeri
partisipasi masyarakat serta melakukan ini kelak sehingga mahasiswa harus mampu
gerakan literasi sehingga mampu menciptakan melahirkan inovasi sekaligus menjawab
sumber daya manusia Indonesia yang tantangan pembangunan dan mewujudkan
berkualitas dan berdaya saing tinggi. generasi emas. Namun, data menunjukkan
Tantangan perguruan tinggi saat ini peringkat inovasi Indonesia berada di posisi 87
adalah mencetak lulusan yang kompeten dari 127 negara atau hanya naik 1 peringkat
tidak hanya dalam keilmuan tetapi juga dalam dibanding tahun sebelumnya. Di kawasan
kepraktikan. Mahasiswa yang cendekia dapat ASEAN, posisi Indonesia berada jauh di bawah
ditunjukkan dengan indeks prestasi tinggi. Malaysia yang berada di posisi 37 dan Vietnam
Namun, menciptakan manusia yang inovatif di peringkat 47, demikian hasil
bukanlah hal mudah. Seorang lulusan pemeringkatan versi Global Innovation Index.
perguruan tinggi diharapkan dapat langsung (Rabu 27 September 2017 TEMPO.CO, Jakarta).
terjun dalam masyarakat untuk Hidup di Abad 21 menuntut karakter
mengaplikasikan ilmunya. Fakta Kementerian manusia yang memiliki keterampilan belajar
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan inovasi, yaitu yang berkait dengan
mencatat sekitar 8,8% dari total 7 juta kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan ini
pengangguran di Indonesia adalah sarjana. menuntut kebebasan berpikir dalam suatu
Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan proses pembelajaran. Faktanya, dalam proses
mengingat persaingan untuk mendapatkan belajar mengajar di lembaga universitas
pekerjaan akan semakin ketat dengan sekarang ini masih banyak mahasiswa kesulitan
datangnya Revolusi Industri 4.0. Selain bertanya, dan bahkan takut bertanya.
bersaingan dengan mesin berbasis teknologi Terdapat beberapa penyebab mengapa
canggih, sekitar 630.000 sarjana mahasiswa kurang memiliki kemampuan
pengangguran tersebut juga harus beradu bertanya, karena selama ini lebih banyak
kompetensi dan keahlian tertentu dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada
pekerja asing yang datang dari terbukanya dosen. Memang tidak mudah menghilangkan
pasar bebas. Perguruan tinggi sebagai kendala kultural ini, karena masih
lembaga pencetak sumber daya manusia berkembangnya persepsi bahwa dosen
yang unggul diharapkan dapat memberi adalah pusat sumber belajar utama, dan

[124]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

dosen harus serba tahu. Sehingga Institusi membantu mereka dalam menentukan
pendidikan mesti melaksanakan proses komponen-komponen pembelajaran seperti
pendidikan yang didalamnya mahasiswa perumusan tujuan, penentuan materi,
dapat belajar secara komprehensif atau pemilihan strategi pembelajaran, serta
menyeluruh guna menunjang proses pengembangan alat evaluasi, ke arah
kehidupannya kelak. Proses belajar demikian pembentukan manusia yang dicita-citakan
tentu bukanlah proses belajar yang tersebut.
menghegemoni mahasiswa, dimana dosen Kegiatan pembelajaran yang dirancang
sebagai pemilik otoritas pengatahuan, akan secara sistematis, tahap demi tahap secara
tetapi terciptanya situasi pembelajaran ketat, sebagaimana tujuan-tujuan
dialogis, memiliki kesamaan peran sebagai pembelajaran yang telah dinyatakan secara
subjek, proses akan menghadirkan kesadaran eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang
kritis sebagai suatu pandangan berbeda, diatur dan ditentukan, serta pengalaman-
memberikan ruang kreatif dan inovasi untuk pengalaman belajar yang dipilih untuk
mengajukan berbagai gagasan, dan menjadi mahasiswa, mungkin saja berguna bagi dosen
upaya melakukan pengujian terhadap tetapi tidak berarti bagi mahasiswa (Rogers
berbagai definisi. Proses ini menjadi tantangan dalam Snelbecker, 1974). Hal tersebut tidak
pendidik ke depan yaitu bagaimana sejalan dengan teori humanistik. Menurut teori
membekali kemampuan yang cukup dalam ini, agar belajar bermakna bagi mahasiswa,
mempersiapkan sumber daya manusia untuk diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari
menghadapi persaingan yang semakin ketat mahasiswa sendiri. Maka mahasiswa akan
terutama dalam dunia kerja. Sumber daya mengalami belajar eksperiensial (experiential
manusia yang unggul tidak hanya memiliki learning). Pada teori humanistik, dosen
kemampuan hard skills saja melainkan juga diharapkan tidak hanya melakukan kajian
memiliki kemampuan dalam aspek soft bagaimana dapat mengajar yang baik,
skillsnya. Merupakan suatu realita bahwa namun kajian mendalam justru dilakukan untuk
pembelajaran secara umum belum menjawab pertanyaan bagaimana agar
mengintegrasi softskill dalam kegiatan belajar mahasiswa dapat belajar dengan baik. Jigna
mengajar didalam kelas. Pembelajaran masih dalam jurnal CS Canada (2012) menekankan
berorientasi pada penilaian, sehingga ada bahwa “To learn well, we must give the
kecenderungan bahwa pembelajaran hanya students chances to develop freely”.
untuk ulangan. Oleh karena itu, jalan yang Pernyataan ini mengandung arti untuk
ditempuh mengintegrasikan softskill dalam menghaslikan pembelajar yang baik, dosen
pembelajaran. Pendidik di kampus perlu harus memberikan kesempatan kepada
mengeksplorasi strategi pembelajaran yang mahasiswa untuk berkembang secara bebas.
dapat membantu mahasiswa untuk Pada abad 21 terjadi perubahan strategi
mengembangkan softskills. pengajaran yang dilakukan oleh dosen dari
Kondisi ini mengharuskan bagi dosen cara yang tradisional kini mengarah pada
untuk tidak hanya memahami secara teoritis, pendekatan digital yang dirasa lebih relevan
tetapi harus menjadi pengalaman belajar dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa untuk
yang bermakna. Dalam konteks pembelajaran, menemukan cara belajar yang efektif sebagai
teori humanistik akan sangat membantu para upaya untuk mengembangkan dan
pendidik dalam memahami arah belajar pada meningkatkan kualitas diri. Setiap orang
dimensi yang lebih luas, sehingga upaya mempunyai cara yang optimal dalam
pembelajaran apapun dan pada konteks mempelajari informasi baru. Pengetahuan
manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan tentang mengetahui cara belajar yang
untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori berbeda akan membantu dosen mendekati
humanistik ini masih sukar diterjemahkan ke semua atau hampir semua mahasiswa/peserta
dalam langkah-langkah pembelajaran yang didik hanya dengan menyampaikan informasi
praktis dan operasional, sumbangan teori ini dengan cara yang berbeda-beda. Terdapat
amat besar. Ide-ide, konsep-konsep, banyak variabel yang mempengaruhi cara
taksonomi-taksonomi tujuan yang telah belajar orang. Ini mencakup faktor-faktor fisik,
dirumuskannya dapat membantu para emosional, sosiologis, dan lingkungan.
pendidik dan dosen untuk memahami hakikat Dalam konteks pembelajaran, perubahan
kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat peradaban menuju masyarakat

[125]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

berpengetahuan (knowledge society) Best, 1970, hlm 117). Penelitian ini tidak
menuntut masyarakat dunia untuk menguasai mengadakan manipulasi atau pengubahan
keterampilan abad 21 yaitu mampu pada variabel-variabel bebas tetapi
memahami dan memanfaatkan teknologi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.
informasi dan komunikasi (ICT Literacy Skills). Penggambaran kondisi bisa individual atau
Pendidikan memegang peranan sangat kelompok, dan menggunakan angka-angka.
penting dan strategis dalam membangun
masyarakat berpengetahuan. Bernie Trilling B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
dan Charles Fadel (2009), mengidentifikasi ada Lokasi yang digunakan dalam penelitian
beberapa kecakapan yang harus dimiliki oleh ini adalah PGSD FKIP Universitas Tadulako.
generasi abad 21 mencakup nilai dan perilaku Sulawesi Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk
seperti rasa keingintahuan tinggi, kepercayaan mengetahui peningkatan keterampilan berpikir
diri, dan keberanian. Keterampilan dan kritis, keterampilan pemecahan masalah dan
kecakapan abad 21 mencakup tiga kategori motivasi berprestasi. Oleh karena itu, populasi
utama, yaitu: 1) Keterampilan belajar dan dalam peneitian ini adalah seluruh mahasiswa
inovasi: berpikir kritis dan pemecahan masalah PGSD angkatan 2018. Namun dikarenakan
dalam komunikasi dan kreativitas kolaboratif keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
dan inovatif. 2) Keahlian literasi digital: literasi peneliti hanya mengambil sampel dari
media baru dan literasi ICT. 3) Kecakapan populasi tersebut. Sampel dari penelitian ini
hidup dan karir: memiliki kemamuan inisiatif adalah mahasiswa angkatan 2018.
yang fleksibel dan inisiatif adaptif, dan Metode pengambilan sampel yang
kecakapan diri secara sosial dalam interaksi digunakan dalam penelitian ini adalah
antarbudaya, kecakapan kepemimpinan nonrandom sampling yaitu pengambilan
produktif dan akuntabel, serta bertanggung sampel yang tidak memberikan peluang yang
jawab. Berbagai fakta dan data yang telah sama bagi setiap anggota populasi untuk
dipaparkan menjadi pendorong penting untuk dipilih menjadi anggota sampel. Fraenkel, J.R
dilakukan penelitian praktik teori belajar (2012, hlm 94). Adapun teknik sampling yang
humanistik pengaruhnya terhadap digunakan ialah purposive sampling yaitu
kemampuan literasi digital dan kemampuan pengambilan anggota sampel dari populasi
berinovasi mahasiswa diprodi Pendidikan Guru yang dilakukan dengan pertimbangan
Sekolah Dasar FKIP Universitas Tadulako. tertentu.
Beberapa pertimbangan yang dijadikan
METODE PENELITIAN alasan pemilihan sampel adalah rekomendasi
A. Metode dan Desain Penelitian dari dosen di lokasi penelitian yang
Penentuan metode penelitian didasarkan mengetahui kondisi mahasiswa yang
pada rumusan masalah serta tujuan penelitian menganjurkan kelas yang lebih mudah
yang ingin dicapai. Metode penelitian yang dikondisikan dan mahasiswanya lebih aktif
dipilih dalam penelitian ini adalah metode dalam pembelajaran. Mahasiswa dari 8 kelas
penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini yang menjadi populasi dilihat tingkat
menggambarkan semua kegiatan, kondisi, kecerdasannya berdasarkan nilai hasil belajar
kejadian, aspek komponen sebagaimana yang dimiliki dosen sebagai bahan
adanya dan gambarannya menggunakan pertimbangan penentuan sampel. Kemudian
ukuran atau frekuensi. Satu-satunya unsur dipilih kelas yang memiliki nilai rata-rata
manipulasi atau pengambilan data yang tertinggi sebagai sampel yang representatif.
diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang
dilakukan melalui observasi, wawancara, C. Instrumen Penelitian
pengedaran angket atau studi dokumentasi. Dalam penelitian ini data
(Sukmadinata, 2012:73). Penelitian deskriptif dijaring/dikumpulkan melalui beberapa
tidak hanya berhenti pada pengumpulan instrumen yang telah disiapkan peneliti.
data, pengorganisasian, analisis, dan Instrumen yang digunakan untuk
penarikan interpretasi serta kesimpulan, tetapi pengumpulan data kuantitatif diantaranya,
dilanjutkan dengan pembandingan, mencari yaitu tes yang diadapsi dari tes standar berpikir
kesamaan, perbedaan, hubungan kausal dari kritis, tes pemecahan masalah serta angket
berbagai hal karena penemuan makna motivasi berprestasi serta respon mahasiswa,
adalah fokus dari keseluruhan proses. (John W, Untuk data kualitatif diantaranya adalah

[126]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

dokumentasi dari rekaman video selama g. Melakukan diskusi mengenai kesesuaian


pembelajaran. materi dengan indikator pemecahan
1. Tes tertulis (paper pencil test) masalah kepada dosen model.
Dalam penelitian ini, jenis instrumen yang h. Melakukan uji coba instrumen penelitian
digunakan adalah tes tertulis yaitu berupa i. Merevisi atau memperbaiki instrumen
essay. Tes ini terdiri dari jenis tes yang penelitian
disesuaikan dengan tujuan penelitian. j. Meminta izin kepada instansi yang terkait
2. Angket respon mahasiswa dan dosen sehubungan dengan penelitian yang
Angket merupakan instrumen yang berisi diadakan.
seperangkat pertanyaan atau pernyataan k. Menghubungi dosen model lebih lanjut
tertulis kepada responden untuk dijawab. untuk melakukan praktek pembelajaran
Format angket yang digunakan adalah bentuk teori humanisme di kelas.
pernyataan yang harus dijawab dengan “ya” l. Melakukan observasi pada praktik
dan “tidak” disertai dengan alasan jawaban pembelajaran teori humanisme selama
responden, dalam hal ini yaitu mahasiswa. tiga kali pertemuan oleh dosen kelasnya.
2. Tahap Pelaksanaan
D. Prosedur Penelitian Beberapa kegiatan yang dilakukan pada
Pada dasarnya penelitian ini dilakukan tahap pelaksanaan antara lain:
melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, a. Membagikan angket motivasi berprestasi
tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. di kelas pada pertemuan pertama untuk
1. Tahap Perencanaan mengetahui kemampuan awal yang
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada dimiliki mahasiswa.
tahap perencanaan antara lain sebagai b. Mengambil data penelitian pada
berikut. pelaksanaan pembelajaran yang
a. Studi pendahuluan, berupa studi literatur dilakukan oleh dosen model.
terhadap jurnal nasional dan c. Melaksanakan observasi dilakukan oleh
internasional, serta laporan penelitian lima orang, yaitu satu orang sebagai
mengenai model praktik teori humanisme, peneliti itu sendiri untuk mengamati
kemampuan berpikir kritis, penyelesaian aktivitas mahasiswa selama kegiatan
masalah dan motivasi berprestasi. pembelajaran dan mengamati
b. Menentukan kelas yang akan dijadikan keterlaksanaan penggunakan praktik teori
sampel penelitian. humanisme dan keempat orang lainnya
c. Melakukan diskusi dengan dosen strategi mengamati aktivitas mahasiswa untuk
belajar mengajar mengenai jenis setiap kelompok.
penelitian yang dilakukan yaitu deskriptif d. Selama pelaksanaan pembelajaran,
kuantitatif, dimana dosen di kelasnya peneliti menilai setiap kegiatan yang
langsung yang akan mengajarkan praktik dilakukan dalam proses pembelajaran,
teori humanisme sebelum pengambilan dari segi keterlaksanaan praktik teori
data sehingga tidak ada perlakuan dari humanisme, aktivitas dan sikap mahasiswa
peneliti. yang diobservasi dengan menggunakan
d. Menyusun perangkat pembelaran untuk rekaman video dan semua bendel
tiap kali pertemuan, baik untuk dokumen dari masing-masing mahasiswa
pembiasaan maupun untuk pengambilan diobservasi untuk mengetahui
data. pemecahan masalah dan berpikir kritis
e. Membuat dan menyusun instrumen dari setiap pertemuan. Peneliti benar-
penelitian (menerjemahkan instrumen benar mengobservasi dan
berpikir kritis, memodifikasi instrumen menggambarkan semua proses yang
pemecahan masalah dan, angket, format terjadi dari awal pengambilan data
trasnkrip dokumentasi pembelajaran, dan sampai akhir pengambilan data.
RPS. e. Melakukan tes di kelas untuk mengetahui
f. Melakukan diskusi mengenai keabsahan pemecahan masalah dan berpikir kritis. Di
instrumen berpikir kritis kepada pemilik hari yang sama dilakukan pemberian
resmi instrumen tersebut, kemudian angket kreativitas dan angket respon
diperiksa kesesuaian mahasiswa terhadap proses praktik teori
pengalihbahasaannya oleh ahli bahasa. humanisme.

[127]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

3. Tahap Akhir mahasiswa dengan dokumentasi


Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pembelajaran dengan rekaman video, serta
tahap akhir antara lain. angket dosen dan mahasiswa. Secara ringkas,
a. Mengumpulkan data hasil penelitian teknik pengumpulan data.
berupa hasil pretest dan posttest, hasil
penilaian keterlaksanaan kegiatan dosen F. Teknik Pengolahan Data
dan mahasiswa, transkrip video dan hasil Data-data yang telah dikumpulkan dan
angket. kemudian diolah untuk diinterpretasikan agar
b. Mengolah dan analisis data hasil menjadi informasi yang penting untuk
penelitian. penelitian ini diantaranya adalah data hasil
c. Membahas hasil temuan penelitian. observasi keterlaksanaan praktik teori
d. Menarik kesimpulan dan memberikan humanisme, data angket mahasiswa, dan
rekomendasi berdasarkan hasil penelitian transkrip video pembelajaran.
mengenai aspek-aspek yang kurang Data Angket
memadai. Pengolahan data angket dilakukan
dengan mengklasifikasikan tanggapaan
E. Teknik Pengumpulan Data mahasiswa yang menjadi responden yaitu
Dalam penelitian deskriptif kuantitatif ini, jawaban “ya” dan “tidak”. Jawaban tersebut
teknik pengumpulan data yang utama dibuat dalam bentuk persentase. Angket ini
dengan cara memberikan instrumen diberikan untuk mengetahui gambaran
terstandar yang telah teruji validitas dan tanggapan mahasiswa mengenai praktik teori
reliabilitasnya kepada sampel mahasiswa. humanisme.
Dengan teknik pengumpulan data ini akan
diperoleh data kuantitatif mengenai skor HASIL PENELITIAN
mahasiswa. Untuk melengkapi data kuantitatf Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan
tersebut agar lebih luas, mendalam dan mempraktikkan teori humanis dalam proses
bermakna, maka peneliti melakukan pembelajaran. Kemudian mahasiswa diberi
pengumpulam data kualitatif. Data kualitatif angket untuk mengukur kemampuan
yang dikumpulkan terkait dengan peningkatan inovasinya.
pemecahan masalah dan berpikir kritis

Tabel 1. Hasil Angket

NO ASPEK PENILAIAN PENILAIAN

SL SR KK TP

1 Jika ada materi yang belum paham, saya selalu menanyakan kepada 140 218 60 40
Dosen hingga paham benar.
2 Untuk memuaskan rasa ingin tahu terhadap suatu materi perkuliahan, 105 203 88 62
saya juga banyak membaca di perpustakaan.

3 Jika ada materi perkuliahan yang sulit dimengerti, saya mengusulkan 117 190 90 61
kepada Dosen untuk mengulang pembahasannya.

4 Ketika ada suatu hal yang menarik dan berhubungan dengan materi 120 192 80 66
yang sedang diterangkan, saya menanyakannya kepada Dosen.

5 Selain kepada Dosen, saya juga memuaskan rasa ingin tahu saya 116 198 73 71
terhadap materi perkuliahan kepada keluarga di rumah.
6 Kerja kelompok merupakan hal menyenangkan, karena saya dapat 180 247 23 8
menyumbangkan banyak ide dalam kerja kelompok.
7 Jika Dosen mempersilahkan untuk berpendapat, maka saya akan 153 201 89 15
menyampaikan pendapat sesuai kemampuan saya.

8 Jika ada permasalahan di kelas, saya akan menyampaikan ide untuk 178 223 45 12
menyelesaikannya.

[128]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

NO ASPEK PENILAIAN PENILAIAN

SL SR KK TP

9 Jika Dosen meminta bantuan mahasiswa untuk membuat nyaman 116 234 74 34
kelas, saya akan menyumbangkan ide.

10 Saya membuat model alat baru dalam kerja kelompok untuk 131 188 74 65
memudahkan menjelaskan kepada teman-teman dan Dosen.

11 Jika tidak bisa membeli suatu media pembelajaran, saya membuat 105 193 96 64
model yang sama dengan lebih sederhana.

12 Dosen meminta untuk melakukan suatu kerja ilmiah, saya memodifikasi 112 173 121 52
cara yang ada untuk menjelaskannya.

13 Saya memakai pakaian yang bersih dan indah saat kuliah. 187 228 37 6

14 Saya senang melihat Dosen yang berpakaian rapi. 164 248 32 14

15 Jika ada masalah, saya menceritakan kepada teman dekat. 185 245 19 9

16 Jika ada masalah, saya menyempatkan untuk membahasnya dengan 169 224 49 16
orang tua
17 Jika ada permasalahan di kelas, saya meminta pendapat Dosen. 118 244 67 29

18 Saya suka bercanda dengan teman-teman. 68 257 106 27

19 Saya menyukai Dosen yang suka melucu. 87 267 93 11

20 Jika ada teman yang mekakukan Bulliying, saya tidak mudah marah. 110 218 87 43

21 Jika teman melakukan kesalahan, saya akan memaafkannya. 164 210 78 6

22 Jika ada teman yang marah-marah tanpa alasan, saya tidak balas 57 221 106 74
memarahinya.
23 Jika ada permasalahan yang sulit di pecahkan, saya akan meminta 143 258 32 25
bantuan orang lain.
24 Jika suatu cara tidak dapat menyelesaikan suatu masalah, saya akan 143 274 28 13
mencari cara lainnya.
25 Jika teman minta bantuan mencarikan pemecahan suatu masalah, 197 177 67 17
saya akan mencari pemecahan semampunya.
26 Jika Dosen meminta menyelesaikan suatu masalah dengan cara lain, 149 289 12 8
saya akan mencobanya.
27 Jika melakukan suatu kesalahan kepada teman, saya akan minta 140 302 13 3
maaf.
28 Ada teman yang selalu berprestasi, saya memujinya dengan setulus 231 196 23 8
hati.
29 Jika teman dekat saya berbuat curang kepada orang lain, saya 99 342 12 5
berusaha menegurnya.
JUMLAH TOTAL 3984 6660 1774 864

RATA-RATA 137,38 229,66 61,17 29,79

PERSENTASE (%) 30% 50% 13% 7%

Keterangan:
SL: Selalu
SR: Sering
KK: Kadang-kadang
TP: Tidak Pernah
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa aspek penilaian kreativitas mahasiswa
untuk kategori selalu (SL) sebesar 30%, kategori sering (SR) sebesar 50%, kategori kadang-kadang (KK)
sebesar 13% dan kategori tidak pernah (TP) sebesar 7%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
penerapan teori humanisme berbasis literasi digital berpengaruh terhadap kemampuan inovasi
mahasiswa PGSD FKIP Universitas Tadulako.
Adapun diagram hasil angket tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

[129]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PERSENTASE KREATIVITAS MAHASISWA TP


KK
SR
SL

[VALUE]; [VALUE]

13%; 13%
80%; 80%
7%; 7%
30%; 30%

Gambar 1. Diagram Hasil Angket

Berdasarkan gambar di atas, dapat ditugaskan. Bahkan mahasiswa bebas memilih


dijelaskan bahwa persentase kreativitas media apa yang akan mereka gunakan,
mahasiswa sebesar 80% yang merupakan sehingga kreativitas mereka untuk
akumulasi dari persentas kategori selalu (50%) menciptakan berbagai bentuk media saat
dan kategori sering (30%). presentasi lebih efektif.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang
secara sistematis, tahap demi tahap secara SIMPULAN
ketat, sebagaimana tujuan-tujuan Praktik teori humanisme berpengaruh
pembelajaran yang telah dinyatakan secara terhadap peningkatan literasi digital dan
eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang kemampuan inovasi mahasiswa PGSD Fakultas
diatur dan ditentukan, serta pengalaman- Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
pengalaman belajar yang dipilih untuk Tadulako. Dibuktikan dengan hasil angket
mahasiswa, mungkin saja berguna bagi dosen yang menunjukkan 80% kemampuan inovasi
tetapi tidak berarti bagi mahasiswa (Rogers mahasiswa.
dalam Snelbecker, 1974). Hal tersebut tidak
sejalan dengan teori humanistik. Menurut teori DAFTAR PUSTAKA
ini, agar belajar bermakna bagi mahasiswa, Agus Sutanto, 2004. Pengaruh Pembelajaran
diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari Kooperatif dan Pembelajaran
mahasiswa sendiri. Maka mahasiswa akan Langsung terhadap Kompetensi
mengalami belajar eksperiensial (experiential Belajar Fisika ditinjau Tingkat
learning). Pada teori humanistik, dosen Kecerdasan Emosional Mahasiswa,
diharapkan tidak hanya melakukan kajian Surakarta : Tesis Program Pascasarjana
bagaimana dapat mengajar yang baik, UNS.
namun kajian mendalam justru dilakukan untuk Anita Lie, 2005. Mempraktekkan
menjawab pertanyaan bagaimana agar Cooperative Learning di Ruang-
mahasiswa dapat belajar dengan baik. Jigna ruang Kelas, Jakarta: Grasindo.
dalam jurnal CS Canada (2012) menekankan Anonim, 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
bahwa “To learn well, we must give the Jakarta : Balai Pustaka.
students chances to develop freely”. Belshaw, Douglas A.J. (2011). What is digital
Praktik teori humanisme memberikan literacy? A Pragmatic investigation,
kebebasan kepada mahasiswa untuk thesis. United Kingdom
berinovasi ketika diminta untuk Budi Usodo, 2008. Teknik-teknik dalam
mempresentasikan materi yang telah Pembelajaran Kooperatif, Surakarta :

[130]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Makalah Diklat Penerapan Inovasi Mulyadi HP, 2008. Pembelajaran Aktif,


Model Pembelajaran di Hotel Solo Inn. Inovatif, Efektif dan
Budiyono, 2003. Metodologi Penelitian Menyenangkan, Surakarta : Makalah
Pendidikan, Surakarta : UNS Press. Seminar Nasional Inovasi Pembelajaran
, 2004. Statistika untuk Penelitian, Matematika tanggal 16 April 2008 di
Surakarta : UNS Press. Universitas Sebelas Maret.
Davies, Sarah (2015), Spotlight on digital NetCraft and Internet Live Stats (2014), Total
capabilities: number of Websites:
http://digitalcapability.jiscinvolve.org/ http://www.internetlivestats.com/total-
wp/2015/06/05/spotlight-on-digital- number-of-websites/, diakses tanggal 5
capabilities/, diakses tanggal 5 Oktober 2015
Oktober 2015 Paul Suparno, 1997. Filsafat Konstruktivisme
Deakin Learning Futures (2013), dalam Pendidikan. Yogyakarta :
Communication Skills: Kanisius.
http://www.deakin.edu.au/__data/ass Paul, Monty (2014), Delivering The New Primary
ets/pdf_file/0017/38006/digital- Computing Curriculum:
literacy.pdf, diakses tanggal 5 Oktober https://primaryblog.wordpress.com/201
2015 4/03/04/delivering-the-primary-
Dwi Atmojo Heri. (2002). Pengaruh computing-curriculum/ , diakses
Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi tanggal 5 Oktober 2015
Belajar terhadap Prestasi Belajar, Priyanto, Ida Fajar (2010), Era Zettabyte dan
Surakarta, Tesis Program Pascasarjana Matinya Etika:
UNS. https://www.academia.edu/4095654/E
Josh James (2014), Data Never Sleeps 2.0: ra_Zettabyte_dan_matinya_Etika,
https://www.domo.com/blog/2014/04/ diakses tanggal 30 September 2015
data-never-sleeps-2-0/, diakses __________, (2013), Nilai Informasi :
tanggal 5 Oktober 2015 https://www.academia.edu/4553433/N
Jungwirth, Bernhard (2002), Information ilai_Informasi, diakses tanggal 30
Overload: Threat or Opportunity?: September 2015
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/d Saifuddin Azwar, 2000. Sikap Manusia Teori dan
ownload?doi=10.1.1.461.2076&rep=rep Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka
1&type=pdf, diakses tanggal 5 Pelajar.
Oktober 2015 Sense, A. C. (2009). Digital Literacy and
Lee, S. (2014). Digital Literacy Education for the Citizenship in the 21st Century. San
Development of Digital Literacy, Francisco: Common Sense Media.
5(September), 29–43. Shopova, T. (2010). Digital Literacy Of Students
http://doi.org/10.4018/ijdldc.201407010 And Its Improvement At The University,
3 7(2), 2–3.
Marpaung. (2007). Keterkaitan antara http://doi.org/10.7160/eriesj.2014.07020
Pembelajaran Berdasar Masalah 1.Introduction
dengan Konstruktivisme, Yogyakarta : Slameto, 2003. Belajar dan Faktor–faktor Yang
Makalah Seminar Nasional Pendidikan Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Matematika tanggal 30 Agustus 2007 di Cipta.
Universitas Sanata Dharma. Slavin, Robert E, 2005. Cooperative Learning
Mohammadyari, S., & Singh, H. (2015). Theory and Practice, Second Edition.
Computers & Education Understanding Boston : Allyn and Bacon Publisher.
the effect of e-learning on individual Suharno, 2004. Pendekatan Kooperatif dalam
performance : The role of digital Pembelajaran Matematika ditinjau dari
literacy. Computers & Education, 82, Kreativitas Mahasiswa. Jurnal Penelitian
11–25. Pendidikan UNS Surakarta : Teknodika
http://doi.org/10.1016/j.compedu.2014. Vol. 2 No. 4 September 2004.
10.025 Sumarwoto, 2008. Metode Pembelajaran
Muhammad Nur, 2000. Teori Belajar, Surabaya : Student Centered, Jawa Pos on line,
UNESA Press. http://www.jawapos.co.id/index.php?

[131]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

act=detail_c&id=320950, Kamis real-time/, diakses tanggal 5 Oktober


tanggal 10 Januari 2008. 2015
Sutrisno, 2007. Pembelajaran Kooperatif Wheeler, Steve (2012). Digital literacies for
dengan Teknik Think Pair Share, engagement in emerging online
Jurnal Penelitian Pendidikan LPMP cultures. eLC Research Paper Series, 5,
Semarang : Widyatama Vol. 4 No. 4 14-25.
Desember 2007. Wright, Brian (2015), Top 10 Benefits of Digital
Tim Ke BCS, Digital literacy and employability: Skills: http://webpercent.com/top-10-
http://www.bcs.org/category/17854, benefits-of-digital-skills/, diakses
diakses tanggal 5 Oktober 2015 tanggal 5 Oktober 2015
Webpage FX (2014). The Internet in Real Time:
http://www.webpagefx.com/internet-

[132]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

URGENSI LITERASI DIGITAL ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DI KALANGAN SISWA SEKOLAH
DASAR
Rizky Kusuma Wardani 1, Wahed Dussawal 2
PGSD STKIP Al Hikmah Surabaya
rizky.10107@gmail.com

Abstrak

Di era revolusi industri 4.0 saat ini, tantangan dunia pendidikan tidak hanya menitikberatkan
pada kecerdasan intelektual siswa, namun juga mengedepankan nilai-nilai karakter sebagai dasar
dalam mendidik anak. Salah satu permasalahan dunia pendidikan dalam era revolusi industri 4.0
adalah terkontaminasinya karakter peserta didik dengan mudah akibat banyaknya informasi yang
mudah diperoleh dari berbagai media elektronik. Hal tersebut yang menjadi tantangan para pendidik
dalam mengembangkan budaya literasi, khususnya literasi digital. Dalam pengembangan literasi
digital membutuhkan kemampuan untuk menyaring informasi yang diperlukan, mengetahui,
mengenali, mengidentifikasi, menganalisis, serta mengevaluasi penggunaan informasi tersebut secara
efektif. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui betapa pentingnya peran literasi digital bagi anak-anak
milenial. Metode penulisan artikel ini menggunakan studi literatur dari berbagai sumber ilmiah yang
berkaitan dengan permasalahan. Harapannya para pendidik dapat mengintegrasikan nilai-nilai
karakter dalam peningkatan kemampuan literasi digital sehingga para peserta didik dapat bersikap
lebih bijaksana dalam memilih dan memilah informasi secara tepat.

[133]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN berbagai pengetahuan seperti: pemecahan


masalah, pembelajaran mandiri, pemikiran
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia
kritis, kreativitas, strategi, meta-kognisi,
harus mampu melakukan pengembangkan
pemikiran reflektif, keterampilan diskusi sosial,
program peningkatan budaya literasi sebagai
kerja tim, dan keterampilan pribadi, seperti
prasyarat kecakapan hidup era revolusi industri
ketekunan, keingintahuan dan inisiatif.
4.0 melalui tiga pilar pendidikan yang
terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, Landasan Teori
sampai dengan pemerintah. Penguasaan
A. Literasi Digital
enam literasi dasar yang disepakati oleh World
Economic Forum pada tahun 2015 menjadi Perkembangan teknologi informasi saat
sangat penting tidak hanya bagi peserta didik, ini berdampak pada kemudahan pengguna
tetapi juga bagi orang tua dan seluruh warga dalam mengakses informasi yang dibutuhkan.
masyarakat. Enam literasi dasar tersebut Akan tetapi, akses informasi yang mudah
mencakup literasi baca tulis, literasi digital, tersebut tidak hanya mempunyai pengaruh
literasi sains, literasi numerasi, literasi finansial, yang baik namun juga membawa pengaruh
dan literasi budaya dan kewargaan. buruk bagi pengguna karena informasi yang
mereka dapatkan belum tentu valid atau
Abad 21 ditandai dengan digitalisasi
benar adanya. Hal tersebut dikarenakan
pada berbagai aspek kehidupan, termasuk
teknologi informasi juga memberikan
dalam bidang pendidikan. Kemajuan teknologi
kemudahan kepada pengguna yang tidak
di bidang pendidikan dimanfaatkan untuk alat
bertanggung jawab untuk dapat
presensi (kehadiran) guru/ karyawan tenaga
memanipulasi atau bahkan mengeksploitasi
kependidikan, tugas peserta didik, buku
data yang ada. Sehingga, siswa sebagai salah
sumber bacaan (referensi), evaluasi
satu pengguna teknologi informasi perlu
pembelajaran dan masih banyak aspek
dibekali kemampuan literasi digital.
lainnya. Konsep literasi digital dapat digunakan
Menurut Paul Gilster (1997), literasi digital
sebagai ukuran kualitas kerja peserta didik di
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
lingkungan digital, dan memberi tantangan
memahami dan menggunakan informasi
bagi pengembang sarana komunikasi agar
dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber
lebih efektif dalam merancang lingkungan
yang sangat luas yang diakses melalui piranti
yang lebih berorientasi pengguna. Mengingat
komputer. Sedangkan, UNESCO berpendapat
pesatnya perkembangan teknologi digital,
bahwa konsep literasi digital dapat menaungi
setiap orang harus dapat menggunakan
dan menjadi landasan penting khususnya bagi
berbagai keterampilan literasi digital yang
kemampuan memahami perangkat teknologi,
dimilikinya, baik keterampilan teknis, kognitif,
informasi, dan komunikasi. Misalnya, pada
dan sosiologis untuk melakukan tugas dan
kemampuan teknis dalam Literasi TIK (ICT
memecahkan permasalahan yang dihadapi
Literacy) memungkinkan keterlibatan aktif dari
(Eshet & Alkalai, 2004).
komponen masyarakat agar sejalan dengan
Mengingat siswa sekolah dasar perkembangan budaya serta pelayanan
merupakan pondasi utama dalam masyarakat berbasis digital.
memperoleh pengetahuan secara formal
sehingga baik buruknya pengetahuan yang Karakteristik literasi digital tidak hanya
mereka miliki akan sangat berpengaruh pada mengacu pada keterampilan operasi dan
kemampuan mereka dalam kehidupan sehari- menggunakan berbagai perangkat teknologi
hari serta pada saat mereka melanjutkan studi informasi dan komunikasi (perangkat keras dan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh perangkat lunak), tetapi juga untuk proses
karena itu, pengenalan dan program “membaca” dan “memahami” isi dari
peningkatan literasi digital sangat diperlukan perangkat teknologi serta proses
khususnya bagi siswa di sekolah dasar guna “menciptakan” dan “menulis” menjadi sebuah
untuk memberikan pengetahuan dan pengetahuan baru (Kurnianingsih, 2017).
mengatasi sejumlah besar informasi yang
Literasi digital merupakan
beredar agar tidak mudah tertipu dengan
perkembangan kemajuan teknologi baru
berita/ informasi yang beredar. Literasi digital
pada dunia baca tulis. Seluruh informasi
mampu melatih siswa untuk meningkatkan

[134]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

dengan mudah dan cepat dapat diperoleh literasi pada anak melalui media digital yang
melalui media sosial. Semua berita disajikan kini sudah menjadi bagian dari permainan
dengan cepat, meski terkadang tidak akurat, anak (Wahyunigtiyas, 2018).
karena kecepatan pemberitaan yang Budaya literasi pada jenjang sekolah
terpenting. Berbagai situs berita bermunculan, dasar merupakan dasar penentu keberhasilan
akun-akun komunitas bermunculan, dan dalam kegiatan belajar siswa selanjutnya.
sebagainya. Intinya berbagi informasi, baik Pentingnya kemampuan literasi anak sekolah
mengenai orang lain maupun diri. dasar dapat memberikan informasi terkait
kesulitan baik membaca maupun menulis.
Perkembangan teknologi dan informasi
Upaya membangun peningkatan budaya
saat ini telah membawa pengguna memasuki
literasi didukung oleh pemerintah yang
dunia literasi digital. Literasi digital sudah
tercantum dalam Permendikbud Nomor 23
menjadi sesuatu yang tidak asing lagi bagi
Tahun 2015 yang berisi tentang Penumbuhan
mereka, baik di bidang akademik maupun non
Budi Pekerti, Pusat Pembinaan, Badan
akademik. Salah satu alternatif yang terkait
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
dengan literasi digital adalah beralihnya
(Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan
bahan bacaan dari yang semula bacaan fisik
Kebudayaan mempunyai program unggulan
(hardcopy) menjadi bacaan digital (softcopy).
bernama “Gerakan Literasi Bangsa (GLB)”
Prinsip dari literasi digital adalah memudahkan
yang mempunyai tujuan untuk menumbuhkan
para pembaca dalam mengakses informasi
budi pekerti generasi bangsa, khususnya anak-
kapanpun dan dimanapun informasi itu
anak melalui program peningkatan budaya
dibutuhkan, tentunya dalam hal ini pembaca
literasi.
menggunakan perangkat atau piranti yang
Begitu pentingnya budaya literasi bagi
dapat terhubung ke jaringan internet (Puspito,
anak-anak, sehingga implementasi literasi
2017).
digital di sekolah dasar perlu ditanamkan
melalui proses pembelajaran yang terstruktur,
B. Literasi Digital di Kalangan Siswa Sekolah
atau setidaknya terintegrasi dengan proses
Dasar
pembelajaran. Hal tersebut bertujuan agar
Keterampilan literasi merupakan ada pengawasan terhadap penggunaan
keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap media-media digital. Pengawasan tersebut
individu, dalam hal ini khususnya adalah para perlu dilakukan karena adanya penyebaran
siswa. Namun, berdasarkan hasil survei yang informasi yang belum tentu benar atau valid.
dilakukan PISA ditemukan bahwa kebiasaan Budaya literasi digital harus terfasilitasi dengan
literasi belum membudaya di kalangan siswa baik di ruang kelas maupun lingkungan
sekolah dasar. Menurut Akbar (2017), sekolah, sehingga pemanfaatannya harus
perkembangan teknologi informasi menuntut dilakukan secara maksimal untuk dapat
kesadaran siswa akan pentingnya literasi meningkatkan kecakapan kognitif, bahasa,
digital. Keterampilan literasi yang baik dapat sosial, visual, dan spiritual. Pelaksanaan
membuka jalan untuk keterampilan berbahasa program literasi digital dalam Gerakan Literasi
lainnya, seperti menyimak, berbicara, dan Bangsa, diharapkan dapat memberi
menulis. Selain itu, literasi yang baik dapat keuntungan bagi warga sekolah, khususnya
mengasah kemampuan seperti berpikir kritis, siswa agar dapat mencari sumber informasi
kreatif, inovatif, serta dapat menumbuhkan yang dapat dipertanggungjawabkan.
budi pekerti siswa (Kemdikbud, 2017:45).
Membaca merupakan kemampuan C. Manfaat Literasi Digital
yang harus dimiliki oleh anak karena anak
Pemanfaatan teknologi dalam
dapat belajar tentang berbagai bidang ilmu
pembelajaran memberikan keuntungan besar
pengetahuan melalui membaca. Membaca
terhadap layanan pada para peserta didik,
dan menulis merupakan kemampuan dasar
sehingga tujuan pembelajaran yang
yang penting dan harus dikuasai oleh anak
ditetapkan dapat tercapai. Pischetola (2011)
pada usia sekolah dasar. Sehingga anak usia
mengemukakan peran teknologi dalam
dini dituntut untuk mau belajar membaca.
pembelajaran berdasarkan kemudahan
Guru juga harus memberikan metode
mengakses informasi, antara lain sebagai
pembelajaran yang tepat untuk
berikut.
perkembangan kemampuan membaca/

[135]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

1. Informasi melalui internet jauh lebih mudah digital di kalangan peserta didik. Oleh karena
diakses serta dapat terlengkapi oleh itu, dalam membangun budaya literasi digital
berbagai sumber dan kontribusi orang lain. diperlukan keterlibatan serta peran aktif
Hal tersebut berarti terdapat pembelajaran masyarakat dan pemerintah secara bersama-
eksplorasi saat pencarian informasi. Oleh sama.
karena itu, dibutuhkan konsentrasi,
pemahaman, serta seleksi yang mendalam D. Kegiatan yang Mendukung Peningkatan
dalam mencari informasi yang lebih efektif, Literasi Digital
2. Berkat adanya teknologi, pembelajaran
Literasi digital di lingkungan sekolah
lebih berorientasi kepada proses daripada
harus dikembangkan sebagai metode
berorientasi konten. Siswa tidak seharusnya
pembelajaran yang terintegrasi dalam
mempelajari metode ilmiah sebagai
kurikulum atau minimal terhubung dengan
prosedur tetap, melainkan mendapatkan
sistem belajar mengajar. Keterampilan literasi
keterampilan memecahkan masalah dan
digital siswa perlu ditingkatkan, begitu pula
penalaran informal yang terkait dengan
dengan guru. Pengetahuan dan kreativitas
pekerjaan ilmiah. Disinilah para pendidik
guru perlu ditingkatkan dalam proses
berperan dalam mengatasi masalah yang
pengajaran literasi digital. Sedangkan tugas
ada.
kepala sekolah adalah memfasilitasi guru atau
Menurut Kemdikbud (2017) menjadi
tenaga kependidikan dalam
seorang literat digital dapat berarti bahwa
mengembangkan program budaya literasi
seorang literat dapat memproses berbagai
digital sekolah. Kegiatan yang dapat
informasi yang diperolehnya, dapat
mendukung peningkatan literasi digital
memahami pesan dan berkomunikasi efektif
menurut Kemdikbud (2017:14) adalah:
dengan orang lain dalam berbagai bentuk.
1. Menguatkan kemampuan pendidik
Dalam hal ini, bentuk yang dimaksud termasuk
Penguatan kemampuan pendidik
menciptakan, mengolaborasi,
literasi di lingkungan sekolah lebih
mengomunikasikan, dan bekerja sesuai
ditekankan pada pelatihan kepala
dengan aturan etika, dan memahami kapan
sekolah, pengawas, guru, dan tenaga
dan bagaimana teknologi harus digunakan
kependidikan tentang konsep serta
agar efektif untuk mencapai tujuan. Dalam hal
pelaksanaan literasi digital. Pelatihan-
ini termasuk kesadaran serta pola berpikir kritis
pelatihan tersebut terkait dengan
terhadap berbagai dampak baik positif
penggunaan atau pemanfaatan
maupun negatif yang mungkin terjadi akibat
teknologi informasi dan komunikasi
penggunaan teknologi dalam kehidupan
dalam pengembangan sekolah.
sehari-hari. Seseorang yang memahami literasi
2. Meningkatkan jumlah dan ragam
digital, dapat memacu dirinya untuk beralih
buku/ bahan bacaan di perpustakaan
dari konsumen informasi yang pasif menjadi
sekolah
produsen aktif, baik secara individu maupun
Untuk mendukung program literasi
sebagai bagian dari masyarakat. Apabila
digital di sekolah salah satunya adalah
generasi muda kurang dapat menguasai
menambah bahan bacaan literasi
kompetensi digital, hal ini dapat berisiko bagi
digital di perpustakaan sekolah,
mereka untuk tersisih dalam persaingan
menyediakan situs-situs edukatif
memperoleh partisipasi demokrasi, interaksi
sebagai sumber belajar warga
sosial, dan pekerjaan.
sekolah, menggunakan aplikasi-
Literasi digital mampu menciptakan
aplikasi edukatif sebagai sumber
tatanan masyarakat dengan pandangan dan
belajar warga sekolah, serta
pola-pikir yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan
membuat/ mengkreasikan mading
mudah termakan oleh isu yang provokatif,
sekolah dan mading kelas dengan
menjadi korban informasi hoaks, atau korban
informasi-informasi yang terbaru.
penipuan yang berbasis digital. Dengan
3. Memperluas akses sumber belajar
demikian, kehidupan sosial dan budaya
bermutu
masyarakat akan cenderung aman dan
Perluasan akses sumber belajar dapat
kondusif. Salah satu indikator pencapaian
dilakukan dengan cara menyediakan
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan
komputer dan akses internet di
yaitu keberhasilan membangun budaya literasi

[136]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

lingkungan sekolah serta menyediakan dipenuhi konten berbau berita bohong, ujaran
informasi kependidikan melalui media kebencian, dan radikalisme, bahkan praktik-
digital. Salah satunya dengan cara praktik penipuan. Keberadaan konten negatif
mengelola website sekolah. Website yang merusak ekosistem digital saat ini hanya
sekolah harus dikelola dengan sangat bisa ditangkal dengan membangun
baik dan berisi tentang informasi- kesadaran dari tiap-tiap individu.
informasi terbaru dari kegiatan- Mengingat siswa SD merupakan fondasi
kegiatan yang ada di sekolah. utama dalam memperoleh pengetahuan
4. Meningkatkan pelibatan publik secara formal sehingga baik buruknya
Pemerintah bekerja sama dengan pengetahuan yang mereka miliki akan sangat
sekolah untuk melakukan diskusi atau berpengaruh pada kemampuan mereka
sharing session bersama para ahli atau dalam kehidupan sehari-hari serta pada saat
pakar IPTEK misalnya terkait dengan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang
aplikasi-aplikasi pendidikan. Tidak lebih tinggi. Oleh karena itu literasi digital
hanya itu saja, sekolah dapat sangat diperlukan khususnya pada siswa di
melakukan penguatan literasi digital Sekolah Dasar guna untuk memberikan
melalui forum orang tua. pengetahuan dan mengatasi sejumlah besar
informasi, seperti: pemecahan masalah,
PEMBAHASAN pemikiran kritis, kreativitas, pembelajaran
Perkembangan teknologi yang pesat mandiri. strategi, meta-kognisi, pemikiran
tidah hanya pada perangkat keras seperti reflektif, keterampilan diskusi sosial, kerja tim,
komputer, namun perangkat lunak juga dan keterampilan pribadi, seperti ketekunan,
mengalami kemajuan yang pesat. Banyak keingintahuan dan inisiatif.
aplikasi bermunculan untuk dapat Berdasarkan hasil penelitian yang
mempermudah pekerjaan manusia, misalnya dilakukan Astuti, dkk (2014) menyatakan
untuk mengedit film, audio, foto, gambar, atau bahwa dari segi akses media, anak-anak
bahkan aplikasi berbentuk Microsoft office. dengan keluarga yang tidak memiliki
Penggunaan media digital yang mudah komunitas parenting cenderung pasif
membuat peran teknologi semakin tak berhadapan dengan media. Para orang tua
tertandingi. Bahkan saat ini, peran komputer bahkan tidak mampu menjelaskan perilaku
atau laptop, perlahan-lahan mulai tergantikan anak dalam bermedia. Sehingga, berimplikasi
oleh penggunaan gawai (mobilephone) terhadap kesadaran/ pemahaman orang tua
dalam pemanfaatan media digital diiringi terhadap regulasi anak dalam bermedia.
dengan peningkatan jaringan internet yang Banyak orang tua yang mengkhawatirkan
semakin berkembang pesat. aktivitas penggunaaan online internet
Dengan adanya perkembangan membuat anak mendapatkan pengetahuan
teknologi yang begitu pesatnya, penting bagi yang tidak seharusnya mereka dapatkan. Ini
setiap individu memahami bahwa literasi merupakan salah satu pandangan yang
digital merupakan hal penting yang beredar di masyarakat. Tentu hal tersebut akan
dibutuhkan untuk dapat berpartisipasi di era berbeda jika dalam pelaksanaan penggunaan
modern sekarang ini. Literasi digital juga sama internet online anak-anak mendapatkan
pentingnya dengan menulis, membaca, pengawasan dan pembimbingan langsung
berhitung, atau disiplin ilmu lainnya. Generasi dari orang tua.
milenial yang tumbuh dalam kecanggihan Menghadapi permasalahan ini, peran
teknologi digital mempunyai pola berpikir yang orangtua dan guru sangat diperlukan. Jika
berbeda dengan generasi masa-masa guru merupakan sosok pembimbing yang
sebelumnya. Oleh karena itu, generasi saat ini dapat mengarahkan anak di sekolah, maka
hendaknya dapat bertanggung jawab orangtua merupakan jembatan yang
terhadap bagaimana menggunakan teknologi memperantarai interaksi antara media dan
secara bijak dalam berinteraksi dengan anak dalam konteks yang lebih luas (Astuti dkk,
lingkungan sekitarnya. 2014). Melalui pembekalan prinsip-prinsip
Teknologi digital memungkinkan orang media literacy yang berfokus pada kesadaran
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan dan kemampuan menggunakan media,
keluarga dan teman dalam kehidupan sehari- orangtua dapat membantu anak
hari. Sayangnya, dunia maya saat ini semakin memanfaatkan media dalam cara yang

[137]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

paling positif, sehingga anak selaku pengguna Seminar Nasional: Membangun Generasi
media bebas dari kecanduan maupun Emas 2045 yang Berkarakter dan Melek IT.
cengkeraman manipulasi media Vol. 1 No. 1 Tahun 2019. Paper 003.

Akbar. ( 2017). Membudayakan Literasi


SIMPULAN
Dengan Program 6M Di Sekolah Dasar. Vol.
Pemanfaatan teknologi dalam
3 No. 1
pembelajaran memberikan keuntungan besar
terhadap layanan pada para peserta didik, Eshet., & Alkalai. (2004). Digital Literacy: A
sehingga tujuan pembelajaran yang Conceptual Framework for Survival Skills in
ditetapkan dapat tercapai. Menjadi seorang the Digital Era. Journal of Educational
literat digital dapat berarti bahwa seorang Multimedia and Hypermedia, 13(1),93-106.
literat dapat memproses berbagai informasi
yang diperolehnya, dapat memahami pesan Puspito. (2017). Implementasi Literasi Digital
dan berkomunikasi efektif dengan orang lain Dalam Gerakan Literasi Sekolah.
dalam berbagai bentuk. Literasi digital mampu
Wahyuningtiyas. ( 2018). Implementasi Literasi
menciptakan tatanan masyarakat dengan
Digital Melalui Metode Multisensori dalam
pandangan dan pola-pikir yang kritis-kreatif.
Pendidikan Anak Usia Dini
Mereka tidak akan mudah termakan oleh isu
yang provokatif, menjadi korban informasi Kurnianingsih. (2017). Upaya Peningkatan
hoaks, atau korban penipuan yang berbasis Kemampuan Literasi Digital bagi Tenaga
digital. Dengan demikian, kehidupan sosial dan Perpustakaan Sekolah dan Guru di
budaya masyarakat akan cenderung aman Wilayah Jakarta Pusat Melalui Pelatihan
dan kondusif. Salah satu indikator pencapaian Literasi Informas. Jurnal pengabdian
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1.
yaitu keberhasilan membangun budaya literasi
digital di kalangan peserta didik. Oleh karena Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015.
itu literasi digital sangat diperlukan khususnya Penumbuhan Budi Pekerti, Pusat
pada siswa di Sekolah Dasar guna untuk Pembinaan, Badan Pengembangan dan
memberikan pengetahuan dan mengatasi Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa).
sejumlah besar informasi, seperti: pemecahan Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
masalah, pemikiran kritis, kreativitas, Kebudayaan.
pembelajaran mandiri. strategi, meta-kognisi,
Astuti, Santi Indra. dkk. (2014). Anak, Media,
pemikiran reflektif, keterampilan diskusi sosial,
dan Orangtua: Melacak Praktik Bermedia
kerja tim, dan keterampilan pribadi, seperti
Anak di Tengah Keluarga. Prosiding SNaPP
ketekunan, keingintahuan dan inisiatif. Dalam
Sosial, Ekonomi, dan Humaniora. Bandung:
membangun budaya literasi digital pun
Universitas Islam Bandung.
tidaklah mudah, diperlukan keterlibatan serta
peran aktif baik dari orang tua, pihak sekolah,
masyarakat, maupun pemerintah secara
bersama-sama dalam mensukseskan gerakan
literasi digital ini..

DAFTAR PUSTAKA
Pischetola, M. (2011). Digital Media and
Learning Evolution: A Research on
Sustainable Local Empowerment. Global
Media Journal Volume 11, Issue 18, Pp. 1-11.

Kemdikbud. 2017. Materi Pendukung Literasi


Digital. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Sujana, Atep. dan Dewi Rahmawati. (2019).


Literasi digital abad 21 bagi mahasiswa
PGSD: apa, mengapa, dan bagaimana.

[138]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENGUKURAN KARAKTER TELADAN MAHASISWA CALON GURU SEKOLAH DASAR PRA-


PERKULIAHAN HABITUASI

Slamet Widodo & Muchlisin


PGSD STKIP Al Hikmah
slamet.10050@gmail.com

Abstrak

Pengukuran karakter teladan (terampil, empati, loyal, antusias, dedikatif, apresiatif, dan
nasionalis) bagi mahasiswa calon guru SD sebelum perkuliahan habituasi sangat penting untuk
dilakukan, karena dapat menentukan tindakan yang paling tepat dalam perkuliahan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan potensi awal karakter teladan mahasiswa calon guru SD.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan instrumen penelitian menggunakan
lembar observasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif.
Sobjek penelitian ini adalah mahasiswa calon guru SD sebanyak 12 orang di semester 1. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa karakter teladan mahasiswa calon guru SD perlu ditingkatkan. Peningkatan
tersebut ditekankan dalam semua aspek teladan, karena dari semua skor belum ada mahasiswa yang
mencapi skor sangat tinggi. Aspek-aspek yang perlu ditingkatkan adalah 1. Terampil menyimak segala
hal dengan kritis, 2. Peka terhadap segala hal, 3. Menjaga kepercayaan yang diberikan, 4. Mudah
membantu orang lain, 5. Ikhlas dalam mengerjakan apapun, 6. Ceria dalam mengerjakan tugas, 7.
Selalu bertindak sesuai aturan, 8. Siap mengerjakan segala tugas yang diberikan, 9. Memberikan
respon positif terhadap segala situasi, 10. Paham wawasan nusantara, dan 11. Berbahasa Indonesia
yang baik dan benar.

Kata kunci: pengukuran karakter, karakter teladan, mahasiswa calon guru SD, habituasi

[139]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN kebutuhan sebagai seorang calon guru


Misi pemerintah dalam membangun berkulitas. Karakter harus dipraktikkan dengan
SDM bangsa melalui kurikulum 2013 adalah aspek yang relevan, (Danacı & Yükselen, 2014).
membentuk SDM unggul yang berkarakter. Hal Supaya pembentukan habituasi berjalan
tersebut terbukti dengan penerapan kurikulum maksimal dan efektif maka perlu dilakukan
2013 yang menekankan pembentukan pengukuran. Pengukuran ini bertujuan untuk
karakter. Pembelajaran tidak hanya fokus memetakan kondisi awal karakter teladan
pada transfer pengetahuan, tetapi juga fokus mahasiswa calon guru SD. Fokus pendidikan
pada delapan belas karakter bangsa, yakni a) karakter adalah untuk meningkatkan dan
religius, b) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja mengembangkan kecerdasan karakter,
keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) (Baehr, 2017). Tingkatan karakter teladan
rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) mahasiswa akan dapat diklasifikasikan dalam
cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) golongan sangat rendah, rendah, sedang,
komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar tinggi, dan sangat tinggi. Hasil klasifikasi
membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk
sosial, dan 18) tanggung jawab, (Salahudin menentukan materi perkuliahan. Bimbingan
dan Alkrienciehie, 2013). dan pelatihan yang diberikan akan
Pendidikan adalah cara yang efektif disesuaikan dengan tingkat karakter teladan
dalam membangun SDM yang unggul dan yang diperoleh.
berkarakter, karena melalui pendidikan dapat Tujuan penelitian ini adalah untuk
dilakukan secara massif, sistematif, dan mendeskripsikan capaian awal karakter
terstruktur. Program yang digelontorkan teladan mahasiswa calon guru SD. Penelitian
pemerintah dapat diaplikasikan secara ini dapat dimanfaatkan sebagai
menyeluruh dari atas ke bawah pada semua pengembangan ilmu pendidikan karakter.
lembaga pendidikan. Melalui pendidikan juga, Selain itu, bahwa membentuk peserta didik
generasi bangsa dapat berkarakter sampai yang berkarakter dimulai dari gurunya terlebih
suatu saat peserta didik berperan menjadi dahulu. Melalui keteladanan guru yang
masyarakat dan pemimpin bangsa. berkarakter maka akan mudah dicontoh oleh
Sebelum membentuk siswa yang unggul siswa. Guru tidak hanya cerdas dalam teori
dan berkarakter maka diperlukan guru yang keimuan tetapi juga cerdas dalam
unggul dan berkarakter. Guru memiliki peran memberikan contoh yang baik dalam
sentral yang tidak tergantikan seperti berkarakter.
pekerjaan yang lainnya, karena peran guru
selain mentransfer ilmu pengetahuan juga METODOLOGI PENELITIAN
sebagai pembentuk karakter peserta didik. Hal Penelitian ini menggunakan desain
tersebut membuktikan walaupun perubahan penelitian survei dengan pendekatan kualitatif.
zaman memasuki revolusi industry 4.0, guru Sobjek penelitian ini adalah mahasiswa calon
masih tetap dibutuhkan dan tidak bisa guru SD sebanyak 12 mahasiswa di Surabaya.
digantikan dengan adanya teknologi. Metode pengumpulan data yang digunakan
Salah satu cara membentuk calon guru yakni survei, sedangkan instrumen
berkarakter yaitu melalui habituasi. Walaupun pengumpulan data menggunakan lembar
kebanyakan penelitian tentang habituasi survei teladan. Teknik analisis data
banyak diterapkan bagi siswa sekolah, hal ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif
dapat diterapkan pada tingkat mahasiswa. dan kualitatif.
Habituasi dapat diimplementasikan pada siswa
baik di lingkungan sekolah maupun rumah, HASIL DAN PEMBAHASAN
(Suminar, 2019). Habituasi merupakan mata Berikut ini disajikan data hasil survei
kuliah pembiasaan karakter yang dikususkan karakter teladan mahasiswa.
untuk mahasiswa calon guru sekolah dasar.
Karakter tersebut adalah teladan (terampil,
empati, loyal, antusias, dedikatif, apresiatif,
dan nasionalis). Dalam mata kuliah tersebut
mahasiswa membuat target habituasi untuk
kemudian dijadikan kebiasaan selama satu
semester. Hal tersebut relevan dengan

[140]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Tabel 1 Hasil Survei Karakter Teladan Mahasiswa


Rata-rata
No Aspek Teladan Rata- rata Keterangan
per aspek
Terampil
1 Terampil mengerjakan semua tugas 3,416667 Sedang 3
2 Terampil menyelesaikan semua masalah 3,083333 Sedang
3 Terampil berkomunikasi dengan lancar kepada siapapun 3 Sedang
4 Terampil menyimak segala hal dengan kritis 2,5 Rendah
Empati
1 Memahami perasaan dan kebutuhan orang lain 3,833333 Tinggi 3,7
2 Menghargai perbedaan orang lain 4,25 Tinggi
3 Mampu merasakan yang dialami orang lain 3,666667 Tinggi
4 Peduli terhadap orang lain dan lingkungan 3,833333 Tinggi
5 Peka terhadap segala hal 3,25 Sedang
Loyal
1 Mandiri dalam menyelesaikan tugas 3,333333 Sedang 3,6
2 Menyelesaikan tugas dengan tuntas 3,333333 Sedang
3 Menjaga kepercayaan yang diberikan 3,833333 Tinggi
4 Mudah membantu orang lain 4,25 Tinggi
5 Cekatan dalam menyelesaikan tugas 3,416667 Sedang
6 Ikhlas dalam mengerjakan apapun 3,833333 Tinggi
Antusias
1 Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi 4,25 Tinggi 3,7
2 Berenergi dan bersemangat 3,916667 Tinggi
3 Peduli terhadap lingkungan 3,583333 Tinggi
4 Berkompetisi dalam kebaikan 3,916667 Tinggi
5 Ceria dalam mengerjakan tugas 3 Sedang
Dedikatif
1 Selalu bertindak sesuai aturan 3,75 Tinggi 3,8
2 Rela berkorban dalam kebaikan 4,25 Tinggi
3 Siap mengerjakan segala tugas yang diberikan 3,666667 Tinggi
Apresiatif
1 Menghargai pendapat orang lain 4,166667 Tinggi 4,1
2 Mengapresiasi karya orang lain dan diri sendiri 4,333333 Tinggi
3 Memberikan respon positif terhadap segala situasi 3,666667 Tinggi
4 Sopan santun kepada siapapun 4,333333 Tinggi
5 Selalu menyayangi siapapun 4,416667 Tinggi
Nasionalis
1 Paham wawasan nusantara 3,25 Sedang 3,5
2 Berbahasa Indonesia yang baik dan benar 3,916667 Tinggi

Dalam tabel tersebut, aspek mahasiswa memperoleh skor dengan kategori


keterampilan mahasiswa 3 dengan kategori sedang. Oleh karena itu, sub aspek empati
sedang. Artinya aspek keterampilan nomor 5 yakni peka terhadap segala hal perlu
mahasiswa masih kelompok menengah. Dalam ditingkatkan, walaupun skor rata-rata
sub indikator keterampilan nomor 1 mahasiswa memperoleh skor 3,7.
tergolong sedang, dengan pemerolehan nilai Untuk aspek loyal, pemerolehan skor
sebesar 3,4. Sementara itu, dalam sub indikator mahasiswa adalah 3,6 dengan kategori
keterampilan nomor 4 memperoleh nilai sedang. Pada sub aspek loyal nomor 1,2, dan
sebesar 2,5, dengan kategori rendah. 5, pemerolehan skor mahasiswa dikategorikan
Sedangkan keseluruhan aspek keterampilan sedang. Sementara itu, pada aspek 3, 4, dan 6,
mahasiswa memperoleh skor 3 dengan pemerolehan skor mahasiswa dikategorikan
kategori sedang. Oleh karena itu, aspek tinggi. Oleh karena itu, untuk 3, 4, dan 6 masih
keterampilan mahasiswa masih dibutuhkan perlu ditingkatkan lagi. Mahasiswa masih perlu
peningkatan, khususnya pada aspek nomor 4 ditingkatkan kemandirian dalam
yaitu terampil menyimak segala hal dengan menyelesaikan tugas, ketuntasan dalam
kritis. menyelesaikan tugas, dan cekatan dalam
Dalam aspek empati, mahasiswa dalam menyelesaikan tugas.
memperoleh skor 3,7 dengan kategori sedang. Aspek antusias mahasiswa secara
Sub aspek empati nomor 1, 2, 3, dan 4 keseluruhan memperoleh skor 3,7 dengan
mahasiswa memperoleh skor dengan kategori kategori sedang. Pada sub aspek nomor 5 saja
tinggi, sedangkan sub aspek empati nomor 5 mahasiswa memperoleh skor 3 dengan

[141]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

kategori sedang, sedangkan sub aspek sampai dengan 5. Walaupun semua subaspek
antusias mahasiswa nomor 1, 2, 3, dan 4 apresitif tersebut dikatakan tinggi, tetapi masih
memperoleh skor dengan kategori tinggi. Oleh ditemukan skor yang mencapai ambang batas
karena itu, mahasiswa perlu ditingkatkan sikap minimal yakni 3,6 pada subaspek nomor 3.
ceria dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, mahasiswa juga perlu
Dedikatif mahasiswa, skor rata-rata ditingkatkan lagi dalam memberikan respon
memperoleh 3,8 dengan kategori tinggi. positif terhadap segala situasi.
Semua sub aspek mahasiswa, baik sub aspek Pada aspek nasionalis, skor rata-rata
dedikatif 1, 2, maupun 3 semuanya mahasiswa mencapai skor 3,5 dengan kategori
dikategorikan tinggi. Walaupun tinggi, aspek sedang. Dalam subaspek nasionalis nomor 1,
dedikatif mahasiswa masih perlu ditingkatkan mahasiswa memperoleh skor 3,2 dengan
lagi, terutama pada sub aspek 1 dan 3 karena kategori sedang, sedangkan aspek nomor 2,
masih belum mencapai skor bulat 4. Oleh mahasiswa memperoleh skor 3,9 dengan
karena itu, mahasiswa perlu ditingkatkan lagi kategori tinggi. Dalam aspek ini, mahasiswa
dalam hal bertindak sesuai aturan, dan masih perlu ditingkatkan dalam aspek
kesiapan dalam mengerjakan tugas yang wawasan kebangsaan dan keterampilan
diberikan. berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Pada aspek apresiatif, pemerolehan skor Hasil semua aspek pengukuran karakter
keseluruhan mencapai rata-rata 4,1 dengan teladan mahasiswa dapat dianalisis dalam
kategori tinggi. Subaspek apresiatif yang tabel berikut ini.
memperoleh skor tinggi adalah nomor 1

Tabel 2 Hasil Survei Karakter Teladan Mahasiswa yang Perlu Ditingkatkan dengan Perhatian Lebih Besar
No Aspek Teladan Keterangan
Terampil
4 Terampil menyimak segala hal dengan kritis Perlu ditingkatkan
Empati
5 Peka terhadap segala hal Perlu ditingkatkan
Loyal
3 Menjaga kepercayaan yang diberikan Perlu ditingkatkan
4 Mudah membantu orang lain Perlu ditingkatkan
6 Ikhlas dalam mengerjakan apapun Perlu ditingkatkan
Antusias
5 Ceria dalam mengerjakan tugas Perlu ditingkatkan
Dedikatif
1 Selalu bertindak sesuai aturan Perlu ditingkatkan
3 Siap mengerjakan segala tugas yang diberikan Perlu ditingkatkan
Apresiatif
3 Memberikan respon positif terhadap segala situasi Perlu ditingkatkan
Nasionalis
1 Paham wawasan nusantara Perlu ditingkatkan
2 Berbahasa Indonesia yang baik dan benar Perlu ditingkatkan

Dalam tabel 2 secara keseluruhan ditekankan dalam semua aspek teladan,


semua aspek karakter teladan mahasiswa karena dari semua skor belum ada mahasiswa
masih membutuhkan peningkatan. Hal yang mencapi skor sangat tinggi. Aspek-aspek
tersebut dilakukan karena jawaban mahasiswa yang perlu ditingkatkan adalah 1. Terampil
menunjukkan nilai yang kurang. Dari hasil ini, menyimak segala hal dengan kritis, 2. Peka
dapat diperoleh gambaran bahwa karakter terhadap segala hal, 3. Menjaga kepercayaan
teladan mahasiswa yang masih rendah harus yang diberikan, 4. Mudah membantu orang
ditingkatkan dalam perkuliahan habituasi. lain, 5. Ikhlas dalam mengerjakan apapun, 6.
Ceria dalam mengerjakan tugas, 7. Selalu
SIMPULAN bertindak sesuai aturan, 8. Siap mengerjakan
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan segala tugas yang diberikan, 9. Memberikan
bahwa karakter teladan mahasiswa calon guru respon positif terhadap segala situasi, 10.
SD perlu ditingkatkan. Peningkatan tersebut

[142]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Paham wawasan nusantara, dan 11. https://doi.org/10.1007/s10964-017-0654-z


Berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Danacı, M. Ö., & Yükselen, A. İ. (2014). The
Saran yang dapat diberikan adalah Effect of Child Activity on the
seharusnya perkuliahan ditekankan pada Habituation Attitude of Reading Book
target pencapaian. Target tersebut kemudian which of Child‟s Parents. Procedia -
di turunkan menjadi jadwal harian dan time Social and Behavioral Sciences, 152,
line, tujuannya adalah untuk menentukan 1207–1213.
langkah konkrit yang harus dilakukan https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.09.3
mahasiswa selama satu semester. Sementara 00
itu, proses pengontrolan dari pelaksannaan Suminar, T. (2019). Habituation Based Islamic
target tersebut dilakukan dengan metode Character Learning Management in MI
bimbingan person to person. Muhammadiyah 2 Kudus Program
Khusus. 8(2), 165–172.
DAFTAR PUSTAKA Salahudin, A dan Alkrienciehie, I. 2013.
Baehr, J. (2017). The Varieties of Character and Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis
Some Implications for Character Agama dan Budaya Bangsa. Bandung:
Education. Journal of Youth and Pustaka Setia.
Adolescence, 46(6), 1153–1161.

[143]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

GURU SEJATI BERHATI MULIA DAN KETAHANMALANGAN


MENERAPKAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

Sugeng & Marzuki


FKIP Universitas Tanjungpura
sugeng_pjjptk@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan guru pebelajar sejati berhati mulia dan
ketahanmalangannya dalam penerapan pembelajaran tematik terpadu serta pentingnya
membangun ketahanmalangan guru. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. Hasil penelitian
menunjukkan: pertama, guru yang memikat hati anak-anak didiknya adalah guru yang selalu
memahat nurani anak-anak dengan sabar dan ikhlas sehingga melahirkan generasi terbaik.
Mengajar dengan hati adalah tindakan mulia. Setiap tindakan mulia dan tindakan pembelajaran itu
menyenangkan, maka anak didik dapat menemukan kebermakanaan belajar; Kedua,
Ketahanmalangan (AQ) yang tinggi merupakan satu diantara faktor penting untuk meraih sukses,
bahkan semua bakat dan hasrat sia-sia jika terus diselimuti oleh AQ rendah. Oleh sebab itu,
ketahanmalangan guru sangat dibutuhkan. Seorang guru yang memiliki ketahanmalangan yang
tinggi terus bersemangat pantang menyerah mendidik generasi-generasi terbaik. Guru yang memiliki
ketahanmalangan tinggi juga memberikan energi positif terhadap anak didiknya, sehingga semangat
akan hadir pada keduanya yaitu pada guru dan anak-anak didik (siswanya); dan ketiga, guru perlu
membangun ketahanmalangan dengan cara selalu berbagi dengan guru-guru melalui kegiatan
Kelompok Kerja Guru maupun kegiatan profesi lainnya.

Kata Kunci: Berhati mulia, Ketahanmalangan, Tematik Terpadu

[144]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN Sejak awal tahun 2013 Mendikbud


Pendidikan dapat dipandang sebagai menginstruksikan bahwa kegiatan
proses penting untuk memenuhi janji pembelajaran di Sekolah Dasar harus
kemerdekaan untuk meningkatkan harkat dan menerapkan Kurikulum 2013 dengan
martabat suatu bangsa. Pendidikan yang menggunakan model Tematik Terpadu.
berkualitas tentunya akan mencetak generasi Pelaksanaanya dengan menerapkan
masa depan yakni generasi emas 2045. pendekatan Saintifik (5 M = mengamati,
Pendidikan merupakan sebuah proses untuk menanya, mencoba/ mengumpulkan
membentuk manusia yang tidak hanya cerdas informasi, mengasosiasikan informasi dan
secara intelektual, kreatif, mampu berpikir membuat jejaring/ mengkomunikasikan
secara saintifik dan filosofis, tetapi mampu informasi). Bahkan 2 tahun lalu (2017) telah
mengembangkan potensi spiritualnya dianjurkan oleh Mendikbud, mengajar dan
(kecerdasan kerendahan hati). Wujud yang membuat soal ujian sudah perlu menerapkan
termulia di dunia ini adalah manusia; dan pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking
bagian manusia yang termulia adalah hatinya. Skill) yakni kemampuan berpikir kritis, logis,
Tugas seorang guru pada dasarnya itu reflektif, meta kognitif yang merupakan
memang berat, namun tugas itu adalah tugas kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum
mulia. Pada dasarnya berkenaan dengan hal 2013 pada dasarnya telah mengadobsi
ini guru bekerja untuk menyempurnakan, taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh
mengangkat derajat, membersihkan dan Anderson mulai dari level mengetahui,
membimbingnya anak-anak untuk memahami, menerapkan, menganalisis,
mendekatkan diri kepada Allah. mengevaluasi dan mencipta. Karena tuntutan
Dalam mewujudkan dan melaksanakan Kurikulum 2013 harus sampai pada taraf
tugas yang berat dan unik, para guru sudah mencipta, maka anak didik harus terus
barang tentu menghadapi berbagai menerus dibina dan latih untuk menghasilkan
tantangan dan rintangan. Terkait dengan sesuatu yang baru.
tugas yang unik dan berat itu dalam Dari hasil wawancara dengan guru-guru
mewujudkan tujuan pendidikan senantiasa SD di Kota maupun di desa beberapa bulan
guru-guru dituntut memiliki tujuh (7) point yang lalu bahwa pemahaman dan cara
penting dan sikap ketahanmalangan yang melaksanakan kegiatan pembelajaran
prima. Ketujuh poin itu adalah kecerdasan dengan model Kurikulum 2013 sampai saat ini
Spiritual, Emosional, Intelektual, Sosial, Fisik, Skill masih banyak guru yang belum begitu paham
penunjang, dan hal lain yang patut dihindari. apalagi terampil melaksanakannya. Dengan
Ketahanmalangan (Adversity Quotient atau demikian untuk melaksanakan kurikulum 2013
AQ) adalah bagaimana seseorang merasa khususnya melaksanakan pembelajaran
mampu menghadapi tantangan dengan Tematik Terpadu diperlukan kompetensi
kondisi-kondisi yang berlainan (Stoltz). AQ pedagogik dan profesional, ketahanmalangan
adalah daya juang yang merupakan ukuran dan kepiawaian guru-guru SD mengajar
kemampuan dan ketangguhan seseorang dengan pendekatan psikologis yang memikat
untuk mengatasi kesulitan yang didahapinya. hati dan pemanfaatan media. Hal itu perlu
Artinya ketahanmalangan adalah bagaimana dilakukan agar pembelajaran Tematik Terpadu
seseorang memiliki daya tahan tinggi, berdampak positif yaitu menyenangkan dan
keuletan, tahan banting, nyali tinggi, tanggap, bermakna bagi siswa. Pembelajaran dengan
tangguh, tregginas untuk menghadapi model Tematik Terpadu di SD dalam
kesulitan, kerumitan, hambatan, tidak akan implemmentasinya ternyata sampai sekarang
mengulangi kesalahan, tidak mudah masih banyak kendala terutama dalam
menyerah dan akan menerima tanggung memahami, melaksanakan serta evaluasinya.
jawab untuk berbagai masalah. Sebaliknya, Pada dasarnya pembelajaran tematik terpadu
orang atau guru yang tidak dapat mengatasi harus menarik dan memikat hati anak-anak.
kesulitan, mudah menyerah dan menjadi Pembelajaran Tematik Terpadu sampai
emosional, kemudian menarik diri dan berhenti tahun 2019 belum bisa dilaksanakan secara
berusaha, adalah orang – orang yang tidak mulus dan masif oleh guru-guru SD baik di kota
memiliki daya juang dan ketangguhan yang provinsi, kota kabupaten bahkan kota
tinggi. kecamatan apalagi di daerah tertinggal,
terpencil dan daerah perbatasan. Tantangan,

[145]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

kendala-kendala tersebut harus dihadapi bahwa untuk mewujudkan pendidikan


dengan penuh semangat, ketangguhan, nasional yaitu berkembangnya potensi peserta
kesungguhan dan keprigelan, mengajar didik agar menjadi manusia yang beriman dan
dengan berhati mulia oleh setiap guru SD. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Tugas guru itu memang berat. Namun, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
pernahkah bermimpi menjadi guru SD terbaik mandiri, serta menjadi warga negara yang
yang memiliki ketahanmalangan dan yang demokratis dan bertanggung jawab.
mendapat tempat istimewa dihati anak-anak? Di era industri/digital 4.0 para siswa
dihadapkan pada akses informasi yang sangat
Guru Pebelajar Sejati berhati mulia dan luas, peran guru kini dituntut lebih dari sekadar
ketangguhannya merekayasa pembelajaran sumber infomasi tetapi mampu menjadi guru
Tematik Terpadu yang menyenangkan dan profesional. Menurut hemat saya bahwa peran
bermakna. pendidik seperti pesan dan semboyan
Menjadi guru, mungkin bukanlah cita- pendidikan yang pernah disampaikan oleh Ki
cita utama bagi setiap orang. Profesi guru Hadjar Dewantara yaitu “Ing ngarso sung
dipilih dan dilakukan karena beberapa alasan, tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri
diantaranya adalah pilihan pekerjaan yang Handayani“. Semboyan diimplementasikan
terbatas. Dengan kata lain, pilihan untuk dalam tindakan pembelajaran yakni 3A (Asah,
menekuni profesi sebagai guru tidak Asih dan Asuh) masih sangat relevan dalam
menempati 5 pilihan teratas (Dokter, Insinyur, menghadapi era industri 4.0. Lalu, bagaimana
Hakim, Politikus, Pengusaha). Guru yang transformasi peran guru di sekolah dapat
memberi kesan positif dan mendalam siswanya dilakukan?
adalah guru yang memiliki banyak peran Setidaknya ada 5 peran guru yang harus
sekaligus. Guru pada era globalisasi abad dikuatkan dalam Penguatan Pendidikan
kekinian (XXI) atau Era millennial dan digital 4.0, Karakter (PPK). Dari dari akun resmi instagram
haruslah senantiasa up-to date terhadap Kemdikbud memberikan 5 peran guru, yakni:
perkembangan ilmu pedagogi dan teknologi (1) Pendidik-Pengajar - Guru secara
pembelajaran misalnya konsep teaching professional mampu menyampaikan mata
centered learning harus digeser menjadi pelajaran agar mudah dimengerti dan
student centered learning. Pertanyaan dipahami oleh anak-anak; guru berniat
sekarang apakah guru-guru telah siap menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik,
melakukan perubahan, inovasi berbasis pada dan mendoakan terus menerus agar muridnya
kreativitasnya dan ketahanmalangannya, mendapat hidayah (KH. Maimoen Zubair), (2).
seperti halnya sekarang melaksanakan Katalisator - Guru diharapkan mampu untuk
pembelajaran di sekolah dasar (SD) berbasis mengindentifikasi, menggali dan
pada Tematik Terpadu dengan pendekatan mengoptimalkan potensi anak didik sesuai
pembelajaran Scientific. Guru menjadi literator dengan tingkat umur dan perkembangan
dan pebelajar sejati yakni professional sebagai anak; (3) Penjaga gawang - Guru membantu
pendidik penebar pendidikan karakter seperti anak didik untuk mampu menyaring pengaruh-
tindakan yang kreatif, inovatif, sabar, penabur pengaruh negatif yang ada di lingkungan,
kasih sayang, jujur, cerdas, demokratis, dan termasuk di dunia maya; (4) Fasilitator ,
mengispirasi anak didiknya di sekolah. motivator dan inspirator - Guru membantu
Guru memiliki peran yang sangat anak-anak didik menjadi subyek dalam proses
strategis bagi dunia pendidikan, karena dari pembelajaran, menjadi teman diskusi sejati,
semua komponen pendidikan yang ada penginspirasi dan juga mau bertukar pikiran; 5)
seperti kurikulum, sarana prasarana, metode Penghubung- Katalisator - Guru mampu
pengajaran, guru, murid, orangtua dan menghubungkan anak didik dengan sumber-
lingkungan, dan unsur paling menentukan sumber yang beragam, baik di dalam maupun
adalah guru. Menurut hemat saya di sekolah di luar sekolah. Kelima peran kegiatan
jika have good teachers, will have good pembelajaran seyogyanya dilakukan dengan
nations. Guru memiliki kedudukan yang sangat penuh keikhlasan dan kerendahan hati.
sentral dan mulia. Dari mereka akan mencipta
generasi emas dengan peradaban manusia Ketahanmalangan Guru Sekolah Dasar dan
yang gemilang. Terlebih guru mengemban Pembelajaran Tematik Terpadu
amanat Undang-undang nomor 20 tahun 2003,

[146]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Ketahanmalangan (Adversity Quotion = seberapa kuatkah seseorang dapat terus


AQ) memang masih terdengar asing di bertahan dalam suatu pergumulan, sampai
sebagian telinga kita. Hal ini terlihat ketika pada akhirnya orang tersebut dapat keluar
pertama kali saya mengenalkan kepada guru- sebagai pemenang, mundur di tengah jalan
guru SD Rasaujaya melalui kegiatan KKG, atau bahkan tidak mau menerima kekalahan.
sebagian mereka tidak memahami apa itu Di era seperti sekarang ini, guru
ketahanmalangan. Bagi saya sebagai dosen berperan dalam melaksanakan dan
PGSD, ketahanmalangan ini merupakan mengembangkan kegiatan pembelajaran
sebuah keilmuan yang sangat baik karena Tematik terpadu di SD sangat dibutuhkan guru-
relevan dengan karakter saya yang menyukai guru yang memiliki semangat tinggi,
tantangan. kreativitas, inovatif dan memiliki sikap yang
Tahun 1979, Paul G. Stoltz menggulirkan tidak gampang menyerah atau memiliki
revolusi dengan buku Adversity Quotient: ketahanmalangan dalam mengajar.
Turning Obstalce Into Opportunitie (Mengubah Pembelajaran Tematik Terpadu telah
Hambatan Menjadi Peluang). Dia dilaksanakan sejak tahun 2012/2013 dengan
memperkenalkan konsep mengatasi kesulitan pendekatan Saintifik. Pembelajaran tematik
untuk disadari masyarakat luas. AQ adalah terpadu sampai ini belum terlaksana dengan
ukuran kemampuan seseorang untuk lancar dan masif di sekolah dasar. Masih
mengatasi kesulitan. Ciri orang yang tidak banyak kendalanya seperti yang dirasakan
dapat mengatasi kesulitan mudah menyerah oleh para guru SD terutama dalam
dan menjadi emosional. Kemudian emosional memadukan secara utuh dari beberapa
dan mudah menyerah, menarik diri dan subtema bidang studi yang dipadukan.
berhenti berusaha, adalah tergolong orang – Disamping itu cara evalusinya masih banyak
orang yang tidak memiliki daya juang yang guru yang belum mampu melakukan dengan
tinggi. Bagi orang – orang yang dapat cepat dan tepat. Kendala-kendala itulah yang
mengatasi kesulitan dengan baik maka dia harus dihadapi dan diselesaikan oleh para
akan menjadi pemimpin di masa kini dan masa guru SD dengan baik. Dalam menangani
yang akan datang. Pembelajar Terpadu diperlukan kepiawaian
Adversity Quoitent (AQ) mempunyai tiga dan keuletan serta ketahanmalangan guru.
bentuk. Pertama, AQ adalah suatu kerangka Peran ini, diharapkan nantinya guru mampu
kerja konseptual yang baru untuk memahami menyiapkan anak didik untuk memiliki
dan meningkatkan semua segi kesuksesan. kecakapan abad industrial millenium 4.0, yakni
Kedua, AQ adalah suatu ukuran untuk 4C: Critical Thinking (berpikir kritis dan analitis),
mengetahui respons seseorang terhadap Creative and Innovative (kreatif dan inovatif),
kesulitan. Ketiga, AQ adalah serangkaian Communicative (komunikatif), dan
peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk Collaborative (kolaboratif).
memperbaiki respon seseorang terhadap Guru kini harus memiliki sikap rendah hati
kesulitan. dan harus gembel (gemar belajar) serta
Dalam usaha mewujudkan suatu mampu mengembangkan diri untuk menjadi
keberhasilan pembelajaran Tematik Terpadu di guru SD yang memiliki empat kompetensi
sekolah sudah tidak dapat dipungkiri bahwa seperti kompetesi pedagogik, professional,
berbagai faktor yang ikut menentukannya kepribadian dan sosial. Keempat komptensi
adalah pendekatan, metode, strategi, tersebut dipadukan agar dapat menyentuh
keikhlasan, tanggungjawab, penguasaan hati, menarik dan menyenangkan anak didik
bahan ajar, sarana-prasara pembelajaran, secara lebih lembut dan kreatif, pembelajaran
media pembelajaran dan ketahanmalangan menjadi lebih menarik, menyenangkan dan
guru. Jadi dari pengertian tersebut dapat bermakna bagi kehidupan masa depan anak.
disimpulkan AQ, merupakan suatu penilaian Seyogyanya dalam pembelajaran yang
yang mengukur bagaimana respon seseorang menyenangkan setiap guru perlu memiliki
memahami dirinya dalam meningkatkan tujuh (7) point yaitu: 1.Cerdas spiritual , 2.
kesuksesan dari semua aspek kehidupan. AQ Cerdas emisional, 3. Cerdas Intelekual, 4.
juga merupakan sebuah penilaian yang Cerdas Sosial, 5. Cerdas fisik motorik , 6. Skill
mengukur sikap seseorang dalam menghadapi Penunjang, dan 7. Hal-hal yang patut
masalah untuk dapat diberdayakan menjadi dihindari. Mari kita simak ketujuh hal tersebut.
peluang. AQ dapat menjadi indikator

[147]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

1. Aspek Cerdas Spiritual, perhatian ( empati), murah hati dan percaya


Guru hendaknya memberikan diri, konsisten, memahami kejiwaan murid,
pendidikan dan pelajaran dengan sentuhan menghargai perbedaan antar individu,
nilai-nilai spiritual. Guru yang memikat hati penerimaan dan harapan.
hendaknya menanamkan nilai-niali spiritual di
dalam dirinya. Berikutnya penulis saya 3. Cerdas Intelekual,
paparkan pilihan sebaiknya setiap guru (1) Guru mendidik/mengajar secara
memiliki keteladanan kehidupan spiritual yang professional menjadi suatu keharusan. Ada
mantap seperti senantiasa berdoa , mendirikan empat hal yang harus diperhatikan guru
sholat lima waktu, membiasakan membaca dalam menyampaikanilmu kepada murid-
kitab suci: Al Quran; rajin puasa sunah; (2) muridnya, yaitu (1) guru harus memahami ilmu
Mendoakan murid-muridnya dunia dan akirat, yang diajarkan, (2) tidak ragu-ragu dalam
seperti memohon ampun dan memaafkan; menyampaikan ilmu, (3) ilmu yang
memohonkan kecerdasan dan rahmat, (3) disampaikan tidak bertentangan dengan
Ikhlas; (4) Menasehati akan kebaikan, dan (5) kebenaran dan (4) guru harus merujuk kepada
Tidak arogan dan sombong. Guru senatiasa teori yang benar. Tentu menjadi guru yang
terus menuntut ilmu dan senantiasa berkarya, dapat menguasai materi ajar saja ternyata
tidak segan-segan untuk menjadi orang (guru tidak cukup. Guru juga dituntut untuk dapat
) yang Gembel (Gemar belajar), (6) Itqan menyampaikan dengan baik. Guru harus
(melakukan suatu pekerjaan menyajikan materi pelajaran dengan cara
(mendidik/mengajar ) dengan baik: yang menarik minat belajar murid. Sudah
professional, bekeja dengan optimal, barang tentu seorang guru yang cerdas dan
berinovasi tanpa berhenti –kreatif-inovatif berwawasan luas, tentu akan membimbing
dalam menjalankan tugasnya sebagai anak didiknya dari hal yang termudah, karena
pendidik; dan mampu memenuhi hak anak , ia memahami kemampuan murid yang beda-
ikhlas memberikan pembelajaran yang terbaik beda dalam menyerap ilmu.
dan bermutu, menyediakan fasilitas sekolah Guru harus well-prepared, dimana sudah
yang aman dan nyaman. tidak bias ditawar lagi bahwa guru harus
Guru sejati dan andal dan tangguh, menyiapkan diri sebelum mengajar, membuat
trengginas (cekatan), selayaknya rajin rencana pembelajaran yang tersusun dalam
mengasah kesabaran dan keterampilan kegiatan pembukaan,kegiatan inti dan
menahan marah. Guru yang baik adalah guru kegiatan penutup pembelajaran. Guru
yang senatiasa mendoakan kebaikan dunia menyiapkan media penunjang yang akan
dan akhirat bagi anak-anak didiknya. Secara digunakan sesuai dengan kegiatan
pribadi guru memaafkan apabila anak-anak pembelajaran yang dirancang (RPP).Guu
didikna berbuat kesalahan dan ia bahkan harus mengusai teknologi. Harus berpacu
memohonkan keampunan dari Allah untuk dalam meningkatkan wawasan pengetahuan
mereka. Guru selalu memohonlan kecerdasan melalui teknologi yang semakin memanjakan
dan rahmad untuk anak-anak didiknya. manusia. Guru dianjurkan dapat
Sebagai guru sering kali menemui beragam mengoperasional komputer seperti “Microsof
dimensi kehidupan yang setiap saat Office Word, Excel dan Power Point. Di
membutuhkan kecermatan dalam memilih samping itu guru mampu mempelajari teknik-
tindakan mengajar. Dengan kata lain, guru teknik penggunaan internet untuk mencari dan
berinteraksi dengan baik pada anak didiknya mengakses informasi tentang pembelajaran,
yang memiliki berbagai karakter. mengirimkan ke alamat e-mail para muridnya.
Guru juga memahami pengoprasian alat-alat
2. Cerdas emosional elektronik lainya sebagai penunjang
Menurut Gardner tidak ada suatu pembelajaran seperti tape, VCD/DVD HP, OHP
bangsa yang dapat mencapai kebesarnnya , In-focus , laptop, dan lain-lainnya.
tanpa bangsa tersebut memiliki suatu
keperyaan yang memiliki dimensi-dimensi 4. Cerdas Sosial,
moral untuk menopang suatu peradapan Secara umum kecerdasan social dapat
besar. Guru sebagai insan pendidika /pengajar diidentikkan dengan kecerdasan emosi.
di sekolah harus memiliki kecerdasan emosi Cerdas social merupakan kemampuan guru
seperti “ sabar, adil, jujur, ikhlas, berani, penuh untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif

[148]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

dengan peserta didik, tenaga kependidikan, Guru ketika melaksanakan kegiatan


orang tua/wali peserta didik dan masyarakat pembelajaran tentu dituntut berbagai
sekitar. Bertindak obyektif tidak diskriminatif, kemampuan. Misalnya, kemampuan
berkomunikasi secara efektif, empatik, santun mengekspresikan diri dengan gerakan tubuh
dengan sesama pendidik, tenaga atau vokal seperti pandai musik , menyanyikan
kependidikan, dan orang tua murid. Guru lagu-lagu anak, pandai bercerita yang
mampu bertutur kata baik, benar, dan santun mengandung unsur pendidikan, pandai
lembut; bershabat dengan murid; memuji dan memberikan motivasi/ inspirasi
berkolaborasi dengan teman sejawat dan kepada muridnya, memiliki kesehatan/
karyawan,, murah senyum dan humoris, kebugaran jasmani yang baik/ prima, suka
Problem solver; menjalankan semboyan Ki berolahraga, dan suka membaca. Memberi
Hajar Dewantara : (1) Ing ngarso sung tulodo, motivasi pada setiap anak didik yang
(2) Ing madya mangun karso (3) Tut wuri mengalami masalah; mengajarkan berempati
handayani ; Suka bersedekah/ memberi dengan orang lain; mengajarkan untuk
hadiah. Mampu beradaptasi ditempat tugas di bersabar dan mengontrol diri.
mana saja (RI) yang memiliki keragaman sosial
budaya. Mampu berkomunikasi baik dengan 7. Hal-hal yang patut dihindari
lisan maupun tulisan. Kita sudah menjadi guru, tentu kita semua
berharap untuk disukai oleh para murid.
5. Cerdas fisik motorik /Kebugaran Jasmani Dengan kata lain murid selalu merindukan
Kecerdasan fisik motorik (kinestetik) kehadiran guru setiap saat di sekolahnya. Hal
merupakan kemampuan yang dimiliki yang seharusnya ditinggalkan sbb: (1) Tidak
seseorang dalam mengontrol gerakannya mengusai materi; (2) Mengajar tanpa
atau mengolah gerakan tubuhnya dengan persiapan; (3) Tidak melakukan evaluasi
baik. Kecerdasan ini berkaitan dengan menyeluruh; (4) Berpakaian dan bersoleh
keseimbangan, kelenturan, kekuatan, norak; (5) Berkata kasar; (7) Bersangka buruk
kecepatan dan koordinasi dan keadaan terhadap murid; (7) Jangan mengatakan
kesehatan dan atau kebugaran jasmani. anak- bodoh, congek tidak berotak; (8)
Guna mewujudkan tingkatan guru yang Membandingkan kepandaian murid yang satu
memikat hati para anak-anak atau muridnya dengan murid yang lain dalam / di luar
dengan membentuk karakter dalam diri sendiri kelasnya; (9) Menghukum semena-mena; (10)
yang cinta kebersihan, giat berolahraga, sigap Mencabuli murid; (11) Pilih kasih; (11) Cuek di
-cekatan tidak malas-malasan. Di samping itu kelas atau diluar kelas, (12) Tidak humoris, (13)
hendaklah dapat tampil menawan/ tampan, Tidak hafal nama muridnya; (14) Suka
cantik. Untuk menjadi guru pemikat hati mengancam murid, (15)bertransaksi dagang
kiranya perlu mempertajam setidaknya satu ketika mengajar, (17) Gosif ketika mengajar,
ketrampilan penunjang, diantaranya (18) Pelecehan seksual dan (19) sering bolos
keterampilan berceritera/ dan ber acting. tanpa alasan yang baik, dan lain-lainnya.
Dengan suatu keterampilan yang memikat
hati, misalnya keterampilan bercerita, Membangun Ketahanmalangan Guru
keterampilan melukis, keterampilan menulis, Dalam upaya membangun
keterampilan bermain tebak-tebakan dan ketahanmalangan guru bayak hal yang bisa
perpantun. Keterampilan bersenandung dan dilakukan oleh kepala sekolah, namun karena
memainkan alat musik dan keterampilan tingkat ketahanmalangan seseorang berbeda-
menulis. Seyogyanya guru dalam beda maka kita harus tahu terlebih dahulu
mengekspresikan gagasannya atau emosinya tingkat ketahanmalangan tersebut. Berikut ini
melalui gerakan tubuh secara wajar, luwes, tingkat ketahanmalangan yang dikemukan
tidak kebanci –bancian. Misalnya dalam oleh Paul G.Stoldz. Tingkat ketahanmalangan
membacakan puisi: Krawang Bekasi, ini dibagi dalam tiga kelompok manusia yang
hendaknya guru memberikan contoh bentuk- ibaratkan sedang dalam perjalanan mendaki
bentuk gerakan yang mampu membangkitkan gunung, yaitu pertama, Quitters yaitu orang
semangat belajar anak. yang memilih untuk keluar, menghindari
kewajiban, mundur, dan berhenti. Mereka ini
6. Skill Penunjang disebut Quitters atau orang – orang yang
berhenti. Mereka menghentikan pendakian.

[149]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Mereka menolak kesempatan. Mereka eksplorasi terhadap hal-hal dimana


mengabaikan, menutupi, atau meninggalkan seseorang merasa bertanggung jawab
dorongan inti yang manusiawi untuk mendaki, tetapi mampu untuk memperbaiki.
dan dengan demikian juga meninggalkan A = Analyze, adalah melakukan analisa
banyak hal yang ditawarkan oleh kehidupan. untuk mencegah pikiran – pikiran
Kedua, Campers atau orang yang berkemah. negatif yang muncul, dalam
Mereka pergi tidak seberapa jauh, lalu berkata arti kata melakukan koreksi terhadap
“ sejauh ini sejalan saya mampu mendaki (atau pemikiran yang keliru perihal suatu
ingin mendaki)”. Karena bosan, mereka kesulitan.
mengakhiri pendakiannya dan mencari D = Do, adalah melakukan sesuatu untuk
tempat datar yang rata dan nyaman sebagai mengatasi kesulitan yang dihadapi.
tempat bersembunyi dari situasi yang tidak Dengan tekun melatih LEAD, konsep ini
bersahabat. Mereka menghabiskan sisa – sisa menjadi alat ampuh untuk melepaskan diri dari
hidup mereka dengan duduk di situ. Berbeda keputusasaan pada saat bantuan orang
dengan Quitters, Campers sekurang – lainpun menemui kegagalan.
kurangnya telah menanggapi tantangan
pendakian. Mereka telah mencapai tingkat SIMPULAN
tertentu namun tidak mau meneruskan Guru yang memikat hati anak-anak
menghadapi tantangan yang menghadang. didiknya adalah guru yang melahirkan
Ketiga, Climber atau pendaki, adalah sebutan generasi terbaik. Guru memahat nurani anak-
untuk orang yang seumur hidup membaktikan anak dengan sabar dan ikhlas. Mengajar
dirinya pada pendakian. Tanpa menghiraukan dengan hati tidak bisa ditinggalkan oleh para
latar belakang, keuntungan atau kerugian, guru dalam rangka melakukan perubahan
nasib buruk atau nasib baik, dia terus mendaki. pembelajaran dari era Teaching ke Learning.
Climber adalah pemikir yang selalu memikirkan Mengajar dengan hati adalah tindakan mulia.
kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah Setiap tindakan mulia dan tindakan
membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik pembelajaran itu menyenangkan maka anak
atau mental, atau hambatan lainnya didik dapat menemukan kebermakanaan
menghalangi pendakiannya. belajar. Ketahanmalangan (AQ) yang tinggi
Sekarang ditingkat manakah adalah merupakan salah satu faktor penting
ketahanmalangan yang Anda miliki? Kalau untuk meraih sukses, bahkan semua bakat dan
sudah tahu Anda bisa memperbaikinya agar hasrat sia – sia jika terus diselimuti oleh AQ
bisa mencapai ketingkat Climber. Kalau Anda rendah. Oleh sebab itu, ketahanmalangan
guru yang sering mengeluh atau grutu kalau bagi seorang guru sangat dibutuhkan. Seorang
diberikan tugas oleh atasan berarti anda guru yang memiliki ketahanmalangan yang
termasuk orang yang Quiters tapi kalau ada tinggi terus bersemangat pantang menyerah
orang yang siap menerima tantangan maka mendidik generasi – generasi terbaik. Guru
ada bisa dikatakan sebagai guru dengan yang memiliki ketahanmalangan tinggi juga
Predikat Climber. memberikan energi positif terhadap anak
Berikut ini adalah cara yang bisa didiknya, sehingga semangat hadir pada
dilakukan oleh kepala sekolah untuk keduanya yaitu pada guru dan anak-anak
meningkatkan ketahan malangan guru. didik (siswanya).
Apabila kita melihat pada realitas yang ada, Terima kasih, semoga paparan materi ini
mungkin tidak semua orang memiliki diridhoi Allah dan bermanfaat bagi kita semua
ketahanmalangan yang bagus. Setiap orang sebagai pendidik /guru sejati. Aamiin.
memilki tipe – tipe yang berbeda, ada yang
memiliki AQ rendah, sedang dan tinggi. oleh DAFTAR PUSTAKA
sebab itu untuk membuat AQ seseorang bisa
Bedjo Susanto. 2007. Guru Indonesia dan
menjadi lebih baik, bisa dilakukan beberapa
Perubahan Kurikulum, Mengorek
cara yang dikemukan oleh Stoltz. Stoltz Kegelisahan Guru. Jakarta.. CV. Sagung
mengemukakan bagaimana cara memangun Seto.
AQ seseorang, yang dikenal dengan “lead”. Burhanuddin Salam. 2011. Pengantar
L = listening, artinya orang harus belajar Pedagogik (dasar-dasar ilmu mendidik).
untuk mendengar. Jakarta. Rineka Cipta.
E = Explore, adalah melakukan

[150]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Robert M Gagne. 1985. The Condition of


Learning and Theory of Intruction.
Chicago. College Puabishing.
Brend J Wilseon. 1996. Contructivist Learning
Invironmant. New Jersay. Educatinal
Publication Englewoodclip.
Michael Molenda, Alan Januszewski. 2008.
Education Technologi: A Definition With
Comentary. New York. Lavrence
Erlbaum Asosiatest.
Harry K. Wong, Rosemary T. Wong. 2005. The
First Days of School. HKW Publicationing.
California.
Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Pusat
Informasi dan Hubungan Masyarakat/
PIH Kemendikbud. Jakarta
Stoltz, P.G. (2000). Adversity Quotient,
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang.
Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Sugesti, Fitri Era; Budiyono; dan Subanti, Sri.
(2014). Eksperimentasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan
TSTS dengan Pendekatan RME pada
Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari
Adversity Quotient Siswa. Journal of
Mathematics and Mathematics
Education, 4(1) : 1-
Supardi U.S. (2014). Pengembangan Instrumen
Pengukuran Ketahanmalangan
(Kecerdasan Adversitas) Siswa. Prosiding
Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan
Program Pacsasarjana UNJ. ISBN : 978-
608-602-70135-0-6.

[151]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

MEDIA PEMBELAJARAN TEMATIK ADOBE FLASH BERBASIS KEARIFAN LOKAL MALANG


SELATAN DI SEKOLAH DASAR

Tety Nur Cholifah1) & Luthfiatus Zuhroh2)


Prodi PGSD FPIP Universitas Islam Raden Rahmat Malang
tetynurcholifah@gmail.com & upick1990@gmail.com

Abstrak
Artikel ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pengunanaan media pembelajaran tematik Adobe
Flash untuk pembelajaran di Sekolah Dasar dikarenakan guru masing terpaku pada pembelajaran
konvensional, dan juga rendahnya pengetahuan siswa tentang kearifan lokal daerah sekitar tempat
tinggal. Tujuannya yaitu (1) menghasilkan media pembelajaran tematik Adobe Flash berbasis kearifan
lokal di Sekolah Dasar yang menarik dan (2) menguji efektivitas media pembelajaran tematik Adobe
Flash berbasis kearifan lokal malang selatan di Sekolah Dasar. Metode yang digunakan dalam
penulisan artikel ini adalah studi literatur baik secara tekstual maupun online dan analisis dilaksanakan
dengan metode Focus Group Discussion (FGD). Harapannya melalui artikel ini para pendidik
mendapatkan gambaran untuk berinovasi dalam proses belajar mengajar terutama mengajar di luar
kelas atau outdoor learning berbasis potensi kearifan lokal Malang Selatan, Jawa Timur.

Kata Kunci: Media Pembelajaran, Pembelajaran Tematik, Media Adobe Flash, Kearifan Lokal
Malang Selatan

[152]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN disampaikan oleh guru dan menambah


pengetahuan bagi kelas inklusi serta materi
Pendidikan berfungsi untuk yang sulit disampaikan secara verbal dapat
mengembangkan potensi siswa dan divisualisasikan melalui media tersebut.
membentuk watak yang sesuai dengan Berdasarkan hasil observasi yang
norma-norma agama, cerdas, serta dilakukan pada tanggal 12 September 2018,
mempunyai keterampilan yang diperlukan pembelajaran yang ada di SD Ulul Albab
dirinya (UU 20/2003). Sedangkan menurut Khan Kepanjen Malang guru belum menerapkan
(2010) “Pendidikan merupakan sebuah proses proses pembelajaran tematik yang menarik.
yang menumbuhkan, mengembangkan, Pengetahuan tentang keariafan lokal di
mendewasakan, menata, dan mengarahkan”. Malang belum diketahui sama sekali oleh siswa
Pendidikan juga berarti proses pengembangan padahal kearifan lokal sangat penting sekali
berbagai macam potensi yang ada dalam diri dikenalkan karena merupakan budaya
siswa agar dapat berkembang dengan baik kontekstual atau gagasan setempat (lokal)
dan bermanfaat bagi dirinya dan juga yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, dan
lingkungannya. Pendidikan juga harus bernilai baik dan diikuti oleh masyarakat.
menciptakan susana belajar yang menarik Pembelajaran di SD Ulul Albab juga masih
agar pembelajaran menjadi menyenangkan. menerapkan metode ceramah yang dapat
Pembelajaran yang menarik dan membuat siswa malas atau bahkan tidak
menyenangkan juga harus diwujudkan oleh memperhatikan saat guru mengajar. Berkaitan
seorang guru yaitu dengan meningkatkan dengan upaya untuk meningkatkan
potensi siswa dan membimbing siswa agar pengetahuan tentang kearifan lokal di daerah
mereka merasa nyaman belajar di dalam kelas Malang dan untuk membuat pembelajaran
baik siswa reguler maupun siswa inklusi, lebih menarik maka diperlukan sebuah media
sehingga mereka mampu untuk menyerap yang mampu menumbuhkan semangat,
segala materi pembelajaran dengan baik. minat, serta memancing agar siswa lebih aktif
Proses belajar yaitu proses penyampaian dalam pembelajaran. Salah satu solusi yang
pesan, dimana pesan tersebut disampaikan dapat diterapkan untuk mengatasi masalah
oleh guru kepada siswa. Penyampaian pesan tersebut adalah dengan menggunakan media
tersebut mempunyai alur yaitu sumber pesan, pembelajaran berbasis Adobe Flash yang
media, dan penerima pesan. Saat proses sudah dirancang dengan baik sehingga dapat
pembelajaran pesan tersebut berupa materi menumbuhkan keaktifan dan fokus pada siswa
pelajaran yang telah disusun sedemikian rupa inklusi.
sehingga tujuan pembelajaran dapat Media pembelajaran berbasis Adobe
tercapai. Flash dapat membantu siswa untuk
Tujuan pembelajaran akan tercapai jika meningkatkan pemahaman dalam menerima
diimbangi dengan penggunaan media materi. Media pembelajaran berbasis Adobe
pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Flash dapat menyajikan suatu materi
Media pembelajaran merupakan alat yang pembelajaran yang menarik dari segi tampilan
digunakan untuk menyampaikan sebuah dan suara yang ada dapat menumbuhkan
pesan kepada penerima pesan. Gagne dan semangat siswa inklusi dalam belajar di kelas.
Briggs dalam Arsyad (2011) mengemukakan Hal ini dapat membantu siswa inklusi yang
bahwa media pembelajaran, meliputi alat jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran
yang secara fisik digunakan untuk di kelas. Media pembelajaran Adobe Flash
menyampaikan isi materi pengajaran yang dapat membantu guru dalam mengontrol
terdiri dari buku, perangkat lunak dan pembelajaran karena semua perhatian siswa
perangkat keras seperti: komputer, TV, OHP, inklusi akan tertuju pada media pembelajaran
video, tape, slide, buku film, model transparasi Adobe Flash sehingga guru mudah dalam
dan lain-lainnya. Penggunaan media dalam mengendalikan situasi kelas.
pembelajaran harus menyesuaikan karakter Berbagai tantangan pendidikan dalam
media dengan tujuan pembelajaran, penyiapan media pembelajaran sangat
kebutuhan peserta didik dan materi ajar. banyak maka artikel ini akan membahas cara
Adanya media pembelajaran diharapkan menyusun media Adobe Flash berbasis
dapat menumbuhkan antusias siswa untuk kearifan lokal Malang Selatan. Gambaran cara
belajar lebih jauh tentang materi yang sedang penyusunan media Adobe Flash berbasis

[153]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

kearifan lokal Malang Selatan semoga juga Penggunaan media pembelajaran


dapat menjadi pedoman bagi praktisi dapat membantu meningkatkan pemahaman
pendidikan. Selain itu, artikel ini diharapkan dan daya serap siswa terhadap materi
dapat menjadi inspirasi para guru SD untuk pelajaran yang dipelajari. Berikut ini fungsi-
mengembangkan media Adobe Flash berbasis fungsi dari penggunaan media pembelajaran
kearifan lokal Malang Selatan. menurut Asnawir dan Usman (2002): 1)
Membantu memudahkan belajar bagi siswa
METODE dan membantu memudahkan mengajar bagi
Metode yang digunakan dalam guru. 2) Memberikan pengalaman lebih nyata
penulisan artikel ini adalah studi literatur, baik (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit) 3)
secara tekstual maupun online. Literatur yang Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan
diperoleh dari berbagai sumber selanjutnya pembelajaran dapat berjalan lebih
dianalisis dan diinterpretasikan dalam bentuk menyenangkan dan tidak membosankan). 4)
tulisan dalam artikel ini. Analisis dilaksanakan Semua indra siswa dapat diaktifkan. 5) Lebih
dengan metode Focus Group Discussion (FGD) menarik perhatian dan minat murid dalam
antar penulis artikel ini agar penulisan naskah belajar.
tersusun dengan baik. Beberapa manfaat media
pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai
HASIL DAN PEMBAHASAN (2005) adalah: 1) Pembelajaran akan lebih
1.1 Media Pembelajaran menarik perhatian siswa sehingga dapat
Media pembelajaran merupakan menumbuhkan motivasi belajar. 2) Bahan
sebuah alat yang dapat digunakan untuk pembelajaran akan lebih jelas maknanya
menyampaikan pesan kepada khalayak. sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan
Terdapat berbagai macam jenis media memungkinkan siswa menguasai tujuan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran lebih baik. 3) Metode
membangun sebuah komunikasi diantaranya pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak
media visual, audio, dan audio visual. Menurut semata-mata komunikasi verbal melalui
(Sadiman, 2006), media adalah segala sesuatu penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa
yang dapat digunakan untuk menyalurkan tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
pesan dari pengirim ke penerima sehingga apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam
dapat merangsang pikiran, perasaan, pelajaran. 4) Siswa lebih banyak melakukan
perhatian dan minat serta perhatian siswa kegiatan belajar, sebab tidak hanya
sedemikian rupa sehingga proses belajar mendengarkan uraian guru, tetapi juga
terjadi. Menurut (Trianto, 2010), media sebagai aktivitas lain seperti pengamatan, melakukan,
komponen strategi pembelajaran merupakan mendemonstrasikan dan lain-lain.
wadah dari pesan yang oleh sumber atau
penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran 1.2 Pembelajaran Tematik
atau penerima pesan tersebut, dan materi Pembelajaran tematik merupakan
yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin perkembangan anak SD yaitu pada tahap
dicapai adalah terjadinya proses operational konkret (7-11 tahun). Dalam
belajar. Menurut Dimyati dan Mujiono (1999) kehidupan sehari-hari, anak tidak melihat mata
menyatakan bahwa pembelajaran adalah pelajaran berdiri sendiri tetapi melihat dari
kegiatan guru secara terprogram dalam objek atau peristiwa yang didalamnya
desain instruksional, untuk membuat siswa memuat sejumlah konsep/materi dari
belajar aktif, yang menekankan pada beberapa mata pelajaran (Dewi, dkk,. 2014).
penyediaan sumber belajar. Berdasarkan beberapa pendapat
Berdasarkan pendapat di atas, dapat tentang pembelajaran tematik di atas, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran disimpulkan bahwa pengertian dari
merupakan alat yang didesain secara pembelajaran tematik yaitu integrasi dari
terprogram yang digunakan untuk berbagai mata pelajaran menjadi suatu tema
menyampaikan materi pelajaran kepada atau topik pembelajaran sehingga siswa akan
siswa, agar pembelajaran menjadi lebih belajar lebih baik dan bermakna.
menarik dan dapat menjadikan siswa Menurut Kemendikbud pembelajaran
semangat dalam menerima materi pelajaran. tematik memiliki karakteristik atau ciri-ciri

[154]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

sebagai berikut yaitu berpusat pada siswa, tentang Standart Nasional Pendidikan. Diatur
memberikan pengalaman langsung, dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013
pembelajaran diarahkan pada tema-tema, tentang “Standart Proses Pendidikan Dasar dan
menyajikan konsep dari berbagai mata Menengah” yang menyatakan bahwa
pelajaran, bersifat luwes/fleksibel, hasil karakteristik proses pembelajaran disesuaikan
pembelajaran sesuai dengan minat siswa, dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran
menggunakan prinsip belajar sambil bermain tematik terpadu di SD/MI/SDL/Paket A
(Astuti, 2017). disesuaikan dengan tingkat perkembangan
Landasan pembelajaran tematik siswa.
menurut pendapat Majid (2014) meliputi: a) Prinsip Pembelajaran Tematik Menurut
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik Majid, (2014) beberapa prinsip yang
sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat, berkenaan dengan pembelajaran tematik
yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan integratif sebagai berikut: a) Pembelajaran
humanisme. Aliran progresivisme memandang tematik integratif memiliki satu tema yang
proses pembelajaran perlu ditekankan pada aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada
pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah dala kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi
kegiatan, suara yang alamiah (natural), dan alat pemersatu materi yang beragam dari
memperhatikan pengalaman siswa. Aliran beberapa mata pelajaran. b) Pembelajaran
konstruktivisme melihat pengalaman langsung tematik integratif perlu memilih materi
siswa (direct experience) sebagai kunci dalam beberapa mata pelajaran yang mungkin
pembelajaran. Manusia mengkonstruksi saling terkait. Dengan demikian, materi-materi
pengetahuannya melalui interaksi dengan yang dipilih dapat mengungkapkan tema
objek, fenomena, pengalaman, dan secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi
lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat pengayaan horizontal dalam bentuk contoh
ditransfer begitu saja dari seorang guru aplikasi yang tidak termuat dalam standar isi.
kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan Namun ingat, penyajian materi pengayaan
sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu
bukan sesuatu yang mudah jadi, melainkan kepada tujuan pembelajaran. c)
suatu proses yang berkembang teru smenerus. Pembelajaran tematik integratif tidak boleh
Aliran humanisme melihat siswa dari segi bertentangan dengan tujuan kurikulum yang
keunikan, kekhasannya, potensinya, dan berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran
motivasi yang dimilikinya. b) Landasan tematik integratif harus mendukung
psikologis, pembelajaran tematik terutama pencapaian tujuan utuh kegiatan
berkaitan dengan psikologi perkembangan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.
siswa dan psikologi belajar. Psikologi d) Materi pembelajaran yang dapat
perkembangan diperlukan terutama dalam dipadukan dalam satu tema selalu
menentukan isi/materi pembelajaran tematik mempertimbangkan karakteristik siswa seperti
yang diberikan kepadasiswa agar tingkat minat, kemampuan, kebutuhan, dan
keluasan dan kedalamannya sesuai dengan pengetahuan awal. e) Materi pembelajaran
tahap perkembangan siswa. Psikologi belajar yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan.
memberikan kontribusi bagaimana isi/materi Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan
pembelajaran tematik tersebut disampaikan tidak usah dipadukan.
kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus
1.3 Media Audio Visual Adobe Flash
mempelajarinya. c) Landasan yuridis dalam
pembelajaran tematik berkaitan dengan
Media audio visual adalah media yang
berbagai kebijakan atau peraturan yang
mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
mendukung pelaksanaan pembelajaran Menurut (Arsyad, 2013) Media Audio-visual
tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis merupakan sebuah alat bantu audio visual
tersebut adalah UU No. 20 Tahun 2003 tentang yang berarti bahan atau alat yang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan dipergunakan dalam situasi belajar untuk
bahwa setiap siswa pada satuan pendidikan membantu tulisan dan kata yang diucapkan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan
sesuai bakat, minat, dan kemampuannya (Bab ide. Menurut (Rohani, 1997) audio visual atau
V Pasal 1-b). Menurut PP Nomor 32 Tahun 2013 AVA adalah media intruksional modern yang
Sebagai perubahan PP No 19 Tahun 2005 sesuai dengan perkembangan zaman atau

[155]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi b. Mampu mengolah sumber daya, terlibat
yang meliputi media yang dapat dilihat, dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain
didengar dan dapat dilihat serta didengar. yang berkaitan dengan keunggulan,
Dari beberapa pendapat diatas dapat sehingga memperoleh penghasilan
disimpulkan bahwa media audio visual sekaligus melestarikan budaya, tradisi, dan
merupakan media yang di dalamnya terdapat sumber daya yang menjadi unggulan
materi yang dapat disesuaikan dengan tingkat
daerah, serta mampu bersaing secara
kemampuan siswa. Audio visual dapat
nasional dan global.
menampilkan pesan yang memotivasi siswa
c. Siswa inklusi diharapkan mencintai tanah
untuk mempelajari materi-materi selanjutnya.
kelahirannya, percaya diri menghadapi
Terdapat berbagai macam media masa depan, dan bercita-cita
audio visual di antaranya yaitu media audio mengembangkan potensi lokal, sehingga
visual Adobe Flash yang merupakan sebuah daerahnya bias berkembang pesat seiring
aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk dengan tuntutan era globalisasi dan
membuat animasi 2 dimensi yang ringan dan informasi.
handal sehingga banyak digunakan untuk
membangun dan memberikan efek animasi SIMPULAN
pada website, CD interaktif dan lainnya. Berdasarkan hasil kajian literatur ini maka
Adobe Flash adalah aplikasi yang cocok untuk peneliti menyimpulkan bahwa untuk
keperluan pembuatan sebuah media mengembangan Media Pembelajaran Tematik
pembelajaran yang bisa digunakan untuk Adobe Flash berbasis Kearifan Lokal Malang
proses pembelajaran di sekolah inklusi. Adobe Selatan membutuhkan kreativitas dan
Flash merupakan aplikasi yang dapat wawasan yang sangat luas. Media
digunakan dengan komputer spesifikasi pembelajaran ini digunakan untuk menambah
rendah. wawasan tentang berbagai macam kearifan
lokal di daerah Malang Selatan yang belum
1.4 Kearifan Lokal Malang Selatan banyak diketahui siswa. Melalui
Affandy & Wulandari (2012) pengembangan media ini siswa diharapkan
mengatakan Local wisdom refers to the mampu untuk tetap menjaga kearifan lokal
knowledge that comes from the community’s yang ada. Gambaran dalam pengembangan
experiences and the accumulation of local media Adobe Flash berbasis kearifan lokal
knowledge. Local wisdom is found in societies, Malang Selatan ini semoga dapat menjadi
communities, and individuals. Pendapat ini pedoman bagi praktisi pendidikan dalam
mempunyai arti bahwa kearifan lokal pengembangan media lain sebagai proses
mengacu pada pengetahuan yang berasal pengajaran di sekolah.
dari pengalaman masyarakat dan merupakan
akumulasi dari pengetahuan lokal. Kearifan DAFTAR PUSTAKA
lokal ditemukan di dalam masyarakat,
komunitas dan individu. Abdul Majid. (2014). Strategi Pembelajaran.
Berbagai macam kearifan lokal yang Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
ada di Malang selatan yaitu deretan pantai
yang ada di Malang Selatan dengan sejarah Affandy, Didied & Putu Wulandari. 2012. An
dan kebudayaan daerah tersebut, Expliration Local Wisdom Priority in
peninggalan-peninggalan tempat sejarah di Public Budgeting Process ol Local
daerah Malang Selatan, Gunung Semeru dan Government. Jakarta: Rineka Cipta.
Bromo, dan kesenian bordir yang ada di Pakis.
Pendidikan berbasis kearifan lokal tentu Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran.
memiliki tujuan yang bersifat positif bagi Cetakan ke -15. Jakarta: Rajawalli Pers.
peserta didik, menurut Asmani (2012) yang
menyebutkan beberapa tujuan pendidikan Asmani, Jamal Ma‟mur. 2012. Buku Panduan
berbasis kearifan lokal yaitu: Internalisasi Pendidikan Karakter di
a. Agar siswa inklusi mengetahui keunggulan Sekolah. Yogyakarta : Diva Press.
lokal daerah tempat tinggal, memahami
berbagai aspek yang berhubungan Asnawir & M. Basyiruddin Usman. 2002. Media
dengan kearifan lokal tersebut. Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.

[156]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Astuti, Y. P. (2017). Pembelajaran Tematik


Berbasis Real Object di Sekolah
Dasar. Jurnal Autentik, 1 (1): 13-19. Onli
ne: http://www.ajppd.com/index.php/
autentik/article/view/15.

Azhar, Arsyad. 2013. Media Pembelajaran.


Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Dewi, N.W.B.S., Kristiantari, M.G.R., & Negara,


I.G.A.O. (2014). Model Tematik
Bernuansa Kearifan Lokal Berbantuan
Media Animasi Berpengaruh terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SD
Negeri Gugus Kapten Japa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidi
kan Ganesha, 2 (1): 1-10. Online: http://
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJP
GSD/article/viewFile/3065/2538.

Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20


tahun 2003. tentang sistem pendidikan
nasional.

Dimyati & Mudjiono. 1999. Belajar dan


Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter


Berbasis Potensi Diri Mendongkrak
Kualitas Pendidikan. Yogyakarta:
Pelangi Publishing.

Rohani, Ahmad. 1997. Media intruksional


Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sadiman, Arief S. (2006). Media pendidikan:


Pengertian, pengembangan dan
pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Sudjana, Nana & Ahmad Rivai. 2005. Media


Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu.


Jakarta: Bumi Aksara.

[157]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK BERDASARAKAN PENGARUH EKONOMI


KELUARGA

Titik Rohmatin & Budhi Rahayu Sri Wulan


PGSD, STKIP PGRI Sidoarjo
titik.10244@gmail.com

Abstrak

Ekonomi keluarga berperan penting pada status gizi anak. Status gizi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik kasar anak. Keluarga yang memiliki status
ekonomi tinggi, akan memiliki kesempatan yang besar untuk memenuhi kebutuhan gizi anaknya, dan
senantiasa mengamati perkembangan anaknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kemampuan motorik kasar anak sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif
deskriptif. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 20 anak laki-laki. Data diperoleh
dengan cara pengambilan data dengan menggunakan tes antopometri dan fleksibilitas, angket
dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa peserta didik
yang memiliki kemampuan motorik kasar sangat baik cenderung berasal dari status ekonomi keluarga
yang tinggi. Peserta didik yang memiliki kemampuan motorik kasar baik berasal dari status ekonomi
keluarga sedang yang mendominasi, dan status ekonomi keluarga kurang. Peserta didik yang memiliki
kemampuan motorik kasar kurang berasal dari status ekonomi keluarga sedang dan kurang,
keduanya berimbang. Di SDN Kepatihan tidak ada peserta didik yang memiliki kemampuan motorik
kasar sangat kurang.

Kata kunci: Kemampuan motorik kasar, Ekonomi Kelurga

[158]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN Proses tumbuh kembang motorik anak


Usia anak-anak di sekolah dasar berhubungan dengan proses tumbuh
menjadikan dasar perkembangan kembang kemampuan gerak anak.
kemampuan anak, baik dari segi kognitif, Perkembangan kemampuan motorik anak
psikomotor dan afektif. Pada materi akan terlihat jelas melalui berbagai gerakan
pendidikan jasmani dan olahraga sudah dan permainan yang dapat mereka lakukan.
dikenalkan pada siswa sejak menginjak kelas 1 Makanan adalah kebutuhan dasar
SD. manusia, karena makanan mengandung zat
Materi pendidikan jasmani dan gizi yang penting bagi kehidupan. Makanan
olahraga yang selanjutnya disebut sebagai yang baik dapat meningkatkan daya tahan
PENJASOR, menjadi salah satu media untuk tubuh seseorang, kesehatan, stabilitas
mendorong perkembangan motorik dan emosional, dan semangat dalam menjalani
kemampuan fisik siswa SD serta menjadikan hidup. (Ahira, 2011). Tingkatan pertumbuhan
matapelajaran pembiasaan untuk menjaga yang baik dan kemampuan imunologik yang
pola hidup sehat yang mampu merangsang memadai akan menghasilkan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak. kesehatan yang baik pula. Sebaliknya,
Anak usia sekolah dasar adalah pertumbuhan fisik yang terhambat biasanya
dalam masa pertumbuhan dan disertai dengan kemampuan immunologik
perkembangan sehingga merupakan individu yang rendah sehingga anak mudah
yang sangat aktif dalam melakukan aktifitas terserang penyakit yang akan menimbulkan
fisik dalam mengisi waktu luangnya. Mereka kelainan organ-organ tubuh seperti otak yang
tidak bisa tinggal diam dan selalu bergerak akhirnya dapat menghambat perkembangan
setiap ada stimulus atau rangsangan yang tingkah laku/motorik anak.
datang dari sekelilingnya. Mereka selalu Keadaan status sosial ekonomi
ingin mengetahui dan mencoba sesuatu keluarga mempunyai peranan penting
yang dilihatnya. terhadap perkembangan anak. Hal ini
Perkembangan motorik merupakan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
perkembangan seluruh tubuh yang bahwa status sosial ekonomi berpengaruh
melibatkan koordinasi antara susunan saraf terhadap perkembangan anak yang salah
pusat, syaraf dan otot. Secara umum satunya adalah keterampilan sosial anak.
perkembangan motorik kurang mendapat Perekonomian yang cukup berupa
perhatian dan cenderung dianggap wajar kepemilikan materi yang dihadapi anak di
karena berjalan secara otomatis (Martha, dalam keluarganya akan berdampak bagi
2014). anak. Kondisi tersebut sangat baik bagi anak
Motorik kasar merupakan gerakan untuk, ia mendapat kesempatan untuk
fisik yang membutuhkan keseimbangan dan memperkembangkan bermacam-macam
koordinasi antar anggota tubuh, dengan kecakapan yang lebih luas. Selain kepemilikan
menggunakan otot-otot besar, sebagian atau materi, pendidikan orang tua juga berperan
seluruh anggota tubuh. Perkembangan dalam pendidikan anak, karena tinggi/rendah
motorik kasar adalah perkembangan gerak tingkat pendidikan yang dimilki atau dicapai
gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot orang tua, dimungkinkan akan membawa
besar atau sebagian besar atau seluruh pengaruh pada anak-anaknya (Wrulich,2013).
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
Orang tua yang mempunyai
kematangan anak itu sendiri (Endah, 2008).
pengetahuan yang rendah sangat
Usia anak merupakan usia
berpengaruh pada perkembangan anak.
perkembangan baik secara fisik maupun
Misalnya, keluarga yang berlatar belakang
secara mental. Syamsu Yusuf (2008: 178)
pendidikan rendah akan cenderung lebih
menyebutkan perkembangan yang terjadi
memusatkan perhatian pada pemenuhan
pada akhir masa kanak-kanak adalah
kebutuhan primer. Sedangkan keluarga yang
perkembangan fisik, perkembangan
berlatar pendidikan tinggi akan lebih
intelektual, perkembangan bahasa,
memusatkan perhatian perkembangan anak-
perkembangan sosial, perkembangan emosi,
anaknya. Orang tua dari kelompok status
perkembangan moral, perkembangan
sosial ekonomi menengah lebih mampu
keagamaan, dan perkembangan motorik.

[159]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

memberikan keteladanan dalam menggunakan tes antopometri dan fleksibilias,


mengupayakan dalam mengembangkan tes angket dan wawancara.
kehidupan sosial yang baik (Sochib,2010).
Tes antropometri dan fleksibilitas, tes ini
Sebaliknya orang tua dengan status sosial
meliputi berat badan, tinggi badan. Tes
ekonomi rendah susah menciptakan keadaan
fleksibilitas meliputi testee duduk tegap di
menyesuaikan diri (Broestein,2014).
lantai dengan posisi kaki lurus, setelah itu tester
Gerungan (2004:196) menyatakan bahwa
mengukur tinggi duduk siswa (vertical) mulai
keadaan sosio-ekonomi keluarga tentulah
dari bawah (pantat) sampai tengkuk, tester
berpengaruh terhadap perkembangan anak-
mendorong tangannya ke depan sebisanya
anak, apabila kita perhatikan bahwa
seolah akan meraih ujung jari kakinya,
dengan adanya perekonomian yang cukup,
kemudian tester mengukur jarak antara
lingkunganmaterial yang dihadapi anak dalam
dinding dengan tengkuk testee (horizontal)
keluarga itu lebih luas, ia mendapat
saat testee melakukan dorongan / mencium
kesempatan yang lebih luas untuk
lutut, pencatat skor mencatat hasil yang telah
mengembangkan bermacam-macam
diperolehTeknik angket dilakukan sebagai
kecakapan yang tidak dapat ia
proses pemberian angket kepada siswa untuk
kembangkan apabila tidak ada
mendapatkan informasi keragaman status
prasarananya. Hal ini didukung oleh pendapat
ekonomi dari subjek penelitian. Yang terakhir
Djaali (2014:9) menyatakan bahwa pendidikan
dengan wawancara sebagai proses untuk
orang tua, status ekonomi, rumah kediaman,
mendapatkan data pertanggung jawaban
persentase hubungan orang tua,perkataan,
angket, seputar data penghasilan keluarga,
dan bimbingan orang tua mempengaruhi
kecukupan gizi keluarga, serta data
pencapaian prestasi belajar anak.
pendukung survei status ekonomi keluarga.
Keadaan ekonomi orang tua siswa turut
mendukung siswa dalam pemenuhan gizi nya, Instrumen penelitian yang digunakan
dan orang tua dengan pendidikan tinggi terdiri dari lembar tes antropometri, lembar
cenderung akan selalu memperhatikan angket dan pedoman wawancara. Prosedur
perkembangan anaknya dan mampu analisis data yang dilakukan pada penelitian
memberikan sarana untuk pemenuhan gizi ini terdiri dari reduksi data, pemaparan data
yang kompleks bagi perkembangan anak. dan penarikan simpulan.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian kualitatif. Hal tersebut dilakukan Hasil
karena objek penelitian ini harus diungkap Penelitian di lakukan di SDN Kepatihan,
secara deskriptif tentang kemampuan motorik Tulangan, Sidoarjo. SD ini adalah satu-satunya
kasar anak sekolah dasar. Penelitian dilakukan sekolah di Desa Kepatihan. Dengan kondisi
di SDN Kepatihan Tulangan Sidoarjo Tahun penduduk yang padat, pada jenjang kelas ini
2018-2019. Subjek penelitian ini adalah siswa terdiri dari dua rombongan belajar, yaitu kelas I-A
kelas 1 SDN Waung Krembung Sidoarjo. dan kelas I-B.

Adapun rencana pelaksanaan


penelitian yang di buat oleh peneliti terdiri dari 1. Pendidikan Orang Tua
tiga tahapan,yakni persiapan penelitian,
Status Pendidikan Jumlah Persentase
pengambilan data dan analisis data. Ada tiga
Orang Tua
tahapan persiapan penelitian yakni : (a)
Perguruan Tinggi 1 5%
Memilih subjek penelitian berdasarkan
kemampuan motorik kasar anak,(b) Menyusun SMA/Sederajat 10 50%
pedoman tes dan pedoman pengukuran SMP/Sederajat 7 35%
antropometri kepada subjek penelitian dalam
SD/Sederajat 2 10%
tes tulis, (c) menyusun pedoman wawancara.
Dari tabel 1 didapatkan hasil bahwa dari
Adapun teknik pengumpulan data yang
sampel yang berjumlah 20 orang, jumlah
digunakan oleh peneliti adalah dengan
status pendidikan orang tua untuk perguruan
tinggi sebesar 2,5 % (1 orang), SMA sederajat

[160]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

sebesar 37,5 %(15 orang), SMP sederajat adalah kategori normal sebesar 52,5% (21
sebesar 50% (20 orang), SD sederajat sebesar anak), kategori gemuk sebesar 15% (6 anak),
10% (4orang). kategori obesitas sebesar 2,5% (1 anak),
kategori kurus sebesar 25% (10 anak) ,
kategori kurus sekali sebesar 5% (2 anak).
2. Penghasilan Orang Tua

Penghasilan Jumlah Persentase 5. Kemampuan Motorik Kasar Anak

Tinggi 2 10% Kemampuan Motorik Jumlah Persentase


Sedang 15 75 % Kasar
Kurang 3 15% Sangat Baik 2 10%
Dari tabel 2 di atas menunjukkan Baik 3 15%
bahwa dari sampel yang berjumlah 40 Sedang 14 70%
pendapatan menurut kategori tinggi Kurang 1 5%
dengan pendapatan sebanyak 3.000.0000- Sangat Kurang 0 0%
4.000.000 sebesar 5% (1 orang), kategori
sedang dengan pendapatan 2.000.000 -
3.000.000 sebesar 82,5 %, pendapatan Dari tabel 5 di atas menunjukkan bahwa
kategori kurang dari 1.000.000 sebesar 12,5 dari sampel berjumlah 40 siswa yang memiliki
%. kemampuan motorik sangat baik sebesar 5%
(2 anak), kategori baik sebesar 20% (8 orang),
kategori sedang sebesar 25% (10 orang),
3. Jenis Pekerjaan Orang Tua kategori sangat kurang sebesar 0% (tidak
ada).
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

TNI/POLRI/PNS 1 5%
6. Kemampuan motorik kasar anak berdasarkan
Karyawan Pabrik 10 50% pengaruh ekonomi keluarga
Pedagang 4 20%
Wirausaha 1 5% Kemampuan Status Ekonomi Keluarga
Motorik Kasar Tinggi Sedang Kurang
Buruh / Petani 1 5%
Anak
Wiraswasta/Swasta 3 15%
Sangat Baik 2 0 0
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa
Baik 0 2 1
dari sampel 40 pekerjaan TNI/POLRI/PNS
sebesar 2,5% (1 orang), Karyawan pabrik Sedang 0 12 2
sebesar 37,5% (15 orang), pedagang sebesar Kurang 0 0 1
12,5% (5 orang),wirausaha sebesar 2,5 % Sangat Kurang 0 0 0
(1orang), buruh/petani sebesar 12,5 % (5
orang, wiraswasta/ swasta sebesar 32,5% (13
orang). PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah dilakukan di
SDN Kepatihan Tulangan, hasil penelitian
4. Status Gizi Siswa menunjukkan bahwa ada beberapa peserta
didik yang memiliki kemapuan motorik kasar
Status Gizi Jumlah Persentase
yang sangat baik, baik,sedang, kurang dan
Obesitas 1 5%
sangat kurang. Anak yang memiliki kemampuan
Gemuk 6 30% motorik kasar yang sangat baik dan baik
Normal 11 55% cenderyng memiliki berat badan dan tinggi
Kurus 1 5% badan yang seimbang sesuai dengan
Kurus Sekali 1 5% pertumbuhan pada usianya.
Kemampuan motorik kasar anak
berhubungan dengan status gizi anak, dimana
Dari tabel 4 di atas menunjukkan
faktor ekonomi merupakan suatu penentu status
bahwa dari sampel berjumlah 40 siswa
gizi yang dapat mempengaruhi status gizi anak.
yang mempunyai nilai persentase tertinggi

[161]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Status ekonomi yang rendah atau kemiskinan Kepatihan tidak ada peserta didik yang memiliki
menduduki posisi pertama pada masyarakat kemampuan motorik kasar sangat kurang.
yang menyebabkan gizi kurang (Suharjo, 2005).
Peserta didik yang memiliki keluarga
Sedangkan saran berdasarkan hasil
berstatus sosial ekonomi tinggi diperkirakan
penelitian yaitu bahwa orang tua hendaklah
akan mendapatkan makanan yang gizinya
senantiasa untuk selalu memperhatikan
lebih kompleks, dan perhatian perkembangan
perkembangan dan pertumbuhan anaknya,
yang lebih oleh orangtuanya dibandingkan
agar ia senantiasa mampu mengikut
dengan peserta didik yang berstatus sosial
perkembangan kemampuan motoriknya
sedang. Begitu juga peserta didik yang
dengan baik sesuai dengan usianya. Untuk pihak
memiliki keluarga berstatus sosial ekonomi
sekolah hendaknya selalu memberikan
lemah, akan mendapatkan makanan yang
pengalaman berulang untuk anak melakukan
gizinya kurang, dan perhatian perkembangan
kemampuan motorik kasarnya dan diharapkan
yang kurang oleh orangtuanya dibandingkan
adanya jalinan komunikasi dan kerjasama
dengan peserta didik yang berstatus ekonomi
dengan orang tua dalam mendidik anak.
sedang maupun tinggi.
Dengan adanya kerjasama tersebut, orang tua
Menurut hasil wawancara tentang sosial
dan pihak sekolah akan mendapatkan informasi
ekonomi keluarga yang telah dikelompokkan,
yang penting tentang masalah dan kesulitan
peserta didik terdiri dari tiga kelompok status
yang dialami anak sehingga memudahkan baik
ekonomi keluarga tinggi, sedang dan kurang,
orang tua atau guru dalam penyelesaiannya.
hal ini telah disesuaikan dengan pendapatan
orang tua, jenis pekerjaan, dan pendidikan
orangtua.
DAFTAR PUSTAKA

Keluarga merupakan kelompok sosial, Ahira, Anne. 2011. Manfaat Gizi – Semua
yang didalamnya akan terjadi tidakan sosial. Ada Pada Makanan (Online),
Kehidupan sosial ekonomi keluarga yang (http://www.anneahira.com/manfaat-
layak akan tercipta suasana yang baik, gizi.htm,diakses 2 Agustus 2019).
nyaman, aman dan damai dan boleh
dikatakan makmur, dimungkinan akan Bambang Laksono,dkk. 2012. Kumpulan
membawa dampak dalam proses belajar bagi Permainan Rakyat Olahraga Tradisional.
anak-anak dalam satu keluarga berjalan baik. Jakarta: Kementrian Pemuda dan
Apabila status sosial ekonomi orang tua siswa Olahraga Republik Indonesia.
baik maka kesempatan siswa untuk
C. S. Bornstein, M. H., & Tamis-LeMonda,
memperoleh makanan dengan gizi yang baik,
Mother–infant interaction. 2010. In G.
dan perhatian perkembangan motorik anak
Bremner, & T. Wachs (Eds.), Handbook of
semakin besar.
infant development (2nd ed). London:
UK: Blackwell Publishers.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang Djaali. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT
dilakukan dapat disimpulkan bahwa peserta didik Bumi Aksara
yang memiliki kemampuan motorik kasar sangat
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung. PT
baik cenderung berasal dari s ekonomi keluarga
Refika Aditama.
yang tinggi. Peserta didik yang memiliki
kemampuan motorik kasar baik berasal dari Hasanah, N., & Ansori, N, M. (2013). Hubungan
ekonomi keluarga sedang yang mendominasi, Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
dan ekonomi keluarga kurang. Peserta didik yang Perkembangan Motorik Kasar Pada
memiliki kemampuan motorik kasar sedang Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Midpro,
berasal dari ekonomi keluarga sedang yang 2013(2).
mendominasi, dan ekonomi keluarga kurang.
Peserta didik yang memiliki kemampuan motorik Husdarta, M. Saputra Yudha. (2000).
kasar kurang berasal dari ekonomi keluarga Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
sedang dan kurang, keduanya berimbang. Di SDN Depdikbud.

[162]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

John M.Echols & Hasan Sadily. 2015. Kamus


Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Martha, A.N. 2014. Hubungan Status Gizi


Dan Asupan Besi dan Seng Terhadap
Fungsi Motorik Anak Usia 2-5 Tahun. JNH.
2(2).

M. H. & B. H. . Bronstein, Socioeconomic status,


parenting, and child development. New
York: Routledge, 2014.

M. Sochib. 2010. Pola asuh orang tua dalam


membentuk anak mengembangkan
disiplin diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurhasan, dkk. 2005. Petunjuk Praktis


Pendidikan Jasmani. Surabaya: Unesa
University Press.

R. Wrulich, M., Brunner, M., Stadler G,. Schalke,


D., Keller, U., Chmiel, M., Martin,
“Childhood intelligence and adult healt:
the mediating role of education and
socio economic status,” Intelligence, vol.
41, pp. 490–500, 2013.

Samsudin. 2010. Gizi dan Tumbuh Kembang.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Syamsu Yusuf. 2008. Psikologi Perkembangan


Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Yuyun. 2014. Hubungan Status Gizi terhadap


Kemampuan Motorik Kasar Anak
Sekolah Dasar Kelas 1 di SDN
Krembangan Utara I/56 Surabaya. Jurnal
Kesehatan Olahraga Volume 02, Nomor
01, Tahun 2014,
(http://journal.unesa.ac.id/sju/index.php
/scaffolding, diakses tanggal 1 Agustus
2019).

[163]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENGEMBANGAN MODUL POP UP BOOK PADA PEMBELAJARAN DI KELAS V


SEKOLAH DASAR

Titik Rohmatin & Satrio Wibowo


PGSD, STKIP PGRI Sidoarjo
titik.10244@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V dengan
menggunakan modul pembelajaran pop up book. Subjek penelitian ini adalah siswa di SDN
Waung, Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian R&D (Research and
Development). Pengembangan modul yang dihasilkan menghasilkan modul pop up book. Uji
coba modul dilakukan di Kelas V-A SDN Waung. Untuk menguji efektivitas penggunaan modul
berbentuk pop up book digunakan desain pre-eksperimental dengan pola one group pretest-
posttest yang diterapkan di kelas V-A. Uji coba skala kecil dilakukan di kelas V-B. Penilaian
kepraktisan modul yang digunakan dalam pembelajaran berasal dari penilaian guru kelas. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa modul berbentuk pop up book. Kajian produk berdasarkan
hasil validasi modul kepada validator, diperoleh presentase 98.29% dari validasi ahli modul,
95,43% dari ahli materi, 95.17% dari ahli pengguna (guru), dan 97,34% dari uji coba pengguna
(siswa). Hasil validasi secara keseluruhan yaitu 96,55% dengan kriteria “Sangat Valid”, maka
modul pop up book sangat layak untuk digunakan.

Kata Kunci: Modul, Pop Up Book.

[164]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN konsep tersebut dengan pengetahuan baru


Bahan ajar terdiri dari dua jenis antara yang akan diajarkan.
lain: bahan ajar cetak dan bahan ajar non Data hasil observasi pada siswa Kelas IV
cetak. Bahan ajar cetak terdiri dari: 1) handout, menunjukkan bahwa rata-rata 50% siswa
2) buku, 3) modul, 4) ensiklopedia, 5) majalah, menyatakan mata pelajaran tematik
6) Proses pembelajaran tematik menekankan menyenangkan, 35% siswa menganggap
pada keaktifan siswa sehingga siswa dapat mata pelajaran tematik biasa saja, dan 15%
memperoleh pengalaman langsung dan siswa mengatakan mata pelajaran tematik
menemukan pengetahuan secara mandiri. membosankan. Mata pelajaran tematik
Melalui pengalaman yang didapatkan secara dikatakan menyenangkan karena materi yang
langsung, siswa akan memahami konsep- diajarkan berhubungan dengan kehidupan
konsep dari materi yang mereka pelajari dan sehari-hari siswa. Selain itu, mereka juga
menghubungkannya dengan konsep lain. mengatakan bahwa mata pelajaran tematik
Menurut Rustaman (2005), pembelajaran tidak sulit tapi tidak pula mudah dalam
tematik merupakan salah satu model mempelajarinya.
pembelajaran terpadu yang merupakan suatu Berdasarkan hasil tersebut seharusnya nilai
sistem pembelajaran yang memungkinkan rata-rata siswa berada diatas nilai KKM yang
peserta didik, baik secara individu maupun telah ditentukan yaitu 75. Namun berdasarkan
kelompok aktif menggali dan menemukan daftar nilai yang diperoleh dari guru, nilai rata-
konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara rata hasil belajar kognitif siswa pada hanya
holistik, bermakna, dan autentik. mencapai 44,8. Selain itu, persentase siswa
Menurut teori Gestalt pada Heri Rahyubi yang mendapatkan nilai ≥75 hanya sebesar
(2012: 82), seseorang dapat dikatakan berhasil 3,33%. Disini terjadi ketidaksesuaian antara
dalam proses belajar jika mendapat insight. minat siswa terhadap materi dengan hasil
Insight diperoleh jika seseorang melihat belajar yang dicapai. Pada umumnya, jika
hubungan tertentu antara berbagai unsur siswa menyukai atau tertarik terhadap materi,
dalam kondisi tertentu. Berdasarkan teori maka siswa akan mempelajari materi tersebut
tersebut, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan perasaan senang. Ketika siswa belajar
guru hendaknya menyampaikan materi dalam suasana hati yang senang maka materi
pembelajaran dalam satu keutuhan yang menjadi mudah dipahami sehingga hasil
utuh. Selain itu, murid harus berusaha belajar sesuai dengan yang diharapkan.
menemukan hubungan antar bagian Untuk memudahkan siswa dalam
sehingga nantinya akan memperoleh insight mempelajari konsep materi dalam
agar dapat memahami keseluruhan situasi. pembelajaran tematik maka dibutuhkan modul
Salah satu pendekatan pembelajaran yang menarik. Sebagai bagian dari sistem
yang dapat mendukung siswa dalam pendidikan, modul yang menarik mempunyai
memahami hubungan antar bagian yaitu peran penting dalam proses pembelajaran
pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik seperti memungkinkan keseragaman
adalah pembelajaran yang menggunakan pengamatan dan persepsi bagi pengalaman
tema untuk mengaitkan materi dari beberapa belajar siswa, membangkitkan motivasi belajar
mata pelajaran. Tema adalah gagasan pokok siswa, menyajikan informasi belajar yang dapat
yang menjadi pokok pembicaraan. Melalui diulang menurut kebutuhan, dan lain-lain.
pembelajaran tematik, siswa dapat Penggunaan modul yang menarik akan
memperoleh pengalaman bermakna secara membantu guru dan siswa dalam proses
langsung. Bermakna berarti selama proses pembelajaran. Melalui penggunaan modul
pembelajaran berlangsung, siswa tidak hanya yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
menghafal konsep atau fakta namun pembelajaran maka tujuan pembelajaran
melakukan kegiatan yang menghubungkan akan mudah tercapai. Buku teks menjadi salah
konsep-konsep untuk menghasilkan satu sumber belajar dan media yang sering
pemahaman yang utuh sehingga konsep yang digunakan oleh guru dalam proses
dipelajari akan dipahami secara baik dan pembelajaran karena mudah dalam
tidak mudah dilupakan. Oleh karena itu guru penggunaan dan praktis dalam
hendaknya berusaha mengetahui dan membawanya.
menggali konsep-konsep yang dimiliki oleh Keberadaan modul saat ini masih verbal
siswa dan memadukan secara harmonis atau tekstual sehingga siswa masih merasa

[165]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

kurang tertarik untuk membacanya. Agar Mulyasa(2014) Keunggulan modul dalam


siswa mau membaca dan mudah proses pembelajaran antara lain: 1) berfokus
memahaminya, perlu dikembangkan modul pada kemampuan individual siswa, karena
dengan disertai gambar atau ilustrasi. pada hakikatnya siswa memiliki kemampuan
Sifatnya yang konkrit, media gambar atau untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung
ilustrasi lebih realistis menunjukkan pokok jawab atas tindakan-tindakannya, 2) adanya
masalah dibandingkan dengan media kontrol terhadap hasil belajar mengenai
verbal semata (Yusro & Sasono, 2016). Ilustrasi penggunaan standar kompetensi dalam setiap
dapat memperjelas penyampaian pesan bahan ajar yang harus dicapai oleh siswa, 3)
dalam media verbal. relevansi kurikulum ditunjukkan dengan
Guru di SDN Waung, Sidoarjo menerapkan adanya tujuan dan cara pencapaiannya,
metode pembelajaran yang bervariasi dalam sehingga siswa dapat mengetahui
pelaksanaan pembelajaran. Selain ceramah, keterkaitan antara pembelajaran dan hasil
guru menerapkan metode pembelajaran yang akan diperoleh.
diskusi, presentasi kelompok, demonstrasi, dan Modul sebagai media pembelajaran
percobaan. Namun, semua metode memiliki keunggulan, salah satunya adalah
pembelajaran yang diterapkan kurang dapat digunakan secara mandiri oleh siswa
mendapat tanggapan positif dari siswa. Hal dalam belajar sesuai dengan kecepatan
tersebut mengakibatkan guru lebih banyak memahami materi masing-masing siswa agar
menggunakan metode ceramah dalam efektif dan efisien. Menurut siswa kelas V,
menyampaikan materi. Sumber belajar yang materi di dalam modul ringkas jika
biasa digunakan guru dalam menyampaikan dibandingkan dengan buku paket sehingga
materi berupa buku paket, slide presentasi, materi mudah dipahami. Namun, modul
video, modul, alat peraga, lembar kerja siswa yang selama ini digunakan dalam
(LKS), dan internet. pembelajaran membuat siswa bosan karena
Kurikulum 2013 bukan sekedar kurikulum, terlalu banyak tulisan. Hal tersebut
tetapi menuntut perubahan dalam mengakibatkan siswa enggan untuk membaca
pembelajaran di sekolah. Kurikulum 2013 materi yang ada di dalam modul. Dengan
menekankan pada dimensi pedagogik demikian, siswa hanya membaca bagian dari
modern dalam pembelajaran, yaitu modul yang dijelaskan oleh guru.
menggunakan pendekatan ilmiah (Scientific Pop-up merupakan suatu bentukan tiga
Approach) dalam pembelajaran dimensi yang dimanfaatkan untuk
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, memperindah suatu buku maupun kartu
menanya, menalar, mencoba, menyimpulkan. ucapan. Pop up book adalah sebuah buku
Sedangkan proses pembelajaran menyentuh yang memiliki bagian yang dapat bergerak
tiga ranahan yaitu kognitif, afektif, dan atau memiliki unsur tiga dimensi serta
psikomotor. Bahan pembelajaran yang memberikan visualisasi cerita yang lebih
dikembangkan dalam Kurikulum 2013 dengan menarik, mulai dari tampilan gambar yang
menggunakan pendekatan scientific berupa dapat bergerak ketika halamannya dibuka.
bahan ajar. Menurut Bluemel dan Taylor (2012: 22) Pop-Up
Bahan ajar terdiri dari dua jenis antara lain: Book adalah sebuah buku yang menampilkan
bahan ajar cetak dan bahan ajar non cetak. potensi untuk bergerak dan interaksinya
Bahan ajar cetak terdiri dari: 1) handout, 2) melalui penggunaan kertas sebagai bahan
buku, 3) modul, 4) ensiklopedia, 5) majalah 6) lipatan, gulungan, bentuk, roda, atau
brosur, 7) lembar kerja siswa (LKS). Bahan ajar putarannya.
secara umum memiliki fungsi 1) fungsi bagi Pemilihan media haruslah tepat. Hal
guru untuk mengarahkan semua aktifitasnya menarik dari pop-up adalah pop-up mampu
dalam proses pembelajaran sekaligus memberikan hal-hal yang tidak terduga
merupakan substansi kompetensi yang kepada orang yang membukanya. Beberapa
seharusnya diajarkan kepada siswa, 2) penelitian pendidikan yang telah dilakukan
sedangkan bagi siswa akan menjadi pedoman menunjukkan bahwa pemanfaatan bentukan
dalam proses pembelajaran dan merupakan pop-up pada media pembelajaran sangat
substansi kompetensi yang seharusnya efektif digunakan. Guru dan sebagian besar
dipelajari, 3) sebagai alat evaluasi pencapaian siswa mengetahui bentuk pop-up dan tertarik
hasil belajar (Rahayu, 2015: 13). pada media pembelajaran berbentuk pop-

[166]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

up. Namun, media seperti itu belum pernah Penyusunan modul dilakukan dengan
digunakan dalam pembelajaran di SDN memperhatikan kerangka modul. Menurut
Waung. Daryanto (2013) kerangka modul terdiri atas
METODE kata pengantar, daftar isi, pendahuluan,
Penelitian yang dilakukan merupakan pembelajaran, dan daftar pustaka. Bagian
penelitian pengembangan. Penelitian dan pendahuluan berisi kompetensi inti dan
pengembangan menurut Sukmadinata kompetensi dasar, deskripsi, waktu, prasyarat,
(2009:164) adalah “suatu proses atau langkah- petunjuk penggunaan modul, tujuan akhir, dan
langkah untuk mengembangkan suatu produk cek penguasaan kompetensi inti.
baru atau menyempurnakan produk yang Modul disusun seperti bentuk pop-up
telah ada dan yang dapat dibagian dalam. Modul ini terdiri dari dua
dipertanggungjawabkan”. Penelitian bagian yaitu buku dan tempelan. Bagian
pengembangan yang dilakukan peneliti buku merupakan bagian halaman awal
bertujuan untuk mengembangkan modul Pop- hingga halaman akhir yang digunakan
Up Book untuk pembelajaran Kelas V di SDN untuk menempelkan pop-up, hiasan, dan
Waung, Sidoarjo yang valid. kertas yang berisi gambar ataupun tulisan.
Penelitian pengembangan yang dilakukan Bagian buku dicetak pada kertas dengan
menggunakan model (Research and warna penuh disetiap halaman. Warna yang
Development/R&D). Menurut Sugiono (2010) dipilih adalah warna-warna cerah yang soft
Research and Development adalah metode sehingga tidak terlalu mencolok. Bagian
penelitian yang digunakan untuk menghasikan kedua adalah tempelan yang terdiri dari pop-
produk tertentu, dan menguji keefektivan up. Bentuk pop-up terlihat saat buku dibuka.
produk tersebut. Sugiono (2010) menyatakan Bentukan ini hanya ditempelkan dibeberapa
bahwa teknik pengumpulan data dapat halaman modul. Pop-up berisi gambar yang
dilakukan dengan interview (wawancara), terkait dengan materi pembelajaran. Dua jenis
kuesioner (angket), observasi (pengamatan), pop-up yang digunakan dalam menyusun
dan gabungan ketiganya. Namun, dalam modul yaitu pop-up dengan bukaan 1800 untuk
penelitian ini teknik pengumpulan data yang setiap gambar penjelas yang mendukung
digunakan adalah wawancara dan angket. materi dan pop-up dengan bukaan 900
Teknik wawancara dilakukan pada guru Kelas dalam bentuk tulisan dicetak langsung pada
V, sedangkan angket untuk siswa Kelas V SDN buku dan menggunakan warna hitam. Bagian
Waung, Sidoarjo. terpenting dari modul ini adalah tulisan yang
Mengacu pada model penelitian dan berisi materi dan juga gambar penjelas.
pengembangan (R&D) menurut Borg dan Gall Modul pop up book dilakukan validasi
dalam Nana Syaodih (2010: 169-170) yang oleh ahli media dan ahli materi terhadap
terdiri dari sepuluh langkah, peneliti mengambil draf modul berbentuk pop-up yang telah
sembilan langkah dalam proses ini. Adapun disusun. Validasi media dilakukan oleh tim ahli
langkah-langkah tersebut adalah sebagai media, sedangkan validasi materi dilakukan
berikut. oleh tim ahli materi. Menurut Daryanto (2013)
validasi dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui dan mengukur apakah materi/isi
modul masih sesuai (valid) dengan
perkembangan kebutuhan dan kondisi yang
berjalan saat ini.
Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis deskriptif. Rumus yang
digunakan untuk mengolah data berupa
deskriptif presentase menurut Sudijono (2010:
43) sebagai berikut.

P=
Keterangan:
f = Frekuenzi yang sedang dicari presentase
Gambar 1. Bagan Langkah-langkah Penelitian
dan Pengembangan

[167]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

N = Number Of Cases (Jumlah yang tidak tuntas pada pre test sebanyak 15,
frekuensi/banyaknya individu) sedangkan pada post test tidak ada siswa
P = Angka presentase yang tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa
modul Pop-Up Book dapat membantu siswa
Data yang didapat kemudian dianalisis dalam memahami materi pembelajaran kelas
dengan menggunakan teknis analisis data V.
pada tabel 1 akan dijelaskan rincian
SIMPULAN
presentase dengan kriteria sebagai berikut.
Kajian produk berdasarkan hasil validasi
modul kepada validator, diperoleh presentase
98.29% dari validasi ahli modul, 95,43% dari ahli
materi, 95.17% dari ahli pengguna (guru), dan
97,34% dari uji coba pengguna (siswa). Hasil
validasi secara keseluruhan yaitu 96,55%
dengan kriteria “Sangat Valid”, maka modul
pop up book sangat layak untuk digunakan.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka peneliti memiliki beberapa
(Akbar, 2013:157) saran untuk perbaikan di masa mendatang,
yaitu sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Bagi pendidik, sebaiknya dapat
Hasil validasi oleh ahli media diperoleh skor memanfaatkan media pembelajaran
keseluruhan 93 dengan persentase sebesar pop-up book dalam kegiatan
98.29%. Berdasarkan kriteria yang telah pembelajaran di kelas sebagai alat
ditetapkan, dapat dijelaskan bahwa modul bantu dalam menyampaikan materi .
Pop-Up Book dalam kriteria “Sangat Valid”. 2. Bagi peneliti lain, sebaiknya
Saran yang diberikan oleh ahli modul adalah mengembangkan media pembelajaran
perbaikan gambar dan melengkapi informasi yang lebih menarik untuk
pengembang. Hasil validasi oleh ahli materi menyempurnakan produk hingga sampai
diperoleh skor keseluruhan 85 dengan ke produksi massal.
persentase sebesar 95.43%, sehingga termasuk
dalam kriteria “Sangat Valid”. Ahli modul juga
memberikan saran penambahan isi materi dan
DAFTAR PUSTAKA
pemberian evaluasi. Kemudian alidasi oleh ahli
pengguna (guru) juga menunjukkan hasil yang Abdul Majid. (2014). Pembelajaran Tematik
termasuk dalam kriteria “Sangat Valid”. Skor Terpadu. Bandung : PT Remaja Rosda
keseluruhan 65 dengan persentase sebesar Karya
95.17%, dalam kriteria “Sangat Valid”. Ahli
Arief S. Sadiman dkk. (2006). Media
pengguna juga memberikan komentar terkait
Pendidikan: Pengertian,
perpaduan warna tulisan pada modul kurang
Pengembangan dan Pemanfaatannya.
cerah. Terlihat juga pada hasil uji coba siswa
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
diperoleh skor keseluruhan 152 dengan
persentase sebesar 97,34%, sehingga termasuk Bluemel & Taylor. 2012. Pop-up Books A Guide
dalam kriteria “Sangat For Teachers and Librarians. California:
ABC-CLJO, LLC.
Valid”. Hasil pre test dan post test siswa
menunjukkan adanya perbedaan nilai rata- Daryanto. 2013. Menyusun Modul. Yogyakarta:
rata sebelum penggunaan modul dan sesudah Gava Media.
penggunaan modul, yakni 65,25 dan 82,5.
Devi, Anggit Shita, and Siti Maisaroh,
Berdasarkan hasil uji coba siswa pada pre test
„Pengembangan Media Pembelajaran
dan post test untuk kualitas hasil akhir diperoleh
Buku Pop-Up Wayang Tokoh Pandhawa
kenaikan rata-rata 17,25% yang berarti media
Pada Mata Pelajaran Bahasa Jawa
efektif untuk siswa, karena memberikan
Kelas V SD‟, JURNAL PGSD INDONESIA,
dampak untuk capaian hasil belajar siswa. Jika
2017.
menggunakan acuan KKM 70, jumlah siswa

[168]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Heri Rahyubi. (2012). Teori-Teori Belajar dan Fisika Dan Keilmuan (JPFK), 2(1), 29–
Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: 35. https://doi.org/10.25273/jpfk.v2i1.22
Nusa Media.

Mulyasa. 2014. Pengembangan Implementasi


Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Nana Sudjana & Ahmad Rivai. (2010). Media


Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo

Nila Rahmawati. (2014). Pengaruh Media Pop-


Up Book Terhadap PenguasaanKosa
Kata Anak Usia 5-6 Tahun di TK Putera
Harapan Surabaya. Diaksesdi
www.unesa.ac.id pada tanggal 15 Juli
2019 pukul 17.30

Rahayu, W.P. 2014. Pengembangan Bahan


Ajar. Malang: Universitas Negeri Malang
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen.

Rustaman N. 2005. Strategi Belajar Mengajar


Biologi. Malang: Universitas Negeri
Malang.

Sudijono A. 2008. Pengantar Statistika


Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.


Bandung: ALFABETA.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian:


Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana S. 2008. Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif,


Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sunardi dkk. (2011). Ayo Melakukan


Pembelajaran Tematik. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius

Syaiful Sagala. (2006). Konsep dan Makna


Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Trianto. (2010). Desain Pengembangan


Pembelajaran Tematik. Jakarta:
Prenada Media Group.

Yusro, A. C., & Sasono, M. (2016). Penggunaan


modul ilustratif berbasis inkuiri
terbimbing pokok bahasan kinematika
gerak lurus untuk meningkatkan hasil
belajar dan kemandirian siswa kelas
VII SMPN 14 Madiun. Jurnal Pendidikan

[169]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR BERBASIS PERMAINAN


TRADISIONAL EGRANG

Wulida Arina Najwa 1, M.Feri Fadli 2


1,2 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
STKIP Al Hikmah
najwaarina@gmail.com

Abstrak

Pembelajaran matematika di sekolah dasar sudah seharusnya menyenangkan dan juga


mengembangkan karakter siswa. Hal ini dikarenakan siswa sekolah dasar masih dalam tahap
perkembangan operasional konkrit, yaitu siswa sudah dapat melakukan penalaran secara logis utuk
hal-hal yang konkrit. Selain itu, karakter siswa sekolah dasar masih mudah untuk dibentuk. Namun
belum banyak pembelajaran yang menerapkan demikian. Sebagian besar masih menggunakan
pembelajaran konvensional sehingga kurang menyenangkan. Sedangkan karakter siswa bisa
dikembangkan melalui permainan tradisional. Permainan tradisional sebagai budaya yang sebagian
besar sudah ditinggalkan masyarakat sudah seharusnya ditumbuhkan kembali. Banyak sekali macam-
macam permainan tradisional, mulai dari permainan menggunakan alat dan permainan tanpa alat.
Egrang menjadi salah satu permainan tradisional yang dapat digunakan untuk mendukung
pembelajaran Matematika Dasar. Artikel ini merupakan literatur review yang bertujuan untuk
menghasilkan draf desain pembelajaran Matematika sekolah dasar berbasis permainan tradisional
egrang. Egrang dapat dikembangkan untuk pembelajaran Matematika, diantaranya bilangan, sudut,
simetri putar, pengurangan dan penjumlahan, jarak, waktu dan kecepatan.

Kata Kunci: sekolah dasar, Matematika, permainan tradisional, egrang

[170]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN dengan permainan tradisional agar citra “sulit”


Di era modern saat ini, permainan Matematika dapat dihilangkan. Beberapa
tradisional tidak banyak dijumpai lagi di penelitian terdahulu tentang pembelajaran
lingkungan sekitar kita. Anak-anak milenial matematika menggunakan permainan
cenderung lebih suka permaianan digital tradisional banyak dituliskan. Penelitan yang
seperti play station, gadget, dan permainan dilakukan oleh (Rahmawati, 2013) berupa
digital lainnya. Mereka beranggapan bahwa penelitian pengembangan strategi permainan
permaianan tersebut lebih mudah dan tidak tradisional Sunda Manda pada pembelajaran
memakan banyak ruang dibandingkan matematika di SMP menunjukkan bahwa
dengan permainan tradisional seperti engklek, strategi yang dikembangkan 78,45% efektif
kelereng, gobak sodor dan permainan- untuk digunakan. Penelitian lain dilaksanakan
permainan tradisional lainnya yang oleh (Ulya, 2017) tentang permainan tradisional
membutuhkan banyak ruang untuk sebagai media pembelajaran matematika
memainkannya (Nurrahmah. 2018). Padahal, seperti permainan dakon yang dapat
tak dapat dipungkiri bahwa permainan meningkatkan minat belajar peserta didik.
modern dengan kecanggihannya dapat Berbeda dengan penelitian (Rahmawati, 2013)
membawa dampak buruk karena menjadikan dan (Ulya, 2017), (Ismah, 2018) meneliti
anak bersifat individualis dan merasa asing tentang pengembangan media pembelajaran
dengan lingkungan sekitarnya (Witarsa, 2018). matematika dengan konsep permainan
Anak-anak cenderung lebih suka bermain engklek. Pengembangan media pembelajaran
sendiri daripada dengan temannya, anti sosial tersebut menggunakan 5 tahap yaitu analisis,
dan berkurangnya rasa tenggang rasa antar design pengembangan, implementasi dan
sesama teman (Chusna, 2017). evaluasi. Hasil penelitiannya menunjukkan
Permainan tradisional dapat membantu bahwa media pembelajarannya valid, praktis
anak-anak menjadi lebih kreatif dan saling dan efektif serta mampu meningkatkan hasil
bekerjasama untuk meraih kemenangan. belajar siswa.
Dalam permainan tradisional terdapat
beberapa kelompok yang saling bermain PEMBAHASAN
sehingga menumbuhkan sikap sosial yang Materi Matematika Sekolah Dasar
tinggi (Andriani, 2012). Belum lagi dengan Matematika merupakan salah satu
dampak jangka panjangnya yang akan mata pelajaran pokok di sekolah dasar. Tujuan
diperoleh masing-masing anak seperti pembelajaran matematika di sekolah dasar
pertemanan yang jauh lebih melekat menurut (Kemdikbud, 2016) ditekankan pada
dibandingkan anak yang sering bermain dimensi pedagogik modern yaitu
sendiri dengan kecanggihan teknologi. Selain menggunakan pendekatan scientific.
itu menurut (Anggita, 2018) permainan Kegiatan-kegiatan pada pendekatan scientific
tradisional baik untuk memberikan diantaranya mengamati, menanya, mencoba,
pengalaman gerak anak yang berfungsi untuk menalar, menyaji dan mencipta.
pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Ruang lingkup Matematika SD menurut
Permainan tradisional memberikan Kemdikbud (2016) ada tiga yaitu bilangan
banyak manfaat bagi anak. Berdasarkan (bilangan cacah, bilangan bulat, bilangan
(Setiawan, 2016) permainan tradisional dapat prima, bilangan pecahan, kelipatan dan
menjadi sarana untuk mengembangkan dan faktor, pangkat dan akar sederhana), geometri
melatih keterampilan sosial anak, melatih anak (bangun datar dan bangun ruang, hubungan
untuk bersosialiasi, dapat bekerja sama antar garis), pengukuran (berat, panjang, luas,
dengan baik bersama teman, memiliki empati volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, letak
terhadap sesama, melatih siswa bertanggung dan koordinat suatu benda), serta statistika
jawab terhadap tugas yang diberikan dan (menyajikan dan menafsirkan data tunggal)
melatih persaingan sehat, serta jujur dan dalam penyelesaian masalah kehidupan
sportif. sehari-hari.
Permainan tradisional yang memiliki
banyak manfaat dapat digunakan untuk Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
pembelajaran siswa di sekolah dasar. Pembelajaran Matematika di sekolah
Matematika sebagai momok mata pelajaran dasar diarahkan untuk mendorong siswa
yang sulit untuk siswa bisa dikolaborasikan mencari tahu dari berbagai sumber, mampu

[171]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

menyelesaikan masalah bukan hanya Manfaat yang diperoleh dari


menyelesaikan masalah sederhana dalam permainan tradisional antara lain:
kegiatan sehari-hari. Selain itu, pembelajaran (1) Mengembangkan kecerdasan intelektual,
juga diarahkan untuk melatih peserta didik (2) Mengembangkan kecerdasan emosional,
berfikir logis dan kreatif, bukan hanya berfikir (3) Mengembangkan daya kreativitas, (4)
mekanistis. Serta mampu bekerjasama dan Mengembangkan kreatifitias anak, (5) Sebagai
berkolaborasi dalam menyelesaikan terapi anak, (6) Mengembangkan kecedasan
permasalahan (Kemdikbud, 2016). majemuk (Nurhayati, 2012). Hal senada juga
Pendekatan Realistic Mathematics dituliskan oleh Yudiwinata dan Handoyo (2014)
Education (RME) menjadi salah satu bahwa anak-anak yang melakukan
pendekatan yang melibatkan siswa secara permainan tradisional jauh lebih berkembang
aktif dalam pembelajaran sehingga cocok kemampuan dalam kerjasama, sportifitas,
digunakan dalam pembelajaran matematika membangun strategi, ketangkasan dan
sekolah dasar (Soviawati, 2011). RME karakternya. Selain itu, penelitian oleh
menjadikan hal-hal yang kontekstual dan Nurrahmah (2018) menunjukkan bahwa
realistis sebagai titik awal pembelajaran. pembelajaran matematika melalui permainan
Berdasarkan (Widari, 2013) pendekatan tradisional dapat memotivasi siswa untuk
pembelajaran matematika realistik dapat menyukai matematika.
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Permainan tradisional terbagi menjadi
siswa kelas IV sekolah dasar. Selain itu, 2 yaitu permainan dengan alat dan permainan
penelitian (Fahrudhin, 2018) menunjukan tanpa alat. Permainan dengan alat
bahwa pendekatan RME dapat meningkatkan diantaranya: (1) Congklak, (2) Kelereng, (3)
pemahaman siswa sekolah dasar. Oleh karena Gasing, (4) Balap Karung, (5) Bola Bekel, (6) Boi-
itu, pembelajaran di sekolah dasar tidak lagi Boian, (7) Lompat Karet, (8) Engklek, dan (9)
dilaksanakan secara konvemsional tetapi harus Egrang.
dimulai dengan hal-hal yang nyata. Sedangkan permainan tradisional
yang tanpa alat diantaranya:
Permainan Tradisional (1) Bentengan, (2) Gobak Sodor, (3) Cublek-
Dunia anak adalah dunia permainan. Cublek Suweng, (4) Petak Umpet, (5) Ular
Hanya saja bentuk permainan yang disukai Naga, (6) ABC 5 Dasar, (7) Kucing dan Tikus, (8)
antara satu anak dengan anak yang lain Permainan Hantu Buta, (9) Dolip-dolipan, (10)
bervariasi. Pada dunia permainan, dikenal ada Kotak Pos, (11) Tuan Dosep, (12) Domikado.
dua jenis permainan yaitu permainan
tradisional dan permainan modern. Permainan Permainan Egrang
tradisional didefinisikan (Yulita, 2017) sebagai Permainan tradisional egrang awalnya
permainan yang sudah ada sejak zaman populer di daerah jawa barat. Itulah sebabnya
dahulu dan dimainkan dari generasi satu ke permainan tradisional egrang menjadi
generasi lainnya. Permainan tradisional dibagi permainan khas sunda. Karena menarik,
menjadi dua yaitu permainan yang permainan ini akhirnya banyak dimainkan oleh
menggunakan alat dan permainan tanpa alat. masyarakat jawa. Saat ini sudah sulit
Sedangkan (Wulansari, 2017) mendefinisikan ditemukan anak-anak bermain egrang.
permainan tradisional sebagai suatu hasil Meskipun di beberapa daerah, masih ada
budaya masyarakat yang berasal dari zaman beberapa yang memainkannya. Pada
yang sangat tua, tumbuh dan hidup hingga permainan egrang, keseimbangan tubuh
sekarang. Sehingga permainan tradisional adalah hal yang sangat penting karena
bukan hanya sebagai alat penghibur atau pemain egrang harus mampu menjaga
sekedar penyegar pikiran melainkan memiliki keseimbangannya (Herlambang, 2017).
latar belakang yang variatif. Jadi dapat Sebelum bermain egrang, tentunya
disimpulkan bahwa permainan tradisional kita harus mengetahui peraturan dan cara
adalah warisan nenek moyang berupa bermain egrang. Berdasarkan buku Supriyono
permainan yang terdiri dari permainan (2018) ada beberapa hal yang harus
tradisional menggunakan alat dan permainan diperhatikan ketika bermain egrang. Bermain
tradisional tanpa alat. egrang menggunakan sepasang bambu, lalu
dibuat tumpuan sebagai alas kaki. Bagian
tersulit dalam permainan egrang yaitu

[172]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

menjaga keseimbangan tubuh. Untuk itu, tersebut, siswa belajar mengenal bilangan
diperlukan belajar dengan sabar dan tekun. menggunakan permainan egrang.
Egrang terbuat dari dua batang
bambu dengan diameter seukuran lengan 2. Sudut
orang dewasa yang relatif lurus dan sudah tua Pada era modern ini, guru dituntut
dengan panjang masing-masing berkisar 1,5 – untuk membuat sebuah inovasi dalam cara
3 meter, salah satu pangkal atau ujung bambu penyampaian materi. Salah satu cara tersebut
(lebih kurang 20 - 30 cm dari salah satu adalah menerapkan permaianan tradisonal
pangkal bambu) dilubangi untuk memasukan egrang pada materi sudut. Menurut pendapat
potongan bambu yang berukuran lebar 20 cm Nurrahmah (2018) permainan tradisional
sebagai tempat dapat memotivasi siswa dalam belajar.
menginjakan kaki. Ikat atau paku pada bagian Sudut merupakan bangun yang dibuat
potongan bambu dan lobang, pastikan oleh dua garis yang berpotongan di sekitar titik
sambungan kuat untuk dinaiki (Yulita, 2017). potongnya (KBBI). Untuk mengajarkan materi
Pada permainan egrang, dibutuhkan pengukuran sudut dengan permainan egrang
keseimbangan untuk bisa berjalan sebagai berikut: Siapkan egrang dan
menggunakan egrang tersebut. Yulita (2017) penggaris ukuran 100 cm. Pada bagian pijakan
menjelaskan bahwa permainan egrang kaki ada bambu yang tertancap pada bambu
dimainkan dilapangan berukuran 3 x 7 meter yang lurus sehingga terdapat dua buah ruas
atau lebih, dengan adu kecepatan dari salah yang titik pangkalnya sama. Maka hal itu
satu sisi menuju sisi yang lainnya lalu kembali ke dapat dijadikan pembelajaran kontekstual
sisi awal. Nilai budaya yang terkandung dalam terkait sudut. Karena terdapat beberapa sudut
permainan ini adalah kerja keras, keuletan, yang terbentuk, guru dapat menjelaskan sudut
keseimbangan dan sportivitas. yang terbentuk termasuk sudut lancip sudut
siku-siku, sudut tumpul, sudut lurus atau sudut
Desain Pembelajaran matematika Sekolah refleks (Nining. 2016).
Dasar Berbasis Permainan Tradisional Egrang
1. Bilangan 3. Simetri putar
Pada saat ini metode konvensional
dalam penyampaian materi membutuhkan
pengembangan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Erni (2018) bahwa penerapan
metode pembelajaran modern dan
konvensional dalam bentuk tutorial perlu Secara sederhana bentuk egrang
dikembangkan oleh guru agar terjadi dapat digambarkan seperti gambar di atas.
pertukaran informasi antara siswa dengan Simetri putar merupakan suatu bangun datar
guru. Oleh karena itu perlu sebuah inovasi. ketika diputar kurang dari 360 derajat maka
Salah satu inovasi yang bisa diterapkan adalah pada titik tertentu akan menempati posisi
menggunakan permainan tradisional seperti semula (Mujilestari, 2017). Pada pembelajaran
egrang (Nurrahmah, 2018). simetri putar, permaianan egrang ini juga bisa
Permainan egrang ini bisa dijadikan diterapkan. Desain pembelajaran simetri putar
sebuah media dalam penyampaian materi sebagai beriku: dekatkan sepasang egrang
matematika khususnya bilangan. Cara yang sebelah kanan dan kiri seperti gambar di atas.
bisa dilakukan guru untuk menggunakan kemudian ikat dengan kuat egrang yang
egrang dalam pembelajaran bilangan sudah didekatkan. Dari penggabungan
diantaranya sebagai berikut: Siapkan egrang egrang tersebut didapatkan bentuk bangun
yang akan di mainkan kemudian susun datar yang bisa dijadikan bahan materi simetri
bilangan dari angka 1,2,3,...dst. Setelah siswa putar. Kemudian guru menjelaskan kepada
siap, maka guru mulai memberikan komando siswa banyaknya kemungkinan simetri putar
untuk memilih angka yang telah disiapkan. pada bangun tersebut.
Misalnya guru meminta untuk memilih angka 2
maka siswa berlomba-lomba untuk 4. Penjumlahan dan Pengurangan
menghampiri angka 2 yang disebutkan guru Materi penjumlahan dan
menggunakan egrang. Melalui pembelajaran pengurangan merupakan salah satu materi

[173]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

esensial di sekolah dasar. Banyak sekali media Soal cerita untuk materi kecepatan
yang bentuknya beragam untuk digunakan juga bisa dikembangkan. Misalnya pada saat
pada pembelajaran penjumlahan dan itu siswa diminta berjalan dengan egrang
pengurangan di sekolah dasar. Salah satu untuk menemukan jawaban dari pertanyaan
media yang digunakan dalam pembelajaran guru tersebut “jika jarak masjid dan rumah
penjumlahan dan pengurangan adalah Umar adalah 600 cm. Berapakah kecepatan
permainan tradisional egrang. Umar untuk menuju masjid?”
Desain pembelajaran penjumlahan Soal yang terakhir yaitu tentang waktu.
dan pengurangan hampir sama dengan “Jika pukul 11.00 umar berangkat ke masjid.
desain pembelajaran pada bilangan. Diketahui jarak rumah Umar dan masjid adalah
Awalnya, guru menyiapkan potongan- 600 cm, dan setiap langkah Umar dengan
potongan angka yang cukup besar kemudian egrang berjarak 30 cm. Pukul berapakah Umar
menyusun angka-angka tersebut dengan rapi sampai di masjid?” Pembahasan tentang jarak,
sesuai urutan dari terkecil hingga terbesar. kecepatan dan waktu bisa dikerjakan dalam
Setelah semua tersusun, maka guru mulai waktu yang bersamaan. Karena tiga materi
memberikan soal penjumlahan atau tersebut saling berkaitan satu sama lain.
pengurangan. Namun yang unik dari desain Dengan memberikan soal yang nyata dan
pembelajaran ini adalah cara menjawab kontekstual maka dapat membangun motivasi
siswa. Siswa menjawab pertanyaan guru bukan belajar siswa (Pujiati, 2008).
dengan tulisan di atas kertas melainkan
dengan berjalan menuju bilangan yang SIMPULAN
merupakan jawaban menggunakan Pembelajaran sekolah dasar sudah
permainan tradisional egrang. Dengan cara seharusnya menyenangkan terutama untuk
seperti itu, maka siswa cenderung aktif dan mata pelajaran yang banyak dianggap sulit
tidak mudah bosan karena menggunakan oleh siswa, seperti matematika. Pada era
semua komponen tubuh untuk menjawab modern ini, banyak sekali pembelajaran yang
pertanyaan tersebut (Hamdan, 2009). menggunakan teknologi. Teknologi itu sendiri
dapat membawa pengaruh buruk dan
5. Jarak, kecepatan dan waktu pengaruh baik. Salah satu pengaruh buruknya
Materi matematika terakhir dalam adalah banyaknya siswa yang mulai
artikel ini yang bisa dikaitkan dengan meninggalkan budaya dan kekayaan
permainan tradidional egrang adalah jarak, Indonesia seperti permaianan tradisional. Oleh
waktu dan kecepatan. Karena permainan karena itu, desain pembelajaran
tradisional egrang ini dimainkan dengan menggunakan permainan tradisional harus
berjalan atau bergerak. Maka dapat mulai digalakkan agar budaya tidak punah
digunakan untuk mengukur jarak yang dan siswa bisa lebih berinteraksi dengan
ditempuh oleh siswa. Kemudian dari jarak lingkungan sekitarnya. Salah satu desain
tersebut dikaitkan lagi dengan berapa cepat pembelajaran menggunakan permaianan
siswa berjalan menggunakan egrang dengan tradisional adalah pembelajaran matematika
jarak tertentu. Dari dua hal tersebut, di sekolah dasar menggunakan permainan
selanjutnya kita bisa mengukur waktu yang tradisional egrang. Beberapa materi
ditempuh siswa dalam memainkan egrang matematika di Sekolah Dasar yang dapat
pada jarak dan waktu tertentu. Dengan digunakan pada permainan tradisional egrang
pengukuran waktu maka kecepatan siswa diantaranya bilangan, sudut, simetri putar,
menggunakan egrang bisa dihitung berapa pengurangan dan penjumlahan, jarak, waktu
lama waktu yang dibutuhkan siswa dalam dan kecepatan.
mencapai jarak tertentu. Setelah itu guru bisa Selain literatur review tentang desain
menyediakan beberapa soal cerita. Misalnya pembelajaran berbasis permainan tradisional
siswa A setiap langkahnya mencapai 30 cm. egrang, bisa dikembangkan penelitian yang
Maka soal yang bisa disajikan guru seperti lain. Penelitian tersebut diantaranya
berikut “Umar akan pergi ke Masjid yang pembelajaran matematika menggunakan
berjarak 600 cm dari rumahnya. Berapa permainan tradisional yang lain, pembelajaran
banyak langkah yang dibutuhkan Umar?” lain pada permaian egrang dan penelitian
(Pujiati, 2008). tindakan kelas menggunakan permainan
tradisional yang lain.

[174]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

DAFTAR PUSTAKA Pujiati. (2008). Permasalahan Pembelajaran


Andriani, Tuti. (2012). Permaianan Tradisional Jarak, Waktu dan Kecepatan Serta
Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Alternatif Pemecahan di SD. Yogyakarta:
Dini. Jurnal Sosial Budaya, 9(1), 121-136. Pusat Pengembangan dan
Anggita, Gustiana.A., Mukarromah, Siti.B., Ali, Pemberdayaaan Pendidik dan Tenaga
M.Arif., (2018). Eksistensi Permainan Kependidikan Matematika.
Tradisional Sebagai Warisan Budaya Buchori, Achmad., Bhihikmah. (2013).
Bangsa. Journal of Sport Science and Pengembangan Strategi Permainan
Education, 3(2), 55-59. Tradisional Sunda Manda Pada
Chusna, Puji. A., (2017). Pengaruh Media Pembelajaran Matematika di SMP.
Gadget pada Perkembangan Karakter Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,
Anak. Dinamika Penelitian: Media 1(2), 165-172.
Komunikasi Sosial Keagamaan, 17(2), Setiawan, M.Hery Yuli. (2016). Melatih
315-330. Keterampilan Sosial Anak Usia Dini
Herlambang, T. (2017). Olahraga Tradisional Melalui Permainan Tradisional. Jurnal
Sebagai Identitas Budaya Indonesia. Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran
Seminar Nasional Keindonesiaan II Tahun Vol.5 Januari 2016.
2017 “Strategi Kebudayaan dan Supriyono, Andreas. 2018. Serunya Permainan
Tantangan Ketahanan Nasional Tradisional Zaman Dulu. Jakarta: Badan
Kontemporer”. Pengembangan dan Pembinaan
Ismah., Dwitama, A.T., (2018). Pengembangan Bahasa.
Media Pembelajaran Matematika Soviawati, Evi. (2011). Pendekatan Matematika
dengan Konsep Permainan Engklek Realistik (PMR) untuk Meningkatkan
(Matlek). Prosiding Seminar Nasional Kemampuan Berfikir Siswa di Tingkat
Pendidikan Era Revolusi “Membangun Sekolah Dasar. Jurnal Edisi Khusus, 2.
Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Ulya, Himmatul. (2017). Permainan Tradisional
Karakter pada Era IR 4.0” Universitas Sebagai Media Dalam Pembelajaran
Muhammadiyah Jakarta, 24 Maret 2018. Matematika. Prosiding Seminar Nasional
Fahrudhin, A.G., Zuliana, E., Bintoro, H.S. (2018). Pendidikan “Membangun Generasi
Peningkatan Pemahaman Konsep Berpendidikan dan Religius Menuju
Matematika Melalui Realistic Indonesia Berkemajuan”.
Mathematics Education Berbantu Alat Witarsa, Ramdhan., Hadi, R.S.M., Nurhanik.,
Peraga Bongpas. ANARGYA: Jurnal Haerani, N.R. (2018). Pengaruh
Ilmiah Pendidikan Matematika, 1(1), 14- Penggunaan Gadget terhadap
20. Kemampuan Interaksi Sosial Siswa
Kemdikbud. 2016. Silabus Sekolah dasar/ Sekolah Dasar.. Jurnal PEDAGOGIK, 6(1),
Madrasah Ibtidaiyah Tematik Terpadu. 9-20.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Widari, I. G.A.A., Putra, I.G.N.N., Suwija, I.K.
Kebudayaan. (2013). Penerapan Pendekatan
Nur, Haerani. (2013). Membangun Karakter Pembelajaran Matematika Realistik
Anak Melalui Permainan Tradisional. Sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas
Jurnal Pendidikan Karakter, 3(1), 87-94. dan Prestasi Belajar Siswa dalam
Nurhayati, Iis. (2012). Peran Permainan Pembelajaran Bangun Ruang pada
Tradisional dalam Pembelajaran Anak Siswa Kelas IVA SDN Sesetan Tahun
Usia Dini (Studi di PAUD Geger Sunten, Pelajaran 2011/2012. Jurnal Santiaji
desa Suntenjaya). Jurnal Pendidikan, 3(2), 189-212.
EMPOWERMENT, 1(2), 39-48. Wulansari, Betty. Y,. (2017). Pelestarian Seni
Nurrahmah, Arfatin., Ningsih, R,. (2018). Budaya dan Permainan Tradisional
Penerapan Permainan Tradisional Melalui Tema Kearifan Lokal dalam
Berbasis Matematika. Wikrama Parahita: Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini.
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 43- Jurna Indria: Jurnall Ilmiah Pendidikan
50. PraSekolah dan Sekolah Awal, 2(1), 1-
Pendidikan Karakter No. 1. Universitas 10).
Yudiwinata, Hikmah., Handoyo, Pambudi.
(2014). Permainan Tradisional Dalam

[175]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Budaya dan Perkembangan Anak.


Jurnal Paradigma, 2(3).
Yulita, Rizky. (2017). Permaianan Tradisional
Anak Nusantara. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa.
Hamdan. (2009). Hubungan Antara
Kepercayaan Diri dengan Kepercayaan
diri pada Siswa SMUN 1 Setu Bekasi.
Jurnal Psikologi, 2(3), 1- 18.
Mujilestari, Suci. (2017). Pengembangan buku
ajar materi simetri berbasis pendidikan
matematika realistik Indonesia untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
SDN Wonosari 2 Malang. Skripsi tidak di
terbitkan.

[176]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

WEB ENHANCED COURSE BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY SEBAGAI


PENUNJANG KETERAMPILAN BERPARTISIPASI SISWA SEKOLAH DASAR

Yudha Popiyanto1 & Salsabila Rafidah Ulfah Rusmi2


Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
popiyanto83@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini tentang web enhanced course berbasis information technology sebagai penunjang
keterampilan berpartisipasi (mengemukakan pendapat, diskusi, tanya jawab) siswa Kelas IV SDN 2
Kedamean Kabupaten Gresik. Web enhanced course berbasis information technology sebagai
sumber belajar by utilization dengan menggunakan fasilitas electronic mail (e-mail), mailing list (milis),
file transfer protocol (ftp), new groups, dan world wide web (www) sebagai penunjang keterampilan
berpartisipasi yang meliputi mengemukakan pendapat, diskusi, dan tanya jawab dalam proses
pembelajaran tematik siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten Gresik. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, sedangkan teknik pengumpulan data kualitatif
dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara untuk menemukan permasalahan dari
responden/siswa yang lebih mendalam. Observasi bertujuan mempelajari subyek/siswa tentang
perilaku dan makna perilaku. Dokumentasi sebagai data-data pendukung untuk memberikan
kejelasan di lokasi saat proses penelitian tentang web enhanced course berbasis information
technology sebagai penunjang keterampilan berpartisipasi siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten
Gresik. Penelitian ini menjelaskan web enhanced course berbasis information technology dengan
menggunakan fasilitas electronic mail (e-mail) dan mailing list (milis) menunjang keterampilan
berpartisipasi dalam mengemukkan pendapat. File transfer protocol (ftp) dan new groups menunjang
keterampilan diskusi, selanjutnya world wide web (www) menunjang proses tanya jawab dalam
pembelajaran tematik siswa Kelas IV di SDN 2 Kedamean Kabupaten Gresik. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa web enhanced course berbasis information technology menunjang keterampilan
berpartisipasi (mengemukakan pendapat, diskusi, tanya jawab) dalam pembelajaran tematik siswa
kelas IV di SDN 2 Kedamean Kabupaten Gresik.

Kata Kunci: Web Enhanced Course, Keterampilan Berpartisipasi, Tematik

[177]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN teacher oriented, sudah dianggap tradisional


Pendidikan fomal diselenggarakan pihak dan perlu beralih pada learner centered or
Pemerintah/Negeri dan Yayasan/Swasta yang learner oriented (Amir, 2010:3). Pendekatan
dipertanggung-jawabkan pada Dinas learner centered or learner oriented dapat
Pendidikan dalam pengelolahan Pemerintah dilaksanakan dengan memperhatikan
Daerah Kabupaten/Kota. Menurut variabel-variabel pembelajaran. Variabel-
Sukmadinata (2010:2) kelebihan pendidikan variabel pembelajaran terdiri dari; 1) variabel
formal adalah: Pertama, mempunyai kurikulum kondisi, 2) variabel metode, dan 3) variabel
tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas, hasil. Pertama, variabel kondisi meliputi; tujuan
dan rinci. Kedua, lingkup isi pendidikan lebih dan karakteristik bidang studi, kendala dan
tinggi, lebih luas, serta mendalam yang karakteristik bidang studi, karakteristik siswa.
berkenaan dengan kognitif, psikomotorik, dan Kedua, variabel metode meliputi; strategi
afektif. Ketiga, mendapatkan pengawasan, pengorganisasian pembelajaran strategi mikro
bimbingan, dan penilaian dari guru yang strategi makro, strategi penyampaian
memiliki ilmu pengetahuan serta keterampilan, pembelajaran, strategi pengelolaan
khususnya bidang ilmu pendidikan, Keempat, pembelajaran. Ketiga, variabel hasil meliputi;
difasilitasi sarana prasarana yang disertai keefektifan, efisiensi, dan daya tarik
peraturan-peraturan tertulis di jenjang Sekolah pembelajaran.
Dasar (SD). Learner centered or learner oriented
Pendidikan merupakan proses belajar mengedepankan peran siswa,
maupun pembelajaran antara siswa mengembangkan kemampuan siswa berpikir
berinteraksi dengan sumber belajar yang aktif, mensintesis pengetahuan serta
memprioritaskan siswa dalam penguasaan pengalaman lama dan baru. Siswa berinteraksi
kognitif, psikomotorik, dan afektif. Interaksi dengan sumber belajar yang meliputi pesan,
pendidikan menggunakan sumber belajar orang, bahan, peralatan, teknik, dan
yang meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, latar/lingkungan secara interaktif antara siswa
teknik, dan latar/lingkungan dapat dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa
berlangsung di lingkungan formal. Sumber dengan narasumber lain yang
belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis; diimplementasikan secara langsung maupun
sumber belajar yang direncanakan (by design) electronic learning (e-learning) sebagai
dan sumber belajar karena dimanfaatkan (by penunjang keterampilan berpartisipasi
utilization) (Miarso, 1986:9). Sumber belajar by (mengemukakan pendapat, diskusi, tanya
design yaitu semua sumber belajar yang jawab) saat proses pembelajaran tematik di
secara khusus telah dikembangkan sebagai kelas dan di luar kelas.
“komponen sistem instruksional” untuk Electronic learning (e-learning) dapat
memberikan fasilitas belajar terarah dan mengimplementasikan bentuk sistem
bersifat formal, sedangkan sumber belajar by pembelajaran yang mendayagunakan
utilization yaitu sumber-sumber yang tidak internet web enhanced course. Web
secara khusus di desain untuk keperluan enhanced course adalah pemanfaatan
pembelajaran namun dapat ditemukan, internet untuk pendidikan sebagai penunjang
diaplikasikan, dan diimplementasikan untuk peningkatan kualitas pembelajaran di kelas,
memfasilitasi proses belajar maupun sehingga pembelajaran utamanya tatap
pembelajaran di lingkungan pendidikan muka di kelas (Sa`ud, 2010:210). Web
formal. enhanced course dapat dikategorikan sumber
Berdasarkan pengamatan pada siswa belajar by utilization dengan menggunakan
kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten Gresik, fasilitas electronic mail (e-mail), mailing list
proses pembelajaran tematik masih (milis), file transfer protocol (ftp), new groups,
menerapkan paradigma teacher centered or dan world wide web (www) secara online.
teacher oriented yang mengedepankan Penelitian ini mendeskripsikan web
peran guru sebagai pelaku utama dan lebih enhanced course berbasis information
dominan menyebabkan siswa, hanya tertib technology sebagai penunjang keterampilan
menerima materi-materi pembelajaran berpartisipasi yang meliputi mengemukakan
tematik, powerpoint demi powerpoint secara pendapat, diskusi, tanya jawab dalam proses
lisan dan tulisan dalam proses pembelajaran di pembelajaran tematik siswa kelas IV SDN 2
kelas. Pendekatan teacher centered or Kedamean Kabupaten Gresik.

[178]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

METODE PENELITIAN Instrumen penelitian “web enhanced


Penelitian ini menggunakan pendekatan course berbasis information technology
kualitatif, metode deskriptif, teknik sebagai penunjang keterampilan berpartisipasi
pengumpulan data observasi, wawancara, yang meliputi mengemukakan pendapat,
dan dokumentasi. Fokus penelitian web diskusi, tanya jawab siswa Sekolah Dasar”
enhanced course berbasis information adalah peneliti sebagai human instrument,
technology sebagai penunjang keterampilan berfungsi menetapkan fokus penelitian,
berpartisipasi yang meliputi mengemukakan memilih informan sebagai sumber data,
pendapat, diskusi, tanya jawab. Web melakukan pengumpulan data, menilai
enhanced course dengan menggunakan kualitas data, analisis data, menafsirkan data,
fasilitas electronic mail (e-mail), mailing list dan membuat kesimpulan atas temuannya.
(milis), file transfer protocol (ftp), new groups, Instrument utamanya adalah peneliti sebagai
dan world wide web (www). Keterampilan human instrument, selanjutnya setelah fokus
berpartisipasi meliputi mengemukakan penelitian menjadi jelas maka kemungkinan
pendapat, diskusi, dan tanya jawab. akan dikembangkan instrument penelitian
Social situation atau situasi sosial sederhana yang diharapkan dapat
penelitian “web enhanced course berbasis melengkapi data dan membandingkan
information technology sebagai penunjang dengan data yang telah ditemukan melalui
keterampilan berpartisipasi meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.
mengemukakan pendapat, diskusi, dan tanya Penelitian kualitatif menggunakan
jawab siswa Sekolah Dasar” terdiri atas tiga pengumpulan data pada natural setting
elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), (kondisi alamiah), sumber data primer, dan
dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara teknik pengumpulan data lebih pada
sinergis. observasi berperanserta (participan
observation), wawancara mendalam (in depth
Aktivitas
interview) dan dokumentasi. Teknik
(activity)
pengumpulan data merupakan langkah
utama untuk mendapatkan data yang
memenuhi standar diantaranya melalui setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara.
Pengumpulan data dilakukan pada setting
Social alamiah (natural setting) di kelas IV SDN 2
Situation Kedamean Kabupaten Gresik. Sumber data
adalah sumber data primer adalah siswa dan
Orang Tempat guru sebagai sumber data sekunder. Cara
(actors) (place) atau teknik pengumpulan data menggunakan
observasi (pengamatan), interview
Gambar 3.1. Situasi Sosial (Social Situation) (wawancara), dokumentasi, dan gabungan
Tempat (place) penelitian ini dilaksanakan keempatnya.
di SDN 2 Kedamean Kabupaten Gresik. Pelaku Analisis data adalah proses mencari dan
(actors) penelitian adalah siswa kelas IV, menyusun secara sistematis data yang
sedangkan subyek/informan sumber data diperoleh dari hasil wawancara, catatan
sebagai berikut: siswa kelas IV-A sebanyak 3 lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan, begitu mengorganisasikan data ke dalam kategori,
juga siswa kelas IV-B sebanyak 3 siswa laki-laki menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
dan 3 siswa perempuan. Aktivitas (activity) sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
yang diimplementasikan dalam penelitian ini mana yang penting dan yang akan dipelajari,
merupakan web enhanced course berbasis dan membuat kesimpulan sehingga mudah
information technology dengan menggunakan dipahami. Analisia data kualitatif bersifat
fasilitas electronic mail (e-mail), mailing list induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
(milis), file transfer protocol (ftp), new groups, yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan
dan world wide web (www) sebagai menjadi hipotesis. Apabila berdasarkan data
penunjang keterampilan berpartisipasi yang yang dapat dikumpulkan secara berulang-
meliputi mengemukakan pendapat, diskusi, ulang dengan teknik triangulasi, ternyata
tanya jawab dalam pembelajaran tematik.

[179]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

hipotesis diterima maka hipotesis tersebut juga digunakan untuk meng-upload file materi
berkembang menjadi teori. situs (homepage) sehingga bisa diakses oleh
Analisis data penelitian kualitatif dilakukan pengguna dari seluruh pelosok dunia.
pada saat pengumpulan data berlangsung New groups dalam internet adalah
dan setelah selesai pengumpulan data dalam fasilitas untuk melakukan komunkasi antara
periode tertentu. Miles and Huberman (dalam dua peserta didik atau lebih secara serempak
Sugiyono, 2011:334) mengemukakan bahwa dalam pengertian waktu yang sama (real
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan time), dan dengan demikian berarti komunikasi
secara interaktif dan berlangsung secara terus- yang dilakukan adalah komunikasi yang
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sinkron (synchronous communication mode).
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, Bentuk pertemuan ini lazim disebut sebagai
yaitu data reduction, data display, dan konferensi, dan fasilitas yang digunakan bisa
conclusion drawing/verification. sepenuhnya multimedia (audio-visual) dengan
menggunakan fasilitas video conferencing,
HASIL DAN PEMBAHASAN ataupun teks saja atau teks dan audio dengan
Penelitian ini mendeskripsikan web menggunakan fasilitas chat (IRC). World wide
enhanced course berbasis information web (www) merupakan kumpulan koleksi besar
technology sebagai penunjang keterampilan tentang berbagai macam dokumentasi yang
berpartisipasi dalam pembelajaran tematik tersimpan dalam berbagai server di seluruh
siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten dunia, dan dokumentasi tersebut
Gresik. Web enhanced course berbasis dikembangkan dalam format hypertext dan
information technology menggunakan fasilitas hypermedia, dengan menggunakan Hypertext
sebagai berikut: Electronic mail (e-mail) adalah Markup Language (HTML) yang
surat elektronik memungkinkan siswa mengirim memungkinkan terjadinya koneksi (link)
dan menerima surat melalui internet. E-mail dokumen yang satu dengan yang lain atau
merupakan fasilitas yang paling sederhana, bagian dari dokumen yang satu dengan
paling mudah penggunaannya dan bagian yang lainnya, baik dalam bentuk teks,
digunakan secara luas oleh pengguna visual dan lain-lainnya.
komputer. E-mail merupakan fasilitas yang Penelitian ini mendeskripsikan web
memungkinkan dua siswa atau lebih enhanced course berbasis information
melakukan komunikasi yang bersifat technology sebagai penunjang keterampilan
tidak sinkron (asynchronous communication berpartisipasi meliputi dalam pembelajaran
mode) atau tidak bersifat real time. tematik siswa kelas IV SDN 2 Kedamean
Mailing list (milis) merupakan perluasan Kabupaten Gresik. Keterampilan berpartisipasi
penggunaan e-mail, dengan fasilitas ini siswa meliputi mengemukakan pendapat, diskusi,
yang telah memiliki alamat e-mail bisa dan tanya jawab dalam proses pembelajaran
bergabung dalam suatu kelompok diskusi, dan tematik siswa kelas IV SDN 2 Kedamean
melalui milis ini bisa melakukan diskusi untuk Kabupaten Gresik. Berdasarkan jawaban dari
memecahkan suatu permasalahan secara enam siswa sebagai subyek penelitian atas
bersama-sama, dengan saling memberikan pertanyaan apakah web enhanced course
saran pemecahan (brain storming). berbasis information technology sebagai
Komunukasi melalui milis ini memiliki sifat yang penunjang keterampilan berpartisipasi dalam
sama dengan e-mail, yaitu bersifat tidak pembelajaran tematik siswa kelas IV SDN 2
sinkron (asynchronous communication mode) Kedamean Kabupaten Gresik. Jawaban-
atau bersifat un-real time. File transfer protocol jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
(ftp) adalah fasilitas internet yang memberikan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
kemudahan kepada pengguna untuk dapat Electronic mail (e-mail) menunjang
mengirimkan (upload) dan mengambil arsip keterampilan berpartisipasi mengemukakan
file (download) di suatu server yang terhubung pendapat dalam proses pembelajaran tematik
ke internet pada alamat tertentu yang siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten
menyediakan berbagai arsip (file), yang Gresik. Mailing list (milis) menunjang
memang diizinkan untuk diambil oleh keterampilan berpartisipasi mengemukakan
pengguna lain yang membutuhkannya. File ini pendapat dalam proses pembelajaran tematik
berupa hasil penelitian, artikel-artikel jurnal dan siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten
lain-lain. Di samping itu, file transfer protocol Gresik. File transfer protocol (ftp) menunjang

[180]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

keterampilan berpartisipasi diskusi dalam


proses pembelajaran tematik siswa kelas IV
SDN 2 Kedamean Kabupaten Gresik. New
groups menunjang keterampilan berpartisipasi
diskusi dalam proses pembelajaran tematik
siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten
Gresik. World wide web (www) menunjang
keterampilan berpartisipasi tanya jawab dalam
proses pembelajaran tematik kelas IV di SDN 2
Kedamean Kabupaten Gresik.

KESIMPULAN
Web enhanced course berbasis
information technology dapat sebagai
penunjang keterampilan berpartisipasi siswa
Sekolah Dasar. Web enhanced course berbasis
information technology dengan menggunakan
fasilitas electronic mail (e-mail) menunjang
keterampilan berpartisipasi mengemukakan
pendapat. Mailing list (milis) menunjang
keterampilan berpartisipasi mengemukakan
pendapat. File transfer protocol (ftp)
menunjang keterampilan berpartisipasi diskusi.
New groups menunjang keterampilan
berpartisipasi diskusi. World wide web (www)
menunjang keterampilan berpartisipasi tanya
jawab dalam proses pembelajaran tematik
siswa kelas IV SDN 2 Kedamean Kabupaten
Gresik.

DAFTAR PUSTAKA
Amir, Taufiq M. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui
Problem Based Learning: Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pembelajar
di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.

Miarso, Yusufhadi. 1986. Definisi Teknologi


Pendidikan: Satuan Tugas Definisi
Terminologi AECT. Jakarta: Rajawali.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi


(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Sa`ud, Udin Syaefudin. 2010. Inovasi


Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana S. 2010. Pengembangan


Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

[181]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

LITERASI DIGITAL DENGAN MEDIA SOFTWARE APLIKASI MATERI IPS SD UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Zuni Eka Tiyas Rifayanti

PGSD, STKIP Bina Insan Mandiri , Surabaya , Indonesia

zunieka@stkipbim.ac.id

Abstrak

Perkembangan teknologi tidak hanya berbentuk komputer (perangkat keras), namun juga
berupa kemajuan yang pesat terjadi pada sisi perangkat lunak, setiap individu perlu memahami
bahwa literasi digital merupakan hal penting yang dibutuhkan sebagai partisipasi di dunia modern
sekarang ini. Literasi digital sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu
lainnya. Generasi yang tumbuh dengan akses yang tidak terbatas dalam teknologi digital mempunyai
pola berpikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Berdasarkan materi pendukung literasi
digital Kementerian pendidikan dan kebudayaan tahun 2017 Gerakan literasi digital yang diterapkan
di sekolah dasar diantaranya yakni ; jumlah dan variasi bahan bacaan dan alat peraga berbasis
digital, frekuensi peminjaman buku bertema digital, jumlah kegiatan di sekolah yang memanfaatkan
teknologi dan informasi, jumlah penyajian informasi sekolah dengan menggunakan media digital atau
situs laman, jumlah kebijakan sekolah tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dan komunikasi di lingkungan sekolah, dan tingkat pemanfaatan dan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi dan komunikasi dalam hal layanan sekolah (misalnya, rapor-e, pengelolaan
keuangan, dapodik, pemanfaatan data siswa, profil sekolah, dsb.). Dengan adanya gerakan literasi
digital tersebut maka peneliti memanfaatkan suatu software aplikasi berupa aplikasi materi IPS SD
yang ada pada menu aplikasi, guna mendukung kegiatan literasi digital yang sedang marak
dilagakkan di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangsih media
pembelajaran berbasis digital berupa aplikasi materi IPS SD sebagai penunjang gerakan literasi digital
di lingkungan Sekolah Dasar, selain itu penelitian ini juga bertujuan memberi solusi pada peningkatan
hasil belajar siswa SD khususnya pada materi IPS SD.

Kata Kunci: Literasi Digital, Media, Hasil Belajar

[182]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

PENDAHULUAN dan komunikasi dalam hal layanan sekolah


Adanya Perkembangan IPTEK yang (misalnya, rapor-e, pengelolaan keuangan,
pesat di dunia pendidikan mengharuskan dapodik, pemanfaatan data siswa, profil
terutama untuk para guru dan siswa mampu sekolah, dsb.).
menggunakan media berbasis ilmu Dengan adanya gerakan literasi digital
tekhnologi guna menunjang proses tersebut maka peneliti membuat suatu
pembelajaran, sehingga mampu software aplikasi berupa aplikasi materi IPS SD
menggapai tujuan pembelajaran yang guna mendukung kegiatan literasi digital yang
maksimal dengan dimudahkannya para sedang marak dilagakkan di sekolah dasar.
guru untuk menyampaikan ilmu kepada Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan
para siswa. Gerakan literasi digital yang sumbangsih media pembelajaran berbasis
digalakan oleh pemerintah kepada digital berupa aplikasi materi IPS SD sebagai
lingkungan sekolah dasar mengharuskan penunjang gerakan literasi digital di lingkungan
warga sekolah untuk mampu Sekolah Dasar, selain itu penelitian ini juga
mengimplementasikan literasi digital bertujuan memberi solusi pada peningkatan
dilingkungan sekolah, hal ini dapat di hasil belajar siswa SD khususnya pada materi
terapkan pada kegiatan proses belajar IPS SD.
mengajar. Pada penelitian kali ini peneliti Software aplikasi yang peneliti pakai
mengimplementasikan gerakan literasi merupakan media penunjang dalam
digital dilingkungan sekolah khususnya kelas implementasi gerakan budaya literasi di
VI pada materi IPS SD sub tema perjuangan lingkungan sekolah dasar dan merupakan
para pahlawan. produk media yang baru di produksi oleh
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti sehingga sangat membantu khususnya
sebelumnya menunjukkan bahwa nilai para siswa dalam menunjang proses belajar
kompetensi penguasaan pengetahuan IPS mengajar pada materi IPS SD kelas IV sub tema
siswa yang diajarkan menggunakan Model perjuangan para pahlawan, sehingga siswa
Pembelajaran Literasi pada siswa kelas IV SDN tidak jenuh membaca di buku namun
Jeruk sebagai Kelompok Eksperimen dilihat dari dipermudah dengan aplikasi yang di buat
rata-rata nilai post tesnya sebsesar 65,42. Dan peneliti untuk bisa di akses di gawai masing-
kelompok kontrol dilihat dari rata-rata nilai post masing siswa dengan tanpa keterbatasan
tesnya sebesar 73,94. Persamaan penelitian waktu.
terdahulu dengan yang saya teliti adalah
sama-sama memakai 2 kelompok eksperimen METODOLOGI PENELITIAN
untuk penelitian tersebut. Perbedaannya Jenis penelitian ini adalah penelitian
adalah peneliti terdahulu menggunakan kuantitatif. Penelitan kuantitatif ini dilakukan
budaya literasi untuk meningkatkan minat dan didasarkan pada karakteristik data yang
belajar sedangkan penelitian ini menggunakan berupa angka, dan menggunakan
budaya literasi untuk meningkatkan hasil perhitungan statistik. Peneliti menggunakan
belajar. desain eksperimental tipe True Experimental
Berdasarkan materi pendukung literasi Design. Adapun rancangan dalam penelitian
digital Kementerian pendidikan dan ini yaitu rancangan Posttest-Only Control
kebudayaan tahun 2017 Gerakan literasi digital Design (Sugiyono, 2011: 74). Design ini dapat
yang diterapkan di sekolah dasar diantaranya digambarkan seperti berikut:
yakni ; jumlah dan variasi bahan bacaan dan
alat peraga berbasis digital, frekuensi
peminjaman buku bertema digital, jumlah
kegiatan di sekolah yang memanfaatkan
teknologi dan informasi, jumlah penyajian Keterangan:
informasi sekolah dengan menggunakan R1 = Kelas Eksperimen
media digital atau situs laman, jumlah R2 = Kelas Kontrol
kebijakan sekolah tentang penggunaan dan X = Diberi Perlakuan
pemanfaatan teknologi informasi dan O1 = Hasil Post Test setelah diberi
komunikasi dan komunikasi di lingkungan perlakuan
sekolah, dan tingkat pemanfaatan dan O2 = Hasil Post Test dengan tidak
penerapan teknologi informasi dan komunikasi diberi perlakuan

[183]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Dalam posttest-Only Control Design Smirnov (K-S) dengan bantuan SPSS for
terdapat dua kelas. Dimana kelas pertama Windows realease 17. Pada kolom kenormalan,
diberi perlakuan menggunakan metode kriteria yang berlaku adalah jika nilai signifikansi
budaya literasi (x) sedangkan kelas kedua K-S ˃ 0,05, maka data dinyatakana berdistribusi
tidak diberi perlakuan. Kelas pertama normal. (Purwanto dalam Surono, 2011:59)
(kelompok yang diberi perlakuan) disebut Uji homogenitas digunakan untuk
dengan kelas eksperimen, sedangkan kelas mengetahui sama tidaknya varian-varian yang
kedua (kelompok yang tidak diberi perlakuan) ada dalam populasi penelitian. Uji
disebut dengan kelas kontrol. Kedua kelas homogenitas dalam penelitian ini
tersebut akan dibandingkan, jika terdapat menggunakan bantuan SPSS for Windows
perbedaan yang signifikan antara kelas realease 17 dengan melihat probabilitas
eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat signifikansi Lavene Statistic, semakin kecil nilai
dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara Lavene Statistic maka semakin besar tingkat
metode budaya litersi dan angka terhadap kehomogenitasnya, begitu juga sebaliknya.
hasil belajar siswa SD Kelas 4. Untuk menetapkan homogenitas digunakan
Teknik pengumpulan data adalah cara pedoman sebagai berikut: (a)Tetapkan taraf
yang digunakan untuk memeperoleh data- signifikan uji, α = 0,05, (b) Jika signifikan yang
data empirik yang digunakan untuk mencapai diperoleh ˃ 0,05, maka variansi setiap sampel
tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data sama (homogen), (c) Jika variansi yang
yang digunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh < 0,05, maka variansi setiap sampel
intensitas pemanfaatan media aplikasi beserta tidak sama (tidak homogen).
hasil tes siswa. Postest dilaksanakan di akhir Setelah dilakukan penghitungan
pembelajaran dengan tujuan untuk tentang data-data yang tersedia, maka
mengetahui hasil belajar siswa. langkah terakhir yang dilakukan adalah
Butir soal yang dibuat adalah 20 soal. 10 pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis
soal pilihan ganda, 5 soal essay, dan 5 soal dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh
uraian. Setiap soal pilihan ganda diberikan skor X (budaya literasi) terhadap Y (hasil belajar
2 (dua) jika soal dijawab dengan benar dan siswa). Pembelajaran dinilai berhasil apabila
diberi skor 1 (satu ) jika soal dijawab salah. nilai rata-rata yang ada di kelas eksperimen
Pada soal essay setiap soal diberikan skor 6 lebih tinggi daripada di kelas kontrol. Pengujian
(enam) untuk jawaban benar dan Skor 1 (satu) hipotesis ini menggunakan uji Paired Sample t-
untuk jawaban salah. Sedangkan pada soal Test dengan bantuan SPSS for Windows
uraian soal dengan jawaban benar diberi skor realease 17. Kaidah pengambilan keputusan:
10 (sepuluh) dan skor 2-9 (dua sampai dilihat dalam uji t yang dilakukan dengan
sembilan) untuk jawaban yang kurang benar, menggunakan bantuan SPSS for Windows
skor 1 (satu) untuk jawaban yang salah. realease 17 diperoleh nilai p (probabilitas)
Semuan soal diberikan nilai 0 (nol) jika soal yang ditunjukkan oleh nilai Sig (2 – tailed).
tersebut tidak dijawab. Setiap jawaban Dengan aturan jika nilai Sig ˃ 0,05, maka H0
dijumlahkan dan jumlah tersebut menjadi skor diterima. Sebaliknya jika nilai Sig < 0,05, maka
penguasaan kompetensi pengetahuan IPS H0 ditolak yang berarti bahwa H1 diterima
yang berada pada rentang 0-100. 0 dan rata-rata hasil belajar siswa kelas
merupakan skor minimal dan 100 merupakan eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata
skor maksimal ideal penguasaan kompetensi hasil belajar siswa kelas kontrol.
pengetahuan IPS. Tes disusun mahasiswa
melalui bimbingan pembimbing dan expert. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisi data yang diperoleh berupa tes Hasil penelitian dan pembahasan dalam
hasil belajar yang akan dianalisis oleh peneliti bab ini adalah hasil penelitian pada siswa
menggunakan metode yang sesuai. Metoda kelas 4 SD. Data yang diperoleh didapatkan
yang dipakai adalah Uji Normalitas, Uji dengan menggunakan teknik eksperimen .
Homogenitas, dan Uji Hipotesis. Pada uji Hasil Uji Validitas deskripsi data yang
normalitas data dimaksudkan untuk disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk
memperlihatkan bahwa data sampel berasal memberikan gambaran secara umum
dari populasi yang berdistribusi normal. Uji mengenai penyebaran data yang diperoleh
kenormalan data dilakukan dengan peneliti di lapangan. Pada bagian ini akan
menggunakan uji One-sample Kolmogov dijelaskan mengeni proses dan hasil serta

[184]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

pembahasan dari pengolahan data yang Kolmogorov-Smirnov > 0,05 maka data yang
telah dilakukan peneliti. Untuk mengetahui dan diperoleh berdistribusi dengan normal.
mendeskripsikan pengaruh budaya literasi Sebaliknya jika taraf signifikansinya pada tabel
terhadap hasil belajar siswa, peneliti Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka data yang
menggunakan SPSS for Windows realease 17 diperoleh tidak berdistribusi dengan normal.
sebagai alat bantu analisis serta untuk Tabel 4
membuat kesimpulan berdasarkan uji hipotesis Uji Normalitas
yang diajukan. Dalam menguji reliabilitas Tests of Normality
instrument tes, peneliti menggunakan rumus
Alpha Cronbach. Berikut ini adalah hasil Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

penghitungan uji reliabilitas instrument tes Statistic Df Sig. Statistic df Sig.


dengan menggunakan bantuan SPSS for pre_eksperi .169 30 .290 .935 30 .068
Windows realease 17. men
pre_kontrol .101 30 .200* .973 30 .622
Tabel 2
Uji Reliabilitas Instrumen Tes post_kontro .106 30 .200* .962 30 .355
l
Reliability Statistics
post_ekspe .141 30 .132 .922 30 .030
rimen
Cronbach's Alphaa N of Items
a. Lilliefors Significance Correction
.868 20
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan hasil penghitungan
Cronbach’s Alpha pada tabel 4.2, hasil dapat Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
dikonsultasikan dengan tabel klasifikasi normalitas dalam Kolmogorov-Smirnov pada
koefisien reliabilitas dan dapat diketahui hasil pretest mendapatkan nilai signifikansi
bahwa hasil uji reliabilitas instrument tes lebih dari 0,05, yaitu pada kelas kontrol sebesar
memiliki tingkat reliabel sangat kuat. Hasil 0,200 > 0,05 dan pada kelas eksperimen
pada tabel uji reliabilitas tes menunjukkan sebesar 0,290 > 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa nilai Crobach Alpha bernilai 0,868 > 0,6 bahwa data hasil pretest kelas kontrol dan
yang berarti instrumen tes ini dinyatakan kelas eksperimen berdistribusi dengan normal.
reliabel. Begitu juga pada hasil posttest mendapatkan
Hasil Uji Normalitas Data yang diperoleh hasil signifikansi lebih dari 0,05, yaitu pada kelas
dalam penelitian ini adalah data hasil belajar kontrol sebesar 0,200 > 0,05 dan pada kelas
siswa yang diperoleh dari tes yang dilakukan eksperimen sebesar 0,132 > 0,05. Maka dapat
guru sebelum penelitian dan tes yang disimpulkan data hasil posttest kelas kontrol
diberikan setelah perlakuan (posttest). Tes ini dan kelas eksperimen berdistribusi dengan
bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang normal.
terjadi pada hasil belajar siswa kelas 5 setelah Pengujian homogenitas ini dilakukan
adanya perlakuan pada kelompok kelas. untuk mengetahui data yang diperoleh
Berikut ini adalah data rata-rata nilai pretest tersebut berasal dari populasi yang homogen
dan posttest di kelas kontrol dan eksperimen. atau tidak. Pengujian dilakukan dengan
Tabel 3 menggunakan bantuan SPSS for Windows
Rata-rata Nilai Pretest dan Posstest realease 17 untuk melihat nilai signifikansi. Data
Rata-rata tersebut diinterpretasikan dengan kriteria
Kelas pengujian yaitu jika taraf signifikan pada tabel
Nilai Pretest Nilai Posttest
Kontrol 74,43 79,00 Homogeneity of Variance Based on Mean >
0,05 maka data yang diperoleh homogen atau
Eksperimen 74,43 90,76
sama. Sebaliknya jika taraf signifikansinya pada
Uji normalitas dilakukan berdasarkan tabel Homogeneity of Variance Based on
data pretest dan posttest dari kedua sampel Mean < 0,05 maka data yang diperoleh tidak
kelas untuk diuji data tersebut berdistribusi berdistribusi homogen. Hasil perhitungannya
normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan adalah sebagai berikut.
rumus Kolmogorov-Smirnov. Setelah
menghitung uji normalitas dengan bantuan
SPSS for Windows realease 17, data tersebut
diinterpretasikan dengan kriteria pengujian
yaitu jika taraf signifikansi pada tabel

[185]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Tabel 5
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kemampuan Based on Mean ,216 1 58 ,347
Berpikir Kritis Based on Median ,003 1 58 ,322
Based on Median and with adjusted df ,003 1 58,804 ,322
Based on trimmed mean ,342 1 58 ,352

Berdasarkan tabel 5 uji homogenitas, membandingkan hasil posttest antara kelas


diketahui bahwa nilai signifikansi (sig.) Based on kontrol dan kelas eksperimen. Pada penelitian
Mean adalah sebesar 0,347 > 0,05, sehingga ini uji T-test berupa Paired Samples T-test
dapat disimpulkan bahwa varians data dengan menggunakan bantuan SPSS for
posttest kelas eksperimen dan data posttest Windows realease 17.Data tersebut
kelas kontrol adalah homogen atau sama. diinterpretasikan dengan kriteria pengujian
Uji hipotesis digunakan untuk menguji yaitu jika taraf signifikan pada tabel Paired
kesamaan rata-rata antara kelas kontrol dan Samples T-test Output Pair 1 < 0,05 maka data
kelas eksperimen. Pada penelitian ini yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ada
menggunakan uji T-test untuk membuktikan pengaruh yang signifikan. Sebaliknya jika taraf
hipotesis tentang ada atau tidaknya pengaruh signifikansinya pada tabel Paired Samples T-
budaya literasi terhadap hasil belajar siswa test Output Pair 1 > 0,05 maka data yang
kelas 4 SD. Setelah data dinyatakan terdistribusi diperoleh adalah tidak ada pengaruh yang
dengan normal dan data tersebut bersifat signifikan. Hasil perhitungannya dapat dilihat
homogen, maka langkah selanjutnya adalah pada tabel 4.6 berikut ini.
melakukan uji T-test. Uji T-test digunakan untuk

Tabel 6
Uji T-Test
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair pre_eksperimen - -
6,970 1,272 -18,936 -13,731 -12,836 29 ,000
1 post_eksperimen 16,333
Pair pre_kontrol -
-4,567 8,516 1,555 -7,747 -1,387 -2,937 29 ,000
2 post_kontrol

Berdasarkan tabel uji t-test, output Pair 1 menggunakan budaya literasi dengan kelas
diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < kontrol yang tidak menggunakan budaya
0,05, maka dapat disimpulkan ada perbedaan literasi (menggunakan model pembelajaran
rata-rata hasil belajar siswa untuk pretest kelas konvensional).
eksperimen dengan posttest kelas eksperimen.
Berdasarkan tabel uji t-test, output Pair 2 Pembahasan
diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < Penelitian ini dilakukan untuk
0,05 ,maka dapat disimpulkan ada perbedaan mengetahui adanya pengaruh budaya literasi
rata-rata hasil belajar siswa untuk pretest kelas terhadap hasil belajar siswa. Sebelum
kontrol dengan posttest kelas kontrol. Jadi mencapai hasil penelitian, terlebih dahulu
dapat disimpulkan bahwa berdasarkan akan diuraikan mengenai gambaran
pembahasan output Pair 1 dan output Pair 2 pelaksanaan penelitian beserta hasil analisis
terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil data yang telah dilakukan. Pelaksanaan
belajar siswa kelas eksperimen yang pembelajaran pada kelas kontrol dalam

[186]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

penelitian ini berlangsung sesuai dengan dan pada kelas eksperimen sebesar 0,290 >
rencana pembelajaran yang telah disusun. 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data
Siswa memperoleh materi pembelajaran Ilmu hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pengetahuan Sosial (IPS) yang difokuskan berdistribusi dengan normal.
pada materi Proklamasi Kemerdekaan. Tabel 4 hasil perhitungan uji normalitas,
Pembelajaran di kelas kontrol menggunakan menunjukkan bahwa normalitas dalam
model pembelajaran konvensional. Guru Kolmogorov-Smirnov pada data hasil posttest
sebagai pemegang kunci pembelajaran dan mendapatkan hasil signifikansi lebih dari 0,05,
satu-satunya sumber informasi materi setelah yaitu pada kelas kontrol sebesar 0,200 > 0,05
buku ajar. Guru menjelaskan dan siswa dan pada kelas eksperimen sebesar 0,132 >
mencatat semua materi yang diberikan, 0,05. Maka dapat disimpulkan data hasil
sehingga siswa cenderung merasa jenuh posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen
dalam mengikuti kegiatan belajar. berdistribusi dengan normal. Setelah diketahui
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran data berdistribusi normal, tahap penelitian
pada kelas eksperimen berjalan sesuai selanjutnya adalah melaksanakan uji hipotesis
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. dengan menggunakan Paired Sample T-Test
Pembelajaran pada kelas eksperimen yang terdapat pada program SPSS for
menggunakan budaya literasi yang difokuskan Windows realease 17. Berdasarkan tabel 4.7
pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial hasil perhitungan uji t-test, output Pair 1
(IPS). Guru sebagai fasilitator dan memberikan diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 <
arahan kepada siswa untuk menciptakan 0,05, maka dapat disimpulkan ada perbedaan
pembelajaran yang lebih aktif, kritis, dan rata-rata hasil belajar siswa untuk pretest kelas
menarik. Siswa dilibatkan dalam kegiatan eksperimen dengan posttest kelas eksperimen.
belajar mengajar. Pada saat pelaksanaan Berdasarkan tabel 6 hasil perhitungan uji
posttest, kesulitan siswa dalam mamahami t-test, output Pair 2 diperoleh nilai Sig. (2-tailed)
konsep materi menjadi berkurang pada sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan
masing-masing kelas. Namun, perolehan nilai ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa
rata-rata kelas kontrol dan eksperimen untuk pretest kelas kontrol dengan posttest
berbeda. Nilai rata-rata posttest pada kelas kelas kontrol. Berdasarkan pembahasan
kontrol ialah sebesar 79,00 , sedangkan nilai output Pair 1 dan output Pair 2, maka dapat
rata-rata posttest pada kelas eksperimen ialah disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
sebesar 90,76 . Pencapaian nilai rata-rata signifikan dari penggunaan budaya literasi.
tersebut membuktikan bahwa hasil belajar Menurut Desmita (2010:35) bahwa anak-
siswa di kelas eksperimen lebih baik jika anak sekolah dasar memiliki karakteristik yang
dibandingkan dengan kelas kontrol. berbeda dengan anak-anak yang usianya
Data-data nilai posttest yang telah lebih muda. Anak-anak sekolah dasar senang
disampaikan pada uraian sebelumnya bermain, senang bergerak, senang bekerja
kemudian dianalisis dengan menggunakan dengan kelompok dan senang merasakan
bantuan program SPSS for Windows realease ataupun melakukan sesuatu secara langsung.
17. Teknik analisis data dalam penelitian ini Dengan berlandaskan teori tersebut, seorang
adalah uji normalitas dan uji hipotesis. Peneliti guru harus mampu mengajarkan suatu meteri
melakukan uji normalitas dengan pembelajaran dengan menggunakan cara
menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov. yang sesuai dengan karakterisitik siswa sekolah
Kriteria pengujiannya adalah jika taraf dasar. Penerapan budaya literasi merupakan
signifikansi pada tabel Kolmogorov-Smirnov > cara yang tepat karena dalam penerapan ini
0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi siswa dapat siswa dapat aktif , dan siswa
dengan normal, begitu sebaliknya jika taraf terlibat secara langsung. Kegiatan yang
signifikansinya pada tabel Kolmogorov-Smirnov dilakukan oleh siswa tersebut akan berkesan
< 0,05 maka data yang diperoleh tidak karena siswa mendapat pengalaman belajar
berdistribusi dengan normal. secara langsung. Dalam materi proklamasi
Berdasarkan tabel 5 hasil perhitungan uji kemerdekaan penerapan budaya literasi
normalitas, dapat dilihat normalitas dalam adalah hal yang tepat karena sesuai dengan
Kolmogorov-Smirnov pada data hasil pretest karakteristik siswa Sekolah Dasar pada
mendapatkan nilai signifikansi lebih dari 0,05, umumnya, hal itu terbukti dengan hasil belajar
yaitu pada kelas kontrol sebesar 0,200 > 0,05

[187]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

maksimal yang diperoleh oleh siswa pada Anwar, Muhammad. 2016. Materi Pelajaran IPS
materi proklamasi kemerdekaan. Kelas 5 Semester 1/2 Lengkap.
Menurut Sudjana (2009:3) hasil belajar (Online).(http://skripsi%20fix/Bab%208%20
siswa pada hakikatnya adalah perubahan Proklamasi%20Kemerdekaan%20Republi
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam k%20Indonesia.pdf Diakses pada 15
pengertian yang lebih luas mencakup bidang Maret 2018).
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen
menurut Gagne (dalam Sudjana, 2009:3) Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
membagi hasil belajar dalam lima kategori Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
yaitu, informasi verbal, keterampilan (Suatu Pendekatan Praktis). Ed Revisi VI.
intelektual, strategi kognitif, sikap, keterampilan Jakarta: Rineka Cipta.
motoris. Hasil belajar yang memuaskan harus Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi
melibatkan keterampilan dan keaktifan siswa Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
agar pembelajaran menjadi berkesan pada Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta
diri siswa. Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Gempur, Santoso. 2005. Metodologi Penelitian
SIMPULAN Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gramedia.
budaya literasi mempunyai pengaruh yang Gipayana, Muhana. 2010. Pengajaran Literasi.
signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas Malang: Asih Asah Asuh.
4SD. Berdasarkan hasil perhitungan uji Juliyanti, Siti. 2014. Pengaruh Model
normalitas, dapat dilihat bahwa data hasil Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada
berdistribusi dengan normal. Begitu juga Konten Tekanan: Kuasi Eksperimen di
dengan data hasil posttest kelas kontrol dan SMPN 2 Kelapa Dua-Tangerang. Skripsi
kelas eksperimen berdistribusi dengan normal. tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas
Selain itu uji hipotesis dengan menggunakan Islam Negeri Hidayatullah.
Paired Sample T-Test juga menunjukkan bahwa Kusumaningsih, Diah. 2011. Upaya
ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis.
untuk posttest kelas eksperimen dengan Yogyakarta: Universitas Negeri
posttest kelas kontrol. Berdasarkan Yogyakarta.
pembahasan output Pair 1 dan output Pair 2, Mardapi, Djemari. 2015. Pengukuran, Penilaian,
maka dapat disimpulkan bahwa ada dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:
pengaruh yang signifikan dari penggunaan Nuha Medika.
budaya literasi. Jadi, dari uraikan di atas, McCartney, K. & Philips, D. 2008. Blackwell
dapat disimpulkan budaya literasi sangat Handbook of Early Childhood
berpengaruh dan memberikan dampak positif Development. Singapore: C.O.S. Printers
terhadap hasil belajar siswa kelas 4 SD. Pte. Ltd.
Ahmad, Susanto. 2014. Pengembangan Nana, Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja
Kencana Prenada Media Group. Rosdakarya.
Redaktur Media. (2015). Literasi Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Sangat Rendah, (Online),
(http://www.republika.co.id/berita/kora
Alwasilah. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. n/didaktika/14/12/15/ngm3g840-literasi-
Jakarta: Bumi Aksara. indonesia-sangat-rendah. Diakses pada
Amiruddin Mahmud. (2016). Membangun tanggal 21 Februari 2018).
Budaya Literasi, (Online), Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
(http://www.kompasiana.com/amirudin Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta.
mahmud/membangun-budaya- Sumaatmadja, Nursid. 2008. Materi
literasi_570261c7a623bd58094c29f9. PokokKonsep Dasar Ilmu Pengetahuan
Diakses pada tanggal 21 Februari 2018). Sosial. Karunika Universitas Terbuka.
Anggoro, M. Toha, dkk. 2009. Metode Jakarta.
Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Tim Bina Karya Guru. 2006. IPS Terpadu untuk SD
Kelas V. Jakarta: Erlangga.

[188]
Prosiding SENADA 2019
Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Widyastuti, Ana. 2017. Kiat Jitu Anak Gemar


Baca Tulis. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Wulandari, Ranti. 2017. Implementasi Kebijakan
Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Dasar Islam Terpadu Lukman Al Hakim
Internasional. Skripsi tidak diterbitkan.
Fakultas Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.

[189]
Penerbit Bina Guru
Jalan Kebonsari Elveka V
Surabaya
(031) 829 5825

Anda mungkin juga menyukai