Anda di halaman 1dari 10

M ATA K U L I A H :

MODEL S T R AT E G I D A N M O D E L
PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN
PENEMUAN
TERBIMBING OLEH KELOMPOK 7:
(GUIDED • ERNI FITRIANI
DISCOVERY S I PAY U N G ( P 2 A 6 2 0 0 3 2 )
INSTRUCTIONAL • SUCI
MODEL)
•D O S E N P E N G A M P U :
L ATA R B E L A K A N G
• Dalam teori belajar konstruktivis, belajar dipandang sebagai suatu proses aktif, dimana anak
belajar melalui pengalaman mereka. Pengalaman tersebut menjadi bahan-bahan dalam
mengkonstruksi pengetahuan dan kompetensi yang lain.
• Prinsip itu melahirkan suatu model pembelajaran melalui penemuan (discovery model), dimana
anak diarahkan oleh guru untuk menemukan sendiri pengetahuan, tidak dengan cara diberi
secara langsung.
• Model Guided Discovery Learning (temuan terbimbing) adalah suatu metode dimana dalam
proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi
tanpa diberitahukan atau diceramahkan saja. (Suryosubroto, 1997:192).
• Dalam melakukan aktivitas kelompok, siswa berinteraksi satu dengan yang lain.
Interaksi ini dapat berupa sharing atau antar siswa saling bertanya dan
menjelaskan.
• Kondisi semacam ini akan meningkatkan social skills siswa,
• Dalam pembelajaran ini tugas guru cenderung menjadi fasilitator.
• Maka, guru harus mempersiapkan diri, baik dalam pemahaman konsep yang
akan diajarkan maupun pada saat pembelajaran di kelas.
• Dalam metode ini, peranan guru adalah menyatakan persoalan, membimbing
siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-
perintah atau dengan lembar kerja.
• Tujuan Metode pembelajaran penemuan (discovery) dalam proses belajar mengajar antara lain :
• Meningkatkan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar.
• Mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup.
• Mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh para
siswa.
• Melatih peserta didik untuk mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungan sebagai informasi yang tidak
akan pernah tuntas digali
• Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan peserta didik dalam memutuskan sesuatu secara tepat
dan objektif.
• Mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik agar lebih tanggap, cermat dan melatih daya nalar
(kritis, analis dan logis).
• Membina dan mengembangkan sikap rasa ingin tahu.
• Menggunakan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam belajar
Langkah-langkah persiapan metode pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning):
• 1)  Menentukan tujuan pembelajaran.
• 2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).
• 3) Memilih materi pelajaran.
• 4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh
generalisasi).
• 5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya
untuk dipelajari siswa.
• 6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau
dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
• 7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Prosedur Aplikasi Model Discovery Learning
1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
•   Peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya, dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri. Guru memulai kegiatan poses belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
kegiatan belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi ini berfungsi menyediakan kondisi interaksi belajar yang
dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
• Selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah). Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang
berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
3) Data Collection (Pengumpulan Data)
•Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis.
•Peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan
masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4) Data Processing (Pengolahan Data)
•    Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
•    Data processing disebut juga dengan pengkodean atau kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5) Verification (Pembuktian)
•   Siswa memeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan melalui temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing. Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
•    Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek,
apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
•    Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.
• Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan
kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-
pengalaman itu.
Kelebihan yang lain pada metode penemuan (discovery) ini antara lain:
• Membantu siswa dalam mengembangkan atau memperbanyak penguasaan ketrampilan dan
proses kognitif siswa
• Membangkitkan gairah belajar bagi siswa
• Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak lebih maju sesuai dengan kemampuannya
sendiri
• Siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan
termotivasi sendiri untuk belajar
• Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepecayaan pada diri sendiri
melalui proses-proses penemuan (Suryosubroto, 2009: 185).
Kelemahan yaitu sebagai berikut:
• Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental
• Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik
• Metode ini kurang berhasil digunakan di kelas besar
• Bagi guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional
mungkin akan sangat kecewa bila di ganti dengan metode penemuan (discovery)
• Dengan menggunakan metode penemuan (discovery) ini proses mental terlalu
mementingkan proses pengertian saja atau pembentukan sikap dan keterampilan siswa
(Djamarah, 2002: 83).
SEKIAN DAN
M AT U R T H A N K Y O U

Anda mungkin juga menyukai