Dosen pengampu :
Dr. Asep Suryana, M.Pd.
Dr. Diding Nurdin, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 8
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala
karunia dan petunjuk-Nya.Tak lupa kami panjatkan shalawat serta salam kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
seluruh insan yang dikehendaki-Nyasehingga penulisan proposal penelitian ini dapat
diselesaikan.
Penulisan proposal penelitian ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Penelitian Administrasi Pendidikan dengan judul Pengaruh Profesionalisme Guru
Terhadap Sikap Minat Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran SejarahDi SMAN 1
Baleendah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….....................i
DAFTAR ISI………………............……………………………………………..….........ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................Error!
Bookmark not defined.
1.1 Latar
Belakang...........................................................................................................Error!
Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................4
ii
3.3 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................16
3.4 Metode Analisis Data ............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................19
LAMPIRAN......................................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan, pengajaran, bimbingan atau latihan serta keterampilan guna meningkatkan
peranan peserta didik dimasa yang akan datang, sebagaimana yang dicantumkan dalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian,
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara. Supaya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, maka dalam
kegiatan belajar mengajar harus terdapat komponen-komponen pendidikan yaitu: guru
sebagai pendidik, dan siswa yang menjadi peserta didik atau yang dididik.
Pendidikan merupakan salah satu tiang utama kemajuan bangsa yang perlumendapat
perhatian yang serius dari semua pihak, khususnya yang terlibat langsung dalam sektor
pendidikan. Permasalahan dalam pendidikan tidakhanya terletak pada siswa, tetapi juga
tetapi guru sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan yang memiliki tugas
dan peran yang berat serta tanggung jawab yang berkaitan langsung dengan proses
pendidikan.
1
Pendidik yang profesional sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan. Sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional yang menuntut
guru untuk terus meningkatkan profesionalitasnya, guru mampu berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman, menguasai pengetahuan dan teknologi yang baru, serta
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya
manusia yang berkualitas.
Ruang lingkup standar kompetensi guru meliputi tiga komponen kompetensi, yaitu:
(1) kompetensi pengelolaan pembelajaran yang mencakup penyusunan rencana
pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, menilai prestasi belajar siswa, dan
melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian, (2) kompetensi pengembangan potensi yang
diorientasikan pada pengembangan profesi, (3) kompetensi penguasaan akademik yang
mencakup pemahaman wawasan pendidikan, penguasaan bahan kajian akademik.
Kompetensi profesi sangat berpengaruh terhadap tingkat keprofesionalisme guru.
Pelajaran yang tidak menarik sebenarnya tidak menjadi kendala yang berarti bila
seorang guru mampu meramu materi yang akan disampaikan dengan metode dan strategi
yang bervariatif dan dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran. Metode dan
strategi yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan kondisi kelas, serta perlu
2
dilengkapi oleh sumber dan media belajar yang memadai, diharapkan mampu
menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif dan efektif serta menyenangkan. Guru
yang kreatif dan mampu menguasai metode pembelajaran memang penting, karena
dengan demikian siswa tidak akan mengalami titik jenuh dalam belajar dan pada akhirnya
minat dan semangat siswa dalam belajar terus meningkat.
Siswa zaman sekarang cenderung menyukai mata pelajaran karena lebih dulu tertarik
kepada gurunya. Kata tertarik di sini dalam artian guru memiliki pribadi yang
menyenangkan, bersahabat dengan siswanya, berpenampilan santun, dan berwibawa
sehingga siswa merasa nyaman dan menikmati proses pembelajaran. Minat untuk lebih
mendalami materi pelajaran pun akan muncul dengan sendirinya ketika siswa sudah dapat
menikmati proses pembelajaran. Hal ini tentu akan berbeda jika guru yang dihadapi oleh
siswa tidak memiliki kepribadian yang baik, dalam situasi demikian biasanya siswa
seringkali membanding-bandingkan guru yang satu dengan guru yang lain, akhirnya jika
sudah seperti ini siswa cenderung malas untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh
guru yang tidak disukainya.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, dalam penelitian ini
penulis memfokuskan penelitian Pengaruh Profesionalisme Guru terhadapSikap Minat
Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 1 Baleendah,
3
Adapun masalah yang akan diteliti penulis dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
2. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dari pihak sekolah untuk dapat
Mengembangkan kompetensi profesional guru dalam Meningkatkan Sikap
Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 1 Baleendah?
Berdasarkan fokus penelitian diatas memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu :
2. Upaya apasaja yang dilakukan dalam meningkatkan minat belajar siswa pada
Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 1 Baleendah.
Adapun manfaat penelitian yang di harapkan dari penelitian yang dilakukan adalah
mencakup manfaat teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah kajian keilmuan
dalam pengajaran bidang pendidikan, khususnya mengenai pengaruh kompetensi
profesional guru agar dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran
sejarah.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat menjadi bahan informasi bagi guru dan calon guru mengenai cara
dalam meningkatkan minat belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran
sejarah.
b. Hasil peneliti ini dapat di jadikan refrensi bagi peneliti lain yang berkaitan
kompetensi profesional guru dalam meningkatkan minat belajar siswa.
c. Penelitian ini diharapkan mampu menyalurkan aspirasi bagaimana kesan
dalam pembelajaran sejarah dan teknik belajar bagaimana yang dapat
meningkatkan minat mereka dalam pelajaran sejarah.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Gelar profesional tidak begitu saja diberikan kepada seseorang yang memiliki
profesi, sebab seorang pekerja dapat dikatakan profesional jika memiliki keahlian khusus
yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan secara intensif. Orang yang profesional
memiliki sikap-sikap yang berbeda dengan orang yang tidak profesional. Seorang yang
profesional akan memiliki standar nilai yang telah disepakati bersama tentang profesi
mereka, sehingga mereka memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang
merekakerjakan.
Profesional berasal dari kata profesi yang artinya satu bidang pekerjaan yang ingin
ditekuni atau sudah ditekuni oleh seseorang. Beberapa pendapat ahli dalam Fachruddin
disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut adanya
keahlian khusus, keahlian ini diperoleh dari pelatihan dan pendidikan akademis yang
intensif. Sedangkan profesional adalah orang yang mempunyai suatu profesi atau
pekerjaan, dan ahli dalam profesinya tersebut. Pekerjaan yang bersifat profesional,
merupakan pekerjaan yang memang dicita-citakan oleh seseorang dan dilakukan dengan
sepenuh hati. Pekerjaan ini hanya untuk mereka yang memang dipersiapkan untuk
pekerjaan itu. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang terpaksa dipilih seseorang karena
memang tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan sebelumnya. Jadi secara singkat
dapat dikatakan semakin ahli seseorang dalam bidang profesinyanya maka akan semakin
profesional pekerjaannya.
Adapun menurut (Badudu dan Sutan, 2002:848). Profesi adalah pekerjaan dimana
dari pekerjaan tersebut diperoleh nafkah untuk hidup, sedangkan profesionalisme dapat
5
diartikan bersifat profesi atau memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan
latihan.
Pendapat di atas dapat dipahami secara ringkas yaitu, guru profesional harus memiliki
standar kompetensi, memiliki kemampuan dan keahlian khusus, serta terdidik dan terlatih
dalam bidang yang terkait dengan profesi keguruan.
6
Guru profesional, pemilihan model pembelajaran yang tepat, dan minat belajar siswa
adalah kompenen yang saling mempengaruhi. Guru profesional harus mampu menyajikan
proses pembelajaran dan penilaianyangmenyenangkanbagisiswa,haltersebutdiharapkan
dapat mendorong tumbuhnya kreativitas belajar pada diri siswa. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat juga akan sangat menentukan minat dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Melalui model pembelajaran yang tepat diharapkan siswa tidak hanya
dapat pengetahuan, namun juga memiliki kesan yang mendalam tentang materi pelajaran,
sehingga dapat mendorong siswa untuk mengimplementasikan konsep nilai-nilai yang
terkandung dalam mata pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus berpengetahuan luas,
mempelajari berbagai macam disiplin ilmu, hingga memperoleh gelar master. Selain
ilmu, pengalaman mengajar di kelas-kelas besar juga sangat berpengaruh terhadap mental
guru. Hal ini diharapkan dapat mempermudah guru dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dengan kemampuan yang maksimal.
7
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Dan dijelaskan dalam pasal 3 ayat 2 kompetensi guru sebagai mana yang
dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
8
Dalam UU guru dan dosen, kompetensi pedagogik sebagaimana yang dimaksud pada
ayat 2 merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meliputi:
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru
itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku
sehari-hari.(Roqib dan Nurfuadi, 2009 :122).
Menurut Hamzah B.Uno (2008 : 69) kompetensi Personal, artinya sikap kepribadian
yang mantap sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini
berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan
kepemimpinan seperti yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing Ngarsa Sung
Tulada, Ing Madya Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani”.
Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan, serta
membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang guru dituntut melalui
sikap dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai panutan dan ikutan orang-orang yang
dipimpinnya. Merupakan penguasaan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Selain itu, seorang
guru harus mampu:
9
c) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi serta bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri. 5) Menunjang tinggi kode etik profesi guru.
(Wahyudi, 2012 : 19)
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2008 : 69) kompetensi sosial artinya guru
harus mampu menunjukkan dan berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun
dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas. Guru
profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru
kepada siswa, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Tanggung jawab
pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan
dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial
diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan berinteraksi sosial.
Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.
Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki
seseorang guru.
10
Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud
dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Merupakan
kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.
Dengan kata lain pengertian guru profesional adalah orang yang punya kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru. Guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta
punya pengalaman bidang keguruan. Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah
persyaratan minimal antara lain;
11
(Wang & Adesope, 2016), dan hasil interaksi seseorang atau individu dengan konten atau
kegiatan tertentu (Schiefele, 2001).
Minat memberikan pengaruh positif terhadap pembelajaran akademik, domain
pengetahuan dan bidang studi tertentu bagi individu (Hidi, Berndoff, dan Ainley, 2002).
Hidi dan Renninger meyakini bahwa minat mempengaruhi tiga aspek penting dalam
pengetahuan seseorang yaitu perhatian, tujuan dan tingkat pembelajaran (Wang &
Adesope, 2016). Berbeda dengan motivasi sebagai faktor pendorong pengetahuan, minat
tidak hanya sebagai faktor pendorong pengetahuan namun juga sebagai faktor pendorong
sikap (Hidi, 2006). Selanjutnya pengertian minat belajar adalah sikap ketaatan pada
kegiatan belajar, baik menyangkut perencanaan jadwal belajar maupun inisiatif
melakukan usaha tersebut dengan sungguh-sungguh (Olivia, 2011).
Bergin menyebutkan bahwa konsep minat terdiri dari minat individu (Ainley,
Hillman, & Hidi, 2002) dan situasional (Lin & Huang, 2016) (Hidi, Berndoff, dan Ainley,
2002) (Krapp, 2002). Minat individu didefenisikan sebagai minat mendalam pada suatu
bidang atau kegiatan yang timbul berdasarkan pengetahuan, emosi, pengalaman pribadi
yang sudah ada (Hidi, Berndoff, dan Ainley, 2002), dan merupakan keinginan dari dalam
diri untuk memahami sehingga menimbulkan pengalaman baru (Fryer, 2015). Selanjutnya
menurut Alexander minat situasional timbul secara spontan, sementara (Flowerdayy &
Shell, 2015) dan adanya rasa ingin tahu yang terinspirasi atau dipengaruhi oleh
lingkungan (Fryer, 2015) (Flowerdayy & Shell, 2015) (Arnaldi, 2014). Garcia
menyatakan tiga model sebagai faktor yang membedakan minat situasional, pertama
memicu minat situasional, kedua mempertahankan minat situasional menyangkut
perasaan dan ketiga memelihara minat situasional sebagai nilai (Chen, Yang, & Hsiao,
2015).
Minat belajar dapat diukur melalui 4 indikator sebagaimana yang disebutkan oleh
(Slameto, 2010) yaitu ketertarikan untuk belajar, perhatian dalam belajar, motivasi belajar
dan pengetahuan. Ketertarikan untuk belajar diartikan apabila seseorang yang berminat
terhadap suatu pelajaran maka ia akan memiliki perasaan ketertarikan terhadap pelajaran
tersebut. Ia akan rajin belajar dan terus memahami semua ilmu yang berhubungan dengan
bidang tersebut, ia akan mengikuti pelajaran dengan penuh antusias dan tanpa ada beban
dalam dirinya. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa seseorang terhadap
pengamatan, pengertian ataupun yang lainnya dengan mengesampingkan hal lain dari
pada itu. Jadi siswa akan mempunyai perhatian dalam belajar, jika jiwa dan pikirannya
terfokus dengan apa yang ia pelajari. Motivasi merupakan suatu usaha atau pendorong
12
yang dilakukan secara sadar untuk melakukan tindakan belajar dan mewujudkan perilaku
yang terarah demi pencapaian tujuan yang diharapkan dalam situasi interaksi belajar.
Pengetahuan diartikan bahwa jika seseorang yang berminat terhadap suatu pelajaran
maka akan mempunyai pengetahuan yang luas tentang pelajaran tersebut serta bagaimana
manfaat belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Sejarah adalah rekontruksi masa lalu, rekontruksi dalam sejarah tersebut adalah apa saja
yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh orang. Sejarah
itu juga merupakan suatu ilmu yang mempelajari peristiwa dalam kehidupan manusia
pada masa lampau. Sejarah banyak memaparkan fakta, urutan waktu dan tempat kejadian
suatu peristiwa. Sejarah itu dalam wujudnya memberikan pengertian tentang masa
lampau. Sejarah bukan sekedar melahirkan cerita dari suatu kejadian masa lampau tetapi
pemahaman masa lampau yang didalamnya mengandung berbagai dinamika, mungkin
berisi problematika pelajaran bagi manusia berikutnya. Sejarah itu juga sebagai cabang
ilmu yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dan
dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi dimasa
lampau (Kuntowijoyo, 1995: 18).
Sejarah digambarkan sebagai masa lalu manusia dan seputarnya yang disusun
secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan
penjelasan yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang berlaku. Sejarah
adalah cabang ilmu yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses
perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang
terjadi di masa lampau (Sardiman, 2003: 9).
13
sebab dan genesis kebenaran sesuatu serta kedalaman pengetahuan tentang bagaimana
dan mengapa peristiwa-peristiwa terjadi.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode kualitatif menurut Creswell (1998) adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial
dan masalah manusia. Peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata – kata
laporan terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami.
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007) menyebutkan metode kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis maupun
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
15
3.2 Tempat, Waktu, dan Sumber Data Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMAN 1 Baleendah, Jl. R.A.A Wiranata Kusumah No.
30, Baleendah, Kecamatan Baleendah, Bandung, Jawa Barat. Kode Pos: 40375,
namun pada pelaksanaanya dilakukan secara daring atau virtual melalui zoom atau
google meet. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2020/2021 pada bulan Oktober sampai bulan November 2020 dan mengolah data
sampai dengan bulan Desember 2020.
a. Data Primer
Sumber data Primer adalah data yang diperoleh atau bersumber dari tangan
pertama (first hand data). Sumber data primer dalam penelitian ini diambil dari
sumber pertama yaitu responden. Data dan informasi diperoleh melalui
pertanyaan google from dengan menggunakan kuisoner (angket) sebagai data
utama.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau bersumber dari tangan kedua
(second hand data). Sumber data sekunder menggunakan bahan yang bukan dari
sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk
menjawab masalah yang diteliti. Sumber data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh melalui kegiatan wawancara secara daring atau virtual kepada guru
mata pelajaran Sejarah kelas XI.
Teknik yang digunakan penulis untuk mendapatkan data yang akurat yaitu:
1) Angket
Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang di berikan kepada subjek yang di teliti
untuk mengumpulkan informasi yang di butuhkan peneliti. (Kusumah
16
(2011;78) Angket atau kuisoner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan melalui google
form kepada responden untuk dijawab. Seluruh sampel siswa aktif SMA 1 Baleendah
yang berjumlah 20 orang dan Alumni SMAN 1 Baleendah yang berjumlah 20 orang,
masing – masing diberikan instrument angket yang terdiri dari 30 pernyataan (terbagi
menjadi 2, yaitu angket tentang penilaian profesionalisme guru dan minat belajar
siswa) yang harus dijawab oleh siswa.
2) Wawancara
3) Observasi
Data yang ingin peneliti dapatkan dengan menggunakan metode ini adalah
deskripsi umum tentang subjek.Untuk selanjutnya difokuskan pada dinamika
resiliensi dan penyesuaian diri individu yang menjadi objek penelitian.
Kristiawan, M., & Rahmat, N. (2018). Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Inovasi
Pembelajaran. Jurnal Iqra': Kajian Ilmu Pendidikan , 373-390.
17
3.4 Metode Analisis Data
Analisis data merupakan langkah yang terpenting untuk memperoleh temuan – temuan
hasil penelitian. Analisis data yaitu proses pengumpulan data agar dapat ditafsirkan.
Analisis data dilakukan pada saat mengumpulkan data dan setelah pengumpulan data.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
analisis kualitatif yaitu metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh
mengenai subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Adi, 2004,
h. 117). Menurut Miles dan Huberman (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008. h. 209) ada
tiga kegiatan yang dilakukan dalam melakukan analisis data diantaranya dengan:
1) Reduksi data
2) Penyajian data
Setelah data – data tersebut terkumpul kemudian peneliti mengelompokkan hal – hal
yang serupa menjadi kategori atau kelompok – kelompok agar peneliti lebih mudah
untuk melakukan pengambilan kesimpulan.
3) Menarik kesimpulan
Pada tahap ini, peneliti membandingkan data – data yang sudah didapatkan dengan
data – data hasil wawancara dengan subjek dan informasi yang bertujuan untuk
menarik kesimpulan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Kristiawan, M., & Rahmat, N. (2018). Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Inovasi
Pembelajaran. Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan, 3(2), 373 - 390.
https://doi.org/10.25217/ji.v3i2.348
Nurhasanah, Siti dan Sobandi. A. (2016). Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran Vol. 1 No. 1,Hlm. 128-135.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Priadhita, Aria Reza (2013) Penerapan Model Coperative Learning Teknik Numbered
Head Together Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar
Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Temanggung Tahun Ajaran 2012/2013. S1 thesis, Fakultas
Ilmu Sosial.
19
LAMPIRAN
Nama Guru :
Kontak :
Lama mengajar :
5. Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran sejarah di
SMAN 1 Baleendah
20
menurut Anda?
6. Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran sejarah di
SMAN 1 Baleendah
menurut Anda?
21
Instrumen Angket Profesionalisme Guru
No. Pernyataan/Pertanyaan SB B KB TB
1. Guru menguasai materi, konsep,teori
keilmuan mata pelajaran yang diampu
2. Mengembangkan materi pelajaran yang
diampu secara kreatif
3. Memilih materi pembelajaran sesuai tingkat
peserta didik
4. Menyesuaikan media pembelajaran dengan
materi yang akan disampaikan
5. Menyesuaikan metode pembelajaran
dengan materi yang akan disampaikan
6. Mengolah materi pembelajaran secara
kreatif berdasarkan perkembangan peserta
didik
7. Guru menjelaskan secara detail tentang
istilah yang sulit dimengerti
8. Guru memberikan contoh pokok bahasan
pelajaran dengan contoh yang mudah
dimengerti
9. Setelah proses belajar di kelas, guru
menjelaskan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari
10. Guru mengulas dan menjelaskan kembali
materi yang dianggap sulit bagi siswa
11. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memperbaiki hasil tes
12. Melakukan refleksi terhadap hasil kinerja
sendiri secara terus menerus
13. Memanfaatkan hasil refleksi untuk
meningkatkan keprofesionalan
14. Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar
22
dari berbagai sumber
15. Memanfaatkan TIK untuk pengembangan
diri
No. Pernyataan/Pertanyaan SB B KB TB
1. Siswa memperhatikan guru ketika guru
menjelaskan
2. Siswa mencatat poin-poin penting pada saat
pembelajaran sejarah berlangsung
3. Siswa merasa tertarik dan senang ketika
belajar sejarah
4. Siswa mengajukan pertanyaan saat
pembelajaran sejarah
5. Siswa menjawab pertanyaan saat
pembelajaran sejarah
6. Siswa aktif mengikuti diskusi
7. Siswa aktif mengemukakan pendapat
8. Siswa memperhatikan teman ketika
presentasi
9. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
guru
10. Siswa mengerti tentang pelajaran sejarah
23