Anda di halaman 1dari 27

KERANGKA PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP SIKAP MINAT


BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1
BALEENDAH

Dosen pengampu :
Dr. Asep Suryana, M.Pd.
Dr. Diding Nurdin, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 8

Nesha Quinsela 1805511


Hendra Ramadan 1806211
Aulya Sefira Triany 1806911
Nurman Mauludin 1808163

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala
karunia dan petunjuk-Nya.Tak lupa kami panjatkan shalawat serta salam kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
seluruh insan yang dikehendaki-Nyasehingga penulisan proposal penelitian ini dapat
diselesaikan.

Penulisan proposal penelitian ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Penelitian Administrasi Pendidikan dengan judul Pengaruh Profesionalisme Guru
Terhadap Sikap Minat Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran SejarahDi SMAN 1
Baleendah.

Dalam menyelesaikan proposal penelitian ini, kami mendapatkan bantuan serta


bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Asep Suryana, M.Pd dan IkbalOpus Nurullah, S.Pd selaku dosen pengampu
mata kuliah Penelitian Administrasi Pendidikan
2. Orang tua kami yang banyak memberikan semangat dan bantuan, baik moril
maupun materil.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan proposal
penelitian ini. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi.

Bandung, 22 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….....................i

DAFTAR ISI………………............……………………………………………..….........ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................Error!
Bookmark not defined.

1.1 Latar
Belakang...........................................................................................................Error!
Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................................4

BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................................5

2.1 Pengertian dan Ciri Profesionalisme.........................................................................5

2.1.1 Pengertian Profesi dan Profesionalisme ..........................................................5


2.1.2 Ciri Profesionalisme ........................................................................................6

2.2 Guru Profesional........................................................................................................6


2.2.1 Pengertian Guru Profesional ....................................................................6
2.3 Kompetensi Guru ....................................................................................................7

2.3.1 Kompetensi Pedagogik.................................................................................8


2.3.2 Kompetensi Kepribadian..............................................................................9
2.3.3 Kompetensi Sosial......................................................................................10
2.3.4 Kompetensi Profesional.............................................................................10
2.4 Hakikat Minat ................................................... ..........................................................11
2.5 Hakikat Sejarah ......................................... .................................................................13

BAB III METODOLOGI


PENELITIAN......................................................................Error! Bookmark not
defined.5

3.1 Desain Penelitian....................................................................................................15


3.2 Tempat, Waktu, dan Data Penelitian .....................................................................16

ii
3.3 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................16
3.4 Metode Analisis Data ............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................19

LAMPIRAN......................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan, pengajaran, bimbingan atau latihan serta keterampilan guna meningkatkan
peranan peserta didik dimasa yang akan datang, sebagaimana yang dicantumkan dalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian,
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara. Supaya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, maka dalam
kegiatan belajar mengajar harus terdapat komponen-komponen pendidikan yaitu: guru
sebagai pendidik, dan siswa yang menjadi peserta didik atau yang dididik.

Pendidikan merupakan salah satu tiang utama kemajuan bangsa yang perlumendapat
perhatian yang serius dari semua pihak, khususnya yang terlibat langsung dalam sektor
pendidikan. Permasalahan dalam pendidikan tidakhanya terletak pada siswa, tetapi juga
tetapi guru sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan yang memiliki tugas
dan peran yang berat serta tanggung jawab yang berkaitan langsung dengan proses
pendidikan.

Guru merupakan komponen paling menentukan dalam system pendidikan secara


keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Figur yang satu
ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena
guru selalau terkait dengan kompononen manapun dalam sistem pendidikan. Guru
memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang
diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan
peserta didik, terutama dalam kaitannya dalam proses belajar mengajar. Guru merupakan
komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan
yang berkualitas. Oleh sebab itu, guru harus mempunyai kompetensi profesional, yaitu
kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran yaitu seperti
keterampilan merencanakan pembelajaran, keterampilan melaksanakan pembelajaran,
keterampilan menilai pembelajaran.

1
Pendidik yang profesional sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan. Sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional yang menuntut
guru untuk terus meningkatkan profesionalitasnya, guru mampu berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman, menguasai pengetahuan dan teknologi yang baru, serta
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya
manusia yang berkualitas.

Ruang lingkup standar kompetensi guru meliputi tiga komponen kompetensi, yaitu:
(1) kompetensi pengelolaan pembelajaran yang mencakup penyusunan rencana
pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, menilai prestasi belajar siswa, dan
melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian, (2) kompetensi pengembangan potensi yang
diorientasikan pada pengembangan profesi, (3) kompetensi penguasaan akademik yang
mencakup pemahaman wawasan pendidikan, penguasaan bahan kajian akademik.
Kompetensi profesi sangat berpengaruh terhadap tingkat keprofesionalisme guru.

Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas


yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu juga
ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiaannya.
Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral dan
spiritual.

Sepintar-pintarnya guru dan sepenting apapun materi pelajaran yang disampaikan,


jika guru tidak mampu menumbuhkan minat belajar siswanya maka materi pelajaran pun
tidak akan tersampaikan dengan baik sepenuhnya kepada siswa. Karena minat itu sendiri
merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan ketertarikan
dalam belajar, seorang siswa yang berminat dalam belajar ia akan berusaha lebih keras
untuk memperoleh sesuatu yang diminatinya. Minat itu akan timbul apabila siswa tertarik
pada sesuatu yang sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu itu harus
dipelajari dan berarti bagi dirinya. Jika bahan pelajaran yang akan dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, besar kemungkinan siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya
karena tidak ada daya tarik baginya. Dan bila siswa itu memiliki minat belajar maka akan
membangkitkan keaktifan dirinya dalam pembelajaran.

Pelajaran yang tidak menarik sebenarnya tidak menjadi kendala yang berarti bila
seorang guru mampu meramu materi yang akan disampaikan dengan metode dan strategi
yang bervariatif dan dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran. Metode dan
strategi yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan kondisi kelas, serta perlu

2
dilengkapi oleh sumber dan media belajar yang memadai, diharapkan mampu
menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif dan efektif serta menyenangkan. Guru
yang kreatif dan mampu menguasai metode pembelajaran memang penting, karena
dengan demikian siswa tidak akan mengalami titik jenuh dalam belajar dan pada akhirnya
minat dan semangat siswa dalam belajar terus meningkat.

Fenomena yang penulis yang penulis alami sebelumnya, khususnya pada


pembelajaran Sejarah yaitu, kurangnya minat belajar siswa yang disebabkan oleh media
dan metode pembelajaran yang kurang menarik. Selain itu, karena pelajaran sejarah ini
lebih banyak dipelajari secara teoritis juga proses pembelajaran yang cenderung verbal
dan penggunaan metode yang kurang variatif juga dapat menyebabkan kejenuhan pada
siswa, hingga akhirnya kegiatan belajar mengajar menjadi tidak efketif dan kurang
menyenangkan. Hal ini yang menjadi tantangan bagi guru untuk mengembangkan ide-ide
kreatifnya dalam menggunakan media, sumber belajar, dan metode pembelajaran yang
menarik.

Siswa zaman sekarang cenderung menyukai mata pelajaran karena lebih dulu tertarik
kepada gurunya. Kata tertarik di sini dalam artian guru memiliki pribadi yang
menyenangkan, bersahabat dengan siswanya, berpenampilan santun, dan berwibawa
sehingga siswa merasa nyaman dan menikmati proses pembelajaran. Minat untuk lebih
mendalami materi pelajaran pun akan muncul dengan sendirinya ketika siswa sudah dapat
menikmati proses pembelajaran. Hal ini tentu akan berbeda jika guru yang dihadapi oleh
siswa tidak memiliki kepribadian yang baik, dalam situasi demikian biasanya siswa
seringkali membanding-bandingkan guru yang satu dengan guru yang lain, akhirnya jika
sudah seperti ini siswa cenderung malas untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh
guru yang tidak disukainya.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, dalam penelitian ini
penulis memfokuskan penelitian Pengaruh Profesionalisme Guru terhadapSikap Minat
Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 1 Baleendah,

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian
akan difokuskan pada masalah yang relevan dengan Pengaruh Profesionalisme Guru
terhadap Sikap Minat Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 1
Baleendah.

3
Adapun masalah yang akan diteliti penulis dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengaruh Kompetensi Profesional guru dalam Meningkatkan


Sikap Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 1
Baleendah?

2. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dari pihak sekolah untuk dapat
Mengembangkan kompetensi profesional guru dalam Meningkatkan Sikap
Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 1 Baleendah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh profesionalisme guru terhadap minat


belajar siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 1 Baleendah.

2. Upaya apasaja yang dilakukan dalam meningkatkan minat belajar siswa pada
Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 1 Baleendah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang di harapkan dari penelitian yang dilakukan adalah
mencakup manfaat teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah kajian keilmuan
dalam pengajaran bidang pendidikan, khususnya mengenai pengaruh kompetensi
profesional guru agar dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran
sejarah.

2. Manfaat Praktis
a. Dapat menjadi bahan informasi bagi guru dan calon guru mengenai cara
dalam meningkatkan minat belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran
sejarah.
b. Hasil peneliti ini dapat di jadikan refrensi bagi peneliti lain yang berkaitan
kompetensi profesional guru dalam meningkatkan minat belajar siswa.
c. Penelitian ini diharapkan mampu menyalurkan aspirasi bagaimana kesan
dalam pembelajaran sejarah dan teknik belajar bagaimana yang dapat
meningkatkan minat mereka dalam pelajaran sejarah.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Ciri Profesionalisme


2.1.1 Pengertian Profesi dan Profesionalisme

Profesionalisme (professionalism), didefinisikan secara luas, mengacu pada perilaku,


tujuan, atau kualitas yang membentuk karakter atau memberi ciri suatu profesi atau
orang-orang professional. Messier, Glover, Prawitt, (2005: 375). Profesionalisme berasal
dari kata profesi, yang artinya pekerjaan yang memerlukan keseriusan dan komitmen dari
individu yang menjadi anggota profesi tersebut.

Gelar profesional tidak begitu saja diberikan kepada seseorang yang memiliki
profesi, sebab seorang pekerja dapat dikatakan profesional jika memiliki keahlian khusus
yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan secara intensif. Orang yang profesional
memiliki sikap-sikap yang berbeda dengan orang yang tidak profesional. Seorang yang
profesional akan memiliki standar nilai yang telah disepakati bersama tentang profesi
mereka, sehingga mereka memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang
merekakerjakan.

Profesional berasal dari kata profesi yang artinya satu bidang pekerjaan yang ingin
ditekuni atau sudah ditekuni oleh seseorang. Beberapa pendapat ahli dalam Fachruddin
disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut adanya
keahlian khusus, keahlian ini diperoleh dari pelatihan dan pendidikan akademis yang
intensif. Sedangkan profesional adalah orang yang mempunyai suatu profesi atau
pekerjaan, dan ahli dalam profesinya tersebut. Pekerjaan yang bersifat profesional,
merupakan pekerjaan yang memang dicita-citakan oleh seseorang dan dilakukan dengan
sepenuh hati. Pekerjaan ini hanya untuk mereka yang memang dipersiapkan untuk
pekerjaan itu. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang terpaksa dipilih seseorang karena
memang tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan sebelumnya. Jadi secara singkat
dapat dikatakan semakin ahli seseorang dalam bidang profesinyanya maka akan semakin
profesional pekerjaannya.

Adapun menurut (Badudu dan Sutan, 2002:848). Profesi adalah pekerjaan dimana
dari pekerjaan tersebut diperoleh nafkah untuk hidup, sedangkan profesionalisme dapat

5
diartikan bersifat profesi atau memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan
latihan.

2.1.2 Ciri Profesionalisme


Ciri seseorang yang profesionalisme itu antara lain adalah sebagai berikut ini
1) Dimilikinya mekanisme seleksi standar sehingga hanya mereka yang
kompeten boleh melakukan pekerjaan atau profesi itu;
2) Masyarakat mengakui layanan yang diberikan atas dasar dimilikinya
seperangkat ilmu dan keterampilan yang mendukung profesi itu;
3) Diperlukan adanya proses pendidikan tertentu sebelum seseorang dapat atau
mampu melaksanakan tugas profesi tersebut; dan
4) Dimilikinya organisasi profesi untuk melindungi kepentingan anggotanya
dan meningkatkan layanan kepada masyarakat. Pengembangan profesi guru
di lingkungan pendidikan diarahkan pada kualitas profesional, penilaian kinerja
secara obyektif, transparan dan akuntabilitas, serta memotivasi untuk
meningkatkan kinerja dan prestasi.

2.2 Guru Profesional


2.2.1 Pengertian Guru Profesional

Kunandar memberikan beberapa pendapat tentang guru profesionalyaitu;

1) Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan


untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi,
sosial, maupunakademis.
2) Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuanmaksimal.
3) Guru profesional adalah orang yang terdidik terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya dibidangnya.

Pendapat di atas dapat dipahami secara ringkas yaitu, guru profesional harus memiliki
standar kompetensi, memiliki kemampuan dan keahlian khusus, serta terdidik dan terlatih
dalam bidang yang terkait dengan profesi keguruan.

6
Guru profesional, pemilihan model pembelajaran yang tepat, dan minat belajar siswa
adalah kompenen yang saling mempengaruhi. Guru profesional harus mampu menyajikan
proses pembelajaran dan penilaianyangmenyenangkanbagisiswa,haltersebutdiharapkan
dapat mendorong tumbuhnya kreativitas belajar pada diri siswa. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat juga akan sangat menentukan minat dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Melalui model pembelajaran yang tepat diharapkan siswa tidak hanya
dapat pengetahuan, namun juga memiliki kesan yang mendalam tentang materi pelajaran,
sehingga dapat mendorong siswa untuk mengimplementasikan konsep nilai-nilai yang
terkandung dalam mata pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Menambah ilmu pengetahuan adalah hal mutlak dalam pengembangan


profesionalisme guru. Sebagai sumber belajar pertama bagi siswanya di sekolah, guru
memang harus mempelajari segala macam ilmu pengetahuan, tetapi yang paling utama,
guru harus memprioritaskan pengetahuan yang menjadi bidang keahliannya. Hal ini
dikarenakan dalam menunjang keprofesionalan guru, menambah ilmu pengetahuan
tentang keguruan sangat perlu. Semakin banyak ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
guru, semakin banyak pula wawasan guru tentang berbagaiilmu.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus berpengetahuan luas,
mempelajari berbagai macam disiplin ilmu, hingga memperoleh gelar master. Selain
ilmu, pengalaman mengajar di kelas-kelas besar juga sangat berpengaruh terhadap mental
guru. Hal ini diharapkan dapat mempermudah guru dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dengan kemampuan yang maksimal.

2.3 Kompetensi Guru


Kompetensi diartikan sebagai suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau
kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Kompetensi didefinisikan
sebagai kewenangan (memutuskan sesuatu). Ada juga yang mengatakan bahwa
“kompetensi atau secara umum diartikan sebagai kemampuan dapat bersifat mental
maupun fisik.”
Sesuai dengan Undang-Undang Peraturan Pemerintah. No14 tahun 2005 pada pasal
8 mengatakan tentang kompetensi seorang guru. Ada 4 kompetensi dasar yang harus
dimiliki oleh seorang guru, antara lain: kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,
kompetensi professional, dan kompetensi sosial. (Wahyudi, 2012 :17-18)
Dan dalam UU guru dan dosen dalam BAB II (kompetensi dan sertifikasi) pasal
2“guru wajib memilki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat

7
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Dan dijelaskan dalam pasal 3 ayat 2 kompetensi guru sebagai mana yang
dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

2.3.1 Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta


didik, yang meliputi:

a) Pemahaman peserta didik,


b) Perancang dan pelaksanaan pembelajaran,
c) Evaluasi pembelajaran dan,
d) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang
dimilikinya.

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam mengelola proses


pembelajaran peserta didik. Selain itu kemampuan pedagogik juga ditunjukkan dalam
membantu, membimbing dan memimpin peserta didik.(Wahyudi, 2012: 22).

Berdasarkan pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan


pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada
interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Dapat pula diartikan kompetensi
pedagaogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni
mengajar siswa.

Dengan Demikian, kompetensi pedagogik maka guru mempunyai


kemampuankemampuan sebagai berikut

1) Mengaktualisasikan landasan mengajar,


2) Pemahaman terhadap peserta didik,
3) Menguasai ilmu mengajar (didaktik metodik),
4) Menguasai teori motivasi,
5) Mengenali lingkungan masyarakat,
6) Menguasai penyusunan kurikulum,
7) Menguasai teknik penyusunan RPP,
8) Menguasai pengetahuan evaluasi pembelajaran, dan lain-lain. (Mulyasa, 2007 :
75)

8
Dalam UU guru dan dosen, kompetensi pedagogik sebagaimana yang dimaksud pada
ayat 2 merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meliputi:

a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,


b) Pemahaman terhadap peserta didik,
c) Pengembangan kurikulum atau silabus,
d) Perancangan pembelajaran,
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran,
g) Evaluasi hasil belajar, dan
h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang di
milikinya. (Undang-Undang Guru dan Dosen, 2011 : 66)

2.3.2 Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru
itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku
sehari-hari.(Roqib dan Nurfuadi, 2009 :122).

Menurut Hamzah B.Uno (2008 : 69) kompetensi Personal, artinya sikap kepribadian
yang mantap sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini
berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan
kepemimpinan seperti yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing Ngarsa Sung
Tulada, Ing Madya Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani”.

Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan, serta
membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang guru dituntut melalui
sikap dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai panutan dan ikutan orang-orang yang
dipimpinnya. Merupakan penguasaan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Selain itu, seorang
guru harus mampu:

a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan


Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.

9
c) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi serta bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri. 5) Menunjang tinggi kode etik profesi guru.
(Wahyudi, 2012 : 19)

2.3.3 Kompetensi Sosial

Dimaksud dengan kompetensi sosial di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun


2005, pada pasal 28, ayat 3, ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi
sosial merupakan kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik/tenaga kependidikan lain,orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
(Wahyudi, 2012 : 25)

Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2008 : 69) kompetensi sosial artinya guru
harus mampu menunjukkan dan berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun
dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas. Guru
profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru
kepada siswa, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Tanggung jawab
pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan
dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial
diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan berinteraksi sosial.

Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat


pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya.
Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai
makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma agama dan
norma moral.

2.3.4 Kompetensi Profesional

Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.
Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki
seseorang guru.

10
Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud
dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Merupakan
kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.

Kompetensi professional guru merupakan kompetensi yang menggambarkan


kemampuan khusus yang sadar dan terarah kepada tujuan-tujuan tertentu. Adapun dalam
kompetensi ini seorang guru hendaknya mampu untuk:

a) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang


mendukung mata pelajaran yang ditempuh.
b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelejaran/bidang
pengembangan yang ditempuh.
c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
d) Mengembangkan keprofesionalan serta berkelanjutan dengan melakuan
tindakan reflektif.
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri. (Wahyudi, 2012 : 23-24).

Dengan kata lain pengertian guru profesional adalah orang yang punya kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru. Guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta
punya pengalaman bidang keguruan. Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah
persyaratan minimal antara lain;

Memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi


kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif,
mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan
pengembangan diri secara terus-menerus (continous improvement) melalui organisasi
profesi, buku, seminar, dan semacamnya.

2.4 Hakikat Minat Siswa


Definisi minat adalah suatu rasa lebih suka, rasa ketertarikan (Slameto, 2010), perhatian
(Lin & Huang, 2016), fokus, ketekunan, usaha, pengetahuan, keterampilan (Ainley,
Hillman, & Hidi, 2002), motivasi (Krapp, Hidi, & Renninger, 1992), pengatur perilaku

11
(Wang & Adesope, 2016), dan hasil interaksi seseorang atau individu dengan konten atau
kegiatan tertentu (Schiefele, 2001).
Minat memberikan pengaruh positif terhadap pembelajaran akademik, domain
pengetahuan dan bidang studi tertentu bagi individu (Hidi, Berndoff, dan Ainley, 2002).
Hidi dan Renninger meyakini bahwa minat mempengaruhi tiga aspek penting dalam
pengetahuan seseorang yaitu perhatian, tujuan dan tingkat pembelajaran (Wang &
Adesope, 2016). Berbeda dengan motivasi sebagai faktor pendorong pengetahuan, minat
tidak hanya sebagai faktor pendorong pengetahuan namun juga sebagai faktor pendorong
sikap (Hidi, 2006). Selanjutnya pengertian minat belajar adalah sikap ketaatan pada
kegiatan belajar, baik menyangkut perencanaan jadwal belajar maupun inisiatif
melakukan usaha tersebut dengan sungguh-sungguh (Olivia, 2011).

Bergin menyebutkan bahwa konsep minat terdiri dari minat individu (Ainley,
Hillman, & Hidi, 2002) dan situasional (Lin & Huang, 2016) (Hidi, Berndoff, dan Ainley,
2002) (Krapp, 2002). Minat individu didefenisikan sebagai minat mendalam pada suatu
bidang atau kegiatan yang timbul berdasarkan pengetahuan, emosi, pengalaman pribadi
yang sudah ada (Hidi, Berndoff, dan Ainley, 2002), dan merupakan keinginan dari dalam
diri untuk memahami sehingga menimbulkan pengalaman baru (Fryer, 2015). Selanjutnya
menurut Alexander minat situasional timbul secara spontan, sementara (Flowerdayy &
Shell, 2015) dan adanya rasa ingin tahu yang terinspirasi atau dipengaruhi oleh
lingkungan (Fryer, 2015) (Flowerdayy & Shell, 2015) (Arnaldi, 2014). Garcia
menyatakan tiga model sebagai faktor yang membedakan minat situasional, pertama
memicu minat situasional, kedua mempertahankan minat situasional menyangkut
perasaan dan ketiga memelihara minat situasional sebagai nilai (Chen, Yang, & Hsiao,
2015).

Minat belajar dapat diukur melalui 4 indikator sebagaimana yang disebutkan oleh
(Slameto, 2010) yaitu ketertarikan untuk belajar, perhatian dalam belajar, motivasi belajar
dan pengetahuan. Ketertarikan untuk belajar diartikan apabila seseorang yang berminat
terhadap suatu pelajaran maka ia akan memiliki perasaan ketertarikan terhadap pelajaran
tersebut. Ia akan rajin belajar dan terus memahami semua ilmu yang berhubungan dengan
bidang tersebut, ia akan mengikuti pelajaran dengan penuh antusias dan tanpa ada beban
dalam dirinya. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa seseorang terhadap
pengamatan, pengertian ataupun yang lainnya dengan mengesampingkan hal lain dari
pada itu. Jadi siswa akan mempunyai perhatian dalam belajar, jika jiwa dan pikirannya
terfokus dengan apa yang ia pelajari. Motivasi merupakan suatu usaha atau pendorong

12
yang dilakukan secara sadar untuk melakukan tindakan belajar dan mewujudkan perilaku
yang terarah demi pencapaian tujuan yang diharapkan dalam situasi interaksi belajar.
Pengetahuan diartikan bahwa jika seseorang yang berminat terhadap suatu pelajaran
maka akan mempunyai pengetahuan yang luas tentang pelajaran tersebut serta bagaimana
manfaat belajar dalam kehidupan sehari-hari.

2.5 Hakikat Sejarah

Sejarah adalah rekontruksi masa lalu, rekontruksi dalam sejarah tersebut adalah apa saja
yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh orang. Sejarah
itu juga merupakan suatu ilmu yang mempelajari peristiwa dalam kehidupan manusia
pada masa lampau. Sejarah banyak memaparkan fakta, urutan waktu dan tempat kejadian
suatu peristiwa. Sejarah itu dalam wujudnya memberikan pengertian tentang masa
lampau. Sejarah bukan sekedar melahirkan cerita dari suatu kejadian masa lampau tetapi
pemahaman masa lampau yang didalamnya mengandung berbagai dinamika, mungkin
berisi problematika pelajaran bagi manusia berikutnya. Sejarah itu juga sebagai cabang
ilmu yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dan
dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi dimasa
lampau (Kuntowijoyo, 1995: 18).

Manfaat belajar sejarah itu menurut, Kuntowijoyo (1999:19) manfaat belajar


sejarah itu ada dua yaitu secara intrinsik dan ekstrinsik. Manfaat belajar sejarah secara
intrinsik antara lain adalah sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai cara mengetahui masa
lampau, sejarah sebagai pernyataan pendapat, sejarah sebagai potensi. Sedangkan
manfaat belajar sejarah secara ekstrinsik yaitu. moral, penalaran, politik, kebijakan,
perubahan, masa depan, kesadaran, ilmu bantu, latar belakang, rujukan, bukti.

Sejarah digambarkan sebagai masa lalu manusia dan seputarnya yang disusun
secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan
penjelasan yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang berlaku. Sejarah
adalah cabang ilmu yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses
perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang
terjadi di masa lampau (Sardiman, 2003: 9).

Sedangkan menurut Ibn Khaldun dalam Abdurahman (2007: 5),mengemukakan


bahwa sejarah merupakan hasil upaya penemuan kebenaran, eksplanasi kritis tentang

13
sebab dan genesis kebenaran sesuatu serta kedalaman pengetahuan tentang bagaimana
dan mengapa peristiwa-peristiwa terjadi.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah


adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
tingkah laku akibat dari interaksinya dengan mempelajari sejarah. Pembelajaran sejarah
tidak hanya menghafal dan mengenang peristiwa-peristiwa sejarah yang telah lalu saja.
Tetapi pembelajaran sejarah mempunyai tujuan agar siswa mampu mengembangkan
kompetensi untuk berpikir secara kronologi dan memiliki pengetahuan masa lampau
untuk dapat memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan
masyarakat dengan keanekaragaman sosial budaya dalam rangkamenemukan jati diri
bangsa, serta bisa menumbuhkan jati dirinya sebagai suatu bagian dari suatu bangsa
Indonesia.

14
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Menurut Sugiono, penelitian


kualitatif adalah penelitian dimana peneliti ditempatkan sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara penggabungan dan analisis data bersifat induktif
(Sugiono. 2010 : 9). Menurut Poerwandari (2005), penelitian kualitatif menghasilkan dan
mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara dan observasi. Kirk
dan Miller (dalam Moloeng) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai cara untuk
melakukan pengamatan langsung pada individu dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut untuk mendapatkan data yang digalinya (Moleong, J.L.2002 : 3).

Metode kualitatif menurut Creswell (1998) adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial
dan masalah manusia. Peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata – kata
laporan terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami.
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007) menyebutkan metode kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis maupun
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif adalah


terhadap makna. Dalam hal ini penelitian naturalistik tidak peduli terhadap persamaan
dari obyek penelitian melainkan sebaliknya mengungkap tentang pandangan tentang
kehidupan dari orang yang berbeda – beda. Pemikiran ini didasari pula oleh kenyataan
bahwa makna yang ada dalam setiap orang berbeda – beda. Oleh karena itu, tidak
mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu
menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen.

Dengan menggunakan metode kualitatif ini, realitas atau fenomena mengenai


pengaruh profesionalisme guru terhadap minat siswa dalam mata pelajaran sejarah
dipandang sebagai suatu hasil konstruksi pemikiranyang dinamis dan penuh makna. Hal
tersebut sesuai dengan teori dari Sugiyono (2013) yang menyebutkanbahwa realitas
dalam metode penelitian kualitatif merupakan konstruksi dari pemahaman terhadap
semua data dan maknanya.

15
3.2 Tempat, Waktu, dan Sumber Data Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMAN 1 Baleendah, Jl. R.A.A Wiranata Kusumah No.
30, Baleendah, Kecamatan Baleendah, Bandung, Jawa Barat. Kode Pos: 40375,
namun pada pelaksanaanya dilakukan secara daring atau virtual melalui zoom atau
google meet. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2020/2021 pada bulan Oktober sampai bulan November 2020 dan mengolah data
sampai dengan bulan Desember 2020.

2. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Data Primer

Sumber data Primer adalah data yang diperoleh atau bersumber dari tangan
pertama (first hand data). Sumber data primer dalam penelitian ini diambil dari
sumber pertama yaitu responden. Data dan informasi diperoleh melalui
pertanyaan google from dengan menggunakan kuisoner (angket) sebagai data
utama.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau bersumber dari tangan kedua
(second hand data). Sumber data sekunder menggunakan bahan yang bukan dari
sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk
menjawab masalah yang diteliti. Sumber data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh melalui kegiatan wawancara secara daring atau virtual kepada guru
mata pelajaran Sejarah kelas XI.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan penulis untuk mendapatkan data yang akurat yaitu:

1) Angket

Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang di berikan kepada subjek yang di teliti
untuk mengumpulkan informasi yang di butuhkan peneliti. (Kusumah

16
(2011;78) Angket atau kuisoner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan melalui google
form kepada responden untuk dijawab. Seluruh sampel siswa aktif SMA 1 Baleendah
yang berjumlah 20 orang dan Alumni SMAN 1 Baleendah yang berjumlah 20 orang,
masing – masing diberikan instrument angket yang terdiri dari 30 pernyataan (terbagi
menjadi 2, yaitu angket tentang penilaian profesionalisme guru dan minat belajar
siswa) yang harus dijawab oleh siswa.

2) Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan


cara tanya jawab secara daring atau virtual antara penanya (pewawancara) dengan si
penjawab (narasumber) dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara). Penulis menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur,
yang artinya wawancara dilakukan secara bebas dan hanya menggunakan catatan
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan kepada narasumber. Penulis akan
mewawancarai salah satu guru Sejarah yang mengajar di SMAN 1 Baleendah.

3) Observasi

Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat dan


mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena yang sedang diamati
untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau
sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya (Mulyana.Dedy.2001 : 180).

Alat observasi yang digunakan adalah anecdotal dan catatan berkala.Anecdotal


adalah alat observasi di mana observer sesegera mungkin mencatat hal-hal yang
penting atau tingkah laku yang istimewa. Sedangkan catatan berkala adalah alat
observasi dengan cara mencatat kesan-kesan umum objek yang sedang diteliti pada
waktu-waktu tertentu (Mulyana. Dedy.200 : 180).

Data yang ingin peneliti dapatkan dengan menggunakan metode ini adalah
deskripsi umum tentang subjek.Untuk selanjutnya difokuskan pada dinamika
resiliensi dan penyesuaian diri individu yang menjadi objek penelitian.

Kristiawan, M., & Rahmat, N. (2018). Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Inovasi
Pembelajaran. Jurnal Iqra': Kajian Ilmu Pendidikan , 373-390.

17
3.4 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan langkah yang terpenting untuk memperoleh temuan – temuan
hasil penelitian. Analisis data yaitu proses pengumpulan data agar dapat ditafsirkan.
Analisis data dilakukan pada saat mengumpulkan data dan setelah pengumpulan data.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
analisis kualitatif yaitu metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh
mengenai subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Adi, 2004,
h. 117). Menurut Miles dan Huberman (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008. h. 209) ada
tiga kegiatan yang dilakukan dalam melakukan analisis data diantaranya dengan:

1) Reduksi data

Tahapan ini merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pengabstraksian dan


pentransfromasikan data kasar yang diambil dari lapangan. Inti dari reduksi data
adalah proses penggabungan data penyeragaman segala bentuk data menjadi bentuk
tulisan yang akan dianalisis.

2) Penyajian data

Setelah data – data tersebut terkumpul kemudian peneliti mengelompokkan hal – hal
yang serupa menjadi kategori atau kelompok – kelompok agar peneliti lebih mudah
untuk melakukan pengambilan kesimpulan.

3) Menarik kesimpulan

Pada tahap ini, peneliti membandingkan data – data yang sudah didapatkan dengan
data – data hasil wawancara dengan subjek dan informasi yang bertujuan untuk
menarik kesimpulan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko, M. B., & Rizkina, M. Z. H. (2014). Etika Profesi, Profesionalisme, Dan


Kualitas Audit. STAR-Study and Accounting Research, XI (2), hlm: 1-9.

Kristiawan, M., & Rahmat, N. (2018). Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Inovasi
Pembelajaran. Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan, 3(2), 373 - 390.
https://doi.org/10.25217/ji.v3i2.348

Sulfemi, W. B. (2019). Kemampuan Pedagogik Guru.

https://core.ac.uk/download/pdf/144083815.pdf diakses daring pada tanggal 15 oktober


2020 pukul 17.15 WIB

Nurhasanah, Siti dan Sobandi. A. (2016). Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran Vol. 1 No. 1,Hlm. 128-135.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Priadhita, Aria Reza (2013) Penerapan Model Coperative Learning Teknik Numbered
Head Together Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar
Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Temanggung Tahun Ajaran 2012/2013. S1 thesis, Fakultas
Ilmu Sosial.

19
LAMPIRAN

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK GURU

Nama Guru :

Kontak :

Lama mengajar :

Kelas yang diajar :

No. Pertanyaan Respons


1. Bagaimana guru
mempersiapkan materi
sebelum proses belajar
mengajar berlangsung?

2. Bagaimana cara guru


memahami karakteristik
belajar sikap peserta didik
di kelas?

3. Apakah dalam proses


pembelajaran terjadi
penyimpangan perilaku
terhadap peserta didik?
Lalu, bagaimana cara Anda
mengatasi hal tersebut.
4. Bagaimana guru mengukur
perkembangan peserta
didik?

5. Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran sejarah di
SMAN 1 Baleendah

20
menurut Anda?

6. Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran sejarah di
SMAN 1 Baleendah
menurut Anda?

7. Bagaimana cara Anda


untuk membuat
pembelajaran sejarah lebih
menarik untuk dipelajari
siswa?

8. Media apa saja yang


digunakan Anda dalam
mengajar pembelajaran
sejarah di kelas?

9. Model pembelajaran apa


yang digunakan Anda
dalam mengajar
pembelajaran sejarah di
kelas?

10. Hambatan atau kendala apa


saja yang dialami Anda
dalam mengajar
pembelajaran sejarah di
kelas?

11. Solusi apa yang Anda


lakukan untuk menangani
hambatan atau kendala
tersebut?

21
Instrumen Angket Profesionalisme Guru

No. Pernyataan/Pertanyaan SB B KB TB
1. Guru menguasai materi, konsep,teori
keilmuan mata pelajaran yang diampu
2. Mengembangkan materi pelajaran yang
diampu secara kreatif
3. Memilih materi pembelajaran sesuai tingkat
peserta didik
4. Menyesuaikan media pembelajaran dengan
materi yang akan disampaikan
5. Menyesuaikan metode pembelajaran
dengan materi yang akan disampaikan
6. Mengolah materi pembelajaran secara
kreatif berdasarkan perkembangan peserta
didik
7. Guru menjelaskan secara detail tentang
istilah yang sulit dimengerti
8. Guru memberikan contoh pokok bahasan
pelajaran dengan contoh yang mudah
dimengerti
9. Setelah proses belajar di kelas, guru
menjelaskan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari
10. Guru mengulas dan menjelaskan kembali
materi yang dianggap sulit bagi siswa
11. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memperbaiki hasil tes
12. Melakukan refleksi terhadap hasil kinerja
sendiri secara terus menerus
13. Memanfaatkan hasil refleksi untuk
meningkatkan keprofesionalan
14. Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar

22
dari berbagai sumber
15. Memanfaatkan TIK untuk pengembangan
diri

Instrumen Angket Minat Siswa

No. Pernyataan/Pertanyaan SB B KB TB
1. Siswa memperhatikan guru ketika guru
menjelaskan
2. Siswa mencatat poin-poin penting pada saat
pembelajaran sejarah berlangsung
3. Siswa merasa tertarik dan senang ketika
belajar sejarah
4. Siswa mengajukan pertanyaan saat
pembelajaran sejarah
5. Siswa menjawab pertanyaan saat
pembelajaran sejarah
6. Siswa aktif mengikuti diskusi
7. Siswa aktif mengemukakan pendapat
8. Siswa memperhatikan teman ketika
presentasi
9. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
guru
10. Siswa mengerti tentang pelajaran sejarah

23

Anda mungkin juga menyukai