Anda di halaman 1dari 31

TUGAS PROJECT FILSAFAT PENDIDIKAN

PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS X IPA 5

DI SMA NEGERI 11 MEDAN

DISUSUN OLEH :

WILLY OWEN NICHOLAS SIHOMBING


(6211121001)
PKO’F 21

DOSEN PENGAMPU : APIEK GANDAMANA, S. Pd., M. Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Tugas Project yang berjudul “Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa SMA
Negeri 11 Medan Kelas X IPA 5” sebagai tugas dari mata kuliah  Filsafat Pendidikan. Penulis berterima
kasih kepada seluruh pihak yang banyak membantu dalam proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini
dari awal hingga akhir. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah
Filsafat Pendidikan Apiek Gandamana, S. Pd., M. Pd.yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini kiranya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri tentunya.

Medan, 28 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………….....................…………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………….........………….. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………….........…….……………. 1

A. Latar Belakang…………………………….............…………….…………. 1
B. Tujuan Penelitian………………………….............………………….…….. 1
C. Manfaat Penelitian.............................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORITIS…………….........…….........…………………… 3

A. Tinjauan Pustaka………………………………………….........….……..… 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………….........…………........ 13

A. Lokasi Penelitian……………………………………..............……………... 13
B. Metode Penelitian…………………………………..............……………….. 13
C. Subjek Penelitian……………………………..............……………………... 13

BAB IV PEMBAHASAN…………………………..............……………………….. 14

BAB V PENUTUP…………………………………………………..............………. 24

A. Kesimpulan………………………………………………………..............…. 24
B. Saran………………………………………………………….……................ 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian


pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu
aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi
antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses
pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat
dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu
mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia
mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti
belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan
mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang
diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat
dibimbing oleh guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan
dalam ingatan dan pemikiran mereka (kognitif) dengan menggunakan teori dan metode
pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak
akan berjalan dengan efektif dan optimal tanpa menyiapkan sejumlah perangkat
pembelajaran yang tepat. Disini para guru juga bisa mempelajari aliran-aliran dari filsafat
pendidikan yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan keadaan
siswa dan keefektifan dari penerapan aliran filsafat pendidikan tersebut dalam praktek
nyata di sekolah.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: :

1
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran di kelas X IPA 5 SMA
Negeri 11 Medan.
2. Untuk mengetahui metode, model, dan strategi dalam proses pembelajaran di
kelas X IPA 5 SMA Negeri 11 Medan.
3. Untuk mengetahui aliran filsafat pendidikan apa yang diterapkan oleh guru
dalam proses pembelajaran di kelas X IPA 5 SMA Negeri 11 Medan.
4. Untuk mengetahui kendala yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas
X IPA 5 SMA Negeri 11 Medan.
C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut .

1. Dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran, metode, model, dan


strategi proses pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta untuk
mengetahui apa saja kendala yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas
X IPA 5 SMA Negeri 11 Medan.
2. Laporan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber literasi bagi para
pembaca.
3. Sebagai evaluasi dan pembelajaran bagi mahasiswa sebagai calon guru di
masa depan bagaimana proses pembelajaran yang baik dan efektif serta
menerapkan aliran filsafat pendidikan dalam proses pembelajaran.

2
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Siswa (Peserta Didik)

Siswa sendiri merupakan seorang pelajar atau murid yang sedang duduk dibangku
SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah
Menengah Atas). Seorang siswa belajar dalam mendapatkan ilmu pengetahuan agar
bisa mencapai cita-cita dan impiannya. Seorang siswa adalah seorang anak yang
sedang menempuh pendidikan dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas
itulah yang disebut dengan siswa dan siswi.

Siswa merupakan satu-satunya subjek yang menerima apa saja yang diberikan
oleh guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa digambarakan sebagai
sosok yang membutuhkan bantuan orang lain untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Selain memperoleh ilmu pengetahuan siswa juga mengalami perkembangan serta
pertumbuhan dari kegiatan pendidikan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa
siswa merupakan salah satu anggota masyarakat yang memiliki potensi serta usaha
untuk mengembangkan dirinya. Peserta didik yang pada ummnya merupakan
inidividu yang memilki potensi yang dirasa perlu dikembangkan melalui pendidikan
baik fisik maupun psikis dari lingkungan keluarga maupun lingkunagn masyarakat
dimanapun ia berada.

Seorang peserta didik akan diajarkan bagaimana cara bersikap yang baik serta
etika yang sopan untuk berinteraksi pada masyarakat lainnya.  Tentu saja hal tersebut
tidak dapat melupakan peran pendidik sebagai sumber ilmu dan salah satu unsur
terpenting dari pendidikan. Seorang pendidik harus memahami dengan betul karakter
yang ada pada peserta didiknya. Pendidik juga harus mengerti bagaimana cara
mengasah potensi yang ada pada peserta didiknya. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No.
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional “Peserta didik adalah anggota

3
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada
jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.”

Abu Achmadi, salah satu pemerhati pendidikan ia mengungkapkan bahwa peserta


didik atau siswa merupakan individu yang belum bisa dikatakan dewasa. Ia
memerlukan usaha, bantuan, serta bimbingan dari seseorang untuk mencapai tingkat
kedewasaannya. Ia juga mengungkapkan bahwa peserta didik juga membutuhkan
bimbingan untuk menjadi pribadi yang lebih baik didepan Tuhan Yang Maha Esa
serta didepan negara sebagai warga negara yang baik. Dengan demikian siswa atau
peserta didik dapat dikatakan orang yang mempunyai fitrah atau potensi dasar yang
ada dalam dirinya berupa fisik maupun psikis yang perlu dikembangakan melalui
pendidikan.

UU RI No. 20 th 2003 telah mencantumkan bahwa peserta didik memilki


kewajiban sebagi berikut :

a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses


dan keberhasilan pendidikan.
b. Ikut menanggung biaya pendidikan kecuali bagi yang dibebaskan dari
kewajiban tersebut.

2. Pengertian Guru

Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan
ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu
yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakkini sebagai kebenaran oleh
semua murid. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri teladan
(panutan) bagi semua muridnya. Secara tradisional guru adalah seorang yang berdiri
didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru sebagai pendidik dan
pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam
hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya  dapat belajar dan mengembangkan
potensi dasar dan kemampuannya secara optimal,hanya saja ruang lingkupnya guru
berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.
Adapun pengertian guru menurut para ahli:

4
a.  Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang
dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada
anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu
yang sanggup berdiri sendiri.
b. Menurut Peraturan Pemerintah Guru adalah jabatan fungsional, yaitu
kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
c. Menurut Keputusan Men.Pan Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi
tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pendidikan di sekolah.
d. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru
yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh
Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun
peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-
pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang
tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan,
pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup
berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual.
Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru
sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas

5
anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang
ada.
b. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar
peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan,
hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa
aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas
dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan
terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,
Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan,
Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji
materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa
berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah
dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
c. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan
itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam
dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan kompetensi
yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
1) Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang
hendak dicapai.
2) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan
yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar
itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis.
3) Guru harus memaknai kegiatan belajar.
4) Guru harus melaksanakan penilaian.
e. Guru Sebagai Pemimpin.

6
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru
menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
f. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran.
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu,
guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar
supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
g. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru:
sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman
dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku
neurotis, selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum. Perilaku guru
sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani
mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang
menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada
dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan
harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

3. Pengertian Belajar

Bila diperhatikan lebih jauh esensi dasar dari pengertian belajar adalah perubahan,
dengan berbagai karakteristiknya, dan latihan atau pengalaman, pertanyaannya
perubahan dalam hal apa, apakah perubahan perubahan tersebut terjadi hanya dalam
bentuknaya yang konkrit atau akan berlaku juga dalam bentuknya yang abstrak, untuk
menjawab masalah ini terdapat dua pandangan penting, yaitu pandangan
behaviouristik dan pandangan kognitif.

Menurut pandangan behavioristik, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku,


cara seseorang  berbuat pada situasi tertentu serta perubahan tersebut dapat diamati,
artinya berpikir dan emosi tidak menjadi perhatian dalam suatu aktivitas belajar
karena tidak bisa diamati. Sebaliknya menurut pandangan kognitif belajar adalah
proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan  terjadi dalam

7
kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu dan
perubahan tersebut hanyalah refleksi dari perubahan internal.

Dalam perkembangannya para behaviourist baru, neo-behaviourist telah berusaha


memperluas pandangannya tentang belajar dengan memasukan aspek-aspek yang
tidak dapat diamati secara langsung, seperti harapan-harapan, keinginan-keinginan,
keyakinan dan pikiran seperti terlihat dalam pandangan Albert Bandura yang terkenal
dengan teori kognitif sosialnya yang menganggap bahwa belajar itu lebih dari sekedar
perubahan dalam tingkah laku yang teramati, melainkan juga mencakup pencapaian
pengetahuan dan tingkah laku yang dapat diamati yang berdasar pada pengetahuan
tersebut.

Dengan memperhatikan berbagai pandangan tentang makna belajar, maka


dapatlah diartikan bahwa belajar merupakan suatu perubahan internal yang terjadi
pada diri seseorang, perubahan dalam potensi untuk bertingkah laku, serta perubahan
tingkah laku itu sendiri. Implikasi dari pengertian ini adalah bahwa seorang guru atau
dosen pasti dihadapkan pada tingkah laku siswa mahasiswa yang teramati seperti hasil
pekerjaan siswa mahasiswa dalam melaksanakan tugas tugas atau tingkah laku
mereka di dalam ruangan belajar, dan aspek yang kurang  tidak teramati secara
langsung seperti berpikir abstrak serta sikap.

4. Pengertian Mengajar

Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses mengorganisir lingkungan yang


ada di sekitar siswa sehingga pada diri siswa terjadi proses belajar. Dalam hal ini, S.
Nasution 1982:8 mengemukakan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisir lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa mengajar
adalah suatu proses kegiatan yang disengaja dan terencana untuk membimbing dan
mengawasi siswa dalam aktivitas belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Seorang guru sebagai pengajar Slameto, 1991:40 harus memerhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Konteks
Dalam belajar sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri.Ciri-
ciri konteks yang baik adalah membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara

8
dinamis dan kuat sekali, terdiri dari pengalaman yang aktual dan
konkret.Pengalaman yang konkret dan dinamis merupakan alat untuk menyatakan
pengertian yang sifatnya sederhana sehingga dapat ditiru untuk diulanginya.
b. Fokus
Pengajaran akan berhasil dengan penggunaan vokalisasi. Untuk mencapai
proses yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri yang baik, seperti:
memobilisasi tujuan, memberi bentuk uniformitas pada belajar.
c. Sosialisasi
Kondisi sosial dalam suatu kelas banyak sekali pengaruhnya dalam proses
belajar pada kelas tersebut. Sehingga dalam hal ini sosialisasi harus dilakukan.
Sosialisasi yang baik akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: adanya fasilitas
sosial, perangsang, dan kelompok demokratis.
d. Sequence
Dalam proses belajar mengajar dipandang sebagai suatu pertumbuhan mental,
siswa dapat mengalami kegagalan atau mungkin juga sukses. Ciri-ciri sequence
yang baik adalah pertumbuhan bersifat kontinyu, tergantung pada tujuan,
tergantung pada munculnya makna, merupakan perubahan dari yang abstrak ke
arah konkrit, sebagai gerakan dari kasar dan global ke arah yang membedakan,
dan pertumbuhan itu merupakan transformasi.
e. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan perubahan siswa, untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada perubahan tersebut.
Kelima prinsip mengajar di atas haruslah diperhatikan oleh guru, agar guru dapat
membimbing dan mengarahkan siswa, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar
siswa.Dan yang terpenting tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik.

5. Pengertian Pembelajaran

Secara umum pengertian pembelajaran adalah upaya yang dilakukan untuk


membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya
di samping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses belajar menjadi lebih
efesien dan efektif. Itulah sebabnya Darsono, 2000: 24 mengemukakan bahwa
pengertian pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh

9
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih
baik. 
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008)
pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sedangkan menurut  Duffy dan
Roehler (1989) pengertian pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan
dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan
kurikulum. Adapun pengertian pembelajaran menurut UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar. Berdasarkan beberapa pengertian
atau definisi pembelajaran di atas dapat diidentifikasi bahwa pembelajaran memiliki
ciri-ciri :
a. Merupakan upaya sadar dan disengaja; 2) Pembelajaran harus membuat siswa
belajar.
b. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
c. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil

6. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

a. Tujuan Belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa
telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa.
tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Tujuan belajar terdiri
dari tiga komponen yaitu :
b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya adalah rumusan tentang perilaku hasil
belajar ( kognitif, psikomotor, dan afektif ) yang diharapkan untuk dimiliki
(dikuasai) oleh si pelajar setelah si pelajar mengalami proses belajar dalam jangka
waktu tertentu. Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan
pembelajaran adalah kebutuhan siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri.
berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan
dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata ajaran yang ada dalam

10
petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.
guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu
menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur. Suatu
tujuan pembelajaran sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya:
dalam situasi bermain peran.
2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan
dapat diamati.
3) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya
pada peta pulau jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada
sekurang-kurangnya tiga gunung utama.

7. Penerapan Filsafat Pendidikan


Sesuai yang tercantum dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha di sini
berarti kegiatan atau perbuatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan
untuk mencapai suatu maksud. Sadar adalah insyaf, yakin, tahu, dan mengerti.
Sedangkan terencana adalah menyusun sistem dengan landasan tertentu untuk
kemudian dilaksanakan. Perencanaan pendidikan secara sengaja dan sungguh-
sungguh ini tentunya dilakukan oleh insan pendidikan yang mempunyai kewenangan
dan tanggung jawab menyeluruh terhadap keberhasilan pelaksanaan proses
pendidikan, khususnya pendidikan di sekolah dasar. Dan penerapan filsafat
pendidikan di dalamnya merupakan faktor yang ikut menentukan dan membantu para
pelaku pendidikan tersebut.
Filsafat sebagai teori umum pendidikan dapat diterapkan dalam penentuan
kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan dan peran guru atau pendidik juga anak
didiknya. Adanya berbagai mazhab dalam filsafat pendidikan juga menyebabkan
berbeda-bedanya kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan guru dan siswa tersebut
dalam struktur pendidikan. Semuanya tergantung pada mazhab apa yang diterapkan
atau dianut oleh para pelakunya. Hanya saja, dalam hal ini mereka dituntut untuk

11
memiliki kurikulum yang relevan dengan pendidikan ideal, juga disesuaikan dengan
perkembangan jaman dan menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan
yang normal. Metode pendidikan juga harus mengandung nilai-nilai instrinsik dan
ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional dapat
direalisasikan dalam kehidupan. Selain itu, tujuan pendidikan tidak hanya terpaku
pada salah satu pihak semata, melainkan untuk seluruh pihak yang terlibat dalam
pendidikan. Kedudukan guru dan siswa harus benar-benar dimengerti oleh keduanya
sehingga dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Obsevasi dilaksanakan di SMA Negeri 11 Medan dengan alamat Jl. Pertiwi No.93,
Bantan, Medan Tembung, Kota Medan, Sumatera Utara. Kelas yang diobservasi adalah
kelas X IPA 5, dengan jumlah siswa 36 anak.
Observasi dilaksanakan pada Sabtu, 28 Oktober 2017, pada jam pelajaran 2 dan 3,
yakni pada pukul 08.25 – 09.15 WIB. Dalam satu kali tatap muka adalah dua jam
pelajaran atau 2 x 45 menit, pada mata pelajaran kimia. Guru mata pelajaran pada saat
observasi adalah Ibu Ismah Khairani, S.Pd.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui metode observasi langsung pada kelas X IPA 5 SMA
Negeri 11 Medan. Bagaimana proses pembelajaran serta interaksi antara guru dan siswa
dalam pembelajaran, serta aliran filsafat pendidikan apa yang digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, dengan mengadakan wawancara kepada siswa dan guru serta mengisi kuesioner
dalam pembelajaran berlangsung.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah
penelitian. Subjek penelitian juga membahas karakteristik subjek yang digunakan dalam
penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah : siswa kelas X IPA 5 SMA Negeri 11
Medan dan Guru mata pelajaran kimia Ibu Ismah Khairani, S.Pd.

13
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

Dari hasil pengamatan proses pembelajaran di kelas X IPA 5 SMA Negeri 11 Medan
dengan mata pelajaran kimia, maka dilampirkanlah hasil observasi dalam penyajian tabel
berikut.

1. Lembar Observasi I

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SELAMA PROSES PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Kimia

Nama Guru : Ismah Khairani, S.Pd.

Materi : Ikatan Kimia dan Bentuk Molekul

Hari, tanggal : Sabtu/28 Oktober 2017

Petunjuk Pengisian:

Amatilah aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas. Isilah lembar pengamatan
dengan prosedur sebagai berikut:

1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang mungkin dapat melihat
semua aktivitas siswa
2. Setiap 150 detik, pengamat melakukan aktivitas pengamatan aktivitas siswa yang
dominan, dan 30 detik berikutnya pengamat menulis hasil pengamatan.

No Aktivitas yang diamati Skor Hasil Ket

14
Baik Cukup Rendah

Dimana saat
proses
pembelajaran
berlangsung,
seluruh
perhatian
Memperhatikan dan siswa tertuju
mendengarkan penjelasan oleh kepada guru.
1 guru. Hampir 95%
Skor maksimal : 10 10 √ siswa tidak
melakukan
aktivitas lain
yangn tidak
berkaitan
dengan
pembelajaran

Dalam proses
pembelajaran
siswa tidak
berperan aktif
melainkan
berperan
pasif, tidak
Berperan aktif dalam sesi diskusi ada sesi tanya
2 pembelajaran (bertanya dan 4 √ jawab yang
menjawab pertanyaan guru) terlihat dalam
kelas. Siswa
hanya
mendengar
dan
mengikuti
arahan dari
guru saja.

15
Dalam proses
pembelajaran
siswa masih
terlihat pasif.
Dimana
siswa
menerima
secara
mentah-
mentah apa
yang
diberikan
oleh guru.
Perilaku siswa dalam
Sehingga
pembelajaran:
kegiatan
- Mengerjakan tugas yang diskusi tidak
diberikan oleh guru. berjalan
- Mengikuti kegiatan dengan
diskusi/presentasi secara aktif. lancar.
- Siswa berperilaku kondusif
3 Walaupun
dalam pembelajaran.
- Memberikan guru
pendapat/tanggapan yang memberikan
argumentative. kesempatan
- Menghargai saran dan 42 √ yang sama
pendapat sesama teman. kepada setiap
- Mengerjakan setiap tugas
siswa untuk
dengan jujur dan disiplin.
Skor maksimal : 80 berpendapat.
Masih ada
beberapa
siswa yang
tidak bekerja
secara
mandiri
dalam
pengerjaan
tugas atau
dengan kata
lain
menyontek.

Total 56

16
2. Lembar Observasi II

OBSERVASI KEGIATAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Mata pelajaran: Kimia

Guru : Ismah Khairani, S.Pd.

Materi : Ikatan Kimia dan Bentuk Molekul

Hari/ tanggal : Sabtu/28 Oktober 2017

A. Isilah kolom skor sesuai pedoman pensekoran berikut


Pedoman Penskoran Setiap Indikator

a. Skor 5 : Jika semua deskriptor muncul


b. Skor 4 : Jika tiga deskriptor muncul
c. Skor 3 : Jika dua deskriptor muncul
d. Skor 2 : Jika satu deskriptor muncul
e. Skor 1 : Jika tidak ada deskriptor yang muncul
B. Isilah kolom catatan dengan deskriptor-deskriptor yang muncul

Tahap Indikator Deskriptor Skor Catatan

Awal 1. Melakukan a. Mengucapkan salam Dalam proses


aktivitas rutin b. Mengabsen siswa pembelajaran
sehari-hari c. Menciptakan suasana guru berperan
belajar yang kondusif aktif dan dapat
d. Membangkitkan mengatur kondisi
5
keterlibatan siswa kelas, sehingga
proses
pembelajaran
berlangsung
dengan teratur.

2. Menyampaikan a. Tujuan pembelajaran 5 Dalam


tujuan disampaikan di awal penyampaian
pembelajaran materi, guru
b. Tujuan pembelajaran sesuai sudah berperan
dengan materi dengan baik.
c. Tujuan sesuai dengan Dimana guru
lembar kerja memberikan
d. Tujuan diungkapkan pengantar materi

17
dengan bahasa yang mudah terlebih dulu
difahami siswa bahkan sedikit
mereview
pembelajaran
sebelumnya.

3. Menentukan a. Mempertegas materi yang Dalam hal ini


materi dan akan dipelajari guru kurang
pentingnya b. Menjelaskan pentingnya memberikan
materi materi dalam pembelajaran penjelasan materi
IPA berkaitan dengan
c. Menjelaskan pentingnya kehidupan sehari-
3
materi dalam kehidupan hari, walaupun
sehari-hari penyampaian
d. Meminta siswa bertanya materi sangat
baik, guru
bersikap sangat
demokratis.

5. a. Menanyakan pengetahuan Dalam hal ini


Membangkitk atau pengalaman siswa guru cukup baik
an tentang materi. untuk berusaha
pengetahuan b. Memancing siswa untuk menghidupkan
persyaratan mengingat kembali materi suasan kelas
siswa prasyarat yang dibutuhkan. menjadi
4
c. Mengaitkan pengetahuan interaktif. Guru
prasyarat dengan materi melontarkan
yang akan dipelajari. beberapa
d. Memberi kesempatan pertanyaan
siswa untuk bertanya. berkaitan dengan
materi.

6. Membentuk a. Kelompok terdiri dari 6 Pada saat


kelompok orang. melakukan
asal b. Kelompok terdiri dari dari observasi, tidak
siswa yang berkemampuan ada kegiatan
tinggi, sedang dan rendah. 1 kelompok dalam
c. Kelompok terdiri dari laki- pembelajaran.
laki dan perempuan.
d. Kelompok memilih ketua
dan seketaris.
7. Membentuk a. Kelompok terdiri dari 5 1 Pada saat
kelompok orang. melakukan
ahli b. Kelompok terdiri dari dari observasi, tidak
siswa yang berkemampuan ada kegiatan

18
tinggi, sedang dan rendah. kelompok dalam
c. Kelompok terdiri dari laki- pembelajaran.
laki dan perempuan.
d. Kelompok tidak memiliki
ketua dan seketaris.
8. Menjelaskan a. Menjelaskan bahwa semua Pada saat
tugas anggota kelompok harus melakukan
kelompok aktif. observasi, tidak
b. Menjelaskan bahwa semua ada kegiatan
anggota kelompok harus kelompok dalam
bekerja sama. 1 pembelajaran.
c. Menjelaskan bahwa semua
anggota kelompok harus
saling membagi tugas.
d. Menjelaskan bahwa
anggota kelompok harus
memahami materi
9. Menyediakan a. Alat peraga dan lembar Pada saat
sarana yang kerja sesuai materi. melakukan
dibutuhkan b. Alat peraga dan lembar observasi, tidak
kerja sesuai tujuan. ada kegiatan
c. Alat peraga dan lembar kelompok dalam
kerja membantu kearah pembelajaran.
kerjas siswa
d. Alat peraga dan lembar 1 Dalam
kerja sesuai dengan jumlah pembelajaran
kelompok. guru tidak
menyediakan alat
peraga atau media
pembelajaran
yang berkaitan
dengan materi.

Inti 1. Meminta a. Meminta siswa memahami 1 Pada saat


siswa lembar kerja. melakukan
memahami b. Meminta siswa membaca observasi, tidak
lembar kerja lembar kerja. ada kegiatan
c. Meminta siswa memahami kelompok dalam
maksud lembar kerja pembelajaran.
dengan diskusi sesama
anggota kelompok.
d. Memancing dan
mendorong siswa untuk
bertannya.

19
2. Meminta a. Meminta siswa bekerja Pada saat
siswa masing- sesuai petunjuk lembar melakukan
masing kerja. observasi, tidak
kelompok ahli b. Meminta siswa menjawab ada kegiatan
bekerja sesuai setiap pertanyaan pada kelompok dalam
dengan materi lembar kerja. 1 pembelajaran.
yang c. Meminta siswa bekerja
diberikan dengan alat peraga yang
disediakan.
d. Meminta siswa bekerja
sama dalam kelompok.
3. Membimbing a. Memantau kerja setiap Pada saat
dan kelompok dengan melakukan
mengarahkan berkeliling. observasi, tidak
kelompok b. Meminta siswa agar tidak ada kegiatan
dalam berkerja secara individual. kelompok dalam
berdiskusi c. Membantu kelompok yang pembelajaran.
mengalami kesulitan.
d. Memotivasi siswa yang Namun,
kurang aktif dalam dikarenakan tidak
kelompok. adanya kegiatan
kerja
5
berkelompok,
dalam kegiatan
individu guru
membimbing dan
mengawasi setiap
kegiatan siswa,
serta
memperhatikan
siswa.

4. Meminta a. Meminta siswa bekerja 1 Pada saat


siswa masing- sesuai petunjuk lembar melakukan
masing kerja. observasi, tidak
kelompok b. Meminta siswa menjawab ada kegiatan
ahli kembali setiap pertanyaan pada kelompok dalam
ke kelompok lembar kerja. pembelajaran.
asal dan c. Meminta siswa bekerja
bekerja sesuai dengan alat peraga yang
dengan materi disediakan.
yang d. Meminta siswa bekerja
diberikan sama dalam kelompok.

20
5. Meminta a. Meminta giliran kelompok Pada saat
kelompok pelapor. melakukan
asal b. Memberi kesempatan observasi, tidak
melaporkan kepada pelapor untuk ada kegiatan
hasil kerjanya menuliskan laporannya di kelompok dalam
papan tulis. pembelajaran.
c. Meminta dan memberi 1

kesempatan kepada
kelompok lain untuk
menanggapi.
d. Meminta dan memberi
kesempatan kelompok lain
untuk merespon tanggapan.
Akhir 1. Melakukan a. Melakukan tanya jawab 5 Dalam hal ini
evaluasi secara lisan kepada siswa guru memberikan
secara acak. pertanyaan
b. Memberikan soal yang kepada siswa
sesuai dengan materi yang secara acak, dan
dipelajari. memberikan
c. Memberikan soal yang siswa lainnya
sesuai dengan tujuan untuk menjawab
pembelajaran jika siswa yang
d. Memberi penguatan kepada ditunjuk tidak
siswa mengetahui
jawaban tersebut.
Guru juga
menjelaskan
secara singkat
kembali materi
pada bagian yang
susah dimengerti.
Serta guru

21
memberikan
beberapa soal
latihan di rumah
untuk
menguatkan
pemahaman
materi tersebut.

2. Mengakhiri a. Mengatur kelas dengan Guru dalam


pembelajaran kembali dalam posisi proses
semula pembelajaran
sangat teratur dan
b. Memotivasi siswa siswa
konsisten
untuk lebih giat belajar
5 sehingga suasan
c. Menginformasikan materi kelas sangat
pelajaran yang akan kondusif.
dipelajari pada pertemuan
berikutnya.

d. Menutup dengan salam

Dari Lembar Observasi I yaitu mengenai kegiatan siswa dalam proses pembelajaran,
dapat dilihat bahwasanya siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran walaupun suasana
kelas yang tercipta sangat kondusif. Siswa hanya menerima segala materi dari guru secara
mentah-mentah, dan tidak terlihat secara signifkan respon siswa terhadap suatu materi. Siswa
tidak memiliki sikap kritis didalam dirinya tidak terlihat siswa memberikan pertanyaan atau
pun menjawab pertanyaan dari guru, hal ini seharusnya tidak boleh tejadi pada siswa.

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor kemungkinan, yaitu :

1. Siswa tidak memiliki semangat belajar yang tinggi.


2. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk berpendapat oleh guru.
3. Siswa tidak memiliki rasa percaya diri.
4. Siswa belum memahami keseluruhan suatu materi.
5. Siswa tidak peduli dengan pembelajaran yang sudah berlangsung.

22
6. Siswa tidak diberikan arahan ataupun contoh dalam bersikap aktif dan kritis oleh
orang tua ataupun guru.

Dari Lembar Observasi II yaitu mengenai kegiatan guru dalam proses pembelajaran,
dapat dilihat bahwasanya guru menganut aliran filsafat pendidikan idealisme, dimana guru
memberikan seluruh kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Dan guru berusaha untuk menjadikan dirinya lebih unggul (excellent) agar
dapat dijadikan teladan bagi para siswa, dapat dilihat dari penguasaan materi oleh guru yang
sangat baik, penjelasan materi yang sangat sederhana dan mudah dimengerti, dan sikap guru
yang komunikatif terhadap siswanya. Namun hal ini tidak disambut dengan baik oleh para
siswa, guru terlihat sangat aktif sementara siswa bersikap pasif. Hal ini sangat kontras terlihat
dalam proses pembelajaran. Sehingga terlihat guru mengambil metode dari aliran filsafat
pendidikan realisme yaitu tetap memberikan kebebasan terhadap siswa tapi memberikan
beberapa peraturan untuk dipenuhi oleh siswa, dapat dibuktikan dengan teraturnya kegiatan
pembelajaran dan terciptanya suasana kelas yang sangat kondusif.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

23
Dari hasil observasi mengenai proses pembelajaran siswa di kelas X IPA 5 di SMA
Negeri 11 Medan, pada mata pelajaran Kimia dengan materi Ikatan Kimia dan Bentuk
Molekul dengan guru pengampu Ismah Khairani, S.Pd. bahwasanya untuk mewujudkan
suasana kelas yang kondusif dan efektif diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan
siswa. Dimana guru dan siswa harus sama-sama bersikap aktif dalam proses pembelajaran
berlangsung, siswa harus bersikap kritis dalam setiap hal yang baru diterimanya baik itu
berupa materi pembelajaran. Dan guru juga harus unggul dan menguasai materi dengan
baik dan memiliki metode pengajaran yang tepat sesuai dengan karakter siswa. Dan
proses pembelajaran yang efektif belum terlihat di kelas X IPA 5 di SMA Negeri 11
Medan, dikarenakan siswa yang tidak bersikap aktif dan kritis dalam proses pembelajaran
tersebut, padahal guru memiliki sikap aktif dan bersifat demokratis.

Aliran filsafat pendidikan menawarkan metode pengajaran dalam dunia pendidikan


yang dapat diterapkan oleh guru. Dalam hal ini guru harus bijaksana dalam menerapkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa serta kondisi kelas tersebut.
Guru juga bisa menggabungkan metode pembelajaran dari beberapa yang ditawarkan oleh
alliran-aliran filsafat pendidikan, namun perlu ditekankan penerapan metode
pembelajaran harus sesuai dengan karakter siswa dan kondisi kelas.

B. Saran

Sebaiknya sebagai guru harus senantiasa berkreasi dan inovatif dalam kegiatan
mengajar, sehingga siswa tidak merasa jenuh atau bosan dalam kegiatan pembelajaran
tersebut. Dan guru harus menerapkan metode pembelajaran yang disesusaikan dengan
kondisi serta karakter siswa, dalam dunia pendidikan khususnya proses belajar mengajar
hendaknya selalu dilakukan pembaharuan menuju yang lebih baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat


Pendidiakn Lanjutan Pertama. 2002. Pendekatan Konsektual ( Contextual Teaching and
Learning (CTL))

Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.

https://cancer55.wordpress.com/2013/09/07/fungsi-dan-peranan-guru-dalam-proses-belajar-
mengajar/ (diakses pada tanggal 12 November 2017)

http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-siswa-menurut-para-ahli.html
(diakses pada tanggal 12 November 2017)

http://chandcyberspace.blogspot.com/2017/04/apa-itu-guru-pengertian-guru-menurut.html
(diakses pada tanggal 12 November 2017)

http://www.wikipendidikan.com/2016/02/perbedaan-makna-belajar-mengajar.html (diakses
pada tanggal 12 November 2017)

http://dinaauliamn.blogspot.co.id/2016/10/penerapan-filsafat-pendidikan.html (diakses pada


tanggal 12 November 2017)

http://pedidikanmu.blogspot.co.id/2013/05/penerapan-filsafat-pendidikan-pancasila_8.html
(diakses pada tanggal 12 November 2017)
LAMPIRAN

Berikut ini adalah suasana dan kondisi kegiatan pembelajaran di kelas X IPA 5 SMA Negeri
11 Medan dalam materi Ikatan Kimia dan Bentuk Molekul dalam mata pelajaran Kimia
dengan guru pengampu Ismah Khairani, S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai